HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI...

195
HUBUNGAN KE TANGGA, PERSON TERHADAP RIW SEPANJANG ALI KECAMAT PEM PROGR FAKULTA UNIVERSITAS IS EPEMILIKAN SARANA SANITASI DASA NAL HYGIENE IBU BALITA DAN KEBIA WAYAT PENYAKIT DIARE PADA BALIT IRAN SUNGAI CITARUM DI KELURA TAN BALEENDAH KABUPATEN BAND TAHUN 2014 SKRIPSI DISUSUN OLEH FUAD HILMI SUDASMAN 11010000037 MINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RAM STUDI KESEHATAN MASYARAK AS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHA SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLA 2014 AR RUMAH ASAAN JAJAN TA DAERAH AHAN ANDIR DUNG N KAT ATAN AH JAKARTA

Transcript of HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI...

Page 1: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASARTANGGA, PERSONAL HYGIENE

TERHADAP RIWAYAT PENYAKIT SEPANJANG ALIRAN

KECAMATAN BALEENDAH

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASARPERSONAL HYGIENE IBU BALITA DAN KEBIASAAN JAJAN

TERHADAP RIWAYAT PENYAKIT DIARE PADA BALITA SEPANJANG ALIRAN SUNGAI CITARUM DI KELURAHAN ANDIR

KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2014

SKRIPSI

DISUSUN OLEH

FUAD HILMI SUDASMAN 11010000037

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH IBU BALITA DAN KEBIASAAN JAJAN

PADA BALITA DAERAH KELURAHAN ANDIR

KABUPATEN BANDUNG

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 2: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

i

Page 3: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Agustus 2014

Fuad Hilmi Sudasman, NIM : 11101010000037

Hubungan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygine Ibu Balita dan Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare pada Balita Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

xiv + 117 halaman, 17 tabel, 6 gambar, 13 lampiran

ABSTRAK

Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama di kalangan balita. Penelitian ini melihat apa saja seberapa besar risiko variabel penelitian berupa kepemilikan sarana sanitasi dasar (sarana air bersih, jamban, saluran pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah rumah tangga), personal hygiene (kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan) ibu balita dan kebiasaan jajan terhadap riwayat penyakit diare pada balita sepanjang aliran Sungai Citarum.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain studi case control dengan analisis chi square. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung dengan jumlah sampel 122 kontrol dan 122 kasus. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian diare, diantaranya adalah variabel jamban (OR=4,588), saluran pembuangan air limbah (OR=2,128), pengelolaan sampah rumah tangga (OR=0,353), kebiasaan cuci tangan sebelum makan (OR=0,256) dan kebiasaan jajan (OR=0,545). Sedangkan tidak ditemukannya hubungan antara sarana air bersih dan kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar dengan riwayat penyakit diare pada balita.

Perlunya pengadaan dan peningkatan kepemilikan sarana sanitasi dasar oleh Dinas Pekerjaan Umum yang berkoordinasi dengan Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan serta Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Selain itu peran serta Puskesmas dalam pemberian informasi terkait peningkatan kepemilikan sarana sanitasi dasar, personal hygiene dan pengawasan mengenai produk jajanan yang beredar di masyarakat dengan sosialisasi informasi maupun advokasi.

Daftar bacaan : 106 (1958-2014)

Kata kunci : diare, sarana sanitasi dasar, personal hygiene, jajan, Sungai Citarum

Page 4: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduate Thesis, August 2014

Fuad Hilmi Sudasman, NIM : 11101010000037

The Relation Of Basic Sanitation Facilities Ownership, Personal Hygiene Of Mother and Snacking Habit To Diarrhea Medical Record in Infant in By Citarum River Area Andir Baleendah District Bandung Regency 2014

xiv + 117 pages, 17 tables, 6 images, 13 attachments

ABSTRACT

Diarrhea is one of public health’s problem with high mortality and morbidity rate, especially among 12 to 60 months children. This research observed risks to diarrhea. The variables are basic sanitation facilities (clean water, toilet, wastewater sewer, and household waste management) , personal hygiene of mother (handwashing after defecation and handwashing before eating) and snacking habits to their 12 to 60 months children diarrhea along the Citarum River. This research used case-control study design with chi square analysis. This research was conducted in the Andir Baleendah Village, District of Bandung Regency with 122 controls and 122 cases. Factors related to the incidence of diarrhea are latrine ( OR = 4.588 ) , wastewater sewer ( OR = 2.128 ) , household waste management ( OR = 0.353 ) , the habit of washing hands before eating ( OR = 0.256 ) and snacking habit ( OR = 0.545 ) . Meanwhile, there are no relation between clean water and handwashing after defecation with diarrhea record in infants . It is recomended basic sanitation facilities that should be upgraded by the Public Work Service and the Housing , Spatial Planning and Sanitation Service together with Health Service in District of Bandung. In addition, the role of Health Centre in providing information related to the increase in ownership of basic sanitation , personal hygiene and control of snacks circulating in the community through giving information and advocacy. Reading lists : 106 (1958-2014) Keywords : diarrhea, basic sanitation facilities, personal hygiene, snacking, Citarum River

Page 5: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

iv

Page 6: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

v

Page 7: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

vi

IDENTITAS PERSONAL

Nama Alamat Asal

: :

Fuad Hilmi Sudasman Jl. Raya Banjaran Gg. 201 Kp. Reungascondong Andir RT 07/11 Baleendah Kabupaten Bandung 40375

TTL : Bandung, 12 November 1991 Jenis Kelamin : Laki-Laki Golongan Darah

: O

No. Hp : 081809141357 Alamat Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL 2010-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

2007 – 2010 : MA Darul Arqam Muhammadiyah Garut 2004 – 2007 : MTs Darul Arqam Muhammadiyah Garut 1998 – 2004 : SDN KORPRI II Baleendah Bandung

PENGALAMAN ORGANISASI 2012 2012 – 2013 2012 – 2013 2012 – 2013 2013 – 2014 2013 – 2015 2012 – 2014 2013

: : : : : : : :

Ketua Divisi Pendidikan ACIKITA Nasional Staff Ahli Departemen Kajian dan Strategi BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Menteri Departemen Informasi dan Komunikasi PAMI Jakarta Raya Staff Departemen Pengembangan Pesantren dan Pembinaan Masyarakat CSS MoRA UIN Jakarta Dewan Pembina ENVIHSA UIN Jakarta Koordinator Biro Barat Redaktur Majalah SANTRI Lembaga Kesehatan Masyarakat PC IMM Ciputat Tim Kemitraan CSR PT.YAMA Engineering dengan FKIK UIN

PENGALAMAN KERJA 2011-2012 : Pengalaman Belajar Lapangan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) Pondok Jagung Timur Kota Tangerang Selatan, Banten Tahun 2012 – 2013

2012 2013

: :

Orientasi Kerja Departemen HSE PT. YAMA Engineering Tahun 2012 Orientasi Kerja Departemen QHSE PT ACS Aerofood Tahun 2013

Page 8: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan

rahmatNya sehingga penyusunan skripsi dapat tersusun dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada pembawa peradaban Muhammad

SAW, yang telah membawa cahaya iman dan islam sampai zaman ini.

Atas rahmat dan berkahNya skripsi dengan judul “Hubungan Kepemilikan

Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu Balita dan Kebiasaan Jajan

dengan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan pada Balita Daerah

Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014” dapat disusun dengan baik dan

lancar. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat. Skripsi ini tak bisa lepas dari bantuan banyak pihak dalam

penyusunannya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Ayahanda H. Sudasman, Ibunda Dra. Hj. Siti Nuroniah dan keluarga yang

telah memotivasi baik secara moril maupun materil selama ini.

2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM. M.Kes. Ph.D selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si. selaku pembimbing akademik dan dosen penguji

sidang skripsi.

Page 9: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

viii

5. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM. M.Kes. dan Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM.,

S.Sn.Kes. selaku dosen pembimbing.

6. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D selaku pimpinan sidang skripsi.

7. Ibu Hj. Farihah Sulasiah, SKM. MKM. selaku dosen penguji sidang skripsi.

8. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, MKM, selaku pembina jamaah yang selalu

memberikan masukan dan mutiara hikmah

9. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta dan Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat

10. Dinas Kesehatan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bandung

11. Puskesmas Baleendah dan Kader- Kader Posyandu RW 01, 02, 03, 06, 07, dan

13 Kelurahan Andir.

12. Kementrian Agama yang memberikan kesempatan kuliah dengan Program

Beasiswa Santri Berprestasi

13. Teman-teman seperjuangan Peminatan Kesehatan Lingkungan

14. Teman-teman sepermainan, Ginan, Angger, Ilham, Misyka, Agung, Aziz,

Ucup, Akbar, Mono, Alul, Prima, Randika, Supri, Iqbal, Dani, Fahrur, Fikri,

Arum, Rendy, Kiki, Ari, Onta, Ibnu, Almen, Nizar, Munir, Imam, Rizki,

Abidin, Umar, Tsalis, Arik, Dini, Uun, Ali, dan lainnya

15. Teman saya yang baik hati mau meminjamkan kosannya selama penyusunan

skripsi hingga daftar wisuda, Zaki Izmatullah dan Wahyu Manggala Putra.

16. Seluruh teman-teman Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

yang memberi motivasi dan doa, terutama teman-teman Program Studi

Kesehatan Masyarakat 2010

Page 10: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

ix

17. Seluruh teman-teman IKADAM yang memberikan semangat dan keceriaan.

18. Seluruh temen-teman IMM Cabang Ciputat yang memberikan semangat

bergorganisasi.

19. Seluruh teman-teman BEM FKIK 2012-2013

20. Seluruh teman-teman ACIKITA

21. Seluruh teman-teman PBSB Kementrian Agama

22. Seluruh Kru Majalah Santri, terutama Ibu Pimred Surotul Ilmiyah

23. Seluruh teman-teman CSS MoRA, terutama angkatan 2010

24. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Saran

dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Agustus 2014

Penulis

Page 11: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv

IDENTITAS PERSONAL .................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 7

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 13

1.6 Ruang Lingkup......................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15

2.1 Penyakit Diare ......................................................................................... 15

2.2 Sanitasi ..................................................................................................... 21

2.3 Personal Hygiene (Higiene Perorangan) ..................................................... 37

2.4 Kebiasaan Jajan ........................................................................................ 40

2.5 Sungai ...................................................................................................... 43

2.6 Kerangka Teori ........................................................................................ 44

BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 46

3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 46

3.2 Definisi Operasional ................................................................................ 49

3.3 Hipotesis .................................................................................................. 52

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 54

4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 54

4.2 Waktu dan Tempat ................................................................................... 55

Page 12: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

xi

4.3 Populasi Penelitian ................................................................................... 56

4.4 Sampel Penelitian..................................................................................... 56

4.5 Skema Pengumpulan Data ............................................................................. 61

4.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 62

4.7 Uji Validitas Instrumen Penelitian ............................................................... 63

4.8 Pengolahan Data ...................................................................................... 64

4.9 Analisis Data ............................................................................................ 65

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 69

5.1 Gambaran Karakteristik Sampel Studi ......................................................... 69

5.2 Analisis Univariat .................................................................................... 70

5.3 Analisis Bivariat....................................................................................... 76

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 89

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 89

6.2 Gambaran Riwayat Penyakit Diare pada Balita Daerah Sepanjang Sungai Citarum Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung ....................................................................................... 90

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Riwayat Penyakit Diare pada Balita Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung ............................................... 91

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 112

7.1 Kesimpulan ............................................................................................ 112

7.2 Saran ...................................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 49

Tabel 4.1 Perhitungan Besar Sampel Minimum Penelitian .............................. 57

Tabel 4.2 Pemilihan Sampel di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014............................................................ 60

Tabel 5.1 Distribusi Sarana Air Bersih Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014......................................................................................................... 70

Tabel 5.2 Distribusi Jamban Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ........... 71

Tabel 5.3 Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 .............................................................................. 72

Tabel 5.4 Distribusi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 .............................................................................. 73

Tabel 5.5 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014............................................................ 74

Tabel 5.6 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 .............................................................................. 75

Tabel 5.7 Distribusi Kebiasaan Jajan Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014......................................................................................................... 76

Tabel 5.8 Analisis Hubungan antara Sarana Air Bersih dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ...................... 77

Tabel 5.9 Analisis Hubungan antara Jamban dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ......................................... 79

Tabel 5.10 Analisis Hubungan antara Sarana Pembuangan Air Limbah dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ........... 80

Page 14: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

xiii

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Pengelolaan Sampah dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ...................... 82

Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ............................................................................................. 84

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014......................................................................................................... 86

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 ......................................... 87

Page 15: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ............................................................. 45

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 48

Gambar 4.1 Skema Dasar Studi Case Control .................................................. 54

Gambar 4.2 Peta Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah ............................... 55

Gambar 4.3 Skema Pengumpulan Data ............................................................. 61

Gambar 5.1 Skema Perolehan Sampel .............................................................. 69

Page 16: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare merupakan masalah utama kesehatan masyarakat

dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama di negara

berkembang. Setiap tahun diperkirakan 2,5 milyar kejadian diare terjadi

pada anak-anak berumur bawah lima tahun, lebih dari separuhnya berasal

dari Afrika dan Asia Selatan. Insidennya bervariasi menurut musim dan

umur. Anak-anak adalah kelompok yang rentan terkena diare dengan

insiden tertinggi pada usia bawah 2 tahun dan menurun dengan

bertambahnya usia anak (WHO, 2009; Kosek. et al, 2003)

Diare merupakan penyebab kematian balita nomor dua di dunia

(16%) setelah pneumonia (17%). Kematian pada anak-anak meningkat

sebesar 40% setiap tahun disebabkan oleh diare. Penyakit diare

disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan parasit yang dapat ditularkan

melalui air dan makanan yang terkontaminasi kotoran manusia atau

hewan. Selain itu diare dapat disebabkan oleh sarana air bersih,

penanganan makanan dan kesehatan pribadi (Kemenkes RI, 2011; Pruss.

et al, 2002; WHO, 2009)

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama

kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan

dapat menyerang semua kelompok usia, tetapi penyakit berat dengan

Page 17: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

2

kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Menurut

catatan United Nations Children and Education Fund (UNICEF), setiap

detik satu balita meninggal karena diare dan menurut World Health

Organization (WHO), diare membunuh dua juta anak setiap tahunnya.

Penyakit ini termasuk penyakit menular yang ditandai dengan gejala-

gejala seperti: perubahan bentuk dan kosistensi tinja menjadi lembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari

pada biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari) disertai muntah-muntah,

sehingga penderita akan mengalami kekurangan cairan tubuh (dehidrasi)

yang pada akhirnya apabila tidak mendapat pengobatan segera dapat

menyebabkan kematian (Partawihardja, 1991; Depkes RI, 1999; Depkes

RI, 2005).

Kasus diare yang tercatat Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

sebanyak 3.313 kasus di Puskesmas Baleendah pada tahun 2012. Hal ini

menjadi kasus tebanyak ke 2 setelah Puskesmas Bojongsoang, yaitu

sebanyak 3.701 kasus. Kasus ini terjadi peningkatan yang pada tahun 2011

terdapat 1.479. Lebih dari 2 kali lipat peningkatan kasus diare terjadi di

Puskesmas Baleendah (Dinkes Kabupaten Bandung, 2012; Dinkes

Kabupaten Bandung, 2013).

Tercatat di Puskesmas Baleendah, daerah yang memiliki kasus

diare terbesar adalah Kelurahan Andir sebesar 1.209 kasus. Sekitar 31%

kasus di Puskesmas Baleendah berasal dari Kelurahan Andir (Profil

Puskesmas Baleendah, 2013).

Page 18: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

3

Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk

menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk

pun dilihat dari banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih

yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya

pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air

tanah yang banyak dimanfaatkan penduduk di perkotaan, dan sungai yang

menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil

penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Provinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 % sampel air tanah dari 75

kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas

(Adisasmito, 2007).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Bandung (2012)

persentase jamban sehat pada Puskesmas di Kecamatan Baleendah

memiliki persentase yang cukup rendah. Puskesmas Rancamanyar tercatat

memiliki persentase sebesar 61%. Hal ini masih di bawah persentase

Kabupaten Bandung yang mencapai 70,5%. Hanya satu Puskesmas yang

tercatat melebihi capaian jamban sehat Kabupaten Bandung, yaitu

Puskesmas Jelekong yang mencapai 72%. Begitu pun dengan sarana

tempat pembuangan sampah tercatat kedua Puskesmas memiliki

persentase tempat pembuangan sampah sehat yang di bawah persentase

Kabupaten Bandung sebesar 48,2%. Puskesmas Rancamanyar tercatat

memiliki sarana pembuangan sampah sebesar 44% yang diikuti Puskesmas

Jelekong sebesar 33% (Profil Kesehatan Kabupaten Bandung, 2012).

Banyak faktor risiko penyebab terjadinya penyakit diare pada bayi

dan balita di Indonesia. Faktor risiko tersebut dapat berupa faktor

Page 19: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

4

lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban,

saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan

kondisi rumah. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare

yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,

kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis,

kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak semestinya adalah faktor yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat menjadi faktor pendorong

terjadinya diare, yang terdiri dari faktor agen, penjamu, lingkungan dan

perilaku (Dinkes Kota Pontianak, 2009; Kamila. dkk., 2012)

Daerah-daerah pinggiran yang dekat dengan aliran sungai memang

ditemukan kasus diare yang cukup tinggi. Dari data yang dihimpun di

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru diketahui dari bulan Juni hingga

Agustus 2010 tidak terlihat tren peningkatan atau penurunan yang

siknifikan. Namun diare menjadi penyakit endemik di daerah pnggiran

sungai di Kota Pekanbaru. Hanya saja kasus diare masih sering ditemukan

di daerah pinggiran. Pada bulan Juni 2010 ditemukan kasus diare sebanyak

869 kasus, bulan Juli 2010 sejumlah 679 dan Agustus 2010 sebanyak 725

kasus diare (Dinkes Kota Pekanbaru, 2010).

Hal ini pun sesuai dengan asumsi peneliti terhadap kasus diare di

daerah sepanjang aliran sungai. Peneliti berasumsi bahwa di sepanjang

sungai, masyarakat memiliki pola aktivitas yang tinggi sehingga ada

kemungkinan sarana sanitasi dasar rumah tangga di sepanjang aliran

Page 20: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

5

sungai dapat memiliki pengaruh terhadap pola kepemilikan sarana sanitasi

dasar. Hal ini diasumsikan juga dapat mempengaruhi kepemilikan sarana

sanitasi dasar pada masyarakat Sungai Citarum yang mungkin akan

cenderung menggunakan Sungai Citarum sebagai sarana atau tempat

pemanfaatan dari segi sarana sanitasi dasar. Peneliti berasumsi bahwa

sarana sanitasi dasar, seperti sarana air bersih yang terdapat di sepanjang

aliran sungai dapat memiliki pengaruh dikarenakan serapan aliran sungai

terhadap sarana air bersih yang tidak terlindung. Begitu pun jamban,

saluran pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah yang

diasumsikan bahwa masyarakat akan menggunakan sungai sebagai objek

akhir dari variabel tersebut.

Wardhani (2010) menyebutksn dalam hasil penelitiannya bahwa

erat kaitannya personal hygiene dengan diare sebagai agen pembawa

penyakit.Kebiasaan jajan pun merupakan hal yang erat kaitannya dengan

diare sebagaimana dalam agen pembawa penyakit dalam hal ini makanan

dan tangan host. Sehingga variabel ini perlu dimasukan sebagai faktor

risiko dalam penelitian ini.

Said (1999) menyebutkan bahwa kualitas air dapat berpengaruh

terhadap kesehatan manusia atau masyarakat melalui berbagai cara yakni

melalui adanya mikroorganisme patogen misalnya protozoa, bakteria,

virus dan lain-lainnya, melalui perkembang-biakan vektor penyakit, serta

melalui senyawa polutan organik dan anorganik yang ada dalam air.

Sungai sebagai lingkungan akan berdampak secara langsung maupun tidak

Page 21: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

6

langsung terhadap kejadian diare. Sungai pun merupakan salah satu

sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sungai. Hal ini

berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti nanti. Sungai pun

dapat menjadi sumber infeksi berbagai penyakit terhadap manusia.

Sehingga variabel yang menghubungkan sungai dengan infeksi diare pada

balita diasumsikan oleh peneliti berupa sarana sanitasi dasar, personal

hygiene dan kebiasaan jajan.

Oleh karena itu, perlu penelitian tentang pengaruh kepemilikan

sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu balita dan kebiasaan jajan

terhadap riwayat penyakit diare pada balita sekitar Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

1.2. Perumusan Masalah

Diare merupakan penyakit ke 2 terbanyak menurut pola penyakit

rawat jalan di Puskesmas golongan umur <1-4 tahun di Kabupaten

Bandung. Kasus diare di Puskesmas Baleendah pun tertinggi ke 2 di

Kabupaten Bandung setelah Puskesmas Bojongsoang pada tahun 2012.

Selain itu kasus diare di Puskesmas Baleendah mengalami peningkatan

mencapai lebih dari 2 kali lipat dari tahun 2011.

Beberapa aspek kepemilikan sanitasi dasar di Kecamatan

Baleendah masih rendah dan masih di bawah persentase Kabupaten

Bandung. Persentase jamban sehat pada Puskesmas di Kecamatan

Baleendah memiliki persentase yang cukup rendah. Puskesmas

Page 22: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

7

Rancamanyar tercatat memiliki persentase sebesar 61%. Hal ini masih di

bawah persentase Kabupaten Bandung yang mencapai 70,5%. Hanya satu

Puskesmas yang tercatat melebihi capaian jamban sehat Kabupaten

Bandung, yaitu Puskesmas Jelekong yang mencapai 72%. Begitu pun

dengan sarana tempat pembuangan sampah tercatat kedua Puskesmas

memiliki persentase tempat pembuangan sampah sehat yang di bawah

persentase Kabupaten Bandung sebesar 48,2%. Puskesmas Rancamanyar

tercatat memiliki sarana pembuangan sampah sebesar 44% yang diikuti

Puskesmas Jelekong sebesar 33%.

Berdasarkan permasalahan tersebut perlunya analisis akan

pengaruh kepemilikan sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu balita

dan kebiasaan jajan terhadap riwayat penyakit diare pada balita di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Analisis ini

mencari bagaimana hubungan antar variabel yang menjadi permasalahan

di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupeten Bandung.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran sarana air bersih rumah tangga pada balita

daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014?

2. Bagaimana gambaran jamban rumah tangga pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014?

Page 23: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

8

3. Bagaimana gambaran saluran pembuangan air limbah rumah

tangga pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun

2014?

4. Bagaimana gambaran pengelolaan sampah rumah tangga pada

balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran kebiasaan mencuci tangan setelah buang air

besar ibu balita pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum

di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

tahun 2014?

6. Bagaimana gambaran kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

ibu balita pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun

2014?

7. Bagaimana gambaran kebiasaan jajan pada balita daerah sepanjang

aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014?

8. Seberapa besar risiko faktor sarana air bersih rumah tangga

terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014?

Page 24: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

9

9. Seberapa besar risiko faktor jamban rumah tangga terhadap riwayat

penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum

di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

tahun 2014?

10. Seberapa besar risiko faktor saluran pembuangan air limbah rumah

tangga terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014?

11. Seberapa besar risiko faktor pengelolaan sampah rumah tangga

terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014?

12. Seberapa besar risiko faktor kebiasaan cuci tangan setelah buang

air besar ibu balita terhadap riwayat penyakit diare pada balita

daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014?

13. Seberapa besar risiko faktor kebiasaan cuci tangan sebelum makan

ibu balita terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014?

14. Seberapa besar risiko faktor kebiasaan jajan dengan riwayat

penyakit diare terhadap balita daerah sepanjang aliran Sungai

Page 25: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

10

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung tahun 2014?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar risiko

faktor kepemilikan sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu

balita dan kebiasaan jajan terhadap riwayat penyakit diare pada

balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran sarana air bersih rumah tangga pada

balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun

2014

2. Diketahuinya gambaran jamban rumah tangga pada balita

daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

3. Diketahuinya gambaran saluran pembuangan air limbah

rumah tangga pada balita daerah sepanjang aliran Sungai

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014

4. Diketahuinya gambaran pengelolaan sampah rumah tangga

pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Page 26: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

11

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

tahun 2014

5. Diketahuinya gambaran kebiasaan mencuci tangan setelah

buang air besar ibu balita pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014

6. Diketahuinya gambaran kebiasaan mencuci tangan sebelum

makan ibu balita pada balita daerah sepanjang aliran Sungai

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014

7. Diketahuinya gambaran kebiasaan jajan pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

8. Diketahuinya besar risiko faktor sarana air bersih rumah

tangga terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

9. Diketahuinya besar risiko faktor jamban rumah tangga

terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang

aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

10. Diketahuinya besar risiko faktor saluran pembuangan air

limbah rumah tangga terhadap riwayat penyakit diare pada

Page 27: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

12

balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun

2014

11. Diketahuinya besar risiko faktor pengelolaan sampah rumah

tangga terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

12. Diketahuinya besar risiko faktor kebiasaan cuci tangan

setelah buang air besar ibu balita terhadap riwayat penyakit

diare pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

tahun 2014

13. Diketahuinya besar risiko faktor kebiasaan cuci tangan

sebelum makan ibu balita terhadap riwayat penyakit diare

pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

tahun 2014

14. Diketahuinya besar risiko faktor kebiasaan jajan terhadap

riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014

Page 28: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

13

1.5. Manfaat Penelitian

1. Pemerintah Kabupaten Bandung

Sebagai dasar dalam pemantauan dan pemenuhan

kepemilikan sarana sanitasi dasar, personal hygiene dan kebiasaan

jajan di daerah daerah sepanjang aliran Sungai Citarum, Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah .

2. Puskesmas

Sebagai bahan penilaian akan gambaran seberapa besar risiko

faktor kepemilikan sanitasi dasar dan personal hygiene terhadap

risiko penyakit diare. Selain itu Puskesmas dapat memberikan

informasi tentang perbaikan dan kepedulian akan kepemilikan sarana

sanitasi dasar, personal hygiene dan kebiasaan jajan kepada

masyarakat.

3. Peneliti

Sebagai dasar pengembangan dan pemahaman yang lebih

baik terkait dengan sanitasi dasar, personal hygiene dan kebiasaan

jajan yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar risiko

faktor kepemilikan sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu balita dan

kebiasaan jajan terhadap riwayat penyakit diare pada balita. Waktu

Page 29: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

14

penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung. Metode penelitian menggunakan metode analisis

kuantitatif dengan sumber data sekunder dari Puskesmas Baleendah dan

data primer dari responden dengan desain studi case control, yaitu

dilakukan studi retrospektif dimulai variabel dependen (riwayat penyakit

diare) dan selanjutnya mencari faktor-faktor risiko atau variabel

independen (sarana sanitasi dasar, personal hygiene dan kebiasaan jajan)

yang mempengaruhi variabel dependen. Studi ini meneliti faktor-faktor

risiko pada riwayat penyakit diare dengan mambandingkan antara kasus

dan kontrol pada populasi penelitian yaitu balita.

Page 30: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Diare

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare

adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih

dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang

berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama

pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-

3 episode diare berat (Simatupang, 2004)

Diare adalah kondisi ketika terjadi defekasi yang abnormal (lebih

dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram per

hari) dan konsistensi feses cair (Sardjana, 2007)

2.1.1. Jenis Diare

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14

hari.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah.

Page 31: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

16

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari

14 hari.

4. Diare yang disertai dengan malnutrisi berat (Simatupang,

2004).

Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi

menjadi akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika

berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih

dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen

penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan

nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan,

intoksikasi, iskemia dan kondisi lain. Berbeda dengan diare akut,

penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non

infeksi seperti alergi dan lain-lain.

2.1.2. Etiologi Diare

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor

infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan

faktor psikologi. Sedangkan menurut Widoyono (2008) penyebab

diare dapat dikelompokkan menjadi virus (rotavirus dan

adenovirus), bakteri (E. Coli, Shigella sp.,Vibrio cholerae), parasit

(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia), keracunan makanan,

malabsorpsi (karbohidrat, lemak dan protein), alergi (makanan dan

susu sapi) dan imunodefisiensi (AIDS).

Page 32: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

17

1. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab

utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya

menyerang antara lain:

a. Infeksi oleh bakteri Escherichia coli, Salmonella

thyposa, Vibrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain

yang jumlahnya berlebihan dan patogenik seperti

pseudomonas.

b. Infeksi basil (disentri),

c. Infeksi virus rotavirus,

d. Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),

e. Infeksi jamur (Candida albicans)

f. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis,

dan radang tenggorokan.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan diare karena faktor

infeksi misalnya ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan

jamban, dan kebiasaan tidak mencuci tangan.

1. Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang digunakan untuk minum

merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah

Page 33: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

18

pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian

kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke

dalam mulut, cairan atau bendayang tercemar oleh tinja,

misalnya air minum, jari-jari tangan makanan, dan makanan

yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang

tercemar (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu

diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah :

a. Mengambil air dari sumber air yang bersih.

b. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat

yang bersih dan tertutup serta menggunakan gayung

khusus untuk mengambil air.

c. Memelihara atau menjaga sumber air dari

pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber

pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan

sumber pengotoran seperti septic tank, tempat

pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari

10 meter.

d. Mengunakan air yang direbus.

Page 34: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

19

e. Mencuci semua peralatan masak dan makan

dengan air yang bersih dan cukup

2. Ketersediaan Jamban Keluarga

Ketersediaan jamban atau pembuangan tinja

merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.

Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya

melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut

Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang

memenuhi aturan kesehatan adalah :

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya

b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

c. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya

d. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat

dipakai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan

vector penyakit lainnya

e. Tidak menimbulkan bau

f. Pembuatannya murah, penggunaanya mudah dan

mudah dipelihara.

Page 35: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

20

3. Kebiasaan Mencuci Tangan

Beberapa perilaku yang tidak sehat dalam keluarga

adalah kebiasaan tidak mencuci tangan. Mencuci tangan

yang baik sebaiknya menggunakan sabun sebagai

desifektan atau pembersih kuman yang melekat pada

tangan, kebiasaan mencuci tangan dapat dilakukan pada

saat sesudah membuang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyuapi makanan pada anak, dan sesudah

makan mempunyai dampak terhadap diare. Kemudian

kebiasaan membuang tinja juga dapat beresiko terhadap

diare misalnya membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus

dilakukan secara bersih dan benar. Banyak orang yang

beranggapan bahwa tinja pada bayi tidaklah berbahaya,

padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri

dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan diare

pada anak (Widjaja, 2002).

2. Faktor malabsorpsi

Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi

karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi

kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat

menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi

Page 36: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

21

lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut

triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase,

mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika

tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat

muncul karena lemak tidak terserap dengan baik (Widjaja, 2002).

3. Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang

tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran)

dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih

mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita (Widjaja, 2002).

4. Faktor psikologis

Rasa takut , cemas, dan tegang yang berlebihan, jika terjadi

pada anak bisa menyebabkan diare. Tetapi jarang terjadi pada balita

umumnya pada anak yang lebih besar (Widjaja, 2002).

2.2. Sanitasi

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sanitasi adalah status

kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan

kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Depdiknas (2009)

menjelaskan pengertian sanitasi adalah kegiatan yang ditujukan untuk

meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang

mendasar yang dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi

Page 37: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

22

tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan

limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien; perlindungan

makanan dari kontamasi biologis dan kimia; udara yang bersih dan aman;

dan rumah yang bersih dan aman.

2.2.1. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar merupakan salah satu persyaratan dalam

rumah sehat. Sarana sanitasi dasar berkaitan langsung dengan

masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan lingkungan.

Sarana sanitasi dasar menurut Depkes (2002), yaitu meliputi

penyediaan sarana air bersih, jamban, pembuangan air limbah dan

pengelolaan sampah rumah tangga.

1. Sarana Air Bersih

Air merupakan unsur yang paling penting dalam

kehidupan ini setelah udara. Air merupakan salah satu

kebutuhan pokok yang mutlak dibutuhkan bagi kehidupan

manusia sepanjang masa baik langsung maupun tidak

langsung. Sejalan dengan waktu dan kemajuan peradaban,

kebutuhan akan air semakin hari.

Menurut Permenkes 416 tahun 1990 definisi air

bersih adalah air yang digunakan untu keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah direbus terlebih dahulu.

Page 38: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

23

Sarana air bersih adalah sarana yang dapat

menghasilkan air bersih seperti sumur gali (SG), sumur

pompa tangan (SPT), penempungan air hujan (PAH),

perlindungan mata air (PMA), sistem perpipaan (PP) dan

terminal air (TA). Sumur gali merupakan sarana air bersih

dengan cara mengambil air dari lapisan tanah dengan

kedalaman tertentu. Sumur gali banyak didapat dan

diterapkan di daerah pedesaan karena mudah dalam

pembuatan dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat itu

sendiri dengan peralatan sederhana dan biaya yang murah

(Sanropie. dkk., 1984). Biasanya air sumur gali relatif dekat

dengan tanah permukaan. Oleh karena itu sumur gali

mudah terkontaminasi melalui rembesan. Kontaminasi

paling umum adalah karena penapisan air dari sarana

pembuangan kotoran manusia dan binatang (Depkes, 1995).

Sarana air bersih yang dibuat memenuhi syarat konstruksi

dan kesehatan, diharapkan kontaminasi dapat dikurangi dan

kualitas air yang dihasilkannya baik.

Sarana air bersih adalah semua sarana yang

dipakai sebagai sumber air bersih bagi penghuni rumah

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

sehingga perlu diperhatikan dalam pendirian sarana air

bersih. Apabila sarana air bersih dibuat memenuhi syarat

Page 39: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

24

teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran

terhadap air bersih, maka kualitas air yang diperoleh

menjadi baik.

Persyaratan kesehatan sarana air bersih sebagai

berikut:

1. Sumur Gali (SGL)

a. Jarak sumur gali dari sumber pencemar

minimal 11 meter

b. Lantai harus kedap air

c. Tidak retak atau bocor

d. Mudah dibersihkan

e. Tidak tergenang air

f. Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari

lantai, dibuat dari bahan yang kuat dan

kedap air

g. Dibuat tutup yang mudah dibuat

h. Lantai sekitar sumur dibuat dengan jarak

minimal 1 meter dari dinding sumur,

dengan kemiringan yang cukup untuk

memudahkan air mengalir keluar, dan

dibuat kedap air untuk mencegah

merembesnya air kotor

Page 40: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

25

i. Dinding sumur dibuat kedap air, dengan

kedalaman minimal 3 meter di bawah

permukaan tanah

j. Terdapat saluran pembuangan air kotor

(SPAL)

2. Sumur Pompa Tangan (SPT)

a. Sumur pompa berjarak minimal 11 meter

dari sumber pencemar

b. Dinding sumur harus kedap air setinggi 70

sentimeter di atas permukaan tanah atau

permukaan air banjir

c. Lantai tidak retak atau bocor

d. SPT harus kedap air

e. Panjang SPT dengan sumur resapan

minimal 11 meter

f. Dudukan pompa harus kuat

g. Lantai sumur dibuat minimal 1 meter dari

dinding sumur dengan ketinggian 20

sentimeter di atas permukaan tanah

h. Saluran pembuangan harus ada untuk

mengalirkan air limbah ke bak peresapan

i. Kedalaman sumur cukup untuk mencapai

lapisan tanah yang mengandung air;

Page 41: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

26

j. Dinding sumur dibuat yang kuat agar tanah

tidak longsor

3. Penampungan Air Hujan (PAH)

a. Talang air yang masuk ke bak PAH

harus dipindahkan atau dialihkan agar air

hujan pada 5 menit pertama tidak masuk ke

dalam bak

b. Lokasi jauh dari sumber pencemar

c. Talang / saluran air tidak kotor dan dapat

mengalirkan air

d. Dinding penampung air hujan harus kuat

dan tidak bocor

e. Bak saringan terbuat dari bahan yang kuat

dan rapat nyamuk serta dilengkapi kerikil,

ijuk, dan pasir

f. Pipa peluap dipasang kawat kasa rapat

nyamuk dan tidak menghadap ke atas

g. Kran air tidak rusak

h. Bak resapan terdapat batu, pasir, dan bersih

i. Sebelum digunakan, air hujan harus

ditambah dengan kapur (CaCO3), dengan

tujuan untuk mencukupi garam mineral

yang diperlukan tubuh dan untuk

Page 42: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

27

mengurangi kandungan CO2 yang terlarut

dalam air hujan (Machfoedz, 2004)

4. Perlindungan Mata Air (PMA)

a. Sumber air harus pada mata air, bukan

pada saluran air yang berasal dari mata air

tersebut yang kemungkinan tercemar

b. Lokasi harus berjarak minimal 11 meter

dari sumber pencemar

c. Atap dan bangunan rapat air serta di

sekeliling bangunan dibuat saluarn air

hujan yang arahnya keluar bangunan,

pipa peluap dilengkapi dengan kawat kaca

d. Lubang kontrol pada bak penampungan

dipasang tutup dan terbuat dari bahan yang

kuat

e. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

dengan kemiringan mengarah pada pipa

penguras

f. Terdapat pagar pengaman yang kuat dan

tahan lama

g. Terdapat saluran pembuangan air limbah

yang kedap air

Page 43: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

28

5. Perpipaan

a. Pipa yang digunakan harus kuat tidak

mudah pecah

b. Jaringan pipa tidak boleh terendam air

kotor

c. Pemasangan pipa tidak boleh terendam air

kotor atau air sungai

d. Bak penampung harus kedap air dan tidak

dapat tercemar oleh kontaminan

e. Bak pengambilan air dari sarana perpipaan

harus melalui kran

f. Pipa distribusi yang dipakai harus terbuat

dari bahan yang tidak mengandung atau

melarutkan bahan kimia

g. Sebelum disalurkan ke konsumen, sumber

air utama yang digunakan harus diolah

dulu dengan metode yang tepat (Waluyo,

2009; Mahfoedz, 2004; Depkes RI, 1995)

2. Jamban

Jamban adalah salah satu ruangan yang memiliki

fasilitas pembuangan kotoran manusia sederhana yang

terdiri dari tempat jongkok dengan leher angsa yang

dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

Page 44: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

29

membersihkan. Sedangkan kotoran manusia (tinja, air seni)

adalah zat sisa yang terbentuk dari proses pencernaan

makanan yang dapat menjadi sumber dan media penularan

penyakit. Kesehatan lingkungan memperhatikan hal-hal

seperti tinja dan air seni karena memilkik karakteristik yang

khas dalam penyebab timbulnya penyakit.

Jamban sebagai pembuangan kotoran manusia

sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan risiko

penularan penyakit, khususnya penyakit saluran

pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran

manusia dibedakan atas 4 jenis sarana, yaitu kakus leher

angsa, plengsengan, kakus cemplung dan cubluk (Depkes

RI, 2000)

Pembuangan kotoran merupakan salah satu faktor

yang memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Pembuangan

kotoran ini merupakan salah satu faktor lingkungan untuk

memenuhi derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

(Mubarak dan Chayatin, 2009)

1. Jenis Sarana Jamban

Jenis jamban yang digunakan menunjukkan

apakah tempat pembuangan kotoran tersebut memenuhi

syarat atau tidak dilihat dari kemungkinan mencemari

Page 45: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

30

lingkungan sekitarnya seperti sumber air dan permukaan

tanah serta kemungkinan digunakan sebagai tempat

vektor berkembang biak dan penyebaran kuman yang

berasal dari tinja. Pada jenis jamban bukan jenis kakus

leher angsa seperti kakus cemplung, kali, kolam dan

sungai kemungkinan terjamahnya kotoran oleh serangga

atau vektor lain lebih besar dibandingkan dengan jenis

kakus leher angsa sehingga meningkatkan risiko

terhadap penularan penyakit serta kemungkinan

terjadinya kontaminasi tinja pada sumber air.

Ada beberapa jenis jamban menurut Wagner dan

Lanoix (1958), yaitu:

1. Kakus cemplung (pit privy)

Kakus dengan cara paling sederhana, yaitu

dengan cara membuat lubang atau menggali tanah

kemudia dibat tempat jongkok. Biasanya

digunakan di daerah sulit air.

2. Cubluk berair (aqua privy)

Cubluk berair ini adalah seperti kakus

cemplung namun memiliki konstruksi yang kedap

air sehingga dibangun di dekat rumah. Jamban ini

memerlukan banyak air dalam pemeliharaan.

Page 46: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

31

3. Angsa latrine (water seraled latrine)

Bentuk kakus yang dimodifikasi klosetnya,

yaitu berbentuk leher angsa yang selalu terisi air.

Fungsi air adalah sebagai penutup hubungan antara

bagian luar dengan tempat penampung tinja

sehingga dapat menghambat bau tinja keluar atau

serangga masuk ke dalam penampungan tinja.

Jamban ini memerlukan banyak air.

4. Kakus plengsengan (trench latrine)

Kakus plengsengan adalah kakus dengan

lubang penampung yang dihubungkan dengan

saluran miring.

5. Jamban cemplung (overhung latrine)

Kakus yang dibuat di atas kolam atau di

pinggiran kali dengan bangunan seperti rumah non

permanen. Kakus ini tidak memenuhi syarat

kesehatan karena dapat mencemari air kolam atau

air sungai.

6. Tangki septik (septic tank)

Model jamban iini terdiri dari tempat

jongkok dan dilengkapi tangki septik. Fungsi

Page 47: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

32

umum dari tangki septik ini adalah melindungi

kemampuan absorbsi dari tanah resapan.

Sedangkan fungsi khususnya adalah sebagai

pengambilan bahan padat, pengolahan biologis,

penyimpanan sludge dan scum (Kusnoputranto,

1997). Jamban ini memenuhi syarat kesehatan

tetapi memerlukan temat yang cukup luas.

7. Kakus ember (bucket latrine)

Kakus ember adalah kakus berbentuk

ember yang merupakan tempat menampung

kotoran manusia dan setelah selesai kotorannya

dibuang ke tempat pembuangan.

8. Jamban kimia (chemical toilet)

Jamban kima adalah tempat pembuangan

atau penampungan kotoran manusia yang berupa

tangki atau bejana yang berisi larutan kimia yang

berfungsi untuk pengenceran atau penghancuran

sekaligus disinfeksi.

9. Jamban kompos (the compos privy)

Jamban kompos adalah tempat pembuangan

kotoran manusia sekaligus memproses menjadi

Page 48: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

33

kompos. Biasanya banyak di negara-negara sedang

berkembang karena tidak memerlukan tekonologi

dan biaya yang cukup tinggi. Hal ini perlu

mendapat perhatian adalah kehidupan

mikroorganisme atau patogen.

Pembuangan kotoran di sembarang tempat akan

berdampak negatif pada kesehatan manusia yang hidup di

sekitarnya karena kotoran tersebut menjadi sumber

penyakit yang dapat ditularkan melalui serangga, lalat dan

kecoa secara mekanis. Penularan melalui air, tanah dan

akanan dapat secara tidak langsung atau melalui kontak

langsung.

Hal tersebut senada dengan pendapat Kusnoputranto

(1984) bahwa kotoran manusia yang berbentuk padat (tinja)

maupun cair (air kemih) harus dikelola dengan baik dan

benar. Kotoran tidak hanya menimbulkan bau dari segi

estetika namun tidak baik pula dari segi virus, bakteri, kista

protozoa, telur cacing dan mikroorganisme patogen lainnya

yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan

penyakit pada individu lain.

Page 49: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

34

3. Pembuangan Air Limbah

Air limbah menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82

Tahun 2001 adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan

yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah

tangga (domestic waste) maupun (industrial waste). Air

limbah rumah tangga terdiri atas tiga faktor penting, yaitu :

1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba

patogen

2. Air seni (urine), umumnya mengandung mikroba

nitrogen, posfor dan sedikit mikroorganisme

3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur,

mesin cuci dan kamar mandi

Air limbah industri umunya dihasilkan akibat adanya

pemakaian air dalam proses industri. Pada industri, air

memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas

yang terjadi dari proses industri

2. Mentransportasikan produk atau bahan baku

3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler

pada pabrik minuman dan sebagainya

4. Mencuci dan membuat produk atau gedung serta

instalasi (Mubarak dan Chayatin, 2009).

Page 50: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

35

Selain itu menurut Kusnoputranto (2000) air limbah

atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal

dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum

lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau

zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia

serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain

mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan

dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman

perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama

dengan tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin

ada.

Batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia,

baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti

industri, perhotelan dan sebagainya. Air sisa ini memiliki

volume yang besar dan kurang lebih 80% dari air yang

digunakan dibuang dan tercemar. Air limbah ini akan

mengalir ke sungai dan laut yang selanjutnya akan

digunakan kembali. Oleh sebab itu, air buangan ini harus

dikelola dan diolah dengan baik.

Page 51: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

36

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sampah (wastes) diartikan sebagai benda yang tidak

terpakai, tidak diinginkan dan dibuang atau sesuatu yang

tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia ,

serta tidak terjadi dengan sendirinya (Mubarak dan

Chayatin, 2009).

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang

berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan;

penyimpanan (sementara, pengumpulan, pemindahan atau

pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah)

dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip

terbaik dari kesehatan masyarakat seperti teknik

(engineering), perlindungan alam (conservation),

keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya, serta

mempertimbangkan sikap masyarakat. Pengelolaan sampah

pada saat ini merupakan masalah yang kompleks, karena

semakin banyaknya sampah yang dihasilkan, beraneka

ragam komposisinya, makin berkembangnya kota,

terbatasnya dana yang tersedia dna masalah lainnya yang

berkaitan (Mubarak dan Chayatin, 2009).

Page 52: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

37

Tahap pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan

dan penyimpanan; pengangkutan; pengelolaan dan

pemusnahan; pembakaran; dan dijadikan pupuk. Adapun

metode yang tidak memuaskan adalah dengan cara

pembuangan sampah secara terbuka (open dumping);

pembuangan sampah ke dalam air (dumping in water) dan

pembakaran yang dilakukan di rumah tangga (burning on

premises/ individual incineration) (Mubarak dan Chayatin,

2009).

2.3. Personal Hygiene (Higiene Perorangan)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), higiene

diartikan sebagai ilmu yg berkenaan dengan masalah kesehatan dan

berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan.

Personal hygiene berasal dari Bahasa Yunani yaitu personal artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Higiene perorangan adalah

tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2006).

Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat.

Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain kebiasaan

mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci

tangan dengan sabun sebelum makan (Depkes RI, 2006).

Page 53: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

38

2.3.1. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air

Besar

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat

memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feses atau

sumber lain ke makanan. Oleh karenanya kebersihan tangan

dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi,

walaupun hal tersebut sering disepelekan (Fathonah, 2005).

Kegiatan mencuci tangan sangat penting untuk bayi,

anak-anak, penyaji makanan di restoran, atau warung serta orang-

orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak

dengan feses, urine atau dubur sesudah buang air besar (BAB)

maka harus dicuci pakai sabun dan kalau dapat disikat (Depkes RI,

2007). Pencucian dengan sabun sebagai pembersih, penggosokkan

dan pembilasan dengan air mengalir akan menghanyutkan

partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme

(Fathonah, 2005).

2.3.2. Kebiasaaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang.

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan harus dibiasakan.

Pada umumnya ada keengganan untuk mencuci tangan sebelum

mengerjakan sesuatu karena dirasakan memakan waktu, apalagi

letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat

Page 54: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

39

membantu dalam mencegah penularan bakteri dari tangan kepada

makanan (Depkes RI,2006).

Budaya cuci tangan yang benar adalah kegiatan terpenting.

Setiap tangan yang dipergunakan untuk memegang makanan, maka

tangan harus sudah bersih. Tangan perlu dicuci karena ribuan

jasad renik, baik flora normal maupun cemaran, menempel

ditempat tersebut dan mudah sekali berpindah ke makanan

yang tersentuh. Pencucian dengan benar telah terbukti berhasil

mereduksi angka kejadian kontaminasi dan KLB (Arisman, 2008).

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:

1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun.

Tidak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih

disarankan sabun yang berbentuk cairan.

2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.

3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan,

sela-sela jari dan kuku.

4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.

6. Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan

keran air (Proverawati dan Eni, 2012).

Page 55: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

40

2.4. Kebiasaan Jajan

Makanan jajanan menurut FAO (Food and Agriculture

Association) didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang

dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat

- tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi

tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Judarwanto, 2008).

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah

makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat

penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual

bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran,

dan hotel.

Jajan difahami sebagai bagian dari makanan dalam rangkaian

makanan harian. Jajan merupakan makanan selingan dalam memenuhi

kebutuhan gizi harian seseorang. Jajanan berfungsi untuk mengatasi krisis

energi atau kelaparan diantara waktu makan. Maka jajanan disajikan

sebagai midmorning snack (09.00-10.00) dan midafternoon snack (16.00-

17.00). Konsumsi jajanan juga membantu memastikan asupan air

terpenuhi. Setelah mengkonsumsi makanan kecil muncul rasa haus. Hal

ini lebih terasa jika jajanan yang dikonsumsi berupa jajanan kering

(Kristianto, 2010).

Page 56: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

41

Pangan jajanan adalah makanan atau minuman yang

dipersiapkan dengan teknologi yang sangat sederhana, dimana

seringkali faktor higiene atau kebersihan kurang diperhatikan, baik

kebersihan bahan yang digunakan, peralatan yang dipakai maupun

kebersihan lingkungannya. Selain itu, karena tingkat pendidikan

pedagang yang relatif rendah dan ketidaktahuannya, mengakibatkan

mereka seringkali menggunakan bahan-bahan tambahan makanan

seperti pemanis, pewarna, pengawet, dan lain-lain, yang sebenarnya

tidak diijinkan untuk bahan-bahan tersebut dapat lebih murah

(Fardiaz & Fardiaz 1994).

Pangan jajanan menurut Nuraida et al (2009) dapat

dikelompokkan sebagai makanan sepinggan, makanan camilan, minuman

dan buah. Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama

yang dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di

kantin. Contoh makanan sepinggan seperti gado-gado, nasi uduk,

siomay, bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain.

2.4.1. Jenis Jajanan

Berdasarkan jenis produsennya, jajanan dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu jajanan tradisional dan pabrikan. Jajanan tradisional

dibuat di tingkat rumah tangga dengan teknik pengolahan yang lazim

digunakan sehari-hari. Peredaran makanan jajanan jenis ini di Indonesia

tidak dipersyaratkan menggunakan merk dagang dan ijin edar. Termasuk

Page 57: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

42

dalam kelompok ini adalah cilok, bakso, pisang goreng, siomay, pangsit,

batagor, nagasari, dan lumpur. Jajanan pabrikan diproduksi oleh pabrik

makanan dalam jumlah besar dan diedarkan secara luas. Ciri jajanan jenis

ini adalah penggunaan kemasan kedap dan label (Kristianto, 2010).

Jajanan yang baik dapat dilihat dari persyaratan-persyaratan, yaitu:

1. Tempat membeli yang baik

2. Suhu penyimpanan yang tepat

3. Eliminasi dari pencemaran baik dari bahan makanan lain,

orang (penjual sendiri maupun pembeli), dan lingkungan

sekitar (asap, debu, serangga).

4. Aspek bentuk, warna, bau keadaan makanan layak atau

normal sesuai seharusnya.

5. Tidak terdapat penyimpangan dari kondisi seharusnya

mengindikasikan keadaan tidak layak

6. Jajanan berwarna, baik makanan atau minuman, yang tidak

terlalu menyolok atau terkesan wajar sebagai warna

makanan. Pigmen warna makanan menjadi pudar karena

proses pengolahan.

Waspada terhadap jus tomat, strawbery atau jus anggur yang

berwarna merah berpendar. Makanan berkadar air tinggi atau bersifat basa

lemah disukai oleh mikroorganisme pembusuk atau patogen. Jajanan

jenis tersebut harus dipilih dengan ekstra hati-hati. Jajanan memiliki

Page 58: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

43

peran penting dalam memberikan kontribusi terhadap kebutuhan gizi

sehari-hari. Konsumsi jajanan yang benar baik dari aspek jumlah maupun

jenis akan membantu seseorang tetap berenergi sepanjang hari. Jajanan

yang bermutu harus dipilih dengan cara yang benar (Kristianto, 2010).

2.5. Sungai

Sungai menurut Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011

adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan

pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai

muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.

Pengertian lain menyebutkan sungai adalah bagian dari

permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air

mengalir (Syarifuddin dkk, 2000)

Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka

apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun

pengamanannya. Misalnya dengan tercemarnya air oleh zat-zat

kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga

merusak lingkungan.(Subagyo, 1999)

Sedangkan wilayah sungai menurut Peraturan Pemerintah

No. 38 tahun 2011 adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber

daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-

pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 KM2

(dua ribu kilo meter persegi).

Page 59: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

44

Berdasarkan Wicaksono. Dkk (2013) tingkat pencemaran

air pembuangan limbah cair meningkat dilihat dari semakin dekat

jaraknya. Pencemaran ini dikaji mulai dari jarak 0 meter hingga

1.500 dari lokasi sumber cemaran. Indeks pencemaran air

mengalami peningkatan di jarak tersebut dan termasuk dalam

kategori cemaran ringan.

3.1. Kerangka Teori

Kerangka teori disusun dengan memakai konsep segitiga

epidemiologi (host, agent, dan environment). Kerangka teori ini disusun

berdasarkan teori-teori tentang faktor risiko terjadinya diare. Berikut

seperti yang telah digambarkan dalam gambar 2.1 merupakan bentuk

kerangka teori hasil modifikasi dari berbagai sumber.

Page 60: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

45

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Widjaja (2002), Mubarak dan Chayatin (2009), Kusnoputranto

(2000), Fathonah (2005), Depkes RI (2006), Depkes RI (2002), Anies (2006)

dan Fardiaz dan Fardiaz (1994)

Infeksi

Bakteri, Virus, Parasit dan Jamur

Sarana Sanitasi Dasar

Sarana air bersih, jamban, saluran pembuangan air

limbah dan pengelolaan sampah

rumah tangga

Personal Hygiene

Kebiasaan mencuci tangan setelah

buang air besar dan kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan

Penyakit Diare

Makanan

Psikologi

Malabsorpsi

Tanah Tangan Air

Kebiasaan Jajan

Page 61: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

46

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori hasil modifikasi peneliti dari berbagai

sumber dalam tinjauan pustaka mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi riwayat penyakit diare maka dibentuk suatu kerangka

konsep. Kerangka konsep ini memuat variabel independen sebagai

variabel bebas yang diasumsikan menjadi faktor risiko variabel dependen

sebagai variabel terikat.

Gambar 3.1 menujukkan bahwa variabel independen yang akan

diteliti berupa variabel sanitasi dasar, personal hygiene ibu balita dan

kebiasaan jajan menjadi variabel independen dalam penelitian ini.

Variabel yang dinilai dalam faktor sanitasi dasar berupa sarana air bersih,

jamban, saluran pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah rumah

tangga. Sedangkan variabel personal hygiene ibu balita yang dinilai

adalah kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar, kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan.

Beberapa variabel seperti psikologi, malabsorpsi, makanan dan

infeksi dalam kerangka teori tidak dijadikan variabel yang akan diteliti.

Variabel psikologi tak diteliti karena peneliti tak meneliti faktor psikis

pada balita dan tak secara spesifik diidentifikasi diare akibat psikologi.

Begitupun faktor malabsoprsi dan makanan tak diteliti karena fokus

Page 62: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

47

peneliti ada pada ruang lingkup kesehatan lingkungan sedangkan

malabsorpsi dan makanan lebih berfokus dalam studi gizi. Slain itu,

faktor gizi tak dijadikan hal-hal yang ditanyakan dalam penelitian ini.

Sedangkan faktor infeksi tak diteliti karena perlu dilakukan pengujian

laboratorium yang membutuhkan dana yang besar dengan sampel yang

relatif besar serta keterbatasan peneliti dalam jarak antara lokasi

penelitian dengan laboratorium uji terdekat. Faktor risiko berupa air,

tanah dan tangan pun tak dijadikan variabel independen dalam penelitian

ini karena berkaitan langsung dengan kualitas fisik, bilogi dan kimia dari

air, tanah dan tangan. Hal ini tak dimasukan menjadi variabel independen

karena perlu penelitian yang menggunakan laboratorium dan perlu dana

yang besar karena jumlah yang besar pula.

Selain itu karena keterbatasan dan minat peneliti dalam meneliti

maka peneliti fokus terhadap variabel sanitasi dasar yang tertera dalam

Depkes (2010) berupa jamban, sarana pembuangan air limbah dan

pengelolaan sampah; personal hygiene ibu balita ; kebiasaan jajan; dan

karaktersitik individu yang diasumsikan peneliti menjadi jalur pemajanan

penularan agen infeksi kepada balita.

Page 63: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

48

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sarana Sanitasi Dasar

1. Sarana Air Bersih 2. Jamban 3. Saluran Pembuangan Air Limbah 4. Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga

Personal Hygiene Ibu Balita

5. Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar

6. Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan

Riwayat Penyakit Diare

7. Kebiasaan Jajan

Page 64: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

49

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

No. Nama Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran

Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen

1.

Riwayat penyakit diare

Kasus Kontrol

Responden memiliki balita (12-60 bulan) dengan riwayat penyakit diare tercatat di register Puskesmas selama Januari 2014-Mei 2014 Responden yang memiliki balita (12-60 bulan) tanpa riwayat penyakit diare selama Januari 2014-Mei 2014) yang bertempat tinggal berdekatan dengan kasus

Data Puskesmas, Data RT/RW dan Kuesioner

Telaah Dokumen dan Pengisian Kuesioner

1 = Memiliki riwayat penyakit diare 2 = Tidak memilki riwayat diare

Ordinal

Page 65: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

50

No. Nama Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran

Hasil Ukur Skala

Variabel Dependen 1. 2. 3. 4.

Sarana air bersih rumah tangga Jamban rumah tangga Saluran pembuangan air limbah

Pengelolaan sampah rumah tangga

Sarana air bersih yang memenuhi persyaratan jenis sumber air terlindung, kualitas fisik air dan memiliki jarak sumber air bersih ≥ 10 meter dari sumber pencemar (Depkes, 1999) Kepemilikan jamban secara individu dengan jenis jamban leher angsa dan memiliki septic tank (Depkes, 1999) Kepemilikan saluran pembuangan secara individu dengan saluran tertutup (saluran kota) untuk diolah tidak langsung dibuang ke perairan terbuka (Depkes, 1999) Pengelolaan sampah berupa pembuangan tertutup dan kedap air sebelum diproses lebih lanjut dan tidak dibuang ke tempat sampah yang terbuka (Depkes, 1999)

Kuesioner, Lembar Observasi dan Meteran Kuesioner dan Lembar Observasi Kuesioner dan Lembar Observasi Kuesioner dan Lembar Observasi

Pengisian Kuesioner, Observasi dan Pengukuran Pengisian Kuesioner dan Observasi

Pengisian Kuesioner dan Observasi

Pengisian Kuesioner dan Observasi

1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi) 1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi) 1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi) 1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 66: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

51

No. Nama Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran

Hasil Ukur Skala

5. 6. 7.

Kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar ibu balita

Kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita Kebiasaan jajan

Kebiasaan ibu balita mencuci tangan dengan sabun disertai air yang mengalir secara benar setelah buang air besar Kebiasaan ibu balita mencuci tangan dengan sabun disertai air yang mengalir secara benar sebelum makan dan/atau memberi makan anak Kebiasaan balita makan/jajan di tempat yang sembarangan seperti di pinggir jalan (Pedagang Kaki Lima) atau tempat yang jorok (pinggir selokan, tidak memiliki tempat pencucian yang bersih dengan air mengalir)

Kuesioner Kuesioner Kuesioner

Pengisian Kuesioner Pengisian Kuesioner Pengisian Kuesioner

1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi) 1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi) 1= Tidak memenuhi syarat (Jika salah satu pertanyaan tidak dipenuhi) 2= Memenuhi syarat (Jika seluruh pertanyaan terpenuhi

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Page 67: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

52

3.3. Hipotesis

1. Sarana air bersih berisiko terhadap riwayat penyakit diare pada balita

daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

2. Jamban berisiko terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

3. Saluran pembuangan air limbah berisiko terhadap riwayat penyakit

diare pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun

2014

4. Pengelolaan sampah rumah tangga berisiko terhadap riwayat

penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun

2014

5. Kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar ibu balita berisiko

terhadap riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung tahun 2014

6. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita berisiko terhadap

riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran Sungai

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung tahun 2014

Page 68: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

53

7. Kebiasaan jajan berisiko terhadap riwayat penyakit diare pada balita

daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung tahun 2014

Page 69: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

54

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dengan desain case

control. Desain penelitian ini memungkinkan untuk mendapatkan

penyebab suatu faktor risiko dengan jalan mengamati akibat dari faktor

risiko tersebut dan menelusurinya ke belakang untuk mencari

penyebabnya. Pada penelitian ini dibandingkan kelompok kasus dengan

kelompok kontrol (Sandjaja dan Heriyanto, 2011) .

Gambar 4.1 Skema dasar studi case control

Pada penelitian ini identifikasi awal subjek dimulai dari variabel

dependen kemudian ditelusuri identifikasi variabel independen (Dahlan,

2009). Pada penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi lebih dari

Faktor risiko (sarana sanitasi personal hygiene dan kebiasaan jajan terpenuhi) terpenuhi

Faktor risiko (sarana sanitasi personal hygiene ibu balita dan kebiasaan jajan terpenuhi) tidak terpenuhi

Faktor risiko (sarana sanitasi personal hygiene ibu balitadan kebiasaan jajan) terpenuhi

Faktor risiko (sarana sanitasi personal hygiene ibu balitadan kebiasaan jajan terpenuhi) tidak terpenuhi

Kasus

(memiliki riwayat penyakit diare)

Kontrol

( tidak memiliki riwayat penyakit diare)

Page 70: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

55

sati faktor penyebab pada data yang sama dan pada saat yang bersamaan

(Sandjaja dan Heriyanto, 2011).

4.2. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2014 di daerah sepanjang

aliran Sungai Citarum, Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Sumber: Profil Kelurahan Andir Tahun 2013

Gambar 4.2 Peta Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Page 71: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

56

4.3. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah balita daerah sepanjang aliran

bantaran Sungai Citarum, Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung Jawa Barat. Populasi balita yang menderita diare

seluruhnya pada Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah tersebut

berjumlah 1.209 jiwa.

4.4. Sampel Penelitian

Perhitungan besar sampel minimal pada peneltian ini

menggunakan rumus besar sampel uji hipotesis untuk dua proporsi

populasi, yaitu (Lameshow, 1997):

[Z 1-αααα/2 √√√√2P (1-P) + Z 1-β √√√√P1 (1-P1) + P2 (1-P2)]

2

(P1 - P2)2

n : Besar sampel minimum

Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kemaknaan α (1,65)

Z1-β : Nilai Z pada kekuatan uji 1-β (0,80)

P : (P1 – P2) / 2

P1 : Proporsi risiko penyakit diare pada kelompok yang berisiko

P2 : Proporsi risiko penyakit diare pada kelompok yang tidak

berisiko

n =

Page 72: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

57

Tabel 4.1 Perhitungan Besar Sampel Minimum Penelitian

No Variabel P1 P2 Jumlah Sampel

Referensi

1. Sarana air bersih 0,49 0,184 29 Winda, 2013

2. Jamban

0,487 0,239 46 Kusumaningrum, 2011

3. Saluran pembuangan air limbah

0,309 0,167 111 Tarigan, 2008

4. Pengelolaan Sampah

0,766 0,25 11 Nuri, 2013

5. Sanitasi Lingkungan Rumah

0,549 0,357 83 Salbiah, 2008

Hasil penghitungan yang mengacu pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan Tarigan (2008) menunjukkan jumlah

sampel minimum yang paling tinggi dibandingkan penelitian

lainnya yang berkaitan yang berjumlah 111 sampel dengan potensi

sampel dropout sebesar 10% sehingga didapatkan jumlah 122

sampel. Perbandingan sampel kasus : kontrol dalam penelitian ini

adalah 1:1. Perbandingan ini diambil karena persepsi awal peneliti

akan kekhawatiran pada kondisi lapangan ketika pengambilan data

yang ditakutkan akan banyak kasus dibandingkan kontrol

mengingat diare merupakan kasus yang banyak ditemukan pada

balita. Jadi, pada penelitian ini diperlukan 122 sampel yang

Page 73: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

58

memiliki riwayat penyakit diare sebagai kasus dan 122 sampel

yang tidak memiliki riwayat penyakit diare.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah, sebagai

berikut:

1. Kasus

a. Memiliki balita (usia 1-5 tahun) pada waktu

penelitian (Juni 2014)

b. Balita yang telah didiagnosis oleh dokter atau

paramedis menderita diare tanpa disertai penyakit

lain yang datang berobat ke Puskesmas Baleendah

Kecamatan Baleendah dalam riwayat penyakit

pasien (Januari 2014 - Mei 2014).

c. Balita yang diasuh oleh ibu balita

d. Balita yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif

e. Balita yang memiliki tempat tinggal di daerah

sepanjang aliran sungai dengan jarak 0-1.500 meter

dari bibir sungai

2. Kontrol

a. Balita yang tidak menderita diare atau gejala

penyakit yang sama dan tinggal beerdekatan

dengan kasus selama Januari 2014 - Mei 2014.

Page 74: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

59

Kontrol bertempat tinggal di wilayah Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah .

b. Balita yang memiliki tempat tinggal dibatasi oleh

satu rumah dari rumah kontrol

Kriteria yang tidak termasuk subjek penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Menolak diobservasi keadaan sarana sanitasi dasar

rumah tangga

b. Balita tidak pernah mengakses fasilitas kesehatan

(Puskesmas)

c. Balita tidak tinggal satu rumah dengan ibu balita

d. Balita merupakan penduduk pendatang (belum

masuk proses administrasi) atau calon penduduk

(dalam proses administrasi)

e. Balita yang teregister di Puskesmas telah meninggal

f. Tidak memberikan informasi dengan lengkap

Sampel pada penelitian ini, balita yang dipilih dari

register kasus diare Puskesmas Baleendah di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung dilakukan secara

acak menggunakan simple random sampling.

RW yang terpilih dalam penelitian ini adalah RW 001,

RW 002, RW 003, RW 006, RW 007 dan RW 013. Pemilihan RW

Page 75: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

60

ini berdasarkan karakteristik geografis RW yang

bersinggungan/besebelahan dengan sungai Citarum.

Tabel 4.2 Pemilihan Sampel di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

No RW Jumlah Kasus

Sampel Kasus

Sampel Kontrol

1. 001 218 22 22

2. 002 327 33 33

3. 003 208 21 21

4. 006 148 15 15

5. 007 188 19 19

6. 013 120 12 12

Total 1.209 122 122

Pengambilan sampel di tiap RW berdasarkan metode

simple random sampling dari kerangka sampel yang telah

didapatkan.

Page 76: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

61

4.5. Skema Pengumpulan Data

Gambar 4.3 Skema Pengumpulan Data

Pada proses pengumpulan data dimulai dengan penentuan jumlah

sampel penelitian yang dilanjutkan dengan penentuan sampel kasus dan

kontrol.

Jumlah sampel minimal

Data kasus diare dari register Puskesmas

Data kasus di RW 001, 002, 003, 006, 007 dan 013

Random sampling balita yang memiliki riwayat diare tiap RW

Pemilihan subjek sebagai kontrol

Analisis data

Page 77: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

62

Data selanjutnya diambil dari UPT Puskesmas Baleendah. Data

tersebut berupa data kunjungan balita yang menderita diare pada bulan

Januari – Mei 2014 beserta alamat dari masyarakat sekitar Kelurahan

Andir tersebut. Kerangka sampel diambil setelah pemilihan sampel

berdasarkan letak geografis, yaitu balita yang menderita diare yang berada

di daerah sepanjang aliran sungai. Data tersebut dicek dan disesuaikan

dengan data kependudukan RW jika alamat yang disertakan dalam register

Puskesmas kurang lengkap.

Selanjutnya sampel kasus yang telah lengkap dengan alamatnya

dilakukan penentuan sampel secara acak dan dikumpulkan datanya lebih

lanjut. Setelah itu dilakukan pemilihan secara acak dengan metode simple

random sampling pada RW 001, 002, 003, 006, 007 dan 013 untuk

pengambilan data lebih lanjut. Jika pada proses pengumpulan data

ditemukan ketidaksesuaian dengan kriteria inklusi dan eksklusi maka

dilakukan kembali pengacakan sampel baik untuk kontrol maupun kasus.

Pada akhirnya data dilakukan analisis lebih lanjut dengan hasil

penelitian tentang kepemilikan sarana sanitasi dasar, personal hygiene ibu

balita dan kebiasaan jajan di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung.

4.6. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuesioner tertutup, observasi

non parsitipatif dan pengukuran. Instrumen yang digunakan dalam

Page 78: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

63

penelitian ini berupa panduan kuesioner, lembar observasi dan meteran.

Instrumen kuesioner terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tentang variabel

dependen dan independen yang telah digunakan oleh Yunus (2003) dan

Hidayanti (2012). Sedangkan pada lembar observasi terdiri dari poin-poin

sarana sanitasi dasar di tempat tinggal yang mengacu pada Octafiany

(2012) yang didukung oleh meteran untuk mengukur jarak pada salah satu

variabel yang diteliti.

4.7. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Pada pengumpulan data primer dilakukan uji validitas intrumen

penelitian terlebih dahulu. Instrumen yang digunakan merupakan hasil

modifikasi instrumen yang berasal dari penelitian Yunus (2003),

Hidayanti (2012) dan Octafiany (2012). Penelitian ini menggunakan

kuesioner tertutup yang akan diuji validitas dan reliabilitasnya kembali

dengan metode Pearson. Kuesioner ini dinilai valid jika alat ukur yang

ditentukan tepat mengukur objek yang akan diukur ataupun dapat

mengukur apa yang harus diukur. Sedangkan kuesioner dinilai reliabel

jika alat ukur mengahasilkan hasil ukur yang konsisten jika dilakukan

pengukuran berkali-kali. Langkah-langkah dalam pengujian validitas dan

reliabilitas, yaitu:

1. Validitas kuesioner

Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung

> r tabel (0,361). Kuesioner penelitian ini awalnya berjumlah

Page 79: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

64

46 pertanyaan dan setelah diuji validitas didapatkan 7

pertanyaan (B.4, B.5, B.6, B.7, B.8, C.7, D.8, D.9) yang tidak

valid sehingga pertanyaan tersebut dihapus karena masih dapat

terwakili dengan pertanyaan lainnya yang valid..

2. Reliabilitas kuesioner

Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai r

Alpha Cronbach > r tabel (0,361). Berdasarkan hasil uji

kuesioner didapatkan Alpha Cronbach sebesar 0,881.

Sehingga dengan hasil tersebut dapat dikatakan kuesioner ini

reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penelitian yang

akan datang.

4.8. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara sistematik dengan

menggunakan program dalam komputer sesuai dengan teknik pengolahan

data setelah pengumpulan data, yaitu :

1. Editing

Data yang akan diteliti melalui proses editing yaitu

memperkecil potensi kesalahan. Pada proses ini dilakukan

pengecekan data dari segi kelengkapan data, konsistensi data

serta keseragaman data sehingga validitasnya terjamin.

Page 80: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

65

2. Coding

Data diberikan kode khusus peneliti untuk memudahkan

dalam pengelompokkan dan analisis data kemudiannya. Pada

tahap ini juga dilakukan kodifikasi data untuk menjaga

otentifikasi dan kerahasian responden.

3. Entry

Data dimasukkan sesuai kategori setlah proses kodifikasi

ke dalam program pada komputer yang telah disediakan.

4. Cleaning

Data yang telah dimasukkan ke program dalam komputer

dilakukan pembersihan atau pengecekkan kembali data yang

telah dianalisis. Pada tahap ini dilakukan pemilahan jika terdapat

data yang tidak sesuai atau terdapat kesalahan sebelum akhirnya

dilakukan pengolahan dan analisis data.

4.9. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif

analitik. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan program

olah data statistik. Pada penelitian ini dilakukan analisis secara univariat

dan bivariat. Gambaran masalah pada variabel dependen dan independen

dianalisis secara univariat. Sedangkan untuk hubungan diantara variabel

dependen dan independen dilakukan secara bivariat.

Page 81: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

66

4.9.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel dari

penelitian ini baik dependen maupun independen. Hasil analisis

univariat ini disajikan dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Variabel tersebut

meliputi variabel dependen berupa riwayat penyakit diare dan

variabel independen berupa sarana sanitasi dasar, yaitu sarana air

bersih, jamban, saluran pembuangan air limbah, pengelolaan

sampah rumah tangga, kebiasaan cuci tangan setelah buang air

besar ibu balita, kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita

serta kebiasaan jajan.

4.9.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antar

variabel yang diujikan dalam hipotesis antara variabel dependen

dengan variabel independen. Analisis ini juga memungkinkan

menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Analisis bivariat ini menggunakan uji chi square dengan

Penelitian ini menggunakan derajat kemaknaan α 0,05 dengan

Confidential Interval (CI) 95% untuk melakukan pengujian

terhadap hipotesis penelitian terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Uji chi square memiliki persamaan

sebagai berikut :

Page 82: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

67

X2 = Σ ( O – E )2

E

Keterangan:

X2 = Chi Square

O = Efek yang diamati

E = Efek yang diharapkan

Metode ini untuk mendapatkan probabilitas kejadian. Jika P

value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak

ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value ≤

0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

antara kedua variabel. Kemudian tabulasi silang dilakukan pada

semua variabel yang akan dianalisa. Variabel tersebut meliputi

variabel dependen berupa riwayat penyakit diare yang diuji

hubungannya dengan variabel independen berupa sarana sanitasi

dasar, yaitu sarana air bersih, jamban, saluran pembuangan air

limbah, pengelolaan sampah rumah tangga, kebiasaan cuci tangan

setelah buang air besar ibu balita, kebiasaan cuci tangan sebelum

makan ibu balita serta kebiasaan jajan.

Besar risiko dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) paparan

terhadap kasus pada tingkat kepercayaan 95% dengan

Page 83: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

68

menggunakan tabel 2x2. Nilai besarnya Odds Ratio ditentukan

dengan rumus sebagai berikut :

OR (Odds Ratio) = AD/BC

Interpretasi nilai OR menurut Sandjaja dan Heriyanto

(2011), adalah:

1. Odd ratio = 1 berarti tidak ada asosiasi (paparan tidak

menyebabkan sakit)

2. Odd ratio < 1 berarti asosiasi negatif atau proteksi (terpapar

berarti terlindung dari penyakit)

3. Odd ratio > 1 berarti asosiasi positif (paparan sebagai

penyebab sakit)

Page 84: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

69

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Karakteristik Sampel Studi

Gambaran karakteristik sampel studi menggambarkan pengambilan

data berupa sampel ketika di lapangan. Gambaran nampak dalam gambar

5.1

Gambar 5.1 Skema Perolehan Sampel

Pada gambar 5.1 terlihat bahwa sampel awal pada

perhitungan sampel berjumlah 244 dengan 122 kontrol dan 122

kasus. Sedangkan sampel yang didapatkan dari pengambilan data

primer berjumlah 247 dengan rincian 125 kasus dan 122 kontrol.

Sampel minimal

122 Kasus dan 122 Kontrol

Menolak masuk dalam studi 3 responden

Sampel yang didapat

125 Kasus dan 122 Kontrol

3 Kasus dikeluarkan dari studi

Sampel yang dianalisis

122 Kasus dan 122 Kontrol

Page 85: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

70

Jumlah 247 sampel tersebut dipilih 244 sampel dengan

jumlah kasus sebanyak 122 sampel dan jumlah kontrol sebanyak

122 sampel karena studi case control awal yang menentukan

perbandingan sampel 1:1. Sehingga beberapa sampel dikeluarkan

dan tidak dianalisis menjadi bagian studi penelitian dikarenakan

sampel yang didapatkan menolak diobservasi lebih lanjut.

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Gambaran Sarana Sanitasi Dasar

1. Sarana Air Bersih

Gambaran sarana air bersih dikategorikan menjadi dua,

yaitu yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dengan

hasil yang dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Sarana Air Bersih Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sarana Air Bersih

Jumlah %

Memenuhi Syarat 185 75,8 Tidak Memenuhi Syarat 59 24,2

Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar

sarana air bersih daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir memenuhi syarat dengan jumlah 185 (75,8%).

Sedangkan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat

Page 86: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

71

berjumlah 59 (24,2%). Tabel ini menunjukkan bahwa sarana air

bersih daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

sebagian besar telah memenuhi syarat.

2. Jamban

Gambaran jamban dikategorikan menjadi dua, yaitu

yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dengan hasil

yang dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Jamban Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Jamban Jumlah % Memenuhi Syarat 112 45,9

Tidak Memenuhi Syarat 132 54,1 Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian

besar jamban daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan

Andir tidak memenuhi syarat dengan jumlah 132 (54,1%).

Sedangkan jamban yang memenuhi syarat berjumlah 112 (45,9%).

Tabel ini menunjukkan bahwa jamban di Kelurahan Andir

sebagian besar tidak memenuhi syarat.

Page 87: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

72

3. Saluran Pembuangan Air Limbah

Gambaran saluran pembuangan air limbah dikategorikan

menjadi dua, yaitu yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi

syarat dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Saluran Pembuangan Air Limbah

Jumlah %

Memenuhi Syarat 100 41,0 Tidak Memenuhi Syarat 144 59,0

Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian

besar saluran pembuangan air limbah daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir tidak memenuhi syarat dengan

jumlah 144 (59,0%). Sedangkan saluran pembuangan air limbah

telah memenuhi syarat berjumlah 100 (41,0%). Tabel ini

menunjukkan bahwa saluran pembuangan air limbah dasar daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir masih banyak

yang tidak memenuhi syarat.

Page 88: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

73

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Gambaran umur dikategorikan menjadi dua, yaitu yaitu

memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dengan hasil yang

dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Jumlah %

Memenuhi Syarat 79 32,4 Tidak Memenuhi Syarat 165 67,6

Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian

besar pengelolaan sampah rumah tangga daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir tidak memenuhi syarat dengan

jumlah 165 (67,6%). Sedangkan pengelolaan sampah rumah

tangga yang telah memenuhi syarat berjumlah 79 (32,4%). Tabel

ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir masih banyak

yang tidak memenuhi syarat.

Page 89: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

74

5.2.2. Gambaran Personal Hygiene Ibu Balita

1. Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar

Gambaran kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar

dikategorikan menjadi dua, yaitu baik dan buruk dengan hasil

yang dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar

Jumlah %

Buruk 22 9,0 Baik 222 91,0 Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian

besar kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar pada balita

yang menjadi responden daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir sudah baik. Dari tabel 5.5 nampak kebiasaan cuci

tangan setelah buang air besar yang baik berjumlah 222 (91,0%)

lebih besar dibanding kebiasaan cuci tangan setelah buang air

besar yang buruk hanya 22 responden (9,0%). Hal ini menjadi

gambaran bahwa kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar

pada balita sudah lebih baik.

Page 90: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

75

2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Ibu Balita

Gambaran kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita

dikategorikan menjadi dua, yaitu baik dan buruk dengan hasil

yang dapat dilihat pada tabel 5.6

Tabel 5.6 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Ibu Balita Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita

Jumlah %

Buruk 96 39,3 Baik 148 60,7 Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian

besar kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita pada balita

yang menjadi responden daerah sepanjang aliran Sungai Citarum

di Kelurahan Andir sudah baik. Dari tabel 5.6 nampak kebiasaan

cuci tangan sebelum makan ibu balita yang baik berjumlah 148

(60,7%) lebih besar dibanding kebiasaan cuci tangan sebelum

makan ibu balita yang buruk yang mencapai 96 responden

(39,3%). Hal ini menjadi gambaran bahwa kebiasaan cuci tangan

sebelum makan ibu balita pada balita sudah lebih baik.

Page 91: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

76

5.2.3. Gambaran Kebiasaan Jajan

Gambaran kebiasaan jajan dikategorikan menjadi dua, yaitu

baik dan buruk dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7 Distribusi Kebiasaan Jajan Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung Tahun 2014

Kebiasaan Jajan Jumlah % Buruk 155 63,5 Baik 89 36,5 Total 244 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar balita

yang menjadi responden daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir masih memiliki kebiasaan jajan yang buruk dengan

jumlah 155 balita (63,5%). Sedangkan balita dengan kebiasaan jajan

yang baik berjumlah 119 balita (36,5%). Hal ini terlihat masih kurang

baiknya kebiasaan jajan pada balita daerah sepanjang aliran Sungai

Citarum di Kelurahan Andir.

5.3. Analisis Bivariat

5.3.1. Hubungan Sarana Sanitasi Dasar dengan Riwayat Penyakit

Diare

1. Sarana Air Bersih

Analisis hubungan antara sarana air bersih dengan

riwayat penyakit diare diperoleh dengan menggunakan uji

crosstabs untuk melihat nilai OR. Sarana air bersih

Page 92: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

77

dikategorikan menjadi dua, yaitu memenuhi syarat dan tidak

memenuhi syarat. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 5.8

Tabel 5.8 Analisis Hubungan antara Sarana Air Bersih dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sarana Air

Bersih

Riwayat Penyakit Diare OR (CI

95%)

P Value Memiliki

Riwayat Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Memenuhi

Syarat 89 48,1 96 51,9 185 100,0 1,369

(0,759- 2,468)

0,370

Tidak Memenuhi

Syarat

33 55,9 26 44,1 59 100,0

Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.8 dapat diketahui

bahwa dari 59 responden dengan sarana air bersih yang tidak

memenuhi syarat dan memiliki riwayat penyakit diare terdapat

sebanyak 33 responden (55,9%) dan yang tidak memilki riwayat

diare sebanyak 26 responden (44,1%). Sedangkan dari 185

responden dengan sarana air bersih yang memenuhi syarat dan

memiliki riwayat penyakit diare terdapat jumlah sebanyak 89

responden (48,1%) dan yang tidak memiliki riwayat penyakit diare

sebanyak 96 responden (51,9%).

Page 93: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

78

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR

sebesar 1,369 sehingga dalam penelitian case control, paparan

atau variabel yang diteliti diinterpretasikan sebagai penyebab sakit

(asosiasi positif) karena nilai OR > 1, artinya sarana air bersih

yang tidak memenuhi syarat 1,308 kali menyebabkan penyakit

diare dibandingkan jenis sarana air bersih yang tidak memenuhi

syarat. Selain itu didapat nilai CI 95% (0,759-2,468) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sarana air bersih

dengan riwayat penyakit diare.

2. Jamban

Analisis hubungan antara jamban dengan riwayat

penyakit diare diperoleh dengan menggunakan uji crosstabs

untuk melihat nilai OR. Jamban dikategorikan menjadi

dua, yaitu memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat.

Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.9

Page 94: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

79

Tabel 5.9 Analisis Hubungan Jamban dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Aliran Sungai

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Jamban Riwayat Penyakit Diare OR (CI

95%)

P Value Memiliki

Riwayat Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Memenuhi

Syarat 34 30,4 78 69,6 112 100,0 4,588

(2,676-7,885)

<0,001

Tidak Memenuhi

Syarat

88 66,7 44 33,3 132 100,0

Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.9 dapat diketahui

bahwa dari 132 responden dengan jamban yang tidak memenuhi

syarat dan memiliki riwayat penyakit diare terdapat sebanyak 88

responden (66,7%) dan yang tidak memilki riwayat diare sebanyak

44 responden (33,3%). Sedangkan dari 112 responden dengan

jamban yang memenuhi syarat dan memiliki riwayat penyakit

diare terdapat jumlah sebanyak 34 responden (30,4%) dan yang

tidak memiliki riwayat penyakit diare sebanyak 78 responden

(69,6%).

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar

4,588 sehingga dalam penelitian case control, paparan atau

variabel yang diteliti diinterpretasikan sebagai penyebab sakit

Page 95: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

80

(asosiasi positif) karena nilai OR > 1, artinya jamban yang tidak

memenuhi syarat 4,588 kali menyebabkan penyakit diare

dibandingkan jamban yang tidak memenuhi syarat. Selain itu

didapat nilai CI 95% (2,676-7,885) yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara jamban dengan riwayat penyakit diare.

3. Saluran Pembuangan Air Limbah

Analisis hubungan antara saluran pembuangan air limbah

dengan riwayat penyakit diare diperoleh dengan menggunakan

uji crosstabs untuk melihat nilai OR. Saluran pembuangan air

limbah dikategorikan menjadi dua, yaitu memenuhi syarat dan

tidak memenuhi syarat. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 5.10

Tabel 5.10 Analisis Hubungan antara Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Saluran Pembuangan Air Limbah

Riwayat Penyakit Diare OR (CI

95%)

P Value Memiliki

Riwayat Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Memenuhi

Syarat 39 39,0 61 61,0 100 100,0 2,128

(1,265-3,581)

0,006

Tidak Memenuhi

Syarat

83 57,6 61 42,4 144 100,0

Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Page 96: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

81

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.10 dapat diketahui

bahwa dari 144 responden dengan saluran pembuangan air limbah

yang tidak memenuhi syarat dan memiliki riwayat penyakit diare

terdapat sebanyak 83 responden (57,6%) dan yang tidak memiliki

riwayat diare sebanyak 61 responden (42,4%). Sedangkan dari 100

responden dengan saluran pembuangan air limbah yang

memenuhi syarat dan memiliki riwayat penyakit diare terdapat

jumlah sebanyak 39 responden (39,0%) dan yang tidak memiliki

riwayat penyakit diare sebanyak 61 responden (61,0%).

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR

sebesar 2,128 sehingga dalam penelitian case control, paparan

atau variabel yang diteliti diinterpretasikan sebagai penyebab sakit

(asosiasi positif) karena nilai OR > 1, artinya saluran pembuangan

air limbah yang tidak memenuhi syarat 2,128 kali menyebabkan

penyakit diare dibandingkan saluran pembuangan air limbah yang

memenuhi syarat. Selain itu didapat nilai CI 95% (1,265-3,581)

yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara saluran

pembuangan air limbah dengan riwayat penyakit diare.

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Analisis hubungan antara sarana pengelolaan sampah

dengan riwayat penyakit diare diperoleh dengan menggunakan

uji crosstabs untuk melihat nilai OR. Sarana pengelolaan

sampah dikategorikan menjadi dua, yaitu memenuhi syarat dan

Page 97: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

82

tidak memenuhi syarat. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 5.11

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Pengelolaan Sampah

Riwayat Penyakit Diare OR (CI 95%)

P Value Memiliki

Riwayat Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Memenuhi

Syarat 26 32,9 53 67,1 79 100,0 0,353

(0,201-0,619)

<0,001

Tidak Memenuhi

Syarat

96 58,2 69 41,8 165 100,0

Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.12 dapat

diketahui bahwa dari 79 responden dengan sarana pengelolaan

sampah yang memenuhi syarat dan memiliki riwayat penyakit

diare terdapat sebanyak 26 responden (32,9%) dan yang tidak

memilki riwayat diare sebanyak 53 responden (67,1%). Sedangkan

dari 165 responden dengan sarana pengelolaan sampah yang

memenuhi syarat dan memiliki riwayat penyakit diare terdapat

sebanyak 96 responden (58,2%) dan yang tidak memiliki riwayat

penyakit diare sebanyak 69 responden (41,8%).

Page 98: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

83

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR

sebesar 0,353 sehingga dalam penelitian case control, paparan

atau variabel yang diteliti diinterpretasikan sebagai faktor proteksi

(asosiasi negatif) karena nilai OR < 1, artinya responden dengan

sarana pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat 1/ 0,353

atau 2,83 kali memiliki riwayat penyakit diare dibandingkan

sarana pengelolaan sampah yang memenuhi syarat. Selain itu

didapat nilai CI 95% (0,201-0,619) yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara sarana pengelolaan sampah dengan riwayat

penyakit diare.

5.3.2. Hubungan Personal Hygiene Ibu Balita dengan Riwayat

Penyakit Diare

1. Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar

Analisis hubungan antara kebiasaan cuci tangan setelah

buang air besar dengan riwayat penyakit diare diperoleh dengan

menggunakan uji crosstabs untuk melihat nilai OR. Kebiasaan

cuci tangan setelah buang air besar dikategorikan menjadi dua,

yaitu baik dan buruk. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 5.12

Page 99: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

84

Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar dengan Riwayat Penyakit Diare

Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Kebiasaan Cuci

Tangan Setelah

Buang Air Besar

Riwayat Penyakit Diare OR (CI

95%)

P Value Memiliki

Riwayat Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Baik 110 49,5 112 50,5 222 100,0 0,818

(0,340-1,972)

0,824 Buruk 12 54,5 10 45,5 22 100,0 Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.12 dapat diketahui

bahwa dari 222 responden dengan kebiasaan cuci tangan setelah

buang air besar ibu balita yang baik dan memiliki riwayat penyakit

diare terdapat sebanyak 110 responden (49,5%) dan yang tidak

memilki riwayat diare sebanyak 112 responden (50,5%).

Sedangkan dari 22 responden dengan kebiasaan cuci tangan

setelah buang air besar ibu balita yang baik dan memiliki riwayat

penyakit diare terdapat sebanyak 12 responden (54,5%) dan yang

tidak memiliki riwayat penyakit diare sebanyak 10 responden

(45,5%).

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR

sebesar 0,818 sehingga dalam penelitian case control, paparan

atau variabel yang diteliti diinterpretasikan sebagai faktor proteksi

Page 100: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

85

(asosiasi negatif) karena nilai OR < 1, artinya responden dengan

kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar ibu balita yang

buruk 1/ 0,818 atau 1,22 kali memiliki riwayat penyakit diare

dibandingkan kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar ibu

balita yang baik. Selain itu didapat nilai CI 95% (0,340-0,1,972)

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan

cuci tangan setelah buang air besar ibu balita dengan riwayat

penyakit diare.

2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Ibu Balita

Analisis hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum

makan ibu balita dengan riwayat penyakit diare diperoleh dengan

menggunakan uji crosstabs untuk melihat nilai OR. Kebiasaan

cuci tangan sebelum makan ibu balita dikategorikan menjadi dua,

yaitu baik dan buruk. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat

dilihat pada tabel 5.13

Page 101: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

86

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Ibu Balitadengan Riwayat Penyakit Diare

Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Kebiasaan cuci

tangan sebelum

makan ibu balita

Riwayat Penyakit Diare OR (CI

95%)

P Value Memiliki

Riwayat Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Baik 55 37,2 93 62,8 148 100,0 0,256

(0,148-0,443)

<0,001 Buruk 67 69,8 29 30,2 96 100,0 Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.13 dapat

diketahui bahwa dari 148 responden dengan kebiasaan cuci tangan

sebelum makan ibu balita yang baik dan memiliki riwayat penyakit

diare terdapat sebanyak 55 responden (37,2%) dan yang tidak

memilki riwayat diare sebanyak 93 responden (62,8%). Sedangkan

dari 96 responden dengan kebiasaan cuci tangan sebelum makan

ibu balita yang baik dan memiliki riwayat penyakit diare terdapat

sebanyak 67 responden (69,8%) dan yang tidak memiliki penyakit

diare sebanyak 29 responden (30,2%).

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR

sebesar 0,256 sehingga dalam penelitian case control, paparan

atau variabel yang diteliti diinterpretasikan sebagai faktor proteksi

(asosiasi negatif) karena nilai OR < 1, artinya responden dengan

Page 102: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

87

kebiasaan cuci tangan sebelum makan yang buruk 1/ 0,256 atau

3,9 kali memiliki riwayat penyakit diare dibandingkan jenis

jamban yang baik. Selain itu didapat nilai CI 95% (0,148-0,443)

yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci

tangan sebelum makan ibu balita dengan riwayat penyakit diare.

5.3.3. Hubungan Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare

Analisis hubungan antara kebiasaan jajan dengan riwayat

penyakit diare diperoleh dengan menggunakan uji crosstabs untuk

melihat nilai OR. Kebiasaan jajan dikategorikan menjadi dua, yaitu

baik dan buruk. Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada tabel

5.14

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare Daerah Sepanjang Aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun

2014

Kebiasaan Jajan

Riwayat Penyakit Diare OR (CI 95%)

P Value Memiliki Riwayat

Diare

Tidak Memiliki Riwayat

Diare

Jumlah

n % n % n % Baik 36 40,4 53 59,6 89 100,0 0,545

(0,321-0,925)

0,033 Buruk 86 55,5 69 44,5 155 100,0 Total 122 50,0 122 50,0 244 100,0

Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 5.14 dapat diketahui bahwa

dari 89 responden dengan kebiasaan jajan yang baik dan memiliki riwayat

Page 103: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

88

penyakit diare terdapat sebanyak 36 responden (40,4%) dan yang tidak

memilki riwayat diare sebanyak 53 responden (59,6%). Sedangkan dari

155 responden dengan kebiasaan jajan yang baik dan memiliki riwayat

penyakit diare terdapat sebanyak 86 responden (55,5%) dan yang tidak

memiliki penyakit diare sebanyak 69 responden (44,5%).

Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai OR sebesar

0,545 sehingga dalam penelitian case control, paparan atau variabel yang

diteliti diinterpretasikan sebagai faktor proteksi (asosiasi negatif) karena

nilai OR < 1, artinya responden dengan kebiasaan jajan yang buruk 1/

0,545 atau 1,83 kali memiliki riwayat penyakit diare dibandingkan

kebiasaan jajan yang baik. Selain itu didapat nilai CI 95% (0,321-0,925)

yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan

riwayat penyakit diare.

Page 104: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

89

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain keterbatasan dari

segi desain penelitian, variabel penelitian dan pengumpulan data. Pada

segi desain, penelitian ini menggunakan case control, sehingga data yang

didapatkan tidak dapat menghitung suatu insidensi penyakit yang berada

di populasi karena sifatnya yang retrospektif. Selain itu pemilihan sampel

kasus dalam populasi yang rawan terjadinya bias karena wilayah populasi

sampel yang cukup luas.

Pada segi variabel penelitian, masih terdapat variabel dalam

kerangka teori yang tidak diteliti. Salah satu alasan beberapa variabel

dalam kerangka teori tidak diteliti karena berfokus pada bidang kesehatan

lingkungan yaitu sanitasi, personal hygiene ibu balita dan kebiasaan jajan.

Sedangkan variabel yang tidak diteliti lebih ke bidang gizi serta variabel

yang butuh uji laboratorium yang membutuhkan waktu dan biaya yang

lebih besar. Begitupun variabel air, tanah dan tangan yang memerlukan

biaya yang besar dalam uji laboratorium dalam melihat kualitas kesehatan

dari segi fisik, kimia dan biologi karena sampel yang dibutuhkan dalam

jumlah besar.

Pada variabel kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar dan

kebiasaan cuci tangan sebelum makan pun memiliki kekurangan karena

hanya meneliti faktor luar dari ibu balita tidak meneliti personal hygiene

Page 105: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

90

balita itu sendiri. Hal ini berdasarkan asumsi peneliti bahwa balita masih

dalam bimbingan orang tua, yaitu ibu dalam aktivitas sehari-harinya.

Selain itu, variabel dependen berupa diare dalam penelitian ini

tidak spesifik hanya diakibatkan oleh infeksi. Sehingga dapat

menimbulkan bias dengan diare yang diakibatkan oleh masalah gizi

maupun psikologi.

Pada segi pengumpulan data, keterbatasan terdapat pada penentuan

sampel kasus dan sampel kontrol. Jumlah sampel dalam penelitian ini

terbilang cukup besar yaitu 122 dengan perbandingan kasus kontrol 1:1.

Sehingga ketika penetapan sampel kontrol perlu melewati kriteria yang

cukup banyak untuk meminimalisir bias. Namun pada pengambilan data

ditemani dengan kader sehingga penentuan kontrol tidak terlalu sulit.

Pada instrumen pengukuran, yaitu menggunakan meteran pun terdapat

keterbatasan dengan adanya kesulitan memastikan ukuran jarak yang

tepat antara sarana air bersih dengan sumber pencemar.

6.2. Gambaran Riwayat Penyakit Diare di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah

suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi

tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air

besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang

mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah

(Simatupang, 2004).

Page 106: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

91

Penelitian ini memiliki perbandingan kasus dan kontrol sebesar 1:1

dengan jumlah masing-masing 122 responden. Jumlah keseluruhan balita

di Kelurahan Andir mencapai 6.587 jiwa dengan jumlah yang menderita

diare sebanyak 1.209 balita pada tahun 2013.

6.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Riwayat Penyakit Diare

pada Balita Sekitar Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014

Faktor-faktor yang dijadikan variabel penelitian adalah sarana

sanitasi dasar, yaitu sarana air bersih, jamban, saluran pembuangan air

limbah dan pengelolaan sampah rumah tangga; personal hygiene, yaitu

kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar ibu balita dan kebiasaan

cuci tangan sebelum makan ibu balita; serta kebiasaan jajan. Berikut

pembahasan terhadap faktor-faktor yang diteliti yang mempengaruhi

riwayat penyakit diare.

6.3.1. Hubungan Sarana Sanitasi Dasar dengan Riwayat Penyakit

Diare

1. Sarana Air Bersih

Sarana air bersih adalah sarana yang dapat menghasilkan

air bersih seperti sumur gali (SG), sumur pompa tangan (SPT),

penempungan air hujan (PAH), perlindungan mata air (PMA),

sistem perpipaan (PP) dan terminal air (TA). Sumur gali

merupakan sarana air bersih dengan cara mengambil air dari

lapisan tanah dengan kedalaman tertentu. Sumur gali banyak

Page 107: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

92

didapat dan diterapkan di daerah pedesaan karena mudah dalam

pembuatan dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri

dengan peralatan sederhana dan biaya yang murah (Sanropie. dkk.,

1984).

Hasil uji statistik menunjukkanbahwa nilai OR sebesar

1,369 dengan nilai interval CI 95% (0,759-2,468), sehingga dapat

disimpulkan sarana air bersih merupakan penyebab sakit karena

nilai OR>1 namun tidak memiliki hubungan karena nilai interval

CI 95% yang tidak menunjukkan tidak ada hubungan.

Sarana air bersih di Kelurahan Andir sudah cukup baik

terlihat dari 244 responden diantaranya sejumlah 185 responden

telah memenuhi syarat. Sehingga kecil kemungkinannya sarana air

bersih menjadi faktor risiko terjadinya penyakit diare. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amaliah (2010) yang

menyatakan bahwa sarana air bersih tidak berhubungan

mengakibatkan diare pada balita. Pada sampel yang diambil pun

didapatkan banyak reponden yang telah memakai sumber air

terlindung yang hal ini sudah sesuai dengan persyaratan sarana air

bersih menurut Depkes (1995) yang menurutnya sumber air bersih

yang tidak terlindunglah yang dapat mudah terkontaminasi oleh

agen penyebab penyakit. Kontaminasi yang paling umum adalah

karena penapisan air dari sarana pembuangan kotoran manusia dan

binatang. Hal ini menjadi tidak berisiko dalam penelitian ini karena

Page 108: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

93

mayoritas reponden telah memiliki sarana air bersih yang sudah

terlindung seperti pompa listrik, sumur pompa tangan dan sumur

gali. Sungai Citarum pun dapat menjadi sumber kontaminasi,

terutama bakteri Escherichia coli sebagai penyebab diare. Menurut

Affandi (2000) rata-rata sungai di Bandung sudah tercemar,

begitupun dengan Sungai Citarum dengan kandungan E coli yang

cukup tinggi. Sebanyak 38 sungai yang ada di Bandung sudah

terjadi pencemaran dan beban pencemaran yang paling tinggi

terjadi pada Sungai Citarum, sebagai tempat pertemuan semua

aliran air dari sungai-sungai kecil, antara lain Sungai

Cikapundung, Sungai Cikijing dan Sungai Cicadas. Penyebab

utama munculnya E coli adalah limbah yang dihasilkan

masyarakat. Sekitar 70% dari seluruh limbah yang dihasilkan dari

2,5 juta penduduk Bandung merupakan limbah domestik. Hal ini

karena dapat dikaitkan dengan saluran pembuangan dan

pengelolaan sampah yang masih belum baik seperti dalam hasil

penelitian ini.

Hasil observasi masih menemukan dari 185 (75,8%) sarana

air bersih yang memenuhi syarat secara fisik masih kurang begitu

baik meskipun dalam persyaratan masih memenuhi syarat. Hal ini

terlihat dari sarana air bersih yang fisiknya terlindung namun tidak

permanen. Sehingga dari ada kemungkinan terkontaminasi secara

Page 109: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

94

fisik. Hal ini dapat diakibatkan oleh faktor ekonomi dari

masyarakat daerah aliran sungai yang masih kurang.

Hasil uji statistik menunjukkan ketidaksesuaian hasil

penelitian dengan penelitian sebelumnya. Anwar dan Anwar

(2009) dan Kamilla dkk. (2012) menyebutkan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi kejadian diare adalah kualitas fisik dan

akses terhadap sarana air bersih. Hartoyo (2003) dan Angeline dkk.

(2012) pun menyebutkan ada hubungan keadaan sarana air bersih

dengan kejadian diare. Herwanti (2011) dan Hannif dkk (2011)

juga menyebutkan ada hubungan antara sarana air bersih dengan

kejadian diare pada balita. Mansur (2013), Bumulo (2012), Ibrahim

(2003) dan Suwantoro (2006) menyebutkan ada hubungan antara

kepemilikan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita.

Penggunaan air bersih pun terdapat hubungan yang

signifikan dengan kejadian diare. Hal ini disampaikan dalam

penelitian Suwantoro (2006), Hamzah dkk. (2012), Amaliah (2010)

dan Elfiatri dkk. (2008).

Jenis sarana air bersih dalam penelitian Ibrahim (2003)

disebutkan memiliki hubungan terhadap kejadian diare. Penelitian

Longginus (2004) menyebutkan bahwa sarana air bersih non

perpipaan memiliki hubungan terhadap kejadian diare.

Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh

karena sarana air bersih tidak langsung berkaitan dengan agen

Page 110: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

95

penyebab diare dan hasil observasi dari 244 sampel pun

menyatakan bahwa konsumsi air dari sarana air bersih yang ada

masih kurang dan lebih banyak yang membeli air bersih yang dapat

dikonsumsi seperti air galon. Hal ini seperti disebutkan dalam hasil

penelitian Charertanyarak, et.al. (2011) yaitu kasus diare banyak

dipengaruhi oleh konsumsi air minum tanpa dimasak terlebih

dahulu. Sedangkan hasil observasi menunjukkan sudah banyaknya

masyarakat mengkonsumsi air minum kemasan atau air minum isi

ulang yang bukan diambil dari sumber air bersih rumah tangga.

2. Jamban

Jamban adalah salah satu ruangan yang memiliki fasilitas

pembuangan kotoran manusia sederhana yang terdiri dari tempat

jongkok dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkan (Depkes,

2000).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai OR sebesar

4,588 dengan nilai interval CI 95% (2,670-7,885), sehingga dapat

disimpulkan jamban memiliki hubungan dengan riwayat penyakit

diare dengan interpretasi sebagai penyebab sakit karena nilai

OR>1. Nilai OR menunjukkan jamban yang tidak memenuhi syarat

memiliki potensi sebesar 4,588 kali menyebabkan diare.

Hubungan ini sesuai dengan penelitian Sinaga dkk (2013),

Ibrahim (2003), Hamzah dkk. (2012), Pebriani dkk. (2012) dan

Page 111: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

96

Suwantoro (2006) yang secara jenis memenuhi persyaratan yaitu

berjenis leher angsa dengan septic tank (Depkes, 1999). Dalam

penelitian ini sebanyak 132 responden (54,1%) memiliki jamban

yang tidak memenuhi syarat dan 88 orang (66,7%) diantaranya

memiliki riwayat diare. Asumsi awal peneliti pada akan banyak

jamban yang tidak memenuhi syarat karena letak wilayah

penelitian yang berdekatan dengan sungai. Asumsi itu jelas

terbukti secara signifikan. Asumsi itu pun terbukti dengan adanya

kaitan antara pemenuhan syarat jamban dengan kejadian diare.

Terbukti dengan kasus yang tinggi pada responden yang memiliki

jamban yang tidak memenuhi syarat yang mencapai 66,7% dari

keseluruhan responden yang memiliki jamban yang tidak

memenuhi syarat.

Selain dari jenis jamban, penelitian ini juga membahas

tentang kepemilikan jamban yang harus dimiliki masing-masing

keluarga tidak bercampur atau bahkan jamban umum. Sesuai

dengan penelitian Mansur (2013), Amaliah (2010), Kamilla dkk.

(2012) dan Ibrahim (2003) bahwa kepemilikan jamban sendiri

mengurangi faktor risiko terkena diare. Penelitian ini pun terlihat

bahwa masih relatif tinggi kepemilikan jamban yang tidak

memenuhi syarat. Hasil observasi menunjukkan jamban yang

masih menggunakan jamban umum tanpa perlindungan yang

kemungkinan mencemari lingkungan sekitarnya seperti sumber air

Page 112: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

97

dan permukaan tanah serta kemungkinan digunakan sebagai tempat

vektor berkembang biak dan penyebaran kuman yang berasal dari

tinja terhadap sumber air bersih yang menjadi konsumsi

masyarakat. Kepemilikan jamban ini pun terkait dengan penularan

baik secara langsung ataupun tidak langsung dari kotoran manusia

ataupun hewan kepada manusia dalam menularkan diare. Eshete

et.al (2009) menyebutkan pula dalam penelitiannya bahwa

kepemilikan dan ketrersediaan jamban berpengaruh secara

signifikan terhadap diare pada balita. Pengaruh lingkungan di

sekitar jamban terhadap kejadian diare sangat memungkinkan

karena salah satunya diakibatkan oleh tingkat kebersihan orang-

rang yang berbeda sehingga ada kemungkinan tercecernya kotoran

hasil pembuangan orang lain jika jamban tersebut dipakai bersama-

sama.

Mubarak dan Chayatin (2009) menjelaskan bahwa

pembuangan kotoran merupakan salah satu faktor yang memiliki

pengaruh terhadap lingkungan. Pembuangan kotoran ini

merupakan salah satu faktor lingkungan untuk memenuhi derajat

kesehatan yang setingi-tingginya. Jika dihubungkan dengan

Depkes (1995) yang menyebutkan bahwa penyakit yang ditularkan

melalui air disebabkan oleh kontaminasi dari hasil rembesan

kotoran manusia atau binatang. Hal ini sesuai dengan penelitian ini

yang terlihat dari gambaran jamban rumah tangga yang masih

Page 113: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

98

banyaknya jamban yang tidak memenuhi syarat 132 (54,1%)

dibandingkan dengan jamban yang memenuhi syarat. Jumlah ini

sebanding dengan jumlah riwayat penyakit diare pada masing-

masing responden. Responden dengan jamban yang tidak

memenuhi syarat berbanding lurus dengan jumlah riwayat penyakit

diare sebaliknya responden yang memiliki jamban yang memenuhi

syarat yang berbanding terbalik dengan riwayat penyakit diare.

Pada penelitian ini masih ditemukan banyak rumah tangga

yang tidak memiliki jamban dan membuang langsung kotoran ke

perairan terbuka seperti sungai atau ke selokan terdekat. Hal ini

juga dikarenakan banyaknya rumah tangga yang beranggapan lebih

efisien dan mudah jika pembuangan kotoran langsung ke sungai.

Letak rumah masyarakat yang berdekatan dengan sungai menjadi

alasan utama mereka membuang kotoran ke sungai sehingga

banyak rumah tangga yang memiliki jamban leher angsa namun

tidak memiliki septic tank dan langsung membuang ke sungai. Hal

ini tentu menambah risiko terjadinya penyakit diare seperti

penelitian yang dilakukan oleh Sinaga dkk (2013), Ibrahim (2003),

Hamzah dkk. (2012), Pebriani dkk. (2012) dan Suwantoro (2006).

Kusnoputranto (1997) pun menyebutkan bahwa model jamban

yang memenuhi syarat kesehatan adalah model jamban yang terdiri

dari tempat jongkok dan dilengkapi tangki septik. Fungsi umum

dari tangki septik ini adalah melindungi kemampuan absorbsi dari

Page 114: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

99

tanah resapan. Sedangkan fungsi khususnya adalah sebagai

pengambilan bahan padat, pengolahan biologis, penyimpanan

sludge dan scum. Sehingga kotoran yang terbuang tidak

mengkontaminasi sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh

masyarakat.

Pembuangan kotoran di sembarang tempat akan berdampak

negatif pada kesehatan manusia yang hidup di sekitarnya karena

kotoran tersebut menjadi sumber penyakit yang dapat ditularkan

melalui serangga, lalat dan kecoa secara mekanis. Penularan

melalui air, tanah dan akanan dapat secara tidak langsung atau

melalui kontak langsung.

Hal tersebut senada dengan pendapat Kusnoputranto (1984)

bahwa kotoran manusia yang berbentuk padat (tinja) maupun cair

(air kemih) harus dikelola dengan baik dan benar. Kotoran tidak

hanya menimbulkan bau dari segi estetika namun tidak baik pula

dari segi virus, bakteri, kista protozoa, telur cacing dan

mikroorganisme patogen lainnya yang terdapat dalam kotoran yang

dapat menyebabkan penyakit pada individu lain.

3. Saluran Pembuangan Air Limbah

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) adalah salah satu

dari persyaratan rumah sehat, dimana dengan SPAL yang tertutup

baik tidak akan menjadi tempat perkembangbiakan maupun

Page 115: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

100

peristirahatan organisme yang mungkin bisa merugikan kesehatan

(Depkes, 1990).

Hasil uji statistik menunjukkanbahwa nilai OR sebesar

2,128 dengan nilai interval CI 95% (1,265-3,581), sehingga dapat

disimpulkan saluran pembuangan air limbah memiliki hubungan

dengan riwayat penyakit diare dengan interpretasi sebagai

penyebab sakit karena nilai OR>1. Nilai OR menunjukkan saluran

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat memiliki

potensi sebesar 2,128 kali menyebabkan diare.

Banyaknya saluran pembuangan air limbah yang tidak

memenuhi syarat di sekitar Sungai Citarum menyebabkan dengan

jumlah 144 responden (59,0%) dari total 244 sampel keseluruhan.

Dari jumlah 144 tersebut 83 orang (57,6%) diantaranya memiliki

riwayat diare. Sehingga faktor wilayah juga dapat mempengaruhi

sarana saluran pembuangan air limbah masyarakat. Hal ini terbukti

banyaknya saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi

syarat.

Hasil ini sesuai dengan Suryani (2012), Kamilla dkk.

(2012) dan Hamzah dkk. (2012) yang menyebutkan saluran

pembuangan air limbah memiliki hubungan yang signifikan

terhadap kejadi diare pada balita.

Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyaknya saluran

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat seperti masih

Page 116: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

101

banyaknya rumah tangga yang membuang limbah rumah tangga ke

saluran terbuka dan tidak tertutup. Jumlah yang didapatkan dari

penelitian ini, yaitu sebanyak 149 rumah tangga dari 244 jumlah

sampel memiliki saluran pembuangan air limbah yang tidak

memenuhi syarat. Hal ini menambah risiko terkena diare terlihat

dari jumlah 149 sebanyak 57,7% diantaranya memiliki riwayat

penyakit diare.

Pemukiman yang memiliki wilayah yang berdekatan

dengan sungai membuat saluran pembuangan air limbah tidak

begitu diperhatikan. Jumlah saluran yang tidak memenuhi syarat

mencapai 59,0% dari total responden dalam penelitian ini memiliki

saluran yang tidak memenuhi syarat. Masih banyaknya rumah

tangga yang memiliki saluran berdekatan dengan sumber air bersih

dan terbuka langsung ke perairan, yaitu Sungai Citarum yang

memang berdekatan dengan pemukiman. Hal ini tidak sesuai

dengan ketentuan yang harus diperhatikan dalam Depkes (1990)

bahwa saluran pembuangan air limbah tidak mencemari sumber air

minum, tidak mengotori permukaan tanah, menghindari

tersebarnya cacing tambang, mencegah berkembangnya lalat dan

serangga lain, tidak menimbulkan bau dan memiliki jarak minimal

10 meter dengan sumber air bersih. Sedangkan pada penelitian ini

masih ditemukan saluran pembuangan air limbah yang memiliki

jarak kurang dari 10 meter dan masih terbuka sehingga

Page 117: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

102

dimungkinkan menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya

serangga dan vektor lainnya. Hal ini dapat menjadikan saluran

pembuangan air limbah menjadi sumber cemaran dan sumber agen

penyakit terutama diare. Hal ini pun diatur dalam Kepmenkes 829

tahun 1999 tentang rumah sehat yang menyebutkan setidaknya

syarat minimal saluran pembuangan air limbah adalah diresapkan

dan tidak mencemari sumber air dengan jarak minimal 10 meter

dari sumber air bersih. Peraturan ini pun memberi batasan yang

paling baik yaitu dialirkan ke selokan tertutup dan diolah lebih

lanjut oleh sistem saluran kota.

4. Sarana Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan

dengan pengaturan terhadap penimbunan; penyimpanan

(sementara, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pemrosesan

dan pembuangan sampah) dengan suatu cara yang sesuai dengan

prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti teknik

(engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan

pertimbangan-pertimbangan lainnya, serta mempertimbangkan

sikap masyarakat. Pengelolaan sampah pada saat ini merupakan

masalah yang kompleks, karena semakin banyaknya sampah yang

dihasilkan, beraneka ragam komposisinya, makin berkembangnya

kota, terbatasnya dana yang tersedia dna masalah lainnya yang

berkaitan (Mubarak dan Chayatin, 2009).

Page 118: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

103

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai OR sebesar

0,353 dengan nilai interval CI 95% (0,201-0,619), sehingga dapat

disimpulkan pengelolaan sampah rumah tangga merupakan faktor

proteksi karena nilai OR<1. Sehingga pengelolaan sampah rumah

tangga yang baik dapat menjaga dari kemungkinan terkena diare.

Hasil CI 95% menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengelolaan sampah rumah tangga dengan riwayat penyakit diare.

Jika melihat OR yang terdapat di hasil dapat disimpulkan bahwa

pengelolaan sampah rumah tangga yang tidak memenuhi syarat

1/0,353 atau 2,83 kali dapat menimbulkan riwayat diare

dibandingkan pengelolaan sampah rumah tangga yang memenuhi

syarat.

Hasil pengisian kuesioner masih banyaknya masyarakat

yang membuang sampah langsung ke perairan terbuka, yaitu

sungai atau ke lapangan terbuka tanpa pengolahan ataupun

pengelolaan oleh pihak tertentu. Sehingga di hasil dapat terlihat

sarana pengolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dapat

mencapai angka 165 responden dari jumlah 244.

Herwanti (2011), Hamzah dkk. (2012), Angeline dkk.

(2012) dan Elfiatri dkk. (2008) pun memiliki hasil yang sama

terhadap hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian

diare. Sehingga pengelolaan sampah harus dikelola dengan baik.

Page 119: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

104

Depkes (1999) menyebutkan syarat sarana pengelolaan

sampah untuk rumah sehat diantaranya yaitu kedap air dan

bertutup. Banyaknya rumah tangga yang masih menggunakan

sarana pengelolaan sampah dengan cara pembuangan ke tanah

terbuka dan tidak memiliki tempat khusus seperti lapangan

terbuka. Belum adanya lahan tempat pembuangan sementara

membuat masyarakat lebih senang membuang ke tempat yang

terbuka yang masih banyak dijumpai di Kelurahan Andir. Hal ini

tidak sesuai dengan syarat Depkes (1999) yang menyebutkan

sarana pengelolaan sampah haruslah kedap air dan bertutup.

Daerah pemukiman yang berdekatan dengan wilayah

sungai pun menjadi alasan kuat masyarakat lebih senang

membuang ke bibir sungai yang tidak tertutup dan cenderung

lembab karena dekat dengan perairan terbuka. Kelembaban sampah

dapat menjadi salah satu faktor penyabab terjadinya riwayat

penyakit diare. Hal ini terkait dengan perkembangbiakan bakteri

dalam sampah yang menyenangi daerah yang lembab.

Dwidjoseputro (1981) menyebutkan pula kadar air ini berhubungan

dengan perkembangbiakan bakteri yang lebih menyukai dalam

keadaan yang basah. Perkembangbiakan bakteri ini akan

berpengaruh pada tejadinya diare yang mayoritas agen penyakit

diare adalah bakteri. Hal ini ditambah dengan kondisi dan jarak

Page 120: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

105

timbunan sampah yang kurang dari 10 meter dari sumber air

bersih.

6.3.2. Hubungan Personal Hygiene Ibu Balita dengan Riwayat

Penyakit Diare

Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat.

Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan

(Depkes RI, 2006).

Wardhani (2010), Yusiana dan Devita (2013) dan Hanif

dkk. (2011) menyebutkan ada hubungan antara praktik personal

hygiene ibu balita dengan kejadian diare balita di Kelurahan

Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Begitupun

dalam penelitian Setyanto (2006) menyebutkan hubungan yang

bermakna antara personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada

balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten

Grobogan. Fatmawati (2003) pun menyatakan ada hubungan antara

personal hygiene dengan kejadian diare.

1. Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar Ibu Balita

Hasil uji statistik menunjukkanbahwa nilai OR sebesar

0,818 dengan nilai interval CI 95% (0,340-1,972), sehingga dapat

disimpulkan kebiasaan mencuci tangan setelah Buang Air Besar

Page 121: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

106

merupakan faktor protektif karena nilai OR<1 namun tidak

memiliki hubungan karena nilai interval CI 95% yang tidak

menunjukkan tidak ada hubungan.

Lauziah (2012), Rosisdi dkk. (2010), Elfiatri (2008) dan

Sinaga dkk (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare. Rompas dkk.,

Amaliah (2010) dan Mansur (2013) menyimpulkan dalam hasil

penelitiannya bahwa ada hubungan antara perilaku cuci tangan

pakai sabun dengan terjadinya diare. Sehingga hubungan antara

cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk mencegah penyakit

termasuk diare.

Hasil penelitian Wardayu (2010), Kamilla dkk. (2012) dan

Taosu dkk. (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan mencuci tangan setelah Buang Air Besar dengan

kejadian diare.

Ketidaksesuaian penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan

cuci tangan setelah buan air besar dengan kejadian diare ini dapat

disebabkan oleh karena kekurangan peneliti dalam menggali dan

mengingatkan responden akan pertanyaan tentang kebiasaan

mencuci tangan setelah Buang Air Besar. Hal ini pun menjadi

salah satu kekurangan dalam metode case control yang seringkali

Page 122: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

107

sulit merekam dan menggali kejadian yang telah berlalu kepada

responden dalam penggalian faktor risiko.

Selain itu variable ini tidak berhubungan bisa terjadi karena

ada beberapa responden yang memang tidak berhubungan

langsung dengan balita atau kesalahan pemiihan responden yang

memiliki pengasuh sehingga tidak terjadi paparan secara langsung

ke balita.

Penelitian ini meneliti ibu balita sebagai responden

sehingga ada kemungkinan balita yang memiliki riwayat penyakit

diare telah mampu makan sendiri dan tidak memiliki paparan

langsung dengan ibu balita sehingga tidak langsung menjadi faktor

risiko. Selain itu dari distribusi kebiasaan cuci tangan setelah

buang air besar pada ibu balita terlihat sudah sangat baik dengan

jumlah 222 (91,0%) dari total sampel 244. Sehingga diare di

Kelurahan Andir tidak disebabkan oleh personal hygiene berupa

kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar karena kebiasaan

responden yang sudah baik. Namun dari jumlah responden yang

memiliki riwayat penyakit diare lebih kecil dari jumlah responden

tidak memiliki riwayat penyakit diare. Hal ini dapat disebabkan

oleh tidak adanya observasi secara langsung kepada responden

sehingga ada kemungkinan responden tidak mengatakan kebiasaan

yang sebenarnya.

2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Ibu Balita

Page 123: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

108

Hasil uji statistik menunjukkanbahwa nilai OR sebesar

0,256 dengan nilai interval CI 95% (0,148-0,443), sehingga dapat

disimpulkan kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita

merupakan faktor proteksi karena nilai OR<1. Nilai CI 95%

menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan

sebelum makan ibu balita dengan riwayat penyakit diare. Nilai OR

menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu

balita yang buruk dapat 1/0,256 atau 3,9 kali menimbulkan

riwayat penyakit diare dibandingkan kebiasaan cuci tangan

sebelum makan ibu balita yang baik.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Taosu dkk. (2013)

dan Kamilla dkk. (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita dengan

kejadian diare pada balita. Hal ini terlihat sudah baiknya reponden

dalam kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita dengan

jumlah mencapai 148 orang dari 244 orang. Jumlah tersebut

mayoritas tidak memiliki riwayat diare dengan jumlah 93 orang.

Hasil survey Environmental Service Program (ESP) tahun

2011 di Indonesia menunjukkan hanya sekitar 3% responden yang

mencuci tangan dengan sabun, dengan rincian: responden yang

mencuci tangan setelah buang air besar hanya 12 %, setelah

membantu BAB (Buang Air Besar) bayi 14 %, sebelum makan

14%, sebelum memberi makan bayi 7 %, dan sebelum menyiapkan

Page 124: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

109

makanan 6 % (World Bank, 2011). Temuan ini sangat

memprihatinkan jika dibandingkan dengan survey yang

membuktikan hampir setiap rumah memiliki sabun. Menjawab

persoalan tersebut, mencuci tangan dengan sabun adalah

penanggulangan paling sederhana dan efektif untuk menahan

penyebaran virus dan bakteri, mulai dari virus penyebab flu,

bakteri penyebab diare, hingga virus dan bakteri yang mematikan

seperti penyebab Hepatitis A. Sementara Department of Infectious

and Tropical Diseases di London, Inggris, menyatakan mencuci

tangan dengan sabun dapat menekan angka kematian akibat

penyakit diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga

42-47%. Lewat studi ini, mencuci tangan diramalkan dapat

mencegah 1 juta kematian anak di seluruh dunia (Depkes, 2007;

Ejemot. et. al, 2007; Curtis. et. al., 2003). Sehingga dari hal

tersebut dapat disimpulkan hubungan yang berkaitan antara

kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan riwayat penyakit

diare. Kebiasaan cuci tangan di Kelurahan Andir sudah baik

sehingga menjadi proteksi dari kejadian penyakit diare.

6.3.3. Hubungan Kebiasaan Jajan dengan Riwayat Penyakit Diare

Pangan jajanan adalah makanan/minuman yang

dipersiapkan dengan teknologi yang sangat sederhana, dimana

seringkali faktor hiegine atau kebersihan kurang diperhatikan,

baik kebersihan bahan yang digunakan, peralatan yang dipakai

Page 125: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

110

maupun kebersihan lingkungannya. Selain itu, karena tingkat

pendidikan pedagang yang relatif rendah dan ketidaktahuannya,

mengakibatkan mereka seringkali menggunakan bahan-bahan

tambahan makanan seperti pemanis, pewarna, pengawet, dan

lain-lain, yang sebenarnya tidak diijinkan untuk bahan-bahan

tersebut dapat lebih murah (Fardiaz & Fardiaz, 1994).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai OR sebesar

0,545 dengan nilai interval CI 95% (0,321-0,925), sehingga dapat

disimpulkan kebiasaan jajan merupakan faktor proteksi karena

nilai OR<1. Nilai CI 95% menunjukkan adanya hubungan antara

kebiasaan jajan dengan riwayat penyakit diare. Nilai OR

menunjukkan bahwa kebiasaan jajan yang buruk dapat 1/0,545

atau 1,83 kali menimbulkan riwayat penyakit diare dibandingkan

kebiasaan jajan yang baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan positif antara

kebiasaan jajan dengan riwayat penyakit diare. Sesuai dengan

penelitian Pradipta dkk. (2013) yang menyebutkan hal yang sama.

Hasil menunjukkan dari 244 responden sebanyak 155 orang

diantaranya memiliki kebiasaan jajan yang buruk. Hal ini dapat

disebabkan motivasi balita yang mengikuti orang banyak dalam

jajan ke pedangan yang sering lewat rumah. Selain itu kebiasaan

orang tua memberikan uang jajan menjadi salah satu faktor dalam

kebiasaan jajan balita. Daerah pemukiman yang padat dengan

Page 126: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

111

jumlah balita yang cukup besar, yaitu 6.587 balita dengan

persentase sebesar 33,4% dari jumlah penduduk Kecamatan

Baleendah. Hal ini dapat menjadi ketertarikan pedagang untuk

berjualan sehingga balita pun tertarik untuk membeli. Pradipta

dkk. (2013) menyebutkan kebiasaan jajan yang buruk terlihat dari

kebiasaan jaajn pada tempat yang memiliki higienitas yang buruk

sehingga dapat memperbesar risiko terkena penyakit diare.

Kebiasaan jajan yang buruk akan menimbulkan risiko

dalam riwayat penyakit diare karena ada kemungkinan jajanan

yang dijual tidak memenuhi prinsip higienis. BPOM RI (2011)

menyebutkan sekitar 40-44% jajajanan anak sekolah belum

memenuhi syarat. Hal ini berkaitan dengan higinietas jajanan yang

masih kurang. Sparringa (2012) menyebutkan jajanan yang

berkualitas harus memperhatikan kualitas air, ventilasi,

pengelolaan air limbah, tempat sampah, tempat cuci tangan, dan

piring, tempat peyimpanan alat makan dan masak, lingkungan

tempat cuci peralatan makan dan masak, higienitas penjaja makan

dan lainnya. Hal ini dapat diasumsikan menjadi penyebab adanya

hubungan antara kebiasaan jajan dengan riwayat penyakit diare

pada balita.

Page 127: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

112

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

1. Sarana air bersih rumah tangga pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung Tahun 2014 75,8% telah memenuhi syarat.

2. Jamban rumah tangga pada balita daerah sepanjang aliran Sungai

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung Tahun 2014 54,1% tidak memenuhi syarat.

3. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 59,0% tidak memenuhi

syarat.

4. Pengelolaan sampah rumah tangga pada balita daerah sepanjang aliran

Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung Tahun 2014 67,6% tidak memenuhi syarat.

5. Kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar ibu balita pada balita

daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 91,0% sudah

baik.

6. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita pada balita daerah

sepanjang aliran Sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 60,7% sudah baik.

Page 128: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

113

7. Kebiasaan jajan pada balita daerah sepanjang aliran Sungai Citarum di

Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun

2014 63,5% masih buruk.

8. Tidak ada hubungan antara sarana air bersih rumah tangga dengan

riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran sungai

Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung Tahun 2014.

9. Ada hubungan antara jamban rumah tangga dengan riwayat penyakit

diare pada balita daerah sepanjang aliran sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 dengan

OR 4,588 dan nilai interval CI 95% (2,676-7,885) sehingga jamban

rumah tangga menjadi penyebab sakit.

10. Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah rumah tangga

dengan riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang aliran

sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten

Bandung Tahun 2014 dengan OR 2,128 dan nilai interval CI 95%

(1,265-3,581) sehingga saluran pembuangan air limbah menjadi

penyebab sakit

11. Ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan riwayat penyakit

diare pada balita daerah sepanjang aliran sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 dengan

OR 0,353 dan nilai interval CI 95% ( 0,201-0,619) sehingga

pengelolaan sampah rumah tangga menjadi faktor proteksi

Page 129: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

114

12. Tidak ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan setelah buang air

besar ibu balita dengan riwayat penyakit diare pada balita daerah

sepanjang aliran sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan

Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014.

13. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita

ibu balita dengan riwayat penyakit diare pada balita daerah sepanjang

aliran sungai Citarum di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah

Kabupaten Bandung Tahun 2014 dengan OR 0,256 dan nilai interval

CI 95% (0,148-0,443) sehingga cuci tangan sebelum makan ibu balita

menjadi faktor proteksi.

14. Ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan riwayat penyakit diare

pada balita daerah sepanjang aliran sungai Citarum di Kelurahan

Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2014 dengan

OR 0,545 dan nilai interval CI 95% (0,321-0,925) sehingga kebiasaan

jajan menjadi faktor proteksi

5.2.Saran

5.2.1. Pemerintah

1. Ditingkatkannya sarana air bersih rumah tangga dengan

melengkapi sarana air bersih yang masih tidak memenuhi

syarat dengan pengadaan sarana air bersih yang terlindung

komunal di tiap RT ataupun penyediaan pipa ledeng oleh

Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Dinas

Page 130: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

115

Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten

Bandung.

2. Ditingkatkannya pengadaan dan kualitas jamban rumah

tangga dengan pengadaan jamban sehat bagi keluarga yang

belum memiliki jamban rumah tangga yang memenuhi

syarat atau pengadaan jamban keluarga komunal di tiap RT

oleh Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Dinas

Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten

Bandung berkoordinasi dengan Puskesmas Baleendah.

3. Ditingkatkannya saluran pembuangan air limbah rumah

tangga dengan pengadaan saluran pembuangan limbah

rumah tangga kota terpusat dengan pengelolaan lebih lanjut

serta penutupan saluran pembuangan air limbah yang masih

terbuka Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Dinas

Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten

Bandung.

4. Ditingkatkannya pengelolaan sampah rumah tangga dengan

pengadaan tempat pengelolaan sampah di tiap RT oleh

pihak Kelurahan Andir dengan pengajuan ke Pemerintah

Kabupaten Bandung dan pengangkutan sampah pada tempat

pengumpulan sampah terbuka oleh Dinas Perumahan,

Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten Bandung.

Page 131: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

116

5. Diperlukannya pengawasan terhadap jajanan yang dijual

bebas di masyarakat sekitar aliran Sungai Citarum oleh

Dinas Kesehatan bekerjasama dengan BPPOM Kabupaten

Bandung.

6. Pemasangan papan peringatan terkait pelarangan

membuang sampah maupun limbah ke Sungai Citarum

5.2.2. Puskesmas

1. Pemberian informasi kepada ibu balita akan pengawasan

kebiasaan jajan balita dan penertiban dengan pengawasan

Dinas Kesehatan bagi jajanan yang tidak sehat yang dijual

bebas melalui penyuluhan oleh kader Posyandu yang

berkoordinasi dengan Puskesmas Baleendah.

2. Pemberian informasi akan peningkatan sarana air bersih

dengan penggantian sarana air bersih yang belum terlindung

dengan sarana air bersih yang terlindung.

3. Pemberian informasi akan peningkatan jamban keluarga

dengan pembuangan melalui septic tank tidak langsung

membuang ke Sungai Citarum.

4. Sosialisasi informasi akan penutupan dan pembuatan

saluran pembuangan air limbah ke sumber resapan di setiap

RW.

5. Sosialisasi informasi dan edukasi mengenai pengelolaan

sampah yang baik dan benar.

Page 132: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

117

6. Advokasi dan pengajuan terkait sarana sanitasi dasar yang

belum memenuhi syarat ke Dinas Pekerjaan Umum dan

Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan

Kabupaten Bandung melalui Kelurahan Andir.

5.2.3. Peneliti

1. Dilakukannya penelitian yang lebih mendalam dengan studi

kualitatif tentang permasalahan sanitasi dasar, personal

hygiene dan kebiasaan jajan pada balita

2. Dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan kontrol yang

lebih banyak dan pengukuran yang lebih valid dan reliabel.

Page 133: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review. Universitas Indonesia

Affandi, Apun. 2000. Sungai di Bandung Tercemar Bakteri Berbahaya. Bandung: Indopubs.

Ahlquist D.A, and Camilleri M., 2005. Diarrhea and Constipation. In: Harrison’s Principles Of Internal Medicine 16th ed. USA: McGraw Hill

Amaliah, Fitri. 2010. Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Faktor Budaya Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Prosiding Seminar Nasional Unimus 2010: h.91-97

Angeline, Yuki Laura. I. Marsaulina. E. Naria. 2013. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan Diare Serta Kualitas Air Pada Pengguna Air Sungai Deli Di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012 . Jurnal Lingkungan Dan Keselamatan Kerja Vol. 2 No.3, 2013: h. 1-8

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Anwar, Athena. A. Musadad. 2009. Pengaruh Akses Penyediaan Air Bersih Terhadap Kejadian Diare Pada Balita. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8, No. 2, Juni 2009: h. 953-963

Arisman. 2008. Keracunan Makanan. Jakarta: EGC.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat Per Kecamatan di Kabupaten Bandung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia .Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

Bumulo, Septian Bumulo. 2014. Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih Dan Jenis Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2012. Skripsi. Gorontalo: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.

Page 134: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Cairncross, Sandy. et. al. 2010. Water, Sanitation and Hygiene for The Prevention of Diarrhoea. International Journal of Epidemiology 2010 Vol. 39: p. i193-i205.

Charerntanyarak, Lertchai. et.al. 2011. Environmental Burden of Diarrhea for Water, Sanitation and Hygiene in Thailand. Epidemiology Vol. 22, Issue 1, January 2011, January (Suplement 2011, 2010 Joint Conference of International Society of Exposure Science & International Society for Environmental Epidemiology): p. s153

Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Berdasar Prinsip IKVE 1741. Jakarta: CV Sagung Seto.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Pengawasan Kualitas Air untuk Penyediaan Air Bersih Pedesaan dan Kota Kecil.. Jakarta: Dirjen PPM & PLP Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Penyehatan Air dalam Program Penyediaan dan Pengolahan Air Bersih Buku Pedoman Bagi Para Pengelola Program. Jakarta: Dirjen PPM & PLP Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000.Buku Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi untuk Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000.Buku Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Jakarta: Direktorat Promosi Kesehatan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000.Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2003. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: Direktorat Jendral PP & PL.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI.

Page 135: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Elfiatri, Vera. Hari Kusnanto. Lutfan Lazuardi. 2007. Analisis Spasial Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Sebagai Faktor Risiko Diare Di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Tahun 2007. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gadjah Mada

Eshete, Wondwossen Birke. et.al. 2009. Environmental Determinants of Diarrhea among Children in Nekemte Town, Western Ethiopia.Epidemiology, Vol. 20, Issue 6: p. s23

Fathonah, Siti. 2005. Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: UNNES Press.

Fatmawati, Heny. 2003. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif, Mpasi, Higiene Perorangan Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Bayi 4-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Kudus. Skripsi.Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Diponegoro University.

Gunawan, Andang. 2001. Food Combining. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hamzah. A. Arsin. J. Ansar. 2012. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo Tahun 2012. Skripsi. Makasar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin

Hannif, N.S. Mulyani, S. Kuscithawati. 2011. Faktor Risiko Diare Akut Pada Balita. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 27, No. 1, Maret 2011: h. 10-17

Hartojo, Ade. 2003. Hubungan Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Langensari Kabupaten Ciamis, Agustus - Sepember 2003. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ibrahim. 2003. Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih, Pembuangan Limbah Dan Karakteristik Individu Dengan Kejadian Diare Balita Di Kota Solok, Sumatra Barat. Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Judarwanto, Widodo. 2012. Perilaku Makan Anak Sekolah. Artikel. Jakarta: Depkes RI.

Junias, Marylin. E. Balelay. 2008. Hubungan Antara Pembuangan Sampah Dengan Kejadian Diare Pada Penduduk Di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. MKM Vol. 03, No. 02, Desember 2008: h. 92-104

Kamila, Laila. dkk. 2009. Hubungan Praktek Personal HygieneIbu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur. Jurnal

Page 136: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2, Oktober 2012: hal. 138-143

Kamilla, Laila. Suhartono. Nur Endah W. 2012. Hubungan Praktek Personal Hygieneibu Dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Kampung Dalam Kecamatan Pontianak Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11, No. 2, Oktober 2012: h. 138-143

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Data Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes RI.

Kosek, M. et al. 2003. The Global Burden of Diarrhoeal Disease, as Estimated form Studies Published Between 1992 and 2000. Bulletin of the World Health Organization 2003: p. 197-204

Kristianto, Yohannes. 2010. Panduan Memilih dan Belanja Makanan Sehat. Yogyakarta: Nailil Printika.

Kusnoputranto, Haryoto dan Dewi Susanna. 2000. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Kusnoputranto, Haryoto. 1984. Air Limbah dan Ekskreta Manusia Aspek Kesehatan Masyarakat dan Pengelolaannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Laporan 20 Penyakit Terbanyak Kabupaten Bandung.

Lauziah, Farah. 2012. Hubungan Penyediaan Air Minum Dan Perilaku Higiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Sugihwaras, Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Longginus, Lowa. 2004. Hubungan Cakupan Penyediaan Air Bersih Dan Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diarerelation. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Mahfoedz, Ircham. 2004. Menjaga Kesehatan Rumah dari Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Fitrayana.

Page 137: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Mansur, Fauzi. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita Di Kabupaten Magelang. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Muhajirin. 2007. Hubungan antara Praktek Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Munthe, Seri Asnawati. 2012. Hubungan Kondisi Lokasi dan Alat Perlengkapan pada Depot Air Minum Isi Ulang (Amiu)dengan Kualitas Bakteriologi di Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2012. Medan: Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Noor, Nur Nasry. 2007. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Bandung: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Kesehatan Masyarakat. Bandung: Rineka Cipta.

Partawihardja, S. 1991. Pengantar Diare Akut Anak Diare Kronik Anak Suatu Pengenalan Awal Penatalaksanaan Dietetik Penderita Diare Anak. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Pebriani, Rahma Ayu. S. Dharma. E. Naria. 2013 .Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Jamban Keluarga Dan Kejadian Diare Di Desa Tualang Sembilar Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2012. Jurnal Lingkungan Dan Keselamatan Kerja Vol. 2, No. 3, 2013: h. 1-5

Penny, Liana. dkk. 2012. Kajian Perilaku Masyarakat Membuang Sampah di Bantaran Sungai Martapura terhadap Lingkungan Perairan. Jurnal EnviroScience 8 Tahun 2012: hal. 117-126.

Pradipta, Aditya. Djallalluddin Djallalluddin, Metria S.N. Hubungan Perilaku Jajan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di Kel. Cempaka Kec. Cempakakota Banjarbaru

Pradipta, Aditya. Djallalluddin, Meitria S. N. 2013. Hubungan Perilaku Jajan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar. Berkala Kedokteran Vol. 9, No. 1, April 2013: h. 81-86

Pratama, Riki Nur. 2013. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dan Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Sumurejo

Page 138: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Priambodo, Agung. dkk. 2006. Analisis Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwungterhadap Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur. Buletin Ekonomi Perikanan Vol. VI, No. 2 tahun 2006: hal. 20-29

Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2010.

Profil Dinas Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2009.

Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2012.

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.

Profil Puskesmas Baleendah Tahun 2011

Prosiding Pertemuan Konsultasi Masyarakat 2 BAPPEDA Jawa Barat 2011.

Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika

Pruss, Annete. et al. 2002. Estimating The Burden Disease from Water, Sanitation and Hygiene at Global Level.

Purwaningsih, Hidayani. 2009. Analisis Hubungan Antara Kondisi Sanitasi, Air Bersih dan Penderita Diare di Jawa Timur. Tugas Akhir. Surabaya: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Rompas, Megaria. Josef Tuda. Tati Ponidjan. 2012. Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Di SD Gmim Dua Kecamatan Tareran. Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 1, 2012

Said, Nusa Idaman. 1999. Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air. Jakarta: Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. 2011. Panduan Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustakaraya

Page 139: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Sanropie, Djasio. dkk. 1984. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK-TS) . Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Sardjana, 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Lemlit UIN Jakarta & UIN Jakarta Press

Setyanto. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Umur 6-24 Bulan Di Rawat Inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Sinaga, Fiesta Oktorina. Surya Dharma. Irnawati Marsaulina. Hubungan Kondisi Lingkungan Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012. Jurnal Lingkungan Dan Keselamatan Kerja Vol. 2, No. 3, 2013: h. 1-5

Sparringa, Roy. 2012. Pangan Jajanan Anak Sehat. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

Subagyo. 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Suganda, Emirhadi. dkk. 2009. Pengelolaan Lingkungan dan Kondisi Masyarakat pada Wilayah Hilir Sungai. Jurnal Makara Sosial Humaniora Vol.13 No. 2, Desember 2009: hal. 143-153.

Suryani, Defin Riski. 2012. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suwantoro, Suwantoro. 2006. Hubungan Antara Ketersediaan Dan Pemanfaatan Sarana Air Bersih Dan Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Taosu, Stefen Anyerdy. R. Azizah. 2013. Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Dan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Bena Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1, Juli 2013: h. 1-6

Tarigan, Putri Sortaria. 2008. Hubungan Kerentanan Kondisi Fisik, Sanitasi Dasar Rumah dan Tingkat Risiko Lokasi Permukiman Penduduk dengan

Page 140: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan di Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur Tahun 2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Sekolah Menengah Atas Kelas X Jilid 1. Departemen Pendidikan Nasional.

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

Usfar, Avita A. et. al. Food and Personal Hygiene Perceptions and Practices among Caregivers Whose Children Have Diarrhea: A Qualitative Study of Urban Mothers in Tangerang, Indonesia. Journal of Nutrition Education and Behavior Vol. 42, Number 1, 2010: p. 33-40.

Wagner, E. G. dan J. N. Lanoix. 1958. Excreta Disposal For Rural Areas and Small Comminities. Geneva: WHO.

Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.

Wardayu , Tintisnowati Guritno. 2010. Hubungan Antara Kondisi Sanitasi Dan Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Anak Batita Di Desa Grudo Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Wardhani, Dea Priska Kusuma. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi Kejadian Diare Pada Bayi Umur 7-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012: h. 945-954

Wardhani, Siska Jaya. 2010. Hubungan Antara Praktik Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Wibowo, Tony. 2004. Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada bayi dan anak balita di Indonesia. Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Wicaksono, Dwi Fajar. dkk. 2013. Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 1, No. 2, Juni 2013: h. 85-92

Page 141: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Widjaja. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

World Bank. 2011. Handwashing with Soap TwoPaths to National Scale Programs Lessons from the Field: Vietnam and Indonesia. Jakarta: Water and Sanitation Program World Bank.

World Health Organization dan United Nations Children’s Fund. 2000. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report. Geneva: WHO and UNICEF Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation

World Health Organization. 2009. WHO Fact Sheet of Diarrheal Disease. Geneva: WHO.

World Health Organization. 2010. Global Water Supply and Sanitation Assesment. Geneva: WHO.

Wulandari, Anjar Purwidiana. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diarep pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yusiana, Maria Anita. Devita Maharani W. S. 2013. Personal Hygiene Ibu Yang Kurang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Ruang Anak. Jurnal Stikes Vol. 6, No. 1, Juli 2013: h. 119-128

Page 142: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 143: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 144: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 145: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 146: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 147: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 148: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 149: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 150: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR, PERSONAL HYGIENE IBU BALITA DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN RIWAYAT PENYAKIT DIARE PADA BALITA DAERAH SEPANJANG ALIRAN SUNGAI CITARUM DI KELURAHAN ANDIR KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014

LEMBAR KESEDIAAN RESPONDEN

Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Saya, Fuad Hilmi Sudasman adalah mahasiswa Kesehatan Lingkungan Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian tentang “HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR, PERSONAL HYGIENE IBU BALITA DAN KEBIASAAN JAJAN TERHADAP RIWAYAT PENYAKIT DIARE PADA BALITA DAERAH SEPANJANG ALIRAN SUNGAI CITARUM DI KELURAHAN ANDIR KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2014”.

Kami berharap Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian kami dengan menjawab pertanyaan yang ada di kuisioner ini. Informasi yang anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya. Jika anda bersedia di mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Data Responden 1. Nomor responden : ____________________________ 2. Nama responden : ____________________________ 3. Hari/tanggal pengamatan : ____________________________

Dengan ini bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

, 2014

Responden

(...............................................)

Pemeriksa

(.............................................)

Page 151: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

No. Responden

Desa/Kelurahan

RT/RW

Status Responden Kasus/Kontrol*

IDENTIFIKASI RESPONDEN (*Balita) KODING

IR 1 Nama Responden

IR 2 Jenis kelamin*

IR 3 Umur *

IR 4 No Hp/Email

IDENTITAS PENELITI

IP 1 Nama

IP 2 Kode

IP 3 Tanggal wawancara

/ /2014

IP 4 Jam mulai wawancara

Jam :

IP 5 Jam selesai wawancara

Jam :

I. Kejadian Diare

A. Kejadian Diare

A.1 Apakah keluarga balita ibu memiliki riwayat penyakit diare? (Diare= buang air besar lembek/cari bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, biasanya 3 kali/lebih dalam sehari) 1. Ya 2. Tidak

[ ] A.1

A.2 Berapa lama balita ibu menderita penyakit diare? ______________hari

[ ] A.2

Page 152: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

II. Kondisi Sanitasi Dasar

B. Sarana Air Bersih Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1,2,3,4,5,6 atau 7) dengan checklist/tanda silang/membulati!

B.1 Apa jenis sarana air bersih yang digunakan sebagai sumber air bersih di rumah ibu/bapak/saudara/i? (Jika jawaban 6/7 langsung lanjutkan ke soal bagian C)

1. Sumur pompa/sumur bor 2. Sumur gali/sumur gali dengan pompa listrik 3. Ledeng/PAM/Perpipaan 4. Perlindungan Mata Air (PMA) 5. Penampungan Air Hujan (PAH) 6. Sungai/Kali 7. Lain-Lain, Sebutkan_____________________

[ ] B.1

B.2 Bagaimana kondisi fisik sarana air bersih yang digunakan? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian C)

1. Terlindung (kondisi fisik baik) 2. Tidak Terlindung (kondisi fisik tidak baik)

[ ] B.2

B.3 Apakah di sekeliling/sekita dari sarana air bersih (kurang lebih 1 meter) disemen? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian C)

1. Ya 2. Tidak

[ ] B.3

B.4 Bagaimana kebersihan sarana air bersih dan sekelilingnya? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian C

1. Tidak ada sampah dan /atau pencemar lainnya (bersih)

2. Terdapat sampah dan/atau pencemar lainnya (tidak bersih)

[ ] B.4

B.5 Bagaimana jarak sarana air bersih ke tempat pembuangan kotoran manusia/sumber pencemar? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian C

1. Lebih dari/sama dengan 10 meter 2. Kurang dari 10 meter

[ ] B.5

B.6 Apakah ada sumber pencemar lain (kotoran, hewan, sampah) di sekitar sarana air bersih? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian C)

1. Ya 2. Tidak

[ ] B.6

Page 153: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

B.7 Apakah ada genangan air di sekitar sarana air bersih? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian C)

1. Ya 2. Tidak

[ ] B.7

B.8 Apakah ada serangga atau binatang pengerat (tikus) yang bersarang di sekitar sarana air bersih? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian C)

1. Ya 2. Tidak

[ ] B.8

C. Jamban Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1,2,3,4,5,6 atau 7) dengan checklist/tanda silang/membulati!

C.1 Dimanakah ibu buang air besar? (Jika jawaban 2,3,4,5 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Kakus 2. Kali 3. Empang 4. Kebun 5. Lain-lain, Sebutkan _______________________

[ ] C.1

C.2 Jika di kakus, apa jenis kakus/jamban ibu? (Jika jawaban 1,2,4,6 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Cemplung 2. Cubluk 3. Angsa latrine 4. Plengsengan 5. Septik tank 6. Lain-lain, sebutkan ________________________

[ ] C.2

C.3 Apakah ibu memiliki kakus/jamban sendiri? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Ya 2. Tidak

[ ] C.3

C.4 Bagaimana kondisi fisik jamban yang ada? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Tidak rusak dan terawat (baik) 2. Rusak dan tidak terawat (tidak baik)

[ ] C.4

Page 154: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

C.5 Bagaimana kebersihan jamban dan lingkungan sekitar jamban tersebut? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Bersih 2. Tidak bersih

[ ] C.5

C.6 Bagaimana jarak jamban ke sarana air bersih? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Lebih dari/ sama dengan 10 meter 2. Kurang ari 10 meter

[ ] C.6

C.7 Apakah ada sumber pencemar lain (kotoran, hewan, sampah) di sekitar jamban? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Ya 2. Tidak

[ ] C.7

C.8 Apakah ada genangan air di sekitar jamban? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Ya 2. Tidak

[ ] C.8

C.9 Apakah ada serangga atau binatang pengerat (tikus) yang bersarang di sekitar jamban? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian D)

1. Ya 2. Tidak

[ ] C.9

D. Saluran Pembuangan Air Limbah Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1,2,3,4,5,6 atau 7) dengan checklist/tanda silang/membulati!

D.1 Apakah ibu memiliki SPAL di rumah? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Ya 2. Tidak

[ ] D.1

D.2 Apa jenis SPAL di rumah ibu yang digunakan? (Jika jawaban 1,4,5,6 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Pembuangan umum 2. Digunakan untuk menyiram tanaman 3. Dibuang ke lapangan peresapan 4. Dialirkan ke saluran terbuka 5. Dialirkan ke salurna tertutup/selokan 6. Lain-lain, sebutkan ___________________

[ ] D.2

Page 155: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

D.3 Bagaimana kondisi fisik SPAL yang ada? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Terlidung, tertutup dan tidak berdekatan dengan sumber air bersih (baik)

2. Tidak terlidung, terbuka dan berdekatan dengan sumber air bersih (tidak baik)

[ ] D.3

D.4 Apakah konstruksi SPAL disemen? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Ya 2. Tidak

[ ] D.4

D.5 Bagaiman akebersihan SPAL dan lingkungan sekitar SPAL tersebut? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Bersih 2. Tidak bersih

[ ] D.5

D.6 Bagaimana jarak SPAL ke sarana air bersih? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Lebih dari/sama dengan 10 meter 2. Kurang dari 10 meter

[ ] D.6

D.7 Apakah ada sumber pencemar lain (kotoran, hewan, sampah) di sekitar SPAL? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Ya 2. Tidak

[ ] D.7

D.8 Apakah ada genangan air di sekitar SPAL? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Ya 2. Tidak

[ ] D.8

D.9 Apakah ada serangga atau binatang pengerat (tikus) yang bersarang di sekitar SPAL? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian E)

1. Ya 2. Tidak

[ ] D.9

Page 156: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

E. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1,2,3,4,5,6 atau 7) dengan checklist/tanda silang/membulati!

E.1 Dimanakah ibu membuang sampah? (Jika jawaban 1,3,4,5 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Ditumpuk tanpa penutupan (open dumping) 2. Dibuat kompos 3. Dibakar 4. Sanitary landfill 5. Lain-lain, sebutkan ______________________

[ ] E.1

E.2 Bagaimana kondisi fisik tempat pengumpulan sampah yan ada? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Baik 2. Tidak baik

[ ] E.2

E.3 Bagaiamana kebersihan tempat sampah dan lingkungan sekitar tempat sampah tersebut? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Bersih 2. Tidak bersih

[ ] E.3

E.4 Bagaiamana jarak tempat sampah ke sarana air bersih? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Lebih dari/sama dengan 10 meter 2. Kurang dari 10 meter

[ ] E.4

E.5 Apakah ada sumber pencemar lain (kotoran, hewan) di sekitar tempat sampah? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Ya 2. Tidak

[ ] E.5

E.6 Apakah ada genangan air di sekitar tempat sampah? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Ya 2. tidak

[ ] E.6

E.7 Apakah ada serangga atau binatang pengerat (tikus yang bersarang di sekitar tempat sampah? (Jika jawaban 1 langsung lanjutkan ke soal bagian F)

1. Ya 2. Tidak

[ ] E.7

Page 157: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

F. Personal Hygiene Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1,2,3,4,5,6 atau 7) dengan checklist/tanda silang/membulati!

F.1 Apakah ibu mencuci tangan setelah buang air besar? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian F.4)

1. Ya 2. Tidak

[ ] F.1

F.2 Apakah ibu mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian F.4)

1. Ya 2. tidak

[ ] F.2

F.3 Apakah ibu mencuci tangan dengan menggosok tangan, sela-sela jari dan kuku setelah buang air besar? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian F.4)

1. Ya 2. Tidak

[ ] F.3

F.4 Apakah ibu mencuci tangan sebelum memberi makan balita ibu? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian G)

1. Ya 2. Tidak

[ ] F.4

F.5 Apakah ibu mencuci tangan menggunakan sabun sebelum memberi makan balita ibu? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian G)

1. Ya 2. tidak

[ ] F.5

F.6 Apakah ibu mencuci tangan, sela-sela jari dan kuku sebelum memberi makan balita ibu? (Jika jawaban 2 langsung lanjutkan ke soal bagian G)

1. Ya 2. Tidak

[ ] F.6

Page 158: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

G. Kebiasaan Jajan Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1 atau 2) dengan checklist/tanda silang/membulati!

G.1 Apakah ibu pernah memberikan balita jajan/makan di sembarang tempat (pedagang kaki lima)? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.1

G.2 Apakah balita ibu pernah meminta uang jajan/makan di sembarang tempat kepada ibu? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.2

G.3 Apakah balita ibu pernah mengerubuni/ikut membeli jajanan pada pedagang yang suka berkeliling? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.3

G.4 Apakah balita ibu pernah mengerubuni/ikut membeli jajanan pada pedagang yang suka berkeliling? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.4

G.5 Apakah balita ibu pernah membeli jajanan di tempat yang seadanya dan penjual yang tidak mencuci tangan? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.5

G.6 Apakah balita ibu pernah membeli jajanan dengan bentuk dan bau yang tidak normal? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.6

G.7 Apakah balita ibu pernah membeli jajanan dengan warna yang mencolok? (Jika jawaban 1 sudahi wawancara)

1. Ya 2. Tidak

[ ] G.7

Page 159: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

III. Lembar Observasi (Diisi Oleh Peneliti) Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling benar (1,2,3,4,5,6 atau 7) dengan checklist/tanda silang/membulati! (untuk kolom pemenuhan syarat harap dikosongkan)

Aspek Sanitasi Dasar Karekteristik/Jenis Pemenuhan Syarat Sarana Air Bersih

Jenis sarana air bersih

1. PAM 2. SGL 3. SPT 4. PL 5. PMA 6. MA 7. Lainnya

Kualitas Air Keruh/Tidak Berasa/Tidak Berbau/Tidak Berwarna/Tidak

Jarak Sarana Air Bersih dari Sumber Pencemar

______________Meter

Konsumsi 1. Sarana Air Bersih tanpa dimasak 2. Sarana Air Bersih dengan dimasak 3. Sarana Air Lain

Jamban 1. LA/ST 2. CB/ST 3. PL/ST 4. Non ST 5. MCK

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

1. Angkut 2. Bakar 3. Timbun 4. TPS Rumah 5. TPS Umum 6. Sungai

Saluran Pembuangan Air Limbah

1. Terbuka 2. Tertutup

*PAM (Pengolahan Air Minum/PDAM), PP (Perpipaan), SGL (Sumur Gali), SPT (Sumur Pompa Tangan), PL (Pompa Listrik), PMA (Perlindungan Mata Air). MA (Mata Air), PAH (Penampungan Air Hujan), LA (Latrine Angsa), CB (Cubluk), PL (Plengsengan), ST (Septic Tank)

Page 160: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 161: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT
Page 162: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

Page 163: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

.881 42

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

B.1 60.00 105.379 .389 .886

B.2 61.27 117.513 .482 .879

B.3 61.27 117.513 .482 .879

B.4 61.23 118.116 .340 .880

Page 164: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

B.5 61.33 118.782 .497 .880

B.6 61.27 118.271 .366 .880

B.7 60.97 119.757 .072 .883

B.8 60.97 119.757 .072 .883

C.1 61.00 112.621 .762 .874

C.2 59.87 91.361 .691 .878

C.3 61.00 112.621 .762 .874

C.4 61.00 112.621 .762 .874

C.5 61.00 112.621 .762 .874

C.6 61.00 112.621 .762 .874

C.7 60.40 121.834 -.267 .883

C.8 61.03 112.999 .742 .874

C.9 61.03 112.999 .742 .874

Page 165: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

D.1 59.23 103.495 .523 .878

D.2 60.97 119.895 .059 .883

D.3 60.93 119.651 .080 .883

D.4 60.93 119.651 .080 .883

D.5 60.90 119.197 .121 .882

D.6 60.90 119.197 .121 .882

D.7 60.87 118.257 .206 .881

D.8 60.93 121.237 -.063 .885

D.9 60.93 121.237 -.063 .885

E.1 60.27 115.513 .201 .884

E.2 60.63 115.620 .514 .877

E.3 60.70 115.941 .448 .878

E.4 60.67 115.747 .481 .878

Page 166: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

E.5 60.70 115.941 .448 .878

E.6 60.67 115.747 .481 .878

E.7 60.67 115.747 .481 .878

F.1 61.17 116.695 .447 .878

F.2 61.17 116.695 .447 .878

F.3 61.17 116.695 .447 .878

F.4 61.13 114.189 .698 .875

F.5 61.17 114.557 .697 .876

F.6 61.20 115.752 .600 .877

G.1 61.13 114.189 .698 .875

G.2 61.17 114.557 .697 .876

Page 167: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

G.3

G.4

G.5

G.6

G.7

61.20

61.17

61.13

61.20

61.13

115.752

114.189

115.752

114.557

114.189

.600

.697

.698

.600

.697

.877

.879

.878

.877

.877

Page 168: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Analisis Univariat

Statistics

A.1 Apakah

memiliki riwayat

penyakit diare?

BB Sarana Air

Bersih CC Jamban

DD Saluran

Pembuangan Air

Limbah

E.1 Sarana

pengelolaan

sampah

memenuhi syarat?

F.1 Kebiasaan

cuci tangan

memakai sabun

setelah BAB?

F.2 Kebiasaan

cuci tangan

memakai sabun

sebelum makan?

G.1 Kebiasaan

jajan?

N Valid 244 244 244 244 244 244 244 244

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kasus 122 50.0 50.0 50.0

Kontrol 122 50.0 50.0 100.0

Total 244 100.0 100.0

Page 169: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

BB Sarana Air Bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 59 24.2 24.2 24.2

Memenuhi Syarat 185 75.8 75.8 100.0

Total 244 100.0 100.0

CC Jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 132 54.1 54.1 54.1

Memenuhi Syarat 112 45.9 45.9 100.0

Total 244 100.0 100.0

Page 170: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

DD Saluran Pembuangan Air Limbah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 144 59.0 59.0 59.0

Memenuhi Syarat 100 41.0 41.0 100.0

Total 244 100.0 100.0

E.1 Sarana pengelolaan sampah memenuhi syarat?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Memenuhi syarat 79 32.4 32.4 32.4

Tidak memenuhi syarat 165 67.6 67.6 100.0

Total 244 100.0 100.0

Page 171: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai sabun setelah BAB?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 222 91.0 91.0 91.0

Buruk 22 9.0 9.0 100.0

Total 244 100.0 100.0

F.2 Kebiasaan cuci tangan memakai sabun sebelum makan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 148 60.7 60.7 60.7

Buruk 96 39.3 39.3 100.0

Total 244 100.0 100.0

Page 172: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

G.1 Kebiasaan jajan?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 89 36.5 36.5 36.5

Buruk 155 63.5 63.5 100.0

Total 244 100.0 100.0

Page 173: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BB Sarana Air Bersih * A.1

Apakah memiliki riwayat

penyakit diare?

244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

CC Jamban * A.1 Apakah

memiliki riwayat penyakit diare? 244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

DD Saluran Pembuangan Air

Limbah * A.1 Apakah memiliki

riwayat penyakit diare?

244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

Page 174: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

E.1 Sarana pengelolaan

sampah memenuhi syarat? *

A.1 Apakah memiliki riwayat

penyakit diare?

244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

F.1 Kebiasaan cuci tangan

memakai sabun setelah BAB? *

A.1 Apakah memiliki riwayat

penyakit diare?

244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

F.2 Kebiasaan cuci tangan

memakai sabun sebelum

makan? * A.1 Apakah memiliki

riwayat penyakit diare?

244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

G.1 Kebiasaan jajan? * A.1

Apakah memiliki riwayat

penyakit diare?

244 100.0% 0 .0% 244 100.0%

Page 175: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

BB Sarana Air Bersih * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit

diare?

Total

Kasus Kontrol

BB Sarana Air Bersih Tidak Memenuhi Syarat Count 33 26 59

% within BB Sarana

Air Bersih 55.9% 44.1% 100.0%

Memenuhi Syarat Count 89 96 185

% within BB Sarana

Air Bersih 48.1% 51.9% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within BB Sarana

Air Bersih 50.0%

50.0% 100.0%

Page 176: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.095a 1 .295

Continuity Correctionb .805 1 .370

Likelihood Ratio 1.097 1 .295

Fisher's Exact Test

.370 .185

Linear-by-Linear Association 1.091 1 .296

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 177: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95% Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for BB Sarana Air Bersih (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi

Syarat) 1.369 .759 2.468

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kasus 1.163 .886 1.525

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kontrol .849 .617 1.169

N of Valid Cases 244

Page 178: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

CC Jamban * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit

diare?

Total

Kasus Kontrol

CC Jamban Tidak Memenuhi Syarat Count 88 44 132

% within CC Jamban 66.7% 33.3% 100.0%

Memenuhi Syarat Count 34 78 112

% within CC Jamban 30.4% 69.6% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within CC Jamban 50.0% 50.0% 100.0%

Page 179: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 31.952a 1 .000

Continuity Correctionb 30.517 1 .000

Likelihood Ratio 32.711 1 .000

Fisher's Exact Test

.000 .000

Linear-by-Linear Association 31.821 1 .000

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 56,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 180: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95%

Confidence

Interval

Lower Upper

Odds Ratio for CC Jamban (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi Syarat) 4.588 2.670 7.885

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kasus 2.196 1.618 2.980

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kontrol .479 .365 .627

N of Valid Cases 244

Page 181: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

DD Saluran Pembuangan Air Limbah * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki

riwayat penyakit diare?

Total

Kasus Kontrol

DD Saluran Pembuangan Air Limbah Tidak Memenuhi Syarat Count 83 61 144

% within DD Saluran Pembuangan Air Limbah 57.6% 42.4% 100.0%

Memenuhi Syarat Count 39 61 100

% within DD Saluran Pembuangan Air Limbah 39.0% 61.0% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within DD Saluran Pembuangan Air Limbah 50.0% 50.0% 100.0%

Page 182: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.201a 1 .004

Continuity Correctionb 7.472 1 .006

Likelihood Ratio 8.254 1 .004

Fisher's Exact Test

.006 .003

Linear-by-Linear Association 8.168 1 .004

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 50,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 183: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for DD Saluran Pembuangan Air Limbah (Tidak Memenuhi Syarat / Memenuhi

Syarat) 2.128 1.265 3.581

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kasus 1.478 1.114 1.960

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kontrol .694 .543 .889

N of Valid Cases 244

Page 184: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

E.1 Sarana pengelolaan sampah memenuhi syarat? * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki riwayat

penyakit diare?

Total

Kasus Kontrol

E.1 Sarana pengelolaan sampah memenuhi

syarat?

Memenuhi syarat Count 26 53 79

% within E.1 Sarana pengelolaan

sampah memenuhi syarat? 32.9% 67.1% 100.0%

Tidak memenuhi syarat Count 96 69 165

% within E.1 Sarana pengelolaan

sampah memenuhi syarat? 58.2% 41.8% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within E.1 Sarana pengelolaan

sampah memenuhi syarat? 50.0% 50.0% 100.0%

Page 185: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 13.646a 1 .000

Continuity Correctionb 12.654 1 .000

Likelihood Ratio 13.855 1 .000

Fisher's Exact Test

.000 .000

Linear-by-Linear Association 13.590 1 .000

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 186: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for E.1 Sarana pengelolaan sampah memenuhi syarat? (Memenuhi syarat / Tidak memenuhi syarat) .353 .201 .619

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kasus .566 .402 .795

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kontrol 1.604 1.266 2.034

N of Valid Cases 244

Page 187: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai sabun setelah BAB? * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit

diare?

Total

Kasus Kontrol

F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai

sabun setelah BAB?

Baik Count 110 112 222

% within F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai

sabun setelah BAB? 49.5% 50.5% 100.0%

Buruk Count 12 10 22

% within F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai

sabun setelah BAB? 54.5% 45.5% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai

sabun setelah BAB? 50.0% 50.0% 100.0%

Page 188: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact

Sig.

(1-

sided)

Pearson Chi-Square .200a 1 .655

Continuity Correctionb .050 1 .823

Likelihood Ratio .200 1 .655

Fisher's Exact Test

.824 .412

Linear-by-Linear Association .199 1 .656

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 189: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for F.1 Kebiasaan cuci tangan memakai sabun setelah

BAB? (Baik / Buruk) .818 .340 1.972

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kasus .908 .607 1.360

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? = Kontrol 1.110 .690 1.786

N of Valid Cases 244

Page 190: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

F.2 Kebiasaan cuci tangan memakai sabun sebelum makan? * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Total

Kasus Kontrol

F.2 Kebiasaan cuci tangan

memakai sabun sebelum

makan?

Baik Count 55 93 148

% within F.2 Kebiasaan cuci tangan

memakai sabun sebelum makan? 37.2% 62.8% 100.0%

Buruk Count 67 29 96

% within F.2 Kebiasaan cuci tangan

memakai sabun sebelum makan? 69.8% 30.2% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within F.2 Kebiasaan cuci tangan

memakai sabun sebelum makan? 50.0% 50.0% 100.0%

Page 191: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 24.798a 1 .000

Continuity Correctionb 23.510 1 .000

Likelihood Ratio 25.328 1 .000

Fisher's Exact Test

.000 .000

Linear-by-Linear

Association 24.697 1 .000

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 48,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 192: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for F.2 Kebiasaan cuci

tangan memakai sabun sebelum

makan? (Baik / Buruk)

.256 .148 .443

For cohort A.1 Apakah memiliki

riwayat penyakit diare? = Kasus .532 .416 .682

For cohort A.1 Apakah memiliki

riwayat penyakit diare? = Kontrol 2.080 1.498 2.889

N of Valid Cases 244

Page 193: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

G.1 Kebiasaan jajan? * A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare?

Crosstab

A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit

diare?

Total

Kasus Kontrol

G.1 Kebiasaan jajan? Baik Count 36 53 89

% within G.1 Kebiasaan jajan? 40.4% 59.6% 100.0%

Buruk Count 86 69 155

% within G.1 Kebiasaan jajan? 55.5% 44.5% 100.0%

Total Count 122 122 244

% within G.1 Kebiasaan jajan? 50.0% 50.0% 100.0%

Page 194: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.112a 1 .024

Continuity Correctionb 4.528 1 .033

Likelihood Ratio 5.136 1 .023

Fisher's Exact Test

.033 .017

Linear-by-Linear Association 5.091 1 .024

N of Valid Casesb 244

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 44,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 195: HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26096...HUBUNGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TANGGA, PERSONAL HYGIENE TERHADAP RIWAYAT

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for G.1 Kebiasaan jajan? (Baik / Buruk) .545 .321 .925

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? =

Kasus .729 .546 .973

For cohort A.1 Apakah memiliki riwayat penyakit diare? =

Kontrol 1.338 1.047 1.710

N of Valid Cases 244