PENGARUH KEPERCAYAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA...
Transcript of PENGARUH KEPERCAYAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA...
PENGARUH KEPERCAYAAN DAN DUKUNGAN KELUARGA
TERHADAP KEBAHAGIAAN PERNIKAHAN PADA
MAHASISWA YANG MENIKAH MUDA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Avindra Risandy
NIM: 11140700000002
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) September 2018
(C) Avindra Risandy
(D) Pengaruh Kepercayaan dan Dukungan Keluarga terhadap Kebahagiaan
Pernikahan pada Mahasiswa yang Menikah Muda
(E) xvi + 89 halaman
(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kepercayaan
(keyakinan, ketergantungan dan keadaan dapat diprediksi) dan dukungan
keluarga (dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan informatif dan
dukungan penghargaan) terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa
yang menikah muda. Sampel berjumlah 215 orang yang terdiri dari 63 orang
yang berstatus sebagai suami, dan 152 orang yang berstatus sebagai istri.
Pengambilan sampel didapatkan dengan teknik non probability sampling dan
menggunakan jenis snowball sampling.
Penulis melakukan adaptasi skala utuk mengukur Kebahagiaan Pernikahan
dengan Marital Happiness Scale (Azrin), Trust dengan Trust Scale (Rempel),
dan Dukungan Keluarga dengan Family Support Scale (Dolan). Uji validitas
terlebih dahulu dilakukan dengan metode CFA menggunakan software Lisrel.
Kemudian dilakukan metode analisis berganda untuk menguji pengaruh
tersebut dengan bantuan software SPSS.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari kepercayaan dan dukungan keluarga terhadap kebahagiaan
pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda sebesar 48%. Berdasarkan
hasil uji koefisien regresi ditemukan bahwa dua variabel yang menyumbang
pengaruh signifikan tersebut adalah keyakinan dan ketergantungan.
Peneliti berharap, hasil dari penelitian ini dapat dikaji lebih dalam lagi dan
dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya dengan memperluas lagi
wilayah domisili responden, mencari lagi IV lain yang memengaruhi DV, atau
bisa melakukan wawancara singkat dengan responden agar mendapatkan hasil
yang lebih nyata lagi dari lapangan berkait dengan kebahagiaan pernikahan
pada mahasiswa yang menikah muda.
(G) Bahan bacaan: 14 buku + 36 jurnal + 7 artikel + 3 skripsi
vi
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology Islamic State University of Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) September, 2018
(C) Avindra Risandy
(D) Effect of Trust and Family Support towards Marital Happiness for College
Student who Marry Young
(E) xvi + 89 pages
(F) This study aims to determine the influence of trust (faith, dependability and
predictability) and family support (concrete support, emotional support,
informative support and appreciation support) towards marital happiness for
college student who marry young. Through a sample of 215 college students
consisting of 63 people who have status as husband and 152 people who have
status as wife. Sampling was obtained by non probability sampling technique
and using snowball sampling type
Researcher adapting scales to marital happiness by MHS (Azrin), trust by TS
(Rempel), and family support by FSS (Dolan). Validity test is done first with
the CFA method using Lisrel software. Then a multiple regression analysis
method is used to test the effect by using SPSS software.
The analysis results of this study indicate that there is a significant influence of
trust and family support towards marital happiness for college student who
marry young valued at 48%. Based on the results of coefficient regression test,
it is found that the two variables that contribute to these significant effects are
faith and dependability.
The researchers hope, the results of this study can be studied more deeply and
developed in further research. For example, by extending the domicile area of
the respondent, looking for another IV affecting the DV, or can do a short
interview with respondents to get more real results from the field related to the
marital happiness for college student who marry young.
(G) Reading materials: 14 books + 36 journals + 7 articles + 3 thesis
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepercayaan dan
Dukungan Keluarga Terhadap Kebahagiaan Pernikahan pada Mahasiswa
yang Menikah Muda”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi kita semua, Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan
sahabatnya.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk sumbangan pikiran, materi, tenaga dan waktu yang tidak terukur dalam
menyelesaikan penulisan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dalam hal ini juga
selaku dosen penguji I pada sidang munaqosyah, dan Bapak Dr. Abdul Rahman
Saleh, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik, beserta seluruh jajaran dekanat
lainnya.
2. Ibu Dr. Rena Latifa, M.Psi, selaku dosen pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi
masukan serta menjadi tempat berdiskusi terkait segala hal yang berkaitan
dengan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, selaku dosen penguji II pada sidang
munaqosyah, Ibu Dr. Netty Hartati, M.Si, selaku dosen penguji I pada sidang
hasil dan Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku dosen penguji I pada sidang
seminar proposal.
4. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi, selaku dosen pembimbing akademik yang sangat
luar biasa dalam memberikan semangat.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahannya dalam proses
viii
birokrasi bagi penulis dalam proses pembelajaran di kampus ini sampai proses
penyelesaian skripsi ini selesai.
6. Kedua orang tua penulis, Ayah Oyong Lisa dan Mama Yeri Arnes, S.E yang
penulis sangat yakin semua karena doa Ayah dan Mama yang tiada henti dan
dukungan serta bantuan Ayah dan Mama yang terus mengalir sehingga penulis
bisa mencapai akhir kuliah dengan lancar dan kepada saudara penulis, Kakak
Charisma Infertilindo, Ryan Valianesra, Fariz Pramadani dan Ilham Primadani.
7. Achmad Afrizal Fauzan, S.Psi, Elisa, S.Psi dan Zahra Zahronah, S.Psi selaku
sahabat yang selalu memberi support, yang menemani disaat senang dan sedih,
tempat berkeluh kesah, membantu dalam segala hal sehingga penulis bisa
menuntaskan skripsi ini juga kepada Yustisia Aulia Insancita selaku adik yang
selalu menghibur dan membantu penulis.
8. Salwa Annisa Hasri, S.Pd, Fadhilla Arrasuli, S.Kom, Puji Prafita Usni, S.Tr,
Keb, Abrar Nabil, S.H, Apridho Darani, Khalil Qibran One, S.Kom, Roza
Aktavia, Fauzia Fitri Rezeki Rifa dan Rifqi Ramadhana, S.Si yang selalu
menemani dari bangku sekolah sampai saat ini.
9. Dinda Fathiah Edison, S.E dan Revina Citra Aditya selaku my human diary
yang selalu siap sedia untuk mendengarkan dan memberi masukan atas cerita-
cerita penulis.
10. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Psikologi Cabang
Ciputat yang sudah memberikan saya banyak pengalaman yang berharga,
kepada kanda dan yunda kakak serta dan dinda-dinda ’16, ’17 dan ‘18 yang
tidak bisa disebutkan satu per satu. Saya bangga bisa menjadi bagian dari
keluarga bagi kawan-kawan semua.
11. Keluarga besar DEMA-F Psikologi Periode 2016 dan DEMA-U UIN Jakarta
Periode 2017 karena dalam organisasi ini saya bisa belajar lebih banyak lagi
dari apa yang sudah saya punya, terkhusus pada bidang Kemahasiswaan
DEMA-U UIN Jakarta Periode 2017.
12. Keluarga besar Psikologi 2014 yang selalu memberi support, yang sudah
menemani 4 tahun perkuliahan saya dengan cerita yang berbeda.
ix
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Jakarta, 14 Desember 2018
Penulis
x
MOTTO
“DO YOUR BEST AND YOU WILL
BE THE BEST”
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
MOTTO .................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 13
1.2.1 Batasan Masalah ........................................................................ 13
1.2.2 Rumusan Masalah .................................................................... 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 14
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 14
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................... 14
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................. 16
2.1 Kebahagiaan Pernikahan ............................................................... 16
2.1.1 Definisi Kebahagiaan Pernikahan ............................................ 16
2.1.2 Dimensi Kebahagiaan Pernikahan ........................................... 17
2.1.3 Faktor Penentu Kebahagiaan Pernikahan .................................. 19
2.1.4 Pengukuran Kebahagiaan Pernikahan ...................................... 21
2.2 Kepercayaan .................................................................................... 22
2.2.1 Definisi Kepercayaan ............................................................... 22
xii
2.2.2 Dimensi Kepercayaan .............................................................. 23
2.2.3 Pengukuran Kepercayaan ......................................................... 25
2.3 Dukungan Keluarga ........................................................................ 26
2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga .................................................... 26
2.3.2 Dimensi Dukungan Keluarga ................................................... 27
2.3.3 Pengukuran Dukungan Keluarga ............................................. 28
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 29
2.5 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 32
BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 34
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................... 34
3.2 Variable Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 35
3.3 Instrumen Penelitian ....................................................................... 37
3.3.1 Skala Kebahagiaan Pernikahan ................................................ 37
3.3.2 Skala Kepercayaan ................................................................... 39
3.3.3 Skala Dukungan Keluarga ........................................................ 39
3.4 Uji Validitas Konstruk ...................................................................... 40
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kebahagiaan Pernikahan....................... 42
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Kepercayaan ................................ 44
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Keluarga .................... 46
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................... 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 53
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ........................................................... 53
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 53
4.3 Kategorisasi Skor Kebahagiaan Pernikahan .................................. 54
4.4 Kategorisasi Skor Kepercayaan ....................................................... 55
4.5 Kategorisasi Skor Dukungan Keluarga .......................................... 55
4.6 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 56
4.7 Hasil Proporsi Varians pada masing-masing IV ............................ 60
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN ............................................... 63
xiii
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 63
5.2 Diskusi ................................................................................................ 64
5.3 Saran ................................................................................................... 69
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................. 69
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71
LAMPIRAN .......................................................................................................... 76
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sala Favorable dan Unfavorable ........................................................... 37
Tabel 3.2 Blueprint Skala Kebahagiaan Pernikahan .............................................. 38
Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepercayaan ................................................................. 39
Tabel 3.4 Blueprint Skala Dukungan Keluarga ..................................................... 40
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kebahagiaan Pernikahan ....................................... 43
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Keyakinan ............................................................. 44
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Ketergantungan ..................................................... 45
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Keadaan dapat diprediksi ..................................... 46
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Dukungan Konkrit................................................. 47
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Dukungan Emosional .......................................... 48
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Dukungan Informatif........................................... 48
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Dukungan Penghargaan ...................................... 49
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ................................................................................. 53
Tabel 4.2 Pedoman Interpretasi Skor ..................................................................... 54
Tabel 4.3 Kategorisasi Kebahagiaan Pernikahan ................................................... 54
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Kepercayaan ............................................................. 55
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Dukungan Keluarga .................................................. 56
Tabel 4.6 Tabel R Square ....................................................................................... 57
Tabel 4.7 Tabel Anova ........................................................................................... 57
Tabel 4.8 Koefisien Regresi ................................................................................... 58
Tabel 4.9 Proporsi Varians ..................................................................................... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .................................................................. 31
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I .............................................................................................................. 76
Lampiran II............................................................................................................. 82
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pernikahan merupakan hal sakral yang menjadi dambaan dan harapan suatu
individu untuk membentuk kehidupan rumah tangga dengan orang yang dicintai.
Pernikahan dikenal sebagai kejadian paling penting dalam kehidupan setiap orang
setelah kelahiran. Pernikahan dipercaya untuk mencapai ketenangan dan kebutuhan
emosional orang dewasa sehingga pernikahan dilakukan untuk memperoleh
kebahagiaan yang dalam hal ini adalah kebahagiaan pernikahan (Rahmani et al,
2009).
Tugas menikah ini dilakukan oleh individu yang sudah memasuki fase
dewasa awal. Menurut Santrock (1996) fase dewasa awal adalah individu yang
memiliki kekuatan tubuh secara maksimal, siap berproduksi, serta diharapkan
memainkan peranan bersama dengan individu lain dalam masyarakat. Dengan
kesiapan manusia pada tahap dewasa awal untuk berproduksi, merupakan hal
umum jika individu berkeinginan untuk menikah dan memiliki anak karena naluri
manusia adalah memiliki keturunan. Pada fase dewasa awal ini dimulai dari usia 21
tahun hingga usia 40 tahun.
Apabila pernikahan yang dilakukan bukan pada fase dewasa awal atau di
bawah umur 21 dapat dikatakan sebagai pernikahan muda atau dini. Hal tersebut
juga disampaikan oleh Kusmiran (2011) bahwa pernikahan dini adalah pernikahan
yang dilakukan remaja di bawah usia 20 tahun yang belum siap untuk
melaksanakan pernikahan.
2
Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Dunia untuk Anak
(UNICEF) merilis laporan analisis data perkawinan usia anak pertama kalinya di
Indonesia. Pada laporan tersebut, angka perkawinan usia anak atau di bawah umur
18 tahun di Indonesia masih tinggi, sekitar 23 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihimpun Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), angka perkawinan anak di Indonesia
masih sangat tinggi. 1 dari 4 anak Indonesia menikah di bawah umur 18 tahun pada
tahun 2008 hingga 2015. Pada tahun 2012 ada sebanyak 1.348.886 anak perempuan
menikah dibawah usia 18 tahun. Itu artinya, setiap tahun hampir 300 ribu anak
perempuan di Indonesia menikah pada usia dibawah 16 tahun. Hal ini dipengaruhi
oleh rendahnya pendidikan, kemiskinan norma sosial budaya yang berlaku, serta
adanya ketidaksetaraan gender di lingkungan keluarga.
Menurut data yang dikeluarkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) pada tahun 2013, persentase wanita 16-18 tahun pernah kawin dan
umur perkawinan pertama di Pedesaan menurut Provinsi pada wilayah Banten
adalah sebesar 47,78%, di perkotaan menurut provinsi pada wilayah Jawa Barat
adalah sebesar 31,44% dan perkotaan & pedesaan menurut provinsi pada wilayah
Jawa Timur adalah sebesar 36,86%. Dari 33 provinsi yang ada di Indonesia, angka-
angka ini merupakan angka pernikahan terbesar pertama.
Hasil riset yang mengemukakan bahwa salah satu sebab pernikahan usia
muda adalah karena rendahnya tingkat pendidikan (Emilia & Wahyuni, 2009).
Namun saat ini fenomena menikah muda ternyata tidak hanya terjadi di kalangan
3
mereka yang berpendidikan rendah. Pernikahan di kalangan mahasiswa misalnya,
kerap dijumpai di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Jika melihat usia mahasiswa, secara demografi usia mahasiswa berkisar
antara 19 sampai 25 tahun. Menurut undang-undang perkawinan, batas usia
minimum boleh menikah untuk laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun. Ini
artinya di usia mahasiswa sudah dibolehkan untuk melakukan pernikahan.
Walaupun pada kenyataanya, menikah saat kuliah tidaklah mudah untuk dilewati
karena banyak hal yang mesti dijadikan pertimbangan, mulai dari masalah finansial,
tempat tinggal, pembagian waktu, pembagian tanggung jawab (sebagai mahasiswa
dan sebagai suami atau istri), dan lain-lain. Rasio jumlah mahasiswa yang telah
menikah dibandingkan dengan yang belum menikah sangatlah kecil. Namun
demikian, fenomena menikah muda di kalangan mahasiswa merupakan kejadian
unik dan menarik jika dilihat dari sisi motivasi baik dari aspek religi, psikologi,
sosial maupun akademiknya. Memang, bagi sebagian mahasiswa menikah muda
mungkin bukan pilihan populer pada masa sekarang, namun bagi sebagian yang
lain bisa dianggap sebagai solusi atas masalah yang dihadapinya. Dari beberapa
penelusuran penelitian, terdapat berbagai motivasi dan alasan yang menyertai
pernikahan mahasiswa untuk menikah diantaranya karena alasan agama, ekonomi,
sosial, dan budaya (Hakim, 2011).
Dengan umur yang belum matang, ada beberapa resiko yang akan muncul
pada pasangan yang menikah muda. Organisasi Gerakan Nasional Kesehatan Ibu
dan Anak (GNKIA) menyebutkan bahwa resiko yang akan timbul akibat dari
pernikahan dini adalah pada rentang usia dibawah 18 tahun dari segi kesiapan
4
secara fisik, salah satunya rongga panggul belum siap menjadi ibu. Lalu, kehamilan
pada usia muda pun menyebabkan anemia dan tekanan darah tinggi. Pada
kehamilan di usia muda pun kerap dijumpai kelainan letak plasenta atau ari-ari dan
lepasnya plasenta sebelum waktunya yang mengakibatkan pendarahan. Ini dapat
mengancam nyawa ibu dan calon bayi. Bahaya lain dari pernikahan dini adalah
tingginya resiko kekerasan dalam rumah tangga. Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkap sebanyak 44 persen yang
menikah di usia dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan tingkat
frekuensi tinggi (Riyani, 2018).
Sebelum usia 21 tahun, mental remaja belum sepenuhnya siap untuk
menikah. Sebab, di usia tersebut proses pembelajaran remaja menjadi individu
dewasa belum tuntas. Keinginan untuk belajar dan mencari jati diri masih
berpengaruh kuat pada diri remaja. Sementara, dari sisi fisik, sistem reproduksi
remaja perempuan belum sepenuhnya matang. Menikah di usia dini berisiko
kelahiran prematur, angka kematian ibu serta bayi pun tinggi (Dian & Umar, 2016).
Kebahagiaan pernikahan patut menjadi sorotan untuk masyarakat
mengingat masih banyak terjadi perceraian di Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir
angka perceraian di Indonesia meningkat lebih dari 40%, sekitar 2 juta pasangan
menikah dan sekitar 200.000 pasangan bercerai setiap tahun. Total perceraian per
tahun sebanyak 10% dari angka pernikahan itu sendiri (Damayanti, 2012). Data
pengadilan agama Jakarta Pusat mengabulkan sebanyak 788 perkara gugatan cerai
yang terbukti meningkat sebanyak 25% dibandingkan pada tahun 2014 (Suprapto,
2015). Data dari Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung menjelaskan
5
bahwa dari 304.802 kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2015, faktor menikah
dibawah umur menyumbang 1.100 kasus perceraian.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada
tahun 2013 mengabarkan soal angka perceraian di Indonesia yang menduduki
peringkat tetinggi di Asia Pasifik dan angka perceraian tersebut tak kunjung
menurun di tahun-tahun berikutnya. Pernikahan dini menjadi salah satu penyebab
utama terus meningkatnya angka perceraian di Indonesia.
Pernikahan bukan solusi yang serta merta menuntaskan semua persoalan
hidup bagi pasangan muda. Tidak semua orang sukses menjalani pernikahan di usia
muda. Data Kementrian Agama menunjukkan pasangan muda paling banyak
bercerai sepanjang lima tahun terakhir. Biduk rumah tangga pasangan muda justru
kandas karena faktor usia yang belum cukup. Dari 100 perceraian setiap bulan
separuh lebih adalah pasangan nikah muda.
Menurut Aziz (2016) ada beberapa tantangan yang terjadi pada pasangan
yang menikah muda, antara lain: kepuasan menikmati masa muda menjadi
berkurang, belum bisa berfikir dewasa, cita-cita utama bisa kandas di tengah jalan,
rentan berpisah, kesulitan keuangan dan potensi keguguran cukup tinggi. Dari
beberapa faktor ini dapat menyebabkan ketidakbahagiaan dalam berumah tangga
pada pasangan yang menikah muda.
Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan dan
berperilaku sesuai dengan keyakinan. Hal ini dilakukan dengan cara jiwa yang
terlepas dari tuntutan hawa nafsu, melaksanakan amanah dan janji, menunaikan
6
tugas-tugas dengan sempurna, meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah
SWT. Demikian jiwa akan menjadi bahagia apabila seseorang melaksanakan semua
perkara yang mulia dan menjauhi perkara yang dilarang (Zahidah & Raihanah,
2011).
Tidak semua pasangan yang menikah muda ketika menghadapi tantangan
akan menyerah begitu saja. Masih ada pasangan menikah muda yang masih
bertahan sampai maut yang memisahkan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan
apabila laki-laki sudah mampu dalam keadaan fisik dan psikis untuk menikah maka
dianjurkan baginya untuk menikah agar terhindar dari zina, hadits tersebut berbunyi
“Wahai para pemuda! Siapa saja di antara kalian berkemampuan untuk nikah,
maka menikahlah, karena pernikahan itu lebih mudah menundukkan pandangan
dan lebih menjaga farji (kemaluan). Siapa saja yang belum mampu, hendaklah ia
berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya” (Hadits Riwayat Al-
Bukhari).
Dari fenomena di atas, dapat diartikan bahwa pernikahan sebagai hubungan
yang secara sosial diakui antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang mana
melegalkan hubungan seksual, pengasuhan anak, dan membagi peran di antara
pasangan. Kesuksesan dalam pernikahan ditandai oleh sejauh mana pasangan suami
istri dapat merasakan kepuasan pernikahan dengan saling memenuhi kebutuhan
fisik, emosional, dan psikologis (Fathiana & Baktir, 2006).
Pernikahan merupakan hal sakral yang menjadi dambaan dan harapan suatu
individu untuk membentuk kehidupan rumah tangga dengan orang yang dicintai.
Pernikahan dikenal sebagai kejadian paling penting dalam kehidupan setiap orang
7
setelah kelahiran. Pernikahan dipercaya untuk mencapai ketenangan dan kebutuhan
emosional orang dewasa (Rahmani et al, 2009) sehingga penikahan dilakukan untuk
memperoleh kebahagiaan yang dalam hal ini adalah kebahagiaan pernikahan.
Kebahagiaan pernikahan menurut Azrin, Naster dan Jones (dalam Al-
Othman, 2012) merupakan kepuasan yang berasal dari hal-hal di luar hubungan
pernikahan. Kebahagiaan pernikahan akan didapatkan bila suatu individu
memberikan interaksi positif kepada pasangan secara berkala. Meraih kebahagiaan
dalam hidup berumah tangga harus dimulai sejak proses pernikahan seperti
menikah dengan niat ibadah, melakukan persiapan yang cukup kemudian melewati
proses pernikahan yang sesuai dengan tuntutan agama. Dengan begitu diharapkan
tercipta sebuah kebahagiaan dalam pernikahan yang mengikat komitmen antara dua
manusia.
Menurut Azrin et.al. (dalam Al-Othman, 2012) anak dan tanggungjawab
rumah tangga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
pernikahan. Studi yang dilakukan oleh Tabasso (2010) menemukan bahwa situasi
rumah tangga ketika istri mengambil alih tugas suami lebih mungkin untuk bercerai
dibandingkan suami yang mengambil alih tugas istri. Sebagai contoh, kewajiban
suami dalam suatu rumah tangga adalah menafkahi keluarga.
Selanjutnya, hubungan seksual juga mempengaruhi kebahagiaan
pernikahan antara suami dan istri. Studi yang dilakukan oleh Rust el al (1988)
meneliti 28 pasien dari klinik seksual dan pernikahan menemukan bahwa ada
hubungan antara masalah seksual dengan ketidakbahagiaan pernikahan pada laki-
laki daripada perempuan. Secara khusus tercatat bahwa disfungsi seksual pria
8
memainkan peran yang lebih besar dalam kebahagiaan pernikahan daripada
disfungsi seksual pada perempuan. Ini menandakan bahwa seksualitas merupakan
dimensi penting dalam mempererat kelekatan antara suami dan istri.
Meskipun telah menikah dan terkait satu sama lain, kepercayaan diri juga
perlu dipelihara baik oleh individu maupun pasangan. Karena secara keseluruhan,
pasangan yang terkait satu lain dan tetap mempertahankan rasa kepercayaan diri
cenderung merasa lebih akrab dan melaporkan tingkat kebahagiaan pernikahan
yang lebih tinggi (Rankin-Esquer et al, 1997).
Kemajuan karir dalam lapangan pekerjaan juga perlu dilihat dalam
mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Model pasangan sama-sama bekerja
memiliki konsekuensi positif dan negatif dalam pernikahan. Konsekuensi positif
antara lain adalah kesiapan jika terjadi sesuatu pada pasangan hidup
(meninggal/bercerai/PHK,dll), meningkatkan pengertian istri terhadap suami
karena mengetahui bagaimana kondisi diluar rumah dan bagaimana sulit
perjuangan hidup yang dialami. Sedangkan dampak negatif dari istri yang bekerja
dan mengurus rumah tangga dapat menyebabkan urusan rumah tangga terabaikan
dan kasih sayang anak dari ibu berkurang (Neault & Pickerell, 2005).
Seorang laki-laki yang sudah menikah dan berkeluarga patut mempunyai
pekerjaan tetap yang dianggap sebagai suatu harga diri dan pencapaian yang positif.
Studi yang dilakukan Sayer et al (2011) mengungkapkan bahwa suami yang
kehilangan pekerjaan cenderung bercerai dan diceraikan oleh istri yang bekerja.
Meski pengaruh sosial yang menganggap remeh perempuan bekerja perlahan
9
menghilang, namun tekanan pada suami yang identik sebagai pencari nafkah
semakin besar.
Walgito (2000) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kepuasan pernikahan adalah sikap saling percaya. Kepercayaan merupakan sebuah
harapan positif sehubungan dengan tingkah laku orang lain (Lewicki et al, 2006).
Robinson (Lewicki et al, 2006) mendefinisikan kepercayaan sebagai sebuah
harapan, asumsi atau keyakinan seseorang tentang kemungkinan bahwa tindak an
seseorang / pasangan dimasa mendatang akan bermanfaat, baik, atau tidak merusak.
Kepercayaan yang akan diperoleh dari pihak lain tergantung beberapa hal antara
lain umur, otoritas atau keahlian dan juga pengalaman (Walgito, 2000).
Genova dan Rice (2005) menjelaskan bahwa jika salah seorang pasangan
merasa ragu dengan pasangannya, maka akan muncul rasa tidak aman dan mudah
terluka. Hal tersebut menyebabkan pernikahan yang telah dibangun bisa terancam.
Hal tersebut sejalan dengan Jerry (2004) yang menyatakan bahwa kepercayaan
yang hilang dapat menyebabkan pasangan merasa tidak aman dan akan berpikiran
untuk berpisah atau bercerai.
Kepercayaan menurut Rempel, Holmes dan Zanna (1985) adalah salah satu
kualitas yang paling dikehendaki dalam hubungan intim. Hal ini sering dikaitkan
dengan hubungan cinta dan komitmen antar pasangan sebagai landasan hubungan
yang ideal. Kepercayaan menurut Johnson dan Johnson (1997) merupakan aspek dalam
suatu hubungan dan secara terus menerus berubah, sedangkan menurut Johnson (2006),
kepercayaan merupakan dasar dalam membangun dan mempertahankan hubungan
interpersonal. Kepercayaan terjadi dikarenakan adanya keyakinan bahwa pasangan akan
memberikan keuntungan dan tebentuk melalui sikap menerima, mendukung, berbagi dan
10
kerjasama pada seseorang (Johnson & Johnson, 1997). Artinya bahwa kepercayaan
merupakan suatu situasi kita menerima pengaruh dari orang lain dan kita percaya bahwa
orang lain akan memberikan keuntungan bagi kita.
Agar suatu hubungan dapat berjalan dengan baik dan efektif, individu harus
membangun perasaan saling percaya (mutual trust). Kepercayaan terbentuk melalui
rangkaian perilaku antara orang yang memberikan kepercayaan dan orang yang
dipercayakan tersebut. Interpersonal trust dibangun melalui adanya resiko dan
penerimaan dan dapat hancur karena adanya resiko dan tidak adanya sikap
penerimaan. Tanpa resiko maka kepercayaan tidak akan terbentuk dan hubungan
tidak dapat maju dan berjalan (Johnson & Johnson, 1997). Ketika seseorang
mengambil resiko dengan terbuka (disclosing) dalam membicarakan pemikiran-
pemikirannya, informasi, kesimpulan, perasaan dan reaksi pada suatu situasi dan
pasangan akan memberikan respon yang positif berupa penerimaan, dukungan,
kooperatif dan membalas kita dengan menjadi terbuka (disclosing) dalam
membicarakan pemikiran, ide dan perasaan mereka, disitulah kepercayaan dapat
terbentuk dan berkembang (Johnson & Johnson, 1997).
Untuk dapat percaya seseorang akan mengharapkan adanya sense of
responsibility, percaya bahwa mereka akan berperilaku pada cara-cara yang dapat
dipercaya. Untuk dapat percaya seseorang akan berharap bahwa orang yang ingin
ia percaya akan mengerti harapannya dan mengetahui cara untuk mengatasi
ketebatasannya, karena itu hal yang paling esensial dari kepercayaan adalah
ketebukaan. Hal tersebut juga diperkuat oleh Gambetta (2000) yang mengatakan
bahwa kepercayaan merupakan suatu kemungkinan yang subjektif dari seorang
individu yang mengharapkan individu lain untuk menunjukan suatu tindakan
11
tertentu, segala kemungkinan yang terjadi tegantung pada bagaimana perilaku yang
ditunjukan orang yang kita percayai tersebut kepada kita, bagaimana mereka dapat
memenuhi perilaku yang kita harapkan.
Menurut Giffin (dalam Rahmat, 2005) kepercayaan adalah mengandalkan
perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya
tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Ketika seseorang sudah percaya
pada pasangannya maka tahap hubungan yang lain lebih intim akan terjalin.
Kebahagiaan pernikahan berkorelasi dengan beberapa faktor (Dush et al,
2008) yaitu kehadiran anak, pendapatan rumah tangga, penggunaan pendapatan,
kepercayaan, faktor sikap egaliter, religiusitas dan dukungan keluarga. Bahwa
selain variabel kepercayaan, peneliti kemudian memilih variabel dukungan
keluarga untuk dijadikan variabel bebas dalam penelitian ini karena dukungan
keluarga merupakan faktor yang umum dan familiar jika tekait dengan sebuah
kehidupan pernikahan.
Kemudian kelekatan keluarga yang dimaksud Kearns dan Leonard (dalam
Dush et al, 2008) merupakan dukungan dari keluarga besar (extended family) dari
pihak suami dan pihak istri yang termasuk dalam bentuk keluarga tradisional.
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor kebahagiaan pernikahan, sesuai dengan
pendapat Duvall dan Miller (Diskamara, 2009) dalam teori perkembangan keluarga.
Extended family atau keluarga besar dari kedua belah pihak mengalami tahap
perkembangan keluarga di tahap enam yang menjelaskan bahwa satu persatu anak
meninggalkan keluarga mulai dari anak tertua hingga anak yang paling kecil.
Terdapat tugas perkembangan untuk memperluas siklus keluarga dengan
12
memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui pernikahan anak-anak
mereka.
Dukungan keluarga adalah pemberian bantuan yang merupakan salah satu
bentuk dukungan sosial informal antara anggota keluarga dan dapat disebut sebagai
central helping system (Dolan et al, 2006). Dari penelitian terdahulu, Timmer dan
Verrof (dalam Ammato, 2007) menemukan bahwa kedekatan emosional terhadap
keluarga pasangan atau keluarga mertua dapat diasosiasikan dengan kebahagiaan
pernikahan yang besar dan tingkat perceraian yang rendah, terutama untuk individu
yang pernah tinggal di kehidupan keluarga yang bercerai. Selanjutnya Sandhya
(2009) menemukan bahwa pasangan yang bahagia melaporkan kesetujuan, empati,
validasi, dukungan dan banyak pencapaian jika dibandingkan dengan pasangan
yang tidak bahagia. Pengalaman dan ekspresi kelekatan pasangan yang dipengaruhi
oleh konteks sosial juga diprediski meningkatkan kebahagiaan pernikahan.
Berdasarkan fenomena dan penelitian yang ada mengenai kebahagiaan
pernikahan, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian tentang kebahagiaan
pernikahan. Karena peneliti merasa faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
pernikahan cukup penting untuk diketahui sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan dapat dibina bagi
pasangan yang baru menikah. Kemudian diharapkan agar pasangan yang telah
menikah dapat mengetahui dan menghindari faktor-faktor penyebab konflik
pernikahan yang berujung pada perceraian. Sehingga penelitian ini berjudul
“Pengaruh Kepercayaan dan Dukungan Keluarga terhadap Kebahagiaan
Pernikahan pada Mahasiswa yang Menikah Muda”.
13
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
1. Kebahagiaan Pernikahan yang dimaksud adalah penguatan berupa perasaan
positif yang diperoleh pasangan suami istri dari hal-hal yang berasal dari luar
hubungan pernikahan (Azrin et al; dalam Al-Othman, 2012).
2. Kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu kualitas
yang paling dikehendaki dalam hubungan intim. Hal ini sering dikaitkan
dengan hubungan cinta dan komitmen antar pasangan sebagai landansan
hubungan yang ideal (Rempel et al, 1985).
3. Dukungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian
bantuan yang merupakan salah satu bentuk dukungan sosial informal antara
anggota keluarga dan dapat disebut sebagai central helping system (Dolan et
al, 2006)
1.2.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan secara bersama antara variabel
kepercayaan dan dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada
mahasiswa yang menikah muda?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing dimensi
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda?
14
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing dimensi
dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda?
4. Berapa total persentase seluruh variabel kepercayaan dan dukungan
keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah
muda?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh kepercayaan dan dukungan keluarga
terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda. Selain itu
tujuan penelitian ini adalah mengetahui proporsi varians masing-masing variabel
dan mengetahui variabel yang memberikan pengaruh besar terhadap kebahagiaan
pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda. Selanjutnya tujuan penelitian ini
adalah menguji pengaruh dimensi kepercayaan yaitu keyakinan, ketergantungan
dan sikap dapat diprediksi. Kemudian penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh dimensi dukungan keluarga yaitu dukungan konkrit, dukungan
emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan terhadap kebahagiaan
pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu psikologi pernikahan,
psikologi keluarga dan psikologi perkembangan yang berkaitan dengan
pengaruh kepercayaan dan dukungan keluarga terhadap kebahagiaan
pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda
15
2. Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan pengetahuan bagi
pasangan suami istri yang beru menikah ataupun yang sudah lama menikah
untuk meningkatkan kebahagiaan pernikahan.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kebahagiaan Pernikahan
2.1.1 Definisi Kebahagiaan Pernikahan
Kebahagiaan pernikahan menurut Azrin et.al. (1973) adalah merupakan kepuasan
yang berasal dari hal-hal di luar hubungan pernikahan. Kemudian Azrin
menjelaskan bahwa kebahagiaan pernikahan dapat terjadi bila suatu individu
memberikan interaksi positif kepada pasangan secara berkala. Menurut Fincham et
al (2007), kebahagiaan pernikahan merupakan penilaian yang dibuat oleh pasangan
yang menunjukan rasa atau kepuasan yang dialami suami ataupun istri dalam
hubungan pernikahan. Kebahagiaan pernikahan didefinisikan sebagai konsep yang
merujuk kepada perasaan yang dialami seseorang dalam kehidupan pernikahan
yang dijalani.
Menurut White (1983) mengemukakan bahwa kebahagiaan pernikahan
merupakan jumlah interaksi antara suami dan istri sebagai penentu utama dalam
evaluasi pernikahan yang positif. Kebahagiaan pernikahan dapat diukur dari sejauh
mana suami dan istri berupaya menjaga keutuhan pernikahan, saling menyayangi,
memperhatikan, menikmati hubungan dan merasakan bahwa pasangan adalah
teman terbaik. Selanjutnya menurut Zhang dan Tsang (2012) mengungkapkan
bahwa kebahagian pernikahan diasosiasikan dengan kekuatan perasaan yang
dirasakan oleh pasangan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dijabarkan, peneliti mengacu
pada teori yang dikemukakan oleh Azrin et.al. (1973) bahwa yang dimaksud
17
kebahagiaan pernikahan adalah penguatan berupa perasaan positif yang diperoleh
pasangan suami istri dari hal-hal yang berasal dari luar hubungan pernikahan.
2.1.2 Dimensi Kebahagiaan Pernikahan
Dimensi kebagahiaan pernikahan menurut Azrin et.al. (1973) yaitu:
1. Tanggungjawab rumah tangga
Tanggungjawab adalah keadaan wajib untuk menanggung segala sesuatu
sedangkan rumah tangga merupakan unit masyarakat terkecil. Setiap pasangan
dalam sebuah rumah tangga wajib bertanggung jawab pada peran masing-masing.
Contohnya membersihkan rumah, berbelanja bulanan dan merawat kendaraan
keluarga.
2. Pemeliharaan anak
Anak adalah karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa dan negara. Anak
adalah penerus cita-cita bagi kemajuan suatu negara maupun kebahagiaan
pernikahan. Pemeliharaan anak dilakukan oleh kedua orang tua sesuai dengan
kesepakatan bersama. Contohnya menerapkan kedisiplinan, mengawasi anak ketika
bermain dan memberikan bantuan kepada anak
3. Kegiatan sosial
Kegiatan sosial dilakukan bersama-sama oleh individu atau kelompok yang
bertujuan untuk mensejahterakan anggota dalam suatu komunitas. Kegiatan sosial
menjadi kebutuhan untuk hampir semua individu dan kegiatan ini berlangsung
selama pernikahan. Contohnya makan malam diluar rumah, pergi ke acara formal
bersama dan olahraga bersama.
18
4. Uang
Uang yang dimaksud disini adalah pendapatan maupun pengeluaran yang
dikelola pasangan suami istri dalam sebuah rumah tangga. Kondisi keuangan yang
kompleks akan muncul jika hanya satu orang dari keluarga yang berpenghasilan
karena anggota keluarga yang lain akan mengalami ketergantungan dalam
mengelola pengeluaran. Contohnya seperti memiliki uang saku pribadi, membeli
dan atau menerima hadiah dan membuat anggaran rumah tangga.
5. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang menciptakan dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan pasangan. Secara umum
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Seperti membuat kegiatan diskusi, penyelesaian masalah dan frekuensi
miskomunikasi.
6. Hubungan seksual
Seksualitas adalah istilah yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan seks,
yaitu segala yang terjadi akibat perbedaan jenis kelamin. Hubungan seksual
menjadi prasyarat legal untuk kelanjutan status pernikahan. Indikator dalam
seksualitas ini adalah afeksi di umum dan rasa cemburu.
7. Kemajuan karir
Mengacu pada kemampuan seseorang untuk mempertahankan atau
meningkatkan prestasi dalam pekerjaan. Kemajuan karir suatu individu tergantung
pada pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki. Contohnya seperti
ekspetasi terhadap jabatan, kecukupan pendapatan dan keluhan terhadap pekerjaan.
19
8. Kepercayaan diri pribadi
Kepercayaan diri adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian diri
dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Contohnya seperti
menanyakan pendapat pasangan, memiliki simpanan uang pribadi dan mampu
membuat daftar pengeluaran.
9. Kepercayaan diri pasangan
Kepercayaan diri pasangan dibentuk dari komunikasi verbal maupun non
verbal yang dilakukan oleh kedua pihak sehingga menumbuhkan kemampuan
pasangan untuk membuat otonommi sendiri seperti kemampuan membuat
keputusan mandiri, mampu pergi ke kegiatan sosial tanpa pasangan dan mampu
melakukan aktifitas tanpa bantuan pasangan.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pernikahan
Menurut Amato, Kearns dan Leonard (dalam Dush et al, 2008) faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan pernikahan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pertemanan
Penelitian yang dilakukan oleh Voss (1995) menemukan bahwa laki-laki dan
perempuan melihat persahabatan pasangan sama seperti persahabatan individu
tersebut. Laki-laki memperlakukan pasangan dan teman secara berbeda sementara
perempuan memperlakukan teman baik atau pasangan tanpa ada perbedaan. Oleh
karena itu kebahagiaan pernikahan dan pertemanan secara signifikan berhubungan.
2. Sikap Egaliter
Egalitarian berasal dari bahasa Perancis egal yang berarti “sama” dan memiliki
dua definisi yang berbeda dalam bahasa Inggris yang modern yaitu sebagai doktrin
20
politik yang menyatakan semua orang harus diperlakukan secara setara dan
memiliki persamaan dalam politik, ekonomi, sosial dan hal-hal sipil (Firdaus,
2010). Ideologi gender dan persepsi juga terkait dengan kebahagiaan pernikahan.
Studi yang dilakukan Ogolsky, Dennison dan Monk (2014) menemukan bahwa
hubungan antara egalitarianisme dan kebahagiaan pernikahan menggambarkan
perbedaan persepsi suami istri dalam pembagian tugas rumah tangga.
3. Traditional Marital Attitude
Persepsi pernikahan secara tradisional adalah kecenderungan alami manusia
untuk memenuhi ekspresi seksual, reproduksi dan keintiman emosional. Pernikahan
merupakan kelembagaan sosial untuk anak, menciptakan stabilitas dan
menciptakan jaringan untuk mendukung satu sama lain dan merupakan
kelembagaan hukum yang dilindungi yang diatur oleh undang-undang karena
masyarakat menganggap orangtua bertanggung jawab terhadap pasangan dan anak-
anak. Marital attitude yang positif dapat mempengaruhi perilaku dan keyakinan
tentang kebahagiaan suatu pernikahan (Riggio & Weiser, 2008). Individu yang
memiliki marital attitude yang positif melihat pernikahan yang ia jalani saat ini dan
di masa depan akan bahagia dan sukses, tetapi orang-orang dengan marital attitude
yang negatif merasa pesimis dengan kehidupan pernikahan yang dibina.
4. Religiusitas
Dister (1992) menyatakan religiusitas adalah keadaan dimana individu
merasakan dan mengakui kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia
dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri. Hal ini
21
dikaitkan dengan hubungan cinta dengan sang pencipta. Apabila religiusitas
individu itu tinggi maka kebahagiaan dengan pasangan akan didapatkan.
5. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah bantuan yang diperoleh individu dari keluarga besar
(extended family) yang dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu ataupun
materiil yang menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai. Hal
ini dikarenakan keluarga merupakan tempat utama pasangan yang menikah untuk
mendapatkan nasehat, saran, informasi, interaksi yang dapat mendukung pasangan
di dalam pernikahan (Tambunan, 2013). Dukungan keluarga didefinisikan sebagai
“seperangkat keyakinan dan pendekatan untuk memperkuat dan memberdayakan
keluarga dan masyarakat sehingga dapat membantu perkembangan optimal anak,
remaja dan anggota keluarga dewasa”.
6. Kepercayaan
Rempel et.al. (1985) kepercayaan adalah salah satu kualitas yang paling
dikehendaki dalam hubungan intim. Hal ini sering dikaitkan dengan hubungan cinta
dan komitmen antar pasangan sebagai landasan hubungan yang ideal.
2.1.4 Pengukuran Kebahagiaan Pernikahan
Dari berbagai literatur yang dibaca oleh peneliti, terdapat beberapa instrumen yang
digunakan untuk mengukur Kebahagiaan Penikahan, yaitu:
1. Marital Happiness Scale (MHS)
Dikembangkan oleh Azrin et.al. (dalam Al-Othman, 2012). Terdiri dari
sembilan dimensi kebahagiaan pasangan suami istri meliputi: Household
responsibilities, Rearing of children, Social activities, Money, Communications,
22
Sex, Occupational progress, Personal independence and Spouse independence.
Alat ukur ini menggunakan model skala 1 sampai 10 dengan kategori sangat tidak
bahagia hingga sangat bahagia.
2. Skala Kebahagiaan Pernikahan
Dikembangkan oleh Dush et al (2008) yang terdiri dari tujuh indikator
kebahagiaan pernikahan, yaitu: extent of understanding received from spouse,
amount of love received, sexual relationship, spouse as someone to do things with,
spouse’s kepercayaanfulness, global evaluation of the marriage dan the strength of
feeling of love respondent has for spouse. Alat ukur ini menggunakan model Likert
dengan kategori 0 = tidak bahagia, 1 = cukup bahagia dan 2 = sangat bahagia.
3. Marital Happiness
Dikembangkan oleh Johnson et al (1986) diukur dengan skala 12 item
kebahagiaan responden dalam berbagai aspek pernikahan menggunakan model
skala 1 sampai 4. Alat ukur ini memiliki 3 aspek yaitu sexual relationship, the
division of household chores dan the amount of agreement between the couple.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan modifikasi alat ukur yang
dikembangkan oleh Azrin et.al. (dalam Al-Othman, 2012) karena dianggap sesuai
dengan aspek-aspek variabel kebahagiaan pernikahan dan model penelitian yang
digunakan.
2.2 Kepercayaan
2.2.1 Definisi Kepercayaan
Kepercayaan menurut Rempel et.al. (1985) adalah salah satu kualitas yang paling
dikehendaki dalam hubungan intim pada pernikahan. Hal ini sering dikaitkan
23
dengan hubungan cinta dan komitmen antar pasangan sebagai landasan hubungan
yang ideal.
Kepercayaan menurut Johnson (2006) merupakan dasar dalam membangun
dan mempertahankan hubungan interpersonal. Sedangkan menurut Johnson dan
Johnson (1997) merupakan aspek dalam suatu hubungan dan secara terus menerus
berubah.
Henslin (dalam King, 2002) memandang kepercayaan sebagai harapan dan
kepercayaan individu terhadap reliabilitas orang lain. Pondasi kepercayaan meliputi
saling menghargai satu dengan lainnya dan menerima adanya perbedaan (Carter,
2001). Individu yang memiliki kepercayaan yang tinggi cenderung lebih disukai,
lebih bahagia, dianggap sebagai orang yang paling dekat dibandingkan individu
yang memiliki kepercayaan yang rendah (Marriages, 2001). Hanks (2002)
menyatakan bahwa kepercayaan merupakan elemen dasar bagi terciptanya suatu
hubungan yang baik.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, peneliti
mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Rempel et.al. (1985) bahwa
kepercayaan adalah salah satu kualitas yang paling dikehendaki dalam hubungan
intim. Hal ini sering dikaitkan dengan hubungan cinta dan komitmen antar
pasangan sebagai landasan hubungan yang ideal.
2.2.2 Dimensi Kepercayaan
Rempel et.al. (1985) menyatakan kepercayaan memiliki tiga dimensi penting di
dalamnya, yang mendasari suatu hubungan interpersonal yaitu:
24
1. Keyakinan. Komponen ini merupakan keyakinan seseorang bahwa pasangan
akan menjaga komitmen dan kesetiaan, dapat dipercaya pada janji yang telah
diberikan serta berani mengambil resiko atau keputusan terkait dengan masa
depan. Bentuk keyakinan ini tidak didasarkan pada pengalaman masa lalu
dalam hubungan, namun lebih cenderung pada kepercayaan dalam diri individu
terhadap komitmen pasangan. Keyakinan dalam hubungan perlu dibangun
dengan kuat sejalan dengan kepercayaan yang ada pada masing-masing
pasangan (Ramadhini & Hendriani, 2015).
2. Ketergantungan. Komponen ini mengacu pada kepercayaan dalam diri
seseorang bahwa pasangannya peduli dan memberikan respon terhadap
kebutuhan, tujuan dan keinginannya. Komponen ini juga mencakup harapan
positif seseorang terkait dengan ketersediaan pasangan, sikap responsif dan
perhatiannya (Rise & Rusbult, 2004)
3. Sikap dapat diprediksi. Komponen ini merupakan keyakinan seseorang bahwa
pasangan akan berperilaku konsisten dan sesuai dengan yang telah diprediksi.
Prediksi ini dapat diketahui berdasarkan interaksi yang dilakukan dengan
pasangan, pengalaman dan proses belajar dari hubungan yang dijalani.
Komponen ini juga berhubungan dengan sejauh mana pengalaman bersama
pasangan membentuk konsistensi dan kontrol atas perilaku yang ditampilkan
pasangan. Secara garis besar, sikap dapat diprediksi berarti pasangan akan
belajar untuk memahami perilaku yang lain selama menjalin hubungan
bersama. Proses belajar ini selanjutnya akan menjadi pengalaman bagi kedua
pasangan untuk saling mengerti perilaku masing-masing sehingga ketika
25
pasangan dihadapkan pada situasi menjalani hubungan jarak jauh, masing-
masing tetap memiliki kepercayaan bahwa pasanganya akan berperilaku secara
konsisten seperti sebelumnya.
2.2.3 Pengukuran Kepercayaan
1. Trust Scale
Dikembangkan oleh Rempel et.al. (1985) dirancang dengan menggunakan
26 item untuk mengukur tingkat kepercayaan dalam hubungan interpersonal yang
dekat. Item-item itu dirancang untuk merepresentasikan komponen keyakinan,
ketergantungan dan sikap dapat diprediksi.
2. The Inclusive General Trust Scale (IGTS)
Dimofikasi dari Yamagishi et al (2015). Skala ini disusun berdasarkan skala
Likert dengan rentang dari satu hingga empat poin, yaitu dari “1” (sangat tidak
setuju) hingga “4” (sangat setuju)”.
3. Specific Trust Scales
Banyak penelitian mengukur kepercayaan individu terhadap konteks
tertentu (misalnya mengenai organisasi atau kelompok orang tertentu)
menggunakan skala Likert. Misalnya, pertanyaan dalam kuesioner: "Sejauh mana
Anda setuju atau tidak setuju dengan hal berikut: kami dapat mempercayai
pembawa berita ramalan cuaca untuk mengatakan kebenaran tentang perubahan
iklim." (1 = sangat setuju, 5 = sangat tidak setuju).
Pada penelitian ini, peneliti mengadaptasi alat ukur Trust Scale yang
dikembangkan oleh Rempel et.al. (1985) dirancang dengan menggunakan 22 item
untuk mengukur tingkat kepercayaan dalam hubungan interpersonal yang dekat.
26
Item-item itu dirancang untuk merepresentasikan komponen keyakinan,
ketergantungan dan sikap dapat diprediksi.
2.3 Dukungan Keluarga
2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Dolan et al (2006) adalah pemberian bantuan yang
merupakan salah satu bentuk dukungan sosial informal antara anggota keluarga dan dapat
disebut sebagai central helping system. Kemudian Dolan et al mendefinisikan
dukungan keluarga sebagai bantuan yang berasal dari unit masyarakat terkecil
sebagai agen sosial pertama manusia setelah dilahirkan, yaitu keluarga. Selanjutnya
menurut Giligan (1995) dukungan keluarga adalah mengenali dan menanggapi
kebutuhan keluarga terutama disaat salah satu anggota mengalami kesulitan,
keluarga yang menentukan kebutuhan atau dukungan yang diperlukan.
Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota
keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyaman fisik dan psikologis pada
orang yang dihadapkan pada situasi stress (Taylor, 2006). Dukungan keluarga
merupakan serangkaian kegiatan yang memperkuat jaringan sosial informal yang
positif melalui program terpadu. Program-program ini menggabungkan hukum,
layanan suka rela dan masyarakat dan swasta dan secara umum disediakan untuk
keluarga di rumah dan komunitas (Pinkerton et al, 2003) .
Berdasarkan definisi yang dijelaskan, peneliti mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Dolan et al (2006) bahwa yang dimasud dengan dukungan
keluarga adalah pemberian bantuan yang merupakan salah satu bentuk dukungan
27
sosial informal antara anggota keluarga dan dapat disebut sebagai central helping
system.
2.3.2 Dimensi Dukungan Keluarga
Dimensi dukungan keluarga yang diukur dalam penelitian ini adalah dimensi
dukungan keluarga menurut Doland et al (2006) yang membagi jenis dukungan
keluarga menjadi empat macam, yaitu:
1. Dukungan Konkrit
Bantuan yang terlihat nyata yaitu tingkah laku. Bantuan ini dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja kepada anggota keluarga yang membutuhkan dukungan ini
dapat berupa pemberian materi maupun non materi seperti membantu secara
finansial dan menemani dalam melakukan aktifitas tertentu.
2. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yang dimaksud berupa dukungan empati atau simpati pada
anggota keluarga yang membutuhkan. Jenis dukungan ini dapat memberikan
ketenangan dan kenyamanan. Selain itu dukungan ini paling mudah didapatkan.
Contohnya adalah bersikap empati, mau mendengarkan keluh kesah dan selalu ada
ketika dibutuhkan.
3. Dukungan Informatif
Berupa saran atau nasihat yang disampaikan kepada anggota keluarga yang
membutuhkan. Jenis dukungan ini membuat seseorang akan merasa nyaman dan
tenang (Cotterell: dalam Dolan et al, 2006). Indikator dukungan informatif adalah
pemberian nasihat, pemberian saran dan pemberian kritik.
28
4. Dukungan Penghargaan
Dukungan ini berupa pengakuan atas kemajuan atau kemampuan yang dimiliki
seseorang. Bentuk dukungan ini merupakan pondasi yang kuat dalam sebuah
keluarga dimana para anggota keluarga percaya akan kemampuan suami dan istri
serta memotivasi pasangan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam
menghadapi masalah-masalah di dalam kehidupan rumah tangga (Burleson: dalam
Dolan et al, 2006). Contohnya adalah memberikan motivasi positif dan memberikan
kepercayaan untuk memberikan kepercayaan untuk mengurus keluarga dengan
baik.
2.3.3 Pengukuran Dukungan Keluarga
1. NIMH Family Support Scale.
Dikembangkan oleh Peshawaria et al (2000). Memiliki lima dimensi yaitu:
personal, financial, technical, recreation, emotional, dan material. Alat ukur ini
menggunakan model Likert 1 sampai 5 dan terdiri dari 18 item.
2. Skala Dukungan Keluarga
Dikembangan oleh Mardiah (2011) berdasarkan teori Dolan et al (2006).
Memiliki empat dimensi yaitu: dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan
informatif, dan dukungan penghargaan. Alat ukur ini menggunakan skala 1 sampai
4.
3. The Family Support Scale.
Dikembangkan oleh Taylor (1999) yang terdiri dari 18 item menggunakan
model skala 1 sampai 4 dengan kategori “sangat membantu” hingga “sangat tidak
membantu”.
29
Pada penelitian ini, peneliti melakukan adaptasi alat ukur yang
dikembangkan oleh Mardiah (2011) karena mengacu pada teori dukungan keluarga
Dolan et al (2006) yang mengungkapkan memiliki empat dimensi yaitu: dukungan
konkrit, dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan penghargaan.
2.4 Kerangka Berpikir
Kebahagiaan pernikahan menurut Azrin et.al. (dalam Al-Othman, 2012) adalah
merupakan kepuasan yang berasal dari hal-hal diluar hubungan pernikahan.
Kebahagiaan pernikahan dapat terjadi bila suatu individu memberikan interaksi
positif kepada pasangan secara berkala. Dalam sebuah pernikahan tentunya banyak
hal-hal yang ingin dicapai oleh sepasang suami-istri untuk terpenuhinya rasa
bahagia dalam kehidupan pernikahan. Untuk mencapai kebahagiaan pernikahan
pun terdapat berbagai macam tantangan terlebih pada kebahagiaan dalam
pernikahan yang dilakukan oleh mahasiswa yang menikah muda. Peneliti memiliki
asumsi bahwa kebahagiaan pernikahan dapat dibentuk oleh beberapa faktor, yaitu
kepercayaan dan dukungan keluarga.
Kepercayaan menjadi salah satu independent variable pada penelitian ini
karena pada setiap pasangan dapat dipastikan untuk bisa mencapai kebahagiaan
pernikahan dibutuhkan sikap percaya pada dirinya. Dari berbagai masalah yang
terjadi pada kehidupan pernikahan, tentunya setiap pasangan diharuskan memiliki
kepercayaan satu sama lain dalam menghadapi masalah itu dan berusaha dalam
menyelesaikan masalahnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Rempel et.al. (1985) yang meneliti hubungan antara kepercayaan dengan
kebahagiaan pernikahan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sikap
30
saling percaya memengaruhi kebahagiaan pernikahan. Terdapat tiga aspek pada
variabel kepercayaan, yaitu keyakinan, ketergantungan dan sikap dapat diprediksi.
Variabel lain yang peneliti jadikan independent variable pada penelitian ini
adalah dukungan keluarga. Dalam kehidupan pernikahan pasangan suami-istri yang
dijalankan oleh mahasiswa yang menikah muda pastinya membutuhkan dukungan
keluarga dari lingkungan sekitarnya untuk meningkatan kebahagiaan pernikahan.
Dukungan keluarga itu dibutuhkan agar setiap pasangan bisa mendapatkan
dukungan emosional dan tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah.. Sebuah
penelitian dilakukan oleh Dolan et al, (2006) meneliti tentang hubungan dukungan
keluarga dengan kebahagiaan pernikahan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kebahagiaan pernikahan dan
dukungan keluarga yang dirasakan. Walaupun terdapat masalah yang dihadapi, tapi
jika didukung oleh dukungan keluarga, maka kualitas pernikahan dapat
ditingkatkan dan terhindar dari kejadian buruk yang tidak diinginkan. Terdapat
empat aspek dukungan keluarga, yaitu dukungan konkrit, dukungan informatif,
dukungan emosional dan dukungan penghargaan.
Dari berbagai penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, maka peneliti
mengasumsikan bahwa kepercayaan dan dukungan keluarga mempengaruhi
kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda. Peneliti juga melihat
bagaimana dimensi-dimensi yang dimiliki oleh kepercayaan dan dukungan
keluarga dalam mempengaruhi kebahagiaan pernikahan jika diteliti secara
bersamaan.
31
Gambar 2.1 “Pengaruh Kepercayaan dan Dukungan Keluarga terhadap
Kebahagiaan Penikahan pada Mahasiswa yang Menikah Muda”
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh
kepercayaan dan dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada
mahasiswa yang menikah muda. Dependent variable dalam penelitian ini adalah
kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda, sedangakan
independent variable adalah kepercayaan dan dukungan keluarga. Kepercayaan
yang dimaksud dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga dimensi yaitu: keyakinan,
ketergantungan dan sikap dapat diprediksi. Sedangkan dukungan keluarga yang
dimaksud dalam penelitian ini dibagi menjadi empat dimensi yaitu: dukungan
konkrit, dukungan emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan.
Kepercayaan
Keyakinan (X1)
Ketergantungan (X2)
Sikap dapat diprediksi (X3)
Dukungan Keluraga
Dukungan konkrit (X4)
Dukungan emosional (X5)
Dukungan informatif (X6)
Dukungan penghargaan (X7)
Kebahagiaan
Pernikahan
(Y)
32
Untuk mengetahui lebih jelas gambaran mengenai pengaruh kepercayaan
dan dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda dapat dilihat pada gambat 2.1.
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Mayor
Ha : ada pengaruh yang signifikan kepercayaan (keyakinan, ketergantungan
dan sikap dapat diprediksi) dan dukungan keluarga (dukungan konkrit,
dukungan emosional, dukungan informatif dan dukungan pernghargaan)
terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda.
Hipotesis Minor
Ha1 : ada pengaruh yang signifikan dimensi keyakinan pada variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda
Ha2 : ada pengaruh yang signifikan dimensi ketergantungan pada variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda
Ha3 : ada pengaruh yang signifikan dimensi sikap dapat diprediksi pada variabel
kepercayaan terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda
Ha4 : ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan konkrit pada variabel
dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda
33
Ha5 : ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan emosional pada variabel
dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda
Ha6 : ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan informatif pada variabel
dukungan keluarga terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang
menikah muda
Ha7 : ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan penghargaan pada
dukungan variabel keluarga terhadap kebahagiaan pada mahasiswa yang
menikah muda
Ketujuh hipotesis penelitian di atas akan dijadikan H0 sehingga dapat diuji secara
statistik.
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i yang sedang mengemban studi di
wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), mahasiswa/i
yang melangsungkan pernikahan ketika masih berstatus sebagai mahasiswa, usia
mahasiswa/i pada saat menikah dibawah 21 tahun (Kusmiran, 2011) karena pada
usia ini termasuk kategori menikah muda, pada saat peneliti melakukan penelitian,
mahasiswa/i masih berstatus suami/istri.
Kemudian jumlah sampel yang terdapat pada penelitian ini adalah sebanyak
215 partisipan yang terdiri dari 63 orang suami dan 152 istri yang telah sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan dalam populasi. Metode yang digunakan
dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode non-probability
sampling, dimana dari jumlah populasi yang terdapat di lapangan, tidak semuanya
mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Alasan dari
pemilihan metode ini dikarenakan belum terdapatnya data pasti mengenai jumlah
populasi di lapangan.
Adapun pengambilan teknik dari metode non-probability sampling dalam
penelitian ini adalah teknik bola salju (snowball sampling), dimana teknik ini
meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan informasi mengenai
sampel berikutnya secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel dapat
terpenuhi. Teknik ini tepat untuk penelitian yang melibatkan partisipan dengan
35
kriteria khusus. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner penelitian
secara tidak langsung dengan menggunakan google document (online).
1.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Terdapat dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel
terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebahagiaan pernikahan
sebagai dependent variable dan variabel kepercayaan (keyakinan, ketergantungan
dan sikap dapat diprediksi) dan dukungan keluarga (dukungan konktrit, dukungan
emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan) sebagai independent
variable.
Setelah menentukan variabel yang digunakan pada penelitian ini dan dari
penjelasan definisi konseptual yang telah dijelaskan pada bab dua, selanjutnya
peneliti menentukan definisi operasional yang akan digunakan pada penelitian ini.
1. Kebahagiaan Pernikahan (Dependent Variable)
Kebahagiaan pernikahan adalah penguatan berupa perasaan positif yang
diperoleh pasangan suami istri dari hal-hal yang berasal dari luar hubungan
pernikahan. Yaitu perasaan yang dialami individu baik suami maupun istri terhadap
pasangan dan kehidupan pernikahan. Dimensi kebahagiaan pernikahan menurut
Azrin et.al. (dalam Al-Othman, 2012) yaitu tanggung jawab rumah tangga,
pemeliharaan anak, kegiatan sosial, uang, komunikasi, hubungan seksual,
kemajuan karir, kepercayaan diri dan kepercayaan diri pasangan.
36
2. Kepercayaan (Independent Variable)
Kepercayaan menurut Rempel et.al. (1985) kepercayaan adalah salah satu
kualitas yang paling dikehendaki dalam hubungan intim. Hal ini sering dikaitkan
dengan hubungan cinta dan komitmen antar pasangan sebagai landasan hubungan
yang ideal.
Rempel et.al. (1985) menyatakan kepercayaan memiliki tiga dimensi penting di
dalamnya, yang mendasari suatu hubungan interpersonal yaitu:
1. Keyakinan : keyakinan seseorang bahwa pasangan akan menjaga komitmen
dan kesetiaan, dapat dipercaya pada janji yang telah diberikan serta berani
mengambil resiko terkait dengan masa depan.
2. Ketergantungan : mengacu pada kepercayaan dalam diri seseorang bahwa
pasangannya peduli dan memberikan respon terhadap kebutuham, tujuan
dan keinginannya.
3. Sikap dapat diprediksi : kepercayaan bahwa pasangan akan berperilaku
konsisten dan sesuai dengan yang telah diprediksi.
3. Dukungan Keluarga (Independent Variable)
Dukungan keluarga menurut Dolan et.al. (2006) adalah pemberian bantuan
yang merupakan suatu kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang suatu
masalah bersifat sosial dan sukarela. Terdapat empat dimensi dukungan keluarga
menurut Dolan et al (2006) yaitu:
1. Dukungan konkrit : bantuan yang terlihat nyata yaitu tingkah laku dapat
berupa pemberian materi maupun non materi.
37
2. Dukungan emosional : dukungan empati atau simpati pada anggota keluarga
yang membutuhkan.
3. Dukungan informatif : bantuan saran atau nasihat yang disampaikan kepada
anggota keluarga yang membutuhkan.
4. Dukungan penghargaan : dukungan berupa pengakuan atas kemajuan atau
kemampuan yang dimiliki seseorang.
3.3 Instrumen Penelitian
Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable).
Jawaban setiap instrumen memiliki tingkat dari tertinggi (sangat positif), netral dan
sangat rendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu item dengan kima skala
jawaban sesuai dengan skala Likert. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu skala kebahagiaan pernikahan, skala kepercayaan dan skala dukungan
keluarga skala Likert yang terdiri dari 37 favorable item dan 14 unfavorable item
dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Biasa (B), Tidak Sesuai
(TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 3.1 Skala Favorable dan Unfavorable
No Jenis Item Skala
1 Favorable 1,2,3,4,5
2 Unfavorable 5,4,3,2,1
3.3.1 Skala Kebahagiaan Pernikahan
Dalam penelitian ini skala kebahagiaan pernikahan adaptasi dari Marital Happiness
Scale (MHS) yang dilakukan oleh Azrin et.al. (dalam Al-Othman, 2012). Jumlah total
item pada alat ukur ini berjumlah 25 item. Alat ukur ini menggunakan skala likert
yang telah dimofikasi menjadi 4 kategori jawaban yang setiap jawaban menunjukan
38
kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan responden,
yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai
(STS). Skor tertinggi diberikan pada pilihan sangat sesuai ( 4 skor) dan terendah
pada pernyataan sangat tidak sesuai (1 skor).
Tabel 3.2 Blueprint Skala Kebahagiaan Pernikahan
No. Dimensi Indikator Item Jumlah 1 Tanggung - membersihkan rumah 2 2
Jawab rumah tangga - berbelanja bulanan 12*
2 Pemeliharan anak - menerapkan kedisiplinan 18 3
- mengawasi anak 6*
ketika bermain
- memberikan bantuan 13
kepada anak
3 Kegiatan sosial - makan malam diluar rumah 22* 3
- pergi ke acara formal 14
bersama
- olahraga bersama 3
4. Uang/ - memiliki uang saku 23* 3
Pendapatan pribadi
- membeli dan/atau 19
menerima hadiah
- membuat anggaran 7
rumah tangga
5 Komunikasi - membuat kegiatan 9* 3
diskusi
- frekuensi 8
miskomunikasi
- penyelesaian masalah 25
6 Hubungan seksual - afeksi di umum 1*,10* 2
7 Kemajuan - ekspetasi terhadap jabatan 4 3
Akademik/ - kecukupan pendapatan 21*
Pekerjaan - keluhan terhadap 20*
pekerjaan
8 Kepercayaan - menanyakan pendapat 15 3
Diri Pribadi pasangan
- memiliki simpanan 5
uang pribadi
- kemampuan membuat 17*
daftar pengeluaran
9 Kepercayaan - membuat keputusan 24* 3
Diri Pasangan mandiri
- hubungan pasangan 11,16
dengan relasi atau
teman
Jumlah 25
Ket: Tanda * = item unfavorable
39
3.3.2 Skala Kepercayaan
Skala Kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Trust Scale yang
diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rempel et.al. (1985) yang berjumlah
22 item pernyataan yang meliputi tiga aspek, yaitu: keyakinan, ketergantungan dan
sikap dapat diprediksi.
Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepercayaan
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Keyakinan - memberi dukungan 7,8 9
kepada pasangan
- terbuka terhadap 6,18
pasangan
- memberi kepercayaan 1,13*,16,
penuh terhadap pasangan 17*,20
2 Ketergantungan - dapat mengandalkan 2,5,10*,11, 9
pasangan 15,22
- melibatkan pasangan 4,14,19*
dalam hal apapun
3 Sikap dapat - kemampuan memprediksi 3,9*,21* 4
diprediksi pasangan
- berperilaku konsisten 12
Jumlah 22
Ket: Tanda * = item unfavorable
3.3.2 Skala Dukungan Keluarga
Dalam penelitian ini peneliti melakukan modifikasi skala dukungan keluarga yang
dikembangkan oleh Mardiah (2011) berdasarkan teori dukungan keluarga oleh
Dolan et al (2006). Jumlah total item pada alat ukur ini berjumlah 15 item. Alat
ukur ini menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi menjadi 4 kategori
jawaban yang setiap jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan
dengan keadaan yang dirasakan responden, yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS),
40
Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Skor tertinggi diberikan
pilihan Sangat Sesuai (4 skor) dan terendah pada pernyataan Sangat Tidak Sesuai
(1 skor).
Tabel 3.4 Blueprint Skala Dukungan Keluarga
No Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Dukungan - membantu secara 2 3
konkrit finansial
- menemani dalam 5,11
melakukan aktifitas
tertentu
2 Dukungan - rasa empati 12* 4
Emosional - mendengarkan keluh 3*,8
kesah
- selalu ada ketika 1
dibutuhkan
3 Dukungan - memberikan nasihat 4 4
Informatif - memberikan saran 10,15
- memberikan kritik 6*
4 Dukungan - memberikan motivasi 7,13,14 4
Penghargaan positif
- memberikan 9
kepercayaan untuk
mengurus keluarga
dengan baik
Jumlah 15
Ket: Tanda * = item unfavorable
3.4 Uji Validitas Konstruk
Dalam menguji validitas konstruk setiap item, maka peneliti melakukan uji validitas
menggunakan confirmatory factor analysis (CFA). Software yang digunakan untuk
uji validitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan software Lisrel 8.70.
Uji validitas konstruk bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item pada variabel
valid dalam mengukur apa yang hendak diukur. Namun, agar pembaca lebih
41
memahami apa yang dipaparkan pada subbab ini, maka peneliti menjelaskan
tentang kriteria dalam menentukan item yang valid dan yang tidak valid. Adapun
logika dari CFA adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-
itemnya.
2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan
matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidimensional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis penelitian yang kemudian diuji
dengan chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan p>0,05, maka
hipotesis tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas tersebut
dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu
faktor saja.
42
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan
atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test.
Jika hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop
dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Kebahagiaan Pernikahan
Peneliti menguji apakah dua puluh lima item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur kebahagiaan pernikahan. Terdapat kesalahan diawal
analisis CFA, dengan nilai chi-square 2631.17, df 375, p-value 0.00000, RMSEA
0.200. Beberapa item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh nilai chi-square 238.87, df 220, p-value 0.18227, RMSEA 0.020.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut:
43
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Kebahagiaan Pernikahan
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.71 0.02 29.90 √
2 0.79 0.03 28.70 √
3 0.67 0.02 28.83 √
4 0.56 0.02 25.85 √
5 0.82 0.03 30.22 √
6 0.81 0.02 34.36 √
7 0.84 0.02 37.43 √
8 0.72 0.02 33.05 √
9 0.78 0.03 28.67 √
10 0.41 0.02 18.85 √
11 0.58 0.02 24.63 √
12 0.43 0.02 17.76 √
13 0.66 0.02 28.62 √
14 0.47 0.02 20.38 √
15 0.68 0.02 31.53 √
16 0.37 0.03 14.71 √
17 0.40 0.02 17.51 √
18 0.74 0.02 31.14 √
19 0.36 0.02 14.78 √
20 0.64 0.02 27.90 √
21 0.00 0.02 -0.25 X
22 -0.13 0.02 -6.00 X
23 -0.12 0.02 -5.63 X
24 -0.08 0.02 -3.97 X
25 0.03 0.02 1.61 X Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa item nomor 21,22,23,24 dan 25 tidak
signifikan (t < 1.96), kemudian selebihnya signifikan dan semua koefisien
bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan
sifat item, yang mana bersifat favourable.
44
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Kepercayaan
3.4.2.1 Keyakinan
Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur skala keyakinan. Terdapat kesalahan diawal analisis CFA,
dengan nilai chi-square 450.33, df 27, p-value 0.00000, RMSEA 0.271. Beberapa
item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh nilai chi-
square 20.48, df 13, p-value 0.08396, RMSEA 0.052.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Keyakinan
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.56 0.07 8.54 √
2 0.65 0.06 10.21 √
3 0.75 0.06 12.30 √
4 0.64 0.06 10.32 √
5 0.73 0.07 10.89 √
6 0.87 0.06 15.39 √
7 0.74 0.06 12.04 √
8 0.70 0.06 11.58 √
9 0.77 0.06 13.14 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa seluruh item pada variabel keyakinan
signifikan dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan
faktor dari item sesuai dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
45
3.4.2.2 Ketergantungan
Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur skala ketergantungan. Terdapat kesalahan diawal analisis
CFA, dengan nilai chi-square 466.44, df 27, p-value 0.00000, RMSEA 0.276.
Beberapa item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
nilai chi-square 19.44, df 14, p-value 0.14882, RMSEA 0.043.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Ketergantungan
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.62 0.06 10.16 √
2 0.82 0.06 14.33 √
3 0.90 0.06 16.27 √
4 0.59 0.06 9.59 √
5 0.79 0.06 13.91 √
6 0.78 0.06 13.47 √
7 0.46 0.06 7.33 √
8 0.92 0.05 16.91 √
9 0.81 0.06 14.30 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
3.4.2.3 Sikap dapat diprediksi
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur skala sikap dapat diprediksi. Terdapat kesalahan diawal analisis
46
CFA, dengan nilai chi-square 7.62, df 2, p-value 0.02211, RMSEA 0.115. Beberapa
item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh nilai chi-
square 0.42, df 1, p-value 0.51672, RMSEA 0.000.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Sikap dapat diprediksi
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.67 0.08 8.73 √
2 0.65 0.07 9.29 √
3 0.70 0.07 9.90 √
4 0.66 0.08 8.53 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Keluarga
3.4.3.1 Dukungan Konkrit
Peneliti menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur skala dukungan konkrit. Setelah analisis CFA, maka diperoleh
nilai chi-square 0.00, df 0, p-value 1.00000, RMSEA 0.000.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
47
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Dukungan Konkrit
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.79 0.06 13.05 √
2 0.89 0.06 15.49 √
3 0.82 0.06 13.78 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
3.4.3.2 Dukungan Emosional
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur skala dukungan emosional. Terdapat kesalahan diawal analisis
CFA, dengan nilai chi-square 44.76, df 2, p-value 0.00000, RMSEA 0.316.
Beberapa item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
nilai chi-square 0.00, df 0, p-value 1.00000, RMSEA 0.000.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut:
48
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Dukungan Emosional
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.94 0.05 17.22 √
2 0.85 0.06 14.73 √
3 0.89 0.06 16.08 √
4 0.79 0.06 14.41 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.10 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
3.4.3.3 Dukungan Informatif
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur skala dukungan informatif. Terdapat kesalahan diawal analisis
CFA, dengan nilai chi-square 20.22, df 2, p-value 0.00004, RMSEA 0.206.
Beberapa item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh
nilai chi-square 0.02, df 1, p-value 0.89344, RMSEA 0.000.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Dukungan Informatif
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.98 0.05 19.48 √
2 0.95 0.05 18.66 √
3 0.86 0.05 15.72 √
4 0.96 0.05 18.72 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
49
Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
3.4.3.4 Dukungan Penghargaan
Peneliti menguji apakah empat yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur skala dukungan penghargaan. Terdapat kesalahan diawal analisis
CFA, dengan nilai chi-square 7.57, df 2, p-value 0.02272, RMSEA 0.014. Beberapa
item kemudian dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh nilai chi-
square 0.86, df 1, p-value 0.35284, RMSEA 0.000.
Selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t pada setiap koefisien
muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Dukungan Penghargaan
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.78 0.06 12.96 √
2 0.81 0.06 13.53 √
3 0.79 0.06 12.52 √
4 0.85 0.06 13.98 √ Ket: Tanda √ = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.12 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item sesuai
dengan sifat item, yang mana bersifat favourable.
50
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk melihat pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap
variabel terikat (dependent variable), peneliti akan menggunakan analisis regresi
berganda. Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antara DV dengan lebih dari satu IV. Persamaan
regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
y’ = Nilai prediksi Y (kebahagiaan pernikahan)
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = keyakinan
X2 = ketergantungan
X3 = sikap dapat diprediksi
X4 = dukungan konkrit
X5 = dukungan emosional
X6 = dukungan informatif
X7 = dukungan penghargaan
e = residu
Kemudian, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
analisis sebagai berikut:
y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + + e
51
1. R2 (koefisien determinasi berganda)
Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien
determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians dari DV yang
bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara keseluruhan. Adapun untuk
mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut :
𝑅2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔
𝑆𝑆𝑦
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
2. Uji F
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus untuk uji F
terhadap R2 adalah :
𝐹 = 𝑅2 𝑘⁄
(1−𝑅2) (𝑁−𝑘−1)⁄dengan df= K dan (N-K-1)
Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila
nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.
3. Uji t
Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing IV
terhadap DV. Hal ini dilakukan melalui Uji t (t-test) terhadap setiap koefisien
regresi. Jika nilai t > 1,96 maka berarti IV yang bersangkutan memiliki pengaruh
52
yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya. Uji t dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
𝑅2 = 𝑏
𝑆𝑏
dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari b. Hasil uji t ini
akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti.
53
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 215 orang yang terdiri dari 63 suami dan 152
istri dengan kriteria mahasiswa/i yang sedang mengemban studi di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), mahasiswa/i yang
melangsungkan pernikahan ketika masih berstatus sebagai mahasiswa, usia
mahasiswa/i pada saat menikah dibawah 21 tahun dan pada saat peneliti melakukan
penelitian, mahasiswa/i masih berstatus suami/istri.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Pada tabel 4.1 digambarkan hasil statistik deskriptif dari variabel penelitian ini yang
berisi nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi (SD).
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Variabel Min Max Mean St. Deviasi
Kebahagiaan Pernikahan 11.58 72.88 50.0000 9.59231
Keyakinan 19.48 72.65 50.0000 9.41032
Ketergantungan 16.28 67.32 50.0000 9.51729
Sikap dapat diprediksi 23.51 72.48 50.0000 8.11005
Dukungan Konkrit 33.38 75.41 50.0000 9.11823
Dukungan Emosional 37.15 76.73 50.0000 9.80742
Dukungan Informatif 38.50 80.09 50.0000 9.79515
Dukungan Penghargaan 35.91 76.85 50.0000 9.12436
Valid N (listwise)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai maksimum tertinggi berada
pada aspek Dukungan Informatif sebesar 80.09 dan nilai minimum terendah berada
pada aspek kebahagiaan pernikahan sebesar 11.58.
54
4.3 Kategorisasi Skor Kebahagiaan Pernikahan
Kategorisasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori skor variabel yaitu
tinggi dan rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut dilakukan
dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 4.2
Pedoman Interpretasi Skor
Kategorisasi Rumus
Rendah X<50
Tinggi X>50
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori untuk masing-masing variabel. Variabel dependen terdiri dari kebahagiaan
pernikahan. Variabel independen terdiri atas dua variabel yaitu kepercayaan dan
dukungan keluarga. Kepercayaan meliputi aspek keyakinan, ketergantungan dan
sikap dapat diprediksi. Kemudian dukungan keluarga meliputi dukungan konkrit,
dukungan emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan. Sehingga
total keseluruhan variabel berjumlah delapan variabel. Kategorisasi variabel
kenahagiaan pernikahan dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Kategorisasi Kebahagiaan Pernikahan
Dimensi Rendah Tinggi Total
(Persentasi) (Persentasi) (Persentasi)
Frekuensi 111 104 215
Persentase 51.6% 48.4% 100%
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa dari 215 responden, sebesar 111 responden atau
51.6% memiliki skor kebahagiaan pernikahan yang rendah dan 104 responden atau
55
48.4% berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang
diteliti memiliki tingkat kebahagiaan pernikahan yang rendah.
4.4 Kategorisasi Skor Kepercayaan
Dalam tabel 4.4 dijelaskan kategorisasi skor kepercayaan. Pada variabel
kepercayaan terdapat tiga variabel yang diteliti, yaitu keyakinan, ketergantungan
dan sikap dapat diprediksi. Dapat dilihat sebanyak 106 atau 49.3% responden
memiliki nilai ketergantungan yang rendah dan 120 atau 55.8% responden memiliki
nilai keyakinan yang tinggi.
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Kepercayaan
Dimensi Rendah Tinggi Total
(Persentasi) (Persentasi) (Persentasi)
Keyakinan 95 (44.2%) 120 (55.8%) 215 (100%)
Ketergantungan 106 (49.3%) 109 (50.7%) 215 (100%)
Sikap dapat diprediksi 99 (46%) 116 (54.0) 215 (100%)
Dari tabel 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa responden memiliki kekurangan
dalam ketergantungan sehari-hari namun sering kali mempunyai keyakinan yang
tinggi selama berlangsungnya kehidupan pernikahan yang dijalani.
4.5 Kategorisasi Skor Dukungan Keluarga
Dalam tabel 4.5 dijelaskan kategorisasi skor dukungan keluarga. Pada variabel
dukungan keluarga terdapat empat variabel yang diteliti, yaitu dukungan konkrit,
dukungan emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargan. Dapat dilihat
bahwa sebanyak 141 responden atau 65% merasakan dukungan emosional yang
tinggi.
56
Tabel 4.5
Kategorisasi Skor Dukungan Keluarga
Dimensi Rendah Tinggi Total
(Persentasi) (Persentasi) (Persentasi)
Dukungan Konkrit 111(52.1%) 104(48.4%) 215(100%)
Dukungan Emosional 74(34.4%) 141(65%) 215(100%)
Dukungan Informatif 81(37.7%) 134(62.3%) 215(100%)
Dukungan Penghargaan 128(59.5%) 87(40.5%) 215(100%)
Dari tabel 4.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa responden memiliki kekurangan
dalam dukungan konkrit sehari-hari namun sering kali mempunyai dukungan
emosional yang tinggi selama berlangsungnya kehidupan pernikahan yang dijalani.
4.6 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 20.
Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu
besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians Dependent Variable
yang dijelaskan oleh Independet Variable berpengaruh signifikan terhadap
Dependent Variable dan signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing Independet Variable.
Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians Dependent Variable yang dijelaskan oleh
Independent Variable. Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut :
57
Tabel 4.6
Tabel R Square
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .693a .480 .462 7.03465 a. Predictors : (Constant), Keyakinan, Ketergantungan, Sikap dapat diprediksi, Dukungan Konkrit,
Dukungan Informatif, Dukungan Emosional dan Dukungan Penghargaan
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0.480 atau
48.0%. Artinya proporsi varians dari kebahagiaan pernikahan yang dijelaskan oleh
keyakinan, ketergantungan, sikap dapat diprediksi, dukungan konkrit, dukungan
informatif, dukungan emosional dan dukungan penghargaan penelitian ini adalah
sebesar 48%, sedangkan 52% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian.
Langkah selanjutnya yaitu peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variable terhadap kebahagiaan pernikahan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Tabel Anova
Model Sum of Squares df Mean square F sig.
Regression 9447.014 7 1349.573 27.272 .000a
Residual 10243.652 207 49.486
Total 19690.666 214
a. Predictors : (Constant), Keyakinan, Ketergantungan, Sikap dapat diprediksi, Dukungan Konkrit,
Dukungan Informatif, Dukungan Emosional dan Dukungan Penghargaan
b. Dependent Variable : Kebahagiaan Pernikahan
Jika dilihat dari kolom sig. pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
lebih kecil (p<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh
58
yang signifikan seluruh independent variable terhadap dependent variable yaitu
kebahagiaan pernikahan ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara
keyakinan, ketergantungan, sikap dapat diprediksi, dukungan konkrit, dukungan
emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
Langkah terakhir peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing independent
variable. Jika sig<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Koefisien Regresi
Model Unstandardized Standardized
Coeficients Coeficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 17.900 5.818 3.077 .002
Keyakinan .306 .059 .301 5.219 .000
Ketergantungan .474 .060 .471 7.927 .000
Sikap dapat diprediksi -.108 .063 -.092 -1.729 .085
Dukungan Konkrit -.114 .070 -.108 -1.624 .106
Dukungan Emosional .016 .068 .017 .244 .808
Dukungan Informatif .019 .063 .019 .296 .768
Dukungan Penghargaan .049 .069 .046 .707 .480 a. Dependent Variable : Kebahagiaan Pernikahan
Berdasarkan tabel 4.8, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi adalah :
Kebahagiaan pernikahan = 17.900 + 0.306 Keyakinan* + 0.474 Ketergantungan* –
0.108 Sikap dapat diprediksi – 0.114 Dukungan Konkrit + 0.016 Dukungan
Emosional + 0.019 Dukungan Informatif + 0.049 Dukungan Penghargaan
Keterangan :
59
Tanda (*) = Variabel signifikan
Begitu juga dengan hasil uji hipotesis minor dapat dilihat berdasarkan tabel 4.8,
riciannya sebagai berikut :
1. Variabel keyakinan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.306 dengan
signifikansi sebesar 0.000 (p<0.005) dengan koefisien variabel menunjuk
arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keyakinan maka
semakin tinggi juga kebahagiaan pernikahan yang didapatkan. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel keyakinan pada kepercayaan berpengaruh
secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
2. Variabel ketergantungan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.474
dengan signifikansi sebesar 0.000 (p<0.005) dengan koefisien variabel
menunjuk arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
ketergantungan maka semakin tinggi juga kebahagiaan pernikahan yang
didapatkan. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel ketergantungan pada
kepercayaan berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
3. Variabel sikap dapat diprediksi memiliki nilai koefisien regresi sebesar
-0.108 dengan signifikansi sebesar 0.085 (p>0.005), maka dapat
disimpulkan bahwa variabel sikap dapat diprediksi pada kepercayaan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
4. Variabel dukungan konkrit memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.114
dengan signifikansi sebesar 0.106 (p>0.005), maka dapat disimpulkan
60
bahwa variabel dukungan konkrit pada dukungan keluarga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
5. Variabel dukungan emosional memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.016
dengan signifikansi sebesar 0.808 (p>0.005), maka dapat disimpulkan
bahwa variabel dukungan emosional pada dukungan keluarga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
6. Variabel dukungan informatif memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.19
dengan signifikansi sebesar 0.768 (p>0.005), maka dapat disimpulkan
bahwa variabel dukungan informatif pada dukungan keluarga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
7. Variabel dukungan penghargaan memiliki nilai koefisien regresi sebesar
0.049 dengan signifikansi sebesar 0.480 (p>0.005), maka dapat disimpulkan
bahwa variabel dukungan penghargaan pada dukungan keluarga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
4.7 Analisis Proporsi Varians pada masing-masing Independent Variable
Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat apakah proporsi varians dari tiap
variabel bebas, analisis dilakukan satu persatu dari variabel bebas yang ada
terhadap variabel terikat. Besarnya proporsi varians pada kebahagiaan pernikahan
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Proporsi Varians
Variabel Bebas R R2 R2 Change Sig F Change Keyakinan .524a .274 .274 .000
Ketergantungan .680b .462 .188 .000
Sikap dapat diprediksi .687c .472 .010 .052
Dukungan Konkrit .690d .477 .005 .174
Dukungan Emosional .691e .477 .001 .565
Dukungan Informatif .692f .479 .001 .519
Dukungan Penghargaan .693g .480 .001 .480
61
Dari tabel 4.9 dapat diambil informasi sebagai berikut:
1. Keyakinan memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan pernikahan
0.274 atau 27.4% dengan nilai sig. F change = 0.000 < 0.05. Artinya
sumbangan keyakinaan signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
2. Ketergantungan memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan
pernikahan 0.188 atau 18.8% dengan nilai sig. F change = 0.000 < 0.05.
Artinya sumbangan ketergantungan signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
3. Sikap dapat diprediksi memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan
pernikahan 0.010 atau 1% dengan nilai sig. F change = 0.052 > 0.05. Artinya
sumbangan sikap dapat diprediksi tidak signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
4. Dukungan konkrit memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan
pernikahan 0.005 atau 0.5% dengan nilai sig. F change = 0.174 > 0.05. Artinya
sumbangan dukungan konkrit tidak signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
5. Dukungan emosional memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan
pernikahan 0.001 atau 0.1% dengan nilai sig. F change = 0.565 > 0.05. Artinya
sumbangan dukungan emosional tidak signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
6. Dukungan informatif memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan
pernikahan 0.001 atau 0.1% dengan nilai sig. F change = 0.519 > 0.05. Artinya
62
sumbangan dukungan informatif tidak signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
7. Dukungan penghargaan memberi sumbangan R2 change terhadap kebahagiaan
pernikahan 0.001 atau 0.1% dengan nilai sig. F change = 0.480 > 0.05. Artinya
sumbangan dukungan penghargaan tidak signifikan terhadap kebahagiaan
pernikahan.
Dengan demikian, variabel yang memberikan sumbangan pengaruh terbesar untuk
kebahagiaan pernikahan adalah variabel keyakian dan ketergantungan. Sedangkan
sikap dapat diprediksi, dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan
informatif dan dukungan penghargaan tidak signifikan.
63
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, dapatk disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara kepercayaan (keyakinan, ketergantungan dan
sikap dapat diprediksi) dan dukungan keluarga (dukungan konkrit, dukungan
emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan) terhadap kebahagiaan
pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda. Kemudian berdasarkan hasil uji
hipotesis minor yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi
terhadap variabel bebas, terdapat dua dimensi yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda. Dimensi-
dimensi yang mempengaruhi variabel bebas secara signifikan yaitu keyakinaan dan
ketergantungan yang merupakan dimensi dari kepercayaan.
Dengan demikian, secara keseluruhan terdapat dua hipotesis minor yang
diterima, yaitu dari dimensi variabel kepercayaan menunjukan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari keyakinan terhadap kebahagiaan pernikahan pada
mahasiswa yang menikah muda dan ada pengaruh yang signifikan dari
ketergantungan terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah
muda. Sementara sikap dapat diprediksi, dukungan konkrit, dukungan emosional,
dukungan informatif dan dukungan penghargaan memiliki pengaruh tetapi tidak
secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah
muda .
64
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil dari penelitian dan setelah melakukan pengujian hipotesis,
didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kepercayaan (keyakinan,
ketergantungan dan sikap dapat diprediksi) dan dukungan keluarga (dukungan
konkrit, dukungan emosional, dukungan informatif dan dukungan penghargaan)
terhadap kebahagiaan pernikahan pada mahasiswa yang menikah muda. Artinya h0
pada penelitian ini ditolak. Kemudian, dari hasil uji proporsi varians secara
keseluruhan, kebahagiaan pernikahan dipengaruhi oleh kepercayaan dan dukungan
keluarga sebesar 48%, sedangkan sisanya sebesar 52% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diukur dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Dimensi kepercayaan
terdiri dari keyakinan, ketergantungan dan sikap dapat diprediksi. Pada penelitian
ini ditemukan dua dari tiga dimensi kepercayaan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan pernikahan, yaitu keyakinan dan ketergantungan.
Dari dimensi keyakinan menunjukkan bahwa keyakinan merupakan keyakinan
seseorang bahwa pasangan akan menjaga komitmen dan kesetiaan, dapat dipercaya
pada janji yang telah diberikan serta berani mengambil resiko atau keputusan terkait
dengan masa depan. Selanjutnya dimensi lain yang mempengaruhi kebahagian
pernikahan secara signifikan adalah ketergantungan yaitu kepercayaan dalam diri
seseorang bahwa pasangannya peduli dan memberikan respon terhadap kebutuhan,
tujuan dan keinginannya. Ketika dua hal ini terjadi maka bisa meningkatkan
kebahagiaan pada pernikahan. Dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya hasil
65
yang tidak berpengaruh secara signifikan dari dimensi kepercayaan terhadap
kebahagiaan pernikahan, yaitu sikap dapat diprediksi.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, pada dimensi keyakinan
memiliki pengaruh yang signifikan dengan koefisien variabel menunjuk arah
positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keyakinan maka semakin tinggi
juga kebahagiaan pernikahan yang didapatkan. Hasil tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Rempel et.al. (1985) yang menyatakan bahwa pasangan akan bertindak
dengan cara yang penuh cinta dan perhatian apa pun yang ada di masa depan
terhadap kebahagiaan pernikahan.
Kemudian ketergantungan juga memiliki pengaruh yang signifikan dengan
koefisien variabel menunjuk arah positif terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi ketergantungan maka semakin tinggi juga
kebahagiaan pernikahan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rempel et.al. (1985)
yang menyatakan bahwa pasangan yang dapat diandalkan ketika dibutuhkan dapat
memberikan kebahagiaan pada pasangan.
Selanjutnya sikap dapat diprediksi tidak secara signifikan mempengaruhi
kebahagiaan pernikahan. Artinya sikap dapat diprediksi tidak berpengaruh secara
langsung terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini berbeda dari penelitian
sebelumnya dari teori Rampel et al (1985) yang menyatakan bahwa sikap dapat
diprediksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
Karena komponen ini merupakan keyakinan seseorang bahwa pasangan akan
berperilaku konsisten sehingga mudah untuk diprediksi.
66
Selanjutnya pada variabel dukungan keluarga. Pada variabel ini tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan. Dimensi
dukungan keluarga terdiri dari dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan
informatif dan dukungan penghargaan. Pada penelitian ini tidak ditemukan dimensi
yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebahagiaan pernikahan.
Dari dimensi dukungan konkrit menunjukkan bahwa dukungan ini dapat
berupa pemberian materi maupun non materi seperti membantu secara finansial dan
menemani dalam melakukan aktifitas tertentu dari anggota keluarga. Selanjutnya
dimensi dukungan emosional yaitu berupa dukungan empati atau simpati pada
anggota keluarga yang membutuhkan. Jenis dukungan ini dapat memberikan
ketenangan dan kenyamanan. Selanjutnya dimensi dukungan informatif yaitu saran
atau nasihat yang disampaikan kepada anggota keluarga yang membutuhkan.
Selanjutnya dimensi yang terakhir yaitu dukungan penghargaan. Dukungan
penghargaan berupa pengakuan atas kemajuan atau kemampuan yang dimiliki
seseorang. Bentuk dukungan ini merupakan pondasi yang kuat dalam sebuah
keluarga dimana para anggota keluarga percaya akan kemampuan suami dan istri
serta memotivasi pasangan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam
menghadapi masalah-masalah di dalam kehidupan rumah tangga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dimensi dukungan konkrit tidak
secara signifikan mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Artinya dukungan
konkrit tidak berpengaruh secara langsung terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Macewen dan Barling
(dalam Primastiny, 2016) yang menemukan bahwa semakin tinggi dukungan
67
konkrit maka semakin tinggi kebahagiaan pernikahan yang dijalani. Pendapat
Browne (2014) juga bertentangan dengan hasil penelitian. Browne mengemukakan
semua pasangan perlu bantuan untuk memenuhi kebutuhan dan mengelola stres.
Mendapatkan dukungan konkrit saat dibutuhkan menimbulkan perilaku positive
help-seeking atau self-advocacy. Namun penelitian ini sejalan dengan pendapat
Sarafino (2011) yang mengungkapkan bahwa dukungan konkrit lebih berpengaruh
dalam menurunkan stres dan menguntungkan bagi kesehatan pada individu namun
untuk sebuah hubungan seperti pernikahan tidak berpengaruh. Artinya h0 pada
penelitian ini diterima.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan, dimensi dukungan informatif tidak
secara signifikan mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Artinya dukungan
informatif tidak berpengaruh secara langsung terhadap kebahagiaan pernikahan.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Aymanns, Sigrun dan Klaur (dalam Dolan
et al, 2006) bahwa keluarga besar (extended family) yang memberikan informasi
terkait pengobatan untuk anggota keluarga yang sedang sakit untuk meyakinkan
apa yang dilakukan oleh keluarga responsden dan pasangan dilakukan untuk
keadaan yang terbaik. Hasil penelitian Bryant dan Conger (1999) juga mendukung
hasil penelitian yang sebelumnya. Pasangan suami istri yang bertukar informasi
dengan keluarga secara rutin merasakan pernikahan yang lebih bahagia
dibandingkan dengan pasangan yang terisolasi. Artinya h0 pada penelitian ini
diterima.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dimensi dukungan emosional tidak
secara signifikan mempengaruhi kebahagiaan pernikahan. Artinya dukungan
68
emosional tidak berpengaruh secara langsung terhadap kebahagiaan pernikahan.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Srisusanti dan Zulkaida
(2013) yang mengemukakan bahwa hubungan dengan mertua dan ipar merupakan
faktor yang cukup mempengaruhi kebahagiaan pernikahan karena responden
merasa nyaman dengan mertua dan ipar kemudian dapat berlaku adil kepada
keluarga responden dengan pasangan maupun keluarga besar responden (extended
family). Hasil penelitian juga bertentangan dengan pendapat Timmer dan Veroff
(dalam Amato, 2007) bahwa kedekatan emosional terhadap keluarga pasangan atau
keluarga mertua dapat diasosiasikan dengan kebahagiaan pernikahan yang besar
dan tingkat perceraian yang rendah. Artinya h0 pada penelitian ini diterima.
Selanjutnya dimensi terakhir pada penelitian yang dilakukan, dimensi
dukungan penghargaan tidak secara signifikan mempengaruhi kebahagiaan
pernikahan. Artinya dukungan penghargaan tidak berpengaruh secara langsung
terhadap kebahagiaan pernikahan. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Burleson (dalam Dolan et al, 2006) bahwa dukungan
penghargaan merupakan batu fondasi yang kuat dalam dalam peran keluarga
dimana para anggota keluarga memberikan motivasi untuk menumbuhkan rasa
percaya diri dan harga diri dalam membangun rumah tangga. Penelitian ini juga
tidak sejalan dengan penelitian Ebenuwa-Okoh dan Elizabet (2015) yang
menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara dukungan penghargaan
terhadap kebahagiaan pernikahan karena meningkatkan kualitas hubungan antara
suami istri dengan keluarga besar. Artinya h0 pada penelitian ini diterima.
69
Kekurangan dari penelitian ini peneliti tidak melakukan perbandingan
antara kebahagiaan pernikahan suami dan kebahagiaan pernikahan istri. Selain itu
peneliti tidak melakukan perbandingan kebahagiaan pernikahan dengan wilayah
yang lainnya dan dari penelitian yang dilakukan terdapat variabel dukungan
keluarga yang hasil dari dimensinya tidak ada yang signifikan. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan perbandingan kebahagiaan pernikahan
menggunakan fator yang lain.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran untuk
bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik berupa
saran teoritis maupun praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
keyakinan dan ketergantungan terhadap kebahagiaan pernikahan.
2. Untuk penelitian lebih lanjut dapat diteliti pada sampel yang usia pernikahannya
sudah lebih lama atau pada sampel yang tidak menikah muda.
3. Untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat menggali lebih dalam terkait
fenomena kepercayaan pada pasangan suami istri yang menjalani pernikahan muda
pada mahasiswa salah satunya dengan melihat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepercayaan antar pasangan selama menjalani pernikahan ketika
masih mengenyam pendidikan kuliah.
70
5.3.2 Saran Praktis
1. Untuk calon pasangan suami istri yang akan menjalankan penikahan muda dan
masih berstatus mahasiswa, diharapkan bisa memiliki komponen keyakinan yang
tinggi dan memenuhi standar minimal dan didapatkan melalui cinta agar hubungan
pernikahan yang akan dijalani tetap berjalan dengan baik dan meminimalisir
kemungkinan terjadinya permasalahan selama menjalani pernikahan ketika masih
berstatus mahasiswa.
2. Untuk calon pasangan suami istri yang akan menjalankan penikahan muda dan
masih berstatus mahasiswa, diharapkan bisa memiliki komponen ketergantungan
yang tinggi dan memenuhi standar minimal dan didapatkan melalui cinta agar
hubungan pernikahan yang akan dijalani tetap berjalan dengan baik dan
meminimalisir kemungkinan terjadinya permasalahan selama menjalani pernikahan
ketika masih berstatus mahasiswa.
71
DAFTAR PUSTAKA
Amato, P.R., Booth, A., Johnson, D.R., & Rogers, S.J. (2007). Alone together: how
marriage in america is changing. Harvard University Press.
Al-Othman, H.M., (2012). Marital happiness of married couples in the U.A.E
society: a sample from Sharjah. Journal of Asian Social Science Vol.8 No.4
Aziz, Sholehudin. Nikah Usia Ideal vs Nikah Muda: Jangan Salah Pilih demi Masa
Depan yang Lebih Baik. Diakses 10 Januari 2018, dari
https://www.kompasiana.com/sholehudinaaziz/nikah-usia-ideal-vs-nikah-
muda-jangan-salah-pilih-demi-masa-depan-yang-lebih-
baik_57b12098cf7a6176078b4569
Azrin, N.H., Naster, B., & Jones, R. (1973). Reciprocity in counseling: a rapid
learning-based procedure for marital counseling. Behaviour Research and
Therapy. 11, 365-382
Browne, C.H. (2014). The strengthening families approach and protective factors
framework: branching out and reaching deeper. Washington, DC.
Bryant, C.M., dan Conger, R.D. (1999). Marital success and domains of social
support in long-term relationship: does the influence of network members
ever end?. Journal of Marriage and the Family. 61, 437-451.
Carter, S.L. (2001). Family and consumer sciences. Human development and
family sciences. Family life month pocket. Ohio State University Extension.
www.ohioonline.osu.edu. Tanggal Akses : 12 februari 2018.
Damayanti, I. Perceraian: penyebab dan akibatnya. Diakses Sabtu, 23 April 2018
dari http://psikologikita.com/?q=perceraian-penyebab-akibat
Dismakara, E.R. (2009). Hubungan profil keluarga dengan pola penyakit pasien
keluarga binaan klinik dokter keluarga fakultas kedokteran universitas
indonesia tahun 2006-2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kedokteran Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Indonesia.
Dister, N.S. (1988). Pengalaman beragama dan motivasi beragama. Yogyakarta:
Kanisius.
Dolan, P., Canavan, J., & Pinkerton, J. (2006). Family support as reflective
practices. Jessica Kingsley Publishers.
72
Dush, C.M.K., Taylor., M.G. & Kroeger, R.A. (2008). Marital happiness and
psychological well-being across the life course. Family Realtions. 57(2),
211-226.
Fathiana, Indra & Baktir, Yumna. (2006). Pacaran versus Ta’aruf dalam Perspektif
Psikologi dan Islam. Jurnal Psikologi Islami Vol. 2, No. 4.
Fincham, F.D., Stanley, S.M., & Beach, S.R.H. (2007). Transformative processes
in mariage: an analysis of emerging trends. Journal of Marriage and
Family. 69, 275-292.
Firdaus, H. (2010). Egalitarian. Diakses 3 Januari 2018 dari
https://arifnurjamanmtk.wordpress.com/2010/06/04/egalitarian/.
Gambetta, Diego (2000) ‘Can We Trust Trust?’, in Gambetta, Diego (ed.) Trust:
Making and Breaking Cooperative Relations, electronic edition,
Department of Sociology, University of Oxford, chapter 13, pp. 213-237.
Genova, M & Rice, F. 2005. Intimate Relationship, Marriage, and Families. Sixth
Giligan, R. (1995) Family support and child welfare: realising the promise of the
child care act. Dublin: Farmer.
Hakim, L. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini
Perspektif Hukum Islam, Skripsi UIN Sunan Kalijaga, tidak diterbitkan.
Diunduh dari http://digilib.uin-suka.ac.id/.
Johnson, D., and Johnson, F., (1997). Joining together, group theory and group
skills 6th Ed. Boston: Allyn & Brown
Johnson, D.R., White, L.K., Edwards, J.N., & Booth, A. (1986). Dimensions of
marital quality: toward methodological and conceptual refinement. Journal
of family issues. 7, 31-49.
King, V. (2002). Parental divorce and interpersonal trust in adult offspring.Journal
of Marriage and Family. Minnepolis. Vol 64, Iss. 3; pg.624.
Kusmiran, E. (2011).Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita.Jakarta: Salemba
Medika.
Lewicki, R. J.; Tomlinson, E. C.; Gillespie, N. 2006. Model of Interpersonal
Development : Thoretical Approach, Empirical Evidence, and Future
Direction. Journal of Management.
73
Mardiah, I. (2011). Pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness
pada lansia di panti wreda. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Sayrif Hidayatullah Jakarta.
Neault, R.A., dan Pickerell, D.A. (2005). Dual-career couples: the juggling act.
Canadian Journal of Counseling. 39(3), 187-198.
Ogolsky, B.G., Dennison, R.P., dan Monk, J.K. (2014). The role of couple
discrepancies in cognitive and behavioral egalitarianism in marital quality.
Springer Science+Bussiness Media New York. 70, 329-342
Primastiny, A. (2016). Pengaruh religiusitas dan dukungan keluarga terhadap
kebahagiaan pernikahan. Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mufidah, I. (2017). Kepercayaan Pada Pasangan Suami Istri yang Menjalankan
Pernikahan Jarak Jauh. Surabaya: Skripsi Fakultas Psikologi dan Kesehatan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Rahmani, A., Khoei, E.M., & Gholi, L.A. (2009). Sexual satisfaction and its relation
to marital happiness in iranians. Iranian J Public Health. 38(4), 77-82
Emilia, R.O dan Wahyuni, B. (2009). “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pernikahan Dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah”. dalam Jurnal
Berita Kedokteran Masyarakat Vol.25 No. 2 hal. 51-58.
Ramadhini, S., & Hendriani, W. 2015. Gambaran Trust Pada Wanita Dewasa Awal
Yang Sedang Menjalani Long Distance Marriage. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental Vol. 4 No. 1 April 2015.
Rankin-Esquer, L.A., Burnett, C.K., Baucom, D.H., & Epstein, N. (1997).
Autonomy and relatedness in marital functioning. Journal of marital and
family therapy. 23(2), 175-190
Rempel, J.K., Holmes, J.G., & Zanna, M.P. (1985). Trust In Close Relationships.
Journal of Personality and Social Psychology Vol. 49 No. 1, 95-112
Republik Indonesia. 1974. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974, No. 1. Sekretariat
Negara. Jakarta
Riggio, H., & Weiser, D. (2008). Attitudes toward marriage: embeddedness and
outcomes in personal relationships. Personal Relationships. 15(1), 123-140.
74
Rust, J., Golombok, S., & Collier, J. (1988). Marital problems and sexual
dysfunction: how are they related?. British Journal of Psychiatry. 152, 629-
631
Sandhya, S. (2009). The social context of marital happiness in urban indian couples:
inteplay of intimacy and conflict. Journal of marital and family therapy.
35(1), 74-96.
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi
kelima. Jakarta: Erlangga.
Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2011). Health psychology: biopsychosocial
interaction 7th edition. John Wiley & Sons, Inc.
Sayer, L.C., England, P., Allison, P., & Kangas, N. (2011). She left, he left: how
employment and satisfaction affect men’s and women’s decisions to leave
marriages. American Journal of Sociology. 116(6), 1982-2018.
Srisusanti, S. & Zulkaida, A. (2013). Studi deskriptif mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan perkawinan pada istri. Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma. UG Jurnal. 7(6), 8-12.
Suprapto. (2015). Inilah penyebab terbesar perceraian di Jakarta. Diakses 15
Januari 2018. Dari http://wartakota.tribunnews.com/2015/10/05/inilah-
penyebab-terbesar-perceraian-di-jakarta
Tabasso, D. (2010). With or without you: divorce rates and intra-household
allocation of time. Discussion Paper No. 5295. University of Melbourne and
IZA.
Tambunan, S. (2013). Hubungan dukungan keluarga dengan kepuasaan pernikahan
pada suku batak toba. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara
Taylor, M.J. (1999). Family support and resources in families having children with
disabilies. Early Intervention Research Institute Utah State University.
Voss, K. (1995). Friendship, marriage and self-esteem: an investigation of the
dimention of the relationship and the link between significant interpersonal
relationship and self-esteem. Tesis. National library of Canada.
Walgito, B. 2000. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
White, L.K. (1983). Determinants of spousal interaction: Marital structure or
marital happiness. Journal of marriage and family. 45(3), 511-519.
75
Zahidah & Raihanah. 2011. The Model of Wellbeing in Family Life from Islami
Perspective. Jurnal Fiqh, 8, 25-44.
Zhang, H., dan Tsang, S.K. (2012). Relative income and marital happiness among
urban chinese women: the moderating role of personal commitment.
Journal Happiness Study. 14, 1575-1584.
76
LAMPIRAN I
Kuesioner Penelitian
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi/ siang/ sore/ malam,
Saya Avindra Risandy mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini sedang melakukan penelitian dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir mengenai kebahagiaan pernikahan.
Jika anda memiliki kriteia sebagai berikut:
1. Mahasiswa/i yang melangsungkan pernikahan ketika masih berstatus
sebagai mahasiswa
2. Usia mahasiswa/i pada saat menikah dibawah 21 tahun
3. Pada saat penelitian berlangsung, mahasiswa/i masih berstatus sebagai
suami/istri
Peneliti mengharapkan kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam menjawab pernyataan-pernyataan
yang ada disini, Saudara/i cukup menjawab sesuai dengan keadaan Saudara/i apa
adanya. Kuesioner ini digunakan hanya untuk tujuan penelitian dan setiap jawaban
yang Saudara/i berikan akan terjamin kerahasiaannya. Atas kesediaan dan bantuan
Saudara/i saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Avindra Risandy
Identitas responden
Nama (Inisial) :__________________
Jenis kelamin : __________________
Usia : _____________Tahun
Pendidikan terakhir : __________________
Usia pernikahan : _____________Tahun
Usia pasangan saat menikah : _____________Tahun
Motif menikah : (1) Cinta
(2) Dijodohkan
77
(3) Ekonomi/status
(4) MBA (married by accident)
(5) Lainnya, sebutkan .....
Jumlah anak : (1) Belum punya
(2) 1
(3) 2
(4) Lainnya, sebutkan .....
Petunjuk Pengisian
Pada lembar dibawah ini anda diminta untuk memberikan pendapat atas
pernyataan dibawah ini, dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda check (√)
pada baris yang telah disediakan dan setiap alternative jawaban tidak
menggambarkan benar atau salah.
SS: Jika pernyataan tersebut SANGAT SESUAI dengan diri anda
S: Jika pernyataan tersebut SESUAI dengan diri anda
TS: Jika pernyataan tersebut TIDAK SESUAI dengan diri anda
STS: Jika pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SESUAI dengan diri anda
Contoh sebagai berikut:
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya senang
membantu
X
Skala 1.
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya dan pasangan mengekspresikan
kemesraan kami secara terbuka
2. Saya dan pasangan berbagi tugas
dalam pekerjaan rumah tangga
3. Saya dan pasangan gotong royong
bersama masyarakat sekitar tempat
ting gal
78
4. Saya mendorong pasangan agar
dapat mencapai karir yang lebih baik
5. Saya memiliki uang simpanan
pribadi
6. Ketika anak sedang bermain,
merupakan tanggung jawab pasangan
saya saja untuk mengawasi mereka
7. Saya dan pasangan membuat
anggaran rumah tangga bersama
8. Sering terjadi salah paham antara
saya dan pasangan dalam
berkomunikasi
9. Bagi saya, diskusi dengan pasangan
merupakan hal yang tidak berguna
10. Pasangan saya tidak pernah
mengungkapkan kasih sayang
terhadap saya
11. Saat berkumpul dengan teman saya,
pasangan merasa nyaman dan
mampu menyesuaikan diri
12. Menurut saya, berbelanja bulanan
bukanlah tanggung jawab bersama
13. Apabila anak kesulitan menghafal
materi belajar, saya dan pasangan
akan membantunya sebaik mungkin
14. Saya dan pasangan saya pergi ke
undangan pernikahan bersama
15. Saya menanyakan pendapat
pasangan apabila saya kesulitan
menentukan pilihan
16. Pasangan saya tidak keberatan jika
saya tidak ikut menghadiri acara
reuni sekolahnya
17. Saya tidak mampu membuat daftar
pengeluaran tanpa bantuan pasangan
18. Saya dan pasangan menerapkan
sistem belajar di malam hari kepada
anak kami
19. Saya memberikan hadiah untuk
pasangan saya ketika ia berulang
tahun
20. Pasangan saya kerap mengeluhkan
pekerjaannya pada saya dan saya
pusing mendengarkannya
79
21. Bagi saya, pendapatan pasangan saya
tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan saya sehari-hari
22. Saya dan pasangan tidak pernah
makan diluar rumah berdua saja
23. Pasangan melarang saya untuk
memiliki uang saku pribadi
24. Pasangan saya tidak mampu
membuat keputusan tanpa bantuan
saya
25. Saya berdiskusi dengan pasangan
untuk menyelesaikan masalah yang
kami hadapi
Skala 2.
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memberikan izin pada setiap
aktivitas yang dilakukan pasangan
saya
2. Saya dapat mengandalkan pasangan
saya untuk mengurus keperluan saya
dalam banyak hal
3. Saya biasanya tahu apa yang akan
dilakukan oleh pasangan saya jika
dia dihadapkan pada suatu kondisi
4. Saya berkenan melibatkan pasangan
dalam aktivitas saya dengan teman-
teman
5. Saat saya sedang kesulitan, biasanya
pasangan membantu saya memberi
solusi
6. Bahkan ketika saya tidak tahu
bagaimana pasangan saya akan
bereaksi, saya merasa nyaman
menceritakan apa pun tentang diri
saya; bahkan hal-hal yang membuat
saya malu.
7. Saya akan selalu siap dan bersedia
memberi kekuatan dan dukungan
pada pasangan saya
8. Saya mendukung penuh cita-cita
yang dimiliki pasangan saya
9. Pasangan saya sangat tidak bisa
diprediksi. Saya tidak pernah tahu
80
bagaimana dia akan bertindak dari
satu hari ke hari berikutnya.
10. Saya tidak nyaman jika pengambilan
keputusan yang saya buat
dipengaruhi oleh pasangan
11. Saya telah mengalami bahwa
pasangan saya luar biasa dapat
diandalkan, terutama ketika itu
mengarah pada hal-hal yang penting
bagi saya.
12. Saya tahu kebiasaan-kebiasaan apa
saja dari pasangan saya
13. Saya tidak yakin akan masa depan
hubungan kami
14. Saya bersedia membiarkan pasangan
saya memberikan pendapatnya saat
saya membuat keputusan
15. Pasangan saya mau melakukan apa
yang saya minta
16. Ketika pasangan saya membuat
alasan yang terdengar agak tidak
mungkin, saya yakin dia mengatakan
yang sebenarnya.
17. Saya tidak bisa menjamin bahwa
pasangan saya dapat setia kepada
saya
18. Saat mengalami hal buruk, saya
dapat menceritakannya secara
terbuka kepada pasangan
19. Saya malas melibatkan pasangan
dalam aktivitas saya
20. Saya yakin bahwa pasangan saya
tidak akan mengkhianati saya
21. Saya tidak dapat memprediksi
suasana hati pasangan saya sehingga
terkadang saya takut bercerita
kepadanya
22. Saya dapat mengandalkan pasangan
saya untuk menepati janji-janji yang
dia buat untuk saya.
81
Skala 3.
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Ketika saya harus berpergian untuk
keperluan kantor, mertua bersedia
menjaga anak saya
2. Ketika saya sedang kesulitan
finansial, orang tua saya dapat
membantu meminjamkannya
3. Apabila mengalami konflik dengan
pasangan, mertua tidak mau
mendengar keluh kesah saya
4. Saudara kandung/orang tua saya
dapat memberikan nasihat rumah
tangga saat saya meminta nasihatnya
5. Saat saya sedang sakit dan dirawat
di Rumah Sakit, ada orang
tua/saudara yang dapat membantu
menemani
6. Orang tua/saudara kandung saya
mengkritik kehidupan rumah tangga
kami dengan cara yang menyakitkan
hati
7. Orang tua saya memberikan
motivasi terkait karir yang kami
jalani
8. Saudara ipar saya mau
mendengarkan keluh kesah tentang
pernikahan kami
9. Saya dan suami tinggal mandiri
terpisah dari mertua/orang tua
10. Saya tidak ragu meminta saran pada
saudara ipar saya mengenai proses
mendidik anak
11. Saudara ipar saya mau membantu
saya ketika saya sedang sakit
12. Orang tua saya tidak peduli jika saya
bertengkar dengan pasangan
13. Saudara ipar saya menyatakan
bahwa saya merawat anak dengan
baik
14. Saudara ipar saya memuji
kesuksesan karir pasangan saya
15. Saya tidak ragu meminta tips
membina hubungan rumah tangga
yang harmonis
82
LAMPIRAN II
1. Path Diagram Kebahagiaan Pernikahan
UJI VALIDITAS KONSTRUK KEBAHAGIAAN PERNIKAHAN
DA NI=25 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10
ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19
ITEM20
ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25
PM SY FI=KP.COR
MO NX=25 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY ME=UL
LK
K_NIKAH
FR TD 17 16 TD 24 23 TD 12 10 TD 9 8 TD 3 2 TD 19 14 TD 24 22 TD 23 22
TD 16 9 TD 13 9 TD 9 6 TD 12 6 TD 11 5 TD 11 9 TD 16 11 TD 5 4 TD 5 2 TD
20 18 TD 24 9 TD 20 11 TD 12 7 TD 9 5 TD 25 5 TD 19 6 TD 7 5 TD 18 6 TD 3
1 TD 2 1 TD 9 1 TD 23 9 TD 14 2 TD 14 11 TD 18 13 TD 22 2 TD 16 14 TD 19
83
16 TD 19 17 TD 17 14 TD 24 10 TD 17 2 TD 19 2 TD 23 11 TD 25 24 TD 20 2
TD 20 13 TD 16 15
FR TD 16 12 TD 17 12 TD 16 10 TD 19 10 TD 14 10 TD 17 10 TD 14 12 TD 19
12 TD 22 19
PD
OU SS TV MI AD=OFF
2. Path diagram Kepercayaan
a. Keyakinan
UJI VALIITAS KONSTRUK KEYAKINAN
DA NI=9 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
PM SY FI=KEPERCAYAAN.COR
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KEYAKINAN
PD
FR TD 2 1 TD 6 1 TD 8 4 TD 9 8 TD 9 5 TD 5 1 TD 5 2 TD 6 5 TD 5 4 TD 3 1
TD 7 2 TD 7 1 TD 5 3 TD 9 7
OU SS TV MI
84
b. Ketergantungan
UJI VALIDITAS KONSTRUK KETERGANTUNGAN
DA NI=9 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
MO NX=9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
PM SY FI=DEPEND.COR
LK
KETERGANTUNGAN
FR TD 7 4 TD 5 2 TD 4 1 TD 7 1 TD 3 2 TD 2 1 TD 8 3 TD 8 6 TD 8 4 TD 9 6
TD 5 1 TD 5 4 TD 7 2
PD
OU SS TV MI
85
c. Sikap dapat diprediksi
UJI VALIDITAS SIKAP DAPAT DIPREDIKSI
DA NI=4 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=PREDICT.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SIKAP DAPAT DIPREDIKSI
PD
FR TD 4 1
OU SS TV MI
86
3. Path diagram Dukungan Keluarga
a. Dukungan Konkrit
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN KONKRIT
DA NI=3 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3
PM SY FI=DK.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
KONKRIT
PD
OU SS TV MI
b. Dukungan emosional
87
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL
DA NI=4 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=DE.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
EMOSI
PD
FR TD 3 2 TD 3 1
OU SS TV MI
c. Dukungan informatif
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INFORMASIONAL
DA NI=4 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=DI.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INFORMASIONAL
PD
FR TD 4 1
OU SS TV MI
88
d. Dukungan penghargaan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PENGHARGAAN
DA NI=4 NO=215 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4
PM SY FI=DP.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
PENGHARGAAN
PD
FR TD 4 3
OU SS TV MI
89
4. Hasil Uji Hipotesis