PENGARUH KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI …
Transcript of PENGARUH KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI …
PENGARUH KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
QADRI PASULOI
NIM 105711119916
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
ii
PENGARUH KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
QADRI PASULOI
NIM 105711119916
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi
Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2020
iii
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk keluarga terutama kedua
orangtua saya yang telah tiada. Serta kedua dosen pembimbing saya yang
senantiasa membimbing, memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi.
MOTO HIDUP
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain”
(Q.S An-Nisa’ : 32)
“Sesungguhnya besama kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S Al-Insyirah : 6)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
berupa ilmu pengetahuan, petunjuk dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyeselesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemiskinan dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota
Makassar” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam dan juga keluarga, sahabat,
serta para pengikut beliau.
Skripsi ini ditulis merupakan dan persyarat untuk menyelesaikan studi
pendidikan program Strata Satu (SI) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E).
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Alm. Pasuloi Ismail dan ibu Almh. Ijaliah yang
telah berjasa selama ini dengan pelajaran hidup yang diberikan. Juga saudara-
saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat
hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan,
dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam
menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi
ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
viii
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Agus Salim, SE., MM selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Asdar, SE., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengiukti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Ekonomi
Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis
9. Semua anggota grup Pengikut Bunda yang senantiasa menjadi pendorong
dan penyemangat dalam menyusun skripsi ini.
10. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu per-
satu yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat
ix
merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya
demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 02 November 2020
Penulis
x
ABSTRAK
Qadri Pasuloi, Tahun 2020. Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Agus Salim dan Pembimbing II Asdar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar berupa data time series yaitu 2015-2019. Untuk teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan kemiskinan (X1), pertumbuhan ekonomi (X2) dan indeks pembangunan manusia (Y) menggunakan program olah data SPSS 23.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, kemiskinan berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Makassar. Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana koefisien variabel kemiskinan sebesar -1,168 dengan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (-1,443 < 4,303) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,286 > 0,05). Kedua, pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di Kota Makassar. Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana koefisien variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 1,723 dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (8,185 > 4,303) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05).
Kata kunci : Indeks Pembangunan Manusia.
xi
ABSTRACT
Qadri Pasuloi, 2020. Effect of Poverty and Economic Growth on the Human
Development Index in Makassar City. Thesis of Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Agus Salim and Advisor II Asdar.
This study aims to determine the effect of poverty and economic growth on the human development index in Makassar City. This research was conducted at the office of Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar. This research uses quantitative methods and the type of data used is secondary data obtained from Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar in the form of time series data, namely 2015-2019. For the analysis technique using multiple linear regression analysis with poverty (X1), economic growth (X2) and human development index (Y) using the SPSS 23 data processing program.
The results showed that first, poverty has a negative and insignificant effect
on the human development index in Makassar city. This is evidenced from the results of data processing where the coefficient of the probability variable is -1.168 with the t count value smaller than the t table (-1.443 < 4.303) and the significance value greater than 0.05 (0.286 > 0.05). Second, economic growth has a positive and significant effect on the human development index in Makassar City. This is evidenced by the results of data processing where the coefficient of the economic growth variable is 1.723 with the t value greater than the t table (8.185 > 4.303) and the significance value less than 0.05 (0.015 < 0.05).
Keyword : Human Development Index.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .......................................................................... x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................5
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................8
A. Tinjauan Teori ....................................................................................8
1. Defenisi Kemiskinan ....................................................................8
2. Penyebab dan Karakterstik Kemiskinan ...................................11
xiii
3. Hubungan Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan
Manusia......................................................................................13
4. Defenisi Pertumbuhan Ekonomi ................................................13
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ......15
6. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks
Pembangunan Manusia .............................................................16
7. Defenisi Indeks Pembangunan Manusia ...................................17
8. Komponen Indeks Pembangunan Manusia ..............................18
9. Metode Perhitungan IPM dan Komponennya ...........................20
B. Tinjauan Empiris ..............................................................................21
C. Kerangka Konsep ............................................................................26
D. Hipotesis ..........................................................................................28
BAB III. METODE PENELITIAN ..........................................................................30
A. Jenis Penelitian ................................................................................30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................30
C. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran .............................30
D. Populasi dan Sampel .......................................................................32
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................33
F. Teknik Analisis Data .........................................................................34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................38
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................38
1. Geografi dan Demografi Kota Makassar ...................................38
2. Luas dan Batas Wilayah Kota Makassar ..................................39
3. Topografi Kota Makassar ..........................................................40
4. Geologi Kota Makassar .............................................................41
xiv
5. Hidrologi Kota Makassar ...........................................................41
6. Klimatologi Kota Makassar ........................................................42
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ....................................................42
1. Deskripsi Variabel ......................................................................42
a. Indeks Pembangunan Manusia ............................................42
b. Kemiskinan ............................................................................44
c. Pertumbuhan Ekonomi .........................................................45
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................46
3. Analisis Regresi Linier Berganda ..............................................49
4. Uji Hipotesis ...............................................................................50
C. Pembahasan ....................................................................................54
1. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Indeks Pembagunan
Manusia di Kota Makassar .......................................................54
2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar ...............................55
BAB V. PENUTUP .................................................................................................58
A. Kesimpulan ......................................................................................58
B. Saran ................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................60
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin Kota Makassar
Periode 2015-2019..............................................................................3
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun
2015-2019 ...........................................................................................4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................21
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Penukuran ..................................30
Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar Tahun
2015-2019 .........................................................................................43
Tabel 4.2 Persentase Penduduk Miskin Kota Makassar Tahun
2015-2019 .........................................................................................44
Tabel 4.3 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun
2015-2019 .........................................................................................45
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................................48
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ..............................................49
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ..........................................................51
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F) .....................................................................52
Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (Uji t) .........................................................................53
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 27
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 46
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas .........................................................47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Hasil Uji IBM SPSS........................................................................ 63
Lampiran 2 Data Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar................... 68
Lampiran 3 Data Kemiskinan Kota Makassar ...................................................69
Lampiran 4 Data Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar .................................70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya pembangunan adalah proses perubahan yang berjalan
secara terus menerus untuk mencapai suatu kondisi kehidupan yang lebih
baik, secara material maupun spiritual. Pembangunan haruslah dipandang
sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, serta institusi-institusi nasional,
disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan.
Sebagai suatu proses, pembangunan tentu saja dilakukan dengan
melihat kebutuhan-kebutuhan yang ada sekaligus merespon perubahan yang
terjadi dalam masyarakat dan tuntutan-tuntutan pergeseran waktu akibat
berkembangnya peradaban, sistem sosial kemasyarakatan, dan teknologi
yang lebih maju.
Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini adalah
pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pembangunan manusia yang
dilihat dengan tingkat kualitas hidup manusia di tiap-tiap negara. Salah satu
tolak ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas tingkat
pendidikan, kesehatan dan ekonomi (daya beli). Melalui peningkatan kualitas
hidup manusia.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan adalah dengan
pembangunan ekonomi, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
2
pemerintah bersama dengan segenap lapisan masyarakat untuk mencapai
kehidupan lebih baik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah
satu indikator untuk mengetahui pembangunan ekonomi yang mengukur taraf
kualitas fisik dan non fisik penduduk, yaitu kesehatan, tingkat pendidikan dan
indikator ekonomi.
Menurut Fhino dan Priyo (2009), ketiga unsur tersebut tidak berdiri
sendiri, melainkan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja,
yang pada gilirannya ditentukan oleh banyak faktor, terutama pertumbuhan
ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi sangat penting karena pertumbuhan ekonomi
adalah pertumbuhan output perkapita yang menunjukan pertumbuhan upah riil
dan meningkatnya standar hidup. Peran pemerintah dalam pembangunan
adalah sebagai katalisator dan fasilitator. Melalui anggaran belanja,
pengeluaran pemerintah sebagian digunakan untuk kegiatan pembangunan di
berbagai jenis infrastruktur yang penting.
Jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria rendah,
hal ini berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut masih
memerlukan perhatian khusus untuk mengejar ketertinggalannya. Begitu juga
jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria menengah, hal
ini berarti pembangunan manusia masih perlu ditingkatkan.
Menurut Ginting (2008), pembangunan manusia di Indonesia adalah
identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi dibidang pendidikan dan
kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk
tidak miskin, karena aset utama penduduk miskin adalah tenaga kasar
3
mereka. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat
membantu untuk meningkatkan produktivitas masyarakat, dan pada gilirannya
meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembangunan manusia belum optimal dilakukan karena
hanya terfokus pada pengurangan kemiskinan.
Otonomi daerah memberikan keleluasaan untuk setiap daerah
mengelola anggarannya termasuk dalam belanja modal dan pengalokasian
program pembangunan. Tujuan dari program pembangunan yaitu
menigkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi jumlah
kemiskinan.
Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin Kota Makassar Tahun 2015-2019
No Tahun Penduduk Miskin (%)
1 2015 4,38
2 2016 4,56
3 2017 4,59
4 2018 4,41
5 2019 4,28
Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di
Kota Makassar menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar
tahun 2020 dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2015
persentase penduduk miskin di Kota Makassar mencapai 4,38% dan menurun
pada tahun 2019 mencapai 4,28%.
4
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2015-2019
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi Kota
Makassar (%)
1 2015 7,44
2 2016 8,03
3 2017 8,23
4 2018 8,42
5 2019 8,78
Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat pertumbuhan ekonomi Kota Makassar lima
tahun terakhir mengalami peningkatan. Data Badan Pusat Statistik
menyebutkan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar hingga tahun 2019
mencapai 8,78 persen.
Pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar berada di
poin 7,39 persen. Kemudian pada 2015 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar
berada di angka 7,44 persen, tahun 2016 sebesar 8,03 persen, 2017 sebesar
8,23 persen, tahun 2018 sebesar 8,42 persen.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar tidak terlepas dari
beberapa struktur ekonomi yang turut mengerakkan. Antara lain, jasa
konstruksi sebesar 17,12 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 2,77
persen, jasa keuangan dan asuransi 6,16 persen, transportasi dan
pergudangan 2,57 persen, dan jasa pendidikan 8,9 persen.
Selain hal tersebut, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar digenjot atas
pertumbuhan ekonomi jasa perusahaan sebesar 1,16 persen, penyediaan
5
akomodasi dan makan minum 2,24 persen, administrasi pemerintahan dan
jaminan sosial wajib 3,27 persen.
Kemudian dibantu pertanian kehutanan dan Perikanan 0,55 persen,
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0,20 persen,
pengadaan listrik dan gas 0,03 persen, informasi dan komunikasi 8,89 persen,
industri pengelolaan 19,86 persen, perdagangan besar dan eceran perparasi
mobil dan motor 19,49 persen.
Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar pada tahun 2019
mencapai poin 82,25 dimana angka tersebut tergolong tinggi untuk IPM suatu
wilayah. Keadaan ini tidak terjadi seperti kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi yang ada di Kota Makassar dimana setiap tahun terjadi fluktuasi.
Pada situasi tersebut Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar tetap
mengalami peningkatan yang cukup berarti, sedangkan di lapangan masih
banyak masalah sosial serta ekonomi terutama kemiskinan yang masih
menjadi masalah utama di Kota Makassar.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota
Makassar, penulis tertarik menganalisis masalah ini dengan judul “Pengaruh
Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kemiskinan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kota Makassar?
6
2. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktisi
a) Bagi penulis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan penulisan tentang pengaruh kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di Kota
Makassar.
b) Masyarakat Kota Makassar : Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi faktual yang berkaitan dengan pengaruh
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan
manusia di Kota Makassar.
2. Manfaat Teoritis
a) Sebagai informasi bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya mahasiswa/i jurusan
Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
7
b) Akademisi : Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi
dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca dan sebagai salah
satu referensi bagi kepentingan keilmuan yang berkaitan dengan
pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks
pembangunan manusia di Kota Makassar.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Defenisi Kemiskinan
Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat
berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan adalah suatu
permasahan yang tidak saja dialami oleh negara berkembang namun di
negara maju pun kemiskinan suatu masalah yang pelik untuk diselesaikan.
Ada beberapa defenisi mengenai kemiskinan, antara lain:
a. Bappenas mendefinisikan kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang
atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermatabat.
b. Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995) dalam (Jundi, 2014) pola
kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah persistent poverty adalah
kemiskinan yang kronis atau turun temurun, Kedua clicical poverty
adalah yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan, Ketiga
seasonal poverty adalah kemiskinan musiman yang menimpa Nelayan
dan petani, Keempat accidental Poverty adalah akibat bencana alam
sehingga menurunkan tingkat kesejahteraan.
c. Menurut Ravallion (2001) (dalam Arsyad, 2010) kemiskinan adalah
kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak mempunyai
dana untuk berobat.
9
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan kemiskinan
merupakan salah satu hambatan dalam meningkatkan kesejahteraan
karena kemiskinan mempunyai tolak ukur yang bukan hanya kekurangan
dalam pangandan tingkat pendapatan yang rendah, akan tetapi tingkat
kesehatan, pendidikan dan perlakuan adil dimuka hukum dan sebagainya.
Terdapat banyak sekali teori dalam memahami kemiskinan, namun
bila disederhanakan maka terdapat dua paradigma atau teori besar (grand
theory) mengenai kemiskinan: yakni paradigma neoliberal dan demokrasi-
sosial (social democracy), yang kemudian menjadi dasar dalam
menganalisis kemiskinan maupun merumuskan kebijakan dan program-
program anti kemiskinan.
Teori neo-liberal berakar pada karya politik klasik yang ditulis oleh
Thomas Hobbes, John Lock dan John Stuart Mill. Intinya menyerukan
bahwa komponen penting dari sebuah masyarakat adalah kebebasan
individu. Dalam bidang ekonomi, karya monumental Adam Smith, The
Wealth of Nation (1776), dan Frederick Hayek, The Road to Serfdont
(1944), dipandang sebagai rujukan kaum neo-liberal yang mengedepankan
azas laissez iaire, yang oleh Cheyne, O'Brien dan Belgrave (1998) disebut
sebagai ide yang mengunggulkan "mekanisme pasar bebas" dan
mengusulkan "the almost complete absence of state's intervention in the
economy".
Para pendukung neo-liberal berargumen bahwa kemiskinan
merupakan persoalan individual yang disebabkan oleh kelemahan-
kelemahan dan/atau pilihan-pilihan individu yang bersangkutan.
Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya jika kekuatan-kekuatan pasar
10
diperluas sebesar-besarnya dan pertumbuhan ekonomi dipacu setinggi-
tingginya. Secara langsung, strategi penanggulangan kemiskinan harus
bersifat "residual" sementara dan hanya melibatkan keluarga, kelompok-
kelompok swadaya atau lembaga-lembaga keagamaan. Peran negara
hanyalah sebagai "penjaga malam" yang baru boleh ikut campur manakala
lembaga-lembaga di atas tidak mampu lagi menjalankan tugasnya.
Penerapan program-program structural adjustment, seperti program jaring
pengaman sosial (JPS) di negara-negara berkembang, termasuk
lndonesia, sesungguhnya merupakan contoh kongkrit dari pengaruh neo-
liberal dalam bidang penanggulangan kemiskinan ini.
Keyakinan yang berlebihan terhadap keunggulan rnekanisme pasar
dan pertumbuhan ekonomi yang secara alamiah dianggap akan mampu
mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial mendapat kritik dari kaum
demokrasi-sosial. Berpijak pada analisis Karl Marx dan Frederick Engels,
pendukung demokrasisosial menyatakan bahwa kemiskinan bukanlah
persoalan individual, melainkan struktural. Kemiskinan disebabkan oleh
adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalarn masyarakat akibat
tersumbatnya akses-akses kelompok tertentu terhadap berbagai sumber-
sumber kemasyarakatan. Teori ini berporos pada prinsip- prinsip ekonomi
campuran (mixed economy) dan "ekonomi manajemen-permintaan"
(demand management economics) gaya Keynesian yang muncul sebagai
jawaban terhadap depresi ekonomi yang terjadi pada tahun 1920-an dan
awal 1930-an.
11
2. Penyebab dan Karakteristik Kemiskinan
a. Penyebab Kemisikinan
Menurut World Bank (2004) dalam (Rusandi, 2018) salah satu
sebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack
of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, perumahan, tingkat kesehatan dan pendidikan yang
dapat diterima (acceptable). Disamping itu kemiskinan juga berkaitan
dengan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikatakan
miskin (poor) adalah tidak memilki pekerjaan (pengangguran), serta
tingkat pendidikan dan kesehatan tidak memadai. Menurut Bappeda
kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya aset terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Selain kemiskinan dipandang dari segi ekonomi, kemiskinan juga
dapat dilihat dari akses sosial. Adapun hal tersebut dapat dijabarkan
yaitu:
1. Rendahnya akses pendidikan. Pada negara berkembang dan
terbelakang, pendidikan pada masyarakatnya terbilang rendah
sehingga produktifitasnya akan rendah dan mengakibatkan
penghasilan menjadi rendah.
2. Rendahnya akses fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di negara
terbelakang jauh lebih sedikit dan tertinggal oleh negara maju.
b. Karakteristik Kemiskinan
Beberapa ciri-ciri yang melekat pada penduduk miskin yaitu,
pendapatan masih rendah atau tidak berpendapatan, tidak memiliki
12
pekerjaan tetap, pendidikan rendah bahkan tidak berpendidikan, tidak
memiliki tempat tinggal, dan tidak terpenuhinya standar gizi minimal.
Menurut BPS dalam mengkatagorikan karakteristik kemiskinan
sebagai berikut:
a) Luas lantai tempat tinggal terbuat dari tanah kurang dari 8M2
perorang.
b) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
c) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
d) Tidak memilki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
e) Sumber penerangan rumah tidak menggunakan cahaya listrik.
f) Hanya sanggup makan satu sampai dua kali sehari.
g) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
h) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
i) Hanya membeli satu stel baju dalam setahun.
j) Tidak sanggup membayar pengobatan di puskesmas/poliklinik.
k) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan
luas lahan 500 m2, buruh, tani, buruh bangunan, buruh perkebunan
dan pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000 per
bulan.
l) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak. tamat
SD/tamat SD.
13
3. Hubungan Kemiskinan dengan Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Kanbur dan Squire (1999) mengkaji bahwa terdapat
hubungan penting IPM dan kapasitas pendapatan produktif. Pendapatan
merupakan penentu utama dan hasil dari pembangunan manusia.
Orang miskin menggunakan tenaga mereka untuk berpartsipasi dalam
pertumbuhan ekonomi, tetapi kemiskinan akibat kurangnya pendidikan,
serta gizi dan kesehatan yang buruk mengurangi kapasitas mereka
untuk bekerja. Dengan demikian akibat rendahnya IPM orang miskin
tidak dapat mengambil keuntungan oportunitas pendapatan produktif
karena terjadinya pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu, penyediaan
pelayanan sosial dasar merupakan unsur penting dalam penanganan
kemiskinan. Jika disimpulkan kemiskinan mempunyai hubungan pada
indeks pembangunan manusia karena naik dan turunya kemiskinan
sangat berkaitan dengan naik turunya IPM.
4. Defenisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sangat penting karena pertumbuhan
ekonomi adalah pertumbuhan output per kapita yang menunjukan
pertumbuhan upah riil dan meningkatnya standar hidup. Pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
prestasi ekonomi suatu negara. Ada beberapa defenisi mengenai
pertumbuhan ekonomi:
a. Kuznet (dalam Yunitasari, 2007) mendefenisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
suatu negara untuk menyediakan berbagai jenis barang dan jasa
kepada penduduk.
14
b. Menurut Ernita (dalam Barimbing, dkk 2015) pertumbuhan ekonomi
adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu.
c. Menurut Sukirno (2000), petumbuhan ekonomi diartikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran
bertingkat.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai defenisi pertumbuhan
ekonomi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi dampaknya
sangat berpengaruh terhadap masyarakat kecil maupun besar. Naik
turunya pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah harus berperan secara
aktif dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang sejahtera.
Teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari pengkajian
masalah pertumbuhan ekonomi secara sistematis. Menurut Adam
Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi. Dalam
pertumbuhan output, Adam Smith melihat sistem produksi suatu negara
terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu: sumber-sumber alam yang tersedia
(atau faktor produksi tanah), sumber-sumber manusiawi (jumlah
penduduk), stok barang kapital yang ada. Adam Smith mengatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses perpaduan antara
pertumbuhan penduduk dengan kemajuan teknologi. Kemudian David
Ricardo mengatakan pertumbuhan ekonomi merupakan proses tarik
menarik antara dua kekuatan yaitu “the law of demenishing return” dan
15
kemudian teknologi. Sedangkan menurut John Stuart Mill mengatakan
bahwa pembangunan ekonomi tergantung pada dua jenis perbaikan,
yaitu perbaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan
yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat
pembangunan, seperti adat istiadat, kepercayaan, dan berpikir
tradisional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pertumbuhan
ekonomi dapat diketahui melalui perubahan nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah yang dinilai atas dasar harga
konstan. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan
membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan
PDRB tahun sebelumnya (PDRBt-1). Rumus yang digunakan untuk
menghitung laju pertumbuhan ekonomi yaitu:
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Sumber Daya Manusia
Cepat lambatnya proses pembangunan itu tergantung kepada sejauh
mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan
memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses
pembangunan.
16
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya
alam dalam melaksanakan proses pembangunanya. Namun
demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan
proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh sumber
daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.
c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat
dapat mendorong proses pembangunan. Akan tetapi, hal tersebut
dapat juga menjadi penghambat pembangunan.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya mempunyai fungsi sebagai pendorong proses
pembangunan, tetapi juga dapat menjadi penghambat pembangunan.
e. Faktor Sumber Daya Modal
Sumber Daya modal dibutuhkan dibutuhkan manusia untuk
memperoleh dan mengola sumber daya alam (SDA) dan dapat
meningkatkan kualitas IPM.
6. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Indeks Pembangunan
Manusia
Menurut Cliff Laisina (2015), menyatakan bahwa pembangunan
sosial adalah pendekatan secara eksplisit berusaha mengintegrasikan
proses pembangunan ekonomi dan sosial. Pembangunan sosial tidak
dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pembangunan ekonomi,
sedangkan pembangunan ekonomi tidaklah bermakna kecuali diikuti
dengan kesejahteraan sosial dari populasi sebagai suatu kesatuan.
17
Pertumbuhan ekonomi atau pembangunan ekonomi merupakan syarat
bagi tercapainya pembangunan manusia karena dengan pembangunan
ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan
pendapatan melalui kesempatan kerja. Dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan indeks pembangunan manusia memiliki
keterkaitan satu sama lain karena apabila tingkat pertumbuhan ekonomi
baik maka pembangunan manusia pun akan membaik.
Menurut Denni Sulistio Mirza (2012) dalam penelitianya
menjelaskan bahwa hubungan pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia dapat dilihat melalui kebijakan dan dan
pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, faktor yang menetukan adalah
pengeluaran pemerintah untuk subsektor yang terangkum dalam belanja
modal. Besarnya pengeluaran pemerintah mengidentifikasikan besarnya
peran pemerintah terhadap pembangunan manusia. Dapat dikatakan
pengeluaran pemerintah merupakan hal utama yang memicu adanya
suatu hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia.
7. Defenisi Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan pengukuran
perbandingan dari harapan hidup, pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara di belahan dunia. IPM ini merupakan suatu konsep yang
diperkenalkan pertama kali oleh UNDP (United Nations Development
Programme) Pada tahun 1990, dimana konsep ini mencoba
menggabungkan antara Indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan
18
indeks daya beli. IPM merupakan salah satu alternatif pengukuran
pembangunan selain menggunakan Gross Domestic Bruto.
Berdasarkan penjelasan di atas, IPM digunakan untuk melihat
perbandingan antara negara maju dan negara berkembang ataupun
negara terbelakang dilihat melalui kualitas mutu sumber daya
manusianya. Selain itu IPM juga adalah alternatif pengukuran tingkat
pembangunan dibanding alat ukur lainnya dan juga IPM digunakan
untuk mengukur pengaruh kebijakan ekonomi negara terhadap kualitas
hidup.
IPM merupakan gabungan antara indeks harapan hidup, indeks
pendidikan dan indeks daya beli sehingga dapat menghasilkan kualitas
hidup bagi sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara. Sebagai
ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat,
pengetahuan dan hidup layak.
8. Komponen Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata
sederhana dari komposisi indikator yang menggambarkan kemampuan
dasar manusia dalam memperluas pilihan. Tiga komposisi indikator
yang digunakan untuk mengukur besar Indeks Pembangunan Manusia
suatu negara, yaitu :
a. Indeks Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
19
khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah
harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program
sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan
kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur usia hidup, namun dengan mempertimbangkan
ketersediaan data secara umum, maka UNDP memilih indikator
angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) sebagai
salah satu komponen untuk perhitungan IPM.
Untuk menghitung angka harapan hidup ini digunakan metode
tidak langsung dengan menggunakan dua macam data dasar, yaitu
rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih
hidup. Sumber data yang dapat digunakan untuk penghitungan angka
harapan hidup ini adalah dari Sensus Penduduk (SP), Survei
Penduduk Antar Sensus (Supas), dan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas). Setelah kita mendapatkan angka harapan hidup
waktu lahir, selanjutnya dihitung indeksnya dengan membandingkan
angka tersebut terhadap angka yang sudah distandarkan (dalam hal
ini UNDP telah menetapkan nilai minimum dan maksimum untuk
angka harapan hidup, yaitu masing-masing 25 tahun dan 85 tahun).
b. Indeks Pendidikan
Unsur lain yang dianggap sangat mendasar untuk mengukur
tingkat keberhasilan pembangunan manusia adalah indikator
pendidikan. Indikator pendidikan diukur dari dua variabel yaitu angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Populasi yang digunakan
20
adalah penduduk berumur 15 tahun keatas karena pada kenyataanya
penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini
diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya
mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam
proses sekolah atau akan sekolah hingga belum pantas untuk rata-
rata lama sekolahnya.
c. Indeks Layak Hidup
Selain angka harapan hidup dan tingkat pendidikan, unsur lain
yang tidak kalah pentingnya dalam mengukur tingkat keberhasilan
pembangunan manusia adalah standar hidup layak masyarakat.
UNDP menggunakan GNP/GDP per kapita riil yang telah disesuaikan
(adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Karena
untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota)
tidak memakai PDRB perkapita karena PDRB perkapita hanya
mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli
riil masyarakat yang merupakan concern IPM.
9. Metode Perhitungan IPM dan Komponennya
Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Penyusunan untuk setiap
komponen IPM dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1) Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks
masing masing komponen IPM (kesehatan, pengetahuan, dan
standar hidup layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut:
Indeks (Xi) = (Xi - Xmin)/(Xmaks - Xmin)… (1)
Keterangan:
Xi = Indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3)
21
Xmaks = Nilai maksimum Xi
Xmin = Nilai minimum Xi
2) Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata
sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan
matematis:
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) =1/3Xi =1/3(X1+X2+X3).....(2)
Keterangan:
X1 = Indeks angka harapan hidup
X2 = 2/3 (Indeks melek huruf) + 1/3 (Indeks rata-rata lama
sekolah)
X3 = Indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan
B. Tinjauan Empiris
Hasil penemuan dari penelitian-penelitian terdahulu dapat memberikan
wawasan ilmu pengetahuan yang luas mengenai variabel-variabel yang terkait
dengan pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) khususnya IPM Kota Makassar. Adapun hasil
penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
(Tahun) Judul Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Nia Aditia Rahayu (2019)
Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perspektif Islam
Regresi linear berganda
Secara keseluruhan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis disimpulkan bahwa dalam penelitian ini secara simultan kemiskinan dan pertumbuhan
22
di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010-2017
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Sedangkan secara parsial kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi berpegaruh negatif signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.
2. Hugo Rudiantp
Moeda
(2019)
Pengaruh
Kemiskinan dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Indeks
Pembangunan
Manusia di
Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Regresi linear
berganda
Kemiskinan dan
Pertumbuhan
Ekonomi
berpengaruh
secara simultan
dan signifikan
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia,
Kemiskinan dan
Pertumbuhan
Ekonomi
berpengaruh
secara Parsial dan
signifikan terhadap
Indeks
Pembangunan
Manusia. Dengan
Hasil Koefisien
Determinasi (R2)
sebesar 0,806268
artinya bahwa
80,62 persen
variabel terikat
Indeks
Pembangunan
Manusia mampu
dijelaskan oleh
variasi variabel-
variabel
independen
23
Kemiskinan (X1),
Pertumbuhan
Ekonomi (X2).
Sedangkan 19,38
persen (100 –
80,62) sisanya
dijelaskan oleh
variabel lain yang
tidak dimasukkan
dalam penelitian
ini.
3. Heppi Syofya
(2018)
Pengaruh
Tingkat
Kemiskinan dan
Pertumbuhan
Ekonomi Ter-
hadap Indeks
Pembangunan
Manusia
Indonesia
Regresi linear
berganda
secara simultan
tingkat kemiskinan
dan pertumbuhan
ekonomi memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia, hal ini
dibuktikan dengan
diperolehan F-
hitung > F-tabel
atau 8.292 > 5,41.
Besarnya
pengaruh tingkat
kemiskinan dan
pertumbuhan
ekonomi terhadap
Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia ini
dibuktikan dengan
didapatkan R-
square sebesar
0,861 atau 86,1 %
dan selebihnya
dipengaruhi oleh
faktor lain. Secara
parsial tingkat
kemiskinan
memiliki pengaruh
24
yang signifikan
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia, hal ini
dibuktikan dengan
t-hitung > t-tabel
atau 4,008 > 2,570
dengan besarnya
pengaruh Tingkat
Kemiskinan
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia adalah
2,007%, dan
Secara parsial
Pertumbuhan
Ekonomi memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia, hal ini
dibuktikan dengan
t- hitung > t-tabel
atau 3,363 > 2,570
dengan besarnya
pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi terhadap
Indeks
Pembangunan
Manusia di
Indonesia adalah
2,313%
4. Dicky Triadani
(2017)
Analisis
Pengaruh
Kemiskinan dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Tingkat Indeks
Regresi linear
berganda
secara parsial dengan menggunakan alat analisis Fixed Effect Model menghasilkan variabel Kemiskinan
25
Pembanguanan
Manusia di
Provinsi
Lampung
Ditinjau dalam
Perspektif
Ekonomi Islam
Tahun 2011-
2015
memiliki pengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di provinsi Lampung, Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh secara negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di provinsi Lampung. Sedangkan dilihat secara simultan Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap IPM di provinsi Lampung. Dalam perspektif ekonomi Islam memandang bahwa manusia sebagai khalifah dimuka bumi dalam rangka menjaga dan melestarikan alam. Termasuk mengelola sumber daya alam sebagai ciptaanNya untuk digunakan demi kemaslahatan umat.
5. Nursiah Chalid
dan Yubar
Yusuf
(2014)
Pengaruh
Tingkat
Kemiskinan,
Tingkat
Pengangguran,
Upah minimum
Kabupaten/Kota
dan Laju
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Regresi linear
berganda
Dari hasil analisis
diketahui tingkat
kemiskinan, tingkat
pengangguran,
upah minimum
kabupaten/kota
dan laju
pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh
terhadap
26
Indeks
Pembangunan
Manusia di
Provinsi Riau
IPM.Tingkat
kemiskinan dan
tingkat
pengangguran
berpengaruh
negative terhadap
IPM, masing-
masing dengan
koefisien regresi
sebesar -0,163
dan - 0,084.Upah
minimum
kabupaten/kota
dan laju
pertumbuhan
ekonomi
berpengaruh positif
terhadap IPM,
dengan koefisien
regresi masing-
masing 0,005 dan
0,953.Variable
yang sangat besar
pengaruhnya
terhadap IPM
adalah laju
pertumbuhan
ekonomi.
C. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kota
Makassar. Pemerintah tidak cukup hanya mencapai tujuan akhir dari setiap
kebijaksanaan itu sendiri. Tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara
yang akan menikmati kebijaksanaan tersebut. Memperbesar lapangan
pekerjaan dengan tujuan semata-mata untuk mengurangi jumlah kemiskinan
atau memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat. Kebijakan yang
27
Indeks Pembangunan Manusia
(Y) Pertumbuhan Ekonomi
(X2)
Kemiskinan
(X1)
dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan dapat tepat sasaran dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar adalah besarnya kemiskinan serta
pertumbuhan ekonomi, karena faktor-faktor ini merupakan faktor yang diyakini
berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
Salah satu tolak ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia
adalah Indeks Pembangunan Manusia. Skema itu dapat dilihat seperti pada
gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
1. Hubungan Kemiskinan dengan Pembangunan Manusia
Dikutip oleh Astri Winarti (2014), dalam lingkaran setan kemiskinan
terdapat tiga poros utama yang menyebabkan seseorang menjadi miskin,
yaitu:
a. Rendahnya tingkat kesehatan
b. Rendahnya pendapatan
c. Rendahnya tingkat pendidikan
Tingkat kesehatan yang rendah menyebabkan produktivitas juga
menurun. Tingkat produktivitas rendah menyebabkan pendapatan yang
28
rendah, dimana akan menyebabkan kemsikinan. Selanjutnya kemiskinan
itu akan menyebabkan seseorang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi dan berkualitas serta membayar biaya
pemeliharaaan dan perawatan kesehatan.
2. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Manusia
Salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi adalah
sumber daya manusia. Dengan kualitas sumber daya manusia yang bagus
dengan otomatis akan meningkatkan kinerja dan produktivitas manusia
(Mirza, 2012).
Ada dua indikator hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
pembangunan manusia, yaitu :
1. Kebijakan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini faktor yang
menentukan adalah pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial
yang terangkum dalam belanja modal. Besarnya pengeluaran tersebut
menggambarkan seberapa besar peran pemerintah terhadap
pembangunan manusia
2. Distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Artinya besarnya tingkat
kemiskinan akan mempengaruhi tingkat pembangunan manusia.
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis guna memberikan arah dan
pedoman dalam melakukan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Diduga bahwa kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
29
2. Diduga bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Menurut Sugiono (2013) penelitian kuantitatif yaitu metode
penelitian yang penyajian datanya didominasi dalam bentuk angka dan
analisis data yang digunakan bersifat statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis. Data kuantitatif terdiri dari data kemiskinan, pertumbuhan ekonomi
dan data Indeks Pembangunan Kota Makassar. Menggunakan metode panel
data yaitu penggabungan data time series selama kurun waktu lima tahun
yaitu tahun 2015-2019.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini yaitu Kota
Makassar tepatnya di kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar.
Alasan pemilihan Kota Makassar karena Kota Makassar dikenal sebagai
gerbang Indonesia Timur sekaligus kota terbesar kedua yang berada diluar
pulau Jawa setelah Kota Medan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Agustus
sampai September tahun 2020.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
Operasional variabel adalah penjelasan mengenai cara-cara tertentu
yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur (mengoperasionalkan) construct
31
menjadi variabel penelitian yang dapat dituju. Kerlinger menyatakan bahwa
variabel adalah kontruk (Contructs) atau sifat yang akan dipelajari. Sehingga
memungkinkan peneliti yang lain untuk melakukan replikasi (pengulangan)
pengukuran dengan cara yang sama, atau mencoba mengembangkan cara
pengukuran construct yang lebih baik.
Tabel 3.1 Defnisi Operasional Variabel dan Pengukuran
No Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran
1. Tingkat
Kemiskinan
(X1)
Kemiskinan adalah keadaan
suatu individu yang tidak
memiliki kecukupan untuk
memenuhi kebutuhan stan-
dar hidupnya secara layak,
atau dengan kata lain
keadaan masyarakat yang
berada dibawah garis
kemiskinan.
Tingkat kemiskinan
yang akan diguna-
kan adalah tingkat
kemiskinan Kota
Makassar dalam
bentuk persen yang
didapat dari per-
sentase penduduk
miskin.
2. Pertumbuhan
Ekonomi
(X2)
Pertumbuhan ekonomi
adalah pertumbuhan output
per kapita yang menunjukan
pertumbuhan upah riil dan
meningkatnya standar hidup.
Pertumbuhan ekonomi
adalah salah satu indikator
yang digunakan untuk
mengukur prestasi ekonomi
suatu negara atau daerah.
Perhitungan pertum-
buhan ekonomi
menggunakan data
PDRB atas dasar
harga konstan
menurut lapangan
usaha, data diambil
melalui BPS Kota
Makassar.
3. Indeks
Pembangunan
Manusia
(Y)
Indeks Pembangunan
Manusia adalah indeks
komposit yang dihitung
sebagai rata-rata sederhana
dari tiga indeks yang
menggambarkan
kemampuan dasar manusia
dalam memperluas pilihan-
pilihan, yaitu indeks harapan
hidup, indeks pendidikan,
Data Indeks Pem-
bangunan Manusia
menggunakan
Persentase Indeks
Pembangunan
Manusia di Kota
Makassar, data
diambil melalui BPS
Kota Makassar.
Data berisi tentang
32
dan indeks standar hidup
layak.
persentase dari
Indeks Pembangun-
an Manusia yang
telah dihitung dari
seluruh indikator,
seperti, indeks hara-
pan hidup, indeks
pendidikan, dan
indeks daya beli.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.
Menurut Kuncoro (2009), Populasi adalah kelompok elemen yang
lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian
dimana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadikannya objek
penelitian.
Objek penelitian yang akan diambil sebagai populasi dalam penelitian
ini adalah data yang dikumpulkan dan diambil melalui data BPS Kota
Makassar berdasarkan jangka waktu tentang Indeks Pembangunan
Manusia, Kemiskinan, dan Pertumbuhan Ekonomi yang diperoleh dari data
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Kota Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karekteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian. Dalam hal ini penulis
menggunakan sampel lima tahun terakhir yaitu tahun 2015-2019.
33
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini
adalah Purposive Sampling yaitu teknik yang menentukan sampel dalam
pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan sebagai
sampel yaitu:
1. Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar tahun 2015-2019
2. Kemiskinan (persentase penduduk miskin) Kota Makassar tahun 2015-
2019
3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar tahun 2015-2019
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer dan
sekunder. Dalam suatu penelitian pengumpulan data merupakan langkah
yang sangat penting karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk
pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesa yang
telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data
yakni:
1. Wawancara
Menurut Sugiono (2013), wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi verbal atau semacam percakapan yang memerlukan
kemampuan responden untuk merumuskan buah pikiran atau perannya
dengan tepat.
Dalam penelitian ini metode wawancara dilakukan dengan tekhnik
wawancara bebas dan tidak terstruktur. Wawancara dilakukan dengan
pihak pengelola bagian data Badan Pusat Statistik Kota Makassar guna
klarifikasi keabsahan data yang diperoleh dari situs website yang telah
dipublikasi.
34
2. Dokumentasi
Penulis menggunakan metode dokumentasi dalam hal pengumpulan
data dikarenakan metode ini sesuai dengan data penulis yang bersifat
sekunder, artinya data yang tidak diambil langsung di lapangan. Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Metode ini
merupakan cara untuk mendapatkan laporan tahunan tentang variabel
yang terkait.
3. Studi Lapangan
Menurut Danang Sunyoto (2013) studi lapangan adalah suatu
metode yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan langsung
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Peninjauan langsung oleh peneliti pada kantor Badan Pusat Statistik
Kota Makassar yang menjadi lokasi penelitian dengan tujuan yakni mencari
data yang sebenarnya, sumber data yang lebih banyak, lebih tepat dan
terbaru.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif
dengan penelitian studi kasus yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengola, dan kemudian menyajikan data observasi agar pihak lain dapat
dengan mudah mendapat gambaran mengenai objek dari penelitian tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab penelitian yang menganalisis
pengaruh antar variabel. Penggunaan analisis deskriptif ini ditujukan untuk
mengetahui gambaran pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi
terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
35
1. Uji Asumsi Klasik
Agar pengujian hipotesis berdasarkan model analisis tidak gagal atau
bahkan menyesatkan, maka perlu digunakan uji asumsi klasik:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian dan sebaiknya dilakukan
sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model
regresi berganda terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedatisitas dapat diketahui
dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot
antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID) dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah Residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Apabila
terjadi kolerasi antara variabel bebas, maka terdapat problem
36
multikolineritas (multiko) pada model regresi tersebut. Pedoman suatu
model regresi yang bebas multikolineritas adalah koefisien korelasi antar
variabel independen haruslah lemah dibawah 0,05 Jika korelasi kuat
maka terjadi problem multikolineritas.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Dengan menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat
menggunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel
yang ada dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).
Data-data yang digunakan, dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.
Variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dinyatakan
dalam fungsi sebagai berikut:
Y = α+β1 X1+β2 X2+e
Dimana:
Y = Indeks Pembangunan Manusia
α = Bilangan konstanta
β1-β2 = Koefisien regresi berganda
X1 = Kemiskinan
X2 = Pertumbuhan Ekonomi
e = Error Term
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinan (R2)
37
Mencerminkan kemampuan variabel dependen. Nilai R2 menunjukan
seberapa besar pengaruh proporsi dari total variasi variabel tidak bebas
yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya. Semakin tinggi nilai R2
menunjukan seberapa besar proporsi dari total variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji Simultan (Uji F) ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara serentak. Pengujian ini
dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-
hitung > F-tabel, maka Ho ditolak artinya variabel dependen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dan jika F-hitung <
F- tabel maka Ho diterima artinya variabel Independen secara bersama-
sama stidak mempengaruhi variabel dependen.
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji Parsial (Uji t) merupakan suatu pengujian yang betujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi berganda
signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam pengujian adalah menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternative (Ha) dengan taraf nyata (α) yang biasadigunakan adalah 5%
atau 0,05. Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai sig
α (5%) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika sig > 0,05 maka H0 diterima
b. Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Geografi dan Demografi Kota Makassar
Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822.
Kota Makassar terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam
titik koordinat 119° 18’ 30,18" sampai dengan 119° 32' 31,03" BT dan
5°00' 30,18" sampai dengan 5° 14’ 6,49" LS.
Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara
Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah
menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.
Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama
menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 KM2 menjadi
175,77 KM2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu
Gowa, Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan batas-batas daerah
39
Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan
Kepulauan, lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada perkembangannya, nama Kota Makassar dikembalikan lagi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang
Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal
ini atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang
saat itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan,
pemerhati hukum dan pelaku bisnis.
Hingga Tahun 2019 Kota Makassar telah berusia 412 tahun sesuai
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota
Makassar tanggal 9 Nopember 1607, terus berbenah diri menjadi sebuah
Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan
jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan
pemerintahan, pusat kegiatan edu-entertainment, pusat pelayanan
pendidikan dan kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang
baik darat, laut maupun udara.
Jumlah penduduk Kota Makassar berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statitik Kota Makassar tahun 2019 adalah
sebanyak 1.526.677 jiwa yang terdiri atas 755.968 jiwa penduduk laki-laki
dan 770.709 jiwa penduduk perempuan.
2. Luas dan Batas Wilayah Kota Makassar
Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan
batas-batas wilayah administratif sebagai berkut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Maros
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
40
c. Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros
d. Sebelah Barat : Selat Makassar
Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan
143 Kelurahan. Bagian Utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya,
Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah.
Di bagian Selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan
Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan
Kecamatan Panakkukang. Bagian Barat adalah Kecamatan Wajo,
Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar,
Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso.
Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki
wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota
Makassar. Pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak
12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau sangkarang, atau disebut juga
pulau-pulau Pabbiring, atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan
Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh),
Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau Bonetambung, Pulau
Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau
Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Lae-Lae Kecil
(gusung) dan Pulau Kayangan (terdekat).
3. Topografi Kota Makassar
Topografi wilayah Kota Makassar memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
tanah relatif datar, bergelombang, berbukit dan berada pada ketinggian 0–
25 m di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan lereng berada
pada kemiringan 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi
41
kelerengannya, menunjukkan bahwa kemiringan 0-2%=85%; 2-3%=10%;
3-15%=5%. Hal ini memungkinkan Kota Makassar berpotensi pada
pengembangan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi,
pelabuhan laut, dan fasilitas penunjang lainnya.
4. Geologi Kota Makassar
Wilayah Kota Makassar terbagi menjadi berbagai morfologi bentuk
lahan. Satuan-satuan morfologi bentuk lahan yang terdapat di Kota
Makassar dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Satuan morfologi dataran aluvial pantai
b. Satuan morfologi perbukitan bergelombang
Kedua satuan morfologi di atas dikontrol oleh batuan, struktur, dan
formasi geologi yang ada di wilayah Kota Makassar dan sekitarnya. Secara
geologis Kota Makassar terbentuk dari batuan hasil letusan gunung api dan
endapan dari angkutan sedimen Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo.
Sedangkan struktur batuan yang terdapat di kota ini dapat dilihat dari
batuan hasil letusan gunung api dan endapan aluvial pantai dan sungai.
Struktur batuan ini penyebarannya dapat dilihat sampai ke wilayah
Bulurokeng, Daya, dan Biringkanaya. Selain itu, terdapat juga tiga jenis
batuan lainnya seperti breksi dan konglomerat yang merupakan batuan
berkomponen kasar dari jenis batuan beku, andesit, basaltik, batu apung,
dan gamping.
5. Hidrologi Kota Makassar
Kota Makassar memiliki garis pantai sepanjang 32 km dengan
kondisi hidrologi Kota Makassar dipengaruhi oleh 2 (dua) sungai besar
yang bermuara di pantai sebelah barat kota. Sungai Jene’berang yang
42
bermuara di sebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di sebelah
utara. Sungai Je’neberang misalnya, mengalir melintasi wilayah Kabupaten
Gowa dan bermuara di bagian Selatan Kota Makassar merupakan sungai
dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m3/detik). Sedangkan sungai Tallo
dan Pampang yang bermuara di bagian Utara Makassar adalah sungai
dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m3/detik di
musim kemarau.
6. Klimatologi Kota Makassar
Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis.
Suhu udara rata-rata Kota Makassar dalam 10 tahun terakhir berkisar
antara 24,5°C sampai 28,9°C dengan intensitas curah hujan yang
bervariasi. Intensitas curah hujan tertinggi berlangsung antara bulan
November hingga Februari. Tingginya intensitas curah hujan
menyebabkan timbulnya genangan air di sejumlah wilayah kota ini. Selain
itu, kurangnya daerah resapan dan drainase yang tidak berfungsi dengan
baik memicu timbulnya bencana banjir.
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)
1. Deskripsi Variabel
a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia digunakan untuk mengetahui
kualitas manusia/penduduk suatu daerah. Untuk melihat kualitas
manusianya, dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan, serta
kemampuan daya beli masyarakatnya yang tinggi. IPM merupakan
indikator yang sangat penting karena apabila kualitas manusia itu tinggi
43
maka produktivitas dan pendapatan dapat meningkat dan juga dapat
mengurangi tingkat kemiskinan.
Berikut disajikan dalam bentuk tabel Persentase Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar sebagai berikut:
Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar Tahun 2015-2019
Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020
Pada Tabel 4.1 menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kota Makassar mempunyai nilai yang tinggi pada tahun 2019 dan
termasuk kedalam kategori atas dengan nilai mencapai > 80.
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar terus mengalami
kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kota Makassar. Pada tahun 2019, IPM
Kota Makassar telah mencapai 82,25%. Angka ini meningkat sebesar
0,52% dibandingkan dengan IPM Kota Makassar pada tahun 2018 yang
sebesar 81,73%. Sejak tahun 2016, status pembangunan manusia di
No Tahun IPM (%)
1 2015 79,94
2 2016 80,53
3 2017 81,13
4 2018 81,73
5 2019 82,25
44
Kota Makassar telah mencapai level “atas”. IPM Kota Makassar pada
tahun 2018 tumbuh sebesar 0,60% dibandingkan tahun 2017.
b. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang telah terjadi sejak
berabad-abad lamanya. Berbagai pemimpin beserta kebijakan-kebijakan
yang berbeda untuk mengentaskan kemiskinan dilakukan akan tetapi
tetap saja masalah kemiskinan tidak dapat diselesaikan hingga ke akar-
akarnya. Akan tetapi setiap tahunnya angka kemiskinan mengalami
perubahan yang dinamis. Banyak yang menjadi faktor terjadinya
kemiskinan termasuk faktor pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi yang terjadi.
Berikut ini disajikan data tentang kemiskinan yang terjadi di Kota
Makassar dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebagai berikut:
Tabel 4.2 Persentase Penduduk Miskin Kota Makassar Tahun 2015-2019
No Tahun Penduduk Miskin (%)
1 2015 4,38
2 2016 4,56
3 2017 4,59
4 2018 4,41
5 2019 4,28
Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020
Rata-rata tingkat kemiskinan di Kota Makassar mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Posisi terendah angka kemiskinannya dalam
45
periode lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2019 yaitu sebesar
4,28%. Sedangkan posisi tertinggi angka kemiskinannya terjadi pada
tahun 2017 yaitu sebesar 4,59%.
c. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi memiliki peran yang penting dalam
meningkatkan pembagunan manusia, semakin tinggi tingkat
pertumbuhan ekonomi maka akan semakin baik juga pembangunan
manusia di suatu wilayah.
Berikut ini disajikan data tentang kemiskinan yang terjadi di Kota
Makassar dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Mota Makassar Tahun 2015-2019
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1 2015 7,44
2 2016 8,03
3 2017 8,23
4 2018 8,42
5 2019 8,79
Sumber: BPS Kota Makassar, Tahun 2020
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat pertumbuhan ekonomi Kota Makassar
lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Data Badan Pusat Statistik
menyebutkan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar hingga tahun 2019
mencapai 8,79 persen.
46
Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar berada di
poin 7,44 persen. Kemudian pada 2016 pertumbuhan ekonomi Kota
Makassar berada di angka 8,03 persen, tahun 2017 sebesar 8,23 persen,
2018 sebesar 8,42 persen, tahun 2019 sebesar 8,79 persen.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak. Menurut Imam Ghozali (2011) model regresi dikatakan
berdistribusi normal jika data ploting (titik-titik) yang menggambarkan
data sesungguhnya mengikuti garis diagonal. Berikut ini hasil uji
normalitas menggunakan aplikasi SPSS:
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
47
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, terlihat titik-titik data mengikuti
garis diagonal. Sehingga sebagaimana dasar pengambilan keputusan
uji normalitas di atas maka kesimpulannya model regresi berdistribusi
normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap.
Menurut Imam Ghozali (2011) tidak terjadi heteroskedastisitas jika
tidak ada pola yang jelas (bergelombang, melebar kemudian
menyempit) pada gambar scatterplots, serta titik-titik meyebar di atas
dan di bawah angka 0. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas
menggunakan aplikasi SPSS:
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
48
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat titik-titik data tidak
membentuk pola yang jelas (bergelombang, melebar ataupun
menyempit) serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0.
Sehingga sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka
kesimpulannya tidak ada gejala heteroskedastisitas.
c. Uji Mutikolinearitas
Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel dependen. Menurut Imam
Ghozali (2011) tidak terjadi gejala multikoliniaritas jika nilai Tolerance >
0,100 dan nilai VIF < 10,00. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas
menggunakan aplikasi SPSS:
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Model Colliearity Statistics
Tolerance VIF
Kemiskinan (X1) 0,928 1,078
Pertumbuhan Ekonomi (X2) 0,928 1,078
a. Dependent Variabel: IPM
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, nilai Tolerance untuk variabel X1
(kemiskinan) dan variabel X2 (pertumbuhan ekonomi) sebesar 0,928
atau lebih dari 0,100 (0,928 > 0,100). Kemudian nilai VIF untuk variabel
X1 (kemiskinan) dan X2 (pertumbuhan ekonomi) yaitu sebesar 1,078
yang berarti kurang dari 10,00 (1,078 < 10,00). Oleh karena itu,
sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka tidak ada
gejala multikolinearitas.
49
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih dan menunjukan arah hubungan antara variabel
dependen (Indeks Pembangunan Manusia IPM) dengan variabel
independen (Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi). Formulasi
persamaan regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut :
Y = α+β1 X1+β2 X2+e
Berikut adalah hasil analisis regresi linier berganda menggunakan
aplikasi SPSS:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 72,215 4,387 16,461 ,004
Kemiskinan (X1) -1,168 ,809 -,164 -1,443 ,286
Pertumbuhan Ekonomi (X2)
1,723 ,210 ,931 8,185 ,015
a. Dependent Variable: IPM (Y)
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 72,215 - 1,168X1 + 1,723X2 + e
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan sebagai berikut:
50
a. Nilai constant sebesar 72,215 yang berarti bahwa jika variabel lain
bernilai konstan, maka nilai Y akan berubah dengan sendirinya sebesar
nilai konstanta yakni 72,215.
b. Nilai koefisien variabel X1 (Kemiskinan) sebesar -1,168 bertanda negatif
artinya setiap kenaikan 1% pada tingkat kemiskinan maka Indeks
Pembangunan Manusia akan mengalami penurunan sebesar -1,168%.
Hasil penelitian variabel bersifat negatif berarti terjadi hubungan negatif
antara kemsikinan dan IPM. Semakin kecil kemiskinan maka semakin
meningkat IPM di Kota Makassar.
c. Nilai koefisien variabel X2 (Pertumbuhan Ekonomi) sebesar 1,723
bertanda positif artinya setiap kenaikan 1% pada tingkat pertumbuhan
ekonomi maka IPM akan mengalami kenaikan sebesar 1,723%. Hasil
penelitian variabel regresi bersifat positif berarti terjadi hubungan positif
antara pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia di
Kota Makassar. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin
meningkat Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalan nol dan satu. Nilai R2 yang rendah berarti
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
51
Berikut hasil uji R2 yang dilakukan mengunakan aplikasi SPSS
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 ,988
a ,976 ,952 ,20168 2,440
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi (X2), Kemiskinan (X1)
b. Dependent Variable: IPM (Y)
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
koefisien determinasi terdapat pada nilai Adjust R Square sebesar
0,952. Hal ini menunjukkan bahwa varibel X1 (Kemiskinan) dan X2
(Pertumbuhan Ekonomi) mempengaruhi variabel Y (Indeks
Pembangunan Manusia) sebesar 95,2% sedangkan sisanya (100-95,2)
= 4,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji Simultan (Uji F) ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara serentak. Menurut
Imam Ghozali (2011) jika nilai Sig. < 0,05 maka artinya variabel
independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen (Y). Kemudian menurut V Wiratna Sujarweni (2014) jika nilai
F hitung > F tabel maka artinya variabel independen (X) secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Berikut hasil Uji F
menggunakan aplikasi SPSS:
52
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
1 Regression
3,308 2 1,654 40,668 ,024b
Residual ,081 2 ,041
Total 3,390 4
a. Dependent Variable: IPM (Y)
b. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi (X2), Kemiskinan (X1)
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa variabel
independen (X) mendapatkan nilai F hitung sebesar 40,668 dan F tabel
sebesar 9,55 (F hitung 40,668 > F tabel 9,55) dengan nilai siginikansi
sebesar 0,024 (0,024 < 0,05). Ini berarti secara bersama-
sama/serempak variabel X1 (Kemiskinan) dan X2 (Pertumbuhan
Ekonomi) berpengaruh dan signifikan terhadap variabel Y (Indeks
Pembangunan Manusia).
Dalam hal ini berarti Indeks Pembangunan Manusia di Kota
Makassar dipengaruhi oleh dua faktor atau dua variabel yaitu
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar tercermin dari menurunnya
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji Parsial (Uji t) merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi berganda
segnifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan.
53
Menurut Imam Ghozali (2011) jika nilai Sig. < 0,05 maka artinya
variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Uji Parsial juga dapat dilakukan dengan melihat
data t hitung dan t tabel. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014), jika nilai t
hitung > t tabel maka artinya variabel independen (X) secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (Uji t) Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 72,215 4,387 16,461 ,004
Kemiskinan (X1)
-1,168 ,809 -,164 -1,443 ,286 ,928 1,078
Pertumbuhan Ekonomi (X2)
1,723 ,210 ,931 8,185 ,015 ,928 1,078
a. Dependent Variable: IPM (Y)
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa:
1. Variabel X1 (Kemiskinan) memperoleh t hitung sebesar -1,443 lebih kecil
dari t tabel sebesar 4,303 (-1,443 < 4,303) dengan nilai signifikansi
0,286 yang lebih besar dari 0,05 (0,286 > 0,05). Ini berarti variabel X1
(kemiskinan) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel
Y (Indeks Pembangunan Manusia).
2. Variabel X2 (Pertumbuhan Ekonomi) memperoleh nilai t hitung sebesar
8,185 lebih besar dari t tabel sebesar 4,303 (8,185 > 4,303) dengan nilai
signifikansi 0,015 lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05). ini berarti variabel
X2 (pertumbuhan ekonomi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel Y (Indeks Pembangunan Manusia).
54
C. Pembahasan
1.iPengaruh Kemiskinan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di
Kota Makassar
Kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak signfikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar, ini terlihat dari hasi olah data
dimana nilai koefisien regresi sebesar -1,168 artinya jika terjadi kenaikan
kemiskinan sebesar 1% maka akan menurunkan persentase IPM sebesar
1,168% artinya setiap peningktan kemiskinan akan menurunkan
persentase IPM di Kota Makassar. Untuk variabel kemiskinan diperoleh t
hitung lebih kecil dari t tabel (-1,433 < 4,303) dengan niai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (0,286 > 0,05) yang berarti tidak signifikan. Maka hasil uji
disimpulkan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap IPM di Kota Makassar pada tahun 2015-2019.
Kemiskinan berpengaruh negatif terhadap IPM karena kemiskinan
merupakan salah satu hambatan dalam meningkatkan kesejahteraan
karena kemiskinan mempunyai tolak ukur bukan hanya kekurangan dalam
tingkat pendapatan yang rendah, akan tetapi juga tingkat kesehatan,
pendidikan serta perlakuan adil dimuka hukum dan sebagainya. Jika
disimpulkan naik turunnya kemiskinan sangat berkaitan dengan naik
turunnya Indeks Pembangunan Manusia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kemiskinan absolut dimana
sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, penduduk hidup dibawah
pendapatan rill minimum atau dapat dikatakan hidup dibawah kemiskinan
Internasional. (Todaro dan Smith, 2006).
55
Jika garis kemiskinan semakin meningkat dan manusia tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar mereka maka akan terciptanya lingkaran setan
dimana akan terlihat dari rendahnya pendapatan nyata sehingga akan
mengakibatkan permintaan menjadi rendah sehingga investasi juga rendah
dan dapat mengurangi produktivitas. Selain itu, lingkaran setan juga
menyangkut keterbelakangan manusia dan sumberdaya alam, dimana
perkembangan sumberdaya alam itu tergantung pada kemampuan
produktivitas manusianya.
Jika tingkat kemiskinannya tinggi maka manusia tidak akan mampu
untuk memperoleh pendidikan sehingga terciptalah penduduk yang
terbelakang dan buta huruf sehingga kemampuan untuk mengolah
sumberdaya alam yang produktif tidak terpenuhi bahkan terbengkalai atau
salah guna (Todaro dan Smith, 2006).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Novita
Dewi, 2017) yang berjudul “Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau”
dimana diperoleh hasil penelitian tingkat kemiskinan berpengaruh negatif
terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kota Makassar
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar. Ini terlihat dari hasil olah
data dimana nilai koefisien regresi sebesar 1,723. Hal ini menunjukkan
bahwa apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1%
maka akan mempengaruhi IPM di Kota Makassar sebesar 1,723%. Untuk
56
variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel
(8,185 > 4,303) dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05).
Hasil regresi tersebut sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini yang
menduga ada pengaruh positif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kota Makassar.
Dengan demikian perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa
riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
dari tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan (Chalid dan Yusuf,
2014).
Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga IPM disuatu
daerah justru juga mengalami peningkatan. Dimana semakin tinggi
pendapatan nasional atau daerah maka semakin besarlah harapan untuk
pembukaan kapasitas produksi baru yang tentu saja akan menyerap
tenaga kerja baru. Pendapatan yang tinggi tercermin dari tingginya
pendapatan perkapita dan tumbuh secara positif dan berarti. Maka secara
relatif semakin baik pertumbuhan ekonomi, maka semakin besarlah
harapan untuk tidak menganggur sehingga akan mendorong pemerataan
pendapatan perkapita sehingga mendorong meningkatnya indeks
pembangunan manusia (Putong, 2009).
57
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Mirza, 2012) yang berjudul
“Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-
2009” dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai pengaruh kemiskinan
dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia, maka
dapat disimpulkan:
1. Kemiskinan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar. Dari persamaan diketahui
variabel kemiskinan menunjukkan koefisien sebesar -1,168 artinya jika
terjadi kenaikan kemiskinan sebesar 1% maka akan menurunkan IPM
sebesar 1,168% artinya setiap peningkatan Kemiskinan akan menurunkan
persentase IPM di Kota Makassar. Untuk variabel kemiskinan diperoleh t
hitung lebih kecil dari t tabel (-1,433 < 4,303) dengan niai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (0,286 > 0,05) yang berarti tidak signifikan.
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Kota Makassar. Dari persamaan regresi
menunjukkan koefisien sebesar 1,723 artinya jika terjadi kenaikan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan meningkatkan IPM sebesar
1,723% artinya setiap perubahan pertumbuhan ekonomi akan
mempengaruhi persentase IPM di Kota makassar. Untuk variabel
pertumbuhan ekonomi diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel (8,185 >
4,303) dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,015 < 0,05).
59
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, saran yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kepada pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Wali Kota Makasssar
diharapkan agar lebih mewujudkan jalur strategi pembangunan terutama
pro-masyarakat miskin agar pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi
jumlah penduduk miskin sebesar-besarnya dengan penyempurnaan sistem
perlindungan sosial dan melakukan pemberdayaan masyarakat dan pro-
lapangan kerja agar pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan
pekerjaan yang seluas-luasnya dengan menekankan investasi pada
pekerja.
2. Kepada dinas terkait di pemerintahan Kota Makassar agar memfasilitasi
infrastruktur pendidikan, kesehatan dan bidang ekonomi, sehingga dalam
hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia
di Kota Makassar dalam rangka peningkatan kualitas SDM untuk memacu
pertumbuhan ekonominya dengan memprioritaskan pelayanan prima
dalam pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi.
3. Kepada peneliti selanjutnya, dapat memasukkan variabel-variabel lainnya
yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia, misalnya seperti :
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan, pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan, pendapatan domestik bruto (PDB), kebijakan fiskal dan
ketimpangan distribusi pendapatan yang dapat mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia.
60
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Arsyad.(2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Barimbing, Yesika Resianna dan Ni Luh Karmini. 2015. Pengaruh PAD, Tenaga
Kerja, Dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Bali. E- Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol 4, No 5
Chalid, N., & Yusuf, Y. (2014). Pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat
pengangguran, upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Riau. Jurnal ekonomi, 22(2), 1-12.
Danang, Sunyoto. (2013). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika
Aditama Anggota Ikapi. Denni Sulistio Mirza (2012),”Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi ,
Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Jawa Tengah Tahun 2006-2009”.
Dewi, N., Yusuf, Y., & Iyan, R. Y. (2017). Pengaruh kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau
(Doctoral dissertation, Riau University). Fatimah, S. N. (2018). Analisis Pengaruh Kemiskinan, Pengangguran,
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Banten Tahun 2010-2015.
Fhino Andrea Christy dan Priyo Hari Adi, Hubungan antara Dana Alokasi Umum,
Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia (The 3rd National Conference UKWMS 2009), h. 2
Ginting, Charisma K.S. 2008. Analisis Pembangunan Manusia di Indonesia.
Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Medan: Universitas Sumatera Utara.
Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS
19. Semarang. Badan Penerbit Undip Jundi, M. (2014). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Tingkat
Kemiskinan Provinsi-Provinsi di Indonesia. Universitas Diponegoro, Semarang.
Kanbur, Ravi dan Lyn Squire. 1999. The Evolution of Thinking about Poverty:
Exploring The Interactions. Kriteria Miskin Menurut Standar BPS (Online), diakses pada tanggal 23 Agustus
2020
61
Laisina, C., Masinambow, V., & Rompas, W. (2015). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Sektor Kesehatan Terhadap Pdrb Melalui Indeks Pembangunan Manusia Di Sulawesi Utara Tahun 2002-20013. EFISIENSI, 15(4).
Maria. Yunitasari. (2007). Analisis Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi
dengan Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Timur. Skripsi; Bogor, Program Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Mirza, D. S. (2012). Pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja
modal terhadap indeks pembangunan manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Economics Development Analysis Journal, 1(2).
Mirza, D. S. (2011). Pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja
Modal Terhadap IPM Jawa Tengah. JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan, 4(2). Moeda, H. R. (2019). Pengaruh Kemiskinan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Doctoral dissertation, Universitas Katolik Widya Mandira). Putong, Iskandar. 2009. Pengantar Mikro dan Makro Edisi 4. Jakarta: Mitra
Wacana M. Rahayu, N. A. (2019). Pengaruh Kemsikinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010-2017 (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung). Rusandi, T. Y. (2018). Analisis Pengaruh Kemsikinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011-2016 (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Sarwono, Jonathan. (2007). Analisis Jalur untuk Riset dan Bisnis dengan SPSS.
Yogyakarta: Andi. Sugiono. (2013). Metode Penulisan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, cetakan ke-15.(Bandung: Alfabeta)
Sukirno. (1998). Pengantar teori makroekonomi. (2nd).Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Syofya, H. (2018). Pengaruh Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 15(2), 177-185.
Todaro, M. P & Smith, S. SC. (2006). Pembangunan Ekonomi Edisi Sembilan
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
62
Triadani, D. (2018). Analisis Pengaruh Kemsikinan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Ditinjau Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Provinsi Lampung Tahun 2011-2015 (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung). V. Wiratna Sujarweni. 2014. SPSS untuk Penelitia. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press. Zakaria, R. (2018). Pengaruh Tingkat Jumlah Penduduk, Pengangguran,
Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2016.
63
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Uji IBM SPSS
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter.
It could
not be mapped to a valid backend locale.
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID).
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
IPM (Y) 81,1160 ,92053 5
Kemiskinan (X1) 4,4440 ,12934 5
Pertumbuhan Ekonomi (X2) 8,1800 ,49754 5
Correlations
IPM (Y)
Kemiskinan
(X1)
Pertumbuhan
Ekonomi (X2)
Pearson Correlation IPM (Y) 1,000 -,415 ,975
Kemiskinan (X1) -,415 1,000 -,269
Pertumbuhan Ekonomi
(X2) ,975 -,269 1,000
Sig. (1-tailed) IPM (Y) . ,244 ,002
Kemiskinan (X1) ,244 . ,331
Pertumbuhan Ekonomi
(X2) ,002 ,331 .
N IPM (Y) 5 5 5
Kemiskinan (X1) 5 5 5
Pertumbuhan Ekonomi
(X2) 5 5 5
64
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Pertumbuhan
Ekonomi (X2),
Kemiskinan (X1)b
. Enter
a. Dependent Variable: IPM (Y)
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,988a ,976 ,952 ,20168 2,440
a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi (X2), Kemiskinan (X1)
b. Dependent Variable: IPM (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficie
nts
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) 72,215 4,387
16,46
1 ,004
Kemiskinan (X1) -1,168 ,809 -,164
-
1,443 ,286 ,928 1,078
Pertumbuhan
Ekonomi (X2) 1,723 ,210 ,931 8,185 ,015 ,928 1,078
a. Dependent Variable: IPM (Y)
65
ANOVA
a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3,308 2 1,654 40,668 ,024
b
Residual ,081 2 ,041
Total 3,390 4
a. Dependent Variable: IPM (Y) b. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi (X2), Kemiskinan (X1)
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant)
Kemiskinan
(X1)
Pertumbuhan
Ekonomi (X2)
1 1 2,997 1,000 ,00 ,00 ,00
2 ,002 35,210 ,01 ,08 ,73
3 ,000 108,248 ,99 ,92 ,27
a. Dependent Variable: IPM (Y)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 79,9160 82,3410 81,1160 ,90942 5
Std. Predicted Value -1,319 1,347 ,000 1,000 5
Standard Error of Predicted
Value ,103 ,199 ,152 ,039 5
Adjusted Predicted Value 79,1668 82,7131 81,0296 1,28296 5
Residual -,19216 ,16088 ,00000 ,14261 5
Std. Residual -,953 ,798 ,000 ,707 5
Stud. Residual -1,232 ,929 ,018 1,051 5
Deleted Residual -,46308 ,77322 ,08639 ,49409 5
Stud. Deleted Residual -1,775 ,872 -,157 1,176 5
Mahal. Distance ,252 3,076 1,600 1,152 5
Cook's Distance ,103 4,748 1,367 1,960 5
Centered Leverage Value ,063 ,769 ,400 ,288 5
a. Dependent Variable: IPM (Y)
66
Charts
67
68
Lampiran 2
Data Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar
69
Lampiran 3
Data Kemiskinan Kota Makassar
70
Lampiran 4
Data Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar
71
BIOGRAFI PENULIS
Qadri Pasuloi lahir di Makassar pada tanggal 17 Juni 1998 dari
pasangan Bapak Pasuloi Ismail dan Ibu Ijaliah, anak ketiga dari
empat bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 2003 di TK Wahyu
Putra dan
tamat pada tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama
melanjutkan pendidikan di SDN Borong jambu I dan tamat pada tahun 2010 dan
di tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMPN 19 Makassar dan tamat
pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN 10 Makassar di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala
dan tamat pada tahun 2016. Melalui seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2016,
penulis berhasil lolos seleksi dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.