PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP...
Transcript of PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP...
PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh :
TRI PUJIASTUTI
NIM. M1. 11. 042
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh :
TRI PUJIASTUTI
NIM. M1. 11. 042
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 03 Juli 2015
Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. Dr. Winarno,S. Si, M.Pd.
Pembimbing I Pembimbing II
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantum-
kan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau
ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau
ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 03 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
Tri Pujiastuti
ABSTRAK
Judul Tesis: Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa,
motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 yang diwakili oleh MIN Kecandran dan MI Ma‟arif
Mangunsari Salatiga dengan jumlah sampel sebanyak 65 siswa. Jenis penelitian
ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kuantitatif.
Sumber data yang diperoleh yaitu sumber data primer dan sekunder. Teknik
pengumpulan data melalui teknik observasi, dokumentasi, dan interview. Teknik
analisis datanya dengan cara uji Asumsi, analisis deskriptif dan analisis statistik
dengan regresi linier menggunakan bantuan SPSS (Statistic Program Social
Sciences) Release 18,0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa dan motivasi
belajar di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga dalam kategori baik terlihat dari
adanya hasil penilaian rating scale yang disebar masih banyak indikator yang
menyatakan baik, prestasi belajar Matematika yang dilihat dengan nilai raport
siswa dalam kategori baik, probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho
di tolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan siswa dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar Matematika siswa di MI Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: Kedisiplinan; Motivasi Belajar; Prestasi Belajar.
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita
sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, sahabat serta para
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Tanpa adanya bantuan serta
dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan
tesis ini tidak akan dapat selesai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr .H . Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana.
Bapak Asfa Widiyanto, M.A., Ph.D, selaku Asisten Direktur 1 dan Bapak
Dr. Winarno,S. Si, M.Pd. selaku Asisten Direktur 2.
3. Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag., dan Bapak Dr. Winarno,S. Si, M.Pd, dan Bapak
Munajat, Ph.D., selaku dosen pembimbing tesis yang dengan sabar
serta tulus ikhlas memberikan waktu serta ilmunya dalam membimbing
penulis dan juga memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Staf pegawai program Pascasarjana IAIN Salatiga beserta para dosen yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal kuliah hingga selesainya
tesis ini.
5. Pimpinan serta Staf Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah membantu
penulis dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi dalam penyelesaian tesis.
6. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran dan Kepala MI Ma‟arif
Mangunsari serta para guru dan karyawan yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Ayahanda, Ibunda, suamiku, dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan
dukungan baik berupa materiil maupun do‟a sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
8. Sahabat terbaik penulis, teman Pascasarjana angkatan 2011/2012 IAIN
Salatiga yang selalu memberikan keceriaan dan dorongan kepada penulis.
9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu
Dengan memohon ridha dan mengucapkan syukur alhamdulillah,
karena hanya Allah swt jualah penulis memohonkan semoga amal baik
yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan dapat diterima disisiNya.
Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat. Semoga Allah swt
selalu memberikan rahmat kepada kita semua. Amiin.
Salatiga, 03 Juli 2015
Penulis,
Tri Pujiastuti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... .ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
PRAKATA .........................................................................................................v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A.Latar Balakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Signifikansi penelitian..........................................................................4
D. Kajian Pustaka ....................................................................................5
E. Metode Penelitian .................................................................................8
F. Sistematika Penulisan. .........................................................................22
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................24
A.Kedisiplinan .........................................................................................24
B.Motivasi Belajar ...................................................................................30
C.Prestasi Belajar .....................................................................................55
BAB III HASIL PENELITIAN ........................................................................72
A.Gambaran Umum MI Kota Salatiga ....................................................72
1. MIN Kecandran .................................................................................72
2. MI Ma‟arif Mangunsari .....................................................................78
B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument ............................................84
C. Penyajian Data Hasil Penelitian .........................................................86
BAB IV ANALISIS DATA ..............................................................................90
A.Hasil Uji Asumsi ..................................................................................90
B. Analisis Deskriptif .............................................................................95
C. Uji Hipotesis ......................................................................................106
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 117
A.Simpulan .......................................................................................... 117 B. Saran ............................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 122
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Grafik Histogram ......................................................................................91
4.2 Grafik Normal Plot ..................................................................................... 92
4.3. Grafik Scatterplot .......................................................................................94
4.4. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa .......................................................99
4.5. Grafik Histogram Motivasi Belajar ...........................................................103
4.6. Grafik Histogram Prestasi Belajar Matematika ....................................... 106
DAFTAR LAMPIRAN
1. Petunjuk Rating Scale
2. Data Responden
3. Penilaian Rating Scale Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar
4. Prestasi Belajar Matematika Siswa
5. Hasil Uji Asumsi dan Uji Hipotesis dengan SPSS Versi 18,0
6. Nota Pembimbing
7. Lembar Konsultasi Pembimbing
8. Surat Ijin Penelitian
9. Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar dan
pembelajaran yang merupakan kegiatan inti dari proses pencapaian hasil
belajar. Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran melibatkan unsur-unsur
yaitu, guru, siswa, sarana dan proses belajar dan pembelajaran itu sendiri.
Guru perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta
didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional,
dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan
perkembangan sosioemosional mempunyai konstribusi yang kuat terhadap
perkembangan intelektual atau perkembangan mental serta perkembangan
kognitif siswa.
Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang diinginkan. Akan tetapi sebaliknya, apabila materi
pelajaran disampaikan secara monoton mengakibatkan siswa tidak tertarik
untuk belajar dan kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini merupakan
suatu kendala untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses belajar dan
pembelajaran, guru kurang optimal di dalam memanfaatkan maupun
memberdayakan media pembelajaran, kurang memperhatikan kondisi siswa
dengan berbagai latar belakang kompetensi dan intelegensi, karena dalam
proses pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru.
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi tetapi juga
dipengaruhi oleh disiplin. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk
melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan.1 Rendahnya kedisiplinan
siswa Indonesia makin hari makin menjadi perhatian masyarakat, terutama
kalangan pendidik. Para ahli pendidikan tersebut sepakat mengatakan bahwa
proses pembelajaran tradisional yang sampai sekarang masih dominan di
sekolah-sekolah belum mampu menumbuhkan kebiasaan disiplin; satu
dimensi yang paling esensial dari dimensi belajar.
Faktor lemahnya strategi pelaksanaan pembelajaran menjadi sumber
rendahnya tingkat keberhasilan belajar siswa telah diakui banyak pihak.
Termasuk guru sebagai pelaksana pembelajaran. Akan tetapi, faktor
karakteristik siswa sebagai subyek yang belajar tidak kalah pentingnya di
dalam proses belajar dan pembelajaran yaitu motivasi belajar dan kedisiplinan.
Permasalahan yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah di kota salatiga
khususnya di MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari adalah
masih ada siswa yang menurun dalam motivasi belajar dan kedisiplinan siswa
untuk berprestasi akibat dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang
ditandai dengan berbagai sarana dan fasilitas hidup yang serba mudah dicapai
selain itu rendahnya prestasi siswa lebih disebabkan karena rendahnya
motivasi yang diakibatkan oleh meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang
menciptakan gaya hidup hedonisme. Belajar yang harus ditempuh dengan
1Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo,
2005, 71.
kerja keras tidak lagi menjadi kesukaan siswa. Ada beberapa siswa yang tidak
menaati tata tertib, tidak mengerjakan tugas, belajar jika akan menghadapi tes
dan berpengaruh pada prestasi yang kurang dari hasil yang diharapkan.
Motivasi dan disiplin yang terdapat pada diri siswa menjadi faktor utama
untuk pencapaian prestasi belajar yang baik. Tetapi pada kenyataannya faktor
dari dalam diri saja tidak sepenuhnya menunjang dalam proses prestasi belajar
tanpa adanya dukungan dari guru sebagai pembimbing dalam proses belajar
mengajar. Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
dalam penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan
Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis dapat
mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar
Matematika siswa di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar
Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?
3. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika
di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015?
4. Apakah ada pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar
Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
b. Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar
Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
c. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
d. Untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
penyusunan teori atau konsep-konsep terutama untuk menerapkan disiplin
dan motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Secara Praktis
1. Bagi sekolah, sebagai masukan yang konstruktif bagi pengembangan
prestasi siswa dan menambah khazanah ilmiah tentang kondisi siswa
sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
2. Bagi guru sebagai informasi agar lebih dapat meningkatkan
pengawasan dan proses belajar mengajar.
3. Bagi Penulis, merupakan temuan awal untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang kedisiplinan siswa dan motivasi dalam
pembelajaran Matematika.
4. Bagi masyarakat umum, sebagai salah satu wawasan akan pentingnya
upaya mengolah dan membangkitkan disiplin dan motivasi belajar
siswa sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan.
D. Kajian Pustaka
Terkait dengan kedisiplinan siswa dan motivasi belajar siswa, terdapat
beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini bahwa
kedisiplinan di sekolah sudah ada dengan berbagai bentuk kegiatan dan
motivasi yang miliki siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar dalam
pelaksanaannya.
Penelitian M. Tohimin Apriyanto yang berjudul Kemampuan Berpikir
Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar dan Kompetensi Matematika Siswa,
berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa koefesien jalur antara disiplin
belajar terhadap kemampuan berpikir kritik ditinjau dari kompetensi
matematika sebesar 0.063, sedangkan koefesien determinasi jalur antara
disiplin belajar terhadap kemampuan berpikir kritik ditinjau berdasarkan
kompetensi matematika sebesar 0.1738 atau 17.38%. Hal ini berarti bahwa
terdapat pengaruh antara disiplin belajar terhadap kemampuan berpikir kritik
ditinjau dari kompetensi matematika. Kemampuan matematika siswa
merupakan perwujudan dari proses keberhasilan pembelajaran matematika
yang dicerminkan dengan perubahan pola berpikir, sikap dan perubahan
tingkah laku yang di tunjukan oleh peserta didik. Perilaku belajar seseorang
yang sesuai dengan kebiasaan dan peraturan atau tata tertib yang dilakukan
dengan senang hati akan meningkatkan prestasi belajarnya, dalam hal ini
kemampuan matematikanya. dan seseorang yang mempunyai kompetensi
matematika yang tinggi maka akan memiliki kemampuan berpikir kritik yang
tinggi pula.2
Dalam penelitian Setyowati yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP 13 Semarang, hasil
penelitiannya adalah motivasi belajar pada siswa kelas VII SMPN 13
Semarang dalam kategori cukup. Hasil belajar yang dicapai siswa kurang
memuaskan terlihat dari adanya hasil analisis angket yang disebar masih
banyak indikator yang menyatakan hasil belajar cukup dan juga diperkuat dari
adanya daftar nilai-nilai yang masih ada nilai yang masih dibawah angka 7
untuk semua mata pelajaran. sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi 0,000
yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil
belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya Motivasi belajar
2M. Tohimin Apriyanto, Kemampuan Berpikir Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar
dan Kompetensi Matematika Siswa, Jurnal Ilmiah, Jakarta: Universitas Indrprasta PGRI
(UNINDRA), 2013, 11.
yang mempengaruhi Hasil Belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini
sebesar 29, 766% sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak diteliti oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana, waktu serta
kemampuan.3
Seperti halnya disebutkan oleh Tulus Tu‟u bahwa dengan disiplin yang
muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya, tanpa disiplin
yang baik suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi
kegiatan pembelajaran secara positif displin memberi dukungan lingkungan
yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran, disiplin merupakan jalan
bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja karena
kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan
kesuksesan seseorang.4
Penelitian Keke T Aritonang yang berjudul Minat dan Motivasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Berdasarkan hasil survey siswa hanya
berminat pada tiga mata pelajaran saja. Hal ini sangat disayangkan karena
semua mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan dalam penentuan naik atau
tidaknya siswa ke jenjang selanjutnya dan mencapai hasil belajar yang baik
sehingga berguna untuk masa depan mereka. Faktor yang paling utama yang
menentukan apakah siswa akan berminat dan termotivasi untuk belajar adalah
faktor dari guru sendiri. Karena guru sebagai fasilitator harus mampu memilih
dan mengolah metode, strategi dan motif mengajar yang dapat meningkatkan
3Setyowati , Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP
13 Semarang, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007. 4Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004,
37.
minat dan motivasi belajar para siswa dan guru terlibat langsung dalam proses
belajar-mengajar.5
Berdasarkan hasil penelitian yang dideskripsikan di atas, memang
cukup banyak tulisan ilmiah yang senada dengan tema kedisiplinan dan
motivasi belajar sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain, akan tetapi
penulis belum menemukan kajian secara khusus yang meneliti tentang
pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya MIN Kecandran
Salatiga, dan MI Ma‟arif Mangunsari. Dengan demikian, penelitian ini sangat
penting untuk diterapkan kepada siswa dengan proses dan cara penerapan
serta pembinaan yang berlanjut sehingga menjadikan siswa mempunyai
kedisiplinan dan motivasi yang baik untuk peningkatan hasil belajar.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam tesis ini adalah penelitian lapangan (field
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
obyek penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif karena yang didasarkan pada data yang ada pada
masa sekarang atau penyelidikan yang bertujuan pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang. Masalah yang akan penulis bahas adalah
5Keke T Aritonang, Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,
Jurnal Pendidikan, Jakarta: Penabur, 2007.
masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggunakan data yang ada
dan hasil data tersebut dinyatakan dalam bentuk angka (kuantitatif).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerial
(angka) yang diolah dengan metode statistik. Data berupa numerial (angka)
pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian angket. Pendekatan
kuantitatif pada dasarnya dilakukan untuk penelitian inferensial (pengujian
hipotesis) dan menyadarkan pada suatu probabilitas penolakan atau
penerimaan hipotesis.6
Survey pada umumnya dilakukan untuk mencari informasi yang jelas
secara empirik dan akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan
deskripsi korelasional, karena semua variabel yang akan diamati
dideskripsikan selanjutnya dikorelasikan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan mengambil lokasi di Madrasah Ibtidaiyah
kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran Salatiga yang terletak di dusun
Gamol Kelurahan Kecandran Salatiga, dan MI Ma‟arif Mangunsari yang
terletak di Cabean Kelurahan Mangunsari. Alasan dipilihnya lokasi penelitian
tersebut karena MIN Kecandran merupakan madrasah Ibtidaiyah yang
berstatus Negeri satu-satunya di kota Salatiga dengan letak madrasah di
6Saefuddin Anwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998,
5.
tengah desa dan guru yang mengajar di madrasah tersebut hampir semuanya
PNS sedangkan MI Ma‟arif Mangunsari adalah salah satu madrasah swasta
yang jumlah siswanya banyak dengan guru yang banyak berstatus swasta,
dengan letak madrasah yang berada di tengah kota akan tetapi motivasi
belajar siswa tinggi sehingga banyak mendapat prestasi dan dapat dijadikan
contoh bagi lembaga lainnya yang representatif untuk dijadikan penelitian.
3. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan dari subyek
penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi.”7
Berdasarkan batasan tersebut maka yang menjadi populasi adalah adalah
semua siswa kelas VI MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari.
Kelas VI dipilih karena kelas atas pada umumnya kecenderungannya sudah
lebih stabil kedisiplinan siswa dan motivasi belajarnya.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh
yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota dijadikan sampel.8 Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas VI MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari. Siswa kelas
VI di MIN Kecandran Salatiga ada 28, dan kelas VI MI Ma‟arif Mangunsari
ada 37. Jadi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 65 siswa.
7Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006, 115. 8Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, 61.
4. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh atau yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber
datanya. Sumber data utama (primer) diperoleh langsung dari responden
melalui obeservasi berupa rating scale, diantaranya adalah kedisiplinan
siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar Matematika. Adapun yang
melakukan observasi adalah guru kelas VI di MIN Kecandran Salatiga dan
MI Ma‟arif Mangunsari. Setiap orang akan mengobservasi seluruh siswa
kelas VI. Sedangkan sumber data tambahan (sekunder) yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari dokumen data umum seperti gambaran umum
MI Kota Salatiga dan data khusus seperti struktur organisasi serta program
pembelajaran Matematika.
5. Variabel Penelitian
Variabel adalah semua objek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam
penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel pengaruh dan
variabel terpengaruh.
a. Variabel Pengaruh
Sebagai variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah kedisiplinan
siswa dan motivasi belajar siswa MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif
Mangunsari. Sedangkan data keduanya yang disebut variabel (X1 dan X2)
diambil dari nilai hasil isian observasi rating scale penelusuran
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar dan terhadap mata pelajaran
Matematika.
Adapun variabel pengaruh pertama yaitu kedisiplinan siswa
indikatornya adalah sebagai berikut:9
1. Patuh dan taat terhadap taat tertib belajar di sekolah
2. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas
3. Disiplin dalam menepati jadwal belajar
Motivasi belajar yang merupakan variabel kedua indikatornya
sebagai berikut:10
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
b. Variabel Terpengaruh
Sebagai variabel terpengaruh yang disebut variabel (Y) dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar Matematika di Madrasah ibtidaiyah
Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 yang memiliki indikator yaitu
dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil
9Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu
Pekalongan, 2001, 3. 10
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.
Kedua, 2007, 23.
evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-
ulangan atau ujian yang ditempuhnya.11
Prestasi belajar Matematika Madrasah ibtidaiyah Kota Salatiga
diambil dari nilai yang dicapai dari rata-rata nilai raport siswa MIN
Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari pada semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Untuk mengetahui nilai prestasi belajar Matematika di Madrasah
ibtidaiyah Kota Salatiga dengan menggunakan kriteria dengan melihat
buku raport siswa sebagai berikut:
Simbol-simbol nilai angka dan huruf Predikat
Angka Huruf
8 - 10 = 80 - 100
7 - 7,9 = 70 - 79
6 - 6,9 = 60 - 69
5 - 5,9 = 50 - 59
0 - 4,9 = 0 - 49
A
B
C
D
E
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
Sumber: Dokumentasi Buku Panduan Penulisan Raport Siswa Madrasah
Ibtidaiyah
6. Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian ilmiah banyak cara yang dipakai dalam
pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa metode, antara lain sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi yang dilakukan adalah observasi tidak langsung,
dengan menggunakan alat observasi berupa rating scale. Observasi adalah
11
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin..., 75.
pengamatan yang bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah,
sehingga akan diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau
pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan ialah rating scale yaitu
pencatatan gejala menurut tingkatannya.12
Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri
tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat. Observasi diminta
mencatat pada tingkat yang bagaimana, suatu gejala atau tingkah laku bisa
timbul. Adapun yang melakukan observasi adalah guru kelas VI di MIN
Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari. Setiap orang akan
mengobservasi seluruh siswa kelas VI. Setelah itu guru mengisi lembar
rating scale yang ia pegang, sehingga berdasarkan kompromi antara kedua
guru dan peneliti yang melakukan observasi diperoleh skor yang sama
untuk subyek penelitian.
Peneliti akan menggunakan skala penilaian yang memiliki alternatif
jawaban baik (a), cukup (b) dan kurang (c). Pemberian skor bertingkat
antara 1-3, yaitu baik (3), cukup (2), dan kurang (1).
b. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan
mengenai data pribadi responden.13
Metode ini digunakan untuk
memperoleh data prestasi belajar yang terdapat di MIN Kecandran
12
Rahayu, I. T. & Ardani, T. A, Observasi dan Wawancara, Malang: Bayumedia, 2004,
20. 13
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006, 112.
Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari berupa jumlah siswa, jumlah guru,
keadaan siswa, keadaan gedung atau fasilitas lainnya, dan nilai raport
Matematika siswa.
c. Interview
Wawancara (Interview) merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan tujuan penyelidikan.14
Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh data secara umum dari madrasah tentang kedisiplinan siswa
dan motivasi belajar Matematika. Melalui kepala madrasah, dan guru MIN
Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari.
7. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diajukan, sehingga masih harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu
penelitian.15
Hipotesis bukanlah suatu kesimpulan akhir, tetapi kebenarannya
masih harus dibuktikan melalui penelitian. Hipotesis yang penulis ajukan
adalah: “Ada pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015”.
14
Sutrisno Hadi, Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 136. 15
Ronny Kountur, Metode Penelitian, Jakarta: CV. Teruna Grafika, 2003,
93.
8. Analisis Data
Analisis kuantitatif adalah analisis data dalam bentuk angka-angka yang
pembahasannya melalui penghitungan statistik. Hasil penghitungan dari skor
atau nilai tersebut kemudian dalam analisis statistik yang dilakukan dengan
bantuan program SPSS (Statistic Product Services Solutions) Release 18,0.
Hasil penghitungan dari skor atau nilai tersebut kemudian dalam analisis
statistik yang dilakukan dengan bantuan program SPSS untuk membuktikan
hubungan dan pengaruh antara variabel-variabel penelitian, dengan
melakukan uji data sebagai berikut:
a. Rating Scale
Untuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 2
instrumen, yaitu pertama instrument rating scale kedisiplinan siswa, dan
kedua instrument rating scale yaitu motivasi belajar.
Instrumen rating scale tersebut akan dilakukan beberapa uji instrumen
untuk mengetahui layak atau tidak angket tersebut digunakan, dan pada
akhirnya akan menentukan layak atau tidaknya data yang diperoleh dari
angket tersebut untuk diolah datanya dan digunakan dalam penelitian ini.
untuk membuktikan pengaruh antara variabel-variabel penelitian, dengan
melakukan uji data sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Uji validitas ini dimaksudkan untuk menguji seberapa baik instrument
penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu observasi tidak
langsung dengan rating scale. Item pertanyaan dianggap valid jika nilai dari
r hitung > r tabel.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini merupakan bentuk uji kualitas data yang
menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari instrument untuk mengukur
konstruk (variabel). Nilai batas yang diperkenalkan untuk menilai atau
menguji apakah setiap variabel dapat dipercaya, handal dan akurat
dipergunakan formula Koefisien Alpha dari Cronbach. Variabel dapat
dinyatakan reliabel apabila Koefisien Alpha Cronbach ≥0,6 artinya tingkat
reliabilitas sebesar 0,6 merupakan indikasi reliabelnya sebuah konstruk.
b. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis, maka
terlebih dahulu perlu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data-data
yang telah diperoleh, yaitu data kedisiplinan siswa, data motivasi belajar,
dan data prestasi belajar Matematika. Uji prasyarat ini berfungsi untuk
memeriksa keabsahan data, apakah data yang diperoleh layak atau dapat
digunakan untuk uji hipotesis dengan analisis regresi linier berganda dengan
menggunakan software SPSS. Setelah data dikumpulkan dengan lengkap,
selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan dua metode:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh kediplinan
belajar dan prestasi belajar Matematika terhadap prestasi belajar di
Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
Uji persyaratan analisis regresi yang akan digunakan meliputi uji normalitas,
multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk ukuran sampel kecil. Ada dua cara
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan atau uji
statistik.16
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan analisis
grafik, yaitu untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya.
16
Sutrisno Hadi, Metode Research..., 45.
b) Uji Multikolinearitas
Uji persyaratan selanjutnya adalah uji kolinearitas, untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi diantara sesama variabel bebas.
Model regresi dalam penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila
tidak terjadi multikolinieritas atau adanya korelasi di antara variabel
bebas.17
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat pada
nilai Variance Inflation Factor (VIF). Ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya.
Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi
variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen
lainnya. Nilai cut-off yang dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai VIF>10. Apabila nilai VIF dari variabel
independen>10, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi
tersebut terdapat gejala multikolinieritas antar variabel.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
17
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2012, 293.
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya).
2. Analisis Statistik
Analisis statistik digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar Matematika di MI Kota Salatiga. Pada tahap ini dilakukan
perhitungan melalui prosentase dan analisa tiap-tiap item. Untuk
menganalisis ini penulis menggunakan rumus:
F
P = X 100 %
N
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel.18
Sebagai analisis lanjutan adalah mengunakan uji hipotesis untuk
mencari ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y.
Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh
maka peneliti menggunakaan bantuan program statistik berbasis
komputer yaitu SPSS (Statistic Program Social Sciences).
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi
18
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000, 40.
belajar matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga tahun
pelajaran 2014/2015. Adapun langkah-langkah analisis regresi linier
berganda adalah sebagai berikut:
a) Menentukan persamaan regresi linear berganda
Y = a + b1X1 + b2X2
Dimana: Y = Prestasi belajar Matematika
b1 b2 = Koefisien regresi sebagai penaksir parameter
X1 = Kedisiplinan siswa
X2 = Motivasi belajar
b) Uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (X) terhadap
variabel dependen (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-
sama, dilakukan dengan uji statistik t (t-test) dan uji F (F-test).
c) Uji t statistik
Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t. Hal ini digunakan untuk
menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya.
Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
Ho : bi = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen X terhadap variabel dependen (Y).
Ho : bi 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen X
terhadap variabel dependen (Y).
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
Ho ditolak apabila thitung > t tabel.
Ho diterima apabila thitung < t tabel.
d) Uji F statistik
Uji ini digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari
seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
Ho : b1, b2 = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama dari variabel independen (X1 dan X2) terhadap
variabel dependen (Y). Ho : b1, b2 0 artinya terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama dari variabel independen (X1 dan X2)
terhadap variabel dependen (Y).
F. Sistematika Penulisan
Tesis ini disusun dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu
dengan bab lainnya, secara sistematika antara lain:
Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini lebih banyak
memberikan tekanan pada kajian atau landasan teoretis dalam menunjang
permasalahan yang berisikan kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan
prestasi belajar Matematika.
Bab ketiga berisi tentang hasil penelitian. Pada bab ini akan
dikemukakan tentang bentuk gambaran umum MI Kota Salatiga yang terdiri
dari MIN Kecandran Salatiga, dan MI Ma‟arif Mangunsari, Rating Scale
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar serta nilai prestasi belajar Matematika.
Bab keempat merupakan analisis data. Pada bab ini berisi pemaparan
data beserta analisis data hasil penelitian tentang pengaruh kedisiplinan siswa
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga.
Bab kelima merupakan penutup. Bab ini adalah bab terakhir yang akan
menegaskan kesimpulan yang menjadi jawaban permasalahan penelitian,
kemudian dilengkapi dengan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata sifat yaitu disiplin yang diberi imbuan
Ke-an. Disiplin secara etimologi bahasa berasal dari kata disciple (disipline)
yang mempuyai makna mengajari atau mengikuti pemimipin yang
dihormati.19
Menurut Prijadaminto “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-
nilai ketaatan pada Tuhan, keteraturan, dan ketertiban dalam memperoleh
ilmu”. 20
Sedangkan Kadir mendefinisikan disiplin adalah kepatuhan terhadap
peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplin
yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar
berprilaku tertib dan efisien.21
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.22
Disiplin berarti adanya kesediaan untuk memahami peraturan-peraturan
atau larangan yang telah ditetapkan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan
19
Kenneth W. Requene, Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak, Jakarta: Pustaka Raya,
2005, 122. 20
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: PT. Pratnya Pramito,
2004, 5-6. 21
Kadir, Penuntun Belajar PPKN, Bandung: Pen Ganeca Exact, 1994,
80. 22
Soegeng Prijominto, Disiplin Kiat ..., 23.
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku.23
Jadi disiplin adalah kesediaan untuk taat terhadap
peraturan atau tata tertib yang telah diberlakukan dengan kesadaran tanpa
adanya paksaan. Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah suatu tata
tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pridadi dan
kelompok.24
Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai
tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi
oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor lingkungan,
baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu sendiri.
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam
penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan
belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih memahami tentang
disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin
menurut beberapa ahli.
Menurut Arikunto di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah
yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan.
Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan
istilah siasat dan ketertiban. 25
23
Abdurrahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manuisa, Jakarta: Rineka Cipta,
2006, 126. 24
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha
Nasional, 2002, 12. 25
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1990, 114.
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya
karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau
siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena
didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya
ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat.
2. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin antara lain adalah:26
a. Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai
orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku,
sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama
menjadi baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi
dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena
itu,dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan
yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya
serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
26
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004,
38.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui
latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh
perlu dibiasakan dan dilatih.
d. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya
ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang
berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah
tersebut.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan
agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah
sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan
pembelajaran.
3. Jenis-Jenis Disiplin Belajar
Disiplin belajar memiliki 2 jenis yaitu:27
a. Disiplin Sikap Belajar
Disiplin sikap belajar adalah suatu peraturan dengan kesadaran sendiri
untuk tercapai suatu tujuan peraturan itu dengan perubahan sikap atau
27
Cece Wijaya, Faktor-faktor Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1994, 18.
tingkah lakunya. Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak
luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi
sikap yang baik akan mempengaruhi proses disiplin belajar seseorang.
b. Disiplin tanggung jawab belajar
Seseorang atau siswa hendaknya mempunyai sikap disiplin tanggung
jawab dalam belajar. Seseorang yang bertanggung jawab sebagai pelajar
dia akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dengan penuh
tanggung jawab saat menerima tugas dari seorang gurunya.
Menurut Cece Wijaya bahwa disiplin tanggung jawab adalah sesuatu
yang terletak didalam hati dan jiwa manusia yang mendorong bagi orang
yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagai mana yang
ditetapkan peraturan oleh pihak yang bersangkutan. Sedangkan Sofchah
Sulistyowati menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik
ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai
berikut:28
1. Disiplin dalam menepati jadwal belajar.
2. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda
waktu belajar.
3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan
semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun
disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar.
28
Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu,
2002, 3.
4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan
cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
Menurut Arikunto macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga
perilaku yaitu perilaku kedisiplinan di dalam kelas, perilaku kedisiplinan di
luar kelas di lingkungan sekolah, dan perilaku kedisiplinan di rumah. 29
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Dalam hal sikap kedisiplinan belajar ada beberapa faktor yang datang
dari dalam diri siswa mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
keberhasilan belajar. Hal ini dapat dikatakan logis dan wajar sebab hakikat
disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan serta perubahan tingkah laku yang
diminati siswa. Hal itu juga masih bergantung pada faktor yang datang dari
luar diri siswa yang terdiri dari:
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, dan kelompok.
b. Faktor budaya
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan
iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.30
Sedangkan faktor dari dalam, menurut syamsu yusuf melihat dari segi
individu maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi meliputi aspek fisik
29
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1990, 137. 30
Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, Bandung: Arcaya Media Utama, 2000,
Cet.Ke 2, 63.
dan psikis. Yang termasuk faktor fisik ini diantaranya adalah nutrisi (gizi
makanan), sedangkan yang termasuk aspek psikis mengatakan terdiri dari
intelegensia (kecerdasan), bakat, kemampuan khusus, sikap, minat, motif,
dan suasana emosinya.31
Oleh karena itu bahwa kelengkapan dan kesiapan fungsi fisik dan
psikis merupakan persyaratan bagi tercapainya keberhasilan belajar. Apabila
dalam fungsi-fungsi mengalami gangguan dan kekurangan, maka
kemungkinan besar individu akan mengalami kesulitan besar dalam belajar.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Untuk mencapai keberhasilan suatu proses belajar mengajar, siswa
perlu memiliki motivasi belajar yang kuat. Namun demikian menurut Robert
E Slavin, motivasi belajar itu sesuatu yang sulit diukur, karena terkait dengan
beragam faktor, seperti kepribadian siswa, kemampuan melaksanakan tugas
belajar, suasana belajar, rangsangan untuk belajar, dan perilaku guru.32
Mengingat pentingnya motivasi dalam keberhasilan pembelajaran,
maka kajian tentang teori motivasi menjadi suatu yang sangat penting, agar
motivasi dapat difahami dengan lebih komprehensif.
31
Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1993,Cet.Ke2, 41. 32
Robert E Slavin, Educational Psychology Theory And Practice, Fourth Edition,
Boston: Allyn And Bacon, 1994, 347.
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau
menggerakkan. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas
manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan
antusias untuk mencapai hasil yang optimal.”33
Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J Smith D.F.M,34
“Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin
dicapai.”
Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya
faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Menurut Mc. Donald
dalam Oemar Hamalik, Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.35
Menurut para pakar psikologi (Baron dan Schunk) sebagaimana dikutip
Robert E Slavin, motivasi adalah sebuah proses internal yang menggerakkan,
mengarahkan, dan memelihara perilaku dalam setiap waktu. Sedangkan
menurut Slavin, kata motivasi digunakan untuk menunjukkan sebuah arah
atau tujuan, kebutuhan, atau keinginan melakukan sesuatu. Jadi motivasi
33
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2001,
141. 34
G.R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen. Terjemahan J mith D. F. M, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003, 130. 35
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 106.
adalah pengaruh dari kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan terhadap
intensitas dan tujuan perilaku.36
Motivasi belajar merupakan salah satu factor yang turut menentukan
efektivitas pembelajaran, Callahan dan clark yang di kutip mengemukakan
bahwa: “Motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan munculnya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Peserta
didik akan belajar dengan sungguhsungguh apabila memiliki motivasi yang
tinggi.”37
Dalam konteks belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya enggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.
Dikatakan “keseluruhan“, karena biasanya ada beberapa motif yang
bersamasama menggerakkan peserta didik untuk belajar.
Motivasi belajar adalah faktor psikis non intelektual. Peranannya yang
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat
untuk belajar. Peserta didik yang memilki motivasi kuat , akan memiliki
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.38
Dengan ungkapan berbeda
Wahjosumidjo mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses psikologis yang
36
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran..., 347. 37
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002, 112. 38
Sardiman A.M, .Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2001, 73.
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan
yang terjadi pada diri seseorang.39
Dari pengertian para pakar tersebut, dapat difahami bahwa motivasi
adalah proses yang terjadi dalam diri seseorang, baik sebagai dorongan
kebutuhan dari dalam (internal), maupun sebagai respon terhadap realitas,
yang menggerakkan orang untuk bersikap dan berperilaku.
Motivasi adalah apa yang menggerakkan seseorang untuk
bertindak dengan cara tertentu atau sekurang-kurangnya mengembangkan
sesuatukecenderungan perilaku tertentu, yang dapat dipicu oleh rangsangan
luar,atau yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri.40
Pada dasarnya motivasi
adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan
menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Frederick J. Mc Donald dalam H. Nashar, Motivasi belajar adalah suatu
perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.41
Menurut Clayton Alderfer dalam Nashar, Motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh
hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Menurut
Abraham Maslow dalam Nashar, Motivasi belajar juga merupakan
kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga
39
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, Cet.
kelima, 177. 40
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996, 60. 41
Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
Jakarta: Delia Press, 2004, 39.
mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. Kemudian menurut
Clayton Alderfer dalam Nashar motivasi belajar adalah suatu dorongan
internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang (individu) untuk
bertindak atau berbuat mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku
pada diri siswa diharapkan terjadi. 42
Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa
untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada
gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh
konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya. Setiap manusia
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang secara sadar maupun tidak, berusaha
untuk mewujudkannya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan merupakan
awal timbulnya suatu perilaku, diperlukan adanya suatu dorongan (motivasi)
yang mampu menggerakkan atau mengarahkan perilaku tersebut. Setiap
manusia berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaan itu selain pada
kemampuannya dalam bekerja juga tergantung pada keinginannya untuk
bekerja atau tergantung kepada keinginan, dorongan dan kebutuhannya untuk
bekerja. Keinginan untuk bekerja dalam hal ini disebut motivasi.
Menurut Sardiman Motivasi adalah “motivasi dapat juga dikatakan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang itu mau daningin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak
suka, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak
42
Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan..., 42.
suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh factor dari luar tetapi
motivasi adalah tumbuh di dalam diri seseorang.”43
Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila di dalam dirinya
sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan
dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka
kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau
dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi orang akan
terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan
sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini
sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif
sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung
resiko dalam belajar.
Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya
dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar pengaruhnya
pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi.
Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan
rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun
mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi
yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam
mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat
melalui penyusunan jadual belajar dan melaksanakannya dengan tekun.
43
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi...., 75.
Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang, kita kenal sebagaimotivasi
internal yang tumbuh karena adanya kebutuhan dan keinginan. Sedangkan
motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi eksternal yang
harus diciptakan dan diarahkan supaya dapat membantu tumbuhnya motivasi
internal.
Menurut Hadari Nawawi membedakan motif menjadi dua yaitu motif
intrinsik, yaitu dorongan yang terdapat didalam pekerjaan, yangdilakukan
motif ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dari luarpekerjaan yang sedang
dilakukan.44
Motivasi dapat diartikan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar. Dalam suatu penelitian ditemukan
bahwa hasil belajar pada umumya meningkat jika motivasi belajar bertambah
baik motifnya dari intrinsik maupun ekstrinsik.
Uraian di atas menjelaskan bahwa perhatian merupakan salah satu faktor
psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi antara pendidik dan
peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Perhatian merupakan faktor
terpenting dalam usaha belajar mengajar pada peserta didik. Peserta didik
merupakan asset dan harapan umat dimasa depan. Oleh karena itu lembaga
pendidikan Islam yang tidak memberikan pendidikan yang terbaik kepada
peserta didiknya berarti telah menyia-nyiakan asset umat.45
44
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta; Mahaputra
Adidaya, 2003, 93. 45
Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan
Madrasah dan PTAI), Yogyakarta: Gama Media, 2004, 18.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam
membimbing peserta didik adalah kebutuhan mereka. Al-Qusby membagi pula
kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok yaitu :
1. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan
tidur.
2. Keutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah kemudian ia membagi
kebutuhan rohaniah kepada enam macam yaitu kebutuhan kasih sayang,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan rasa
bebasebutuhan akan rasa sukses.46
Kebutuhan peserta didik perlu diperhatikan oleh setiap pendidik sehingga
anak didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik.
Pendidikan agama juga memperhatikan kebutuhan biologis dan psikologis
ataupun kebutuhan primer dan sekunder seperti yang dijelaskan di atas, maka
penekanannya adalah diyakini dan diamalkan oleh anak didik akan dapat
mewarnai seluruh aspek kehidupannya yang Islami.
2. Jenis-Jenis Motivasi dalam Belajar
Motivasi dalam belajar adalah merupakan suatu proses, yang mana
proses tersebut dapat:47
a. Membimbing anak didik kita ke arah pengalaman-pengalaman,dimana
kegiatan belajar itu dapat berlangsung.
46
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2004, 104. 47
Salnadi Sutadipura, Aneka Problem Keguruan, Bandung : Angkasa, 1996, 114.
b. Memberikan kepada anak didik kita itu kekuatan, aktivitas dan
kewaspadaan yang memadai.
c. Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.
Berdasarkan analisis teori-teori motivasi yang telah dipaparkan dimuka
dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu
kondisi internal yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang
menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan suatu perilaku atau aktivitas
tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan.
Pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan wujud tingkah laku nyata motivasi
yang dimiliki setiap manusia.
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari sudut pandang mana kita
melihat. Beberapa ahli membagi motivasi dalam berbagai bentuk. Ahli-ahli
tersebut antara lain :
a. Woodworth dan Marguis membagi motivasi menjadi :48
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum, makan,
seksual, berbuat dan beristirahat.
2) Motif-motif darurat, yang termasu jenis motif ini antara lain: dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha,
untuk memburu.
3) Motif-motif obyektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
48
Sardiman, A. M, Interaksi & Motivasi ..., 86.
Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia
luar secara efektif.
b. Pembagian lain adalah membagi motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.49
1) Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sebagai contoh seseorang yang senangnya membaca, tidak usah ada yang
menyutuh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk
dibacanya. Kemudian dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
(misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi
intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam
perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh kongkrit, seorang siswa ingin
melakukan belajar , karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai,
atau keterampilan agar berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak
karena tujuan yang lain-lain. Motivasi instrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
berkait dengan aktivitas belajarnya.
Perlu diketahui bahwa siswa memiliki motivasi instrinsik akan
memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan dan ahli
49
Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 85.
dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan
yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin tujuannya
bisa tercapai. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu
kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang
terdidik dan berpengalaman. Jadi memang motivasi itu muncul dari
kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbul
dan seremonial.
2). Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dati luar.50
Sebagai contoh seseorang itu
belajar, karena tahu besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapat
nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi yang penting bukan
karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetap ingin mendapatkan nilai
baik, atau agar mendapat hadiah. Kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan
yang dilakukannya, tidak secara langsung dengan esensi apa yang
dilakuannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.
Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak
baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting.
Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan
50
Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 90.
juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar
ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi
ekstrinsik.
Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa motivasi
belajar adalah proses membangkitkan minat-minat yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi. Untuk mencapai tujuan belajar yaitu
didapatkannya kecakapan baru.
3. Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai
berikut:51
a. Mendorong manusia untuk berbuat.
Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan
Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan
Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat
dengan tujuan tersebut.
51
Sardiman, A.M, Interaksi & Motivasi..., 83.
Menurut Hamalik juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu;52
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan perbuatan ke
arah pencapaian tujuan yang di inginkan.
c. Motivasi berfungsi penggerak. Motivasi ini berfungsi sebagai mesin,
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan atau perbuatan.
Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Peranan Motivasi Dalam Belajar
Ada beberapa strategi motivasi belajar antara lain sebagai berikut:53
a. Membangkitkan minat belajar
Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan karena itu
tunjukkanlah bahwa pengatahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat
bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pilihan
kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari dan cara-
cara mempelajarinya.
b. Mendorong rasa ingin tahu
52
Oemar Hamalik, Prosedur Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 161. 53
Chatarina Tri Anni, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES Press, 2006, 186-187.
Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan
memelilhara rasa ingin tahu siswa didalam kegiatan pembelajaran. Metode
pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat, dan
sejenisnya merupakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk
membangkitkan hasrat ingin tahu siswa.
c. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik.
Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi
pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode
penyajian.
d. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar.
Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai
tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri
dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar diklasifikasikan sebagai
berikut.54
1. Guru sebagai demonstrator.
Yang harus dimiliki guru sebagai demonstrator adalah: (a) menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkan, (b) harus belajar terus-menerus
sehingga kaya dengan berbagai ilmu pengetahuan, dan (c) mampu dan
terampil dalam merumuskan standar kompetensi, memahami kurikulum,
memberikan informasi kepada kelas, memotivasi siswa untuk belajar, dan
54
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
2003, 9.
menguasai serta mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan
mengajar.
2. Guru sebagai pengelola kelas.
Yang harus dimiliki guru sebagai pengelola kelas, yaitu: (a) dapat memelihara
lingkungan fisik kelasnya, (b) membimbing pengalaman-pengalaman
siswa sehari-hari ke arah self directed behavior, dan (c) menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk mengurangi ketergantungannya pada guru,
(d) mampu memimpin kegiatan belajar yang Minat dan Motivasi Belajar
Siswa efektif serta efisien dengan hasil optimal,dan (e) mampu
mempergunakan pengetahuan teori belajar-mengajar dan teori
perkembangan.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator.
Yang harus dimiliki guru sebagai mediator dan fasilitator adalah: (a) memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan, (b) memiliki
keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media
dengan baik, (c) terampil mempergunakan pengetahuan berinteraksi dan
berkomunikasi, dan (d) mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar.
4. Guru sebagai evaluator.
Yang harus dimiliki guru sebagai evaluator, adalah: (a) mampu dan terampil
melaksanakan penilaian, (b) terus-menerus mengikuti hasil belajar yang
telah dicapai siswa dari waktu ke waktu, dan (c) dapat mengklasifikasikan
kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya.
Syamsudin Makmun menyatakan bahwa motivasi pada diri seseorang
dapat dilihat dari: 55
1. Durasi kegiatan, berapa lama mampu menggunakan waktunya umtuk
belajar.
2. Frekuensi kegiatan, berapa sering kegiatan belajar dilakukan dalam
periode tertentu.
3. Persistensinya, ketepatan dan kelekatanya pada tujuan kegiatan.
4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuanya dalam menghadapi berbagai
rintangan dan hambatan.
5. Pengabdian dan pengorbananya guna tercapainya tujuan.
6. Tingkatan aspirasinya, rencana , citacita, target yang hendak dicapai oleh
kegiatan belajar yang dilaksanakan.
7. Tingkatan kualifikasi prestasi/ produk dari kegiatan belajar yang
dilakukan
8. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan positif atau negative.
5. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar, yaitu:56
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
55
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja, 2001, 40. 56
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 89-92.
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-
cita siswa untuk ”menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar
dan mengarahkan pelaku belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi
belajar instrinsik maupun ekstrinsik sebab tercapainya suatu cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa
aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan,
perhatian, ingatan, daya pikir dan fantasi. Di dalam kemampuan belajar
ini, sehingga perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang
taraf perkembangan berfikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa
yang berfikir secara operasional (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan
dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai
kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar,
karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena
kesuksesan memperkuat motivasinya.
c. Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang
mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan
kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik,
karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.
Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk mungkin juga karena
malam harinya bergadang atau juga sakit.
d. Kondisi Lingkungan Kelas
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa.
Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya
ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi unsur-
unsur yang mendukung atau menghambat kondisi lingkungan berasal dari
ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara
guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu
siswa termotivasi dalam belajar.
e. Unsur-unsur Dinamis Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam
proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama
sekali.
f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa.
Dalam proses belajar, sangat diperlukan motivasi. Hasil belajar akan
menjadi optimal jika ada motivasi Adapun upaya-upaya yang dilakukan guru
dalam memotivasi belajar siswa diantaranya adalah:
1. Memberi angka.
Ini menjadi simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka yang baik
dalam ulangan atau raport merupakan motivasi yang sangat kuat. Cara
pemberian angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di
dalam setiap pengetahuan yang diajarkan sehingga tidak hanya sekedar
kognitif tetapi ketrampilan dan afeksinya.
2. Hadiah. Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi siswa.
3. Saingan atau kompetisi.
Motivasi ini mendorong belajar siswa, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok untuk meningkatakn prestasi belajar siswa.
4. Ego-Iovolment, yaitu menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri. Dan ini merupakan salah satu
bentuk motivasi yang sangat penting.
5. Memberi ulangan.
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Tetapi yang
harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas.
6. Mengetahui hasil.
Dengan mengetahui grafik hasil pekerjaan meningkat, akan mendorong siswa untuk
lebih giat belajar.
7. Pujian.
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi
yang baik, tetapi penyampaiannya harus tetap dan bersifat pribadi.
8. Hukuman.
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang bersifat negatif, tetapi jika diberikan
secara tepat, bijak dan mendidik adalah jawaban atas pelanggaran dan
bertujuan ke arah perbaikan. Dan ini juga merupakan motivasi bagi siswa.
9. Hasrat untuk belajar.
Ini adalah unsur kesengajaan siswa, berarti pada anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga hasilnya tentu akan lebih baik.
10. Minat.
Ini merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan lancar jika disertai jika
disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11. Tujuan yang diakui.
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang
penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai dirasa sangat
berguna dan menguntungkan. Maka akan timbul gairah untuk belajar.57
12. Menggunakan metode yang bervariasi.
13. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individu maupun kelompok.
14. Membentuk kebiasaan dengan baik.58
57
Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 161. 58
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, 182.
6. Teori Motivasi Belajar
a). Teori Behavioural
Menurut BF Skinner, konsep motivasi berkaitan dengan pengulangan
perilaku seseorang yang sebelumnya diberi penguatan (reinforcement),
dibandingkan dengan perilaku yang tidak diberi penguatan, atau diberi
hukuman sebelumnya. Skinner menjelaskan bahwa siswa yang diberi
penguatan untuk belajar (mendapat peringkat baik, mendapat perlakuan
memuaskan dari guru atau orang tua) akan termotivasi untuk belajar.
Sebaliknya siswa yang tidak diberi penguatan atau diberi hukuman (tidak
mendapat peringkat baik, tidak dipuji oleh guru atau orang tuanya) tidak
akan termotivasi untuk belajar.59
Teori belajar behavioural dari BF Skinner ini menurut Slavin memiliki
kelemahan, yaitu bahwa motivasi manusia adalah sesuatu itu yang sangat
kompleks. Ia memberi contoh, hewan yang lapar jika diberi penguatan
akan efektif, tetapi manusia yang lapar karena kompleksitas pribadinya,
tidak mudah diprediksi apa yang akan dilakukannya.60
b). Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Teori yang cukup terkenal membahas motivasi perilaku manusia
adalah teori kebutuhan dari Abraham Maslow yang dikenal dengan
hierarchy of needs (tingkatan kebutuhan). Teori ini menghubungkan
59
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 348. 60
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 348.
motivasi seseorang dengan kebutuhannya. Motivasi manusia melakukan
suatu perbuatan didorong oleh kebutuhan pribadinya.61
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang paling dasar
harus dipenuhi lebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan lain di atasnya.
Sebagai contoh, orang lapar atau dalam bahaya akan kehilangan perhatian
untuk mempertahankan harga diri (mempertahankan harga diri adalah
kebutuhan yang berada pada posisi lebih tinggi dalam bagan teori
hierarki).62
Selanjutnya Maslow membagi kebutuhan manusia pada, pertama:
kebutuhan pertahanan (deficiency needs), seperti kebutuhan fisik,
keamanan, cinta dan harga diri. Kedua, kebutuhan pertumbuhan (growth
needs), seperti kebutuhan untuk memahami sesuatu, kebutuhan terhadap
nilai kecantikan dan keindahan, dan kebutuhan untuk mengembangkan
diri. Kebutuhan kedua ini tidak akan terpenuhi secara mutlak, berbeda
dengan kebutuhan pertama yang jika telah terpenuhi orang akan merasa
cukup.
Pada diagram teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, aktualisasi
diri berada pada posisi puncak, yang menunjukkan bahwa manusia
memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan ini pada level akhir, tetapi
manusia tidak akan merasa puas dalam memenuhinya. Belajar adalah
kebutuhan manusia yang berada pada posisi ini.
c). Teori Dissonansi
61
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 351. 62
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 351.
Sejalan dengan pemikiran Abraham Maslow dalam menyatakan
sebab-sebab motivasi perilaku manusia, yaitu karena dorongan untuk
memenuhi kebutuhan. Teori dissonans menyatakan, bahwa yang melatar
belakanginya perlaku manusia adalah upaya untuk menjaga citra positif
diri. Menurut Covington, kebutuhan untuk mempertahankan citra positif
diri adalah motivasi yang kuat dalam mendorong perilaku seseorang.
Banyak sekali perilaku manusia yang dikendalikan oleh tuntutan
kebutuhan untuk menjaga citra positif diri tersebut.63
Robert E Slavin menjelaskan, bahwa orang akan menjaga citra positif
diri dengan seoptimal mungkin yang tercermin dalam perilakunya. Sebagai
contoh, seorang yang percaya bahwa ia adalah orang baik dan terhormat
akan mempertahankan perilaku yang sesuai dengan kedudukannya tersebut
baik pada saat dilihat atau tidak dilihat orang lain.64
d). Teori Personality
Teori kepribadian (personality theory) bertitik tolak dari pemikiran
bahwa motivasi merupakan kecenderungan umum dari perilaku seseorang.
Dalam kerangka ini, motivasi tampak sebagai sesuatu yang tetap pada diri
seseorang. Sebagai ilustrasi, beberapa orang termotivasi untuk mengejar
suatu hasil, sedangkan orang yang berbeda termotivasi untuk hidup
bermasyarakat dengan sesamanya. Mereka mengekspresikan motivasi
hidupnya dengan cara yang berbeda-beda.65
63
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 352. 64
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 352. 65
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 353.
Penjelasan berikutnya tentang teori personality ini, bahwa pertama:
terdapat motivasi sebagai karakter personal (personality characteristic)
yang bersifat tetap, dan kedua motivasi personality sebagai motivasi
situasional. Sebagai ilustrasi untuk model pertama, bahwa manusia secara
umum tertarik untuk makan (personality characteristic, sebagai karakter
pribadi yang tetap), dan untuk model kedua, bahwa ada diantara manusia
yang ingin makan meskipun dengan cara merampas makanan (sebagai
motivasi situasional, situasional motivation).
e). Teori Attribusi (Attribution Theory)
Menurut Weiner, Graham, Ghunter dan Barker, teori attribusi
(attribution theory) adalah sebuah teori yang berusaha memahami
semacam penjelasan dan “pemaafan-pemaafan” yang kadang-kadang
diterapkan pada saat seseorang mengalami kesuksesan atau kegagalan.66
Sebuah konsep lain yang juga penting dalam hubungan dengan teori
ini adalah konsep Locus of Control. Seseorang dengan kondisi internal
locus of control adalah percaya bahwa kesuksesan atau kegagalan
seharusnya milik usaha dan kemampuannya. Seseorang dengan external
locus of control lebih suka mempercayai faktor luar, seperti nasib baik,
tugas yang sulit, perlakuan orang lain, sebagai penyebab kesuksesan atau
kegagalan dirinya.67
Locus of control sangat penting untuk menjelaskan performan belajar
siswa. Sebagai contoh, beberapa peneliti telah menemukan bahwa siswa
66
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 354. 67
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 355.
dengan kondisi internal locus of control yang tinggi, mendapatkan ranking
yang baik dan skor yang tinggi, dibanding dengan siswa yang memiliki
kemampuan inteligen yang sama dengan internal locus of control yang
rendah.
Dalam kenyataan kesuksesan pada sebahagian kelompok, merupakan
hasil baik dari usaha maupun kemampuan (faktor internal), dan nasib baik,
tugas yang sulit dan perilaku guru (faktor eksternal). Bahkan banyak
kesuksesan cenderung di luar tingkat perkiraan dimana perilaku mereka
menghasilkan kesuksesan atau kegagalan. Beberapa eksperimen telah
menunjukkan, meskipun dalam situasi dimana kesuksesan dan kegagalan
merupakan peran dari nasib baik, siswa dengan internal locus of control
yang tinggi akan percaya, bahwa usahalah yang menjadikan mereka sukses
atau gagal. Locus of control dapat berubah-ubah, bergantung pada kegiatan
atau situasi tertentu. Sebagai contoh, beberapa siswa mungkin memiliki
internal locus of control yang sama dalam prestasi akademik (sebab
memiliki prestasi akademik yang tinggi), tetapi memiliki eksternal locus of
control dalam olah raga (sebab kemampuan atletiknya rendah). Jika pada
siswa ini ditemukan beberapa keterampilan yang tidak diduga dalam olah
raga yang baru, ia mungkin akan mengembangkan internal locus of
control dalam olah raga tersebut meskipun tidak pada olah raga lainnya.68
f). Teori Ekspektansi
68
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 356.
Teori ekspektansi dikembangkan oleh Edward dan Atkinson. Teori ini
menyatakan bahwa motivasi perilaku seseorang didasarkan pada
keyakinan bahwa usaha seseorang untuk mendapatkan suatu hasil
bergantung pada harapan dari keuntungan (reward) yang akan
diperolehnya. Formula tersebut dinamakan model ekspektansi, atau model
valens ekspektansi, sebab ia bergantung penuh pada harapan (ekspektansi)
seseorang terhadap sesuatu yang akan diperoleh (reward).
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi adalah hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami
secara langsung dan merupakan aktivitas kecakapan dalam situasi tertentu.69
Belajar sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman
pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara konseptual Fontana
dikutip Udin mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif
tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti
Fontana, Gagne dikutip Udin (menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari
proses pertumbuhan.70
Menurut Thursan Hakim belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
69
Cart Witherington, Psikologi Pendidik Terjemahan Purwanto, Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2003, 155. 70
Udin S Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UT, 2008, 18.
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir, dan lain-lain kemampuan.71
Menurut Slameto belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.”72
M. Sobry Sutikno mengemukakan belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. 73
Sedangkan menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati
dan Mudjiono dalam bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan
respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.74
Menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam suatu situasi.75
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus
71
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Swara, 2005, 1. 72
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
2003, 2. 73
M.Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurahman, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Jakarta: PT. Refika Aditama, 2007, 5. 74
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., 9. 75
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996, 84.
menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak
mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses
belajar.
Pengertian prestasi belajar atau hasil belajar menurut Purwanto yang
dikutip Ridwan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.76
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang
telah dicapai dari apa yang telah dilakukan. Sedangkan menurut Muhibin
yang dikutip Abu Muhamad dijelaskan bahwa: Prestasi belajar merupakan
taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.77
Menurut Tulus ”Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai
siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah”.78
Prestasi belajar setiap individu berbeda tergantung dari seberapa besar
perubahan-perubahan dapat dicapai. Secara teoritis prestasi belajar
diwujudkan dengan angka, yang dapat dilihat dari nilai raport dan hasil
76
Ridwan, Belajar,Minat,Motivasi dan Prestasi belajar , Artikel 3 Mei 2008, 2. 77
Abu Muhamad, Prestasi Belajar , Artikel 29 Mei 2008. 78
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku ..., 75.
ujian. Indikator prestasi belajar juga dapat dilihat dari selisih nilai pre tes
dan post tes baik secara individual maupun kelompok.79
Kemampuan matematika siswa merupakan perwujudan dari proses
keberhasilan pembelajaran matematika yang dicerminkan dengan perubahan
pola berpikir, sikap dan perubahan tingkah laku yang di tunjukan oleh
peserta didik.
Prestasi belajar matematika sebagai suatu perubahan yang terjadi pada
individu siswa, bukan saja perubahan mengenai kemampuan menghitung,
mengoprasikan bilangan-bilangan, menggunakan rumus-rumus, tetapi juga
kemampuan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, penguasaan dan
penghargaan dalam diri individu siswa”.80
Diantara kemampuan selain menghitung, mengoprasikan bilangan-
bilangan, menggunakan rumus-rumus adalah kemampuan berpikir kritik
yaitu suatu tindakan berupa tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan
sebagainya sebagai perwujudan dari kemampuan berpikir kritis. Sehingga
dapat dikatakan pula seseorang yang mempunyai kompetensi matematika
yang tinggi akan memiliki kemampuan berpikir kritik yang tinggi pula.
Berdasarkan pendapat tentang prestasi dan belajar diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan
secara sadar atau sengaja berupa penambahan pengetahuan maupun
79
Abi Syamsudin Makmur, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005, 225. 80
S.Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung:Jemmars, 2002,
39.
keterampilan yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku manusia
secara langgeng atau kontinyu baik secara fisik maupun psikis yang
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai, yang mencakup ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor
yaitu faktor yang berasal dari diri individu dan dari luar individu. Faktor yang
berasal dari diri individu terdiri dari faktor psikis dan fisik. Faktor psikologis
terdiri dari kognitif, afektif, psikomotor, campuran dan kepribadian.81
Menurut Slameto ada 2 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu:82
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu. Faktor internal
terdiri dari:
1). Faktor Fisiologis, merupakan keadaan jasmani atau tubuh yang dimiliki
siswa.
a). Keadaan kesehatan atau kondisi tubuh
Keadaan yang sehat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan
belajar, sebaliknya apabila keadaan tubuh terganggu atau sakit maka
81
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta:FIP-IKIP
Yogyakarta, 1991, 63. 82
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., 53.
akan memberikan pengaruh yanng negatif terhadap kegiatan belajar
siswa.
b). Cacat tubuh adalah suatu penyakit yang menyebabkan kurang
sempurnanya badan seseorang, sehingga harus belajar di sekolah
khusus yang sesuai dengan keadaan fisiknya.
2). Faktor Psikologis
a). Faktor Intelektif, meliputi intelegensi, bakat, kematangan.
b). Faktor Non Intelektif, meliputi kesiapan, perhatian, minat,
kedisiplinan belajar, motivasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu.
1). Faktor Sosial
a). Lingkungan Keluarga
Misalnya: cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi, suasana rumah, hubungan
antar anggota keluarga, latar belakang keluarga dan agama.
b). Lingkungan Sekolah
Faktor yang ada di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi belajar siswa
antara lain kurikulum, metode pengajaran, guru dan suasana ruang
belajar.
c). Lingkungan Masyarakat
Masyarakat juga mempunyai peran yang cukup besar terhadap pembentukan
sikap siswa terhadap belajar, karena siswa merupakan bagian dari
masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungannya.
2). Faktor Budaya
Anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar mendorong semangat
anak dalam belajar.
3). Faktor Lingkungan
Faktor ini meliputi fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
4). Faktor Lingkungan Spiritual dan Keagamaan
Faktor ini sangat penting bagi siswa karena bermanfaat untuk menumbuhkan
kepercayaan siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar, yaitu: 83
a. Faktor Eksogin yaitu faktor yang datangnya dari luar diri siswa atau anak.
Faktor ini ada yang berasal dari lingkugan dan ada yang bersifat
instrumental.
1). Lingkungan
a. Lingkungan alami, seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap prose balajar dan hasil belajar.
b. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representatifnya
maupun yang berwujud lain, langsung berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar.
2). Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai
dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini terbagi menjadi :
83
Sumadi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Surakarta: Andi
Offset, 1983, 6-10.
a. Faktor-faktor perangkat keras, Misalnya: Gedung, alat-alat bermain,
meja, kursi dan lainnya.
b. Faktor-faktor perangkat lunak, Misalnya: Kurikulum, program kerja,
pedoman belajar dan sebagainya.
Faktor-faktor instrumental mempunyai pengaruh terhadap
kegiatan belajar dan hasilnya. Evaluasi terhadap keberhasilan usaha
belajar harus memperhatikan faktor-faktor instrumental tersebut.
b. Faktor Indogen
Faktor ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1). Kondisi Fisiologis
Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap
belajar seseorang. Dandanan fisiologis siswa, seperti : kelemahan atau
kekuatan indera, kebutuhan akan makanan, kegelisahan, kebutuhan
akan gerak dan penggunaan waktu sehari-hari.84
2). Kondisi Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas :
a). Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
b). Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat kebutuhan.85
84
A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991, 41. 85
Moh.Uzeer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimal Kegiatan Belajar Mengajar,
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1993, 10.
1). Minat. Anak yang berminat belajar akan tekun dan berusaha keras
mencapai keberhasilan dalam belajar.
2). Intelegensi. Kecerdasan belajar peranannya dalam berhasil atau
tidak seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu
program pendidikan.
3). Bakat. Bakat yang dimiliki sejak lahir merupakan faktor yang
besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang.
4). Motivasi. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa
pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut :
a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil
belajar.
b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang
dibandingkan dengan teman sebaya.
c. Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilutrasi, setelah siswa
mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti
banyak bersendau gurau misalnya, maka ia akan mengubah
perilaku belajarnya.
d. Membersarkan semangat belajar.
e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang
berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan
kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.86
86
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002, 85.
5). Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, ketiga kemampuan ini
mempunyai pengaruh positif terhadap proses dalam mencapai prestasi
belajar.
Menurut Slameto keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi
oleh faktor psikologis dari siswa tersebut yaitu:87
a. Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan mrnyesuikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek.
c. Minat adalah kecenderungan untuk belajar yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
d. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e. Motiv adalah penggerak/ pendorong untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
f.Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
87
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor..., Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 34.
Berdasarkan uraian tersebut diaas maka dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan dalam mencapai prestasi beljar dipengaruhi oleh banyak faktor
yang sangat komplek baik faktor yang berasal dari dalam individu ataupun
dari luar individu, juga faktor yang bersifat fisik maupun psikologis.
Kemampuan seseorang dalam mengelola berbagai faktor tersebut akan sangat
menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi belajarnya.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang selalu aktif, dimana terjadi
hubungan yang dapat mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan
lingkungannya. Adapun prinsip-prinsip belajar secara mendasar adalah
sebagai berikut:
a. Berdasarkan setiap siswa yang diperlukan untuk belajar
Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan instrumental.
1. Belajar harus dapat menimbukan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan instrumental.
2. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
3. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai harkat belajar
1. Belajar itu proses kontiyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, esploitasi dan discorery.
3. Belajar adalah proses kontinguitas sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan, stimulus yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan.
c. Sesuai materi / bahan yang harus dipelajari.
1. Belajar bersifat keseluruhan materi itu harus memiliki struktur/
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang.
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.88
Dari berbagai prinsip balajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang
relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya
maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip
itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/
88
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., 27-28.
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual.89
4. Teori-teori Belajar
Menurut para ahli banyak sekali yang mengemukakan teori belajar,
namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu :
a. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini, manusia dalam dirinya menpunyai macam-macam
daya yang berfungsi sendiri-sendiri, seperti daya menanggapi, mengingat,
dan berpikir. Manurut Nasution, bahwa belajar menurut teori ini adalah
“Melatih daya-daya atau potensi yang ada pada diri manusia”.90
Dari pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
belajar menurut ilmu jiwa daya adalah dititik beratkan pada latihan yang
berulang-ulang dari yang paling mudah sampai pada yang paling sukar,
sehingga daya kemampuan yang ada pada anak akan semakin baik. Jadi
untuk dapat memperoleh daya berpikir yang kuat pada seseorang haruslah
dilatih melalui kebiasaan sejak kecil.
b. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi
Ilmu Jiwa Assosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari
penjulmahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dari aliran ini ada dua
teori yang sangat terkenal, yaitu:
1). Teori Konektionisme
89
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., 42. 90
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Bandung: Jemmars,1986, 69.
Menurut Thomdike, dasar dari belajar itu adalah Assosiasi antara
kesan panca indera (sense impresion) dengan implus untuk bertindak
(implus taction). Assosiasi yang demikian ini dinamakan “connecting”.
Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara
stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Mengenai hubungan
stimulus dan respon tersebut, Thomdike mengemukakan beberapa
prinsip atau hukum diantaranya :
a. Law Of Effect
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, kalau disertai dengan
perasaan senang atau puas, dan sebaliknya. Karena itu adanya usaha
membesarkan hati, memuji dan kegiatan reinforcement sangat
diperlukan dalam kegiatan belajar.
b. Law Of Multiple Respone
Didalam stimulus problematis, kemungkinan besar respon yang tepat itu tidak
segera nampak, sehingga individu yang belajar itu harus berulang kali
mengdakan percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat.
Presedur inilah yang dalam belajar lazim disebutnya dengan istilah
trial and error.
c. Law Of Exercise atau Law Of Use And Disuse.
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan
berkurang bahkan lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan.
Oleh karena itu banyak latihan, ulangan dan pembiasaan.
d. Law Of Assimilation atau Law Of Analogy
Seseorang itu dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon
yang sesuai dengan situasi sebelumnya.91
2). Teori Conditioning
Teori belajar ini disebut juga respont conditioning
mengimplikasikan pentingnya mengkondikan stimulus agar terjadi
respon. Dengan demikian pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh
lebih penting dari pada pengontrolan respon. Konsep ini
mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor
lingkungan (eksternal) dari pada motivas internal.92
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
menurut ilmu jiwa Assosiasi adalah belajar yang bersifat problematika,
yaitu seseorang dapat bereaksi secara tepat dan cepat terhadap stimulus
yang ada serta berdasarkan pada kondisi-kondisi tertentu.
c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Menurut teori ini beranggapan bahwa keseluruhan itu lebih baik dari
pada bagian-bagian. Manusia adalah organisasi yang aktif berusaha untuk
mencapai tujuan, dan individu-individu bertindak atas berbagai pengaruh
dari dalam dan luar individu. Sehubungan dengan teori ini dikatakan
dalam aktivitas hanya perbuatan yakni learning by doing, akan tetapi juga
91
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994, 23-36. 92
Nana Sudjana, Teori-Teori Belajar Untuk Pengajar, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,
1991, 73.
“reflektion” atau pemikiran renungan tentang apa yang telah dilakukan
itu.93
Berdasarkan teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
menurut ilmu jiwa Assosiasi adalah belajar yang bersifat problematika,
yaitu seseorang dapat bereaksi secara tepat dan cepat terhadap stimulus
yang ada serta berdasarkan pada kondisi-kondisi tertentu.
5. Tujuan Pembelajaran
Tinjauan secara umum tentang tujuan belajar adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
b. Pemahaman konsep dan keterampilan
c. Pembentukan sikap94
Adapun menurut ketetapan M.P.R.S. No. XXVII / MPRS / 1996 tujuan
pendidikan adalah :
1. Mempertinggi mental moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan
beragama
2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
3. Membina perkembangan fisik yang kuat da sehat 95
Berdasarkan pengertian diatas tujuan belajar yaitu untuk memperoleh
ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sehingga dapat
mengadakan pembaharuan tingkah laku yang kemudian dapat terbentuk
kepribadian yang mantap dan bertanggungjawab. Dalam hal ini seorang siswa
93
S. Nasution, Asas-Asas...,72. 94
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi..., 28-29. 95
Winarno Surakhmad, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, FIP. IKIP, 1994, 33.
tidak oleh meninggalkan sistem belajar karena merupakan suatu organsasi
yang mengabungkan berbagai komponen, yaitu tentang : orang-orang, bahan-
bahan, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang kesemuanya saling
berinteraksi untuk mencapai suat tujuan dalam belajar.
Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai
dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian,
unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri
utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru
dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah
teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan
berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua
kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.96
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah merangsang
dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapai tujuan, sedangkan
fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber
belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri
peserta didik.
96
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas
Muhammadiyah, 2002, 3-4.
BAB III
HASIL PENELITIAN DI MI KOTA SALATIGA
A. Gambaran Umum MI Kota Salatiga
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecandran Salatiga
a. Sejarah Singkat MIN Kecandran Salatiga
Pada tahun 1965 berdirilah sebuah Madrasah Ibtidaiyah di Gamol, dengan
tenaga pengajar yaitu bapak Nurhadi (Kepala Madrasah) dari desa Pulutan, bapak
Irfani, BA (guru PAI) dari Kecandran, bapak Istat Ngarifin dari Banyu putih. Pada
tahun 1967 mendapat tambahan tenaga pengajar yaitu bapak Wagimin dari Gamol,
bapak Yasmin dari Gamol, ibu Robiatun dari Kecandran.
Tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar meminjam dua tempat, yaitu
rumah kediaman Bapak Soeharto di wilayah RT. 04, RW. 06 dukuh Gamol dan
diserambi masjid Darussalam Gamol. Atas gagasan dari Bapak Basyir (kepala desa
Kecandran saat itu) Madrasah Ibtidaiyah di Gamol diberi nama “Madrasah
Ibtidaiyah Ma‟arif “ (MIM).
Tahun 1970 dibangun sebuah gedung Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif dengan
menggunakan bahan kayu. Memiliki 6 lokasi kelas dengan jumlah siswa 180 anak,
yang berasal dari dusun Duren, Gamol, Sodong (wilayah Kecamayan Getasan).
Pada tahun 1995 Kasi Mapenda Kantor Depag Salatiga (Bapak Auze),
berkunjung ke MIM Gamol dan menemui Kepala MIM dan dewan guru, dan
berjanji seandainya desa kecandran masuk menjadi daerah pemekaran maka beliau
berjanji akan membantu proses penegerian MIM Gamol.
Tahun 1996 desa Kecandran resmi menjadi daerah pemekaran dan masuk
menjadi wilayah Kotamadya Salatiga, maka janji Kasi Mapenda terealisasi, pada
tanggal 14 Juni 1997 bertempat di MAN II Tegalrejo, resmilah penegerian MIM
Gamol menjadi MIN Kecandran.97
Tabel 3.1
Keadaan Kepala Madrasah dari awal sampai sekarang
No Nama Awal tugas Akhir tugas
1 Nurhadi 1965 1967
2 Drs. Kasimin A.N BA 1967 1977
3 Dasuki Al-Maryono 1977 1983
4 Muh. Ghufron 1983 1989
5 Muslih 1989 1991
6 Markum, A.Ma 1991 2002
7 Drs. Taqwim 2002 2006
8 Yasmin,A.Ma 2006 2007
9 Achmad Arifin, S.Ag 2007 2008
10 Agus Rahmad Y, S.Pd 2008 Juni 2014
11 H. Mashudi Juli 2015 Desember 2015
12 Agus Rahmad Y, S.Pd Januari 2015 Sekarang
b. Letak geografis MIN Kecandran
MIN Kecandran terletak di Desa Gamol Rt 04/ Rw 06, Dukuh
Gamol, Kelurahan Kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
tepatnya sebelah barat Jalan Lingkar Salatiga (JLS), menempati lahan seluas
873 meter persegi, dengan panjang 43 m dan lebar 21 m, luas bangunan 448
serta dikelilingi pagar tembok sepanjang 56 m.
c. Visi, Misi dan Tujuan MIN Kecandran Salatiga
97
Agus Rahmat Yuwanda, Kepala MIN Salatiga, Wawancara, Selasa, 5 Mei 2015, Pukul 10.00 WIB.
Visi Madrasah
“Unggul dalam Prestasi, IPTEK dan Berakhlak Mulia”
Misi Madrasah
1) Meningkatkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama yang dianut,
juga terhadap budaya bangsa sehingga tumbuh Iman dan Taqwa
(IMTAQ) sebagai sumber kearifan bertindak dalam hidup bermasyarakat
yang disertai akhlak terpuji.
2) Meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar yang inovatif,
efektif, dan efisien dalam rangka mengembangkan potensi siswa secara
optimal baik akademik maupun non akademik (terutama untuk
meningkatkan perolehan rata-rata nilai UN dari tahun sebelumnya.
3) Meningkatkan penguasaan Ilmu dan Teknologi (IPTEK) agar siswa dapat
tumbuh dan berkembang guna membekali diri dalam tuntutan kehidupan
yang semakin menglobal dan modern.
4) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler
5) Meningkatkan kecintaan dalam melestarikan budaya bangsa sebagai
identitas karakter bangsa yang menjunjung tinggi adat ketimuran.
6) Membudayakan budaya tertib dan disiplin pada seluruh warga madrasah
7) Membudayakan perilaku yang berakhlak mulia yang dilandasi tuntunan
agama sebagai landasan bertindak dan berfikir dalam kehidupan
bermasyarakat.
8) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga madrasah.
9) Meningkatkan strategi, fasilitas dan media pembelajaran yang inovatif.
Tujuan Madrasah
1) Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak terpuji seluruh warga
madrasah.
2) Membiasakan siswa shalat wajib berjamaah.
3) Meningkatkan kemampuan inovasi, efektifitas, dan efisiensi proses
belajar mengajar yang mampu meningkatkan prestasi akademik; rata-rata
Nilai UN/UAMBN naik 0,02 setiap tahun.
4) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik sehingga
mampu membekali dirinya dalam bermasyarakat yang semakin modern.
5) Mengembangkan prestasi siswa melalui berbagai kejuaraan akademik dan
non akademik.
6) Mengembangkan minat, bakat, kepribadian, kemandirian, dan kreatifitas
peserta didik melalui kegiatan pengembangan.
7) Meningkatkan pelestarian kekayaan budaya bangsa sebagai identitas
pribadi dalam masyarakat.
8) Mempersiapkan peserta didik sebagai bagaian dari anggota masyarakat,
bangsa, dan negara yang memiliki budaya tertib dan berdisiplin.
9) Mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
10) Menjadikan siswa memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan
hidup disekitarnya.
11) Mampu memberdayakan fasilitas dan lokasi madrasah secara maksimal.
12) Mempu mengadakan dan merawat RKB, perpustakaan, laporatorium
IPA, laboratorium komputer, laboratorium multimedia, UKS, fasilitas
seni musik, lapangan olahraga dan sarana beribadah yang ada.
13) Mampu mencapai standar penggalangan dana dari berbagai sumber untuk
pengembangan manajemen madrasah.
d. Profil Madrasah
Nama Madrasah : MIN Kecandran Salatiga
NSM : 111134730001
Akreditasi : B
Alamat : Jl. Gamol Rt 04/Rw 06, Kecandran,
Sidomukti, Salatiga
Nama Kepala : Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd
Kepemilikan Tanah : Hak Guna Luas 1200 m2
Status Bangunan : Pemerintah
Luas Bangunan : 800 m2
e. Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Jumlah guru di MIN Salatiga berjumlah 15 orang terdiri dari lulusan S2 ada 1
guru, dan lulusan S1 ada 13 guru, sedangkan lulusan DII ada 1 Guru. Dengan 1
Kepala Madrasah yang berstatus PNS. Dilihat dari statusnya, terdiri dari 12
orang PNS dan 3 orang guru wiyata bakti. Sedangkan karyawan terdiri dari 1 TU,
dan 1 penjaga.98
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.2
Tenaga Pendidik berdasarkan Status dan Kualitifkasi Akademik
No Jabatan Jumlah Status Pendidikan
98
Dokumentasi MIN Salatiga Tahun Pelajaran 2014-2015.
PNS GT/G
TY S2 S1 DII SMA
SMP
1 Kepala
Madrasah
1 1 1
2 Guru 15 12 3 1
13 1
3 TU 1 - 1
1
4 Penjaga 1 - 1
1
f. Peserta Didik
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga setiap tahunnya mengalami peningkatan
kuantitas dari jumlah siswa. Dengan kemajuan yang dimiliki madrasah banyak
orang tua yang antusias menyekolahkan anaknya untuk mendapatkan ilmu di
madrasah ibtidaiyah. Berikut data jumlah siswa yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015.
Tabel 3.3
Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2014/2015
No Jml. Kelas Jumlah Siswa
Jenis Kelamin
Laki-Laki Wanita
1 I 62 24 38
2 II 60 28 32
3 III 27 11 16
4 IV 36 17 19
5 V 33 17 16
6 VI 28 10 18
JUMLAH 246 107 139
2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Mangunsari Salatiga
a. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Mangunsari merupakan sebuah lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungan Lembaga Ma‟arif Cabang Salatiga.
Nama sekolah ini berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sekolah
dasar. Sebagaimana lembaga pendidikan Islam lainnya, MI Ma‟arif Mangunsari
memberikan perhatian yang lebih terhadap Pendidikan Agama Islam di samping
mata pelajaran umum lainnya.
Latar belakang dari berdirinya MI Ma‟arif Mangunsari adalah adanya
keinginan dan kebutuhan dari masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya
sekolah di lingkungan mereka. Pada saat itu, sekolah di daerah tersebut masih
sangat sedikit jumlahnya. Melihat fenomena tersebut, beberapa tokoh agama yang
mempunyai tanggung jawab dan merasa berkewajiban untuk mempersiapkan
generasi muda yang berpengetahuan agama dan umum, berinisiatif untuk
memprakarsai berdirinya sebuah lembaga pendidikan Islam. Harapan itu
terealisasi dengan berdirinya MI Ma„arif Mangunsari pada tanggal 15 Januari
1969.
Pada awal berdirinya, kegiatan belajar mengajar di MI Ma‟arif
Mangunsari harus dilaksanakan di rumah-rumah warga karena belum mempunyai
bangunan sendiri. Kini, di usianya yang sudah sekitar 44 tahun, MI Ma‟arif
Mangunsari telah berkembang menjadi salah satu sekolah yang diminati oleh
masyarakat di kota Salatiga.
Lembaga ini memandang pendidikan sebagai modal asasi bagi setiap
orang dalam menjalani hidup sebagai khalifah fil ardli. Sebagian orang boleh
beranggapan bahwa pendidikan bukanlah segala-galanya. Namun, perlu disadari
bahwa segala sesuatu berasal dari pendidikan.
b. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah
1) Visi :Terwujudnya warga Madrasah yang Cerdas, Religius dan Berakhlakul
karimah baik secara individual maupun sosial.
a. Cerdas Secara Intelektual dalam prestasi Akademik.
b. Cerdas Secara Emosional dalam berperilaku
c. Cerdas Secara Spiritual dalam motivasi dan aktivitas.
d. Berkarakter Kemandirian
e. Berkarakter Percaya diri,disiplin dan jujur
f. Berkarakter Peka dan Tangungjawab
g. Berkarakter Teliti dan Sabar
h. Sholeh Ritual : Dasar Tauhid kokoh berpola Ikhsan
i. Sholeh Ritual : Disiplin dalam beribadah
j. Sholeh Sosial Berakhlaq mulia, toleran
k. Sholeh Sosial : Sahaja, sopan santun
l. Sholeh Personal : Ikhlas dan sabar
2) Misi Madrasah : Belajar Enjoy Sepanjang Hayat, Rincian Misi :
a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.
b. Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY ( Efektif,
Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy )
c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi kecerdasan.
d. Menumbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan
e. Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai
Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme.
f. Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan
g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses pendidikan
3) Tujuan Madrasah
a. Tujuan Umum : Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan Khusus MI Ma‟arif Mangunsari :
1. Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.
2. Mengembangkan pembelajaran yang ENJOY ( Efektif, Nyaman,
Jelas, Obyektif dan Islami
3. Mengembangkan potensi dasar peserta didik secara terpadu baik
kecerdasannya, keagamaannya dan akhlakul karimahnya.
4. Menanamkan wawasan Nasionalisme religius patriotisme kebangsaan.
5. Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai
Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme.
6. Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan.
7. Mengembangkan tata lingkungan yang menunjang proses pendidikan.
c. Data Personalia
MI Ma‟arif Mangunsari, Sidomukti, Salatiga memiliki 15 orang guru
pengajar dan 1 orang karyawan dengan Kepala Madrasah berpendidikan S2.
Seluruh tenaga pengajar di MI Ma‟arif Mangunsari telah mendapatkan titel S1.
Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah yang menyebutkan bahwa tenaga
pengajar di sekolah tingkat dasar minimal lulusan S1 bahkan masih ada guru
yang masih menempuh S2.99
d. Data Siswa
99
Susriyana Wahyu Iika, Kepala MI Mangunsari, Wawancara, Senin, 13 April 2015, Pukul 09.00 WIB.
MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu sekolah yang
mempunyai daya tarik cukup besar kepada orang tua untuk menyekolahkan anak
mereka di tempat ini. Jumlah siswa yang bersekolah di tempat ini mengalami
peningkatan pada tiap tahunnya. Bahkan, kini kelas I-III telah berubah masing-
masing paralel menjadi dua kelas. Adapun rincian jumlah siswa sebagai berikut:
Tabel 3. 4
Jumlah Siswa di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
No Kelas Tahun Pelajaran
2013/2014 2014/2015
Jumlah Rombel Jumlah Rombel
1 I 69 2 59 2
2 II 61 2 67 2
3 III 56 2 59 2
4 IV 37 2 55 2
5 V 36 2 49 2
6 VI 16 1 37 2
275 11 316 12
e. Sarana Prasarana dan Fasilitas
Luas lahan MI Ma‟arif Mangunsari memang tidak terlalu luas. Walaupun
begitu, keterbatasan lahan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas belajar
mengajar. Siswa di sekolah ini masih mempunyai tempat yang cukup untuk
belajar sekaligus bermain. Sekolah ini memiliki sarana prasarana dan fasilitas
yang sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana itu didapatkan dari pemerintah,
dalam hal ini adalah Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun
sarana prasarana dan fasilitas tersebut adalah ruang kepala madrasah, ruang guru,
ruang UKS, Perpustakaan. Kantin, Ruang Komputer. Di dalam ruangan guru
terdapat 14 meja guru dan sepasang meja kursi yang disiapkan untuk menerima
tamu. Terdapat sebuah ruang UKS yang terdiri dari 2 tempat tidur, yang
dilengkapi dengan berbagai macam obat-obatan dan perlengkapan lainnya.
Perpustakaan MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga mempunyai koleksi buku yang
cukup banyak dan komplit sehingga sangat menunjang proses belajar mengajar.
Koleksi buku yang dimiliki meliputi buku pelajaran, pengetahuan umum, buku
tentang keterampilan, agama, dan juga majalah.
Kantin terletak di dalam area sekolah dan menyediakan berbagai aneka
makanan untuk para siswa. Terdapat ruang komputer yang memiliki 12 buah
komputer yang dipakai untuk pembelajaran teknologi informatika. Peralatan
olahraga yang dimiliki antara lain bola sepak, gawang futsal, net voly, matras dan
alat olahraga lainnya. Fasilitas internet masih terbatas hanya untuk kalangan guru.
Adanya fasilitas ini sangat membantu guru untuk mempersiapkan bahan untuk
mengajar. Dengan demikian, guru diharapkan mampu menciptakan suasana kelas
yang senantiasa bersemangat dan penuh antusias. Fasilitas antarjemput bertujuan
untuk mengantar dan menjemput siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan
siswa yang menginginkannya.
f. Kegiatan Ekstrakurikuler
Selain kegiatan belajar mengajar di kelas, MI Ma‟arif Mangunsari juga
mengadakan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki siswanya. Siswa bebas memilih kegiatan sesuai dengan
keinginannya. Antusias siswa begitu tinggi untuk mengikuti berbagai kegiatan
tambahan ini. Kegiatan ekstrakulikuler rutin dilaksanakan pada hari Sabtu.
Pengampu kegiatan ekstrakulikuler adalah guru yang berkompeten atau tenaga
dari luar yang mempunyai keahlian dalam bidang tersebut. Beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa: Pramuka, Seni tari, Rebana, Seni
Lukis dan MTQ.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Item pertanyaan rating scale dianggap valid jika nilai dari rhitung lebih
besar dari rtabel dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari pada rtabel maka item
pertanyaan dinyatakan tidak valid. Dengan menggunakan alat bantu komputer
program SPSS Release 18.00.
1. Hasil Pengujian Validitas Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar
TABEL 3.5
Hasil Pengujian Validitas Variabel X1
(Kedisiplinan Siswa di MI Kota Salatiga)
Item Pertanyaan r hitung rtabel Keterangan
X01 0,737 0,244 Valid
X02 0,699 0,244 Valid
X03 0,678 0,244 Valid
X04 0,695 0,244 Valid
X05 0,623 0,244 Valid
X06 0,713 0,244 Valid
X07 0,498 0,244 Valid
X08 0,762 0,244 Valid
X09 0,772 0,244 Valid
X10 0,619 0,244 Valid
Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa item-item pertanyaan pada
penelitian ini dapat dikatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya rhitung yang
lebih besar daripada rtabel (0,244) yang merupakan syarat dari validitas. Dengan
demikian instrument rating scale dalam penelitian ini benar-benar dapat mengukur
apa yang hendak diukur.
2. Hasil Pengujian Validitas Motivasi Belajar
TABEL 3.6
Hasil Pengujian Validitas Variabel X2
(Motivasi Belajar di MI Kota Salatiga)
Item
Pertanyaan
r hitung rtabel Keterangan
X01 0,730 0,244 Valid
X02 0,652 0,244 Valid
X03 0,732 0,244 Valid
X04 0,592 0,244 Valid
X05 0,817 0,244 Valid
X06 0,578 0,244 Valid
X07 0,666 0,244 Valid
X08 0,639 0,244 Valid
X09 0,660 0,244 Valid
X10 0,780 0,244 Valid
Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa item-item pertanyaan rating scale
pada penelitian ini dapat dikatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya rhitung
yang lebih besar daripada rtabel (0,244) yang merupakan syarat dari validitas.
Dengan demikian instrument rating scale dalam penelitian ini benar-benar dapat
mengukur apa yang hendak diukur.
Setelah secara keseluruhan dinyatakan valid atau handal dalam mengukur
apa yang hendak diukur, maka selanjutnya instrumen-instrumen tersebut perlu
dilihat konsistensinya yaitu dengan mengukur reliabilitas dari masing-masing
variabel. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan
program SPSS Release 18,00 dengan syarat Cronbach Alpha lebih besar daripada
0,60 maka pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Tabel di bawah ini dapat dilihat
hasil pengujian reliabilitas dari item-item pertanyaan yang diajukan.
Tabel 3.7
Reliabilitas Variabel-Variabel Penelitian
Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
Kedisiplinan Siswa 0,910 Reliabel
Motivasi Belajar 0,912 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2015
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas pada tabel 3.7 diketahui bahwa
instrumen-instrumen rating scale dalam penelitian ini memenuhi pengujian
reliabilitas. Hal ini diketahui besarnya Cronbach Alpha lebih besar daripada 0,60.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini
secara keseluruhan konsisten dalam mengukur apa yang diukur.
C. Penyajian Data Hasil Penelitian
Setelah melalui penilaian rating scale, pengumpulan data melalui data observasi
di lapangan terlebih dahulu di sajikan dalam bentuk data guna memperlancar langkah
suatu penelitian. Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di
MI Kota Salatiga yaitu MIN Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari.
1. Data Responden
Data responden terdiri dari siswa kelas VI dengan rincian ada 28 siswa di MIN
Salatiga dan ada 37 siswa di MI Ma‟arif Mangunsari sehingga jumlah total
responden ada 65 siswa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.8 pada halaman
lampiran.
2. Data Nilai Rating Scale
Untuk memperoleh data tentang pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi
Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 menggunakan instrument rating scale yang diberikan kepada guru
untuk menilai responden atau siswanya dengan tiga alternatif jawaban. Adapun
hasil rating scale yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
a. Data Rating Scale Kedisiplinan Siswa di MI Kota Salatiga
Berdasarkan hasil pengisian rating scale tentang kedisiplinan siswa, dengan
jumlah pertanyaan ada 10 soal, maka perolehan nilai jawaban instrument rating
scale dengan 65 responden di MI Kota Salatiga dapat dilihat pada lampiran tabel
3.9. Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 10 soal rating scale dengan
pemberian skor 1-3, yaitu penilaian baik dengan skor 3, Cukup dengan skor 2, dan
kurang dengan skor 1 pada kolom tingkah laku yang tertera jika tingkah laku
tersebut ditunjukkan oleh anak pada saat observasi dilaksanakan. 3 alternatif
jawaban dari jumlah semua jawaban pertanyaan rating scale ada 1707.
b. Data Rating Scale Motivasi Belajar Siswa di MI Kota Salatiga.
Berdasarkan hasil pengisian rating scale tentang motivasi belajar siswa,
dengan jumlah pertanyaan ada 10 soal, maka perolehan nilai jawaban instrument
rating scale dengan 65 responden di MI Kota Salatiga khususnya di MIN
Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari dapat dilihat pada lampiran tabel
3.10. Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 10 soal rating scale dengan
pemberian skor 1-3, yaitu masing-masing item menggunakan pilihan penilaian yaitu
baik, cara pemberian skor untuk item baik jumlah jawaban setiap siswa dikalikan 3.
Penilaian cukup, cara pemberian skor untuk itemcukup jumlah jawaban siswa dikalikan
2. Untuk pilihan penilaian kurang, cara pemberian skor untuk item kurang jumlah
jawaban siswa dikalikan 1 yang tertera jika tingkah laku tersebut ditunjukkan oleh
anak pada saat observasi dilaksanakan. jumlah semua jawaban pertanyaan rating
scale dari 3 alternatif pertanyaan rating scale motivasi belajar ada 1716.
c. Prestasi Belajar Matematika Siswa di MI Kota Salatiga
Penilaian prestasi belajar Matematika siswa dapat dirumuskan antara lain: 1)
Hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
kegiatan pembelajaran di madrasah. 2) kemampuan siswa dalam pengetahuan dan
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. 3) Dibuktikan dan
ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh
guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan. Jadi prestasi belajar siswa terfokus
pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Nilai prestasi belajar Matematika di ambil dari nilai raport semester 1 MIN
Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari yang terdapat dalam tabel 3.11 pada
lampiran.
Prestasi belajar Matematika sebagai suatu perubahan yang terjadi pada
individu siswa, bukan saja perubahan mengenai kemampuan menghitung,
mengoprasikan bilangan-bilangan, menggunakan rumus-rumus, tetapi juga
kemampuan dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, penguasaan dan
penghargaan dalam diri individu siswa”.100
Diantara kemampuan selain menghitung, mengoperasikan bilangan-
bilangan, menggunakan rumus-rumus adalah kemampuan berpikir kritik yaitu
suatu tindakan berupa tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan
baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya sebagai
perwujudan dari kemampuan berpikir kritis. Sehingga dapat dikatakan pula
seseorang yang mempunyai kompetensi matematika yang tinggi akan memiliki
kemampuan berpikir kritik yang tinggi pula.
100
S.Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung:Jemmars, 2002, 39.
BAB IV
ANALISIS DATA
Pembahasan pada bab ini merupakan hasil penelitian terhadap permasalahan
yang diajukan sekaligus tujuan penelitian tesis. Tujuannya untuk membuktikan
kebenaran teori yang telah diajukan berdasarkan hasil penelitian. Analisis data
selain menjawab dari permasalahan, dan tujuan penelitian yang dilakukan juga
menjawab hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima atau ditolak.
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis awal dengan hasil uji asumsi,
Analisis deskriptif dengan melakukan perhitungan melalui prosentase dan analisa
tiap-tiap item serta analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh kedisiplinan
siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota
Salatiga melalui bantuan SPSS 18.00 for Windows, dengan menggunakan analisis
uji statistik.
A. Hasil Uji Asumsi
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik. Perhitungan dan analisis
data dilakukan dengan program SPSS 18 for windows. Uji persyaratan analisis regresi
yang akan digunakan meliputi uji normalitas, multikolinearitas, dan
Heteroskedastisitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui normal
tidaknya distribusi penelitian masing-masing variabel penelitian. Uji
normalitas data penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnof. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data
normal atau tidak, salah satunya adalah dengan menggunakan analisis
grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal sebagaimana pada gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Melihat tampilan grafik histogram tersebut, dapat disimpulkan bahwa
grafik histogram memberikan pola distribusi yang mendekati normal.
Namun demikian dengan hanya melihat histogram dapat memberikan hasil
yang meragukan khususnya untuk ukuran sampel yang kecil. Metode yang
handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik
normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, sebagaimana ditampilkan
pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2
Grafik Normal Plot
Teknik analisis uji normalitas data penelitian menggunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS versi 18,00.
Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
X1 (Kedisiplinan Siswa), X2 (Motivasi Belajar) dan Y(Prestasi Belajar)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Prestasi
Belajar Kedisiplinan Motivasi Belajar
N 65 65 65
Normal Parametersa,b Mean 70.3231 26.2615 26.4000
Std. Deviation 10.27300 3.90223 3.76995
Most Extreme
Differences
Absolute .096 .205 .199
Positive .085 .169 .170
Negative -.096 -.205 -.199
Kolmogorov-Smirnov Z .774 1.651 1.608
Asymp. Sig. (2-tailed) .587 .009 .011
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari Uji normalitas X1, X2
dan Y dengan kolmogorov-Smirnov Test di peroleh nilai signifikan (Asymp.
Sig.) variabel kedisiplinan siswa (X1) sebesar 0,009, motivasi belajar (X2)
sebesar 0,011 dan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar 0,587 lebih besar
dari alpha (0,05) maka dapat disimpulkan data distribusi normal sehingga
model regresi sudah memenuhi asumsi normalitas dan layak di pakai dan
dilanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya.
2. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan membuktikan apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, jika variabel bebas saling
berkorelasi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal. Regresi yang
baik seharusnya tidak memiliki gejala multikolinieritas. Untuk mendekati
ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen digunakan
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10,
maka terjadi multikolinearitas. Untuk mengetahui gejala multikolinearitas
pada penelitian dapat dilihat pada hasil perhitungan berikut ini.
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 6.467 4.186 1.545 .127
Kedisiplinan 1.066 .470 .405 2.270 .027 .104 9.613
Motivasi Belajar 1.358 .486 .498 2.792 .007 .104 9.613
Dependent Variabel : Prestasi Belajar
Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance untuk variabel
kedisiplinan dan motivasi belajar masing-masing sebesar 0,104 yang lebih besar
dari 0,1. Ini berarti tidak ada korelasi antar variabel independent. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada
satu pun variabel independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independent dalam
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap
pengujian selanjutnya karena memenuhi asumsi multikolinearitas. Dengan
demikian kedua variabel independen (kedisiplinan siswa dan motivasi belajar)
dapat digunakan untuk memprediksi perilaku sopan santun siswa selama rata-rata
periode pengamatan.
3. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji gejala heteroskedastisitas dalam analisis pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik scatterplot. Titik-titik
tersebut harus menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi, maka dapat dinyatakan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik scatterplot ditunjukkan pada gambar 4.3 di bawah ini:
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana ditunjukkan pada gambar
4.3 di atas, dapat diketahui bahwa dalam grafik scatterplot, titik-titik yang
terbentuk menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel bebas pada penelitian ini disiplin belajar dan prestasi belajar
Akidah Akhlak tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dengan demikian
model regresi layak digunakan.
B. Analisis Deskriptif
1. Analisis Kedisiplinan Siswa di MI Kota Salatiga
Sebagaimana data yang diperoleh pada tabel 3.9 di halaman lampiran
dan telah peneliti kemukakan pada bab III, bahwa kedisiplinan siswa dapat
dianalisis melalui analisa prosentase dan perangkingan untuk mengetahui
apakah kedisiplinan siswa di MI Kota Salatiga termasuk dalam kategori
sangat baik, baik, cukup dan kurang.
Instrumen Rating Scale yang dinilai kepada para responden yang
berjumlah 65 siswa yang diambil sebagai sampel, untuk mengetahui
kedisiplinan siswa digunakan pertanyaan berjumlah 10 soal dengan tiga
alternatif penilaian. Penilaian baik mendapat nilai 3, penilaian cukup
mendapat nilai 2, penilaian kurang mendapat nilai 1.
Analisis prosentase penilaian dapat diketahui dari tabel 3.9 yang telah
dikemukakan pada halaman lampiran bahwa kedisiplinan siswa di MIN
Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari adalah sebagai berikut:
Penilaian baik yaitu dari 10 soal dengan 3 alternatif penilaian terdapat
sebanyak 416 penilaian baik dari jumlah semua jawaban 650. Apabila
diprosentase jawaban baik mendapat 64 %. Penilaian cukup, dari 10 soal
dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak 225 jawaban dari jumlah
semua jawaban 650. Apabila diprosentase jawaban cukup mendapat 34,62%.
Penilaian kurang, dari 10 soal dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak
9 jawaban dari jumlah semua jawaban 650 Apabila diprosentase jawaban
kurang mendapat 1,38 %.
Setelah analisis prosentase di atas, maka untuk mengetahui apakah
kedisiplinan siswa termasuk baik, cukup dan kurang juga dapat dilakukan
penggolongan penilaian rating scale kedisiplinan siswa ke dalam tiga
rangking, yaitu rangking atas yang berarti baik, cukup, dan rangking bawah
yang berarti kurang. Analisis ini dapat diawali dengan menggunakan tabel
kerja terlebih dahulu untuk mencari Mean.
Mx =
N
Fx26,26
65
1707
Dari hasil skala yang disebarkan, didapat data nilai yang tertinggi yaitu 30 dan
terendah adalah 19 dan rata-ratanya adalah 26,26 kemudian nilai diklasifikasikan pada
kategori baik, cukup dan kurang. Adapun untuk menentukan kategori tersebut
digunakan rumus interval sebagai berikut:
i = Ki
XrXt 1)(
Keterangan : i : Interval
Xt :Nilai tertinggi
Xr :Nilai terindah
Ki : Kelas interval.
i = 3
1)1930(
= 3
)111(
= 3
12
= 4
Setelah diketahui lebar interval yaitu, maka ditetapkan klarifikasi dalam
kategori sebagai berikut:
1) Nilai 27-30 intensitas baik
2) Nilai 23-26 intensitas cukup
3) Nilai 19-22 intensitas kurang
Dari data tersebut di atas kedisiplinan siswa dapat dibagi menjadi 3 kategori
sesuai dengan intervalnya: 1) kedisiplinan siswa yang baik ada 36 responden. 2)
kedisiplinan siswa yang cukup ada 15 responden. 3) kedisiplinan siswa yang kurang
ada 14 responden.
Setelah diketahui berapa banyak kediplinan siswa yang baik, cukup dan kurang,
kemudian dipersenkan masing-masing variabel, dengan rumus sebagai berikut:
P = %100xN
F
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 36 responden.
%38,55%10065
36x
Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 15 responden.
%08,23%10065
15x
Untuk kedisiplinan siswa yang cukup sebanyak 14 responden.
%54,21%10065
14x
TABEL 4.3
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X1 (Kedisiplinan Siswa)
No Disiplin Belajar Interval Frekuensi Prosentase
1 Baik 27-30 36 55,38 %
2 Cukup 23-26 15 23,08 %
3 Kurang 19-22 14 21,54 %
Jumlah 65
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kedisiplinan siswa masuk
kriteria baik adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang
mencapai 21,54 %. Secara umum dapat dikatakan kedisiplinan siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif Mangunsari
masuk dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik histogram
berikut ini:
Gambar 4.4
0
10
20
30
40
Kurang Cukup Baik
Fre
kue
nsi
Kategori Kedisiplinan Siswa
19-22
23-26
27-30
Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa
2. Analisis Motivasi Belajar di MI Kota Salatiga
Sebagaimana data yang diperoleh pada tabel 3.10 di lampiran dan telah
peneliti kemukakan pada bab III, bahwa motivasi belajar siswa dapat dianalisis
melalui analisa prosentase dan perangkingan untuk mengetahui apakah motivasi
belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga termasuk dalam kategori baik,
cukup dan kurang.
Instrument Rating Scale yang dinilai guru kepada para responden yang
berjumlah 65 siswa yang diambil sebagai sampel, guna mengetahui motivasi
belajar berjumlah 10 soal pertanyaan dengan tiga alternatif penilaian. Penilaian
baik mendapat nilai 3, penilaian cukup mendapat nilai 2, penilaian kurang
mendapat nilai 1.
Analisis prosentase jawaban dapat diketahui dari tabel yang telah
dikemukakan pada tabel 3.10 di lampiran pada bab III bahwa motivasi belajar
siswa di MI Kota Salatiga khususnya MIN Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari
adalah sebagai berikut:
Penilaian baik yaitu dari 10 soal dengan 3 alternatif penilaian terdapat
sebanyak 423 penilaian baik dari jumlah semua jawaban 650. Apabila
diprosentase jawaban baik mendapat 65,08 %. Penilaian cukup, dari 10 soal
dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak 220 jawaban dari jumlah
semua jawaban 650. Apabila diprosentase jawaban cukup mendapat 33,85%.
Penilaian kurang, dari 10 soal dengan 3 alternatif jawaban terdapat sebanyak
7 jawaban dari jumlah semua jawaban 650 Apabila diprosentase jawaban
kurang mendapat 1,07 %.
Setelah analisis prosentase di atas, maka untuk mengetahui apakah
motivasi belajar siswa termasuk baik, cukup dan kurang juga dapat dilakukan
penggolongan penilaian rating scale motivasi belajar siswa ke dalam tiga
rangking, yaitu rangking atas yang berarti baik, cukup, dan rangking bawah
yang berarti kurang. Analisis ini dapat diawali dengan menggunakan tabel
kerja terlebih dahulu untuk mencari Mean.
Mx =
N
Fx4,26
65
1716
Dari hasil skala yang disebarkan, didapat data nilai yang tertinggi yaitu 30 dan
terendah adalah 20 dan rata-ratanya adalah 26,4 kemudian nilai diklasifikasikan pada
kategori baik, cukup dan kurang.
Adapun untuk menentukan kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai
berikut:
i = Ki
XrXt 1)(
Keterangan : i : Interval
Xt :Nilai tertinggi
Xr :Nilai terindah
Ki : Kelas interval.
i = 3
1)2030(
= 3
)110(
=3
11
= 3,67 dibulatkan menjadi 4.
Setelah diketahui lebar interval yaitu, maka ditetapkan klarifikasi dalam
kategori sebagai berikut:
4) Nilai 28-31 intensitas baik
5) Nilai 24-27 intensitas cukup
6) Nilai 20-23 intensitas kurang
Dari data tersebut di atas motivasi belajar siswa dapat dibagi menjadi 3 kategori
sesuai dengan intervalnya: 1) motivasi belajar siswa yang baik ada 36 responden. 2)
motivasi belajar siswa yang cukup ada 14 responden. 3) motivasi belajar siswa yang
kurang ada 16 responden.
Setelah diketahui berapa banyak kediplinan siswa yang baik, cukup dan kurang,
kemudian dipersenkan masing-masing variabel, dengan rumus sebagai berikut:
P = %100xN
F
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 36 responden.
%85,53%10065
35x
Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 15 responden.
%54,21%10065
14x
Untuk kedisiplinan siswa yang cukup sebanyak 14 responden.
%61,24%10065
16x
TABEL 4.4
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X2 (Motivasi Belajar)
No Disiplin Belajar Interval Frekuensi Prosentase
1 Baik 28-31 35 53,85 %
2 Cukup 24-27 14 21,54 %
3 Kurang 20-23 16 24,61 %
Jumlah 65
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa masuk
kriteria baik adalah 53,85 %, kriteria cukup mencapai 21,54 %, kriteria kurang
mencapai 24,61 %. Secara umum dapat dikatakan motivasi belajar siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif
Mangunsari masuk dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik
histogram berikut ini:
Gambar 4.5
Grafik Histogram Motivasi Belajar Siswa
3. Analisis Prestasi Belajar Matematika di MI Kota Salatiga
Berdasarkan data yang disajikan pada bab III dalam tabel 3.11 di lampiran,
kemudian dianalisis dengan prosentase dan pembagian kedalam empat kategori:
sangat baik, baik, cukup dan kurang. Untuk mengetahui nilai prestasi belajar siswa
yang sesuai dengan raport, dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Simbol-simbol nilai angka dan huruf Predikat
Angka Huruf
8 - 10 = 80 - 100
7 - 7,9 = 70 - 79
6 - 6,9 = 60 - 69
5 - 5,9 = 50 - 59
0 - 4,9 = 0 - 49
A
B
C
D
E
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
0
10
20
30
40
Kurang Cukup Baik
Fre
kue
nsi
Kategori Motivasi Belajar Siswa
20-23
24-27
28-31
Analisis ini dapat diawali dengan mencari mean yaitu dengan hitungan
berikut. Mx = 34,7065
4572
N
Fx
Berdasarkan hasil penilaian prestasi belajar yang di ambil dari nilai raport, di
dapat data nilai yang tertinggi yaitu 93 dan terendah adalah 51. Selanjutkan
dimasukkan ke dalam tabel nilai prestasi belajar siswa di MI Kota Salatiga
Khususnya di MIN Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari ke dalam kategori
berikut ini:
TABEL 4.5
Interval Prestasi Belajar Matematika
Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga
Nilai Jumlah Siswa Predikat
80-100 12 A
70-79 22 B
60-69 19 C
50-59 12 D
Dengan demikian dapat diketahui nilai siswa dengan predikat sesuai kriteria yang ada
dalam buku raport maka :
1. Untuk prestasi belajar Matematika yang sangat baik mendapat nilai antara 80-
100, sebanyak 12 siswa.
2. Untuk prestasi belajar Matematika yang baik mendapat nilai antara 70-79,
sebanyak 22 siswa.
3. Untuk prestasi belajar Matematika yang cukup mendapat nilai antara 60-69,
sebanyak 19 siswa.
4. Untuk prestasi belajar Matematika yang kurang mendapat nilai antara 50-59,
sebanyak 12 siswa.
Setelah diketahui berapa banyak prestasi belajar Matematika yang sangat baik,
baik, cukup dan kurang, kemudian dipersenkan masing-masing variabel, dengan
rumus sebagai berikut:
P = %100xN
F
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
Untuk prestasi belajar Matematika yang sangat baik sebanyak 12 siswa.
%46,18%10065
12x
Untuk prestasi belajar Matematika yang baik sebanyak 22 siswa.
%85,33%10065
22x
Untuk prestasi belajar Matematika yang cukup sebanyak 19 siswa.
%23,29%10065
19x
Untuk prestasi belajar Matematika yang kurang sebanyak 12 siswa.
%46,18%10065
12x
TABEL 4.6.
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Prestasi Belajar Matematika)
No Prestasi Belajar
Matematika
Interval Frekuensi Prosentase
1 Sangat Baik 80-100 12 18,46 %
2 Baik 70-79 22 33,85 %
3 Cukup 60-69 19 29,23%
4 Kurang 50-59 12 18,46%
Jumlah 65 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa prestasi belajar Matematika
yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria baik mencapai 33,85 %,
kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk kurang. Secara umum dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga
dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat grafik histogram berikut ini:
Gambar 4.6
Grafik Histogram Prestasi Belajar Matematika
0
5
10
15
20
25
Kurang Cukup Baik SangatBaik
Fre
kue
nsi
Kategori Prestasi Belajar Matematika
50-59
60-69
70-79
80-100
C. Uji Hipotesis
1. Analisis Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015
Sebagai analisis lanjutan adalah mengunakan teknik statistik untuk mencari
ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y. Untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh maka peneliti menggunakaan
bantuan program statistik berbasis komputer yaitu SPSS (Statistic Program Social
Sciences) Release 18.00.
Hipotesis penelitian yang diuji berbunyi “ada pengaruh yang signifikan
kedisiplinan siswa (X1) terhadap prestasi belajar Matematika (Y) di MI Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015”. Dengan menggunakan alat bantu komputer program
SPSS Release 18.00, diperoleh hasil berikut ini:
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9.705 4.234 2.292 .025
Kedisiplinan Siswa 2.308 .159 .877 14.472 .000
a dependent variable :Prestasi Belajar Matematika
Model pengaruh Kedisiplinan Siswa (X1) terhadap Prestasi Belajar
Matematika (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1. Uji
signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Signifikansi Kedisiplinan Siswa (X1) Terhadap Prestasi Belajar (Y)
Siswa di MI Kota Salatiga
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5192.412 1 5192.412 209.451 .000a
Residual 1561.804 63 24.791
Total 6754.215 64
a. Predictors: (Constant), Kedisiplinan Siswa
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Berdasarkan uji signifikansi variabel kedisiplinan siswa terhadap prestasi
belajar matematika diperoleh nilai Fhitung 209,451 dengan signifikansi 0,000 sehingga
variabel kedisiplinan siswa secara signifikan memberi pengaruh terhadap prestasi
belajar Matematika.
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh
kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika adalah signifikan, dengan
persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit
skor kedisiplinan siswa akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar
Matematika sebesar 2,308 unit pada konstanta 9,705. Adapun besarnya varian
prestasi belajar Matematika yang ditentukan kedisiplinan siswa adalah 76,5 % (lihat
Adjusted R Square). Hal ini berarti 76,5 % prestasi belajar Matematika mendapat
pengaruh kedisiplinan siswa (SE1) 76,5 % sedangkan sisanya 23,5 % ditentukan oleh
faktor lain di luar variabel kedisiplinan siswa.
Kekuatan pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika
dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,877 dengan p= 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang
menyatakan ada pengaruh positif kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar
Matematika dapat diterima kebenarannya.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap kenaikan skor kedisiplinan
siswa akan diikuti naiknya skor prestasi belajar Matematika, begitu juga sebaliknya.
Korelasi Partial
Coefficientsa
Model Correlations
B Zero-order Partial Part
1 (Constant) 6.467
Kedisiplinan 1.066 .877 .277 .131
Motivasi Belajar 1.358 .882 .334 .161
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai korelasi parsial kedisiplinan siswa
(X1) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,277, sedangkan nilai rtabel
untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r (0,277) >
rtabel 0,244, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan
siswa terhadap prestasi belajar Matematika dengan asumsi motivasi belajar dianggap
konstan.
2. Analisis Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika di
MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015
Hipotesis penelitian yang diuji berbunyi “ada pengaruh yang signifikan
motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar Matematika (Y) di MI Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015”. Dengan menggunakan alat bantu komputer program
SPSS Release 18.00, diperoleh hasil berikut ini:
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.889 4.318 1.595 .116
Motivasi Belajar 2.403 .162 .882 14.839 .000
a dependent Variable :Perilaku Sopan Santun
Model pengaruh motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar Matematika
siswa (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi 403,2889,6 Y X2. Uji
signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Signifikansi Motivasi Belajar (X2) Terhadap Prestasi Belajar Matematika(Y)
Siswa di MI Kota Salatiga
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5251.591 1 5251.591 220.182 .000a
Residual 1502.624 63 23.851
Total 6754.215 64
a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Berdasarkan uji signifikansi variabel motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Matematika diperoleh nilai Fhitung sebesar 220,182 dengan signifikansi 0,000
sehingga variabel motivasi belajar secara signifikan memberi pengaruh terhadap
prestasi belajar Matematika. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika adalah
signifikan, dengan persamaan regresi 403,2889,6 Y X2, menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu unit skor motivasi belajar akan menyebabkan kenaikan skor
prestasi belajar Matematika sebesar 2,403 unit pada konstanta 6,889. Adapun
besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan motivasi belajar adalah
77,4 % (lihat Adjusted R Square). Hal ini berarti 77,4 % prestasi belajar Matematika
mendapat pengaruh motivasi belajar (SE1) 77,4 % sedangkan sisanya 22,6 %
ditentukan oleh faktor lain di luar variabel motivasi belajar.
Kekuatan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika
dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,882 dengan p= 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang
menyatakan ada pengaruh positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Matematika dapat diterima kebenarannya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
setiap kenaikan skor motivasi belajar akan diikuti naiknya skor prestasi belajar
Matematika, begitu juga sebaliknya.
Korelasi Partial
Coefficientsa
Model Correlations
B Zero-order Partial Part
1 (Constant) 6.467
Kedisiplinan 1.066 .877 .277 .131
Motivasi Belajar 1.358 .882 .334 .161
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai korelasi parsial motivasi belajar (X2)
dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,334, sedangkan nilai rtabel untuk
n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r (0,334) > rtabel
0,244, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar Matematika siswa dengan asumsi kedisiplinan siswa
dianggap konstan.
3. Analisis Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Belajar Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga
Penggunaan alat analisis regresi linear berganda dimaksudkan untuk
menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dengan
menggunakan alat bantu komputer program SPSS Release 18.00, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.467 4.186 1.545 .127
Kedisiplinan 1.066 .470 .405 2.270 .027
Motivasi Belajar 1.358 .486 .498 2.792 .007
Dependent Variable: Prestasi Belajar Matematika
Dengan demikian hasil persamaan regresi linear berganda dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2
Dari persamaan tersebut di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Persamaan di atas menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa (X1) dan
motivasi belajar (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi
belajar Matematika (Y). Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien
masing-masing variabel penelitian yaitu kedisiplinan siswa dan motivasi
belajar yang positif.
2. Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling
berpengaruh terhadap prestasi belajar Matematika adalah motivasi belajar.
Kemudian diikuti dengan variabel kedisiplinan. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya nilai koefisien masing-masing variabel penelitian yaitu
kedisiplinan sebesar 1,066, motivasi belajar sebesar 1,358 sehingga variabel
motivasi belajar yang paling besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar
Matematika siswa.
Uji F dilakukan untuk menguji signifikansi variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas secara bersama-sama. Jika nilai Fhitung lebih besar dari
pada Ftabel dan besarnya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
menerima Ha atau dengan kata lain menerima hipotesis yang menyatakan
bahwa variabel bebas berpengaruh secara serentak dan signifikan terhadap
variabel tidak bebas. Hasil perhitungan nilai F dengan program SPSS
Release 18,00 dapat dilihat pada Tabel 4.10. Uji simultan antara variabel
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya MIN
Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Uji Simultan Variabel Kedisiplinan Siswa (X1) dan Motivasi Belajar (X2) Terhadap
Prestasi Belajar Matematika (Y).
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5366.896 2 2683.448 119.925 .000a
Residual 1387.319 62 22.376
Total 6754.215 64
a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar, Kedisiplinan
b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Dari uji F test di dapat Fhitung 119,925 dengan taraf signifikan (p)
0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak
dan hipotesis yang menyatakan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika
Siswa di MI Kota Salatiga dapat diterima kebenarannya.
Dengan hasil persamaan regresi Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2,
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor persepsi siswa pada
kedisiplinan siswa dan satu skor motivasi belajar akan menyebabkan
kenaikan skor prestasi belajar Matematika sebesar 2,424 unit pada konstanta
6,467. Adapun besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar adalah 78,8 % (lihat Adjusted R
Square). Hal ini berarti 78,8 % prestasi belajar Matematika mendapat
pengaruh dari kedisiplinan siswa dan motivasi belajar sedangkan sisanya 21,2
% ditentukan oleh faktor lain di luar variabel kedisiplinan siswa dan motivasi
belajar. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh
yang positif dan signifikan antara kedisiplinan siswa dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga dapat diterima
kebenarannya.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis deskriptif mengenai kedisiplinan siswa masuk kriteria baik
adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang mencapai 21,54 %.
Secara umum dapat dikatakan kedisiplinan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota
Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif Mangunsari masuk dalam
kategori baik.
Motivasi belajar siswa masuk kriteria baik adalah 53,85 %, kriteria cukup
mencapai 21,54 %, kriteria kurang mencapai 24,61 %. Secara umum dapat dikatakan
motivasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN
Kecandran dan MI Maarif Mangunsari masuk dalam kategori baik. Sedangkan
prestasi belajar Matematika yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria
baik mencapai 33,85 %, kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk
kurang. Secara umum dapat dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika di Madrasah
Ibtidaiyah Kota Salatiga dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear diketemukan besarnya pengaruh
kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika adalah signifikan, dengan
persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit
skor kedisiplinan siswa akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar Matematika
sebesar 2,308 unit pada konstanta 9,705. Adapun besarnya varian prestasi belajar
Matematika yang ditentukan kedisiplinan siswa adalah 76,5 %. Hal ini berarti 76,5 %
kedisiplinan siswa mempunyai terhadap pengaruh prestasi belajar Matematika
sehingga terbukti memberikan pengaruh yang positif bagi prestasi belajar Matematika
atau sumbangan efektif (SE1) yang memberi pengaruh kedisiplinan siswa terhadap
prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga sebesar 76,5%.
Hasil analisis regresi linear diketemukan besarnya pengaruh motivasi belajar
terhadap prestasi belajar Matematika adalah signifikan, dengan persamaan regresi
Y=6,889+2,403 X2, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi
belajar akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar Matematika sebesar 2,403
unit pada konstanta 6,889. Adapun besarnya varian prestasi belajar Matematika yang
ditentukan motivasi belajar adalah 77,4 % atau sumbangan efektif (SE2) yang
diberikan motivasi belajar dalam memberikan pengaruh prestasi belajar Matematika
sebarnya 77,4 %. Penelitian ini telah membuktikan bahwa siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi maka prestasi belajar Matematika akan baik pula,
demikian pula sebaliknya, siswa yang motivasi belajar yang kurang maka prestasi
belajar siswa akan menurun atau kurang baik.
Hasil analisis regresi linear berganda melalui uji F menunjukkan adanya
pengaruh secara bersama-sama antara kedisiplinan siswa dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar Matematika dengan Fhitung 119,925 dan persamaan regresi
Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2, berarti setiap kenaikan satu unit skor secara
bersama-sama akan akan menyebabkan kenaikan skor sebesar 2,424 unit pada
konstanta 6,467. besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar adalah 78,8 % atau sumbangan efektif yang
diberikan kedisiplinan siswa dan motivasi belajar besarnya 78,8%.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis regresi baik linear maupun
ganda terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan siswa dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti telah dipaparkan
dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Analisis Kedisiplinan Siswa, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Matematika di
MI Kota Salatiga. Berdasarkan hasil penelitian, Kedisiplinan Siswa yang masuk
kriteria baik adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang
mencapai 21,54 %. Secara umum dapat dikatakan kedisiplinan siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif
Mangunsari masuk dalam kategori baik. Motivasi belajar siswa masuk kriteria
baik adalah 53,85 %, kriteria cukup mencapai 21,54 %, kriteria kurang mencapai
24,61 %. Secara umum dapat dikatakan motivasi belajar siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Kota Salatiga khususnya di MIN Kecandran dan MI Maarif
Mangunsari masuk dalam kategori baik. Sedangkan prestasi belajar Matematika
yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria baik mencapai 33,85 %,
kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk kurang. Secara umum
dapat dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Kota Salatiga dalam kategori baik.
2. Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika di Madrasah
Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Nilai korelasi parsial antara
kedisiplinan siswa (X1) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,277,
sedangkan nilai rtabel untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh
karena nilai rhitung (0,277) > rtabel 0,244. Kekuatan pengaruh kedisiplinan siswa
terhadap prestasi belajar Matematika dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r)
0,877 dengan p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak,
yang berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan
kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika dapat diterima
kebenarannya maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar Matematika di MI Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Terhadap Prestasi Belajar Matematika di
Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. motivasi belajar
(X2) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,334, sedangkan nilai
rtabel untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r hitung
(0,334) > rtabel 0,244. Kekuatan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
belajar Matematika dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,882 dengan p=
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti
hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan motivasi
beajar terhadap prestasi belajar Matematika dapat diterima kebenarannya maka
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar Matematika siswa di MI Kota Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015.
4. Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Matematika siswa di MI Kota Salatiga. Fhitung 119,925 dengan taraf signifikan (p)
0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak dan
hipotesis yang menyatakan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar Matematika
Siswa di MI Kota Salatiga dapat diterima kebenarannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga,
maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada para guru, hendaknya selalu konsisten dalam berupaya
meningkatkan kedisiplinan siswa dan motivasi belajar. Kedisiplinan siswa
dapat ditumbuhkan dengan membantu siswa meningkatkan standar
perilakunya. Hal ini dikarenakan siswa berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Adapun upaya menumbuhkan motivasi dengan
cara meningkatkan penghargaan verbal terhadap hasil karya yang baik,
terlebih diberikan diberikan orang banyak. Guru juga bisa menimbulkan
rasa ingin tahu anak, menyelesaikan masalah yang sulit dipecahkan,
membuat siswa penasaran sehingga siswa akan berusaha keras
memecahkannya. Penggunaan simulasi alat peraga saat mengajar juga
penting, agar siswa lebih mudah mengingat, memahami dan menghargai
pelajaran yang didapat. Kewibawaan guru juga diperlukan tanpa
menunjukkan sikap menakutkan, guru menciptakan suasana yang dengan
penuh senyum di hadapan siswa.
2. Kepada pihak madrasah, hendaknya lebih meningkatkan kedisiplinan siswa
dalam hal patuh dan taat terhadap tata tertib sekolah agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dan terkendali dengan baik dan tujuan yang dicita-citakan dapat
tercapai secara maksimal. Madrasah menggunakan pelaksanaan aturan sebagai
alat, Peraturan atau tata tertib yang ada harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Dalam hal motivasi belajar bisa ditumbuhkan dengan
memberikan kemahirannya. Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai
oleh umum. Guru dapat pula menciptakan suasana persaingan yang sehat di
antara siswa, misalnya siapa yang cepat mendapat nilai plus atau penghargaan
lainnya.
3. Kepada para orang tua, hendaknya dalam lingkungan keluarga menanamkan
sikap disiplin dengan baik karena di dalam lingkungan keluarga itulah anak mulai
mengenal kebiasaan-kebiasaan yang baik yang berkenaan dengan kepatuhannya
terhadap peraturan yang berlaku. Orang tua harus dapat memberikan contoh
perilaku disiplin. Dengan cara ini anak akan menjaga disiplin mereka dengan
sadar dan tanpa ada paksaan.
4. Untuk para siswa hendaknya senantiasa melatih diri untuk meningkatkan
disiplin dalam mentaati peraturan sekolah dan menguasai kompetensi
pembelajaran karena kemampuan yang baik tentunya akan memberikan
apresiasi yang baik pula dalam masyarakat, dan merupakan bekal yang
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan. Salah
satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mematuhi jadual yang ada
dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saefuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Apriyanto, M. Tohimin. Kemampuan Berpikir Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar dan
Kompetensi Matematika Siswa. Jurnal Ilmiah, Jakarta: Universitas Indrprasta
PGRI (UNINDRA), 2013.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1990,.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Aritonang, Keke T. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan, Jakarta: Penabur, 2007.
Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional, 2002.
Fathoni, Abdurrahman. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Furchan, Arief. Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan
Madrasah dan PTAI). Yogyakarta: Gama Media, 2004.
G.R. Terry. Prinsip-prinsip Manajemen. Terjemahan J mith D. F. M, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003.
Hadi, Sutrisno. Metode Research II. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara, 2005.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Hamalik, Oemar. Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Kadir. Penuntun Belajar PPKN. Bandung: Pen Ganeca Exact, 1994.
Kountur, Ronny. Metode Penelitian. Jakarta: CV. Teruna Grafika, 2003.
Makmur, Abi Syamsudin. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.
Makmun, Abin Syamsudin. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja, 2001.
Mulyasa, E. , Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Muhamad, Abu. Prestasi Belajar. Artikel 29 Mei 2008.
Nashar. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran.
Jakarta: Delia Press, 2004.
Prijodarminto, Soegeng. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT. Pratnya Pramito,
2004.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996.
Rahayu, I. T. & Ardani, T. A. Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia, 2004.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia,2004.
Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Muhammadiyah, 2002.
Requene, Kenneth W,. Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak. Jakarta: Pustaka Raya,
2005.
Ridwan. Belajar,Minat,Motivasi dan Prestasi Belajar . Artikel 3 Mei 2008.
Rusyan, Tabrani. Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Arcaya Media Utama, 2000, Cet.Ke
2.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Sastrawijaya, A. Tresna. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991.
Setyowati. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP 13
Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Slavin, Robert E. Educational Psychology Theory And Practice. Fourth Edition, Boston:
Allyn And Bacon, 1994.
S.Nasution. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung:Jemmars, 2002.
S. Nasution. Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars,1986.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
Sudjana, Nana. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajar. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,
1991.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2012.
Sulistyowati, Sofchah. Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu,
2002.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. FIP. IKIP, 1994
Suryabrata, Sumadi. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Surakarta: Andi
Offset, 1983.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta; Mahaputra
Adidaya, 2003.
Sutadipura, Salnadi. Aneka Problem Keguruan. Bandung: Angkasa, 1996.
Sutikno, M.Sobry dan Pupuh Fathurahman. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Jakarta: PT. Refika Aditama,
2007.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:FIP-IKIP
Yogyakarta, 1991.
Tri Anni, Chatarina. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press, 2006.
Tu‟u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo, 2004.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.
Kedua, 2007
Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
2003.
Usman, Moh.Uzeer, Lilis Setiawati. Upaya Optimal Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1993.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, Cet.
kelima.
Winataputra, Udin S. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT, 2008.
Wijaya, Cece. Faktor-faktor Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers, 1994.
Witherington, Cart. Psikologi Pendidik Terjemahan Purwanto. Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2003.
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Tri Pujiastuti, S.Ag.
NIM : M1. 11. 042
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Salatiga, 16 Mei 1972
Alamat : Dusun Rowokasam RT 01/RW 03 Desa Rowoboni
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang
Email : [email protected]
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Konsentrasi : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Angkasa 1 Yogyakarta Lulus tahun 1985
2. SMP Negeri Banguntapan 1 Yogyakarta Lulus tahun 1988
3. SMA Negeri 1 Salatiga Lulus tahun 1991
4. IAIN Walisongo Salatiga Lulus tahun 1996
5. Pascasarjana IAIN Salatiga Lulus tahun 2015