PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL GURU SEJARAH …
Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL GURU SEJARAH …
I
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL GURU SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS X DI
MA AL-FATAH PALEMBANG
SKRIPSI SARJANA S I
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
SARIKA LESTARI
NIM. 13210246
Program Studi Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2018
II
III
IV
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Jadilah Seperti Karang Di Lautan Yang Kuat Di Hantam
Ombak dan Kerjakanlah Hal Yang Bermanfaat Untuk Diri
Sendiri dan Orang Lain Karena Hidup Hanyalah Sekali. Ingat
Hanya Pada Allah Apa Pun dan Di Mana Pun Kita Berada
Dia-lah Tempat Meminta dan Memohon Pertolongan.”
Skripsi ini khusus kupersembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku “Sarkoni” dan “Aulia”, Terima kasih atas ridho dan kasih
sayangnya selama ini.
2. Kedua adikku “Ripal Rinaldi” dan “Citra Rosada” yang selalu
memberikan dukungan dan do’a.
3. Seluruh keluarga besarku yang turut andil mendukungku dalam
menyelesaikan study ini.
4. My kando “Adrian”, yang selalu membantu, memberikan semangat dan
dukungannya dalam menyelesaikan study ini.
5. Teman-teman seperjuanganku, terkhusus “PAI 07 SKI Angkatan 2013”
6. Teman-teman PPLK II MtsN 02 Palembang yang telah banyak
memberikan motivasi dalam menyelesaikan study ini.
V
7. Teman-teman KKN di Sako Kab Banyuasin, yang telah banyak
memberikan motivasi dalam menyelesaikan study ini.
8. Dosen pembimbingku “ Musnur Herry” dan “Muhammad Fauzi” yang
telah membimbing dan mengarahkanku selama ini.
.
VI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam
semesta karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang diberikan kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat beriring salam semoga senantiasa
tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat dan pengikut beliau yang selalu istiqomah di jalan-Nya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd), Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan Skripsi ini, Peneliti
menyadari banyak mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat pertolongan
Allah SWT, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya Peneliti dapat
menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu, Peneliti sampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. Drs. H. M Sirozi, MA.Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang, yang telah memberi kesempatan kepada Peneliti
untuk belajar di Program Studi Pendidikan Agama Islam
2. Bapak Prof. Dr. H. Kasinyo Harto, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang, yang telah banyak
VII
memfasilitasi Sarana dan Prasarana didalam melakukan pekuliahan dan
memberikan izin penelitian.
3. Bapak H. Alimron, M.Ag. selaku Ketua Prodi PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Raden Fatah Pelembang, yang telah mengarahkan Peneliti
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
4. Bapak Dr. Musnur Hery M. Ag. Selaku Pembimbing I yang selalu tulus dan
ikhlas untuk membimbing dalam Penulisan dan penyelesaian Skripsi ini.
Beliau selalu memberikan bimbingan, dan arahan kepada Peneliti sehingga
membuat Peneliti lebih memahami, mengerti, dalam menyusun Skripsi ini.
5. Bapak Muhammad Fauzi M.Ag. selaku Pembimbing II yang selalu tulus dan
ikhlas untuk membimbing dalam penulisan dan penyelesaian Skripsi ini.
Beliau selalu memberikan bimbingan dengan cara beliau yang baik,
memberikan arahan, dan kasih sayang sehingga Peneliti dapat lebih
memahami, mengerti dalam menyusun Skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden
Fatah Palembang yang sejak awal sampai semester akhir ini, dengan hati yang
tulus dan ikhlas telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan serta
mengarahkan Peneliti sehingga dapat memperoleh gelar sarjana.
7. Pimpinan Perpustakaan Pusat dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang
telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
VIII
IX
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
ABSTRAK .............................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6
C. Batasan Masalah .................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .................................................................. 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 8
F. Tinjauan Pustaka.................................................................... 9
G. Kerangka Teori ...................................................................... 12
H. Variabel Penelitian................................................................. 17
I. Definisi Operasional .............................................................. 17
J. Hipotesis Penelitian ............................................................... 20
K. Metodologi Penelitian ............................................................ 21
BAB II LANDASAN TEORI
Kecerdasan Emosional
A. Pengertian Kecerdasan Emosional ......................................... 29
B. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ............ 36
C. Indikator Kecerdasan Emosional............................................ 38
D. Manfaat Kecerdasan Emosional ............................................. 44
Minat Belajar
A. Pengertian Minat Belajar ...................................................... 47
B. Indikator Minat Belajar ........................................................ 51
C. Faktor-Faktor Mempengaruhi Minat Belajar ......................... 54
D. Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar ............................ 57
X
Deskripsi Singkat Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di Madrasah Aliyah (MA)
A. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ................................. 59
B. Tujuan dan Fungsi Sejarah Kebudayaan Islam ...................... 60
C. Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
di MA Al-Fatah Palembang ................................................. 62
BAB III Gambaran Umum MA Al-Fatah Palembang
A. Sejarah Singkat MA Al-Fatah Palembang ............................. 65
B. Keadaan Guru dan Karyawan ............................................... 68
C. Keadaan Siswa MA Al-Fatah Palembang ............................. 72
D. Keadaan Sarana dan Prasarana ............................................. 73
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam
di MA Al-Fatah Palembang .................................................. 77
B. Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelas X MA Al-Fatah Palembang ....... 94
C. Korelasi Kecerdasan Emosional Guru Sejarah
Kebudayaan Islam Terhadap Minat Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di Kelas X MA Al-Fatah Palembang………………………. 110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… 120
B. Saran-Saran………………………………………………… 121
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 122
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XI
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Populasi Siswa Kelas X di MA Al-Fatah Palembang ....................... 23
Tabel 2 Sampel Siswa Kelas X MIA 2 MA Al-Fatah Palembang ................. 23
Tabel 3 Data Guru MA Al-Fatah Palembang ................................................ 68
Tabel 4 Jumlah Kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Fatah
Palembang ...................................................................................... 72
Tabel 5 Jumlah Kelas XI (Sebelas) Madrasah Aliyah Al-Fatah
Palembang ...................................................................................... 72
Tabel 6 Jumlah Kelas XII (Dua Belas) Madrasah Aliyah Al-Fatah
Palembang ....................................................................................... 73
Tabel 7 Data Fasilitas MA Al-Fatah Palembang .......................................... 74
Tabel 8 Data Tenaga Pengajar MA Al-Fatah Palembang ............................. 75
Tabel 9 Soal Angket 1 ................................................................................ 77
Tabel 10 Soal Angket 2 ................................................................................ 78
Tabel 11 Soal Angket 3 ................................................................................ 79
Tabel 12 Soal Angket 4 ............................................................................... 80
Tabel 13 Soal Angket 5 ............................................................................... 81
Tabel 14 Soal Angket 6 ............................................................................... 82
Tabel 15 Soal Angket 7 ............................................................................... 83
Tabel 16 Soal Angket 8 .............................................................................. 84
Tabel 17 Soal Angket 9 ............................................................................... 84
Tabel 18 Soal Angket 10 ............................................................................. 85
Tabel 19 Soal Angket 11 ............................................................................. 86
Tabel 20 Soal Angket 12 ............................................................................. 87
Tabel 21 Daftar Skor Angket Tentang Kecerdasan Emosional Guru Sejarah
Kebudayaan Islam (Variabel X) ................................................... 88
XII
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Skor Responden Angket Tentang Kecerdasan
Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam (Variabel X) ............ 91
Tabel 23 Persentase Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan
Islam ........................................................................................... 94
Tabel 24 Soal Angket 1 ............................................................................... 95
Tabel 25 Soal Angket 2 ............................................................................... 96
Tabel 26 Soal Angket 3 ............................................................................... 97
Tabel 27 Soal Angket 4 .............................................................................. 98
Tabel 28 Soal Angket 5 ............................................................................... 98
Tabel 29 Soal Angket 6 ............................................................................... 99
Tabel 30 Soal Angket 7 ……………………………………………………. 100
Tabel 31 Soal Angket 8 …………………………………………………… 100
Tabel 32 Soal Angket 9 ……………………………………………………. 101
Tabel 33 Soal Angket 10 …………………………………………………... 102
Tabel 34 Soal Angket 11 …………………………………………………... 102
Tabel 35 Soal Angket 12 …………………………………………………... 103
Tabel 36 Daftar Skor Angket Tentang Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Variabel Y) ……………... 104
Tabel 37 Distribusi Frekuensi Skor Responden Angket Tentang Minat
Belajar Siswa (Variabel Y) ……………………………………… 107
Tabel 38 Persentase Minat Belajar Siswa …………………………………. 110
Tabel 39 Pengujian Validitas Item Pertanyaan Tentang Kecerdasan
Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam (Variabel X) ……... 111
Tabel 40 Pengujian Validitas Item Pertanyaan Tentang Minat Belajar
Siswa (Variabel Y) ………………………………………………. 112
Tabel 41 Pengujian Reliabilitas Angket Tentang Kecerdasan Emosional
Guru dan Minat Belajar Siswa …………………………………... 114
Tabel 42 Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi
XIII
Kecerdasan Emosional Guru dan Minat Belajar Siswa ………… 115
Tabel 43 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ………………………... 119
XIV
DAFTAR LAMPIRAN
1. FOTO COPY KTM
2. FOTO COPY KWITANSI PEMBAYARAN SPP TERAKHIR
3. SURAT KETERANGAN PENUNJUKAN VALIDATOR, SURAT
KETERANGAN VALIDASI DAN KOMENTAR DAN SARAN
4. FOTO COPY ALAT PENGUMPULAN DATA (APD)
5. FOTO PENYEBARAN ANGKET
6. FOTO COPY TRANSKIP NILAI
7. FOTO COPY IJAZAH SMA
8. FOTO COPY SK PEMBIMBING
9. FOTO COPY SK PERUBAHAN JUDUL
10. FOTO COPY SK PENELITIAN
11. FOTO COPY SURAT BALASAN DARI SEKOLAH
12. FOTO COPY SK BEBAS TEORI
13. FOTO COPY NILAI COMPRE
14. FOTO COPY SERTIFIKAT OSPEK DAN JUZ ‘AMMA
15. FOTO COPY SERTIFIKAT KKN, KOMPUTER DAN BTA
16. DAFTAR KONSULTASI PEMBIMBING 1 DAN 2
XV
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru Sejarah
Kebudayaan Islam Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang”. Adapun permasalahan dalam
penelitian ini: sebagian siswa kurang aktif untuk belajar mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, suasana kelas yang kurang tertib dan guru sejarah kebudayaan
islam sering tidak masuk ketika mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
berlangsung. Adapun tujuan dari penelitian ini, Untuk mengetahui Pengaruh
kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam terhadap minat belajar siswa
pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yang langsung
dilakukan dilapangan melalui penyebaran soal angket kepada siswa/i kelas X MIA 2
MA Al-Fatah Palembang. Adapun Jenis datanya Kuantitatif yaitu: hasil jawaban soal
angket Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam Terhadap Minat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah
Palembang, akan dekelola secara Statistik dengan menggunakan teknik Korelasi
Product Moment. Sumber data Primer yaitu, Penyebaran soal angket kepada siswa
dan guru. Sedangkan sumber data Sekunder yaitu, diantaranya data sekolah, visi dan
misi, lingkungan, sarana dll. Dalam penelitian ini yang menjadi Populasi yaitu
seluruh kelas X di MA Al-Fatah Palembang yang berjumlah 134 siswa, dan Sampel
pada penelitian hanya mengambil sampel 1 kelas yaitu kelas X MIA 2 yang
berjumlah 32 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengumpulan datanya
melalui: Observasi yaitu, mengamati secara langsung guru, siswa dan tempat
penelitian. Kuesioner yaitu, penyebaran soal angket kepada siswa kelas X MIA 2. dan
Dokumentasi.
Setelah data diolah dan dianalisis menggunakan rumus statistik, adapun hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa: kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan
Islam di MA Al-Fatah Palembang dalam kategori cukup/sedang, hal ini bisa dilihat,
yaitu 8 orang responden yang menyatakan (Ya), kemudian 21 orang responden
menyatakan tidak. Sedangkan, Minat Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang adalah termasuk dalam kategori
Rendah, yaitu 2 orang responden yang menyatakan Ya, 15 orang responden
menyatakan kadang, dan yang menyatakan tidak 15 orang responden.
Dengan demikian, terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara kecerdasan
emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam terhadap Minat Belajar siswa pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang. Berdasarkan hasil
analisa statistik, bahwa rᵪᵧ lebih besar dari rtabel, baik pada taraf signifikansi 5%
maupun 1%.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk mempeluaskan cakrawala
pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap dan prilaku.1 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.2 Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 dalam pasal 3
menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.3
Dalam dunia pendidikan, salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikkan
adalah seorang pendidik, pendidik mempunyai keterkaitan yang erat dengan peserta
1Ratnawati, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru IPS Madrasah Ibtidaiyah Di
Kabupaten Rejang Lebong. Ta’dib Jurnal Pendidikan Islam, (Palembang: IAIN Raden Fatah, 2009),
Hlm. 199 2Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 11
Tahun 2011 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2012). Hlm.60-61 3Ratnawati.,Op.Cit., Hlm. 164
1
2
didik dalam proses pendidikan atau disebut dengan pergaulan pedidikan. Dalam
pergaulan pendidikan tersebut akan muncul kewibawaan pendidik yang berperan
penting dalam mencapai tujuan pendidikan.4 Dalam buku Sardiman (2014), guru
tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing yang
memberi pengaruh dan menuntut siswanya dalam belajar.5 Seorang pendidik tidak
hanya dituntut mempunyai tanggung jawab akan tetapi juga mempunyai sikap takwa,
ikhlas, berilmu, bersikap sopan santun dan lemah lembut.6 Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar dan tumbuhnya
perasaan tidak takut yaitu takut ditertawakan, takut disepelekan atau takut dimarahi
jika salah. Guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut baik yang
datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.7
Menurut pendapat Tyson dan Caroll mengemukakan apabila interaksi antar guru
dan siswa didalam kelas terjadi dengan baik, maka kegiatan belajar akan terjadi
dengan baik. Sebaliknya jika interaksi guru dan siswa buruk, maka kegiatan belajar
siswa pun tidak akan terjadi atau mungkin tejadi tetapi tidak sesuai dengan harapan.8
Seorang guru diwajibkan untuk memiliki suatu kecerdasan, salah satunya kecerdasan
emosional agar bisa mengelola emosinya dengan baik dalam lingkungan pendidikan,
4Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2011), Hlm. 93 5Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014).
Hlm. 125 6Rusmaini, Op.Cit..,Hlm. 96 7Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setian, 2011), Hlm. 108-109 8Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), Hlm. 179
3
sehingga ketika ada masalah dilingkungan pendidikan baik sesama profesinya
maupun peserta didiknya, guru tidak mudah emosi dan bisa menemukan solusi dari
permasalahan tersebut dengan fikiran yang tenang.
Dalam buku Rohmalina Wahab dkk (2012), kecerdasan emosional merupakan
kemampuan untuk mengenali, mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang
lain serta cara menanggapi dan merealisasikannya dengan cepat dan tepat, menerap
informasi dan energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.9 Memahami emosi atau
perasaan siswa penting dilakukan karena dapat membuat pembelajaran lebih berarti
dan permanen. Perlibatan emosi mempengaruhi kegiatan saraf otak. Tanpa
keterlibatan emosi, saraf otak berkurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan
pelajaran dalam ingatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih banyak
belajar jika pelajarannya memuaskan, menantang, ramah, dan mereka berkesempatan
untuk melibatkan dalam membuat keputusan proses belajar.10
Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki
kecerdasan otak saja, atau bahkan memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses
berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan sering kali yang berpendidikan formal lebih
rendah ternyata banyak yang lebih berhasil. Saat ini banyak orang yang
berpendidikan yang tampak menjanjikan, mengalami kemandekan dalam kariernya,
bahkan mereka tersingkir akibat rendahnya kecerdasan emosi mereka.
9Rohmalina Wahab, dkk. Kecerdasan Emosional & Belajar, (Palembang: Grafika Telindo
Press, 2012). Hlm. 18. 10Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012). Hlm. 296-298
4
Menurut Goleman, ia menyatakan bahwa IQ hanya dapat menentukan
kesuksesan hidup seseorang kira-kira sebanyak 20% saja, sementara 80% lainnya
diisi oleh kekuatan-kekuatan lainnya, diantaranya Emosional Intelligence (kecerdasan
Emosi).11 Bila tidak di tunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan saja
tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya dimasa yang akan datang.12
Berdasarkan hasil penelitian beberapa para ahli, terungkaplah bahwa tingkat
kecerdasan intelektual (IQ) relatif tetap, sedangkan kecerdasan emosi (EQ) dapat
meningkat sepanjang kita masih hidup.13
Unsur terpenting dalam kecerdasan emosi adalah empati dan kontrol diri.
Empati artinya dapat merasakan apa yang orang lain rasakan, terutama bila orang lain
dalam keadaan malang. Sedangkan kontrol diri adalah kemampuan untuk
mengendalikan emosi diri sendiri sehingga tidak menganggu hubungannya dengan
orang lain.14 Unsur tersebut dapat menarik keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar. Jalinan ini akan membangun jembatan menuju kehidupan siswa yang
bergairah dan membuka pintu kesuksesan mereka dan mengetahui minat-minat
mereka serta memudahkan untuk mengatur mereka dan meningkatkan kegembiraan.
Dengan tujuan agar seorang guru disenangi oleh siswa dan kegiatan proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik.15 Dalam hal ini, jika siswa sudah senang
11Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). Hlm.44 12Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2014). Hlm.145 13Ary Ginanjar, ESQ, (Jakarta: Arga Publishing, 2000). Hlm. 403 14Nyayu Khodijah, Op.Cit,. Hlm.146 15Mahmud, Op.Cit., Hlm.299.
5
terhapap gurunya maka ia juga menyukai atau berminat untuk belajar atau menerima
informasi atau materi yang diajarkan oleh guru tersebut.
Minat belajar merupakan kecenderungan, ketertarikan, dan keinginan yang
besar untuk memperhatikan sesuatu dalam kegiatan belajar yang merupakan modal
untuk mencapai tujuan dengan rasa senang.16 Minat dapat timbul karena daya tarik
dari luar dan juga dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan
modal yang besar untuk mencapai, memperoleh benda/tujuan yang diminatinya.17
Berdasarkan hasil observasi awal Peneliti di MA Al-Fatah Palembang pada
bulan September 2017. Masih ada siswa yang kurang aktif untuk belajar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, hal ini dapat dilihat ketika guru memberikan
sebuah kuis/ pertanyaan dan memberikan kesempatan bertanya hanya ada sebagian
yang mengangkat tangan untuk menjawab/bertanya. Kemudian pada saat proses
pembelajaran berlangsung suasana kelas yang kurang tertib hal ini ditunjukan dengan
seringnya mereka keluar masuk kelas. Guru sejarah kebudayaan islam sering tidak
masuk ketika mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berlangsung.
Menurut Peneliti kecerdasan emosional ini sangat penting untuk dimiliki oleh
para guru terutama guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang mengajar disekolah
karena seorang guru memiliki kecerdasan emosional yang baik maka sangat
mempengaruhi minat belajar siswanya. Penelitian ini berupaya membuktikan secara
16Waminton Rajagukguk, Perbedaan Minat Belajar Siswa Dengan Media Komputer Program
Cyberlink Power Director dan Tanpa Media Komputer Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok di
Kelas VIII di SMP Negeri 1 Hamparan Perak, (Jurnal Pendidikan Matematika, 2011), Hlm. 209 17Dalyono, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007). Hlm. 56
6
empirik signifikan hubungan antara Kecerdasan Emosional Guru Sejarah
Kebudayaan Islam Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang. Berdasarkan pengamatan sementara
yang dilakukan disekolah tersebut menunjukkan kondisi emosi guru Sejarah
Kebudayaan Islam dan minat belajar siswa terkategori perlu ditingkatkan lagi. Maka
dari itu perlu diadakan peningkatan yang harus diperhatikan, antara lain guru Sejarah
Kebudayaan Islam lebih bisa mengendalikan emosional dalam mengajar, harus lebih
cakap dalam memahami karakteristik siswa supaya mereka lebih semangat, giat dan
berminat dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti kemukankan maka penyusunan
tugas akhir kuliah ini, Peneliti memutuskan melakukan penelitian pada Kecerdasan
Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam Terhadap Minat Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang, dengan
pertimbangan bahwa guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan panutan yang sudah
memiliki kecerdasan emosional yang matang. Selain lokasi yang mudah dijangkau
oleh Peneliti dan hasil penelitian tersebut akan Peneliti muat kedalam skripsi yang
berjudul: “Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam
Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas X di MA Al-Fatah Palembang”
B. Identifikasi Masalah
7
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi diri dalam mengajar, hal ini dapat dilihat ketika mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guru sering tidak masuk.
2. Kurangnya memberikan rangsangan positif dalam menyampaikan materi
yang diajarkan. Hal ini terlihat ketika proses belajar mengajar berlangsung
masih ada siswa yang izin keluar masuk kelas/mengantuk.
3. Kurang berinteraksi pada siswa. Itu bisa terlihat ketika proses belajar
mengajar suasana kelas yang pasif dan masih ada siswa yang tidak berani
mengutarakan pendapatnya atau bertanya tentang materi yang diajarkan.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini, karena jumlah siswa kelas X yang
banyak, maka Peneliti hanya mengambil siswa kelas X MIA 2 saja. Dengan asumsi
bahwa tingkat homogenitas siswa Madrasah Aliyah pada prinsipnya sama. Jadi, dapat
mewakili keseluruhan unsur, atau dengan kata lain siswa kelas X tersebut dapat
dikatakan menjadi patokan penelitian yang akan dilakukan di MA Al-Fatah
Palembang.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam di MA
Al-Fatah Palembang?
8
2. Bagaimana minat belajar siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA Al-Fatah Palembang ?
3. Adakah pengaruh kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam
terhadap minat belajar siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA Al-Fatah Palembang ?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam di
MA Al-Fatah Palembang.
b. Untuk mengetahui minat belajar siswa pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang.
c. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional guru Sejarah
Kebudayaan Islam terhadap minat belajar siswa pada mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, khususnya yang terkait dengan kecerdasan emosional guru
Sejarah Kebudayaan Islam terhadap minat belajar siswa
9
b. Secara praktis
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat minat belajar siswa
meningkat terutama pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Bagi Guru
Guru mampu mengontrol emosi serta membimbing dan menumbuhkan
minat belajar siswa dalam proses belajar mengajar terutama pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
Peneliti sebagai calon guru Sejarah Kebudayaan Islam, supaya dapat
mengetahui bagaimana pengaruh kecerdasan emosional guru Sejarah
Kebudayaan Islam terhadap minat belajar siswa, sehingga dapat mengontrol
emosi dan memancing minat belajar siswa untuk dapat mengikuti Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dengan baik disekolah.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka yang dimaksud disini adalah mengkaji atau memeriksa daftar
pustaka untuk mengetahui apakah permasalahan yang diteliti sudah ada mahasiswa
yang meneliti atau membahasnya. berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian sedang direncanakan dan menunjukan bahwa
10
penelitian yang akan dilakukan belum ada yang membahasnya, serta untuk
memberikan gambaran yang akan dipakai sebagai landasan peneliti yang
berhubungan dengan penelitian ini dan berguna membantu Peneliti dalam menyusun
skripsi ini adalah sebagai berikut:
Febi Anggini, ”Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas X MIA di MAN 3 Model Palembang” kesimpulan dari
penelitiannya bahwa: Pertama, kecerdasan emosional guru di MAN 3 Model
Palembang termasuk dalam kategori sedang. Kedua, motivasi belajar siswa di MAN
3 Model Palembang baik yang diajarkan guru yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi maupun rendah termasuk dalam katagori sedang. Ketiga, ada pengaruh yang
signifikan antara kecerdasan emosional guru terhadap motivasi belajar siswa di
MAN 3 Model Palembang. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan tes ”t” dengan
hasil 9,81 yang lebih besar dari harga “t” tabel baik pada taraf signifikansi 5% = 2,03
maupun pada taraf signifikansi 1% = 2,72.18
Persamaannya dengan peneliti sama-sama membahas tentang pengaruh
kecerdasan emosional, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang diangkat
penulis adalah kalau beliau fokus pada kecerdasan emosional guru terhadap motivasi
belajar siswa.Sedangkan penulis fokus tentang bagaimana pengaruh kecerdasan
18Febi Anggini, ”Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas X MIA di MAN 3 Model Palembang” : Maha siswa Fakultas Tarbiyah Prodi PAI IAIN, Rafah Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Rafah, 2016)
11
emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam terhadap minat belajar siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang.
Romika“ Pengaruh Kecerdasan Emosi Guru Terhadap Akhlak Siswa Di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Masri Pangkalan Balai ”. Kesimpulan penelitian ini:
Pertama, kecerdasan emosional guru di Madrasah Ibtidaiyah Al-Masri Pangkalan
Balai termasuk dalam kategori sedang/ cukup yaitu 14 orang responden (66.66%)
yang mengatakan demikian. Kedua, akhlak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Masri
Pangkalan Balai termasuk dalam kategori sedang/cukup, yaitu 13 orang responden
(61,90%) yang menyatakan demikian. Ketiga, ada pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosional guru terhadap akhak siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al-Masri
Pangkalan Balai berdasarkan hasil analisis statistik bahwa Ѳ lebih besar dari pada rᵗ
baik pada taraf signifikansi 5%maupun 1%.19
Persamaanya penelitian penulis dengan saudari Romika adalah sama-sama
menggangkat judul tentang kecerdasan emosional guru, sedangkan perbedaan yang
mendasar kedua penelitian ini adalah kalau saudari Romika fokus terhadap pengaruh
kecerdasan emosional guru terhadap akhak siswa, sementara penulis lebih fokus
terhadap bagaimana pengaruh kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan
Islam terhadap minat belajar siswa.
19 Romika, Pengaruh Kecerdasan Emosional Guru Terhadap Akhlak Siswa, Mahasiswa
Fakultas Tarbiyah Prodi PGMI UIN, Rafah Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Rafah, 2015)
12
Rohmaini, “Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Pelajaran PAI di SMA Muhammadiyah 4 Palembang”. Kesimpulan dari peneliti
ini yaitu: Pertama, Minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA
Muhammadiyah 4 Palembang Sedang.Hal ini terbukti dengan sebagian skor yang
diperoleh dari 23 orang yang menyatakan sedang yaitu 47,916%. Kedua, Hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMA Muhammadiyah 4 Palembang
termasuk dalam kategori Tinggikarena angka presentasenya mencangkup 50% yaitu
hampir setengah responden memiliki nilai yang baik. Dan Ketiga, korelasi positif
yang signifikansi antara minat belajar siswa dengan hasil belajar siswa maka hanya
diterima, minat belajar tinggi hasil belajar juga tinggi.20
Persamaan dengan penelitian penulis sama-sama mengangkat judul tentang
minat belajar siswa, sedangkan perbedaannya saudari Rohmaini fokus terhadap
pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa, sedangkan penulis fokus
terhadap bagaimana kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam terhadap
minat belajar siswa di MA Al-Fatah Palembang.
G. Kerangka Teori
1. Kecerdasan Emosional
20Rohmaini, Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
PAI di SMA Muhammadiyah 4 Palemban, : Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Prodi PAI IAIN, Rafah Palembang, (Palembang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Rafah, 2008)
13
Definisi emosi dirumuskan dengan orientasi teoritis yang berbeda-berbeda.
Wiliam James dalam buku Rohmalina Wahab, mendefinisikan emosi sebagai
keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas
pada tubuh. Goleman, mendefinisikan emosi sebagai keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak. Sedangkan menurut
Rohmalina Wahab, emosi merupakan suatu perasaan yang mendorong individu
untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar dirinya.21 Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.22
Menurut “Reuven Bar-On” yang dikutip oleh “hamzah” bahwa, kecerdasan
emosional merupakan serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non
kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungan.23 Kecerdasan emosional, adalah kemampuan untuk
mengenali, mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta cara
menanggapi dan merealisasikan dengan cepat dan tepat, menerapkan informasi dan
energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.24 Dalam buku “Ary Ginanjar” Kecerdasan
emosional merujuk pada kemampuan mengungkap serta mengenali perasaan kita
21Rohmalina Wahab, Op.Cit., Hlm. 186 22Ary Ginanjar Agustian, Op.Cit., Hlm. 405 23Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Hlm. 69 24Rohmalina Wahab dkk, Kecerdasan Emosional dan Belajar, (Palembang: Grafika Telindo
Press, (2012). Hlm. 18
14
sendiri, juga perasaan orang lain dan kemampuan memotivasi diri sendiri serta
kemampuan mengelola emosi diri sendiri dengan baik dan dalam hubungannya
dengan orang lain.25
Kecerdasan emosional ini penting dikembangkan secara maksimal, oleh karena
itu, dengan mengembangkan kecerdasan emosional diharapkan kita mampu
mengendalikan tata pikir atau akalnya yang lebih baik.26 Kecerdasan emosional
merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi.
Lebih lanjut bahwasanya emosi manusia berada diwilayah dari perasaan dari lubuk
hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,
kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih
utuh tentang diri sendiri dan orang lain27.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk mendidik atau menstranfer
ilmu yang dia punya kepada peserta didik. Predikat guru yang melekat pada
seseorang berdasarkan amanat yang diserahkan orang lain kepadanya. Guru
merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal.28
Guru akan menjadi panutan (teladan atau contoh yang baik) yang akan ditiru
oleh siswanya. Bukan hal-hal yang baik, bahkan hal-hal yang buruk pun akan ditiru.
25Ary Ginanjar Agustian, Loc.Cit., Hlm. 402 26 Rusmaini, Op.Cit., Hlm. 152 27Ary Ginanjar Agustian, Op.Cit., 28Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (jakarta: Rajawali Pers, 2013), Hlm. 119
15
Guru yang baik (bukan hanya guru yang professional) tentu akan memiliki
kepribadian yang baik pula. Perasaan dan emosi seorang guru yang memiliki
kepribadian yang baik terlihat stabil emosinya, selalu merasa optimis tenang dan
bahkan menyenangkan (enjoy). Dia dapat memikat hati siswanya, bahkan menjadi
panutan dan teladan yang baik bagi siswanya. Itu karena setiap anak didiknya
merasa diterima dan disayangi oleh guru tersebut, apapun sikap dan tingkah
lakunya29.
Guru yang tidak stabil emosinya umunya pesimis, mudah cemas, penakut,
pemarah dan pemurung sehingga hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada
siswa dan bahkan melahirkan rasa frustasi. Tentu, sikap seperti ini sangat berbahaya.
Inilah sebabnya seorang guru wajib memilki sikap kedewasaan dan kepribadian
yang baik. Disadari ataupun tidak, guru yang emosinya tidak stabil akan ditakuti
oleh siswanya. Misalnya seorang guru yang pemarah akan menyebabkan anak
didiknya merasa takut dan bahkan tidak mau belajar. Ketakutan itu akan
berkembang menjadi rasa benci, karena rasa takut yang dirasakan siswa akan
tertanam dalam jiwanya. Demikian pula, gejolak-gejolak emosi lainnya yang tidak
stabil akan menyebabkan kegoncangan emosi pada siswa, bahkan mungkin juga
akan menimbulkan akibat yang lebih fatal30
29Chaerul Rochman dkk, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru, (Bandung: Nuansa
Cendikia, 2011), Hlm.17-18 30Ibid,. Hlm. 17
16
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan Kecerdasan emosional guru Sejarah
Kebudayaan Islam adalah kemampuan seorang guru untuk mengenali emosi diri
sendiri, memotivasi diri sendiri dan orang lain, mengelola serta mengekspresikan
emosi tersebut dengan tepat dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru
Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Minat Belajar
Minat belajar merupakan dorongan batin yang tumbuh dari seorang siswa
untuk meningkatkan kebiasaan belajar. Minat belajar akan tumbuh saat siswa
memiliki keinginan untuk meraih nilai terbaik atau ingin memenangkan persaingan
dalam belajar dengan siswa lainnya. Minat belajar juga dapat dibangun dengan
menetapkan cita-cita yang tinggi sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.31 Minat
belajar adalah kecenderungan, ketertarikan, dan keinginan yang besar untuk
memperhatikan sesuatu dalam kegiatan belajar yang merupakan modal untuk
mencapai tujuan dengan rasa senang.32
Minat belajar merupakan kecenderungan atau ketertarikan seseorang untuk
melakukan perubahan sehingga memperoleh peningkatan baik dalam tingkah laku
atau intelegensi dirinya tanpa ada yang menyuruhnya.33 Minat memiliki pengaruh
31Gusniwati, Op.Cit., Hlm.32 32Op.Cit., Waminton Rajagukguk, Hlm. 209 33Anjar Mukti Wibowo, Peningkatan Minat Belajar IPS Sejarah Dengan Menggunakan
Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa Kelas VII B di MTS Negeri Kembang Sawit, (Jurnal Ikip Pgri Madiun, 2012), Hlm. 88
17
yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan
belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.34 Minat dapat memengaruhi kualitas
belajar seseorang dalam bidang study tertentu. Misalnya, seseorang yang menaruh
minat besar terhadap mata kuliah ilmu falak akan banyak memusatkan perhatiannya
pada mata kuliah ini dari pada mata kuliah lainnya. Pemusatan perhatian yang
intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan ia belajar lebih giat dan
berprestasi pada bidang tersebut.35
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Minat belajar siswa pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan suatu keinginan atau ketertarikan siswa
untuk belajar pada Mata Pelajaan Sejarah Kebudayaan Islam yang ditandai adanya
dorongan yang tinggi untuk belajar tanpa ada paksaan atau beban dengan tujuan
untuk memahami pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga memperoleh nilai
yang lebih baik.
H. Variabel Penelitian
34Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Hlm. 140 35Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Hlm. 99
18
Secara teori definisi variabel penelitian adalah suatu atribut/sifat atau nilai
dari orang, objek/kegiatanyang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
Peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.36
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh
Keterangan:
Variabel X : Pengaruh (Kecerdasan Emosional Guru SKI)
Variabel Y : Terpengaruh (Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran SKI)
36Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), Hlm. 38
Kecerdasan
Emosional Guru
Sejarah Kebudayaan
Islam.
Minat Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan
Islam
19
I. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan suatu penelitian sangat penting sekali karena
adanya definisi ini akan mempermudah para pembaca dan bagi para penulis itu
sendiri untuk memberikan gambaran tentang apa pengertian dari masing-masing
variabel dengan rincian sebagai beikut:
1. Variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional guru
Sejarah Kebudayaan Islam Kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan
Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang guru
untuk mengenali emosi diri sendiri mengelola dan menghargai perasaan
baik terhadap diri sendiri maupun orang lain serta mengekspresikan emosi
tersebut dengan tepat dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru
Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun indicator-indikator kecerdasan
emosional adalah:
a. Kesadaran diri, diartikan dengan megetahui apa yang dirasakan oleh
seorang individu pada suatu saat dan menggunakannya untuk memadu
pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis
atas kemampuan diri serta kepercayaan diri yang kuat.
20
b. Pengaturan diri, dimaksudkan hati-hati dan cerdas dalam mengatur
kehidupan, keseimbangan dan kebijaksanaan yang terkendali.
c. Motivasi, merupakan kekuatan mental yang mendorong terbentuknya
perilaku yang memiliki tujuan tertentu.
d. Empati, merupakan memahami perasaan dan masalah orang lain dan
berfikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan perasaan
orang mengenai berbagai hal.
e. Keterampilan sosial, merupakan kemampuan untuk menangani emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat
membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan untuk bekerja sama
dalam tim.
2. Variabel terpengaruh yaitu minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
Minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan suatu keinginan atau ketertarikan siswa untuk belajar pada mata
pelajaan Sejarah Kebudayaan Islam yang ditandai adanya dorongan yang tinggi
untuk belajar tanpa ada paksaan atau beban sehingga memperoleh nilai Sejarah
Kebudayaan Islam yang lebih baik. Adapun indikator minat belajar yaitu:
21
a. Rajin dalam belajar, merupakan seseorang yang selalu berusaha
dengan giat secara terus menerus didalam belajarnya.
b. Tekun dalam belajar, adalah seseorang yang bersungguh-sungguh
didalam belajar, demi tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
c. Rapi dalam mengerjakan tugas, merupakan siswa yang bersih, teratur
dalam mengerjakan tugas pelajaran yang diberikan.
d. Memiliki jadwal belajar, merupakan siswa memiliki pembagian waktu
belajar berdasarkan urutan pelajaran disekolahnya masing-masing.
e. Disiplin dalam belajar, merupakan ketaatan dan kepatuhan siswa
didalam mengikuti aturan belajar baik disekolah maupun di luar
sekolah.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
22
yang empirik.37 Adapun dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan “Asosiatif”
yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan
yang bersifat hubungan atau pengaruh.38
Ha : Kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam mempengaruhi minat
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MA Al-Fatah
Palembang
Ho : Kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam tidak mempengaruhi
minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MA Al-
Fatah Palembang
K. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang langsung dilakukan dilapangan atau pada responden.39 yang bersifat
asosiatif kuantitatif, yaitu penelitian untuk menguji ada tidaknya pengaruh
keberadaan variabel dari dua kelompok atau lebih.40 Pengumpulan data yang pokok
37Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
Hlm.64 38Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Hlm.39 39Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Hlm. 5 40Syofian Siregar., Op.Cit. Hlm. 101
23
menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Penelitian kuantitatif yaitu
penelitian data yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.41
2. Jenis dan sumber data
a. Jenis Data
Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data kuantitatif adalah
data yang menggambarkan angka-angka yaitu dalam hasil analisis pengaruh
kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam terhadap Minat Belajar siswa
pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang, data ini
akan dikelola secara statistik dengan menggunakan rumus yang telah digunakan oleh
Peneliti.
b. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu:
1. Sumber data Primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
disebut juga data asli atau data baru.42 Yakni angket kecerdasan
emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam, dan Minat Belajar siswa pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X di MA Al-Fatah
41Ibid., Hlm. 7 42 Iqbal Hasan., Op.Cit., hlm. 19
24
Palembang. Yang menjadi objek penelitian, data tersebut di peroleh dari
hasil penyebaran angket yang akan dilakukan oleh peneliti.
2. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
Peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.43 Dalam penelitan ini
seperti: data sekolah, lingkungan, sarana sekolah, visi dan misi sekolah
dan lain-lain.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.44 Jadi, Penelitian ini yang menjadi
populasi adalah seluruh siswa/siswi Kelas X di MA Al-Fatah Palembang, yang
berjumlah 134 orang siswa yang terdiri dari 4 kelas.
Tabel 1
43 Ibid., 44Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfa Beta, 2013), Hlm. 61
25
Populasi Siswa Kelas X di MA Al-Fatah Palembang
N
o
Kelas Jumlah Siswa Jumlah
Populasi
1 X. MIA 1 34 34
2 X. MIA 2 32 32
3 X. MIA 3 34 34
4 X. MIA 4 34 34
Jumlah seluruh 134 134
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.45 Berdasarkan hasil observasi dilapangan, dari 4 kelas tersebut peneliti
memilih hanya 1 kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas X. MIA 2
Tabel 2
Sampel Siswa Kelas X MIA 2 MA Al-Fatah Palembang
No Kelas Laki-laki Perempu
an
Jumlah
45Ibid., Hlm.62
26
1. X. MIA 12 20 32
Jumlah Keseluruhan Siswa 32
Jadi, Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah teknik
Purposive Sampling atau pengambilan sampel secara sengaja.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di maksud dalam penelitian ini adalah langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian dalah
mendapatkan data.46 Adapun untuk mendapat data yang akurat penulis menggunakan
teknik pengumpulan data antara lain:
a. Observasi
Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.47 Adapun dalam penelitan ini menggunakan teknik
obsevasi non-partisipan yang bersifat terstruktur yaitu, peneliti tidak terlibat dan
hanya sebagai pengamat independen dan mencatat, menganalisis dan kemudian
46Sugiyono, Op.Cit.,Hlm. 224 47Ibid., Hlm.145
27
membuat kesimpulan.48 Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara langsung ke guru, siswa dan tempat penelitian, seperti kondisi guru dan siswa
pada saat proses belajar mengajar berlangsung pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam kelas X di MA Al-Fatah Palembang.
b. Angket (Kuesioner)
Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.49
Dalam penelitian ini angket yang digunakan berupa angket tertutup untuk
memperoleh data mengenai kecerdasan emosional yang dimiliki oleh guru Sejarah
Kebudayaan Islam dan Minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA Al-Fatah Palembang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dalam hal ini dokumen yang
berkenaan dengan sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru dan pegawai, keadaan
sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut.
48Ibid., Hlm. 145 49Ibid., Hlm. 142
28
5. Teknik Analisis Data
Adapun untuk menganalisis kedua variabel dalam penelitian ini megunakan
teknik analisis Korelasi Product Moment.
Adapun rumus yang dipakai sebagai berikut:50
rxy = N [∑X2+ ∑Y2−∑(X−Y)2]− 2 (∑X)(∑Y)
2√[N∑X2−(∑X)2][N∑Y2−(∑Y)2]
Keterangan:
N : Jumlah siswa
∑X2 :Jumlah seluruh skor variabel X
∑Y2 :Jumlah seluruh skor variabel Y
X-Y : Selisih antara skor variabel X dan Y
X-Y² :Kuadrat dari Selisih antara skor variabel X dan Y
(∑X)2 :Jumlah dari seluruh skor variabel ∑X2
(∑Y)2 :Jumlah dari seluruh skor variabel ∑Y2
2 : Bilangan konstan
Adapun langkah-langkahnya:
1. Mencari nilai statistik dasar yang di peroleh dari data penyebaran angket,
50Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Hlm 224
29
variabel Kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam dan Minat
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-
Fatah Palembang.
2. Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol nya (Ho)
3. Melakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya angka indeks korelasi
“r” Product Moment, dengan cara menyiapkan tabel indeks korelasi,
sehingga diperoleh hasil:
∑X, ∑Y, ∑X2, ∑Y2, ∑X − Y, ∑(X − Y)2
4. Mencari nilai (rᵪᵧ) dengan rumus:
rxy = N [∑X2 + ∑Y2 − ∑(X − Y)2] − 2 (∑X)(∑Y)
2√[N∑X2 − (∑X)2][N∑Y2 − (∑Y)2]
5. Memberikan interpretasi terhadap rᵪᵧ (konsultasi tabel nilai “r” Product
Moment) dengan rumus: 𝒅𝒇 = 𝑵‐ 𝒏𝒓 kemudian Menarik kesimpulannya.
6. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian
awal, inti dan akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat
pernyataan, halaman surat persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman
motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
30
Pada bagian inti berisi uraian penelitian mulai dari pendahuluan sampai penutup.
Pada skripsi ini penulis mengungkapkan hasil penelitian dalam V bab sebagai
berikut:
BAB I :PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah,
identifikasi
masalah, Batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan kepustakaan, kerangka teori,variabel penelitian,
hipotesis penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II :LANDASAN TEORI, terdiri dari pengertian kecerdasan
emosional,wilayah kecerdasan emosional, pengertian guru, peran guru
dalam pembelajaran, pengertian minat, belajar siswa, indikator minat
belajar, fungsi minat belajar dalam kehidupan.
BAB III :KEADAAN UMUM PENELITIAN, yang meliputi : letak geografis
sekolah, sejarah berdirinya sekolah, visi dan misi serta tujuan, keadaan
guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, kegiatan
ekstrakurikuler, pelaksanaan tugas di sekolah, struktur organisasi sekolah.
BAB IV :ANALISIS DATA, yaitu pemaparan analisis data tentang
kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam serta minat
belajar siswa, serta pengaruh kecerdasan emosional guru Sejarah
Kebudayaan Islam terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah Palembang.
31
BAB V :PENUTUP, yang berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup.
32
BAB II
LANDASAN TEORI
Kecerdasan Emosional
A. Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan berasal dari bahasa Yunani, yaitu (nous) bearti kekuatan, sedangkan
dalam bahasa inggris intelligence, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Intelegensi yang berarti penggunaan kekuatan intelektual secara nyata.51 Sedangkan
dalam buku Nyayu Khodijah (2014), Intelegensi (kecerdasan) berasal dari kata latin
Intelligere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Dalam
bahasa Arab, intelegensi disebut dengan ad-dzaka yang berarti pemahaman,
kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu atau kemampuan (al-qudrah) dalam
memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. intelegensi merupakan kemampuan
potensial umum untuk belajar dan bertahan hidup, yang dicirikan dengan kemampuan
untuk belajar, kemampuan untuk berfikir abstrak dan kemampuan untuk memecahkan
masalah.52
Intelegensi sering diartikan dengan kecerdasan. Istilah cerdas sendiri sudah
lazim dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti: bila seseorang tahu banyak
hal, mampu belajar cepat, serta berulang kali dapat memilih tindakan yang efektif
51Rohmalina Wahab, dkk. Kecerdasan Emosional dan Belajar, (Palembang : Grafika Telindo
Press,2012), Hlm. 13. 52Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Hlm. 89. 91
32
33
dalam situasi yang rumit, maka disimpulkan bahwa ia orang yang cerdas. Meski
fenomena yang dipelajari sama, namun para psikologi yang mempelajari tentang
intelegensi memberikan pengertian yang berbeda-beda.53
Menurut Goddard dalam buku Rohmalina Wahab dkk (2012), bahwa
intelegensi merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang
akan datang. Sedangkan menurut Abdul Aziz Al-Quusy, kecerdasan merupakan
kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman baru didalam situasi baru,
kemampuan untuk tumbuh. Sedangkan menurut Utami Munandar, kecerdasan
merupakan kemampuan untuk berfikir abstrak, kemampuan untuk menangkap
hubungan-hubungan dan untuk belajar serta kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap situasi-situasi baru.54
Kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Oleh karena itu
bepikir emosional dan berpikir rasional harus seimbang. Keduanya itu saling
melengkapi, emosi memberi masukan dan informasi kepada proses pikiran rasional,
sedangkan pikiran rasional memperbaiki dan terkadang memberi masukan-masukan
emosi tersebut. Emosi pada dasarnya merupakan dorongan untuk bertindak, rencana
53Ibid., 54Rohmalina Wahab, Op.Cit., Hlm. 13-14
34
seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur
oleh evolusi55.
Definisi emosi dirumuskan dengan orientasi teoritis yang berbeda-berbeda.
Menurut Wiliam James dalam buku Rohmalina Wahab (2015), mendefinisikan emosi
sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan
yang jelas pada tubuh. Sedangkan menurut Rohmalina Wahab menyimpulkan bahwa,
emosi merupakan suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
dirinya.56
emosi sering kali disamakan dengan perasaan, namun keduanya dapat
dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibandingkan dengan perasaan, sehingga
perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas dibandingkan
perasaan.57 Emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku
yang tampak.58 Dalam buku Ary Ginanjar (2001), menjelaskan bahwa kunci
kecerdasan emosi terletak pada kejujuran diri sendiri terhadap suara hati. Suara hati
55Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).Hlm. 5.7 & 11 56Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Palembang: Grafika telindo Pers, 2015) ., Hlm. 186 57Nyayu Khodijah, Op.,Cit., Hlm. 138-139 58Sunarto dan agung hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013).
Hlm. 150
35
itulah yang harus dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman,
kekuatan serta kebijaksanaan.59
Fungsi emosi bagi manusia, tidak hanya berfungsi untuk mempertahankan diri.
Akan tetapi emosi juga berfungsi sebagai energi atau pembangkit untuk memberikan
kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan pembawa
pesan. Sebagai sarana untuk mempertahan hidup, emosi memberikan kekuatan pada
manusia untuk membela dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau
rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah atau benci, membuat
manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lainnya.60
Sebagai pembangakit energi, emosi positif seperti cinta dan sayang memberikan
pada kita semangat untuk hidup. Sebaliknya emosi yang negatif, seperti sedih dan
benci, membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan tidak ada gairah untuk
hidup. Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahukan kita bagaimana keadaan
orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan
sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan
kondisi tersebut. Bayangkan, jika tidak ada emosi, kita tidak tau bahwa teman sekelas
kita sedang bersedih karena baru ditinggal mati oleh orang tuanya , mungkin kita
59Ary Ginanjar Agustian, ESQ, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2000), Hlm 9. 60Nyayu Khodijah, Op.Cit,. Hlm. 138
36
akan tertawa-tawa bahagia, sehingga dapat membuat teman kita merasa anda tidak
bersikap empati terhadapnya.61
Kecerdasan emosional pertama kali muncul pada tahun 1990 oleh Peter Salovy
dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire.
Kemudian istilah EI (Emosional Intelligence) berkembang ke berbagai penjuru dunia
terbitnya buku best seller karya Daniel Goleman (New York) tahun 1995 yang
berjudul Emosional Intellegence. Kemudian muncullah berbagai jenis buku yang
berkarakter hampir sama dalam berbagai bentuk kebutuhan.62
Menurut Peter Salovey dan John Mayer yang dikutip oleh Hamzah (2006)
bahwa, kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan,
meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan
dan maknanya serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual. Sedangkan menurut Reuven Bar-On kecerdasan
emosional merupakan serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non
kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungan.63
61Ibid, Hlm. 139 62Darmansyah, Strategi Pembelajaan Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), Hlm. 122 63Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), Hlm. 69
37
Dalam buku Ary Ginanjar (2001), Kecerdasan emosional merujuk pada
kemampuan mengungkap serta mengenali perasaan kita sendiri, juga perasaan orang
lain dan kemampuan memotivasi diri sendiri serta kemampuan mengelola emosi diri
sendiri dengan baik dan dalam hubungannya dengan orang lain.64 Sedangkan dalam
buku Nyanyu Khodijah (2014), kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang
dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang
lain.65 Dalam buku Rohmalina Wahab dkk (2012), Kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengenali, mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang
lain serta cara menanggapi dan merealisasikan dengan cepat dan tepat, menerapkan
informasi dan energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.66
Dalam buku Mustaqim (2001), kecerdasan emosi merupakan suatu kemampuan
untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan
untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi-emosi yang muncul
dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.67 Dalam buku Darmansyah
(2012), kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami orang
64Ary Ginanjar, Loc.Cit., Hlm. 402 65Nyayu Khodijah, Loc.Cit., Hlm. 145 66Rohmalina Wahab dkk, Kecerdasan Emosional dan Belajar, (Palembang: Grafika Telindo
Press, (2012). Hlm. 18 67Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2001). Hlm. 154
38
lain, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi dalam bersosialisasi denan orang lain.68
Kecerdasan emosional merupakan kamampuan seseorang dalam mengendalikan
emosinya secara cerdas berdasarkan indikator-indikator kecerdasan emosional.69
Kecerdasan emosional adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan
tepat, menerapkannya dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari.70 Kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan mampu membina hubungan kerja
sama dengan orang lain.71
Dalam buku Enung Fatimah (2010), dijelaskan bahwa kecerdasan emosional
menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang
lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Unsur penting kecerdasan emosional
terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri), kecakapan sosial (menangani
68Darmansyah, Op.Cit., Hlm. 124 69Gusniwati, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat belajar Terhadap Penguasaan
Konsep Matematika Siswa SMAN Di Kecamatan Kebun Jeruk, (Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,
2015). Hlm.31 70Landasan Teori. 2015. Pengertian kecerdasan emosional. [Dalam] Www.Landasan
teori.com/2015/09/Pengertian-kecerdasan-emosional. [diakses: senin, 6 November 2017, pukul:
03:51] 71Nadhirin. 2009. Apa sih Kecerdasan Emosiona [Dalam] Www.
Nadhirin.blogspot.co.id/2009/06/Apa-sih-Kecerdasan-Emosional-Itu [diakses: senin 6 november 2017, Pukul:04:28]
39
suatu hubungan), keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang
dikehendaki pada orang lain). Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan
kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi
secara dinamis. Pada kenyataannya, perlu diakui juga bahwa kecerdasan emosional
memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan disekolah, tempat
kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.72
Dalam buku Daniel Goleman, ciri dari kecerdasan emosional yaitu: kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan
berdoa.73 Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa orang yang secara emosionalnya
cakap dan berkembang dengan baik, kemungkinan besar ia akan bahagiah dan
berhasil dalam kehidupannya.74
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
guru Sejarah Kebudayaan Islam adalah kemampuan seorang guru untuk mengenali
emosi diri sendiri, memotivasi diri sendiri dan orang lain, mengelola serta
mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam.
72Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Hlm.115 73Daniel Goleman, Loc.Cit., Hlm. 45 74Ibid., Hlm.48
40
B. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional akan dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya:
menurut Walgito yang dikutip Rohmalina Wahab dkk (2012), ada dua faktor yang
dapat mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu :75
1. Faktor Internal
Apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya.
Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu, segi jasmani dan segi psikologis. Segi
jasmani merupakan faktor fisik dan kesehatan seseorang, bila kesehatannya terganggu
dapat di mungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya yang mencangkup
pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
2. Faktor Eksternal
Stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung,
yang meliputi:
a. Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
memperlakukan kecerdasan emosi.
b. Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi merupakan
kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
75Rohmalina Wahab, Op.Cit., Hlm. 25-26
41
Sedangkan menurut Makmun Mubayidh hal-hal yang dapat mempengaruhi
kecerdasan emosional terdiri dari faktor keluarga dan faktor pendidikan atau dengan
kata lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal:76
1. Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu segi jasmani dan
psikologi. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu. Kesehatan jasmani
sangat bepengaruh pada kondisi emosional, untuk mendapatkan kesehatan jasmani
seseorang perlu mendapat istirahat yang cukup, makan makanan yang baik,
berolahraga dan menghirup udara segar setiap hari.
2. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri individu, diantaranya keluarga yang
merupakan stimulus awal kecerdasan emosi. Karena di dalam keluargalah anak
pertama kali mengenal dan mendapatkan pendidikan emosi dan pendidikan (sekolah)
sebagai lingkungan atau situasi yang turut mendukung proses kecerdasan emosi.
Menurut Patton dalam buku Hamzah (2006), faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional diantaranya:77
a. Seseorang merasa tidak senang terhadap dirinya atau tempat kerjanya.
b. Seseorang tidak bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang ia
76Ibid., Hlm.27 77Hamzah, LOc.Cit., Hlm. 72
42
kerjakan.
c. Seseorang menjadi sakit karena merasa tidak mampu menyesuaikan
dirinya.
d. Seseorang merasa tertekan dan kurang berminat pada pekejaannya.
e. Seseorang kehilangan gairah, semangat dan motivasi diri.
C. Indikator Kecerdasan Emosional
Goleman mengungkapkan lima indikator kecerdasan emosional yang dapat
menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan
sehari-hari, hal ini sangat berguna bagi seorang guru dalam memahami wilayah
kecerdasan emosional, karena hal ini sangat membantu dalam dunia pendidikan.
Diantaranya adalah:78
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar
kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan
persaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan
pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan
yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan
sihingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat
buruk bagi pengambilan keputusan dalam masalah.
78Daniel Goleman, Op.Cit., Hlm.58-59
43
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan
tepat. Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada
kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu
menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat.
Sebaliknya, orang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan
terus-menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri
pada hal-hal yang negatif yang merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri
melalui hal-hal berikut: a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajad
kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan
berfikir positif; d) optimisme dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu
keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa
yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan
kemampuan memotivasi diri, seseorang cenderung memiliki pandangan
yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
d. Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan
kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan terampil
44
membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri, ia tidak akan mampu
menghormati perasaan orang lain.
e. Membina hubungan
Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan
keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan
dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan, seseorang akan
mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Tidak dimilikinya
keterampilan-keterampilan semacam ini menyababkan seringkali dianggap
angkuh, mengganggu, atau tidak berperasaan.
Sedangkan dalam buku Rohmalina Wahab dkk (2012), menyimpulkan aspek-
aspek /indikator dari kecerdasan emosional sebagai berikut:79
a. Kesadaran diri
Kesadaan diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran kita
tentang suasana hati. Kesadaran diri merupakan perhatian terus menerus
terhadap keadaan batin seseorang. Jadi, seseorang yang mampu mengenali
emosinya sendiri akan mampu mengendalikan emosinya dengan baik.
b. Pengelolaan diri
79Rohmalina Wahab dkk, Op.Cit., Hlm. 20
45
Pengelolaan diri mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri
dan perasaan-perasaan yang dialaminya. Mengelola emosi dengan cara yang
baik adalah cara untuk menjaga diri agar tetap stabil.
c. Motivasi
Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengerakkan,
mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau mencapai
tujuan tertentu.
d. Empati
Empati dibangun dari kesadaran diri, atau bisa juga dikatakan
memposisikan diri senada dan serasa dengan emosi orang lain akan membantu
kita membaca dan memahami perasaan orang lain tersebut
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan keterampilan seseorang dalam membina
pola-pola hubungan dengan orang lain.
Sedangkan dalam buku Hamzah (2006), indikator kecerdasan emosional yaitu:80
a. Kesadaran diri, sadar akan emosi diri disaat kemunculannya.
b. Pandai secara emosional, dapat mengidentifikasi dan mengenali perasaan
80Hamzah, Loc.,Cit., Hlm. 75-76
46
tertentu pada diri sendiri dan orang lain, mampu mendiskusikan emosi
dan mengkomunikasihkannya secara jelas dan langsung.
c. Kemampuan empati, rasa iba, kesehatan, motivasi, inspirasi, membangun
semangat dan mengambil hati orang lain.
d. Kemampuan membuat keputusan yang cerdas dengan memakai
keseimbangan emosi dan akal sehat.
e. Kemampuan untuk mengatur dan bertanggung jawab terhadap emosi
seseorang, terutama tanggung jawab dalam motivasi diri dan
kebahagiaan pribadi.
Dalam buku Mustaqim (2001), indikator kecerdasan emosional yaitu:81
a. kesadaran diri
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya
untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri serta memiliki tolak ukur
yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
Mencangkup: (1).Kesadaran emosi : mengenali emosi diri sediri dan efeknya.
(2).Penilaian diri secara teliti: mengetahui kekuatan dan batas-batas diri
sendiri. (3).Percaya diri: keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.
b. Pengaturan diri
81Mustaqim, Op.Cit., Hlm. 154
47
Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif
terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu segera pulih kembali
dari tekanan emosia, mencangkup: (1).Mengendalikan diri: mengelola emosi
dan dan desakan hati yang merusak. (2).Sifat dapat dipercaya: memelihara
norma kejujuran dan integritas. (3).Kehati-hatian dan bertanggung jawab atas
kinerja pribadi. (4).Adaptabilitas dan keluwesan dalam menghadapi
perubahan. (5).Inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan,
pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c. Motivasi
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk mengerakkan dan
menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak
secara efektif serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
Mencangkup: (1).Dorongan prestasi: dorongan untuk menjadi lebih baik atau
memenuhi standar keberhasilan. (2).Komitmen: kemampuan menyesuaikan
diri dengan sasaran kelompok atau lembaga. (3).Inisiatif: kesiapan untuk
memanfaatkan kesempatan. (4).Optimos: kegigihan dalam memperjuangkan
sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
d. Empati
Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
48
dengan orang lain atau kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan
kepentingan orang lain. Meliputi: (1). Memahami orang lain yaitu
menginderakan perasaan dan perspektif orang dan menunjukkan minat aktif
terhadap kepentingan mereka. (2). Mengembangkan orang lain: merasakan
kebutuhan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka. (3).
Orientasi pelayanan: kemampuan mengantisipasi, mengenali dan berusaha
memenuhi kebutuhan orang lain. (4). Memanfaatkan keragaman: kemampuan
menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan orang lain. (5). Kesadaran
politis: mampu membaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya
dengan kekuasaan.
e. Keterampilan Sosial
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain
dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial. Dalam berinteraksi
dengan orang lain keterampilan ini dapat di pergunakan untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah, dan menyelesaikan perselisihan serta
bekerjasama dan bekerja dalam tim.
D. Manfaat Kecerdasan Emosional
Menurut Muhammad Muhyidin, manfaat kecerdasan emosional yaitu:82
82Op.Cit., Rohmalina Wahab, dkk. Hlm. 32
49
1. Peka terhadap berbagai situasi dan kondisi yang melingkup
keberadaannya, dengan mempunyai kepekaan ini maka orang akan
berhati-hati dalam bersikap, bertutur kata dan berbuat.
2. Mempunyai tingkat empati yang signifikan, dengan memiliki empati
maka seseorang akan mudah menjalin persahabatan, hubungan bisnis
maupun karir serta mudah diterima oleh semua kalangan.
3. Dengan EQ seseorang akan mampu mengelola emosi-emosi negatif dan
mengubahnya menjadi emosi positif.
4. Dengan EQ maka seseorang juga bisa mandiri tidak merasa
ketergantungan pada sesuatu atau seseorang. jiwanya akan mandiri,
sikap dan prilakunya yang independen. Dengan EQ maka seseorang
bisa beradaptasi dengan berbagai lingkungan. Ia akan bisa menghindari
lingkungan yang buruk dan akan bisa memilih lingkungan yang baik.
5. Dengan EQ maka seseorang akan bisa memecahkan problem antar
pribadi.
6. Dengan EQ maka seseorang akan mampu untuk bersikap optimis dan
menghindari sikap pesimis
7. Dengan EQ maka seseorang bisa berlaku jujur,ramah, sopan, hormatdan
toleran terhadap orang lain.
50
Semakin tinggi kecerdasan emosional kita, maka semakin besar kemungkinan
untuk sukses sebagai pekerja, orang tua, manager, anak dewasa bagi orang tua kita,
mitra bagi pasangan hidup kita, atau calon untuk suatu posisi jabatan.83 Kecerdasan
emosi perlu ditumbuhkan semenjak anak masih kecil melalui naskah emosi yang
sehat agar dapat diinternalisasikan anak sejak dini dan dibawa terus oleh anak dalam
berinteraksi dengan orang lain.84 Menurut Goleman menjelaskan bahwa orang yang
secara emosionalnya cakap dan mengetahui serta dapat menangani perasaan mereka
dengan baik, yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan
efektif serta memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan. Orang dengan
keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan
bahagiah dan berhasil dalam kehidupannya.85
Menurut Danil Goleman dalam buku Ary Ginanjar (2001), ia mengemukan
bukti ilmiah tentang kecerdasan emosional. “Dalam sebuah penelitiannya, ia
mengumpulkan anak-anak usia emapat tahun di Taman Kanak-Kanak Stanford.
Mereka diminta satu persatu masuk kedalam sebuah ruangan, dengan sepotong
marshmallow yang diletakkan diatas meja dihadapan mereka. “kalian boleh memakan
marshmallow ini jika kalian mau tapi kalau kalian makannya setelah saya kembali
lagi kesini kalian berhak mendapatkan sepotong lagi”. Setelah empat belas tahun
kemudian, setelah mereka lulus SMA. Dapat dibandingkan anak-anak yang mampu
83Hamzah B Uno, Op.Cit., Hlm. 71 84Nyanyu Kodijah, Op.Cit., Hlm. 146 85Hamzah B Uno. Op.cit., Hlm.73
51
menahan memakan marshmallow, memiliki ketahanan mental dan lebih tahan
menghadapi stress, tidak mudah tersingung dan berkelahi. Dalam bekerja ia Memiliki
kecerdasan, berminat tinggi, mampu berkonsentrasi, handal dan bertangung jawab
dan dapat mengendalikan diri saat menghadapi frustrasi. Dibandingkan dengan anak-
anak yang dulu lebih memilih untuk makan marshmallow lebih dulu.86
Dari pendapat diatas, mengandung pelajaran tentang kerugian akibat ketidak
mampuan dalam mengendalikan emosi. Itulah yang terjadi bila kita di bawah
kekuasaan emosional, kemampuan berpikir dan bekerja kita akan semakin merosot.87
Minat Belajar
A. Pengertian Minat Belajar
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.88 Menurut Hilgard yang dikutip
oleh Muhibbin, bahwa minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
86Ary Ginanjar, Loc.Cit., Hlm. 315 87Ibid., 88Rohmalina Wahab, Psikologi Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2015), Hlm.
32.
52
seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.89 Sedangkan
menurut Sardiman dalam bukunya mengatakan bahwa Apa yang dilihat seseorang
sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai
hubungan dengan kepentingannya sendiri.90
Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang
terhadap seseorang atau sesuatu yang telah ia amati (biasanya disertai dengan
perasaan senang), karena itu ia merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.91 Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat.92 Adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan
mendorong orang untuk mempelajari sesuatu hingga mampu mencapai hasil belajar
yang maksimal sesuai dengan yang ia inginkan. Karena minat merupakan komponen
psikis yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan,
sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati.93
Sedangkan belajar dijelaskan dalam buku Mahmud (2012), kata belajar
berasal dari Bahasa Arab yaitu Ta’allum berarti salah satu sumber pengetahuan.
Sedangkan menurut Mustafa Fahmi, bahwa Ta’allum adalah istilah yang
89Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Hlm. 38. 90Sardiman, Op. Cit. Hlm. 76. 91Ibid. 92Slameto, Op. Cit., Hlm. 180. 93Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2011), Hlm.
66.
53
mengambarkan proses perubahan perilaku dan pemindahan pengetahuan.94 Belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan perubahan perilaku
yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.95
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha, perbuatan yang dilakukan
secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indera, otak dan anggota tubuh lainnya,
demikian pula menyangkut aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat,
motivasi, minat dan sebagainya.96
Belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.97 Selama berlangsungnya kegiatan
belajar, terjadi proses interaksi antara orang yang melakukan kegiatan yang belajar
yaitu siswa/ mahasiswa dengan sumber belajar, baik berupa manusia yang berfungsi
sebagai fasilitator yaitu guru/dosen maupun yang berupa non manusia, seperti buku
dan sebagainya.98 Ketika kata perubahan dibicarakan dan dipermasalahkan, maka
pembicaraan sudah menyangkut permasalahan mendasar dari masalah belajar.
94Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2012). Hlm.62 95Ibid., Hlm. 61 96M. Dalyono, Op. Cit., Hlm. 49. 97Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007),
Hlm. 20. 98Rohmalina., Op. Cit., Hlm. 20
54
Apapun hal-hal yang disampaikan oleh para ahli untuk memberikan pengertian
belajar, maka intinya tidak lain adalah masalah perubahan yang terjadi pada diri
individu yang belajar.99
Minat belajar merupakan dorongan batin yang tumbuh dari seorang siswa
untuk meningkatkan kebiasaan belajar. Minat belajar akan tumbuh saat siswa
memiliki keinginan untuk meraih nilai terbaik atau ingin memenangkan persaingan
dalam belajar dengan siswa lainnya. Minat belajar juga dapat dibangun dengan
menetapkan cita-cita yang tinggi sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa.100
Minat belajar adalah kecenderungan, ketertarikan, dan keinginan yang besar untuk
memperhatikan sesuatu dalam kegiatan belajar yang merupakan modal untuk
mencapai tujuan dengan rasa senang.101
Minat belajar merupakan kecenderungan atau ketertarikan seseorang untuk
melakukan perubahan sehingga memperoleh peningkatan baik dalam tingkah laku
atau intelegensi dirinya tanpa ada yang menyuruhnya.102 Minat belajar adalah suatu
perasaan senang, perhatian dalam belajar dan adanya ketertarikan siswa kepada
pelajaran yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan
99Ibid., Hlm. 21. 100Gusniwati, Op.Cit., Hlm.32 101Op.Cit., Waminton Rajagukguk, Hlm. 209 102Anjar Mukti Wibowo, Peningkatan Minat Belajar IPS Sejarah Dengan Menggunakan
Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa Kelas VII B di MTS Negeri Kembang Sawit, (Jurnal Ikip Pgri Madiun, 2012), Hlm. 88
55
tingkahlaku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.103 Minat
memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata
pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.104
Minat dapat memengaruhi kualitas belajar seseorang dalam bidang study
tertentu. Misalnya, seseorang yang menaruh minat besar terhadap mata kuliah ilmu
falak akan banyak memusatkan perhatiannya pada mata kuliah ini dari pada mata
kuliah lainnya. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan ia belajar lebih giat dan berprestasi pada bidang tersebut.105
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Minat belajar siswa pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan suatu keinginan atau ketertarikan siswa
untuk belajar pada mata pelajaan Sejarah Kebudayaan Islam yang ditandai adanya
dorongan yang tinggi untuk belajar tanpa ada paksaan atau beban dengan tujuan
untuk memahami pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga memperoleh nilai
yang lebih baik.
B. Indikator Minat Belajar
103Sriana Wati. 2013. Home Economic And Tourism. [Dalam] Http/e-jurnal.unp.ac.id/Sriana
Wasti,dkk./Home Economic And Tourism/2013. [akses:selasa, 14 november 2017. Pukul:9:30]. 104Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Hlm. 140 105Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Hlm. 99
56
Beberapa indikator minat belajar antara lain: perasaan senang, ketertarikan,
keterlibatan siswa, dan perhatian siswa. Adapun rinciannya sebagai berikut:106
a. Rajin dalam belajar
Seseorang yang selalu berusaha dengan giat secara terus menerus
didalam belajarnya.
b. Tekun dalam belajar
Seseoang yang bersungguh-sungguh didalam belajar demi tercapainya
tujuan belajar yang diharapkan.
c. Rapi dalam mengerjakan tugas
Siswa yang bersih, teratur dalam mengerjakan tugas pelajaran yang
diberikan.
d. Memiliki jadwal belajar
Siswa yang memiliki pembagian waktu belajar berdasarkan urutan
pelajaran disekolahnya masing-masing.
e. Disiplin dalam belajar
Ketaatan dan kepatuhan siswa didalam mengikuti aturan belajar baik
disekolah maupun diluar sekolah.
106Ani endriani. Blogspot.com/2011/03/indicator-minat-belajar.html. (diakses: selasa, 14 november 2017. Pukul: 08:50)
57
Untuk mengetahui apakah siswa berminat dalam belajar, dapat dilihat dari
beberapa indikator mengenai minat belajar:107
1. Begairah untuk belajar
2. Tertarik pada pelajaran
3. Tertarik pada guru
4. Mempunyai inisiatif untuk belajar
5. Kesegaran dalam belajar
6. Kosentrasi dalam belajar
7. Teliti dan mempunyai kemauan dalam belajar
Adapun indikator-indikator minat belajar, diantaranya:108
1. Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senangatau suka terhadap pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam misalnya, maka ia akan terus menerus mempelajari
ilmu yang berkaitan dengan Sejarah Kebudayaan Islam tanpa ada paksaan
2. Perhatian dalam belajar
Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka ia akan
memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat
107Kamrianti Ramli. 2012. Apa Sih Minat Belajar. [Dalam]
https:/www.google.co.id/amp/s/Kamriantiramli.wordpress.com/2012/04/19/Apa-sih-minat-itu [diakses:
senin, 6 November 2017, Pukul:04:50] 108Wawasan Pendidikan. 2015. Pengertian Aspek Indikator dan Manfaat Serta Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Minat Belajar. [Dalam] Www.Wawasanpendidikan.com/2015/10/Pengertian-
Aspek-Indikator-dan-Manfaat-Serta-Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-minat-Belajar.[diakses: Senin, 6 November 2017, Pukul:05:14]
58
terhadap pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, maka ia berusaha untuk
memperhatikan penjelasan dari gurunya.
3. Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik
Tidak membenci/bersikap acuh tak acuh terhadap guru, serta tertarik
terhadap mata pelajaran yang diajarkannya. Mempunyai antusias yang tinggi
serta mengendalikan perhatian terutama pada guru, ingin selalu bergabung
dalam kelompok kelas, ingin identitasnya selalu diketahui oleh orang lain dan
selalu ingat pada pelajaran yang dipelajari
Indikator-Indikator dari minat belajar, yaitu:109
1. Perasaan senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap mata
pelajaran, maka ia akan menerima mata pelajaran tersebut dengan senang, terus
menerus mempelajarinya, tidak merasa terpaksa dalam belajar, dan tidak akan
merasa bosan dalam pelajaran tersebut.
2. Perhatian dalam belajar
Seseorang yang mempunyai perhatian suatu pelajaran, ia pasti akan
berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu akan memberikan
perhatian lebih, memiliki kosentrasi dalam belajar dan mengikuti penjelasan
guru serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
109Sriana Wasti,dkk, Op.Cit. Hlm. 5
59
3. Ketertarikan pada materi pelajaran
Seseorang yang memiliki ketertarikan pada materi pelajaran, ia akan
berusaha untuk mencari tantangan pada isi pelajaran yang disenanginya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa diantaranya: dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang mempengaruhi minat dari dalam individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.110
a. Faktor-faktor Intern
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis menyangkut kesehatan dan cacat tubuh yang
kemungkinan dimiliki oleh individu. Proses belajar seseorang akan terganggu
jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, mudah mengantuk jika badannya lemah, kurang
darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya.
Keadaan cacat tubuh juga mampu mempengaruhi belajar dan minat belajar
individu. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat
bantu agar dapat menghindari menurunnya minat si anak untuk belajar.
110Slameto, Op. Cit., Hlm. 54.
60
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada beberapa faktor yang ada pada aspek
psikologis yang mempengaruhi minat belajar siswa, diantaranya:111
a) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar yang
kemudian mempengaruhi minat belajar siswa. Dalam situasi yang sama, siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada
yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Hal ini disebabkan karena
belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara
faktor lain.
b) Perhatian
Agar siswa dapat belajar dengan baik hingga mampu meningkatkan
minat belajar mereka, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian
dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c) Bakat
111Ibid., Hlm. 55
61
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka
hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan lebih berminat serta
pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.112
b. Faktor-faktor Ekstern
1) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang dapat
berdampak pada minat belajar mereka. Pengaruh tersebut dapat berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.113
2) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mampu mempengaruhi minat belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.114
112Ibid., Hlm. 58. 113Ibid. 114Ibid.,Hlm. 64.
62
Faktor yang mendasari timbulnya minat belajar yaitu:115
1. Faktor dorongan dalam, yaitu: dorongan dari individu itu sendiri,
sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan
tertentu untuk memenuhinya.
2. Faktor motivasi sosial, yaitu: faktor untuk melakukan suatu aktivitas
agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini
semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya.
3. Faktor emosional, yakni minat erat hubungannya dengan emosi karena
faktor emosional selalu menyertai seseorang dalam berhubungan
dengan objek minatnya.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu:116
1. Kondisi fisik
Minat belajar erat hubungannya dengan keadaan jasmani seorang
siswa. dalam hal ini kondisi fisik, fisik yang sehat akan berpengaruh pada pola
belajar yang efektif, begitupun sebaliknya fisik yang lemah atau sakit dapat
menyebabkan siswa kurang konsentrasi menerima materi yang dijelaskan oleh
guru.
2. Kebutuhan untuk berprestasi dan teman sebaya
115Kamrianti Ramli.wordpress.com. Op.Cit., Hlm 58 116 Murdani dkk. 2016. [Dalam] http/Jurnal.unmuhjember.ac.id/VA.Murdani,dkk./Faktor-
Faktor Mempengaruhi Minat Belajar Siswa./2016. [akses: Selasa, 14 November. Pukul: 10:30]
63
Dengan adanya kebutuhan untuk berprestasi dan dorongan dari
teman sebaya, maka siswa akan meningkatkan minat belajarnya.
3. Perasaan senang
Perasaan senang akan membuat siswa semakin berminat terhadap apa
yang akan dipelajarinya serta tanpa beban mengikuti pelajaran.
D. Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar
Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Adapun
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar pada siswa antara
lain:117
a. Membangkitkan minat menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.
Misalnya siswa menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum
mengajarkan percepatan gerak, pengajar dapat menarik perhatian siswa
dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja
berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran
yang sesungguhnya.
b. Berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa.
Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa
mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan
dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di
117Slameto., Hlm. 181.
64
masa yang akan datang. Siswa, misalnya, akan menaruh perhatian pada
pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa
mendaratnya manusia pertama di bulan.
c. Memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.
Insentif merupakan alat yang dipakai untuk menbujuk seseorang agar
melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak
dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian insentif akan
membangkitkan motivasi siswa, dan mungkin minat terhadap bahan yang
diajarkan akan muncul.118
Adapun upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan minat belajar
siswa, yaitu:119
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. sebelum
memulai pembelajaran guru memberi pertanyaan untuk merangsang
ingatan siswa, setelah itu guru menjelaskan tentang materi yang akan
dibahas pada hari itu. Kemudian guru memancing pengetahuan siswa yang
terkait dengan materi tersebut dengan memberi pertanyaan.
2. Guru memiliki strategi dan metode untuk meningkatkan minat belajar
118Ibid. 119Eprints. 2013. [Dalam] http/eprints.unm.ac.id/2058/Jurnal Pendidikan Sosial./Upaya Guru
Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa./2013. [akses: selasa, 14 November 2017. Pkl: 12:00]
65
siswa. Dalam hal ini guru hendaknya menggunakan metode dan media
mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
3. Fasilitas dalam belajar yang dilengkapi akan membantu siswa
bersemangat dan senang dalam belajar.
4. Hubungan guru dengan siswa berjalan dengan baik.
Deskripsi Singkat Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA
A. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara
sistematis keseluruhan perkembangan, proses perubahan atau dinamika
kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi di
masa lampau.120 Perbincangan sejarah adalah menyangkut hal-hal yang
terjadi pada masa lampau.121 Kuntowijoyo dalam Muhaimin menyatakan,
bahwa kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang muncul, memancar dari
agama Islam, atau semua budaya (karya manusia) yang terpengaruh oleh
karena ada agama Islam.122
Maka dari itu, dapat diketahui bahwa Sejarah Kebudayaan Islam
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang kajiannya mengenai
120M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana,
2014), Hlm. 8 121Choirun Niswah, Sejarah Pendidikan Islam, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2016), Hlm. 2. 122Ibid., Hlm. 340.
66
dinamika kehidupan masyarakat pada masa lampau yang muncul dari
keseluruhan kelakuan dan hasil perbuatan manusia yang terpancar dan
terpengaruh oleh karena ada agama Islam. Dalam dunia pendidikan, Sejarah
Kebudayaan Islam atau yang lebih sering disingkat menjadi SKI adalah salah
satu mata pelajaran yang ada pada madrasah, yaitu sekolah berbasis agama
Islam.
B. Tujuan dan Fungsi Sejarah Kebudayaan Islam
Adapun yang menjadi tujuan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
khususnya di Madrasah Aliyah tidak lain agar siswa memiliki kemampuan-
kemampuan sebagai berikut:123
a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah
dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
b. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan
masa depan
123Suhaimi Shaamland, 2016, Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
dalam http://www.matapelajaranski.com/2014/04/karakteristik-mata-pelajaran-sejarah.html, diakses pada hari Minggu, 25 september 2017, pukul 08:26 WIB.
67
c. Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap peninggalan
sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam setidaknya memiliki tiga fungsi
sebagai berikut:124
a. Fungsi edukatif. Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang
keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan
Islami dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
b. Fungsi keilmuan. Melalui sejarah, peserta didik memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan
kebudayaannya.
c. Fungsi transformasi. Sejarah merupakan salah satu sumber yang
sangat penting dalam proses transformasi.
124Akmal Hawi, Loc. Cit.
68
C. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah
Palembang
Selama ini sebagaimana tergambar dalam kurikulum Sejarah Kebudayaan
Islam 1994, SKI hanya dipahami sebagai sejarah tentang kebudayaan Islam saja
(history of Islam culture). Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah
tentang agama Islam dan kebudayaan. Oleh karena itu, kurikulum ini tidak saja
menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat
sejarah perkembangan ilmu agama, sains, dan teknologi dalam Islam. Aktor
sejarah yang diangkat tidak saja Nabi, sahabat dan raja, tetapi dilengkapi ulama,
intelektual dan filosof. Faktor-faktor sosial dimunculkan guna menyempurnakan
pengetahuan peserta didik tentang Sejarah Kebudayaan Islam.125
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada jenjang Madrasah merupakan salah
satu bentuk mata pelajaran di lingkungan madrasah yang diadakan untuk
mendukung pendalaman kajian ilmu-ilmu keagamaan.126 Kurikulum Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan
125Ibid. 126Kementerian Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kementerian Agama, 2014),
Hlm. iv
69
periode sejarah yang ada. Adapun yang menjadi ruang lingkup mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam tingkat Madrasah Aliyah antara lain tentang:127
Semester Pertama
Bab 1 Peradaban Arab Sebelum Islam
a. Keadaan sosial dan budaya masyarakat arab sebelum islam
b. Peribadatan masyarakat arab sebelum islam
Bab 2 Dakwah Rasulullah Saw Periode Mekkah (610-623)
a. Dakwah Rosulullah Saw sebagai rahmat bagi alam semesta
b. Strategi dakwah Rosulullah Saw di Mekkah
c. Tantangan dakwah Rosulullah Saw di Mekkah
d. Hijrah Rosulullah Saw ke Abbesina dan Thaif
e. Ibrah dan hikmah dari dakwah Rosulullah Saw periode Mekkah
Bab 3 Dakwah Rosulullah Saw Periode Madinah (623-632)
a. Hijrah Rosulullah Saw ke Madinah
b. Subtansi dan strategi dakwah Rosulullah Saw di Madinah
c. Keberhasilan Rosulullah Saw dalam Perang Badar
127Bahroin Suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam 1 Kelas X Madrasah Aliyah, (Jakarta: Yudhistira, 2015)
70
d. Keberhasilan Rosulullah Saw menaklukkan kota Mekkah
e. Membangun masyarakat Madinah dengan perekonomian dan perdagangan
f. Ibrah dan hikmah dari dakwah Rosulullah Saw periode Madinah
Semester Kedua
Bab 4 Perkembangan Islam Periode Khulafa Ar-Rasyidin
(Abu Bakar dan Umar bin Khattab)
a. Pengertian Khulafa Ar-Rasyidin
b. Pemilihan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah (632-634)
c. Kebijakan dan prestasi khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
d. Keutamaan dan kemuliaan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
e. Pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah Kedua
f. Kebijakan dan prestasi khalifah Umar bin Khattab
g. Keutamaan akhlak khalifah Umar bin Khattab
Bab 5 Dakwah Islam Periode Khulafa Ar-Rasyidin
(Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib)
a. Pemilihan Ustman bin Affan sebagai Khalifah Ketiga
b. Kebijakan dan prestasi khalifah Ustman bin Affan
c. Keutamaan akhlak khalifah Ustman bin Affan
d. Pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah Keempat
71
e. Kebijakan dan prestasi khalifah Ali bin Abi Thalib
f. Keutamaan akhlak khalifah Ali bin Abi Thalib
g. Hikmah dan ibrah kepemimpinan Islam Periode Khulafa Ar-Rasyidin
72
BAB III
GAMBARAN UMUM MA Al-FATAH PALEMBANG
A. Sejarah Singkat MA Al-Fatah Palembang
Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang terletak di komplek UIN Raden Fatah
Palembang, tepatnya terletak di Jln. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikry Km. 3,5.
Diperkirakan menggunakan waktu 15 menit dalam perjalanan, wilayah Madrasah
Aliyah Al-Fatah Palembang ini memang letaknya strategis. Secara geografis letak
Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang berbatas dengan empat objek:128
a. Sebelah timur berbatasan dengan gedung Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan gedung Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang.
c. Sebelah barat berbatasan dengan asrama Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang.
d. Sebelah utara berbatasan dengan SDN 114 Palembang.
Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang merupakan lembaga pendidikan yang
memiliki ciri khas keislaman yang berada dibawah naungan Kementerian Agama.
Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang ini mempunyai gedung utama yang
didalamnya terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya ruang kantor kepala sekolah,
ruang administrasi, ruang guru, ruang bendahara, ruang waka kesiswaan, ruang
waka kurikulum, ruang kelas yang terdiri dari 10 kelas.
128 Hasil Dokumentasi di MA Al-Fatah Palembang pada hari Kamis , 26 januari 2018
72
73
Latar belakang Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang berawal dari wujud
tanggung jawab moral dan akademik UIN Raden Fatah sebagai Lembaga Perguruan
Tinggi Agama Islam untuk mewujudkan harapan masyarakat agar
menyelenggarakan madrasah. Hal ini disambut positif oleh keluarga UIN Raden
Fatah Palembang dan akhirnya pimpinan UIN mengeluarkan rekomendasi kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk membentuk tim kecil yang bertugas
menyiapkan proses pendirian madrasah.
Untuk merealisasikan hal tersebut, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan membentuk tim pendiri dengan surat keputusan nomor X tahun 2000.
Tanggal 20 Desember tahun 2000 yang lalu. Dengan dasar surat magang tersebut,
tim kecil yang diketahui oleh Jamanuddin, M.Ag segera menyiapkan langkah-
langkah konseptual dan teknis operasional yang dianggap perlu. Alhamdullilah
berkat pertolongan Allah Swt. Madrasah yang diinginkan dapat diwujudkan dengan
siswa angkatan pertama berjumlah 60 orang yang berasal dari berbagai macam
daerah diwilayah Sumatera Selatan.
Pada tanggal 04 Agustus 2001 Madrasah Aliyah Al-Fatah untuk tingkat aliyah
dapat diresmikan, yang meresmikannya dilakukan oleh Prof. Dr. J. Suyuti
74
Pulungan, MA mewakili rektor yang berhalangan. Dalam peresmian itu, dihadiri
oleh para pejabat dilingkungan UIN Raden Fatah Palembang, pejabat Depag kota
dan wilayah, perwakilan Pemda Tk. 1 dan kota madya Palembang, departemen
pendidikan nasional, masyarakat dan para mahasiswa bersama walinya.
Visi Madrasah:
Menjadikan madrasah yang islami dan berkualitas
Misi Madrasah:
1. Menumbuhkan dan mengamalkan ajaran agama.
2. Melaksanakan pembelajaran secara efektif, inovatif yang berorientasi
nasional dan internasional.
3. Peningkatan iman dan taqwa imtaq seluruh keluarga besar MA Al-Fatah
Palembang melalui mata pelajaran agama dan mata pelajaran yang
lainnya.
4. Penanaman aplikasi akhlakul kharimah dan nilai-nilai luhur bangsa baik
di madrasah, dirumah dan masyarakat.
5. Meningkatan prestasi siswa, guru, dan pegawai.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana serta tenaga kependidikan sesuai
dengan sesuai dengan standar yang ditentukan.
7. Memberikan keterampilan bagi lulusan.
8. Melaksanakan segala ketentuan yang mengatur oprasional madrasah,
baik tata tertib, kepegawaian dan kesiswaan..
75
B. Keadaan Guru dan Karyawan
Adapun keadaan guru MA Al-Fatah Palembang yang dalam hal ini juga
menjadi tenaga pengajar MA Al-Fatah Palembang, berdasarkan data yang
dihimpun, terdapat 32 guru di MA Al-Fatah Palembang terdiri dari 10 guru laki-
laki dan 22 guru perempuan. Para guru tersebut mayoritas lulusan S1 sebanyak 20
guru dan 6 guru lulusan S2. Rincian lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:129
Tabel 3
Data Guru MA Al-Fatah Palembang
No
Nama Guru
Bidang Studi
Pendidikan
1. Khoirul Anwar, M.Pd.I Qur’an Hadist S-2 Pendidikan
Islam
2. Siti Nurul Atiqoh, S. Ag.,
M.S.I
Qur’an Hadist S-2 Pendidikan
Islam
3. Tri Harisah Noviyanti, S.Pd Matematika S-1 Pendidikan
Matematika
4. Satria Oktifa, S.Si Fisika S-1 Mifa Fisika
5. H. Kahfi, S.Ag Bahasa Arab S-1 Tarbiyah
129Hasil Dokumentasi di MA Al-Fatah Palembang pada hari Kamis , 26 januari 2018
76
6. Nuraini, A.Md TIK D-3 Komputer
7. Bayu Nianova TIK D-1 Komputer
8. R.A Latifa Arisyandita, S.Pd Matematika S-1 Pendidikan
Matematika
9. Dismawanto Administrasi SMA
10. Madina Administrasi SMA
11 Asniwati, S.Pd Kimia S-1 Pendidikan
Kimia
12. Dra. Sari Aprilia, M.Pd.I Matematika S-2 Pendidikan
Islam
S-1 Matematika
13. Nirwana Indah, S.Pd Fisika S-1 Fkip Unsri
14 Rostiana Sartika,S.Ag Fikih- BTA S-1 Tarbiyah Pai
15. Sinta Silviana, S.Pd Bahasa Inggris S1 Pendidikan
Bahasa Inggris
16. Sundus Amirah, S.Pd Geografi S-1 Pendidikan
Ekonomi
17. Joko Wiyono, S.Pd PPKN S-1 Pendidikan Ppkn
77
18. Sri Bungowati, Sp., M.Si Biologi S-1 Akta IV
S-2 Managemen
Pendidikan
19. Sauda Rahmah, S.Pd Bahasa Francis
dan Bahasa
Inggris
S-1 PGRI
20. Muhammad Ali, S.Pd Bahasa
Indonesia
S-1 FKIP Bahasa
Indonesia
21. Dra. Wiwin Agustina Geografi
22. Linawaty, S.Pd.I Bahasa Arab S-1UIN Bahasa
Arab
23. Mardiana Zakkyanti, S.Pd Bahasa Inggris S-1UIN Bahasa
Inggris
24. Muliyati, Se.,M.Hi Sosiologi-
Geografi
S-1 Pendidikan
Ekonomi
25. Muri, S.Pd.I SKI-Tahfis S-1 Tarbiyah PAI
78
26. Nahida, S.Pd Bahasa
Indonesia
S-1 Bahasa
Indonesia
27. Novia Ballianie, M.Pd Biologi S-1 FKIP Biologi
UMP
S-2 Manajemen
Pendidikan
28. Ratna Dewi,Se Ekonomi-
Akutansi
S-1 Pendidikan
Ekonomi
29. Reymond, S.Pd
30 Rosmayani, S.Ag Akidah Akhlak S-1 Tarbiyah PAI
31 Rulitawati, M.Pd.I SKI S-2 Pendidikan
Islam
32. Teguh Setia Adi, S.Pd Penjaskes S-1 Penjaskes PGRI
C. Keadaaan Siswa MA Al-Fatah Palembang
79
Siswa MA Al-Fatah Palembang Berjumlah lebih kurang 349 orang. Jumlah
siswa tersebut dapat dirincikan perkelas sebagai berikut:130
Tabel 4
Jumlah Kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang
KELAS
L\P
X mia 1 34
X mia 2 32
X mia 3 34
X mia 4 34
Jumlah 134
Tabel 5
Jumlah Kelas XI (Sebelas) Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang
KELAS
L\P
XI IPA 1 34
XI IPA 2 34
XI IPS 1 44
130Hasil Dokumentasi di MA Al-Fatah Palembang pada hari Kamis , 26 januari 2018
80
Jumlah 112
Tabel 6
Jumlah Kelas XII (Dua Belas) Madrasah Aliyah Al-Fatah Palembang
KELAS
L\P
XII IPA 1 35
XII IPA 2 34
XII IPS 32
Jumlah 101
D. Keadaaan Sarana dan Prasarana
1. Fasilitas
Adapun Fasilitas yang ada di MA Al-Fatah Palembang antara lain sebagai
berikut:131
Tabel 7
131 Hasil Dokumentasi di MA Al-Fatah Palembang pada hari Kamis , 26 januari 2018
81
Data Fasilitas MA Al-Fatah Palembang
No.
Nama Barang
Jumlah
Keterangan
1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2 Ruang Guru 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang Waka Kurikulum 1 Baik
5 Komputer 2 Baik
6 Peralatan Laboratorium IPA 1 Baik
7 Perpustakaan 1 Baik
8 Lapangan 1 Baik
9 Wc Guru 1 Baik
10 Wc Siswa 1 Baik
2. Tenaga Pengajar
Tenaga Pengajar MA Al-Fatah Palembang terdiri dari berbagai disiplin ilmu
dan memiliki jenjang pendidikan Sarjana dengan rincian sebagai berikut:132
Tabel 8
132Hasil Dokumentasi di MA Al-Fatah Palembang pada hari Kamis , 26 januari 2018
82
Data Tenaga Pengajar MA Al-Fatah Palembang
No
Mata Pelajaran yang diajarkan
Jumlah Guru
1 Quran Hadist 2
2 Akidah Akhlak 1
3 Fiqih 1
4 SKI 2
5 Bahasa Arab 2
6 PKN 1
7 Bahasa Indonesia 2
8 Matematika 3
9 Biologi 2
10 Geografi 3
11 TIK 2
12 Penjaskes 1
13 Bahasa Inggris 3
14 Fisika 2
15 Kimia 1
16 Akutansi 1
17 Ekonomi 1
83
18 Bahasa Prancis 1
19 Tahfiz 1
20 BTA 1
21 Administrasi 2
22 Sosiologi 1
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah
Palembang
Untuk mengetahui kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam di
MA Al-Fatah Palembang, maka peneliti telah menyebarkan angket kepada 32 orang
responden dan diajukan 12 item pertanyaan mengenai kecerdasan emosional guru
Sejarah Kebudayaan Islam. Setiap item diberikan 3 alternatif jawaban, yaitu “a”
diberi skor 3, “b” diberi skor 2, dan “c” diberi skor 1. Hasil jawaban tersebut
dianalisis dengan persentase sebagai berikut:
Tabel 9
Dalam proses pembelajaran, Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda
menyampaikan materi, sering membuat anda mengantuk.
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
13
8
11
40,625 %
25%
34,375%
Jumlah N = 32 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 13 orang responden (40,625%)
menyatakan bahwa (Ya), sering mengantuk ketika guru sejarah kebudayaan islam
menjelaskan materi. Kemudian 8 orang responden (25%) menyatakan (Kadang-
84
85
kadang), dan 11 (34,375%) responden yang menyatakan (Tidak pernah).
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, guru Sejarah Kebudayaan
Islam dalam menyampaikan materi, sering membuat siswa mengantuk adalah (Ya).
Tabel 10
Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda sering terlambat masuk
kedalam ruangan kelas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
9
13
10
28,125 %
40,625 %
31,25 %
Jumlah N = 32 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 9 orang responden (28,125%) menyatakan
(Ya), guru Sejarah Kebudayaan Islam sering terlambat masuk kedalam ruangan
kelas. Dan 13 orang responden (40,625%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 10
orang responden (31,25%) menyatakan (Tidak pernah). Dari tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa, guru Sejarah Kebudayaan Islam sering terlambat masuk
kedalam ruangan kelas adalah (Kadang-kadang).
86
Tabel 11
Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda sering tidak masuk kedalam
ruangan kelas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
6
15
11
18,75 %
46,875 %
34,375%
Jumlah N = 32 100%
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa 6 orang responden (18,75%)
menyatakan (Ya). Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda sering tidak
masuk kedalam ruangan kelas. diikuti dengan 15 orang responden (46,875%)
yang menyatakan (Kadang-kadang), dan 11 orang responden (34,375%)
menyatakan (Tidak pernah). Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
Sejarah Kebudayaan Islam anda sering tidak masuk kedalam ruangan kelas .
Adalah (kadang-kadang).
87
Tabel 12
Ketika ada teman sekelasmu kurang memahami tentang materi yang
dijelaskan guru Sejarah Kebudayaan Islam. Apakah guru Sejarah
Kebudayaan Islam anda mengulangi menjelaskan materi tersebut secara
singkat
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
13
11
25%
40,625 %
34,375 %
Jumlah N = 32 100%
Ketika ada teman sekelasmu kurang memahami tentang materi yang
dijelaskan guru Sejarah Kebudayaan Islam. Apakah guru Sejarah Kebudayaan
Islam anda mengulangi menjelaskan materi tersebut secara singkat. Ada 8
orang responden (25%) menyatakan (Ya). 13 orang responden (40,625%)
menyatakan (Kadang-kadang), dan 11 orang responden (34,375%) menyatakan
(Tidak pernah). Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ketika ada
teman sekelasmu kurang memahami tentang materi yang dijelaskan guru
Sejarah Kebudayaan Islam. Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda
mengulangi menjelaskan materi tersebut secara singkat adalah (Kadang-
Kadang).
88
Tabel 13
Sebelum memulai pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru sering
menanyakan kabar anda
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
5
17
10
15,625 %
53,125 %
31,25%
Jumlah N = 32 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa ada 5 orang responden
(15,625%) yang menyatakan (Ya), Sebelum memulai pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, guru sering menanyakan kabar anda. Kemudian 17 orang
responden (53,125%) yang menyatakan (Kadang-kadang), dan 10 orang
responden (31,25%) yang menyatakan (Tidak pernah). Dari tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa, Sebelum memulai pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, guru sering menanyakan kabar anda. Adalah (Kadang-
Kadang).
89
Tabel 14
Ketika guru Sejarah Kebudayaan Islam menjelaskan materi. Apakah
anda fokus mendengarkan penjelasan tersebut
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
11
15
6
34,375%
46,875%
18,75%
Jumlah N = 32 100%
Pada tabel di atas, diketahui bahwa ada 11 orang responden (34,375%)
yang menyatakan (Ya). Ketika guru Sejarah Kebudayaan Islam menjelaskan
materi. Apakah anda fokus mendengarkan penjelasan tersebut, sedangkan ada
15 orang responden (46,875%) yang menyatakan (Kadang-kadang), diikuti 6
orang responden (8,75%) yang menyatakan (Tidak pernah). Maka dari itu,
dapat disimpulkan bahwa, Ketika guru Sejarah Kebudayaan Islam
menjelaskan materi. Apakah anda fokus mendengarkan penjelasan tersebut
adalah (Kadang-Kadang).
90
Tabel 15
Saya merasa kurang semangat, jika guru Sejarah Kebudayaan Islam
tidak dapat masuk pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
15
9
25%
46,875%
28,125%
Jumlah N = 32 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 8 orang responden (25%)
menyatakan (Ya). Saya merasa kurang semangat, jika guru Sejarah
Kebudayaan Islam tidak dapat masuk pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, sedangkan 15 orang responden (46,875%) menyatakan (Kadang-
kadang), dan 9 orang responden (28,125%) menyatakan (Tidak pernah).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Saya merasa kurang semangat,
jika guru Sejarah Kebudayaan Islam tidak dapat masuk pada pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah (Kadang-Kadang).
91
Tabel 16
Ketika guru memberikan kuis, saya sering menjawabnya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
15
7
31,25 %
46,875 %
21,875%
Jumlah N = 32 100%
Ketika guru memberikan kuis, saya sering menjawabnya, bahwa ada
10 orang responden (31,25%) menyatakan (Ya), 15 orang responden
(46,875%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 7 orang responden (21,875%)
menyatakan (Tidak pernah). Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan
bahwa, Ketika guru memberikan kuis, saya sering menjawabnya, adalah
(Kadang-Kadang).
Tabel 17
Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda, dalam melaksanakan
tugas sangat bertanggung jawab
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
5
9
18
15,625%
28,125%
56,25%
Jumlah N = 32 100%
92
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 5 orang responden
(15,625%) menyatakan bahwa (Ya), Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam
anda, dalam melaksanakan tugas sangat bertanggung jawab. dan 9 orang
responden (28,125%) yang menyatakan (Kadang-kadang) dan 18 orang
responden (56,25%) yang menyatakan (Tidak pernah). Maka dapat
disimpulkan bahwa Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda, dalam
melaksanakan tugas sangat bertanggung jawab adalah (tidak pernah).
Tabel 18
Pada waktu ulangan ada temanmu lupa membawa buku paket Sejarah
Kebudayaan Islam, sementara gurumu telah mengingatkan minggu lalu
bahwa akan diadakan ulangan. Semua siswa wajib membawa buku dan
tidak bekerja sama pada waktu ulangan. Tiba-tiba ada salah satu
temanmu lupa membawa buku paketnya, sementara waktu ulangan akan
dimulai. Apakah gurumu memberikan pinjaman buku miliknya kepada
teman tersebut
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
9
9
14
28,125%
28,125%
43,75%
Jumlah N = 32 100%
93
Pada waktu ulangan ada temanmu lupa membawa buku paket Sejarah
Kebudayaan Islam, sementara gurumu telah mengingatkan minggu lalu bahwa
akan diadakan ulangan. Semua siswa wajib membawa buku dan tidak bekerja
sama pada waktu ulangan. Tiba-tiba ada salah satu temanmu lupa membawa
buku paketnya, sementara waktu ulangan akan dimulai. Apakah gurumu
memberikan pinjaman buku miliknya kepada teman tersebut. ada 9 orang
responden (28,,125%) yang menyatakan (Ya), dan 9 orang responden
(28,125%) menyatakan (Kadang-kadang) serta dengan 14 orang responden
(43,75%) menyatakan (Tidak pernah). Berdasarkan tabel di atas, dapat
disimpulkan bahwa Pada waktu ulangan ada temanmu lupa membawa buku
paket Sejarah Kebudayaan Islam, sementara gurumu telah mengingatkan
minggu lalu bahwa akan diadakan ulangan. Semua siswa wajib membawa
buku dan tidak bekerja sama pada waktu ulangan. Tiba-tiba ada salah satu
temanmu lupa membawa buku paketnya, sementara waktu ulangan akan
dimulai. Apakah gurumu memberikan pinjaman buku miliknya kepada teman
tersebut (Tidak Pernah ).
Tabel 19
Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda sering mengunakan
model pembelajaran yang berbeda setiap kali pertemuan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Ya 8 25%
94
b.
c.
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
14
31,25%
43,75%
Jumlah N = 32 100%
Tabel di atas menunjukkan, Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam
anda sering mengunakan model pembelajaran yang berbeda setiap kali
pertemuan. bahwa 8 orang responden (25%) menyatakan (Ya), 10 orang
responden (31,25%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 14 orang responden
(43,75%) menyatakan (Tidak pernah). Dapat disimpulkan bahwa, guru
Sejarah Kebudayaan Islam anda sering mengunakan model pembelajaran
yang berbeda setiap kali pertemuan Adalah (Tidak Pernah).
Tabel 20
Ketika diberi tugas oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam, ada temanmu
yang tidak tepat waktu mengumpulkan tugas tersebut. Apakah guru
Sejarah Kebudayaan Islam anda masih menerima tugas teman tersebut
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
11
13
25%
34,375%
40,625%
Jumlah N = 32 100%
95
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 8 orang responden (25%)
menyatakan (Ya), Ketika diberi tugas oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam,
ada temanmu yang tidak tepat waktu mengumpulkan tugas tersebut. Apakah
guru Sejarah Kebudayaan Islam anda masih menerima tugas teman tersebut.
11 orang responden (34,375%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 13 orang
responden (40,625%) menyatakan (Tidak pernah). Maka berdasarkan tabel di
atas, disimpulkan bahwa Ketika diberi tugas oleh guru Sejarah Kebudayaan
Islam, ada temanmu yang tidak tepat waktu mengumpulkan tugas tersebut.
Apakah guru Sejarah Kebudayaan Islam anda masih menerima tugas teman
tersebut dalah (Tidak Pernah)
Tabel 21
Daftar Skor Angket Tentang Kecerdasan Emosional Guru Sejarah
Kebudayaan Islam (Variabel X)
No Responden Keterangan Skor
1 Akbar Tanjung Laki-Laki 13
2 Anggun Fispower Perempuan 19
3 Anisa Fakhria Perempuan 22
4 Arman Pratama Sidi Laki-Laki 28
5 Azka Dwi Pradana Laki-Laki 14
6 Bagus Satria Laki-Laki 18
7 Dhiya Kasful Haqi Laki-Laki 22
96
8 Ega Dwi Lestari Perempuan 33
9 Fajar Nur Aprilia Perempuan 22
10 Fenti Alpinka Perempuan 22
11 Fitrian Perempuan 22
12 Iqbal Ilham Laki-Laki 36
13 Kania Amandana Perempuan 15
14 Komaria Perempuan 20
15 Lean Perempuan 25
16 M. Agus Wirahadi Kusuma Laki-Laki 32
17 Mei Riska Evania Perempuan 17
18 Muknis Yusria Perempuan 21
19 Nadila Perempuan 26
20 Okta Mismiranda Perempuan 17
21 Pandu Tri Wahyuda Laki-Laki 20
22 Peri Laki-laki 24
23 Putri Okta Sela Perempuan 22
24 Ricka Ramadana Perempuan 21
25 Sela Sepriani Perempuan 21
26 Sherly Lupita Perempuan 24
27 Silvi Tri Utami Perempuan 21
97
28 Sri Damayanti Perempuan 23
29 Trisna Julita Perempuan 28
30 Trisno Ade Satria Laki-laki 27
31 Wahyu Laksamana Putra Laki-Laki 30
32 Windra Gustiawan Laki-Laki 29
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh “skor mentah” angket tentang
kecerdasan emosional guru Sejarah Kebudayaan Islam sebagaimana disajikan
di bawah ini:
13 14 15 17 17 18 19 20 20 21
21 21 21 22 22 22 22 22 22 23
24 24 25 26 27 28 28 29 30 32
33 36
1) Hitungan Rata-Rata (Rentang)
R = data tinggi – data rendah
= 36-13
= 23
2) Hitung Jumlah Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log . N
N = jumlah data
K = 1 + 3,3 log . 32
98
= 1 + 3,3 . 1,50
= 1 + 4,95
= 5,95 (dibulatkan menjadi 6)
3) Interval Kelas (P)
P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
P = 23
6
P = 3,83 (dibulatkan menjadi 4)
Setelah itu skor mentah angket tentang kecerdasan emosional guru Sejarah
Kebudayaan Islam didistribusikan ke dalam tabel frekuensi untuk mempermudah
pekerjaan dan mendapatkan nilai Mean pada Variabel X. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 22
Distribusi Frekuensi Skor Responden Angket Tentang Kecerdasan
Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam (Variabel X)
No Interval f X x’ fx’ fx’2
1 13-16 3 14,5 +2 +6 12
2 17-20 6 18,5 +1 +6 6
3 21-24 13 22,5(M’) 0 0 0
4 25-28 5 26,5 -1 -5 5
5 29-32 3 30,5 -2 -6 12
99
6 33-36 2 34,5 -3 -6 18
Jumlah N = 32 - - ∑fx’ = -5 ∑fx’2 = 53
Setelah data diproses didistribusikan sebagaimana pada tabel di atas,
selanjutnya mencari rata-rata (Mean) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:133
Mx = M’ + i (∑fx’
𝑁)
= 22,5+ 4 (−5
32)
= 22,5 + 4(-0,15)
= 22,5+ -0,6
= 21,9
Selanjutnya mencari Standar Deviasi (SD) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:134
SDx = i √∑fx’2
N− (
∑fx’
N)
2
= 4√53
32− (
−5
32)
2
= 4√1,65 − 0,02
= 4√1,63
133Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 .
Hlm. 171 134Ibid.,
100
= 4 .1,27
= 5,08
Setelah nilai rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi (SD) diketahui, maka
selanjutnya menentukan batasan untuk nilai tinggi, sedang dan rendah dengan
menggunakan rumus TSR sebagai berikut:135
Kategori Tinggi
M + 1.SD
Kategori Sedang
M - 1 . SD sampai dengan M + 1 . SD
Kategori Rendah
M - 1 . SD
1. Kategori Tinggi :
= Mx + 1 . SDx ke atas
= 21,9 + 1 . 5,08
= 26,98 (jadi, dibulatkan kategori tinggi dari 27 keatas)
2. Kategori Sedang
= Mx - 1 . SDx s/dMx + 1 . SDx
= 21,9 - 1 . 5,08 s/d 21,9 + 1 . 5,08
= 16,82 s/d 26,98 (dibulatkan kategori sedang menjadi 17 s/d 26)
135Ibid., Hlm. 172
101
3. Kategori Rendah
= Mx - 1 . SDx ke bawah
= 21,9 - 1 . 5,08
= 16,82 (dibulatkan menjadi kategori 16 kebawah)
Tabel 23
Persentase Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam
Indikasi Nilai Frekuensi Persentase
Tinggi 27 ke atas 8 25 %
Sedang 17 s/d 26 21 65,625 %
Rendah 16 ke bawah 3 9,375 %
Jumlah N = 32 100 %
Dilihat dari daftar distribusi frekuensi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MA Al-Fatah
Palembang, termasuk kategori Sedang. Hal tersebut dapat dilihat ada 8 orang
responden (25%) tergolong tinggi, yang tergolong kategori sedang. ada 21 orang
responden (65,625%), dan yang tergolong kategori rendah ada 3 orang responden
(9,375 %).
B. Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Kelas X MA Al-Fatah Palembang
102
Untuk mengetahui minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelas X MA Al-Fatah Palembang, peneliti telah
menyebarkan angket tentang minat belajar sebanyak 12 soal kepada 32 orang
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Di bawah ini adalah
hasiljawaban yang dianalisis berdasarkan persentase yaitu sebagai berikut:
Tabel 24
Apakah anda selalu membaca buku pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
ketika dirumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
9
15
25%
28,125%
46,875%
Jumlah N = 32 100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 8 orang responden (25%)
menyatakan (Ya), selalu membaca buku pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
ketika di rumah, dan 9 orang responden (28,125%) menyatakan (Kadang-kadang),
dan 15 orang responden (46,875%) menyatakan (Tidak pernah). Maka dari itu,
disimpulkan bahwa siswa selalu membaca buku pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam ketika di rumah adalah (Tidak Pernah).
103
Tabel 25
Apakah anda selalu bersemangat ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam
di rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
9
15
25%
28,125%
46,875%
Jumlah N = 32 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 8 orang responden (25%) menyatakan (Ya).
Selalu bersemangat ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam di rumah. dan 9
orang responden (28,125%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 15 orang
responden (46,8750 menyatakan (Tidak pernah). Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa Apakah anda selalu bersemangat ketika belajar Sejarah
Kebudayaan Islam dirumah (Tidak Pernah)
104
Tabel 26
Apakah di rumah, anda belajar kelompok dengan teman-teman tentang
materi Sejarah Kebudayaan Islam
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
9
14
9
28,125%
43,75%
28,125%
Jumlah N = 32 100%
Merujuk pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada 9 orang responden
(28,125%) yang menyatakan (Ya). belajar kelompok dengan teman-teman tentang
materi Sejarah Kebudayaan Islam dan 14 orang responden (43,75%) dan yang
menyatakan (Kadang-kadang) 9 orang responden (28,125%) menyatakan (Tidak
pernah). Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa siswa belajar
kelompok dirumah dengan teman-teman tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam
adalah (Kadang-kadang).
105
Tabel 27
Anda selalu bertanya atau menjawab tentang pertanyaan soal pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
14
13
5
43,75%
40,625%
15,625%
Jumlah N = 32 100%
Siswa selalu bertanya atau menjawab tentang pertanyaan soal pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru, 14 orang responden
(43,75%) menyatakan (Ya), 13 orang responden (40,625%) menyatakan (Kadang-
kadang), dan 5 orang responden (15,625) menyatakan (Tidak pernah). Maka dari
itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa selalu bertanya atau menjawab tentang
pertanyaan soal pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru
adalah (Kadang-Kadang).
Tabel 28
Ketika mengerjakan PR, ada siaran sinetron dan film kartun yang anda
sukai apa yang anda lakukan
106
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Belajar
Menonton sambil belajar
Menonton
9
16
7
28,125%
50%
21,875%
Jumlah N = 32 100%
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 orang responden (28,125%)
menyatakan (Belajar), 16 orang responden (50%) menyatakan (Menonton sambil
belajar), dan 7 orang responden (21,875%) menyatakan (Menonton). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Ketika mengerjakan PR, ada siaran sinetron dan film kartun yang
anda sukai apa yang anda lakukan adalah (Menonton sambil belajar ).
Tabel 29
Anda belajar Sejarah Kebudayaan Islam setiap hari di rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
7
11
14
21,875%
34,375%
43,75%
Jumlah N = 32 100%
Dari tabel di atas, diketahui bahwa 7 orang responden (21,875%) siswa
menyatakan (Ya), belajar Sejarah Kebudayaan Islam setiap hari di rumah. 11 orang
responden (34.375%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 14 orang responden
107
(43,75%) menyatakan (Tidak pernah). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa siswa
belajar Sejarah Kebudayaan Islam setiap hari di rumah. adalah (Kadang-Kadang).
Tabel 30
Siswa pernah merasa bosan ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam di rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
12
12
8
37,5%
37,5%
25%
Jumlah N = 32 100%
Merujuk pada tabel di atas maka diketahui ada 12 orang responden (37,5%)
yang menyatakan (Ya), Siswa pernah merasa bosan ketika belajar Sejarah
Kebudayaan Islam di rumah. dengan 12 orang responden menyatakan (Kadang-
kadang), dan 8 orang responden menyatakan (Tidak pernah). jadi disimpulkan bahwa
Siswa pernah merasa bosan ketika belajar Sejarah Kebudayaan Islam di rumah adalah
(Kadang-Kadang).
Tabel 31
Apakah anda selalu mengerjakan tugas Sejarah Kebudayaan Islam yang
diberikan oleh guru di rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
108
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
11
9
12
34,375%
28,125%
37,5%
Jumlah N = 32 100%
Merujuk pada tabel di atas maka diketahui ada 11 orang responden (34,375%)
yang menyatakan (Ya), Siswa selalu mengerjakan tugas Sejarah Kebudayaan Islam
yang diberikan oleh guru di rumah. 9 orang responden menyatakan (Kadang-kadang),
dan 12 orang responden menyatakan (Tidak pernah). jadi disimpulkan bahwa Siswa
selalu mengerjakan tugas Sejarah Kebudayaan Islam yang diberikan oleh guru di
rumah adalah (tidak pernah).
Tabel 32
Apakah anda sering mengumpulkan tugas Sejarah Kebudayaan Islam tepat
waktu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
12
7
13
37,5%
21,875%
40,625%
Jumlah N = 32 100%
Merujuk pada tabel di atas maka diketahui ada 12 orang responden (37,5%)
yang menyatakan (Ya), Siswa sering mengumpulkan tugas Sejarah Kebudayaan
109
Islam tepat waktu. 7 orang responden menyatakan (Kadang-kadang), dan 13 orang
responden menyatakan (Tidak pernah). jadi disimpulkan bahwa Siswa sering
mengumpulkan tugas Sejarah Kebudayaan Islam tepat waktu adalah (tidak pernah).
Tabel 33
Siswa selalu menulis ringkasan atau sesuatu yang penting pada saat guru
menjelaskan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
7
14
11
21,875%
43,75%
34,375%
Jumlah N = 32 100%
Melihat tabel di atas maka diketahui bahwa 7 orang respoden
(21,875%)menyatakan (YA). Siswa selalu menulis ringkasan atau sesuatu yang
penting pada saat guru menjelaskan, 14 orang responden (43,75%) menyatakan
(Kadang-kadang), dan 11 orang responden (34,375%) menyatakan (Tidak pernah).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Siswa selalu menulis ringkasan atau
sesuatu yang penting pada saat guru menjelaskan adalah (Kadang-kadang).
Tabel 34
Apakah anda memiliki jadwal belajar dirumah
110
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
10
9
13
31,25%
28,125%
40,625%
Jumlah N = 32 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 10 orang responden (31,25%)
menyatakan memiliki jadwal belajar dirumah adalah (Ya), 9 orang responden
(28,125%) menyatakan (Kadang-kadang), dan 13 orang responden (40,625%)
menyatakan (Tidak pernah) Maka dari itu, disimpulkan bahwa Apakah anda
memiliki jadwal belajar dirumah adalah (Tidak Pernah ).
Tabel 35
Setelah pulang sekolah apakah anda mengulangi dan membahas kembali
pelajaran di rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a.
b.
c.
Ya
Kadang-kadang
Tidak pernah
8
10
14
25%
31,25%
43,75%
Jumlah N = 32 100%
Melihat tabel di atas maka diketahui bahwa 8 orang respoden (25%)
menyatakan (YA). Setelah pulang sekolah apakah anda mengulangi dan membahas
111
kembali pelajaran di rumah, 10 orang responden (31,25%) menyatakan (Kadang-
kadang), 14 dan orang responden (43,75%) menyatakan (Tidak pernah). Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa Siswa mengulangi dan membahas kembali pelajaran di
rumah adalah (Tidak Pernah). Setelah masing-masing item satu persatu dianalisis
dengan persentase, maka selanjutnya menganalisis skor yang diperoleh siswa dari
angket tentang minat belajar siswa adalah sebagaimana disajikan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 36
Daftar Skor Angket Tentang Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (Variabel Y)
No Responden Keterangan Skor
1 Akbar Tanjung Laki-Laki 13
2 Anggun Fispower Perempuan 18
3 Anisa Fakhria Perempuan 26
4 Arman Pratama Sidi Laki-Laki 30
5 Azka Dwi Pradana Laki-Laki 13
6 Bagus Satria Laki-Laki 20
7 Dhiya Kasful Haqi Laki-Laki 26
8 Ega Dwi Lestari Perempuan 34
9 Fajar Nur Aprilia Perempuan 14
10 Fenti Alpinka Perempuan 21
112
11 Fitrian Perempuan 25
12 Iqbal Ilham Laki-Laki 35
13 Kania Amandana Perempuan 14
14 Komaria Perempuan 21
15 Lean Perempuan 27
16 M. Agus Wirahadi Kusuma Laki-Laki 36
17 Mei Riska Evania Perempuan 15
18 Muknis Yusria Perempuan 22
19 Nadila Perempuan 27
20 Okta Mismiranda Perempuan 22
21 Pandu Tri Wahyuda Laki-Laki 27
22 Peri Laki-laki 17
23 Putri Okta Sela Perempuan 27
24 Ricka Ramadana Perempuan 18
25 Sela Sepriani Perempuan 24
26 Sherly Lupita Perempuan 28
27 Silvi Tri Utami Perempuan 19
28 Sri Damayanti Perempuan 25
29 Trisna Julita Perempuan 29
30 Trisno Ade Satria Laki-laki 19
113
31 Wahyu Laksamana Putra Laki-Laki 25
32 Windra Gustiawan Laki-Laki 30
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh “skor mentah” angket tentang minat
belajar siswa sebagaimana disajikan di bawah ini:
13 13 14 14 15 17 18 18 19 19
20 21 21 22 22 24 25 25 25 26
26 27 27 27 27 28 29 30 30 34
35 36
1. Hitungan Rata-Rata (Rentang)
R = data tinggi – data rendah
= 36– 13
= 23
2. Hitung Jumlah Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log . N
N = jumlah data
K = 1 + 3,3 log . 32
= 1 + 3,3 . 1,50
= 1 + 4,95
114
= 5,95 (dibulatkan menjadi 6)
3. Interval Kelas (P)
P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
P = 23
6
P = 3,83 (dibulatkan menjadi 4)
Setelah itu skor mentah angket tentang minat belajar siswa
didistribusikan ke dalam tabel frekuensi untuk mempermudah pekerjaan dan
mendapatkan nilai Mean pada Variabel Y. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 37
Distribusi Frekuensi Skor Responden Angket Tentang Minat Belajar
Siswa (Variabel Y)
No Interval F Y y’ fy’ fy’2
1 13-16 5 14,5 +3 +15 45
2 17-20 6 18,5 +2 +12 24
3 21-24 5 22,5 +1 +5 5
4 25-28 10 (M)
26,5
0 0 0
5 29-32 3 30,5 -1 -3 3
6 33-36 3 34,5 -2 -6 12
115
Jumlah N= 32 - - ∑fx’ = 23 ∑fx’2=89
Setelah data diproses didistribusikan sebagaimana pada tabel di atas,
selanjutnya mencari rata-rata (Mean) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:136
My = M’ + i (∑fy’
𝑁)
= 26,5+ 4 (23
32)
= 26,5 + 4 (0,71)
= 26,5+2,84
= 29,34
Selanjutnya mencari Standar Deviasi (SD) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:137
SDy = i √∑fy’2
N− (
∑fy’
N)
2
= 4√89
32− (
23
32)
2
= 4√2,78 − 0,50
= 4√2,28
= 4.1,50
= 6
136Op.Cit., Anas Sudijono. Hlm.170 137Ibid.,
116
Setelah nilai rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi (SD) diketahui,
maka selanjutnya menentukan batasan untuk nilai tinggi, sedang dan rendah
dengan menggunakan rumus TSR sebagai berikut:138
Kategori Tinggi
M + 1 . SD
Kategori Sedang
M - 1 . SD sampai dengan M + 1 . SD
Kategori Rendah
M - 1 . SD
1. Kategori Tinggi :
= My + 1 . SDy ke atas
= 29,34+ 1 . 6
= 35,34 (dibulatkan 35 keatas)
2. Kategori Sedang
= My - 1 . SDy s/d My + 1 . SDy
= 29,34 - 1 . 6 s/d 29,34 + 1 . 6
= 23,34 =35,34
(dibulatkan kategori sedang menjadi 23 s/d 34)
3. Kategori Rendah
= My - 1 . SDy ke bawah
= 29,34 - 1 . 6
138Ibid., Hlm. 172
117
= 23,34 (dibulatkan menjadi 23 ).
Jadi kategori rendah menjadi 22 ke bawah
Tabel 38
Persentase Minat Belajar Siswa
Indikasi Nilai Frekuensi Persentase
Tinggi 35 ke atas 2 6,25%
Sedang 23 s/d 34 15 46,875%
Rendah 22 ke bawah 15 46,875%
Jumlah N = 32 100%
Dilihat dari daftar distribusi frekuensi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas X MA Al-Fatah Palembang yang termasuk
kategori (sedang). Hal tersebut dapat dilihat ada 2 orang responden (6,25%),
yang tergolong kategori tinggi, ada 15 orang responden (46,875%) yang
118
tergolong kategori sedang, dan yang tergolong kategori rendah ada 15 orang
responden (46,875 %).
C. Korelasi Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam
Tehadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelas X MA Al-Fatah Palembang
1. Pengujian Validitas
Untuk menguji validitas angket tentang kecerdasan emosional guru
dan minat belajar siswa maka angket diberikan kepada 32 orang siswa kelas X
di MA Al-Fatah Palembang. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan
Teknik analis Korelasional Product Moment dari Karl Pearson.139
Adapun untuk mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor
total menggunakan aplikasi Excel 2007. Hasil uji validitas angket berikutnya
akan dibandingkan dengan r tabel yang dicari pada signifikansi 5% dengan
jumlah data (n) sebanyak 32 atau df = N – 2 = 32 – 2 = 30, maka didapat r
tabel = 0,349 (signifikansi 5%). Berikut adalah hasil pengujian validitas pada
butir item pertanyaan tentang kecerdasan emosional guru
Tabel 39
Pengujian Validitas Item Pertanyaan Tentang Kecerdasan Emosional
Guru Sejarah Kebudayaan Islam (Variabel X)
Item Validitas Angket Variabel X
139Fajri Ismail, Evaluasi Pendidikan. (Palembang: Tunas Gemilang Press, 2014). Hlm. 228
119
rhitung rtabel Kriteria
1 0,3664 0,349 Valid
2 0,4324 0,349 Valid
3 0,4984 0,349 Valid
4 0,6255 0,349 Valid
5 0,4797 0,349 Valid
6 0,5611 0,349 Valid
7 0,7864 0,349 Valid
8 0,6810 0,349 Valid
9 0,3315 0,349 Tidak Valid
10 0,7767 0,349 Valid
11 0,7864 0,349 Valid
12 0,7864 0,349 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dari 12 item pertanyaan, terdapat satu
item yang tidak valid yaitu item 9. Peneliti memutuskan untuk membuang 1
instrumen tersebut sehingga hasil angket yang disebar kepada responden
berjumlah 11 item pertanyaan tentang kecerdasan Emosional guru.
Selanjutnya, di bawah ini adalah tabel hasil pengujian validitas pada
butir item pertanyaan tentang minat belajar siswa.
Tabel 40
120
Pengujian Validitas Item Pertanyaan Tentang Minat Belajar Siswa
(Variabel Y)
Item
Validitas Angket Variabel Y
rhitung rtabel Kriteria
1 0,5763 0,349 Valid
2 0,6976 0,349 Valid
3 0,6273 0,349 Valid
4 0,6691 0,349 Valid
5 0,6988 0,349 Valid
6 0,7021 0,349 Valid
7 0,5618 0,349 Valid
8 0,6452 0,349 Valid
9 0,6706 0,349 Valid
10 0,7767 0,349 Valid
11 0,8081 0,349 Valid
12 0,5829 0,349 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dari 12 item pertanyaan, semuanya
valid. Jadi, Peneliti memutuskan untuk angket yang disebar kepada responden
berjumlah 12 item pertanyaan tentang minat belajar siswa.
2. Pengujian Reliabilitas
121
Pengujian reliabilitas (konsistensi) pada angket ini menggunakan
Teknik Rulon, dengan menggunakan cara belah dua( split half).140 Berikut
tabel hasil dari perhitungan uji reliabilitas pada angket tentang kecerdasan
emosional guru dan minat belajar siswa kelas X MA Al-Fatah Palembang.
Tabel 41
Pengujian Reliabilitas Angket Tentang Kecerdasan Emosional Guru dan
Minat Belajar Siswa
Angket Tentang
Reliabilitas
rhitung rtabel Kriteria
Kecerdasan Emosional
GuruSejarah Kebudayaan
Islam
0,4162 0,349 Reliabel
Minat Belajar Siswa
padaMata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
0,7588 0,349 Reliabel
140 Ibid,. hlm. 268
122
Berdasarkan tabel di atas, karena nilai kedua variabel lebih dari rtabel,
maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur atau item dalam penelitian ini
tergolong reliabel.
3. Pengujian Hipotesis
Setelah mengetahui tingkat kecerdasan emisional guru dan minat
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X di MA
Al-Fatah Palembang, selanjutnya untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara kecerdasan emosional guru dan minat belajar siswa pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas X di MA Al-Fatah Palembang,
maka berikut ini akan dianalisis hasil dari penyebaran angket yang telah
disebarkan kepada sampel sebanyak 32 orang responden.
Untuk mengetahui ada korelasi atau tidak, dapat menggunakan rumus
statistik Korelasi Product Moment sebagai berikut:141
rxy = N [∑X2+ ∑Y2−∑(X−Y)2]− 2 (∑X)(∑Y)
2√[N∑X2−(∑X)2][N∑Y2−(∑Y)2]
Kemudian untuk dapat memperoleh angka indeks korelasi antara
variabel X dan variabel Y (rxy), maka pertama-tama kita siapkan tabel kerja
atau tabel perhitungannya sebagai berikut:
Tabel 42
141Op.,Cit. Anas Sudijono. Hlm. 217
123
Perhitungan untuk Memperoleh Angka Indeks Korelasi Kecerdasan
Emosional Guru dan Minat Belajar Siswa
No Nama Siswa
Sko
r X
Skor
Y X² Y² X-Y
(X-
(Y)²
1 Akbar Tanjung 12 13 144 169 -1 1
2 Anggun Fispower 17
18 289 324 -1 1
3 Anisa Fakhria 21 26 441 676 -5 25
4 Arman Pratama Sidi 25 30 625 900 -5 25
5 Azka Dwi Pradana 13 13 169 169 0 0
6 Bagus Satria 17 20 289 400 -3 9
7 Dhiya Kasful Haqi 20 26 400 676 -6 36
8 Ega Dwi Lestari 32 34 1024 1156 -2 4
9 Fajar Nur Aprillia 20 14 400 196 6 36
10 Fenti Alpinka 21 21 441 441 0 0
11 Fitriani 21 25 441 625 -4 16
12 Iqbal Ilham 33 35 1089 1225 -2 4
13 Kania Amandhana 14 14 196 196 0 0
14 Komaria 17 21 289 441 -4 16
124
15 Lean 22 27 484 729 -5 25
16
M. Agus Wirahadi
Kusuma 31 36 961 1296 -5 25
17 Mei Riska Evania 15 15 225 225 0 0
18 Muknis Yusria 20 22 400 484 -2 4
19 Nadila 24 27 576 729 -3 9
20 Okta Mismiranda 16 22 256 484 -6 36
21 Pandu Tri Wahyuda 19 27 361 729 -8 64
22 Peri 22 17 484 289 5 25
23 Putri Oktasela 21 27 441 729 -6 36
24 Ricka Ramadana 20 18 400 324 2 4
25 Sela Sepriani 20 24 400 576 -4 16
26 Sherly Lupita 22 28 484 784 -6 36
27 Silvi Tri Utami 20 19 400 361 1 1
28 Sri Damayanti 21 25 441 625 -4 16
29 Trisna Julita 25 29 625 841 -4 16
30 Trisno Ade Satria 25 19 625 361 6 36
31
Wahyu Laksamana
Putra 29 25 841 625 4 16
32 Windra Gustiawan 28 30 784 900 -2 4
125
683 747 15425 18685 - 542
Melalui tabel perhitungan di atas, dapat diketahui hasil yang diperoleh
adalah:
N = 32 ∑X = 683 ∑Y = 747
∑X2 = 15425 ∑Y² = 18685 ∑(X - Y)² = 542
Setelah memperoleh hasil tersebut, maka selanjutnya langsung substitusikan
ke dalam rumus sebagai berikut:
rxy = N [∑X2+ ∑Y2−∑(X−Y)2]− 2 (∑X)(∑Y)
2√[N∑X2−(∑X)2][N∑Y2−(∑Y)2]
= 32 [15425+ 18685−542] − 2 (683)(747)
2√[32 . 15425−(683)2][32 .18685−( 747)2]
= 32 [33568] − 2 (510201)
2√[493600−466489][597920−558009]
= 1074176− 1020402
2√[27111. 39911]
= 53774
2√1082027121
= 53774
2 (32894,18)
= 53774
65788,36
= 0,817
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh angka indeks korelasi
Product Moment sebesar 0,817 untuk memberikan interpretasi terhadap “r” Product
Moment terlebih dahulu mencari df-nya dengan rumus df = N – nr
126
= 32– 2 = 30.
Dengan df sebesar 30 diperoleh nilai rtabel pada taraf signifikansi 5% = 0,361
dan 1% = 0,463 Ternyata harga rxy (0,817) adalah 0,463<0,817>0,361, lebih besar rxy
baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf siginifikansi 1%. Dengan
demikian, hipotesa nol (Ho) ditolak dan (Ha) diterima.
Setelah melakukan perhitungan pengujian hipotesis, maka untuk mengetahui
tingkat korelasi antara variabel X dan variabel Y perlu dilakukan identifikasi kepada
tingkat korelasi dengan mengacu kepada tabel berikut:
Tabel 43
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,20
0,20 - 0,40
0,40- 0,70
0,70 - 0,90
0,90 - 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
127
Berdasarkan perhitungan uji hipotesis dan tabel interpretasi tingkat korelasi
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang tidak signifikan
dengan tingkat korelasi yang kuat (0,817) antara kecerdasan emosional guru dengan
minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas X MA
Al-Fatah Palembang.
128
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam di kelas X
MA Al-Fatah Palembang termasuk dalam kategori sedang yaitu ada 8 orang
responden (25%) yang tergolong kategori tinggi, yang tergolong kategori sedang
ada 21 orang responden (65,625%), dan yang tergolong kategori rendah ada 3
orang responden (9,375 %). Maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional
guru Sejarah Kebudayaan Islam kelas X di MA Al-Fatah Palembang tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah atau sedang-sedang saja.
Minat belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
kelas X MA Al-Fatah Palembang adalah sedang atau biasa-biasa saja, artinya
bukan tidak berminat dan tidak juga dikatakan sangat berminat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Hal tersebut dapat dilihat
ada 2 orang responden (6,25%), yang tergolong kategori tinggi, ada 15 orang
responden (46,875%) yang tergolong kategori sedang, dan yang tergolong
kategori rendah ada 15 orang responden (46,875%).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti menyatakan
bahwa terdapat korelasi yang tidak signifikan antara variabel X dan variabel Y,
terbukti dari nilai “rxy” yakni 0,817, lebih besar dibandingkan rtabel baik pada
taraf signifikan 5% = 0,361 maupun taraf signifikan 1% = 0,463 yaitu
128
129
0,463<0,817>0,361, Dengan demikian Hipotesis Alternatif (Ha) yang berbunyi
ada korelasi antara Kecerdasan Emosional Guru Sejarah Kebudayaan Islam
dengan Minat Belajar Siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
kelas X MA Al-Fatah Palembang, dapat diterima.
B. Saran
Sehubungan dengan hal tersebut, maka disajikan saran-saran sebagai
masukan dalam mengembangkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di sekolah:
1. Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sekaligus pembinaan terhadap
guru untuk meningkatkan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang
lebih menarik dan lebih baik lagi.
2. Bagi guru
Agar dapat selalu memperhatikan emosionalnya dan memberikan
umpan (feedback) agar siswa selalu senang beminat dalam belajar Sejarah
Kebudayaan islam.
3. Bagi siswa
Diharapkan untuk meningkatkan keberanian dalam mengekspresikan
kemampuan berbahasa terutama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
130
Islam seperti mengajukan pertanyaan maupun pendapat dalam kegiatan
pembelajaran terutama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam .
131
DAFTAR PUSTAKA
B.Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.
Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah Bahri, Syaiful. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.
Ginanjar Agustian, Ary. 2008. ESQ. Jakarta: Arga.
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hartono, Agung dan Sunarto. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Iqbal, Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Khadijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Wali Press.
Kementerian Agama RI. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta:
Kementerian Agama.
Madjid, M. Dien. 2014. Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, Jakarta: Kencana.
Mahmud. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mudlofir, Ali. 2013. Pendidikan Profesional. Jakarta: Raja Wali Press.
Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Belajar.
Niswah, Choirun. 2016. Sejarah Pendidikan Islam. Palembang: Noer Fikri
132
Offset.
Ratnawati. 2009. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah
Unggulan SMA Negeri 4 Lahat. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam.
Palembang: IAIN Raden Fatah.
Rochman, Chaerul dkk.2012. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru.
Bandung: Nuansa Cendikia.
Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: CV. Alfabeta.
2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Suryantara, Bahroin. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam 1 Kelas X Madrasah
Aliyah, Jakarta: Yudhistira.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahab, Rohmalina dkk. 2012. Kecerdasan Emosional dan Belajar.
Palembang: Grafika Telindo Press.
2015. Psikologi Belajar. Palembang: Grafika Telindo Press.
Endriani, Ani. 2011. Indicator Minat Belajar. [Online]
Blogspot.com/2011/03/indicator-minat-belajar.html.
Eprints. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa. [Online]
133
Http/eprints.unm.ac.id/2058/jurnalpendidikansosial/Upaya-guru-
dalam-meningkatkan-minat-belajar-siswa.
Gusniwati. 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat belajar
Terhadap Penguasaan Konsep Matematika Siswa SMAN
Di Kecamatan Kebun Jeruk. Jurnal Formatif. 2088-351X. 26-4.
Landasan Teori. 2015. Pengertian Kecerdasan Emosional [Online]
Www. Landasan teori. Com / 2015 / 09 / Pengertian- Kecerdasan-
Emosional.
Mukti Wibowo, Anjar. 2012. Peningkatan Minat Belajar IPS Sejarah Dengan
Menggunakan Strategi Pembelajaran The Power Of Two Pada Siswa
Kelas VII B di MTS Negeri Kembang Sawit, Jurnal Ikip Pgri Madiun.
Vol 02 No. 01 Januari 2012.
Murdani dkk. Faktor-faktor Mempengaruhi Minat Belajar Siswa. [Online]
Http//.Jurnal.unmuhjember.ac.id/VA.Murdani,dkk./Faktor-faktor-
mempengaruhi-minat-belajar-siswa.
Nadhirin. 2009. Apa sih Kecerdasan Emosional itu. [Online]
Www.Nadhirin.blogspot.co.id/2009/06/Apa-sih-Kecerdasan-
Emosional-itu.
Rajagukguk, Waminton. 2011. Perbedaan Minat Belajar Siswa Dengan
Media Komputer Program Cyberlink Power Director dan Tanpa
Media Komputer Pada Pokok Bahasan Kubus dan Balok di Kelas VIII
di SMP Negeri 1 Hamparan Perak. Jurnal Pendidikan Matematika.
Shaamland, Suhaimi. 2016. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. [Online] http ://www. Matapelajaran ski. Com /
2014 / 04 / karakteristik – mata – pelajaran – sejarah . html.
Wasti, Sriana. 2013. Home Economic and Tourism. [Online]
Http/e-jurnal.unp.ac.id/SrianaWasti,dkk./Home-
economic-and-tourism/2013.
Ramli, Kamrianti. 2012. Apa Sih Minat Itu. [Online]
Http:/www.google.co.id/amp/s/Kamriantiramli.wordpress.com/2012/0
4/19/Apa-sih-minat-itu.
Wawasan Pendelikon. 2015. Pengertian Aspek Indikator dan Manfaat Serta
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar. [Online]
134
Http//.wawasanpendidikan.com/2015/10/pengertian-aspek-indikator-
dan manfaat-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-minat-belajar.