PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN …eprints.ums.ac.id/66450/11/DIAH.pdf · berpengaruh...

20
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI (Studi pada Mahasiswa Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Studi Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Oleh : DIAH SISWI RISKANINGRUM B 200 140 322 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN …eprints.ums.ac.id/66450/11/DIAH.pdf · berpengaruh...

  • 1

    PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

    INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU

    BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

    (Studi pada Mahasiswa Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Surakarta)

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

    Jurusan Studi Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Oleh :

    DIAH SISWI RISKANINGRUM

    B 200 140 322

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2018

  • 2i

  • 3 ii

  • 4 iii

  • 1

    PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN

    INTELEKTUAL, KECERDASAN SPIRITUAL, DAN PERILAKU

    BELAJAR TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

    Studi pada Mahasiswa Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Abstrak

    Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya

    pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan

    perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman Akuntansi. Jenis penelitian ini

    adalah kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

    program studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

    Muhammadiyah Surakarta. Populasi aktual adalah mahasiswa angkatan 2014

    dengan jumlah 426 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin diambil sampel

    sebanyak 82 orang mahasiswa. Metode pengumpulan sampel pada penelitian ini

    menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

    menggunakan convenience sampling. Teknik analisis yang digunakan analisis

    regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kecerdasan

    emosional, kecerdasan intelektual, dan perilaku belajar berpengaruh terhadap

    tingkat pemahaman Akuntansi. Sedangkan tingkat kecerdasan spiritual tidak

    berpengaruh terhadap tingkat pemahaman Akuntansi.

    Kata Kunci: kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual,

    perilaku belajar, tingkat pemahaman Akuntansi

    Abstract

    This study has the aim to test and analyze the presence or absence of the influence

    of emotional intelligence, intellectual intelligence, spiritual intelligence and

    learning behavior on the level of understanding of accounting.This type of

    research is quantitative. The population in this study were all students of

    accounting study programs at the Faculty of Economics and Business,

    Muhammadiyah University of Surakarta. The actual population is students of

    2014 with a total of 426 people. Using the Slovin formula, a sample of 82 students

    was taken. The sample collection method in this study uses a questionnaire. The

    sampling technique in the study used convenience sampling. The analysis

    technique used is multiple linear regression analysis.The results of this study

    indicate that emotional intelligence, intellectual intelligence, and learning

    behavior affect the level of understanding of accounting. While the level of

    spiritual intelligence does not affect the level of understanding of Accounting.

    Keywords: emotional intelligence, intellectual intelligence, spiritual intelligence,

    learning behavior, level of understanding of accounting

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    Pendidikan menjadi hal yang penting bagi seorang manusia untuk

    meningkatkan derajat sebagai manusia, karena pendidikan memegang peranan

    yang penting dalam memajukan pendidikan suatu bangsa. Pendidikan terdiri

    dari berbagai macam jenjang, yaitu pendidikan awal Taman Kanak-kanak

    hingga jenjang Perguruan Tinggi. Pendidikan akuntansi yang diselenggarakan

    di perguruan tinggi bertujuan untuk mendidik mahasiswa agar memiliki

    pengetahuan yang luas di bidang akuntansi. Perguruan tinggi harus terus

    meningkatkan kualitas pada sistem pendidikannya untuk menghasilkan lulusan

    yang berkualitas. Untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang paham dan

    mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatnya selama

    perkuliahan, serta mampu bersaing di dunia kerja, pihak perguruan tinggi

    harus mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi seorang

    mahasiswa dalam memahami pelajaran yang diterimanya (Sahara, 2014).

    Berbagai penelitian telah menyebutkan beberapa faktor pendukung yang dapat

    mempengaruhi pemahaman akuntansi diantaranya faktor kecerdasan

    emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar.

    Salovey dan Mayer dalam Goleman (2001: 513) mendefinisikan

    kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau atau mengendalikan

    perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu

    untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan intelektual adalah

    kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun

    strategi. Inteligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berfikir

    (Zohar dan Marshall, 2001: 3). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

    menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan

    untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

    luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

    seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan

    Marshall, 2001: 4).

    Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman akuntansi pada mahasiswa

    adalah faktor perilaku belajar. Perilaku belajar mahasiswa erat kaitannya

  • 3

    dengan penggunaan waktu yang baik untuk belajar maupun kegiatan lainnya.

    Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu

    secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara

    spontan. Perilaku belajar tidak dirasakan sebagai beban, melainkan sebagai

    kebutuhan.

    Uraian tersebut di atas mendasari peneliti untuk melakukan studi pada

    mahasiswa program studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas

    Muhammadiyah Surakarta dengan tujuan menganalisis pengaruh kecerdasan

    emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar

    terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian ini merupakan

    pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan Rimbano dan Putri (2016)

    serta Kristanti dan Mispiyanti (2017).

    1.1 KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    1.1.1 Teori Kecerdasan

    Kecerdasan dapat diartikan sebagai kesempurnaan akal budi seseorang

    yang diwujudkan dalam suatu kemampuan untuk memperoleh kecakapan-

    kecakapan tertentu dan untuk memecahkan suatu persoalan atau masalah dalam

    kehidupan secara nyata dan tepat. Menurut Jahja (2011: 391) kecerdasan

    merupakan kemampuan untuk melihat suatu pola dan menggambarkan

    hubungan antara pola dimasa lalu dan pengetahuan di masa depan.

    1.1.2 Tingkat Pemahaman Akuntansi

    Suwardjono (2010: 4) mengemukakan bahwa pengetahuan akuntansi

    dapat dipandang dari dua sisi pengertian yaitu sebagai pengetahuan profesi

    (keahlian) yang dipraktikkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu

    disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi. Dari segi profesi,

    akuntansi sering dipandang semata-mata sebagai serangkaian prosedur,

    metode, dan teknik tanpa memperhatikan teori di balik praktik tersebut.

    Sebagai objek pengetahuan di perguruan tinggi, akademisi memandang

    akuntansi sebagai dua bidang kajian yaitu bidang praktik dan teori. Bidang

    praktik berkepentingan dengan masalah bagaimana praktik dijalankan sesuai

    dengan PABU. Bidang teori berkepentingan dengan penjelasan, deskripsi, dan

  • 4

    argumen yang dianggap melandasi praktik akuntansi yang semuanya dicakup

    dalam suatu pengetahuan yang disebut teori akuntansi.

    Menurut Dwijayanti (2009) dalam Ariantini (2017) tingkat pemahaman

    akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seseorang

    mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini

    mengacu pada mata kuliah akuntansi. Tingkat pemahaman akuntansi ini dapat

    diukur dari nilai mata kuliah akuntansi yang meliputi nilai Pengantar Akuntansi

    1, Pengantar Akuntansi 2, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Akuntansi

    Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Auditing 1, Auditing 2,

    dan Teori Akuntansi.

    1.1.3 Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi

    serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang

    mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca

    emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka (Robbins

    dan Judge, 2008: 335). Menurut Goleman (2001: 512) kecerdasan emosi

    merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan

    orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola

    emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

    Goleman (2001: 513-514) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian

    yaitu pengenalan diri (self awareness), pengendalian diri (self regulation),

    motivasi (motivation), empati (emphaty), dan ketrampilan sosial (social skills).

    1.1.4 Kecerdasan Intelektual

    Kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk

    melakukan berbagai aktivitas mental yaitu berpikir, menalar, dan memecahkan

    masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan kecerdasan,

    dan untuk alasan yang tepat pada nilai yang tinggi. Individu cerdas biasanya

    mendapatkan lebih banyak uang dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

    (Robbins dan Judge, 2008: 57). Masaong dan Tilome (2014: 61)

    mengemukakan bahwa kecerdasan intelektual merupakan kemampuan untuk

    berfikir dan bertindak secara tepat berdasarkan pengalaman untuk memberikan

  • 5

    respons dengan baik sebagai pemilih yang tepat, penghubung, pemecah

    masalah, negosilator, penyembuh dan pembangun sinergi untuk mencapai

    tujuan tertentu. Menurut Masaong dan Tilome (2014: 62-63) indikator

    pengukuran kecerdasan intelektual ada tiga yaitu kemampuan memecahkan

    masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis.

    1.1.5 Kecerdasan Spiritual

    Zohar dan Marshall (2001: 4) menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual

    adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan

    nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

    konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

    tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang

    lain. Zohar dan Marshall (2001: 14) menjelaskan bahwa indikator dari

    kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik mencakup: (1)

    kemampuan untuk bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif), (2)

    tingkat kesadaran diri yang tinggi, (3) kemampuan untuk menghadapi dan

    memanfaatkan penderitaan, (4) kemampuan untuk menghadapi dan melampaui

    rasa sakit, (5) kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, (6)

    keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, (7) kecenderungan

    untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan “holistik”), (8)

    kecenderungan untuk bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana jika” untuk

    mencari jawaban-jawaban yang mendasar, dan (9) menjadi apa yang disebut

    oleh para psikolog sebagai “bidang mandiri” yaitu memiliki kemudahan untuk

    bekerja melawan konvensi.

    1.1.6 Perilaku Belajar

    Suwardjono (2004:1) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi

    merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang.

    Kuliah merupakan ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam

    proses belajar mandiri. Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil

    atau nilai ujian. Dalam proses belajar diperlukan perilaku belajar yang sesuai

    dengan tujuan pendidikan agar prestasi akademik dapat ditingkatkan. Perilaku

    belajar sering juga disebut kebiasaan belajar yaitu merupakan proses belajar

  • 6

    yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau

    spontan. Perilaku ini yang akan mempengaruhi prestasi belajar (Abdullah,

    2017). Menurut Suwardjono (2004) perilaku belajar yang baik terdiri dari

    kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke

    perpustakaan, dan kebiasaan mengikuti ujian.

    1.2 Pengembangan Hipotesis

    1.2.1 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    Kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan

    dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat di dalamnya. Jika

    seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka orang tersebut akan

    berusaha untuk memperoleh pengalaman yang positif dengan memahami ilmu

    pengetahuan selama kuliah. Seseorang dengan keterampilan emosional yang

    berkembang baik berarti ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki

    motivasi untuk berprestasi. Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh

    signifikan kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi

    (Yorika, 2013; Kristanti dan Mispiyanti, 2017; Rokhana dan Sutrisno, 2016;

    Ariantini dkk, 2017; Artana, Herawati, dan Atmadja, 2014).

    H1 : kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    1.2.2 Pengaruh kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    Kecerdasan intelektual diketahui bekerja di belahan otak kiri, yang

    merupakan salah satu ukuran kemampuan yang berperan dalam pemrosesan

    logika. Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual

    yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca dengan

    penuh pemahaman serta menunjukkan keingintahuan terhadap akuntansi

    (Vendy, 2010: 101). Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh

    signifikan kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman akuntansi

    (Yorika, 2013; Widatik, Rispantyo, dan Kristianto, 2017; Artana, Herawati,

    dan Atmadja, 2014).

  • 7

    H2 : kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    1.2.3 Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    Kecerdasan spiritual memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan

    aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan

    setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya.

    Spritualitas mahasiswa akuntansi akan mampu membantu mahasiswa dalam

    menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam memahami akuntansi dan

    dapat bersikap tenang dalam menghadapi kendala-kendala dalam proses

    pemahaman akuntansi. Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh

    signifikan kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi

    (Rimbano dan Putri, 2016; Ariantini dkk, 2017).

    H3 : kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    1.2.4 Pengaruh perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi

    Mahasiswa yang memiliki perilaku belajar yang baik berkemungkinan

    besar memiliki pemahaman akuntansi yang baik pula. Perilaku belajar

    memiliki peranan yang menentukan dan mendorong mahasiswa untuk belajar

    dengan penuh perhatian dan konsenterasi dalam menerima pelajaran, sehingga

    dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa penelitian menemukan

    adanya pengaruh signifikan kecerdasan emosional terhadap tingkat

    pemahaman akuntansi (Kristanti dan Mispiyanti, 2017; Rokhana dan Sutrisno,

    2016; Artana, Herawati, dan Atmadja, 2014).

    H4 : perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi

    2 METODE PENELITIAN

    2.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi

    Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

    Surakarta. Populasi aktual adalah mahasiswa angkatan 2014 dengan jumlah

  • 8

    426 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin diambil sampel sebanyak 82

    orang mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

    convenience sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan kemudahan yaitu

    berdasarkan kesediaan untuk mengisi kuesioner secara lengkap.

    2.2 Variabel Penelitian

    2.2.1 Variabel dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman

    akuntansi yang didefinisikan sebagai tingkat kemampuan seseorang untuk

    mengenal dan mengerti tentang akuntansi (Yorika, Nasir, dan Azlina, 2014).

    Pemahaman akuntansi dapat diukur dari nilai mata kuliah yang meliputi

    Akuntansi Pengantar 1, Akuntansi Pengantar 2, Akuntansi Keuangan

    Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi Keuangan

    Lanjutan, Pengauditan 1, Pengauditan 2, dan Teori Akuntansi (Rachmi, 2010).

    Penilaian adalah sebagai berikut: A = 5; B = 4; C = 3; D = 2; E = 1.

    2.2.2 Variabel independen

    Variabel independen meliputi kecerdasan emosional, kecerdasan

    intelektual, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar. Keempat variabel diukur

    dengan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang berskala Likert. Penilaian

    jawaban untuk tiap pernyataan adalah: skor 5 untuk “Sangat Setuju (SS)”, skor

    4 untuk “Setuju (S)”, skor 3 untuk “Netral (N)”, skor 2 untuk “Tidak Setuju

    (TS)”, dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS)”.

    2.2.3 Kecerdasan emosional

    Kecerdasan emosional diukur dengan 5 indikator yaitu pengenalan diri,

    pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial (Tjun, Setiawan,

    dan Setiana, 2009). Kelima indikator diwujudkan dalam bentuk 25 item

    pernyataan dalam kuesioner.

    2.2.4 Kecerdasan intelektual

    Kecerdasan intelektual diukur dengan 3 indikator yaitu kemampuan

    memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis (Zakiah,

    2013). Ketiga indikator diwujudkan dalam bentuk 10 item pernyataan dalam

    kuesioner.

  • 9

    2.2.5 Kecerdasan spiritual

    Kecerdasan spiritual diukur dengan 9 indikator yaitu bersikap fleksibel,

    kesadaran diri, menghadapi dan memanfatkan penderitaan, menghadapi dan

    melampaui perasaan sakit, keengganan untuk menyebabkan kerugian, kualitas

    hidup, berpandangan holistik, kecenderungan bertanya, dan bidang mandiri

    (Zakiah, 2013). Semua indikator diwujudkan dalam bentuk 18 item pernyataan

    dalam kuesioner.

    2.2.6 Perilaku belajar

    Perilaku belajar diukur dengan 4 indikator yaitu kebiasaan mengikuti

    pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan

    kebiasaan menghadapi ujian (Marita dkk, 2008). Keempat indikator

    diwujudkan dalam bentuk 12 item pernyataan dalam kuesioner.

    2.2.7 Metode Analisis Data

    Validitas item-item pernyataan dalam kuesioner diuji dengan teknik

    korelasi pearson’s product moment sedangkan reliabilitas sekelompok item

    dalam satu variabel diuji berdasarkan koefisien cronbach’s alpha. Hasil

    perhitungan menunjukkan bahwa semua item memiliki koefisien korelasi

    (rhitung) lebih besar dari nilai kritis distribusi product moment pada taraf

    signifikansi 5% (rtabel) sehingga semua item pernyataan dalam kuesioner

    dinyatakan valid. Semua variabel memiliki koefisien cronbach’s alpha lebih

    dari 0,6 sehingga secara keseluruhan instrumen (kuesioner) yang digunakan

    dinyatakan reliabel dan data yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis.

    Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah

    regresi linier berganda. Untuk mendapatkan model regresi yang akurat maka

    dilakukan juga pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji

    multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Semua perhitungan dilakukan

    dengan program SPSS for Windows. Pengujian dinyatakan signifikan apabila

    menghasilkan signifikansi kurang dari 0,05.

  • 10

    3 HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Deskripsi Karakteristik Responden dan Variabel Penelitian

    Selain kelima variabel utama penelitian, juga diperoleh beberapa data

    karakteristik seperti jenis kelamin, jumlah SKS yang ditempuh, dan nilai IPK.

    Adapun skor untuk variabel utama penelitian dihitung sebagai rata-rata skor

    item-item pengukurnya sehingga rentang nilainya adalah 1 hingga 5.

    Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

    Variabel n %

    Jenis Kelamin

    Laki-laki

    Perempuan

    25

    57

    30,49

    69,51

    Jumlah SKS yang Ditempuh

    110 – 119

    120 – 129

    130 – 139

    140 – 149

    1

    3

    14

    64

    1,22

    3,66

    17,07

    78,05

    Nilai IPK

    2,50 – 2,99

    3,00 – 3,49

    3,50 – 4,00

    6

    56

    20

    7,32

    68,29

    24,39

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Variabel Min Maks Mean SD

    Kecerdasan emosional 2,80 4,60 3,62 0,35

    Kecerdasan intelektual 3,00 5,00 3,80 0,39

    Kecerdasan spiritual 2,94 4,72 3,89 0,38

    Perilaku belajar 2,42 4,58 3,28 0,43

    Tingkat pemahaman akuntansi 3,63 5,00 4,46 0,31

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    3.2 Pengujian Asumsi Klasik

    3.2.1 Uji Normalitas

    Model regresi linier dengan hasil estimasi yang akurat mensyaratkan

    residual yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas terhadap data

    residual dengan teknik one sample kolmogorov-smirnov test menghasilkan nilai

    uji statistik Z sebesar 0,763 dengan signifikansi sebesar 0,605. Oleh karena

  • 11

    nilai signifikansi > 0,05 maka disimpulkan bahwa data residual berdistribusi

    normal.

    3.2.2 Uji Heteroskedastisitas

    Heteroskedastisitas merupakan kondisi ketidaksamaan variansi antara

    satu titik pengamatan dengan titik pengamatan lain dalam model regresi, yang

    mana mengurangi akurasi hasil estimasi model. Dalam penelitian ini ada

    tidaknya heteroskedastisitas dideteksi dengan uji Glejser. Konsep teknik

    pengujian ini adalah meregresikan semua variabel independen terhadap nilai

    absolut dari residual. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa keempat variabel

    independen memiliki koefisien yang secara statistik tidak signifikan (nilai

    signifikansi > 0,05) sehingga disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.

    Tabel 3. Hasil Perhitungan Regresi terhadap Absolut Residual untuk Uji

    Glejser

    Variabel Independen B T Signifikansi

    Kecerdasan emosional 0,024 0,420 0,676

    Kecerdasan intelektual -0,014 -0,266 0,791

    Kecerdasan spiritual -0,048 -0,837 0,405

    Perilaku belajar -0,026 -0,556 0,580

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    3.2.3 Uji Multikolinieritas

    Multikolinieritas merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut

    adanya korelasi sangat kuat (atau bahkan sempurna) antar variabel independen,

    yang mana mengurangi akurasi hasil estimasi model. Hasil perhitungan uji

    multikolinieritas menunjukkan bahwa keempat variabel independen memiliki

    VIF < 10 dan tolerance > 0,1 sehingga disimpulkan tidak terdapat

    multikolinieritas.

    Tabel 4. Hasil Perhitungan VIF dan Tolerance untuk Uji Multikolinieritas

    Variabel Independen VIF Tolerance

    Kecerdasan emosional 1,359 0,736

    Kecerdasan intelektual 1,427 0,701

    Kecerdasan spiritual 1,586 0,631

    Perilaku belajar 1,340 0,747

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

  • 12

    3.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda

    Model regresi linier berganda yang menyatakan hubungan antar variabel

    penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

    TPA = 2,698 + 0,234 KE + 0,199 KI – 0,107 KS + 0,177 PB

    Keterangan: TPA = tingkat pemahaman akuntansi; KE = kecerdasan

    emosional; KI = kecerdasan intelektual; KS = kecerdasan spiritual;

    PB = perilaku belajar

    Model regresi tersebut memiliki nilai koefisien determinasi (adjusted R2)

    sebesar 0,203. Berdasarkan angka ini diketahui bahwa besar proporsi dari

    variasi skor variabel dependen (tingkat pemahaman akuntansi) yang dapat

    dijelaskan dengan model regresi adalah sebesar 20,3%. Nilai koefisien

    determinasi merupakan parameter akurasi model namun hasilnya selalu

    berbeda dari satu penelitian ke penelitian yang lain. Akurasi model lebih tepat

    ditentukan berdasarkan uji signifikansi model dengan ANOVA (uji F).

    Perhitungan menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 6,155 dengan signifikansi

    0,000. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa hasil estimasi model termasuk

    akurat atau dengan kata lain model regresi yang diperoleh dapat digunakan

    untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

    3.2.5 Uji Hipotesis dan Pembahasan

    Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t terhadap Koefisien Regresi)

    Variabel Independen B t Sig. Keterangan

    Kecerdasan emosional 0,234 2,250 0,027 H1 diterima

    Kecerdasan intelektual 0,199 2,106 0,038 H2 diterima

    Kecerdasan spiritual -0,107 -1,040 0,301 H3 ditolak

    Perilaku belajar 0,177 2,134 0,036 H4 diterima

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    3.2.6 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    Variabel independen kecerdasan emosional memiliki koefisien regresi

    sebesar 0,234. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar 2,250 dengan

    signifikansi 0,027. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa H1 diterima atau

  • 13

    dinyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat

    pemahaman akuntansi.

    3.2. engaruh kecerdasan intelektual terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    Variabel independen kecerdasan intelektual memiliki koefisien regresi

    sebesar 0,199. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar 2,106 dengan

    signifikansi 0,038. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa H2 diterima atau

    dinyatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap tingkat

    pemahaman akuntansi.

    3.2.8 Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi

    Variabel independen kecerdasan emosional memiliki koefisien regresi

    sebesar -0,107. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar -1,040 dengan

    signifikansi 0,301. Nilai signifikansi > 0,05 berarti bahwa H3 ditolak atau

    dinyatakan bahwa kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap tingkat

    pemahaman akuntansi.

    3.2.9 Pengaruh perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi

    Variabel independen perilaku belajar memiliki koefisien regresi sebesar

    0,177. Uji statistik menghasilkan nilai uji t sebesar 2,134 dengan signifikansi

    0,036. Nilai signifikansi < 0,05 berarti bahwa H4 diterima atau dinyatakan

    bahwa perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

    4 PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

    ditarik simpulan sebagai berikut:

    a. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis pertama, kecerdasan

    emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini

    didukung oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai

    signifikan 0,027 < 0,05.

  • 14

    b. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis kedua, kecerdasan

    intelektual berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini

    didukung oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai

    signifikan 0,038 < 0,05.

    c. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis ketiga, kecerdasan spiritual

    tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini

    didukung oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai

    signifikan 0,301 > 0,05.

    d. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis keempat, perilaku belajar

    berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hal ini didukung

    oleh hasil analisis regresi linier yang memperoleh nilai signifikan 0,036 <

    0,05.

    4.2 Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatan. Berikut merupakan

    penjelasan mengenai keterbatasan yang dihadapi:

    a. Keterbatasan implikatif terletak pada obyek penelitian dan syarat

    penerapan. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa maka kesimpulan

    hanya dapat digeneralisasi pada mahasiswa, tidak dapat digeneralisasi

    pada obyek lain yang memiliki karakteristik berbeda seperti pelajar

    (padahal materi akuntansi sudah diajarkan sejak di jenjang sekolah

    menengah). Penelitian ini hanya melibatkan empat faktor yaitu tiga aspek

    kecerdasan (emosional, intelektual, spiritual) dan perilaku belajar, maka

    kesimpulan hanya dapat diterapkan dengan syarat faktor-faktor lain

    diabaikan atau paling tidak diasumsikan tidak berkontribusi signifikan.

    b. Keterbatasan akurasi data hasil penelitian yang disebabkan karena kendala

    dalam pengukuran. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penilaian

    kuesioner yang secara umum pasti memiliki kekurangan karena adanya

    faktor ketidakjujuran dan subyektifitas penilaian.

    4.3 Saran

    Berdasarkan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa

    saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

  • 15

    a. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan memperluas obyek tidak

    hanya pada mahasiswa melainkan juga pada pelajar sekolah menengah.

    Selain itu kesimpulan yang diperoleh juga akan lebih tepat dengan

    melibatkan faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi tingkat

    pemahaman akuntansi seperti metode pembelajaran yang diterapkan

    pengajar dan dukungan atau bantuan dari orang lain.

    b. Penelitian di masa mendatang dengan sumber daya yang lebih besar (baik

    personil peneliti, waktu, maupun biaya) perlu dilakukan untuk mengatasi

    masalah pengukuran. Dengan sumber daya yang cukup, pengambilan data

    dengan penilaian kuesioner dapat ditingkatkan akurasinya dengan adanya

    pendampingan dan pengawasan dalam pengisian kuesioner atau dengan

    penerapan metode pendukung seperti wawancara.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, S. (2017). Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik

    Mahasiswa Akuntansi. Media Riset Akuntansi, Auditing &

    Informasi, 1(3), 63-86.

    Ariantini, K. T., Herawati, N. T., AK, S., & Sulindawati, N. L. G. E. (2017).

    Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Dan Kecerdasan

    Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Jurusan

    Akuntansi Program S1 Angkatan 2013 Universitas Pendidikan

    Ganesha. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 7(1).

    Artana, M. B., Herawati, N. T., AK, S., Atmadja, A. T., & SE, A. (2014).

    Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ),

    Kecerdasan Spiritual (SQ), Dan Perilaku Belajar Terhadap Pemahaman

    Akuntansi (Studi Kasus Pada Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas

    Pendidikan Ganesha Singaraja Dan Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas

    Udayana Denpasar). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)

    Undiksha, 2(1).

    Goleman, D. (2001). Working with Emotional Intelligence. (terjemahan Alex Tri

    Kantjono W). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

    Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

    Judge, T. A., & Robbins, S. P. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba

    Empat.

  • 16

    Kristanti, I. N., & Mispiyanti, M. (2017). Pengaruh Kecerdasan Emosional,

    Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Intelektual, Dan Perilaku Belajar

    Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa Di Stie Putra

    Bangsa Kebumen. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan

    Akuntansi, 16(01), 80-99.

    Masaong, K., & Tilome, A. A. 2014. Kepemimpinan Pendidikan Berbasis

    Multiple Intelligence. Bandung: Alfabeta.

    Rimbano, D., & Putri, M. S. E. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosional,

    Kecerdasan Spiritual, Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat

    Pemahaman Akuntansi. Orasi Bisnis, 15(1).

    Rokhana, L. A., & Sutrisno, S. (2016). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku

    Belajar, Dan Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman

    Akuntansi.(Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Fakultas

    Ekonomika Dan Bisnis UNTAG Semarang). Media Ekonomi dan

    Manajemen, 31(1).

    Sahara, M. A. (2014). Pengaruh Perilaku Belajar, Kecerdasan Emosional,

    Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial

    terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal Online Universitas Maritim

    Raja Ali Haji, 3 (2).

    Santi, S., Setiawan, S., & Tjun, L. T. (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional

    Terhadap Pemahaman Akuntansi Dilihat dari Perspektif Gender. Jurnal

    Akuntansi Vol, 1.

    Suwardjono, D. (2004). Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi. Makalah Seri

    Pendidikan, Yogyakarta.

    Widatik, C., Rispantyo, & Kristianto, D. (2016). Pengaruh Kecerdasan

    Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan

    Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Sistem

    Teknologi Informasi. 12 (1).

    Yorika, Y., Nasir, A., & Azlina, N. (2013). Pengaruh kecerdasan emosional,

    kecerdasan intelektual dan minat belajar terhadap tingkat pemahaman

    akuntansi. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

    Riau, 1(1).

    Zohar, D., & Marshall, I. (2001). SQ: memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam

    berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan. Bandung:

    Mizan.