PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR ...
Transcript of PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI AUDITOR ...
1
PENGARUH JUMLAH DEWAN KOMISARIS, REPUTASI
AUDITOR EKSTERNAL DAN KOMPLEKSITAS
PERUSAHAAN TERHADAP KEBERADAAN KOMITE
MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN
Oleh:
ANDIRA MAWARSHARON
232011195
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
2
3
4
5
6
PENDAHULUAN
Buruknya pengelolaan dan pelaporan keuangan yang dialami oleh perusahaan besar
pada kasus Enron dan WorldCom sangat mengguncang dunia bisnis. Keruntuhan perusahaan-
perusahaan publik tersebut disebabkan oleh kegagalan strategi maupun praktek curang dari
manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena
lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards. Rekayasa keuangan dan
malpraktik akuntansi menyebabkan kedua perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan dan
cukup berdampak bagi dunia bisnis internasional. Pada tahun 2008 perusahaan-perusahaan di
Indonesia mengalami kegagalan dalam mengelola risiko valuta asing yang mengakibatkan
perusahaan-perusahaan harus menjalani proses penyehatan, pergantian pemilik, dan sampai
ada perusahaan yang harus dipailitkan (Subramaniam et al., 2009). Risiko merupakan suatu
kondisi yang muncul akibat ketidakpastian (Hanafi, 2009). Dalam peraturan Menteri
Keuangan Nomor 142 /PMK.010/2009 juga dijelaskan bahwa risiko adalah potensi terjadinya
suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah
pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian
(PMK No. 191/PMK.04/2010). Apabila risiko tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan
menyebabkan kerugian bagi perseroan bahkan kebangkrutan yang dialami sejumlah
perusahaan.
Perusahaan dalam dunia bisnis mulai memprioritaskan peningkatan dalam
melaksanakan tata kelola perusahaan dengan memprioritaskan peranan manajemen risiko
(Subramaniam et al., 2009). Mereka mulai menyadari akan pentingnya manajemen risiko
untuk diterapkan dalam dunia bisnis yang tidak dapat diprediksi dan untuk meningkatkan
nilai perseroan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dengan memenuhi prinsip-
prinsip good corporate governance (GCG). Prinsip-prinsip GCG tercantum dalam undang-
undang perseroan terbatas No. 40 tahun 2007 yaitu transparancy, accountability,
responsibility, independency, dan fairness. Implementasi GCG bukanlah suatu proses yang
mudah. Proses tersebut memerlukan pemahaman, komitmen, dan konsistensi dari seluruh
organ perseroan khususnya dewan komisaris dan direksi mengenai bagaimana seharusnya
proses tersebut dijalankan. Apabila dilaksanakan dengan efektif sistem manajemen risiko
dapat menjadi sebuah kekuatan bagi pelaksanaan good corporate governance (Andarini dan
Januarti 2012).
Berdasarkan undang-undang no. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mengatur
tugas utama dewan komisaris yaitu melakukan pengawasan atas kebijakan kepengurusan
7
yang dijalankan direksi. Pengawasan kepengurusan, baik mengenai perseroan maupun usaha
perseroan dalam memberikan nasihat kepada direksi demi kepentingan perseroan. Dewan
komisaris bersama direksi memastikan bahwa perusahaan melaksanakan tata kelola
perusahaan yang baik pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Oleh karena itu, untuk
meringankan tugas pengawasan dan pengendalian internal, dewan komisaris membentuk sub
organ yaitu komite-komite (Subramaniam et al., 2009).
Komite merupakan salah satu mekanisme yang efisien untuk fokus perusahaan terhadap
risiko, manajemen risiko, dan pengendalian internal. Komite yang tepat adalah komite audit,
komite manajemen risiko atau komite relevan lainnya (Subramaniam et al., 2009).
Keberadaan komite-komite pada BUMN diatur dalam KepMen BUMN no. 117/M-
MBU/2002 tentang penerapan GCG. Komite tersebut diantaranya yaitu komite audit, komite
nominasi dan remunerisasi, dan komite manajemen risiko. Komite yang dibentuk untuk
mengelola risiko adalah komite manajemen risiko. Dalam PMK No. 191/PMK.04/2010
disebutkan bahwa komite manajemen risiko adalah komite yang bertugas menetapkan
kebijakan, strategi, dan metodologi manajemen risiko. KMR bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan mengawasi efektifitas dan integritas proses
manajemen risiko. Dengan demikian, komite manajemen risiko memiliki fungsi
pengungkapan risiko laporan keuangan dan risiko manajemen, yang meliputi risiko
keuangan, risiko operasional, dan risiko pasar (Hanafi, 2009). Namun demikian, menurut
KPMG (2005) ditemukan bahwa komite manajemen risiko masih ada yang diintegrasikan
dengan komite audit. Hal ini sesuai dengan lampiran keputusan Bapepam No. Kep-
29/PM/2004 tentang pedoman pelaksanaan kerja komite audit bahwa salah satu tugas dan
tanggung jawab komite audit adalah melaporkan kepada dewan komisaris mengenai berbagai
risiko dan pelaksanaan manajemen risiko. Sebagai akibatnya, peran yang luas dan tanggung
jawab komite audit yang besar meningkatkan kritik dan keraguan terhadap kemampuannya
untuk berfungsi secara efektif (Subramaniam, et al. 2009). Oleh karena itu, pengendalian
internal terhadap manajemen risiko diharapkan akan lebih tinggi ketika komite manajemen
risiko berdiri sendiri dibandingkan ketika diintegrasikan dengan komite audit.
Dalam penelitian ini variabel pertama yang digunakan adalah jumlah dewan komisaris.
Jumlah dewan komisaris yang besar cenderung dapat menjadi sumber daya yang besar bagi
dewan komisaris (Subramaniam et al., 2009). Jumlah dewan komisaris yang lebih besar akan
memberikan kekuatan dalam fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris
(Subramaniam et al., 2009). Ukuran dewan yang besar dapat menjadi sumber daya yang
besar pula untuk dewan komisaris. Pertukaran keahlian, informasi, dan pikiran juga akan
8
terjadi lebih luas, sehingga akan lebih mudah untuk menemukan sumber daya yang tepat
dalam dewan komisaris untuk dialokasikan dalam tugas KMR. Dengan demikian dapat
diasumsikan dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki dewan komisaris, semakin tinggi
tuntutan untuk membentuk KMR. Penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al (2009)
menunjukan bahwa jumlah dewan berhubungan positif dengan keberadaan KMR. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarini (2010) yang menyatakan bahwa jumlah
dewan tidak berhubungan signifikan dengan keberadaan KMR.
Variabel kedua adalah reputasi auditor eksternal. Auditor big four dapat mempengaruhi
sistem pengendalian internal klien dengan membuat rekomendasi untuk meningkatkan sistem
desainnya. Perusahaan auditor big four cenderung mendorong kualitas mekanisme
pengendalian internal yang lebih tinggi diantara klien mereka apabila dibandingkan dengan
perusahaan bukan big four (Subramaniam et al., 2009). Sehingga terdapat kemungkinan
bahwa perusahaan yang diaudit big four mendapatkan tekanan yang lebih besar untuk
membentuk KMR, dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit non-big four. Hal itu
mungkin disebabkan karena keberadaan KMR dipandang sebagai dukungan tambahan ketika
auditor sedang menilai sistem monitoring risiko internal, mereka lebih memilih untuk
meminimalisasi kerugian reputasi dengan kegagalan audit. Berdasarkan hasil penelitian
Yatim (2009) bahwa reputasi auditor berpengaruh positif terhadap keberadaan komite
manajemen risiko.
Kompleksitas perusahaan merupakan faktor karakteristik perusahaan yang dapat dilihat
dari beberapa elemen, salah satunya dari segmen bisnis yang dimiliki suatu perusahaan.
Semakin besar kompleksitas dari segmen bisnis yang dimiliki perusahaan, maka akan
semakin membutuhkan mekanisme manajemen risiko yang efektif dengan tujuan
mengecilkan risiko yang dihadapinya. Hal ini akan menyebabkan pembentukan komite
manajemen risiko menjadi suatu hal yang harus dilaksanakan. Penelitian Yatim (2009)
membuktikan bahwa kompleksitas dari operasi perusahaan membutuhkan pengawasan yang
lebih besar dari KMR yang secara utama berfokus untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan
menemukan cara untuk mengurangi risiko tersebut. Berbeda dengan penelitian Subramaniam,
et al (2009) yang menyatakan hasil bahwa kompleksitas tidak berhubungan secara signifikan
terhadap keberadaan komite manajemen risiko.
Penelitian ini difokuskan pada keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan
non-financial yang listing di BEI. Perusahaan pasti menghadapi permasalahan terkait risiko,
dan apabila risiko tersebut tidak dikelola dengan baik hal tersebut dapat menyebabkan
kerugian serius bahkan kebangkrutan. Maka perusahaan memerlukan suatu sistem yang
9
bekerja secara sistematis dan efektif dalam mengelola atau melakukan manajemen risiko,
sebagai salah satu bentuk diterapkannya good corporate governance didalam perusahaan.
Disitulah keberadaan komite manajemen risiko berperan penting bagi perusahaan untuk
meningkatkan nilai perseroan bagi para pemangku kepentingan. Namun sayangnya
keberadaan komite manajemen risiko belum diadakan secara menyeluruh pada semua jenis
perusahaan. Komite manajemen risiko dapat ditemui pada sebagian besar perusahaan
financial tapi sebaliknya, pada perusahaan non-financial komite ini belum diadakan secara
menyeluruh. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) menyatakan bahwa
auditor big four tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan KMR. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Diani (2013) menunjukkan bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap
keberadaan KMR dan ukuran dewan komisaris, kompleksitas bisnis tidak berpengaruh
terhadap KMR. Penelitian oleh Andarini (2012) menyatakan bahwa kompleksitas perusahaan
memiliki pengaruh signifikan terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Ukuran dewan dan
reputasi auditor tidak berhubungan signifikan dengan keberadaan KMR. Penelitian yang dilakukan
oleh Andalan (2012) menyatakan bahwa ukuran dewan, auditor eksternal, kompleksitas
perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberadaan komite manajemen
risiko. Atas dasar hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang tidak
konsisten. Sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut apakah terdapat pengaruh positif
antara jumlah dewan komisaris, reputasi auditor eksternal dan kompleksitas perusahaan
terhadap keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan. Persoalan penelitian dari
penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh variabel jumlah dewan komisaris, variabel
reputasi auditor eksternal dan variabel kompleksitas perusahaan terhadap keberadaan komite
manajemen risiko pada perusahaan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain
secara ekonomis, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan berdasarkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah empiris yang bermanfaat dalam
pembuatan keputusan perusahaan yang tepat dan relevan. Secara keilmuan, penelitian ini
dapat menambah bukti empiris dalam literatur corporate governance yang berkaitan dengan
tata kelola perusahaan dan karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan keberadaan
keberadaan komite manajemen risiko di Indonesia .
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Agensi
Teori keagenan dijadikan sebagai dasar dalam penelitian ini. Menurut Jensen dan
Meckling (1976), dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu
10
orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Masalah agensi antara pemegang saham dan manajemen biasanya muncul dari kombinasi
asimetri informasi dan perbedaan dalam sensitivitas terhadap risiko spesifik perusahaan. Di
sini istilah "sensitivitas terhadap risiko spesifik perusahaan" digunakan untuk merujuk
bagaimana pembuat keputusan membuat peringkat alternatif yang berbeda dalam menilai
risiko (Islam et al., 2010). Ini menandakan asimetri dan perubahan informasi yang cepat oleh
pihak pemegang saham dimana selaku manajer lebih banyak memperoleh informasi
mengenai input dan output perusahaan sehingga kedua pihak ini mempunyai keputusan yang
berbeda dalam menilai risiko. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan risiko dan
ketidakpastian paling sedikit dan kemungkinan pihak pemegang saham berusaha juga untuk
memaksimalkan keuntungan mereka dengan cara mereka sendiri. Permasalahan principal-
agent dapat diatasi atau dikurangi dengan institusi yang menetapkan pengawasan efektif atau
mekanisme feedback yang mana dapat membuat kinerja dan hasil yang dicapai lebih
transparan dan terukur. Dengan demikian, penyelenggaraan komite manajemen risiko
merupakan mekanisme good corporate governance untuk mengatasi masalah keagenan.
Mekanisme pengendalian memperkecil perbedaan diantara kedua belah pihak. Menurut
Subramaniam et al., (2009) bahwa usaha pencegahan yang dilakukan principal adalah:
a) mengawasi perilaku agen dengan adopsi audit dan mekanisme perusahaan lainnya
untuk meluruskan kepentingan agen dengan prinsipal
b) memberikan insentif yang menarik untuk agen dan mengadakan stuktur hadiah untuk
mendorong agen agar bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal
Pembentukan komite merupakan mekanisme good corporate governance yang efektif
untuk mengatasi masalah agensi. Pada umumnya, komite tersebut diprediksi ada ketika
situasi agency cost cenderung tinggi, misalnya leverage tinggi dan ukuran perusahaan yang
besar dan kompleks (Subramaniam et al., 2009). Dengan demikian, penyelenggaraan komite
manajemen risiko merupakan mekanisme good corporate governance untuk mengatasi
masalah keagenan. Mekanisme pengendalian memperkecil perbedaan diantara kedua belah
pihak.
Good Corporate Governance
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 mengeluarkan
Pedoman good corporate governance (GCG) yang pertama pada tahun 1999. Pedoman
11
tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001 dan yang terbaru
adalah tahun 2006 yang merupakan revisi pedoman tahun 2001. Dari pedoman tersebut
dibentuklah Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia oleh KNKG dalam
kerangka dorongan etika. Pedoman ini dijadikan acuan untuk melaksanakan sistem tata kelola
yang baik bagi dunia usaha untuk keberlangsungan usaha tetapi sifatnya masih bersifat
sukarela
Bapepam-LK mengadopsi pedoman tersebut ke dalam peraturan-peraturan Bapepam-
LK yang sifatnya mandatory seperti kewajiban pembentukan komite audit dan keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan. Dengan begitu Bapepam-LK dapat memberikan
sanksi jika perusahaan tidak menerapkan peraturan tersebut. Bapepam-LK juga mewajibkan
emiten dan perusahaan publik untuk mengungkapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan
dalam laporan tahunan seperti frekuensi rapat dewan komisaris dan direksi, frekuensi
kehadiran anggota dewan komisaris dan direksi dalam rapat tersebut, frekuensi rapat dan
kehadiran komite audit, pelaksanaan tugas dan pertanggungjawaban dewan komisaris dan
direksi serta remunerasi dewan komisaris dan direksi. Good corporate governance
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi
serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, Dewan Komisaris, para pemegang
saham, dan stakeholders lainnya. Good corporate governance dapat menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan yaitu stakeholders. Ada beberapa mekanisme
yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai good Corporate Governance
diantaranya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi Dewan Komisaris
independen dan Komite Audit (Sari dan Riduwan, 2013). Setiap perusahaan harus
memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran
perusahaan. Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil
dan relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku.
12
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen
yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
Esensi dari good corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap
pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
Maka perusahaan diharapkan dapat mengimplementasikan praktik GCG ini misalnya dengan
melakukan penerapan sistem pengendalian internal yang efektif dan andal, melakukan
sosialisasi dan internalisasi penerapan GCG di setiap bagian perusahaan serta
memberlakukan penerapan manajemen risiko di seluruh lini kegiatan usaha perusahaan.
Manajemen Risiko
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 191/PMK.04/2010 bahwa manajemen
risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi
ketidakpastian. Menurut Djojosoedarso (1999) manajemen risiko adalah pengelolaan
berbagai cara penanggulangan risiko. Manajemen risiko muncul karena adanya risiko. Risiko
disebabkan karena adanya ketidakpastian yang mengakibatkan keraguan seseorang terhadap
kemampuannya dalam meramalkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di kondisi yang
akan datang.
Manajemen risiko menurut COSO merupakan suatu bentuk pengendalian internal.
COSO bertujuan menyediakan panduan kepada manajemen eksekutif dan pengelola
perusahaan tentang aspek-aspek kritis dalam pengelolaan organisasi, etika bisnis,
pengendalian internal, manajemen risiko perusahaan, kecurangan, dan pelaporan keuangan.
Menurut Djojosoedarso (1999) sebab-sebab terjadinya risiko sebagai berikut:
a) Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir,
makin panjang waktunya makin panjang ketidakpastiannya
b) Keterbatasan informasi dalam penyusunan rencana
c) Keterbatasan pengetahuan atau teknik pengambilan keputusan dari perencana
13
Agar perseroan tidak mengalami kerugian maka diperlukan upaya penanggulangan
risiko. Penanggulangan risiko dapat dilakukan dengan pencegahan, retensi (mentolerir
risiko), mengalihkan risiko, dan manajemen risiko (Djojosoedarso 1999). Manajemen risiko
tersebut penting karena adanya evaluasi terhadap program manajemen risiko dapat
memberikan gambaran keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan. Manfaat lain yaitu
sebagai kontribusi secara langsung terhadap peningkatan keuntungan perseroan dan
kepentingan pihak lain.
Proses manajemen risiko diawali dengan identifikasi tujuan usaha, strategi usaha dan
infrastrukur terkait terhadap kemungkinan risiko material yang muncul dalam aktivitas usaha.
Kemudian dilakukan pengukuran terhadap kemungkinan seberapa besar risiko terjadi. Setelah
tingkat risiko diketahui maka dilakukan manajemen risiko. Manajemen risiko berkaitan
dengan langkah-langkah yang harus diambil untuk penaggulangan risiko tersebut Kemudian
tetap dilakukan pemantauan sejauh mana keberhasilan manajemen risiko dalam
menanggulangi risiko. Manajemen risiko tidak bisa terlepas dari peran manusia atau
kemampuan organ perseroan. Organ perseroan yang tepat untuk melakukan manajemen
risiko adalah organ yang dianggap memiliki skill dan kemampuan yang baik dalam penilaian
risiko yaitu komite manajemen risiko.
Komite Manajemen Risiko
Keberadaan komite manajemen risiko di Indonesia dipertegas berdasarkan Surat
Keputusan Menteri BUMN No keputusan 117/M MBU/2002/pasal 14 berisi kebijakan umum
yang terkait dengan komite manajemen risiko adalah sebagai berikut:
1. Komposisi anggota manajemen risiko terdiri dari anggota komisaris dan pihak
independen yang memiliki keahlian, pengalaman serta kualitas dalam mengelola
risiko.
2. Komite manajemen risiko harus menjalankan tugas secara obyektif berdasarkan
komisaris yang sekurang-kurangnya meliputi:
2.1 Membantu komisaris dalam menilai kualitas kebijakan manajemen risiko.
2.2 Membantu komisaris dalam menilai efektifitas manajemen risiko yang diterapkan
perusahaan termasuk menilai toleransi risiko yang diambil oleh direksi.
Menurut Subramaniam et al (2009) terdapat dua tipe komite manajemen risiko yaitu
komite manajemen risiko yang berdiri sendiri dan komite manajemen risiko yang
diintegrasikan dengan komite audit. Komite manejemen risiko yang terpisah dari komite
audit akan mampu mengendalikan risiko dibandingkan dengan komite manajemen risiko
14
yang diintegrasikan dengan komite audit. Hal tersebut disebabkan karena berbagai kritik
terhadap tugas komite audit sendiri yang sangat kompleks. Sehingga menimbulkan sejumlah
keraguan dan kritik akan kemampuan komite audit dalam manajemen risiko. Berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan no. 142/PMK.010/2009 tentang manajemen risiko lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia sebagaimana yang dimaksud pada pasal 18 mencangkup:
Satuan kerja manajemen risiko :
1. Satuan kerja manajemen risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c harus
independen terhadap satuan kerja operasional (risk-taking unit) dan terhadap satuan
kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern.
2. Satuan kerja manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung
jawab langsung kepada direktur eksekutif atau kepada direktur pelaksana yang
ditugaskan secara khusus.
3. Tugas satuan kerja manajemen risiko paling kurang meliputi:
a) memantau pelaksanaan strategi manajemen risiko;
b) memantau posisi risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko dan per
jenis aktivitas serta melakukan stress testing;
c) mengkaji ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko;
d) mengkaji usulan aktivitas dan/atau produk baru;
e) mengevaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk
mengukur risiko;
f) memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional (risk taking unit) sesuai
kewenangan yang dimiliki; dan
g) menyusun dan menyampaikan laporan profil/komposisi risiko kepada direktur
eksekutif atau direktur pelaksana yang ditugaskan secara khusus.
15
Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Tri Wahyuni,2012“Analisis
PengaruhCorporate Governance
dan Karakteristik
PerusahaanTerhadap Keberadaan
Komite Manajemen Risiko”
Diponegoro Journal Of
Accounting. Volume 1, Nomor 2,
Tahun 2012, Halaman 1-12
variabel Independen =
independensi dewan komisaris,
frekuensi rapat, tipe
kepemilikan, auditor Big Four,
jumlah anak perusahaan, risiko
pasar, leverage, umur
perusahaan variabel Dependen =
keberadaan dan tipe komite
manajemen risiko Sampel
penelitian adalah perusahaan
yang listing di BEI tahun 2008-
2009
frekuensi rapat, jumlah
anak perusahaan berpengaruh
positif terhadap keberadaan KMR
Diani, Yosephine Endah Nur.
2013. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan
Risk Management Committee.
Accounting Analysis Journal.
Variabel Independen = proporsi
komisaris independen,
ukuran dewan komisaris, reputasi
auditor, dan risiko pelaporan
keuangan Variabel Dependen =
keberadaan Risk Management
Committee Sampel penelitian ini
perusahaan industri high profile
yang listing di BEI tahun 2009-
2011
reputasi auditor berpengaruh
terhadap keberadaan RMC.
Komisaris independen, ukuran
dewan komisaris dan risiko
pelaporan keuangan tidak
berpengaruh terhadap RMC
Andarini, Puteri Wahyu, dan
Indira Januarti .2010. Hubungan
Karakteristik Dewan Komisaris
dan Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Risk Management
Committee pada Perusahaan Go
Public Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XIII.
Purwokerto.
Variabel Independen = komisaris
independen, ukuran dewan,
reputasi auditor, risiko pelaporan
keuangan, leverage,
kompleksitas, dan ukuran
perusahaan.
Variabel Dependen =keberadaan
RMC dan tipe RMC Populasi yang digunakan adalah
perusahaan nonfinansial yang
terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2007-2008
ukuran perusahaan secara
signifikan berhubungan positif
terhadap keberadaan RMC dan tipe
RMC yang terpisah (SRMC).
Sedangkan variabel lainnya
(komisaris independen, ukuran
dewan, reputasi auditor, risiko
pelaporan keuangan, leverage)
tidak berhubungan signifikan
dengan keberadaan RMC dan RMC
yang terpisah (SRMC).
Andalan, Ratnawati. 2012.
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Komite
Manajemen Risiko. Media
Ekonomi dan Manajemen ISSN
0854-1442, Vol. 25 No.2 Edisi
Juli 2012.
Variabel independen = ukuran
perusahaan, komisaris independen
dan risiko pelaporan keuangan
konservatisme laporan keuangan
Variabel dependen = keberadaan
komite manajemen risiko
Populasi penelitian ini terdiri dari
non-perusahaan perbankan, yang
terdaftar di BEI untuk periode
2009-2010.
terdapat pengaruh yang signifikan
antara ukuran perusahaan,
komisaris independen dan risiko
pelaporan keuangan terhadap
keberadaan komite manajemen
risiko
Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas dapat diketahui bahwa penelitian
sebelumnya menggunakan periode penelitian yang cenderung singkat. Maka untuk mengisi
16
kesenjangan penelitian tersebut, penelitian ini mengambil sampel dengan periode penelitian
yang lebih panjang (2010-2014) dengan harapan dapat melihat kecenderungan yang terjadi
dalam jangka waktu yang lebih panjang tentang keberadaan KMR di perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang berbeda-beda, maka peneliti ingin membuktikan kembali
apakah ada pengaruh variabel jumlah dewan komisaris, reputasi auditor eksternal, dan
kompleksitas perusahaan terhadap keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan.
Perumusan Hipotesis
Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris terhadap Keberadaan KMR
Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama
dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder, dewan komisaris -
merupakan inti dari corporate governance - yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan
strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dewan komisaris merupakan
suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada
pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing perusahaan - sedangkan dewan komisaris bertanggungjawab untuk
mengawasi manajemen - maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan
perusahaan (Egon Zehnder International, 2000).
Jumlah dewan komisaris yang besar cenderung dapat menjadi sumber daya yang besar
bagi dewan komisaris (Subramaniam et al., 2009). Jumlah dewan komisaris yang lebih besar
akan memberikan kekuatan dalam fungsi pengawasan yang dilakukan dewan komisaris
(Subramaniam et al., 2009). Oleh karena itu, akan lebih mudah bagi dewan komisaris
membentuk KMR, dan tingkat sumber daya yang ditawarkan oleh jumlah dewan yang besar
akan membuat dewan komisaris lebih menyukai dibentuknya KMR. Selain itu jumlah dewan
juga akan berdampak terhadap kualitas keputusan dan kebijakan yang telah dibuat dalam
rangka mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi (Subramaniam et al., 2009). Berikut
hipotesis yang diusulkan berkaitan dengan pernyataan diatas:
H1 = Jumlah dewan komisaris berpengaruh positif dengan keberadaan KMR
Pengaruh Reputasi Auditor Eksternal terhadap Keberadaan KMR
Auditor eksternal merupakan salah satu mekanisme yang penting dalam perseroan.
Auditor eksternal dengan kualitas yang lebih tinggi terkait dengan kemungkinan
berkurangnya dari masalah pelaporan keuangan dan pengendalian internal (Sutaryo 2010).
17
Menurut penelitian oleh Subramaniam et al (2009) menyatakan bahwa perusahaan dengan
auditor big four mendorong mekanisme kualitas pengendalian internal yang lebih tinggi.
Secara umum, auditor big four dapat mempengaruhi sistem pengendalian internal klien
mereka dengan membuat rekomendasi perbaikan sistem desain tersebut (Subramaniam et al.,
2009). Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan akan pemeliharaan kualitas audit dan perlindungan
akan reputasi mereka. Adanya komite manajemen risiko akan menjadi dukungan tambahan
ketika auditor sedang menilai sistem pengendalian risiko internal. Mereka lebih memilih
untuk meminimalisasi kerugian reputasi dengan kegagalan audit (Subramaniam et al., 2009).
Sehingga, auditor big four (Deloitte, KMPG, PWC, Ernst and Young) cenderung mendorong
penyelenggaraan KMR dari pada auditor eksternal non big four. Berdasarkan keterangan
diatas, hipotesis yang diusulkan adalah:
H2 = Reputasi auditor eksternal berpengaruh positif terhadap keberadaan
KMR
Pengaruh Kompleksitas Perusahaan terhadap Keberadaan KMR
Kompleksitas perusahaan dapat didefinisikan sebagai komponen perusahaan yang dapat
dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun
kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen ini memiliki risiko dan imbalan yang
berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Kompleksitas bisnis diukur dengan
menjumlah total segmen bisnis yang dimiliki oleh perusahaan (Subramaniam et al., 2009).
Kompleksitas suatu perusahaan membutuhkan pengawasan dan infrastruktur pengawasan
yang baik. Semakin kompleks operasional suatu perusahaan, maka semakin besar risikonya.
Mengingat perusahaan yang kompleks antara lain memiliki jaringan operasional yang luas
(jumlah kantor yang banyak dan jangkauan wilayah yang luas), sistem teknologi yang rumit
dan jumlah karyawan yang banyak. Kondisi ini mendorong organisasi atau perusahaan untuk
mendirikan KMR. Berdasarkan uraian diatas maka diambil hipotesis seperti berikut:
H3 = Kompleksitas perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan KMR
Jumlah Dewan
Komisaris
Reputasi Auditor
Eksternal
Kompleksitas
Perusahaan
Keberadaan
RMC
18
METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan adalah perusahaan non-financial industri high profile yang
listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014, sehingga dapat melihat kecenderungan
yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang tentang keberadaan komite manajemen
risiko. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode random sampling.
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dipilih secara acak yaitu sebanyak 50 perusahaan
non-financial yang listing di BEI tahun 2010-2014. Banyaknya jumlah sampel (50) tersebut
didapat dari rumus dengan menggunakan pendekatan 10 kali jumlah variabel yang digunakan
dalam penelitan, sehingga dapat memenuhi syarat secara statistik untuk dapat dilakukan
analisis multivariat serta dianggap mewakili populasi penelitian (Sekaran 1992). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah keberadaan KMR. Kriteria pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telah menyajikan laporan keuangan mandatory lengkap.
2. Perusahaan non-financial.
3. Perusahaan yang listing di BEI dalam kurun waktu tahun 2010-2014
Pengukuran variabel dependen yaitu dengan variabel dummy. Perusahaan yang
mengungkap keberadaan KMR diberikan nilai 1, sebaliknya diberikan nilai 0 (Subramaniam
et al., 2009). Jumlah dewan komisaris sebagai X1 dalam penelitian ini. Jumlah dewan
komisaris akan diukur dengan menjumlah total anggota dewan komisaris dalam perusahaan
(Subramaniam et al., 2009). Reputasi auditor eksternal merupakan variabel independen X2
dalam penelitian ini. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur reputasi auditor eksternal
adalah dengan variabel dummy. Dimana perusahaan yang menggunakan jasa audit yang
tergabung dalam big four diberikan nilai 1, sebaliknya diberikan nilai 0 (Subramaniam et al.,
2009). Kompleksitas bisnis dalam penelitian ini berperan sebagai X3. Pengukuran
kompleksitas perusahaan akan diukur dengan menjumlah total segmen bisnis yang dimiliki
oleh perusahaan. Jumlah segmen usaha dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan pada
bagian segmen usaha. (Subramaniam et al., 2009).
Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan 2 metode analisis yaitu metode analisis deskriptif dan
metode analisis statistik. Analisis deskriptif mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran
umum dari semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis menggunakan
19
regresi logistik (Ghozali, 2005) yang dilakukan dengan SPSS 20. Pengolahan data dimulai
dengan uji deskriptif diikuti dengan tahapan selanjutnya yaitu analisis bivariate. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel berpengaruh terhadap keberadaan
suatu variabel lainnya. Apabila variabel yang mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel
tersebut dapat lolos yang kemudian dapat diikutsertakan ke dalam model analisis multivariat
(Ghozali, 2005). Uji multivariat bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa variable
terhadap variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Variabel
Statistik deskriptif dalam penelitian ini berfungsi untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari mean dari beberapa variabel seperti variabel jumlah
dewan komisaris dan kompleksitas perusahaan. Sedangkan untuk variabel eksternal auditor
dan keberadaan KMR dapat dilihat dari modus. Berikut ini hasil analisis statistik deskriptif:
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada tahun 2010-
2014 menunjukan adanya peningkatan rata-rata jumlah dewan komisaris pada sampel
perusaan yang diteliti, dari 5 orang menjadi 6 orang anggota. Perusahaan memiliki paling
sedikit 2 anggota dewan komisaris (2010-2011) dan perusahaan memiliki paling banyak 13
anggota dewan komisaris (2012). Jumlah tersebut hanya dimiliki oleh 1 perusahaan yaitu
perusahaan Bumi Resources Tbk yang bergerak pada bidang pertambangan. Dari hasil
penelusuran pada laporan keuangan tahunan hal ini disebabkan pada periode tersebut
ditetapkan sebagai tahun untuk diterapkannya strategi ekspansi dan diversifikasi ke aset
batubara dan non batubara. Sehingga perusahaan memutuskan untuk menambah porsi
anggota dewan komisaris termasuk didalamnya dewan komisaris independen dengan tujuan
untuk mengoptimalkan pengawasan dan kinerja perusahaan. Hasil pengujian data
menyatakan bahwa keberadaan komite manajemen risiko pada perusahaan terus mengalami
pertumbuhan. Dapat disimpulkan dari tahun ke tahun (2010-2014) perusahaan secara umum
semakin menyadari pentingnya peran dari komite manajemen risiko dan memutuskan untuk
mendirikan komite tersebut sebagai salah satu bentuk penerapan GCG. Jumlah segmen bisnis
perusahaan paling banyak dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk sebesar 7 segmen
bisnis (2013-2014). Hasil penelitian mengungkapkan sebagian besar 50 perusahaan (2010-
2014) menggunakan jasa auditor eksternal big four (delloitte, Price waterhouse Coopers,
KPMG, dan Ernst & Young).
20
Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel hasil pengolahan data menggunakan SPSS dapat dilihat pada bagian lampiran.
Pembahasan masing-masing variabel yang telah diuji akan dijelaskan sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis 1 pada variabel jumlah dewan komisaris (X1) memiliki nilai
probabilitas signifikansi sebesar 0,377. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KMR. Ukuran dewan yang besar
tidak menjamin terbentuknya komite baru secara voluntary. Menurut Diani (2013) semakin
besarnya ukuran dewan komisaris, tugas pengawasan dan risk monitoring dapat dilakukan
oleh dewan komisaris sendiri, sehingga keputusan untuk membentuk KMR semakin kecil.
Ketika jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan semakin besar, maka perusahaan
akan mengalami peningkatan pengeluaran biaya monitoring. Oleh karena itu, tuntutan
perusahaan untuk membentuk komite baru termasuk didalamnya komite manajemen risiko
akan semakin kecil dengan tujuan untuk mengurangi dan meminimalisasi biaya monitoring
yang harus dikeluarkan. Alasan lain yang mendasari hasil penelitian ini dikarenakan kualitas
dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris lebih menentukan kualitas fungsi
pengawasan dewan dibandingkan dengan ukuran jumlah anggota dewan komisaris itu sendiri.
Hasil pengujian hipotesis 2 pada variabel reputasi auditor eksternal (X2) memiliki nilai
probabilitas signifikansi sebesar 0,414. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik variabel
reputasi auditor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan KMR. Alasan
yang mungkin mendasari adalah perusahaan cenderung menggunakan auditor eksternal Big
Four hanya untuk menaikkan reputasinya semata. Auditor Big Four hanya menyarankan
klien mereka untuk memperhatikan pengawasan risiko yang bersifat keuangan saja. Alasan
yang mungkin mendasari adalah perusahaan cenderung menggunakan auditor Big four hanya
untuk menaikkan reputasinya semata (Andarini, 2010). Auditor Big four juga dinilai dapat
memberikan rekomendasi dalam praktek corporate governance. Namun, rekomendasi
tersebut belum mencangkup aspek pengawasan risiko secara keseluruhan.hasil penelitian ini
bertentangan dengan hasil penelitian Yatim (2009) bahwa reputasi auditor berpengaruh
positif terhadap keberadaan komite manajemen risiko.
Hasil pengujian hipotesis 3 pada variabel kompleksitas perusahaan (X3) memiliki nilai
probabilitas signifikansi sebesar 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik variabel
kompleksitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keberadaan KMR. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yatim (2009) bahwa
kompleksitas perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan KMR. Hal ini disebabkan
jumlah anak perusahaan yang banyak membutuhkan monitoring yang lebih tinggi
21
dibandingkan perusahaan dengan jumlah anak perusahaan yang sedikit, sehingga perusahaan
cenderung menyelenggarakan KMR. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan go public cenderung
untuk lebih memperhatikan penerapan good corporate governance untuk menjaga nama baik
perusahaan tersebut (good image). Mereka sangat menyadari bahwa perusahaan go public
menjadi sorotan bagi masyarakat dan pemerintah sehingga penyelenggaraan KMR
merupakan hal yang penting untuk meningkatkan nilai perusahaan
Tabel 2. Hasil Uji Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
JDK 0,150 0,170 0,782 1 0,377 1,162
KP 1,578 0,630 6,265 1 0,012 4,843
Constant -1,378 0,989 1,944 1 0,163 0,252
a. Variable(s) entered on step 1: JDK, KP.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kompleksitas
perusahaan berpengaruh positif terhadap keberadaan KMR. Hasil pengujian hipotesis 1 pada
variabel jumlah dewan komisaris (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan
KMR, dikarenakan kualitas dan latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris lebih
menentukan kualitas fungsi pengawasan dewan. Hasil pengujian hipotesis 2 pada variabel
reputasi auditor eksternal (X2) menunjukkan bahwa reputasi auditor eksternal tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KMR. Hasil pengujian hipotesis 3 pada
variabel kompleksitas perusahaan (X3) menunjukkan bahwa secara statistik variabel
kompleksitas perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan KMR.
Implikasi Teoritis dan Terapan
Studi ini menunjukkan bahwa variabel kompleksitas perusahaan berpengaruh positif
terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Sedangkan pada variabel jumlah dewan
komisaris dan reputasi auditor eksternal telah terbukti secara statistik tidak berpengaruh atas
keberadaan komite manajemen risiko dalam perusahaan.
Sumber: output SPSS
22
Melalui hasil penelitian ini diharapkan perusahaan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya peran komite manajemen risiko, sehingga mendorong perusahaan dalam
mendirikan kkomite tersebut bagi perusahaan yang belum memiliki komite manajemen
risiko. Keberadaan kkomite manajemen risiko diharapan dapat membantu dewan komisaris
dalam menjalankan fungsi pengawasan sebagai upaya melindungi para pemangku
kepentingan dan mencapai tujuan perusahaan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai acuan
untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu sampel
penelitian ini terbatas hanya pada 50 perusahaan non-financial yang yang terdaftar di BEI
selama tahun 2010-2014. Penelitian ini baru menganalisis beberapa faktor corporate
governace saja sedangkan masih banyak faktor corporate governace, karakteristik
perusahaan atau variabel lainnya yang mungkin diindikasikan berpengaruh terhadap
keberadaan KMR.
Berdasarkan keterbatasan diatas maka penelitian selanjutnya diharapkan menambah
jumlah perusahaan atau sampel penelitian sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat
menggambarkan hasil penelitian yang lebih baik. Kedua, mengembangkan variabel coporate
governance, karakteristik perusahaan atau variabel lainnya yang masih belum terakomodasi
dalam penelitian ini seperti, jumlah anggota komite audit, rapat komite audit, latar belakang
pendidikan dewan komisaris, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius, Subarto Zaini.2004.Komisaris Independen: Penggerak Praktik GCG di
Perusahaan. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.
Andalan, Ratnawati. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kommite
Manajemen Risiko. Media Ekonomi dan Manajemen ISSN 0854-1442, Vol. 25 No.2
Edisi Juli 2012.
Andarini, Puteri Wahyu, dan Indira Januarti .2010. Hubungan Karakteristik Dewan
Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee
pada Perusahaan Go Public Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Purwokerto.
23
Cohen, Krishnamoorthy . dan Wright A. 2004. The Corporate Governance Mosaic and
Financial Reporting Quality. Journal of Accounting Literature, Vol.23.
Diani, Yosephine Endah Nur. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Risk
Management Committee. Accounting Analysis Journal.
Djojosoedarso, Soeisno. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta:
Salemba Empat
Sambera, Gea Fatah. 2013. Analisis Pengaruh Karaktersitik Dewan Komisaris dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Pembentukan Komite Manajemen Risiko. Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Islam, Md. Aminul., Ali, Ruhani., & Ahmad, Zamri. 2010. An Empirical Investigation of
the Underpricing of Initial Public Offerings in the Chittagong Stock Exchange,
International Journal of Economics and Finance. (online). Vol. 2 (4), pp. 36-46.
(http://ssrn.com). Diakses tanggal 20 juli 2015.
Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behaviour,
Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305-
360.
KPMG. 2005. Strategic Risk Management Survey. (online). diakses tanggal 10 Juni 2015.
www.kpmg.com.au.
Peraturan Bank Indonesia, No. 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum.
Purbawati, Dinalestari. 2011. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris, Karakteistik
Perusahaan, dan Keberadaan Komite Manajemen Risiko terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela. Tesis Akuntansi Universitas Diponegoro: Semarang.
Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business : A Skill-Building Approach Second
Edition. Trans. John Wiley & Sons.
Setyarini, Yudiati I. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan risk management committee.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Subramaniam, N., L. McManus, and J.Zhang. 2009. Corporate Governance, Firm
Characteristics, and Risk Management Committee Formation in Australia
Companies. Managerial Auditing Journal, 24(4), 316-339.
24
Sutaryo, Payamita, dan Bandi. 2010. Penentu Frekuensi Rapat Komite Audit. Kajian: Good
Corporate Governance: Solo.
Wahyuni, Tri dan Puji Harto. 2012. Analisis Pengaruh Corporate Governance dan
Karakteristik Perusahaan terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko.
Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-12
Yatim, Puan. 2009. Karakteristik Komite Audit dan Manajemen Risiko Pada Perusahaan
yang Listing di Bursa Efek Malaysia. Jurnal Akuntansi, Vol.8 No.1
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance: Pada Badan Usaha
Manufaktur, perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfabeta.
25
LAMPIRAN
Tabel 3. Uji Statistik Deskriptif Variabel Jumlah Dewan Komisaris
Tabel 4. Uji Statistik Deskriptif Variabel Reputasi Auditor Eksternal
Tabel 5. Uji Statistik Deskriptif Variabel Kompleksitas Perusahaan
Sumber: output SPSS
Sumber: output SPSS
Sumber: output SPSS
26
Tabel 6. Uji Bivariat Variabel Jumlah Dewan Komisaris
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
JDK 0,185 0,157 1,379 1 0,240 1,203
Constant -0,650 0,866 0,563 1 0,453 0,522
a. Variable(s) entered on step 1: JDK.
Sumber: output SPSS
Tabel 7. Uji Bivariat Variabel Reputasi Auditor Eksternal
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
EA 1,631 ,625 6,814 1 0,414 5,107
Constant -,619 ,469 1,744 1 ,187 ,538
a. Variable(s) entered on step 1: EA.
Sumber: output SPSS
Tabel 8. Uji Bivariat Variabel Kompleksitas Perusahaan
Sumber: output SPSS
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
KP 0,196 0,240 0,668 1 0,009 1,216
Constant -0,283 0,790 0,129 1 0,720 0,753
a. Variable(s) entered on step 1: KP.
27
Tabel 9. Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1 AUTO Astra Otoparts Tbk 10 10 9 11 10 10
2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 3 4 4 4 4 4
3 AISA Tiga pilar sejahtera food 6 5 5 6 5 5
4 AKRA AKR Corporindo 3 3 3 3 3 3
5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 5 5 5 5 7 5
6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 4 6 6 6 6 6
7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 5 5 6 6 6 6
8 ASGR Astra Graphia Tbk 3 3 3 3 3 3
9 ASII Astra International Tbk 11 11 11 10 12 11
10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 4 4 7 8 8 6
11 BUMI Bumi Resources Tbk 8 8 13 7 7 9
12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 3 4 4 4 5 4
13 COWL Cowell Development Tbk 2 2 3 3 3 3
14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 5 5 5 5 6 5
15 CTRA Ciputra Development Tbk 6 6 5 4 4 5
16 CTRS Ciputra Surya Tbk 4 4 4 4 4 4
17 DKFT Central Omega Resources Tbk 3 3 3 3 3 3
18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 3 3 3 3 3 3
19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 6 6 6 6 6 6
20 DYAN Dyandra Media International Tbk 3 3 5 5 5 4
21 EXCL PT XL Axiata Tbk 6 9 6 6 6 7
22 ELTY Bakrieland Development Tbk 6 5 6 5 5 5
23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 3 3 3 3 4 3
24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 6 6 6 6 6 6
25 GGRM Gudang Garam Tbk 4 4 4 3 3 4
26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 5 5 6 5 6 5
27 HERO Hero Supermarket Tbk 6 6 8 9 9 8
28 INAF Indofarma 4 5 4 4 4 4
29 INDS Indospring 3 3 3 3 3 3
30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 6 7 6 7 7 7
31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 6 6 6 6 6 6
32 JPFA Japfa Comfeed 4 4 3 3 3 3
33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 3 6 6 6 6 5
34 KLBF Kalbe Farma 6 6 6 6 6 6
35 KRAS Krakatau Steel Tbk 4 5 5 5 5 5
36 LPPF Matahari Department Store Tbk 5 6 7 6 6 6
37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 9 9 9 8 8 9
38 MDRN Modern International 3 3 3 3 3 3
39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 5 5 6 6 6 6
40 PWON Pakuwon Jati Tbk 3 3 3 3 3 3
41 SCMA Surya Citra Media Tbk 4 4 3 4 4 4
42 SMAR Sinar mas agro resources technology 8 8 8 9 8 8
43 SMGR Semen Indonesia 8 8 6 9 8 8
44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 5 5 5 5 7 5
45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 6 6 7 7 7 7
46 TSPC Tempo Scan Pacific 5 5 4 5 5 5
47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 7 7 6 7 7 7
48 UNTR United Tractors 6 6 6 7 7 6
49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 4 5 5 5 5 5
50 VRNA Verena Multi Tbk 3 3 3 3 3 3
KodeJumlah Dewan Komisaris
No. Nama Perusahaan Mean
28
Tabel 10. Keberadaan Komite Manajemen Risiko Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1 AUTO Astra Otoparts Tbk 1 1 1 1 1 1
2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 0 0 0 0 0 0
3 AISA Tiga pilar sejahtera food 0 0 0 1 1 0
4 AKRA AKR Corporindo 1 1 1 1 1 1
5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 0 0 0 0 0 0
6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1 1 1 1 1 1
7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 1 1 1 1 1 1
8 ASGR Astra Graphia Tbk 1 1 1 1 1 1
9 ASII Astra International Tbk 0 0 0 1 1 0
10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 0 1 1 1 1 1
11 BUMI Bumi Resources Tbk 1 1 1 1 1 1
12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 0 0 0 0 0 0
13 COWL Cowell Development Tbk 1 1 1 1 1 1
14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 0 0 0 0 0 0
15 CTRA Ciputra Development Tbk 0 0 0 0 0 0
16 CTRS Ciputra Surya Tbk 0 0 0 0 0 0
17 DKFT Central Omega Resources Tbk 0 0 0 0 0 0
18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0 0 0 0 0 0
19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0 0 0 0 1 0
20 DYAN Dyandra Media International Tbk 0 0 0 0 0 0
21 EXCL PT XL Axiata Tbk 1 1 1 1 1 1
22 ELTY Bakrieland Development Tbk 1 1 1 1 1 1
23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 1 1 1 1 1 1
24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 0 0 0 0 0 0
25 GGRM Gudang Garam Tbk 0 0 0 0 0 0
26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 1 1 1 1 1 1
27 HERO Hero Supermarket Tbk 1 1 1 1 1 1
28 INAF Indofarma 0 0 1 1 1 1
29 INDS Indospring 0 0 0 0 0 0
30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 0 0 0 0 0 0
31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 1 1 1 1 1 1
32 JPFA Japfa Comfeed 0 0 0 0 0 0
33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0 0 0 0 0 0
34 KLBF Kalbe Farma 1 1 1 1 1 1
35 KRAS Krakatau Steel Tbk 1 1 1 1 1 1
36 LPPF Matahari Department Store Tbk 1 1 1 1 1 1
37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 0 0 0 0 0 0
38 MDRN Modern International 0 0 0 0 0 0
39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 1 1 1 1 1 1
40 PWON Pakuwon Jati Tbk 0 0 1 1 1 1
41 SCMA Surya Citra Media Tbk 0 1 1 1 1 1
42 SMAR Sinar mas agro resources technology 0 0 0 0 0 0
43 SMGR Semen Indonesia 0 0 1 1 1 1
44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1
45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0 0 0 0 0 0
46 TSPC Tempo Scan Pacific 0 0 0 0 0 0
47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 0 0 0 0 0 0
48 UNTR United Tractors 0 0 1 1 1 1
49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1
50 VRNA Verena Multi Tbk 1 1 1 1 1 1
KodeNo. Nama Perusahaan Keberadaan KMR
Modus
29
Tabel 11. Reputasi Auditor eksternal Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1 AUTO Astra Otoparts Tbk 1 1 1 1 1 1
2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 0 0 0 0 0 0
3 AISA Tiga pilar sejahtera food 0 0 0 1 1 0
4 AKRA AKR Corporindo 1 1 1 1 1 1
5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 1 1 1 1 1 1
6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 1 1 1 1 1 1
7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 0 0 0 0 0 0
8 ASGR Astra Graphia Tbk 1 1 1 1 1 1
9 ASII Astra International Tbk 1 1 1 1 1 1
10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 0 1 1 1 1 1
11 BUMI Bumi Resources Tbk 0 0 0 0 0 0
12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 0 0 0 0 0 0
13 COWL Cowell Development Tbk 0 0 0 0 0 0
14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 1 1 1 1 1 1
15 CTRA Ciputra Development Tbk 1 1 1 1 1 1
16 CTRS Ciputra Surya Tbk 1 1 1 1 1 1
17 DKFT Central Omega Resources Tbk 0 0 0 0 0 0
18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0 0 0 0 0 0
19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 0 0 0 0 0 0
20 DYAN Dyandra Media International Tbk 0 0 0 0 0 0
21 EXCL PT XL Axiata Tbk 1 1 1 1 1 1
22 ELTY Bakrieland Development Tbk 0 0 0 0 0 0
23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 1 1 1 1 1 1
24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 0 0 0 0 0 0
25 GGRM Gudang Garam Tbk 1 1 1 1 1 1
26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 1 1 1 1 1 1
27 HERO Hero Supermarket Tbk 1 1 1 1 1 1
28 INAF Indofarma 0 0 0 0 0 0
29 INDS Indospring 0 0 0 0 0 0
30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 1 1 1 1 1 1
31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 1 1 1 1 1 1
32 JPFA Japfa Comfeed 0 0 0 0 0 0
33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 0 0 0 0 0 0
34 KLBF Kalbe Farma 1 1 1 1 1 1
35 KRAS Krakatau Steel Tbk 1 1 1 1 1 1
36 LPPF Matahari Department Store Tbk 1 1 1 1 1 1
37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 1 1 1 1 1 1
38 MDRN Modern International 1 1 1 1 1 1
39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 1 1 1 1 1 1
40 PWON Pakuwon Jati Tbk 0 0 1 1 1 1
41 SCMA Surya Citra Media Tbk 0 1 1 1 1 1
42 SMAR Sinar mas agro resources technology 0 0 0 0 0 0
43 SMGR Semen Indonesia 0 0 1 1 1 1
44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1
45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 0 0 0 0 0 0
46 TSPC Tempo Scan Pacific 0 0 0 0 0 0
47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 0 0 0 0 0 0
48 UNTR United Tractors 1 1 1 1 1 1
49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 1 1 1 1 1 1
50 VRNA Verena Multi Tbk 1 1 1 1 1 1
ModusKodeNo.Eksternal Auditor
Nama Perusahaan
30
Tabel 12. Kompleksitas Bisnis Perusahaan Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
1 AUTO Astra Otoparts Tbk 2 2 2 2 2 2
2 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 3 3 3 3 3 3
3 AISA Tiga pilar sejahtera food 3 3 3 3 3 3
4 AKRA AKR Corporindo 3 4 4 4 4 4
5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 2 2 2 2 2 2
6 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 2 2 2 2 2 2
7 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk 3 3 4 4 4 4
8 ASGR Astra Graphia Tbk 2 2 2 2 2 2
9 ASII Astra International Tbk 6 6 6 6 6 6
10 BRAU Berau Coal Energy Tbk 2 2 2 2 2 2
11 BUMI Bumi Resources Tbk 4 4 5 5 5 5
12 BWPT Eagle High Plantations Tbk 2 2 2 2 2 2
13 COWL Cowell Development Tbk 3 3 3 3 3 3
14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 5 4 4 4 4 4
15 CTRA Ciputra Development Tbk 2 2 2 2 0 2
16 CTRS Ciputra Surya Tbk 2 2 2 2 3 2
17 DKFT Central Omega Resources Tbk 1 1 1 1 1 1
18 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 2 2 2 2 2 2
19 DUTI Duta Pertiwi Tbk 4 4 4 4 4 4
20 DYAN Dyandra Media International Tbk 4 4 4 4 4 4
21 EXCL PT XL Axiata Tbk 1 1 1 1 1 1
22 ELTY Bakrieland Development Tbk 3 3 3 3 3 3
23 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk 3 3 3 3 3 3
24 GEMS Golden Energy Mines Tbk 3 3 3 3 3 3
25 GGRM Gudang Garam Tbk 2 2 2 2 2 2
26 GIAA Garuda Indonesia (Persero )Tbk 3 3 3 3 3 3
27 HERO Hero Supermarket Tbk 2 2 2 2 2 2
28 INAF Indofarma 2 2 2 2 2 2
29 INDS Indospring 2 2 2 2 2 2
30 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 4 4 4 4 4 4
31 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 2 5 6 7 7 5
32 JPFA Japfa Comfeed 5 5 5 5 5 5
33 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 3 3 3 3 3 3
34 KLBF Kalbe Farma 4 4 4 4 4 4
35 KRAS Krakatau Steel Tbk 5 5 5 5 5 5
36 LPPF Matahari Department Store Tbk 2 4 4 4 4 4
37 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Tbk 4 4 4 4 4 4
38 MDRN Modern International 5 5 5 5 5 5
39 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 3 3 3 3 3 3
40 PWON Pakuwon Jati Tbk 3 3 3 3 4 3
41 SCMA Surya Citra Media Tbk 1 1 1 1 1 1
42 SMAR Sinar mas agro resources technology 3 3 2 2 2 2
43 SMGR Semen Indonesia 3 3 3 3 3 3
44 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 4 4 4 4 4 4
45 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk 4 4 4 4 4 4
46 TSPC Tempo Scan Pacific 3 3 3 3 3 3
47 UNSP Bakrie Sumatera Plantations 3 3 3 3 3 3
48 UNTR United Tractors 3 3 3 3 3 3
49 UNVR Unilever Indonesia Tbk 2 2 2 2 2 2
50 VRNA Verena Multi Tbk 6 6 6 6 6 6
KodeNo.Segmen Bisnis Perusahaan
Nama Perusahaan MeanMean