Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

26
PENGARUH INTERVAL TRAINING DENGAN ISTIRAHAT AKTIF DAN ISTIRAHAT PASIF DALAM LARI 100 METER Drs. Maman Suherman Guru SMA Negeri 4 Bogor Lari jarak pendek adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh yang meliputi lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Metode latihan yang digunakan dalam latihan lari jarak pendek adalah metode interval training. Latihan interval training merupakan bentuk latihan yang diselingi oleh periode istirahat. Periode istirahat ada dua jenis yaitu istirahat aktif dan istirahat pasif. Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ekperimen pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor tentang pengaruh interval training dengan istirahat aktif dan istirahat pasif dalam lari 100 meter. Pertanyaan penelitian sebagai rumusan masalah sebagai berikut. “Apakah pengaruh interval training dengan istirahat aktif akan lebih efektif jika dibandingkan dengan interval training dengan istirahat pasif dalam lari 100 meter pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor?” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi eksperimen yaitu pendekatan yang dengan sengaja menimbulkan variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar. Perbandingan selisih waktu yang dapat dicapai dari tes pertama, kedua, dan ketiga antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah 0,8 : 0,20 : 0,69 atau dengan perbandingan 8: 20: 69. Perbedaan kecepatan waktu lari tersebut menunjukkan bahwa prestasi lari kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Penjelasan di atas membuktikan bahwa interval training istirahat aktif lebif efektif daripada interval training istirahat pasif dalam lari 100 meter pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Lari jarak pendek merupakan jenis lari yang bergengsi dan paling banyak digemari. Lari jarak pendek adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh yang meliputi lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Prestasi siswa dalam lari jarak pendek akan dapat meningkat apabila peredaran darah, sistem syaraf, dan sifat-sifat dasar fisik serta kecepatan, kemudahan gerak, kecekatan, dan ketangkasan meningkat. Upaya untuk meningkatkan semua itu diperlukan latihan yang terprogram dan sistematis. Latihan adalah sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Karena itu, latihan tidak hanya menyajikan pengulangan secara mekanis saja, tetapi proses pengulangan yang

Transcript of Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

Page 1: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

PENGARUH INTERVAL TRAINING DENGAN ISTIRAHAT AKTIF DAN ISTIRAHAT PASIF DALAM LARI 100 METER  

Drs. Maman SuhermanGuru SMA Negeri 4 Bogor

Lari jarak pendek adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak  yang harus ditempuh yang meliputi lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter. Metode latihan yang digunakan dalam latihan lari jarak pendek adalah metode interval training. Latihan interval training merupakan bentuk latihan yang diselingi oleh periode istirahat. Periode istirahat ada dua jenis yaitu istirahat aktif dan istirahat pasif.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ekperimen pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor tentang pengaruh interval training dengan istirahat aktif dan istirahat pasif dalam lari 100 meter. Pertanyaan penelitian sebagai rumusan masalah sebagai berikut. “Apakah pengaruh interval training dengan istirahat aktif akan lebih efektif jika dibandingkan dengan interval training dengan istirahat pasif  dalam  lari 100 meter pada siswa kelas XI.1  SMA Negeri 4 Bogor?” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi eksperimen yaitu  pendekatan yang dengan sengaja menimbulkan variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk melihat  pengaruhnya terhadap hasil belajar.

Perbandingan  selisih waktu  yang dapat dicapai dari tes pertama, kedua, dan ketiga antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah 0,8 : 0,20 : 0,69 atau dengan perbandingan 8: 20: 69. Perbedaan kecepatan waktu lari tersebut menunjukkan bahwa prestasi lari kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Penjelasan di atas membuktikan bahwa interval training istirahat aktif  lebif efektif daripada interval training istirahat pasif dalam lari 100 meter  pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor.

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Lari  jarak pendek merupakan jenis lari yang bergengsi dan paling banyak digemari. Lari jarak pendek adalah nomor lari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh yang meliputi lari jarak 100 meter, 200 meter dan 400 meter.  Prestasi siswa dalam lari jarak pendek akan dapat meningkat apabila peredaran darah, sistem syaraf, dan sifat-sifat dasar fisik serta kecepatan, kemudahan gerak, kecekatan, dan ketangkasan meningkat. Upaya untuk meningkatkan semua itu diperlukan  latihan yang terprogram dan sistematis.

Latihan adalah sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Karena itu, latihan  tidak hanya menyajikan pengulangan secara mekanis saja, tetapi proses pengulangan yang dilakukan secara sadar dan terarahkan sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan demikian, maka untuk mencapai prestasi siswa yang maksimal dalam nomor lari jarak pendek pun dibutuhkan latihan yang cukup dan penguasaan teknik yang benar.

Untuk mencapai prestasi yang maksimal tersebut para siswa harus memahami fase-fase lari lari jarak pendek. Jarver (1986:59) menjelaskan bahwa ada empat fase yang mempengaruhi prestasi lari jarak pendek yaitu (1) fase start yaitu kecepatan reaksi, (2) fase percepatan positif yang menentukan adalah kekuatan tungkai, (3) fase lari dengan kecepatan maksimal adalah panjang langkah, frekuensi langkah, teknik dan koordinasi, (4) dan fase daya tahan kecepatan.

Metode latihan yang digunakan dalam latihan lari jarak pendek diantaranya metode interval training. Metoede interval training merupakan bentuk latihan yang diselingi oleh periode

Page 2: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

istirahat. Periode istirahat ada dua jenis yaitu istirahat aktif dan istirahat pasif. Dalam istirahat aktif, para siswa diharuskan selalu bergerak dengan melakukan latihan-latihan kecil atau dengan melakukan gerakan-gerakan untuk mengendorkan otot-otot supaya siap kembali melakukan latihan yang sebenarnya. Sedangkan dalam istirahat pasif para siswa diminta untuk tidak melakukan gerakan apapun. Siswa disuruh diam dan tidak menegangkan otot-otot kaki. Kaki para siswa  diusahakan serileks mungkin.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ekperimen pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor tentang pengaruh interval training dengan istirahat aktif dan istirahat pasif dalam lari 100 meter. Dalam penelitian ini siswa kelas XI.1 dibagi menjadi dua kelompok  yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A sebagai kelompok ujicoba diberikan pengaruh interval training dengan istirahat aktif, sedangkan kelompok B sebagai kelompok kontrol diberikan pengaruh interval training dengan istirahat pasif. Tetapi anggota-anggota dari kedua kelompok tersebut mempunyai hasil pretes yang relatif sama yang terdiri atas siswa yang berkatagori cepat, sedang, cukup, dan kurang.

2. Masalah dan Pemecahan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh interval training dengan istirahat aktif dan interval training dengan istirahat pasif  dalam  lari 100 meter pada siswa kelas XI.1  SMA Negeri 4 Bogor. Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen.

3. Tujuan Penelitian dan Harapan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah pengaruh interval training dengan istirahat aktif akan lebih efektif jika dibandingkan dengan interval training dengan istirahat pasif  dalam  lari 100 meter pada siswa kelas XI.1  SMA Negeri 4 Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan pedoman bagi para pembina, pelatih, guru bidang studi Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan tentang bagaimana cara meningkatkan kecepatan lari jarak pendek  100 meter.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi eksperimen yaitu  metoede yang dengan sengaja menimbulkan variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk melihat  pengaruhnya terhadap hasil belajar, (Arikunto, 1998:89). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang sebenarnya yaitu eksperimen yang menggunakan kelas kontrol. Kelas kontrol adalah kelompok belajar yang diberikan perlakuan yang berbeda dengan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas ujicoba yang diberikan perlakukan yang sedang diujicobakan.

Dalam penelitian ini kelas XI. 1 SMA Negeri 4 Bogor yang akan dijadikan subjek penelitian. Awal penelititan siswa di kelas ini diberi  pretes dengan cara setiap siswa ditugasi untuk melakukan lari cepat  100 meter dan diukur kecepatannya. Hasil pretes tersebut dibagi dua dengan kecepatan berlari yang relatif sama. Selanjutnya, kedua kelompok tersebut disebut kelompok A sebagai kelompok eksperimen dan kelompok B sebagai kelompok kontrol. Dengan cara demikian, maka kedua kelompok tersebut mempunyai kekuatan awal yang sama.

Kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberikan pengaruh interval training dengan istirahat aktif, sedangkan kelompok B sebagai kelompok kontrol diberikan pengaruh interval training dengan istirahat pasif. Selanjutnya, kedua kelompok siswa tersebut diberikan latihan yang sama selama lima belas kali latihan. Setiap lima kali latihan diakhiri dengan tes. Dengan demikian, maka akan diperoleh tiga kali putaran latihan dan tiga kali tes. Hasil tes dari dari kelompok A dan kelompok B tersebut diperbandingkan untuk mengetahui peningkatannya hasil latihannya. Dengan cara demikian, maka peneliti dapat membuktikan hipotesis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. “Tes adalah

Page 3: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

suatu pengukuran terhadap penguasaan kemampuan-kemampuan tertentu yang merupakan tujuan pembelajaran. Tes merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.Tes bukan sekedar alat penilaian, melainkan memainkan peranan penting dan menentukan hasil pembelajaran,” (Azwar,1987:23). Pengukuran kemampuan yang dilakukan selama pembelajaran sebanyak tiga kali. Dengan cara demikian, maka peningkatan hasil  belajar dapat diketahui dengan pasti. Azwar (1987:12) menjelaskan bahwa “Tes yang dilakukan dalam proses pembelajaran disebut tes prestasi yaitu tes untuk mengukur prestasi siswa. Hasilnya merupakan cerminan  terhadap apa yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran.”  

Hasil tes yang dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan lari 100 meter sebagai hasil pembelajaran sebanyak tiga kali. Selanjutnya, hasil tes tersebut  diolah dengan dua cara sebagai berikut. Pertama membandingkan hasil tes pertama, kedua, dan ketiga dari kelompok A dengan kelompok B. Kedua  membandingkan hasil rata-rata kelompok A dengan kelompok B. Kemudian, hasil perbandingan-perbandingan tersebut diubah ke dalam diagram batang dan diagram lingkaran untuk memudahkan melihat peningkatan prestasi kedua kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda dalam lari 100 meter.  

Deskripsi Hasil Penelitian

1.    Pra-Penelitian Eksperimen

Dalam kegiatan pembelajaran pra-penelitian eksperimen dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Pertama siswa melakukan kegiatan pendahuluan. Dalam kegiatan ini siswa ditugasi untuk melakukan peregangan status. Selanjutnya mereka ditugasi untuk melakukan lari mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali. Kedua, siswa melakukan kegiatan inti. Dalam kegiatan inti yang pertama siswa melaksanakan tes awal yaitu lari 100 meter. Ketiga, para siswa melakukan kegiatan penenangan.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa  kelas  ini akan dijadikan subjek penelitian eksperimen yaitu mengeksperimenkan metode interval training istirahat aktif dan istirahat pasif dalam lari cepat 100 meter.  Dalam istirahat aktif, para siswa diharuskan selalu bergerak dengan melakukan latihan-latihan kecil atau dengan melakukan gerakan-gerakan untuk mengendorkan otot-otot supaya siap kembali melakukan latihan yang sebenarnya. Sedangkan dalam istirahat pasif para siswa diminta untuk tidak melakukan gerakan apapun. Siswa disuruh diam dan tidak menegangkan otot-otot kaki. Kaki para siswa  diusahakan serileks mungkin.

Hasil tes tersebut digunakan untuk membagi kelas menjadi dua kelompok yaitu kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberikan pengaruh interval training dengan istirahat aktif.  Kelompok B sebagai kelompok kontrol diberikan pengaruh interval training dengan istirahat pasif. Tetapi anggota-anggota dari kedua kelompok tersebut mempunyai hasil pretes yang relatif sama yang terdiri atas siswa yang berkatagori cepat, sedang, cukup, dan kurang.

 

2.    Deskripsi Pembelajaran Kelompok  Eksperimen dan kelompok Kontrol  Putaran  Pertama

 

Kegiatan pendahuluan pada putaran pertama, pertemuan kesatu yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut sebagai berikut. Mereka ditugasi untuk melakukan lari-lari kecil mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali.

Kegiatan inti yang dilakukan oleh mereka  adalah mendengarkan penjelasan tentang teknik lari cepat dan istirahat aktif disertai contoh-contoh agar setiap siswa memperoleh pemahaman yang sama. Selanjutnya diminta lima orang siswa yang pertama untuk menirukan gerakan lari

Page 4: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

cepat dan istirahat aktif bagi kelompok eksperimen dan istirahat pasif bagi kelompok kontrol. Setelah seluruh anggota kelompok memahaminya lalu kedua kelompok tersebut ditugasi secara perorangan dan atau berkelompok empat-empat melakukan latihan lari  25 meter dan melakukan istirahat aktif bagi kelompok eksperimen dan istirahat pasif bagi kelompok kontrol selama 30 detik. Selanjutnya siswa melakukan peregangan dan senam dinamis.

Kegiatan penutup yang dilakukan oleh kelompok eksperimen adalah melakukan pelemasan, dilanjutkan dengan tanya jawab,  dan diakhiri  dengan presensi.

3.    Deskripsi Pembelajaran Kelompok  Eksperimen dan Kelompok Kontrol  Putaran  Pertama Putaran Kedua Sampai     dengan  Keempat Latihan Tahanan Dinamis          

Kegiatan pendahuluan pada putaran kedua sampai putaran keempat yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut sebagai berikut. Mereka ditugasi untuk melakukan lari-lari kecil mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali. Selanjutnya, mereka diberikan penjelasan tentang latihan tahanan dinamis. Latihan tahanan dinamis adalah latihan lari cepat dengan menarik beban  yaitu ban mobil. Ban mobil tersebut ditarik dari belakang.

Latihan ini dimaksudkan untuk melatih kecepatan lari dengan memberikan hambatan atau rintangan. Dalam latihan ini setiap siswa dalam kelompok masing-masing mendapatkan kesempatan yang sama yaitu menarik (ban mobil) beban dinamis dengan waktu 8 detik, 8 kali ulangan, dan dilakukan sebanyak dua seri.

Kegiatan inti yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut adalah mendengarkan penjelasan tentang teknik lari cepat dengan menarik beban  yaitu ban mobil  dari belakang dan istirahat aktif disertai contoh-contoh agar setiap siswa memperoleh pemahaman yang sama. Selanjutnya diminta lima orang siswa untuk melakukan latihan lari cepat dengan menarik beban  yaitu ban mobil  dari belakang lalu mereka beristirahat aktif.

Setelah seluruh anggota kelompok eksperimen memahaminya lalu mereka  ditugasi secara berkelompok lima-lima untuk melakukan latihan lari cepat 50 meter dengan menarik beban  yaitu ban mobil  dari belakang lalu mereka beristirahat aktif selama 30 detik. Selanjutnya siswa melakukan peregangan dan senam dinamis.

Dalam kegiatan penutup siswa melakukan pelemasan, dilanjutkan dengan tanya jawab,  dan diakhiri  dengan presensi.  Pada pertemuan kelima setiap siswa secara bergiliran ditugasi untuk melakukan lari cepat 100 meter. Kegiatan ini dilakukan sebagai tes untuk mengukur  peningkatan prestasi lari cepat setiap siswa pada putaran pertama. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan penutup.

4.    Deskripsi Pembelajaran Kelompok  Eksperimen dan Kelompok Kontrol  Putaran Kedua Pertemuan Kesatu sampai dengan Kelima   Latihan Tahanan Statis                 Kegiatan pendahuluan pada putaran kedua, pertemuan kesatu sampai pertemuan kelima  yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut sebagai berikut. Mereka ditugasi untuk melakukan lari-lari kecil mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali. Selanjutnya, mereka diberikan penjelasan tentang latihan tahanan statis. Latihan tahanan statis adalah latihan lari dengan menarik suatu beban atau hambatan yang tidak dapat digerakkan. Efek latihan maksimal (tambahan tenaga) tergantung pada tinggi, lama dan seringnya tegangan otot. Pada pelaksanaannya gerakan yang dilakukan merupakan gerakan yang dinamis dengan menarik beban yang statis atau beban yang tidak dapat digerakkan.

Efek latihan maksimal (tambahan tenaga) tergantung pada tinggi, lama dan seringnya tegangan otot. Suatu keuntungan dari latihan lari dengan tahanan statis dijelaskan oleh Jonath (1988:21) adalah kelompok otot dapat dilatih secara terarah. Dalam hal itu artinya besar sekali dalam pemulihan (rekuperasi, misalnya atrofi-kelayuan sebagai akibat tak terpakainya suatu

Page 5: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

anggota tubuh) karena efek latihan cepat sekali timbulnya.

Dalam penelitian ini, sebagai beban statis (yang tidak dapat digerakkan) yang harus ditarik menggunakan alat yang sederhana adalah  Sebuah tiang dengan tinggi 2,5 meter. Tali elastis yang terbuat dari ban dalam sepeda dengan panjang 94 cm, Sebuah kawat pengikat (sebagai pengikat karet ban dalam sepeda ke tiang yang di pancangkan).

Pelaksanaannya tiang tersebut disimpan di belakang pelari, antara tiang dan pelari tersebut dihubungkan dengan sebuah tali elastis yang terbuat dari ban dalam sepeda. Tali tersebut dikaitkan ke bahu pelari, hal ini mengacu pada pendapat Donnell dan Seagrave (1995:38) yaitu “Garis yang menghubungkan atlit dengan alat yang ditarik atau ban harus diikat kencang pada bahu atlit, dan bukan pada pinggangnya.” Kemudian setelah ada aba-aba maka pelari tersebut melakukan gerakan lari sekuat mungkin seolah-olah ingin melepaskan diri dari ikatan tali tersebut, jadi gerakannya merupakan gerakan lari di tempat.

Pada prinsipnya kedua bentuk latihan ini adalah sama yaitu melakukan latihan lari sambil menarik beban, yang bertujuan untuk memberikan penambahan kekuatan dan tenaga yang sangat diperlukan dalam percepatan akselerasi. Seperti yang diungkapkan oleh Donnel dan Seagrave yang diterjemahkan oleh Suyono (1995:25) yaitu: “… dengan tambahan beban, kita menambah massa sprinter dengan efektif dan mengembangkan rangsangan untuk memperpendek jangkauan phenomena, hasilnya adalah penambahan kekuatan dan tenaga.”

Kegiatan inti yang dilakukan oleh kelompok eksperimen adalah mendengarkan penjelasan tentang teknik lari cepat dengan menarik tahanan statis dan istirahat aktif disertai contoh-contoh agar setiap siswa memperoleh pemahaman yang sama. Selanjutnya diminta lima orang siswa untuk melakukan latihan lari cepat dengan menarik beban  statis  dari belakang lalu mereka beristirahat aktif.

Setelah seluruh anggota kelompok tersebut memahaminya lalu mereka  ditugasi secara berkelompok lima-lima untuk melakukan latihan lari cepat dengan menarik beban  statis  dari belakang lalu mereka beristirahat aktif dan istirahat pasif masing-masing selama 30 detik. Selanjutnya siswa melakukan peregangan dan senam dinamis. Dalam kegiatan penutup siswa melakukan pelemasan, dilanjutkan dengan tanya jawab,  dan diakhiri  dengan presensi.

Pada pertemuan kelima setiap siswa secara bergiliran ditugasi untuk melakukan lari cepat 100 meter. Kegiatan ini dilakukan sebagai tes untuk mengukur peningkatan prestasi lari cepat setiap siswa pada putaran kedua. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan penutup.

5. Deskripsi Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Putaran Ketiga, Pertemuan Kesatu sampai dengan Kelima  Latihan Lari Cepat 100 Meter

Kegiatan pendahuluan pada putaran ketiga, pertemuan kesatu sampai pertemuan keempat yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut sebagai berikut. Mereka ditugasi untuk melakukan lari-lari kecil mengelilingi lapangan basket sebanyak 5 kali. Kegiatan inti yang dilakukan oleh kelompok eksperimen adalah mendengarkan penjelasan tentang teknik lari cepat 100 meter dan istirahat aktif 5 menit disertai contoh-contoh agar setiap siswa memperoleh pemahaman yang sama.

Selanjutnya diminta lima orang siswa secara bergiliran untuk menirukan gerakan lari cepat 100 meter sebanyak 5 kali lalu mereka diberi istirahat aktif 5 menit. Setelah seluruh anggota kelompok memahaminya lalu mereka  ditugasi secara perorangan untuk melakukan latihan lari  100 meter dan istirahat aktif dan istirahat pasif masing-masing selama 5 menit. Selanjutnya siswa melakukan peregangan dan senam dinamis. Kegiatan penutup yang dilakukan oleh kelompok eksperimen adalah melakukan pelemasan, dilanjutkan dengan tanya jawab,  dan diakhiri  dengan presensi.

Page 6: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

Pada pertemuan kelima setiap siswa secara bergiliran ditugasi untuk melakukan lari cepat 100 meter. Kegiatan ini dilakukan sebagai tes untuk mengukur peningkatan prestasi lari cepat setiap siswa pada putaran ketiga. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan penutup.

Pembahasan Hasil  Penelitian

Data hasil tes lari 100 meter kelompok  eksperimen dan kelompok kontrol di atas diolah dengan dua cara. Pertama membandingkan rata-rata hasil tes pertama, kedua, dan ketiga. Kedua  dengan membandingkan rata-rata hasil tes kedua kelompok tersebut. Selanjutnya, hasil perbandingan tersebut diubah ke dalam grafik dan diagram untuk memudahkan membaca peningkatan prestasi yang terjadi pada siswa kelompok  eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut ini, penulis kutipkan hasil-hasil  tes dalam hitungan detik yang diperoleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

1.  Rekapitulasi Waktu Hasil Tes Kelompok Eksperimen

 

2.   Rekapitulasi Waktu Hasil Tes Kelompok Kontrol

 

 

Page 7: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

5.     Selisih Waktu  Hasil Tes I, II, dan III

 

Perbedaan  rata-rata waktu yang dapat dicapai oleh kedua kelompok di atas menunjukkan telah terjadi perbedaan prestasi yang telah dicapai oleh kedua kelompok tersebut. Perbedaan waktu tersebut adalah sebagai berikut. Waktu yang telah dicapai oleh kelompok eksperimen dalam lari cepat 100 meter ternyata lebih cepat dari waktu yang dicapai oleh kelompok kontrol. Dari hasil tes pertama, kelompok eksperimen lebih cepat  dengan selisih waktu 17,22 detik  - 17,14 detik = 0, 8 detik.  Hasil tes kedua kelompok eksperimen lebih cepat  dengan selisih waktu 17,00 – 16,80 = 0,20 detik. Hasil tes ketiga kelompok eksperimen lebih cepat  dengan selisih waktu 16,79 -  16,10 = 0, 69 detik. Selisih rata-rata kelompok eksperimen lebih cepat  dengan selisih waktu 17,14 – 16,90 = 0,24 detik. Hal tersebut menunjukkan bahwa latihan lari cepat dengan istirahat aktif ternyata lebih efektif daripada latihan lari cepat dengan istirahat pasif.

Perbandingan  selisih waktu  yang dapat dicapai dari tes pertama, kedua, dan ketiga antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah 0,8 : 0,20 : 0,69 atau dengan perbandingan 8: 20: 69. Perbedaan kecepatan waktu lari tersebut menunjukkan bahwa prestasi lari kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis menjelaskan data tersebut melalui diagram sebagai berikut.

Diagram Perbedaan Waktu antara Kelompok Eksperimen dengan  Kelompok Kontrol

Page 8: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

 

Selanjutnya penulis akan mengolah data tersebut agar dapat  dibuat diagram lingkaran sebagai berikut. Selisih  waktu hasil tes pertama, kedua, dan ketiga adalah 8: 20: 69 = 97.  Perbandingan waktu hasil tes pertama, kedua, dan ketiga berdasarkan prosentasinya adalah (8: 97) x 100% =  8 %,   (20: 97) x 100%=  21 %,  dan  (69: 97)x 100% = 71 %  atau  8%:  21%:  71%  = 100% atau  8: 21: 71.

 

Diagram Perbedaan Prosentasi Waktu Tes I, II, dan III Kelompok Eksperimen dengan  Kelompok Kontrol

 

Page 9: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

 

Berdasarkan data latihan istirahat aktif  yang yang telah dilakukan oleh kelompok ekperimen dan latihan istirahat pasif yang telah dilakukan oleh kelompok kontrol  terdapat perbedaan kecepatan waktu berlari.  Pada putaran pertama  kelompok eksperimen melakukan interval training istirahat aktif memperoleh rata-rata waktu lebih cepat  17,55 – 17, 14 =  0, 41 detik. Pada putaran kedua memperoleh rata-rata waktu lebih cepat  17,14 – 16,80 = 0,34 detik. Sedangkan pada kelompok kontrol melakukan interval training istirahat pasif  memperoleh rata-rata waktu lebih cepat  17,55 – 17, 22 =  0, 33 detik. Pada putaran kedua mereka mendapatkan interval training istirahat pasif  memperoleh rata-rata waktu lebih cepat 17,22 – 17,00 = 0,22 detik.  

 

Berdasarkan data di atas ternyata interval training istirahat aktif memperoleh peningkatan kecepatan berlari 0,41 detik untuk kelompok eksperimen dan 0, 33 detik untuk kelompok kontrol. Sedangkan interval training istirahat pasif memperoleh rata-rata waktu capai  0,34 detik untuk kelompok eksperimen dan  0,22 detik untuk kelompok kontrol.

Bila keduanya dijumlahkan maka diperoleh peningkatan kecepatan 0,74 detik untuk interval training istirahat aktif  dan 0, 56 detik untuk interval training istirahat pasif. Perbandingan interval training istirahat aktif  dengan interval training istirahat pasif adalah 74 detik : 56 detik. Perbedaan hasil interval training istirahat aktif  dengan interval training istirahat pasif adalah 18 detik.

Perbandingan prosentasi interval training istirahat aktif  dengan interval training istirahat pasif adalah 74 : 56 = 130 atau (74: 130) x100% = 57  dan ( 56: 130 )x 100% = 43.  Jadi perbandingan keduanya adalah 57: 43.

 

Diagram Perbandingan Prosentasi nterval Training Istirahat Aktif  dengan Interval Training Istirahat Pasif

 

Page 10: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

Penjelasan di atas membuktikan bahwa interval training istirahat aktif  lebif efektif daripada interval training istirahat pasif dalam lari 100 meter  pada siswa kelas XI.1 SMA Negeri 4 Bogor.

 

Pembuktian tersebut sesuai dengan pendapat Bompa (1990:79) yang menyatakan bahwa intensitas latihan erat kaitannya dengan isi dan berat latihan. Intensitas latihan berfungsi untuk membangun kekuatan yang digunakan dalam waktu latihan dan kekuatan dari dorongan saraf tergantung dari beban, kecepatan gerak, dan variasi interval dengan waktu istirahat dari pengulangan-pengulangan.

Siswa yang melakukan istirahat aktif, akan selalu siap melakukan gerakan-gerakan yang dapat mendukung latihan-latihan lari yang akan dilakukannya kemudian. Karena kemampuan sistem pernapasan sudah dipersiapkan pada waktu istirahat. Kemungkinan untuk cedera otot pun akan berkurang. Sedangkan siswa yang melakukan istirahat pasif, tidak sama sekali melakukan gerakan-gerakan yang mendukung latihan lari. Suhu tubuh siswa pun akan menurun, sehingga pada waktu siswa akan  melakukan kembali latihan maka kondisi siswa pada posisi nol dan kemungkinan cedera pun akan terjadi.

Saran-saran  

1. Teman-teman kepala sekolah dan teman-teman guru pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pedoman penelitian dan penulisan laporan serta dijadikan motivasi agar mampu melakukan penelitian eksperimen.

2. Para pengawas pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan agar memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendiseminasikan hasil penelitian ini dalam berbagai kegiatan ilmiah di kota Bogor.

3. Para  kepala seksi, kepala bidang, dan kepala UPTD di kecamatan-kecamatan agar mau mendorong teman kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan untuk melakukan penelitian eksperimen, demi kemajuan pendidikan

Page 11: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan di Kota Bogor.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi (1993). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT. Rineka Cipta.Azwar, S. (1987). Tes Pretasi, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty.

Balley, A. James. (1986) Pedoman Atlet, Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Dahara Prize.Departemen Pendidikan Nasional (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Penjasorkes. Jakarta, Depdiknas.

Harsono. (1988) Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta, CV. Tambak Kusumah.Jarver, J. (1986) Belajar dan Berlatih Atletik.  Bandung, PT. Pionir Jaya.

LANDASAN KURIKULUM Oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Page 12: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan tersebut.

1.Landasan Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

a.Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

b.Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

c.Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?

d.Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan

Page 13: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

e.Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.

Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

2.Landasan Psikologis

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.

Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan “karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada suatu situasi“.

Page 14: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :a. motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.b. bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau informasi.c. konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;d. pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dane. keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.

3.Landasan Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara

Page 15: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukamdinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

4.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembangAkal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat

Page 16: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Sumber Bacaan

Daeng Sudirwo. 2002 Otonomi Perguruan Tinggi Hubungannya dengan Otonomi Daerah. Manajerial. Vol .01. No1:72-79Deddiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya._________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya._________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja RosdakaryaNana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

Page 17: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

TEORI PENDIDIKAN DAN KURIKULUM  

Oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

 

Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan interaksional.

1. Pendidikan klasik (classical education),

Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.

Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.

2. Pendidikan pribadi (personalized education).

Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey - memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu

Page 18: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),

3. Teknologi pendidikan,

Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.

4. Pendidikan interaksional,

Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.

Page 19: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter

Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.

Page 20: Pengaruh Interval Training Dengan Istirahat Aktif Dan Istirahat Pasif Dalam Lari 100 Meter