Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa ... · PDF fileImplementasi...
Transcript of Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa ... · PDF fileImplementasi...
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 16
Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintahan Berdasarkan Keppres N0. 80 Tahun 2003
Terhadap Kinerja Dinas PU Bina Marga Kabupaten OKU
Oleh: Marinda Gusti Akhiria
Abstract
There are some interesting phenomenon that occur in Ogan Komering Ulu in the activities of
government procurement, it often happens that an anarchist incident is in every execution of
bidding/tendering projects organized by the technical department; members of construction
services procurement committee considered less reliable and professional in understanding
the basic tasks and stages of the procurement committee or mechanism for project bidding
according to applicable regulations; presence of a broker that directly involved in project
bidding; party service providers (contractors) as well as users of services (procurement
committee) do not understand about provisions of laws and regulations governing the
procurement of goods and services; presence of unscrupulous officials (executive and
legislative) who interfere in determining the winning bidder of the project, so the walk would
not be fair bidding process; Less specifically sanction given to the suppliers or contractors
who do unqualified construction working.
Keywords: Policy implementation, procurement of goods and services, project, service suplier
Pendahuluan
Terdapat beberapa fenomena menarik yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ulu
dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah, antara lain: 1) Sering terjadinya
insiden yang bersifat anarkhis dalam setiap pelaksanaan penawaran/tender proyek yang
diselenggarakan oleh dinas teknis; 2) Masih banyaknya anggota panitia pengadaan jasa
konstruksi yang dinilai kurang handal dan profesional dalam memahami tugas pokok panitia
pengadaan dan tahapan atau mekanisme penawaran proyek sesuai ketentuan yang berlaku; 3)
Masih banyaknya makelar atau calo proyek yang terlibat secara langsung dalam penawaran
proyek; 4) Baik pihak penyedia jasa (kontraktor) maupun pengguna jasa (panitia pengadaan)
yang belum memahami sepenuhnya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pengadaan barang dan jasa; 5) Masih banyaknya oknum pejabat (eksekutif dan
legislatif) yang ikut mengintervensi dalam menentukan pemenang tender proyek, sehingga
proses tender berjalan tidak fair, dan; 6) Kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada pihak
rekanan atau kontraktor yang jelas-jelas melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi yang tidak
berkualitas atau tidak sesuai dengan rencana teknis.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh organisasi terhadap
Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU, berapa besar pengaruh
interpretasi terhadap Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU, berapa
Dosen Tetap Program Studi Teknik Sipil FT Universitas Baturaja
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 17
besar pengaruh Aplikasi terhadap Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten
OKU, berapa besar pengaruh implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 terhadap Kinerja Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Kabupaten OKU.
Tinjauan Pustaka
Implementasi kebijakan menurut R.S. Parker (dalam Sunggono, 1994:137) dapat
diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu
dan dalam waktu tertentu. Agar kebijakan itu dapat memberikan hasil yang diharapkan maka
kebijakan itu harus dilaksanakan. Pelaksanaan kebijakan dapat didefenisi sebagai
penggunaan sarana-sarana yang dipilih.
Teori implementasi kebijakan menurut Jones (1996:164), mengemukakan bahwa ada
tiga aktivitas utama yang paling penting dalam implemetasi kebijakan yaitu: 1) Organisasi:
Pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metoda untuk menunjang
agar program berjalan; 2) Interpretasi: Menafsirkan agar program (umumnya dalam status)
menjadi rencana dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan.Kebutuhan
utama bagi keefektifan pelaksanaan kebijaksanaan adalah bahwa mereka yang menerapkan
haruslah tahu apa yang seharusnya mereka lakukan, dan; 3) Aplikasi (penerapan): Berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan rutin yang meliputi penyediaan barang dan jasa. Penerapan
mengandung ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran atau hal lainnya yang disesuaikan
dengan tujuan atau perlengkapan program.
Menurut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 pengguna barang/jasa dan
penyedia barang/jasa, serta para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
(termasuk jasa konstruksi) harus mematuhi etika sebagai berikut;
1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
2) Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;
3) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat;
4) Menerima dan bertanggungjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak;
5) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa (conflict of
interest);
6) Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara
dalam pengadaan barang/jasa;
7) Menghindari dan mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara;
8) Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut
dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa;
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 18
Selanjutnya berdasarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 diuraikan beberapa persyaratan
kualifikasi bagi pihak penyedia jasa atau perusahaan yang berminat untuk menjadi peserta
tender antara lain:
1) Memiliki surat ijin usaha yang masih berlaku;
2) Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani dokumen pengadaan;
3) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana;
4) Melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh
Pasal 21/23 atau 25 atau PPn sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu;
5) Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan barang/jasa
termasuk subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yg baru berdiri kurang dari 3 (tiga)
tahun;
6) Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di instansi
manapun;
7) Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai (untuk usaha kecil / koperasi
kecil);
8) Memiliki kemampuan pada bidang dan subbidang pekerjaan yang sesuai (untuk bukan
usaha kecil);
9) Untuk pekerjaan khusus / spesifik / teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan lain
seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yg diperlukan, atau pengalaman tertentu;
10) Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah / swasta utk
mengikuti pengadaan barang/jasa
11) Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yg diperlukan;
12) Termasuk dalam penyedia barang / jasa yang sesuai dengan nilai paket pekerjaan;
13) Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang sedang dilaksanakan (khusus unutk jasa
pemborongan);
14) Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha
yang dimilikinya, dan;
15) Untuk pekerjaan jasa pemborongan, memiliki SKK yg cukup dan masih ada SKP.
Lenvine (1990, dalam Dwiyanto, 1995) mengusulkan tiga konsep yang dapat
dipergunakan untuk mengukur kinerja organisasi, yaitu: responsiveness, responsibility dan
accountability.
1) Responsivitas (responsiveness), adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-
program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
2) Responsibilitas (responsibility), menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai
dengan dengan kebijaksanaan organisasi.
3) Akuntabilitas menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik
tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat (elected officials).
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 19
X1
X3
Y
X2 X
Kerangka Pemikiran
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Metodologi Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel bebas
dan variabel terikat, seperti pada Gambar 2:
Gambar 2. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X = Implementasi Kebijakan Audit
X1 = Standar Umum
X2 = Standar Pekerjaan Lapangan
X3 = Standar Pelaporan
Y = Akuntabilitas Pelaksanaan APBD
= Faktor lain.
Pelaksanaan
Pengadaan
Barang dan jasa
Implementasi Program
Pengadaan Barang dan
jasa
1. Organisasi
2. Interpretasi
3. Aplikasi
Kinerja Organisasi
1. Responsiveness
2. Responsibility
3. Akuntabilitas
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 20
Definisi Konsep
Untuk memudahkan pemahaman tentang makna variabel dalam panelitian ini, setiap
variabel didefinisikan sebagai berikut :
1. Implementasi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. berdasarkan Keptuusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 adalah beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan dimensi organisasi, interpretasi dan
aplikasi.
2. Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU.merupakan suatu kondisi
kemampuan masyarakat secara ekonomi dan sosial dengan melihat kualitas sumber daya
manusia menurut aspek pendidikan, kesehatan, pendapatan serta perumahan dan
lingkungan pemukiman.
Definisi Operasional
Berdasarkan definisi konsep maka dapat dioperasionalkan sebagaimana dalam tabel
berikut: Tabel 1 .
Operasionalisasi Varibel Penelitian
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO
Implementasi
pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa
pemerintah. berdasarkan
Keptuusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003
(X)
1. Organisasi
1. Pembentukan Panitia pengadaan
Barang dan Jasa
2. Kewenangan dan tanggungjawab
Panitia
3. Kemampuan koordinasi
4. Kemampuan Finansial
1-3
4-5
6-7
8-10
2. Interpretasi 1. Kejelasan maksud dan tujuan
2. Persamaan persepsi dan pemahaman
kebijakan
3. Persamaan motivasi dan Kerjasama
11-12
13-15
16-18
3. Aplikasi 1. Ketersediaan program kerja
2. Ketersediaan Juklak Juknis
3. Ketepatan Waktu
4. Kesesuaian kompetensi pelaksana
5. Monitoring
6. Evaluasi
19-21
22
23
24
25
26
Kinerja Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga
(Y)
1. Akuntabilitas
1. Tingkat konsistensi antara kebijakan
dan kegiatan Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Kabupaten
OKU dengan aspirasi stakeholder.
2. Tingkat kemampuan meningkatkan
prakarsa dan kepedulian stakeholder
27-28
29-30
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 21
Lanjutan Tabel 1. Operasionalisasi Varibel Penelitian
2. Responsibilitas 1. Tingkat penentuan dan pencapaian
target kegiatan
2. Tingkat penyesuaian antara misi dan
tujuan organisasi dengan dinamika
perubahan
31-32
33-34
3. Responsivitas
1. Tingkat penerimaan dan pemenuhan
terhadap keluhan dan tuntutan
stakeholder
2. Tingkat usaha untuk membina
hubungan dan kerjasama antara
organisasi dan stakeholder
35
36
Populasi, Sampel dan Responden
Populasi dalam penelitian ini mencakup semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
menjadi anggota panitia pengadaan barang dan jasa pada Dinas PU Bina Marga Kabupaten
OKU dalam 3 tahun terakhir yaitu sebanyak 48 orang dan perwakilan dari para kontraktor
atau rekanan yang sering mengikuti atau menjadi peserta tender proyek pembangunan jalan
dan jembatan di Kabupaten OKU, dengan metode purposive sampling sebanyak 32 orang,
sehingga secara keseluruhan populasi penelitian berjumlah 80 orang.
Tabel 2.
Daftar Polulasi dan sampel Penelitian
NO. POPULASI JUMLAH
ANGGOTA
1. Panitia pengadaan barang dan jasa 48 orang
2. Kontraktor/Rekanan/Pimpinan CV 32 orang
Jumlah 80 orang
Sumber : Dinas PU Bina Marga Kab. OKU, 2009
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini bertumpu pada analisis data kuantitatif, di mana pengumpulan
datanya dilakukan melalui beberapa teknik yaitu Penyebaran angket, wawancara, studi
kepustakaan dan observasi.
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 22
Instrumen Penelitian
Instrumen-instrumennya berupa angket dan pedoman wawancara, untuk mendapatkan
jawaban yang terstruktur berdasarkan fokus masalah yang telah ditelaah secara teoritis dan
menggunakan kerangka pikir yang terbangun. Adapun pengaturan skor jawaban adalah
sebagai berikut :
1) Jawaban sangat positif diberi skor 5 (lima);
2) Jawaban positif diberi skor 4 (empat);
3) Jawaban netral diberi skor 3 (tiga);
4) Jawaban negatif diberi skor 2 (dua), dan;
5) Jawaban sangat negatif diberi skor 1 (satu).
Uji Validitas Instrumen
Adapun langkah-langkah melakukan uji validitas adalah:
1. Tentukan koefesien korelasi rank sperman dengan cara sebagai berikut:
Apabila item yang dihadapi berbentuk skala ordinal (skala sikap), maka nilai korelasi rank
spearman pada item ke-i adalah :
261
1
i
s
dr
n n
Di mana : d = Selisih R(X) dengan R(Y)
n = jumlah data
2. Bandingkan nilai koefesien korelasi rank sperman (rs) dengan nilai korelasi rank spearman
dalam table (rtabel), atau bandingkan nilai p-value (Sig.) pada koefesien korelasi rank
sperman (rs) dengan taraf nyata ().
3. Jika rs > rtabel atau p-value < , maka item tersebut valid dan dapat dijadikan sebagai
indikator terhadap dimensi/variabel tersebut.
Uji Reliabilitas Instrumen
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara
0,00 – 1,00. Untuk rumus Cronbach Alpha adalah:
2
2
11
t
b
k
kR
x 100%
Keterangan : R = Nilai koefesien reliabilitas Cronbach Alpha
k = Banyaknya butir pertanyaan.
2
b = Jumlah varians butir.
2
t = Varians total.
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 23
Pada penelitian ini, akan dilakukan uji reliabilitas dengan koefesien Cronbach Alpha,
karena metode ini lebih mudah dan sudah tersedia dalam program SPSS.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengujian Validitas Instrumen Penelitian
a. Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Tabel 3.
Hasil Analisis Validitas Instrumen Variabel Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003
Nomor Butir
Instrumen
Koefisien
Korelasi Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
0,892
0,794
0,902
0,877
0,927
0,897
0,904
0,889
0,904
0.912
0,869
0,896
0,911
0,887
0.891
0.907
0,913
0,888
0,915
0,886
0,876
0,918
0,901
0,910
0,915
0,884
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data primer
Pada tabel r, pada n-2 dan derajat kepercayaan 95 % (α=0,05), = 0,232, ternyata nilai
perhitungan r butir instrumen di atas lebih besar dari nilai r-tabel. Oleh karena itu dapat
dikatakan semua butir yang digunakan pada variabel adalah valid. Adapun butir yang
mempunyai validitas tertinggi adalah butir 5 dengan koefisien korelasi sebesar 0,927 yang
memiliki validitas terendah adalah butir 20 dengan koefisien korelasi sebesar 0,866.
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 24
b. Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Kabupaten OKU
Tabel 4.
Hasil Analisis Validitas Item Instrumen
Variabel Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU
Nomor Butir
instrumen Koefisien Korelasi Keterangan
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
0,883
0,901
0,894
0,911
0,902
0,911
0,904
0,907
0,899
0,908
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Pada tabel diatas setelah dikonsultasikan dengan tabel tabel r, pada n-2 dan derajat
kepercayaan 95 % (α=0,05), = 0,232, ternyata nilai perhitungan r butir instrumen di atas lebih
besar dari nilai r-tabel. Sebagaimana dengan instrumen kecerdasan pemimpin, semua semua
butir pertanyaan dalam kuesioner yang sudah disusun, tidak perlu dirubah dan dapat dipakai
untuk menjaring pendapat responden tentang Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten OKU.
Pengujian Reliabilitas Insrumen Penelitian
a. Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Implementasi Kebijakan Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003
Berdasarkan perhitungan korelasi instrumen variabel implementasi kebijakan pengadaan
barang dan jasa pemerintah didapatkan hasil korelasi 0,971. Kemudian nilai ini
dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown mendapatkan hasil 0,985. Angka korelasi
lebih besar dari angka korelasi sebelumnya. Dengan demikian instrumen yang digunakan
pada variabel implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 adalah reliable.
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Kabupaten OKU
Berdasarkan perhitungan korelasi instrumen variabel kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Kabupaten OKU antara kelompok positif dengan kelomopok negatif, maka
didapatkan hasil korelasi 0,996. Kemudian nilai ini dimasukkan ke dalam rumus
Spearman Brown mendapatkan hasil 0,955. Angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari
angka korelasi sebelumnya. Dengan demikian instrumen yang digunakan pada variabel
kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU adalah reliable.
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 25
Hasil Uji Normalitas Data
Statistik uji Kolmogorov Smirnov dihitung dengan bantuan paket program SPSS dan
diperoleh nilai sebagai berikut: Tabel 5.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X Y
N 80 80
Normal Parameters(a,b) Mean 104.5375 38.2000
Std. Deviation 8.61548 4.98453
Most Extreme Differences Absolute .073 .075
Positive .063 .075
Negative -.073 -.059
Kolmogorov-Smirnov Z .651 .673
Asymp. Sig. (2-tailed) .791 .755
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk variabel
implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebesar 0,651 dengan p-value sebesar 0,651. Karena p-value
lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov
Smirnov untuk variabel kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU sebesar
0,673 dengan p-value sebesar 0,755. Karena p-value lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima,
artinya data berdistribusi normal.
Diskripsi dan Analisis Data Variabel Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (X)
a. Dimensi Organisasi (X1) Tabel 6.
Keadaan Dimensi Organisasi Variabel Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003
No Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 1 2 2 9 53 15 320 400 80.00%
2 2 2 2 12 48 16 314 400 78.50%
3 3 2 3 3 56 16 321 400 80.25%
4 4 2 3 5 55 15 318 400 79.50%
5 5 2 3 5 30 40 343 400 85.75%
6 6 2 1 26 40 11 297 400 74.25%
7 7 2 3 9 47 19 318 400 79.50%
8 8 2 3 1 48 26 333 400 83.25%
9 9 1 2 4 55 18 327 400 81.75%
10 10 1 2 5 49 23 331 400 82.75%
Jumlah 18 24 79 481 199 3222 4000 80.55%
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p1-3
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 26
Berdasarkan tabel di atas dari empat indikator Dimensi Organisasi, yaitu indikator
pembentukan panitia pengadaan barang dan jasa, kewenangan dan tanggungjawab panitia,
kemampuan koordinasi dan kemampuan pendanaan yang diperoleh melalui 10 buah
pernyataan diperoleh hasil yang menunjukkan semua keadaan indikator di atas mempunyai
hasil yang sudah baik. Demikian pula secara keseluruhan persentase rata-rata yang diperoleh
Dimensi organisasi ini adalah sebesar 80,55%.
b. Dimensi Interpretasi (X2) Tabel 7.
Dimensi Interpretasi Variabel Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Kepres Nomor 80 Tahun 2003
No Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 1 2 3 4 47 24 328 400 82.00%
2 2 3 2 14 49 12 305 400 76.25%
3 3 2 3 17 44 14 331 400 82.75%
4 4 2 3 6 36 33 335 400 83.75%
5 5 2 5 23 48 2 283 400 70.75%
6 6 3 2 5 41 29 331 400 82.75%
7 7 2 1 10 51 16 318 400 79.50%
8 8 2 1 7 54 16 321 400 80.25%
Jumlah 18 20 86 370 146 2552 3200 79.75%
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p11-12
Berdasarkan uraian di atas dari tiga indikator dimensi interpretasi, yaitu indikator
persamaan persepsi dan pemahaman kebijakan merupakan indikator yang mempunyai
prosentasi yang paling tinggi yaitu 80,00%, Sedangkan indikator kejelasan maksud dan tujuan
dan indikator persamaan motivasi dan Kerjasama mempunyai preosentase yang hampir sama
besarnya yaitu 79,12% dan 79,88%.
c. Dimensi aplikasi (X3) Tabel 8.
Dimensi Aplikasi Variabel Implementasi Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003
No Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 1 2 2 2 38 36 344 400 86.00%
2 2 2 3 4 44 27 331 400 82.75%
3 3 2 3 3 40 32 337 400 84.25%
4 4 1 9 15 43 11 291 400 72.75%
5 5 2 3 5 44 26 329 400 82.25%
6 6 2 2 3 54 19 326 400 81.50%
7 7 1 1 6 50 22 328 400 82.00%
8 8 2 1 3 54 20 339 400 84.75%
Jumlah 14 24 41 367 193 2625 3200 82.03%
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p19-21
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 27
Berdasarkan uraian di atas dari enam dimensi aplikasi, yaitu indikator ketersediaan
Juklak dan Juknis merupakan indikator yang mempunyai prosentasi yang paling rendah yaitu
72,75 % dan indikator ketersediaan program kerja dan evaluasi merupakan indikator yang
hampir sama dan mempunyai prosentase paling tinggi, yaitu 84,33% dan 84,75%. Sedangkan
indikator lainnya, yaitu indikator ketepatan waktu pelaksanaan, standar kompetensi pelaksana
dan Monitoring, mempunyai prosentase diantara yang paling tinggi dan dan paling rendah.
Namum demikian dengan variasi nilai dari indikator-indikator tersebut secara keseluruhan
dimensi aplikasi ini mempunyai prosentase yang cukup besar, yaitu 82,63 %.
d. Variabel Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Tabel 9.
Keadaan Variabel Implementasi Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003
No Dimensi Frekuensi Jawaban Skor Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 Organisasi 18 17 69 328 132 2227 2800 79,54
2 Interpretasi 18 19 74 371 158 2221 2800 79,32
3 Aplikasi 14 24 40 357 203 2625 3200 82,03
Jumlah 50 60 183 1056 493 7073 8800 80,38
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p1-26
Berdasarkan Tabel 9 di atas dari tiga dimensi dari variabel implementasi kebijakan
pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003, Dimensi aplikasi yang memiliki prosentasi tertinggi, yaitu 82,03%. Sedangkan Dimensi
organisasi dan interpretasi memiliki prosentase hampir sama yaitu 79,54% dan 79,32%.
Namum demikian dengan variasi nilai dari dimensi-dimensi tersebut, secara keseluruhan
variabel implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 ini mempunyai prosentase yang cukup besar, yaitu
80,38 %. Keadaan ini menunjukkan bahwa variabel implementasi kebijakan pengadaan
barang dan jasa pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sudah
cukup baik.
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 28
Diskripsi dan Analisis Data Variabel Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten OKU (Y)
a. Dimensi Akuntabilitas
Tabel 10.
Keadaan Dimensi Akuntabilitas Variabel Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU
No Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 1 2 4 23 35 16 299 400 74,75
2 2 2 3 24 37 14 298 400 74,74
3 3 1 10 27 34 8 278 400 69,50
4 4 1 10 24 30 10 263 400 65,75
Jumlah 6 27 98 136 48 1138 1600 71,13
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p27-28
Berdasarkan uraian di atas dari dua indikator dimensi Akuntabilitas merupakan indikator
tingkat kemampuan meningkatkan prakarsa dan kepedulian stakeholder yang mempunyai
prosentasi yang paling rendah yaitu 67,63% dan indikator tingkat konsistensi antara kebijakan
dan kegiatan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU dengan aspirasi
stakeholder merupakan indikator yang mempunyai prosentase tinggi, yaitu 74,62%. Namum
demikian dengan variasi nilai dari indikator-indikator tersebut secara keseluruhan Dimensi
Akuntabilitas ini mempunyai prosentase yang cukup besar, yaitu 71,13%.
b. Dimensi Responsibilitas
Tabel 11.
Keadaan Dimensi Responsibilitas Variabel Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU
No Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 1 2 2 20 49 7 297 400 74,25
2 2 1 2 16 50 11 308 400 77,00
3 3 2 3 18 48 9 299 400 74,75
4 4 2 3 6 48 22 328 400 82,00
Jumlah 7 10 60 195 49 1232 1600 77,00
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p31-32
Berdasarkan uraian di atas dari dua indikator dimensi Responsibilitas , yaitu indikator
tingkat penyesuaian antara misi dan tujuan organisasi dengan dinamika perubahan merupakan
indikator yang mempunyai prosentasi yang paling tinggi yaitu 78,38% dan indikator tingkat
penentuan dan pencapaian target kegiatan merupakan indikator yang mempunyai prosentase
rendah, yaitu 75,63%.
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 29
c. Dimensi Responsivitas
Tabel 12.
Keadaan Dimensi Responsivitas Variabel Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU
No. Pernyataan Frekuensi Jawaban Skor Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 1 2 1 4 40 33 341 400 85,25
2 2 1 3 3 53 26 358 400 89,50
Jumlah 3 4 7 93 59 699 800 87,38
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p35
Berdasarkan uraian di atas dari dua indikator dimensi responsibilitas, yaitu indikator
tingkat usaha untuk membina hubungan dan kerjasama antara organisasi dan stakeholder
merupakan indikator yang mempunyai prosentasi yang paling tinggi yaitu 89,50% dan
indikator tingkat penerimaan terhadap keluhan dan tuntutan stakeholder merupakan indikator
yang mempunyai prosentase rendah, yaitu 85,25%.
d. Variabel kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU
Tabel 13.
Keadaan Variabel Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU
No Dimensi Frekuensi Jawaban Skor Skor %
STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Maks
1 Akuntabilitas 6 27 98 136 48 1138 1600 71,13
2 Responsibilitas 7 10 60 195 49 1232 1600 77,00
3 Responsivitas 3 4 7 93 59 699 800 87,38
Jumlah 16 41 165 424 156 3069 4000 76,73
Sumber : Jumlah Skor jawaban responden untuk p27-36
Berdasarkan Tabel di atas dari tiga dimensi variabel kinerja Dinas Pekerjaan Umum
Bina Marga Kabupaten OKU, Dimensi Responsivitas yang memiliki prosentasi tertinggi,
yaitu 87,38%, dan Dimensi Responsibilitas memiliki prosentase seesar 77,00%. Sedangkan
dimensi akuntabilitas memiliki prosentase yang paling rendah yaitu 71,13%.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Organisasi dalam implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 berpengaruh terhadap Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU, yaitu meliputi aspek-aspek
pembentukan panitia pengadaan barang dan jasa, kewenangan dan tanggungjawab
panitia, kemampuan koordinasi dan kemampuan pendanaan.
2. Interpretasi dalam implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 berpengaruh terhadap Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU, yaitu meliputi aspek-aspek
Teknika; Vol: 1, No: 1, Maret 2011 ISSN: 2087 – 1902
Marinda Gusti Akhiria, Hal; 16 - 30 30
kejelasan maksud dan tujuan, persamaan persepsi dan pemahaman kebijakan serta
persamaan motivasi dan kerjasama.
3. Aplikasi dalam implementasi kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 berpengaruh terhadap Kinerja
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU, yaitu meliputi ketersediaan
program kerja, ketersediaan Juklak Juknis, ketepatan waktu pelaksanaan, standar
kompetensi pelaksana, monitoring dan evaluasi.
Saran
1. Panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dibentuk oleh Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga Kabupaten OKU harus dapat meningkatkan koordinasi baik eksternal
dengan seluruh unit kerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU maupun
secara internal pada seluruh unsur panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah.
2. Untuk menciptakan Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten OKU, maka
baik panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah harus meningkatkan prakarsa dan
kepedulian stakeholder,
DAFTAR PUSTAKA
Keppres RI No. 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa. 2006. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Cochran, G.W. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Edisi Ketiga, Jakarta: Universitas Indonesia.
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS.
Yogyakarta: Andi Offset
Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Imron. 2009. “Analisa Penerapan Keppres RI No. 80 tahun 2003 Di Kabupaten Ogan
Komering Ulu”.Tesis Universitas Sriwijaya. Palembang: Universitas Sriwijaya