BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah...

37
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya. Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012, pengertian Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Cara untuk penyediaan barang/jasa salah satunya adalah dengan melakukan suatu pelelangan atau tender. Tender atau pelelangan merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat antara Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia terbaik (Ervianto, 2002). 2.2 Berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 merupakan perubahan kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa. Revisi pertama telah dilakukan tanggal 30 Juni 2011 yang dituangkan dalam bentuk Perpres No. 35 Tahun 2011. Alasan revisi pertama, yaitu dianggap perlunya konsultan hukum untuk mendampingi instansi pemerintah dalam menghadapi tuntutan dari pihak ketiga. Isi revisi pertama adalah memasukkan jasa konsultansi di bidang hukum (meliputi konsultan hukum/advokat atau arbiter) dalam kriteria jenis pekerjaan/jasa yang boleh dilakukan dengan cara penunjukkan langsung. Revisi kedua dalam Perpres No. 70 Tahun 2012 pada tanggal 31 Juli 2012 mengandung maksud melakukan perubahan yang menyeluruh terhadap sistem pengadaan barang/jasa yaitu dengan membuat sistem pengadaan yang lebih sederhana dan mudah dilakukan. Kemudahan-kemudahan terdapat dalam Perpres No. 70 Tahun 2012 antara lain:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengadaan Barang/Jasa

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan

konstruksi, jasa konsultansi dan jasa lainnya. Menurut Perpres No. 70 Tahun

2012, pengertian Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh

Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi

lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Cara untuk

penyediaan barang/jasa salah satunya adalah dengan melakukan suatu pelelangan

atau tender. Tender atau pelelangan merupakan serangkaian kegiatan untuk

menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat antara

Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan metode dan

tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait

secara taat asas sehingga terpilih penyedia terbaik (Ervianto, 2002).

2.2 Berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012

Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 merupakan perubahan kedua atas

Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa. Revisi

pertama telah dilakukan tanggal 30 Juni 2011 yang dituangkan dalam bentuk

Perpres No. 35 Tahun 2011. Alasan revisi pertama, yaitu dianggap perlunya

konsultan hukum untuk mendampingi instansi pemerintah dalam menghadapi

tuntutan dari pihak ketiga. Isi revisi pertama adalah memasukkan jasa konsultansi

di bidang hukum (meliputi konsultan hukum/advokat atau arbiter) dalam kriteria

jenis pekerjaan/jasa yang boleh dilakukan dengan cara penunjukkan langsung.

Revisi kedua dalam Perpres No. 70 Tahun 2012 pada tanggal 31 Juli 2012

mengandung maksud melakukan perubahan yang menyeluruh terhadap sistem

pengadaan barang/jasa yaitu dengan membuat sistem pengadaan yang lebih

sederhana dan mudah dilakukan. Kemudahan-kemudahan terdapat dalam Perpres

No. 70 Tahun 2012 antara lain:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

5

1. Penyederhanaan cara pemilihan penyedia melalui lelang/seleksi.

Contohnya, paket pekerjaan dengan nilai di atas Rp. 200.000.000,- sampai

Rp. 5.000.000.000,- yang sebelumnya harus lelang umum sekarang boleh

dilaksanakan dengan lelang sederhana untuk pengadaan barang dan

dengan cara pemilihan langsung untuk pengadaan jasa konstruksi.

2. Percepatan waktu proses pemilihan penyedia barang/jasa. Contohnya,

waktu penayangan pengumuman yang sebelumnya 7 hari kerja, sekarang

untuk lelang/seleksi sederhana dipercepat menjadi 4 hari kerja, masa

sanggah yang sebelumnya 5 hari kerja, sekarang untuk lelang/seleksi

sederhana sekarang dikurangi menjadi 3 hari kerja.

3. Penyederhanaan dokumen pembayaran. Contohnya, Pengadaan

Barang/Jasa dengan nilai sampai dengan Rp. 10.000.000,- yang

sebelumnya harus menggunakan kuitansi, sekarang cukup dengan

menggunakan bukti pembelian. Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai Rp.

10.000.000,- sampai dengan 50.000.000,- yang sebelumnya harus

menggunakan SPK, sekarang cukup menggunakan kuitansi. Pengadaan

Barang/Jasa dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp.

200.000.000,- yang sebelumnya menggunakan surat perjanjian, sekarang

cukup dengan menggunakan SPK (Surat Perintah Kerja).

4. Pengadaan Barang/Jasa dengan cara Pengadaan Langsung. Contohnya

untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai sampai dengan Rp.

10.000.000,- dengan cara pengadaan langsung yang sebelumnya harus

menggunakan HPS (Harga Perkiraan Sendiri), sekarang tidak perlu

menggunakan HPS.

Perpres No. 70 Tahun 2012 menimbang berbagai hal yaitu:

penyempurnaan peraturan mengenai pengadaan barang dan jasa ini dilakukan

untuk mempercepat pelaksanaan Belanja Negara, dimana untuk mempercepat

pelaksanaan Belanja Negara ini perlu percepatan pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah. Mempercepat pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

6

Jenis Pengadaaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini adalah:

1. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,

bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,

dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.

2. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

3. Jasa Konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan

keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya

olah pikir (brainware).

4. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang

mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola

yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan sesuatu

pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyedia jasa selain jasa

konsultasi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan Pengadaan Barang.

2.3 Prinsip-Prisnsip Pengadaan Barang/Jasa

Menurut Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, prinsip-prinsip yang

terkandung dalam proses pengadaan barang dan jasa yaitu:

1. Efisien

Efisien pengadaan diukur terhadap seberapa besar upaya yang dilakukan

untuk memperoleh barang/jasa dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan.

2. Efektif

Efektifitas pengadaan diukur seberapa jauh barang/jasa yang telah

diperoleh dari proses pengadaan dapat mencapai spesifikasi yang sudah

ditetapkan.

3. Transparan

Bagaimana proses Pengadaan Barang/Jasa dapat diketahui secara luas.

Maksudnya adalah segala bentuk informasi terkait dengan proses

Pengadaan Barang/Jasa dapat diperoleh dan mudah diakses oleh

masyarakat umum.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

7

4. Terbuka

Pengadaan Barang/Jasa diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa selama

memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan.

5. Bersaing

Setiap Penyedia Barang/Jasa mampu menunjukan persaingan yang sehat

untuk mendapatkan tender yang bersedia dengan meningkatkan kualitas

dan masing- masing barang yang akan disediakan oleh mereka.

6. Adil/tidak diskriminatif

Memberi perlakuan yang sama terhadap semua calon Penyedia

Barang/Jasa dan tidak mengarah pada pemberian keuntungan pada pihak

tertentu.

7. Akuntabel

Harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan

Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2.4 Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012, pasal 35 pemilihan penyedia

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dengan cara:

1. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya dilakukan dengan:

a. Pelelangan Umum

b. Pelelangan Terbatas (untuk pemilihan penyedia barang saja)

c. Pelelangan Sederhana

d. Penunjukan Langsung

e. Pengadaan Langsung;

f. Kontes (untuk pemilihan Penyedia Barang)

g. Sayembara (untuk pemilihan Penyedia Jasa Lainnya)

Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan Penyedia

Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Industri Kreatif, inovatif,

dan budaya dalam negeri.

2. Pemilihan Penyediaan Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan:

a. Pelalangan Umum

b. Pelelangan Terbatas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

8

c. Pemilihan Langsung

d. Penunjukan Langsung

e. Pengadaan Langsung

Pengertian dan metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa diatas adalah sebagai

berikut:

1. Pelelangan Umum, yaitu metode pemilihan penyedia barang/jasa

konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat di ikuti oleh

semua Penyedia Barang/Pekerjaan Kostruksi/Jasa Lainnya yang

memenuhi syarat.

2. Pelelangan Sederhana, yaitu metode pemilihan Penyediaan Barang/Jasa

Lainnya untuk pekerjaan paling tinggi Rp. 5.000.000.000 (lima miliar

rupiah).

3. Pelelangan Terbatas, yaitu metode pemilihan Pekerja konstruksi untuk

Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah penyedia mampu melaksanakan

diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan yang

kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi,

mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang di desain khusus

dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus

miliar rupiah).

4. Pemilihan Langsung, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan

konstruksi untuk pekerjaan yang paling tinggi Rp. 5.000.000.000 (lima

miliar rupiah).

5. Penunjukkan Langsung, adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa

dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa, paket

pengadaan barang/pekerjaan konstruksi jasa lainnya yang bernilai paling

tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

6. Pengadaan Langsung, yaitu Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada

Penyedia Barang/Jasa tanpa melalui Pelelengan/Seleksi/Penunjukan

Langsung dan dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi yaitu Rp. 200.000.000

(dua ratus juta rupiah).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

9

7. Kontes/Sayembara, sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa

yang memperlombakan gagasan orisinial, kreatifitas dan inovasi tertentu

yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan

barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan harga /biaya

tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

Jasa Konsultansi dilakukan melalui cara Seleksi Umum, Seleksi

Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara. Pengertian

dari metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi diatas adalah sebagai berikut:

1. Seleksi Umum, merupakan metode pemilihan penyediaan jasa konsultansi

untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi

yang memenuhi persyaratan.

2. Seleksi Sederhana, adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi

untuk jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,-(dua

ratus juta rupiah).

3. Penunjukan Langsung, untuk paket pengadaan Jasa Konsultansi yang

bernilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).

4. Pengadaan Langsung, dilakukan terhadap Pengadaan Jasa Konsultansi

yang memiliki karakteristik merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I

dan atau bernilai paling tinggi Rp. 50.000.000,-

5. Sayembara, dilakukan terhadap Pengadaan Jasa Konsultansi yang

memiliki karakteristik merupakan proses dan hasil gagasan, kreatifitas,

inovasi dan metode pelaksanaan tertentu, tidak dapat ditetapkan

berdasarkan Harga Satuan. Persyaratan administratif bagi Penyedia Jasa

Konsultansi yang akan mengikuti Sayembara ditetapkan uleh ULP/Pejabat

Pengadaan yang dapat lebih mudah daripada Persyaratan Penyedia

Barang/Jasa secara umum. Persyaratan dan metode evaluasi teknis

ditetapkan oleh ULP/Pejabat Pengadaan setelah mendapatkan masukkan

dari tim yang ahli di bidangnya, sedangkan pelaksanaan evaluasi

dilakukan oleh tim yang ahli di bidangnya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

10

Keadaan tertentu yang tercantum dalam pasal 38 ayat 4 Perpres No. 70 Tahun

2012 yaitu:

1. Penanganan darurat yang tidak direncanakan sebelumnya dan waktu

penyelesaian pekerjaan harus segera/tidak dapat ditunda untuk pertahanan

Negara, keamanan dan ketertiban masyarakat, keselamatan/perlindungan

masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus

dilakukan segera, termasuk akibat bencana alam.

2. Pekerjaan penyelenggaraan penyiapan konferensi yang mendadak untuk

menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh Presiden/Wakil

Presiden.

3. Kegiatan yang menyangkut pertahanan Negara yang ditetapkan oleh

Menteri Pertahanan serta kegiatan yang menyangkut keamanan dan

ketertiban masyarakat yang ditetapkan oleh kepala kepolisian Negara

Republik Indonesia.

4. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya yang spesifik dan hanya dapat

dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu)

pabrikan, 1 (satu) pemegang hak paten, atau pihak yang telah

mendapatkan izin dari pemegang hak paten atau pihak yang menjadi

pemenang pelelangan untuk mendapatkan izin dari pemerintah.

Pada Perpres No. 70 Tahun 2012 ditambahkan mengenai keadaan tertentu

ditambahkan satu kriteria lagi yaitu untuk kegiatan yang bersifat rahasia, untuk

kepentingan intelejen dan/atau perlindungan saksi sesuai dengan tugas yang

ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan.

Kriteria barang khusus/pekerjaan konstruksi khusus/jasa lainnya yang

bersifat khusus yang memungkinkan dilakukan penunjukan langsung meliputi:

1. Barang/Jasa lainnya berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah.

2. Pekerjaan konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem

konstruksi dan satu kesatuan tanggung jawab atas risiko kegagalan

bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat direncanakan/

diperhitungkan sebelumnya (unforeseen condition).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

11

3. Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya bersifat kompleks yang hanya

dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1

(satu) penyedia yang mampu.

4. Pekerjaan pengadaan dan distribusi bahan obat obat dan alat kesehatan

habis pakai dalam rangka menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan

peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat yang jenis dan harganya

telah ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang

kesehatan.

5. Pengadaan kendaraan bermotor dengan harga khusus untuk pemerintah

yang telah dipublikasikan secara luas kepada masyarakat.

6. Sewa penginapan/hotel/ruang rapat yang tarifnya terbuka dan dapat

diakses oleh masyarakat.

7. Lanjutan sewa gedung/kantor dan lanjutan sewa ruang terbuka atau

tertutup lainnya dengan ketentuan dan tata cara pembayaran serta

penyesuaian harga yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pada Perpres No. 70 Tahun 2012 ketentuan mengenai barang

khusus/pekerjaan konstruksi khusus/jasa lainnya yang bersifat khusus yang

memungkinkan dilakukan penunjukan langsung ditambahkan satu kriteria lagi

yaitu pekerjaan pengadaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) di

lingkungan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang

dilaksanakan oleh pengembang/developer yang bersangkutan.

2.5 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Sistem Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa dalam proses Pengadaan Barang/Jasa terdapat banyak pihak yang

terlibat di dalamnya terdiri dari proses perencanaan, persiapan hingga pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa, antara lain:

1. Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang

selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi-institusi yang menggunakan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

12

2. Pengguna Barang/Jasa adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

barang dan/atau jasa milik Negara/Daerah di masing- masing K/L/D/I.

3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya

disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan

dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagai mana

dimaksud adalah Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Presiden No. 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4. Pengguna Anggaran yang selanjutnya desebut PA adalah Pejabat

pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementrian/Lembaga/

Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi

Pengguna APBN/APBD.

5. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat

yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

6. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

7. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit

organisasi Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang

berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen,

dapat berdiri sendri atau melekat pada unit yang sudah ada.

8. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan

Pengadaan Langsung.

9. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan.

10. Aparat Pengawas Interen Pemerintah atau pengawas interen pada institusi

lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan

pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

13

2.5.1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Personalia

Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan dikenal dengan istilah jabatan Pengguna Anggaran (PA), Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan

Pengadaan (ULP). Berikut ini dijelaskan perbedaan dan persamaan dari masing-

masing personil, sebagai berikut:

1. Persamaan antara PA, KPA, PPK dan PPTK

Persamaan antara Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK), yaitu:

a. PA, KPA, PPK dan PPTK adalah pejabat, artinya jabatan PA, KPA,

PPK da PPTK adalah jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), bukan

jabatan politik atau jabatan yang dapat dijabat oleh selain PNS.

b. PA, KPA, PPK dan PPTK diangkat oleh pejabat yang berwenang atau

ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugasnya.

c. PA, KPA, PPK dan PPTK diangkat oleh pejabat yang berwenang atau

pejabat yang memiliki kewenangan untuk mengangkat seorang PNS

untuk menduduki jabatan tersebut.

2. Perbedaan antara PA, KPA, PPK dan PPTK

Perbedaan antara Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK), yaitu:

a. Ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang

1) PA melaksanakan tugas sebagai pemegang kewenangan

penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi

SKPD yang dipimpinnya.

2) KPA melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran

dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD, dalam

menggunakan APBD.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

14

3) PPK melaksanakan tugas khusus pada kegiatan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah dan berwenang hanya dalam kegiatan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4) PPTK melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu

program sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pada kegiatan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. PPTK berwenang terutama

dalam kegiatan pembayaran beban anggaran/ keuangan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah khusus pada Pemerintah Daerah.

b. Keberadaan

1) PA wajib ditetapkan pada seluruh Kementrian/Lembaga

Pemerintah, Sekertariat Lembaga Negara dan Perwakilan Luar

Negeri dan Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota).

2) KPA dapat ditetapkan pada seluruh Kementrian/Lembaga

Pemerintah, Sekertariat Lembaga Negara dan Perwakilan Luar

Negeri dan Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan

pemerintah Kabupaten/Kota). Dapat artinya disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing Kementrian/Lembaga Pemerintah,

Sekertariat Lembaga Negara dan Perwakilan Luar Negeri dan

Pemerintah Daerah (Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota).

3) PPK wajib ditetapkan pada seluruh seluruh Kementrian/Lembaga

Pemerintah, Sekertariat Lembaga Negara dan Perwakilan Luar

Negeri dan Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota). Terutama berkaitan dengan kegiatan

pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4) PPTK hanya wajib ditetapkan pada Pemerintah Daerah, baik

Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota (pada

SKPD masing- masing).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

15

2.5.1.1 Pengguna Anggaran (PA)

Menurut Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, diatur antara lain pada:

1. Pasal 7

a. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia

Barang/Jasa terdiri atas:

1) PA/KPA

2) PPK

3) ULP/Pejabat Pengadaan

4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

b. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui

Swakelola terdiri atas:

1) PA/KPA

2) PPK

3) Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui

Swakelola terdiri atas:

1) PA/KPA

2) PPK

2.a)ULP/Pejabat Pengadaan/Tim Pengadaan; dan

3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

c. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

d. Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Pasal 8

a. PA memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Menetapkan Rencana umum Pengadaan

2) Mengumumkan secara luas rencana umum Pengadaan paling

kurang di website K/L/D/I

3) Menetapkan PPK

4) Menetapkan Pejabat Pengadaan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

16

5) Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

6) Menetapkan:

a) Pemenang pada pelelangan atau penyediaan pada Penunjukan

Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp.

100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

b) Pemenang pada seleksi atau penyedia pada Penunjukkan

Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan

nilai di atas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

7) Mengawasi pelaksanaan anggaran

8) Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan

9) Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat

Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat

10) Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen

Pengadaan Barang/Jasa.

b. Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

a di atas dalam hal diperlukan, PA dapat :

1) Menetapkan tim teknis; dan/atau

2) Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui

Sayembara/kontes.

3. Pasal 9

Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau rentang kendali

organisasi:

a. PA pada Kementrian/Lembaga/Institusi pusat lainnya menetapkan

seorang atau beberapa orang KPA

b. PA pada pemerintah daerah mengusulkan 1 (satu) atau beberapa orang

KPA kepada kepala Daerah untuk ditetapkan.

Pertimbangan beban pekerjaan dan rentang kendali dititik beratkan kepada

kemampuan PA melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan terhadap

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

17

2.5.1.2 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Menurut Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, KPA diatur antara lain yaitu pada Pasal 10, isinya

sebagai berikut:

a. KPA pada Kementrian/Lembaga/Institusi pusat lainnya merupakan pejabat

yang ditetapkan oleh PA.

b. KPA pada Pemerintah Daerah merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh

Kepala Daerah atas usul PA.

c. KPA untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ditetapkan oleh PA

pada Kementrian/Lembaga/Institusi pusat dan lainnya atas usul Kepala

Daerah.

d. KPA memiliki kewenangan sesuai kelimpahan oleh PA.

2.5.1.3 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, diatur antara lain pada:

1. Pasal 11

a. PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:

1) Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang

meliputi:

a) Spesifikasi teknis barang/jasa

b) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

c) Rancangan kontrak

2) Menerbitkan surat penunjukan penyediaan barang/jasa

3) Menandatangani kontrak

4) Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa;

5) Mengendalikan pelaksanaan kontrak;

6) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa

kepada PA/KPA

7) Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada

PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

18

8) Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran

dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap

triwulan; dan

9) Menyimpan dan menjaga kebutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa.

b. Selain tugas Pokok Kewenangan sebagai dimaksud pada ayat di atas,

dalam hal diperlukan PPK dapat:

1) Mengusulkan kepada PA/KPA:

2) Menetapkan tim pendukung

3) Menetapkan tim/ tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer)

untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan

4) Menetapkan besar uang muka yang akan dibayarkan kepada

Penyedia Barang/Jasa.

2. Pasal 12

a. PPK merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk

melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.

b. Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Memiliki integritas

2) Memiliki disiplin tinggi

3) Memeliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial

untuk melaksanakan tugas;

4) Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki

keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN.

5) Menandatangani Pakta Integritas

6) Tidak menjabat sebagai pengelola keuangan

7) Memiliki sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa

2.5.1.4 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

Pada bab III Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, diatur antara lain pada Pasal 7 ayat yang ke 3, di mana PPK dapat

dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa. Maksudnya yaitu tim pendukung adalah tim yang dibentuk oleh PPK

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

19

untuk membantu pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Tim Pendukung antara lain

terdiri atas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), direksi lapangan,

konsultan pengawas, tim Pelaksana Swakelola dan lain lain.

2.5.1.5 Kelompok Kerja (Pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012, pada pasal 17 dijelaskan tugas dan

kewenangan Pokja ULP, yaitu sebagai berikut:

1. Kepala ULP/Anggota Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki integritas, disiplin dan bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas;

b. Memahami pekerjaan yang akan diadakan

c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas ULP/Pejabat

Pengadaan yang bersangkutan

d. Memahami isi dokumen, metode dan prosedur pengadaan,

e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang

menetapkannya sebagai anggota ULP/Pejabat Pengadaan.

f. Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan

kempetensi yang dipersyaratkan (terkecuali kepala ULP); dan

g. Menandatangani Pakta Integritas.

2. Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan

meliputi:

a. Menyusun rencana pemilihan penyediaan barang/jasa;

b. Menetapkan dokumen pengadaan;

c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;

d. Menggunakan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website

Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan

papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke

LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional.

e. Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi dan

pasca kualifikasi;

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

20

f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran

yang masuk;

g. Khusus untuk ULP:

1) Menjawab sanggahan

2) Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:

a) Pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya uang bernilai paling

tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

b) Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa

Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah)

3) Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan

Penyedia Barang/Jasa kepada PPK

4) Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

Pada Perpres No. 70 Tahun 2012 terdapat ayat tambahan, bunyinya

yaitu: membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada Kepala

ULP.

h. Khusus Pejabat Pengadaan:

1) Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:

a) Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan/atau

b) Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket

Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

2) Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan dokumen pemilihan

Penyedia Barang/Jasa kepada PPK; menyerahkan dokumen asli

pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PA/KPA dan membuat

laporan mengenai proses Pengadaan kepada PA/KPA.

i. Membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada

Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi; dan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

21

j. Memberikan Pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

Pengadaan Barang/Jasa.

Pada ayat 2 Perpres No 70 Tahun 2012 terdapat ayat tambahan yaitu 2a

yang isinya mengenai tugas pokok dan kewenangan Kepala ULP meliputi:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan ULP;

b. Menyusun program kerja dan anggaran ULP;

c. Mengawasi seluruh kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di ULP dan

melaporkan apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi

penyimpangan;

d. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

Pengadaan Barang/Jasa kepada Menteri/Pimpinann Lembaga/Kepala

Daerah/Pimpinan Institusi;

e. Melaksanakan pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia

ULP;

f. Menugaskan/menempatkan/memindahkan anggota Kelompok Kerja

sesuai dengan beban kerja masing- masing Kelompok Kerja ULP; dan

g. Mengusulkan pemberhentian anggota Kelompok Kerja yang

ditugaskan di ULP kepada PA/KPA/Kepala Daerah, apabila terbukti

melakukan pelanggaran Peraturan Perundang- undangan dan/atau

KKN.

3. Selain tugas pokok dan kewenangan ULP/Pejabat Pengadaan sebagaimana

dimaksud pada ayat 2, dalam hal diperlukan ULP/Pejabat Pengadaan dapat

mengusulkan kepada PPK:

a. Perubahan HPS; dan/atau

b. Perubahan spesifikasi teknis pekerjaan

4. Anggota ULP/Pejabat Pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dari

instansi sendiri maupun instansi lainnya (pada Perpres No. 70 Tahun 2012

keputusan ini berlaku juga pada Kepala ULP).

5. Dikecualikan dari ketentuan pada ayat 4, anggota ULP/Pejabat Pengadaan

pada instansi lain Pengguna APBN/APBD selain K/L/D/I atau kelompok

Masyarakat Pelaksanaan Swakelola, dapat berasal dari bukan pegawai

negeri.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

22

Pada Perpres No. 70 Tahun 2012 dikecualikan pada:

a. Lembaga/Institusi pengguna APBN/APBD yang memiliki keterbatasan

pegawaii yang berstatus Pegawai Negeri, Kepala ULP/anggota

Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan dapat berasal dari pegawai

tetap Lembaga/Institusi Pengguna APBN/APBD yang bukan pegawai

negeri.

b. Kelompok masyarakat Pelaksanaan Swakelola, Kepala ULP/anggota

Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan dapat berasal dari bukan

pegawai negeri.

6. Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa bersifat khusus dan/atau memerlukan

keahlian khusus, Kepala ULP/Pejabat Pengadaan dapat menggunakan

tenaga ahli yang berasal dari pegawai negeri atau swasta.

7. Anggota ULP dilarang duduk sebagai:

a. PPK

b. Pengelola Keuangan; dan

c. APIP, terkecuali menjadi Pejabat Pengadaan/anggota ULP untuk

Pengadaan Barang/Jasa yang dibutuhkan instansinya.

Pada Perpres No. 70 Tahun 2012 ayat 7 ini berlaku juga pada Kepala ULP

serta larangan untuk duduk sebagai: Pejabat Penanda Tangan Surat

Perintah Membayar (PPSPM).

2.6 E-Procurement

Pemerintah pun mulai menerapkan sistem Pengadaan Barang/Jasa yang

berbasis elektronik (E-Procurement). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70

Tahun 2012 tentang pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah

Pengadaan Barang/Jasa yang di laksakan dengan menggunakan teknologi

informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Tujuan dari proses Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (E-Procurement) ini

adalah untuk:

1. Memperbaiki transparansi dan akuntabilitas.

2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat.

3. Memperbaiki tingkat efisien proses pengadaan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

23

4. Mendukung proses monitoring dan audit.

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.

Secara umum E-Procurement dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu E-

tendering dan E-purchasing. Menurut Perpres No. 70 tahun 2012, E-tendering

adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka

dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar pada sistem

pengadaan secara elektronik dengan cara menyiapkan 1 (satu) kali penawaran

dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan E-purchasing menurut Perpres

No. 70 Tahun 2012 adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog

elektronik. Dalam hal ini E-Procurement akan mengacu pada E-tendering.

Berikut ini akan dijelaskan tata cara E-Tendering.

2.6.1 Metode E-Tendering

Menurut Perka LKPP No 18 tahun 2012 Metode E-tendering terdiri dari:

1. E-lelang untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa

lainnya.

2. E-seleksi untuk pemilihan penyedia jasa konsultansi.

2.6.2 Aktivitas Pemilihan E- Tendering

Menurut Perka LKPP No. 18 tahun 2012 aktivitas pemilihan metode E-

tendering yaitu:

1. Persiapan Pemilihan

a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

1) PPK yang belum memiliki kode akses (user ID dan password)

aplikasi SPSE harus melakukan pendaftaran sebagai pengguna

SPSE.

2) PPK menyerahkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

yang berisikan paket, spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Satuan

(HPS), dan rancangan umum kontrak kepada Kelompok Kerja Unit

Layanan Pengadaan (Pokja ULP).

3) Surat beserta lampirannya sebagaimana dimaksud pada angka 2) di

atas berbentuk dokumen elektronik.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

24

b. Pokja ULP

1) Pokja ULP yang belum memiliki kode akses (user ID dan

password) aplikasi SPSE harus melakukan pendaftaran sebagai

pengguna SPSE.

2) Pokja ULP menerima dan menyimpan surat/dokumen rencana

pelaksanaan pengadaan yang disampaikan oleh PPK serta

melaksanakan pemilihan.

3) Pokja ULP menyusun dokumen pengadaan.

c. Penyedia Barang/Jasa

Penyediaan Barang/Jasa yang belum memiliki kode akses aplikasi

SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE dan

melaksanakan verfikasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik

(LPSE) untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.

d. LPSE

1) LPSE menerbitkan kode akses Pengguna SPSE dan menyimpan

dokumen pendukung proses registrasi dan verifikasi pengguna

SPSE.

2) LPSE dapat medelegasikan tugas sebagaimana dimaksud 1) kepada

pengguna SPSE di K/L/D/I sesuai dengan syarat dan ketentuan

penggunaan aplikasi SPSE.

2. Pelaksanaan Pemilihan

a. Pembuatan Paket dan Pendaftaran

1) Paket pemilihan yang dilakukan dalam aplikasi SPSE merupakan

peket pemilihan baru atau paket pemilihan ulang pengadaan secara

elektronik.

2) Pokja ULP membuat paket dalam aplikasi SPSE lengkap dengan

informasi paket dan sistem pengadaan berdasarkan informasi yang

diberikan Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran

(KPA)/PPK maupun petugas internal Pokja ULP.

3) Pokja ULP memasukkan nomor surat/dokumen rencana

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang diterbitkan oleh PPK

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

25

dan menjadi dasar pembuatan paket oleh PPK dimaksudkan pada

angka 2).

4) Pokja ULP menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan berdasarkan

hari kalender dengan alokasi waktu mengacu pada ketetapan waktu

yang diatur pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahannya.

5) Pokja ULP menyusun jadwal sebagaimana dimaksud pada angka

4) dengan jam kerja dan hari kerja untuk tahapan:

a) Pemberian penjelasan

b) Batas akhir pemasukan penawaran

c) Pembukaan kulifikasi; dan

d) Batas akhir sanggah/sanggah banding.

6) Dalam alokasi waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada

angka 4) Pokja ULP harus menyediakan paling kurang 2 (dua) hari

kerja untuk tahapan:

a) Pemasukkan dokumen penawaran untuk paket yang

mensyaratkan jaminan penawaran; dan

b) Sanggah banding

7) Pokja ULP dalam mengalokasi waktu sebagaimana yang dimaksud

pada angka 6) huruf a) harus memperhitungkan waktu yang

diperlukan untuk mempersiapkan waktu yang diperlukan untuk

persiapan dokumen penawaran sesuai dengan jenis, komleksitas

dan lokasi pekerjaan.

8) Penyusunan dokumen pengadaan secara elektronik dilakukan

dengan cara:

a) Dokumen pengadaan dibuat oleh Pokja ULP mengikuti

standart dokumen pengadaan scera elektronik yang melekat

pada aplikasi SPSE dan diunggah (upload) pada aplikasi SPSE;

atau

b) Dokumen pengadaan dibuat oleh Pokja ULP menggunakan

form isian elektronik dokumen pengadaan yang melekat pada

eplikasi SPSE.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

26

9) Penyusunan dokumen pengadaan sebagaimana dimaksud pada

angka 8) disesuaikan dengan syarat dan ketentuan penggunaan

aplikasi SPSE dan/atau panduan penggunaan aplikasi SPSE (user

guide).

b. Pemberian Penjelasan

1) Proses pemberian penjelasan dilakukan secara online tanpa tatap

muka melalui aplikasi SPSE.

2) Pokja ULP dapat memberikan informasi yang dianggap penting

terkait dengan dokumen pengadaan.

3) Pokja ULP menjawab setiap pertanyaan yang masuk, kecuali untuk

substansi pertanyaan yang telah dijawab.

4) Pokja ULP pada saat berlangsungnya pemberian penjelasan dapat

menambah waktu batas akhir tahapan tersebut sesuai dengan

kebutuhan.

5) Dalam hal waktu tahap penjelasan telah berakhir, Penyediaan

Barang/Jasa tidak dapat mengajukan pertanyaan namun Pokja ULP

masih mempunyai tambahan waktu 3 (tiga) jam untuk menjawab

pertanyaan yang masuk pada akhir jadwal.

6) Pokja ULP dilarang menjawab pertanyaan dengan cara

mengumpulkan pertanyaan terlebih dahulu dan menjawab

pertanyaan tersebut sekaligus pada waktu tambahan sebagaimana

yang dimaksud pada angka 5).

7) Kumpulan tanya jawab pada saat pemberian penjelasan informasi

lapangan merupakan Berita Acara Pemberian Penjelasan.

8) Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberi informasi

lapangan ke dalam dokumen pemilihan dan Berita Acara

Pemberian Penjelasan, Pokja ULP dapat melaksanaan proses

pemberian penjelasan lanjutan dengan peninjauan lapangan/ lokasi

pekerjaan.

9) Pelaksanaan pemberian penjelasan lanjutan dilakukan oleh

seseorang selain Pokja ULP , antara lain oleh tenaga ahli pemberi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

27

penjelasan teknis yang telah ditetapkan oleh PPK dan ditugaskan

oleh Pokja ULP.

10) Hasil pemberian penjelasan lanjutan dituangkan ke dalam Berita

Acara Pemberian Penjelasan Lanjutan dan diunggah (upload) pada

aplikasi SPSE oleh Pokja ULP.

11) Addendum dokumen pengadaan dapat dilakukan secara berulang

dengan mengunggah (upload) addendum dokumen pengadaan

melalui aplikasi SPSE paling kurang 2 (dua) hari sebelum batas

akhir pemasukan dokumen penawaran.

12) Apabila addendum dokumen pengadaan mengakibatkan kebutuhan

penambahan waktu penyiapan kebutuhan penawaran maka Pokja

ULP memperpanjang batas akhir pemasukkan penawaran.

c. Pemasukkan Data Kualifikasi

1) Data kualifikasi disampaikan melalui form isian elektronik

kualifikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE.

2) Jika form isian elektronik kualifikasi yang tersedia pada aplikasi

SPSE belum mengakomodir data kualifikasi yang disyaratkan

Pokja ULP maka data kualifikasi tersebut diunggah (upload) pada

fasilitas pengunggah lain yang tersedia pada aplikasi SPSE.

3) Pada prakualifikasi, Pokja ULP wajib meminta Penyedia

Barang/Jasa untuk melengkapi data kualifikasi dengan

memanfaatkan fasilitas komunikasi yang tersedia pada aplikasi

SPSE dan/atau fasilitas komunikasi lainnya.

4) Dengan mengirim data kualifikasi secara elektronik Penyedia

Barang/Jasa menyetujui pernyataan sebagai berikut:

a) Yang bersangkutan dan menajemnnya tidak dalam pengawasan

pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya tidak

diberhentikan;

b) Yang bersangkutan berikut pengurus badan usaha tidak masuk

dalam daftar hitam;

c) Perorangan/yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha

tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

28

d) Data kualifikasi yang diisikan benar dan jika di kemudian hari

ditemukan bahwa data/dokumen yang disampaikan tidak benar

dan ada pemalsuan, maka direktur utama/pemimpin

perusahaan, atau kepala cabang atau pejabat yang menurut

perjanjian kerja sama berhak mewakili badan usaha yang

bekerja sama dan badan usaha yang diwakili bersedia

dikenakan sanksi administratif, sanksi pencantuman dalam

daftar hitam, gugatan secara perdata, dan/atau pelaporan secara

pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang- undangan.

e) Pemimpin dan pengurus badan usaha bukan sebagai pegawai

K/L/D/I atau pimpinan dan pengurus badan usaha sebagai

pegawai K/L/D/I yang sedang mengambil cuti diluar

tanggungan K/L/D/I.

f) Pernyataan lain yang menjadi syarat kwalifikasi yang

tercantum dalam dokumen pengadaan.

5) Untuk penyedia barang/jasa yang berbentuk konsorsium/

kemitraan/bentuk kerjasama lain, pemasukkan kualifikasi

dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk mewakili

konsorsium/kemitraan/bentuk kerja sama lain.

d. Pemasukkan/Penyimpanan Dokumen Penawaran

1) Dokumen Penawaran disampaikan dalam bentuk file, yang

diunggah (upload) melalui aplikasi SPSE.

2) Dalam hal penyampaian dokumen penawaran ditetapkan secara:

a) Satu file maka dokumen penawaran administrasi, teknis dan

harga disampaikan dalam satu file penawaran terenskripsi.

b) Dua file maka dokumen penawaran administrasi dan teknis

disamakan dalam satu file penawaran terenskripsi, serta

penawaran harga disampaikan dalam satu file penawaran

terenkripsi lainnya yang disampaikan bersamaan.

c) Dua tahap, maka dokumen penawaran administrasi dan teknis

disampaikan dalam satu file penawaran terenkripsi, serta

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

29

penawaran harga disampaikan dalam satu file penawaran

terenskripsi lainnya sesuai waktu yang ditentukan.

3) Enkripsi file penawaran menggunakan Apendo/Spamkodok.

4) Surat penawaran dan/atau surat lain sebagai bagian dari dokumen

elektronik dan telah ditandatangani secara elektronik oleh

pemimpin/direktur perusahaan atau kepala cabang perusahaan yang

diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan oleh dokumen otentik

atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang

berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama.

5) Penyedia Barang/Jasa tidak perlu mengunggah (upload) hasil

pemindaian dokumen asli yang bertandatangan basah dan

berstempel, kecuali surat lain yang memerlukan tanda tangan basah

dari pihak lain.

6) Penyedia Barang/Jasa dapat mengunggah (upload) ulang file

penawaran untuk mengganti atau menimpa file penawaran

sebelumnya, sampai dengan batas akhir pemasukan penawaran.

7) Pengguna SPSE wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan

penggunaan Apendo/Spamkodok yang melekat pada

Apendo/Spamkodok.

8) Untuk menjamin pelaksanaan pengadaan sesuai dengan prinsip-

prinsip pengadaan, Pokja ULP dapat melakukan perubahan jadwal

pemasukkan dokumen penawaran dan memberikan penjelasan

alasan perubahan.

9) Untuk Penyedia Barang/Jasa yang berbentuk konsorsium/

kemitraan/bentuk kerjasama lain, pemasukkan penawaran

dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk mewakili

konsorsium/kemitraan/bentuk kerjasama lain.

e. Pembukaan Dokumen Penawaran dan Evaluasi

1) Pada tahap pembukaan penawaran, Pokja ULP mengunduh

(download) dan melakukan deskripsi file penawaran dengan

menggunakan Apendo/Spamkodok.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

30

2) Harga penawaran dan hasil koreksi aritmatik dimasukkan pada

fasilitas yang tersedia pada aplikasi SPSE.

3) Terhadap file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka

(deskripsi), Pokja ULP wajib menyampaikan file penawaran

tersebut kepada LPSE dapat menyampaikan file penawaran kepada

Pokja ULP.

4) Terhadap file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka yang

disampaikan pada LPSE atau LKPP, maka LPSE atau LKPP akan

memberikan keterangan kondisi file penawaran pada Pokja ULP.

5) Berdasarkan keterangan dari LPSE/LKPP apabila file penawaran

tidak dapat dibuka maka Pokja ULP dapat menetapkan bahwa file

penawaran tidak memenuhi syarat sebagai penawaran dan

Penyedia Barang/Jasa yang mengirimkan file penawaran tersebut

dianggap tidak memasukkan penawaran.

6) File yang dianggap sebagai penawaran adalah dokumen penawaran

yang berhasil dibuka dan dapat dievaluasi yang sekurang-

kurangnya memuat:

a) Satu file: harga penawaran, daftar kualitas dan harga untuk

kontrak harga satuan/gabungan, jangka waktu penawaran dan

deskripsi/spesifikasi barang/jasa yang ditawarkan.

b) Dua file atau dua tahap: daftar kuantitas dan harga untuk

kontrak harga satuan/gabungan, jangka waktu penawaran, dan

deskripsi/ spesifikasi barang/jasa yang ditawarkan.

7) Dengan adanya proses penyampaian file penawaran yang tidak

dapat dibuka (deskripsi) sebagaimana dimaksud dalam angka 3),

Pokja ULP dapat melakukan penyesuaian jadwal evaluasi dan

tahapan selanjutnya.

8) Pokja ULP wajib melakukan klarifikasi kepada penerbit surat

jaminan penawaran tentang keabsahan dan substansi jaminan

penawaran.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

31

9) Ketidakabsahan atau penolakan klaim jaminan penawaran terhadap

surat jaminan penawaran yang ditunjukan oleh Pokja ULP dapat

berakibat pada gugurnya syarat admistrasi.

10) Pembuktian kualifikasi dilakukan diluar aplikasi SPSE (offline).

11) Dalam tahapan pembuktian kualifikasi, Pokja ULP tidak perlu

meminta seluruh dokumen kualifikasi apabila Penyedia

Barang/Jasa sudah pernah melaksanakan pekerjaan yang sejenis,

sama kompleksitasnya pada instansi yang bersangkutan.

12) Pokja ULP memasukan hasil evaluasi penawaran dan hasil evaluasi

kualifikasi pada eplikasi SPSE.

f. Sanggahan

1) Peserta pemilihan yang dapat menyanggah adalah peserta yang

telah memasukkan penawaran.

2) Peserta pemilihan hanya dapat mengirimkan 1 (satu) kali

sanggahan kepada Pokja ULP melalui aplikasi SPSE.

3) Pokja ULP menjawab sanggahan melalui aplikasi SPSE

4) Dalam hal terjadi keadaan kahar atau gangguan teknis yang

menyebabkan peserta pemilihan tidak dapat mengirimkan jawaban

sanggahan secara online melalui aplikasi SPSE maka sanggahan

dapat dilakukan di luar aplikasi SPSE (offline).

5) Dalam hal terdapat sanggahan banding, peserta pemilih

memberitahukan sanggahan banding tersebut kepada Pokja ULP

melalui fasilitas yang telah tersedia dalam aplikasi SPSE.

6) Kealpaan atau kelalaian pemberitahuan sanggahan banding di atas

oleh peserta pemilihan sebagaimana dimaksud dalam angka 5)

tidak menggugurkan proses sanggahan banding.

g. Surat Penunjukkan Penyediaan Barang/Jasa

PPK menerbitkan Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)

di luar aplikasi SPSE (offline), menginputkan informasi dan

mengunggah (upload) hasil pemindaian SPPBJ pada aplikasi SPSE.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

32

h. Penandatanganan Kontrak

1) Pemenang pemilihan melakukan penandatanganan kontrak dengan

PPK yang dilakukan di luar SPSE.

2) PPK memasukkan informasi dan mengunggah (upload) hasil

pemindaian (scan) dokumen kontrak pada aplikasi SPSE.

2.6.3 Lain- lain

1. Pengumuman Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan Pengumuman

Pemenang. Aplikasi SPSE secara otomatis akan menampilkan informasi

pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa dan pengumuman

pemenang paket pekerjaan dengan format dan isi yang tersedia pada

aplikasi SPSE.

2. Evaluasi ulang atau penyampaian ulang dokumen penawaran atau

pemilihan ulang. Pokja ULP memutuskan untuk evaluasi ulang,

penyampaian ulang dokumen penawaran atau pemilihan ulang maka Pokja

ULP harus memasukkan alasan penyebab pemilihan harus di evaluasi

diulang atau penyampaian ulang dokumen penawaran atau pemilahan

ulang.

3. Surat Jaminan Penawaran

a. Jaminan penawaran pada E-Tendering dengan metode E-lelang tidak

diperlukan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang memiliki nilai paling

tinggi Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) atau

tidak menimbulkan resiko apabila pemenang mengundurkan diri

menyebabkan pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

b. Jaminan penawaran sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan

dalam bentuk softcopy hasil pemindaian (scan) yang dimasukan dalam

dokumen penawaran.

c. Jaminan penawaran asli untuk E-lelang dengan prakualifikasi,

disampaikan kepada Pokja ULP pada saat pembuktian kualifikasi.

d. Jaminan penawaran asli untuk E-lelang dengan prakualifikasi,

disampaikan kepada Pokja ULP sebelum penetapan pemenang.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

33

e. Jika calon pemenang tidak memberikan jaminan penawaran asli

sebagaimana dimaksud pada huruf c dan d atau jaminan penawaran

tidak dapat dicairkan maka akun SPSE Penyedia Barang/Jasa tersebut

dinonaktifkan dan dapat dimaksudkan dalam daftar hitam.

4. Perubahan Jadwal

Pokja ULP dapat melakukan perubahan jadwal tahap pemilihan dan wajib

mengisi alasan perubahan yang dapat dipertanggungjawabkan.

5. Pengenaan Sanksi

a. Apabila Penyedia Barang/Jasa melakukan pelanggaran terhadap

persyaratan dan ketentuan penggunaan aplikasi SPSE, pelanggaran

terhadap peraturan perundang- undangan berlaku, atau masuk dalam

daftar hitam maka LPSE atau Pengelola Agregasi Data Penyedia dapat

menonaktifkan kode akses Pengguna SPSE.

b. Penyedia Barang/Jasa telah ditetapkan ke dalam daftar hitam, maka

LPSE atau pengelola Agregasi Data Penyedia dapat dimasukan

Penyedia Barang/Jasa ke dalam menu daftar hitam di dalam aplikasi.

6. Audit

a. Persiapan

1) Auditor menyerahkan surat tugas kepada LPSE untuk

mendapatkan hak akses untuk masuk ke dalam aplikasi SPSE.

2) LPSE menerima, menyimpan dan menerbitkan kode akses terhadap

personil yang tercantum dalam surat tugas instansi yang memiliki

tugas pokok dan fungsi audit.

b. Pelaksanaan

1) Proses audit pengadaan secara elektronik dilaksanakan melalui

fasilitas yang disediakan dalam aplikasi SPSE.

2) Auditor hanya dapat mengakses informasi atau data, mengunduh

(download) dan membuka file, baik yang disampaikan oleh Pokja

ULP maupun peserta pemilihan paket pekerjaan yang menjadi

objek audit sebagaimana tercantum dalam surat tugas.

3) Auditor dapat menemui Pokja ULP untuk memperoleh informasi

dan dalam rangka proses audit paket pemilihan tertentu.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

34

Dalam hal terjadi kahar atau gangguan teknis (contoh: gangguan daya

listrik, gangguan jaringan, gangguan aplikasi) terkait pelaksanaan E-Tendering

yang mengakibatkan proses pemilihan tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna,

maka Pokja ULP dapat:

1. Membatalkan/menggagalkan proses pemilihan

2. Melakukan penyesuaian jadwal sesuai dengan jumlah hari terjadi

gangguan teknis tersebut.

3. Membuat dan melaksanakan solusi alternatif terhadap hal lain yang tidak

bisa diakomodir atau terfasilitasi dalam aplikasi SPSE serta wajib

menuangkan hal tersebut dalam Berita Acara Hasil Pelelangan

(BAHP)/Berita Acara Hasil Seleksi (BAHS)/Berita Acara lainnya pada

fasilitas unggahan (upload) yang tersedia pada aplikasi SPSE.

2.7 Pasal-Pasal Kontroversial

Upaya pemerintah untuk menyempurnakan sistem Pengadaan Barang/Jasa

pemerintah melalui revisi Perpres tersebut masih terus dilakukan. Namun ketidak

sempurnaan itu masih ditemukan dalam beberapa pasal dalam Perpres No. 70

tahun 2012 ini diantaranya:

1. Pasal 55

Pada ayat (3) berbunyi “Kuitansi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)

huruf b, digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai

dengan Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah)”. Ayat (4) berbunyi

“SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, digunakan untuk

pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya sampai dengan Rp.

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan untuk jasa konsultansi dengan

nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Ketentuan pasal 55 ayat (4) jelas mengatur bahwa bukti perjanjian yang di

gunakan untuk pengadaan jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp.

10.000.000,- sampai Rp. 50.000.000,- adalah SPK. Menurut pasal 55 ayat

(3) dibukti perjanjian yang digunakan untuk pengadaan Barang/Jasa yang

nilainya diatas Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp. 50.000.000,- adalah

kuitansi. Pada kedua pasal ini saling berbenturan menyangkut pengadaan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

35

jasa konsultansi dengan nilai di atas Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp.

50.000.000,- yang menurut pasal 55 ayat (3) bukti perjanjian yang

digunakan cukup dalam bentuk kuitansi tetapi menurut pasal 55 ayat (4)

bukti perjanjian yang digunakan tidak boleh menggunakan kuitansi tetapi

harus berbentuk SPK.

2. Pasal 57

Pasal 57 ayat (1) huruf a berbunyi “Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya dengan metode Pelelangan Umum meliputi

tahapan sebagai berikut:

a. Pelelangan umum untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya atau

Pelelangan Terbatas untuk pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi dengan prakualifikasi, metode dua sampul yang meliputi

kegiatan:

1) Pengumuman dan/atau undangan prakualifikasi;

2) Pendaftaran dan pengambilan dokumen kualifikasi;

3) Pemasukan dan evaluasi dokumen kualifikasi;

4) Pembuktian kualifikasi;

5) Penetapan hasil kualifikasi

6) Pengumuman hasil kualifikasi;

7) Sanggahan kualifikasi;

8) Undangan;

9) Pengambilan dokumen pemilihan;

10) Pemberian penjelasan;

11) Pemasukan dokumen penawaran sampul I;

12) Pembukaan dokumen penawaran sampul I;

13) Evaluasi dokumen penawaran sampul I;

14) Pemberitahuan dan pengumuman peserta yang lulus evaluasi

sampul I;

15) Pembukaan dokumen penawaran sampul II;

16) Evaluasi dokumen penawaran sampul II;

17) Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP);

18) Penetapan pemenang;

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

36

19) Pengumuman pemenang;

20) Sanggahan; dan

21) Sanggahan banding (apabila diperlukan).

Ketentuan pasal 57 ayat (1) huruf a tersebut berisi aturan tentang tahapan

kegiatan yang harus dilalui dalam pelelangan dimana cara penyampaian

dokumennya menggunakan metode dua sampul. Berdasarkan ketentuan

tersebut dapat dipahami bahwa pemilihan penyediaan Barang/Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya dapat menggunakan metode penyampaian

dokumen dengan cara dua sampul. Ketentuan ini ternyata bertentangan

dengan ketentuan dalam lampiran III Huruf A angka 6 Perpres nomor 54

tahun 2010 yang tidak membolehkan penyampaian dokumen dengna

metode dua sampul. Ketentuan tersebut berbunyi “ULP memilih satu dari

dua metode penyampaian dokumen pengadaan, yaitu: 1) Metode satu

sampul, 2) Metode dua tahap.

Sesuai dengan asas hukum lex posterior derogate legi priori (undang-

undang yang baru mengesampingkan undang-undang yang lama) dapat

saja disimpulkan bahwa karena Perpres No. 70 Tahun 2012

mengesampingkan Perpres yang sebelumnya. Jika tahapan dalam pasal 57

huruf a Perpres No. 70 tahun 2012 diterapkan, maka akan menemukan

masalah pada tahap pembukaan sampul II (tahap ke 15). Masalahnya

adalah jika hasil evaluasi administrasi dan teknis (sampul I) ada yang tidak

lulus atau tidak melewati ambang batas kelulusan (passing grade). Maka

akan timbul beberapa pertanyaan sederhana seperti: apakah peserta yang

tidak lulus tersebut boleh hadir, serta apakah sampul II dari peserta yang

tidak lulus administrasi dan teknis dibuka.

Proses pemilihan dengan metode dua sampul tersebut mengikuti tahapan

sebagaimana diatur dalam pasal 57 huruf a Perpres No. 70 tahun 2012.

Tahap ke- 11 sampai tahap ke- 15 dalam ketentuan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Tahap ke- 11, pemasukkan penawaran. Peserta menyampaikan

dokumen administrasi dan teknis dalam sampul I dan penawaran biaya

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

37

dalam sampul II. Sampul I dan dampul II dimasukkan dalam satu

sampul di luar lalu disampaikan pada ULP.

b. Tahap ke- 12, pembukaan dokumen penawaran sampul I. pada acara

pembukaan penawaran sampul I ULP membuka sampul I dihadapan

peserta. Sampul dua belum di buka.

c. Tahap ke- 13, evaluasi dokumen penawaran sampul I. Sesuai isi

sampul I yang dievaluasi adalah dokumen administrasi dan teknis.

Hasil evaluasi kemungkinan ada peserta yang tidak lulus adalah nilai

penawaran teknis tidak melewati ambang batas (passing grade)

d. Tahap ke- 14, pemberitahuan dan pengumuman peserta yang lulus

evaluasi sampul I. ULP mengumumkan hasil evaluasi melalui website

LPSE;

e. Tahap ke- 15 pembukaan dokumen penawaran sampul II. Masalah

muncul disini karena tahapan prosedur tidak ada ketentuan bahwa ULP

mengundang peserta untuk menghadiri pembukaan sampul II. Masalah

tersebut antara lain: apakah peserta yang tidak lulus boleh hadir,

apakah sampul II (penawaran biaya) dari peserta yang tidak lulus

evaluasi sampul I perlu dibuka dan jika jumlah peserta yang lulus

evaluasi sampul I kurang dari 3 (tiga) apakah lelang dinyatakan gagal.

3. Pasal 71

Pasal 71 ayat (4) bunyinya “Penyedia Pekerjaan Konstruksi memilih untuk

memberikan Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi”. Ketentuan

ini bertentangan dengan pasal 89 ayat (5) yang berbunyi “PPK menahan

sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk

jaminan pemeliharaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya yang

membutuhkan masa pemeliharaan”. Retensi adalah bagian pembayaran

yang ditahan oleh PPK (belum dibayarkan kepada penyedia) sebagai

jaminaan bahwa pihak penyedia akan melaksanakan kewajibannya

melakukan pemeliharaan terhadap hasil pekerjaannya apabila terdapat

kerusakan yang perlu di perbaiki selama masih dalam masa pemeliharaan.

Menurut pasal 71 ayat (4) setelah dilakukan serah terima pertama penyedia

boleh memilih untuk memberikan jaminan pemeliharaan atau memberikan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

38

retensi. Penyedia memilih untuk memberikan jaminan pemeliharaan maka

atas prestasi pekerjaan yang telah selesai 100% dapat dibayarkan lunas

100% dengan syarat penyedia memberikan surat jaminan pemeliharaan

5% dari nilai kontrak sebagai jaminan bahwa jika terjadi kerusakan selama

masa pemeliharaan pihak penyedia akan melakukan perbaikan

sebagaimana mestinya. Apabila selama masa pemeliharaan terdapat

kerusakan dan penyedia tidak melaksanakan perbaikan maka PPK

mencairkan jaminan pemeliharaan tersebut untuk disetorkan ke rekening

Kas Negara.

Rumusan pasal 71 ayat (4) memberikan alternatif kepada penyedia untuk

memilih apakah mau menerima pembayaran sebesar 95% dan menyisakan

pembayaran sebesar 5% sebagai retensi atau mau menerima pembayaran

100% dengan syarat menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5% dari

nilai kontrak. Sementara rumusan pasal 89 ayat (5) tidak memberikan

alternatif kepada PPK untk memilih sehingga secara gramatikal pasal ini

harus ditafsirkan bahwa PPK wajib menahan sebagian pembayaran sebesar

5% dari nilai kontrak sebagai retensi. Apabila penyedia menggunakan

haknya untuk memilih menerima pembayaran 100% dan menyerahkan

jaminan pemeliharaan, maka perintah pembayaran dari penyedia akan

ditolak oleh PPK karena PPK harus menerapkan pasal 89 ayat (5). Karena

itu ketentuan ini akan menimbulkan perselisihan antara penyedia dengan

PPK.

4. Pasal 83

Pada pasal 83 ayat (1) berbunyi ”Kelompok Kerja ULP menyatakan

pelelangan/pemilihan Langsung gaga apabila:

a. Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang

dari 3 (tiga) peserta, kecuali pada Pelelangan Terbatas;

b. Jumlah peserta yang memasukan Dokumen Penawaran untuk

Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya kurang dari 3

(tiga) peserta, kecuali pada pelelangan Terbatas;

c. Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar

d. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran:

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

39

e. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan

tidak sehat;

f. Harga penawaran terendah terkoreksi untuk Kontrak Harga Satuan dan

Kontrak gabungan Lump sumdan Harga Satuan lebih tinggi dari HPS;

g. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk Kontrak Lump sumdiatas

HPS;

h. Sanggahan hasil pelelangan/pemilihan langsung dari peserta ternyata

benar;

i. Calon pemenang dan calon-calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah

dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi

dan/atau pembuktian kualifikasi; atau

j. Pada metode dua tahap seluruh penawaran harga yang masuk melebihi

nilai total HPS atau setelah dilakukan negosiasi harga seluruh peserta

tidak sepakat untuk menurunkan harga sehingga tidak melebihi nilai

total HPS.

Ketentuan pasal 83 ayat (1) huruf g dalam pelelangan menggunakan

kontrak lump sum jika seluruh penawaran terkoreksi di atas HPS

pelelangan dinyatakan gagal. Dengan demikian ketentuan pasal 83 ayat (1)

huruf g sebenarnya tidak perlu. Kalau yang diinginkan dari aturan ini

adalah semua penawaran yang terkoreksi lebih tinggi dari HPS ULP

menyatakan pelelangan gagal.

Hubungan antara jenis kontrak dengan nilai penawaran adalah sejalan

dengan pengelompokan jenis kontrak berdasarkan cara pembayaran yaitu:

a. Kontrak lump sum

b. Kontrak harga satuan

c. Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan.

Kontrak harga satuan bisa digunakan untuk pekerjaan yang spesifikasi

teknisnya sudah jelas tetapi volumenya masih bersifat perkiraan. Karena

itu nilai kontrak ditentukan oleh item Barang/Jasa dikali dengan harga

satuan masing- masing item Barang/Jasa. Kontrak lump sum adalah

kontrak untuk menyelesaikan pengadaan Barang/Jasa tertentu dalam

waktu tertentu. Nilai kontrak lump sum tidak bergantung pada volume

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengadaan Barang/JasaBAB 2~ Shin... · Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa ... Jasa dengan cara Pengadaan

40

pekerjaan yang nyatanya dilaksanakan. Kontrak gabungan lump sum dan

harga satuan adalah kontrak yang nilai harga sebagian Barang/Jasa di

dalamnya berdasarkan harga satuan dan sebagian lainnya lump sum.

Rumusan pasal 83 ayat (1) huruf f secara gramatikal sangat jelas, yaitu

untuk kontrak lump sum dan kontrak harga satuan, jika penawaran

terendah lebih tinggi dari HPS atau deluruh penawaran lebih tinggi dari

nilai HPS, pelelangan harus dinyatakan gagal. Dengan melihat bahwa ada

tiga macam jenis kontrak yaitu: 1) kontrak lump sum; 2) kontrak harga

satuan; 3) kontrak gabungan lump sum dan harga satuan, maka dengan

penafsiran secara accontrario pasal ini berarti untuk kontrak lump sum jika

seluruh penawaran lebih tinggi dari HPS pelelangan tetap dilanjutkan tidak

disyaratkan gagal. Masalah dalam hal ini ternyata penafsiran demikian

bertentangan dengan rumusan pasal 83 ayat (1) huruf g dan pasal 83 ayat

(1) huruf j.

Selanjutnya pasal 83 ayat (1) huruf f dan huruf g ternyata juga tidak

sejalan dengan ketentuan pada pasal 83 ayat (1) huruf j yang berbunyi

“pada metode dua tahap seluruh penawaran harga yang masuk melebihi

nilai HPS atau seletelah dilakukan negosiasi harga seluruh peserta tidak

sepakat.