PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang...

96
i PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : ABDUL MALIK LAKIBULA NIM : 105260013415 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020

Transcript of PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang...

Page 1: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

i

PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh : ABDUL MALIK LAKIBULA

NIM : 105260013415

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441 H/ 2020

Page 2: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

ii

Page 3: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

iii

Page 4: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

iv

Page 5: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

v

Page 6: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

vi

ABSTRAK

Abdul Malik Lakibula NIM : 105260013415. Pengaruh Gharar Terhadap Keabsahan Transaksi Jual Beli (dibimbing oleh Hasan Bin Juhanis dan Supriadi Yosuf Boni) Penelitian ini membahas tentang bagaimana Pengaruh Gharar Terhadap Keabsahan Transaksi Jual Beli, adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Defenisi Gharar menurut Fiqih Islam 2) Cakupan Gharar dalam sistem muamalah islam 3) Pengaruh Gharar terhadap keabsahan transaksi jual beli. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka yaitu penelitian dengan cara mengakaji dan menelaah data yang diperoleh dan sumber kepustakaan seperti buku-buku, rnakalah-rnakalah, artikel, dan lain sebagainya yang menyangkut tentang pengaruh Gharar terhadap keabsahan transaksi jual beli. Dan pandangan ulama, sehingga akan mendapatkan data yang tepat dan jelas yang kemudian data-data tersebut disalin dan disusun dalam penyusunan skripsi setelah melalui penelitian secara seksama. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa; 1) Defenisi Gharar menurut bahasa adalah al-khatar (sesuatu yang belum diketahui) suatu akad mengandung unsur penipuan ketika tidak ada ketidakjelasan, sedangkan menurut istilah gharar adalah hal yang belum diketahui hasilnya atau apa yang belum diterima hasilnya atau apa yang belum diketahui hakikat dan takarannya. 2) Cakupan gharar meliputi; a. jual beli barang yang belum ada (ma‟dum), b. jual beli barang yang belum mutlak, c. jual beli barang yang tidak mampu diserahterimakan, d. Ma‟qud „alaih (benda atau barang). 3) Pengaruh gharar terhadap keabsahan transaksi jual beli yaitu ; segala kegiatan yang berkaitan dengan aspek muamalah atau kemasyarakatan diperlukan adanya suatu aturan yang jelas, agar melakukannya tidak ada kecurangan diantara pihak yang dapat merugikan orang lain. Kemudian implikasi dan hasil penelitian ini adalah diharapkan kepada semua masyarakat khususnya umat islam untuk memahami hak khiyar dalam jual beli, diharapkan kepada seluruh masyarakat dengan sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan praktek yang mereka lakukan selama ini tentang muamalah dalam islam, sehingga tidak didapati lagi aplikasi jual beli yang bertentangan dengan hukum islam. Kata Kunci: Pengaruh, Gharar, Keabsahan, Transaksi, Jual Beli.

Page 7: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

vii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله نحمده و نستعنه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا و من إن

سئات أعمالنا, من هده الله فلا مضل له ومن ضله فلاهادي له. وأشهد أن لا

إله إلا الله وحده لا شرك له. وأشهد أن محمدا عبده و رسوله. أما بعد.

Syukur Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT. Atas

limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan alam Rasulullah Muhammad SAW. juga

kepada keluarga-Nya, para sahabat-Nya, dan semoga sampai kepada kita

sekalian yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera

kehidupan ini hingga akhir.

Skripsi ini berjudul “PENGARUH GHARAR TERHADAP

KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI” yang di jadikan sebagai

syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Hukum

Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun sistimatika penulisan.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka

Page 8: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

viii

penulis senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini.

Sejak penyusunan skripsi ini penulis menemui banyak hambatan.

Namun akhirnya dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.

Karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim SE,MM, Rektor Universitas

Muhammadiyah Makasar Sulawesi Selatan.

2. Syaikh Dr.(HC) Muhammad At-Thayyib Thayyib Khoory Donatur

AMCF beserta jajarannya yang berada di Jakarta.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc, MA., Ketua Prodi Hukum Keluarga

(Ahwal Syakhsiyah) Universitas Muhammadiyah Makassar

sekaligus sebagai pembimbing I

5. H. Lukman Abd Shamad, Lc. Mudir Ma‟had Al-Birr Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. Hasan Bin Juhanis, Lc.M.S selaku pembimbing pertama dan

Supriadi Yosuf, Lc. M.A selaku pembimbing kedua yang senantiasa

sabar dalam mendampingi dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Para dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas

segala bimbingan dan ilmu yang diajarkan kepada penulis selama

Page 9: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

ix

di bangku perkuliahan, semoga menjadi amal jariyah yang diterima

Allah SWT.

8. Kepada seluruh teman-teman di Mahad Al-Birr khususnya di Prodi

Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam terkhusus teman-teman

angkatan 2015 dan segenap pengurus HIMAPRODI Ahwal

Syakhshiyah periode 2018-2019 yang telah bersama-sama

menjalani perkuliahan dengan suka dan duka.

9. Teman-teman sepermainan dan seperjuangan yang sesama

perantau terutama para rekan remaja masjid Al Ikhlas Citra Mutiara

yang telah banyak membantu serta menghibur di kala susah

maupun senang, semoga Allah memberkahi.

10. Segenap keluarga yang telah membantu baik dalam doa maupun

materi dalam menuntut Ilmu dan penyelesaian skripsi ini, dan lebih

terlebih khusus kepada istri tercinta Sitti Mulia Sora P yang telah

bersedia mendampingi perjuangan kami sejak Setahun pernikahan

kami yang telah mengandung, menyusui dan merawat putri

pertama kami Shafira Lutfiah Lakibula dengan penuh kesabaran

semoga membalasnya dengan pahala yang berlipat atas

kehadiranmu menemaniku dan menjadi penyemangat jiwaku.

Teristimewa penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-

sebesarnya kepada ayahanda tercinta Hensi Lakibula berkat doamu yang

selalu kau panjatkan dalam sujud-sujudmu di sepertiga malam terakhir

serta kesabaranmu menahan Rindu dalam rangka merelakan Anak yang

Page 10: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

x

di cintainya untuk menuntut Ilmu di perantauan dalam waktu yang tidak

sebentar semoga Allah menjaga dan memberikan umur yang berkah serta

kemuliaan dunia dan akhirat. Amin dan Ibunda kami Ambiya Mokoagow

yang telah mendahului penulis menemui sang Pencipta, Penulis belajar

banyak tentang banyak hal semasa hidup beliau dari sosok ayah yang

penuh rasa tanggung jawab memimpin keluarga bahagia kami semoga

menjadi amal jariyah pemberat timbangan kebaikan baginya di alam

akhirat. Amin.serta saudara-saudara dan seluruh anggota keluarga

besarku atas segala kesabaran dan ketabahan dalam mendidik, serta

memotivasi, iringan doa dan pengorbanannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

adanya baik terhadap penulis, para pembaca, Agama, Bangsa dan

Negara.

Makassar, 01 Dzulhijjah 1440 H 01 Agustus 2019 H Penulis

Abdul Malik Lakibula

Page 11: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING. .......................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .................................................. iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH ....................................................... v

ABSTRAK. ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR. ........................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................ 7

1. Tujuan Penelitian. ........................................................... 7

2. Manfaat Penelitian ......................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian (Review) Studi Terdahulu ......................................... 8

B. Tinjauan Umum mengenai Gharar........................................ 10

1. Pengertian Gharar ......................................................... 10

2. Landasan Hukum terhadap Larangan Gharar ............... 13

3. Gharar dan Tadlis ........................................................ 17

Page 12: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

xii

4. Jenis dan Unsur Gharar ................................................ 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................... 33

B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 34

C. Metode Pengumpulan Data . ................................................ 35

D. Metode Pengelolahan dan Analisis Data ............................. 63

BAB IV PEMBAHASAN

A . Definisi Gharar menurut Fiqih Islam. ..................................... 38

B. Cakupan Gharar dalam Sistem Mua‟malah Islam.................. 95

C. Pengaruh Gharar terhadap Keabsahan Jual Beli. ................ 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan . ........................................................................ 73

B. Saran. .................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 76

Page 13: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk kegiatan muamalah antar sesama manusia

adalah jual beli. Jual beli secara bahasa merupakan proses memiliki atau

memberi atau menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga tertentu.

Kata aslinya diambil dari kata bai‟ karena dari masing masing pihak akan

melakukan penjualan dan pembelian. jual beli menurut hukum positif

terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal

1457 adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk

membayar harga yang telah dijanjikan.1

Mu‟amalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan

peradaban islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari

syari‟at islam, yaitu yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungan

manusia dengan manusia, masyarakat dan alam.Karena mu‟amalah

merupakan aspek dari ajaran islam, maka ia juga mengandung aspek

teologis dan spiritual. Aspek inilah yang merupakan dasar dari mu‟amalah

tersebut.2

Diantara permasalahan yang paling berkembang dalam kehidupan

bermasyarakat hari ini adalah masalah mu‟amalah, khususnya mu‟amalah

maliyah atau interaksi sesama manusia yang berkaitan dengan segala

1 Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Bandung: PT. AKA,

2004), hlm. 366 2 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqhi Muamalat (Jakarta: Kencana, 2010), h. 3

1

Page 14: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

2

bentuk macam transaksinya. Di dunia manusia diciptakan oleh Allah SWT

untuk melakukan interaksi dengan makhluk lainnya, dalam hal ini manusia

sebagai makhluk social tidak terlepas dari ketergantungan dan saling

berhubungan dengan makhluk lain dalam menjalani kehidupan. Manusia

adalah makhluk Allah SWT, karena itu sebagai makhluk hidup tidak bisa

hidup sendiri dan berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki berbagai

kebutuhan hidup dan dalam memenuhi kebutuhan tersebut, tidak mungkin

diproduksi sendiri. Manusia selalu berhubungan satu sama lain untuk

mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk menghindari

kedzaliman dalam usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidupnya, Islam memberikan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah

mu‟amalah yang harus ditaati yang dituangkan dalam Al-Qur‟an dan as-

Sunnah.

Mu‟amalah secara bahasa berarti pergaulan atau hubungan antara

manusia lainnya dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan

jasmaninya dengan cara yang paling baik.

Penjabaran dibidang mu‟amalah biasanya bersifat general

(mujmal). Sehingga memungkinkan untuk dilakukan interprestasi atau

reaktualisasi sesuai dengan tuntunan social dan dinamika zaman atas

dasar kemaslahatan umum. Pada dasarnya segala macam kegiatan

mu‟amalah itu diperbolehkan hingga ada dalil yang melarangnya.

Mu‟amalah menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah

Page 15: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

3

SWT yang telah ditetapkan untuk mengatur, mengelola dan

mengembangkan (harta benda). Diantara prinsip dasar muamalah, yaitu:

1. Hukum asal dari kegiatan mu‟amalah adalah boleh, sepanjang

tidak ada dalil yang menunjukkan pelarangan atau

pengharaman.

2. Tidak ada paksaan satu pihak kepada pihak lain (sukarela dan

saling ridho).

3. Menghindari kemudharatan dan mengutamakan atau

mendahulukan kemaslahatan.

4. Tidak melakukan perbuatan aniaya, dan tidak boleh dianiaya.

Dalam pandangan syariat islam, jual beli dimaknai suatu perjanjian

tukar menukar benda atau barang bernilai manfaat yang didasari rasa

sukarela diantara kedua belah pihak. Salah satu pihak bertindak selaku

penerima barang dan pihak lain sebagai pemberi sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang telah disepakati dan dibenarkan syariat.

Ajaran Islam memberikan pedoman terhadap pelaksanaan jual beli

agar sesama manusia saling membantu dalam suatu kebaikan dan

melarang tolong-menolong dalam berbuat dosa.Sedangkan makna

khusus sebagaimana definisinya oleh para ulama fiqih melalui perkataan

mereka: yaitu tukar menukar harta atau manfaat dengan yang semisal

salah satu dari keduanya secara langgen.

Page 16: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

4

Hukum jual beli telah diterangkan di dalam al-Qur‟an, hadis, ijma‟,

dan kiyas, dan ini lebih jelas untuk menetapkan suatu hukum, Allah ta‟ala

berfirman, QS al-Baqarah : 275

با ل يقومون إل كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس ذ لك بأنهم قالوا إنما البيع الذين يأكلون الر

با فمن جاءه موعظة من ربه فانتهى فله ما س م الر البيع وحر با وأحل الل ومن مثل الر وأمره إلى الل ل

خالدون عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها

Terjemahnya:

Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian

itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang

telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus

berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya

(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),

Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya3.

Sesungguhnya manusia amat membutuhkan kepada hal ini untuk

sumber makanan mereka, dan mengembangkan harta mereka,karena sisi

3 Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:

Syamil Qur’an, 2007

Page 17: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

5

kehidupan ada tiga: pengolahan tanah, perinsdutrian dan perdagangan ;

yaitu jual beli.

Tatkala banyak kebutuhan, manusia terkadang merasa kecewa

dalam membeli sesuatu atau menjualnya, maka disysri‟atkan baginya

khiar (hak menentukan pilihan) selama masih berada di tempat.

Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam berkata, Rasullullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam bersabda, „‟

فإن صدقا -او قال : حتى تفرقا -عن حكم ابن حزام قال : قال رسول الله : البعان با لخار مالم تفرقا

وبنا بورك لهما ف بعهما . وإن كتما وكذب محقت بركة بعهما.

Artinya:

Dari Hakim bin Hizam berkata, Rasulullah saw. bersabda, “ Kedua

orang yang melakukan transaksi jual beli terdapat khiar selama

keduanya belum berpisah – atau beliau bersabda, „‟Hingga

keduanya berpisah. „‟Jika keduanya telah sama-sama jujur dan

menjelaskan maka keberkahan diberikan kepada keduanya dalam

jual beli itu dan jika keduanya menyembunyikan informasi dan

berdusta maka keberkahan ditarik dari transaksi jual beli kedunya.4

Dalam hadits ini, disebutkan adanya khiar untuk dua orang yang

melakukan aktifitas jual beli, selama keduanya belum berpisah atau

keduanya menggurkannya.

Selain itu, hadits tersebut di atas m,enganjurkan agar setiap pelaku

transaksi menjunjung tinggi transparansi dan kejujuran agar akuntabilitas

4 Muslim bin al Hajjaj Abu al Hasan al Qusyairy an Naisaburiy, al Musnad as Shahih, (daar

Ihyaau at Turats al „Araby) jilid 3, hal. 1164.

Page 18: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

6

transaksi tampak jelas. Hal itu d imaksudkan agar tidak ada satu pihak

yang dirugikan atau berpotensi dirugikan.

Ketidakjujuran pelaku transaksi dan ketidakjelasan spesifikasi atau

harga objek transaksi merupakan sebab utama sebuah transaksi

berpotensi merugikan dan melanggar norma-norma etika dan moral

agama.

Ragam transaksi muamalah modern sering menimbulkan proble di

tengah masyarakat. Bukan disebabkan karena factor riba, gambling,

perilaku zalim semata. Tetapi karena praktik muamalah yang beragam

tersebut mengandung unsur ketidakjelasan yang dalam istilah muamalah

disebut gharar.

Berdasarkan itulah sehingga peneliti memandang perlu melihat

lebih dalam sejauh mana unsur gharar memengaruhi status sebuah

transaksi muamalah terutama jual beli yang banyak dijalankan masyarakat

secara umum dan kaum muslimin secara khusus. Karena itu, penelitian ini

diberi judul „Pengaruh Gharar Terhadap Keabsahan Jual Beli.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di

atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut

1. Apa makna gharar menurut fikih Islam?

2. Bagaimana cakupan gharar dalam sistem muamalah Islam ?

3. Bagaimana pengaruh gharar terhadap keabsahaan jual beli?

Page 19: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut

a. Untuk memahami makna gharar menurut fiqhi Islam

b. Memahami bagaimana cakupan gharar dalam sistim muamalat Islam

c. Mengetahui pengaruh gharar terhadap keabsahaan jual beli

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi

yang berguna bagi penulis dan memberikan sumbangan keilmuan kepada

pembaca terhadap hukum jual beli yang diharamkan disebabkan unsur

gharar.

Di samping itu juga diharapkan skripsi ini dapat memberikan

sumbangsih kepada pelaku transaksi jual beli pada umumnya dan bagi

masyarakat muslim pada khususnya sehingga dapat menambah informasi

terkait dengan muamalah jual beli. Kemudian pula mengetahui pandangan

para ulama dan hukum-hukum dalam Islam.

Page 20: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

8

BAB II

JK TTUT AUAJTIT

A. Kajian (Review ) Studi Terdahulu

Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak karya

tulis lain telah membahas permasalahan yang berkaitan dengan hukum

jual beli gharar. Dari pengamatan penulis, penulis menemukan beberapa

judul yang berkaitan dengan hukum jual beli gharar, diantaranya adalah:

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Nur Elafi Hudayani, dengan judul

“Unsur Gharar dalam Jual Beli Rosok di Kecamatan Kebonharjo Semarang”.

Skripsi ini membahas tentang jual beli rosok tidak menggunakan alat timbang

namun hanya dengan taksiran.5 Dari transaksi jual beli dengan taksiran

maka menimbulkan adanya unsur gharar dalam akad jual beli tersebut,

diperkirakan akan adanya salah satu pihak yang merasa dikecewakan

yaitu konsumen. Hal ini bertentangan dengan hukum Islam yang melarang

adanya unsur gharar dan menyuruh umatnya agar bertransaksi dengan cara

menimbang agar terpenuhinya sukarela sebelum dan sesudah

meninggalkan tempat transaksi (majlis).

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Syaifuddin, dengan judul

“Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Praktek Jual Beli Hasil Pertanian

dengan Cara Borongan”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana akad dan

praktek jual beli hasil pertanian dengan cara borongan di Desa Kolomayan

5 Nur Elafi Hudayani, Unsur Gharar dalam Jual Beli Rosok (studi kasus di Kebonharjo Semarang

Utara), (Semarang : IAIN, 2013).

8

Page 21: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

9

Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar.6 Dari jual beli secara borongan

tersebut dapat menimbulkan adanya unsur gharar karena jual beli dengan

sistem borongan semua obyek tidak dapat dilihat dan menimbulkan

adanya ketidakjelasan.

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Milatul Habibah, dengan judul “Studi

Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Padi yang di Tangguhkan pada Tingkat

Harga tertinggi”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana praktek

penangguhan harga serta ketidakjelasan pembayaran jual beli padi

sistem penangguhan harga dalam sektor formal di Kecamatan Gubug

Kabupaten Grobogan.7 Jual beli dengan sistem penangguhan harga jelas

terdapat unsur gharar karena ketidakjelasan pada pembayaran. Hal

tersebut bertentangan dengan hukum Islam, karena dikhawatirkan akan

menimbulkan kelalaian dalam pembayaran yang akan datang yang belum

jelas ketetapan waktu pembayarannya.

Keempat, Skripsi yang ditulis oleh Siti Maghfiroh, yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Buah Secara Borongan”. Skripsi ini

membahas tentang bagaimana praktek jual beli buah dengan cara

borongan di pasar Giwangan Yogyakarta.8 Jual beli dengan sistem

borongan pada buah dipasar juga dapat menimbulkan ketidakjelasan

karena pembeli hanya melihat sebagian dan tidak keseluruhan. Hal ini

6Ahmad Syaifuddin, Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Jual Beli Hasil Pertanian dengan Cara

Borongan (Studi kasus di Desa Kelomayan Kec. Wonodadi Kab. Blitar), (Malang: UIN Malang, 2007). 7 Milatul Habibah, Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli Padi yang Ditangguhkan Pada

Tingkat harga Tertinggi (studi kasus di Desa Ringin kidul Kec. Gubug Kab. Grobogan), (Semarang:

IAIN, 2010). 8 Siti Magfiroh, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Buah secara Borongan (studi kasus di Pasar

Induk Giwangan Yogyakarta), (Yogyakarta: UIN SUNAN KALIJAGA, 2008).

Page 22: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

10

bertentangan dengan hukum Islam karena buah yang dijual terdapat

barang yang belum matang dan perbedaan ukuran.

Persamaan skripsi-skripsi diatas dengan penelitian ini adalah sama-

sama meneliti tentang unsur gharar (penipuan) pada akad jual beli.

Perbedaan khusus dari skripsi-skripsi diatas dengan skripsi ini adalah

mengenai bagaimana pengaruh gharar dalam keabsahan jual beli.

B. Tinjauan Umum mengenai Gharār

1. Pengertian Gharār

Menurut bahasa, arti gharār adalah al-khidā‟ (penipuan), al-

khāthr (pertaruhan) dan al-jahālāh (ketidakjelasan), yaitu suatu tindakan

yang di dalamnya terdapat unsur pertaruhan dan judi.9 Dengan

demikian, jual beli gharār adalah semua jual beli yang mengandung

ketidakjelasan, seperti pertaruhan atau perjuadian karena tidak dapat

dipastikan jumlah dan ukurannya atau tidak mungkin diserah

terimakan.10

Secara sederhana gharār dapat didefenisikan sebagai suatu

keadaan dimana salah satu pihak mempunyai informasi tentang

berbagai elemen subjek dan objek akad. Gharār adalah semua jual beli

yang mengandung ketidakjelasan atau keraguan tentang adanya

9 Abdul „Azim Bin Badawi Al-Khalafi, Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih Dalam Al-Qur‟an As-Sunnah

As-Shahih, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), Hlm.655. 10

Ghufran A. Mas‟adi, Fiqh Muamalh Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),

hlm. 133.

Page 23: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

11

komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat, dan bahaya

yang mengancam antara untung dan rugi.

Jual beli gharār merupakan jual beli yang tidak memiliki

kepastian pada barangnya. Jual beli ini mengandung resiko dan

membawa mudharat karena mendorong seseorang untuk mendapatkan

apa yang diinginkannya sementara dibalik itu justru merugikan dan

membahayakan. Oleh karena itu, setiap jual beli yang masih belum

memiliki kejelasan atau tidak berada dalam kuasanya termasuk

jual beli gharār.

Gharār dapat diartikan sebagai ketidakpastian/ketidakjelasan

(uncertainly). Gharār atau disebut juga taghrīr adalah sesuatu di mana

terjadi incomplete information karena adanya uncertainly to both parties

(ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi). Gharār ini

terjadi bila kita mengubah sesuatu yang bersifat pasti (certain) menjadi

tidak pasti (uncertain).11

Gharār juga dapat terjadi dalam empat hal, yaitu:

1. Kuatitas;

2. Kualitas;

3. Harga; dan

4. Waktu penyerahan.

Kehebatan sistem Islam dalam bisnis sangat menekankan hal

ini, agar kedua belah pihak tidak didzalimi atau terdzalimi. Karena itu

11

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 29

Page 24: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

12

Islam mensyaratkan beberapa syarat sahnya jual beli, yang tanpanya

jual beli dan kontrak menjadi rusak, diantara syarat-syarat tersebut

adalah:

a. Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas dan berat jenis yang

ditimbang)

b. Barang dan harga yang jelas serta dimaklumi, dan tidak boleh harga

yang majhul (tidak diketahui ketika beli)

c. Mempunyai tempo tangguh yang dimaklumi

d. Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan.12

Menurut kaidah Islam, praktek ghārar ini merusak akad. Islam

menjaga kepentingan manusia dalam aspek ini. Imam an-Nawawi

menyatakan, larangan ghārar dalam bisnis Islam mempunyai peranan

yang hebat dalam menjamin keadilan. Contoh jual beli ghārar ini adalah

membeli dan menjual anak lembu yang masih dalam perut ibunya.

Menjual burung yang terbang di udara. Ia menjadi gharar karena tidak

dapat dipastikan. Sempurnakah janin yang dilahirkan, dapat

ditangkapkah burung itu. Maka jika harga dibayar, tiba-tiba barangnya

tidak sempurna, lalu pembeli tidak puas hati, hingga terjadi permusuhan

dan keributan.

Sedangkan contoh ghārar dalam era modern sekarang, salah

satunya adalah menjual suku cadang yang tidak memiliki kejelasan

kondisi perangkat dan komponen dari mesin suku cadang tersebut,

12

Al-Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syārh Al-Muhazzāb, Jilid. 9. (Terj. Muhammad Najib Al-

Muthi‟i), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), Hlm. 210.

Page 25: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

13

apakah suku cadang masih orisinil, terawat dan maih layak pakai.

Dalam kondisi tersebut terdapat ketidakjelasan terhadap suku cadang

yang dijual, hal ini menunjukkan jual beli ini mengandung unsur ghārar.

2. Landasan Hukum terhadap Larangan Gharār

a. Al-Qur‟an

Praktik ghārar dalam jual beli merupakan tindakan yang

mengandung unsur memakan harta orang lain dengan cara yang bathil.

Allah SWT, berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 188:

Terjemahnya:

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu

mengetahui.13

13

Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:

Syamil Qur’an, 2007

Page 26: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

14

b. Hadist

هررة قال نهى رسول الله صلى الله عله وسلم عن بع الحصاة وعن بع الغرر عن أب

Artinya:

Dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW. bersabda yang

artinya: “Rasulullah telah melarang (kita) dari (melakukan) jual

beli (dengan cara lemparan batu kecil) dan jual beli barang

gharār”. (HR. Abu Daud dan Muslim)14.

Hadist ini menjelaskan tentang larangan melakukan jual beli

ghārar dan jual beli secara melempar krikil. Yang dimaksud dengan

ghārar di sini yaitu suatu objek yang tidak dapat dipastikan apakah

akan bisa diserahkan atau tidak. Menurut Imam Nawawi, jual beli

secara melempar kerikil terdapat tiga penafsiran, yaitu:

a. Seorang penjual berkata kepada pembeli, “saya menjual dari

sebagian pakaian ini, yang terkena lemparan batu saya”. Atau dia

berkata kepada pembeli, “saya menjual tanah ini dari sini sampai

batasan jatuhnya batu ini”.

b. Seorang berkata kepada pembeli, saya jual kepadamu barang ini

dengan catatan engkau mempunyai hak khiyar sampai aku melempar

batu kerikil ini.

c. Pihak penjual dan pembeli menjadikan sesuatu yang dilempar

dengan batu sebagai barang dagangan, yaitu pembeli berkata kepada

14

Muslim Bin Hajjaj Abu Hasan Al Qusyairi An Naisabury, Musnad Shahih Mukhtashar, Jilid 3,

Cet Darul Ihya At Turats Bairut, Hal. 1153

Page 27: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

15

penjual, “apabila saya lempar pakaian dengan batu, maka ia saya beli

darimu dengan harga sekian”.15

Selanjutnya hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

عن عبد الله ابن عمر رض الله عنهما ان رسول الله صلى الله عله وسلم نهى عن بع حبل الحبلة وكان

م تنتج التى فى بطنهابعا تباعه اهل الجاهلة كان الرجل بتاع الجزور إلى عن تنتج الناقة ث

Artinya:

“Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “bahwa Rasulullah saw

melarang jual beli habalu habalah. Dulu jual beli seperti itu

dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Dulu seorang membeli

untanya yang disembelih sampai untanya melahirkan (apa yang

ada dalam perutnya), kemudian apa yang ada di perutnya lahir.”

(HR. Bukhari)16

Larangan ini tentunya karena ada ghārar dalam muamalat

seperti ini, tidak diketahui dalam perut onta ini jantan atau betina, hidup

atau mati, kembar atau tidak dan lebih anaknya kelak.

Selanjutnya para ulama juga telah mensyaratkan beberapa

perkara yang harus terpenuhi sehingga suatu muamalah dianggap

terlarang karena ghārar:

1. Jumlah ghārar banyak dan mendominasi akad muamalah. Karena itu

para ulama sepakat bahwa ghārar yang sedikit tidak menghalangi

sahnya akad muamalah apabila tidak mungkin untuk terlepas dari

15

Abdul „Azim bin Badawi Al-Khalafi, Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih dalam Al-Qur’an As- Sunnah

As-Shahih, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006), hlm. 658-659. 16

Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al Bukhary al Ja‟fy, al Jami’ al Musnad, (Daru Tuq an

Najah, cetakan pertama tahun 1422 H) jilid 3, hlm: 70

Page 28: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

16

ghārar tersebut secara keseluruhan. Para ulama memberikan contoh

seperti masuk ke dalam toilet dengan upah. Telah dimaklumi bahwa

orang-orang yang masuk kedalam toilet memiliki perbedaan dalam

banyaknya menggunakan air dan lamanya berdiam di toilet tersebut.

Tetapi karena ghārar sedikit, tidak mendominasi akad muamalah dan

tidak mungkin ghārar dihindari secara keseluruhan maka para ulama

membolehkannya.17

2. Mungkin terhindar dari ghārar tanpa adanya kesulitan. Para ulama

sepakat bahwa ghārar yang tidak mungkin terhindar darinya kecuali

dengan kesulitan berat, maka hal tersebut bisa dimaafkan. Para

ulama memberi contoh seperti fondasi bangunan. Orang membeli

rumah tidak mengetahui bagaimana kondisi fondasinya dan sangat

sulit untuk mengetahuinya, hal tersebut dimaafkan karena sangat

sulit untuk mengetahui hal tersebut. Ghārar seperti ini dimaafkan

karena susah untuk dihindari.18

3. Tidak adanya kepentingan umum yang mengharuskan yang

mengharuskan dimaafkannya ghārar tersebut.

4. Hendaknya ghārar tersebut adalah hanya sekedar cabang pengikut

bukan asal atau pokok.

5. Hendaknya ghārar tersebut pada ahkām al-mu‟awadhāt (hukum-

hukum pergantian/pertukaran) dan yang semakna dengannya seperti

nikah.

17

Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University,

2007), hlm. 87 18

8Abd. Atang Hakim, Fiqh Perbankan Syari’ah, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 142.

Page 29: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

17

3. Gharār dan Tadlīs

Permasalahan gharār dan tadlīs berkaitan dengan informasi

tentang barang yang ditransaksikan dalam jual beli, dimana tadlīs

berarti salah satu pihak tidak memiliki informasi yang jelas terhadap

barang tersebut sementara pihak lain

mengetahuinya dengan pasti. Sedangkan gharār adalah kedua belah

pihak yang melakukan transaksi tidak memiliki informasi yang utuh dan

sempurna terhadap barang yang ditransaksikan. Jelas ini dilarang

karena akan ada satu pihak atau malah kedua belah pihak yang akan

dizalimi/dirugikan pada transaksi ini. Dengan demikian dalam

muamalah diperintahkan agar adanya keterbukaan informasi darisi

penjual kepada si pembeli terhadap barang yang dijualnya tersebut.19

Kondisi ideal dalam pasar adalah apabila pembeli dan penjual

mempunyai

informasi yang sama tentang barang yang akan diperjualbelikan.

Apabila salah satu pihak tidak memiliki informasi seperti yang dimiliki

pihak lain, maka salah satu pihak akan merasa dirugikan dan terjadi

kecurangan/penipuan.

19 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 4 (Terj. Nor Hasanuddin), (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006),

hlm. 140

Page 30: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

18

Adapun tadlīs terdiri dari beberapa jenis, yakni:

1. Tadlīs dalam kuantitas

Tadlīs dalam kuantitas adalah termasuk kegiatan menjual barang

kuantitas sedikit dengan barang kuantitas banyak dengan mengurangi

jumlah barang, yang tentunya tanpa sepengetahuan pembeli.

2. Tadlīs dalam kualitas

Tadlīs dalam kualitas termasuk juga menyembunyikan cacat

atau kualitas

barang yang buruk yang tidak sesuai dengan apa yang disepakati

antara si penjual

dan pembeli.

3. Tadlīs dalam harga

Tadlīs dalam harga ini termasuk menjual barang dengan harga

yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar karena tidak

ketahuan pembeli atau penjual. Yang termasuk dalam penipuan jenis

ini adalah si penjual tahu persis ia tidak akan menyerahkan barang

tersebut pada esok hari, namun menjanjikan akan

menyerahkan barang tersebut pada esok hari. Walau konsekuensi

tadlīs dalam waktu penyerahan tidak berkaitan langsung dengan harga

ataupun jumlah barang

yang ditransaksikan, namun masalah waktu adalah yang sangat

penting.

Page 31: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

19

4. Tadlīs dalam waktu penyerahan

Praktik tadīis dalam waktu penyerahan dilakukan penjual dengan

menutupi kemampuannya dalam menyerahkan barang yang

sebenarnya lebih lambat dari yang dijanjikan.

4. Jenis dan Unsur Ghārar

a. Jenis Ghārar dalam Jual Beli

(1). Bai „ataini Fiī Bai‟ah

Rasulullah melarang melakukan dua kesepakatan dalam satu

transaksi (bai „ataini fiī bai‟ah). Para ulama ahli fiqh sepakat dengan

hadist ini secara umum dan mereka melarang seorang untuk

mengadakan dua transaksi dalam satu kesepakatan.

(2). Bai „Arbun

Bai „Arbun adalah seorang membeli sebuah komoditi dan

sebagian pembayaran diserahkan kepada penjual sebagai uang muka.

Jika pembeli jadi mengambil komoditi maka uang pembayaran tersebut

termasuk dalam perhitungan harga. Akan tetapi jika pembeli tidak

mengambil komoditi tersebut maka uang muka tersebut menjadi milik

penjual.20

Larangan bai „Arbun yang dilakukan oleh jumhur ulama

sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Bidāyatul Mujtahid adalah

karena adanya unsur gharār dan resiko serta memakan harta tanpa

20

Husain Shahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Ad-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam,

(Terj. Saptono Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), Hlm. 154

Page 32: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

20

adanya iwādh (pengganti) yang sepadan dalam pandangan syari‟ah.21

Adanya unsur gharār tersebut juga karena masing-masing pihak, baik

penjual maupun pembeli tidak mengetahui apakah transaksi jual beli

yang telah disepakati dapat berlangsung secara sempurna atau tidak.

(3). Jual Beli Jahiliyah (Bai „Al-Hāshah, Bai „Al-Mulāmasah, Bai „Al-

Munabāzāh)

unsur gharār juga terdapat dalam tiga macam jual beli yang telah

biasa dipraktekkan oleh orang-orang jahiliyah sebelum Islam. Tiga

macam jual beli tersebut adalah sebagai berikut;

Bai „Al-Hāshah adalah ketika kedua belah pihak (penjual dan

pembeli) melakukan aktivitas tawar menawar atas suatu komoditi,

kemudian apabila calon pembeli menyentuh komoditas tersebut (baik

sengaja maupun tidak) maka harus membelinya baik sang pemilik

komoditas itu rela atau tidak. Atau seorang penjual berkata kepada

seorang pembeli, Jika ada yang menyentuh baju ini maka itu berarti

anda harus membelinya dengan harga sekian, sehingga mereka

menjadikan sentuhan terhadap obyek bisnis sebagai alasan untuk

berlangsungnya transaksi jual beli.22

Bai „al-Mulāmasah dan bai „Al-Munabāzāh, mulāmasah secara

bahasa adalah sighāh (bentuk) yang berarti menyentuh sesuatu

dengan tangan. Sedangkan pengertian mulāmasah secara syar‟i, yaitu

21

Muhamad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al-Muqtashid (Terj. Syaikh

Muhammad Wa‟iz, Dr. Muhammad Khadhrah) (Jakarta: Akbar Media, 2003), Hlm. 162. 22

Muhammad, Dasar-Dasar Keuangan Islam, Cet. 1. (Yogyakarta: Ekonsia FE UII, 2004), hlm.

107

Page 33: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

21

seorang pedagang berkata, “Kain mana saja yang engkau sentuh,

maka kain tersebut menjadi milikmu dengan harga sekian.” Jual beli ini

bāthil dan tidak diketahui adanya khilaf (perbedaan pendapat) para

ulama akan rusaknya jual beli seperti ini.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahīh-nya dari Abu Hurairah

Radhiyallahu anhu, ia berkata, “(jual beli mulāmasah), yaitu masing-

masing dari dua orang menyentuh pakaian milik temannya tanpa ia

perhatikan dengan seksama.”

(4). Bai‟ Al-Mu‟allāq

Bai‟ Al-Mu‟allāq adalah suatu transaksi jual beli dimana

keberlangsungannya tergantung pada transaksi lainnya yang

disyaratkan. Keberhasilan transaksi dapat terjadi dengan mengikuti

instrumen-instrumen yang ada dalam tā‟liq (syarat) tersebut. Sebagai

contoh adalah ketika seorang penjual mengatakan kepada pembeli,

“saya jual rumahku kepada anda dengan harga sekian jika si Fulan

menjual rumahnya kepada saya”. Kemudian pembeli menjawab, “saya

terima”. Kesepakatan dalam suatu transaksi jual beli semestinya tidak

dapat menerima pergantungan atau pernyataan tertentu yang dijadikan

ikatanatau dasar berlangsungnya transaksi. Jika hal tersebut dilakukan

maka transaksi bisnis jual beli tersebut menjadi rusak, karena ada

unsur gharār.23

23

Husain Syahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam,

(Terj. Sapto Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), Hlm. 159

Page 34: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

22

Unsur gharār dalam jual beli muallāq adalah ketika kedua belah

pihak (penjual dan pembeli) tidak mengetahui tercapai tidakanya

masalah yang dijadikan ikatan sehingga dapat melangsungkan

transaksi jual beli diantara keduanya, sebagaimana kedua belah pihak

tidak mengetahui dalam kondisi yang bagaimana transaksi dapat

terlaksana, karena bisa saja transaksi semacam ini terlaksana ketika

keinginan pembeli atau penjual berubah seketika. Oleh karena itu jelas

terdapat unsur gharār baik dari aspek terlaksana tidaknya akad, aspek

waktu pelaksanaan,atau juga gharār dalam mewujudkan rasa saling

rela atau tidaknya antara kedua belah pihak ketika ada syarat yang

menyertainya.

(5). Unsur-unsur Ghārar

Dalam hukum perjanjian Islam objek akad dimaksudkan sebagai

suatu hal yang karenanya akad dibuat dan berlaku akibat-akibat hukum

akad. Objek akad dapat berupa benda, manfaat benda, jasa atau

pekerjaan, atau suatu yang lain yang tidak bertentangan dengan

Syari‟ah.24

Kedudukan obyek akad adalah sangat penting karena ia

termasuk bagian yang harus ada (rukun) dalam suatu perjanjian Islam.

Oleh karena keberadaannya

sangat menentukan sah tidaknya suatu perjanjian yang akan dilakukan,

maka obyek akad harus memenuhi syarat-syarat sahnya seperti

24

Husain Syahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam,

(Terj. Sapto Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: Visi Insani Publishing, 2005), Hlm. 159

Page 35: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

23

terbebas dari unsur ghārar yang dapat terjadi dalam objek akad dan

akan mempengaruhi sah tidaknya

perjanjian:

a. Ketidak jelasan dalam jenis obyek akad

Mengetahui jenis obyek bakad secara jenis adalah syarat

sahnya jual beli. Maka jual beli yang obyeknya tidak diketahui tidak sah

hukumnya karena terdapat ghārar yang banyak di dalamnya. Seperti

menjual sesuatu dalam karung yang mana pembelinya tidak

mengetahui dengan jelas jenis barang apa yang akan ia beli. Namun

demikian terdapat pendapat dari mazhab maliki yang membolehkan

transaksi jual beli yang jenis obyek transaksinya tidak diketahui, jika

disyaratkan kepada pembeli khiyār ru‟yāh (hak melihat

komoditasnya).25 Begitu juga dengan Mazhab Hanafi merupakan khiyār

ru‟yāh tanpa dengan adanya syarat.26

b. Ketidak jelasan dalam macam obyek akad

Gharār dalam macam obyek akad dapat mengghalangi sahnya

jual beli sebagaimana terjadi dalam jenis obyek akad. Tidak sahnya

akad seperti ini karena mengandung unsur ketidakjelasan dalam

obyeknya. Seperti seorang penjual berkata, “saya jual kepada anda

25

Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 137 26

Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al Muqtasid,

(Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 154.

Page 36: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

24

binatang dengan harga sekian” tanpa menjelaskan binatang apa dan

yang mana.27

Oleh karena itu, obyek akad disyaratkan harus ditentukan secara

jelas. Dasar ketentuan ini adalah larangan Nabi saw. Mengenai jual beli

kerikil (bai‟ alhashah) yang mirip dengan judi dan biasa dilakukan oleh

orang jahiliyyah. Yaitu jual beli dengan cara melempar batu kerikil

kepada obyek jual beli, dan obyek mana yang terkena lemparan batu

tersebut maka itulah jual beli yang harus dilakukan. Dalam hal ini

pembeli sama sekali tidak dapat memilih apa yang seharusnya

diinginkan untuk dibeli.28

c. Ketidakjelasan dalam sifat dan karakter obyek

Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama fiqh tentang

persyaratan dalam menyebutkan sifat-sifat obyek transaksi dalam jual

beli, akan tetapi mayoritas ulama fiqh berpendapat untuk

mensyaratkannya.

Diantara perbedaan itu adalah: Mazhab Hanafiah melihat, bahwa

jika obyek transaksinya terlihat dalam transaksi baik itu komoditas

ataupun uang, maka tidak perlu untuk mengetahui sifat dan

karakternya. Tetapi jika obyek transaksinya tidak terlihat oleh penjual

dan pembeli, maka para ulama fiqh Mazhab Hanafiah berselisih

pendapat. Sebagian mensyaratkan penjelasan sifat dan karakter obyek

27

Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al Muqtasid, (Jakarta:

Akbar Media, 2003), hlm. 154. 28

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam Fiqh Muamalah,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 191.

Page 37: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

25

akad, dan sebagian tidak. Mereka yang tidak mensyaratkan

berpendapat bahwa ketidaktahuan sifat tidak menyebabkan

perselisihan, disamping itu, pembeli juga mempunyai hak khiyār

ru‟yah.29

Silang pendapat di atas adalah yang berkaitan dengan

komoditas bukan harga, adapun tentang harga (tsaman) semua ulama

sepakat untuk disebutkan sifat dan karakternya baik terhadap

komoditas maupun harga. Karena tidak adanya kejelasan dalam sifat

dan karakter.30

Komoditas dan harga adalah merupakan gharār yang dilarang

dalam akad.31 Begitu juga ulama Mazhab Syafi‟i mensyaratkan

penyebutan sifat dan karakter komoditas dan mengatakan bahwa jual

beli yang tidak jelas sifat dan karakter komoditas hukumnya tidak sah

kecuali jika pembeli diberi hak untuk melakukan khiyār ru‟yah. Mazhab

Hambali juga tidak membolehkan jual beli yang obyek transaksinya

tidak jelas sifat dan karakternya.

d. Ketidakjelasan dalam ukuran obyek transaksi

e. Ketidaktahuan dalam dzat obyek transaksi

f. Ketidaktahuan dalam waktu akad

g. Ketidaktahuan dalam penyerahan komoditas

h. Melakukan akad atas suatu yang ma‟dum (tidak nyata adanya).

29

Suhrawardi Lubis K, Hukum Ekonomi Islam, Cet. 3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 22. 30

Husain Syahatah Dan Siddiq Muh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan Etika Bisnis Islam, ...,

hlm. 168 31

Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al-Mukthashid, hlm. 154

Page 38: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

26

i. Tidak adanya hak melihat atas obyek transaksi

(6). Pertanggung Jawaban Risiko dalam Transaksi Jual Beli

Konsep ketidakpastian dalam ekonomi Islam menjadi salah satu

pilar penting dalam proses managemen risiko Islam. Secara natural,

dalam kegiatan usaha, di dunia ini tidak ada seorangpun yang

menginginkan usaha atau investasinya mengalami kerugian.

Ada banyak sebab mengapa apa yang diusahakan oleh manusia

bisa berhasil menguntungkan atau bahkan gagal dan merugi. Alam

sudah mendesain bahwa selalu ada yang namanya propabilitas dimana

tak seorangpun mampu memprediksikan apa yang akan terjadi. Oleh

karena itu kita perlu melakukan pengendalian risiko yang disebut

sebagai managemen risiko. Ibnu rusyd al-Maliki menegaskan, “

diantara akad jual beli yang terlarang adalah berbagai jenis akad jual

beli yang berpotensi menimbulkan kerugian pada orang lain, karena

adanya ketidakjelasan status. Dan ketidakjelasan dalam akad jual beli

dapat ditemukan pada:

a. Ketidakpastian dalam penentuan barang yang diperjualbelikan;

b. Ketidakpastian akad;

c. Ketidakpastian harga;

d. Ketidakpastian barang yang diperjualbelikan;

e. Ketidakpastian kadar harga atau barang;

f. Ketidakpastian tempo pembayaran atau penyerahan barang (bila

pembayaran atau penyerahan barang ditunda);

Page 39: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

27

g. Ketidakpastian ada atau tidaknya barang, atau ketidakpastian

apakah penjual kuasa menyerahkan barang yang ia jual;

h. ketidakpastian utuh tidaknya barang yang diperjualbelikan.32

Tidak diragukan lagi ketidakpastian pada salah satu hal di atas,

mudah memicu terjadinya persengketaan dan permusuhan antara

sesama muslim. Tentunya syariat Islam tidak menginginkan terjadinya

perpecahan dan perselisihan semacam ini. Oleh karena itu, syari‟at

Islam menutup pintu ini, guna menjaga utuhnya persatuan dan terjaga

hubungan yang harmonis antara seluruh komponen umat Islam.

Para ulama telah meletakkan kaidah yang jelas dalam menilai

apakah gharār yang ada termasuk terlarang atau yang dimaafkan. Al-

Imam Al-Mawardi memberikan pedoman kepada metode yang benar-

benar bagus dan jelas dalam mengidentifikasi gharār yang ada pada

suatu akad. Beliau berkata: “hakikat gharār yang terlarang dalam akad

jual beli ialah suatu keadaan yang memiliki dua kemungkinan, tetapi

kemungkinan buruklah yang paling besar peluangnya.”33

Dari keterangan al-Mawardi di atas dapat disimpulkan bahwa

batasan gharār yang terlarang dari dimaafkan ialah: bila keadaan

mengharuskan kita untuk mengesampingkan unsur gharār yang ada,

dikarenakan gharar itu tidak mungkin untuk dihindari kecuali dengan

mendatangkan hal yang sangat menyusahkan, maka gharār yang

demikian dianggap gharār yang mudah, sehingga tidak mempengaruhi

32

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Jilid. 2, (Semarang: Pustaka Azzam, 2010), hlm. 155 33

Citraislam.com, Jual Beli Dalam Islam, dari situs http://www.citraislam.com/jual-beli-dalam-

islam/

Page 40: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

28

hukum jual beli. Sebaliknya, jika gharār itu dapat dihindari tanpa

mendatangkan kesusahan yang besar, maka jual beli yang

mengandung gharār menjadi terlarang dan batal.

Dalam undang-undang perlindungan konsumen, dijelaskan

bahwa kewajiban pelaku usaha terhadap konsumen berupa

pemenuhan kewajiban berikut ini:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

Page 41: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

29

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai

dengan perjanjian.

Kemudian, konsumen memiliki hak-hak yang harus dilindungi

oleh produsen atau pelaku usaha, hak-hak tersebut sebagai berikut:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barangdan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

Dari butir-butir pasal perlindungan konsumen tersebut jelas

bahwa jika terjadi ketidaksesuaian pada barang yang diperjualbelikan,

maka pihak penjual berkewajiban untuk mengganti atau memperbaiki

barang tersebut. Sedangkan menurut hukum Islam, jika transaksi

tersebut terindikasi mengandung unsur gharār, maka akad yang

berlangsung tidak sah dan pembeli boleh membatalkan perjanjian.

(7). Hubungan gharār dengan risiko

Page 42: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

30

Pada dasarnya risiko merupakan efek yang lahir dari praktek

gharār. Gharār terjadi ketika kedua belah pihak salaing tidak

mengetahui apa yang akan terjadi dan kapan musibah akan menimpa,

yang merupakan produk dari suatu transaksi yang dibuat bersama.

Ketidakjelasan ini kemudian disebut dengan gharar yang dilarang

dalam Islam, dan efek dari ketidakjelasan tersebut disebut dengan

risiko.

Islam melarang gharār hadir dalam kegiatan perekonomian,

karena gharār mengkonstruk ketidakadilan (zhulm). Al-Qur‟an dengan

tegas menolaknya dengan mengatakan bahwa para pihak yang terlibat

dalam transaksi keuangan tidak dibenarkan untuk saling menzalimi dan

dizalimi. Karenanya, Islam mensyaratkan para pelaku ekonomi patuh

dan tunduk pada beberapa ketentuan yang misalnya dalam jual beli,

meliputi:

a. Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat jenis yang

ditimbang);

b. Barang dan harga yang jelas serta dimaklumi, dan tidak boleh harga

yang majhul (tidak diketahui ketika beli);

c. Mempunyai tempo tangguh yang dimmaklumi;

d. Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan.34

Memang kegiatan bisnis merupakan salah satu kegiatan yang

selalu berhadapan dengan risiko, karena dalam Islam, suatu bisnis

34

Al Imam Al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab, Jilid 9. (Terj. Muhammad Najib Al

Muthi‟i), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm. 210

Page 43: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

31

tidak bisa terhindar dari dua realitas, realitas untung dan realitas rugi,

atau realitas baru, yaitu realitas tidak untung dan realitas tidak rugi.

Kemungkinan realitas ini menyentuh kedua realitas ini merefleksikan

suatu resiko. Pada dasarnya, resiko muncul karena ada ketidakpastian

di masa depan. Andaikan manusia mengetahui dengan pasti segala

sesuatu yang akan terjadi, niscaya manusia akan mampu

memperhitungkan segala kemungkinan. Ketika manusia mampu

mengantisipasi kemungkinan secara pasti, maka ia tidak perlu

menanggung risiko. Namun hal ini sangat absurd terjadi, karena hanya

Allah lah yang mengetahui masa depan dengan pasti.

Dalam transaksi jual beli agar terhindarnya dari gharar dan

tadlis, maka sangat dibutuhkannya informasi yang jelas dan seimbang

antara penjual dan pembeli. Informasi merupakan hal yang sangat

penting, sebab ia menjadi dasar pembuatan keputusan. Penjual

berkepentingan untuk mengetahui seberapa besar permintaan pasar

dan tingkat harganya, sehingga dapat menawarkan barang

dagangannya secara tepat, demikian juga pembeli, ia harus

mengetahui tingkat harga pasar yang berlaku, kualitas barang yang

dibelinya, sehingga dapat menentukan permintaan secara akurat.35

Oleh karena itu, Rasulullah Saw telah melarang berbagai

transaksi yang terjadi dalam ketidaksempurnaan informasi,

menghalangi transaksi pada harga pasar, mengambil keuntungan yang

35

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekomomi Islam (P3EI) Dan Bank Indonesia,

Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 329-330.

Page 44: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

32

tinggi dengan memanfaatkan pembeli. Jika keberadaan informasi yang

seimbang dapat terwujud dalam transaksi antara penjual dan pembeli,

maka ia akan mampu mereduksi risiko yang mungkin terjadi.

Page 45: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dari segi tempat atau lokasi penelitian yaitu di Perpustakaan

Daerah Sulawesi Selatan, Perpustakaan Umum dan Ahwal Syakshiyah

Unismuh Makassar. Maka jenis penelitian ini yang dilakukan di

perpustakaan (library research). Yaitu penelitian yang dilakukan melalui

riset berbagai buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Literatur yang diteliti meliputi buku yang berkaitan dengan

Masail Fiqih jual beli. Dari literatur tersebut dapat ditemukan berbagai

pendapat yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab

permasalahan penelitian.

Berdasarkan jenis data, penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Karakteristik penelitian kualitatif antara lain:

Pertama, lebih bersifat deskriktif.

Kedua, data yang terkumpul membentuk kata kata atau gambar, sehingga

tidak menekankan pada angka.

Ketiga, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada

produk atau outcome.

Keempat, lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).36

36

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 15. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana,

2008), h. 65-70.

33

Page 46: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

34

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dimaksud adalah sebuah cara atau metode yang

menjelaskan presfektif yang digunakan dalam membahas obyek penelitian

atau pengumpulan pola pikir yang digunakan untuk membahas obyek

penelitian.37

Penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Pertama, penelitian kualitatif dalam paradigma kuantitatif (positivisme).

Penelitian kualitatif jenis pertama ini menggunakan paradigma positivisme.

Kriteria kebenaran menggunakan ukuran frekuensi tinggi. Data yang

terkumpul bersifat kuantitatif kemudian dibuat kategorisasi baik dalam

bentuk tabel, diagram maupun grafik. Hasil kategorisasi tersebut

kemudian dideskripsikan, ditafsirkan berbagai aspek, baik dari segi latar

belakang, karakteristik dan sebagainya. Dengan kata lain data yang

bersifat kuantitatif ditafsirkan dan dimaknai lebih lanjut secara kualitatif.

Beberapa peneliti menyebut dengan istilah penelitian deskrptif kualitatif.

Kedua, penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. (dan sastra)

menggunakan paradigma post positipisme. Penelitian kualitatif jenis kedua

ini berusaha mencari makna, baik makna di balik kata, kalimat maupun

karya sastra. Dalam penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan

rasionalistik. Pendekatan rasionalistik adalah pendekatan yang

37

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,

Tesis dan Desertasi (Makassar: UIN Alauddin 2008), h. 11-12.

Page 47: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

35

menekankan pemaknaan empirik, pemahaman intelektual dan

kemampuan berargumentasi secara logika.38

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini terpokus pada penelitian perpustakaan (library

reserch) yang berarti semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan

tertulis berupa ide, pikiran dan gagasan yang dalam istilah penelitian

adalah data kualitatif berkaitan dengan topik yang dibahas, masalah-

masalah yang dibahas oleh penulis dalam hal ini :

a. Kutipan langsung, yaitu penulisan langsung mengutip dari

sumber dengan tidak mengalami perubahan.

b. Kutipan tidak langsung, yaitu kutipan dari hasil bacaan yang

diuraikan dalam bentuk ikhtiar dari konsep aslinya, namun tidak

mengurangi makna dan tujuannya.

Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah:

dokumentasi dan wawancara , yaitu mencari data-data mengenai hal-hal

yang berupa catatan atau arsip-arsip sebagai sumber data kemudian

wawancara kepada dokter ahli atau pasien yang mengalami hal tersebut

dan sebagainya yang berhubungan dengan objek penelitian.39

Kitab suci Al-Qur‟an merupakan sumber data pokok, sedangkan

kitab-kitab klasik baik yang beraliran assyafiiyyah, hanafiyyah dan yang

lainnya, dapat dijadikan data instrumen, juga data yang bersumber dari

kitab-kitab kebahasaan dan teori-teori pengetahuan lainnya.

38

Neong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), h. 83

39 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 134

Page 48: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

36

Kemudian dalam hadits atau As-sunnah yang terdapat di

dalamnya,berupa hadits yang shohih sesuai dengan ijma‟ para ulama.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Mengingat karena penelitian ini bercorak kepustakaan, tata kerja

ilmiah bercorak deskripsi dan bersifat kualitatif,40 serta dengan

menggunakan teknik analisis isi (content analysis), yaitu teknik yang

digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan

karakteristik pesan, dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.41

Tahapan pengumpulan data sebagai langkah awal dari

pengelolahan dan analisis data, selanjutnya metode pengelolahan data

yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif, data-data

yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan (library research) diolah dan

dianalisis secara kualitatif dan disimpulkan secara kualitatif pula dengan

menggunakan analisis isi (content analysis) karena metode ini

menghendaki teknik-teknik analisis data, dipilihlah metode analisis dengan

tahapan tahapan berikut:

a) Data yang telah terkumpul diedit dan diseleksi sesuai dengan

ragam pengumpulan data, ragam sumber, dan pendekatan yang

digunakan maka terjadi reduksi data sehingga diperoleh data

halus/pilihan.

40

Koenijaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Cet. XI; Jakarta: PT, Gremedia

Pustaka Utama, 1991), h.3

41 Lexx J.Koleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Cet. XIII; Bandung: PT. Renajayakarya, 2000), h. 163.

Page 49: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

37

b) Berdasarkan hasil kerja tahap 1, dilakukan melalui klasifikasi

data, kelas data, dan sub kelas data. Hal ini untuk merujuk

kepada pertanyaan penelitian dan unsur-unsur yang terkandung

dalam fokus penelitian.

c) Data yang telah diklasifikasi dan disusun, lalu dihubungkan.

Hubungan antar data tersebut divisualisasikan dalam bentuk

deskripsi hasil penelitian.

d) Melakukan penafsiran data berdasarkan metode pendekatan

terpakai.

Berdasarkan hasil kerja pada tahapan ke 4 dapat diperoleh

jawaban atas pertanyaan penelitian, sehingga dapat ditarik kesimpulan

internal, yang didalamnya terkandung data baru atau temuan penelitian,

lalu dilakukan konfirmasi dengan sumber data dan sumber lainnya.

Page 50: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

38

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Definisi Gharar menurut Fiqih Islam

Gharar menurut etimologi berasal dari kata ا -غر -غر -غر

orang yang terlibat dan menjadi objek (karena merasakan وغرورا

rugi) dalam praktek gharar disebut atau pihak yang merasa ditipu

dan telah mengkonsumsi sesuatu yang tidak halal.42

Gharar menurut pendapat yang lain secara etimologi adalah al-

khatar (sesuatu yang belum diketahui)43 suatu akad mengandung unsur

penipuan ketika ketika tidak ada kepastian atau ketidak jelasan.

Sedangkan menurut terminologi gharar adalah hal yang belum dikethui

hasilnya atau apa yang belum diterima hasilnya atau apa-apa yang belum

diketahui hakikat dan takaranya.44

Istilah turunan lain adalah ghurur, berarti seseorang yang

telah memperdayakanmu, baik dari golongan manusia maupun

setan. Sebagaimana Allah Taa‟la berfirman dalam Al-qur‟an

Surah Al-Faathir: 5

42

Ibnu Mandzur, Lisan al-‘Arab, (Bairut: Dar al-Sadir, t.t. juz. 5) 11 43

Ahmad bin Ali Al-Muqri Al-Fiumi, Kitabul Misbah Al-Munir fi ghoribu Al-Syrhi al-Kabir, bab

Al-ghain, Juz 6, H.496 44

Ghufran A.Mas‟adi, Fiqh Muamalah Konstektual, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002.

38

Page 51: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

39

Terjemahnya :

“Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka

sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu

dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu,

memperdayakan kamu tentang Allah.”(QS.Al-Faathir/5)45

Ayat ini menerangkan bahwa setan sebagai pelaku akan

menggoda dan memberdayakan manusia ke dalam perangkapnya.

Bisa pula dalam arti membahayakan, baik kepada diri sendiri

maupun harta. Artinya membuka peluang untuk menjadi

hancur/bahaya tanpa diketahui. Isimnya adalah gharar.46Gharar

bermakna bahaya, dan taghrir bermakna menjerumuskan diri ke

dalam gharar.47

Adapun menurut istilah, banyak ulama yang telah memberi

batasanmakna terhadap gharar yang nampak saling berbeda

tetapi memilikikedekatan pengertian. Di antaranyaadalah:

1. Al-Khattabi: “Sesuatu yang tidak diketahui akibatnya, inti

dan rahasianya tersembunyi.”48 Dalam defenisi

menunjukkan kepada kita bahwa setiap jual beli yang

45

Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:

Syamil Qur’an, 2007 46

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdloi, Kamus Kontemporer Arab Indonesia,

(Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, cet. 3, 1998), 1347. 47

Ibnu Manzur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Sadr, jil. 5, cet. 3, 1993), 11, dan Ibrahim

Mustafa, Mu‟jam al-Wasit (Istanbul: Dar al-Da‟wah, jil. 2, tt), 648. 48

Abu Sulaiman Hamdi bin Muhammadal-Khattabi al-Busti, Ma’alim al-Sunan Sharh

Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, Cet. 1 Jil.3, 1991),75.

Page 52: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

40

maksudnya tidak diketahui dan tidak jelas takarannya

adalah termasuk kategori gharar. Misalnya membeli ikan

dalam kolam, atau burung yang lagi terbang di udara dan

transaksi-transaksi lain yang tidak bisa diketahui hasil

akhirnya. Semuanya ini bisa membuat jual beli menjadi

fasakh.49 Penjabaran gharar sangatlah luas, yang

kesemuanya itu bisa disimpulkan dalam bentuk

ketidaktahuan pada pihak-pihak yang bertransaksi.

2. Ibnu Mundhir berpendapat bahwa sesungguhnya Rasulullah

Saw yang telah melarang jual-beli gharar yang termasuk

didalamnya cabang-cabang jaul-beli. Hal tersebut terjadi pada

semua jual-beli yang diakadkan oleh pihak-pihak yang

bertransaksi dan mengandung ketidaktahuan baik pada

penjual dan pembeli,maupun salah satu diantara

keduanya.50

3. Imam Nawawi menjelaskan, “Larangan Rasulullah atas

transaksi gharar merupakan sesuatu yang sangat pokok

dan penting dalam jual beli. Oleh sebab itu, Imam Muslim

menempatkannya di awal pada kitab shahihnya. Banyak

49

MazhabHanafiyah membagi jual beli yang tidak sah kepada dua macam,yaitu

jualbeli bathil dan fasakh. Jual beli bathil bila tidak terpenuhi salah satu rukun jual

belinya.Sedangkan asakh, adalah tidak terpenuhinya salah satu syarat atau

lebih.terpisalah satu rukun jual belinya.Sedangkan fasakh,adalah tidak terpenuhinya

salah satu syarat atau lebih. 50

Abu Bakar bin Muhammad bun Ibrahim bin al-Mundzir al-Naisaburi, Al-Ausat fi al-

Sunan wa al-Ijma’ wa al-Ikhtilaf, Tahqiq oleh Dr. Sagir Ahmad bin Muhammad

Hanif, (Riyad: Dar Tayyibah, Cet. 2, 1998), h. 314.

Page 53: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

41

kasus jual beli bahkan tidak terbatas jumalahnya yang

masuk dalam kategori gharar. misalnya jual beli yang

mengandung cacat, jual beli yang tidak ada barangnya,

tidak diketahui obyeknya, tidak mampu diserahterimakan,

jual beli yang tidak dimiliki secara sempurna oleh penjual,

jual beli ikan dalam kolam yang berisikan banyak air, air

susu yang diperah dan berbagai macam jual beli lainnya.

Semuanya adalah jual beli bathil karena mengandung

gharar dan tidak dalam keadaan mendesak.51

4. Ibnu al-Athir berkata, “Gharar adalah sesuatu yang

zahirnya dapat mempengaruhi dan dalamnya dibenci.

Zahirnya membuat tidak jelas pada diri pembeli dan

dalamnya tidak diketahui.”52

5. Al-Azhari berpendapat, “Gharar adalah bila tidak diiringi

dengan ikatan dan kepercayaan. Al-Asmai‟ menambahkan

bahwa yang termasuk dalam kategori gharar, jual beli yang

kedua belah pihak yang bertransaksi tidak ketahui intinya,

hingga pada akhirnya mereka tahu kekurangannya.”53

6. Ibnu Taimiyah mendefenisikan, gharar adalah “Yang

51

Sahih Muslim Bisharhi al-Nawawi (Kairo: Dar al-Rayyan, Jil. 10, 1407H), 156. 52

Majiduddin Ubai al-Sa‟adat al-Mubarak bin Muhammad bin al-Utsair al-Jazari, Jami

al-Usulfi Ahaditsal- Rasul Saw,Tahqiq oleh Abdal Qadiral Arnaut (Damaskus: Daral

Bayan,jil.10, 1969),156. 53

Rashid Abdul Rahman al-‘Ubaidi (Tahqiq),Almustadrak tahdzib al-Lugha

Lilazhari,h.83-84.

Page 54: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

42

tidak diketahuihasil akhirnya.54 Defenisi ini

menggambarkan sesuatu yang ujungnya tersembunyi

dan urusannya kabur. Hasilnya meragukan di antara

bisa terwujud dan tidak.Bila hasil akhirnya baik bagi

pembeli,Maka maksud akad terlaksana.Tapi

sebaliknya,bila tidak terwujud maka maksud akad tidak

terlaksana.Dalam kitab Nazariyatal-„Aqddi sebutkan

bahwa gharar pertaruhan antara kemungkinan bisa

terwujud dan tidak. Inilah yang dimaksud dengan

tersembunyi atau kabur hasil akhirnya.Kondisiseperti ini

semuanya berpulang kepada sampainya obyek

transaksi ke tangan pembeli dan penjual menerima

timbal baliknya.55 Penjelasan ini sesungguhnya

menegaskan pendapat beliau ketika mendefenisikan

tentang gharar.

7. Senada dengan gurunya, Ibnual-Qayyim56 menerangkan

tentang gharar, “Sesuatu yang diragukan dapat berhasil

atau tidak. Atau dalam ungkapan lain, sesuatu yang

informasinya tersembunyi dan tidak diketahui

obyeknya.”57 Ibnu al-Qayyim menambahkan bahwa jual

beli gharar adalah mensandarkan sumber kepada

54

Ibnu Taimiyah, Majumu’ Fatawa, Tahqiq oleh Abdul Rahman bin Muhammad

binQasim, (Madinah Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd, tt. 55

Ibnu Taimiyah (syaikh al-Islam) Nazariyat al-‘Aqd, (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, tt), 224. 56

Ibnu al-Qayyim adalah murid dari IbnuTaimiyah. 57

Ibnu al-Qayyim al-Jauzi, Zad al-Ma‟ad fi Hadyi Khair al-„Ibad,

Page 55: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

43

obyeknya. Seperti halnya jual beli al-Malaqih58 dan al-

Madamin.59 Misalnya,jual-beli barang yang memiliki

cacat sehingga tidak bisa diserah terimakan,jual-beli

kuda yang lagi lepas, burung diudara dan lain-lain.

Semuanya ini bisa disimpulkan sebagai sesuatu yang

tidak diketahui hasil akhirnya, tidak bisa

diserahterimakan dan tidak diketahui pasti obyek dan

takarannya.60

8. Sedangkan Ibn „Abidin mengatakan, “Gharar adalah

sesuatu yang diragukan keberadaanobyeknya.”61

Membaca defenisi-defenisi di atas, nampak bahwa pada

hakekatnya praktek gharar bisa merugikan pihak-pihak yang terlibat

dalam transaksi, baik pembeli maupun penjual. Sesuatu yang

merugikan tersebut pada awalnya tersembunyi sehingga sangat

memungkinkan keduanya akan merasakan kerugian, atau salah

satu pihak dirugikan di atas keuntungan pihak lainnya. Penulis

melihat bahwa gharar meliputi dua bentuk, yaitu:

pertama, meragukan keberadaan obyek antara bisa dicapai

58

al-Malaqih adalah jual beli air mani pejantan yang nantinya dapat disuntikkan

kepada betinanya.Jual beli cairan seperti ini tidak diperbolehkan karena mengandung

gharar,atau adanya ketidakjelasan dan karaguan apakah penggunaan cairan ini akan

dapat jadi sesuai harapan saat disuntikan ke cairan betina. 59

al-Madamin adalah jenis jual beli pada obyek yang masih belum jelas atau tersembunyi

sehingga tidak bisa dilihat. Misalnya, jual beli janin binatang yang masih dalam perut

induknya. Ataupun jual beli apa saja yang tidak bisa disaksikan langsung. Jelas, seperti

ini masuk kategori gharar. 60

Ibnu al-Qayyim al-Jauzi, Zad al-Ma‟ad,... jil. 5, 818. 61

Muhammad Amin al-Shahir bi Ibnu „Abidin, Hashiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dar al-

Mukhtar, (Mesir: Matba‟ah Mustafa al-Bab al-Halabi, Cet. 2, jil. 5, 1386 H), 62.

Page 56: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

44

atau tidak.

Kedua, bentuknya yang tidak diketahui, baik pada sifat,

takaran, timbangan dan semacamnya. Kedua bentuk ini bermuara

pada satu kesimpulan bahwa gharar mengandung bahaya

sebagaimana pada defenisi etimologinya. Mencermati lebih dalam

terhadap defenisi-defenisi di atas, lebih mengarah kepada makna

gharar secara umum. Meskipun ada perbedaan dari sisi

pengungkapan.

Nampaknya, para ulama belakangan dalam mendefenisikan

tentang gharar, sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Ibnu

Taimiyah dan al-Sarkhasi, bahwa gharar adalah bila hasil akhirnya

tersembunyi. Bisa dilihat kepada beberapa defenisi yang juga

menyebutkan contoh-contoh kasus tentang gharar bahwa gharar

adalah tersembunyi hasil akhirnya dan adanya keraguan pada dua

probabilitas.62

Hasil akhir yang tersembunyi sangat dipengaruhi oleh

adanya informasi yang tidak sempurna pada mereka yang

bertransaksi. Seperti defenisi Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor,

gharar adalah situasi di mana pihak-pihak yangterikat kontrak

atau salah seorang dari mereka tidak memiliki Informasi

berkaitan dengan sebagian pasal dalam akad atau pasal

kontrak,dancenderung tidak mampu dikontrol oleh salah satu

62

Muhammad Siddiq Hasan Khan al-Qanuji, Al-Raudah al-Nadiyah Sharh al-Darar al-

Bahiyah, Riyad: Maktabah al-Kautsar, Cet. 4, jil. 2, 1996., h.197.

Page 57: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

45

pihak.63 Bagi Adiwarman Karim, hal ini menunjukkan bahwa

gharar bersumber dari persoalan ketidaksamaan padainformasi

pada pihak-pihak yangbertransaksi, sehingga melahirkan

ketidakpastian yang diciptakan oleh kekurangan informasi atau

tidak adanya kontrol dalam akad. Gharar dianggap sebagai

pengabaian terhadapun suresensi dalam transaksi. Misalnya

pada kepastian harga jual, kesanggupan penjual menyerahkan

barang jualannya, tempat dan waktu jual beli serta lain

sebagainya. Adanya gharar dalam sebuah transaksi menjadikan

akad tersebut batal dan tidak berlakulagi.64

Adapun defenisi yang bermakna ragu terhadap ada dan

tidaknya obyek, seperti defenisi Ibnu „Abidin, hanya terbatas pada

keberadaan obyek. Tapi, tidak menerangkan tentang sifat

maupun berapa jumlahnya. Misalnya, saya menjual salah satu

dari dua barangku kepadamu, tapi tidak menentukan salah

satunya.

Demikian pula dengan defenisi yang barangnya tidak

diketahui. Seperti defenisi Ubay Muhammad bin Hazm, yang

berkata bahwa gharar adalah “Sesuatu yang dalam akadnya

63

Zami Iqbal dan Abbas Mirakhor, An Introduction To Islamic Finance: Theory and

Practice, (Terj. Oleh A.K. Anwar dengan judul Pengantar Keuangan Islam: Teori dan

Praktek, (Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2008), 88. 64

Adiwarman Karim, Islamic banking: Fiqh and Financial Analysis, Jakarta: Rajawali Press,

Ed. 4, 2011. h.31

Page 58: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

46

tidak diketahui pasti berapa kuantitas dan sifat obyek.”65 Defenisi

ini hanya menyebutkan tentang sifat dan jumlah obyek, tapi tidak

menerangkan kepastian ada tidaknya obyek. Contohnya adalah

kasus jual beli kuda yang lepas dari kandangnya. Akad ini

menjelaskan tentang sifat dan seberapa banyak obyek yang

diperjualbelikan, tapi sangat memungkinkan untuk tidak mampu

diserahterimakan di antara pihak yang berakad. Baginya, kasus

ini adalah contoh gharar. tapi berbeda dengan Ibnu Hazm, yang

membolehkan contoh kasus di atas.66

Pemilahan yang lain atas beberapa defenisi yang diungkap

oleh para ulama bisa dibedakan sebagai berikut :

Pertama: “Tampaknya sesuatu secara tidak haqiqi, tapi

disifatkan dengan suatu kriteria yang sebenarnya tidak ada

padanya. Tujuannya agar mempengaruhi pihak lain agar

menyetujui atas apa yang ditransaksikan”.67

Kedua, “Melakukan transaksi pembelian terhadap suatu

obyek, dan pembeli memahami bahwa transaksinya sudah

sempurna tanpa cacat, tapi ternyata masih ada ketidakjelasan”.68

Ketiga, “Munculnya ketidakjelasan dari sisi ungkapan

65

Ibnu Hazm al-Zahiri, al-Mahalli , Tahqiq: Ahmad Muhammad Shakir, Cairo: Maktabah

Dar al-Turats, jil. 8, tt., h.389. 66

Ibnu Hazm al-Zahiri, al-Mahalli ,... h.388. 67

Abdullah Muhammad bin Yusuf al-Mawwaq, Al-Majallah al-„Adliyah (Beirut: Dar al-

Kutub al-„Ilmiyah, cet. 1, Lihat pula, Ahkam al-Mu‟amalat al-Shar‟iyah h. 377-380. 68

Al-Taj wa al-Iklil (jil. 6), h. 349. Lihat pula Abdul Karim al-Rafii, Fath al-„Aziz sharh

al- Wajiz , dikutip dalam kitab al-Majmu‟ Sharh al-Muhadzdzab (Beirut: Dar al-Fikr jil.

8, tt), h. 333.

Page 59: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

47

akad, atau transaksi bohong, bertujuan mempengaruhi salah

satu pihak yang bertransaksi untuk setuju atas akad yang

dilakukan”.69

Tiga macam defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa setiap

dari defenisi tersebut tidak meliputi atau menggambarkan secara

utuh dari sisi makna serta macam-macam gharar itu sendiri.

Justru defenisi-defenisi tersebut membuat batasan-batasan

gharar semakin sempit. Misalnya, pada defenisi kedua, gharar

hanya dimaknai sebagai perilaku salah dari sisi praktek

perbuatan saja.

Sedangkan defenisi pertama, lebih dominan mengarah

kepada gharar perkataan ketimbang gharar dengan perbuatan

(disifatkan dengan suatu kriteria yang sebenarnya tidak ada

padanya). Meskipun defenisi ini nampak mencakup gharar

perkataan dan perbuatan sehingga membuat nya lebih baik dari

pada defenisi kedua, tapi terasa masih cenderung kepada gharar

perkataan.

Semoga yang paling utuh menggambarkan tentang gharar

adalah defenisi ketiga. Defenisi ini dengan jelas mencakup

perkataan dan perbuatan (akad dan transaksi bohong). Namun,

sebagai catatan terhadap defenisi ketiga ini, penulis melihat

adanya batasan gharar terhadap perkataan dan perbuatan saja,

69

Mustafa al-Zarqa, al-Madkhal al-„Am ( jil. 1), h. 379.

Page 60: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

48

padahal secara esensi tidak selamanya penyebab gharar

bersumber dari kedua hal itu. Menelusuri paparan dari mazhab

Hanafiyah dan Syafi‟iyah, mereka tidak menetapkan adanya

khiyar (pilihan memilih atas aib) pada gharar perkataan. Oleh

sebab itu, tidak cukup hanya gharar pada perkataan saja. Hal

tersebut berbeda dengan gharar perbuatan pada sebagian

penjelasannya.

Tiga macam defenisi yang digambarkan di atas hanya

menempatkan gharar bersumber dari kedua belah pihak yang

bertransaksi. Padahal, diketahui bahwa gharar bisa jadi terjadi

tidak dari pihak yang bertransaksi saja, tapi juga bisa dari

perantara, petunjuk-petunjuk pelaksanaan akad, wakil atau kurator

dan lain-lain.

Cakupan keseluruhan makna gharar sebagaimana yang

dipahami dari beberapa defenisi di atas, adalah yang dilontarkan

oleh Dewan Pengkaji Fikih al-Islami pada Organisasi Konfrensi

Islam dalam pertemuan tahunan di Makkah al-Mukarramah tahun

2010, “Gharar adalah ketidakjelasan dari salah satu pihak yang

berakad atau dari pihak lain terkait dengan objek yang

berhubungan dengan transaksi mereka, sehingga dalam akad

tidak sesuai dengan apa yang seharusnya berjalan, baik melalui

perkataan maupun perbuatan, yang bila mereka tahu akan

ketidakpastian tersebut, pasti akan menarik diri dari apa yang

Page 61: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

49

mereka telah transaksikan.”70

Perbedaan ulama terhadap gharar berangkat dari

pemahaman dan cakupan kandungan mereka terhadap jual

beli gharar. Ada yang memahami istilah ini hanya terkait

dengan obyek yang ditransaksikan, karena ghararnya hanya

berhubungan dengan saat terjadinya transaksi. Namun,

dominan ulama memahami ghararnya itu sendiri bersumber dari

sifat akad. Sehingga cakupannya selain termasuk obyek transaksi

pada saat berlangsungnya akad, juga terkait dengan sifat-sifat

yang muncul akibat terjadinya akad. Cakupan luasnya ini

menunjukkan bahwa jual beli gharar terkait dengan semua jenis

larangan yang potensi ghararnya ada. Seperti jual beli

melempar batu dimana tempat jatuhnya menjadi pembatas atas

keputusan jual beli. Ini adalah gharar dari sifat akad. Selanjutnya,

gharar dari sighat. Misalnya, jual beli dua transaksi dalam satu akad,

atau jual beli syarat.71

Mencermati lebih jauh kepada defenisi tentang gharar,

sebagaimana pandangan Imam Nawawi, penulis sepakat dengan

pernyataan Khalid bin Abdul „Aziz al-Batili, yang menjelaskan

bahwa gharar sangatlah penting diketahui karena berkonsekuensi

70

Abdullah al-Salami, al-Taghrir fi al-Mudarabat fi Bursah al-Auraq al-Maliyah

Tausifuhu wa Hukumuh, Workshop ke-20 Majlis al-Fiqh al-Islami yang diadakan di

Makkah al-Mukarramah 25-29 Desember 2010, (Makkah al-Mukarramah: Rabitah al-

„Alam al-Islami, Majma‟ al-Fiqh al- Islami, tt) h. 9. 71

Wahbah al-Zuhaili, Mausu'ah al-Fiqhi al-Islami wa al-Qadayah al-Mu'asirah, Damaskus:

Dar al-Fikir al-Mu'asir, Jil. 4, Cet. 1, 2010. H. 198

Page 62: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

50

luas terhadap praktek jual beli di masyarakat.72 Adapun kasus dan

cabang praktek gharar seakan tidak berbatas, bisa ditinjau dari

sisi sifat luar obyek maupun keadaan obyek itu sendiri. Ini pula

yang disebut oleh Wahbah al-Zuhaili bahwa makna jual beli gharar

luas yang mencakup sifat.

Dalam kitab al-Furuq,73 gharar dapat diklasifikasi menjadi

tiga, yakni pertama: gharar katsir (excessive gharar); yaitu jenis

ketidakjelasan tingkat teratas yang kadar ketidakjelasannya cukup

tinggi. Misalnya, transaksi penjualan ikan yang masih ada di dalam

kolam karena belum bisa dilihat dan diketahui kualitas dan

kuantitas secara jelas sehingga sangat mungkin terjadi kekeliruan

saat menebak. Transaksi jenis ini jelas dilarang dan haram

hukumnya.74

Ulama telah bersepakat, seperti yang termaktub dalam

Mi‟yar al-Shar‟i Li al-Mu‟amalah al-Maliyah, bahwa ada empat

macam aspek yang menyebabkan gharar dilarang. Yaitu, Volume

gharar lebih banyak, Gharar hanya terjadi pada transaksi bisnis,

Gharar ada pada bagian yang pokok dan tidak ada kebutuhan

72

Khalid bin Abdul „Aziz al-Batili, Ahadits al-Buyu‟ al-Manhiyu „anha, (Riyad: Dar al-

Kunuz Isybiliya, Cet 1, 2004), 53. 73

(Ibnu Rajab, al-Furuq, 3/265). 74

Dalam kajian fikih klasik, transaksi kategori gharar katsir (excessive) yang benar-benar

dilarang syariah

Page 63: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

51

mendesak.75

Sejalan pula dengan pembagian gharar menurut

pembahasan sebelumnya, dapat disederhanakan sebagai

berikut :

Pertama, besarnya cakupan gharar pada suatu transaksi

Tingkatan cakupan gharar dapat dibedakan atas tiga tingkatan,

yaitu banyak, sedang dan sedikit.

Kedua, dari sisi pengaruh gharar, apakah adanya gharar dapat

merusak akad transaksi atau tidak.

Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir mengemukakan

bahwa praktek gharar hanya bisa terjadi pada akad-akad bisnis

(mu‟awadat), khususnya pada shigat akad, tempat, harga dan

waktu pelunasan utang. Jelas bahwa akad yang dipandang

banyak mengandung gharar, dapat merusak kebolehan

transaksi yang dilakukan. Adapun, gharar pada transaksi sosial

(tabarru‟), sesuatu yang diberikan kepada pihak lain meskipun

mengandung gharar, transaksi tersebut dapat dibenarkan.

Alasannya, karena akad yang bersifat sosial didasarkan pada

kerelaan masing-masing pihak yang memberi maupun yang

menerima.76

Telah banyak ulama yang berkomentar tentang larangan

75

Al-Mi‟yar al-Shar‟i No. 31, “Dabit al-Gharar al-Mufsid Lilmu‟amalat al-Maliyah”,

502. 76

Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, Al-Gharar fi al-‘Uqud wa Atsaruhu fi al-Tatbiqat

al-Mu’asirah, (Saudi Arabiyah: al-Ma‟had al-Islami Lilbuhuts wa al-Tadrib [IDB], Cet.

1, 1993), .mlh 8

Page 64: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

52

jual beli gharar, begitu pula dengan nash-nash yang terkait

dengannya, serta bahasan lanjutan atau cabang atas hukum

jual beli gharar. Pernyataan para ulama tersebut terhadap

transaksi yang mengandung gharar atau tidak, tergantung

sejauh mana gharar itu sendiri berpengaruh terhadap sah

tidaknya suatu transaksi. Oleh karena itu, mengulangi empat hal

diatas bahwa karakteristik atau batasan gharar bisa dilihat

sebagai berikut. Keempatnya harus ada padatransaksi yang

dipandang gharar. Bila salah satu batasan gharar di atas luput,

atau salah satu unsurnya tidak ada, maka transaksi yang dimaksud

tidak dapat dikatakan sebagai gharar. Berikut adalah batasan-

batasan dimana gharar dapat membatalkan akad transaksi, yaitu77

pertama, Volume gharar lebih banyak. Kedua, Gharar hanya terjadi

pada transaksi bisnis. Ketiga, Gharar ada pada bagian yang pokok.

Keempat, Tidak ada kebutuhan mendesak terhadapnya

Berikut adalah pembahasan masing-masing dari ke empat

batasan gharar di atas.

1. Volume gharar lebih banyak

Sebagaimana yang disebut sebelumnya, bahwa

bahasan ulama yang cenderung berbeda bukan pada

penjelasan pokok tentang gharar, tapi ada pada pada

praktek dilapangan. Praktek yang dimaksud adalah

77

Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, Al-Gharar fi al-‘Uqud,... 39-47.

Page 65: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

53

seberapa besar volume gharar ada dalam tranksaksi.

Ulama bersepakat atas larangan gharar yang banyak. Bila

volumenya sedikit, mereka tidak mempermasalahkannya.

Justru, gharar yang volumenya sedang, atau antara banyak

dan sedikit, disinilah terjadi perbedaan luas, di antara

mereka ada yang melarang dan ada pula yang

membolehkan.

Menurut Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, kategori

gharar yang dilarang adalah apabila volume aspek ghararnya

lebih dominan, terjadi pada objek transaksi yang utama, dan

bukannya pada unsur-unsur sebagai pengiring dari objek

utama, serta tidak dijumpainya tanda-tanda dharurat untuk

melaksanakan akad yang mengandung gharar.78

Berikut adalah contoh-contoh transaksi yang volume

ghararnya sedikit, sehingga tidak berpengaruh kepada

legalitas akad yang dimaksud.

a. Jual beli buah yang dilapisi oleh kulit, meski tidak

melihat isinya langsung.

b. Jual beli rumah tanpa melihat pondasinya.

c. Sewa masuk toilet, tanpa membedakan secara pasti

jumlah air yang digunakan serta lamanya berdiam diri

di dalamnya.

78

Siddiq Muhammad al-Amin al-Darir, Al-Gharar fi al-‘Uqud ... 39

Page 66: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

54

d. Sewa rumah yang sama pada hitungan perbulan,

meskipun ada perbedaan jumlah hari. Adakalanya

29, 30 atau 31 hari. Contoh jual beli yang volume

ghararnya lebih banyak

e. Jual beli hisah, mulamasah dan munabadhah.

f. Jual beli janin binatang, tanpa induknya.

g. Jual beli janin yang masih dalam perut induknya.

h. Jual beli jaminan.

i. Jual beli buah sebelum matang.

j. Jual beli yang tidak diketahui barangnya, tanpa

pemberian hak kepada pembeli untuk menentukan.

k. Jual beli diketahui jenis barangnya.

l. Menangguhkan harga barang hingga masa berikutnya

secara tidak pasti .

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa kasus

praktek gharar bisa dijumpai pada banyak transaksi, baik

pada kandungan ghararnya banyak maupun yang sedikit.

Demikian pula pada transaksi yang tingkat kandungan

ghararnya adalah sedang, atau diantara yang banyak dan

sedikit. Misalnya:

a. Jual beli sesuatu yang masih terpendam dalam dalam

tanah.

b. Jual beli tanpa timbangan.

Page 67: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

55

c. Jual beli dengan harga pasar.

d. Jual beli dengan hanya satu harga.

e. Jual beli seseorang sebelum barangnya

diserahterimakan.

f. Jual beli hasil pertanian, dimana hasilnya tidak

bersamaan, tapi

g. Jual beli sesuatu yang objeknya tidak ada,

h. Pertanian.

Beberapa ulama telah memberi pengertian dan defenisi

antara gharar yang banyak dan gharar yang sedikit. Di

antaranya, al-Baji mengatakan bahwa gharar yang sedikit

adalah : “Sesuatu yang dalam akadnya hampir tidak

mengandung atau sedikit saja mengandung gharar.”

Sedangkan, gharar yang banyak yaitu : “Sesuatu yang

dalam akadnya mengandung banyak gharar, sehingga akad

itu sendiri disifati dengan gharar.”79

2. Gharar hanya terjadi pada transaksi bisnis

Gharar hanya terjadi pada transaksi bisnis saja,

misalnya pada akad jual beli, akad kerjasama dan akad

sewa-menyewa. Sebagaimana yang dipahami secara

umum, bahwa asas bertransaksi adalah semuanya boleh,

kecuali bila ada nash yang melarang. Terkait dengan praktek

79

Sulaiman bin Khalaf al-Baji, al-Muntaqa Sharh al-Muwatta’, Penerbit as-Sa‟adah,

Jilid. 1, h.41

Page 68: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

56

gharar, maka hadis Nabi telah jelas-jelas melarang praktek

gharar. tingkatan hadis tersebut adalah shahih, sehingga

tidak ada cara lain dalam meresponnya kecuali meninggalkan

praktek gharar dalam berbagai macam transaksi bisnis.

Adapun pada jenis akad lain, tidak semua praktek

gharar didalamnya dilarang. Misalnya pada akad-akad sosial,

meskipun dijumpai ada gharar, tapi tidak akan mempengaruhi

sah tidaknya transaksi sosial tersebut. Sebab, nash yang

terkait dengan larangan gharar, hanya berhubungan dengan

akad-akad bisnis.

Misalnya dalam akad pemberian (hibah), bila saja ada

gharar di dalamnya, tidak akan memunculkan permusuhan

dan tidak pula memakan harta milik orang lain secara bathil.

Seseorang yang memberikan atau menghadiahkan buah apel

yang masih belum matang dipohonnya kepada pihak lain, bila

saja buahnya jadi semua atau sedikit, maka menjadi milik

orang yang diberikan. Sebaliknya, bila tidak jadi, maka tidak

akan memberikan kerugian pada pihak yang diberikan.

Alasannya adalah dalam transaksi hibah, pihak yang

diberikan tidak memberikan sesuatu sebagai pengganti atas

buah yang dijanjikan kepadanya. Oleh karena itu, tidak ada

alasan untuk marah pihak yang diberikan bila apa yang

diinginkan hasil akhirnya justru tidak memberikan hasil apa-

Page 69: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

57

apa.

3. Gharar ada pada bagian yang pokok

Tidak ada perbedaan di antara ahli fikih, bahwa gharar

yang dapat merusak akad adalah bila terjadi pada pokok objek

transaksi. Namun, gharar yang ditemukan pada unsur pengikut

dari transaksi itu sendiri, tidak akan mempengaruhi legalitas

transaksi. Maksudnya bahwa keadaan sesuatu yang

mengikuti tidak akan mempengaruhi pokoknya. Atau yang

pokok tidak terpengaruh terhadap apa yang mengikutinya.

4. Tidak ada kebutuhan mendesak terhadapnya.

Salah satu syarat adanya gharar dalam akad adalah

apabila tidak ada orang yang membutuhkannya atau

berkepentingan kepadanya. Sebaliknya, bila manusia

membutuhkan transaksi akad yang dimaksud, maka tidak

berpengaruh munculnya gharar. Hampir bisa dikatakan bahwa

transaksi yang dilakukan oleh manusia adalah karena

dibutuhkan. Dan pada dasarnya, salah satu prinsip syariah

secara umum adalah menghilangkan kesempitan dan kesulitan.

Firman Allah Swt.,

....

Terjemahnya

“Dan tidaklah Allah menjadikan dalam agama

Page 70: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

58

kesulitan/kesempitan...(QS.Al-Haj:78.)”80

Hukum jual beli gharar dilarang dalam Islam berdasarkan al-

Qur‟an dan hadis. Larangan jual beli gharar didasarkan pada ayat-ayat al-

Qur‟an yang melarang memakan harta orang lain dengan cara batil,

sebagaimana firman Allah dalam Al-qur‟an surah An-nisaa‟ : 29

Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.81

80

Al-Qur’an dan Terjemahan,Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama Bandung:

Syamil Qur’an, 2007 81

Al-Qur’an dan Terjemahan ibid.,

Page 71: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

59

Terjemahnya :

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta

sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang

bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian

daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)

dosa, padahal kamu Mengetahui‟‟. (QS. Al-Baqarah: 188)82

B. Cakupan Gharar dalam Sistem Muamalah Islam

1. Jenis Gharar

Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar bisa ditinjau dari tiga

sisi.

Pertama : Jual-beli barang yang belum ada (ma‟dum), seperti jual beli

habal al hubalah (janin dari hewan ternak).

Kedua : Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak,

seperti pernyataan seseorang : “Saya menjual barang dengan harga

seribu rupiah”, tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau

seperti ucapan seseorang : “Aku jual mobilku ini kepadamu dengan

harga sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau

82

. Al-Qur’an dan Terjemahan ibid.,

Page 72: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

60

bisa juga karena ukurannya tidak jelas, seperti ucapan seseorang :

“Aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun ukuran

tanahnya tidak diketahui.

Ketiga : Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti

jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.. Ketidak

jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan pada akad jual belinya.

Ketidak jelasan pada harga dapat terjadi karena jumlahnya,

seperti menjual 10 hasta tanah. Adapun ketidak-jelasan pada akad,

seperti menjual dengan harga Rp.10.000 bila kontan dan Rp.20.000

bila diangsur, tanpa menentukan salah satu dari keduanya sebagai

pembayarannya.

2. Gharar yang di perbolehkan

Jual beli gharar yang diperbolehkan ada empat macam :

(1) jika barang tersebut sebagai pelengkap, atau

(2) jika ghararnya sedikit, atau

(3) masyarakat memaklumi hal tersebut karena dianggap sesuatu yang

remeh,

(4) mereka memang membutuhkan transaksi tersebut.

“Kadang sebagian gharar diperbolehkan dalam transaksi jual beli,

karena hal itu memang dibutuhkan (masyarakat). Seperti seseorang

tidak mengetahui kualitas pondasi rumah (yang dibelinya) begitu juga

tidak mengetahui kadar air susu pada kambing yang sedang hamil.

Page 73: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

61

“Tidak semua gharar menjadi sebab pengharaman. Gharar, apabila

ringan (sedikit) atau tidak mungkin dipisah darinya, maka tidak menjadi

penghalang keabsahan akad jual beli.

3. Gharar yang Dilarang

Gharar yang dilarang ada 10 macam yaitu sebagai berikut:

(1) Tidak dapat diserahkan

Yaitu tidak ada kemampuan penjual untuk menyerahkan

obyek akad pada waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah

ada maupun belum ada. Misalnya: menjual janin yang masih

dalam perut binatang ternak tanpa menjual induknya atau contoh

lain yaitu menjual ikan yang masih dalam air (tambak).

(2) Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan

penjual

Yaitu apabila barang yang sudah dibeli dari orang lain

belum diserahkan kepada pembeli, maka pembeli itu belum boleh

menjual barang itu kepada pembeli lain. Akad semacam ini

mengandung gharar, karena terdapat kemungkinan rusak atau

hilang obyek akad, sehingga akad jual beli pertama dan kedua

menjadi batal.

(3) Tidak ada kepastian tentang jenis sifat tertentu dari barang yang

dijual Misalnya, penjual berkata: “saya jual sepeda yang ada di

rumah saya kepada anda”, tanpa menentukan cirri-ciri sepeda

tersebut secara tegas. Termasuk ke dalam bentuk ini adalah

Page 74: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

62

menjual buah-buahan yang masih di pohon dan belum layak

dikonsumsi.

(4) Tidak ada kepastian tentang jumlah yang harus dibayar

Misalnya, orang berkata: “saya jual beras kepada anda

sesuai dengan harga yang berlaku pada hari ini”. Padahal jenis

beras itu banyak macamnya dan harganya juga tidak sama.

(5) Tidak ada ketegasan bentuk transaksi

Yaitu ada dua macam atau lebih yang berbeda dalam satu

obyek akad tanpa menegaskan bentuk transaksi mana yang akan

dipilih pada waktu terjadi akad. Misalnya, sebuah motor dijual

dengan harga 10.000.000,- dengan harga tunai dan 12.000.000,-

dengan harga kredit. Namun, sewaktu terjadi akad tidak

ditentukan bentuk transaksi mana yang akan dipilih.83

(6). Tidak diketahui ukuran barang

Tidak sah jual beli sesuatu yang kadarnya tidak diketahui.

Misalnya, penjual berkata, “aku jual kepada kamu sebagian tanah

ini dengan harga 10.000.000,-”.

(7). Jual beli mulamasah

Jual beli mulamasah adalah jual beli saling menyentuh,

yaitu masing-masing dari penjual dan pembeli pakaian atau

barang lainnya, dan dengan itu jual beli harus dilaksanakan tanpa

ridha terhadapnya atau seorang penjual berkata kepada pembeli,

83

M. Ali Hasan, op. cit., h. 148-149.

Page 75: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

63

“jika ada yang menyentuh baju ini maka itu berarti anda harus

membelinya dengan harga sekian, sehingga mereka menjadikan

sentuhan terhadap obyek bisnis sebagai alasan untuk

berlangsungnya transaksi jual beli.84

(8). Jual beli munabadzah

Yaitu jual beli saling membuang, masing-masing dari kedua

orang yang berakad melemparkan apa yang ada padanya dan

menjadikan itu sebagai dasar jual beli tanpa ridha keduanya.

Misalnya: seorang penjual berkata kepada calon pembeli, “jika

saya lemparkan sesuatu kepada anda maka transaksi jual beli

harus berlangsung diantara kita.”85

(9). Jual beli al-hashah

Jual beli al-hashah adalah transaksi bisnis dimana penjual

dan pembeli bersepakat atas jual beli suatu barang pada harga

tertentu dengan lemparan batu kecil yang dilakukan oleh salah

satu pihak kepada pihak lain yang dijadikan pedoman atas

berlangsung tidaknya transaksi tersebut.

(10). Jual beli urbun

Yaitu jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian.

Misalnya: seseorang membeli sebuah komoditi dan sebagian

pembayarannya diserahkan kepada penjual sebagai uang muka

(panjar). Jika pembeli jadi mengambil komoditi maka uang

84

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 4, Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2009, cet I, h. 61. 85

Imam Abil Husain Muslim bin Al Hujjaj al Qusyairi an Naisaburiy, Shahih Muslim, Juz IX,

Bairut : Darul Kitab al „Immiyyah, 1995

Page 76: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

64

pembayarannya termasuk dalam perhitungan harga, akan tetapi

jika pembeli tidak jadi mengambil komoditi tersebut maka uang

muka menjadi milik penjual. Didalam masyarakat dikenal dengan

istilah “uang hangus” atau “uang hilang” tidak boleh ditagih

kembali oleh pembeli.

C. Pengaruh Gharar Terhadap Keabsahan Jual Beli

Segala kegiatan yang berkaitan dengan aspek muamalah atau

kemasyarakatan diperlukan adanya suatu aturan yang jelas, agar dalam

melakukannya tidak ada kecurangan di antara pihak yang dapat

merugikan orang lain. Dalam setiap transaksi kegiatan jual beli , dapat

dikatakan sah atau tidaknya tergantung dari terpenuhinya rukun-rukun

transaksi tertsebut. Rukun berarti tiang atau sandaran atau unsur yang

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sutau perbuatan yang

menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan adanya atau

tidak adanya sesuatu itu. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalah

ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara ridha, baik

dengan ucapan maupun perbuatan.

Adapun rukun jual beli meliputi : Akid yaitu Bai‟ (penjual) dan

Mustari (pembeli), Shighat (ijab dan qabul), Ma‟qud „alaih (benda atau

barang).86

1. Akid yaitu Bai‟ (penjual) dan Mustari (pembeli)

86

Abu malik al-kamal bin sayyid salim, Shahih fiqih sunnah, j 4 hlm 257.

Page 77: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

65

Bai‟ (penjual) adalah seorang atau sekelompok orang yang

menjual benda atau barang kepada pihak lain atau pembeli baik

berbentuk individu maupun kelompok, sedangkan Mustari

(pembeli) adalah seorang atau sekelompok orang yang membeli

benda atau barang dari penjual baik berbentuk individu maupun

kelompok.

2. Shighat (ijab dan qabul)

Yaitu ucapan penyerahan hak milik dari satu pihak dan ucapan

penerimaan di pihak lain baik dari penjual dan pembeli.

3. Ma‟qud „alaih (benda atau barang)

Merupakan obyek dari transaksi jual beli baik berbentuk benda

atau barang. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam akad

jual beli adalah sebagai berikut :

a. Terkait dengan subyek akad (Aqid)

Subyek akad (aqid) yaitu penjual dan pembeli yang dalam hal ini

bisa dua atau beberapa orang yang melakukan akad,

adapun syarat- syarat bagi orang yang melakukan akad

yaitu:

1). Berakal, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang

belum berakal dan orang gila hukumnya tidak sah.

2). Kehendak sendiri, hendaknya transaksi ini di dasarkan pada

prinsip- prinsip kerelaan (suka sama suka) antara penjual

dan pembeli yang di dalamnya tersirat makna muhtar,

Page 78: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

66

yakni bebas melakukan transaksi jual beli dan terbebas dari

paksaan dan tekanan.

Sebagaimana firman Allah Taa‟la dalam al-qur‟an

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”87

Keadaannya tidak mubazir, maksudnya para pihak yang

mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli bukanlah manusia yang

boros atau mubazir, sebab orang yang boros menurut hukum

dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak,

Terjemahnya dia tidak dapat melaksanakan perbuatan hukum sendiri

walaupun berkaitan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini sesuai

dengan firman allah swt dalam al-qur‟an

87

(QS. An-Nisa’ : 29

Page 79: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

67

Terjemahnya:

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang

yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang

ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai

pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan Pakaian

(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka

kata-kata yang baik.”(QS. An-Nisa‟ : 5)88

3.) Baligh, berumur 15 tahun ke atas atau dewasa. Anak

kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang

sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa,

menurut pendapat sebagian ulama, mereka

diperbolehkan jual beli barang-barang yang kecil,

karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu

menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama

Islam sekali-kali tidak akan menetapkan peraturan

yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.89

b. Sighat akad (ijab qabul)

88

Departemen Agama RI. h. 61. 89

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010, h. 281

Page 80: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

68

Ulama fiqih sepakat menyatakan, bahwa urusan utama jual

beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat

terlihat pada saat akad berlangsung.Ulama fiqih telah

menyebutkan bahwa syarat ijab qabul adalah sebagai berikut:

1).Orang yang mengucapkannya yaitu penjual dan pembeli (bai‟

dan mustari) telah akil baligh dan berakal.

2).Qabul sesuai dengan ijab, dalam arti seorang pembeli menerima

segala apa yang diterapkan oleh penjual dalam ijabnya.

Misal:

“saya jual sepeda ini dengan harga sepuluh ribu rupiah”,

kemudian pembeli menjawab, “saya beli dengan harga

sepuluh ribu rupiah”.

3).Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis, maksudnya adalah

bahwa kedua belah pihak yang melakukan akad jual beli

hadir dan membicarakan masalah yang sama. Apabila

penjual mengucapkan ijab, kemudian pembeli beranjak

sebelum mengucapkan qabul atau pembeli mengadakan

aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan akad jual

beli tersebut, kemudian sesudah itu mengucapkan qabul,

maka menurut kesepakatan ulama fiqih, jual beli itu tidak

sah, sekalipun mereka berpendirian, bahwa ijab tidak harus

dijawab langsung dengan qabul.90

90

M. Ali Hasan, op. cit, h. 120.

Page 81: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

69

4).ijab qabul atau setiap perkataan atau perbuatan yang

dipandang urf (kebiasaan) merupakan tolak ukur syarat suka

sama suka atau saling rela yang tidak tampak.

5).Rukun akad adalah ijab dan qabul. Ijab dan qabul

dinamakan shighatul aqdi atau ucapan yang menunjukkan

kepada kehendak kedua belah pihak, shighatul aqdi ini

memerlukan tiga syarat, yaitu sebagai berikut:

a. Harus terang pengertiannya

b. Harus bersesuaian antara ijab qabul

c. Memperlihatkan kesungguhan dari pihak-pihak yang

bersangkutan.91

Lafadz yang dipakai untuk ijab dan qabul harus

terang pengertian menurut urf (kebiasaan). Haruslah qabul

itu sesuai dengan ijab dari segala segi. Apabila qabul

menyalahi ijab, maka tidak sah akadnya. Kalau pihak penjual

menjual sesuatu dengan harga seribu, kemudian pihak

pembeli menerima dengan harga lima ratus, maka teranglah

akadnya tidak sah, karena tidak ada tawafuq bainal ibaratin

(penyesuaian antara dua perkataan).

Untuk sighat ijab dan qabul haruslah

menggambarkan ketentuan iradad tidak diucapkan ragu-

ragu, apabila sighat akad tidak menunjukkan kemauan atau

91

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, PT. Pustaka Rizki

Putra Semarang, 1997, h. 29.

Page 82: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

70

kesungguhan, akad itu tidak sah

c. Ma‟qud „alaih

Ma‟qud „alaih adalah obyek transaksi, sesuatu dimana

transaksi dilakukan di atasnya, sehingga akan terdapat

implikasi hukum tertentu. Ma‟qud „alaih bisa berupa asset-

aset financial (sesuatu yang bernilai ekonomis) ataupun aset

non financial, seperti wanita dalam akad pernikahan ataupun

bisa berupa manfaat seperti halnya dalam akad ijarah

(sewa).92

Ma‟qud „alaih harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

1). Halal, bersih barangnya. Barang najis tidak sah untuk diperjual

belikan dan tidak boleh dijadikan uang sebagai alat tukar,

seperti kulit bangkai yang belum disamak.

2). Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh karena

itu, bangkai, babi dan benda-benda haram lainnya tidak sah

menjadi obyek jual beli, karena benda-benda tersebut tidak

bermanfaat bagi manusia dalam pandangan syara‟.

3). Barang itu ada atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual

menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang

itu. Namun dalam hal ini yang terpenting adalah saat

92

Dimyauddin Djuwaini, op, cit, h. 57.

Page 83: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

71

diperlukan barang itu sudah ada dan dapat dihadirkan pada

tempat yang telah disepakati bersama.93

4). Yang dimiliki, barang yang boleh diperjualbelikan adalah barang

milik sendiri. Bahwa orang yang melakukan jual beli atas

suatu barang adalah pemilik sah barang tersebut atau telah

mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut.

5). Mengetahui atau barang yang dijual ini diketahui oleh pihak

penjual maupun pembeli. Barang yang diperjuabelikan harus

dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya atau

ukurannya, maka tidaklah sah suatu jual beli yang

menimbulkan keraguan salah satu pihak.

Ditegaskan oleh Nazar Bakry barang itu harus

diketahui oleh penjual dan pembeli dengan terang zatnya,

bentuk, kadar dan sifat-sifatnya sehingga tidak terjadi tipu

daya.94 Tujuannya adalah agar tidak terjadi kesalah

pahaman di antara keduanya. Disamping barang tersebut

harus diketahui wujudnya, harga barang tersebut juga harus

diketahui jual beli tersebut sah atau tidak sah, karena

mengandung unsur gharar.

Akibat dilarangnya jual beli gharar selain karena

memakan harta orang lain dengan cara batil, juga

merupakan transaksi yang mengandung unsur judi, seperti

93

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 72. 94

Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1994, h. 6

Page 84: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

72

menjual burung di udara, onta dan budak yang kabur, buah-

buahan sebelum tampak buahnya dan jual beli dengan

lemparan batu. Larangan jual beli gharar tersebut karena

mengandung ketidakjelasan, seperti pertaruhan atau

perjudian, tidak dapat dipastikan jumlah dan ukurannya. atau

tidak mungkin diserahterimaka Gharar menurut bahasa

adalah al-khatar (sesuatu yang belum diketahui)95. Suatu

akad akan mengandung unsur penipuan ketika tidak ada

kepastian atau ketidak jelasan.

Sedangkan menurut istilah gharar adalah hal yang

belum diketahui hasilnya atau apa yang belum diterima

hasilnya atau apa-apa yang belum diketahui hakikat dan

takarannya96.

95

Ahmad bin ali al-muqri al-fiumi, Kitabal-misbah Al-munir fi ghoribu Al-syarhi Al-kabir, bab

al-ghain, juz 6, H. 496. 96

Ibnul Qoyyim kitab Zadul Ma‟ad juz 5 Hlm 725

Page 85: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan penulis gharar adalah:

1. Gharar menurut bahasa adalah al-khatar (sesuatu yang belum

diketahui) suatu akad mengandung unsur penipuan ketika tidak ada

kepastian atau ketidakjelasan. Sedangkan menurut istilah gharar

adalah hal yang belum diketahui hasilnya atau apa yang belum

diterima hasilnya atau apa-apa yang belum diketahui hakikat dan

takarannya.

2. Cakupan gharar

a. Jual-beli barang yang belum ada (ma‟dum), seperti jual beli habal

al hubalah (janin dan hewan ternak). tidakjelas (majhul), baik

b. Jual beli barang yang yang muthiak, seperti pernyataan

seseorang : “Saya menjual barang dengan harga seribu rupiah”,

tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau seperti ucapan

seseorang : “Aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga

sepuluh juta”, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa

juga karena ukurannya tidak jelas, seperti ucapan seseorang :

“Aku jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta”, namun

ukuran tanahnya tidak diketahui.

73

Page 86: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

c. Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan. Seperti jual

beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang dicuri.. Ketidak

jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan pada akad jual

belinya. penerimaan di pihak lain baik dañ penjual dan pembeli.

d. Ma „qud „alaih (benda atau barang) Merupakan obyek dan

transaksi jual beli baik berbentuk benda atau barang.

3. Segala kegiatan yang berkaitan dengan aspek muamalah atau

kemasyarakatan diperlukan adanya suatu aturan yang jelas, agar

dalam melakukannya tidak ada kecurangan di antara pihak yang dapat

merugikan orang lain. Dalam setiap transaksi kegiatan jual beli , dapat

dikatakan sah atau tidaknya tergantung dan terpenuhinya rukun-rukun

transaksi tersebut. Rukun berarti tiang atau sandaran atau unsur yang

merupakan bagian yang tak terpisahkan dan suatu perbuatan yang

menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan adanya atau

tidak adanya sesuatu itu. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli

adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara

ridha, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

74

Page 87: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

B. Saran

Dan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa

saran

sebgai berikut:

1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya umat Islam untuk

memahami hak khiyar dalamjual beli.

2. Diharapkan kepada seluruh masyarakat dengan sistem jual beli yang

sesuai dengan hukum Islam

3. Diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan

praktek yang mereka lakukan selama ini tentang muamalah dalam

Islam, sehingga tidak didapati lagi aplikasi jual beli yang bertentangan

dengan hukum Islam.

75

Page 88: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan Terjemahan. 2007. Lajnah Pentashih Mushab Al-Qur‟an Departemen

Agama Bandung:Syamil Qur‟an.

Bungin, M.Burhan, Penelitian Kualitatip( Jakarta: Kencana ,2008). TimPenyusun

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

Pedoman penulisan KaryaIlmiah: Skripsi, Tesisdan Desertasi ( Makassar :

UIN Alauddin 2008).

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012).

al Qusyairy an-Naisaburiy, Muslim bin al Hajjaj Abu al Hasan al Musnad as Shahih,

(daarIhyaau at Turats al „Araby)

Al-Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ Syārh Al-Muhazzāb (Terj. Muhammad Najib Al-

Muthi‟i), (Jakarta: PustakjaAzzam, 2003).

al Bukhary al Ja‟fy, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al Jami’ al Musnad, (Daru

Tuq an Najah, cetakan pertama tahun 1422 H)

Al-Khalafi, Abdul „Azim bin Badawi Al-Wajiz Ensiklopedi Fiqih dalam Al-Qur’an

As-

Sunnah As-Shahih, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2006).

Al Albani, Muhammad Nasharuddin Ringkasan Shahih Bukhari, (Terj. M. Faisal,

AdisAldizar), Cet. 1 (Jakarta: PustakaAzzam, 2007).

Anshori, Abdul Ghafur PerbankanSyari’ah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada

University, 2007).

Hakim, Abd.Atang FiqhPerbankanSyari’ah, (Bandung: RefikaAditama, 2011).

Sabiq, Sayyid FiqhSunnah (Terj. Nor Hasanuddin), (Jakarta: Pena Pundi Aksara,

2006).

Husain Shahatah Dan SiddiqMuh. Al-Amin Ad-Dhahir, Transaksi Dan EtikaBisnis

Islam, (Terj. Saptono Budi Satryo Dan Fauziah R.), (Jakarta: VisiInsani,

2005).

Al-Qurthubi, Muhamad Ibnu Rusdy Bidayatul Mujtahid WaNihayat Al-Muqtashid

(Terj. Syaikh Muhammad Wa‟iz, Dr. Muhammad Khadhrah) (Jakarta: Akbar

Media, 2003).

76

Page 89: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

Muhammad, Dasar-DasarKeuangan Islam, Cet. 1. (Yogyakarta: Ekonsia FE UII,

2004).

Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hlm. 137

Muhammad Ibnu Rusdy Al-Qurthubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayat Al-Muqtasid,

(Jakarta: Akbar Media, 2003).

Anwar, Syamsul Hukum Perjanjian Syariah: StudiTentangTeori Akad dalam Fiqh

Muamalah, (Jakarta: RajawaliPers, 2007).

Lubis K, Suhrawardi HukumEkonomi Islam, Cet. 3, (Jakarta: SinarGrafika, 2004).

Husain Syahatah Dan SiddiqMuh. Al-Amin Adh-Dhahir, Transaksi Dan EtikaBisnis

Islam.

Abbas Mirakhor Dan Zamir Iqbal, Pengantar Managemen Keuangan Islam Dari

Teori Ke Praktek, EdisiTerjemahan. (Jakata; Kencana, 2008).

SunartoZulkifli, PanduanPraktisTransaksi Perbankan Syariah, Cet. 2, (Jakarta:

Zikrul Hakim, 2003).

Al-Jamal, Muhammad Abdul Mun‟im.Ensiklopedi Ekonomi Islam.(Terj. Selangor),

(Malaysia: DewanBahasa Dan Pustaka Malaysia, 1997).

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim Zaid Al-Ma’ad, (Terj.Tahziib As-Sunan), (Jakarta:

Pustaka Al-Kausar, 2006).

Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Beirut: DarulFikri, 2008).

Citraislam.com, Jual Beli Dalam Islam, darisitus http://www.citraislam.com/jual-beli-

dalam-islam. di akses tanggal 20 Juni.

Al Imam Al-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab, (Terj. Muhammad Najib

Al Muthi‟i), (Jakarta: PustakaAzzam, 2003).

Pusat PengkajiandanPengembangan Ekomomi Islam (P3EI) Dan Bank Indonesia,

Ekonomi Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2008).

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D, (Bandung: Alfabeta, 2006).

NeongMuhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif(Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992).

SuharsimiArikunto, ManajemenPendidikan (Jakarta: RinekaCipta, 2000).

Koenijaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Cet. XI; Jakarta: PT,

Gremedia Pustaka Utama, 1991).

Page 90: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

Lexx J.Koleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Cet. XIII; Bandung: PT.

Renajayakarya, 2000).

Abadi, Al-Fairuz. Al-Qamus al-Muhit, al-Maktabah al- Syamilah,tt.

Al-Darir, Siddiq Muhammad al-Amin. Al-Gharar fi al-‘Uqud wa Atsaruhu fi al-

Tatbiqat al-Mu’asirah, Saudi Arabiyah: al-Ma‟had al-Islami Lilbuhuts wa

al-Tadrib [IDB], Cet. 1, 1993.

Ali, Atabik. & Muhdloi, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia,

Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, cet. 3, 1998.

Al-Jauzi, Ibnu al-Qayyim. Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khair al-‘Ibad, Tahqiq Shu‟aib al-Arnauti dan Ba‟du al-Qadir al-Arnauti, Beirut: Muassasah al-Risalah,

Cet. 14, 1996.

Al-Busti, Abu Sulaiman Hamdi bin Muhammad al-Khattabi. Ma’alim al-Sunan

Sharh Sunan Abu Dawud, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, Cet. 1,1991.

Al-Darir, Siddiq Muhammad al-Amin. Al-Gharar fi al-‘Uqud wa Atsaruhu fi al-

Tatbiqat al-Mu’asirah, Saudi Arabiyah: al-Ma‟had al-Islami Lilbuhuts wa

al-Tadrib [IDB], Cet. 1, 1993.

Al-Mi‟yar al-Shar‟i No. 31, “Dabit al-Gharar al-Mufsid Lilmu‟amalat al-Maliyah”.

Al-Naisaburi, Abu Bakar bin Muhammad bun Ibrahim bin al-Mundzir. Al-

Ausatfial-Sunanwaal-Ijma’waal-Ikhtilaf, Tahqiq : Sagir Ahmad bin

Muhammad Hanif, Riyad: Dar Tayyibah, Cet. 2,1998.

Al-Nawawi,AbuZakariyaMuhyiddinbinSharf.Al-Majmu‟Sharhal-Muhadzdzab, Tahqiq: Muhammad bin Najib al-Muti‟i, Cairo: Dar al-Turats al-„Arabi, 1994.

Al-Nawawi, Abu Zakariyah Muhyiddin Ibn Sharaf. Al-Majmu’ Sharh al- Muhadhab, Matba‟ah al-Tadamun al-Akhwa, 676.H.

Al-Jazari, Majiduddin Ubai al-Sa‟adat al-Mubarak bin Muhammad bin al-

Utsair. Jami al-Usul fi Ahadits al-Rasul Saw, Tahqiq oleh Abd al-Qadir

al-Arnaut Damaskus: Dar al-Bayan,1969.

Al-Zahiri, Ibnu Hazm. Al-Mahalli, Tahqiq: Ahmad Muhammad Shakir, Cairo: Maktabah Dar al-Turats,tt.

Al-Zuhaili, Wahbah. Mausu'ah al-Fiqhi al-Islami wa al-Qadayah al-Mu'asirah,

Damaskus: Dar al-Fikir al-Mu'asir, Cet. 1, 2010.

Page 91: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

Manzur, Ibnu. Lisan al-„Arab, Beirut: Dar Sadr, cet. 3, 1993,

Mustafa al-Zarqa, al-Madkhal al-„Am

Mustafa, Ibrahim. Mu‟jam al-Wasit (Istanbul: Dar al-Da‟wah, tt) Sharh Imam Nawawi „ala Sahih Muslim,

Taimiyah, Ibnu. (syaikh al-Islam) Nazariyat al-‘Aqd, Beirut: Dar al-Ma‟rifah, tt.

Taimiyah, Ibnu. Majumu’ Fatawa, Tahqiq oleh Abdul Rahman bin

Muhammad bin Qasim, (Madinah Munawwarah: Majma‟ al-Malik

Fahd, tt.

Page 92: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 93: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait
Page 94: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait
Page 95: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait
Page 96: PENGARUH GHARAR TERHADAP KEABSAHAN TRANSAKSI JUAL BELI · 2020. 3. 9. · sistem jual beli yang sesuai dengan hukum islam, dan diharapkan adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait