PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

53
PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS PADA KLIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD KOTA BANDUNG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan HERI HANDIANA YUSUF NPM. AK.2.16.019 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018 `

Transcript of PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

Page 1: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP

BERSIHAN JALAN NAPAS PADA KLIEN

DENGAN VENTILASI MEKANIK DI

RUANG INTENSIVE CARE UNIT

RSUD KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Keperawatan

HERI HANDIANA YUSUF

NPM. AK.2.16.019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2018

`

Page 2: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

i

Page 3: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

ii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Heri Handiana Yusuf

NIM : AK.216.019

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : “Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Napas

Pada Klien Terpasang Ventilasi Mekanik Di Ruang ICU

RSUD Kota Bandung”

Dengan ini menyatakan :

a. Penelitian saya, dalam skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik S.Kep, baik dari STIKes Bhakti Kencana

maupun diperguruan tinggi lain.

b. Penelitian dalam skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya

sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing.

c. Dalam penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku di STIKes Bhakti Kencana Bandung.

Bandung, 3 September 2018

Yang Membuat Pernyataan

Heri Handiana Yusuf

Ak.216.019

Page 4: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

iii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH

Dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Heri Handiana Yusuf

NIM : AK.216.019

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : “Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Napas

Pada Klien Terpasang Ventilasi Mekanik Di Ruang ICU

RSUD Kota Bandung”

Dengan ini menyatakan, bahwa saya menyetujui untuk:

a. Memberikan hak bebas untuk royalti kepada perpustakaan atau lembaga

peneliti pengabdian masyarakat (LPPM) STIKes Bhakti Kencana Bandung,

demi pengembangan ilmu pengetahuan

b. Memberikan hak penyimpanan, mengalih mediakan / mengalih formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistibusikannya, serta

menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada

perpustakaan atau LPPM, tanpa meminta ijin dari saya selama tetap

mencantumkan saya sebagai penulis / pencipta.

c. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan

pihak perpustkaan atau LPPM, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul

atau pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat

dipergunakan sebagai mana mestinya.

Bandung, 3 September 2018

Yang Membuat Pernyataan

Heri Handiana Yusuf

Ak.216.019

Page 5: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

iv

ABSTRAK

Ventilasi mekanik (Ventilator) sebagai terapi definitif untuk hipoksemia

berat, hipoventilasi alveolar dan hiperkapnia.Tujuan fisiologis ventilasi mekanik

untuk mengganti seluruh atau sebagian fungsi normal paru-paru dan pompa

ventilasi dan menyediakan fungsi dengan sedikit gangguan homeostasis sehingga

meningkatkan ventilasi alveolar. Penggunaan ventilasi mekanik dilakukan pada

sebagian besar klien yang dirawat diruang Intensive Care Unit. Klien yang

dirawat menggunakan ventilasi mekanik mendapatkan sedatif, analgetik yang kuat

dan relaksan otot, kondisi ini mengakibatkan klien tidak mampu mengeluarkan

sekret secara mandiri, hal ini beresiko terjadinya sumbatan pada jalan napas

klienselain itu sebagai salah satu tindakan guna mencegah terjadinya pneumonia

assosiated ventilation (VAP). Fisioterapi dada sebagai salah satu tindakan untuk

membantu klien dalam pengeluaran sekret.

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap

bersihan jalan napas klien.Jenis penelitan yang digunakanquasi eksperimendengan

one group pretest posttest design. Data dikumpulkan dengan menggunakan

lembar observasi yang dimodifikasi dari NANDA dengan skala nominal yang

diukur menggunakan t-test. Penarikan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian disusun ke dalam tabel melalui perhitungan distribusi

frekuensi. Didapatkan nilai p value = 0,000 < alpha 0,05. Hasil analisa

menunjukkan ada pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan napas pada

klien yang terpasang ventilasi mekanik.

Penerapan tindakanfisioterapi dada perlu dilakukan karena dapat membantu

klien dalam pengeluaran sekret sehingga dapat mencegah terjadinya prolong

ventilator dan dapat nenurunkan hari rawat klien, sehingga meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan.

Kata kunci : fisioterapi dada, intensive care unit,VAP, ventilasi mekanik,

ventilator.

Referensi : Buku 11, 2006-2017

e Book 1, 2015

Jurnal 19, 2011-2017

Page 6: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

v

ABSTRACT

Mechanical ventilation (Ventilator) as definitive therapy for severe

hypoxemia, alveolar hypoventilation and hypercapnia. Physiological porpose of

mechanical ventilation to replace the whole or part of normal lung function and

ventilation pumps and provide function with litlle homeostasis disturbance there

by increasing alveolar ventilation. The use of ventilator is carried out the majority

of client treated in the intensive care unit. Clients treated with ventilator get

sedative, strong analgetic and muscle relaxants. This condition make the client

being to enable secretions independently, this condition can make risk blockage

the client airway. Beside that, it is one of the measures to prevent the occurence of

pneumonia assosiated ventilation (VAP). Chest fisiotherapy as are of the actions

to help client in secretion expenditure.

Purpose the study was to determinated the effect of the chest physiotherapy to

cleaning of the clients airway. The type of research was used quasi experimental

with one group pretest and post test design. Data colection techniques by

modified observation sheet from NANDA with nominal scale measured using t-

test. Sampling was done by purposive sampling with a sample of 20 client.

The result of the study are arranged into table through the calculation

frequency distribution. Obtained P-Value = 0,000 < alpha 0,05. Result analysis

show influence of the chest physiotherapy to airway cleaning on the client use the

mechanical ventilation

Application chest physiotherapy measured needs tobe done because can help

client to removing secretions, help to pevent the occurance of prolong ventilatior,

can reduce client care day and to increasing the quality of nurses service.

Key words: chest physiotherapy, intensive care unit, mechanical ventilation,

ventilator.

Reference : Book 11, 2006-2017

e Book 1, 2015

Journal 19, 2011-2017

Page 7: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas kekuatan dan

kesempatan yang diberikan kepada saya, sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh

Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Klien Dengan Ventilasi

Mekanik Di Ruang Intensive Care Unit RSUD Kota Bandung” dapat diselesaikan.

Skripsi ini tidak dapat diselesaikaan tanpa kekuatan dan kesempatan yang

telah diberikan Allah SWT dan bimbingan, arahan serta dukungan yang sangat

berarti dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucakan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Yth :

1. H.Mulyana SH., M.Pd, M.Kes sebagai Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung.

2. R.Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep sebagai Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung,

3. Yuyun Sarinengsih, S.Kep., Ners., M.Kep sebagai Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Bhakti Kencana Bandung.

4. Nur Intan Hayati. H.K, S.Kep., Ners., M.Kep Sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan banyak motivasi, arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis

selama proses penyusunan skripsi.

5. Sumbara, S.Kep., Ners., M.Kep sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan

skripsi.

6. Bapak dan Ibu dosen STIKes Bhakti Kencana Bandung yang telah memberikan

ilmu khususnya ilmu keperawatan.

Page 8: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

vii

7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung dan staf terutama Ruang Intensive

Care Unit sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

8. Orang tua, Istri dan Anak-anak tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi,

mencurahkan kasih syang dan dukungan baik moril, materi dan spiritual.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan program studi S1 Keperawatan kelas

ekstensi angkatan tahun 2016 dan sahabat serta pihak lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.

Semoga semua yang telah diberikan kepada saya mendapat balasan

kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Besar harapan saya semoga ilmu

yang saya dapatkan dari perkuliahan dan penelitian ini dapat berguna bagi

kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan.

Bandung, 3 September 2018

Peneliti

Heri Handiana Yusuf

Page 9: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

PERNYATAAN ...................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH ................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 11

2.1 Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Napas ............ 35

2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................ 37

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 38

3.2 Paradigma Penelitian ......................................................................... 39

3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 41

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 42

Page 10: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

ix

3.4 Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional ................................. 43

3.5 Populasi Dan Sampel ........................................................................ 45

3.6 Pengumpulan Data ............................................................................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 59

4.1 Pembahasan ....................................................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 74

5.2 Saran .................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 32

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ................................................. 39

Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi bersihan jalan napas klien sebelum

dilakukan tehnik fisioterapi dada ......................................... 58

Tabel 4.1.2 Distribusi frekuensi bersihan jalan napas klien setelah

dilakukan tehnik fisioterapi dada ......................................... 58

Tabel 4.1.3 Pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada

klien yang terpasang ventilasi mekanik di ruang ICU

RSUD Kota Bandung ........................................................... 59

Page 12: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Posisi Postural Drainage Sesuai Letak Sekret ................... 29

Gambar 3.1 Bagan One-Group Pretest-Posttest Design ........................ 35

Gambar 3.2. Kerangka Penelitian ........................................................... 37

Gambar 3.3 Hubungan Antara Variabel X dan Variabel Y .................... 50

Page 13: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Data dan Informasi

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kota Bandung

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kota Bandung

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian Direktur RSUD Kota Bandung

Lampiran 5 Surat Ijin Melakukan Penelitian di Ruang ICU RSUD Kota Bandung

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Uji Etik Penelitian

Lampiran 7 Surat Ijin Uji Etik Penelitian

Lampiran 8 Catatan Pembimbing Uji Konten Instrumen Penelitian

Lampiran 9 Lembar Oponen

Lampiran 10 Lembar Informed Consent

Lampiran 11 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 12 Instrumen Bersihan Jalan Napas Efektif

Lampiran 13 Instrumen Pelaksanaan Tindakan Fisioterapi Dada

Lampiran 14 Tabulasi Data Hasil Penelitian

Lampiran 15 Output Analisis Statistik Penelitian

Lampiran 16 Lembar Bimbingan

Lampiran 17 Susunan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup

Page 14: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam

mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Sesuai dengan Undang-

Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 menyebutkan bahwa

Rumah Sakit mempunyai fungsi penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan

pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

(Kemenkes RI, 2012).

Salah satu ruangan intensif yang ada di rumah sakit dengan kategori

pelayanan kritis, selain instalasi kamar bedah dan instalasi gawat darurat yaitu

intensive care unit. Ruang Intensive care unit merupakan instalasi pelayanan

khusus di rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan

berkesinambungan selama 24 jam. Dalam rangka mewujudkan ruang

perawatan intensif yang memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu,

keamanan dan keselamatan perlu didukung oleh bangunan dan prasarana

yang memenuhi persyaratan teknis (Kemenkes RI, 2012).

Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan khusus yang

dikelola untuk merawat klien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit

yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta

didukung dengan kelengkapan peralatan khusus. Intensive Care Unit

merupakan tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani

Page 15: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xiv

klien yang kritis karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain yang

memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support yang kerap

membutuhkan pemantauan intensif (Depkes, 2006; Materi Pelatihan Dasar

ICU RSHS, 2012).

Sedangkan menurut Critical Care Nurses Association of The

Philippines mendefinisikan pelayanan keperawatan kritis sebagai kekhususan

dalam pelayanan keperawatan untuk menangani respon manusia dalam

mengatasi masalah yang mengancam jiwa dimana masalah tesebut dapat

berubah secara dinamis dan mengancam kehidupan secara aktual maupun

potensial (Morton, Fontaine., Hudak dan Gallo, 2013 dalam Hakim, 2018).

Klien yang di rawat di ruang ICU memiliki berbagai indikasi,

sebagian klien masuk ke ruang ICU setelah mengalami kejadian traumatis

tiba-tiba seperti penyakit akut ataupun cidera. Namun beberapa klien dirawat

di ICU untuk proses monitoring serta stabilisasi atas pembedahan yang di

rencanakan. Kondisi klien yang membutuhkan pemantauan dan terapi yang

intensif menyebabkan klien harus menggunakan alat-alat suportif seperti

ventilator, monitor ataupun alat invasif lainnya (Urden, L.D., Stacy.KM,

2010 dalam Wardah, et al, 2017).

Ruang perawatan intensif harus memiliki fasilitas untuk merawat

klien yang dalam keadaan belum stabil sesudah operasi berat atau bukan

karena operasi berat yang memerlukan secara intensif pemantauan ketat atau

tindakan segera, karena klien kritis mempunyai tingkat morbiditas dan

mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan pemantauan yang canggih dan

Page 16: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xv

terapi yang intensif yang bertujuan mengurangi kesakitan, komplikasi dan

kematian (Hudak & Gallo, 2010 dalam Andriasari, 2013).

Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif bertujuan untuk

memberikan asuhan bagi klien dengan penyakit berat yang potensial

reversibel, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan

atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum,

memberikan pelayanan kesehatan bagi klien dengan potensial atau adanya

kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian yang

dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis (Hayati, 2016).

Klien kritis merupakan keadaan yang berpotensi terjadinya disfungsi

reversible pada salah satu atau lebih organ yang mengancam kehidupan dan

memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) (Ireland, 2011; AACN,

2016 dalam Suwardianto, et al 2017). Klien kritis di ICU prevalensinya terus

meningkat setiap tahunnya, laporan World Health Organization (WHO)

tahun 2016 melaporkan bahwa kematian akibat penyakit kritis hingga kronik

di dunia meningkat sebanyak 1,1 - 7,4 juta orang dan terdapat 9,8-24,6 klien

sakit kritis dan dirawat di ICU per 100.000 penduduk (Garland, et al,2013

dalam Suwardianto, 2017).

Klien dengan kondisi kritis yang dirawat secara intensif memiliki

berbagai masalah primer seperti gagal nafas yang membutuhkan bantuan

ventilator, gagal jantung, gangguan neurologis sampai klien yang mengalami

kondisi koma (Joyce, 2002 dalam Andriasari, 2013). Klien yang dirawat di

ruang perawatan intensif dan menggunakan ventilasi rmekanik (Ventilator)

mendapatkan sedatif, analgetik yang kuat dan relaksan otot. Kondisi ini

Page 17: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xvi

mengakibatkan klien tidak mampu mengeluarkan sekret secara mandiri. Hal

ini perlu mendapatkan perhatian karena beresiko terjadinya pneumonia

assosiated ventilator (VAP). Penggunaan ventilator meningkatkan risiko

infeksi nosokomial 6-21 kali dan tingkat kematian akibat VAP adalah 24-

70% sehingga menyebabkan peningkatan hari rawat dan juga menambah

biaya pengobatan (Dick, et al,2012 dalam Cing, 2017).

Klien kritis yang dirawat di ICU berada pada risiko tinggi untuk

terjadi infeksi nosokomial pneumonia sehingga mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan, kematian dan biaya perawatan. Klien kritis dengan masa

rawat yang lama akan menimbulkan banyak masalah kesehatan yang muncul

diantaranya muncul pneumonia, kelemahan, nyeri akut, hingga masalah

semua fungsi organ tubuh karena pengaruh infeksi yang didapat saat dirawat

di ICU hingga berujung kematian (Rahmawati, 2016)

Infeksi nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab

meningkatnya angka morbidity dan mortality di rumah sakit, sehingga dapat

menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun negara

maju. Saat ini, angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu

tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. Izin operasional sebuah rumah sakit

bisa dicabut karena tingginya angka kejadian infeksi nosokomial. Bahkan

pihak asuransi tidak mau membayar biaya yang ditimbulkan akibat infeksi

nosokomial sehingga pihak penderita sangat dirugikan (Darmadi, 2008).

Tindakan perawatan ventilasi mekanik merupakan salah satu aspek

kegiatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehari-hari di ruang

intensif dalam fungsi independen dan interdependen dengan tim medis.

Page 18: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xvii

Dalam tindakan perawatan ventilasi mekanik perawat harus berhati-hati

karena mempunyai resiko yang besar seperti terjadinya infeksi nosokomial

pneumonia (Hudak, 1997). Ventilasi mekanik memberikan tekanan positif

secara kontinyu yang dapat meningkatkan pembentukan sekresi pada paru-

paru. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi dengan cara auskultasi

paru sedikitnya 2-4 jam selama klien masih terpasang ventilasi mekanik dan

post ekstubasi (Hendra, 2011).

Pada kondisi imobilisasi sekret terkumpul di jalan nafas sehingga

dapat mengganggu proses difusi oksigen dan karbondioksida di alveoli, selain

itu upaya batuk untuk mengeluarkan sekret juga terhambat karena

melemahnya tonus otot-otot pernapasan. Sekresi yang menumpuk di bronkus

dan paru menyebabkan pertumbuhan bakteri, sekresi yang stagnan dapat

dikurangi dengan mengubah posisi klien. Perubahan posisi mereposisikan

paru yang menggantung dan memobilisasikan sekret (Andina & Yuni, 2017).

Terapi keperawatan yang digunakan untuk mengatasi masalah bersihan jalan

napas yaitu dengan latihan napas dalam, batuk efektif, penghisapan sekret dan

fisiotherapi dada (Arif Muttaqin, 2008).

Fisoterapi dada adalah sejumlah tindakan dengan melakukan drainage

postural, clapping dan vibrating (Andina & Yuni, 2017; Arif, 2008).

Fisioterapi dada dimulai dengan melakukan perubahan atau mengatur posisi

kepala atau dada lebih rendah dalam waktu 15 menit untuk menyalurkan

sekresi dengan pengaruh gravitasi kemudian dilanjutkan dengan memberikan

tepukan dan vibrasi pada klien, dilakukan 2-3x / hari tergantung seberapa

banyak akumulasi sekret di klien. Waktu terbaik melakukan tindakan ini yaitu

Page 19: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xviii

sebelum klien makan dan malam hari, penting untuk diingat tindakan ini tidak

dilakukan setelah klien makan karena dapat merangsang muntah (Andina &

Yuni, 2017).

Penelitian fisioterapi dada sebelumnya telah dilakukan untuk

pencegahan masalah bersihan jalan napas dilakukan oleh Khusnul Khotimah

pada tahun 2017 dengan judul “Studi Deskriptif Tentang Tindakan

Keperawatan Pada Pasien PPOK Di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan

Salatiga” menunjukan gambaran tindakan pemberian posisi (semi fowler,

fowler, condong kedepan) dapat membantu klien mengeluarkan dahak

sehingga mengurangi keluhan sesak napas dan peningkatan saturasi oksigen.

Hasil lainnya ditunjukan dalam kajian penelitian Febriana Sukoco Putri tahun

2015 dengan judul “Pemberian Posisi Postural Drainage Terhadap

Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Di

RSUD Karang Anyar” dan Arif Wibowo tahun 2016 dengan judul “Upaya

Penanganan Gangguan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Tuberculosis Di

RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro” , menunjukan bahwa dengan melakukan

intervensi keperawatan selama tiga hari pada klien adalah efektif untuk

mengeluarkan dahak yang ditunjukan oleh hasil klien mampu mengeluarkan

dahak sehingga sesak klien berkurang.

Hasil yang sama juga ditunjukan pada hasil penelitian Suci Khasanah,

Madyo Maryoto (2012) dengan judul “Efektifitas Posisi Condong Ke Depan

(CKD) Dan Pursed Lips Breathing (PLB) Terhadap Peningkatan Saturasi

Oksigen Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan hasil penelitian

tahun 2016 oleh Priadi, Nanang Ilham Setyaji dan Angelin Kusuma Pertiwi di

Page 20: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xix

Rumah Sakit Dungus, Madiun, Dengan judul “Pengaruh Fisioterapi Dada

Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK) Di Rumah Sakit Dungus Madiun, Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan kadar saturasi oksigen setelah melakukan teknik

postural drainage efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung adalah rumah sakit milik

Pemerintah Kota Bandung tipe B dengan tingkat paripurna sebagai salah satu

fasilitas kesehatan yang menjadi rujukan yang berada di wilayah Bandung

Timur, memiliki pelayanan rawat jalan, rawat inap, instalasi gawat darurat,

kamar bedah dan ruangan intensif yaitu ICU, NICU dan PICU. Intensive

Care Unit (ICU) di RSUD Kota Bandung merupakan ruang ICU Sekunder

dengan kapasitas lima tempat tidur dan satu ruang isolasi, PICU memiliki

kapasitas dua tempat tidur serta NICU tiga tempat tidur.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota

Bandung bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2018 diperoleh data

kunjungan klien yang dirawat di ruang ICU sebanyak 85 klien dengan

pemakaian ventilasi mekanik 50 klien dengan mode dan diagnosa medis yang

berbeda-beda. Penggunaan ventilasi mekanik sering digunakan pada klien

yang mengalami gagal nafas akut 27 klien (54%), klien yang mengalami

penurunan kesadaran 16 klien (32%) serta pada klien post operasi yang

mengalami gangguan hemodinamik 7 klien (14%). Dari laporan pelayanan

rawat inap ruang ICU angka LOS (Length Of Stay) 9,43, BTO (Bed Turn

Over) 2,8 dan TOI (Turn Over Interval) 1,36.

Page 21: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xx

Dari hasil observasi dan wawancara pada kepala ruangan dan perawat,

masalah yang timbul pada klien yang terpasang ventilasi mekanik mengalami

beberapa masalah salah satunya yaitu produksi sekret yang berlebihan, sekret

yang kental sehingga menyebabkan terjadinya flaque sekret di ETT sehingga

dilakukan reintubasi, terjadi kegagalan penyapihan ventilasi mekanik, klien

yang mengalami ketergantungan pemakaian ventilasi mekanik dengan jangka

panjang (Prolong ventilator) sehingga hari rawat klien di ruang ICU menjadi

lama. Untuk mengatasi masalah sekret telah ada Standar Pelayanan

Operasional (SPO) tentang tindakan fisiotherapi dada namun belum pernah

dilakukan evaluasi untuk tindakan tersebut.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk

melakukan kajian pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas

pada klien yang terpasang ventilasi mekanik sehingga dapat membantu proses

penyapihan ventilasi mekanik, hal tersebut dapat berdampak terhadap

penurunan hari rawat klien di ruang ICU menurun sehingga turn over klien

yang membutuhkan ruang perawatan intensif lebih cepat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana pengaruh tehnik pembersihan jalan

napas dengan fisiotherapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada klien yang

terpasang ventilasi mekanik”

Page 22: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxi

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas

pada klien yang terpasang ventilasi mekanik di ruang ICU RSUD

Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi bersihan jalan napas klien sebelum dilakukan

tehnik fisioterapi dada.

2. Mengidentifikasi bersihan jalan napas klien sesudah dilakukan

tehnik fisioterapi dada.

3. Mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan

napas pada klien yang terpasang ventilasi mekanik di ruang ICU

RSUD Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.1.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi Pendidikan

Sebagai sarana kepustakaan untuk mahasiswa keperawatan tentang

salah satu intervensi penanganan bersihan jalan napas dengan

menggunakan tehnik fisioterapi dada terutama pada klien yang

terpasang ventilasi mekanik.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai Evidence Base untuk data dasar pada penelitian tentang

fisioterapi dada khususnya pada klien yang terpasang ventilasi

Page 23: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxii

mekanik ataupun klien dengan gangguan bersihan jalan nafas

sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan.

1.1.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Tempat Penelitian

Dengan mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan

jalan napas dapat menjadi evaluasi terhadap standar prosedur yang

telah ada sehingga bisa menyusun rencana tindak lanjut selanjutnya

untuk dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan.

2) Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan tehnik fisioterapi dada dalam rangka

penerapan asuhan keperawatan, sehingga mengurangi kegagalan

dalam proses penyapihan ventilasi mekanik sehingga dapat

menurunkan hari rawat klien.

Page 24: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxiii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Intensive Care Unit

1. Pengertian

Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan khusus yang

dikelola untuk merawat klien sakit berat dan kritis, cedera dengan

penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan

terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus (Materi

Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012).

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif meliputi :

1) Diagnosa dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang

mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa

menit sampai beberapa hari.

2) Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi tubuh sekaligus

melakukan penatalaksanaan spesifik pemenuhan kebutuhan dasar.

3) Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap

komplikasi yang ditimbulkan oleh :

(1) Penyakit

(2) Kondisi klien menjadi buruk karena pengobatan

4) Memberikan bantuan psikologis pada klien yang bergantung pada fungsi

alat / mesin dan orang lain.

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

Page 25: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxiv

3. Klasifikasi Pelayanan ICU

Pelayanan ICU dapat dikasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

1) ICU Primer

Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada

klien yang memerlukan perawatan ketat, mampu melakukan resusitasi

jantung paru dan memberikan ventilasi bantuan 24-48

jam.Kekhususan yang wajib dimiliki oleh ICU primer adalah :

(1) Ruang tersendiri, letaknya dengan kamar bedah, ruang darurat

dan ruang rawat pasien lain

(2) Memiliki kebijakan / kriteria klien masuk dan keluar

(3) Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala

(4) Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung

paru

(5) Konsulen yang siap membantu harus siap dipanggil

(6) Memiliki 25 % jumlah perawat yang cukup, telah memiliki

sertifikat pelatihan intensif minimal satu orang per shift

(7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium

tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan

fisioterapi

2) ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder mampu memberikan ventilasi bantu

lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tapi tidak terlalu

kompleks.

Kekhususan yang wajib dimiliki oleh ICU sekunder adalah :

Page 26: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxv

(1) Ruang tersendiri, letaknya berdekatan dengan kamar bedah, ruang

darurat dan ruang rawat pasien lain

(2) Memiliki kebijakan / kriteria klien masuk, keluar dan rujukan

(3) Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat

menanggulangi setiap saat bila diperlukan

(4) Kepala ICU oleh dokter konsultan intensif care atau bila tidak

tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi yang bertanggung

jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal yang

mampu melakukan resusitasi jantung paru dasar dan lanjut.

(5) Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU

yang minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan

bedah selama 3 tahun

(6) Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanik beberapa

lama dan dalam batas tertentu, melakukan pemantauan invasif

dan usaha-usaha penunjang hidup

(7) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium

tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan

fisioterapi

(8) Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi

3) ICU Tersier

Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek

secara keseluruhan, mampu memberikan pelayanan yang tertinggi

termasuk dukungan atau bantuan hidup multi sistem yang kompleks

Page 27: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxvi

dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan

bantuan renal ekstrakorporeal dan pemantauan kardiovaskuler invasif .

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

4. Standar Fasilitas Dan Sarana Di Ruang ICU

1) Desain area pasien terbuka (12-16 m2)

2) Unit tertutup (16-20 m2)

3) Outlet oksigen

4) Vakum

5) Stop kontak

6) Air Conditioner dengan suhu ruangan 23-25 derajat celcius

7) Ruangan (Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih, Ruang

tempat pembuangan kotoran, Ruang perawat, Ruang staf dokter,

Ruang tunggu keluarga klien, laboratorium)

8) Peralatan monitoring (Cardiac Output Computer), Analisa oksigen,

Mesin EKG 12 lead, Mesin EEG / fungsi cerebral, Analisa gula

darah, Analisa gas darah, Analisa elektrolit, Tempat tidur yang

mempunyai ukur berat badan, Alat untuk memindahkan klien,

Analisa CO2 ekspirasi, Monitor EKG 3 lead, suhu, nadi, tekanan

darah)

9) Peralatan bantu pernapasan (Ventilasi mekanik, Alat bronkhoskopi

fiberoptik, Trakchesotomy set, Intubasi set, Resuscitator manual,

Krikotirotomy set, Humidifier, Oksigen set, Masker oksigen)

10) Peralatan renal (Set Continous Erterivenous Hemofiltration, Mesin

hemodialisa, alat peritoneal dialisa)

Page 28: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxvii

11) Peralatan lainnya (Tempat tidur multifungsi, Autoclave, Drip stands,

Trolley ganti balutan, Matras pemanas/pendingin, Blood warmer,

Infus pump, Syringe pump, NGT pump, Bed pans, Alat anti

dekubitus)

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

5. Kriteria Klien Masuk Dan Keluar ICU

1) Kriteria klien masuk

(1) Priotitas I

Klien sakit kritis yang memerlukan terapi intensif seperti

bantuan ventilasi, bantuan CVS (Cardiovaskuler Suport) baik

secara mekanik maupun dengan obat-obatan, memerlukan

hemodialisa kontinyu.

(2) Prioritas II

Klien memerlukan pemantauan canggih di ICU, contoh : kateter

arteri pulmonal, klien dengan gangguan irama jantung dengan

ancaman fibrilasi, klien dengan gangguan fungsi paru dengan

ancaman gagal napas, klien dengan ancaman gagal ginjal akut

yang tidak dapat diatasi pasca bedah mayor.

(3) Prioritas III

Klien sakit kritis dan tidak stabil dimana penyakit yang

mendasarinya tidak mendapat manfaat dari terapi di ICU.

Misalnya klien dengan keganasan metastatic disertai penyulit

infeksi.

Page 29: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxviii

(4) Pengecualian

Klien tidak mempunyai kriteria yang sesuai untuk masuk ICU,

hanya dapat masuk dengan pertimbangan atas persetujuan

kepala ICU, contoh pada klien yang mengalami brain death bila

potensial donor organ.

2) Kriteria klien keluar

(1) Priotitas I

Klien dipindahkan apabila tidak membutuhkan lagi perawatan

intensif atau bila terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka

pendek jelek, sedikit kemungkinan untuk pulih kembali, sedikit

kemungkinan keuntungan bila perawatan intensif diteruskan.

(2) Prioritas II

Klien dipindahkan bila hasil pemantauan intensif menunjukan

perawatan intensif tidak dibutuhkan, pemantauan intensif

selanjutnya tidak diperlukan lagi.

(3) Prioritas III

Klien dipindahkan apabila perawatan intensif tidak dibutuhkan

lagi, diketahui kemungkinan untuk pulih lagi kembali sangat

kecil. Keuntungan dari terapi intensif selanjutnya sangat kecil.

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

6. Tujuan Perawatan Intensif

Tujuan dari keperawatan intensif adalah :

1) Menyelamatkan kehidupan

2) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui

observasi dan pemantauan yang ketat disertai kemampuan

Page 30: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxix

menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak

lanjut

3) Meningkatkan kualitas hidup klien dan mempertahankan kehidupan

4) Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh klien

5) Mengurangi angka kematian dan kecacatan klien kritis dan

mempercepat proses penyembuhan

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

7. Ketenagaan Ruang ICU

Kualifikasi ketenagaan perawatan juga tergantung dari kualifikasi

pelayanan perawatan intensif primer, sekunder atau tersier. Staf yang

bekerja di unit perawatam intesif terdiri dari empat kelompok, yaitu

dokter, perawat, tenaga penunjang (eletromedik, laboratoris, fisioterapis,

apoteker, ahli gizi, radiografer dan pekerja sosial) serta administrasi.

Staf perawat ICU adalah perawat profesional yang mampu

memberikan asuhan keperawatan pada klien kritis melalui integrasi

kemampuan ilmiah dan keterampilan khusus serta diikuti oleh nilai-nilai

kemanusiaan (Materi Pelatihan Dasar ICU, 2012).

Penetapan jumlah tenaga perawat di unit perawatan intensif

direkomendasikan formulasi ketenagaan sebagai berikut :

Keterangan :

A = Jumlah shift perhari

B = Jumlah tempat tidur di unit

C = Jumlah hari yang dipakai dalam satu minggu

A x B x C x D x E

F x G

Page 31: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxx

D = Jumlah klien yang menginap

E = Tenaga tambahan untuk libur, sakit (biasanya 25%)

F = Rasio perawat dengan klien (tergantung dari kompleksitas kondisi

klien)

G = Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam satu minggu

(Sumber :Management of Intensive Care, Guidelines for Better Use of Resources dalam

Modul pelatihan dasar ICU RSHS, 2012)

2.1.2 Ventilasi Mekanik

1. Pengertian

Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi

memberikan bantuan nafas klien dengan cara memberikan tekanan

udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan yang digunakan

untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk

mempertahankan oksigenasi (Brunner dan Suddarth, 2002).

Ventilasi mekanik (Ventilator) adalah suatu alat bantu mekanik

yang berfungsi memberikan bantuan nafas klien dengan cara

memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas

buatan untuk menghasilkan volume paru tertentu. Ventilasi mekanik

merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU

(Modul Simposium Hipercci, 2018).

2. Indikasi pemasangan ventilasi mekanik

1) Gangguan Ventilasi

(1) Gangguan fungsi otot-otot pernapasan.

Page 32: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxi

(2) Penyakit-penyakit neuromuskuler

(3) Gangguan pusat pernafasan

(4) Peningkatan resistensi pernapasan

2) Gangguan Oksigenasi

(1) Hipoksemia yang refrakter

(2) Dibutuhkan PEEP (Positive End Expiratory Preasure)

(3) Work Of Breathing yang berlebihan

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

3. Tujuan ventilasi mekanik

1) Tujuan Fisiologis

(1) Memperbaiki ventilasi alveolar (PCO2 dan PH)

(2) Memperbaiki oksigenasi arteri (PO2, saturasi dan CO2)

(3) Meningkatkan inflasi paru akhir inspirasi

(4) Meningkatkan FRC (Kapasitas residu fungsional)

(5) Menurunkan kerja otot-otot pernapasan (WOB)

2) Tujuan Klinis

(1) Koreksi asidosis respiratorik akut

(2) Koreksi hipoksemia (meningkatkan PaO2, saturasi > 90% atau

PaO2 > 60% mmHg untuk mencegah hipoksia jaringan)

(3) Menghilangkan Respiratory Distress

(4) Mencegah dan menghilangkan atelektasis

(5) Menghilangkan kelelahan otot bantu napas

(6) Untuk fasilitas akibat pemberian sedasi yang dalam atau

pelumpuh otot

Page 33: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxii

(7) Menurunkan konsumsi oksigen miokard atau sistemik (ARDS,

Syok Kardogenik)

(8) Menurunkan tekanan intrakranial (hiperventilasi) pada trauma

kepala tertutup

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

4. Jenis ventilasi mekanik

1) Ventilator tekanan negatif

Ventilator tekanan negatif merupakan ventilator original.

Prinsipnya mengeluarkan dan mengganti gas dari chamber

ventilator. Ventilator ini tidak memerlukan ETT karena ventilator

ini membungkus tubuh klien. Namun ventilator ini tidak dipakai

lagi karena menimbulkan suara bising dan susah perawatan.

2) Ventilator tekanan positif

Merupakan ventilator yang saat ini digunakan, ventilator ini

memerlukan pemasangan Endotrakheal Tube (ETT) atau

trakheostomi. Prinsip ventilator ini menggunakan tekanan positif

untuk mendorong oksigen ke dalam paru-paru klien. Inspirasi dapat

dimulai oleh waktu atau trigger oleh klien sendiri.

(Sumber : Modul Pelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

5. Jenis hantaran napas ventilasi mekanik

1) Mandatory Breath

Ventilator mengambil alih seluruh siklus pernapasan (mulai

bernapas, mengendalikan pasokan inspirasi dan mengakhiri

inspirasi).

Page 34: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxiii

2) Assisted Breath

Inspirasi dimulai oleh klien, tetapi ventilator mengendalikan fase

inspirasi dan akhir inspirasi.

3) Spontaneous Breath

Klien mengendalikan seluruh siklus pernapasan.

(Sumber : ModulPelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

6. Masalah yang timbul dari pemasangan ventilasi mekanik

1) Artificial ways

Merupakan masalah yang sangat serius yang harus segera diatasi.

Penyebab yang biasa terjadi disebabkan oleh :

(1) ETT yang terlalu dalam, sehingga bisa menyebabkan

atelektasis dari paru-paru kiri.

(2) ETT yang tertarik sampai diatas pita suara, keadaan ini bisa

menyebabkan distress mendadak dengan penurunan volume

tidal dan adanya kebocoran udara lewat hidung dan mulut.

(3) Herniasi dari cuff ETT dapat menyebabkan oklusi.

(4) Ruptur dari cuff ETT tanda yang didapat berupa penurunan

tidal volume dari yang di set awal.

(5) ETT kinking atau terlipat. Biasanya didapat tanda-tanda

obstruksi

2) Sekret

Masalah sekret dapat ditimbulkan oleh sekret yang terlalu kental

atau terlalu banyak, sehingga dapat terjadi obstruksi pada ETT.

Page 35: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxiv

3) Pneumothoraks

Kejadian respiratory distress yang mendadak pada pemasangan

ventilasi mekanik. Kejadian ini terjadi pada 43% klien yang

mendapatkan peak inspiratory preasure > 70 cm H2O, klien dengan

ARDS, COPD, Pneumonia.

4) Bronchospasme

Terdapat tanda-tanda peningkatan WOB, wheezing, retraksi supra

sternal, intercostal. Terapi yang dilakukan untuk mengatasinya

dengan memberikan bronchodilator per inhalasi, parenteral

corticosteroid dan theophyline.

5) Distensi abdomen

Distensi abdomen dapat menyebabkan perubahan pada otot

diafragma yang menonjol ke arah thoraks dan akan menyebabkan

atelektasis basiler dan akan berpengaruh terhadap ventilasi dan

perfusi.

6) Agitasi

Agitasi biasnya disebabkan karena adanya nyeri, cemas, delirium

dan dypnea.

(Sumber : ModulPelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

7. Asuhan keperawatan pada klien yang terpasang ventilasi mekanik

1) Pengkajian

Pengkajian dengan pendekatan sistemklien dengan penggunaan

ventilasi mekanik adalah :

Page 36: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxv

(1) Keadaan Umum

Kaji tingkat kesadaran klien. kaji pola napas klien, kaji riwayat

penyebab yang menyebabkan ketidakadekuatan pernapasan

(syok, trauma, penyakit yang merusak otot-otot pernapasan,

penyakit paru).

(2) Status Neurologi

Reflek cahaya menurun, ukuran pupil > 2mm, penurunan

kesadaran dari apatis sampai koma.

(3) Status Respirasi

Napas pendek/cepat dan dangkal, cuping hidung, adanya

ronkhi, wheezing, dan ekspirasi memanjang saat diauskultasi,

batuk tampak produktif tapi sekret sukar dikeluarkan,

banyaknya produksi sekret, adanya penggunaan otot bantu

pernapasan, Respirasi Rate< 10x permenit atau > 40x permenit

(4) Status Kardiovaskuler

Takhikardia atau bradikardia, tekanan darah dapat meningkat /

menurun, CVP dapat meningkat / menurun, distensi vena

jugularis

(5) Gatrointestinal

Ascites atau hepatomegali, tekanan diafragma meningkat

(6) Musculoskeletal

Atrofi otot, kekuatan otot menurun

Page 37: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxvi

(7) Ekstremitas

Pucat, akral dingin, sianosis pada kedua ekstremitas dan CRT

> 2 detik

2) Pemeriksaan Penunjang

(1) Analisa Gas Darah Arteri

Pemeriksaan analisa gas darah arteri penting untuk

menentukan adanya asidosis dan alkalosis respiratorik, serta

untuk mengetahui apakah klien mengalami asidosis atau

alkalosis metabolik, atau keduanya pada klien yang sudah lama

mengalami gagal napas. Selain itu pemeriksaan ini untuk

mengetahui oksigenasi serta evaluasi kemajuan terapi atau

pengobatan yang diberikan kepada klien.

(2) Radiologi

Berdasarkan pada poto thorak AP dan lateral serta fluoroskopi

akan banyak data yang diperoleh seperti terjadinya hiperinflasi,

pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks, sembab

paru dan tumor paru.

(3) Pengukuran Fungsi Paru

Pemeriksaan spirometri untuk mengetahui ada tidaknya

gangguan obstruksi dan restriksi paru.

(4) Elektrokardiogram

Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada hasil rekam

EKG yang ditandai gelombang P meninggi pada lead II, III

dan aVF, serta jantung yang mengalami hipertrofi ventrikel

Page 38: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxvii

kanan. Iskemia dan aritmia jantung sering dijumpai pada

gangguan ventilasi dan oksigenasi.

(5) Pemeriksaan Sputum

Pada pemeriksaan ini untuk menentukan warna, bau dan

kekentalan sputum. Selain itu pemeriksaan ini juga untuk

pemeriksaan kultur dan uji kepekaan obat, sehingga dapat

menentukan antibiotik yang tepat sesuai hasil kultur.

(6) Laboratorium

Pemeriksaan Hb, Hematokrit serta elektrolit

8. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan penggunaan

ventilasi mekanik

1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya benda

asing pada trakhea, batuk tidak efektif, produksi sekresi paru

meningkat.

2) Gangguan pertukaran gas pada hipoventilasi alveolar berhubungan

dengan perubahan ventilasi/perfusi, peningkatan permeabilitas

membran alveoli kapiler paru.

3) Cemas berhubungan dengan situasi kritis, ketergantungan alat

4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan

neuromuskular

5) Gangguan membran mukosa oral berhubungan dengan ketidak

mampuan menelan, terpasang tube

6) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolisme

Page 39: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxviii

7) Tidak efektifnya respon proses penyapihan alat bantu napas

berhubungan dengan ketergantungan alat bantu napas, akumulasi

sekret

8) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, penumpukan

sekret

9) Resiko injury : tracheamalasi, fistel trechesofagus berhubungan

dengan pemakaian tube yang lama

(Sumber : ModulPelatihan Dasar ICU RSHS, 2012)

2.1.3 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

1. Pengertian

Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan ketika

seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial

pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk

batuk secara efektif (Lynda Juall Carpenito, 2006).

Obstruksi jalan nafas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi

pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara

efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan

akibat penyakit infeksi, imobilisasi, statis sekresi dan batuk tidak efektif

karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskuler accident (CVA),

efek pengobatan sedatif (Hidayat, 2006).

2. Penyebab

Penyebab terjadinya bersihan jalan napas tidak efektif (Lynda Juall

Carpenito, 2006) dapat disebabkan oleh :

1) Infeksi

Page 40: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xxxix

2) Disfungsi neuromuscular

3) Hyperplasia dinding bronkus

4) Alergi jalan nafas

5) Asma

6) Trauma

7) Obstruksi jalan nafas

8) Spasme jalan nafas

9) Sekresi tertahan

10) Penumpukan sekret

11) Adanya benda asing di jalan nafas

12) Adanya jalan nafas buatan

13) Sekresi bronkus

14) Adanya eksudat di alveolus

3. Mekanisme bersihan napas tidak efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan ketika

seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial

pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk

batuk secara efektif (Lynda Juall Carpenito, 2006).

Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak

normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,

imobilisasi, adanya benda asing, statis sekresi batuk yang tidak efektif

karena penyakit persyarafan seperti Cerebrovaskular Accident (CVA).

Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang menghasilkan lendir

Page 41: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xl

sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah

menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan

mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang terjebak di

bagian distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih keras

untuk mengeluarkan udara tersebut (Hidayat, 2006).

4. Penatalaksanaan bersihan jalan napas

1) Farmakologi

(1) Antibiotik

Pemberian antibiotik diberikan sebaiknya setelah diperoleh hasil

kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab.

(2) Bronkhodilator

Untuk klien sesak napas dapat diberikan bronkhodilator sesuai

dengan faktor penyebab penyakit. Ada dua golongan

bronkhodilator yang sering digunakan, yaitu golongan

simpatetik dan derivat santin.

(3) Kortikosteroid

Fungsi kortikosteroid untuk mengurangi peradangan terutama

pada asma bronkhial, diberikan dengan dosis 200 mg setiap 6

jam.

2) Non Farmakologi

(1) Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi yang

digunakan dengan kombinasi untuk memobilisasi sekresi

pulmonar. Fisioterapi dada direkomendasikan untuk klien-klien

Page 42: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xli

yang memproduksi sputum lebih dari 30cc per hari atau

menunjukkan bukti atelektasis dengan sinar X dada. Terapi ini

terdiri dari drainase postural, perkusi dada dan vibrasi.

Fisioterapi dada harus diikuti dengan batuk produktif dan

penghisapan pada klien yang mengalami penurunan kemampuan

untuk batuk (Potter & Perry, 2006).

(2) Penghisapan secret (Suctioning)

Merupakan suatu tindakan penghisapan yang bertujuan

untuk mempertahankan jalan napas, dengan cara mengeluarkan

secret dari jalan napas sehingga memungkinkan pertukaran gas

yang adekuat.

Sumber : Arifn Mutaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan

5. Indikator ketidakefektifan bersihan jalan napas

Indikator ketidakefektifan bersihan jalan napas (Nanda, 2015)

sebagai berikut :

1) Batuk yang tidak efektif

2) Dispnea

3) Gelisah

4) Kesulitan verbalisasi

5) Mata terbuka lebar

6) Ortopnea

7) Penurunan bunyi napas

8) Perubahan frekeuensi napas

9) Perubahan pola napas

Page 43: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xlii

10) Sianosis

11) Sputum dalam jumlah berlebihan

12) Suara napas tambahan

13) Tidak ada batuk

2.1.4 Fisioterapi Dada

(1) Pengertian

Fisoterapi dada adalah sejumlah tindakan dengan melakukan drainage

postural, clapping dan vibrating (Andina & Yuni, 2017). Fisioterapi

dada termasuk didalamnya adalah drainase postural, perkusi dan

vibrasi dada, latihan pernapasan dan batuk efektif. (Arif, 2008).

(2) Tujuan fisioterapi dada

1) Meningkatkan efisiensi pola pernapasan

2) Membersihkan jalan napas

3) Membuang sekresi bronkhial

4) Memperbaiki ventilasi

5) Meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan

Sumber : Andina (2017), Kebutuhan Dasar Manusia & Arif (2008) Asuhan Keperawatan

Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan)

(3) Prosedur kerja

(1) Persiapan alat : bantal (dua-tiga) atau papan pemiring atau

pendongak, tisu wajah, wadah (sputum pot) bertutup berisi

desinfektan, sarung tangan, sampiran.

(2) Persiapan lingkungan : jaga privasi klien selama prosedur serta

ciptakan lingkungan yang tenang.

Page 44: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xliii

(3) Persiapan klien dan perawat

1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan dan tujuan

kepada klien / keluarga klien.

2. Atur posisi klien untuk mengalirkan sekret dari area paru

tertentu

(4) Pelaksanaan tindakan

1. Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan

2. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase berdasarkan

pengkajian semua bidang paru, data klinis, dan gambaran

foto dada

3. Atur posisi tidur sesuai dengan letak sekret. Letakkan bantal

atau papan untuk menyangga dan kenyamanan

4. Pertahankan posisi selama 10 sampai 15 menit

5. Lakukan clapping dan vibrasi sesuai dengan area sekret

6. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam wadah yang bersih.

Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan penghisapan

(suctioning)

7. Selama prosedur observasi tanda-tanda vital klien

8. Cuci tangan

(5) Evaluasi : Konsistensi Sekret (encer atau kental), sekret dapat

keluar, klien tampak nyaman

(6) Posisi postural drainage sesuai letak sekret :

1. Semi fowler apabila daerah yang akan di drainage ada pada

lobus atas bronkhus apikal

Page 45: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xliv

2. Posisi tegak 45 derajat, apabila daerah yang akan di drainage

adalah bronkhus posterior

3. Posisi berbaring apabila yang akan di drainage daerah

bronkhus anterior

4. Posisi trendelenburg dengan sudut 30 derajat kemudian

sedikit miring kanan apabila yang akan di drainage daerah

bronkhus superior dan inferior

5. Posisi condong dengan bantal dibawah panggul apabila yang

akan didrainage bagian bronkhus apikal

6. Posisi trendelenburg dengan sudut 45 derajat kemudian

sedikit miring kanan apabila yang akan di drainage daerah

bronkhus medial

7. Posisi trendelenburg dengan sudut 45 derajat kemudian

sedikit miring kiri apabila yang akan di drainage daerah

bronkhus lateral

8. Posisi trendelenburg dengan sudut 45 derajat dengan bantal

dibawah panggul apabila yang akan di drainage daerah

bronkhus posterior

Gambar 2.1.Posisi Postural Drainage Sesuai Letak Sekret

Page 46: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xlv

(7) Area claping dan vibrasi

1. Daerah bronkhus apikal, clapping dan vibrasi dilakukan di

seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula.

2. Daerah bronkhus posterior, clapping dan vibrasi dilakukan

pada lebar bahu masing-masing.

3. Daerah bronkhus anterior, clapping dan vibrasi dilakukan

pada dada depan dibawah klavikula.

4. Daerah lobus tengah (bronkhus medial dan lateral),

clapping dan vibrasi dilakukan pada anterior dan lateral

dada kanan serta lipat letiak sampai midanterior dada.

5. Daerah bronkhus superior dan inferior, clapping dan vibrasi

dilakukan pada lipat ketiak kiri sampai midanterior dada.

6. Daerah bronkhus apikal, clapping dan vibrasi dilakukan

pada sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi.

7. Daerah bronkhus medial, clapping dan vibrasi dilakukan

pada sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi.

8. Daerah brokhus lateral, clapping dan vibrasi dilakukan pada

sepertiga bawah kosta posterior kanan.

9. Daerah bronkhus posterior, clapping dan vibrasi dilakukan

pada sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi.

Sumber : Andina (2017), Kebutuhan Dasar Manusia & Arif (2008) Asuhan

Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistemn Pernapasan)

Page 47: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xlvi

2.1.5 Saturasi Oksigen

1. Pengertian

Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan

dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 –

100 %. Dalam kedokteran, oksigen saturasi (SO2) sering disebut sebagai

"SATS" untuk mengukur persentase oksigen yang diikat oleh

hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang

rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah

proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh

(Hidayat, 2007).

2. Pengukuran Saturasi Oksigen

Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa

tehnik. Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk

memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau

mendadak (Tarwoto, 2006). Adapun cara pengukuran saturasi oksigen

antara lain :

(1) Saturasi oksigen arteri (SaO2) nilai di bawah 90% menunjukan

keadaan hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ).

Hipoksemia karena SaO2 rendah ditandai dengan sianosis. Oksimetri

nadi adalah metode pemantauan non invasif secara kontinyu

terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Meski oksimetri

oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri

oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien

terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak.

Page 48: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xlvii

Oksimetri nadi digunakan dalam banyak lingkungan, termasuk unit

perawatan kritis, unit perawatan umum dan pada area diagnostik dan

pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi oksigen selama

prosedur.

(2) Saturasi oksigen vena (SvO2) diukur untuk melihat berapa banyak

mengkonsumsi oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, SvO2 di

bawah 60%, menunjukkan bahwa tubuh adalah dalam kekurangan

oksigen dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran ini sering

digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru (Extracorporeal

Sirkulasi) dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak

aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.

(3) Tissue oksigen saturasi (StO2) dapat diukur dengan spektroskopi

inframerah dekat. Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran

tentang oksigenasi jaringan dalam berbagai kondisi.

(4) Saturasi oksigen perifer (SpO2) adalah estimasi dari tingkat

kejenuhan oksigen yang biasanya diukur dengan oksimeter pulse.

Pemantauan saturasi O2 yang sering adalah dengan menggunakan

oksimetri nadi yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan

terbesar dalam pemantauan klinis (Giuliano & Higgins, 2005).

3. Alat dan tempat pengukuran

Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua

diode pengemisi cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah)

pada satu sisi probe, kedua diode ini mentransmisikan cahaya merah dan

Page 49: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xlviii

inframerah melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau daun

telinga, menuju foto detektor pada sisi lain dari probe (Welch, 2005).

4. Faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi oksigen

Kozier (2010) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi

bacaan saturasi :

(1) Hemoglobin (Hb) Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun

nilai Hb rendah maka akan menunjukkan nilai normalnya. Misalnya

pada klien dengan anemia memungkinkan nilai SpO2 dalam batas

normal.

(2) Sirkulasi Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika

area yang di bawah sensor mengalami gangguan sirkulasi.

(3) Aktivitas Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area

sensor dapat menggangu pembacaan SpO2 yang akurat.

2.1.6 Peran Perawat

Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri

dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,

koordinator, konsultan, dan peneliti (Hidayat, 2008)

Menurut teori keperawatan Virginia Henderson bahwa fungsi unik

perawat adalah mengkaji individu, baik yang sakit maupun yang sehat

dengan memberikan dukungan kepada kesehatan, penyembuhan serta agar

meninggal dengan damai. Individu tersebut mungkin saja tidak

membutuhkan bantuan jika dia telah memiliki hal-hal yang dibutuhkan

seperti kekuatan diri, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan. Dengan

Page 50: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

xlix

kondisi ini perawat tetap perlu melakukan upaya-upaya untuk membantu

individu meningkatkan kebebasan dirinya secepat mungkin. Sebagai

seorang yang membantu klien, perawat harus selalu mengakui bahwa

terdapat pola kebutuhan klien yang harus dipenuhi dan juga perawat harus

selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi klien sebanyak mungkin.

Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara

perawat dan klien. Menurut Henderson, hubungan perawat dengan klien

terbagi menjadi tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung

hingga hubungan sangat mandiri.

1. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi klien.

2. Perawat sebagai penolong (helper) bagi klien.

3. Perawat sebagai mitra (partner) bagi klien.

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan

bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta

bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar

manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan

perawatan dimana komponen pertamanya adalah bernapas dengan normal,

artinya kebutuhan oksigenisasi pada klien harus terpenuhi.

Dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

gangguan jalan napas, biasanya muncul diagnosa keperawatan bersihan

jalan napas tidakefektif yang artinya merupakan ketidakmampuan klien

untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas (NANDA,

2015) yang mengakibatkan dampak masalah gangguan ventilasi yaitu sesak

napas dan batuk. Dalam mengatasi masalah tersebut, perawat berperan

Page 51: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

l

sebagai penolong klien untuk mengatasi sesaknya, intervensi keperawatan

mandiri yang bisa dilakukan seorang perawat untuk mengatasi bersihan

jalan napas beragam, mulai dari tekhnikbatuk efektif, fisioterapi dada

ataupun autogenic drainage.

Sumber : Hidayat (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, NANDA (2015.

2.2 Pengaruh Postural Drainage Terhadap Bersihan Jalan Napas

Fisioterapi dada sangat penting dilakukan untuk melonggarkan atau

memobilisasi sekresi bagi klien yang tidak dapat batuk secara spontan.

Sebelum dilakukan tindakan, perawat mengindetifikasi letak sekret di lobus

paru-paru klien, setelah diketahui letak sekret kemudian klien ditempatkan

sesuai posisi.

Sekret yang dihasilkan dalam saluran napas digiring melalui faring

dengan mekanisme pembersihan silia epitel saluran pernapasan. Produksi

sekret yang berlebihan menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan

secara normal sehingga sekret banyak tertimbun. Membran mukosa akan

terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan

intra abdominal yang tinggi, udara dibatukan keluar dengan akselerasi yang

cepat membawa sekret yang tertimbun (Price & Wilson, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah pada tahun

2017 dengan judul “Studi Deskriptif Tentang Tindakan Keperawatan Pada

Pasien PPOK Di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga” menunjukan

gambaran tindakan pemberian posisi (semi fowler, fowler, condong kedepan)

dapat membantu klien mengeluarkan dahak sehingga mengurangi keluhan

sesak napas dan peningkatan saturasi oksigen. Hasil lainnya ditunjukan dalam

Page 52: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

li

kajian penelitian Febriana Sukoco Putri tahun 2015 dengan judul “Pemberian

Posisi Postural Drainage Terhadap Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada

Pasien Dengan Tuberkulosis Di RSUD Karang Anyar” dan Arif Wibowo

tahun 2016 dengan judul “Upaya Penanganan Gangguan Bersihan Jalan

Nafas Pada Pasien Tuberculosis Di Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro”,

menunjukan bahwa dengan melakukan intervensi keperawatan selama tiga

hari pada klien adalah efektif untuk mengeluarkan dahak yang ditunjukan

oleh hasil klien mampu mengeluarkan dahak sehingga sesak klien berkurang.

Hasil yang sama juga ditunjukan pada hasil penelitian tahun 2012 Suci

Khasanah, Madyo Maryoto dengan judul “Efektifitas Posisi Condong Ke

Depan (CKD) Dan Pursed Lips Breathing (PLB) Terhadap Peningkatan

Saturasi Oksigen Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan hasil

penelitian tahun 2016 oleh Priadi, Nanang Ilham Setyajidan Angelin Kusuma

Pertiwi di Rumah Sakit Dungus, Madiun, Dengan judul “PengaruhFisioterapi

Dada TerhadapPerubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK) Di Rumah Sakit Dungus Madiun, Hasil penelitian

menunjukkan peningkatan kadar saturasi oksigen setelah melakukan teknik

Postural Drainage, menyatakan bahwa postural drainage efektif untuk

mengeluarkan dahak.

Page 53: PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP BERSIHAN JALAN …

lii

2.3 Kerangka Konseptual

Tabel 2.1 Kerangka Konseptual

(Sumber :Mutaqqin, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernap

Ventilasi mekanik

Masalah yang timbul pada

pemasangan ventilasi mekanik

1. Artificial ways

2. Sekret

3. Pneumothoraks

4. Bronchospasme

5. Distensi abdomen

6. Agitasi

Terapi Farmakologi

1. Antibiotik

2. Bronkhodilator

3. Kortikosteroid

Terapi non farmakologi untuk

bersihan jalan napas

1. Latihan napas dalam

2. Latihan batuk efektif

3. Fisiotherapi dada

4. Penghisapan sekret

Gravitasi karena perubahan

posisi

Difusi Oksigen dan

Karbondioksida meningkat

Membran mukosa akan

terangsang dan sekret akan

dikeluarkan

Pemenuhan keb. Oksigen

optimal

Sekresi dari jalan nafas

bronkial yang lebih kecil ke

bronki yang lebih besar dan

trakea

Tekanan intra thorakal dan

intra abdominal yang tinggi

Udara dibatukan keluar

dengan akselerasi yang

cepat membawa sekret yang

tertimbun