PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN FAKTOR MAKRO...
Transcript of PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN FAKTOR MAKRO...
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN FAKTOR
MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM
PERUSAHAAN DI JAKARTA ISLAMIC INDEX
PERIODE 2010-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
SITI MUZDALIFAH
NIM: 1113086000017
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Siti Muzdalifah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 April 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat : 152 cm / 53 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. H. Jemi’in 1 RT 01 RW 05 N0. 67, Kelurahan
Kalimulya Kecamatan Cilodong, Kota Depok
No. HP : 082225645131
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2001 – 2007 : SDN Kalimulya 1
2007 – 2010 : SMP Unggulan Citra Nusa
2010 – 2013 : SMAN 3 Depok
2013 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
v
Pengalaman Organisasi
1. Sekretaris Departemen Litbang HMJ Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis periode 2014-2015.
2. Sekretaris Departemen Kominfo HMJ Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis periode 2015-2016.
3. Sekretaris Kuliah Kerja Nyata (KKN) ROSE 039 di Desa Cidokom,
Kecamatan Gunungsindur. Kabupaten Bogor 25 Juli-25 Agustus 2016.
Seminar dan Workshop
1. Seminar LDK KOMDA FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tema,
“Rahasia Mahasiswa Ideal”. Gedung FEB UIN Syarif Hidayatulah Jakarta,
2013.
2. Company Visit ke Bank Indonesia dengan tema “Peran Bank Indonesia di
Bidang Moneter”. Bank Indonesia, 2014
3. Seminar Internasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) dengan
tema, “Building Strategic Alliance In Islamic, Finance, and Business
Policies”, Gd Dhanapala, Komplek Kementrian Keuangan RI, 2015.
4. Company Visit to Dana Reksa Sekuritas, PT Dana Reksa Sekuritas, 2015.
5. Stadium General Indonesia Publishers Association (IKAPI) dengan tema,
“Learn From Korea: How To Be A Global Leader in The World”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
vi
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Achmad Effendi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Juli 1967
Ibu : Sukartini
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 29 Maret 1970
Alamat : Jl. H. Jemi’in 1 RT 01 RW 05 No. 67, Kelurahan
Kalimulya Kecamatan Cilodong, Kota Depok
Anak ke dari : 1 dari 3 bersaudara
vii
ABSTRACT
Knowing the beta stock (risk) of a company is important in analyzing before
investing in a company. This research aims to determine the effect of fundamental
factors in proxies with Earning per Share (EPS), Debt to Asset Ratio (DAR), and
Asset Growth and macroeconomic factors proxied with inflation rate and exchange
rate to beta stock companies in Jakarta Islamic Index period 2010-2016. The objek of
this research is a company that always entered in the Jakarta Islamic Index during
the period 2010-2016 and always publish the company's financial reports, which
amounted to 10 companies. The method used is regression of data panel.
The results of this research show that are simultaneously variables EPS,
DAR, Asset Growth, Inflation and Exchange rate have a significant effect on the beta
stock. Partially DAR variable, Asset Growth and Inflation have a significant effect on
beta stock while EPS variable and exchange rate has no significant effect to beta
stock variable. The value of determination coefficient (Adjusted R2) variable of
fundamental and macro factor to beta stock is 40.81%. This shows that the variable
of fundamental factor and macro economic factor can explain 40.81% in beta share,
while the rest of 59.19% explained by other variables.
Keywords: Earning per Share (EPS), Debt to Asset Ratio (DAR), Asset Growth,
inflation, exchange rate, and stock beta
viii
ABSTRAK
Mengetahui beta saham (risiko) suatu perusahaan merupakan hal yang penting
dalam menganalisis sebelum berinvestasi pada suatu perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental yang di proksikan dengan
Earning per Share (EPS), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Asset Growth serta faktor
makro ekonomi yang di proksikan dengan tingkat inflasi dan kurs terhadap beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016. Objek penelitian ini
adalah perusahaan yang selalu masuk dalam Jakarta Islamic Index selama periode
2010-2016 serta selalu menerbitkan laporan keuangan perusahaan, yaitu berjumlah 10
perusahaan. Metode yang digunakan adalah regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara secara simultan variabel EPS,
DAR, Asset Growth, Inflasi dan Kurs berpengaruh seginifikan terhadap beta saham.
Secara parsial variabel DAR, Asset Growth dan Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap beta saham, sedangkan variabel EPS dan kurs tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel beta saham. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) variabel
faktor fundamental dan makro ekonomi terhadap beta saham adalah sebesar 40.81%.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel faktor fundamental dan faktor makro ekonomi
dapat menjelaskan sebesar 40.81% pada beta saham, sedangkan sisanya sebesar
59.19% dijelaskan oleh variabel lain.
Kata kunci: Earning per Share (EPS), Debt to Asset Ratio (DAR), Asset Growth,
inflasi, kurs, dan beta saham
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Faktor
Makro Ekonomi Terhadap Beta Saham Perusahaan di Jakarta Islamic Index
Periode 2010-2016”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak
dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari doa, bimbingan,
bantuan, dukungan dan motivasi dari orang-orang yang terbaik yang ada di
sekeliling penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan penulis rezeki untuk dapat kuliah di
Universitas ini dan segala nikmat yang telah Allah berikan yang harus patut
disyukuri dan dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa ridho dan
berkah-Mu semua ini sulit terjadi.
2. Keluarga tercinta dan terhebat yang penulis miliki, Bapak Achmad Effendi dan
Ibu Kartini, sebagai motivator dan inspirator terbaik yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan
selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat
berharga selama perkuliahan.
x
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
Ibu RR. Tini Anggraini, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
5. Bapak Ali Rama, S.E, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan, memberikan ilmu yang
bermanfaat dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikan bapak.
6. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz MM, HAH.SLM selaku penemu teori
H dan sebagai dosen penguji serta penggagas Refleksivitas Islam dan
Pengetahuan dalam rumus Quran Surat Al-Hijr 15.87 yang berhasil menginvensi
metodologi ekonomi Islam H=ah(slm) dengan formula 4=72(319) terima kasih
atas masukan dan bimbingannya.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis. Serta jajaran karyawan dan
staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis
selama perkuliahan. Semoga Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-
besarnya atas kebaikan bapak ibu semua.
8. Terima kasih banyak kepada Andriawan Yoga yang selalu sabar membantu,
menghibur dan mendampingi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak-kakak Ekonomi Syariah kak Ulfa, kak Uci, kak Fitri, kak Annisa, dan
kak Annek yang telah membimbing dan memberikan semangat kepada penulis
selama pengerjaan skripsi ini sehingga penulis tidak putus semangat walaupun
banyak rintangan yang menghadang.
10. Sahabat-sahabat tersayang selama kuliah, Annisa Amalia dan Hani Kurniawati
yang telah membantu penulis dan memberi motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Serta teman-teman seperjuangan Ekonomi Syariah A angkatan 2013 yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih Hilyatun Nafisah, Dita Fathiani,
Annisa Devy Maharani, Ida Fitriyah, Vika Fatimatuz Zahro, Mega Fitria,
xi
Munjiah, An Ukhrija Yaumi, Cahyani, Iqbal Syafei, Asyarie Muhammad, Ridho
Afrianto, Abie Ayub, Dimas Rachman, Ihsan M. Bahariansyah, Harish Ahmadi,
Abie Sentani, Dzul dan teman-teman yang tidak tersebut namanya, terimakasih
atas semua kenangan selama empat tahun perkuliahan, sukses untuk kalian
semua.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr, Wb
Jakarta, 8 Oktober 2017
Siti Muzdalifah
xii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ……………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ……………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH …………………. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………. iv
ABSTRACT …………………………………………………………………….. vii
ABSTRAK ……………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….... ix
DAFTAR ISI …………………………………………………….……………… xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………..….………. xvi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………...……………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………….………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 16
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...……….. 17
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………...……… 17
E. Sistematika Penulisan ……………………………………...……………... 18
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ……………………………………………………...……. 21
1. Investasi Dalam Perspektif Syariah ……………………………...…… 21
2. Pasar Modal Syariah ………………………………………...………....23
a. Pengertian Pasar Modal Syariah …………………………...…....... 23
b. Prinsip Pasar Modal Syariah ………………………………………24
3. Faktor yang Mempengaruhi Investasi ……………………………...….25
a. Return Saham …………………………………………...………....25
b. Risiko Investasi Saham ……………………………………………26
c. Hubungan Antara Return dan Risiko ………………………...….... 32
4. Beta saham …………………………………………………………….33
5. Faktor Fundamental …………………………………………………...38
a. Earning per Share ………………………………………………... 38
b. Debt to Asset Ratio ………………………………………………..39
c. Asset Growth ……………………………………………………... 40
6. Faktor Makro Ekonomi ……………………………………………….41
a. Inflasi …………………………………………………………….. 41
b. Kurs ……………………………………………………………….41
B. KeterkaitanAantar Variabel ………………………………………………43
C. Penelitian Terdahulu …………………………………………………….. 48
D. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………...52
E. Hipotesis ………………………………………………………………… 54
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………………. 56
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………………......... 56
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………... 58
D. Metode Analisis Data …………………………………………………… 59
1. Analisis Regresi Data Panel ………………………………………..... 59
a. Metode Common Effect ………………………………………...... 59
b. Metode Fixed Effect ……………………………………………… 60
c. Metode Random Effect ………………………………………….. 62
2. Tahapan Analisis Data ……………………………………………….. 64
a. Uji Chow ………………………………………………………… 64
b. Uji Hausman ……………………………………………………. . 64
3. Pengujian Hipotesis ………………………………………………...... 65
a. Uji Parsial (Uji t) ……………………………………………….... 65
b. Uji Simultan (uji F) …………………………………………….... 66
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ………………………………….. 66
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………………….... 67
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………………….. 72
B. Analisa dan Pembahasan ………………………………………………… 75
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel ……………………………….. 75
2. Pengujian Hipotesis …………………………………………………. 81
xv
a. Model Penelitian ……………………………………………….. . 81
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) …………………………………. . 87
c. Uji Signifikansi Simultan (uji F) ………………………………… 90
d. Uji Adjusted R2 ……………………………………………….. … 91
e. Interpretasi Hasil Penelitian ……………………………………… 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. .. 96
B. Saran …………………………………………………………………….. 98
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 99
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 109
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Rata-rata Beta Saham, Inflasi, Kurs, EPS, DAR, Asset
Growth Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
(JII) Periode 2010-2016
10
3.1 Daftar Perusahaan yang Konsisten di Jakarta Islamic Index
(JII) Periode 2010-2016
57
4.1 Perusahaan yang Terdaftar du Jakarta Islamic Imdex (JII)
Periode 2010-2016
75
4.2 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model 76
4.3 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model 77
4.4 Hasil Uji Chow 78
4.5 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model 79
4.6 Hasil Uji Hausman 81
4.7 Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model 81
4.8 Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian 84
4.9 Uji t 87
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 53
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data olah 107
2 Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
Periode 2010-2016
130
3 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model 131
4 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model 131
5 Hasil Uji Chow 132
6 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model 133
7 Hasil Uji Hausman 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan investasi di Indonesia mengalami kemajuan.
Kondisi tersebut terjadi seiring dengan bertambahnya tingkat pengetahuan
masyarakat tentang bagaimana praktek berinvestasi secara optimal serta
didukung dengan kondisi perekonomian dalam negeri yang cukup stabil.
Pasar modal sebagai salah satu instrumentasi sistem keuangan merupakan
salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan
ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata per kapita dalam
jangka panjang (Rama dan Makhlani, 2013). Di samping itu juga melalui
pasar modal diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dengan
mengikutsertakan masyarakat secara langsung dengan cara menanamkan
dananya pada perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya. Industri
keuangan syariah tidak lagi hanya sekedar “peripheral” atas sistem
konvensional, akan tetapi sudah berperan menjadi pelengkap yang memiliki
potensi untuk dikembangkan di masa yang akan datang sebagai alternatif
terhadap sistem konvensional yang sudah lama beroperasi (Rama, 2013).
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor).
Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan
2
usaha, ekspansi dan penambahan modal kerja. Kedua, pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti
saham, obligasi dan reksadana (Julduha, 2013). Perkembangan pasar modal di
Indonesia telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan
ekonomi Indonesia. Seiring perkembangan pasar modal, maka dikembangkan
pula pasar modal syariah (Anggi, 2014).
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah (Abdul
Hamid, 2009). Sedangkan menurut Adrian Sutedi (2011) pasar modal syariah
adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap
transaksi surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
syariat islam. Dengan adanya pasar modal berbasis syariah dapat memberikan
akses bagi umat islam yang ingin berinvestasi secara syariah dan berpotensi
untuk mengembangkan investasi di Indonesia.
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring
dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index
(JII). peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan presentase indeks JII
lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan
3
bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah.
Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi,
dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam (Robiatul, 2006).
Dengan adanya Jakarta Islamic Index (JII) ini dimaksudkan dapat menjadi
sarana dan perencanaan investasi terhadap saham dengan berbasis syariah.
DSN-MUI bertindak sebagai otoritas tinggi yang mengeluarkan fatwa yang
berkedudukan pada level nasional (Rama, 2015). Sehingga usaha
pengembangan tersebut didukung dengan ditetapkannya Fatwa DSN-MUI
berkaitan dengan industri pasar modal syariah yaitu Fatwa No.05 tahun 2000
tentang Jual Beli Saham serta diperkuat lagi pada tahun 2003 dengan
dikeluarkannya Fatwa No.40 tahun 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal (Septian Prima R,
dkk, 2012).
Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal
konvensional ataupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan
risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-
sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko yang
tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di
masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut
Sharpe (1995) bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah
yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan.
Sedangkan menurut Abdul Aziz (2010) investasi adalah menempatkan modal
4
atau dana pada suatu asset yang diharapkan akan memberikan hasil (return)
atau akan meningkatkan nilainya di masa yang akan datang. Dengan
demikian, ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi, yaitu return
yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Return
dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang
positif. Semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula
risiko yang akan diperoleh, dan juga sebaliknya. Return dan risiko yang tinggi
pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik perusahaan, industri,
politik dan ekonomi makro.
Return dari sekuritas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan
oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai saham dan dividen.
Analisa modern membagi risiko menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis
dan risiko tidak sistematis. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang timbul
karena faktor-faktor mikro yang ada pada perusahaan industri tertentu,
sehingga pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah struktur modal, struktur aktiva,
tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, serta kondisi dan lingkungan kerja.
Risiko ini dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan
risiko sistematis merupakan risiko yang tercermin dalam beta saham, adalah
risiko yang mempengaruhi semua perusahaan yang disebabkan oleh faktor-
faktor makro seperti kondisi perekonomian, perubahan tingkat suku bunga,
inflasi, kebijakan pajak, dan lain-lain sehingga tidak dapat dihilangkan dengan
5
diversifikasi. Faktor-faktor ini menyebabkan adanya kecenderungan semua
saham untuk bergerak bersama, sehingga selalu ada dalam setiap saham
(Rodoni, 2009).
Menurut Jogiyanto risiko dapat diukur dengan menggunakan beta saham.
Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap risiko pasar (Suhadi, 2009). Beta menggambarkan volatilitas
return suatu sekuritas atau portofolio terhadap return pasar. Mengetahui beta
suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau
portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan
suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar.
Menurut Rena Mainingrum dan Falikhatun mengetahui beta menjadi hal
yang penting dalam manajemen portofolio karena beta memiliki peran yaitu:
pertama, untuk meramalkan risiko sistematik portofolio, kedua, sebagai
ukuran risiko sistematik yang terjadi (relized market risk), dan ketiga, untuk
meramalkan return yang diharapkan dari suatu portofolio (Suhadi, 2009).
Sebagai pengukur risiko, beta bisa bernilai negatif yang berarti kenaikan
perolehan pasar menyebabkan penurunan perolehan asset atau saham (arah
perolehan saham atau asset berlawanan dengan arah perolehan pasar). Secara
umum beta dapat berubah-ubah dipengaruhi oleh faktor fundamental dan
faktor-faktor ekonomi.
Setiap investor sebelum menginvestasikan dananya di pasar modal pasti
akan memperhatikan beberapa hal yang menyangkut kondisi perusahaan,
6
salah satunya yaitu kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dari laporan
keuangan perusahaannya. Untuk melakukan penilaian terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan diperlukan alat ukur untuk menganalisis yang
disebut dengan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan didasarkan pada data
keuangan historis yang tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi
kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Dengan demikian rasio
keuangan adalah media yang dapat menjelaskan tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan. oleh karena itu, rasio keuangan merupakan salah satu faktor
yang bisa memprediksi return saham, karena rasio keuangan menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan.
Rasio keuangan merupakan instrumen perusahaan yang menjelaskan
hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan
perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi di masa lalu dan membantu
menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian
menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang
bersangkutan. Rasio keuangan juga merupakan instrumen yang populer dalam
upaya mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan, karena menghitung
rasio-rasio tertentu berdasarkan laporan keuangan. Selain itu, dari rasio
keuangan yang diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan
maupun investor akan dapat melakukan tindakan, setelah menilai kinerja
perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian
terhadap nilai saham perusahaan (Mukharis Tohiri, 2008).
7
Menurut Rosenberg dan Guy dalam Tohiri (2008), variabel-variabel yang
mempengaruhi beta saham perusahaan adalah karakteristik fundamental
perusahaan. karakteristik fundamental tersebut adalah variasi aliran kas,
variasi keuntungan, pertumbuhan Earning Per Share (EPS), tingkat
kapitalisasi pasar, dividen, dan leverage. Berdasarkan hal tersebut, variabel
independen yang dapat digunakan adalah Earning Per Share (EPS), Debt to
Total Asset Ratio (DAR) sebagai proxy financial leverage dan Asset Growth
sebagai proxy pertumbuhan aktiva.
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan pendapatan
yang diperoleh setiap lembar saham. Menurut Tandelilin dalam Anggi (2014)
salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden,
jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan
untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih
meminati saham yang memiliki Earning Per Share yang tinggi dibandingkan
saham yang memiliki Earning Per Share rendah. Earning Per Share yang
rendah cenderung membuat harga saham turun.
Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan salah satu rasio leverage
financial yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan.
Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Nilai rasio yang
tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa
ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya. Dari sisi
8
investor, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang
tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen (Nucifera
Julduha, 2013).
Asset Growth atau pertumbuhan aset merupakan salah satu rasio keuangan
untuk mengetahui perubahan aktiva per tahun suatu perusahaan. Menurut
Jogiyanto (2010) Asset Growth dan risiko mempunyai hubungan yang positif
dengan beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya
menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti
semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya risiko yang
akan dihadapi. Penggunaan beta sebagai ukuran risiko saham dalam penelitian
disebabkan karena beta sebagai ukuran risiko sistematis akan dapat dipakai
unuk mengestimasi tingkat keuntungan yang diharapkan investor. (Mir’atul
Chairiyah, 2013).
Selain dari faktor fundamental, risiko juga dipengaruhi oleh kondisi makro
suatu negara, diantaranya perubahan tingkat bunga,inflasi, kurs, kebijakan
pemerintah, PDB, dan sebagainya. Namun, pada penelitian ini penulis
menggunakan variabel inflasi dan kurs sebagai variabel ekonomi makro.
Tingkat inflasi merupakan ukuran aktivitas ekonomi yang sering digunakan
untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Inflasi yang tinggi akan
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Sebagian besar perusahaan
akan mengalami penurunan harga saham bila tingkat inflasi naik lebih besar
9
dari yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan inflasi berkorelasi negatif
dengan harga saham (Fidiana, 2010).
Nilai kurs rupiah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pergerakan indeks saham di pasar modal Indonesia. Menurut Hanafi (2010),
harga suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya (kurs) sangat
tergantung dari kekuatan penawaran (supply). Kestabilan pergerakan nilai
kurs menjadi sangat penting terlebih bagi perusahaan yang aktif dalam
kegiatan ekspor impor yang tidak dapat terlepas dari penggunaan mata uang
asing yaitu dollar AS sebagai alat transaksi yang sering digunakan. Fluktuasi
nilai kurs yang tidak terkendali dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang
terdaftar di pasar modal. Karena pada saat nilai rupiah terdepresiasi dengan
dollar AS, harga barang-barang impor menjadi lebih mahal dan
mengakibatkan meningkatnya biaya produksi yang akhirnya terindikasi
berpengaruh pada penurunan tingkat keuntungan perusahaan, sehingga hal ini
akan berdampak pula pada pergerakan harga saham perusahaan yang
kemudian memacu melemahnya pergerakan indeks harga saham (Septian
Prima Rusbariandi, 2012). Berikut ini ditampilkan tabel rata-rata variabel
independen dan variabel dependen pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII) periode 2010-2016.
10
Tabel. 1.1
Tabel Rata-Rata Beta Saham, Inflasi, Kurs, EPS, DAR dan Asset
Growth Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII)
Periode 2011-2015
Tahun Beta Saham Inflasi (%) Kurs (Rp) EPS (Rp) DAR (%) Asset Growth (%)
2010 0.79 6.96 9,084.55 883.15 32.82 17.58
2011 -2.05 3.79 8,779.49 1,076.17 33.75 22.89
2012 1.33 4.3 9,380.39 668.45 35.66 19.33
2013 0.49 8.38 10,451.37 624.36 37.13 17.37
2014 1.13 8.36 11,878.3 709.19 36.42 12.11
2015 1.07 3.35 13,391.97 480.97 37.67 7.72
2016 1.15 3.02 13,307.38 587.32 35.36 9.09
Sumber: www.bi.go.id, www.idx.co.id dan yahoofinance.com. Data diolah.
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa variabel inflasi
mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 inflasi sebesar 6.96% turun menjadi
3.79% pada tahun 2011 lalu mengalami kenaikan hingga 8.38% pada tahun
2013. Namun pada tahun 2014 hingga 2016 selalu mengalami penurunan. Di
sisi lain, variabel beta saham mengalami fluktuasi dari tahun 2010-2016. Pada
tahun 2011 nilai beta saham sebesar -2.05 naik menjadi 1.33 pada tahun 2012
kemudian mengalami penurunan menjadi 0.49 ditahun 2013. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi dan Maswar (2014) bahwa
inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah. Namun tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh suhadi (2009) dan Vina Rahmatika
11
(2013) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan
risiko investasi (beta) saham juga meningkat, artinya inflasi berpengaruh
positif terhadap beta saham.
Variabel kurs berdasarkan tabel di atas selalu megalami kenaikan dari
tahun 2010-2016. Pada tahun 2012 nilai kurs naik menjadi Rp9,380.39 dari
Rp8,779.49 di tahun 2011. Hal yang sama terjadi pada variabel beta saham
yang mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 1.33 dari -2.05 di tahun
2011. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjar Wijaya
(2013) dan Made Artaya (2014) yang menyatakan bahwa kurs berpengaruh
positif terhadap risiko investasi (beta). Pada tahun 2015 nilai kurs naik
menjadi Rp13,391.97 dari Rp11,878.3 di tahun 2014. Pada tahun yang sama,
variabel beta saham mengalami penurunan dari 1.13 pada tahun 2014 menjadi
1.07 di tahun 2015. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Vina Rahmatika (2013) yang menyatakan bahwa jika nilai tukar melemah
akan mengakibatkan penurunan harga saham yang menyebabkan
meningkatnya risiko investasi saham.
Variabel Earning per Share (EPS) berdasarkan tabel di atas, sama seperti
variabel beta saham selalu mengalami fluktuasi dari tahun 2010-2016. Pada
tahun 2013 nilai Earning per Share Rp624.36 dengan nilai beta saham pada
tahun yang sama sebesar 0.49. Kemudian pada tahun 2014 nilai Earning per
Share meningkat menjadi Rp709.19 dengan nilai beta saham pada tahun yang
sama juga meningkat menjadi sebesar 1.07. Hal ini sesuai dengan penelitian
12
yang dilakukan oleh Fidiana (2010) yang meyatakan bahwa Earning per
Share memiliki hubungan positif dengan risiko (beta). Namun berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mediati (2008) dan Mir’atul Chairiyah
(2013) yang menyatakan bahwa Earning per Share berpengaruh negatif
terhadap beta saham.
Variabel Debt to Asset Ratio (DAR) berdasarkan tabel di atas mengalami
kenaikan dan juga fluktuasi. Pada tahun 2011 nilai DAR 33.75% dan
mengalami kenaikan menjadi 35.66% di tahun 2012. Pada tahun yang sama,
variabel beta saham juga mengalami kenaikan dari tahun 2011 sebesar -2.05
menjadi 1.33 di tahun 2012. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hufman (1987) dalam Fidiana (2010) bahwa leverage berpegaruh positif
terhadap beta saham. Namun pada tahun 2012 hingga 2016, nilai DAR dan
beta saham selalu berbanding terbalik. Seperti pada tahun 2012 nilai DAR
35.66% mengalami kenaikan menjadi 37.13% di tahun 2013, sedangkan pada
tahun 2012 nilai beta saham sebesar 1.33 turun menjadi 0.49 di tahun 2013,
dan seterusnya hingga tahun 2016. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anggi dan Maswar (2013) bahwa leverage berpengaruh
negatif terhadap beta saham.
Variabel Asset Growth berdasarkna tabel di atas mengalami fluktuasi pada
periode 2010-2016. Pada tahun 2011 nilai asset growt sebesar 22.89% turun
menjadi 19.33% di tahun 2012, sedangkan nilai beta saham mengalami
kenaikan dari -2.05 pada tahun 2011 menjadi 1.33 di tahun 2012. Hal yang
13
sama juga terjadi pada tahun 2013 ketika nilai asset growth sebesar 17.37%
turun menjadi 12.11% di tahun 2014, sedangkan nilai beta saham mengalami
kenaikan dari 0.49 pada tahun 2013 menjadi 1.13 di tahun 2014. Ini
menunjukkan bahwa asset growth memiliki hubungan negatif terhadap beta
saham. Namun berbeda pada tahun 2012 ketika nilai asset growth sebesar
19.33% turun menjadi 17.37% di tahun 2013, begitu juga nilai beta saham
pada tahun 2012 sebesar 1.33 turun menjadi 0.49 di tahun 2013. Hal yang
sama terjadi pada tahun 2014 ketika nilai asset growth sebesar 12.11% turun
menjadi 7.72% di tahun 2015, dan nilai beta saham pada tahun 2014 sebesar
1.13 turun menjadi 1.07 di tahun 2015. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elza Novera (2013) dan Mir’Atul Chairiyah (2013) yang
menyatakan bahwa asset growth berpengaruh positif terhadap beta saham.
Penelitian mengenai beta saham telah banyak dilakukan. Mukharis Tohiri
(2008) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh rasio keuangan
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII). Sampel dalam
penelitia ini adalah perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII)
pada tahun 2004-2006. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Debt to Total
Asset Ratio dan Asset Growth berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Price Earning Ratio berpengaruh dan tidak signifikan terhadap beta saham.
Secara simultan Debt to Total Asset Ratio, Asset Growth dan Price Earning
Ratio berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
14
Miftahul Ulum (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis karakteristik
perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham
syariah. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam
Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2003-2007. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi
makro yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah
adalah debt to equity ratio, sedangkan yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap beta saham syariah adalah earning per share, jenis perusahaan, kurs
rupiah terhadap dollar dan PDB.
Suhadi (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh tingkat
suku bunga, inflasi, dan kurs terhadap beta saham syariah pada perusahaan
yang masuk di Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2005-2007. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta
saham syariah, sedangkan suku bunga dan kurs tidak terbukti signifikan
mempengaruhi beta saham syariah. Secara simultan tingkat suku bunga,
inflasi dan kurs dollar AS secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi
beta saham syariah.
Nucifera Julduha dan Indra Kusumawardhani (2013) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh Net Profit Margin, Current Ratio, Debt to Asset Ratio,
dan tingkat suku bunga terhadap beta saham syariah pada perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2009-
15
2011. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial Net Profit Margin
berpengaruh terhadap beta saham syariah, sedangkan Current Ratio, Debt to
Asset Ratio dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap beta saham
syariah. Secara simultan Net Profit Margin, Current Ratio, Debt to Asset
Ratio dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap beta saham
syariah.
Anggi Mashita dan Maswar Priyadi (2014) dalam penelitiannya mengenai
pengaruh faktor fundamental dan variabel makro ekonomi terhadap beta
saham syariah. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII). hasil penelitian ini
menyatakan bahwa variabel earning per share, total asset growth dan
accounting beta berpengaruh terhadap beta saham syariah. Variabel leverage
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap beta saham syariah.
Variabel inflasi dan kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap
beta saham syariah.
Menurut Suad Husnan dalam Vina Rahmatika (2013) penelitian tentang
pengaruh faktor fundamental dan ekonomi makro terhadap beta saham ini
penting karena sifat dari variabel-variabel data fundamental perusahaan dan
faktor ekonomi makro suatu negara merupakan variabel yang tidak dapat
dipisahkan dan berpengaruh pada risiko investasi saham. Hasil penelitian
mengenai pengaruh faktor fundamental perusahaan dan ekonomi makro
terhadap beta saham syariah masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda
16
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali terkait pengaruh
faktor fundamental dan faktor ekonomi makro terhadap beta saham
perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) agar investor
mampu menentukan langkah-langkah terbaik dalam pengambilan keputusan
dalam berinvestasi.
Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti mengambil judul penelitian
“Pengaruh Faktor Fundamental dan Faktor Makro Ekonomi Terhadap
Beta Saham Perusahaan Di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2010-
2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor fundamental (Earning Per Share, Debt to
Asset Ratio, dan asset growth) dan faktor makro ekonomi (inflasi dan
kurs) secara parsial terhadap beta saham perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016?
2. Bagaimana pengaruh faktor fundamental (Earning Per Share, Debt to
Asset Ratio, dan asset growth) dan faktor makro ekonomi (inflasi dan
kurs) secara simultan terhadap beta saham perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016?
17
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini untuk menjawab masalah-masalah yang diidentifikasi oleh
peneliti. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental (Earning Per Share,
Debt to Asset Ratio, dan asset growth) dan faktor makro ekonomi (inflasi
dan kurs) secara parsial terhadap beta saham perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016.
2. Untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental (Earning Per Share,
Debt to Asset Ratio, dan asset growth) dan faktor makro ekonomi (inflasi
dan kurs) secara simultan terhadap beta saham perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi investor mengenai
risiko saham dalam perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index
(JII) dalam menentukan keputusan investasinya dengan memperhatikan
faktor internal yang berupa faktor fundamental dan faktor eksternal yang
berupa faktor makroekonomi sehingga dapat menentukan keputusan
investasi yang baik di pasar modal syariah.
18
2. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak lain
yang terkait dalam fungsi pengambil kebijakan yang akan ditempuh agar
lebih mampu menciptakan iklim investasi yang dapat menarik minat
investor untuk berinvestasi di Jakarta Islamic Index (JII).
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan
menjadi salah satu referensi untuk melakukan penelitian lebih mendalam
pada aspek analisis maupun variabel penelitian yang digunakan terkait
faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakan
beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini untuk mengetahui gambaran secara singkat,
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjadi gambaran awal dari
apa yang akan dilakukan oleh peneliti. Bab ini berisi latar belakang masalah
yang menjadi landasan untuk dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang
dituangkan dalam bentuk pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian yang
berisi tentang tujuan dilakukannya penelitian dan manfaatnya serta
sistematika penulisan yang menjelaskan sistematika penyajian hasil penelitian
dari awal penelitian hingga penyajian kesimpulan dari hasil penelitian.
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab kedua merupakan kelanjutan dari bagian pendahuluan yang di
dalamnya berisi landasan teori. Bab ini membahas mengenai teori yang
menjadi acuan utama penelitian ini meliputi teori investasi, pasar modal
syariah, indeks harga saham, risiko investasi saham, beta saham, faktor
fundamental yang terdiri dari Earning per Share (EPS), Debt to Total Asset
Ratio (DAR) dan Asset Growth, dan faktor makro ekonomi yang terdiri dari
inflasi dan nilai kurs serta direview penelitian terdahulu yang menjadi acuan
penelitian ini. Selanjutnya, pengembangan hipotesis dirumuskan dari landasan
teori, telaah pustaka dan kerangka teoritik. Setelah dikaji dalam teori dan
hipotesis yang disebutkan pada bab sebelumnya, maka perlu ditentukan
metode penelitian pada bab berikutnya.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab tiga merupakan metode penelitian yang berisi tentang gambaran cara
atau teknik yang digunakan dalam penelitian. Cara atau teknik ini meliputi
jenis dan sifat penelitian, objek dan sumber data diambil dari beberapa
website, metode pengumpulan data dengan mengambil data pada setiap tahun,
definisi operasional setiap variabelnya, alat analisis menggunakan regresi
panel dengan software komputer eviews 9. setelah ditentukan metode
penelitian, selanjutnya data diolah, dibahas dan dianalisis pada bab
berikutnya.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
20
Bab keempat berisi tentang hasil penelitian dari pengolahan data dengan
pembahasannya, yang didasarkan pada analisis hasil pengujian data secara
deskriptif maupun analisis hasil pengujian yang telah dilakukan. Setelah
melakukan pengolahan data dan menganalisis hasil penelitian, maka
kesimpulan dan saran dari hasil analisis pada bab berikutnya.
BAB V PENUTUP
Bab kelima berisi penutup yang didalamnya memaparkan kesimpulan dan
saran dari hasil analisis data yang berkaitan dengan penelitian.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi dalam Perspektif Syariah
Islam sebagai din yang komprehensif (syumul) dalam ajaran dan
norma mengatur seluruh aktivitas manusia di segala bidang. Investasi
sebagai salah satu bagian dari aktivitas perekonomian tidak dapat
mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi
background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki
multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan
diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan
sebuah ilmu (haqq al yaqin) (Huda dan Nasution, 2007).
Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep islam yang
memenuhi proses tadrij. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep
investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spriritual karena
menggunakan norma syarariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah
ilmu dan amal. Oleh karena itu, investasi sangat dianjurkan bagi setiap
kaum muslim.
Investasi syariah tidak selalu membicarakan persoalan duniawi
sebagaimana yang dikemukakan para ekonom sekuler. Ada unsur lain
yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu investasi di masa depan,
22
yaitu ketentuan dan kehendak Allah. Islam memadukan antara dimensi
dunia dan akhirat. Setelah kehidupan dunia yang fana, ada kehidupan
akhirat yang abadi. Setiap muslim harus berupaya meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Kehidupan dunia hanyalah sarana dan masa yang harus
dilewati untuk mencapai kehidupan yang kekal di akhirat.
Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-
harinya, termasuk aktivitas ekonominya sebagai investasi yang akan
mendapatkan hasil (return). Investasi yang melanggar syariah akan
mendapatkan balasan yang setimpal, begitu pula sebaliknya. Return
investasi dalam islam sesuai dengan besarnya sumber daya yang
dikorbankan. Hasil yang akan didapatkan manusia dari investasinya di
dunia bisa berlipat-lipat ganda. Sebagaimana Firman Allah:
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang yang bersyukur” (QS. Ali Imran:145).
Jadi, investasi yang islami adalah pengorbanan sumber daya pada
masa sekarang untuk mendapatkan hasil yang pasti, dengan harapan
memperoleh hasil yang lebih besar di masa yang akan datang, baik
langsung maupun tidak langsung seraya tetap berpijak pada prinsip-
prinsip syariah secara menyeluruh. Selain itu, semua bentuk investasi
dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan
23
lahir batin di dunia dan akhirat baik bagi generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang (Nafik HR, 2009).
2. Pasar Modal Syariah
a. Pengertian Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan degan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan
dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar
modal syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah (Hamid, 2009). Menurut Abdul
Manan (2009), pasar modal syariah adalah pasar modal yang
dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi
perdagangan surat berharga di pasar modal dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan syariat islam. Transaksi di dalam pasar modal
menurut prinsip syariah tidak dilarang (dibolehkan) sepanjang tidak
terdapat transaksi yang bertentangan dengan ketentuan yang telah
digariskan oleh syariah islam.
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak
langsung juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep
syariah yang terlebih dahulu dijalankan oleh negara-negara lain. Pasar
24
modal syariah di Indonesia diperkenalkan pada bulan Juli 2000
ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index.
b. Prinsip Pasar Modal Syariah
Salah satu media dalam berinvestasi adalah melalui pasar modal.
Pada prinsipnya, investasi syariah di pasar modal tidak terlalu berbeda
dengan dengan investasi keuangan konvesional. Namun, ada beberapa
prinsip mendasar yang membedakan antara investasi syariah dan
konvensional di pasar modal tersebut. Pertama, investasi di pasar
modal tidak boleh mengandung unsur riba (bunga). Kedua, gharar
(ketidakpastian atau spekulasi), dan ketiga maysir (judi).
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, prinsip-prinsip syariah
dibidang pasar modal, setidaknya harus memenuhi 2 kriteria, yaitu:
1. Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme
perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah apabila
telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.
2. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-rinsip syariah
apabila telah memperoleh Pernyataan Kesesuaian Syariah.
Adapun yang dimaksud prinsip-prinsip syariah dalam pasar modal
adalah:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
25
2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
3. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minumanyang
haram.
4. Produsen, distributor, dan/ atau penyedia barang-barang ataupun
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
5. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat
transaksi tingkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya (Abdul Aziz, 2010).
3. Faktor yang Mempengaruhi Investasi
a. Return Saham
Tujuan utama investor dalam berinvestasi adalah untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dalm konteks
investasi, tingkat keuntungan investasi ini disebut sebagai return. Di
samping menghitung return yang diharapkan, investor juga harus
memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu,
investor harus selektif dalam mencari alternative investasi yang
menawarkan tingkat return diharapkan (expeceted return) yang tinggi
pada tingkat risiko tertentu yang dapat diminimalkan.
Menurut Tandelilin (2001) dalam Iffa Nurdina (2014) menyatakan
return investasi diklasifikasikan kedalam dua bentuk return yaitu,
return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi
26
(actual return). Return yang diharapkan (expected return) merupakan
tingkat pengembalian investasi yang diantisipasi atau diharapkan
investor di masa yang akan datang. Sedangkan return yang terjadi
(actual return) merupakan tingkat pengembalian investasi yang telah
diperoleh investor pada masa lalu. Adanya perbedan antara return
yang diharapkan dengan return actual yang diperoleh merupakan
risiko investasi yang perlu dipertimbangkan oleh investor dalam
aktivitas investasinya.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama,
yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return
yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara
periodic dari suatu investasi. Sedangkan capital gain (loss) yang
merupakan komponen ke dua dari return merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan
keuntungan (kerugian) bagi investor. Dengan kata lain, capital gain
(loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
b. Risiko Investasi Saham
Dalam dunia usaha, hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian. Pemodal tidak akan tahu dengan pasti hal yang akan
diperoleh dari investasi tersebut. Investor hanya dapat memperkirakan
berapa keuntungan yang diharapkan dari investasinya dan seberapa
27
jauh kemungkinan hasil sebenarnya nanti menyimpang dari yang
diharapkan.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari setiap alternatif
investasi. Sehubungan dengan investasi, para investor akan
memperkirakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh (expected
return) untuk suatu periode tertentu di masa yang akan datang atas
investasi yang dilakukannya. Namun demikian, belum tentu tingkat
keuntungan yang terealisasi sama dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan. Adanya ketidakpastian akan tingkat keuntungan inilah
yang diidentifikasi sebagai risiko investasi (Mukharis Tohiri, 2008).
Risiko suatu investasi adalah tidak tercapainya tingkat keuntungan
yang diharapkan (expected return). Semakin besar arah penyimpangan
tingkat keuntungan yang diharapkan, maka akan semakin besar pula
tingkat risikonya.
Asumsi terpenting dalam risiko dan tingkat keuntungan yang
diharapkan adalah bahwa setiap individu rasional dan tidak menyukai
risiko (Suad Husnan, 2005). Sikap dari individu yang tidak menyukai
risiko tercermin dalam sikap bahwa setiap individu dihadapkan pada
berbagai pilihan, maka individu tersebut lebih menyukai risiko yang
lebih kecil dari tingkat keuntungan yang sama.
28
Menurut Abdul Halim (2003), apabila dikaitkan dengan preferensi
investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Anti risiko (Risk Averter), yaitu investor yang apabila dihadapkan
pada dua pilhan investasi yang memberikan tingkat pengembalian
yang sama dengan risiko berbeda, maka ia akan lebih suka
mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya
investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan
investasinya secara matang dan terencana.
2. Netral terhadap risiko (Risk Neutrality), yaitu kelompok investor
atau individu yang bersikap indifference terhadap risiko yang fair.
Investor kelompok ini akan meminta kenaikan tingkat keuntungan
yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini
umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam
mengambil keputusan investasi.
3. Pengambil risiko (Risk Seeker), yaitu kelompok yang senang
terhadap risiko. Apabila investor tersebut dihadapkan pada dua
pilihan investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama
dengan risiko yang berbeda, maka investor tersebut akan lebih
senang mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi.
Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam
29
mengambil keputusan investasi karena mereka tahu bahwa
hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif.
Menurut Abdul Halim (2003) risiko yang dihadapi oleh investor
atau pemodal dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Risiko sistematis (systematic risk)
Risiko sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh
faktor-faktor makro yang mempengaruhi perekonomian secara
umum, seperti perang, resesi, tingkat bunga, pajak dan lain-lain.
Risiko ini mempengaruhi suatu jenis industri (perusahaan) yang
beroperasi sehingga ada kecenderungan semua saham untuk
bergerak sama. Oleh karena itu risiko ini disebut risiko pasar
(market risk) dan tidak dapat didiversifikasikan. Alat ukur risko
sistematis adalah beta saham.
2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk)
Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang mempengaruhi
satu (kelompok kecil) perusahaan. risiko ini secara potensial dapat
dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko ini mempunyai akibat
khusus untuk suatu perusahaan tertentu dan bersifat spesifik sesuai
dengan perusahaan tersebut. Misalnya ada pesaing baru,
perkembangan teknologi, sistem manajemen dan lainnya.
30
Menurut Tandelilin (2001) dalam Fitriawati (2009) beberapa
sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi
diantaranya:
1. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham
akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku bunga naik maka
return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal deposito)
juga akan naik. Akibatnya minat investor akan berpindah dari
saham ke deposito.
2. Risiko pasar
Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar biasanya
ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara
keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh faktor seperti
resesi ekonomi, kerusuhan, atau perubahan politik (pemilu).
3. Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang
diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor biasanya menuntut
tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan
daya beli yang dialaminya.
31
4. Risiko bisnis
Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan bisnis suatu
jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan dipengaruhi oleh
karakteristik industri tekstil.
5. Risiko finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar
proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko
finansial yang dihadapi perusahaan.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang
diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas
yang dihadapi perusahaan.
7. Risiko nilai tukar mata uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang
domestic terhadap mata uang asing. Istilahnya currency risk atau
exchange rate risk.
8. Risiko negara
Risiko ini sering disebut risiko politik, karena sangat berkaitan
dengan kondisi perpolitikan suatu negara. bagi perusahaan yang
beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara
32
bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari
risiko negara yang terlalu tinggi.
c. Hubungan Antara Return dan Risiko
Seorang investor berusaha untuk memaksimalkan tingkat
pengembalian yang diharapkan pada suatu tingkat risiko tertentu. Oleh
karena itu, seorang investor perlu untuk mendefinisikan risiko
sedemikian rupa sehingga risiko dapat diukur dan diminimalisir
dengan rasional. Menurut Jack Clark Francis (1988) dalam Iffa
Nurdina (2014) seorang manajer portofolio dalam menguji tingkat
pengembalian yang diharapkan dan tingkat risiko dari berbagai
obligasi dan saham yang berbeda untuk memilih asset yang layak
investasi dapat menggunakan prinsip dominan, prinsip dominan
menyatakan bahwa di antara semua investasi dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan yang diberikan, salah satu dengan
tingkat risiko yang paling minimal adalah yang paling diinginkan. Hal
ini berarti, di antara semua asset yang memiliki tingkat risiko yang
sama, salah satu dengan tingkat pengembalian tertinggi yang
diharapkan adalah yang paling diinginkan.
Return ekspetasi (expected return) dan risko mempunyai hubungan
yang positif. Semakin besar tingkat risiko suatu sekuritas, maka
semakin besar return yang diharapkan oleh investor, demikian pula
sebaliknya. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspetasi
33
atau keuntungan yang diharapkan atau dikenal dengan exante return
(before the fact) yaitu untuk return yang belum terjadi. Hubungan
positif ini tidak dapat terjadi untuk return realisasi. Untuk pasar yang
tidak rasional,kadang kala return realisasi yang tinggi belum tentu
mempunyai risiko yang tinggi. Bahkan keadaan sebaliknya
kemungkinan dapat terjadi, yaitu return realisasi yang tinggi hanya
mempunyai tingkat risiko yang kecil (Jogiyanto, 2003).
4. Beta Saham
Mengetahui beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan
hal yang penting dalam menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta
merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas
atau return portofolio terhadap return pasar. Sedangkan volatilitas
didefinisikan sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas atau portofolio
dalam suatu periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2003). Beta dapat dapat
dihitung menggunakan data mingguan, bulanan, kwartal atau tahunan, dan
dari setiap data akan menghasilkan estimasi yang berbeda.
Beta merupakan parameter untuk mengukur perubahan yang
diterapkan atas pengembalian suatu saham bila terjadi perubahan pada
pengembalian pasar (yang diukur dengan indeks pasar). Beta suatu saham
dimungkinkan untuk selalu berubah, perubahan ini bukan sekedar
kebetulan saja melainkan ada faktor yang menyebabkannya.
34
Menurut Fuller dan Faller dalam Supriyadi (2001), ada tiga faktor
yang menyebabkan beta berubah, yaitu:
1. Kesalahan dalam pengukuran.
2. Perubahan-perubahan fundamental dalam operasi perusahaan.
3. Kecenderungan beta bergerak menuju rata-rata, yaitu 1.
Setiap perusahaan memiliki risiko sistematik yang berbeda-beda. Beta
merupaan suatu ukuran relatif dari risiko sistematik saham individu dalam
hubungannya dengan pasar secara keseluruhan yang diukur dari fluktuasi
pendapatan (return). Masing-masing saham memiliki kepekaan yang
berbeda terhadap perubahan pasar. Saham dengan koefisien beta sama
dengan satu berarti memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata
pasar. Koefisien beta lebih dari satu menunjukkan bahwa saham tersebut
sangat peka terhadap perubahan pasar atau memiliki risiko di atas risiko
pasar, atau disebut sebagai saham agresif. Saham yang mempunyai beta
kurang dari satu disebut saham yang defensif di mana saham tersebut
kurang peka terhadap perubahan pasar.
Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematis yang tidak bisa
dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik. Untuk menghitung
beta portofolio, maka terlebih dahulu menghitung beta masing-masing
sekuritas, dan ini juga berguna sebagai pertimbangan untuk memasukkan
suatu sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk.
35
Beta suatu sekuritas juga dapat dihitung dengan menggunakan teknik
regresi. Teknik ini mengestimasi beta dengan menggunakan return-return
sekuritas sebagai variabel dependen dan return-return pasar sebagai
variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time
series ini akan mengahsilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari
waktu ke waktu selama masa periode observasi.
Pendekatan lainnya yang dapat digunakan untuk mengestimasi beta
adalah dengan teknik regresi, yaitu:
a. Single Index Models
Persamaan regresi ini menggunakan data time series antara rate of
return saham sebagai variabel dependen dan drate of return portofolio
pasar sebagai variabel independen untuk mengestimasi nilai beta.
Menurut Tendelilin (2001) dalam Iffa Nurdiana (2014) hubungan
fungsional tersebut dikenal sebagai single index model atau market
model. Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah bahwa
sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut
mempunyai respons yang sama terhadap return pasar.
Menurut Fabozzi (1999) dalam Iffa Nurdiana (2014) secara khusus
dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami
kenaikan harga jika indeks harga saham naik. Kebalikannya juga benar
yaitu, jika indeks harga saham turun maka kebanyakan saham juga
mengalami penurunan harga. Dengan demikian hubungan return
36
sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Rit =
Di mana:
: return saham i selama periode t
: tingkat return dari indeks pasar selama periode t
: variabel acak yang menunjukkan kemampuan dari return
sekuritas i yang independen terhadap kinerja pasar
: beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri
akibat perubahan Rm
: kesalahan residual yang merupakan variabel acak dengan
nilai ekspektasi sama dengan nol atau
Model indeks tunggal membagi return sekuritas menjadi dua
komponen yaitu, bagian yang unik (unique part), yang diwakili oleh
, dan bagian yang terkait dengan pasar (market related part),
diwakili oleh Rmt. Bagian yang unik termasuk dalam peristiwa
mikro, yang mempengaruhi perusahaan secara individual tetapi tidak
semua perusahaan secara umum. Di lain pihak, bagian yang terkait
dengan pasar merupakan dalam peristiwa makro yang berbasis luas
dan mempengaruhi seluruh (atau sebagian besar) perusahaan.
37
Kunci asumsi model ini menjelaskan bahwa sekuritas berkovarian
bersama hanya karena adanya hubungan bersama dengan indeks pasar.
Hal ini berarti tidak ada pengaruh pada saham di luar pasar (Jones,
2004).
b. Capital Asset Pricing Model
Capital Asset Pricing Model merupakan model yang
memungkinkan untuk menentukan pengukur risiko yang relevan dan
bagaimana hubungan antara risiko untuk setiap asset apabila pasar
modal berada dalam keadaan seimbang.pengukuran risiko dalam
CAPM menggunakan beta sebagai pengukur risiko (bukan lagi standar
keuntungan). Dalam model CPAM, nilai beta sangat mempengaruhi
tingkat return yang diharapkan pada suatu sekuritas. Semakin tinggi
nilai beta dan return pasar maka akan semakin tinggi tingkat return
yang disyaratkan oleh investor. Hubungan expected return dan risiko
sistematis (beta) dijelaskan dengan garis pasar sekuritas atau security
market line. Menurut Tandelilin (2001) hubungan tingkat return yang
disyaratkan investor dengan beta saham pada model ini, dapat
dijelaskan dalam bentuk sistematis berikut:
38
Di mana:
ki : tingkat return yang disyaratkan investor pada
sekuritas i
E (Rm) : return portofolio pasar yang diharapkan
: koefisien beta sekuritas i
: tingkat return bebas risiko
Namun demikian, terdapat berbagai kritikan terhadap pengujian
model CPAM. Menurut Fabozzi (1999) dalam Iffa Nurdiana (2014)
kritikan mengenai CPAM dinyatakan oleh Richard Roll yang
menyatakan bahwa CPAM belum dapat diuji hingga komposisi yang
tepat dari portofolio pasar yang sesungguhnya diketahui. Disamping
itu, asumsi John Lintner yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
harapan yang dimiliki investor. Semakin besar perbedaan harapan
yang dimiliki investor, semakin tidak pasti perkiraan berhubungan
dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Oleh karena itu,
pengujian dengan CPAM akan menghasilkan sesuatu yang berbeda
dengan apa yang diestimasikan dalam teori CPAM.
5. Faktor Fundamental
a. Earning per Share
Earning per Share merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
keuntungan yang diperoleh investor (Zubaidi, 2006). Earning per
39
Share merupakan proxy dari laba per saham perusahaan yang
memberikan gambaran bagi investor tentang tingkat keuntungan yang
dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu
saham. semakin tinggi Earning per Share akan menghasilkan
pengembalian yang tinggi pula oleh karena itu laba tersedia bagi
pemegang saham juga akan meningka, sehingga perusahaan tidak akan
kesulitan meningkatkan modal, dengan demikian risiko suatu saham
semakin rendah (Vina, 2013).
b. Debt to Asset Ratio
Menurut Murdoko (2007), leverage pengukur besarnya aktiva yang
dibiayai dengan hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai
aktiva berasal dari kreditor bukan pemegang saham ataupun investor.
Debt to Asset Ratio adalah salah satu rasio leverage financial yang
digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. tingkat
solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan dikatakan solvable berarti perusahaan tersebut
memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-
hutangnya. Rasio DAR menekankan pentingnya pendanaan hutang
jangka panjang dengan menunjukkan aktiva perusahaan yang
didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang
kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan
40
aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada
kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko
pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua
kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan
mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya
akan mengurangi pembayaran dividen.
c. Asset Growth
Variabel ini menurut Beaver, Ketter dan Scholes (1970) dalam Iffa
Nurdina (2014) didefinisikan sebagai tingkat pertumbuhan total aktiva
suatu perusahaan pada setiap periode tertentu. Menurut Pramono
(2001) dalam Prakoso (2012) tingkat pertumbuhan asset yang cepat
menunjukkan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi. Suatu
perusahaan yang sedang melakukan ekspansi atau sedang berada pada
tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Adanya
kebutuhan dana yang semakin besar, menyebabkan perusahaan lebih
cenderung menahan sebagian besar pendapatannya. Hal ini berarti,
semakin besar pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, maka
semakin rendah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham.
rendahnya pembayaran dividen oleh perusahaan ini akan
mengakibatkan rendahnya minat investor dalam berinvestasi pada
perusahaan tersebut sehingga menyebabkan perubahan return saham
yang berakibat pada perubahan beta saham.
41
Dalam Jogiyanto (2003), variabel ini memiliki hubungan positif
dengan beta saham. Hal ini dikarenakan bila presentase perubahan
perkembangan asset dari suatu periode ke periode berikutnya tinggi,
maka risiko yang ditanggung oleh pemegang saham menjadi tinggi
pula. Begitu pula sebalinya.
6. Faktor Makro Ekonomi
a. Inflasi
Inflasi merupakan sebuah fenomena yang dialami oleh sejumlah
besar negara-negara didunia, termasuk Indonesia. Tetapi fenomena ini
kurang begitu dipahami oleh orang-orang awam. Inflasi adalah
kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara
keseluruhan. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan.
Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga
yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan
akan turun (Tandelilin, 2010).
b. Kurs
Nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan
penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing.
Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan
masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata
asing sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs
42
rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar
uang menunjukkan perbaikan (Yulid Yosiana, 2014).
Pergerakan indeks harga saham tidak terlepas dari pengaruh
kinerja perusahaan yang terdaftar di bursa. Peningkatan indeks harga
saham dipengaruhi oleh peningkatan kinerja keuangan para emiten
dengan bobot dalam perhitungan indeks yang mencatatkan kinerja
yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Kinerja yang baik dari para
emiten juga mampu menopang indeks harga saham dari tekanan-
tekanan jual berat seperti kondisi ekonomi yang kurang kondusif
(Baradito Katoppo, 2002).
Sebagai contoh, nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang
dollar AS merupakan harga mata uang rupiah relatif terhadap mata
uang dollar AS. Jika nilai tukar rupiah menguat terhadap dollar AS
berarti rupiah mengalami apresiasi terhadap mata uang dollar dan
merupakan sinyal positif bagi dunia industri dan perdagangan terutama
yang menggunakan bahan-bahan import untuk proses produksinya.
Secara langsung menurunkan biaya produksi dan meningkatkan
keuntungan perusahaan karena ada pengurangan biaya yang
dikeluarkan, sehingga keuntungan meningkat yang bisa diiringi
dengan peningkatan kinerja perusahaan. Pada akhirnya menguatnya
nilai tukar akan meningkatkan indeks saham, karena investor tertarik
untuk berinvestasi.
43
B. Keterkaitan Antar Variabel
Menurut Elton dan Gruber (1994) dalam Iffa Nurdina (2014) menyatakan
bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta di masa
depan. Analisis ini dapat menggunakan data historis dan data lain yang
diperkirakan dapar mempengaruhi beta di masa yang akan datang. Data
historis yang digunakan dalam penelitian dapat berupa data pasar, data
ekonomi secara makro, data akuntansi, atau data fundamental. Pada penelitian
ini, beta saham dipengaruhi oleh beberapa faktor fundamental perusahaan,
yaitu Earning per Share, Debt to Asset Ratio dan Asset Growth. Sedangkan
faktor makro ekonominya inflasi dan kurs. Hubungan antara faktor-faktor
fundamental dan makro ekonomi terhadap beta saham dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengaruh Earning per Share terhadap beta saham
Variabel Earning per Share adalah rasio yang menunjukan pendapatan
yang diperoleh setiap lembar saham. salah satu alasan investor membeli
saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil
maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden.
Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki
Earning per Share tinggi dibandingkan dengan saham yang memiliki
Earning per Share rendah. Menurut Tandelilin (2001) dalam Anggi
(2014) Earning per Share yang rendah cenderung membuat harga saham
turun.
44
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Auliyah dan Hamzah (2006)
menunjukkan bahwa variabel karakteristik perusahaan (Earning per
Share, dividend payout, current ratio, return on investment dan
cyclicality), industri dan ekonomi makro (inflasi dan kurs) tidak signifikan
terhadap return saham syariah. Tetapi berpengaruh signifikan terhadap
beta saham syariah.
2. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap beta saham
Menurut Bambang Riyanto (1995) variabel Debt to Asset Ratio
merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini menggambarkan tingkat
sumber dana utang dalam struktur modal perusahaan yang digunakan
untuk membiayai asset perusahaan. Penggunaan utang yang relatif tinggi
akan menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga dan angsuran pokok
pinjaman yang harus dibayar, semakin besar biaya tetap berakibat
menurunnya laba perusahaan. hal ini akan berdampak pada penurunan
dividen yang akan meningkatkan risiko investasi.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penggunaan Debt to Asset
Ratio bertujuan agar harapan perusahaan dalam memperoleh keuntungan
lebih besar dari biaya tetap yang seharusnya dibayar (Mukharis Tohiri,
2008). Jika dalam kenyataannya perusahaan memiliki keuntungan lebih
kecil dibanding biaya tetap atau tingkat Debt to Asset Ratio tinggi maka
laba bersih setelah pajak akan berubah menjadi kecil dan tingkat risiko
45
perusahaan semakin besar yang pada akhirnya akan berdampak pada
penurunan dividen yang diterima oleh investor. Harapan dan minat
berinvestasi akan berkurang karena prospek perusahaan yang semakin
menurun sehingga harga saham pun akan menurun. Makin besar variasi
return maka akan semakin besar pula beta saham perusahaan yang berarti
semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor. Kesimpulannya
bahwa semakin tinggi Debt to Asset Ratio perusahaan akan semakin besar
pula risiko yang dihadapi perusahaan, sehingga terdapat hubungan positif
antara Debt to Asset Ratio dengan beta saham.
3. Pengaruh Asset Growth terhadap beta saham
Variabel Asset Growth mengukur pertumbuhan total aktiva perusahaan
dari periode satu ke periode berikutnya. Tingkat pertumbuhan aktiva yang
cepat mengindikasikan adanya ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan.
semakin besar ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan, semakin besar
dana yang dibutuhkan. Semakin besar dana yang dibutuhkan, maka
semakin besar pula laba yang ditahan oleh perusahaan dan semakin kecil
deviden yang dibagikan untuk para pemegang saham.
Hal tersebut juga dipertegas dari penelitian yang dilakukan oleh
Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dalam Iffa Nurdina (2014) yang
menyatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan asset
yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan sedang
mengadakan ekspansi. Kemungkinan kegagalan ekspansi akan
46
meningkatkan beban perusahaan dalam menutup pengembalian ekspansi.
Adanya kemungkinan kegagalan yang dihadapi perusahaan ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang bersangkutan menjadi kurang
prospektif. Selanjutnya, perusahaan yang prospeknya kurang baik tersebut
jarang diminati oleh investor karena tingginya tingkat risiko investasi
yang harus ditanggung oleh investor yang bersangkutan sehingga variabel
Asset Growth berpengaruh positif terhadap beta saham. hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan Elza Novera (2013).
4. Pengaruh inflasi terhadap beta saham
Tingkat inflasi adalah ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan
untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Di sisi investor, ketika
inflasi tinggi, investor akan cenderung melepas sahamnya dan lebih
memilih investasi dalam bentuk tabungan atau deposito karena lebih
menguntungkan. Kecenderungan investor untuk melepas sahamnya akan
menyebabkan harga saham menjadi turun dan membuat risiko (beta) naik.
Di sisi lain, dengan adanya inflasi, pemerintah akan menaikkan tingkat
suku bunga. Kebijakan pemerintah ini tentunya membuat investor lebih
tertarik untuk berinvestasi pada investasi yang bebas risiko daripada
saham, akibatnya beta saham menjadi tinggi.
Dari sisi perusahaan, inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga
bahan baku meningkat yang menyebabkan biaya produksi juga meningkat
sehingga inflasi menurunkan tingkat keuntungan. Dengan menurunnya
47
tingkat keuntungan perusahaan, maka harga saham perusahaan tersebut
menjadi turun. Penurunan harga saham perusahaan berarti meningkatkan
risiko dari saham itu sendiri, dan akibatnya beta saham menjadi tinggi.
Dengan demikian, tingkat inflasi akan berpengaruh positif terhadap beta
saham (Suhadi, 2009).
5. Pengaruh kurs terhadap beta saham
Kurs merupakan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata
uang negara lain. Bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat
perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Nilai kurs yang sering berubah-
ubah dengan tajam akan menurunkan minat investor dalam berinvestasi
sebab return menjadi sulit untuk diprediksi. Turunnya minat investor
terhadap investasi pada saham akan membuat harga saham dan return
saham menurun akibatnya beta saham akan meningkat. Menurut Auliyah
dan Hamzah (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
karakteriktik perusahaan (Earning per Share, dividen payout, current
ratio, return on investment dan cyclicality), industri dan ekonomi makro
(inflasi dan kurs) berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah,
sementara dengan beta saham syariah menunjukkan bahwa cyclicality,
kurs dan GDP signifikan terhadap beta saham syariah.
48
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap penelitian yang
akan dilakukan ini. Hasil-hasil dari penelitian terdahulu ini dapat dijadikan
bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan ini.
Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah (2006) dalam penelitiannya mengenai
analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return
dan beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta. Sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index pada periode
2001-2005. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel karakteristik
perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap
beta saham syariah.
Mukharis Tohiri (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh
rasio keuangan terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2004-2006. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Debt to
Asset Ratio dan Asset Growth berpengaruh signifikan terhadap beta saham,
sedangkan variabel Price Earning Ratio berpengaruh tidak signifikan
terhadap beta saham. variabel Price Earning Ratio, Debt to Asset Ratio dan
Asset Growth secara simultan berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Nining, Moljadi dan Harry (2010) dalam penelitiannya mengenai
pengaruh variabel internal dan eksternal perusahaan terhadap risiko sistematis
49
saham pada kondisi pasar yang berbeda pada indeks saham LQ45 di BEJ
periode 1999-2003. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio (CR),
Quick Ratio (QR), Total Asset Turnover (TATO), Debt to Equity Ratio
(DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Asset
Size (AS), tingkat inflasi, suku bunga SBI dan kurs rupiah. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara simultan variabel-variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap risiko sistematis saham pada kondisi pasar bullish
maupun bearish. Namun secara parsial, variabel TATO, DER, ROI dan PER
berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis saham pada kondisi
pasar bullish, sedangkan variabel CR, TATO, DER, PER, PBV dan AS
berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis saham pada kondisi pasar
bearish.
Fidiana (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh tingkat suku
bunga, tingkat inflasi dan rasio keuangan terhadap beta saham. sampel yang
digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2001-2005. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat suku
bunga, inflasi dan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap beta
saham. Variabel leverage, earning variability dan price book value secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Nucifera Julduha dan Indra Kusumawardhani (2013) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh Net Profit Margin (NPM), Current Ratio, Debt to Asset
50
Ratio dan tingkat suku bunga terhadap beta saham syariah pada perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Penelitian dilakukan pada periode
2009-2014. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Net Profit Margin,
Current Ratio, Debt to Asset Ratio, dan tingkat suku bunga secara simultan
berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Yulius Yulianto (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh
Asset Growth, Earning per Share, Debt to Total Asset, Return on Investment,
dan deviden yield terhadap beta saham pada perusahaan perbankan yang
tercatat di BEI periode 2005-2007. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel Asset Growth, Debt to Total Asset, dan Return on Investment
berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham. sedangkan variabel
Earning per Share dan deviden yield tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap beta saham.
Elza Novera (2013) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pertumbuhan
asset, kebijakan dividen, dan likuiditas terhadap beta saham pada perusahaan
finance yang terdaftar di BEI periode 2009-2011. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel Asset Growth berpengaruh tidak signifikan dan
positif terhadap beta saham, variabel kebiajakan dividen (DPR) tidak
berpengaruh signifikan dan positif terhadap beta saham, sedangkan pada
variabel likuiditas (CR) berpengaruh negative signifikan terhadap beta saham.
Vina Rahmatika (2013) dalam penelitiannya mengenai pengaruh faktor
fundamental perusahaan dan ekonomi makro terhadap risiko investasi saham
51
syariah. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam
kelompok perusahaan manufaktur yang tergabung dalam DES pada periode
2009-2011. Variabel penelitian faktor fundamental terdiri dari asset size,
current ratio, ROE, DER dan EPS, sedangkan faktor makro ekonomi terdiri
dari inflasi dan kurs. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
fundamental dan makro ekonomi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap risiko investasi. Secara parsial hanya variabel ekonomi makro yang
berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah, sedangkan variabel
fundamental perusahaan tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Iffa Nurdina (2014) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh
faktor fundamental terhadap beta saham studi empiris pada saham LQ45 yang
terdaftar di BEI periode 2006-2012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
secara simultan variabel Asset Growth, DER, DOL, CR dan ROA
berpengaruh signifikan terhadap beta saham. secara parsial variabel DER, CR,
dan ROA berpengaruh signifikan terhadap beta saham, sedangkan variabel
DOL dan Asset Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Rina Soviani (2015) dalam penelitiannya mengenai pengaruh financial
leverage dan pertumbuhan aktiva terhadap risiko sistematis (beta) studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-
2013. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel financial leverage
tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis dan variabel pertumbuhan aktiva
tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis.
52
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk
bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Hamid, 2010).
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:
53
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Faktor Fundamental dan Faktor Makro Ekonomi terhadap Beta
Saham Perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2011-2015
EPS (X1) DAR (X2) Asset Growth (X3) Inflasi (x4) Kurs (x5)
Beta Saham Syariah (Y)
Model Regresi Data Panel
Random Effect Fixed Effect Common Effect
Uji Chow Uji Hausman
Uji Signifikansi
Koefisien Determinasi Uji t Uji F
Interpretasi dan Kesimpulan
54
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi terhadap
beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi terhadap beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016.
2. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kurs terhadap
beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kurs terhadap beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016.
3. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Earning per
Share terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index
periode 2010-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Earning per Share
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode
2010-2016.
4. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Debt to Asset
Ratio terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode
2010-2016.
55
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Debt to Asset Ratio
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode
2010-2016.
5. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Asset Growth
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode
2010-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Asset Growth
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index periode
2010-2016.
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada variabel fundamental yaitu
rasio keuangan yang meliputi Earning per Share (EPS), Debt To Asset Ratio
(DAR), dan Asset Growth dan variabel makro ekonomi yang meliputi inflasi
dan kurs terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII) pada
periode 2010-2016. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian
terbatas hanya pada saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index (JII) secara konsisten pada periode 2010–2016. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data sekunder
yang meliputi dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Kedua
variabel tersebut adalah variabel dependen yang diwakili oleh beta saham
perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII) dan variabel independen yang
diwakili oleh Earning per Share (EPS), Debt To Asset Ratio (DAR), Asset
Growth, inflasi dan kurs.
B. Metode Penentuan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah Jakarta Islamic Index. Jakarta
Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dinilai memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh DSN-MUI serta telah melalui proses seleksi dari Bapepam
dan LK dan berhasil melalui screening yang dilakukan BEI. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
57
(Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah
metode sampel dengan berdasarkan pada pertimbangan atau kriteria tertentu.
Adapun kriteria sampel perusahaan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Saham-saham tersebut terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
b. Perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) secara
konsisten selama periode tahun 2010-2016.
c. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun pada
periode 2010-2016.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilihlah 10 saham yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Daftar Sampel Saham Syariah yang konsisten di Jakarta Islamic Index
Periode 2010-2016
No Kode Saham Nama Perusahaan
1. AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk
2. ASII PT. Astra Internasional Tbk
3. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
4. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
5. LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk
6. LSIP PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
58
S
S
Sumber: infopersada.com
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi (Muhammad, 2008).
Data statistik Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016 yang
bersumber dari www.duniainvestasi.com. Data Earning per Share (EPS),
Debt to Asset Ratio (DAR) dan Asset Growth dari laporan keuangan yang
diterbitkan oleh masing-masing perusahaan yang bersumber pada website
www.idx.co.id. Data statistik inflasi periode 2010-2016 yang bersumber
pada website Bank Indonesia (BI). Data statistik kurs periode 2010-2016
yang bersumber pada website Bank Indonesia (BI). Data emiten yang
masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016 yang
bersumber dari www.infopersada.com. Data harga saham emiten di
7. SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
8. TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
9. UNTR PT. United Tractors Tbk
10. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
59
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010-2016 yang bersumber dari
www.yahoofinance.com.
2. Studi Kepustakaan (Library Reseacrh)
Penulis melakukan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan teori
dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Studi
kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literature-literatur ilmiah,
buku, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Data Panel
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis regresi data panel yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen yaitu earning per share, debt to asset ratio, asset
growth, inflasi dan kurs dengan variabel dependen yaitu beta saham
perusahaan di JII. Terdapat beberapa metode yang biasa dilakukan untuk
mengestimasi model regresi dengan data panel, diantaranya common
effect, fixed effect, dan random effect (Rama dan Ade, 2017).
a. Metode Common effect
Metode common effect atau umumnya disebut sebagai metode
OLS (Ordinary Least Square) mengestimasi data panel dengan
menggabungkan time series dan cross section tanpa
mempertimbangkan perbedaan antar waktu dan individu. Pendekatan
ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Hal ini
60
dikarenakan model ini mengamsumsi bahwa perilaku data antar
variabel sama dalam berbgai kurun waktu (Rama dan Ade, 2017).
Dengan demikian metode common effect memiliki model
persamaan regresi seperti model OLS, yaitu:
Ln
Di mana:
i = 1, 2, …, Ni
t = 1, 2, …, T
Kelemahan dari model common effect atau OLS dengan
menggunakan data panel terletak pada ketidakmampuan model ini
untuk melihat perbedaan baik antar individu maupun antar waktu pada
jenis data panel. Dengan demikian, hal ini tidak sesuai dengan tujuan
digunakannya data panel. Sebagaimana terlihat pada model di atas
bahwa intercept ( ) maupun slope ( ) tidak berubah baik antar
individu maupun antar waktu.
b. Metode Fixed effect
Model OLS mengasumsikan bahwa intercept maupun slope adalah
sama baik antar waktu maupun antar individu. Namun, asumsi ini jauh
dari realitas sebenarnya khususnya bagi jenis data panel. Karakteristik
antar individu atau perusahaan jelas akan berbeda, misalnya jumlah
asset, sistem, manajemen, insentif, dan lainnya. Menurut Widarjono
61
(2009) dalam Rama dan Ade (2017) salah satu paling sederhana
mengetahui adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa
intercept (perpotongan) adalah berbeda antara individu atau
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar individu atau
perusahaan.
Model yang megasumsikan adanya perbedaan intercept di dalam
persamaan regresi dikenal dengan model regresi fixed effect, yaitu
slope konstan tetapi intercept berbeda antar individu atau perusahaan.
Model fixed effect data panel dengan menggunakan variabel
dummy untuk menangkap adanya perbedaan intercept. Oleh karena
itu, model fixed effect biasa juga disebut dengan teknik Least Squares
Dummy Variables (LSDV). Model fixed effect dengan teknik variabel
dummy adalah:
ln ln
Di mana:
i = 1, 2, …, N
t = 1, 2, …, T
Jumlah variabel dummy (D) disesuaikan dengan jumlah individu
atau perusahaan yang diteliti dalam jenis data panel. Intercept pada
dummy menjadi intercept pembeda yang menjelaskan seberapa besar
perbedaan intercept antar individu atau perusahaan. memasukkan
62
variabel dummy dalam model dimaksudkan untuk mewakili
ketidaktahuan terhadap model yang sebenarnya.
c. Metode Random effect
Menurut Widarjono (2009) dalam Rama dan Ade (2017)
memasukkan variabel dummy dalam model fixed effect berdampak
pada berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini dapat diatasi
dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang biasa
disebut sebagai metode random effect. Jenis model ini mengestimasi
data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan
antar waktu dan antar individu atau perusahaan. komponen error
dikontribusikan oleh komponen individu atau waktu. Oleh karena itu,
random error perlu diuraikan menjadi error untuk komponen individu,
error untuk komponen waktu dan error gabungan. Dengan demikian
persamaan model random error adalah:
ln
Di mana:
: komponen error cross section
: komponen error time series
: komponen error gabungan
63
Dengan demikian model random effect menganggap efek rata-rata
dari data cross section dan time series direpresentasikan dalam
intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time
series direpresentasikan dalam dan deviasi untuk data cross section
dinyatakan dalam (Nachrowi dan Usman (2006). Dengan demikian
variabel gangguan adalah berbeda-beda antar individu tetapi tetap
antar waktu. Oleh karena itu, model random effect sering disebut juga
dengan Error Component Model (ECM).
Pada model random effect berpotensi adanya korelasi antara
variabel gangguan, sehingga model OLS tidak bisa digunakan untuk
mendapatkan estimator yang efisien (widarjono, 2009). Oleh karena
itu, metode yang tepat untuk mengestimasi model random effect
adalah Generalized Least Squares (GLS).
Ke tiga metode analisis regresi data panel tersebut memiliki
kekurangan dan kelebihan. Untuk membandingkan mana hasil
estimasi yang lebih baik antara hasil estimasi common effect dengan
fixed effect dilakukan dengan cara uji chow. Sementara pemilihan
mana hasil estimasi yang paling tepat antara fixed effect dengan
random effect dilakukan dengan cara uji hausman.
64
2. Tahapan Analisis Data
Pemilihan jenis model dalam data panel adalah sebagai berikut:
a. Uji Chow
Uji chow digunakan untuk membandingkan apakah model fixed
effect atau common effect yang lebih sesuai untuk digunakan dalam
penelitian ini (Winarno, 2011). Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Common effect Model
H1 : Fixed effect Model
Pengujian uji Chow menggunakan software Eviews adalah dengan
menggunakan uji likelihood ratio, lalu yang menjadi dasar penolakan
dalam hipotesis di atas adalah dengan membandingkan nilai
probabilitasnya dengan = 5%. Perbandingan yang dimaksud adalah
apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak
sehingga dalam penelitian ini menggunakan fixed effect dan perlu
melakukan Hausman Test. Namun jika nilai probabilitasnya lebih
besar dari 0.05 maka model yang tepat digunakan adalah common
effect dan tidak perlu dilakukan uji Hausman.
b. Uji Hausman
Uji hausman ini digunakan untuk menguji apakah dalam penelitian
ini lebih baik menggunakan model fixed effect atau random effect.
Berikut ini hipotests yang digunakan:
65
H0 : Random effect Model
H1 : Fixed effect Model
Statistik uji Hausman ini dengan melihat nilai probabilitas. Jika
nilai probabilitas < 0.05 (untuk tingkat signifikansi = 0.05) maka H0
ditolak dan model yang lebih tepat adalah model fixed effect,
begitupun sebaliknya. Bila nilai probabilitas > 0.05, maka model yang
lebih tepat adalah model random effect.
3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji
diterima atau ditolaknya hasil hipotesa (H0) dari sampel. Keputusan untuk
mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistic yang diperoleh dari data
yang ada (Gujarati, 2003).
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap
variabel bebas lainnya adalah konstan (Gujarati, 2003).
Pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
1) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang
artinya variabel penjelas secara parsial tidak mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
66
2) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang
artinya variabel penjelas secara parsial mempengaruhi variabel
yang dijelaskan secara signifikan.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam
mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar
dari nilai F tabel maka variabel-variabel indepnden secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
1) Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang
artinya variabel penjelas secara srentak atau bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang
artinya variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama
mempengaruh variabel yang dijelaskan secara signifikan.
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi.
Dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis
67
regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya (Nachrowi dan
Usman, 2006).
Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0 < R
2 < 1) apabila R
2 = 1
menunjukkan bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian
persamaan regresi atau variabel bebas baik X1 X2 X3 X4 maupun X5
mampu menerangkan variabel Y sebesar 100%. Sebaliknya apabila nilai
R2 = 0 menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang diterangkan oleh
varian bebas dari persamaan regresi (Suharyadi dan Purwanto, 2004).
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2003) variabel dependen yaitu suatu variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(independen). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
adalah beta saham. beta saham mengukur tingkat kepekaan saham
terhadap perubahan pasar. Setiap saham memiliki tingkat risiko yang
berbeda-beda.
Menurut Fabozzi (1999) dalam Iffa Nurdina (2014) beta saham dapat
diestimasi dengan menggunakan model pasar (market model) atau dapat
juga disebut model indeks tunggal (single index model). Hal ini
dikarenakan model pasar pada dasarnya hampir sama dengan model
indeks tunggal, kecuali asumsi error terms untuk setiap sekuritas tidak
berkorelasi satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, persamaan model
68
pasar dapat dituliskan sama seperti persamaan model indeks tunggal
sebagai berikut:
Di mana:
= return saham i selama periode t
= variabel acak yang menunjukkan kemampuan dari return sekuritas i
yang independen terhadap kinerja pasar
= tingkat return dari indeks pasar selama periode t
= beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri
akibat dari perubahan Rm
= kesalahan residual
Persamaan model pasar bisa diestimasi dengan melakukan regresi
antara return sekuritas yang akan dinilai dengan return indeks pasar. Nilai
beta ini dapat bergeser seiring waktu dengan berubahnya situasi pada
perusahaan. semakin besar nilai beta suatu sekuritas, semakin besar
kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar.
Menurut Damodaran (1999) dalam Iffa Nurdina (2014), dalam hal
pembuatan keputusan dengan menggunakan indeks pasar ini akan
memberikan estimasi beta terbaik. Sehingga investor disarankan untuk
melakukan pengujian pasar portofolio (market portofolio). Dengan kata
lain, indeks yang mencakup sekuritas yang lebih banyak harus
69
memberikan perkiraan yang lebih baik dari indeks yang sekuritasnya
kurang. Pada akhirnya indeks harus mencerminkan sejauh mana tingkat
marjinal investor dalam pasar yang seragam.
Tingkat pengembalian pasar (Rm) dapat dihitung menggunakan data
indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan mencantumkan seluruh
saham yang tercatat di bursa selama periode waktu tertentu. Persamaan
yang digunakan dalam menghitung return pasar (jogiyanto, 2003) adalah
sebagai berikut:
Di mana:
Rmt : return indeks pasar saham pada periode ke t
IHSGt : Indeks harga saham gabungan pada waktu t
IHSGt-1 : Indeks harga saham gabungan pada waktu t-1
Perhitungan tingkat return saham (Ri) dapat menggunakan data dari
perubahan harga saham perusahaan yang terjadi selama periode tertentu.
Menurut Jogiyanto (2003) dalam Iffa Nurdina (2014), persamaan yang
dapat digunakan untuk menghitung return saham perusahaan adalah
sebagai berikut:
70
Di mana:
Rit : return saham i pada periode ke t
Pit : harga saham individual perusahaan pada periode t
Pit-1 : harga saham individual perusahaan pada periode t-1
2. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2003) variabel independen atau variabel bebas
yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel
dependen. Dalam penelitian ini variabel dependen terdiri dari:
a. Earning per Share (EPS)
Earning per Share merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh
dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang berdar.
b. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to Asset Ratio diartikan sebagai penggunaan asset atau dana.
Sebagai akibat dari penggunaan dana tersebut, perusahaan harus
mengevaluasi biaya tetap atau membayar utang tetap, dengan kata lain
bahwa Debt to Asset Ratio dimaksudkan untuk mengukur seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
71
c. Asset Growth
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai
perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari total aktiva.
d. Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi dalam penelitian ini
diperoleh melalui situs www.bi.go.id
e. Kurs
Nilai kurs rupiah terhadap dollar ditentukan oleh Bank Indonesia
dan tercantum di dalam situs www.bi.go.id
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Jakarta
(BEJ) bersama dengan PT Danareksa Management (DIM) meluncurkan indeks
saham yang dibuat berdasarkan syariah islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).
JII merupakan indeks harga saham kelompok dan merupakan nilai yang
digunakan untuk megukur kinerjanya pada BEI. JII terdiri atas 30 jenis saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam, komposisi
saham dalam indeks diriview dalam enam bulan sekali, sehingga dapat digunakan
sebagai tolak ukur (benchmark) untuk kinerja suatu investasi pada saham dengan
basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi dalam pasar modal berbasis syariah
(Sunariyah, 2011).
Saham syariah dinyatakan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila
telah memperoleh pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI,
dimana kriteria kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah dan kriteria rasio keuangan juga memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN juga menjadi pedoman bagi lembaga keuangan
yang menawarkan layanan keuangan syariah (Rama, 2015). Setelah melalui kedua
proses tersebut baru kemudian saham/efek masuk kedalam Daftar Efek Syariah.
73
Ruang lingkup kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip hukum syariah
islam adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Kriteria rasio keuangan yang memenuhi prinsip syariah antara lain Rasio
Total Hhutang Ribawi (berbasis bunga) maksimal 45% terhadap asset, sedangkan
kontribusi total pendapatan non-halal dibandingkan dengan total pendapatan
usaha dan pendapatan lain harus dibawah 10%.
Selanjutnya sebelum masuk kedalam daftar saham JII, saham-saham yang
termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) kemudian melalui screening lanjutan
yang dilakukan oleh Bapepam dan LK serta BEI. Sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan dalam menentukan kriteria saham-saham emiten yang menjadi
komponen daripada Jakarta Islamic Index tersebut adalah:
1. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang masuk ke dalam
DES yang diterbitkan oleh Bapepam dan LK.
74
2. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan
(kecuali bila termasuk di dalam saham-saham 10 berkapitalisasi besar).
3. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal 90% (Sembilan
puluh persen).
4. Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun
terakhir.
5. Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Sebanyak 30 saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI), serta telah melalui proses seleksi dari Bapepam dan LK, serta berhasil
melewati screening (penyaringan) yang dilakukan BEI. Sehingga secara
fundamental dapat dinyatakan kelompok saham ini lebih kuat dibandingkan
saham konvensional.
Pada penelitian ini yang hendak diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index selama periode 2010 sampai dengan 2016. Perusahaan yang
terdaftar di JII selama periode penelitia adalah sebagai berikut:
75
Tabel 4.1
Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016
B. Analisis dan Pembahasan
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi data panel.
Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas
beberapa objek dan runtutan waktu (Winarno, 2011). Data semacam ini
memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa
tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Di samping itu,
dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini dapat diharapkan untuk
No Kode Saham Nama Perusahaan
1. AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk
2. ASII PT. Astra Internasional Tbk
3. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
4. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
5. LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk
6. LSIP PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
7. SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
8. TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
9. UNTR PT. United Tractors Tbk
10. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
76
memberikan informasi yang lebih banyak (high informational content)
(Ariefianto, 2012).
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu pooled effect,
fixed effect, dan random effect. Masing-masing model memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi
yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan data statistik
yang benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh
karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah memiliki model yang
tepat dari ketiga model yang tersedia.
Tabel 4.2
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Sumber: Output Eviews
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:13
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -34.19700 9.510902 -3.595558 0.0003
INFLASI? -0.003634 0.073765 -0.049261 0.9607
LN_KURS? -0.005990 0.001813 -3.304401 0.0010
LN_EPS? 5.846458 1.645532 3.552929 0.0004
DAR? 0.001203 0.000163 7.377077 0.0000
AG? -0.038790 0.006440 -6.023212 0.0000 R-squared 0.156104 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.151020 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.199112 Akaike info criterion -0.382751
Sum squared resid 32.90570 Schwarz criterion -0.348814
Log likelihood 165.9901 Hannan-Quinn criter. -0.369741
F-statistic 30.70674 Durbin-Watson stat 0.057551
Prob(F-statistic) 0.000000
77
Tabel 4.3
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:15
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.774467 8.067417 -1.211598 0.2260
INFLASI? 0.124095 0.062066 1.999386 0.0459
LN_KURS? -0.001754 0.001534 -1.144066 0.2529
LN_EPS? 1.811422 1.393849 1.299582 0.1941
DAR? 0.002807 0.000205 13.68134 0.0000
AG? -0.341653 0.019950 -17.12559 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_AALI--C 0.305749
_ASII--C 0.215455
_INTP--C 0.369083
_KLBF--C -0.478299
_LPKR--C -0.945621
_LSIP--C -0.295724
_SMGR--C 0.349840
_TLKM--C -0.135683
_UNTR--C 0.375583
_UNVR--C 0.249877 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.418093 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.408170 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.166244 Akaike info criterion -0.732939
Sum squared resid 22.69007 Schwarz criterion -0.648095
Log likelihood 321.3686 Hannan-Quinn criter. -0.700414
F-statistic 42.13421 Durbin-Watson stat 0.067302
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews
Setelah hasil regresi dengan menggunakan model common effect dan fixed
effect didapat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji untuk
78
menentukan model estimasi mana yang lebih tepat antara model common
effect dan fixed effect. Dalam menentukan diantara kedua model tersebut maka
digunakan uji Chow sebagai uji pemilihan model regresi data panel. Uji chow
merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan model
regresi data yang paling tepat digunakan dalam penelitian.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji Chow adalah
melakukan regresi dengan menggunakan model common effect dan fixed
effect. Setelah hasil dari common effect dan fixed effect diperoleh maka
selanjutnya dilakukan uji Chow dengan melakukan uji likelihood ratio
menggunakan Eviews. Hasil dari uji likelihood ratio atau uji Chow dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 41.070536 (9,821) 0.0000
Cross-section Chi-square 310.756920 9 0.0000
Sumber: Output Eviews
Uji Chow dilakukan dengan membandingkan antara common effect model
dan fixed effect model. Hipotesis dalam uji Chow adalah:
H0 : Common Effect Model
H1 : Fixed effect model
79
Apabila nilai probabilitas F ≥ 0,05 artinya H0 diterima, yang berarti model
yang paling tepat digunakan adalah common effect model. Namun jika nilai
probabilitasnya < 0,05 artinya H0 ditolak, yang berarti model yang paling
tepat digunakan adalah fixed effect model.
Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000 untuk
cross section F, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut
menunjukan bahwa H0 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect
model lebih tepat digunakan daripada common effect model.
Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang lebih tepat untuk
digunakan adalah fixed effect model, maka diperlukan Uji Hausman untuk
menguji model yang lebih tepat untuk digunakan antara fixed effect model dan
random effect model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan terlebih
dahulu regresi random effect model.
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/28/17 Time: 10:16
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -25.89235 7.982386 -3.243685 0.0012
INFLASI? 0.037649 0.061745 0.609748 0.5422
LN_KURS? -0.004556 0.001520 -2.997450 0.0028
LN_EPS? 4.470669 1.380460 3.238536 0.0012
DAR? 0.001424 0.000173 8.240459 0.0000
AG? -0.125922 0.012054 -10.44669 0.0000
80
Random Effects (Cross)
_AALI--C 0.086404
_ASII--C 0.090460
_INTP--C 0.130633
_KLBF--C -0.170541
_LPKR--C -0.246041
_LSIP--C -0.152987
_SMGR--C 0.150709
_TLKM--C -0.096495
_UNTR--C 0.127358
_UNVR--C 0.080500 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.054408 0.0967
Idiosyncratic random 0.166244 0.9033 Weighted Statistics R-squared 0.198340 Mean dependent var 0.014713
Adjusted R-squared 0.193511 S.D. dependent var 0.205160
S.E. of regression 0.184240 Sum squared resid 28.17378
F-statistic 41.07033 Durbin-Watson stat 0.060435
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared -0.201551 Mean dependent var 0.046260
Sum squared resid 46.85160 Durbin-Watson stat 0.036342
Sumber: Output Eviews
Dalam melakukan Uji Hausman, hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed effect model
Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya H0 diterima, yang
berarti model regresi yang paling tepat digunakan adalah random effect model.
Namun jika probabilitas Chi-Square < 0,05 artinya H0 ditolak, yang berarti
model regresi yang paling tepat digunakan adalah fixed effect model.
81
Tabel 4.6
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 192.418365 5 0.0000 Sumber: Output Eviews
Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000 untuk
cross section random, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut
menunjukkan bahwa H1 diterima, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect
model lebih tepat digunakan daripada random effect model.
2. Pengujian Hipotesis
a. Model Penelitian
Berdasarkan estimasi model regresi data panel yang telah dilakukan
sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan Fixed effect model
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:15
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.774467 8.067417 -1.211598 0.2260
82
INFLASI? 0.124095 0.062066 1.999386 0.0459
LN_KURS? -0.001754 0.001534 -1.144066 0.2529
LN_EPS? 1.811422 1.393849 1.299582 0.1941
DAR? 0.002807 0.000205 13.68134 0.0000
AG? -0.341653 0.019950 -17.12559 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_AALI--C 0.305749
_ASII--C 0.215455
_INTP--C 0.369083
_KLBF--C -0.478299
_LPKR--C -0.945621
_LSIP--C -0.295724
_SMGR--C 0.349840
_TLKM--C -0.135683
_UNTR--C 0.375583
_UNVR--C 0.249877 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.418093 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.408170 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.166244 Akaike info criterion -0.732939
Sum squared resid 22.69007 Schwarz criterion -0.648095
Log likelihood 321.3686 Hannan-Quinn criter. -0.700414
F-statistic 42.13421 Durbin-Watson stat 0.067302
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan tabel, maka ditemukan hasil dari perhitungan Inflasi,
Kurs, Earning per Share, Debt to Asset Ratio, dan Asset Growth terhadap
Beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index sebagai berikut:
Beta Saham = -9.774467 + 0.124095 INFLASI – 0.001754 KURS +
1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
83
Dari model di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar -9.774467 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (Inflasi, Kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index adalah sebesar -9.774467.
2) Nilai koefisien regresi Inflasi sebesar 0.124095 yang berarti setiap
kenaikan nilai inflasi naik 1% maka beta saham perusahaan
mengalami kenaikan sebesar 0.124095.
3) Nilai koefisien regresi kurs sebesar -0.001754 yang berarti setiap
kenaikan nilai kurs naik 1% maka beta saham perusahaan mengalami
penurunan sebesar 0.001754.
4) Nilai koefisien regresi EPS sebesar 1.811422 yang berarti setiap
kenaikan nilai EPS naik 1% maka beta saham perusahaan mengalami
kenaikan sebesar 1.811422.
5) Nilai koefisien regresi DAR sebesar 0.002807 yang berarti setiap
kenaikan nilai DAR naik 1% maka beta saham perusahaan mengalami
kenaikan sebesar 0.002807.
6) Nilai koefisien regresi AG sebesar – 0.341653 yang berarti setiap
kenaikan nilai AG naik 1% maka beta saham perusahaan mengalami
penurunan sebesar 0.341653.
84
Tabel 4.8
Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan tabel, maka didapat persamaan model regresi beta saham
perusahaan di Jakarta Islamic Index sebagai berikut:
1) Persamaan model regresi perusahaan AALI
Beta saham AALI = 0.305749 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar 0.305749 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham AALI adalah sebesar 0.305749.
Fixed Effect (Cross) Coefficient
_AALI—C 0.305749
_ASII—C 0.215455
_INTP—C 0.369083
_KLBF—C -0.478299
_LPKR—C -0.945621
_LSIP—C -0.295724
_SMGR—C 0.349840
_TLKM—C -0.135683
_UNTR—C 0.375583
_UNVR—C 0.249877
85
2) Persamaan model regresi perusahaan ASII
Beta saham ASII = 0.215455 + 0.124095 INFLASI – 0.001754 KURS
+ 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar 0.215455 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham ASII adalah sebesar 0.215455.
3) Persamaan model regresi perusahaan INTP
Beta saham INTP = 0.369083 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar 0.369083 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham INTP adalah sebesar 0.369083.
4) Persamaan model regresi perusahaan KLBF
Beta saham KLBF = -0.478299 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar -0.478299 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham INTP adalah sebesar -0.478299.
5) Persamaan model regresi perusahaan LPKR
Beta saham LPKR = -0.945621 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
86
Konstanta sebesar -0.945621 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham LPKR adalah sebesar -0.945621.
6) Persamaan model regresi perusahaan LSIP
Beta saham LSIP = -0.295724 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar -0.295724 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham LSIP adalah sebesar -0.295724.
7) Persamaan model regresi perusahaan SMGR
Beta saham SMGR = 0.349840 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar 0.349840 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham SMGR adalah sebesar 0.349840.
8) Persamaan model regresi perusahaan TLKM
Beta saham TLKM = -0.135683 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar -0.135683 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham TLKM adalah sebesar -0.135683.
87
9) Persamaan model regresi perusahaan UNTR
Beta saham UNTR = 0.375583 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar 0.375583 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham UNTR adalah sebesar 0.375583.
10) Persamaan model regresi perusahaan UNVR
Beta saham UNVR = 0.249877 + 0.124095 INFLASI – 0.001754
KURS + 1.811422 EPS + 0.002807 DAR – 0.341653 AG
Konstanta sebesar 0.249877 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (inflasi, kurs, EPS, DAR, AG) adalah nol, maka beta
saham UNVR adalah sebesar 0.249877.
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu
inflasi, kurs, EPS, DAR dan AG terhadap variabel dependen yaitu beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index.
Tabel 4.9
Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -9.774467 8.067417 -1.211598 0.2260
INFLASI 0.124095 0.062066 1.999386 0.0459
LN_KURS -0.001754 0.001534 -1.144066 0.2529
88
LN_EPS 1.811422 1.393849 1.299582 0.1941
DAR 0.002807 0.000205 13.68134 0.0000
AG -0.341653 0.019950 -17.12559 0.0000
Sumber: Output Eviews
Tabel di atas merupakan hasil dari pengujian variabel independen
yaitu Inflasi, Kurs, EPS, DAR dan AG terhadap beta saham perusahaan di
Jakarta Islamic Index secara parsial. Dari hasil uji pada persamaan dapat
dilihat sebagai berikut:
1) Uji terhadap variabel Inflasi
Hasil yang didapat pada tabel 4.9, variabel inflasi berpengaruh
positif terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index. Hal
ini dapat diketahui dengan nilai probabilitas sebesar 0.0459 < 0.05 dan
nilai t-statistik inflasi sebesar 1.999386. koefisien regresi variabel
inflasi sebesar 0.124095 berarti bahwa peningkatan inflasi sebesar 1
persen, maka dapat menyebabkan peningkatan nilai beta saham
perusahaan sebesar 0.124095 persen dengan asumsi variabel lain tetap.
2) Uji terhadap variabel Kurs
Hasil yang didapat pada tabel 4.9, variabel kurs tidak berpengaruh
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index. Hal ini
dapat diketahui dengan nilai probabilitas sebesar 0.2529 > 0.05 dan
nilai t-statistik kurs sebesar -1.144066. koefisien regresi variabel kurs
89
sebesar -0.001754 berarti bahwa peningkatan kurs sebesar 1 persen,
maka dapat menyebabkan penurunan nilai beta saham perusahaan
sebesar 0.001754 persen dengan asumsi variabel lain tetap.
3) Uji terhadap variabel EPS
Hasil yang didapat pada tabel 4.9, variabel EPS tidak berpengaruh
terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index. Hal ini
dapat diketahui dengan nilai probabilitas sebesar 0.1941 < 0.05 dan
nilai t-statistik inflasi sebesar 1.999386. koefisien regresi variabel EPS
sebesar 1.811422 berarti bahwa peningkatan EPS sebesar 1 persen,
maka dapat menyebabkan peningkatan nilai beta saham perusahaan
sebesar 1.811422 persen dengan asumsi variabel lain tetap.
4) Uji terhadap variabel DAR
Hasil yang didapat pada tabel 4.9, variabel DAR berpengaruh
positif terhadap beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index. Hal
ini dapat diketahui dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05 dan
nilai t-statistik inflasi sebesar 13.68134. koefisien regresi variabel
inflasi sebesar 0.002807 berarti bahwa peningkatan DAR sebesar 1
persen, maka dapat menyebabkan peningkatan nilai beta saham
perusahaan sebesar 0.002807 persen dengan asumsi variabel lain tetap.
5) Uji terhadap variabel Asset Growth
Hasil yang didapat pada tabel 4.9, variabel Asset Growth
berpengaruh negatif terhadap beta saham perusahaan di Jakarta
90
Islamic Index. Hal ini dapat diketahui dengan nilai probabilitas sebesar
0.0000 < 0.05 dan nilai t-statistik inflasi sebesar -17.12559. koefisien
regresi variabel Asset Growth sebesar -0.341653 berarti bahwa
peningkatan Asset Growth sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan
penurunan nilai beta saham perusahaan sebesar 0.341653 persen
dengan asumsi variabel lain tetap.
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen, pedoman yang digunakan dalam
pengambilan kesimpulan uji F adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas F-statistik > ɑ = 5%, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika probabilitas F-statistik < ɑ = 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: Inflasi, Kurs, Earning per Share (EPS), Debt to Asset Ratio (DAR),
dan Asset Growth tidak berpengaruh terhadap beta saham perusahaan
di Jakarta Islamic Index secara simultan.
H1: Inflasi, Kurs, Earning per Share (EPS), Debt to Asset Ratio (DAR),
dan Asset Growth berpengaruh terhadap beta saham perusahaan di
Jakarta Islamic Index secara simultan.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh nilai probabilitas F-statistik sebesar
0.000000. nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari ɑ = 5% maka H0
ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi, Kurs, EPS,
91
DAR, dan Asset Growth berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
beta saham perusahaan di Jakarta Islamic Index.
d. Uji Adjusted R2
Uji Adjusted R2 ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini,
koefisien yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah
disesuaikan atau Adjusted R2. Hal ini dikarenakan Adjusted R
2 merupakan
koefisien yang telah dikoreksi sehingga dapat naik atau turun seiring
penambahan variabel baru dalam model.
Berdasarkan hasil regresi dengan fixed effect model sebagaimana yang
tertera pada tabel, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar
0.408170. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen (beta saham)
secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel independen (inflasi, kurs,
EPS, DAR, dan Asset Growth) sebesar 40.81% sedangkan sisanya 59.19%
dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti.
e. Interpretasi Hasil Penelitian
1) Hubungan Inflasi terhadap beta saham perusahaan
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa inflasi berpengaruh
positif dan signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.0459 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien yang diperoleh
sebesar (1.999386), yang berarti bahwa apabila tingkat inflasi naik
92
sebesar 1 persen, maka beta saham akan meningkat sebesar 1.999386
persen.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Vina (2013) yang
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
beta saham. artinya tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan beta
saham (risiko) juga meningkat. Peningkatan inflasi yang terjadi akan
menyebabkan harga faktor produksi meningkat dan penurunan tingkat
profitabilitas perusahaan, sehingga risiko yang dimiliki perusahaan
semakin besar. Disisi lain, tingkat inflasi yang tinggi akan
menyebabkan investasi di pasar modal menjadi kurang
menguntungkan karena tingkat bunga di tabungan dan deposito lebih
menguntungkan, hal ini mengakibatkan risiko berinvestasi saham
menjadi lebih besar.
2) Hubungan Kurs terhadap beta saham perusahaan
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa kurs berpengaruh negatif
dan tidak signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.2529 dan berhubungan negatif dengan nilai koefisien yang diperoleh
sebesar (-1.144066), yang berarti bahwa apabila nilai kurs naik sebesar
1 persen, maka beta saham akan menurun sebesar 1.144066 persen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggi (2014) bahwa
kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Hal ini terjadi
apabila nilai mata uang asing naik perdagangan di Jakarta Islamic
93
Index akan semakin menurun, karena tingginya harga mata uang asing
mendorong investor berinvestasi di pasar uang.
3) Hubungan Earning per Share terhadap beta saham perusahaan
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa Earning per Share
berpengaruh positif tapi tidak signifikan pada taraf nyata 5% dengan
nilai probabilitas 0.1941 dan berhubungan positif dengan nilai
koefisien yang diperoleh sebesar (1.299582), yang berarti bahwa
apabila Earning per Share naik sebesar 1 persen, maka beta saham
akan meningkat sebesar 1.299582 persen.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Vina (2013) bahwa
Earning per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
kondisi ini dikarenakan Jakarta Islamic Index merupakan indeks
saham syariah dalam pasar modal yang masih berkembang dan
masing-masing perusahaan berusahan untuk memantapkan posisinya,
sehingga harga yang terbentuk tidak ditentukan berdasarkan perolehan
earnings semata. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menilai risiko
serta prospek masa depan perusahaan, investor belum
mempertimbangkan rasio Earning per Share dan menganggap bahwa
laba perusahaan yang sudah go public selalu stabil.
4) Hubungan Debt to Asset Ratio terhadap beta saham
Debt to Asset Ratio diartikan sebagai penggunaan asset atau dana
yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan
94
dibiayai dengan hutang, jadi Debt to Asset Ratio merupakan indikator
pengukur rasio leverage berdasarkan total hutang terhadap total aktiva.
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa Debt to Asset Ratio
berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.0000 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien yang diperoleh
sebesar (13.68134), yang berarti bahwa apabila Debt to Asset Ratio
naik sebesar 1 persen, maka beta saham akan meningkat sebesar
13.68134 persen. Semakin tinggi Debt to Asset Ratio, akan
meningkatkan beta saham sebagai risiko secara signifikan.
Menurut penelitian Agung (2011), alasan mengapa financial
leverage berpengaruh positif terhadap beta saham yaitu seorang
investor dalam berinvestasi memperhatikan proporsi dari total hutang
dan aktiva yang dimiliki perusahaan. total hutang dan aktiva
perusahaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat
mengakibatkan timbulnya risiko sistematis yang tinggi pada
perusahaan tersebut. Hasil penelitian Christian (2010) juga
menjelaskan bahwa financial leverage akan menaikkan risiko
perusahaan. semakin besar financial leverage semakin besar
penggunaan hutang oleh perusahaan, semakin besar beban tetap
berupa biaya bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus dibayar.
Hal inilah yang mengakibatkan timbulnya risiko yang tinggi pula.
95
5) Hubungan Asset Growth terhadap beta saham
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa Asset Growth
berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.0000 dan berhubungan negatif dengan nilai koefisien yang diperoleh
sebesar (-17.12559), yang berarti bahwa apabila Asset Growth naik
sebesar 1 persen, maka beta saham akan menurun sebesar 17.12559
persen.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yulianto (2010) yang
menyatakan bahwa Asset Growth berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap beta saham. hal ini disebabkan karena selama periode
pengamatan perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan.
Ini mengakibatkan perbankan memiliki kesempatan untuk
meningkatkan penyaluran kredit. Pertumbuhan penyaluran kredit ini
tentu akan meningkatkan laba perusahaan. peningkatan laba
perusahaan tentu akan mengakibatkan beta saham rendah. Ini
memperkuat hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Elly
(1999) yang menyatakan bahwa Asset Growth memliki pengaruh
negatif terhadap beta saham.
96
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh faktor
fundamental (Earning per Share, Debt to Asset Ratio, dan Asset Growth) dan
faktor makro ekonomi (inflasi dan kurs) terhadap beta saham perusahaan di
Jakarta Islamic Index (JII) periode 2010 sampai dengan 2016. Berdasarkan
penemuan dan pembahasan makan kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Earning per Share tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam dalam menilai risiko serta prospek masa depan perusahaan,
investor belum mempertimbangkan rasio Earning per Share dan
menganggap bahwa laba perusahaan yang sudah go public selalu stabil.
2. Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap beta
saham perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII), yang berarti bahwa
ketika Debt to Asset Ratio meningkat maka akan meningkatkan nilai beta
saham. Hal ini disebabkan karena jika penggunaan hutang oleh
perusahaan semakin besar, maka akan meningkatkan financial leverage
yang menyebabkan semakin besar pula beban tetap (hutang) yang harus
dibayar sehingga mengakibatkan timbulnya risiko yang semakin tinggi
pula.
97
3. Asset Growth berpengaruh signifikan dan negatif terhadap beta saham
perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII), yang berarti bahwa ketika Asset
Growth meningkat maka akan menurunkan nilai beta saham. Hal ini
disebabkan karena Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi
yang menyebabkan perbankan memiliki kesempatan untuk meningkatkan
penyaluran kreditnya sehingga meningkatkan laba perusahaan yang
mengakibatkan beta saham rendah.
4. Inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap beta saham perusahaan
di Jakarta Islamic Index (JII), yang berarti bahwa kenaikan tingkat inflasi
akan meningkatkan nilai beta saham. Hal ini terjadi karena tingkat inflasi
yang tinggi akan menyebabkan investasi di pasar modal menjadi kurang
menguntungkan sehingga investor lebih memilih untuk menabung atau
mendepositkan uangnya. Sehingga mengakibatkan risiko investasi saham
menjadi lebih besar.
5. Kurs tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap beta saham
perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII), yang berarti bahwa ketika nilai
kurs meningkat maka akan menurunkan nilai beta saham. Hal ini
disebabkan karena apabila nilai mata uang asing naik maka perdagangan
di Jakarta Islamic Index akan menurun. Sehingga menyebabkan investor
lebih memilih berinvestasi di pasar uang.
98
6. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel independen
(Earning per Share, Debt to Asset Ratio, Asset Growth, inflasi dan kurs)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (beta saham).
B. Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih
baik dan komprehensif, maka penulis meyarankan beberapa Hal sebagai
berikut:
1. Jakarta Islamic Index yang merupakan indeks saham berbasis syariah
harus dioptimalkan fungsinya, mengingat jumlah masyarakat Indonesia
yang sebagian besar beragam islam, sehingga bisa dijadikan alternatif
investasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah variabel-varoabel makro
ekonomi atau menambah dan mengganti variabel fundamental perusahaan
yang lain serta jumlah sampel maupun periode waktu penelitian agar
menambah jumlah data sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
3. Bagi investor dapat menggunakan variabel Debt to Asset Ratio, Asset
Growth dan Inflasi sebagai tolak ukur untuk mempertimbangkan
investasinya dalam perusahaan di Jakarta Islamic Index, karena dalam
penelitian ini variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap beta saham atau tingkat risiko perusahaan di Jakarta Islamic
Index.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, Ade dan Ali Rama, Pengaruh Belanja Pemerintah dan Pembiayaan Bank
Syariah Terhadap Pertumbuhsn Ekonomi: Studi Kasus Data Panel
Provinsi di Indonesia, Iqtishadia Volume 10 No.1, 2017.
Artaya, Made, dkk, Pengaruh Faktor Ekonomi Makro, Risiko Investasi dan Kinerja
Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia
(BEI), E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 3.12, 2014.
Aziz, Abdul, Manajemen Investasi Syariah, Bandung: Alfabeta, 2010.
Aziz, Roikhan Mochamad, Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Investasi Pasar Modal
Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, UIN Press,
Jakarta, 2015.
Aziz, Roikhan Mochamad, Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah:Ekonomi Makro Mikro
Dalam Perspektif Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, UIN Press, Jakarta, 2015.
Aziz, Roikhan Mochamad, Ekonomi Islam Tiga Dimensi, Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2010.
100
Aziz, Roikhan Mochamad, Ekonomi Makro Islam Tiga Dimensi, Modul Kuliah,
Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2010.
Aziz, Roikhan Mochamad, Ekonomi Makromikro Syariah, Modul Kuliah, Pasca
Sarjana, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, Lampung, 2009.
Aziz, Roikhan Mochamad, Ekonomi Moneter Tiga Dimensi, Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2010.
Aziz, Roikhan Mochamad, Integrasi Ilmu Ekonomi Islam: Pendekatan Filosofis dan
Simbolik, Integrasi Keilmuan, UIN Press, Jakarta, 2014.
Aziz, Roikhan Mochamad, Islamic Economic. Book of Article, University of Islam
Riau (UIR), Juni 2012.
Aziz, Roikhan Mochamad, Islamic Economics, Book of Article, University of Islam
Riau (UIR), 2012.
Aziz, Roikhan Mochamad, Islamic Micro Economy. Book of Article, IESP Program
FEB, UIN Jakarta, April 2012.
Aziz, Roikhan Mochamad, Islamic Micro Macro Economics, Module 1, Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2004.
101
Aziz, Roikhan Mochamad, Islamic Monetary Based on Method, Book of Journal,
Islamic Monetary Program State Islamic University, Faculty of
Economics Bussiness, 2013.
Aziz, Roikhan Mochamad, Islamic Monetary Based on Method. Book of Islam.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, UIN Press, Jakarta,
Januari 2013.
Aziz, Roikhan Mochamad, Macro Economy in Islam. Book of Article Accounting
Program FEB, UIN Jakarta, May 2012.
Aziz, Roikhan Mochamad, Moneter Syariah, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Aziz, Roikhan Mochamad, Pasar Modal Syariah, Modul Kuliah, Fakultas Ekonomi
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Aziz, Roikhan Mochamad, Perekonomian Indonesia, Modul Kuliah, Fakultas
Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2009.
Chairiyah, Mir’atul, Pengaruh Asset Growth, Return on Equity, Total Asset Turnover,
dan Earning pershare terhadap Beta Saham, Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang, 2013.
102
Coryaina, Vina Rahmatika, Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan Ekonomi
Makro terhadap Risiko Investasi Saham Syariah, Skripsi, Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Fidiana, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Rasio Keuangan
terhadap Beta Saham, Jurnal Investasi Vol. 6.1, 1 Juni, 2010.
Fitriawati, Pengaruh Uang Yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Sosial, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Gujarati, Damodar, “Ekonometri Dasar”, Jakarta: Erlangga, 2003.
Halim, A, Analisis Investasi, Edisi 1, Jakarta: Salemba Emban Patria, 2003.
Hamid, Abdul, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2009.
Hamzah, Ardi dan Robiatul Auliyah, Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan
Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek
Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, Universitas
Trunojoyo, 2006.
Hartono, Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh,
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2010.
103
Huda, N. dan M.E. Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Edisi 1, Jakarta:
Penerbit Kencana, 2007.
Huda, Nurul, dan Mustafa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2007.
Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi 4,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
Indra, Zubaidi, Faktor-Faktor Fundamental Keuangan yang Mempengaruhi Resiko
Saham, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 2 No. 3, 2006.
Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3, Yogyakarta: BPFE, 2003.
Jones, Charles. P, Investment Analysis and Management. 9th
edition. New York, NY:
John Wiley & Sons, Inc. 2004.
Julduha, Nucifera. Dan Indra Kusumawardhani, Pengaruh Net Profit Margin,
Current Ratio, Debt to Asset Ratio dan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Beta Saham Syariah pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Index, Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol. 18 No. 2, 2013.
Kuncoro, Mudrajad, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE,
2007.
Manan, Abdul, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah di Indonesia, Edisi Pertama, Jakarta: PT Kencana, 2009.
104
Moeljadi, Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Risiko
Sistematis Saham Pada Kondisi Pasar yang Berbeda (Studi Pada Saham-
Saham ilq45 di Bursa Efek Jakarta), Wacana, Vol. 13 No. 2, 2010.
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Nachrowi, Djalal, dan Hardius Usman, Ekonometrika, Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indoesia, 2006.
Nafik HR, Muhamad, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2009.
Novera, Elza, Pengaruh Pertumbuhan Asset, Kebijakan Dividen, dan Likuiditas
Terhadap Beta Saham, Skripsi Universitas Negeri Padang, 2013.
Nuraini, Neni, Analisa Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba, Skripsi S1,
Jakarta: FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Nurdina, Iffa, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Beta Saham (Studi
Empiris Pada Saham LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2006-2012), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro, 2014.
Prakoso, Agung Budi, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Beta
Saham Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat dalam
105
Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia 2007-2010), Skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Diponegoro, 2012.
Pratama, Anjar Wijaya, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Terhadap
Beta Saham Pada Perusahaan yang Masuk dalam Daftar Efek Syariah
(DES), Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2013.
Rama, Ali dan Makhlani, Pembangunan Ekonomi Dalam Tinjauan Maqashid
Syariah, Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan, Balitbang Kemenag:
Dialog, Vol. 1 No. 1, 2013.
Rama, Ali, Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia Tenggara,
The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 2, 2015.
Rama, Ali, Analisis Kerangka Regulasi Model Shariah GOVERNANCE Lembaga
Keuangan Syariah di Indonesia,Journal of Islamic Economics Lariba,
Vol. 1, No. 1, 2015.
Rama, Ali, Perbankan Syariah dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Signifikan
Vol. 2 No. 1, April 2013.
Ratna, Anggi Mashita. Priyadi, Maswar Patuh, Pengaruh Faktor Fundamental dan
Variabel Makro Ekonomi Terhadap Beta Saham Syariah, Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7, 2014.
106
Riyanto, Bambang, Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, Yogyakarta: UGM,
1995.
Rodoni, Ahmad, Investasi Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2009.
Rusbariand, Septian Prima, Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia dan Kurs Rupiah Terhadap Pergerakan JII di Bursa
Efek Indonesia, Forum Bisnis dan Keuangan Vol.1, 2012.
Sa’adah, Mediati, Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Total Asset Terhadap Beta
Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia, Tesis, Universitas Sumatera
Utara, 2008.
Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D, Ilmu Makroekonomi. Alih Bahasa
Gretta dkk. Edisi ke-17, Jakarta: PT Media Global Edukasi, 2004.
Soviani, Rina, Pengaruh Financial Leverage dan Pertumbuhan Aktiva Terhadap
Risiko Sistematis (Beta) Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013, Artikel, Univesitas Negeri Padang,
2015.
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2003.
Suhadi, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi dan Kurs Terhadap Beta
Saham Syariah pada Perusahaan yang Masuk di Jakarta Islamic Index
107
(JII) tahun 2005-2007, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Supranto, Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi, Cetakan Pertama, Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya, 2004.
Supriyadi, Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Beta Saham yang Tercatat
di BEJ, Jurnal Utilitas, Vol. 9 no. 1. Januari, Hlm 37-40, 2001.
Suptanto. J, Ekonometrika, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.
Sutedi, Adrian, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Tendelilin, Eduardus, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi 1,
Yogyakarta: BPFE, 2001.
Tohiri, Mukharis, Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Beta Saham
Perusahaan di Jakarta Islamic Index (JII), Skripsi Fakultas Syari’ah, UIN
Sunan Kalikaga Yogyakarta, 2008.
Ulum, Miftahul, Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri, dan Ekonomi
MakroTerhadap Return dan Beta Saham Syariah (Studi Empiris pada
Kelompok Saham JII di Bursa EfekIndonesia), Skripsi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Widarjono, Agus, Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya, Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2009.
108
Winarno, Wing Wahyu, Analisis Ekobometrika dan Statistika dengan EVIEWS,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011.
Yulianto, Yulius, Analisis Pengaruh Asset Growth, Earning per Share, Debt to Total
Asset, Return on Investment, dan Dividen Yield Terhadap Beta Saham
(Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Tercatat di BEI Periode 2005-
2007), Skripsi, Universitas Diponegoro, 2010.
Website:
www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.yahoofinance.com
www.duniainvestasi.com
109
Lampiran 1
Data olah
EMITEN TAHUN BETA SAHAM INFLASI ln_kurs ln_eps DAR AG
_AALI 2010 0.481107 6.96 9.11 7 0.15179 0.16118
_AALI 2011 1.152269 3.79 9.08 7 0.17426 0.16068
_AALI 2012 0.909693 4.3 9.15 7 0.24593 0.217093
_AALI 2013 -1.15673 8.38 9.25 7 0.31415 0.20478
_AALI 2014 0.762992 8.36 9.38 7 0.36238 0.24023
_AALI 2015 1.373687 3.35 9.50 6 0.45618 0.159112
_AALI 2016 0.403117 3.02 9.50 7 0.27378 0.12614
_ASII 2010 1.561906 6.96 9.11 8 0.48128 0.26894
_ASII 2011 1.086187 3.79 9.08 8 0.50856 0.360314
_ASII 2012 1.453068 4.3 9.15 6 0.507258 0.18115
_ASII 2013 0.764616 8.38 9.25 6 0.50378 0.174
_ASII 2014 1.598717 8.36 9.38 6 0.49079 0.10296
_ASII 2015 1.878772 3.35 9.50 6 0.48445 0.03985
_ASII 2016 1.910802 3.02 9.50 6 0.4657 0.0669
_INTP 2010 0.624513 6.96 9.11 7 0.14635 0.15583
_INTP 2011 1.263761 3.79 9.08 7 0.13321 0.18278
_INTP 2012 0.718085 4.3 9.15 7 0.1466 0.25364
_INTP 2013 0.883432 8.38 9.25 7 0.13643 0.16928
_INTP 2014 1.252677 8.36 9.38 7 0.14914 0.0856
_INTP 2015 1.395511 3.35 9.50 7 0.13647 -0.04317
_INTP 2016 0.957953 3.02 9.50 7 0.13306 0.0909
_KLBF 2010 0.565011 6.96 9.11 5 0.17921 0.08485
_KLBF 2011 -8.02887 3.79 9.08 5 0.21253 0.17661
_KLBF 2012 2.355432 4.3 9.15 4 0.21727 0.138183
_KLBF 2013 1.02902 8.38 9.25 4 0.25089 0.29189
_KLBF 2014 0.618172 8.36 9.38 4 0.215058 0.09893
_KLBF 2015 0.905862 3.35 9.50 4 0.20137 0.10106
_KLBF 2016 1.954551 3.02 9.50 4 0.18141 0.11167
_LPKR 2010 1.40729 6.96 9.11 3 0.4937 0.33204
_LPKR 2011 1.518228 3.79 9.08 3 0.48469 0.13023
_LPKR 2012 0.941218 4.3 9.15 4 0.53878 0.36201
_LPKR 2013 1.974619 8.38 9.25 4 0.54746 0.25891
_LPKR 2014 1.887827 8.36 9.38 5 0.53455 0.209147
110
_LPKR 2015 0.880417 3.35 9.50 3 0.54226 0.09168
_LPKR 2016 2.272489 3.02 9.50 4 0.51594 0.10349
_LSIP 2010 0.759283 6.96 9.11 5 0.18112 0.14778
_LSIP 2011 -10.2789 3.79 9.08 6 0.14023 0.22124
_LSIP 2012 2.236225 4.3 9.15 5 0.16844 0.1118
_LSIP 2013 -0.73961 8.38 9.25 5 0.20474 0.06448
_LSIP 2014 0.958857 8.36 9.38 5 0.196296 0.08387
_LSIP 2015 1.185968 3.35 9.50 5 0.170736 0.01557
_LSIP 2016 -0.7819 3.02 9.50 4 0.191678 0.06896
_SMGR 2010 0.733967 6.96 9.11 6 0.21996 0.201654
_SMGR 2011 1.418957 3.79 9.08 6 0.25666 0.26335
_SMGR 2012 1.688865 4.3 9.15 7 0.31657 0.35182
_SMGR 2013 1.645594 8.38 9.25 7 0.29406 0.15853
_SMGR 2014 1.394085 8.36 9.38 7 0.27166 0.11166
_SMGR 2015 1.197164 3.35 9.50 7 0.28077 0.1113
_SMGR 2016 1.252067 3.02 9.50 7 0.30869 0.15919
_TLKM 2010 0.637752 6.96 9.11 6 0.43866 0.02624
_TLKM 2011 -9.93039 3.79 9.08 6 0.40826 0.0254
_TLKM 2012 1.029519 4.3 9.15 5 0.39859 0.08068
_TLKM 2013 0.083981 8.38 9.25 5 0.4032 0.1543
_TLKM 2014 0.72319 8.36 9.38 5 0.39366 0.1032
_TLKM 2015 0.821081 3.35 9.50 5 0.43776 0.1717
_TLKM 2016 1.054544 3.02 9.50 5 0.41237 0.08086
_UNTR 2010 0.767626 6.96 9.11 7 0.45572 0.217
_UNTR 2011 1.3207727 3.79 9.08 7 0.40775 0.5635
_UNTR 2012 2.067101 4.3 9.15 7 0.3578 0.08313
_UNTR 2013 0.025354 8.38 9.25 7 0.3785 0.14038
_UNTR 2014 1.042271 8.36 9.38 7 0.3611 0.05133
_UNTR 2015 0.803412 3.35 9.50 7 0.364 0.02355
_UNTR 2016 1.068134 3.02 9.50 7 0.33394 0.03687
_UNVR 2010 0.401009 6.96 9.11 6 0.5346 0.16245
_UNVR 2011 -0.07852 3.79 9.08 6 0.6488 0.20468
_UNVR 2012 -0.14487 4.3 9.15 6 0.6689 0.15374
_UNVR 2013 0.479453 8.38 9.25 7 0.6797 0.12038
_UNVR 2014 1.039552 8.36 9.38 7 0.6676 0.12413
_UNVR 2015 0.250159 3.35 9.50 7 0.6931 0.10146
_UNVR 2016 1.444412 3.02 9.50 7 0.71909 0.06458
111
Lampiran 2
Tabel 4.1
Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2010-2016
No Kode Saham Nama Perusahaan
1. AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk
2. ASII PT. Astra Internasional Tbk
3. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk
4. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
5. LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk
6. LSIP PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk
7. SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
8. TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
9. UNTR PT. United Tractors Tbk
10. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
112
Lampiran 3
Tabel 4.2
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:13
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -34.19700 9.510902 -3.595558 0.0003
INFLASI? -0.003634 0.073765 -0.049261 0.9607
LN_KURS? -0.005990 0.001813 -3.304401 0.0010
LN_EPS? 5.846458 1.645532 3.552929 0.0004
DAR? 0.001203 0.000163 7.377077 0.0000
AG? -0.038790 0.006440 -6.023212 0.0000 R-squared 0.156104 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.151020 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.199112 Akaike info criterion -0.382751
Sum squared resid 32.90570 Schwarz criterion -0.348814
Log likelihood 165.9901 Hannan-Quinn criter. -0.369741
F-statistic 30.70674 Durbin-Watson stat 0.057551
Prob(F-statistic) 0.000000
113
Lampiran 4
Tabel 4.3
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:15
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.774467 8.067417 -1.211598 0.2260
INFLASI? 0.124095 0.062066 1.999386 0.0459
LN_KURS? -0.001754 0.001534 -1.144066 0.2529
LN_EPS? 1.811422 1.393849 1.299582 0.1941
DAR? 0.002807 0.000205 13.68134 0.0000
AG? -0.341653 0.019950 -17.12559 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_AALI--C 0.305749
_ASII--C 0.215455
_INTP--C 0.369083
_KLBF--C -0.478299
_LPKR--C -0.945621
_LSIP--C -0.295724
_SMGR--C 0.349840
_TLKM--C -0.135683
_UNTR--C 0.375583
_UNVR--C 0.249877 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.418093 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.408170 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.166244 Akaike info criterion -0.732939
Sum squared resid 22.69007 Schwarz criterion -0.648095
Log likelihood 321.3686 Hannan-Quinn criter. -0.700414
F-statistic 42.13421 Durbin-Watson stat 0.067302
Prob(F-statistic) 0.000000
114
Lampiran 5
Tabel 4.4
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 41.070536 (9,821) 0.0000
Cross-section Chi-square 310.756920 9 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Panel Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:15
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -34.19700 9.510902 -3.595558 0.0003
INFLASI? -0.003634 0.073765 -0.049261 0.9607
LN_KURS? -0.005990 0.001813 -3.304401 0.0010
LN_EPS? 5.846458 1.645532 3.552929 0.0004
DAR? 0.001203 0.000163 7.377077 0.0000
AG? -0.038790 0.006440 -6.023212 0.0000 R-squared 0.156104 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.151020 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.199112 Akaike info criterion -0.382751
Sum squared resid 32.90570 Schwarz criterion -0.348814
Log likelihood 165.9901 Hannan-Quinn criter. -0.369741
F-statistic 30.70674 Durbin-Watson stat 0.057551
Prob(F-statistic) 0.000000
115
Lampiran 6
Tabel 4.5
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 09/28/17 Time: 10:16
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -25.89235 7.982386 -3.243685 0.0012
INFLASI? 0.037649 0.061745 0.609748 0.5422
LN_KURS? -0.004556 0.001520 -2.997450 0.0028
LN_EPS? 4.470669 1.380460 3.238536 0.0012
DAR? 0.001424 0.000173 8.240459 0.0000
AG? -0.125922 0.012054 -10.44669 0.0000 Random Effects
(Cross)
_AALI—C 0.086404
_ASII—C 0.090460
_INTP—C 0.130633
_KLBF—C -0.170541
_LPKR—C -0.246041
_LSIP—C -0.152987
_SMGR—C 0.150709
_TLKM—C -0.096495
_UNTR—C 0.127358
_UNVR—C 0.080500 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.054408 0.0967
Idiosyncratic random 0.166244 0.9033 Weighted Statistics R-squared 0.198340 Mean dependent var 0.014713
Adjusted R-squared 0.193511 S.D. dependent var 0.205160 S.E. of regression 0.184240 Sum squared resid 28.17378
F-statistic 41.07033 Durbin-Watson stat 0.060435
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics
116
R-squared -0.201551 Mean dependent var 0.046260
Sum squared resid 46.85160 Durbin-Watson stat 0.036342
Lampiran 7
Tabel 4.6
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 192.418365 5 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. INFLASI? 0.124095 0.037649 0.000040 0.0000
LN_KURS? -0.001754 -0.004556 0.000000 0.0000
LN_EPS? 1.811422 4.470669 0.037147 0.0000
DAR? 0.002807 0.001424 0.000000 0.0000
AG? -0.341653 -0.125922 0.000253 0.0000
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: BETA_SAHAM?
Method: Panel Least Squares
Date: 09/28/17 Time: 10:16
Sample: 2010M01 2016M12
Included observations: 84
Cross-sections included: 10
Total pool (unbalanced) observations: 836 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.774467 8.067417 -1.211598 0.2260
INFLASI? 0.124095 0.062066 1.999386 0.0459
LN_KURS? -0.001754 0.001534 -1.144066 0.2529
LN_EPS? 1.811422 1.393849 1.299582 0.1941
DAR? 0.002807 0.000205 13.68134 0.0000
AG? -0.341653 0.019950 -17.12559 0.0000
117
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.418093 Mean dependent var 0.046260
Adjusted R-squared 0.408170 S.D. dependent var 0.216097
S.E. of regression 0.166244 Akaike info criterion -0.732939
Sum squared resid 22.69007 Schwarz criterion -0.648095
Log likelihood 321.3686 Hannan-Quinn criter. -0.700414
F-statistic 42.13421 Durbin-Watson stat 0.067302
Prob(F-statistic) 0.000000