PENGARUH DESAIN VISUAL KEMASAN PRODUK FROZEN …repository.ub.ac.id/8731/1/Romadon, Mochamad...

101
PENGARUH DESAIN VISUAL KEMASAN PRODUK FROZEN EDAMAMETERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi Kasus di Retail UD Sumber Madu, Kabupaten Jember) Oleh MOCHAMAD HELMI ROMADON PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PENGARUH DESAIN VISUAL KEMASAN PRODUK FROZEN …repository.ub.ac.id/8731/1/Romadon, Mochamad...

PENGARUH DESAIN VISUAL KEMASAN

PRODUK “FROZEN EDAMAME” TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN

(Studi Kasus di Retail UD Sumber Madu, Kabupaten Jember)

Oleh

MOCHAMAD HELMI ROMADON

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

PENGARUH DESAIN VISUAL KEMASAN

PRODUK “FROZEN EDAMAME” TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN

(Studi Kasus di Retail UD Sumber Madu, Kabupaten Jember)

Oleh:

MOCHAMAD HELMI ROMADON

115040101111173

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Stau (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya

sendiri yang sebelumnya tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di

perguruan tinggi manapun oleh orang lain. Sepengetahuan saya juga tidak ada

karya atau pendapat yang pernah diterbitkan atau ditulis orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Mei 2017

MOCHAMAD HELMI ROMADON

115040101111173

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jember pada 23 Maret 1993 dari pasangan Alm

Achmad Syarief dan Sutji Zubaidah dan yang merupakan putra kelima dari lima

bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK. Kartini II pada 1997 sampai 1999.

Di tahun yang sama lulus dari TK, penulis melanjutkan studi di SD Jember Kidul

II sampai 2005. Kemudian penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri 3

Jember selama 3 tahun dan masuk SMA 2 pada 2008 sampai 2012.

Pendidikan penulis kemudian berlanjut di Universitas. Penulis diterima

menjadi mahasiswa Sstrata-1 Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN

Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan

seperti RASTA dan TEGAZS.

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya desikasikan kepada semua pihak yang telah

berjasa dan membantu untuk menyelesaikan semua ini, mulai dari

masuk kuliah sampai penyusunan tugas akhir ini. Ibu saya, kakak,

dan saudara-saudara yang telah memberikan support secara

materil maupun mental. Sahabat-sahabatku, Tutut dan Hidyat,

rekan kerja di PT Kapanlagidotcom, mantan, dan ibu-ibu fotokopi,

print gang Tikus, dan pihak-pihak yang tentunya tidak dapat saya

sebutkan semuanya. Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih.

RINGKASAN

MOCHAMAD HELMI ROMADON. 115040101111173. Pengaruh Desain

Visual Kemasan Produk Frozen Edamame Terhadap Keputusan Pembelian (Studi

Kasus di Ritel UD Sumber Madu, Kabupaten Jember). Dibawah Bimbingan Dr.Ir.

Abdul Wahib Muhaimin, MS.

Perkembangan zaman menyebabkan persaingan makin ketat dalam

berbagai bidang, termasuk juga penjualan suatu produk. Hal ini juga yang

membuat para produsen harus pintar-pintar dalam menjual produk yang mereka

produksi. Banyak cara dan strategi yang dilakukan para produsen, mulai dari

memberikan promosi, pengiklanan, hingga membuat kemasan. Namun pada

kondisi umumnya, kemasan kompleks yang memiliki didesain sedemikian rupa

untuk meningkatkan penjualan bisa dibilang tidak diterapkan dalam produk

pertanian asli tanpa pengolahan atau dengan sedikit pengolahan yang tidak

merubah bentuk asli produk. Hal yang berbeda terjadi pada kedelai edamame

dalam produk Frozen Edamame. Di mana memiliki margin harga cukup tinggi

dengan harga edamame lokal. Di pasar harga edamame per kilo hanya dihargai

sekitar Rp 4.000 – Rp 6.000. Sedangkan produk Frozen Edamame sampai Rp

8.000 – Rp 15.000 per kemasan setengah kilo. Selain pengolahan minimalis yang

sebenarnya dapat dilakukan sendiri konsumen di rumah, perbedaan terlihat jelas

pada kemasannya saja, khususnya desain visual. Kondisi ini diharapkan dapat

menjadi peluang bagi petani edamame untuk masuk dalam bisnis edamame

berkemasan. Terlebih lagi, produk Frozen Edamame milik PT Mitra Tani Dua

Tujuh Masih merajai pasar, khususnya di area Jember.

Lebih dalam, penelitian ini berfokus untuk menganalisis seberapa besar

pengaruh desain visual kemasan dalam keputusan pembelian memiliki keterkaitan

dalam penjualan. Memilih 3 tujuan yaitu (1) Menganalisis pengaruh Tata letak,

Tipografi, Ilustrasi, Simbolisme, dan Warna secara simultan terhadap keputusan

pembelian produk Frozen Edamame, (2) Menganalisis pengaruh dari variabel

secara parsial terhadap keputusan pembelian produk edamame, dan (3)

Menganalisis variabael manakah yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap

keputusan pembelian.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui bagaimana

perkembangan kondisi riil penjualan produk Frozen Edamame di lapangan serta

kondisi pasar, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh desain visual kemasan produk Frozen Edamame terhadap

keputusan pembelian, serta variabel yang memiliki pengaruh paling besar dengan

menggunakan uji asumsi klasik dan regresi linier berganda.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penelitian ini mendapatkan

hasil seluruh variabel bebas desain visual kemasan yang diteliti memiliki

pengaruh secara simultaan maupun parsial terhadap keputusan pembelan produk

Frozen Edamame. Sedangkan variabel yang memiliki pengaruh paling dominan

adalah variabel Ilustrasi, yang menunjukkan gambaran luar produk Frozen

Edamame.

SUMMARY

MOCHAMAD HELMI ROMADON. 115040101111173. The Influence of

Visual Packaging Design Frozen Edamame to Purchasing Decision (Case Studies

at UD Sumber Madu Retail, Jember, East Java). Under the guidance by Dr. Ir.

Abdul Wahib Muhaimin, MS as the main Supervisior

The times lead to tighter competition on every aspect in this world,

including the sale of a product. It also makes the producers must be clever in

selling the products they produce. Many ways and strategies that do the producers,

ranging from the big sale, advertising, until make goog packaging. But the truth

is, in general conditions complex packing that has been designed to increase sales

arguably cannot be applied in the original agricultural products without processing

or with few processing that does not alter the original form of the product. But

different things happen at edamame soy products, Frozen Edamame. Where have

fairly high price margins with the price of a local edamame soy. Edamame in the

market price per kilo is only valued at about Rp 4,000 – 6,000. While products

Frozen Edamame itself to sell in Rp 8,000 – 15,000 per half-kilo packs. In

addition to the actual minimal processing can be done alone at home consumer,

the difference is clearly visible on the packaging alone, especially the visual

design. This condition is expected to be an opportunity for farmers to go into

business edamame in package. Moreover, the products Frozen Edamame PT Mitra

Tani Dua Tujuh still dominate the market, especially in the area of Jember. For

the selection of edamame commodity itself because there are still many

Indonesian people, outside Jember who still do not know that edamame soy can

be consume.

Deeper, this study focuses on analyzing how much influence the visual

design of the packaging in purchasing decisions have relevance in sales. Choosing

three objectives: (1) to analyze the influence of layout, typography, illustration,

Symbolism, and colors simultaneously on product purchasing decisions Frozen

Edamame, (2) to analyze the influence of variables partially on product

purchasing decisions edamame, and (3) Analyze variabael which has the greatest

influence on purchase decisions.

The analysis used in this research is descriptive and quantitative analysis.

Descriptive analysis is used to determine how the development of the real

condition of the sale of the products Frozen Edamame in the field as well as

market conditions, whereas quantitative analysis is used to determine the extent of

the influence of the visual design of packaging products Frozen Edamame on

purchasing decisions, as well as the variable that has the most impact by using

classic assumption test and multiple linear regression.

Based on the analysis that has been done, this research get results all

independent variables studied visual design packaging has influence simultaneous

and partially to the decision pembelan Frozen Edamame products. While the

variable that has the most dominant influence is variable illustration, which shows

the outside of the product Frozen Edamame picture.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan perkenan-Nya sehingga proposal penelitian yang berjudul

“Pengaruh Desain Visual Kemasan Produk Frozen Edamame Terhadap Keputusan

Pembelian” ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa penulis ucapkan terima

kasih kepada:

1. Dr. Ir. Abdul Wahib Muhaimin, M.S. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

2. Segenap pemilik serta pegawai UD Sumber Madu Jember

3. Serta pihak-pihak dan teman-teman yang memberikan sumbangsih dan

dukungan kepada penulis sehingga tercapainya proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki kekurangan yang

harus disempurnakan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan magang ini. Penulis

berharap agar skirpsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang untuk

menambah wawasan.

Malang, Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................ i

SUMMARY ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 11

2.2 Desain Komunikasi Visual .......................................................... 12

2.2.1 Pengertian Desain Komunikasi Visual .............................. 12

2.2.2 Elemen-elemen Desain Komunikasi Visual ...................... 13

2.2.3 Prinsip-prinsip Dasar Tata Rupa dan Desain .................... 17

2.3 Kemasan ...................................................................................... 19

2.3.1 Pengertian Kemasan .......................................................... 19

2.3.2 Tujuan Desain Kemasan .................................................... 20

2.3.3 Kemasan yang Baik ........................................................... 21

2.3.4 Elemen-elemen Desain Kemasan ...................................... 22

2.3.5 Jenis Kemasan ................................................................... 24

2.3.6 Fungsi Kemasan ................................................................ 25

2.3.7 Desain Kemasan sebagai Alat Kmunikasi ........................ 26

2.4 Perilaku Konsumen ..................................................................... 26

2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen ......................................... 26

2.4.2 Model Perilaku Konsumen ................................................ 27

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .. 28

2.5 Tinjauan Pembelian ..................................................................... 31

2.5.1 Keputusan Pembelian ........................................................ 31

2.5.2 Peran Pembelian ................................................................ 31

2.5.3 Proses Pengambilan Keputusan ........................................ 32

2.6 Hubungan Desain Visual Kemasan dengan KP .......................... 34

III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................. 35

3.2 Hipotesis ................................................................................... 40

3.3 Batasan Masalah ....................................................................... 40

3.4 Definisi Opreasional Variabel ................................................... 41

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ....................................... 46

4.2 Metode Penentuan Sampel ....................................................... 46

4.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47

4.3.1 Metode Pengumpulan Data ............................................ 47

4.3.2 Sumber Data ................................................................... 48

4.4 Metode Analisis Data ............................................................... 48

4.4.1 Analisis Deskriptif ......................................................... 48

4.4.2 Uji Instrumen Data ......................................................... 48

4.4.3 Uji Asumsi Klasik .......................................................... 50

4.4.4 Analisis Regresi Linier Berganda .................................. 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................... 55

5.2 Karakteristik Responden ........................................................... 56

5.2.1 Berdasarkan Usia ........................................................... 56

4.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................. 57

4.2.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................... 58

5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian .................................. 59

5.3.1 Distribusi Frekuensi Variabel Layout (X1) ..................... 60

5.3.2 Distribusi Frekuensi Variabel Tipografi (X2) ................. 61

5.3.3 Distribusi Frekuensi Variabel Ilustrasi (X3) ................... 62

5.3.4 Distribusi Frekuensi Variabel Symbol (X4) .................... 63

5.3.5 Distribusi Frekuensi Variabel Warna (X5) ..................... 64

5.3.6 Distribusi Frekuensi VariabelKeputusan Pembelian

Konsumen (Y) ............................................................... 66

5.4 Hasil .......................................................................................... 66

4.4.1 Pengaruh Desain Visual Kemasan Terhadap

Keputusan Pembelian ..................................................... 66

4.4.2 Uji Multikolinieritas........................................................ 70

4.4.3 Uji Heterokedastisitas ..................................................... 70

4.4.4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ............................... 72

5.6 Pembahasan ............................................................................... 76

5.6.1 Desain Visual Kemasan Frozen Edamame ..................... 76

5.6.2 Pengaruh Desain Visual Kemasan Frozen Edamame

Secara Simultan dan Parsial Terhadap Keputusan

Pembelian ........................................................................ 78

5.6.3 Variabel Desain Visual Kemasan Yang Memiliki

Pengaruh Paling Dominan Terhadap Keputusan

Pembelian Frozen Edamame .......................................... 80

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan .............................................................................. 83

6.2 Saran ........................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 85

LAMPIRAN ........................................................................................... 87

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1 Definisi Oprasional Variabel ..................................................... 41

2 Nilai Skala Likert ......... .............................................................. 50

3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 58

4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 59

5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...... 60

6 Distribusi Frekuensi Variabel Layout (X1) ................................. 61

7 Distribusi Frekuensi Variabel Tipografi (X2) ............................. 62

8 Distribusi Frekuensi Variabel Ilustrasi (X3) .............................. 63

9 Distribusi Frekuensi Variabel Symbol (X4) ............................... 64

10 Distribusi Frekuensi Variabel Warna (X5) ................................. 66

11 Uji Validitas Variabel ................................................................. 68

12 Uji Reliabilitas Variabel ............................................................. 68

13 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 69

14 Uji Multikolinieritas ................................................................... 71

15 Uji Heteroskedastisistas ............................................................. 72

16 Persamaan Regresi ..................................................................... 73

17 Uji F/Serempak .......................................................................... 75

18 Hasil Uji t / Parsial ..................................................................... 76

19 Standarized Coeficients Beta ..................................................... 77

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1 Skema Rangsangan, Karakteristik dan Keputusan Pembelian .... 27

2 Skema proses pengambilan keputusan ....................................... 32

3 Skema Kerangka Berfikir ........................................................... 38

4 Grafik Normality Plot ................................................................. 70

5 Uji Heterokesdtisitas ................................................................... 72

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang sangat pesat ini menuntut semua aspek ikut

bergerak maju, termasuk juga dalam dunia bisnis. Berbagai strategi bisnis mulai

dimainkan produsen demi kelangsungan usahanya. Mulai dari promosi, harga,

tempat pemasaran, sampai dari sesi produk itu sendiri. Produk yang ditawarkan

pun kini semakin bermacam-macam. Sejalan dengan itu, persaingan dari segi

produk yang dipasarkan juga menjadi semakin ketat. Untuk menyiasatinya para

produsen menerapkan cara mereka sendiri untuk membuat produknya berbeda

dengan yang lain.

Banyak cara yang digunakan untuk membuat perbedaan pada produk agar

lebih diminati oleh konsumen, atau paling tidak mampu mengundang rasa

penasaran. Salah satunya dengan kemasan. Memperbaiki atau mendesain kemasan

dengan baik secara signifikan dapat meningkatkan volume penjualan. Kemasan

yang berkualitas tentunya lebih disukai daripada kemasan yang tidak. Kemasan

yang memiliki kelebihan dari segi warna, bentuk, serta bahan yang digunakan,

tentunya memiliki nilai lebih daripada kemasan yang lusuh, rusak, serta tidak

menarik.

Kemasan kini memiliki peranan yang penting karena dapat menjadi salah

satu pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk. Kemasan merupakan

bagian dari internal produk yang berfungsi sebagai daya tarik sebuah produk agar

menarik perhatian para calon konsumen. Selain itu, kemasan juga berguna untuk

memberikan perlindungan dan beberapa kegunaan tambahan lainnya. Di sisi lain,

kemasan dapat pula memberikan gambaran dan informasi terkait produk di

dalamnya karena merupakan hal pertama yang dilihat oleh calon konsumen.

Dengan adanya kemasan, calon konsumen menjadi tahu tentang produk yang ada

di dalamnya. Dengan kata lain, kemasan memiliki peran penting dalam sebuah

produk.

Menurut Wirya (2007) kemasan yang baik merupakan kemasan yang

dapat memberikan fungsi yang berguna pada suatu produk. Fungsi dari kemasan

adalah faktor pengamanan, faktor ekonomi, faktor pendistribusian, faktor

komunikasi, faktor ergonomi, faktor estetika, dan faktor identitas. Penggabungan

2

semua fungsi tersebut akan memberikan kemasan tampil dengan optimal dan akan

mempengaruhi pemasaran sebuah produk. Oleh karena itu, jika perusahaan ingin

meningkatkan penjualan produknya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah

dengan mengoptimalkan kemasan produk.

Hal serupa juga sesuai dengan sebuah penelitian di Inggris, yang telah

membuktikan bahwa kemasan memiliki fungsi untuk mempengaruhi calon

konsumen dalam membeli produk. Bahkan, ini juga berlaku untuk produk yang

tak memiliki perbedaan antara produk yang diproduksi antara satu perusahaan

dengan yang lainnya, seperti kabel. Hampir setiap tukang bangunan di Inggris tak

memperdulikan merk apa yang ia beli untuk dipakai dalam instalasi listrik rumah.

Angka menunjukkan 99% tukang tak mengetahui apa merk yang mereka gunakan.

Mereka hanya sekedar membeli, dan menerima apa yang diberikan oleh pihak

toko. Namun, semua itu berubah saat di tahun 1980 awal. Saat sebuah perusahaan

memberi kemasan pada produk kabelnya dengan bentuk kotak. Di mana kemasan

baru itu memudahkan para pekerja untuk membawa kabel yang dibeli. Hasilnya

pun tak mengecewakan, perusahaan mengalami kenaikan produksi yang

signifikan. Semua itu tak lepas dari peran kemasan yang sangat memudahkan

tukang untuk membawanya.

Dengan contoh tersebut, menjadi semakin jelas bahwa kemasan mampu

untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli sebuah produk. Maka dalam

membuat sebuah kemasan harus memperhatikan berbagai faktor. Mulai dari

bentuk, ukuran, kenyamanan, hingga bahan kemasan yang digunakan. Selain itu,

menurut Cenadi (1999) kemasan juga harus memliki sifat komunikatif yang

didapatkan dari desain komunikasi visual, yaitu sebuah desain yang

menginformasikan yang ditunjukkan secara penampakan atau visual. Komunikasi

visual harus dilakukan dengan cara sekomunikatif mungkin. Diperlukan

kejelasan-kejelasan pada bacaan dan dapat dikenali.

Desain visual pada kemasan juga memiliki pengaruh pada peningkatan

volume penjualan. Sedangkan volume penjualan sangat erat kaitannya dengan

penjualan di mana dipengaruhi oleh keputusan pembelian. Teori yang menjadi

dasar penelitian ini juga sudah dibuktikan oleh research yang dilakukan oleh

Sudrajad (2010). Dalam penelitiannya tersebut, didapatkan hasil bahwa desain

3

visual kemasan dapat mempengaruhi keputusan pembelian rokok LA Lights. Nur

(2010) juga membuktikan bahwa kemasan fruit tea memiliki pengaruh yang

cukup tinggi dibandingkan variabel lain pada penelitiannya.

Kemasan yang memenuhi syarat sendiri kini sudah diterapkan untuk

produk-produk olahan dan sudah terbukti hasilnya. Kondisi tersebut tak jauh

berbeda dari produk-produk pertanian. Tetapi, dewasa ini hampir tak ada produk

pertanian asli dijual dalam bentuk kemasan. Rata-rata, produk diolah terlebih

dahulu menjadi jajanan atau panganan, baru setelahnya dikemas dan dijual di

pasaran. Padahal menurut teori, pengemasan juga dapat meningkatkan nilai jual

sebuah produk. Entah itu merupakan produk pertanian asli, ataupun produk

pertanian yang diolah terlebih dahulu. Memang, tak semua produk asli pertanian

bisa diterapkan sistem seperti ini, karena karakteristiknya yang mudah sekali

busuk. Tapi, bukan berarti pengemasan pada produk pertanian asli tak bisa

dilakukan.

Sebagai contoh produk pertanian asli yang bisa dijual dalam bentuk

kemasan adalah buah apel. Kini, sudah cukup banyak produsen apel yang

mempercantik tampilan buah dengan kemasan seperti menggunakan keranjang

dan ditata rapi. Dengan seperti ini, buah apel yang biasanya dijual dengan harga

Rp 8.000 - Rp 15.000 per kilogram bisa meningkat hingga dua kali lipat. Meski

harganya lebih mahal, biasanya para konsumen juga memikirkan keuntungan

yang didapat. Misalnya saja kemudahan untuk dibawa dan membuat lebih sopan

untuk dijadikan oleh-oleh, daripada apel yang hanya dibungkus dengan

menggunakan kantong plastik. Selain itu, kemasan juga dapat memiliki fungsi lain

sehingga dapat digunakan kembali untuk keperluan tertentu. Contoh tersebut tentu

menjadi gambaran bahwa bukan hanya produk olahan pertanian saja yang bisa

dikemas guna untuk menarik hati para pembeli.

Selain apel, ada pula komoditas yang menjadi bukti nyata peran penting

kemasan, yaitu adalah kedelai jenis edamame. Ditinjau dari komoditasnya sendiri,

masih banyak orang yang ternyata belum mengenal atau merasakan kedelai jenis

edamame. Selain itu, kedelai ini juga bisa tumbuh dengan subur di beberapa

daerah di Indonesia, termasuk Jember. Padahal, untuk komoditas kedelai pada

umumnya, Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor. Setiap tahun

4

Indonesia harus mengekspor kedelai untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri

yang cukup tinggi permintaannya terhadap komoditas yang satu ini. Dari data

yang didapatkan dari BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan angka 149.000

ton pada tahun 2014 lalu. Untuk itu, kedelai edamame ini sangat sempurna untuk

diteliti terkait dengan kemasan.

Di Indonesia sudah ada perusahaan yang memproduksi kedelai edamame

kemasan, salah satunya adalah PT, Mitratani Dua Tujuh, Jember dengan

produknya, ‘Frozen Edamame’. Produk yang dihasilkan mengalami proses

pengolahan terlebih dahulu, namun tetap tidak mengubah bentuk fisik dari kedelai

edamame itu sendiri. Produk ini telah melalui proses pasca panen dan pengolahan

yang kemudian dibekukan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan.

Dengan sistem ini, kedelai edamame mampu bertahan hingga 1 sampai 2 bulan

dalam keadaan beku. Edamame dikemas sedemikian rupa dan menyertakan

stimulus-stimulus yang diharapkan mampu mempengaruhi penjualan secara

positif dan untuk memudahkan pendistribusian. Kemudian dilakukan proses

freezing atau pembekuan.

Frozen Edamame telah menjadi bukti nyata bahwa pengemasan yang

dilakukan pada produk pertanian bisa dilakukan dan sangat menguntungkan. Jika

biasanya harga yang dipatok untuk kedelai jenis ini sekitar Rp 3.500 perkilo gram

untuk pasar domestik dan Rp 6.000 untuk luar negeri, namun tidak dengan produk

yang dihasilkan PT. Mitratani Dua Tujuh. Harga yang ditawarkan berkisar mulai

dari Rp 8.000 hingga Rp15.000 untuk ukuran 500 gram, tergantung tempat

penjualan. Harga edamame di pasar tradisional dan Frozen Edamame yang

diproduksi PT. Mitratani Dua Tujuh memiliki margin yang cukup besar. Bahkan

dari data yang didapat dari perusahaan tersebut, sekitar 80% - 90% dari produksi

yang dihasilkan dikirim ke luar negeri pada setiap bulannya, termasuk ke Jepang.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam membeli

Frozen Edamame. Namun jika ditinjau dari segi produknya, edamame di pasar

dan Frozen Edamame PT Mitratani Dua Tujuh tidak ada perbedaan yang

mencolok. Produk Frozen Edamame memiliki beberapa keunggulan saja, salah

satunya terdapat pada kemasan. Sedangkan dari produk pertanian yang dijual

5

sama, Walaupun Frozen Edamame telah dilakukan pengolahan, namun

sebenarnya hal itu dapat dilakukan sendiri oleh konsumen di rumah.

Dalam Penelitian ini akan membahas tentang pengaruh desain visual

kemasan terhadap keputusan pembelian produk Frozen Edamame. Dengan alasan,

produk pertanian edamame yang banyak dijual di pasar dan Frozen Edamame PT

Mitratani Dua Tujuh sebenarnya sama-sama menggunakan kemasan. Kemasannya

pun juga menggunakan bahan plastik meski kualitasnya berbeda. Perbedaan lain

yang mencolok terdapat pada desain visual kemasan yang terdapat pada produk

Frozen Edamame itu sendiri.

Apakah desain visual kemasan dapat mempengaruhi keputusan pembelian

atau tidak pada produk Frozen Edamame menjadi fokus dalam penelitian ini.

Penelitian yang seperti ini tidak pernah dilakukan, khususnya di lingkungan

Universitas Brawijaya. Pada umumnya penelitian tentang kemasan dilakukan

dalam skala umum yang meneliti tentang pengaruh kemasannya saja. Contoh

yang jenis penelitian yang banyak dilakukan adalah mencari tahu apakah kemasan

pada sebuah produk dapat mempengaruhi peningkatan penjualan atau keputusan

pembelian. Sedangkan untuk penelitian yang berfokus pada pengaruh desain

visual kemasan masih sangat jarang dilakukan. Berbeda dengan penelitian pada

umumnya, penelitian ini dibahas lebih mendalam salah satu turunan dari faktor

kemasan yaitu desain visual, yang fungsinya telah berkembang dari waktu ke

waktu menjadi lebih penting.

Penelitian mengenai desain visual kemasan pernah dilakukan sebelumnya

oleh Anang Sudrajad (2010). Namun sangat berbeda dengan penelitian ini,

meskipun menggunakan dasar teori yang sama. Perbedaan pertama terletak pada

komoditi yang dipilih, yaitu komoditas edamame. Seperti yang diketahui, produk

pertanian ini masih jarang untuk diteliti. Terlebih lagi, peneliti cukup menemukan

banyak orang yang tak mengetahui bahwa kedelai jenis ini bisa dikonsumsi tanpa

diolah hingga mengubah bentuk kedelai. Perbedaan juga dapat dilihat pada

pengumpulan data, yang nanti akan dijelaskan di dalam penelitian ini.

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat menguatkan teori

bahwa produk pertanian dengan sedikit atau tanpa pengolahan juga dapat dikemas

yang nantinya berguna untuk menjadi nilai tambah. Yang nantinya juga

6

berpengaruh pada keputusan pembelian dan meningkatkan penjualan. Jika

memang hipotesis dari literatur dan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan

terbukti bisa berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk Frozen

Edamame, maka dengan kata lain juga bisa dijadikan pertimbangan para petani

untuk menerapkan teori ini untuk membuat produk serupa. Terlebih lagi, produk

Frozen Edamame masih menjadi ‘raja’ di pasar edamame dalam kemasan.

Meskipun kini sudah ada produk saingan, namun jumlahnya masih sedikit. Dan

untuk areal Jember, Frozen Edamame masih menjadi pilihan utama konsumen

yang mencari produk edamame dalam kemasan. Hal ini menjadi peluang yang

bagus untuk para petani edamame. Dan jika berhasil diterapkan oleh petani, tentu

bisa membuat mereka meraih untung yang lebih banyak dan kehidupan mereka

pun akan semakin sejahtera.

Selain itu, penelitian ini nantinya juga akan berguna untuk menganalisa,

bagaimana kemasan yang baik untuk produk pertanian kedelai edamame,

khususnya untuk desain visual. Apakah memang desain visual Frozen Edamame

secara signifikan berpengaruh atau tidak. Serta apa saja hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam merancang desain visual kemasan yang baik. Dengan begitu,

produsen tidak perlu lagi merasa bingung faktor apa saja yang diperlukan untuk

mendesain suatu kemasan.

Untuk perusahaan PT Mitratani Dua Tujuh sendiri, penelitian ini

diharapkan dapat untuk memberikan dampak terhadap penjualan produk Frozen

Edamame ke depannya. Dapat disebut demikian dikarenakan penelitian ini dapat

memberikan masukkan dan gambaran bagaimana desain visual pada kemasan

yang berpengaruh terhadap pembelian produk, termasuk juga faktor di dalamnya.

Untuk selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk perusahaan terkait

pada saat melakukan re-desain kemasan, mengingat bahwa kemasan sangat

penting peranannya. Setelah re-desain sesuai dengan hal yang dapat

mempengaruhi konsumen dalam pembelian, maka selanjutnya akan berdampak

pada peningkatan penjualan dari perusahaan.

Penelitian ini juga dapat digunakan wadah aspirasi bagi para konsumen

untuk mengemukakan pendapatnya tentang desain visual kemasan. Nantinya,

setelah penelitian ini dapat diterapkan oleh perusahaan, kepuasan dari konsumen

7

akan bertambah, sehingga dapat mengakibatkan keloyalan terhadap suatu produk

tersebut. Sehingga dapat menyebabkan hubungan yang dinamis antara produsen

dan konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Peranan kemasan sudah tak lagi tidak dipandang sebelah mata. Bahkan

kini juga menjadi salah satu dari sekian faktor yang dapat mempengaruhi

konsumen dalam melakukan pembelian. Di mana kemasan merupakan hal

pertama yang dilihat oleh konsumen dalam menilai suatu produk. Sedangkan

kemasan sendiri dapat meliputi berbagai macam elemen, seperti yaitu ukuran

/dimensi kemasan, bentuk, bahan kemasan, warna kemasan, dan desain visualnya

(Kotler 1998).

Selanjutnya, Kotler juga menjelaskan keputusan pembelian terdiri dari

lima proses, yakni pengenalan masalah, kemudian dilanjutkan dengan pencarian

informasi, pengenalan alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca

pembelian. Kemasan dapat mempengaruhi sejak proses kedua yaitu pencarian

informasi. Jika kemasan tidak dilengkapi dengan informasi yang memadahi, maka

bukan tidak mungkin konsumen akan pindah pada produk yang lain.

Sedangkan Effendy (1982) menyatakan bahwa salah satu fungsi dari

pengemasan adalah mengadakan promosi terhadap suatu produk. Dari kalimat

tersebut tentunya sudah dapat disimpulkan bahwa desain visual kemasan juga

memiliki peran yang cukup penting dalam penjualan. Telah banyak diketahui

bahwa promosi sudah menjadi salah satu kegiatan yang dapat secara efektif

digunakan dalam peningkatan penjualan. Sehingga desain visual merupakan

kegiatan lain yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk dalam menarik

minat konsumen untuk membeli.

Penelitian tentang desain visual kemasan yang dilakukan oleh Anang

Sudrajad (2010) dengan judul “Desain Visual Kemasan Dapat Mempengaruhi

Keputusan Pembelian Rokok LA Lights” juga mendapatkan hasil yang serupa.

Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa desain visual dapat mempengaruhi

dalam keputusan konsumen dalam membeli.

Setelah mendapatkan kesimpulan bahwa desain visual kemasan dapat

mempengaruhi keputusan pembelian maka dikaitkan dengan faktor apa saja yang

8

menjadi penyusun dalam desain visual kemasan. Cenadi (1999) mengemukakan

bahwa terdapat lima unsur penyusun desain visual kemasan, yakni ilustrasi,

warna, simbol, tipografi, dan tata letak perwajahan.

Bertolak belakang dengan teori yang sudah diuraikan, faktanya hal

tersebut nyaris tidak dapat diterapkan pada komoditi pertanian. Dalam pembelian

produk pertanian masyarakat tidak memerlukan kemasan yang baik dalam

mempertimbangkan keputusannya untuk membeli. Konsumen cenderung lebih

senang membeli dengan harga yang rendah dengan kualitas yang baik dan sama

sekali tidak mementingkan kemasan.

Pada umumnya produk pertanian memang tidak dilakukan proses

pengemasan, terlebih lagi kemasan yang menggunakan desain visual. Hal ini

dikarenakan konsumen telah sangat mengetahui dari segi produk. Konsumen tidak

memerlukan informasi yang mendetail tentang produk pertanian, karena setiap

komoditas memiliki karakteristik yang hampir sama tergantung varietasnya.

Sebagai contoh buah apel atau jeruk. Masyarakat tidak akan perlu lagi informasi

tentang bagaimana rasa atau sampai kapan buah tersebut baik dikonsumsi.

Alasannya karena mereka sudah paham dan hafal dengan karakteristiknya.

Kalaupun tidak, biasanya masyarakat langsung bertanya pada pedagang.

Tetapi pada kenyataannya ada produk pertanian yang menggunakan

kemasan, yaitu kedelai edamame produksi PT Mitratani Dua Tujuh. Masyarakat

yang sudah pernah mengonsumsi kedelai sebenarnya sudah mengetahui

bagaimana karakteristik dari kedelai edamame. Hal ini justru ‘dilawan’ oleh PT

Mitratani Dua Tujuh yang memutuskan untuk mengemas produknya dengan baik.

Produk yang dimaksud ialah Frozen Edamame yang terbuat dari 100 persen

kedelai edamame. Produk Frozen Edamame yang diproduksi PT Mitratani Dua

Tujuh dikemas dengan baik dengan menyertakan stimulus-stimulus yang

diharapkan dapat mempengaruhi calon konsumen untuk membeli produk. Secara

awam, produk Frozen Edamame telah mematuhi acuan dalam pengemasan

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, terlepas dari produk pertanian itu

sendiri.

Kedelai edamame pada produk yang diproduksi PT Mitratani Dua Tujuh

juga mengalami proses sedemikian rupa hingga membentuk edamame dalam

9

keadaan beku dan siap dikonsumsi. Tetapi meski begitu, pada kondisi riilnya ada

banyak konsumen edamame yang lebih senang untuk membeli kedelai edamame

di pasar. Kondisi seperti ini dapat dikarenakan oleh pengolahan yang dilakukan

PT. Mitratani Dua Tujuh hanya menambahkan kesan praktis kepada produknya,

sehingga cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Banyak konsumen yang lebih suka

untuk mengolahnya sendiri sebelum dikonsumsi karena, pengolahan yang

dilakukan pun cukup mudah. Yakni hanya direbus atau dikukus dan ditambahkan

penyedap rasa. Dan jika menginginkan untuk dikonsumsi dalam keadaan dingin,

cukup dengan memasukkan edamame dalam freezer atau lemari es.

Selain itu, dari data yang diperoleh bahwa produk Frozen Edamame

membidik pasar ekspor. Dari jumlah produksinya,sekitar 90%-nya diekspor,

sedangkan sisanya yaitu 10% dipasarkan untuk lokal. Hal ini dikarenakan

perbedaan harga yang lebih menguntungkan untuk diekspor serta permintaan dari

konsumen lokal untuk produk ini tidak terlalu tinggi. Dengan kata lain, produk

Frozen Edamame tidak menjadi pilihan utama konsumen khususnya di kota

Jember ketika ingin membeli edamame. Terlepas dari kesan praktis, mereka lebih

suka mengolah sendiri edamame yang dibeli di pasar dengan alasan lebih

ekonomis. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap

produk edamame ber-desain visual tidak dapat mempengaruhi konsumen dalam

keputusan pembelian.

Dari uraian di atas terjadi perbedaan antara teori dan kondisi riil sehingga

menimbulkan masalah. Untuk dapat menjawab masalah tersebut dapat

disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah desain visual kemasan produk Frozen Edamame?

2. Apakah tata letak perwajahan, tipografi, ilustrasi, simbol, dan warna secara

simultan dan parsial dapat mempengaruhi keputusan pembelian produk

edamame?

3. Variabel manakah dari desain visual kemasan edamame yang memiliki

pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian produk Frozen

Edamame PT Mitratani Dua Tujuh.

1.3 Tujuan Penelitian

10

Penelitian ini antara lain bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis desain visual dalam kemasan produk Frozen Edamame.

2. Untuk menganalisis pengaruh dari variabel Tata Letak, Tipografi, Ilustrasi,

Simbol, dan Warna secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian

produk Frozen Edamame.

3. Untuk menganalisis variabel manakah dari desain komunikasi visual pada

kemasan Frozen Edamame yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap

keputusan pembelian.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keinginan dan selera desain visual konsumen terhadap

kemasan guna untuk meningkatkan volume penjualan produk.

2. Untuk mengetahui faktor manakah yang memiliki pengaruh paling besar pada

kemasan guna untuk kemasan selanjutnya.

3. Sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya

dalam meneliti yang berkaitan dengan desain komunikasi visual pada kemasan

Frozen Edamame.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagaimana yang telah disinggung pada bab sebelumnya, penelitian yang

mengkaitkan hubungan desain visual kemasan terhadap produk edamame beku

masih belum pernah dilakukan. Akan tetapi, ada beberapa penelitian yang

menggunakan teori dan konsep yang sama dengan penelitian ini, meskipun

dengan metode dan komoditas berbeda. Seperti pada tahun 2010, Nur dengan

penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Kemasan Botol Plastik Atau Pet (Poly

Ethylene) Fruit Tea Terhadap Keputusan Pembelian mendapatkan hasil bahwa

pengaruh kemasan dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk kemasan, bahan kemasan, warna

kemasan, labelling, dan merek. Dari kelima variabel didapatkan bahwa semuanya

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Kontribusi dari

variabel desain kemasan terhadap keputusan membeli konsumen didapatkan

sebesar 40,8% dan sisanya sebesar 59,2% dipengaruhi variabel lain. Jumlah

tersebut tergolong jumlah yang cukup besar untuk mempengaruhi dalam

pembelian produk fruit tea.

Dwi Purwanto (2012) melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh

Merek, Mutu, Kemasan, Label, dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Produk Oleh-Oleh Khas Malang”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel merek, mutu, kemasan, label, dan harga terhadap keputusan

pembelian produk keripik tempe. Penelitian tersebut menggunakan metode

analisis kualitatif dan kuantaitatif yaitu regresi linier berganda. Dalam penelitian

ini menggunakan 5 variabel yang akan diteliti, yaitu merek, mutu, kemasan, lebel,

dan harga. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa merek, mutu, kemasan,

label, dan harga berpengaruh secara simultan, parsial, dan dominan dalam

mempengaruhi keputusan pembelian.

Arie Pratama (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Kemasan Produk Makanan Ringan Merek Oishi ‘Pillows’ Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen”. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui

pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian dan mengetahui variabel mana

yang memiliki pengaruh paling dominan pada keputusan pembelian. Pada

12

penelitian tersebut menyebutkan beberapa variabel yang digunakan sebagai acuan

untuk meneliti di antaranya, variabel operating, variabel promosi dan variabel

kemasan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis bergresi linier berganda

dengan menggunakan kuisioner dengan skala likert. Dari ketiga variabel memiliki

pengaruh terhadap keputusan pembelian. Peneliti menyimpulkan bahwa kemasan

produk memiliki pengaruh pada keputusan pembelian produk. Untuk kemasan

sendiri, memiliki pengaruh sebesar 19,7% terhadap keputusan pembelian.

Deassy Permatasari W (2013) melakukan penelitian dengan Pengaruh

bauran promosi (promotional mix) terhadap keputusan pembelian benih

holtikultura. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk menganalisis tentang

kegiatan bauran promosi, pengaruh variabel bauran promosi, dan variabel bauran

promosi yang memiliki nilai paling dominan. Dalam penelitian ini menggunakan

tiga variabel, yakni periklanan (X1), promosi penjualan (X2), dan hubungan

masyarakat (X3). Untuk menjawab tujuan yang telah dirumuskan, peneliti

menggunakan metode analisis deskriptif dan kuantitatif dengan alat analisis

regresi linier berganda. Dalam penggunaan analisis berganda peneliti

menggunakan kuisioner sebagai instrumen dengan menggunakan skala likert.

Penelitian ini menghasilkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan pembelian adalah periklanan dan promosi penjualan. Variabel yang

memiliki pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian adalah promosi

penjualan (X2).

2.2 Desain Komunikasi Visual

2.2.1 Pengertian Desain Komunikasi Visual

Menurut Kusrianto (2009) desain komunikasi visual didefinisikan sebagi

suatu disiplin ilmu yang bertujuan untuk mempelajari konsep-konsep komunikasi

serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan

gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa

bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta layout. Dengan

demikian gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran

penerimaan pesan.

Menurut Cenadi (1999) didapatkan desain komunikasi visual adalah

sebuah desain yang menginformasikan yang ditunjukkan secara kenampakan atau

13

visual. Komunikasi visual harus dilakukan dengan cara sekomunikatif mungkin.

Selain itu juga diperlukan kejelasan-kejelasan pada bacaan dan dapat dikenali. Hal

ini dikarenakan diharapkan kemasan yang memiliki desain komunikatif dapat

memberikan respon positif terhadap suatu produk.

Cenadi (1994) menjelaskan lebih lanjut tentang ruang lingkup desain

komunikasi visual:

1. Desain grafis periklanan

2. Animasi

3. Desain identitas usaha

4. Desain marka lingkungan

5. Desain multimedia

6. Desain grafis industri

7. Desain grafis media (buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain)

8. Cergam (komik), karikatur, poster

9. Fotografi, tipografi, dan ilustrasi

2.2.2 Elemen-Elemen Desain Komunikasi Visual

Cenadi (1999) menyebutkan bahwa desain komunikasi visual memiliki

elemen-elemen, di antaranya adalah Layout, Tipografi, Ilustrasi, Simbol, dan

Warna. Elemen-elemen tersebut merupakan elemen yang dapat berkembang

seiring dengan perkembangan zaman. Berikut merupakan penjelasan dari kelima

elemen tersebut:

1. Tata Letak Perwajahan (Layout)

Layout merupakan pengaturan yang dilakukan pada buku, majalah atau

bentuk publikasi lainnya, sehingga menyebabkan teks daan ilustrasi sesuai dengan

bentuk yang diharapkan. Layout juga meliputi tentang semua bentuk penempatan

dan pengaturan untuk catatan tepi, pemberian gambar, penempatan garis tepi,

penempatan ukuran dan bentuk ilustrasi. Menurut Smith (1985) mengatakan

bahwa proses mengatur hal atau pembuatan layout adalah merangkaikan unsur

tertentu menjadi susunan yang baik, sehingga mencapai tujuan tertentu.

2. Tipografi

Frank Jefkins (1997) mengemukakan tipografi merupakan seni huruf dari

ratusan jumlah rangsangan stsu desain jenis huruf yang tersedia,

14

menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah

kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menaandai naskah untuk proses

typesetting, meggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi

yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu

dapat menciptakan gaya dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang

diiklankan.

Wirya (1999) mengemukakan bahwa beberapa tipe huruf tertentu dapat

mengesankan nuansa-nuansa tertentu, seperti kesan berat, ringan, kuat, lembut,

jelita, dan sifat-sifat atau nuansa yang lain. Sedangkan menurut Klimchuk dan

Sandra (2007) beberapa tipe kategori bentuk huruf dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Huruf old syle, seperti Times New Roman, Bambo, Palatino, Goudy, New

Baskerville, Garamond, dan Janson, huruf tesebut dapat mengartikan hal

berikut:

i. Mewakili tulisan tangan resmi.

ii. Mempunyai penampilan yang rapi.

iii. Mempunyai kontras yang rendah.

vi. Mempunyai goresan utama yang melengkung, tidak tajam.

b. Huruf modern/serif meliputi Bodini, Times, Fenice, dan Madrone, huruf tesebut

dapat mengartikan hal berikut:

i. Kontras tebal dan tipis yang sangat berbeda.

ii. Bagian tipis huruf sebagai penekanan vertikal.

iii Serif yang horizontal, tidak diberi tanda kurung, dan titik temu goresan

mempunyai sudut yang tajam.

c. Huruf Slab Serif Egyptian/Square Serif, huruf tesebut dapat mengartikan hal

berikut:

i. Sedikit kekontrasan atau tidak ada kontras antara goresan tebal dan tipis.

ii. Garis vertikal yang diberi tekanan.

iii. Serif yang meiliputi garis horozontal yang tebal.

d. Huruf sans serif meliputi avant garde, gill sans, franklin gothic, frutiger,

helvetica, dan futura, huruf tesebut dapat mengartikan hal berikut:

i. Tanpa serif.

15

ii. Ketinggian –X yang cukup tinggi (ketinggian huruf kecil).

iii. Tidak ada kontras atau penekana vertikal.

e. Huruf script meliputi zapf chancery dan edwardian decorative, huruf tesebut

dapat mengartikan hal berikut:

i. Mewakili tulisan tangan atau kaligrafi.

ii. Mempunyai huruf awal yang besar.

f. Huruf decorative, sepert Jokermen huruf tesebut dapat mengartikan hal berikut:

i. Memiliki estetika dekoratif.

ii. Tidak di desain untuk mudah dibaca.

3. Ilustrasi

Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua, yaitu

ilustrasi yang dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi yang dihasilkan

oleh kamera atau fotografi. Menurut Wirya (1999) ilustrasi dapat mengungkapkan

sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada penggunaan teks.

Ilustrasi memiliki fungsi tersendiri, yaitu digunakan untuk membantu

mengkomunikasikan pesan melalui visual. Pesan yang disampaikan dapat

tersampaikan dengan benar dan cepat. Selain itu, ilustrasi dapat mempertegas

terjemahan dari sebuah judul, sehingga bisa membentuk suasana yang penuh

emosi dari gagasan yang seakan nyata. Ilustrasi sebagai gambar dan tulisan

daalam bentuk grafis infomasi yang memikat. Dengan ilustrasi, maka pesan

menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar

daripada kata-kata.

4. Simbol

Simbol sangat efiktif dalam penggunaan sebagai sarana informasi dalam

menghubungkan perbedaan bahasa yang digunakan karena sifatnya yang universal

dibandingkan dengan kata-kata atau bahasa. Bentuk yang lebih kompleks dari

simbol adalah logo. Logo memiliki identitas yang digunakan sebuah kemasan

untuk mengintrepetasikan produknya. Sebuah perusahaan harus memiliki sebuah

logo yang mampu untuk mencerminkan citra, tujuan, jenis, serta objektivitasnya

agar berbeda.

Ferbey (1997) mengemukakan bahwa banyak iklan yang memiliki elemen-

elemen grafis yang tidak hanya terdapat ilustrasi, tetapi juga mempunyai muatan

16

grafis yang penting seperti logo perusahaan atau logo produk, simbol perusahaan,

atau ilustrasi produk. Menurut Wirya (1999), logo yang menarik adalah logo yang

sederhana dan mudah diingat, sehingga menarik bagi konsumen untuk membeli.

Logo tidak diragukan lagi dalam menampilkan perannya untuk

mengkomunikasikan suatu produk. Logo dalam komunikasi desain berpengaruh

dengan ekuitas merek, citra, dan kesadaran merek.

5. Warna

Warna merupakan elemen penting dalam mempengaruhi sebuah desain.

Pemilihan warna dan pengolahan atau penggabungan satu dengan yang lainnya

akan dapat memberikan suatu kesan suatu image yang khas dan memiliki karakter

yang unik, keranea setiap warna yang berbeda-beda. Danger (1992)

mengemukakan bahwa warna adalah satu dari dua unsur yang dapat menghasilkan

daya trik visual, dan kenyataan waarna lebih berdaya tarik pada emosional

daripada akal.

Asosisasi warna memiliki berbagai macam variasi, menurut Klimchuk dan

Sandra (2007) adalah sebafai berikut:

a. Merah, warna yang sangat hangat dalam spektrum warna, warna hitam

diasosiasikan dengan matahri dan panas, yang menggambarkan cinta, api,

nafsu, sifat simpultif, mendebarkan, berani dan kuat.

b. Warna oranye, sama seperti dengan merah, sering diasosiasikan dengan

kehangatan sinar matahari, energi, suka cita, antusiasme, petualangan, ceria,

dan kepuasan.

c. Warna kuning, melambangkan kehidupan, matahari, kehangatan, idealisme,

energi, dan sportif.

d. Warna hijau, melambangkan warna yang membumi, damai, hidup, muda,

segar, dan organik.

e. Warna biru, melambangkan otoritas, harga diri, kesetiaan, kebenaran, dan

kebijaksanaan,tetapi juga melambangkan rasa depresi, kesedihan dan

kesepian.

f. Warna ungu, melambangkan kepuasan, kemakmuran, kebangsawanan,

kemaewahan, kebijaksanaan, spiritual, sensual, misteri, nafsu, dan

keberanian.

17

g. Warna hitam, melambangkan keras kepala, dapat diandalkan, konstan, dan

kebijaksanaan, serta mengesankan kekuatan.

h. Warna putih, mengkomunikasikan kemurnian,kesegaran, kesucian,

kebersihan, keefektifan, kebenaran, dan kontemporer.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Tata Rupa dan Desain

Sanyoto (2005) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dari dasar tata rupa

dapat dikatakan sebagai ilmiah seni. Hal tersebut berarti suatu karya dapat

dikatakan memiliki nilai seni jika dianalisis di dalamnya memiliki tujuh prinsip

dasar tata rupa. Dengan demikian prinsip-prinsip dasar tata rupa dapat dikatakan

merupakan alat mencipta karya rupa dan juga merupakan alat menganalisis karya

rupa. Berikut merupakan prinsip-prinsip dasar tata rupa dan desain:

1. Irama

Irama memiliki arti yang sama dengan ritme. Kata ini berasal dari kata

rhythm yang artinya adalah irama, di mana dalam hal ini, dapat diartikan sama

dengan keselarasan karena sesuatu yang berirama mesti harus laras atau selaras.

Sesuatu dapat dikatakan berirama jika terdapat keselarasan (Sanyoto, 2005).

Dalam seni rupa, irama dapat berupa perubahan intensitas perulangan

dalam keberkalaan bentuk (tinggi-rendah, besar-kecil, panjang-pendek),

keberkalaan warna (panas-dingin, tua-muda, cemerlang-suram), keberkalaan

ruang atau kedudukan (atas-bawah, kanan-kiri, depan-belakang), keberkalaan arah

(diagonal-vertikal-horisontal), dan keberkalaan gerak (repetisi-transisi-oposisi).

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa irama atau ritme

merupakan gerak pengulangan atau gerak yang mengalir secara terus menerus dan

teratur. Dengan demikian irama itu adalah suatu keteraturan dan sekaligus

kerapian, sehingga lebih luas lagi adalah bahwa seni itu harus teratur dan rapi.

2. Kesatuan

Kesatuan (unity) merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa. Karya seni

ataupun desain harus menyatu, nampak seperti satu, satu sama lain unsur yang

disusun tidak dapat dipisah-pisah, semua menjadi satu unit. Tidak adanya suatu

kesatuan dalam karya seni akan menyebabkan karya seni tersebut tidak baik.

Karya yang tidak baik, akan menyebabkan ketercerai-beraian, kacau balau, kalang

kabut sehingga tidak nyaman untuk dilihat.

18

Prinsip dari kesatuan pada dasarnya ialah adanya hubungan yang saling

melengkapi antara unsur-unsur penyusunnya. Jika terdapat hubungan yang saling

melengkapi, maka telah tercapai suatu kesatuan. Sebagai contoh hubungan yang

baik adalah; hubungan kesama-samaan, hubungan kemirip-miripan, hubungan

keselarasan, hubungan ketertarika, hubungan ketertarikan. Hubungan-hubungan

tersebut kemudian dapat digunakan sebagai pendekatan dalam mencapai suatu

kesatuan.

3. Dominasi

Dominasi merupakan istilah yang digunakan untuk menerjemahkan kata

kerja “domination” yang memiliki arti ialah penjajah. Dominasi dalam karya seni

bisa disebut dengaan menguasai. Namun dominasi bisa juga disebut dengan

keunggulan, keistimewaan, keunikan, keganjilan, atau kelainan. Setiap karya seni

harusnya memiliki dominasi agar karya seni atau desain menjadi semakin

menarik. Dominasi merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi dalam membuat

suatu karya seni atau desain yang artistik atau memiliki nilai seni. Dominasi dapat

digunakan suatu desain untuk menjadi daya tarik tersendiri. Karena unggul,

istimewa, unik, ganjil, maka akan menjadi menarik atau menjadi pusat perhatian.

Jadi, fungsi dari dominasi sendiri yaitu adalah sebagai pusat perhatian dan daya

tarik dalam suatu desain.

4. Keseimbangan

Keseimbangan atau balans merupakan kata yang berasal dari kata balance

yang merupakan salah satu dasar tata rupa. Keseimbangan digunakan pada suatu

desain atau karya seni agar memiliki keseimbangan, agar enak dilihat, tenang, dan

tidak berat sebelah. Dalam segi desain, keseimbangan memiliki sifat perasaan,

tetapi memili pengertian yang hampir sama, yaitu keadaan dimana semua bagian

pada karya tidak ada yang lebih terbebani. Jadi dikatakan seimbang maakala di

semua bagian pada karya bebannya sama, sehingga pada gilirannya akan memiliki

rasa tenang dan nyaman untuk dilihat.

5. Proporsi

Proporsi sering disebut dengan perbandingan. Proporsi merupakan salah

satu prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Karya seni atau desain

harus serasi agar nyaman untuk dilihat dan dinikmati. Dalam memperoleh suatu

19

desain atau karya seni yang baik, diperlukan perbandingan-perbandingan atau

proporsi yang tepat ukuran yang sifatnya matematis. Yang menjadi masalah

adalah bahwa karya seni atau desain berangkat dari rasa, sehingga sengat sulit

menetapkan ukuran perbandingan yang sifatnya matematis ke dalamnya.

6. Kesederhanaan

Kesederhanaan memiliki arti tidak lebih dan tidak kurang, jika ditambah

terasa berlebihan dan jika dikurangi menjadi kurang dan hilang. Sederhana bukan

berarti sedikit, tetapi harus memiliki takaran yang pas, yang artinya tidak lebih

dan tidak kurang. Jadi kesederhanaan tersebut adanya pada rasa, apakah suatu

susunaan perlu dikurangi objeknya atau bahkan mungkin perlu ditambah

obyeknya.

7. Kejelasan

Kejelasan memiliki arti mudah untuk dipahami, mudah dimengerti, dan

tidak rancu. Prinsip dari kejelasan lebih tepat untuk tujuan tata desain, karena

desain adalah seni terap yang ditunjukkan untuk kepentingan orang lain. Untuk

desain komunikasi visual misalnya, suatu desain harus dapat dibaca secara jelas

dan tidak mendatangkan kesalahpahaman dari pembaca. Sedangkan untuk desain-

desain yang lain, kejelasan diartikan bahwa objek-objek yang disusun harus jelas

dan dapat dimengerti. Pada setiap raut objeknya, jangan ditumpuk atau dicampur

sehingga masing-masing objek tidak memiliki kejelasan.

2.3 Kemasan

2.3.1 Pengertian Kemasan

Dalam bidang marketing, kemasan merupakan kegiatan yang memiliki arti

tersendiri. Kemasan yang dulu sering dinamakan pembungkus memiliki manfaat

yang berubah. Kotler (2008) mengemukakan bahwa kemasan melibatkan

perancangan dan produksi wadah atau pembungkus untuk sebuah produk. Pada

dasarnya, fungsi utama kemasan adalah menyimpan dan melindungi produk.

Namun saat ini ada banyak faktor yang membuat kemasan menjadi sarana

pemasaran penting. Kompetisi dan kerumunan yang semakin padat di rak-rak toko

pengecer mengartikan bahwa kemasan sekarang haruslah melakukan banyak tugas

penjualan, mulai dari menarik perhatian pelanggan, menggambarka produk,

hingga membuat penjualan.

20

Pendapat serupa juga diungkapkan Russel dan Lane, bahwa kemasan

bukanlah hanya sekedar bungkus pelindung barang dagangan, namun kemasan

merupakan bagian yang penting dari penjualan karena kemasan, selain melindungi

barang dagangan, juga turut menjual apa yang dilindunginya. Disamping itu,

kemasan juga menjadi identitas suatu perusahaan.

Sebelum kedua pendapat di atas, Susanto dan Sucipta (1994) mengartikan

kemasan menjadi suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mengemas

suatu produk yang telah dilengkapi dengan tulisan label dan keterangan lain yang

menjelaskan isi, baik itu kegunaan maupun hal-hal lain yang dirasa perlu

disampaikan kepada konsumen. Faktor pengolahan dan penyimpanan dapat

dikendalikan oleh pengemas, termasuk pengendalian bahaya, konsentrasi oksigen,

kadar air, dan kontaminasi.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemasan

merupakan suatu wadah yang memiliki fungsi utama untuk menyimpan den

melindungi produk dari segala sesuatu yang dapat merusak dari nilai produk yang

ada didalamnya seperti kontaminasi, berkurangnya kadar air dan oksigen, serta

menghindari dari kondisi sekitar. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi

kemasan bsemakin bertambah seperti menjadi sumber informasi dari produk yang

ada di dalmnya serta menjadi identitas dari produk.

2.3.2 Tujuan Desain Kemasan

Tjiptono (2001) mengemukakan bahwa pengemasan (packaging)

bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kenyamanan serta kemudahan pada konsumen dalam

mengkonsumsi produk. Sebagai contoh, kemasan membuat produk tidak

mudah tumpah, nyaman digenggam, dan lain sebagainya.

2. Memberi manfaat untuk pemakaian ulang, misalnya untuk kemasan refill (isi

ulang) ataupun kegunaan lainnya.

3. Memberikan daya tarik yaitu seperti aspek artistik, warna, bentuk, mapupun

desainnya.

4. Sebagai identitas suatu produk, misalnya agar terkesan berkelas, mewah, dan

awet.

21

5. Memudahkan untuk distribusi (shipping) atau pengiriman produk. Hal ini

terkait dengan kemudahan dalam menghitung jumlah produk dan menyusun

produk.

6. Informasi (labelling), informasi memiliki tujuan untuk memberikan

pengetahuan pada konsumen tentang suatu produk. Hal ini terkai dengan

informasi yang melekat pada kemasan seperti isi dan kualitas.

2.3.3 Kemasan yang Baik

Shimp (2000) mengemukakan bahwa untuk mengukur apakah sebuah

kemasan dapat dikatakan sebagai kemasan yang baik adalah dengan milihat

faktor-faktor sebagai berikut, yaitu:

1. Visiability

Visibilitas berhubungan dengan kemampuan suatu kemasan dalam

menarik perhatian konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk memiliki satau

kemasan yang menonjol dan lain dari yang lainnya. Kemasan dengan warna cerah,

grafik, grafik kemasan, ukuran, dan bentuk yang baru juga akan meningkatkan

visibilitas produk.

2. Information

Informasi berkaitan dengan instruksi dari pemanfaatan produk, berbagai

keuntungan yang disebut, slogan-slogan, serta informasi tambahan yang

dihadirkan pada atau di dalam kemasan. Informasi dalam kemasan berguna untuk

menstimulasi pembelian.

3. Emotional appeal

Daya tarik emosional dapat dilihat melalui kemampuan kemasan untuk

menimbulkan rasa ingin. Para desainer kemasan berupa untuk membangkitkan

perasaan tertentu.

4. Workability

Merupakan sesuatu yang merujuk fungsi dari suatu kemasan lebih dari

sekedar cara berkomunikasi, yaitu antara lain masalah seperti apakah kemasan itu

dapat melindungi suatu produk. Apakah kemasan tersebut dapat memfasilitasi

produk sehingga mudah dalam penyimpanan barang bagi konsumen maupun

pengecer.

22

2.3.4 Elemen-Elemen Desain Kemasan

Desain kemasan memiliki arti penting dalam penginformasian sebuah

produk. Informasi-informasi tersebut berguna sebagai stimulus perangsang

konsumen dalam pembelian suatu produk. Dalam sebuah desain kemasan,

hendaknya mengetahui elemen-elemen yang nantinya akan disematkan dalam

kemasan. Kotler (2008) menyebutkan elemen-elemen dalam desain kemasan

yaitu:

1. Dimensi/ukuran kemasan

Untuk menentukan ukuran sebuah kemasan haruslah melalui beberapa

penelitian. Salah satunya adalah riset mengenai kebiasaan konsumen dalam

mengkonsumsi produk, dikarenakan ukuran kemasan mempunyai kaitan yang

sangat erat dengan net volume produk yang ada di dalmanya dan untuk setiap

jenis produk mempunyai standar pemakaian yang berbeda-beda.

2. Bentuk kemasan

Bentuk kemasan adalah salah satu elemen visual yang penting selain

warna dan gambar. Bentuk kemasan yang unik akan memudahkan identifikasi

konsumen terhadap sebuah produk, yang nantinya akan memperkuat brand

identity produk tersebut. Dalam mendesain bentuk kemasan, hal pertama yang

harus dipertimbangkan adalah bentuk dasar dan tekstur, fungsi dari bentuk

tersebut, misalnya kemudahan untuk dipegang, dibuka, dituangkan, dipindahkan,

disimpan dalam secondary packaging, sampai dengan pertimbangan ptentang

bagaimana jika kemasan itu disusun pada rak-rak toko swalayan.

Bentuk mungkin menawakan pilihan yang lebih sedikit pada produsen jika

dibandingkan dengan ukuran, bahan dan warna. Setelah selesai mendesain, perlu

dibuat prototype dari kemasan tersebut. Setelah melalui berbagai macam uji coba,

seperti uji kekuatan, kemudahan pengisian, uji visual, dan lain-lain, barulah

prototype tadi memasuki tahap massal. Pada akhirnya bentuk, tekstur dan fungsi

kemasan akan memberikan presepsi kepada konsumen tentang rasa/kualitas dan

kegunaan produk tersebut.

3. Bahan kemasan

Hal yang paling mendalam tentang produk dan segi perlindungannya akan

membuat kemasan mempunyai jenis bahan yang paling cocok untu digunakan.

23

Pertimbangan lainnya dalah strategi pemasaran, yaitu yang berhubungan dengan

target konsumen, karakteristik, dan kebutuhan mereka. Hal ini berkaitan dengan

masalah pesan dan citra yang akan dikomunikasikan melalui kemasan. Citra akan

langsung tercermin ketika konsumen melihat bahan yang digunakan untuk

mengemas suatu produk, dan akan langsung menimbulkan asosiasi tentang

positioning produk tersebut. Bahan yang biasanya digunakan untuk pengemasan

adalah kertas, film plastik (plastik transparan), foil, kotak karton, metal

containers, glass container dan plastics container.

4. Warna kemasan

Warna adalah elemen visual yang paling penting dalam kemasan. Warna

memiliki efek yang sangat kuat terhadap citra produk. Warna menambahkan

sebuah nilai dalam komunikasi, memebrikan arti baru pada visual message.

Warna membuat sesuatu lebih mudah dipersepsikan dan diidentifikasi. Asosiasi

yang ditimbulkan dapat membawa emosi seseorang ke tingkat tertentu.

Warna merupakan perangsang indra yang sangat penting dalam desain

kemasan untuk daapat menciptakan daya tarik visual. Pemilihan warna banyak

mempertimbangkan prinsip-prinsip presepsi dasar manusia, warna produk yang

dikemas, pasar dan kondisi penjualan. Warna berperan dalam menciptakan

penjualan secara spontan karena kemampuannya untuk menarik pelanggan.

Mengkombinasikan warna dengan tepat akan memperkuat desain serta citra

produk yang kuat.

5. Labelling

Pesan informatif tertulis yang harus berdasarkan kepada fakta tentang

suatu produk. Beberapa macam informasi yang umum dimuat dalam labeling

ialah:

a. Nama jenis produk

b. Isi/volume kemasan

c. Nama produsen yang bersangkutan

d. Negara/wilayah dari produsen

e. Peringatan pemerintah tentang bahaya kesehatan

f. Barcode labeling

24

Semua informasi yang terkait dengan labeling tersebut harus dicetak

dengan menggunakan huruf yang jelas dan ukuran yang membuat para konsumen

tidak mengalami kesulitan dalam membaca.

6. Merek

Kotler (2002) menjelaskan bahwa merek adalah suatu nama dan atau

simbolyang bersifat membedakan seperti logo, cap, ataupun kemasan dengan

maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah

kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang dan

jasa pesaing. Dalam desain kemasa, merek haruslah dikombinasikan dengan

model dan ukuran huruf (tipografi), kemungkinan modifikasi tampilan grafis, dan

harmonisasi.

7. Tipografi

Tipografi adalah teks pada kemasan yang berupa pesan kata-kata untuk

menjelaskan produk yang ditawarkan sekaligus mengarahkan konsumen untuk

bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Di dalam desain kemasan

tipografi merupakan medium utama untuk menginformasikan nama, fungsi,

danfakta produk bagi konsumen luas. Pemilihan tipografi, tata letak dan

penarapan huruf dan kata-kata mempengaruhi begaimana huruf yang tercetak

dapat dengan mudah terbaca.

2.3.5 Jenis Kemasan

Kotler (2002) mengemukakan bahwa kemasan memilik 3 jenis yaitu:

1. Kemasan Dasar. Merupakan kemasan yang digunakan sebagai kemasan utama,

yaitu kemasn yang bersentuhan langsung pengan produk yang sesungguhnya.

2. Kemasan Tambahan. Kemaasan tambahan yang digunakan untuk keperluan

pengiriman, penyimpanan, dan identitas terhadap produk. Jenis kemasan ini

melindungi kemasan sekunder selama proses pendistibusian kepada konsumen.

3. Kemasan Pengiring. Kemasan pengiring merupakan kemasan yang digunakan

untuk keperluan pengiriman, penyimpanan, dan identitas dari suatu produk.

Jenis kemasan ini digunakan untuk melindungi kemasan sekunder dan kemasan

primer pada saat proses pengiriman.

25

2.3.6 Fungsi Kemasan

Wirya mengungkapkan bahwa fungsi dari kemasan terdiri dari tujuh

faktor. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kemasan agar tampil lebih baik

dalam pemasaran. Faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut:

1. Faktor pengaman

Faktor pengamanan diperlukan untuk melindungi produk terhadap

berbagai kemungkinan yang nantinya dapat mengakibatkan kerusakan terhadap

barang atau produk yang dijual. Pengamanan harus dilakukan dari berbagai hal

seperti cuaca, tumpukan, kuman, sinar, bintang, dan lain-lain.

2. Faktor ekonomi

Yaitu perhitungan biaya-biaya untuk memproduksi kemasan seperti dalam

halnya pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya

3. Faktor perindustrian

Kemasan dari sebuah produk seharusnya tidak menyulitkan

pendistribusian dari pabrik ke pengecer hingga nantinya sampai pada tangan

konsumen.

4. Faktor komunikasi

Hendaknya kemasan juga dapat berfungsi sebagai media komunikasi yang

menerangkan atau mencerminkan suatu produk yang dibungkus, citra merek, dan

juga dapat menjadi bagian dari promosi dengan beberapa pertimbangan seperti

mudah dilihat, dipahami, dan diingat.

5. Faktor ergonomi

Yang dimaksud dengan faktor ini ialah beberapa pertimbangan agar

kemasan mudah dibawa/dipegang, dibuka dan mudah diambil atau digunakan

isinya.

6. Faktor estetika

Dalam hal kemasan, keindahan dari kemasan itu sendiri dapat menjadi

daya tarik visual yang menjual. Daya tarik visual yang dimaksudkan meliputi

warna, bentuk, merek, iustrasi, huruf, dan tata letak

7. Faktor identitas

Secara keseluruhan, kemasan dari suatu produk tentunya harus berbeda

dengan kemasan produk lain. Sangat penting bagi sebuah produk untuk memiliki

26

identitas tersendiri pada kemasan agar mudah dikenali oleh konsumen dan dapat

membantu konsumen untuk membedakan produk perusahaan dengan produk

lainnya.

2.3.7 Desain Kemasan Sebagai Alat Kmunikasi

Klimchuk dan Sandra (2007) mengemukakan bahwa desain kemasan

merupakan bisnis kreatif yang mengkaitkan bentuk, struktur, material, warna,

citra, tipografi, serta elemen-elemen desain dengan informasi pada suatu produk.

Tujuan dari menggabungkan seluruh elemen tersebut dalam suatu desain semata-

mata hanya untuk tujuan pemasaran. Desain kemasan yang akan dipasarkan harus

memiliki fungsi yang sesuai dengan dibuatnya kemasan tersebut. Beberapa fungsi

yang harus dilekatkan pada suatu produk antara lain ialah estetika dan informasi.

Dalam fungsi yang sebebnarnya, kemasan dapat digunakan dalam

melakukan komunikasi antara produsen dan konsumen. Jika komunikasi tersebut

berlangsung dengan baik, makan tujuan akhir yang didapta adalah pembelian.

Desain kemasan yang terkomunikasikan dengan baik pada konsume akan

membuat konsumen bimbang dalam menentukan produk. Oleh karena itu sebagai

kemasan yang baik, harusnya memiliki sifat komunikatif.

2.4 Perilaku Konsumen

2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), perilaku konsumen

merupakan tindakan yang secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi

dan menghabiskan produk dan jasa yang termasuk proses yang mendahului dan

menyusul tindakan tersebut. Pendapat lain dikemukakan oleh Swasta dan

Handoko (2000) perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang

secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang

ataupun jasa-jasa, termasuk di dalamnya yaitu proses pengambilan keputusan

pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Kotler (2002) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang

mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi atau pengalaman

dalam rangka memuaskan kebudayaan dan hasrat mereka.

27

Dari kedua pendapat yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang

mempelajari tentang individu, kelompok, pengalaman atau organisasi yang

berhubungan dengan konsumen secara langsung untuk mendapatkan dan

mengkonsumsi barang atau jasa yang juga termasuk pengambilan keputusan

pembelian.

2.4.2 Model Perilaku Konsumen

Kotler (2002) mengemukakan bahwa model perilaku konsumen terdiri dari

rangsangan pemasaran dan rangsangan lain yang mempengaruhi karakteristik

pembeli dan proses keputusan pembelian konsumen yang pada akhirnya akan

mempengaruhi dalam keputusan pembelian.

Rangsangan

Karakteristik Keputusan

Pembelian Rangsangan

Pemasaran

Rangsangan

lain

Ciri-ciri

pembeli

Rangsangan

Pemasaran

Produk

Harga

Tempat

Promosi

Ekonomi

Teknologi

Politik

Budaya

Budaya

Sosial

Pribadi

Psikologi

Pemahaman

masalah

Pencarian

informasi

Pemilihan

alternatif

Keputusan

pembelian

Perilaku

pasca

pembelian

Pemilihan

barang

Pemilihan

kemasan

Pemilihan

merek

Pemilihan

label

Penentuan

waktu

pembelian

Jumlah

pembelian

Sumber: Kotler (2002)

Gambar 1. Rangsangan, Karakteristik dan Keputusan Pembelian.

Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan

tanggapan yang terdapat pada gambar 1. Rangsangan pemasaran dan lingkungan

mulai memasuki kesadaran dari pembeli. Karakteristik pembeli dan proses

pengambilan keputusan menentukan keputusan pembelian terstentu. Tugas

pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari

adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian (Kotler,

2002).

28

Rangsangan pemasaran terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi.

Rangsangan lain terdiri dari ekonomi, teknologi, politik, dan budaya, ciri-ciri

pembeli terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Proses keputusan

pembeli terdiri dari pemahaman masalah, pencarian informasi, pemilihan

alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Sedangkan untuk

keputusan pembelian terdiri dari pemilihan barang, pemilihan kemasan, pemilihan

merek, pemilihan label, penentuan waktu pembelian, dan jumlah pembelian.

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler (2002) perilaku konsumen memiliki beberapa faktor yang

dapat memepengaruhi perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut ialah sebagai

berikut:

1. Faktor budaya

a. Budaya

Perilaku, keinginan dan sikap merupakan hal yang didasari oleh budaya.

Budaya sangat berperan penting pada faktor perilaku konsumen. Beberapa nilai

dipelajar dalam kebudayaan seperti nilai-nilai dasar, presepsi, keinginan, dan

perilaku dari keluarga dan instansi penting lainnya. Setiap orang, kelompok atau

masyarakat memiliki budaya, dan pengaruh budaya pad perilaku pembelian sangat

beraneka ragam. Tiap-tiap tempat, wilayah, atau negara memiliki kebudayaan

yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan pemasaran tidak

efektif yang dikarenakan oleh kegagalan menyesuaikan perbedaan.

b. Subkebudayaan

Subkebudayaan merupakan turunan dari kebudayaan. Subkebudayaan

memiliki nilai yang lebih sempit daripada kebudayaan. Subkebudayaan dapat

meliputi kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis. Beberapa segmen

pasar terbentuk dari subkebudayaan. Dalam pemasaran suatu produk seringkali

merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan

mereka.

c. Kelas sosial

Kelas sosial merupakan bagian masyarakat yang relatif permanen. Setiap

anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai kepentingan dan perilaku yang serupa.

29

2. Faktor sosial

a. Kelompok

Kelompok merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Kelompok merupakan dua orang atau lebih yang berkumpul dan saling

melakukan interaksi satu sama lain guna untuk mencapai tujuan atau sasaran

individu, maupun sasaran bersama. Kelompok memiliki pengaruh yang berbeda

untuk tiap produk.

b. Keluarga

Keluarga dapat sanagt mempengaruhi pembelian seseorang. Keluarga

merupakan orang yang paling sering dijumpai, sehingga sikap dan perilaku dari

seorang keluarga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Seorang keluarga akan

menularkan suatu produk yang menurutnya baik. Banyak ahli pemasaran tertarik

untuk mendalami peran dari anggota keluarga dalam pembelian suatu produk atau

jasa yang berbeda.

c. Peran dan status

Peran dalam kehidaupan bermasyarakat, dan sekaligus statusnya juga akan

mempengaruhi perilaku konsumen. Posisi dari seseorang dalam kelompok dapat

ditetapkan baik lewat perannya maupun statusnya dalam organisasi tersebut.

Seseorang seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam

masyarakat.

3. Faktor pribadi

Untuk faktor pribadi dibagi menjadi 4 bagian, yakni sebagai berikut:

a. Usia

Usia dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Orang dewasa memiliki

perilaku yang berbeda dengan anak-anak, orang tua, dan bahkan remaja. Hal ini

dapat dikarenakan kebutuhan dari mereka juga berbeda-beda sehingga

menimbulkan pembelian yang berbeda-beda pula.

b. Pekerjaan

Pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang dapat mempengaruhi barang atau

jasa yang dibeli oleh seseorang. Pekerjaan dapat membentuk segmen pasar

tertentu yang digunakan oleh perusahaan. Pada beberapa kasus, pekerjaan dapat

menuntut seseorang untuk membeli sesuatu.

30

c. Situasi ekonomi

Situasi konsumen mempengaruhi produk yang seperti apa yang akan

dibeli. Pembelian suatu produk atau jasa dari seseorang yang berekonomi rendah

memiliki perbedaan dengan orang yang berekonomi tinggi. Seorang pemasar

harus peka mengamati tren dari pendapatan, tabungan proibadi, dan tingkat

bunga. Jika indikator-indikator ekonomi menunjukkan datangnya resesi, orang

pemasaran dapat mengambil langkah seperti merancang ulang, mereposisi dan

menetapkan kembali harga dari produk yang dijualnya.

d. Kepribadian dan konsep diri

Setiap orang atau individu tentunya memiliki kepribadian yang berbeda-

beda. Selain itu selera yang dimiliki oleh setiap orang juga memiliki perbedaan.

Setiap orang dengan kepribadian akan memberikan karakteristik psikologi yang

unik yang akan menghasilkan tanggapan-tanggapan yang relatif konsisten dan

menetap. Dari hal tersebut tentunya juga akan mempengaruhi seseorang dalam

membeli suatu produk atau jasa.

4. Faktor psikologis

a. Motivasi

Motivasi merupakan suatu kebutuhan yang dapat memberikan tekanan dan

mengarahkan kepada seseorang untuk melakukan pemenuhan kebutuhan tersebut.

Beberapa kebutuhan lebih bersifat biogenik, kebutuhan ini dapat timbul dari

keadaan fisiologis, seperti rasa lapar, haus, tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan

lain yang bersifat psigonik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis

tertentu, dicontohkan seperti ingin diakui, kebutuhan harga diri, kebutuhan

diterima.

b. Persepsi

Seseorang dapat termotivasi dari sikap bereaksi. Bagaimana orang atau

individu dalam melakukan tindakan dapat dipengaruhi oleh persepsi mengenai

situasi. Dua orang dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang

sama mungkin bertindak karena perbedaan persepsi. Persepsi dapat diartikan

sebagai suatu proses dimana seseorang diberikan pilihan untuk mengatur,

memilih, dan juga mengintepretasikan informasi suatu gambaran yang berarti

mengenai dunia.

31

c. Pembelajaran

Pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang dapat mengubah suatu

perilaku individu yang didapatkan dari pengalaman orang tersebut. Proses belajar

berlangsung melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan penguatan

yang saling menguatkan satu sama lain. Pembelajaran dapat membuat seseorang

lebih mengerti tentang segala hal termasuk dapat menilai produk lebih baik.

d. Keyakinan dan sikap

Keyakinan merupakan pemikiran deskriptif dari seseorang mengenai

sesuatu. Sedangkan sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan kecenderungan

seseorang terhadap suatu objek atau merupakan gagasan.

2.5 Tinjauan Pembelian

2.5.1 Keputusan Pembelian

Keputusan membeli uang dilakukan oleh pelanggan didefinisaikan sebagai

persaaan yang terkait dengan emosi positf yaitu perasaan senang, dan emosi

negatif yaitu perasaan kecewa yang dirasakan oleh seseorang dimana perasaan

tersebut dapat muncul setelah membandingkan presepsi/kesan terhadap kinerja

suatu produk dan juga harapan-harapan (Kotler 2002).

Day dalam Tjiptono (2001) menyatakan bahwa keputusan membeli

merupakan respon yang diberikan pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian

yang dirasakan oleh konsumen atau pelanggan antara harapan dan kinerja yang

sebenarnya dari produk yang dibelinya. Dari kedua pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa keputusan membeli adalah suatu perasaan atau respon yang

didapatkan oleh konsumen setalah membeli suatu produk atau jasa. Perasaan

tersebut didapatkan dari penilaian yang terjadi antara harapan dari konsumen

sebelum dan sesuadah menggunakan produk maupun jasa yang dibelinya.

2.5.2 Peran Pembelian

Menurut Simamora (2002) terdapat lima peran yang terjadi dalam

pengambilan keputusan pembelian, yaitu adalah sebagai berikut:

1. Pemrakarasa (initiator) yaitu orang yang pertam kali menyarankan membeli

suatu produk atau jasa tertentu

32

2. Pemberi pengaruh (influencer) yaitu orang yang pandangan atau nasehatnya

memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Pengambil keputusaan (decider) yaitu orang yang sangat menentukan sebagian

atau keseluruhan keputusan pembelian, apakah membeli, apa yang akan dibeli,

kapan akan membeli, bagaimana cara membeli, dan dimanakah tempat

pembelian.

4. Pembeli (buyer) yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata

5. Pemakai (user) yaitu merupakan orang yang mengkonsumsi atau menggunakan

produk atau jasa.

2.5.3 Proses Pengambilan Keputusan

Proses keputusan pembelian perilaku konsumen akan menentukan proses

pengambilan keputusan. Menurut Kotler (2002) proses pengambilan keputusan

terdiri dari lima proses. Kelima tahapan proses tersebut secara berurutan ialah,

pengenalan masalah, pencarian informasi, penialian alternatif, membuat

keputusan, dan perilaku pasca panen.

Gambar 2. Proses pengambilan keputusan.

1. Pengenalan Masalah

Pengenalan proses merupakan proses yang pertama terjadi. Pengenalan

masalah merupakan kondisis di mana pembeli dapat mengenali adanya suatu

masalah atau kebutuhan yang dihadapi. Masalah tersebut dapat berupa perbedaan

perasaan antara keadaan nyata dan kedadaan yang diinginkan. Jika seseorang telah

mengetahui kebutuhan yang dihadapi, maka seseorang akan merencanakan

pembelian.

2. Pencarian Masalah

Setelah konsumen telah mengetahui kebutuhannya. Maka seseorang akan

mulai mecari informasi. Jika kebutuahn yang dihadapkan adalah kebutuhan yang

kuat atau bahkan mendesak, konsumen akan mencari informasi tentang

Pengenalan Masalah

Pencarian Masalah

Pengenalan Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca

Pembelian

33

bagaimana cara memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya jika kebutuhan konsumen

tersebut tidak kuat, maka akan hanya menjadi ingatan belaka.

3. Evaluasi Alternatif

Proses yang ketiga merupakan pengevaluasian. Informasi yang telah

didapat dari tahap kedua maka selanjutnya akan di evaluasi atau dinilai. Selain itu

evaluasi merek alternatif juga dilakukan sebagai pilihan dari produk pemenuhan

kebutuhan. Cara dari konsumen dalam melakukan evaluai alternatif barang yang

akan dibeli tergantung pada masing-masing individu. Dalam beberapa kasus,

konsumen melakukan perhitungan dengan cermat serta pemikiran logis. Dalam

membeli suatu produk, terkadang konsumen mengambil keputusan untuk

membeli sendiri, namun kadang-kadang juga bertanya kepada relasi maupun

wiraniaga untuk memberikan saran.

4. Keputusan Pembelian

Setelah mengalami tahap-tahap sebelumnya, akan maka selanjutkan ialah

keputusan beli atau tidak membeli. Jika keputusannya merupakan membeli

produk tersebut, maka konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang

menyangkut jenis, waktu, dan cara pembelian. Pemilihan penjual didasari dengan

motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian dilakukan, konsumen akan dijumpai dengan tingkatan

kepuasan. Tingkatan kepuasan merupakan perasaan apakah seseorang puas atau

tidak puas dengan apa yang dibelinya. Ada kemungkinan bahwa pembeli

memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian dikarenakan tidak sesuai

dengan harapan atau gambaran dari produk tersebut yang dilakukan sebelum

terjadinya penjualan.

2.6 Hubungan Desain Visual Kemasan dengan Keputusan Pembelian

Kemasan yang baik merupakan kemasan yang memiliki komposisi yang

baik pula. Komposisi yang baik dalam desain kemasan misalnya dalam pemilihan

warna, tulisan, layout, simbol, dan ilustrasi harus pas agar desain kemasan dapat

menarik perhatian, memberikan informasi, dan membuat konsumen ingin

membeli. Kemasan merupakan hal pertama yang dilihat oleh konsumen yang akan

membeli suatu produk.

34

Dalam membeli suatu produk, konsumen akan memikirkan dulu apakah

barang yang ia beli dapat memberikan nilai kepuasan pada dirinya. Tingkat

kepuasan tersebut dapat dicapai dengan berbagai macam cara. Salah satu

kepuasan dapat dicapai dengan penggunaan desain visual yang baik. Desain visual

yang baik seperti halnya dapat memberikan informasi terhadap konsumen.

Kemasan primer memiliki peran yang lebih aktif dibandingkan dengan jenis

kemasan lainnya. Apakah desain kemasan tersebut memberikan informasi yang

jelas atau tidak. Konsumen mungkin saja beralih dari suatu produk hanya karena

suatu desain produk tidak memberikan kejelasan tentang produknya.

Effendy (1982) menyatakan bahwa salah satu fungsi dari pengemasan

adalah mengeadakan promosi terhadap produk tersebut. Dari kalimat tersebut

tentunya sudah dapat disimpulkan bahwa desain visual kemasan juga memiliki

peran yang cukup penting dalam penjualan. Telah banyak diketahui bahwa

promosi sudah menjadi salah satu kegiatan yang dapat secara efektif digunakan

dalam peningkatan penjualan. Sehingga desain visual merupakan kegiatan lain

yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk dalam menarik minat

konsumen untuk membeli.

35

III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Peran kemasan terus berkembang dari waktu ke waktu. Dari yang awalnya

hanya memiliki tujuan fungsional seperti memudahkan ketika dibawa, kini

berkembang dengan peranan yang lebih kompleks. Bahkan kemasan era modern

juga memiliki peran informatif yang dapat memberikan dampak nyata terhadap

keputusan pembelian yang nantinya juga berdampak pada penjualan. Bukti

kemasan memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian telah dibuktikan Nur

(2010) dalam penelitiannya, dan mendapatkan hasil kemasan Fruit Tea memiliki

pengaruh 40,8% pada keputusan pembelian.

Dalam kemasan itu sendiri, terdapat beberapa faktor yang harus

diperhatikan, salah satunya adalah desain visual kemasan. Menurut Cenadi

(1994), desain visual terbagi menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni

tata perwajahan, ilustrasi, simbol, tipografi, dan warna. Kelima faktor tersebut

dipercaya mampu mempengaruhi keputusan pembelian. Seperti yang terbukti

dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudrajad (2010) yang menghasilkan desain

visual kemasan dapat mempengaruhi keputusan pembelian rokok LA Lights,

secara simultan.

Adapun penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah teori tersebut

juga berlaku untuk produk Frozen Edamame produksi PT. Mitratani Dua Tujuh.

Dari uraian di atas, muncul hipotesis seluruh variabel dari desain visual kemasan

Frozen Edamame juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

secara simultan atau secara bersama-sama. Selain secara simultan, juga akan

berpengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri.

Hipotesis yang ketiga adalah bahwa variabel dalam desain visual kemasan

yang memiliki pengaruh paling besar dalam mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen adalah tata letak perwajahan (layout) kemudian disusul dengan

tipografi, warna, simbol, dan ilustrasi. Hipotesa tersebut dibuat juga berdasarkan

hipotesa dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian dari Anang Sudrajad (2010).

Dugaan sementara dari hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan dari satu persatu

variabel yang melekat di dalamnya.

36

1. Layout/perwajahan

Jika dibandingkan dengan keempat variabel lainnya, layout mungkin hal

yang paling sukar untuk dinilai. Hal tersebut dikarenakan layout merupakan suatu

penataan dalam sebuah kemasan. Banyak masyarakat awam yang tidak mengerti

dari fungsi penataan dalam sebuah kemasan dalam sebuah produk. Namun hal

tersebut digunakan untuk memberikan keselarasan yang satu dalam suatu

kemasan. Pentingnya keselarasan merupakan suatu inti sari dalam membuat

sebuah desain. Seperti halnya yang telah dijelaskan oleh Sanyoto (2005), bahwa

keselarasan menjadi faktor penting dalam suatu desain. Masyarakat awam

mungkin tidak bisa melihat bagaimana menilai suatu desain kemasan, namun

mereka pasti bisa membandingkan antara desain kemasan yang memiliki

perwajahan baik dan yang tidak. Oleh karena itulah variabel ini menjadi variabel

yang memiliki pengaruh paling dominan dalam keputusan pembelian.

2. Tipografi

Tipografi merupakan tulisan yang digunakan dalam suatu desain kemasan.

Tulisan tersebut menjadi urutan nomor dua dikarenakan tulisan yang paling

menginformasikan konsumen. Tulisan yang terdapat pada kemasan bermacam-

macam, dari tanggal kedaluwarsa sampai produsen. Seorang konsumen tidak

segan untuk mengurungkan niatnya dalam membeli suatu produk, jika informasi

fatal seperti tanggal kedaluwarsa pada kemasan tidak dicantumkan. Selain itu

tipografi merupakan alat yang dapat menonjolkan kelebihan dari produk. Tujuan

utama dari kelebihan itu dapat membujuk konsumen dalam melakukan pembelian,

seperti halnya kalimat “kecap no.1” pada kecap. Hal tersebut dapat memberikan

pertimbangan terhadap pembelian suatu produk.

3. Warna

Warna dapat membujuk para konsumen untuk membeli. Setidaknya warna

dapat memberikan daya tarik pada konsumen untuk meninjau lebih jauh suatu

produk. Peninjauan tersebut merupakan langkah awal yang dapat berakhir pada

pembelian produk. Warna memiliki kekuatan dalam keselarasan. Warna yang

tidak mencolok dan terlalu berlebihan tentu tidak akan disukai oleh konsumen.

Tak sedikit konsumen yang mengurungkan niatnya untuk membeli suatu produk

hanya dengan melihat warna pada desain kemasan yang tidak menarik. Hal

37

tersebut dikarenakan warna dapat menimbulkan persepsi sebaik mana produk

yang ada di dalamnya. Jika warna dari suatu produk tidak serasi, maka akan dapat

menimbulkan persepsi bahwa pembuat dari produk tersebut tidak serius.

4. Simbol

Simbol merupakan suatu identitas dari suatu produk. Simbol yang baik

dapat memberikan persepsi yang baik pula sehingga dapat berakhir pada

pembelian produk. Identitas dari produk tersebut dapat digunakan konsumen

sebagai patokan dalam membeli. Misalnya suatu produk dengan simbol

perusahaan indofood, para konsumen tentu telah mempercayai produk tersebut

karena logo atau simbol tersebut sudah dikenal luas dan telah dipercaya. Namun

bagaimana dengan produk yang baru berkembang seperti Frozen Edamame. Para

konsumen yang belum tahu akan produk ini, maka harus melihat baik-baik

seluruh hal yang ada di kemasan, termasuk logo yang merupakan identitas dari

produsen. Namun banyak pula konsumen yang tidak menggunakan simbol atau

logo dalam kaitannya dengan keputusan pembelian.

5. Ilustrasi

Berbeda dengan Simbol yang menjadi ciri suatu produk, Ilustrasi

merupakan gambaran tentang produk yang terdapat di dalamnya. Gambar yang

disisipkan bisa berupa gambar real maupun dalam bentuk animasi. Hanya dengan

ilustrasi konsumen dapat mengetahui produk yang ada di dalam kemasan. Ilustrasi

bisa berarti sangat penting dalam mendesain suatu kemasan. Ilustrasi juga jadi

syarat yang harus ada dalam suatu kemasan. Dalam produk Frozen Edamame

sendiri, ilustrasi yang ada berupa gambar kedelai. Dengan ukuran yang cukup

besar dan berada di tengah kemasan. Ilustrasi sendiri dapat merangsang stimulus

bagi para calon konsumen, baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Dari ketiga hipotesis yang sudah dijelaskan sebelumnya, kemudian

dilakukan pengujian. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan

metode kualitatif dan metode kuantitatif. Untuk metode kuantitatif, peneliti

menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas, uji asumsi klasik, dan uji regresi

linier berganda. Ketiga pengujian di atas diharapkan dapat untuk menjawab tujuan

serta hipotesis yang telah dibuat.

38

Dalam pengujian hipotesis yang telah dibuat, tujuan pertama digunakan uji

F untuk pengujiannya. Uji F dilakukan untuk melihat signifikasi pengaruh

variabel independen secara menyeluruh atau serentak terhadap variabel dependen.

Sedangkan untuk hipotesis kedua digunakan Uji t dalam pengujiannya. Uji t

merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui tingkat signifikasi pengaruh

secara parsial pada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Sedangkan untuk menguji hipotesis yang ketiga, dapat melihat pada stansdart

coefisient dari persamaan regresi linier berganda yang didapatkan. Variabel

dengan standar koefisien paling tinggi berarti menandakan bahwa variabel

tersebut paling dominan. Selain itu, dilakukan juga penganalisisan data dengan

menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil wawancara

dengan perusahaan dan responden. Sedangkan untuk uji validitas, reliabilitas, dan

uji asumsi klasik digunakan sebagai syarat untuk penggunaan uji regresi linier

berganda.

Dari pengujian tersebut diharapkan dapat menjawab pertanyaan masalah

beserta tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh tata letak perwajahan, tipografi, ilustrasi, simbol,

dan warna secara simultan terhadap keputusan pembelian produk edamame.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel, tata letak perwajahan, tipografi,

ilustrasi, simbol, dan warna secara parsial terhadap keputusan pembelian

produk edamame

3. Untuk mengetahui variabel manakah dari desain komunikasi visual (tata letak

perwajahan, tipografi, ilustrasi, simbol, dan warna) pada kemasan edamame

yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian.

Setelah dilakukan pengujian, maka akan mendapatkan hasil, apakah

hipotesis yang telah dibuat sesuai dengan hasil yang didapatkan atau tidak. Hasil

pada penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan jika nantinya

akan melakukan redesain kemasan.

39

Gambar 3. Kerangka Berfikir Desain Visual Kemasan

Kedelai

Edamame

Pasar

Produk Frozen Edamame

PT Mitratani Dua Tujuh

Kemasan (Desain Visual)

Tipograafi (X2)

Penggunaan huruf

sebagai sarana

komunikasi

penyampaian stimulus.

Layout (X1)

Hal mendasar dalam

desain visual yang

mencakup penataan

unsur-unsurnya.

Ilustrasi (X3)

Pesan berupa

gambar untuk

menginformasikan

produk

Warna (X5)

Unsur yang pertama kali

diidentifikasi konsumen

Simbol (X4)

Berkenaan dengan citra sebuah

produk atau produsen.

Keputusan Pembelian

Pengaruh desain visual

terhadap keputusan

pembelian secara

simultan & parsial

Analisis desain

visual kemasan

Frozen Edamame

Varibel dominan dari

desain visual kemasan

terhadap keputusan

pembelian

Kuantitatif

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

2. Uji Asumsi Klasik

3. Uji Regresi Linier Berganda

Kualitatif

Hasil

40

3.2 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara atas jawaban dari penelitian

sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul dan telah diolah. Berdasarkan

kerangka berpikir yang telah disajikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki

hipotesis sebagai berikut:

1. Desain visual kemasan produk Frozen Edamame secara simultan dapat

mempengaruhi dalam keputusan pembelian konsumen.

2. Desain visual kemasan produk Frozen Edamame (tata letak perwajahan,

tipografi, ilustrasi, simbol, dan warna secara parsial dapat mempengaruhi

dalam keputusan pembelian konsumen.

3. Variabel dalam desain visual kemasan yang memiliki pengaruh paling besar

dalam mempengaruhi keoutusan pembelian konsumen adalah tata letak

perwajahan (layout) kemudian disusul dengan tipografi, warna, simbol, dan

ilustrasi.

3.3 Batasan Masalah

Dalam meneliti variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini

diperlukan suatu batasan masalah. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti

memiliki keterbatasan tertentu. Berikut merupakan batasan-batasan masalah:

1. Penelitian ini dilakukan pada produk Frozen Edamame di kawasan kota

Jember.

2. Responden pada penelitian ini ialah pembeli produk Frozen Edamame di ritel

UD Sumber Madu pada bulan Februari hingga Maret 2016.

3. Data yang diambil dari kuisioner yaitu sebanyak jumlah sampel yang telah

ditentukan yaitu 50 responden.

41

3.4 Definisi Operasional Penelitian

Tabel 1. Definisi Oprasional Variabel

Konsep Variabel Definisi Oprasional Varibel Indikator Pengukuran Atribut

Desain

Komunikasi

Visual

Layout

(X1)

Layout merupakan semua bentuk

penempatan dan pengaturan yang

dilakukan pada kemasan produk

Frozen Edamame

Layout atau penataan pada kemasan

edamame dapat menarik perhatian

konsumen (X1.1)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Layout atau penataan pada kemasan

dapat memberikan kesan tidak

berlebihan (X1.2)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Layout atau penetaan kemasan

edamame dapat memberikan daya tarik

(X1.3)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

42

Lanjutan Tabel 1. (Lanjutan)

Desain

Komunikasi

Visual

Tipografi

(X2)

Seni dalam memilih huruf yang

dilakukan pada kemasan

edamame. Pemilihan tersebut

meliputi rancangan atau desain,

jenis huruf, menggabungkan

jenis huruf, menggabungkan

sejumlah kata, dan pemilihan

ketebalan dan ukuran

Tipografi atau tulisan dalam kemasan

edamame dapat menarik perhatian

konsumen (X2.1)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Tipografi atau tulisan pada kemasan

edamame dapat memberikan informasi

(X2.2)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Tipografi atau tulisan pada kemasan

edamame dapat memberikan daya tarik

(X2.3)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Ilustrasi

(X3)

Gambaran pesan yang tak terbaca

dan bisa mengurangi cerita

berupa gambar dan tulisan dalam

bentuk grafis informasi yang

memikat pada kemasan Frozen

Edamame

Ilustrasi pada kemasan edamame dapat

menarik perhatian konsumen (X3.1)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

43

Lanjutan Tabel 1. (Lanjutan)

Desain

Komunikasi

Visual

Ilustrasi

(X3)

Gambaran pesan yang tak terbaca

dan bisa mengurangi cerita

berupa gambar dan tulisan dalam

bentuk grafis informasi yang

memikat pada kemasan Frozen

Edamame

Ilustrasi pada kemasan edamame

meberikan informasi produk (X3.2)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Ilustrasi pada kemasan edamame

memberikan daya tarik untuk membeli

(X3.3)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Simbol

(X4)

Sarana infromasi untuk

menjembatani perbedaan bahasa

yang digunakan karena sifatnya

yang lebih umum jika

dibandingkan dengan kata-kata

atau bahasa.

Simbol atau logo pada kemasan

edamame dapat menarik perhatian

(X4.1)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Simbol atau logo pada kemasan

edamame memberikan informasi

produk (X4.2)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

44

Lanjutan Tabel 1. (Lanjutan)

Desain

Komunikasi

Visual

Simbol

(X4)

Sarana infromasi untuk

menjembatani perbedaan bahasa

yang digunakan karena sifatnya

yang lebih umum jika

dibandingkan dengan kata-kata

atau bahasa.

Simbol atau logo pada kemasan

edamame memberikan daya tarik

untuk membeli (X4.3)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS

Warna

(X5)

Salah satu dari dua unsur yang

menghasilkan daya tarik visual,

dan kenyataanya warna lebih

berdaya tarik pada emosi dari

pada akal.

Warna pada kemasan edamame

memberikan daya tarik (X5.1)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS

Warna pada kemasan edamame

memberikan informasi produk (X5.2)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS

Warna pada kemassan edamame

memberikan daya tarik untuk membeli

(X5.3)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS

45

Lanjutan Tabel 1. (Lanjutan)

Keputusan

Pembelian Keputusan

Pembelian

(Y)

Salah satu dari dua unsur yang

menghasilkan daya tarik visual,

dan kenyataanya warna lebih

berdaya tarik pada emosi dari

pada akal.

Apakah desain kemasan pada

edamame dapat mempengaruhi anda

dalam membali edamame (Y5.1)

Skala Likert dengan ketentuan:

5 = Sangat Setuju (SS)

4 = Setuju (S)

3 = Netral (N)

2 = Tidak Setuju (TS)

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

46

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Tempat atau lokasi dari penelitian ini ditentukan secara sengaja atau

purposive. Lokasi yang ditentukan terletak di kota Jember, yang merupakan salah

satu kota penghasil kedelai edamame di Indonesia. Untuk lebih tepatnya,

penelitian dilakukan pada sentra oleh-oleh di kawasan Jember, yaitu di ritel UD

Sumber Madu, Jalan Gajah Mada nomor 103.

Pemilihan ini dikarenakan UD Sumber Madu merupakan sentra oleh-oleh

terbesar di kota Jember, berdasarkan pengamatan peneliti. Selain karena memiliki

luas toko yang lebih besar, ritel ini juga memiliki parkiran yang cukup luas dan

dapat menampung beberapa bus sekaligus. Panganan yang dijual di ritel UD

Sumber Madu juga terbilang lengkap, bukan hanya jajanan khas Jember tapi juga

sekitarnya, termasuk Frozen Edamame. Letak dari retail ini juga sangat strategis,

berada di jalan utama Jember. Sehingga ritel ini tak pernah sepi pengunjung tiap

harinya, terutama pada akhir pekan dan liburan. Omzet tiap bulannya pun besar,

yakni mencapai miliaran rupiah. Ada pun penelitian ini dilakukan pada Februari

hingga Maret 2016.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Jumlah pembeli produk Frozen Edamame tidak dapat diketahui pasti

karena jumlahnya yang berubah-ubah setiap bulannya. Dengan kata lain jumlah

populasi dalam penelitian ini tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu

dalam menentukan sampel pada penelitian ini, peneliti mengacu pada pendapat

Roscoe dalam Widayat (2002) yang menyatakan bahwa pada setiap penelitian,

ukuran sampel harus berkisar antara 30 sampai 500. Selain itu, J F Hair (1998)

menyatakan bahwa dalam pengambilan jumlah responden dilakukan dengan

mengkalikan jumlah variabel dengan 5-20.

Dari penjelasan kedua pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan dalam

penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 responden (5 variabel dikali 10).

Jumlah sampel tersebut diharapkan dapat mewakili responden. Jumlah responden

juga tidak terlalu banyak bertujuan untuk memudahkan proses pengolahan data.

Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan

47

teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel yang berdasarkan

kebetulan. Hal ini ditujukan kepada siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti pada saat melakukan pembelian produk Frozen Edamame pada

toko Sumber Madu.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

4.3.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena penelitian membutuhkan data dalam menyelesaikan

penelitiannya. Dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan alat pengumpul

data yang dikenal dengan instrumen data. Dalam penelitian ini, teknik yang

dilakukan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara/Interview

Menurut Supriadi (2005) mengemukakan wawancara merupakan tanya

jawab atau pertemuan dengan seseorang untuk suatu pembicaraan tertentu. Jenis

metode yang satu ini yang sering digunakan ialah jenis wawancara tidak

terstruktur (bebas). Wawancara bebas adalah wawancara yang prosesnya dimana

pewawancara tidak perlu menggunakan pedoman atau panduan bertanya, atau

dengan kata lain peneliti akan menanyakan pertanyaan kepada responden secara

bebas namun tetap terarah dan tepat sasaran yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan yang dapat memecahkan masalah.

2. Observasi atau Pengamatan

Menurut Bungin (2007) observasi merupakan cara atau metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan serta dapat pula melalui pengindraan. Menurut Sutrisno Hadi (2008)

menjelaskan bahwa observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis serta psikologis. Dapat disimpulkan

yang menjadi titik terpenting ialah mengutamakan pada proses-proses pengamatan

dan ingatan.

Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa observasi

merupakan pengamatan suatu obyek yang diteliti baik secara langsung maupun

secara langsung untuk memperoleh data-data yang dapat menjawab permasalahan

yang dihadapi.

48

3. Metode Pencatatan

Metode pencatatan pada penelitian ini dilakukan untuk data sekunder

yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data tambahan yang terkait dengan

penelitian ini dicatat sehingga memudahkan dalam menganalisis data.

4.3.2 Sumber Data

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari keterangan-

keterangan langsung yang diberikan oleh responden sebagai subyek penelitian

yang dalam hal ini didapatkan melalui kuisioner dan wawancara. Data yang

diperoleh dari observasi yang berupa informasi umum dapat membantu untuk

menyelesaikan hasil dari tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.

Data yang telah didapatkan nantinya akan dianalisis dengan menggunakan alat

analisis yang telah ditentukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data penelitian yang didapatkan secara tidak langsung dan

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder

dapat diperoleh dari kepustakaan untuk menunjang penelitian. Sumber-sumber

yang didapatkan berasal dari berbagai sumber seperti penelitian dan buku.

4.4 Metode Analisis Data

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab dari tujuan pertama, yakni

untuk mengetahui apakah desain visual kemasan (tata letak perwajahan, tipografi,

ilustrasi, simbol, dan warna secara simultan dapat mempengaruhi keputusan

membeli konsumen. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil

wawancara dengan perusahaan dan responden. Data yang akan diteliti yaitu data

dari kuisioner yang telah dijawab oleh responden.

4.4.2 Uji Instrumen Data

1. Likert

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai alat penelitian ialah angket

atau kuisioner yang merupakan data primer. Kuisioner tersebut tersusun atas

49

pertanyaan-pertanyaan yang didapatkan dari kisi-kisi teoritis yang dalam

menjawabnya menggunakan skala likert. Skala tersebut sendiri berperan sebagai

instrumen pengukur kuisioner. Menurut Sugiyono (2009), skala likert merupakan

alat pengukuran yang digunakan dalam mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial tertentu.

Skala ini berfungsi untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif

yang dalam penelitian ini didapatkan dari pendapat konsumen.dalam penelitian

ini, kedua variabel yang digunakan yakni variabel terikat dan variabel bebas

menggunakan skala liker. dalam skala likert, jawaban dari setiap item dapat

berupa pemberian skor serta kata-kata untuk setiap item pertanyaan. Berikut

merupakan nilai dari jawaban yang dipilih:

Tabel 2. Nilai Skala Likert.

Jawaban Skor yang Diberikan

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

2. Uji Validitas

Validitas merupakan tingkat valid dan tingkat sah dari alat ukur yang

digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan

didapatkan dari kuisioner maka dalam instrumen penelitian dapat dikatakan valid

apabila menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data

tersebut valid atau dapat digunakan untuk apa yang seharusnya diukur atau

pengujian validitas ini menggunakan data-data dari variabel yang diamati

(Sugiyono, 2010).

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat item-item

pertanyaan pada kuisioner yang tidak diperlukan atau diharuskan untuk diganti

karena ketidakrelanan. Untuk mengukur dengan teknik ini dilakukan dengan cara

menghitung hubungan antar data pada masing-masing pernyataan. Berikut

merupakan rumus korelasi yang digunakan:

50

Keterangan :

n = banyaknya sampel/responden

X = skor variabel x

Y = skor variabel y

= koefisien korelasi

Nilai koefisien korelasi pada masing-masing item pertanyaan

dibandingkan dengan nilai korelasi tabel pada taraf signifikansi (a) = 0,05. Jika

r hitung > r tabel maka item pertanyaan dinyatakan valid.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran relative konsisten apabila pengukuran diulangi dua

kali atau lebih (Umar, 2003). Pada uji reliabilitas proses yang dilakukan harus

bebas dari kesalahan sistematis dan kesalahan random. Suatu instrumen atau alat

ukur disebut memiliki reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya apabila alat

ukur tersebut stabil, dapat diandalkan, diramalkan, serta konsisten di dalam

pengukuran. Dalan uji reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach, pada taraf

signifikansi sebesar 5% yaitu dengan rumus:

Dimana:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya soal atau pertanyaan

b2 = jumlah varian butir

t2 = varian total

4.4.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan agar persamaan pada regresi linier berganda

tidak terjadi bias. Penggunaan uji asumsi klasik juga dilakukan karena untuk

51

memenuhi syarat agar model regresi termasuk kategori yang baik, maka

persamaan harus bebas dari penyimpangan asumsi klasik. Pada penelitian kali ini

uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas,

dan uji multikolinieritas.

1. Uji Normalitas

Ghozali (2006) mengemukakan bahwa pada dasarnya, uji normalitas

digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah persamaan model dalam regresi,

variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi

yang normal atau tidak. Dalam menentukan model regresi yang termasuk baik,

harus dilakukan pendeteksian apakah residual terdistribusi secara normal atau

tidak. Cara yang digunakan adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik.

Terdapat cara lain juga dapat dilakukan dengan melihat histogram dari

residualnya, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi syarat asumsi normalitas

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi yang normal, maka model regresi tersebut tidak

memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terdapat ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain.

Varians dari persamaan dikatakan dengan heteroskedastisitas apabila memiliki

varians residual yang berbeda. Sebaliknya jika varians residualnya sama maka

disebut homoskedastisitas (Ghozali, 2006).

Untuk model regresi yang dikatakan baik, maka harus terjadi

heteroskedastisitas. Cara yang digunakan dalam mendeteksi adanya

heteroskedastisitas dalam model adalah dengan menggunakan grafik scatter plot.

Dengan cara menggunakan grafik tersebut dapat dilihat apakah terdapat pola

tertentu atau suatu titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur

seperti melebar, bergelombang, dan menyempit, maka telah terjadi

52

heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang membentuk, maka dapat

dikatakan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolineritas

Inti dari uji multikolineritas memiliki tujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya suatu korelasi atau hubungan antara variabel

independent (variabel bebas). Multikolinieritas multikolinieritas berarti adanya

hubungan yang sempurna atau sangat tinggi diantara dua atau lebih variabel bebas

dalam suatu persamaan regresi. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat

problem multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi atau hubungan diantara variabel-variabel independentya.

4.4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini digunakan teknik data analisis regresi berganda untuk

menjawab ketiga tujuan penelitian. Ketiga tujuan tersebut secara berurutan

didapatkan dari analisis uji F, uji t, dan standart coeficient. Secara teori, uji ini

digunakan untuk menguji atau menganalisa pengaruh dari dua atau lebih variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) terhdap variabel terkait. Perumusan model

analisis regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .... + bnXn + e

Di mana:

Y = Nilai hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat

a = Bilangan konstanta sebagai titik potong

b = Koefisien regresi

X = Variabel bebas

e = Error

Dikarenakan satuan dari variabel bebas yang digunakan dalam penelitian

ini masih belum sama, sehingga perlu untuk disamakan terlebih dahulu dan

menghilangkan konstanta. Maka persamaan regresi linier berganda yang

digunakan dalam penelitian ini dirumuskan seperti dibawaah ini:

Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

53

Di mana :

Y = Keputusan Pembelian Konsumen

b1-4 = Koefisien Regresi

X1 = Tata Letak Perwajahan (layout)

X2 = Tipografi

X3 = Ilustrasi

X4 = Simbol

X5 = Warna

e = Error

1 Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat signifikasi pengaruh variabel independen

secara meneyluruh atau serentak terhadap variabel dependen. Penggunaan Uji F

dapat menjawab dari tujuan kedua, yatiu apakah variabel bebas desain visual

kemasan dapat mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian secara

simultan. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan

Ftable. Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung F hitung:

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah parameter

n = Jumlah sampel

F = Pendekatan distribusi probability

Dari rumus tersebut, memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Apabila F hitung > F table (α, n-1), maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas

(X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara simultan.

b. Apabila F hitung < F table (α, n-1), maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas

(X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara simultan.

2. Uji Parsial (Uji t)

Uji t merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui tingkat signifikasi

pengaruh secara parsial pada pengaruh variabel independen terhadap variabel

54

dependen. Dalam uji t ini, dapat digunakan juga untuk menjawab tujuan yang

kedua yaitu untuk mengetahui pengaruh dari variabel desain visual terhadap

keputusan pembelian produk edamae secara parsial. Dalam uji t terdapat beberapa

tahap dalam pengujiannya yaitu sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis

Dalam merumuskan hipotesis terdapat dua kategori yaitu:

i. H0 : βi = 0

Hal tersebut memiliki arti bahwa variabel independen Xi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Y.

ii. H1 : βi ≠ 0

Hal tersebut memiliki arti bahwa variabel independen Xi memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Y.

b. Menentukan tingkat signifikasi

Tingkat signifikasi yang diharapkan adalah α = 5% atau memiliki

confidence interval 95% dan dengan degree of freedom atau df (n-k-1) dimana k

merupakan jumlah variabel independen atau variabel regresor.

c. Menghitung nilai t hitung

d. membandingkan nilai t hitung dengan t table

Hipotesis nol akan diterima atau ditolak dengan ketentuan sebagai berikut:

nilai t hitung < t table, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

nilai t hitung > t table, maka H1 diterima dan H0 ditolak.

3. Uji Dominan

Untuk menjawab tujuan yang ketiga yaitu untuk mengetahui variabel

mana yang paling dominan, dapat digunakan dari hasil uji regresi. Untuk

melakukan uji dominan dilakukan dengan cara menggunakan standart coeficient

beta. Dari hasil regresi yang telah didapat, dapat diketahui standart coeficient beta

untuk masing-masing variabel. Variabel yang memiliki nilai standart coeficient

beta terbesar adalah variabel yang memiliki pengaruh paling dominan.

55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

Frozen Edamame yang merupakan objek dalam penelitian ini merupakan

produk yang diproduksi oleh PT Mitratani Dua Tujuh (PMDT) yang berdiri tahun

1994 di Kabupaten Jember, provinsi Jawa Timur. Perusahaan tersebut merupakan

perusahaan pasangan usaha (PPU) modal ventura agribisnis tanaman pangan

pertama di Indonesia yang bergerak dalam budi daya dan proses olah beku kedelai

Jepang (Glycine max (L.) Merrill) maupun sayur-mayur beku kualitas tinggi

untuk ekspor. Namun dengan beberapa pertimbangan seperti yang sudah

dijelaskan di bab sebelumnya, penelitian dilakukan di Ritel UD Sumber Madu,

Jember.

Toko Sumber Madu sendiri terletak di Jalan Gajah Mada nomor 103

Jember. Toko berbasis swalayan ini mulai didirikan pada tahun 1987. Sebelum

menetap selama beberapa tahun di tempat yang sekarang, Sumber Madu sempat

berpindah-pindah-pindah. Sumber Madu sendiri didirikan oleh seorang bernama

Yap Yin Thong. Namun kini, toko tersebut dipegang oleh Ibu Susi. Di kalangan

pegawai toko, Ibu Susi adalah sosok wanita ramah yang baik hati. Begitu juga

para pelanggan, tak heran Sumber Madu tak pernah sepi pengunjung. Pembeli

bukan hanya dari kalangan masyarakat Jember saja, tapi juga luar kota bahkan

luar negeri. Pengunjung datang silih berganti dari dibuka pada jam 8 pagi hingga

9 malam. Sumber madu tak pernah sepi pembeli. Bahkan dalam musim liburan

ada bis-bis terparkir rapi silih berganti. Padahal di sepanjang Jalan Gajah Mada

Jember sendiri banyak didirikan toko sejenis.

Selain Frozen Edamame, Sumber Madu juga menjual berbagai makanan

dan oleh-oleh khas Jember lainnya, seperti tape, suwar-suwir, terasi, prol tape,

brownies tape, hingga tape bakar. Awalnya, Sumber Madu hanya menjual produk-

produk olaha sendiri. Namun seiring berkembangnya zaman, yang dijual pun

makin beragam. Bahkan bukan hanya oleh-oleh khas Jember saja, makanan dan

kue asal Banyuwangi dan Bali pun juga tersedia.

Sama dengan toko oleh-oleh khas yang lain, Sumber Madu juga

mengalami pasang surut. Dalam satu bulan, terkadang pendapatan tidak sesuai

target. Selaiknya, ketika musim liburan tiba, penualan meningkat drastis. Berkat

56

kegigihan dan kerja keras sang pemilik, UD Sumber Madu mampu bertahan

hampir dua dekade. Hingga kini menjadi salah satu toko oleh-oleh khas paling

besar di Jember dengan omset ratusan juta rupiah tiap bulannya.

5.2 Karakteristik Responden

Responden adalah subyek dari penelitian. Responden akan memberikan

keterangan terkait dengan pendapat tentang sesuatu hal. Tiap responden memiliki

perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya. Responden dalam penelitian

ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi produk Frozen Edamame.

Seteah melakukan penelitian, didapatkan gambaran tentang karakteristik

dari responden. Gambaran tersebut, didapatkan dari kuisioner yang telah

disebarkan dan dijawab oleh responden yang berjumlah sebanyak 50 orang.

Karakteristik responden berhubungan dengan demografi responden. Karakteristik

individu atau demografi responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis

kelamin, dan pendidikan terakhir dari responden.

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Dalam pemasaran sebuah produk, perusahaan kerap membidik usia

sebagai salah satu segmen pasar. Perusahaan sering membuat sebuah strategi

untuk membidik konsumen dengan usia tertentu. Pembidikan konsumen

berdasarkan usia ini dapat didasarkan oleh beberapa faktor seperti kecocokan

produk tersebut pada usia tertentu saja. Meskipun begitu, ada saja konsumen yang

membeli produk melenceng dari apa yang telah disegmen-kan oleh produsen.

Tentunya ini menjadi sebuah keuntungan untuk produsen itu sendiri.

Terkait dengan psikologi, tingkatan usia seseorang bisa mempengaruhi

seseorang dalam berfikir, termasuk di dalamnya adalah keputusan untuk membeli.

Usia seseorang juga dapat untuk menunjukkan kedewasaan dan pola pikir

seseorang dalam meniali suatu produk yang ditawarkan oleh pasar. Dengan kata

lain, semakin dewasa seseorang maka, keputusan membeli suatu produk akan

semakin bijak juga. Hal ini juga terkait dengan seberapa nilai kepentingan dan

minat terhadap suatu produk. Maka dari itu, usia dinilai salah satu faktor yang

dapat memberikan pengaruh seseorang dalam keputusan pembelian.

57

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini merupakan

rincihan karakteristik dari responden penelitian berdasarkan dengan usia:

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden (Orang) Persentase %

≤ 20 tahun 5 10

21 – 30 tahun 21 42

31 – 40 tahun 16 32

41 – 50 tahun 6 12

≥ 51 tahun 2 4

Total 50 100

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat responden memiliki usia yang

berbeda-beda. Terlihat responden yang berusia sekitar 21 tahun hingga 30 cukup

mendominasi dengan jumlah 21 orang dengan persentase sebesar 42%.

Selanjutnya, responden dengan usia 31 hingga 40 tahun juga tak kalah banyak,

yakni sejumlah 16 orang dengan persentase sebesar 32%. Untuk responden usia

41 hingga 50 tahun dan di bawah 20 tahun jumlahnya hampir sama yakni 6 dan 5

orang dengan persentasi 12% dan 10%. Di urutan terakhir ditempati responden

dengan usia lebih dari 51 tahun dengan nilai persentasi sebesar 4%. Sedangkan

jika dilihat dari usia responden secara detail, didapatkan usia termuda 11 tahun

dan yang paling tua adalah 54 tahun.

5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Selain usia, jenis kelamin juga menjadi pertimbangan produsen dalam

melakukan pemasaran terkait dengan segmen pasar yang ditujukan. Biasanya

produsen menyesuaikan produk dengan jenis kelamin yang akan dituju. Selain itu,

produsen juga dapat memutuskan untuk memilih satu atau dua jenis kelamin

sekaligus dalam membidik pasarnya. Cukup banyak produsen yang membidik

laki-laki maupun perempuan untuk segmen pasanya, misalnya saja perusahaan

yang bergerak di bidang kuliner.

Sedangkan untuk produk yang membidik hanya satu jenis kelamin

biasanya melakukan spesifikasi pada produk tersebut, misalnya adalah perhiasan

seperti anting untuk wanita dan automotive stuff untuk para lelaki. Meskipun telah

58

ditentukan, tidak sedikit pembeli yang melakukan acrros gender. Bisa saja wanita

membeli produk untuk lelaki dan sebaliknya dengan alasan tertentu.

Produk dalam penelitian ini, yaitu Frozen Edamame termasuk produk yang

membidik dua gender, yaitu laki-laki dan perempuan untuk pemasarannya.

Konsumen yang mengonsumsi produk tersebut sama sekali tidak memberatkan

salah satu jenis kelamin. Berikut merupakan rincihan karakteristik dari responden

penelitian berdasarkan dengan jenis kelamin:

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Usia Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 27 54

Perempuan 23 46

Total 50 100

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden berjenis kelamin

laki-laki berjumlah sedikit lebih banyak jika dibandingkan dengan responden

dengan jenis kelamin perempuan. Jumlah responden laki-laki berjumlah 27 orang

dengan persentase 54%. Sedangkan untuk jumlah responden perempuan sebanyak

23 orang dengan persentasi 46%. Perbedaan ini diharpkan tidak menjadi masalah

jika mengingat produk ini membidik dua jenis kelamin sekaligus.

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang mencerminkan intelegensi

dari orang tersebut. semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, semakin tinggi

pula pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, jika seseorang memiliki

pendidikan yang rendah makan akan memiliki pengetahuan yang terbatas.

Pengetahuan seseorang sangat perlu dalam memutuskan pembelian suatu produk.

Pengetahuan yang tinggi akan membuat seseorang melakukan pembelian sesuai

dengan kebutuhannya untuk tercapai kepuasan dengan tepat dan benar.

Dalam melakukan pemasaran, produsen biasanya memberikan informasi

terkait dengan produk yang ditawarkan. Dalam Produk-produk tersebut disisipkan

penjelasan yang bertujuan purposive yang dapat mengajak para konsumen

membeli produk tersebut. Hal inilah yang membutuhkan pengetahuan dari

pengetahuan konsumen dalam memahami sesuatu. Hal tersebut sangat dibutuhkan

59

oleh produsen untuk dapat menempatkan produknya dimata konsumen dengan

benar, sehingga para konsumen mengetahui dengan baik tentang produk yang

ditawarkan berikut dengan keunggulan yang dimiliki. Berikut merupakan rincihan

karakteristik dari responden penelitian berdasarkan dengan pendidikan terakhir:

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan

Terakhir Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Tidak Sekolah 0 0

SD 2 4

SMP/Sederajat 8 16

SMA/Sederajat

Sarjana

22

18

44

36

Total 55 100

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel di atas, jumlah terbanyak diduduki oleh responden

yang bersekolah sampai tingkat menengah atas yang berjumlah 22 orang dengan

persentase 44%. Sedangkan untuk responden yang menempuh pendidikan hingga

ke jenjang perguruan tinggi ada sebanyak 18 orang dengan prosentase 36%.

Kemudian, ada juga 8 responden yang bersekolah sampai tingkat menengah

pertama, dengan persentase sebasar 16%. Sedangkan untuk sisanya, sebanyak dua

responden mengenyam bangku pendidikan sampai tingkat dasar. Dalam penelitian

ini tidak dijumpai responden yang tidak pernah bersekolah.

Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa rata-rata responden yang

diteliti memiliki tingkat pendidikan yang cukup Meskipun jumlah terbanyak

adalah responden yang bersekolah hingga tingkat menengah atas, namun kondisi

ini diharapkan sudah dapat membuat hasil semakin kongkrit.

5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Distribusi frekuensi variabel penelitian digunakan untuk mengetahui

penyebaran jawaban-jawaban responden dari setiap poin-poin pertanyaan yang

diajukan dalam bentuk kuisioner, terkait dengan keputusan pembelian produk

Frozen Edamame. Setiap deskripsi akan disajikan sesuai dengan variabel yang

telah ditentukan sebelumnya. Berikut merupakan hasil dan penjelasan dari

jawaban responden selengkapnya.

60

5.3.1 Distribusi Frekuensi Variabel Layout (X1)

Total terdapat tiga item pertanyaan yang diajukan untuk dijawan

responden yang terkait dengan variabel Layout (X1). Jawaban yang diberikan oleh

responden cukup bervariasi sesuai dengan pendapat mereka masing-masing.

Lebih jelasnya, jawaban dari respondan dapat di lihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Layout (X1)

Item 5 4 3 2 1 Jumlah Rata-

Rata f % F % f % f % f % ∑ %

X1.1 14 28.0 21 42.0 13 26.0 2 4.0 0 0.0 50 100 3.94

X1.2 0 0.0 17 34.0 23 46.0 8 16.0 2 4.0 50 100 3.10

X1.3 14 28.0 22 44.0 9 18.0 3 6.0 2 4.0 50 100 3.86

3.63

Sumber : Data primer diolah, 2016

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari

50 responden, cukup banyak responden setuju bahwa variabel Layout (X1) dapat

mempengaruhi keputusan pembelian. Dapat dilihat pula, nilai rata-rata yang

ditunjukkan pada tabel di atas sebesar 3,63. Nilai tersebut lebih mendekati angka

empat (setuju) daripada angka tiga (netral) Ini menandakan bahwa variabel

Layout cukup berpengaruh pada keputusan pembelian seseorang berdasarkan

jawaban responden.

Lebih detailnya, untuk item pertanyaan pertama sebanyak 14 responden

atau sama dengan 28% menyatakan sangat setuju bahwa penataan pada kemasan

edamame dapat menarik perhatian. Menurut 21 responden atau sekitar 28%

menyatakan setuju, 13 atau 26% masih belum yakin, dan empat lainnya

berpendapat bahwa layout kemasan edamame tak dapat menarik perhatian

mereka. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun responden yang

menyatakan sangat tidak setuju terkait dengan pertanyaan ini.

Untuk indikator kedua yaitu Layout atau penataan pada kemasan dapat

memberikan kesan tidak berlebihandapat diketahui bahwa responden yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 0 responden atau 0%, yang menyatakan setuju

sebanyak 17 responden atau 34%, yang menyatakan netral sebanyak 23 responden

61

atau 46%, yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8 responden atau 16%, dan

yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 responden atau 4%.

Sedangkan untuk item pertanyaan yang terakhir, dapat dilihat bahwa ada

sebanyak 14 atau 28% responden merasa sangat setuju jika layout kemasan

edamame memberikan daya tarik pada mereka untuk membeli produk frozen

edemame. Sebanyak 22 atau 44% menyatakan setuju, 9 atau 18% di antaranya

ragu-ragu. 6 responden atau 12% tidak setuju, dan sisanya, yakni sebanyak 2 atau

4% dari seluruh responden menyetakan tidak setuju.

5.3.2 Distribusi Frekuensi Variabel Tipografi (X2)

Sama seperti variabel Layout (X1), terdapat tiga item pertanyaan yang

diajukan pada responden terkait dengan Tipografi (X2). Jawaban yang diberikan

responden juga cukup bervariasi. Untuk lebih detail, jawaban dari respondan

dapat di lihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Variabel Tipografi (X2)

Item 5 4 3 2 1 Jumlah Rata-

rata F % F % F % f % f % ∑ %

X2.1 15 30.0 23 46.0 8 16.0 4 8.0 0 0.0 50 100 3.98

X2.2 24 48.0 21 42.0 5 10.0 0 0.0 0 0.0 50 100 4.38

X2.3 10 20.0 20 40.0 16 32.0 1 2.0 3 6.0 50 100 3.66

4.01

Sumber : Data primer diolah, 2016

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari 50 responden, rata-rata mereka

setuju bahwa variabel Tipografi (X2) mepengaruhi pembelian produk Frozen

Edamame. Hal tersebut dapat dibuktikan pada total nilai rata-rata dari tiga item

pertanyaan yang diajukan menunjukkan nilai 4,01 di mana jika dimasukkan dalam

skala Likert berarti setuju.

Lebih detailnya, untuk item pertanyaan pertama, sebanyak 15 responden

atau 30% sangat setuju bahwa tipografi atau tulisan yang tertata rapi dalam

kemasan edamame dapat menarik perhatian mereka. Selanjutnya, terdapat 23

responden atau 46% yang .menyatakan setuju. Kemudian responden yang masih

ragu-ragu atau menjawab netral ada 8 atau 16%. Sisanya, sebanyak 4 responden

62

atau 8% menyatakan tidak setuju. Dalam data yang disajikan pada tabel, terlihat

pula bahwa tidak ada responden yang sangat tidak setuju atau 0%.

Untuk indikator kedua yaitu Tipografi (X2) atau tulisan pada kemasan

edamame dapat memberikan informasi dapat diketahui sebanyak 24 responden

atau 48 responden menyatakan sangat setuju. Sebanyak 24 responden atau 48%,

yang menyatakan setuju, 21 responden atau 42%, menyatakan netral, dan sisanya

yakni 5 responden atau 10% berpendapat bahwa tipografi tak memberikan

informasi. Dapat dilihat pula, tidak ada responden atau 0%, yang menyatakan

sangat tidak setuju.

Sedangkan untuk item pertanyaan ketiga, terdapat 10 responden atau

sekitar 20% berpendapat bahwa variael tulisan pada kemasan sangat dapat

mempengaruhi mereka untuk membeli produk Frozen Edamame. Sedangkan

untuk 20 responden atau sekitar 40% menyatakan sangat setuju. Untuk responden

yang masih ragu-ragu ada 16 atau sama dengan 32% dari seluruh responden.

Selanjutnya, satu responden atau 2% menyatakan tidak setuju, dan sisanya 3

responden atau 6% menjawab sangat tidak setuju.

5.3.3 Distribusi Frekuensi Variabel Ilustrasi (X3)

Pada variabelIlustrasi juga terdapat tiga item pertanyaan yang diberikan

kepada responden untuk dijawab. Jawaban responden tersebut dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Ilustrasi (X3)

Item 5 4 3 2 1 Jumlah Rata-

rata f % F % f % f % f % ∑ %

X3.1 17 34.0 18 36.0 12 24.0 3 6.0 0 0.0 50 100 3.98

X3.2 14 28.0 24 48.0 11 22.0 1 2.0 0 0.0 50 100 4.02

X3.3 10 20.0 27 54.0 11 22.0 1 2.0 1 2.0 50 100 3.88

3.96

Sumber : Data primer diolah, 2016

Berdasarkan data yang disajikan, dapat dilihat bahwa rata-rata responden

hampir setuju bahwa variabel ilustrasi memberikan pengaruh terhadap keputusan

pembeliaan. Dapat dilihat pula bahwa angka rata-rata menunjukkan angka 3,96 di

mana jumlah tersebut hampir mendekati angka empat yang berarti setuju.

63

Lebih mendalam, dapat diketahui sebanyak 17 responden atau 34%

menyatakan sangat setuju bahwa ilustrasi pada kemasan Frozen Edamame

menarik perhatian mereka untuk ingin tahu. Sebanyak 18 responden atau 36%

menyatakan setuju, 12 responden atau 24% netral, sedangkan sisanya, sejumlah 3

responden atau 6% menjawab tidak setuju. Dalam tabel di atas juga bisa dilihat

bahwa tidak ada satu responden pun yang menyatakan sangat tidak setuju atau

0%.

Indikator kedua, yaitu Ilustrasi pada kemasan edamame meberikan

informasi produkdapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju

sebanyak 24 responden atau 28%, yang menyatakan setuju sebanyak 24

responden atau 48%, yang menyatakan netral sebanyak 11 responden atau 22%,

yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 responden atau 2%, dan yang

menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 0 responden atau 0%.

Sedangakan untuk item pertanyaan yang ketiga dari variabel Ilustrasi,

yakni Ilustrasi pada kemasan edamame memberikan daya tarik untuk membeli

dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10

responden atau 20%. Sebanyak 27 responden atau 54% menyatakan setuju, 11

responden atau 22% netral, dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1

responden atau 2%. Sedangkan untuk responden yang berpendapat bahwa ilustrasi

pada desain kemasan Frozen Edamame sama sekali tidak memberikan daya tarik

untuk membeli sebanyak 1 responden atau 2%.

5.3.4 Distribusi Frekuensi Variabel Simbol (X4)

Pada variabel Simbol terdapat tiga item pertanyaan yang diberikan kepada

responden untuk dijawab. Berikut merupakan jawaban responden disajikan secara

mendetail pada tabel berikut:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Simbol (X4)

Item 5 4 3 2 1 Jumlah Rata-

rata f % F % F % f % f % ∑ %

X4.1 15 30.0 19 38.0 12 24.0 4 8.0 0 0.0 50 100 3.90

X4.2 18 36.0 23 46.0 7 14.0 1 2.0 1 2.0 50 100 4.12

X4.3 4 8.0 28 56.0 14 28.0 4 8.0 0 0.0 50 100 3.64

3.89

Sumber : Data primer diolah, 2016

64

Pada tabel yang telah disajikan sebelumnya, dapat dilihat bahwa cukup

banyak responden yang menyatakan setuju bahwa simbol yang tertera pada

kemasan Frozen Edamame memberikan pengaruh dalam keputusan pembelian.

Dari angka rata-rata yang menunjukkan angka 3,89 sudah mendekati angkat 4

yakni setuju.

Lebih mendalam, dapat diketahui pula bahwa dari 50 responden sebanyak

15 atau 30% berpendapat sangat setuju bahwa simbol atau logo pada kemasan

edamame dapat menarik perhatian. Terdapat 19 responden atau 38% yang

menyatakan setuju, sebanyak 12 responden atau 24% netral, dan yang menyatakan

tidak setuju sebanyak 4 responden atau 8%. Dalam tabel juga dapat dilihat bahwa

tidak satupun responden menyatakan tidak setuju atau 0%.

Untuk indikator kedua yaitu Simbol atau logo pada kemasan edamame

memberikan informasi produk dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat setuju sebanyak 18 responden atau 36%, sebanyak 23 responden atau 46%,

7 responden atau 14%, sedangkan yang menyatakan tidak setuju sebanyak

1responden atau 2%. Sedangkan sisanya, sebanyak 1 responden atau 2%

menyatakan sangat tidak setuju.

Sedangkan untuk item pertanyaan yang terakhir, dapat dilihat bahwa

sebanyak 4 atau 8% responden merasa sangat setuju jika simbol dan logo pada

kemasan Frozen Edamame memberikan daya tarik untuk membeli produk terkait.

Sebanyak 22 atau 44% menyatakan setuju, 9 responden atau 18% di antaranya

ragu-ragu, dan 6 responden atau 12% tidak setuju. Sedangkan sisanya, yakni

sebanyak 2 atau 4% dari seluruh responden menyetakan tidak setuju.

5.3.5. Distribusi Frekuensi Variabel Warna (X5)

Terdapat tigaitem pertanyaan yang diberikan kepada responden

untuk dijawab, terkait dengan variabel Warna. Jawaban responden dapat dilihat

pada tabel 8. Berdasarkan data, diketahui dari 50 responden, cukup banyak

responden setuju bahwa variabel Warna (X5) dapat mempengaruhi keputusan

pembelian. Dapat diketahui pula, nilai rata-rata yang ditunjukkan pada tabel di

atas sebesar 3,88. Nilai tersebut lebih mendekati angka empat (setuju) daripada

angka tiga (netral), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Layout cukup

65

berpengaruh pada keputusan pembelian seseorang berdasarkan jawaban

responden.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Warna (X5)

Item 5 4 3 2 1 Jumlah Rata-

rata f % F % f % f % f % ∑ %

X5.1 16 32.0 19 38.0 12 24.0 3 6.0 0 0.0 50 100 3.96

X5.2 10 20.0 21 42.0 15 30.0 3 6.0 1 2.0 50 100 3.72

X5.3 15 30.0 21 42.0 12 24.0 1 2.0 1 2.0 50 100 3.96

3.88

Sumber : Data primer diolah, 2016

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas dapat diketahui dari 50

responden, cukup banyak responden setuju bahwa variabel Warna (X5) dapat

mempengaruhi keputusan pembelian. Dapat diketahui pula, nilai rata-rata yang

ditunjukkan pada tabel di atas sebesar 3,88. Nilai tersebut lebih mendekati angka

empat (setuju) daripada angka tiga (netral), sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Layout cukup berpengaruh pada keputusan pembelian seseorang

berdasarkan jawaban responden.

Secara lebih mendalam, untuk item pertanyaan pertama, sebanyak 16

responden atau 32% sangat setuju bahwa warna kemasan produk Frozen

Edamame dapat menarik perhatian mereka. Selanjutnya, terdapat 19 responden

atau 38% yang menyatakan setuju. Kemudian responden yang masih ragu-ragu

atau menjawab netral ada 12 atau 24%. Sisanya, sebanyak 3 responden atau 6%

menyatakan tidak setuju. Dalam data yang disajikan pada tabel, terlihat pula

bahwa tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju atau 0%.

Untuk indikator kedua yaitu warna pada kemasan Frozen Edamame

memberikan informasi produk, dapat diketahui bahwa responden yang

menyatakan sangat setuju sebanyak 10 responden atau 20%, Sebanyak 21

responden atau 42% menyatakan sangat setuju, 15 responden atau 30%

menyatakan netral, dan sebanyak 3 responden atau 6% menyatakan tidak setuju.

Sedangkan sisanya yakni sebanyak 1 responden atau 2% berpendapat sangat tidak

setuju.

Sedangkan untuk item pertanyaan yang ketiga dari variabel Warna (X5),

yakni warna pada kemasan Frozen Edamame memberikan daya tarik untuk

66

membeli dapat diketahui sebanyak 15 responden atau 30% menyatakan sangat

setuju. Sebanyak 21 responden atau 42% menyatakan setuju, 12 responden atau

24% netral, dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 responden atau 2%.

Sedangkan untuk responden yang berpendapat bahwa warna pada desain kemasan

Frozen Edamame sama sekali tidak memberikan daya tarik untuk membeli

sebanyak 1 responden atau 2%.

5.3.6 Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian Konsumen (Y)

Pada variabel Keputusan Pembelian Konsumen terdapat satu pertanyaan

yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Diketahui cukup banyak

persentase responden yang menyatakan bahwa kemasan Frozen Edamame sangat

bisa mempengaruhi keputusan pembelian. Dari 50 responden, sebanyak 15 atau

30% menyatakan sangat setuju bahwa desain visual produk Frozen Edamame

dapat memberikan pengaruh pembelian. Sebanyak 21 responden atau 42%

menyatakan setuju, sebanyak 10 responden atau 20% menjawab netral, dan

sebanyak 3 responden atau 6% menyatakan tidak setuju. Sedangkan sisanya,

yakni sebanyak 1 responden atau 2% menyatakan sangat tidak setuju.

5.4 Hasil

5.4.1 Pengaruh Desain Visual Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian

Kuisioner dalam penelitian ini digunakan sebagai alat analisis. Oleh

karena itu, dalam analisa yang dilakukan lebih bertumpu pada skor responden

pada tiap-tiap amatan. Sedangkan benar tidaknya skor responsi tersebut

tergantung pada pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data yang baik harus

memenuhi 2 persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Berikut akan dijelaskan

lebih mendalam.

1. Uji Validitas

Pengujian validitas yang dilakukan dengan melalui program SPSS ver.

13.0 dengan menggunakan korelasi product moment menghasilkan nilai masing-

masing item pernyataan dengan skor item pertanyaan secara keseluruhan dan

untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel sebagai berikut:

67

Tabel 11. Uji Validitas Variabel

Item r hitung Sig. r Tabel Keterangan

X1.1 0.784 0.000 0.3 Valid

X1.2 0.831 0.000 0.3 Valid

X1.3 0.852 0.000 0.3 Valid

X2.1 0.852 0.000 0.3 Valid

X2.2 0.667 0.000 0.3 Valid

X2.3 0.870 0.000 0.3 Valid

X3.1 0.824 0.000 0.3 Valid

X3.2 0.813 0.000 0.3 Valid

X3.3 0.785 0.000 0.3 Valid

X4.1 0.881 0.000 0.3 Valid

X4.2 0.830 0.000 0.3 Valid

X4.3 0.838 0.000 0.3 Valid

X5.1 0.757 0.000 0.3 Valid

X5.2 0.911 0.000 0.3 Valid

X5.3 0.798 0.000 0.3 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2016

Dari Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. r indikator pertanyaan

lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-tiap indikator variabel adalah

valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator tersebut dapat

digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan tingkat kemantapan, keajegan dan ketepatan

suatu alat ukur atau uji yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pengukuran relatif konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang. Uji ini

digunakan untuk mengetahui sejauh mana jawaban seseorang konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu.

Tabel 12. Uji Reliabilitas Variabel

No. Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan

1 Layout (X1) 0,756 Reliabel

2 Tipografi (X2) 0,719 Reliabel

3 Ilustrasi (X3) 0,731 Reliabel

4 Simbol (X4) 0,804 Reliabel

5 Warna (X5) 0,761 Reliabel

Sumber: Data primer diolah, 2016

68

Teknik pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai

koefisien reliabilitas alpha. Kriteria pengambilan keputusannya adalah apabila

nilai dari koefisien reliabilitas alpha lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut

sudah reliabel (handal).

Dari Tabel 12 diketahui bahwa nilai dari alpha cronbach untuk semua

variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya

maka semua variabel yang digunakan untuk penelitian sudah reliabel

3. Uji Asumsi Klasik Regresi

Asumsi-asumsi klasik ini harus dilakukan pengujiannya untuk memenuhi

penggunaan regresi linier berganda. Setelah diadakan perhitungan regresi

berganda melalui alat bantu SPSS for Windows, diadakan pengujian uji asumsi

klasik regresi. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual tersebar normal atau

tidak. Prosedur uji dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan

sebagai berikut :

Hipotesis yang digunakan :

H0 : residual tersebar normal

H1 : residual tidak tersebar normal

Jika nilai sig. (p-value) > maka H0 diterima yang artinya normalitas terpenuhi.

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas

One-sample Kolmogrov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N

50

Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation .24259060

Most Extreme Absolute .110

Differences Positive .061

Negative -.110

Kolmogrov-Sminrov Z

.775

Asymp. Sig. (2-tailed) .585

Sumber: Data primer diolah, 2016

69

Dari hasil perhitungan didapat nilai sig. sebesar 0.585 (dapat dilihat pada

Tabel 13) atau lebih besar dari 0.05; maka ketentuan H0 diterima yaitu bahwa

asumsi normalitas terpenuhi.

Gambar 4. Grafik Normality Plot

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini untuk mengetahui korelasi antara sisaan yang diurutkan

menurut waktu (seperti dalam deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross

section). Dalam konteks regresi, model regresi linier klasik mengasumsikan

bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam sisaan ( iε ). Hal ini memperlihatkan

bahwa model klasik mengasumsikan bahwa unsur sisaan yang berhubungan

dengan pengamatan tidak dipengaruhi oleh sisaan yang berhubungan dengan

pengamatan lain yang mana pun.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Dari data yang diolah nilai uji Durbin Watson pada tingkat signifikasi 0,05

untuk nilai n = 50 (banyaknya responden) dan k = 5 (banyaknya variabel bebas)

diketahui sebesar 2,062 yang terletak antara 1.771 dan 2.229, maka dapat

disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah terpenuhi.

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Exp

ecte

d C

um P

rob

Dependent Variable: Y

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

70

5.4.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa tidak terjadi

hubungan yang sangat kuat atau tidak terjadi hubungan linier yang sempurna atau

dapat pula dikatakan bahwa antar variabel bebas tidak saling berkaitan. Cara

pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai Tolerance yang didapat dari

perhitungan regresi berganda, apabila nilai tolerance < 0,1 maka terjadi

multikolinearitas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 12 berikut

ini.

Tabel 14. Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

X1 .566 1.767

X2 .149 6.694

X3 .202 4.960

X4 .158 6.343

X5 .155 6.442

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan Tabel 14. berikut hasil pengujian dari masing-masing variabel

bebas, dapat diketahui nilai tolerance untuk layout adalah 0,566, untuk tipografi

adalah 0,149, untuk ilustrasi 0,202, untuk simbol 0,158, dan untuk warna 0,155.

Dari kelima data yang telah diolah, tidak terdapat nilai tolerance yang kurang atau

sama dengan 0,1.

Begitu juga untuk nilai VIF, dari kelima hasil didapatkan nilai yang lebih

dari 10. Nilai VIF untuk X1 adalah 1,767, untuk X2 adalah 6,694, untuk X3 adalah

4,960, nilai untuk X4 adalah 6,343, dan untuk X5 adalah 6,442.

Dengan demikian, diketahui bahwa tidak terjadi multikolinieritas antara

variabel independent. Sehingga, dapat disimpulkan tidak adanya multikolinieritas

dalam uji asumsi dapat terpenuh. Hal ini juga berarti model regresi yang

digunakan sudah layak untuk digunakan dalam penelitian.

5.4.3 Uji Heteroskedastisitas

Data yang telah diolah dapat dilihat pada tabel 15. Dalam tabel tersebut

diketahui hasil uji heterosktedastisitas pada setiap variabel. Nilai sig. untuk

Layout adalah 0.659, untuk Tipografi 0.952, untuk Ilustrasi adalah 0.099, Nilai

71

sig. untuk Simbol adalah 0.613 dan untuk Warna adalah 0.126. Hasil uji

heterokedastisitas dari penelitian yang dilakukan terhadap 50 responen secara

lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 15. Uji Heteroskedastisistas

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std Error Beta

1 (Constant) .096 .148 .645 .522

X1 -.006 .014 -.083 -.444 .659

X2 .006 .029 .022 .060 .953

X3 -.043 .026 -.526 -1.686 .099

X4 .014 .027 .180 .509 .614

X5 .041 .026 .554 1.558 .126

a. Dependent Variable: AbsRes

Sumber: Data primer diolah, 2016

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa nilai siginfikasi pada seluruh

variabel, mulai dari layout (X1) hingga warna (X5) adalah > α (α = 0,05), sehingga

dapat diketahui bahwa koefisien regresi tidak nyata dan terdapat hubungan

penting secara statistik di antara peubah. Kemudian dapat disimpulkan pula

bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak

terdapat gejala heterokedastisitas. Selanjutnya, akan ditunjukkan gambar

scarlettplot untuk memperlihatkan persebaran data responden agar lebih jelas.

Gambar 5. Uji Heterokesdtisitas

72

Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bajwa titik-titik menyebar

secara acak, dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Dari sini, maka dapat

disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dapat

dikatakan tidak terdapat gejala heterokedastisitas. Hal ini juga didukung dengan

hasil pengujian nilai signifikasi seluruh variabel yang lebih dari α (α = 0,05),

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dengan terpenuhi seluruh asumsi klasik regresi tersebut, maka dapat

dikatakan model regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sudah layak dan tepat. Sehingga, dapat diambil interpretasi dari hasil

analisis regresi berganda yang telah dilakukan.

4.4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara

variabel bebas, yaitu Layout (X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan

Warna (X5 ) terhadap variabel terikat yaitu Keputusan Pembelian Konsumen (Y).

1. Persamaan Regresi

Persamaan regresi digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan menggunakan bantuan SPSS,

didapatkan hasil seperti yang tersaji pada tabel berikut ini.

Tabel 16. Persamaan Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std Error Beta

1 (Constant) -1.665 .232 -7.190 .000

X1 .051 .022 .112 2.313 .025

X2 .099 .045 .214 2.185 .034

X3 .128 .040 .268 3.179 .003

X4 .096 .042 .215 2.257 .029

X5 .104 .041 .242 2.520 0.15

a. Dependent Variable: AbsRes

Sumber: Data Primer diolah, 2016

Berdasarkan pada tabel di atas, didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :

Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Y = -1,665+0,051 X1 + 0,099X2+ 0,128X3+ 0,096X4 + 0,104X5

73

Dari persamaan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa setiap

penambahan 1 satuan pada setiap variabel bebas akan mempengaruhi keputusan

pembelian. Untuk peningkatan 1 satuan X1 (Layout), akan terjadi peningkatan

keputusan pembelian sebesar 0,051 satuan atau 5,1% dengan asumsi variabel yang

lainnya dianggap konstan. Untuk peningkatan 1 satuan X2 (Tipografi), akan

terjadi peningkatan keputusan pembelian sebesar 0,099 satuan atau 9,9% dengan

asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan. Untuk peningkatan 1 satuan X3

(Ilustrasi) akan terjadi peningkatan keputusan pembelian sebesar 0,128 satuan

atau 12,8% dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan. Untuk

peningkatan 1 satuan X4 (Simbol), akan terjadi peningkatan keputusan pembelian

sebesar 0,096 satuan atau 9,6% dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap

konstan. Sedangkan untuk peningkatan 1 satuan X5 (Warna), maka akan terjadi

peningkatan keputusan pembelian sebesar 0,104 satuan atau 10,4% dengan asumsi

variabel lain dianggap konstan.

Berdasarkan interpretasi tersebut, dapat diketahui seluruh variabel bebas

yang terdiri dari Layout, Tipografi, Ilustrasi, Simbol, dan Warna memiliki

pengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan kata lain,

apabila bahwa Layout, Tipografi, Ilustrasi, Simbol, dan Warnameningkat maka

akan diikuti peningkatan pada keputusan pembelian konsumen.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas yang terdiri dari Layout

(X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan Warna (X5) terhadap variabel

terikat yakni keputusan pembelian konsumen, dapat digunakan nilai R2.

Berdasarkan data yang telah diolah koefisien determinasi (R2) didapatkan sebesar

0,937. Ini artinya bahwa sebesar 93,7% variabel keputusan pembelian konsumen

akan dipengaruhi oleh variabel bebas yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,

yaitu Layout (X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan Warna (X5).

Sedangkan sisanya, yakni sebesar 6,3% variabel keputusan pembelian konsumen

dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian

ini.

Selain koefisien determinasi juga didapat koefisien korelasi yang

menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas yaitu Layout, Tipografi,

74

Ilustrasi, Simbol, dan Warna dengan keputusan pembelian konsumen yang dapat

dilihat dari nilai R (koefisien korelasi). Diketahui juga nilai R sebesar 0,968. Nilai

korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu Layout

(X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan Warna (X5) dengan

keputusan pembelian konsumen termasuk dalam kategori kuat karena berada pada

selang 0,8–1. Hubungan antara variabel bebas dengan keputusan pembelian

konsumen bersifat positif. Artinya, jika variabel bebas semakin ditingkatkan,

maka keputusan pembelian konsumen juga akan mengalami peningkatan.

3. Pengujian Hipotesis

1.Hipotesis I (F test / Serempak)

Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah hasil

dari analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga

tepat/sesuai atau tidak.

Tabel 17. Uji F/Serempak

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Regression 42.796 5 8.559 130.601 .000a

Residual 2.884 44 .066

Total 45.680 49

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai F hitung sebesar 130,601.

Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi = 5 : db residual = 44) adalah sebesar

2,427. Karena F hitung > F tabel yaitu 130,601 > 2,427 atau nilai Sig. F (0,000)

lebih kecil dari α = 0.05, maka model analisis regresi ini adalah signifikan. Hal ini

berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan

pembelian konsumen dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel bebas

yang diteliti yakni, Layou t (X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan

Warna (X5).

2.Hipotesis II (Uji t / Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas

secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Hasil dari uji t yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 18.

75

Tabel 18.Hasil Uji t / Parsial

Variabel t hitung t tabel Sig. Keterangan

X1 2.313 2.015 0.025 signifikan

X2 2.185 2.015 0.034 signifikan

X3 3.179 2.015 0.003 signifikan

X4 2.257 2.015 0.029 signifikan

X5 2.520 2.015 0.015 signifikan

Sumber: Data primer diolah, 2016

Berdasarkan tabel yang telah data yang telah diolah tersebut, dapat

diketahui bahwa:

a. Variabel X1 (Layout) memiliki nilai t hitung sebesar 2,313 dengan nilai

probabilitas 0, 025. Karena t hitung memiliki nilai yang lebih besar dari t tabel

(2,313 > 2,015) dan nilai signifikasi t < 5% (0,025 < 0,05), maka dapat

disimpulkan secara parsial variabel X1 (Layout) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen produk Frozen Edamame.

b. Variabel X2 (Layout) memiliki nilai t hitung sebesar 2,185dengan nilai

probabilitas 0, 034. Karena t hitung memiliki nilai yang lebih besar dari t tabel

(2,185> 2,015) dan nilai signifikasi t < 5% (0,034< 0,05), maka dapat

disimpulkan secara parsial variabel X2 (Layout) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen produk Frozen Edamame.

c. Variabel X3 (Layout) memiliki nilai t hitung sebesar 3,179dengan nilai

probabilitas 0,003. Karena t hitung memiliki nilai yang lebih besar dari t tabel

(3,179> 2,015) dan nilai signifikasi t < 5% (0,003< 0,05), maka dapat

disimpulkan secara parsial variabel X3 (Layout) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen produk Frozen Edamame.

d. Variabel X4 (Layout) memiliki nilai t hitung sebesar 2,257dengan nilai

probabilitas 0,029. Karena t hitung memiliki nilai yang lebih besar dari t tabel

(2,257> 2,015) dan nilai signifikasi t < 5% (0,029< 0,05), maka dapat

disimpulkan secara parsial variabel X4 (Layout) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen produk Frozen Edamame.

e. Variabel X5 (Layout) memiliki nilai t hitung sebesar 2,520dengan nilai

probabilitas 0, 015. Karena t hitung memiliki nilai yang lebih besar dari t tabel

(2,520> 2,015) dan nilai signifikasi t < 5% (0,015 < 0,05), maka dapat

76

disimpulkan secara parsial variabel X5 (Layout) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen produk Frozen Edamame.

Maka, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini, memiliki pengaruh signifikan secara parsial. Nilai

uji t dari data yang telah diolah memenuhi persyaratan t hitung > t tabel dengan

tingkat signifikasi yang berbeda-beda setiap variabelnya. Artinya, setiap peningkatan

1 satuan variabel bebas, akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

produk Frozen Edamame.

5.5 Pembahasan

Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, tujuan utama

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel desain visual

kemasan terhadap keputusan konsumen dalam pembelian produk Frozen

Edamame PT Mitratani Dua Tujuh. Variabel yang memiliki pengaruh dominan

juga menjadi fokus dalam penelitian ini. Sedangkan untuk jumlah variabel yang

diteliti terdiri dari yaitu Layout (X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4),

dan Warna (X5).

5.5.1 Desain Visual Kemasan Frozen Edamame

PT Mitratani Dua Tujuh mengemas produk Frozen Edamame dengan

cukup baik dengan menyertakan berbagai stimulus, termasuk pada desain visual-

nya yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan edamame di pasar sebagai

pembanding. Menurut Cenedi (1999), desain visual sendiri memiliki beberapa

elemen yang sangat perlu untuk diperhatikan, yaitu layout, tipografi, ilustrasi,

simbol, dan warna. Di mana semua elemen tersebut menjadi variabel bebas dalam

penelitian ini.

1. Layout (Tata Letak)

Menurut Klimchuk dan Sandra (2007) dalam kemasan daerah yang

memiliki pengaruh paling besar adalah bagian depan kemasan atau PDU (Panel

Display Utama). Pada bagian kemasan Frozen Edamame sendiri menampilkan

berbagai atribut untuk menginformasikan produk itu sendiri, seperti keterangan isi

produk, gambar edamame, berat berat bersih, varian rasa, dan saran penyimpanan.

Sedangkan pada bagian belakangan kemasan berupa penjelasan tambahan seperti

77

mengenai produk, barcode, informazi nilai gizi, produsen, penjelasan lanjut

penyimpanan, baik menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris.

2. Tipografi

Tipografi dalam kemasan berkenaan dengan penyampaian informasi yang

diberikan dalam desain kemasan serta jenis tulisan yang digunakan. Dalam

kemasan Frozen Edamame sendiri, menggunakan tulisan dengan jenis tulisan

yang mudah dibaja serta ukuran yang pas. Pada bagian PDU, ukuran tulisan lebih

besar daripada bagian belakang kemasan. Terdapat pula tulisan yang

menggunakan bahasa Jepang. Hal tersebut dikarenakan produk Frozen Edamame

tersebut juga dieskpor ke luar negeri, termasuk Jepang, dengan kemasan yang

sama

3. Ilustrasi

Kemasan Frozen Edamame tidak menggunakan banyak ilustrasi atau

gambar. Hanya terdapat gambar berupa grafis kedelai pada PDU. Hal ini juga

sesuai dengan pendapat Sunyoto (2005) tentang prinsip-prinsip dasar tata rupa dan

desain, yaitu kesederhanaan.

4. Simbol

Simbol berkenaan dengan citra dari sebuah produsen atau produk itu sendiri.

Dalam kemasan Frozen Edamame, tidak banyak simbol yang disertakan, hanya

terdapat pada bagian belakang kemasan berupa logo dari produsen, yaitu PT

Mitratani Dua Tujuh.

5. Warna

Warna yang mendominasi dalam DPU produk Frozen Edamame adalah

hijau yang melambangkan warna membumi, segar dan organik (Klimchuk dan

Sandra, 2007). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya konsumen pada

produk tersebut. Terdapat pula bagian yang tidak berwarna alias transparan untuk

menunjukkan produk kedelai yang ada di dalamnya. Untuk tulisan, pada bagian

depan menggunakan warna hitam, putih, dan merah yang tampak kontras dan apik

dengan warna hijau. Sedangkan pada bagian belakang kemasan menggunakan

warna putih yang mengkomunikasikan kesegaran dan kebersihan sebagai

background dan warna hitam untuk tulisan.

78

5.5.2 Pengaruh Desain Visual Kemasan Frozen Edamame Secara Simultan

dan Parsial Terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan data-data yang telah diolah sebelumnya melalui analisis

regresi linier berganda, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam penelitian

ini, yakni Layout, Tipografi, Ilustrasi, Simbol dan Warna memiliki pengaruh

secara signifikan baik secara parsial atau simultan dalam mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen terhadap produk Frozen Edamame. Hal ini

dibuktikan dengan Uji F dan Uji t yang sebelumnya sudah dilakukan. Nilai dari

Uji F dan Uji t dapat memenuhi persyaratan variabel yang diteliti memiliki

pengaruh terhadap keputusan pembelian Frozen Edamame baik secara parsial dan

simultan.

Dalam penelitian yang dikemukakan oleh Mudra (2010), menyebutkan

bahwa 80% kegiatan pengindraan pada manusia dilakukan melalui pengelihatan.

Hal ini berarti kemasan dapat memiliki pengaruh yang cukup besar pada

keputusan pembelian. Karena kemasan merupakan hal pertama yang dilihat oleh

konsumen. Lebih jauh, maka unsur-unsur pada kemasan (visual) juga dapat

mempengaruhi keputusan pembelian calon konsumen. Kemudian dijelaskan pula

bahwa unsur-unsur grafis dari kemasan memiliki peran yang cukup besar dalam

penyampaian pesan secara kasat mata (visual communication). Unsur-unsur grafis

tersebut juga jika dikombinasikan maka dapat memberikan kesan daya tarik visual

secara optimal. Sedangkan daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor

emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sehingga, faktor-

faktor yang menjadi variabel dalam penelitian ini, yaitu yakni yaitu Layout (X1),

Tipografi (X2), Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan Warna (X5), mampu untuk

memberikan respon positif tanpa disadari. Dengan kata lain, seluruh variabel

memiliki pengaruh secara serentak terhadap keputusan pembelian.

1. Pengaruh variabel secara simultan

Hipotesis pertama dalam penelitian ini yang telah dirumuskan sebelumnya

adalah desain visual kemasan memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian

produk Frozen Edamame. Hipotesis tersebut sudah sesuai dengan hasil dalam

penelitian ini. Di mana seluruh variabel yakni yakni Layout (X1), Tipografi (X2),

Ilustrasi (X3), Simbol (X4), dan Warna (X5) memberikan pengaruh positif

79

terhadap keputusan pembelian. Hal ini juga sudah sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan Klimchuk (2006) yang menyatakan bahwa desain kemasan yang

baik harus memperhatikan berbagai variabel yang diharapkan dapat

mempengaruhi keputusan pembelian. Variabel tersebut antara lain adalah warna,

struktur fisik, simbol, tipografi, ilustrasi, dan tata letak (layout).

2. Pengaruh variabel secara parsial

Hipotesis yang kedua mengenai pengaruh variabel desain visual kemasan

terhadap keputusan pembelian. Telah dirumuskan sebelumnya, desain visual

kemasan memiliki pengaruh yang juga positif terhadap keputusan pembelian

produk Frozen Edamame. Hipotesis ini juga telah sesuai dengan apa yang

dikemukakan Klimchuk (2006). Di mana disebutkan tiap-tiap faktor variabel

memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian.

Menurut Klimchuk (2006) Layout (X1) menjadi faktor paling mendasar

dalam desain visual kemasan. Layout atau tata letak mampu menciptakan

organisasi visual yang dapat menstimulasi, menggugah pikiran, dan nyaman

dipandang. Tipografi (X2) punya pengaruh paling penting dalam kemasan karena

memiliki peran untuk mengkomunikasikan pesan pemasaran. Kemudian Ilustrasi

(X3) memiliki kaitan dengan citra dari sebuah produk, yang erat kaitannya dengan

penggambaran produk, konsumen target, kredibilitas, dan penggugah selera.

Semuanya merupakan stimulus yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

Simbol (X4) juga memiliki kaitan dengan citra sebuah produk. Dan Klimchuk

(2006) juga mengungkapkan bahwa Warna (X5) menjadi salah satu aspek yang

berpengaruh dari desain kemasan. Konsumen lebih mengidentifikasi warna

kemasan atau produk sebelum fitur visual lainnya. Bahkan efek dari warna sendiri

dapat memberikan pengaruh dari jauh.

5.5.3 Variabel Desain Visual Kemasan Yang Memiliki Pengaruh Paling

Dominan Terhadap Keputusan Pembelian Frozen Edamame

Berdasarkan hasil analisis, diketahui dari ketiga variabel yang diteliti, X3

yakni variabel Ilustrasi punya pengaruh yang cukup besar terhadap variabel

terikat, yaitu keputusan pembelian. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Standarized

Coeficients Beta yang tersaji dalam tabel 19.

80

Tabel 19. Standarized Coeficients Beta

Model

Standarized Coeficients

Beta t hitung Sig.

X1 .112 2.313 .025

X2 .214 2.185 .034

X3 .268 3.179 .003

X4 .215 2.257 .029

X5 .242 2.520 0.15

Sumber: Data primer diolah, 2016

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel X1 (Layout) ditambah

satu satuan, maka akan terjadi penambahan pembelian sebesar 0,112. Peningkatan

satu satuan X2 (Tipografi) akan terjadi peningkatan 0,214. Begitu juga dengan

variabel lainnya, setiap penambahan satu satuan maka akan terjadi penambahan

sebesar 0,268 untuk X3 (Ilustrasi), 0,215 untuk X4 (Simbol), dan 0,242 pada X5

(Warna).

Dari tabel 19 dapat disimpulkan variabel yang memiliki pengaruh

dominan terhadap keputusan pembelian adalah X3 (Ilustrasi). Kemudian secara

berurutan disusul oleh X5 (Warna), X4 (Simbol), X2 (Tipografi) dan yang terakhir

X1 (Layout). Variabel X3 (Ilustrasi) memiliki pengaruh terbesar dibandingkan

dengan variabel lainnya, dengan nilai Standarized Coefisient beta sebesar 0,268.

Artinya, seluruh hal yang berkaitan dengan Variabel Ilustrasi seperti gambar

kedelai pada produk Frozen Edamame memiliki pengaruh cukup besar dalam

seseorang untuk memutuskan pembelian, daripada variabel lainnya yang diteliti

dalam penelitian ini.

Mudra (2010) menjelaskan ada faktor yang dapat menjadikan Ilustrasi

memiliki pengaruh yang cukup dominan pada keputusan penjualan. Yakni karena

Ilustrasi tidak membutuhkan bahasa tertentu untuk dapat dipahami. Ini berarti

pesan dari visual communication yang sudah dibentuk dapat diterima dengan

cukup baik tanpa oleh semua orang dari semua kalangan, bahkan di berbagai

belahan dunia sekalipun, tanpa adanya kendala dari segi bahasa. Berbeda dengan

faktor lainnya seperti warna, tata letak, tipografi, dan simbol yang dapat

menimbulkan pandangan subjektif pada masing-masing individu. Meskipun

81

dalam kenyataannya, keempat faktor tersebut masih termasuk dalam faktor paling

besar dalam proses penyampaian pesan secara visual.

Hal serupa juga dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan Nirmana

(2000). Di mana disimpulkan bahwa kita tidak boleh memandang sebelah mata

pada kemasan. Karena kemasan yang baik dapat memberikan nilai tambah pada

produk tersebut, dengan tujuan akhir untuk menarik minat konsumen untuk

akhirnya memutuskan untuk membeli produk. Sebagai salah satu pembentuk

kemasan, dengan demikian desain visual pun menjadi salah satu faktor yang ikut

mengambil peran dalam pengambilan keputusan. Terlebih dengan adanya

penelitian bahwa pengelihatan jadi indra yang paling sering digunakan.

Dalam kemasan produk Frozen Edamame sendiri, terdapat ilustrasi atau

gambar yang diselipkan. Hanya berupa gambar kedelai edamame itu sendiri dalam

bentuk grafis yang menjadi fokus utama dalam desain kemasan produk ini.

Dengan pemilihan gambar kedelai yang baik pada kemasan, maka juga dapat

memberikan kesan yang baik pula di benak konsumen terhadap produk Frozen

Edamame. Selanjutnya, ilustrasi yang terdapat dalam kemasan Frozen Edamame

ini mulai masuk dalam proses pengambilan keputusan seseorang untuk tahap

pencarian masalah. Karena konsumen akan mendapatkan informasi dari gambar

kedelai edamame itu sendiri.

Pada kemasan Frozen Edamame tidak banyak diselipkan berbagai gambar

yang sesuai dengan apa yang dikemukakan Wirya (1999). Di mana menyebutkan

kunci utama untuk membuat sebuah kemasan yang baik sebaiknya simple

(sederhana). Tidak kebanyakan atribut, yang bisa jadi mengacaukan fokus utama

apa yang ingin disampaikan oleh produsen kepada konsumen. Sehingga dapat

menciptakan respon emosional positif yang secara tidak langsung “berkata”,

“Belilah saya.”

Ilustrasi sendiri bukanlah faktor terbesar yang dapat mempengaruhi

keputusan pembelian secara menyeluruh. Nur (2010) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa kemasan berpengaruh sebesar 40,8%, sedangkan sisanya

59,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Secara keseluruhan, angka yang didapat untuk

kemasan memang cukup besar. Namun perlu diingat bahwa elemen-elemen dalam

kemasan bukan hanya desain visual kemasan saja. Ada beberapa faktor

82

pendukung seperti bentuk, dimensi, bahan, dan label. Sehingga dapat disimpulkan

ilustrasi memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap keputusan pembelian

konsumen, jika dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya.

Hipotesis ketiga, sebelumnya dirumuskan variabel yang memiliki pengaruh

paling besar terhadap keputusan pembelian adalah Layout (X1). Kemudian secara

berurutan disusul oleh Tipografi (X2), Warna (X5), Simbol (X4), dan yang terakhir

adalah Ilustrasi (X3). Hipotesis ini didapatkan berdasarkan penelitian terdahulu

yang dilakukan Sudrajad (2010) dan juga melalui analisis dari teori yang

dikemukakan Klimchuk dan Sandra (2007). Hipotesis tersebut ternyata berbeda

dengan hasil dari penelitian ini. Di mana variabel yang memiliki pengaruh paling

besar adalah X3 (Ilustrasi). Kemudian secara berurutan disusul oleh X5 (Warna),

X4 (Simbol), X2 (Tipografi) dan yang terakhir X1 (Layout).

Ketidaksesuaian ini dapat dikarenakan oleh desain visual kemasan produk

Frozen Edamame memiliki perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan

produk yang diteliti oleh Sudrajad (2010) Selain itu, ada beberapa faktor yang

dikemukakan oleh Klimchuk (2007) yang tidak diterapkan dalam desain visual

kemasan produk Frozen Edamame. Misalnya saja, penggunaan beberapa tulisan

Kanji (Bahasa Jepang) dalam Panel Display Utama (PDU) dalam kemasan, yang

punya pengaruh sangat besar. Tipografi yang seharusnya dapat

menginformasikan, pada keadaan riilnya tidak. Karena hampir semua konsumen

tidak mengetahui artis dari tulisan tersebut. Ilustrasi kedelai dalam kemasan

Frozen Edamame dapat menjadi faktor yang paling besar mempengaruhi dapat

dikarenakan letaknya yang tepat berada di senter PDU, sehingga menjadi fokus

dari konsumen. Selain itu, gambar kedelai juga tidak memerlukan bahasa tertentu

untuk dapat dipahami.

83

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Desain kemasan Froze Edamame menyelipkan beberapa elemen dasar yang

memiliki peranan penting, yaitu Layout (X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3),

Simbol (X4), dan Warna (X5) yang digunakan dalam penelitian ini.

Seluruhnya memiliki porsi dan peranan masing-masing untuk menarik

perhatian konsumen dalam pembelian.

2. Seluruh variabel memiliki pengaruh secara simultan dan parsial dalam

keputusan pembelian konsumen terhadap produk Frozen Edamame. Hal

tersebut dibuktikan dari hasil Uji F dan Uji t. Uji F didapatkan angka sebesar

130,601 yang memenuhi syarat di mana F hitung > F tabel (2,427).

Sedangkan nilai Uji t sendiri menunjukkan nilai yang beragam tiap

variabelnya. Semua nilai Uji t yang didapat dari tiap variabel lebih besar

dibandingkan dengan t tabel. Sehingga dapat disimpulkan semua variabel

memiliki pengaruh secara parsial terhadap keputusan pembelian pada produk

Frozen Edamame.

3. Setiap variabel yang diteliti, yaitu Layout (X1), Tipografi (X2), Ilustrasi (X3),

Simbol (X4), dan Warna (X5) memiliki pengaruh baik terhadap keputusan

pembelian terhadap keputusan pembelian produk edamame baik secara

parsial maupun simultan. Sedangkan untuk variabel yang dominan adalah X3

yaitu Ilustrasi.

6.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat bagi

beberapa pihak, termasuk bagi perusahaan maupun pihak lainnya. Adapun saran-

saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Produk Frozen Edamame sudah memiliki desain produk yang baik dan dapat

meningkatkan pembelian. Namun sebaiknya, perlu juga diadakan inovasi-

inovasi terhadap desain kemasan tersebut sehingga konsumen tidak bosan dan

juga tertarik untuk melakukan pembelian.

84

2. Untuk peneliti selanjutnya, saran dari nomor satu dapat dikembangkan

menjadi topik baru. Meneliti bagaimana desain kemasan produk yang baik,

menarik, dan tentunya diharapkan untuk meningkatkan penjualan produk

Frozen Edamame, maupun produk lainnya.

85

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burham H.M. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi,

Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana Permata Media

Group.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Kedelai Menurut Provinsi. Jakarta:

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/871 (diakses pada 23

November 2014).

Cenadi, Christine Suharto. 1999. Elemen-elemen Dalam Desain Komunikasi

Viusual. Jakarta: Nirmana.

Danger, EP. 1992. Memilih Warna Kemasan. Jakarta: Karya Unipress.

Ferbey. 1997. How to Pruduce Succesfull Advertising. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipo Simamora.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Klimchuk, Marianne Rosner dan Krasovec, Sandra A. 2007. Desain Kemasan:

Perencanaan Merek Produk Yang Berhasil Mulai Dai Konsep Sampai

Penjualan. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip. 2002. Menejemen Pemasaran, Alih Bahasa: Benyamin Molan, Jilid

1. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management Analysis, Planning,

Impolementation and Control. New Jersey: Milinium Edition. Prenticehall,

Inc.

Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks

Kelompok Gramedia.

Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain omunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI

Mudra, I Wayan. 2010. Desain Kemasan Produk. Denpasar: Puslit Seni Kreasi

Baru, LP2M ISI.

Nur, Fajru. 2010. Pengaruh Desain Kemasan Botol Plastik Atau Pet (Poly

Ethylene) Fruit Tea Terhadap Keputusan Pembelian. Malang: Universitas

Brawijaya

Permatasari, Deassy. 2013. Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian

Benih Holtikultura. Skripsi Universitas Brawijaya.

86

Pratama, Arie. 2013. Pengaruh Kemasan Profuk Makanan Ringan Merek Oishi

“Pillows”. Malang. Universitas Brawijaya.

Purwanto, Dwi. 2012. Pengaruh Merek, Mutu, Kemasan, Label, dan Harga

Terhadap Keputusan Pembelian Produk Keripik Tempe. Skripsi

Universitas Brawijaya.

Sanyoto, Sadjiman. 2005. Nirmana: Elemen-Elemen Seni Rupa dan Desain.

Yogyakarta: Jalasutra.

Shimp, Terence A. 2000. Periklanan dan Promosi (Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi

Permasaran Teropadu. Jakarta: Erlangga.

Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Surabaya: Pustaka

Utama.

Smith, Pr. 1998. Merkerting Communication. London: Kogan Page.

Sudrajad, Anang. 2010. Desain Visual Kemasan Dapat Mempengaruhi Keputusan

Pembelian Rokok LA Lights. Malang: Universitas Brawijaya

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan P&D. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Supriadi. 2005. Metodologi Penelitian Survey. Bandung: ALFABETA.

Swasta, Basu dan Handoko, Hadi. 2000. Manajemen, Pemasaran, Analisis

Perilaku Konsumen. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Yogjakarta: Andi.

Widayat, Roscoe. 2002. Riset Bisnis Edisi 1. Malang: CV. Cahaya Press.

Wirya, Irwan. 2007. Kemasan Yang Menjual, Menang Bersaing Melalui

Kemasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.