PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI ... · 2013. 7....

97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI SELAMA KRISIS FINANSIAL GLOBAL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Oleh: FRANSISKA DYAN IRMAYANTI NIM. F0307012 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI ... · 2013. 7....

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN

    PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP ASIMETRI

    INFORMASI SELAMA KRISIS FINANSIAL GLOBAL

    (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret

    Oleh:

    FRANSISKA DYAN IRMAYANTI

    NIM. F0307012

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI SELAMA KRISIS

    FINANSIAL GLOBAL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

    FRANSISKA DYAN IRMAYANTI

    NIM. F0307012

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh

    corporate governance dan pengungkapan sukarela tehadap asimetri informasi selama krisis finansial global. Sampel penelitian ini adalah 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008, sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling.

    Metode analisis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, yang dibagi menjadi dua tahap regresi. Regresi tahap pertama menguji pengaruh corporate governance yang direpresentasikan dengan kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen terhadap asimetri informasi. Regresi tahap kedua menguji pengungkapan sukarela yang direpresentasikan oleh indeks pengungkapan sukarela dengan pembobotan terhadap asimetri informasi. Asimetri informasi sebagai variabel dependen direprensentasikan dengan relative ask-bid spread.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate governance yang direpresentasikan dengan komposisi komisaris indenpenden terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat asimetri informasi, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap tingkat asimetri informasi selama krisis finansial global. Pengungkapan sukarela memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat asimetri informasi, hal ini mengindikasikan peningkatan pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan mampu menurunkan asimetri informasi selama krisis finansial global. Kata kunci: Corporate governance, kepemilikan manajerial, dewan komisaris

    independen, pengungkapan sukarela, asimetri informasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND VOLUNTARY DISCLOSURE THROUGH INFORMATION ASYMMETRY DURING THE

    GLOBAL CRISIS OF FINANCIAL (Empirical Studies at Manufactoring Companies that Listed in BEI)

    FRANSISKA DYAN IRMAYANTI

    NIM. F0307012

    ABSTRACT

    This reserach aims to obtain empirical evidence related influence of corporate governance and voluntary disclosure through information asymmetry during the global crisis of financial. Samples in this research is 45 companies in manufacturing sector listed in Indonesian Stock Excange 2008 that selected with purposive sampling. The method of analysis in this research use multiple regression analysis consist of two step regressions. The first regression examines the influence of is corporate governance which representated by managerial ownership and board of independence commisioner through Information asymmetry. The second regression examines influence of voluntary diclosure which representated by weighted valuntary disclosure index through Information asymmetry. Information asymmetry as dependent variable is representated by relative ask-bid spread. Results indicate that corporate governance which representated by of independence commisioner have a negativly significant effect to Information asymmetry, and managerial ownership have not effect to Information asymmetry during global financial crisis. Voluntary disclosure have a negativly significant effect to Information asymmetry, this is indicate that the rises of voluntary diclosure is able to reduce information asymmetry during global financial crisis.

    Keywords: Corporate governance, managerial ownership, board of independence

    commisioner, voluntary disclosure, information asymmetry

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    HALAMAN MOTTO

    “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar

    pada pengertiaanmu sendiri”

    (Amsal 3:5)

    ”Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi menjadi bernilai

    sesudah dikerjakan”

    (unknown)

    “Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat

    menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika

    kesempatan bertemu dengan kesiapan”

    (Thomas A. Edison)

    “Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita

    bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain”

    (Jonathan Swift)

    “Setiap kamu memiliki mimpi, keinginan, atau cita-cita, kamu letakkan di

    sini, di depan keningmu... jangan menempel..biarkan dia...

    menggantung...menggambang.. 5 cm di depan keningmu, maka dia tidak

    akan pernah lepas dari matamu”

    (Donny Dhirgantoro, 5 cm)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

    Me, My Self, and I

    Allah Bapa

    Bapak dan Ibu Tercinta

    Mas Hondi-Mba Yeyen dan Mas Nugroho

    Keluarga Besar semuanya

    Yudha

    Sahabat-sahabatku tercinta

    Orang-orang yang telah menginspirasi saya

    Terima kasih semuanya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penyusunan skripsi dengan judul “ Pengaruh Corporate Governance dan

    Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi Selama Krisis

    Finansial Global (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang

    Terdaftar di BEI)”.

    Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai

    tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan

    dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

    2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

    3. Bapak Agus Widodo, SE., M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah

    berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam

    penulisan skripsi ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4. Bapak Dr. Djoko Suhardjanto, M.Com.(Hons), Ph.D., Ak., Bapak Anas

    Wibowo, SE., M.Si., Ak., dan Ibu Christiyaningsih Budiwati, SE., M.Si., Ak.

    selaku penguji skripsi.

    5. Ibu Dra Evi Gantyowati, M.Si. Ak., Bapak Dr. Payamta, M.Si., CPA dan

    Bapak Drs. Sri Hanggana, M.Si., Akt. selaku penguji ujian komprehensif.

    6. Ibu Dra. Yasmin Umar Assegaf, Ak. selaku pembimbing akademik.

    7. Bapak Drs. Hanung Triatmoko. M.Si., Ak. dan Bapak Taufiq Arifin, SE.,

    M.Sc., Ak. selaku penguji dan pembimbing magang.

    8. Bapak Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak. dan Ibu Christiyaningsih

    Budiwati, SE., M.Si., Ak., yang telah memberikan penulis ilmu dan

    kesempatan untuk menjadi asisten dalam mata kuliah yang bapak dan ibu

    ampu.

    9. Para dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret

    yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

    10. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas kasih sayang, doa, bimbingan,

    teladan, dan semangat hingga aku bisa menjadi seperti sekarang, terima kasih

    atas keluarga yang selalu hangat dan penuh pengertian (yang membuat

    anakmu ini selalu rindu untuk pulang).

    11. Mas Hondi-Mba Yeyen dan Mas Nugroho, terimakasih telah menjadi kakak

    yang sangat baik, yang selalu siap membantuku kapanpun dan dimanapun,

    terimakasih dari adikmu yang manja ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    12. Yudha Astrottama, seseorang yang selalu setia mendampingiku, menghibur

    dan memberi semangat, terimakasih telah menjadi kekasih sekaligus sahabat

    dan ‘pembimbing 4’ untukku.

    13. Papah Harjito dan Mamah Christiana, terimakasih telah menjadi orang tua

    kedua selama di perantauan, terimakah atas doa, kasih sayang, semangat, dan

    pengertian selama ini, terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku.

    14. Keluarga besar tercinta di Cilacap, di Magelang dan di Solo, terimakasih atas

    doanya, sungguh menjadi hal yang indah memiliki keluarga besar yang penuh

    perhatian dan kasih sayang.

    15. Geng Gorengan, Tia, Tina, Putri, Chuwy, Nia, Endah, Ayuz, Adu, Dewi, Dee,

    sangat membanggakan bertemu kalian semua, pengalaman tak terlupakan,

    belajar bersama, berjuang bersama, saling memberi semangat dan inspirasi,

    kalo ga ada kalian ga tau aku jadinya gimana.

    16. OP Lovers, Chuwy, Vita, Yogi, mba Elfa, mba Harpit, mba In, mba Ana,

    Niponk kalian adalah keluarga baru terindahku disini, makasih banget udah

    jadi tetangga yang baik, buat bantuannya selama ini, terutama bantuan buat

    refresing otak dikala suntuk dan banyak kerjaan, ayoo sapa yang duluan

    nikah, hehe.

    17. Teman partnerku, Tina dan Adu, thanks bgt ya jeng jeng buat kerja sama dan

    bantuannya. Susah bareng, bingung bareng, ribet bareng, heboh bareng,

    makan bareng, tidur bareng, loohh?? Iyalah ampe ga tidur semalaman gara-

    gara deadline, jauh2 ujan2 ke Semarang demi ilmu, bener2 pengalaman tak

    terlupakan, pokonya kita bertiga emang the best!!!!

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    18. Temen-temen seperjuangan Erna, Umi, Ve, Anne, Andin, Dela, Dewi Lis,

    Novi, Fatania, Nani, Peka, Dedi, Rija, Bimo, Yandi, Septian, Basri, thanks

    banget buat bantuannya.

    19. Temen-temen KMK yang ga bisa kusebutin satu persatu biar pada ga iri

    (hehe), tetap semangat ya kalian semua, kita tetap menjadi satu keluarga,

    dimanapun, kapanpun.

    20. Anak-anak Cilacap, temen sekampung halaman dan seperjuangan di Solo,

    Irla, Anang, Tile, Aar, Sesa, Agung. Ayo kumpul-kumpul maning!!

    21. Pak Timin, Pak Man, dan Pak Pur yang selama ini telah membantu saya.

    22. Seluruh teman-teman agen 007 yang ga bisa kusebutin satu persatu, menjadi

    pengalaman tak terlupakan dan membanggakan bisa menjadi bagian dari agen

    007.

    23. Sobat-sobatku yang selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan

    memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

    24. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik

    dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini

    bermanfaat bagi pembaca.

    Surakarta, 30 Maret 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    DAFTAR ISI

    HALAMAN

    JUDUL ................................................................................................................ i

    ABSTRAK .......................................................................................................... ii

    ABSTRACT......................................................................................................... iii

    PERSETUJUAN ................................................................................................. iv

    PENGESAHAN .................................................................................................. v

    MOTTO ............................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

    BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................

    A. Latar Belakang ................................................................................

    B. Rumusan Masalah............................................................................

    C. Tujuan Penelitian.............................................................................

    D. ManfaatPenelitian ...........................................................................

    E. Sistematika Penulisan......................................................................

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................

    A. Tinjauan Pustaka….……………………….....................................

    1

    1

    8

    9

    9

    10

    12

    12

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    1. Teori Agensi (Agency Theory) .................................................

    2. Asimetri Informasi (information Asymmetric) .........................

    3. Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) ...................

    4. Kepemilikan Manajerial ( Managerial Ownership)..................

    5. Dewan Komisaris Independen...................................................

    6. Pengungkapan (Disclosure).......................................................

    B. Kaitan Corporate Governance, Pengungkapan Sukarela, dan

    Asimetri Informasi.............................................……………....…..

    C. Kerangka Pemikiran………………………………………….…....

    D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis........................

    BAB III. METODE PENELITIAN...........…………………………………......

    A. Desain Penelitian..............................................................................

    B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.....…………..

    C. Data dan Metode Pengumpulan Data....…………………………..

    D. Devinisi Operasonal dan Pengukuran Variabel……....…………...

    E. Metode Analisis Data.......................................................................

    BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………………………….

    A. Deskripsi Data .................................................................................

    B. Pengujian Asumsi Klasik …......……..…………………………....

    C. Pengujian Hipotesis ........…..……….…………………………….

    D. Pembahasan ...............…………………………………………….

    BAB V. PENUTUP...........................................................................................

    A. Simpulan.........................................................................................

    12

    16

    19

    29

    30

    32

    36

    38

    40

    45

    45

    48

    50

    51

    57

    63

    64

    70

    75

    80

    83

    83

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    B. Saran ..............................................................................................

    C. Keterbatasan Penelitian..................................................................

    D. Rekomendasi .................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    84

    84

    85

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    DAFTAR TABEL

    Tabel III.1 Kelompok Butir Pengungkapan sukarela............................................. 54

    Tabel III.2 Devinisi Operasional Variabel ............................................................ 56

    Tabel III.3 Nilai Durbin-Watson............................................................................ 60

    Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel ................................................................. 64

    Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Variabel Dependen .............................................. 65

    Tabel IV.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen ............................................ 66

    Tabel IV.4 Statistik Deskriptif Variabel Independen ……………….................... 68

    Tabel IV.5 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 71

    Tabel IV.6 Nilai Tolerance dan VIF Regresi 1 .....................................................72

    Tabel IV.7 Nilai Tolerance dan VIF Regresi 2...................................................... 72

    Tabel IV.8 Hasil Uji Durbin-Watson Regresi 1.................................................... 73

    Tabel IV.9 Hasil Uji Durbin-Watson Regresi 2….……........................................ 73

    Tabel IV.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi 1............................................. 74

    Tabel IV.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas Regresi 2............................................. 74

    Tabel IV.12 Hasil Regresi Berganda 1.……........................................................ 75

    Tabel IV.13 Hasil Regresi Berganda 2 ..................................................................79

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1 Struktur Board of Director dalam One Tier Syste............................ 26

    Gambar II.2 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam

    Two Tiers System............................................................................. 27

    Gambar II.3 Struktur Two Tiers System pada perusahaan publik di Indonesia.....

    28

    Gambar II.4 Skema Model Penelitian................................................................... 39

    Gambar IV.1 Grafik Rerata Indeks Pengungkapan

    Setiap Kategori Pengungkapan ....................................................... 69

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I Item Pengungkapan Sukarela

    Lampiran II Penghapusan Item Pengungkapan Sukarela

    Lampiran III Daftar Nama Perusahaan dan Variabel

    Lampiran IV Statistik Deskriptif

    Lampiran V Uji Regresi 1

    Lampiran VI Uji Regresi 2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab pertama akan menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya

    penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan dari

    penelitian ini.

    A. Latar Belakang

    Penelitian ini akan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh

    corporate governance dan pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi

    selama krisis finansial global. Corporate governance direpresentasikan dengan

    kepemilikan manajerial dan komposisi komisaris independen.

    Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para

    peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Jensen dan Mecking (1976)

    menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer

    selaku agen dengan pemilik sebagai prinsipal perusahaan. Agen diberikan

    kewenangan dan otoritas oleh prinsipal untuk mengelola perusahaan demi

    kepentingan prinsipal. Menurut teori ini hubungan antara manajer dan pemilik

    pada hakikat sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan

    (Arifin, 2005). Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan

    agen dapat menimbulkan permasalahan yang dalam teori agensi dikenal sebagai

    asimetri informasi (Haris, 2004).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Asimetri informasi dilatarbelakangi adanya distribusi informasi yang tidak

    sama antara prinsipal dan agen. Hal ini sebagai akibat tindakan manajer sebagai

    pengelola perusahaan yang banyak mengetahui informasi internal dan prospek

    perusahaan, tidak memberikan informasi yang sebenarnya mengenai kondisi

    perusahaan kepada pemilik (Ujiyantho dan Pramuka, 2008). Tindakan ini

    dilakukan manajer karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang

    memaksimalkan untititasnya (Wisnumurti, 2010). Lebih lanjut Arifin (2005)

    mengungkapkan bahwa ketergantungan pihak eksternal terutama pemilik pada

    angka akuntansi, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri dan

    tingkat asimetri informasi yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi

    manajer untuk memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri

    sendiri.

    Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen dengan pemilik

    memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunistik, yaitu demi

    memperoleh keuntungan pribadi (Ujiyantho dan Pramuka, 2008). Salah satu

    tindakan oportunistik yang dipicu asimetri informasi adalah manajemen laba.

    Praktik manajemen laba yang memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan

    akuntansi di Indonesia. Contoh kasus yang terjadi pada kasus mark-up laporan

    keuangan PT. Kimia Farma Tbk. yang overstated (Arifin, 2005), dan kasus PT.

    Lippo Tbk. yang melibatkan pelaporan keuangan yang diawali dengan deteksi

    adanya praktik manipulasi (Gideon, 2005). Salah satu penyebab munculnya

    kasus-kasus yang dilatarbelakangi asimetri informasi ini adalah lemahnya praktik

    corporate governance di Indonesia.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang

    mengatur hubungan antara pemegang kepentingan intern dan ekstern yang

    berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu

    sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2008). Corporate

    governance merupakan suatu bentuk kontrol terhadap masalah agensi yang

    memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan harapan para pemegang

    saham, dan dibentuk untuk menjamin tidak ada pihak yang merasa dirugikan

    karena munculnya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajer (Juanda,

    2009; Ho dan Wong 2001).

    Kanagaretnam (2007) menunjukkan bahwa corporate governance yang

    berjalan efektif akan meningkatkan kualitas dan frekuensi informasi yang

    diterbitkan manajemen. Perusahaan-perusahaan yang melaksanakan corporate

    governance akan memberikan lebih banyak informasi, dalam rangka mengurangi

    asimetri informasi (Meilani, 2009). Informasi yang diberikan akan ditunjukkan

    dalam tingkat pengungkapan, semakin baik pelaksanaan corporate governance

    oleh suatu perusahaan, maka akan semakin banyak informasi yang diungkap

    (Khomsiyah, 2003).

    Chang et al (2008) menyatakan bahwa asimetri informasi di pasar terjadi

    karena satu atau lebih pemilik sebagai investor memiliki informasi privat tentang

    nilai perusahaan disaat investor lainnya tidak memiliki, hal ini dapat disebabakan

    adanya keputusan ungkapan yang dilakukan manajemen (Komalasari, 2001).

    Kualitas pengungkapan yang baik akan menurunkan dorongan investor untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    mencari informasi privat (Brown dan Hillegeist, 2007), sehingga berimplikasi

    pada penurunan tingkat asimetri informasi.

    Pengungkapan merupakan bentuk pelaksanaan salah satu prinsip

    corporate governance yaitu transparansi dan akuntabilitas (Arifin, 2005). Li

    (2009) menjelaskan bahwa perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan

    lebih dari pengungkapan yang ditetapkan dalam bentuk pengungkapan sukarela,

    salah satu contohnya adalah pengungkapan aktivitas fundamental yang

    memberikan keuntungan jangka panjang. Pengungkapan sukarela bermanfaat

    untuk menarik perhatian analis dalam meningkatkan akurasi ekspektasi pasar,

    menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, dan menurunkan keterkejutan

    pasar (Na’im dan Rakhaman, 2000; dalam Zubaidah dan Zulfikar, 2005).

    Pengungkapan sukarela terbukti memberikan dampak positif yaitu

    mengurangi tingkat asimetri informasi (Sutrisno et al, 2009; Chang et al (2008);

    dan Sunder, 2002). Pengungkapan sukarela yang tinggi akan memperkecil

    kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik. Secara teoritis manajemen

    berusaha mengurangi asimetri informasi dengan melakukan pengungkapan yang

    luas guna mengurangi konflik kepentingan (Sutrisno et al, 2009). Hasil penelitian

    tersebut mengindikasikan bahwa pengungkapan merupakan atribut yang penting

    dari corporate governance, terutama yang berhubungan dengan transparansi dan

    akuntabilitas yang dapat memperkecil asimetri informasi sehingga dapat

    mengurangi terjadinya konflik kepentingan (Sutrisno et al, 2009; Arifin, 2005).

    Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 mengakibatkan

    kebutuhan pihak eksternal akan informasi mengenai keadaan perusahaan semakin

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    tinggi (Nurlinda, 2011). Pihak eksternal, seperti pemegang saham, karyawan, dan

    stakeholder lainnya membutuhkan informasi lebih terutama selama krisis terjadi,

    karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya

    (Tonor, 2009). Informasi yang diperoleh pihak investor menjadi dasar

    pengambilan keputusan investasi pada kondisi ketidakpastian yang besar selama

    krisis.

    Perusahaan yang memiliki corporate governance yang baik akan

    memberikan implikasi tersajinya informasi yang lebih baik di masa krisis

    sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat asimetri informasi di pihak

    investor. Salah satu penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap

    asimetri informasi dilakukan oleh Kanagaretnam et al (2007). Penelitan tersebut

    menggunakan bid-ask spread dan depths yang merupakan representasi dari

    penurunan asimetri informasi, sedangkan corporate governance direpresentasikan

    oleh komisarisi independen, struktur dewan, dan aktivitas dewan. Hasil pengujian

    menunjukkan bahwa corporate governance berpengaruh negatif dan signifikan

    terhadap penurunan laba di sekitar pengumuman laba triwulanan.

    Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh corporate governance

    terhadap asimetri informasi dilakukan oleh Nugroho (2009); Meilani (2009);

    Nurlinda (2011); dan Dewi (2011). Nurlinda (2011); Dewi (2011); dan Nugroho

    (2009) menemukan bahwa komposisi komisaris independen, frekuensi rapat

    dewan komisaris, dan frekuensi rapat dewan direksi berpengaruh terhadap

    penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba. Lebih lanjut, Dewi

    (2011) dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaan penurunan asimetri

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    informasi disekitar pengumuman laba pada periode sebelum dan selama krisis.

    Meilani (2009) memaparkan hal yang berbeda, penelitiannya mengungkap bahwa

    komposisi komisaris independen tidak terbukti memiliki hubungan negatif

    terhadap tingkat asimetri informasi.

    Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa guna mengurangi konflik

    kepentingan antara prinsipal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan

    kepemilikan manajerial dalam perusahaan. Sukartha (2007) menjelaskan bahwa

    kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan akan mendorong penyatuan

    kepentingan antara prinsipal dan agen dalam mendorong informasi positif yang

    lebih banyak, dan manajer lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang

    saham yang juga adalah dirinya sendiri. Meilani (2009) dalam penelitiannya

    menemukan bahwa kepemilikan manajerial terbukti berpengaruh negatif pada

    tingkat asimetri informasi di sekitar pengumuman laba.

    Brown dan Hillegeist (2007); Chang et al (2008); dan Sunder (2002)

    menyatakan asimetri informasi dapat dikurangi dengan pengungkapan sukarela

    selain melakukan pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela merupakan atribut

    yang penting dalam corporate governance, dan merupakan salah satu alat yang

    penting untuk mengatasi masalah keagenan antara manajemen dan pemilik,

    karena dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi

    (Khomsiyah, 2003; Tonor, 2009; Sutrisno et al, 2009).

    Achmad (2007) dalam penelitiannya terhadap perusahaan keluarga (family

    firm) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menemukan bahwa struktur dewan

    komisaris dan struktur dewan direksi berpengaruh pada pengungkapan sukarela

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    yang dilakukan perusahaan. Baek et al (2009) secara spesifik meneliti pengaruh

    kepemilikan manajerial tehadap pengungkapan sukarela. Penelitian menemukan

    hasil yang berbeda dengan memisahkan level kepemilikan pada kurang dari 5%

    dan di atas 5%. Pada level kepemilikan saham dibawah 5%, kepemilikan

    manajerial akan berpengaruh negatif pada level pengungkapan sukarela.

    Kepemilikan di atas 5% tidak memberikan pengaruh pada pengungkapan sukarela

    yang dilakukan perusahaan.

    Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan penelitian yang

    dilakukan oleh Meliani (2009). Penelitian yang dilakukan Meliani (2009) meneliti

    pengaruh corporate governance terhadap tingkat asimetri informasi. Penelitan ini

    meneliti perusahaan yang memperoleh peringkat 10 teratas dilakukan IICG 2004-

    2007. corporate governance yang diteliti adalah Indeks Corporate Governance,

    kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris

    independen, ukuran komisaris independen. Peneliti tertarik untuk menguji

    kembali penelitian ini karena masih banyak aspek-aspek yang belum

    dikembangkan dan perbedaan hasil penelitian dengan penelitian lain mengenai

    pengaruh corporate governance terhadap asimetri informasi.

    Penelitian menambahkan variabel pengungkapan sukarela dan lebih

    spesifik pada periode terjadinya krisis finansial global tahun 2008 untuk melihat

    pengaruhnya pada setiap variabel. Corporate governance sebagai variabel

    independen dalam penelitian ini adalah komposisi komisaris independen dan

    kepemilikan manajerial.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

    Bursa Efek Indonesia di tahun 2008. Perusahaan manufaktur adalah salah satu

    sektor riil yang paling banyak di Indonesia, sehingga industri ini pulalah yang

    paling banyak terkena dampak krisis (Murwani, 2010). Periode amatan untuk

    mengetahui asimetri informasi menggunakan bid-ask spread yang terjadi di dua

    hari disekitar pengumuman laba (5 hari amatan) dan mengembangkan item

    pengungkapan sukarela dalam penelitian Achmad (2007).

    Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian yang berjudul: ”Pengaruh Corporate Governance dan

    Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi Selama Krisis

    Finansial Global”.

    B. Masalah Penelitian

    Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka yang menjadi

    pokok permasalahan adalah:

    1. Apakah corporate governance berpengaruh terhadap tingkat asimetri

    informasi selama krisis finansial global?

    Corporate goernance dapat dijabarkan sebagai berikut:

    a. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tingkat asimetri

    informasi selama krisis finansial global?

    b. Apakah komposisi komisaris independen berpengaruh terhadap tingkat

    asimetri informasi selama krisis finansial global?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    2. Apakah luas pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap tingkat asimetri

    informasi selama krisis finansial global?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mengetahui apakah corporate governance berpengaruh terhadap tingkat

    asimetri informasi selama krisis finansial global.

    2. Mengetahui apakah luas pengungkapan sukarela berpengaruh terhadap

    tingkat asimetri informasi perusahaan.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk:

    1. Dapat memberikan kontribusi terhadap literatur penelitian akuntansi

    khususnya mengenai pengungkapan sukarela dan asimetri informasi serta

    corporate governance yaitu kepemilikan manajerial dan komisaris

    independen.

    2. Bagi investor, dapat membantu memberikan gambaran mengenai kinerja

    perusahaan dengan melihat pengungkapan sukarela perusahaan dan

    penerapan corporate governance sehingga dapat mengambil keputusan

    investasi yang tepat.

    3. Bagi perusahaan, dapat membantu memberikan gambaran dan bahan

    pertimbangan dalam menentukan keputusan di masa mendatang. Selain itu

    dapat memberikan wacana tentang pentingnya pengungkapan sukarela oleh

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    perusahaan mereka yang didukung dengan penerapan corporate governance,

    dalam rangka mengurangi asimetri informasi dan juga untuk mencapai

    competitive advantage di dunia bisnis.

    4. Bagi akademisi, bisa dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya

    disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan.

    E. Sistematika Penulisan

    BAB I : Pendahuluan

    Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II : Tinjauan Pustaka

    Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat literatur

    terkait dengan topik penelitian; kaitan variabel independen

    dengan variabel dependen; kerangka konseptual;

    pengembangan hipotesis.

    BAB III : Metode Penelitian

    Bab ini berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan

    teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan

    data; variabel penelitian dan pengukurannya; dan metode

    analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif dan pengujian

    hipotesis.

    BAB IV : Analisis dan Pembahasan

    Bab ini menguraikan analisis deskriptif data; pengujian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    hipotesis dan pembahasan hasil analisis.

    BAB V : Penutup

    Bab ini membahas kesimpulan mengenai obyek yang diteliti

    berdasarkan hasil analisis data, menjelaskan mengenai

    keterbatasan penelitian, dan memberikan saran bagi pihak

    yang terkait, serta rekomendasi bagi peneliti berikutnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Setelah membahas pendahuluan di Bab I, Bab II akan menjelaskan

    mengenai tinjauan pustaka dan kaitan corporate governance dan pengungkapan

    sukarela dengan asimetri informasi, kerangka pemikiran, serta pengembangan

    hipotesis dalam penelitian ini.

    A. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka ini menjelaskan literatur yang mendasari komponen

    maupun variabel penelitian.

    1. Teori Agensi (Agency Theory)

    Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

    memahami corporate governance dan asimetri informasi. Teori ini membahas

    tentang adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.

    Teori keagenan muncul sekitar tahun 1970an, berawal dari adanya bentuk

    korporasi yang memisahkan dengan tegas antara kepemilikan dengan manajemen

    perusahaan (Tanor 2009).

    Pemisahan ini muncul karena semakin rumit dan besarnya suatu

    perusahaan membuat pihak pemilik tidak bisa secara insentif mengelola

    perusahaannya, sehingga meminta pihak manajemen untuk mengelola

    kelangsungan hidup perusahaan dalam usahanya untuk mendapatkan laba (Tanor

    2009). Bodie et al (2006) menjelaskan pemisahan ini bertujuan untuk memberikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    stabilitas pada perusahaan dalam menghadapi terbukanya pasar global, produksi

    skala besar, dan meningkatnya ukuran serta kebutuhan modal. Pemisahan ini

    dimaksudkan pergantian pemilik yang terjadi tidak berpengaruh pada aktivitas

    perusahaan, karena aktivitas perusahaan dikelola oleh manajemen.

    Hubungan antara pemilik dan manajemen ini oleh banyak ahli disebut

    dengan dengan hubungan keagenan (agency relationship). Jensen dan Meckling

    (1976) menyatakan hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu

    (prinsipal) mempekerjakan individu lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan

    kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu

    keputusan atas nama prinsipal tersebut. Menurut Baek et al (2009), sebuah

    hubungan keagenan tercipta ketika pemilik memberikan wewenangnya kepada

    manajer, hal ini berarti agen adalah seseorang atau lebih yang sudah dipercaya

    oleh pemilik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai

    perusahaan agar kemakmuran pemegang saham terjamin.

    Hubungan keagenan ini menjadikan manajer sebagai pengelola perusahaan

    lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang

    akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu, manajer

    sebagai pengelola berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi

    perusahaan kepada pemilik (Ujiyantho dan Pramuka, 2008; Khomsiyah, 2003).

    Masalah keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara

    pemilik dan agen, hal ini terjadi karena kemungkinan manajemen sebagai agen

    tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan prinsipal. Menurut teori agensi,

    hubungan antara manajer dan pemilik pada hakikat sukar tercipta karena adanya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    kepentingan yang saling bertentangan (Arifin, 2005). Hal ini sebagai akibat

    tindakan manajer sebagai pengelola perusahaan yang banyak mengetahui

    informasi internal dan prospek perusahaan, tidak memberikan informasi yang

    sebenarnya mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (Ujiyantho dan

    Pramuka, 2008). Tindakan ini dilakukan manajer karena manajer cenderung untuk

    melaporkan sesuatu yang memaksimalkan untititasnya (Wisnumurti, 2010).

    Situasi ini menimbulkan peluang bagi manajemen untuk untuk melakukan

    tindakan oportunistik dan berbuat curang1.

    Masalah keagenan ini juga dihadapi para pelaku pasar dalam mekanisme

    pasar. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna mewujudkan

    tujuannya, membeli atau menjual sekuritas. Aktivitas yang mereka lakukan

    utamanya dipengaruhi oleh informasi yang diterima, baik secara langsung

    (laporan publik) maupun tidak langsung misalnya insider trading2 (Komalasari,

    2001). Ketika terjadi asimetri informasi, keputusan ungkapan yang dibuat oleh

    manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara

    investor yang lebih terinformasi dan investor kurang terinformasi menimbulkan

    biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk

    saham-saham perusahaan (Komalasari, 2001).

    Eisenhardt (1989) dalam Nurlinda (2011) menyatakan bahwa teori agensi

    menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya

    1 Curang (froud) dalam konteks audit keuangan, kecurangan merupakan suatu tindakan yang disengaja dengan itikad tidak baik, dengan melakukan penyajian yang salah atas laporan keuangan atau pegungkapan dan pernyataan yang salah karena ketidaktepatan aktiva (Tunggal, 2007) 2 Insider trading merupakan perdagangan sukuritas yang dilakukan oleh corporate insider. Corporate insider adalah pejabat perusahaan, manajemennya, direksinya atau pemegang saham mayoritasnya yang mempunyai informasi privat (Jogiyanto, 2000).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas

    mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu

    menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut

    manajer sebagai manusia akan bertindak oportunistik, yaitu mengutamakan

    kepentingan pribadinya (Haris, 2004).

    Sidhartha (2007) menyatakan bahwa fokus dari teori keagenan adalah

    pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara

    prinsipal dan agen dan bagaimana prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat

    mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.

    Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu (1) agen

    dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun pemilik

    memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat

    informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri;

    (2) risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang

    berarti bahwa agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang

    diterimanya (Sidhartha, 2007).

    Konflik keagenan yang terjadi dapat diminimalkan dengan adanya

    mekanisme pengawasan yang baik di dalam perusahaan, baik mekanisme

    pengawan eksternal maupun internal (Juanda, 2009; Arifin 2005). Namun, dengan

    adanya mekanisme pengawasan tersebut, akan menimbulkan biaya tambahan

    yang sering disebut dengan biaya keagenan (Nurlinda, 2011). Biaya keagenan

    dapat diminimalkan dengan berbagai cara, antara lain: (1) dengan meningkatkan

    kepemilikan dari dalam (insider ownership) atau kepemilikan manajerial; (2)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    dengan menggunakan kebijakan hutang; (3) dengan cara mengaktifkan monitoring

    melalui investor institusional (Juanda, 2009).

    2. Asimetri Informasi (Information Asymmetric)

    Hubungan keagenan memunculkan terjadinya masalah agensi ketika

    terjadi pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen

    dikenal sebagai asimetri informasi (Arifin, 2005). Kesenjangan informasi antara

    manajemen dan pemilik terjadi sebagai akibat tindakan manajer sebagai pihak

    yang banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan, tidak

    memberikan informasi yang sebenarnya mengenai kondisi perusahaan kepada

    pemilik (Ujiyantho dan Pramuka, 2008), dalam rangka memaksimalkan

    untititasnya (Wisnumurti, 2010).

    Tonor (2009) menyatakan bahwa asimetri informasi merupakan masalah

    yang timbul karena adanya hubungan keagenan, dan bermula dari hasrat

    manajemen untuk tidak bertindak demi kepentingan terbaik dari prinsipal. Brown

    dan Hillegeist (2006) memberikan pemahaman yang berbeda, asimetri informasi

    terjadi ketika satu atau beberapa pemilik sebagai investor memiliki informasi

    privat tentang perusahaan di sisi lain investor yang kurang terinformasi lainnya

    hanya memiliki akses ke informasi publik.

    Menurut Scott (2003) terdapat dua macam permasalahan yang timbul

    akibat asimetri informasi yang disebabkan kesulitan pemilik untuk memonitor dan

    melakukan kontrol tindakan manajemen, yaitu:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    1) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam

    lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek

    perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat

    mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham

    tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

    2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

    tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi

    pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan

    pemegang saham yang melanggar kontrak dan secara etika atau norma

    mungkin tidak layak dilakukan.

    Rahardjo (2004) mengungkapkan bahwa asimetri informasi dapat terjadi

    dalam dua kondisi ekstrim, yaitu : kesenjangan informasi yang kecil sehingga

    tidak mempengaruhi manajemen, atau kesenjangan yang sangat signifikan

    sehingga berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham. Asimetri informasi

    yang tinggi dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan

    tindakan opotunistik yang yang dapat merugikan pemilik (Wisnumurti, 2010).

    Tindakan tersebut diantaranya tidak dipublikasikannya kegagalan rencana bisnis

    (Rahardjo, 2004); praktik manajemen laba (Wisnumurti, 2010); mark-up laporan

    keuangan (Arifin, 2005).

    Asimetri informasi sangat terasa pengaruhnya dalam dunia akuntansi

    karena produk utama dari akuntansi adalah informasi, yang merupakan komoditas

    yang sangat kuat dan penting (Tonor, 2009). Pengungkapan informasi akuntansi

    dalam bentuk penerbitan laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    menjembatani kesenjangan informasi yang terjadi (Dewi, 2011), termasuk

    didalamnya terdapat pengumuman laba. Kim dan Verrecchia dalam

    Kanagaretnam et al (2007) menyatakan bahwa pengumuman laba akan

    berpengaruh pada tingkat asimetri informasi karena perusahaan mengungkapkan

    informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk seluruh pemain di pasar

    modal. Adanya kesamaan dalam akses informasi maka diharapkan perbedaan

    harga antara permintaan dan penawaran menjadi lebih rendah (Rahardjo, 2004)

    sehingga terjadi penurunan asimetri informasi.

    Informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi pemilik sebagai

    investor untuk menurunkan asimetri informasi. Keputusan ungkapan yang dibuat

    oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham, ketika asimetri informasi antara

    investor yang lebih terinformasi dan investor kurang terinformasi dan

    menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam

    pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, 2001). Penurunan asimetri

    informasi akan menyebabkan pengurangan dalam biaya transaksi, dimana biaya

    transaksi diwakili oleh bid ask spreads (Murni, 2004).

    Pada beberapa penelitian, asimetri informasi dapat dilihat berdasarkan bid-

    ask spread atau dengan menggunakan bid-ask debt. Spread adalah selisih antara

    harga penawaran (jual) terbaik dan harga permintaan (beli) terbaik, jika besaran

    spread tersebut dibagi rata-rata harga jual terbaik dan harga beli terbaik, maka

    akan diperoleh relative spread (Frensidy, 2009). Penelitian Sutrisno et al (2009)

    menggunakan relative bid-ask spread dalam melihat asimetri informasi. Shon dan

    Weiss (2009); Nurlinda (2011); dan Dewi (2011) menggunakan bid-ask spread

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    periode window dan non-window dalam melihat penurunan asimetri infomasi.

    Meilani (2009); dan Wisnumurti (2010) menggunakan adjusted bid-ask spread

    untuk menilai tingkat asimetri informasi, dimana spread disesuaikan dengan

    memperhatikan harga penutupan saham, jumlah transaksi saham, dan variasi

    return saham harian. Sedangan Kanagaretnam et al (2007) menggunakan bid-ask

    spread dan bid-ask debth dalam merepresentasikan asimetri informasi. Bid-ask

    debth adalah jumlah saham yang tersedia pada saat terjadi penawaran (bid)

    ditambah jumlah saham yang terdapat pada saat terjadi permintaan (ask).

    3. Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)

    Perspektif teori keagenan adalah upaya penciptaan mekanisme kontrak

    efisien yang timbul karena adanya konflik kepentingan diantara para stakeholder

    (investor, kreditur, regulator, dan manajer). Adanya perbedaan kepentingan antara

    kedua belah pihak tersebut melahirkan perlunya corporate governance untuk

    menjamin tidak ada pihak yang merasa dirugikan (Juanda, 2009).

    Definisi mengenai corporate governance saat ini sangatlah beraneka

    ragam. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)

    mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak

    direksi perusahaan, komisaris, pemegang saham, dan pihak lain yang memiliki

    kepentingan terhadap perusahaan. Corporate governance mensyaratkan adanya

    struktur perusahaan, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas

    kinerja (Tunggal, 2007).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002)

    mempergunakan definisi Cadbury Committee untuk mendefinisikan corporate

    governance yaitu:

    "Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan". The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)

    mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme untuk

    mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan

    berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

    Sedangkan good corporate governance dalam The Indonesian Institute for

    Corporate Governance didefinisikan sebagai proses dan struktur yang diterapkan

    dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai

    pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan

    kepentingan stakeholder yang lain.

    Pengertian lain corporate governance menurut Surat Keputusan Menteri

    Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No.

    23/MPM/BUMN/2000 tentang Pengembangan Praktik Corporate Governance

    dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO), menyatakan bahwa:

    “Corporate governance adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efek yang bersumber dari Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan Struktur Organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    dan resiko secara lebih efisien, efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya”. Menurut Ho dan Wong (2001), corporate governance dipandang sebagai

    cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab masing-masing

    kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparansi merupakan

    indikator utama standar corporate governance dalam sebuah ekonomi.

    Selanjutnya Ho dan Wong (2001) menjelaskan corporate governance merupakan

    suatu bentuk kontrol terhadap masalah agen dan memastikan bahwa manajemen

    bertindak sesuai dengan harapan para pemegang saham.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat mengambil

    simpulan bahwa corporate governance adalah suatu mekanisme pengendalian

    perusahaan berlandaskan peraturan perundangan dan nilai etika, yang ditujukan

    untuk mengatur hubungan antara stakeholder dan manajemen dalam rangka

    mengurangi konflik kepentingan dan meningkatkan nilai pemegang saham jangka

    panjang, guna mencapai maksud dan tujuan perusahaan.

    Tunggal (2007) menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari corporate

    governance yang baik adalah: (1) tercapainya sasaran yang telah ditetapkan; (2)

    aktiva perusahaan dijaga dengan baik; (3) Perusahaan menjalankan praktik-

    praktik bisnis yang sehat; (4) Kegiatan-kegiatan perusaaan dilakukan secara

    transparan.

    Tunggal (2007) dalam bukunya menyebutkan prasyarat dasar yang harus

    dipenuhi dalam menerapkan corporate governance yang baik menurut Committee

    Basel, mencakup:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    a. corporate value, kode perilaku (codes of conduct) dan standar perilaku lainnya yang pantas, dan sistem yang digunakan untuk menjamin kepatuhan;

    b. strategi corporate yang disusun dengan baik sehingga mampu mengukur keberhasilan perusahaan secara keseluruhan dan kontribusi tiap-tiap individu;

    c. tanggungjawab dan kewenangan pengambilan keputusan yang jelas dari level yang paling rendah hingga tingkat direksi dan komisaris;

    d. membangun mekanisme interaksi dan kerjasama antara komisaris, direksi, dan auditor;

    e. sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi audit internal dan eksternal, fungsi manajemen risiko yang terpisah dari lini bisnis, serta check dan balance lainnya;

    f. monitoring secara khusus atas adanya risiko konflik kepentingan, termasuk hubungan bisnis dengan peminjam yang berafiliasi dengan bank, pemegang saham, direksi, atau pembuat keputusan kunci yang ada dalam perusahaan

    g. adanya insentif finansial dan manajerial yang diberikan kepada direksi, manajemen madya, dan pegawai agar bertindak dengan cara yang sesuai appropriate manner) dalam bentuk kompensasi, promosi, dan pengakuan lainnya;

    h. informasi yang memadai kepada eksternal perusahaan dan masyarakat.

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002)

    menyebutkan prinsip-prinsip dasar dalam praktik Corporate Governance antara

    lain sebagai berikut:

    a. Kewajaran (Fairness)

    Secara sederhana kewajaran bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil

    dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan

    perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup

    adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakan peraturan untuk

    melindungi hak-hak investor, khususnya pemegang saham minoritas, dari

    berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini dapat berupa insider trading

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    (transaksi yang melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi

    saham (nilai perusahaan berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat

    merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan

    saham baru, merger, akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain.

    b. Transparansi (Disclosure and Transparency)

    Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam

    proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material

    dan relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri,

    perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu

    kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap

    perusahaan diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan serta

    informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja

    perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat

    mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.

    c. Akuntabilitas (Accountability)

    Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

    pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

    dilaksanakan secara efektif. Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip

    accountability antara lain:

    1) praktek audit internal yang efektif;

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    2) kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab dalam

    anggaran dasar perusahaan dan Statement of Corporate Intent (target

    pencapaian perusahaan di masa depan).

    d. Responsibilitas (Responsibility)

    Responsibilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam

    manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada

    perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran

    bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang,

    menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan

    wewenang kekuasaan, menjadi profesional, dan menjunjung etika dan memelihara

    bisnis yang sehat.

    e. Independensi (Independency)

    Independensi merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

    profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak

    manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Independensi menekankan bahwa dalam

    menjalankan fungsi, tugas, dan tangungjawabnya, dewan komisaris, dewan

    direksi, dan manajer atau pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengelola dan

    menjalankan perusahaan terbebas dari tekanan maupun pengaruh baik dari dalam

    maupun luar perusahaan.

    Utama (2003) dalam Herawaty (2008) prinsip-prinsip corporate

    governance yang diterapkan memberikan manfaat diantaranya: (1) meminimalkan

    agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    prinsipal dengan agen; (2) meminimalkan cost of capital dengan menciptakan

    sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4)

    meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah,

    dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa

    depan perusahaan yang lebih baik.

    Penilaian mengenai sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

    corporate governance dalam perusahaannya di Indonesia telah di lakukan oleh

    FCGI. FCGI telah mengembangkan suatu alat yang dapat digunakan sebagai

    penilaian mandiri apakah corporate governance pada suatu perusahaan telah

    berjalan dengan baik atau belum. FCGI menamakan alat tersebut sebagai FCGI

    Corporate Governance Self-Assessment Ceklist. Kuesioner tersebut berisi

    pembobotan dalam lima bidang yaitu: (1) Hak-hak pemegang saham sebesar 20%;

    (2) Kebijakan corporate governance sebesar 15%; (3) praktik-praktik corporate

    governance sebesar 30%; (4) Pengungkapan sebesar 20%; dan (5) fungsi audit

    sebesar 15%.

    Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah board of

    directors (dewan pengurus perseroan). Board of directors adalah sekelompok

    individual yang dipilih dimana tanggung jawab utamanya adalah bertindak atas

    kepentingan pemilik dengan secara formal memonitor dan mengendalikan

    eksekutif puncak perusahaan, yang diklasifikasikan menjadi insiders, related

    outsides, dan outsiders (Tunggal, 2007).

    Menurut FCGI (2002), terdapat 2 sistem yang berkaitan dengan bentuk

    dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system (sistem satu tingkat) dan two tiers

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    system (sistem dua tingkat). Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang

    menganut sistem hukum Anglo-Saxon. Perusahaan yang hanya mempunyai satu

    dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau

    pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan

    prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif), dimana non direktur eksekutif

    diangkat karena kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara-negara dengan one

    tier system misalnya Amerika Serikat dan Inggris. Berikut ini adalah Struktur

    Board of Director dalam One Tier System.

    Gambar II.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System

    (sumber: FCGI, 2002)

    Two tiers system dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum

    kontinental Eropa. Perusahaan mempunyai 2 badan terpisah yaitu dewan

    pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi).

    Tugas dewan direksi adalah mengelola dan mewakili perusahaan dibawah

    pengarahan dan pengawasan dewan komisaris, dalam sistem ini anggota dewan

    direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh dewan komisaris. Dewan

    direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab

    hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Tugas dewan komisaris utama

    General Meeting of the

    Shareholders (GMoS)

    Boards of Directors

    Executive

    Non-

    Executive

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    adalah bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Berikut ini

    adalah Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers

    System

    Gambar II.2

    Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers System (sumber: FCGI, 2002)

    Dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas

    manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam melakukan transaksi

    dengan pihak ketiga. Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat

    Umum Pemegang Saham (RUPS). Negara-negara dengan two tiers system adalah

    Denmark, Jerman, Belanda dan Jepang serta di Indonesia.

    Menurut Arifin (2005), Indonesia menganut two tiers system yang berarti

    bahwa komposisi pengurus perseroan terdiri dari fungsi eksekutif yaitu dewan

    direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan komisaris. Penelitian tersebut juga

    menyebutkan two tiers system di Indonesia tanpa melibatkan pegawai dalam

    supervisiory board (sebagai dewan komisaris), fungsi pengawasan terletak di

    General Meeting of The Shareholders (GMoS)

    Board of Commissioner (BoC)

    Board of Directors (BoD)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    dewan komisaris, dan fungsi manajerial pada dewan direksi. Struktur Two Tiers

    System pada perusahaan Publik di Indonesia digambarkan sebagai berikut.

    Gambar II.3 Struktur Two Tiers System pada perusahaan Publik di Indonesia

    (sumber: Arifin, 2005)

    Gambar II.3 menunjukkan kedudukan dewan komisaris yang tidak

    langsung membawahi dewan direksi, kedudukan dewan komisaris dan dewan

    direksi sejajar dan keduanya bertangungjawab terhadap RUPS. Arifin (2005)

    mengungkapkan bahwa hal ini terjadi dengan dibelakukannya Undang-Undang

    Perseroan Terbatas tahun 1995 yang menyatakan bahwa anggota dewan direksi

    diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 80 ayat 1 dan pasal 91 ayat 1),

    demikian juga anggota dewan komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

    (pasal 95 ayat 1 dan pasal 101 ayat 1). Lebih lanjut Arifin (2005) menjelaskan bila

    ditinjau dari perspektif good governance, kedududukan yang sejajar ini dapat

    mengakibatkan pelaksanaan fungsi pengendalian (control) berjalan kurang efektif

    karena bisa saja dewan komisaris dianggap oleh dewan direksi sebagai partner

    kerja, bukan sebagai pengawas kerja dewan direksi.

    Dewan Komisaris Dewan Direksi

    Rapat Umum Pemegang Saham

    (RUPS)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    4. Kepemilikan Manajerial (Manajerial Ownership)

    Kepemilikan manajerial adalah salah satu struktur dalam corporate

    governance, yaitu para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di

    manajemen perusahaan baik sebagai dewan komisaris atau sebagai direktur

    (Widodo, 2005). Kepemilikan manajerial berperan penting dalam penerapan

    praktik corporate governance. Salah satu pilihan mekanisme pengawasan internal

    untuk menyamakan kepentingan pemegang saham dan manajer adalah kontrak

    insentif jangka panjang (Walsh dan Seward, 1990 dalam Rosvita, 2010). Kontrak

    insentif ini yaitu dengan memberikan insentif pada manajer apabila nilai

    perusahaan atau kemakmuran pemegang saham meningkat, salah satunya dengan

    cara memberi kepemilikan saham kepada manajer (Jensen dan Meckling, 1976).

    Kepemilikan manajerial perlu ditingkatkan di dalam perusahaan untuk dua

    tujuan: (1) untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap; (2)

    mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham,

    terutama untuk memaksimalkan harga saham (Ustaraningsih, 2010). Jensen dan

    Meckling (1976) dengan hipotesis pemusatan kepentingan (convergence of

    interest hypothesis) dalam Sukartha (2008) menyatakan bahwa kepemilikan

    manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang

    saham, yang berarti semakin meningkatkan proporsi kepemilikan saham

    manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan tersebut.

    Kepemilikan saham yang rendah menjadikan insentif terhadap

    kemungkinan manajemen melakukan tindakan oportunistik akan meningkat

    (Ujiyantho dan Bambang, 2007). Kepemilikan manajerial akan membantu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    penyatuan kepentingan antara manajer dan pemilik, sehingga manajer ikut

    merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula

    menanggung sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah

    (Ujiyantho dan Bambang, 2007).

    5. Dewan Komisaris Independen (Board of Independent Commisioner)

    Dewan komisaris dalam Komite Nasional Corporate Governance (KNKG,

    2006) diartikan sebagai organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab

    secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

    direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan corporate governance.

    Agar pelaksanaan tugas dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu

    dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

    a. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan

    secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.

    b. Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan

    memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik

    termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan

    semua pemangku kepentingan.

    c. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup

    tindakan pencegahan, perbaikan, hingga pada pemberhentian sementara.

    d. Komisaris independen anggota dewan komisaris, merupakan pihak yang

    tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk

    hubungan bisnis maupun kekeluargaan.

    Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan

    Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia Nomor I-A yang berlaku sejak tanggal 1

    Juli 2000 tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa,

    sebagaimana diubah dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor :

    Kep-339/BEJ/07-2001 tanggal 21 Juli 2001. Perusahaan yang tercatat di BEI

    wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proposional

    sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham

    pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen 30% dari jumlah

    seluruh anggota komisaris. Sesuai ketentuan ini, persyaratan menjadi komisaris

    independen pada perusahaan yang tercatat di BEI adalah sebagai berikut:

    a. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali

    perusahaan tercatat yang bersangkutan.

    b. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris

    lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

    c. Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang

    terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

    d. Memahami peraturan perundang-undangan di pasar modal.

    6. Pengungkapan (Disclosure)

    Suwardjono (2005) menyatakan bahwa pengungkapan merupakan bagian

    integral dari pelaporan keuangan dan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan.

    Subiyantoro (1997) dalam Fitria (2006), mendefinisikan pengungkapan dalam arti

    luas yaitu:

    “pengungkapan berkenaan dengan informasi yang disajikan baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media komunikasi pendukung lainnya seperti: catatan kaki, peristiwa setelah tanggal pelaporan, analisis manajemen mengenai operasi pada tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi serta laporan keuangan tambahan mengenai segmental disclosure dan informasi lain diluar historiacal cost”. Subekti (2001) dalam Tonor (2009) membagi pengungkapan menjadi tiga

    bentuk, yaitu:

    1) full disclosure : perusahaan mengungkapkan seluruh informasi yang berkaitan dengan laporan keuangannya yang menggambarkan keadaan perusahaan apa adanya, jenis pengungkapan ini biasanya bersifat detail dan substansional;

    2) adequate disclosure : perusahaan melakukan pengungkapan hanya untuk memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh institusi tertentu;

    3) fair disclosure : perusahaan melakukan pengungkapan wajar, tidak terlalu detail, tetapi juga tidak terlalu minim. Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan

    yang ditetapkan oleh standar dan regulasi.

    a. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclousure)

    Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang wajib dikemukakan

    oleh perusahaan, khususnya perusahaan publik kepada masyarakat. Peraturan

    tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan

    penawaran umum dan perusahaan publik antara lain:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    1) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-06/PM/2000

    tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian

    Laporan Keuangan

    2) Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-134/BL/2006

    tentang Kewajiban penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau

    Perusahaan Publik.

    3) Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor No.SE-

    02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan

    Keuangan oleh Emiten atau Perusahaan Publik-Industri Manufaktur.

    b. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

    Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang

    dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang

    berlaku. Hal ini sesuai dengan PSAK nomor 1 yang menyatakan sebagai berikut:

    “ Informasi lain atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai lingkungan hidup, dan laporan nilai tambah) adalah merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai”. Perusahaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang

    diperolehnya dengan melakukan pengungkapan sukarela (Fitria, 2006). Di sisi

    lain perusahaan akan memperoleh manfaat dari pengungkapan sukarela antara lain

    meningkatkan kredibilitas perusahaan, membantu investor dalam memahami

    strategi bisnis manajemen, menarik perhatian analis dalam meningkatkan akurasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    ekspektasi pasar, menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, dan menurunkan

    kejutan pasar (Na’im dan Rakhaman, 2000; dalam Zubaidah dan Zulfikar, 2005).

    Pengungkapan sukarela dimaksudkan memberi informasi tambahan

    kepada pemakai laporan keuangan. Alasan pengungkapan sukarela juga erat

    dengan keputusan investor dalam hal ini diwakili oleh pasar modal. Pada

    umumnya perusahaan akan mengungkapkan seluruh informasi yang diperlukan

    untuk mengoptimalkan fungsi pasar modal (Hendriksen dan Brenda, 2001).

    Pada umumnya perusahaan enggan melakukan pengungkapan melebihi

    peraturan yang ditetapkan, terutama melakukan pengungkapan sukarela. Menurut

    Hendriksen dan Brenda (2001), ada beberapa alasan yang menyebabkan

    perusahaan enggan melakukan pengungkapan, yaitu sebagai berikut:

    1) Pengungkapan akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang

    saham.

    2) Pengungkapan yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada

    serikat pekerja dalam hal tawar menawar upah.

    3) Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami

    kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure hanya akan

    menyesatkan.

    4) Tersedianya sumber-sumber informasi lain selain laporan tahunan yang

    tersedia dengan biaya yang lebih mahal.

    5) Kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan investor

    Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2008) menggunakan indeks

    pengungkapan untuk mengukur tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    indeks pengungkapan ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu indeks pengungkapan

    tanpa pembobotan dan dengan pembobotan. Kedua jenis indeks pengungkapan

    dan item-item pengungkapan dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti atau

    dikembangkan lembaga tertentu. Penggunaan indeks pengungkapan dengan

    pembobotan dilakukan karena setiap item informasi kemungkinan besar memiliki

    tingkat kepentingan (important) berbeda bagi pengguna dibandingkan item yang

    lain, dan perusahaan mungkin akan terpengaruh untuk melakukan pengungkapan

    lebih pada item pengungkapan yang lebih penting (Achmad, 2008).

    B. Kaitan Corporate Governance, Pengungkapan Sukarela, dan Asimetri

    Informasi

    Krisis finansial global yang terjadi di tahun 2008 berdampak luar biasa

    tidak hanya pada sektor finansial tetapi juga sektor riil. Krisis perbankan

    kemudian menjalar pada nasabah-nasabahnya mereka (mahalnya atau hilangnya

    kredit bank), sehingga masalah sektor keuangan langsung menjalar pada sektor

    riil (kegiatan konsumsi, produksi, perdagangan, dan investasi). Pasar modal

    Indonesia mengalami gejolak luar biasa akibat krisis ini. Krisis finansial global

    yang melanda dunia merupakan akumulasi dari ulah korporat yang tidak

    mengindahkan rambu-rambu bisnis yang sehat yaitu good corporate governance,

    dalam bentuk kurangnya transparansi oleh pihak manajemen terhadap para

    stakeholders (Dewi, 2011). Kurangnya transparansi ini menyebabkan munculnya

    kesenjangan informasi atau asimetri informasi antara manajemen dan stakeholder.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    Selama periode krisis perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan

    lebih dalam rangka memberikan informasi dan mengurangi ketidakpastian

    investor atas kondisi perusahaan. Pengungkapan yang dilakukan oleh manajer

    harus didukung dengan adanya corporate governance yang baik, untuk menjamin

    meratanya distribusi informasi yang relevan dan handal. Pernyataan ini didukung

    oleh temuan Khomsiyah (2003) yang menyatakan bahwa semakin baik

    implementasi corporate governance, maka semakin banyak pula informasi yang

    diungkapkan oleh perusahaan. Hal ini menjadikan corporate governance sebagai

    mekanisme yang penting dalam mengurangi asimetri informasi selama krisis

    finansial global.

    Peran corporate governance secara langsung dapat menurunkan asimetri

    informasi. Kanagaretnam et al (2007); dan Meilani (2009) berhasil membuktikan

    bahwa corporate governance mempengaruhi informasi asimetri disekitar

    pengumuman laba. Karena pada saat melakukan pengumuman laba, corporate

    governance diharapkan menjamin keseimbangan distribusi informasi, sehingga

    tidak ada informasi private yang terjadi.

    Pengungkapan merupakan atribut yang penting dari corporate governance,

    terutama yang berhubungan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas

    (Sutrisno et al, 2009; Arifin, 2005). Pengungkapan adalah salah satu cara yang

    dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi tingkat asimetri informasi (Brown

    dan Hiilegeist, 2006; Khomsiyah, 2003) terutama selama krisis finansial global.

    Pengungkapan yang dilakukan perusahaan cenderung merupakan

    peraturan wajib yang disyaratkan oleh regulasi. Perusahaan enggan melakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    pengungkapan sukarela karena mahalnya biaya untuk melakukan pengungkapan

    dan ketakutan pesaing akan mengetahui strategi perusahaan (Hendriksen dan

    Brenda, 2001). Di sisi lain, Sunder (2002); Li (2009); Chang et al (2008); Baek et

    al (2009) menyatakan bahwa asimetri informasi dapat dikurangi dengan adanya

    pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukkan

    semakin luasnya pengungkapan sukarela yang dilakukan mengindikasikan

    informasi yang terdistribusi secara merata.

    Pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh

    banyak faktor, baik faktor keuangan dan non keuangan (Zubaidah dan Zulfikar,

    2005). Fitria (2006) meneliti bahwa kinerja perusahaan terbukti berpengaruh

    positif pada luas pengungkapan sukarela. Munculnya gejolak ekonomi turut

    berpengaruh pada kinerja perusahaan publik (Machfoedz (1999); Setiawan dan

    Subekti (2005). Penurunan kinerja selama krisis mengindikasikan adanya

    penurunan pengungkapan sukarela selama krisis, hal ini didukung dengan

    penelitian Jhon dan Weiss (2009).

    Disisi lain, corporate governance terbukti mampu secara efektif

    meningkatkan pengungkapan sukarela (Achmad, 2007). Sutrisno et al (2009);

    Fitria (2006); Zubaidah, Siti, dan Zulfikar (2005) dengan model penelitian yang

    berbeda pada perusahaan di Indonesia berhasil membuktikan hipotesis, bahwa

    corporate governance mampu meningkatkan pengungkapan sukarela.

    C. Kerangka Pemikiran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    Kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel dapat dilihat

    dalam gambar di bawah ini:

    Gambar II.4

    Skema Model Penelitian

    Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat diketahui bahwa model

    penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap I menjelaskan pengaruh corporate

    governance yang direpresentasikan dengan kepemilikan manajerial dan komposisi

    komisaris independen. Tahap II menjelaskan pengaruh pengungkapan sukarela

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Corporate governance

    1. Kepemilikan Manajerial 2. Komposisi Komisaris

    Independen

    Pengungkapan Sukarela

    Asimetri

    Informasi Tahap I

    Tahap II Asimetri

    Informasi

    Variabel Kontrol

    1. Ukuran Perusahaan 2. Reputasi Auditor

    Variabel Kontrol

    2. Ukuran Perusahaan 2. Reputasi Auditor

    Variabel Independen Variabel Dependen

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    terhadap asimetri informasi. Penelitian ini juga menyertakan variabel kontrol yaitu

    ukuran perusahaan dan reputasi auditor.

    D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

    Untuk membangun hipotesis, penulis menggunakan beberapa acuan dari

    penelitian terdahulu yang akan dijelaskan dalam bagian ini.

    1. Pengaruh corporate governance terhadap Tingkat Asimetri Informasi

    Krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998 dipandang sebagai akibat

    lemahnya praktik corporate governance di negara-negara Asia (Arifin, 2005).

    Hal ini terulang pada krisis finansial global 2008 yang berawal dari Perancis dan

    Amerika Serikat menjalar ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Perusahaan-

    perusahaan dianggap kurang menerapkan salah satu prinsip corporate governance

    yaitu transparansi mengenai kondisi perusahaan.

    Krisis yang terjadi menjadikan kebutuhan investor atas informasi semakin

    tinggi untuk pengambilan keputusan investasi pada kondisi ketidakpastian yang

    tinggi. Corporate governance menjadi mekanisme penting dalam menjamin

    terdistribusinya informasi yang relevan dan handal, terutama dalam mengurangi

    tingkat asimetri informasi.

    Kepemilikan manajerial terbukti berpengaruh negatif pada tingkat asimetri

    informasi Meilani (2009). Kekayaan pribadi manajemen yang terkait dengan nilai

    perusahaan dalam bentuk saham diharapkan akan membuat manajemen untuk

    bertindak demi meningkatkan nilai perusahaan, sehingga mengurangi konfik

    keagenan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    Disisi lain, Baek et al (2009) justru menemukan bahwa kepemilikan

    manajerial dibawah 5% akan meningkatkan asimetri informasi karena tingkat

    kepemilikan ini yang berpengaruh negatif terhadap pengungkapan yang dilakukan

    manajer. Perbedaan hasil ini memotivasi peneliti menguji untuk kembali hipotesis

    yaitu:

    H1a : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap tingkat

    asimetri informasi selama krisis finansial global

    Kanagaretnam et al (2007); Nugroho (2009); Nurlinda (2011) berhasil

    membuktikan keberadaan komisaris independen memiliki pengaruh yang

    signifikan terhadap penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba.

    Perusahaan memandang pentingnya komisaris independen dalam peningkatkan

    kualitas informasi yang didapat investor. Semakin banyak anggota komisaris

    independen, investor menjadi lebih memiliki kepercayaan atas kualitas informasi

    yang didapat.

    Meilani (2009) menemukan hasil yang berbeda dalam penelitiannya. Hasil

    pengujian menunjukkan bahwa keberadaan dewan komisaris tidak memiliki

    pengaruh terhadap pengungkapan sukarela. Perusahaan diduga hanya membentuk

    dewan komisaris independen untuk memenuhi ketentuan yang ada, tanpa diikuti

    pengawasan terhadap manajemen yang memadai, terutama terkait pengungkapan

    informasi keuangan oleh manajemen.

    Krisis finansial global memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

    persepsi keberadaan dewan komisaris independen oleh investor, terutama dalam

    hal pengawasan terhadap penyajian dan distribusi informasi yang relevan dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    handal selama krisis. Perbedaan hasil ini dan terjadinya krisis finansial global

    memotivasi peneliti menguji untuk kembali hipotesis yaitu:

    H2a : Komposisi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

    tingkat asimetri informasi selama krisis finansial global

    2. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Tingkat Asimetri Informasi

    Pengungkapan merupakan salah satu alat yang penting dalam corporate

    governance untuk mengatasi masalah keagenan antara manajemen dan pemilik,

    karena dipandang sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi

    (Khomsiyah, 2003; Sutrisno et al, 2005); Kanagaretnam et al 2007; Tonor, 2009;

    Brown dan Hillegeist, 2007).

    Manajer dapat melakukan pengungkapan mengenai informasi perusahaan

    dalam bentuk pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela di laporan

    tahunan. Pengungkapan yang dilakukan manajemen secara efektif akan

    menurunkan tingkat asimetri informasi yang terjadi (khomsiyah, 2003). Chang et

    al (2008); dan Sunder (2002) menyatakan asimetri informasi dapat dikurangi

    dengan pengungkapan sukarela selain melakukan pengungkapan wajib. Chang et

    al (2008) melakukan penelitian pada pengungkapan sukarela yang dilakukan

    perusahaan dalam bentuk pengungkapan di website perusahaan terhadap bid-ask

    spread. Penelitian tersebut berhasil memberikan bukti empiris bahwa semakin

    luas pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan akan memperkecil

    asimetri informasi.

    Penelitian serupa dilakukan oleh Sunder (2002) yang melakukan penelitian

    pada pengungkapan sukarela yang dilakukan dua jenis perusahaan yaitu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    ‘restricted firm’ dan ‘open firm’. Asimetri informasi direpresentasikan dengan

    bid-ask spread pada periode sebelum dan sesudah penerapan SEC Regulation Fair

    Discloure. Hasil penelitian berhasil memberikan bukti empiris pengungkapan

    sukarela yang dilakakukan oleh kategori perusahaan ‘open firm’ mampu

    menurunkan tingkat asimetri informasi.

    Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh luas pengungkapan sukarela

    dilakukan oleh Sutrisno et al (2009). Sutrisno et al (2009) meneliti pengaruh luas

    pengungkapan sukarela terhadap asimetri informasi yang direpresentasikan

    dengan relative bid-ask spread. Hasil yang diperoleh semakin memperkuat

    penelitian sebelumnya bahwa luas pengungkapan sukarela yang dilakukan

    perusahaan terbuk