FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT...
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN
SUKARELA CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)
Oleh
Nama : Desti Aripika
Program Studi : S-1 Reguler
Jurusan : Akuntansi
NPM : 0811031004
No. Hp : 085769469732
Email : [email protected]
Pembimbing I : Hi. Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si.
Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dalam laporan tahunan
perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, umur
listing, tingkat leverage, dan profitabilitas.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
2008 – 2011. Ada 11 perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian
ini, dan terdapat 59 item pengungkapan untuk mendeteksi tingkat pengungkapan
sukarela corporate governance.
Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh
secara signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela corporate governance
adalah ukuran perusahaan. Sedangkan variabel umur listing, tingkat leverage, dan
profitabilitas tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance.
Kata kunci: Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, umur listing,
tingkat leverage, dan profitabilitas
2
ABSTRACT
This study aims to analyze the factors that influence the level of voluntary
disclosure of corporate governance in the annual report food and beverage
company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The factors examined in
this study are firm size, age listing, the level of leverage, and profitability.
Data collection in this study using purposive sampling method in companies listed
in the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the year 2008 to 2011. There are
11 companies that are used as samples in this study, and there are 59 items to
detect the expression level of voluntary disclosure of corporate governance.
This study uses multiple regression analysis to examine the factors that influence
the level of voluntary disclosure of corporate governance. The results showed that
the independent variables that significantly affect the wider voluntary disclosure
of corporate governance is the size of the company. While the age variable listing,
the level of leverage, and profitability showed no significant effect on the level of
voluntary disclosure of corporate governance.
Keywords: Corporate Governance, Company Size, age listing, the level of
leverage, and profitability
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi
yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib
mengenai tata kelola perusahaan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui
pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan menjamin
pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan
(Prayogi, dalam Yularto 2003). Penelitian mengenai pengungkapan sukarela
corporate governance ini menarik untuk dilakukan karena transparansi praktik
corporate governance merupakan hal yang penting sebagai wujud
3
pertanggungjawaban manajemen (agent) kepada pemilik (principal) perusahaan
dan pihak lain yang memiliki kepentingan.
Pengungkapan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan
ditangkap oleh pihak eksternal perusahaan sebagai suatu sinyal yang dapat
menggambarkan prospek perusahaan ke depan. Pihak eksternal (stakeholder),
seperti investor menggunakan bantuan informasi sebagai alat analisis yang bisa
menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi (Maines
et al., 2002 dalam Yolanda 2012). Informasi tersebut bisa membantu investor
dalam memprediksi tingkat resiko dan tingkat pengembalian, menilai waktu dan
ketidakpastian aliran kas perusahaan sekarang dan dimasa mendatang, serta
menilai dan mengawasi kinerja manajemen perusahaan. Dengan melakukan
prediksi dan penilaian terhadap informasi yang diungkapkan ini, investor
diharapkan dapat mengambil keputusan terbaik dalam berinvestasi.
.
Cadburry (2002) dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) menyatakan bahwa
pengungkapan corporate governance penting untuk dilakukan. Dengan adanya
pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan terbuka
(transparan), maka akan menambah nilai (value) perusahaan bagi stakeholder.
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi termasuk hal-hal
penting bagi pengambilan keputusan pemegang saham, kreditor, dan pemangku
kepentingan lainnya. Hal ini didukung dengan adanya Lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM-LK Nomor KEP-134/BL/2006, Peraturan Nomor X.K.6 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik
4
yang memuat ketentuan umum mengenai bentuk dan isi laporan tahunan termasuk
kewajiban perusahaan publik untuk memuat uraian singkat mengenai pelaksanaan
praktik tata kelola perusahaan
2. LANDASAN TEORI
2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas
pengungkapan corporate governance. Jensen dan Meckling, (1976) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa teori keagenan (agency theory) muncul ketika
satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut. Oleh sebab itu (agent) manajer sebagai
pengelola, berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada principal (pemilik). Salah satu bentuk informasi yang diberikan adalah
pengungkapan informasi seperti laporan keuangan. Akan tetapi pada
kenyataannya, hubungan antara pemilik (principal) dengan para (agent) manajer
dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical
information).
Bhuiyan dan Biswas (2007) berpendapat bahwa tujuan yang mendasari adanya
penelitian mengenai corporate governance dalam akuntansi adalah untuk
menyediakan bukti sejauh mana informasi yang diberikan dalam sistem akuntansi
dapat mengurangi masalah keagenan. Corporate governance menciptakan suatu
sistem yang berhubungan dengan teori keagenan. Hubungan keagenan
menjelaskan konflik kepentingan antara pemilik dana dan pihak manajemen,
5
namun corporate governance melihat konflik kepentingan tersebut dengan
cakupan lebih tingkat yang melibatkan seluruh stakeholders perusahaan dalam
melakukan pengendalian terhadap perusahaan. Di lain sisi, manajemen sebagai
agent memiliki kesadaran untuk meyakinkan principal bahwa mereka telah
berupaya keras mengurangi perilaku oportunistik mereka dan bekerja demi
kebaikan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menunjukkan i’tikad baik dan memberikan laporan yang komprehensif kepada
principal (Kusumawati dan Riyanto, 2005).
2.2 Good Corporate Governance
2.2.1 Definisi Corporate Governance
Tata kelola perusahaan (bahasa Inggris: corporate governance) secara umum
merupakan rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang
mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan
atau korporasi (Fitriyani, 2001). Menurut Surat Edaran Menteri Negara Pasar
Modal dan Pengawas BUMN No.S.106/M.PMP.BUMN/2000, corporate
governance adalah segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis,
kebijakan, dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendorong
dan mendukung adanya pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan
risiko secara lebih efisien dan efektif, serta pertanggungjawaban perusahaan
kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.
6
2.2.2 Tujuan dan Prinsip Good Corporate Governance
Mulai diterapkannya prinsip good corporate governance di Negara Indonesia
adalah sejak menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan International
Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman
jadwal perbaikan corporate governance di Indonesia (Pramono, 2011).
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui Kep-10/M.EKUIN/08/1999
membentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang
berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyusul
Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004.
Sejak KNKG didirikan, lembaga tersebut aktif merumuskan dan menyusun
rekomendasi kebijakan nasional tentang pedoman good corporate governance
yang berisi panduan mengenai tujuan serta prinsip-prinsip good corporate
governance di Indonesia.
Prinsip-prinsip good corporate governance yang terdapat di KNKG (2006) adalah
meliputi:
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya.
7
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independence)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
8
2.2.3 Tingkat Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Laporan tahunan merupakan perangkat utama untuk menyampaikan informasi
yang digunakan oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang
mempunyai kepentingan. Laporan tahunan mengkomunikasikan kondisi keuangan
dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan pengguna informasi
lainnya. Kualitas informasi ini dapat dilihat dari sejauh mana luas pengungkapan
laporan tahunan yang di buat oleh perusahaan (Rini, 2010). Pengungkapan
merupakan langkah akhir dari proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam
bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Kata pengungkapan (disclosure)
memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Di Indonesia pengungkapan corporate governance diatur melalui Keputusan
Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP-134/BL/2006 Peraturan
X.K.6 tanggal 07 Desember 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam Bab VII Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia (KNKG, 2006) mengenai pernyataan
tentang penerapan pedoman good corporate governance dalam prinsip dasarnya
dinyatakan bahwa:
Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian
penerapan good corporate governance dengan pedoman good corporate
governance ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus
disertai informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan good
corporate governance. Dengan demikian, pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana
9
pedoman good corporate governance pada perusahaan tersebut telah
diterapkan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah:
Kusumawati dan Riyanto (2006) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
dalam karakteristik perusahaan dan karakteristik dewan komisaris yang
mempengaruhi tingkat transparansi good corporate governance. Karakteristik
Perusahaannya meliputi ukuran perusahaan, status listing, status auditor, tipe
industri, dan tingkat kepemilikan dispersi. Sedangkan karakteristik dewan
komisaris meliputi ukuran komisaris, keberadaan komisaris independen,
pemimpin dewan komisaris independen, cross-directorship komisaris, dan cross-
directorship pemimpin dewan komisaris. Data yang digunakan adalah laporan
tahunan 2001 perusahaan yang listed di BEJ. Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa ukuran perusahaan, status listing, status auditor, tingkat
kepemilikan dispersi, ukuran komisaris, keberadaan komisaris independen,
pemimpin dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap transparansi good
corporate governance.
Bhuiyan dan Biswas (2007) melakukan penelitian mengenai pengungkapan
corporate governance pada perusahaan perseroan terbatas yang terdaftar di Dhaka
Stock Exchange (DSE) dengan menggunakan sampel secara acak sebanyak 155
perusahaan dan menggunakan 45 item pengungkapan yang dipertimbangkan
dalam penelitian mereka. Untuk memudahkan analisisnya, maka digunakan
Corporate Governance Disclosure Index (CGDI). Dalam penelitian ini,
10
pengungkapan corporate governance yang diteliti adalah dengan menggunakan
karakteristik perusahaan sebagai variabel independennya. Karakteristik
perusahaan terdiri dari besaran perusahaan, kepemilikan lokal, perusahaan
multinasional, lembaga keuangan, umur listing perusahaan, pemberitahuan SEC,
dan ukuran dewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan lokal,
pemberitahuan SEC, dan besar perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengungkapan corporate governance. Sedangkan perusahaan
multinasional, lembaga keuangan, umur listing perusahaan dan ukuran dewan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate
governance.
2.4 Pengembangan Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance
Pengaruh ukuran perusahaan pada pengungkapan informasi yang lebih tingkat
berhubungan dengan teori keagenan. Teori keagenan menyatakan bahwa
perusahaan besar memiliki agency costs yang lebih besar daripada perusahaan
kecil (Jensen dan Meckling, 1976). Sebagai upaya untuk mengurangi agency costs
tersebut, pengungkapan informasi yang lebih tingkat mungkin akan dilakukan
oleh perusahaan besar. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah karena
perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang
besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan
informasi untuk keperluan internal.
Almilia dan Retrinasari, (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan
11
informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang
besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap, sebaliknya
perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memiliki
informasi yang lengkap dan banyak seperti halnya perusahaan yang besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan
Sukarela corporate governance
2. Umur Listing Perusahaan dan Corporate Governance
Umur perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan dapat tetap bertahan atau
eksis, mampu bersaing, dan memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu
perekonomian. Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan,
maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang
lebih luas. Perusahaan yang berumur telah tua memiliki pengalaman yang lebih
banyak dalam publikasi laporan keuangan dan perusahaan yang memiliki
pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan
informasi tentang perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis:
H2: Umur listing perusahaan berpengaruh positif pada tingkat
pengungkapan Sukarela corporate governance.
3. Tingkat Leverage Financial dan Corporate Governance
Leverage merupakan pengukur besarnya aset yang dibiayai dengan
12
hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aset berasal dari kreditor,
bukan dari pemegang saham ataupun investor.Teori agensi juga digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara leverage perusahaan dengan pengungkapan laporan
tahunan perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio
leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena
biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi
Jensen dan Meckling (1976) dalam Marwata (2001). Perusahaan dengan tingkat
leverage yang tinggi mempunyai kewajiban yang lebih tinggi untuk
mengungkapkan informasi, khususnya informasi keuangan dalam rangka untuk
meyakinkan kreditor jangka panjang perusahaan bahwa perusahaan mempunyai
sumber daya yang cukup untuk membiayai aktivitas bisnis perusahaan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis:
H3: Tingkat leverage berpengaruh positif pada tingkat pengungkapan
Sukarela corporate governance.
4. Profitabilitas dan Corporate Governance
Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan atau kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. Pramono (2011) menyatakan bahwa
perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi lebih cenderung mengungkapkan
lebih banyak informasi. Informasi ini digunakan untuk mendukung kelangsungan
posisi perusahaan tersebut. Meningkatnya profitabilitas suatu perusahaan dapat
disebabkan oleh meningkatnya kapasitas perusahaan atau sumber pendanaan
dalam menjalankan aktivitas bisnis, sedang meningkatnya kapasitas perusahaan
atau sumber pendanaan ditandai dengan meningkatnya jumlah dan ragam
13
pemangku kepentingan yang mempercayakan sebagaian hartanya untuk disertakan
dalam modal perusahaan. Bertambahnya sumber pendanaan ini akan memacu
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan mengembangkan aktivitas
perusahaan sehingga profitabilitas perusahaan akan cenderung naik. Dengan
demikian, kenaikan profitabilitas akan menyebabkan kecenderungan kenaikan
tingkat pengungkapan laporan informasi Corporate Governance.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis:
H3: Profitabilitas Perusahaan berpengaruh positif pada tingkat
pengungkapan Sukarela corporate governance.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data
tersebut adalah perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2008 –
2011, diperoleh dari situs resmi Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id) dan
ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and
beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 – 2011. Yang
mendasari pemilihan sampel perusahaan food and beverage ini adalah karen
aperusahaan food and beverage merupakan salah satu subsektor dari perusahaan
manufaktur yang sahamnya stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan
kondisi perekonomian, hal ini karena dalam keadaan apapun masyarakat akan
tetap mengkonsumsi makanan ataupun minuman sebagai kebutuhan pokoknya,
14
alasan inilah yang mendasari pengambilan sampel perusahaan food and beverage
ini (Marwata, 2001).. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, artinya populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu
yang disesuaikan dan dikehendaki oleh peneliti.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 hingga
tahun 2011.
2. Perusahaan mempublikasi laporan tahunan (annual report) dari tahun 2008
hingga tahun 2011 sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bapepam-
LK, yaitu empat bulan dari tahun buku berakhir.
3. Perusahaan tersebut juga mengungkapkan informasi corporate governance
dalam laporan tahunan
3.3 Operasional Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance diukur dengan menggunakan
indeks pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan. Selanjutnya
berdasarkan penelitian Bhuiyan dan Biswas (2007) dalam Rini (2010), indeks
pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
15
Adapun point-point item pengungkapan yang diungkapkan dalam penelitian ini
bersumber dari Pedoman Umum Penerapan Good Corporate Governance
Indonesia (KNKG, 2006)
3.3.2 Variabel Independen
1. Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat
dilihat dari total aktiva. Ukuran perusahaan dihitung dengan natural log nilai buku
total aset perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2006).
Ukuran perusahaan = Ln Total Aset
2. Umur Listing Perusahaan (AGE)
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode pengukuran basis
perusahaan seperti yang di lakukan peneliti terdahulu, yakni Amalia (2005).
Variabel umur listing perusahaan, diukur berdasarkan selisih antara tahun 2010
dengan tahun first issue di Bursa Efek Jakarta, dengan rumus:
Umur perusahaan = 2011-(tahun first issue di BEI)
3. Tingkat Leverage (DER)
Tingkat leverage pada penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio. Pramono
(2011) menemukan bahwa tingkat leverage yang diukur dengan debt to equity
IPCG =
Total skor item yang diungkapkan perusahaan
Skor maksimun yang seharusnya diungkapkan perusahaan
16
ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengungkapan CG.
Debt to equity ratio merupakan proporsi total hutang terhadap total ekuitas.
Debt to equity = Total Hutang
Total Ekuitas
4 Profitabilitas (ROE)
Profitabilitas menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Pada penelitian
ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan ROE (Return on Equity). Jensen dan
Meckling (1976) menemukan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap praktik pengungkapan dalam laporan tahunan. ROE
merupakan proporsi laba bersih terhadap total ekuitas.
ROE= Laba Bersih
Total Ekuitas
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Pada tabel 4, rata-rata tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dari
44 sampel perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2008 – 2011 adalah 0,6230, artinya bahwa selama periode penelitian
rata-rata perusahaan food and beverage dalam mengungkapkan informasi
perusahaan yang bersifat sukarela adalah sebesar 62,3% dari 59 item
pengungkapan sukarela secara keseluruhan. Nilai deviasi standarnya adalah
13,788 %, ini menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari variabel tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance adalah sebesar 0,13788 dari
penyebaran variabel yang sewajarnya. Untuk tingkat minimum dimiliki oleh PT
17
Mayora Indah Tbk, sebesar 0,30 dan tingkat maksimum dimiliki oleh PT Tunas
Baru Lampung Tbk yaitu sebesar 0,86.
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan natural log dari total
aset yang dimiliki perusahaan. Pada tabel 4 dapat dilihat nilai minimum aset
sebesar 2,01 dalam miliaran rupiah, yang dimiliki oleh PT Sekar Laut Tbk, dan
nilai maksimumnya sebesar 21,55 miliar yang terdapat pada PT Ultrajaya Milk
Industry, Tbk. Adapun besarnya rata-rata ukuran perusahaan adalah sebesar
0,64619 atau 64% dari total keseluruhan jumlah aset. sedangkan untuk deviasi
standarnya adalah 0,582928. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan
ukuran perusahaan terhadap nilai jumlah aset yang ada adalah sebesar 58% dari
total keseluruhan.
Umur listing diukur berdasarkan selisih antara tahun sampel penelitian dengan
first issue di Bursa Efek Indonesia. Besarnya nilai minimum variabel umur listing
sebesar 5,00 tahun yang terdapat di PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, sedangkan nilai
maksimumnya adalah sebesar 29,0 tahun yang dimiliki oleh PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. Nilai rata-rata umur perusahaan yang listed di BEI adalah sebesar
15,18% , dan besarnya deviasi standar untuk variabel umur listingnya adalah
sebesar 5,431%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penyimpangan umur listing
terhadap nilai rata-rata keseluruhannya adalah 15,431.
Variabel tingkat leverage yang diukur dengan Debt to Equty Ratio pada tabel 4
memiliki nilai minimum sebesar 0,93 atau 93% yang terdapat pada PT Tiga Pilar
Sejahtera, Tbk. Nilai maksimum sebesar 194,10 atau 194% yang terdapat pada
PT Tunas Baru Lampung, Tbk.Nilai minimum dan maksimum tingkat leverage
18
dalam tabel 4 dinyatakan dalam rasio. Besarnya rata-rata tingkat leverage dari
perusahaan food and beverage yang listed di BEI adalah sebesar 37,7734 atau
38% dari keseluruhan, sedangkan deviasi standarnya adalah sebesar 42,45406,
yang menunjukkan bahwa penyimpangan dari rata-rata tingkat leverage
perusahaan adalah sebesar 42%.
Profitabilitas adalah variabel yang diukur dengan rasio Return On Equity yang
memiliki nilai minimum sebesar -21,0 atau -21% dari return perusahaan yang ada,
nilai minimum profitabilitas ini dimiliki oleh PT Tunas Baru Lampung, Tbk.
Sedangkan nilai maksimumnya adalah sebesar 28,50 atau 28% dari return yang
ada, dan nilai maksimum ini dimiliki oleh PT Indofood, Tbk. Pada tabel 4 nilai
rata-rata dari profitabilitas perusahaan food and beverage adalah sebesar 6,5815
atau 7% dari total keseluruhan profitabilitas yang ada. Deviasi standarnya
menunjukkan nilai sebesar 9,27849, ini menunjukkan bahwa rata-rata
penyimpangan dari profitabilitas perusahaan yang ada adalah sebesar 9%.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Hasil uji normalitas statistik dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Z
menunjukkan bahwa probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized
Residual sebesar 0,695 lebih besar dari signifikansi 0,05 artinya bahwa nilai
residual data penelitian telah terdistribusi secara normal. Sedangkan dari hasil uji
normal probability plots terlihat plot menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal yang menggambarkan nilai residual atau error term
19
terdistribusi secara normal. Tabel uji uormalitas Kolmogorov-Smirnov dan
Gambar hasil uji normalitas (Grafik) terlampir di lampiran 4.
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi apakah terjadinya problem multikol dapat melihat nilai
tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF yang
diperkenankan adalah 10. Jika nilai VIF lebih dari 10, maka dapat dikatakan
terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-
variabel bebas, dan angka tolerance mempunyai angka >10 maka variabel
tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas
lainnya. Hasil uji (terlampir).
4.2.3 Uji Autokorelasi
Dari tabel hasil uji dapat diketahui D-W sebesar 2,170 dari jumlah sampel 44
dengan variabel berjumlah 4 (n = 44, k = 4) dan tingkat signifikansi 0,05. Dengan
data tersebut maka batas dL = 1,3263 dan dU = 1,7200 (terlampir).
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil grafik scatterplot tampak bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastis pada model regresi (terlampir).
4.3 Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodness of fit nya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila
20
nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana Ho ditolak).
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauhnya kemampuan model dalam
menerangkan variabel dependen. Nilai R2
(koefisien determinasi) adalah antara 0
dan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Nilai adjusted R2
menunjukkan nilai sebesar 0,20. Hal ini berarti bahwa 20%
tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dapat dijelaskan oleh
variasi dari variabel ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan
profitabilitas. Sedangkan sisanya 80% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di
luar model yang ada ( terlampir).
4.4. Signifikansi Model Regresi (F-test)
Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung.
Dari hasil analisis regresi ini. didapat F-hitung sebesar 3.691 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.012. Karena nilai probabilitasnya adalah sebesar 0.012 yang
artinya lebih kecil daripada 0.05 maka model regresi penelitian ini dapat dipakai
untuk memprediksi pengaruh dari tingkat pengungkapan sukarela corporate
governance. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan,
umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas secara bersama-sama
mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Atau
dengan kata lain model regresi penelitian ini adalah signifikan (terlampir).
21
4.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear berganda pada tingkat
keyakinan 95% dan kesalahan dalam analisis 5%. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan besarnya nilai probabilitas (p-value) masing-masing koefisien
regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikan (α). Dengan
dasar keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut
a. Jika (p-value) > 0,05 maka Ha ditolak
b. Jika (p-value) < 0,05 maka Ha diterima
Tabel 10. Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .536 .065 8.243 .000
ASSET .011 .003 .467 3.340 .002
AGE .001 .004 .042 .292 .772
DER .001 .000 .157 1.153 .256
ROE -.003 .002 -.204 -1.435 .159
a. Dependent Variable: IPCG
Sumber : Lampiran 4
4.4.1 H1 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat
Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah variabel ukuran
perusahaan, dimana dalam tabel 10 nilai signifikansi ukuran perusahaan adalah
0,002 yang menunjukkkan bahwa nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan
adalah lebih kecil dari 0,05, artinya Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa
22
ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate
governance. Hal ini membuktikan secara empiris bahwa perusahaan yang
berukuran lebih besar akan melakukan pengungkapan sukarela corporate
governance yang lebih tinggi.
4.4.2 H2 : Umur listing Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat Pengungkapan
Sukarela Corporate Governance
Hipotesis ini menguji umur listing perusahaan pada tingkat pengungkapan
sukarela corporate governance. Dari hasil pengujian model regresi pada tabel 10
diperoleh bahwa variabel umur listing positif tidak signifikan pada 0,05, yang
mana nilai signifikansi umur listing adalah sebesar 0,772. Maka dapat
disimpulkan bahwa umur listing tidak berpenagruh terhadap tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance. Hal ini membuktikan secara
empiris bahwa perusahaan yang sudah listed lama di BEI tidak menjadi jaminan
akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan yang status
listed nya jauh lebih muda.
4.4.3 H3 : Tingkat leverage Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat
Pengungkapan Sukarela Corporate Governance
Hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari tingkat leverage
perusahaan pada tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Dari
hasil pengujian model regresi pada tabel 10 diperoleh bahwa variabel tingkat
leverage perusahaan positif tidak signifikan pada 0,05, yang mana nilai
signifikansi tingkat leverage nya adalah 0,256. Maka dapat disimpulkan bahwa
23
tingkat leverage tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate
governance. Secara empiris hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi belum tentu akan melakukan pengungkapan sukarela
corporate governance yang lebih tinggi juga.
4.4.4 H4 : Profitabilitas Berpengaruh Secara Positif Pada Tingkat Pengungkapan
Sukarela Corporate Governance
Hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari variabel profitabilitas
pada tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Dari hasil pengujian
model regresi pada tabel 10 diperoleh bahwa variabel profitabilitas positif tidak
signifikan pada 0,05, dimana nilai signifikansi adalah sebesar 0,159. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat pengungkapan sukarela corporate governance. Hal ini membuktikan
secara empiris bahwa besarnya tingkat profitabilitas suatu perusahaan tidak
berarti memilki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan
sukarela corporate governance.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu
1. Hasil pengujian ini secara empiris menunjukkan bahwa dari empat variabel
independen yang diuji, terdapat satu variabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance,
24
yaitu ukuran perusahaan, sedangkan tiga variabel independen lainnya, yaitu
umur listing, tingkat leverage, dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela corporate governance
2. Nilai adjusted R2
menunjukkan nilai sebesar 0,20. Hal ini berarti bahwa 20%
tingkat pengungkapan sukarela corporate governance dapat dijelaskan oleh
variasi dari variabel ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan
profitabilitas. Sedangkan sisanya 80% dijelaskan oleh variabel-variabel lain
di luar model regresi.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela
corporate governance dalam penelitian ini hanya terdiri dari empat
variabel, yaitu ukuran perusahaan, umur listing, tingkat leverage, dan
profitabilitas. Sementara masih banyak faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela corporate governance,
misalnya seperti reputasi auditor, kepemilikan manajerial, proporsi
komisaris independen, dan yang lainnya.
2. Pemberian skor pengungkapan informasi laporan tahunan dinilai hanya
pada skala kuantitas pengungkapan, dan tidak menilai kualitas informasi
dari pengungkapan sukarela corporate governance.
25
3. Berdasarkan hasil regresi, nilai adjusted R square sebesar 20% sedangkan
sisanya sebesar 80 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model regresi ini. Hasil ini dianggap masih terlalu
kecil pengaruh variabel independennya terhadap variabel dependen.
5.3 Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut
1. Bagi penelitian selanjutnya menambah atau mengganti variabel independen,
mengingat banyak variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela corporate governance.
2. Memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan dan
memperbanyak jumlah sampel untuk penelitian yang akan datang.
3. Memperbaiki instrumen penelitian dengan menambahkan item-item
pengungkapan sukarela corporate governance yang belum tercakup dalam
instrumen yang digunakan.
5.4 Implikasi
1. Bagi perusahaan, agar memberi perhatian yang lebih besar dalam
pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan sehingga
transparansi praktik corporate governance berpengaruh terhadap keputusan
investasi.
2. Bagi lembaga regulator, agar meningkatkan kualitas standar dalam
menetapkan peraturan pengungkapan corporate governance yang sudah ada
mengingat minimnya tingkat transparansi praktik corporate governance pada
perusahaan publik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Retrinasari, Ikka. 2007. Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam
Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ.
Proceeding Seminar Nasional
Arifin. 2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip GCG (Tinjauan
Perspektif Agency Theory). Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu
Akuntansi, Universitas Diponegoro: Semarang
BAPEPAM. 2006. Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan.
Jakarta
Bhuiyan, Md Hamid Ullah and P.K. Biswas. 2007. Corporate Governance and
Reporting: An Empirical Study of The Listed Companies in Bangladesh.
Journal of Business Studies, Vol. XXVIII, No. 1, www.ssrn.com
Fitriani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi III
Fuad, Muhammad. 2006. Uji Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Disclosure Perusahaan Manufaktur di BEJ. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
IBII: Jakarta
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, M.C. and Meckling, W.H. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol. 3, pp. 305-60
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta
Kusumawati, Dwi Novi. dan Riyanto, Bambang LS. 2005. Corporate Governance
Dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur
Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VII
27
Kusumawati, Dwi Novi. 2007. Profitability and Corporate Governance
Disclosure: An Indonesian Study. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
10, No. 2, Hal. 131-146
Marpaung, Anggita Zoraya. 2009. Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan
Tahunan. Universitas Sumatera Utara
Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas
Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV, Hal. 155-173
Nofianti, Leny. 2009. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 14 No.2, Hal 211 – 233
Universitas Lampung
Oktafia, Yufenti.2009. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG)
terhadap manajemen laba. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Pramono, Ferry Adriawan. 2011. Analisis pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap kualitas pengungkapan corporate governance pada laporan
tahunan Pada Perusahan LQ-45. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro
Rini, Amilia Kartika. 2010. Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance
Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro
Singgih, Susanto. 2007. “Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15”,
PT Elex Media Komputindo: Jakarta
Yularto, P.A. dan A. Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan
Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di BEJ
Sebelum Krisis dan pada Periode Krisis. Jurnal Maksi, Vol. 2, Hal. 1-21