PENGARUH CITRA MEREK DAN CITA RASA TERHADAP …repository.ub.ac.id/657/1/Reza Bayu Anugrah.pdf ·...
Transcript of PENGARUH CITRA MEREK DAN CITA RASA TERHADAP …repository.ub.ac.id/657/1/Reza Bayu Anugrah.pdf ·...
PENGARUH CITRA MEREK DAN CITA RASA TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Studi Pada Konsumen Terasi Udang Merek ABC di Kelurahan Tugu
Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta)
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
REZA BAYU ANUGRAH
NIM. 135080401111114
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENGARUH CITRA MEREK DAN CITA RASA TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Studi Pada Konsumen Terasi Udang Merek ABC di Kelurahan Tugu
Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta)
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
REZA BAYU ANUGRAH
NIM. 135080401111114
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang
pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh pihak lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik
yang telah saya peroleh (S-1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU) No 20 Tahun 2003, Pasal 25
ayat 2 dan pasal 70.
Malang, 30 Mei 2017
Mahasiswa
Reza Bayu Anugrah
135080401111114
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
dalam penyelesaian laporan ini selalu diberi kemudahan, kekuatan dan
kesabaran;
2. Kedua Orang Tua dan segenap keluarga Fatkhur Rahman tercinta yang telah
memberikan dukungan moril, materil serta doa, sehingga Laporan Skripsi
dapat berjalan dengan lancar;
3. Bapak Dr.Ir. Nuddin Harahab, MP selaku Dosen Pembimbing Pertama yang
telah meluangkan segenap waktu dan tenaga untuk membimbing,
memberikan pengarahan serta membantu dalam menyelesaikan Laporan
Skripsi ini;
4. Ibu Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan arahan, informasi serta waktu untuk membimbing dalam
menyelesaikan laporan ini;
5. Bapak Dr.Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku dosen penguji pertama dan
Bapak Zainal Abidin, S.Pi., MBA, MP selaku dosen penguji ke dua yang telah
bersedia memberikan saran yang bermanfaat;
6. Ka Moch. Ikhsan. S.Pd dan KIR Jakarta Utara yang selalu mengisi waktu dan
memberikan hal-hal yang bermanfaat;
7. Rahmawati S.AB atas dukungan membantu dalam penulisan artikel ilmiah
8. Teman-teman terdekat Khoirul Umam Mangunsong, Sasadara. W, Riyanto,
M. Faiz Nashrullah, Galih Bima. P, Rio Wahyu. S, Ardi Bramantya, Agung
Sony. B, Noni Sinthana. S, Helyatul Karomah, Iffatur Rosydah, Vivi Ulfa. P,
Ulvi Prahasti, S.Pi dan Fera Puspita Sari, S.Pi, yang selalu hadir untuk
memberikan semangat dalam penyelesaian penulisan ini;
9. Teman-teman Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya angkatan 2013;
10. Dan pihak-pihak lain yang membantu dan tidak dapat disebutkan satu
persatu.
RINGKASAN
REZA BAYU ANUGRAH. Pengaruh Citra Merek dan Cita Rasa Terhadap
Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen Terasi Udang Merek ABC di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta (dibawah bimbingan Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP dan Dr. Ir Harsuko Riniwati, MP).
Terasi merupakan bahan masakan tradisional yang hanya dipasarkan di pasar tradisional dengan packaging sederhana. Seiring dengan hadirnya menu modern yang di kombinasikan dengan terasi membuat bahan makanan hasil fermentasi ikan atau udang ini makin diminati masyarakat Indonesia. Meningkatnya permintaan terasi sebagai bahan makanan, beberpa produsen besar beramai-ramai untuk menciptakan merek atau kegiatan branding dengan
tujuan memperluas hasil laba yang diperoleh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara simultan,
pengaruh secara parsial dan variabel yang berpengaruh secara dominan dari Citra Perusahaan, Citra Pengguna, Citra Produk, Aroma, Rasa, dan Tekstur Terhadap Keputusan Pembelian Terasi Udang Merek ABC di Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, DKI Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jenis kuantitatif dan pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar angket atau kuesioner dengan metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu mengambil sampel dengan beberapa syarat yang ditentukan oleh peneliti. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Pengambilan sampel menggunakan rumus Rao Purba (1996) dengan jumlah responden sebanyak 96,04 dan digenapkan menjadi 100 orang yaitu masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tugu Utara dan pernah melakukan atau menkonsumsi Terasi Udang Merek ABC. Kuisioner dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, tingkat usia, pekerjaan, tempat tinggal. Jika dilihat dari jenis kelamin sebanyak 55 laki-laki dan 45 perempuan, berdasarkan tingkat usia menunjukan bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki tingkat usia 17 sampai 25 tahun. Dari data penelitian jenis pekerjaan responden kebanyakan adalah sebagai pelajar/ mahasiswa dan pegawai swasta dan rata-rata mempunyai penghasilan sebesar >Rp. 2.000.000.
Hasil uji validitas dengan melihat nilai korelasi disetiap item pernyataan terdapat 24 item dapat dikatakan valid karena diperoleh nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,3. Untuk penentuan apakah instrument reliable atau tidak, bisa digunakan batasan tertentu seperti 0,6. Relibilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik, dari 24 output tersebut dikatakan reliabel karena didapat nilai sebesar 0,881.
Uji normalitas dapat dilihat dari grafik histogram yang berbentuk seperti lonceng atau gunung dapat dikatakan berdistribusi secara normal, sedangkan dilihat dari grafik normal P-P Plot jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukan distribusi normal.
Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10, dan nilai tolerance lebih dari 0,1 atau sekitar angka satu, maka dapat dijelaskan bahwa variabel model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
vii
Uji heteroskedatisitas dapat dilihat dari grafik scatter plot yang tidak membentuk pola, data menyebar secara merata diatas maupun dibawah nilai 0 sumbu Y, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi secara normal dan tidak terjadi heteroskedatiitas.
Hasil analisis regresi linier berganda dapat ditulis sebagai berikut: Y =0,74 + 0,181 X1 - 0,043 X2 + 0,286 X3 + 0,241 X4 + 0,071 X5 + 0,065 X6
Hasil diatas dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi X1, X3, X4, X5, dan X6, menunjukan nilai positif yang artinya variabel X1, X3, X4, X5, dan X6
mempunyai hubungan searah yang saling mendukung antara variabel X1, X3, X4, X5, dan X6 terhadap keputusan pembelian. Jika variabel X1, X3, X4, X5, dan X6
mengalami kenaikan satu-satuan maka keputusan pembelian juga akan meningkat sebesar nilai variabel X1, X3, X4, X5, dan X6 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap. Sedangkan koefisien regresi X2 menunjukan
nilai negatif yang artinya variabel X2 tidak mempunyai hubungan searah yang saling mendukung antara variabel X2 terhadap keputusan pembelian. Jika variabel X2 mengalami kenaikan satu-satuan maka akan menurunkan keputusan pembelian sebesar nilai variabel X2 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,332 menunjukkan bahwa variabel dari
Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk (X3), Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) berpengaruh simultan terhadap Keputusan Pembelian (Y) sebebsar 33,2% sedangkan sisahnya sebesar 66,8% dipengaruhi oleh variabel diluar enam variabel yang diteliti.
Hasil uji F didapat Fhitung sebesar 9,213 dan nilai Ftabel adalah 2,20 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima (Fhitung > Ftabel). Hal ini berarti Variabel independen Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk (X3), Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y). Hasil Uji t dapat diketahui bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian yaitu Citra Perusahaan (X1), Citra Produk (X3), dan Aroma (X4) dengan taraf signifikan berbeda yaitu 95% dengan
tingkat kepercayaan αuntuk variabel Citra Produk dan Aroma, yang artinya
menggunakan nilai α (level of significance) sebesar 0,95 diharapkan besarnya
kesalahan dari pengambilan data kurang dari 0,05 atau 5%, sedangkan nilai
signifikan 90% dengan tingkat kepercayaan untuk variabel Citra
Perusahaan yang artinya menggunakan nilai α (level of significance) sebesar 0,90 diharapkan besarnya kesalahan dari pengambilan data kurang dari 0,10 atau 10% dan variabel Citra Perusahaan dugaan sementara bernilai positif. Jadi dapat diasumsikan bahwa variabel Citra Produk dan Aroma tinggi serta variabel Citra Perusahaan rendah. Kesimpulan dari hasil diatas dapat diketahui bahwa Variabel Citra Perusahaan, Citra Pengguna, Citra Produk, dari Citra Merek serta Aroma, Rasa dan Tekstur dari Cita Rasa mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap Keputusan Pembelian dengan nilai signifikan kurang dari 0,05 serta Fhitung lebih besar daripada Ftabel. Ini dikarenakan PT. Heinz ABC Indonesia merupakan perusahaan yang dipercaya mengeluarkan Terasi dalam kemasan yang dapat dikonsumsi oleh semua konsumen, serta rasa yang cocok dengan indera pengecap konsumen pula yang membuat Cita Rasa Terasi ini dapat dikonsumsi secara terus-menerus. Citra Pengguna, Rasa dan Tekstur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Sedangkan Citra Produk dan Aroma berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian karena nilai thitung lebih besar daripada ttabel dan signifikan lebih kecil
viii
daripada α (0,05). Dan Citra Perusahaan berpengaruh signifikan (90% dengan tingkat kepercayaan α=10%) terhadap keputusan pembelian. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap Keputusan Pembelian konsumen adalah variabel Citra Produk dengan nilai koefisien sebesar 0,286. Hal ini terjadi karena variabel Citra Produk terutama dalam kemasan Terasi Udang ABC yang memiliki kualitas yang terjamin, kemasan menarik, kelengkapan informasi, harga ekonomis serta mudah untuk diingat oleh konsumen. Maka Citra Produk dari variabel Citra Merek dapat digunakan sebagai acuan dalam membentuk Citra Merek yang kuat maka akan terbentuk adanya perasaan yang positif dalam diri konsumen terhadap produk Terasi Udang ABC. Saran dari hasil penelitian ini diantaranya Citra Produk yang memiliki koefisien yang paling dominan diantara variabel lainnya dapat dijadikan sebagai acuan untuk perkembangan PT. Heinz ABC Indonesia untuk mempertahankan produk yang telah dipercaya oleh masyarakat khususnya Kelurahan Tugu Utara. Kepada konsumen dapat mengkonsumsi Terasi Udang merek ABC secara berkelanjutan karena dilihat dari penilaian rata-rata mean semua variabel masuk dalam kategori 4 atau kategori setuju. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya lebih memfokuskan penyebab Citra Pengguna yang bernilai negatif. Selain itu juga perlu memahami pengaruh Cita Rasa yang dipersepsikan oleh indera mata yaitu warna atau penyajian makanan yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan Laporan Skripsi yang berjudul
“Pengaruh Citra Merek dan Cita Rasa Terhadap Keputusan Pembelian (Studi
Pada Konsumen Terasi Udang Merek ABC di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan
Koja, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta)”. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-
pokok bahasan meliputi keadaan umum lokasi penelitian, keadaan umum
perusahaan, karakteristik responden, hubungan pengaruhnya secara simultan,
parsial maupun hubungan yang paling dominan antara Citra Merek dan Cita
Rasa Terhadap Keputusan Pembelian.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang
dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,
tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Malang, 10 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... v
RINGKASAN ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
1. PENDAHULUAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ...................................... Error! Bookmark not defined. 1.2 Perumusan Masalah ............................. Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan................................................... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan ............................................. Error! Bookmark not defined.
2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Penelitian Terdahulu ............................. Error! Bookmark not defined. 2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ............ Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Pengertian Pemasaran ............. Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran........ Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Konsep Pemasaran .................. Error! Bookmark not defined.
2.3 Merek.................................................... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Pengertian Merek ..................... Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Faktor Merek ............................ Error! Bookmark not defined. 2.3.3 Manfaat Merek ......................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Ekuitas Merek ....................................... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Pengertian Ekuitas Merek ......... Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Model Ekuitas Merek ................ Error! Bookmark not defined.
2.5 Rasa ..................................................... Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Pengertian Rasa ....................... Error! Bookmark not defined. 2.5.2 Faktor Rasa .............................. Error! Bookmark not defined.
2.6 Citra Merek ........................................... Error! Bookmark not defined. 2.6.1 Pengertian Citra Merek ............. Error! Bookmark not defined. 2.6.2 Manfaat Citra Merek ................. Error! Bookmark not defined. 2.6.3 Komponen Citra Merek ............. Error! Bookmark not defined.
2.7 Cita Rasa .............................................. Error! Bookmark not defined. 2.7.1 Pengertian Cita Rasa ............... Error! Bookmark not defined. 2.7.2 Komponen Cita Rasa ............... Error! Bookmark not defined.
2.8 Perilaku Konsumen ............................... Error! Bookmark not defined.
xi
2.8.1 Pengertian Perilaku Konsumen Error! Bookmark not defined. 2.8.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen . Error! Bookmark not defined.
2.9 Keputusan Konsumen ........................... Error! Bookmark not defined. 2.10 Hubungan Citra Merek & Cita Rasa Terhadap Keputusan Pembelian Error! Bookmark not defined.
2.10.1 Hubungan Citra Merek dengan Keputusan Pembelian .... Error! Bookmark not defined. 2.10.2 Hubungan Cita Rasa dengan Keputusan Pembelian ....... Error! Bookmark not defined.
2.11 Kerangka Pemikiran.............................. Error! Bookmark not defined. 2.12 Hipotesis ............................................... Error! Bookmark not defined.
3. METODE PENELITIAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............... Error! Bookmark not defined. 3.2 Jenis Penelitian ..................................... Error! Bookmark not defined. 3.3 Populasi dan Sampel ............................ Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Populasi ................................... Error! Bookmark not defined. 3.3.2 Sampel ..................................... Error! Bookmark not defined.
3.4 Jenis dan Sumber Data ........................ Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Data Primer .............................. Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Data Sekunder ......................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................... Error! Bookmark not defined. 3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....... Error! Bookmark not defined.
3.6.1 Variabel Penelitian .................... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Definisi Operasional ................. Error! Bookmark not defined.
3.7 Konsep, Variabel dan Indikator ............. Error! Bookmark not defined. 3.8 Skala Pengukuran ................................ Error! Bookmark not defined. 3.9 Uji Instrumen Data ................................ Error! Bookmark not defined.
3.9.1 Uji Validitas ............................... Error! Bookmark not defined. 3.9.2 Uji Reliabilitas ........................... Error! Bookmark not defined.
3.10 Uji Asumsi Klasik .................................. Error! Bookmark not defined. 3.10.1 Uji Normalitas ........................... Error! Bookmark not defined. 3.10.2 Uji Multikolinearitas ................... Error! Bookmark not defined. 3.10.3 Uji Heterokedastisitas ............... Error! Bookmark not defined.
3.11 Metode Analisis Data ............................ Error! Bookmark not defined. 3.12 Pengujian Hipotesis .............................. Error! Bookmark not defined.
3.12.1 Uji R2 (Koefisien Determinasi)... Error! Bookmark not defined. 3.12.2 Uji F .......................................... Error! Bookmark not defined. 3.12.3 Uji t ........................................... Error! Bookmark not defined.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. Error! Bookmark not defined.
4.1 Letak Geografis dan Topografi .............. Error! Bookmark not defined. 4.2 Keadaan Penduduk .............................. Error! Bookmark not defined. 4.3 Gambaran Umum Identitas Responden Error! Bookmark not defined.
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... Error! Bookmark not defined.
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not defined.
4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Error! Bookmark not defined.
xii
4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........... Error! Bookmark not defined.
4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ............ Error! Bookmark not defined.
4.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ......... Error! Bookmark not defined. 4.4 Gambaran Umum Perusahaan ............. Error! Bookmark not defined.
4.4.1 H. J Heinz Co. Ltd. ................... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Heinz ABC Indonesia ............... Error! Bookmark not defined.
4.5 Gambaran Variabel ............................... Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Distribusi Frekuensi Variabel Citra Perusahaan (X1) ........ Error! Bookmark not defined. 4.5.2 Distribusi Frekuensi Variabel Citra Pengguna (X2) ........... Error! Bookmark not defined. 4.5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Citra Produk (X3) ................ Error! Bookmark not defined. 4.5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Aroma (X4) Error! Bookmark not defined. 4.5.5 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X5) .. Error! Bookmark not defined. 4.5.6 Distribusi Frekuensi Variabel Tekstur (X6) ..... Error! Bookmark not defined. 4.5.7 Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian (Y) .. Error! Bookmark not defined.
4.6 Pengujian Instrumen Penelitian............. Error! Bookmark not defined. 4.6.1 Uji Validitas ............................... Error! Bookmark not defined. 4.6.2 Uji Realibilitas ........................... Error! Bookmark not defined.
4.7 Pengujian Asumsi Klasik ....................... Error! Bookmark not defined. 4.7.1 Normalitas ................................ Error! Bookmark not defined. 4.7.2 Multikolinearitas ........................ Error! Bookmark not defined. 4.7.3 Heteroskedastisitas .................. Error! Bookmark not defined.
4.8 Regresi Linear Berganda ...................... Error! Bookmark not defined. 4.8.1 Uji R2 (Koefisien Determinasi)... Error! Bookmark not defined.
4.9 Pengujian Hipotesis .............................. Error! Bookmark not defined. 4.9.1 Uji F (Uji Simultan) .................... Error! Bookmark not defined. 4.9.2 Uji t (Uji Parsial) ........................ Error! Bookmark not defined. 4.9.3 Uji Dominan .............................. Error! Bookmark not defined.
5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan ........................................... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran .................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................. Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Konsep, Variabel dan Indikator ............... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. Skala Pengukuran ................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ..... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan............ Error! Bookmark not
defined.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan .......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 7. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Responden Berdasarkan Usia ................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 9. Responden Berdasarkan Status Pernikahan ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 10. Responden Berdasarkan Pendidikan .... Error! Bookmark not defined.
Tabel 11. Responden Berdasarkan Pekerjaan ...... Error! Bookmark not defined.
Tabel 12. Responden Berdasarkan Penghasilan .. Error! Bookmark not defined.
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Citra Perusahaan (X1) .. Error! Bookmark
not defined.
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Variabel Citra Pengguna (X2) ..... Error! Bookmark
not defined.
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel Citra Produk (X3) ... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Variabel Aroma (X4) ............ Error! Bookmark not
defined.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X5). Error! Bookmark not defined.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Variabel Tekstur (X6) ........... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian (Y)............... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 20. Hasil Uji Validitas .................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 21. Hasil Uji Multikolinearitas ...................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 22. Hasil Regresi Linear Berganda.............. Error! Bookmark not defined.
Tabel 23. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X1 ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 24. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X2 ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 25. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X3 ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 26. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X4 ......... Error! Bookmark not
defined.
xiv
Tabel 27. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X5 ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 28. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X6 ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 29. Ringkasan Hasil Analisis Regresi .......... Error! Bookmark not defined.
Tabel 30. Saran .................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Langkah-langkah Keputusan Pembelian ........... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ............................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Kerangka Hipotesis ............................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Hasil Uji Normalitas P-P Plot ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. Hasil Uji Normalitas Histogram ............ Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Kuisioner ........................................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2. Peta Kecamatan Koja........................ Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3. Nilai Rata-rata atau Mean ................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 4. Uji Instrumen Data ............................ Error! Bookmark not defined.
Lampiran 5. Hasil Uji Asumsi Klasik, Regresi Linear Berganda & Uji Hipotesis
............................................................................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 6. Jawaban Responden Pada Setiap Item Pertanyaan................. Error!
Bookmark not defined.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terasi adalah salah satu bahan masakan yang menarik untuk di ulik, dahulu
terasi hanya dipasarkan di pasar tradisional dengan packaging sederhana dan
belum sepraktis dan semenarik kemasan sekarang. Namun seiring dengan
hadirnya menu modern yang di kombinasikan dengan terasi membuat bahan
makanan hasil fermentasi ikan atau udang ini makin diminati masyarakat
Indonesia. Meningkatnya permintaan terasi sebagai bahan makanan, beberpa
produsen besar beramai-ramai untuk menciptakan merek atau kegiatan branding
dengan tujuan memperluas hasil laba yang diperoleh.
Merek dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan
pembelian suatu barang atau jasa. Suatu merek dapat dikategorikan berhasil
apabila mampu menciptakan persepsi yang positif pada diri konsumen untuk
melakukan pembelian. Persepsi konsumen akan muncul positif apabila citra
merek suatu produk bagus menurut konsumen sehingga perusahaan harus
membangun citra merek yang baik pada produknya. Menurut Saladin (2003),
persepsi adalah proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisir, dan
menginterpretasi stimulus kedalam sesuatu yang bermakna dan melekat
diingatannya. Menurut Ferrinadewi (2008), konsep citra merek (brand image)
memiliki tiga komponen yaitu citra toko (store image), citra produk (product
image), dan citra perusahaan (corporate image).
Citra merek yang positif akan menghasilkan kepuasan pada individu dan
memberikan persepsi yang baik terhadap mutu produk tersebut. Menurut Kotler
(2004), merek memegang peranan penting bagi produsen karena
mengembangkan suatu merek akan terkait dengan janji (promise) dan harapan
(expectation), sehingga merek mampu menjembatani harapan konsumen saat
2
produsen memberikan suatu janji kepada konsumen. Apabila perusahaan
mampu membentuk landasan merek yang kuat maka eksistensi merek akan
mampu bertahan secara berkelanjutan ditengah persaingan merek yang ketat
seperti saat ini.
Berhasil atau tidaknya suatu merek dalam menarik konsumen bergantung
pada persepsi konsumen terhadap merek tersebut. Persepsi konsumen akan
muncul positif apabila citra merek suatu produk positif menurut konsumen
sehingga perusahaan harus membangun citra yang baik pada produknya.
Citra merek yang positif juga telah dibangun oleh PT. Heinz ABC Indonesia.
Upaya untuk membangun citra merek yang positif terhadap produknya telah
dilakukan antara lain dengan menunjukan prestasinya, ABC yang merupakan
follower dalam bisnis terasi di Indonesia tampil cantik sebagai market leader di
pasar domestik, dengan mengantongi 27% dari total nilai pasar terasi secara
nasional menurut (Pratiwi, 2015).
Permasalahan yang timbul adalah semakin banyak merek-merek terasi
udang bermunculan sehingga konsumen dengan mudah beralih dari merek satu
ke merek lainnya. Harapan dari pembentukan dan pengembangan citra merek
Terasi Udang ABC adalah untuk membentuk persepsi merek yang positif dan
kuat pada benak konsumen sehingga tidak mudah beralih ke merek lainnya.
Berdasarkan dari hal tersebut, perusahaan berupaya untuk membentuk citra
merek yang positif dengan harapan agar konsumen lebih mudah untuk
melakukan suatu keputusan pembelian. Berdasarkan uraian tersebut maka
penulis mencoba untuk mengkaji bagaimana pengaruh citra merek Terasi Udang
ABC terhadap keputusan pembelian konsumen.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat diperoleh
permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh secara bersama-sama Citra Merek dan Cita Rasa
terhadap keputusan konsumen dalam memilih Terasi Udang merek ABC
pada Kelurahan Tugu Utara?
2. Bagaimana pengaruh secara parsial Citra Merek dan Cita Rasa
terhadap keputusan konsumen dalam memilih Terasi Udang merek ABC
pada Kelurahan Tugu Utara?
3. Variabel manakah yang dominan berpengaruh diantara variabel Citra
Merek dan Cita Rasa yang diteliti tersebut terhadap keputusan
konsumen dalam pembelian Terasi Udang merek ABC pada Kelurahan
Tugu Utara?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara bersama-sama
variabel Citra Merek yang terdiri dari citra perusahaan (X1), citra
pengguna (X2) dan citra produk (X3) dan Cita Rasa yang terdiri dari
aroma (X4), rasa (X5) dan tekstur (X6) terhadap keputusan konsumen
dalam memilih Terasi Udang merek ABC di Kelurahan Tugu Utara
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial variabel
Citra Merek yang terdiri dari citra perusahaan (X1), citra pengguna (X2)
dan citra produk (X3) dan Cita Rasa yang terdiri dari aroma (X4), rasa
(X5) dan tekstur (X6) terhadap keputusan konsumen dalam memilih
Terasi Udang merek ABC di Kelurahan Tugu Utara
4
3. Untuk mengetahui dan menganalisis variabel yang memiliki pengaruh
dominan terhadap keputusan pembelian produk Terasi Udang merek
ABC di Kelurahan Tugu Utara?
1.4 Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan sarana untuk mengimplementasikan teori-teori
dalam bidang pemasaran hasil perikanan yang diperoleh pada saat
diperkuliahan sehingga dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang pengaruh citra merek dan cita rasa terhadap
keputusan pembelian.
2. Bagi Instansi yang terkait
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada instansi
terkait yaitu PT Heinz ABC Indonesia. Sehingga menjadi bahan
referensi untuk mengembangkan strategi pemasaran terasi ABC
3. Bagi konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa hasil
penelitian kepada konsumen mengenai pengaruh citra merek dan cita
rasa terasi ABC terhadap keputusan pembelian.
4. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pustaka dan bahan
referensi dalam bidang pemasaran hasil perikanan, khususnya bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh citra merek dan
cita rasa terasi ABC terhadap keputusan pembelian konsumen.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen
telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, hasil penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan peneliti dalam m1embuat penelitian mengenai
pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen Terasi Udang
ABC.
Anggraini (2013) dalam penelitiannya menganalisis “Pengaruh Citra Merek
Terhadap Keputusan Pembeliann Konsumen Dalam Memilih Minuman Pengganti
Ion Tubuh/ Isotonik Merek Mizone pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya”. Permasalahan penelitian ini adalah kompetisi pada
produk minuman isotonik yang tinggi sehingga dibutuhkan keunggulan kompetitif
berkelanjutan dengan cara memperkuat brand image. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan jumlah sampel
sebanyak 100 responden. Penelitian ini terdiri 3 variabel independen yaitu citra
perusahaan (X1), citra pengguna (X2), citra produk (X3), dan 1 variabel dependen
yaitu keputusan pembelian (Y). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa citra merek
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
dan variabel yang paling mempengaruhi adalah variabel citra produk.
Nila (2015) dalam penelitiannya menganalisis mengenai pengaruh cita rasa
terhadap keputusan pembelian konsumen Panyalai Raya. Berdasarkan hasil
keseluruhan kuesioner, nilai t hitung > t tabel (6,629 > 1,984) dan P value (0,000 <
0,025) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, Ha diterima.
.
6
Hal ini berarti bahwa cita rasa berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap keputusan pembelian konsumen Panyalai Raya sebesar 31%
sedangkan sisanya 69% dipengaruhi oleh faktor lain yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Sedangkan keterhubungan cita rasa dengan keputusan
pembelian sebesar 0,556 yakni dalam kategori kuat.
2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Menangani
proses pertukaran ini membutuhkan banyak kerja dan keterampilan (Kotler
dan Keller, 2009).
Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk
yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut
penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen
(Shinta, 2011).
. 2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
manusia dan sosial dengan cara yang menguntungkan. Sedangkan
manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan
menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul (Kotler dan Keller, 2009).
7
Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,
mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan,
mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan
kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi
secara efesien dan efektif. Di dalam fungsi manajemen pemasaran ada
kegiatan menganalisis yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui pasar
dan lingkungan pemasarannya, sehingga dapat diperoleh seberapa besar
peluang untuk merebut pasar dan seberapa besar ancaman yang harus
dihadapi (Shinta, 2011).
2.2.3 Konsep Pemasaran
Philip Kotler (2007) menegaskan bahwa “kunci untuk mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi
lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan
dan mengkomunikasikan nilai konsumen kepada pasar sasaran yang
terpilih”.
Konsep pemasaran merupakan falsafah perusahaan yang
menyatakan bahwa keinginan pembeli adalah syarat utama bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Konsep pemasaran bertujuan memberikan
kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Definisi konsep
pemasaran menurut Basu (2002) “Konsep pemasaran adalah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan”.
8
2.3 Merek
2.3.1 Pengertian Merek
Istilah brand berasal dari kata brandr yang berarti “to brand”, yaitu
aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi di Amerika dengan
memberikan tanda pada ternak-ternak mereka untuk memudahkan
identifikasi kepemilikan sebelum dijual ke pasar (Keller, 1998) dalam (Sadat,
2009). Sementara itu, kata merek yang sering kita gunakan sebagai
terjemahan kata brand berasal dari bahasa Belanda yang diadopsi dan
digunakan secara luas dalam bahasa pemasaran kita (Afif, 2003).
Merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan
merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang
dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa
fungsional, rasional, atau nyata berhubungan dengan kinerja produk dari
merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak
nyata berhubungan dengan apa yang direpresentasikan merek (Kotler dan
Keller, 2009).
2.3.2 Faktor Merek
Durianto (2004) ada beberapa faktor yang menyebabkan merek
menjadi sangat penting pada saat ini, antara lain:
▪ Emosi konsumen terkadang turun naik
▪ Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar
▪ Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen
▪ Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh
konsumen
▪ Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan
9
2.3.3 Manfaat Merek
Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen yaitu :
1. Bagi Produsen
Menurut Keller dalam (Tjiptono, 2005), merek berperan penting
sebagai:
a. Sarana identifikasi untuk mempermudah proses penanganan
atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam
pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.
b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk
yang unik. Merek bisa diproteksi melalui merek dagang
terdaftar (registered trade marks), proses pemanufakturan
bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa
diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak –
hak properti intelektual ini memberikan jaminan bahwa
perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek
yang dikembangkannya dalam meraup manfaat dari riset
bernilai tersebut.
c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas,
sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan
membelinya lagi dilain waktu. Loyalitas merek seperti ini
menghasilkan predictability dan security permintaan bagi
perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang
menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar.
d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang
membedakan produk dari para pesaing.
10
e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui
perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik
untuk yang terbentuk dalam benak konsumen.
f. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan
masa datang.
2. Bagi Konsumen
Menurut (Tjiptono, 2005) fungsi merek bagi konsumen adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi, Bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna
bagi produk, gampang mengidentifikasi produk yang
dibutuhkan atau dicari.
b. Praktikalitas, Memfasilitasi penghematan waktu dan energi
melalui pembeliaan ulang identik dan loyalitas.
c. Jaminan, Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa
mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalian
pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat berbeda.
d. Optimisasi, Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat
mebeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan
pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
e. Karakterisasi, Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri
konsumen atau citra yang ditampilkan pada orang lain.
f. Kontinuitas, Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan
intimasi dengan merek yang telah digunakan atau
dikonsumsi pelanggan selama bertahun – tahun.
g. Hedonistik, Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo,
dan komunikasinya.
11
h. Etis, Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab
merek bersangkutan dalam hubungannya dengan
masyarakat.
2.4 Ekuitas Merek
2.4.1 Pengertian Ekuitas Merek
Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan
jasa. Ekuitas merek dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa,
dan bertindak dalam hubungannya dengan merek dan juga harga, pangsa
pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan (Kotler,
2009).
Merek yang kuat adalah merek yang memiliki brand equity yang
tinggi. Brand equity menurut Kertajaya (2005) dalam Solihat (2014)
merupakan asset intangible yang dimiliki oleh sebuah merek karena value
yang diberikan kepada pelanggan. Semakin tinggi ekuitas merek (brand
equity), maka semakin tinggi pula value yang diberikan oleh merek tersebut
kepada pelanggan karena ekuitas merek bergantung pada upaya dalam
membangun merek yang dilakukan.
Dalam Managing Merek Equity, David Aaker (1991) dalam Knapp
(2002) meringkasnya sebagai kualitas yang dirasakan, kesadaran nama,
asosiasi-asosiasi merek; loyalitas merek, dan aset kepemilikan lainnya.
2.4.2 Model Ekuitas Merek
Kotler (2007) mengembangkan satu model ekuitas merek yang
disebut penilaian Aset Merek atau Brand Asset Valuator (BAV). Berdasarkan
hasil risetnya, BAV menyajikan ukuran komparatif ekuitas merek ribuan
merek dalam ratusan kategori berbeda. Berikut komponen kunci ekuitas
merek menurut BAV, yaitu:
12
1. Diferiansiasi
Diferiansiasi yaitu mengukur sejauh mana sebuah merek dilihat
berbeda dari merek lain.
2. Relevansi
Relevansi yaitu mengukur keluasan daya tarik merek
3. Penghargaan
Penghargaan yaitu mengukur baiknya anggapan dan
penghargaan terhadap merek.
Menurut Kertajaya (2005) dalam Solihat (2014) Ekuitas Merek terdiri
atas empat kategori yaitu:
1. Kesadaran Merek
Kesadaran akan merek (brand awareness) adalah ukuran
kekuatan eksistensi merek di benak konsumen. Brand
awareness terkait dengan seberapa jauh konsumen dapat
mengenal atau mengingat suatu merek. Kesan Kualitas Merek
(Brand Perceived Quality) dijelaskan bahwa kualitas merek
dapat menciptakan profitabilitas, karena dapat memengaruhi
pasar, harga mempunyai dampak langsung pada profitabilitas,
tidak memberikan pengaruh negatif pada biaya.
2. Kesan Kualitas
Kesan kualitas (perceived quality) adalah persepsi pelanggan
terhadap kualitas dan superioritas produk suatu daerah terhadap
pesaingya.
3. Asosiasi Merek
Asosiasi merek (brand association) adalah semua yang berkaitan
dengan sebuah merek Asosiasi Merek
13
4. Loyalitas Merek
Loyalitas merek (brand loyalty) adalah ukuran loyalitas yang
diberikan oleh pelanggan kepada merek.
Manfaat ekuitas merek bagi pelanggan adalah sebagai berikut:
a. Interpretasi proses informasi
b. Rasa percaya diri dalam pembelian
c. Pencapaian kepuasan dari pelanggan
Kemudian manfaat ekuitas merek bagi perusahaan adalah sebagai
berikut:
a. Efisiensi dan efektifitas pemasaran
b. Brand Loyalty
c. Harga Laba
d. Perluasan Merek
e. Peningkatan Perdagangan
f. Keuntungan Kompetitif
2.5 Rasa
2.5.1 Pengertian Rasa
Rasa merupakan suatu karakterisitik makanan yang secara konsisten
dilaporkan sebagai faktor yang berpengaruh kuat dalam perilaku makan.
Kenyatannya, “rasa” itu sendiri merupakan suatu karakteristik yang dibentuk
dari seluruh stimulasi sensori yang diperoleh dalam proses makan. Di
dalamnya tidak hanya melibatkan rasa di lidah saja, tetapi juga dari aroma,
warna dan tekstur makanan (EFIC, 2005) dalam (Fatty 2012).
Persepsi rasa akan sangat dipengaruhi oleh kepekaan papilla lidah.
Selain itu, persepsi rasa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
14
senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi komponen rasa yang lain
(Winarno, 1997).
2.5.2 Faktor Rasa
Lidah merupakan indera pengecapan yang memiliki peran penting
sebagai fungsi pengecap pada mulut. Lidah memiliki empat fungsi
pengecapan primer yaitu asam, asin, manis, dan pahit.Indera pengecap juga
dapat mengalami penurunan fungsi pengecap. Terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi sensitivitas lidah seperti usia, suhu makanan,
penyakit, merokok dan menginang. Ganong (2002) dalam Tunggala, (2016).
Faktor faktor yang mempengaruhi penurunan sensitivitas pengecap
antara lain:
a. Usia
Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa (Evelyn 2001).
Penurunan sensitivitas indera pengecap merupakan masalah
psikologis yang biasa terjadi pada orang dengan usia tua. Seiring
bertambahnya usia terjadi penurunan jumlah papilla sirkumvalata dan
penurunan fungsi transmisi pada taste buds (Guyton 2001).
b. Suhu Makanan
Sensitivitas pada taste buds pada indera pengecap dapat
dipengaruhi oleh suhu makanan dan minuman yang kurang 20oC
maupun lebih dari 30oC. Suhu yang terlalu panas akan merusak sel
sel taste buds (Guyton 2001), demikian pula suhu yang terlalu dingin
dapat membuat sensitivitas lidah berkurang, menyebabkan cedera
atau bahkan kematian sel. Keadaan tersebut cenderung berlangsung
cepat karena sel yang rusak tersebut diperbaiki (G. Rensburg 2005).
15
c. Penyakit
Perawatan dan terapi pada penyakit kronis memerlukan waktu yang
cukup lama. Obat-obatan tersebut memiliki efek samping dapat
menyebabkan penurunan senisitivitas indera pengecap (Evelyn
2001). Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi penurunan
sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan
sensitivitas rasa asin dan manis, anestesia seperti lidokain dapat
menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu
juga penggunaan insulin untuk penderita diabetes yang
berkepanjangan (Guyton 2001).
d. Obat-obatan
Pada penyakit kencing manis dan ginjal serta radiasi dapat pula
menyebabkan xerostomia. Xerostomia adalah keadaan dimana mulut
kering akibat produksi kelenjar saliva berkurang (Guyton 2001).
Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh ganggguan pada pusat
saliva atau saraf pembawa rangsang . Dengan berkurangnya
produksi saliva makan sel-sel pengecap mengalami kesulitan dalam
menerima rangsang (Pearce 2008).
2.6 Citra Merek
2.6.1 Pengertian Citra Merek
Brand image (citra merek) merupakan keseluruhan persepsi terhadap
suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai
sumber setiap waktu. Brand image dibangun berdasarkan kesan, pemikiran
ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap suatu merek yang
pada akhirnya akan membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan
16
(Setiadi, 2003: 180). Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang
terbentuk dan melekat dibenak konsumen (Rangkuti, 2004).
Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa citra merek ialah
persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen seperti tercermin
dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Oleh karena itu, sikap
dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra
merek tersebut.
Citra atau Image sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan
yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Selanjutnya sikap dan
tindakan seseorang terhadap suatu objek sangat dikondisikan oleh citra
objek tersebut. Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat disimpulkan
bahwa citra merek merupakan kumpulan kesan yang ada di benak
konsumen mengenai suatu merek yang dirangkai dari ingatan-ingatan
konsumen terhadap merek tersebut.
2.6.2 Manfaat Citra Merek
Beberapa manfaat dari citra merek yang positif menurut Sutisna
(2001) sebagai berikut:
▪ Konsumen memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian
▪ Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan
memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek
produk lama
▪ Kebijakan family branding dan laverage branding dapat dilakukan jika
citra merek produk yang telah ada pasif
Menurut Shimp manfaat citra merek dibagi menjadi tiga bagian yaitu
fungsional, simbolis, dan pengalaman.
17
▪ Fungsional, yaitu manfaat yang berusaha menyediakan solusi bagi
masalah- masalah konsumsi atau potensi permasalahan yang dapat
dialami oleh konsumen, dengan mengasumsikan bahwa suatu merek
memiliki manfaat spesifik yang dapat memecahkan masalah tersebut.
▪ Simbolis, yaitu diarahkan pada keinginan konsumen dalam upaya
memperbaiki diri, dihargai sebagai anggota suatu kelompok, afiliasi,
dan rasa memiliki.
▪ Pengalaman, yaitu konsumen merupakan representasi dari keinginan
mereka akan produk yang dapat memberikan rasa senang,
keanekaragaman, dan stimulasi kognitif.
2.6.3 Komponen Citra Merek
Menurut Simamora (2004), komponen citra merek (brand image)
terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Citra Perusahaan
Citra perusahaan (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang
membuat suatu produk atau jasa. Pada penelitian ini citra
perusahaan meliputi inovasi perusahaan, jaringan perusahaan,
kemudahan pemahaman logo perusahaan dan layanan
konsumen.
2. Citra Pengguna
Citra pengguna (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan
suatu barang atau jasa. Pada penelitian ini citra pengguna
meliputi citra produk yang positif di masyarakat, kepraktisan dan
desain kemasan yang menarik.
18
3. Citra Produk
Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Pada penelitian
ini citra produk meliputi kemudahan daam mengingat merek,
kelengkapan informasi, ukuran yang beragam, produk yang
menarik, penjaminan kualitas, dan kesesuaian harga.
2.7 Cita Rasa
2.7.1 Pengertian Cita Rasa
Cita rasa merupakan sensasi yang dihasilkan oleh bahan makanan
ketika diletakkan dalam mulut terutama yang ditimbulkan oleh rasa dan
aroma. Jadi ada 3 (tiga) komponen yang berperan yaitu aroma, rasa dan
tekstur (Zuhra, 2006). Cita rasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang
harus dibedakandari rasa makanan tersebut. Cita rasa merupakan atribut
makanan yang meliputi penampakan, aroma, rasa, tekstur, dan suhu.
Citarasa adalah suatu cara pemilihan makanan yang harus
dibedakan dari rasa makanan tersebut. Citarasa merupakan atribut makanan
yang meliputi penampakan, aroma, rasa, tekstur, dan suhu. Citarasa
merupakan bentuk kerja sama dari kelima macam indera manusia, yakni
perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran. Rasa sendiri
merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi,
kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa (Wikipedia
Bahasa Indonesia). Ada kalanya makanan yang tersedia tidak mempunyai
bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi, dengan arti lain
kualitas dari suatu produk makanan sangat ditentukan oleh tingkat kesukaan
konsumen terhadap makanan tersebut. Umumnya pengolah makanan selalu
berusaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kualitas
19
makanan adalah keseluruhan sifat-sifat dari makanan tersebut yang
berpengaruh terhadap konsumen.
2.7.2 Komponen Cita Rasa
Kompleksitas suatu cita rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi
alamiah. Citarasa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu aroma, rasa, dan
rangsangan mulut (panas dan dingin). Faktor yang pertama dapat dideteksi
oleh indera pencium dan dua faktor yang disebutkan terakhir dapat dideteksi
oleh sel-sel sensorik pada lidah (Wahidah, 2010).
1. Aroma
Aroma merupakan salah satu komponen cita rasa pada makanan, yaitu
memberikan aroma atau bau, maka dapat mengetahui rasa dari
makanan tersebut. Dimana aroma ini dikenal dengan menggunakan
hidung. Apabila aroma makanan berubah maka tentu saja akan
berpengaruh pada rasa. Bau tengik atau alkohol yang disebabkan oleh
bahan makanan tersebut telah lama disimpan yang telah terkontaminasi
dengan udara luar.
Bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut.
Dalam hal aroma lebih banyak sangkut pautnya dengan alat panca
indera penciuman.
Aroma adalah reaksi dari makanan yang akan mempengaruhi konsumen
sebelum konsumen menikmati makanan, konsumen dapat mencium
makanan tersebut. (Adinugraha, 2015)
2. Rasa
Rasa berbeda dengan aroma dan lebih banyak melibatkan panca indera
lidah. Rasa dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecepan
yang terletak pada papilla yaitu bagian noda darah jingga pada lidah.
20
pada anak kuncup-kuncup perasa tersebut selain terletak di lidah juga
terletak pada farinx, pelata bagian langit-langit yang lunak maupun keras.
Sampai dengan saat ini telah dikenal empat rasa utama, yaitu asin
(salty), asam (sour), pahit (bitter), dan manis (sweet), ditambah suatu
rasa terbaru yaitu umami, yang umumnya terdapat pada penyedap rasa
makanan-makanan khas Asia.
Titik perasa dari lidah adalah kemampuan mendeteksi dasar yaitu manis,
asam, asin, pahit. Dalam makanan tertentu empat rasa ini digabungkan
di dalam makanan sehingga menjadi satu rasa yang unik dan menarik
untuk dinikmati (Adinugraha, 2015).
3. Tekstur
Selain dari komponen-komponen cita rasa tersebut diatas, komponen
yang juga penting adalah timbulnya perasaan seseorang setelah
menelan suatu makanan. Bahan makanan yang mempunyai sifat
merangsang syaraf perasa dibawah kulit muka, lidah, maupun gigi akan
menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya bila seseorang mencium bau
ammonia, selain bau yang merangsang juga akan menimbulkan
perasaan bahwa bau tersebut tajam (sharp). Contoh lain misalnya
rempah-rempah yang menimbulkan kesan panas atau kesan dingin yang
ditimbulkan oleh permen pedas.
Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang
ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari penelitian-penelitian yang
dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur atau viskositas bahan
dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengaruhi
kecepatan timbulnya rangsanngan terhadap sel reseptor olfaktori dan
klenjar air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap
intensitas rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang. Ada banyak
21
macam tekstur makanan yaitu halus atau tidak, keras atau lembut, cair
atau padat, empuk atau tidak (Adinugraha, 2015).
2.8 Perilaku Konsumen
2.8.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Kotler (2002) bidang ilmu perilaku konsumen mempelajari
bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, memakai serta
memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Menurut Lamb (2001) Perilaku
konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-
keputusan pembelian dan bagaimana mereka menggunakan dan mengatur
pembelian barang atau jasa.
American Marketing Association (dalam Setiadi, 2003)
mendefenisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara
pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Dari defenisi tersebut
terdapat tiga ide penting perilaku konsumen, yaitu:
1. Perilaku konsumen bersifat dinamis, yang artinya bahwa perilaku
konsumen, kelompok konsumen, atau masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi afeksi (perasaan),
kognisi pemikiran), perilaku dan kejadian di lingkungannya.
3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran
pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran, karena itu
peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukan dengan
konsumen melalui penerapan berbagai strategi pemasaran.
22
2.8.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar
adalah faktor – faktor yang dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-
benar diperhitungkan (Setiadi, 2003) mengemukakan beberpa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
1. Faktor Kebudayaan
a. Kebudayaan, merupakan faktor penentu yang paling dasar
dari keinginan dan perilaku seseorang. Seseorang anak yang
sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi,
preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang
melibatkan keluarga dan lembaga sosial lainnya.
b. Sub budaya, memberikan identifikasi dan sosialisasi yang
lebih spesifik untuk para anggotanya.
c. Kelas sosial, merupakan kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun
secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat
dan perilaku yang serupa.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok referensi, terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai penagaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang.
b. Keluarga, dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
keluarga orientasi yakni merupakan orang tua dari seseorang,
dan keluarga prokreasi yakni pasangan hidup anak – anak
seorang keluarga, merupakan organisasi pembeli dan
23
konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan
telah diteliti secara intensif.
c. Peran dan status
3. Faktor Pribadi
a. Umur dan tahapan siklus hidup
b. Pekerjaan
c. Keadaan ekonomi, terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan
(tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan
hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadiakn uang),
kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan lawan menabung.
d. Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang yang
diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapatan
seseorang. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik
kelas sosial seseorang.
e. Kepribadian dan konsep diri, merupakan karakteristik
psikologis yang berbeda
4. Faktor Psikologi
a. Motivasi, merupakan dorongan yang timbul dari suatu
keadaan fisiologis tertentu seperti rasa lapar, rasa haus, dan
rasa tidak nyaman.
b. Persepsi, didefenisikan sebagai proses dimana seseorang
memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia
ini. Proses belajar, menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman.
24
c. Kepercayaan dan sikap, merupakan suatu gagasan deskriptif
yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu.
Menurut Shinta (2011), terdapat tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya faktor individu, faktor
lingkungan dan faktor psikologis. Berikut ini adalah penjelasannya :
1. Faktor Individu
a. Motivasi dan Kebutuhan
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan
oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen
merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang
seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan.
Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut.
Inilah yang disebut dengan motivasi. Seperti contoh adanya
rasa haus dan lapar mendorong seseorang untuk mencai
makanan dan minuman.
Kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen (felt need) bisa
dimunculkan dari faktor luar konsumen seperti aroma
makanan -> orang jadi ingin makan, iklan dan komunikasi
pemasaran -> orang yang tidak rencana beli jadi membeli.
Selain dari luar konsumen juga ada faktor dari dalam diri
konsumen sendiri (fisiologis) atau innate needs misal rasa
lapar, haus (makanan), air, udara, pakaian rumah. Kebutuhan
ini juga disebut dengan primary needs dimana produk
tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan hidupnya.
25
b. Kepribadian dan Gaya Hidup
Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik
yang paling dalam pada diri (inner psychological
characteristics) manusia, perbedaan karakteristik tersebut
menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu.
Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respon individu
terhadap lingkungannya (stimulus) secara konsisten.
Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi perilaku individu
tersebut. Individu dengan karakteristik yang sama cenderung
akan bereaksi yang relatif sama terhadap situasi lingkungan
yang sama. Contohnya seseorang yang senantiasa cepat
menangis ketika mendengar berita sedih pada saat kapan
dan dimanapun.
Gaya Hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup
dan menggunakan uang dan waktunya. Berbeda dengan
kepribadian lebih menggambarkan karakteristik terdalam yang
ada pada diri manusia. Meskipun berbeda tetapi keduanya
saling hubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik
internal dari konsumen sedangkan gaya hidup
menggambarkan manifestasi eksternal dari perilaku
seseorang. Contohnya, orang yang berkepribadian pemberani
mungkin akan memilih hobi yang menantang alam, sebaliknya
yang kurang berani mungkin akan memilih hobi bermain bulu
tangkis.
c. Pengetahuan Konsumen
Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki
oleh konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa
26
serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan
jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan
fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan konsumen akan
mempengaruhi keputusan pembelian.
Pengetahuan konsumen terdapat tiga bagian yaitu:
1) Pengetahuan Produk
▪ Kategori produk
▪ Merk
▪ Terminologi produk
▪ Atribut atau fitur produk
▪ Harga produk
▪ Kepercayaan produk
2) Pengetahuan pembelian
▪ Pengetahuan tentang toko
▪ Lokasi produk didalam toko
▪ Penempatan produk yang sebenarnya didalam toko
3) Pengetahuan pemakaian
Konsumen mengetahui manfaat dalam produk
2. Faktor Lingkungan
a. Budaya dan Demografi
Budaya merupakan suatu kepercayaan, nilai-nilai dan
kebiasaan yang dipelajari seseorang, yang dapat
mengarahkan seseorang tersebut dalam menggunakan suatu
barang atau jasa. Kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan itu
dapat muncul bila seseorang melakukan interaksi, hubungan
dan saling mempengaruhi dalam berperilaku. Unsur-unsur
27
budaya antara lain: (1) kepercayaan (2) nilai (3) norma (4)
kebiasaan (5) larangan (6) mitos dan (7) simbol.
Karakteristik demografi menunjukkan identitas seseorang
bisa berdasarkan usia, agama, suku bangsa, pendapatan,
jenis kelamin, status pernikahan, pekerjaan, lokasi geografis,
dan lain-lain.
b. Keluarga
Peranan dalam pengambilan keputusan keluarga antara lain:
▪ Sebagai Influencer, para anggota keluarga yang
memberikan pengaruh pada anggota keluarga lain untuk
mengambil keputusan dalam pembelian atau tidak
membeli suatu produk.
▪ Sebagai gate keeper, para anggota keluarga yang
mengontrol arus informasi
▪ Sebagai decision, anggota keluaga yang menentukan
membeli atau tidak suatu produk
▪ Sebagai buyer, anggota keluarga yang dengan nyata
melakukan pembelian
▪ Sebagai preparer, anggota yang mengubah produk
mentah menjadi bentuk yang bisa dikonsumsi
▪ Sebagai user, anggota keluarga yang menggunakan
produk tersebut
▪ Sebagai maintancer, anggota keluarga yang merawat
atau memperbaiki produk
▪ Sebagai organizer, anggota keluarga yang mengatur
apakah produk tersebut bisa dimulai dipakai atau dibuang
atau dihentikan
28
c. Kelompok Referensi
Adapun definisi dari kelompok rujukan atau referensi adalah
setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar
pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan
sikap umum/khusus atau pedoman khusus bagi perilaku.
Faktor yang berdampak pada pengaruh kelompok rujukan :
▪ Informasi dan pengalaman
▪ Kredibilitas, daya tarik dan kekuatan kelompok rujukan
d. Kelas Sosial
Kelas sosial merupakan pembagian anggota masyarakat ke
dalam suatu hirarki status kelas sosial yang berbeda,
sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai
status yang sama dan para anggota kelas lainnya
mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
3. Faktor Psikologis
a. Pengolahan Informasi / Persepsi
Apa yang didengar oleh telinga, apa yang dilihat oleh mata
dan apa yang dicium oleh hidung, itulah yang disebut dengan
stimulus. Tidak semua stimulus tersebut semua kita ingat dan
simpan dalam ingatan kita, karena kita sebagai konsumen
melakukan proses pengolahan informasi. Stimulus bisa
berbentuk produk, nama merk, kemasan, iklan, nama
produsen.
29
b. Keterlibatan
Keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakkan serta
mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada
saat mereka membuat keputusan. Contoh: konsumen akan
membeli suatu produk akan menghabiskan lebih banyak
waktu dan tenaga untuk berkunjung ke beberapa toko atau
bertanya pada lebih banyak pramuniaga.
c. Proses Pembelajaran Konsumen
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen
yang diakibatkan oleh pengalaman. Sebagai seorang
konsumen baik dari anak sampai orang tua melakukan
proses belajar. Seorang konsumen yang menyukai produk
tertentu, memilih produk tertentu dan loyal terhadap merek
tertentu, merupakan hasil dari suatu proses belajar
konsumen.
d. Sikap Konsumen
Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan
mempengaruhi konsumen. Konsep sikap sangat terkait
dengan kepercayaan dan perilaku. Sikap merupakan
ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek apakah
disukai atau tidak.
2.9 Keputusan Konsumen
Menurut Kotler (2002) dalam keputusan pembelian, seseorang memainkan
lima peran, antara lain:
1. Initiator (pencetus), yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan
gagasan untuk membeli produk atau jasa
30
2. Influencer (pemberi pengaruh), yaitu seseorang dengan pandangan atau
saran yang mempengaruhi keputusan
3. Decider (pengambil keputusan), yaitu seseorang yang memutuskan
setiap komponen dari setiap keputusan pembelian (apakah membeli,
tidak membeli, bagaimana membeli dan dimana akan membeli)
4. Buyer (pembeli), yaitu orang yang melakukan pembelian yang
sesungguhnya
5. User (pengguna), yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau
menggunakan produk atau jasa bersangkutan
Shinta, (2011) menyatakan bahwa terdapat lima tahap yang dilalui
konsumen dalam proses pengambilan keputusan, yaitu seperti terlihat pada
gambar berikut:
Gambar 1. Langkah-langkah Keputusan Pembelian
Sumber : Shinta, (2011)
1. Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu
masalah yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum ia bisa dikenali. Ada
beberapa faktor yamg mempengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu:
waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk,
perbedaan individu, pengaruh pemasaran.
2. Pencarian Informasi
Keputusan Pembelian
Evaluasi Alternati
f
Pencarian Infomasi
Pengenalan Kebutuhan
Perilaku Pasca Pembelian
31
Konsumen yang tergugah kebutuhan akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Besarnya pencarian yang dilakukan
tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang telah
dimilikinya, kemudahan mendapatkan dan nilai yang diberikan pada
informasi tambahan, dan kepuasan dalam pencarian informasi tersebut.
sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi
empat kelompok:
a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersil: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan, dan
pameran.
c. Sumber umum: media massa, organisasi konsumen.
d. Sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan
produk.
3. Evaluasi Alternatif
Model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai
proses yang berorientasi kognitif yaitu mereka menganggap konsumen
membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan kesadaran dan
rasio. Beberapa konsep dasar dalam memahami proses evaluasi
konsumen: pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu
kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi
produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai
sekumpulan atirbut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi alternatif, konsumen membentuk preferensi atas
merekmerek dalam kumpulah pilihan. Konsumen juga mungkin untuk
membentuk niat untuk membeli suatu produk yang paling disukai. Dalam
32
melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub
keputusan: merek, dealer, kualitas, waktu dan metode pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah mengkonsumsi suatu produk, konsumen akan mengalami
tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu seperti penjelasan berikut:
a. Kepuasan pasca pembelian, kepuasan pembeli adalah seberapa
dekat pembeli atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan
pembeli atas produk tersebut. jika kinerja produk tidak memenuhi
harapan, pembeli akan kecewa. Jika sesuai dengan harapan maka
pembeli akan merasa puas dan jika melebihi harapan, pembeli akan
sangat puas.
b. Tindakan pasca pembelian, kepuasan dan ketidakpuasan konsumen
terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.
Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih
tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. pelanggan yang tidak
puas akan bertindak sebaliknya. Mereka mungkin akan
mengembalikan atau bahkan membuang produk tersebut atau
mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan ke
perusahaan, pengacara atau kelompok lainnya.
c. Pemakai dan pembuangan pasca pembelian, jika konsumen
menyimpan produk, produk tersebut mungkin tidak memuaskannya
dan kabar dari mulut ke mulut tidak akan gencar. konsumen yang
puas akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk
membeli kembali produk tersebut, atau lebih jauh dari itu melalui
proses komunikasi dari mulut ke mulut akan memberitahukan
kepuasan tersebut kepada pihak lain seperti keluarga, teman, atau
33
yang lainnya. tapi jika konsumen tidak puas ia akan bereaksi
sebaliknya, mungkin mereka tidak akan lagi membeli produk
tersebut selanjutnya konsumen akan mencari lagi informasi yang
menginformasikan nilai produk yang lebih baik.
2.10 Hubungan Citra Merek dan Cita Rasa Terhadap Keputusan Pembelian
2.10.1 Hubungan antara Citra Merek dengan Keputusan Pembelian
Kotler dan Keller (2009) menjelaskan citra merek sebagai pandangan
dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan
asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen. Citra merek merupakan
persepsi atau pandangan masyarakat terhadap suatu merek berdasarkan
pengetahuan, tanggapan, serta pengalaman konsumen terhadap merek
yang bersangkutan. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu
produk, mereka ccenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau
yang terkenal (Schiffman dan Kanuk, 2008).
Alasan tersebut mendorong perusahaan untuk memperkuat
mereknya agar memupuk kuat didalam pikiran konsumen, karena melalui
citra merek yang positif, konsumen mampu mengenali sebuah produk,
mengevaluasi kualitas, mengurangi kecemasan pembelian, dan memperoleh
pengalaman serta kepuasan dari diferensiasi produk tersebut (Lin, 2007
dalam Musay, 2013).
2.10.2 Hubungan antara Cita Rasa dengan Keputusan Pembelian
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang
dan jasa, antara lain:
▪ Tingkat pendapatan seseorang/masyarakat
▪ Jumlah penduduk
▪ Selera penduduk
34
▪ Fluktuasi ekonomi
▪ Harga barang yang di tuju
▪ Harga barang subsitusi
▪ Faktor lain (harapan, hubungan sosial, dan politik)
Setelah timbulnya suatu permintaan akan ada cita rasa yakni adalah
suatu cara pemilihan makanan yang harus dibedakan dari rasa (taste)
makanan tersebut.
Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan,
bau, rasa, tekstur, dan suhu. Cita rasa merupakan bentuk kerja sama dari
kelima macam indera manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan,
penglihatan, dan pendengaran. Rasa sendiri merupakan hasil kerja
pengecap rasa (taste buds) yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, atap
mulut, yang merupakan bagian dari cita rasa. Kompleksitas suatu cita rasa
dihasilkan oleh keragaman persepsi alamiah. Cita rasa dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut (panas dan dingin). Apabila
barang yang dibeli tidak memberikan kepuasan yang diharapkan, maka
pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut menjadi
sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya
bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya maka
keinginan untuk membeli terhadap merek barang tersebut cenderung untuk
menjadi lebih kuat.
2.11 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dinyatakan dalam bentuk skema sederhana tetapi utuh,
memuat pokok-pokok unsur pemikiran dan tata hubungan antara pokok-pokok
unsur tersebut dengan perumusan kerangka pemikiran yang dinyatakan dalam
35
bentuk skema, maka gambaran dari isi penelitian menjadi jelas (Narbuko dan
Achmadi, 2007).
Kerangka pemikiran digunakan sebagai pedoman atau sebagai gambaran
alur pemikiran sehingga fokus pada tujuan penelitian. Penelitian ini memiliki tiga
tujuan utama yaitu untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara
variabel citra merek dan cita rasa terhadap keputusan pembelian, untuk
mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel citra merek dan cita rasa
terhadap keputusan pembelian dan untuk mengetahui variabel yang
berpengaruh secara dominan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan enam
variabel independen yaitu citra perusahaan, citra pengguna, citra produk, aroma,
rasa, dan tekstur. Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah
keputusan pembelian. Berikut disajikan diagram kerangka penelitian ini.
36
Teori: Keputusan pembelian konsumen, Shinta (2011): ▪ Pengenalan kebutuhan ▪ Pencarian informasi ▪ Evaluasi alternatif ▪ Perilaku pembelian ▪ Perilaku pasca pembelian
Permasalahan: Persaingan produsen terasi udang yang ketat dari sisi: ▪ Harga ▪ Inovasi produk ▪ Merek ▪ Rasa
Kondisi Riil: ▪ Beragamnya kebutuhan
konsumen terhadap terasi ▪ Informasi yang didapat
konsumen berasal dari lingkungan dan iklan
▪ Pilihan alternatif konsumsi terasi yang beragam
▪ Konsumen dengan mudah beralih dari merek satu ke merek lainnya.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Citra Merek Terasi Udang
ABC
Citra
Perusahaan Citra
Pengguna Citra
Produk
1. Inovasi Perusahaan
2. Jaringan pemasaran
3. Kemudahan pemahaman logo
1. Citra produk yang positif
2. Kepraktisan 3. Desain
kemasan menarik
1. Kemudahan mengingat merek
2. Kelengkapan informasi
3. Produk yang menarik
4. Kualitas Terjamin 5. Kesesuaian
harga
Aroma Rasa Tekstur
Cita Rasa Terasi Udang
ABC
1. Memiliki aroma udang rebon segar
2. Memiliki aroma yang khas
3. Aroma tidak menyengat
atau tajam
1. Gurih 2. Sedap 3. Udang
rebon
1. Tidak terlalu keras
2. Tidak terlalu lembek
Tanggapan konsumen terhadap proses keputusan pembelian Terasi Udang ABC yang meliputi:
1. Pengenalan kebutuhan 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternatif 4. Perilaku pembelian
5. Perilaku pasca pembelian
1. Uji Instrumen ▪ Uji Validitas ▪ Uji Reabilitas
2. Uji Asumsi Klasik ▪ Uji Normalitas ▪ Uji Multikolinearitas ▪ Uji Heteroskedastisitas ▪ Uji Autokorelasi
3. Regresi Linier Berganda 4. Uji Hipotesis
▪ Uji F ▪ Uji t Keputusan Pembelian
37
2.12 Hipotesis
Sugiyono, (2012) mengungkapkan bahwa hipotesis merupkan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Beliau juga menambahkan
bahwa penelitian kuantitatif perlu merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah
jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya (Siregar, 2014).
Sehingga, hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang harus
diuji kebenarannya.Penelitian ini menggunakan hipotesis statistik, sehingga
menggunakan istilah signifikan. Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah
terbukti pada sampel itu dapat diberlakukan ke populasi (Sugiyono, 2012).
Gambar 3. Kerangka Hipotesis
H2
H2
H2
H2
H2
H2
H3
H1 Keputusan Pembelian
Y
Citra Perusahaan
X1
Citra Pemakai X2
Tekstur X6
Rasa X5
Aroma X4
Citra Produk X3
38
Keterangan
: Berpengaruh secara parsial
: Berpengaruh secara bersama-sama
: Berpengaruh secara dominan
Berdasarkan konsep penelitian yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis-
hipotesis statistik yang akan di uji dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis I : Diduga terdapat pengaruh secara bersama-sama dari
komponen Citra Merek yang terdiri dari variabel citra perusahaan (X1), citra
pengguna (X2), dan citra produk (X3) serta komponen dari Cita Rasa yang
terdiri dari variabel aroma (X4), rasa (X5), dan tekstur (X6), konsumen terasi
udang merek ABC di Kecamatan Koja terhadap keputusan pembelian.
2. Hipotesis 2 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial dari komponen
Citra Merek yang terdiri dari variabel citra perusahaan (X1), citra pengguna
(X2), dan citra produk (X3) serta komponen dari Cita Rasa yang terdiri dari
variabel aroma (X4), rasa (X5), dan tekstur (X6), konsumen terasi udang
merek ABC di Kecamatan Koja terhadap keputusan pembelian.
3. Hipotesis 3 : Diduga citra produk (X3) berpengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian terasi udang merek ABC dibandingkan dengan
variabel yang lain.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai dengan selesai.
Tempat penelitian di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Provinsi DKI
Jakarta.
3.2 Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menjelaskan pengaruh variabel X
terhadap variabel Y, maka jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan.
Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan
untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang datanya berbentuk angka (Siregar, 2014).
Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
penjelasan (explanatory research). Menurut Singarimbum et. al., (2008)
penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel penelitian dengan
pengujian hipotesa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data
numerical atau angka yang diolah dengan metode statistika dalam rangka
pengujian hipotesis (Azwar, 2013). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk mengukur data, mencari bukti yang meyakinkan,yang
berdasarkan perwakilan sampel besar dan biasanya berlaku untuk beberapa
bentuk analisis statistik (Malhotra, 2002).
Alasan utama pemilihan jenis penelitian explanatory ini adalah untuk menguji
hipotesis. Sehingga melalui hasil hipotesis tersebut,dapat menjelaskan hubungan
40
dan pengaruh Citra Merek dan Cita Rasa terhadap Keputusan Pembelian pada
Kelurahan Tugu Utara.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Sugiyono (2012) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulan.
Menurut Bungin dalam Siregar (2014) populasi adalah keseluruhan
dari objek penelitian. Secara umum populasi dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan objek penelitian yang memiliki kualitas dan kuantitas yang
ditetapkan untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Kecamatan Koja yang mengkonsumsi Terasi Udang merek ABC.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2012).
Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah nonprobability
sampling dengan menggunakan Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Pertimbangan-
pertimbangan dalam pengambilan sampel tersebut adalah :
41
1. Responden adalah warga Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan
Koja, Jakarta Utara, DKI Jakarta
2. Responden adalah mereka yang melakukan pembelian/
mengkonsumsi terasi udang merek ABC.
Pada penelitian ini populasi yang diambil jumlahnya tidak diketahui
secara pasti, maka dalam penelitian ini digunakan rumus Rao Purba (1996)
sebagai berikut:
𝑛 =𝑍2
4 (𝑚𝑜𝑒)2
Dimana :
n : Jumlah Sampel
Z : Tingkat Keyakinan yang dalam penentuan sampel 95%= 1,96
Moe : Margin of error atau kesalahan maksimal yang bisa dikorelasi,
disini ditetapkan 10%
Maka dengan demikian jumlah sampel minimal dapat diambil sebesar :
𝑛 =1.962
4 (0,10)2
𝑛 = 96,04
Dengan perhitungan tersebut, maka diambil sampel sebanyak 96,04
orang, agar penelitian ini menjadi fit maka sampel diambil menjadi 100
responden dengan ketentuan jumlah sampel tidak kurang dari minimal
sampel yang telah ditentukan.
42
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber
data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2008). Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden
melalui wawancara dan pengamatan langsung dari sumber yang diteliti. Data
primer antara lain dari angket atau kuisioner yang disebar kepada responden
dan observasi terhadap konsumen yang mengkonsumsi terasi udang merek
ABC di Kecamatan Koja. Bentuk data berupa kuesioner berisi indikator
pernyataan menggunakan skala likert dengan interval 1 sampai 5.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari objek penelitian
sudah dalam keadaan siap untuk digunakan dalam tahap analisis. Data
sekunder diperoleh melalui literatur, jurnal, penelitian, laporan perusahaan
atau dokumen lain yang diperlukan untuk penyusunan penelitian ini (Ghofur,
2014). Menurut Azwar (2013), Data sekunder diperoleh dari sumber tidak
langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner. Menurut Sugiyono (2012) kuisioner adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik pengumpulan data ini
dilakukan memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian kepada responden yaitu konsumen terasi udang merek ABC di
Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, DKI Jakarta.
43
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2012) Variabel penelitian adalah sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan. Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian terbagi menjadi
dua bagian yaitu :
1. Variabel Bebas (Independent Variable).
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Citra Merek dengan
sub variabel yang terdiri dari; Citra perusahaan (Corporate image
(X1)); Citra Pengguna (User image (X2)); dan Citra produk (Product
image (X3)), serta Cita Rasa dengan sub variabel yang terdiri dari
Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6.).
2. Variabel Terikat (Dependent Variable).
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah keputusan
pembelian. Untuk lebih mempermudah pemahaman, penjelasan
dari masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
3.6.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional menurut Nazir (2003) merupakan “suatu definisi
yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara
memberikan arti, atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut. Sesuai dengan judul “Pengaruh Citra Merek dan
Cita Rasa Terhadap Keputusan Pembelian” maka terdapat variabel-variabel
dalam penelitian ini antara lain:
44
1. Citra Perusahaan (Corporate Image) yaitu persepsi konsumen
terhadap PT. Heinz ABC Indonesia dengan indikator inovasi
perusahaan, jaringan pemasaran dan kemudahan pemahaman logo
2. Citra Pengguna (User Image) yaitu persepsi konsumen terhadap
pemakai yang menggunakan Terasi Udang ABC dengan indikator
citra produk yang positif, kepraktisan dan desain kemasan menarik.
3. Citra Produk (Product Image) persepsi konsumen terhadap Terasi
Udang ABC dengan indikator kemudahan mengingat merek,
kelengkapan informasi, produk yang menarik, kualitas terjamin dan
kesesuaian harga.
4. Aroma (Smell) adalah persepsi konsumen melalui indera penciuman
terhadap Terasi Udang ABC dengan indikator aroma khas udang
rebon segar serta bau yang tidak menyengat.
5. Rasa (Taste) adalah persepsi konsumen terhadap indera pengecap
Terasi Udang ABC dengan indikator gurih, asin dan udang rebon.
6. Tekstur (Texture) persepsi konsumen melalui indera peraba terhadap
Terasi Udang ABC dengan indikator tidak terlalu keras dan juga tidak
terlalu lembek.
7. Keputusan pembelian merupakan cara konsumen mengenal
kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi, berperilaku pada saat
pembelian serta pasca pembelian Terasi Udang ABC.
3.7 Konsep, Variabel dan Indikator
Konsep, variabel dan indikator dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel
berikut ini:
45
Tabel 1. Konsep, Variabel dan Indikator
Konsep Variabel Indikator
Citra Merek
(Brand Image)
Citra Perusahaan
(Corporate Image)
1. Inovasi perusahaan
2. Jaringan pemasaran
3. Kemudahan pemahaman logo
Citra Pengguna
(User Image)
1. Citra produk yang positif
2. Kepraktisan
3. Desain kemasan menarik
Citra Produk
(Product Image)
1. Kemudahan mengingat merek
2. Kelengkapan informasi
3. Produk yang menarik
4. Kualitas terjamin
5. Kesesuaian harga
Cita Rasa
Aroma
(Smell)
1. Aroma udang rebon segar
2. Aroma yang khas
3. Aroma tidak menyengat
Rasa
(Taste)
1. Gurih
2. Sedap
3. Udang rebon
Tekstur (Texture)
1. Tidak terlalu keras
2. Tidak terlalu lembek
Proses Keputusan
Pembelian
Keputusan
Pembelian
1. Pengenalan kebutuhan
2. Pencarian informasi
3. Evaluasi alternatif
4. Perilaku pembelian
5. Perilaku pasca pembelian
3.8 Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2005).
Pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Skala yang digunakan adalah skala Likert dengan jenis skalanya berupa skla
interval dengan skor 1 sampai 5. Menurut Sugiyono (2005) skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial.
46
Dengan skala Likert variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk
menyusun item-item yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Indikator-indikator variabel bebas maupun terikat kemudian diformulasikan
dalam bentuk item pernyataan yang masing-masing item terdapat range skoe
antara 1-5, yaitu :
Tabel 2. Skala Pengukuran
Jawaban Keterangan Skor
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Netral N 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber : Sugiyono, (2012)
3.9 Uji Instrumen Data
3.9.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menghitung korelasi antara masing-
masing pernyataan dengan skor total dengan rumus korelasi produk moment
(Ghozali, 2013).
Menurut Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa “instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid”.
Penelitian ini menggunakan angket dalam penelitiannya maka angket yang
dibuat harus dapat mengukur apa yang diukur. Valid atau tidaknya suatu
item dapat diketahui dengan cara membandingkan dengan rumus korelasi
product moment yang dijelaskan oleh Arikunto (2006) uji validitas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑟 = 𝑁(∑XY) − (∑X∑Y)
√[N∑X2 − (∑X)2][N∑Y2 − (∑Y)2]
47
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
Y = Nilai total skor
X = Skor indikator empiris penelitian
N = Jumlah sampel
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuisioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner
tersebut. Uji validitas dihitung dengan melihat nilai koefisien korelasi
(corrected item-total correlations). Apabila nilai (r) atau koefisien korelasi
kurang dari 3 maka dinyatakan tidak valid. Dan sebaliknya apabila nilai (r)
atau koefisien korelasi ≥ 3 maka dianggap memenuhi syarat validitas
(Sugiyono, 2012).
3.9.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Kehandalan yang
menyangkut kekonsistenan jawaban jika diujikan berulang pada sampel
yang berbeda.
Tingkat reliabilitas variabel yang digunakan dalam penelitian
menggunakan model konsisten internal dengan teknik Crobach’s alpha,
Arikunto (2010) yang rumusnya sebagai berikut :
48
𝑟 = [k
k − 1] [1 −
∑ α2b
α21
]
Keterangan:
r = Reliabilitas instrumen
k = Banyak butir pertanyaan
∑ σ2
b = Jumlah varian butir
σ2
1 = Varian total
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat hasil
perhitungan nilai croncbach alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai croncbach alpha (α) > 0,6 yaitu bila dilakukan penelitian
ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan
kesimpulan yang sama, sebaliknya bila croncbach alpha (α) < 0,6 maka
dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan
penelitian ulang dengan waktu dan variabel yng berbeda akan menghasilkan
kesimpulan yang berbeda.
3.10 Uji Asumsi Klasik
3.10.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengui apakah pada model regresi,
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal (Gozali, 2013).
Normalitas data data dilihat dari gambar histogram, namun seringkali
polanya tidak mengikuti betuk kurva normal, sehingga sulit disimpulkan
(Winarno, 2015).
Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
49
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan
dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali,
2013):
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.10.2 Uji Multikolinearitas
Gozali (2013) mengungkapkan bahwa Uji Multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. (Tim Dosen dan Tim Asisten
Ekonometrika 2016) menyatakan bahwa Salah satu cara untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas adalah menggunakan Variance Inflation Factors
(VIF). Rumus VIF yaitu :
𝑉𝐼𝐹 =1
1 − 𝑅21
Di mana 𝑅12 adalah koefisien determinasi regresi auxiliary
Regresi auxiliary adalah model regresi antar suatu variabel
independen dengan sisa variabel independen lainnya. Rule of thumb yang
biasa digunakan sebagai acuan adalah jika VIF > 10, maka terdeteksi adanya
multikolinieritas. Hipotesis dalam Uji Multikolinieritas adalah sebagai berikut :
50
H0 : tidak ada multikolineritas
Ha : ada masalah multikolineritas
Dasar pengambilan keputusannya dengan menggunakan nilai VIF,
yaitu :
1) Apabila nilai VIF < 10 : Ha ditolak, Ho diterima
2) Apabila nilai VIF ≥ 10 : Ho ditolak, Ha diterima
3.10.3 Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastsitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan yang lain
(Gozali, 2013). Heterokedastisitas adalah adalah kondisi dimana varians
residual/error tidak bersifat konstan (Tim Dosen dan Tim Asisten
Ekonometrika, 2016). Model regresi yang baik tidak terjadi heterokedastisitas
(Gozali, 2013).
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu
Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Yprediksi –
Ysesungguhnya) yang telah di-standardized. Sedangkan dasar pengambilan
keputusan untuk uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah. angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
51
3.11 Metode Analisis Data
Anaslis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.
Regresi linier berganda digunakan untuk lebih dari satu varibel bebas dan satu
variabel terikat (Siregar 2014). Tujuan metode ini adalah untuk meramalkan atau
memprediksi besaran nilai variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas
(Siregar 2014). Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh Citra Merek dan Cita Rasa terhadap Keputusan Pembelian. Formulasi
persamaan regresi linear berganda sendiri adalah sebagai berikut:
Dimana:
Y : Keputusan Pembelian
α : Intercept atau nilai rata - rata Y prediksi, jika X = 0 atau nilai konstanta
β : Slope atau rata - rata perubahan Y jika X berubah 1 satuan
X1 : Citra perusahaan (Corporate Image)
X2 : Citra Pengguna (User Image)
X3 : Citra Produk (Product Image)
X4 : Aroma (Smell)
X5 : Rasa (Taste)
X6 : Tekstur (Texture)
e : Kesalahan prediksi (error)
Y = α + β1 . X1 + β2 . X2 + β3 . X3 + β4 . X4 + β5 . X5 + β6 . X6 + e
52
3.12 Pengujian Hipotesis
3.12.1 Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi
adalah antara 0 dan 1 (Gozali, 2013). Semakin mendekati 1, berarti semakin
besar kemampuan variabel independen unruk menjelaskan pengaruhnya
kepada variabel dependen (Winarno, 2015).
Koefisien determinasi menurut Sarwono (2006), bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y,
perhitunganya sebagai berikut:
Kd = r2 x 100%
Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
3.12.2 Uji F
Uji Statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat. Hipotesis pada uji F
adalah sebagai berikut :
𝐹 =𝑅2(𝑛 − 𝑘 − 1)
𝑘(1 − 𝑅2)
53
Keterangan:
F = Fhitung yang selanjutnya akan dibandingkan dengan Ftabel
R2 = Determinasi
k = Jumlah variabel bebas
n = Banyaknya subyek penelitian
a. Hipotesis Nol (H
0)
Tidak terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara
variabel Citra perusahaan (X1), Citra Pengguna (X
2), Citra Produk
(X3), Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) terhadap Keputusan
Pembelian (Y).
b. Hipotesis Alternatif (H1)
Terdapat pengaruh bersama-sama secara signifikan dari Citra
perusahaan (X1), Citra Pengguna (X
2) Citra Produk (X3), Aroma
(X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) terhadap Keputusan Pembelian
(Y).
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan menggunakan taraf
signifikan, yaitu :
a. Apabila nilai Prob > α (0.05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b. Apabila nilai Prob < α (0.05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
3.12.3 Uji t
Uji satitistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen
(Gozali 2013).
Rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2012), sebagai berikut:
54
𝑡 =𝑟𝑝 √𝑛 − 3
√1 − 𝑟𝑝2
Keterangan :
rp = Korelasi parsial yang ditemukan
n = Jumlah sampel
t = thitung yang selanjutnya dibandingkan dengan ttabel
Hipotesis Uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Citra
perusahaan (X1) dan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Citra perusahaan
(X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Citra
Pengguna (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Citra Pengguna
(X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Citra
Produk (X3) dan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Citra Produk (X3)
dan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Aroma (X4)
dan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Aroma (X4) dan
terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Rasa (X5)
dan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
55
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Rasa (X5) dan
terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H0 : Tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Tekstur (X6)
dan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
H1 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan dari Tekstur (X6) dan
terhadap Keputusan Pembelian (Y).
Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan menggunakan nilai
probabilitas, yaitu :
a. Apabila nilai Signifikan > α (0,05), maka H0 diterima dan H1
ditolak.
b. Apabila nilai Signifikan < α (0,05), maka H0 ditolak dan H1
diterima.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak Geografis dan Topografi
Sesuai dengan pembagian Kotamadya, maka Wilayah Jakarta Utara
mempunyai batas – batas pemisah dengan Kotamadya lainya, sebagai
berikut. Sebelah Utara : Laut Jawa Koordinat 106° 29’ BT 150° 10’ LS dan
106° 07’ BT 50° 10’ LS Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Dati II
Tangerang, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Sebelah Barat : Berbatasan
dengan Kab. Dati II Tangerang dan Jakarta Pusat. Sebelah Timur :
Berbatasan dengan Kab. Dati II Bekasi (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta,
2014).
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara sebagian besar terdiri dari daratan
hasil dari pengurukan rawa-rawa yang mempunyai ketinggian rata-rata 0
s/d 1 meter diatas permukaan laut terutama kita temukan disepanjang
pantai. Lapisan tanah yang terbentuk daratan Jakarta adalah batuan
endapan (sediment stone) yang berasal dari Zaman Ploitocene, yang
berada 50 M di bawah permukaan tanah sekarang ini. Karena batuanya
hasil pengendapan maka sifat batuanya tersebut tidaklah compact (padat),
tetapi paremable (porous), sehingga air tanah terpengaruh oleh air laut,
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Utara yang berada di
Kecamatan Koja. Peta Kecamatan Koja ini dapat dilihat pada lampiran 2.
Kecamatan Koja terletak dibagian Utara Provinsi DKI Jakarta denga batas-
batas sebagai berikut:
Utara : Kelurahan Lagoa
Timur : Kecamatan Cilincing
Selatan : Kelurahan Tugu Selatan
2
Barat : Kelurahan Rawa Badak Utara
Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara
maksimum berkisar 32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara
minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan
sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan
terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar
267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara
mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2
m/detik - 2,5 m/detik (Jakarta.go.id, 2014).
4.2 Keadaan PendudukKelurahan Tugu Utara merupakan daerah pemukiman yang padat
penduduk. Pada Kelurahan ini terdapat banyak pertokoan, sekolah-
sekolah, maupun pergudangan dan juga garasi container.
Adapun jumlah penduduk di Kelurahan Tugu Utara pada tahun 2014
mencapai 79.450 jiwa dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis KelaminNo. Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)1 Laki-laki 40.507 50,982 Perempuan 38.943 49,02
Jumlah 79.450 100Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2014
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat rincian jumlah penduduk Kelurahan
Tugu Utara berdasarkan jenis kelamin. Untuk laki-laki berjumlah 40.507
atau 50,98% dari total jumlah penduduk, sedangkan perempuan
berjumlah 38.943 atau 49,02% dari jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan
bahwa di Kelurahan Tugu Utara jumlah laki-laki lebih dominan daripada
jumlah perempuan sebanyak 50,98% dari jumlah populasi.
3
Seperti pada umumnya masyarakat perkotaan dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sangat bervariasi, sesuai dengan minat dan
keahlian masing-masing. Demikian pula pada masyarakat Tugu Utara,
mata pencaharian mereka sangat beragam salah satunya adalah
karyawan. Selain karyawan juga banyak dari masyarakat mempunyai
pekerjaan sebagai pedagang, pegawai negeri sipil, dan lain sebagainya.
Keadaan penduduk Kelurahan Tugu Utara berdasarkan mata
pencahariannya yang diambil dari website resmi Provinsi DKI Jakarta
ialah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan PekerjaanNo.
Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum/ Tidak Bekerja 15.603 19,6392 Mengurus Rumah Tangga 16.271 20,4803 Pelajar/ Mahasiswa 17.778 22,3764 Pensiunan 727 0,9155 Pegawai Negeri Sipil 719 0,905
6Tentara Nasional Indonesia
105 0,132
7 Kepolisian Ri 72 0,0918 Perdagangan 2 0,0039 Nelayan/ Perikanan 10 0,01310 Industri 17 0,02111 Konstruksi 6 0,00812 Transportasi 4 0,00513 Karyawan Swasta 17.916 22,55014 Karyawan BUMN 128 0,16115 Karyawan BUMD 4 0,00516 Karyawan Honorer 33 0,04217 Buruh Harian Lepas 2.031 2,55618 Pembantu Rumah Tangga 8 0,01019 Tukang Jahit 2 0,00320 Mekanik 2 0,00321 Seniman 23 0,02922 Pendeta 10 0,01323 Wartawan 20 0,02524 Ustadz Mubaligh 3 0,004
4
25 Anggota DPR Ri 1 0,00126 Anggota DPD 1 0,001
Lanjutan tabel 4
No.
Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
27 Anggota DPRD Provinsi 1 0,00128 Dosen 43 0,05429 Guru 604 0,76030 Pengacara 8 0,01031 Notaris 1 0,00132 Konsultan 2 0,00333 Dokter 86 0,10834 Bidan 33 0,04235 Perawat 65 0,08236 Apoteker 2 0,00337 Psikiater Psikolog 1 0,00138 Penyiar Radio 1 0,00139 Pelaut 507 0,63840 Sopir 179 0,22541 Pedagang 267 0,33642 Wiraswasta 5.831 7,33943 Lainnya 323 0,407
Jumlah 79.450 100,000Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta (2014)
Jumlah penduduk Kelurahan Tugu Utara yang berdasarkan pada
pekerjaan yaitu Pelajar atau mahasiswa adalah yang paling mendominasi.
Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa terdapat banyak sekolah
dasar hingga menengah atas pada Kecamatan Koja, Jakarta Pusat
Provinsi DKI Jakarta. Selain itu juga terdapat beberapa perguruan tinggi
diantaranya adalah Universitas Terbuka, dan LP3I.
Jumlah Penduduk Kelurahan Tugu Utara mulai dari tidak atau belum
sekolah hingga Strata III yaitu sebagai berikut :
5
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan PendidikanNo.
UraianJumlah(Jiwa)
Persentase(%)
1 Tidak/Belum Sekolah 15.087 18,992 Belum Tamat SD/ Sederajat 5.532 6,963 Tamat SD/ Sederajat 9.173 11,554 SLTP/ Sederajat 13.193 16,615 SLTA/ Sederajat 29.201 36,756 Diploma I/II 264 0,337 Akademi/ Diploma III/ S. Muda 2.186 2,758 Diploma IV/ Strata I 4.552 5,739 Strata II 235 0,3010 Strata III 27 0,03
Jumlah 79.450 100Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta (2014)
Tamatan SLTA pada Kelurahan Tugu Utara sangatlah tinggi jumlahnya
dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Fenomena ini dapat
dilihat sudut kota banyak sekali sekolah-sekolah yang tersedia. Dan
dijalan raya juga masih banyak anak-anak muda memakai pakaian putih-
hitam dengan membawa dokumen-dokumen untuk mencari pekerjaan.
Jumlah Penduduk Kelurahan Tugu Utara berdasarkan agama yang di
anut yaitu sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No UraianJumlah(Jiwa)
Persentase(%)
1 Islam 72.323 91,0302 Kristen 55.29 6,9593 Katholik 13.15 1,6554 Hindu 36 0,0455 Budha 240 0,3026 Khonghuchu 5 0,0067 Aliran Kepercayaan 2 0,003
Jumlah 79450 100,000Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta (2014)
Persebaran agama islam di Kelurahan Tugu Utara sangatlah tinggi.
Peristiwa ini dapat dilihat dari masjid-masjid yang tersedia di beberapa
lokasi yang strategis dan mudah untuk menemuinya. Lain halnya dengan
6
gereja dan rumah ibadah lainnya yang jumlahnya tidak sebanyak masjid
yang ada.
4.3 Gambaran Umum Identitas Responden
Jumlah responden sebanyak 100 orang yang terdiri dari konsumen /
pembeli Terasi Udang merek ABC. Data diperoleh dari penyebaran
kuisioner secara langsung kepada masyarakat Kelurahan Tugu Utara.
Gambaran umum responden dapat digolongkan berdasarkan jenis
kelamin, tingkat usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan adalah sebagai berikut:
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa dari
100 responden yang diteliti, terdapat 55 responden atau 55% yang
berjenis kelamin laki-laki dan 45 responden atau 45% yang berjenis
kelamin perempuan. Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 5. Responden Berdasarkan Jenis KelaminNo
Uraian JumlahPersentase
(%)1 Laki-laki 55 552 Perempuan 45 45
Jumlah 100 100
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat 4 responden
atau 4% yang memiliki tingkat usia ≤ 16 tahun, terdapat 52 responden
atau 52% yang berusia 17 – 25 tahun, terdapat 28 responden atau
28% yang berusia 26 – 35 tahun, terdapat 6 responden atau 6% yang
7
berusia 36 – 45 tahun dan terdapat 5 responden atau 5% yang
berusia ≥ 56 tahun. Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagaian
besar responden yang diteliti memiliki tingkat usia 17 sampai 25
tahun. Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 6. Responden Berdasarkan UsiaNo
Uraian JumlahPersentase
(%)1 ≤ 16 tahun 4 42 17 – 25 tahun 52 523 26 – 35 tahun 28 284 36 – 45 tahun 6 65 46 – 55 tahun 5 56 ≥ 56 tahun 5 5
Jumlah 100 100
4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa dari
100 responden yang diteliti, terdapat 48 responden atau 48% yang
sudah menikah dan 52 responden atau 52% yang belum menikah.
Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 7. Responden Berdasarkan Status PernikahanNo
Uraian JumlahPersentase
(%)1 Menikah 48 482 Belum menikah 52 52
Jumlah 100 100
4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat 4 responden
atau 4% yang memiliki jenjang pendidikan SD, terdapat 2 responden
atau 2% yang jenjang pendidikan SMP, terdapat 62 responden atau
8
62% yang jenjang pendidikan SMA/ Sederajat, terdapat 29 responden
atau 29% yang jenjang pendidikan D3/ S1 dan terdapat 3 responden
atau 3% lainnya. Dari data tersebut menunjukan bahwa sebagaian
besar responden yang diteliti memiliki jenjang pendidikan SMA/
Sederajat. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada tabel 10.
9
Tabel 8. Responden Berdasarkan PendidikanNo
Uraian JumlahPersentase
(%)1 SD 4 42 SMP 2 23 SMA/ Sederajat 62 624 D3/S1 29 295 Lainnya 3 3
Jumlah 100 100
4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat 6 responden
atau 6% yang memiliki pekerjaan sebagai PNS/ Guru/ TNI/ POLRI,
terdapat 31 responden atau 31% yang memiliki pekerjaan sebagai
Pegawai Swasta, terdapat 6 responden atau 6% yang memiliki
pekerjaan sebagai Wiraswasta, terdapat 35 responden atau 35% yang
memiliki pekerjaan sebagai Pelajar/ Mahasiswa dan terdapat 2
responden atau 2% lainnya. Dari data tersebut menunjukan bahwa
sebagaian besar responden yang diteliti memiliki pekerjaan sebagai
Pelajar/ Mahasiswa. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 9. Responden Berdasarkan PekerjaanNo
Uraian JumlahPersentase
(%)1 PNS/ Guru/ TNI/ POLRI 6 62 Pegawai Swasta 31 313 Wiraswasta 6 64 Pelajar/ Mahasiswa 35 355 Lainnya 22 22
Jumlah 100 100
4.3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat 41 responden
atau 41% yang memiliki penghasilan < Rp. 2.000.000, terdapat 12
10
responden atau 12% yang memiliki penghasilan Rp. 2.000.000 s/d Rp.
3.000.000, terdapat 26 responden atau 26% yang memiliki
penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 s/d Rp. 4.000.000, terdapat 5
responden atau 5% yang memiliki penghasilan sebesar Rp. 4.000.000
s/d Rp. 5.000.000 dan terdapat 15 responden atau 15% memiliki
penghasilan sebesar > Rp. 5.000.000. Dari data tersebut menunjukan
bahwa sebagaian besar responden yang diteliti memiliki penghasilan
sebesar < Rp. 2.000.000. Karakteristik responden berdasarkan jumlah
penghasilan dalam waktu satu bulan dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 10. Responden Berdasarkan PenghasilanNo
Uraian JumlahPersentase
(%)1 < Rp. 2.000.000 41 412 Rp. 2.000.000 s/d Rp. 3.000.000 12 123 Rp. 3.000.000 s/d Rp. 4.000.000 26 264 Rp. 4.000.000 s/d Rp. 5.000.000 5 55 > Rp. 5.000.000 16 16
Jumlah 100 100
4.4 Gambaran Umum Perusahaan
4.4.1 H. J Heinz Co. Ltd.
Perusahaan Amerika Serikat yang didirikan oleh Henry John
Heinz (H. J Heinz) adalah salah satu perusahaan raksasa consumer
goods dan termasuk perusahaan yang memiliki strategi akuisisi untuk
mengembangkan bisnisnya di berbagai negara. Produksi pertama
yang dikeluarkan pada tahun 1875 adalah botol transparan (untuk
memperlihatkan komitmen dalam memproduksi produk yang
berkualitas) berupa saus tomat, yang diikuti oleh produk-produk
11
lainnya seperti sambal botolan, saus cabe merah dan hijau, serta saus
asam manis pertama di supermarket.
William R. Jhonson sebagai Presiden Direktur tahun 1996,
CEO tahun 1998 dan sebagai ketua pada tahun 2000 melanjutkan
strategi mengembangkan PT. Heinz kedunia Internasional dengan
mengambil alih beberapa perusahaan di Belanda, Indonesia,
Philipina, CostaRica. Hal ini menjadikan H. J Heinz memiliki 110
perusahaan yang tersebar diseluruh dunia.
Ada empat bidang yang menjadi bisnis inti HJ Heinz. Pertama,
bisnis kecap, bumbu (condiment), dan saus. Kedua, makanan ringan
dan meal. Ketiga, nutrisi balita (infant nutrition). Dan keempat, produk
minuman selain air minum dalam kemasan.
4.4.2 Heinz ABC Indonesia
Awalnya ABC didirikan sebagai bisnis keluarga oleh Chu Sok
Sam pada tahun 1975. PT. Heinz ABC Indonesia (PT. HAI),
sebelumnya bernama PT ABC Central Food Industry, sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan termasuk
kecap, minuman, termasuk pula didalamnya pengemasan barang
baranghasilproduksisendiri, dan juga dibidang perdagangan besar
(distributor).
Pada tahun 1999, H. J Heinz Co Limited membeli 75% saham
PT. ABC Central Food Industry di saat banyak investor asing menarik
modalnya karena krisis yang melanda. Dengan pengambilalihan
saham tersebut maka nama perusahaan diubah menjadi PT. Heinz
12
ABC Indonesia. Alasan dalam melakukan akuisisi ini adalah dengan
melihat potensi pasarIndonesia yang cukup besar dan menjanjikan
karena dilihat secara umum, fokus bisnis Heinz memang sudah mirip
dengan portofolio bisnis yang dimiliki PT. Heinz ABC saat ini karena di
Indonesia, ABC juga memiliki bisnis kecap, saus dan condiment yang
sama dengan HJ Heinz secara global. Jadi, Heinz datang ke
Indonesia dan menemukan perusahaan yang punya bisnis serupa dan
dengan alasan itulah dilakukan akuisisi.
Nama ABC yang telah melekat di hati keluarga Indonesia
menjadi kekuatan fondasi bagi Heinz untuk menghadirkan produk
yang lebih beraneka ragam. Tak hanya memiliki rasa yang sesuai
dengan lidah masyarakat Indonesia namun juga bergizi dan
berkualitas tinggi. Visi dan misi PT. HAI sekarang ini adalah:
Visi : Menjadi perusahaan makanan dan minuman terdepan yang
unggul dalam inovasi,mutu,dan nilai.
Misi : Membangun lingkungan kerja bermotivasi tinggi dimana
karyawan berjuang dalam membentuk tim berkinerja tinggi –HAI
(berlandaskan pada kepercayaan, perdebatan yang sehat, komitmen,
pertanggungjawaban, dan pencapaian hasil kelompok) yang dapat
melampaui keinginan “Stakeholder”.
PT. HAI pun memiliki kebijakan mutu sendiri, yaitu PT. Heinz ABC
Indonesia bertanggung jawab untuk menghasilkan produk yang bermutu,
aman untuk dikonsumsi, halal, sesuai peraturan yang berlaku, serta dapat
memenuhi kepuasan konsumen melalui upaya peningkatan mutu,
produktivitas dan kualitas sumber daya manusia yang berkesinambungan.
13
4.5 Gambaran Variabel
Berikut ini merupakan distribusi frekuensi dari variabel independen
dan dependen dengan keterangan skor 1 = Sangat Tidak Setuju (STS); 2
= Tidak Setuju (TS); 3 = Netral (N) 4 = Setuju (S); 5 = Sangat Setuju (SS).
4.5.1 Distribusi Frekuensi Variabel Citra Perusahaan (X1)
Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel citra perusahaan (X1), dijelaskan pada tabel 13
berikut:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel Citra Perusahaan (X1)Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X1.1
PT. Heinz ABC sebagaipembuat Terasi UdangABC adalah perusahaanyang pertama kalimencetuskan TerasiUdang dalam kemasan.
SS 3 3%S 65 65%N 20 20%TS 6 6%
STS 6 6%
Jumlah 100 100% 3,53X1.2
Terasi Udang ABC dapatdengan mudahditemukan disupermarket, minimarket,toko grosir, toko retail dankios
SS 14 14%S 73 73%N 12 12%TS 1 1%
STS 0 0%
Jumlah 100 100% 4,00X1.3
Anda dengan mudahmengingat logo TerasiUdang merek ABC
SS 23 23%S 57 57%N 30 30%TS 2 2%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 4,37
Mean Rata-rata 3,96
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (X1.1) yaitu inovasi perusahaan, sebagian besar responden
setuju bahwa PT. Heinz ABC adalah perusahaan yang pertama kali
14
mencetuskan terasi dalam kemasan. Selain itu mean untuk
pernyataan X1.1 sebesar 3,53 yaitu responden setuju bahwa Terasi
Udang ABC merupakan pencetus pertama kali terasi udang dalam
kemasan, karena selain terasi merek ABC pencetus pertama kali ialah
terasi lokal, dengan berbagai macam merek yang berasal dari daerah
Cirebon dan sekitarnya.
Pernyataan kedua (X1.2) mengenai jaringan pemasaran,
sebagian besar responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC
mudah untuk didapat. Selain itu mean untuk pernyataan X1.2 sebesar
4,00 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC dapat
dengan mudah ditemukan dimana saja, karena PT. Heinz ABC
Indonesia merupakan perusahaan besar memiliki pendistribusian
pemasaran yang luas.
Pernyataan ketiga (X1.3) mengenai kemudahan pemahaman
logo, sebagian besar responden setuju bahwa mereka dengan mudah
mengingat logo ABC, selain itu mean untuk pernyataan X1.3 sebesar
4,37 yaitu responden setuju bahwa mereka dengan mudah mengingat
logo ABC.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel Citra
Perusahaan (X1) yang terdapat pada tabel 13, pernyataan X1.3
sebesar 4,37 menunjukkan paling dominan terhadap variabel Citra
Perusahaan (X1), karena merek yang kuat dapat memudahkan dalam
pemahaman produk dan menekan persepsi konsumen terhadap
kepercayaan. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
15
responden menyatakan setuju pada ketiga item pada variabel Citra
Perusahaan (X1). Dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa
responden setuju bahwa perusahaan terasi udang ABC mempunyai
citra yang baik, hal ini ditunjukkan dengan mean rata-rata sebesar
3,96.
4.5.2 Distribusi Frekuensi Variabel Citra Pengguna (X2)Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel citra Pengguna (X2), dijelaskan pada tabel 14 berikut:
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Variabel Citra Pengguna (X2)Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X2.1
Terasi Udang ABC telahsesuai dengan harapankonsumen yaitu terasiyang berkualitas
SS 16 16%S 62 62%N 22 22%TS 0 0%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,94
X2.2
Terasi Udang ABC sangatpraktis digunakan karenamemiliki ukuran yangberagam, mudah dibawa,dan mudah disimpan
SS 18 18%S 70 70%N 11 11%TS 0 0%
STS 1 1%Jumlah 100 100% 4,04
Lanjutan tabel 14
Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X2.3
Terasi Udang ABCmempunyai warna danbentuk kemasan yangmenarik
SS 9 9%S 73 73%N 16 16%TS 2 2%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,89
Mean Rata-rata 3,95
16
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (X2.1) yaitu citra produk yang positif, sebagian besar
responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC sudah sesuai
dengan harapan konsumen. Selain itu mean untuk pernyataan X2.1
sebesar 3,94 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC
sudah sesuai dengan keinginan dan harapan.
Pernyataan kedua (X2.2) yaitu kepraktisan suatu produk,
sebagian besar responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC
adalah produk yang praktis. Selain itu mean untuk pernyataan X2.3
sebesar 4,04 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC
adalah produk yang praktis, karena semakin tingginya mobilitas di
Jakarta maka masyarakat cendrung memilih beberapa produk yang
praktis.
Pernyataan ketiga (X2.3) yaitu produk yang mempunyai warna
dan bentuk kemasan yang menarik, sebagian besar responden setuju
bahwa Terasi Udang merek ABC adalah produk yang mempunyai
warna dan bentuk kemasan yang menarik. Selain itu mean untuk
pernyataan X2.3 sebesar 3,89 yaitu responden setuju bahwa Terasi
Udang merek ABC adalah produk yang mempunyai warna dan bentuk
kemasan yang menarik.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel Citra
Pengguna (X2) yang terdapat pada tabel 14, pernyataan X2.2 sebesar
4,04 menunjukkan paling dominan terhadap variabel Citra Pengguna
(X2), karena merek yang hebat dapat memahami perilaku konsumen
17
atas kegiatan kesehariannya. Maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden menyatakan setuju pada ketiga item pada
variabel Citra Pengguna (X2). Dan dengan demikian dapat dikatakan
bahwa responden setuju bahwa pengguna terasi udang ABC
mempunyai citra yang baik, hal ini ditunjukkan dengan mean rata-rata
sebesar 3,95.
4.5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Citra Produk (X3)Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel citra produk (X3), dijelaskan pada tabel 15 berikut:
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Citra Produk (X3)Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X3.1
Anda dengan mudahmengingat merek TerasiUdang ABC.
SS 15 15%S 72 72%N 13 13%TS 0 0%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 4,02
X3.2
Terdapat informasi nilaigizi, tanggal expired,kode produksi
SS 20 20%S 65 65%N 13 13%TS 2 2%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 4,03
X3.3
Terasi Udang ABCmerupakan produk terasiudang yang menarik
SS 12 12%S 64 64%N 20 20%TS 4 4%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,84
X3.4
Anda memutuskan untukmembeli Terasi Udangmerek ABC karenakualitas yang baik
SS 13 13%S 63 63%N 21 21%TS 3 3%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,86
18
Lanjutan tabel 15Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X3.5
Harga terasi udangmerek ABC terjangkau
SS 21 21%S 57 57%N 21 21%TS 1 1%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,98
Mean Rata-rata 3,94
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (X3.1) yaitu kemudahan mengingat merek, sebagian besar
responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC dapat dengan
mudah diingat. Selain itu mean untuk pernyataan X3.1 sebesar 4,02
yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC dapat dengan
mudah diingat, karena nama merek yang simpel dan tidak sulit untuk
diucapkan.
Pernyataan kedua (X3.2) yaitu kelengkapan informasi,
sebagian besar responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC
memiliki informasi yang lengkap. Selain itu mean untuk pernyataan
X3.2 sebesar 4,03 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek
ABC memiliki informasi yang lengkap, karena merek yang baik adalah
merek yang memiliki kelengkapan informasi baik gizi, waktu
pemakaian dan sebagainya.
Pernyataan ketiga (X3.3) yaitu produk yang menarik, sebagian
besar responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC adalah
produk yang menarik. Selain itu mean untuk pernyataan X3.3 sebesar
3,84 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki
19
kemasan yang menarik, karena dengan adanya produk yang menarik
dapat mempengaruhi psikologis konsumen dan langsung dapat
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian produk
tersebut.
Pernyataan keempat (X3.4) yaitu, sebagian besar responden
setuju bahwa Terasi Udang merek ABC adalah produk yang
berkualitas. Selain itu mean untuk pernyataan X3.4 sebesar 3,86 yaitu
responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki kualitas
yang terjamin, karena produk yang berkualitas akan membantu
perusahaan dalam melakukan perluasan pasar untuk mencapai
keuntungan di masa depan yang diperoleh dari pelanggan akan
cenderung meningkat.
Pernyataan kelima (X3.5) yaitu, sebagian besar responden
setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki harga yang sesuai.
Selain itu mean untuk pernyataan X3.5 sebesar 3,98 yaitu responden
setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki harga yang sesuai.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel Citra
Produk (X3) yang terdapat pada tabel 15, pernyataan X3.2 sebesar
4,03 menunjukkan paling dominan terhadap variabel Citra Produk (X3),
karena merek yang berkualitas adalah yang memiliki informasi
lengkap baik gizi, tanggal expired dan sebagainya pada produknya.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menyatakan setuju pada kelima item pada variabel Citra Produk (X3).
Dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden setuju
20
bahwa produk Terasi Udang ABC mempunyai citra yang baik, hal ini
ditunjukkan dengan mean rata-rata sebesar 3,94.
4.5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Aroma (X4)Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel Aroma (X4), dijelaskan pada tabel 16 berikut:
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Variabel Aroma (X4)Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X4.1
Menurut anda TerasiUdang ABC memilikiaroma udang rebonsegar
SS 24 24%S 54 54%N 16 16%TS 5 5%
STS 1 1%Jumlah 100 100% 3,95
Lanjutan tabel 16Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X4.2
Menurut anda TerasiUdang ABC memilikiaroma yang khas dariterasi lainnya
SS 16 16%S 48 48%N 28 28%TS 6 6%
STS 2 2%Jumlah 100 100% 3,70
X4.3
Menurut anda TerasiUdang ABC memilikiaroma yang tidakmenyengat
SS 26 26%S 44 44%N 23 23%TS 5 5%
STS 2 2%Jumlah 100 100% 3,87
Mean Rata-rata 3,84
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (X4.1) yaitu Terasi Udang merek ABC memiliki aroma udang
rebon, sebagian besar responden setuju bahwa Terasi Udang merek
ABC memiliki aroma udang rebon. Selain itu mean untuk pernyataan
X4.1 sebesar 3,95 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek
ABC memiliki aroma udang rebon.
21
Pernyataan kedua (X4.2) yaitu Terasi Udang merek ABC
memiliki aroma yang khas, sebagian besar responden setuju bahwa
Terasi Udang merek ABC memiliki aroma yang khas. Selain itu mean
untuk pernyataan X4.2 sebesar 3,70 yaitu responden setuju bahwa
Terasi Udang merek ABC memiliki aroma yang khas.
Pernyataan kedua (X4.3) yaitu Terasi Udang merek ABC
memiliki aroma yang tidak menyengat atau tajam, sebagian besar
responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki aroma
yang tidak menyengat atau tajam. Selain itu mean untuk pernyataan
X4.3 sebesar 3,87 yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek
ABC memiliki aroma yang tidak menyengat atau tajam.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel Aroma
(X4) yang terdapat pada tabel 16, pernyataan X4.1 sebesar 3,95
menunjukkan paling dominan terhadap variabel Aroma (X4), karena
aroma terasi udang dapat menambah selera makan. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
pada ketiga item pada variabel Aroma (X4). Dan dengan demikian
dapat dikatakan bahwa responden setuju bahwa aroma terasi udang
ABC mempunyai aroma yang segar, hal ini ditunjukkan dengan mean
rata-rata sebesar 3,84.
4.5.5 Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X5)Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel Rasa (X5), dijelaskan pada tabel 17 berikut:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel Rasa (X5)Ite Pernyataan Jawaba Frekuen Persentas Mean
22
m n si eX5.1
Menurut anda TerasiUdang ABC memiliki rasayang gurih
SS 17 17%S 64 64%N 18 18%TS 1 1%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,97
X5.2
Menurut anda TerasiUdang ABC memiliki rasasedap
SS 19 19%S 61 61%N 18 18%TS 2 2%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,97
X5.3
Menurut anda TerasiUdang ABC memiliki rasaudang rebon
SS 18 18%S 57 57%N 23 23%TS 2 2%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,91
Mean Rata-rata 3,95
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (X5.1) yaitu Terasi Udang merek ABC memiliki rasa yang
gurih, sebagian besar responden setuju bahwa Terasi Udang merek
ABC memiliki rasa yang tidak gurih. Selain itu mean untuk pernyataan
X5.1 sebesar 3,97 yaitu responden setuju bahwa Udang merek ABC
memiliki rasa yang gurih.
Pernyataan kedua (X5.2) yaitu Terasi Udang merek ABC
memiliki rasa yang sedap, sebagian besar responden setuju bahwa
Terasi Udang merek ABC memiliki rasa sedap. Selain itu mean untuk
pernyataan X5.2 sebesar 3,97 yaitu responden setuju bahwa Udang
merek ABC memiliki rasa yang sedap.
Pernyataan ketiga (X5.3) yaitu Terasi Udang merek ABC
memiliki rasa udang rebon, sebagian besar responden setuju bahwa
Terasi Udang merek ABC memiliki rasa udang rebon. Selain itu mean
23
untuk pernyataan X5.3 sebesar 3,91 yaitu responden setuju bahwa
Terasi Udang merek ABC memiliki rasa udang rebon.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel Rasa
(X5) yang terdapat pada tabel 17, pernyataan X5.1 dan X5.2 sebesar
3,97 menunjukkan paling dominan terhadap variabel Rasa (X5),
karena masyarakat di Kelurahan Tugu Utara terbiasa masak maupun
makan makanan dengan tambahan terasi udang. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
pada ketiga item pada variabel Rasa (X5). Dan dengan demikian dapat
dikatakan bahwa responden setuju bahwa rasa terasi udang ABC
mempunyai rasa yang gurih dan sedap, hal ini ditunjukkan dengan
mean rata-rata sebesar 3,95.
4.5.6 Distribusi Frekuensi Variabel Tekstur (X6)Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel Tekstur (X6), dijelaskan pada tabel 18 berikut:
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Variabel Tekstur (X6)Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
X6.1
Menurut anda teksturTerasi Udang ABC tidakterlalu keras
SS 15 15%S 58 58%N 19 19%TS 7 7%
STS 1 1%Jumlah 100 100% 3,79
X6.2
Menurut anda teksturTerasi Udang ABC tidakterlalu lembek
SS 11 11%S 64 64%N 21 21%TS 2 2%
STS 2 2%Jumlah 100 100% 3,80
Mean Rata-rata 3,80
24
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (X6.1) yaitu Terasi Udang merek ABC memiliki tekstur yang
tidak terlalu keras, sebagian besar responden setuju bahwa Terasi
Udang merek ABC memiliki tekstur yang tidak terlalu keras. Selain itu
mean untuk pernyataan X6.1 sebesar 3,79 yaitu responden setuju
bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki tekstur yang tidak terlalu
keras.
Pernyataan kedua (X6.2) yaitu Terasi Udang merek ABC
memiliki tekstur yang tidak terlalu lembek, sebagian besar responden
setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki tekstur yang tidak
terlalu keras. Selain itu mean untuk pernyataan X6.2 sebesar 3,80
yaitu responden setuju bahwa Terasi Udang merek ABC memiliki
tekstur yang tidak terlalu lembek.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel Tekstur
(X6) yang terdapat pada tabel 18, pernyataan X6.2 sebesar 3,80
menunjukkan paling dominan terhadap variabel Tekstur (X6), karena
tekstur terasi udang mempengaruhi kualitas pada terasi tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menyatakan setuju pada kedua item pada variabel Tekstur (X6). Dan
dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden setuju bahwa
rasa terasi udang ABC mempunyai tekstur yang tidak terlalu lembek
dan juga tidak terlalu keras, hal ini ditunjukkan dengan mean rata-rata
sebesar 3,80.
4.5.7 Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian (Y)
25
Distribusi frekuensi berdasarkan sub variabel yang berkaitan
dengan variabel Keputusan Pembelian (Y), dijelaskan pada tabel 19
berikut:
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian (Y)Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
Y.1 Anda mempertimbangkankebutuhan Terasi UdangABC sebagai bahanpenyedap makanan.
SS 14 14%S 68 68%N 15 15%TS 3 3%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,93
Y.2 Sebelum melakukanpembelian Terasi UdangABC, anda sebagaikonsumen melakukanpencarian informasitentang terasi udang ABCmelalui saudara, teman,tetangga, iklan, TV,media cetak, maupuniklan dari radio.
SS 14 14%S 58 58%N 20 20%TS 6 6%
STS 2 2%
Jumlah 100 100% 3,76Y.3 Anda membeli Terasi
Udang merek ABCsetelah melakukanevaluasi danmembandingkan denganmerek lain.
SS 10 10%S 59 59%N 22 22%TS 8 8%
STS 1 1%
Jumlah 100 100% 3,69Y.4 Anda memutuskan untuk
membeli Terasi Udangmerek ABC karenakebutuhan, dan setelahmelakukan pencarianinformasi sertamembandingkan denganmerek lain.
SS 11 11%S 60 60%N 24 24%TS 3 3%
STS 2 2%
Jumlah 100 100% 3,75
26
Lanjutan tabel 19
Item
Pernyataan Jawaban
Frekuensi
Persentase
Mean
Y.5 Anda melakukanpembelian Terasi UdangABC secara berulang-ulang setelah pembelianpertama.
SS 13 13%S 52 52%N 29 29%TS 6 6%
STS 0 0%Jumlah 100 100% 3,72
Mean Rata-rata 3,77
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa untuk pernyataan
pertama (Y.1) yaitu pengenalan kebutuhan, sebagian besar responden
setuju bahwa Terasi Udang merek ABC merupakan kebutuhan primer.
Selain itu mean untuk pernyataan Y.1 sebesar 3,93 yaitu responden
setuju bahwa Terasi Udang merek ABC merupakan kebutuhan primer.
Pernyataan kedua (Y.2) yaitu pencarian informasi sebelum
membeli Terasi Udang merek ABC, sebagian besar responden setuju
bahwa sebelum membeli Terasi Udang merek ABC responden
melakukan pencarian informasi terlebih dahulu. Selain itu mean untuk
pernyataan Y.2 sebesar 3,76 yaitu responden setuju bahwa sebelum
membeli Terasi Udang merek ABC responden melakukan pencarian
informasi terlebih dahulu.
Pernyataan ketiga (Y.3) yaitu evaluasi alternatif, sebagian besar
responden setuju bahwa sebelum membeli Terasi Udang merek ABC
responden melakukan perbandingan dengan merek lain. Selain itu
mean untuk pernyataan Y.3 sebesar 3,69 yaitu responden setuju
bahwa sebelum membeli Terasi Udang merek ABC responden
melakukan perbandingan dengan merek lain.
27
Pernyataan keempat (Y.4) yaitu perilaku pembelian, sebagian
besar responden setuju bahwa konsumen membeli Terasi Udang
merek ABC karena kebutuhan dan telah mencari informasi serta
melakukan perbandingan dengan merek lain. Selain itu mean untuk
pernyataan Y.4 sebesar 3,75 yaitu responden setuju bahwa konsumen
membeli Terasi Udang merek ABC karena kebutuhan dan telah
mencari informasi serta melakukan perbandingan dengan merek lain.
Pernyataan kelima (Y.5) yaitu pasca pembelian, sebagian besar
responden setuju bahwa konsumen membeli Terasi Udang merek
ABC secara berulang kali setelah pembelian pertama. Selain itu mean
untuk pernyataan Y.5 sebesar 3,72 yaitu responden setuju bahwa
konsumen membeli Terasi Udang merek ABC secara berulang kali
setelah pembelian pertama.
Dari keseluruhan item-item pernyataan dalam variabel
Keputusan Pembelian (Y) yang terdapat pada tabel 19, pernyataan Y1
sebesar 3,93 menunjukkan paling dominan terhadap variabel
Keputusan Pembelian (Y), karena terasi udang merupakan kebutuhan
utama untuk masakan yang disajikan kepada keluarga. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju
pada kelima item pada variabel Keputusan Pembelian (Y). Dan
dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden setuju bahwa
dalam pengambilan keputusan pembelian Terasi Udang ABC sebelum
membelinya telah melakukan pencarian informasi, membandingkan
28
dengan merek lain serta membelinya secara berulang kali, hal ini
ditunjukkan dengan mean rata-rata sebesar 3,77.
4.6 Pengujian Instrumen Penelitian
4.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Dalam
pengujian validitas instrumen penelitian, dilakukan dengan cara
memasukkan butir-butir hasil jawaban responden untuk masing-
masing variabel kedalam perhitungan reliability analysis program
SPSS.
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus
memenuhi syarat. Jika diperoleh koefisien korelasi (r) ≥ 0,3 maka
butir-butir dalam instrumen adalah valid. Hasil pengujian validitas
terhadap semua variabel ditunjukkan pada tabel berikutt:
Tabel 18. Hasil Uji Validitas
Variabel Item Koefisien KorelasiKeteranga
n
Citra Perusahaan(X1)
X1.1 0,427 ValidX1.2 0,392 ValidX1.3 0,434 Valid
Citra Pengguna(X2)
X2.1 0,615 ValidX2.2 0,307 ValidX2.3 0,503 Valid
Citra Produk(X3)
X3.1 0,456 ValidX3.2 0,477 ValidX3.3 0,484 ValidX3.4 0,576 ValidX3.5 0,452 Valid
Aroma(X4)
X4.1 0,453 ValidX4.2 0,524 ValidX4.3 0,438 Valid
Rasa(x5)
X5.1 0,378 ValidX5.2 0,468 Valid
29
X5.3 0,465 ValidTekstur
(X6)X61 0,447 ValidX6.2 0,343 Valid
KeputusanPembelian (Y)
Y1 0,384 ValidY2 0,434 ValidY3 0,478 ValidY4 0,577 ValidY5 0,388 Valid
Berdasarkan tabel 20 menunjukkan nilai r tertinggi adalah
0,615 dan terendah sebesar 0,307. Karena semua koefisiensi korelasi
(r) ≥ 0,3 maka butir-butir dalam instrumen adalah valid.
4.6.2 Uji Realibilitas
Arikunto (2006), reliabilitas dapat dihitung dengan
menggunakan rumus alpha cronbach. Bila alpha < 0,6 maka
dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya apabila alpha > 0,6 maka
dinyatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua
variabel ditunjukkan pada lampiran 4.
Berdasarkan pada lampiran 4 dapat menunjukkan bahwa
variabel Citra Perusahaan (X1), variabel Citra Pengguna (X2), variabel
Citra Produk (X3), variabel Aroma (X4), variabel Rasa (X5), variabel
Tekstur (X6), dan Keputusan Pembelian (Y) yang mempunyai 24 item
pernyataan didapat nilai alpha cronbach sebesar 0,881. Sesuai dengan
syarat bahwa variabel yang diteliti memiliki nilai alpha lebih besar dari
0,6 maka semua item dinyatakan reliabel.
30
4.7 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan pengujian terhadap data yang telah
diperoleh dari pembagian kuisioner. Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh dari responden telah mewakili kondisi
sebenarnya dilapangan dan layak untuk di uji. Dalam penelitian ini asumsi
klasik yang digunakan yaitu Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas dan Uji
Heteroskedastisitas.
4.7.1 Normalitas
Santoso (2002) berpendapat bahwa tujuan uji normalitas
adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak.
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Jikat data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Adapaun hasil output dengan menggunakan analisis grafik
normal p-plot adalah :
31
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas P-P PlotSumber : Komputasi menggunakan SPSS versi 16.0
Berdasarkan Gambar 4, menunjukkan bahwa model regresi
memenuhi syarat uji normalitas karena plot titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis
diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
32
Gambar 2. Hasil Uji Normalitas HistogramSumber : Komputasi menggunakan SPSS versi 16.0
Berdasarkan diagram P-P Plot pada Gambar 4 diatas dapat
dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, sedangkan grafik histogram pada Gambar 5
menunjukkan bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung
imbang, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan, dan kurva membentuk
menyerupai lonceng yang hampir sempurna sehingga dapat
dismpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
terdistribusi dengan normal.
4.7.2 MultikolinearitasMultikolinieritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna
atau sangat tinggi diantara beberapa atau semua variabel bebas
dalam persamaan regresi. Masalah multikolinearitas terjadi apabila
33
diantara dua atau lebih variabel bebas terjadi hubungan yang sangat
kuat. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas
adalah dengan menggunakan Tolerance Value atau Value Inflation
Factor (VIF). Bila VIF pada setiap variabel bebas bernilai < 10 maka
artinya tidak terdapat masalah multikolinearitas dan sebaliknya bila
setiap variabel bebas bernilai ≥ 10 maka terdapat multikolinearitas.
Hasil pengujian ini ditunjukkan pada Tabel 21 berikut:
Tabel 19. Hasil Uji MultikolinearitasVariabel VIF Keterangan
Citra Perusahaan (X1) 1,553 Non MultikolinearitasCitra Pengguna (X2) 1,762 Non MultikolinearitasCitra Produk (X3) 1,897 Non MultikolinearitasAroma (X4) 1,594 Non MultikolinearitasRasa (X5) 1,330 Non MultikolinearitasTekstur (X6) 1,321 Non Multikolinearitas
Berdasarkan tabel sekian menunjukkan bahwa keenam
variabel yaitu Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra
Produk (X3), Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) tidak terjadi
mulitolinearitas (tidak terjadi saling pengaruh antar variabel bebas)
karena keenam variabel bebas tersebut memiliki nilai VIF < 10.
4.7.3 HeteroskedastisitasSantoso (2002) berpendapat bahwa tujuan uji
heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut
Heteroskedastisitas.
34
Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dilakukan dengan
analisis sebagai berikut:
Melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik..jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Gambar 3. Hasil Uji HeteroskedastisitasSumber : Komputasi menggunakan SPSS versi 16.0
Berdasarkan Gambar 6 dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas, karena titik-titik tidak membentuk pola yang jelas
dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol). Sehingga
35
model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh keenam faktor
Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk (X3), Aroma
(X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) terhadap Keputusan Pembelian (Y).
4.8 Regresi Linear Berganda
Perhitungan regresi berganda digunakan untuk memprediksi besarnya
variabel terikat (keputusan pembelian), dengan menggunakan data
variabel bebas; Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk
(X3), Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) yang sudah diketahui
besarnya. Hasil uji regresi berganda ditunjukkan pada Tabel 22 berikut:
Tabel 20. Hasil Regresi Linear Berganda
VariabelB
(UnstandardizedCoeffcients)
Beta(StandardizedCoeffcients)
T Sig Keterangan
Konstanta 0,74 1,487 0,140Citra Perusahaan (X1)
0,185 0,181 1,765 0,081Signifikan(α=10%)
Citra Pengguna(X2)
-0,50 -0,043-
0,3910,697
TidakSignifikan
Citra Produk (X3)
0,343 0,286 2,532 0,013Signifikan(α=5%)
Aroma (X4) 0,190 0,241 2,323 0,022Signifikan(α=5%)
Rasa (X5) 0,068 0,071 0,748 0,456Tidak
Signifikan
Tekstur (X6) 0,053 0,065 0,685 0,495Tidak
Signifikanttabel = 1,986R = 0,611R Square = 0,373Adjusted R Square
= 0,332
Fhitung = 9,213Sig F = 0,000Ftabel = 2,20Sumber : Komputasi menggunakan SPSS versi 16.0
36
Model regresi yang digunakan adalah standardized regression,
karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval yang
pengukurannya menggunakan skala likert. Mengingat bahwa pengukuran
data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, maupun persepsi seseorang dan/ atau kelompok, maka
model regresi yang digunakan adalah model standardized regression
dimana data tidak sama. Dalam standardized regression ukuran variabel
atau ukuran jawabannya telah disamakan. Adapun persamaan regresi
yang didapatkan berdasarkan tabel 22 adalah sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + e
Y = 0,74 + 0,181 X1 - 0,043 X2 + 0,286 X3 + 0,241 X4 + 0,071 X5 +
0,065 X6
Dari persamaan tersebut maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Y = Yaitu variabel terikat yang nilainya akan diprediksi oleh variabel bebas.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keputusan
pembelian yang nilainya akan diprediksi oleh variabel adalah Citra
Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk (X3), Aroma (X4),
Rasa (X5) dan Tekstur (X6).
β1 = Koefisien regresi variabel Citra Perusahaan (X1) sebesar 0,181
memiliki tanda positif yang menunjukkan bahwa variabel ini
berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) dan memiliki
hubungan yang searah. Apabila terdapat kenaikan Citra Perusahaan
(X1) sebesar satu satuan maka akan terjadi peningkatan pada
37
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,181 dengan asumsi variabel
yang lain dianggap tetap.
β2 = Koefisien regresi variabel Citra Pengguna (X2) sebesar -0,043
memiliki tanda negatif yang menunjukkan bahwa variabel ini
berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) dan memiliki
hubungan yang tidak searah. Apabila terdapat kenaikan Citra
Pengguna (X2) sebesar satu satuan maka akan terjadi penurunan
pada Keputusan Pembelian (Y) sebesar -0,043 dengan asumsi
variabel yang lain dianggap tetap.
β3 = Koefisien regresi variabel Citra Produk (X3) sebesar 0,286 memiliki
tanda positif yang menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) dan memiliki hubungan yang
searah. Apabila terdapat kenaikan Citra Produk (X3) sebesar satu
satuan maka akan terjadi peningkatan pada Keputusan Pembelian (Y)
sebesar 0,286 dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap.
β4 = Koefisien regresi variabel Aroma (X4) sebesar 0,241 memiliki tanda
positif yang menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dan memiliki hubungan yang searah.
Apabila terdapat kenaikan Aroma (X4) sebesar satu satuan maka akan
terjadi peningkatan pada Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,241
dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap.
β5 = Koefisien regresi variabel Rasa (X5) sebesar 0,071 memiliki tanda
positif yang menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dan memiliki hubungan yang searah.
38
Apabila terdapat kenaikan Rasa (X5) sebesar satu satuan maka akan
terjadi peningkatan pada Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,071
dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap.
β6 = Koefisien regresi variabel Tekstur (X6) sebesar 0,065 memiliki tanda
positif yang menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian (Y) dan memiliki hubungan yang searah.
Apabila terdapat kenaikan Tekstur (X5) sebesar satu satuan maka
akan terjadi peningkatan pada Keputusan Pembelian (Y) sebesar
0,065 dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap.
4.8.1 Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
besarnya sumbangan atau kontribusi dari keseluruhan variabel bebas
yang terdiri dari Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra
Produk (X3), Aroma (X4), Rasa (X5), Tekstur (X6) dan pengaruhnya
terhadap variabel terikat (Y) sedangkan sisahnya dipengaruhi oleh
variabel bebas yang tidak dimasukkan kedalam model.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,332 menunjukkan bahwa
variabel dari Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk
(X3), Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) berpengaruh simultan
terhadap Keputusan Pembelian (Y) sebebsar 33,2% sedangkan
sisahnya sebesar 66,8% dipengaruhi oleh variabel diluar enam
variabel yang diteliti.
4.9 Pengujian Hipotesis
39
4.9.1 Uji F (Uji Simultan)
Pengujian hipotesis pertama menggunakan uji F yaitu untuk
menguji variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Sesuai dengan lampiran
5, hasil pengujian Fhitung menunjukkan nilai sebesar 9,213 (signifikansi
F=0,000). Jadi Fhitung > Ftabel (9,213 > 2,20) atau Sig F < 5% (0,000 <
0,05). Artinya bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel Citra
Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk (X3), Aroma (X4),
Rasa (X5), dan Tekstur (X6) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Keputusan Pembelian (Y).
Dengan demikian hipotesis pertama yang menduga bahwa
variabel Citra Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Citra Produk (X3),
Aroma (X4), Rasa (X5), dan Tekstur (X6) berpengaruh signifikan secara
bersama-sama (simultan) terhadap Keputusan Pembelian (Y) Terasi
Udang Merek ABC dapat diterima.
4.9.2 Uji t (Uji Parsial)Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel independen pembentuk
model regresi secara individu memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Y atau tidak. Untuk menguji hubungan tersebut
adalah dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Tabel distribusi
t dicari pada = 5% atau 0,05 (Uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
(df) n-k-1 atau 100-6-1 = 93 (n adalah jumlah data dan k adalah
40
jumlah variabel independen). Hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1,986.
Sedangkan pada α = 10% atau 0,1 didapatkan hasil perhitungan t
tabel sebesar 1,661. Variabel independen pembentuk model regresi
dikatakan berpengaruh signifikan jika thitung > ttabel atau signifikan < α.
Pengujian model regresi secara parsial pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel Citra Perusahaan (X1)
Berdasarkan tabel 22 diatas, pengujian hipotesis koefisien regresi
variabel Citra Perusahaan (X1) dapat dituliskan dalam tabel 23 berikut:
Tabel 21. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X1
Hipotesis Nilai KeputusanH1 : variabel X1 berpengaruh signifikan
terhadap variabel YSig = 0,081 H1 diterima,
H0 ditolakH0 : variabel X1 tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Ythitung = 1,765ttabel = 1,661
α = 0,1
Berdasarkan perhitungan uji koefisien regresi secara parsial
diperoleh bahwa variabel Citra Perusahaan (X1) nilai thitung sebesar
1,765 > ttabel 1,661 dan didapatkan nilai signifikan sebesar 0,081. Nilai
statistik uji signifikan lebih kecil daripada α (0,1). Pengujian ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
Citra Perusahaan (X1) berpengaruh signifikan (90% dengan tingkat
kepercayaan α=10%) terhadap Keputusan Pembelian (Y).
Menurut Musay, (2013) Citra Perusahaan memiliki peran yang
besar dalam mempengaruhi Keputusan Pembelian. Popularitas
perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam melayani dan
memenuhi kebutuhan konsumen sangat menentukan kesan
41
masyarakat terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki
citra baik produk-produknya cenderung lebih disukai dan mudah
diterima daripada perusahaan yang memiliki citra yang kurang baik
atau citra yang netral.
Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel Citra
Perusahaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
Pembelian (Y). Hal ini sesuai dengan jawaban responden bahwa PT.
Heinz ABC adalah perusahaan yang inovatif, memiliki jaringan
pemasaran yang luas, dan logo yang mudah untuk dipahami.
b. Variabel Citra Pengguna (X2)
Berdasarkan tabel 22 diatas, pengujian hipotesis koefisien regresi
variabel Citra Pengguna (X2) dapat dituliskan dalam tabel 24 berikut:
Tabel 22. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X2
Hipotesis Nilai KeputusanH1 : variabel X2 berpengaruh signifikan
terhadap variabel YSig = 0,697 H1 ditolak,
H0 diterimaH0 : variabel X2 tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Ythitung = -0,391ttabel = 1,986
α = 0,05
Pada variabel X2 nilai thitung sebesar -0,391 < ttabel 1,986 serta
memiliki koefisien regresi sebesar -0,43 dan didapatkan nilai signifikan
sebesar 0,697. Nilai statistik uji signifikan lebih besar daripada α
(0,05). Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Citra Pengguna (X2) secara individu tidak
berpengaruh nyata (non signifikan) terhadap Keputusan Pembelian
(Y) pada tingkat signifikan 95%.
42
Menurut Musay, (2013) Citra Pengguna sangat erat hubungannya
dengan kepribadian konsumen. Banyak kejadian yang sering
ditemukan ketika seorang konsumen memilih suatu produk atau
merek berdasarkan tipe atau kepribadian mereka. Konsumen yang
memiliki kepribadian dan gaya hidup yang modern cenderung lebih
menyukai produk-produk yang bergaya modern daripada produk-
produk yang bergaya tradisional atau kuno, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel Citra
Pengguna (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
Pembelian (Y). Sesuai dengan jawaban responden bahwa mereka
tidak memperdulikan kepraktisan, juga tidak memperdulikan bentuk
kemasan Terasi Udang merek ABC. Selain itu, Terasi Udang merek
ABC bukanlah terasi yang menarik bagi responden, munculnya terasi
udang di Kelurahan Tugu Utara sudah sangat lama sehingga bagi
responden terasi udang dalam kemasan sudah dianggap biasa. Hal ini
sesuai dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Musay (2013)
yaitu variabel Citra Pengguna tidak berpengaruh signifikan terhadap
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0,201 dengan thitung 1,671 dan nilai
signifikan sebesar 0,098 yang diukur dengan dua indikator dan empat
item pernyataan dalam kuesioner.
c. Variabel Citra Produk (X3)
Berdasarkan tabel 22 diatas, pengujian hipotesis koefisien regresi
variabel Citra Produk (X3) dapat dituliskan dalam tabel 25 berikut:
43
44
Tabel 23. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X3
Hipotesis Nilai KeputusanH1 : variabel X3 berpengaruh signifikan
terhadap variabel YSig = 0,013 H1 diterima,
H0 ditolakH0 : variabel X3 tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Ythitung = 2,532ttabel = 1,986
α = 0,05
Pada variabel X3 nilai thitung sebesar 2,532 > ttabel 1,986 serta memiliki
koefisien regresi sebesar 0,286 dan didapatkan nilai signifikan
sebesar 0,013. Nilai statistik uji signifikan lebih kecil daripada α (0,05).
Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Citra Produk (X3) berpengaruh signifikan (95%
dengan tingkat kepercayaan α=5%)terhadap Keputusan Pembelian
(Y).
Ouwersloot dan Tudirica (2001) menyatakan bahwa asosiasi
produk termasuk atribut yang terkait dengan suatu produk
sebagaimana dengan lingkup dari suatu produk. Citra Produk adalah
tanggapan atau persepsi dan nilai yang diberikan kepada perusahaan
atau organisasi atas produk atau jasa yang sudah dibuat.
Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel Citra
Produk (X3) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian
(Y). Hal ini sesuai dengan jawaban responden bahwa produk terasi
udang ABC memiliki informasi yang lengkap, berkualitas, harga yang
sesuai dan mudah untuk diingat. Terasi Udang merek ABC dirasa
sudah mempunyai citra yang baik bagi responden. Hal ini sesuai
dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Anggraini (2013) yaitu
variabel Citra Produk berpengaruh signifikan terhadap Keputusan
45
Pembelian Pengganti Ion Tubuh/ Isotonik Merek Mizone (Y) sebesar
0,517 yang diukur dengan tiga indikator dan tiga item pernyataan
dalam kuesioner.
d. Aroma (X4)
Berdasarkan tabel 22 diatas, pengujian hipotesis koefisien regresi
variabel Aroma (X4) dapat dituliskan dalam tabel 26 berikut:
Tabel 24. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X4
Hipotesis Nilai KeputusanH1 : variabel X4 berpengaruh signifikan
terhadap variabel YSig = 0,022 H1 diterima,
H0 ditolakH0 : variabel X4 tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Ythitung = 2,323ttabel = 1,986
α = 0,05
Pada variabel X4 nilai thitung sebesar 2,323 > ttabel 1,986 serta memiliki
koefisien regresi sebesar 0,241 dan didapatkan nilai signifikan
sebesar 0,022. Nilai statistik uji signifikan lebih kecil daripada α (0,05).
Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa Aroma (X4) berpengaruh signifikan (95% dengan
tingkat kepercayaan α=5%) terhadap Keputusan Pembelian (Y).
Menurut Fellows, (2000) dalam Alhabsy, (2013) Aroma merupakan
indikator pertama pada komponen Cita Rasa. Aroma juga merupakan
faktor penting dalam penerimaan konsumen terhadap produk
makanan tertentu, karena aroma dapat menurunkan selera makan
apabila aroma dari makanan tersebut tidak disukai. Aroma dari produk
dipengaruhi oleh senyawa volatil yang dihasilkan dari proses
pemanasan, oksidasi atau aktifitas enzim, protein, lemak dan
karbohidrat.
46
Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel Aroma
(X4) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y) karena
terasi udang ABC memiliki aroma udang rebon yang khas dan tidak
menyengat atau tajam. Aroma Terasi Udang ABC disukai oleh
responden dan dapat mempengaruhi selera makan masyarakat
Kelurahan Tugu Utara, dengan demikian dapat meningkatkan
keputusan untuk membeli Terasi Udang merek ABC. Hal ini sesuai
dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Octavianus dkk (2014)
yaitu variabel Aroma berpengaruh terhadap tingkat kesukaan
kemplang ikan sebesar 0.638 yang menurut Sugiyono (2012) memiliki
hubungan yang kuat. Hasil penelitian Octavianus dkk (2014)
menunjukkan bahwa, konsumen lebih suka terhadap kemplang ikan
dengan harga tinggi, sehingga dapat diasumsikan bahwa harga tinggi
memiliki kualitas aroma yang tinggi pula.
e. Rasa (X5)
Berdasarkan tabel diatas, pengujian hipotesis koefisien regresi
variabel Rasa (X5) dapat dituliskan dalam tabel 27 berikut:
Tabel 25. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X5
Hipotesis Nilai KeputusanH1 : variabel X5 berpengaruh signifikan
terhadap variabel YSig = 0,456 H1 ditolak,
H0 diterimaH0 : variabel X5 tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Ythitung = 0,748ttabel = 1,986
α = 0,05
Pada variabel X5 nilai thitung sebesar 0,748 < ttabel 1,986 serta memiliki
koefisien regresi sebesar 0,071 dan didapatkan nilai signifikan
sebesar 0,456. Nilai statistik uji signifikan lebih besar daripada α
47
(0,05). Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Rasa (X5) secara individu tidak berpengaruh nyata
(non signifikan) terhadap Keputusan Pembelian (Y) pada tingkat
signifikan tertentu.
Pada pengawasan mutu makanan, rasa termasuk komponen yang
sangat penting untuk menentukan penerimaan konsumen. Meskipun
rasa dapat dijadikan standar dalam penilaian mutu, disisi lain rasa
adalah sesuatu yang nilainya sangat relatif. Rasa adalah parameter
terakhir selain aroma yang menentukan penerimaan produk pada
konsumen. Meskipun suatu produk memiliki aroma yang menarik
tetapi apabila rasanya tidak disukai maka akan membuat produk
tersebut sulit diterima (Setyaningsih dkk, 2009).
Menurut Celeopatra (2015) gaya hidup adalah pola tindakan yang
membedakan satu orang atau kelompok dengan yang lain. Jika gaya
hidup diasumsikan sebagai sebuah ideologi, maka akan membentuk
identitas diri yang bersifat individu maupun bersifat kelompok dan
membedakan dengan yang lain. Gaya hidup memiliki tujuan untuk
kemudian dapat membentuk citra yang dibanggakan bagi pengguna
maupun partisipannya. Citra yang tampil melalui gaya hidup lebih
sering bersinggungan dengan berbagai penampilan seseorang dan
memiliki sifat yang dapat ditangkap dan dirasakan oleh indera. Citra
yang timbul atas gaya hidup yang dipilih oleh seseorang berkaitan erat
dengan nilai dan status sosial.
48
. Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel Rasa
(X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y).
Berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat bahwa status sosial
mempengaruhi sikap dalam memilih suatu produk. Masyarakat
Kelurahan Tugu Utara dapat dikatakan pada golongan kelas sosial
menengah kebawah yang dimana kebutuhan akan pangan dan
penyedap rasa berupa Terasi Udang terpenuhi tanpa memperdulikan
rasa yang spesifik. Hal ini sesuai dengan penelitian empiris yang
dilakukan oleh Widodo (2010) yaitu variabel Rasa Manis tidak
berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Minuman Teh
Dalam Kemasan (Y) sebesar 0,177 dengan thitung 1,558 dan nilai
signifikan sebesar 0,123 yang diukur dengan indikator karakteristik
organoleptik yang dirasakan oleh lidah sebanyak 60 responden.
49
f. Tekstur (X6)
Berdasarkan tabel 22 diatas, pengujian hipotesis koefisien regresi
variabel Tekstur (X6) dapat dituliskan dalam tabel 28 berikut:
Tabel 26. Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel X6
Hipotesis Nilai KeputusanH1 : variabel X6 berpengaruh signifikan
terhadap variabel YSig = 0,495 H1 ditolak,
H0 diterimaH0 : variabel X6 tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Ythitung = 0,685ttabel = 1,986
α = 0,05
Pada variabel X6 nilai thitung sebesar 0,685 < ttabel 1,986 serta memiliki
koefisien regresi sebesar 0,065 dan didapatkan nilai signifikan
sebesar 0,495. Nilai statistik uji signifikan lebih besar daripada α
(0,05). Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Tekstur (X6) secara individu tidak berpengaruh
nyata (non signifikan) terhadap Keputusan Pembelian (Y) pada tingkat
signifikan tertentu.
Menurut Deman, (1997) Tekstur makanan dapat didefinisikan
sebagai cara bagaimana berbagai unsur komponen dan unsur
struktur ditata dan digabungkan menjadi mikro dan makrostruktur.
Tekstur makanan dapat diukur dengan metode instrument atau
dengan cara uji penginderaan. Kekerasan dan kerapuhan merupakan
dua istilah tekstur yang saling berhubungan. Kekerasan merupakan
ketahanan terhadap deformasi, sifat bahan yang dapat bertahan
melawan deformasi bobotnya sendiri, sedangkan kerapuhan yaitu sifat
keretakan sebelum aliran yang bermakna terjadi. Kerapuhan berkaitan
dengan kekerasan kekohesifan.
50
. Berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel Tekstur
(X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian (Y)
karena bagi responden tekstur bukanlah pengaruh utama dari
komponen cita rasa yang dirasakan oleh panca indera, rapuh atau
kerasnya terasi udang pada akhirnya akan mengalami deformasi
(perubahan bentuk). Hal ini sesuai dengan penelitian empiris yang
dilakukan oleh Rohmawati (2013) yaitu tingkat kesukaan panelis atau
responden tidak berpengaruh signifikan terhadap kesukaan tekstur
Flaks berbahan dasar tepung maizena dengan nilai signifikan sebesar
0,056 yang diukur dengan indikator karakteristik organoleptik yang
dirasakan oleh panca indera pengecap dan peraba sebanyak 25
orang mahaasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang
merupakan panelis terlatih.
4.9.3 Uji DominanUntuk menentukan variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), dapat dilakukan dengan
membandingkan koefisien regresi (β) dan nilai thitung antara
pengaruhnya terhadap variabel Y adalah variabel yang memiliki
koefisien regresi yang paling besar.
Untuk membandingkan koefisien regresi masing-masing
variabel independen, disajikan dalam tabel peringkat sebagai berikut:
Tabel 27. Ringkasan Hasil Analisis RegresiPeringk
atVariabel
Koefisienβeta
t hitung Pengaruh
1 Citra Produk (X3) 0,286 2,532 Signifikan**2 Aroma (X4) 0,241 2,323 Signifikan**3 Citra Perusahaan 0,181 1,765 Signifikan*
51
(X1)
4 Rasa (X5) 0,071 0,748Tidak
Signifikan
5 Tekstur (X6) 0,065 0,685Tidak
Signifikan
6 Citra Pengguna (X2) -0,043 -0,391Tidak
Signifikan
Keterangan:
** Signifikan 95% (dengan tingkat kepercayaan α = 5%)
* Signifikan 90% (dengan tingkat kepercayaan α = 10%)
Berdasarkan pada tabel 29 tersebut, variabel Citra Produk (X3)
adalah variabel yang memiliki koefisien regresi dan nilai thitung yang
paling besar. Artinya variabel Keputusan Pembelian (Y) lebih banyak
dipengaruhi oleh variabel Citra Produk (X3) daripada variabel Citra
Perusahaan (X1), Citra Pengguna (X2), Aroma (X4), Rasa (X5), dan
Tekstur (X6). Koefisien yang dimiliki oleh variabel X3 bertanda positif,
hal ini menunjukkan hubungan yang searah yang berarti semakin baik
produk yang dikeluarkan misalnya mengenai kualitas produk,
kemasan produk maka akan semakin meningkatkan Keputusan
Pembelian (Y).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel Citra Perusahaan, Citra Pengguna, Citra Produk,
dari Citra Merek serta Aroma, Rasa dan Tekstur dari Cita Rasa
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
(simultan) terhadap Keputusan Pembelian dengan nilai signifikan
kurang dari 0,05 serta Fhitung lebih besar daripada Ftabel. Ini
dikarenakan PT. Heinz ABC Indonesia merupakan perusahaan
yang dipercaya mengeluarkan Terasi dalam kemasan yang dapat
dikonsumsi oleh semua konsumen, serta rasa yang cocok dengan
indera pengecap konsumen pula yang membuat Cita Rasa Terasi
ini dapat dikonsumsi secara terus-menerus.
2. Citra Pengguna, Rasa dan Tekstur tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Sedangkan Citra
Produk dan Aroma berpengaruh secara signifikan terhadap
Keputusan Pembelian karena nilai thitung lebih besar daripada ttabel
dan signifikan lebih kecil daripada α (0,05). Dan Citra Perusahaan
berpengaruh signifikan (90% dengan tingkat kepercayaan α=10%)
terhadap keputusan pembelian. Oleh karena itu untuk pembelian
terasi udang merek ABC, konsumen tidak memperdulikan rasa,
tekstur dan penggunaannya melainkan mereka melakukan
pembelian dengan pertimbangan citra perusahaan, citra produk
dan aroma terasi udang merek ABC.
2
3. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap Keputusan
Pembelian konsumen adalah variabel Citra Produk dengan nilai
koefisien sebesar 0,286. Hal ini terjadi karena variabel Citra
Produk terutama dalam kemasan Terasi Udang ABC yang memiliki
kualitas yang terjamin, kemasan menarik, kelengkapan informasi,
harga ekonomis serta mudah untuk diingat oleh konsumen. Maka
Citra Produk dari variabel Citra Merek dapat digunakan sebagai
acuan dalam membentuk Citra Merek yang kuat maka akan
terbentuk adanya perasaan yang positif dalam diri konsumen
terhadap produk Terasi Udang ABC.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai beriikut:
Tabel 1. Saran No.
Hal Saran
Bagi Perusahaan a. Citra Produk yang memiliki koefisienyang paling dominan diantara variabellainnya dapat dijadikan sebagai acuan untukperkembangan PT. Heinz ABC Indonesiauntuk mempertahankan produk yang telahdipercaya oleh masyarakat khususnyaKelurahan Tugu Utara.b. Dan sebaiknya perusahaan dapatmeningkatkan kualitas rasa dan tekstur padaterasi udang.
2. Bagi Konsumen a. Kepada konsumen dapat mengkonsumsiTerasi Udang merek ABC secaraberkelanjutan karena dilihat dari persepsikonsumen penilaian rata-rata semua variabeltermasuk dalam kategori baik.b. Disetiap masakan yang dibuat,konsumen dapat menambahkan terasi udangmerek ABC untuk meningkatkan aroma yang
3
kuat agar menambah cita rasa makanantersebut.
3. Peneliti selanjutnya
a. Dapat melakukan penelitian mengenaiPositioning all merk terasi udang.b. Nilai Adjusted R Square sebesar 33,2%dan termasuk kategori rendah. Untukselanjutnya dapat melakukan penelitiandengan pengaruh kebudayaan, sosial,pribadi, psikologi, gaya hidup, usia dankesehatan.c. Dan juga dapat memfokuskan penyebabvariabel Citra Pengguna (X2) yang bernilainegatif.
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Andreas Tanuel dan H Stefanus, Michael. 2015. Analisa Pengaruh Kualitas Makanan dan Persepsi Harga Terhadap Kepuasan Konsumen D’Cost Surabaya. Universitas Kristen Petra: Surabaya.
Afif, Adi Zakaria. 2003. Pengaruh Strategi Brand Extention , Kesamaan Fitur Produk dan Konsistensi Brand Spesific Associations terhadap Evaluasi Konsumen. Depok. Pascasarjana Ilmu Manajemen-UI
Alhabsy, Yasmin. 2013. Pengaruh Subsitusi Tepung Teri (Stolephorus sp.) Terhadap Daya Patah, Kandungan Zat Gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Kadar Air), dan Mutu Organoleptik Pada Produk Mie Instan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya: Malang
Anggraini, Desi. 2013. Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembeliann Konsumen Dalam Memilih Minuman Pengganti Ion Tubuh/ Isotonik Merek Mizone. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya: Malang
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Azwar, Saifuddin. 2013. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Bungi, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu – Ilmu Sosial Lainnya (Edisi Pertama). Kencana. Jakarta
Choiri, Bastony. 2008. Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Konsumen Telepon Seluler Nokia Di Kota Gresik). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya: Malang
Cleopatra, Maria .2015. Pengaruh Gaya Hidup Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif 5(2): 168-181, 2015. ISSN: 2088-351X
Deman, J. M,. 1997. Kimia Makanan. Penerbit ITB: Bandung
Durianto, Darmadi dkk. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar. PT. Gramedia. Jakarta
Evelyn Pearce. 2001. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah: Sri Yuliani Handoyo, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Fatty, Afiatul Rahmi. 2012. Pengaruh Penambahan Udang Rebon Terhadap Kandungan Gizi dan Hasil Uji Hedonik Pada Bola-bola Tempe. SKRIPSI. Universitas Indonesia: Depok
Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Implikasi pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu: Yogyakarta
103
G. Rensburg. 2005. Oral diseases and sosio-economic status (SES). British Dental Journal, vol.194, no 2, hlm 91- 96
Gozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Ghofur, Abdul. 2014. Analisis Pola Produksi Guna Meminimalisasi Biaya Produksi Pada Perusahaan Tikar Classic. Universitas Islam Lamongan: Lamongan.
Guyton A C. 2001. Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan penciuman). Penerjemah: Irawati Setiawan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Badan Pusat Statistik Pemprov DKI Jakarta. 2014. http://www.jakarta.go.id/v2/
search?q=kecamatan%20koj&cx=008891718076377771387:votuafrgfxk&
cof=FORID:10&ie=UTF-8. Diakses pada 20 April 2017
Knapp, Duane E. 2002. The Brand Mindset. Penerjemah: Sisnuhadi. Yogyakarta : Andi
Kotler, Phillip dan Keller, Kevin Lane, 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Jakarta : Erlangga
______, dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen pemasaran (Edisi 12 jilid 2). Benyamin Molan (penerjemah). Marketing Management. PT. Indeks: Jakarta
______, 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2. Jakarta : PT. Prenhallindo
Musay, Fransisca Paramitasari. 2013. Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Pada Konsumen KFC KAWI Malang). Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya: Malang
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Octavianus, Toni, Supriadi. A, dan R.J, Siti Hanggita. Analisis Korelasi Harga Terhadap Warna dan Mutu Sensoris Kemplang Ikan Gabus (Channa striata) di Pasar Cinde Palembang. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya: Palembang
Ouwersloot, Hans and Tudorica Anamaria. 2001. Brand Personality Creation Through Advertising. Maxx Working Paper
Pearce E. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis (Indera pengecap dan pencium). Penerjemah: dr. Kartono Mohamad, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pratiwi, Winda. 2015. Wanginya Bisnis Terasi di Indonesia. http://www.mars
indonesia.com/newsletter/wanginya-bisnis-terasi-di-indonesia Di
akses pada 1 November 2016
104
Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brand. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Rao, Purba. 1996. Measuring Consumer Perceptions Trough Factor Analysis. The Asian Manager, February-March, pp.28-32
Rohmawati, Ahada Amilia. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Tempe Pada Flakes Berbahan dasar Tepung Maizena Terhadap Nilai Zat Gizi, Mutu Organoleptik, dan Fisik. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya: Malang
Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief “Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan. Penerbit Salemba Empat : Jakarta
Saputra, Gandu Eka. 2014. Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Menyaksikan Pertandingan LA Campus Basketball League. Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya: Malang
Setyaningsih E, Eni P, Dwi S. 2009. Perbedaan Kadar Kalsium, Albumin, dan Daya Terima pada Selai Cakar Ayam dan Kulit Pisang dengan Variasi Perbandingan Kulit Pisang yang Berbeda. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, 2009, 2 (1): 27-37
Shinta, Agustina. 2011. Manajemen Pemasaran. Malang: UB Press
Simamora Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramaedia Pustaka
Siregar, Syofian. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Solihat, Ani. 2014. Pengaruh Brand Equity Kawasan Belanja Kain Cigondewah Kota Bandung Terhadap Citra Kawasan dan Keputusan Berbelanja. Bandung: Ecodemica
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
______. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta
Sutisna dan Pawitra. (2001), Perilaku konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen dan Tim Asisten Ekonometrika. 2016. Panduan Praktikum Ekonometrika (EViews 9). Malang: Universitas Brawijaya
Tjiptono, Fandy. 2005. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Andi Offset, Yogyakarta
Tunggala, Sunjaya et.al., 2016. Perbandingan Sensitivitas Lidah Terhadap Rasa Manis Dan Pahit Pada Orang Menginang Dan Tidak Menginang Di Kecamatan Lokpaikat Kabupaten Tapin. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat
105
Widodo, Purwanto. 2010. Hubungan Antara Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Teh Dalam Kemasan. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, CEFARS, 2010, Vol. 2 (1): 9
Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews.Yogyakarta : UPP STIM YPKN
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Zuhra, Cut Fatima. 2006. Flavor (Cita Rasa). Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara