PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP LARI SPRINT ...repository.uinbanten.ac.id/3315/2/Skripsi...
Transcript of PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP LARI SPRINT ...repository.uinbanten.ac.id/3315/2/Skripsi...
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP
LARI SPRINT 100 METER PADA SISWA
(Kuasi Eksperimen di kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
SYAIFAR ZUN SALWA
NIM 142400679
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2018 M / 1440 H
ii
iii
ABSTRAK
Syaifar Zun Salwa, 142400679. 2018. Pengaruh Circuit Taining Terhadap Lari
Sprint 100 Meter pada Siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh circuit training terhadap
lari sprint 100 meter pada siswa. Penelitian ini dilakukan di MIS Nurul Yaqiin
Kota Tangerang pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Di kelas V yang
terdiri dari 66 siswa, dengan 33 siswa untuk kelas eksperimen dan 33 siswa untuk
kelas kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design.
Instrument yang digunakan pada penelitian ini berupa tes dan lembar observasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi data, uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Berdasarkan uji hipotesis yakni
independent sample t test atau uji t diketahui bahwa Sig. (2-tailed) sebesar 0,028 <
0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Diketahui pada nilai rata-rata pretest dan
posttest di kelas eksperimen, mengalami kenaikan sebesar 38,5%, sedangkan pada
nilai rata-rata pretest dan posttest di kelas kontrol, mengalami kenaikan sebesar
12%. Hasilnya dapat dinyatakan bahwa pada kelas eksperimen mengalami
kenaikan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian, dinyatakan
bahwa terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada
siswa.
Kata Kunci : Circuit Training, Lari Sprint, Kuasi Eksperimen.
iv
v
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Alhamdulillah kupersembahkan skripsi ini untuk Ayah dan
Umi, Adik, dan Forum Keluarga Bani Haji Ramin yang selalu mendukung,
memberikan motivasi, memberikan kasih sayang, serta memberikan nasihat
menjadi lebih baik. Syukron Katsiran Jazakumullah Khairan Katsiran !
vii
M O T T O
ددِ فَ دِي بيِ فَ فَ فَ مُ ْْ يِن فَ ْْ فَ فَئي ن ْ وف ۖ مَ ْْ ن فزييدِف مُ ْْ لَف فَ ْْ فَ مَ ْْ فَئين ْ بُّ َ نف فْ ب ي َْ فُأف وف
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(Q.S. Ibrahim : 07)
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang, pada tanggal 27 Juni
1997. Tepatnya di Jl. H. Diran Rani Kp. Parung Serab, Kec.
Ciledug. Orang tua penulis Bapak Mulyadih dan Ibu Munawaroh
memberi nama penulis “Syaifar Zun Salwa”.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut; MI Nurul
Yaqiin lulus tahun 2008, MTs Nurul Yaqiin lulus tahun 2011, MAN 19 Jakarta
lulus tahun 2014, dan pada tahun 2014 masuk perguruan tinggi IAIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten yang sekarang telah alih status menjadi UIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten, pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Selama masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan intra yang ada di
Kampus UIN SMH Banten, kegiatan intra penulis menjadi anggota Komando
Resimen Mahasiswa dari tahun 2015, kegiatan intra penulis menjadi anggota
PRAMUKA dari tahun 2016, dan kegiatan intra penulis menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Jurusan PGMI dari tahun 2016.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Segala puji hanya bagi Allah SWT., yang telah memberikan taufik,
hidayah, serta inayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW.,
keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi ini kemungkinan besar tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Fauzul Iman, M.A., Rektor UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar di Perguruan Tinggi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
2. Bapak Dr. H. Subhan, M.Ed., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, yang telah membantu penulis
menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan.
3. Bapak Khaeroni, S.Si., M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
x
4. Bapak Drs. Sabri, M.Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten, yang selalu memberikan semangat dan fasilitas kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Bapak Akrom, S.Ag., sebagai Pembimbing I dan Bapak Drs. Sabri, M.Pd.,
sebagai Pembimbing II, yang selalu meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya
untuk memberikan bimbingan, nasihat, motivasi dan arahan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
terutama yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
mendidik penulis selama proses perkuliahan. Semoga ilmu yang telah
diberikan bermanfaat. Amin.
7. Bapak Mulyadih, S.Pd.I., Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqiin yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka
menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Abdul Rohim, S.Pd.I., Guru Mata Pelajaran PJOK MIS Nurul Yaqiin
yang telah mendampingi saat penelitian, memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Keluarga tercinta ayahanda Mulyadih, Ibunda Munawaroh yang tak henti-
hentinya mendo’akan, melimpahkan kasih sayang, memotivasi, serta
xi
memberikan materil maupun moril kepada penulis. Adik-adikku tercinta serta
semua keluarga besar Forum Keluarga Bani Haji Ramin yang selalu
mendukung dan mendorong semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Teman-teman PGMI angkatan 2014 khususnya kelas A yang telah berjuang
bersama sejak awal hingga saling memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis berharap semoga Allah
SWT., membalasnya dengan pahala yang berlimpah. Amin.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi isi maupun metodologi penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berharap, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin. Akhir kata, Syukron Katsiran Jazakumullah
Khairan Katsiran.
Serang, 28 Oktober 2018
Penulis,
Syaifar Zun Salwa
xii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH SKRIPSI ...................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
MOTTO .............................................................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
A. Lari Sprint ................................................................................................... 7
1. Pengertian Lari Sprint ........................................................................... 7
2. Teknik Lari Sprint ................................................................................. 8
xiii
3. Teknik Start ........................................................................................... 9
4. Teknik Finish ...................................................................................... 12
B. Circuit Training ........................................................................................ 13
1. Pengertian Circuit Training ................................................................ 13
2. Kelebihan Circuit Training ................................................................. 15
3. Prinsip Latihan .................................................................................... 15
4. Pelaksanaan Circuit Training .............................................................. 23
C. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 27
D. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 30
E. Pengajuan Hipotesis .................................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 34
A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian .................................................. 34
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 34
C. Populasi ..................................................................................................... 36
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 37
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .............................. 37
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 43
G. Pengujian Hipotesis ................................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 47
A. Uji Persyaratan Analisis ............................................................................ 47
B. Deskripsi Data .......................................................................................... 50
C. Uji Hipotesis ............................................................................................. 57
D. Pembahasan ............................................................................................... 58
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................................................... 64
B. Saran .......................................................................................................... 64
xiv
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 68
xv
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Skala Intensitas Latihan .......................................................................... 21
Table 2.2 Keempat zona intensitas didasarkan pada reaksi d.n terhadap beban ..... 21
Tabel 3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 36
Tabel 3.2 Instrument Observasi Aktivitas Treatment ............................................. 38
Tabel 3.3 Nilai Tes Lari Sprint 100 Meter untuk Usia 10 – 12 Tahun Pa/Pi .......... 40
Table 3.4 Norma Tes Lari Sprint 100 Meter ........................................................... 40
Tabel 3.5 Kegiatan Treatment dan Kontrol ............................................................ 41
Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Treatment .................................................. 42
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...... 48
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..... 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 50
Tabel 4.5 Uji Frekuensi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 50
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ............................ 51
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ................................... 52
Tabel 4.8 Uji Frekuensi Data posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 54
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ........................... 54
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ................................ 56
Tabel 4.11 Uji Hipotesis ......................................................................................... 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teknik Lari Sprint ................................................................................ 9
Gambar 2.2 Sikap Aba-aba Bersedia ...................................................................... 10
Gambar 2.3 Sikap Aba-aba Siap ............................................................................. 11
Gambar 2.4 Sikap Aba-aba Ya ............................................................................... 12
Gambar 2.5 Teknik Finish ...................................................................................... 13
Gambar 2.6 Latihan Pergelangan Kaki (Ankling Drill) .......................................... 23
Gambar 2.7 Latihan Step Up ................................................................................... 24
Gambar 2.8 Latihan Tendangan Tumit Heel Kick-up Drill .................................... 25
Gambar 2.9 Latihan Angkat Lutut Tinggi .............................................................. 25
Gambar 2.10 Latihan Jongkok Berdiri (Squat Thrust) ........................................... 26
Gambar 4.1 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Eksperimen ............................. 51
Gambar 4.2 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Kontrol .................................... 53
Gambar 4.3 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen ............................ 55
Gambar 4.4 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Kontrol .................................. 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 4 Daftar Nilai Pretest Lari Sprint 100 Meter
Lampiran 5 Daftar Nilai Posttest Lari Sprint 100 Meter
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Treatment
Lampiran 7 Hasil Uji Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 8 Hasil Uji Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 10 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 11 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 12 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 13 Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 14 Dokumentasi
Lampiran 15 Buku Bimbingan Skripsi
Lampiran 16 Surat Tugas Sidang Munaqosah Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga adalah bagian yang tak terpisahkan dari sejarah manusia.
Olahraga sangat berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita-cita
manusia. Olahraga juga bermanfaat pada tubuh manusia. Selain tubuh menjadi
sehat dan kuat, olahraga juga salah satu aktivitas yang sangat digemari dan
dilakukan ditujukan untuk berbagai tujuan antara lain untuk memperoleh
kebugaran, aktivitas rekreasi, prestasi dan pendidikan. Dalam bidang pendidikan,
olahraga termasuk dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan.
Ruang lingkup pendidikan khususnya di tingkat SD/MI pada pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan didalamnya diajarkan
beberapa macam materi tentang cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum
pendidikan jasmani. Salah satu materi cabang olahraga yang diajarkan dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yaitu atletik. Menurut Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, “atletik merupakan cabang olahraga yang wajib
diberikan disemua jenjang pendidikan.”1
1 SK. Mendikbud Nomor 0413/U/1987, Diakses dari staffnew.uny.ac.id, Tanggal 02 Juli
2018.
2
Jenjang pendidikan yang mengajarkan atletik pada mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi: SD/MI, SMP/MTS, dan
SMA/MA. Setiap pembelajaran atletik tidak membutuhkan peralatan modern,
cukup dengan peralatan sederhana yang dapat dimodifikasi oleh guru dan siswa
secara bersama-sama. “Dalam setiap kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga
guru selalu menggunakan atletik sebagai pembuka, inti atau penutup kegiatan
belajar mengajar.”2 Dikarenakan atletik salah satu materi pendidikan jasmani yang
efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Atletik berhubungan dengan gerakan-gerakan dasar manusia, seperti
berjalan, berlari, melompat, dan melempar.3 Gerak dasar atletik yang terdiri dari
jalan, lari, lompat dan lempar sangat berpotensi untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan pada gerak dasar siswa. Karena dengan gerak
dasar atletik dapat meningkatkan kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan,
kelentukan, dan daya ledak. “Dasar dari diberikannya pembelajaran atletik di
semua jenjang pendidikan ini karena atletik merupakan induk dari semua cabang
olahraga, oleh karenanya atletik dipandang penting untuk diberikan sejak anak usia
dini.”4
Realita di lapangan, berdasarkan hasil observasi peneliti di MIS Nurul
Yaqiin Kota Tangerang. Pada cabang olahraga atletik khususnya lari sprint 100
2 Indik, Endang Sunarya, Bastinus N. Matjan, Aming Supriyatna, et al., Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2009), 91. 3 Asep Kurnia Nenggala, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, (Grafindo Media
Pratama), 35. 4 Sukirno, Dasar-dasar Atletik dan Latihan Fisik Menuju Prestasi Tinggi (Panduan Praktis
Untuk Pelatih Pembina Khususnya Cabang Olahraga Atletik), (Palembang: Unsri Press, 2017), 23.
3
meter pada sebagian besar siswa kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang belum
mampu menyelesaikan lari sprint dengan waktu minimal 00,00-16,05 (putra) dan
00,00-17,00 (putri). Dikarenakan siswa tidak melakukan teknik start jongkok,
teknik berlari yang baik, tidak mau melakukan aktivitas fisik, saat lari sprint
dilaksanakan pada siang hari dengan cuaca yang panas dan siswa mengalami
kelemahan pada kondisi fisiknya. Berdasarkan permasalahan tersebut, hipotesa
peneliti bahwa circuit training dapat memperbaiki lari sprint 100 meter siswa.
Circuit training dapat dilakukan pada suatu ruangan atau tempat dimana
telah ditetapkan jumlah pos/stasion dengan latihan-latihan yang berbeda.5
Penerapan circuit training merupakan salah satu program latihan fisik yang sangat
mudah untuk dilakukan dan tidak memakan waktu yang lama, dalam bentuk
latihannya terdiri dari berbagai macam latihan fisik yang dilakukan secara terus
menerus tanpa ada waktu istirahat, diketahui waktu latihannya dalam
menyelesaikan dosis yang telah ditentukan, diketahui bobot intensitas latihannya
dapat ditingkatkan dengan pengulangan atau menambah pos, tempat latihannya
dapat disesuaikan diberbagai area, alatnya mudah didapat, dan tidak menghabiskan
waktu banyak. Melalui circuit training dapat meningkatkan aktivitas fisik dan
kondisi fisik siswa.
Aktivitas fisik dan kondisi fisik siswa yang ditingkatkan melalui circuit
training meliputi: kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, dan
5 Engkos Kosasih, Olahraga, Teknik dan Program Latihan, (Jakarta: CV. Akademika
Pressindo, 1985), 50.
4
daya ledak dengan waktu yang singkat dalam waktu bersamaan. Berdasarkan hal
tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh
Circuit Training Terhadap Lari Sprint 100 Meter pada Siswa (Kuasi
Eksperimen di Kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Siswa tidak dapat melakukan lari sprint 100 meter dengan waktu cepat.
2. Pada saat melakukan lari sprint 100 meter ada sebagian besar siswa tidak
dapat menyelesaikan lari sprint 100 meter dengan waktu yang singkat.
C. Pembatasan Masalah
Berdsarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Melakukan lari sprint jarak 100 meter.
2. Model latihan yang digunakan ialah Circuit Training.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas, permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
5
1. Apakah ada pengaruh penerapan circuit training terhadap lari sprint 100
meter pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang?
2. Bagaimana ketercapaian prestasi lari sprint 100 meter pada siswa kelas V
MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang?.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan circuit training
terhadap lari sprint 100 meter pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota
Tangerang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap
lari sprint 100 meter pada siswa.
2. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
penerapan circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa.
3. Bagi sekolah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dalam memperbaiki lari sprint 100 meter pada siswa.
6
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisam dalam penelitian ini terbagi ke dalam lima bab
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka terdiri dari: Lari Sprint, Circuit Training
Penelitian Terdahulu, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian terdiri dari: Waktu dan Tempat Penelitian,
Metode dan Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian,
Instrument dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Pengujian
Hipotesis.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari: Deskripsi Data, Uji
Persyaratan Analisis, Uji Hipotesis, Pembahasan.
BAB V Penutup terdiri dari: Simpulan dan Saran.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lari Sprint
1. Pengertian Lari Sprint
Berlari adalah kebiasaan seseorang yang mempunyai kaki dan digunakan
sebagai alat untuk bergerak dengan cepat sebelum memiliki mobil atau sepeda
motor. “Lari cepat (sprint) adalah suatu kemampuan seseorang dalam
memindahkan posisi tubuhnya dari satu tempat ke tempat lainnya secara cepat
melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai (jogging).”6 Lari atau sering
dikenal dengan sprint (cenderung untuk lari jarak pendek) sangat digemari oleh
orang yang melihatnya.7 Pelari jarak pendek disebut sprinter.8 Dalam pengertian
sederhana, seorang pelari cepat harus memperoleh kecepatan tinggi dalam waktu
sesingkat mungkin agar berhasil dalam perlombaan.9
Lari cepat atau jarak pendek (sprint) merupakan nomor lari dalam cabang
olahraga atletik. Yang dimaksud dengan lari jarak pendek adalah semua nomor lari
yang dilakukan dengan kecepatan penuh (kecepatan maksimal) sepanjang jarak
6 Indik, Endang Sunarya, Bastinus N. Matjan, Aming Supriyatna, et al., Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, 96. 7 Giri Wiarto, ATLETIK, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 7. 8 Slamet S.R., Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-1, (PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 1994), 17. 9 Fred McMane, Dasar-dasar Atletik, (Bandung: Angkasa, 1985), 15.
8
yang harus ditempuh.10 Dalam ilmu faal lari cepat atau sprint ini disebut sebagai
olahraga anaerobik atau olahraga yang sedikit sekali menggunakan oksigen.11
Nomor-nomor lari jarak pendek yang diperlombakan pada event internasional, jika
diadakan di lapangan terbuka (outdoor), meliputi nomor lari 100 meter, 200 meter,
dan 400 meter. Adapun lari jarak pendek yang dilaksanakan di lapangan tertutup
(indoor) adalah 50 meter, 60 meter, 200 meter, 400 meter.12
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lari sprint merupakan
cabang olahraga atletik yang memiliki nomor lari jarak 50 meter, 60, meter, 100
meter, 200 meter dan 400 meter yang dilakukan dengan kecepatan penuh sampai
garis finish.
2. Teknik Lari Sprint
Teknik berlari merupakan unsur gerakan yang dapat menunjang pelari untuk
mencapai kecepatan maksimal.13 Untuk berlari yang baik diperlukan dasar-dasar
gerakan mulai dari ayunan tangan/lengan, angkatan kaki/lutut, dan memelihara
kecondongan badan.14 Caranya sebagai berikut:
a. Ayunkan tangan hingga kedua lengan membentuk sudut 900. Tangan
mengepal dan tidak terlalu tinggi atau rendah (tidak melebihi dagu).
b. Lari di tempat dengan mengangkat lutut tinggi.
c. Gabungkan dua gerakan tersebut di tempat, mulai perlahan kemudian
dipercepat (lakukanlah berulang-ulang).
10 Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al., Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Cet ke-1, (Jakarta: Penerbit Yudhistira, 1995), 23. 11 Giri Wiarto, ATLETIK, 9. 12 Wunendra Adi, Kharisma Jati, dan Joe Manuk (eds.), Atletik, (Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008), 17. 13 Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al., Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Cet ke-1, 25. 14 Djedje Zainul Arifin, M.P. Sianipar, Herry Nugraha, Diding Rochandi, et al., Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-2, (Jakarta: PT Aries Lima, 1995), 16.
9
d. Kemudian lakukanlah mulai dengan lari di tempat dilanjutkan sambil
bergerak maju sampai jarak kurang lebih 30m.15
Gambar 2.1 Teknik Lari Sprint16
Melalui penguasaan teknik lari sprint yang baik ditandai dari ayunan tangan
yang baik, berkurangnya daya pengereman, dan koordinasi tingkat tinggi dari
gerakan seluruh tubuh. Tujuan dari penguasaan teknik lari sprint yang baik selama
berlari untuk mengarahkan jumlah optimum daya kepada tanah dalam waktu yang
pendek sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi lari sprint secara optimal.
3. Teknik Start
Start yang digunakan dalam lari jarak pendek adalah start jongkok.17 Start
jongkok pada perlombaan lari cepat merupakan teknik yang harus dikuasai oleh
pelari, karena merupakan factor yang menentukan prestasi pelari.18 Aba-aba start
jongkok, sebagai berikut:
15 Djedje Zainul Arifin, M.P. Sianipar, Herry Nugraha, Diding Rochandi, et al., Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-2, 16. 16 Gambar diambil dari Djedje Zainul Arifin, M.P. Sianipar, Herry Nugraha, Diding
Rochandi, et al., Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-2, 16 17 Slamet S. R., Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-1, 17. 18 Djedje Zainul Arifin, M.P. Sianipar, Herry Nugraha, Diding Rochandi, et al., Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-2, 16.
10
a. Saat bunyi aba-aba “bersedia”
Hal-hal yang penting dilakukan sprinter pada saat bunyi aba-aba “bersedia”
adalah sebagai berikut:
1) Dengan sikap tenang melangkah maju ke garis start atau ke start block.
2) Letakkan salah satu kaki sebagai kaki depan di belakang garis start
dengan jarak ± 30 cm dari garis start.
3) Letakkan lutut kaki belakang segaris dengan ujung jari-jari kaki depan
dengan jarak kedua kaki satu kepal.
4) Badan membungkuk ke depan.
5) Kedua tangan terletak di tanah tepat di belakang garis start (tidak boleh
menyentuh atau melampaui garis start).
6) Keempat jari tangan rapat dan ibu jari terbuka membentuk huruf V.
7) Kepala tunduk dan leher rileks (tidak tegang).
8) Pandangan ke bawah.
9) Konsentrasi pada aba-aba berikutnya.19
Gambar 2.2 Sikap Aba-aba Bersedia20
b. Saat bunyi aba-aba “siap”
Hal-hal yang penting dilakukan sprinter pada saat bunyi aba-aba “siap”
adalah sebagai berikut:
19 Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al., Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Cet ke-1, 24. 20 Gambar diambil dari Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al.,
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-1, 24.
11
1) Lutut yang terletak di tanah diangkat.
2) Pinggul diangkat ke atas hingga pantat lebih tinggi dari bahu.
3) Berat badan di bawa ke muka, berada di kedua belah tangan.
4) Kepala tetap tunduk dan leher rileks.
5) Pandangan tetap ke bawah mengikuti gerakan badan.
6) Konsentrasi pada aba-aba berikut.21
Gambar 2.3 Sikap Aba-aba Siap22
c. Saat bunyi aba-aba “ya!” (bunyi pistol)
Hal-hal yang penting dilakukan sprinter pada saat bunyi aba-aba “ya”
adalah sebagai berikut:
1) Dengan gerak rileks bertolak dari balok start, pada saat yang sama
mengangkat kedua tangan dari tanah disertai ayunan langkah yang kuat.
2) Kedua lengan memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki yang
membantu menimbulkan daya selama gerakan lari.
3) Tubuh bergerak ke depan seperti anak panah yang lepas dari busurnya
dengan sudut 45 derajat.
4) Langkah kaki pendek, cepat, dan rendah dengan gerak kaki lincah di
tanah, tetapi tidak secara sengaja di pendekkan.23
21 Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al., Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Cet ke-1, 24-25. 22 Gambar diambil dari Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al.,
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-1, 25. 23 Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al., Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Cet ke-1, 25.
12
Gambar 2.4 Sikap Aba-aba Ya24
Melalui teknik start jongkok akan timbulnya sebuah gerak dorong dan gerak
percepatan lari terutama pada posisi kedua kaki yang saling bertumpu pada
sandaran blok start untuk tolakkan bergerak maju ke depan. Sehingga dengan teknik
start jongkok yang baik akan mendukung pencapaian prestasi lari sprint yang baik.
4. Teknik Finish
Melewati garis finish merupakan faktor yang sangat menentukan kalah
menangnya seorang pelari.25 Para pelari akan ditentukan kedudukannya dalam
urutan kedatangan sesuai dengan bagian-bagian tubuhnya dalam mencapai bidang
vertikal dari sisi terdekat garis finish sebagaimana ditentukan dalam peraturan.
Teknik finish ada 3 bagian, yaitu:
a. Terus berlari secepatnya melalui garis finis tanpa mengubah sikap lari
b. Membusungkan dada ke depan, kedua tangan ditarik ke belakang
c. Menjatuhkan salah satu bagu ke depan.26
24 Gambar diambil dari Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al.,
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Cet ke-1, 25. 25 Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, et al., Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Cet ke-1, 26. 26 Roji, Pendidikan Jasmani 1, Cet ke-2, (PT Intan Pariwara, 1989), 5.
13
Bagian kepala tidak termasuk dalam persyaratan finish sebab beban berat
badan seseorang pelari terletak pada togok/toros. 27 Ketiga teknik finish tersebut
apabila bagian toros atau togok telah melewati garis finish dianggap yang terbaik,
karena sprinter dianggap masuk finish apabila bagian tengkuk, lengan, tungkai,
tangan, dan kaki telah mencapai garis finish. Hal itu berhubungan erat dengan
faktor keseimbangan dalam mengendalikan kecepatan berat badan.
Gambar 2.5 Teknik Finish28
Teknik finish sebagai penentu akhir menang atau kalahnya sprinter. Sprinter
meski memiliki unsur-unsur kondisi fisik yang baik, jika teknik finish dari sprinter
tidak baik bisa menyebabkan kekalahan. Oleh sebab itu, sprinter harus memahami
dan menguasai teknik finish yang baik agar dapat menang dalam perlombaan lari
sprint.
B. Circuit Training
1. Pengertian Circuit Training
Circuit training adalah suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki secara
serempak fitness keseluruhan dari tubuh, yaitu unsur-unsur power, daya tahan,
27 Roji, Pendidikan Jasmani 1, Cet ke-2, 6. 28 Gambar diambil dari Roji, Pendidikan Jasmani 1, Cet ke-2, 6.
14
kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan komponen fisik yang lain.29 Latihan sirkuit
adalah metode yang sudah teruji dapat meningkatkan daya tahan otot dan kekuatan
dengan efektif.30
Program latihan sirkuit berbeda dengan program-program yang telah
dikemukakan terdahulu, terutama didalam segi pelaksanaannya. Suatu sirkuit terdiri
dari sejumlah stasiun latihan, dimana latihan-latihan dilaksanakan.31 Set atau sirkuit
adalah ukuran keberhasilan dalam menyelesaikan beberapa rangkaian butir latihan
yang berbeda-beda. Artinya, dalam satu seri terdiri dari beberapa macam latihan
yang semuanya harus diselesaikan dalam satu rangkaian.32
Circuit training biasanya terdiri dari berbagai macam item latihan yang
harus dilakukan dalam waktu tertentu. Setelah selesai pada satu item latihan segera
pindah pada item yang lain, demikian seterusnya sampai seluru item latihan selesai
dilakukan, sehingga disebut telah melakukan satu sirkuit. Circuit training dapat
pula dilakukan untuk interval latihan. Latihannya diatur sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan seorang atlet melakukan 8-12 ulangan dalam waktu 10-15 detik
atau tanpa pembatasan waktu.33
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa circuit training
merupakan satu bentuk latihan yang dilakukan dalam satu putaran, pada satu
29 Harsono, Latihan Kondisi Fisik, (Bandung: Senerai Pustaka, 2001), 39. 30 Djoko Pekik Irianto, Bugar dan Sehat, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), 50. 31 Mochamad Sajoto, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, (Semarang: IKIP
Semarang, 1988), 161. 32 Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik,
(Bandung: CV. Lubuk Agung, 2011), 30. 33 Mochamad Sajoto, Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga,
(Semarang: Dahara Prize, 1995), 82.
15
putaran tersebut terdapat beberapa pos. Pada setiap pos peserta melakukan bentuk
gerakan berbeda yang sudah ditentukan dan circuit training harus dirancang sesuai
dengan sasaran yang akan dicapai misalnya ingin melatih kekuatan, kecepatan, daya
tahan, power dan lain-lain.
2. Kelebihan Circuit Training
Circuit training mempunyai beberapa keuntungan pada setiap latihan yang
diberikan oleh pelatih antara lain:
a. Tiap latihan akan diketahui lamanya waktu latihan untuk menyelesaikan
dosisi yang telah ditentukan. Karena setiap latihan waktunya dicatat
sedangkan dosisnya tetap, maka dapat dibandingkan dengan waktu
latihan yang telah lalu makin cepat atau makin lambat.
b. Setiap latihan dapat diketahui kondisi kebugaran peserta naik atau
turun. Karena mengerjakan dosis latihan yang sama. Kalau waktunya
makin lambat berarti kondisinya lebih rendah dari latihan yang lalu.
c. Latihan bisa secara kalasikal karena alatnya mudah didapat sehingga
jika dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tetap mudah mencukupinya.
d. Dosisi latihan sesuai dengan kemampuan individu, hal ini sesuai dengan
prinsip latihan yang bersifat individual.
e. Bobot intensitas latihan relatif sama beratnya, karena masing-masing
peserta mengerjakan dosis yang berbeda-beda, bagi yang lebih kuat
dosis latihan repitisinya lebih banyak sebaliknya bagi yang lebih rendah
repitisi dosisinya juga lebih rendah.34
3. Prinsip Latihan
Proses pembinaan yang berjangka panjang perlu dilaksanakan secara
terencana, terprogram, dan harus memiliki tujuan yang pasti tidak bisa dilaksanakan
secara apa adanya. 35 Dikarenakan pada proses pembinaan olahraga yang berhasil
selalu mengacu kepada program pengondisian dari satu rangkaian metode atau
34 Amat Komari, Traditional Circuit Training and Student’s Physical Fitnes, (Jendela Bulu
Tangkis, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), 77-78. 35 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 2.4.
16
teknik latihan yang masing-masing telah dibuktikan efektif secara fisiologis oleh
pelatih dan atlet prestasi di dunia. Proses pembinaan berjangka panjang harus
dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip
latihan pada setiap tahapnya agar terjadi kesinambungan pada proses
pembinaannya. Prinsip latihan yang harus diterapkan dalam latihan berisikan
tuntutan agar latihan berlangsung secara efektif dan efisien.
Secara ringkas ada beberapa prinsip dan asas latihan yang penting dipahami
oleh pelatih dan atlet meliputi, “prinsip beban lebih, prinsip individualisasi, densitas
latihan, Prinsip Kembali Asal (Reversibility), Prinsip spesifik, Perkembangan
multilateral, Prinsip pulih-asal (recovery), Variasi latihan, Volume latihan,
Intensitas latihan, dan Asas overkompensasi.”36 Selain prinsip-prinsip latihan perlu
diperhatikan oleh pelatih, yaitu komponen-komponen latihan yang dapat berfungsi
sebagai parameter untuk mengukur kualitas kontrol pelaksanaan prinsip-prinsip
latihan yang diberlakukan. “Komponen-komponen latihan yang penting dan harus
menjadi parameter pelaksanaan latihan adalah (1) volume latihan, (2) intensitas
latihan, (3) kepadatan latihan, (4) kompleksitas latihan, (5) kualitas latihan, dan (6)
variasi dalam latihan.”37
a. Prinsip Beban Lebih (Overload). “Prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan
yang diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan bengis, serta harus
36 Harsono, Periodisasi Program Pelatihan, Cet ke-1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), 10. 37 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, 2.30.
17
diberikan berulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi.”38 Namun
demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang-
peluang untuk istirahat, performanya pun tidak akan meningkat.39 Dengan
demikian, pada prinsip ini menganjurkan untuk memberikan beban latihan
yang berat kepada atlet untuk dilakukan secara terus-menerus dan berulang
ulang. Latihan yang berat diselingi dengan latihan yang ringan agar terjadinya
regenerasi organisme tubuh.
b. Prinsip Individualisasi. “Tidak ada dua orang atlet yang rupa serta karakteristik
fisiologis dan psikologisnya persis sama. Selalu akan ada perbedaan dalam
kemampuan, potensi, adaptasi, dan karakteristik berlajarnya.”40 Oleh karena
itu, prinsip individualisasi yang merupakan salah satu syarat yang penting
dalam latihan kontemporer, harus diterapkan kepada setiap atlet, sekalipun
mereka mempunyai tingkat prestasi yang sama.41 Melalui prinsip ini konsep
latihan disusun berdasarkan karakteristik individu masing-masing agar tujuan
yang sudah ditentukan dapat tercapai.
c. Densitas Latihan. “Densitas atau kekerapan latihan mengacu kepada hubungan
yang dinyatakan antara kerja dan istirahat dalam latihan. Atau dapat pula
diartikan sebagai kepadatan atau frekuensi atlet dalam melakukan suatu
38 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), 51. 39 Harsono, Periodisasi Program Pelatihan, Cet ke-1, 10. 40 Harsono, Periodisasi Program Pelatihan, Cet ke-1, 10. 41 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 64.
18
rangkaian (serie) rangsangan persatuan waktu.”42 Jadi istilah densitas mengacu
kepada hubungan yang dinyatakan antara latihan dan fase istirahat.43
Berdasarkan definisi diatas, bahwa densitas latihan mengacu pada lamanya
waktu latihan dan istirihat yang cukup sehingga bisa menghindarkan atlet dari
lelah yang belebihan agar dampak dari latihan diperoleh dengan maksimal.
d. Prinsip Kembali Asal (Reversibility). “Prinsip ini mengatakan bahwa, kalau
kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali ke keadaan semula atau
kondisinya tidak akan meningkat.”44 Kalu kita berlatih, pasti akan ada
perkembangan dalam organ-organ tubuh kita, karena latihan memang akan
merangsang fungsi organ-organ tersebut.45 Adapun demikian, pada prinsip
kembali asal memberitahukan, kalau kita melakukan latihan pasti ada
peningkatan yang terjadi pada tubuh kita. Namun sebaliknya, kalau kita tidak
melakukan latihan tidak akan terjadi peningkatan pada tubuh kita.
e. Prinsip spesifik. “Prinsip spesifik (kekhasan, specificity) mengatakan bahwa
manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan
terjadi kalau rangsangan tersebut mirip atau menyerupai gerakan-gerakan yang
dilakukan dalam olahraga tersebut.”46 Artinya, kalau ingin bisa menguasai
teknik dribble basket berlatihlah dengan bola basket bukan dengan bola voli,
meskipun bola basket dan bola voli bisa dipantulkan.
42 Harsono, Periodisasi Program Pelatihan, Cet ke-1, 10. 43 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 89. 44 Harsono, Periodisasi Program Latihan, Cet ke-1, 10. 45 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 79. 46 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 84.
19
f. Perkembangan multilateral. “Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini
jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabor tertentu.”47 Artinya, pada
prinsip ini memberikan anak usia dini untuk menjelajahi berbagai macam
aktivitas yang dia inginkan agar dia bisa mempercepat perkembangan dirinya
secara menyeluruh baik dalam aspek fisik, mental, maupun sosialnya dalam
olahraga spesialisasinya kelak.
g. Prinsip pulih-asal (recovery). “Prinsip pemulihan ini merupakan faktor yang
amat kritikal dalam pelatihan olahraga modern.”48 Perkembangan atlet
bergantung pada pemberian istirahat yang cukup sesuai latihan agar regenerasi
tubuh dan dampak latihan (training effect) bisa dimaksimalkan.49 Oleh sebab
itu, lamanya masa pemulihan ini tergantung dari kelelahan yang dirasakan atlet
akibat stimulus/latihan sebelumnya yang sudah diberikan oleh pelatih.
h. Variasi latihan. Variasi dalam latihan adalah suatu latihan yang dimodifikasi
oleh pelatih. “Variasi-variasi latihan yang dikreasikan dan diterapkan secara
cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya fisik maupun mental atlet sehingga
timbulnya kebosanan berlatih sejauh mungkin dapat dihindari.”50 Pelatih harus
kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi dalam latihan, misalnya
berenang, berlatih di pegunungan, lari lintas malam, dsb. Variasi dalam latihan
dapat pula berbentuk permainan dengan bola, permainan lari sprint, permainan
47 Harsono, Periodisasi Program Latihan, Cet ke-1, 11. 48 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 89. 49 Harsono, Periodisasi Program Latihan, Cet ke-1, 11. 50 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, 2.39.
20
estafet, permainan lari gawang dan sebagainya. Dengan demikian, latihan yang
diberikan oleh pelatih dapat menjaga fisik, mental atlet, menghindari
kebosanan, dan tujuan latihan dapat tercapai.
i. Volume latihan. “Volume latihan merupakan salah satu komponen latihan yang
bermaksud untuk mengondisikan isi atau frekuensi dari latihan teknik, taktik,
dan fisik.51 Volume juga mengacu kepada jumlah kerja yang dilakukan dalam
suatu sesi (pertemuan) latihan, atau dalam suatu tahapan latihan (siklus mikro
atau makro).”52 Volume latihan ini ditempatkan sebagai komponen untuk
mengkondisikan lama latihan, yang terdiri dari 3 bagian integral, yaitu 1) waktu
atau lama latihan, 2) jarak atau daya angkat setiap unit per waktu, dan 3)
jumlah ulangan latihan atau penampilan elemen teknik yang diberikan setiap
waktu. Dengan demikian, volume latihan merupakan penerapan jumlah total
dari aktivitas penampilan selama mengikuti latihan yang lebih mengarah pada
jumlah aktivitas yang dilakukan dalam melakukan latihan.
j. Intensitas latihan. “Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan
maksimal atlet tidak akan terasa “training effectnya” (dampak/manfaat
latihannya).”53 Intensitas latihan lebih mengarah kepada jumlah latihan yang
dilakukan melalui suatu unit waktu tertentu. Dengan demikian, semakin banyak
latihan yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu, semakin tinggi pula
intensitas latihan yang dilakukan oleh atlet. Intensitas latihan bertujuan untuk
51 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, 2.30. 52 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 101. 53 Harsono, Periodisasi Program Latihan, Cet ke-1, 12.
21
mengukur kualitas latihan meliputi kinerja maksimum (Kg. meter/detik), detak
jantung maksimal, denyut nadi maksimal, VO2 max, kadar darah laktat dan
lain-lain.
Table 2.1 Skala Intensitas Latihan
Nomor
Intensitas
Presentase dari
prestasi maksimal atlet Intensitas
1 30 – 50% Low
2 50 – 70% Intermediate
3 70 – 80% Medium
4 80 – 90% Sub-maximal
5 90 – 100% Maximal
6 100 – 105% Super-maximal
(Sumber: Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, 2015).
Table 2.2 keempat zona intensitas didasarkan pada reaksi d.n terhadap beban
Zona Intensitas D.N./menit
1 Rendah 120 – 150
2 Medium 150 – 170
3 Tinggi 170 – 185
4 Maksimal Lebih dari 185
(Sumber: Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, 2015).
k. Asas overkompensasi. “Mengacu kepada dampak latihan dan regenerasi pada
organisme tubuh kita yang merupakan dasar biologis guna persiapan atau
arousal (guguhan) fisik dan psikologis dalam menghadapi suatu
pertandingan.”54 Setelah diberi rangsangan latihan dengan intensitas yang
cukup tinggi (lebih dari 60% kemampuan maksimal), organisme kita akan
mengalami kelelahan.55 Karena itu atlet memerlukan istirahat yang cukup.
Selama proses istirahat yang merupakan masa pemulihan tubuh, terjadinya
regenerasi pada sumber-sumber biokemikal, dan dapat meningkat sampai
54 Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, 94. 55 Harsono, Periodisasi Program Latihan, Cet ke-1, 12.
22
melewati keadaan kondisi semula yang disebut sebagai tahap rebounding atau
overkompensasi.. “Asas ini menganjurkan agar atlet pada waktu pertandingan
berada pada tahap overkompensasi, karena pada tahap inilah atlet memiliki
energy/kinerja yang paling tinggi.”56
l. Kepadatan Latihan. Pelatih memberikan latihan kepada atlet dengan waktu
yang pendek, berisi dan padat dengan kegiatan-kegiatan latihan yang
bermanfaat. “Suatu keuntungan dari latihan-latihan pendek adalah latihan akan
terus membawa atlet pada pikiran tentang latihannya.”57 Artinya, latiah-latihan
yang yang diberikan oleh atlet akan selalu diingat dan dipikirkan oleh para
atlet.
m. Kompleksitas Latihan. “Kompleksitas latihan mengandung arti kerumitan
bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan.”58 Kompleksitas latihan akan
membutuhkan koordinasi yang baik, dapat menjadi penyebab yang penting
dalam meningkatkan intensitas latihan dan keterampilan teknik yang rumit.
Suatu gambaran dari atlet terhadap kompleksitas latihan, dapat membedakan
dengan cepat, mana yang memiliki koordinasi yang baik dan buruk pada atlet
yang belum melakukan kompleksitas latihan.
n. Kualitas Latihan. Kualitas latihan adalah mutu latihan yang diberikan oleh
pelatih kepada atlet. “Setiap latihan haruslah berisi drill-drill yang bermanfaat
56 Harsono, Periodisasi Program Latihan, Cet ke-1, 12. 57 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, 2.34. 58 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, 2.35.
23
dan yang jelas arah serta tujuan latihannya.”59 Latihan yang bermutu apabila
latihan dan drill-drill yang diberikan memang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan atlet, apabila koreksi-koreksi yang konstruktif sering diberikan,
apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai ke detail-detail gerakan, dan
apabila prinsip-prinsip overload diterapkan, baik dalam segi fisik maupun
mental atlet.
4. Pelaksanaan Circuit Training
Pada pelaksanaan circuit training peserta diminta melakukan aktivitas 5 pos
dengan urutan sebagai berikut:
a. Latihan pergelangan kaki (ankling drill)
Gambar 2.6 Latihan Pergelangan Kaki (Ankling Dril)l60
59 Yuyun Yudiana, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, (eds.), Dasar-dasar Kepelatihan,
Cet ke-2, 2.36. 60 Gambar diambil dari Dikdik Zafar Sidik, Mengajar dan Melatih Atletik, Cet ke-1,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 5.
24
Peserta melakukan latihan pergelangan kaki (ankling drill) selama 15 detik sebagai
berikut:
1) Peserta diminta berdiri tegak di pos 1.
2) Pada saat pluit berbunyi peserta melakukan gerakan pada ujung tumit
menyentuh tanah lebih sedikit dibandingkan ujung kaki dengan ayunan tangan
yang rileks selama 15 detik.
3) Setelah 15 detik pluit berbunyi dan peserta menghentikan gerakan.
b. Latihan step up
Gambar 2.7 Latihan Step Up61
Peserta melakukan latihan step up selama 15 detik sebagai berikut:
1) Peserta diminta berdiri menghadap bangku di pos 2.
2) Pada saat pluit berbunyi peserta melakukan gerakan melangkah naik dan turun
dari bangku selama 15 detik.
3) setelah 15 detik pluit berbunyi dan peserta menghentikan gerakan.
61 Gambar diambil dari https://webserbada.wordpress.com/2009/03/21/latihan-tenaga-4/.
25
c. Latihan tendangan tumit (heel kick-up drill)
Gambar 2.8 Latihan Tendangan Tumit Heel Kick-up Drill62
Peserta melakukan latihan tendangan tumit (heel kick-up drill) selama 15 detik
sebagai berikut:
1) Peserta diminta berdiri tegak di pos 3.
2) Pada saat pluit berbunyi peserta melakukan gerakan pada telapak kaki
menghadap ke belakang, ujung jari kaki menghadap ke bawah, dan tumit
menyentuh pantan membentuk sudut siku-siku 900 dengan ayunan tangan yang
rileks selama 15 detik.
3) Setelah 15 detik pluit berbunyi dan peserta menghentikan gerakan.
d. Latihan angkat lutut tinggi
Gambar 2.9 Latihan Angkat Lutut Tinggi63
62 Gambar diambil dari Dikdik Zafar Sidik, Mengajar dan Melatih Atletik, Cet ke-1, 6.
26
Peserta melakukan latihan angkat lutut tinggi selama 15 detik sebagai berikut:
1) Peserta diminta berdiri tegak di pos 4.
2) Pada saat pluit berbunyi peserta melakukan gerakan pada lutut diangkat
membentuk 900 dengan ayunan tangan yang rileks selama 15 detik.
3) Setelah 15 detik pluit berbunyi dan peserta menghentikan gerakan.
e. Latihan jongkok berdiri (squat thrust)
Gambar 2.10 Latihan Jongkok Berdiri (Squat Thrust)64
Peserta melakukan latihan angkat lutut tinggi dengan kaki diluruskan selama 15
detik sebagai berikut:
1) Peserta diminta berdiri tegak di pos 5.
2) Pada saat pluit berbunyi peserta melakukan jongkok sambil menumpukan
kedua lengan di lantai
3) Kemudian dorong kedua kaki ke belakang sampai lurus dengan sikap badan
seperti push up dalam keadaan terangkat
4) Kemudian dengan serentak kedua kaki ditarik ke depan dan kembali ke posisi
semula
63 Gambar diambil dari Dikdik Zafar Sidik, Mengajar dan Melatih Atletik, Cet ke-1, 6. 64 Gambar diambil dari infosehat000.blogspot.com.
27
5) Lakukan berulan-ulang selama 15 detik.
6) setelah 15 detik pluit berbunyi dan peserta menghentikan gerakan.
Treatment berupa circuit training dengan frekuensi 3 kali seminggu selama
9 kali pertemuan. Latihan yang harus dijalankan oleh peserta diambil 75% dari
skala intesnsitas latihan, dalam penelitian ini perlakuan diberikan sebanyak 9 kali
pertemuan dalam waktu 3 minggu peserta diminta melakukan latihan 3 kali
seminggu dengan dosis yang telah ditentukan dan dicatat lamanya waktu
pelaksanaan latihan, begitu seterusnya setiap latihan.
C. Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian Fachrizal (2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Fachrizal pada tahun 2014 yang berjudul
“Hubungan Power Otot Tungkai dengan Kecepatan Lari Sprint Siswa SMP Negeri
6 Kota Lhokseumawe.” Penelitian ini berujuan untuk mengetahui hubungan power
otot tungkai dengan kecepatan lari sprint siswa SMP Negeri 6 kota Lhokseumawe.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 6 kota Lhokseumawe yang
berjumlah 101 siswa. Mengingat jumlah populasi yang relatif besar, maka yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 30% dari jumlah populasi sebanyak 30
siswa dengan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dengan melakukan tes power otot tungkai (vertical jump) dan tes kecepatan lari
sprint 60 meter. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi. Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
28
positif dan signifikan antara power otot tungkai dengan kecepatan lari sprint siswa
SMP Negeri 6 kota Lhokseumawe sebesar (rxy=0,93), power otot tungkai
memberikan kontribusi sebesar 86,49% terhadap kecepatan lari sprint. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variable power otot tungkai memberikan kontribusi sebesar
86,49% terhadap kecepatan lari sprint dan sisanya 13,51% dipengaruhi oleh factor-
faktor lain.65
Perbedaannya pada penelitian yang dilakukan Fachrizal diterapkan variabel
bebasnya adalah power otot tungkai, sedangkan pada penelitian ini diterapkan
variabel bebasnya adalah circuit training. Tempat penelitian yang dilakukan
Fachrizal di SMP Negeri 6 Kota Lhokseumawe, sedangkan pada penelitian ini
dilakukan di MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang. Populasi penelitian yang
dilakukan Fachrizal berjumlah 101 siswa, sedangkan pada penelitian ini berjumlah
66 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan Fachrizal
menggunakan tes power otot tungkai (vertical jump) dan tes kecepatan lari sprint 60
meter, sedangkan pada penelitian ini menggunakan lari sprint 100 meter dan
observasi. Hasil penelitian yang dilakukan Fachrizal menunjukkan bahwa variabel
power otot tungkai memberikan kontribusi sebesar 86,49% terhadap kecepatan lari
sprint dan sisanya 13,51% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, sedangkan hasil pada
penelitian ini dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh circuit training terhadap
lari sprint 100 meter pada siswa berdasarkan pada nilai rata-rata pretest dan posttest
65 Fachrizal, “Hubungan Power Otot Tungkai dengan Kecepatan Lari Sprint Siswa SMP
Negeri 6 Kota Lhokseumawe,” etd.unsyiah.ac.id, Diunduh tanggal 02 Juli 2018.
29
di kelas eksperimen, mengalami kenaikan sebesar 38,5% dan nilai rata-rata pretest
dan posttest di kelas kontrol, mengalami kenaikan sebesar 12%.
2. Hasil penelitian Dea Linia Romadhoni (2015)
Penelitian yang dilakukan oleh Dea Linia Romadhoni pada tahun 2015 yang
berjudul “Pengaruh Pemberian Circuit Training Terhadap Peningkatan VO2max
Pemain Futsal.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
circuit training terhadap peningkatan VO2max. metode penelitian ini menggunakan
quasi-experiment dengan desai penelitian pre and post test with control group
design. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang. Uji statistik menggunakan
Wilcoxon test dengan hasil didapat ada pengaruh pemberian circuit training
terhadap peningkatan VO2max pada pemain futsal dengan nilai p = 0,01 (<0,05).
Sedangkan untuk uji beda pengaruh didapatkan nilai p = 0,02 (<0,05). Dengan hasil
tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian circuit training terhadap
peningkatan VO2max.66
Perbedaannya pada penelitian yang dilakukan Dea Linia Romadhoni
diterapkan variabel terikatnya adalah VO2max Pemain Futsal, sedangkan pada
penelitian ini diterapkan variabel terikatnya adalah lari sprint 100 meter. Desain
penelitian yang digunakan Dea Linia Romadhoni adalah pre and post test with
control group design, sedangkan desain pada penelitian ini menggunakan
nonequivalent control group design. Uji statistik pada penelitian yang dilakukan
66 Dea Linia Romadhoni, “Pengaruh Pemberian Circuit Training Terhadap Peningkatan
VO2max Pemain Futsal,” 02 Nov 2015, eprints.ums.ac.id, Diunduh tanggal 02 Juli 2018.
30
Dea Linia Romadhoni menggunakan Wilcoxon test dengan nilai p = 0,01 (<0,05)
dan untuk uji beda pengaruh didapatkan nilai p = 0,02 (<0,05), sedangkan pada
penelitian ini menggunakan uji independent sampel t test atau uji t dua arah (2-
tailed) dengan nilai signifikan (2-tailed) 0,028 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Hasil penelitian yang dilakukan Dea Linia Romadhoni disimpulkan ada
pengaruh pemberian circuit training terhadap peningkatan VO2max, sedangkan
hasil pada penelitian ini dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh circuit training
terhadap lari sprint 100 meter pada siswa berdasarkan pada nilai rata-rata pretest
dan posttest di kelas eksperimen, mengalami kenaikan sebesar 38,5% dan nilai rata-
rata pretest dan posttest di kelas kontrol, mengalami kenaikan sebesar 12%.
D. Kerangka Berfikir
Pada olahraga atletik khususnya lari sprint jarak 100 meter, unsur-unsur
komponen kondisi fisik meliputi kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan,
kelentukan, dan daya ledak sangat dibutuhkan. Apabila semua unsur komponen
kondisi fisik disatukan akan membentuk keterampilan yang dapat meningkatkan
prestasi lari sprint. Keterampilan yang baik memerlukan latihan yang benar dan
tepat sasaran sesuai dengan unsur komponen kondisi fisik. Latihan sirkuit atau
circuit training merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan dalam latihan
karena didalamnya terdapat kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan,
kelentukan, dan daya ledak. Melalui circuit training dapat meningkatkan unsur
komponen kondisi fisik. Oleh sebab itu, peneliti tertarik menggunakan circuit
31
training untuk meningkatkan kelemahan yang terjadi pada unsur komponen kondisi
fisik.
Circuit training adalah salah satu program latihan fisik yang terdiri dari beberapa
pos dari berbagai item latihan yang harus dilakukan dalam waktu yang ditentukan.
Setelah selesai pada satu item latihan segera pindah pada item yang lain, demikian
seterusnya sampai seluruh item selesai dilakukan. Dalam setiap item latihan
mencakup komponen kondisi fisik meliputi: kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya
tahan, kelentukan, dan daya ledak. “Circuit training dapat dilakukan pada suatu
ruangan atau tempat dimana telah ditetapkan jumlah pos/stasion dengan latihan-
latihan yang berbeda.”67
Pelaksanaan program latihan fisik yang dilakukan melalui circuit training,
dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakuan yang terdiri dari 5 jenis latihan,
yaitu: latihan pergelangan kaki (ankling drill) dapat meningkatkan unsur kecepatan,
kekuatan dan memperbaiki pada tahap percepatan berlari, latihan naik turun bangku
(step up) dapat meningkatkan unsur kekuatan, daya tahan, daya ledak dan
memperbaiki pada tahap transisi, reaksi dan dorongan, latihan tendangan tumit
(heel kick-up drill) dapat meningkatkan unsur kecepatan, kelincahan dan
memperbaiki pada tahap finish, latihan angkat lutut tinggi dapat meningkatkan
kecepatan, daya ledak, daya tahan dan memperbaiki pada tahap kecepatan
maksimum, dan latihan jongkok berdiri (squat thrust) dapat meningkatkan unsur
kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, daya ledak dan
67 Engkos Kosasih, Olahraga, Teknik dan Program Latihan, 50.
32
memperbaiki pada tahap pemeliharaan kecepatan. Latihan sirkuit tersebut
merupakan jenis latihan yang sudah mencakup seluruh komponen kondisi fisik
terutama pada kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, dan daya
ledak.
Circuit training diharapkan dapat meningkatkan unsur komponen kondisi
fisik siswa terutama pada kecepatan, kelincahan, kekuatan, daya tahan, kelentukan,
dan daya ledak. Adapun alur kerangka pemikiran sebagai berikut:
Bagan Kerangka Berfikir
E. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, terdapat pengaruh positif
circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa.
Kondisi awalRendahnya hasil
prestasi lari sprint 100 meter pada siswa
Perlakuan
Bentuk latihan
Pos 1 ankling drill
Pos 2 step up
Pos 3 heel kick-up drill
pos 4 angkat lutut tinggi
Pos 5 squat thrust
Circuit Training
Kondisi akhirTerdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa (meningkat)
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah MIS Nurul Yaqiin yang
beralamat di Jl. Raden Fatah Gg. Masjid I/II, Kel. Sudimara Selatan, Kec. Ciledug,
Kota Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2018/2019.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
“Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.”68 Metode
penelitian eksperimen juga dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif,
sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena.69 Dengan
demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
68 Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta 2007), 207. 69 Syamsudin, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), 151.
34
dalam kondisi yang terkendalikan.70 Dengan kata lain, penelitian eksperimen
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh X terhadap Y.
Ada beberapa karakteristik yang fundamental dalam penelitian
eksperimen ini. Pertama, dalam pelaksanaan metode eksperimen, peneliti
melakukan perlakuan tertentu (treatment) kepada sekelompok orang yang
dijadikan subyek penelitian. Perlakuan inilah yang dieksperimenkan kemudian
dinamakan variabel bebas (independent variable). Kedua, peneliti
mengobservasi secara sistematik apa yang terjadi akibat perlakuan tersebut. Ini
yang kemudian dinamakan variabel terikat atau variabel tergantung (dependent
variable). Ketiga, selain terhadap treatment yang sengaja dilakukan, peneliti
juga dapat mempengaruhi hasil eksperimen.71
Model penelitian eksperimen yang digunakan peneliti adalah quasi
experiment. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.72
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
nonequivalent control group design. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrolnya tidak dipilih secara random dan desain ini hampir sama
dengan pretest-posttest control croup design. Penelitian dilakukan terhadap dua
kelompok yang homogen. Kelompok eksperimen dengan treatment menggunakan
circuit training dan kelompok kontrol tidak dengan treatmen. Rancangan penelitian
tersebut digambarkan sebagai berikut:
70 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2015), 107. 71 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), 88. 72 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), 77.
35
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
NR1 O1 X O2
NR2 O3 - O4
Keterangan:
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O4 : Pretest kelompok kontrol
O5 : Posttest kelompok kontrol
X : Treatment pada kelompok eksperimen menggunakan Circuit Training
NR1 : kelompok eksperimen tidak dipilih secara random
NR2 : kelompok kontrol tidak dipilih secara random
C. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.73 Pada penelitian ini populasi yang peniliti
ambil adalah seluruh siswa kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang berjumlah
66 siswa. Objeknya adalah kelas V A berjumlah 33 siswa dan kelas VB berjumlah
33 siswa.
73 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), 61.
36
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian.74 Variabel penelitian tentang pengaruh circuit
training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa. Variable pada penelitian ini
terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebasnya adalah circuit training, sedangkan variable terikatnya adalah lari sprint
100 meter pada siswa.
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam
kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.75 Adapun instrument penelitian yang digunakan peneliti pada
penelitian ini yaitu:
a. Tes
Tes merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta
memberikan penampilan maksimal.76 Suatu tes adalah alat atau instrument yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau objek.77 Tes yang
74 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, 61. 75 Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 101. 76 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 56. 77 Widiastuti, Tes dan Pengukuran Olahraga, (Jakarta: PT RajaGRafindo Persada, 2015),
1.
37
digunakan pada penelitian ini adalah tes lari sprint 100 meter. Tes ini digunakan
untuk mengetahui hasil ketercapaian lari sprint 100 meter.
b. Non tes
Non tes digunakan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa
pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Adapun non tes
yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi. “Observasi adalah suatu
proses pengamatan dan pencatatan secara sitematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena.”78 Observasi dilakukan saat pelaksanaan pemberian
perlakukan kelas eksperimen sedang berlangsung. Adapun instrument observasi
aktivitas perlakuan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Instrument Observasi Aktivitas Treatment
No. Aspek yang diamati Nilai
0 1 2 3 4
1 Keaktifan
2 Semangat
3 Daya saing
4 Ketahanan
5 Keseriusan
6 Kerja sama
7 Kesempurnaan gerakan
Keterangan:
0 = Sangat kurang melakukan aktivitas treatment
1 = Kurang melakukan aktivitas treatment
2 = Cukup melakukan aktivitas treatment
3 = Baik melakukan aktivitas treatment
78 zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 153
38
4 = Sangat baik melakukan aktivitas treatment
2. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
a. Tes
Tes yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan data adalah tes lari
sprint 100 meter. Tes lari sprint 100 meter diberikan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan pemberian tes yang sama, yaitu pretest dan posttest. Adapun
pelaksanaan tes lari sprint 100 meter dalam mengumpulkan data sebagai berikut:
1) Pelaksanaan tes lari sprint 100 meter:
a) Pada tahap persiapan siswa berdiri di belakang garis start,
b) Pada saat bunyi aba-aba “bersedia”, siswa melakukan sikap posisi jongkok
dengan meletakkan salah satu kaki di depan dan kaki yang lainnya di belakang,
kedua tangan terletak di tanah tepat di belakang garis start, keempat jari tangan
rapat dan ibu jari terbuka membentuk huruf V terbalik, pandangan ke bawah
dan konsentrasi pada aba-aba berikutnya,
c) Pada saat bunyi aba-aba “siap”, siswa mengangkat pinggul hingga lebih tinggi
dari bahu, pandangan tetap ke bawah dan konsentrasi pada aba-aba berikutnya,
d) Pada saat bunyi aba-aba “yak”, siswa berlari sekencang-kencangnya untuk
mencapai garis finish.
e) Hentikan stopwatch pada saat togok/toros siswa telah mencapai garis finish.
2) Alat tes yang digunakan:
39
a) Stopwatch
b) Meteran, digunakan untuk mengukur jarak lari sprint 100 meter
c) Tali raffia, digunakan untuk lintasan lari sprint 100 meter
d) Alat tulis
Tabel 3.3 Nilai Tes Lari Sprint 100 Meter
Untuk Usia 10 – 12 Tahun Pa/Pi
Putra Putri Nilai
00,00 – 16,00 detik 00,00 – 17,00 detik 100
16,01 – 17,30 detik 17,01 – 18,30 detik 95
17,31 – 19,00 detik 18,31 – 20,00 detik 90
19,01 – 22,30 detik 20,01 – 23,30 detik 85
22,31 – 26,00 detik 23,31 – 27,00 detik 80
26,01 – 31,30 detik 27,01 – 32,30 detik 75
31,31 – 37,00 detik 32,31 – 38,00 detik 70
37,01 – 44,30 detik 38,01 – 45,30 detik 65
44,31 – 52,00 detik 45,31 – 53,00 detik 60
52,01 – 01:00,00 detik 53,01 – 01:30,00 detik 55
01:01,00 – 01:30,00 detik 01:31,00 – 02:00,00 detik 50
01:31,00 – dst 02:01,00 – dst 45
Table 3.4 Norma Tes Lari Sprint 100 Meter
No. Nilai Keterangan
1. 100 Tuntas
2. 95 Tuntas
3. 90 Tuntas
4. 85 Tuntas
5. 80 Tuntas
6. 75 Tuntas
7. 70 Tidak tuntas
8. 65 Tidak tuntas
9. 60 Tidak tuntas
10. 55 Tidak tuntas
11. 50 Tidak tuntas
12. 45 Tidak tuntas
40
3) Jadwal Kegiatan
Tabel 3.5 Kegiatan Treatment dan Kontrol
No Hari/Tgl Materi Perlakuan
Treatment Kontrol
1. Kamis/23-08-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
1 set selama 15
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
2. Jumat/24-08-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
1 set selama 20
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
3. Sabtu/25-08-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
1 set selama 25
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
4. Kamis/30-08-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
1 set selama 30
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
5. Jumat/31-08-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
2 set selama 15
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
6. Sabtu/01-08-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
2 set selama 20
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
7. Kamis/06-09-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
2 set selama 25
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
8. Jumat/07-09-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
2 set selama 30
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
9. Sabtu/08-09-
2018
Atletik (lari
sprint 100
meter)
Circuit training
sebanyak 5 pos,
2 set selama 35
detik.
Tanpa
melakukan
circuit
training
41
b. Non tes
Non tes yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan data adalah
observasi. Pengisian lembar observasi dilakukan pada saat kelas eksperimen sedang
melaksanakan treatment. Lembar observasi aktivitas treatment diisi oleh peneliti
dengan memberikan nilai pada aspek yang diamati setiap kali pertemuan
berlangsung. Adapun lembar observasi aktivitas treatment sebagai berikut :
Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Treatment
Berilah skala nilai pada aspek yang diamati sesuai pengamatan anda!
No. Nama Siswa D.N.
Awal
D.N.
Akhir
Aspek yang
diamati Jumlah
Nilai
Total
Nilai
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai maksimal : 28
Nilai minimal : 0
Cara perhitungan =
Keterangan:
Total Nilai Keterangan
0 – 50 Sangat Kurang
51 – 59 Kurang
60 – 69 Cukup
70 – 79 Baik
80 – 100 Sangat Baik
42
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis dengan uji perbedaan rata-rata populasi menggunakan uji-t dengan taraf
signifikan α = 0,05 untuk menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji-t, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Terdapat dua jenis uji prasyarat yaitu uji
normalitas untuk mengetahui populasi berdistribusi normal atau tidak dan uji
homogenitas untuk mengetahui populasi memiliki varians yang homogen atau
tidak. Pengujian data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16,0.
SPSS (Statistical Product and Service) merupakan salah satu program
analisis data yang dapat digunakan untuk membantu melakukan pengolahan
perhitungan, dan analisis data secara statistik dari yang sedrhana hingga yang rumit
dan kompleks.79 Adapun dua jenis uji prasyarat yang digunakan peneliti sebelum
dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah
diperoleh dari kegiatan penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal
atau tidak. Pengujian normalitas dengan uji Kolomogrov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
menggunakan SPSS 16,0.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0 diterima.
79 Budi Susetiyo, Statistika Analisis Data untk Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama,
2010), 266.
43
H1: Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤ 0,05, H0 ditolak.80
Atau
Jika Sig. > 0,05, maka H0 diterima.
Jika Sig. ≤ 0,05, maka H0 ditolak.
2. Uji Homogenitas
Jika hasil uji normalitas menyatakan bahwa data populasi berdistribusi
normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan
untuk mengetahui data yang telah diperoleh dari kegiatan penelitian memiliki
varians yang homogen atau tidak. Dengan kata lain, uji ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kedua kelas memiliki hasil ketercapaian lari sprint yang sama
atau tidak. Uji homogenitas data dalam penelitian ini dengan menggunakan
bantuan program SPSS 16,0. Adapun cara penyajiannya menggunakan uji One Way
Anova dengan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
H0 : data dari kedua kelas memiliki varians yang homogen.
H1 : data dari kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika nilai Sig. > 0,05, maka H0 diterima.
Jika nilai Sig. < 0,05, maka H0 ditolak.
80 Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, Ed. 2, Cet Ke-1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 157
44
G. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji independent sampel t test atau uji t
dua arah (2-tailed) dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Pengujian
hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui terdapat pengaruh positif circuit training
terhadap lari sprint 100 meter pada siswa dibandingkan tanpa penerapan circuit
training dan perbedaan rata-rata hasil ketercapaian lari sprint 100 meter antara
kelompok eksperimen dan kontrol. Adapun hipotesis statistik sebagai berikut:
Ha: 1 ≠ 2
H0: 1 = 281
Keterangan sebagai berikut:
Ha : terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada
siswa.
H0 : tidak terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter
pada siswa.
1 : rata-rata hasil ketercapaian lari sprint 100 meter pada siswa kelas eksperimen.
2 : rata-rata hasil ketercapaian lari sprint 100 meter pada siswa kelas kontrol.
Kesimpulan pengujian sebagai berikut:
Jika Ha diterima, maka terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint
100 meter pada siswa.
81 Riduwan, Dasar-Dasar Statistik, (Bandung: Alfabeta, 2015), 215
45
Jika H0 ditolak, maka tidak terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari
sprint 100 meter pada siswa.
Atau
Jika Sig. (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Jika Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis menggunakan program SPSS 16,0 dimaksudkan
untuk mengetahui data yang diperoleh dapat dianalisis dengan statistik parametrik
atau tidak. Apabila memenuhi persyaratan, maka analisis statistik parametrik dapat
dilakukan. Jika tidak memenuhi persyaratan maka analisis data yang digunakan
adalah statistik non parametrik. Hasil uji persyaratan analisis yang meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas, sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pretest dan posttest dilakukan untuk menguji data hasil
pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-
smirnov dan shapiro-wilk. Hipotesisi yang akan diuji adalah:
H0: Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0 diterima.
H1: Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤ 0,05, H0 ditolak.82
Atau
Jika Sig. > 0,05, maka H0 diterima.
Jika Sig. ≤ 0,05, maka H0 ditolak.
82 Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, Ed. 2, Cet Ke-1, 157.
47
Hasil uji normalitas data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Eksperimen .132 33 .156 .947 33 .108
Kontrol .138 33 .115 .959 33 .245
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan bahwa pretest kelas eksperimen pada kolmogorov-smirnov
signifikansinya 0,156 dan shapiro-wilk signifikansinya 0,108, sedangkan pretest
kelas kontrol pada kolmogorov-smirnov signifikansinya 0,115 dan shapiro-wilk
signifikansinya 0,245. Hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal,
karena pretest kelas eksperimen pada kolmogorov-smirnov dan shapiro-wilk
signifikansinya > 0,05, sedangkan pretest kelas kontrol pada kolmogorov-smirnov
dan shapiro-wilk signifikansinya > 0,05, maka H0 diterima. Jadi dapat dinyatakan
bahwa hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Eksperimen .135 33 .136 .945 33 .098
Kontrol .132 33 .151 .947 33 .112
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan bahwa posttest kelas eksperimen pada kolmogorov-smirnov
signifikansinya 0,136 dan shapiro-wilk signifikansinya 0,098, sedangkan posttest
kelas kontrol pada kolmogorov-smirnov signifikansinya 0,151 dan shapiro-wilk
48
signifikansinya 0,112. Hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal,
karena posttest kelas eksperimen pada kolmogorov-smirnov dan shapiro-wilk
signifikansinya > 0,05, sedangkan pretest kelas kontrol pada kolmogorov-smirnov
dan shapiro-wilk signifikansinya > 0,05, maka H0 diterima. Jadi dapat dinyatakan
bahwa hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas pretest dan posttest dilakukan untuk menguji data hasil
pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang
homogen atau tidak. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji
one way anova. Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika nilai Sig. > 0,05, maka H0 diterima.
Jika nilai Sig. < 0,05, maka H0 ditolak.
Hasil uji homogenitas data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.217 1 64 .643
Berdasarkan tabel hasil uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan bahwa signifikansinya sebesar 0,643. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memilki
varians yang homogen karena pada kedua kelas signifikansinya 0,643 > 0,05, maka
H0 diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa hasil pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki varians yang homogen.
49
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.455 1 64 .232
Berdasarkan tabel hasil uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan bahwa signifikansinya sebesar 0,232. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol memilki
varians yang homogen, karena pada kedua kelas signifikansinya 0,232 > 0,05,
maka H0 diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa hasil posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki varians yang homogen.
B. Deskripsi Data
Adapun deskripsi data pretest dan posttest yang diperoleh kelas eksperimen
dan kelas kontrol, sebagai berikut:
1. Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil uji frekuensi data pretest kedua kelompok dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 4.5 Uji Frekuensi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Eksperimen Kontrol
N Valid 33 33
Missing 0 0
Mean 58.6364 68.0303
Median 60.0000 70.0000
Std. Deviation 8.68482 9.26514
Variance 75.426 85.843
Range 30.00 35.00
Minimum 45.00 50.00
Maximum 75.00 85.00
Sum 1935.00 2245.00
Tabel uji frekuensi data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas
menunjukan hasil pretest kedua kelas penelitian. Pretest kelas eksperimen
50
memperoleh nilai rata-rata 58,64, nilai tengah 60, nilai standar deviasi 8,685, nilai
varians 75,426, nilai rentang 30, nilai terendah 45, nilai tertinggi 75, dan nilai
jumlah 1935. Pretest kelas kontrol memperoleh nilai nilai rata-rata 68,03, nilai
tengah 70, nilai standar deviasi 9,265, nilai varians 85,843, nilai rentang 35, nilai
terendah 50, nilai tertinggi 85, dan nilai jumlah 2245. Distribusi frekuensi
perolehan nilai pretest kelas eksperimen dapat disajikan dalam tabel dan grafik
berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Frequency Percent
Valid 45 4 12.1
50 5 15.2
55 6 18.2
60 6 18.2
65 7 21.2
70 3 9.1
75 2 6.1
Total 33 100.0
Selain bentuk tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen,
digambarkan juga ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Eksperimen
51
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen dan
grafik histogram nilai pretest kelas eksperimen diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 45 terdapat 4 orang sebesar 12,1%, siswa yang memperoleh nilai
50 terdapat 5 orang sebesar 15,2%, siswa yang memperoleh nilai 55 terdapat 6
orang sebesar 18,2%, siswa yang memperoleh nilai 60 terdapat 5 orang sebesar
18,2%, siswa yang memperoleh nilai 65 terdapat 7 orang sebesar 21,2 %, siswa
yang memperoleh nilai 70 terdapat 3 orang sebesar 9,1%, dan siswa yang
memperoleh nilai 75 terdapat 2 orang sebesar 6,1%. Siswa yang memperoleh nilai
di bawah KKM sebanyak 31 orang sebesar 94% dan siswa yang memperoleh nilai
di atas KKM sebanyak 2 orang sebesar 6,1%. Distribusi frekuensi perolehan nilai
pretest kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
Frequency Percent
Valid 50 1 3.0
55 4 12.1
60 5 15.2
65 6 18.2
70 5 15.2
75 7 21.2
80 3 9.1
85 2 6.1
Total 33 100.0
Selain bentuk tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol,
digambarkan juga ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
52
Gambar 4.2 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol dan grafik
histogram nilai pretest kelas kontol diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
50 terdapat 1 orang sebesar 3%, siswa yang memperoleh nilai 55 terdapat 4 orang
sebesar 12,1%, siswa yang memperoleh nilai 60 terdapat 5 orang sebesar 15,2%,
siswa yang memperoleh nilai 65 terdapat 6 orang sebesar 18,2%, siswa yang
memperoleh nilai 70 terdapat 5 orang sebesar 15,2%, siswa yang memperoleh nilai
75 terdapat 7 orang sebesar 21,2%, siswa yang memperoleh nilai 80 terdapat 3
orang sebesar 9,1%, dan siswa yang memperoleh nilai 85 terdapat 2 orang sebesar
6,1%. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 21 orang sebesar
63,7% dan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 12 orang sebesar
36,4%.
2. Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil uji frekuensi data posttest kedua kelompok dapat dilihat dari tabel
berikut:
53
Tabel 4.8 Uji Frekuensi Data posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Eksperimen Kontrol
N Valid 33 33
Missing 0 0
Mean 81.2121 76.2121
Median 80.0000 75.0000
Std. Deviation 9.84491 8.19969
Variance 96.922 67.235
Range 35.00 30.00
Minimum 60.00 60.00
Maximum 95.00 90.00
Sum 2680.00 2515.00
Tabel uji frekuensi data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas
menunjukan hasil posttest kedua kelas penelitian. Posttest kelas eksperimen
memperoleh nilai rata-rata 81,21, nilai tengah 80, nilai standar deviasi 9,845, nilai
varians 96,922, nilai rentang 35, nilai terendah 60, nilai tertinggi 95, dan nilai
jumlah 2680. Posttest kelas kontrol memperoleh nilai nilai rata-rata 76,21, nilai
tengah 75, nilai standar deviasi 8,200, nilai varians 67,235, nilai rentang 30, nilai
terendah 60, nilai tertinggi 90, dan nilai jumlah 2515. Distribusi frekuensi
perolehan nilai posttest kelas eksperimen disajikan dalam tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Frequency Percent
Valid 60 1 3.0
65 2 6.1
70 4 12.1
75 5 15.2
80 5 15.2
85 6 18.2
90 5 15.2
95 5 15.2
Total 33 100.0
54
Selain bentuk tabel distribusi frekuensi nilai posttest kelas Eksperimen,
digambarkan juga ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen dan
grafik histogram nilai posttest kelas eksperimen diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 60 terdapat 1 orang sebesar 3%, siswa yang memperoleh nilai 65
terdapat 2 orang sebesar 6,1%, siswa yang memperoleh nilai 70 terdapat 4 orang
sebesar 12,1%, siswa yang memperoleh nilai 75 terdapat 5 orang sebesar 15,2%,
siswa yang memperoleh nilai 80 terdapat 5 orang sebesar 15,2%, siswa yang
memperoleh nilai 85 terdapat 6 orang 18,2%, siswa yang memperoleh nilai 90
terdapat 5 orang 15,2%, dan siswa yang memperoleh nilai 95 terdapat 5 orang
15,2%. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 7 orang sebesar
21,2% dan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 26 orang sebesar
79%. Distribusi frekuensi perolehan nilai posttest kelas kontrol dapat disajikan
dalam tabel dan grafik berikut:
55
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol
Frequency Percent
Valid 60 2 6.1
65 3 9.1
70 6 18.2
75 7 21.2
80 6 18.2
85 7 21.2
90 2 6.1
Total 33 100.0
Selain bentuk tabel distribusi frekuensi nilai posttest kelas Eksperimen,
digambarkan juga ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.4 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol dan grafik
histogram nilai posttest kelas kontrol diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
60 terdapat 2 orang sebesar 6,1%, siswa yang memperoleh nilai 65 terdapat 3 orang
sebesar 9,1%, siswa yang memperoleh nilai 70 terdapat 6 orang sebesar 18,2%,
siswa yang memperoleh nilai 75 terdapat 7 orang 21,2%, siswa yang memperoleh
nilai 80 terdapat 6 orang sebesar 18,2%, siswa yang memperoleh nilai 85 terdapat 7
orang sebesar 21,2%, dan siswa yang memperoleh nilai 90 terdapat 2 orang sebesar
6,1%. Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 11 orang sebesar
56
33,4% dan siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 22 orang sebesar
66,7%.
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t test
atau uji t dengan bantuan program SPSS 16. Uji hipotesis ini dilakukan untuk
mengetahui terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada
siswa dibandingkan tanpa circuit training dan perbedaan rata-rata hasil posttest lari sprint
100 meter antara kelompok eksperimen dan kontrol. Kriteria pengujian hipotesis yang
digunakan sebagai berikut:
Jika Sig. (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Jika Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Hasil uji hipotesis posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11 Uji Hipotesis
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Posttest Equal variances assumed
1.455 .232 2.242 64 .028 5.00000 2.23035 .54436 9.45564
Equal variances not assumed
2.242 61.973 .029 5.00000 2.23035 .54156 9.45844
57
Berdasarkan tabel uji hipotesis, data hasil posttest equal variances assumed
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa signifikan (2-tailed)
sebesar 0,028. Hasil posttest equal variances assumed pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukkan signifikan (2-tailed) 0,028 < 0,05, maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Jadi dapat dinyatakan terdapat pengaruh postif circuit training
terhadap lari sprint 100 meter pada siswa.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang. Peneliti
mengambil populasi penelitian yaitu seluruh kelas V yang berjumlah 66 orang
terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VA berjumlah 33 siswa dan kelas VB berjumlah
33 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh circuit training
terhadap lari sprint 100 meter pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota
Tangerang.
Peneliti memberikan pretest pada dua kelas, yaitu kelas VA dan VB berupa
tes lari sprint 100 meter. Pengambilan data pretest dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 18 Agustus 2018. Hasil pretest tersebut kemudian dihitung oleh peneliti
melalui bantuan program SPSS 16. Kelas VA memperoleh nilai rata-rata 58,64,
nilai tengah 60, nilai standar deviasi 8,685, nilai varians 75,426, nilai rentang 30,
nilai terendah 45, nilai tertinggi 75, dan nilai jumlah 1935. Kelas VB memperoleh
nilai nilai rata-rata 68,03, nilai tengah 70, nilai standar deviasi 9,265, nilai varians
85,843, nilai rentang 35, nilai terendah 50, nilai tertinggi 85, dan nilai jumlah 2245.
58
Setelah diketahui hasil pretest pada kelas VA dan Kelas VB, selanjutkan dilakukan
uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dan uji himogenitas. Uji
normalitas dan uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS 16,0.
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-
smirnov dan shapiro wilk. Kriteria uji normalitas yang digunakan yaitu diperoleh
data kedua kelas yang berdistribusi normal jika probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0
diterima dan distribusi tidak normal, jika probabilitas (Sig.) ≤ 0,05, H0 ditolak. Uji
normalitas kelas VA pada kolmogorov-smirnov signifikansinya 0,156 dan shapiro-
wilk signifikansinya 0,108, sedangkan pretest kelas VB pada kolmogorov-smirnov
signifikansinya 0,115 dan shapiro-wilk signifikansinya 0,245. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, karena pretest kelas VA pada
kolmogorov-smirnov dan shapiro-wilk signifikansinya > 0,05, sedangkan pretest
kelas VB pada kolmogorov-smirnov dan shapiro-wilk signifikansinya > 0,05, maka
H0 diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa hasil pretest kelas VA dan kelas VB
berdistribusi normal. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji
one way anova. Kriteria yang digunakan yaitu diperoleh data kedua kelas memiliki
varians yang homogen jika nilai Sig. > 0,05, maka H0 diterima dan tidak homogen
jika nilai Sig. < 0,05, maka H0 ditolak. Uji homogenitas pada kelas VA dan kelas
VB mendapatkan nilai signifikansinya sebesar 0,643 > 0,05, maka H0 diterima.
Uji normalitas dan uji homogenitas data pretest kedua kelas dinyatakan
normal dan homogen. Karena data pretest dinyatakan normal dan homogen, maka
59
peneliti dapat menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest kelas VB lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai rata-rata pretest kelas VA. Untuk memilih kelas eksperimen dan kelas
kontrol, maka peneliti menentukan bahwa kelas VA sebagai kelas eksperimen,
sedangkan kelas VB sebagai kelas kontrol.
Kelas eksperimen merupakan kelas yang melaksanakan treatment berupa
circuit training, sedangkan kelas kontrol merupakan kelas yang tidak
melaksanakan treatment. Circuit training dalam penelitian ini terdapat 5 pos, antara
lain: pos 1 latihan pergelangan kaki (ankling drill), pos 2 latihan naik turun bangku
(step up), pos 3 latihan tendangan tumit (heel kick-up drill), pos 4 latihan angkat
lutut tinggi, dan pos 5 latihan jongkok berdiri (squat thrust). Siswa dibentuk
kedalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdapat 5-7 siswa. Masing-masing
kelompok melakukan circuit training sebanyak 5 pos, tiap-tiap pos circuit training
dilakukan selama 15 detik. Treatment dilaksanakan 3 kali seminggu selama 9 kali
pertemuan yang dilaksanakan setiap hari kamis, jumat dan sabtu. Setelah kelompok
eksperimen diberikan treatment, pertemuan berikutnya pada hari senin tanggal 10
September 2018 peneliti melaksanakan posttest. Peneliti memberikan posttest pada
dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa tes lari sprint 100
meter. Hasil posttest tersebut kemudian dihitung oleh peneliti menggunakan
bantuan program SPSS 16. Posttest kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata
81,21, nilai tengah 80, nilai standar deviasi 9,845, nilai varians 96,922, nilai
rentang 35, nilai terendah 60, nilai tertinggi 95, dan nilai jumlah 2680. Posttest
60
kelas kontrol memperoleh nilai nilai rata-rata 76,21, nilai tengah 75, nilai standar
deviasi 8,200, nilai varians 67,235, nilai rentang 30, nilai terendah 60, nilai
tertinggi 90, dan nilai jumlah 2515. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai
rata-rata hasil tes lari sprint 100 meter kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai rata-rata kelas kontrol. Setelah diketahui hasil posttest pada kelas
eksperimen dan Kelas kontrol, selanjutkan dilakukan uji persyaratan analisis yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji homogenitas
dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16,0.
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-
smirnov dan shapiro wilk. Kriteria uji normalitas yang digunakan yaitu diperoleh
data kedua kelas yang berdistribusi normal jika probabilitas (Sig.) > 0,05, maka H0
diterima dan distribusi tidak normal, jika probabilitas (Sig.) ≤ 0,05, H0 ditolak. Uji
normalitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
posttest kelas eksperimen pada kolmogorov-smirnov signifikansinya 0,136 dan
shapiro-wilk signifikansinya 0,098, sedangkan posttest kelas kontrol pada
kolmogorov-smirnov signifikansinya 0,151 dan shapiro-wilk signifikansinya 0,112.
Hal tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, karena posttest kelas
eksperimen pada kolmogorov-smirnov dan shapiro-wilk signifikansinya > 0,05,
sedangkan pretest kelas kontrol pada kolmogorov-smirnov dan shapiro-wilk
signifikansinya > 0,05, maka H0 diterima. Jadi dapat dinyatakan bahwa hasil
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas
data dalam penelitian ini menggunakan uji one way anova. Kriteria yang digunakan
61
yaitu diperoleh data kedua kelas memiliki varians yang homogen jika nilai Sig. >
0,05, maka H0 diterima dan tidak homogen jika nilai Sig. < 0,05, maka H0 ditolak.
Uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapatkan nilai
signifikansinya sebesar 0,232 > 0,05, maka H0 diterima.
Uji normalitas dan uji homogenitas data pretest kedua kelompok dinyatakan
normal dan homogen. Karena data dinyatakan normal dan homogen, selanjutnya
peneliti melakukan uji hipotesis dengan teknik analisis independent sampel t test
atau uji t dua arah (2-tailed) dengan bantuan program SPSS 16,0.
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui terdapat pengaruh positif
circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa dibandingkan tanpa
penerapan circuit training. Kriteria uji hipotesis yang digunakan yaitu tidak ada
pengaruh circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa jika Sig. (2-
tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, sedangkan terdapat pengaruh
positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa jika Sig. (2-tailed)
< 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan pengujian hipotesis, maka
data hasil posttest equal variances assumed pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol diketahui bahwa nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,028. Hasil posttest
equal variances assumed pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
signifikansi (2-tailed) 0,028 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga
dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif circuit training terhadap lari
sprint 100 meter pada siswa kelas V MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang.
62
Data yang telah diinterpretasikan di atas menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan dan kenaikan pada hasil pretest dan posttest di kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Diketahui bahwa nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar
58,64 dan posttest kelas eksperimen sebesar 81,21, mengalami kenaikan sebesar
38,5%. Sedangkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 68,03 dan posttest
kelas kontrol sebesar 76,21, mengalami kenaikan sebesar 12%. Kelas eksperimen
mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, hal tersebut
didasarkan pada lembar observasi aktivitas treatment (terlampir).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa kelas V
MIS Nurul Yaqiin Kota Tangerang. Hal ini diketahui pada nilai rata-rata pretest
kelas eksperimen sebesar 58,64 dan posttest kelas eksperimen sebesar 81,21,
mengalami kenaikan sebesar 38,5%. Sedangkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol
sebesar 68,03 dan posttest kelas kontrol sebesar 76,21, mengalami kenaikan
sebesar 12%. Jadi dapat dinyatakan bahwa nilai rata-rata pretest dan posttest kelas
eksperimen mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pretest
dan posttest kelas kontrol.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian ini yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
circuit traianing terhadap lari sprint 100 meter pada siswa kelas V MIS Nurul
Yaqiin Kota Tangerang. Karena pada uji hipotesis independent sample t test
atau uji t dua arah (2-tailed), bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
positif circuit training terhadap lari sprint 100 meter pada siswa. Diketahui
nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,028 < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Berdasarkan hasil penelitian, nilai rata-rata pretest dan posttest di kelas
eksperimen, mengalami kenaikan sebesar 38,5%, sedangkan nilai rata-rata
pretest dan posttest di kelas kontrol, mengalami kenaikan sebesar 12%. Karena
pada hasil nilai rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 58,64 dan posttest
kelas eksperimen sebesar 81,21, sedangkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol
sebesar 68,03 dan posttest kelas kontrol sebesar 76,21.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil dari penelitian ini, ada beberapa saran yang
dapat ditindaklanjuti bagi pemegang kebijakan, sebagai berikut:
64
1. Kepada Kementerian Agama Kota Tangerang, sebaiknya memberikan berbagai
macam pelatihan atau seminar lainnya kepada tenaga pendidik akan
pentingnya penerapan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan,
sehingga dapat menciptakan tenaga pendidikan yang berkualitas.
2. Kepada Kepala Madrasah Ibtidaiyah, hendaknya meningkatkan mutu
pendidikan di Madrasah dan memfasilitasi sarana prasarana untuk mendukung
model circuit training dan mendorong guru PJOK untuk menerapkan
pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.
3. Kepada para Guru hendaknya model pembelajaran circuit training, sebagai
salah satu alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran PJOK materi lari
sprint
65
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Wunendra, Kharisma Jati, dan Joe Manuk, eds. Atletik. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2008.
Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Arifin, Zainul Djedje, M.P. Sianipar, Herry Nugraha, Diding Rochandi, dan Tjik
Ayu Mursyid eds. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Cet ke-2. Jakarta:
PT Aries Lima, 1995.
Arikunto, Suharismi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.
, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Fachrizal, “Hubungan Power Otot Tungkai dengan Kecepatan Lari Sprint Siswa
SMP Negeri 6 Kota Lhokseumawe”, Diunduh di etd.unsyiah.ac.id, Tanggal
02 Juli 2018
Harsono, Kepelatihan Olahraga Teori dan Metodologi, Cet ke-1, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015.
, Latihan Kondisi Fisik, Bandung: Senerai Pustaka, 2001.
, Periodisasi Program Pelatihan, Cet ke-1, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015.
Indik, Endang Sunarya, Bastinus N. Matjan, Aming Supriyatna, Sumardiyanto,
Badruzaman, dan Supardi, et al. Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.
Irianto, Pekik Djoko. Bugar dan Sehat. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, Ed. 2, Cet Ke-1, Jakarta: Rajawali Pers,
2015.
Komari, Amat, Traditional Circuit Training and Student’s Physical Fitnes, Jendela
Bulu Tangkis, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta,
2008.
Kosasih, Engkos, Olahraga, Teknik dan Program Latihan, Jakarta: CV.
Akademika Pressindo, 1985.
66
McMane, Fred, Dasar-dasar Atletik, Bandung: Angkasa, 1985.
Nenggala, Kurnia Asep. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Grafindo
Media Pratama.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010.
Riduwan, Dasar-Dasar Statistik, Bandung: Alfabeta, 2015.
Roji, Pendidikan Jasmani 1, Cet ke-2, PT Intan Pariwara, 1989.
Romadhoni, Linia Dea. “Pengaruh Pemberian Circuit Training Terhadap
Peningkatan VO2max Pemain Futsal,” 02 Nov 2015. Diunduh di
eprints.ums.ac.id. Tanggal 02 Juli 2018
S.R., Slamet. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Cet ke-1. PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 1994.
Sajoto, Mochamad, Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Semarang: IKIP
Semarang, 1988.
, Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga,
Semarang: Dahara Prize, 1995.
Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013.
Sidik, Zafar Dikdik. Mengajar dan Melatih Atletik. Cet ke-1. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
SK. Mendikbud Nomor 0413/U/1987, Diakses dari staffnew.uny.ac.id, Tanggal 02
Juli 2018
Sugiyono, Trisyono, Bambang Sugeng, Eddy Suprayitno, Maman Wastawan
Santika, Yohanes Suwarno, dan Slamet Supardiyono, et al. Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan. Cet ke-1. Jakarta: Penerbit Yudhistira, 1995.
, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2011.
, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2015.
, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2011.
67
Sukadiyanto, dan Dangsina Muluk. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik.
Bandung: CV. Lubuk Agung, 2011.
Sukirno, Dasar-dasar Atletik dan Latihan Fisik Menuju Prestasi Tinggi (Panduan
Praktis Untuk Pelatih Pembina Khususnya Cabang Olahraga Atletik),
Palembang: Unsri Press, 2017.
Susetiyo, Budi, Statistika Analisis Data untk Penelitian, Bandung: PT Refika
Aditama, 2010.
Syamsudin, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Wiarto, Giri, ATLETIK, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Widiastuti, Tes dan Pengukuran Olahraga, Jakarta: PT RajaGRafindo Persada,
2015.
Yudiana, Yuyun, Herman Surbajah, dan Tite Juliantine, eds. Dasar-dasar
Kepelatihan. Cet ke-2. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
LAMPIRAN
Lampiran 7
Hasil Uji Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistics
Eksperimen Kontrol
N Valid 33 33
Missing 0 0
Mean 58.6364 68.0303
Median 60.0000 70.0000
Std. Deviation 8.68482 9.26514
Variance 75.426 85.843
Range 30.00 35.00
Minimum 45.00 50.00
Maximum 75.00 85.00
Sum 1935.00 2245.00
Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 45 4 12.1 12.1 12.1
50 5 15.2 15.2 27.3
55 6 18.2 18.2 45.5
60 6 18.2 18.2 63.6
65 7 21.2 21.2 84.8
70 3 9.1 9.1 93.9
75 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0
Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 50 1 3.0 3.0 3.0
55 4 12.1 12.1 15.2
60 5 15.2 15.2 30.3
65 6 18.2 18.2 48.5
70 5 15.2 15.2 63.6
75 7 21.2 21.2 84.8
80 3 9.1 9.1 93.9
85 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0
Lampiran 8
Hasil Uji Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistics
Eksperimen Kontrol
N Valid 33 33
Missing 0 0
Mean 81.2121 76.2121
Median 80.0000 75.0000
Std. Deviation 9.84491 8.19969
Variance 96.922 67.235
Range 35.00 30.00
Minimum 60.00 60.00
Maximum 95.00 90.00
Sum 2680.00 2515.00
Eksperimen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60 1 3.0 3.0 3.0
65 2 6.1 6.1 9.1
70 4 12.1 12.1 21.2
75 5 15.2 15.2 36.4
80 5 15.2 15.2 51.5
85 6 18.2 18.2 69.7
90 5 15.2 15.2 84.8
95 5 15.2 15.2 100.0
Total 33 100.0 100.0
Kontrol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60 2 6.1 6.1 6.1
65 3 9.1 9.1 15.2
70 6 18.2 18.2 33.3
75 7 21.2 21.2 54.5
80 6 18.2 18.2 72.7
85 7 21.2 21.2 93.9
90 2 6.1 6.1 100.0
Total 33 100.0 100.0
Lampiran 9
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Eksperimen 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Kontrol 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Eksperimen Mean 58.6364 1.51183
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 55.5569
Upper Bound 61.7159
5% Trimmed Mean 58.4848
Median 60.0000
Variance 75.426
Std. Deviation 8.68482
Minimum 45.00
Maximum 75.00
Range 30.00
Interquartile Range 15.00
Skewness .068 .409
Kurtosis -.837 .798
Kontrol Mean 68.0303 1.61285
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 64.7450
Upper Bound 71.3156
5% Trimmed Mean 67.9798
Median 70.0000
Variance 85.843
Std. Deviation 9.26514
Minimum 50.00
Maximum 85.00
Range 35.00
Interquartile Range 15.00
Skewness -.006 .409
Kurtosis -.815 .798
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Eksperimen .132 33 .156 .947 33 .108
Kontrol .138 33 .115 .959 33 .245
a. Lilliefors Significance Correction
Eksperimen
Eksperimen Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
.00 4 .
4.00 4 . 5555
5.00 5 . 00000
6.00 5 . 555555
6.00 6 . 000000
7.00 6 . 5555555
3.00 7 . 000
2.00 7 . 55
Stem width: 10.00
Each leaf: 1 case(s)
Kontrol
Kontrol Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1.00 5 . 0
4.00 5 . 5555
5.00 6 . 00000
6.00 6 . 555555
5.00 7 . 00000
7.00 7 . 5555555
3.00 8 . 000
2.00 8 . 55
Stem width: 10.00
Each leaf: 1 case(s)
Lampiran 10
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Eksperimen 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Kontrol 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Eksperimen Mean 81.2121 1.71378
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 77.7213
Upper Bound 84.7030
5% Trimmed Mean 81.5152
Median 80.0000
Variance 96.922
Std. Deviation 9.84491
Minimum 60.00
Maximum 95.00
Range 35.00
Interquartile Range 15.00
Skewness -.282 .409
Kurtosis -.803 .798
Kontrol Mean 76.2121 1.42738
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 73.3046
Upper Bound 79.1196
5% Trimmed Mean 76.3468
Median 75.0000
Variance 67.235
Std. Deviation 8.19969
Minimum 60.00
Maximum 90.00
Range 30.00
Interquartile Range 15.00
Skewness -.234 .409
Kurtosis -.720 .798
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Eksperimen .135 33 .136 .945 33 .098
Kontrol .132 33 .151 .947 33 .112
a. Lilliefors Significance Correction
Eksperimen
Eksperimen Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
1.00 6 . 0
2.00 6 . 55
4.00 7 . 0000
5.00 7 . 55555
5.00 8 . 00000
6.00 8 . 555555
5.00 9 . 00000
5.00 9 . 55555
Stem width: 10.00
Each leaf: 1 case(s)
Kontrol
Kontrol Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
2.00 6 . 00
3.00 6 . 555
6.00 7 . 000000
7.00 7 . 5555555
6.00 8 . 000000
7.00 8 . 5555555
2.00 9 . 00
Stem width: 10.00
Each leaf: 1 case(s)
Lampiran 11
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.217 1 64 .643
ANOVA
Pretest
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1456.061 1 1456.061 18.058 .000
Within Groups 5160.606 64 80.634
Total 6616.667 65
Lampiran 12
Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Posttest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.455 1 64 .232
ANOVA
Pretest
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 412.500 1 412.500 5.026 .028
Within Groups 5253.030 64 82.079
Total 5665.530 65
Lampiran 13
Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Eksperimen 33 81.2121 9.84491 1.71378
Kontrol 33 76.2121 8.19969 1.42738
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Posttest Equal variances assumed
1.455 .232 2.242 64 .028 5.00000 2.23035 .54436 9.45564
Equal variances not assumed
2.242 61.973 .029 5.00000 2.23035 .54156 9.45844
Lampiran 14
Dokumentasi
Tes Lari Sprint 100 Meter Tes Lari Sprint 100 Meter
Tes Lari Sprint 100 Meter Tes Lari Sprint 100 Meter
Tes Lari Sprint 100 Meter Tes Lari Sprint 100 Meter
Circuit Training Circuit Training
Circuit Training Circuit Training
Circuit Training