Abi Salwa Skripsi Cuy

60
Abi Salwa Skripsi cuy……… penyakit dalam tubuh Home PostsRSS CommentsRSS Edit Senin, 04 Januari 2010 patofiisiologi penyakit kusta Kuman kusta masuk ke tubuh lalu tinggal ditempat predileksinya yaitu sel schwan pada syaraf tepi dan daerah yang relatif dingin yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit, setelah itu pindah ke sel lain. Perkembangan penyakit kusta tergantung pada kerentanan seseorang. Setelah masa tunas terlampui tergantung pada derajat system imunitas pasien, kalau system imunitas tinggi, penyakit berkembang kearah Lepromatosa oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik Teori Lawrence Green (perilaku)

Transcript of Abi Salwa Skripsi Cuy

Page 1: Abi Salwa Skripsi Cuy

Abi Salwa Skripsi cuy………

penyakit dalam tubuh Home PostsRSS CommentsRSS Edit

Senin, 04 Januari 2010

patofiisiologi penyakit kusta

Kuman kusta masuk ke tubuh lalu tinggal ditempat predileksinya yaitu sel schwan pada syaraf

tepi dan daerah yang relatif dingin yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit, setelah itu

pindah ke sel lain. Perkembangan penyakit kusta tergantung pada kerentanan seseorang. Setelah

masa tunas terlampui tergantung pada derajat system imunitas pasien, kalau system imunitas tinggi,

penyakit berkembang kearah Lepromatosa oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai

penyakit imunologik

Teori Lawrence Green (perilaku)

Posting Oleh: Adnan Agnesa

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Teori Lawrence Green

Page 2: Abi Salwa Skripsi Cuy

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

1. Faktro-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktro-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

3. Faktro-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan erilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

B=f (PF, EF, RF )

Keterangan :

B = Behavior

PF = Predisposing Factors

EF = Enabling Factors

RF = Reinforcing Factors

F = Fungsi

Disimpulkan bahwa perilaku sesorang atau masyrakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di psoyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).

Daftar Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Page 3: Abi Salwa Skripsi Cuy

Peran dan Fungsi Perawat Komunitas

`BAB IPENDAHULUAN

1.     LATAR BELAKANG                  Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.Perawat komunitas bekerja di berbagai bidang, memberikan perawatan kesehatan primer sepanjang umur. Mereka menyediakan keperawatan yang komprehensif di berbagai kebutuhan kesehatan untuk klien di mana saja di masyarakat dari pusat-pusat kesehatan masyarakat, klinik kesehatan primer, unit kesehatan masyarakat, sekolah dan universitas, dewan lokal dan rumah klien. Perawat komunitas memberikan perawatan kesehatan untuk mereka yang memerlukan intervensi kesehatan dan juga mempertimbangkan kondisi sosial yang mempengaruhi status kesehatan. Setiap orang atau wali dapat mengakses perawat komunitas. Banyak Rumah sakit dan dokter merujuk ke komunitas perawat dan klien menanyakan langsung bantuan.                  Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik.

1.1  RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan-rumusan masalah sebagai berikut :1.      Apakah yang dimaksud dengan Peran perawat ?2.      Apa saja elemen-elemen peran dan fungsi perawat komunitas ?3.      Bagaimana peran perawat dalam kesehatan masyarakat ?4.      Apa saja fungsi perawat komunitas ?1.2  TUJUANMakalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca :1.      Mengetahui dan memahami pengertian peran dan fungsi perawat komunitas.2.      Mengetahui dan memahami elemen peran dan fungsi perawat komunitas.3.      Mengetahui dan memahami peran perawat kesehatan masyarakat.4.      Mengetahui dan memahami fungsi perawat komunitas.

BAB IIPEMBAHASAN

2.     PENGERTIAN PERAN PERAWATPerawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002).

Page 4: Abi Salwa Skripsi Cuy

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh sesorang terhadap orang lain, dalam hal ini peran perawat untuk memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan kepada klien, sebagai pendidik tenaga perawat dan masyarakat, koordinator dalam pelayanan         Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.         Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana segala  aktifitas  yang di lakukan  berguna  untuk  pemulihan  Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di  miliki,  aktifitas  ini  di  lakukan  dengan  berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.Peran peraat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam pratik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah untuk kejelasan.3.     ELEMEN-ELEMEN PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITASElemen Peran :Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional (ELEMENT ROOL) antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.3.1 Client Advocate (Pembela Klien)Tugas perawat :

1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).Ø  Hak-Hak Klien (Dysparty,1998) antara lain :1.      Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya2.      Hak atas informasi tentang penyakitnya3.      Hak atas privacy4.      Hak untuk menentukan nasibnya sendiri5.      Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.Ø  Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :1.      Hak atas informasi yang benar2.      Hak untuk bekerja sesuai standart

Page 5: Abi Salwa Skripsi Cuy

3.      Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien4.      Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok5.      Hak atas rahasia pribadi6.      Hak atas balas jasa3.2 ConselorKonseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.Peran perawat :

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk

meningkatkan kemampuan adaptasinya.3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga

dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

3.3 Educator :Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.1.      Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada saat berinteraksi maupun formal.2.      Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan .3.      Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.3.4 CollaboratorPeran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya dalam kaitannya membantu mempercepat penyembuhan klien.3.5 CoocrdinatorPeran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :1.      Merencanakan2.      Mengorganisasikan3.      Mengarahkan4.      Mengontrol3.6 Change AgentPembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla membuat perubahan pada dirinya atau pada system (Kemp,1986). Mengidentifikasi masalah, mengkaji motifasi pasien dan membantu klien tuk berubah, menunjukan alternated, menggali kemungkinan

Page 6: Abi Salwa Skripsi Cuy

hasilk dari alternative, mengkaji sumber daya menunjukan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney)4.  PERAN PERAWAT MENURUT KONSORSIUM ILMU KESEHATAN TAHUN  19891.      Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.2.      Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien3.      Peran Sebagai Edukator4.      Peran Sebagai Koordinator5.      Peran Sebagai Kolaborator6.      Peran Sebagai Konsultan7.      Peran Sebagai Pembeharu5.  PERAN PERAWAT HASIL LOKAKARYA KEPERAWATAN TAHUN 1986Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya :1.       peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,2.       peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan,3.       peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta4.       peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.6.  PERAN PERAWAT KESAHATAN MASYARAKAT1.      Pelaksana pelayanan keperawatan2.      Pendidik3.      Koordinator pelayanan kesehatan4.      Innovator/pembaharu5.      Organisator yankes6.      Role Model/panutan7.      Fasilitator8.      Pengelola/Manajer7.  FUNGSI PERAWAT KOMUNITASMerupakan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya, dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain :7.1  Fungsi IndependenMerupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.7.2  Fungsi DependenMerupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.7.3 Fungsi InterdependenFungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan

Page 7: Abi Salwa Skripsi Cuy

tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.

BAB IIIPENUTUP

13. KESIMPULAN Dari pengertian Posyandu diatas yang menurut dari para ahli dapat disimpulkan bahwa Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.Peran peraat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam pratik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah untuk kejelasan. Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.Perawat komunitas bekerja di berbagai bidang, memberikan perawatan kesehatan primer sepanjang umur. Mereka menyediakan keperawatan yang komprehensif di berbagai kebutuhan kesehatan untuk klien di mana saja di masyarakat dari pusat-pusat kesehatan masyarakat, klinik kesehatan primer, unit kesehatan masyarakat, sekolah dan universitas, dewan lokal dan rumah klien. Perawat komunitas memberikan perawatan kesehatan untuk mereka yang memerlukan intervensi kesehatan dan juga mempertimbangkan kondisi sosial yang mempengaruhi status kesehatan. Setiap orang atau wali dapat mengakses perawat komunitas. Banyak Rumah sakit dan dokter merujuk ke komunitas perawat dan klien menanyakan langsung bantuan.13. SARANKeperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut yaitu : Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanana kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Sehingga peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk pelayanan kesehatan, demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas kesehatan yang lebih baik.Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat komunitas, dan dapat memberikan kritik dan saran nya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKASukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, JakartaMubarak Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta, 2009.Iqbal Mubarak,Wahit(2005), Pengantar Keperawatan Komunitas,Penerbit Sagung Seto.Anderson, Elzabeth T. 2007. Buku Ajar Keperawatan: Teori dan Praktik. Alih Bahasa, Agus Sutarna, Suharyati Samba, Novayantie. Jakarta: EGCEfendi, Ferry dan Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika .

Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas I: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Page 8: Abi Salwa Skripsi Cuy

Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.

Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.

Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath yang digambarkan dan sering disamakan dengan kusta.

Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa kanak-kanak.

Tanda-tanda seseorang menderita penyakit kusta antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, ada bagian tubuh tidak berkeringat, rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka, dan mati rasa karena kerusakan syaraf tepi. Gejalanya memang tidak selalu tampak. Justru sebaiknya waspada jika ada anggota keluarga yang menderita luka tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga bila luka ditekan dengan jari tidak terasa sakit.

Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.

Kusta tipe Pausi Bacillary atau disebut juga kusta kering adalah bilamana ada bercak keputihan seperti panu dan mati rasa atau kurang merasa, permukaan bercak kering dan kasar serta tidak berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, bercak pada kulit antara 1-5 tempat. Ada kerusakan saraf tepi pada satu tempat, hasil pemeriksaan bakteriologis negatif (-), Tipe kusta ini tidak menular.

Sedangkan Kusta tipe Multi Bacillary atau disebut juga kusta basah adalah bilamana bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak pada kulit lebih dari 5 tempat, kerusakan banyak saraf tepi dan hasil pemeriksaan bakteriologi positif (+). Tipe seperti ini sangat mudah menular.

Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut yaitu:

Page 9: Abi Salwa Skripsi Cuy

* Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia.* Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.* Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta peroneus.* Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.* Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit.* Alis rambut rontok.* Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).

Gejala-gejala umum pada kusta / lepra, reaksi :

* Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.* Noreksia.* Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.* Cephalgia.* Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.* Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.* Neuritis.

Penyebab Penyakit Kusta

Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprae. Dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium, berukuran panjang 1 – 8 micro, lebar 0,2 – 0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organisme patogen (misalnya Mycrobacterium tuberculosis, Mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. Mycobacterium leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.

Kuman Mycobacterium Leprae menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui pernapasan, kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata dua hingga lima tahun. Setelah lima tahun, tanda-tanda seseorang menderita penyakit kusta mulai muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Cara Penularan

Meskipun cara penularannya yang pasti belum diketahui dengan jelas, penularan di dalam rumah tangga dan kontak/hubungan dekat dalam waktu yang lama tampaknya sangat berperan dalam penularan kusta.

Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:

Page 10: Abi Salwa Skripsi Cuy

* Melalui sekresi hidung, basil yang berasal dari sekresi hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.* Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.

Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :

1. Faktor Kuman kustaDari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh (solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menyebabkan penularan daripada kuman yang tidak utuh lagi. Mycobacterium leprae bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Kuman kusta dapat hidup di luar tubuh manusia antara 1 sampai 9 hari tergantung suhu atau cuaca dan diketahui hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja dapat menimbulkan penularan (Depkes RI, 2002).

2. Faktor ImunitasSebagian manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dari 100 orang yang terpapar, 95 orang yang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan 2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi mempertimbangkan pengaruh pengobatan (Depkes RI, 2002).

3. Keadaan LingkunganKeadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskinan, merupakan faktor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan imunitas merupakan faktor utama mencegah munculnya kusta.

4. Faktor UmurPenyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Incidence Rate penyakit ini meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 10 sampai 20 tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya juga meningkat sesuai dengan umur dengan puncak umur 30 sampai 50 tahun dan kemudian secara perlahan-lahan menurun.

5. Faktor Jenis KelaminInsiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak dari pada wanita, kecuali di Afrika dimana wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Faktor fisiologis seperti pubertas, monopause, Kehamilan, infeksi dan malnutrisi akan mengakibatkan perubahan klinis penyakit kusta.

Upaya Pencegahan Penyakit Kusta

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah.

Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari

Page 11: Abi Salwa Skripsi Cuy

suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.

Penting sekali kita mengetahui atau mengerti beberapa hal tentang penyakit kusta ini, bahwa :

* Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.* Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta.* Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain.* Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur.

Penanggulangan Penyakit Kusta

Penanggulangan penyakit kusta telah banyak dilakukan dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif dan percaya diri. Metode penanggulangan ini terdiri dari metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pemberantasan penyakit kusta melalui :

* Penemuan penderita secara dini.* Pengobatan penderita.* Penyuluhan kesehatan di bidang kusta.* Peningkatan ketrampilan petugas kesehatan di bidang kusta.* Rehabilitasi penderita kusta.

Sementara itu di Shandong, Penyakit kusta atau lepra bisa jadi merupakan salah satu penyakit yang ditakuti karena bisa membuat orang tersebut menjadi terkucilkan. Faktor gen kini bisa memberikan penjelasan mengapa ada orang yang lebih rentan terkena kusta sedangkan yang lain tidak.

Studi yang dilakukan di China dan telah dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine menemukan tujuh mutasi gen yang bisa meningkatkan kerentanan seseorang terkena kusta. Hal ini bertentangan dengan apa yang selama ini dipercaya oleh para ahli bahwa kusta bukanlah penyakit yang diwariskan atau turunan.

“Selama ini orang mengira penyebaran penyakit kusta karena faktor penularannya, tapi studi kami membuktikan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh faktor genetika. Jika orangtuanya memiliki penyakit kusta, maka sangat mungkin si anak juga kena,” ujar peneliti Zhang Furen dari Institute of Dermatology and Venereology, Provinsi Shandong di timur laut China, seperti diberitakan dari Reuters.

Selain itu didapatkan pula dalam satu pasangan yang seseorang menderita kusta tetapi pasangannya tidak terinfeksi meskipun sudah hidup bersama

Page 12: Abi Salwa Skripsi Cuy

puluhan tahun. Ini membuktikan bahwa kusta bukanlah penyakit yang menular, tapi berhubungan dengan sesuatu yang diwariskan.

“Apa yang kami temukan adalah adanya alasan internal. Kami menemukan tujuh gen yang membuat seseorang rentan terhadap penyakit kusta, karenanya banyak hal yang harus dilakukan dengan genetika ini,” ungkap Zhang.

Peneliti menganalisis gen dari 706 penderita kusta dan 1.225 orang yang tidak mengidap kusta. Didapatkan tujuh versi mutasi gen yang muncul pada orang-orang penderita kusta. Lima diantara gen tersebut terlibat dalam pengaturan sistem kekebalan tubuh.

Zhang menuturkan penyakit kusta memiliki masa inkubasi yang panjang yaitu antara 8 hingga 10 tahun, setelah terjadi gejala di permukaan maka penyakit ini akan menyebabkan kerusakan permanen. Nantinya jika seseorang sudah diketahui memiliki kerentanan terhadap penyakit kusta, maka bisa segera dilakukan tindakan pencegahan.

Kusta atau biasa disebut dengan penyakit Hansen disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini bisa memberikan efek pada kulit, selaput lendir, saraf perifer dan mata.

Efek yang diakibatkan menimbulkan kerusakan saraf permanen, jadi bagi orang yang sudah sembuh nantinya tidak bisa merasakan sakit. Sedangkan luka yang kecil atau lecet pada jari tangan dan kaki bisa berubah menjadi radang yang parah dan membuat kondisi hidup tidak sehat.

Meskipun kusta sudah tidak menjadi masalah yang serius di beberapa negara maju, tapi penemuan ini sangat penting bagi negara berkembang. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007 ada sekitar 254.525 kasus kusta baru di daerah tropis dan sub tropis, sedangkan di China sendiri tiap tahunnya ada 2.000 kasus baru.

Jenis Cacat Kusta

1. Kelompok pada cacat primer, ialah kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respons jaringan terhadap kuman Kusta.2. Kelompok cacat sekunder, cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf (sensorik, motorik, otonom). Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka. Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder. (fn/sc/dt/se)

 Tinggalkan Sebuah Komentar

Page 13: Abi Salwa Skripsi Cuy

Kenali Penyakit Kusta Lebih   Dekat

Filed under: PENYAKIT KUSTA — kesaksianhabbatussauda @ 9:07 am

CEGAH DAN OBATI PENYAKIT KUSTA DENGAN RAMUAN HERBAL GAMAT EXTRACT EMULSION . Dengan ekstrak gamat emas , reaksi pengobatan beberapa kali lebih cepat dari gamat biasa.Prof. Madya DR. Hassan Yaacob dan tim dari Universitas Kebangsaan Malaysia selama 7 tahun telah melakukan penelitian terhadap khasiat ekstrak gamat. Penelitian dilanjutkan dengan kerja sama dengan Universitas Kyoto dan Universitas Nihon, Tokyo. Gamat telah terbukti banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan. Penemuan tersebut dipatentkan pada FDA dengan No. FKY2102Bisa dibeli online di www.binmuhsingroup.com. UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected]

=====SUMBER : http://puskesmaskutasatu.com/artikel/kenali%20penyakit%20kusta%20lebih%20dekat.htm

Kusta atau Lepra (Leprosy) merupakan penyakit tahunan yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit kusta dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dalam segala umur. Penderita kusta adalah orang yang mempunyai satu atau lebih dari tanda pasti (cardinal signs) dan belum pernah menyelesaikan pengobatan dengan Multiple Drugs Therapy (MDT) yang sesuai dengan klasifikasi penyakitnya.

Penyakit kusta menular langsung dari penderita kusta yang tidak berobat, cara penularannya belum pasti diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta ditularkan melalui droplet (pernafasan), dan hanya kalau berhubungan erat dan lama. Orang tidak mampu/miskin lebih rentan mengidap penyakit kusta, sebab berhubungan langsung dengan status gizi dan kekuatan daya tahan tubuhnya. Masa perkembangbiakan bakteri 2-3 minggu sehingga inkubasinya memerlukan waktu yang lama, antara 3-5 tahun. Penderita yang sudah satu dosis pengobatan MDT tidak menularkan penyakit lagi.

TANDA PENYAKIT KUSTA 1. Tanda Pasti- Kulit dengan bercak putih / kemerahan dengan mati rasa yang jelas- Penebalan saraf tepi, disertai kelainan fungsinya berupa mati rasa atau kelemahan pada otot tangan, kaki, atau mata- Pemeriksaan korekan kulit (Basil Tahan Asam [BTA]) positif

2. Tanda Lain

Page 14: Abi Salwa Skripsi Cuy

- Kulit yang kelihatan seperti alergi, tetapi tidak gatal dan tidak timbul secara mendadak- Kulit yang tebal dan berbenjolan seperti jerawat batu, tetapi tidak merasa sakit, lebih sering pada muka dan daun telinga

KLASIFIKASI PENYAKIT KUSTA Penyakit kusta ada 2 jenis, yaitu:1. Kusta Kering (Pausibasiler [PB])2. Kusta Basah (Multibasiler [MB])

PAUSIBASILER (PB)Kalau seseorang mempunyai daya tahan tubuh yang masih mampu sedikit melawanMycobacterium leprae, bakteri tidak sempat menjadi terlalu banyak. Dia disebut “Pausibasiler” (sedikit bakteri) atau disebut golongan PB. Secara klinis, seseorang diklasifikasi sebagai penderita kusta golongan PB apabila:Mempunyai 1-5 bercak saja pada kulitnya. Bercak itu mirip panu, tetapi tidak gatal, malah tidak terasa kalau di sentuh. Tidak ada saraf yang tebal atau terganggu, dan BTA negatif.ATAUMempunyai 1-3 bercak pada kulitnya dan/atau maksimum satu saraf yang tebal atau fungsinya terganggu.

MULTIBASILER (MB) Tetapi kalau daya tahan tubuhnya tidak melawan serangan Mycobacterum lepraesama sekali, bakteri itu sempat berkembang biak dengan bebas sampai ada banyak sekali. Seseorang yang begitu disebut “Multibasiler” (banyak bakteri) atau disebut golongan MB. Secara klinis, seseorang diklasifikasi sebagai penderita MB kalau dia mempunyai salah satu ataupun kombinasi dari yang berikut:

Lebih dari 5 bercak di kulit, yang mirip panu tetapi tidak gatal semakin banyak bercak, semakin tidak terganggu perasaannya

Lebih dari 3 bercak di kulit, kalau disertai 1 saraf yang tebal atau fungsinya diganggu Lebih dari 1 saraf yang tebal ataupun fungsinya terganggu Kelainan kulit mirip alergi, tetapi tidak mendadak dan tidak juga gatal Infiltrat (penebalan/pembengkakan serta kemerahan) pada kulit, terutama muka dan daun

telinga, yang tidak gatal atau sakit Benjolan-benjolan seperti jerawat batu tetapi tidak sakit dan tidak gatal BTA positif (dengan tidak mengidahkan tanda klinis)

Page 15: Abi Salwa Skripsi Cuy

PENGOBATANMelalui pengobatan, penderita diberikan obat-obat yang membunuh kuman kusta. Dengan demikian, pengobatan akan:

Memutus mata rantai penularan Menyembuhkan penyakit penderita Mencegah terjadinya cacat atau mencegah

bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.

Regimen MDT yang dianjurkan oleh WHO adalah:

1. Regimen untuk penderita PB• Lama pengobatan 6 blister diminum dalam batas waktu 9 bulan

Page 16: Abi Salwa Skripsi Cuy

• Dosis dewasaSekali sebulan diminum di depan petugas2 kapsul Rifampisin 300 mg (jumlah 600 mg)1 tablet DDS (Dapsone) 100 mgDiminum di rumah selama 27 hari1 tablet DDS 100 mg• Dosis anak 10-14 tahunSekali sebulan, Rifampicin 450 mg dan DDS 50 mgSetiap hari dirumah DDS 50 mg

2. Regimen untuk penderita MB• Lama pengobatan 12 blister diminum dalam batas waktu 18 bulan• Dosis dewasaSekali sebulan diminum di depan petugas2 kapsul Rifampicin 300 mg (jumlah 600 mg)1 tablet DDS 100 mg3 kapsul Lamprene (Clofazamine) 100 mg (jumlah 300 mg)Diminum di rumah selama 27 hari1 tablet DDS 100 mg1 kapsul Lamprene 50 mg• Dosis anak 10-14 tahunSekali sebulan, Rimfapicin 450 mg, Lamprene150 mg dan DDS 50 mg.Setiap hari di rumah, Lamprene 50 mg dan DDS 50 mg

EFEK SAMPING OBAT

Rimfapicin: kencing merah selama 1-2 hari; hal ini tidak berbahaya. Lamprene: kulit menjadi hitam, tetapi hanya selama minum Lamprene. Sesudah selesai

pengobatan, kulit kembali semula dengan perlahan-lahan. DDS: bila agak pusing sesudah minum DDS sebaiknya diminum pada malam hari, sebelum tidur;

ada kemungkinan kecil obat tidak cocok (alergi). Sangat penting pasien lapor kembali ke puskesmas bila terjadi pada dua bulan yang pertama: gatal hebat, kulit merah sampai terkupas dan demam.

Catatan- Pengobatan MDT, tidak boleh satu jenis obat saja.- Penderita dapat diberikan obat lebih dari sebulan, jika rumah penderita jauh, berpindah-pindah atau keluar daerah untuk kerja sementara.- Obat tidak berbahaya bagi janin dan tidak mengganggu produksi ASI.- Penderita drop out (DO), jika bolos pengobatan lebih dari 3 bulan (untuk PB) atau 6 bulan (untuk MB). Penderita harus mulai pengobatannya lagi.

KECACATAN

Page 17: Abi Salwa Skripsi Cuy
Page 18: Abi Salwa Skripsi Cuy
Page 19: Abi Salwa Skripsi Cuy
Page 20: Abi Salwa Skripsi Cuy
Page 21: Abi Salwa Skripsi Cuy

REAKSI KUSTATerkadang daya tahan tubuh penderita kusta ketika mulai aktif melawan kuman kusta yang berada dalam kulit dan saraf-saraf, menyebabkan peradangan pada kulit dan saraf, rasa sakit, dan bengkak, lalu kerusakan. Peradangan inilah yang disebut “Reaksi”.

Gejala Reaksi- Bercak yang menebal dan memerah- Benjolan baru yang merah dan sakit- Benjolan / bercak yang berulserasi / pecah- Demam- Saraf yang sangat nyeri- Kehilangan rasa raba atau kekuatan jari

Tindakan- Obat kusta dilanjutkan seperti biasa- Perlu ke puskesmas dengan segera. Petugas akan memberi obat tambahan untuk mengatasi rasa sakit dan agar tidak terjadi kerusakan saraf.

Page 22: Abi Salwa Skripsi Cuy
Page 23: Abi Salwa Skripsi Cuy

Sumber:- Buku Pedoman Singkat Pemberantasan Penyakit Kusta, Program Kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan The Leprosy Mission International- Materi Pelatihan P2 Kusta bagi Medis dan Paramedis Puskesmas, Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, Direktorat Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI

 Tinggalkan Sebuah Komentar

Page 24: Abi Salwa Skripsi Cuy

Resosialisasi Eks Kusta NTB   Dilanjutkan

Filed under: PENYAKIT KUSTA — kesaksianhabbatussauda @ 9:03 am

CEGAH DAN OBATI PENYAKIT KUSTA DENGAN GAMAT EXTRACT EMULSION. SUDAH TERJUAL 250000 BOTOL LEBIH DI SELURUH DUNIA. Dengan ekstrak gamat emas , reaksi pengobatan beberapa kali lebih cepat dari gamat biasa.Prof. Madya DR. Hassan Yaacob dan tim dari Universitas Kebangsaan Malaysia selama 7 tahun telah melakukan penelitian terhadap khasiat ekstrak gamat. Penelitian dilanjutkan dengan kerja sama dengan Universitas Kyoto dan Universitas Nihon, Tokyo. Gamat telah terbukti banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan. Penemuan tersebut dipatentkan pada FDA dengan No. FKY2102Bisa dibeli online di www.binmuhsingroup.com. UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected]

=====SUMBER : http://berita.kapanlagi.com/pernik/resosialisasi-eks-kusta-ntb-dilanjutkan_print.html Resosialisasi Eks Kusta NTB Dilanjutkan

Kapanlagi.com - Program resosialisasi eks kusta di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) terus berkelanjutan agar komunitas masyarakat yang pernah divonis menderita penyakit kusta dapat hidup membaur dengan masyarakat lainnya.

Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil NTB, Drs Bachrudin, MPd, di Mataram, Minggu mengatakan, pemerintah mengalokasikan dana resosialisasi eks kusta di wilayah NTB berkisar Rp140 juta hingga Rp160 juta setiap tahun.

Tahun ini dana ratusan juta rupiah untuk program resosialisasi eks kusta di berbagai lokasi, terutama di Kabupaten Lombok Timur yang jumlah penderitanya cukup banyak, ujarnya.

Ia mengatakan, sebutan eks kusta tidak berarti pasien kusta itu telah terbebas dari penyakit yang disebabkan kuman “Mycobacterium Leprae” itu. Eks kusta

Page 25: Abi Salwa Skripsi Cuy

merupakan penderita kusta yang sudah melewati proses perawatan intensif di rumah sakit namun masih diwajibkan mengkonsumsi obat minimal dua bulan sekali.

“Setiap tahun ada sekitar 30-32 orang eks kusta yang direkomendasikan Dinas Kesehatan NTB untuk diberdayakan dalam program resosialisasi eks kusta itu,” ujarnya.

Bachrudin mengatakan, program resosialisasi eks kusta itu berisi kegiatan pemberdayaan dan pemulihan para penderita kusta di tengah kehidupan bermasyarakat.

Para penderita kusta yang nyaris sembuh itu dibekali pengetahuan dan dukungan dana sesuai jenis usahanya agar mampu hidup mandiri tanpa ketergantungan pada pihak lain.

“Kami berikan dana untuk pengembangan usaha ternak atau usaha lainnya agar mereka mandiri dan hidup membaur secara wajar di tengah masyarakat,” ujarnya.

Sejauh itu, kata Bachrudin, program resosialisasi yang mulai dilaksanakan sejak 2006 berjalan lancar namun belum mencapai hasil yang diharapkan. Produk hasil usaha komunitas eks kusta itu sulit dipasarkan karena sering tidak diterima masyarakat disertai beragam asumsi seolah-olah dapat menyebarkan virus kusta melalui ternak atau produk yang dihasilkan.

“Itu kendala utamanya dalam program resosialisasi eks kusta di wilayah NTB, namun kami terus berupaya agar mereka bisa diterima dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya. (kpl/bee)

 Tinggalkan Sebuah Komentar

Ratusan Penderita Kusta ditemukan di Kabupaten   Lumajang

Filed under: PENYAKIT KUSTA — kesaksianhabbatussauda @ 9:01 am

CEGAH DAN OBATI KUSTA DENGAN HERBAL TERBAIK GAMAT EXTRACT EMULSION. Dengan ekstrak gamat emas , reaksi pengobatan beberapa kali lebih cepat dari gamat biasa.Prof. Madya DR. Hassan Yaacob dan tim dari Universitas Kebangsaan Malaysia selama 7 tahun telah melakukan penelitian terhadap khasiat ekstrak gamat. Penelitian dilanjutkan dengan kerja sama dengan Universitas Kyoto dan Universitas Nihon, Tokyo. Gamat telah terbukti banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan. Penemuan tersebut dipatentkan pada FDA dengan No. FKY2102Bisa dibeli online di

Page 26: Abi Salwa Skripsi Cuy

www.binmuhsingroup.com. UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected]

=====SUMBER : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/01/26/brk,20100126-221411,id.html

Ratusan Penderita Kusta ditemukan di Kabupaten LumajangSelasa, 26 Januari 2010 | 09:35 WIB

TEMPO Interaktif, Lumajang – Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang

menemukan ratusan penderita kusta yang tersebar di 21 kecamatan yang ada di

kabupaten itu. Dari 21 kecamatan itu, sebagian besar penderitanya ditemukan di tiga

kecamatan diantaranya Kecamatan Tempeh, Kunir, dan Randuagung.

Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, Askap Hariyanto, Selasa (26/1) mengatakan, dalam setahun terakhir ini Dinas Kesehatan menemukan setidaknya 236 penderita kusta.

“Paling banyak di Tempeh, Kunir dan Randuagung. Selebihnya tersebar di 18 kecamatan lainnya,” kata Askap kepada Tempo.

Jumlah tersebut, kata Askap lumayan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 lalu ditemukan 236 kasus, menurun dibandingkan tahun 2008 sebanyak 300 kasus.

Namin untuk tahun ini Dinas belum mengetahui jumlah persis penyakit yang disebabkan Micro Bacterium Lepre ini. “Laporannya tiga bulan sekali,” katanya.

Dia menjelaskan, penyakit ini menular melalui drop let atau pernafasan. “Hindari kontak bicara langsung dengan penderita kusta yang belum diobati,” katanya.

Menurut dia, 10 persen dari penderita ini mengalami cacat dimana tubuh teramputasi dengn sendirinya. “Ada juga yang sarafnya sudah mati,” kata Askap.

Di Kabupaten Lumajang, kata dia, ada dua jenis kusta yang selama ini menyebar. Yakni jenis paussibasiler (satu jenis saja kuman) dan multibassiler (banyak jenis kuman). Paussibasiler lebih mudah menanganinya daripada multibassiler.

Penderita penyakit kusta ini, kata Askap, harus menjalani pengobatah minimal satu tahun.

DAVID PRIYASIDHARTA

 Tinggalkan Sebuah Komentar

Page 27: Abi Salwa Skripsi Cuy

Subang Dinyatakan Endemis   Kusta

Filed under: PENYAKIT KUSTA — kesaksianhabbatussauda @ 8:57 am

CEGAH DAN ATASI PENYAKIT KUSTA DENGAN GAMAT EXTRACT EMULSION SUDAH TERJUAL RATUSAN RIBU BOTOL DI PASARAN.

Dengan ekstrak gamat emas , reaksi pengobatan beberapa kali lebih cepat dari gamat biasa.Prof. Madya DR. Hassan Yaacob dan tim dari Universitas Kebangsaan Malaysia selama 7 tahun telah melakukan penelitian terhadap khasiat ekstrak gamat. Penelitian dilanjutkan dengan kerja sama dengan Universitas Kyoto dan Universitas Nihon, Tokyo. Gamat telah terbukti banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan. Penemuan tersebut dipatentkan pada FDA dengan No. FKY2102Bisa dibeli online di www.binmuhsingroup.com. UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected]====SUMBER : http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2010/02/08/brk,20100208-224316,id.html

TEMPO Interaktif, SUBANG – Wilayah Kabupaten Subang Jawa Barat, dinyatakan

endemis penyakit kusta karena penderitanya menyebar di semua wilayah kecamatan.

“Perbandingan penderitanya kini sudah mencapai angka 1 per 10 ribu,” kata Wawan

Setiawan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, saat dihubugi Tempo, Senin

(8/2). Dari 35 kecamatan yang ada, kata Wawan, dipastikan ada penedita kustanya.

Tetapi, wilayah kecamatan yang dinyatakan tinggi jumlah penderitanya berada di

Kecamatan Binong, Tambakdahan, Patokbeusi, Purwadadi, Compreng dan Ciasem.

Terdapat dua tipe penyakit kusta, yakni PB dan MB. Jenis PB kini penderitanya

berjumlah 105 orang, sdeangkan yang menderita jenis MB mencapai 130 orang. “Jenis

PB daya serangnya lambat, sedangkan MB cepat,” Wawan menjelaskan. Meski

Page 28: Abi Salwa Skripsi Cuy

berbahaya, tutur Wawan, penyakit kusta tetap bisa disembuhkan, meski pun terapinya

memakan waktu cukup lama. “Enam sampai 12 bulan,” kata Wawan. Agar peneyabaran

virus kusta terantisipasi, dinas kesehatan setempat, kini, membentuk wadah “Kusta

Care” di semua wilayah yang perkembangannya tinggi. Dengan cara itu, Subang kini

mampu menekan angka prevalesinya 0,77.

NANANG SUTISNA

 Tinggalkan Sebuah Komentar

Apakah Penyakit Kusta   Itu?

Filed under: PENYAKIT KUSTA — kesaksianhabbatussauda @ 8:18 am

CEGAH DAN OBATI PENYAKIT KUSTA DAN VIRUS KUSTA DENGAN KONSUMSI GAMAT EXTRACT EMULSION YANG SUDAH TERBUKTI DAN TERUJI SERTA TERJUAL RATUSAN RIBU BOTOL SEHINGGA AMAN TANPA EFEK SAMPING. TKS

Dengan ekstrak gamat emas , reaksi pengobatan beberapa kali lebih cepat dari gamat biasa.Prof. Madya DR. Hassan Yaacob dan tim dari Universitas Kebangsaan Malaysia selama 7 tahun telah melakukan penelitian terhadap khasiat ekstrak gamat. Penelitian dilanjutkan dengan kerja sama dengan Universitas Kyoto dan Universitas Nihon, Tokyo. Gamat telah terbukti banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan. Penemuan tersebut dipatentkan pada FDA dengan No. FKY2102Bisa dibeli online di www.binmuhsingroup.com. UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster [email protected] =====

Page 29: Abi Salwa Skripsi Cuy

Pernakah anda mendengar tentang Penyakit Kusta? Penyakit bentuk apakah itu? berasal dari

kutukankah? atau guna-guna? Percayakah anda PENYAKIT KUSTA bisa sembuh?

Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang biasa terlontar dari mulut orang awam yang belum

kenal dan mengerti apa itu penyakit kusta. PENYAKIT KUSTA adalah penyakit yang

disebabkan kuman/bakteri yang bernama (mycobacterium Leprae), penyakit kusta ini

menyerang saraf tepi seseorang yang akhirnya meyebabkan syaraf tepi orang tersebut

menjadi mati rasa (tetapi jika berobat cepat hal ini dapat dicegah), penyakit kusta ini adalah

penyakit menular yang penularannya tidak gampang, sebab menurut penelitian tidak semua

manusia di dunia yang bisa terinfeksi penyakit Kusta, buktinya banyak kita tidak tahu jika

sudah berhubungan sosial dengan orang lain tetapi tidak tahu jika orang tersebut adalah

penderita kusta……. Tapi kok tidak kena kusta sampai sekarang?? Iya kan… contohnya

dokter dan perawat, jadi hanya jenis antibody tertentu yang dapat kena penyakit ini.

Ciri-ciri umum PENYAKIT KUSTA adalah bercak putih kemerahan (seperti panu) yang mati

rasa dan terkadang di tepinya terdapat penebalan seperti kurap. Jika bercak ini lebih dari 5

maka itu disebut tipe kuman yang banyak biasa disebut MULTI BASILAR/MB, sedangkan

jika bercaknya kurang dari 5 maka disebut PAUSI BASILAR/PB (Bukan Fausi Badila

hehehe….) dikatakan basil sebab kumannya berbentuk batang. Pengobatan PENYAKIT

KUSTA disebut MULTI DRUGS TREATMENT (MDT). Cara pengobatan PENYAKIT

KUSTA adalah dengan pengobatan rutin/setiap hari, untuk tipe Pausi Basilar/PB

membutuhkan pengobatan 6 (enam) bulan, sedangkan untuk tipe Multi Basilar/MB

membutuhkan pengobatan selama 1 (satu) tahun. Wahhh…. Lama benar yaaa?? Lah iya lah

ini kan untuk mematikan kuman yang ada didalam badan yang juga perkembangannya cukup

lama sebab perkembangan penyakit kusta bisa sampai 5 tahun, tetapi jika seorang penderita

penyakit kusta sudah meminum obat maka kuman kusta itu sudah tidak dapat lagi menular ke

orang lain, bagaimana dengan hewan? Hewan tidak dapat menularkan penyakit ini

kemanusia. Oh iya obat penyakit kusta sudah GRATIS bisa didapat di puskesmas atau rumah

sakit milik pemerintah, tetapi ini bukan obat murah tetapi obat ini bantuan dari organisasi

kesehatan dunia.

Kebanyakan penderita penyakit kusta mengalami kecacatan disebabkan keterlambatan orang

tersebut untuk meminum obat atau meminum obat itu dengan tidak sempurna atau

pengobatannya tidak tuntas, jika penderita penyakit kusta meminum obat dengan cepat maka

kecacatan akibat saraf tepi yang mati tadi dapat di cegah atau dihindari. Jadi intinya kita tidak

boleh menjauhi orang yang menderita penyakit kusta, karena penularan penyakit kusta tidak

semudah yang kita bayangkan.

 Tinggalkan Sebuah Komentar

Page 30: Abi Salwa Skripsi Cuy

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit Kusta atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang secara primer menyerang syaraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikoloendotel, mata, otot, tulang dan testis. Kusta menyebar luas ke seluruh dunia, dengan sebagian besar kasus terdapat di daerah tropis dan subtropis, tetapi dengan adanya perpindaham penduduk maka penyakit ini bisa menyerang di mana saja. Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Hal ini menyebabkan penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, disamping besarnya masalah di bidang medis juga masalah sosial yang ditimbulkan oleh penyakit ini memerlukan perhatian yang serius.Kusta kebanyakan ditemukan di Afrika Tengan dan Asia Tenggara, dengan angka kejadian di atas 10 per 1.000. hal ini disebabkan meningkatnya mobilitas penduduk, misalnya imigrasi, pengungsi dan sebagainya. Sebagaimana yang dilaporkan oleh WHO pada 115 negara dan teritori pada 2006 dan diterbitkan di Weekly Epidemiological Record, prevalensi terdaftar kusta pada awal tahun 2006 adalah 219.826 kasus. Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adalah 296.499 kasus. Alasan jumlah penemuan tahunan lebih tinggi dari prevalensi akhir tahun dijelaskan dengan adanya fakta bahwa proporsi kasus baru yang terapinya selesai pada tahun yang sama sehingga tidak lagi dimasukkan ke prevalensi terdaftar. Penemuan secara global terhadap kasus baru menunjukkan penurunan. Di India jumlah kasus kira-kira 4 juta, pada tahun 1961 jumlah penderita kusta sebesar 2,5 juta, pada tahun 1971 jumlah penderita 3,2 juta dan tahun 1981 jumlah penderita 3,9 juta. Kusta juga banyak ditemykan di Amerika Tengah dan Selatan dengan jumlah kasus yang tercatat lebih dari 5.000 kasus.Selama tahun 2000 di Indonesia ditemukan 14.697 penderita baru. Diantaranya 11.267 tipe MB (76,7%) dan 1.499 penderita anak (10,1%). Selama tahun 2001 dan 2002 ditemukan 14.061 dan 14.716 kasus baru. Diantara kasus ini 10.768 dan 11.132 penderita tipe MB (76,6% dan 75,5%). Sedangkan jumlah penderita anak sebanyak 1.423 kasus (10,0%) pada tahun 2001 dan 1.305 kasus (8,9%) pada tahun 2002. Di tingkat propinsi, Jawa Timur paling banyak menemukan penderita baru yaitu 3.785 kasus pada tahun 2001 dan 4.391 pada tahun 2002. Propinsi yang paling sedikit menemukan kasus baru adalah propinsi adalah Bengkulu, yaitu 8 kasus pada tahun 2001 dan 4 kasus pada tahun 2002.Permasalahan penyakit kusta bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks bukan hanya dari segi medis tetapi juga menyangkut masalah sosial ekonomi, budaya dan ketahanan Nasional. Dalam keadaan ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan rasa takut, malu dan isolasi sosial berkaitan dengan penyakit ini. Laporan tentang kusta lebih kecil daripada sebenarnya, dan beberapa negara enggan untuk melaporkan angka kejadian penderita kusta sehingga jumlah yang sebenarnya tidak diketahui. Melihat besarnya manifestasi penyakit ini maka perlu dilakukan suatu langkah penanggulangan penyakit tersebut. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan

Page 31: Abi Salwa Skripsi Cuy

untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.Berdasarkan dari fenomena diatas maka kami mengangkat masalah upaya penanggulangan penyakit kusta sebagai judul makalah dengan harapan dapat lebih memahami penyakit kusta dan penanggulangannya.1.2 Rumusan MasalahDalam makalah ini kami mengangkat beberapa permasalahan yang terkait dengan Penanggulangan penyakit kusta, yaitu sebagai berikut :jangan lupa kunjungi blog ini yvirulensi1.Bagaimana gambaran umum penyakit kusta ?2.Apa saja bentuk-bentuk dan gejala penyakit kusta ?3.Bagaimana transimi penularan penyakit kusta ?4.Bagaimana penegakan diagnosis penyakit kusta ?5.Bagaimana penanggulangan penyakit kusta ?6.Bagaimana upaya pencegahan penyakit kusta ?1.3 Tujuan Penulisan MakalahPenulisan makalah ini diharapkan dapat mencapai beberapa tujuan dalam memahami upaya penanggulangan penyakit kusta, yakni sebagai berikut :1. Untuk mengetahui gambaran umum penyakit kusta yang meliputi definisi , sejarah dan epidemiologi penyakit kusta ?2.Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk dan gejala penyakit kusta ?3.Untuk mengetahui bagaimana transimi penularan penyakit kusta ?4.Untuk mengetahui penegakan diagnosis penyakit kusta ?5.Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan penyakit kusta ?6.Untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan penyakit kusta ?1.4 Manfaat Penulisan MakalahMelalui penulisan makalah yang mengangkat masalah upaya penanggulangan penyakit kusta diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat sebagai berikut :1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah agar lebih mengoptimalkan upaya penanggulangan penyakit kusta melalu kerjasama lintas sektoral.3. Sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat agar dapat mengetahui aspek-aspek penting mengenai upaya penanggulangan penyakit kusta

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Gambaran Umum Penyakit KustaA. Definisi Penyakit KustaIstilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

Page 32: Abi Salwa Skripsi Cuy

leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath, yang digambarkan dan sering disamakan dengan kusta.Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa knak-kanak. Tanda-tanda seseorang menderita penyakit kusta antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, ada bagian tubuh tidak berkeringat, rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka, dan mati rasa karena kerusakan syaraf tepi. Gejalanya memang tidak selalu tampak. Justru sebaiknya waspada jika ada anggota keluarga yang menderita luka tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga bila luka ditekan dengan jari tidak terasa sakit.Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.B. SejarahKonon, kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok kuno, Mesir kuno, dan India. Pada 1995, Penyakit kusta atau lepra menjadi salah satu penyakit tertua yang hingga kini awet bertahan di dunia. Dari catatan yang ditemukan di India, penderita kusta sudah ditemukan sejak tahun 600 Sebelum Masehi. Dalam buku City of Joy (Negeri Bahagia) karya Dominique, mantan reporter untuk sejumlah penerbitan di Prancis pada dekade 1960-an hingga 1970-an, kusta menjadi penyakit yang 'populer' dan menjadi bagian dari kehidupan miskin di Calcutta, India. Namun, kuman penyebab kusta kali pertama baru ditemukan pada tahun 1873 oleh Armauer Hansen di Norwegia.Karena itu penyakit ini juga sering disebut penyakit Hansen. Saat ini penyakit kusta banyak terdapat di Benua Afrika, Asia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.Menurut sejarah pemberantasan penyakit kusta di dunia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) zaman yaitu zaman purbakala, zaman pertengahan dan zaman moderen. Pada zaman purbakala karena belum ditemukan obat yang sesuai untuk pengobatan penderita kusta, maka penderita tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan karena penderita merasa rendah diri dan malu, disamping itu masyarakat menjauhi mereka karena merasa jijik. Pada zaman pertengan penderita kusta diasingkan lebih ketat dan dipaksa tinggal di Leprosaria/koloni perkampungan penderita kusta seumur hidup.1. Zaman Purbakala.Penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 SM, istilah kusta yang sudah dikenal didalam kitab Weda, di Tiongkok 600 SM, di Nesopotamia 400 SM. Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena merasa jijik dan takut.2. Zaman Pertengahan.Kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan system feodal yang berlaku di Eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap penguasa dan hak azasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi pada penderita kusta yang

Page 33: Abi Salwa Skripsi Cuy

umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab penyakit dan obat-obatan belum ditemukan maka penderita kusta diasingkan lebih ketat dan dipaksakan tinggal di Leprosaria/Koloni Perkampungan penderita kusta untuk seumur hidup.3. Zaman Modern.Dengan ditemukannya kuman kusta oleh G.H. Hansen pada tahun 1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya. Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.Demikian halnya di Indonesia dr. Sitanala telah mempelopori perubahan sistem pengobatan yang tadinya dilakukan secara isolasi, secara bertahap dilakukan dengan pengobatan jalan. Perkembangan pengobatan selanjutnya adalah sebagai berikut :a. Pada tahun 1951 dipergunakan DDS sebagai pengobatan penderita kusta.b. Pada tahun 1969 pemberantasan penyakit kusta mulai diintegrasikan di puskesmas.c. Sejak tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat Kombinasi Multidrug Therapy (MDT) sesuai dengan rekomendasi WHO.C. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KUSTAa. Epidemiologi Secara GlobalKusta menyebar luas ke seluruh dunia, dengan sebagian besar kasus terdapat di daerah tropis dan subtropis, tetapi dengan adanya perpindaham penduduk maka penyakit ini bisa menyerang di mana saja.

Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003 menunjukkan India sebagai negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Pada 1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.

PENYAKIT KUSTA DAN MASALAH YANG DITIMBULKANNYAdr. ZULKIFLI, M.SiFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera UtaraI. PENDAHULUANPermasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakanpermasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaanseutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis sajatetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaanini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalahmasalahtersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsadan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kustamenjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untukmelakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegahterjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta

Page 34: Abi Salwa Skripsi Cuy

mencegah akibat buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi menjadimasalah kesehatan masyarakat. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menularyang masih merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapadaerah di Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkansangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluassampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang,dan sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal inisebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikanpelayanan yang memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosialekonomi pada masyarakat.Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasidengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I).Adapun sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992,pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia.Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehinggamenimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderitasendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasarikonsep perilaku penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisiini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakitmenular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis danmenyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasaputus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengankenyataan bahwa penyakit mempunyai kedudukan yang khusus diantara penyakitpenyakitlain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia (rasa takut yangberlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebabpenyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Darisudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia©2003 Digitized by USU digital library 2yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita kusta tanpa alasanyang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah beralih darimasalah kesehatan ke masalah sosial.Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh lapisan masalahmasyarakat karena dipengaruhi oleh segi agama, sosial, budaya dan dihantui dengankepercayaan takhyul. Fhobia kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata,tetapi tidak sedikit dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektifterhadap penyakit kusta dan masih takut terhadap penyakit kusta. Selamamasyarakat kita, terlebih lagi para dokter masih terlalu takut dan menjauhkanpenderita kusta, sudah tentu hal ini akan merupakan hambatan terhadap usahapenanggulangan penyakit kusta. Akibat adanya phobia ini, maka tidakmengherankan apabila penderita diperlakukan secara tidak manusiawi di kalanganmasyarakat.II. GAMBARAN UMUM PENYAKIT KUSTAII.1. DefinisiIstilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulangejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuaidengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen padatahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.II.2. SejarahPendapat kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan olehkuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringantubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks.Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalahsosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukanpenyakit keturunan atau kutukan Tuhan.II.3. Penyebaran Penyakit KustaPenyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudianmenyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena

Page 35: Abi Salwa Skripsi Cuy

perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau.Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinaviadiketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat.Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang didugadibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkanagamanya dan berdagang.II.4. Penyebab Penyakit KustaPenyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagaimicrobakterium, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentukspora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahanterhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakansebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat jugagolongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakteriumleprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenisgranuloma infeksion.©2003 Digitized by USU digital library 3II.5. Epidemiologi Penyakit KustaCara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tandatanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakniselaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kustaadalah:a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudahmengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun,keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanyakontak yang lama dan berulang-ulang.Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakanfaktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenaipenularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakitpenyakiterinfeksi lainnya.Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kustasecara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka.Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan danperkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah ataukeganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itufaktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :- Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa- Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti- Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti- Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negaradengan tingkat sosial ekonomi rendah- Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehatII.6. Tanda-tanda Penyakit KustaTanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atautipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tandasecara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusiaPada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakinmelebar dan banyak.Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularismagnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulitmenjadi tipis dan mengkilat.Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulitAlis rambut rontokMuka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi :Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.Anoreksia.Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.

Page 36: Abi Salwa Skripsi Cuy

Cephalgia.Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.Neuritis.©2003 Digitized by USU digital library 4II.7. Diagnosa Penyakit KustaMenyatakan (mendiagnosa seseorang menderita penyakit kusta menimbulkanberbagai masalah baik bagi penderita, keluarga atapun masyarakat disekitarnya).Bila ada keraguan-raguan sedikit saja pada diagnosa, penderita harus beradadibawah pengamatan hingga timbul gejala-gejala yang jelas, yang mendukungbahwa penyakit itu benar-benar kusta. Diagnosa kusta dan kelasifikasi harus dilihatsecara menyeluruh dari segi :a. Klinisb. Bakteriologisc. Immunologisd. HispatologisNamun untuk diagnosa kusta di lapangan cukup dengan ananese danpemeriksaan klinis. Bila ada keraguan dan fasilitas memungkinkan sebaiknyadilakukan pemeriksaan bakteriologis.Kerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung bawah atau daribiopsi kuping telinga, dibuat sediaan mikrokopis pada gelas alas dan diwarnaidengan teknis Ziehl Neelsen. Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikangambaran histologis yang khas. Tes-tes serologik bukan treponema untuk sifilissering menghasilkan positif palsu pada lepra.II.8. Bentuk-bentuk Penyakit KustaPenyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentukleproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Untukini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuberkoloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada.tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikitkuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifattidak stabil dan mudah berubah-ubah.II.9. Pengobatan Penyakit KustaPengobatan penyakit kusta dilakukan dengan Dapson sejak tahun 1952 diIndonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatanmono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkanoleh karena :Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari leprareaksiWaktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderitamakan obat tidak teraturSelain penggunaan Dapson (DDS), pengobatan penderita kusta dapatmenggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A(untuk menyehatkan kulit yarlg bersisik).Setelah penderita menyelesaikan pengobatan MDT sesuai dengan peraturanmaka ia akan menyatakan RFT (Relasif From Treatment), yang berarti tidak perlulagi makan obat MDT dan dianggap sudah sembuh.Sebelum penderita dinyatakan RFT, petugas kesehatan harus :1. Mengisi dan menggambarkan dengan jelas pada lembaran tambahan RFT secarateliti.* Semua bercak masih nampak.©2003 Digitized by USU digital library 5* Kulit yang hilang atau kurang rasa terutama ditelapak kaki dan tangan.* Semua syaraf yang masih tebal.* Semua cacat yang masih ada.2. Mengambil skin semar (sesudah skin semarnya diambil maka penderita langsungdinyatakan RFT tidak perlu menunggu hasil skin semar).3. Mencatat data tingkat cacat dan hasil pemeriksaan skin semar dibuku register.Pada waktu menyatakan RFT kepada penderita, petugas harus memberi

Page 37: Abi Salwa Skripsi Cuy

penjelasan tentang arti dan maksud RFT, yaitu :Pengobatan telah selesai.Penderita harus memelihara tangan dan kaki dengan baik agar janga sampailuka.Bila ada tanda-tanda baru, penderita harus segera datang untuk periksaanulang.II.10. Pencegahan Penularan Penyakit KustaHingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitiandibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besarkemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadifaktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehinggapenularan dapat dicegah. Disini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatankepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secarateratur.Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu carapemutusan mata rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dancuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kumankusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah danhindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab.Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kitatidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui adaobat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. Dengandemikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepadasetiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhanberisikan pengajaran bahwa :a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kustab. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kustac. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang laind. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secaraterature. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisikIII. MASALAH-MASALAH YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENYAKIT KUSTASeseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akanmengalami trauma psikis. Sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita antaralain sebagai berikut :a. Dengan segera mencari pertolongan pengobatan.b. Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia atau keluarganyamenderita penyakit kusta.©2003 Digitized by USU digital library 6c. Menyembunyikan (mengasingkan) diri dari masyarakat sekelilingnya, termasukkeluarganya.d. Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya si penderita bersifat masa bodohterhadap penyakitnya.Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas timbullah berbagai masalah antaralain:1. Masalah terhadap diri penderita kustaPada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin, takutterhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi keluarga danmasyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar. Segan berobatkarena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagiorang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).2. Masalah Terhadap Keluarga.Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun danpengobatan tradisional, keluarga merasa takut diasingkan oleh masyaratdisekitarnya, berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahuimasyarakat disekitarnya, dan mengasingkan penderita dari keluarga karena takutketularan.3. Masalah Terhadap Masyarakat.

Page 38: Abi Salwa Skripsi Cuy

Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan danagama, sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang sangatmenular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis danmenyebabkan kecacatan. Sebagai akibat kurangnya pengetahuan/informasitentang penyakit kusta, maka penderita sulit untuk diterima di tengah-terigahmasyarakat, masyarakat menjauhi keluarga dari perideita, merasa takut danmenyingkirkannya. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganyadiasingkan.IV. PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTAPenanggulangan penyakit kusta telah banyak diderigar dimana-mana denganmaksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri,produktif dan percaya diri.Metode penanggulangan ini terdiri dari : metode pemberantasan danpengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasisosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhirdari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak adakelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang salingberkaitan dan tidak dapat dipisahkan.V. PENUTUPDengan megetahui penyebab, penyebaran penyakit, dan pengobatannyamaka tidaklah perlu timbul lepraphobia. Hal ini dapat dilihat dengan penting perananpenyuluhan kesehatan kepada penderita dan keluarga serta masyarakat dimanadengan penyuluhan ini diharapkan penderita dapat berobat secara teratur, dan tidakperlu dijauhi oleh keluarga malahan keluarga sebagai pendukung prosespenyembuhan serta masyarakat tidak perlu mempunyai rasa takut yang berlebihan.Penderita kusta sebagai manusia yang juga mendapat perlakuan secaramanusia, jadi keluarga dan masyarakat tidak perlu mendorong untuk mengasingkanpenderita kusta tersebut.©2003 Digitized by USU digital library 7DAFTAR PUSTAKA1. Ngatimin Rusli HM, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan, DisertasiPascasarjana, Ujung Pandang, 1987.2. Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta,1996.3. Kosasih, A, Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Kusta, FK-UI, 1988.4. Ngatimin Rusli HM, Leprophobia, Majalah Kesehatan Masyarakat, Tahun XXI,Nomor 5, 1993.5. Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam Pemberantasan Penyakit Kusta,Jakarta, 1990.6. Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1982.

Home About

Peran Keluarga dalam pencegahan penyakit kusta

Januari 11, 2010 at 9:36 am Tinggalkan Komentar

Page 39: Abi Salwa Skripsi Cuy

A. Definisi Kusta

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushta yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kusta yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1872 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen (Zulkifli, 2003)

Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang sifatnya menahun dan disebabkan oleh adanya kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tropis yang masih menjadi suatu masalah kesehatan di dunia, khususnya di Negara-negara berkembang seperti Indonesia.

1. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk, baju dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta peningkatan hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan (http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare, 2004).

B. Klasifikasi Tipe Kusta

Penyakit kusta terdiri dari bermacam-macam tipe, berikut klasifikasi kusta menurut Ridley Jopling (Dirjen PPM & PLP, 1998)

1. Kusta tipe interminate (I)

2. Kusta tipe tuberkuloid (TT)

3. Kusta tipe Borderline

4. Kusta Borderline Tuberculoid (BT)

5. Kusta Borderline (BB)

C. Gejala Penyakit

Bakteri penyebab kusta memiliki kemampuan yang lambat dalam menginkubasi, maka gejala tidak akan muncul pada 1 tahun setelah seseorang terinfeksi bakteri ini. Rata-rata gejala akan muncul pada kurun waktu 5 th – 7 th (www.leprosytoday.org, 2008).

Gejala-gejala dari penyakit kusta antara lain:

1.Lesi di kulit

(warna kulit lebih terang dari yang normal seperti panu)

Page 40: Abi Salwa Skripsi Cuy

2. Mati rasa

(kulit yang berada di sekitar lesi menjadi kaku dan mati rasa yang disebabkan karena kerusakan saraf tepi)

3. Kaku otot

(disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang otot, sehingga menyebabkan otot kaku)

4. Ada bagian tubuh yang tidak berkeringat.

5. Rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka

(www.medicalencyclopedia/leprosy/healthtopics, 2008)

D. Cara Penularan

Cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi sebuah tanda tanya, yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yaitu selaput lendir hidung, tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta melalui:

1. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam (2-7hari)

2. Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya dibawah umur 25 tahun karena anak-anak lebih peka daripada orang dewasa, keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang.

3. Kontak dekat dan penularan dari udara (droplet)4. Faktor tidak cukup gizi5. Kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat dalam jangka

waktu yang lama6. Lewat luka7. Saluran pernafasan/ inhalasi8. Air susu ibu (kuman kusta dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat

dan air susu).

E. Penyebab penyakit

Penyakit kusta disebabkan oleh suatu jenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae yang ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen. Kuman penyebab penyakit ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8µ dan lebar 0,2-0,5µ yang biasanya hidup dalam sel secara berkelompok membentuk blobus atau ada yang tersebar satu-satu serta memiliki sifat tahan asam (BTA) karena tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol.

F. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Page 41: Abi Salwa Skripsi Cuy

Cara yang paling baik untuk mencegah penyakit kusta yakni dengan diagnosa dan pengobatan dini pada orang terinfeksi. Peralatan pribadi seperti piring, sendok, handuk, baju dll yang pernah digunakan oleh orang yang terinfeksi kusta harus dengan segera dihindari dan diperhatikan, dapat juga dengan penyuluhan tentang penyakit kusta serta peningkatan hygiene sanitasi baik sanitasi perorangan maupun sanitasi lingkungan (http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare, 2004).

G. Peran Keluarga Dalam Usaha Pencegahan Penyakit

Keluarga adalah: Sekumpulan orang yang memiliki hubungan melalui ikatan perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya, perkembangan fisik, mental dan sosial serta emosional dari tiap anggota keluarga. Peranan keluarga dalam mencegah penyakit kusta antara lain:

1. Peningkatkan hygiene sanitasi lingkungan sekitar rumah untuk menekan timbulnya bibit penyakit, dari lingkungan keluarga yang sehat maka kemungkinan timbulnya penyakit akan semakin kecil

2. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang empat sehat lima sempurna sebagai awal perlindungan diri dari bibit penyakit

3. Keluarga sebagai motivator yang berperan penting secara psikologis apabila salah satu anggota keluarga sedang sakit agar dapat pulih kembali seperti semula

4. Pendidikan kesehatan dalam keluarga merupakan tingkatan awal dalam mencegah penyakit

5. Keluarga yang sehat mandiri ialah keluarga yang dapat mencegah, mendeteksi secara dini dan menyelesaikan masalah kesehatannya sendiri yang timbul dalam keluarganya.

H. Tahap Pencegahan Penyakit

Terdapat 3 tingkat tahapan pencegahan penyakit yaitu: Primary prevention, Secondary prevention dan Tertiary prevention

1. Primary prevention

a. Health promotion

1. Pendidikan kesehatan pada masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan mengenai ciri, sebab, gejala, pencegahan serta   pengobatannya agar masyarakat mengenali gejala penyakit penyakit kusta

2. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan 3. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna sebagai awal

perlindungan diri dari bibit penyakit 4. Menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari kemungkinan timbulnya

bakteri penyebab kusta

b. Specific protection

Page 42: Abi Salwa Skripsi Cuy

1. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan 2. Vaksin, namun Hingga saat ini belum ada vaksin untuk penyakit kusta, hanya

mengandalkan kekuatan imunitas dari masing-masing individu 3. Perlindungan terhadap cedera/luka agar kuman kusta tidak dapat dengan

mudah masuk ke dalam tubuh pejamu 4. Membatasi diri kontak langsung dengan orang yang menderita kusta dalam

waktu yang cukup lama

2. Secondary prevention

a. Early Diagnosis

1. Memeriksakan ke pelayanan kesehatan apabila ada tanda atau gejala penyakit kusta seperti adanya lesi/bercak putih yang menyerupai panu agar mendapatkan penanganan yang tepat

2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala 3. Bila sudah terdiagnosa penyakit kusta, maka penderita harus rutin melakukan

pengobatan. Pengobatan dilakukan secara cepat dan tepat agar tidak menjadi semakin parah

b. Disability Limitation

1. Pengobatan pada penderita kusta secara tepat dan adekuat. Pengobatan dilakukan secara rutin selama 6 bulan sampai 2 tahun agar tuntas dan kuman kusta tidak terdapat lagi dalam tubuh penderita

2. Pengobatan yang adekuat agar tidak menimbulkan kecacatan pada penderita. Penyakit kusta dapat menyebabkan kecacatan tubuh seperti kehilangannya kaki-tangan dari penderita

3. Tertiary Prevention

Rehabilitation

1. Penggunaan protesa extrimitas/kaki-tangan palsu agar penderita kusta dapat beraktifitas seperti sedia kala dan tidak bergantung pada orang lain serta dapat hidup mandiri

2. Psikoterapi: rehabilitasi kejiwaan agar penderita tidak depresi karena penyakit yang dideritanya dan bisa bergabung dalam kelompoknya seperti semula. Tujuan dari psikoterapi ini ialah agar penderita lebih percaya diri dan sehat yang membuat masyarakat yang berada di sekelilingnya dapat menerimanya kembali

3. Dukungan dari keluarga sangat penting dalam mengembalikan kepercayaan diri penderita

Daftar Pustaka

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 43: Abi Salwa Skripsi Cuy

Amirudin, R. 1997. Konsep Baru Paradigma Kesehatan. http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/konsep-baru-paradigma-kesehatan-bab-3-epid-perencanaan-edited/ diakses tanggal 31 Oktober 2009

Anonymous http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika diakses pada tanggal 24 Oktober 2009

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 1998. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta. Ditjen PPM & PL, Depkes RI Jakarta

Farich, A. 2006. Peningkatan Kesehatan Masyarakat. http://achmadfarich.pdf diakses pada tanggal 24 Oktober 2009

Handayani, S. 1997. Eliminasi Penyakit Kusta Pada Tahun 2000 (on line) http://www.kalbe.co.id/files/ diakses pada tanggal 24 Oktober 2009

http://www.jawatengah.go.id/dinkes/new/Profile2003/bab4.htm diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

http://www.who/programmesandproject/mediacentre/factsheet/ 2005, Leprosy diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

http://www.wikipedia/thefreeencyclopedia/leprosy/htm/ 2007. Leprosy diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

http://www.leprosytoday.org.htm/ 2008. Leprosy Today diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

http://www.medicalencyclopedia/leprosy/healthtopics/ 2008. Leprosy. diakses pada tanggal 25 Oktober 2009

http://www.departmentofhealth/leprosy/healthcare/a4572/mht/ 2004. Leprosy diakses pada tanggal 25 oktober 2009

Kandun, N I, 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. http://depkes.go.id. Diakses tanggal 31 Oktober 2009

Mubarak, W dan Nurul Chayatin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Salemba Medika, Jakarta

Mukono, J. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Erlangga University Press, Surabaya.

Muninjaya, A.A.G. 1999. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Notoatmodjo, S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Page 44: Abi Salwa Skripsi Cuy

Zein, U. 2008. Kusta dan Penularannya. http://www.gls.org/hidupsehat diakses tanggal 31 Oktober 2009

Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. http://www.library.usu.ac.id diakses tanggal 31 Oktober 2009

Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian besar para ahli adalah melalui : Timbulnnya penyakit kusta pada seseorang tergantung pada beberapa faktor yaitu :a.Sumber-sumber penularan, adalah penderita type MB yang belum diobati atau tidak teratur berobat.b.Kuman kusta : Kuman kusta yang utuh (solit)c.Daya tahan tubuh

Pemeriksaan Klinisa.Persiapan1) Tempat (tempat pemeriksaan harus cukup terang, sebaiknnya di luar rumah ) 2) Waktu pemeriksaan (pemeriksaan dilakukan pada siang hari dengan penerangan sinar matahari)3) Yang diperiksa (diberikan penjelasan kepada yang akan diperiksa dan keluarga tentang cara pemeriksaan)b.Pelaksanaan pemeriksaan :1) pemeriksaan pandangPemeriksaan dimulai dengan orang yang diperiksa berhadapan dengan petugas dan dimulai dari kepala (muka, cuping telinga kiri, cuping telinga kanan, pipi kanan, hidung, mulut, dagu, leher bagian depan). Penderita diminta memejamkan mata, untuk menggerakan mulut, bersiul, dan tertawa untuk mengetahui fungsi syaraf wajah. Semua kelainan kulit diperhatikan, seperti adanya macula, nodul, penebalan kulit dan kehilangan rambut.

2) Pemeriksaan rasa raba pada kelaianan kulitkapas, jarum pentul (rasa nyeri), air panas atau dingin dalam tabung reaksi (rasa suhu). Dengan cara

Page 45: Abi Salwa Skripsi Cuy

dioles dari bagian tengah bercak ke tepi. Prinsip pada pemeriksaan rasa raba adalah pasien harus memejamkan mata, ini supaya pasien tidak berbohong pada petugas. Jadi data yang diperoleh pun menjadi lebih valid.3) Pemeriksaan syaraf tepi dan fungsinnyaRaba syaraf tepi : nervus ulnaris, nervus radialis, nervus aurikularis magnus, nervus poplitea. Pentingnya mencacat apakah syaraf tepi tersebut nyeri tekan atau tidak adalah dengan memperhatikan raut muka penderita apakah kesakitan atau tidak pada waktu diraba.4) Pemeriksaan pembantua. Tes keringat dengan pensil tinta, pada lesi akan hilang sedang pada kulit normal ada bekas tinta (tes Gunawan).b. Pemeriksaan histopatologi dan tes lepromin, untuk klasifikasi penyakit.c. Pemeriksaan bakteriologi : untuk menentukan indek bakteriologi (IB) dan indek morfologi (IM). Pemeriksaan penting untuk menilai hasil pengobatan dan menentukan adanya resistensi pengobatan. Beberapa ketentuan lokasi pengambilan sediaan (sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif, kulit muka lebih baik dihindari karena alasan kosmetik, pada pemeriksaan pengulangan dilakukan pada lokasi kelaianan kulit yang sama, bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru).

PengobatanMDT adalah singkatan dari Multi Drug Therapy yang artinya pengobatan kombinasi. Jumlah obat dan lamanya pengobatan pada penderita kusta tergantung dari klasifikasi penderita, bila ragu-ragu penderita digolongkan tipe PB atau MB maka penderita diobati sebagai kusta tipe MB.1) Tujuan pengobatan :a) Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya atau bertambahnya cacat.b) Memutuskan mata rantai penularan dari penderita kusta, terutama tipe yang menular (MB) ke orang lain.c) Mencegah timbulnya resistensi.

2) Prinsip pengobatan :a) Sedini mungkin, pada penderita PB yang berobat dini dan teratur akan cepat sembuh tanpa menimbulkan cacat. Akan tetapi bagi penderita yang sudah dalam keadaan cacat pengobatan hanya dapat mencegah cacat yang lebih parah.b) Secara teratur, bila penderita tidak makan obat secara teratur, maka maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali dan memberikan gejala-gejala baru pada kulit dan syaraf.

3. Obat-obat yang digunakan :a) DDS (Dapsone) : Diamino Diphenyl Sulfone1) Bentuk tablet, warna putih, takaran 50 mg / tablet dan 100 mg / tablet.2) Sifat : bakteriostatik, menghalanngi atau menghambat pertumbuhan kuman kusta.3) Dosis : Dewasa 100 mg / hari, anak-anak 1 mg /kg BB / hari.4) Efek samping : jarang terjadi.b) Lamprene (B663) : Clorfazimine 1) Bentuk kapsul, warna coklat, takaran 50 mg / kapsul dan 100 mg / kapsul.2) Sifat : Bakteriostatik, menghambat pertumbuhan kuman kusta dan anti reaksi (menekan reaksi)

Page 46: Abi Salwa Skripsi Cuy

3) Efek samping :(1) Warna kulit terutama pada infiltrasi berwarna ungu sampai kehitam-hitaman(2) Gangguan pencernaan : nyeri pada lambung.c) Rifampicin1) Bentuk kapsul, takaran 150 mg, 300 mg dan 600 mg2) Sifat : Bakteriosid (mematikan kuman)3) Efek samping : dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan ginjal, flu sindrom, badan panas, beringus, lemah., akan hilang bila diberi obat simtomatis.4) Dosis : Untuk anak-anak 10-15 mg / kg BB / hari.d) PrednisonDiberikan untuk menghadapi reaksi.e) Vitamin ADigunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik (ichtiosis)

Pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan / penelitian epidemiologis. Ada tiga tingkatan pencegahan penyakit menular secara umum yakni : 1) Pencegahan tinngkat pertama Sasaran ditujukkan pada faktor penyebab, lingkungnan serta faktor pejamu.a) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuanuntuk mengurangi penyebab atau menurunkan penngaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangnkan mikro-organisme penyebab penyakit, menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, disamping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutus rantai penularan, serta mengurangi / menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko perorangan dan masyarakat.b) Mengatasi / modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk pemukiman lainnya.c) Meningkatkan daya tahan pejamu melalui perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan dan peningkatan ketahanan fisik melalui olah raga kesehatan.2) Pencegahan tingkat keduaSasaran pencegahan ditujukan pada mereka yang menderita atau yang dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi, antara lain :a) Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan uasaha surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perwatan yang efektif.b) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.

Page 47: Abi Salwa Skripsi Cuy

3) Pencegahan tingkat ketigaSasaran pencegahan adalah penderita yang menderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu penyakkit atau mencegah kelainan akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinnnya komplikasi dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin.b. Pencegahan Penularan Penyakit KustaCara penularannya saja belum diketahui pasti, hanya berdasarkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang dan erat. Anggapan kedua ialah secara inhalasi, sebab M. leprae masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet Tapi cara penularan menurut Ditjen PPM dan PLP dan Dinkes RI antara lain : tergantung dari sumber penularannya yaitu kusta tipe multi basiler (MB), kuman kusta yang solit, dan daya tahan tubuh.Kemudian yang mempengaruhi timbulnya penyakit kusta antara lain : 1. Sosial ekonomi (dimana kusta banyak terdapat di negara berkembang dan golongan sosial ekonomi lemah)2. Dan juga dari faktor lingkungan yang kurang memenuhi kebersihanBasil ini dapat ditemukan dimana-mana, misalnya didalam tanah, air, udara, dan pada manusia terdapat dipermukaan kulit, rongga hidung, dan tenggorokan. Basil ini dapat berkembang biak didalam otot polos / otot bergaris sehingga dapat ditemukan pada otot erector pili, otot dan endotel kapiler, otot di skrotum, dan otot iris mata. Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapat dalam urine. Spuntum dapat banyak mengandung M.leprae yang berasal dari traktus respiratorius atas Menurut kader kusta di Dinkes Ponorogo, cara pencegahan penularan kusta yang utama adalah melalui pengobatan. Sedang menurut kader kusta di Puskesmas Balong Ponorogo, selain pengobatan adalah dengan menghindari atau mengurangi kontak fisik dan peningkatan dari personal hygiene.Maka jelaslah dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan penularan kusta adalah :

a. Pengobatan sejak dini dan teratur.b. Hindari atau kurangi kontak fisik yang lama.c. Meningkatkan personal hygiene atau kebersihan diri dan lingkungan.d. Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan olah raga dan peningkatan pemenuhan nutrisi.e. Jangan bertukar pakaian dengan penderita, basil dapat ditemukan pada kelenjar keringat.f. Sendirikan peralatan mandi dan makan pasien.g. Dan khususnya bagi penderita kusta tipe MB jangan meludah sembarangan, karena basil ini masih bisa hidup beberapa hari dalam droplet.Meskipun hal-hal diatas tidak bisa menjamin tidak akan tertular kuman mycobacterium leprae, dikarenakan penyebab pasti dari penularan kusta belum diketahui secara pasti. Akan tetapi dengan cara-cara diatas diharapkan angka penularan kusta dapat diperkecil / dikurangi