Pengantar Studi Islam

22
10/2/2015 Pengantar Studi Islam http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 1/22 Pengantar Studi Islam Jumat, 14 Juni 2013 tugas review Buku Studi Islam Kontemporer TUGAS REVIEW BUKU “ STUDI ISLAM KONTEMPORER” Identitas Buku Judul : Studi Islam Kontemporer Jumlah Halaman : xii, 228 halaman No. ISBN : 9789799430847 Dimensi (L x P) : 14 x 21 cm Penulis : M. Rikza Chamami, M.S.I Jenis kertas : HVS Penerbit : Pustaka Rizki Putra Text : Bahasa Indonesia Cetakan pertama : Desember 2012 Jenis Huruf : Times New Roman Agama pada kenyataannya menjadi wujud penghambaan kepada Tuhan dan menjadi penguat untuk hidup saling berdampingan. Agama juga menjadi alat untuk menganalisa realitas sosial yang dinamis. Kondisi inilah yang mendorong perlunya membuat konstruksi baru dalam memaknai studi Islam kontemporer. Dimana studi Islam dapat dilakukan dengan nalar teologis dengan perspektif yang beragam, baik normatif, historis, filosofis dan rasionalis. Buku “ Studi Islam Kontemporer” ini merupakan salah satu wujud untuk merespons kenyataan itu. Catatancatatan dalam 2013 (5) Juni (1) tugas review Buku Studi Islam Kontemporer Mei (1) April (3) Arsip Blog Fitri Choiri Ikuti 1 Lihat profil lengkapku Mengenai Saya 0 More Next Blog» Create Blog Sign In

description

fre

Transcript of Pengantar Studi Islam

Page 1: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 1/22

Pengantar Studi Islam

Jumat, 14 Juni 2013

tugas review Buku Studi Islam Kontemporer

TUGAS REVIEW BUKU “ STUDI ISLAM KONTEMPORER”Identitas BukuJudul : Studi Islam Kontemporer Jumlah Halaman : xii, 228 halamanNo. ISBN : 9789799430847 Dimensi (L x P) : 14 x 21 cmPenulis : M. Rikza Chamami, M.S.I Jenis kertas : HVSPenerbit : Pustaka Rizki Putra Text : Bahasa IndonesiaCetakan pertama : Desember 2012 Jenis Huruf : Times New Roman

Agama pada kenyataannya menjadi wujud penghambaan kepada Tuhan dan

menjadi penguat untuk hidup saling berdampingan. Agama juga menjadi alat untukmenganalisa realitas sosial yang dinamis. Kondisi inilah yang mendorong perlunyamembuat konstruksi baru dalam memaknai studi Islam kontemporer. Dimana studiIslam dapat dilakukan dengan nalar teologis dengan perspektif yang beragam, baiknormatif, historis, filosofis dan rasionalis. Buku “ Studi Islam Kontemporer” inimerupakan salah satu wujud untuk merespons kenyataan itu. Catatancatatan dalam

2013 (5) Juni (1)

tugas review Buku Studi IslamKontemporer

Mei (1)

April (3)

Arsip Blog

Fitri Choiri Ikuti 1

Lihat profillengkapku

Mengenai Saya

0 More Next Blog» Create Blog Sign In

Page 2: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 2/22

merespon fakta studi Islam ini berawal dari diskusidiskusi ilmiah yang penulis lakukanuntuk mendeskripsikan warna studi Islam dalam empat pola : Studi Peradaban Islam,Studi Filsafat, Studi Ruh Sumber Islam dan Studi Kawasan. Berikut akan dijelaskansecara singkat, padat dan jelas dari sepuluh bab dari buku tersebut.Bab I. Pasang Surut Kebangkitan Kebudayaan dan Keilmuan : Potret DisintegrasiAbbasiyah. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al Shaffah bin Muhammad bin Alibin Abdullah bin Abbas. Perjalanan dinasti Abbasiyah sejak berdiri hingga berakhirdengan adanya disintegrasi memang sudah tercatat sebagai sejarah Islam yang cukupfantastis. Terbukti bahwa pasang kebangkitan kebudayaan dan keilmuan terjadi padadinasti ini diantaranya karena umat dalam keadaan yang tenteram dan ekonomi yangstabil maka kebudayaan berkembang luas di kalangan umat, kemudian muncul kegiatanmenyusun buku – buku ilmiah serta mengatur ilmu –ilmu Islam. Tandatanda adanyadisintegrasi adalah munculnya dinastisinasti kecil di barat maupun timur Baghdad yangberusaha melepaskan diri atau meminta otonomi, perebutan kekuasaan oleh dinastiBuwaihi dari Persia dan Saljuk dari Turki di Baghdad sehingga menjadikan fungsikhilafah bagaikan boneka, dan lahirnya perang salib antara pasukan Islam denganpasukan Salib Eropa.Bab II. Kajian Kritis Dialektika Fenomenologi dan Islam Fenomenologi adalah suatu hal yang tidak nyata yang berarti ungkapan kejadianyang dapat diamati dengan indera. Fenomenologi memperhatikan bendabenda yangkongkrit, bukan dalam arti yang ada dalam kehidupan seharihari, akan tetapi denganstruktur yang pokok dari bendabenda tersebut, sebagaimana yang kita rasakan dalamkesadaran. Karakteristik kajian fenomenologi dalam agama yaitu sebagai religiusitas(keberagamaan) yang bersifat universal, tidak terbatas, dan transhistoris. Dialektikakritis fenomenologi mengalami krisis ilmu sebagai permasalahan hubungan plantonisantara teori murni dengan praktis kehidupan, dan juga sebagai titik tolak permaslahan diBarat. Islam dari aspek fenomenologi menggunakan tata pikir logika lebih dari kausallinier dan bertujuan membangun ilmu idiografik.

Page 3: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 3/22

Bab III. Filsafat Materialisme Karl Mark dan Friedrick EngelsMarx menganggap bahwa materi adalah hal yang utama, sementara pikiran –

wilayah konsep dan ide yang begitu penting bagi para pemikir – sebenarnya hanyarefleksi. Untuk filsafat Marx dan Engels yang samasama menggagas filsafatmaterialisme Dialektis (dengan metode dialektika) dan filsafat materialisme historis(memusatkan pemikiran pada sejarah) yang berkiblat pada Hegel secara kritis denganmelakukan rekonstruksi. Dapat pula diartikan bahwa materialisme adalah systempemikiran yang meyakini materi sebagai satusatunya keberadaan yang mutlak danmenolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, danmendapat penerimaan yang meluas di abad 19, system berpikir ini menjadi erkenaldalam bentuk paham materialisme dialektik. Bab IV. Skeptisisme Otentitas Hadits : Kritik Orientalis Ignaz Goldziher Goldziher adalah seorang orientalis ahli tafsir dan hadits yang berasal dariHongaria berkebangsaan Jerman yang masih mengakui bahwa hadits sebagai sumberajaran Islam. Dalam rangka membuat kritik hadits , Goldziher masih memilah antarahadits dan sunnah. Ia menyatakan bahwa hadits bermakna suatu disiplin ilmu teoritisdan sunnah adalah kopendium aturanaturan praksis. Satusatunya kesamaan sifat antarakeduanya adalah bahwa keduanya berakar turuntemurun. Dia menyatakan bahwakebiasaankebiasaan yang muncul dalam ibadah dan hukum, yang diakui sebagai tatacara kaum Muslim pertama yang dipandang berwenang dan telah pula dipraktikkandinamakan sunnah atau adat/kebiasaan keagamaan.Bab V. Telaah Sosio – Kultural : Manhaj Ahlul Madinah Madzhabmadzhab yang dikenal sebagai ahlul hadits adalah madzhab asySyafi’imadzhab Hambali, dan madzhab Maliki. Imam Syafi’i memperkenalkan suatu polapenalaran dan metode pengolahan hukum yang utuh dan sistematis yang kemudiandikenal sebagai ushul fiqh. Sedangkan ijtihad yang dilakukan ahlul Ra’yi sangatberperan dalam penggalian dan penetapan hukum, baik terhadap hukum yang tersiratmaupun yang tersembunyi yang diperkirakan hukumnya tidak ada . Pencipta hukumadalah Allah, sekalipun para mujtahid telah menghasilkan hukum, maka apa yang

Page 4: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 4/22

dihasilkannya itu pada dasarnya bukanlah hukum mujtahid. Para mujtahid hanya sekedarmenggali, menemukan dan melahirkan hukum Allah yang tersembunyi hingga nyata.Para mujtahid hanya sekedar menyampaikan dan merumuskannya dalam bentuk formulahukum. Bab VI. Postmodernisme : Realitas Filsafat Kontemporer Postmodernisme dalam bidang filsafat bisa siartikan sebagai segala bentukrefleksi kritis atas paradigmparadigma modern dan atas metafisika pada umumnya.Diskursus postmodernisme yang memang tampil mencolok dalam arsitektur, sastra, senilukis, dan filsafat kontemporer. Dimana postmodernisme identik dengan dua hal.Pertama, postmodernisme dinilai sebagai keadaan sejarah setelah zaman modern. Sebabkata post atau pasca secara literal mengandung pengertian “sesudah”. Dengan begitumodernisasi dipandang telah mengalami proses akhir yang akan segera digantikandengan zaman berikutnya, yaitu postmodernisme. Kedua, postmodernisme dipandangsebagai gerakan intelektual yang mencoba menggugat, bahkan mendekonstruksipemikiran sebelumnya yang berkembang dalam bingkai paradigma pemikiran modern.Bab VII. Potret Metode dan Corak Tafsir Al Azhar Tafsir AlAzhar adalah salah satu tafsir karya warga Indonesia yaitu Prof.Hamka yang dirujuk atau dianut dari Tafsir Al Manar karya Muhammad Abdu danRasyid Ridla. Prof Hamka adalah seorang pemikir muslim progresif dan tokohMuhammadiyah yang rela berkorban dalam memperjuangkan Islam hingga beliaudipenjara. Namun masuknya dia ke penjara bukan menjadi hambatan dalam berkarya,justru di dalam sel kala itu beliau menyelesaikan penulisan Tafsir AlAzhar. Metodeyang dipakai oleh Prof. Hamka dalam Tafsir AlAzhar adalah metode analisis (tahlili)bergaya khas tertib mushaf. Metode analitis ialah menafsirkan ayatayat alQur’andengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat tersebut sertamenerangkan maknamakna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dankecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat tersebut. Kemudian untuk corak tafsirAlAzhar menggunakan corak kombinasi alAdabi alIjtima’iSufi (sosialkemasyarakatan), yaitu corak tafsir yang berusaha memahami nashnash alQur’an

Page 5: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 5/22

dengan cara pertama dan utama mengemukakan ungkapanungkapan alQur’an secarateliti, selanjutnya menjelaskan maknamakna yang dimaksud oleh alQur’an tersebutdengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian menghubungkan nashnash alQur’an yang dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada. Bab VIII. Diskursus Metode Hermeneutika Al – Qur’an Hermeneutika digunakan sebagai jembatan untuk memahami Islam secaraexhaustive (menyeluruh), baik dari persoalan historissosiologis dan semiotiskebahasan. Hermeneutika adalah salah satu diantara teori dan metode menyingkapmakna tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggungjawab utama dan pertama darihermeneutika adalah menampilkan makna yang ada dibalik simbolsimbol yang menjadiobjeknya. Hermeneutika alQur’an merupakan istilah yang masih asing dalam wacanapemikiran Islam. Diskursus penafsiran alQur’an tradisional lebih banyak mengenalistilah altafsir, alta’wil, dan albayan. Istilah hermeneutika merupakan kosakata filsafatBarat yang digunakan oleh beberapa pemikir Muslim kontemporer dalam merumuskanmetodologi baru penafsiran alQur’an dan diintroduksi secara definitif untukmenjelaskan metodologi penafsiran alQur’an yang lebih kontemporer dan sistematis.Bab IX. Jawa dan Tradisi Islam Penafsiran Historiografi Jawa Mark R. Woodward Mark R. Woodward, seorang Profesor Islam dan Agamaagama Asia Tenggaradi Arizona State University merupakan sosok yang sangat tegas menyatakan bahwaIslam Jawa adalah Islam, ia bukan Hindhu atau HindhuBudha, sebagaimana dituduhkanoleh Geertz dan sejarawanantropolog lainnya. Selain itu, ia juga mengemukakan bahwaIslam Jawa adalah unik, bukan karena ia mempertahankan aspekaspek budaya danagama praIslam, tetapi karena konsep sufi mengenai kewalian, jalan mistik dankesempurnaan manusia diterapkan dalam formulasi suatu kultus keratin (imperial cult).Ciri Islam Jawa menurut Mark yaitu kecepatan dan kedalamannya mempenertrasimasyarakat HindhuBudha yang paling maju (sophisticated). Sebagai contoh fenomenatradisi Jawa : karya sastra yang berpatronase dengan keraton seperti Serat Saloka Jiwakarya Ranngawarsita dan Serat Centhini karya Pakubuwono V dengan nilainilaisufisme, ritual Sekatenan dikorelasikan dengan rekonstruksi sejarah Islamisasi Jawa,

Page 6: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 6/22

Diposkan oleh Fitri Choiri di 22.32 Tidak ada komentar:

ajaranajaran Islam dalam pewayangan, dan penekanan bentuk keberagaman yangmengedepankan kesalehan praksis pada masyarakat Jawa.Bab X. Reinterpretasi Profil Peradaban Islam Peradaban Islam dari Damaskus, Kordova, dan Tunisia, selama beberapa abadlamanya mampu menguratkan tinta emas kebesaran peradaban dan kebudayaan umatmanusia yang begitu gemilang. Pelajaran bagi kita adalah Islam dalam berbagaiperwujudannya selalu menampilkan mentalitas masyarakat pada zamannya. Apabilamasyarakat Islam tidak dalam posisi marjinal dan mempunyai rasa percaya diriyangtinggi, maka mereka akan mampu menampilkan wajah Islam yang terbuka, progresifkosmopolit, dan berkarakter liberal. Dan apabila posisi masyarakat muslim terpuruk dantertekan, maka yang menonjol justru karakter masyarakat Islam yang paranoid,eksklusif, reaktif, tertutup, anti dialog dan cenderung menggunakan bahasa kekerasankarena rasa putus asa yang mendalam. Maka dari itu, kini saatnya untuk menentukandan mengonstruksi peradaban Islam mendatang. Kondisi mentalitas masyarakat muslimakan memberi andil sangat besar untuk melahirkan wajah Islam masa mendatang.

Rekomendasikan ini di Google

Rabu, 01 Mei 2013

Epistemologi Keilmuan IslamEPISTEMOLOGI KEILMUAN ISLAM MAKALAHDisusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam (PGMI2b) Dosen pengampu : M. Rikza Chamami, M. SI Disusun Oleh : Tri Nofiatun (103611024) Fitri Choiri Hidayati (103611033) Heni Puji Astuti (123911051) Imro’atul Azizah (123911053) Issatir Rodliyah (123911054) Nita Fitriyani (123911077)

Page 7: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 7/22

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013EPISTEMOLOGI KEILMUAN ISLAM

I. PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi yang hingga saat ini menjadi kunci yang paling mendasar darikemajuan yang diraih umat manusia, tentunya tidak datang begitu saja tanpa ada sebuahdinamika atau diskursus ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itulah lazim dikenaldengan istilah epistemologis.Lebih lanjut Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa Epistemologimembicarakan sumber ilmu pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh ilmupengetahuan.Oleh karena itu, epistemologis ini menempati posisi yang sangat strategis, karena iamembicarakan tentang cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Mengetahui cara yangbenar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan hasil yang ingin dicapai yaituberupa ilmu pengetahuan. Pada kelanjutannya kepiawaian dalam menentukan epistimologis, akansangat berpengaruh pada warna atau jenis ilmu pengetahuan yang dihasilkan. Sejarah telahmencatat bahwa peradaban Islam pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan dunia sekitar abad ke7sampai abad ke15. Setelah itu, masa keemasan itu mulai melayu, statis, bahkan mundur hinggaabad ke21 ini.Hal itu terjadi, karena Islam dalam kajian pemikirannya paling tidak menggunakanbeberapa aliran besar dalam kaitannya dengan teori pengetahuan (epistemologi). Setidaknya adatiga model sistem berpikir dalam Islam, yakni bayani, irfani dan burhani yang masingmasingmempunyai pandangan yang berbeda tentang pengetahuan. Ketiga sistem atau pendekatantersebut dikenal juga tiga aliran pemikiran epistemologi Barat dengan bahasa yang berbeda, yakniempirisme, rasionalisme dan intuitisme. Sementara itu, dalam pemikiran filsafat Hindu dinyatakanbahwa kebenaran bisa didapatkan dari tiga macam, yakni teks suci, akal dan pengalaman pribadi.Selain sebagai instrumen untuk mencari kebenaran, ketiga epistemologi tersebut juga bisadigunakan sebagai sarana identifikasi cara berfikir seseorang. Pemahaman paling sederhana padaketiga epistemologi ini adalah jawaban dari pertanyaan, “Dengan apakah manusia mendapatkankebenaran?”.Seorang filosof dengan corak berfikir burhani akan menjawab bahwa sumberkebenaran itu dari akal atau panca indera. Dengan kedua sarana ini manusia memunculkan duadikotomi antara apa yang disebut rasional dan irrasional. Rasional adalah sebuah kebenaran,sebaliknya irrasional adalah sebuah kesalahan. Selanjutnya orang yang memiliki corak berfikirbayani akan menjawab bahwa sumber kebenaran itu dari teks. Rasio tidak memiliki tempat dalampembacaan mereka terhadap kebenaran. Ketercukupan golongan ini terhadap teks memasukkanmereka pada golongan fundamental literalis. Sedangkan orang yang memiliki corak berfikir irfaniakan menjawab bahwa sumber kebenaran itu dari wahyu, ilham, wangsit dan sejenisnya. Polaberfikir demikian akan membangun sebuah struktur masyarakat yang memiliki hirarki atas bawah.Untuk lebih memahami mengenai epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani penulis akanmenjelaskannya dalam makalah ini. II. RUMUSAN MASALAH A. Apa Definisi Epistemologi, Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani? B. Bagaimana Model Berfikir Bayani, Burhani dan Irfani?

Page 8: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 8/22

C. Apa Saja Keunggulan dan Kelemahan Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani? III. PEMBAHASAN A. Definisi Epistemologi, Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani a. Definisi Epistemologi Secara etimologi, kata “epistemologi” berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Epistemeberarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian, atau ulasan. Jadi epistemologi adalahsebuah teori tentang pengetahuan, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Theory ofKnowledge. Secara terminologi, Dagobert D.Runesdalam bukunya,Dictionary of Philoshopy, yangdikutip Armai Arief, mengatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidikitentang keaslian pengertian, struktur, mode dan validasi pengetahuan. Pendapat lain dikemukakanoleh D.W. Hamlyan, sebagaimana yang dikutip Mujamil, yang mendefinisikan epistemologisebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar danpengandaianpengandaiannya, serta secara umum hal itu dapat diandalkan sebagai penegasanbahwa orang memiliki pengetahuan. Dengan demikian maka epistemologi adalah sebuah ilmuyang mempelajari halhal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.Oleh karena itu, epistemologi bersangkutan dengan masalahmasalah: 1.Filsafat, sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan. 2.Metode, memliliki tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan. 3.Sistem, bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya secararasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinyadengan diri, interaksi dengan lingkungan sosial, dan juga interaksinya dengam alam sekitarnya.Oleh karena itu, epistemologi juga disebut sebagai suatu disiplin yang bersifat evaluatif, normatif,dan kritis. Evaluatif berarti menilai. Ia menilai apakah suatu kenyakinan, sikap, pernyataanpendapat, dan teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasaryang dapat dipertanggung jawabkan secara nalar. Normatif berarti menentukan norma atau tolakukur. Dalam hal ini adalah tolak ukur kenalaran bagi kebenaran pengetahuan. Epistemologisebagai cabang ilmu filsafat tidak cukup hanya memberi deskripsi atau paparan tentangbagaimana proses manusia mengetahui itu terjadi, tetapi perlu juga membuat penentuan manayang betul dan mana yang salah berdasarkan norma empirik. Sedangkan kritis berarti banyakmempertanyakan dan menguji kenalaran, cara maupun hasil kegiatan manusia mengetahui. b. Definisi Epistemologi Bayani Secara bahasa, Bayani bermakna sebagai penjelasan,pernyataan, ketetapan. Sedangkan secara terminologis, Bayani berarti pola pikir yang bersumberpada nash (AlQur’an dan AlHadits), ijma’, dan ijtihad.Jika dikaitkan dengan epistemologi, makapengertiannya adalah studi filosofis terhadap struktur pengetahuan yang menempatkan teks(wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Adapun akal hanya menempati tingkat sekunder danbertugas hanya untuk menjelaskan teks yang ada. c. Definisi Epistemologi Burhani Kata Burhani diambil dari bahasa Arab, alburhan, yang mengikutipenjelasan Muhammad Abid alJabiri memiliki arti sebagai argumentasi yang kuat dan jelas (al

Page 9: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 9/22

hujjah alfashilah albayyinah). Sedangkan kata yang memiliki makna yang sama dengan alburhan dalam bahasa inggris adalah demonstration. Arti kata demonstration adalah berfikir sesuaidengan alur tertentu atau penalaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,pengetahuan demonstratif merupakan pengetahuan yang integratif, sistemik, dan sistematik. Ciridaripada pengetahuan demonstratif ada tiga, yaitu: 1. Pokok bahasannya jelas dan pasti 2.Unversal dan tidak partikular 3. Memiliki peristilahan teknis tertentu. Menurut Abid alJabiri, burhan dalam logika adalah aktivitas intelektual untuk membuktikankebenaran suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi. Sedangkan dalam pengertianumum, burhan merupakan semua aktivitas intelektual untuk membuktikan kebenaran suatupreposisi. Istilah burhan juga dipakai dalam pengertian yang cukup beragam. Beberapadiantaranya: 1. Cara atau jenis argumentasi 2. Argumen itu sendiri 3. Bukti yang terlihat dari suatuargumen yang meyakinkan Pengertian dalam bentuk yang ketiga ini digunakan dalam AlQur’ansurat AnNisa ayat 174 dan surat Yusuf ayat 24. QS. AnNisa ayat 174:

• • “Hai manusia, Sesungguhnya

telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dantelah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. AnNisa/4:174)QS. Yusuf ayat 24:

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) denganYusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihattanda (dari) Tuhannya[750]. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dankekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hambahamba Kami yang terpilih.” (QS.Yusuf/12:24) Dalam bahasa lain, metode burhani atau demonstratif merupakan sebentuk inferensirasional, yaitu penggalian premispremis yang menghasilkan konklusi yang bernilai. Pola pikirBurhani bersumber pada realitas (alam, sosial, humanitas). d. Definisi Epistemologi Irfani Irfan dalam bahasa Arab semakna dengan ma’rifah yang diartikandengan al‘ilm. Di kalangan sufi, kata ‘Irfan dipergunakan untuk menunjukan jenis pengetahuanyang tertinggi, yang dihadirkan ke dalam qalb dengan cara kasyf atau ilham. Di kalangan kaumsufi sendiri, ma’rifah diartikan sebagai pengetahuan langsung tentang Tuhan berdasarkan ataswahyu atau petunjuk Tuhan. Ia bukan merupakan hasil atau buah dari proses mental, tetapisepenuhnya amat tergantung pada kehendak dan karunia Tuhan, yang akan memberikannyasebagai karunia dariNya yang mana Dia memang sudah menciptakan manusia dengan kapasitasuntuk menerimanya. Inilah sinar ilahi yang menyinari ke dalam diri manusia dan melimpahi setiapbagian dari tubuh dengan berkas cahaya yang menyilaukan. Berbeda dengan kedua episteologisebelumnya, sumber epistemologi Irfani adalah intuisi. Hal ini disebabkan karena dalam dinamikasejarahnya, Irfani lebih dekat dengan perkumpulan tarekat. Padahal, tarekat itu sendiri adalah

Page 10: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 10/22

institusi (organized expresion) dari tradisi gnosis (tasawuf) dalam budaya islam. Sumber terpokokepistemologi Irfani adalah pengalaman (experience). B. Model Berfikir Bayani, Burhani dan Irfani a. Model Berfikir Bayani Ditinjau dari perspektif sejarah, bayani sebetulnya sudah dimulai sejak pada masa awal Islam.Hanya saja pada masa awal ini, yang disebut dengan bayani belum merupakan sebuah upayailmiah dalam arti identifikasi keilmuan dan peletakan aturan penafsiran teksteksnya, tetapi barusekedar upaya penyebaran tradisi bayani saja. Hal ini sama halnya dengan istilahistilah lain,seperti qiyas, yang sesungguhnya dalam aspek praktek sudah berlangsung sejak masa awalIslam, tetapi sebagai sebuah teori dan metodologi baru muncul kemudian. Formulasi qiyas secaramapan menjadi sebuah kerangka teori dan metodologi yang kokoh terbangun pada masakeemasan umat Islam lewat tangantangan kreatif ahli ushul fiqih. Dalam tradisi keilmuan Islam,corak bayani sangat dominan. Dengan segala karakteristiknya, corak bayani bukanlah sebuahcorak yang sempurna. Salah satu kelemahannya adalah kurang peduli terhadap isuisukeagamaan yang bersifat konstektual. Padahal, jika ingin mengembangkan pola berfikir bayani,maka mau tidak mau harus menghubungkan dengan pola berfikir irfani dan burhani. Jika masingmasing tetap kokoh pada pendiriannya dan tidak mau membuka diri, berdialog, dan salingmelengkapi satu sama lain, sulit rasanya studi Islam dan pengembangan ilmuilmu keislamanmampu menjawab tantangan kontemporer yang terus berkembang tiada henti. Dalam tradisibayani, otoritas kebenaran terletak pada teks (wahyu). Sementara akal menempati posisisekunder. Tugas akal dalam konteks epistemologi bayani adalah menjelaskan teksteks yangada. Sementara bagaimana implementasi ajaran teks tersebut dalam kehidupan konkret berada diluar kalkulasi epistemologi ini. Sejak dari awal, pola pikir bayani lebih mendahulukan qiyas danbukan mantiq lewat silogisme dan premispremis logika. Epistemologi tekstual lughawiyyah (alaslwa alfa’; allafz wa alma’na) lebih diutamakan daripada epistemologi konstektualbahtsiyyahmaupun spiritualitas‘irfaniyyahbatiniyyah. Di samping itu, nalar epistemologi bayani selalumencurigai akal pikiran, karena dianggap akan menjauhi kebenaran tekstual. Sampaisampaimuncul kesimpulan bahwa wilayah kerja akal pikiran perlu untuk di batasi sedemikian rupa danperannya dialihkan menjadi pengatur dan pengekang hawa nafsu, bukannya untuk mencari sebabdan akibat lewat analisis keilmuan yang akurat. Dalam pemikiran alJabiri, sistem epistemologiindikasi atau eksplikasi (bayani), sevara historis, adalah sistem epistemologi paling awal dalampemikiran Arab. Sistem ini sangat dominan dalam ilmuilmu pokok, seperti filologi,yurisprudensi(fiqih), ilmu alQur’an (interpretasi, hermeneutika, dan tafsir), teologi dialektis (kalam),dan teori sastra nonfilsafat. Sistem epistemologi bayani ini menghasilkan suatu pakem kombinatifuntuk menafsirkan wacana dan menentukan saratsarat produksi wacana. Konsep dasar sistemini menggabungkan metode fiqih seperti yang dikembangkan oleh alSyafi’i, dengan metoderetorika seperti yang dikembangkan oleh alJahiz. Sistem ini berpusat pada hubungan antaraungkapan dan makna, di samping syaratsyarat yang telah ditambahkan oleh para fuqaha danteolog seperti sarat kepastian, analogi, inti laporan, dan tingkatan otentisitas atau reliabilitasnya.

Page 11: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 11/22

Hasil akhirnya adalah sebuah teori pengetahuan yang dalam setiap levelnya bersifat bayani.Dalam level logika internalnya, teori pengetahuan (epistemologi) ditentukan oleh konsep bayaniyang termasuk gaya bahasa puitik, ungkapan oral (enunciation), pemahaman, komunikasi, danpenangkapan secara penuh. Hal yang sama juga terdapat dalam ranah materi pengetahuan, yangterutama disusun dari alQur’an, hadits, tata bahasa, fiqih, serta prosa atau puisi Arab. Begitu jugahalnya dengan ranah ideologi, karena kekuatanotoritatif yang menentukan, yaitu dogma Islam, adadi belakang ranah ini. Oleh karena itu, sejak awal ada batasan atau larangan tertentu untukmenyamakan pengetahuan dengan keimanan kepada Tuhan. Sistem ini juga diterapkan dalamranah epistemologi , dimana manusia dipahami sebagai makhluk yang diberkati kapasitas bayandengan dua tipe ”nalar”;pertama dalam bentuk bakat, dan yang lain adalah hasil pembelajaran.Tipe pemikiran yang terbangun dari talenta merupakan pemberian Tuhan. Sedangkan hasilpemikiran yang terbentuk dari pembelajaran merupakan hasil tindak lanjut dan renungan yangsangat ditentukan oleh otentisitas proses transmisi, mengingat perenungan membutuhkanpemikiram (thinking), bukan nalar (reason), atau pembuktian yang terdapat di luar atau di balikbatasanbatasan nalar. Fungsi nalar adalah untuk menelaah realitas dunia sebagai manifestasiatau tanda apapun yang ada di dalamnya, namun tidak dapat dipahami secara langsung. Inisesuai dengan ketentuanketentuan penalaran dengan menganalogikan yang tidak diketahui (qiyasalghoib ‘ala alshahid). AlJabiri menjelaskan bahwa sistem bayani dibangun oleh dua prinsipdasar; pertama, prinsip diskontinuitas atau keterpisahan (alinfisal), dan kedua, prinsip kontingensiatau kemingkinan (altajwiz). Perisipperinsip tersebut termanifestasi dalam teori substansiindividu (aljauhar alfard) yang mempertahankan bahwa hubungan substansi sebuah individu(tubuh, tindakan, sensasi, dan apapun yang terbentuk di dalamnya) didasarkan atas hubungan danasosiasi yang kebetulan saja, tapi tidak memengaruhi dan berinteaksi. Teori ini sesungguhnyamenafikan teori kausalitas atau ide tentang adanya hukum alam. Sumber sistem epistemologisemacam ini terdapat dalam gagasangagasan Badui (Arabi) yang disalahpahami satusatunyarujukan yang mempunyai otoritas tidak hanya kepada alQur’an, tetapi juga pola pembacaannyadalam pandangan dunia masyarakat Arab praIslam yang nomaden. Bahasa Arab menjadi satusatunya perantara dan kerangka rujukan, karena bahasa Arab adalah bahasa alQur’an. Konstruksiyang semacam itu terbentuk pada masa kodifikasi dan telah dipergunakan sebagai prinsiplegitimasi. b. Model Berfikir Burhani Metode demonstratif adalah satu metode rasional atau logis yangdigunakan oleh para filosof selain empat macam non demonstratif, yaitu dialektis yang berkenaanpernyataanpernyataan dan dan jawaban dialektika, sofistik yang membicarakan pemikirananalogis yang mengajarkan lawan dari kebenaran, retorik yang berhubungan dengan jenis persuasidan dampaknya dalam pidato, poetika yang berkaitan dengan pemikiran antalogis yangmengajarkan penciptaan perumpamaan dan kiasan. Namun, diantara metodemetode rasionaltersebut, metode demonstratif dapandang paling akurat karena itu, digunakan sebagai metodeilmiah dasar yang aplikasinya meluas tidak hanya di bidang logika dan filosofis, tetapi jugadibidang empiris dan matematika. Metode burhani, pada dasarnya, adalah metode logika atau

Page 12: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 12/22

penalaran rasional yang digunakan untuk menguji kebenaran dan kekeliruan dari sebuahpernyataan atau teori ilmiah dan filosofis dengan memperhatikan keabsahan dan akurasipengambilan dengan sebuah kesimpulan ilmiah. Sebuah silogisme baru dikatakan demonstratifapabila premispremisnya didasarkan bukan pada opini, melainkan dengan kebenaranutama(primary truth), karena apabila premispremisnya benar , kesimpulannya tidak dipastikanbenar. Namun sebaliknya, kalau premispremisnya tidak didasarkan pada kebenaran yang teruji,kesimpulanya juga akan meragukan, bahkan bisa keliru. Contoh klasik silogisme demonstratifadalah sebagai berikut :Semuamanusia akan mati (fana). Wagiman adalah manusia, makaWagiman akan mati. Pernyataan “ semua manusia akan mati” disebut premis mayor, sedangkan“wagiman adalah mausia” adalah premis minor. Kata” manusia” yang muncul dari premis tersebutdisebut minddle term. Kalau premis mayor dan minor benar tanpa keraguraguan, bisa dipastikanbahwa kesimpulan “wagiman akan mati” adalah benar. Inilah contoh metode demonstratif yangideal. Namun dalm praktiknya, yidak semua kebenaran premis itu jelas dan karenanya perlukriteria yang ketat tentang kebenaran tersebut, seperti melalui verifikasi dan falsifikasi. MenurutAristoteles, pengetahuan mengetahui sesuatu secara mutlak, tidak bersifat aksidental denagnmenemukan sebabsebabnya (‘illah). Ia juga mengmukakan bahwa tiaptiap kejadian mempunyaiempat penyebab yang semuanya harus disebut, jika hendak mengetahui suatu kejadian. Syaratitu berlaku baik bagi kejadian alam maupun kejadian yang disebabkan oleh manusia. Keempatpenyebab kejadian tersebut yaitu : pertama penyebab efisien (efficient cause/fail) ;inilah faktoryang menjalankan kejadian. Kedua, penyebab final final cause/ghayah); inilah tujuan yang menjadiarah seluruh kejadian. Ketiga, penyebab material (material cause /madah); inilah bahan dari manabenda dibuat. Keempat, penyebab formal (formal cause/shurah);inilah bentuk yang menyusunbahan. Dengan keempat penyebab diatas, Aristoteles ingin menjelaskan secara lengkap semuafaktor yang dapat menyebabkan suatu peristiwa. Ditinjau dari perspektif metodologi, Burhanimrnggunakan logika (almaqayis) sebagai metodologi. Logika, dalam perspektif Muthahari,merupakan sejenis pekerjaan pikiran dan gerakan pikiran yang bertolak dari maklum menujumajhul dan merubahnya menjadi maklum. Setiap logika minimal harus terdiri dari dua premis, yaitupremis mayor dan premis minor salah satunya menjadi pendukung serta konklusi. Sementaradalam pandangan filosof alFarabi, metode alburhaniyah (demonstrasi) merupakan metodologiyang super canggih dibandingkan dengan metodologimetodologi lainnya, seperti metodologidialektika (jadaliyah), dan metodologi retorika (khatabbiyah). Jika metode retorika dan dialektadapat dikonsumsi oleh masyarakat umum, hal ini tidak berlaku bagi metode burhani. Burhanihanya mampu dikonsumsi oleh orangorang tertentu. Ditinjau dari aspek sumber (origin),epistemologi burhani bersumber dari realitas (alqaqi’), baik berupa realitas alam, sosial,humanitas maupun keagamaan. Ilmuilmu yang muncul dari tradisi burhani disebut al‘ilm alhusuli,yakni ilmu yang dikonsep, disusun, dan disistematisasikan hanya melalui premispremis logika(almantiq al‘ilmy). Metode burhani ini biasa digunakan dan dijumpai dalam filsafat paripatetikyang secara eksklusif mengandalkan dedukasi rasional dengan menggunakan silogisme yangterdiri dari premispremis dan konklusi. Metode ini dikembangkan oleh alKindi, alFarabi, Ibn Sina

Page 13: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 13/22

dan Ibn Rusyd. Sebagai contoh dalam masalah ini dapat dilihat dari analisis alFarabi dan Ibn Sinatentang Tuhan dan dunia. Kerangka dasar pemahaman keduanya berangkat dari pemahamanbahwa Tuhan adalah satusatunya dzat yang wujudnya tidak disebabkan dari yang lain.Sementara semua yang ada di alam semesta ini muncul karena adanya sebab di ludirinya.Epistemologi burhani menempatkan akal dalam otoritas kebenaran. c. Model Berfikir IrfaniIrfani berakar dari bahasa Yunani gnosis, yang berarti ma’rifah, al‘ilm, dan alhikmah (filsafat). DiEropa, pengetahuan Irfani ini dipandang sebagai suatu gerakan agama (gnoticism) yang heretik,menyimpang, dan muncul dari dalam agama Kristen. Bahkan menurut kajian modern, gnoticismtidak hanya merupakan gerakan yang berhubungan dengan agama Kristen saja, melainkan jugasebagai fenomena umum yang dikenal dalam tiga agama samawi, Islam, Kristen dan Yahudi.Lebih dari itu, istilah ini dikenal pula dalam agama paganistik. Melacak pada konteks maknanya,maka harus dibedakan antara gnosis dan gnoticism. Gnosis adalah pengetahuan tentang rahasiarahasia ketuhanan yang hanya dimiliki oleh sekelompok orang tertentu. Sedangkan gnoticismmerupakan aliran yang mengklaim dirinya sebagai gerakan keagamaan yang dibangun atas dasarsuatu pengetahuan yang lebih tinggi dari pengetahuan aqliah (rasional), pengetahuan yang bersifatesoterik, yang tidak hanya berkaitan dengan perihal agama semata, melainkan juga dengansegala sesuatu yang bersifat rahasia dan samar. Epistemologi Irfani diharapkan menjembatanisekaligus menghindari kekakuan (regiditas) dalam berfikir keagamaan yang menggunakan tekssebagai sumber utamanya. Dengan peran dan fungsinya, epistemologi Irfani dalam pemikiranislam menjadi mekanisme kontrol perimbangan pemikiran dari dalam (internal control). Memang,perpaduan antara “teks” dengan “akal” ternyata tidak selamanya berjalan baik dan sesuai harapan.Dalam kondisi ini, perpaduan ini ternyata juga membawa dampak yang kurang produktif, baikberupa ketegangan, konflik, dan bahkan dalam batasbatas tertentu dalam bentuk kekerasan.Berbeda dengan kedua epistemologi sebelumnya, sumber epistemologi Irfani adalah intuisi.Dalam dinamika sejarahnya, Irfani lebih dekat dengan perkumpulan tarekat. Padahal, tarekat itusendiri adalah institusi (organized expresion) dari tradisi gnosis (tasawuf) dalam budaya islam.Sumber terpokok epistemologi Irfani adalah pengalaman (experience). Dalam kerangkamembangun pola pikir yang lebih toleran dan pluralis, maka yang penting untuk dipahami dandikembangkan adalah prinsip memahami keberadaan orang, kelompok, dan penganut agama laindengan cara menumbuhsuburkan sikap empati, simpati, social, skill, dan berpegang teguh padaprinsipprinsip universal. Formula yang semacam ini akan mengantarkan ke dalam pola hubunganantara subjek dan objek yang bersifat intersubjektif. Oleh karena itu, kajiankajian baru dan seriustentang kerangka berfikir Irfani perlu terus menerus digali dan dikaji ulang agar dapat dipahamisecara praktisfungsional. Ditinjau dari sisi metode, Irfani yang dikembangkan terutama olehkalangan sufi ini menggunakan metode pengetahuan iluminasi (kasyf). Kasyf adalah uraiantentang apa yang tertutup bagi pemahaman yang tersingkap bagi seseorang, seakan ia melihatdengan mata telanjang. Selain itu, kasyf juga diartikan sebagai penyingkapan atau wahyu. Iamerupakan jenis pengalaman langsung yang lewat pengalaman tersebut, pengetahuan tentanghakikat diungkapkan pada hati sang hamba dan pencipta. Dalam rahmatNya yang tak terbatas,

Page 14: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 14/22

Allah memberikan kepada hamba dan pencintaNya pengungkapan diri Ilahi yang tidak hanyamenambah pengetahuannya tentang Allah, melainkan menambah kerinduannya yang menggeloradan cintanya kepada Allah. Oleh karena itu, kaum sufi agung disebut kaum “penyingkap danpenemu” (ahl alkasyf wa alwujud). Dalam penyingkapan mereka menemukan Allah. C. Keunggulan dan Kelemahan Epistemologi Bayani, Burhani dan Irfani Pada prinsipnya, Islamtelah memiliki epistemologi yang komprehensif sebagai kunci untuk mendapatkan ilmupengetahuan. Hanya saja dari tiga kecenderungan epistemologis yang ada (Bayani, Burhani danIrfani), dalam perkembangannya lebih didominasi oleh corak berpikir Bayani yang sangat tekstualdan corak berpikir Irfani (kasyf) yang sangat sufistik. Kedua kecenderungan ini kurang begitumemperhatikan pada penggunaan rasio secara optimal. Namun dari ketiga epistemologi tersebut(Bayani, Burhani dan Irfani) memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing. Keunggulan dankelemahan masingmasing epistemologi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keunggulan dankelemahan epistemologi bayani Keunggulan bayani terletak pada kepada kebenaran teks (alQur’an dan Hadis) sebagai sumber utama hukum Islam yang bersifat universal sehingga menjadipedoman dan patokan. Dalam pendekatan bayani, oleh karena dominasi teks sedemikian kuat,maka peran akal hanya sebatas sebagai alat pembenaran atau justifikasi atas teks yang dipahamiatau diinterpretasi. Dalam aplikasinya, pendekatan bayani akan memperkaya lilmu fikih dan ushulfikih, lebihlebih qawaidul lughahnya. Namun, hal itu berarti bukan tanpa kelemahan. Kelemahanmencolok pada Nalar Bayani adalah ketika harus berhadapan dengan teksteks yang berbedamilik komunitas, bangsa, atau masyarakat lainnya. Karena otoritas ada pada teks, dan rasiohanya berfungsi sebagai pengawal teks, sementara sebuah teks belum tentu diterima olehgolongan lain. Dalam epistemologi bayani sebenarnya ada penggunaan rasio, akan tetapi relatifsedikit dan sangat tergantung pada teks yang ada. Penggunaan yang terlalu dominan atasepistemologi ini telah menimbulkan stagnasi dalam kehidupan beragama, karenaketidakmampuannya merespon perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan epistemologi bayaniselalu menempatkan akal menjadi sumber sekunder, sehingga peran akal menjadi terpasung dibawah bayangbayang teks, dan tidak menempatkannya secara sejajar, saling mengisi danmelengkapi dengan teks. b. Keunggulan dan kelemahan epistemologi burhani Sistem berpikir yangkonstruksi epistemologinya dibangun di atas semangat akal dan logika dengan beberapa premismerupakan keunggulan epistemologi burhani. Epistemologi burhani berusaha memaksimalkan akaldan menempatkannya sejajar dengan teks suci dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalamepistemologi burhani ini, penggunaan rasionalitas tidak terhenti hanya sebatas rasio belaka, tetapimelibatkan pendekatan empiris sebagai kunci utama untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,sebagaimana banyak dipraktekkan oleh para ilmuan Barat. Namun Kendala yang sering dihadapidalam penerapan pendekatan ini adalah sering tidak sinkronnya teks dan realitas. Produkijtihadnya akan berbeda jika dalam pengarusutamaan teks atau konteks. Masyarakat lebih banyakmemenangkan teks daripada konteks, meskipun yang lebih cenderung kepada kontekspun jugatidak sedikit. c. Keunggulan dan kelemahan epistemologi irfani Di antara keunggulan irfani adalahbahwa segala pengetahuan yang bersumber dari intuisiintuisi, musyahadah, dan mukasyafah

Page 15: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 15/22

lebih dekat dengan kebenaran dari pada ilmuilmu yang digali dari argumentasiargumentasirasional dan akal. Bahkan kalangan sufi menyatakan bahwa indraindra manusia dan fakultasakalnya hanya menyentuh wilayah lahiriah alam dan manifestasimanifestasinya, namun manusiadapat berhubungan secara langsung (immediate) yang bersifat intuitif dengan hakikat tunggal alam(Allah) melalui dimensidimensi batiniahnya sendiri dan hal ini akan sangat berpengaruh ketikamanusia telah suci, lepas, dan jauh dari segala bentuk ikatanikatan dan ketergantunganketergantungan lahiriah. Namun kendala atau keterbatasan irfani antara lain adalah bahwa iahanya dapat dinikmati oleh segelintir manusia yang mampu sampai pada taraf pensucian diri yangtinggi. Di samping itu, irfani sangat subjektif menilai sesuatu karena ia berdasar pada pengalamanindividu manusia. Kritik lainnya adalah sifatnya yang irasional, dan anti kritik terhadap penalaran.Metode yang digunakan adalah logika paradoksal, segalagalanya bisa dicipta tanpa melaluisebabsebab yang mendahuluinya. Akibatnya, pemikiran para sufi kehilangan dimensi kritis danbersifat magis yang menyebabkan kemunduran pola pikir umat islam. Setiap epistemologi,termasuk di dalamnya Irfani, memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada di antara ketigaepistemologi keilmuan islam tersebut yang sempurna. Eksistensi ketiganya justru salingmelengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, hal yang bijak bukanlah menafikan eksistensi peranmasingmasing, tetapi bagaimana masingmasing epistemologi tersebut menjalankan perannyayang tepat dan saling melengkapi satu sama lain. IV. KESIMPULAN Dari penjelasan tersebut dapat kita ambil beberapa kesimpulan sebagaiberikut:epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari halhal yang bersangkutan denganpengetahuan dan dipelajari secara substantif. Epistemologi bayani adalah studi filosofis terhadapstruktur pengetahuan yang menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak.Metode burhani atau demonstratif merupakan sebentuk inferensi rasional, yaitu penggalian premispremis yang menhasilkan konklusi yang bernilai. Irfan dalam bahasa Arab semakna denganma’rifah yang diartikan dengan al‘ilm. Di kalangan sufi, kata ‘Irfan dipergunakan untukmenunjukan jenis pengetahuan yang tertinggi, yang dihadirkan ke dalam qalb dengan cara kasyfatau ilham. Dalam tradisi bayani, otoritas kebenaran terletak pada teks (wahyu). Sementara akalmenempati posisi sekunder. Tugas akal dalam konteks epistemologi bayani adalah menjelaskanteksteks yang ada. Sementara bagaimana implementasi ajaran teks tersebut dalam kehidupankonkret berada di luar kalkulasi epistemologi ini. Metode burhani, pada dasarnya, adalah metodelogika atau penalaran rasional yang digunakan untuk menguji kebenaran dan kekeliruan darisebuah pernyataan atau teori ilmiah dan filosofis dengan memperhatikan keabsahan dan akurasipengambilan dengan sebuah kesimpulan ilmiah. Dalam kerangka membangun pola pikir yang lebihtoleran dan pluralis, maka dalam epistemologi irfan yang penting untuk dipahami dandikembangkan adalah prinsip memahami keberadaan orang, kelompok, dan penganut agama laindengan cara menumbuhsuburkan sikap empati, simpati, social, skill, dan berpegang teguh padaprinsipprinsip universal. Ketiga epistemologi tersebut (Bayani, Burhani dan Irfani) memilikikeunggulan dan kelemahan masingmasing. Oleh karena itu, hal yang bijak bukanlah menafikaneksistensi peran masingmasing, tetapi bagaimana masingmasing epistemologi tersebut

Page 16: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 16/22

Diposkan oleh Fitri Choiri di 06.43 Tidak ada komentar:

menjalankan perannya yang tepat dan saling melengkapi satu sama lain. V. PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami sampaikan terkait dengan materi epistemologikeilmuan islam. Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat untuk kita semua. Segalakesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan tempat kekurangan dan kesalahan hanyalah milikkami. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi penulisan makalah selanjutnya,Terima kasih. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin, Studi Agama Normativitas dan Historitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 Aziz, Abd, Filsafat Pendidikan Islam,Yogyakarta: Teras, 2009 Departemen Agama RI, AlQur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1993 Muchtar, Aflatun, Arah Baru Studi Islam di Indonesia Teori dan Metodologi, Yogyakarta: ArRuzzMedia, 2008 Naim, Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009 Aufklarung dalam http://Blog.Umy.Ac.Id/Aufklarung/2011/11/29/EpistimologiBayaniBurhaniDanIrfani/ 29 Februari 2013

+2 Rekomendasikan ini di Google

Selasa, 23 April 2013

Tujuan Studi IslamStudi Islam sebagai sebuah kajian secara sistematis terhadap Islam

memiliki sebuah tujuan. Kegiatan apapun, apalagi studi Islam, akan lebihmudah tercapai manakala ditetapkan tujuannyasecara konkret.

Secara garis besar, tujuan studi Islam adalah;

pertama, mempelajari secara mendalam tentang hakikat Islam, dan bagaimanahubungannya dengan dinamika perkembangan yang terus berlangsung. AgamaIslamditurunkan oleh Allah dengan tujuan untuk membimbing, mengarahkan,dan menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama danbudaya umat manusia.

Kedua, mempelajari secara mendalamterhadap sumber dasar ajaran agama

Islam yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah.

Page 17: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 17/22

Diposkan oleh Fitri Choiri di 04.48 1 komentar:

Islam yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah.Studi ini berdasar kepada asumsi bahwa agama Islam adalah agama samawiterakhir yang membawa ajaran yang bersifat final, mampu memecahkanpersoalan kehidupan manusia, menjawab tantangan, dan senantiasa aktualsepanjang masa.

Ketiga, mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran Islam asli,dan bagaimana operasionalisasi dalam pertumbuhan budaya dan peradabanIslam sepanjang sejarah.

Keempat, mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilaidasar ajaran Islam dan bagaimana perwujudannya dalam dalam membimbing danmengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusiapada zaman modern ini.

+1 Rekomendasikan ini di Google

Obyek Studi IslamPertanyaan secara kritis berkaitan dengan posisi Islam yang dijadikan

obyek studi masih dapat dikembangkan secara lebih luas dan mendalam lagi.Dalam analisis Taufik Abdullah, memang terdapat kegamangan dalampenelitian agama. Kegamangan ini terletak pada sifat mendua dari penelitianagama: penelitian agama sebagai cara mencari kebenaran dari agama dansebagai sebuah usaha untuk menemukan dan memahami kebenaran danrealitas empiris.

Pendapat senada diungkapkan oleh Moh. Nurhakim. MenurutNurhakim, memang tidak semua aspek agama, khususnya Islam, dapatmenjadi obyek studi. Dalam konteks khusus studi Islam, ada beberapa aspektertentu dari Islam yang dapat menjadi obyek studi, yaitu:1) Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknyasudah final, dalam arrti absolut, dan diterima secara apa adanya.2) sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusiadalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin

agamanya.

Page 18: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 18/22

Diposkan oleh Fitri Choiri di 04.48 Tidak ada komentar:

agamanya.3) sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.

Sementara menurut M. Amin Abdullah, terdapat tiga wilayah keilmuanagama Islam yang dapat menjadi obyek studi Islam. Pertama, wilayah praktekkeyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah diinterprestasikansedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat dan para ahlipada bidangnya dan oleh anggota masyarakat pada umumnya. Kedua, wilayahteori-teori keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika danmetodologinya oleh para ilmuwan, para ahli, dan para ulama sesuai bidangkajiannya masing-masing. Apa yang disebut-sebut ulûm al-tafsir, ulûm al-hadis,Islamic thought (kalam, falsafah dan tasawuf), hukum dan pranata sosial (fikih),sejarah dan peradaban Islam, pemikiran Islam, dan dakwah Islam, ada padawilayah ini.

M. Attho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian agama Islam adalahsubstansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspekini, agama lebih bersifat penelitian budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmukeislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskanoleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penalarandan perenungan.

Secara lebih terperinci, dalam mempelajari suatu agama, ada lima bentukfenomena agama sebagai bentuk kebudayaan yang perlu untuk diperhatikan.

Lima hal tesebut adalah: [1] naskah-naskah (scripture) atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama; [2] sikap, perilaku dan penghayatan para penganut atau tokoh-tokoh agama;

[3] ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat agama, seperti shalat, haji,puasa, zakat, nikah dan sebagainya;

[4] alat-alat atau sarana peribadatan, seperti masjid, peci dan sebagainya;[5] lembaga atau organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpuldan berperan.

Rekomendasikan ini di Google

Page 19: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 19/22

Pengertian Studi Islam

Istilah Studi Islam dalam bahasa inggris adalah Islamic Studies, dan dalambahasa Arab adalah Dirâsat al-Islamiyyah. Ditinjau dari sisi pengertian, studiIslam secara sederhana dimaknai sebagai “kajian Islam”. Pengertian studiIslam sebagai kajian Islam sesungguhnya memiliki cakupan makna danpengertian yang luas. Hal ini wajar adanya sebab sebuah istilah akan memilikimakna tergantung kepada mereka yang menafsirkannya.

Selain itu, kata studi Islam sendiri merupakan gabungan dari dua kata,yaitu kata studi dan kata Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian.Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi adalahkegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperolehketerangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatuketerampilan.

Sementara Mohammad Hatta mengartikan studi sebagai mempelajarisesuatu untuk mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentangsesuatunya di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan yangtertentu, dan dengan metode yang tertentu pula. Bukan menghafalkan danmenerima saja apa yang dibentangkan orang lain, melainkan memahaminyadengan pikiran yang kritis.

Dua definisi ini memberikan penjelasan tentang bagaimana sebuah katadimaknai secara berbeda. Namun demikian, jika kita cermati, kata studi dalamkonteks kedua pengertian di atas memiliki beberapa titik kesamaan. Hal utamayang menjadi kesamaan adalah usaha yang dilakukan secara terus menerus dankritis dalam melakukan kajian atas sebuah fenomena.

Sementara kata Islam sendiri memiliki arti dan makna yang jauh lebih

Page 20: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 20/22

kompleks. Kata Islam berasal dari kata aslama yang berarti patuh dan berserahdiri. Kata ini berakar pada kata silm, yang berarti selamat, sejahtera dan damai.Orang yang menyatakan dirinya Islam atau berserah diri, tunduk dan patuhkepada kehendak penciptanya disebut Muslim. Kedamaian akan terciptadengan adanya penyerahan serta kepatuhan (Islam) kepada Sang Pnecipta.

Adapun pengertian Islam secara terminologis sebagaimana yangdirumuskan para ahli, ulama dan cendekiawan bersifat sangat beragam,tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Salah satu rumusan definisiIslam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.Sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, berupa undang-undangserta aturan-aturan hidup, sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, untukmencapai kesejahteraan dan kedamaian hidup di dunia dan akherat.

Gabungan dari dua kata, “Studi” dan “Islam” ini menghasilkan maknabaru yang berbeda dengan makna ketika kata tersebut masih menjadi katayang tunggal. Menurut Nurhakim, penggunaan istilah studi Islam bertujuanuntuk mengungkapkan beberapa maksud. Pertama, studi Islam yangdikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program pengkajian danpenelitian terhadap agama sebagai objeknya. Kedua, studi Islam yangdikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atasIslam, seperti ilmu-ilmu agama Islam (fikih atau kalam). Ketiga, studi Islamyangdikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian Islam, baik dilakukansecara formal.

Sementara Jacques Waardenburg menyatakan bahwa studi Islam meliputikajian agama Islam dan tentang aspek-aspek keislaman masyarakat dan budayaMuslim. Atas dasar pembedaan ini, demikian Waardenburg, iamengidentifikasi tiga pola kerja berbeda yang masuk dalam ruang studi Islam.

Page 21: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 21/22

Beranda

Langganan: Entri (Atom)

Diposkan oleh Fitri Choiri di 04.47 Tidak ada komentar:

Pertama, pada umumnya kajian normatif agama Islam dikembangkan olehsarjana Muslim untuk memperoleh ilmu pengetahuan atas kbenarankeagamaan Islam.

Kedua, kajian non-normatif agama Islam. Biasanya kajian dalam jenis inidilakukan di berbagai universitas dalam bentuk penggalian secara lebihmendalam dari suatu ajaran Islam, dan apa yang terus mengalamiperkembangan dalam Islam sehingga menjadi sesuatu yang hidup secaradinamis dalam bentuk ekspresi faktual keagamaan Muslim.

Ketiga, kajian non-normatif atas berbagai aspek keislaman yang berkaitandengan kultur dan masyarakat Muslim. Kajian ini mengambil cakupan konteksyang cukup luas, mendekati keislaman dari sudut pandang sejarah, literatur,atau sosiologi dan atropologi budaya, dan tidak terfokus pada satu perspektifsaja, yaitu studi agama.

Rekomendasikan ini di Google

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Page 22: Pengantar Studi Islam

10/2/2015 Pengantar Studi Islam

http://fitrichoirihidayati.blogspot.co.id/ 22/22