Studi Hukum Islam

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika kita berbicara tentang hukum secara sederhana, maka akan terlintas dibenak kita tentang peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan maupun norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat atau peraturan yang sengaja dibuat oleh penguasa dengan bentuk dan cara tertentu. Bentuknya terkadang berupa hukum tidak tertulis dan hukum yang tertulis. Ketika mengkaji tentang Islam, aspek yang ada didalamnya tidak lepas membicarakan tentang hukum (peraturan) yang ada di dalam Islam itu sendiri, aspek hukum di dalam Islam biasa disebut dengan hukum Islam yang punya konsep dasar dan hukumnya ditetapkan oleh Allah, tidak hanya mengatur tentang hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan- hubungan lainnya baik itu hubungan dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-qur’an yang menjadi referensi hukum islam pertama, Hadits (sunnah) yang menjadi referensi yang kedua. Kedua pedoman ini telah menjadi wasiat utama nabi dalam penyampaian da’wah bagi penerus-penerus nabi dalam menyampaikan da’wah. Namun ketika terdapat sebuah masalah yang rumit terpecahkan, yang tidak ditemukan dalil-dalil dalam al qur’an dan hadits, maka disinilah tampil referensi hukum islam baru yaitu ijma’(perkumpulan ulama’ mujtahid untuk memecahkan masalah rumit tersebut) dan qiyas (menerangkan hukum 1

description

Studi Hukum Islam

Transcript of Studi Hukum Islam

Page 1: Studi Hukum Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Jika kita berbicara tentang hukum secara sederhana, maka akan terlintas

dibenak kita tentang peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang

mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan

maupun norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang  di dalam

masyarakat atau peraturan yang sengaja dibuat oleh penguasa dengan bentuk

dan cara tertentu. Bentuknya terkadang berupa hukum tidak tertulis dan

hukum yang  tertulis. Ketika mengkaji tentang Islam, aspek yang ada

didalamnya tidak lepas membicarakan tentang hukum (peraturan) yang ada di

dalam Islam itu sendiri, aspek hukum di dalam Islam biasa disebut dengan

hukum Islam yang punya konsep dasar dan hukumnya ditetapkan oleh Allah,

tidak hanya mengatur tentang  hubungan manusia dengan manusia lain dan

benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan-hubungan lainnya baik itu

hubungan dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam

sekitar.

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-qur’an yang menjadi

referensi hukum islam pertama, Hadits (sunnah) yang menjadi referensi yang

kedua. Kedua pedoman ini telah menjadi wasiat utama nabi dalam

penyampaian da’wah bagi penerus-penerus nabi dalam menyampaikan

da’wah. Namun ketika terdapat sebuah masalah yang rumit terpecahkan, yang

tidak ditemukan dalil-dalil dalam al qur’an dan hadits, maka disinilah tampil

referensi hukum islam baru yaitu ijma’(perkumpulan ulama’ mujtahid untuk

memecahkan masalah rumit tersebut) dan qiyas (menerangkan hukum dengan

membandingkan dengan hukum yang diterangkan dalam al qur’an dan

hadits).

Umat Islam di Indonesia adalah unsur paling mayoritas. Dalam tataran

dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai

komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial

kenegaraan. Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami alur

perjalanan sejarah hukum Islam di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di

dunia itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti: seberapa jauh pengaruh

1

Page 2: Studi Hukum Islam

kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam

di Tanah Air misalnya, dapat dijawab dengan memaparkan sejarah hukum

Islam sejak komunitas muslim hadir di Indonesia.

Di samping itu, kajian tentang sejarah hukum Islam di Indonesia juga

dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat Islam secara khusus

untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan

“mengakrabkan” bangsa ini dengan hukum Islam. Proses sejarah hukum Islam

yang diwarnai “benturan” dengan tradisi yang sebelumnya berlaku dan juga

dengan kebijakan-kebijakan politik-kenegaraan, serta tindakan-tindakan yang

diambil oleh para tokoh Islam Indonesia terdahulu setidaknya dapat menjadi

bahan telah penting di masa datang.Era tahun 1930-an sampai sekarang ini

merupakan masa kebangkitan kembali intelektualitas di dunia Islam.

Kemerdekaan negara-negara muslim dari kolonialisme Barat turut mendorong

semangat para sarjana muslim dalam mengembangkan pemikirannya tentang

perkembangan hukum islam masa kini atau kotemporer. Dengan demikian, di

era reformasi ini, terbuka peluang yang luas bagi sistem hukum Islam untuk

memperkaya khazanah tradisi hukum di Indonesia. Supaya hukum islam

berkembang menjadi lebih baik.

B.       Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Syariah, Fiqih, dan Hukum Islam ?

2. Apakah Islam sebagai sumber norma, hukum, dan etik ?

3. Bagaimanakah Mazhab dalam hukum Islam dan Pendekatan dalam

kajian Hukum Islam?

4. Bagaimanakah Pengkajian modern Hukum Islam?

5. Seperti apakah Signifikansi dan Kontribusi pendekatan Hukum

Islam dalam Studi Islam?

C.      Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Syariah, Fiqih, dan Hukum Islam

2. Islam sebagai sumber norma, hukum, dan etik

3. Mazhab dalam hukum Islam dan Pendekatan dalam kajian Hukum Islam

4. Pengkajian modern Hukum Islam

2

Page 3: Studi Hukum Islam

5. Signifikansi dan Kontribusi pendekatan Hukum Islam dalam Studi Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syriah, Fiqih, dan Hukum Islam

1. Syari’ah

Secara  harfiah  kata syari’ah berasal dari kata syara’a–yasy’rau –

syariatan yang berarti jalan keluar tempat air untuk minum1. Pengertian lainya

yang dikemukakan dalam kitab Buhutsu fi Fiqhi ala Mazhabi li Imam Syafi’i,

secara bahasa Syari’ah adalah jalan lurus. Syariah dalam arti istilah adalah

hukum-hukum dan aturan-aturan yang disampaikan Allah kepada hamba-

hambanya dengan demikian syariah dalam pengertian ini adalah wahyu Allah,

baik dalam pengertian wahyu al-Matluww (Al-Qur’an), maupun al-Wahyu gair

matluw (Sunnah).

Syariah dalam literatur hukum Islam ada tiga pengertian :

1. Syari’ah dalam arti sebagai hukum yang dapat berubah sepanjang masa.

2. Syari’ah dalam arti sebagai hukum Islam baik yang tidak dapat berubah

sepanjang masa maupun yang dapat berubah.

3. Syari’ah dalam pengertian hukum yang digali (berdasarkan atas apa

yang disebut Istinbat ) dari Al–Qur’an dan Sunnah.

1Louis Ma’luf, Al-Munjid fi Al-Lughat, (Beirut: Dar al-Masyriq, t.th.), h. 383

3

Page 4: Studi Hukum Islam

2. Fiqh

Fiqh secara bahasa berarti fahm yang bermakna mengetahui sesuatu

dan memahaminya dengan baik. Menurut pengertian isthilahnya Abu Hanifah

memberikan pengertian (Ma’rifatu nafsi ma laha wa ma alaiha) mengetahui

sesuatu padanya dan apa apa yang bersamanya yaitu mengetahui sesuatu 

dengan dalil yang ada. Pengertian yang Abu Hanifah kemukakan ini umum

yang mencakup keseluruh aspek seperti Aqidah dengan wajibnya beriman atau

Akhlak dan juga Tasawuf. 4 Pengertian fiqh secara istilah yang paling terkenal

adalah pengertian fiqh menurut Imam Syafi’i yaitu pengetahuan tentang

syari’ah ; pengetahuan tentang hukum-hukum perbuatan mukallaf

berdasarkan dalil yang terperinci.

Berdasarkan dengan perkembangan hukum Islam ke berbagai belahan

Dunia, term fiqh berkembang hingga digunakan untuk nama-nama bagi

sekelompok hukum-hukum yang bersipat praktis. Dalam peraturan perundang-

undangan Islam dan sistem hukum Islam kata fiqh ini diartikan dengan hukum

yang dibentuk berdasarkan syariah, yaitu hukum-hukum yang penggaliannya

memerlukan renungan yang mendalam, pemahaman atau pengetahuan dan

juga Ijtihad. Dalam kajian studi Hukum Islam ini arti fiqh yang dimaksudkan

adalah arti fiqh dalam pengertian yang diberikan oleh Imam Syafi’i yang lebih

mengkhususkan artian fiqh kepada aturan-aturan mengenai perbuatan

mukallaf.

3. Usul al-Fiqh

Usul Fiqh terdiri dari dua kata usul jamak dari asl yang berarti dasar atau

sesuatu yang dengannya dapat dibina atau dibentuk sesuatu, dan kata fiqh

yang berarti pemahaman yang mendalam. Menurut Istilah, Pengertian usul fiqh

adalah ilmu tentang kaedah kaedah dan pembahasan yang mengantarkan

kepada lahirnya hukum-hukum syariah yang bersifat amaliah yang diambil dari

dalil-alil yang terperinci. Dengan demikian usul al-fiqh adalah ilmu tyang

digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang maksud syariah. Dengan

kata lain usul al-fiqh adalah sistem (metodologi) dari ilmu fiqh.

4. Mazhab

4

Page 5: Studi Hukum Islam

Pengertian mazhab secara bahasa berarti “tempat untuk pergi” yaitu

jalan, sedangkan pengertian mazhab secara istilah adalah: pendapat seorang

tokoh fiqh tentang hukum dalam masalah ijtihadiyah Secara lebih lengkap

mazhab adalah: faham atau aliran hukum dalam Islam yang terbentuk

berdasarkan ijtihad seorang mujtahid dalam usahanya memahami dan

menggali hukum-hukum dari sumber Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.

5. Fatwa

Fatwa artinya petuah, nasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan

dengan hukum. Dalam istilah fiqh, fatwa berarti pendapat yang dikemukakan

oleh seorang mujtahid atau faqih sebagai jawaban yang diajukan peminta

fatwa dalam suatu kasus yang sifatnya tidak mengikat.Pihak yang meminta

fatwa bisa pribadi atau lembaga maupun kelompok masyarakat. Fatwa yang

dikemukakan mujtahid tersebut tidak bersifat mengikat atau mesti diikuti oleh

si peminta fatwa dan oleh karenanya fatwa ini tidak mempunyai daya ikat.

Pihak yang memberi fatwa dalam istilah fiqh disebut dengan Mufti, sedangkan

pihak yang meminta fatwa disebut mustafti.

6. Qaul

Kata Qaul secara etimologi adalah bentuk masdar dari kata kerja Qala-

Yaqulu. Kata Qaul dapat bermakna kata yang tersusun lisan, baik sempurna

maupun tidak.10kiranya secara simpel Qaul dapat diartikan sebagai ujaran,

ucapan, perkataan. Dalam istilah fiqh kata Qaul dinisbatkan kepada imam atau

pemimpin suatu mazhab atau ulama fiqh yaitu berupa perkataan maupun

ucapan daripada imam fiqh tersebut. Istilah ini juga dikenal dalam fiqh Imam

Syafi’i, yaitu Qaul Qadim dengan Jadid. Qaul Qadim adalah pendapat beliau

ketika berada di Irak, sedangakan Qaul Jadid adalah pendapat beliau ketika

berada di Mesir.

7. Hukum dan Islam

Hukum adalah sebuah peraturan-peraturan yang dibentuk oleh suatu badan

yang berisi perintah dan larangan. Sedangkan islam adalah suatu agama yang

diturunkan oleh Allah SWT kepada para Rasul untuk memberikan petunjuk

kepada manusia. Jadi hukum islam adalah sebuah peraturan-peraturan yang

5

Page 6: Studi Hukum Islam

dibentuk oleh Allah yang berisi tentang perintah dan larangan serta diturunkan

kepada para rasul.

1) Ciri-Ciri Hukum Islam

1.      Mempunyai hubungan erat dengan aqidah dan akhlak

2.    Mempunyai dua istilah kunci, yaitu :

a.      Syari’at

b.      Fiqih

3.      Mencakup Hukum taklifi.

Hukum taklifi adalah peraturan yang mengandung tuntutan untuk dikerjakan oleh

para mukallaf atau untuk ditinggalkan ataupun yang mengandung pilihan antara

dikerjakan dan ditinggalkan. Hukum taklifi ada lima macam, yaitu:

a.       Wajib. Yaitu suatu perbuatan apabila dikerjakan maka orang tersebut akan

mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka mendapat siksa. Contohnya shalat

b.      Mandub atau sunnah. Yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan maka orang

tersebut mendapat pahala dan apabila ditinggalkan maka tidak mendapat siksa.

Contohnya shalat sunnah

c.       Haram. Yaitu perbuatan yang apabila ditinggalkan maka orang tersebut

mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka mendapat siksa. Contohnya zina

d.      Makruh. Yaitu perbuatan yang apabila ditinggalkan maka orang tersebut

mendapat pahala dan apabila dikerjakan maka tidak mendapat siksa. Contohnya

minum berdiri

e.       Mubah. Yaitu suatu perbuatan yang bila dikerjakan, orang tersebut tidak

mendapat pahala dan bila ditinggalkan maka tidak mendapat siksa. Contohnya

facebook

2) Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam adalah segala referensi tentang peraturang-peraturan

yang dicanangkan hukum islam. Sumber hukum islam ada 4, yaitu :

1.      Al qur’an adalah sumber hukum pertama berupa kalam Ilahi yang isi

tentang hukumnya tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.

2.      Hadits/sunnah

Hadits adalah segala ucapan, tingkah laku, dan segala ketetapan nabi tentang

suatu masalah atau hukum.

3.      Ijma’

6

Page 7: Studi Hukum Islam

Ijma’ adalah perkumpulan para mujtahid muslim untuk menyepakati suatu

hukum melalui analisa-analisa tehadap al Qur’an dan Hadits.

4.      Qiyas

Qiyas adalah menetapkan suatu hukum yang tidak dijelaskan dalam al qur’an

dan hadits dengan membandingkannya terhadap hukum yang telah ditentukan

dalam al Qur’an dan Hadits.

3) Kaitan Hukum Islam, Syari’at dan fiqih

a.       Hukum islam adalah peraturan-peraturan yang dibentuk oleh Allah yang

berisi tentang perintah dan larangan serta diturunkan kepada para rasul

b.      Syari’at adalah Hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah agar manusia

beriman dan beramal saleh, yang dapat membuat mereka bahagia di dunia

dan di akhirat.

c.       Fiqih adalah Ilmu tentang hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliah

yang ditemukan dari dalil-dalilnya yang rinci dan dari dua pusaka islam

peninggalan nabi yaitu Al Qur’an dan Hadits/sunnah.

Pada dasarnya hukum islam, syari’at dan fiqih saling berkaitan. Namun Kata

hukum dan Islam, keduanya berasal dari bahasa Arab dan digunakan dalam al-

Qur`an di beberapa tempat. Akan tetapi, al-Qur`an tidak pernah menggunakan

kedua kata ini secara bergandengan. Begitu juga dalam literatur hukum Islam

klasik, sejauh ini mereka tidak pernah menggunakan kata hukum Islam.

Ungkapan yang digunakan-yang mengandung konotasi hukum, biasanya

adalah kata syari’ah al-Islam, hukum syara’, syari’at atau syara’ bahkan fiqih.

Para pakar hukum Islam menduga, bahwa istilah hukum Islam merupakan

terjemahan Indonesia dari islamic law, yang sering dijumpai dalam literatur

yang berbahasa Barat. Tapi ternyata mereka adalah sebuah istilah yang pada

intinya sama.

4) Kajian Fiqih dalam Lingkup Hukum Islam

Fiqih adalah perincian dari syari’at islam (hukum islam). Dalam fiqih

terbahaslah masalah-masalah yang belum dijelaskan secara terperinci dalam al

Qur’an dan al Hadits/sunnah. Menurut imam hambali, Kajian fiqih mencakup

empat bagian masalah :

1.      Masalah ‘ubudiyah adalah masalah tentang cara-cara peribadahan yang

dituntun oleh agama islam. Contohnya shalat, thaharah, zakat, haji dan

sebagainya.

7

Page 8: Studi Hukum Islam

2.     Masalah mu’amalah adalah masalah tentang pergaulan dan interaksi yang

telah ditetapkan oleh islam. Contohnya aqad jual beli, pergadaian, pemesanan

dan sebagainya.

3.     Masalah jinayah adalah masalah tentang sanksi-sanksi dalam hukum

islam secara spesifik. Contohnya sanksi membunuh, mencuri, merampok dan

sebagainya.

4.     Masalah munakahat adalah masalah-masalah dalam pernikahan yang

diatur oleh islam. Contohnya syarat wajib nikah, syarat sah nikah, rukun nikah

dan sebagainya.

5) Hukum Pidana dalam Kajian Hukum Islam

Hukum pidana islam adalah segala bentuk ketentuan hukum mengenai

tindak pidana atau perbuatan kriminalitas seorang mukallaf yang melandaskan

atas pemahaman al qur’an dan hadits.

Berikut beberapa Pembahasan Terkait Hukum Pidana Islam :

1. Jinayah/jarimah hudud adalah batasan-batasan tentang hal yang harus dipidana. Contohnya hududnya membunuh adalah korban harus hilang nyawanya.

2. Qishash adalah hukuman balasan yang seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan anggota badan seseorang yang dilakukan dengan sengaja. Contohnya pembunuh harus diqishash dengan dibunuh juga.

3. Diyat adalah denda yang diwajibkan kepada pembunuh yang tidak dikenakan qishash. Contohnya memberikan 100 ekor unta kepada keluarga korban sebagai pengganti dari qishash.

4. Kaffarat adalah tebusan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan oleh syari’at islam. Contohnya orang yang berucap sumpah tapi dilanggar, maka dia harus memberi makan 10 orang miskin atau memberi pakaian, memerdekakan budak atau puasa 3 hari.

5. Jarimah pembunuhan adalah hukum-hukum atau balasan bagi pembunuh. Contohnya pembunuh dengan disengaja, maka dia harus diqishash.

6. Zina adalah hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan di luar nikah.

7. Qadzaf adalah melempar tuduhan kepada seseorang.

8. Khamar adalah minuman yang memabukan sehingga dengan meminumnya bisa menghilangkan akal/kesadaran.

8

Page 9: Studi Hukum Islam

9. Mencuri adalah mengambil harta milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

6) Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum Islam

Sejarah hukum islam  dibagi menjadi beberapa priode. Pembagian  priode

hukum islam ini yaitu :

1.      Pada masa nabi Muhammad saw (610 M – 632 M )

2.      Pada masa khulafaur rasidin ( 632 M – 662 M )

3.      Pada masa pembinaan & pembukuan ( abad VII  M-X  M )

4.      Masa kelesuan pemikiran ( abad X M-XIX M )

5.      Masa kebangkitan ( XIX M sampai sekarang )

1.    Masa Nabi Muhammad (610 M – 632 M).

Agama islam sebagai “induk” hukum islam muncul semenanjung Arab.

Daerah yang sangat panas, penduduknya selalu berpindah-pindah dan alam

yang begitu keras memberntuk manusia-manusia yang individualistis serta

hidup dalam klen-klen yang disusun berdasarkan berdasarkan garis Patrilineal,

yang saling bertentangan. Ikatan anggota klen berdasarkan pertalian darah

dan pertalian adat. Susunan klen yang demikian menuntut kesetiaan mutlak

para anggotanya.

Oleh karena itu Nabi Muhammad setelah pindah atau hijrah dari Mekah ke

Madinah,dianggap telah memutuskan hubungan dengan klen yang asli, karena

itu pula diperangi oleh anggota klen asalnya. Pada masa ini, kedudukan Nabi

Muhammad sangat penting, terutama bagi ummat islam. Pengakuan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa tidaklah lengkap bagi seorang muslim tanpa pengakuan

terhadap kerasulan Nabi Muhammad. 

Konsekuensinya ummat islam harus mengikuti firman–firman Tuhan yang

terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad yang dicatat dalam

kitab-kitab hadist. Waktu Nabi Muhammad masih hidup tugas untuk

mengembangkan dan menafsirkan hukum itu terletak pada diri beliau sendiri,

melalui ucapan, perbuatan, sikap diam yang disebut sunnah. Dengan

mempergunakan Al Qur’an sebagai norma dasar Nabi Muhammad SAW

memecahakan setiap masalah yang timbul pada masanya dengan sebaik-

baiknya.

2.     Masa Khulafaur Rasyidin ( 632 M – 662 M ).

9

Page 10: Studi Hukum Islam

Dengan wafatnya nabi Muhammad, maka berhentilah wahyu yang turun

dan demikian halnya dengan sunnah. Kedudukan Nabi Muhammad sebagi

utusan Tuhan tidak mungkin tegantikan, tetapi tugas beliau sebagai pemimpin

masyarakat Islam dan kepala Negara harus dilanjutkan oleh seorang khalifah

dari kalangan sahabat Nabi. Tugas utama seorang khalifah adalah menjaga

kesatuan umat dan pertahanan Negara. Memiliki hak memaklumkan perang

dan membangun tentara untuk menajaga keamanan dan batas Negara,

menegakkan keadilan dan kebenaran,berusaha agar semua lembaga Negara

memisahakan antara yang baik dan tidak baik, melarang hal-hal yang tercela

menurut Al Qur’an, mengawaasi jalannya pemerintahan, menarik pajak

sebagai sumber keuangan Negara dan tugas pemerintahan lainnya.

 Khalifah yang pertama dipilih yaitu Abu Bakar Siddiq. Masa pemerintahan

Khulafaur Rasyidin sangat penting dilihat dari perkembangan hukum Islam

karena dijadikan model atau contoh digenerasi-generasi berikutnya. Pada masa

pemerintahan Abu Bakar Siddiq dibentuk panitia khusus yang bertugas

mengumpulkan catatan ayat-ayat Qur’an yang telah ditulis dijaman Nabi pada

bahan-bahan darurat seperti pelepah kurma dan tulang-tulang unta dan

menghimpunnya dalam satu naskah. Khalifah kedua yaitu Umar Bin Khatab

yang melanjutkan usaha Abu Bakar meluaskan daerah Islam sampai ke

Palestina, Sirya, Irak dan Persia. Contoh ijthad Umar adalah:

“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai

siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Orang yang mencuri, diancam dengan hukuman potong tangan. Dimasa

pemerintahan Umar terjadi kelaparan dalam masyarakat disemenanjung

Arabia, dalam keadaan itu ancaman terhadap pencuri tersebut tidak

dilaksanakan oleh khalifah Umar berdasarkan pertimbangan keadaan darurat

dan kemaslahatan jiwa masyarakat. Selanjutnya pada pemilihan khalifah,

Usman menggantikan Umar. Pada masa pemerintahan ini terjadi nepotisme

karena kelemahannya. Dimasa pemerintahanya perluasan daerah Islam

diteruskan ke barat sampai ke Maroko, ke timur menuju India. Usman menyalin

dan membuat Al Qur’an standar yang disebut modifikasi al Qur’an. Setelah

Usman meninggal dunia yang mengantikan adalah Ali Bin Abi Thalib yang

merupakan menantu dan keponakan Nabi Muhammad. Semasa

10

Page 11: Studi Hukum Islam

pemerintahanya Ali tidak dapat berbuat banyak untuk mengembangkan hukum

Islam karena keadaan Negara tidak stabil. Tumbuh bibit-bibit perpecahan yang

serius dalam tubuh umat Islam, yang bermuara pada perang saudara yang

kemudian menimbulkan kelompok-kelompok.

3. Masa Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan (Abad VII-X M)

Dimasa ini lahir para ahli hukum Islam yang menemukan dan merumuskan

garis-garis suci islam, muncul berbagai teori yang masih dianut dan digunakan

oleh umat islam sampai sekarang. Banyak faktor yang memungkinkan

pembinaan dan pengembangan pada periode ini, yaitu :

a. Wilayah islam sudah sangat luas, tinggal berbagai suku bangsa dengan

asal usul, adat istiadat dan berbagai kepentingan yang berbeda. Untuk dapat

menentukan itu maka ditentukanlah kaidah atau norma bagi suatu perbuatan

tertentu guna memecahkan suatu masalah yang timbul dalam masyarakat.

b. Telah ada karya-karya tentang hukum yang digunakan sebagai bahan

untuk membangun serta mengembangkan hukum fiqih Islam.

c. Telah ada para ahli yang mampu berijtihad memecahkan berbagai

masalah hukum dalam masyarakat. Selain Perkembangan pemikiran hukum

pada periode ini lahir penilaian mengenai baik buruknya mengenai perbuatan

yang dilakukan oleh manusia yang terkenal dengan al-ahkam al-khamsah.

B. Islam Sebagai Norma, Hukum dan Etika

Islam sebagai agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui

rasulnya merupakan Agama yang mencakup seluruh aspek hidup atau

kehidupan manusia diantaranya sebagai sumber norma, hukum dan etika

hidup manusia, norma dalam artian kata adalah kaidah yakni tolak ukur,

patokan, pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah laku atau

perbuatan manusia dan benda. Pengertian norma erat dengan pengertian

hukum. Maka pembicaraan seputar Islam sebagai norma, hukum, dan etika

tidak lepas kaitannya dengan sumber norma, hukum, etika dalam Islam itu

sendiri.Adapun sumber norma dan hukum dalam Islam yang pokok ada dua

yaitu, Al-Qur’an dan As-Sunnah, disamping kedua pokok terdapat pula sumber

tambahan yaitu, Al- Ijtihad.

a) Al-Qur’an

11

Page 12: Studi Hukum Islam

Al–Qur’an merupakan sumber azasi yang pertama norma dan hukum

dalam Islam, ialah kitab kodifikasi firman Allah SWT kepada kepada umat

manusia. Pada garis besarnya Al-Qur’an memuat Akidah, Syariah ( Ibadah dan

Muamalah ), Akhlak, kisah-kisah lampau berita-berita yang akan datang serta

berita-berita dan pengetahuan lainnya.

b) As-Sunnah

As-Sunnah (Sunnatun Rasul) sumber azasi yang kedua norma dan nilai

dalam Islam, ialah segala ucapan, perbuatan dan sikap Muhammad SAW

sebagai rasul Allah, yang berfungsi sebagai penafsir dan pelengkap bagi Al-

Qur’an .

c) Al-Ijtihad

Al-Ijtihad, sumber tambahan norma, hukum nilai dan etika dalam Islam,

ialah usaha sungguh-sungguh seseorang atau beberapa orang tertentu, yang

memiliki syarat – syarat tertentu untuk memastikan kepastian hukum secara

tegas dan positif yang tidak terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Secara

garis besar berbicara tentang Islam sebagai norma hukum dan etika maka

tidak lepas pula pembicaraan tersebut mengacu pada tiga hal pokok diatas

yang mana ketiganya merupakan rujukan, tolak ukur dan panduan ummat

Islam dalam kehidupan mereka dari hal yang terkecil sampai yang besar dalam

mengarungi kehidupan ini. Ketiga bidang di atas baik itu norma, hukum dan

etika yang dalam Al-Qur’an, etika disebut dengan akhlak. adapun konsep

akhlak dalam Islam lebih luas cakupannya dari pada konsep etika yang biasa

kita kenal selama ini semua ini tidak terlepas dari isi Al-Qur’an, As-Sunnah dan

serta Ijtihad seperti yang telah diuraikan di atas.

Lebih lanjut bisa dijelaskan bahwa apabila dilihat dari ilmu hukum,

Syari’at merupakan norma hukum dasar yang ditetapkan Allah, yang wajib

diikuti oleh orang Islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik

dalam baik hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan

benda dalam masyarakat. Norma norma hukum dasar ini dijelaskan dan dirinci

lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Agama Islam meliputi

juga akhlak, atau etika yang berarti perangai, sikap, tingkah laku watak,budi

12

Page 13: Studi Hukum Islam

pekerti,yang berkenaan dengan sikap dan perbuatan manusia terhadap Tuhan

dan sesama makhluk ciptaan tuhan.

Dalam pengertian modern hukum adalah aturan yang hanya dapat

diberlakukan oleh otoritas politik, sementara para ulama Islam memahamkan

hal ini sebagai : setiap tindak dan perilaku setiap manusia bahkan kegiatan

nurani manusia sekalipun syaria’ah juga berkepentingan dengan niat, seperti

ada pada pelaksanaan sholat, puasa, berzakat, sebagaimana pula pada

pelaksanaan hukum keluarga dan pidana.Di dalam Islam iman bukanlah doktrin

teologi yang dogmatis, atau pula bukan keyakinan intelektual, atau pula bukan

proposisi filosofis. Ia justruharus diwujudkan dalam suatu tindakan kegiatan

sehari hari, yang meluap dari sikap bathin menjadisikap lahiri, dari skala

pribadi memancar berskala masyarakat, dan dari moral ke hukum adalah

syari’ah yang mewujudkan cita imani dan moral menjadi sasaran-sasaran

bentuk-bentuk dan kode-kode yang gamblang terumuskan, layak, serta nyata,

yang ada dalam jangkauan setiaporang dalam mewujudkannya. Inilah salah

satu alasan pula bahwa ia merupakan salah satu karunia dan rahmat Allah SWT

yang terbesar dan juga salah satu sarana untuk mencapai kemajuan

kemanusiaan.

Hanya manusialah yang bisa  dan wajib untuk mewujudkan cita iman dan

moral ke dalam tindakan dan amalan. Sebagian orang telah berusaha

memisahkan kedua hal tersebut, sedang sebagian lainnya telah terjerumus ke

dalam perbincangan filsafat yang tiada akhir. Bahkan mutakhirnya tidak

mampu lagi merumuskan apakah yang etis, bermoral, beretika, ataupun yang

baik. Inilah sekilas penjelasan nahwa islam merupakan sumber norma hukum

dan etika yang ketiganya harus tumbuh dan berkembang dalam bentuk

tindakan  manusia.

C. Mazhab Hukum Utama dan Pendekatan Mereka Terhadap Kajian Hukum

Al-Mazahib (aliran-aliran)dan arti secara sastranya adalah “jalan untuk

pergi”. Dalam karya-karya tentang agama Islam, istilah mazahab erat

kaitannya dengan hukum Islam adapun mazhab hukum yang terkenal sampai

saat ini ada 4 mazhab yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali. Ini adalah

13

Page 14: Studi Hukum Islam

hanya beberapa mazhab yang ada dalam Islam dan mereka bukanlah hukum

sunni yang refresentatif karna sejak dari abad pertama sampai kepada

permulaan abad keempat tidak kurang dari 19 mazhab hukum atau lebih

dalam Islam yang dalam arti kata  muslim terdahulu tidak henti hentinya untuk

menyesuaikan hukum dengan peradaban yang berkembang.

Timbulnya mazhab-mazhab ini disebabkan oleh beberapa faktor yang oleh Ali As-Sais dan Muhammad Syaltut mengemukakanya :

– Perbedaan dalam memahami tentang lafaz Nash

_ Perbedaan dalam memahami Hadist

_ Perbedaan dalam memahami kaidah lughawiyah Nash

_ Perbedaan tentang Qiyas

_ Perbedaan tentang penggunaan dali-dalil hukum

_ Perbedaan tentang mentarjih dalil-dalil yang berlawanan

_ Pebedaan dalam pemahaman Illat hukum

_ Perbedaan dalam masalah Nasakh

Berbagai kemungkinan yang menjadi penyebab timbulnya selain yang

dikemukakan di atas, lahirnya mazhab juga terjadi karena perbedaan

lingkungan tempat tinggal mereka, para fuqaha’ terus mengembangkan

istinbath hukum yang  mereka gunakan secara individu dari berbagai

persoalan hukum yang mereka hadapi dan metode yang mereka gunakan

terus melembaga dan terus di ikuti oleh para pengikutnya yaitu para murid-

murid mereka.

1. Mazhab hukum yang terkenal dan pendekatannya terhadap kajian hukum

Sebagaimana telah disinggung, bahwa lahirnya berbagai mazhab yang

ada dilatar belakangi oleh faktor yang pada dasarnya perbedaan tersebut

dikarenakan perbedaan metodologi dalam melahirkan hukum. Perbedaan ini

melahirkan mazhab yang berkembang luas di berbagai wilayah Islam sampai

saat ini diantaranya adalah mazhab dari golongan Syi’ah dan dari golongan

Sunni:

14

Page 15: Studi Hukum Islam

a) Imam Ja’far

Nama lengkapnya Ja’far bin Muhammad al- Baqir bin Ali Zainal- Abidin bin

Husain bin Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah ulama besar dalam banyak bidang

ilmu Filsafat, Tasawuf, Fiqih, dan juga ilmu kedokteran.Fiqh Ja;fari adalah fiqih

dalam mazhab Syi’ah pada zamannya karena sebelum dan pada masa Ja’far

Ash-Shadiq tidak ada perselisihan. Perselisihan itu muncul sesudah masanya.

Dasar istinbat yang beliau pakai dalam mengambil kepastian hukun adalah: Al-

Qur’an, Sunnah, Ijma’, ‘Aqal (Ra’yu).Pengikutnya banyak di Iran dam negara

sekitarnya, Turki, Syiria, dan Afrika Barat. Mazhab ini diikuti juga oleh ummat

Islam negara lainnya meskipun jumlahnya tidak banyak.

b) Mazhab Hanafi

Mazhab ini dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah, ia di kenal sebagai

pendiri mazhab hanafi. Nama lengkapnya  adalah Nukman bin Tsabit bin Zuthyi

keturunan parsi yang cerdas dan punya kepribadian yang kuat serta berbuat,

didukung oleh faktor lingkungan sehingga dalam mengantar beliau menuju

jenjang karier yang sukses dalam bidang ilmiyah. Dasar istinbat yang beliau

pakai dalam mengambil kepastian hukum fiqih adalah: Al-Qur’an, Sunnah,

Ijma’, Qawlu Shahaby, Qiyas, Istihsan, ‘Uruf.

Pola fiqih Abu Hanifah adalah:

-         Kelapangan dan kelonggaran dalam pengalaman ibadah

-         Dalam memberi keputusan dan fatwa, lebih memperhatikan kepentingan golongan miskin dan orang lemah

-         Menghormati hak kebebasan seseorang sebagai manusia

-         Fiqh Abu Hanifah diwarnai dengan masalah fardhiyah (Perkara yang

diada-adakan). Banyak kejadian atau perkara yang belum terjadi, tetapi telah

difikirkan dan telah ditetapkan hukumnya.Adapun diantara murid-murid Abu

Hanifah yang berperan sangat penting dalam penyebaran mazhab Abu Hanifah

maraka adalah:

1. Abu Yusuf dialah orang pertama menyusun kitab mazhab Hanafi dan

memyebarkannya sebagai dalil dari Dasar istinbat imam Malik. Dasar

15

Page 16: Studi Hukum Islam

istinbat fiqh Imam Malik adalah Al-Quran, Sunnah, Qiyas, Masalihul

Mursalah, ‘Uruf, QauluShahabi. Adapum pola fiqh Imam Malik meliputi:

-         Ushul fiqh Imam Malik lebih luwes, lafadz ‘Am atau Muthlaq dalam nash Al-Qur’an dan Sunnah

-        Fiqhnya lebih banyak didasarkan pada Maslahah

-       Fatwa Sahabat dan keputusan-keputusan pada masa sahabat, mewarnai

penjabaran pengembangan  hukum Imam Malik.

Diantara beberapa murid-murid Imam Malik yang mengembangkan

ajarannya adalah: Abdullah bin Wahab, Abdul Rahman bin Kosim, Asyhab bin

Abdul Aziz, Abdur-rahman bin Hakam, Ashbaga bin Al-faraz al Umawi.

d). Mazhab Syafi’i

Mazhab ini dibentuk oleh Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman

bin al-Saib bin Abdu-Yazid bin Hasim. Dan kemudian, dia dipopulerkan dengan

nama imam Syafi’i. Ia merupakan seorang muntaqil ras Arab asli dari

keturunan Quraiys dan berjumpa nasab dengan Rasullulah pada Abdu Al-

Manaf. Adapun sumber istinbat beliau mengenai hukum fiqih adalah: Al-Qur’an,

As-Sunnah, Ijma’, Perkataan Sahabat, Qias, Istishab21. banyakkarya-karya iam

Syafi’idalam memeberikan keterangan kajian fiqh menurut imam Syafi’i

diantaranya : kitab ar-Risalah. al-Um, serta banyaknya pengikut mazhab ini

sampai sekarang. Pola pikir imam Syafi’i:

1. Ciri khas yang dapat dipetik dari fiqih Syafi;i ialah polanya mengawinkan

antara cara yang ditempuh Imam Malik dengan Imam Hanafi.

2. Pembatasan hukum dibatasi pada urusan atau kejadian yang benar-

benar terjadi.

3. Terdapat banyak perbedaan antara pendapat Syafi’i sendiri, antara Qaul

Qodim ( paendaptnya sewakyu di Irak ) dengan Qaul Jadid ( pendapatnya

sewaktu di Mesir ). Sahabat-sahabatnya yang menyebarkan mazhab ini

antaranya Ahmad Ibnu Hambal, Al Hasan bin Muhammad bin Ash-Shabah

Az-Zakfani, Abu Ali al Husein bin Ali Qarabisy, Yusuf bin Yahyah Al

Buaithy, Abu Ibrahim Ismail Yahya al Muzani dan Ar-Rabik bin Sulaiman al

Murady.

16

Page 17: Studi Hukum Islam

e). Mazhab Hanbali

Imam Ahmad adalah tokoh dari mazhab ini beliau bernama Ahmad bin

Muhammad bin Hambal bin Hilal. Beliau berpegang teguh pada ayat Al-Quran

dipahami secara lahir dan secara mafhum adapun dasar istinbat mengenai

hukum fiqih adalah Al-Qur’an, Sunnah, Fatwa sahabat, Qiyas. Adapun pola fikir

imam Hanbal adalah:

1. al-Nushush dari al-Qur’an dan Sunnah. Apabila telah ada ketentuan dalan

alqur,an maka Ia mengambil makna yang tersurat, makna yang tersirat

sia abaikan.

2. Apabila tidak ada ketentuan dalam al-Qur’an dan Sunnah maka ia

mengambil atau menukilfatwasahabatyang disepakati dari sahabat

sebelumya.

3. apabla fatwa sahabat berbeda-beda maka ia mengambil fatwa sahabat

yang paling dekat dengan dalil yang ada dalam al-Qur’an dan Sunnah.

4. 4. beiau menggunakan hadist mursal dan hadist dha’if apabila tidak ada

ketentuan sahabat, atsar, ataupun ijmak yang menyalahinya.

5. 5. apabila hadist mursal dan dhaif tidak ada maka ia menggunakan

metode Qiyas dalam keadaan terpaksa.

6. 6. langkah terakhir adalah menggunakan Sadd al-Dzar’i

Beliau tidak memiliki karya yang dia buat sendiri hanya saja para

muridnya mengembangkan ajarannya dan membuat karya –karya tentang

istinbat hukum yang beliau lakukan, salah satu contoh dari kitab mazhab ini

adalah sahabat al-Jamik al-Kabir karya Ahmad bin Muhammad bin Harun.

Adapun tokoh yang menyebarkan ajarannya adalah Ahmad bin Muhammad bin

Harun, Ahmad bin Muhammad ibn Hajjaj al Maruzi, Ishak bin Ibrahim, Shalih ibn

Hanbal, ‘Abdul Malik ibn ‘Abdul Hamid ibn Mahran al-Maumuni.

2. Tokoh dan Karya Terpenting Perkembangan Mutakhir Kajian Hukum Islam

Perkembangan terakhir dalam kajian hukum Islam ini terjadi setelah

adanya persentuhan budaya dengan barat. Bisa dikatakan kalau awal

perkembangan mutakhir dalam hukum Islam ini dimulai di Turki dan Mesir

yang menyadari bahwa Islam semakin tertinggal dari Barat maka mulai saat

itulah muncul toko-tokoh dalam Islam yang mencoba mereformasi hukum 17

Page 18: Studi Hukum Islam

Islam dengan mengangkat tema bahwa pintu ijtihad telah terbuka demi

perkembangan Islam dari zaman ke zaman.

Dalam berbagai bidang muncul tokoh-tokoh yang mencoba memberikan

sumbangan fikirannya dalam perkembangan Islam dan hukum Islam sebagai

contoh: Abdul Qadir Audah dengan bukunya Tasyri’ul jina’i Al-Islamy bi al-

Qonun al-Wadhie yang memcoba membandingkan antara hukum Perancis

dengan hukum Islam. Muhammad Baqir Al-Sadr seorang ulama Syiah dari Irak,

Sayyid Abu a’la Al-Maududi seorang  idiolog fundamentalis dalam Islam

khususnya Pakistan, Ali Abd Al-Razik  yang menulis buku Al-Islam wa Ushul Al-

hukm, buku ini menimbulkan kontroversi di Mesir dan juga negeri-negeri lain

karna buku ini mengemukakan mengenai pembenaran di hapuskannya

kesulthanan Utsmaniyah di Turki dan berpendapat Islam tidak menentukan

bentuk pemerintahan.

Di Indonesia sendiri pengkajian hukum Islam terus berkembang dengan

didirikannya IAIN serta banyaknya universitas-universitas swasta yang

mengkaji Islam di berbagai daerah di Indonesia khususnya di fakultas syariah

yang benar-benar kajian utama dari fakultas ini adalah hukum Islam. Lain dari

itu adanya MUI yang selalu memberikan fatwa yang sesuai yang sesuai dengan

keadaan Islam di Indonesia dalam memberikan istinbat hukum sesuai dengan

masalah yang ada serta majelis-majelis lainnya disetiap organisasi Islam di

Indonesia, seperti majelis tarjihnya Muhammadiyah. Hal ni merupakan suatu

karya yang penting bagi ummat Islam Indonesia serta perkembangan yang

baik dalam pembaruan hukum Islam. Selanjutnya perkembangan yang paling

besar yang ada di Indonesia ini adalah lahirnya Kompilasi Hukum Islam yang

merupakan fiqhnya indonesia serta telah banyaknya dimulai pembentukan

Undang-undang di Indonesia berasaskan hukum Islam.

3. Hukum Islam dalam sebuah negara bangsa

Setiap sistem hukum menyatakan bahwa orang-orang yang terikat dengan

hukum tersebut harus bersedia mengakui otoritasnya. Selain itu mereka juga

mengakui bahwa hukum tersebut mengikat mereka, begitu juga dengan

hukum Islam juga dengan hukum dalam suatu negara bangsa. Secara umum

ada dua pandangan dalam penerapan hukum islam dibawah ketentuan negara-

18

Page 19: Studi Hukum Islam

bangsa (nation-state). Pandangan pertama ialah mengedepankan cara

akomodatif, yaitu bangunan hukum islam dirubah seseuai dengan paradigma

modern. Artinya hukum islam yang semula lahir dan berkembang dalam

masyarakat tradisional yang bersifat kelompok, sehingga anggota

komunitasnya diikat berdasarkan identitas, etnis, agama, keluarga atau yang

lain sebagainya. Keseluruhan paradigma hukum islam tradisonal tersebut

dirubah dengan sisitem keseluruhan yaitu system yang mana masyarakat

berada dalam sebuah sistem yang konstitusional negara-bangsa bahkan

tatanan hukum internasional.2 Oleh karena itu, keputusan dan praktek hukum

islam harus didasarkan pada alasan-alasan rasional. Jadi, seluruh warisan

hukum islam adalah baku, begitu juga dengan hukum-hukum pada awalnya

seperti hukum adat dan lain sebagainya dalam hukum nasional.

Lalu paradigma kedua adalah dengan mempetahankan paradigma hukum

islam semula mendesaknya masuk dalam sistem hukum modern, baik secara

ideologis maupun praktis. Idelogis dalam arti menggantikan sistem negara

bangsa. Kwarganegaraannya berdasarkan keseragaman agama, yaitu Islam

sebagai sistem yang formal. Jadi hukum modern hanya bertugas menerapkan

hukum yang sudah jadi tersebut.

4.  Hukum Islam, hukum barat, dan hukum adat

Agama islam pada awal mulanya dipeluk oleh kaum masyarakat yang

memiliki tradisi social dan hukum sendiri-sendiri. Dan masing-masing

mempunyai tradisi sendiri-sendiri yang diwariskan dari para pendahulunya

dalam rentang jangka waktu yang lama. Karena menerima islam sebagai

agama mereka maka secara otomatis secara prinsip juga mengakui otoritas

hukum islam.3

Walaupun secara teoritik, hukum mencakup setiap cabang dan hubungan

social, namun dalam prakteknya banyak sekali aspek kehidupan yang

kehidupan yang masih terabaikan. Hukum islam pada masa modern kurang

berpengaruh dibandingkan hukum eropa/barat. Kelompok-kelompok modernis

seringkali mengambil sikap barat dalam menghadapi permasalahan-

permasalahan hukum islam. Namun hingga saat ini mungkin hanya Arab Saudi

2Benendict Anderson, komunitas-komunitas imajiner: renungan tentang asal usul dan penyebaran Nasionalisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal, 13-40

3H.A.R. Gibb, Aliran-aliran Moderndalam islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995), hal. 146

19

Page 20: Studi Hukum Islam

dan sampai batas tertentu Afghanistan yang tetap melestarikan hukum islam

yang lama.

Namun, terdapat satu bidang yang tetap mempertahankan tatanan hukum

islam, yaitu bidang yang berhubungan dengan hubungan perorangan (ahwal

al-syakhsyiyyah) seperti perakwinan, waris, perceraian dan lain

sebagainya.Permasalahan muncul di negara-negara lain ketika timbul adanya

dua macam hukum yang sama-sama berlaku dan berinteraksi, yaitu hukum

barat dan hukum islam. Hukum barat telah berhasil dicernakan di berbagai

daerah islam. Jika pada mulanya mereka tidak terusik dan terganggu namun

lama-kelamaan pada masa berikutnya terjadi kesesuaian dengan temperamen

penduduk muslim. Penentangan terhadap barat disuarakan oleh ahli hukum

islam.4

D. Ijtihad kolektif trend dalam hukum Islam modern

Modernisasi atau juga bisa disebut zaman sekarang yang dimulai dari

proyek industrialisasi telah membawa dampak yang luar biasa pada peradaban

manusia. Komplektisitas masalah modern sulit dijawab oleh seorang pakar

hukum islam tetapi perlu bantuan pakar yang lain. Dengan kolektifitas ulama

kultus individu tidak dapat dihindari karena masing-masing ulama' mempunyai

kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi. Kesepakatan bersama

inilah yang kemudian hari disebut sebagai ijtihad kolektif (ijtihad jama'i) yang

mana ijtihad ini dalam lembaga ulama bisa mempersempit dan memperkecil

perbedaan pendapat.

Untuk menjadi peserta ijtihad jam'i, seseorang memiliki kemampuan

tentang studi hukum islam. Orang dapat dianggap sebagai pakar hukum islam

bila menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman, Al-Ghazali dalam kutipan al-

Suyuti berikata, "jika seorang pakar fiqh tidak berkomentar atas masalah yang

belum pernah didengarnya seperti komentarnya atas masalah yang

didengarnya, maka ia bukan pakar fiqh".5 Karena tidak semua umat islam yang

memiliki kompetensi tersebut serta tuntutan zaman memerlukan kehadiran

4Noel, J. Coulson, Hukum islam dalam perspektif sejarah, (Jakarta: P3M, 1987), hal. 188-189

5 Jalal al-Din al-Suyuti, Tafsir al ijtihad (Mekkah: al Maktabah al- Tijariyyah, 1982), hal 38

20

Page 21: Studi Hukum Islam

mujtahid, maka hukum ijtihad adlah Fardlu Kifayah,6 yakni umat terbebas dari

tanggungan dosa bila telah orang yang melakukan ijtihad.

Masyarakat modern yang menjunjung tinggi demokratisasi lebih percaya

pada keputusan kolektif. Fatwa hukum islam dari lembaga keagamaan juga

lebih dipercaya dibanding fatwa individu. Tidak hanya itu, keputusan hukum

yang melibatkan dan mendengarkan pendapat banyak masyarakat dinilai lebih

obyektif. Dengan demikian, pengambilan keputusan hukum islam secara

kolektif dengan mempertimbangkan keadaan masyarakat relevan dengan

pemikiaran masyarakat modern. 7

E. Hukum Islam di Indonesia saat ini

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling

mayoritas. Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia

bahkan dapat disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul

dalam satu batas teritorial kenegaraan. Karena itu, menjadi sangat menarik

untuk memahami alur perjalanan sejarah hukum Islam di tengah-tengah

komunitas Islam terbesar di dunia itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti:

seberapa jauh pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap

penerapan hukum Islam di Tanah Air misalnya, dapat dijawab dengan

memaparkan sejarah hukum Islam sejak komunitas muslim hadir di Indonesia.

Di samping itu, kajian tentang sejarah hukum Islam di Indonesia juga

dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat Islam secara khusus

untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan

“mengakrabkan” bangsa ini dengan hukum Islam. Proses sejarah hukum Islam

yang diwarnai “benturan” dengan tradisi yang sebelumnya berlaku dan juga

dengan kebijakan-kebijakan politik-kenegaraan, serta tindakan-tindakan yang

diambil oleh para tokoh Islam Indonesia terdahulu setidaknya dapat menjadi

bahan telah penting di masa datang. Setidaknya, sejarah itu menunjukkan

bahwa proses Islamisasi sebuah masyarakat bukanlah proses yang dapat

selesai sekaligus ataupun seketika akan tetapi melalui perjalanan yang

panjang.

6Ibid. Jalal al-Din al-Suyuti, hal 21-25

7 Tim penyusun MKD IAIN sunan ampel, Studi Hukum Islam, (Surabaya: IAIN SA Pers, 2011), hal. 153-164

21

Page 22: Studi Hukum Islam

Langkah-langkah pembaharuan itu seperti pada kodifikasi hukum fiqh.

Kodifikasi (taqnin) adalah upaya mengumpulkan beberapa masalah fiqh dalam

satu bab dalam bentuk butiran bernomor.

Tujuan dari kodifikasi adalah untuk merealisasikan dua tujuan sebagai

berikut: Pertama, menyatukan semua hukum dalam setiap masalah yang

memiliki kemiripan sehingga tidak terjadi tumpang tindih, masing-masing

memberikan keputusan sendiri, tetapi mereka seharusnya sepakat dengan

materi undang-undang tertentu, dan tidak boleh dilanggar untuk menghindari

keputusan yang kontradiktif. Kedua, memudahkan para hakim untuk merujuk

semua hukum fiqh dengan susunan yang sistematik, ada bab-bab yang teratur

sehingga mudah untuk dibaca.8

F. Pengertian Dan Obyek Studi Islam

Studi islam atau studi keislaman (Islamic studies) merupakan suatu disiplin ilmu yang

membahas Islam, baik sebagai ajaran, kelembagaan, sejarah maupun kehidupan umatnya.

Dimaklumi  bahwa Islam sebagai agama dan  sistem ajaran telah  menjalani proses akulturasi,

transmisi dari generasi ke generasi dalam rentang waktu yang panjang dan dalam  ruang budaya

yang beragam. Proses ini melibatkan tokoh-tokoh agama, mulai dari Rasulullah saw., para sahabat,

sampai ustadz dan para pemikir Islam sebagai pewaris dan perantara yang hidup. Secara

kelembagaaan proses transmisi ini berlangsung di berbagai institusi mulai dari keluarga,

masyarakat, mesjid, kuttab, madrasah, pesantren, sampai al-jamiah.  Dalam proses tersebut  para 

pemeluk  agama  ini telah  memberikan respon, baik dalam pemikiran ovensif maupun devensif

terhadap ajaran, ideologi atau pemikiran dari luar agama yang diyakininya itu. Dengan demikian,

studi keislaman, dilihat dari ruang lingkup kajiannya, berupaya mengkaji Islam dalam berbagai

aspeknya dan dari berbagai perspektifnya.

Studi ini menggunakan pola kajian Islamic studies sebagaimana berkembang dalam tradisi

akademik  modern.  Pola  ini  tidak  sama  dengan  pengertian pendidikan agama Islam (al-tarbiyah

al-islamiyah), yang secara konvensional lebih merupakan proses transmisi  ajaran  agama,  yang

melibatkan aspek  kognitf (pengetahuan  tentang  ajaran Islam), afektif dan psikomotor

(menyangkut sikap dan pengalaman ajaran). Pola kajian yang dikembangkan dalam studi ini adalah

upaya kritis terhadap teks, sejarah, dokrin, pemikiran dan istitusi keislaman dengan menggunakan

pendekatan-pendektan tertentu,seperti Kalam, Fiqh, fisafat, tasawuf, historis, antropologis,

sosiologis, psikologis, yang secara populer di kalangan akademik dianggap ilmiah.

Dengan pendekatan ini kajian tidak disengajakan untuk menemukan atau memperta-hankan

keimanan atas kebenaran suatu konsep atau ajaran tertentu, melainkan mengkajinya secara ilmiah,

8 Dr. Rasyad Hasan Kholil, Tarikh Tasyri: sejarah legislasi Hukum islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 134-135

22

Page 23: Studi Hukum Islam

yang terbuka ruang  di dalamnya  untuk ditolak, diterima, maupun dipercaya  kebenarannya. Kajian

dengan pendekatan semacam ini banyak dilakukan oleh para orientalis atau islamis yang

memposisikan diri sebagai outsider (pengkaji islam dari luar) dan insider (pengkaji dari kalangan

muslim) dalam studi keislaman kontemporer.Agama islam ada diantara normatif dan historian,

tekstual dan kontekstual. Terdapat 5 bentuk gejala agama yang dapat kita amati dan kemudian

melahirkan studi Islam yang penuh dengan khazanah keilmuan yaitu :

a. Teks, naskah, sumber ajaran, dan simbol-simbol

b. Penganut , pemimpin, pemuka agama

c. Ritus ibadat, lembaga

d. Alat-alat (mesjid, topi/kopiah/peci, sorban, jilbab, dan lain-lain)

e. Organisasi

Sedangkan dlihat dari aspek Islam sebagai produk sejarah yang membentuk satu komunitas

special yang berbeda di antara mereka. Komunitas Islam sebagai produk sejarah tersebut, misalnya :

a. Islam Syiah

b. Islam Sunni

c. Nadhatul Ulama

d. Muhammadiyah

e. Ahmadiyah, dan lain-lain.

G. Pendekatan teologis normatif

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan

sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari

suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu agama dianggap sebagai yang paling benar

dibandingkan dengan lainnya. Amin Abdullah mengatakan bahwa teologi, sebagai mana kita

ketahiu tidak bisa tidak pasti mengacu kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri,

komitmen dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang bersifat subyektif, yakni bahasa

sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk

pemikiran teologis.

Menurut pengamat Sayyed Hosein Nasr, dalam era kontemporer ini ada 4 prototipe

pemikiran keagamaan Islam, yaitu pemikiran keagamaan fundamentalis, modernis, mesianis, dan

tradisionalis. Ke empat prototipe pemikiran keagamaan tersebut sudah barang tentu tidak mudah

disatukan dengan begitu saja. Masing-masing mempunyai ”keyakinan” teologi yang sering kali sulit

untuk didamaikan.

23

Page 24: Studi Hukum Islam

Dari pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman

keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan

yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya

sebagai yang paling benar sedangkan lainnya sebagai salah.Amin Abdullah mengatakan bahwa

pendekatan teologis semata-mata tidak dapt memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat

sekarang ini.Berkenaan dengan hal diatas, saat ini muncullah apa yang disebut dengan istilah

teologi masa kritis, yaitu suatu usaha manusia untuk memahami penghayatan imannya atau

penghayatan agamanya, suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks

permasalahan masa kini, yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub : teks dan situasi : masa

lampau dan masa kini

BAB III

PENUTUP

Secara garis besar saat kajian hikum Islam jadi pembahasan awal dari

pembahasan ini tidak lepas dari pemahaman atas Syar’iah, Fiqh, Ushul Al-fiqh,

serta hal lain yang berkenaan dengan dasar pembentukan hukun Islam yang

kesemuanya bisa dikatakan merupakan asas dari aturan dan kaidah dalam

Islam sebagai pengatur kehidupan Ummat Islam dari masa ke-masa yang tidak

lepas dari sumber utamanya yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada

Rasulnya yaitu Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah itu sendiri serta dilengkapi

dengan ijtihad ulama-ulama faqih dalam pengistinbatan hukum Islam yang

24

Page 25: Studi Hukum Islam

belum ada kepastian hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah.Yang paling

dikenal ada beberapa ulama hukum yang sumbangan fikirannya sampai saat

ini masih dikenal dan dipakai dalam kehidupan ummat muslim di seluruh Dunia

yaitu Imam Ja’fary, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam

Ahmad Ibn Hanbal. Kelima ulama ini banyak memberikan wacana hukum dan

penyelesaian hukum dalam berbagai kasus hukum dalam dunia Islam serta

pembuka wacana keilmuan dalam ilmu hukum Islam yang dikenal dengan fiqh

dan pada akhirnya jadi disiplin ilmu yang bercabang-cabang dan terus

berkembang dan dikembangkan oleh para ulama ulama fiqh setelahnya begitu

juga dengan perkuliahan ini.

Hukum islam adalah sebuah wadah bagi orang muslim untuk menta’ati

perintah Allah dan RasulNya. Dengan diterapkannya hukum Islam, maka akan

membuat pelaku-pelakunya jera untuk melakukan sebuah larangan yang

menjadi larangan Allah dan RasulNya. Terkait dengan hukum islam, ada

beberapa negara yang menganut hukum islam, seperti arab saudi, malaysia

dan sebagainya. Hukum Islam tentunya harus menganut dua pedoman yaitu al

Qur’an dan Hadits, namun jika suatu negara tidak menganut hukum islam,

apakah semua penduduk berdosa? Bukankah di dalam al Qur’an dijelaskan

bahwa orang yang tidak menerapkan hukum islam itu kafir, fasik, dan dzalim?

Tentu tidak, karena memang pada dasarnya kita dituntut menjunjung tinggi

hukum islam, tapi ditafsiri kembali ayat tadi bahwa yang kafir itu jika orang

tersebut tidak menerapkan hukum islam dan dia berlagak sombong dan

melecehkan hukum islam tersebut.

Hukum islam sulit diterapkan di indonesia karena nyatanya penduduknya

berbeda-beda dan beragam-ragam dari segi suku, agama, budaya, dan

sebagainya. Dari hal inilah indonesia tidak menerapkan hukum islam tapi

hukum pancasila. Meskipun hukum islam tidak bisa diterapkan di negara, tapi

mari kita terapkan dalam langkah hidup dan hembusan nafas ini.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Studi Hukum Islam

Anderson, Benendict, komunitas-komunitas imajiner: renungan tentang asal

usul dan penyebaran Nasionalisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Tim penyusun MKD IAIN sunan ampel, Studi Hukum Islam, Surabaya: IAIN SA

Pers, 2011.

Ashshiddiqie, Jimly, Hukum Islam dan Reformasi Hukum Nasional, makalah

Seminar Penelitian Hukum tentang Eksistensi Hukum Islam dalam Reformasi

Sistem Nasional, Jakarta, 27 September 2000.

Hasan Kholil, Rasyad, Dr., Tarikh Tasyri: sejarah legislasi Hukum islam, Jakarta:

Amzah, 2009.

Al qur’an dan terjemahnya.

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet III 1992

Hasbi AR, Perbandingan Mazhab Suatu Pengantar, Medan: Naspar Djaja 1985

Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Remaja Rosyda Karya, 2000.

Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan, 2002.

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, Bandung: LPPM Universitas Bandung, 1995.

Lajnah Marasiah, Buhutsu fi Fiqhi ala Mazhabi li Imam Syafi’i, Kairo:Maktabu

Muhammad Abu Zahrah, Muhadarat fil Ushul al-Fiqh al-Ja’fary, Muhadharat ad-Dirasah al-Arabiyah al-‘Aliyah, 1995

Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet III 1992), H.78

Khursid Ahmad dkk, Shari’ah: the way of god, the Islamic Fondation, terj. Nashir Budiman dan Mujibah Utami, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995) h. 80

Mazhab dalam Masalah Fiqh, terj. Ismuha (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h.16-18.

Muhammad Abu Zahrah, Muhadarat fil Ushul al-Fiqh al-Ja’fary, (Muhadharat ad-Dirasah al-Arabiyah al-‘Aliyah, 1995) h.28.

26

Page 27: Studi Hukum Islam

27