PENGANTAR -...

66
i PENGANTAR Permasalahan HIV AIDS yang ada di Indonesia sudah menjadi permasalahan nasional bahkan di tingkat global epidemi HIV juga masih menjadi tantangan. Saat ini bagi masyarakat di Indonesia isu HIV AIDS masih menjadi isu yang sensitif, dengan situasi yang demikian maka tidak dipungkiri bahwa masih tinggi Stigma dan Diskriminasi terkait HIV AIDS di masyarakat. Salah satu persoalan yang muncul dan sering menjadi polemik adalah masih tingginya stigma dan diskriminasi saat penyelenggaraan jenazah ODHA. Hal ini terjadi karena petugas kesehatan dan masyarakat masih belum memahami konsep penularan infeksi dalam hal penyelenggaraan jenazah ODHA dan infeksi menular lainnya. Dengan demikian dibutuhkan suatu pedoman yang dapat menjawab kebutuhan petugas di Fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat yang membantu penyelenggaraan jenazah ODHA dan infeksi menular lainnya. Informasi yang diberikan pada pedoman ini mengacu kepada prinsip kewaspadaan standar. Pedoman ini dirancang untuk menjadi acuan bagi para petugas penyelenggaraan jenazah disertai dengan pilihan alternatif yang dapat dilakukan pada kondisi dimana fasilitas tidak memadai. Pedoman ini disusun setelah melakukan beberapa kegiatan pengamatan dan workshop dengan mengundang para pakar di bidangnya.

Transcript of PENGANTAR -...

i

PENGANTAR

Permasalahan HIV AIDS yang ada di Indonesia sudah menjadipermasalahan nasional bahkan di tingkat global epidemi HIVjuga masih menjadi tantangan. Saat ini bagi masyarakat diIndonesia isu HIV AIDS masih menjadi isu yang sensitif,dengan situasi yang demikian maka tidak dipungkiri bahwamasih tinggi Stigma dan Diskriminasi terkait HIV AIDS dimasyarakat.Salah satu persoalan yang muncul dan sering menjadi polemikadalah masih tingginya stigma dan diskriminasi saatpenyelenggaraan jenazah ODHA. Hal ini terjadi karena petugaskesehatan dan masyarakat masih belum memahami konseppenularan infeksi dalam hal penyelenggaraan jenazah ODHAdan infeksi menular lainnya.Dengan demikian dibutuhkan suatu pedoman yang dapatmenjawab kebutuhan petugas di Fasilitas pelayanan kesehatandan masyarakat yang membantu penyelenggaraan jenazahODHA dan infeksi menular lainnya.Informasi yang diberikan pada pedoman ini mengacu kepadaprinsip kewaspadaan standar. Pedoman ini dirancang untukmenjadi acuan bagi para petugas penyelenggaraan jenazahdisertai dengan pilihan alternatif yang dapat dilakukan padakondisi dimana fasilitas tidak memadai.Pedoman ini disusun setelah melakukan beberapa kegiatanpengamatan dan workshop dengan mengundang para pakar dibidangnya.

ii

Semoga pedoman ini bermanfaat bagi petugaspenyelenggaraan jenazah baik di Fasilitas pelayanan kesehatandan masyarakat umum dalam melakukan kegiatanpenyelenggaraan jenazah dengan tepat sesuai dengan kaidah.Jakarta, September 2017Direktur P2PML,Kementerian Kesehatan RIDr. Wiendra Waworuntu, M.KesNIP.196203301997032001

iii

DAFTAR ISI

Pengantar iDaftar Isi iiiKata Sambutan viDaftar Istilah viiiBAB. I PENDAHULUAN 1I.1 Latar belakang 1I.2 Tujuan 3I.2.1 Tujuan umum 3I.2.2 Tujuan khusus 3I.3. Infeksi HIV dan infeksi penyerta 4I.3.1 Siklus hidup HIV 4I.3.2 Cara penularan HIV 4I.4 Penyakit infeksi menular padajenazah 6BAB. II PENYELENGGARAAN JENAZAH ODHA 11II.1 Pandangan agama tentangPenyelenggaraan jenazah 11II.2. Prinsip dan ketentuan umum 13BAB. III KEWASPADAAN STANDAR 14III.1 Definisi kewaspadaan standar 14III.2 Cara cuci tangan yang benar 15III.3 Penggunaan alat pelindung diri 16III.3.1 Memakai sarungtangan 16III.3.2 Memakai masker 17

iv

III.3.3 Memakai kacamatakhusus (goggle) 17III.3.4 Memakai penutupkepala 18III.3.5 Memakai gaunpelindung 18III.3.6 Memakai sepatupelindung 18III.4 Pencegahan pencemaranlingkungan 18III.3.1 Dekontaminasi 19III.3.2 Pengelolaan sampahinfeksius 22III.3.3 Pengelolaan limbahcair 23III.3.4 Pengelolaan linen 23BAB. IV PENYELENGGARAAN JENAZAH 26IV.1 Persiapan sebelummemandikan jenazah 26IV.1.1 Persiapan tempat 26IV.1.2 Persiapan alat danbahan 27IV.1.3 Persiapan petugas 28IV.1.4 Persiapanpengkafanan/bajujenazah 28

IV.1.5 Persiapan peti mati 29IV.2 Proses memandikan jenazah 29IV.3 Kegiatan setelah memandikan 30

v

jenazahIV.4 Pesan penting untuk keluargajenazah 30IV.5 Penguburan jenazah 31IV.5.1 Proses Penguburan 31IV.5.2 Pasca Penguburan 31BAB. V PENUTUP 32Daftar Pustaka 33Lampiran 1 Cara cuci tangan yang benar 35Lampiran 2 Cara pemakaian alat pelindung diri 39

vi

KATA SAMBUTANPermasalahan HIV AIDS yang ada di Indonesia tidak hanyamasalah penemuan kasus kemudian mengobati namun setelahODHA meninggal pun masih menjadi perhatian bagikementrian kesehatan RI dalam tatalaksana penyelenggaraanjenazahnya. Hal ini terjadi karena masyarakat di Indonesiamasih belum memahami konsep penularan infeksi HIV baikpada ODHA yang masih hidup maupun ODHA yang sudahmeninggal.Indonesia berkomitmen untuk menurunkan angka kesakitanakibat HIV AIDS dengan mengedukasi masyarakat tentangkonsep kewaspadaan standar. Konsep kewaspadaan standardiberlakukan untuk memutus rantai penularan infeksi baikmelalui udara, darah dan kontak langsung.Kementrian kesehatan juga terus berupaya untukmenghilangkan stigma di masyarakat dengan promosikesehatan melalui kemitraan dengan berbagai sektor baikpemerintah, swasta maupun lembaga masyarakat. Hal inisangat penting untuk mendukung keberhasilan program dalammelakukan ekspansi maupun kesinambungannya.Dengan telah mengakomodir berbagai perkembangan yang adadan prediksi ke depan dalam implementasi program,diharapkan buku ini menjadi pedoman bagi semua pihak yangberperan dalam penyelenggaraan jenazah.

vii

Penyusunan buku ini mendayagunakan secara terpadu semuaaspek kewaspadaan terkait kegiatan penyelenggaraan jenazahdan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait baikpemerintah, para ahli kewaspadaan standar dan para tokohagama.Selamat bekerja! Jakarta, September 2017Direktur Jenderal P2P,Kementerian Kesehatan RIdr.H.M Subuh, MPPMNIP.195107221978031002

viii

DAFTAR ISTILAH

HIV Human Immunodeficiency VirusAIDS Acquired Immune DeficiencySyndromeODHA Orang Dengan HIV dan AIDSAntiretroviral(obat) Pengobatan pasien HIV dan AIDSLimfosit T (T-Helper) Sel darah putih atau leukosit yangberinti satu, tidak bersegmen, padaumumnya tidak bergranula,berperan pada imunitas humoral(selB) dan imunitas sel (sel T)CD-4 Sel darah putih penanda perburukanpasien HIVdan AIDSTransplantasi organ Memindahkan jaringan tubuh daribadan seseorang ke badan (orang)lainNapza Suntik Obat narkotik dan zat aditif melaluijarum suntikAsimptomatik Tanpa terlihat gejalaMikroorganisme Makhluk hidup sederhana yangterbentuk dari satu atau beberapasel yang hanya dapat dilihat denganmikroskop, berupa tumbuhan atauhewan yang biasanya hidup secaraparasit atau saprofit, misalnyabakteri, kapang, ameba.Infeksius Yang dapat menginfeksi manusia

ix

serta dapat menimbulkan penyakitKontaminasi Pengotoran; pencemaran(khususnya karena kemasukanunsur luar seperti kuman)Droplet Percikan ludah yang melayang diudaraStigma Ciri negatif yang menempel padapribadi seseorang karena pengaruhlingkungannyaAutopsi Pemeriksaan tubuh mayat denganjalan pembedahan untukmengetahui penyebab kematian,penyakit, dan sebagainya; bedahmayat;Transmisi Penularan, penyebaran,penjangkitan penyakitPatogen Kuman yang menimbulkan penyakitDekontaminasi Upaya menghilangkan ataumenurunkan jumlah kumanInsenerator Alat untuk membakar limbah padatinfeksiusDisinfektan Bahan kimia (seperti lisol, kreolin)yang digunakan untuk mencegahterjadinya infeksi atau pencemaranoleh jasad renik; obat untukmembasmi kuman penyakitDekubitus /Pressure sore

Luka akibat tekanan terus meneruspada bagian tubuh tertentu biasanyakarena sakit lama yangmenyebabkan pasien harus

x

terbaring dalam waktu yang lamaUlkus Diabetikum Luka yang membusuk akibattingginya kadar gula darah padapasien diabetes

1

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar belakangHingga saat ini kasus HIV AIDS di Indonesia masih terusmeningkat dan pada saat ini jumlah orang yang pernahdidiagnosis terinfeksi HIV meningkat dalam sepuluh tahunterakhir. Peningkatan ini sejalan dengan makin banyaknyamasyarakat yang sadar dan melakukan tes HIV.Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2015 sampai Juni2016, terdapat kasus HIV sebanyak 208.920 yang didapatdari laporan layanan konseling dan tes HIV. Sementara,kasus AIDS sampai Juni 2016 sejumlah 68.917 kasus.Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun1987. Meskipun penemuan kasus sudah semakin dini danmendapatkan pengobatan dengan lebih baik dan lebih dininamun masih banyak pasien yang datang ke layanankesehatan sudah dalam keadaan tahap penyakit lanjut.Kematian dapat terjadi di rumah sakit dan lebih banyak lagiyang meninggal di rumah.Belum semua masyarakat memahami penularan HIV AIDSdari satu orang ke orang lain secara benar. Apakah bisatertular bila memegang, menyentuh atau berdekatan denganjenazah ODHA (Orang dengan HIV AIDS) ? Kekhawatiran

2

masih adanya virus HIV yang melekat pada jenazah, yangpada dasarnya sama, pada semua penyakit infeksi menularlainnya, ternyata bisa diantisipasi. Salah satunya denganmemahami mengenai tata cara perawatan jenazah yangmeninggal karena penyakit infeksi. Tindakan dalammengantisipasi terjadinya penularan penyakit infeksidisebut kewaspadaan standar. Termasuk di dalamnyaadalah wajib tersedianya alat pelindung diri danpenatalaksanaan peralatan serta lingkungan.Meninggalnya ODHA di rumah (di luar fasilitas kesehatan)seringkali menimbulkan keresahan di masyarakatlingkungan ODHA karena masih tingginya stigma. Kasuspenolakan terhadap jenazah ODHA masih sering terjadi dimasyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat tentangHIV AIDS membuat mereka tidak berani melakukan prosesPenyelenggaraan jenazah ODHA karena khawatir tertularpenyakit tersebut. Beberapa kabupaten/kota sudah pernahmenggelar pelatihan atau simulasi Penyelenggaraan jenazahODHA bagi tenaga medis puskesmas, rumah sakit, pegiat HIVAIDS, serta modin/petugas memandikan jenazah, namunpelatihan tersebut tidak cukup jika tidak ada pedomantertulis yang dapat menjadi acuan masyarakat awam dalamPenyelenggaraan jenazah ODHA, agar prosesnya berjalandengan benar dan lancar baik dari segi agama maupun darisegi kesehatan.

3

HIV pada jenazah ODHA bukan ancaman penting dalampenularan, tetapi dihimbau kepada masyarakat agarmemperhatikan proses Penyelenggaraan jenazah ODHAdengan tetap menjaga kewaspadaan standar. Mengingatkemungkinan adanya kuman penyakit menular lain yangtidak kita ketahui seperti infeksi penyerta/ikutan(opportunistik).2. Tujuan

1. Tujuan Umum:Tujuan dari diterbitkannya buku pedomanPenyelenggaraan jenazah pada ODHA ini adalah untukmenjadi panduan bagi petugas kesehatan dan masyarakatdalam mencegah terjadinya penularan penyakit infeksipada saat Penyelenggaraan jenazah ODHA dan infeksilainnya tanpa mengabaikan tradisi budaya dan agamayang dianut keluarganya.2. Tujuan Khusus :1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugasdalam Penyelenggaraan jenazah.2. Memotivasi masyarakat agar peduli kepada siapapunyang meninggal karena sebab apapun.3. Mensosialisasikan kewaspadaan standar kepadamasyarakat agar terhindar dari risiko infeksi.

4

3. Infeksi HIV dan infeksi penyerta (oportunistik)HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yangmenyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudianmenimbulkan AIDS (Depkes, 1997). Sedangkan AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulangejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuhyang disebabkan oleh HIV (Depkes, 1997).1. Siklus hidup HIVSetelah masuk ke dalam tubuh manusia maka HIVmenyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yangbertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebuttermasuk sel Limfosit T (T-Helper) yang didalamnyaterdapat CD-4. Sehingga untuk bertahan hidup, HIVmemerlukan sel darah manusia sebagai pejamu.Di luar tubuh manusia, HIV merupakan virus yang rapuh,cepat mati namun beberapa peneliti menyatakan bahwaHIV dapat bertahan selama 1 sampai 6 jam sehinggakewaspadaan standar tetap harus dilaksanakan.2. Cara penularan HIVTiga cara utama penularan infeksi HIV di Indonesia yaitu:a) Melalui hubungan seksual dengan seseorang yangtelah terinfeksi HIV tanpa memakai pengaman/pelindung (kondom).

5

b) Melalui darah dan produk darah atau alat-alat yangtelah terpajan HIV. Cara penularan HIV melalui : secara langsung : transfusi darah, produk darah atautransplantasi organ tubuh yang terinfeksi HIV. secara tidak langsung : melalui alat-alat sepertijarum suntik, jarum tatto, jarum tindik, peralatanbedah, penggunaan jarum suntik secara bergantiandi antara para pengguna napza suntik atau alat-alatlain yang kontak dengan cairan tubuh orang lainyang terinfeksi HIV dan tidak disterilkan terlebihdahulu.c) Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yangdikandungnya pada saat kehamilan, persalinan, danmenyusui.Pada tahap awal infeksi HIV tidak ada gejala dan tanda tandayang mudah dikenali disebut sebagai tahap asimptomatik.Tahap ini dapat berlangsung lama (5 – 10 tahun), tergantungdari respon tubuh masing-masing individu sampaitimbulnya gejala AIDS.Seiring dengan perjalanan waktu, bila ODHA tidak mendapatperawatan dan pengobatan yang baik maka akan semakinbanyak penyakit infeksi yang menyertainya yang akansemakin memperlemah daya tahan tubuhnya.Sesuai dengan tahapan sistem kekebalan tubuhnya yangdinyatakan dengan jumlah sel lekosit jenis CD-4 dan jenis

6

penyakit infeksi atau penyakit lain yang menyertainya, makatahapan penyakit dapat dikategorikan sebagai stadium klinis1 (tahap asimptomatik), stadium klinis 2, stadium klinis 3,dan stadium klinis 4. Dengan banyaknya gejala dan tandapenyakit yang dapat dikenali secara kasat mata akibat daribanyaknya penyakit infeksi dan penyakit lain yangmenyertainya maka tahapan ini disebut sudah dalam tahapAIDS.4. Penyakit infeksi menular pada jenazahPelaksanaan Penyelenggaraan jenazah penderita penyakitmenular harus selalu memperhatikan kewaspadaan standartanpa mengabaikan tradisi budaya dan agama yang dianutkeluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawatharus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambiltindakan yang sesuai agar penyelenggaraan jenazah tidakmenambah risiko penularan penyakit seperti halnyaHepatitis-B, Sifilis, Kolera dan lainnya. Tradisi yangberkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebutdapat diizinkan dengan memperhatikan hal kewaspadaanstandar, seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagiandari upacara penguburan.Dalam tubuh manusia banyak mengandung mikroorganisme,baik yang dapat menimbulkan penyakit (patogen) ataupunyang tidak. Dewasa ini makin sering dilaporkan bahwamikroorganisme yang tidak patogen mudah berubah sifatmenjadi patogen dan dapat menimbulkan infeksi lebih

7

serius. Hal tersebut pada umumnya disebabkan karenamelemahnya daya tahan tubuh penderita sehingga lebihrentan mendapat infeksi (infeksi oportunistik).Penyakit infeksi menular adalah penyakit infeksi yangmudah berpindah dari orang ke orang lain. Perpindahandapat melalui makanan, minuman, udara, hewan ataukomponen lainnya. Mikroorganisme penyebab infeksimenular ini hampir selalu terdapat dalam cairan tubuhseperti : darah, tinja, cairan hidung, air seni, dahak, ludah,cairan kelamin, air susu, dan nanah.Penyelenggara penyelenggaraan jenazah serta sanak familiakan tertular apabila kontak dengan cairan tubuh jenazah.Penularan ini dapat melalui proses: Terpercik ke kulit yang tidak utuhseperti luka danradang kulit Terpercik ke selaput lendir (mukosa) seperti ronggahidung dan mulut Berpindah melalui perantara seperti serangga danbinatang rumah. Mencemari lingkungan kemudian menulari manusia.Dibawah ini dikemukakan contoh mikroorganisme yanginfeksius dan menular yang mungkin terdapat pada cairantubuh jenazah.

8

Tabel 1. CONTOH MIKROORGANISMEPADA CAIRAN TUBUH JENAZAH

CAIRANTUBUH

MIKROORGANISME

CARAPENULARAN

PENYAKIT

Darah HIVVirusHepatitis BVirusHepatitis CJarum suntiktidak steril.Hubunganseksual.

AIDSHepatitis BHepatitis CTinja(feses) Salmonella

VibrioCholeraShigelaAmubaE.Coli

Kontaminasimakananatauminuman.Tangan yangtidak bersih.Demam tifoidDiare koleraDisentriDiare

Air seni(urine) Leptospira Kontaminasimakananatauminuman.Tangan yangtidak bersih.Leptospirosis

Dahak M.tuberculosis Coccus

Droplet.Batuk ataubersin. TuberkulosisInfeksisaluran nafas

9

CAIRANTUBUH

MIKROORGANISME

CARAPENULARAN PENYAKIT

Cairanhidung danludah C difteriaeB pertusisCoccusInfluenza

Batuk ataubersin.Tangan yangtidak bersihDifteriPertusisInfeksisaluran nafasInfluenza(flu)CairanKelamin Ngonorrhoea

Treponemapallidum

Hubunganseksual. GonoreSifilisNanah CoccusHerpes

Hubunganseksual.Kontaklangsung.Infeksi/radang kulitHerpes

Jenis, sifat, dan cara penularan mikroorganisme tersebutsebaiknya diketahui oleh petugas penyelenggarapenyelenggaraan jenazah. Hal tersebut sangat penting dalamupaya pencegahan agar tidak tertular selama prosespenyelenggaraan jenazah.Cukup banyak ragam penyakit infeksi menular pada jenazah.Angka kematian akibat penyakit tersebut juga tinggiterutama dinegara-negara yang sedang berkembangtermasuk negara kita. Dalam buku pedoman ini, kita hanya

10

menelaah infeksi menular yang berbahaya yang dapatmenular secara kontak langsung melalui cairan tubuh dantidak menelaah infeksi menular lain yang dapat menularmelalui udara, droplet (percikan cairan yang melayangdiudara), binatang atau serangga. Sehingga ketentuan umummelaksanakan kewaspadaan standar guna menghindaripenularan penyakit infeksi adalah menganggap setiap cairandan jaringan tubuh jenazah memiliki potensi menularkaninfeksi.Petugas harus waspada pada pelaksanaan penyelenggaraanjenazah terutama dalam hal :• Jenazah dengan banyak perdarahan, seperti luka-lukakecelakaan atau akibat melahirkan.• Jangan sampai kontak atau terpercik darah atau cairantubuh jenazah ke kulit yang tidak utuh seperti luka atauradang kulit.• Jangan sampai kontak atau terpercik darah atau cairantubuh jenazah ke mukosa (selaput lendir) seperti ronggahidung, mata, dan mulut.

11

BAB IIPENYELENGGARAAN JENAZAH ODHA

1. Pandangan agama tentang penyelenggaraan jenazah

Sudah merupakan adab manusia untuk selalumemperlakukan jenazah secara layak dan hormat tanpamemandang siapa jenazah yang dihadapinya. Setiap agamamemiliki tata cara masing-masing untuk menghormati danmerawat jenazah. Penyelenggaraan jenazah hingga akhirnyadikebumikan pada umumnya adalah sama. Dimulai denganmengetahui identitas dan kelengkapan tubuh jenazahkemudian dimandikan (dibersihkan), dikafani ataudipakaikan baju, dan selanjutnya disholatkan atau didoakanlalu dikebumikan.Meskipun di dalam agama Kristiani tidak ada perintahkhusus tentang apa yang harus dilakukan oleh masyarakatterhadap jenazah namun dalam budaya Alkitabiah terdapatberbagai cara untuk menangani jenazah dan tidak adalarangan atau anjuran secara khusus tentangpenyelenggaraan jenazah.Terdapat beberapa detail yang berbeda menurutkepercayaan, agama, dan adat kebudayaan masing-masing.Dalam umat Kristiani upacara penyiapan jenazah meliputi :memandikan, mengenakan pakaian, liturgi pemakaman, danmenguburkan. Prosesi penyiapan jenazah untuk umat Budha

12

terdiri dari memandikan, menyucikan, membaca paritta suci(mendoakan), dan menguburkan atau mengkremasi sesuaidengan adat istiadat serta tradisi. Dalam agama Hindudipercaya bahwa jika seseorang meninggal, maka sang rohmelompat meninggalkan badan kasarnya. Sang roh akanmenuju tempat yang sesuai dengan karmawasana-nya.Keluarga yang ditinggalkannya, sesuai etika Hindu,hendaknya segera mengurus mayatnya agar mampumempercepat proses atman kembali kepangkuan Tuhan.Hukum karma berlaku apakah nanti dapat masuk surga atauneraka. Dalam agama Islam penyelenggaraan jenazahhukumnya fardhu kifayah/kewajiban bersama yakni bilatidak ada seorang pun dari penduduk desa atau kota yangmelaksanakannya maka semuanya berdosa. Ada empat haldalam upacara penyiapan jenazah menurut Agama Islamyaitu : memandikan, mengkafankan, menshalatkan, danmenguburkan.Orang yang berkewajiban melakukan penyelenggaraanjenazah adalah wali jenazah, yaitu orang yang mempunyaitanggung jawab terhadap jenazah dimana dia berada atausetiap orang yang mengetahui atau menyangka tentangkematiannya. Bila yang mengetahui hanya satu orang, makabagi dia hukumnya fardhu ‘ain (wajib bagi dirinya). Keempatprosesi ini hendaknya segera dilakukan untuk mencegahkondisi jenazah berubah atau membusuk.

13

2. Prinsip dan ketentuan umumTata cara penyelenggaraan jenazah ODHA yang dilakukanoleh petugas kesehatan ataupun kelompok masyarakatterlatih harus memperhatikan faktor-faktor penularanpenyakit yang mungkin ditularkan oleh jenazah, yaitudengan mengikuti ketentuan umum seperti berikut:1. Selalu menerapkan kewaspadaan standar yaknimemperlakukan semua jenis cairan dan jaringan tubuhjenazah sebagai bahan yang infeksius dengan caramenghindari kontak langsung.2. Pastikan jenazah sudah didiamkan selama lebih dari duajam sebelum dilakukan perawatan jenazah. 3. Tidak mengabaikan etika, budaya, dan agama yangdianut jenazah.4. Semua lubang-lubang tubuh ditutup dengan kasaabsorben dan diplester kedap air. 5. Badan jenazah harus bersih dan kering. 6. Sebaiknya jenazah yang sudah dibungkus / dikafani /dipakaikan baju tidak dibuka lagi. 7. Jenazah yang dibalsem atau disuntik untuk pengawetanatau autopsi dilakukan oleh petugas khusus yangterlatih.8. Autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapatpersetujuan dari pihak berwenang.

14

BAB IIIKEWASPADAAN STANDAR

1. Definisi kewaspadaan standarKewaspadaan standar yaitu tindakan pengendalian infeksiyang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untukmengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan padaprinsip bahwa cairan tubuh dapat berpotensi menularkanpenyakit, baik berasal dari pasien maupun petugaskesehatan.Angka kejadian infeksi menular yang berbahaya masih tinggidinegara kita, karena itu kegiatan perlindungan diri sudahharus terlaksana sejak kegiatan pengobatan dan perawatandi rumah sakit sampai jenazah dikuburkan melaluipenerapan kewaspadaan standar.Prinsip utama prosedur kewaspadaan standar adalahmemutus mata rantai transmisi infeksi.Kewaspadaan standar terkait penyelenggaraan jenazahmeliputi:1. Kebersihan tangan/cuci tangan.2. Pemakaian alat pelindung diri (APD):a. Sarung tangan.b. Masker.c. Pelindung mata (goggle).d. Penutup kepala.

15

e. Gaun pelindung.f. Sepatu pelindung.3. Etika batuk untuk melindungi orang sekitar.4. Pengelolaan linen.5. Praktik penyuntikan yang aman.6. Pengelolaan lingkungan.7. Pengelolaan limbah/alat bekas pakai.8. Kesehatan petugas.2. Perlindungan diri bagi petugas dengan cara cuci tangan

yang benarTangan merupakan anggota badan yang paling efektif dalammemindahkan dan menularkan mikroorganisme penyebabpenyakit infeksi. Cuci tangan adalah kegiatan yang amatpenting sepanjang kehidupan kita. Gunanya adalah untukmenjaga kebersihan sekaligus mencegah agar tidak tertularataupun menularkan mikroorganisme penyebab penyakitinfeksi menular. Pada penyelenggaraan jenazah, cuci tanganjuga sangat penting terutama setelah selesaipenyelenggaraan dan setelah kontak dengan cairan tubuhjenazah.Persiapan:

Air bersih yang mengalir dari pancuran atau air kran.Bila tidak ada, cukup dengan air gayung yang dialirkandengan bantuan orang lain. Kain lap kering yang bersih atau kertas tisu. Kuku jari-jari tak boleh panjang.

16

Perhiasan dan arloji harus dilepas.Teknik cuci tangan:

Tangan dibasahi sampai pergelangan tangan danupayakan hingga semua kotoran terbuang. Ambil sabun dan buatlah busa secukupnya untukmenggosok/membersihkan kedua tangan hingga meratadengan teknik cuci tangan sebagai berikut:Dengan busa sabun yang cukup gosok kedua telapaktangan lalu punggung tangan secara bergantiandilanjutkan dengan menggosok ke sela-sela jari, kemudiandengan posisi jari-jari sisi dalam kedua tangan salingmengunci, berikutnya gosok ibu jari berputar dalamgenggaman tangan kanan dan sebaliknya, lalu menggosokujung jari dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya (lihat lampiran 1). Bilas dengan air mengalir dengan menggosok sepertigerakan saat menggosok sabun. Dikeringkan dengan lap kering yang bersih atau tisu. Seluruh proses memakan waktu 40-60 detik.

3. Cara pemakaian alat pelindung diri (APD)a. Memakai sarung tanganTujuan memakai sarung tangan adalah agar tidakterkontaminasi dengan cairan tubuh jenazah. Semuapenyelenggara harus memakai sarung tangan. Sarungtangan dianjurkan yang panjang sampai siku dari bahan

17

dasar yang tidak tembus air seperti lateks (lihat lampiran2).Perlu diperhatikan cara melepas sarung tangan setelahbekerja. Kotoran pada sarung tangan jangan sampaikontak dengan tubuh atau bertebaran dilantai. Sarungtangan dilepas dengan cara menarik pangkal sarungtangan kearah jari secara terbalik atau melipat keluar.Kemudian dilanjutkan dengan tangan yang satu lagi.Setelah sarung tangan karet panjang dilepas, apabila akandipakai ulang, agar direndam terlebih dahulu dengandeterjen kemudian dengan larutan disinfektan/klorin0.5% selama minimal sepuluh menit dengan syaratbahwasanya sarung tangan tersebut sudah teruji tidakbocor. Tangan dicuci lagi seperti diuraikan di atas dansarung tangan dicuci dan dikeringkan.b. Memakai maskerPetugas penyelenggaraan jenazah memakai masker agaraman. Masker sebaiknya yang telah didesain khusus untukperlindungan dari infeksi yaitu masker bedah (lihatlampiran 2).c. Memakai kacamata khusus (goggle)Petugas penyelenggaraan jenazah memakai kacamata agaraman. Kacamata pelindung khusus (goggle) yangdisarankan adalah dapat menutup dengan baik seluruhbagian mata (lihat lampiran 2).

18

d. Memakai penutup kepalaPetugas penyelenggaraan jenazah memakai penutupkepala agar aman. Penutup kepala juga penting dan harusdapat menahan air dari luar (lihat lampiran 2).e. Memakai gaun pelindungPetugas penyelenggaraan jenazah memakai gaunpelindung atau celemek agar aman. Gaun pelindung ataucelemek harus dibuat dari bahan tak tembus air sepertiplastik dan dipakai untuk menutupi seluruh bagian depantubuh dari leher sampai kaki. Gaun pelindung ataucelemek ini sangat penting dipakai saat memandikanjenazah (lihat lampiran 2).f. Memakai sepatu pelindungPetugas penyelenggaraan jenazah memakai sepatupelindung atau bot. Sepatu pelindung (sepatu bot karet)sebaiknya model tinggi sampai lutut. Bahan harus terbuatdari material yang tahan tusukan benda tajam sepertikaret. Sepatu pelindung dipakai saat memandikan (lihatlampiran 2).

4. Pencegahan pencemaran lingkunganCairan dan kotoran yang berasal dari jenazah akan mudahmencemari rumah, lingkungan bahkan diri kita sendiriapabila tidak dikelola dengan benar. Petugaspenyelenggaraan jenazah harus senantiasa waspada dalam

19

setiap kegiatan penyelenggaraan jenazah terutama saatmengangkat, memindahkan, dan memandikan jenazah.Jangan sampai kotoran dan cairan dari jenazah berserakanatau dibuang ke tempat yang tidak memenuhi syarat.Beberapa hal di bawah ini perlu diperhatikan pada kegiatanpenyelenggaraan jenazah;- Apabila sudah kontak atau mencemari rumah,lingkungan harus dibersihkan dengan cara yang benar(dekontaminasi).- Kotoran dan air bekas mandi harus dibuang ke tempatyang terjaga keamanannya (pengelolaan limbahinfeksius).Semua peralatan bekas pakai harus dibersihkan sehinggaaman untuk kesehatan yaitu melalui proses sebagai berikut:1. DekontaminasiDekontaminasi adalah proses untuk membersihkan cairandan kotoran yang mengkontaminasi tubuh denganmempergunakan bahan antiseptik. Tujuan pemberianantiseptik ini adalah untuk membunuh mikroorganismeterutama yang bersifat patogen.Antiseptik yang sering digunakan adalah:

KlorheksidinKhlorheksidin adalah antiseptik yang efektif terhadapmikroorganisme bakteri, virus, dan jamur dengan risiko

20

bahaya iritasi terhadap kulit yang rendah. Contohnyaadalah savlon dan hibiscrub. Povidon IodiumPovidon Iodium efektifitasnya sama dengankhlorheksidin dan dikenal oleh masyarakat sebagai obatluka. Alkohol 70 %Alkohol 70 % sering dipakai sebagai antiseptik. Alkoholini dapat dicampur dengan gliserin 10 % denganperbandingan 9 : 1.Cara dekontaminasi bagian tubuhBeberapa bagian tubuh sangat mudah terkontaminasi olehcairan atau kotoran yang berasal dari jenazah, terutamajika cara kerja tidak berhati-hati dan tidak memakai alatpelindung diri yang sesuai. Bila yang terkontaminasi tangan, kaki atau kulit lainyang utuh maka cukup dicuci bersih dengan memakaisabun. Tetapi bila ada kulit yang tidak utuh seperti lukalecet maka prosedur mencuci ini harus menggunakanantiseptik. Bila yang terkontaminasi mata maka segeralah mencucimata dengan air bersih. Bila yang terkontaminasi hidung maka segera keluarkandengan melakukan bersin dan bilas dengan air bersih.

21

Bila yang terkontaminasi bagian tubuh yang luas makasegeralah mandi bersih menggunakan sabun dan cucirambut menggunakan shampo.Cara dekontaminasi peralatan bekas pakaiDekontaminasi peralatan bekas pakai bertujuan untukmencegah penyebaran infeksi melalui alat seperti: Bak/meja pemandian. Perabot rumahtangga (ember, gayung, dll). Lantai. Linen.Peralatan tersebut di atas termasuk perabot rumah tanggayang sangat mudah terkontaminasi oleh cairan jenazahterutama jenazah dengan riwayat kecelakaan. Bila tumpahan cairan atau darah banyak maka serapterlebih dahulu dengan kertas koran atau tisu kemudiandikelola lebih lanjut sebagai bahan infeksius di tempattertentu. Bekas tumpahan diberi cairan deterjen kemudiandidekontaminasi dengan cairan disinfektan kemudianserap lagi dengan kertas atau tisu. Bilas dengan air bersih kemudian lap dengan kertasatau tisu.Disinfektan yang sering digunakan:

Klorin atau hipoklorit.

22

Klorin atau hipoklorit adalah disinfektan yang bekerjacepat untuk membunuh kuman dengan harga yangcukup murah. Sediaannya ada yang berbentuk cair(seperti natrium hipoklorit) dan ada yang padat(seperti kalsium hipoklorit). Natrium hipoklorit banyakdipakai untuk pemutih pakaian dalam konsentrasi5,8%. Untuk keperluan pembersihan lantai atau perabotrumah tangga cukup dengan konsentrasi 0,5% yangdibuat dengan mencampur larutan klorin dengan airdalam perbandingan 1:9. Fenol atau karbol.Fenol atau karbol adalah cairan disinfektan yang seringdipakai dan banyak dipasarkan dengan merek sepertiLysol dan Densol. Larutan ini kurang aman untuk kulitdan mukosa (selaput lendir).

2. Pengelolaan sampah infeksiusSampah yang bersifat infeksius dari jenazah biasanyaberupa perban, kasa, dan plaster yang berasal dariperawatan rumah sakit. Sampah tersebut dimasukkan kedalam satu wadah agar tidak berceceran. Wadah dapatberupa kardus atau kantong plastik untuk kemudiandibakar pada tempat yang aman. Cara membakarnyaharus secara sempurna hingga semua menjadi abu.Apabila di lokasi setempat terdapat fasilitas pengelolaanlimbah infeksius (insenerator) maka dapat dikirimkan ketempat tersebut melalui dinas kesehatan atau puskesmassetempat.

23

3. Pengelolaan limbah cairLimbah cair dari jenazah adalah cairan tubuh jenazah danbekas air mandi jenazah. Limbah cair ini juga harustersalur ketempat pembuangan yang aman dan jangansampai mencemari sumber air minum seperti sumur sertahalaman yang sering menjadi tempat bermain anak-anak.Agar limbah cair ini aman tidak mencemari lingkungansekitar maka limbah diberi larutan klorin kemudiandialirkan ke saluran air/selokan/septik tank. Apabilacairan jenazah pengidap infeksi menular seperti kolera,disentri dan tifoid, maka tempat pemandian jenazah harusdiberi disinfektan seperti kaporit. Dekontaminasi bekaslantai pemandian jenazah ini dapat juga denganmenaburkan kapur tohor (gamping).4. Pengelolaan LinenYang termasuk linen di sini di antaranya adalah

Kain/handuk/seprei. Kain pel/serbetApabila linen tersebut akan digunakan kembali makaharus melalui proses yang aman agar tidak lagi adakemungkinan menularkan penyakit.Adapun urutan prosesnya adalah: Linen kotor dimasukkan ke dalam kantong yang kedapair untuk mencegah kebocoran, kontaminasilingkungan, dan orang yang membawanya.

24

Pada linen kotor tersebut segera dilakukandekontaminasi yaitu dengan merendamnya dalamlarutan deterjen selama 5-10 menit kemudianmerendamnya dalam larutan klorin dengan konsentrasi0,5% (dibuat dengan mencampur klorin dengan airdalam perbandingan 1:9) selama 10 menit. Linen harusterendam semua. Setelah itu lakukan pencucian dengan larutan deterjensecara biasa (seperti mencuci linen biasa) namunjangan dicampur dengan linen yang lain. Kasur, guling, dan bantal dapat di dekontaminasidengan disinfektan dan kemudian dibilas yangselanjutnya di jemur dibawah terik matahari hinggakering sekali.Dengan memperhatikan cara perlindungan diri diatas,kemungkinan akan banyak kendala yang dialami,misalnya ketiadaan atau kekurangan fasilitas seperti tidakadanya sarung tangan, bahan antiseptik, dan lain-lain.Sebaiknya kondisi tersebut jangan menjadi kendala dalammenerapkan pengendalian infeksi pada pelaksanaanpenyelenggaraan jenazah. Gunakan alternatif lain denganmenggunakan alat-alat yang lebih sederhana namunsecara fungsi masih dapat melindungi petugas dari cairanyang berasal dari tubuh jenazah. Yang lebih pentingadalah mengetahui dan memahami prinsip dan tujuanperlindungan diri ini, diantaranya adalah:

25

Memahami dan mengetahui penyakit infeksi menularyang mudah menular secara kontak langsung ataumelalui pencemaran. Memahami dan mengetahui tatacara cuci tangan, mandibersih serta pemakaian antiseptik ataupun disinfektan.Pengetahuan ini sangat diperlukan untuk mengatasikontaminasi oleh cairan infeksius dari jenazah. Memahami dan mengetahui fungsi dari masing-masingalat pelindung diri. Jadi apabila tidak ada peralatan yangstandar, dapat diganti selama memiliki fungsi yangsama. Misalnya masker dapat diganti dengan saputangan, celemek dapat diganti dengan plastik, dan lain-lain (lihat lampiran 2). Penyelenggaraan jenazah wajib diselenggarakan segera.Penyelenggaraan jenazah harus dilakukan dengan hati-hati,tertib, dan tidak ceroboh. Air bekas memandikan jenazahjangan sampai terpercik dan berserakan di lantai atautempat pemandian. Setelah selesai menyelenggarakanpenyelenggaraan jenazah segera mandi bersih menggunakansabun dan apabila ada luka lecet pada kulit, makapergunakan antiseptik seperti alcohol 70 %, khlorhexidinatau povidon iodium.

26

BAB IVPENYELENGGARAAN JENAZAHPenyelenggaraan Jenazah dari awal hingga akhir padaumumnya adalah sama. Prosedur dan prinsip penyelenggaraanjenazah di fasilitas kesehatan, bertujuan mencegah resikopenularan penyakit menular dari jenazah, misalnya : HIV AIDS,Hepatitis, Tuberculosis, dan Kolera. Selain itu juga memberikanrasa aman dan nyaman bagi masyarakat dilingkungan tempatdirawatnya jenazah.Penyelenggaraan jenazah di luar fasilitas kesehatan seperti dirumah tinggal maupun di rumah ibadah sebaiknya tetapdilakukan oleh petugas kesehatan ataupun kelompokmasyarakat yang sudah terlatih dengan memperhatikan faktor-faktor penularan penyakit yang mungkin ditularkan olehjenazah.Pedoman ini berlaku pada semua jenazah tanpa memandangjenis penyakit yang diderita ataupun agama dan kepercayaanyang dianutnya.

1. Persiapan sebelum memandikan jenazah1. Persiapan tempat

a. Fasilitas kesehatanTempat atau lokasi pemandian jenazah diusahakanharus:

27

Berdekatan dengan saluran pembuangan air/parit danair harus mengalir ke instalasi pembuangan air limbah(IPAL) rumah sakit/fasilitas kesehatan. Tersedia bak pemandian jenazah.

b. RumahTempat atau lokasi pemandian jenazah diusahakanharus: Berdekatan dengan saluran pembuangan air/parit(permukaan tanah). Jika tak ada parit, galilah lubang serapan untukpembuangan air. Tersedia meja pemandian jenazah.

2. Persiapan alat dan bahana. Fasilitas kesehatanKapas digulung kecil se-ibu jari, pinset, plester kedap air,masker, kacamata pelindung, sarung tangan, gaunpelindung, sepatu bot, ember besar, gayung, waslap,sabun mandi, shampo, handuk, dan kain basahanjenazah.b. RumahKapas digulung kecil se-ibu jari (pada jenazah yangmengeluarkan cairan terus menerus), sarung tangankaret rumah tangga sepanjang siku, jubahplastik/celemek kedap air/jas hujan/kantong kresek

28

besar yang dilubangi, masker/sapu tangan untukmenutup hidung dan mulut petugas, sepatu bot/kantongplastik tidak bocor untuk membungkus kaki tanpamelepas alas kaki, ember, gayung, waslap, sabun mandi,shampoo, handuk, dan kain basahan jenazah.Persiapan pembuatan larutan klorin

Satu botol cairan klorin (sebanyak satu liter) dituangke dalam ember, kemudian sembilan liter air dituangke dalam ember berisi klorin tadi lalu diaduk sampaitercampur rata. Jumlah yang diperlukan (sebanyak dua ember dan satubaskom). Satu ember larutan klorin untuk disinfektanperalatan pemandian jenazah, satu ember larutanklorin untuk merendam pakaian jenazah dan satubaskom larutan klorin untuk merendam kapas.

3. Persiapan petugas

Memastikan tidak ada luka yang terbuka. Jika terdapat luka kecil/lecet dibalut dengan plesterkedap air. Memakai alat pelindung (APD).

4. Penggunaan plastik pada jenazah dengan kondisi

khusus.Pada beberapa kondisi tertentu pada jenazah dapatmenggunakan alas plastik, seperti:

29

a. Dekubitus/Pressure Sore.b. Ulkus Diabetikum.c. Kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan lainnyamenyebabkan tubuh jenazah hancur dan mengeluarkancairan tubuh.d. Jenazah yang membusuk.e. Kondisi lainnya yang menyebabkan cairan tubuh jenazahkeluar terus menerus.5. Persiapan peti matiPersiapan setelah memandikan jenazah sepertimempersiapkan peti mati serta kelengkapan lainnya untukKristiani, Budha, Hindu, dan Konghuchu disesuaikandengan agama dan kepercayaan masing–masing.

2. Proses memandikan jenazahHal-hal yang perlu diperhatikan dalam memandikan jenazah:1. Membuka tali pengikat dan semua yang melekat padatubuh jenazah seperti ; gigi palsu, cincin, kalung, danperhiasan lainnya, kemudian menutup aurat jenazahdengan kain panjang.2. Menyiram seluruh tubuh dari arah kepala hingga ke kaki.3. Menggosok tubuh jenazah memakai waslap dan sabundilanjutkan dengan mencuci rambut menggunakanshampo.4. Memiringkan jenazah ke kiri dan kanan sambilmembersihkan bagian belakang dengan sabun dan air.5. Menyiram seluruh badan dengan air hingga bersih.

30

6. Mengeringkan jenazah dengan handuk selanjutnya digantidan ditutup auratnya dengan kain kering.3. Kegiatan setelah memandikan jenazah• Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir sesuaidengan prosedur cuci tangan yang benar yaitu 6 langkahcuci tangan.• Masukkan peralatan pelindung petugas yang sekali pakai(disposable) ke dalam plastik sampah infeksius.• Alat pelindung diri yang dapat digunakan kembali dicucibersih melalui proses dekontaminasi yang telahdisarankan.• Bakarlah peralatan sekali pakai yang sudah digunakan.• Lantai tempat pemandian dipel dengan larutan deterjendan dapat dilanjutkan dengan menggunakan klorin 0,5%.4. Pesan penting untuk keluarga jenazahJika di wajah tidak terdapat luka diperbolehkan menciumjenazah dengan memperhatikan aspek kewaspadaan standar.Namun jika di wajah jenazah terdapat luka, maka keluargatidak diperkenankan mencium jenazah.Dengan selesainya memandikan jenazah, danmembungkusnya maka jenazah siap untuk diproses lebihlanjut, baik dengan menguburkannya atau membakarnyasesuai ajaran agama jenazah tersebut. Proses penguburandan pembakaran selanjutnya seperti biasa mengikuti kaidah-kaidah agama masing masing.

31

5. Penguburan jenazahHal yang perlu diperhatikan pada saat proses penguburanjenazah adalah tidak membiarkan jenazah terbungkus plastikdan dikubur bersama dengan pembungkus plastiknya. Jikapada jenazah dengan kondisi khusus seperti yang dijelaskanpada bab sebelumnya, maka plastik pembungkus hendaknyadilepaskan dari jenazah lalu diperlakukan sebagai sampahinfeksius.a. Proses penguburanDilakukan sesuai anjuran agama dan kepercayaan masing-masing.b. Pasca penguburanHendaknya setelah melakukan kegiatan penguburanpetugas dianjurkan cuci rambut dengan shampo dan mandidengan sabun antiseptik.

32

BAB VPENUTUP

Tata cara penyelenggaraan jenazah ODHA yang disusun dalambuku ini telah memperoleh masukan dari para pakar medismaupun non medis termasuk pemuka agama. Pedoman inidiharapkan dapat menjadi acuan masyarakat dan penyedialayanan penyelenggaraan jenazah dalam meningkatkan upayapencegahan penularan infeksi terutama pada jenazah orangdengan HIV AIDS (ODHA).Buku pedoman ini akan terus mengalami perbaikan sejalandengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang ada.

33

DAFTAR PUSTAKA1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedomanpencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya, 20072. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedomanpencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit danfasilitas pelayanan kesehatan lainnya, 20073. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Pedomanbersama ILO/WHO tentang pelayanan kesehatan danHIV/AIDS, 20054. Dr H Sukiman Rusli SpPD, Drs H Qomarudin, Pedomanpenyelenggaraan jenazah muslim pengidap infeksi menular,20085. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman teknis instalasipengolahan air limbah dengan sistem biofilter anaerobaerob pada fasilitas pelayanan kesehatan, 20116. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedomanpencegahan dan pengendalian infeksi kasus konfirmasi atauprobable inveksi virus, 20137. KMPP Universitas Gadjah Mada, Pelayanan HIV/AIDS diRSUP dr.Sardjito Yogyakarta, 20078. Komisi Penanggulangan AIDS provinsi Jawa Tengah, Tatacara penyelenggaraan jenazah orang dengan HIV dan AIDS,20129. PPM & PL Depkes, Pedoman tatalaksana klinis infeksi HIV difasilitas pelayanan kesehatan, halaman 198-199, 2001

34

10. Surya Medika, Gambaran perilaku faktor pemungkin(enabling factors) dalam pelaksanaan kewaspadaan umumtenaga perawat dalam melayani pasien suspect HIV/AIDS dirumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 201111. WHO, Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yangcenderung menjadi epidemi dan pandemi, 200812. Ns. Fitria Prihatini, S.Kep & Ns. Restu Iriani, S.Kephttp://www.phi.ac.id/tata-cara-pemandian-jenazah-penderita-HIVaids-odha/13. M. Ali Zainal, Merawat Jenazah Dalam Pandangan Islamhttps://allezaen.wordpress.com/2012/06/10/education/

35

Lampiran 1CARA CUCI TANGAN YANG BENAR

Gambar 1. 1Langkah–langkah cuci tangan yang benar

36

Gambar 1.2Langkah–langkah cuci tangan yang benar

37

Gambar 2Gunakan air mengalir untuk cuci tangan

38

Gambar 3Jika tidak ada fasilitas air mengalir gunakan alat yang

bisa digunakan agar air tetap mengalir

39

Lampiran 2

CARA PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI(APD)

Gambar 4.1Memakai sarung tangan karet panjang yang bisa

dicuci lagi selama sarung tangan tidak bocor

40

Gambar 4.2Memakai sarung tangan karet panjang yang bisa

dicuci lagi selama sarung tangan tidak bocor

41

Gambar 5Memakai sarung tangan karet panjang sekali pakai

(disposable/single use)

42

Gambar 6Memakai masker bedah

43

Gambar 7Memakai masker N95 untuk jenazah infeksius

airbornedi fasilitas kesehatan

44

Gambar 8Memakai kacamata khusus

45

Gambar 9Memakai kaca mata khusus bahan karet,

jika tidak ada kaca mata khusus boleh menggunakankaca mata renang.

46

Gambar 10Memakai penutup kepala sekali pakai (single use)

47

Gambar 11Memakai penutup kepala

untuk yang fasilitasnya terbatas

48

Gambar 12Memakai pelindung kepala

49

Gambar 13.1Memakai gaun dan sepatu pelindung sekali pakai

50

Gambar 13.2Memakai gaun dan sepatu pelindung

yang dapat dicuci

51

Gambar 14Memakai sepatu pelindung khusus atau pelindung

sepatu yang terbuat dari bahan plastik

52

Gambar 15.1Memakai gaun pelindung untuk yang fasilitasnya

terbatas

53

Gambar 15.2Memakai gaun pelindung untuk yang fasilitasnya

terbatas

54

Gambar 16Memakai gaun pelindung khusus untuk fasilitas

kesehatan

55

Gambar 17Memakai gaun pelindung khusus untuk di luar

fasilitas kesehatan

56

Gambar 18Bak tempat jenazah dimandikan