5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

26
Penyakit Non Infeksius 2: Defisiensi Hara Sat Rahayuwati

Transcript of 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Page 1: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Penyakit Non Infeksius 2: Defisiensi Hara

Sat Rahayuwati

Page 2: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

5. White Stripe (ketidak seimbangan N/K)Gejala1. Garis-garis warna putih memanjang sepanjang helaian

daun, terjadi di kedua sisi tulang daun.2. White stripe terjadi di bagian tengah dan atas tajuk

tanaman sawit3. Lebar garis-garis meningkat dengan semakin jeleknya

kondisi4. Pelepah yang menderita white stripe berat, bentuknya

meruncing mulai dari pangkal menuju ujung5. Daun muda berdiri tegak sedangkan daun tua terkulai ke

bawah sehingga terlihat seperti huruf X6. Produktifitas kelapa sawit menderita white stripe menurun

hingga 40%

Page 3: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Foto Thomas Fairhurst

White Stripe

Page 4: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Penyebab1. Rasio N: K di daun > 2,5 (misal N > 2,5 %; K < 1,0%)2. Terjadi defisiensi B3. Pemupukan N berlebihan4. Terjadi mineralisasi N dalam jumlah banyak, terutama

dijumpai di tanah mineral. Penyebab, leguminose LCC mati akibat tajuk sawit sudah saling menutup kemudian terdekomposisi

5. Persediaan N yang cukup banyak, terutama pada tanah gambut dengan sistem drainase baik

Pencegahan6. Analisis daun perlu dilakukan secara rutin untuk

mengetahui rasio N: K daun

Page 5: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Perlakuan1. Pemupukan K dengan dosis 2,5 -4,5 kg KCl/ph/th yang

disertai penghentian pemupukan N2. Jika dijumpai gejala white stripe pada tanaman muda

maka harus dilakukan pengaturan kembali program pemupukan untuk periode berikutnya, yaitu dengan meningkatkan dosis K dan menurunkan dosis N

3. Pada tanaman sudah menghasilkan, koreksi rasio N:K yang tidak seimbang kerap kali memerlukan penambahan pupuk B dengan dosis 50-100 g sodium borate/ph/th

Page 6: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

6. Orange Frond (defisiensi Mg)Gejala KhasJika tanaman menderita defisiensi Mg maka daun-daun yang terkena langsung sinar matahari warnanya berubah menjadi kuning tetapi daun-daun yang ternaungi tetap berwarna hijau

ipni.net

Page 7: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Deskripsi1. Orange frond dijumpai pada daun pelepah tua. Mg dapat

bergerak dari daun tua ke daun muda2. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan

yang berubah menjadi warna pucat kekuningan di bagian ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama yang langsung terkena cahaya matahari

3. Pada kondisi semakin berat, warna daun berubah menjadi coklat kekuningan sampai kuning cerah dan akhirnya mengering

4. Bagian-bagian daun yang menunjukkan gejala klorosis pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh cendawan sekunder (misal Pestalotiopsis gracilis) yang menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung lembaran daun.

Page 8: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Penyebab1. Kadar Mg tertukarkan dalam tanah sangat rendah (<0,2

cmol/kg)2. Kelapa sawit ditanam pada tanah bertekstur ringan yang

lapisan tanah atasnya sudah tererosi3. Pemupukan Mg tidak menukupi untuk mendukung

produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh pada tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah

PencegahanPengambilan contoh daun secara rutin dan menganalisa di lab untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (< 0,18%) dan ketidakseimbangan antara Mg dan K. Ketidakseimbangan tsb terjadi pada kelapa sawit yang tumbuh di tanah vulkanis dengan kadar Ca tertukarkan tinggi

Page 9: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Perlakuan1. Untuk kelapa sawit produktivitas tinggi, pemupukan

dosis 0,5 – 1 kg kieserite/ph/th2. Untuk tanah masam, dolomit dapat digunakan untuk

pupuk Mg secara rutin3. Jika defisiensi Mg sangat berat maka diberikan dosis 2-3

kg kieserite/ph/th4. Respon kelapa sawit terhadap pupuk Mg dapat

ditingkatkan jika tanaman diberikan tandan kosong terutama jika tanah lapisan atas sudah tererosi.

Kieserite: MgSO4.H2O sumber hara Mg dan S bagi tanaman

Dolomit: CaMg(CO3)2

Page 10: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

7. Peat Yellows (Defisiensi Cu dan K Tanah Gambut)Deskripsi Kelainan peat yellow dijumpai pada tanah gambut di

Indonesia dan Malaysia sebagai akibat defisiensi Cu dan ketidakseimbangan hara lain.

Gejala awal ditandai dengan adanya perubahan warna hijau pucat ke kuning keputihan pada daun muda yang sudah terbuka penuh.

Gejala berlanjut menyebabkan daun klorosis, dari ujung daun hingga 5-8 cm.

Tulang daun pada lembaran daun terlihat sangat kontras terhadap garis-garis klorosis yang disebabkan oleh pembentukan klorofil yang lebih banyak pada jaringan daun dekat ke tulang daun

Pelepah daun memendek, warna daun menjadi oranye pucat, dan akhirnya mati

Page 11: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Gejala Peat yellow (defisiensi Cu dan K)Foto PPKS 1997

Page 12: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Penyebab1. Kadar K tanah rendah (< 0,15 cmol/kg)2. Kadar Cu tanah rendah (< 5 mg/kg)3. Pemupukan Mg diberikan dalam dosis yang cukup tinggi4. Pelepasan N yang cukup tinggi akibat mineralisasi bahan

organik pada tanah gambut dengan membaiknya sistem drainase

5. Pemupukan N dengan dosis cukup tinggi6. Pemupukan P cukup tinggi tanpa pemberian K yang

mencukupi

Page 13: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

PencegahanAnalisis daun dapat membantu identifikasi terjadinya kelainan sedini mungkin sehingga segara diberi pemupukan yang tepat.

Perlakuan1. Karena penyebab peat yellow belum diketahui dengan

pasti, maka hanya rekomendasi sementara saja yang dapat diberikan

2. Koreksi defisiensi dengan cara pemupukan K dan Cu pada tanah gambut dapat menurunkan terjadinya peat yellows.

3. Hara Cu diberikan dengan dosis 25-50 g CuSO4/ph/th dan juga perlu pemberian pupuk KCl sebagai pupuk ekstra yang telah terbukti dapat memperbaiki serapan Cu.

Page 14: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

8. Defisiensi Cu Tanah Berpasir• Tanaman menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat

sangat kerdil• Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda

yang sudah terbuka• Gejala lanjut adalah warna anak daun berubah menjadi

kuning dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala nekrosis dan akhirnya kering

Defisiensi Cu: ujung anak daun nekrosis

Foto PPKS 1997

Page 15: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Penyebab Defisiensi Cu umumnya terjadi di tanah berpasir dan tanah

gambut Defisiensi Cu terjadi jika kadar Cu daun < 3µg/g. Daun-

daun sehat berkadar Cu sekitar 5-8 µg/g

Pencegahan1. Analisis tanah dan klasifikasi tanah dapat membantu

melengkapi indikasi terjadinya defisiensi Cu dengan mengetahui kadar Cu dalam tanah dan jenis tanahnya.

2. Perlu dilakukan analisis daun dan inspeksi lapangan secara rutin

3. Pemupukan N dan P berlebihan akan memperberat terjadinya defisiensi Cu, tetapi KCl dapat memperbaiki serapan Cu

Page 16: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Perlakuan1. Bibitan kelapa sawit yang menderita gejala defisiensi Cu

akan efektif jika disemprot dengan cairan 200 µg Cu/ml yang dibuat dengan cara melarutkan 100 g CuSO4 dalam 200 l air.

2. Pada tanah mineral defisiensi Cu dapat dikoreksi dengan penambahan 40 g CuSO4/tanaman

3. Pada tanah gambut, penyerapan Cu melalui akar tidak efisien karena Cu dalam bentuk CuSO4 akan segera mengalami proses immobilisasi dalam tanah. Salah satu cara yang mungkin dapat dilaksankan adalah pemupukan dengan 20-25 g CuSO4/pohon yang dimasukkan ke dalam bola-bola tanah lumpur (mud balls) yang dapat dengan mudah dibuat dan murah. Cu akan dilepas ke tanah secara pelan-pelan selama bertahun-tahun

Page 17: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Sumber agris.upm.edu

Copper (Cu) dificiency and its correction in commercial oil palm plantation: Using mudball consisting of 1 kg clay and 100 g CuSO4

Page 18: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

8. Defisiensi B-boronGejala Khas9. Crinkle leaf10. Hook leaf

Deskripsi11. Gejala awal defisiensi B adalah pemendekan ukuran daun

muda yang menunjukkan kondisi khas yakni flat top (rata bagian atas).

12. Daun berwarna hijau gelap, rapuh, berbentuk aneh: bergelombang, seperti kait sehingga mudah diidentifikasi

Page 19: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Penyebab1. Kelapa sawit dipupuk dengan N, K, Ca dalam dosis

berlebihan2. Kadar B tersedia dalam tanah sangat rendah terutama

pada tanah berpasir dan tanah gambut3. Keasaman (pH) tanah < 4,5 atau > 7,54. Peningkatan pengambilan B dalam tandan sawit

disebabkan perbaikan penyerbukan oleh Elaedobius kamerunicus yang tidak diimbangi pemupukan B

5. Dosis pemupukan B yang tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan produktivitas yang tinggi kelapa sawit

Page 20: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Pencegahan Kadar B daun optimum adalah 12-25µg/g. Kelapa sawit yang dipupuk B dalam jumlah cukup kadang-

kadang berkadar B daun diluar selang angka ini Sodium borate (Na2B4O7.10H2O) merupakan pupuk B

yang sangat umum digunakan dengan dosis 100-200 g sodium borate/ph/th

Perlakuan1. Kelapa sawit menderita defisiensi B berat perlu dipupuk

200 g sodium borate/ph/th.2. Pupuk B ditabur di piringan dekat pangkal batang

Page 21: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Boron Deficiency

Hooked leafCrinkle leaf

Early symptoms

Foto IPNI

Page 22: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

9. Kelainan-Kelainan Lain

Orange spottingcaused by genetic

disorder

Kelapa sawit pisifera steril

karena kelainan genetik

Daun kecil diduga disebabkan oleh

patogen

All sympton depent on right analysis

Foto PPKS 1997

Page 23: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Deskripsi Kebun yang menanam bibit tidak terseleksi dengan baik

akan banyak dijumpai tanaman abnormal dan kerdil Tanaman-tanaman kelapa sawit ini mungkin menunjukkan

gejala menyerupai defisiensi hara tetapi sebenarnya disebabkan oleh sifat gentis tanaman.

Misalnya orange spotting terlihat seperti kekurangan hara (Cu) tetapi sebenarnya karena kelainan genetik

Daun kecil terlihat seperti kekurangan hara tetapi sebenarnya disebabkan oleh patogen

Page 24: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

PenyebabBanyaknya tanaman tidak produktif seolah-olah menunjukkan gejala defisiensi adalah disebabkan tidak dilakukan seleksi dengan cermat selama di pembibitan

Pencegahan Tanaman tidak produktif di lapangan dapat dihilangkan

dengan cara seleksi ketat dan hati-hati selama di pembibitan awal, pembibitan utama (2 x sensus) dan di lapangan (2 x sensus pada tahun pertama setelah tanam)

Tanaman-tanaman kerdil di lapangan pada 2 tahun pertama setelah tanam harus diganti dengan bibit yang sehat sehingga kerapatan tanaman sesuai standar

Page 25: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Perlakuan1. Kelapa sawit yang menunjukkann gejala defisiensi, kerap

kali kerdil dan tidak peroduktif, harus dimonitor secara hati-hati sampai jelas diketahui bahwa tanaman-tanaman tersebut benar-benar tidak menghasilkan tandan secara ekonomis menguntungkan (> 30 kg tandan buah segar per tahaman)

2. Tanaman tersebut harus diracun dan ditebang sehingga 6 tanaman di sekitarnya tumbuh lebih baik

3. Hal penting: perlunya sensus tanaman secara rutin untuk menyeleksi tanaman-tanaman abnormal dan menunjukkan gejala defisiensi

4. “Pupuk terbaik adalah sepatu petani” adalah ungkapan umum dunia pertanian yang menekankan pentingnya pemeriksaan rutin semua tingkat staf kebun di lapangan

Page 26: 5 penyakit non infeksius 2 defisiensi hara

Daftar PustakaFairhurst TH. 1997. Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada Tanaman Kelapa Sawit, alih bahasa Taryo Adiwiganda. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan

Fairhurst TH. 2002. Nutrient Management. International Plant Nutrition Institut (IPNI): Gerogia USA. www.ipni.net/ppiweb/gseasia.nsf

Purba RY. 2009. Penyakit-Penyakit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan.

Uexkuell HR. Fairhurst TH. 1999. Some Nutritional Disorders in Oil Palm. Better Crops International Vol 13 No 1.