Pengantar Fisiologi Latihan Homeostatis
Transcript of Pengantar Fisiologi Latihan Homeostatis
Pengantar Fisiologi Latihan
Posted on 15 March 2010. Tags: Exercise sciensi, Fisiologi
Latihan, Fungsi Sel dan Jaringan, Homeostasis, Mekanisme kontrol
fisiologis, pembuluh darah, Physical fitness, Prinsip Fisiologi
latihan, Prinsip Homeostasis, Sistem tubuh dan kontribusi, Sport
medicin
physiology exercise
Fisiologi Latihan atau physiology exercise bagian atau cabang
fisiologi yang mempelajari tentang fungsi tubuh selama berlatih
(melakukan aktifitas fisik).
Exercise sciensi adalah ilmu yang mendekskripsikan dan
menerangkan fenomena alam yang berhubungan dengan
kerja/aktifitas fisik dan olahraga. Exercise sciensi meliputi ilmu
spesialis dalam fisiologi olahraga, biomekanik olahraga, psikologi
olahraga, sosiologi olahraga, biokimia olahraga, dsb.
Sport medicin adalah salah satu disiplin ilmu kedoteran yang
secara teoritis dan praktis , mempelajari meneliti, menganalisa
pengaruh olahraga terhadap manusia sehat maupun sakit.
Physical fitness adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh
melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang
diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang
berlebihan.
Inti dari Fisiologi Latihan
Apa yang terjadi pada saat berlatih dan apa yang terjadi
setelah berlatih
Olahraga memberikan stress terhadap mekanisme
homeostatis dalam tubuh melalui respon faal.
Respon tubuh bereaksi terhadap perubahan kebutuhan dan
tetap berusaha mempertahankan kestabilan lingkungan
internal agar dapat bekerja secara optimal
Sifat respon, adaptif dan akut.
Prinsip Fisiologi latihan
Manusia makhluk hidup dinamis
Dinamis eksternal dan internal
internal : aktifitas sel
eksternal : manipulasi lingkungan
Fungsi Sel dan Jaringan
Memperoleh makanan dan O2 dari lingkungan yang
mengelilinginya
Menjalankan berbagai reaksi kimia yang menggunakan zat
gizi dan O2 untuk menghasilkan energi bagi sel
Mengeluarkan CO2 dan Zat-zat sisa selama reaksi kimia
Mensistesis protein dan komponen lain yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan menjalankan fungsi tertentu sel
Menjadi sensitif dan responsif terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungan sekitarnya.
Memindahkan Zat-zat dari salah satu bagian sel ke bagian
lain ketika menjalankan aktifitas sel
Bereproduksi
Ibarat kota metropolitan, memiliki generator dan pabrik
bahan bakar, sistem transportasi, jaringan komunikasi yang
rumit, sistem penghancur dan pembuangan sampah, pabrik
penghasil aneka produk, sistem impor ekspor, sistem
pertahanan dan keamanan, sistem pemerintahan yang
bersifat diktator, kemampuan menghancurkan tubuhnya
sendiri.
Segala kegiatan kita sehari-hari terjadi pada tingkat sel;
memegang kertas, kerja dari sel-sel otot tangan, membaca,
sel-sel batang dan kerucut mata yang menerima bayangan
huruf yang dikirim ke otak untuk diterjemahkan.
Prinsip Homeostasis
Homeostasis,berasal dari kata Homeo berarti “sama” dan Stasis
berarti “berdiam atau menetap”.
Homeostasis adalah pengaturan kondisi-kondisi statis atau
konstan di lingkungan dalam tubuh. Tubuh menghadapi
perubahan kebutuhan sementara ia harus mempertahankan
kestabilan lingkungan internal yang dibutuhkan oleh setiap sel
dan organ agar mereka dapat berfungsi karena kerja sistem
tubuh yang sangat teratur dan terkoordinasi. Homeostasis bukan
berarti menetap namun bersifat “stabil dinamis”.
Sistem tubuh dan kontribusi penting untuk homeostasis
Sistem sirkulasi : transportasi berbagai zat
Sistem pencernaan :Sistem pencernaan: menguraikan
makanan dan mengeluarkan zat sisa.
Sistem respirasi : mengambil O2 dan mengeluarkan CO2
Sistem kemih : mengeluarkan kelebihan garam, air dan
elektrolit dari plasma
Sistem rangka : menunjang, proteksi jaringan lunak,
menyimpan Ca dll.
Sistem otot : menggerakkan tulang dan mendekati
makanan, menjauhi bahaya, mengatur suhu
Sistem integumen : sawar protektif bagian luar yang
mencegah cairan internal keluar dan mikroorganisme asing
masuk ke dalam tubuh serta mengatur suhu dengan
mengatur produksi keringat dan mengatur aliran darah ke
kulit.
Sistem imun : mempertahankan tubuh dari serangan benda
asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker,
perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cidera.
Sistem saraf : Sistem pengontrol utama tubuh yang
memerlukan respon cepat
Sistem endokrin : Sistem kontrol utama yang lebih
mementingkan daya tahan otot
Sistem reproduksi : tidak esensial untuk homeostasis
sehingga tidak penting untuk kelangsungan hidup suatu
spesies
Homeostasis penting bagi kelangsungan hidup sel, tiap sel
melalui aktifitas khususnya masing-masing turut berperan dan
memberi kontribusi bagi homeostasis sebagai bagian dari sistem
yang terorganisasi untuk memelihara lingkungan internal yang
digunakan bersama oleh semua sel, sehingga butuh kontrol
fisiologis.
Mekanisme kontrol fisiologis
Untuk mempertahankan homeostasis tubuh mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan melalui sistem kontrol :
Kontrol intrinsik : terdapat dalam organ yang bersangkutan
(contoh ; otot bekerja menggunakan O2 dan mengeluarkan
CO2 untuk menghasilkan energi. Konsentrasi O2 menurun
dan CO2 meningkat, melalui otot polos di dinding pembuluh
darah yang mengaliri otot tersebut menghasilkan perubahan
kimiawi sehingga otot polos melemas dan pembuluh
terbuka lebar untuk mengakomodasi peningkatan aliran
darah ke otot).
Kontrol ekstrinsik : mekanisme pengaturan yang dicetuskan
di luar organ (sistem saraf dan endokrin), memungkinkan
pengaturan berbagai organ sekaligus untuk mencapai tujuan
bersama.
Mekanisme kontrol fisiologis ini penting untuk
mempertahankan keadaan stabil dinamis lingkungan
internal keseluruhan –> Contoh; jika terjedi penurunan
tekanan darah, maka sistem saraf secara serentak bekerja
pada jantung dan pembuluh darah diseluruh tubuh untuk
meningkatkan tekanan darah.
Mekanisme kontrol homeostatis terutama bekerja
berdasarkan prinsip umpan balik negatif dan sebagian kecil
umpan balik positif.
MEKANISME UMPAN BALIK NEGATIF YANG MENDASARI
HOMEOSTASIS
Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan
yang berubah-ubahkarena memiliki sedikit atau hampir tidak
memiliki mekanisme perlindungan terhadaplingkungannya.
Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia,
dapat hidup dilingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai
kemampuan mempertahankan keadaanlingkungan dalamnya
(milieu interieur). Hal ini akan melindungi sel-sel yang letaknya di
dalamtubuh dari perubahan lingkungan luar (milieu exterieur)
sehingga menjamin kelangsungan hidupsel-sel tubuh.Pentingnya
lingkungan dalam yang stabil telah dikemukakan oleh Claude
Bernard,seorang ahli ilmu faal Perancis pada tahun 1859. Dengan
mempertahankan lingkungan dalamyang relatif stabil, organisme
multisel yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar
yangsangat bervariasi. Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter
Cannon menyebutkan upayamempertahankan keadaan
lingkungan dalam yang stabil ini sebagai homeostasis, yang
berasaldari kata Yunani homeo (sama) dan stasis
(mempertahankan keadaan).Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasis, yaitu:1. Peran sistem saraf dalam
mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam
dengankehidupan.2. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat
tonik.3. Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.4. Suatu
sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di
jaringan tubuhyang berbeda.Selain itu Cannon mengajukan
beberapa parameter yang diatur secara homeostatik, yaitufaktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi sel dan yang dibutuhkan
sel, serta adanya sekresiinternal. Hal-hal yang diajukan oleh
Cannon ini sekarang telah terbukti ada dalam tubuh.Dalam
menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa
memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai
parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai
sehingga perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itu sel- sel
tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan lainnya.
Komunikasi antar sel ini merupakan media yang
menopang pengendalian fungsi sel atau organ
tubuh.Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara lokal
(intrinsik), yaitu yang dilakukandengan komunikasi antar sel yang
berdekatan. Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebihkompleks
dan dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan sistem
saraf (lengkungrefleks) maupun sistem endokrin (pengaturan
umpan balik)Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback)
merupakan pengaturan pentingdalam homeostasis. Dalam
pengaturan umpan balik negatif ini (sistem pengendali
senantiasamembandingkan parameter yang dikendalikan
(misalnya suhu tubuh, atau tekanan darah) dengannilai setpoint
(misalnya kisaran nilai normalnya). Perubahan-perubahan
parameter yangdikendalikan akan mencetuskan respons yang
melawan perubahan sehingga mengembalikan parameter
tersebut pada nilai setpoint. Selain itu, ada juga pengaturan
umpan balik yang positif (positive feedback). Pengaturan ini tidak
bersifat homeostatic karena akan memperbesar respons,sampai
ada faktor luar yang menghentikan lingkaran setan
ini.Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan
yang melibatkan semuasistem organ tubuh melalui pengaturan
keimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis(dynamic
steady state). Setpoint misalnya, tidak selalu sama, dan dapat
berubah bergantung darikebutuhan saat itu. Irama biologi, seperti
irama sirkadian misalnya, merupakan contoh dari perubahan
setpoint ini. Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik,
tetapi dapat bersifat kedepan (feedforward control) yang
memungkinkan tubuh mengantisipasi perubahan yang
akandatang. Bahkan besar respons juga dapat dimodulasi melalui
up-regulation atau down-regulation jumlah dan/atau kinerja
reseptor sel.Homeostasis ini pada dasarnya adalah untuk
menstabilkan cairan di sekitar sel-selorganisme multisel yaitu
cairan ekstrasel (CES), yang merupakan interface antara sel
danllingkungan luar. Sel-sel tubuh selain harus selalu basah,
harus pula mengandung zat-zat terlarut
tertentu (solut) dalam kadar yang tertentu pula demi
kelangsungan proses-proses dalam sel. Olehkarena itu parameter
CES yang harus dipertahankan melalui homeostasis adalah:1.
kadar nutrien2. kadar O2 dan CO23.kadar sisa
metabolisme4.Ph5.kadar air, garam, dan elektrolit
lainnya6.suhuVolume dan tekananHampir semua penyakit
merupakan kegagalan tubuh mempertahankan
homeostasis.Keberadaan seseorang di lingkungan sangat dingin
tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika
tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu inti tubuh
turun. Halini disebabkan oleh terganggunya proses-proses
(ensimatik) selyang sangat bergantung kepadasuhu tertentu.
Contoh lain adalah, kehilangan darah dalam jumlah yang kecil
mungkin tidak fatalkarena tubuh masih mampu mengkompensasi
kehilangan tersebut dengan cara meningkatkantekanan darah,
mereabsorpsi cairan di ginjal dan lain sebagainya. Tetapi bila
kehilangan darahterjadi dalam jumlah yang besar, upaya
kompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat
fatal. Tanggung jawab dokter dan paramedis adalah untuk
membantu mempertahankanhomeostasis. Tanggung jawab ini
jelas terlihat di unit perawatan intensif untuk pasien-pasienyang
gawat. Berbagai indikator homeostasis akan dipantau di unit
intensif ini, seperti frekuensidenyut jantung, tekanan darah,
frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan masuk-
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit ini adalah untuk mengambil
alih fungsi homeostasis yangtidak dapat dilaksanakan oleh pasien
yang sedang sakit parah sehingga tidak mampu
melakukan proses homeostasis sendiri.Sumber: Minarma
Siagian.2004.Departemen Ilmu Faal FK UI.
PENDAHULUAN
Batasan
Fisiologi tubuh manusia (yang lebih lanjut dalam kuliah ini
disebut fisiologi saja) adalah ilmu tentang fungsi mekanis, fisis
dan biokimiawi tubuh manusia beserta organ-organ dan sel-
selnya di kala sehat (Wikipedia, 2007)
Fisiologi adalah bidang ilmu yang mengungkap tentang
bagaimana organisme berfungsi dan mempertahankan hidup di
tengah lingkungannya yang selalu berubah (Ritchison, 2007)
Fisiologi tidak dapat dipisahkan dari anatomi dan biokimia tubuh.
Secara sederhana dapat pula dikatakan, fisiologi adalah dinamika
dari anatomi dan biokimiawi tubuh manusia. Anatomi membahas
struktur fisik tubuh. Biokimia membahas struktur kimia tubuh.
Fisiologi membahas fungsi atau dinamika dari fisik maupun
kimia tubuh.
Ilmu-ilmu dasar seperti biologi, kimia, matematika, fisika dan
mekanika tentu diperlukan untuk kemudahan mempelajari
fisiologi.
INTEGRASI, KOMUNIKASI dan HOMEOSTASIS
Tiga mekanisme penting harus dipahami bila mempelajari
fisiologi, yakni integrasi, komunikasi dan homesostasis
Tubuh manusia tersusun atas berbagai sistem, tetapi terintegrasi
secara fungsional dalam satu komando oleh Sistem Saraf Pusat
(SSP). Perubahan pada salah satu sistem akan dimonitor dan
direspons oleh SSP, yang kemudian respons yang diberikan oleh
SSP itu dapat pula dirasakan/diterima oleh sistem-sistem tubuh
yang lain.
Peristiwa integrasi itu melalui suatu komunikasi. Jadi dalam
fisiologi selalu terjadi komunikasi. Komunikasi langsung secara
timbal balik antara sistem dengan SSP (integratornya), maupun
komunikasi secara langsung melalui SSP antara satu sistem
dengansistem-sistem yang lain.
Komunikasi suatu sistem dengan integratornya serta dengan
sistem-sistem tubuh yang lain itu, dalam upaya untuk
menciptakan keadaan tubuh yang selalu seimbang, yang selalu
stabil, atau homeostase.
Itulah prinsip dasar fisiologi. Koimunikasi antar sistem yang
terintegrasi, dalam upaya menjaga stabilitas atau keseimbangan
tubuh atau homeostase (homeostasis = proses menuju
homeostase).
APA ITU SISTEM, ORGAN, JARINGAN DAN SEL ?
Sistem dalam pengertian fisologi adalah serangkaian organ yang
memiliki satu kesatuan fungsi. Misal organ-organ lidah, gigi,
kerongkongan, usus, hati, pankreas, dsb yang berhimpun dalam
satu sistem digesti atau sistem pencernaan.
Organ adalah sekumpulan jaringan berbeda, tetapi memiliki satu
bentuk dan fungsi tertentu. Misal gabungan antara bagian-bagian
dari jaringan epitel, otot polos, penunjang, saraf dan pembuluh
darah yang membentuk bangunan kantung berbentuk biji kacang
yang disebut lambung, dan berfungsi khusus untuk pencernaan
01
Jaringan adalah sekumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan
fungsi sama. Misal jaringan epitel, jaringan otot polos, jaringan
otot skelet, jaringan tulang, jaringan saraf, dll.
Sel adalah unit terkecil dari suatu sistem tubuh.
Dalam batasan yang lebih umum, sel juga diartikan sebagai satu
kesatuan terkecil dari suatu bentuk kehidupan, yang telah
dilengkapi dengan segala perangkat yang dapat mencerminkan
fungsi-fungsi dari kehidupan yang lebih tinggi.
APA SAJA SISTEM PADA TUBUH MANUSIA
Sistem pada tubuh manusia meliputi
01. Sistem integumen (kulit dan derivat-derivat atau turunannya)
02. Sistem seketal (kerangka tubuh)
03. Sistem penunjang (jaringan ikat termasuk lemak tubuh)
04. Sistem otot (otot skelet dan otot polos)
05. Sistem saraf (SSP dan Sistem Saraf Tepi atau SST)
06. Sistem kardio-vaskuler (jantung & pembuluh darah)
07. Sistem darah (sel-sel dan plasma darah)
08. Sistem limfatik (limpa, nodi limfatisi, vasa limfatika, limfosit,
tonsil)
09. Sistem respirasi (dari hidung sampai paru-paru)
10. Sistem digesti (saluran dan kelenjar-kelenjar pencernaannya)
11. Sistem ekskresi (ginjal &saluran-salurannya, kelenjar-kelenjar
ekskresi)
12. Sistem hormon
13. Sistem reproduksi (maskulin dan feminin)
14. Sistem sensor/reseptor dan efektor
15. Sistem selubung badan (menings, pleura, perikardium,
peritoneum,
selubungsendi)
16. Sistem rongga badan (kavum subdurale, kavitas pleuralis,
kavitas
perikardii, kavitas peritonii, kavitas sinoviale)
Catatan 1
Dalam pembahasan yang menyangkut tubuh manusia, fisiologi
lebih lazim membahas sistem dalam pengertian fungsi dari pada
struktur morfologis (anatomis) organ, jaringan atau sel-selnya.
Penggambaran morfologis organ, jaringan atau sel bukanlah
bagian yang penting dalam fisiologi (karena sudah menjadi
wilayah bidang anatomi tubuh). Oleh sebab itu, dapat dimengerti
apabila dalam bidang fisiologi penggambaran (ilustrasi) sistem,
organ, jaringan dan sel lebih bersifat sketsa-sketsa sederhana.
Yang penting, bagaimana cara penggambaran integrasi dan
komunikasi antar sistem itu dapat mudah dipahami.
Tentu saja tidak salah, apabila sesekali ditampilkan pula gambar-
gambar morfologi-anatomis yang lebih riil (natural) dari organ,
jaringan atau sel, sekedar memberikan review yang lebih jelas
terhadap anatominya, agar materi fisiologinyapun menjadi lebih
jelas.
02
Catatan 2
Dalam pembelajaran fisiologi kali ini, ada 3 kompetensi utama
yang ingin ditekankan, yakni:
1. Kompetensi tujuan pendidikan. Materi ajar (kuliah dan
praktikum) lebih ditujukan untuk kepentingan penguasaan
keilmuannya sesuai kelulusan yang akan diraihnya.
2. Kompetensi klinis praktis. Materi ajar lebih ditekankan
untuk menunjang penguasaan keilmuan siswa sesuai profesi
yang akan digelutinya
3. Kompetensi penguasaan sikap dan ketrampilan. Teori
tetap perlu, tetapi tidak harus yang terlalu sarat dan sukar
dimengerti. Yang lebih penting adalah ketercapaian sikap
dan ketrampilan terhadap ilmu yang telah dikuasainya, yang
selaras dengan profesi yang akan digelutinya di masa
mendatang.
Konsekuensi dari prinsip pembelajaran ini adalah:
Banyak tugas yang harus dikerjakan secara pribadi dan
kelompok, untuk kemudian didiskusikannya di depan kelas.
Tugas-tugas menulis dan ketrampilan lain yang relevan
dengan materi ajar perlu diberikan. Selain itu, penguasaan
bahasa Inggeris dan komputer juga sangat ditekankan.
HOMEOSTASE dan HOMEOSTASIS
Homeostase dalam bidang biologi diartikan sebagai suatu
keadaan internal tubuh suatu organisme yang dalam keadaan
setimbang atau stabil.
Homeostasis dalam bidang biologi diartikan sebagai suatu
mekanisme di dalam tubuh suatu organisme yang senantiasa
mengupayakan keadaan setimbang atau stabil.
Istilah ini dikemukakan pertama kali oleh Walter Bradford Cannon
pada tahun 1932 dari istilah Yunani homoios yang berarti sama,
serupa atau menyerupai dan stasis yang berarti kedudukan atau
keadaan.
Sebagai contoh:
Dalam keadaan homeostase yang terjaga, suhu normal tubuh
manusia adalah 36,5º. Dalam cuaca yang panas, agar supaya
suhu tubuh tetap terjaga pada kondisi homeostase, terjadi reaksi
homeostasis berupa pembuangan panas tubuh melalui
berkeringat dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) pada
kulit sehingga wajah dan kulit memerah, rasa haus agar banyak
minum sehingga terjadi pendinginan badan di samping
mengganti kembali cairan yang banyak keluar, nafsu makan
berkurang agar tidak terjadi peningkatan metabolisme yang
menghasilkan panas, rasa lesu dan kantuk agar badan
beristirahat sehingga mengurangi metabolisme, dsb.
Mekanisme kontrol homeostasis
Prinsip mekanisme kontrol homeostasis dalam bidang fisiologi
ditentukan oleh 3 faktor penting, yakni: reseptor, pusat kontrol
dan efektor.
Reseptor adalah faktor yang menerima dan mengolah setiap
rangsang yang timbul dari setiap perubahan lingkungan sekitar,
untuk dijadikan stimulus dan dikirim (dilaporkan) ke pusat kontrol.
03
Pusat kontrol adalah faktor yang menerima stimulus dari reseptor
untuk diolah dan diinterpretasi dan dijadikan stimulus balik
sebagai reaksi-reaksi untuk menjawab (mengendalikan)
perubahan lingkungan yang dilaporkan reseptor.
Efektor adalah faktor penerima stimulus balik dari pusat kontrol,
yang mengolah stimulus tersebut menjadi suatu aktifitas gerak
untuk menjawab (mengendalikan) perubahan lingkungan sesuai
yang dikehendaki pusat kontrolnya.
Apakah ujud dari faktor-faktor mekanisme kontrol
homeostasis itu ?
Pada tingkat sistemik:
Pusat kontrolnya adalah SSP, reseptornya berupa organ-organ
reseptor seperti retina pada mata, organ penghidu pada hidung,
dsb, sedang efektornya berupa organ-organ efektor yang
terdapat pada jaringan otot-otot polos maupun otot-otot seran
lintang (otot skelet)
Pembawa komunikasinya adalah sistem saraf tepi; serabut-
serabut saraf aferent yang dari organ reseptor menuju SSP, dan
serabut-serabut saraf eferen yang dari SSP menuju organ efektor.
Bentuk sinyal-sinyal untuk komunikasi (lewat jaringan saraf)
disebut impuls, dan mediator penghubung sinyal-sinyal itu berupa
hormon atau neurotransmiter.
Pada tingkat seluler:
Pusat kontrolnya DNA pada inti sel (nukleus), reseptor dan
efektornya berupa rantai-rantai polipeptid yang spesifik pada
membran sel, mediator komunikasinya adalah RNA, dan sinyal-
sinyal komunikasinya dihasilkan oleh reaksi-reaksi biokimiawi
sesuai dengan stimulus perubahan lingkungan yang terjadi.
Apa itu reaksi negatif, reaksi positif dan
ketidakseimbangan homeostasis ?
Reaksi negatif homeostasis adalah reaksi yang bersifat
mengurangi terhadap tekanan kuat yang diterima pusat kontrol,
sedang reaksi positif homeostasis adalah reaksi yang bersifat
meningkatkan terhadap tekanan lemah yang dialami pusat
kontrol, akibat dari perubahan-perubahan lingkungan yang
dimonitor reseptor.
Contoh reaksi negatif adalah: bagaimana pusat kontrol
mempertahankan suhu badan terhadap tekanan suhu luar yang
terlalu panas, ataupun terlalu dingin (termoregulasi); bagaimana
tetap menjaga kadar gula darah tidak naik (glukoregulasi), atau
bagaimana agar cairan tubuh tidak menjadi pekat akibat
dehidrasi (osmoregulasi).
Contoh reaksi positif adalah: pengeluaran oksitosin pada saat
partus untuk meningkatkan kontraksi uterus, pengeluaran
trombin untuk pembekuan darah pada saat terjadi perdarahan,
dsb
Ketidakseimbangan homeostasis terjadi bila faktor kontrol
homeostasis tidak lagi mampumenjaga homeostase kembali
setimbang seperti semula. Faktor-faktor penyakit, keracunan,
kurang gizi, kecapain dan usia lanjut bisa menjadi
penyebabnya.
Catatan
Macam faktor penjaga homeostasis serta mekanisme yang
dilakukannya baik pada tingkat sistemik maupun pada tingkat
seluler ini yang menjadi inti utama pembahasan kuliah fisiologi
kali ini.
04
Secara sistemik, perlu mempelajari garis besar struktur dan
fungsi sistem-sistem pada tubuh manusia terutama SSPnya,
kemudian juga bagaimana peran hormon dan neurotransmiter
sebagai mediator antaranya.
Secara seluler, perlu mempelajari garis besar struktur dan fungsi
sel dan bagian-bagiannya, kemudian bagaimana peran mediator
antara yang pada umumnya tersusun atas rantai polipeptida itu
dihasilkan, terbentuk, berfungsi dan berinteraksi satu sama lain
dalam menuju keadaan homeostase.
Keberhasilan menjaga homeostasis yang berarti sehat, atau
kegagalannya yang berarti sakit, memerlukan pula pemahaman
tentang masukan nutrien untuk metabolisme serta pembuangan
ekskretnya, di samping pengetahuan tentang bagaimana
mekanisme kerja faktor-faktor pengganggu homeostasis yang lain
(penyakit, usia lanjut, keracunan, dsb)
TINGKATAN ORGANISME
Ritchison (2007) membagi tingkatan organisme menjadi 5 level,
yakni
Level Kimiawi
Level Seluler
Level Jaringan
Level Organik dan
Level Sistemik
Level Kimiawi
Disebutkan bahwa organisme pada level ini meliputi semua
substansi kimiawi yang diperlukan untuk kehidupan (misal, Grup
Hem, bagian kecil dari molekul hemoglobin), yang secara
bersama membangun tingkat kehidupan yang lebih tinggi.
Level Seluler
Disebutkan bahwa sel adalah basis unit-unit struktural dan
fungsional dari tubuh manusia, dan ada beberapa tipe sel yang
berbeda, misal sel otot, sel saraf, sel darah, dan lain-lain.
Level Jaringan
Jaringan adalah kelompok sel dengan fungsi dan tipe yang sama.
Pada tubuh manusia dapat dijumpai kelompok-kelompok sel
dengan fungsi dan tipe tertentu yang membentuk jaringan epitel,
jaringan otot, jaringan saraf, dan jaringan ikat.
Level Organik
Organ terdiri dari 2 atau lebih jaringan yang membentuk suatu
fungsi tersendiri, misal jantung, hati, lambung, dan lain-lain
Level Sistemik
Suatu jalinan antar organ yang memiliki fungsi bersama
(persekutuan fungsi) tertentu. Pada tubuh manusia sistem-sistem
itu antara lain: sistem digesti, sistem saraf, sistem peredaran,
sistem respirasi, sistem urinasi dan sistem reproduksi.
05
S E L
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel
yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik.
Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel
prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan
semuanya mempunyai sel eukariotik.
Kenapa dinamakan sel prokariotik dan eukariotik? Apa
perbedaannya?
Sel Prokariotik. Kata prokariota (prokaryote) berasal dari
bahasa Yunani, pro yang berarti sebelum dan karyon yang
artinya kernel atau juga disebut nukleus. Sel prokariotik tidak
memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA) terkonsentrasi pada
suatu daerah yang disebut nukleoid, tetapi tidak ada membran
yang memisahkan daerah nukleoid ini dengan bagian sel lainnya.
Sedangkan sel eukariotik, eu berarti sebenarnya dan karyon
berarti nukleus. Eukariotik mengandung pengertian memiliki
nukleus sesungguhnya yang dibungkus oleh selubung nukleus.
Tabel perbedaan antara sel prokariotik dan eukariotik
Struktur Prokariotik Eukariotik
Membran nukleus - +
Membran plastida - +
Nukleus - +
Nukleolus - +
Plastida (plasma
sel)
- +/-
Mitokondria - +
Badan golgi - +
Kromosom + (tunggal) + (ganda)
DNA + (telanjang) + (dengan
protein)
RNA + +
Histon - +
Pigmen + +
Pembelahan amitosis mitosis/meiosis
Contoh Hanya bakteri
dan arkhea; alga
hijau biru yang
memiliki sel
prokariotik
Protista,
tumbuhan, jamur
dan hewan
06
Sel Eukariotik
Sel Prokariotik
07
Bagian-bagian Sel
Sel tubuh manusia sebagaimana sel-sel pada hewan pada
umumnya tersusun atas:
1. Membran sel
2. Sitoplasma (plasma sel)
1. Mikrotubulus
2. Organela
i. Retikulum endoplasmikum
ii. Kompleks Golgi
iii. Lisosom
iv. Mitokondria
v. Ribosom
vi. Sentriol
vii. Flagela / silia
3. Inti sel (nukleus)
1. Membran nuklei
2. Nukleolus
3. Butir-butir kromatin
Membran Sel
Membran sel terbangun terutamadari protein, kemudian lipid dan
sedikit karbohidrat. Unsur utama lipidnya adalah senyawa
fosfolipid, yang molekul-molekulnya membentuk bangunan 2
lapis saling beroposisi, dengan di antaranya ditempati molekul-
molekul karbohidrat. Bangun 2 lapis beroposisi (terpolarisasi) dari
molekul-molekul fosfolipid ini disebabkan karena sifatnya yang
hidrofilik (mudah bereaksi dengan air), sedang molekul
karbohidratnya bersifat hidrofobik (menolak atau tidak mudah
bereaksi dengan air)
Fungsi Membran Sel
Pembungkus/pelindung sitoplasma
Alat transport dari dan menuju dalam sel
Sebagai reseptor
Sebagai pengenal/identifikasi jenis sel
Fungsi organela
Endoplasmik retikulum
Penunjang mekanik, sintesa khususnya protein, alat transport
Kompleks Golgi
Sintesa khususnya fosfolipid, pengemas bahan yang akan
diangkut, penghasil lisosom
Lisosom
Fungsi utama adalah digesti, termasuk terhadap sel itu sendiri
bila sudah tua
Mitokondria
Fungsi utama adalah menghasilkan adenosin trifosfat (ATP)
Ribosom
Fungsi utama adalah menghasilkan protein
Sentriol
Fungsinya untuk pembelahan sel
Flagela/silia
Untuk pergerakan
metabolisme terdiri dari sejumlah reaksi yang dikatalisasi oleh
enzim maka pengaturan metabolisme lebih menyangkut
perubahan aktivitas enzim. Terdapat empat faktor yang
mempengaruhi jalannya metabolisme dalah tubuh adalah :
a. Ketersediaan substrat
b. Pemindahan produk
c. Ketersediaan kofaktor
d. Pengaturan umpan balik yang terkait dengan jumlah produk
dan aktivitas
enzim
Homeostasis terdiri dari homeostasis fisiologis dan psikologis.
1. Homeostasis Fisiologis
Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan
oleh sistem
endokrin dan saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara,
yaitu :
a. Pengaturan Dini
Sistem ini terjadi secara otomatis pad orang yang sehat.
Contohnya : proses
pengaturan fungsi organ tubuh
b. Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang
terjadi didalamnya. Misalnya apabila secara tiba – tiba lingkungan
menjadi dingin, mak pembuluh darah perifer akan mengalami
konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk
meningkatkan kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat
menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap stabil, pelebaran
pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi
ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk
mengontrol kenaikan suhu tubuh.
c. Umpan Balik Negatif
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam
keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan
mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan penyimpanan
yang terjadi.
d. Umpan Balik untuk Mengkoreksi Ketidakseimbangan Fisiologis
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi
proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan
oksigen yang cukup ke sel tubuh.
2. Homeostasis Psikologis
Berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan
mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interksi
dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan budaya
masyarakat. Contohnya adalah mekanisme pertahanan (koping)
diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul dan lain – lain.
Jadi proses homeostasis pada intinya adalah keseimbangan dalam
tubuh yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
INPUT
OUTPUT
Homeostasis
TUGAS
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
HOMEOSTASIS
DI
S
US
UN
OLEH :
AAM CITRIDA PRAMITA
NIM : 06.041
POLTEKKES DEPKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PALEMBANG
2007/2008
Moh. Ubaidillah Faqih
STIKES NU TUBAN
S-1 Keperawat an Doc.
~ 1 6 ~
- Peningkatan frekuensi nafas
- D isp n ea
Auskultasi:
- Kr ek e lsKelebihan volume cairan, alkalosis
respiratorik, asidosis metabolik
Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume cairan
SISTEM GASTROINTESTINAL
Riwayat:
- A no r ek s ia
- Kram abdomen
Inspeksi:
- Abdomen cekung
- Abdomen distensi
- Muntah
- D iar e
Auskultasi:
- Hiperperistaltik disertai diare atau
hipoperistaltik
Asidosis metabolik
Asidosis metabolik
Kekurangan volume cairan
Sindrom ruang ke -3
Kekurangan volume cairan, hiperkalsemia,
hiponartremia
Hiponatremia
Kekurangan volume cairan, hipokalemia
SISTEM GINJAL
Inspeksi:
- Oliguria/ anuria
- Diuresis (jika ginjal normal)
- Berat jenis urine meningkat
Kekurangan volume cairan, kelebihan
volume cairan
Kelebihan volume cairan
Kekurangan volume cairan
SISTEM NEUROMUSKULAR
Inspeksi:
- Baal, kesemutan
- Kram otot, tetani
- Ko ma
- Tremor
- Tanda Chvostek (+)
Palpasi:
- Hipotonisitas
- Hipertonisitas
Perkusi:
- Refleks tendon dalam menurun/ tidak
ada
- Refleks tendon dalam hiperaktif/
meningkat
Alkalosis metabolik, hipokalsemia,
ketidakseimbangan kalium
Hipokalsemia,alkalosis respiratorik/
metabolik
Ketidakseimbangan hipoosmolar/
hiperosmolar, hiponatremia
Asidosis respiratorik, hipomagnesemia
Hipokalsemia, hipomagnesemia
Hipokalemia, hiperkalsemia
Hipokalsemia, hipomagnesemia, alkalosis
metabolik
Hiperkalsemia, hipermagnesemia
Hipokalsemia, hipomagnesemia
KULIT
Suhu tubuh
- Me n in g k at
- Me nu r u n
Inspeksi:
- Kering, kemerahan
Palpasi:
- Turgor kulit tidak elastis, kulit dingin
dan lembab
Hipernatremia, ketidakseimbangan
hiperosmolar, asidosis metabolik
Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan, hipernatremia,
asidosis metabolik
Kekurangan volume cairan
Moh. Ubaidillah Faqih
STIKES NU TUBAN
S-1 Keperawat an Doc.
~ 1 7 ~
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Definisi
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami
atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
BATASAN KARAKTERISTIK
Mayor
Ketidak cukupan asupan cairan per oral
Balans negative antara asupan dan haluaran
Penurunan berat badan
Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun)
Minor
Peningkatan natrium serum
Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih
Urine pekat atau sering berkemih
Penurunan turgor kulit
Haus, mual/anoreksia
Factor yang berhubungan
Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat
diabetes insipidus
Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar
Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase
abnormal, dari luka, diare
Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol
yang berlebihan
Berhubungan dengan mual, muntah
Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat
depresi atau
keletihan
Berhubungan dengan masalah diet
Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan
konsentrasi tinggi
Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan
sendiri akibat
nyeri mulut
2. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
Definisi
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami
kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
BATASAN KARAKTERISTIK
Mayor
Edema
Kulit tegang, mengkilap
Minor
Asupan melebihi haluaran
Sesak napas
Moh. Ubaidillah Faqih
STIKES NU TUBAN
S-1 Keperawat an Doc.
~ 1 8 ~
Kenaikan berat badan
Factor yang berhubungan
Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan,
sekunder akibat gagal
jantung
Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit
katup jantung
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid
plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit
hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker
Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder
akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, flebitis kronis
Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat
penggunaan
kortikosteroid
Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak,
malnutrisi
Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder
akibat imobilitas,
bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama
Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil
Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat,
sekunder akibat
mastetomi
3. GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT (k)
BATASAN KARAKTERISTIK
Mayor
Perubahan kadar kalium
Minor
Aritmia
Kram tungkai
Mual
Hipotensi
Bradikardia
Kesemutan
Factor yang berhubungan
Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat
trauma panas
Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena
muntah, diare
Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder
akibat kerusakan
ginjal
Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium
Pemeriksaan fisik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa
menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman
ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan
pengobatan.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital
atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Tanda vital
o 1.1 Suhu
o 1.2 Tekanan darah
o 1.3 Denyut
o 1.4 Kecepatan pernapasan
2 Biometrika dasar
o 2.1 Tinggi
o 2.2 Berat atau massa
o 2.3 Nyeri
3 Struktur dalam penulisan riwayat
pemeriksaan
o 3.1 Tampilan umum
o 3.2 Sistem organ
4 Lihat pula
Tanda vital
Suhu
Bagian ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifisasi
artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat
dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.
pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu
1.ketiak
2.mulut
3.anus
nilai setandar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi
menjadi empat yaitu :
* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat di uraikan sebagai
berikut :
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian
sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100%
lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat
adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu
yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-
100% diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15%
kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi
suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada
masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar
komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan
kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan
lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot.
Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang
mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari
inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan
radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Tekanan darah
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang
menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau
tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali
pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik
dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya
diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung
berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat
dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja
melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai
sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal
berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada
nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Denyut
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran
kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri
karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis
atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan
dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.
Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut
per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit. ikha
Kecepatan pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali
penarikan napas per menit.
Biometrika dasar
Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta
untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun
diukur tingginya dengan cara dibaringkan.
Berat atau massa
Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi
dan mssa sehat serta tingkat kegemukan.
Nyeri
Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital.
Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai
dari nilai '0' (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi
wajah pasien), hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).
Struktur dalam penulisan riwayat
pemeriksaan
Tampilan umum
Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan
berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien
mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),
kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda
kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada
kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan,
pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan
lipatan paha.
Sistem organ
Sistem kardiovaskular
o Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
o Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema
perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
o Pemeriksaan jantung
Paru-paru
o Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
Dada dan payudara
Abdomen
o Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran
organ (contohnya aneurisma aorta)
o Pemeriksaan rektum
Sistem reproduksi
Sistem otot dan gerak
Sistem saraf , termasuk pemeriksaan jiwa
Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
Kulit
o Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
o Peneriksaan tanda klinis pada kulit
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Posted by Riswanto on Sunday, March 14, 2010
Labels: Tes Kimia Darah
Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT) dilakukan pada
kasus hiperglikemia yang tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa
puasa antara 110-126 mg/dl, atau bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji
ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk dengan riwayat keluarga
diabetes mellitus; pada penderita penyakit vaskular, atau neurologik, atau infeksi
yang tidak jelas sebabnya.
TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes
gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan
gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil. Penting
untuk menyelidiki dengan teliti metabolisme glukosa pada waktu hamil yang
menunjukkan glukosuria berulangkali, dan juga pada wanita hamil dengan riwayat
keluarga diabetes, riwayat meninggalnya janin pada kehamilan, atau riwayat
melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg. Skrining diabetes hamil sebaiknya
dilakukan pada umur kehamilan antara 26-32 minggu. Pada mereka dengan risiko
tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining lebih awal.
Prosedur
Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar 150
gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang
dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid (kortison),
kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam askorbat.
Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.
Kekurangan karbohidrat, tidak ada aktifitas atau tirah baring dapat mengganggu
toleransi glukosa. Karena itu TTGO tidak boleh dilakukan pada penderita yang
sedang sakit, sedang dirawat baring atau yang tidak boleh turun dari tempat tidur,
atau orang yang dengan diit yang tidak mencukupi.
Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan darah
setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah jam
ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½ jam
setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah pengambilan darah
pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam. Pengambilan
sampel darah dilakukan sebagai berikut :
Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.
Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam segelas
air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya dengan limun.
Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah untuk
pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita mengosongkan
kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya secara terpisah.
Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan permen,
merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat. Minum air putih
yang tidak mengandung gula masih diperkenankan.
Nilai Rujukan
Puasa : 70 – 110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
½ jam : 110 – 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
1 jam : 120 – 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
1½ jam : 100 – 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)
Interpretasi
Toleransi glukosa normal
Setelah pemberian glukosa, kadar glukosa darah meningkat dan mencapai
puncaknya pada waktu 1 jam, kemudian turun ke kadar 2 jam yang besarnya
di bawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L). Tidak ada glukosuria.
Gambaran yang diberikan di sini adalah untuk darah vena. Jika digunakan
darah kapiler, kadar puasa lebih tinggi 5.4 mg/dl (0.3 mmol/L), kadar puncak
lebih tinggi 19.8 – 30.6 mg/dl (1.1 – 1.7 mmol/L), dan kadar 2 jam lebih tinggi
10.8 – 19.8 mg/dl (0.6 – 1.1 mmol/L). Untuk plasma vena kadar ini lebih tinggi
sekitar 18 mg/dl (1 mmol/L).
Toleransi glukosa melemah
Pada toleransi glukosa yang melemah, kurva glukosa darah terlihat
meningkat dan memanjang. Pada diabetes mellitus, kadar glukosa darah di
atas 126 mg/dl (7.0 mmol/L); jika tak begitu meningkat, diabetes bisa
didiagnosis bila kadar antara dan kadar 2 jam di atas 180 mg/dl (10 mmol/L).
Toleransi glukosa melemah ringan (tak sebanyak diabetes) jika kadar glukosa
puasa dibawah 126 mg/dl (7.0 mmol/L), kadar antara di bawah 180 mg/dl (10
mmol/L), dan kadar 2 jam antara 126-180 mg/dl (7.0-10.0 mmol/L). Terdapat
glukosuria, walaupun tak selalu ada dalam sampel puasa.
Pada diabetes gestasional, glukosa puasa normal, glukosa 1 jam 165 mg/dl
(9.2 mmol/L), dan glukosa 2 jam 145 mg/dl (8.0 mmol/L).
Pada banyak kasus diabetes, tidak ada puncak 1 jam karena kadar glukosa
darah meningkat pada keseluruhan waktu tes. Kurva diabetik dari jenis yang
sama dijumpai pada penyakit Cushing yang berat.
Toleransi glukosa yang lemah didapatkan pada obesitas (kegemukan),
kehamilan lanjut (atau karena kontrasepsi hormonal), infeksi yang berat
(terutama staphylococci, sindrom Cushing, sindrom Conn, akromegali,
tirotoksikosis, kerusakan hepar yang luas, keracunan menahun, penyakit
ginjal kronik, pada usia lanjut, dan pada diabetes mellitus yang ringan atau
baru mulai.
Tes toleransi glukosa yang ditambah dengan steroid dapat membantu
mendeteksi diabetes yang baru mulai. Pada pagi dini sebelum TTGO
dilaksanakan, penderita diberikan 100 mg kortison, maka glukosa darah pada
2 jam bisa meningkat di atas 138.8 mg/dl (7.7 mmol/L) pada orang-orang
yang memiliki potensi menderita diabetes.
Penyimpanan glukosa yang lambat
Kadar glukosa darah puasa normal. Terdapat peningkatan glukosa darah
yang curam. Kadar puncak dijumpai pada waktu ½ jam di atas 180 mg/dl (10
mmol/L). Kemudian kadar menurun tajam dan tingkatan hipoglikemia dicapai
sebelum waktu 2 jam. Terdapat kelambatan dalam memulai homeostasis
normal, terutama penyimpanan glukosa sebagai glikogen. Biasanya
ditemukan glukosuria transien.
Kurva seperti ini dijumpai pada penyakit hepar tertentu yang berat dan
kadang-kadang para tirotoksikosis, tetapi lebih lazim terlihat karena absorbsi
yang cepat setelah gastrektomi, gastroenterostomi, atau vagotomi. Kadang-
kadang dapat dijumpai pada orang yang normal.
Toleransi glukosa meningkat
Kadar glukosa puasa normal atau rendah, dan pada keseluruhan waktu tes
kadarnya tidak bervariasi lebih dari ± 180 mg/dl (1.0 mmol/L). Kurva ini bisa
terlihat pada penderita miksedema (yang mengurangi absorbsi karbohidrat)
atau yang menderita antagonis insulin seperti pada penyakit Addison dan
hipopituarisme. Tidak ada glukosuria. Kurva yang rata juga sering dijumpai
pada penyakit seliak. Pada glukosuria renal, kurva toleransi glukosa bisa rata
atau ormal tergantung pada kecepatan hilangnya glukosa melalui urine.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium
Penggunaan obat-obatan tertentu
Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.
Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi
insulin menurun karena proses penuaan.
NILAI RUJUKAN
Gula darah sewaktu
DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah
lengkap : sampai dengan 120 mg/dl
ANAK : sampai dengan 120 mg/dl
LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah
lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.
Gula darah puasa
DEWASA : Serum dan plasma : 70 – 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 – 100
mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl
ANAK : Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl; Anak : 60 – 100 mg/dl
LANSIA : 70 – 120 mg/dl.
Gula darah post prandial
DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah
lengkap : sampai dengan 120 mg/dl
ANAK : sampai dengan 120 mg/dl
LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah
lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.