PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

22
PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BERBASIS INTEGRASI PERENCANAAN TEKNOKRATIS, POLITIS DAN PARTISIPATIF DI KABUPATEN SUMEDANG Oleh : Ir. H. Eka Setiawan, Dipl., SE., MM. Kepala Bappeda Kabupaten Sumedang

description

PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Transcript of PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BERBASIS INTEGRASI PERENCANAAN

TEKNOKRATIS, POLITIS DAN PARTISIPATIF DI KABUPATEN SUMEDANG

Oleh :

Ir. H. Eka Setiawan, Dipl., SE., MM.

Kepala Bappeda Kabupaten Sumedang

Sumedang : Paradijs Van Java

SKEMA INOVASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUMEDANG

ADANYA KESINAMBUNGAN ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

TUMBUHNYA PARTISIPASI WARGA MASYARAKAT

DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

SINERGI PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR, LINTAS WILAYAH DAN LINTAS

JENJANG

SKEMA PAGU INDIKATIF (PI) • PI SKPD

• PI KEWILAYAHAN

FORUM DELEGASI MUSRENBANG (FDM) • DELEGASI SEKTORAL

• DELEGASI KECAMATAN

INTEGRASI PEMBANGUNAN (RKPD TRIPLE TRACK)

• DIBIAYAI APBD KABUPATEN • DIBIAYAI PROV & PUSAT • DIBIAYAI PNPM, CSR & SWADAYA MASYARAKAT

PERDA NO. 1 TAHUN 2007 TTG PROSEDUR PERENCANAAN

DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN

SUMEDANG

SKEMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BERDASARKAN

PERDA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

Musrenbang Desa

Musrenbang Kecamatan

Musrenbang Kabupaten Tahunan

Forum SKPD

Usulan Kegiatan Masyarakat Desa

Usulan Kegiatan Wilayah Kecamatan

Rancangan Awal Renja SKPD

Rancangan Renja SKPD

Rancangan RKPD

Penyempurnaan & Penetapan

Rancangan RKPD Perbup RKPD

Nota Kesepakatan

Pagu Indikatif

Hasil Musrenbang Tahunan

PAGU INDIKATIF KECAMATAN

PAGU INDIKATIF SKPD KABUPATEN

SKEMA MUSRENBANG INTEGRASI

Diusulkan ke Musrenbang

Desa

Penggalian Gagasan di

Tingkat Dusun Dilaksanakan Swadaya

Musrenbang Desa Dilaksanakan dengan

APBD Desa

Musrenbang Kecamatan Dibiayai dengan BLM

Forum SKPD

Musrenbang Kabupaten RKPD & Renja SKPD

(Dibiayai CSR & Partisipasi)

Diusulkan ke Musrenbang Kecamatan

Diusulkan ke Forum SKPD/Musrenbang

Dibiayai dengan Diusulkan ke Musrenbang Kab

Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan Tahun

Berikutnya Dilaksanakan Tahun

Berjalan

RKPD & Renja SKPD (Dibiayai APBD & APBN)

PNPM Integrasi

6

SISTEM PEMBANGUNAN DAERAH REGULER SEBAGAI

INDUK INTEGRASI

NILAI LUHUR BUDAYA SUNDA (SPBS) SEBAGAI LANDASAN SPIRITUAL DALAM

PEMBANGUNAN DAERAH

MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN RAKYAT

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

OPTIMALISASI MANAJEMEN

PEMBANGUNAN

SKEMA INTEGRASI PEMBANGUNAN DAERAH

PELAKSANAAN

PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJABN

PAMSIMAS, P2KP, PPIP & PROGRAM

LAINYA

PNPM MP DAN PNPM INTEGRASI

SHORT CUT

SHORT CUT

STARTING POINT

7

DRAFT 2

DAFTAR PRIORITAS

LIST RPJMDES

2012

POST MAYOR & ANALISIS

KONDISI REAL

DRAFT 1 DAFTAR PRIORITAS

SKEMA PENYUSUNAN RKP DESA MELALUI MUSRENBANG DESA INTEGRASI

KEBIJAKAN PEMDA & POKOK2 PIKIRAN

DPRD

DAFTAR PRIORITAS UNTUK TAHUN

BERIKUTNYA 2013

DAFTAR PRIORITAS UNTUK TAHUN

BERJALAN 2012

LIST RPJMDES

2013

EVALUASI TAHUN

2011

PENYUSUNAN RKP DESA

TAHUN 2013

REVISI RKP DESA

TAHUN 2012

PENDANAAN :

• SWADAYA MASY • ADD • APBD

KABUPATEN • BLM PNPM

• CSR /SWASTA

PENDANAAN :

• SWADAYA MASY • BLM PNPM

• CSR /SWASTA

DUKUNGAN PENGANGGARAN

PENGANGGARAN DARI PUSAT DAN DAERAH

• PNPM Mandiri Perdesaan

- Tahun 2010 : DUB 26,8 M; DDUB 6,7 M

- Tahun 2011 : DUB 13,84 M; DDUB 3,46 M

- Tahun 2012 : DUB 20,5 M; DDUB 4,1 M

• PNPM Integrasi

- Tahun 2010 : DUB 4 M; DDUB 1 M

- Tahun 2011 : DUB 4 M; DDUB 1 M

- Tahun 2012 : DUB 4 M; DDUB 1,67 M

PENGANGGARAN DARI LUAR PNPM MD DAN INTEGRASI • Dukungan Alokasi Dana Desa (ADD) - Tahun 2010 sebesar 20 M - Tahun 2011 sebesar 20 M - Tahun 2012 sebesar 20 M • Dukungan Pagu Indikatif Kewilayahan (PIK) - Tahun 2010 sebesar 15 M - Tahun 2011 sebesar 15 M - Tahun 2012 sebesar 25 M • Dukungan Bantuan Desa lainnya

- Dari Kabupaten : PMTAS, TAPD, Asuransi Perangkat Desa, Stimulan Pilkades, dan bantuan desa lainnya

- Dari Provinsi : Desa peradaban (untuk 8 desa) - Dari Pusat : Rutilahu, PPIP, Pamsimas (tersebar)

N0. PAGU INDIKATIF

(Belanja Urusan Wajib/Pilihan)

2010 2011 2012

PAGU INDIKATIF 76.224.052.701,14 105,119,793,224.00 123.681.753.350,00

A. PAGU INDIKATIF SKPD KABUPATEN

36.137.463.601,14

75,661,750,224.00 80,873,710,350.00

B. PAGU INDIKATIF SKPD KECAMATAN

3.000.000.000,00 3.650.000.000,00 5.000.000.000,00

C. PAGU INDIKATIF KECAMATAN 15.000.000.000,00

15.000.000.000,00 25.000.000.000,00

D. PENUNJANG DAN PENDAMPING

22.086.589.100,00 10,808,043,000.00 12,808,043,000.00

KAPASITAS PAGU INDIKATIF KABUPATEN SUMEDANG (TAHUN 2010 S/D 2012)

KOORDINASI

KOORDINASI PENGANGGARAN DGN SKPD DAN DPRD • DENGAN SKPD

- Melalui kegiatan pra Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kecamatan (sosialisasi dan pembahasan PIK)

- Melalui kegiatan pra Forum SKPD dan Forum SKPD (sosialisasi dan pembahasan Pagu Indikatif SKPD)

- Melalui kegiatan pra Musrenbang Kabupaten dan Musrenbang Kabupaten (Pemantapan PIK dan Pagu Indikatif SKPD serta mensinergikannya dengan sumber pendanaan yang lain)

• DENGAN DPRD - Melalui konsultasi dengan DPRD dalam rangka penyusunan nota

kesepakatan (Pagu Indikatif SKPD dan Pagu Indikatif Kewilayahan) - Melalui kegiatan pra Musrenbang dan Musrenbang (sebagai

narasumber berdasarkan pendekatan Dapil) - Melalui rapat pembahasan dengan Komisi yang membidangi - Melalui rapat pembahasan dengan Badan Anggaran

KOORDINASI PENGELOLAAN ANGGARAN DENGAN DESA • Melalui kegiatan pra Musrenbang Desa : Desa

diberikan informasi tentang pagu indikatif ADD dan PIK serta rancangan awal RKPD (arah dan kebijakan daerah)

• Melalui kegiatan Musrenbang Desa : Fasilitasi pembahasan dalam pengalokasian ADD, PIK serta mensinergikannya dengan partisipasi dan swadaya masyarakat

• Melalui kegiatan pra Musrenbang Desa : Desa melalui Forum Delegasi Musrenbang (FDM) diajak untuk bersama-sama mengawal proses lanjutan perencanaan dan penganggaran

SINKRONISASI

SINKRONISASI ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DESA • Dilaksanakan pada saat pra Musrenbang Desa

dan Musrenbang Desa dalam rangka penyusunan RKPDes : Perencanaan dirumuskan berdasarkan prediksi kapasitas fiskal desa (pagu indikatif ADD dan PIK) serta mengacu pada realisasi APBDes tahun sebelumnya

• Dilaksanakan pada saat musyawarah desa dalam rangka penyusunan APBDes : Penganggaran dialokasikan berdasarkan dokumen RKPDes serta realisasi ADD dan PIK (sebagaimana tertuang dalam ABPD)

SINKRONISASI PENGANGGARAN SKPD DENGAN USULAN DESA • Dibahas awal pada saat pra Forum SKPD :

penganggaran SKPD selain memperhatikan kajian teknokratis SKPD sesuai dengan Renstra SKPD, juga memperhatikan secara seksama usulan desa dan kecamatan sebagaimana tertuang dalam hasil Musrenbang Kecamatan

• Diputuskan pada saat Forum SKPD : putusan didasarkan pada kolaborasi antara hasil kajian teknokratis SKPD dengan usulan partisipatif dari kecamatan/desa yang dibingkai dalam kerangka pencapaian target kinerja Renstra SKPD

EFEKTIVITAS

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN DESA • Pengelolaan anggaran pembangunan desa dilakukan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

• Pengelolaan anggaran pembangunan desa didasarkan pada Perdes yang mengatur tentang APBDes dan RKPDes;

• Pengelolaan anggaran pembangunan desa dilakukan berdasarkan prinsip kemitraan, tranparansi dan akuntabilitas oleh para pemangku kepentingan di desa;

• Pelaksanaan pengawasan dan pengawalan terhadap pengelolaan anggaran pembangunan desa dilakukan oleh BPD serta Forum Delegasi Musrenbang Desa;

• Pengelolaan anggaran pembangunan desa diarahkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN ANGGARAN DESA • Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah manajemen

pembangunan desa berbasis kearifan lokal (budaya Sunda) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Sumedang Nomor 113 Tahun 2009 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda (SPBS);

• Transparansi : Di desa dikembangkan melalui semangat “BRUKBRAK”, dimana semua pemangku kepentingan secara sukarela serta berdasarkan panggilan hati harus saling terbuka dan membuka diri. Sisi baik maupun buruknya harus dibicarakan secara bersama-sama. Orang desa bilang “Hade Goreng Ku Omong”.

• Akuntabilitas : Di desa dikembangkan melalui semangat “JUNUN JUCUNG”, dimana semua pekerjaan pembangunan harus diselesaikan secara tuntas serta dapat dipertanggungjawabkan. Orang desa bilang “Rengse Pancen Dipigawe, Tuntas Tugas Dipilampah”.

REMBUG DESA TEMPOE DOELOE

MUSRENBANG DESA MASA KINI

KENDALA DAN REKOMENDASI TERKAIT PENGANGGARAN

• Penurunan penganggaran PNPM MD tidak disertai dengan peningkatan penganggaran PNPM Integrasi, padahal dimasa transisi ini ketergantungan masyarakat terhadap stimulan BLM untuk mengungkit partisipasi masih sangat besar. Karena itu, dimohon DUB untuk PNPM Integrasi bisa ditingkatkan sebagai jembatan antara bagi proses integrasi permanen dari pola pembangunan berbasis pemberdayaan ke dalam pola pembangunan reguler (SPPN)

• Tidak adanya regulasi yang dapat dijadikan rujukan bagi daerah untuk mereflikasi pola penganggaran berbasis BLM di daerah sebagaimana yang dikembangkan oleh PNPM. Karena itu, dimohon pusat secepatnya merumuskan regulasi yang dapat dijadikan acuan bagi daerah untuk mengembangkan pola BLM di daerah

• Adanya keterbatasan kemampuan fiskal daerah, sehingga ketergantungan daerah terhadap pusat dalam penganggaran masih sangat besar, serta tidak adanya kepastian pagu anggaran daerah menjelang Musrenbang di Kabupaten. Karena itu, dimohon pemerintah pusat merumuskan kebijakan Pagu Indikatif Kabupaten yang disampaikan sebelum pelaksanaan Musrenbang, baik melalui skema pendanaan tersendiri atau melalui peningkatan skema pendanaan yang sudah ada (DAU, DAK, Tuban) tetapi difokuskan untuk alokasi belanja urusan wajib dan pilihan daerah.

KENDALA DAN REKOMENDASI TERKAIT KOORDINASI, SINKRONISASI DAN EFEKTIVITAS

• Adanya kesenjangan pemahaman, pengetahuan dan pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan desa dan daerah antara pemangku kepentingan, yaitu antara masyarakat (partisipatif), aparatur birokrasi (teknokratis), serta anggota DPRD (politis). Solusinya adalah melalui character building dan pelatihan teknis fungsional secara kontinyu bagi berbagai pemangku kepentingan pembangunan desa dan daerah : - Untuk perangkat desa, BPD, LPMD, FDM dan pelaku pembangunan

lainnya di desa, hendaknya diselenggaran oleh pemerintah daerah dengan standarisasi didasarkan pada kondisi objektif masing-masing daerah

- Untuk peningkatan kapasitas DPRD, BPMPD, Bappeda dan Camat hendaknya difasilitasi oleh pemerintah pusat, agar memiliki standar kompetensi yang sama secara nasional dalam kerangka kepentingan NKRI

Di sisi lain, pemerintah pusat melalui Bappenas dan Kemendagri agar memfasilitasi rapat kerja secara terpadu dan kontinyu antara Bappeda dengan BPMPD, agar proses integrasi di daerah dapat berlangsung mulus dan akseleratif dalam kerangka kepentingan pembangunan nasional

• Adanya kesenjangan dalam komunikasi pembangunan daerah, dimana peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dibawakan oleh para pelaku kebijakan pembangunan menggunakan gelombang administratif formal, sedangkan warga masyarakat selaku sasaran kebijakan pembangunan dalam implementasinya menggunakan gelombang adaptif informal. Karena itu, kiranya pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mentransformasi kebijakan pusat di daerah berdasarkan kearifan lokal masing-masing

• Pendekatan penegakkan hukum dalam praktiknya mengedepankan hukum positif, sehingga lebih mengutamakan hukum untuk hukum (wetmatigheid) daripada hukum untuk tujuan pembangunan/ kesejahteraan (doelmatigheid), akibatnya banyak mucul kriminalisasi terhadap kebijakan pembangunan di daerah. Karena itu, kiranya pemerintah pusat dapat memberikan perlindungan hukum secara proporsional kepada para pelaku kebijakan di daerah tanpa mengesampingkan eksistensi hukum itu sendiri, di sisi yang lain kiranya institusi penegak hukum didorong untuk memberikan porsi yang lebih optimal terhadap upaya pecegahan

• Proses integrasi pembangunan daerah saat ini belum dipayungi oleh sebuah ketentuan yang kuat, ajeg dan komprehensif (masih bersifat parsial). Karena itu , hendaknya pemerintah pusat menerbitkan peraturan perundang-undangan minimal setingkat Peraturan Pemerintah yang mengatur mekanisme dan prosedur integrasi pembangunan daerah, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan sampai dengan pengawasannya, sehingga daerah ke depan memiliki rujukan yang jelas dalam mengintegrasikan manajemen pembangunan daerah

• Belum efektifnya proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan antar desa di tingkat kecamatan, hal ini terjadi karena struktur pemerintahan kecamatan sebagaimana UU 32/2004 dan PP 19/2008 diposisikan sebagai SKPD, sementara dalam realitanya pemerintahan kecamatan memiliki dimensi kewilayahan. Karena itu, kiranya diterbitkan peraturan perundang-undangan minimal setingkat peraturan menteri yang mengatur perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di tingkat kecamatan, sehingga sinergi dan kepentingan pembangunan antar/lintas desa bisa berjalan optimal

Terima Kasih dan Hatur Nuhun ...