pengajaran membaca

56
saujana.sg 1 PANDUAN PENGAJARAN MEMBACA UNTUK SISWA BIPA DISUSUN OLEH DRA. LILIANA MULIASTUTI,M.PD. DRA. EUIS SULASTRI, M.PD. BAB I PENDAHULUAN A. RASIONAL Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia. Berdasarkan kompetensinya, siswa BIPA biasanya diklasifikasikan atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar, menengah, dan mahir. Siswa BIPA tingkat dasar adalah siswa asing yang belum memiliki kemampuan berbahasa Indonesia atau baru memiliki sedikit kemampuan dasar berbahasa Indonesia. Siswa tingkat menengah adalah siswa BIPA yang sudah menguasai percakapan sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Siswa tingkat mahir adalah siswa BIPA yang sudah menguasai empat ketrampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik. Setelah selesai tingkat mahir, siswa BIPA diharapkan sudah dapat studi lanjut di Indonesia. Sebagai sebuah sistem pengajaran, pengajaran BIPA memiliki masukan (input), proses, dan keluaran (out put) yang berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia untuk orang Indonesia. Pada unsur masukan, siswa BIPA berasal dari berbagai negara sehingga memiliki berbagai B1, memiliki berbagai profesi, dan tujuan belajar berbeda. Oleh karena itu, pengajar BIPA harus memerhatikan karakteristik siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap siswa BIPA memiliki bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) yang dikuasainya. Struktur bahasa pertama tersebut tentu akan berpengaruh terhadap proses belajar bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa asing atau B2 bagi mereka. Mengingat hal tersebut, maka tak heran jika siswa asing akan banyak melakukan interferensi ketika belajar bahasa Indonesia. Interferensi adalah masuknya unsur-unsur B1 ketika siswa asing belajar B2.

Transcript of pengajaran membaca

Page 1: pengajaran membaca

saujana.sg 1

PANDUAN PENGAJARAN MEMBACA UNTUK SISWA BIPA DISUSUN OLEH DRA. LILIANA MULIASTUTI,M.PD. DRA. EUIS SULASTRI, M.PD.

BAB I PENDAHULUAN

A. RASIONAL

Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) berbeda dengan

pengajaran bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia. Berdasarkan kompetensinya, siswa

BIPA biasanya diklasifikasikan atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar,

menengah, dan mahir. Siswa BIPA tingkat dasar adalah siswa asing yang belum

memiliki kemampuan berbahasa Indonesia atau baru memiliki sedikit kemampuan

dasar berbahasa Indonesia. Siswa tingkat menengah adalah siswa BIPA yang

sudah menguasai percakapan sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Siswa tingkat

mahir adalah siswa BIPA yang sudah menguasai empat ketrampilan berbahasa:

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik. Setelah selesai tingkat

mahir, siswa BIPA diharapkan sudah dapat studi lanjut di Indonesia.

Sebagai sebuah sistem pengajaran, pengajaran BIPA memiliki masukan (input),

proses, dan keluaran (out put) yang berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia untuk

orang Indonesia. Pada unsur masukan, siswa BIPA berasal dari berbagai negara sehingga

memiliki berbagai B1, memiliki berbagai profesi, dan tujuan belajar berbeda. Oleh karena

itu, pengajar BIPA harus memerhatikan karakteristik siswa yang menjadi tanggung

jawabnya. Setiap siswa BIPA memiliki bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) yang

dikuasainya. Struktur bahasa pertama tersebut tentu akan berpengaruh terhadap proses

belajar bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa

asing atau B2 bagi mereka. Mengingat hal tersebut, maka tak heran jika siswa asing akan

banyak melakukan interferensi ketika belajar bahasa Indonesia. Interferensi adalah

masuknya unsur-unsur B1 ketika siswa asing belajar B2.

Page 2: pengajaran membaca

saujana.sg 2

Mengingat hal di atas, dalam proses belajar mengajar BIPA metode, teknik, dan

media yang digunakan pengajar harus dipertimbangkan dengan matang. Apa lagi, jika

pembelajaran dilakukan di negara asal siswa. Metode, teknik, dan media yang digunakan

harus dapat meminimalkan interferensi dan verbalisme. Pada pengajaran bahasa

Indonesia untuk orang Indonesia, metode, teknik, dan media pun menjadi perhatian

pengajar. Namun, dalam pengajaran BIPA, pengajar harus lebih selektif lagi mengingat

karakteristik yang beragam tadi. Di samping itu, materi budaya Indoneia sangat diperlukan

bagi para siswa BIPA untuk mencegah keterkejutan budaya. Materi ini biasanya tidak

diperlukan bagi siswa-siswa Indonesia.

Setelah selesai program tersebut, para siswa BIPA diharapkan memiliki empat

keterampilan berbahasa Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Namun, keluaran yang

dihasilkan akan sangat tergantung pada proses yang telah terjadi. Keluaran dari program

BIPA yang diselenggarakan hanya untuk mengisi liburan musim panas atau dingin tentu

akan berbeda dengan program BIPA yang diselenggarakan untuk para siswa asing yang

akan studi di Indonesia. Dengan demikian, keluaran program BIPA akan sangat beragam,

tergantung pada tujuan siswa belajar BIPA.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca untuk

siswa BIPA akan berbeda dengan mengajar membaca untuk siswa Indonesia. Berdasarkan

tingkat kemampuan siswa, pengajaran membaca untuk siswa BIPA dapat diklasifikasikan

atas pengajaran membaca untuk siswa BIPA tingkat dasar, menengah, dan mahir.

Berdasarkan kebutuhannya, pengajaran membaca tersebut dapat diklasifikasikan atas

pengajaran membaca untuk tujuan sekadar dapat membaca berbagai informasi di

Indonesia, untuk studi, bekerja, riset, dan lain-lain.

Penyelenggara program BIPA bersama pengajar harus dapat mengakomodasi

keunikan pengajaran BIPA tersebut. Buku ini akan membahas prinsip-prinsip

pengajaran BIPA yang dikaitkan dengan pengajaran membaca, jenis-jenis materi

membaca beserta pengembangannya, metode, teknik, dan media yang dapat

digunakan pengajar dalam mengajar membaca.

Page 3: pengajaran membaca

saujana.sg 3

B. PRASYARAT

Sebagaimana telah dibicarakan di atas, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa

asing pada kebanyakan orang asing dapat dikategorikan sebagai belajar bahasa kedua.

Jadi, pengajaran BIPA berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa

pertama (B1). Pengajaran BIPA lebih kompleks dan rumit karena siswa asing yang akan

belajar dapat berasal dari berbagai negara.

Pengajar BIPA harus memiliki kompetensi berbahasa Indonesia dan kompetensi

sebagai pengajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Tanpa kompetensi tersebut,

pengajar akan banyak menemui kendala. Untuk itu, pengajar BIPA selayaknya harus

berlatar belakang pendidikan bahasa Indonesia. Karena, para siswa asing tersebut ingin

belajar bahasa Indonesia bukan hendak belajar terjemahan. Pengguna buku ini sangat

diharapkan telah menguasai bahasa Indonesia mengingat akan menjadi pengajar BIPA.

Tanpa kompetensi tersebut, materi yang telah ditulis akan sulit dipahami apa lagi

diterapkan.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

Buku ini merupakan buku ketiga dari lima buku yang dipersiapkan untuk para

pengajar BIPA. Buku I merupakan panduan pengajaran menyimak, buku II panduan

pengajaran berbicara, buku IV merupakan panduan pengajaran menulis, dan buku V

sebagai suplemen tata bahasa. Kelima paket buku tersebut sebaiknya dibaca berurutan

agar pemahaman pengajar menjadi komprehensif.

Buku III ini terdiri atas empat bab, bab pertama berisi rasional, prasyarat, cara

menggunakan buku, dan tujuan akhir dari buku ini. Bab kedua menguraikan tentang

prinsip-prinsip pengajaran BIPA dan jenis-jenis membaca. Pada bab ketiga, para pembaca

dapat mencermati contoh materi membaca untuk tingkat dasar dengan lima tema.

Selanjutnya, bagaimana metode, teknik, dan media yang dapat digunakan pengajar BIPA

dalam mengajar membaca dapat ditemui pada bab empat. Mengingat buku ini disusun

secara prosedural, pembaca diharapkan membaca secara bertahap dimulai dengan bab I,

Page 4: pengajaran membaca

saujana.sg 4

dan seterusnya. Dengan demikian, materi-materi yang disajikan dapat dipahami secara

komprehensif.

Untuk mengetahui referensi yang dapat dibaca oleh para pengajar BIPA sebagai

acuan penyusunan buku ini, pembaca dapat membaca daftar pustaka di akhir buku ini.

D. TUJUAN AKHIR

Setelah mempelajari buku ini, para pembaca diharapkan dapat mengajar membaca

untuk siswa BIPA baik tingkat dasar, menengah, maupun mahir. Di samping itu, secara

khusus, pengajar BIPA diharapkan dapat:

a) memahami prinsip-prinsip pengajaran membaca untuk siswa BIPA,

b) mengidentifikasi jenis-jenis membaca yang dibutuhkan untuk siswa BIPA tingkat dasar,

menengah, dan mahir,

c) mengembangkan materi membaca sesuai kebutuhan siswa BIPA tingkat dasar,

menengah, dan mahir dengan memperhatikan prinsip pengembangan materi, dan

d) menjelaskan metode, teknik, dan media pengajaran membaca sesuai materi yang

disiapkan guru.

Page 5: pengajaran membaca

saujana.sg 5

BAB II

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MEMBACA DAN JENIS-JENIS MEMBACA UNTUK SISWA BIPA

A. PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MEMBACA

Pengajaran BIPA memiliki karakteristik yang berbeda dengan pengajaran bahasa

Indonesia bagi penutur asli. Salah satu pembedanya adalah dari segi pembelajarnya.

Pembelajar BIPA adalah pembelajar yang telah memiliki bahasa pertama dan memiliki latar

belakang budaya yang berbeda.

Berdasarkan tujuannya, pelajar BIPA juga memiliki beragam tujuan. Ada pelajar

yang bertujuan hanya untuk berwisata, bekerja, studi di Indonesia, atau sebagai peneliti. Di

samping itu, usia pembelajar yang beragam harus menjadi perhatian dalam pembelajaran

BIPA. Pendekatan yang digunakan pengajar BIPA pada siswa asing berusia remaja tentu

berbeda dengan yang berusia setengah baya. Perbedaan pendekatan ini pun akan

berimbas pada metode, teknik, dan media yang digunakan.

Tempat kegiatan pembelajaran dilakukan juga sangat mempengaruhi keberhasilan

pengajaran. Jika pembelajaran dilakukan di Indonesia, maka siswa asing dapat langsung

mempraktikkan di luar kelas hal-hal yang telah dipelajarinya di dalam kelas. Pengajar juga

dapat menggunakan metode langsung dengan membawa siswa asing ke tempat-tempat

penting untuk pembelajaran (pasar, rumah sakit, apotek, dll). Hal ini tidak mungkin

dilakukan di negara asing tempat siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disintesakan bahwa pengajaran BIPA merujuk

pada kegiatan pengajaran bahasa Indonesia bagi orang asing dari berbagai negara dan

memiliki latar belakang bahasa dan usia, profesi, kompetensi, dan tujuan belajar berbeda.

Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi pertimbangan para pengajar ketika

memilih materi. Dalam buku ini hanya akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan

pengajaran membaca. Sebagaimana pengajaran keterampilan lain, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam pengembangan materi membaca untuk siswa BIPA:

a) tujuan siswa BIPA belajar bahasa Indonesia,

b) gradasi kesulitan materi,

c) variasi materi,

d) konteks materi, dan

Page 6: pengajaran membaca

saujana.sg 6

e) integrasi materi (materi berbahasa, kebahasaan, dan budaya).

Prinsip pertama yang harus menjadi perhatian adalah tujuan siswa belajar BIPA.

Materi membaca untuk siswa yang belajar bahasa Indonesia dengan tujuan hanya

berwisata tentu akan berbeda dengan materi untuk siswa yang bertujuan untuk studi,

bekerja, atau menjadi peneliti di Indonesia. Siswa yang belajar BIPA dengan tujuan dapat

berkomunikasi ketika berwisata di Indonesia, tentunya tidak membutuhkan materi

membaca pemahaman puisi, cerpen, atau drama. Yang dibutuhkan mereka adalah

membaca petunjuk arah, membaca menu, membaca artikel tempat-tempat wisata, dan

wacana lain yang relevan. Hal tersebut tentu berbeda dengan siswa BIPA yang bertujuan

akan bekerja di Indonesia. Untuk mereka, pengajar harus mempersiapkan wacana yang

relevan dengan dunia bekerja. Misalnya, surat-surat resmi, pengumuman resmi, surat

perjanjian kerja, dan sebagainya.

Prinsip kedua, gradasi kesulitan materi. Tingkat kesulitan materi membaca untuk

siswa BIPA tingkat dasar akan berbeda dengan materi untuk tingkat menengah dan mahir.

Materi yang terlalu sulit atau terlalu mudah akan berimbas kepada motivasi siswa BIPA.

Dengan demikian, materi yang disusun harus memperhatikan gradasi kesulitan. Materi

harus disusun mulai dari mudah ke sulit dan konkret ke abstrak. Wacana yang dipersiapkan

untuk materi membaca siswa BIPA tingkat dasar harus menggunakan kalimat-kalimat

tunggal, diksi yang mudah dilafalkan dan dipahami, dan menghindari penggunaan imbuhan

kompleks. Untuk siswa BIPA tingkat menengah, wacana yang dipersiapkan pengajar sudah

dapat menggunakan kalimat kompleks, diksi yang bermakna abstrak, dan imbuhan

kompleks. Selanjutnya, pada siswa BIPA tingkat mahir, wacana yang digunakan pengajar

tentu sudah lebih sulit. Kalimat-kalimat majemuk, diksi bermakna konotasi, dan berbagai

imbuhan kompleks sudah dapat digunakan pada wacana tersebut (baca pula buku

suplemen tata bahasa).

Prinsip ketiga adalah variatif. Materi yang tidak bervariasi akan menimbulkan

kejenuhan. Variasi dilakukan baik pada pemilihan jenis keterampilan dan pilihan tema.

Contoh dalam pembelajaran membaca, pengajar tidak hanya melatih siswa membaca

wacana narasi, tetapi juga jenis wacana lain, deskripsi, persuasi, dan argumentasi. Jenis

wacana tersebut dapat pula diklasifikasikan atas bentuknya seperti: wacana dialog, menu,

tiket, wacana iklan, artikel, pengumuman, pidato, ceramah, brosur, petunjuk, diagram,

tabel, bagan, indeks, dan sebagainya. Yang harus diingat oleh pengajar adalah isi wacana

Page 7: pengajaran membaca

saujana.sg 7

harus sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Misalnya, pada tema jual beli, wacana

yang diberikan dapat berbentuk dialog antara pedagang dan pembeli. Pada tema profesi,

wacana yang diberikan dapat berbentuk narasi tentang kegiatan seorang dokter atau

profesi lain. Untuk menghindari kebosanan siswa dan mengakomodasi berbagai kebutuhan

siswa, tema dapat disiapkan bervariasi pula. Hal tersebut akan menjadi lebih jelas dengan

membaca prinsip berikut.

Prinsip keempat, konteks materi. Materi yang dikembangkan harus dikaitkan

dengan konteks agar bermakna. Oleh karena itu, dalam pengembangan materi harus ada

tema yang mengikat keseluruhan materi. Tema-tema pun harus disesuaikan dengan

kompetensi siswa. Tema harus mulai dari konkret ke abstrak. Pemberian konteks

memudahkan pengajar untuk mengintegrasikan berbagai materi. Berikut ini adalah

alternatif tema-tema yang dapat diberikan untuk tingkat dasar, menengah, dan mahir.

Perhatikan tingkat kekonkretan dan variasi tema tersebut.

Tingkat Dasar Tingkat Menengah Tingkat Mahir

Perkenalan Keluarga Kegiatan Sehari-hari Kegemaran Transportasi Profesi

Kesehatan

Jenjang Pendidikan

di Indonesia

Kegiatan Ekonomi

Imigrasi

Kegiatan di kantor

Bencana Alam

Gaya Hidup

Kesenian Indonesia

Sains dan Teknologi

Biografi

Perekonomian

Politik

Hukum

Variasi tema di atas, selain membantu siswa memahami materi juga dapat

membantu siswa asing memahami realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Siswa asing

yang belajar di Indonesia tentunya akan melakukan kegiatan berkenalan, bertetangga,

aktivitas di lingkungannya, bepergian dengan alat transportasi di Indonesia, dan

sebagainya. Melalui tema-tema tersebut, siswa dapat memahami apa yang harus

diucapkannya jika berkenalan, jika bertamu ke tetangga, dan sebagainya. Oleh karena itu,

bagaimana budaya masyarakat Indonesia dalam pergaulan pun dapat dimasukkan dalam

materi-materi tersebut. Hal ini terkait dengan prinsip kelima.

Page 8: pengajaran membaca

saujana.sg 8

Prinsip terakhir yang wajib diperhatikan adalah integrasi materi. Belajar berbahasa

tidak sama dengan belajar tentang bahasa. Belajar berbahasa merujuk kepada belajar

empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam

belajar empat keterampilan tersebut, tentunya dibutuhkan pengetahuan tentang fonologi,

morfologi, sintaksis, dan semantik bahasa yang sedang dipelajari. Yang tidak kalah

pentingnya pula adalah budaya masyarakat pengguna bahasa tersebut, dalam hal ini

kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, pengajar BIPA harus dapat mengintegrasikan

tiga hal tersebut dalam pengembangan materi. Ketidaktahuan siswa tentang budaya

Indonesia dapat menimbulkan salah paham. Ketidaktahuan siswa tentang tata bahasa

Indonesia akan menimbulkan pula kekacauan berbahasa. Dengan demikian, pengajaran

membaca harus diintegrasikan dengan tiga keterampilan berbahasa lain, materi

kebahasaan, dan budaya Indonesia.

Di samping itu, materi pengajaran yang baik menurut Breen and Candlin adalah

materi yang bermanfaat bagi pembelajar. Ciri-ciri materi yang baik mengandung hal-hal

berikut.

a) Sesuai tujuan (instruksional, kurikuler, dst.).

b) Ada tugas yang dikerjakan siswa .

c) Memperhatikan minat siswa.

d) Memperhatikan pengembangan kegiatan komunikasi.

e) Memperhatikan cara belajar dan konsep siswa tentang bahasa.

f) Mengandung keleluasaan menentukan pilihan.

g) Jelas apa yang telah dan akan dipelajari .

h) Memperhatikan cara penyajian.

i) Menggunakan sumber-sumber belajar lain di dalam kelas.

j) Menggambarkan situasi belajar-mengajar di dalam kelas.

k) Mengandung evaluasi terhadap prosedur dan isi pelajaran.

Agar Anda dapat mengembangkan materi ajar BIPA dengan tepat, berikut ini akan

diuraikan jenis-jenis membaca dan bagaimana mengembangkannya sesuai prinsip-prinsip

di atas akan diuraikan pada bab III.

Page 9: pengajaran membaca

saujana.sg 9

B. JENIS-JENIS MEMBACA

Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan

membaca, proses membaca menurut Tarigan dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Membaca Nyaring Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang

dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat

menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,

sikap, ataupun pengalaman penulis.

Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan,

diantaranya adalah :

a) menggunakan ucapan yang tepat,

b) menggunakan frase yang tepat,

c) menggunakan intonasi suara yang wajar, d) dalam posisi sikap yang baik, e) menguasai tanda-tanda baca, f) membaca dengan terang dan jelas, g) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif, h) membaca dengan tidak terbata-bata, i) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya, j) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya, k) membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan, l) membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

2.Membaca Dalam Hati Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa

menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.

Ketrampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:

a) membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,

b) membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,

Page 10: pengajaran membaca

saujana.sg 10

c) membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring, d) tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk, e) mengerti dan memahami bahan bacaan, f) dituntut kecepatan mata dalam membaca, g) membaca dengan pemahaman yang baik, h) dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam

bacaan.

Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (1) membaca

ekstensif dan (2) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca

tersebut :

(1) Membaca Ekstensif Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak

mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :

(a) Membaca Survei (Survey Reading)

Membaca survei adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap

bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survei merupakan

pendahuluan dalam membaca ekstensif.

Yang dilakukan seseorang ketika membaca survei adalah sebagai berikut:

a) memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat

abstrak(jika ada),

b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,

c) memeriksa indeks dan apendiks(jika ada).

(b) Membaca Sekilas Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan

mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis

yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.

(c)Membaca Dangkal (Superficial Reading)

Page 11: pengajaran membaca

saujana.sg 11

Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang

dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca

jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan

ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.

(2) Membaca Intensif Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh

penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam

membaca intensif adalah :

(a) Membaca Telaah Isi : a) Membaca Teliti

Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali

seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.

b) Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami

tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis

(critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).

c) Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,

mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik

makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.

d) Membaca Ide

Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh,

serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

e) Membaca Kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menangkap

makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil

membacanya untuk kehidupan sehari-hari.

Page 12: pengajaran membaca

saujana.sg 12

(b) Membaca Telaah Bahasa : a) Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)

Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word

power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary).

b) Membaca Sastra (Literary Reading)

Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan

bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk

bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat

membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.

Semua jenis membaca di atas dapat diterapkan dalam pengajaran BIPA. Namun

demikian, pengajar harus menetapkan jenis membaca yang tepat sesuai kemampuan siswa

BIPA. Berikut ini contoh peta jenis membaca yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan

siswa BIPA.

BIPA DASAR BIPA MENENGAH BIPA MAHIR

Mem

baca N

yaring

Membaca dalam Hati

Mem

baca N

yaring

Membaca dalam Hati Mem

baca N

yaring

Membaca dalam Hati

Ekstensif Intensif Ekstensif Intensif Ekstensif Intensif

√ X membaca teliti

membaca

pemahaman

membaca bahasa

membaca sastra

(sederhana)

√ survei

membaca teliti

membaca

pemahaman

membaca kritis

membaca bahasa

membaca sastra

(sederhana)

√ survei

sekilas

dangkal

membaca teliti

membaca

pemahaman

membaca kritis

membaca Ide

membaca kreatif

membaca bahasa

membaca sastra

Keterangan: √ = diberikan/diajarkan X = tidak diberikan/diajarkan

Page 13: pengajaran membaca

saujana.sg 13

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengajaran jenis-jenis membaca pada siswa BIPA

harus memperhatikan kompetensi siswa. Siswa BIPA tingkat dasar belum dapat diberikan

pelatihan membaca ekstensif mengingat mereka memiliki keterbatasan kosakata. Untuk

pelajar BIPA tingkat menengah dan mahir, jenis membaca yang diberikan semakin sulit dan

kompleks mengingat penguasaan kosa kata mereka sudah lebih tinggi daripada siswa

dasar. Meskipun demikian, pengajar jangan melupakan prinsip pengajaran dari mudah ke

sulit dan konkret ke abstrak. Isi wacana untuk setiap jenjang tentunya harus disesuaikan

dengan prinsip tersebut.

Page 14: pengajaran membaca

saujana.sg 14

BAB III PENGEMBANGAN MATERI MEMBACA

UNTUK SISWA BIPA

Untuk menambah pemahaman Anda tentang materi berikut, Anda dapat membaca

survei berbagai buku teks yang telah terbit bagi siswa BIPA dasar, menengah, dan mahir.

Hal tersebut dilakukan untuk mencermati bagaimana para penulis buku mengembangkan

materi BIPA. Yang harus Anda ingat adalah tidak ada buku yang sempurna dan tepat untuk

semua siswa maupun pengajar. Pengajar harus dapat memilih dan memilah sesuai

kebutuhan. Sebagai pengajar, Anda pun dapat mengembangkan materi sendiri dengan

memerhatikan prinsip-prinsip yang telah diuraikan pada bab II. Berikut ini adalah contoh

pengembangan materi secara terintegrasi antara membaca, tata bahasa, dan budaya

Indonesia untuk siswa BIPA tingkat dasar.

Jika Anda akan mengembangkan materi sendiri, Anda harus terlebih dahulu

mengidentifikasi kebutuhan siswa BIPA Anda, Setelah itu, Anda harus memetakan materi

sesuai kebutuhan siswa tersebut. Berikut ini adalah contoh peta materi hasil analisis untuk

tingkat dasar dengan lima tema. Berdasarkan peta tersebut dapat disusun materi BIPA

tingkat dasar untuk lima tema.

Tema Membaca Menulis Menyimak Berbicara Tata Bahasa Catatan Budaya

1.Perkenalan Paragraf identitas diri

Identitas diri Dialog perkenalan Mengenalkan diri sendiri dan orang lain

Pola kalimat tunggal Kata ganti orang

pertama : aku, saya.

Kata ganti orang kedua : kamu, anda.

Kata ganti orang ketiga : ia, dia, mereka.

Kata tanya : siapa, apa, dan apakah.

Pola kalimat

Interogatif

Basa-Basi

Tema Membaca Menulis Menyimak Berbicara Tata Bahasa Catatan Budaya

Page 15: pengajaran membaca

saujana.sg 15

2. Keluarga Paragraf keluarga

Ciri fisik dan sifat keluarga

Dialog mengenai ciri-ciri fisik dan sifat (kepribadian)

Menceritakan keluarga sendiri

Pola kalimat tunggal dengan imbuhan ber- Kepemilikan Pola kalimat negatif dengan tidak dan bukan

Bhineka Tunggal Ika

3.Aktivitas Sehari-hari

Dialog , gambar, dan iklan.

cuaca di negara sendiri

Berita cuaca Menceritakan cuaca yang ada di negara sendiri

Pola kalimat tunggal dengan imbuhan ber- Pola kalimat interogatif Pola kalimat tunggal dengan imbuhan meN- Pembentukan kata kerja meN- Pola kalimat majemuk dengan kata sambung kemudian, lalu, dan, tetapi

Kegiatan di Indonesia pada dua musim

4.Transporta-si

Surat , tabel Membuat kalimat dari kata-kata sulit yang ditemukan dalam paragraf yang telah dibaca.

Mendengarkan tentang dialog salah satu alat transprtasi yang ada di Indonesia yang dibacakan oleh pengajar.

Praktik berbicara ketika akan pergi ke tempat tujuan tertentu (penumpang dan sopir taksi).

Pola kalimat tunggal dengan frase preposisional dan ada Pola kalimat tunggal dengan keterangan yang mendampingi kata sifat Perbandingan Pola kalimat perintah

Transportasi di Jakarta

5. Fasilitas Umum

Paragraf , dialog, gambar

Membuat kalimat larangan atau himbauan yang lazim digunakan dalam fasilitas umum.

Mendengarkan berita sederhana tentang peraturan yang ada di fasilitas umum.

Bercerita tentang pengalaman di fasilitas umum (bandara, terminal, bank, rumah sakit, dll).

Pola kalimat tunggal dengan imbuhan pe- dan peN- Pola kalimat pasif imbuhan di- dan tanpa imbuhan di- Pola kalimat tunggal dengan imbuhan –an sebagai pembentuk kata benda

Permainan anak-anak di pelabuhan Bakauheni

Dari pemetaan di atas, Anda dapat mengembangkan materi membaca dan catatan budaya

seperti di bawah ini! Sedangkan pengembangan materi ketiga keterampilan lain dapat

dibaca pada Buku I, II, dan IV.

Page 16: pengajaran membaca

saujana.sg 16

TEMA 1

PERKENALAN

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat:

• membacakan wacana perkenalan dengan suara nyaring menggunakan ucapan yang

tepat, intonasi dan suara yang wajar, serta menggunakan suara yang jelas dan terang,

dan

• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana1

Bacalah paragraf di bawah ini dengan suara nyaring!

Namaku Gilang

Nama saya Gilang Tiara. Teman-teman memanggil saya Gilang. Umur

saya enam belas tahun. Saya sekolah di SMA Kusuma Bangsa Jakarta. Saya

tinggal di Jalan Salemba nomor 30, Jakarta Pusat. Saya tinggal bersama orang

tua. Hobi saya main futsal dan melukis. Teman akrab saya Danang dan

Wayan. Danang orang Jawa. Wayan orang Bali. Hobi mereka juga main futsal.

Kemana saja kami selalu bersama.

Latihan 1 A. Kata-kata Baru

Carilah arti kata-kata baru di bawah ini menggunakan kamus!

1. teman :

2. belajar :

3. tinggal :

4. belajar :

5. tinggal :

6. akrab :

Page 17: pengajaran membaca

saujana.sg 17

7. hobi :

8. futsal :

9. melukis :

10. Orang tua :

B. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1. Siapa nama lengkap Gilang?

2. Kelas berapa Gilang sekarang?

3. Dimanakah Gilang tinggal?

4. Dengan siapa Gilang tinggal?

5. Siapa teman akrab Gilang?

Page 18: pengajaran membaca

saujana.sg 18

Wacana 2

Bu Guru Baru Di sekolah Gilang hadir seorang guru baru. Dia memperkenalkan diri di hadapan siswanya.

Bu Guru : Selamat pagi, Anak-anak.

Murid : Selamat pagi, Bu!

Bu Guru : Perkenalkan, nama Ibu, Nilam Puspita.

Ibu, guru baru di sini.

Gilang : Maaf Bu, Ibu mengajar mata pelajaran apa?

Bu Guru : Bahasa Indonesia.

Lili : Sebelumnya Ibu mengajar dimana?

Bu Guru : Di Bandung.

Ibu baru saja pindah ke Jakarta.

Wayan : Berapa lama Ibu mengajar di sana?

Bu Guru : Lima tahun.

Page 19: pengajaran membaca

saujana.sg 19

Latihan 2 A. Isilah bagian kosong dengan menggunakan kata tanya yang tepat!

Bu Guru : Selamat pagi, Anak-anak.

Murid : Selamat pagi, Bu!

Bu Guru : Perkenalkan, nama Ibu, Nilam Puspita.

Ibu, guru baru di sini.

Gilang : Maaf Bu, Ibu mengajar mata pelajaran ___________?

Bu Guru : Bahasa Indonesia.

Lili : Sebelumnya Ibu mengajar ____________?

Bu Guru : Di Bandung.

Ibu baru saja pindah ke Jakarta.

Wayan : ____________ Ibu mengajar di sana?

Bu Guru : Lima tahun.

B. Buatlah kalimat tanya berdasarkan jawaban yang telah disediakan.

Contoh :

Hobi Anda apa? Hobi saya bermain futsal..

1. ____________________? Ibu berasal dari Bandung.

2. ____________________? Nama Ibu, Nilam Puspita.

3. ____________________? Ibu mengajarkan bahasa Indonesia.

4. ____________________? Ya kami suka pada pelajaran bahasa Indonesia.

5. ____________________? Nama saya, Gilang Tiara Bu.

6. ____________________? Kami dua bersaudara.

Catatan Budaya

Orang Indonesia dikenal dengan keramahannya. Setiap turis yang datang atau

berlibur ke Indonesia mereka akan mengatakan kalau orang Indonesia baik, ramah, dan

Page 20: pengajaran membaca

saujana.sg 20

murah senyum. Kebiasaan masyarakat Indonesia adalah selalu basa-basi kepada teman

atau orang yang belum dikenal. Hal itu, dilakukan untuk menambah keakraban atau

kekerabatan.

Basa-basi yang biasa dikatakan oleh orang Indonesia adalah “Mau ke mana?”. Basa-

basi itu dilakukan hanya untuk sekadar tahu dan orang yang menjawabnya pun tidak harus

menjawab dengan pasti, bisa dijawab hanya dengan senyum saja. Selain itu, basa-basi

yang biasa dikatakan “Jangan lupa bawa oleh-oleh ya..?” Orang yang berkata itu hanya

basa-basi kepada orang yang akan pergi jauh. Orang yang bertanya itu, tidak terlalu

mengharapkan diberikan oleh-oleh.

Mungkin untuk orang asing hal itu adalah hal yang tidak sopan, bisa saja hal itu

dianggap sebagai orang yang selalu ingin tahu kegiatan orang lain. Namun, bagi orang

Indonesia itulah tanda keakraban.

Page 21: pengajaran membaca

saujana.sg 21

TEMA 2 KELUARGA

Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat:

• membaca narasi tentang susunan keluarga di dalam hati,

• membaca gambar struktur keluarga dengan cermat,

• membaca gambar anggota tubuh dengan cermat,

• membaca teks lagu, dan

• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1 Bacalah wacana di bawah ini dalam hati. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

Keluargaku

Nama saya Shila . Saya anak kedua dari dua bersaudara. Kakak saya

bernama Syifa. Ayah kami bernama Asep. Dia lahir di Bandung. Ibu kami

bernama Sari. Ibu lahir di Yogya. Saya masih mempunyai kakek dan nenek.

Kakek saya berkacamata. Nenek tidak berkacamata. Mereka sayang kepada

saya. Ibu mempunyai seorang adik. Dia bernama Sekar. Saya memanggilnya

Bibi. Dia cantik. Bibi menikah dengan Paman Amir Lubis. Paman dan bibi

mempunyai dua orang anak laki-laki. Kami keluarga besar. Kami tak pernah

bertengkar. Kami hidup rukun dan damai.

Page 22: pengajaran membaca

saujana.sg 22

Latihan 1

A. Kata-kata Baru

Carilah arti kata-kata berikut di dalam kamus! 1. bersaudara :

2. kakak :

3. adik :

4. ayah :

5. ibu :

6. kakek :

7. nenek :

8. cucu :

9. paman :

10. bibi :

11. menikah :

12. cantik :

13. rukun :

14. damai :

15. bertengkar :

16. berkacamata :

B. Isilah bagian yang dikosongkan dengan kata yang tepat!

1. Kakak Shila bernama ______________

2. Ayah Shila bernama __________________

3. Ayah Shila berasal dari _________________

4. Ibu Shila bernama_____________

5. Ibu Shila berasal dari ____________

6. Kakek Shila bernama ____________.

7. Pak Suherman memakai _______________

8. Kakek dan Nenek sayang kepada _____________.

9. Keluarga Shila tak pernah __________________

Page 23: pengajaran membaca

saujana.sg 23

10. Keluarga Shila hidup rukun dan ____________

C. Isi bagian yang kosong menggunakan kata bukan dan tidak.

Contoh : Shila bukan anak laki-laki.

1. Shila ___________ kakak Syifa.

2. Shila ___________ anak Pak Suherman.

3. Keluarga Shila __________ pernah bertengkar.

4. Syifa ___________ anak Bu Suherman.

5. Syifa ___________ cucu Sari.

6. Nenek _________ pernah marah kepada cucu.

7. Anak Paman ____________ tiga.

8. Ibu ____________ berkacamata.

9. Ayah ____________ berambut panjang.

10. Kakek ____________ berjanggut.

Page 24: pengajaran membaca

saujana.sg 24

Wacana 2 Bacalah gambar susunan keluarga berikut dengan cermat! Susunlah gambar keluarga Anda, lalu bacakan di depan kelas!

Keluarga Shila Latihan 2

A. Jodohkanlah pernyataan di sebelah kiri dengan jawaban di sebelah kanan sesuai isi bacaan!

1. Shila memanggil Bu Suherman ________ a. adik

2. SYifa memanggil Pak Suherman _______ b. kakak

3. Shila memanggil Syifa ________ c. ibu

4. Syifa memanggil Shila ________ d. ayah

5. Shila memanggil Sari________ e. cucu

6. Shila memanggil Asep________ f. kakek

7. Syifa memanggil Amir Lubis_______ g. nenek

8. Syifa memanggil Sekar________ h. sepupu

9. Shila memanggil Umar Lubis________ i. bibi

10. Pak Suherman memanggil Shila________ j. paman

Sari Ibu

Sekar Bibi

Amir Lubis Paman

Syifa Sepupu

Gilang Sepupu

Gading Sepupu

Shila (Aku)

Page 25: pengajaran membaca

saujana.sg 25

Wacana 3

Bacalah nama-nama anggota tubuh kita ini dengan cermat!

Inilah Tubuh Kita

Page 26: pengajaran membaca

saujana.sg 26

Latihan 3

A. Setelah Anda membaca gambar anggota tubuh di atas, jodohkanlah gambar anggota tubuh berikut sesuai fungsinya menggunakan tanda panah ( )

1. Mencium menggunakan

2. Menulis menggunakan

3. Melihat menggunakan

4. Menendang menggunakan

5. Memegang menggunakan

6. Mendengar menggunakan

7. Membaca menggunakan

8. Tertawa menggunakan

Page 27: pengajaran membaca

saujana.sg 27

B. Setelah Anda mengenal nama-nama anggota tubuh, sekarang mari kita berlatih menyanyi. Bacalah notasi lagu di bawah ini kemudian lanjutkan dengan menggunakan tiga kata anggota tubuh tersebut dalam kalimat !

Page 28: pengajaran membaca

saujana.sg 28

Wacana 3

Baca wacana di bawah ini dengan cermat. Selanjutnya, jawablah pertanyaan dengan

tepat!

Bagaimana Mereka

Keluarga Shila mempunyai ciri yang berbeda-beda. Shila bertubuh kurus,

berkulit putih, dan berambut kriting. Ayah Shila bertubuh gemuk, berkulit

hitam dan berambut kriting. Ibu Shila bertubuh kurus, berkulit putih, dan

berambut lurus. Kakak Shila bertubuh gemuk, berkulit hitam, dan berambut

lurus.

Latihan 3

A. Jawablah B bila benar dan S bila salah!

1. ( ) Shila bertubuh gemuk.

2. ( ) Kakak Shila bertubuh kurus.

3. ( ) Ibu Shila berkulit kuning.

4. ( ) Kakak Shila berkulit hitam

5. ( ) Shila berambut keriting.

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat!

1. Siapakah yang berbadan kurus?

2. Siapakah yang berkulit kuning?

3. Siapakah yang berambut lurus?

4. Siapakah yang berbadan gemuk?

5. Siapakah yang berambut keriting?

CATATAN BUDAYA

Indonesia sangat dikenal dengan keragamannya. Keragaman tersebut di antaranya

suku bangsanya yang berbeda-beda, ada suku Sunda, suku Jawa, suku Padang, suku

Page 29: pengajaran membaca

saujana.sg 29

Batak, dll. Jumlahnya hingga ratusan suku. Penamaan suku tersebut atas dasar daerah

kelahiran dan garis keturunan. Demikian juga keragaman bahasa dan agama. Setiap

daerah mempunyai bahasa masing-masing. Jumlahnya juga ratusan. Bangsa Indonesia

juga menganut agama yang berbeda-beda. Jumlahnya ada enam agama yaitu: Islam,

Kristen , Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu.

Page 30: pengajaran membaca

saujana.sg 30

TEMA 3

AKTIVITAS SEHARI HARI

Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat :

• membaca dialog tentang kegiatan sehari-hari dengan cermat,

• membaca iklan dengan cermat, dan

• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1 Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat!

Aktivitasku

Ibu : Mengapa hari ini pulang terlambat, Nak?

Gilang : Hari ini Gilang banyak kegiatan, Bu.

Ibu : Pulang sekolah pukul berapa.

Gilang : Pukul 14.00, Bu.

Ibu : Setelah itu ke mana lagi?

Gilang : Kursus komputer, Bu.

Ibu : Setelah kursus, lalu ke mana?

Gilang : Diajak Cecep bermain main futsal, Bu.

Ibu : Sekarang, kamu mandi kemudian beristirahat sebentar!

Jangan lupa makan terlebih dahulu.

Gilang : Sudah, Bu.

Ibu : Di mana kamu makan, Nak?

Gilang : Di warung nasi, Bu.

Ibu : Apa yang kamu makan?

Gilang : Soto, Bu.

Ibu : Ya sudah, lekas mandi!

Gilang : Baik, Bu.

Page 31: pengajaran membaca

saujana.sg 31

Latihan 1 A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat!

1. Mengapa Gilang pulang terlambat?

2. Apa yang pertama ditanyakan Ibu kepada Gilang?

3. Apa kegiatan Gilang setelah pulang sekolah?

4. Dengan siapa Gilang bermain futsal?

5. Apakah Gilang pulang ke rumah sesudah makan?

6. Di mana Gilang makan?

7. Apa yang Gilang makan?

8. Setelah mandi, Gilang disuruh apa oleh ibunya?

B. Menurut wacana tersebut, apa sajakah aktivitas Gilang hari ini? Tunjukkanlah dengan

tanda panah ( ) dari Gilang pergi hingga pulang kembali! Tuliskan pula nama

kegiatannya di bawah gambar!

Page 32: pengajaran membaca

saujana.sg 32

Wacana 3

Membaca Iklan

Bacalah iklan di bawah ini kemudian jawablah pertanyaan dengan benar!

Dicari agen cinderamata untuk seluruh

wilayah Indonesia. Jika berminat, hubungi Ibu Lala pada nomor

telepon: 081222099001. Tersedia paket contoh.

Page 33: pengajaran membaca

saujana.sg 33

pada saat musim hujan mulai menanam padi. Jadi, air yang dibutuhkan itu berasal dari

air hujan karena itu sawah tersebut dikenal dengan istilah sawah tadah hujan. Para

petani mulai menanam bibit padi di tempat yang telah disediakan baik itu miliknya

ataupun milik orang lain. Istilah untuk menanam bibit padi yaitu nandur sedangkan istilah

untuk menuai hasil padi disebut panen. Dalam satu tahun sawah tersebut dapat panen

sampai dua kali.

Page 34: pengajaran membaca

saujana.sg 34

TEMA 4

TRANSPORTASI

Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat:

• membacakan surat dengan suara nyaring menggunakan ucapan yang tepat,

intonasi dan suara yang wajar, serta menggunakan suara yang jelas dan terang,

• membaca tabel dengan baik, dan

• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1 Bacalah surat berikut dengan suara nyaring!

Jakarta, 28 Oktober 2009

Teruntuk Sahabatku,

di Negeri Jiran

Andi tersayang,

Apa kabar? Sudah tiga tahun kita tidak bertemu. Sudah lupa ya, pada

teman-teman di Jakarta? Bagaimana keadaan kamu di Malaysia? Sudah

punya teman banyak belum?

Omong-omong, kapan mau ke Jakarta? O iya, kalau kamu ke Jakarta,

sekarang kita bisa berkeliling Jakarta naik Trans Jakarta lho! Perjalanan

bisa lebih cepat karena pakai jalur khusus yang disebut busway.

Ongkosnya juga murah. Tidak akan kepanasan lagi karena ber-AC.

Kamu masih ingat tidak kendaraan yang biasa kita naiki dulu:

mikrolet, bus kota, metromini, bajaj, kereta api, taksi, ojek motor, dan ojek

sepeda? Semua masih ada, kecuali becak. Kalau delman, sesekali masih bisa

Page 35: pengajaran membaca

saujana.sg 35

kita lihat, terutama di Monas. Kendaraan ini kelihatan saat-saat perayaan

tertentu. Biasanya, delman dipakai untuk kendaraan hias.

Ditunggu di Jakarta ya. Salam untuk semua keluarga.

Sahabatmu,

Gilang Tiara

Mari Kita Mengenal Alat Transportasi di Jakarta

Kereta api Mikrolet Ojek motor

Trans Jakarta Taksi Ojek sepeda

Bus reguler Kancil Delman

Metromini Bajaj Becak

Page 36: pengajaran membaca

saujana.sg 36

Kopaja Bemo Helicak (sudah tidak

beroperasi lagi) Latihan 1

A. Setelah membaca surat dan mengetahui alat transportasi di Jakarta, jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 1. Di mana Andi berada?

2. Kapan surat itu dibuat?

3. Siapa yang dikirimi surat?

4. Siapa yang mengirim surat?

5. Di mana Wayan berada sekarang?

6. Apa nama kendaraan yang baru ada?

7. Kendaraan apa saja yang masih ada di Jakarta?

8. Alat transportasi apa yang sudah tidak beroperasi lagi di Jakarta?

B. Setelah mengamati gambar transportasi di atas dan membaca teks surat

sebelumnya, tulislah B jika pernyataan benar dan tulislah S jika pernyataan salah di tempat yang tersedia! 1. ( ) Bajaj beroda empat.

2. ( ) Taksi menggunakan kuda.

3. ( ) Delman lebih lambat daripada bus.

4. ( ) Becak lebih cepat daripada bajaj.

5. ( ) Ojek motor tidak ada di Jakarta.

Page 37: pengajaran membaca

saujana.sg 37

Wacana 2 Bacalah tabel di bawah ini dengan cermat!

JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API TURANGGA BANDUNG – SURABAYA PULANG PERGI

KA 38 STASIUN

KA 37 Datang Berangkat Datang Berangkat

19.00 Bandung Surabaya Kota 17.45 21.52 21.57 Tasikmalaya Surabaya Gubeng 17.52 18.00 22.40 22.48 Banjar Mojokerto 18.41 18.44 00.36 00.40 Kroya Kertosono 19.27 19.30

Gombong Madiun 20.42 20.47 02.03 02.07 Kutoarjo Solobalapan 22.14 22.18 02.57 03.02 Yogyakarta Yogyakarta 23.06 23.10 03.50 03.55 Solobalapan Kutoarjo Ls. 00.05 05.22 05.26 Madiun Gombong 06.38 06.40 Kertosono Kroya 01.33 01.36 07.24 07.28 Mojokerto Banjar 03.35 03.40 08.20 08.25 Surabaya Gubeng Tasikmalaya 04.24 04.29 08.32 Surabaya Kota Bandung 07.10

Latihan 2

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Apa isi informasi yang terdapat dalam tabel tersebut?

2. Ke mana tujuan keberangkatan Kereta Api Turangga nomor 38?

3. Ke mana tujuan keberangkatan Kereta Api Turangga nomor 37?

4. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 37 berangkat dari Surabaya?

5. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 37 sampai di Bandung?

6. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 38 berangkat dari Bandung?

7. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 38 sampai di Surabaya?

Page 38: pengajaran membaca

saujana.sg 38

B. Pilihlah sebuah kata atau angka untuk mengisi bagian kosong dalam cerita. Jawaban harus sesuai dengan informasi yang terdapat dalam tabel jadwal kereta api di atas!

Pilihan jawaban :

a. 13

b. 37

c. 38

d. 19.00

e. 08.32

f. 08.25

g. menit

h. stasiun

i. berikutnya

j. Tasik Malaya

k. Surabaya Kota

Aku pergi berlibur ke rumah Paman di Surabaya. Dari Bandung aku naik Kereta Api

Turangga nomor ____________.Kereta Api Turangga berangkat dari Stasiun Bandung

pukul _____________. Untuk sampai ke Surabaya, kereta ini melewati beberapa

________________. Di stasiun-stasiun tersebut, kereta api akan berhenti beberapa

___________. Kemudian kereta api akan melanjutkan perjalanannya menuju stasiun

______________. Setelah kuhitung, stasiun-stasiun yang dilewati kereta api berjumlah

_____. Akhirnya aku sampai juga di stasiun terakhir yaitu _______________. Keretaku

tepat waktu, aku tiba di stasiun pukul ________________. Sungguh melelahkan, namun

aku berbahagia karena bisa bertemu dengan Pamanku tercinta.

CATATAN BUDAYA

Di Indonesia terdapat halte untuk menunggu bus. Di Jakarta halte tidak berfungsi

dengan baik. Para penumpang dapat menunggu bus di mana saja sesuai yang mereka

mau. Begitu juga dengan bus, tidak harus berhenti di setiap halte. Bus dapat berhenti di

mana saja sesuai dengan keinginan penumpang.

Page 39: pengajaran membaca

saujana.sg 39

Jam keberangkatan bus di Jakarta tidak menentu. Kita harus dapat mengantisipasi

waktu jika akan menggunakan bus. Selain itu, bus di Jakarta tidak menggunakan tiket. Para

penumpang dapat membayar langsung ongkos pada orang yang membantu supir yang

biasa disebut “kenek” atau “kondektur”.

TEMA 5 FASILITAS UMUM

Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai membaca diharapkan siswa dapat :

• membacakan dialog dengan suara nyaring menggunakan ucapan yang tepat,

intonasi dan suara yang wajar, serta menggunakan suara yang jelas ,

• membaca foto dengan baik,

• membaca wacana eksposisi dengan baik, dan

• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1 Bacalah dialog berikut berikut dengan suara nyaring!

Berbelanja Batik di Tanah Abang

Shila : Bu, baju batik di toko ini bagus-bagus.

Pedagang : Silakan lihat-lihat Bu!

Page 40: pengajaran membaca

saujana.sg 40

Modelnya baru semua.

Pedagang : Pilih yang mana Bu?

Ibu : Boleh saya lihat yang dipakai boneka?

Pedagang : Boleh.

Ibu : Ini batik mana ya, Pak?

Pedagang : Yang ini batik Pekalongan.

Shila : Bagus ya Bu, bahannya halus.

Ibu : Iya. Yang ini berapa harganya, Pak?

Pedagang : Yang ini murah Bu, hanya tujuh puluh ribu rupiah.

Shila : Yang ini termasuk jenis batik apa, Pak?

Pedagang : Kalau ini batik cap. Yang lebih bagus, batik tulis.

Harganya lebih mahal.

Ibu : Yang batik cap ini boleh kurang harganya,Pak?

Pedagang : Wah, harganya sudah pas, Bu.

Ini kan Pasar Tanah Abang, Bu. Jadi sudah harga grosir.

Ibu : Ya sudah, saya pilih yang ini saja.

Pedagang : Baik Bu, terima kasih.

Latihan 1 Setelah membaca wacana di atas, jawablah pertanyaan berikut!

1. Dimanakah Ibu dan Shila berbelanja?

2. Apa yang akan dibelinya?

3. Ada berapa jenis batik yang disebutkan pedagang?

4. Berapa harga batik tulis yang disebutkan pedagang?

5. Lebih murah mana batik cap dengan batik tulis?

Page 41: pengajaran membaca

saujana.sg 41

6. Dari mana batik tulis yang dibeli Ibu?

Wacana 2 Amati gambar di bawah ini dengan cermat!

Di Pasar Tanah Abang

Latihan 2 A. Setelah Anda mengamati foto tersebut, jawablah pertanyaan di bawah ini dengan

tepat! 1. Siapa orang-orang yang berada di foto tersebut?

2. Apa yang dijual oleh orang-orang tersebut?

3. Apa yang dicari oleh orang-orang tersebut?

4. Bagaimana suasana dalam foto tersebut?

5. Mengapa sebagian orang duduk-duduk di tangga?

6. Apakah Anda ingin berkunjung ke sana? Jika ya, untuk apa?

Page 42: pengajaran membaca

saujana.sg 42

Wacana 3 Bacalah wacana di bawah ini dalam hati

Museum Tekstil

Gedung museum tekstil berdiri tidak jauh dari Pasar Tanah Abang. Bangunan ini

berasal dari sebuah bangunan rumah tinggal seorang Perancis dari abad ke 19. Terletak di

Jalan K.S. Tubun No. 4, Jakarta Pusat. Bangunan ini sudah berganti fungsi beberapa kali

sebelum digunakan sebagai bangunan museum.

Sebagai tempat bersejarah, museum ini memiliki koleksi kain tradisional Indonesia

yang sangat bervariasi. Selain itu, tempat ini juga menjadi pusat bagi para peminat batik

untuk belajar membatik.

Di bagian belakang bangunan tua itu ada sebuah pendopo yang berfungsi sebagai

tempat pelatihan membatik. Tempat pelatihan ini termasuk terkenal dan setia dikunjungi

oleh berbagai kalangan, baik pengunjung lokal maupun internasional.

Page 43: pengajaran membaca

saujana.sg 43

Di belakang Museum (gedung utama) ada sebuah taman yang berisi pepohonan

yang merupakan penghasil warna alami bagi tekstil. Taman ini tentunya merupakan tempat

menarik untuk belajar tentang pembuatan warna alami yang lebih ramah lingkungan.

Nah menarik bukan? Mau tahu lebih jauh? Datang saja ke sana. Asyik lho!

dikutip dengan pengubahan dari:(http://images.google.co.id/imgres?imgurl)

Latihan 3

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai isi dengan wacana di atas!

1. Di mana gedung Museum Tekstil berada?

2. Dahulu gedung itu merupakan rumah tinggal siapa?

3. Apa yang dapat dilihat di dalam Museum Tekstil?

4. Kegiatan apa yang dapat dilakukan pengunjung di Museum Tekstil?

5. Apa yang terdapat di belakang pendopo?

CATATAN BUDAYA

Setiap pelabuhan di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri. Begitu halnya

dengan Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Pada pelabuhan ini, setiap penumpang dapat

melemparkan uang kepingan atau koin kepada anak-anak kecil yang sedang berenang

tepat di samping kapal yang mereka tumpangi.

Para penumpang akan melemparkan uang koin ke laut lalu anak-anak yang

berenang di samping kapal akan berebut mengambil uang koin dari para penumpang.

Anak-anak menyelam ke dalam laut sampai berhasil menemukan uang koin yang sudah

Page 44: pengajaran membaca

saujana.sg 44

dilempar para penumpang. Setelah ada salah satu anak yang mendapatkan uang itu maka

anak tersebut akan cepat-cepat muncul ke permukaan laut dan menunjukkan uang tersebut

kepada para penumpang. Hal ini, merupakan kebiasaan masyarakat daerah tersebut untuk

mencari uang sekaligus menghibur para penumpang kapal.

BAB IV METODE, TEKNIK, MEDIA PENGAJARAN MEMBACA

A. Pengertian Metode, Teknik, dan Media Pengajaran

Istilah metode (bahasa Yunani) berasal dari methodos=jalan/cara. Metode dalam

dunia pengajaran adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang

sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan

pekerjaan sedangkan pendekatan bersifat filosofis. Misalnya, dari pendekatan aural-oral

dapat tumbuh metode mimikri-memorisasi (mimom), metode pola-pola praktis (pattern

practise). Pada hakikatnya metode terdiri atas 4 langkah: seleksi, gradasi, presentasi, dan

repetisi . Teknik dalam Nababan didefinisikan sebagai tingkat yang menguraikan prosedur-

prosedur tersendiri dan terperinci tentang cara pengajaran dalam kelas. Berbagai cara dan

alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar suatu materi dapat dikatakan merupakan

Page 45: pengajaran membaca

saujana.sg 45

bagian dari teknik. Dengan kata lain, teknik merupakan daya upaya, usaha dan cara yang

digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran.Jelaslah,

bahwa ketiga istilah di atas berbeda-beda tetapi saling berhubungan satu sama lain.

Sebuah praktik mengajar dilandasi oleh pendekatan tertentu yang melahirkan suatu metode

dan dipraktikkan dengan menggunakan teknik tertentu. Metode dalam perencanaan pembelajaran merupakan bagian dari strategi

instruksional. Metode di sini diartikan cara penyajian materi pelajaran kepada peserta didik

untuk mencapai tujuan instruksional kompetensi yang telah ditentukan.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang

sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada

cara pengajar menggunakan metode pembelajaran.Suatu strategi pembelajaran hanya

mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

Dalam bab ini, metode pengajaran membaca BIPA mengandung pengertian

berbagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa

BIPA. Untuk itu, pengajar harus menggunakan berbagai teknik pengajaran dengan bantuan

media.

Gagne dalam Sadiman (1990) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar. Sementara itu, Bniggs dalam Sadiman (1990) menyatakan bahwa media adalah

semua alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar,

misalnya buku, film, dan kaset. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association

of Education and Communication) di Amerika membatasi media “sebagai segala bentuk

dan saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi”. Media menurut Asosiasi

Pendidikan Nasional (National Association Education) adalah bentuk-bentuk komunikasi

baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat

dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.

Dalam pengajaran BIPA, pengajar juga sangat membutuhkan media sebagai alat

untuk memperjelas. Terutama pada kelas dasar. Siswa BIPA yang sama sekali tidak

mengenal bahasa Indonesia akan sangat membutuhkan media. Contoh, untuk memperjelas

kata kursi, pengajar dapat menunjuk langsung pada kursi yang ada di ruang kelas.

Page 46: pengajaran membaca

saujana.sg 46

Tujuan utama pengajaran membaca untuk siswa BIPA adalah membekali siswa

kecepatan dan ketepatan membaca serta memahami maknanya. Untuk melatih kecepatan

dan ketepatan membaca, pengajar harus selalu menjadi contoh yang tepat. Untuk dapat

melatih pemahaman membaca, wacana harus diseleksi sehingga sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa. Di samping itu, agar tidak salah persepsi dalam memahami makna

wacana, pengajar dapat menggunakan media visual seperti gambar, poster, peta, foto,

tabel, diagram, teks iklan, artikel pada surat kabar, teks pada benda otentik, dll.

B.APLIKASI METODE, TEKNIK, DAN MEDIA

Berikut ini akan diulas beberapa metode, teknik, dan media yang dapat digunakan

dalam pengajaran membaca siswa BIPA.

1. Metode Membaca Langsung ( Direct Reading Activities)

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca secara

komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa

berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif. Adapun tahapan pengajarannya,

adalah sebagai berikut.

1) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya jawab

dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai

pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal pokok

yang perlu dipahami siswa dalam membaca.

2) Guru meminta siswa membaca dalam hati. Setelah siswa membaca guru melakukan

tanya jawab tentang isi bacaan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan

seperti yang ada dalam buku teks. Guru bisa menambahkan pertanyaan sesuai dengan

konteks kehidupan siswa maupun permasalahan lain yang aktual.

3) Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan pemahaman dan

keterampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya.

Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan makna kata-kata sulit dengan menggunakan

kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari penggunaan struktur, ungkapan, dan

peribahasa dalam bacaan.

Metode ini dapat diterapkan pada materi wacana yang termuat pada semua tema di atas.

Page 47: pengajaran membaca

saujana.sg 47

2. Metode SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review)

Tujuan penggunaan metode ini, untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi

dalam membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih daya peramalan berkenaan

dengan isi bacaan, dan mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprehansif.

Tahapan kegiatan yang dilakukan guru, diuraikan berikut ini.

1) Tahap Persiapan : Guru meminta siswa membaca teks secara cepat (survey). Setelah

itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang bacaan (questions). Pertanyaan

dapat langsung memanfaatkan pertanyaan pada tahap pramembaca. Tujuan

pertanyaan ini, adalah untuk membentuk konsentrasi siswa dan membangkitkan

pengetahuan dan pengalaman awalnya.

2) Proses membaca. Setelah membuat pertanyaan, siswa melakukan kegiatan membaca

(read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban pertanyaan dan catatan ringkas yang

relevan (recite).

3) Pascamembaca : Siswa melakukan review, misalnya membahas kesesuaian

pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain yang secara kreatif bisa

dikembangkan oleh guru.

3. Metode Membaca-Tanya Jawab /MTJ atau Request (Reading- Question)

Metode ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan membaca komprehensif,

memahami alasan pengambilan kesimpulan isi bacaan, dan peramalan lanjut berkenaan

dengan isi bacaan. Guru dapat melakukan langkah-langkah berikut ini.

1) Guru menjelaskan tujuan pengajaran, problem yang harus dipecahkan siswa, dan cara

yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah

2) Guru dan siswa melakukan pemecahan masalah, misalnya menemukan fakta,

mendapat ide pokok, penggunaan ungkapan, pendapat yang tidak relevan dengan fakta,

dan sebagainya. Untuk memecahkan masalah tersebut, guru dan siswa melakukan

kegiatan membaca paragraf pertama bacaan

3) Setelah membaca paragraf pertama bacaan, guru meminta siswa meramalkan

kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru dan siswa melakukan kegiatan membaca

dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa satu paragraf atau lebih bergantung pada

kemungkinan waktu yang tersedia.

Page 48: pengajaran membaca

saujana.sg 48

4) Tahap terakhir, adalah tanya jawab dan pembahasan jawaban pertanyaan.

4. Metode Membaca dan Berpikir Secara Langsung/MBL atau DRTA (Direct Reading

Thinking Activities)

Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih siswa berkonsentrasi dan

berpikir keras� guna memahami isi bacaan secara serius. Adapun langkah-langkah

kegiatannya sebagai berikut.

1) Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta

memperhatikan gambar, dan subjudul secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada

siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca.

Pertanyaan tersebut misalnya Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa Kalian membuat pemikiran demikian? �

2) Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan

berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran/kesalahan peramalan yang dilakukan

semula.

3) Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca/ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah

membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan, Apa kira-kira isi paragraf

berikutnya? Mengapa Kalian memperkirakan demikian? �

4) Langkah seperti tersebut di atas dilakukan sampai dengan bacaan itu habis/selesai

dibaca. Selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau

kagiatan yang lain.

5. Metode Penghubungan Pertanyaan-Jawaban /PPJ atau QAR (Questions-Answer

Relationship)

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam

memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan berbagai

bidang. Pertanyaan dapat disusun oleh guru atau dapat memanfaatkan daftar pertanyaan

yangn ada dalam bacaan. Adapun jawabannya dapat diperoleh siswa melalui cara berikut.

1) Menemukan kata atau kalimat dalam teks sebagai jawaban dari pertanyaan. Contoh

dengan menggunakan materi wacana surat pada tema 4, guru menanyakan: Kepada

siapa Gilang mengirim surat?

Page 49: pengajaran membaca

saujana.sg 49

2) Jawaban ada dalam teks tetapi harus menghubung-hubungkan kata atau kalimat pada

bagian “bagian yang berbeda. Contoh pertanyaannya Apakah teman Gilang pernah

tinggal di Jakarta?

Pemahaman isi teks merupakan bahan penemuan jawaban, tetapi pemahaman tersebut

berkaitan dengan pemahaman yang tersirat.Dengan demikian, untuk menjawab pertanyaan

itu diperlukan adanya hubungan dialogis antara pemahaman isi teks dengan pengalaman

dan pengetahuan pembaca. Contoh: Bagaimana hubungan Gilang dengan dengan

temannya tersebut?

Jawaban tidak dapat ditemukan dalam teks. Untuk menemukan jawaban pertanyaan harus

menghubung hubungkan sesuatu yang dinyatakan penulis, merefleksikan kembali berbagai

pengalaman dan pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Contoh

pertanyaan Mengapa dengan Trans Jakarta perjalanan lebih cepat? Mengapa dengan

kendaraan lain lebih lambat?

Berdasarkan gambaran pilihan jenis pertanyaan seperti di atas, tahap kegiatan yang

dilakukan, adalah

1) Guru mengemukakan tujuan pengajarannya, problem yang mesti dipecahkan siswa, dan

cara yang perlu dilakukan siswa untuk memecahkan masalah. Masalah yang

dipecahkan siswa adalah memahami dan menjawab pertanyaan dalam berbagai jenis

dan tingkatannya.

2) Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Setelah kegiatan membaca selesai,

dilakukan kegiatan tanya jawab dan pembahasan.

3) Pertanyaan yang penemuan jawabannya memerlukan berbagai sumber dan berbagai

kegiatan lain, misalnya pengamatan dan wawancara diberikan dalam bentuk tugas

untuk dilaporkan pada pertemuan berikutnya. Pengerjaan tugas seyogyanya dikerjakan

secara kelompok.

6. Metode Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan/ PPIB atau GMA (Group Mapping

Activities)

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun

dan memahami bagan, mengelompokkan, memetakan isi bacaan, misalnya bacaan cerita

Page 50: pengajaran membaca

saujana.sg 50

dan memetakan isi bacaan secara umum. Adapun tahapan pembelajarannya, sebagai

berikut.

1) Persiapan : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan

oleh siswa, misalnya siswa diminta membuat diagram plot cerita.

2) Proses Membaca : Siswa membaca dalam hati tanpa diinterupsi oleh guru dalam waktu

yang ditentukan.

3) Selanjutnya siswa diminta mengemukakan pemahaman isi bacaan, misalnya plot dalam

bentuk bagan. Berdasarkan bagan yang disusun, siswa diminta mengemukakan satuan

kelompok isinya secara lisan. Siswa lain diminta menanggapi.

Di samping metode khusus membaca di atas, guru pun dapat menggunakan metode

konvensional yang secara umum digunakan pula untuk mengajarkan materi lain.

1. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik

sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak

terlepas dari penjelasan secara lisan oleh pengajar.

Berikut ini adalah langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi secara

umum.

Tahap persiapan:

• rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir,

• persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

Tahap Pelaksanaan

• Langkah pembukaan:

- aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan

dengan jelas apa yang didemonstrasikan,

- kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa, dan

- kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa

ditugaskan untuk melafalkan bunyi-bunyi yang dilafalkan pengajar sesuai

wacana.

Page 51: pengajaran membaca

saujana.sg 51

• Langkah pelaksanaan:

- kelas dikondisikan menjadi menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan,

- semua siswa diantisipasi agar mengikuti jalannya demonstrasi dengan

memerhatikan reaksi seluruh siswa, dan

- memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkegiatan secara aktif sesuai

dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

• Langkah penutup:

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri

dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan

demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk

meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain

memberikan tugas yang relevan, ada baiknya pengajar dan siswa melakukan

evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan

selanjutnya.

Sekarang, perhatikan teks di bawah ini yang dikutip dari bab III.

Nama saya Gilang Tiara. Teman-teman memanggil saya Gilang. Umur saya enam belas

tahun. Saya sekolah di SMA Kusuma Bangsa Jakarta. Saya tinggal di Jalan Salemba nomor 30,

Jakarta Pusat. Saya tinggal bersama orang tua. Hobi saya main futsal dan melukis. Teman akrab

saya Danang dan Wayan. Danang orang Jawa. Wayan orang Bali. Hobi mereka juga main futsal.

Kemana saja kami selalu bersama.

Di dalam kelas, pengajar dapat menggunakan teknik mengajar sebagai berikut.

No. Pengajar BIPA Siswa BIPA

1. Membaca nyaring teks dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Menyimak teks yang dibacakan guru .

2. Membaca nyaring teks per kalimat dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Meniru per kalimat teks yang dibaca oleh guru.

3. Menugasi siswa membaca teks Membaca teks bergantian

Page 52: pengajaran membaca

saujana.sg 52

secara bergantian tanpa diberi contoh terlebih dahulu. Jika siswa salah melafalkan guru tidak menyatakan”salah” tetapi guru memberi contoh yang benar dan meminta siswa mengikuti contoh tersebut.

dengan lafal dan intonasi yang tepat.

4. Guru menugasi siswa untuk mencari makna kata-kata yang tidak dipahami dan mengerjakan latihan 1.

Mencari makna kata yang tidak dipahami pada kamus bahasa pembelajar dan mengerjakan latihan 1.

5. Guru membimbing siswa memahami makna pertanyaan pada latihan 2.

Siswa berlatih menjawab pertanyaan pada latihan 2.

6. Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas latihan membaca kepada siswa.

Siswa mencermati/mencatat tugas yang diberikan guru.

Dari uraian di atas terlihat bahwa langkah 1-2 merupakan demonstrasi untuk

pengenalan bunyi kata-kata dan intonasi dalam bahasa Indonesia. Langkah 3 merupakan

tahap siswa mempraktikkan yang telah didemonstrasikan guru. Selanjutnya, langkah 4 dan

5 merupakan langkah agar siswa memahami makna kata-kata tersebut secara leksikal dan

gramatikal. Pelajaran ditutup dengan tugas dari guru diintegrasikan dengan pengajaran

keterampilan menulis, misalnya menulis wacana tadi disesuaikan dengan identitas siswa.

Setelah tema perkenalan selesai, pengajar dapat memberikan informasi tentang

kebudayaan seperti tata cara bersalaman di Indonesia atau basa-basi di Indonesia.

Informasi tersebut dapat dibantu dengan media gambar.

2. Metode Simulasi Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-

akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman

belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau

keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi

tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang

sebenarnya.

Jenis-jenis simulasi

• Sosiodrama

Page 53: pengajaran membaca

saujana.sg 53

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang

menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,

gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk

memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta

mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.

• Psikodrama Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak

dari permasalahan-permalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi,

yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan

konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

• Role playing Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari

simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-

peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada realitas.

Langkah-Langkah Simulasi Persiapan simulasi:

• menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi,

• pengajar memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan,

• pengajar menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus

dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan, dan

• pengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, khususnya pada

siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

Pelaksanaan simulasi:

• simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran,

• para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian,

• pengajar hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan,

• simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk

mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

Penutup:

Page 54: pengajaran membaca

saujana.sg 54

• melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang

disimulasikan. Pengajar harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan

tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi, dan

• merumuskan kesimpulan.

Simulasi lebih banyak dilakukan dalam pengajaran berbicara, Namun demikian, metode

tersebut dapat pula dilakukan dalam pengajaran membaca. Hanya saja, pada pengajaran

ini, siswa membaca teks sambil memainkan peranannya. Perhatikan contoh berikut.

Untuk mengajarkan membaca dialog di bawah ini yang dikutip dari tema 3, pengajar

dapat menggunakan metode simulasi dengan jenis bermain peran.

Aktivitasku

Ibu : Mengapa hari ini pulang terlambat, Nak?

Gilang : Hari ini Gilang banyak kegiatan, Bu.

Ibu : Pulang sekolah pukul berapa.

Gilang : Pukul 14.00, Bu.

Ibu : Setelah itu kemana lagi?

Gilang : Kursus komputer, Bu.

Ibu : Setelah kursus, lalu kemana?

Gilang : Diajak Cecep bermain main futsal Bu.

Ibu : Sekarang, kamu mandi kemudian beristirahat sebentar!

Jangan lupa makan terlebih dahulu.

Gilang : Sudah, Bu

Ibu : Dimana kamu makan, Nak?

Gilang : Di warung nasi, Bu.

Ibu : Apa yang kamu makan?

Gilang : Soto, Bu.

Ibu : Ya sudah, lekas mandi!

Gilang : Baik, Bu.

Pengajaran dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut.

Page 55: pengajaran membaca

saujana.sg 55

No. Pengajar BIPA Siswa BIPA

1. Membaca nyaring teks dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Menyimak teks yang dibacakan guru .

2. Memberi tugas kepada dua siswa untuk berperan sebagai Gilang dan ibu.

Siswa yang bertugas sebagai Gilang dan Ibu membaca dialog dengan lafal dan intonasi yang tepat.

3. Menugasi siswa lain untuk mengamati simulasi dari kedua siswa yang ditunjuk.

.

Siswa lain mengamati simulasi .

4. Jika siswa salah melafalkan guru tidak menyatakan”salah” tetapi guru memberi contoh yang benar dan meminta siswa mengikuti contoh tersebut.

Siswa lain mengamati simulasi dan memerhatikan masukan guru.

5. Guru menugasi siswa lain untuk mensimulasikan dialog-dialog lain yang telah dipersiapkan guru dengan tema yang sama.

Setiap siswa secara berkelompok berusaha membaca dialog yang telah dipersiapkan guru.

6. Guru membimbing setiap kelompok siswa memahami dialog yang telah dipersiapkan.

Siswa berlatih per kelompok.

7. Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas latihan tersebut untuk disimulasikan pada pertemuan selanjutnya.

Siswa mencermati/mencatat tugas yang diberikan guru.

Media yang digunakan dalam metode ini sangat tergantung pada tema yang dibahas dalam

dialog. Jika ada kata-kata yang tidak dipahami siswa, guru dapat menggunakan media

gambar atau benda otentik untuk menjelaskannya.

DAFTAR PUSTAKA Burmeister, Lou E. 1978 Reading Strategies for Middle and Secondary

School Teachers. Massachusetts Addison-Wesley Publishing Company.

Page 56: pengajaran membaca

saujana.sg 56

Freeman, David. E. & Freeman, Yvonne, S. (1994). Access to Second Language Acquisition. Heinemann, NH.

Goodman, Kenneth (1989). Reading in Billingual Classroom: Literacy and Biliteracy. National Clearinghouse for Bilingual Education, Rosslyn, NA.

Goodman, Yetta, M., Watson. Doroty, J., & Burke, Carolyn, L. (1996). Reading Stategies : Focus on Comprehension. Richard C. Owen Publishers, Inc., Katonah. New York.

Hall, Nigel (1987). The Emergence of Literacy. Heinemann, Postsmouth, Nh.

Hamid, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti.

Keraf, Gorys. (1989). Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Larsen-Freeman & Long, Michael (1991). An Introduction to Second Language Acquisition Research. Longman, New York.

Logan, L.H. 1972. Creative Communication. Toronto: MacGraw-Hill Ryerson Ltd. Mardjono, Sartinah. 1983. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta:

Depdikbud. Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gajah Mada University. Riasa, Nyoman dan Denise Finney. 2001. Prosiding KIPBIPA IV. Jakarta: Pusat

Bahasa.

Reutzel. D. Ray (1996). Developing Literacy : A Whole-Child View. Scholastic Inc.

Setiadi, Riswanda. 1999. “Pengajaran Baca Tulis Permulaan untuk Penutur Asing”(Makalah KIPBIPA III) Bandung. IKIP Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.