Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai...

7
“Pengajaran kelas melalui pendekatan berpikir secara intuitif dan analitis kepada siswa sebagai upaya meningkatkan prestasi belajarBerpikir merupakan hal dasar dalam melakukan segala aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya baik secara jasmani maupun rohani. Dalam hal pendidikan, berpikir merupakan hal utama yang diajarkan seorang guru untuk dapat mengubah siswanya dari hal “tidak mengerti” menjadi “mengerti sepenuhnya”, atau “tidak mengetahui sesuatu” menjadi “mengetahui sesuatu”. Bukan rahasia umum, bila disekolah, siswa dituntut untuk harus memahami sepenuhnya hal yang diajarkan oleh sang guru, sedangkan indikator keberhasilannya dibuktikan melalui nilai yang dihasilkan. Semakin baik nilai rata- rata kelas maka kemungkinan besar pula semakin banyak siswa yang dapat berpikir secara cerdas dan kreatif. Pertanyaan utama dari hal tersebut adalah “Bagaimana seorang guru dapat membuat siswanya berpikir secara cerdas dan kreatif guna menjawab tantangan zaman di era global ini?” Guru memiliki tugas dalam mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa. Tak heran bila secara konvesional, guru menjadi sentral dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Hal tersebut membuat guru dapat melakukan pengajaran apa saja yang dianggapnya perlu dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama agar siswa dapat berpikir secara cerdas dan kreatif. I. Sistem pengajaran kelas mana yang dipilih? Banyak sistem pengajaran kelas yang dapat dilakukan oleh seorang guru, terkadang tak sesuai dengan sistem pengajaran yang dianut oleh sekolah. Misalnya dengan melakukan pengajaran secara konvensional biasa atau dengan sistem resource-based learning, dimana siswa diberi kebebasan dalam melakukan kegiatan belajar yang dikehendakinya. Terus, bagaimana seorang guru dapat menentukan sistem pengajaran yang dianggap perlu untuk dilakukan? Jawabannya adalah tergantung dari kondisi siswa serta suasana dikelas yang menentukan bagaimana sikap dan perilaku sang guru dalam mengajar. Misalnya, apabila kondisi serta suasana kelas sedang mengalami kejenuhan maka seorang guru dapat melakukan sistem resource-based learning untuk merefresing siswa dalam hal belajar, mencari suasana dan informasi-informasi baru seputar materi yang diberikan. Sebaliknya apabila kondisi siswa sedang dalam keadaan sulit untuk memahami pelajaran maka guru dapat melakukan sistem pengajaran secara konvesional dan tetap memusatkan siswa sebagai objek yang membutuhkan pengajaran. Untuk mengetahui kondisi siswa dan suasana kelas, memang guru harus dituntut jeli dalam melihat dan merasakan bagaimana kondisi siswa, salah satunya dengan cara memberikan pertanyaan pembuka disetiap awal pengajaran kelas.

Transcript of Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai...

Page 1: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

“Pengajaran kelas melalui pendekatan berpikir secara intuitif dan analitis

kepada siswa sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar”

Berpikir merupakan hal dasar dalam melakukan segala aktivitas manusia

untuk memenuhi kebutuhannya baik secara jasmani maupun rohani. Dalam hal

pendidikan, berpikir merupakan hal utama yang diajarkan seorang guru untuk

dapat mengubah siswanya dari hal “tidak mengerti” menjadi “mengerti

sepenuhnya”, atau “tidak mengetahui sesuatu” menjadi “mengetahui sesuatu”.

Bukan rahasia umum, bila disekolah, siswa dituntut untuk harus

memahami sepenuhnya hal yang diajarkan oleh sang guru, sedangkan indikator

keberhasilannya dibuktikan melalui nilai yang dihasilkan. Semakin baik nilai rata-

rata kelas maka kemungkinan besar pula semakin banyak siswa yang dapat

berpikir secara cerdas dan kreatif. Pertanyaan utama dari hal tersebut adalah

“Bagaimana seorang guru dapat membuat siswanya berpikir secara cerdas dan

kreatif guna menjawab tantangan zaman di era global ini?”

Guru memiliki tugas dalam mengkomunikasikan pengetahuan yang

dimilikinya kepada siswa. Tak heran bila secara konvesional, guru menjadi sentral

dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Hal tersebut membuat

guru dapat melakukan pengajaran apa saja yang dianggapnya perlu dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama agar siswa dapat berpikir secara

cerdas dan kreatif.

I. Sistem pengajaran kelas mana yang dipilih?

Banyak sistem pengajaran kelas yang dapat dilakukan oleh seorang guru,

terkadang tak sesuai dengan sistem pengajaran yang dianut oleh sekolah.

Misalnya dengan melakukan pengajaran secara konvensional biasa atau dengan

sistem resource-based learning, dimana siswa diberi kebebasan dalam melakukan

kegiatan belajar yang dikehendakinya. Terus, bagaimana seorang guru dapat

menentukan sistem pengajaran yang dianggap perlu untuk dilakukan?

Jawabannya adalah tergantung dari kondisi siswa serta suasana dikelas

yang menentukan bagaimana sikap dan perilaku sang guru dalam mengajar.

Misalnya, apabila kondisi serta suasana kelas sedang mengalami kejenuhan maka

seorang guru dapat melakukan sistem resource-based learning untuk merefresing

siswa dalam hal belajar, mencari suasana dan informasi-informasi baru seputar

materi yang diberikan. Sebaliknya apabila kondisi siswa sedang dalam keadaan

sulit untuk memahami pelajaran maka guru dapat melakukan sistem pengajaran

secara konvesional dan tetap memusatkan siswa sebagai objek yang

membutuhkan pengajaran. Untuk mengetahui kondisi siswa dan suasana kelas,

memang guru harus dituntut jeli dalam melihat dan merasakan bagaimana kondisi

siswa, salah satunya dengan cara memberikan pertanyaan pembuka disetiap awal

pengajaran kelas.

Page 2: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa sistem apapun yang dilakukan tak

akan menjadi masalah, yang terpenting adalah bagaimana seorang guru dapat

mengubah segala hal yang tidak dimengerti siswa menjadi hal yang dimengerti

para siswa sepenuhnya. Selanjutnya, agar pengajaran dikelas dapat mengolah

siswa menjadi insani yang berpikir cerdas dan kreatif, seorang guru harus

melakukan sebuah pendekatan pemikiran, dimana hal tersebut dapat membantu

siswa dalam menemukan segala pemecahan permasalahan, baik itu dalam

pelajaran eksata dan non eksata serta dalam kehidupan sehari-hari.

II. Pemikiran Intuitif dan Analitis ?

Di era sekarang, para ilmuan maupun pakar matematikawan, biologi,

kimiawan, geometri dan lain-lain, menyarankan agar para penerus mereka

menggunakan pemikiran intuitif dalam menyelesaikan berbagai masalah. Berpikir

intuitif adalah berpikir dimana ia telah lama memikirkan permasalahan tersebut

tetapi tiba-tiba menemukan jawabannya tanpa ia ketahui proses apa yang ia

lakukan, informasi apa yang ia dapat dan bagaimana menjelaskan jawabannya

tersebut kepada orang lain. Sedangkan berpikir analitis berlangsung selangkah

demi selangkah dan dilakukan secara tegas serta dapat dijelaskan pemikiran

tersebut kepada orang lain.

Selanjutnya, apa hubungannya berpikir intuitif dengan analitis dalam

konteksnya? Apakah berpikir intuitif merupakan berpikir yang secara kebetulan

menemukan jawabannya, sehingga tidak dapat dijelaskan, bagaimana cara ia

mendapatkan hasil tersebut atau bagaimana hal tersebut terjadi?

Jawabannya adalah “Tidak!”. Berpikir intuitif terjadi pada seseorang yang

memiliki pengetahuan luas terhadap suatu bidang dan mengetahui strukturnya,

sehingga ia dapat menemukan suatu jawaban tanpa langkah-langkah yang tegas,

itulah yang membuatnya tidak dapat dijelaskan kepada orang lain. Terus,

bagaimana cara mengetahui kebenaran dari jawabannya tesebut? Disinilah

hubungan antara pemikiran intuitif dengan analitis. Pemikiran intuitif membawa

seseorang untuk menemukan jawaban secara mudah dan cepat, sedangkan

pembuktiannya dapat dilakukan dengan cara analitis.

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pemikiran intuitif dan analitis

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hasil pemikiran intuitif harus dianalisis

dengan melakukan perbandingan-perbandingan fakta, pencarian informasi,

eksperimen dan hal lainnya yang dapat dibuktikan dan dijelaskan kepada orang

lain tentang kebenarannya. Langkah-langkah tegas tersebutlah membawa

seseorang untuk berpikir analitis setelah ia melakukan pemikiran intuitif.

III Berpikir intuitif dan analitis pada siswa dapat meningkatkan prestasi

belajar?

Setelah mengetahui penjelasan, perbedaan serta hubungan intuitif dan

analitis. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa agar dapat

berpikir intuitif dan analitis dalam rangka mencipta generasi berpikir cerdas dan

kreatif?

Page 3: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

Di era global sekarang, setiap orang dari disetiap negara harus bersaing

satu-sama lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap orang harus

dihadapkan oleh pilihan-pilihan dimana ia harus dapat berpikir dan bertindak

secara tepat dan cepat agar tidak kalah bersaing dengan orang lainnya. Hal

tersebutlah membuat setiap negara berusaha meningkatkan mutu pendidikannya

agar dapat menciptakan generasi SDM yang lebih berkualitas. Entah dengan cara

penyediaan berbagai fasilitas, perbaikan kurikulum dan penambahan tenaga

profesional bagi sekolah-sekolah di negaranya masing-masing. Semenjak itu pula,

sistem pengajaran Indonesia pun mulai ikut berkembang dengan tujuan tidak

tertinggal dari negara lainnya.

Perkembangan sistem pengajaran di Indonesia juga di ikuti dengan

berubahnya penataan sistem pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan

adanya sistem akreditasi sekolahan dari akreditasi sekolah berstandar nasional

(SSN), Rintisan sekolah berstandar nasional (RSBI) dan sekolah berstandar

nasional (SBI). Akan tetapi adanya sistem pendidikan tersebut tidak membuahkan

hasil yang positif, karena sejak diberlakukannya sistem ini pada tahun 2005, tidak

ada satu sekolah negeri pun yang berhasil mencapai akreditas SBI. Padahal

milyaran bahkan triliunan rupiah sudah dilontarkan pemerintah untuk

menfasilitasi sekolahan-sekolahan di negeri ini.

Apakah ada yang salah dengan sistem tersebut? Ataukah sistem

pengajarannya yang salah? Mari kita kaitkan masalah tersebut dengan pengajaran

dikelas! Seperti yang sudah kita bahas diatas pada bab I sebelumnya tentang

sistem pengajaran. Dari hasil kesimpulan dari bab I, sebenarnya dalam mengajar

tak penting sistem mana yang digunakan oleh seorang guru dalam pengajaran

dikelas, yang terpenting adalah para siswa dapat mengerti secara jelas apa yang

sedang dibahas dan dipelajari, mengubah dari hal yang “tak dimengerti” menjadi

“mengerti sepenuhnya”.

Kebanyakan dari pengajar pada umumnya mengolah pola pikir siswa

dengan cara pola berpikir jangka pendek, atau sekali hafal besoknya lupa. Siswa

hanya diajarkan untuk memahami pengertian jangka pendek, tak ada pembahasan

atau ulasan yang lebih mendalam tentang suatu materi. Ini umumnya dilakukan

oleh guru yang mengajar materi tidak secara konsisten atau secara acak dan

sekenanya (Hit or Miss). Hal ini dapat dibuktikan dengan sangat sedikitnya siswa

yang dapat membuat atau menuliskan sebuah karya tulis fiksi maupun non fiksi.

Hal lain yang dapat diulas dari kelemahan pengajaran berpikir jangka

pendek adalah semakin sulitnya siswa dalam menjelaskan atau menafsirkan suatu

permasalahan untuk mendapat solusi pemecahan. Misalnya pada saat kita

memberikan soal matematika dengan pencampuran rumus A dan B, maka

kemungkinan besar siswa tersebut tidak bisa menjawab benar soal tersebut,

karena ia hanya menghafal atau mengetahui rumus itu secara terpisah atau pada

saat mengajar, seorang guru secara tidak sengaja menggunakan pola berpikir

intuitif pada dirinya, sehingga siswa tidak dapat mencerna bagaimana proses itu

terjadi. Hal ini dikarenakan siswa tidak biasa dihadapkan dengan pola pikir intuitif

atau analitis dari sang guru.

Page 4: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

Dari hal itulah perlunya pengajaran kelas dengan pendekatan pemikiran

secara intuitif dan analitis. Dengan mengenalkan siswa berpikir secara intuitif dan

analitis, secara tidak langsung kita telah mengajarkan siswa untuk berpikir jangka

panjang, cerdas dan kreatif.

Apa kelebihan dari berpikir intuitif dan analitis terhadap siswa sekolah?

Mungkin pertanyaan yang timbul dari benak diri anda. Berpikir intuitif dan

analitis akan mengajari siswa tentang cara mencari penyelesaian masalah dengan

tepat dan benar atau mengetahui jawaban dengan benar. Analitis dapat membuat

siswa berpikir secara runtut dan jelas, mempermudah dalam menjelaskan secara

lisan maupun tulisan tentang apa yang ada dipikirannya, melatih siswa berbicara

verbal, tidak kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dan hal lainnya.

Sedangkan berpikir intuitif membuat siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang

sulit menjadi mudah, berpikir secara kreatif, dapat menjadikannya seorang ilmuan

atau ahli-ahli dalam suatu bidang yang memungkinkan untuk melakukan inovasi

yang menghasilkan penemuan-penemuan terbaru. Itulah yang dibutuhkan negeri

ini, mencari para generasi yang cerdas dan kreatif.

Mengajarkan siswa dengan pola berpikir analitis juga akan membuat siswa

dapat untuk memecahkan soal secara intuitif. Misalnya, sama seperti contoh

sebelumnya, bila kita memberikan soal matematika dengan pencampuran rumus A

dan B, maka kemungkinan besar siswa dapat menjawab soal tersebut, karena

mereka menganalisis soal tersebut dari pengetahuan mereka antara kedua rumus A

dan B. Analisis yang mereka lakukan dapat meningkatkan pola berpikir mereka

untuk berpikir secara intuitif.

Kembali kepertanyaan pada paragraf pertama yaitu “bagaimana membuat

siswa agar dapat berpikir intuitif dan analitis dalam rangka mencipta generasi

berpikir cerdas dan kreatif?”.

Membuat siswa untuk berpikir secara intuitif dan analitis memang tidak

mudah. Butuh perjuangan dan waktu yang banyak agar mereka berpikir secara

dua hal tersebut. Apalagi bila siswa tersebut tidak dibiasakan sejak dini untuk

berpikir analitis ataupun intuitif. Akan tetapi sebagai seorang guru profesional

harus mampu dan bisa dalam menghadapi tantangan tersebut.

Hal pertama yang perlu dilakukan seorang guru dalam melakukan

pendekatan pemikiran intuitif dan analitis dalam pengajaran dikelas adalah

mengenalkan siswa tentang berpikir secara intuitif dan analitis itu sendiri.

Mungkin kebanyakan dari mereka akan bertanya, apa itu berpikir intuitif? Apakah

itu analitis? Bagaimana caranya? Apa fungsinya? Apa kelebihannya? Semua itu

harus dijawab dalam pertemuan pertama antara seorang guru dan murid dikelas.

Setelah mereka mengerti dan memahami arti berpikir intuitif dan analitis.

Biasakan mereka untuk berpikir secara kritis tentang suatu permasalahan. Ini

berbeda antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Berpikir analitis akan

sangat dibutuhkan pada mata pelajaran sosial, karena siswa ditugaskan untuk

menjelaskan mengenai suatu permasalahan dan mencoba untuk mencari solusi

dari permasalahan tersebut. Apabila mata pelajaran tersebut ilmu sosial, seperti

Ekonomi, Sosiologi, Geografi atau bahkan ilmu alam seperti Biologi berikanlah

Page 5: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

tugas tersebut dalam bentuk esai, itu akan memudahkan mereka dalam berpikir

analitis.

Sedangkan apabila pelajaran tersebut bersifat pengetahuan alam/eksak

seperti Kimia, Fisika dan Matematika, berikanlah mereka penjelasan dan

pengertian tentang rumus-rumus tersebut, selanjutnya tugaskan mereka untuk

menyalin kembali ke sebuah kertas lembaran atau dengan memberikan soal-soal

dengan sistem yang berbeda. Misalnya pada mata pelajaran matematika,

berikanlah soal dengan jawaban yang sudah ada, minta mereka untuk mencari

proses terjadinya jawaban tersebut. Ini akan melatih pola pikir mereka secara

intuitif, karena dengan begitu kemungkinan akan ada terdapat perbedaan

penggunaan rumus dengan jawaban yang sama. Setelah itu diskusikan bersama

untuk mencari penyelesaian.

Hal penting lainnya saat mengajar adalah berikannlah/bacakanlah hasil

pengajaran dari pertemuan sebelumnya dan juga bacakan target untuk pertemuan

hari ini, sehingga mereka mengetahui kemana dan sampai mana pembelajaran

akan berlangsung selama pertemuan tersebut.

Untuk membuat siswa untuk berpikir secara intuitif. Tugaskanlah mereka

untuk membaca minimal 1 materi dari buku, selanjutnya dikumpulkan dalam

bentuk rangkuman. Agar menghindari dari praktek Copas atau menyalin

pekerjaan siswa lainnya. Sempatkanlah untuk menilai dan memberikan kritik dari

hasil pekerjaan mereka pada saat jam pelajaran kelas. Sehingga diharapkan dapat

meminimalisir kecurangan dari pekerjaan mereka. Berpikir secara intuitif memang

membutuhkan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya, maka hindarilah

penggunaan dari satu buku saja, buatlah mereka membaca buku dari media apa

saja atau memberikan mereka copian lembaran materi untuk menambah wawasan

mereka.

Selanjutnya, dalam memberikan tugas atau pekerjaan rumah, usahakan

pengerjaannya dilakukan secara individu lebih banyak daripada berkelompok. Ini

dibuktikan pada sebuah penelitian mengemukakan bahwa secara konsisten hasil

belajar lebih tinggi dikelas-kelas dengan menggunakan metode keller Plan, yaitu

sebuah metode pengajaran yang melibatkan murid-murid dengan tugas individual

(Kulik dkk, 1979). Hal ini dikarenakan apabila dikerjakan secara berkelompok,

kelemahannya adalah adanya siswa-siswi yang dominan dalam mengerjakan tugas

tersebut sehingga kemungkinan besar ada siswa-siswi yang tidak terlibat sama

sekali atau hanya sedikit didalamnya. Itu akan membuat terjadinya ketimpangan

pengetahuan yang didapat.

Sehingga dari cara-cara pengajaran tersebut, kemungkinan besar bisa

meningkatkan prestasi belajara siswa. Karena mau tidak mau, siswa telah terbiasa

berpikir untuk menyelesaikan suatu permasalahan, bersikap kritis dan

mengungkapkan pemikirannya baik dalam bentuk karya tulis maupun secara

verbal.

Page 6: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

Sebagai seorang guru, kita memiliki peran penting dalam mengembangkan

pola pikir generasi pelajar Indonesia. Membuat mereka berpikir secara cerdas dan

kreatif adalah tujuan utama dari tersedianya lembaga pendidikan saat ini. Apapun

sistem pengajaran yang kita lakukan tidak akan menjadi masalah, yang terpenting

adalah mengubah sesuatu hal yang “tidak dimengerti siswa” menjadi hal yang

“dimengerti siswa”. Dengan membiasakan siswa untuk berpikir intuitif dan

analitis, dapat mengembangkan pola pikir mereka untuk menemukan suatu

jawaban permasalahan, baik secara sosial maupun sains serta meningkatkan

prsetasi belajar mereka. Mengembangkan jiwa-jiwa kritis dan pemikir dalam

bertindak secara rasional dan bermanfaat sebagai ilmuan, pakar dan para

pemimpin berkualitas yang sedang dibutuhkan negeri untuk kedepannya.

Page 7: Pengajaran Kelas Melalui Pendekatan Berpikir Secara Intuitif Dan Analitis Kepada Siswa Sebagai Peningkat Prestasi Dalam Belajar

BIODATA PESERTA

Nama : Mohammad Fitri Hidayatullah

Alamat : Jalan Hos Cokroaminoto no 45

Usia : 17 Tahun

Lahir :3 Maret 1995

Sekolah : SMA Negeri 3 Madiun

Alamat Sekolah : Jln Ring Road Barat

No Hp : 081335147235 / 081251509867

Email : [email protected]

No rekening : -

Perhatian! bila scan kartu pelajar tidak muncul, harap klik bagian atas dari

keterangan ini.