Bukti Audit Dan Prosedur Analitis-3

27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemeriksaan adalah suatu proses sistematik yang dilakukan oleh orang yang independen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai sejumlah informasi yang berhubungan dengan kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara sejumlah informasi tersebut dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Sebagai dasar untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya, akuntan publik harus mengumpulkan bukti- bukti pemeriksaan yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan satu-satunya bukti pemeriksaan yang dikumpulkan oleh auditor. Pengumpul bukti pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara serta melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan klien. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Ukuran kebutuhan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Ketetapan sasaran, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti. Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan 1

description

Auditing

Transcript of Bukti Audit Dan Prosedur Analitis-3

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPemeriksaan adalah suatu proses sistematik yang dilakukan oleh orang yang independen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai sejumlah informasi yang berhubungan dengan kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara sejumlah informasi tersebut dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Sebagai dasar untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya, akuntan publik harus mengumpulkan bukti-bukti pemeriksaan yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan satu-satunya bukti pemeriksaan yang dikumpulkan oleh auditor.

Pengumpul bukti pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara serta melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan klien. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Ukuran kebutuhan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Ketetapan sasaran, objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihakpihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Dalam makalah ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor selama auditnya dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit.BAB II

PEMBAHASAN

I. BUKTI AUDITDasar setiap proses audit adalah bukti-bukti audit yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian untuk mengumpulkan bukti audit yang meyakinkan dalam setiap proses auditnya untuk memenuhi standar profesi.I.1. SIFAT BUKTI AUDIT

Bukti audit didefinisikan sebagai segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi auditor memutuskan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat meyakinkan, seperti perhitungan fisik auditor atas surat berharga, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai jawaban pertanyaan yang diajukan kepada pegawai klien.Pada PSA No. 07 Bukti Audit (SA Seksi 326) juga dijelaskan tentang sifat audit dalam paragraf 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.

15 Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.16 Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin. 17 Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek; catatan electronic fund transfers; faktur; surat kontrak; notulen rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.18 Dalam entitas tertentu, beberapa data akuntansi dan bukti penguat tersedia dalam bentuk elektronik. Dokumen sumber seperti order pembelian, surat muat, faktor, dan cek digantikan dengan pesan elektronik. Sebagai contoh, entitas dapat menggunakan Electronic Data Interchange (EDI) atau sistem pengolahan citra (image processing systems) Dalam EDI, entitas dan pelanggannya atau pemasok menggunakan hubungan komunikasi untuk melakukan transaksi bisnis secara elektronik. Transaksi pembelian, pengiriman, penagihan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas seringkali dilaksanakan seluruhnya dengan pertukaran pesan elektronik di antara pihak-pihak yang terkait. Dalam sistem pengolahan citra, dokumen di-scan dan diubah menjadi citra elektronik untuk memfasilitasi penyimpanan dan pengacuan, dan dokumen sumber dapat tidak disimpan setelah diubah ke dalam citra tersebut. Bukti audit tertentu dapat ada pada titik waktu tertentu. Namun, bukti tersebut mungkin tidak dapat diambil setelah periode waktu tertentu jika file diubah dan jika backup file tidak ada. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan waktu yang pada saat itu informasi ada atau tersedia dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya pengujian substantif, dan jika berlaku, pengujian pengendalian yang akan dilaksanakan.19 Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan (a) menganalisis dan me-review, (b) menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan alokasi yang bersangkutan, (c) penghitungan kembali dan (d) rekonsiliasi tipe-tipe dan aplikasi yang berkaitan dengan informasi yang sama. Melalui pelaksanaan prosedur seperti itu, auditor dapat menentukan bahwa catatan akuntansi konsisten secara intern. Konsistensi intern semacam itu biasanya memberikan bukti tentang kewajaran penyajian laporan keuangan.

20 Data yang berkaitan dengan akuntansi dan bukti penguat yang mendukung pembukuan ke dalam akun dan asersi dalam laporan keuangan biasanya tersedia dari file entitas dan dapat diakses oleh auditor untuk pemeriksaan pada titik atau periode waktu tertentu. Baik di dalam entitas maupun di luarnya terdapat orang yang berpengetahuan yang dapat dihubungi oleh auditor untuk dimintai keterangan. Aktiva yang memiliki keberadaan fisik tersedia bagi auditor untuk diinspeksi. Aktivitas personel entitas dapat diamati. Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas tersebut atau kondisi atau situasi lain, auditor dapat mencapai kesimpulan tentang validitas berbagai asersi dalam laporan keuangan.I.2 KOMPETENSI BUKTI AUDIT

Dalam PSA No. 07 Bukti Audit (SA Seksi 326) paragrap 21 dijelaskan bahwa untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat:

a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

Bukti audit dibandingkan dengan bukti hukum dan ilmiah

Penggunaan bukti audit tidak hanya digunakan oleh para auditor. Bahan bukti juga dipergunakan oleh para ilmuan, pengacara dan ahli sejarah. Auditor pun mengumpulkan berbagai bukti audit untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Jenis bukti yang dipergunakan oleh auditor berbeda dengan bukti yang dikumpulkan oleh para ilmuan dalam berbagai kasus hukum, serta bukti itupun digunakan dalam berbagai cara dan kondisi yang berbeda, tetapi dalam dalam ketiga kasus tersebut bukti-bukti dipergunakan untuk menarik kesimpulan. Tabel berikut menggambarkan enam kharakteristik utama bahan bukti untuk audit atas laporan keuangan :

NODasar perbandinganAudit atas laporan keuangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.Penggunaan bahan bukti

Sifat bahan buktiPihak atau pihak-pihak yang meng-gunakan bahan bukti

Kepastian kesimpulan dari bahan bukti

Sifat kesimpulan

Akibat yang umum dari pengambilan kesimpulan yang salah atas bahan buktiMenentukan apakah LK telah disajikan secara wajarBeragam jenis bahan bukti audit dihasilkan oleh auditor pihak ketiga dan klien

Auditor

Keyakinan yang memadai

Menerbitkan salah satu dari beberapa alternative laporan audit

Para pengguna laporan dapat membuat keputusan-keputusan yang salah dan auditor dapat dituntut

I.3 KEPUTUSAN BUKTI AUDIT

Keputusan utama yang harus dihadapi para auditor adalah untuk menentukan ketepatan jenis dan jumlah bukti audit yang dikumpulkan untuk memenuhi ketentuan bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan klien dan laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar, dan bahwa klien menjalankan pengendalian internal yang efektif terhadap laporan keuangan.

Ada empat keputusan mengenai bukti audit yang harus diperoleh dan berapa banyak harus dikumpulkan:1. Prosedur-prosedur audit yang akan digunakan2. Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur tertentu3. Unsur-unsur mana yang akan dipilih dari populasi 4. Kapan menjalankan prosedur tersebutI.3.1 Prosedur Audit

Prosedur audit merupakan instruksi-instruksi terperinci yang menjelaskan bahwa bahan bukti audit yang harus diperoleh selama proses pelaksanaan audit. Sebagai contoh berikut ini adalah suatu prosedur audit untuk pengujian transaksi pengeluaran kas :Dapatkan jurnal pengeluaran kas dan bandingkan nama pihak yang menerima pembayaran (payee), jumlah dan tanggal pada cek yang dibatalkan dengan jurnal pengeluaran kas tersebut.

I.3.2 Ukuran Sampel

Setelah memilih prosedur audit, auditor dapat membedakan ukuran sampel dari satu keseluruh unsur dalam populasi yamg sedang di uji. Dalam prosedur audit yang telah dibahas diatas, anggaplah bahwa terdapat 6.600 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih ukuran sampel sebesar 50 buah sebagai perbandingan dengan jurnal pengeluaran kas. Keputusan untuk memilih seberapa banyak unsur yang akan diuji haruslah dibuat oleh auditor untuk setiap prosedur audit yang ada. Ukuran sampel bagi setiap prosedur tersebut dapat berbeda antara satu pengauditan dengan yang lainnya.I.3.3 Pos-pos yang dipilih

Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit dilakukan, haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor memutuskan, misalnya untuk memilih 50 salinan cek dari populasi sebesar 6.600 cek sebagai perbandingan dengan data pada jurnal pengeluaran kas, maka dapat digunakan berbagai metode yang berbeda untuk memilih cek-cek khusus yang akan diuji. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan menguji 50 cek pertama, (2) memilih 50 cek memiliki jumlah yang besar, (3) memilih cek-cek tersebut secara acak, atau (4) memilih cek-cek yang menurut auditor memiliki kemungkinan terdapat kesalahan. Atau dapat pula digunakan kombinasi dari metode-metode tersebut.I.3.4 Penetapan Waktu

Audit diatas laporan keuangan umumnya mencakup satu periode waktu tertentu seperti satu tahun, pada umumnya proses audit baru selesai dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu. Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal suatu periode akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir.

Berbagai prosedur audit umumnya mencakup ukuran sampel, unsur-unsur yang dipilih, dan waktu yang diperlukan untuk menjalankan prosedur audit. Berikut ini adalah suatu modifikasi dari prosedur audit diatas yang mencantumkan keempat unsur penentuan bahan bukti audit :Ambillah buku jurnal pengeluaran kas bulan Oktober dan bandingkanlah nama pihak yang menerima pembayaran, jumlah dan tanggal yang tertulis dalam cek dengan jurnal pengeluaran kas tersebut dari sampel yang berupa 40 buah cek yang dipilih secara acak.I.3.5 Program Audit

Daftar prosedur audit untuk sebuah area audit atau untuk keseluruhan audit disebut dengan program audit. Program audit selalu mengandung daftar prosedur audit dan biasanya mencakup ukuran sampel, unsur-unsur yang akan dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian tersebut.Sebagian besar auditor menggunakan komputer untuk memudahkan persiapan program-program audit. Aplikasi komputer yang paling sederhana menyangkut pengetikan program audit di program pengolah kata serta menyimpannya dari satu tahun ketahun berikutnya untuk memudahkan jika terjadi perubahan pemutakhiran. Aplikasi yang lebih canggih menggunakan program yang didesain khusus untuk membantu para auditor memikirkan keseluruhan perencanaan audit dan memilih prosedur yang tepat dengan menggunakan program perangkap lunak audit atau database perencanaan audit lainnya.I.4 KEANDALAN BUKTI AUDIT

Dua penentu keandalan bahan bukti audit adalah ketepatan dan kecukupan, yang langsung diambil dari standar ketiga pekerjaan lapangan.I.4.1 Ketepatan

Ketepatan bukti merupakan pengukuran terhadap kualitas bahan bukti yang berarti bahan bukti tersebut relevan dan handal dalam memenuhi tujuan audit untuk kelompok-kelompok transaksi, saldo-saldo akun dan pengungkapan yang terkait. Jika bukti audit dianggap tepat, maka akan sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sebagai contoh jika perhitungan persediaan dilakukan oleh auditor, maka bukti audit yang di peroleh akan lebih kompeten daripada jika manajemenlah yang memberikan daftar perhitungan persediaan yang dibuatnya sendiri kepada auditor.

Ketepatan bahan bukti hanya berkaitan dangan prosedur-prosedur audit yang dipilih. Ketepatan tidak dapat ditingkatkan dengan memilih sempel dengan ukuran yang lebih besar atau unsur populasi yang berbeda. Ketepatan bahan bukti dapat ditingkatkan hanya dengan cara memilih prosedur audit yang paling relevan atau memberikan bahan bukti yang paling handal. a. Relevansi Bukti

Bukti audit harus terkait atau relevan dengan tujuan audit telah diuji sebelumnya oleh sebelum bahan bukti tersebut dapat dikatakan tepat. Relevansi hanya terkait dengan audit khusus karena bahan bukti dapat menjadi relevan untuk satu tujuan audit namun tidak untuk tujuan yang lain.b. Keandalan Bukti

Keandalan bukti mengacu pada tingkat dimana bahan bukti dapat dipercaya atau layak dipercaya. Keandalan bergantung kepada enam karakteristik keandalan bahan bukti:1. Independensi pemberi informasi

Bukti audit yang diperoleh dari sumber diluar entitas klien akan lebih handal daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam.2. Efektivitas Pengendalian Intern Klien

Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan dapat lebih handal daripada jika pengendalian intern itu lemah.3. Pengetahuan Langsung Auditor

Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,pengamatan,perhitungan ulang dan pemeriksaan akan lebih handal daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.4. Kualifikasi individu yang memberikan informasi.

Meskipun jika sumber informasi itu independent, bukti audit tidak akan handal kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut merupakan orang yang kompeten dibidangnya.5. Tingkat obyektivitas

Bukti yang obyektif akan dapat lebih handal dari pada bukti yang membutuhkan penilaian untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar adanya. Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dan kas,serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah jumlah tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari tuntutan hukum yang sedang dihadapi oleh klien, pengamatan atas persediaan yang usang selama melakukan pemeriksaan fisik, serta tanya jawab dengan manajer kredit tentang ketertagihan dari piutang jangka panjang.

6. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu atas bukti audit mengacu kapan bukti audit itu dikumpulkan atau periode yang dicakup dalam audit tersebut. Bahan bukti biasanya menjadi lebih handal untuk akun-akun neraca ketika bahan bukti tersebut didapatkan mendekati tanggal neraca.I.4.2 Kecukupan

Kecukupan bahan bukti umumnya diukur berdasarkan ukuran sampel yang dipilih auditor. Untuk suatu prosedur audit yang dipilih, bahan bukti yang didapatkan dari sampel yang berjumlah 100 biasanya dianggap lebih memadai dari pada sampel yang berjumlah 50. Beberapa faktor menentukan kecukupan ukuran sampel dalam pengauditan. Dua faktor terpenting adalah akspektasi auditor terhadap salah saji dan efektivitas pengendalian internal klien. Selain ukuran sampel, setiap unsur yang diuji akan mempengaruhi kecukupan bahan bukti. Sampel yang berisi unsur-unsur populasi dengan nilai nominal (rupiah) yang tinggi, unsur-unsur yang mewakili kemungkinan salah saji tinggi, dan unsur-unsur yang mewakili populasi biasanya dianggap memadai.I.4.3 Dampak Gabungan

Keandalan bahan bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan gabungan dari ketepatan dan kecukupan, termasuk pengaruh atas faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan dan kecukupan. Sejumlah besar sampel bahan bukti yang diberikan oleh pihak yang independen tidak akan menjadi andal kecuali jika bahan bukti tersebut relevan dengan tujuan audit yang sedang diuji. Sejumlah besar sampel bahan bukti yang relevan namun tidak objektif juga dapat menjadi tidak andal. Demikian pula, sampel kecil yang terdiri dari dua atau tiga bahan bukti yang sangat tepat juga biasanya kurang andal. Ketika menentukan keandalan bukti, auditor harus mengevaluasi tingkat ketepatan, termasuk semua faktor yang mempengaruhinya, telah terpenuhi.I.4.4 Keandalan dan Biaya

Dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada suatu proses audit, baik keandalan maupun biaya harus turut dipertimbangkan. Sangatlah jarang terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk memverifikasi informasi. Keandalan dan biaya dari semua alternatif harus dipertimbangkan sebelum memilih jenis yang terbaik atau jenis bahan bukti. Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang tepat dalam jumlah yang memadai pada tingkat biaya serendah mungkin. I.5 TIPE BUKTI AUDITTipe bukti audit dikelompokan menjadi 2 yaitu:

1. Tipe Data Akuntansi Pengendalian Intern Sebagai BuktiPengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Catatan Akuntansi Sebagai BuktiAuditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

2. Tipe Informasi Penguat Bukti Fisik

Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut. Bukti Dokumenter

Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:1. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.2. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien. Perhitungan Sebagai BuktiPerhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif depressiasi yang digunakan oleh klien.4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain. Bukti LisanDalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan. PerbandinganUntuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Bukti dari SpesialisSpesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.I.6 PROSEDUR AUDITProsedur audit yang dilakukan oleh auditor dalam rangka pengumpulan bukti audit :

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan atau penghitungan yang akan dilakukan oleh auditor atas asset berwujud. Jenis bukti ini seringkali dikaitkan dengan persediaan kas namun dapat pula diterapkan untuk memverifikasi surat-surat berharga, piutang dagang dan asset tetap.2. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan jawaban lisan atau tertulis yang diterima dari pihak ketiga yang independen untuk melakukan verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.

Standar audit menentukan dua jenis permintaan konfirmasi, yaitu :

a. Konfirmasi positif

Sebuah konfirmasi positif meminta penerima untuk menjawab pertanyaan dalam semua kondisi. Konfirmasi positif dapat meminta penerima untuk memberikan semua informasi atau konfirmasi dapat memasukkan informasi dan meminta penerima untuk menandai apakah ia setuju atau tidak dengan informasi yang diberikan.

b. Konfirmasi negatif

Penerima hanya diminta untuk merespon bilamana informasi yang diberikan adalah salah dan tidak ada pengujian tambahan yang dilakukan untuk permintaan yang tidak direspon. Akibatnya konfirmasi negatif menghasilkan bukti yang kurang andal dibandingkan dengan konfirmasi positif.Agar menjadi bukti yang andal konfirmasi harus dikendalikan oleh auditor dari sejak formulir konfirmasi disiapkan sampai dengan dikembalikan dari responden.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pemeriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan klien untuk membuktikan informasi yang harus atau sebaliknya dimasukkan dalam laporan keuangan. Dokumen yang diuji oleh auditor adalah catatan-catatan yang digunakan oleh klien untuk memberikan informasi untuk menjalankan usahanya dengan cara yang terstruktur dan dapat tersaji secara tertulis di atas kertas dalam bentuk elektronik atau media lainnya.4. Prosedur analitis

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lain yang muncul telah disajikan secara wajar dibandingkan dengan perkiraan auditor. Tujuan atas prosedur analitis yang biasanya digunakan auditor dalam pengauditan adalah sebagai berikut : Memahami industri klien

Menilai kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha sebagai sesuatu yang berjalan baik (going concern)

Mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

Mengurangi pengujian audit terperinci5. Tanya jawab dengan klien

Tanya jawab merupakan diperolehnya jawaban tertulis atau informasi dari klien sebagai jawaban atas pertanyaan yang diberikan auditor. 6. Penghitungan ulang

Penghitungan ulang mencakup pengecekan ulang atas contoh-contoh perhitungan yang dilakukan oleh klien. Penghitungan kembali atas berbagai perhitungan ini terdiri dari pengujian atas keakuratan data klien. 7. Pengerjaan ulang

Pengerjaan ulang merupakan pengujian yang dilakukan oleh seorang auditor independen terhadap prosedur pembukuan atau pengendalian yang awalnya dilakukan sebagai bagian dari pembukuan entitas dan sistem pengendalian internal.8. Pengamatan

Pengamatan adalah penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas-aktivitas klien. Sepanjang melakukan penugasan terhadap klien, auditor mendapatkan kesempatan untuk menggunakan panca indera mereka untuk mengevaluasi banyak hal.9. ScanningScanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan teknik audit berbentuan komputer dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan diatas.Hubungan antara Standar Audit, Jenis Bukti Audit dan Empat Keputusan Bukti Audit

I.7 Ketepatan Jenis Bukti

Kriteria untuk menentukan ketepatan bukti dapat dilihat pada tabel berikut :Jenis BuktiIndependensi pemberi informasiEfektifitas pengendalian internal klienPengetahuan Langsung AuditorKualifikasi Pemberi InformasiObjektivitas Bukti Audit

Pemeriksaan fisikTinggi (dilaku-kan oleh auditor)BeragamTinggiBiasanya tinggi (dilakukan oleh auditor)Tinggi

KonfirmasiTinggiTidak dapat diterapkanRendahBiasanya tinggiTinggi

DokumentasiBeragam pihak eksternal lebih independen dari internalBeragamRendahBeragamTinggi

Prosedur AnalitisTinggi/rendah (dilakukan oleh auditor/jawaban dari klien)BeragamRendahBiasanya Tinggi (dilakukan oleh auditor/jawaban dari klien)Beragam Biasanya rendah

Tanggung jawab dengan klienRendah (diberikan oleh klien)Tidak dapat diterapkanRendahBeragamBeragam rendah ke tinggi

Penghitungan ulangTinggi (dilaku-kan oleh auditorBeragamTinggiTinggi (dilaku-kan oleh auditorTinggi

Pengerjaan ulangTinggi (dilaku-kan oleh auditorBeragamTinggiTinggi (dilaku-kan oleh auditorTinggi

PengamatanTinggi (dilaku-kan oleh auditorBeragamTinggiTinggi (dilaku-kan oleh auditorTinggi

I.8 Biaya Jenis-jenis Bukti

Dua jenis bukti yang paling mahal adalah Pemeriksaan Fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik memakan biaya yang tinggi karena biasanya auditor harus hadir saat klien sedang melakukan penghitungan asset, biasanya pada tanggal neraca. Sedangkan konfirmasi juga memakan biaya yang tinggi karena auditor harus mengikuti secara seksama prosedur yang dilakukan untuk meminta konfirmasi mulai dari persiapan, pengiriman surat penerimaan surat dan tindak lanjut atas konfirmasi yang tidak dijawab maupun pengecualian-pengecualian.

Dokumentasi, prosedur analitis dan pengerjaan ulang memakan biaya yang sedang. Jika pegawai klien telah menyiapkan dokumen yang akan digunakan oleh auditor dan menyusunnya dengan rapi sehingga memudahkan auditor dalam menggunakan dokumen tersebut, biasanya dokumentasi ini memakan biaya yang relatif murah.

Tiga jenis bukti yang tidak terlalu mahal adalah pengamatan, tanya jawab dengan klien dan penghitungan ulang. Pengamatan biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya.

I.8 Dampak E-Commerce terhadap Bukti Audit dan Dokumentasi Audit

Bukti audit makin banyak yang disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik dan auditor harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat.

Ketika bukti hanya bisa dinilai dengan formulir yang dibaca dengan mesin, auditor memakai komputer untuk membaca dan menilai bukti. Program audit seperti program ACL dan program interaktif data extraction dan analysis didesain khusus untuk digunakan auditor. Auditor mendapatkan salinan dari database klien atau arsip utama di dalam formulir yang bisa dibaca mesin dan menggunakan program untuk menjalankan berbagai macam tes dari data elektronik milik klien.

Auditor juga menggunakan teknologi untuk mengalihkan dokumentasi berbasis kertas yang tradisional menjadi data elektronik untuk mengatur dan menganalisis dokumentasi audit. Para auditor juga menggunakan area jejaring local (local area network-LAN) dan perangkat lunak groupshare untuk mengakses dokumentasi audit secara simultan dari lokasi yang jauh.

II. PROSEDUR ANALITIS

Penekanan pada prosedur analitis dalam definisi PSA 32 adalah atas ekspektasi yang disusun oleh auditor. Prosedur analitis berikut dapat dilakukan pada setiap fase selama sebuah penugasan kerja berlangsung :

1. Prosedur analitis diperlukan dalam fase perencanaan untuk menentukan sifat, keluasan dan waktu dalam prosedur pengauditan. Hal ini akan membantu auditor dalam mengidentifikasi hal-hal penting yang membutuhkan pertimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan kerja.

2. Prosedur analitis sering kali dikerjakan selama fase pengujian audit sebagai pengujian substantif untuk mendukung saldo-saldo akun. Pengujian-pengujian ini seringkali dikerjakan dalam kaitannya dengan prosedur audit lainnya.

3. Prosedur analitis diperlukan selama fase penyelesaian audit. Pengujian semacam ini merupakan penelaahan akhir atas salah saji material atau masalah keuangan dan membantu auditor mengambil pandangan objektif akhir atas laporan keuangan yang telah diaudit.

II.1 LIMA JENIS PROSEDUR ANLITISKegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada pengembangan ekspektasi auditor terhadap berapa saldo suatu akun atau rasio yang seharusnya tanpa mempertimbangkan jenis prosedur analitis yang digunakan.

Auditor mengembangkan ekspektasi terhadap suatu saldo akun atau rasio dengan mempertimbangkan informasi dari tahun sebelumnya, tren industry, anggaran yang disiapkan oleh klien dan informasi non keuangan lainnya. Dalam setiap kasus auditor membandingkan data klien dengan hal-hal berikut :

1. Data industri2. Data yang sama diperiode sebelumnya

3. Hasil ekspektasi yang ditentukan oleh klien

4. Hasil ekspektasi yang ditentukan oleh auditor

5. Ekspektasi hasil dengan menggunakan data non keuangan.

II.1.1 Membandingkan Klien dan Data Industri

Manfaat yang paling penting atas perbandingan industri adalah membantu memahami bisnis klien dan sebagai indikasi adanya kemungkinan kegagalan keuangan. Kelemahan utama dalam menggunakan rasio industri dalam pengauditan adalah perbedaan antara sifat informasi keuangan klien dengan sifat total. Karena data industri merupakan rata-rata luas perbandingan dapat menjadi tidak berarti.

II.1.2 Membandingkan Data Klien dengan Data yang Sama pada Tahun Sebelumnya.

Beragam variasi prosedur analitis memungkinkan auditor melakukan perbandingan terhadap data klien dengan data yang sama pada satu periode atau lebih sebelumnya. Beberapa contoh umum :

1. Membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya2. Membandingkan rincian total saldo dengan perincian yang sama pada tahun sebelumnya3. Menghitung rasio dan hubungan persentase untuk perbandingan dengan tahun sebelumnya

II.1.3 Membandingkan Data Klien dengan Hasil Ekspektasi Klien

Sebagian besar perusahaan menyusun anggaran untuk beragam aspek operasional mereka dan juga hasil-hasil keuangan. Karena anggaran melambangkan ekspektasi klien untuk suatu periode, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antara anggaran dan hasil aktual karena bagian ini dapat mengandung salah saji material. Tidak adanya perbedaan dapat mengindikasi kecilnya kemungkinan salah saji.II.1.4 Membandingkan Data Klien dengan Hasil Ekspektasi Auditor

Perbandingan umum lainnya atas data klien dengan hasil ekspektasi muncul ketika auditor menghitung ekspektasi saldo untuk perbandingan dengan saldo aktual. Dalam jenis prosedur analitis ini auditor membuat perkiraan atas berapa seharusnya saldo suatu akun dengan mengaitkannya dengan akun neraca atau laba rugi atau akun lainnya atau dengan menggunakan proyeksi berdasarkan pada beberapa tren historis.

II.1.5 Membandingkan Data Klien dengan Ekspektasi dengan Ekspektasi Hasil Menggunakan Data Non Keuangan.

Fokus utama dalam penggunaan data non keuangan adalah keakuratan data itu sendiri. Dalam contoh hotel misalnya, kita tidak dapat menggunakan perhitungan estimasi atas pendapatan hotel sebagai bukti audit kecuali puas dengan kewajaran hasilnya setelah mempertimbangkan jumlah ruangan, rata-rata tariff ruangan dan rata-rata tingkat hunian. Nyatanya keakuratan tingkat hunian lebih sulit untuk dievaluasi daripada dua unsur lainnya.

II.2 RASIO-RASIO KEUANGAN UMUMProsedur analitis auditor seringkali memasukkan rasio-rasio keuangan yang umum selama perencanaan dan penelaahan akhir dalam pengauditan atas laporan keuangan. Rasio-rasio tersebut berguna untuk memahami kejadian-kejadian saat ini dan status keuangan dari bisnis klien serta untuk melihat laporan dari perspektif seorang pengguna laporan keuangan. Ketika menggunakan rasio-rasio tersebut, auditor harus yakin dalam membuat perbandingan-perbandingan yang tepat. Perbandingan yang paling penting adalah perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk perusahaan dan terhadap rata-rata industri atau perusahaan-perusahaan sejenis di tahun yang sama.

Rasio dan prosedur analitis lain biasanya dihitung dengan menggunakan kertas kerja dan beragam jenis perangkat lunak audit lainnya, dimana data klien dan indiustri selama beberapa tahun dapat disimpan untuk tujuan perbandingan. Rasio dapat dihubungkan dengan neraca saldo sehingga perhiutngan serta merta dimutakhirkan ketika jurnal-jurnal penyesuaian dibuat untuk laporan keuangan klien.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULANBagian yang penting dari setiap audit adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Auditor menggunakan depalan jenis bukti audit dalam suatu audit. Keandalan bukti audit tergantung pada ketetapan bukti audit dan kecukupannya. Ketetapan bukti audit ditentukan oleh relevansinya dalam memenuhi tujuan audit.

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya.Dokumentasi audit merupakan bagian yang penting dari setiap audit dalam rangka merencanakan audit secara efektif, menyediakan catatan bukti audit yang dikumpulkan dan hasil pengujian, menentukan jenis laporan audit yang tepat, menetapkan kebijakan dan pendekatannya bagi dokumentasi audit untuk memastikan bahwa tujuan tersebut tercapai. 2. SARAN

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan (opini) dibuat. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Sebagai contoh, catatan akuntansi termasuk di dalamnya : Cek dan catatan transfer dana elektronik, faktur, kontrak/perjanjian, buku besar umum dan buku besar pembantu, jurnal entri dan penyesuaianlain untuklaporan keuanganyang tidak tercermindalam jurnal entriresmi.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. Alvin, dkk (2008), Auditing dan Jasa Assurance, Erlangga, Jakarta.Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2011PSA No. 07 Bukti Audit (SA Seksi 326)http://ariatmancool.blogspot.com/2013/06/makalah-tentang-bukti-audit.htmldiakses tanggal 3 juni 2014 jam 14.46 wibhttp://fitrirahmayanti99.wordpress.com/2013/07/11/rangkuman-chapter-6-bukti-audit-tujuan-audit-program-audit-dan-kertas-kerja/ diakses tanggal 3 juni 2014 jam 14.43 wib19