Penetapan Harga Minyak

download Penetapan Harga Minyak

of 6

description

harga minyak

Transcript of Penetapan Harga Minyak

Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis", sedangkan pasar aligopoli adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Artinya, menentukan permintaan dan penawaran dalam keadaan ideal tidak akan ada masalah. Dalam keadaan yang sebenarnya sangat sulit menentukan besarnya permintaan dan penawaran tersebut.Harga, dilihat dari dimensi sosial, harus dapat menyejahterahkan masyarakat secara optimal. Dengan cara pemerintah memberikan subsidi bila energi dipandangnya sebagai salah satu bentuk kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan harga dalam dimensi politik harus dapat menerjemahkan dan mendukung kebijaksanaan pemerintah. Artinya, harga harus dapat berperan sebagai perangkat kebijaksanaan pemerintah saat digunakan mengatur keseimbangan dari permintaan dan penawaran dimana aspek ekonomi lebih dominan dari ketiga aspek tersebut.Keputusan penetapan harga dilihat dengan dua cara:a. Penetapan harga sebagai sebuah instrumen aktif untuk mencapai tujuan pemasaran, perusahaan menggunakan harga untuk mencapai sebuah tujuan spesifik, antara lain target memperoleh keuntungan, target pangsa pasar, atau tujuan spesifik lainnya.b. Penetapan harga sebagai elemen statis sebuah keputusan bisnis, hanya dengan mengekspor kelebihan persediaan, menempatkan bisnis luar negeri bukan sebagai prioritas utama, dan menganggap penjualan ekspor hanya memberikan kontribusi yang dalam volume penjualan total.Minyak BumiMinyak bumi bila dibandingkan dengan jenis energi lain relatif lebih mudah diperdagangkan karena permintaannya dominan. Indonesia sejak akhir tahun 1970-an hingga saat ini mengenal dan menerapkan tiga model penetapan harga minyak mentah di pasar internasional. Ketiga model penetapan harga tersebut, seperti terlihat dalam perkembangan harga Minas tahun 1968-1994 pada yaitu sebagai berikut:1. GSP (Goverment Sale Price)Harga GSP diterpkan sejak tahun 1968-1986 saat harga minyak mentah di pasar dunia menunjukkan perkembangan menggembirakan. Harga GSP berpedoman pada harga ALC (OPEC Benchmark).2. ASP (Agreed Selling Price), Predetermine dan,Ketika harga minyak mentah internasional jatuh, untuk menyesuaikan dengan fluktuasi yang ada harga GSP kemudian diubah menjadi ASP yang berlangsung sejak awal 1986 hingga awaql tahun 1987. Harga minyak dunia perlahan-lahan membaik dan Indonesia kembali memakai harga GSP. Namun penerapan GSP ternyata tidak berlangsung lama. Harga minyak internasional kembali bnerfluktuasi disesuaikan.3. ICP (Indonesian Crude Price).Untuk dapat selalu menyesuaikan dengan fluktuasi harga internasional, Indonesia mencoba membuat patokan harga baru, yaitu ICP (Indonesian Crude Price). Perhitungan ICP dibuat berdasarkan harga basket minyak mentah dunia (Minas, Tapis, Oman, Dubai, dan Gipssland) yang dikeluarkan oleh Asian Petroleum Price Index (APPI).APPI merupakan panel yang terdiri dari unsur produsen, konsumen, pengelola kilang, dan pedagang. Setiap unsur mempunyai penilaian tersendiri terhadap masing-masing minyak mentah tertentu di pasaran tunai khusus Asia Pasifik, bukan atas referensi kontrak jangka panjang dan pemerintah. Sedangkan Platts adalah publikasi yang melaporkan perkiraan harga minyak berdasarkan penilaian pedagang (trader) dan harganya lebih rasional.Sementara RIM adalah publikasi yang melaporkan penilaian harga minyak mentah Asia Pasifik, terutama Jepang, yang berpihak kepada

Gas Bumi Konsep penetapan harga gas bumi pada dasarnya sama dengan sebagian besar energi primer lainnya. Harga tersebut diusahakan memenuhi kriteria produsen dan konsumen. Kesediaan konsumen diwakili oleh nilai netback dan produsen oleh long run marginal cost ( LRMC ). Biaya investasi sangat tinggi, biaya gas bumi masih sangat mahal dan belum terjadi diminishing return.Harga tersebut merupakan hasil negosiasi antara produsen (PSC) bersama Pertamina dengan konsumen gas bumi. Lebih rinci lagi, harga hasil negosiasi itu berdasarkan biaya penyediaan gas bumi, tingkat pengembalian modal produsen (ROR), dan keadaan pasar yang hendak membeli gas tersebut.

Batubararelatif mudah ditransportasikan ke titik konsumen dan tidak memerlukan tahap proses, kecuali bila akan dicairkan atau digasifikasi.Harga yang berlaku untuk batubara sesuai dengan harga yang terjadi di pasar Internasional. Pemerintah sendiri pernah menetapkn harga energi batubara konsumsi domestik tidak melebihi harga CIF batubara impor Asia pasifik dan 65% harga minyak bakar domestik. Kebijakan penetapan harga batubara itu berkaitan denagan fungsinya dalam industri pembangkit tenaga listrik berskala besar serta pemakaian energi alternatif pengganti minyak bumi. Untuk ekspor, batubara Indonesia tetap mengacu pada harga pasar dengan harga untuk dalam negeri terutama ditetapkan melalui negosiasi antara produsen dan konsumen dengan memperhatikan ROR yang wajar untuk produsen batubara.Panas BumiHarga jual panas bumi sebagai energi primer di Indonesia terbagi menjadi dua sistem, yakni berdasarkan pola pengusahaan industri panas bumi nasional lewat harga jual uap hasil produksi Pertamina dan harga jual uap hasil produksi Kontrak Operasi Bersama pengembangan swasta dengan Pertamina (joint operation contract ). Pada saat ini keekonomian panas bumi memang hanya untuk pembangkit listrik.Harga jual produksi Pertamina sendiri sebenarnya tidak terlalu mencerminkan aspek ekonomis pengembangan lapangan panas bumi. Harga yang ditetapkn pemerintah dikaitkan dengan harga minyak bakar sebagai paritas harga uap panas bumi. Harga jual uap Pertamina ditetapkan sebesar 80% dari harga eceran minyak bakar dalam negeri (Rp/liter), dan dengan faktor konversi 0,28 untuk mengubah menjadi Rp/kWh. Harga jual uap tidak akan berubah jika harga eceran minyak bakar tidak berubah. Penetapan harga harga seperti itu dilakuakan untuk harga panas bumi Kamojang Jawa Barat dan dieng monoblock.Sedangkan besarnya harga jual Kontrak Operasi Bersama (KOB) ditetapkan dan dieskalasi daalm suatu indeks. Penetapan harga dibuat dalam searngkaian formula yang diatur dalam kontrak berdasarkan hasil negosiasi antara konsumen PLN dan KOB. Penetapan harga seperti itu dilakuakan untuk panas bumi dari Salak dan Darajat. Harga tersebut terdiri dari tiga komponen utama, yaitu base resource price, ceiling dan base floor price.Besarnya harga uap panas bumi dengan base resource price ditetapkan saat kontrak disusun saat kontrak disusun melalui proses negosiasi. Setiap saat harga dapat berfluktuasi, tergantung inflasi yang terjadi. Sedangkan harga uap panas bumi pada ceiling price ditetapkan maksimal 80% dari harga minyak international (dalam doalr AS per barel) dengan faktor konversi 0,295 untuk mendapatkan nilai kalori. Sementara harga uap panas bumi berdasarkan base floor price ditetapkan nilai minimumnya saat kontrak disepakati (dengan cara negosiasi). Harga ini pun dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan inflasi.Biaya pengembangan panas bumi terdiri dari dua macam komponen. Kedua komponen ini adalah biaya modal dan biaya operasi serta perawatan. Biaya modal terbagi lagi atas biaya survai eksplorasi, biaya sumur, dan biaya sarana produksi. Biaya survai eksplorasi adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan survai geologi, geokimia, dab geofisika. Besarnya berkisar 1-5% dari total biaya modal. Sedangkan biaya sumur adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pemboran sumur eksplorasi maupun sumur produksi. Termasuk didalamnya adalah biaya pembangunan infrakstruktur di sekitar lokasi. Proporsinya mencapai sekitar 60-80% dari total biaya modal.sistem panas bumi yang dihadapi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi biaya sarana produksi. biaya sarana produksi untuk sistem panas bumi yang didominasi uap basah akanlebih besar dari uap kering. Biaya sarana produksi umumnya berkisar 15-35% dari total biaya modal. Terakhir adalah biaya operasi serta perawatan. Besarnya juga sangat tergantung pada sistem panas bumi yang dihadapi. Biaya menjadi lebih tinggi bila yang dihadapi sistem uap basah.2 Enegi Sekunder2.6.2.1 BBMKonsep penetapan harga BBM di Indonesia secara umum terdiri dari 3 Metode, yaitu:a. Border Price ( Pembatasan Harga )Penetapan harga metodeBorder Pricemengacu pada penetapan harga eks kilang minyak Singapura. Penetapan harga ini diasumsikan berlaku pada harga yang kompetitif. Dengan asumsi tersebut harga BBM dari kilang Singapura menggunakan harga yang sudah dipublikasikan secara rutin. Harga itu kemudian ditambah komponen biaya seperti transportasi, pajak, subsidi, dan sebagainya. Semua ini menjadi harga jual BBM di Indonesia.b. Harga Pokok Penjualan (HPP) BBMSistematika perhitungan harga BBM di Indonesia pertama kali dimulai dengan mencariHPPproduksi BBM dalam satuan rupiah perliter. Dalam konsep ekonomi mikro, perhitungan itu merupakan nilai biaya rata-rata (average cost) produksi BBM.HPPdihitung dengan mengurangi pendapatan dari penjualan BBM dalam negeri. Setelah itu dikurangi biaya-biaya kemudian dibagi dengan besarnya volume BBM Sisi biaya dikelompokkan dalam biaya pengadaan minyak mentah dan produk yang merupakan biaya dominan struktur biaya BBM yang terdiri atas pembelian minyak mentah, impor minyak mentah, impor BBM, perubahan persediaan dan nilai non-BBM. Sedangkan biaya-biaya operasi terdiri atas biaya-biaya pengelolaan, biaya distribusi, biaya angkutan laut, biaya umum dan administrasi, biaya bunga dan biaya penyusutan.

c. Harga PemerintahHarga BBM berdasarkan ketetapan pemerintah adalah harga yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintah untuk konsumsi nasional.Pelaksana utama penetapan harga BBM adalah pertamina, pemerintah dan konsumen/masyarakat. Jika harga yang ditetapkan oleh pemerintah ternyata lebih kecil dariHPPyang ditetapkan pertamina, maka pemerintah memberikan subsidi kepada pertamina untuk menutupi harga tersebut. 2.6.2.2 Energi ListrikKonsep perhitungan utama menggunakan metode biaya pembangkit terendah. Secara umum, harga energi listrik yang sampai ke pemakai akhir terdiri atas komponen biaya pembangkit (pada loko lokasi pembangkit/busbar), biaya transmisi, dan biaya distribusi. Metode penetapan harga listrik sejauh ini diutamakan pada besar kecilnya biaya yang terbentuk di lokasi pembangkit tersebut. Selama ini dipakai metode biaya pembangkit terendah untuk menentukan harga listrik. Dengan menggunkan tiga variabel, yaitu biaya modal, biaya operasi dan perawatan (O&M), serta biaya bahan bakar. Secara spesifik busbar tersebut dapat ditulis dalam Kesimpulan1. Penetapan harga sektor energi sangat penting dalam kaitannya dengan kebijakan. Secara bersamaan struktur harga dapat mengontrol permintaan maupun penawaran energi dan, dalam hubungannya dengan kebijkan energi untuk keperluan industrialisasi, transportasi, rumah tangga dan komersial, serta pembangkit listrik.2. Biaya dasar, atau harga minimum, merupakan kriteria yang berasal dari sisi penawaran. Biaya itu dapat dibagi kedalam 3 bagian, yaitu biaya penawaran (cost of supply), premi pengurasan (depletion allowance), dan biaya eksternal (external cost).3. Dalam penetapan harga energi, analisa penawaran dan permintaan harus dilakukan pada satu titik lokasi yang sama. Dengan demikian biaya produsen harus memasukkan biaya transportasi dari titik penawaran ketitik permintaan.4. Penetapan harga di Indonesia belum mengarah pada penetapan harga yang efisien. Hal ini dikarenakan penetapan harga di Indonesia sangat dipengaruhi oleh variabel ekonomi (efisiensi), distribusi energi dan finansial (inefisiensi).