PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK ......Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna...

149
PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II UPT SPF SDN 11 KALUMEME KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Ujian Skripsi Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Jaka Saputra NIM: 10540 11153 16 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK ......Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna...

  • PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK

    MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II

    UPT SPF SDN 11 KALUMEME KABUPATEN BULUKUMBA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Ujian Skripsi

    Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh

    Jaka Saputra

    NIM: 10540 11153 16

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

    \

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Judul Skripsi : Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas

    II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten

    Bulukumba

    Mahasiswa yang bersangkutan:

    Nama : JAKA SAPUTRA

    NIM : 10540 11153 16

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan

    layak untuk diujikan.

    Makassar, September 2020

    Disetujui Oleh:

    Pembimbing I Pembimbing II

    Andi Adam, S.Pd,. M.Pd Abdan Syakur.,S.Pd.,M.Pd

    Diketahui:

    Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan

    UNISMUH Makassar Guru Sekolah Dasar

    Erwin Akib, S.Pd., M,Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

    NBM : 860 934 NBM : 1148913

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

    \

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

    \

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

    \

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : JAKA SAPUTRA

    NIM : 10540 11153 16

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Judul Skripsi : Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II

    UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim

    Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

    dibuatkan oleh siapapun .

    Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

    apabila pernyataan ini tidak benar.

    Makassar, September 2020

    Yang Membuat Pernyataan

    Jaka Saputra

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

    \

    SURAT PERJANJIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : JAKA SAPUTRA

    NIM : 10540 11153 16

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

    akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

    2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

    pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

    3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

    4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

    menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

    Makassar, September 2020

    Yang Membuat Perjanjian

    Jaka Saputra

  • MOTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    (mengerjakan -8)

    lalu, maka dari itu tataplah masa depan

    Persembahan:

    Kuperumtukkan karya teristimewa ini kepada orang tuaku

    tercinta yang senantiasa mengarahkan, memberi kasih

    sayang dan perhatian yang tulus…

    Serta kepada Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk

    sehingga semuanya dimudahkan dan dilancarkan…

    JAKA SAPUTRA

    ABSTRAK

  • JAKA SAPUTRA. 2020. Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing II Abdan

    Syakur.

    Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan strategi

    Joyfull Learning dapat meningkatkan hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II

    UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil

    Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten

    Bulukumba.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deskriptif atau

    classroom action research. subjek penelitian adalah murid kelas II UPT SPF SDN

    11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 murid

    laki-laki dan 10 murid perempuan. Instrument yang digunakan untuk

    mengumpulkan data adalah observasi dan tes.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa data dianalisis menggunakan analisis

    deskriptif pada siklus I terjadi peningkatan pada nilai keterampilan menulis

    melihat nilai KKM siswa pada pertemuan I dengan siswa yang tuntas hanya

    16,7% sedangkan siswa yang dikategorikan tidak tuntas sebesar 83,3%. Nilai rata-

    rata sebesar 62,22 sedangkan pada pertemuan II dengan melihat nilai KKM pada

    pertemuan I dengan siswa yang tuntas hanya 33,3% sedangkan siswa yang

    dikategorikan tidak tuntas 66,7%, pada siklus II terjadi peningkatan yang tinggi

    dibandingkan pada siklus I. pada pertemuan I pada nilai KKM dapat 88,9%

    dikategorikan tuntas dan 11,1% dapat dikategorikan tidak tuntas. dengan

    memperoleh nilai rata-rata sebesar 74,44 sedangkan pada pertemuan II

    memperoleh nilai KKM sebesar 100% dikategirikan tuntas dan tidak ada siswa di

    kategorikan tidak tuntas Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

    peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil Keterampilan

    Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba.

    Kata Kunci: Strategi Joy Full Learning, Keterampilan Berbicara

    KATA PENGANTAR

  • Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta

    alam. Allah yang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita,

    Allah yang paling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan

    kita. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga

    skripsi dengan judul “Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba” dapat diselesaikan.

    Setiap orang dalam berkarya selalu mengharapkan kesempurnaan,

    termasuk dalam tulisan ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan

    keterampilan yang dimiliki, tetapi penulis telah mengerahkan segala daya dan

    upaya untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia

    pendidikan.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik

    guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk

    membuat tullisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,

    khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

    Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam perampungan

    tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

    orang tua, Jaharia dan Kamiseng yang telah berdoa, berjuang, rela berkorban

  • tanpa pamrih dalam mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis

    dalam proses pencarian ilmu.

    Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat

    bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun moral.

    Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan penghormatan serta

    ucapan terima kasih kepada Andi Adam,S.Pd.,M.Pd dan Abdan

    Syakur,S.,Pd.M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah

    memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal

    hingga selesainya skripsi ini.

    Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada; Aliem Bahri

    S.Pd.,M.Pd., ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar; Erwin Akib, M.Pd.,

    Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Makassar, dan Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

    membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

    Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada HJ. Rosmala,S.Pd.SD kepala

    UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba dan beserta stafnya,

    terutama Bapak Ishak.,S.Pd.I selaku wali kelas II yang telah memberikan izin dan

    bantuan untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga kepada sahabat dan

    keluarga besar Hima Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tak lupa penulis juga

    mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 terkhusus kelas D Universitas

  • Muhammadiyah Makassar, terutama Khaerunnisa Nurdin, Andi Nurmaya Safitri,

    Nurul Wahdana, Mutmainnah, Muh. Musyawwir serta Satriana terima kasih atas

    segala bantuan, pelajaran, arahan serta motivasi yang diberikan.

    Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain memohon kepada Allah

    SWT, semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi pahala disisi-Nya.

    Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan

    kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya

    membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama

    sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para

    pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

    Makassar, Agustus 2020

    Penulis

    DAFTAR ISI

  • HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii

    SURAT PERJANJIAN ............................................................................. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

    ABSTRAK ................................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

    D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

    1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 5

    2. Manfaat Praktis ......................................................................... 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori ................................................................................... 7

    1. Strategi Pembelajaran Joyfull Learning .................................... 7

    2. Keterampilan Berbicara ........................................................... 17

    3. Belajar dan Hasil Belajar ......................................................... 22

    4. Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar ................... 23

    B. Kerangka Pikir ................................................................................ 25

    C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 26

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................................... 27

    B. Lokasi dan Subjek Penelitian ......................................................... 28

    C. Faktor yang Diselidiki ..................................................................... 29

    D. Prosedure Penelitian ........................................................................ 29

    E. Instrument Penelitian ...................................................................... 32

    F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 33

    G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 34

    H. Indikator Keberhasilan .................................................................... 35

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  • A. Hasil Penelitian ............................................................................... 36

    1. Siklus I ...................................................................................... 36

    2. Siklus II ..................................................................................... 48

    B. Pembahasan ..................................................................................... 59

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ......................................................................................... 62

    B. Saran ................................................................................................ 63

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64

    LAMPIRAN – LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

    DAFTAR GAMBAR

  • Gambar Judul Halaman

    2.2 Bagan Kerangka Pikir .......................................................................... 26

    3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto ......................................... 30

    DAFTAR TABEL

  • Tabel Judul Halaman

    3.1 Teknik Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid ................ 34

    4.1 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I

    Pertemuan I ......................................................................................... 38

    4.2 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I

    Pertemuan II ........................................................................................ 40

    4.3 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I .................................. 41

    4.4 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ................................. 43

    4.5 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II ................................. 45

    4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ............................... 46

    4.7 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II

    Pertemuan I ......................................................................................... 51

    4.8 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II

    Pertemuan II ........................................................................................ 52

    4.9 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ................................. 53

    4.10 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .............................. 54

    4.11 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ................................ 56

    4.12 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .............................. 57

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif,

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

    diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha

    sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik.

    Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tumbuh dan

    berkembang serta berkeinginan untuk mencapai suatu kehidupan yang optimal.

    Selama proses peningkatan dan pengembangan pengetahuan kepribadian maupun

    keterampilannya, manusia perlu membangun hubungan sosial satu sama lain.

    Sektor pendidikan memiliki peranan penting dalam hal ini. Dimana tujuan

    pendidikan mengarahkan kita ke arah yang lebih baik.

    UUD RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3

    (2009:343), menyebutkan bahwa:

    Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

    mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

    jawab.

    Pendidikan formal dalam mempelajari Bahasa Indonesia di Indonesia

    dikenal dengan Pendidikan Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu mata

  • 2

    pelajaran wajib di persekolahan. Lingkungan sosial budaya dengan perkembangan

    yang pesat seiring perubahan zaman menjadi tantangan mendasar dalam

    pembelajaran Bahasa Indonesia. Kenyataannya, proses pembelajaran Bahasa

    Indonesia masih sebatas transfer ilmu dari guru (teaching oriented learning),

    mata pelajaran Bahasa Indonesia dipandang sebagai mata pelajaran berbasis

    textbook yang dalam pengimplementasiannya siswa sering kali ditugaskan untuk

    membaca materi yang ada pada buku pengajaran.

    Berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa

    hasil belajar aspek keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa

    Indonesia masih dibawah kriteria ketuntasan minimun (KKM) yaitu 70% . Hal ini

    terungkap melalui prapenelitian melalui observasi kepada guru dan murid kelas II

    UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Dari hasil observasi

    tersebut dapat diperoleh informasi bahwa penyebab rendahnya keterampilan

    berbicara pada siswa karena beberapa faktor. Diantaranya faktor guru yaitu: (1)

    Fokus pembelajaran yang masih berpusat pada guru, (2) Kurang melatih siswa,

    (3) Guru kurang tepat memilih model dalam pembelajaran keterampilan berbicara,

    dan (4) Aktivitas tukar pendapat dengan siswa kurang. Sedangkan faktor siswa

    yaitu: (1) Sebagian siswa kurang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan

    kepada guru, (2) tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi

    pembelajaran, (3) siswa kurang antusias dalam belajar, (4) siswa lebih suka

    bermain.

    Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan

    pembelajaran bahasa, karena hakikat belajar bahasa adalah belajar komunikasi,

  • 3

    terutama komunikasi lisan. Demikian pula dengan hakikat pembelajaran Bahasa

    Indonesia. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia ialah peningkatan kemampuan

    siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara

    lisan dan tulisan. Menurut Tarigan (dalam 2015:16) berbicara adalah kemampuan

    mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

    menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

    Keterampilan berbicara siswa khususnya pada siswa kelas II di SD Inpres

    Pajagalung masih kurang. Cara penyampaian pelajaran Bahasa Indonesia oleh

    guru menjadi salah satu faktor penyebabnya, guru cenderung menggunakan

    metode ceramah dan nyatanya siswa bosan dengan cara penyampaian guru

    tersebut. Selain merasa bosan, siswa juga tidak menunjukkan keaktifan saat

    kegiatan belajar berlangsung. Siswa kelas II di SD Inpres Pajagalung ini, nyatanya

    masih belum mempunyai keberanian dan dasar kemampuan untuk

    mengungkapkan ide-ide, gagasan yang ada di pikirannya.

    Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar

    yang kondusif, efektif dan menyenangkan. Salah satunya yakni dengan

    menggunakan strategi Joyfull Learning dalam proses pembelajaran. Joyfull

    Learning digunakan agar anak bersemangat dan gembira dalam belajar dan

    suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan

    perhatiannya secara penuh pada belajar.

    Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan strategi Joyfull Learning selain

    dapat digunakan dalam metode diskusi, dan metode tanya jawab dalam satu kali

    pembelajaran, kita juga dapat melakukan kegiatan lain salah satunya yang

  • 4

    dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa Brayn Gym (Senam otak), tepuk

    tangan (yel-yel) serta Humor (Video, Cerita Lucu dan Tebak-tebakan) yang dapat

    diselipkan di selah-selah proses belajar mengajar. Diharapkan agar pembelajaran

    lebih efektif, dan bermakna bagi siswa sehingga belajar tidak lagi menjadi momok

    bagi siswa tetapi menjadikan belajar sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki

    siswa. Dengan begitu maka secara tidak langsung akan memaksa peserta didik

    untuk terlibat secara aktif.

    Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian mengenai “ Penerapan Strategi Joyfull Learning untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan strategi Joyfull Learning

    dapat meningkatkan hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN

    11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba?”.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti dalam

    penelitian ini adalah “Untuk mengetahui peningkatan penerapan strategi Joyfull

    Learning terhadap hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba”.

  • 5

    D. Manfaat penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu

    pengetahuan khususnya bidang ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru sekolah

    dasar dan perkembangan mengenai penerapan strategi Joyfull Learning untuk

    meningkatkan Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Guru.

    Bagi guru aktifitas strategi Joyfull Learning ini diharapkan dapat

    diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di kelas, agar siswa lebih

    bersemangat dalam menerima pelajaran yang berlangsung, sehingga apa yang

    menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    b. Bagi Siswa

    Bagi siswa aktifitas strategi Joyfull Learning ini diharapkan dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa aspek keterampilan berbicara pada mata

    pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat menerima pelajaran di sekolah supaya tidak

    merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.

    c. Bagi Sekolah

    Bagi sekolah, hasi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

    masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan

    penggunaan tehnologi informasi.

  • 6

    d. Bagi Peneliti

    Penelitian diharapkan mampu memberikan tambahan referensi mengenai

    penerapan strategi Joyfull Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

    siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Selain itu

    sebagai media latihan penulisan karya ilmiah selanjutnya bagi peneliti.

    e. Bagi Pembaca

    Diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan keterampilan

    berbicara siswa SD Inpres Pajagalung Kab.Gowa dan juga sebagai referensi

    penelitian yang relevan untuk peneliti selanjutnya.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Strategi Pembelajaran Joyfull Learning

    a. Pengertian Strategi Pembelajaran

    Strategi pembelajaran merupakan pola umum kegiatan antara guru dan

    siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah

    digariskan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran di dalamnya mencakup

    pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.

    Kozma(Sanjaya 2007:7), mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran

    adalah kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan

    kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.

    Dick dan Carey (Sanjaya 2007:7), mengemukakan bahwa “Strategi

    pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur

    atau tahapan kegiatan belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka

    membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu”.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi

    pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

    didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

    b. Pengertian Joyfull Learning

    Joyfull Learning berasal dari kata Joyfull yang berarti menyenangkan

    sedangkan learning adalah pembelajaran. Joyfull Learning (pembelajaran

  • 8

    menyenangkan) adalah suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang

    membuat peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses

    pembelajaran.

    Mulyasa (2006:191-194), mengemukakan bahwa:

    Pembelajaran menyenangkan (Joyfull learning) merupakan suatu proses

    pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara

    pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not

    under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah

    adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses

    pembelajaran.

    Djamarah (2010:377), mengemukakan bahwa “Pembelajaran

    menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan pembelajaran yang di desain

    sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan, menyenangkan

    dan yang paling utama tidak membosankan”.

    Ngalimun (2017:35), mengemukakan bahwa “Pembelajaran

    menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan proses pembelajaran yang dapat

    mengembangkan seluruh potensi peserta didik, yang dimana seluruh potensi itu

    hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan

    menegangkan”.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Joyfull

    Learning (pembelajaran menyenangkan) adalah suatu proses pembelajaran yang

    membuat peserta didik senang dalam proses pembelajaran, tidak membosankan

    dan membuat pembelajaran itu lebih bermakna.

    Pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil

    bermain, yang mau tidak mau akan mengajak peserta didik untuk aktif serta tidak

    jenuh atau membosankan dalam belajar. Sambil bermain mereka aktif belajar dan

  • 9

    sambil belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan

    hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka

    melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang

    terus-menerus. Tidak ada strategi standar untuk pembelajaran yang

    menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan

    usia mental peserta didik dapat memilah dan memilih strategi yang sesuai atau

    bahkan strategi yang diciptakannya sendiri dalam rangka menciptakan

    pembelajaran.

    Strategi pembelajaran Joyfull Learning merupakan strategi yang bisa

    disesuaikan dengan metode dan gaya yang sesuai dengan perkembangan peserta

    didik. Dengan pembelajaran yang disampaikan lewat cara yang menyenangkan

    maka strategi ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi tidak

    membosankan. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metode diskusi,

    metode ceramah, dan metode tanya jawab dalam satu kali pembelajaran. Dengan

    begitu maka secara tidak langsung akan memaksa peserta didik untuk terlibat

    secara aktif.

    Prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah

    apabila siswa senang dan belajar tahu untuk apa dia belajar. Pembelajaran yang

    menyenangkan (Joyfull Learning) bukan semata-mata pelajaran yang

    mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah

    pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid

    dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi

    yang saling mendukung. Pembelajaran yang menyenangkan akan ditandai dengan

  • 10

    besarnya perhatian siswa terhadap tugas, sehingga hasil belajar dapat meningkat.

    Selain itu, dalam jangka panjang siswa diharapkan menjadi senang belajar untuk

    menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long lear). Joyfull

    Learning merupakan strategi belajar mengajar yang menyenangkan. Belajar

    adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan cara menyenangkan

    dan berhasil. Guna mendukung proses Joyfull Learning maka perlu menyiapkan

    lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman dan nyaman. Ini dimulai

    dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan

    musik.

    Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun

    lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira

    dalam belajar karena memulainnya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri,

    sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan

    dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk

    mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan

    fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi

    mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer

    pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan dicipitakannya sendiri. Jadi faktor

    untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah

    penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak

    untuk belajar.

  • 11

    c. Langkah-langkah pembelajaran Joyfull Learning

    Joyfull learning menggunakan proses pembelajaran yang diaplikasi kepada

    siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui Brayn Gym (senam otak),

    yel-yel dan jenis humor. Joyfull learning menggunakan pendekatan-pendekatan

    permainan, rekreasi, dan menarik minat yang menimbulkan perasaan senang,

    segar, aktif dan kreatif yang tak pelak lagi sangat dibutuhkan untuk mereduksi

    kebosanan dan ketegangan belajar yang hari demi hari dialami siswa.

    Mulyasa (2006:202) mengemukakan bahwa “ada 4 tahapan pembelajaran

    Joyfull Learning yaitu: Tahapan persiapan, Tahap penyampaian, Tahap Pelatihan,

    dan Tahap Penutup”. Berikut ini penjelasan 4 tahapan pembelajaran sebagai

    berikut :

    1) Tahapan Persiapan

    Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu

    siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja.

    Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk :

    a) Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif.

    b) Menyingkirkan rintangan belajar

    c) Memotivasi minat dan rasa ingin tahu siswa.

    d) Memberi siswa perasaan positif dan hubungan yang bermakna dengan

    topik pelajaran.

    e) Menjadikan siswa aktif dan tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan

    dan tumbuh.

    f) Mengajak siswa masuk kedalam komunitas belajar.

  • 12

    Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk

    bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini guru

    memberikan motivasi berupa kata-kata dan lagu-lagu/ nyanyian yang dapat

    membantu siswa keluar dari rasa tertekan dan menjadi tertarik dengan

    pembelajaran.

    2) Tahap Penyampaian

    Tahap penyampaian dalam pembelajaran dimaksudkan untuk

    mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses

    belajar secara positif dan menarik.

    Pada tahap ini guru menyampaikan materi belajar yang dikaitkan dengan

    hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dan

    diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa sebelumnya.

    3) Tahap Pelatihan

    Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang

    dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan

    pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh guru.

    Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang

    mempraktikkan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya),

    mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu lagi.

    Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka

    mengenainya, dan apalagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan

    prestasinya.

  • 13

    Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam hal ini

    dengan menggunakan strategi Brayn Gym (senam otak), yel-yel, dan jenis humor

    atau dapat juga dengan stategi yang lain serta dalam penyempaian diberi gambar-

    gambar atau animasi yang dapat membuat siswa menjadi tertarik dan senang

    dalam pembelajaran. Khususnya strategi Brayn Gym (senam otak), yel-yel, dan

    jenis humor saat pembelajaran. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan

    siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam

    pembelajaran. Serta saat pembelajaran berlangsung bisa diselingi dengan humor

    yang dapat membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang

    berlangsung.

    4) Tahap Penutup

    Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau

    dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini,

    malah tidak akan efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru

    dalam Joyfull Learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah

    diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian.

    Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang

    didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian/lagu yang

    menyenangkan bagi siswa. Apabila fasilitas dan waktu memungkinkan dapat juga

    guru memutarkan lagu atau film di akhir pembelajaran sebagai sarana refreshing

    bagi siswa.

  • 14

    d. Kelebihan Strategi Joyfull Learning

    Mulyasa (2006:215), mengemukakan bahwa “Kelebihan Strategi Joyfull

    Learning ada 4 yaitu : 1. Suasana belajar rileks dan menyenangkan, 2. Banyak

    strategi yang bisa diterapkan, 3. Merangsang kreativitas dan aktivitas dan 4.

    Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran”.

    Berikut penjelasan dari 4 kelebihan strategi Joyfull Learning yaitu:

    a) Suasana belajar rileks dan menyenangkan.

    Melibatkan kerja otak kiri dan kanan akan menjadikan belajar siswa lebih

    ringan dan menyenangkan sehingga siswa tidak mengalami stress dalam

    belajarnya.

    b) Banyak strategi yang bisa diterapkan.

    Ada tiga jenis strategi yaitu yel-yel, Brayn Gym (senam otak), dan humor

    yang ada di Joyfull Learning yang dapat diterapkan dan dikombinasikan antara

    strategi yang satu dengan strategi yang lainnya misalnya strategi pembelajaran

    langsung dimana strategi ini diarahkan langsung oleh guru sehingga kita tinggal

    menentukan sendiri jenis strategi mana yang diterapkan.

    c) Merangsang kreativitas dan aktivitas.

    Kreativitas terjadi jika kita dapat menggunakan informasi yang sudah ada

    di dalam otak kita dan mengkombinasikan dengan informasi yang lain sehingga

    tercipta hal baru yang bernilai tambah. Demikian juga kita menggunakan strategi

    Joyfull Learning kita akan menghubungkan informasi yang sudah ada di memory

    kita untuk dikombinasikan dan dipadukan antara informasi yang satu dengan yang

    lain sehingga tercipta sesuatu yang baru.

  • 15

    d) Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.

    Penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesain membungkus suatu

    penyajian materi kegiatan belajar mengajar lebih menarik dengan berbagai variasi

    agar peserta didik mengikuti dengan suasana hati yang gembira dan semangat

    yang tinggi.

    e. Jenis kegiatan dalam pembelajaran Joyfull Learning

    Rudiana (2012:110), mengemukakan bahwa “jenis kegiatan dalam

    pembelajaran Joyfull Learning ada 3 yaitu: jenis Yel-yel, Jenis Brayn Gym (senam

    otak) dan Jenis Humor”.

    Berikut di bawah ini penjelasan dari jenis kegiatan pembelajaran Joyfull

    Learning:

    1) Jenis yel-yel

    Kegiatan jenis yel-yel dalam Joyfull Learning adalah kalimat atau kata-

    kata yang sengaja dibuat sesuai kesepakatan guru dengan siswa untuk

    membangkitkan semangat atau membuat siswa terkonsentrasikan kembali ketika

    guru sedang mengajar. Kegiatan jenis ini biasanya digunakan di awal

    pembelajaran, untuk melihat kesiapan mental siswa pada saat mengawali suatu

    pembelajaran. Kegiatan jenis ini termasuk kategori yang mudah dilakukan.

    Contoh sederhananya adalah pada saat memulai proses pembelajaran anak diajak

    untuk kompak dan menghadirkan suasana kebersamaan dalam kelas. Dengan

    nyanyian dan gerakan sederhana, “kalau kau suka hati tepuk tangan, kalau kau

    suka hati mari kita belajar kalau kau suka belajar ayo siap-siap” dengan suara

    yang kompak dan nyaring.

  • 16

    2) Jenis Brayn Gym (Senam otak)

    Joyfull Learning jenis Brayn Gym (senam otak) adalah serangkaian latihan

    berbasis gerakan tubuh sederhana. Menurut ahli senam otak dari lembaga

    educational Kinesiology Amerika Serikat Paul E. Denisson (Yanuarita, 2013: 77)

    mengatakan bahwa “walaupun sederhana, Brayn Gym mampu memudahkan

    kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan

    tuntutan hidup sehari-hari”. Selanjutnya Dryden dan Vos (Rudiana, 2012)

    menjelaskan mengkondisikan otak kanan dan otak kiri dalam keadaan rileks dapat

    dilakukan dengan mengadakan permainan atau Brayn Gym (senam otak),

    sehingga bisa merangsan komunikasi antara otak kanan dan otak kiri.

    Senam otak berguna untuk melatih otak, dan juga sangat praktis karena

    bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Senam otak di dalam

    penelitian ini diperuntukkan untuk siswa dan dapat dilakukan pada kegiatan awal

    pembelajaran, pada saat anak mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam

    menjalankan aktivitas belajar juga dapat dilakukan pada saat jedah pembelajaran

    untuk kembali mengarahkan otak agar berada pada kondisi gelombang alpha yang

    mana pada gelombang ini kondisi otak siap untuk kembali menerima informasi.

    3) Jenis Humor

    Humor adalah kebutuhan asasi manusia. Buzan (Rudiana, 2012:123)

    mengatakan bahwa “humor pada dasarnya adalah imajinasi dan kemampuan otak

    untuk menemukan asosiasi baru yang menakjubkan”. Humor dapat dibuat sendiri,

    mulai dari yang aneh sampai yang tidak masuk akal seperti yang dikemukakan

    Darmansyah (Rudiana, 2012) humor adalah suatu yang bersifat menimbulkan atau

  • 17

    menyebabkan pendengarnya merasa tergelitik perasaan lucunya, sehingga

    terdorong untuk tertawa, apakah itu karena keanehannya, ketidak masuk

    akalannya, kekontradiksiannya, kenakalannya dan lain-lain. Hal ini selaras dengan

    penelitian tentang humor oleh Lee Bark, seorang ilmuwan dari Loma Linda

    University, yang menunjukkan bahwa tertawa atau sifat humoris bisa dilatih dan

    dilakukan setiap hari.

    Humor dapat mengangkat siswa dari keseriusan yang mengerikan,

    memecah ketegangan yang menjemukan, dan memberikan sesuatu yang baru.

    Sukadi (Rudiana,2012) menjelaskan bahwa pembelajaran tanpa sesekali diselingi

    humor akan membuat siswa cepat jenuh, karena siswa tidak menyukai guru yang

    pembelajarannya monoton. Penggunaan humor yang mendidik (edukatif), dapat

    membuat suasana pembelajaran menjadi dinamis dan menyenangkan.

    Humor sudah pasti akan dapat membangkitkan gairah dan semangat

    belajar siswa. Karena, pembelajaran yang berlangsung akan menarik bagi siswa.

    Sebuah humor akan sangat bermanfaat dan membantu tenaga pendidik dalam

    mentransfer ilmu apabila sebuah materi disampaikan dalam bentuk humor ataupun

    demonstrasi yang memang sengaja dirancang agar ada unsur humoris yang di

    dalamnya bertujuan untuk menarik minat siswa.

    2. Keterampilan Berbicara

    a. Hakekat berbicara

    Iskandarwassid (dalam 2014: 241) menyatakan “Keterampilan berbicara

    pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi

  • 18

    artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan

    pada orang lain.”

    Tarigan (dalam 2015:16) menyatakan bahwa “Berbicara adalah

    kemampuan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

    menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” Dengan

    demikian, berbicara tidak sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.

    Berbicara adalah suatu cara dan juga alat untuk mengomunikasikan gagasan-

    gagasan yang disusun serta dikembangkan.

    Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dalam kelompok. Anggota

    dalam kelompok tersebut selalu terjadi interaksi. Untuk berinteraksi manusia

    memerlukan alat seperti yang telah disebutkan, yaitu bahasa. Dalam berinteraksi

    (berkomunikasi) yang menggunakan bahasa tersebut dapat dilaksanakan secara

    lisan maupun tertulis. Untuk berkomunikasi secara lisan dengan efektif

    diperlukan kemampuan menyimak dan berbicara. Berbicara secara umum dapat

    diartikan sebagai suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati

    seseorang kepada orang lain. Pengertian secara khusus banyak dikemukakan oleh

    para pakar.

    Berbicara merupakan perwujudan komukasi secara lisan (dalam Munir,

    2015:10). Komunikasi secara lisan sering dilakukan oleh manusia dalam

    kehidupan sehari-hari dengan berbagai tujuan.

    Brooks (dalam Tarigan, 2015: 17-18) mengemukakan beberapa prinsip

    umum yang mendasari kegiatan berbicara, yaitu, (1) Membutuhkan paling sedikit

    dua orang, (2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama, (3)

  • 19

    Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum., (4) Merupakan suatu

    pertukaran antara partisipan, (5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang

    lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera, (6) Berhubungan atau berkaitan

    dengan masa kini, (7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang

    berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory

    apparatus).

    Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, lingkungan tertentu

    dan lingkungan formal, pembicara dituntut secara formal pula. Misalnya

    berpidato, berdiskusi, ceramah, wawancara (interview), dan bercerita. Sebaliknya,

    dalam situasi dan suasana informal seperti banyak dilaksanakanmanusia dalam

    kehidupan sehari-hari, pembicara berbicara santai (tidak formal), misalnya dalam

    tukar-menukar pengalaman, percakapan di jalan dan sebagainya.

    Berdasarkan uraian mengenai hakekat berbicara, dapat disimpulkan bahwa

    berbicara merupakan salah satu keterampilan dalam aspek bahasa yang sangat

    penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Keterampilan

    berbicara ini perlu distimulus melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan

    kosakata yang dimiliki anak.

    b. Tujuan Berbicara

    Tarigan (dalam2015:16) menyatakan “Tujuan utama berbicara dari adalah

    untuk berkomunikasi.” Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dan

    kemauan secara efektif seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu

    yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi

  • 20

    terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang

    mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

    Gorys Keraf (dalam Slamet 2012:37), menyatakan bahwa tujuan berbicara

    yaitu, (1) Mendorong pembicara untukmemberi semangat, membangkitkan

    kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian, (2) Meyakinkan:

    pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual

    kepada para pendengar, (3) Berbuat/bertindak: reaksi fisik dari pendengar dengan

    harapan agar pendengar terbangkitkan emosinya, (4) Memberitahukan: pembicara

    berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar dengan

    harapan agar pendengar mengetahui tentang suatu hal, pengetahuan dan

    sebagainya, (5) Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan,

    menghibur pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.

    Sejalan dengan pendapat diatas, Tarigan (dalam Munir, 2015:12),

    menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2)

    menginformasikan, (3) menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5)

    menggerakkan.Tarigan (2015:17) menyatakan “Pada dasarnya berbicara

    mempunyai tiga maksud umum, yaitu: (1) memberitahukan dan melaporkan (to

    Inform); (2) menjamu dan menghibur (to entertain); dan (3) membujuk, mengajak,

    mendesak dan meyakinkan (to persuade).

    c. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara

    Burhan (dalam Ahmad, 2013) menyatakan ada beberapa aspek yang dinilai

    pada saat anak berbicara diantaranya sebagai berikut:

  • 21

    a) Pelafalan

    Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi

    bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat

    mengalihkan perahatian pendengar.

    b) Intonasi

    Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan

    merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,

    dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.

    Penempatan Intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan

    berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan

    berbicara.

    c) Pilihan kata (diksi)

    Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya

    mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih

    terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh

    pendengar.

    d) Kelancaran

    Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar

    menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara

    terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu disecara harus

    memiliki volume suara yang jelas sehingga suara yang dihasilkan dapat dipahami

    dengan jelas oleh pendengar kemudian disertai dengan pelafalan yang jelas.

  • 22

    3. Belajar dan Hasil Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap manusia

    sebagai hasil dari aktivitas yang dilakukan. Belajar secara tradisional diartikan

    sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.

    Gagne (Susanto, 2013:1), mengemukakan bahwa “Belajar dapat

    didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya

    sebagai akibat pengalaman”. Hamalik (2016:39), mengemukakan bahwa “belajar

    adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan

    pengalaman”.

    Gagne (Suprijono, 2013:2), mengemukakan bahwa “Belajar adalah

    perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

    Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

    seseorang secara alamiah”.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu

    proses yang dimiliki setiap individu melalui pengalaman dan berbagai latihan

    melalui aktivitasnya.

    b. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan

    keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan

    pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk

    mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi belajar.

  • 23

    Suprijono (2013:7), mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah

    perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

    kemanusiaan saja”.

    Nawawi (Susanto,2013:5), mengemukakan bahwa :

    Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam

    mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

    diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

    Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

    kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

    belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

    untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah perubahan yang dimiliki oleh siswa baik dalam aspek kognitif, afektif dan

    psikomotorik setelah melakukan proses kegiatan pembelajaran.

    4. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

    a. Pengertian Bahasa Indonesia

    Pada hakikatnya, Bahasa Indonesia menjadi suatu mata pelajaran yang

    dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

    Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus

    mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.

    Rohmadi (2011: 9), mengemukakan bahwa:

    Bahasa adalah alat berkomunikasi dalam kehidupan manusia.

    Wibowo (2001:3), mengemukakan bahwa:

    Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi

    (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang

    dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk

    melahirkan perasaan dan pikiran.

  • 24

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Bahasa

    Indonesia adalah bagian dari kurikulum sekolah yang siswa diarahkan, dibimbing,

    dan dibantu untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan

    sikapnya dalam bermasyarakat maupun bernegara.

    b. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

    Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak terlepas dari empat keterampilan

    berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

    Keterampilan menyimak dan membaca disebut keterampilan reseptif, sedangkan

    keterampilan berbicara dan menulis disebut keterampilan produktif. Keempat

    keterampilan ini selanjutnya menjadi tujuan dari pengajaran Bahasa Indonesia di

    sekolah-sekolah, termasuk di sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

    diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi

    dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,

    serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia

    (BSNP:317)

    Subana dan sunarti(2011:268), mengemukakan bahwa:

    Siswa pada jenjang sekolah dasar terbagi dalam dua kelompok utama,

    yaitu peringkat pemula (kelas I-III) dan peringkat lanjutan (kelas III-VI).

    Pembelajaran bahasa untuk kedua kelompok ini berbeda karena sasaran

    dan tujuannya juga berbeda. Pembelajaran bahasa indonesia untuk kelas

    pemula lebih diarahkan pada keterampilan Membaca dan Menulis

    Permulaan (MMP) yang sifatnya teknis dan kegiatan menyimak

    berbicaranyapun pada tingkat paling sederhana. Sedangkan pada peringkat

    lanjutan pembelajaran lebih diarahkan pada pelatihan penggunaan

    keterampilan bebahasa yang lebih kompleks.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    Bahasa Indonesia adalah untuk membuat peserta didik mengembangkan

  • 25

    kemampuan-kemampuan yang ada dalam dirinya agar dapat terampil dalam

    berkomunikasi pada masyarakat disekitarnya.

    B. Penelitian Relevan

    1. Penelitian yang telah dilakukan Hendi Septiawan yang berjudul

    “Penerapam Metode Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning untuk

    Menungkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran

    Matematika Kelas IV SDN Salatiga 01 Kota Salatiga”. Berdasarkan

    penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Metode

    Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning mampu meningkatkan Motivasi

    dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN

    Salatiga 01 Kota Salatiga yang tergambar dari sebesar 92,2% siswa lulus

    KKM.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Suprianti dengan judul “Penerapan

    Pembelajaran berbasis Joyfull Learning untuk meningkatkan Kualitas

    Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi di Kelas XI SMA Negeri 6

    Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian

    tersebut, maka disimpulkan bahwa:

    a. Penerapan Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning dapat

    meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi.

    b. Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,

    Kualitas Hasil Pembelajaran Akuntansi menunjukkan peningkatan

    ketuntasan dari 68,75% pada siklus I menjadi 78,13% pada siklus II.

  • 26

    C. Kerangka Pikir

    Guru dituntut untuk dapat melibatkan siswa secara aktif dalam suatu

    proses pembelajaran dengan harapan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran

    secara maksimal. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang berbasis

    hafalan yang dapat membuat siswa merasa jenuh atau bosan dalam

    mempelajarinya, karena pada pembelajaran ini guru masih menggunakan teknik

    pembelajaran konvensional, sehingga guru terkesan lebih aktif selama proses

    pembelajaran berlangsung akibatnya pembelajaran menjadi kaku, tidak bervariasi

    dan kurang menyenangkan. Sementara pembelajaran dengan strategi Joyfull

    Leraning menawarkan suasana pembelajaran yang lebih variatif, kreatif dan

    menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa bosan atau mengantuk dalam

    mengikuti pembelajaran tersebut.

  • 27

    Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema sebagai

    berikut:

    Kerangka pikir diatas dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini!

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

    D. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan,

    maka hipotesis tindakan pada penelitian adalah jika Strategi Joyfull Learning

    diterapkan maka keterampilan berbicara murid kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba.

    .

    Kondisi Awal

    Tindakan

    Kondisi Akhir

    Penerapan metode poster comment

    1. Siklus I

    2. Siklus II

    Keterampilan berbicara meningkat

    1. Penyajian materi yang bersifat monoton

    dan kurang valiatif

    2. Penggunaan metode yang kurang tepat

    3. Murid kurang aktif dan kurang

    termotivasi dalam pembelajaran

    4. Hasil belajar rendah

  • 28

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    tindakan kelas yang bersifat deskriptif. Menurut Umar dan Kaco, (Khalik,2009),

    bahwa PTK bertujuan untuk perbaikaan dan peningakatan layanan profesional guru

    dalam menangani kegitan belajar mengajar. Suharsimi Arikunto (2006)

    Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu pencermatan terhadap

    kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

    terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. PTK yang merupakan suatu

    kegiatan ilmiah terdiri dari Penelitian-Tindakan-Kelas

    Kunandar (2008) Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action

    Research ialah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui

    akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas

    tersebut. Suhardjono (2007) Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas

    sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan

    memperbaiki atau meningkatkan mutu prose atau praktik pembelajaran.

    Suyanto (1997) Menjelaskan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang

    bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk

    memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran didalam kelas

    secara lebih profesional. Oleh karenanya PTK sangat berkaitan erat dengan

    persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami oleh pendidik

  • 29

    Model PTK yang dipilih untuk mengungkapkan hasil penelitian sesuai

    dengan data dan fakta yang diperoleh di kelas adalah Model PTK yang dikembangkan

    oleh Kurt Lewin. Bentuk PTK yang dipilih adalah bentuk kolaborasi antara guru dan

    peneliti. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari

    empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

    B. Lokasi dan Subjek Penelitian

    1. Lokasi Penelitan

    Penelitian yang akan dilaksanakan di kelas II UPT SPF SDN 11

    Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Waktu penelitian berlangsung mulai

    bulan April sampai dengan bulan Juni.

    2. Subjek Penelitian

    Adapun subjek penelitian tindakan kelas adalah murid kelas II

    UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba sebanyak 18 orang

    yang terdiri dari 8 murid laki-laki dan 5 murid perempuan. Alasan peneliti

    memilih kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba

    karena rendahnya hasil belajar murid mengenai keterampilan berbicara.

    Peneliti mendapat respon baik dari pihak sekolah dalam pelaksanaan

    penelitian ini.

    C. Faktor yang diselidiki

    Adapun yang menjadi faktor penelitian ini adalah :

    1) Faktor proses, Untuk melihat pelaksanaan pembelajaran, Didalam

    menerapkan strategi Joyfull Laerning

  • 30

    2) Faktor output, Untuk melihat hasil belajar murid pada proses

    pembelajaran, Dalam hal keterampilan berbicara dalam pembelajaran.

    D. Prosedur Penelitian

    Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Secara garis

    besar ada empat tahapan yang dilalui dalam PTK yaitu perencanaan,

    pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2015:210). Desain Penelitian

    ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang

    mana penelitian ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat

    tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Namun

    demikian tidak tertutup kemungkinan timbul hal-hal baru untuk mencapai

    hasil yang diharapkan.

  • 31

    Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2015)

    Pelaksanaan penelitian dirancang dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

    Secara lebih rinci prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini

    dapat dijabarkan sebagai berikut :

    Siklus I

    1. Perencanaan

    Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah :

    a) Mengadakan konsultasi dengan guru mata pelajaran tentang strategi

    Joyfull Learning

    Perencanaan

    Refleksi SIKLUS I Tindakan

    Observasi

    Perencanaan

    Refleksi SIKLUS II Tindakan

    Observasi

    ?

  • 32

    b) Menyusun rencana pembelajaran dengam menggunakan strategi

    Joyfull Learning.

    c) Menjelaskan materi pelajaran tentang Joyfull Learning

    d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah Joyfull Learning telah

    dimengerti oleh murid.

    2. Pelaksanaan tindakan

    Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan yakni

    pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran

    yang telah disusun pada tahap perencanaan.

    3. Observasi

    Tahap ini merupakan dimana peneliti mengadakan

    observasi/pengamatan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan untuk

    mengetahui hambatan yang telah dihadapai pada saat pelaksanaan

    tindakan. Sasaran observasi adalah aktivitas guru dan murid. Aktivitas

    guru yang diamati adalah pada saat awal pembelajaran, proses

    pembelajaran akhir pembelajaran.

    4. Refleksi

    Kegiatan refleksi bertujuan untuk menganalisis data pada setiap

    akhir tindakan siklus dengan prosedur analisis data: reduksi data, beberapa

    data, dan penarikan kesimpulan. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk

    merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

  • 33

    Siklus II

    Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan bahwa pelaksanaan siklus II

    merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Dengan demikian sebagai

    gambaran pelaksanaan kegiatan siklus ini merupakan kelanjutan dari siklus I,

    akan tetapi jika dari hasil tindakan pada siklus I ternyata ditemukan

    permasalahan yang memungkinkan pendekatan atau tindakan adalah sah

    sesuai dengan prinsip tindakan. Siklus II dilaksanakan selama 2 kali

    pertemuan.

    E. Instrumen Penelitan

    Instrumen penelitian tindakan kelas ini berupa observasi dan tes.

    Adapun instrumen penelitan sebagai berikut :

    1. Observasi

    Pedoman observasi merupakan alat yang digunkan dalam

    mengamati secara langsung objek yang ada hubungannya dengan

    penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung

    untuk mengetahui aktivitas belajar murid kelas II SD Inpres Pajagalung

    Kab. Gowa. Adapun yang di observasi yaitu murid yang hadir

    memperhatikan penjelasan guru, murid yang mampu berbicara baik dan

    benar, murid yang aktif menjawab pertanyaan guru. Alat yang digunakan

    untuk mengobservasi berupa lembar observasi kegiatan murid yang

    terdapat pada lampiran.

  • 34

    2. Tes

    Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

    digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi

    kemapuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

    (Daryanto, 2007 : 35). Peneliti menempuh langkah pendekatan tes akhir

    pembelajaran. Bentuk tes yang disajikan adalah mengomentari gambar.

    Tes akhir diberikan kepada subjek penelitian untuk mengetahui data akhir

    hasil belajar Bahasa murid..

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

    adalah :

    1. Observasi

    Pengamatan dilaksanakan oleh mitra untuk mengetahui lebih jauh

    tentang proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah tersebut. Data

    hasil observasi/pengamatan/aktivitas guru dan murid selama proses

    pembelajaran dengan pengamatan langsung menggunakan lembar

    observasi pada setiap pertemuan.

    2. Tes

    Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar murid berupa nilai

    yang diperoleh murid yang diambil dari nilai yang diperoleh dari tes hasil

    belajar yang diberikan kepada murid setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan

    untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara murid terhadap

    materi pelajaran yang telah diajarkan.

  • 35

    G. Teknik Analisis Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    deskriptif. Analisis deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk

    menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

    yang telah terkumpul selama proses penelitian. Adapun langkah-langkah

    dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

    a) Rata-rata (Mean)

    =

    Dimana:

    = Rata-rata

    = Jumlah seluruh data

    N = Banyaknya data

    b) Persentase (%) nilai rata-rata

    = x 100%

    Dimana:

    P = Angka persentase

    f = frekuensi yang dicari persentasenya

    N= Banyaknya sampel responden.

    Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data, berupa data

    kualitatif dengan mencari rara-rata. Skor nilai murid adalah berkisar antara 0-

    100. Sedangkan nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :

  • 36

    Na =ajumlahsisw

    semuamuridJumlahskor

    Dalam penentuan kriteria penilaian tentang hasil observasi maka,

    dikelompokkan menjadi 4 kriteria persentasi menurut Suharsimi Arikunto

    (2015: 246) adalah sebagai berikut :

    1. Apabila presentasi antara 76%- 100% dikatakan “baik sekali”.

    2. Apabila presentasi antara 51%- 75% dikatakan “baik”.

    3. Apabila presentasi antara 26%- 50% dikatakan “cukup”.

    4. Apabila presentasi antara ≤ 25% dikatakan “kurang”.

    Tabel 3.1. Teknik Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid

    No Skor Kategori

    1 85- 100 Sangat baik

    2 70- 85 Baik

    3 56 – 70 Cukup

    4 40- 55 Kurang

    Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2015: 246)

    Hasil nilai rata- rata yang di peroleh pada siklus I dan siklus II

    selanjutnya dibandingkan. Hal ini untuk mengetahui ada atau tidaknya

    peningkatan pada pembelajaran berbicara. Jika terjadi peningkatan, maka di

    simpulkan bahwa penerapan strategi Joyfull Learning dapat meningkatkan

    keterampilan berbicara murid.

  • 37

    Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimum SDN 11 Kalumeme

    Nilai Kriteria Ketuntasan

    0

    70

    Tidak Tuntas

    Tuntas

    Sumber : SDN 11 Kalumeme

    Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila

    memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70.

    H. Indikator Keberhasilan

    Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil

    apabila terjadi perubahan proses dan hasil ke arah yang lebih baik. Penelitian

    ini dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria dibawah ini.

    1. Terjadi peningkatan keaktifan murid selama pembelajaran berbicara

    menggunakan strategi Joyfull Learning. Peningkatan ke aktifan murid

    dapat dilihat dari lembar observasi murid. Adapun kriteria keberhasilan

    proses pembelajaran apabila rata- rata hasil observasi masuk pada kategori

    baik (51%- 85%).

    2. Sedangkan perubahan hasil ditunjukan dengan 85% nilai keterampilan

    berbicara murid telah mencapai KKM yang telah di tetapkan di UPT SPF

    SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Adapun KKM yang telah

    ditentukan yaitu 70.

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan dari siklus I ke

    siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan keberhasilan penerapan

    strategi pembelajaran Joyfull Learnimg menunjukkan peningkatan dan perbaikan.

    Hal ini dirasa cukup berhasil karena indikator keberhasilan sudah tercapai. Untuk

    menunjukkan hal tersebut, digunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik

    deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara

    siswa dengan menerapkan strategi Joyfull Learning.

    1. Siklus I

    Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

    observasi, dan refleksi serta replaning, seperti berikut ini :

    a) Perencanaan ( Planning )

    1) Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi.

    2) Menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran

    (RPP) .

    3) Menyiapkan media pembelajaran dengan gambar.

    4) Mempersiapkan alat pengumupulan data berupa lembar observasi dan

    aktivitas siswa dan guru.

    5) Mempersiapkan lembar penilaian keterampilan berbicara.

  • 39

    b) Pelaksanaan Tindakan

    Peneliti dan kolaborator menetapkan tindakan sesuai perencanaan yang

    telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas II

    UPT SPF SDN 11 KALUMEME. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri

    dari dua pertemuan. Berikut adalah uraian mengenai tahapan tindakan

    dalam pembelajaran.

    1) Pertemuan Pertama

    Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2020

    dengan alokasi waktu 2x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu “Hidup

    Rukun” dengan subtema “Hidup Rukun di Rumah” pembelajaran 2.

    Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a

    menurut agama dan keyakinan masing-masing. Mengabsensi siswa atau

    mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan

    mengemukakan tema yang akan digunakan pada pembelajaran. Tema yang

    digunakan adalah Hidup Rukun. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di

    bawah gambar utama dapat digunakan sebagai bahan untuk bertanya jawab

    dengan siswa. Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana agar kerukunan

    dapat terjaga di rumah, tempat bermain, sekolah, dan masyarakat?.

    Kegiatan inti pada proses pembelajaran yaitu siswa dibimbing guru

    untuk memahami simbol-simbol Pancasila. Siswa mengamati simbol sila

    pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Siswa bersama-sama

    membaca teks Pancasila seperti terdapat pada Buku Siswa. Siswa

  • 40

    dikelompokan secara berpasangan. Siswa menunjuk gambar simbol sila-

    sila pada Pancasila, kemudian menjelaskan bunyi sila yang sesuai. Setelah

    selesai mengerjakan soal tersebut, siswa disuruh mendemonstrasikan di

    depan kelas. Kemudian guru menunjuk siwa untuk naik

    mendemonstrasikan pekerjaannya. Siswa duduk berkelompok sesuai

    dengan kelompoknya. Kemudian siswa mendapatkan penjelasan mengenai

    tugas-tugas yang harus dikerjakan setiap anggota kelompok.

    Cara menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan dengan cara

    permainan sesuai yang digunakan guru. Siswa menyimpulkan materi yang

    dipelajari. Guru menyempurnakan kesimpulan yang telah diperoleh dari

    siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berani

    mendemonstrasikan jawaban ke depan kelas.

    Pada kegiatan penutup bersama-sama siswa membuat kesimpulan /

    rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi

    yang telah dipelajari. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan

    keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran

    Adapun tes berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I

    bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil tes

    keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%),

    sehingga akan diperoleh persentase perolehan tes keterampilan berbicara

    pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

  • 41

    Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa

    Siklus I

    No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

    1 ≥ 70 3 16,7% Tuntas

    2 < 70 15 83,3% Belum Tuntas

    Jumlah 18 100%

    Jumlah Nilai 1120

    Nilai Rata-Rata 62,22

    Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tes keterampilan

    berbicara pasca tindakan siklus I diikuti oleh 18 siswa. Hasilnya adalah

    siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar

    16,7%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria yaitu sebanyak 15

    siswa atau sebesar 83,3%. Nilai rata-ratanya yaitu 1120. Dari data

    tersebut dapat dsimpulkan terdapat 3 siswa yang sudah tuntas dan 15

    siswa yang belum tuntas.

    2) Pertemuan kedua

    Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2020 dengan

    alokasi waktu 2x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu “Hidup Rukun”

    dengan subtema “Hidup Rukun di Rumah” pembelajaran 4.

    Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a menurut

    agama dan keyakinan masing-masing. Mengabsensi siswa atau mengecek

    kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan mengemukakan

    tema yang akan digunakan pada pembelajaran. Tema yang digunakan

    adalah Hidup Rukun. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di bawah

  • 42

    gambar utama dapat digunakan sebagai bahan untuk bertanya jawab

    dengan siswa. Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana agar kerukunan

    dapat terjaga di rumah, tempat bermain, sekolah, dan masyarakat?.

    Kegiatan inti pada pembelajaran ini yaitu guru mengajak siswa untuk

    bermain yel-yel. Siswa bercerita di dalam kelompoknya tentang

    pengalaman menerapkansila ketiga Pancasila di rumah. Guru mengajak

    siswa bryan gym (senam otak) untuk melatih konsentrasi mereka dengan

    menyanyikan lagu “ Topi saya Bundar” disertai dengan gerakan tertentu.

    Siswa diminta membaca kalimat-kalimat yang berisi ungkapan. Kemudian

    siswa diminta menuliskan makna ungkapan tersebut. Guru mengamati

    siswa dalam memahami makna ungkapan dalam kalimat (Rubrik

    Penilaian), Bahasa Indonesia KD 3.1 dan KD 4.1). Sikap yang

    dikembangkan adalah teliti

    Pada kegiatan penutup bersama-sama siswa membuat kesimpulan /

    rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi

    yang telah dipelajari. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan

    keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

    Adapun tes berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I bertujuan

    untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil tes keterampilan

    berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%), sehingga akan

    diperoleh persentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus I

    yang dapat dilihat pada tabel berikut i

  • 43

    Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa

    Siklus I Pertemuan II

    No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

    1 ≥ 70 6 33,3% Tuntas

    2 < 70 12 66,7% Belum Tuntas

    Jumlah 18 100%

    Jumlah Nilai 1195

    Nilai Rata-Rata 66,38

    Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tes keterampilan

    berbicara pasca tindakan siklus I diikuti oleh 18 siswa. Hasilnya adalah

    siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 6 siswa atau sebesar

    33,3%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria yaitu sebanyak 12

    siswa atau sebesar 66,7%. Nilai rata-ratanya yaitu 1195. Dari data

    tersebut dapat dsimpulkan terdapat 6 siswa yang sudah tuntas dan 18

    siswa yang belum tuntas.

    c) Observasi

    Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan

    tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan di setiap

    pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti.

    1) Pertemuan Pertama

    Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Agustus 2020,

    observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa

    selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk

  • 44

    mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan

    selanjutnya.

    Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan

    Pembelajaran Siklus I Pertemuan I

    No Aktivitas Guru Skor

    1 2 3 4

    Pendahuluan

    1. Guru melakukan apersepsi

    2. Guru memberikan motivasi

    3. Guru menjelaskan tujuan yang akan Dicapai

    4. Guru menjelaskan langkah-langkah proses belajar mengajar

    Kegiatan Inti

    5. Guru mengelompokkan siswa

    6. Guru mengontrol kesiapan diskusi

    7. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok

    8. Guru melakukan penilaian presentasi siswa

    9. Guru menanggapi hasil kegiatan Siswa

    10. Guru membimbing mengambil Kesimpulan

    11. Guru memberikan tes evaluasi

    Penutup

    12. Guru memberikan tindak lanjut

    Total Skor 29

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I pertemuan

    pertama, dapat diketahui total skornya yaitu 29. Skor tersebut termasuk dalam

  • 45

    kriteria baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah berjalan

    dengan baik, tetapi perlu ditingkatkan agar pembelajaran menjadi lebih baik

    lagi.

    Antusiasme siswa sudah terlihat pada pertemuan pertama. Siswa senang

    mengikuti pembelajaran dengan memperhatikan penjelasan guru walau

    terkadang fokus masih teralihkan. Siswa terlihat senang pada saat

    berdiskusi, namun siswa belum memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa

    kadang bermain sendiri dan bahkan ada yang bercerita dengan temannya.

    Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan

    Pembelajaran Siklus I Pertemuan I

    No Aspek yang diamati pada saat siswa berdiskusi

    Skor

    1 2 3 4

    1. Siswa senang mengikuti proses Pembelajaran

    2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik

    3. Siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

    4. Siswa bekerja dalam kelompok

    5. Siswa aktif dalam kegiatan Berdiskusi

    6. Siswa aktif menyatakan pendapat

    7. Siswa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dari guru

    8. Siswa kompak dalam menyelesaikan tugas

    9. Siswa antusias menjawab pertanyaan dari guru

    10. Siswa berani tampil presentasi ke Depan

    Total Skor 26

  • 46

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I

    pertemuan pertama, dapat diketahui total skornya yaitu 26. Skor tersebut termasuk

    dalam kriteria baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam

    pembelajaran sudah baik, akan tetapi masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar

    proses pembelajaran dapat berjalan lebih optimal.

    2) Pertemuan Kedua

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang

    menggunakan penerapan pembelajaran joyfull learning sudah berjalan

    dengan baik sesuai dengan perencanaan. Kekurangan pada pertemuan

    pertama sedikit demi sedikit dapat diperbaiki pada pertemuan kedua.

    Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang

    menggunakan penerapan pembelajaran joyfull learning sudah berjalan

    dengan baik sesuai dengan perencanaan. Kekurangan pada pertemuan

    pertama sedikit demi sedikit dapat diperbaiki pada pertemuan kedua.

    Guru sudah menunjukkan penampilan yang lebih baik dalam menerapkan

    penerapan pembelajaran joyfull learning pada pertemuan kedua. Hasil

    pengamatan menunjukkan guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai

    dengan langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran joyfull learning

    Guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

    kegiatan awal. Guru juga lebih sering memberikan motivasi dengan kata-kata

  • 47

    yang membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Guru lebih

    memperhatikan kesiapan siswa dan memastikan bahwa siswa siap untuk

    mengikuti kegiatan diskusi. Guru juga lebih jelas dalam menjelaskan

    langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi, guru

    telah menunjukkan penampilan yang baik yaitu dengan memberikan arahan

    dan memberikan bimbingan bagi kelompok yang mengalami kesulitan. Jika

    ada siswa yang masih ramai sendiri 5pada saat diskusi berlangsung, guru

    lebih banyak memberikan peringatan dan teguran yang bersifat memotivasi

    agar siswa dapat memanfaatkan waktu diskusi dengan baik. Guru juga

    melakukan penilaian presentasi dan memberikan tanggapan terhadap hasil

    kegiatan siswa.

    Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran pada

    kegiatan akhir, kemudian guru menekankan kembali mengenai kesimpulan yang

    diberikan siswa. Guru juga telah memberikan tes evaluasi. Setelah siswa selesai

    mengerjakan soal, siswa dan guru membahas mengenai jawaban dari evaluasi

    tersebut. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

    Siklus I Pertemuan II

    No Aktivitas Guru Skor 1 2 3 4

    Pendahuluan

    1. Guru melakukan apersepsi

    2. Guru memberikan motivasi

    3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai

  • 48

    4. Guru menjelaskan langkah- langkah proses belajar mengajar

    Kegiatan Inti

    5. Guru mengelompokkan siswa

    6. Guru mengontrol kesiapan Diskusi

    7. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok

    8. Guru melakukan penilaian presentasi siswa

    9. Guru menanggapi hasil kegiatan Siswa

    10. Guru membimbing mengambil Kesimpulan

    11. Guru memberikan tes evaluasi Penutup

    12. Guru memberikan tindak lanjut

    Total Skor 37

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I pertemuan

    kedua, total skor meningkat dari pertemuan pertama yaitu dari 29 menjadi 37.

    Berdasarkan hasil tersebut, total skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah

    33. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah berjalan dengan baik.

    Guru telah meminimalkan kekurangan-kekurangan pada pertemuan pertama.

    Antusiasme siswa sudah terlihat pada pertemuan pertama. Siswa senang

    mengikuti pembelajaran dengan memperhatikan penjelasan guru walau

    terkadang fokus masih teralihkan. Siswa terlihat senang pada saat

    berdiskusi, namun siswa belum memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa

    kadang bermain sendiri dan bahkan ada yang bercerita dengan temannya.

  • 49

    Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan

    Pembelajaran Siklus I Pertemuan II

    No Aspek yang diamati pada saat siswa berdiskusi

    Skor

    1 2 3 4

    1. Siswa senang mengikuti proses Pembelajaran

    2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik

    3. Siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

    4. Siswa bekerja dalam kelompok

    5. Siswa aktif dalam kegiatan Berdiskusi

    6. Siswa aktif menyatakan Pendapat

    7. Siswa bersungguh-sungguh

    dalam melaksanakan tugas dari Guru

    8. Siswa kompak dalam menyelesaikan tugas

    9. Siswa antusias menjawab pertanyaan dari guru

    10. Siswa berani tampil presentasi ke depan

    Total Skor 30

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I

    pertemuan kedua dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan

    pembelajaran menunjukkan adanya peningkatam total skor dari pertemuan

    pertama yaitu dari 26 menjadi 30. Berdasarkan hasil tersebut, total skor rata-

    rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 28. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

    aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih baik dan telah meningkat dari

    pertemuan pertama.

  • 50

    d) Refleksi

    Peneliti melakukan evaluasi terhadap prosedur, proses pembelajaran yang

    telah dilakukan, serta hasil tindakan. Peneliti dan guru melakukan observasi

    terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil observasi yang

    dilakukan observer kemudian dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh

    hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk

    mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan

    menggunakan strategi penerapan joyfull learning. Selain itu refleksi ini juga

    bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah sesuai

    perencanaan atau belum, serta sebagai tindak lanjut kegiatan selanjutnya agar

    lebih maksimal.

    Berdasarkan hasil observasi, siswa masih terlihat malu-malu dan percaya

    diri tetapi ditunjuk untuk menyatakan pendapatnya pada saat berdiskusi.

    Kekompakan siswa dalam kelompok juga masih kurang, ada beberapa siswa

    yang berbicara dengan jelas, tetapi ada beberapa kata yang salah pelafalan.

    Siswa juga masih sering ragu-ragu dan tersendak-sendak dalam menjawab

    pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, dari hasil tes berbicara siswa

    mengenai ucapan banyak terjadi kesalahan intonasi, namun masih banyak

    siswa yang volume suaranya kurang nyaring atau kurang jelas. Tekanan dalam

    berbicara juga perlu lebih diperhatikan, karena keras lemahnya suara,

    tinggi rendahnya suara, perhentian kalimat, dan cepat-lambatnya berbicara

    sudah baik namun masih kurang stabil. Pembicaraan siswa masih terdengar

  • 51

    datar dan penempatan tekanan yang kurang baik.

    Guru kurang memperhatikan kesiapan siswa sebelum m