PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK ......Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna...
Transcript of PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK ......Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna...
-
PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II
UPT SPF SDN 11 KALUMEME KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Ujian Skripsi
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Jaka Saputra
NIM: 10540 11153 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul Skripsi : Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas
II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten
Bulukumba
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : JAKA SAPUTRA
NIM : 10540 11153 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan
layak untuk diujikan.
Makassar, September 2020
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Andi Adam, S.Pd,. M.Pd Abdan Syakur.,S.Pd.,M.Pd
Diketahui:
Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan
UNISMUH Makassar Guru Sekolah Dasar
Erwin Akib, S.Pd., M,Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.
NBM : 860 934 NBM : 1148913
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : JAKA SAPUTRA
NIM : 10540 11153 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II
UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun .
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Pernyataan
Jaka Saputra
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : JAKA SAPUTRA
NIM : 10540 11153 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Perjanjian
Jaka Saputra
-
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
(mengerjakan -8)
lalu, maka dari itu tataplah masa depan
Persembahan:
Kuperumtukkan karya teristimewa ini kepada orang tuaku
tercinta yang senantiasa mengarahkan, memberi kasih
sayang dan perhatian yang tulus…
Serta kepada Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk
sehingga semuanya dimudahkan dan dilancarkan…
JAKA SAPUTRA
ABSTRAK
-
JAKA SAPUTRA. 2020. Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing II Abdan
Syakur.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan strategi
Joyfull Learning dapat meningkatkan hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II
UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil
Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten
Bulukumba.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deskriptif atau
classroom action research. subjek penelitian adalah murid kelas II UPT SPF SDN
11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 murid
laki-laki dan 10 murid perempuan. Instrument yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah observasi dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa data dianalisis menggunakan analisis
deskriptif pada siklus I terjadi peningkatan pada nilai keterampilan menulis
melihat nilai KKM siswa pada pertemuan I dengan siswa yang tuntas hanya
16,7% sedangkan siswa yang dikategorikan tidak tuntas sebesar 83,3%. Nilai rata-
rata sebesar 62,22 sedangkan pada pertemuan II dengan melihat nilai KKM pada
pertemuan I dengan siswa yang tuntas hanya 33,3% sedangkan siswa yang
dikategorikan tidak tuntas 66,7%, pada siklus II terjadi peningkatan yang tinggi
dibandingkan pada siklus I. pada pertemuan I pada nilai KKM dapat 88,9%
dikategorikan tuntas dan 11,1% dapat dikategorikan tidak tuntas. dengan
memperoleh nilai rata-rata sebesar 74,44 sedangkan pada pertemuan II
memperoleh nilai KKM sebesar 100% dikategirikan tuntas dan tidak ada siswa di
kategorikan tidak tuntas Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil Keterampilan
Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba.
Kata Kunci: Strategi Joy Full Learning, Keterampilan Berbicara
KATA PENGANTAR
-
Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta
alam. Allah yang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita,
Allah yang paling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan
kita. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga
skripsi dengan judul “Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba” dapat diselesaikan.
Setiap orang dalam berkarya selalu mengharapkan kesempurnaan,
termasuk dalam tulisan ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki, tetapi penulis telah mengerahkan segala daya dan
upaya untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia
pendidikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tullisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua, Jaharia dan Kamiseng yang telah berdoa, berjuang, rela berkorban
-
tanpa pamrih dalam mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis
dalam proses pencarian ilmu.
Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun moral.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan penghormatan serta
ucapan terima kasih kepada Andi Adam,S.Pd.,M.Pd dan Abdan
Syakur,S.,Pd.M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal
hingga selesainya skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada; Aliem Bahri
S.Pd.,M.Pd., ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar; Erwin Akib, M.Pd.,
Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar, dan Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada HJ. Rosmala,S.Pd.SD kepala
UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba dan beserta stafnya,
terutama Bapak Ishak.,S.Pd.I selaku wali kelas II yang telah memberikan izin dan
bantuan untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga kepada sahabat dan
keluarga besar Hima Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 terkhusus kelas D Universitas
-
Muhammadiyah Makassar, terutama Khaerunnisa Nurdin, Andi Nurmaya Safitri,
Nurul Wahdana, Mutmainnah, Muh. Musyawwir serta Satriana terima kasih atas
segala bantuan, pelajaran, arahan serta motivasi yang diberikan.
Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi pahala disisi-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya
membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama
sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para
pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, Agustus 2020
Penulis
DAFTAR ISI
-
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii
SURAT PERJANJIAN ............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 5
2. Manfaat Praktis ......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ................................................................................... 7
1. Strategi Pembelajaran Joyfull Learning .................................... 7
2. Keterampilan Berbicara ........................................................... 17
3. Belajar dan Hasil Belajar ......................................................... 22
4. Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar ................... 23
B. Kerangka Pikir ................................................................................ 25
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 27
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ......................................................... 28
C. Faktor yang Diselidiki ..................................................................... 29
D. Prosedure Penelitian ........................................................................ 29
E. Instrument Penelitian ...................................................................... 32
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 33
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 34
H. Indikator Keberhasilan .................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
-
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 36
1. Siklus I ...................................................................................... 36
2. Siklus II ..................................................................................... 48
B. Pembahasan ..................................................................................... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 64
LAMPIRAN – LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
-
Gambar Judul Halaman
2.2 Bagan Kerangka Pikir .......................................................................... 26
3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto ......................................... 30
DAFTAR TABEL
-
Tabel Judul Halaman
3.1 Teknik Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid ................ 34
4.1 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I
Pertemuan I ......................................................................................... 38
4.2 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I
Pertemuan II ........................................................................................ 40
4.3 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I .................................. 41
4.4 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ................................. 43
4.5 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II ................................. 45
4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ............................... 46
4.7 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II
Pertemuan I ......................................................................................... 51
4.8 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II
Pertemuan II ........................................................................................ 52
4.9 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ................................. 53
4.10 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .............................. 54
4.11 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ................................ 56
4.12 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .............................. 57
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif,
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tumbuh dan
berkembang serta berkeinginan untuk mencapai suatu kehidupan yang optimal.
Selama proses peningkatan dan pengembangan pengetahuan kepribadian maupun
keterampilannya, manusia perlu membangun hubungan sosial satu sama lain.
Sektor pendidikan memiliki peranan penting dalam hal ini. Dimana tujuan
pendidikan mengarahkan kita ke arah yang lebih baik.
UUD RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3
(2009:343), menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan formal dalam mempelajari Bahasa Indonesia di Indonesia
dikenal dengan Pendidikan Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu mata
-
2
pelajaran wajib di persekolahan. Lingkungan sosial budaya dengan perkembangan
yang pesat seiring perubahan zaman menjadi tantangan mendasar dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Kenyataannya, proses pembelajaran Bahasa
Indonesia masih sebatas transfer ilmu dari guru (teaching oriented learning),
mata pelajaran Bahasa Indonesia dipandang sebagai mata pelajaran berbasis
textbook yang dalam pengimplementasiannya siswa sering kali ditugaskan untuk
membaca materi yang ada pada buku pengajaran.
Berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa
hasil belajar aspek keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia masih dibawah kriteria ketuntasan minimun (KKM) yaitu 70% . Hal ini
terungkap melalui prapenelitian melalui observasi kepada guru dan murid kelas II
UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Dari hasil observasi
tersebut dapat diperoleh informasi bahwa penyebab rendahnya keterampilan
berbicara pada siswa karena beberapa faktor. Diantaranya faktor guru yaitu: (1)
Fokus pembelajaran yang masih berpusat pada guru, (2) Kurang melatih siswa,
(3) Guru kurang tepat memilih model dalam pembelajaran keterampilan berbicara,
dan (4) Aktivitas tukar pendapat dengan siswa kurang. Sedangkan faktor siswa
yaitu: (1) Sebagian siswa kurang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
kepada guru, (2) tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi
pembelajaran, (3) siswa kurang antusias dalam belajar, (4) siswa lebih suka
bermain.
Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan
pembelajaran bahasa, karena hakikat belajar bahasa adalah belajar komunikasi,
-
3
terutama komunikasi lisan. Demikian pula dengan hakikat pembelajaran Bahasa
Indonesia. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia ialah peningkatan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara
lisan dan tulisan. Menurut Tarigan (dalam 2015:16) berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Keterampilan berbicara siswa khususnya pada siswa kelas II di SD Inpres
Pajagalung masih kurang. Cara penyampaian pelajaran Bahasa Indonesia oleh
guru menjadi salah satu faktor penyebabnya, guru cenderung menggunakan
metode ceramah dan nyatanya siswa bosan dengan cara penyampaian guru
tersebut. Selain merasa bosan, siswa juga tidak menunjukkan keaktifan saat
kegiatan belajar berlangsung. Siswa kelas II di SD Inpres Pajagalung ini, nyatanya
masih belum mempunyai keberanian dan dasar kemampuan untuk
mengungkapkan ide-ide, gagasan yang ada di pikirannya.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar
yang kondusif, efektif dan menyenangkan. Salah satunya yakni dengan
menggunakan strategi Joyfull Learning dalam proses pembelajaran. Joyfull
Learning digunakan agar anak bersemangat dan gembira dalam belajar dan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan strategi Joyfull Learning selain
dapat digunakan dalam metode diskusi, dan metode tanya jawab dalam satu kali
pembelajaran, kita juga dapat melakukan kegiatan lain salah satunya yang
-
4
dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa Brayn Gym (Senam otak), tepuk
tangan (yel-yel) serta Humor (Video, Cerita Lucu dan Tebak-tebakan) yang dapat
diselipkan di selah-selah proses belajar mengajar. Diharapkan agar pembelajaran
lebih efektif, dan bermakna bagi siswa sehingga belajar tidak lagi menjadi momok
bagi siswa tetapi menjadikan belajar sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki
siswa. Dengan begitu maka secara tidak langsung akan memaksa peserta didik
untuk terlibat secara aktif.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “ Penerapan Strategi Joyfull Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan strategi Joyfull Learning
dapat meningkatkan hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN
11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti dalam
penelitian ini adalah “Untuk mengetahui peningkatan penerapan strategi Joyfull
Learning terhadap hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba”.
-
5
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan khususnya bidang ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru sekolah
dasar dan perkembangan mengenai penerapan strategi Joyfull Learning untuk
meningkatkan Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru.
Bagi guru aktifitas strategi Joyfull Learning ini diharapkan dapat
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di kelas, agar siswa lebih
bersemangat dalam menerima pelajaran yang berlangsung, sehingga apa yang
menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Bagi Siswa
Bagi siswa aktifitas strategi Joyfull Learning ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa aspek keterampilan berbicara pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat menerima pelajaran di sekolah supaya tidak
merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung.
c. Bagi Sekolah
Bagi sekolah, hasi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan
penggunaan tehnologi informasi.
-
6
d. Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan mampu memberikan tambahan referensi mengenai
penerapan strategi Joyfull Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Selain itu
sebagai media latihan penulisan karya ilmiah selanjutnya bagi peneliti.
e. Bagi Pembaca
Diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa SD Inpres Pajagalung Kab.Gowa dan juga sebagai referensi
penelitian yang relevan untuk peneliti selanjutnya.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Strategi Pembelajaran Joyfull Learning
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum kegiatan antara guru dan
siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran di dalamnya mencakup
pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.
Kozma(Sanjaya 2007:7), mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran
adalah kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.
Dick dan Carey (Sanjaya 2007:7), mengemukakan bahwa “Strategi
pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur
atau tahapan kegiatan belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu”.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Pengertian Joyfull Learning
Joyfull Learning berasal dari kata Joyfull yang berarti menyenangkan
sedangkan learning adalah pembelajaran. Joyfull Learning (pembelajaran
-
8
menyenangkan) adalah suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang
membuat peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses
pembelajaran.
Mulyasa (2006:191-194), mengemukakan bahwa:
Pembelajaran menyenangkan (Joyfull learning) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara
pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not
under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah
adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
Djamarah (2010:377), mengemukakan bahwa “Pembelajaran
menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan pembelajaran yang di desain
sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan, menyenangkan
dan yang paling utama tidak membosankan”.
Ngalimun (2017:35), mengemukakan bahwa “Pembelajaran
menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, yang dimana seluruh potensi itu
hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan
menegangkan”.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Joyfull
Learning (pembelajaran menyenangkan) adalah suatu proses pembelajaran yang
membuat peserta didik senang dalam proses pembelajaran, tidak membosankan
dan membuat pembelajaran itu lebih bermakna.
Pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil
bermain, yang mau tidak mau akan mengajak peserta didik untuk aktif serta tidak
jenuh atau membosankan dalam belajar. Sambil bermain mereka aktif belajar dan
-
9
sambil belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan
hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka
melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang
terus-menerus. Tidak ada strategi standar untuk pembelajaran yang
menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan
usia mental peserta didik dapat memilah dan memilih strategi yang sesuai atau
bahkan strategi yang diciptakannya sendiri dalam rangka menciptakan
pembelajaran.
Strategi pembelajaran Joyfull Learning merupakan strategi yang bisa
disesuaikan dengan metode dan gaya yang sesuai dengan perkembangan peserta
didik. Dengan pembelajaran yang disampaikan lewat cara yang menyenangkan
maka strategi ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi tidak
membosankan. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metode diskusi,
metode ceramah, dan metode tanya jawab dalam satu kali pembelajaran. Dengan
begitu maka secara tidak langsung akan memaksa peserta didik untuk terlibat
secara aktif.
Prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah
apabila siswa senang dan belajar tahu untuk apa dia belajar. Pembelajaran yang
menyenangkan (Joyfull Learning) bukan semata-mata pelajaran yang
mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah
pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid
dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi
yang saling mendukung. Pembelajaran yang menyenangkan akan ditandai dengan
-
10
besarnya perhatian siswa terhadap tugas, sehingga hasil belajar dapat meningkat.
Selain itu, dalam jangka panjang siswa diharapkan menjadi senang belajar untuk
menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long lear). Joyfull
Learning merupakan strategi belajar mengajar yang menyenangkan. Belajar
adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan cara menyenangkan
dan berhasil. Guna mendukung proses Joyfull Learning maka perlu menyiapkan
lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman dan nyaman. Ini dimulai
dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan
musik.
Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira
dalam belajar karena memulainnya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri,
sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan
dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan
fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi
mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer
pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan dicipitakannya sendiri. Jadi faktor
untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah
penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak
untuk belajar.
-
11
c. Langkah-langkah pembelajaran Joyfull Learning
Joyfull learning menggunakan proses pembelajaran yang diaplikasi kepada
siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui Brayn Gym (senam otak),
yel-yel dan jenis humor. Joyfull learning menggunakan pendekatan-pendekatan
permainan, rekreasi, dan menarik minat yang menimbulkan perasaan senang,
segar, aktif dan kreatif yang tak pelak lagi sangat dibutuhkan untuk mereduksi
kebosanan dan ketegangan belajar yang hari demi hari dialami siswa.
Mulyasa (2006:202) mengemukakan bahwa “ada 4 tahapan pembelajaran
Joyfull Learning yaitu: Tahapan persiapan, Tahap penyampaian, Tahap Pelatihan,
dan Tahap Penutup”. Berikut ini penjelasan 4 tahapan pembelajaran sebagai
berikut :
1) Tahapan Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu
siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja.
Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk :
a) Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif.
b) Menyingkirkan rintangan belajar
c) Memotivasi minat dan rasa ingin tahu siswa.
d) Memberi siswa perasaan positif dan hubungan yang bermakna dengan
topik pelajaran.
e) Menjadikan siswa aktif dan tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan
dan tumbuh.
f) Mengajak siswa masuk kedalam komunitas belajar.
-
12
Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk
bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini guru
memberikan motivasi berupa kata-kata dan lagu-lagu/ nyanyian yang dapat
membantu siswa keluar dari rasa tertekan dan menjadi tertarik dengan
pembelajaran.
2) Tahap Penyampaian
Tahap penyampaian dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses
belajar secara positif dan menarik.
Pada tahap ini guru menyampaikan materi belajar yang dikaitkan dengan
hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dan
diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa sebelumnya.
3) Tahap Pelatihan
Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang
dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan
pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh guru.
Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang
mempraktikkan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya),
mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu lagi.
Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka
mengenainya, dan apalagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan
prestasinya.
-
13
Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam hal ini
dengan menggunakan strategi Brayn Gym (senam otak), yel-yel, dan jenis humor
atau dapat juga dengan stategi yang lain serta dalam penyempaian diberi gambar-
gambar atau animasi yang dapat membuat siswa menjadi tertarik dan senang
dalam pembelajaran. Khususnya strategi Brayn Gym (senam otak), yel-yel, dan
jenis humor saat pembelajaran. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan
siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam
pembelajaran. Serta saat pembelajaran berlangsung bisa diselingi dengan humor
yang dapat membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang
berlangsung.
4) Tahap Penutup
Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau
dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini,
malah tidak akan efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru
dalam Joyfull Learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah
diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian.
Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang
didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian/lagu yang
menyenangkan bagi siswa. Apabila fasilitas dan waktu memungkinkan dapat juga
guru memutarkan lagu atau film di akhir pembelajaran sebagai sarana refreshing
bagi siswa.
-
14
d. Kelebihan Strategi Joyfull Learning
Mulyasa (2006:215), mengemukakan bahwa “Kelebihan Strategi Joyfull
Learning ada 4 yaitu : 1. Suasana belajar rileks dan menyenangkan, 2. Banyak
strategi yang bisa diterapkan, 3. Merangsang kreativitas dan aktivitas dan 4.
Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran”.
Berikut penjelasan dari 4 kelebihan strategi Joyfull Learning yaitu:
a) Suasana belajar rileks dan menyenangkan.
Melibatkan kerja otak kiri dan kanan akan menjadikan belajar siswa lebih
ringan dan menyenangkan sehingga siswa tidak mengalami stress dalam
belajarnya.
b) Banyak strategi yang bisa diterapkan.
Ada tiga jenis strategi yaitu yel-yel, Brayn Gym (senam otak), dan humor
yang ada di Joyfull Learning yang dapat diterapkan dan dikombinasikan antara
strategi yang satu dengan strategi yang lainnya misalnya strategi pembelajaran
langsung dimana strategi ini diarahkan langsung oleh guru sehingga kita tinggal
menentukan sendiri jenis strategi mana yang diterapkan.
c) Merangsang kreativitas dan aktivitas.
Kreativitas terjadi jika kita dapat menggunakan informasi yang sudah ada
di dalam otak kita dan mengkombinasikan dengan informasi yang lain sehingga
tercipta hal baru yang bernilai tambah. Demikian juga kita menggunakan strategi
Joyfull Learning kita akan menghubungkan informasi yang sudah ada di memory
kita untuk dikombinasikan dan dipadukan antara informasi yang satu dengan yang
lain sehingga tercipta sesuatu yang baru.
-
15
d) Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesain membungkus suatu
penyajian materi kegiatan belajar mengajar lebih menarik dengan berbagai variasi
agar peserta didik mengikuti dengan suasana hati yang gembira dan semangat
yang tinggi.
e. Jenis kegiatan dalam pembelajaran Joyfull Learning
Rudiana (2012:110), mengemukakan bahwa “jenis kegiatan dalam
pembelajaran Joyfull Learning ada 3 yaitu: jenis Yel-yel, Jenis Brayn Gym (senam
otak) dan Jenis Humor”.
Berikut di bawah ini penjelasan dari jenis kegiatan pembelajaran Joyfull
Learning:
1) Jenis yel-yel
Kegiatan jenis yel-yel dalam Joyfull Learning adalah kalimat atau kata-
kata yang sengaja dibuat sesuai kesepakatan guru dengan siswa untuk
membangkitkan semangat atau membuat siswa terkonsentrasikan kembali ketika
guru sedang mengajar. Kegiatan jenis ini biasanya digunakan di awal
pembelajaran, untuk melihat kesiapan mental siswa pada saat mengawali suatu
pembelajaran. Kegiatan jenis ini termasuk kategori yang mudah dilakukan.
Contoh sederhananya adalah pada saat memulai proses pembelajaran anak diajak
untuk kompak dan menghadirkan suasana kebersamaan dalam kelas. Dengan
nyanyian dan gerakan sederhana, “kalau kau suka hati tepuk tangan, kalau kau
suka hati mari kita belajar kalau kau suka belajar ayo siap-siap” dengan suara
yang kompak dan nyaring.
-
16
2) Jenis Brayn Gym (Senam otak)
Joyfull Learning jenis Brayn Gym (senam otak) adalah serangkaian latihan
berbasis gerakan tubuh sederhana. Menurut ahli senam otak dari lembaga
educational Kinesiology Amerika Serikat Paul E. Denisson (Yanuarita, 2013: 77)
mengatakan bahwa “walaupun sederhana, Brayn Gym mampu memudahkan
kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan
tuntutan hidup sehari-hari”. Selanjutnya Dryden dan Vos (Rudiana, 2012)
menjelaskan mengkondisikan otak kanan dan otak kiri dalam keadaan rileks dapat
dilakukan dengan mengadakan permainan atau Brayn Gym (senam otak),
sehingga bisa merangsan komunikasi antara otak kanan dan otak kiri.
Senam otak berguna untuk melatih otak, dan juga sangat praktis karena
bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Senam otak di dalam
penelitian ini diperuntukkan untuk siswa dan dapat dilakukan pada kegiatan awal
pembelajaran, pada saat anak mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam
menjalankan aktivitas belajar juga dapat dilakukan pada saat jedah pembelajaran
untuk kembali mengarahkan otak agar berada pada kondisi gelombang alpha yang
mana pada gelombang ini kondisi otak siap untuk kembali menerima informasi.
3) Jenis Humor
Humor adalah kebutuhan asasi manusia. Buzan (Rudiana, 2012:123)
mengatakan bahwa “humor pada dasarnya adalah imajinasi dan kemampuan otak
untuk menemukan asosiasi baru yang menakjubkan”. Humor dapat dibuat sendiri,
mulai dari yang aneh sampai yang tidak masuk akal seperti yang dikemukakan
Darmansyah (Rudiana, 2012) humor adalah suatu yang bersifat menimbulkan atau
-
17
menyebabkan pendengarnya merasa tergelitik perasaan lucunya, sehingga
terdorong untuk tertawa, apakah itu karena keanehannya, ketidak masuk
akalannya, kekontradiksiannya, kenakalannya dan lain-lain. Hal ini selaras dengan
penelitian tentang humor oleh Lee Bark, seorang ilmuwan dari Loma Linda
University, yang menunjukkan bahwa tertawa atau sifat humoris bisa dilatih dan
dilakukan setiap hari.
Humor dapat mengangkat siswa dari keseriusan yang mengerikan,
memecah ketegangan yang menjemukan, dan memberikan sesuatu yang baru.
Sukadi (Rudiana,2012) menjelaskan bahwa pembelajaran tanpa sesekali diselingi
humor akan membuat siswa cepat jenuh, karena siswa tidak menyukai guru yang
pembelajarannya monoton. Penggunaan humor yang mendidik (edukatif), dapat
membuat suasana pembelajaran menjadi dinamis dan menyenangkan.
Humor sudah pasti akan dapat membangkitkan gairah dan semangat
belajar siswa. Karena, pembelajaran yang berlangsung akan menarik bagi siswa.
Sebuah humor akan sangat bermanfaat dan membantu tenaga pendidik dalam
mentransfer ilmu apabila sebuah materi disampaikan dalam bentuk humor ataupun
demonstrasi yang memang sengaja dirancang agar ada unsur humoris yang di
dalamnya bertujuan untuk menarik minat siswa.
2. Keterampilan Berbicara
a. Hakekat berbicara
Iskandarwassid (dalam 2014: 241) menyatakan “Keterampilan berbicara
pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi
-
18
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan
pada orang lain.”
Tarigan (dalam 2015:16) menyatakan bahwa “Berbicara adalah
kemampuan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” Dengan
demikian, berbicara tidak sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata.
Berbicara adalah suatu cara dan juga alat untuk mengomunikasikan gagasan-
gagasan yang disusun serta dikembangkan.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dalam kelompok. Anggota
dalam kelompok tersebut selalu terjadi interaksi. Untuk berinteraksi manusia
memerlukan alat seperti yang telah disebutkan, yaitu bahasa. Dalam berinteraksi
(berkomunikasi) yang menggunakan bahasa tersebut dapat dilaksanakan secara
lisan maupun tertulis. Untuk berkomunikasi secara lisan dengan efektif
diperlukan kemampuan menyimak dan berbicara. Berbicara secara umum dapat
diartikan sebagai suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati
seseorang kepada orang lain. Pengertian secara khusus banyak dikemukakan oleh
para pakar.
Berbicara merupakan perwujudan komukasi secara lisan (dalam Munir,
2015:10). Komunikasi secara lisan sering dilakukan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari dengan berbagai tujuan.
Brooks (dalam Tarigan, 2015: 17-18) mengemukakan beberapa prinsip
umum yang mendasari kegiatan berbicara, yaitu, (1) Membutuhkan paling sedikit
dua orang, (2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama, (3)
-
19
Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum., (4) Merupakan suatu
pertukaran antara partisipan, (5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang
lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera, (6) Berhubungan atau berkaitan
dengan masa kini, (7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang
berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory
apparatus).
Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, lingkungan tertentu
dan lingkungan formal, pembicara dituntut secara formal pula. Misalnya
berpidato, berdiskusi, ceramah, wawancara (interview), dan bercerita. Sebaliknya,
dalam situasi dan suasana informal seperti banyak dilaksanakanmanusia dalam
kehidupan sehari-hari, pembicara berbicara santai (tidak formal), misalnya dalam
tukar-menukar pengalaman, percakapan di jalan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian mengenai hakekat berbicara, dapat disimpulkan bahwa
berbicara merupakan salah satu keterampilan dalam aspek bahasa yang sangat
penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Keterampilan
berbicara ini perlu distimulus melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kosakata yang dimiliki anak.
b. Tujuan Berbicara
Tarigan (dalam2015:16) menyatakan “Tujuan utama berbicara dari adalah
untuk berkomunikasi.” Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dan
kemauan secara efektif seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu
yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi
-
20
terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang
mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Gorys Keraf (dalam Slamet 2012:37), menyatakan bahwa tujuan berbicara
yaitu, (1) Mendorong pembicara untukmemberi semangat, membangkitkan
kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian, (2) Meyakinkan:
pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual
kepada para pendengar, (3) Berbuat/bertindak: reaksi fisik dari pendengar dengan
harapan agar pendengar terbangkitkan emosinya, (4) Memberitahukan: pembicara
berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar dengan
harapan agar pendengar mengetahui tentang suatu hal, pengetahuan dan
sebagainya, (5) Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan,
menghibur pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.
Sejalan dengan pendapat diatas, Tarigan (dalam Munir, 2015:12),
menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2)
menginformasikan, (3) menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5)
menggerakkan.Tarigan (2015:17) menyatakan “Pada dasarnya berbicara
mempunyai tiga maksud umum, yaitu: (1) memberitahukan dan melaporkan (to
Inform); (2) menjamu dan menghibur (to entertain); dan (3) membujuk, mengajak,
mendesak dan meyakinkan (to persuade).
c. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara
Burhan (dalam Ahmad, 2013) menyatakan ada beberapa aspek yang dinilai
pada saat anak berbicara diantaranya sebagai berikut:
-
21
a) Pelafalan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat
mengalihkan perahatian pendengar.
b) Intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan
merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.
Penempatan Intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan
berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan
berbicara.
c) Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih
terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh
pendengar.
d) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara
terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu disecara harus
memiliki volume suara yang jelas sehingga suara yang dihasilkan dapat dipahami
dengan jelas oleh pendengar kemudian disertai dengan pelafalan yang jelas.
-
22
3. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap manusia
sebagai hasil dari aktivitas yang dilakukan. Belajar secara tradisional diartikan
sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
Gagne (Susanto, 2013:1), mengemukakan bahwa “Belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman”. Hamalik (2016:39), mengemukakan bahwa “belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman”.
Gagne (Suprijono, 2013:2), mengemukakan bahwa “Belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah”.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu
proses yang dimiliki setiap individu melalui pengalaman dan berbagai latihan
melalui aktivitasnya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk
mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi belajar.
-
23
Suprijono (2013:7), mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja”.
Nawawi (Susanto,2013:5), mengemukakan bahwa :
Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan yang dimiliki oleh siswa baik dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik setelah melakukan proses kegiatan pembelajaran.
4. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
a. Pengertian Bahasa Indonesia
Pada hakikatnya, Bahasa Indonesia menjadi suatu mata pelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus
mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
Rohmadi (2011: 9), mengemukakan bahwa:
Bahasa adalah alat berkomunikasi dalam kehidupan manusia.
Wibowo (2001:3), mengemukakan bahwa:
Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi
(dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan perasaan dan pikiran.
-
24
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Bahasa
Indonesia adalah bagian dari kurikulum sekolah yang siswa diarahkan, dibimbing,
dan dibantu untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikapnya dalam bermasyarakat maupun bernegara.
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak terlepas dari empat keterampilan
berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menyimak dan membaca disebut keterampilan reseptif, sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis disebut keterampilan produktif. Keempat
keterampilan ini selanjutnya menjadi tujuan dari pengajaran Bahasa Indonesia di
sekolah-sekolah, termasuk di sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia
(BSNP:317)
Subana dan sunarti(2011:268), mengemukakan bahwa:
Siswa pada jenjang sekolah dasar terbagi dalam dua kelompok utama,
yaitu peringkat pemula (kelas I-III) dan peringkat lanjutan (kelas III-VI).
Pembelajaran bahasa untuk kedua kelompok ini berbeda karena sasaran
dan tujuannya juga berbeda. Pembelajaran bahasa indonesia untuk kelas
pemula lebih diarahkan pada keterampilan Membaca dan Menulis
Permulaan (MMP) yang sifatnya teknis dan kegiatan menyimak
berbicaranyapun pada tingkat paling sederhana. Sedangkan pada peringkat
lanjutan pembelajaran lebih diarahkan pada pelatihan penggunaan
keterampilan bebahasa yang lebih kompleks.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Bahasa Indonesia adalah untuk membuat peserta didik mengembangkan
-
25
kemampuan-kemampuan yang ada dalam dirinya agar dapat terampil dalam
berkomunikasi pada masyarakat disekitarnya.
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang telah dilakukan Hendi Septiawan yang berjudul
“Penerapam Metode Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning untuk
Menungkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Matematika Kelas IV SDN Salatiga 01 Kota Salatiga”. Berdasarkan
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Metode
Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning mampu meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN
Salatiga 01 Kota Salatiga yang tergambar dari sebesar 92,2% siswa lulus
KKM.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Suprianti dengan judul “Penerapan
Pembelajaran berbasis Joyfull Learning untuk meningkatkan Kualitas
Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi di Kelas XI SMA Negeri 6
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, maka disimpulkan bahwa:
a. Penerapan Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning dapat
meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi.
b. Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,
Kualitas Hasil Pembelajaran Akuntansi menunjukkan peningkatan
ketuntasan dari 68,75% pada siklus I menjadi 78,13% pada siklus II.
-
26
C. Kerangka Pikir
Guru dituntut untuk dapat melibatkan siswa secara aktif dalam suatu
proses pembelajaran dengan harapan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara maksimal. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang berbasis
hafalan yang dapat membuat siswa merasa jenuh atau bosan dalam
mempelajarinya, karena pada pembelajaran ini guru masih menggunakan teknik
pembelajaran konvensional, sehingga guru terkesan lebih aktif selama proses
pembelajaran berlangsung akibatnya pembelajaran menjadi kaku, tidak bervariasi
dan kurang menyenangkan. Sementara pembelajaran dengan strategi Joyfull
Leraning menawarkan suasana pembelajaran yang lebih variatif, kreatif dan
menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa bosan atau mengantuk dalam
mengikuti pembelajaran tersebut.
-
27
Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema sebagai
berikut:
Kerangka pikir diatas dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini!
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan,
maka hipotesis tindakan pada penelitian adalah jika Strategi Joyfull Learning
diterapkan maka keterampilan berbicara murid kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba.
.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Penerapan metode poster comment
1. Siklus I
2. Siklus II
Keterampilan berbicara meningkat
1. Penyajian materi yang bersifat monoton
dan kurang valiatif
2. Penggunaan metode yang kurang tepat
3. Murid kurang aktif dan kurang
termotivasi dalam pembelajaran
4. Hasil belajar rendah
-
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang bersifat deskriptif. Menurut Umar dan Kaco, (Khalik,2009),
bahwa PTK bertujuan untuk perbaikaan dan peningakatan layanan profesional guru
dalam menangani kegitan belajar mengajar. Suharsimi Arikunto (2006)
Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu pencermatan terhadap
kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. PTK yang merupakan suatu
kegiatan ilmiah terdiri dari Penelitian-Tindakan-Kelas
Kunandar (2008) Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action
Research ialah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas
tersebut. Suhardjono (2007) Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu prose atau praktik pembelajaran.
Suyanto (1997) Menjelaskan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk
memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran didalam kelas
secara lebih profesional. Oleh karenanya PTK sangat berkaitan erat dengan
persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami oleh pendidik
-
29
Model PTK yang dipilih untuk mengungkapkan hasil penelitian sesuai
dengan data dan fakta yang diperoleh di kelas adalah Model PTK yang dikembangkan
oleh Kurt Lewin. Bentuk PTK yang dipilih adalah bentuk kolaborasi antara guru dan
peneliti. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari
empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitan
Penelitian yang akan dilaksanakan di kelas II UPT SPF SDN 11
Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Waktu penelitian berlangsung mulai
bulan April sampai dengan bulan Juni.
2. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian tindakan kelas adalah murid kelas II
UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba sebanyak 18 orang
yang terdiri dari 8 murid laki-laki dan 5 murid perempuan. Alasan peneliti
memilih kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba
karena rendahnya hasil belajar murid mengenai keterampilan berbicara.
Peneliti mendapat respon baik dari pihak sekolah dalam pelaksanaan
penelitian ini.
C. Faktor yang diselidiki
Adapun yang menjadi faktor penelitian ini adalah :
1) Faktor proses, Untuk melihat pelaksanaan pembelajaran, Didalam
menerapkan strategi Joyfull Laerning
-
30
2) Faktor output, Untuk melihat hasil belajar murid pada proses
pembelajaran, Dalam hal keterampilan berbicara dalam pembelajaran.
D. Prosedur Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Secara garis
besar ada empat tahapan yang dilalui dalam PTK yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2015:210). Desain Penelitian
ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang
mana penelitian ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Namun
demikian tidak tertutup kemungkinan timbul hal-hal baru untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
-
31
Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2015)
Pelaksanaan penelitian dirancang dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Secara lebih rinci prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Siklus I
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah :
a) Mengadakan konsultasi dengan guru mata pelajaran tentang strategi
Joyfull Learning
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Tindakan
Observasi
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Tindakan
Observasi
?
-
32
b) Menyusun rencana pembelajaran dengam menggunakan strategi
Joyfull Learning.
c) Menjelaskan materi pelajaran tentang Joyfull Learning
d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah Joyfull Learning telah
dimengerti oleh murid.
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan yakni
pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun pada tahap perencanaan.
3. Observasi
Tahap ini merupakan dimana peneliti mengadakan
observasi/pengamatan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan untuk
mengetahui hambatan yang telah dihadapai pada saat pelaksanaan
tindakan. Sasaran observasi adalah aktivitas guru dan murid. Aktivitas
guru yang diamati adalah pada saat awal pembelajaran, proses
pembelajaran akhir pembelajaran.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi bertujuan untuk menganalisis data pada setiap
akhir tindakan siklus dengan prosedur analisis data: reduksi data, beberapa
data, dan penarikan kesimpulan. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk
merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
-
33
Siklus II
Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan bahwa pelaksanaan siklus II
merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Dengan demikian sebagai
gambaran pelaksanaan kegiatan siklus ini merupakan kelanjutan dari siklus I,
akan tetapi jika dari hasil tindakan pada siklus I ternyata ditemukan
permasalahan yang memungkinkan pendekatan atau tindakan adalah sah
sesuai dengan prinsip tindakan. Siklus II dilaksanakan selama 2 kali
pertemuan.
E. Instrumen Penelitan
Instrumen penelitian tindakan kelas ini berupa observasi dan tes.
Adapun instrumen penelitan sebagai berikut :
1. Observasi
Pedoman observasi merupakan alat yang digunkan dalam
mengamati secara langsung objek yang ada hubungannya dengan
penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung
untuk mengetahui aktivitas belajar murid kelas II SD Inpres Pajagalung
Kab. Gowa. Adapun yang di observasi yaitu murid yang hadir
memperhatikan penjelasan guru, murid yang mampu berbicara baik dan
benar, murid yang aktif menjawab pertanyaan guru. Alat yang digunakan
untuk mengobservasi berupa lembar observasi kegiatan murid yang
terdapat pada lampiran.
-
34
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi
kemapuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Daryanto, 2007 : 35). Peneliti menempuh langkah pendekatan tes akhir
pembelajaran. Bentuk tes yang disajikan adalah mengomentari gambar.
Tes akhir diberikan kepada subjek penelitian untuk mengetahui data akhir
hasil belajar Bahasa murid..
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah :
1. Observasi
Pengamatan dilaksanakan oleh mitra untuk mengetahui lebih jauh
tentang proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah tersebut. Data
hasil observasi/pengamatan/aktivitas guru dan murid selama proses
pembelajaran dengan pengamatan langsung menggunakan lembar
observasi pada setiap pertemuan.
2. Tes
Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar murid berupa nilai
yang diperoleh murid yang diambil dari nilai yang diperoleh dari tes hasil
belajar yang diberikan kepada murid setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara murid terhadap
materi pelajaran yang telah diajarkan.
-
35
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul selama proses penelitian. Adapun langkah-langkah
dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:
a) Rata-rata (Mean)
=
Dimana:
= Rata-rata
= Jumlah seluruh data
N = Banyaknya data
b) Persentase (%) nilai rata-rata
= x 100%
Dimana:
P = Angka persentase
f = frekuensi yang dicari persentasenya
N= Banyaknya sampel responden.
Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data, berupa data
kualitatif dengan mencari rara-rata. Skor nilai murid adalah berkisar antara 0-
100. Sedangkan nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :
-
36
Na =ajumlahsisw
semuamuridJumlahskor
Dalam penentuan kriteria penilaian tentang hasil observasi maka,
dikelompokkan menjadi 4 kriteria persentasi menurut Suharsimi Arikunto
(2015: 246) adalah sebagai berikut :
1. Apabila presentasi antara 76%- 100% dikatakan “baik sekali”.
2. Apabila presentasi antara 51%- 75% dikatakan “baik”.
3. Apabila presentasi antara 26%- 50% dikatakan “cukup”.
4. Apabila presentasi antara ≤ 25% dikatakan “kurang”.
Tabel 3.1. Teknik Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid
No Skor Kategori
1 85- 100 Sangat baik
2 70- 85 Baik
3 56 – 70 Cukup
4 40- 55 Kurang
Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2015: 246)
Hasil nilai rata- rata yang di peroleh pada siklus I dan siklus II
selanjutnya dibandingkan. Hal ini untuk mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan pada pembelajaran berbicara. Jika terjadi peningkatan, maka di
simpulkan bahwa penerapan strategi Joyfull Learning dapat meningkatkan
keterampilan berbicara murid.
-
37
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimum SDN 11 Kalumeme
Nilai Kriteria Ketuntasan
0
70
Tidak Tuntas
Tuntas
Sumber : SDN 11 Kalumeme
Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila
memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70.
H. Indikator Keberhasilan
Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan proses dan hasil ke arah yang lebih baik. Penelitian
ini dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria dibawah ini.
1. Terjadi peningkatan keaktifan murid selama pembelajaran berbicara
menggunakan strategi Joyfull Learning. Peningkatan ke aktifan murid
dapat dilihat dari lembar observasi murid. Adapun kriteria keberhasilan
proses pembelajaran apabila rata- rata hasil observasi masuk pada kategori
baik (51%- 85%).
2. Sedangkan perubahan hasil ditunjukan dengan 85% nilai keterampilan
berbicara murid telah mencapai KKM yang telah di tetapkan di UPT SPF
SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Adapun KKM yang telah
ditentukan yaitu 70.
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan dari siklus I ke
siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan keberhasilan penerapan
strategi pembelajaran Joyfull Learnimg menunjukkan peningkatan dan perbaikan.
Hal ini dirasa cukup berhasil karena indikator keberhasilan sudah tercapai. Untuk
menunjukkan hal tersebut, digunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara
siswa dengan menerapkan strategi Joyfull Learning.
1. Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi serta replaning, seperti berikut ini :
a) Perencanaan ( Planning )
1) Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi.
2) Menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) .
3) Menyiapkan media pembelajaran dengan gambar.
4) Mempersiapkan alat pengumupulan data berupa lembar observasi dan
aktivitas siswa dan guru.
5) Mempersiapkan lembar penilaian keterampilan berbicara.
-
39
b) Pelaksanaan Tindakan
Peneliti dan kolaborator menetapkan tindakan sesuai perencanaan yang
telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas II
UPT SPF SDN 11 KALUMEME. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri
dari dua pertemuan. Berikut adalah uraian mengenai tahapan tindakan
dalam pembelajaran.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2020
dengan alokasi waktu 2x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu “Hidup
Rukun” dengan subtema “Hidup Rukun di Rumah” pembelajaran 2.
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a
menurut agama dan keyakinan masing-masing. Mengabsensi siswa atau
mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan
mengemukakan tema yang akan digunakan pada pembelajaran. Tema yang
digunakan adalah Hidup Rukun. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di
bawah gambar utama dapat digunakan sebagai bahan untuk bertanya jawab
dengan siswa. Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana agar kerukunan
dapat terjaga di rumah, tempat bermain, sekolah, dan masyarakat?.
Kegiatan inti pada proses pembelajaran yaitu siswa dibimbing guru
untuk memahami simbol-simbol Pancasila. Siswa mengamati simbol sila
pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Siswa bersama-sama
membaca teks Pancasila seperti terdapat pada Buku Siswa. Siswa
-
40
dikelompokan secara berpasangan. Siswa menunjuk gambar simbol sila-
sila pada Pancasila, kemudian menjelaskan bunyi sila yang sesuai. Setelah
selesai mengerjakan soal tersebut, siswa disuruh mendemonstrasikan di
depan kelas. Kemudian guru menunjuk siwa untuk naik
mendemonstrasikan pekerjaannya. Siswa duduk berkelompok sesuai
dengan kelompoknya. Kemudian siswa mendapatkan penjelasan mengenai
tugas-tugas yang harus dikerjakan setiap anggota kelompok.
Cara menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan dengan cara
permainan sesuai yang digunakan guru. Siswa menyimpulkan materi yang
dipelajari. Guru menyempurnakan kesimpulan yang telah diperoleh dari
siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berani
mendemonstrasikan jawaban ke depan kelas.
Pada kegiatan penutup bersama-sama siswa membuat kesimpulan /
rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran
Adapun tes berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I
bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil tes
keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%),
sehingga akan diperoleh persentase perolehan tes keterampilan berbicara
pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
-
41
Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus I
No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
1 ≥ 70 3 16,7% Tuntas
2 < 70 15 83,3% Belum Tuntas
Jumlah 18 100%
Jumlah Nilai 1120
Nilai Rata-Rata 62,22
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tes keterampilan
berbicara pasca tindakan siklus I diikuti oleh 18 siswa. Hasilnya adalah
siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar
16,7%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria yaitu sebanyak 15
siswa atau sebesar 83,3%. Nilai rata-ratanya yaitu 1120. Dari data
tersebut dapat dsimpulkan terdapat 3 siswa yang sudah tuntas dan 15
siswa yang belum tuntas.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2020 dengan
alokasi waktu 2x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu “Hidup Rukun”
dengan subtema “Hidup Rukun di Rumah” pembelajaran 4.
Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a menurut
agama dan keyakinan masing-masing. Mengabsensi siswa atau mengecek
kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan mengemukakan
tema yang akan digunakan pada pembelajaran. Tema yang digunakan
adalah Hidup Rukun. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di bawah
-
42
gambar utama dapat digunakan sebagai bahan untuk bertanya jawab
dengan siswa. Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana agar kerukunan
dapat terjaga di rumah, tempat bermain, sekolah, dan masyarakat?.
Kegiatan inti pada pembelajaran ini yaitu guru mengajak siswa untuk
bermain yel-yel. Siswa bercerita di dalam kelompoknya tentang
pengalaman menerapkansila ketiga Pancasila di rumah. Guru mengajak
siswa bryan gym (senam otak) untuk melatih konsentrasi mereka dengan
menyanyikan lagu “ Topi saya Bundar” disertai dengan gerakan tertentu.
Siswa diminta membaca kalimat-kalimat yang berisi ungkapan. Kemudian
siswa diminta menuliskan makna ungkapan tersebut. Guru mengamati
siswa dalam memahami makna ungkapan dalam kalimat (Rubrik
Penilaian), Bahasa Indonesia KD 3.1 dan KD 4.1). Sikap yang
dikembangkan adalah teliti
Pada kegiatan penutup bersama-sama siswa membuat kesimpulan /
rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi
yang telah dipelajari. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Adapun tes berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I bertujuan
untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil tes keterampilan
berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%), sehingga akan
diperoleh persentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus I
yang dapat dilihat pada tabel berikut i
-
43
Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa
Siklus I Pertemuan II
No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
1 ≥ 70 6 33,3% Tuntas
2 < 70 12 66,7% Belum Tuntas
Jumlah 18 100%
Jumlah Nilai 1195
Nilai Rata-Rata 66,38
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tes keterampilan
berbicara pasca tindakan siklus I diikuti oleh 18 siswa. Hasilnya adalah
siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 6 siswa atau sebesar
33,3%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria yaitu sebanyak 12
siswa atau sebesar 66,7%. Nilai rata-ratanya yaitu 1195. Dari data
tersebut dapat dsimpulkan terdapat 6 siswa yang sudah tuntas dan 18
siswa yang belum tuntas.
c) Observasi
Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan di setiap
pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Agustus 2020,
observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
-
44
mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan
selanjutnya.
Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan
Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
No Aktivitas Guru Skor
1 2 3 4
Pendahuluan
1. Guru melakukan apersepsi
2. Guru memberikan motivasi
3. Guru menjelaskan tujuan yang akan Dicapai
4. Guru menjelaskan langkah-langkah proses belajar mengajar
Kegiatan Inti
5. Guru mengelompokkan siswa
6. Guru mengontrol kesiapan diskusi
7. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok
8. Guru melakukan penilaian presentasi siswa
9. Guru menanggapi hasil kegiatan Siswa
10. Guru membimbing mengambil Kesimpulan
11. Guru memberikan tes evaluasi
Penutup
12. Guru memberikan tindak lanjut
Total Skor 29
Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I pertemuan
pertama, dapat diketahui total skornya yaitu 29. Skor tersebut termasuk dalam
-
45
kriteria baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah berjalan
dengan baik, tetapi perlu ditingkatkan agar pembelajaran menjadi lebih baik
lagi.
Antusiasme siswa sudah terlihat pada pertemuan pertama. Siswa senang
mengikuti pembelajaran dengan memperhatikan penjelasan guru walau
terkadang fokus masih teralihkan. Siswa terlihat senang pada saat
berdiskusi, namun siswa belum memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa
kadang bermain sendiri dan bahkan ada yang bercerita dengan temannya.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran Siklus I Pertemuan I
No Aspek yang diamati pada saat siswa berdiskusi
Skor
1 2 3 4
1. Siswa senang mengikuti proses Pembelajaran
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik
3. Siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
4. Siswa bekerja dalam kelompok
5. Siswa aktif dalam kegiatan Berdiskusi
6. Siswa aktif menyatakan pendapat
7. Siswa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dari guru
8. Siswa kompak dalam menyelesaikan tugas
9. Siswa antusias menjawab pertanyaan dari guru
10. Siswa berani tampil presentasi ke Depan
Total Skor 26
-
46
Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I
pertemuan pertama, dapat diketahui total skornya yaitu 26. Skor tersebut termasuk
dalam kriteria baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran sudah baik, akan tetapi masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar
proses pembelajaran dapat berjalan lebih optimal.
2) Pertemuan Kedua
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang
menggunakan penerapan pembelajaran joyfull learning sudah berjalan
dengan baik sesuai dengan perencanaan. Kekurangan pada pertemuan
pertama sedikit demi sedikit dapat diperbaiki pada pertemuan kedua.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang
menggunakan penerapan pembelajaran joyfull learning sudah berjalan
dengan baik sesuai dengan perencanaan. Kekurangan pada pertemuan
pertama sedikit demi sedikit dapat diperbaiki pada pertemuan kedua.
Guru sudah menunjukkan penampilan yang lebih baik dalam menerapkan
penerapan pembelajaran joyfull learning pada pertemuan kedua. Hasil
pengamatan menunjukkan guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran joyfull learning
Guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
kegiatan awal. Guru juga lebih sering memberikan motivasi dengan kata-kata
-
47
yang membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Guru lebih
memperhatikan kesiapan siswa dan memastikan bahwa siswa siap untuk
mengikuti kegiatan diskusi. Guru juga lebih jelas dalam menjelaskan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi, guru
telah menunjukkan penampilan yang baik yaitu dengan memberikan arahan
dan memberikan bimbingan bagi kelompok yang mengalami kesulitan. Jika
ada siswa yang masih ramai sendiri 5pada saat diskusi berlangsung, guru
lebih banyak memberikan peringatan dan teguran yang bersifat memotivasi
agar siswa dapat memanfaatkan waktu diskusi dengan baik. Guru juga
melakukan penilaian presentasi dan memberikan tanggapan terhadap hasil
kegiatan siswa.
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan pembelajaran pada
kegiatan akhir, kemudian guru menekankan kembali mengenai kesimpulan yang
diberikan siswa. Guru juga telah memberikan tes evaluasi. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal, siswa dan guru membahas mengenai jawaban dari evaluasi
tersebut. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Kegiatan Pembelajaran
Siklus I Pertemuan II
No Aktivitas Guru Skor 1 2 3 4
Pendahuluan
1. Guru melakukan apersepsi
2. Guru memberikan motivasi
3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai
-
48
4. Guru menjelaskan langkah- langkah proses belajar mengajar
Kegiatan Inti
5. Guru mengelompokkan siswa
6. Guru mengontrol kesiapan Diskusi
7. Guru mengamati jalannya diskusi setiap kelompok
8. Guru melakukan penilaian presentasi siswa
9. Guru menanggapi hasil kegiatan Siswa
10. Guru membimbing mengambil Kesimpulan
11. Guru memberikan tes evaluasi Penutup
12. Guru memberikan tindak lanjut
Total Skor 37
Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I pertemuan
kedua, total skor meningkat dari pertemuan pertama yaitu dari 29 menjadi 37.
Berdasarkan hasil tersebut, total skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah
33. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah berjalan dengan baik.
Guru telah meminimalkan kekurangan-kekurangan pada pertemuan pertama.
Antusiasme siswa sudah terlihat pada pertemuan pertama. Siswa senang
mengikuti pembelajaran dengan memperhatikan penjelasan guru walau
terkadang fokus masih teralihkan. Siswa terlihat senang pada saat
berdiskusi, namun siswa belum memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa
kadang bermain sendiri dan bahkan ada yang bercerita dengan temannya.
-
49
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran Siklus I Pertemuan II
No Aspek yang diamati pada saat siswa berdiskusi
Skor
1 2 3 4
1. Siswa senang mengikuti proses Pembelajaran
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik
3. Siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
4. Siswa bekerja dalam kelompok
5. Siswa aktif dalam kegiatan Berdiskusi
6. Siswa aktif menyatakan Pendapat
7. Siswa bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan tugas dari Guru
8. Siswa kompak dalam menyelesaikan tugas
9. Siswa antusias menjawab pertanyaan dari guru
10. Siswa berani tampil presentasi ke depan
Total Skor 30
Berdasarkan tabel hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I
pertemuan kedua dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran menunjukkan adanya peningkatam total skor dari pertemuan
pertama yaitu dari 26 menjadi 30. Berdasarkan hasil tersebut, total skor rata-
rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 28. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas siswa dalam pembelajaran lebih baik dan telah meningkat dari
pertemuan pertama.
-
50
d) Refleksi
Peneliti melakukan evaluasi terhadap prosedur, proses pembelajaran yang
telah dilakukan, serta hasil tindakan. Peneliti dan guru melakukan observasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Hasil observasi yang
dilakukan observer kemudian dikumpulkan dan dianalisis sehingga diperoleh
hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan
menggunakan strategi penerapan joyfull learning. Selain itu refleksi ini juga
bertujuan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah sesuai
perencanaan atau belum, serta sebagai tindak lanjut kegiatan selanjutnya agar
lebih maksimal.
Berdasarkan hasil observasi, siswa masih terlihat malu-malu dan percaya
diri tetapi ditunjuk untuk menyatakan pendapatnya pada saat berdiskusi.
Kekompakan siswa dalam kelompok juga masih kurang, ada beberapa siswa
yang berbicara dengan jelas, tetapi ada beberapa kata yang salah pelafalan.
Siswa juga masih sering ragu-ragu dan tersendak-sendak dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, dari hasil tes berbicara siswa
mengenai ucapan banyak terjadi kesalahan intonasi, namun masih banyak
siswa yang volume suaranya kurang nyaring atau kurang jelas. Tekanan dalam
berbicara juga perlu lebih diperhatikan, karena keras lemahnya suara,
tinggi rendahnya suara, perhentian kalimat, dan cepat-lambatnya berbicara
sudah baik namun masih kurang stabil. Pembicaraan siswa masih terdengar
-
51
datar dan penempatan tekanan yang kurang baik.
Guru kurang memperhatikan kesiapan siswa sebelum m