Pendidikan Warawiri Full
description
Transcript of Pendidikan Warawiri Full
-
1
PENDIDIKAN WARAWIRI (WIRAUSAHA UNTUK
MANDIRI) SOLUSI PEMBENTUKAN GENERASI
MUDA KREATIF DAN INOVATIF UNTUK ANAK
JALANAN DI DESA SRI RAHAYU (KAMPUNG
DAYAK), KARANGKLESEM, PURWOKERTO
SELATAN Indra Afdi R, Luqman Nul Hakim, dan Siti Rahmatilah
[email protected], [email protected], [email protected]
Universitas Jenderal Soedirman
Ringkasan Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak merupakan perkampungan yang terpinggirkan dan
mayoritas masyarakatnya penyandang permasalahan sosial, diantanya PSK, waria,
pengamen, pengangguran, pengemis, pencopet dan anak jalanan. Hal ini disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan, ekonomi dan budaya yang kurang mendukung. Kampung
Dayak juga dikenal dengan sebutan perkampungan bagi anak jalanan. Hal ini dikarenakan
banyaknya anak-anak yang memiliki profesi sebagai anak jalanan, pengamen dan
pengemis. Jumlah anak jalanan di perkampungan ini sebaganyak 200 anak dan hanya 20
persen saja yang bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar sampai lulus SD, sebagian
mengalami putus sekolah atau drop out sehingga tidak sampai lulus SD, dan sisanya lagi
tidak bersekolah sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan anak jalanan
di kampung ini masih sangat rendah. Faktor utama yang menjadi penyebab terhambatnya
proses pendidikan anak jalanan ini adalah kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua
mereka serta kurang berjalannya program-program pemerintah setempat. Orangtua
beranggapan pendidikan itu tidak penting dan yang terpenting adalah mencari uang dengan
jalan mengamen atau meminta-minta. Kondisi seperti ini menjadikan mental anak jalanan
semakin bersifat material yang bergantung pada belas kasih orang lain. Dampak yang akan
didapatkan pada anak-anak tersebut adalah tidak bisa hidup mandiri dan memiliki mental
pengemis yang hanya mengandalkan belas kasih dari orang lain . Oleh karena itu
diperlukan adanya upaya pendidikan untuk mengatasi krisis bagi anak-anak tersebut agar
anak-anak bisa tumbuh mandiri, kreatif dan tidak tergantung kepada orang lain. Salah satu
upaya metode pendidikan yang bisa ditempuh untuk mengatasi permasalahan pendidikan
bagi anak jalanan tersebut adalah Pendidikan warawiri (PW) upaya untuk membentuk jiwa
mandiri, kreatif dan inovatif pada anak-anak khusunya anak jalanan di Kampung Dayak.
Adapun program dari PW initerdiri dari warawiri social entrepreneurship yang bertujuan
untuk membentuk karakter anak jalanan dengan cara memberi edukasi tentang
berwirausaha itu lebih baik daripada meminta-minta atau menjadi pengemis di jalanan.
Program selanjutnya yaitu memberikan pengajaran setiap minggunya kepada anak jalanan
yaitu dengan warawiri education yang bertujan untuk emberikan pengajaran kepada anak
jalanan secara kontinu dengan harapan agar anak jalanan tidak terpengaruh untuk
kembalimenjadi pengemis. Setelah berjalan beberapa lama akan dibentuk sebuah
komunitas yaitu warawiri community yang bertujuan untuk mengikat perkumpulan anak
jalanan yang belajar berwirausaha dengan harapan akan menambah anggota dari komunitas
ini sehingga seluruh anak jalanan yang ada khususnya di Purwokerto bisa berkurang dan
membentuk karakter anak yang humanis.
Kata Kunci : Pendidikan Warawiri, Anak Jalanan, Kampung Dayak.
-
2
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Anak jalanan di Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak), Karangklesem,
Purwokerto Selatan memiliki permasalahan sosial yang sangat kompleks dan
tingkat pendidikan mereka masih rendah. Anak-anak ini sebagian besar berprofesi
mengikuti jejak orangtuanya secara turun temurun. Sejak kecil anak-anak ini sudah
diajarkan orangtuanya untuk mencari uang sebagai anak jalanan dengan cara
menjadi pengamen ataupun pengemis. Padahal seharusnya masa usia anak-anak
adalah masa-masa untuk mendapatkan pendidikan dasar, bermain, bersenang-
senang, dan mendapatkan pembelajaran yang baik dari lingkungannya. Faktor
utama yang menjadi penyebab terhambatnya proses pendidikan anak jalanan ini
adalah kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua mereka.Dari sisi keluarga,
kesulitan yangdihadapi adalah kesadaran orang tua yang menganggapanak sebagai
aset yang dapat membantu keluargadalam perolehan eknomi keluarga.Orangtua
beranggapan pendidikan itu tidak penting dan yang terpenting adalah mencari uang
dengan cara menjadipengamen atau meminta-minta. Hal ini lambat laun
membentuk karakter anak menjadi pemalas, putus asa, sulit berfikir, minta-minta,
nakal dan sebagainya.
Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk dapat merubah dan membuka
mindset orang tua pada umumnya dan anak-anak jalanan pada khususnya akan
pentingnya pendidikan untuk kehidupan mereka. Pendidikan Warawiri (PW)
merupakan solusi upaya pendidikan berbasis kewirausaan bagi anak-anak jalanan
di Kampung Sri Rahayu sebagai upaya untuk menumbuhkan karakter pribadi yang
lebih mandiri, kreatif, dan inovatif serta humanis.Pendidikan Warawiriadalah suatu
metode pendidikan in formal bagi anak jalanan untuk dapat merubah pola sikap dan
-
3
pemikiran mereka agar menghilangkan budaya atau kebiasaan meminta-minta
menjadi jiwa yang kreatif dan inovatif yang berguna bagi bangsa dan negara.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya untuk mengatasi pendidikan anak jalanan di Desa Sri
Rahayu (Kampung Dayak), Karangklesem, Purwokerto Selatan?
2. Bagaimana upaya pemerintah Kabupaten Banyumas menangani pendidikan
bagi anak-anak jalanan di Desa Sri Rahayu (Kampung Dayak),
Karangklesem, Purwokerto Selatan?
3. Bagaimana konsep Pendidikan Warawiri dapat diterapkan sebagai
pendidikan alternatif pengembangan karakter bagi anak jalanan di Desa Sri
Rahayu (Kampung Dayak), Karangklesem, Purwokerto Selatan?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui penyusunan karya tulis ini adalah
membetuk karakter pribadi anak-anak menjadi pribadi mandiri dan kreatif sebagai
bekal dimasa depan. Adapun tujuan lainnya adalah :
1. Meningkatkan taraf pengetahuan dan keterampilan pada anak jalanan di
Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak) dan memberikan solusi
alternatifnya.
2. Meningkatkan kepedulian orang tua terhadap pendidikan bagi anak jalanan di
Kampung Sri Rahayu (kampung Dayak)
3. Memaksimalkan dukungan dan peran Pemerintah, mahasiswa terhadap
kondisi di Kampung Sri Rahayu (kampung Dayak) mengenai pentingnya
pendidikan bagi anak jalanan.
-
4
4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Anak Jalanan
Memberikan keterampilan dan informasi baru yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan mereka dan memberikan pengarahan menjadi hidup yang kreatif
dan inovatif.
2. Bagi Orang Tua
Meningkatkan kepedulian akan pentinya dukungan, kepedulian orang tua
bagi anak-anak untuk bisa bersekolah dan mendapatkan tambahahan
keterampilan.
3. Bagi Masyarakat
Membangun budaya hidup sehat, kreatif dan mandiri agar selama hidupnya
tidak tergantung terhadap belas kasih orang lain.
4. Bagi Pemerintan
Memberikan informasi dan solusi cara penganggulanagn anak jalanan
khususnya di Kampung Sri Rahyu.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Jalanan dan Karakteristiknya
Anak jalanan merupakan anak-anak marginal yang terpaksa atau
dipaksamencari nafkah bagi diri, keluarga atau orang lain dengan berjualan
koran,menyemir sepatu, pemulung, tukang sapu atau lap mobil, pedagang
asongan,pengemis dan berbagai pekerjaan yang dapat menghasilkan uang
lainnya.Perampasan terhadap hak-hak anak ini tanpa disadari telah terjadi secara
besarbesaranyang mengakibatkan anak-anak yang tengah menikmati pendidikan
disekolah-sekolah formal pun mulai terancam dan bahkan tidak sedikit yangdroup
out.(Sinaga, 2000).
Menurut Camelia (1999) Anak jalanan umumnya berasal dari keluarga yang
pekerjaanya berat danekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang
dengan latarbelakang kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan,
-
5
penganiayaan,danhilangnya kasih sayang dari orang tua, saudara, maupun teman-
temannya, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berprilaku negatif. Anak
jalananada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi
lain.Ada sebagian anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda
dengantempat tinggal ayahnya, kondisi ini dikarenakan pekerjaan, adanya
konflikdalam rumah tangga.
Berdasarkan penyebabnya, anak turun ke jalan dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu menopang kehidupan ekonomi keluarga, mencari kompensasi dari kurangnya
perhatian keluarga, dan sekedar mencari uang tambahan (Tauran, 2000 dalam
Suhartini, 2009). Jenis pekerjaan anak jalanan dikelompokkan menjadi 4 kategori
yaitu pertama, usaha dagang yang terdiri dari penjual koran dan majalah, menjual
sapu dan lap kaca mobil. Kategori kedua yaitu usaha bidang jasa yang terdiri dari
pembersih bus, pengatur lalu lintas, kuli angkut pasar, ojek payung, tukang semir
sepatu dan kernek atau calo. Kategori ketiga yaitu peminta-minta atau pengamen,
serta kategori keempat adalah pekerja serabutan yaitu anak jalanan yang tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap seperti di atas dalam arti mereka dapat berubah-
ubah pekerjaan sekehendak mereka (Departemen Sosial, 1998).
Banyak faktor yang menyebabkan adanya anak jalanan tetap berada di
setiap perkotaan dan jumlahnya cenderung meningkat. Menurut Farrid (1997),
munculnya pekerja anak di perkotaan disebabkan oleh lima faktor yaitu kemiskinan
(faktor utama penyebab anak turut bekerja), tradisi (merupakan gagasan bahwa
anak-anak dari keluarga miskin memang tidak punya alternatif lain dan memang
selayaknya bekerja), perubahan proses produksi, kelangkaan pendidikan, dan
lemahnya legislasi, yaitu tidak memadainya aturan yang melarang praktek pekerja
anak (atau mendukung wajib belajar) atau lemahnya pelaksanaan yang ada.
B. Perkembangan Anak Jalanan di Kabupaten Banyumas
Jumlah anak jalanan di Kabupaten Banyumas berdasarkan SIPD Kabupaten
Banyumas (2010) mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sebanyak 36
jiwa, tahun 2007 sebanyak 347 jiwa, tahun 2008 berkurang kembali sebanyak 144
jiwa dan tahun 2009 bertambah kembali menjadi 369 jiwa. Sebagaimana tertuang
dalam tabel di bawah ini.
-
6
Tabel 1. Perkembangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten
Banyumas Tahun 2006-2009
No Jenis Masalah Kesejahteraan
Sosial
Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Anak Jalanan 368 347 144 369
2 Gelandangan dan pengemis 204 398 442 454
3 Fakir Miskin 247.535 95.123 106.445 115.597
4 Balita Terlantar 1.185 1.215 987 844
5 Anak Terlantar 2.238 2.350 2.450 1.762
6 Yatim/Piatu 414 532 - 545
7 Jumlah Pekerja Sosial (PSK) 313 350 266 316
8 Jumlah Penderita HIV/AIDS 63/24 60/27 70/19 102/33
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009 (SIPD Kabupaten
Banyumas Tahun, 2010).
C. Pendidikan Kewirausahaan pada Anak
Sistem pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan motorik. Ilmuwan-
ilmuwan di Indonesia kurang membentuk konsep diri sehingga cenderung pintar
namun sedikit bertindak. Hal ini juga ditandai dengan maraknya plagiat yang turut
diaksikan oleh para intelek. Rhenald mengingatkan bahwa manusia tidak hanya
memiliki brain memory (otak) saja, melainkan juga myelin (memori otot) ( Kasali,
2013).
Salah satu cara yang memudahkan anak dalam belajar adalah mengaitkan mata
pelajaran dengan berbagai masalah aktual yang ada di lingkungan sekitar anak.
Cara ini akan membantu anak-anak yang tingkat kecerdasannya normal, bahkan
yang dibawah rata-rata akan mudah pula menangkapkan berbagai konsepan yang
akan disampaikan guru. Bagi anak yang cerdas, mereka bisa menerima konsep-
konsep yang disampaikan guru secara abstrak. Namun tidak demikian bagi mereka
yang kecerdasannya biasa-biasa saja atau bahkan yang dibawah normal (Poedjiati,
2005).
-
7
BAB III. METODE PENULISAN
A. Dasar Penulisan Karya Tulis
Adapun dasar penulisan karya tulis ilmiah ini didasarkan pada:
1. Kurangnya perhatian instansi/pemerintah terhadap kondisi anak jalanan, khususnya
di Kampung Sri Rahayu, Karangklesem, Purwokerto Selatan.
2. Semakin bertambahnya jumlah anak jalanan di Purwokerto.
3. Kurangnya perhatian masyarakat Purwokerto akan kondisi anak jalanan.
4. Semua warga negera berhak mendapatkan pendidikan termasuk anak jalanan di
Kampung Sri Rahayu.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil observasi di lapangan,
pengisian kuisioner dan wawancara dengan pihak-pihak terkait, yaitu Kecamatan
Purwokerto Selatan, Pemerintah Banyumas, Ketua pondok tombo ati, pedagang,
pelajar. Data sekunder bersumber dari jurnal ilmiah, artikel ilmiah, buku teks,
website, data demografi warga kelurahan dan data pendukung lainnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Data karya tulis ini dikumpulkan melalui observasi di lapangan, pengisian
kuisioner, wawancara dengan pihak-pihak terkait, Ketua pondok tombo ati,
Kecamatan Purwokerto Selatan, Pemerintah Banyumas, pedagang, pelajar, serta
pembuatan video lokasi penelitian. Pengumpulan data juga dilakukan dengan studi
pustaka dari jurnal ilmiah, buku teks, artikel ilmiah, website, data demografi desa
kelurahan dan informasi lainnya. Selain itu dilakukan juga wawacara langsung,
diskusi, pembuatan video, konsultasi kepada dosen pembimbing untuk dapat
mengkaji permasalahan.
D. Waktu, Tempat, dan Alur Penulisan
Penulisan karya tulis ini dilakukan pada bulan September 2013 bertempat
di Fakultas Pertanian, UPT Universitas Jenderal Soedirman. Lokasi penelitian
berada di Desa Sri Rahyau (Kampug Dayak), Karang Klesem, Kecamatan
Purwokerto Selatan, Lokasi Desa Sri Rahayu (Kampung Dayak). Pengambilan data
sekunder dan primer dan pembuatan video, bagi masyarakat, Desa Sri Rahayu,
-
8
pelajar, pengujung wisata, Pondok tombo ati, pemda Banyumas dan Keluran
setempat Kecamatan Purwokerto Selatan, Jawa Tengah. Berikut adalah beberapa
tahapan dari program ini meliputi:
1. Analisis Pra-Program
Pada tahap pertama yang dilakukan adalah mematangkan kembali konsep
yang telah dirumuskan, terutama terkait dengan materi, peserta, perizinan dan
pembagian tugas.
2. Survey Lapangan
Tahap ini dilakukan untuk menambah informasi guna pembuatan materi
pelatihan. Sehingga materi yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
peserta sasaran.
3. Administrasi Perizinan
Pada tahap inimengurus legitimasi kegiatan dengan kepala desa Desa Sri
Rahayu, Pondok Tombo Ati, Pemda Banyumas, dan lain-lainnya.
5. Pembuatan Materi
Materi yang dibuat pada tahap ini merupakan materi yang akan diberikan
kepada peserta berupa training yaitu tentang warawiri Social Entrepreneurship dan
Warawiri Education. Dari perancangan materi ini diharapkan materi yang
disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
6. Pelaksanaan Warawiri Social Entrepreneurship
Pelaksanaan social entrepreneurship ini sejalan dengan pelatihan yang
diberikan ke peserta sasaran. Pelaksanaan tahap ini dilakukan dengan cara
memberikan edukasi dan pengetahuan tentang berwirausaha. Jika peserta sasaran
sudah dirasa siap
7. Pelaksanaan program Warawiri Education
Jika peserta sasaran sudah dirasa siap dan paham maka akan diadakan
pengajaran rutinan setiap minggunya agar kreativitas peserta terus berkembang dan
meningkat.
9. Pembentukan komunitas warawiri (Warawiri Community)
Setelah social entrepreneurship dan warawiri educative dan creativity
berjalan dengan stabil, selanjutnya akan membuat komunitas yang bernama
-
9
Warawiri Communty. Fungsi utama dari yayasan ini adalah mengatur dana
pendidikan untuk anak-anak Bantar Gebang yang ingin melanjutkan sekolah.
10. Evaluasi
Evaluasi mencakup evaluasi peserta dan penyelenggara. Evaluasi pada
peserta akan diberikan umpan balik tentang program yang telah dilaksanakan. Hal
ini akan menjadi pertimbangan bagi kontinuitas program.
E. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu:
1. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan data dan fakta yang ada.
2. Mencari alternatif berdasarkan pustaka dan data pendukung.
3. Mencari akternatif pemecahan masalah, yaitu memberikan deskriptif mengenai
Pendidikan Warawiri (PW) upaya pendidikan non formal untuk dapat membentuk
karakter anak-anak khususnya anak jalanan menjadi pribadi kreatif, inovatif dan
humanis di Desa Sri Rahayu (kampung Dayak), Karang Klesem, Purwokerto
Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini
mengacu pada buku pedoman petunjuk teknis Lomba Karya Tulis Ilmiah
Pendidikan UNYSEF 2015.
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Kondisi Sosial Anak Jalanan di Kampung Sri Rahayu
Anak jalanan di Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak), Karangklesem,
Purwokerto Selatan memiliki permasalahan sosial yang sangat kompleks dan
tingkat pendidikan mereka masih rendah. Anak-anak ini sebagian besar berprofesi
mengikuti jejak orangtuanya secara turun temurun. Sejak kecil anak-anak ini sudah
diajarkan orangtuanya untuk mencari uang sebagai anak jalanan dengan cara
menjadi pengamen maupun pengemis. Kondisi lingkunganlah yang membentuk
-
10
karakter dan pemikiran anak-anak di Kampung Dayak tumbuh sebagai pemalas,
mudah putus asa, materialistik, emosional dan egois. Keadaan ini didukung oleh
tuntutan anak jalanan yang harus mencari nafkah untuk menutupi kebutuhan sehari-
hari. Ditambah lagi anak jalanan ini kurang mendapatkan pengetahuan yang tepat
mengenai baik-buruknya suatu kehidupan.
Disini peran orang tua sangat penting bagi pertumbuhan dan pembentukan
karakter bagi seorang anak. Masyarakat di Kampung Dayak masih memiliki fikiran
yang sempit, hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan dan perhatian dari
pemerintah setempat. Kampung Dayak sendiri merupakan perkampungan khsusus
bagi imigran, akan tetapi saat ini sudah tidak ada tempat untuk imigran dikarenakan
semakin minimnya lahan.Kegiatan di Kampung Dayak sebenarnya sudah
mengalami kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya mushola, pendok
pesantren, yayasan dan sebagainya. Akan tetapi masyarakat sekitar kurang tertarik.
Hal ini disebabkan karena masyarakat belum memahami akan pentingnya dunia
pendidikan. Adapun dampak yang dirasakan akibatnya banyak anak-anak yang
tumbuh kurang terkontrol, bebas dan sulit diatur. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
upaya untuk dapat membentuk karakter masyarakat menjadi lebih mandiri dan
kreatif. Khusunya bagi anak-anak di Kampung Rahayu yang masih memiliki cita-
cita dan menjadi generasi muda yang lebih mandiri dan kreatif.
B. Model Penanganan Terhadap Persoalan Anak Jalanan yang
Dilakukan oleh Pemerintah maupun oleh Lembaga-Lembaga Terkait
Pemerintah telah berupaya untuk memasyarakatkan kewirausahaan, namun
upayatersebut belum membawa pengaruh yang signifikan karena masih banyak
pendudukyangtidak produktif setiap tahun. Hal itu memunculkan pertanyaan,
seberapa jauhkeberhasilan pelaksanaan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan
MembudayakanKewirausahaan yang telah dilakukan sejak tahun 1995 dan apa
dampak dari programitu. Integrasi pendidikan kewirausahaan yang dilakukan saat
ini merupakanmomentum untuk revitalisasi kebijakan Gerakan Nasional
Memasyarakatkan danMembudayakan Kewirausahaan, mengingat jumlah terbesar
pengangguran terbukadari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Datapengangguran terbuka yang dikeluarkan oleh Badan
-
11
Pusat Statistik (2009) menunjukkan bukti masih banyak penduduk yang perlu
ditingkatkan produktivitasnya.
Di Kabupaten Banyumas, berbagai kebijakan pemerintah kota
dalam menangani anak telah dilakukan dengan berbagai cara
penanganan, antara lain dengan memasukkan ke rumah singgah,
tempat-tempat pelatihan, serta dengan memberi bekal keterampilan kepada
mereka (Suwartono, 54 tahun, Purwokerto). Upaya penanganan anak jalanan juga
dilakukan secara preventif dengan harapan agar jumlah anak jalanan dapat
berkurang. Namun dalam kenyataannya jumlah anak jalanan yang
melakukan kegiatan di jalan belumlah berkurang, bahkan mereka yang telah
ditangani akan kembali lagi ke jalan atau berpindah tempat
menjadi anak jalanan di tempat lain. Menurut Suwartono (54 tahun, Purwokerto)
selaku kasi rehabilitasi sosial, dalam pelaksanaannya seksirehabilitasi sosial
melakukan pendataan terhadap anak jalanan di seluruh wilayah
Kabupaten Banyumas untuk kemudian mengusulkan penyelenggaraan
program pembinaan anak jalanan sesuai kebutuhan anak jalanan kepada
Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Pada tataran teknisnya penyelenggaraan
program tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan pihak ketiga
yaitu LSM ataupun yayasan pembinaan anak jalanan yang telah
dilegalisasi oleh Dinas Sosial, tenaga kerja dan transmigrasi
Kabupaten Banyumas. Selama ini dalam praktiknya, Dinas Sosial belum optimal
dalam menangani masalah anak jalanan. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-
faktor yang menjadi penghambat Dinas Sosial dalam melakukan perlindungan dan
pembinaan terhadap anak jalanan di Kabupaten Banyumas, yakni faktor internal
yang berasal dari dalam Dinas Sosial sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari
anak jalanan. Faktor yang berasal dari dalam adalah adanya penyatuan instansi oleh
Pemerintah Kabupaten Banyumas yang menyebabkan terlalu luasnya
bidang garapan instansi tersebut dalam pembagian tugas pokok dan fungsi
instansi. Dinas Sosial yang disatuatapkan dengan instansi lain yaitu Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi membuat fokus kerja dinas sosial tidak
terkonsentrasi pada satu permasalahan.
-
12
Ada juga penerapan lain oleh pihak Kementerian Pendidikan yang
menerapkan pendidikan kewirausahaan di sekolah yang mulai tahun 2010 telah
disosialisasikan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah didasarkan pada
butirbutir kebijakan nasional berikut dalam RPJMN 2010 2014.
a. Peningkatan Akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien
menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi
pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan
diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan
antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan
lapangan kerja atau kewirausahaan, 2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga
kerja.
b. Penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat
nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik
yang mampu menjawab keutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan
nasional dan daerah dengan memasukkan pendidikan kewirausahaan (di
antaranya dengan mengembangkan model (link and match).
Namun tetap saja berbagai langkah yang dilakukan pemerintah pusat
maupun daerah tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Kebijakan
pemerintah setempat hanya berfokus dalam pembangunan tanpa diiringi dengan
pendekatan secara internal sehingga banyak kebijakan pemerintah yang kurang
berhasil dalam menanggulangi permasalahan anak jalanan. Perlu adanya
pendekatan secara personal agar kedua elemen masyarakat bisa mengerti akan
keinginan dan kemauannya. Penanganan pemerintah setempat hanya bisa berjalan
beberapa waktu dan tidak menyebar kebebarapa tempat yang notabennya
membutuhkan bantuan dan perhatian mereka.
C. Peran Pendidikan Warawiri (PW) sebagai Upaya Penerapan Pendidikan
Kewirausahaan
Salah satu cara yang memudahkan anak dalam belajar adalah mengaitkan
mata pelajaran dengan berbagai masalah aktual yang ada di lingkungan sekitar
anak. Cara ini akan membantu anak-anak yang tingkat kecerdasannya normal,
bahkan yang dibawah rata-rata akan mudah pula menangkapkan berbagai konsepan
-
13
yang akan disampaikan guru. Bagi anak yang cerdas, mereka bisa menerima
konsep-konsep yang disampaikan guru secara abstrak. Namun tidak demikian bagi
mereka yang kecerdasannya biasa-biasa saja atau bahkan yang dibawah normal
(Poedjiati, 2005).
Pendidikan Warawiri sendiri merupakan suatu metode pendidikan
kewirausahaan dalam upaya pembentukan karakter mandiri dan kreatif untuk anak-
anak khusunya anak jalanan. Adapun sasaran pendidikan warawiri adalah anak-
anak khususnya anak-anak jalanan. Karena kebutuhan pendidikan bagi anak jalanan
sangatlah diperlukan. Akan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
membimbing dan mengarahkan anak-anak jalanan diantaranya harus bisa mengerti
pola sikap, fikir, waktu dan psikologi, Karena pada anak jalanan lebih sering
mengutamakan pola sikap daripada pola fikir dikarenakan kurang bisa
mengendalikan diri dan rendahnya pendidikan. Oleh karena itu dalam penerapan
metode belajar dalam pendidikan warawiri harus mempelajari karakteristik anak
jalanan agar bisa mudah diterima dan dipelajarinya Pada metode ini akan
dilaksanakan program-program khusus untuk dapat merubah dan menumbuhkan
karakter pribadi seorang entreprenenur yakni mandiri dan kreatif. Materi yang akan
disampaikan dalam metode pembelajaran mudah diterima untuk anak-anak, yakni
mengkombinasikan antara materi disekolah dengan kondisi yang benar terjadi
dilapangan. Sehingga anak-anak dapat mengetahui secara langsung fungsi dari
materi dan belajar memecahkan permasalahan yang terjadi sehingga akan
membentuk karakter mandiri dan kreatif pada anak. Dalam metode pembelajaran
PW yang lebih diutamakan adalah aplikatif/praktek langsung dilapangan, sehingga
dapat merangsang daya fikir mereka untuk dapat memecahkan suatu masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Dampak yang akan didapatkan pada siswa akan
terbentuknya suatu pola sikap dan fikir yang mandiri dan kreatif dalam
berkehidupan dimasyarakat, sehingga keberadaan mereka dapat diterima dan tidak
mengandalkan hanya dengan belas kasih dari orang lain.
-
14
D. Metode Pembelajaran Pendidikan Pendidikan Warawiri
Gambar 1. Metode pembelajaran pendidikan warawiri
Menurut Battistich (2008) tujuan pendidikan karakter adalah mendorong
lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dengan karakter yang baik, anak-
anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
hal yang terbaik, melakukan segalanya dengan benar, dan cenderung memiliki
tujuan hidup. Kids preneur adalah salah satu sekolah informal yang memiliki sistem
pembelajaran pendidika karakter anak. Dalam metode pembelajaran KP didominasi
pola sikap daripada pola fikir siswa terhadap suatu permasahan yang dihadapi oleh
siswa. Sehingga siswa akan cenderung berfikir untuk dapat menyelesaikan
permasalahn tersebut. Materi yang didapat oleh siswa akan langsung bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga siswa bisa langsung
mempraktikan dilapangan. Adapun program khusus dari metode belajar PW ada
tiga yakni :
1. Warawiri Social Entrepreneurship
Pada program ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan membentuk
jiwa tanggung jawab dan mandiri pada siswa, sehingga siswa bisa tumbuh sebagai
pemimpin. Program ini berisi materi motivasi, tanggung jawab dan games edukasi
yang dapat menumbuhkan karakter asli anak-anak. Sehingga pengajar dapat
mengetahui karakter pribadi setiap anak dan akan lebih mudah untuk dibimbing
agar bisa menumbuhkan karakter mandiri pada anak.
2. Warawiri Educative and Creativity
Pada program kedua ini peserta akan diberikan materi tentang pelajaran
seperti halnya sekolah formal secara rutin. Akan tetapi dalam program ini cara
penyampaian yang akan diberikan kepada siswa berbeda seperti halnya sekolah
formal. Dalam proses pembelajaran porgram ini anak-anak akan lebih santai,
-
15
nyaman dan berfikir. Materi yang akan disampaikan tidak terlalu banyak, tidak
menghafal akan tetapi langsung apilkatif kehidupan mereka. Perlu media alat untuk
dapat merangsang daya fikir mereka sehingga dapat membentuk pola fikir mereka.
Program ini akan dilaksnakan selama beberapa minggu yang diakukan satu minggu
satu kali pertemuan sehingga dapat terus memantau langsung perkebangan dari si
anak.
3. Warawiri Community
Program terakhir dari PW ini yakni akan dibentuknya suatu
wadah/perkumpulan bagi semua anggota PW sehingga peserta didik bisa tetap
dimonitori pengajar. Tujuan dari program ini yakni agar program PWC bisa
ditindak lanjuti dan dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat, khususnya di
Kampung Sri Rahayau. Sehingga ilmu yang diberkan tidak cepat pudar dan anak-
anak kembali ke masa lalunya. Adapun pengajar utama dari KP ini yakni
mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedirman dan bisa bekerjasama
dengan instansi misalnya GNPUAPS, Radar Banyumas, LSM, dan sebagainya.
Menurut hasil kuisioner yang kami bagikan secara randow kepada elemen
masyarakat di Kampung Sri Rahayu tentang perlu program Pendidikan Warawiri.
Membutuktikan bahwa dari 10 responden yang kami berikan secara acak khusunya
bagi anak-anak di Kampung Sri Rahayu setuju akan perlunya program pendidikan
warawiri bagi meraka untuk memberikan solusi alternatif pendidikan non formal
bagi anak-anak khususnya anak jalanan.
-
16
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Anak jalanan di Kampung Sri Rahayu memiliki permasalahan sosial yang
kompleks dan tingkat pendidikan rendah.
2. Hal yang diperlukan untuk membantu pembentukan karakter anak yakni adanya
dukungan dan motivasi orang tua serta lingkungan akan pentingnya pendidikan
saat ini.
3. Cara yang efektif untuk memberikan pendidikan non formal bagi anak anak
khsususnya anak jalanan adalah dengan cara pendekatan secara personal dan
intensif agar mereka mudah untuk diatur dan dididik.
4. Metode Pendidikan Warawiri merupakan salah satu ide/gagasan untuk dunia
pendidikan saat ini karena metode adalah pendekatan dan aplikatif. Sehingga
anak-anak bisa nyaman dan mudah menerapkan ilmu/materi sekolah dengan
kondisi lingkungan sekitar.
5. Menurut hasil survei dan 10 kuisioner yang kami berikan secara random kepada
elemen masyarakat di Kampung Dayak semua responden memerlukan adanya
program pendidikan warawiri.
6. Anak jalanan yang berkarakter cerdas, bermoral, dan memiliki cita-cita tinggi
dapat merubah kehidupannya menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan
kepedulian orangtua dan masyarakat sekitar akan pentingnya pendidikan bagi
anak mereka.
B. Saran
Perlu adanya dukungan dan motivasi baik dari pihak orang tua, lingkunagn,
masyarakat dan pemeritah agar anak-anak di Indonesia khsusunya anak jalanan di
Kampug Dayak bisa memilki karakter mandiri dan kreatif. Kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah setempat untuk mengurangi permasalahan anak jalanan
seharusnya langsung terjun dilapangan agar mengetahui secara langsung yang
terjadi permasalahan dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kampung
-
17
Dayak. Perlu adanya pendekatan dengan beberapa elemen masyarakat bagai
masyarakat d Purwokerto, mahasiswa, LSM dan pemerintah setempat agar bisa
mewujudkan budaya mandiri dan kreatif bagi masyarakat di Kampung Dayak,
sehingga dapat mewujudkan vsisi pendidikan Indonesia 2015 dapat melahirkan
generasi emas.
-
18
DAFTAR PUSTAKA
Battistich, V. 2007. Character Education, Prevention, and Positive Youth
Development. Illinois: University of Missouri, St. Louis.. Muttaqien, Imam
dari judul Basics of Qualitative Research: Grounded
Miles, M.B. & Huberman, A. M. 2007. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
tentang
Strauss, A. & Corbin, J. (2009). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data. Terjemahan oleh Muhammad
Shodiq dan Theory Procedures and Techniques. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Camellia, F. 1999. Fungsi Keluarga Bagi Anak Jalanan di Perkotaan: Studi Kasus
Anak-Anak Jalanan di Sekolah Binaan YNDN, Pasar Kebayoran Lama
Jakarta Selatan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian IPB, Bogor (Tidak dipublikasikan)
Farrid, M. 1997. Pekerja Anak, Upaya Implementasi Konvensi Hak Anak di
Indonesia dan Konvensi ILO (No. 138). Akatiga, Bandung
Suhartini, T. dan Panjaitan, N.K. 2009. Strategi Bertahan Hidup Anak Jalanan:
Kasus Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sodality, Jurnal
Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. IPB, Bogor. 3
(2): 215-230
Thamrin, T. 1996. Dehumanisasi Anak Jalanan: Berbagai Pengalaman
Pemberdayaan. Akatiga, Bandung.
-
19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Indra Afdi Roniansyah
b. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agroteknologi
c. NIM : D1E014045
d. Tempat, tanggal lahir : Majalengka, 25 April 1995
e. No. Telp dan Email : 085295577272 dan [email protected]
f. Alamat Lengkap : Desa Karangasem Rt 01 Rw 08 Kecamatan
Leuwiunding, Kab Majalengka Kode pos: 45473
g. Prestasi yang pernah diraih (akademik dan non-akademik) : -
TTD
Indra Afdi Roniansyah
2. Anggota Pelaksana I
a. Nama Lengkap : Luqman Nul Hakim
b. Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agroteknologi
c. NIM : A1L113030
d. Tempat/tanggal lahir : Majalengka, 26 April 1995
e. No. Telp dan Email : 085353834006 dan
f. Alamat Lengkap : Kelurahan Munjul rt/rw 03 No. 32 Kec.
Majalengka Kab. Majalengka 45417
g. Prestasi yang pernah diraih (akademik dan non-akademik): -
h. Karya ilmiah yang dihasilkan: - TTD
Luqman Nul Hakim
-
20
3. Anggota Pelaksana II
a. Nama Lengkap : Siti Rohmattilah Hasyim
b. Fakultas/Jurusan : Fikes/Farmasi
c. NIM : G1F013033
d. Tempat, tanggal lahir : Majalengka. 11 Juli 1995
e. No. Telp dan Email : 089611603661 [email protected]
f. Alamat Lengkap : Jl. Pejuang 45 RT/RW O1/04 Majalengka Jawa
Barat
g. Prestasi yang pernadiraih (akademik dan non-akademik): -
h. Karya ilmiah yang dihasilkan: -
TTD
Siti Rohmattilah Hasyim
-
21
BIODATA DOSEN PEMBIMBING
a. Nama Lengkap : Ir. H. Muhammad Nuskhi, M. Si.
b. NIP : 19620924 198702 1 003
c. Tempat, tanggal lahir : Jombang, 24 September 1962
d. Alamat : Perum Griya Satria 2, Jln. Jarwoto Aminoto No.
D-12 Sumampir Purwokerto
e. Jabatan Fungsional : Dosen tetap
f. Perguruan Tinggi : UNSOED
g. Bidang Keahlian : Peternakan
TTD
-
22
-
23
Lampiran 2. Lokasi Survey
Gambar 2. Kampung Sri Rahayu Gambar 3. UPK Kampung Sri Rahayu
Kondisi Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak)
Gambar 4. Kampung Sri Rahayu Gambar 5. Kondisi lingkungan
-
24
Lampiran 3. Kondisi anak-anak di kampung Sri Rahayu
Gambar 6. Kondisi anak-anak
Gambar 7. Anak-anak Sri Rahayu
Gambar 8. Wawancara dengan ibu
Gambar 9. Aktivitas anak-anak