Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan...

7
PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK 1) Ismudiati 2) Dr. Paidi, M.Si 3) Maryati, M.Si +6285743558657 FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains peserta didik melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing ( guided inquiry) pada pembelajaran IPA kelas VII A di SMP Muhammadiyah 2 Depok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah 25 peserta didik kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok tahun ajaran 2012/2013. Setiap siklusnya melalui tahap-tahap yang disampaikan Kemmis & Mc Taggart sebagai berikut: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Kemampuan berpikir kritis diukur menggunakan soal pretest-posttest dan lembar observasi. Motivasi belajar sains yang diukur menggunakan angket. Keterlaksanaan proses pembelajaran melalui pendekatan inkuiri terbimbing diamati menggunakan lembar observasi. Pada siklus I, pengelolaan kelas, penjelasan langkah-langkah kegiatan inkuiri, serta penyampaian klarifikasi, kurang terlaksana dengan baik. Pada siklus I diketahui kemampuan berpikir kritis awal sebesar 53% dan kemampuan berpikir kritis akhir 72% serta melalui observasi terdapat 40% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi. Pada siklus I 64% peserta didik memiliki motivasi belajar sains sangat tinggi. Pembelajaran pada siklus II menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan memperbaiki tahapan yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I. Pada siklus II diketahui kemampuan berpikir kritis awal sebesar 55% dan kemampuan berpikir kritis akhir 82% serta melalui observasi terdapat 92% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi. Pada siklus II 80% peserta didik memiliki motivasi belajar sains sangat tinggi. Kata kunci: Inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kritis, motivasi belajar Abstract This research aims to improve critical thinking skills and motivation on learning in science through guided inquiry of class VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. This research was a classroom action research. Subjects in this study were 25 students of class VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok on period 2012/2013. This implementation used an action research model of Kemmis and Mc Taggart which includes 3 stages: (1) planning, (2) the actions and observations, (3) reflection. Critical thinking skills were measured using a pretest-posttest and observation sheets. Motivation to learn science using a questionnaire that measured motivation. Learning through guided inquiry was observed using observation and recording sheet. At first cycle, classroom management, explanation of steps guided inquiry, and delivery of clarification findings learners, not performing well. In the first cycle known early critical thinking skills by 53% and critical thinking skills through the end of 72% and 40% of student contained observations have critical thinking skills was very high. Science learning motivation was very

description

Pendidikan

Transcript of Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan...

Page 1: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA

PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH 2

DEPOK

1) Ismudiati

2)Dr. Paidi, M.Si

3)Maryati, M.Si

+6285743558657

FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar

sains peserta didik melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) pada

pembelajaran IPA kelas VII A di SMP Muhammadiyah 2 Depok. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah 25 peserta didik kelas VII A SMP

Muhammadiyah 2 Depok tahun ajaran 2012/2013. Setiap siklusnya melalui tahap-tahap yang

disampaikan Kemmis & Mc Taggart sebagai berikut: perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Kemampuan berpikir kritis diukur menggunakan soal

pretest-posttest dan lembar observasi. Motivasi belajar sains yang diukur menggunakan angket.

Keterlaksanaan proses pembelajaran melalui pendekatan inkuiri terbimbing diamati

menggunakan lembar observasi. Pada siklus I, pengelolaan kelas, penjelasan langkah-langkah

kegiatan inkuiri, serta penyampaian klarifikasi, kurang terlaksana dengan baik. Pada siklus I

diketahui kemampuan berpikir kritis awal sebesar 53% dan kemampuan berpikir kritis akhir 72%

serta melalui observasi terdapat 40% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat

tinggi. Pada siklus I 64% peserta didik memiliki motivasi belajar sains sangat tinggi.

Pembelajaran pada siklus II menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan

memperbaiki tahapan yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I. Pada siklus II diketahui

kemampuan berpikir kritis awal sebesar 55% dan kemampuan berpikir kritis akhir 82% serta

melalui observasi terdapat 92% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi.

Pada siklus II 80% peserta didik memiliki motivasi belajar sains sangat tinggi.

Kata kunci: Inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kritis, motivasi belajar

Abstract

This research aims to improve critical thinking skills and motivation on learning in science

through guided inquiry of class VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. This research was a

classroom action research. Subjects in this study were 25 students of class VII A SMP

Muhammadiyah 2 Depok on period 2012/2013. This implementation used an action research

model of Kemmis and Mc Taggart which includes 3 stages: (1) planning, (2) the actions and

observations, (3) reflection. Critical thinking skills were measured using a pretest-posttest and

observation sheets. Motivation to learn science using a questionnaire that measured motivation.

Learning through guided inquiry was observed using observation and recording sheet. At first

cycle, classroom management, explanation of steps guided inquiry, and delivery of clarification

findings learners, not performing well. In the first cycle known early critical thinking skills by

53% and critical thinking skills through the end of 72% and 40% of student contained

observations have critical thinking skills was very high. Science learning motivation was very

Page 2: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

high in the first cycle of 64% of student. Learning on the second cycle using guided inquiry

implemented after repair phases that have not done well in first cycle. In the second cycle known

early critical thinking skills by 55% and critical thinking skills through the end of the 82% and

92% of student contained observations have critical thinking skills was very high. Science

learning motivation was very high on the second cycle by 80% of student.

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama kegiatan Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL) tahun 2012 diperoleh permasalahan yang ditemukan kaitannya pada proses

pembelajaran IPA di kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok yaitu kemampuan berpikir

kritis peserta didik masih rendah. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran IPA belum secara

optimal menggunakan pendekatan yang sesuai. Peserta didik cenderung mencatat dan mendengar

yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran lebih banyak menekankan pada pemahaman konsep

yang berupa transfer informasi yang monoton oleh guru. Partisipasi peserta didik dalam

pembelajaran diarahkan oleh guru dalam bentuk tanya jawab dan latihan soal. Jawaban yang

diutarakan oleh peserta didik masih sama dengan buku, bahkan jawaban yang disampaikan

dengan membaca buku. Permasalahan lainnya yang ditemukan yaitu peserta didik memiliki

motivasi yang rendah dalam belajar sains. Hal ini dapat teramati dengan indikator ketika proses

pembelajaran peserta didik kurang berani dan ragu menanyakan atau mengajukan pendapat. Pada

saat pembelajaran berlangsung terdapat peserta didik yang bermalas-malasan dan mengobrol

dengan teman sebelahnya.

Berdasarkan fakta yang ditemukan pada proeses pembelajaran IPA di kelas VII A SMP

Muhammadiyah 2 Depok menunjukkan bahwa redahnya kemampuan berpikir kritis dan

rendahnya motivasi belajar sains peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas

pembelajaran, salah satu alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut dengan

mengadakan tindakan kelas melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry).

Chiappetta dan Collette (1994: 86) menyatakan pembelajaran inkuiri menekankan pada

pembelajaran aktif, dimana dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical

thinking skills) untuk membantu pemecahan masalah dan mengembangkan konsep seputar

permasalahan IPA. Menurut Nana Sudjana (2011: 155), tujuan utama pembelajaran inkuiri yaitu

mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah

secara ilmiah. Melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) dalam

Page 3: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

pembelajaran IPA secara terpadu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

motivasi belajar peserta didik kelas VII A di SMP Muhammadiyah 2 Depok.

KAJIAN TEORI

Sund dan Trowbrige (1973: 67-70) menjelaskan inkuiri terbimbing merupakan

pembelajaran inkuiri dengan diberikan arahan atau struktur yang cukup dalam proses

pembelajarannya. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sund dan Trowbrige (1973: 62-78) menjelaskan

bahwa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan atau menjadi

lebih baik dalam tugas kognitif termasuk kemampuan berpikir kritis peserta didik. Zawadzaki

(2010: 66-74) menyebutkan bahwa proses inkuiri terdiri dari mengidentifikasi dan

menyelesaikan kontradiksi, menggeneralisasi, menyimpulkan, pose, dan memcahkan masalah.

Menurut Chiappetta dan Collette (1994: 86), pembelajaran inkuiri menekankan pada

pembelajaran aktif, dimana dipercaya dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical

thinking skills) untuk membantu pemecahan masalah dan mengembangkan konsep seputar

permasalahan IPA.

Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis. Kauchak dalam Dede Rosyada (2004: 170-171) menjelaskan kemampuan critical

thinking adalah kemampuan peserta didik dalam menghimpun berbagai informasi yang

kemudian membuat kesimpulan evaluatif dari berbagai informasi tersebut. Menurut Facione

(2011: 5) kemampuan berpikir kritis adalah ilmu-ilmu yang digunakan dalam proses

mendapatkan pengetahuan, termasuk inti cara yang kritis meliputi menafsirkan (interpretation),

menganalisis (analysis), mengevaluasi (evaluation), menyimpulkan (inference), menjelaskan

(explanation), dan peraturan sendiri (self-regulation).

Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan juga dapat meningkatkan motivasi

belajar sains peserta didik. Suchman (Moh Amien, 1987: 129 - 130) mengemukakan bahwa

motivasi peserta didik berpengaruh terhadap pembelajaran inkuiri. Kekuatan motivasi yaitu

keinginan untuk menyelesaikan pemecahan masalah, hasyrat ingin tahu, dan kemampuan

meramal, mengontrol atau menerangkan. Keller (Setijadi, 1999: 187-189) menggambarkan

empat kategori motivasi dalam model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, dan

Satisfaction).

Page 4: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif berupa Classroom Action

Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini yaitu 25 peserta

didik kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada

pembelajaran IPA, maka penelitian ini didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dan motivasi belajar sains melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry)

pada pembelajaran IPA. Desan PTK mengacu pada model yang disampaikan oleh Kemmis & Mc

Taggart setiap siklusnya melalui tahap-tahap yang sebagai berikut: perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Instrumen pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan

pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry), lembar observasi dan soal tes untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis, dan angket untuk mengetahui motivasi belajar sains.

HASIL DAN PEMBAHASAN

kelas yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry)

pada pembelajaran IPA di kelas VII A SMP Muhammadiyah 2 Depok. Siklus I dilakukan pada

hari 04 Maret 2013 untuk pertemuan pertama dan hari selasa tanggal 05 Maret 2013 untuk

pertemuan kedua dengan topik ciri-ciri air tercemar. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan

menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing yang diawali orientasi, merumuskan masalah,

mengajukan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan menguji hipotesis, serta

diakhiri dengan merumuskan kesimpulan. Berdasarkan pengamatan dan penilaian menggunakan

lembar observasi dan perekaman, pada pembelajaran siklus I yang dilakukan terlaksana 80%

yang termasuk dalam kategori baik. Dari implementasi tindakan siklus I, dilakukan pengamatan

dampak implementasi tindakan pada kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains

peserta didik. Berikut tabulasi data pengamatan dampak implementasi tindakan siklus I.

Tabel 1. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Djemari Mardapi, 2008: 123)

No Rentang skor Interprestasi Frekuensi Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

X ≥ 21

21 ˃ X ≥ 17,5

17,5 ˃ X ≥ 14

X < 14

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

10

13

2

0

40

52

8

0

Jumlah 25 100

Page 5: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

Tabel 2. Kemampuan Berpikir Kritis Awal dan Akhir (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)

No. Keterangan Rata-rata Persentase nilai berpikir kritis (%) Interpretasi

1. Nilai awal 5,3 53 Kurang sekali

2. Nilai akhir 7,2 72 Cukup

Tabel 14. Tingkat Motivasi Belajar Sains Peserta Didik (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)

No. Rentang Nilai Persentase (%) Interpretasi Frekuensi Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

86 – 100

76 – 85

60 – 75

55 – 59

≤54

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang sekali

16

9

0

0

0

64

36

0

0

0

Jumlah 25 100

Proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing belum tercapai

secara optimal sehingga kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains peserta didik

belum mencapai indikator yang ditetapkan. Pada siklus I dalam keterlaksanaan pembelajaran

oleh guru, tahap orientasi dan melakukan eksperimen kurang terlaksana dengan baik.

Berdasarkan hal ini, guru memperbaikinya dalam penerapan di siklus II. Guru lebih detail dalam

menyampaikan informasi tujuan yang akan dicapai, pentingnya topik yang akan dipelajari. Guru

lebih jelas dan tegas dalam mengarahkan peserta didik untuk merumuskan masalah. Peserta didik

dibimbing untuk melakukan kegiatan inkuiri. Pada siklus I, keterlaksanaan pembelajaran yang

kurang baik oleh peserta didik yaitu tahap orientasi, merumuskan masalah, mengumpulkan data

dan menguji hipotesis. Peserta didik kurang berusaha dalam mengidentifikasi dan merumuskan

masalah. Peserta didik kurang teliti dalam mengumpulkan data. Peserta didik kurang dalam

mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi serta pengetahuan untuk memecahkan

masalah dan memperoleh pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut, guru berupaya memperbaiki di

siklus II dengan memberi arahan dan bimbingan yang sesuai. Berdasarkan kekurangan yang

terjadi pada siklus I maka diperlukan tindakan lebih lanjut pada siklus berikutnya untuk

memperbaiki segala kekurangan yang muncul pada siklus I.

Siklus II dilakukan pada hari Senin, 01 April 2013 untuk pertemuan pertama dan hari

Selasa 02 April 2013 untuk pertemuan kedua dengan topik penjernihan air. Pembelajaran IPA

yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing dengan yang diawali

orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan

data dan menguji hipotesis, serta pembelajaran diakhiri dengan merumuskan kesimpulan.

Page 6: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

Berdasarkan refleksi siklus I, maka didapatkan rekomendasi untuk penyempurnaan dan

dilakukan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan dan penilaian menggunakan lembar

observasi dan perekaman, pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing

terlaksana 100% yang termasuk kategori sangat baik. Berikut dampak implementasi tindakan

pada kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar sains disajikan dalam tabulasi data.

Tabel 4. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik (Djemari Mardapi, 2008: 123)

No. Rentang skor Interpretasi Siklus I Siklus II

f Persentase (%) f Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

X ≥ 21

21 ˃ X ≥ 17,5

17,5 ˃ X ≥ 14

X < 14

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

10

13

2

0

40

52

8

0

23

2

0

0

92

8

0

0

Jumlah 25 100

Tabel 5. Kemampuan Berpikir Kritis awal dan Akhir (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)

No. Keterangan Nilai Awal Nilai Akhir

Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1. Rata-rata 5,3 5,5 7,2 8,2

2. Ketercapaian Kemampuan

Berpikir Kritis (%)

53 55 72 82

3. Interpretasi Kurang sekali Kurang Cukup Baik

Tabel 6. Tingkat Motivasi Belajar Sains Peserta Didik (Ngalim Purwanto, 1984: 102-103)

No. Rentang Nilai

Persentase (%)

Inter

Pretasi

Siklus I Siklus II

f Presentase (%) f Presentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

86 – 100

76 – 85

60 – 75

55 – 59

≤54

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang sekali

16

9

0

0

0

64

36

0

0

0

20

4

1

0

0

80

16

4

0

0

Jumlah 25 100 25 100

Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi kekurangan sehingga di akhir pelaksanaan

siklus tindakan masih terdapat 4% masih memiliki motivasi dalam kategori cukup: guru kurang

membimbing dan menjelaskan dengan detail tentang cara pengisian angket motivasi.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan, hasil dan pembahasan terhadap penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Page 7: Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Smp Muhammadiyah 2

1. Proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing (guided inquiry) dalam

upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar peserta didik kelas VII

A di SMP Muhammadiyah 2 Depok pada siklus II dapat terlaksana 100% dengan kategori

sangat baik sesuai sintaks yang ada dengan lebih melakukan perbaikan pada tahapan

pembelajarannya dan meningkatkan pengelolaan kelas.

2. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui 2 siklus pembelajaran. Kemampuan berpikir

kritis akhir pada siklus II meningkat sebesar 82% dan melalui observasi diketahui terdapat

92% peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi.

3. Penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan

motivasi belajar sains peserta didik melalui 2 siklus pembelajaran. Motivasi belajar sains

peserta didik dengan kategori sangat baik pada siklus I sebesar 64% meningkat pada siklus II

sebesar 80%.

DAFTAR PUSTAKA

Chiappetta, Eugene L. dan Alfred T. Collette. (1994). Science Instruction in the Middle and

Secondary Schools. New York: Macmillan Publishing Company.

Facione, Peter A. (2011). Critical Thinking: What it is and Why it Counts. Milbrae, CA:

Measured Reasons and The California Academic Press.

Masnur Muslich. (2011). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:

Bumi Aksara.

Moh. Amien MA. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan

Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud.

Nana Sudjana. (2011). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Setijadi. (1999). Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sund dan Trowbrige. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School Second

Edition. USA: Charles E. Merrill Publishing Company A Bell and Howel Company.

Zawadzki. (2010). “Is process-oriented guided-inquiry learning (POGIL) suitable as a teaching

method in Thailand’s higher education? Asian Journal on Education and Learning”.

Thailand. As. J. Education.Vol. 1(2), 66-74. Diakses pada tanggal 09 Juni 2013 dari

http://www.ajel.info/.