PENERAPAN PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI PADA KOPERASI...
Transcript of PENERAPAN PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI PADA KOPERASI...
PENERAPAN PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI PADA KOPERASI
SIMPAN PINJAM JASA LAYANAN SYARIAH JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjanan Hukum (SH)
Oleh :
PUTRI DIANA
11150490000035
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
ii
PENERAPAN PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI PADA KOPERASI
SIMPAN PINJAM JASA LAYANAN SYARIAH JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh:
Putri Diana
11150490000035
Dosen Pembimbing
Dr. Moh. Bukhori Muslim, Lc., M.A.
NIP. 197606262009011013
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Putri Diana
NIM : 11150490000035
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 30 Agustus 1997
Prodi/Fakultas : Hukum Ekonomi Syariah/Syariah dan Hukum
Alamat : Jl. Husein Sastra Negara (Rawa Bokor) Rt.04
Rw.10 Benda, Benda, Tangerang, Banten 15125
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2020
Putri Diana
NIM: 11150490000035
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul “Penerapan Pembiayaan Pengurusan Haji Pada Koperasi
Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan” yang ditulis oleh Putri
Diana, NIM 11150490000035, telah diajukan dalam sidang skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum pada Senin 23 Maret 2020 dan Selasa 24 Maret 2020. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2020
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. NIP. 19760807 200312 1 001
Panitia Sidang:
Ketua : A.M. Hasan Ali, M.A. (.................................)
NIP. 197512012005011005
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. (.................................)
NIP. 19731215 2005011002
Pembimbing : Dr. Moh. Bukhori Muslim, Lc., M.A. (.................................)
NIP. 197606262009011013
Penguji I : Indra Rahmatullah, S.H.I., M.H. (.................................)
NIDN. 2021088601
Penguji II : Muhammad Ishar Helmi, M.H. (.................................)
v
ABSTRAK
Putri Diana. NIM 11150490000035. PENERAPAN PEMBIAYAAN
PENGURUSAN HAJI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM JASA LAYANAN
SYARIAH JAKARTA SELATAN. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441H/2020M. x-
115.
Kospin Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan mengeluarkan produk Ijarah
Haji produk tersebut sebagai pengurusan jasa haji dengan prinsip syariah dalam
pelaksanaannya. Terkait pembiayaan pengurusan haji berbasis syariah maka
ketentuannya mengacu pada Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002, dan
Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Pearturan
Menteri Agama No. 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
Penyelenggaraan Ibadah Haji. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk
mengetahui Pembiayaan pengurusan haji yang dilaksanakan oleh Kospin Jasa
Layanan Syariah Jakarta Selatan apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah serta
Peraturan Menteri Agama yang berlaku saat ini.
Penelitian ini menggunakan metode normatif empiris dan menggunakan
pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus dengan mengkaji peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan tema penelitian serta melakukan wawancara
untuk mencari kasus atau peristiwa yang terjadi dilapangan kepada pihak
Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan mengenai
pelaksanaan produk Ijarah Haji pada pembiayaan pengurusan haji.
Hasil penelitian pembiayaan pengurusan haji di Kospin Jasa Layanan
Syariah Jakarta Selatan belum sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-
MUI/VI/2002. Dalam penjelasan Pembiayaan Pengurusan Haji di Kospin Jasa
Layanan Syariah Jakarta Selatan tidak menjelaskan secara terperinci mengenai
akad yang digunakan pada awal perjanjian, hanya disebutkan saja bahwa
Pembiayaan pengurusan haji menggunakan akad Ijarah dan MultiJasa Ijarah,
besaran Ujrah/fee tidak dijelaskan dengan jelas pada Perjanjian Haji. Proses
talangan haji di Kospin Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan menyimpang dari
Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 pada Pasal 6A meskipun pihak
Kospin Jasa Layanan Syariah mengatakan Kospin Jasa Layanan Syariah bukan
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) tetapi
Koperasi simpan pinjam yang memberikan layanan bentuk manfaat atas Jasa
pengurusan haji.
Kata kunci : Pembiayaan Pengurusan Haji, Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan, Fatwa DSN MUI, Peraturan
Menteri Agama
Dosen Pembimbing : Dr. Moch. Bukhori Muslim., Lc., M.A
Daftar Pustaka : 1993 s.d 2019
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil „Alaamiin, segala puji dan syukur peneliti panjatkan
atas kehadirat Allah Subhanahu wata‟ala Tuhan Semesta Alam, yang telah
memberikan kesehatan serta melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda yang mulia Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Pembiayaan Pengurusan Haji Pada
Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) dan
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang
mendasar dalam penulisan skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat peneliti
harapkan. Dalam penulisan skripsi ini terdapat berbagai pihak yang membantu
dan memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat terwujud. Peneliti ucapkan
terimakasih kepada civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus, pada kesempatan ini
peneliti ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Bapak A.M Hasan Ali, M.A. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,
dan Bapak Dr. Abdurrauf Lc., M.A. Selaku Sekretaris Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah. Terimakasih atas waktu, tenaga, dan ilmu yang diberikan.
Semoga kesehatan, kemudahan dan keberkahan selalu menyertainya;
vii
3. Dr. Isnawati Rais, M.A. Dosen Pembimbing Akademik selama penulis
menuntut ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Dr. Moch. Bukhori Muslim, Lc., Dosen pembimbing peneliti yang selalu
memberikan bimbingan dan saran, serta meluangkan waktunya demi
terselesaikannya skripsi peneliti;
5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Jurusan Hukum
Ekonomi Syariah dan staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada
peneliti;
6. Para Narasumber Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan, khususnya
Bapak Angga Nugeraha, S.H selaku wakil kepala cabang Kospin Jakarta
Selatan yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian dan Bapak
Mohamad Alfath Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji,
yang sudah meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan wawancara
dari peneliti serta telah memberikan data yang peneliti butuhkan;
7. Pimpinan Perpustakaan serta Para Pengurus Perpustakaan Fakultas dan Para
Pengurus Perpustakaan Umum yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi kepustakaan;
8. Kedua orang peneliti, Mama dan Papa tercinta H. Udin Diana (Alm) dan
Nurhayati yang telah memberikan motivasi, kesabaran serta nasihat bagi
peneliti, yang selalu memberikan do‟a maupun dukungan bagi peneliti, baik
dukungan spiritual maupun dukungan material sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini. Serta Muhamad Darif dan adik tersayang Nur
Akbar Hidayat;
9. Keluarga besar peneliti, khususnya untuk Eno‟anah selaku nenek penulis bibi,
om, paman, dan sepupu-sepupu peneliti yang telah memberikan do‟a dan
dukungan sehingga peneliti bisa menyelesaikan pendidikan di jenjang Sarjana;
10. Sahabat-sahabat penulis, Novia Dewi S.N Amd. Keb., Rifati Hanifa, Andi
Benazir D. G, Dannia Sanni S.H, Salsabila Firdausia, Tuti Astuti, Eka
Sugiarti, Anis Luthfiani yang telah memberikan bantuan baik pengetahuan
dukungan do‟a dan motivasi kepada peneliti;
viii
11. Teman-teman Hukum Ekonomi Syariah yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
per satu. Bersama kalian hari-hari perkuliahan selalu menyenangkan, selamat
berjuang menuju kehidupan yang sesungguhnya, menjadi masyarakat
seutuhnya;
12. Ranti, Desin, Ova, Ino, Alfi, Adin dan Teman-teman KKN (Kuliah Kerja
Nyata) 162 SAMARASA yang telah memberi bantuan editing penulisan dan
nasehat kepada peneliti dalam menyelesaikan laporan skripsi ini;
13. Tak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Jakarta, 23 Maret 2020
Putri Diana
NIM: 11150490000035
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7
E. Kajian (review) Studi Terdahulu ..................................................... 8
F. Kerangka Teori dan Konseptual .................................................... 11
G. Metode Penelitian .......................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 20
BAB II PMBIAYAAN HAJI ........................................................................... 21
A. Haji Dalam Prespektif Fiqh ........................................................... 22
1. Ibadah Haji ............................................................................. 22
2. Rukun dan Syarat Ibadah Haji ................................................ 23
3. Wajib Ibadah Haji .................................................................. 25
4. Dasar Hukum Haji .................................................................. 25
B. Pembiayaan Talangan Haji ............................................................ 26
1. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji ................................... 27
2. Dasar Hukum Pembiayaan Talangan Haji ............................. 28
3. Akad Dalam Pembiayaan Talangan Haji ............................... 29
C. Tinjauan Tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) ................................... 45
D. Pembiayaan MultiJasa ................................................................... 48
1. Pengertian Pembiayaan MultiJasa .......................................... 48
2. Dasar Hukum Pembiayaan MultiJasa ..................................... 49
BAB III 51PEMBIAYAAN HAJI KOPERASI SIMPAN PINJAM
JASA LAYANAN SYARIAH JAKARTA SELATAN.................... 51
A. Sejarah Kospin JASA Syariah ....................................................... 51
B. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Kospin JASA Syariah ......................... 53
C. Produk Simpanan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan
Syariah Jakarta Selatan .................................................................. 54
D. Produk Pembiayaan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan
Syariah Jakarta Selatan .................................................................. 58
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 60
A. Pelaksanaan Pembiayaan Pengurusan Haji Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan ................................................... 60
1. Kospin JASA Layanan Syariah Mempromosi Talangan
Haji ......................................................................................... 61
2. Mekanisme Pembiayaan Pengurusan Haji ............................. 63
3. Manajemen Pembiayaan Pengurusan Haji ............................. 65
4. Pembatalan Keberangkatan (Peristiwa Cidera Janji) ............. 65
5. Perhitungan Ujrah/fee pada Pengelolahan Angsuran
Pengurusan Haji ..................................................................... 66
B. Penerapan Fatwa DSN-MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002
tentang Pembiayaan Pengurusan Haji LKS di Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan ................................................... 73
C. Analisis Pelaksanaan Talangan Haji Berdasarkan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30
Tahun 2013 Perihal Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji ........................................................ 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 89
A. Kesimpulan .................................................................................... 89
B. Saran .............................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 98
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema pembiayaan Ijarah ............................................................ 33
Gambar 2.2 Skema al-Qardh ............................................................................ 41
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kospin Jasa Syariah Jakarta Selatan ............ 52
Gambar 4.1 Mekanisme Pembiayaan Pengurusan Haji ...................................63
Gambar 4.2 Jumlah Anggota Ijarah Haji .........................................................84
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Multi Finance LKS ............................................................................. 3
Tabel 4.1 Daftar Angsuran Pembiayaan Ijarah Haji Kospin JASA
Layanan Syariah ............................................................................... 67
Tabel 4.2 Kesesuaian Fatwa DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002
dengan Kospin JASA Layanan Syariah ............................................ 74
Tabel 4.3 Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan dengan
Peraturan Menteri Agama No. 24 tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun
2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji ........................................................... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haji merupakan rukun Islam yang kelima, yang wajib ditunaikan oleh
setiap muslim yang mampu menjalankannya dan mampu dari segi finansial,
maupun fisik. Haji hanya wajib mengadipanggil untuk menunaikannya,
kecuali bagi mereka yang mampu dan sanggup menunaikannya sebagaimana
tersurat dalam Q.S Ali Imran ayat 97 :1
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim: barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
Berdasarkan Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah oleh
Undang-Udang Nomor 34 Tahun 2009 yang berbunyi sebagai berikut:2
“Kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan
tugas Nasional dan menjadi tanggung jawab Pemerintah”
Perundang-undangan Republik Indonesia memberi aturan mengenai
kewajiban para calon jamaah Haji untuk membayarkan sejumlah uang
sebagai biaya keberangkatan ibadah haji ke tanah suci melalui Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) ataupun Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank
(LKSNB) sebagai penerima setoran. Hal ini dengan ketentuan dalam Pasal 5
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah
1 Syamsul Hadi dan Widyarini, “Talangan Haji (Fatwa DSN dan Praktek di LKS)”, (Jurnal
ASY-SYIR‟AH Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum Vol.45 No.II, Juli-Desember 2011). 2 Tommy Jorghi Pahlevi, “Tinjauan Yuridis Terhadap Penggunaan Talangan Haji Menurut
Hukum Islam Dikaitkan Dengan Undanh-Undang Nomor 34 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Haji dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah”
(Skripsi Tahun 2015).
2
Haji sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 yang
berbunyi :3
Setiap Warga Negara Indonesia yang akan menunaikan Ibadah Haji
berkewajiban sebagai berikut :
1. Mendaftarkan diri kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji kantor
Kementerian Agama Kab/Kota setempat,
2. Membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) yang disetorkan melalui
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau Lembaga Keuangan Syariah
Non-Bank (LKSNB) sebagai penerima setoran, dan
3. Memenuhi dan mematuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Salah satu bentuk Jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan
masyarakat saat ini adalah pengurusan haji dan pembiayaan pelunasan Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Pembiayaan haji merupakan pinjaman dari
Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah untuk menutupi kekurangan
dana, guna memperoleh porsi haji pada saat pelunasan kepada BPIH (Biaya
Perjalanan Ibadah Haji).
Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa penggunaan pembiayaan
talangan Haji dari lembaga keuangan syariah maupun lembaga keuangan
syariah non bank diperbolehkan, dengan catatan sebelum berangkat calon
jamaah haji sudah melunasi talangan atau pembiayaan yang dipijamkan oleh
Lembaga Keuangan Syariah.4
Pada tahun 2016 hingga sekarang ada beberapa Lembaga Keuangan
Syariah Non-Bank masih menyelenggarakan Pembiayaan pengurusan atau
menyediakan talangan haji yaitu BMT, Koperasi Syariah dan Pegadaian
Syariah. Berikut beberapa Lembaga Keauangan Syariah yang
menyelenggarakan pembiayaan haji:
3 Tommy Jorghi Pahlevi, “Tinjauan Yuridis Terhadap Penggunaan Talangan Haji Menurut
Hukum Islam Dikaitkan Dengan Undanh-Undang Nomor 34 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Haji dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah”
(Skripsi Tahun 2015). 4 Wuryaningsih Dwi Lestari, Sri Murwanti, dan M. Sholahuddin “Pembiayaan Ibadah Haji
Pada Lembaga Keuangan Syariah”,(Cakrawala :Jurnal Studi Islam, Vol . XII.2. 2017).
3
Tabel 1.1 Multi Finance LKS
No. MultiFinance Haji Lembaga Keuangan Syariah
1 BMT Al-Fadhila5
2 BMT UGT Sidogiri Indonesia6
3 Binama Koperasi Syariah7
4 FIFGROUP (Amitra Syariah)8
5 Pegadaian Syariah9
6 Kospin Jasa Layanan Syariah10
7 PT Trihamas Finance11
Dasar yang melandasi pembiayaan pengurusan Haji adalah keputusan
Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Nomor. 29 /DSN-
MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan
Syariah adalah sebagai berikut “Dalam pengurusan haji bagi nasabah,
Lembaga Keuangan Syariah dapat memperoleh imbalan Jasa (ujrah) dengan
menggunakan al-Ijarah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 9/DSN-
MUI/IV/2000. Apabila diperlukan, Lembaga Keuangan Syariah dapat
membantu menalangi pembiayaan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH)
nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qard dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. Dalam fatwa tersebut berlaku dua
akad secara pararel, akad al-Ijarah sebagai akad utama dan akad al-Qardh
sebagai akad pendukung. Substansi Fatwa ini merupakan respon Undang-
5
http://www.bmtalfadhila.com/2017/03/attention-please-alhamdulillah-kspps-al.html di
akses pada tanggal 15 April 2020 6
https://bmtugtsidogiri.co.id/berita-576-bmt-ugt-layani-pembiayaan-kafalah-haji.html di
akses pada tanggal 15 April 2020 7 https://bmtbinama.co.id/pembiayaan/pembiayaan-talangan-haji-dan-umroh.html di akses
pada tanggal 15 April 2020 8
https://wartakota.tribunnews.com/2019/07/25/bersama-amitra-dari-fifgroupbiaya-pergi-
haji-dan-umrah-bisa-dicicil-ini-berbagai-keuntungannya di akses pada tanggal 15 April 2020 9 https://www.pegadaian.co.id/produk/arrum-haji di akses pada tanggal 15 April 2020
10 https://jateng.antaranews.com/berita/247284/kospin-jasa-turunkan-dana-talangan-haji-
jadi-rp1-juta di akses pada tanggal 15 April 2020 11
https://trihamas-syariah.co.id/ di akses pada tanggal 15 April 2020
4
Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Pasal
23.
Dari fatwa DSN-MUI yang telah dikeluarkan Tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah mengalami pro dan kontra
dikalangan para ulama dan masyarakat, ditambah lagi adanya perbedaan
pendapat diantara ulama tentang halal dan haramnya pembiayaan pengurusan
haji yang menggunakan talangan untuk menunaikan Ibadah Haji. Akan tetapi
dikalangan masyarakat sebagian orang menganggap bahwa produk
pembiayaan pengurusan Haji dilembaga keuangan syariah merupakan produk
yang bermanfaat bagi masyarakat yang merasa kesulitan saat mendaftar atau
mendapatkan kursi (seat) haji.
Kementerian Agama Republik Indonesia telah merubah peraturan
terkait talangan Haji yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah yaitu
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang
Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji. Berdasarkan
pada Peraturan Kementerian Agama Nomor 24 Tahun 2016 pada Pasal 6A
memutuskan bahwa Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPS BPIH) dilarang memberikan layanan talangan Haji baik secara
langsug maupun tidak langsung.12
Produk pembiayaan Ijarah Haji pada Kospin JASA Layanan Syariah
menggunakan akad Ijarah dan MultiJasa Ijarah. Dari Jasa pengurusan haji dan
layanan Hajinya, ditentukan besarnya ujrah bagi calon anggota maupun
anggota. Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 29/DSN-
MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan
Syariah adalah sebagai berikut “Dalam pengurusan haji bagi nasabah,
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat memperoleh imbalan Jasa (ujrah)
dengan menggunakan prinsip Ijarah sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 9/DSNMUI/IV/2000.
12
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
5
Pada besarnya ketentuan ujrah dalam Pembiayaan pengurusan haji
telah ditentukan oleh pihak Kospin JASA Layanan Syariah sebesar 10% per
tahun dari setiap besarnya talangan Haji yang dibutuhkan oleh calon
nasabah.13
Jika dilihat kembali pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
29/DSN-MUI/VI/2002 dijelaskan pula bahwa besarnya imbalan Jasa Ijarah
tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-qard yang diberikan LKS
kepada nasabah.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil salah satu pihak penyelenggara
pengurusan haji di Kospin Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan. Yang
kemudian dikaitkan dengan Fatwa DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002
tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah. Karena
dalam praktik Lembaga Keuangan Syariah dalam menawarkan Pembiayaan
pengurusan haji kepada nasabah yang belum mempunyai dana yang cukup
untuk biaya haji, dengan ketentuan bahwa pihak Lembaga Keuangan Syariah
yang akan mengurusnya pendaftaran haji dan meminta upah kepada calon
anggota. Artinya bahwa pihak LKS telah melanggar ketentuan umum Nomor
3 dari Fatwa DSN-MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002. Dan peneliti
mengkaitkan kesesuaian Kospin Jasa Layanan Syariah dengan Peraturan
Menteri Agama (PMA) RI No. 24 Tahun 2016 yang masih ada kekosongan
hukum untuk Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah.
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan
Pembiayaan Pengurusan Haji Pada Koperasi Simpan Pinjam Jasa
Layanan Syariah Jakarta Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka perlu
mengidentifikasi masalah yang terkandung dalam penelitian ini guna
ditemukan jawaban terhadap permasalahan di atas:
13
Brosur Kospin JASA Layanan Syariah, Angsuran Pembiayaan Ijarah Haji, Jakarta, 29
September 2019.
6
1. Mekanisme pembiayaan pengurusan haji pada Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan.
2. Apakah penerapan pembiayaan pengurusan haji di Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan telah sesuai dengan prinsip syariah yang tertuang
pada Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah.
3. Apakah Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan telah mengikuti
Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016.
4. Perhitungan ujrah/fee yang dilakukan Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah yang peneliti kemukakan di atas,
agar peneliti skripsi ini lebih terarah dan menghindari pembahasan yang
menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti. Peneliti membatasi
penelitian ini dengan melakukan penyesuaian antara pelaksanaan kegiatan
Pembiayaan pengurusan haji di Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta
Selatan dengan Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang
pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah dan Peraturan
Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas,
makan peneliti merumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan
menjadi pembahasan dalam penelitian skripsi ini. Adapun rumusan
masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme Pembiayaan Pengurusan Haji pada Kospin
JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan?
7
b. Bagaimana Penerapan Pembiayaan Pengurusan Haji di Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan dengan Fatwa DSN-MUI No.
29/DSN-MUI/VI/2002 dan Kesesuaian Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan Terhadap PMA RI Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun
2013 Perihal Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan pengurusan haji pada
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan.
b. Untuk mengetahui penerapan pembiayaan pengurusan haji pada
Kospim JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan apakah sudah sesuai
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 29/DSN-MUI/VI/2002
Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah
dan Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Agama No. 30 Tahun 2013 tentang Bank
Penerima Setoran Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2. Manfaat Penelitian
Pada permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, diharapkan
dapat memberikan beberapa manfaat. Secara garis besar, manfaat untuk
penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu manfaat teoritis dan
praktis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat serta pembelajaran
kepada para pihak yang akan melakukan penelitian pada bidang
Hukum Ekonomi Syariah terkait pelaksanaan pembiayaan pengurusan
haji pada Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang
8
Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah dan
Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama No. 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima
Setoran Penyelenggaraan Ibadah Haji.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini, secara praktis diharapkan bisa memberikan manfaat
bagi peneliti guna menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
implementasi pembiayaan pengurusan haji ditinjau dari prespektif
syariah dan hukum Peraturan Menteri Agama. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat
tentang Pembiayaan pengurusan haji berdasarkan prinsip syariah.
Serta dapat menjadi informasi bagi para calon anggota untuk
melakukan Pembiayaan pengurusan haji berdasarkan prinsip syariah,
sehingga bisa memberikan kontribusi positif bagi kelangsungan hidup
umat Islam dalam memperoleh pinjaman guna keberangkatan haji.
E. Kajian (review) Studi Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan
menyertakan beberapa studi terdahulu dari hasil penelitian sebelumnya. Hal
ini dilakukan sebagai acuan peneliti dalam menyusun pemikiran tentang
Penerapan Pembiayaan Pengurusan Haji Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan Berdasarkan Fatwa DSN No. 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang
Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Kuangan Syariah dan Peraturan
Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama No. 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
Penyelenggaraan Ibadah Haji, sehingga dapat memudahkan dalam melakukan
penelitian selanjutnya mengenai problematika yang terjadi pada saat ini.
1. Talabah dengan judul “Talangan Haji Problem dan Hukumnya”. dalam
Jurnal TARJIH Volume 11 (1) 1434 H/2013 M. Talangan Haji
dibolehkan oleh DSN atas dasar kebolehan akad Al-Qard dan al-Ijarah
yang menjadi komponen akadnya. Namun status akad gabungan al-Qard
9
dan al-Ijarah dalam produk ini rentah terjatuh pada praktek riba
terselubung. Peneliti ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan,
dalam penelitian Talabah hanya menjelaskan talangan haji problem dan
hukumnya pasa sisi Fatwa DSN-MUI dan mengatakan talangan haji
rentan pada praktek riba. Sedangkan penelitian yang akan dibahas
pengurusan haji pada objek Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta
Selatan berdasarkan Fatwa dan PMA.
2. Syamsul Hadi dan Widyarini dengan judul “Talangan Haji (Fatwa DSN
dan Praktek di LKS)”. dalam Jurnal ASY-SYIR‟AH Jurnal Ilmu Syariah
dan Hukum Vol. 45 No. II, Juli-Desember 2011. Dalam Fatwa DSN
No.29/DSN-MUI/VI/2002 telah megikat Lembaga keuangan syariah
untuk mendapatkan pendapatan secara halal. Namun lembaga keuangan
syariah masih menentukan besar imbalan Jasa al-Ijarah atas pengurusan
booking seat/ kursi haji berdasarkan pada jumlah talangan al-Qard.
Perbedaam Dalam jurnal ini mengatakan bahwa DSN telah mengeluarkan
fatwa yang rancu atas akad Ijarah yakni DSN tidak membedakan definisi
antara akad Ijarah sewa-menyewa dan akad Ijarah untuk upah-mengupah.
3. Jaih Mubarok, dan Hasanuddin dengan judul “Fatwa Tentang
Pembiayaan Pengurusan Dana Haji dan Status Dana Calon Haji Daftar
Tunggu” Jurnal Al-Iqtishad, Vol. V No.1, 2013. Fatwa DSN-MUI tentang
pengurusan dana haji dipahami secara beragam oleh industri sehingga
terdapat Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang dalam praktiknya masih
terdapat hubungan langsung antara dana qardh yang disalurkan dengan
ujrah yang diterima oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Fatwa
Dewan Hisbah persis leravan dengan praktik tersebut, yaitu praktik
pengurusan haji yang menyimpang dari ketentuan Fatwa DSN-MUI
No.29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang pembiayaan pengurusan haji lembaga
keuangan syariah. Perbedaan dari penelitian Jaih Mubarok dan
Hasanuddin yaitu pengurusan haji di Kospin JASA Layanan Syariah yang
dalam praktiknya masih memberikan talangan haji dan imbalan Jasa
10
(ujrah/fee) yang didapatkan tidak sesuai prinsip Ijarah Fatwa DSN-MUI
No. 9/DSN-MUI/IV/2002 tentang Ijarah.
4. A. Khakim Allahuwty, dengan judul “Analisis Produk Ijarah Haji di BMT
An-Nawawi Purworejo” Tugas Akhir UIN Walisongo Semarang, 2015.
Penggunaan akad qardh dan ijarah dalam pelaksanaan produk Ijarah Haji,
dimana BMT An-Nawawi sebagai perantara talangan haji, karena Bank
Syariah Mandiri (BSM) yang memberikan pinjaman qardh tersebut. Pada
penelitian ini mengacu kepada fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-
MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Pembiayaan Haji
Lembaga Keuangan Syariah. Peneliti ini berbeda dengan penelitian yang
akan dilakukan, dalam penelitian A. Khakim Akkahuwty meneliti di
BMT An-Nawawi Purworejo. Sedangkan peneliti yang akan dilakukan di
Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) Jasa Layanan Syariah.
5. Venny Andrianingtias, dengan judul “Analisis Pembiayaan Arrum Haji di
Pegadaian Syariah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 92 Tahun 2014
(Studi Pada Pegadaian Syariah Cabang Pasar Babakan Kota Tangerang”
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018. Penelitian ini peneliti
mengaitkan secara spesifik dengan Fatwa DSN-MUI No. 92 Tahun 2014
mengenai Pembiayaan disertai Rahn di Pegadaian Syariah. Peneliti juga
melakukan perbandingan cicilan pembiayaan dengan bank syariah sebagai
referensi untuk nasabah dan peneliti menyimpulkan cicilan terendah
adalah Bank BNI Syariah dan cicilan terbesar adalah Pegadaian Syariah.
Penelitian ini berbeda dengan yang penelitian yang akan dilakukan,
peneltian sebelumnya menggunakan hukum Fatwa DSN-MUI tentang
Pembiayaan disertai Rahn dan objek penelitian di Pegadaian Syariah,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan hukum Fatwa
tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syraiah objek
penelitian di Kospin Jasa Syariah Jakarta.
11
F. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
a. Menurut Kasmir, Teori Pembiayaan (Financing) adalah penyedian
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.14
b. Akad Ijarah
Ijarah berasal dari kata ajr yang berarti „awadh (ganti), sehingga
tsawah (pahala) sering pula dinamakan dengan ajr (upah). Sedangkan
secara istilah Ijarah berarti jenis akad yang untuk mengambil manfaat
dengan jalan penggantian. Pengertian yang hampir sama juga
dikemukakan oleh Hanafiyyah bahwa Ijarah berarti akad atas suatu
manfaat dengan penggantian.15
c. Akad Qard
Undang-undang pertama yang menyebutkan istilah qardh adalah UU
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-
Undang ini, qardh disebutkan sebagai salah satu produk pembiayaan
dalam bentuk transaksi pinjam-meminja.16
PBI Nomor 7/46/PBI/2005
tentang Akad Penghimpun dan Penyaluran Dana bagi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam
PBI tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan qardh adalah
pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu.
14
http://repository.uin-suska.ac.id/4995/3/BAB%20II%282%29.pdf diakses pada hari
Sabtu, 11 April 2020 15
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cet. Ke-2, 2012), h. 277. 16
Pasal 1 ayat 26 poin d dan Pasal 19 ayat 1 poin e Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
12
d. Akad Multijasa
Pembiayaan multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa dengan
menggunakan akad Ijarah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah
untuk melunasi hutang atau kewajiban sesuai dengan akad.
e. Teori Sistem Hukum menurut Lawrence M. Friedman, ada tiga
elemen utama dari sistem hukum (legal sistem). Lawrence M.
Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya
penegakan hukum tergantung 3 unsur sistem hukum, yakni struktur
hukum (legal structureI), substansi hukum (legal substance) dan
budaya hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut aparat
penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat perundang-
perundang dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living
law) yang dianut dalam satu masyarakat.
1) Struktur hukum disebut sebagai sistem struktural yang menentukan
bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik.
Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-
undang, sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh-pengaruh lain.17
Jadi struktur (legal structur) terdiri dari
lembaga hukum yang ada dimaksudkan untuk menjalankan
perangkat hukum yang ada. Struktur ini menunjukkan bagaimana
pengadilan, pembuat hukum dan badan serta proses hukum itu
berjalan dan dijalankan.
2) Substansi Hukum disebut sebagai sistem substansi yang
menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. Substansi
juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam
sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka keluarkan,
17
https://www.academia.edu/34996829/TEORI_SISTEM_HUKUM_LAWRENCE_M._FR
IEDMAN di akses pada tanggal 10 April 2020
13
aturan baru yang mereka susun. Substansi hukum juga mencakup
hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada
dalam kitab undang-undang (law books).18
Jadi substansi hukum
menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi
aparat penegak hukum.
3) Budaya hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap
manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukum)
terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan
struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan
dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa
didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam
sistem dan masyarakat maka penegak hukum tidak akan berjalan
secara efektif.19
2. Kerangka Konseptual
a. Penerapan Pembiayaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Perbankan
Syariah dan PBI No. 10/24/PBI/2008, Pembiayaan adalah penyediaan
dana dan/atau tagihan/piutang. Sedangkan dalam UU No. 10 Tahun
1998 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa pembiayaan berdasarkan
syariah adalah penyaluran uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan pihak itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dan imbalan atau bagi hasil.20
18
https://www.academia.edu/34996829/TEORI_SISTEM_HUKUM_LAWRENCE_M._FR
IEDMAN di akses pada tanggal 10 April 2020 19
https://www.academia.edu/34996829/TEORI_SISTEM_HUKUM_LAWRENCE_M._FR
IEDMAN di akses pada tanggal 10 April 2020 20
Nanang Budianas, Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah,
artikel ini dipublikasikan pada 08 Februari 2013, di akses padda 20 Juli 2019 dari
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-pembiayaan-dan -jeni-jenis.html.
14
b. Pengurusan Haji
Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan
masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).
c. Fatwa DSN-MUI
Fatwa-fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) merupakan hukum positif yang
mengikat. Sebab, keberadaannya sering dilegitimasi lewat peraturan
perundang-undangan oleh lembaga pemerintah, sehingga harus
dipatuhi pelaku ekonomi syariah. Dengan demikian, fatwa DSN-MUI
menjadi pedoman atau dasar keberlakuan kegiatan ekonomi syariah
tertentu bagi pemerintah LKS. Jadi fatwa DSN itu bersifat mengukat
karena diserap ke dalam peraturan perundang-undangan.
d. Perarturan Menteri Agama
Kementerian Agama Republik Indonesia adalah kementerian dalam
Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan agama. Kementerian
Agama mengambil alih tugas-tugas keagamaan yang semula berada
pada beberapa kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri, yang
berkenaan dengan masalah perawinan, peradilan agama, kemasjidan
dan keurusan haji.21
e. Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah
Kospin JASA Layanan Syariah membuka layanan keuangan yang
berdasarkan pasa prinsip syariah pada tanggal 17 Agustus 2004,
pelayanan yang berkembang pada prinsip syariah yaitu pelayanan
pendanaan (simpanan) dan pembiayaan (pinjaman) yang berdasarkan
pada prinsip syariah. Sebagai upaya untuk menjaga aspek syariah
dalam operasionalnya, Kospin JASA Layanan Syariah pada tangal 10
Februari 2009 telah mendapatkan Sertifikasi Koperasi Syariah dari
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
21
https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Agama_Republik_Indonesia diakses pada hari
Sabtu, 11 April 2020
15
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian normatif empiris merupakan
penggabungan antara penelitian hukum normatif dengan adanya
penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif empiris
mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (Undang-Undang)
dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam
suatu masyarakat.22
Maksudnya adalah melihat kesesuaian syariah
terhadap pembiayaan pengurusan haji yang masih memberikan talangan
haji menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang
Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah dan Peraturan
Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank
Penerimaan Setoran Penyelenggaraan Ibadah Haji
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam metode penulisan hukum
normatif, yaitu cara penulisan yang didasarkan pada analisis terhadap
beberapa asas hukum dan teori hukum serta peraturan perundang-
undangan yang sesuai dan berkaitan dengan permasalahan dalam
penulisan penelitian hukum. Penelitian Hukum Normatif adalah terdiri
dari 5 (lima) pendekatan yaitu Pendekatan Perundang-undangan,
Pendekatan Konseptual, Pendekatan Historis, Pendekatan Kasus, dan
Pendekatan Perbandingan. Disini peneliti akan menggunakan Pendekatan
Perundang-Undangan dan Pendekatan Kasus.
a. Pendekatan Perundang-undangan (statute approach) merupakan
penelitian yang mengutamakan bahan hukum yang berupa Peraturan
Perundang-Undangan sebagai bahan acuan dasar dalam melakukan
penelitian. Pendekatan Peraturan Perundang-Undangan yang acukan
pada peneliti ini yaitu Fatwa DSN No.29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang
22
Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris¸ Artikel diakses pada tanggal 1 Mei
2020 dari Https://idtesis .com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/
16
Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, Fatwa
DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/IV/2000 Tentang al-Ijarah, Fatwa DSN-
MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang al-Qard, Fatwa DSN-MUI
No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan MultiJasa, Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji
sebagimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
PBI Nomor 10/16/PBI/2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 09/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah, dan PMA RI No. 24 Tahun 2016 tentang perubahan atas PMA
RI No. 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
b. Pendekatan Kasus (Case Approach) adalah salah satu jenis pendekatan
dalam penelitian hukum normatif yang peneliti mencoba membangun
argumentasi hukum dalam perspektif kasus konkrit yang terjadi
dilapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya dengan kasus atau
peristiwa hukum yang terjadi di lapangan. Pendekatan Kasus yang
terjadi pada penelitian ini yaitu peneliti mengambil salah satu pihak
penyelenggara pengurusan haji di Kospin Jasa Layanan Syariah
Jakarta Selatan. Yang kemudian dikaitkan dengan Fatwa DSN MUI
No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan Syariah. Karena dalam praktik Lembaga
Keuangan Syariah dalam menawarkan Pembiayaan pengurusan haji
kepada nasabah yang belum mempunyai dana yang cukup untuk biaya
haji, dengan ketentuan bahwa pihak Lembaga Keuangan Syariah yang
akan mengurusnya pendaftaran haji dan meminta upah kepada calon
anggota. Artinya bahwa pihak LKS telah melanggar ketentuan umum
Nomor 3 dari Fatwa DSN-MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002. Dan
peneliti mengkaitkan kesesuaian Kospin Jasa Layanan Syariah dengan
Peraturan Menteri Agama (PMA) RI No. 24 Tahun 2016 yang masih
17
ada kekosongan hukum untuk Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan
Syariah.
3. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
yaitu data primer dan sekunder:
a. Sumber data primer yaitu sumber data yang diambil dari hasil
wawancara dengan pengurus di Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan yang melakukan kegiatan layanan Pembiayaan
pengurusan haji berdasarkan prinsip syariah, Fatwa DSN
No.29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan Syariah, Fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang al-Ijarah, Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-
MUI/IV/2001 Tentang al-Qard, Fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan MultiJasa, Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji sebagimana
telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009, Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, PBI
Nomor 10/16/PBI/2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 09/19/PBI/2007 Tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah, dan PMA RI No. 24 Tahun 2016 tentang perubahan atas
PMA RI No. 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
b. Data sekunder yaitu data yang digunakan sebagai informasi terkait
dengan penelitian yang peneliti lakukan. Dapat melalui jurnal,
majalah, surat kabar, buku bacaan, artikel, media internet, maupun
data-data yang dikeluarkan oleh Kospin JASA Layanan Syariah.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan Bahan Hukum yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Studi pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti
menghimpun informasi yang relavam dengan topik atau masalah yang
18
akan atau sedang diteliti. Dalam hal ini melakukan teknik
pengumpulan data dengan memanfaatkan buku, jurnal, artikel,
literatur, studi terdahulu, guna mendapatkan landasan teori mengenai
permasalahan yang akan diteliti.
b. Studi lapangan (Field Research) adalah pengumpulan data secara
langsung ke lapangan. Studi ini dilakukan agar peneliti mendapatkan
data yang akurat guna mendapatkan data primer yang menjadi teknik
pengumpulan data utama dalam hasil penelitian. Studi lapangan ini
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pengurus Kospin
JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan mengenai mekanisme dari
sistem layanan Pembiayaan pengurusan haji berdasarkan prinsip
syariah, serta pada para pihak yang terlibat dalam melakukan kegiatan
layanan Pembiayaan pengurusan haji berdasarkan prinsip syariah.
c. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Studi mengumpulkan
sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi
sesuai dengan masalah penelitian, seperti data statistik, jumlah dan
nama pegawai, grafik, gambar, surat-surat, foto, dan sebagainya.
d. Triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
triangulasi teknik, yang berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama.23
Dalam hal ini, peneliti menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Selanjutnya data yang didapatkan, akan digabungkan
menjadi suatu hasil untuk penelitian tentang permasalahan dalam
penelitian ini.
e.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.241.
19
f. Cheking Data
Pada langkah ini, penelitian mengecek ulang data yang sudah
didapatkan dari hasil lapangan, apakah datannya sudah lengkap atau
belum, kemudian melakukan penyeleksian data sehingga
mendapatkan data yang relavan untuk digunakan dalam analisis. Hasil
dari checking ini berupa pembetulan kesalan, jika terjadi kesalahan
data maka akan kembali melakukan observasi ke lapangan.
g. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and
verification)
Penelitian berusaha menarik kesimpulan dan melakukan
verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperoleh dari
lapangan. Setelah semua data hasil lapangan terkumpul dan sudah
dianggap benar serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya,
peneliti menghubungkan hasil penelitian lapangan tersebut dengan
Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Menteri Agama yang terkait dengan
permasalahan penelitian.
5. Metode Analisis Bahan Hukum
Bogdan dan taylor, mereka menjelaskan bahwa analisis data adalah
proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah telaah terhadap data-data
yang sudah diperoleh kemudian membandingkannya dengan teori-teori
yang ada.24
Data yang sudah diperoleh dalam penelitian ini secara konkrit akan
dihubungkan dengan teori yang ada. Sehingga data tersebut bisa
disimpulkan sesuia dengan pembahasan masalah dalam penelitian ini.
Penelitian ini juga dapat dianggap sudah sesuai antara data hasil
24
Pengertian Metode Analisis Data, Penjelasan Pada Blogspot Nisa Aulia,
http://metode360.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-metode-analisis-data.html (diakses pada 10
Juli 2019).
20
penelitian dengan teori yang digunakan dan dapat dikatakan sebagai hasil
yang konkrit.
6. Metode Teknik Penulisan
Dalam penyusunan penelitain ini, peneliti menggunakan dan
mengacu pada metode penelitian Buku Pedoman Penelitian Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2017.
H. Sistematika Penulisan
Pendahuluan, yaitu memuat latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.
Landasan Teori, menjelaskan temuan berdasarkan tujuan kepustakaan
tentang definisi haji dalam prespektif fiqh, Pembiayaan pengurusan haji serta
dasar hukumnya, akad-akad yang digunakan pada Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan, dan mekanisme sesuai pada Fatwa DSN-MUI dan
Tinjauan Tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPS BPIH).
Gambaran Umum Kospin Jasa Layanan Syariah, Bab ini memuat
pembahasan terhadap objek penelitian, menyangkut sejarah Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan serta visi dan misi, sturuktur organisasi,
jenis dan produk serta budaya pembiayaan pada Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan, ini memuat penjelasan dari hasil
temuan lapangan untuk kemudian diidentifikasi kesesuaian tinjauan prinsip
syariah terhadap pelaksanaan pembiayaan syariah pada Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan berdasarkan prespektif syariah,
alur/mekanisme dan akad pada kegiatan pembiayaan pengurusan Haji.
Apakah sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 29/DSN-
MUI/VI/2002 dan Peraturan Menteri Agama No. 24 tahun 2016.
21
Penutup, merupakan bab terakhir dari penelitian skripsi, oleh karena itu
di dalam bab memuat simpulan dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan
serta beberapa saran yang dianggap penting dan perlu.
22
BAB II
PEMBIAYAAN HAJI
A. Haji Dalam Prespektif Fiqh
1. Ibadah Haji
a. Pengertian Ibadah Haji
Haji adalah mengunjungi Mekkah untuk mengerjakan Ibadah
Tawaf, Sa‟I Wukuf di Arafah, dan ibadah-ibadah lain untuk
memenuhi perintah Allah dan mengharapkan keriddaan-Nya. Haji
merupakan rukun Islam kelima dan merupakan kewajiban bagi
seorang muslim yang telah mampu menunaikannya satu kali dalam
seumur hidup. Ini berdasarkan pada sabda Nabi SAW yang berbunyi
“Kewajiban (menunaikan haji hanya sekali), apabila menambah itu
sunnah.” (HR Abu Daud, Ahmad, dan Hakim).
Haji adalah perjalanan menuju kepada Allah untuk memenuhi
panggilan-Nya pada waktu yang telah ditentukan, yaitu satu tahun
sekali. Saat itulah semua umat Islam berkumpul berdiskusi, dan
berinteraksi di kota suci. Mereka disatukan oleh kalimat Syahadat.
Haji tidak hanya memiliki pesan spritual yang dapat mengukuhkan
keimanan seseorang, tetapi juga dapat memiliki pesan sosial seperti
media interaksi, dan memahami perbedaan.1 Tersurat Q.S Al-Baqarah
ayat 125:
ذوا من مقام إب راىيم مصلى وعهدنا إل صلى وإذ جعلنا الب يت مثابة للناس وأمنا وات
جود را ب يت للطائفي والعاكفي والركع الس إب راىيم وإساعيل أن طه
“Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah)
tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah kami
perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersikanlah rumah-ku
1 Muhammad Najmuddin Zuhdi & Muh. Luqman Arifin, 125 Masalah Haji, (Cet. I-Solo,
Tiga Serangkai, 2008), h. 54.
23
untuk orang-orang yang thawaf, yang I‟tikaf, yang ruku‟ dan yang
sujud”. (QS. Al-Baqarah 125).
Haji adalah datang ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu
untuk melaksanakan serangkaian ibadah pada waktu yang telah
ditentukan, dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Maksud
tempat-tempat tertentu adalah Ka‟bah, Mas‟a (Tempat sa‟i), Arafah,
Muzdalifah, dan Mina. Sedangkan waktu haji yang telah ditentukan
yaitu dimulai dari bulan Shawal sampai sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah (disebut juga bulan-bulan haji).2
Alquran dan sunnah Nabi dengan tegas memerintahkan kepada
orang yang menjalankan haji untuk senantiasa ikhlas karena Allah
semata dalam menjalankannya. Adapun indikator ihklasnya seseorang
dapat dilakukan dengan cara memperbaiki niatnya, mengembalikan
hak-hak Adam kepada yang berhak apabila ia telah mampu. Apabila
belum mampu, hendaklah ia pasrahkan kepada Allah dengan berharap
kepada-Nya agar diberi kemampuan untuk mengembalikan hak itu,
memohon keridaan keluarganya, menjalin silahturrahmi dengan
mereka, dan jangan lupa bertaubat kepada Allah dengan
memperbanyak membaca istigfar.3
2. Rukun dan Syarat Ibadah Haji
a. Rukun Haji
Rukun dalam haji disebut juga dengan fardhu haji. Rukun
adalah ssesuatu amalan yang harus dilakukan. Jika tidak dilakukan
gugurlah amalah tersebut. Jika rukun ditinggalkan, maka tidak bisa
diganti dengan amalan lain, termasuk dengan membayar dam
2 H.M. Abdurachman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, (PT. Gelora Aksara
Pratama, Erlangga, 2015), h. 14. 3 Muhammad Najmuddin Zuhdi & Muh. Luqman Arifin, 125 Masalah Haji, (Cet. I-Solo,
Tiga Serangkai, 2008), h. 55.
24
sekalipun. Akibat dari meninggalkan rukun, maka hajinya batal atau
gugur dan harus diganti pada waktu lainnya.4
Rukun haji adalah kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam
ibadah haji. Jika salah satunya ditinggalkan maka hajinya batal.5
Rukun-rukun itu adalah:
1) Ihram: niat mengerjakan ibadah haji
2) Wukuf: berdia diri di Padang Arafah, dimulai tanggal 9 Dzulhijjah
saat tergelincirnya matahari sampai terbitnya matahari pada
tanggal 10 Dzulhijjah.
3) Tawaf: berputar, mengelilingi Ka‟bah sebanyak tujuh kali
putaran. Tawaf dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad, dimana
posisi Ka‟bah berada disebelah kiri jamaah haji yang akan
melakukan tawaf, kemudian berputar kebalikan dari arah jarum
jam.
4) Sa‟i: lari kecil diataranya bukit Shofa dan Marwah, sebanyak
tujuh kali putaran.
5) Tahallul, diperbolehkan atau dibebaskannya seseorang yang
sedang melakukan ibadah haji dari hal-hal yang dilarang selama
ihram, yang ditandai dengan memotong atau mencukur sebagian
atau seluruh rambut, atau paling sedikit tiga helai rambut bagi
kaum perempuan.6
b. Syarat Ibadah Haji
Para fuqaha telah sepakat bahwa wajibnya haji itu disyaratkan
dengan hal-hal berikut:
1) Beragama Islam
2) Balig
3) Berakal
4 Moh. Nafi‟ CH, Haji dan Umrah; Sebuah Cermin Hidup, (Emir, Erlangga, 2015), h. 36.
5 H.M. Abdurachman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, (PT. Gelora Aksara
Pratama, Erlangga, 2015), h. 17. 6
Venny Andrianingtias, Analisis Pembiayaan Arrum Haji di Pegadaian Syariah
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 92 Tahun 2014, (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2018), h. 14.
25
4) Merdeka
5) Mampu
Orang-orang yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut tidak
wajib menunaikan haji sebab syarat-syarat itu merupakan syarat taklif
pada ibadah apapun, tidak terkecuali ibadah haji Rasulullah SAW.
3. Wajib Ibadah Haji
Kewajiban haji termasuk kewajiban yang harus disegerahkan
pelaksanaanya apabila seseorang telah memenuhi persyaratannya. Apabila
seseorang telah memenuhi persyaratannya, tetapi ia tidak segera
menunaikan, dan keburu meninggal maka hukumnya ia berdosa. Ini
sesuai dengan hadits Nabi SAW.
Wajib haji hal-hal yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Jika
ditinggalkan maka wajib diganti dengan Dam/Fidyah. Hal-hal tersebut
adalah:
a. Berihram pada miqat zamani dan makani yang telah ditentukan
b. Mabit di Muzdalifah setelah wukuf di Arafah
c. Melontarkan Jumrah
d. Mabit di Mina pada malah hari-hari Tasyriq (11,12,13 DzulHijjah)
e. Menjauhi segala hal yang diharamkan bagi orang yang sedang
berihram
f. Tawaf Wada‟.7
4. Dasar Hukum Haji
Hukum ibadah haji adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah
yang mampu. Hal ini Allah SWT sampaikan melalui firman-Nya dalam
surah Ali Imrah (3) ayat 97 berikut:8
عن العالمي وللو على الناس حج الب يت من استطاع إليو سبيلا ومن كفر فإن الله غني
7 H.M. Abdurachman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, (PT. Gelora Aksara
Pratama, Erlangga, 2015), h.17. 8 H.M. Abdurachman Rochimi, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, (PT. Gelora Aksara
Pratama, Erlangga, 2015), h.15.
26
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semserta alam”. (QS. Ali
Imron:97).
Maksud dari orang-orang yang mampu pada ayat tersebut adalah
mereka yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat transportasi, sehat
jasmani, perjalanan yang aman menuju Baitullah, serta keluarga yang
ditinggalkan terjamin kehidupannya.
Rasulullah SAW, bersabda;
دا رسول الله ، وإقام الصلاة سلام على خس شهادة أن لاإلو إلاالله وأن مم ،بن ال
وإيتاء الزكاة ، والج ، وصوم رمضان
“Islam dibangun di atas lima perkara: beraksi tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengaku
Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari No.8 dan
Muslim No.16)”.
B. Pembiayaan Talangan Haji
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Perbankan
Syariah dan PBI No. 10/24/PBI/2008, pembiayaan adalah penyediaan dana
dan/atau tagihan/piutang. Sedangkan dalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1
ayat 12 menyatakan bahwa pembiayaan berdasarkan syariah adalah
penyaluran uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan pihak itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dan imbalan atau bagi hasil.9
9 Nanang Budianas, Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah,
artikel ini dipublikasikan pada 08 Februari 2013, di akses padda 20 Juli 2019 dari
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-pembiayaan-dan -jeni-jenis.html.
27
Talangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah memberikan
pinjaman uang untuk membayar sesuatu, membelikan barang dengan
membayar kemudian hari.10
Pengertian talangan bisa diartikan Lend dalam
bahasa Inggris yaitu, memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain,
selama jangka waktu tertentu atau yang tidak tertentu, tanpa memberikan atau
melepaskan hak miliknya, dan tetap mempunyai hak untuk meminta kembali
barang yang semula itu atau yang sepadan dengan itu. Orang yang Lend atau
meminjamkan mesin atau tanah, misalnya dapat diharapkan kembali harta
milik yang semula itu, akan tetapi orang yang meminjamkan uang atau
barang-barang yang dapat dijual/belikan, mengharapkan akan mendapatkan
kembali sejumlah uang yang ekuivalen.11
1. Pengertian Pembiayaan Talangan Haji
Pembiayaan pengurusan haji merupakan salah satu produk yang
dikeluarkan oleh Perbankan Syariah. Produk tersebut ditujukan kepada
nasabah guna memenuhi kebutuhan biaya setoran awal yaitu Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang besaranya ditentukan oleh
Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Sistem Komputerisasi
Haji Terpadu (SISKOHAT), untuk mendapatkan nomor seat porsi haji.
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama RI No. 30 Tahun 2013
menjelaskan bahwa talangan Haji adalah dana yang diberikan sebagai
bantun sementara tanpa mengenakan imbalan oleh BPS BPIH (Bank
Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji) kepada calon
jemaah haji.12
Dan Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji tidak boleh memberikan layanan talangan Haji dengan jangka waktu
talangan lebih dari 1 tahun.
Di satu sisi, masyarakat memandang adanya Pembiayaan
pengurusan haji sebagai alternatif yang cukup menarik untuk masalah
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 888. 11
Abdurahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1982), Cet. Ke-v, h. 606-607. 12
Di akses pada 20 Juli 2019 dari
https://jatim.kemenag.go.id/file/file/PMA/sdty1395809111.pdf.
28
sulitnya berangkat haji, baik karena faktor pendanaan yang belum
mencukupi maupun akrena terbatasnya kouta haji yang tersedia untuk
calon jamaah haji di Indonesia. Namun, di sisi lain, diduga ada unsur riba
dalam praktek talangan Haji. Hal ini karena praktek talangan Haji
mengaharuskan calon jamaan haji membayar sejumlah uang yang lebih
daripada yang dipinjamnya.
2. Dasar Hukum Pembiayaan Talangan Haji
Dikeluarkannya produk Pembiayaan pengurusan haji memiliki
tujuan untuk meberikan kemudahan dan bantuan kepada nasabah
Pembiayaan pengurusan haji dalam memperoleh seat atau porsi hajji.
Sedangkan tujuan untuk pihak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah
untuk menambah nasabah, mampu meningkatkan pembiayaan konsumtif
dalam LKS dan juga meningkatkan daya saing LKS dalam dunia
perbankan.
Dasar dikeluarkannya Pembiayaan pengurusan haji ini adalah
dengan dikeluarkannya Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002
pada tanggal 06 Juni 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga
Keuangan Syariah. Yang memuat ketentuan sebagai berikut:13
a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan
Jasa ujrah dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-
MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000
b. Apabila diperlukan LKS dapat membantu menalangi pembayaran
BPIH nasabah dengan menggunakan prinsir al-Qard sesuai Fatwa
DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001
c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan
dengan pemberian talangan haji
d. Besar imbalan Jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah
talangan al-Qard yang diberikan LKS kepada nasabah.
13
Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan Syariah.
29
3. Akad Dalam Pembiayaan Talangan Haji
Dalam Alquran, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan janji
atau perjanjian, yaitu kata akad (al-aqdu), ahd (al-ahdu), dan wa‟adu.
Secara bahasa akad atau perjanjian itu digunakan untuk banyak arti, yang
keseluruhannya kembali kepada bentuk ikatan atau penghubungan
terhadap suatu dua hal. Sementara akad menurut istilah adalah keterikatan
keinginan diri dengan sesuatu yang lain dengan cara yang memunculkan
adanya komitmen tertentu yang di syariatkan.14
Menurut segi etimologi, akad antara lain berarti: Ikatan antara dua
perkara, baik ikatan secara nyata, maupun ikatan secara maknawi, dari
satu segi maupun dari dua segi”. Pengertian akad dalam arti khusus
adalah “Perikatan yang ditetapkan dengan ijab-kabul berdasarkan
ketentuan syara‟ yang berdampak pada objeknya.15
Pengertian akad terdapat dalam Pasal 1 angka 13 Undang-undang
Perbankan Syariah, akad adalah kesepakatan antara Bank Syariah atau
UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.16
Akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah
pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan
kabul yang menyatakan kehendak pihak lain. Tindakan hukum satu pihak,
seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf atau pelepasan hak, bukanlah
akad karena tindakan-tindakan tersebut tidak merupakan tindakan dua
pihak dan karenanya tidak memerlukan kabul.17
Tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih
tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang
hendak diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad. Akibat
14
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 126. 15
Rachmat Syafei‟I, Fiqh Muamalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung:
Penerbit Angkasa Setia, 2004), h. 44. 16
Undang-Undang No.21 Tahun 2008, di akses pada 27 Juli 2019 dari
file:///C:/Users/Acer/Downloads/UU_21_08_Syariah.pdf. 17
Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi, (Bandung:
Penerbit CV. Mandar Maju, Cetakan Ke-1 April 2013), h. 76.
30
hukum akad dalam hukum Islam disebut “hukum akad” (hukm al-aqd).
Tujuan akad untuk akad bernama sudah ditentukan secara hukum oleh
Pembuat Hukum Syariah, sementara tujuan akad untuk akad tidak
bernama ditentukan oleh para pihak sendiri sesuai dengan maksud mereka
menutup akad.18
Para ulama fiqh menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir
apabila:19
Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu mempunyai
tenggang waktu;
a. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya
tidak mengikat;
b. Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dapat dianggap
berakhir jika:
1) Jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi.
2) Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rakyat.
3) Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak.
4) Tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna.
c. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini
para ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis
berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad.
Akad yang berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang
melaksanakan akad, diantaranya akad sewa-menyewa, al-rahn, al-
kafalah, al-syirkah, al-wakalah, dan al- muzara‟ah. Akad juga akan
berakhir dalam ba‟I al-fudhul (suatu bentuk jual beli yang keabsahan
akadnya tergantung pada persetujuan orang lain) apabila tidak
mendapat persetujuan dari pemilik modal.
18
Neni Sri Imaniyati, Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi, (Bandung:
Penerbit CV. Mandar Maju, Cetakan Ke-1 April 2013), h. 76. 19
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cetakan ke-2, 2012), h. 58-59.
31
a. Akad Ijarah
1) Pengertian Ijarah
Secara etimologi al-ijarah berasal dari kata al-Ajru yang
berarti al-„Iwadh/ pengertian, dari sebab itulah ats-Tsawabu dalam
konteks pahala dinamai juga al-Ajru/upah.20
Istilah Ijarah berasal dari kata ajr yang berarti „awadh
(ganti), sehingga tsawab (pahala) sering pula dinamakan dengan
ajr (upah). Sedangkan secara istilah Ijarah berarti jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Pengertian yang
hampir sama juga dikemukakan oleh Hanafiyyah bahwa Ijarah
berarti akad atas suatu mafaat dengan penggantian.
Dalam tataran implementasinya, Ijarah ini dapat dipilah
kepada dua bagian besar, yaitu Ijarah bi al-quwwah dan Ijarah bi
al-manfaah. Ijarah itu Jasa atau tenaga manusia. Sedangkan
Ijarah itu dikatakan sebagai Ijarah bi al-manfaah apabila yang
disewakan itu berupa barang. Namun, kedua Ijarah tersebut
memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni menyewa atau
menyewakan sesuatu.21
Ada dua pihak yang terlibat dalam akad Ijarah, yaitu
pemberi sewa (mu‟ajjir) dan penyewa (musta‟jir). Mu‟ajjir
menyerahkan manfaat barang (ma‟jur) sedangkan musta‟jir
menyerahkan uang sewa (ujrah).22
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
atau Jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
20
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cetakan ke-2, 2012), h.. 277. 21
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan
Pertama, 2015), h. 88. 22
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: : PT. Remaja Rosdakarya,
Cetakan Pertama, 2015), h. 89.
32
sendiri.23
Jadi bisa disimpulkan dalam Ijarah tidak hanya barang
yang dapat menjadi objek Ijarah tetapi juga Jasa. Dalam
penjelasan Pasal 19 huruf f Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, akad Ijarah didefinisikan
sebagai akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak
guna atau manfaat dari suatu barang atau Jasa berdasarkan
transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri.
Selanjutnya, di dalam PBI No.9/19/PBI/2007
mendefinisikan Ijarah sebagai transaksi sewa menyewa atas suatu
barang dan/atau Jasa antara pemilik obyek sewa termasuk
kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa Ijarah
adalah akad untuk memanfaatkan Jasa, baik Jasa barang ataupun
Jasa atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat
barang, maka disebut sewa-menyewa.24
Sedangkan jika digunakan
untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja, disebut upah-mengupah.
Metode yang digunakan DSN-MUI untuk menghindari larangan
pendapatan dari Qardh adalah dengan menerapkan upah berbasis
Jasa (Ijarah).25
23
Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000. 24
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 74. 25
Muhammad Maksum, “Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
dalamMerespon Produk-Produk Ekonomi Syariah Tahun 2000-2011 (Studi Perbandingan dengan
Fatwa Majelis Penerbit Syariah Bank Negara Malaysia)”, (SekolahPascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 272.
33
Skema dan pola pembiayaan Ijarah adalah sebagai berikut:
Sumber : Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan
Keuangan
Gambar 2.1 Skema pembiayaan Ijarah
Keteragan :
a) Nasabah mengajukan pembiayaan Ijarah ke bank syariah.
b) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh
nasabah sebagai objek Ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
c) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank
mengenai barang objek Ijarah, tarif Ijarah, periode Ijarah dan
biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaan Ijarah
ditandatanagani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan
yang dimiliki.
d) Bank menyerahkan objek Ijarah kepada nasabah sesuai akad
yang disepakati. Setelah periode Ijarah berakhir, nasabah
mengembalikan objek Ijarah tersebut kepada bank.
e) Bila bank membeli objek Ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah),
setelah periode Ijarah berakhir objek Ijarah tersebut disimpan
oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan kembali.
34
Sedangkan bila bank menyewa objek Ijarah tersebut (al-Ijarah
wal ijarah, atau Ijarah parallel), setelah periode Ijarah
berakhir objek Ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada
supplier/penjual/pemilik.26
Jenis Barang/Jasa yang dapat disewakan yaitu:27
a) Barang modal: aset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor,
ruko, dan lain-lain.
b) Barang produksi: mesin, alat-alat berat, dan lain-lain.
c) Barang kendaraan transportasi: darat, laut, dan udara.
d) Jasa untuk membayar ongkos uang sekolah/kuliah, tenaga
kerja, hotel, angkut transportasi dan sebagainya.
2) Dasar Hukum Ijarah
Al-ijarah dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam
bentuk upah mengupah merupakan muamalah yang telah
disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut Jumhur Ulama
adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh syara‟ berdasarkan ayat al-Qur‟an,
hadis-hadis Nabi, dan ketetapan Ijma Ulama.28
Adapun dasar
hukum tentang kebolehan al-Ijarah sebagai berikut:
نكم بعروف .... ج.... وأتروا ب ي
“Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah
upah mereka”. (QS. At-Thalaq: 6).
ر من استأجرت القوي الامي صلى قالت احدا ها ي آبت استأجره ان خي
26
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2014), h. 146-147. 27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2014), h. 147. 28
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cetakan ke-2, 2012), h. 277.
35
“Salah seorang dari wanita itu berkata, wahai bapakku
ambilah ia sebagai pekerja kita, karena orang yang paling baik
untuk dijadikan pekerja ialah orang yang kuat dan dapat
dipercaya”. (QS. Al-Qashas: 26).
ر أجره ق بل أن عن ابن عمر أن النب صلى الله علييو وسلم قال : اعطوا الجي
ف عرقو ي
“Berikanlah upah atau Jasa kepada orang yang kamu
pekerjaan sebelum kering keringat mereka”. (HR. Ibnu Majah)
ام أجره روى ابن عباس أن النب صلى الله عليو وسلم احتجم واعطى الج“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah kamu upahnya
kepada tukang-tukang itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Perlu diketahui bahwa tujuan disyariatkannya al-ijarah
adalah untuk meberi keringanan kepada umat dalam pergaulan
hidup. Banyak orang yang mempunyai tenaga atau keahlian yang
membutuhkan uang. Dengan adalnya al-ijarah keduanya saling
mendapatkan keuntungan dan kedua belah pihak saling
mendapatkan manfaat.29
3) Rukun dan Syarat Ijarah
Menurut Hanafiyah rukun al-Ijarah hanya satu yaitu ijab
dan qabul dari dua belah pihak yang bertransaksi. Adapun
menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada empat, yaitu dua orang
yang berkad, sighat (ijab dan qabul), sewa atau upah, dan
manfaat.30
29
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cetakan ke-2, 2012), h. 278. 30
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cetakan ke-2, 2012), h. 278.
36
Rukun-rukun Ijarah adalah sebagai berikut:31
a) Mu‟jir dan Musta‟ jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-
menyewa atau upah mengupah. Mu‟jir adalah yang
memberikan upah dan yang menyewakan, musta‟jir adalah
orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang
menyewa sesuatu, disyariatkan pada mu‟jir dan musta‟jir
adalah baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf
(mengendalikan harta), dan saling meridhai.
b) Sighat ijab dan qabul antara mu‟jir, ijab qabul sewa-menyewa
dan upah-mengupah.
c) Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah
pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun upah-mengupah.
d) Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam
upah-mengupah, disyaratkan pada barang yang disewakan
dengan beberapa syarat berikut ini:
1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-
menyewa dan upah-mengupah dapat dimanfaatkan
kegunaanya.
2) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan
upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan
pekerja berikut kegunaannya (khusus dalam sewa-
menyewa)
3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang
mubah (boleh) menurut syara‟ bukan hal yang dilarang
(diharamkan)
4) Benda yang disewakan dan disyaratkan kekal „ain (zat)-
nya hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian
dalam akad.
31
H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalat¸ (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 117.
37
Adapun syarat-syarat Ijarah sebagaimana yang ditulis
Nasrun Haroen sebagai berikut:32
a) Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama
Syafi‟iyah dan Hanabalah disyaratkan telah balig dan berakal.
Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau yang tidak
berakal seperti anak kecil dan orang gila Ijarahnya tidak sah.
Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat
bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai
usia balig. Oleh karenanya, anak yang baru mumayyiz pun
boleh melakukan akad al-ijarah, hanya pengesahannya perlu
persetujuan walinya.
b) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya
melakukan akad al-ijarah. Apabila salah seorang di antaranya
terpaksa melakukan akad ini, maka akad al-ijarah nya tidak
sah. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS An-Nisa:29, yang
artinya:
“wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil kecuali
melalui suatu perniagaan yang belaku suka sam suka….”
c) Manfaat yang menjadi objek al-Ijarah harus diketahui,
sehinggan tidak muncul perselisihan dikemudaian hari.
Apabila manfaat yang menjadi objek tidak jelas, maka
akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan
dengan menjelaskan jenis manfaatnya dan penjelasan berapa
lama manfaat itu di tangan penyewanya.
d) Objek al-Ijarah itu boleh diserahkan dan digunakan secara
langsung dan tidak ada cacatnya. Oleh sebab itu, para ulama
fiqh sepakat, bahwa tidak boleh yang menyewakan sesuatu
yang tidak boleh serahkan dan dimanfaatkan langsung oleh
32
H. Abdul Rahman Ghazaly, H. Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat,
(Penerbit Kencana Prenada Media Group Cetakan ke-2, 2012), h. 279-280.
38
penyewa. Misalnya, seseorang menyewa rumah, maka rumah
itu dapat langsung diambil kuncinya dan langsung boleh ia
menfaatkan.
e) Objek al-Ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara‟. Oleh
sebab itu, para ulama fiqh sepakat mengatakan tidak boleh
menyewa seseorang untuk menyantet orang lain, menyewa
seseorang untuk membunuh orang lain, demikian juga tidak
boleh menyewakan rumah untuk dijadikan tempat-tempat
maksiat.
f) Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa,
misalnya menyewa orang untuk melaksanakan shalat untuk
diri penyewa atau menyewa orang yang belum haji untuk
menggantikan haji penyewa. Para ulama fiqh sepakat
mengatakan bahwa akad sewa menyatakan seperti ini tidak
sah, karena shalat dan haji merupakan kewajiban penyewa itu
sendiri.
g) Objek al-Ijarah itu merupakan sesuatu yang bisa disewakan
seperti, rumah, kendaraan, dan alat-alat perkantoran. Oleh
sebab itu tidak boleh dilakukan akad sewa menyewa sebagai
sarana penjemur pakaian. Karen pada dasarnya akad untuk
sebatang pohon bukan dimaksudkan seperti itu.
h) Upah atau sewa dalam al-Ijaragh harus jelas, tertentu, dan
sesuatu yang memiliki nilai ekonomi.
4) Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah
Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai
berikut:33
a) Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan
penyewa;
33
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h.122.
39
b) Rusaknya barang yang disewakan, sehingga Ijarah tidak
mungkin untuk diteruskan.34
Seperti rumah menjadi runtuh
dan sebagainya;
c) Rusaknya barang yang diupahkan (ma;jur „alaih), seperti baju
yang diupahkan untuk dijahitkan;
d) Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa
yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan. Tenggang
waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah berakhir.
Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu
adalah Jasa seseorang, maka ia berhak menerima upahnya.35
e) Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak,
seperti yang menyewa toko untuk dagang, kemudian
dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan
menfasakhkan sewaan itu.
b. Akad Qardh
1) Pengertian Qardh
Qardh secara bahasa berarti qath‟ (potongan), di mana
harta diletakkan kepada peminjam sebagai pinjaman, karena
muqridh (Pemberi pinjaman) memotong sebagian harta.
Sedangkan secara istilah, menurut Hanafiyah, qardh berarti
sesuatu yang diberikan seseorang dari harta mitsli untuk
memenuhi kebutuhannya. Qardh juga berarti akad tertentu dengan
membayarkan harta mitsil kepada orang lain supaya membayar
harta yang sama kepadanya.36
Kata Qardh ini kemudian diadopsi
menjadi credo (Romawi), credit (Inggris), dan kredit (Indonesia).
Objek dari pinjaman qardh biasanya uang atau alat tukar lainnya
34
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), h.338. 35
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h.237. 36
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan
Pertama, 2015), h. 144.
40
yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunda ketika
peminjaman mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal
ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok hutang pada
waktu tertentu di masa yang akan datang.37
Dalam konteks hukum, di Indonesia telah ditemukan
beberapa produk yang berkaitan dengan qardh ini, baik dalam
bentuk peraturan Perundang-undangan maupun dalam bentuk
Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indoensia. Undang-undang pertama yang
menyebutkan istilah qardh adalah UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Dalam Undang-Undang ini, qardh disebutkan
sebagai salah satu produk pembiayaan dalam bentuk transaksi
pinjam-meminjam.38
PBI Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpun dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan qardh adalah pinjam
meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam
mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan
dalam jangka waktu tertentu.
Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh
merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana
oleh bank syariah kepada nasabah penerima fasilitas (debitur).39
Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu:
a) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji
diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat
penyetoran biaya perjalan haji. Nasabah akan melunasinya
sebelum keberangkatannya ke haji.
37
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 45. 38
Pasal 1 ayat 26 poin d dan Pasal 19 ayat 1 poin e Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. 39
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 222.
41
b) Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu
kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasan untuk
menarik uang tunai milik bank melalui ATM.
c) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, di mana menurut
perhitungan bank akan memberatkan pengusaha bila diberikan
pembiayaan dengan skema jual beli, Ijarah, atau bagi hasil.
d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank bank
menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya
kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan
mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui
pemotongan gajinya.40
Sumber : Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan
Keuangan
Gambar 2.2 Skema al-Qardh
2) Dasar Hukum Qardh
Transaksi qardh diperbolehkan oleh para ulama
berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majjah dan Ijma ulama.
Sungguhpun demikian, Allah SWT mengajarkan kepada kita agar
meminjamkan sesuatu bagi “agama Allah”.
40
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), h. 106.
42
Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad
qardh antara lain berdasarkan Alquran:41
اجر كري و ولو ولو ومن ذا الذي ي قرض الله ق رضا حسنا ف يضاعفو
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT
pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan)
pinjaman untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak.” (Al-Hadid: 11)
Dasar hukum berdasarkan Hadits:42
لة أسري ب على عن أنس بن مالك قال رسول الله صلى الله عليو وسلم رأيت لي
قرض بثمانية عشر ف قلت ياجبيل ما باب النة مكت وبا الصدقة بعشر أمثالا وال
ائل يسأل وعنده والمست قرض بال القرض أفضل من الصدقة قال لن الس
لايست قرض إلا من حاجة
“Anas bin Malik berkata, berkata Rasulullah SAW: aku
melihat pada waktu malam di isra‟-kan, pada pintu surga tertulis:
shadaqah dibalas 10 kali lipat dan qardh 18 kali. Aku bertanya:
“Wahai Jibril mengapa qardh lebih utama dari sedekah? Ia
menjawab: Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya,
sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena
keperluan.”
Selain itu menurut Pasal 19 ayat (1) huruf e dan ayat (2)
huruf e serta pasal 21 huruf b angka 3 UU Perbankan Dyariah,
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IV/2001
tentang qardh, PBI No. 7/6/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip
Syariah dalam Kegiatan Penghimpun Dana dan Penyaluran Dana
41
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Prakti, (Jakarta: Gema Insani,
2001), Cet. 1, h. 132. 42
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Prakti, (Jakarta: Gema Insani,
2001), Cet. 1, h. 132.
43
serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannta dengan
PBI No. 10/16/PBI/208.
Perlakuan Akutansi terhadap transaksi pembiayaan
berdasarkan akad qardh berpedoman kepada PSAK (Pernyataan
Standar Akutansi Keuangan) No. 59 tentang Akutansi Perbankan
Syariah dan PAPSI (Pedoman Akutansi Perbankan Syariah
Indonesia) yang berlaku. Serta pembiayaan berdasarkan akad
qardh berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.43
3) Rukun dan Syarat Qardh
Rukun dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam
transaksi ada beberapa:44
a) Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang
membuthkan dana, dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak
yang memiliki dana;
b) Objek akad yaitu qardh (dana);
c) Tujuan, yairu „iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa
imbalan (pinjam Rp. X,- dikembalikan Rp. X,-); dan
d) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan syarat dari akad qardh yang harus dipenuhi
dalam transaksi, yaitu:45
a) Kerelaan kedua belah pihak; dan
b) Dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.
Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh lembaga keuanga
syariah kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan
43
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 227. 44
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 47. 45
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa Negara,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h. 47.
44
pada saat nasabah mengalami overdraft, untuk memudahkan
nasabah bertransaksi.
4) Pembatalan Berakhirnya Akad Qardh
Akad qardh berakhir apabila qardh atau objek akad ada
pada mmuqtarid (orang yang meminjam). Telah diserahkan atau
dikembalikan kepada muqrid (pemberi pinjaman) sebesar pokok
pinjaman, pada jatuh tempo atau waktu yang ditelah disepakati di
awal perjanjian.
Akad qardh juga berakhir apabila dibatalkan oleh pihak-
pihak yang berakad karena alasan tertentu. Dan apabila muqtarid
(orang yang berhutang) meninggal dunia maka qardh atau
pinjaman yang belum di lunasi menjadi tanggungan ahli warisnya.
Jadi ahli warisynya berkewajiban melunasi hutang tersebut. Tetapi
qarad dapat dianggap lunas atau berakhir jika muqrid (pemberi
pinjaman) menghapus hutang tersebut dan menganggap lunas.
Jadi Pembiayaan pengurusan haji dalam Fatwa tersebut dua
akad secara pararel: akad ijarah sebagai akad utama dan akad
qardh sebagai akad pendukung. LKS yang mengurus dan
membantu nasabah untuk memperolh seat/porsi haji dari pihak
otoritas berhak mendapatkan ujrah atas pekerjaan yanng berupa
pelayanan tersebut berdasarkan akad ijarah; oleh karena itu,
berlakunya norma ijarah dan norma qardh sebagai terdapat dalam
fatwa DSN-MUI. Akad qardh antara LKS dengan nasabah dalam
rangka membantu nasabah mendapatkan porsi haji sebagaimana
dimaksudkan di atas.46
46
Jaih Mubarok & Hasanudin “Fatwa Tentang Pembiayaan Pengurusan Dana Haji Dan
Status Dana Calon Haji Daftar Tunggu”, (Jurnal Al-Iqtishad: Vol. 5 , No. 1 Januari 2015), h. 19.
45
C. Tinjauan Tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPS BPIH)
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) adalah sejumlah dana yang
harus dibayar oleh werga negara yang akan menunaikan Ibadah Haji,
pengelolaan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yaitu kegiatan
berencanaan, penerimaan, pengeluaran, pengembangan, akutansi, pelaporan,
dan pertanggung jawaban Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).
Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS
BPIH) adalah bank syariah dan/atau bank umum nasional yang memiliki
layanan syariah. Menteri Agama Republik Indonesia dalam meningkatkan
pengelolaan Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
mengeluarkan perubahan pada suatu peraturan yaitu Peraturan Menteri
Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Di dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang
Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, menteri
mentapkan BPS BPIH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut:47
a. Berbadan huykum Perseroan Terbatas;
b. Berbentuk bank syariah atau bank umum nasional yang memiliki layanan
syariah;
c. Memiliki layanan bersifat nasional;
d. Memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegrasi dengan
sistem layanan haji Kementerian Agama;
47
Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji ayat (2)
46
e. Memiliki kondisi kesehatan bank sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan peraturan
lainnya;
f. Menunjukan keterangan menjadi anggota Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) dan surat kesanggupan melaksanakan program penjamin LPS atas
dana setoran awal.
Pelunasan BPIH ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah
mendapatkan persetujuan DPR, yang digunakan untuk keperluan biaya
penyelenggaraan ibadah haji. Prioritas pemberangkatan jamaah haji diberikan
kepada calon jamaah haji yang nomor porsinya masuk dalam alokasi porsi
provinsi dan telah melunasi BPIH tahun berjalan, belum pernah haji dan
berusia 18 tahun keatas dan atau sudah menikah.
Talangan haji merupakan salah satu produk yang dikeluarkan oleh
Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Produk tersebut ditunjukan kepada
nasabah guna memenuhi kebutuhan biaya setiran awal yaitu Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang besarnya ditentukan oleh
Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Sistem Komputerisasi Haji
Terpadu (SISKOHAT), untuk mendapatkan nomor seat porsi haji.
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2013 menjelaskan bahwa talangan haji adalah dana yang
diberikan sebagai bantuan sementara tanpa mengenakan imbalan oleh Bank
Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) kepada
calon jemaah haji.48
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013
Tentang Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS
BPIH) Pasal 2 ayat 2 (dua) point G mengatakan, “Tidak akan memberikan
layanan talangan haji atau dana sejenisnya dengan jangka waktu talangan
lebih dari 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis”. Jadi
bisa disimpulkan pada Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
48
Di Akses pada tanggal 2 Mei 2020 dari
Htpps://jatim.kemenag.go.id.file/file/PMA/stdy1395809111.pdf
47
30 Tahun 2013 Tentang Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPS BPIH) Pasal 2 ayat 2 (dua) point G masih memberikan talangan
haji dengan catatan dalam jangka waktu tidak boleh lebih dari 1 tahun dan
dibuktikan dengan pernyataan tertulis.
Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank
Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Pasal 6A “BPS
BPIH dilarang memberikan layanan talangan haji baik secara langsung
maupun tidak langsung”. Telah dijelaskan juga pada Pasal 12A:
1) Talangan haji yang diberikan oleh BPS BPIH sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini, harus diselesaikan oleh BPS BPIH dengan jamaah
haji.
2) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat tanggal
31 Desember 2020 terhitung sejak tanggal pengundangan Peraturan
Menteri ini.
3) Dalam hal ini masih terdapat talangan haji yang belum diselesaikan setelah
batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), nomor porsi jemaah
hajimasih tetap aktif.
Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun
2013 Tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji,
seluruh BPS BPIH yang mempunyai Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
(SISKOHAT) untuk mendapatkan nomor seat porsi haji dilarang memberikan
layanan talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tetapi beberapa lembaga keuangan syariah dalam memberikan layanan
untuk memberikan kemudahan mendapatkan seat porsi haji masih ada yang
masih memberikan pembiayaan talangan haji.
Contohnya peneliti mengambil objek di Koperasi Simpan Pinjam Jasa
Layanan Syariah Jakarta Selatan yang masih memberikan talangan pada
pelayanan pengurusan Ibadah Haji dengan produk Ijarah Haji. Bentuk
pembiayaan talangan haji yang dari Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan
48
Syariah Jakarta Selatan ini merupakan pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,-
hingga Rp. 25.000.000,- dengan angsuran 1 tahun hingga 5 tahun dan ujrah
pertahun hanya 10%, bentuk pembiayaan talangan haji ini langsung
dimasukan kedalam tabungan haji Labbaika.49
Jadi bisa disimpulkan, dengan adanya Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Penerimaan Setoran
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) yang telah diubah menjadi
Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerimaan
Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji masih belum tegas untuk
penyelesaian talangan haji yang telah diberikan oleh BPS BPIH dimana jika
seseorang telat melunasi talangan haji tersebut pada tanggal 31 Desember
2020 nomor porsi jemaah haji masih tetap aktif. Dengan diberlakukannya
peraturan ini Menteri Agama masih ada kekosongan hukum untuk Lembaga
Keuangan Syariah Non Bank khususnya BMT, Koperasi Syariah dan
Pegadaian Syariah.
D. Pembiayaan MultiJasa
1. Pengertian Pembiayaan MultiJasa
Pembiayaan multiJasa adalah pembiayaan untuk memperoleh
manfaat atas suatu Jasa. Menurut Fatwa Dewan Syariah No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa, ketentuan pembiayaan
multiJasa adalah sebagai berikut:50
1) Pembiayaan multiJasa hukumnya boleh (Jaiz) dengan menggunakan
akad ijarah atau kafalah.
2) Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti
semua ketentuan yang ada dalam Fatwa DSN ijarah.
49
. Tabungan Haji Labbaika adalah investasi tidak terikat anggota / calon anggota pada Kopersi
Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah yang ditunjukkan khusus untuk merencanakan Ibadah Haji berdasarkan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan untuk biaya perjalanan ibadah haji. 50
Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa.
49
3) Dalam hal LKS menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti
semua ketentuan yang ada dalam Fatwa DSN kafalah.
4) Dalam kedua pembiayaan multiJasa tersebut, LKS dapat memperoleh
imbalan Jasa (Ujrah/Fee).
5) Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal bukan dalam bentuk persentase.
Dalam pelaksanaannya di Lembaga Keuangan Syariah (LKS),
kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan ijarah
untuk transaksi multiJasa berlaku persyaratan paling kurang sebagai
berikut:51
1) LKS menggunakan akad ijarah untuk transaksi multiJasa, antara lain
dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, keparawisataan, dan
ibadah haji/ umrah
2) Dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunakan akad ijarah
untuk transaksi multiJasa. LKS memperoleh imbalan Jasa (ujrah) atau
fee.
3) Besar ujrah atau fee disepakati di awal oleh para pihak.
2. Dasar Hukum Pembiayaan MultiJasa
Didalam Al-Quran terdapat didalam surat Al-Qashas ayat 26 :
ر من استأجرت القوي الامي صلىقالت احدا ها ي آبت استأجره ان خي
“Salah seorang dari wanita itu berkata: “Wahai bapakku, ambilah
dia sebagai pekerja kita karena orang yang paling baik untuk dijadikan
pekerja adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya” (Al-Qashas:26)
Di dalam Hadis-hadis Nabi terdapat di Hadis Riwayat „Abd Ar-Razzaq
dan Abu Sa‟id al-Khudri, Nabi SAW bersabda:
را ف لي علمو اجره من استأجر اجي
51
Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa.
50
“Barang siapa memperkerjakan pekerja, beritahukanlah
upahnya”.52
Hubungan hadis di atas dengan pembiayaan multiJasa yaitu
kewajiban seseorang yang mempekerjakan pekerja agar memberitahukan
upahnya di awal akad sebelum terlaksananya pekerjaan tersebut. Karena
pekerja yang dilakukan yaitu memanfaatkan suatu Jasa dari seseorang,
lebih baik jika diberitahukan di awal akad upahnya.
52
Ibnu Hajar Asqalani, Talkhis al-Habir, (Darul Kutub Ilmuyah), Juz 3, h. 143.
51
BAB III
PEMBIAYAAN HAJI KOPERASI SIMPAN PINJAM JASA LAYANAN
SYARIAH JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Kospin JASA Syariah
Koperasi Simpan Pinjam Jasa adalah sebuah Koperasi Simpan Pinjam
yang terbesar di Indonesia yang didirikan di Pekalongan di kediaman H. A.
Djunaid pada tanggal 13 Desember 1973, pada saat itu H. A. Djunaid
bersama dengan para pengusaha yang berasal dari 3 etnis yaitu pribumi,
keturuna Arab dan keturunan China berkomitmen bersama untuk mendirikan
Koperasi yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dan diberi nama JASA,
dengan harapan dapat memberikan Jasa dan manfaat yang sebesar-besarnya
untuk anggota, masyarakat, gerakan koperasi, lingkungan dan pemerintah.
Koperasi Simpan Pinjam JASA hadir di awal dekade 1970-an sebagai
sebuah lembaga keuangan yang melayani anggota yang pada saat itu banyak
dari para pengusaha membutuhkan solusi permodalan untuk kegiatan
usahanya. Sampai dengan saat ini Koperasi Simpan Pinjam JASA terus
berkomitmen untuk mensejahterakan anggotanya dengan senantiasa
mengikutsertakan secara aktif semua pihak dan golongan tanpa membedakan
suku, ras, golongan dan agama semata-mata hanya untuk bersatu padu dalam
hidup berdampingan untuk memecahkan masalah di bidang ekonomi secara
bersama-sama dalam satu wadah koperasi. Untuk itulah Koperasi Simpan
Pinjam JASA mendapat predikat “Koperasi Kesatuan Bangsa” yang sampai
saat ini tumbuh bersama membangun usaha menjadi koperasi simpan pinjam
terpercaya, terbesar dan tersebar jaringannya dengan 100 kantor di Indonesia.
Dengan semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip dan pola syariah di Indonesia, dan adanya
rekomendasi dari Rapat Anggota Tahunan ke-28 pada tahun 2002 yang
mengamanatkan kepada Koperasi Simpan Pinjam JASA untuk membuka
layanan keunagan yang berdasarkan pada prinsip syariah, serta adanya
kecenderungan kebutuhan anggota dan calon anggota terhadap pelayanan
pendanaan (simpanan) dan pembiayaan (pinjaman) yang berdasarkan pada
52
pola syariah, maka Koperasi Simpan Pinjam JASA Layanan Syariah oleh H.
A. Zaky Arslan Djunaid.
Seiringan dengan perjalanan waktu yang makin dinamis dan tumbuh
anggota terhadap kebutuhan layanan keuangan syariah, kini Kospin JASA
Layanan Syariah mengembangkan jaringan kantornya di seluruh nusantara
untuk lebih mendekatkan diri kepada anggota.
Sebagai upaya untuk menjaga aspek syariah dalam operasionalnya,
Kospin JASA Layanan Syariah pada tanggal 10 Februari 2009 telah
mendapatkan Sertifikat Koperasi Syariah dari Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. Hal ini membuktikan, bahwa manajemen Kospin
JASA Layanan Syariah berusaha secara optimal agar segala produk layanan
yang ditawarkan kepada anggota dapat terpecaya dan sesuai dengan fatwa-
fatwa yang telah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti di Kospin JASA Layanan
Syariah yang beralamat di Pejaten Office Park 79 Blok C, Jl. Warung Buncit
Raya, Jakarta Selatan Telp. (021)79195450 Fax. (021) 7919544.
53
B. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Kospin JASA Syariah
VISI
“Menjadi Lembaga Keuangan Terdepan, Modern, Mandiri dan Tangguh”
MISI
1. Memenuhi kebutuhan customer dan memberikan layanan prima melalui
produk berbasis teknologi
2. Menghasilkan manfaat dan nilai tambah terbaik terhadap stakeholers
3. Mensejajarkan dengan Lembaga Keuangan Lainnya
4. Menjalin kerJasama dengan mitra usaha secara transparan dan profesional
NILAI-NILAI
Dalam era transformasi saat ini, Kospin JASA Layanan Syariah menetapkan
komitmennya untuk membangun 6 nilai-nilai Kospin JASA Layanan Syariah
yang AMANAH
1. Amanah, jujur dan dapat dipercaya adalah sebuah keniscayaan yang harus
dipegang dan dijunjung tinggi di setiap level tingkatan manajemen.
2. Manfaat, memberikan manfaat dan kemaslahatan seluas-luasnya untuk
seluruh masyarakat yang ikut berperan serta dalam menumbuh
kembangkan Kospin JASA Layanan Syariah dengan mengedepankan
kesetaraan, kesejajaran dan kebersamaan bagi semua.
3. Akhlaq Mulia, menjadi bagian yang sangat penting bagi seluruh yang
terlibat di Kospin JASA Layanan Syariah untuk memberikan layanan
keuangan yang terbaik dan berkualitas prima untuk semua merupakan
perwujudan dari prinsip syariah yang universal.
4. Niat, Kospin JASA Layanan Syariah sangat menyadari bahwa Niat untuk
menanggapi puncak Ridha Allah SWT sangatlah penting dan berpengaruh
terhadap operasional dan aktivitas gerak langkahnya untuk
mengembangkan Kospin JASA Layanan Syariah. Kospin JASA Layanan
Syariah juga menyadari bahwa aktivitas hidup adalah ibadah.
54
5. Adil, keadilan merupakan komitmen Kospin JASA Layanan Syariah
sebagai upaya untuk membangun ekonomi syariah secara bersama yang
berkeadilan dan kesetaraan.
6. Hasil, Kospin JASA Layanan Syariah sebagai sebuah lembaga keuangan
syariah sangat menyadari bahwa hasil usaha penuh berkah dan
mensejahterakan bagi semua secara Falah adalah sebuah keniscayaan.
Nilai-Nilai Kospin JASA Layanan Syariah:
1. Jujur amanah dan patuh
2. Andal tangguh dan produktif
3. Service Terbaik kepuasan customer
4. Adaptif fleksibel dan muktahir
C. Produk Simpanan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah
Jakarta Selatan
1. Tabungan Koperasi Wadi‟ah
Tabungan Koperasi Wadi‟ah adalah simpanan anggota atau calon anggota
pada Kospin JASA Syariah berdasarkan prinsip Wadia‟ah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan
penyimpan. Kospin JASA Syariah sesuai dengan kebijakan dapat
memberikan bonus simpanan kepada penyimpan. Setoran awal Tabungan
Koperasi Wadi‟ah adalah Rp.50.000,-
Persyaratan Pembukaan Simpanan:
1) Bukti Identitas diri KTP
2) Mengisi formulir pembuka rekening
3) Khusus koperasi/badan usaha melampirkan surat kuasa dan atau akta
pendirian koperasi/badan usaha.
2. Tabungan Koperasi Mudharabah
Tabungan Koperasi Mudharabah adalah investasi tidak terikat anggota /
calon anggota pada Kospin JASA Syariah berdasarkan prinsip
mudharabah muthlaqah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
55
menurut syarat tertentu yang disepakati. Penyimpanan dana akan
mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati pada saat
pembukaan tabungan. Setoran awal Tabungan Koperasi Mudharabah
Rp.500.000,-
Persyaratan Pembukaan Simpanan:
1) Bukti identitas diri KTP
2) Mengisi formulir pembukaan rekening
3) Khusus koperasi/badan usaha melampirkan surat kuasa dan atau akta
pendirian koperasi/badan usaha.
3. Tabungan Safari Mudharabah
Tabungan Safari menggunakan prinsip Mudharabah di mana jumlah
setoran setiap bulannya ditentukan oleh Kospin JASA Syariah selama
jangka waktu tertentu yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat yang telag ditetapkan. Tabungan Safari Mudharabah ini
mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan dan Kospin JASA Syariah juga
akan memberikan hadiah dengan cara menyaring dari seluruh jumlah
peserta Tabungan Safari Mudharabah. Sampai dengan jangka waktu yang
telah ditentukan seluruh jumlah Tabungan Safari Mudharabah ini akan
dikembalikan secara utuh kepada penabung.
4. Tabungan Haji Labbaika Mudharabah
Tabungan Haji Labbaika Mudharabah adalah investasi tidak terikat
anggota / calon anggota pada Kospin JASA Syariah yang ditujukan khusus
untuk merencanakan Ibadah Hajji berdasarkan prinsip Mudharabah
Muthlaqah yang penarikannya hanya dapat dilakukan untuk biaya
perjalanan Ibadah Haji.
Keunggulan dan Manfaat Tabungan Haji Labbaika Mudharabah
1) Tabungan Haji Labbaika dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah
Muthlaqah untuk perencanaan perjalanan ibadah haji.
2) Setoran awal ringan dengan setoran berikutnya yang fleksibel.
3) Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif.
56
4) Syarat pembukaan rekeningnya mudan dan fleksibel.
5) Setoran dapat dilakukan secara otomatis dari produk simpanan lain di
Kospin JASA Syariah.
6) Mendapatkan souvenir haji saat pemberangkatan.
7) Dapat mengajukan Talangan Dana Haji.
8) Tidak dikenakan biaya adminitrasi bulanan.
Persyaratan:
a) Fotocopy identitas KTP
b) Mengisi formulir pembukaan rekening
c) Setoran awal Rp.500.000,-
5. Tabungan Investasi Pendidikan (INTAN)
Tabungan INTAN (Tabungan Investasi Pendidikan) adalah tabungan
berjangka dengan setoran bulanan tetap yang dirancang sebagai investasi
dana pendidikan bagi buah hati Anda di masa depan. Dengan ketentuan
setoran minimal Rp.100.000,- per bulan, jangka waktu 1 tahun- 20 tahun
dan mendapatkan perlindungan asuransi syariah dengan premi terjangkau.
6. Simpanan Harian Wadi‟ah
Simpanan Harian Wadi‟ah adalah simpanan dana pihak ketiga, pada
Kospin JASA Syariah berdasarkan prinsip Wadi‟ah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Tanda Terima (TT) yang
dikeluarkan oleh Kospin JASA Syariah. Atas Simpanan Harian ini, Kospin
JASA Syariah dapat memberikan bonus sesuai dengan kebijakan.
Fasilitas dan Kemudahan:
1) Memudahkan kelancaran dalam transaksi usaha
2) Memperoleh buku TT (Tanda Terima) sebagai sarana penarikan
simpanan
3) Dapat disetori dan ditarik sewaktu-waktu di seluruh kantor layanan
Kospin JASA Syariah
4) Mendapatkan laporan bulanan.
Persyaratan Pembuka Rekening:
a) Fotocopy KTP
57
b) Mendapatkan referensi
c) Mengisi formulir pembukaan rekening
d) Setoran awal Rp.1.000.000,-
e) Untuk lembaga hukum: KTP pengurus, SIUP, dan Akta Pendirian
Perusahaan.
7. Simpanan Berjangka Mudharabah
Simpanan Berjangka Mudharabah adalah investasi tidak terikat anggota /
calon anggota pada Kospin JASA Syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil sesuai dengan
nisbah yang telah disepakati di muka antara penyimpanan dengan Kospin
JASA Syariah. Jangka waktu Simpanan Berjangka adalah 1, 3, 6 dan 12
bulan.
Persyaratan Pembukaan Simpanan
1) Setoran Simpanan Berjangka Mudharabah minimal Rp.1.000.000,-
2) Bukti identitas diri KTP
3) Mengisi formulir pembukaan rekening Simpanan Berjangka
4) Khusus koperasi/badan usaha melampirkan surat kuasa dan atau akta
pendirian koperasi/badan usaha.
8. Simpanan Keluarga Sejahtera (SIKESRA)
Simpanan Keluarga Sejahtera Syariah dengan akad Mugharabah Al-
Multhaqah adalah simpanan yang dirancang untuk pedagang usaha kecil,
menengah, pegawai, karyawan dengan setoran setiap bulan yang sangat
terjangkau sebesar Rp.25.000,- selama jangka waktu 24 bulan, dimana
setiap bulannya mendapatkan kesempatan untuk diikutkan dalam
penarikan hadiah dan diakhir periode simpanan bekesempatan mengikuti
penarikan hadiah Grand Bonus serta mendapatkan bagi hasil.
9. Simpanan Hari Koperasi (HARKOP)
Simpanan Hari Koperasi Syariah (Harkop Syariah) dengan akad
Mudharabah Al-Muthlaqah adalah Investasi simpanan berjangka 12 bulan
dengan bagi hasil diberikan setiap bulan, lebih menguntungkan dan
menentramkan karena pengelolaan dananya dikelola secara syariah.
58
Fasilitas Simpanan Harkop Syariah ini adalah setiap kelipatan Rp25.000,-
mendapatkan 1 point dana berkesempatan untuk diikutsertakan dalam
penarikan hadiah.
D. Produk Pembiayaan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah
Jakarta Selatan
1. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan berdasarkan prinsip Murabahah dalam rangka pembelian
barang kebutuhan modal kerja, barang dagangan, peralatan usaha, tanah,
rumah, mobil, motor, sarana dan prasaran kerja, serta kebutuhan alat-alat
investasi yang produktif.
Jangka waktu angsuran pembiayaan dapat diatur sesuai dengan
kemampuan mengasur, 12, 24, 36, 48 bulan.
Pembiayaan Murabahah ini sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan
investasi anggota/calon anggota.
Syarat Pengajuan Pembiayaan
1) KTP suami istri
2) Kartu Keluarga dan Akta Nikah
3) Sertifikat Tanah / BPKB
4) Rekening Listrik – Pam – PBB Tanah
5) Mutasi rekening tabungan bank (kalau ada)
6) SIUP/NPWP (kalau ada), SK / Slip Gaji bagi pegawai
7) Daftar Rencana Anggaran Pembelian
2. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan ModaL Kerja Musyarakah adalah produk penyaluran dana
dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip Musyarakah dalam rangka
memenuhi kebutuhan modal kerja anggota / calon anggota, untuuk
pegerjaan suatu proyek usaha.
Pembiayaan Musyarakah – Insidentil, pembiayaan yang berjangka
waktunya 3 (tiga) bulan, dengan pembayaran bagi hasilnya yang dilakukan
59
setiap bulan dan pembayaran pokoknya pada saat jatuh tempo atau
pembayaran pokoknya dan bagi hasilnya dibayarkan setiap bulan.
Pembiayaan Musyrakah – Harian, pembiayaan yang jangka waktunya 12
(dua belas) bulan, dengan pembayaran bagi hasil setiap bulannya
disesuaikan dengan pemakaian fasilitas plafond (Wa‟ad) pembiayaannya.
Penarikan pembiayaan ini menggunakan media tanda terima (TT) Kospin
JASA Syariah, yang dapat ditarik dari seluruh kantor layanan Kospin
JASA Syariah.
Syarat Pengajuan Pembiayaan
1) KTP suami istri
2) Kartu Keluarga dan Akta Nikah
3) Sertifikat Tanah / BPKB
4) Rekening Listrik – Pam – PBB Tanah
5) Mutasi rekening tabungan bank (kalau ada)
6) SIUP/NPWP (kalau ada), SK / Slip Gaji bagi pegawai
7) Daftar Rencana Anggaran Pembelian
3. Pembiayaan MultiJasa Ijarah adalah produk penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan berdasarkan prinsip Ijarah dalam rangka penyewaan manfaat
suatu barang atau Jasa seperti Jasa pengurusan biaya haji, umroh,
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pariwisata, dan lain-lain oleh
anggota / calon anggota
Syarat Pengajuan Pembiayaan
1) KTP suami istri
2) Kartu Keluarga dan Akta Nikah
3) Sertifikat Tanah / BPKB
4) Rekening Listrik – Pam – PBB Tanah
5) Mutasi rekening tabungan bank (kalau ada)
6) SIUP/NPWP (kalau ada), SK / Slip Gaji bagi pegawaiDaftar Rencana
Anggaran Pembelian
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pembiayaan Pengurusan Haji Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan
Kospin JASA Layanan Syariah membuka layanan keuangan yang
berdasarkan pasa prinsip syariah pada tanggal 17 Agustus 2004, pelayanan
yang berkembang pada prinsip syariah yaitu pelayanan pendanaan (simpanan)
dan pembiayaan (pinjaman) yang berdasarkan pada prinsip syariah. Sebagai
upaya untuk menjaga aspek syariah dalam operasionalnya, Kospin JASA
Layanan Syariah pada tangal 10 Februari 2009 telah mendapatkan Sertifikasi
Koperasi Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Dengan perkembangan yang semakin dinamis dan tuntutan anggota
terhadap kebutuhan layanan keuangan syariah, kini Kospin JASA Layanan
Syariah mampu mengembangkan jaringan kantornya diseluruh nusantara, ada
24 cabang Kospin JASA Layanan Syariah yang beroperasi disetiap kota.
Peneliti akan meneliti di kantor pusat Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta
Selatan yang sudah beroperasional dari tahun 2010, Kospin JASA Layanan
Syariah beralamat di Pejaten Office Park 79 Blok C, Jl. Warung Buncit Raya,
Jakarta Selatan, Telp. (021) 79195450, Fax. (021) 79195441.
Koperasi Simpan Pinjam JASA mengeluarkan produk Pembiayaan
pengurusan haji yang saat ini dikelola oleh Koperasi Simpan Pinjam JASA
Layanan Syariah. Anak perusahaan dari Koperasi Simpan Pinjam JASA yang
membantu kebutuhan anggota dan calon anggota untuk memberikan
kemudahahan mendapatkan porsi haji (seat) haji bagi anggota yang belum
mempunyai dana ataupun yang tidak mempunyai dana sama sekali.
Bentuk pembiayaan pengurusan haji dari Kospin JASA Layanan
Syariah ini merupakan pinjaman sebesar Rp.5.000.000 hingga Rp.25.000.000
61
dalam bentuk pembiayaan pengurusan haji yang langsung dimasukkan
kedalam tabungan Haji Labbaika1.
Pengurusan haji pada Kospin JASA Layanan Syariah adalah suatu
produk Ijarah Haji yang masuknya adalah di pembiayaan yang menggunakan
akad Ijarah Haji dan MultiJasa Ijarah. Ijarah adalah pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. Ijarah tidak hanya barang yang menjadi objek ijarah tetapi
juga jasa. Sedangkan Multijasa Ijarah adalah pembiayaan untuk memperoleh
manfaat atas suatu jasa. Kospin JASA Layanan Syariah mempunyai
kerjasama dengan Bank CIMB Syariah, Muamalat, Sinarmas Syariah, Panin
Syariah.2
1. Kospin JASA Layanan Syariah Mempromosi Talangan Haji
Hasil dari wawancara peneliti kepada Bapak Mohamad Alfath
Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji dan UMK,
Kospin JASA Layanan Syariah untuk mempromosikan produk Ijarah
Haji dengan cara jemput bola seperti mendatangi Majelis Taklim untuk
mengadakan presentasi, mengikuti Event (Acara) yang di selenggarakan
Lembaga Keuangan Syariah khususnya Bank Syariah, dan terakhir yaitu
mendatangi kantor-kantor untuk presentasi atau menawarkan produk
Ijarah Haji Kospin JASA Layanan Syariah.3
Promosi produk Ijarah Haji yang terdapat pada Website dan Brosur
Kospin JASA Layanan Syariah:
a. Informasi Produk Ijarah Haji
Pembiayaan pengurusan haji adalah suatu produk talangan
yang masuk ke dalam pembiayaan Ijarah Haji untuk calon anggota
1 Tabungan Haji Labbaika adalah investasi tidak terikat anggota / calon anggota pada
Kospin JASA Layanan Syariah yang ditunjukan khusus untuk merencanakan ibadah Haji
berdasarkan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan untuk biaya perjalanan Haji. 2
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 10 Oktober 2019. 3
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 10 Oktober 2019.
62
yang menginginkan porsi Haji tetapi belum mempunyai dana.
Pembiayaan pengurusan haji pada Kospin JASA Layanan Syariah
adalah layanan yang memberikan kemudahan kepada calon anggota
untuk pendaftaran dan mendapatkan kursi atau seat Haji.
b. Aman dan Terjamin
1) Kospin JASA Layanan Syariah bekerJasama dengan Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS
BPIH) yang telah ditunjuk oleh pemerintah.
2) KerJasama tersebut dipilih dengan Bank Penerima Setoran yang
terhubung dengan jaringan Siskohat Kementerian/ Departemen
Agama sehingga memperoleh kepastian kouta Haji.
3) BekerJasa dengan KBIH di area kantor pelayanan.
c. Keuntungan dan Fasilitas
1) Souvenir / hadiah yang diperoleh baik dari Kospin JASA
Layanan Syariah dan Bank Penerima Setoran BPIH.
2) Pendaftaran yang mudah baik di Bank Penerima Setoran
maupun di Kementerian Agama, dengan didampingi oleh
petugas Kospin JASA Layanan Syariah.
3) Silaturahmi dengan Pengurus Kospin JASA Layanan Syariah
dan pengajian sebelum keberangkatan ke tanah suci.
4) Jika dana belum cukup tetapi calon anggotasangat beersemangat
untuk menunaikan ibadah Haji, Kospin JASA Layanan Syariah
akan membantu calon atau calon anggota dengan menyediakan
dana talangan dengan flapon maksimal 25 juta.
5) Talangan Haji yang kami berikan tanpa angunan dan bebas
biaya administrasi.
d. Persyaratan
1) Foto 4 x 6 (5 Lembar)
2) Foto 3 x 4 (10 Lembar) Muka 80% dan Background putih
(Tidak Berkacamata)
3) FC Kartu Keluarga
63
4) FC Surat Nikah
5) FC KTP Suami Istri
6) Mengisi from Pembukaan Tabungan Haji Labbaika.
2. Mekanisme Pembiayaan Pengurusan Haji
Pembiayaan pengurusan haji adalah produk yang disediakan oleh
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan yang diperuntukkan bagi
calon anggota yang ingin menunaikan ibadah Haji. Produk Ijarah Haji ini
sangat diminati calon jamaah haji, karena dengan produk ini calon
jamaah haji yang berkeinginan untuk menunaikan ibadah Haji dapat
dengan mudah mendapatkan porsi (seat) Haji, berikut mekanisme
pembiayaan pengurusan Haji:
Gambar 4.1 Mekanisme Pembiayaan Pengurusan Haji
Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mohamad Alfath
Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji dan UMK di
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan.
a. Calon anggota yang datang ke Kospin JASA Layanan Syariah akan
dijelaskan persyaratan dan ketentuan mengenai pembiayaan
pengurusan Haji, tenor dan cicilan yang ingin diambil oleh anggota
atau calon anggota.
b. Calon anggota yang belum memiliki rekening di Kospin JASA
Layanan Syariah, akan dibuatkan CIB, Tabungan Labbaika. Untuk
64
pemohon yang belum memiliki KTP, di buatkan CIB menggunakan
nomor NIK / NIKS pada kartu keluarga.
c. Setelah calon anggota mengisi form pembukaan Tabungan Haji
Labbaika, anggota dan calon anggota harus melengkapi persyaratan
untuk melakukan Pembiayaan pengurusan haji dengan persyaratan
KTP, KK (Kartu Keluarga), Slip Gaji / Slip Koran, Foto, dan Foto
Copi Surat Nikah.
d. Setelah itu pihak Kospin JASA Layanan Syariah akan mengecek
persyaratan dan data diri calon anggota.
e. Kemudian apabila persyaratan telah sesuai, pihak Kospin Jasa
Layanan Syariah akan mendatangi (survei) ke alamat rumah calon
anggota Pembiayaan pengurusan haji dan dilangsungkan dengan
tanda tangan kontrak pembiayaan Ijarah Haji.
f. Calon anggota yang sudah tanda tangan kontrak pembiayaan
pengurusan Haji, selanjutnya membuka tabungan pada bank syariah
yang di tunjuk Kospin JASA Layanan Syariah (Bank Muamalat,
Bank Panin Syariah, Bank CIMB Syariah, dan Bank Sinarmas
Syariah).
g. Bank syariah tersebut (Bank Muamalat, Bank Panin Syariah, Bank
CIMB Syariah, dan Bank Sinarmas Syariah) mengimput data calon
anggota lalu menerbitkan tabungan Haji, memberikan tanda setoran
awal serta nomor validasi.
h. Lalu pihak Kospin JASA Layanan Syariah mengirimkan uang
sebesar yang calon anggota butuhkan untuk pembiayaan pengurusan
haji ke rekening calon anggota yang telah dibuka.
i. Pihak Kospin JASA Layanan Syariah dan calon anggota mendatangi
kantor Departemen Agama untuk mendaftar Haji dan membawa
persyaratan pendaftaran haji, sesuai dengan ketentuan pendaftaran
Haji dan menyerahkan bukti setoran awal dari Bank Syariah yang
calon anggota pilih.
65
j. Calon anggota mengisi Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH). Setelah
itu, kantor Kementerian Agama menerbitkan SPPH dan SA BPIH.
k. Selanjutnya buku tabungan dari Bank Syariah yang bertuliskan
pembiayaan Rp.25.000.000,- atas nama calon anggotadan SPPH
(Surat Pendaftaran Pergi Haji) yang dikeluarkan oleh Kementerian
Agama dibawa oleh pihak Kospin JASA Layanan Syariah untuk
jaminan pembiayaan pengurusan Haji.
l. Jika semua sudah dilakukan atau sudah terlaksana dalam pendaftaran
Haji, maka calon anggota mulai bulan selanjutnya sudah membayar
angsuran yang calon anggota pilih jangka waktunya.
3. Manajemen Pembiayaan Pengurusan Haji
Dalam manajemen pembiayaan pengurusan haji Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan berperan sebagai perantara untuk
memberikan kemudahan bagi anggota yang masih kekurangan dana
untuk mendapatkan kursi (seat) Haji. Kekurangan dari Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan yaitu tidak memiliki akses untuk Sistem
Komunikasi Haji Terpandu (SISKOHAT). Maka dari itu Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan bekerja sama dengan Bank Syariah
diantaranya Bank Muamalat, Bank Panin Syariah, Bank CIMB Syariah,
dan Bank Sinarmas Syariah. Bank Umum Syariah tersebut untuk
membantu calon anggota untuk mendaftarkan diri ke Kementerian
Agama.4
4. Pembatalan Keberangkatan (Peristiwa Cidera Janji)
Beberapa faktor yang menyebabkan pengunduran diri atau
pembatalan keberangkatan Haji. Prosedur ini dapat dilakukan apabila
calon anggota Haji tidak sanggup lagi untuk melaksanakan atau ada
alasan yang lainnya, seperti meninggal dunia atau terjadi cidera janji di
4
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 10 Oktober 2019.
66
pihak calon anggota pembiayaan pengurusan Haji. Adapun prosedurnya
adalah sebagai berikut:
a. Apabila calon anggota mengalami cidera janji atau sudah jatuh
tempo tapi calon anggota belum juga melunasi angsuran maka pihak
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan berhak untuk
menuntut/menagih pembayaran dari pihak yang berwenang. Kospin
JASA Layanan Syariah akan memberikan surat peringatan yang
berisi untuk melunasi kewajiban bagi calon anggota. Apabila tidak
ada itikad baik dari calon anggota untuk melunasi angsuran yang
sudah ditetapkan, maka pihak Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta
Selatan akan membatalkan keberangkatan Haji calon anggota
tersebut. Hal itu ditandai dengan penandatanganan surat pembatalan
keberangkatan Haji oleh calon anggota yang bersangkutan.
Kemudian surat pernyataan pembatalan keberangkatan Haji tersebut
akan dikirim ke Bank Syariah untuk kemudian di tindak lanjuti
dengan pencairan atau pengembalian dana yang dulu pernah disetor
oleh calon anggota.
b. Prosedur ini juga berlaku bagi calon anggota yang meninggal dunia
atau alasan tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk berangkat
Haji ketika masih dalam masa pelunasan pembiayaan talangan Haji.
Jika calon anggota meninggal dunia, ahli waris bisa menyerahkan
surat kematian asli ke pihak Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta
Selatan yang kemudian akan diserahkan ke pihak Bank Syariah
untuk di tindak lanjuti dengan pencairan dana yang sudah pernah
disetor.
5. Perhitungan Ujrah/fee pada Pengelolahan Angsuran Pengurusan
Haji
Dalam praktik operasional pengelolahan angsuran pembiayaan
pengurusan haji yang dilakukan oleh Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan dalam bentuk pembiayaan layanan syariah. Hasil
67
wawancara peneliti dengan Bapak Mohamad Alfath Maududi bagian
Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji dan UMK, mengungkapkan:
Kospin JASA Layanan Syriah mempunyai produk Ijarah Haji yang
berakad multiJasa ijarah dan ijarah. Calon anggota bisa dengan mudah
untuk daftar Haji atau mendapatkan porsi (seat) Haji bagi yang belum
mempunyai dana sama sekali atau yang kekurangan dana. Karena,
Kospin JASA Layanan Syariah akan memberi talangan dari
Rp.5.000.000 hingga Rp.25.000.000 dengan angsuran 1 tahun hingga 5
tahun dan ujrah pertahun hanya 10% calon anggota diharuskan
membayar biaya admin sebesar Rp.250.000 dan biaya asuransi yang
berbeda angkanya disetiap angsuran perbulan.5
Berikut ini merupakan simulasi angsuran Pembiayaan pengurusan
haji Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan:
Tabel 4.1 Daftar Angsuran Pembiayaan Ijarah Haji Kospin JASA Layanan
Syariah
Pembiayaa
n Haji
12
BULAN
Angs/Bula
n
24BULAN
Angs/Bula
n
36
BULAN
Angs/Bula
n
48
BULAN
Angs/Bula
n
60
BULAN
Angs/Bul
an
5,000,000 480,096 261,310 188,400 151,965 130,130
7,000,000 663,801 361,668 260,982 210,667 180,515
10,000,000 939,358 512,204 369,856 298,721 180,515
12,000,000 1,123,063 612,562 442,438 357,423 306,478
13,000,000 1,214,916 662,740 478,729 386,775 331,671
15,000,000 1,398,621 763,098 551,311 445,477 382,057
5
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 10 Oktober 2019.
68
16,000,000 1,490,473 813,277 587,602 474,828 407,249
18,000,000 1,674,178 913,634 660,184 533,531 457,635
20,000,000 1,857,883 1,013,992 732,767 592,233 508,020
22,000,000 2,041,588 1,114,349 805,349 650,936 558,405
23,000,000 2,133,441 1,164,528 841,640 680,287 583,598
24,000,000 2,225,293 1,214,707 877,931 709,638 608,791
25,000,000 2,317,146 1,264,885 914,222 738,990 633,983
Tabel tersebut menjelaskan bahwa dalam sistem operasional
pembayaran angsuran pembiayaan pengurusan haji dilakukan secara
bulanan dengan jangka waktu 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan, dan
60 bulan dan ujrah yang harus dibayar oleh calon anggota sebesar 10%
pertahun banyaknya pembayaran ujrah tidak ditentukan berdasarkan
berapa lama calon anggota dalam melakukan angsuran pembayaran
melainkan ditentukan berdasarkan pada jumlah talangan yang diajukan.
Dalam hal ini mendiskripsikan bahwa Kospin JASA Layanan Syariah
memberikan talangan pembiayaan pengurusan Haji mulai dari Rp.
5.000.000 hingga Pembiayaan pengurusan haji Rp. 25.0000.0000.6
Apabila ditinjau dari produk Pembiayaan pengurusan haji yang
dilakukan oleh Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan,
berdasarkan angsuran perbulan (60 bulan, 48 bulan. 36 bulan, 24 bulan,
dan 12 bulan) pembiayaan dan ujrah produk Ijarah Haji Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan sebagai berikut:7
Jumlah Pembiayaan : Rp. 25.000.000
6 Angsuran Pembiayaan Ijarah Haji, Brosur Kospin JASA Layanan Syariah, Jakarta, 12
November 2019. 7
Perhitungan Administrasi Kospin JASA Layanan Syariah dengan Mohamad Alfath
Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji dan UMK, pada tanggan 10 Oktober
2019.
69
Biaya Ujrah : 10% Pertahun
1. Talangan : Rp. 25.000.000 x 10% x 5 Tahun (60 Bulan)
= Rp. 12.500.000 (Ujrah Pertahun)
Pokok : Rp. 25.000.000 + Rp. 12.500.000
= Rp. 37.500.000
Biaya Admin : Rp. 250.000
Biaya Asuransi : Rp. 289.000 (60 Bulan)
Rp. 250.000 + 289.000
= Rp. 539.000
Total : Rp. 37.000.000 + Rp. 539.000
= Rp. 38.039.000 : 60 Bulan
= Rp. 633.000 (Angsuran Perbulan)
2. Talangan : Rp. 25.000.000 x 10% x 4 Tahun (48 Bulan)
= Rp. 10.000.000 (Ujrah Pertahun)
Pokok : Rp. 25.000.000 + Rp. 10.000.000
= Rp. 35.000.000
Biaya Admin : Rp. 250.000
Biaya Asuransi : Rp. 221.500 (48 Bulan)
Rp. 250.000 + 221.500
= Rp. 471.500
Total : Rp. 35.000.000 + Rp. 471.500
= Rp. 35.741.500 : 48 Bulan
= Rp. 738.900 (Angsuran Perbulan)
3. Talangan : Rp. 25.000.000 x 10% x 3 Tahun (36 Bulan)
= Rp. 7.500.000 (Ujrah Pertahun)
Pokok : Rp. 25.000.000 + Rp. 7.500.000
= Rp. 32.500.000
Biaya Admin : Rp. 250.000
Biaya Asuransi : Rp. 162.000 (36 Bulan)
Rp. 250.000 + 162.000
= Rp. 412.000
70
Total : Rp. 32.500.000 + Rp. 412.000
= Rp. 32.912.000 : 36 Bulan
= Rp. 914.000 (Angsuran Perbulan)
4. Talangan : Rp. 25.000.000 x 10% x 2 Tahun (24 Bulan)
= Rp. 5.000.000 (Ujrah Pertahun)
Pokok : Rp. 25.000.000 + Rp. 5.000.000
= Rp. 30.000.000
Biaya Admin : Rp. 250.000
Biaya Asuransi : Rp. 107.250 (24 Bulan)
Rp. 250.000 + 172.250
= Rp. 357.250
Total : Rp. 30.000.000 + Rp. 357.250
= Rp.30.357.250 : 24 Bulan
= Rp. 1.265.000 (Angsuran Perbulan)
5. Talangan : Rp. 25.000.000 x 10% x 1 Tahun (12 Bulan)
= Rp. 2.500.000 (Ujrah Pertahun)
Pokok : Rp. 25.000.000 + Rp.2.500.000
= Rp.27.500.000
Biaya Admin : Rp. 250.000
Biaya Asuransi : Rp. 55.750 (12 Bulan)
Rp. 250.000 + 55.750
= Rp. 305.750
Total : Rp. 27.500.000 + Rp. 305.750
= Rp. 27.805.750 : 36 Bulan
= Rp. 2.317.000 (Angsuran Perbulan)
Jadi, dari perhitungan Ujrah/Fee diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan setiap calon
anggota yang melakukan talangan pada pembiayaan pengurusan haji
sebesar Rp.25.000.000 dalam jangka waktu 5 Tahun (60 Bulan)
mendapatkan Rp. 12.500.000,- jangka waktu 4 Tahun (48 Bulan)
mendapatkan Rp. 10.000.000- jangka waktu 3 Tahun (36 Bulan)
71
mendapatkan Rp. 7.500.000,- jangka waktu 2 Tahun (24 Bulan)
mendapatkan Rp. 5.000.000,- dan jangka waktu 1 Tahun (12 Bulan)
mendapatkan Rp. 2.500.000,- Ujrah/fee yang didapatkan Kospin JASA
Layanan Syariah tergantung pada jangka waktu yang dipilih oleh calon
anggota.
Terdapat tiga peraturan yang di dalammnya tercantum mengenai
ujrah/fee. Pertama, di dalam Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-
MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa yang didalamnya
disebutkan mengenai ujrah/fee yaitu LKS (Lembaga Keuangan Syariah)
dapat memperoleh imbalan Jasa (Ujrah) atau fee, dan besaran ujrah/fee
harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan
preasentase.8
Kedua, PBI No.10/16/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan
Bank Indonesia No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan
Jasa Bank Syariah, dalam melakukan transaksi multiJasa berlaku
persyaratan sebagai berikut:9
a. Bank dapat menggunakan Akad Ijarah untuk transaksi multiJasa
dalam Jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan
pendidikan, kesehatan, ketenaga kerjaan dan keparawisataan;
b. Dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunakan Akad Ijarah
untuk transaksi multiJasa, Bank dapat memperoleh imbalan Jasa
(ujrah) atau fee;
c. Besar ujrah/fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal bukan dalam bentuk presentase.
Ketiga, Fatwa DSN-MUI No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad
Ijarah dijelaskan didalamnya bahwa ketentuan terkait ujrah yaitu:10
8 Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa.
9 PBI No.10/16/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah. 10
Fatwa DSN-MUI No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah.
72
a. Ujrah boleh berupa uang, manfaat barang, Jasa, atau barang yang
boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwan) dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Kuantitas dan/atau kualitas ujrah harus jelas, baik berupa angka
nominal, presentase tertentu, atau rumus yang disepakati dan
diketahui oleh para pihak yang melakukan akad.
c. Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/angsur, dan tangguh
berdasarkan kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Ujrah yang telah disepakati boleh ditinjau-ulang atas manfaat yang
belum diterima oleh Musta‟jir sesuai kesepakatan.
Jadi dapat peneliti simpulkan dari ketiga peraturan yang mengatur
didalamnya mengenai ujrah/fee, bisa dikatakan bahwa ujrah adalah
konpensasi atau upah yang diterima oleh musta‟jir setelah melaksanakan
tanggung jawabnya dalam pembiayaan pengurusan Haji. Terdapat
perbedaan ketentuan mengenai ujrah/fee tersebut, seperti yang bisa
dilihat sebelumnya, ada 2 peraturan yang mengatur ketentuan ujrah harus
berupa nominal bukan presentase. Namun pada penerapan di Kospin
JASA Layanana Syariah Jakarta Selatan ujrah/fee berupa presentase atau
persen (%). Keuntungan berdasarkan presentase dari pinjaman memiliki
potensi untuk jatuh ke dalam praktek riba, karena biaya tambahan
menjadi tidak jelas apakah itu dihasilkan dari wakalah atau biaya
tambahan (riba Fadhl).11
Tetapi ada satu peraturan dalam pembaharuan
Fatwa mengenai ujrah/fee yang awalnya hanya bisa dengan nominal saat
ini bisa menggunakan presentase. Pembaharuan tersebut dalam Fatwa
DSN-MUI No. 112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah, dengan
adanya kebolehan ini maka akan mengubah struktur upah ujrah/fee
dalam pembiayaan.
11
Muhammad Maksum, “The Sharia Compliance of Islamic Multi Contract in Islamic
Banking” Advances in Sosial Cience, Education and Humanities Research, Vol.162,2017, h. 156.
73
B. Penerapan Fatwa DSN-MUI Nomor 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang
Pembiayaan Pengurusan Haji LKS di Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan
Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan tertulis yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu kegiatan ekonomi, bahwa
kegiatan ekonomi tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sehubung dengan ketentuan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah berkenaan dengan berlakunya Prinsip Syariah, maka
Peraturan Bank Indonesia No.11/15/PBI/2009 telah memberikan pengertian
apa yang dimaksud dengan prinsip syariah.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/15/PBI/2009 Prinsip Syariah
adalah prinsip hukum Islam dengan kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.12
Berdasarkan peraturan tersebut, selama Prinsip Syariah tersebut telah dibuat
Fatwa oleh DSN-MUI, maka Prinsip Syariah demi hukum telah berlaku
sebagai hukum positif meskipun belum dituangkan dalam Peraturan Bank
Indonesia.
Fatwa DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 adalah fatwa yang
mengatur tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) berdasarkan Prinsip Syariah yang mencakup pembahasan tentang Jasa
pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan
haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan sebagai koperasi simpan
pinjam yang berbasis syariah, tentu saja dalam hal ini harus menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam setiap layanan pembiayaan yang diberikan
kepada calon anggota. Berikut pemaparan menganai Kesesuaian Syariah yang
ditetapkan oleh Fatwa DSN-MUI dalam Fatwa DSN MUI No. 29/DSN-
MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan
Syariah serta penerapan di Kospin JASA Layanan Syariah
12
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-bank-
indonesia/Documents/144.pdf diakses pada hari Kamis, 9 Januari 2020.
74
Tabel 4.2 Kesesuaian Fatwa DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 dengan
Kospin JASA Layanan Syariah
Produk Pembiayaan pengurusan haji Kospin JASA Layanan Syariah
dengan Fatwa
No.
Fatwa DSN MUI No.
29/DSN-MUI/VI/2002
tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan
Syariah
Implementasi Produk
Ijarah Haji Kospin
JASA Layanan
Syariah (Akad
Perjanjian Haji)
Keterangan
1 Pengurusan haji bagi
nasabah, LKS dapat
memperoleh imbalan
Jasa (ujrah/fee) dengan
menggunakan prinsip
al-Ijarah sesuai Fatwa
DSN-MUI Nomor
9/DSN-MUI/IV/2000
(Sewa atau upah
adalah sesuatu yang
dijanjikan dan dibayar
nasabah kepada LKS
sebagai pembayaran
manfaat.
Pengurusan Haji di
Kospin JASA Layanan
Syariah dalam
memperoleh (ujrah/fee)
menggunakan akad
Ijarah dan MultiJasa
Ijarah. Akad Perjanjian
Haji Pasal 1 tentang
Definisi ayat 1, Ijarah
adalah transaksi sewa-
menyewa atas suatu
barang dan atau upah
mengupah atas suatu
Jasa dalam waktu
tertentu melalui
pembayaran sewa atau
imbalan Jasa. Pasal 1
tentang Definisi ayat 2,
Pembiayaan MultiJasa
Ijarah Khusus adalah
Belum sesuai,
karena di dalam
Akad Perjanjian
Haji Kospin JASA
Layanan Syariah
menggunakan 2
akad yaitu Ijarah
dan MultiJasa
Ijarah. Padahal
Fatwa DSN MUI
No. 29/DSN-
MUI/VI/2002
menjelaskan
perolehan imbalan
(ujrah/fee) harus
sesuai dengan
Fatwa DSN-MUI
Nomor 9/DSN-
MUI/IV/2000
tentang Ijarah.
75
perjanjian antara pihak
pertama sebagai pihak
yang menyediakan
fasilitas Jasa yang dapat
diambil manfaatnya
oleh pihak kedua
dengan prinsip Ijarah.
2 Perolehan imbalan Jasa
(ujrah/fee)
menggunakan prinsip
Ijarah sesuai Fatwa
DSN-MUI Nomor
9/DSN-MUI/IV/2000
(Sewa atau upah
adalah sesuatu yang
dijanjikan dan dibayar
nasabah kepada LKS
sebagai pembayaran
manfaat. Pembayaran
sewa atau upah boleh
berbentuk Jasa
(manfaat lain) dari
jenis yang sama
dengan obyek
kontrak).
Pasal 4 tentang Ujrah,
pada Akad Perjanjian
Haji, pihak kedua
berkewajiban membayar
ujrah/fee (upah) kepada
pihak pertama atas
manfaat yang diberikan
pihak pertama kepada
pihak kedua untuk
pengurusan haji sebesar
10% pertahun.
Belum sesuai,
karena dalam Akad
Perjanjian Haji
Kospin JASA
Layanan Syariah
Jakarta Selatan
pada Pasal 4
tentang Ujrah tidak
menjelaskan
perolehan Jasa
ujrah/fee
menggunakan
prinsip Fatwa
DSN-MUI Nomor
9/DSN-
MUI/IV/2000
tentang Ijarah.
Ketidak kesesuaian
lain yaitu pada
imbalan Jasa
ujrah/fee 10%
pertahun, karena
ada 2 peraturan
76
yaitu Fatwa DSN-
MUI No.44/DSN-
MUI/VIII/2004
tentang
Pembiayaan
MultiJasa dan PBI
No.10/16/PBI/2008
tentang Perubahan
atas Peraturan
Bank Indonesia
No.9/19/PBI/2007
tentang
Pelaksanaan
Prinsip Syariah,
dua peraturan
tersebut
menjelaskan
besaran ujrah/fee
harus disepakati
diawal dan
dinyatakan dalam
bentuk nominal
bukan preasentase.
3 Apabila diperlukan,
LKS dapat membantu
menalangi pembayaran
BPIH nasabah dengan
menggunakan prinsip
al-Qard sesuai Fatwa
DSN-MUI nomor
Pengurusan haji Kospin
JASA Layanan Syariah
tidak menggunakan
prinsip al-Qard atau
Fatwa DSN-MUI nomor
19/DSN-MUI/IV/2001.
Akad Perjanjian Haji
Belum sesuai,
karena dalam
Fatwa DSN MUI
No. 29/DSN-
MUI/VI/2002
untuk menalangi
pembayaran BPIH
77
19/DSN-MUI/IV/2001 Pasal 3 tentang Bentuk
Pembiayaan,
Pembiayaan MultiJasa
Ijarah Khusus ini
diberikan dalam bentuk
manfaat Jasa
pengurusan haji. Pihak
pertama bersedia
memberikan manfaat
Jasa kepada pihak kedua
dan pihak kedua
menyetujui dari pihak
pertama. Pasal 5 pihak
pertama sebagai pemilik
manfaat Jasa
memberikan
Pembiayaan MultiJasa
Ijarah Haji dengan nilai
manfaat sebesar Rp.
25.000.000,- yang
digunakan untuk
pengurusan pembiayaan
haji
nasabah harus
sesuai dengan
prinsip al-Qard
atau sesuai dengan
Fatwa DSN-MUI
nomor 19/DSN-
MUI/IV/2001.
Tetapi Kospin
JASA Layanan
Syariah dalam
pemberian manfaat
Jasa pengurusan
Haji (pemberian
dana untuk
membantu nasabah
yang belum
mempunyai dana
yang cukup)
menggunakan akad
Pembiayaan
MultiJasa Ijarah
No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004
dan Fatwa DSN-
MUI Nomor
9/DSN-
MUI/IV/2000
tentang Ijarah.
4 Jasa pengurusan haji
yang dilakukam LKS
Perjanjian Akad Haji
pada Pasal 2 tentang
Belum sesuai,
karena Kospin
78
tidak boleh
dipersyaratkan dengan
pemberian talangan
haji.
Tujuan Pembiayaan
ayat 1, Tujuan
pembiayaan dalam
perjanjian ini adalah
untuk biaya pengurus
haji. Pasal 2 tentang
Tujuan Pembiayaan
ayat 2, sebagaimana
pasal 2 ayat 1, maka
pihak pertama
menunjuk pihak kedua
untuk memanfaatkan
Jasa sebagaimana tujuan
pembiayaan pada Pasal
2 ayat 1.
JASA Layanan
Syariah masih
memberikan
talangan haji untuk
membantu calon
anggota dalam
biaya pengurusan
haji bagi orang
yang belum
mempunyai dana.
Didalam Akad
Perjanjian Haji
Kospin JASA
Layanan Syariah
tidak menyebutkan
talangan haji tetapi
bentuk manfaat
Jasa pengurusan
haji.
5 Besar imbalan Jasa al-
Ijarah tidak boleh
didasarkan pada
jumlah talangan al-
Qard yang diberikan
LKS kepada nasabah.
pada ketentuan
Perjanjian Akad Haji
Pasal 4 tentang Ujrah,
pihak kedua
berkewajiban membayar
ujrah (upah) kepada
pihak pertama atas
manfaat yang diberikan
pihak pertama kepada
Belum sesuai,
karena Jasa Ijarah
yang dikeluarkan
oleh pihak Kospin
JASA Layanan
Syariah sebesar
Rp.25.000.000,-
dan ujrah/fee yang
didapatkan 10%
79
pihak kedua untuk
pengurusan haji sebesar
10% pertahun.
pertahun
(Rp.7.500.000,-). 13
Dan Pihak Kospin
JASA Layanan
Syariah dalam
melakukan
talangan Haji tidak
menggunakan
prinsip Qard atau
Fatwa DSN-MUI
nomor 19/DSN-
MUI/IV/2001.
6 Jika salah satu pihak
tidak menunaikan
kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan
diantara keduas belah
pihak, maka
penyelesaiannya
dilakukan melalui
badan arbitrase syariah
setelah tidak
tercapainya melalui
musyawarah.
Dalam Akad Perjanjian
Haji pada Pasal 12
tentang Peristiwa Cidera
Janji, pihak pertama
berhak untuk
menuntut/menagih
pembayaran dari pihak
kedua dan/atau siapapun
juga yang memperoleh
hak darinya atas
sebagian atau seluruh
jumlah kewajiban pihak
kedua kepada pihak
pertama berdasarkan
Perjanjian ini, untuk
Sudah sesuai,
karena sengketa
yang timbul
diselesaikan
terlebih dahulu
oleh Kospin JASA
Layanan Syariah
dengan cara pihak
internal
(musyawarah), jika
dengan cara
tersebut belum
selesai maka pihak
Kospin JASA
Layanan Syariah
13
Perhitungan Ujrah/fee pada pembiayaan talangan Haji Rp.25.000.000,- dengan tenor 36
Bulan.
80
dibayar dengan seketika
dan sekaligus, tanpa
perlu suatu surat
pemberitahuan, surat
teguran, atau surat
lainnya. Pasal 13
tentang Akibat Cidera
Janji, Apabila pihak
kedua melakukan cidera
janji sebagaimana Pasal
12 tentang Peristiwa
Cidera Janji, perjanjian
ini maka pihak pertama
berhak melakukan
pembatalan atas Surat
Pendaftaran Pergi Haji
(SPPH) dan Biaya
Perjalanan Ibadah Haji
(BPIH).
akan melakukan
pembatalan atas
Surat Pendaftaran
Pergi Haji (SPPH)
dan Biaya
Perjalanan Ibadah
Haji (BPIH)
Kemudian surat
pernyataan
pembatalan
keberangkatan Haji
tersebut akan
dikirim ke Bank
Syariah untuk
kemudian
ditindaklanjuti
dengan pencairan
atau pengembalian
dana yang dulu
pernah disetor oleh
calon anggota.
Dari tabel di atas merupakan rincian hasil perbandingan antara Fatwa
DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan Perjanjian Akad Haji di Kospin
JASA Layanan Syariah, data tersebut menunjukkan bahwa terdapat di
dalamnya perjanjian yang sudah sesuai dan belum sesuai. Data yang belum
sesuai diantaranya adalah: Pengurusan haji dalam memperoleh imbalan Jasa
(ujrah/fee) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah Fatwa DSN-MUI Nomor
9/DSN-MUI/IV/2000, Perolehan imbalan Jasa (ujrah/fee) dengan
81
menggunakan prinsip al-Ijarah atau Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-
MUI/IV/2000, LKS dalam membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah
Kospin JASA Layanan Syariah tidak menggunakan prinsip al-Qard atau
Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001, Jasa pengurusan haji yang
dilakukan Kospin JASA Layanan Syariah masih memberikan talangan haji,
dan Besar imbalan Jasa al-Ijarah tidak didasarkan pada Fatwa DSN-MUI
nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. Adapun data yang sudah sesuai yaitu:
Penyelesaian sengketa pembiayaan dana talangan haji.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti di Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan, jika dilihat dari kesesuaian syariahnya bisa
dibilang masih banyak yang belum sesuai dengan Fatwa DSN-MUI. Kospin
JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan tidak mengikuti Fatwa yang berlaku
pada pengurusan haji yaitu Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002
tentang Pengurusan Pembiayaan Haji Lembaga Keuangan Syariah. Pada
perhitungan Ujrah/fee yang dijelaskan pada Akad Perjanjian Haji Kospin
JASA Layanana Syariah tidak dijelaskan dengan jelas bahwa “Pihak kedua
berkewajiban membayar Ujrah (upah) kepada Pihak Pertama atas manfaat
yang diberikan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua untuk Pengurusan haji
sebesar Rp.7.500.000” isi dari Pasal 4 tentang UJRAH pada Akad Perjanjian
Haji tidak menjelaskan dengan rinci pada ujrah/fee yang didapatkan Kospin
JASA Layanan Syariah. Pada perolehan imbalan Jasa ujrah/fee di Kospin
JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan tidak menggunakan prinsip Ijarah
Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.
Untuk membantu menalangi pembayaran BPIH anggota Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan tidak menggunakan prinsip al-Qard Fatwa
DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001, yakni suatu akad pinjaman kepada
nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan
nasabah.14
Tetapi Kospin JASA Layanan Syariah dalam pemberian manfaat
Jasa pengurusan Haji (pemberian dana untuk membantu nasabah yang belum
14
Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qard.
82
mempunyai dana yang cukup) menggunakan akad Pembiayaan MultiJasa
Ijarah No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 dan Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Ijarah.
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan masih memberikan
talangan haji untuk pembayaran BPIH kepada anggota yang belum
mempunyai dana atau kekurangan dana. Talangan yang diberikan Kospin
JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan mulai dari Rp. 5.000.000 hingga
pembiayaan talangan Haji Rp. 25.0000.0000 dengan Ujrah/fee 10% pertahun.
C. Analisis Pelaksanaan Talangan Haji Berdasarkan Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Perihal Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Kementerian Agama (Kemenag) berencana menertibkan praktik dana
talangan haji yang difasilitasi perbankan dalam pelaksanaan ibadah haji.
Kemenag menilai praktik tersebut tidak sesuai dengan prinsip haji. Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Anggito Abimanyu mengatakan,
Kemenag tengah menyiapkan aturan yang melarang praktik dana talangan
haji yang difasilitasi lembaga keuangan syariah. Selain dianggap tidak sesuai
dengan prinsip haji, penggunaan dana talangan juga telah menyebabkan
antrean semakin panjang.15
Dari pernyataan diatas, Menteri Agama telah mengeluarkan peraturan
mengenai Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji secara
lebih efisien, akuntabel, dan transparansi. Maka dengan itu Menteri Agama
Republik Indonesia memberlakukan Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji. Yang di dalam peraturan ini disebutkan Bank
Penerima Setoran Haji dilarang memberikan layanan talangan Haji.
15
http://dayatfsh.blogspot.com/2013/02/dana-talangan-haji-dasar-hukum-fakta.html di
Akses pada tanggal 25 Januari 2020.
83
Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Pasal 1 ayat 3
yang dimaksud dengan Bank Penerima Setoran BPIH yang selanjutnya
disingkat BPS BPIH adalah bank syariah dan/atau bank umum nasional yang
memiliki layanan syariah. Selain itu pada Pasal 1 ayat 4 yang dimaksud
dengan Dana Talangan Haji adalah dana yang diberikan sebagai bantuan
sementara tanpa mengenakan imbalan oleh BPS BPIH kepada calon jemaah
haji.16
Kospin JASA Layanan Syariah tumbuh dan berkembang dengan
adanya prinsip-prinsip dan pola syariah di Indonesia, dan adanya
rekomendasi dari Rapat Anggota Tahunan ke-28 pada tahun 2002 yang
mengamanatkan kepada Koperasi Simpan Pinjam JASA untuk membuka
layanan keuangan yang berdasarkan pada prinsip syariah, serta adanya
kecenderungan kebutuhan anggota dan calon anggota terhadap pelayanan
pendanaan (simpanan) dan pembiayaan (pinjaman) yang berdasarkan pada
pola syariah yang menggunakan akad Ijarah dan Multijasa Ijarah.
Pada tahun 2013 Kementerian Agama (Kemenag) memberhentikan
produk Ijarah Haji di Lembaga Keuangan Syariah khusunya Bank Syariah.
Gerak cepat yang dilakukan Kospin JASA Layanan Syariah setelah
Kementerian Agama (Kemenag) memberhentikan produk Talangan Haji di
Bank Syariah, Kospin JASA Layanan Syariah pada tahun 2014 menerapkan
layanan produk Ijarah Haji (Talangan Haji) produk tersebut untuk
memudahkan calon anggota mendapatkan porsi (seat) haji dengan mudah dan
cepat, calon anggota yang tidak mempunyai dana atau kekurangan dana saat
mendaftar atau untuk mendapatkan porsi (seat) haji bisa menggunakan
produk Ijarah Haji dari Kospin JASA Layanan Haji.
16
Pasal 1 ayat 4 Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima
Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
84
Gambar 4.2 Jumlah Anggota Ijarah Haji
Dari tabel di atas dapat diketahui pertumbuhan jumlah calon anggota
dan anggota Pembiayaan pengurusan haji pada Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan terhitung dari tahun 2015-2019. Yang dikemukakan
oleh Bapak Mohamad Alfath Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK mengatakan hampir setiap harinya terdapat calon
anggota yang mendaftarkan dirinya untuk talangan haji di Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan.17
Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang
Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Pasal 6A
yang mengatakan BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana talangan haji
baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu BPS BPIH
menjelaskan dana talangan haji pada perubahan Peraturan Menteri Agama
pada Pasal 12A menyebutkan bahwa:
1) Dana talangan haji yang telah diberikan oleh BPS BPIH sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini, harus diselesaikan oleh BPS BPIH
dengan jemaah haji.
17
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 10 Oktober 2019.
0
5
10
15
20
25
30
35
2015 2016 2017 2018 2019
JUMLAH CALON ANGGOTA KOSPIN JASA SYARIAH JAKARTA SELATAN
85
2) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat tanggal
31 Desember 2020 terhitung sejak tanggal pengundangan Peraturan
Menteri ini.
3) Dalam hal masih terdapat dana talangan haji yang belum diselesaikan
setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), nomor porsi
jemaah haji masih tetap aktif.18
Dari hasil wawancara peneliti dengan pihak Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan oleh Bapak Mohamad Alfath Maududi bagian
Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji dan UMK. Apakah pihak Kospin
JASA Layanan Syariah mengetahui Peraturan Menteri Agama No. 24 tahun
2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun
2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji,
yang di dalamnya mengatakan “BPS BPIH dilarang memberikan layanan
dana talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung” tanggapan
dari pihak Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan seperti apa?
Jawaban dari pihak Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan oleh
Bapak Mohamad Alfath Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK “Ya, saya mengetahui makanya sekarang Bank-
bank sudah tidak bisa mengoperasikan dana talangan haji. Tanggapan saya
ya bagus, jadi hak untuk talangan haji ada di koperasi yang benar-benar
berlabel syariah dan punya sertifikasi Dewan Syariah Ulama MUI. Kenapa
Kementerian Agama memberhentikan produk Talangan Haji di Bank
Syariah, karena di Bank talangan untuk ibadah haji masa aliran uangnya
tercampur dengan riba.”19
Tabel 4.3 Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan dengan Peraturan
Menteri Agama No. 24 tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan
18
Pasal 12A Peraturan Menteri Agama No. 24 tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji. 19
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 17 Januari 2020.
86
Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
No. Peraturan Menteri Agama No.
24 tahun 2016
Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan
1 Apakah Kospin JASA Layanan
Syariah berbadan hukum
Perseroan Terbatas?
Tidak, Kospin JASA ini bentuknya
Koperasi, Simpan, Pinjam dengan
layanan syariah.20
2 Apakah Kospin JASA Layanan
Syariah berbentuk Bank umum
nasional yang memiliki layanan
syariah?
Untuk saat ini Kospin JASA masih
berbentuk Koperasi, Simpan,
Pinjam. Bukan bank umum
nasional.21
3 Untuk pembiayaan talangan
ijarah haji apakah Kospin JASA
Layanan Syariah memiliki
sarana, prasarana, dan kapasitas
untuk berintegritasi dengan
sistem layanan haji Kementerian
Agama?
Untuk talangan haji, Kospin JASA
Layanan Syariah bekerJasama
dengan BPS, dan BPS yang
bersinergi dengan Sistem Layanan
Haji (SISKOHAT) di Kementerian
Agama.22
4 Apakah Kospin JASA Layanan
Syariah memiliki kondisi
kesehatan bank sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia atau
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan ketentuan Peraturan lainnya?
Untuk saat ini Kospin JASA
Layanan Syariah memiliki kondisi
kesehatan yang baik dari semua
produk. Kospin JASA Layanan
Syariah mempunyai sertfikasi
dengan DSN-MUI untuk layanan
syariah. Kospin JASA saat ini
diawasi oleh Kemenkop
(Kementrian Koperasi).23
20
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 17 Januari 2020. 21
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 17 Januari 2020. 22
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 17 Januari 2020. 23
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan Khusus
Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 17 Januari 2020.
87
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti bahwa kegiatan
pelaksanaan produk Ijarah Haji yang dilakukan oleh Kospin JASA Layanan
Syariah Jakarta Selatan untuk membantu calon anggota dalam mewujudkan
keinginannya untuk beribadah Haji menuju Baitullah dengan memberikan
talangan dari Rp. 5.000.000 hingga Rp. 25.000.000 dimana kegiatan ini tidak
sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016 tentang Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Pasal 6A yang
menjelaskan bahwa “BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana talangan
baik secara langsung maupun tidak langsung”. Meskipun Kospin JASA
Layanan Syariah mengatakan bahwa Kospin JASA Layanan Syariah
berbentuk Koperasi simpan pinjam bukan BPS BPIH (Bank Penerima Seoran
Pembiayaan Penyelenggaraan Haji).
Pembiayaan pengurusan haji di Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan
Syariah Jakarta Selatan sangat rentan pada peraturan yang berlaku, karena
produk Ijarah Haji atau Pengurusan Jasa Haji Kosperasi Simpan Jasa Layanan
Syariah tidak diatur dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Pearturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013
tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji pada
peraturan tersebut tidak menyebutkan Koperasi Syariah sebagai BPS BPIH.
Kekurangan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Jakarta
Selatan belum memiliki akses untuk Sistem Komunikasi Haji Terpadu
(SISKOHAT), karena Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Jakarta
Selatan hanya menyalurkan jasa pembiayaan Ijarah Haji. Koperasi Simpan
Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan juga tidak diawasi oleh OJK (Otoritas
Jasa Keuangan) lembaga pembiayaan atau lembaga jasa keuangan syariah
harus dalam pengawasan OJK agar tercapainya pelaksanaan kegiatan jasa
keuangan dengan sistem keuagan tumbuh secara berkesinabungan dan
perlindunngan terhadap kepentingan konsumen dan masyarakat pengguna
jasa keuangan baik syariah maupun non syariah.
Koperasi Simpan Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan sebagai
koperasi yang berkembang pada prinsip syariah yaitu pelayanan pendanaan
88
(simpanan) dan pembiayaan (pinjaman) yang berdasarkan pada prinsip
syariah tetapi Koperasi tersubut tidak merujuk pada Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dasar hukum LPS yaitu Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2004 padahal kewenangan LPS menjamin simpanan nasabah penyimpan.
Maka peneliti menyimpulkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam Jasa
Layanan Syariah Jakarta Selatan memiliki kekosongan hukum dari
pembiayaan pengurusan jasa haji atau produk Ijarah Haji, proses yang
dilakukan Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Jakarta Selatan
juga menyimpang dari Peraturan Menteri Agama Nomor 24 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Pearturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013
tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji pada
Pasal 6A yang menjelaskan bahwa “BPS BPIH dilarang memberikan layanan
dana talangan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Meskipun pihak
Kospin JASA Layanan Syariah mengatakan Kospin JASA Layanan Syariah
bukan Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS
BPIH) tetapi Koperasi simpan pinjam dengan prinsip syariah yang
memberikan layanan bentuk manfaat atas Jasa pengurusan haji.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti paparkan pada bab
sebelumnya serta merujuk pada rumusan masalah yang terdapat pada bab
pendahuluan. Maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan produk pembiayaan pengurusan haji yang di lakukan
Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan yang membantu
kebutuhan anggota dan calon anggota untuk melaksanakan ibadah Haji
bagi calon anggota yang belum mempunyai dana ataupun yang tidak
mempunyai dana sama sekali. Pembayaran angsuran talangan haji
dilakukan secara bulanan dengan jangka waktu 12 bulan, 24 bulan, 36
bulan, 48 bulan, dan 60 bulan dan ujrah yang harus dibayar oleh calon
anggota sebesar 10% pertahun banyaknya pembayaran ujrah tidak
ditentukan berdasarkan berapa lama calon anggota dalam melakukan
angsuran pembayaran melainkan ditentukan berdasarkan pada jumlah
talangan yang diajukan mulai dari Rp. 5.000.000 hingga Pembiayaan
pengurusan haji Rp. 25.0000.0000.
2. Terdapat perbedaan implementasi pada produk Ijarah Haji di Kospin
JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan. Perbedaan tersebut, Pertama,
terjadi pada akad yang di gunakan Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan yang menggunakan akad Ijarah dan MultiJasa Ijarah.
Kedua, dari perolehan imbalan Jasa ujrah/fee yang seharusnya
menggunakan prinsip Ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-
MUI/IV/2000 tetapi pada implementasi Akad Perjanjian Haji Kospin
JASA Layanan Syariah tidak menjelaskan perolehan Jasa ujrah/fee
menggunakan Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Ijarah. Ketiga, Kospin JASA Layanan Syariah dalam Jasa pengurusan
haji masih memberikan talangan haji untuk calon anggota yang tidak
mempunyai dana dengan jumlah talangan mulai dari Rp. 5.000.000
90
hingga Rp.25.0000.0000 dan imbalan Jasa ujrah/fee 10% pertahun.
Keempat, dalam fatwa Fatwa DSN MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002
tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan, Apabila
diperlukan LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah
dengan menggunakan prinsip al-Qard sesuai Fatwa DSN-MUI nomor
19/DSN-MUI/IV/2001 tetapi Kospin JASA Layanan Syariah dalam
pemberian manfaat Jasa pengurusan Haji (pemberian dana untuk
membantu nasabah yang belum mempunyai dana yang cukup)
menggunakan akad Pembiayaan MultiJasa Ijarah No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 dan Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-MUI/IV/2000
tentang Ijarah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor
30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji pada Pasal 6A yang mengatakan BPS BPIH dilarang
memberikan layanan dana talangan haji baik secara langsung maupun
tidak langsung. Akan tetapi pihak Kospin JASA Layanan Syariah
menyimpang dari Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama
Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji, Meskipun pihak Kospin JASA Layanan
Syariah mengatakan Kospin JASA Layanan Syariah bukan Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) tetapi
Koperasi simpan pinjam yang memberikan layanan bentuk manfaat atas
Jasa pengurusan haji.
B. Saran
Setelah mendapatkan kesimpulan dari penelitian skripsi ini, maka perlu
saran atau masukan yang baik untuk pelaku Kospin JASA Layanan Syariah
Jakarta Selatan, maupun untuk pengembangan penelitian lanjutan. Berikut ini
adalah berupa saran atau masukan yang direkomendasikan peneliti:
91
1. Untuk pihak Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan untuk lebih
memperhatikan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip syariah yang
tercantuk pada Fatwa DSN-MUI khususnya Fatwa DSN MUI No.
29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga
Keuangan dalam hal implementasinya baik dari segi akad dan
perhitungan imbalan Jasa ujrah/fee. Kospin JASA Layanan Syariah juga
harus memperhatikan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2. Untuk calon anggota maupun anggota, agar lebih teliti jika ingin
melakukan pembiayaan produk Ijarah Haji yang di terapkan di Lembaga
Keuangan Syariah, agar terhindar dari unsur riba / gharar dan hal yang
tidak sesuai dengan prinsip syariah.
92
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Asikin, Zainal dan Amirudin. “Pengantar Metode Penelitian Hukum”. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004.
Waluyo, Bambang. “Penelitian Hukum Dalam Praktek”. Jakarta: Sinar
Grafika, 2008.
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. “Metode Penelitian Hukum”.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Sunggono, Bambang. “Metodelogi Penelitian Hukum”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Soekanto, Soerjono. “Pengantar Penelitian Hukum”. Jakarta:UI-Pers, 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Manajemen”. Bandung: Alfabeta, 2014.
Wasito, Hermawan. “Pengantar Metodelogi Penelitian Buku Panduan
Mahasiswa”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Nafi, Moh. “Haji dan Umrah; Sebuah Cermin Hidup”. Emir, Erlangga, 2015.
Zuhdi, Muhammad Najmuddin dan Muh. Luqman Arifin. “125 Masalah
Haji”. Cet. I-Solo: Tiga Serangkai, 2008.
Rochimi, H.M Abdurachman. “Segala Hal Tentang Haji dan Umrah”. PT.
Gelora Aksara Pratama: Erlangga, 2015.
Wangsawidjaja. “Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012.
Syafei‟I, Rachmat. “Muamalat untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum”.
Bandung: Penerbit Angkasa Setia, 2004.
Rosyadi, A. Rahmat dan M.H Rais Ahmad. “Formalisasi Syariat Islam dalam
Prespektif Tata Hukum Indonesia”. Ghalia Indonesia. Bogor, 2006.
Imaniyati, Neni Sri. “Perbankan Syariah dalam Perspektif Hukum Ekonomi”.
Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju. Cetakan Ke-1 April 2013.
Ghazaly, Abdul Rahman , Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. “FIQH
MUAMALAT”. Penerbit: Kencana Prenada Media Group, Cetakan
ke-2, 2012.
93
Janwari, Yadi. “Lembaga Keuangan Syariah”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cetakan Pertama, 2015.
Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Suhendi, Hendi. “Fiqh Muamalah”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Muslich, Ahmad Wardi. “Fiqh Muamalat”. Jakarta: Amzah, 2013.
Haroen, Nasrun. “Fiqh Muamalah”. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Ascarya. “Akad & Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di Beberapa
Negara”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Antonio, Muhammad Syafi‟I. “Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani. Cetakan. 1 , 2001.
Asqalani, Ibnu Hajar. “Talkhis al-Habir”. Darul Kutub Ilmuyah: Juz 3.
Maksum Muhammad, “Model-Model Kontrak dalam Produk Keuangan
Syariah”, Al‟ Adalah Vol. XII No. 1, Juni 2014, h.55.
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 2012), h.10.
B. JURNAL dan SKRIPSI
Hadi, Syamsul dan Widyarini. “Talangan Haji (Fatwa DSN dan Praktek di
LKS” ASY-SYIR‟AH Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum. Vol. 45 No. II,
Juli-Desember 2011.
Pahlevi, Tommy Jorghi. “Tinjauan Yuridis Terhadap Penggunaan Talangan
Haji Menurut Hukum Islam Dikaitkan Dengan Undanh-Undang
Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Haji dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah”. Skripsi
Tahun 2015.
Lestari, Wuryaningsih Dwi. Sri Murwanti, dan M. Sholahuddin “Pembiayaan
Ibadah Haji Pada Lembaga Keuangan Syariah”. Cakrawala: Jurnal
Studi Islam. Vol. XII.2. 2017.
Talabah. “Talangan Haji Problem Dan Hukumnya”. Jurnal TARJIH. Volume
11 (1). 1434 H/2013 M.
94
Mubarok, Jaih dan Hasanudin. “Fatwa Tentang Pembiayaan Pengurusan Dana
Haji Dan Status Dana Calon Haji Daftar Tunggu”. Jurnal Al-Iqtishad.
Vol. 5 No. 1 Januari 2013.
Allahuwty, A Khakim. “Analisis Produk Talagan Haji di BMT An-Nawawi
Purworejo”. Tugas Akhir UIN Walisongo. Semarang, 2015.
Andrianingtias, Venny. “Analisis Pembiayaan Arrum Haji di Pegadaian
Syariah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 92 Tahun 2014 (Studi Pada
Pegadaian Syariah Cabang Pasar Babakan Kota Tangerang” Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Maksum, Muhammad. “Fatwa Dewan Syariah “Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam Merespon Produk-Produk
Ekonomi Syariah Tahun 2000-2011 (Studi Perbandingan dengan
Fatwa Majelis Penerbit Syariah Bank Negara Malaysia)”. Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Maksum, Muhammad. “The Sharia Compliance of Islamic Multi Contract in
Islamic Banking” Advances in Sosial Cience. Education and
Humanities Research. Vol.162, 2017.
C. PERATURAN-PERATURAN
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013
tentang Bank Penerimaan Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan
Haji Lembaga Keuangan Syariah.
Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah .
Pasal 1 ayat 26 poin d dan Pasal 19 ayat 1 poin e Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan MultiJasa.
PBI No.10/16/PBI/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah.
Fatwa DSN-MUI No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah.
95
Pasal 1 ayat 4 Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Pasal 12A Peraturan Menteri Agama No. 24 tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
D. INTERNET
Kerangka Konseptual, Penjelasan Pada WordPress,
https://yogipoltek.wordpress.com/2013/05/23/kerangka-konseptual/.
Diakses pada 07 Juli 2019.
Pendekatan Empiris, Penjelasan Pada Blogspot Lisa Nofrianti,
http://lisanofrianti.blogspot.co.id/2010/10/pendekatan-empiris.html.
Diakses pada 09 Juli 2019.
Pengertian Metode Analisis Data, Penjelasan Pada Blogspot Nisa Aulia,
http://metode360.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-metode-analisis-
data.html. Diakses pada 10 Juli 2019.
Budianas, Nanang. “Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank
Syariah”. Artikel ini dipublikasikan pada 08 Februari 2013. Di akses
pada 20 Juli 2019 dari
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-pembiayaan-
dan -jeni-jenis.html.
Di akses pada 20 Juli 2019 dari
https://jatim.kemenag.go.id/file/file/PMA/sdty1395809111.pdf.
Undang-Undang No.21 Tahun 2008, di akses pada 27 Juli 2019 dari
file:///C:/Users/Acer/Downloads/UU_21_08_Syariah.pdf.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-bank-
indonesia/Documents/144.pdf diakses pada hari Kamis, 9 Januari
2020.
http://dayatfsh.blogspot.com/2013/02/dana-talangan-haji-dasar-hukum-
fakta.html di Akses pada tanggal 25 Januari 2020.
96
https://indopos.co.id/read/2016/06/11/2530/pma-larangan-dana-talangan-haji-
diapresiasi/ diakses pada tanggal 28 Desember 2019.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Agama_Republik_Indonesia
diakses pada hari Sabtu, 11 April 2020
Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris¸ Artikel diakses pada tanggal
1 Mei 2020 dari Https://idtesis .com/metode-penelitian-hukum-
empiris-dan-normatif/
https://www.academia.edu/34996829/TEORI_SISTEM_HUKUM_LAWREN
CE_M._FRIEDMAN di akses pada tanggal 10 April 2020
http://www.bmtalfadhila.com/2017/03/attention-please-alhamdulillah-kspps-
al.html di akses pada tanggal 15 April 2020
https://bmtugtsidogiri.co.id/berita-576-bmt-ugt-layani-pembiayaan-kafalah-
haji.html di akses pada tanggal 15 April 2020
https://bmtbinama.co.id/pembiayaan/pembiayaan-talangan-haji-dan-
umroh.html di akses pada tanggal 15 April 2020
https://wartakota.tribunnews.com/2019/07/25/bersama-amitra-dari-
fifgroupbiaya-pergi-haji-dan-umrah-bisa-dicicil-ini-berbagai-
keuntungannya di akses pada tanggal 15 April 2020
https://www.pegadaian.co.id/produk/arrum-haji di akses pada tanggal 15 April
2020
https://jateng.antaranews.com/berita/247284/kospin-jasa-turunkan-dana-
talangan-haji-jadi-rp1-juta di akses pada tanggal 15 April 2020
https://trihamas-syariah.co.id/ di akses pada tanggal 15 April 2020
E. LAIN-LAIN
Angsuran Pembiayaan Ijarah Haji, Brosur Kospin JASA Layanan Syariah,
Jakarta, 29 September 2019.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI)”. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
97
Abdurahman. “Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan”. Jakarta:
Pradnya Paramita, 1982.
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan
Khusus Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 10 Oktober 2019.
Perhitungan Administrasi Kospin JASA Layanan Syariah dengan Mohamad
Alfath Maududi bagian Analisa Pembiayaan Khusus Talangan Haji
dan UMK, pada tanggan 10 Oktober 2019.
Perhitungan Ujrah/fee pada Pembiayaan pengurusan haji Rp.25.000.000,-
dengan tenor 36 Bulan.
Interview Pribadi dengan Mohamad Alfath Maududi, Analisis Pembiayaan
Khusus Talangan Haji dan UMK, Jakarta, 17 Januari 2020.
Redaksi Tim, Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung: Fokusmedia,
2008), h.14.
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
99
100
101
Wawancara Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan
1. Bagaimana sejarah KOSPIN (Koperasi Simpan Pinjam) Jasa? Dan bagaimana
sejarah dari munculnya KOSPIN (Koperasi Simpan Pinjam) Jasa Syariah?
Jawab : Kospin itu Koperasi simpan pinjam JASA yang terbesar di Indonesia
yang didirikan di Pekalongan di Kediaman H. A. Djuanaid pada tanggal
13 Desember 1973.
Koperasi simpan pinjam atau Kospin JASA dengan semakin tumbuh dan
berkembangnya lembaga keuangan yang berdasarkan pada prinsip-
prinsip dan pola syariah di Indonesia, Pada tahun 2004 sih baru
diadakannya layanan syariah. Semua sudah berstandar syariah produk
yang kami keluarkan.
2. Apa visi dan misi dari Kospin JASA Layanan Syariah?
Jawab : VISI kami, “Menjadi Lembaga Keuangan Terdepan, Modern, Mandiri
dan Tangguh”
MISI kami,
1. Memenuhi kebutuhan customer dan memberikan layanan prima
melalui produk berbasis teknologi
2. Menghasilkan manfaat dan nilai tambah terbaik terhadap stakeholers
3. Mensejajarkan dengan Lembaga Keuangan Lainnya
4. Menjalin kerjasama dengan mitra usaha secara transparan dan
profesional
3. Apa saja syarat dan ketentuan dalam melakukan pinjaman talangan Haji bagi para
pihak yang terlibat?
Jawab : Persyaratan di Kospin JASA Layanan Syariahsangat mudah dek.
a. Foto 4 x 6 (5 Lembar)
b. Foto 3 x 4 (10 Lembar) Muka 80% dan Background putih (Tidak
Berkacamata)
c. FC Kartu Keluarga
d. FC Surat Nikah
e. FC KTP Suami Istri
f. Mengisi from Pembukaan Tabungan Haji Labbaika.
4. Apakah terdapat kendala dalam produk usaha pinjaman talangan Haji Kospin
JASA Layanan Syariah?
Jawab : Kendalanya paling kalau ada anggota yang gagal bayar atau sudah tidak
mampu lagi menyanggupi pembayarannya. Dan biasanya orang yang
meninggal dunia. Karena proses pembatalan haji itu sulit dek. Harus
bolak balik ke Kementerian Agama dan ke Bank Syariah yang dituju
anggota.
5. Bagaimana hubungan hukum antar pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pinjaman talangan Haji pada Kospin JASA Layanan Syariah?
Jawab : Kospin Syariah si tidak ada hubungan hukum apa-apa yah dek. Anggota
datang sendiri ke Kospin JASA Layanan Syariah dengan niat untuk
pergi ke tanah suci dan kami (Kospin JASA Layanan Syariah)
membantu anggota sepenuh hati.
6. Apakah perusahaan Kospin JASA Layanan Syariah pada produk pinjaman
talangan Haji sudah menerapkan akad yang digunakan pada Fatwa DSN-MUI No.
29/DSN-MUI/VI/2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga
Keuangan Syariah? Jika sudah, akad apa saja yang digunakan?
Jawab : untuk produk talangan haji kita pakai akad Ijarah dan Ijarah Multijasa
saja si dek. Tapi sudah sesuai dengan Peraturan Majelis Ulama
Indonesia.
7. Bagaimana alur/mekanisme dalam pelaksanaan pinjaman talangan Haji berbasis
Syariah pada Kospin JASA Layanan Syariah?
Jawab :
a. Calon anggota yang datang ke Kospin JASA Layanan Syariahakan
dijelaskan persyaratan dan ketentuan mengenai pembiayaan talangan
Haji, tenor dan cicilan yang ingin diambil oleh anggota atau calon
anggota.
b. Calon anggota yang belum memiliki rekening di Kospin JASA
Layanan Syariah, akan dibuatkan CIB, Tabungan Labbaika. Untuk
pemohon yang belum memiliki KTP, di buatkan CIB menggunakan
nomor NIK / NIKS pada kartu keluarga.
c. Setelah calon anggota mengisi form pembukaan Tabungan Haji
Labbaika, anggota dan calon anggota harus melengkapi persyaratan
untuk melakukan pembiayaan talangan Haji dengan persyaratan KTP,
KK (Kartu Keluarga), Slip Gaji / Slip Koran, Foto, dan Foto Copi
Surat Nikah.
d. Setelah itu pihak Kospin JASA Layanan Syariahakan mengecek
persyaratan dan data diri calon anggota.
e. Kemudian apabila persyaratan telah sesuai, pihak Kospin JASA
Layanan Syariahakan mendatangi (survei) ke alamat rumah calon
anggota pembiayaan talangan Haji dan dilangsungkan dengan tanda
tangan kontrak pembiayaan talangan Haji.
f. Calon anggota yang sudah tanda tangan kontrak pembiayaan talangan
Haji, selanjutnya membuka tabungan pada bank syariah yang di tunjuk
Kospin JASA Layanan Syariah(Bank Muamalat, Bank Panin Syariah,
Bank CIMB Syariah, dan Bank Sinarmas Syariah).
g. Bank syariah tersebut (Bank Muamalat, Bank Panin Syariah, Bank
CIMB Syariah, dan Bank Sinarmas Syariah) mengimput data calon
anggota lalu menerbitkan tabungan Haji, memberikan tanda setoran
awal serta nomor validasi.
h. Lalu pihak Kospin JASA Layanan Syariahmengirimkan uang sebesar
yang calon anggota butuhkan untuk pembiayaan talangan Haji ke
rekening calon anggota yang telah dibuka.
i. Pihak Kospin JASA Layanan Syariahdan calon anggota mendatangi
kantor Departemen Agama untuk mendaftar Haji dan membawa
persyaratan pendaftaran haji, sesuai dengan ketentuan pendaftaran
Haji dan menyerahkan bukti setoran awal dari Bank Syariah yang
calon anggotapilih.
j. Calon anggota mengisi Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH). Setelah
itu, kantor Kementerian Agama menerbitkan SPPH dan SA BPIH.
k. Selanjutnya buku tabungan dari Bank Syariah yang bertuliskan
pembiayaan Rp.25.000.000,- atas nama calon anggotadan SPPH (Surat
Pendaftaran Pergi Haji) yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama
dibawa oleh pihak Kospin JASA Layanan Syariahuntuk jaminan
pembiayaan talangan Haji.
l. Jika semua sudah dilakukan atau sudah terlaksana dalam pendaftaran
Haji, maka calon anggotamulai bulan selanjutnya sudah membayar
angsuran yang calon anggota pilih jangka waktunya.
8. Apa perbedaan pinjaman talangan Haji Kospin JASA Layanan Syariah
Konvensional dengan pinjaman talangan Haji Kospin JASA Layanan Syariah?
Jawab : semua pembiayaan di Kospin JASA Layanan Syariah sama yak dek.
Paling yang berbeda pelayanan dan prinsip saja karena kita kan syariah
jadi harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
9. Bagaimana tindakan hukum dari Kospin JASA Layanan Syariah, jika si
peminjam talangan Haji yang gagal membayar. Padahal pihak Kospin JASA
Layanan Syariah sudah memberikan peringatan dan jangka waktu tambahan pada
si peminjam talangan Haji ?
Jawab : biasanya pihak Kospin berkunjung kerumah anggota, dan dengan
musyawarah aja sih kita dek. Jika memang dia tidak sanggup untuk
melunasi talangannya kita batalkan keberangkatannya dan diproses juga
oleh pihak Kospin. Jika uangnya sudah cair akan dipotong terlebih
dahulu selama pembayaran talangan dia yang menunggak.
10. Manajemen pembiayaannya talangan haji di Kospin JASA Layanan Syariah?
Jawab : itu kekurangan Kospin dek, yang tidak memiliki akses untuk Sistem
Komunikasi Haji Terpandu (SISKOHAT). Maka dari itu Kospin JASA
Layanan Syariah Jakarta Selatan bekerja sama dengan Bank Syariah
diantaranya Bank Muamalat, Bank Panin Syariah, Bank CIMB Syariah,
dan Bank Sinarmas Syariah. Bank Umum Syariah tersebut untuk
membantu calon anggota untuk mendaftarkan diri ke Kementerian
Agama.
11. Pengelolahan angsuran talangan haji di Kospin JASA Layanan Syariah, seperti
apa?
Jawab : Kospin JASA Layanan Syriah mempunyai produk talangan Haji yang
berakad multijasa ijarah dan ijarah. Calon anggota bisa dengan mudah
untuk daftar Haji atau mendapatkan porsi (seat) Haji bagi yang belum
mempunyai dana sama sekali atau yang kekurangan dana. Karena,
Kospin JASA Layanan Syariah akan memberi talangan dari
Rp.5.000.000 hingga Rp.25.000.000 dengan angsuran 1 tahun hingga 5
tahun dan ujrah pertahun hanya 10% calon anggota diharuskan
membayar biaya admin sebesar Rp.250.000 dan biaya asuransi yang
berbeda angkanya disetiap angsuran perbulan.
12. Apakah pihak Kospin JASA Layanan Syariah mengetahui Peraturan Menteri
Agama No. 24 tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama
Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji, yang di dalamnya mengatakan “BPS BPIH dilarang memberikan
layanan dana talangan haji baik secara langsung maupun tidak langsung”
tanggapan dari pihak Kospin JASA Layanan Syariah Jakarta Selatan seperti apa?
Jawab : Ya, saya mengetahui makanya sekarang Bank-bank sudah tidak bisa
mengoperasikan dana talangan haji. Tanggapan saya ya bagus, jadi hak
untuk talangan haji ada di koperasi yang benar-benar berlabel syariah
dan punya sertifikasi Dewan Syariah Ulama MUI. Kenapa Kementerian
Agama memberhentikan produk talangan haji di Bank Syariah, karena
di Bank talangan untuk ibadah haji masa aliran uangnya tercampur
dengan riba.
13. Apakah Kospin JASA Layanan Syariah berbadan hukum Perseroan Terbatas?
Jawab : Tidak, Kospin JASA ini bentuknya Koperasi, Simpan, Pinjam dengan
layanan syariah.
14. Apakah Kospin JASA Layanan Syariah berbentuk Bank umum nasional yang
memiliki layanan syariah?
Jawab : Untuk saat ini Kospin JASA masih berbentuk Koperasi, Simpan, Pinjam.
Bukan bank umum nasional.
15. Untuk pembiayaan talangan ijarah haji apakah Kospin JASA Layanan Syariah
memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas untuk berintegritasi dengan sistem
layanan haji Kementerian Agama?
Jawab : Untuk talangan haji, Kospin JASA Layanan Syariah bekerjasama dengan
BPS, dan BPS yang bersinergi dengan Sistem Layanan Haji
(SISKOHAT) di Kementerian Agama.
16. Apakah Kospin JASA Layanan Syariah memiliki kondisi kesehatan bank sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
ketentuan Peraturan lainnya?
Jawab : Untuk saat ini Kospin JASA Layanan Syariah memiliki kondisi
kesehatan yang baik dari semua produk. Kospin JASA Layanan Syariah
mempunyai sertfikasi dengan DSN-MUI untuk layanan syariah. Kospin
JASA saat ini diawasi oleh Kemenkop (Kementrian Koperasi).
- 1 -
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA
NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG BANK PENERIMA SETORAN
BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan adanya perubahan
persyaratan Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu merubah
Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013
tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Agama tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4845)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
- 2 -
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 186,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5345);
3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
592) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun
2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 348);
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 899)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama
Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Reguler (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 534);
- 3 -
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 899);
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013
tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 615);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 30 TAHUN
2013 TENTANG BANK PENERIMA SETORAN BIAYA
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Agama
Nomor 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 615) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf g dihapus dan ayat
(3) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1) Menteri menetapkan BPS BPIH.
(2) BPS BPIH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan setelah memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. berbadan hukum Perseroan Terbatas;
b. berbentuk bank syariah atau bank umum
nasional yang memiliki layanan syariah;
c. memiliki layanan bersifat nasional;
d. memiliki sarana, prasarana, dan kapasitas
untuk berintegrasi dengan sistem layanan
haji Kementerian Agama;
e. memiliki kondisi kesehatan bank sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia atau
- 4 -
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ketentuan
peraturan lainnya;
f. menunjukan keterangan menjadi anggota
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan
surat kesanggupan melaksanakan program
penjaminan LPS atas dana setoran awal; dan
g. dihapus.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu) Pasal,
yakni Pasal 6A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6A
BPS BPIH dilarang memberikan layanan dana
talangan haji baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Diantara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu)
Pasal, yakni Pasal 12A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 12A
(1) Dana talangan haji yang telah diberikan oleh BPS
BPIH sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
harus diselesaikan oleh BPS BPIH dengan jemaah
haji.
(2) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lambat tanggal 31 Desember 2020
terhitung sejak tanggal pengundangan Peraturan
Menteri ini.
(3) Dalam hal masih terdapat dana talangan haji
yang belum diselesaikan setelah batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), nomor
porsi jemaah haji masih tetap aktif.
- 5-
Pasal II
Peraturan Mentcri ini mulai bcriaku pada tanggaldiundangkan.
Agar sctiap orang mengetahuinya, mcmerintahkan
pengundangan Peraturan Mentcri ini dengan
pencmpalannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditctapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Mei 2016
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Mei 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN IIAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ltd
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 766
Salinan sesuai dengan Aslinya
Kementerian Agama RI
Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri
^chmad Gunaryo
NIP. 196208101991031003 J
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO: 09/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
PEMBIAYAAN IJARAH
م االله الرحمن الرحيمسب Dewan Syari’ah Nasional setelah
Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrag), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;
b. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jasa pihak lain guna melakukan pekerjaan tertentu melalui akad ijarah dengan pembayaran upah (ujrah/fee);
c. bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga keuangan syari’ah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah;
d. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:
ة م يقسمون رحمت ربك، نحن قسمنا بينهم معيشتهم في الحياهأضعا بنفعرا، وينالدهضعخذ بتات ليجرض دعب قفو ما هضعب م
.سخريا، ورحمت ربك خير مما يجمعون“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:
ن تسترضعوا أولادكم فلا جناح عليكم إذا سـلمتم أ متدرن أ وإ...رصين بلومعاتا أن االله بمولماعقوا االله، واتف، وورعبالم متياآتم.
“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
09 Pembiayaan Ijarah
Dewan Syariah Nasional MUI
2
menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
3. Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26:
سـتأجرت القـوي ا خير من لت إحداهما يآأبت استأجره، إن اقنالأمي.
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’”
4. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
.هقربل أن يجف ع قهجروا الأجير أطعأ“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
5. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
نمهرأج هلمعا فليرأجي رأجتاس . “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah
upahnya.”
6. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:
ماسعد بالماء و لى السواقي من الزرعع الأرض بمي اكرا ننك ذلك وأمرنا نعى االله عليه وآله وسلم لصسول االله ا رنهانف ،منهاكرأن نايه ب أوف بذهةض.
“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”
7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:
حل حراما أ أو حلالاصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرملارل حأح لالا أوح مرطا حرإلا ش وطهمرلى شون علمسالمااوم.
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
09 Pembiayaan Ijarah
Dewan Syariah Nasional MUI
3
8. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
9. Kaidah fiqh:
.ال على تحريمهي دللدين ألاإباحة لإامعاملات لاي صل فلأا “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
دالحرصلب الملى جع مقدفاسد مء الم “Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus
didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.”
Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Kamis, tanggal 8 Muharram 1421 H./13 April 2000.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH
Pertama : Rukun dan Syarat Ijarah:
1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.
2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan penyewa/pengguna jasa.
3. Obyek akad ijarah adalah : a. manfaat barang dan sewa; atau b. manfaat jasa dan upah.
Kedua : Ketentuan Obyek Ijarah:
1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan).
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syari’ah.
5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.
6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam Ijarah.
09 Pembiayaan Ijarah
Dewan Syariah Nasional MUI
4
8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.
9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Ketiga : Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa: a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang
diberikan b. Menanggung biaya pemeliharaan barang. c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa: a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk
menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materiil).
c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
Keempat : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 08 Muharram 1421 H. 13 April 2000 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. KH. Ali Yafie Drs. H.A. Nazri Adlani
FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 19/DSN-MUI/IV/2001
Tentang
AL-QARDH
بسم االله الرحمن الرحيم Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial, harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal;
b. bahwa salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip al-Qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.
c. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan syari’ah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad al-Qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:
هوبى فاكتمسل من إلى أجيبد متنايدا إذا تونآم نا الذيهيأي ... "Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..." (QS. al-Baqarah [2]: 282).
…ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. al-Ma’idah [5]: 1).
… وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ميسرة
“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan…” (QS. al-Baqarah [2]: 280)
2. Hadis-hadis Nabi s.a.w., antara lain:
ة مـنبكر هناالله ع جا، فرينب الدكر ة منبلم كرسم نع جفر نم كرب يوم القيامة، واالله في عون العبد مادام العبد في عون أخيـه
).رواه مسلم(
19 Al-Qardh 2
Dewan Syariah Nasional MUI
“ Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim).
ظلم نيطل الغرواه الجماعة(… م( “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…” (HR. Jama’ah).
هتبقوعو هضحل عراجد يالو ه النسائي وأبو داود وابن ماجه روا(لي ).وأحمد
“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan memberikan sanksi kepadanya” (HR. Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad).
)رواه البخاري(إن خيركم أحسنكم قضاء “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya” (HR. Bukhari).
3. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:
الصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرم حلالا أو أحل حرامـا سالماوامرل حأح لالا أوح مرطا حرإلا ش وطهمرلى شون علم.
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
4. Kaidah fiqh:
.كل قرض جر منفعة فهو ربا“Setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang, muqridh) adalah riba.”
Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari Senin, 24 Muharram 1422 H/18 April 2001 M.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AL-QARDH
Pertama : Ketentuan Umum al-Qardh 1. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan. 2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. 3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
19 Al-Qardh 3
Dewan Syariah Nasional MUI
4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat: a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Kedua : Sanksi 1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan barang jaminan.
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.
Ketiga : Sumber Dana Dana al-Qardh dapat bersumber dari:
a. Bagian modal LKS;
b. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.
Keempat : 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 24 Muharram 1422 H 18 April 2001 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
19 Al-Qardh 4
Dewan Syariah Nasional MUI
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
Dewan Syari'ah Nasional MUI
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002
Tentang
PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH
بسم االله الرحمن الرحيم
Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH);
b. bahwa lembaga keuangan syari'ah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya;
c. bahwa agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syari’ah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji oleh LKS untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah, QS. al-Maidah [5]: 1:
ما إلا الأنعام بهيمة لكم أحلت بالعقود أوفوا آمنوا الذين أيها يآ يريد ما يحكم االله إن حرم، وأنتم الصيد محلى غير عليكم يتلى
)١: المائدة( “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”
2. Firman Allah, QS. al-Qashash [28]:26:
ا قالتماهدت إحاأبي هأجرتإن اس رين خم ترأجتاس القوي الأمين. “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Hai ayahku!
Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
3. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 282:
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 2
Dewan Syariah Nasional MUI
...فاكتبوه مسمى أجل إلى بدين تداينتم إذا آمنوا الذين يأيها"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..."
4. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 280:
…ميسرة إلى فنظرة عسرة ذو كان وإن“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan…”
5. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS.al-Maidah [5]: 2:
واتقوا والعدوان الإثم على تعاونوا ولا والتقوى البر على وتعاونوا .العقاب شديد الله إن هالل
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya”
6. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
.أجره فليعلمه أجيرا استأجر من“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
7. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah:
نم جفر نلم عسة مبكر ب منا، كرينالد جاالله فر هنة عبكر من أخيه عون في دالعب مادام العبد عون في واالله القيامة، يوم كرب
).مسلم رواه(“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.”
8. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Jama’ah:
… ظلم الغني مطل“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman….”
9. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad:
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 3
Dewan Syariah Nasional MUI
اجد ليحل الوي هضعر هتبقوعو. “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga dirinya dan memberikan sanksi kepadanya.”
10. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Bukhari:
.قضاء أحسنكم خيركم إن“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya.”
11. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
لحالص ائزج نيب لمينسا إلا الملحص مرلالا حح ل أوا أحامرح .حراما أحل أو حلالا حرم شرطا إلا روطهمش على والمسلمون
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
12. Kaidah Fiqh:
.تحريمها على دليل يدل أن إلا الإباحة المعاملات في الأصل“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
التيسير تجلب لمشقة ا“Kesulitan dapat menarik kemudahan.”
الضرورة منزلة تنزل قد الحاجة“Keperluan dapat menduduki posisi darurat.”
Memperhatikan : 1. Permohonan fatwa dari berbagai LKS, baik tertulis maupun
lisan, tentang pembiayaan dana talangan haji.
2. Pendapat peserta rapat pleno DSN pada hari Rabu, 26 Juni 2002 M./ 15 Rabi’ul Akhir 1423 H.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LKS
Pertama : Ketentuan Umum 1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh
imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.
29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 4
Dewan Syariah Nasional MUI
2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.
3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
4. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.
Kedua : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 15 Rabi’ul Akhir 1423 H 26 Juni 2002 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO. 44/DSN-MUI/VIII/2004
Tentang
PEMBIAYAAN MULTIJASA
بسم االله الرحمن الرحيم
Dewan Syariah Nasional setelah,
Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk pelayanan jasa keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan multi jasa, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa;
b. bahwa LKS perlu merespon kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan jasa tersebut;
c. bahwa agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syariah, Dewan Syariah Nasional MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang pembiayaan multijasa untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT; antara lain:
a. QS. al-Baqarah [2]: 233:
وإن أردتم أن تسترضعوا أولادكم فلا جناح عليكم إذا ...سلمتم ماآتيتم بالمعروف، واتقوا االله، واعلموا أن االله بماتعملون
رصيب. “…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
b. Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26:
خير من استأجرت القوي قالت إحداهما يآأبت استأجره، إننالأمي.
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’”
44 Pembiayaan Multijasa 2
Dewan Syariah Nasional MUI
c. QS. Yusuf [12]: 72::
معيا به زأنر وعيل باء به حمج نلملك والم اعوص فقدا نقالو. “Penyeru-penyeru itu berseru: ‘Kami kehilangan piala Raja; dan barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.”
d. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 2:
.وتعاونوا على البر والتقوى، ولا تعاونوا على الإثم والعدوان“Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran.”
e. QS. al-Ma’idah [5]:1:
…ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود “Hai orang yang beriman! Penuhilah aqad-aqad itu…”.
f. QS. al-Isra’ [17]: 34:
.وأوفوا بالعهد، إن العهد كان مسئولا…“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabannya.”
2. Hadis-hadis Nabi s.a.w.; antara lain:
a. Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
قهرع جفل أن يقب هرأج رطوا الأجيأع. “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
b. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
لمعا فليرأجي رأجتن اسمهرأج ه. “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
c. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:
كنا نكري الأرض بما على السواقي من الزرع وماسعد بالماء وسا رانها، فنهمن ذلك نع لمسآله وه وليلى االله عل االله ص
.وأمرنا أن نكريها بذهب أو فضة“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”
44 Pembiayaan Multijasa 3
Dewan Syariah Nasional MUI
d. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani:
الصلح جائز بين المسلمين إلا صلحا حرم حلالا أو أحل حراما رطا حرإلا ش وطهمرلى شون علمسالماوامرل حأح لالا أوح م.
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
e. Hadis Nabi riwayat Bukhari:
أتي لمسآله وه وليلى االله عص بيعن سلمة بن الأكوع أن النلا، فصلى : هل عليه من دين؟ قالوا: بجنازة ليصلي عليها، فقال
: هل عليه من دين؟ قالوا: ثم أتي بجنازة أخرى، فقالعليه،علي دينه : صلوا على صاحبكم، قال أبو قتادة: نعم، قال
.يارسول االله، فصلى عليه “Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk disalatkan. Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah ia mem-punyai utang?’ Sahabat menjawab, ‘Tidak’. Maka, beliau men-salatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun bertanya, ‘Apakah ia mempunyai utang?’ Sahabat menjawab, ‘Ya’. Rasulullah berkata, ‘Salatkanlah temanmu itu’ (beliau sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, ‘Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah’. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah tersebut.” (HR. Bukhari dari Salamah bin Akwa’).
f. Hadits Nabi riwayat Imam Ibnu Majah, al-Daraquthni, dan yang lain, dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
ارلاضرو ررلاض. “Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain.”
g. Hadits Nabi riwayat Abu Daud, Tirmizi dan Ibn Hibban:
عن أبي أمامة الباهلي وعن أنس بن مالك وعبد االله بن عباس لمسآله وه وليلى االله عل االله صوسقال ر :غارم معيالز.
h. Sabda Rasulullah SAW :
.عبد في عون أخيهواالله في عون العبد ماكان ال
“Allah menolong hamba selama hamba menolong saudaranya.”
44 Pembiayaan Multijasa 4
Dewan Syariah Nasional MUI
3. Kaidah fiqh; antara lain:
.الأصل في المعاملات الإباحة إلا أن يدل دليل على تحريمها“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
الضرر يزال“Bahaya (beban berat) harus dihilangkan.”
رسييالت لبجقة تشالم. “Kesulitan dapat menarik kemudahan”
.الثابت بالعرف كالثابت بالشرع
“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara’ (selama tidak bertentangan dengan syari’at).”
Memperhatikan : 1. Pendapat para ulama; antara lain:
a. Kitab I’anah al-Thalibin, jilid III/77-78 :
أقرض هذا : وذلك كأن قال... سيقع) لا بما سيجب كدين قرض(وقد تقدم . مائة وأنا ضامنها، فلا يصح ضمانه لأنه غير ثابتكوي هأنألة وسهذه الم ض ذكرل القرفص ارح فياللشها فيامنن ض .
اكنه هتارعبقال : و لوهذا مائة: و أقرض ... هضفأقر امنا ضا لهأنوفيكون ما هنا من عدم . المائة أو بعضها كان ضامنا على الأوجه
ع را ما لمافينان ممة الضانصحمالض هجأن الأو من هن. “Tidak sah akad penjaminan [dhaman] terhadap sesuatu yang akan menjadi kewajiban, seperti utang dari akad qardh) yang akan dilakukan…. Misalnya ia berkata: ‘Berilah orang ini utang sebanyak seratus dan aku menja-minnya.’ Penjaminan tersebut tidak sah, karena utang orang itu belum fix. Dalam pasal tentang Qardh, pensyarah telah menuturkan masalah ini --penjaminan terhadap suatu kewajiban (utang) yang belum fix-- dan menyatakan bahwa ia sah menjadi penjamin. Redaksi dalam fasal tersebut adalah sebagai berikut: ‘Seandainya seseorang berkata, Berilah orang ini utang sebanyak seratus … dan aku menjaminnya. Kemudian orang yang diajak bicara memberikan utang kepada orang dimaksud sebanyak seratus atau sebagiannya, maka orang tersebut menjadi penjamin menurut pendapat yang paling kuat (awjah).’ Dengan demikian, pernyataan pensyarah di sini (dalam pasal tentang dhaman) yang menyatakan dhaman (terhadap sesuatu yang akan menjadi kewajiban) itu tidak sah bertentangan dengan pernyataannya
44 Pembiayaan Multijasa 5
Dewan Syariah Nasional MUI
sendiri dalam pasal tentang qardh di atas yang menegaskan bahwa hal tersebut adalah (sah sebagai) dhaman.”
b. Kitab Mughni al-Muhtajj, jilid II: 201-202:
حال ) ثابتا(حقا ) كونه(… وهو الدين) ويشترط فى المضمون(وصحح القديم ضمان ما (… ، فلايصح ضمان مالم يجبالعقد
جبيه) سإلي وعدت ة قداجلأن الح ،هقرضياسم أو هعبيياسن مكثم. (Hal yang dijamin) yaitu utang disyaratkan harus berupa hak yang bersifat fix pada saat akad. Oleh karena itu, tidak sah menjamin utang yang belum menjadi kewajiban… (Qaul qadim --Imam al-Syafi’i-- menyatakan sah pen-jaminan terhadap utang yang akan menjadi kewajiban), seperti harga barang yang akan dijual atau sesuatu yang akan diutangkan. Hal itu karena hajat --kebutuhan orang-- terkadang mendorong adanya penjaminan tersebut.” c. Kitab al-Muhadzdzab, juz I Kitab al-Ijarah hal. 394:
ولأن الحاجة إلى المنافع ... يجوز عقد الإجارة على المنافع المباحةالحاجة إلى الأعيان، فلما جاز عقد البيع على الأعيان وجب أن ك
.يجوز عقد الإجارة على المنافع“Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan… karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula akad ijarah atas manfaat.”
2 Substansi Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
3. Substansi Fatwa DSN No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah.
4. Hasil Rapat Pleno DSN-MUI, hari Rabu, 24 Jumadil Akhir 1325 H/11 Agustus 2004.
5. Surat Permohonan Fatwa DSN tentang Pembiayaan Multi Jasa dari Bank Rakyat Indonesia tanggal 28 April 2004.
Dengan memohon taufiq dan ridho Allah SWT
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTAG PEMBIAYAAN MULTI JASA
Pertama : Ketentuan Umum 1. Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan
menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.
44 Pembiayaan Multijasa 6
Dewan Syariah Nasional MUI
2. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah.
3. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah.
4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee.
5. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
Ketiga : Penyelesaian Perselisihan Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiaannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Keempat : Ketentuan Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan, jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 24 Jumadil Akhir 1425 H 11 Agustus 2004 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
HH'&$xplijDEWAN SYARIAH NASIONAT MUINational Sharia Board - lndonesian Council of Ulama
Sekretariat:Jl.DempoNo.19 Pegangsaan-JakartaPusat10320 Telp.:(021)3904146Fax.:(021)31903288
FATWADEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA
NO: 1 1 2/DSN-MUYIX/2017
Tentang
AKAD IJARAH
->lJl .-*'.lf Af -:,,\)-,r I J . \-. )
Dewan S yariah Nasional-Maj elis Ulama Indonesia (D SN-MUI) setelah,
Menimbang a. bahwa masyarakat memerlukan panduan dalam rangka
mempraktikkan akad ,jarah terkait kegiatan usaha atau bisnisnya;
b. bahwa DSN-MUI telah menetapkan fatwa-fatwa terkait ijarah, baik
untuk perbankan, perusahaan pembiayaan, jasa keuangan maupun
aktivitas bisnis lainnya, namun belum menetapkan fatwa tentang
akad ijarah untuk iingkup yang lebih luas sebagai fatwa induk;
c. bahwa atas pertimbangan huruf a dan huruf b, DSN-MUImemandang perlu menetapkan fatwa tentang Akad Ijarah untuk
dijadikan pedoman;
1. Firman Allah SWT:
a. Q.S. al-Baqarah Q): 233:
#Iv f* sy f4; te n {'\ii WP:' :i fsi :,y .
.H :,**q ar 31 g*g ,ixt g*r3 &jla\"...Dan jika kamu ingin analcrnu disusuknn oleh orang lain, tidakdosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurutyong patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketohuilah bahwaAllah Maha Melihqt apayang komu kerjakan."
b. Q.S. al-Qashash (28): 26:
.fir'li ts$t aye"t i F 3y,tyr:rit qlu.6lt*L uG
"Salah seorang dari kedua wanita itu berksta, 'Hai ayahku!Ambitlah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karenasesungguhnya orsng paling baik yang kamu ambil untuk bekeria(pada kita) adalah orangyang kuat lagi dapat dipercaya"'
2. Hadis Nabi SAW:
a. Hadis Nabi riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar:
Mengingat
Dew an Sy arioh N as ional-Maj el is Uama Indone sia
I l2 Akad ljarah
4.
e; +:,i-Ft;i ;\\ truii
"Berikonlah upah pekerja sebelum keringatnya kering."
b. Hadis Nabi riwayat 'Abd ar-Ptazzaq dari Abu Hurairah dan AbuSa'id al-Khudri:
.a?1'4ry#pi VUry"Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upah-nya."
c. Hadis Nabi riwayat Abu Daud dari Sa'd Ibn Abi Waqqash:
',. - ^ut, ' 1" 2t,t>t|W ,W zdu, * vi Qlt 'y g,F\ * q ?)\\ rrd K
.* li t'4w"5:i uirs e\t t'rui $i;.rctut * irt iy.:"Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil
pertanian yang diperoleh dari lahan pinggir parit dan lahan yangdialiri air; meka, Rasulullah melarang knmi melakukan haltersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan
emas atau perak. "
d. Hadis Nabi riwayat al-Tirmidzi dari kakeknya 'Amr bin 'Auf al-Muzani, dan riwayat al-Hakim dari kakeknya Katsir bin Abdillahbin 'Amr bin'Auf r.a.:
ir:t:;jg v\? asi;i i1r i? tAb \t ;+xi\ 7z 'iv ,rAl.\3r; "yi;i !'Yt '# 6".;''ty"*t::, *
"Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untukmufakat) boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali shulhyang mengltaramkan yang halal atau menghalalkan yang haram;dan knum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecualisyarat yang mengharamkanyang halol atau mengholalkan yang
Ijma' ulama tentang kebolehan melakukan akad ijarah.
Kaidah fikih:
t$f ,b,,p,i, 'l'ti:ti il etqri :rvr:"ir a_f*\1
"Pctda dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya."
d@t * *C i'tl,, .ytklt L);
" Me nghindarkan mafs adat (kerus akan, b ahay a) harus di dahulukan
at a s me ndat angknn ke masl ahat an. "
Surat dari PermataBank Syariah Nomor: 2&ISYA-PRODUCTI
YIU20|7 tertanggal2S Juli 2017 perihal Permohonqn Fafiita Dewan
Sy ari ah N as i onal - Maj el i s Ul ama Indone s i a;
Pendapat dan saran Working Group Perbankan Syariah (WGPS)
yang terdiri atas DSN-MUI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dewan
Memperhatikan : 1.
2.
Dew an Syariah N asional-Maj eli s Ulama Indone sia
112 Akad Ijarah
Menetapkan
Pertama
Standar Akuntansi Syariah IAf @SAS-IAI), dan Mahkamah Agung
(MA) pada tanggal 07 September 2017 di Jakarta;
3. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional-Majelis
Ulama Indonesia pada hari Selasa tanggal 28 Dzulhijjah 1438 H I19 September 2Al7;
MEMUTUSKAN:
FATWA TENTANG AKAD IJARAH
Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Akad Ijarah adalah akad sewa antara mu'jir (*dl) dengan
mustaTir (;*Li*Jl) atau antara musta'jir dengan aTir (p)t) untuk
mempertukarkan manfa'ah dan ujrah, baik manfaat barang maupun
iasa.
2. Mu jir (pemberi sewa) adalah pihak yang menyewakan barang,
baak mu jir yang berupa orang (Syakhshiyah thabi'iyaUnatuurliikepersoon) maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan
hukum maupun tidak berbadan hukum (Syakhshiyah i'tibariah/sy akhs hiyah hulcrniyah/ r e c ht s per s o n).
3. Musta'jir adalah pihak yang menyewa (penyewa/penerima manfaat
barang) dalam akad ijarah 'ala al-a'yan (c.r!'yt cslc iJt+yl) atau
penerima jasa dalam akad ijarah 'ala el-a'mal/iiarah 'ala al-
asykhash (Jt-oYl ",Jc
;tt..yVLJ,4tiiYl & ;-rb)l), baik musta'jir
berupa orang (Sy akh s hiy ah t hab i' iy ah/na tuur I ij ke p e r s oon ) maupun
yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun
tidak berbadan hukum (Syakhshiyah i'tibariah/syakhshiyah
hulvniyah/ r e cht sp er s on).
4. Ajir adalah pihak yang memberikan jasa dalam akad iiarah 'ala al-
a'mal/ijarah 'ala al-asykhash, baik ajir berupa orang (Syakhshiyah
thabi'iyah/natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan
dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum (syakhshiyah i'tibarialt/ syakhshiyah hukrniyah/
rechtsperson).
5. Manfu'ah adalah manfaat barang sewa melalui proses penggunaan
dan pekerjaan Qasa) ajir.
6. Mahatl al-manfa'afr (a*li"lt j-) adalah barang sewa/barang yang
dijadikan media untuk mewujudkan manfaat dalam akad ijarah'ala al-a'yan.
7. Ijarah 'ala al-a'yan adalah akad sewa atas manfaat barang.
Dew an Syariah Nasional -Maj el i s Ulama Indones i a
I l2 Akad ljarah
8. Ijarah 'ala al-asykhash/ijarah 'ala al-a'mal adalah akad sewa atas
jasa/pekerjaan orang.
9. I1'arah muntahiyyah bi altamlrfr (IMBT) adalah akad ijarah atas
manfaat barang yang disertai dengan janji pemindahan hak milikatas barang sewa kepada penyewa, setelah selesai atau diakhirinya
akad ijarah.
10. Iiarah maushufah fi al-dzimmaft (IMFD) adalah akad ijarah atas
manfaat suatu barang (manfaat 'ain) danlatau jasa ('amal) yang
pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya
(kuantitas dan kualitas).
tt. Ijarah tasyghili1,yaft (til"rr.ilJl ;-,1+)l) adalah akad ijarah atas manfaat
barang yang tidak disertai dengan janji pemindahan hak milik atas
barang sewa kepada penyewa.
12. Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan untuk memperoleh
manfaat atas suatu jasa.
13. Wilayah ashliyyah adalah kewenangan yang dimiliki oleh Mu'jirkarena yang bersangkutan berkedudukan sebagai pemilik.
14. Wilayoh niyabiyyah adalah kewenangan yang dimiliki oleh Mu iirkarena yang bersangkutan berkedudukan sebagai wakil dari
pemilik atau wali atas pemilik.
Ketentuan terkait Hukum dan Bentuk Ijarah
1. Akad ljarah boleh direalisasikan dalam bentuk akad ijarah 'ala al-a'yan dan akad ij arah' ala al - a'mal/ij arah' ala al -asykhash.
2. Akad Ijarah boleh direalisasikan dalam bentuk akad ijarahtasyghiliyyah, ijarah muntahiyyah bi al+amlrft (IMBT), dan ijrahmaushufah fi al-dzimmaft (IMFD).
Ketentuan terkait Shighot Akad Ijarah
1. Akad Ijarah harus dinyatakan secara tegas dan jelas serta
dimengerti oleh Mu'jir/Ajir dan Musta'jir.
2. Akad Ijarah boleh dilakukan secara lisan, tertulis, isyarat, dan
perbuatan/tindakan, serta dapat dilakukan secara elektronik sesuai
syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan terkait Mu'jir, Masta'jir danAjir
1. Akad Ijarah boleh dilakukan oleh orang (Syakhshiyah thabi'iyah/natuurlijke persoon) maupun yang dipersamakan dengan orang
baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum (Syakhshiyah
i'tibariah/syakhshiyah hulcrniyah/rechtsperson) berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua
Ketiga
Keempat
D ew an Syari ah N as i onal - Maj el i s Ul ama Indone s i a
I I2 Akad liarah
Kelima
Keenam
Ketujuh
2. Mu'jir, Musta jir, dan Ajir wajib cakap hukum sesuai dengan
syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Mu'jir wajib memiliki kewenangan (wilayah) untuk melakukan
akad ijarah baik kewenangan yang bersifx ashliyyah maupun
niyabiyyah.
4. Mu'jir wajib memiliki kemampuan untuk menyerahkanmanfaat.
5. Musta'jir wajib memiliki kemampuan untuk membayar ujrah.
6. Ajir wajib memiliki kemampuan untuk menyerahkan jasa atau
melakukan perbuatan hukum yang dibebankan kepadanya.
Ketentuan terkait Mahsll al-Manfa'ai dalam Ijarah'ala al-A'yan
1. Mahall al-manfa'aft harus berupa barang yang dapat dimanfaatkan
dan manfaatnya dibenarkan (tidak dilarang) secara syariah
(mutaqawwam).
2. Mahall al-manfa'ah sebagaimana dalam angka 1, harus dapat di
serahterimakan (maqdur al+aslim) pada saat akad atau pada waktu
yang disepakati dalam akad ijarah maushufahfi al-dzimmah.
Ketentuan terkait Manfaat dan Waktu Sewa
1. Manfaat harus berupa manfaat yang dibenarkan (tidak dilarang)
secara syariah (mutaq aww am).
2. Manfaat harus jelas sehingga diketahui oleh Mu jir dan
Musta'iir/Aiir.
3. Tata caru penggunaan barang sewa serta jangka waktu sewa harus
disepakati oleh Mu'jir dan Musta'jir.
4. Musta'jir dalam akad ijarah 'ala al-a'yan, boleh menyewakan
kembali (al-ijarah min al-bathin) kepada pihak lain, kecuali tidak
diizinkan (dilarang) oleh Mu jir.5. Musta'jir dalam akad ijarah 'ala al-a'yan, tidak wajib
menanggung risiko terhadap kerugian yang timbul karena
pemanfaatan, kecuali karena al -t a' addi, al -t aq shir, atau mukhal afat
al-syuruth.
: Ketentuan terkait 'Amal yang DilakukanAjir
1. 'Amal (pekerjaan atau jasa) yang dilakukan Ajir harus berupa
pekerjaan yang dibolehkan menurut syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. 'Amal yang dilakukan Ajir harus diketahui jenis, spesifikasi, dan
ukuran pekerjaannya serta jangka waktu kerjanya.
3. 'Amal yang dilakukan Ajir harus berupa pekerjaan yang sesuai
dengan tujuan akad.
D ew an Sy ar i ah N as i onal - Maj elis Ul ama Indo ne s i a
112 Akad ljarah
Kedelapan
Kesembilan
4. Musta'jir dalam akad ijarah 'ala al-a'mal, boleh menyewakan
kembali kepada pihak lain, kecuali tidak diizinkan (dilarang) oleh
Aj ir atau peraturan perundang-undangan.
5. Ajir tidakwajib menanggung risiko terhadap kerugian yang timbul
karena perbuatan yang dilakukannya, kecuali karena al-ta'addi,al-t aq shir, atau mukhalafat al - syuruth.
Ketentuan terkait Ujrah
1. Ujrcth boleh berupa uang, manfaat barang,jasa, atau barang yang
boleh dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Kuantitas dan/atau kualitas uirah harus jelas, baik berupa angka
nominai, prosentase tertentu, atau rumus yang disepakati dan
diketahui oleh para pihak yang melakukan akad.
3. Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/angsur, dan tangguh
berdasarkan kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Ujrah yang telah disepakati boleh ditinjau-ulang atas manfaat yang
belum diterima oleh Mustallr sesuai kesepakatan.
Ketentuan Khusus untuk Kegiatan/Produk
1. Dalam hal akad tja.ah dipraktikkan dalam bentuk pembiayaan
rlarah, berlaku dhawabith dan hudud rjarah sebagaimana terdapat
dalam fatwa DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUL1IY12000 tentang
Pembiayaan Ijarah.
2. Dalam hal akad rjarah dipraktikkan dalam bentuk IMBT, berlaku
dhawabith dan hudud rjarah sebagaimana terdapat dalam fatwa
DSN-MUI Nomor 27lDSN-MUIllIllz}}2 tentang al-Ijarah al-
Muntahilyah bi al-Tamlik.
3. Dalam hal akad rjarah dipraktikkan dalam bentuk pembiayaan
multijasa, berlaku dhawabith dan hudud ljarah sebagaimana
terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 44IDSN-MUINII112004tentang Pembiayaan Multij asa.
4. Dalam hal akad ljarah dipraktikkan dalam bentuk IMFD, berlaku
dhawabith dan hudud rjarah sebagaimana terdapat dalam fatwa
DSN-MUI Nomor 101/DSN-MUI{X/20L6 tentang Akad al-Iiarahal - Mau shufah fi al - D zimmah.
5. Dalam hal akad rjarah dipraktikkan dalam bentuk IMFD Produk
PPR Inden, berlaku dhawabith dan hudud ijarah sebagaimana
terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor 102/DSN-MUllX.l2Al6tentang Akad al-Ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah untuk Produk
Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)-Inden.
D ew an Sy ar i ah l'{ a s i onal - M aj e I i s Ul am a I nd o ne s i a
I 12 Akad ljarah
Kesepuluh : Ketentuan Penutup
i. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan
syariah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Penerapan fatwa ini dalam kegiatan atau produk usaha wajib
terlebih dahulu mendapatkan opini dari Dewan Pengawas Syariah.
3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : JakartaPada Tanggal : 28 Dzulhijjah 1438 H
19 September2017 M
DEWAN SYARIAHMAJELIS ULAMA
NASIOTNDO
M.AGMA'RUF AMIN
D ew an Sy ar i ah Na s i o nal - Maj e I i s Ul ama Indone s i a