PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS … · Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar...
Transcript of PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS … · Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar...
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED (PBMO) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 PAMBOANG KABUPATEN MAJENE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruandan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Hariyanti Darwis
NIM 10536 5039 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ridho orang tua adalah Ridhonya Allah,
berilah mereka sebaik-baik pengabdian.
Sungguh itu adalah kunci kesuksesan.
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
dalam mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Hariyanti Darwis, 2019. Penerapan Pembelajaran Matematika Berbasis
Masalah Open-Ended (PBMO) sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten
Majene. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Irwan Akib dan
pembimbing II Mutmainnah.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
melalui penerapan matematika berbasis masalah Open-Ended pada siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene. Pada semester ganjil tahun
pelajaran 2019/2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I
dan siklus II yang setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan pembelajaran dan 1
pertemuan tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran (aktivitas siswa dan aktivitas guru), jurnal harian dan
tes kemampuan berpikir kritis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
A sebanyak 29 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan Open
Ended nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I sebesar 72,12
dari skor ideal yaitu 100 dengan nilai terendah 22,91 dan nilai tertinggi 95,83
sedangkan skor rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 86,27 dari skor ideal
yaitu 100 dengan nilai terendah 58,33 dan nilai tertinggi 100. Untuk persentase
aktivitas positif siswa sebesar 68,76% pada siklus I meningkat menjadi 84,94%
pada siklus II. Selain itu, persentase respon positif dengan menggunakan lembar
jurnal harian siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 67,14% menjadi
81,97% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah Open-Ended
(PBMO) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene.
Kata Kunci: pendekatan Open Ended, kemampuan berpikir kritis.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta‟ala yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Penerapan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended (PBMO)
sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene.” Salawat serta salam juga semoga
senantiasa Allah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad sallahu alaihi
wasallam. kepada sahabat, keluarga, serta umat yang istiqamah di jalannya.
Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai
salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapan terima kasih kepada kedua
orang tua Darwis, S.Ag. dan Rosita yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu. Demikian
pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada nenek Ummi yang tiada hentinya
memberiku asupan motivasi untuk selalu bekerja keras, serta kepada kakakku
Hardianti Darwis yang selalu memberi masukan setiap ada revisi dan adikku
Muhammad Hidayatulhaq Darwis yang selalu jadi teman main di waktu luang.
ix
Terima kasih penulis ucapkan dengan segala ketulusan dan kerendahan
hati kepada Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd pembimbing I dan Mutmainnah, S.Pd.,
M.Pd. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi
sejak awal penyusunan proposal hingga selesaianya skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H.
Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, Mukhlis, S.Pd., M.Pd. Ketua Program
Studi Pendidikan Matematika serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam
lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru,
staf SMP Negeri 1 Pamboang, dan ibu Sutriani, S.Pd. selaku guru matematika di
kelas VIII A yang telah memberi izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat seperjuanganku yang aku
sayangi karena Allah Subhana Wata‟ala yaitu Hamrayani Hamzah, Nuramaliani,
dan Sri Wahyuni yang telah banyak membantu dan mensuport, serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidika Matematika angkatan 2015 atas kebersamaan,
motivasi, saran dan batuannya kepada penulis yang telah membari warna dalam
hidupku.
x
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat
menyempurnakan skripsi ini sangat penulis harapkan karena penulis yakin bahwa
suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Akhir kata
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi
diri pribadi penulis. Amiin.
Makassar, Januari 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang. .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan penelitian .................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 11
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 11
1. Belajar Matematika ................................................................. 11
2. Pembelajaran Matematika ....................................................... 12
3. Pembelajaran Berbasis Masalah .............................................. 13
4. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended .................................. 15
5. Pembelajarn Berbasis Masalah Open-Ended (Open-Ended
Problem) .................................................................................. 19
6. Berpikir Kritis ......................................................................... 21
B. Penelitian Yang Relavan ................................................................ 25
C. Kerangka Pikir ............................................................................... 27
D. Hipotesis ......................................................................................... 31
xii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 32
A. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ........................... 32
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................... 36
C. Peran dan Posisi dalam Penelitian........................................................ 36
D. Tahapan Intervensi Tindakan ............................................................... 36
E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ........................................ 40
F. Data dan Sumber Data ......................................................................... 40
G. Defenisi Operasioanal Kemampuan Berpikir Kritis ........................... 41
H. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 41
I. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43
J. Analisis Data dan Interpretasi Data ..................................................... 45
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ............................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 49
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 49
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ................................................ 49
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II .............................................. 68
B. Pembahasan ......................................................................................... 82
1. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis ................................................ 82
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ................................................... 85
3. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ............................. 86
4. Respon Siswa (Jurnal Harian) ....................................................... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 88
1. Kesimpulan ................................................................................... 88
2. Saran .............................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah .............................. 15
2.2. Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Open-Ended ............................. 18
2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended ................... 21
3.1. Pedoman Penskoran Tes Akhir Siklus ............................................................. 45
3.2. Ilustrasi Pemberian Skor Tes Siklus I dan II .................................................... 46
3.3. Kategori Kemampuan Berpikir Kritis .............................................................. 46
3.4. Pedoman Konversi Persentase Rata-Rata Hasil Observasi Aktivitas
Siswa ................................................................................................................. 47
3.5. Kriteria Kemampuan Guru Mengolah Pembelajaran ....................................... 48
4.1. Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Siklus I ............................................................................................................. 55
4.2. Statistik Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang ............................................................ 56
4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Siklus I ................................................................... 57
4.4. Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis melalui
Pendekatan Pembelajaran Open-Ended pada Siswa Kelas VIII A
SMP Negeri 1 Pamboang pada Tes Akhir Siklus I ........................................... 57
4.5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang Kabupaten Majene pada Siklus I ..................................................... 59
4.6. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran) ....................................... 62
4.7. Rekapitulasi Respon Siswa dari Jurnal Harian Siklus I ................................... 65
4.8. Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematika
pada Siklus II .................................................................................................... 71
4.9. Statistik Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 1 Pamboang pada Siklus II ............................................... 72
4.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Siklus II .……………………………………….73
xiv
4.11. Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan
Pembelajaran Open-Ended pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang
pada Tes Akhir Siklus II …………………………………………………. …..73
4.12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang Kabupaten Majene pada Siklus II .................................................. .75
4.13. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
(Aktivitas Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran).……………....78
4.14. Rekapitulasi Respon Siswa dari Jurnal Harian Siklus II.……………...............80
4.15. Perbandingan Rata-Rata dan Persentase Ketercapaian Setiap Indikator
Berpikir Kritis.…………………………………………………………………82
4.16. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I
dan Siklus II………………………………………………………………........83
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Pikir ................................................................................................. 30
3.6. Desain PTK Model Kurt Lewin ....................................................................... 33
3.7. Alur Penelitian Tindakan Kelas ....................................................................... 35
4.11. Histogram Pembelajaran Matematika dalam Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa pada Siklus I ....................................................................... 58
4.12. Histogram Pembelajaran Matematika dalam Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa pada Siklus II ................................................................................ 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lampiran A1 : RPP
Lampiran A2 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Lampiran A3 : Nama-Nama Kelompok Belajar
Lampiran B Lampiran B1 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I dan
Siklus II
Lampiran B2 : Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II
Lampiran B3 : Alternatif Jawaban Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I dan Siklus II
Lampran C Lampiran C1 : Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I
dan Siklus II
Lampiran C2 : Analisis Data Manual Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II
Lampiran C3 : Analisis Data SPSS Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus I dan Siklus II
Lampiran C4 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Masing-Masing Siswa pada Indikator Berpikir Kritis di Siklus I dan II
Lampran D Lampiran D1 : Data Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Lampiran D2 : Analisis Data Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Lampiran D3 : Data Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
Lampiran D4 : Analisis Data Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
Lampiran D5 : Data Jurnal Harian Siswa
Lampiran D6 : Analisis Data Jurnal Harian Siswa
Lampiran D7 : Pedoman Wawancara
xvii
Lampran E Lampiran E1 : Lembar Jawaban Tes Kemampuan Betpikir Kritis Siswa
Siklus I
Lampiran E2 : Lembar Jawaban Tes Kemampuan Betpikir Kritis Siswa Siklus II
Lampiran E3 : Lembar Jurnal Harian Siswa Siklus I dan II
Lampran F Lampiran F1 : Daftar Hadir Siswa Siklus I dan Siklus II
Lampiran F2 : Dokumentasi Siklus I dan II
Lampiran F3 : Validasi
Lampiran F4 : Persuratan
Lampiran F5 : Power Point
Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia, hal ini disebabkan karena pendidikan adalah sektor yang dapat
meningkatkan kecerdasan manusia dalam melangsungkan kehidupannya.
Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung
dari kualitas pendidikan. Melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan
kemampuan pribadi, daya pikir dan tingkah laku yang lebih baik. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan. Karena
pengaruhnya pada sektor pembangunan sangat luas. Pendidikan sangat berperan
penting untuk penyediaan sumber daya manusia yang mampu berpikir secara
mandiri dan kritis, karena pendidikan modal dasar bagi perkembangan
pembangunan manusia yang berkualitas. Salah satu contoh yang dilakukan
pemerintah untuk menigkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan
profesionalisme para pendidik. Sedangkan untuk perkembangan kurikulum
diketahui bahwa dalam sistem pembelajaran telah dilakukan perubahan kurikulum
selama beberapa kali yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pedidikan dan
pengembangan sistem penilaian hasil belajar dan sebagainya.
Pola pembelajaran yang ditekankan saat ini selain menuntut pembelajaran
yang mengedepankan kemampuan berpikir kritis juga pembelajaran harus
menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan kerangka
2
ilmiah pembelajaran dalam Kurikulum 2013 juga merupakan pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis yang membangun pengetahuan melalui
metode ilmiah.
Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai
manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif
dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas
pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi
sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri
mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan
yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Menurut Suyatno (Kurniati, 2016:2) Guru merupakan faktor utama dan
berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Secara umum, ada tiga tugas guru
sebagai profesi, yakni mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan; melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan untuk kehidupan siswa.
Dalam suatu pembelajaran seorang guru memiliki peran penting di
dalamnya, tetapi pengaruh siswa di dalam kelas juga memiliki peran penting.
Setiap siswa memiliki pengetahuan yang beragam, terutama dalam menerima
sejumlah pengalaman belajar, termasuk materi yang harus dikuasainya. Oleh
3
karena itu, guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang berkenaan dengan
kemampuan belajarnya.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan sebuah sistem, artinya
terciptanya sebuah pembelajaran disebabkan adanya berbagai komponen atau
faktor yang berinteraksi. Namun dalam keseluruhan proses pendidikan sekolah,
kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik. Selain itu
keberhasilan seorang guru didalam kelas sangat dipengaruhi oleh proses
pembelajaran yang berlangsung. Pada masa terdahulu guru berperan sebagai satu-
satunya sumber belajar, sehingga terkesan dalam kelas bahwa guru adalah sosok
yang paling pintar. Hal ini mengakibatkan kegiatan pembelajaran di kelas searah
dan sangat membosankan sehingga daya serap siswa terhadap materi yang
diberikan sangat rendah. Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika selama ini pada umumnya kurang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka, siswa kurang
termotivasi dalam menerima pelajaran yang mengakibatkan siswa hanya
menghafal saja semua rumus atau konsep tanpa memahami maknanya dan tidak
mampu menerapkannya dalam berbagai situasi aplikatif. Akibatnya hasil belajar
siswa tidak optimal sehingga banyak siswa yang berusaha menghindari mata
pelajaran matematika karena dinilai sebagai mata pelajaran yang sangat berakibat
buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan.
4
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang
pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Tujuan dari pendidikan
matematika adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi segala
bentuk perubahan dan terampil dalam menyikapinya. Dalam memecahkan
masalah atau mengkomunikasikan gagasan pada pembelajaran matematika siswa
dilatih untuk berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif. Namun pada
kenyataannya, banyak orang yang menilai bahwa matematika adalah pelajaran
yang sulit dan tidak mudah dikuasai.
Salah satu penyebab pelajaran matematika dikatakan sulit karena siswa pada
dasarnya sulit menguasai konsep dan prinsip dalam matematika. Hal ini
mengakibatkan siswa tidak memiliki keterampilan dalam menyelesaikan soal-
soal. Memandang arti penting matematika, maka sudah selayaknya jika setiap
siswa harus memiliki kemampuan untuk menguasai matematika.
Salah satu kemampuan yang perlu ditumbuhkan siswa sejak dini adalah
kemampuan berpikir kritis, karena dengan kemampuan berpikir kritis dapat
meningkatkan pemahaman konsep serta dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan khususnya dalam
pembelajaran matematika. Pada saat mengerjakan soal matematika siswa tidak
terlepas dari proses berpikir, dimana siswa berusaha mencari cara bagaimana ia
dapat menyelesaikan dan mencari solusi dari permasalahan matematika tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan Nurannisa (Crismasanti, 2017:74) menyatakan
bahwa siswa mempelajari matematika hanya sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh guru, yaitu lebih prosedural. Selain itu selama ini kecenderungan para siswa
5
hanya terfokus pada hafalan rumus, mereka berpikir hanya menghafalkan rumus
bisa menemukan solusi dari permasalahan. Padahal, hal itu belum tentu bisa
terealisasikan. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa tidak
berkembang secara optimal.
Kenyataan yang terjadi saat ini kemampuan siswa dalam pembelajaran
matematika masih belum optimal. Hal ini dikarenakan siswa hanya mencontoh
apa yang dikerjakan guru, dan dalam menyelesaikan soal siswa beranggapan
cukup dikerjakan seperti apa yang dicontohkan Mina (Crismasanti, 2017:74).
Akibatnya siswa kurang memiliki kemampuan menyelesaikan soal dengan
alternatif lain. Siswa juga kurang memperoleh kesempatan secara bebas untuk
mengekspresikan dirinya. Padahal kemampuan seperti ini sangat dibutuhkan oleh
siswa untuk meyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan mereka hadapi
dimasa depan. Berdasarkan pendapat tersebut dalam pembelajaran matematika
hendaknya dapat memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berpikir secara
aktif dan kritis, yang salah satunya adalah pembelajaran dengan pemberian soal-
soal open-ended.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (Crismasanti,
2017:74) inferensi analisis yang terlihat masih sangat rendah dalam skripsinya
yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX Pada
Materi Kesebangunan”. Berdasarkan hasil analisis data pada sub bab hasil dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa SMP
Kelas IX masih tergolong rendah. Hal tersebut siswa yang memenuhi masing-
masing indikator kemampuan berpikir kritis masih di bawah 50%.
6
Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 10 Oktober 2018 pada pembelajaran Matematika terhadap siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene bahwa pada saat proses
pembelajaran berlangsung sebagian siswa tidak antusias dalam belajar. Masih
terdapat beberapa siswa yang berbicara dengan temannya yang lain pada saat guru
bidang studi matematika menjelaskan materi pada pokok pembahasan sistem
persamaan linear dua variabel. Pada saat siswa mengikuti proses belajar mengajar,
siswa lebih banyak pasif dimana ketika guru menjelaskan materi, siswa hanya
menerima apa yang dijelaskan oleh guru tanpa ada respon balik dari siswa itu
sendiri. Ketika siswa diberikan pertanyaan seputar materi pembelajaran
matematika atau latihan soal mengenai pemecahan masalah dan pemahaman
konsep siswa selalu berorientasi pada perolehan jawaban yang benar. Akibatnya
prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal latihan sistem
persamaan linear dua variabel tidak dapat perhatian dari guru. Oleh karena itu,
hasil belajar kurang maksimal yaitu hanya berkisar nilai rata-rata 65 menurut guru
bidang studi matematika kelas VIII, sedangkan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) untuk mata pelajaran matematika kelas VIII adalah 72. Karena pada
dasarnya cara berpikir seorang itulah yang sangat mempengaruhi suatu hasil, jika
anak tidak bisa berpikir secara kritis pasti hasil belajarnya juga akan kurang. Dari
hal itulah yang mengindikasikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pemecahan masalah berbasis open-ended dan kemampuan siswa untuk
mengemukakan ide-idenya dalam menemukan solusi dikatakan masih rendah.
7
Salah satu alternatif pembelajaran yang lebih berorientasi pada aktivitas
serta berpikir kritis siswa yaitu pendekatan pembelajaran open-ended. Open-ended
adalah pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki
peyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Lebih lanjut
keleluasaan berpikir melalui pembelajaran open-ended membawa siswa untuk
lebih memahami suatu topik dan keterkaitannya dengan topik lainnya, baik dalam
pelajaran matematika maupun dengan mata pelajaran lain dan dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Soejanto (Kurniati, 2016:3) pendekatan open-ended sebagai salah
satu pendekatan dalam pembelajaran matematika merupakan suatu pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan
minat dan kemampuan masing-masing. Melalui pembelajaran open-ended siswa
dapat menemukan sesuatu yang baru dalam menyelesaikan suatu masalah,
khususnya masalah yang berkaitan dengan matematika. Dengan dasar ini, maka
pembelajaran open-ended dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam
pembelajaran matematika, guru sedapat mungkin jangan memberikan pada
pemecahan tertentu, melainkan membiarkan anak-anak menemukan sendiri teknik
pemecahannya dalam pembelajaran matematika.
8
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya:
1) Purnamasari (2014) menyimpulkan bahwa penerapan open-ended problem
dengan seting discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
terlihat dari nilai rata-rata siswa yang semula 65,2 menjadi 72,5.
2) Yulianto (2011) menyimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan open-
ended problem dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang berimplikasi
pada minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan open-ended problem dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dilihat dari meningkatnya minat belajar dan
hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas jelas bahwa model pembelajaran sangat mempengaruhi
kegiatan proses belajar mengajar, sehingga guru sebaiknya menggunakan model
pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran dan dapat
memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Hal itulah yang mendorong
penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Penerapan Pembelajaran
Matematika Berbasis Masalah Open-Ended (PBMO) sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene ”.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: “Apakah dengan menerapkan pembelajaran matematika
berbasis masalah Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene?”.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa melalui penerapan
pembelajaran matematika berbasis masalah Open-Ended kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
guru, sekolah, dan siswa.
1. Bagi peneliti, pengalaman dan temuan-temuan yang inovatif dalam
penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang pemilihan
dan penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai demi peningkatan
kualitas pendidikan.
2. Bagi guru, dari penerapan strategi pembelajaran ini melalui penelitian yang
dilakukan diharapkan dapat memberikan suatu alternatif pembelajaran
matematika dimasa yang akan datang.
3. Bagi sekolah, dengan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan masukan untuk peningkatan
pembelajaran matematika.
10
4. Bagi siswa, dengan penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah
open-ended ini diharapkan memberikan suatu proses pembelajaran yang
memotivasi siswa untuk mengembangkan ide sebanyak-banyaknya untuk
membangun pengetahuannya sendiri dan dapat melatih kemampuan siswa.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang yang dilandasi dengan tata
perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan yang ingin dicapai melalui
belajar pada dasarnya adalah perubahan yang diperlihatkan oleh individu dalam
bentuk tingkah laku sebagai akibat atas interaksi individu dengan melalui sesuatu
yang mengarah kepada tujuan.
Wahab (2015:17) mengemukakan bahwa belajar adalah semua aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Cronbach
(Raswindasari, 2016:6) belajar adalah sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan
oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
atau tahapan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif terjadi pada diri
seseorang akibat interaksi dengan lingkungannya.
Terdapat berbagai macam defenisi tentang matematika. Rumusan defenisi
yang berbeda-beda itu timbul dari perbedaan sudut pandang para ahli matematika.
Hamzah (2014:48) matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka
dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas
dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir,
kumpulan sistem, struktur dan alat.
12
Freudenthal (Wijaya, 2012:20) “ Mathematics is human activity”.
Matematika merupakan kegiatan manusia. Matematika adalah suatu proses yang
dibangun dalam bentuk pikiran siswa, atau memiliki arti matematika tersebut
merupakan pengalaman siswa yang kemudian siswa konstruksikan menjadi
sebuah proses matematisasi.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah
suatu proses aktif yang dilakukan untuk memahami arti dari struktur-struktur,
hubungan-hubungan, dan simbol-simbol kemudian menerapkan pada situasi nyata
baik secara konseptual maupun secara praktis sehingga menyebabkan perubahan
tingkah laku. Dengan demikian belajar matematika dapat melatih cara berpikir
yang matematis dalam seluruh segi kebutuhan hidup manusia, dari yang paling
sederhana ke yang paling kompleks.
2. Pembelajaran Matematika
Komalasari (2013:3) pembelajaran dapat didefenisikan sebagai sistem atau
proses pembelajaran subjek didik/pembelajaran yang direncanakan atau didesain,
dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajaran
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
Hamzah (2014:90) tujuan pembelajaran matematika yaitu siswa terlatih cara
berpikir dan bernalar menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi intuisi, penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen orisinil, rasa ingin tahu membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba,
kemampuan memecahkan masalah dan menyampaikan informasi atau
13
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan
grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses dan upaya yang diatur sedemikian rupa oleh pendidik
untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar matematika secara
aktif sehingga tercipta hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik,
serta peserta didik dengan lingkungan belajarnya untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman yang sengaja didesain untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan
berlangsungnya proses belajar. Untuk dapat berlangsung efektif dan efesien,
proses belajar perlu dirancang menjadi sebuah kegiatan pembelajaran.
Suprijono (2012:68) model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut
adalah belajar penemuan atau Discovery Learning. Pembelajaran ini menekankan
aktivitas penyelidikan.
Pengertian masalah dalam pembelajaran matematika sendiri menurut
Kertayasa (Sunaryo, 2013:11) yaitu “Masalah adalah suatu hambatan, kesulitan,
atau tantangan, atau situasi yang membutuhkan solusi atau pemecahan”.
Ditambahkan oleh Shadiq (2014:17) yang menyatakan bahwa suatu soal atau
pertanyaan dapat merupakan masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan
14
adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui si pelaku.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan yang dimaksud
dengan pembelajaran berbasis masalah adalah siswa dalam memahami konsep
suatu materi dimulai dari situasi atau masalah yang diberikan pada awal
pembelajaran dan pemecahan masalah dengan cara penyelidikan,
mengintegrasikan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Rahmi (2016:43) menjelaskan bahwa berbagai pengembangan pengajaran
berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan terhadap situasi masalah;
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin; 3) Penyelidikan autentik; 4)
Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya; dan 5) Kolaborasi.
Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa pada pelaksanaan model
pembelajaran berbasis masalah, siswa berkelompok dan berdiskusi dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Masalah tersebut
disajikan dalam bahan ajar untuk diselidiki dan diselesaikan sesuai dengan
informasi yang mereka ketahui.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat 5 tahap utama yang
dimulai dari 1) Orientasi siswa kepada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa
untuk belajar; 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) Menganalisis dan
menginvestigasi proses pemecahan masalah.
15
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Ke- Indikator Tingkah laku guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, media yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
Guru mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi yang dipelajari.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen.
Guru menyajikan/memberikan masalah. Guru mengarahkan siswa memahami dan
memecahkan masalah.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Melalui teknik probing dan scaffolding, guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, memotivasi diskusi dalam memecahkan masalah.
Guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada waktu perwakilan kelompok siswa menyajikan ke depan dan diskusi, guru mengatur jalannya diskusi.
Guru meluruskan konsep apabila siswa mengalami kekeliruan.
5
Menganalisis dan menginvestigasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang digunakan.
Sumber: Ani Nurmia (2017:107).
Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan di atas, Johnson (Sunaryo,
2013:15) mempertegas langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah
yaitu: mengidentifikasi masalah, mengumpulkan solusi-solusi yang
memungkinkan, memilih tiga solusi terbaik, melaksanakan rencana dan
mengevaluasi keefektifan solusi.
4. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended
Pendekatan open-ended berasal dari Jepang pada sekitar tahun 1970.
Peneliti Jepang melakukan serangkaian proyek penelitian pengembangan dalam
metode mengevaluasi keterampilan “berpikir tingkat tinggi” dalam pendidikan
16
matematika dengan menggunakan sries open-ended pada tema tertentu.
Pendekatan ini dimulai dengan melibatkan siswa dalam masalah open-ended yang
mana didesain dengan berbagai jawaban benar.
Purnamasari (2014:14) menyatakan bahwa secara konseptual open-ended
dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-soal matematika yang dirumuskan
sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau banyak solusi yang benar dan
terdapat banyak cara untuk mencapai soal itu.
Pendekatan pembelajaran open-ended adalah pembelajaran terbuka yaitu
siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan jawaban yang benar,
bahkan siswa bisa memperoleh lebih dari satu jawaban yang benar. Sehingga
open-ended dapat memberi kepercayaan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah
dengan beberapa teknik atau cara tertentu.
Beberapa asumsi yang mendasari open-ended adalah:
a. Konteks dan pengalaman merupakan hal penting untuk dipahami:
pembelajaran akan sangat efektif jika ia melibatkan pengalaman yang kaya
dan konkret yang dengannya siswa bisa menjumpai, membentuk dan
mengubah teori-teorinya secara praktis di lapangan.
b. Pemahaman harus dimediasi secara individual: siswa menilai apa, kapan,
dan bagaimana pembelajaran terjadi.
c. Meningkatkan proses kognitif seringkali lebih penting daripada
menciptakan produk-produk pembelajaran. Untuk itulah, lingkungan yang
open-ended perlu dirancang untuk mendukung skill-skill kognitif tingkat
17
tinggi, seperti identifikasi dan manipulasi variabel-variabel, interpretasi
data, hipotesis dan eksperimentasi. Proses penelitian ilmiah lebih dihargai
daripada pemeroleh „kebenaran‟ ilmiah itu sendiri.
d. Pemahaman lebih berharga daripada hanya sekitar mengetahui: lingkungan
pembelajaran yang open-ended harus menenggelamkan siswa dalam
pengalaman-pengalaman yang dapat melejitkan pemahaman mereka
melalui eksplorasi, manipulasi, dan kesempatan untuk „memahami‟ suatu
gagasan daripada sekedar melalui pembelajaran langsung.
e. Proses-proses pembelajaran yang berbeda secara kualitatif: open-ended
berfokus pada skill-skill pemecahan masalah dalam konteks yang autentik
serta memberi kesempatan untuk eksplorasi dan pembangunan teori
(Huda, 2017:279).
Tujuan pembelajaran melalui pembelajaran open-ended yaitu untuk
menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi beberapa
strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan mengelaborasi permasalahan
agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal
dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa dapat
terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Pokok pikiran dari
pembelajaran dengan open-ended yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan
interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk
menjawab permasalahan melalui berbagai strategi. Dengan kata lain pembelajaran
matematika dengan strategi open-ended bersifat terbuka.
18
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Open-Ended
Sumber: Ani Nurmia (2018: 20)
Ciri penting dari masalah open-ended adalah terjadinya keleluasaan siswa
untuk memakai sejumlah strategi dan segala kemungkinan yang dianggap paling
Kegiatan Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Open-Ended
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal
1) Guru memberikan apersepsi dengan melakukan tanya jawab terkait pengetahuan prasyarat dan keterampilan siswa.
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberi informasi materi yang akan dipelajari dan informasi kegunaan materi tersebut.
1) Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sesuai dengan pengetahuan siswa sebelumnya.
2) Siswa bersiap-siap menerima pelajaran dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
Kegiatan Inti
1) Guru memberi masalah open-ended yang relevan dengan materi yang diajarkan sehingga siswa mampu untuk memahaminya dan dapat menemukan pendekatan dalam penyelesaiaannya.
2) Mengeksplorasi masalah. 3) Melakukan perekaman terhadap
respon siswa. 4) Guru melakukan pencatatan
setiap respon siswanya. 5) Meringkas pembahasan yang
telah dipelajari.
1) Siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan guru.
2) Siswa mengamati, menyelidiki, menganalisis dan menemukan alternatif jawaban sendiri.
3) Siswa memberikan respon mengenai pembelajaran dari masalah yang diberikan oleh guru.
4) Siswa melakukan pembelajaran terbuka (open-ended), siswa mencatat hasil temuan yang dilakukan, siswa mendiskusikan hasil jawaban mereka, siswa melaporkan hasil yang diperoleh.
Kegiatan Akhir
1) Guru meluruskan miskonsepsi yang terjadi selama pembelajaran (jika ada).
2) Guru memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang telah didiskusikan kepada siswanya.
3) Guru memberikan informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
1) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep yang telah didiskusikan.
2) Siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran.
19
sesuai untuk menyelesaikan masalah. Artinya pertanyaan open-ended diarahkan
untuk menggiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan guru.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran open-ended, sebagai berikut:
a. Kelebihan Pembelajaran Open-Ended yaitu: 1) Peserta didik berpartisipasi
lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide-ide
mereka; 2) Peserta didik mempunyai kesempatan lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika peserta didik
secara menyeluruh; 3) Peserta didik yang berkemampuan rendah dapat
menyelesaikan permasalahannya dengan cara mereka sendiri; 4) Peserta
didik termotivasi secara intrinsik untuk memberikan pembuktian; 5)
Memberikan kepada peserta didik untuk memperoleh pengalaman dalam
upaya menemukan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah
berdasarkan gagasan dari peserta didik yang lain.
b. Kelemahan Pembelajaran Open-Ended yaitu: 1) Membuat dan menyiapkan
masalah matematika yang bermakna bagi peserta didik bukanlah hal yang
mudah; 2) Beberapa peserta didik yang pandai mengalami kecemasan
dengan jawaban mereka; 3) Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah dengan cara tertentu, cenderung merasa tidak puas
meskipun dapat menyelesaikan dengan cara yang lain.
5. Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended (Open-Ended Problem)
Masalah yang dipecahkan dalam kegiatan pemecahan masalah adalah
permasalahan atau persoalan otentik. Masalah otentik banyak didefenisikan
sebagai ill-structured problem atau open-ended problem, ialah persoalan yang
20
tidak hanya mempunyai satu macam solusi, persoalan yang melibatkan berbagai
disiplin ilmu/kajian, dan berupa persoalan yang memancing pemikiran untuk
menemukan alternatif rumusan dan solusisnya (Suwandi dkk, 2016:164).
Penggunaan masalah open-ended dalam pembelajaran sangat bermanfaat bagi
siswa dalam memecahkan masalah dunia nyata (Suwandi dkk, 2016:164).
Setelah guru menyusun masalah open-ended problem, guru perlu
mempertimbangkan 3 hal berikut, sebelum masalah itu ditampilkan di kelas
sebagai awal dari pembelajaran, yaitu: 1) apakah masalah tersebut kaya akan
konsep-konsep matematika; 2) apakah level matematika dari masalah cocok untuk
siswa; dan 3) apakah masalah itu dapat mengembangkan konsep matematika lebih
lanjut.
Masalah dibuat harus dapat mendorong siswa berpikir dalam berbagai
pandangan yang berbeda sehingga masalah tersebut harus kaya dengan konsep-
konsep matematika yang dapat dipecahkan dengan berbagai strategi, sesuai untuk
siswa berkemampuan tinggi maupun rendah. Tingkat kesulitan masalah juga harus
sesuai dengan kemampuan siswa, karena ketika mereka menyelesaikan masalah
open-ended problem mereka harus menggunakan pengetahuan atau keterampilan
yang telah mereka ketahui sebelumnya. Hal ini yang harus dipenuhi adalah
masalah yang dibuat harus memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep
matematika yang lebih tinggi.
21
Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended
Sumber: Raswindasari (2016:19)
6. Berpikir Kritis
a) Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir tidak terlepas dari aktivitas manusia, karena berpikir merupakan
ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Berpikir
pada umumnya didefenisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan
pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan
berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir mampu
mempersiapkan berpikir pada berbagai disiplin serta dapat dipakai untuk
pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik.
Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended
Kegiatan Guru Apersepsi
Kegiatan Awal
1) Guru melakukan tanya jawab untuk mengecek pengetahuan prasyarat dan keterampilan yang dimiliki siswa.
2) Guru memberi informasi materi yang akan dipelajari dan informasi kegunaan materi tersebut (motivasi).
Pengorganisasian
Kegiatan Inti
1) Guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok kecil. 2) Guru memberi masalah open-ended yang relevan dengan materi yang
diajarkan sehingga siswa mampu untuk memahaminya dan dapat menemukan pendekatan dalam penyelesaiaannya.
3) Mengeksplorasi masalah. 4) Melakukan perekaman terhadap dan pencatatan terhadap respon
siswanya. 5) Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
memotivasi diskusi dalam memecahkan masalah. 6) Meringkas pembahasan yang telah dipelajari.
Refleksi
Kegiatan Akhir
1) Guru meluruskan miskonsepsi yang terjadi selama pembelajaran (jika ada) dan membantu siswa untuk refleksi atau evaluasi terhadap proses pembelajaran berbasis masalah open-ended.
2) Guru memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang telah didiskusikan kepada siswanya.
3) Guru memberikan informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
22
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi
permasalahan dalam realita kehidupan yang tak bisa dihindari. Dengan berpikir
kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau memperbaiki
pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk bertindak lebih tepat.
Ungkapan sejalan mengenai orang yang berpikir kritis dikemukakan oleh Splitter
(Maulana, 2017:5), bahwa orang yang berpikir kritis adalah individu yang
berpikir, bertindak secara normatif, dan siap bernalar tentang kualitas dari apa
yang mereka lihat, dengar atau yang mereka pikirkan.
Harsanto (2005:45) menyatakan bahwa ciri orang yang berpikir kritis
meliputi: (1) Membedakan antara fakta, non fakta dan opini; (2) Membedakan
antara kesimpulan definitive dan sementara; (3) Menguji tingkat kepercayaan; (4)
Membedakan informasi yang relevan dan tidak relevan; (5) Berpikir kritis atas
materi yang dibacanya; (6) Membuat keputusan; (7) Mempertimbangkan
wawasan lain; (8) Menguji pertanyaan yang dimilikinya.
Sutaryo dkk (2015:422) juga mengungkapkan terdapat 12 indikator
keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok
keterampilan berpikir, yaitu:
a. Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi: memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang sesuatu penjelasan atau tantangan.
b. Membangun keterampilan dasar yang meliputi: mepertimbangkan
kredibilitas suatu sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
observasi.
23
c. Menyimpulkan, yang meliputi: membuat dedukasi dan
mempertimbangkan hasil dedukasi, membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, membuat keputusan dan
mempertimbangkan hasilnya.
d. Memberikan penjelasan lebih lanjut, yang meliputi: mendefinisikan istilah
dan mempertimbangkan definisi, mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: memutuskan suatu tindakan,
berinteraksi dengan orang lain.
b) Berpikir Kritis Matematis
Berpikir kritis dalam matematika didefenisikan oleh Glazer (Mayadiana,
2012:21) sebagai kemampuan dan disposisi matematis untuk menyertakan
pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk
menggenralisasikan, membuktikan atau mengevaluasi situasi-situasi matematik
yang tidak familiar secara reflektif. Situasi yang tidak familiar adalah suatu situasi
yang di mana individu tidak dapat secara langsung memahami konsep matematika
atau mengetahui bagaimana menentukan solusi dari persoalan. Sedangkan berpikir
reflektif melibatkan pengkomunikasian solusi dengan penuh pertimbangan,
membuat makna tentang jawaban atau argumen yang masuk akal, menentukan
alternatif untuk menjelaskan konsep atau memecahkan persoalan, dan atau
membangkitkan perluasan untuk studi selanjutnya.
24
Dengan demikian, dari apa yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka
kondisi untuk terjadinya proses berpikir kritis matematis harus memuat hal-hal
berikut:
a. Situasi yang tidak familiar. Dalam hal ini, peserta didik tidak dapat secara
langsung mengetahui bagaimana menentukan solusi dari masalah
matematis yang dihadapi.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan
pengetahuan awalnya, melakukan penalaran matematis, dan mencoba
strategi kognitif secara fleksibel.
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
generalisasi, pembuktian, dan evaluasi terhadap situasi matematis dan
proses pencarian solusi yang telah dilakukannya dengan penuh
pertimbangan (reflektif).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wright dan Bar, Sartorelli,
Swartz, dan Park (Hassoubah, 2004:96) terungkap bahwa kemampuan berpikir
kritis seseorang dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, antara lain: (1)
membaca dengan kritis; (2) meningkatkan daya analisis; (3) mengembangkan
kemampuan mengamati; (4) meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya
dan refleksi; (5) metakognisi; (6) mengamati „model‟ dalam berpikir kritis; serta
(7) diskusi yang „kaya‟. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam kegiatan
formal dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika,
mengingat bahwa hakekat matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan
sistematis, sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis, dan
25
generatif, serta sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif,
dan terbuka, menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta didik dalam
menghadapi laju perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.
B. Penelitian yang Relevan
1. Sri Hastuti Noer (2011) menyimpulkan bahwa: 1) Kemampuan berpikir
kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah open-ended
lebih tinggi daripada siswa mengikuti pembelajaran konvensional; 2)
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada
pembelajaran berbasis masalah open-ended terkategori peningkatan
sedang.
2. Nur Azizah Turohmah (2014) menyimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat dari
peningkatan rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa sebesar
60,86 pada siklus I menjadi 65,5 pada siklus II. Kemampuan berpikir kritis
yang meningkat dengan pendekatan open-ended meliputi memfokuskan
pertanyaan, mengidentifikasi asumsi, menentukan tindakan. Selain itu,
aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended
dari hasil pengamatan, keseluruhan aktivitas siswa mengalami peningkatan
yang menunjukkan rata-rata persentase pada siklus I sebesar 46,6%
menjadi 77,86% pada siklus II. Hal ini juga berdampak pada tiap-tiap
aspek aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dari kategori baik
menjadi kategori sangat baik, dan kategori cukup baik menjadi baik.
26
3. Suryadi (2017) menyimpulkan bahwa pendekatan open-ended dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pelajaran
matematika daripada kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
pendekatan konvensional pada siswa SMPN 4 Banda Aceh, hal ini dapat
dilihat berdasarkan nilai kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas
eksperimen dikategorikan sedang dengan nilai N-gain 0,52 dan
kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas kontrol rendah dengan nilai N-
gain 0,15.
4. Ayu Novia Sari (2016) menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan open-
ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan
hasil perhitungan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
ditunjukkan dengan nilai rata-rata post-test sebesar 76,5 sedangkan pada
kelas kontrol ditunjukkan dengan rata-rata post-test sebesar 69,8 hasil dari
uji N-gain sebesar 0,60 dengan kriteria sedang. Aktivitas yang dilakukan
ada peningkatan dari pertemuan pertama yaitu 92,86% dan pertemuan
kedua 93,81%.
5. Lambertus (2013) menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa yang signifikan pada kelas yang
pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended, dengan peningkatan
sebesar 0,56 sehingga memiliki kualifikasi sedang.
6. Nenden Faridah (2016) menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dengan menggunakan pendekatan open-
ended memiliki gain dengan kategori tinggi sebanyak 4 orang, gain dengan
27
kategori sedang sebanyak 4 orang, dan kategori rendah sebanyak 4 orang.
Adapun rerata gainnya memiliki kategori sedang.
7. Chandra Novitar (2017) menyimpulkan bahwa pencapaian kemampuan
berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan open-ended lebih baik daripada yang menggunakan
pendekatan konvensional, dan kepercayaan diri dalam belajar matematik
siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan berbasis masalah
lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan konvensional.
C. Kerangka Pikir
Pada saat ini diketahui bahwa hampir sebagian besar hasil pembelajaran
siswa masih kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
kurangnya kemampuan dasar matematika peserta didik, kurangnya kerjasama
antar peserta didik itu sendiri, kurangnya kemauan belajar atau minat siswa, dan
kurangnya pemahaman konsep dasar dalam pemecahan masalah dan tingkat
berpikir kritis matematika siswa juga kurang.
Tujuan pembelajaran matematika dapat pula dicapai dengan kegiatan
pembelajaran, akan tetapi proses pembelajaran masih kurang efektif. Adapun
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan pembelajaran
matematika adalah pemilihan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa
dapat pula berperan aktif didalamnya.
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dengan mengaitkan dengan
kondisi lingkungan pembelajaran yang menuntut siswa menggunakan pemikiran
kritisnya. Apabila hal tersebut sering dilatih maka pemikiran kritis siswa akan
28
meningkat. Untuk upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa maka
dipilih Penerapan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended
(PBMO). Alasan digunakannya pembelajaran berbasis masalah open-ended ini
karena pada pembelajarannya siswa diberikan terlebih dahulu masalah untuk
diselesaikan dengan berbagai strategi. Dengan kata lain pembelajaran matematika
dengan strategi open-ended bersifat terbuka.
Penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended pada
proses pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran dan pengetahuan yang diperolehnya merupakan hasil
eksplorasinya sendiri. Proses pembelajaran dibuat menarik dengan adanya
masalah yang solusinya ditemukan sendiri oleh siswa dengan menggunakan
berbagai strategi yang diketahuinya.
Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritisnya dalam menyelesaikan suatu masalah yang diberikan, sehingga dapat
mencapai hasil yang maksimal. Begitu juga sebaliknya, proses pembelajaran yang
tidak menarik, tidak nyaman, dan tidak menyenangkan tidak dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sehingga tidak dapat mencapai
hasil yang maksimal. Oleh karena itu diasumsikan bahwa terdapat assosiasi atau
hubungan yang cukup kuat antara sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran
matematika berbasis masalah open-ended dengan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa setelah pembelajaran berbasisi masalah diberikan.
29
Salah satu usaha mengembangkan kemampuan siswa pada mata pelajaran
matematika di sekolah adalah dengan menerapkan pendekatan open-ended.
Dengan menrapkan pendekatan ini, diharapkan hasil belajar dan kemampuan
siswa dapat meningkat naik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat
dimaksimalkan. Dengan pembelajaran ini, pola pikir matematis siswa dapat
dikembangkan. Keterampilan proses memberi kesempatan siswa berpikir dengan
bebas sesuai dengan kemampuannya. Melatih siswa mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain serta mengembangkan pembelajaran interaktif
dan menyenangkan. Sehingga melalui pendekatan ini, siswa secara individu
membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan
persoalan matematika.
Dengan menerapkan pembelajaran matematika berbasis masalah open-
ended di SMP Negeri 1 Pamboang diharapkan kemampuan berpikir kritis pada
siswa dapat meningkat.
30
Ket:
: kegiatan
: hasil
: lanjut
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Pembelajaran Matematika
Malasah yang Dihadapi - Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika - Kurangnya respon siswa dalam pembelajaran matematika - Hasil Belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) - Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan permasalahan matematika masih rendah
Penerapan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended
SIKLUS II - Menerapkan
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended
- Pelaksanaan tes siklus II
SIKLUS I - Menerapkan
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended
- Pelaksanaan tes siklus I
Melalui penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
31
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka rumusan
pernyataan hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terjadi peningkatan
kemampuan berpikir kritis pada siswa setelah diterapkan pembelajaran
matematika berbasis masalah open-ended pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang Kabupaten Majene”.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang
biasa dikenal Classroom Action Research (CAR). Menurut Ebbutt, penelitian
tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan
tersebut (Turohmah, 2014:23).
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin,
model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian
tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang
pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Konsep
pokok penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting) (Turohmah, 2014:23).
33
Hubungan keempat komponen tersebut dapat dipandang sebagai siklus
digambar sebagai berikut (Turohmah, 2014:23):
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin
Model ini terdiri dari beberapa siklus, dimana setiap siklus terdapat empat
komponen, yaitu:
a. Perencanaan
1. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa,
2. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi matematika,
3. Data yang telah diidentifikasi, dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan
disimpulkan,
4. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan asal penyebab masalah-
masalah itu dengan menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
34
dan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi
terhadap guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan apa yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan yaitu menggunakan pendekatan open-
ended. Dimana peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan dan dibantu seorang
observer.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh observer mengamati aktivitas mengajar
dan aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi. Selain itu, observasi berupa kegiatan mengamati, mencatat dan
mendokumentasikan segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berdasarkan lembar observasi.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis
bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang
dilakukan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.
35
Adapun alur desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Alur PenelitianTindakan Kelas
Kemampuan berpikir kritis siswa rendah
Perencanaan Siklus 1
Pelaksanaan Siklus 1 yang melaksanakan pembelajran
Pengamatan Siklus 1
Refleksi Siklus 1
Kemampuan berpikir kritis siswa rendah
Perencanaan Siklus 2
Pelaksanaan Siklus 2 yang melaksanakan pembelajran
Pengamatan Siklus 2
Refleksi Siklus 2
Kemampuan berpikir kritis siswa mencapai keberhasilan
Jika belum mencapai keberhasilan maka dilanjutkan ke siklus berikutnya
36
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pamboang
2. Subjek Penelitian
Adapun kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang. Pertimbangan dipilihnya kelas tersebut adalah berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian yang dirundingkan dengan
guru kelas bahwa kemampuan berpikir kritis di kelas tersebut rendah. Partisipasi
yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti, guru bidang studi matematika,
dan observer.
C. Peran dan Posisi dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana
kegiatan. Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan
pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil
penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh observer
(pengamat).
D. Tahapan Intervensi Tindakan
Pada penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus, yang dimaksud untuk
melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa setelah mendapat
tindakan yaitu berupa pendekatan open-ended. Setiap siklus dalam penelitian ini,
peneliti dan observer akan mengamati respon siswa dalam setiap tindakan
pengajaran yang dilakukan dalam kelas, dan melakukan penilaian terhadap hasil
37
belajar siswa. Apabila pada siklus I terdapat kekurangan, maka siklus II diarahkan
untuk perbaikan.
Adapun tahap penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan
a. Observasi awal ke sekolah
b. Pembuatan surat izin penelitian
c. Mengobservasi proses belajar mengajar matematika di kelas
d. Menentukan subjek penelitian
e. Wawancara guru tentang aktivitas dan hasil belajar siswa
f. Melakukan diagnosa mengenai timbulnya permasalahan yang ada
g. Membuat instrumen dan perencanaan tindakan
h. Mensosialisasikan hasil observasi kepada guru bidang studi matematika
Observasi proses pembelajaran ini dilakukan bertujuan untuk mengamati
keadaan siswa dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas. Kemudian
didiskusikan dengan guru bidang studi matematika mengenai proses pembelajaran
matematika dimana melihat kemampuan awal siswa dalam mengerjakan soal-soal
matematika. Kemudian dianalisi dan diperoleh sebagai acuan dalam melakukan
penelitian ini yang akan membahas mengenai materi yang akan dibahas.
2. Tahap penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Menyiapkan kelas Penelitian
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
38
4) Menyiapkan ringkasan materi siklus I
5) Membuat latihan soal
6) Menyusun daftar respon siswa yang diharapkan
7) Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran siswa
8) Menentukan indikator keberhasilan siklus dengan guru bidang studi
9) Menyiapkan soal tes akhir siklus I
10) Menyiapkan alat dokumentasi
b. Tahap Pelaksanaan
1) Peneliti melaksanakan penelitian dengan melakukan pembelajaran
menggunakan pendekatan open-ended sesuai dengan RPP secara
individual.
2) Memberikan tes akhir siklus I kepada setiap siswa berupa soal uraian yang
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
c. Tahap Pengamatan
Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan dimana peneliti
mengamati aktivitas belajar siswa dan guru saat proses jalannya pembelajaran
berdasarkan lembar observasi, dan mendokumentasikan kegiatan siswa
dibantu observer.
d. Tahap Refleksi
Menentukan apakah pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended
menuai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Apabila pada
siklus I terdapat kekurangan maka dilanjutkan pada siklus II.
39
3. Tahap Penelitian Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan
perbaikan dari siklus I
2) Mendiskusikan hasil refleksi siklus I agar siklus II lebih efektif dengan
guru kolaborator
3) Menyiapkan ringkasan materi siklus II
4) Menyusun daftar respon siswa yang diharapkan
5) Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran siswa
6) Menentukan indikator keberhasilan siklus dengan guru bidang studi
7) Menyiapkan soal tes akhir siklus II
8) Menyiapkan alat dokumentasi
b. Tahap pelaksanaan
1) Peneliti melaksanakan penelitian dengan melakukan pembelajaran
menggunakan pendekatan open-ended sesuai dengan RPP yang telah
dibuat secara kelompok.
2) Memberikan tes akhir siklus II kepada setiap siswa berupa soal uraian
yang mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
c. Tahap pengamatan
Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses
jalannya pembelajaran berdasarkan lembar observasi dan mendokumentasikan
kegiatan siswa.
40
d. Tahap refleksi
Menentukan apakah pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended
menuai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Siklus akan
berhenti jika ada peningkatan yang signifikan.
E. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan
Keberhasilan penelitian ini adalah dapat meningkatkan ketrampilan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan pendekatan open-ended pada pembelajaran
matematika. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
1) Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang menunjukkan rata-rata
nilai kelas diperoleh mencapai 72.
2) Peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang menunjukkan
skor rata-rata presentase aktivitas keseluruhan siswa mencapai 70%.
3) Hasil pengamatan melalui lembar observasi menunjukkan 70% siswa
memberikan respon positif.
F. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan
data kuantitatif.
1) Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan
aktivitas mengajar guru saat proses pembelajaran, hasil dokumentasi selama
proses pembelajaran berlangsung, dan hasil jurnal harian siswa.
41
2) Data kuantitatif
Data kuantitaif diperoleh dari hasil tes kemampuaan berpikir kritis siswa
pada setiap siklus yang dikerjakan siswa. Sumber data dalam penelitian ini
diperoleh dari peneliti, siswa kelas VIII A, dan observer.
G. Defenisi Operasioanal Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah berpikir dengan benar untuk memperoleh
pengetahuan yang relevan. Berpikir kritis merupakan berpikir menggunakan
penalaran, berpikir reflektif, dan bertanggung jawab. Seseorang dikatan berpikir
kritis apabila dapat memperoleh suatu pengetahuan dengan cara hati-hati, tidak
mudah menerima pendapat tetapi mempertimbangkan menggunakan penalaran,
sehingga kesimpulannya terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kemampuan berpikir kritis dalam matematika adalah kemapuan untuk
menganalisis suatu situasi atau masalah matematika melalui suatu pemeriksaan
yang ketat. Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan), clarity (menjelaskan
istilah yang digunakan), inference (membuat simpulan dari penyelesaian suatu
masalah).
H. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang digunakan. Instrumen
pengumpul data yang digunakan antara lain:
1) Tes
Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu
ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, tes
42
berbentuk pemberian tugas berupa pertanyaan uraian yang dapat menunjukan dan
menggambarkan kemampuan berpikir kritis siswa yang harus dijawab dan
dikerjakan sehingga diperoleh hasil pengukuran instrumen tes tersebut. Tes
diadakan setelah diterapkan pembelajaran matematika berbasis masalah open-
ended yaitu tes untuk siklus I kemudian apabila dari hasil siklus I tidak diperoleh
peningkatan secara signifikan maka dilanjutkan ketahap pemberian tes siklus II
setelah diterapkannya kembali pembelajaran matematika berbasis masalah open-
ended. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal uraian yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dengan melihat indikatornya
setelah diberi perlakuan. Agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat terlihat
maka tes dibuat dalam bentuk uraian.
2) Non tes
a) Lembar Observasi
Berupa pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan
persiapan yang matang dilengkapi dengan instrumen tertentu. Observasi biasanya
digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya, maupun dalam
situasi buatan (Turohmah, 2014:31).
b) Lembar Jurnal Harian
Cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran siswa.
43
c) Pedoman Wawancara
Pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan, dan
pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas.
I. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Observasi proses pembelajaran Open-Ended
Data hasil observasi dalam penelitian ini ada dua. Pertama, data observasi
terhadap tindakan pembelajaran peneliti yang diisi oleh observer. Pedoman
observasi pada peneliti digunakan untuk menilai proses mengajar peneliti. Kedua,
data dari hasil observasi proses pembelajaran siswa yang diisi oleh peneliti dan
observer, pedoman observasi pada siswa untuk mengetahui aktivitas dan tingkat
kemampuan berpikir kritis pada siswa.
2) Hasil tes siswa pada setiap akhir siklus.
Instrumen yang digunakan adalah lembar soal uraian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan melihat indikatornya
setelah diberi perlakuan. Agar kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat terlihat
maka tes dibuat dalam bentuk uraian.
3) Wawancara
Wawancara dilakukan setelah subjek penelitian diberikan tes siklus II.
Wawancara yang dilakukan merupakan jenis wawancara semiterstruktur.
Wawancara semiterstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan lengkap
44
untuk pengumpulan datanya, melainkan aspek-aspek yang akan ditanyakan
berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika. Hal tersebut
dimkasudkan untuk menemukan masalah dengan terbuka artinya subjek
distimulasi untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya dengan jawaban yang
telah ditulis. Selain itu, wawancara juga dilakukan karena tidak semua yang ada
didalam pikiran subjek penelitian tertuang secara tertulis pada lembar jawaban.
Wawancara yang dilakukan juga menjadi tindak lanjut untuk mengkonfirmasi
terhadap jawaban yang ditulisnya.
4) Jurnal harian
Jurnal harian dibuat untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dan mengetahui
pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa mengisi
jurnal harian pada setiap akhir proses pembelajaran. Setelah lembar jurnal
terkumpul dan dikelompokkan respon siswa yang memiliki kesamaan terhadap
pembelajaran, maka data yang didapat dibuat dalam tabel frekuensi yang
dilengkapi dengan presentase, dalam hal ini menggunakan rumus sebagai berikut:
P
Keterangan:
P = Presentase
F = Frekuensi Jawaban Responden
N = Jumlah Responden
Kriteria yang diterapkan untuk mengatakan bahwa para siswa memiliki
respon positif terhadap kegiatan pembelajaran adalah lebih dari 70% dari mereka
45
memberi respon positif dari jumlah aspek yang ditanyakan. Respon positif siswa
terhadap pembelajaran dikatakan tercapai apabila kriteria respon positif siswa
untuk kegiatan pembelajaran terpenuhi (Turohmah, 2014:33).
J. Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut.
Berdasarkan lembar observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi yang
dianalisis secara deskriptif. Sedangkan analisis data kuantitatif menggunakan tes
matematika yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kritis dengan melihat
indikatornya.
1. Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Pemberian skor penilaian kemampuan berpikir kritis untuk setiap
indikator pada penelitian ini mulai 0-4. Adapun pedoman penskoran
kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Akhir Siklus Aspek yang
diukur Skor Respon siswa pada masalah
Focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan)
0 Tidak menuliskan yang diketahui dan ditanyakan.
1 Menuliskan yang diketahui saja atau yang ditanyakan saja dengan tidak tepat.
2 Menuliskan yang diketahui saja atau yang ditanyakan saja dengan tepat.
3 Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan tepat dan kurang lengkap.
4 Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan tepat dan lengkap.
Clarity (menjelaskan istilah yang digunakan)
0 Tidak menuliskan pernyataan maupun simbol matematika.
1 Tidak mengubah pernyataan dalam bentuk simbol matematika.
2 Menuliskan pernyataan secara langsung dalam bentuk simbol tanpa memberi penjelasan.
3 Mengubah pernyataan pada soal ke dalam simbol
46
matematika dan menjelaskannya dengan benar tetapi kurang lengkap.
4 Mengubah pernyataan pada soal ke dalam simbol matematika dan menjelaskannya secara lengkap dan benar.
Inference (Menarik kesimpulan)
0 Tidak membuat simpulan. 1 Membuat simpulan yang tidak tepat dan tidak
disesuaikan konteks masalah. 2 Membuat simpulan yang tidak tepat meskipun sudah
Disesuaikan dengan konteks masalah. 3 Membuat simpulan dengan benar tetapi tidak sesuai
dengan konteks masalah. 4 Membuat simpulan sesuai dengan konteks masalah
dengan benar. Sumber: Nurina (2011:199)
Ilustrasi untuk pemberian skor pada tes kemampuan berpikir kritis siswa
adalah sebagai beriku:
Tabel 3.2 Ilustrasi Pemberian Skor Tes Siklus I dan II Nomor
Soal Komponen Berpikir Kritis Skor
Maksimal Focus Clarity Inference 1 4 4 4 12 2 4 4 4 12 3 4 4 4 12 4 4 4 4 12
Total Skor 16 16 16 48
Skor Akhir =
Setelah diperoleh data dari skor siswa, maka akan dilakukan pengkategorian.
Pengkategorian kemampuan berpikir kritis siswa sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Berpikir Kritis
Nilai Ketercapaian Kategori
90% ≤ P Sangat Tinggi
80% ≤ P < 90% Tinggi
65% ≤ P < 80% Sedang
55% ≤ P < 65% Rendah
P < 55% Sangat Rendah
Sumber: Nurina (2011:35)
47
2. Data Hasil Observasi
a. Data Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa
Data hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
dianalisis dan dideskripsikan. Adapun analisis observasi aktivitas siswa
menggunakan teknik persentase:
Keterangan:
P = Angka Persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number Of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
Tabel 3.4 Pedoman Konversi Persentase Rata-Rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa.
Persentase rata-rata Kategori 81% - 100% Sangat Aktif 61% - 80% Aktif 41% - 60% Cukup Aktif 21% - 40% Kurang Aktif 0% - 20% Tidak Aktif
Sumber: Sri Rahmi (2016:53)
b. Data Keterlaksanaan Pembelajaran
Untuk menghitung nilai rata-rata kemampuan guru dalam mengelolah
pembelajaran pada setiap pertemuan dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
= nilai rata-rata kemampuan guru mengelolah pembelajaran
Nilai total = jumlah nilai yang diperoleh guru dalam mengelolah
pembelajaran
48
Nilai max = nilai max yang diperoleh guru dalam mengelolah
pembelajaran
Untuk pengkategorian kemampuan guru tersebut digunakan kategori pada
tabel berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Kemampuan Guru Mengelolah Pembelajaran Tingkat Kemampuan Guru (TKG) Kategori
0,00 ≤ tkg< 1,00 Tidak Baik 1,00 ≤ tkg< 2,00 Kurang Baik 2,00 ≤ tkg< 3,00 Cukup Baik 3,00 ≤ tkg< 4,00 Baik
Tkg = 4,00 Sangat Baik Sumber: Sri Rahmi (2016:52)
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (sikus 1) telah dilakukan dan hasil tindakan belum
mencapai kriteria keberhasilan yaitu adanya peningkatan keterampilan berpikir
kritis pada siswa, maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan tindakan
selanjutnya sesuai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
Setelah dianalisis dan refleksi pada siklus I, akan tetapi kriteria keberhasilan
belum tercapai maka akan dilakukan siklus II dengan berkelompok. Penelitian
akan berakhir jika peneliti kriteria keberhasilan telah berhasil diuji degan
penerapan pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil-hasil penelitian yang
menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa setelah
pembelajaran berbasis masalah Open-Ended (PBMO) kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang Kabupaten Majene ini diimplementasikan. Adapun yang dianalisis
adalah data tes kemampuan berpikir kritis siswa, data aktivitas siswa, data
keterlaksanaan pembelajaran, dan data jurnal harian siswa mengenai respon siswa
setelah penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah Open-Ended
(PBMO).
Data yang dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil
observasi keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan,
dan data yang diperoleh dari jurnal harian siswa terhadap pembelajaran setiap
pertemuan. Sedangkan data yang dianalisis secara kuantitatif adalah skor akhir
hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh setelah pelaksanaan tes
siklus I dan II. Skor tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
yaitu skor rata-rata, standar deviasi, median, frekuensi dan persentase nilai
terendah dan tertinggi yang dicapai siswa pada tes tersebut.
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Tahap Penelitian Kegiatan Pendahulua.
Pada tanggal 10 Oktober 2018 peneliti melakukan observasi pembelajaran
matematika di kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang. Kegiatan ini merupakan
50
langkah awal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan
kelas. Dalam kegiatan pra penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru
bidang studi matematika, melakukan pengamatan aktivitas belajar mengajar di
kelas, dan mendiskusikan pembelajaran berbasis masalah open-ended yang akan
digunakan dalam penelitian dengan guru bidang studi matematika, serta
melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas.
Adapun hasil observasi pembelajaran di kelas yaitu; 1) metode yang
digunakan guru lebih banyak penugasan, ceramah interaktif dengan menjelaskan
materi yang diajarkan; 2) Siswa masih takut untuk bertanya dan mengajukan
pendapat tentang materi yang dipelajari kepada guru; 3) Dalam penyelesaian tugas
siswa hanya menggunakan strategi yang diajarkan guru sehingga cenderung
menyalin cara dengan berbeda angka; 4) Ekspresi muka siswa menunjukkan
bosan dan bingung ketika pembelajaran matematika sedang berlangsung.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika
untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika bahwa
pembelajaran yang dilakukan sudah menerapkan berbagai metode active learning,
akan tetapi siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah, dikarenakan
pembelajaran yang dilakukan hanya berpacu pada soal dengan satu stretegi
penyelesaian.
51
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut:
1) Setelah dilakukan tahap observasi peneliti menyiapkan kelas yang menjadi
subjek penelitian bersama guru bidang studi matematika.
2) Menyusun rencana pengajaran menggunakan pembelajaran matematika
berbasis masalah open-ended untuk setiap pertemuan pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada
rencana pengajaran yang akan disusun berdasarkan format yang berlaku di
sekolah dan telah didiskusikan dengan guru bidang studi matematika.
4) Membuat perangkat pembelajaran berupa Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) yang digunakan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama
sampai ketiga dan pertemuan kelima sampai pertemuan ketujuh.
5) Memebuat lembar observasi untuk pengamatan/pencatatan data mengenai
aktivitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran pada saat kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah open-
ended.
6) Membuat lembar jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
matematika berbasis masalah open-ended.
52
7) Membuat alat evalusi yang akan digunakan pada akhir siklus I yang terdiri
dari 4 butir soal yang terkait dengan materi yang telah dijelaskan pada
pertemuan sebelumnya.
b. Tahap Pelaksanaan
Adapun gambaran umum kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
penerapan dari pendekatan open-ended, diantaranya sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama (Selasa, 01 Oktober 2019)
a) Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, mengarahkan siswa agar
lebih aktif, dan memotivasi peserta didik.
b) Penyajian materi dengan pokok bahasan mengetahui dan membuat
Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV).
c) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan contoh
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended.
d) Siswa menyelesaikan soal di LKPD berupa masalah matematika yang
ditentukan oleh guru dengan prosedur: 1) merumuskan pokok-pokok
permasalahan, 2) menjelaskan istilah yang digunakan, dan 3) membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah.
e) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam menyelesaikan soal
LKPD.
f) Guru mempersilahkan siswa untuk mempersentasikan hasil jawaban dalam
diskusi kelompok mereka.
53
g) Menarik kesimpulan dan melakukan refleksi terkait dengan materi yang
telah dijelaskan.
2) Pertemuan kedua (Kamis, 03 Oktober 2019)
a) Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, mengarahkan siswa agar
lebih aktif, dan memotivasi peserta didik.
b) Penyajian materi dengan pokok bahasan memahami dan menjelaskan cara
penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV).
c) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan contoh
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended.
d) Siswa menyelesaikan soal di LKPD berupa masalah matematika yang
ditentukan oleh guru dengan prosedur: 1) merumuskan pokok-pokok
permasalahan, 2) menjelaskan istilah yang digunakan, dan 3) membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah.
e) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam menyelesaikan soal
LKPD.
f) Guru mempersilahkan siswa untuk mempersentasikan hasil jawaban dalam
diskusi kelompok mereka.
g) Menarik kesimpulan dan melakukan refleksi terkait dengan materi yang
telah dijelaskan.
54
3) Pertemuan ketiga (Selasa, 08 Oktober 2019)
a) Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, mengarahkan siswa agar
lebih aktif, dan memotivasi peserta didik.
b) Penyajian materi dengan pokok bahasan menjelaskan dan membuat model
masalah dari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
c) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan contoh
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended.
d) Siswa menyelesaikan soal di LKPD berupa masalah matematika yang
ditentukan oleh guru dengan prosedur: 1) merumuskan pokok-pokok
permasalahan, 2) menjelaskan istilah yang digunakan, dan 3) membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah.
e) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam menyelesaikan soal
LKPD.
f) Guru mempersilahkan siswa untuk mempersentasikan hasil jawaban dalam
diskusi kelompok mereka.
g) Menarik kesimpulan dan melakukan refleksi terkait dengan materi yang
telah dijelaskan.
4) Pertemuan keempat (Kamis, 10 Oktober 2019)
Memberi tes siklus I kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) yang diajarkan
pada pertemuan 1.2, dan 3.
55
c. Tahap Observasi (pengamatan)
Pada prinsipnya tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu:
1) Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Siklus I
a) Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Setiap Indikator
Peneliti menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I ditinjau
dari setiap indikatornya yaitu, focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan),
clarity (menjelaskan istilah yang digunakan), dan inference (membuat simpulan
dari penyelesaian suatu masalah). Adapun deskriptif ketercapaian indikator
kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I dapat dilihat pada Table 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada siklus I
No.
Indikator
Skor Ideal
Siklus I
Jumlah Skor Siswa
Rata-rata
Persentase (%)
1. focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan)
4 421 3,62 90,5
2. clarity (menjelaskan istilah yang digunakan)
4 336 2,90 72,5
3.
inference (membuat simpulan dari penyelesaian suatu masalah)
4 252 2,17 54,25
Pencapaian indikator kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I yaitu
pada indikator focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan) mencapai rata-rata
3,62 dengan persentase ketercapaiannya adalah 90,5%, pada indikator clarity
(menjelaskan istilah yang digunakan) rata-rata 2,90 dengan persentase
56
ketercapaiannya adalah sebesar 72,5% dan pada indikator inference (membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah) rata-rata 2,17 dengan persentase
ketercapaian adalah sebesar 54,25%.
b) Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Secara Keseluruhan
Adapun skor kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene melalui penerapan pembelajaran
matematika berbasisi masalah open- ended pada siklus I dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut:
Tabel 4.2 Statistik Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik Ukuran Sampel 29
Skor Ideal 100 Skor Tertinggi 95,83 Skor Terendah 22,91 Rentang Skor 72,92 Skor Rata-rata 72,12
Median 79,16 Modus 87,50
Standar Deviasi 20,24 Sumber Data Lampiran C1, C2, dan C3
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh bahwa skor rata-rata hasil tes kemampuan
berpikir kritis pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang setelah
pemberian tindakan pada siklus I adalah 72,12 dari skor ideal yang mungkin
dicapai yaitu 100. Skor tertinggi 95,83 dan skor terendah 22,91 dengan standar
deviasi 20,24.
Apabila skor kemampuan berpikir kritis pada siswa tersebut
dikelompokkan kedalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan
persentase skor kemampuan berpikir kritis siswa pada Siklus I, sebagai berikut:
57
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes Kemampuan Kritis Siswa Pada Siklus I
Nilai Ketercapaian Kategori Frekuensi Persentase
90% ≤ P Sangat Tinggi 4 13,80%
80% ≤ P < 90% Tinggi 10 34,48%
65% ≤ P < 80% Sedang 5 17,24%
55% ≤ P < 65% Rendah 5 17,24%
P < 55% Sangat Rendah 5 17,24%
Jumlah 29 100%
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bahwa dari 29 siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang, terdapat 4 siswa atau 13,80% yang kemampuan berpikir
kritis matematikanya dalam kategori sangat tinggi, 10 siswa atau 34,48% yang
kemampuan berpikir kritis matematikanya dalam kategori tinggi, 5 siswa atau
17,24%, dalam kategori sedang, 5 siswa atau 17,24% dalam kategori rendah dan 5
siswa atau 17,24% dalam kategori sangat rendah.
Adapun deskripsi ketuntasan kemampuan berpikir kritis pada siswa melalui
pendekatan open-ended pada tes akhir siklus I ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan Pembelajaran open-ended pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang pada Tes Akhir Siklus I
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 0-72 Tidak tuntas 10 34,48 2 73-100 Tuntas 19 65,51
Jumlah 29 100
58
Gambar 4.1 Histogram Pembelajaran Matematika Dalam Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Siklus I
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.1 diperoleh bahwa dari 29 siswa
kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang setelah pemberian tindakan pada siklus I
terdapat 10 siswa dikategorikan tidak tuntas atau 34,48% dan 19 orang siswa
dikategorikan tuntasatau 65,51%. Atau dapat disimpul bahwa pada siklus I
indikator keberhasilan yang ingin dicapai belum terpenuhi. Maka dilanjutkan pada
siklus II.
59
2) Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan pembelajaran matematika berbais masalah open-ended.
Berikut uraian hasil dari suatu kegiatan:
a) Observasi aktivitas siswa
Aktivitas siswa yang dilakukan pada siklus I tercatat pada hasil observasi
aktivitas siswa. Adapun hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang Kabupaten Majene pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene pada siklus I.
NO Komponen Yang Diamati
Pertemuan Rata-Rata
Persentase Rata-Rata
(%) I II III IV
AKTIVITAS POSITIF
1
Siswa yang hadir tepat waktu pada saat proses pembelajaran berlangsung
28 29 28 29 28,50 98,27
2
Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sesuai dengan pengetahuan siswa sebelumnya
11 13 15
TE
S SIKL
US I
13,00 44,82
3
Siswa bersiap-siap menerima pelajaran dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
22 23 27 24,00 82,75
4
Siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan guru.
13 18 22 17,66 60,91
5
Siswa mengamati, menyelidiki, menganalisis dan menemukan alternatif jawaban sendiri.
25 28 28 27,00 93,10
6
Siswa memberikan respon mengenai pembelajaran dari masalah yang diberikan oleh guru.
17 18 14 16,33 56,32
60
7
Siswa melakukan pembelajaran terbuka (open-ended), siswa mencatat hasil temuan yang dilakukan, siswa mendiskusikan hasil jawaban mereka, siswa melaporkan hasil yang diperoleh.
22 23 27 24,00 82,75
8
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep yang telah didiskusikan.
14 17 18 16,33 56,32
9 Siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran.
11 14 13 12,66 43,67
JUMLAH 618.91 PERSENTASE(%) 68,76
AKTIVITAS NEGATIF
10 Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain dll)
8 5 5 6,00 20,68
JUMLAH 20,68 PERSENTASE(%) 2,06
Sumber Data Lampiran D2
Pada siklus I tercatat aktivitas siswa yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut dicantumkan kedalam lembar
observasi aktivitas siswa yang dicatat oleh observer. Aktivitas siswa tersebut
diperoleh dari lembar observasis siswa yang tercatat pada setiap pertemuan,
berdasarkan lembar aktivitas siswa pada Tabel 4.5 di atas, maka:
1) Persentase siswa yang hadir tepat waktu pada saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu 98,27% (kategori sangat aktif).
2) Persentase siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sesuai dengan
pengetahuan siswa sebelumnya yaitu 44,82% (kategori cukup aktif).
3) Persentase siswa bersiap-siap menerima pelajaran dan mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru yaitu 82,75% (kategori sangat aktif).
61
4) Persentase Siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan
guru yaitu 60,91% (kategori aktif).
5) Persentase siswa mengamati, menyelidiki, menganalisis dan menemukan
alternatif jawaban sendiri yaitu 93,10% (kategori sangat aktif).
6) Persentase siswa memberikan respon mengenai pembelajaran dari masalah yang
diberikan oleh guru 56,32% (kategori cukup aktif).
7) Persentase siswa melakukan pembelajaran terbuka (open-ended), siswa mencatat
hasil temuan yang dilakukan, siswa mendiskusikan hasil jawaban mereka, siswa
melaporkan hasil yang diperoleh yaitu 82,75% (kategori sangat aktif).
8) Persentase siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep yang telah
didiskusikan yaitu 56,32% (kategori cukup aktif).
9) Persentase Siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran yaitu 43,67%
(kategori cukup aktif).
10) Persentase siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain dll) yaitu 20,68%
(kategori kurang aktif).
b) Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan pengimplementasian Pembelajaran
Matematika Berbasis Masalah Open-Ended dapat dilihat dari lembar observasi
aktivitas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilaksanakan
guru mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir dengan mengacu pada RPP.
62
Adapun hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada Tabel
4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran).
NO ASPEK YANG
DIAMATI PENILAIAN RATA-RATA KATEGORI
AKTIVITAS GURU I II III A. Kegiatan Awal
1.
Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a dan
mengecek kehadiran siswa
4 4 4 4 Sangat Baik
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4 4 3 3,66 Baik
3.
Melalui tanya jawab peserta didik diingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya
3 4 4 3,66 Baik
4.
Guru memberi arahan agar peserta didik lebih aktif dalam proses belajar serta mampu mengkomunikasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan apa yang mereka pelajari
3 3 4 3,33 Baik
5.
Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
3 4 4 3,66 Baik
B. Kegiatan Inti: Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan open-ended 1. Guru memberi masalah
open-ended yang relevan dengan materi yang diajarkan sehingga siswa mampu untuk memahaminya dan dapat menemukan pendekatan dalam penyelesaiaannya
4 4 4 4 Sangat Baik
2. Mengeksplorasi masalah 4 4 3 3,66 Baik 3. Melakukan perekaman
terhadap respon siswa
4 4 4 4 Sangat Baik
63
4. Guru melakukan pencatatan setiap respon siswanya
4 4 4 4 Sangat Baik
5. Meringkas pembahasan yang telah dipelajari
3 3 4 3,33 Baik
C. Kegiatan Akhir
1.
Guru meluruskan miskonsepsi yang terjadi selama pembelajaran (jika ada)
3 3 4 3,33 Baik
2.
Guru memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang telah didiskusikan kepada siswanya
4 4 4 4 Sangat Baik
3.
Guru memberikan informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
4 4 4 4 Sangat Baik
Total Penilaian Aktivitas Guru 47 49 50 48,63 Baik Rata-Rata Penilaian Aktivitas
Guru 3,61 3,76 3,84 3,74
Sumber Data Lampiran D4
Dari analisis yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 dan berdasar yang ditetapkan,
maka dapat dideskripsikan bahwa:
1) Pertemuan pertama menunjukkan bahwa observasi keterlaksanan
pembelajaran dengan nilai rata-rata 3,61. Ini menunjukkan bahwa pada pertemuan
awal berada pada kategori baik. Adupun aspek yang memerlukan peningkatan
dalam pelaksanaannya antara lain: (1) Melalui tanya jawab peserta didik
diingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, (2) Guru memberi
arahan agar peserta didik lebih aktif dalam proses belajar serta mampu
mengkomunikasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan apa yang mereka
pelajari, (3) Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ini dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari, (4)
64
Meringkas pembahasan yang telah dipelajari, (5) Guru meluruskan miskonsepsi
yang terjadi selama pembelajaran (jika ada).
2) Pertemuan kedua dengan skor rata-rata 3,76 termasuk dalam kategori
baik. Tetapi masih ada beberapa aspek yang kurang yaitu (1) Guru memberi
arahan agar peserta didik lebih aktif dalam proses belajar serta mampu
mengkomunikasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan apa yang mereka
pelajari, (2) Meringkas pembahasan yang telah dipelajari, (3) Guru meluruskan
miskonsepsi yang terjadi selama pembelajaran (jika ada).
3) Pada pertemuan ketiga skor rata-rata dari keteksanaan pembelajaran
mencapai 3,84. Tetapi masih ada beberapa aspek yang kurang yaitu (1) Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) Mengeksplorasi
masalah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pada siklus I,
menunjukkan observasi keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dengan
rata-rata 3,74 berada pada kategori baik.
3) Hasil Analisis Jurnal Harian
Pengolahan data jurnal harian siswa bertujuan untuk melihat tanggapan
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended,
dan seberapa pengaruhnya pendekatan pembelajaran ini untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa sehingga akhirnya siswa dapat menyelesaikan
soal-soal. Lembar jurnal harian ini diberikan pada setiap akhir pertemuan kepada
siswa.
65
Berikut ini hasil yang diperoleh selama siklus I ditunjukkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7 Rekapitulasi Respon Siswa Dari Jurnal Harian Siklus I
KOMENTAR ALTERNATIF PERTEMUAN KE- RATA-
RATA I II III
Positif Seru dan
Menyenangkan 28,57% 17,24% 32,14% 25,98%
Menarik 39,28% 41,37% 42,85% 41,16% Jumalah 67,14%
Negatif Sulit dan Ribet 10,71% 10,34% 10,71% 10,58%
Kurang Asik dan Tidak Seru
0 13,79% 0 4,59%
Jumlah 15,71% Netral Biasa Saja 21,42% 17,24% 14,28% 17,64%
Jumlah 17,64% Sumber Data Lampiran D6
Dari Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dalam siklus I yang dilakukan
dalam tiga kali pertemuan diperoleh tanggapan siswa yang diberikan, diantaranya
tanggapan positif sebanyak 67,14%, tanggapan negatif sebanyak 15,71%, dan
tanggapan netral sebanyak 17,64%. Tanggapan ini masih belum mencapai kriteria
indikator yang diharapkan yaitu tanggapan positif siswa diatas 70%, hal ini
menunjukkan bahwa siswa dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan
open-ended masih perlu arahan agar respon siswa meningkat terhadap proses
pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended sehingga kemampuan
berpikir kritis siswa meningkat.
d. Refleksi Siklus I
Pada siklus I, pembelajaran melalui penerapan pembelajaran matematika
berbasis masalah open-ended dilakukan dengan menggunakan metode diskusi
kelompok, tanya jawab dan penugasan. Pada pertemuan pertama umumnya siswa
telah menunjukkan antusias belajar yang positif, hal ini terlihat dari semangat
66
siswa dalam mencatat hal-hal penting dari materi yang diberikan guru. Selain itu
pada awal pertemuan siswa masih malu-malu untuk menjelaskan materi yang
telah dipelajari didepan teman kelasnya. Siswa masih merasa kaku dan tegang
untuk mengungkapkan pendapatnya atau pertanyaannya, sehingga guru sesering
mungkin memberikan penguatan kepada siswa. Peneliti lebih banyak
membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua, menyikapi proses
pembelajaran tersebut, bentuk refleksi lebih ditekankan pada bagaimana
pengelolaan kelas yang lebih baik untuk pertemuan berikutnya dan memotivasi
siswa untuk lebih giat belajar.
Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus I, peneliti berusaha
memberikan motivasi dan umpan balik terhadap hasil refleksi pada siklus I, dan
peneliti juga sebagai contoh menunjukkan bahwa guru itu sebagai fasilitator,
sehingga siswa harus lebih banyak bertanya yang mengantarkan siswa untuk dapat
menjelaskan materi yang dipelajari dan mengerjakan LKPD sehingga dapat
menemukan sendiri pengetahuannya dan mengerjakan tugas dengan pemikirannya
sendiri. Namun untuk membimbing setiap siswa dengan kemampuan yang
heterogen dan tergolong rendah ini, proses pembelajaran akan membutuhkan
banyak waktu. Untuk itu, bentuk refleksi lebih ditekankan pada pengelolaan
waktu agar proses pembelajaran selesai tepat pada waktunya dan tujuan
pembelajaran tercapai.
Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa, pada awal pertemuan siklus I
siswa belum terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang diberikan. Namun
67
pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai terbiasa dan tertarik
dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya
siswa yang tidak hadir pada saat mata pelajaran matematika berlangsung.
Pada akhir pertemuan siklus I, siswa diberikan tes untuk menguji
kemampuan mereka atas materi yang telah dibahas selama pembelajaran disiklus
I. Mereka menunjukkan kesiapan dalam ujian, hal ini terlihat pada persiapan alat
tulis menulis dan pengaturan tempat duduk dan meja yang terlihat rapi. Selain itu
mereka terlihat semangat untuk ujian. Setelah tes kemampuan berpikir kritis siklus
I dibagikan mereka cukup tenang dalam mengerjakan soal, walaupun masih ada
bebrapa yang sulit untuk mereka kerjakan karena faktor tidak belajar dan lain hal.
Pada akhir siklus I dapat dikemukakan bahwa kegiatan penelitian telah
sesuai dengan yang dikehendaki, meskipun disadari bahwa apa yang dicapai pada
siklus ini masih jauh dari yang diinginkan. Untuk memperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada siklus
II dapat dibuat perencanaan sebagai berikut:
a) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan .
b) Lebih mengintensifkan meminta kepada setiap siswa mempersentasikan
hasil kerja kelompoknya.
c) Lebih mengintensifkan membimbing siswa yang nilainya belum mencapai
standar nilai (khusus kemampuan berpikir kritis).
d) Memberikan perlakuan khusus bagi siswa yang selalu membuat keributan
di kelas.
68
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan hasil observasi serta masalah-
masalah yang muncul pada siklus I, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Siklus II ini pada dasarnya mengulang langkah-langkah pada siklus I,
namun yang berbeda adalah siklus II dilakukan penyempurnaan dan perbaikan
terhadap kendala yang muncul pada siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan kelima (Selasa, 15 Oktober 2019)
a) Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, mengarahkan siswa agar
lebih aktif, dan memotivasi peserta didik.
b) Penyajian materi dengan pokok bahasan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
c) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan contoh
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended.
d) Siswa menyelesaikan soal di LKPD berupa masalah matematika yang
ditentukan oleh guru dengan prosedur: 1) merumuskan pokok-pokok
permasalahan, 2) menjelaskan istilah yang digunakan, dan 3) membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah.
e) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam menyelesaikan soal
LKPD.
69
f) Guru mempersilahkan siswa untuk mempersentasikan hasil jawaban dalam
diskusi kelompok mereka.
g) Menarik kesimpulan dan melakukan releksi terkait dengan materi yang
telah dijelaskan.
2) Pertemuan keenam (Kamis, 17 Oktober 2019)
a) Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, mengarahkan siswa agar
lebih aktif, dan memotivasi peserta didik.
b) Penyajian materi dengan pokok bahasan memahami penyelesaian dan
menyelesaikan masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
dengan menggunakan grafik dan substitusi.
c) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan contoh
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended.
d) Siswa menyelesaikan soal di LKPD berupa masalah matematika yang
ditentukan oleh guru dengan prosedur: 1) merumuskan pokok-pokok
permasalahan, 2) menjelaskan istilah yang digunakan, dan 3) membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah.
e) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam menyelesaikan soal
LKPD.
f) Guru mempersilahkan siswa untuk mempersentasikan hasil jawaban dalam
diskusi kelompok mereka.
70
g) Menarik kesimpulan dan melakukan releksi terkait dengan materi yang
telah dijelaskan.
3) Pertemuan ketujuh (Selasa, 22 Oktober 2019)
a) Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi, mengarahkan siswa agar
lebih aktif, dan memotivasi peserta didik.
b) Penyajian materi dengan pokok bahasan memahami penyelesaian dan
menyelesaikan masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
dengan menggunakan eliminasi.
c) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan contoh
menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended.
d) Siswa menyelesaikan soal di LKPD berupa masalah matematika yang
ditentukan oleh guru dengan prosedur: 1) merumuskan pokok-pokok
permasalahan, 2) menjelaskan istilah yang digunakan, dan 3) membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah.
e) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam menyelesaikan soal
LKPD.
f) Guru mempersilahkan siswa untuk mempersentasikan hasil jawaban dalam
diskusi kelompok mereka.
g) Menarik kesimpulan dan melakukan releksi terkait dengan materi yang
telah dijelaskan.
71
4) Pertemuan kedelapan (Kamis, 24 Oktober 2019)
Memberi tes siklus II kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) yang diajarkan
pada pertemuan 5, 6, dan 7
c. . Tahap Observasi
Pada prinsipnya tahap ini dilakukan selama penelitian berlangsung, adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu:
1) Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Siklus II
a) Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Setiap Indikator
Peneliti menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II
ditinjau dari setiap indikatornya yaitu, focus (merumuskan pokok-pokok
permasalahan), clarity (menjelaskan istilah yang digunakan), dan inference
(membuat simpulan dari penyelesaian suatu masalah). Adapun deskriptif
ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II dapat
dilihat pada Table 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematika pada siklus II
No.
Indikator
Skor Ideal
Siklus II
Jumlah Skor Siswa
Rata-rata
Persentase (%)
1. focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan)
4 458 3,94 98,5
2. clarity (menjelaskan istilah yang digunakan)
4 421 3,62 90,5
3.
inference (membuat simpulan dari penyelesaian suatu masalah)
4 319 2,75 68,75
72
Pencapaian indikator kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II yaitu
pada indikator focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan) mencapai rata-rata
3,94 dengan persentase ketercapaiannya adalah 98,5%, pada indikator clarity
(menjelaskan istilah yang digunakan) rata-rata 3,62 dengan persentase
ketercapaiannya adalah sebesar 90,5% dan pada indikator inference (membuat
simpulan dari penyelesaian suatu masalah) rata-rata 2,75 dengan persentase
ketercapaian adalah sebesar 68,75%.
b) Deskripsi Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Secara Keseluruhan
Adapun skor kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene melalui penerapan pembelajaran
matematika berbasisi masalah open- ended pada siklus II dapat dilihat pada Tabel
4.9 berikut:
Tabel 4.9 Statistik Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik Ukuran Sampel 29
Skor Ideal 100 Skor Tertinggi 100 Skor Terendah 58,33 Rentang Skor 41,67 Skor Rata-rata 86,27
Median 87,50 Modus 87,50
Standar Deviasi 8,76 Sumber Data Lampiran C1, C2, dan C3
Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh bahwa skor rata-rata hasil tes kemampuan
berpikir kritis pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang setelah
pemberian tindakan pada siklus II adalah 86,27 dari skor ideal yang mungkin
73
dicapai yaitu 100. Skor tertinggi 100 dan skor terendah 58,33 dengan standar
deviasi 76,24.
Apabila skor kemampuan berpikir kritis pada siswa tersebut dikelompokkan
kedalam 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor
kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II, sebagai berikut:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Siklus II
Nilai Ketercapaian Kategori Frekuensi Persentase
90% ≤ P Sangat Tinggi 9 31,03%
80% ≤ P < 90% Tinggi 14 48,28%
65% ≤ P < 80% Sedang 5 17,24%
55% ≤ P < 65% Rendah 1 3,45%
P < 55% Sangat Rendah 0 0,00%
Jumlah 29 100%
Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh bahwa dari 29 siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Pamboang, terdapat 9 siswa atau 31,03% yang kemampuan berpikir
kritis matematikanya dalam kategori sangat tinggi, 14 siswa atau 48,28% yang
kemampuan berpikir kritis matematikanya dalam kategori tinggi, 5 siswa atau
17,24% dalam kategori sedang, 1 siswa atau 3,44% dalam kategori rendah dan 0
siswa atau 0,00% dalam kategori sangat rendah.
Adapun deskripsi ketuntasan kemampuan berpikir kritis pada siswa melalui
pendekatan open-ended pada tes akhir siklus II ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan Pembelajaran open-ended Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang pada Tes Akhir Siklus II
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 0-72 Tidak tuntas 2 6,90 2 73-100 Tuntas 27 93,10
Jumlah 29 100
74
Gambar 4.2 Histogram Pembelajaran Matematika Dalam Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Siklus II
Dilihat dari data pada siklus I yakni 34,48% siswa dari jumlah siswa yang
tidak tuntas maka kemampuan berpikir kritis menjadi sangat rendah sedangkan
data yang diperoleh dari siklus II, dimana dari 29 siswa kelas VIII A SMP Negeri
1 Pamboang, 93,10% dikategorikan mencapai nilai tuntas, dan sekitar 6,90%
dikategorikan tidak tuntas. Jadi pada siklus II kemampuan berpikir kritis pada
siswa menjadi meningkat.
75
2) Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan pembelajaran matematika berbais masalah open-ended.
Berikut uraian hasil dari suatu kegiatan:
a) Observasi aktivitas siswa
Aktivitas siswa yang dilakukan pada siklus II tercatat pada hasil observasi
aktivitas siswa. Adapun hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang Kabupaten Majene pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene pada siklus II.
NO Komponen Yang Diamati
Pertemuan Rata-Rata
Persentase Rata-Rata
(%) V VI VII VIII
AKTIVITAS POSITIF
1
Siswa yang hadir tepat waktu pada saat proses pembelajaran berlangsung
29 28 29 29 28,75 99,13
2
Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sesuai dengan pengetahuan siswa sebelumnya
20 23 26
TE
S SIKL
US II
23,00 79,31
3
Siswa bersiap-siap menerima pelajaran dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
26 26 25 25,66 88,48
4
Siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan guru
25 27 22 24,66 85,03
5
Siswa mengamati, menyelidiki, menganalisis dan menemukan alternatif jawaban sendiri
27 28 26 27,00 93,10
6
Siswa memberikan respon mengenai pembelajaran dari masalah yang diberikan oleh guru
23 23 25 23,66 81,58
76
7
Siswa melakukan pembelajaran terbuka (open-ended), siswa mencatat hasil temuan yang dilakukan, siswa mendiskusikan hasil jawaban mereka, siswa melaporkan hasil yang diperoleh
26 26 25 25,66 88,48
8
Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep yang telah didiskusikan
23 25 23 23,66 81,58
9 Siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran
13 22 24 19,66 67,79
JUMLAH 764.48 PERSENTASE(%)
84,94
AKTIVITAS NEGATIF
10 Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain dll)
4 4 3 3,66 12,62
JUMLAH 12,62 PERSENTASE(%) 1,26
Sumber Data Lampiran D2
Pada siklus II tercatat aktivitas siswa yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut dicantumkan kedalam lembar
observasi aktivitas siswa yang dicatat oleh observer. Aktivitas siswa tersebut
diperoleh dari lembar observasis siswa yang tercatat pada setiap pertemuan,
berdasarkan lembar aktivitas siswa pada Tabel 4.12 di atas, maka:
1) Persentase siswa yang hadir tepat waktu pada saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu 99,13% (kategori sangat aktif).
2) Persentase siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sesuai dengan
pengetahuan siswa sebelumnya yaitu 79,31% (kategori aktif).
3) Persentase Siswa bersiap-siap menerima pelajaran dan mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru yaitu 88,48% (kategori sangat aktif).
77
4) Persentase siswa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan
guru yaitu 85,03% (kategori sangat aktif).
5) Persentase siswa mengamati, menyelidiki, menganalisis dan menemukan
alternatif jawaban sendiri yaitu 93,10% (kategori sangat aktif).
6) Persentase siswa memberikan respon mengenai pembelajaran dari masalah yang
diberikan oleh guru yaitu 81,58% (kategori sangat aktif).
7) Persentase siswa melakukan pembelajaran terbuka (open-ended), siswa mencatat
hasil temuan yang dilakukan, siswa mendiskusikan hasil jawaban mereka, siswa
melaporkan hasil yang diperoleh yaitu 88,48% (kategori sangat aktif).
8) Persentase siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep yang telah
didiskusikan yaitu 81,58% (kategori sangat aktif).
9) Persentase siswa menyimpulkan hasil dari pembelajaran yaitu 67,79%
(kategori aktif).
10) Persentase siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain dll) yaitu
12,62% (kategori tidak aktif).
b) Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan pengimplementasian Pembelajaran
Matematika Berbasis Masalah Open-Ended dapat dilihat dari lembar observasi
aktivitas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilaksanakan
guru mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir dengan mengacu pada RPP.
78
Adapun hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada Tabel
4.13 berikut:
Tabel 4.13 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran (Aktivitas Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran).
NO ASPEK YANG
DIAMATI PENILAIAN RATA-RATA KATEGORI
AKTIVITAS GURU V VI VII A. Kegiatan Awal
1.
Guru memberikan salam pembuka, berdo‟a dan
mengecek kehadiran siswa
4 4 4 4 Sangat Baik
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4 4 4 4 Sangat Baik
3.
Melalui tanya jawab peserta didik diingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya
3 4 4 3,66 Baik
4.
Guru memberi arahan agar peserta didik lebih aktif dalam proses belajar serta mampu mengkomunikasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan apa yang mereka pelajari
4 4 4 4 Sangat Baik
5.
Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
4 4 4 4 Sangat Baik
B. Kegiatan Inti: Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan open-ended 1. Guru memberi masalah
open-ended yang relevan dengan materi yang diajarkan sehingga siswa mampu untuk memahaminya dan dapat menemukan pendekatan dalam penyelesaiaannya
4 4 4 4 Sangat Baik
2. Mengeksplorasi masalah 4 3 3 3,33 Baik 3. Melakukan perekaman
terhadap respon siswa
4 4 4 4 Sangat Baik
79
4. Guru melakukan pencatatan setiap respon siswanya
4 4 4 4 Sangat Baik
5. Meringkas pembahasan yang telah dipelajari
4 4 4 4 Sangat Baik
C. Kegiatan Akhir
1.
Guru meluruskan miskonsepsi yang terjadi selama pembelajaran (jika ada)
4 4 4 4 Sangat Baik
2.
Guru memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang telah didiskusikan kepada siswanya
3 3 4 3,33 Baik
3.
Guru memberikan informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
4 4 4 4 Sangat Baik
Total Penilaian Aktivitas Guru 50 50 51 50,32 Baik Rata-Rata Penilaian Aktivitas
Guru 3,84 3,84 3,92 3,87
Sumber Data Lampiran D4
Dari analisis yang ditunjukkan pada Tabel 4.13 dan berdasar yang
ditetapkan, maka dapat dideskripsikan bahwa:
1) Pertemuan kelima menunjukkan bahwa observasi keterlaksanan
pembelajaran dengan nilai rata-rata 3,84. Ini menunjukkan bahwa pada pertemuan
awal berada pada kategori baik. Adupun aspek yang memerlukan peningkatan
dalam pelaksanaannya antara lain: (1) Melalui tanya jawab peserta didik
diingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, (2) Guru
memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang telah didiskusikan
kepada siswanya
2) Pertemuan keenam dengan skor rata-rata 3,84 termasuk dalam kategori
baik. Tetapi masih ada beberapa aspek yang kurang yaitu (1) Mengeksplorasi
80
masalah, (2) Guru memberikan perluasan tentang wawasan terkait konsep yang
telah didiskusikan kepada siswanya .
3) Pada pertemuan ketujuh skor rata-rata dari keteksanaan pembelajaran
mencapai 3,92. Tetapi masih ada aspek yang kurang yaitu mengeksplorasi
masalah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pada siklus II,
menunjukkan observasi keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dengan
rata-rata 3,87 berada pada kategori baik.
3) Hasil Analisis Jurnal Harian
Pengolahan data jurnal harian siswa bertujuan untuk melihat tanggapan
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan open-ended,
dan seberapa pengaruhnya pendekatan pembelajaran ini untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada siswa sehingga akhirnya siswa dapat
menyelesaikan soal-soal. Lembar jurnal harian ini diberikan pada setiap akhir
pertemuan kepada siswa. Berikut ini hasil yang diperoleh selama siklus II
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.14 Rekapitulasi Respon Siswa Dari Jurnal Harian Siklus II
KOMENTAR ALTERNATIF PERTEMUAN KE- RATA-
RATA V VI VII
Positif Seru dan
Menyenangkan 34,48% 35,71% 34,48% 34,89%
Menarik 55,55% 42,85% 42,85% 47,08% Jumalah 81,97%
Negatif Sulit dan Ribet 0 0 3,57% 1,19%
Kurang Asik dan Tidak Seru
3,70% 0 7,14% 3,61%
Jumlah 4,80% Netral Biasa Saja 11,11% 21,42% 14,28% 15,60%
Jumlah 15,60% Sumber Data Lampiran D6
81
Dari 29 siswa yang menuliskan respon pada jurnal harian yang diberikan,
sebagian besar siswa menunjukkan tanggapan maupun respon positif terhadap
pembelajarn menggunakan pendekatan open-ended dengan peningkatan rata-rata
persentasi respon jawaban positif siswa 81,97%. Tanggapan ini sudah mencapai
kriteria indikator yang diharapkan yaitu tanggapan positif siswa diatas 70%
Respon ini terjadi karena siswa sudah mengenal dan mulai terbiasa menggunakan
pendekatan open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Releksi Siklus II
Pada siklus II ini pada dasarnya sama dengan siklus I hanya saja pada siklus
II terlihat banyak siswa yang memperhatikan materi mengalami peningkatan,
sedangkan siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran
berlangsung sudah berkurang, dimana siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran terlebih pada saat siswa diberikan soal berupa masalah matematika.
Berdasarkan hasil penelitian mulai dari siklus I sampai siklus II siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene mencapai indikator
keberhasilan sebanyak 27 siswa atau 93,10% siswa telah tuntas belajar
matematika dan sebanyak 2 siswa atau 6,90% siswa belum tuntas belajar
matematika. Pada siklus II kegiatan keterlaksanaan pembelajaran (kemampuan
guru dalam mengelola kelas dan aktivitas siswa) meningkat pada kategori yang
sama yaitu dalam kategori baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penelitian pada siklus II telah
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, maka peneliti memutuskan
bahwa penelitian ini hanya sampai pada siklus II.
82
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian secara umum berupa
hasil analisis kuantitatif dan kualitatif yang dapat memberikan gambaran
mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran setelah
diterapkannnya pembelajaran matematika berbasis masah open-ended (PBMO).
1. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis
a. Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa untuk Setiap Indikator
Dalam hasil tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat perbandingan rata-
rata dan persentase ketercapaian siswa pada Tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15 Perbandingan Rata-Rata dan Persentase Ketercapaian Setiap Indikator Berpikir Kritis
Siklus Rata-rata Persentase
Focus Clarity Inference Focus Clarity Inference
I 3,62 2,90 2,17 90,5% 72,5% 54,25%
II 3,94 3,62 2,75 98,5% 90,5% 68,75%
Dari tabel diatas diunjukkan bahwa setiap indikator meningkat dari siklus I
ke siklus II. Indikator focus (merumuskan pokok-pokok permasalahan) meningkat
dari rata-rata 3,62 disiklus I hingga mencapai rata-rata 3,94 disiklus II, pada
indikator clarity (menjelaskan istilah yang digunakan) meningkat dari rata-rata
2,90 disiklus I hingga mencapai rata-rata 3,62 disiklus II dan pada indikator
inference (membuat simpulan dari penyelesaian suatu masalah) meningkat dari
rata-rata 2,17 disiklus I hingga mencapai rata-rata 2,75 disiklus II.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada siswa untuk
setiap indikatornya yaitu focus, clarity dan inference mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Untuk indikator focus peningkatan rata-rata skor sebesar
83
0,32, untuk indikator clarity peningkatan rata-rata skor sebesar 0,72 dan untuk
indikator inference peningkatan rata-rata skor sebesar 0,58.
b. Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa secara Keseluruhan
Berdasarkan hasil dari penelitian maka dapat dikatakan bahwa dengan
menerapkan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis pada siswa, serta meningkatkan aktivitas siswa. Peningkatan yang terjadi
dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siklus I dan Siklus II
Siklus Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata St Dev
I 22,91 95,83 72,12 20,24
II 58,33 100 86,27 8,76
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa rata-rata skor kemampuan
berpikir kritis siswa pada siklus I adalah 72,12 sedangkan rata-rata skor
kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II adalah 86,27 dari skor ideal yang
mungkin dicapai yaitu 100. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata
skor sebesar 14,15 sehingga secara kuantitatif diperoleh bahwa telah terjadi
peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang setelah menerapkan pendekatan open-ended. Dan apabila
dikategorikan berdasarkan standar nilai maka dari 29 siswa yang mengikuti tes
pada siklus I hanya 34,48% siswa dalam kategori tidak mencapai nilai standar dan
65,51% yang dalam kategori mencapai nilai standar. Sedangkan pada siklus II,
telah mengalami peningkatan dari 29 siswa yang mengikuti tes diperoleh bahwa
93,10% dalam kategori mencapai nilai standar dan 6,90% siswa dalam kategori
84
tidak mencapai nilai standar, sedangkan standar deviasinya mengalami penurunan
dari 20,24 pada siklus I menjadi 8,76 pada siklus II.
Pada siklus I masih ada beberapa siswa yang tidak menyelesaikan tes
kemampuan berpikir kritis dengan pemikirannya sendiri (menyontek) ketika
mengerjakan tes tersebut namun berdasarkan wawancara semistruktur yang
dilakukan dari beberapa siswa pada siklus II maka diperoleh bahwa:
1. Memahami Masalah
Wawancara peneliti dengan subjek YA untuk jawaban pada soal nomor 1,
bahwa subjek YA mampu memahami masalah dengan baik. Subjek YA mampu
menyebutkan hal yang diketahui dari soal dan menuliskannya, yaitu diketahui
Harga 3 jilbab dan 2 rok seharga Rp.280.000,00 dan harga 1 jilbab dan 3 rok
seharga Rp.210.000,00. Subjek YA juga mampu menuliskan dan menyebutkan
hal yang ditanyakan, yaitu ditanyakan tentukanlah harga sebuah jilbab tersebut?.
2. Merencanakan Pemecahan Masalah dan Melaksanakan Rencana Penyelesian
Wawancara yang dilakukan dengan subjek YA diperoleh bahwa subjek YA
dalam merencanakan pemecahan masalah, mampu menyebutkan konsep yang
digunakan yaitu dengan metode campuran (eliminasi dan substitusi). Pertama –
tama subjek YA melakukan pemisal dimana jilbab dimisalkan dengan x dan rok
dimisalkan dengan y, kemudian subjek YA mengeliminasi variabel x untuk
memperoleh nilai dari variabel y yaitu Rp.50.000,00. Setelah diperoleh nilai dari
variabel y subjek YA kemudian mensubstitusikan nilai y tersebut ke salah satu
persamaan sehingga subjek YA memperoleh nilai dari variabel x (harga sebuah
jilbab) yaitu Rp.60.000,00. Setelah itu, subjek YA dapat menggunakan alternatif
85
lain yaitu dengan menggunakan metode eliminasi saja dimana subjek YA
mengeliminasi variabel yang tidak dintayakan yaitu variabel y. Selanjutnya
subjek YA memperoleh nilai dari variabel x (harga sebuah jilbab) dengan harga
yang sama yaitu Rp.60.000,00 dengan langkah dan hasil yang benar. Sehingga
disimpulkan subjek YA mampu merencanakan pemecahan masalah,
melaksanakan rencana penyelesaian dan dapat menemukan strategi lain yang
dimana hasil akhirnya memperoleh nilai yang sama (open-ended).
3. Melihat Kembali Proses dan Hasil
Berdasarkan hasil tes dan wawancara yang dilakukan dengan subjek YA
diperoleh bahwa subjek YA memeriksa kembali proses dan hasil yang telah
diperoleh. Subjek YA hanya menyebutkan cara untuk memeriksa total harga yaitu
dengan mensubtitusi nilai variabel x (harga sebuah jilbab) dan nilai variabel y ke
salah satu persamaan. Namun, subjek YA tidak menuliskannya pada lembar
jawaban. Subjek YA menyimpulkan pada hasil jawaban yang diperoleh bahwa
nilai x (harga sebuah jilbab) yaitu Rp.60.000,00.
Berdasarkan wawancara semistruktur yang dilakukan dari siswa YA pada
siklus II maka diperoleh bahwa YA mampu menjelaskan maksud dari tes soal
nomor 1 pada siklus II dan menyelesaikannya dengan pemikirannya sendiri tanpa
menyontek. Hal ini terlihat bahwa terjadi peningkatan pada siswa ketika
mengerjakan tes kemampuan berpikir kritis.
2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Pamboang diperoleh bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa. Jika dibandingkan
86
hasil observasi siklus I dan siklus II, persentase rata-rata siswa yang hadir tepat
waktu pada saat proses pembelajaran berlangsung meningkat dari 98,27% menjadi
99,13%, siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sesuai dengan
pengetahuan siswa sebelumnya meningkat dari 44,82% menjadi 79,31%, siswa
bersiap-siap menerima pelajaran dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru
meningkat dari 82,75% menjadi 88,48%, siswa menemukan sendiri jawaban dari
permasalahan yang diberikan guru meningkat dari 60,91% menjadi 85,03%, siswa
mengamati, menyelidiki, menganalisis dan menemukan alternatif jawaban sendiri dari
93,10% tetap 93,10%, siswa memberikan respon mengenai pembelajaran dari masalah
yang diberikan oleh guru meningkat dari 56,32% menjadi 81,58%, siswa melakukan
pembelajaran terbuka (open-ended), siswa mencatat hasil temuan yang dilakukan, siswa
mendiskusikan hasil jawaban mereka, siswa melaporkan hasil yang diperoleh meningkat
dari 82,75% menjadi 88,48%, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai konsep
yang telah didiskusikan meningkat dari 56,32% menjadi 81,58%, siswa
menyimpulkan hasil dari pembelajaran meningkat dari 43,67% menjadi 67,79%,
siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain dll) menurun dari 20,68%
menjadi 12,62%.
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pada siswa.
3. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran (kemampuan guru dalam mengelolah kelas)
juga sangat menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Adapun hasil
87
observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan
pembelajaran open-ended pada siklus I dari pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan ketiga adalah dengan rata-rata 3,74 berada pada kategori baik dan hasil
observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan
pembelajaran open-ended pada siklus II dari pertemuan kelima sampai dengan
ketujuh adalah dengan skor rata-rata 3,87 dengan kategori baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan.
Dengan demikian, meningkatnya aktivitas tersebut maka kemampuan berpikir
kritis pada siswa dari siklus I ke siklus II pada kemampuan guru dapat dikatakan
mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,13.
4. Respon siswa
Adapun hasil respon siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang terhadap
pembelajaran matematika melalui penerapan pembelajaran matematika berbasis
masalah open-ended (PBMO) diperoleh rata-rata persentase siswa yang merespon
positif terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan open-
ended adalah 67,14% pada siklus I kemudian meningkat menjadi 81,97% pada
siklus II, sedangkan siswa yang merespon negatif sebesar 15,71% pada siklus I
kemudian menurun menjadi 4,80% pada siklus II dan siswa yang merespon netral
sebesar 17,64% pada siklus I kemudian menurun menjadi 15,60% pada siklus II,
sehingga respon siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang terhadap
pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan open-ended dapat
dikategorikan sangat baik karena memenuhi kriteria respon siswa dengan respon
positif mencapai diatas 70%.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang berlangsung selama dua siklus maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah open-
ended dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa dengan subjek
29 siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang. Hal ini terlihat dari peningkatan
skor hasil tes dari siklus I sebesar 72,12 menjadi 86,27 pada siklus II. Rata-rata
persentase aktivitas siswa dari petemuan pertama sampai pertemuan kedelapan
telah menunjukkan bahwa aktivitas dalam pendekatan pembelajaran matematika
berbasisi masalah open-ended pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) sesuai yang diharapkan.
Adapun rata-rata observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika
dengan pendekatan pembelajaran open-ended pada siklus I dari pertemuan
pertama sampai dengan pertemuan ketiga adalah dengan rata-rata 3,74 berada
pada kategori baik dan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika
dengan pendekatan pembelajaran open-ended pada siklus II dari pertemuan
kelima sampai dengan ketujuh adalah dengan skor rata-rata 3,87 dengan kategori
baik. Sehingga aktivitas guru yang dilakukan pada saat proses pembelajaran
mengalami peningkatan. Respon siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Pamboang
terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan open-ended
dapat dikategorikan sangat baik karena memenuhi kriteria respon siswa dengan
respon positif mencapai diatas 70%.
89
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ditemukan saran-saran
sebagai beikut:
1. Disarankan untuk diterapkannya pendekatan pembelajaran matematika
berbasisi masalah open-ended sebagai pendekatan pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa, khususnya
pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
2. Sebaiknya ketika diterapkannya pendekatan pembelajaran matematika
berbasisi masalah open-ended hendaknya guru tidak hanya siswa yang
pandai diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau
gagasannya tetapi semua siswa yang ada didalam kelas.
3. Diharapkan kepada peneliti lain dalam bidang kependidikan khususnya
pendidikan matematika supaya dapat meneliti lebih lanjut tentang model
pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam mempelajari matematika serta mencari cara atau strategi lain yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arini, W & Fikri, J. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Fisika untuk Pokok Bahasan Vektor Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Jurnal Berkala Fisika Indonesia (Online), Vol.10, No.1, (http://journal.uad.ac.id, diakses 10 Juli 2019).
Crismasanti, Y & Yunianta, T.N. 2017. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika melalui Tipe Soal Open-Ended pada Materi Pecahan. Jurnal Pendidikan Matematika (Online), Vol.33, No.1, (https://doi.org/10.24246/j.sw.2017, diakses 19 Juni 2019).
Faridah, N dkk. 2016. Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Pena Ilmiah (Online), Vol.1, No.1, (http://ejournal.upi.edu, diakses 21 Agustus 2019).
Happy, N. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreati Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada Pembelajaran Matematika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), (Online), (https://eprints.uny.ac.id, diakses 31 November 2019).
Harsanto, R. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis dan Kreatif. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hassoubah, Z. I. 2004. Develoving Creative & Critical Thinking Skilss (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
https://anekamodelpembelajaran.blogspot.com/2017/03/model-pembelajaran-open-ended.html. Diakses tanggal 26 Januari 2019.
https://www.google.com/amp/s/deyakartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-open-ended/amp/. Diakses tanggal 26 Januari 2019.
Hamzah dkk. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
Huda, M. 2017. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johar, R & Latifah, H. 2016. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Kadarawati, A & Ibadullah, M. 2017. Pembelajaran Tematik : Konsep dan Aplikasi. Jawa Timur: CV AE MEDIA GRAFIKA.
Komalasari, K. 2013. Pembelajaran Kontekastual. Bandung: PT. Refika Aditima
Kurniati, R & Astuti, M. 2016. Penerapan Strategi Pembelajaran Open-Ended terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pelajaran Matematika Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. Jurnal Ilmiah PGMI (Online), Vol.2, No.1, (http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jip, diakses 24 April 2019).
Lambertus dkk. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika (Online), Vol.4, No.1, (http://scholar.google.co.id, diakses 21 Agustus 2019).
Maulana. 2017. Konsep Dasar Matematika dan Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-Kreatif. Sumedang: UPI Sumedang Press.
Mayadiana, D. 2012. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Habits Of Mind Mahasiswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif, (Online), Vol.17, No.1, (https://ejournal.iainpurwokerto.ac.id, diakses 20 Desember 2019)
Noer, S.H. 2011. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended. Jurnal Pendidikan Matematika (Online), Vol.5, No.1, (https://ejurnal.unsri.ac.id, diakses 20 Juni 2019).
Novtiar, C & Usman, A. 2017. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kepercayaan diri siswa SMP melalui Pendekatan Open-Ended. Jurnal PRISMA Universitas Suryakancana (Online), Vol.VI, No.2, (http://jurnal.unsur.ac.id, diakses 21 Agustus 2019).
Nurmia, A. 2018. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open Ended Problem Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah Limbung. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Unismuh Makassar.
Purnamasari. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Materi Segi Empat melalui Pendekatan Open Ended pada Siswa Kelas VII Tulungagung. Skripsi tidak diterbitkan. Institut Agama Islam Tulungagung.
Putri, A. 2017. Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Open Ended (PTK pada Siswa Kelas XI AK-PM SMK Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun 2016/2017). Jurnal Pendidikan Matematika (Online), Vol.11, No.3, (https://publikasiilmiah.ums.ac.id, diakses 26 April 2019).
Rahmi, S. 2016. Implementasi Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas VIIID SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Unismuh Makassar.
Raswindasari. 2016. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Open Ended Problem pada Siswa Kelas VIII6 SMP Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran Matematika : Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siswanto, T.Y. 2018. Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sunaryo, Y. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematika Siswa SMA di Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan (Online), Vol.1, No.2, (http://repository.ut.ac.id/id/eprint/1075, diakses 21 Juni 2019).
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryadi. 2017. Penerapan Pendekatan Open Ended pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa di Kelas VII SMPN 4 Banda Aceh, (Online), (http://library.ar-raniry.ac.id, diakses 18 Juni 2019).
Sutaryo dkk. 2015. Membangun Kedaulatan. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila UGM.
Suwandi, T dkk. 2016. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. Jurnal Pendidikan Progresif (Online), Vol.VI, No.2, (http://jurnal.fkip.unila.ac.id, diakses 20 Juni 2019).
Turohmah, N.A. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa melalui Penerapan Pendekatan Open Ended, (Online), (https://respository.uinjkt.ac.id, diakses 26 April 2019).
Wahab, Rohmalina. 2015. Prisikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistic Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yulianto, H. 2011. Optimalisasi Hasil Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Segi Empat melalui Pendekatan Open Ended Problem. Skripsi tidak diterbitkan. Klaten.