PENERAPAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING...

download PENERAPAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28255/3/Upik... · Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. ... 7. Kedua

If you can't read please download the document

Transcript of PENERAPAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING...

  • PENERAPAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING

    METODE CARD SORT DALAM MENINGKATKAN HASIL

    BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI

    PEKERTI PADA PEMBAHASAN ASMAUL HUSNA DI KELAS

    X MULTIMEDIA 1 SMK PARAMARTA TANGERANG

    SELATAN

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh

    Upik Yanwaria

    NIM 1110011000004

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2015

  • i

    ABSTRAK

    Upik Yanwaria, NIM (1110011000004) Skripsi Penerapan Pembelajaran

    Active Learning Metode Card Sort Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI

    Pada Pembahasan Asmaul Husna Di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta

    Tangerang Selatan.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PAI siswa di

    kelas X Multimedia 1, dengan menggunakan pembelajaran active learning metode

    card sort. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Paramarta Tangerang Selatan pada

    bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Metode penelitian yang digunakan

    adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode ini dilakukan dengan

    empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil

    penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran PAI melalui

    penerapan pembelajaran active learning metode card sort dapat meningkatkan

    hasil belajar PAI. Indikator keberhasilan keberhasilan pada penelitian ini adalah:

    ketuntasan belajar kelas dan peningkatan persentase siswa yang mendapat nilai

    minimal 75 mencapai 100% melalui penerapan pembelajaran active learning

    metode card sort. Dari hasil penelitian siklus I ketuntasan belajar yang dicapai

    yaitu sebanyak 71,43% dan siklus II sebanyak 100%. Berdasarkan hasil penelitian

    ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran active learning metode card

    sort dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Asmaul Husna di kelas X

    Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan.

    Kata Kunci :

    Hasil Belajar, Card Sort, PTK

  • ii

    ABSTRACT

    Upik Yanwaria, NIM (Students Registration Number), (1110011000004)

    Thesis The Implementation of Card Sort Active Learning Method on

    Improving Islamic Religion Education and Moral Values Learning

    Achievement on Asmaul Husna Discussion at the Tenth Grade of Multimedia

    1 of SMK Paramarta, South Tangerang.

    This research aimed to improve students Islamic religion education and

    moral values learning achievement at the tenth grade of multimedia 1 trough card

    sort active learning method. This research was conducted at SMK Paramarta,

    South Tangerang in August to October 2014. The method of this research was

    Classroom Action Research (CAR) method. It was conducted four stages;

    planning, implementing, observing and reflecting. The research result indicated

    that learning Islamic religion education and moral values through implementing

    active learning using card sort method could improve students learning

    achievement. The good result indicators of this research can be described as

    follows: class mastery learning and students percentage improvement with the

    minimum score, 75 reached 100 % trough sort card active learning method. From

    the research result of cycle I (one), students mastery learning reached 71,43%

    and in the cycle II (two) reached 100%. Based on thus research result can be

    concluded that the implementation of card sort active learning method could

    improve students learning achievement on Amaul Husna learning material at the

    tenth grade of Multimedia 1 of SMK Paramarta, South Tangerang

    Keyword:

    Learning Achievement, Card Sort, Classroom Action Research (CAR)

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang

    telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada

    Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

    Dalam penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Pembelajaran Active

    Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan

    Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul Husna di Kelas X

    Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan penulis menyadari bahwa

    masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun inilah usaha

    maksimal yang dapat penulis lakukan

    Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa ada pihak-pihak yang banyak

    memberikan bimbingan, bantuan serta pengarahan-pengarahan baik secara

    langsung maupun tidak langsung membantu penulis sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

    sedalam-dalamnya kepada :

    1. Nurlena RifaI, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

    beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta

    bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu

    yang telah beliau berikan dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan untuk

    orang lain.

    3. Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang penuh

    keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga, dan pikiran dalam upaya

    memberikan bimbingan serta mengarahkan penulis dalam mengerjakan

    skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Semoga selalu ada dalam keberkahan

    Allah SWT.

  • iv

    4. Dra. R. Hiliasih, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMK Paramarta

    Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian

    di sekolah yang beliau pimpin.

    5. Inam Abdul Fattah, S.Pd.I., selaku guru Pendidikan Agama Islam

    sekaligus kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dengan

    sabar membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian

    6. Bapak dan ibu guru, serta Tata Usaha yang sangat ramah dalam

    memberikan informasi yang penulis perlukan dalam skripsi ini.

    7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Yusri dan Ibu Ade yang selalu

    memberikan dukungan baik secara moril dan materil. Semoga Allah SWT

    memberikan kebahagiaan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat.

    8. Kakak-kakakku tercinta, Ferial Gahara A.Md dan Verawati Agustien

    A.Md Keb., serta adik-adikku tersayang Gagay Faizan Azwar, Bagus J

    Ramdhan, Mahish Al-Fahsya Sayyid dan Haqi Puguh Mujahiddan. Terima

    kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

    9. Teman-teman LDK Syahid Forkat AN-Najm, kalian telah mengajarkan

    arti persaudaraan karena Allah SWT. Terima kasih telah menularkan

    energi positif selama kuliah di kampus UIN Syarif Hidayatullah.

    10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas A angkatan 2010

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas kebersamaan,

    dukungan, bantuan dan motivasinya. Perjuangan selama 4 tahun bersama

    kalian telah menggoreskan kenangan indah dalam hidup ini dan tak akan

    pernah hilang dimakan zaman.

    11. Sahabat-Sahabat seperjuangan di Seulanga Kost Anita Greanti, Diana

    Nopiana dan Siti Subaikoh. Persahabatan yang telah dibangun dari awal

    masuk perkuliahan menyisakan kenangan manis di Ciputat tempat kita

    menimba ilmu dan menapaki jejak kehidupan, terima kasih untuk

    segalanya.

    12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan,

    dan perhatian yang sangat bermanfaat bagi penulis.

  • v

    Tiada daya dan upaya melainkan milik Allah SWT semata, tiada hal di dunia

    yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Harapan

    penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi

    penulis.

    Jakarta, 11 Desember 2014

    Penulis

    Upik Yanwaria

  • vi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN

    LEMBARAN PERNYATAAN

    ABSTRAK ..................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

    B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian .............................. 5

    C. Pembatasan Fokus Penelitian ............................................ 5

    D. Perumusan Masalah Penelitian .......................................... 6

    E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .............................. 6

    BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

    INTERVENSI TINDAKAN

    A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

    1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

    a. Pengertian Belajar ......................................................... 8

    b. Ciri-Ciri Belajar ............................................................. 8

    c. Tujuan Belajar................................................................ 10

    d. Pengertian Hasil Belajar ................................................ 11

    e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ......... 12

    2. Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort

    a. Pengertian Pembelajaran ............................................. 16

    b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ...................................... 17

    c. Pembelajaran Active Learning .................................... 18

    d. Pengertian Metode Card Sort ...................................... 20

  • vii

    e. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Card Sort ..... 21

    B. Hasil Penelitian yang Relevan..22

    C. Hipotesis Tindakan .24

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 25

    B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ......... 25

    C. Subjek Penelitian ................................................................ 29

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ......................... 30

    E. Tahapan Intervensi Tindakan ............................................. 30

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ...................... 34

    G. Data dan Sumber Data ........................................................ 34

    H. Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 35

    I. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 37

    J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ................................. 37

    K. Analisis Data dan Interpretasi Data .................................... 38

    L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .............................. 39

    BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PENGEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data .................................................................... 40

    B. Analisis Data ..................................................................... 43

    C. Pembahasan ....................................................................... 60

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................ 63

    B. Implikasi ............................................................................. 63

    C. Saran-Saran ........................................................................ 64

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 69

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I..........31

    Tabel 3.2 Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II33

    Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana........41

    Tabel 4.2 Tabel Nilai N-Gain Siklus I.....51

    Tabel 4.3 Nilai N Gain Siklus II..58

    Tabel 4.4 Tabel Perbedaan Signifikan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II 60

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Pedoman Wawancara Guru Pra Penelitian .......................... 69

    Lampiran 2 Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa ............................ 71

    Lampiran 3 RPP Siklus I ......................................................................... 72

    Lampiran 4 RPP Siklus II ....................................................................... 77

    Lampiran 5 Instrumen Soal Siklus I........................................................ 82

    Lampiran 6 Instrumen Soal Siklus II ...................................................... 90

    Lampiran 7 Lembar Observasi Sekolah .................................................. 97

    Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ......................................... 98

    Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ........................................ 99

    Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus I ...................................... 100

    Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus II..................................... 101

    Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I ................................................. 103

    Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus II................................................ 104

    Lampiran 14 Lembar Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Proses

    Pembelajaran Siklus I ........................................................ 105

    Lampiran 15 Lembar Pengamatan Aktivitas Peneliti dalam Proses

    Pembelajaran Siklus II ........................................................ 107

    Lampiran 16 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I ........................................... 110

    Lampiran 17 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II .......................................... 114

    Lampiran 18 Kunci Jawaban Siklus I ...................................................... 119

    Lampiran 19 Kunci Jawaban Siklus II ..................................................... 120

    Lampiran 20 Materi Bahan Ajar .............................................................. 121

    Lampiran 21 Wawancara Setelah Tindakan ............................................ 130

    Lampiran 22 Foto Dokumentasi .............................................................. 132

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya.

    Ibarat sebuah organisasi Indonesia lahir, tumbuh, berkembang dan

    mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan diawal

    kelahiranya. Cita-cita luhur tersebut tercantum secara jelas dalam pembukaan

    UUD 1945 alinea empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh

    tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

    kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan,

    perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sungguh sangat luhur dan humanis cita-

    cita luhur bangsa dan negara Indonesia tersebut.

    Sebagai bangsa dan negara Indonesia kita harus bangga terhadap para

    pendahulu yang telah mewariskan fondasi yang kuat dan mulia tentang arah

    dan tujuan kita berbangsa dan bernegara. Sepatutnya kita harus berkontribusi

    sesuai dengan peran kita untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa dan negara

    Indonesia. Salah satu cara dan strategi untuk mempercepat terwujudnya cita-

    cita negara adalah dengan mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh,

    cerdas, mandiri dan berpegang pada nilai-nilai spiritual. Mereka harus

    dipersiapkan sedemikian rupa dalam suatu lingkungan yang kondusif. Salah

    satu lingkungan yang sangat ideal adalah institusi pendidikan dari prasekolah,

    tingkat dasar, tingkat menengah dan jenjang perguruan tinggi sebagai kawah

    candra dimuka penggemlengan generasi muda.1

    Salah satu prinsip pendidikan adalah diselenggarakan sebagai proses

    pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

    hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladan,

    membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta

    didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses

    1 Kunandar, Penilaian Autetik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

    Kurikulum 2013, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 15-16

  • 2

    pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

    Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber

    belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,

    dilaksanakan, dinilai, diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

    Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik

    peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses

    pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus interaktif, inspiratif,

    menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

    aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

    kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

    peserta didik. 2

    Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti yang diterapkan di sekolah

    sering kali terkesan kurang menarik bahkan membosankan. Guru Pendidikan

    Agama Islam dan Budi Pekerti seringkali hanya menjelaskan secara teoritis tanpa

    mempraktikkan dan melibatkan siswa. Metode pengajarannya juga kurang

    menarik perhatian siswa. Apa yang terjadi di kelas, guru biasanya memulai

    dengan cerita atau bahkan menerangkan materi dengan berceramah, sehingga

    tidak mengherankan di pihak guru sering timbul bahwa mengajar Pendidikan

    Agama Islam dan Budi Pekerti itu mudah. Akibatnya nilai-nilai yang terkandung

    dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tidak dapat dipahami dan

    diamalkan oleh siswa.

    Banyak pembelajaran di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) disampaikan

    hanya melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan akan menimbulkan

    kejenuhan dan siswa cenderung bersifat pasif. Dalam hal ini diperlukan

    seorang guru untuk mempertimbangkan teknik lain yang efektif dan tepat.

    Pengalaman yang diperoleh oleh siswa dari hasil pemberitahuan orang lain

    seperti hasil dari penuturan guru hanya akan diingat oleh siswa tidak secara

    maksimal. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan kurikulum saat ini,

    proses pembelajaran tidak cukup hanya menyampaikan informasi akan tetapi

    2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 37

  • 3

    mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas

    yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi.

    Dalam praktiknya kebanyakan guru hanya menggunakan metode

    pembelajaran konvensional yakni ceramah, diskusi dan tanya jawab.

    Sedangkan kebutuhan siswa di zaman era global sekarang ini membutuhkan

    berbagai sumber belajar, dalam arti sumber belajar bukan hanya terpusat pada

    guru namun memanfaatkan fasilitas yang ada dan menggunakan media

    pembelajaran variatif untuk mempermudah proses pembelajaran guna

    mencapai hasil belajar yang baik.

    Penyebab hasil belajar siswa rendah ialah disebabkan oleh berbagai faktor

    yakni diantaranya yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam proses

    pembelajaran membuat suasana belajar menjadi monoton dan membuat siswa

    merasa bosan, akibatnya siswa menjadi kurang berminat terhadap pelajaran

    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang pada akhirnya hal ini juga

    berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

    Penggunaan media pembelajaran yang mempunyai peranan yang cukup

    penting dalam proses pembelajaran sangat terbatas seperti tidak adanya LCD,

    proyektor, serta fasilitas pendukung lainnya yang kurang memadai menjadi

    salah satu penghambat proses pembelajaran secara efektif sehingga hasil

    belajar peserta didik menjadi tidak optimal.

    Di samping itu, metode pembelajaran yang guru terapkan tentunya akan

    berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa, jika seorang guru tidak

    mempersiapkan dan merencakan pembelajaran di kelas, maka proses

    pembelajaranpun akan kurang baik karena persiapan yang kurang matang,

    metode yang dipakai tidak sesuai dengan materi pelajaran yang dibahas dan

    kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, maka dapat

    dipastikan hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

    Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius filosof Cina Confusius

    menyatakan yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang

    saya kerjakan, saya pahami. Mel Silberman telah memodifikasi dan

    memperluas pernyataan Konfusius tersebut menjadi apa yang disebut Paham

  • 4

    Belajar Aktif. Silberman menyatakan Yang saya dengar, saya lupa. Yang

    saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan

    pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang

    saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan

    keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai3

    Seyogyanya guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan

    tujuan agar pembelajaran tidak berpusat pada guru (teacher center) tetapi

    berpusat pada peserta didik (student center) agar proses pembelajaran dapat

    dinikmati oleh peserta didik dan menghasilkan mutu pendidikan yang baik.

    Oleh karena itu diperlukan pembelajaran aktif (active learning) dengan metode

    yang bervariasi guna dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

    Dalam rangka mewujudkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

    Pekerti yang diharapkan, maka dipandang perlu menerapkan pembelajaran

    Active Learning. Pembelajaran active learning dimaksudkan untuk

    mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat

    mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi

    yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran active learning juga

    dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tertuju kepada

    proses pembelajaran.

    Salah satu metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses

    pembelajaran salah satunya ialah menggunakan metode Card Sort. Metode card

    sort adalah sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan

    aktif dalam proses pembelajaran karena metode ini berhubungan dengan gerak

    fisik dan kekuatan otak untuk berfikir. Card Sort artinya sortir kartu yang

    dimaksud sortir kartu adalah mencocokan atau menyamakan antar kartu yang

    sudah ditentukan dan siswa mencari pasangnnya masing-masing. Dengan

    menggunakan pembelajaran active learning metode card sort, diharapkan dapat

    meningkatkan motivasi, perhatian, minat, keaktifan siswa dalam proses

    pembelajaran sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat.

    3 Mel Silberman, Active Learning (Bandung :Nuansa, 2012) h. 23

  • 5

    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menganggap

    perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan

    Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil

    Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul

    Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan

    B. Identifikasi Masalah

    Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasi

    masalahnya, yaitu :

    1. Guru masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa

    kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

    2. Metode yang lebih sering digunakan ialah metode ceramah dan diskusi

    sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran Pendidikan Agama

    Islam dan Budi Pekerti

    3. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan

    4. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diperoleh

    siswa masih banyak yang dibawah Ketuntasan Kriteria Minimal

    (KKM) yang telah ditentukan.

    C. Pembatasan Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka penulis penelitian ini membatasi masalah Penerapan

    Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort dalam Meningkatkan Hasil

    Belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada Pembahasan Asmaul

    Husna di Kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta Tangerang Selatan

  • 6

    D. Perumusan Masalah Penelitian

    Apakah pembelajaran active learning metode card sort dapat

    meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada

    pembahasan asmaul husna di kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta

    Tangerang Selatan ?

    E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran active learning

    metode card sort dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam

    dan Budi Pekerti pada pembahasan Asmaul Husna di Kelas X Multimedia 1

    SMK Paramarta Tangerang Selatan

    2. Kegunaan Penelitian

    Secara umum, kegunaan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi

    dua, yaitu :

    a. Kegunaan Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terhadap

    metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

    khususnya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata

    pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

    b. Kegunaan Praktis

    1) Bagi siswa, dapat dijadikan bahan pembelajaran yang dapat

    digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

    terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

    2) Bagi pendidik, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

    khususnya dan guru lainnya dapat menjadi bahan acuan dalam

    menyusunan rencana dan melaksanakan evaluasi pembelajaran

    dengan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses

    pembelajarannya melalui kajian yang mendalam terhadap apa yang

    terjadi di kelas (aktual maupun faktual).

  • 7

    3) Bagi sekolah, sebagai informasi baru dan pedoman dalam kegiatan

    belajar mengajar agar proses belajar sesuai dengan yang diharapkan

    4) Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang pembelajaran active

    learning yang efektif

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

    INTERVENSI TINDAKAN

    A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

    1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Belajar pada hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan

    tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan latihan.1 Menurut

    Gagne yang dikutip oleh Dimyati bahwa belajar merupakan kegiatan

    kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas, setelah belajar memiliki

    keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai2

    Menurut teori Cronbach dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah

    menyatakan bahwa learning is shown by a change in behaviour as a

    result of experience, artinya belajar sebagai suatu aktivitas yang

    ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.3

    Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan

    hanya memperoleh sebuah hasil dari apa yang dipelajari namun terjadinya

    perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dengan kematangan yang

    ada pada dirinya sehingga dapat meningkatkan kemampuannya untuk

    menjadi manusia yang berkualitas.

    b. Ciri-Ciri Belajar

    Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

    Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa

    adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses

    1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Rineka

    Cipta, 2006) H. 10 2 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), cet.

    ke-3, h.10 3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet. ke-2., h.

    13

  • 9

    belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan

    sekitar, lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,

    benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang

    dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut

    tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.4

    Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa

    perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar, yaitu :

    1) Perubahan yang terjadi secara sadar

    Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya

    perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah

    terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Mislanya ia menyadari

    bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah,

    kebiasannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang

    terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar. Tidak termasuk

    kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang

    bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

    2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

    Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

    berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang

    terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna

    bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

    3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

    Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

    bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari

    sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu

    dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

    Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa prubahan itu tidak terjadi

    dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya,

    perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan

    4 Dimyati, op. cit., h. 7

  • 10

    sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan

    dalam pengertian belajar.

    4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

    Perubahan yang bersifat sementara (temporer)yang terjadi hanya

    untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis

    dan sebagainya tidak dapat digolongnya sebagai perubahhan dalam

    pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar

    bersifat menetap atau permanen.

    5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

    Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

    tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan

    ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada

    perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

    6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

    Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

    belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

    belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

    laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,

    pengetahuan, dan sebagainya. 5

    Jadi setelah siswa mengikuti proses kegiatan pembelajaran,

    diharapkan adanya perubahan yang terjadi pada siswa. Dimana perubahan

    yang terjadi itu berlangsung secara terus menerus dan relatif menetap.

    Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memberikan arahan kepada

    siswa agar perubahan yang terjadi tidak bersifat sementara.

    c. Tujuan Belajar

    Secara umum tujuan belajar belajar yang diusahakan untuk dicapai

    meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman

    5 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet. ke-2., h.

    15-16

  • 11

    konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya

    dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

    Relevan dengan hal ini, hasil belajar meliputi :

    a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)

    b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)

    c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik)

    Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal

    yang secara programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri

    siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan

    demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, dengan tujuan, yakni yang

    dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif,

    atau psikomotorik.6

    d. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

    akibat dari proses belajar yang dilakukannya berupa tercapainya tujuan-

    tujuan belajar yang diinginkan. Belajar merupakan proses internal yang

    kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh

    mental yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan

    psikomotorik. 7

    Menurut Ahmad Susanto secara sederhana, yang dimaksud hasil

    belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

    kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses

    dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

    perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan

    pembelajaran atau kegiatan interaksional, biasanya guru menetapkan

    tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang mencapai

    tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan interaksional.8

    6 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2010), cet. Ke-3.,

    h. 188-189

    7 Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2006) h. 18

    8 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana,

    2013), Cet. ke-1, h. 5

  • 12

    e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    1. Faktor Internal

    Faktor internal merupakan merupakan faktor yang bersumber dari

    dalam diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.

    Faktor internal ini meliputi meliputi: kecerdasan, minat, dan perhatian,

    motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik

    dan perhatian.9 Faktor internal meliputi:

    a) Faktor Fisiologis

    Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,

    tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat

    jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan

    hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi musalnya, ternyata

    kemampuan belajaranya berada dibawah siswa-siswa yang tidak

    kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya

    cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak

    mudah dalam menerima pelajaran.

    Demikian juga kondisi saraf mengontrol kesadaran dapat

    berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang

    minum minuman keras akan kesulitan untuk melakukan proses

    belajar, karena saraf pengontrol kesadarannya terganggu. Bahkan,

    perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras tersebut,

    tidak bisa dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.10

    b) Faktor Psikologis

    Faktor kedua darifaktor internal adalah faktor psikologis. Setiap

    manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis

    yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis,

    tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan

    hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis yang

    9 Ibid., h. 12

    10Munadi, op. cit., h. 24-26

  • 13

    dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat,

    bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar.11

    Pertama, intelegensi. CP Chaplin yang di kuti oleh Yudhi Munandi

    mengartikan intelegensia sebagai (1) kemampuan menghadapi dan

    menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2)

    kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, (3)

    kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat

    sekali. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak terpisahkan

    satu dengan yang lainnya. Pemisahan tersebut hanya menekankan

    aspek-aspek yang berbeda dari sisi prosesnya. Proses bellajar

    merupakan proses yang kompleks, maka aspek intelegensi hanya

    sebuah potensi, artinya seseorang yang memiliki intelegensi tinggi

    mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang ang

    lebih baik.

    Kedua, perhatian. Menurut Slamet yang dikutip oleh Yudhi

    Munandi bahwa perhatian adalah keaktifn jiwa yang dipertinggi, jiwa

    semata-mata tertuju kepada suatu objek ataupun sekumpulan objek.

    Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus

    dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian siswa,

    bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan terarah atau focus pada

    obyek yang sedang dipelajarinya.

    Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan oleh Hilgard sebagai

    kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

    beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

    Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

    setelah melalui belajar dan berlatih.

    Seseorang biasanya memiliki kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan bakatnya. Oleh karena itu, beruntung sekali bagi

    seseorang yang menyadari bahwa dirinya mempunyai bakat dibidang

    tertentu, karena ia akan terus mengembangkannya melalui latihan dan

    11

    Ibid., h. 26-27

  • 14

    belajar. Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat

    dan bakat para siswanya yang kemudian mampu juga untuk

    menumbuhkembangkannya.

    Keempat, motif dan motivasi. Kita sering menggunakan kata motif

    untuk menunjukkan kata motif untuk menunjukkan tindakan atau

    aktivitas seseorang. Menurut Aminuddin Rasyad yang dikutif oleh

    Yudhi Munandi bahwa dalam setiap diri manusia pada umumnya

    mempunyai dua macam motif atau dorongan, yaitu motif yang sudah

    ada di dalam diri yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada

    pengaruh dari luar, disebut instrinsic motive. Bila motif dalam diri ini

    baik dan berfungsi pada setiap diri dalam bentuk aktif dan kreatif. Bila

    motif intrinsiknya kurang berfungsi maka tingkah laku belajarnya

    tidak menampakkan keaktifan dan kreatif yang berarti. Motif lainnya

    adalah motif yang dating dari luar diri, yakni karena ada pengaruh

    situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive.

    Kelima, kognitif dan daya nalar. pembahasan mengenai hal ini

    meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi

    adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam

    lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman,

    kebiasaan, dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa

    yang satu dengan siswa yang lain tidak sama meskipun mereka sama-

    sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas yang sama. Ini ditentukan

    oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri. Karena

    pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan

    pembendaharaan untuk memperkuat daya persepsisnya. Semakin

    sering ia melibatkan diri dalam berbagai aktivitas, akan semakin kuat

    daya persepsinya. 12

    Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari

    bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau

    berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamnnya di

    12

    Ibid. h. 27-30

  • 15

    masa lampau. Menurut Jalaludin Rakhmat yang dikutip oleh Yudhi

    Munandi berpikir dibagi dua macam, yakni berpikir autistic dan

    berpikir realistic. Yang pertama mungkin lebih tepat disebut melalun;

    fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya.

    Berpikir realistic, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam

    rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan

    usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah

    berusaha untuk membawa para siswanya kepada pemahaman yang

    realistis. Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses

    pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar

    siswa.13

    2. Faktor Eksternal

    a) Faktor Lingkungan

    Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar.

    Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat

    pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan sosial baik yang berwujud

    hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

    Seringkali guru dan para siswa yang sedang belajar di dalam kelas

    merasa terganggu oleh obrolan orang-orang yang berada di luar persis

    di depan kelas tersebut, apalagi obrolan itu diiringi dengan gelak tawa

    yang keras dan teriakan. Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara

    mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar, dan lain-lain juga akan

    berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itu sekolah

    hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar.

    b) Faktor Instrumental

    Faktor-faktor instrumental adalah factor yang keberadaan dan

    penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

    diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

    13

    Ibid., 30-31

  • 16

    sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

    direncanakan.

    Faktor- faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan

    fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai

    komponen-komponenya, yakni tujuan, bahan, atau program, proses

    belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas faktor-faktor ini besar

    pengaruhnya pada proses dan hasil belajar.14

    B. Pembelajaran Active Learning Metode Card Sort

    1. Pengertian Pembelajaran

    Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction.

    Menurut M. Sobry Sutikno bahwa pembelajaran adalah segala upaya

    yang dilakukan oleh pendidik. Secara implisit di dalam pembelajaran,

    ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau

    model untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

    Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan

    dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi

    pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola

    pembelajaran15

    .

    Menurut Wina Sanjaya Pembelajaran adalah suatu proses yang

    dinamis, berkembang secara terus menerus sesuai dengan pengalaman

    siswa. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa, maka akan

    semakin kaya, luas dan sempurna pengetahuan mereka16

    . Dalam Undang-

    Undang Sistem Pendidikan Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I

    Pasal I menyebutkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

    14

    Ibid., h. 31-33 15

    M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses

    Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica,

    2014), h.12

    16 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

    kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta : Prenada Media Group, 2008), cet. III, h.

    363

  • 17

    didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

    belajar17

    2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

    Prinsip dikatakan juga landasan. Untuk mewujudkan proses

    pembelajaran yang efektif, maka pelaksanaan proses pembelajaran harus

    memenuhi prinsip-prinsip, berikut :

    a. Pembelajaran berfokus pada peserta didik, artinya orientasi

    pembelajaran terfokus kepada peserta didik. Peserta didik menjadi

    subyek pembelajaran, dan kecepatan belajar peserta didik yang sama

    perlu diperhatikan.

    b. Menyenangkan. Peserta didik merasa aman, nyaman, betah, dan asyik

    mengikuti pembelajaran.

    c. Interaktif. Adanya hubungan timbale balik antara guru dengan peserta

    didik dan antar peserta didik.

    d. Prinsip motivasi, yaitu dalam belajar diperlukan motivasi-motivasi

    yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar.

    e. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta didik. Proses

    pembelajaran harus dapat memberikan ruang yang cukup bagi

    perkembangan kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan

    perkembangan fisik dan psikologis peserta didik

    f. Pembelajaran terpadu, maksudnya pengelolaan pembelajaran

    dilakukan secara secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa

    kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir,

    yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan.

    g. Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu, guru

    memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik. 18

    17

    Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta : Sinar Grafika,

    2009) Cet, II, h. 5 18

    M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica,

    2014), h.15-16

  • 18

    h. Prinsip perbedaan individual, yaitu setiap peserta didik memiliki

    perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti watak, intelegensi,

    latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain.

    i. Prinsip pemecahan masalah yaitu dalam belajar peserta didik perlu

    dihadapkan pada situasi-situasi bermasalahh dan guru membimbing

    peserta didik untuk memecahkannya

    j. Memanfaatkan aneka sumber belajar, guru menggunakan berbagai

    sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan

    lingkungan

    k. Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam bersikap,

    bertindak, dan bertuturkata baik di dalam maupun di luar kelas.

    l. Mmengembangkan kecakapan hidup

    m. Prinsip belajar sambil mengalami, yaitu dalam mempelajari sesuatu,

    apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui

    pengalaman langsung.

    n. Menumbuhkan budaya akademis, nilai-nilai kehidupan, dan pluralism.

    o. Mengembangkan kerjasama dan kompetisi untuk mencapai prestasi

    p. Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya pembelajaran mengacu

    pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan

    masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan satu

    kemampuan dasar, baru belajar kemampuan dasar berikutnya.19

    3. Pembelajaran Active Learning

    Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

    mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta

    didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang

    memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di

    samping itu, pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk

    menjaga perhatian siswa atau peserta didik agar tetap tertuju pada proses

    19

    Sutikno, Ibid. 16-18

  • 19

    pembelajaran.20

    Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk

    mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak

    didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang

    memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.21

    Lukmanul Hakim dalam bukunya perencanaan pembelajaran

    imendefinisikan pembelajaran aktif yaitu kegiatan mengajar yang

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan

    mata pelajaran yang dipelajarinya. Siswa lebih aktif mempelajari

    materi pembelajaran yang menyiapkan siswa untuk hidup,

    informasi yang diterima lebih lama diingat dan disimpan, dan lebih

    menikmati suasana kelas yang nyaman. Siswa mengemukakan

    pendapat, Tanya jawab, mengembangkan pengetahuannya,

    memecahkan masalah, diskusi, dan menarik kesimpulan. Peran

    guru tidak dominan menguasai proses pembelajaran melainkan

    memberikan kemudahan (fasilitator).22

    Jadi pembelajaran aktif itu dirancang agar siswa aktif dalam proses

    belajar mengajar dan dengan pembelajaran aktif (active learning) ini siswa

    bisa menggunakan semua potensi yang dimilikinya sehingga mereka dapat

    mencapai hasil belajar yang diinginkan.

    Silberman dalam bukunya yang berjudul Active Learning yang

    dikutip oleh Rusman mengemukakan bahwa banyak cara yang bisa

    membuat siswa belajar secara aktif yang disebutnya dengan

    perlengkapan belajar aktif. Perlengkapan belajar aktif yang

    dimaksud yaitu : tata letak ruangan kelas, metode mengaktifkan

    siswa, kemitraan belajar, melakukan analisis terhadap kebutuhan

    siswa, membangkitkan minat siswa, pemahaman dan melibatkan

    siswa dalam kegiatan pembelajaran, membentuk kelompok belajar,

    pemilihan tugas dan strategi yang tepat, memfasilitasi dalam diskusi,

    kegiatan eksperimen, bermain peran, penghematan waktu, dan

    pengendalian aktivitas siswayang berlebihan.23

    20

    Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor :Ghalia Indonesia, 2014), h. 106

    21 Umi Mahmudah Dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran

    Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press), Cet. I, h. 63 22

    Lukamanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2009), h. 54

    23 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,(Jakarta

    : PT Raja Grafindo, 2013), h. 399

  • 20

    4. Pengertian Metode Card Sort

    Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum,

    metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk

    mencapai tujuan tertentu.24

    Metode atau cara merupakan sayarat untuk

    efesiensinya usaha atau pekerjaan demi tercapainaya tujuan.25

    Metode

    adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi26

    Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi

    pelajaran yang dilakukan oleh peserta pendidik agar terjadi proses belajar

    pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan. 27

    Metodologi

    mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid.

    Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah,

    efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik.28

    Metode mengajar dapat

    diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan

    peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam melakukan

    suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan

    konsep-konsep sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti

    prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk

    menyelediki fenomena kejiwaan seperti metode klinik, metode

    eksperimen dan sebagainya

    Mensortir kartu (Card Sort) ini digunakan oleh pendidik dengan

    maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep atau fakta

    melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Tujuan dari

    model mensortir kartu (Card Sort) ini adalah untuk mengungkapkan daya

    ingat terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari siswa.29

    24

    M. Sobri Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran : Menjadikan Proses Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan, (Lombok : Holistica,

    2014), h. 33 25

    Mohammad Noor Syam, filsafat kependidikan dan dasar filsafat kependidikan

    pancasila, (Jakarta : PT Usaha Nasional), h. 24 26

    Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar dan Proses Pendidikan, (Jakarta :Kencana, 2008), cet. V, h.127

    27 Sutikno, op. cit., h. 34

    28 Zakiah Darajat, dkk. Metodologi pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

    1996), h. 61 29

    Sutikno, op, cit., h. 130

  • 21

    5. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Card Sort

    a. Beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang

    cocok dengan satu atau beberapa kategori

    b. Perintahkan siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain

    yang kartunya cocok dengan kategori yang sama, (dapat

    mengumumkan kategorinya sebelumnya atau biarkan siswa

    menemukan sendiri).

    c. Perintahkan para siswa yang kartunya memiliki kategori sama untuk

    menawarkan diri kepada siswa lain.

    d. Ketika tiap kategori ditawarkan, kemukakan poin-poin pengajaran yang

    menurut anda penting.30

    Menurut Umi Mahmudah dan Abdul Wahab Rosyidi prosedur metode

    car sort ialah:

    a. Masing-masing siswa diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran

    b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain

    diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang

    dipegangnnya memiliki kesamaan defisi atau kategori.

    c. Agar situasinya tambah seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang

    melakukan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama

    d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi

    terjadi.31

    30

    Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung :

    Nuansa, 2012), h. 169-170

    31 Umi Mahmudah Dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran

    Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang Press), Cet. I, h. 130-131

  • 22

    ii. Hasil Penelitian yang Relevan

    Sebagai bahan penguat penelitian tentang Penerapan Strategi Active

    Learning Teknik Card Sort Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa,

    penulis mengutip beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya :

    1. Hasil penelitian Abdul Rahman dengan judul : upaya meningkatkan

    hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode active learning

    teknik card sort pada siswa kelas IV MI AL-Ukhuwwah Slipi Jakarta

    Barat. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013.

    Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa : 1) penggunaan metode

    active learning teknik card sort dapat meningkatkan hasil belajar

    matematika siswa kelas IV MI Al-Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat. 2)

    hasil belajar matematika kelas IV MI Al- Ukhuwwah Slipi Jakarta

    Barat setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode

    Active learning teknik card sort dari hasil belajar awal sebesar 45,45%

    ke sikluus I sebesar 72,73%, terjadi peningkatan sebesar 27,28% dan

    dari siklus I sebesar 72,73% ke siklus II sebesar 88,64% terjadi

    peningkatan sebesar 15,91% dengan tingkat ketuntasan (pencapaian

    KKM) pada siklus I mencapai 72,73% (32) orang siswa, dan pada

    siklus II meningkat sebesar 15,91 menjadi 88,64% (39)orang siswa. 3)

    penggunaan metode active learning teknik card sort dalam

    pembelajaran matematika terbukti dapat meningkatkan aktivitas

    belajar dan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika.

    2. Hasil penelitian Dailimi dengan judul : Upaya meningkatkan hasil

    belajar siswa melalui strategi active learning pada materi pokok

    cahaya. Program studi PGMI One Mode System, jurusan kependidikan

    Islam, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidatullah

    Jakarta, tahun 2012. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa upaya

    meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan strategi active

    learning, pada konsep cahaya di kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI),

    didapati data bahwa pada siklus II lebih tinggi hasilnya dengan rata-

  • 23

    rata mencapai 77,86 dengan ketuntasan belajar 85,71%. Dengan

    demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan strategi active learning ini

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi cahaya di kelas V

    MI Darul Muttaqin Pasar Minggu Jakarta Selatan.

    3. Hasil penelitian Neli Rakhmawati dengan judul upaya meningkatkan

    hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran

    aktif tipe Everyone is a teacher here pada materi Interaksi sebagai

    proses sosial kelas VII-4 (penelitian tindakan kelas di MTs Soebono

    Mantofani). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

    2012. Menyimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di MTs

    Soebono Mantofani adalah hasil belajar pada pelajaran IPS dengan

    menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe everyone is teacher here

    mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pada

    siklus I dan siklus II. Pada siklus I, nilai rata-rata pre-test 41 dengan

    ketuntasan 00,00% sedangkan pada saat post-tes nilai rata-ratanya

    meningkat menjadi 70,84 dengan ketuntasan 53,34%. Nilai tertinggi

    pada pre-test yaitu 65 dan nilai terendah 25. Sedangkan pada saat post-

    test mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi 85 dan terendah 55.

    Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus

    I. pada siklus II nilai rata-rata pre-test yaitu 46,34 dengan ketuntasan

    10% sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan yang

    sangat signifikan yaitu dengan nilai rata-rata 79,67 dengan ketuntasan

    100%. Nilai tertinggi pada pre-test yaitu 70 dan nilai terendah 25.

    Sedangkan pada saat post-test mengalami peningkatan dengan nilai

    tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah 70.

  • 24

    C. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka

    hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran active

    learning metode card sort dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan

    Agama Islam dan Budi Pekerti siswa kelas X Multimedia 1 di SMK

    Paramarta Tangerang Selatan.

  • 25

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Paramarta

    Tangerang Selatan. Penelitian ini berlangsung bulan Agustus- Oktober 2014.

    Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas X Multimedia

    1 SMK Paramarta Tangerang Selatan, sebanyak 21 siswa pada tahun ajaran

    2014/2015. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pukul 12:30 sampai

    dengan pukul 17:30 WIB.

    B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

    kelas (Classroom Action Research). Dengan menggunakan PTK diharapkan

    dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam

    menangani proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran

    semakin meningkat. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action

    Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk

    meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan

    benar.1

    Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra

    penelitian) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan

    beberapa siklus. Dalam hal ini yang dimaksud dengan siklus adalah suatu

    putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap

    siklus dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan yang harus

    1Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

    Guru, (Jakarta:PT Rajawali Pers, 2010), h. 41

  • 26

    dilakukan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)

    refleksi. 2

    2. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

    Menurut E Mulyasa Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk

    penelitian refleksi diri yang melibatkan diri yang melibatkan

    sejumlah partisipasi (guru, peserta didik, kepala sekolah dan

    partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang

    bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap:

    a) praktik sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan; b)

    pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta

    c) situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya3

    Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Model

    Kemmis dan Mc Taggard yang terdiri dari empat komponen, yaitu:

    perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Model ini merupakan

    pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin,

    hanya saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan)

    dijadikan satu kesatuan disatukannya dua komponen tersebut disebabkan

    adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing

    merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Maksudnya, kedua

    kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan

    dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.4

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan beberapa

    siklus, dimana dalam satu siklus atau putaran kegiatan terdiri dari

    perencanaan, tindakan, pengamatan, dan observasi.

    a. Perencanaan (planning)

    Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

    di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian

    tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

    2Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet ke-9.,

    h.16 3 E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosda, 2012), Cet.V, h. 5

    4Wijaya Kusumah &Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

    Indeks, 2012), cet. 5, h. 20

  • 27

    yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya

    tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini

    dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas

    pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah

    dapat diterima bahwa pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri

    biasanya kurang teliti disbanding dengan pengamatan yang dilakukan

    terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas

    yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila

    pengamatan dilakukan oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan

    hasilnya akan lebih objektif.

    b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

    Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang

    merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

    menggunakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam

    tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang

    sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus perlu berlaku wajar, tidak

    dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan

    perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan

    maksud semula.5

    c. Pengamatan (observing)

    Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

    pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dilakukan

    pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keadunya berlangsung dalam

    waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan

    peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

    Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu

    dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika

    sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus

    sebagai pengamat agar melakukan pengamatan baik terhadap apa yang

    5 Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) Cet.

    ke-9, h. 17-18

  • 28

    terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik

    ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar

    memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

    d. Refleksi (Reflecting)

    Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

    yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari bahasa Inggris

    reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan.

    Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah

    selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk

    mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.6

    3. Desain Siklus Penelitian

    Berdasarkan penjelasan tahapan empat tindakan dalam Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK), dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan,

    biasanya berlangsung selama 2 siklus. Namun sebelum tahapan dalam

    penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan pra

    penelitian yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan

    masalah, dan rumusan hipotesis tindakan. Siklus Penelitian Tindakan

    Kelas (PTK) akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai.

    Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini Kemmis dan Mc Taggrat.

    6 Ibid., 18-19

  • 29

    Bagan 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat7

    C. Subjek Penelitian

    Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa

    SMK Paramarta Jombang kelas X Multimedia 1 yang berjumlah 21 siswa,

    dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang berperan sebagai

    kolaborator dan observer.

    7 Ibid., h, 16

    Perencanaan

    Pengamatan

    SIKLUS I

    Pengamatan

    Perencanaan

    SIKLUS II Refleksi

    Refleksi

    Pelaksanaan

    Pelaksanaan

    ?

  • 30

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam

    dan Budi Pekerti berkolaborasi sebagai perancang dan pelaksana kegiatan.

    Peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

    merencanakan kegiatan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan,

    mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

    Kerja sama antara guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan

    peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang

    setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti masing-

    masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan

    dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

    E. Tahapan Intervensi Tindakan

    Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian

    atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang

    berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

    observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan

    analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan

    tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan

    dilanjutkan kembali pada tindakan III dan seterusnya.

    Berikut bagan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

    tindakan penelitian adalah:

  • 31

    Tabel 3.1

    Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus I

    Penelitian pendahuluan a. Observasi proses pembelajaran di kelas

    b. Analisis penyebab masalah kemudian dapat

    dijadikan informasi untuk perencanaan dalam

    proses pembelajaran

    SIKLUS I

    1. Tahap

    Perencanaan

    a. Membuat Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran

    b. Menyiapkan instrumen (tes, lembar observasi

    dan catatan lapangan)

    2. Tahap Pelaksanaan a. Melaksanakan langkah-langkah sesuai

    rencana pembelajaran yang telah disusun.

    b. Melaksanakan pre test untuk mengetahui

    kemampuan awal siswa

    c. Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

    dengan menggunakan pembelajaran Active

    Learning metode Card Sort

    d. Melakukan post test untuk mengetahui hasil

    belajar siswa sesudah diterapkan

    pembelajaran Active Learning metode Card

    Sort

    3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses

    pembelajaran dengan menggunakan

    pembelajaran Active Learning metode Card

    Sort

    b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar

  • 32

    siswa selama proses pembelajaran.

    c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

    dengan aktivitas siwa.

    4. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas yang berlaku sebagai

    kolaborator dan observer menganalisis sekaligus

    mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus I,

    apakah tindakan yang telah diberikan sudah sesuai

    atau belum dengan konsep penelitian. Hasil

    penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator

    keberhasilan. Apabila belum mencapai indikator

    keberhasilan yang ditetapkan, maka akan dilanjutkan

    ke siklus II. Kemudian peneliti dan kolaborator

    berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang tepat

    pada proses pembelajaran di siklus II.

    SIKLUS II dan Seterusnya

    Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus II dan seterusnya apabila tidak memenuhi

    kriteria ketuntasan belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan

    alur siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.

    Penulisan Laporan Penelitian

  • 33

    Tabel 3.2

    Tabel Desain Intervensi Tindakan Siklus II

    Siklus I Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus I

    SIKLUS II

    5. Tahap

    Perencanaan

    c. Membuat Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran

    d. Mempersiapkan Instrumen penelitian

    e. Merancang pembelajaran berdasarkan siklus I

    6. Tahap Pelaksanaan e. Melaksanakan langkah-langkah sesuai

    rencana pembelajaran yang telah disusun.

    f. Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran

    dengan menggunakan strategi pembelajaran

    Active Learning teknik Card Sort

    g. Melakukan post test untuk mengetahui hasil

    belajar siswa sesudah diterapkan strategi

    pembelajaran Active Learning teknik Card

    Sort

    7. Tahap Observasi d. Kolaborator mengobservasi proses

    pembelajaran dengan menggunakan Active

    Learning teknik Card Sort

    e. Kolaborator mengamati aktivitas belajar

    siswa selama proses pembelajaran.

    f. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

    dengan aktivitas siwa.

    8. Tahap Refleksi Mengevaluasi proses pembelajaran siklus II. Apabila

    indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian

    dihentikan. Tetapi apabila belum tercapai maka

    penelitian dilanjutkan ke siklus III. Jika belum

  • 34

    berhasil maka dilanjutkan ke siklus berikutnya

    sampai indikator keberhasilan tercapai.

    SIKLUS III dan Seterusnya

    Penelitian dilanjutkan kembali ke siklus III dan seterusnya apabila tidak

    memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Pelaksanaan alur siklus III sama dengan

    pelaksanaan alur siklus II dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada

    pada siklus II.

    Penulisan Laporan Penelitian

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

    Hasil yang diharapkan dengan menerapkan pembelajaran active

    learning metode card sort yaitu seluruh siswa mengalami peningkatan hasil

    belajar (N-gain) dan (100%) mampu mencapai skor belajar > criteria

    ketuntasan minimum (KKM 75) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di

    sekolah tersebut.

    G. Data dan Sumber Data

    Data dan sumber data penelitian ini ada dua macam, yaitu :

    1. Data kualitatif : hasil observasi guru dalam proses belajar mengajar, hasil

    wawancara responden siswa, hasil wawancara guru mata pelajaran

    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, hasil observasi aktivitas siswa,

    dan catatan lapangan.

    2. Data Kuantitatif: nilai tes siswa (pre test dan post test), sedangkan sumber

    data dalam penelitian ini adalah siswa, guru mata pelajaran dan peneliti.

  • 35

    H. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Tes (pre test dan post test)

    Tes yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat

    keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran active learning

    metode card sort untuk mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Tes

    tertulis berupa pre test dan post test. Pre test yaitu tes yang diberikan

    sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai

    dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran yang akan

    diajarkan. Sedangkan post test yaitu tes yang diberikan pada setiap

    akhir program satuan pengajaran, tujuan post test adalah untuk

    mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan

    pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan pembelajaran. Soal-soal

    pre test dibuat sama dengan soal-soal post test. Tes tersebut dalam

    Bentuk tes objektif jenis pilihan ganda sebanyak 20 soal tes. Tes

    ini diberikan kepada siswa kelas X Multimedia 1 SMK Paramarta

    Tangerang Selatan sebelum dan sesudah aktifitas pembelajaran dengan

    menggunakan pembelajaran active learning metode card sort.

    2. Instrumen Non Tes

    Dalam instrument non tes yang digunakan adalah sebagai berikut :

    a) Lembar Observasi

    Lembar observasi ini terbagi dua, yaitu lembar observasi guru

    kegiatan belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa dalam

    kegiatan pembelajaran. Lembar observasi guru pada Kegiatan Belajar

    mengajar digunakan pembelajaran Active Learning metode Card Sort,

    apakah terlaksana dengan baik ataukah tidak. Lembar observasi

    aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan untuk

    mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran di kelas, serta

    mengamati apa saja yang harus diperbaiki pada saat pembelajaran

    berlangsung.

  • 36

    b) Pedoman wawancara

    Wawancara adalah salah satu bentuk evaluasi jenis non tes yang

    dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun

    tidak langsung.8 Dan pada penelitian ini dilakukan wawancara secara

    langsung kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

    Pekerti. Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui

    kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai

    pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang diahadapi di

    kelas. Wawancara setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui

    pengaruh penggunaan pembelajaran active learning metode card sort

    terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa.

    Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran sebelum dan

    sesudah penelitian.

    c) Catatan Lapangan

    Catatan diperlukan untuk mengamati seluruh kegiatan selama

    proses pembelajaran berlangsung. Berbagai pengamatan tentang aspek

    pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru

    dengan siswa, dan aspek lainnya yang perlu dicatat.

    d) Dokumentasi

    Dokumentasi ini berupa foto dan hasil tes siswa, foto berfungsi

    untuk memberikan gambaran aktivitas siswa dalam mengikuti

    kegiatan pembelajaran, sedangkan nilai hasil tes berfungsi untuk

    mengetahui penguasaan materi yang diajarkan.

    8 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur), (Bandung : Remaja

    Rosdakarya, 2009), h. 157

  • 37

    I. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

    1. Hasil observasi proses pembelajaran, data ini berasal dari hasil observasi

    terhadap tindakan pembelajaran.

    2. Hasil dokumentasi

    Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada

    saat pembelajaran berlangsung.

    3. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi

    langsung dengan objek yang diteliti.

    4. Catatan lapangan

    Catatan lapangan digunakan mencatat semua temuan selama

    pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar

    observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas belajar siswa dan

    permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran.

    5. Teknik tes/penilaian

    Nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada saat pembelajaran

    berlangsung dan diperoleh dari tiap siklus

    J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

    Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan

    instrumen yang kualitasnya baik pula. Instrumen yang baik dapat ditinjau

    dari validitas. Suatu instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut

    mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

    Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan hasil

    belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa adalah tes formatif

    akhir siklus. Validitas yang digunakan untuk instrumen kemampuan hasil

    belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yaitu validitas isi (content

    validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur

    tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang

  • 38

    diberikan.9Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen

    tes tersebut kepada para pakar.

    K. Analisis Data dan Analisis Interpretasi Data

    Data kuantitatif berupa nilai tes (pre test dan post test) pada setiap

    siklus. Data-data tersebut peneliti sajikan ke dalam bentuk table, kemudian

    data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berupa nilai

    persentase.

    Pengujian teknik analisis data untuk nilai tes menggunakan analisis

    deskriptif dari tiap siklus dengan menggunakan N-Gain untuk melihat

    selisih antara pre test dan post test pada setiap siklus. Gain adalah selisish

    antara nilai post test dan pre test, gain menunjukkan peningkatan

    pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan

    oleh guru10

    Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus

    Meltzer.11

    N Gain :

    Dengan kategori :

    g tinggi : nilai (g) > 0,7

    g sedang : 0,7 > (g) > 0,3

    g rendah : nilai (g) < 0,3

    9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet.

    15, h. 82 10

    Widiati Suprobowati, Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif model Question Student

    Have Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPS Ekonomi kelas VIII, Penelitian Tindakan

    Kelas di SMPN 5 Kota Tangerang Selatan pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 48,

    tidak dipublikasikan

    11 Azhar Fakhri Khalid, Penerapan Model Pembelajaran Portofolio Dalam Meningkatkan

    Hasil Belajar IPS Siswa Pada Kelas X-1 Akuntansi di SMK Nusantara Ciputat, UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, 2013, h.50, tidak dipublikasikan

  • 39

    L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

    Setelah tindakan pada siklus I dan hasil yang diharapkan belum

    mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka akan ditindak lanjuti

    dengan melakukan siklus II dengan perencanaan pembelajaran sebagai

    berikut :

    1. Perencanaan tindakan

    Identifikasi terhadap permasalahan pembelajaran yang dijumpai dalam

    siklus I serta penentuan dalam alternatif pemecahan atas permasalahan

    tersebut. Kemudian dilakukan pengembangan skenario tindakan.

    2. Pelaksanaan tindakan

    Pelaksanaan tindakan sesuai skenario yang telah yang telah tercantum

    dalam pengajuan konseptual.

    3. Observasi tindakan

    Kegiatan obesrvasi ini untuk mengumpulkan data-data peneltian dengan

    menggunakan instrumen yang telah disusun.

    4. Refleksi tindakan

    Menganalisa, mengevaluasi, dan refleksi data hasil penelitian. Kegiatan ini

    bertujuan untuk mengetahui apakah dari tindakan yang telah dilakukan

    menghasilkan suatu perubahan kea rah yang lebih baik dari siklus I. jika

    hasil yang diperoleh sesuai target yang diharapkan, maka penelitian ini

    dicukupkan pada siklus kedua ini.

    Setelah penelitian tindakan kelas tersebut selesai dilakukan dan

    hasil yang diharapkan tercapai yaitu tercapainya KKM untuk seluruh

    siswa, maka penelitian akan diakhiri atau dihentikan. Penelitian yang

    dilakukan melakukan perencanaan dan persiapan yang matang, sehingga

    sangat diharapkan penelitian ini tidak hanya dilakukan pada kelas yang

    diteliti saja. Peneliti berharap agar pembaca dan juga guru dapat

    melanjutkan penelitian ini dan juga menerapkan strategi-strategi

    pembelajaran yang dapat membuat siswa semakin aktif sehingga

    meningkatkan keberhasilan belajar dan tercapai tujuan pembelajaran yang

    diharapkan.

  • 40

    BAB IV

    DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data

    1. Deskripsi Sekolah

    a. Letak Geografis SMK Paramarta

    SMK Paramarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

    ada dibawah yayasan pendidikan Paramarta yang terletak di wilayah

    tangerang selatan, tepatnya Jln. Jombang Gg. Taqwa No. 70 Jombang

    Depan Villa Jombang Baru Ciputat-Tangerang Selatan.

    b. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Paramarta

    SMK Paramarta pertama kali didirikan pada tahun 2001 oleh 5

    orang yang Peduli dengan pendidikan. Awal berdirinya ditandai

    dengan dibukanya Jurusan administrasi perkantoran Kemudian pada

    tahun berikutnya dibuka jurusan akuntansi. Pada tahun-tahun

    berikutnya, SMK Paramarta berkembang dengan pesat. Dan ditandai

    juga dengan dibukanya jurusan baru yaitu multimedia.

    c. Visi, Misi dan Tujuan

    1) Visi

    Menjadi sekolah yang mantap dalam Imtaq dan unggul dalam

    Iptek, serta cinta akan prestasi. Profesional mandiri sesuai dengan

    tujuan dunia kerja, mengubah status beban menjadi asset bangsa.

    2) Misi

    Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang kreatif, memiliki

    etos kerja yang terampil dan mampu mengembangkan diri dalam

    rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

  • 41

    d. Tujuan SMK Paramarta

    1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,

    mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di

    DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan

    Kompetensi Keahlian pilihannya.

    2) Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet

    dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja

    dan mengembangkan sikap profesional dalam Kompetensi Keahlian

    yang diminatinya.

    3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi,

    dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari

    baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang

    lebih tinggi.

    e. Sarana dan Prasarana

    Tabel 4.1

    No Nama Ruang/Area Kerja Jumlah Ruang Luas (m2)

    Total

    Luas

    (m2)

    1 2 3 4 5

    A Administrasi

    1 Ruang Kepala Sekolah 1 9 M2

    9 M2

    2 Ruang Guru 1 63 M2

    63 M2

    3 Ruang Pelayanan

    Administrasi 1 24 M2

    24 M2

    4 BP & Osis 1 15 M2 15 M2

    B Kegiatan Belajar

  • 42

    1 Ruang Kelas 14 63 M2 882 M2

    2 Ruang

    Praktek/Bengkel/Workshop 0 0 0

    3 Ruang Lab.

    Fisika/Kimia/Biologi

    4 Ruang Lab. Bahasa 1 63 M2 63 M2

    5. Ruang Praktek Komputer 1 63 M2 63 M2

    C Penunjang Pendidikan

    1 Ruang Perpustakaan

    2 Ruang Unit Produksi

    3 Ruang Pramuka, Koperasi,

    UKS,dll 1 15 M2 24 M2

    4 Ruang Ibadah 1 20 M2 20 M2

    D Penunjang Lainnya

    1 Ruang Bersama (Aula) - - -

    2 Ruang Kantin Sekolah 5 12 60

    3 Ruang Toilet

    4 Ruang Gudang

  • 43

    B. Analisis Data

    1. Penelitian Pendahuluan

    Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi

    awal di SMK Paramarta Tangerang Selatan. Kegiatan ini merupakan tahap

    awal yang dilakukan peneliti untuk mengetahui situasi dan kondisi belajar

    tempat penelitian dilakukan. Dalam penelitian pendahuluan ini, peneliti

    melakukan wawancara dengan siswa dan guru mata pelajaran Pendidikan

    Agama Islam dan Budi Pekerti dan melakukan observasi pada proses

    pembelajaran di kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan

    siswa dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui keaktifan siswa

    dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui gambaran umum mengenai

    pelaksanaan pembelajaran dan mengetahui hasil belajar Pendidikan

    Agama Islam dan Budi Pekerti siswa.

    Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru

    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti1. Berdasarkan observasi dan

    wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang selama ini digunakan

    adalah dengan metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi. Selai