Empu Active Learning

29
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING DI SMK NEGERI 1 MADIUN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Ahmad Marimba, menyatakan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam mengembangkan jasmani dan ruhaninya agar tercapai perkembangan yang maksimal dan positif (Yasin, 2008: 17). Upaya menumbuh kembangkan potensi manusia tersebut bisa dilakukan dengan cara menanamkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) agar peserta didik dapat tumbuh kembang menjadi sempurna dalam segala aspeknya. Sekolah sebagai sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berkaitan dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, seringkali masalah dapat muncul. Masalah- masalah itu dapat di kelompokkan sesuai dengan tugas-tugas administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah, sehingga merupakan 1

Transcript of Empu Active Learning

Page 1: Empu Active Learning

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANACTIVE LEARNING DI SMK NEGERI 1 MADIUN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat

mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan

pendidikan. Ahmad Marimba, menyatakan bahwa pendidikan adalah proses

bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik

dalam mengembangkan jasmani dan ruhaninya agar tercapai perkembangan

yang maksimal dan positif (Yasin, 2008: 17).

Upaya menumbuh kembangkan potensi manusia tersebut bisa

dilakukan dengan cara menanamkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif)

dan keterampilan (psikomotorik) agar peserta didik dapat tumbuh kembang

menjadi sempurna dalam segala aspeknya.

Sekolah sebagai sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berkaitan

dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, seringkali masalah dapat muncul.

Masalah-masalah itu dapat di kelompokkan sesuai dengan tugas-tugas

administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah, sehingga

merupakan substansi tugas-tugas administratif Kepala Sekolah selaku

administrator.

Sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan telah pula digariskan

kebijakan mengenai pemerataan kesempatan pendidikan yang bukan hanya

menambah fasilitas pendidikan secara kuantitatif, melainkan juga ke seluruh

komponen secara kualitatif. Dengan kata lain adalah pemerataan kesempatan

pendidikan yang bermutu pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.

Termasuk dalam kebijakan ini adalah pengembangan pendidikan kejuruan

(SMK).

Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu (UU

Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan

pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan

1

Page 2: Empu Active Learning

kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu (PP Nomor 19 Tahun 2005).

Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang sesuai dengan

keberadaannya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme (Basuki, 2008:20).

Pendidikan kejuruan atau SMK mempunyai kekhususan atau

karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain

(Kurniawan, 2008: 6). Seluruh program pendidikan kejuruan yang

dikembangkan hendaknya didasarkan pada upaya menyiapkan peserta didik

agar mampu menjawab kebutuhan kekinian (immediate needs) terutama

dalam bidang pertanian/pangan, kelautan, kehutanan, energi, dan

pertambangan. Selanjutnya, program pendidikan kejuruan hendaknya juga

dapat mendukung pembangunan bidang transportasi, manufaktur, jasa

perhotelan, travel, restoran, kesehatan, asuransi, mikroekonomi, dan

perbankan.

Salah satu permasalahan yang dihadapi di SMK adalah banyak

lulusan SMK saat ini masih mengalami kesulitan dan frustrasi untuk

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka

(Saifudin, 2010: 7). Banyak lulusan kejuruan hanya mampu mendapatkan

pekerjaan musiman dan tanpa kepastian kehidupan ekonomi (financial

insecurity), jaminan sosial, dan kesehatan. Hal tersebut tentunya tidak sesuai

dengan tujuan dari pendidikan kejuruan itu sendiri.

Permasalahan lain dalam pembelajaran di SMK adalah permasalahan

yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Faktot internal tersebut adalah kurangnya minat

dan motivasi, daya tangkap yang rendah, kebiasaan belajar yang salah, dan

persepsi negatif terhadap pelajaran. Sementara itu kesulitan belajar yang

disebabkan oleh faktor ekstrenal diantaranya metode mengajar yang kurang

tepat, hubungan guru siswa yang kurang baik, hubungan dengan tean yang

kurang harmonis, lingkungan belajar yang tidak ideal dan kurang media

belajar, media yang paling umum adalah buku.

Untuk mengatasi berbagai permasalah tersebut, salah satu komponen

yang berperan adalah guru. Dalam menjalankan tugasnya guru dituntut untuk

2

Page 3: Empu Active Learning

kreatif, inovatif dan dapat mengikutsertakan peran aktif para siswa dalam

proses belajar mengajar (Putra, 2007: 2). Demikian halnya di SMK Negeri 1

Madiun, berbagai upaya dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran di SMK

tidak hanya terkait dengan mata pelajaran umum tetapi juga mata pelajaran

bidang keahlian sesuai dengan program keahlian yang ada di SMK Negeri 1

Madiun. Untuk itu, guru harus benar-benar dapat menjadi pemimpin dalam

pembelajaran sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam proses belajar mengajar salah satu faktor yang sangat

mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah

kemampuan guru dalam menguasai bermacam-macam strategi pembelajaran

yang sesuai dengan materi dan tingkat kemampuan siswa. Hal ini sangat

relevan dalam tugas seorang guru dalam mengenali perbedaan individu

siswanya sebab tiap anak memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda.

Pada anak yang mempunyai intelektual tinggi misalnya kapasitas intelektual

mereka yang tinggi dan ciri-ciri kepribadian yang dimilikinya tidak sama

dengan anak yang memiliki kategori rata-rata normal, sehingga layanan

pendidikan bagi anak berbakat pun perlu mendapatkan perhatian yang

proporsional (Hawadi, 2004: 15).

Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran tentu tidak bisa lepas

dari proses kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode atau strategi yang

tepat dapat terjalin proses interaksi antara guru dan murid secara lebih efektif

dan efisien, salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah model

pembelajaran (active learning). Model pembelajaran active learning adalah

salah satu cara belajar mengajar yang menuntut keaktivan serta partisipasi

peserta didik dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin.

Active learning merupakan langkah cepat, menyenangkan,

mendukung dan secara pribadi menarik hati karena sering kali siswa tidak

hanya terpaku ditempat duduk tetapi berpindah-pindah dan dituntut untuk

berfikir keras (Silberman, 2006: 9). Model pembelajaran aktif (active

learning) ini dimaksudkan agar siswa dapat merangsang pemikiran dan cara

3

Page 4: Empu Active Learning

pandang mereka menjadi labih aktif, bebas berekspresi baik secara individu

maupun kelompok. Sehingga pelajaran akan tercapai dengan hasil yang lebih

baik dan maksimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana aktivitas mengajar guru dalam penerapan model pembelajaran

active learning di SMK Negeri 1 Madiun?

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran

active learning di SMK Negeri 1 Madiun?

C. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Menegtahui aktivitas mengajar guru dalam penerapan model

pembelajaran active learning di SMK Negeri 1 Madiun.

2. Mengetahui aktivitas belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran

active learning di SMK Negeri 1 Madiun.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pada

pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat serta

dapat memperkaya khazanah dan wawasan keilmuwan mengenai bahasan

tentang penerapan model pembelajaran active learning dalam

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Memberi kontribusi sebagai bahan pengembangan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

4

Page 5: Empu Active Learning

b. Bagi Guru

Sebagai bahan rujukan bagi guru dalam mengembangkan

pendidikan sehingga dapat membentuk pribadi anak didik yang

berkualitas.

E. Kajian Pustaka

1. Konsep Pembelajaran Active Learning

Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu model

pembelajaran. Dimana dengan model pembelajaran tersebut siswa bisa

lebih aktif di dalam kelas dan nantinya dapat meningkatkan kualitas

belajar siswa. Seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator harus pandai

memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik siswanya.

Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih

banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi

dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di

kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat

meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar aktif juga

memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis

dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari

hasil analisis mereka sendiri (Saleh, 2006: 157).

Secara harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif.

Kebanyakan praktisi dan pengamat menyebutnya sebagai model learning

by doing. Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses

membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi. Dengan

pendekatan ini, persepsi, pengetahuan dan perasaan peserta didik yang

unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.

Model pembelajaran active learning merupakan salah satu model

dalam belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu atau

kualitas pendidikan dengan memberdayakan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran. Sebagai mana yang dinyatakan oleh A. Fatah Yasin,

bahwa pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses

5

Page 6: Empu Active Learning

pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar

belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif.

Dalam hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh

peserta didik dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk

menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisiknya. Hal senada juga

diungkapkan oleh Melvin L. Silberman, menurutnya bahwa agar belajar

menjadi aktif maka siswa harus menggunakan otak dengan cara mengkaji

suatu gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka

pelajari selain itu belajar aktif harus penuh semangat, bergerak leluasa

dan berfikir keras (moving about and thinking aloud) (Silberman, 2006:

9).

Memang model pembelajaran active learning merupakan konsep

yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu

mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar

keaktifannya berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk

sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, kesemuanya

itu harus dikembalikan kepada suatu karakteristik keaktifan yang

mencerminkan dari active learning itu sendiri yaitu keterlibatan

intelektual, emosional dalam kegiatan belajar-mengajar yang

bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian

pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya

(Feed Back) dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta

internalisasi dan nilai-nilai dalam pembentukan sikap.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran active learning adalah

salah satu cara atau model pembelajaran yang menuntut keaktifan dan

partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar mengajar seoptimal

mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya

secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

6

Page 7: Empu Active Learning

Menurut Sriyono, ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses

belajar mengajar aktif antara lain:

a. Situasi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar

secara bebas, dan terkendali.

b. Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak

memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan

masalah.

c. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang

mati, tetapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan

siswa.

d. Hubungan guru dengan siswa sifatnya mencerminkan hubungan

manusiawi yang sifatnya membimbing.

e. Kegiatan belajar siswa bervariasi

f. Belajar tidak hanya dilihat atau diukur dari segi hasil yang dicapai

siswa tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang

dilakukan oleh siswa.

2. Pendidikan Kejuruan

Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu

(UU Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan Menengah Kejuruan adalah

pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan

pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu (PP

Nomor 19 Tahun 2005). Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran

filosofi yang sesuai dengan keberadaannya, yaitu eksistensialisme dan

esensialisme (Basuki, 2008:20).

Sistem pendidikan berdasarkan kompetensi mengupayakan agar

keluaran dari suatu lembaga pendidikan kejuruan memiliki kerampilan

dan keahlian yang relevan dengan kebutuhan pasar. Upaya ini dilakukan

dengan mengembangkan suatu standar kompetensi dengan masukan dari

industri dan badan usaha lain. Standar kompetensi yang dihasilkan

7

Page 8: Empu Active Learning

selanjutnya diguanakan sebagai pemberian sertifikat kompetensi. Dengan

demikian maka sistem pendidikan kejuruan yang dikembangkan

mempunyai ciri, disamping mengacu pada profesi dan keterampilan yang

baku, juga dipandu oleh kebutuhan pasar kerja yang nyata (Andini, 2007:

85).

Ditinjau dari tujuannya, pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1)

memberikan bekal keterampilan individual dan keterampilan yang laku di

masyarakat, sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang

kehidupannya, (2) membantu peserta didik memperoleh atau

mempertahankan pekerjaan dengan jalan memberikan bekal

keterampilanyang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya, (3)

mendorong produktivitas ekonomi secara regionalmaupun nasional, (4)

mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk menopang perkembangan

ekonomi dan industri ,(5) mendorong dan meningkatkan kualitas

masyarakat.

Organisasi sekolah yang efektif dan didukung oleh pemimpin

sekolah yang efektif akan mampu menghasilkan sekolah efektif. Berikut

merupakan keriteria sekolah efektif yang dikemukakan oleh Danim

(2007: 61-62).

1) Mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas mengenai untuk apa siswa harus mengetahui dan dapat mengerjakan sesuatu.

2) Mendorong aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar.

3) Mengharapkan para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab belajar dan perilaku dirinya.

4) Mempunyai instrumen evaluasi dan penilaian belajar siswa yang terkait dengan standar pelajar.

5) Menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian pendidikan dan suara praktik profesional.

6) Mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasikan lingkungan yang memberi dukungan bagi kegiatan pembelajaran.

7) Pembuatan keputusan secara demoktratis dan akuntabilitas untuk kesuksesan siswa.

8) Menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan mengakomodasikan lingkungan secara efektif.

8

Page 9: Empu Active Learning

9) Mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staf untuk menumbuhkan kemampuan profesional dan meningkatkan keterampilan praktisnya.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

a. Jenis Penelitian

Berdasarkan kajian dan pusat perhatian dari penelitian ini yang

berusaha untuk mengetahui tentang penerapan model pembelajaran

active learning di SMK Negeri 1 Madiun, maka jenis penelitian ini

termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati (Bogdan dan Tailor dalam Moleong, 2006: 4). Jenis

penelitian ini mempunyai ciri-ciri antara lain setting yang aktual,

peneliti adalah instrumen kunci, data bersifat deskriptif, menekankan

kepada proses, analisis datanya bersifat induktif, dan pemaknaan

(meaning) setiap peristiwa merupakan perhatian yang esensial dalam

penelitian kualitatif.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif lebih

memberikan tekanan kepada pemahaman dan makna, berkaiatan erat

dengan nilai-nilai tertentu, lebih menekankan pada proses dari pada

pengukuran, mendeskripsikan, menafsiran, dan memberikan makna

dan tidak cukup dengan penjelasan belaka, dan memanfaatkan

multimetode dalam penelitian (Sutama, 2010: 61).

b. Desain Penelitian

Desain penelitian sangat penting bagi suatu penelitian, karena

desain memuat strategi, cara, atau langkah-langkah yang akan

ditempuh oleh peneliti dalam menjelajahi medan penelitiannya

(Mantja, 2007: 1). Berdasarkan fokus penelitian maka desain

penelitian ini menggunakan desain penelitian etnografi. Etnografi

menurut Sutopo (dalam Mantja, 2007: 6-7) adalah deskripsi analitik

9

Page 10: Empu Active Learning

atau rekonstruksi pemandangan budaya (cultural scene) dan

kelompok secara utuh. Etnografi merupakan kajian empiric dan

naturalistic. Secara tradisional penelitian ini dilakukan dengan

memusatkan perhatian pada lokasi penelitian tunggul, memusatkan

diri pada pencatatan-pencatatan secara rinci aspek-aspek suatu

fenomena tunggal, yang bisa berupa sekelompok manusia atau pun

gerakan proses sosial.

Penggunaan desain etnografi dalam penelitian ini sebab hanya

membahas dua sub fokus, sebagaimana konsep etnografi pendidikan

lebih mengacu pada sebagian atau keseluruhan proses pendidikan

Mantja (dalam Harsono, 2008: 156).

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMK Negeri 1 Madiun. Peneliti sengaja

mengambil lokasi ini sebagai setting penelitian karena (1) Sekolah

tersebut merupakan salah satu rintisan sekolah bertaraf internasional, (2)

dalam pembelajaran guru menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris, (3) tenaga pendidik sangat berkompeten,

dan untuk meningkatkan kualitasnya guru diikutsertakan dalam berbagai

kegiatan pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru.

Emik dalam penelitian ini dapat dilihat dari adanya beberapa guru

yang belum dapat menggunakan Bahasa Inggris dalam pembelajaran

secara baik sehingga dalam pembelajaran masih didominasi dengan

Bahasa Indonesia. hambatan lain yang dihadapi dalam pembelajaran

adalah motivasi siswa dalam pembelajaran yang terkadang masih kurang.

3. Kehadiran Peneliti

Agar didapatkan data yang valid dan reliabel, peneliti meninjau

langsung ke lokasi penelitian. Kehadiran peneliti dalam melakukan

penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan yang dikhususkan

untuk mencari data mengenai kepemimpinan guru di SMK Negeri 1

10

Page 11: Empu Active Learning

Madiun. Oleh karena itu, kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen

penelitian dan siswa (Spradley, 2007).

Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen

penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Peneliti juga

menjadi siswa yang melihat jalannya aktivitas guru dalam kegiatan

pembelajaran. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi

responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan

diri atas pengetahuan, memproses dan mendeskripsikan, dan

memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau

idiosinkratik (Moleong, 2006: 168-169).

4. Data, Sumber Data dan Nara Sumber

a. Data

Data adalah tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala

sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan bahkan dipikirkan oleh

peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan

kegiatan tersebut ke dalam etnografi. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data tentang penerapan model pembelajaran

active learning.

b. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata

dan tindakan, dengan harapan dapat memberikan informasi dan

keterangan-keterangan yang memadai sesuai dengan aspek kajian

yang dirumuskan. Selebihnya adalah data tambahan guna melengkapi

dan mendukung sumber data utama digunakan sumber data tambahan,

seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini adalah dokumen

seperti perangkat pembelajaran dan sebagainya.

c. Nara Sumber

Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai

subjek penelitian, karena sumber data menyangkut orang yang

mempunyai kedudukan yang sama antara yang diteliti dan peneliti.

11

Page 12: Empu Active Learning

Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai orang

kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam penelitian

ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa SMK Negeri 1 Madiun.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Untuk melihat gambaran secara langsung kondisi lingkungan

fisik, sarana prasarana serta proses pembelajaran di SMK Negeri 1

Madiun dilakukan kegiatan observasi. Observasi langsung sering juga

disebut observasi partisipatif. Peneliti mengobeservasi secara

langsung, baik secara formal maupun informal. Pengamatan ini

difokuskan pada kegiatan pembinaan yang terkait dengan

pembelajaran. Observasi partisipatif dipakai untuk memahami

persoalan-persoalan yang ada di sekitar pelaku dan nara sumber

(Harsono, 2008: 165). Observasi dilakukan untuk memperoleh

gambaran data mengenai penerapan model pembelajaran active

learning di SMK Negeri 1 Madiun.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan percakapan terarah yang

tujuannya untuk mengumpulkan informasi etnografi atau

memperkaya Mantja (dalam Harsono, 2008: 162). Untuk memperoleh

data tentang penerapan model pembelajaran active learning di SMK

Negeri 1 Madiun, maka dilakukan kegiatan wawancara. Sebelum

melakukan wawancara penulis menyampaikan maksud kedatangan

peneliti untuk melakukan wawancara dengan menyerahkan surat ijin

penelitian terlebih dahulu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui dokumen

tertulis, terutama beberapa struktur progam, profil SMK Negeri 1

Madiun, kurikulum pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan

termasuk foto-foto kegiatan serta hal-hal lain yang berhubungan

12

Page 13: Empu Active Learning

dengan masalah penelitian. Dokumentasi merupakan alat penunjang

dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Suatu analisis, apa pun bentuknya, yang melibatkan suatu cara

berpikir. Analisis merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu

untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan diantara sesuatu itu, serta

hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan (Spradley, 2007: 129).

Data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis

berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles &

Huberman (1994).

Proses analisis data merupakan bagian yang paling sulit. Analisis

data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

tertata dalam situs untuk deskripsi. Analisis data dilakukan untuk

mendeskripsikan penerapan model pembelajaran active learning di SMK

Negeri 1 Madiun. Data berupa deskripsi kata-kata dan kalimat yang

dikumpulkan melalui wawancara, deskripsi hasil interpretasi dari

observasi, hasil dokumentasi, disusun secara teratur dalam bentuk

susunan kata atau kalimat yang sangat banyak yang menunjukkan

konstruk budaya pembelajaran naskah narasi sesuai dengan fokus

penelitian yaitu tentang penerapan model pembelajaran active learning di

SMK Negeri 1 Madiun.

Dalam melakukan analisis data ada dua alat bantu yang sangat

dibutuhkan yaitu matriks dan diagram. Dalam penelitian ini alat bantu

yang digunakan terbatas pada matriks. Matriks sangat diperlukan

manakala data kualitatif dapat kita pilihan menjadi lebih tinggi, rendah,

sedang dan sebangsanya (Harsono, 2011: 35). Kolom-kolom dalam

matriks sangat bermakna ketika kita memilah dan memilih informasi

hasil penelitian untuk mendapatkan berbagai katagori data berdasarkan

kancah. Matrik ini akan mempermudah ketika kita akan membangun

hipotesis.

13

Page 14: Empu Active Learning

Implementasi dari penggunaan matriks dalam penelitian ini adalah

peneliti membuat kolom-kolom dari hasil observasi, wawancara

mendalam, dan dokumentasi. Dari tiga data tersebut peneliti dapat

menarik kesimpulan tentang informasi yang diperoleh. Hasil observasi

diraikan dalam bentuk deskripsi pada catatan lapangan, sedangkan

wawancara diperoleh dari hasil wawancara yang direkam melalui tape

recorder yang telah disiapkan sebelumnya. Sementara itu, untuk

dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan subfokus penelitian yaitu seperti halnya RPP yang berhubungan

dengan materi pembelajaran dan dokumen berupa foto penelitian

pembelajaran.

Diagram sangat penting ketika kita membangun alur-alur

berdasarkan kancah (Harsono, 2011: 35). Dalam penelitian ini diagram

disusun berdasarkan alur penelitian yang ingin mendeksripsikan tentang

penerapan model pembelajaran active learning di SMK Negeri 1 Madiun.

Ada tiga kegiatan utama dalam melakukan analisis data yaitu

reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data

merupakan serangkaian kegiatan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstrakasi (Harsono, 2008: 168). Sajian data

merupakan suatu rakitan pengorganisasian secara informal dan deskripsi

dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan data penelitian

dapat dirumuskan. Sajian data dapat berupa narasi kalimat,

gambar/skema, jaringan kerja dan kaitan kerja, bahkan tabel sebagai

pendukung narasinya Sutopo (dalam Harsono, 2008: 169).

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ditarik semenjak

peneliti menyusun pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,

konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi (Harsono, 2008:

169). Selama proses penelitian belum berakhir, perlu dilakukan

pengulangan dan pemantapan terus menerus melalui pengecekan kembali,

verifikasi, dan berbagai uji data kualitatif lain Harsono, 2008: 169).

14

Page 15: Empu Active Learning

7. Keabsahan Data

Cara berfikir kualitatif sangat berbeda dengan cara berfikir

kuantitatif. Cara berfikir kualitatif, informasi dikategorikan valid manakal

memiliki karakteristik informasi yang sama antar berbagai sumber

(Harsono, 2011: 35). Misalnya data dokumen sama dengan data

observasi, bahkan sama dengan informasi dan informan pertama, kedua,

dan ketiga. Kalau ada persamaan makna informasi antara dokumen,

observasi, dan para nara sumber maka kita tidak akan ragu-ragu untuk

mengatakan bahwa data itu valid.

Cara menguji apakah data itu valid atau tidak, biasanya kita

memkai cara triangulasi yang meliputi berbagai cara triangulasi.

a. Triangulasi sumber, adalah cara mempertemukan tiga sumber

informasi atau lebih untuk menentukan suatu informasi itu valid atau

tidak.

b. Triangulasi metode, adalah cara mengkomparasikan antara tiga

metode atau lebih untuk menguji validitas informasi.

c. Konfirmasi, adalah cara mengkonfirmasikan ulang suatu hasil

wawancara dengan orang yang sama tetapi pada waktu yang berbeda.

Biasanya hasil wawancara ditranskip terlebih dahulu, kemudian nara

sumber diminta membaca, dan menandatangani naskah itu.

d. Dependabilitas, adalah cara berkonsultasi kepada ahli yang sangat

memahami apa yang diteliti untuk menguji keashihan sebuah

informasi atau lebih.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan

jalan antara lain:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

15

Page 16: Empu Active Learning

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dilihat sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

16

Page 17: Empu Active Learning

DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2008. Pendidikan Kejuruan. Diambil dari http://re-searchengines.com.

Harsono. 2008. Model-Model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan sebagai Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kurniawan. 2008. Pendidikan Kejuruan Harus Demokratis. Diambil dari http://re-searchengines.com.

Mantja, W. 2007. Etnografi Desain Penelitian Kualitatif Pendidikan dan Manajemen Pendidikan. Malang: Elang Mas.

Miles, M.B., & Huberman. A.M. 2007. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saleh, Abdul Rahman. 2006. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media.

Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press.

17

Page 18: Empu Active Learning

TUGAS PROPOSAL

Mata Kuliah: Metode Penelitian

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Samsi Haryanto

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANACTIVE LEARNING DI SMK NEGERI 1 MADIUN

Oleh:Empu

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

18