PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel...
Transcript of PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel...
PENERAPAN MODEL VISUALIZATION AUDITORY AND KINESTETHIC
(VAK) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LUBUK TUA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Oleh:
Lingga Pratama Randu 1, As Elly S 2, Elya Rosalina 3.
Program Studi Pendidikan Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau.
E-Mail: [email protected].
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Visualization Auditory and Kinestethic
(VAK) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018”. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan
model VAK dapat dikategorikan baik?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk
Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model VAK. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment) yang
dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua tahun ajaran 2017/2018
yang berjumlah 102 siswa dan sebagai sampel adalah kelas VIII.1 yang berjumlah
30 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes berupa soal uraian yang
memuat indikator kemampuan pemahaman konsep matematika. Data yang
terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t pada taraf
signifikansi α = 5% = 0,05, diperoleh thitung3,23>ttabel1,699, hal ini berarti hipotesis
(Ha) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran
2017/2018 setelah diterapkan model VAK secara signifikan dapat dikatagorikan
baik. Rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematika setelah
diterapkan model VAK sebesar 77 dengan kategori baik dan persentase siswa
yang termasuk kategori baik mencapai 73,4 %.
Kata kunci: Visualization Auditory and Kinestethic (VAK), Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika.
1 Alumni Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau 2, 3 Dosen Prodi Matematika STKIP-PGRI Lubuklinggau
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu tentang berbagai bilangan yang memiliki pola
tertentu, penggunaan dan beberapa pembuktian yang logis untuk menyelesaikan
berbagai masalah (Pratiwi dkk, 2015:321). Kalimat “pembuktian yang logis”
tersebut tidak akan mudah dipahami siswa apabila tidak memahami konsep
dengan baik. Hal tersebut sependapat dengan Syahrir dkk (2013:89) yang
menyatakan bahwa Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu
merupakan contoh konsep atau bukan.
Akan tetapi dalam kenyataanya masih sangat rendah sekali kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa. Hal tersebut diketahui melalui data hasil
studi pendahuluan pada tanggal 26 April 2017 dengan pemberian soal tes yang
memuat indikator pemahaman konsep matematika kepada 35 orang siswa kelas
VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2016/2017. Dari data tersebut
menunjukan bahwa sebesar 5,71% atau sebanyak 2 orang siswa yang termasuk
dalam kriteria cukup baik dan sebesar 45,72% atau sebanyak 16 orang siswa yang
termasuk dalam kriteria rendah serta sebesar 48,57% atau sebanyak 17 orang
siswa yang termasuk dalam kriteria sangat rendah.
Berdasarkan permalahan tersebut maka salah satu solusi yang bisa digunakan
yaitu dengan menerapkan model-model pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. Salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran Visualization Auditory and
Kinestethic (VAK). Karena model pembelajaran VAK memfokuskan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan melalui gaya
belajar siswa (Hapsari & Budiharti, 2016:2). Menurut DePorter & Hernacki
(2008:116) ketiga modalitas atau gaya belajar tersebut adalah gaya visual (belajar
dengan penglihatan), gaya belajar audio (belajar dengan pendengaran) dan gaya
belajar kinestetik (belajar dengan bergerak/ bereksperimen atau praktek).
Dengan menggunakan model pembelajaran VAK siswa diharapkan dapat
menemukan sendiri konsep-konsep materi matematika karena dalam
penerapannya model pembelajaran ini siswa diajak mengkombinasikan ketiga
gaya belajar siswa. Menurut Antari dkk (2016:3) model pembelajaran VAK
sangat efektif untuk pembelajaran karena melibatkan ketiga indera yang dimiliki
anak, sehingga anak akan mampu menyerap pengetahuan lebih banyak karena
siswa ikut langsung dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan model
Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) dapat dikategorikan baik ?”.
2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran
2017/2018 setelah diterapkan model pembelajaran Visualization Auditory and
Kinestethic (VAK).
B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu tentang berbagai bilangan yang memiliki pola
tertentu, penggunaan dan beberapa pembuktian yang logis (Pratiwi dkk,
2015:321). Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
didefinisikan, ke aksioma sampai ke dalil (Russefendi dalam Heruman, 2013:1).
Sementara itu menurut Lidinillah (2006:1) matematika adalah suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu suatu kebenaran diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat kuat dan jelas.
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Kemampuan pemahaman konsep matematika adalah kemampuan menyerap
ide-ide matematika (Lestari & Yudhanegara, 2015:81). Menurut Septriani dkk
(2014:17) Pemahaman konsep matematika merupakan kemampuan siswa untuk
memahami suatu materi pelajaran matematika dengan pembentukan
pengetahuannya sendiri dan mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain
yang mudah dimengerti serta mengaplikasikannya.
Menurut Tim PPPG Matematika (dalam Nizarwati dkk, 2009:63) indikator-
indikator kemampuan pemahaman konsep matematika adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.
a. Menyatakan ulang maksud dari konsep.
b. Membuat definisi konsep dalam bentuk lain.
2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya.
a. Menentukan sifat-sifat dari suatu objek berdasarkan konsep.
b. Menentukan suat konsep berdasarkan sifat-sifat tertentu.
3. Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh.
a. Menuliskan contoh yang lain.
b. Menuliskan contoh yang benar dan contoh yang salah.
4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika
a. Memaparkan suatu konsep dalam bentuk gambar, grafik, tabel dll.
b. Menuliskan kalimat matematika dari suatu konsep.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
a. Menuliskan syarat perlu dari suatu konsep.
b. Menuliskan syarat cukup dari suatu konsep.
6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.
a. Memilih prosedur yang tepat dalam menemukan konsep.
b. Menyelesaikan soal dengan langkah-langkah yang tepat.
7. Kemampuan mengaplikasikan konsep / algoritma ke pemecahan masalah.
a. Menggunakan suatu konsep untuk memecahkan masalah.
b. Mengerjakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Pengertian Model Visualization Auditory and Kinestethic (VAK)
Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan
ketiga modalitas atau gaya belajar siswa untuk menjadikan sibelajar merasa
nyaman (Shoimin, 2016:226). Hal tesebut sependapat dengan Lestari &
Yudhanegara (2015:58) bahwa model pembelajaran VAK adalah model
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra
yang dimiliki siswa.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK
Langkah-langkah model pembelajaran VAK menurut Russel (2011:45) yaitu
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan).
Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk
membangkitkan minat peserta didik dalam belajar, dan meningkatkan
motivasi peserta didik.
b. Tahap penyampaian dan tahap pelatihan (kegiatan inti pada eksplorasi dan
elaborasi).
Pada kegiatan inti, guru mengarahkan peserta didik untuk ikut aktif dalam
pembelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan
panca indera yang sesuai dengan gaya belajar VAK, misalnya:
1) Visual: (a) Guru menggunakan materi visual.
(b) Guru menggunakan aneka warna agar lebih menarik.
(c) Peserta didik melihat gambar yang ditampilkan guru.
(d) Guru menugaskan kepada peserta didik untuk mengilustrasikan ide-
idenya ke dalam gambar.
2) Auditory:
(a) Guru menggunakan variasi vokal dalam mengajar.
(b) Guru menyanyikan lagu yang berhubungan dengan materi.
(c) Guru dan peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.
(d) Guru menjelaskan arti dan makna yang ada pada lagu tersebut.
3) Kinesthetic:
(a) Guru menggunakan alat bantu mengajar untuk menumbuhkan rasa
ingin tahu peserta didik.
(b) Guru memperagakan materi, kemudian peserta didik menebak
gerakan yang dilakukan oleh guru.
(c) Peserta didik secara berkelompok menampilkan gerakan yang
berhubungan dengan materi pembelajaran, kemudian meminta
kelompok lain untuk menebak gerakan tersebut.
(d) Guru memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar sambil
berjalan-jalan.
(e) Peserta didik bekerja dalam kelompok diskusi.
c. Tahap akhir.
Pada tahap akhir, guru memberikan penguatan kesimpulan tentang materi
pembelajaran, guru memberikan informasi tentang materi yang akan datang
kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.
4. Keunggulan dan Kelemahan Model VAK
Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran VAK menurut Shoimin
(2016: 228) :
a. Keunggulan Model Pembelajarn VAK.
1) Pembelajaran akan lebih efektif karena mengkombinasikan ketiga gaya
belajar.
2) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki
oleh pribadi masing-masing.
3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menentukan dan
memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi,
percobaan, observasi dan diskusi aktif.
5) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
6) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
b. Kelemahan Model Pembelajaran VAK.
“Kelemahan dari model pembelajaran VAK adalah tidak banyak orang
mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian,
orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar hanya akan mampu
menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan
kepada salah satu gaya belajar yang didominasi”.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII. 1 SMP Negeri Lubuk Tua pada
semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 yaitu pada bulan agustus 2017.
2. Rancangan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini menggunakan
metode eksperimen semu (quasi eksperiment) yang dilaksanakan tanpa adanya
kelas pembanding. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pre-test dan post-test group. Desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Kelas Sampel : O1 X O2
(Arikunto, 2010:124).
Keterangan:
O1 :Pre-test.
O2 : Post-test.
X : Perlakuan atau Treatment.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 yang berjumlah 102
orang siswa dan yang menjadi sampelnya adalah kelas VIII.1 berjumlah 30 orang
siswa yang diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model
pembelajaran VAK.
4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan teknik tes berupa
pemberian soal yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep
matematika sebanyak 7 butir soal. Pelaksanaan tes dilakukan dua kali, yaitu tes
awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Data yang terkumpul kemudian dianalisis
dengan menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku kemudian uji normalitas
dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis (uji-t). Pada pengujian uji-t dilakukan
dengan taraf signifikansi = 5 %.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pelaksanaan pre-test (tes awal) dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2017.
Berdasarkan hasil penghitungan data tes awal dari 30 siswa yang mengikuti tes
awal diperoleh nilai tertinggi adalah 65 dan nilai terendah adalah 9 dengan nilai
rata-rata 27,3 dan simpangan baku 14,7. Dari 30 siswa yang mengikuti pre-test,
22 orang atau 73,33% siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, 7 orang
atau 23,33% siswa yang termasuk dalam kategori rendah dan 1 orang atau 3,34%
siswa yang termasuk dalam kategori cukup kemampuan pemahaman konsep
matematika-nya, sehingga dapat disimpulkan bahwa di tes awal ini 100 % siswa
masih dalam kondisi di bawah kategori baik.
Pelaksanaan post-test (tes akhir) dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2017.
Berdasarkan hasil penghitungan data post-test dari 30 siswa yang mengikuti post-
tes diperoleh nilai tertinggi adalah 96 dan nilai terendah adalah 57 dengan nilai
rata-rata 77 dan simpangan baku 11,90. Dari 30 siswa yang mengikuti post-test,
11 orang siswa atau 36,7% siswa yang masuk dalam kategori sangat baik, 11
orang siswa atau 36,7% siswa yang termasuk dalam kategori baik dan 8 orang
siswa atau 26,6% siswa yang termasuk dalam kategori cukup kemampuan
pemahaman konsep matematikanya atau sebanyak 73,4% siswa yang telah
mencapai kategori baik.
Berdasarkan data pre-test dengan post-test diketahui terdapat perbedaan nilai
rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Perbedaan tersebut
disajikan dalam grafik 1 berikut ini:
Grafik 1 Perbedaan Nilai Rata-rata Antara Pre-test dengan Post-test.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria terima H0 jika thitung < ttabel atau
sebaliknya. Dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan dk = n –1. Berdasarkan hasil
penghitungan, hasil uji-t post-test diperoleh nilai thitung = 3,23. Pada derajat
kebebasan dk = n – 1 = 29 dan α = 0,05 diperoleh ttabel= 1,699. Maka thitung > ttabel
(3,23 > 1,699) maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran
2017/2018 setelah diterapkan model VAK dalam kategori baik.
2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Lubuk Tua selama dua minggu dan
dilakukan langsung oleh peneliti. Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan
model Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) dengan tujuan untuk
mengetahui hasil penerapan model VAK terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk Tua.
Pada pelaksanaannya penelitian diawali dengan melakukan pre-test (tes
awal). Berdasarkan hasil penghitungan data tes awal dari 30 siswa yang mengikuti
tes awal diperoleh nilai tertinggi adalah 65 dan nilai terendah adalah 9 dengan
nilai rata-rata 27,3. Dari 30 siswa yang mengikuti pre-test, 22 siswa atau 73,33%
siswa yang masuk dalam kategori sangat rendah, 7 orang siswa atau 23,33% siswa
yang termasuk dalam kategori rendah dan 1 orang siswa atau 3,34% siswa yang
termasuk dalam kategori cukup kemampuan pemahaman konsep matematikanya.
Dari hasil tersebut menujukan bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa masih rendah sekali.
Adapun pencapaian masing-masing indikator kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa pada pre-test dapat dilihat pada grafik 2 berikut:
Grafik 2
Persentase Pencapaian Masing-masing Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Pre-Test.
Berdasarkan grafik 2 di atas diketahui bahwa pencapaian masing-masing
indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yaitu pada indikator
1 (menyatakan ulang sebuah konsep) sebesar 19,8 %, indikator 2 (memberikan
contoh dan bukan contoh dari suatu konsep) sebesar 41,7 % , indikator 3
(mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu) sebesar 1,67 %, indikator 4
(menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis) sebesar 27,5 %,
indikator 5 (mengembangkan syarat perlu/ syarat cukup suatu konsep) sebesar
21,7 %, indikator 6 (menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau
operasi tertentu) sebesar 39 % dan indikator 7 (mengaplikasikan konsep atau
algoritma dalam pemecahan masalah) sebesar 28,5 %.
Setelah melakukan pre-test (tes awal) selanjutnya kelas yang menjadi sampel
(kelas VIII.1) diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
VAK sebanyak tiga pertemuan. Namun sebelum melaksanakan pembelajaran,
peneliti melakukan sosialisasi mengenai model pembelajaran yang akan
diterapkan dan sistematika pelaksanaannya. Sosialisasi ini dilakukan karena
sebelumnya belum pernah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model
VAK
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2017 pada jam
pelajaran sekolah yang dihadiri oleh 30 orang siswa dengan alokasi waktu 2 x 40
menit. Pada pertemuan ini materi yang dibahas yaitu operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan bentuk aljabar. Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar,
sebelumnya peneliti menjelaskan tujuan dari materi yang akan dipelajari dan
membantu siswa membentu kelompok diskusi. Selanjutnya peneliti memberikan
penjelasan singkat tentang operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bentuk
aljabar, setelah itu peneliti membagikan LKS kepada siswa, kemudian siswa
mendiskusikannya.
Di pertemuan ini kondisi belajar siswa terlihat tidak kondusif, banyak siswa
yang terlihat acuh tak acuh dan asyik mengobrol. Untuk mengatasi hal tersebut
peneliti mendekati mereka yang mengobrol tersebut kemudian membimbing
mereka dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di LKS. Setelah
selesai berdiskusi, selanjutnya kelompok yang terpilih mempresentasikan hasil
diskusi mereka di depan kelas dengan media puzzle aljabar.
Pada pertemuan ini kelompok yang maju yaitu kelompok 3 yang
beranggotakan Ummu Nurhabibah, Eva Kurnia, Rini Afrida Susfitasari, Tri
Wilujeng dan Agung Prayogo. Sementara itu siswa yang menanggapi yaitu
Nurma Tini Astini dari kelompok dua, Dwi Fajar Karenda dari kelompok enam
dan Yunita dari kelompok empat. Kelompok yang maju di pertemuan ini
menyimpulkan bahwa dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk
aljabar hanya dapat dilakukan pada variabel yang sama.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2017 pada jam ke 1-
2 jam pelajaran sekolah yang dihadiri oleh 30 orang siswa. Di pertemuan ini
materi yang dibahas yaitu operasi perkalian dan perpangkatan bentuk aljabar.
Sebelum memulai kegiatan belajar mengajar peneliti mengkondisikan siswa untuk
duduk sesuai dengan kelompok yang sudah terbentuk kemarin. Selanjutnya
peneliti menjelaskan secara singkat tentang operasi perkalian dan perpangkatan
bentuk aljabar. Setelah itu siswa diberikan LKS kemudian siswa
mendiskusikannya.
Di pertemuan kedua ini kondisi belajar terlihat lebih kondusif daripada
pertemuan pertama, namun masih ada beberapa siswa yang terlihat mengobrol
dan tak memperdulikan kegiatan diskusi mereka. Setelah siswa selesai berdiskusi,
peneliti melakukan pengundian untuk memilih kelompok yang akan
mempresentasikan hasil diskusi mereka. Dari hasil pengundian terpilih kelompok
enam yang beranggotakan Yudi Putra Pratama, Ahmad Badarudin, Roubet
Surajjudin, Ardi Sujarwanto dan Dwi Fajar Karenda yang akan mempresentasikan
hasil diskusi mereka. Dari kelompok yang maju, Yudi Putra Pratama sebagai
pemateri menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tulisan-tulisan di papan tulis.
Sementara itu siswa yang menanggapi presentasi kelompok enam yaitu Marlingga
Nugroho dari kelompok satu dan Nike Ardila dari kelompok dua.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2017 pada jam ke 1-
2 jam pelajaran sekolah yang dihadiri oleh 28 orang siswa, dua orang siswa
lainnya izin rapat untuk penentuan kepengurusan OSIS yang baru. Pada
pertemuan ini materi yang dibahas yaitu operasi pembagian bentuk aljabar. Sama
seperti pertemuan kedua, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar siswa
dikondisikan dengan berkumpul pada kelompok yang sudah terbentuk kemarin.
Setelah itu peneliti memberikan beberapa pertanyaan mengenai materi
sebelumnya. Pada tahap ini terlihat antusiasme siswa sangat tinggi dalam
menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
Selanjutnya peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi operasi
pembagian bentuk aljabar kemudian membagikan LKS kepada siswa. Setelah itu
siswa berdiskusi untuk mencari penyelesaian soal-soal di LKS. Setelah siswa
selesai berdiskusi selanjutnya peneliti melakukan pengundian, dari hasil
pengundian terpilih kelompok satu yang beranggotakan Riko Saputra, Marlingga
Nugroho, Mitra Amanda, Roy Diansyah dan Irvansyah. Saat mempresentasikan
hasil diskusi mereka, Riko Saputra sebagai pemateri menjelaskannya melalui
tulisan-tulisan di papan tulis dan bahasa yang digunakan sehari-hari. Sementara
itu siswa yang menanggapi presentasi dari kelompok yang maju yaitu Rini Afrida
Susfitasari dari kelompok tiga. Selanjutnya setelah kegiatan diskusi dan tanya
janya jawab selesai, peneliti memberikan penjelasan ulang atau resume dari materi
yang dipelajari hari ini.
Setelah diberikan perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan model
VAK selanjutnya kelas VIII. 1 sebagai kelas sampel diberikan tes akhir (post-
test). Pelaksanaan post-test dilakukan di tanggal 24 Agustus 2017 yaitu pada jam
ke 6-7 jam pelajaran sekolah dengan alokasi waktu 80 menit.
Berdasarkan hasil penghitungan post-test diperoleh hasil nilai rata-rata
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebesar 77 dan simpangan
baku sebesar 11,90. Dari 30 siswa yang mengikuti post-test, 11 orang siswa atau
36,7% siswa yang masuk dalam kategori sangat baik, 11 orang siswa atau 36,7%
siswa yang termasuk dalam kategori baik dan 8 orang siswa atau 26,6% siswa
yang termasuk dalam kategori cukup kemampuan pemahaman konsep
matematikanya atau sebanyak 73,4% siswa yang telah mencapai kategori baik.
Adapun pencapaian masing-masing indikator kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa pada post-test dapat dilihat pada grafik 3 berikut:
Grafik 3 Persentase Pencapaian Masing-masing Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Pada Pre-Test.
Berdasarkan grafik 3 di atas diketahui bahwa pencapaian masing-masing
indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yaitu pada indikator
1 sebesar 75,4 %, indikator 2 sebesar 80,8 % , indikator 3 sebesar 98,3 %,
indikator 4 sebesar 65 %, indikator 5 sebesar 66,7 %, indikator 6 sebesar 88,5 %
dan indikator 7 sebesar 69,2 %.
Perbedaan pencapaian masing-masing indikator kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa pada pre-test dengan post-test disajikan dalam tabel 1
berikut ini:
Tabel 1
Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Antara
Pre-test dengan Post-test
No Indikator Ke - Persentase
Pre-test Post-test
1 Menyatakan ulang sebuah konsep 19,8 % 75,4 %
2 Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep 41,67 % 80, 8 %
3 Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
1,67 % 98,3 %
4 Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis 27,5 % 65 %
5 Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suat
konsep
21,7 % 66,7 %
6 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu
39 % 88,5 %
7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan
masalah
28,5 % 69,2 %
Total Persentase 179,84% 543,90%
Peningkatan 364,06 %
Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa terdapat peningkatan masing-
masing indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa antara pre-
test dengan post-test yaitu sebesar 364,06 %.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis uji-t terhadap nilai post-test
diperoleh thitung = 3,23. dengan taraf signifikansi = 5% = 0,05, dk = n – 1 = 30 – 1
= 29 diperoleh ttabel = 1,699 sehingga thitung > ttabel (3,23 > 1,699) maka H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri Lubuk Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan
pembelajaran dengan model VAK secara signifikan dapat dikategorikan baik. Hal
tersebut disebabkan karena pembelajaran matematika dengan menggunakan
model VAK membuat siswa lebih aktif dalam belajar karena siswa dapat
menyerap ilmu dengan mengekspresikan ketiga gaya belajar yang memang sudah
dimiliki siswa sejak lahir. Hal ini sependapat Sari (2014:3-4) yang menyatakan
bahwa gaya belajar yang dimiliki peserta didik merupakan salah satu modalitas
yang berpengaruh dalam pembelajaran, pemrosesan dan komunikasinya.
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Lubuk
Tua Tahun Ajaran 2017/2018 setelah diterapkan pembelajaran dengan model
Visualization Auditory and Kinestethic (VAK) secara signifikan dalam kategori
baik. Hal ini diketahui dari nilai rata-rata yang dicapai yaitu 77 dengan katagori
baik dan persentase sebanyak 73,4%. Hal lain juga ditunjukan dengan
penghitungan uji hipotesis yang menunjukan bahwa thitung > ttabel = 3,23 > 1,699
sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka peneliti
menyampaikan saran-saran kepada pihak terkait, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pembaca, hendaknya mencari referensi yang lebih mendalam mengenai
model pembelajaran VAK sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat
penerapannya di kelas.
2. Bagi pendidik, jika ingin menerapkan model VAK disarankan untuk
melakukan persiapan dan perencanaan yang matang sehinggan dalam
pelaksanaannya dapat berjalan dengan maksimal.
3. Bagi peneliti-peneliti lainnya, sebaiknya melakukan evaluasi pertanyaan-
pertanyaan pemahaman konsep matematika dengan perencanaan yang
matang.
F. DAFTAR PUSTAKA
Antari, K. Y., dkk. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Visual, Auditory,
Kinestethic Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan
Kognitif Konsep Bilangan.E-Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol. 4, No. 1.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
2010. Jakarta: Rhineka Cipta.
DePorter, B & Hernacki, M. 2008.Quantum Learning: Membiasakan Diri Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:Kaifa.
Hapsari, F. D & Budiharti.2015.Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Dengan Menggunakan Model Visual Auditory Kinestethic
(VAK). Jurnal Tidak Diterbitkan. Universitas PGRI: Yogyakarta.
Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Lestari, K. E & Yudhanegara, M. R. 2015.Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: Refika Aditama.
Lestari, N. O, dkk. 2015. Analisis Terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar Siswa
Berprestasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pedagogia. Vol. 7, No. 2.
Lidinillah, D. A. M. 2006. Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
Makalah disampaikan pada Kegiatan Pembinaan Profesionalisme Guru SD
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Maret 2006: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Nizarwati, dkk. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi
Konstruktivisme Untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri
Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 3, No. 2.
Pratiwi, H., dkk. 2014. Penerapan Model Visualization, Auditory, Kinesthetic
(VAK) Dengan Multimedia Untuk Meningkatkan Pembelajaran Matematika
Tentang Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V SDN Taman Winangun Tahun
Ajaran 2014/2015. Jurnal Kalam Cendekia.Vol. 3, No.3.1, Hal 319-325.
Russel, L. 2011. The Accelerated Learning Fielbook. Bandung: Nusa Media.
Sari, A. K. 2014. Analisis Karakteristik Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial,
Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Jurnal
Ilmiah Edutic. Vol. 1, No. 1.
Septriani, N., dkk. 2014. Pengaruh Penerapan Pendekatan Scaffolding Terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Pertiwi 2 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika.Vol.3, No. 3, Part 1: Hal.
17-21.
Shoimin, A. 2016.63 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Ar-
Ruzz Media: Yogyakarta.
Syahrir, dkk. 2013. Analisi Kesulitan Pemahaman Konsep dan Prinsip Materi
Pokok Dimensi Tiga Siswa Kelas XI SMK Keperawatan Yahya Bima.
Jurnal Prisma Sains. Vol. 1, No. 1.