PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …jurnal.upi.edu/file/EVIE_APRILIANTY,_YK_FS.pdf ·...

16
FACTUM Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016 187 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING ANDCOMPOSITION(CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA Oleh : Evie Aprilianty, Yani Kusmarni, Farida Sarimaya 1 ABSTRAK Penelitian ini mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa (Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Cicalengka). Penelitian ini memfokuskan pada upaya meningkatkan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah. Indikator dari kemampuan pemecahan masalah diantaranya adalah mengidentifikasi masalah, mencari sumber, menganalisis dan menyimpulkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan desain penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart. Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari beberapa tahapan diantaranya perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi (observe) dan refleksi (reflect). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari kenaikan persentase kemampuan pemecahan masalah siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang menunjukkan adanya perubahan kemampuan pemecahan masalah siswa yang semula kurang baik menjadi berada pada kategori baik. Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi guru atau pihak sekolah untuk mengembangkan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, agar pembelajaran yang dilalui siswa menjadi lebih bermakna. Kata kunci: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa, Penelitian Tindakan Kelas. ABSTRACT This research entitled “Implementation Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) learning model for growing studentsproblem solving ability (Classroom Action Research in learning history Class XI MIA 2 SMA Negeri 1 Cicalengka)”. The main object of this research is growing students’ problem solving ability in teaching history. The indicators of students’ problem-solving 1 Penulis merupakan Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan Yani Kusmarni sebagai dosen pembimbing I dan Farida Sarimaya sebagai dosen pembimbing II. Untuk kepentingan akademik dapat menghubungi penulismelalui alamat email: evie. [email protected]

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …jurnal.upi.edu/file/EVIE_APRILIANTY,_YK_FS.pdf ·...

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

187

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

COOPERATIVE INTEGRATED READING ANDCOMPOSITION(CIRC)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA

Oleh :

Evie Aprilianty, Yani Kusmarni, Farida Sarimaya1

ABSTRAK

Penelitian ini mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa (Penelitian Tindakan Kelas dalam

Pembelajaran Sejarah di Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Cicalengka). Penelitian

ini memfokuskan pada upaya meningkatkan pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah. Indikator dari kemampuan pemecahan masalah diantaranya

adalah mengidentifikasi masalah, mencari sumber, menganalisis dan

menyimpulkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (PTK) dan desain penelitian dari Kemmis dan Mc

Taggart. Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari beberapa

tahapan diantaranya perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi (observe)

dan refleksi (reflect). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran sejarah mengalami

peningkatan. Hal tersebut terlihat dari kenaikan persentase kemampuan

pemecahan masalah siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang menunjukkan

adanya perubahan kemampuan pemecahan masalah siswa yang semula kurang

baik menjadi berada pada kategori baik. Hasil penelitian ini dapat menjadi

rekomendasi bagi guru atau pihak sekolah untuk mengembangkan pembelajaran

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, agar pembelajaran

yang dilalui siswa menjadi lebih bermakna.

Kata kunci: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),

Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa, Penelitian Tindakan

Kelas.

ABSTRACT

This research entitled “Implementation Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) learning model for growing students’ problem solving ability

(Classroom Action Research in learning history Class XI MIA 2 SMA Negeri 1

Cicalengka)”. The main object of this research is growing students’ problem

solving ability in teaching history. The indicators of students’ problem-solving

1 Penulis merupakan Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan Yani

Kusmarni sebagai dosen pembimbing I dan Farida Sarimaya sebagai dosen pembimbing II. Untuk

kepentingan akademik dapat menghubungi penulismelalui alamat email:evie.

[email protected]

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

188

ability are consisting of the problem identification, look for sources, analyze the

problem and summarize. The method that used in this research is classroom

action research (PTK) and using the design study of Kemmis and Mc Taggart.

The design study of Kemmis and Mc Taggart has four phases, that are plan,

action, observation, and reflection. Based on this research that has been done, it

shows that students’ problem-solving ability in each implementation have

increased. The increase the average percentage of the problem solving ability of

students through the application of Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) learning model indicate a change in the problem solving

ability of students who initially have low ability into good categories. The results

could be a recommendation for teacher and schools commitee to develop learning

to increase problem solving ability of students in order that students’ learning are

meaningful.

Keywords: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Students’

Problem Solving Ability, Clasroom Action Research.

PENDAHULUAN

Sejarah merupakan mata

pelajaran yang bertujuan

menanamkan pengetahuan dan nilai-

nilai mengenai proses perubahan dan

perkembangan masyarakat Indonesia

dan dunia pada masa lampau hingga

masa kini. Dengan belajar sejarah,

membuat siswa belajar dari peristiwa

masa lalu untuk kehidupan di masa

kini dan lebih jauh untuk masa depan.

Menurut Kamarga (2007, hlm. 2)

bahwa “belajar sejarah bukan hanya

sekedar menghafal fakta-fakta, tetapi

cenderung kepada melihat

keterhubungan antara apa yang terjadi

di masa lampau dengan kondisi saat

ini agar kemudian peserta didik

menjadi lebih bijaksana.” Maka dari

itu, dengan belajar sejarah

kemampuan berpikir siswa dapat

dilatih serta membuat pembelajaran

lebih bermakna karena siswa bukan

hanya berpikir tetapi juga belajar

memaknai peristiwa tersebut.

Mata pelajaran sejarah

membuat siswa harus mempelajari

permasalahan dari peristiwa yang

terjadi dan menjadikannya sebagai

pelajaran untuk kehidupan, ini berarti

merangsang siswa untuk berpikir

kritis dalam memecahkan masalah

yang terjadi. Hal tersebut merujuk

pula pada tujuan pembelajaran sejarah

dalam Kurikulum 2013 oleh

Kemendikbud (2013, hlm. 89) poin

kedua yaitu“...mengembangkan

kemampuan berpikir historis yang

menjadi dasar untuk kemampuan

berpikir logis, kreatif, inspiratif, dan

inovatif”. Dengan demikian,

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

189

mengembangkan kemampuan

berpikir akan berpengaruh baik untuk

siswa. Kemampuan berpikir siswa,

peneliti fokuskan dalam upaya

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah. Kemampuan

pemecahan masalah ini berhubungan

dengan kemampuan berpikir karena

dalam proses memecahkan masalah

siswa akan melewati proses berpikir

terlebih dahulu.

Kemampuan pemecahan

masalah adalah kemampuan yang

dimilki seseorang untuk menemukan

solusi melalui proses yang melibatkan

pemerolehan dan pengorganisasian

informasi (Soejarwanto, dkk., 2014,

hlm. 67). Sedangkan menurut Gagne

(dalam Handayani, 2015, hlm. 23)

“kemampuan pemecahan masalah

adalah suatu bentuk keterampilan

yang memerlukan pemikiran dengan

menggunakan dan menghubungkan

berbagai aturan-aturan yang telah kita

kenal menurut kombinasi yang

berlainan”. Maka dari itu, pemecahan

masalah dapat dilakukan dengan

berbagai cara tergantung dalam

perspektif mana pemecah masalah

dalam hal ini siswa memandang

permasalahan.

Kemampuan pemecahan

masalah penting diterapkan dalam

pembelajaran, seperti yang

diungkapkan oleh Gagne (dalam

Sukiastini, dkk., 2013 hlm. 2) bahwa

“bidang pendidikan mempunyai

tujuan untuk membelajarkan siswa

dalam memecahkan berbagai

permasalahan, baik masalah yang

bersifat matematis, fisis, kesehatan,

sosial dan penyesuaian diri”. Melalui

proses pembelajaran tersebut

kemampuan pemecahan masalah

siswa akan berkembang dengan baik.

Selain itu, Schunk berpendapat bahwa

dengan mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah akan mendorong

pemikiran asli dan kritis dari siswa

yaitu bahwa “pemecahan masalah

dalam pembelajaran penting

diterapkan karena pengajaran yang

telah diatur dapat mendorong

pemikiran asli dan kritis yang

ditunjukkan oleh siswa” (2012, hlm.

430). Sehingga perkembangan

pendidikan menjadi lebih baik dengan

mendorong pemecahan masalah

kepada siswa dalam pembelajaran.

Kemampuan pemecahan

masalah akan berguna bagi siswa

seperti yang diungkapkan Nurhadi

(dalam Baharuddin dan Wahyuni,

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

190

2008, hlm. 116) bahwa “kemampuan

pemecahan masalah siswa penting

dikembangkan oleh guru karena

dalam proses belajar, siswa perlu

dibiasakan untuk memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya serta bergelut

dengan ide-ide”. Dengan demikian,

mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah siswa akan

membuat pembelajaran yang dilalui

oleh siswa menjadi lebih bermakna.

Berdasarkan hasil observasi di

lapangan, terdapat beberapa

permasalahan yang ditemukan di

Kelas XI MIA 2 SMAN 1 Cicalengka

yang dilakukan oleh peneliti. Hal

tersebut terlihat dari beberapa

kegiatan yang terjadi saat

berlangsungnya pembelajaran sejarah

yaitu:

Pertama, pada saat guru selesai

memberikan materi, siswa ditugaskan

untuk bekerja dalam kelompok. Siswa

mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru, namun dalam mengerjakan

tugas siswa kurang mengeksplor

sumber yang dimiliki. Siswa

cenderung hanya menggunakan buku

paket yang telah disediakan dan tidak

mencari dari sumber lain seperti

internet.

Kedua, dalam kegiatan

presentasi yang dilakukan oleh salah

satu kelompok, penyaji hanya

memaparkan hasil diskusi

kelompoknya tanpa adanya pendapat,

sanggahan ataupun pertanyaan dari

kelompok lain. Hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan menyelidiki siswa

masih kurang, belum terlihat adanya

usaha untuk mencari tahu, tidak ada

pendapat yang dapat dijadikan solusi

dan terlihat bahwa diskusi

berlangsung pasif.

Ketiga, kemampuan analisis

siswa masih kurang, hal ini terlihat

pada saat presentasi di mana

penyajian dari siswa memuat

informasi yang sebagian besar berupa

data faktual berupa angka tahun dan

nama tokoh. Dalam hal ini, dapat

dikatakan bahwa pada ranah faktual

kemampuan siswa sudah baik, tetapi

apabila siswa diberikan permasalahan

yang bersifat analitis akan membuat

kemampuan analisis siswa dapat lebih

dikembangkan.

Keempat, permasalahan terlihat

pada saat akhir pembelajaran di mana

guru bersama siswa menyimpulkan

materi yang telah dipelajari. Namun,

dalam pelaksanaannya siswa belum

mampu mengungkapkan

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

191

pemikirannya mengenai kesimpulan

dari materi yang telah dipelajari.

Tidak ada siswa yang memiliki

inisiatif untuk menyimpulkan materi

dan akhirnya guru yang

menyimpulkannya.

Setelah memperoleh gambaran

kondisi pembelajaran dari kelas XI

MIA 2 tersebut, peneliti melihat

bahwa siswa memiliki potensi yang

cukup baik dalam mengembangkan

kemampuan berpikirnya, pada proses

selanjutnya dapat dikembangkan

kemampuan pemecahan masalah

dalam pembelajaran sejarah. Untuk

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah tersebut, guru

harus mempertimbangkan model

pembelajaran yang efektif dalam

mengatasi permasalahan yang

dihadapi dalam pembelajaran.

Model pembelajaran tipe

Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) ini peneliti pilih

karena sesuai dengan keadaan kelas

XI MIA 2 yang memiliki kemampuan

menyerap informasi cukup baik dan

potensi dalam mengembangkan

kemampuan berpikirnya. Dengan

menggunakan tipe CIRC, siswa dapat

diarahkan untuk menggali informasi

dari berbagai sumber untuk

menyelesaikan masalah atau studi

kasus karena wacana dalam

pembelajaran ini akan diarahkan

untuk memunculkan permasalahan

yang dapat dikaji siswa pada proses

diskusi kelompok di kelas.

Peneliti melihat bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe

Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dapat

menyelesaikan permasalahan

penelitian karena dalam langkah-

langkah pembelajarannya membantu

siswa dalam memecahkan masalah.

Model Pembelajaran kooperatif tipe

CIRCini memiliki sintak yaitu (1)

pembagian kelompok, (2) pemberian

bahan bacaan, (3) kegiatan diskusi

kelompok, (4) presentasi hasil diskusi

kelompok, dan (5) membuat

kesimpulan (Figianti, dkk., 2013 hlm.

3). Maka dari itu, model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

peneliti pilih karena merupakan salah

satu model pembelajaran kooperatif

yang memanfaatkan kerjasama dalam

kelompok untuk membantu siswa

memahami materi pembelajaran

melalui bahan bacaan, wacana, atau

kliping dengan cara membaca,

menganalisis, memecahkan masalah,

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

192

membuat laporan dan presentasi hasil

kerja kelompoknya.

Melalui model pembelajaran

kooperatif tipe CIRC ini diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah. Sehingga

peneliti mengambil judul penelitian

“Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Cooperative

Integrated Reading and Composition

(CIRC) untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa (Penelitian Tindakan Kelas

dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas

XI MIA 2 SMA Negeri 1

Cicalengka).”

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (PTK).

Menurut Ebbut dalam Hopkins

(dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 12)

bahwa “penelitian tindakan kelas

adalah kajian sistematik dari upaya

perbaikan pelaksanaan oleh

sekelompok guru dengan melakukan

tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi

mereka mengenai hasil dari tindakan-

tindakan tersebut”. Penelitian

tindakan kelas menekankan untuk

melakukan perbaikan dari

permasalahan yang ditemukan di

dalam kelas. Maka dari itu, metode

penelitian tindakan kelas dipilih

karena merupakan metode yang

cocok untuk memperbaiki proses

pembelajaran berdasarkan

permasalahan yang ditemukan di

Kelas XI MIA 2, karena penelitian

tindakan kelas yang menginginkan

adanya peningkatan dan perubahan

proses pembelajaran yang lebih baik.

Selain itu, alasan peneliti

menggunakan metode penelitian

tindakan kelas karena metode ini

memiliki peranan yang strategis

dalam meningkatkan mutu

pembelajaran, metode penelitian ini

dirasa cocok dalam penelitian karena

dilakukan dari mendeteksi masalah

hingga memecahkan masalah yang

ada di kelas.

Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

desain model spiral Kemmis dan Mc

Taggart.Desain ini terdiri dari empat

tahapan yaitu; perencanaan (plan),

tindakan (act), observasi

(observation), dan refleksi

(reflection).Alasan peneliti memilih

desain ini karena desain PTK model

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

193

Kemmis dan McTaggart lebih

sederhana dibandingkan dengan

model PTK yang lainnya seperti

yang dikembangkan oleh Ebbut dan

model yang dikembangkan oleh Mc

Kernan. Dalam praktiknya, desain ini

akan membantu peneliti dalam

mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dengan

menggunakan metode Cooperative

Learning tipe CooperativeIntegrated

Reading and Composition (CIRC),

sehingga peneliti memutuskan bahwa

desain ini cocok digunakan dalam

penelitian ini.

Selain metode dan desain

penelitian, fokus fenelitian menjadi

hal yang penting karena menjadi

indikator dalam memecahkan masalah

penelitian. Fokus penelitian ini terdiri

dari langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe

CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC) dan indikator

kemampuan pemecahan masalah

siswa. Adapun fokus penelitian yang

pertama yaitu langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe

CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC) peneliti jabarkan

sebagai berikut:

Tabel 1

Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

CooperativeIntegrated Reading and Composition (CIRC)

Tahapan Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

Fase 1

Orientasi

Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa. pada fase ini

guru membahas tujuan pembelajaran, memberikan gambaran materi

yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji, dan memotivasi

siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

Fase 2

Organisasi

Mengorganisasikan siswa dalam belajar. Pada fase ini guru membagi

siswa ke dalam beberapa kelompok, membagikan LKS, dan membantu

siswa mendefinisikan, mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

Fase 3

Investigasi

Melakukan investigasi atau penyelidikan dalam diskusi kelompok. Pada

fase ini, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber dan menyusun alternatif jawaban.

Fase 4

Publikasi

Mempresentasikan atau publikasi dari hasil diskusi kelompok. Pada fase

ini, guru memberikan kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk

mengomunikasikan hasil diskusinya berupa temuan dan solusi yang

diajukan, kelompok lain dapat menambahkan atau menyanggah.

Fase 5

Kesimpulan

Menyimpulkan alternatif pemecahan masalah. Pada fase ini guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan

proses diskusi yang telah dilaksanakan.

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

194

Sedangkan indikator dari kemampuan pemecahan masalah siswa yang

menjadi kemampuan yang dilihat pada peserta didik peneliti jabarkan sebagai

berikut.

Tabel 2

Indikator dan Sub Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Indikator Sub Indikator

Mengidentifikasi dan

menganalisis masalah

Menentukan poin-poin inti dari topik permasalahan

yang dikaji.

Mencari dan mengumpulkan informasi berupa fakta dan

data dan menyusun alternatif jawaban.

Mengajukan solusi dari

permasalahan

Memberikan solusi atau alternatif jawaban dari hasil

diskusi kelompok dan mempresentasikannya.

Menyimpulkan hasil dari

pemecahan masalah

Memberikan kesimpulan dari seluruh pendapat yang

muncul dalam proses diskusi.

Pada pelaksanaannya, selain

metode dan desain penelitian peneliti

ada pula instrumen penelitian dan

teknik pengumpulan data. Instrumen

dalam penelitian ini adalah lembar

observasi, catatan lapangan, pedoman

wawancara dan dokumen. Sementara

itu, teknik pengumpulan data yang

dilakukan yaitu observasi, wawancara

dan studi dokumentasi. Setelah semua

data terkumpul, proses selanjutnya

peneliti melakukan pengolahan data.

Menurut Hatimah (2000, hlm.

224) “Pengolahan data adalah suatu

proses untuk mendapatkan dari setiap

variabel penelitian yang siap

dianalisis”. Pengolahan data terdiri

dari pengolahan data kuantitatif dan

kualitatif. Proses selanjutnya yang

dilakukan adalah analisis data. Dalam

PTK, proses analisis data dilakukan

sejak awal pada setiap aspek

penelitian dari pra penelitian hingga

pelaksanaan penelitian. Analisis data

merupakan kegiatan merangkum,

memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang

penting, menyajikan data dan menarik

kesimpulan.

Hasil penelitian yang telah

diperoleh peneliti perlu diuji

keabsahan dan kesahihan data-data

untuk melihat kebenarannya. Menurut

Wiriaatmadja (2014, hlm. 79)

pengujian validasi data dapat

dilakukan dengan cara triangulasi,

member check, auditrail, dan expert

opinion. Namun dalam penelitian ini,

cara yang dilakukan untuk menguji

validitas data yang diperoleh yaitu

member check, auditrail, dan expert

opinion.

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

195

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada hasil temuan

di lapangan setelah diterapkannya

model pembelajaran kooperatif tipe

CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC) untuk

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah, diperoleh hasil

bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa mengalami

peningkatan pada tiap tindakan.

Temuan peneliti tersebut dilihat dari

hasil pengamatan observer selama

kegiatan pembelajaran dan penilaian

lembar kerja siswa (LKS).

Peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa dalam pembelajaran

sejarah pada hasil observasi yang

dilakukan dari diskusi kelompok kecil

hingga diskusi kelompok keseluruhan

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3

Pencapaian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) pada Saat Diskusi Kelompok Kecil dan Keseluruhan

Kelompok Tindakan I Tindakan II TindakanIII Tindakan IV

1 4 9 10 12

2 5 9 9 11

3 4 4 4 7

4 4 4 4 7

5 4 6 8 9

6 6 9 10 12

7 7 9 10 12

8 4 7 8 10

9 4 4 7 9

10 4 6 9 11

11 4 7 9 11

Jumlah Skor

Kelompok 50 74 88 111

Rata-rata Skor

Kelompok 4,54 6,72 8 10,09

Skor

Maksimal 132

Rata-rata

Persentase 37,87% 56,06% 66,66% 84,09%

Kategori Nilai Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Keterangan

Skor Maksimal = Skor Keseluruhan x Jumlah Kelompok yaitu 12 x 11= 132

Perhitungan rata-rata (persentase) = Jumlah Perolehan kelompok x 100

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

196

Jumlah Skor Maksimal

Tabel di atas menunjukkan

bahwa pada tindakan I rata-rata

persentasenya adalah 37,87% dan

memiliki kategori nilai “Cukup

Baik”. Lalu, pada tindakan II rata-rata

persentasenya adalah 56,06% atau

kategori nilainya “Cukup Baik”,

maka dapat dilihat dari tindakan I ke

tindakan II mengalami kenaikan

sebesar 18,19%. Kemudian pada

tindakan III, rata-ratanya adalah

66,66% dengan kategori nilai “Cukup

Baik” dan tindakan IV 84,09%

dengan nilai “Baik”. Dari tindakan II

ke tindakan III mengalami kenaikan

sebesar 10,6% sedangkan tindakan III

ke tindakan IV mengalami kenaikan

sebesar 17,43%.

Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti,

menunjukkan bahwa setiap kelompok

cenderung mengalami peningkatan.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa

setiap indikator baik menentukan

poin-poin inti dari permasalahan,

mencari dan mengumpulkan alternatif

pemecahan masalah,

mempresentasikan hasil pemecahan

masalah serta indikator

menyimpulkan secara keseluruhan

mengalami peningkatan yang cukup

baik.

Pada tabel di atas, terdapat

empat indikator yang dilihat selama

proses pembelajaran dan diamati oleh

observer. Indikator kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah melalui

penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Cooperative

Integrated Reading and Composition

(CIRC) ini diantaranya adalah

menentukan poin-poin inti dari topik

permasalahan yang dikaji, mencari

dan mengumpulkan informasi berupa

fakta dan data serta menyusun

alternatif jawaban, memberikan solusi

atau alternatif jawaban dari hasil

diskusi kelompok dan

mempresentasikannya, dan

memberikan kesimpulan dari seluruh

pendapat yang muncul dalam proses

diskusi. Dari keempat indikator

tersebut, semua indikator pada setiap

tindakan yaitu tindakan I, II, III dan

IV cenderung mengalami kenaikan.

Selanjutnya, data hasil penilaian

observasi peneliti sajikan dalam

bentuk diagram batang. Hal tersebut

peneliti lakukan dalam rangka

menyajikan hasil yang diperoleh oleh

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

197

0

2

4

6

8

10

12

Tindakan I

Tindakan II

Tindakan III

Tindakan IV

tiap kelompok dalam setiap tindakan.

Diagram batang tersebut peneliti

sajikan sebagai berikut:

Gambar 1

Diagram BatangPerolehan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada saat Diskusi Kelompok Kecil dan Diskusi Keseluruhan

Diagram batang di atas

menunjukkan hasil yang diperoleh

oleh setiap kelompok pada tindakan I,

II, III dan IV. Setiap kelompok ada

yang memperoleh hasil yang kurang

baik, cukup baik dan baik yang

berdasarkan pada penilaian observer.

Kelompok-kelompok memperoleh

hasil yang “Baik” pada tindakan IV,

walaupun tidak semua kelompok

memperoleh nilai yang tinggi tetapi

peneliti melihat bahwa setiap

kelompok mengalami progres atau

kemajuan pada setiap tindakan.

Peningkatan kemampuan pemecahan

masalah siswa dalam pembelajaran

dilihat pula aspek pengerjaan lembar

kerja siswa (LKS). Peneliti

menyajikannya dalam bentuk tabel

berikut ini.

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

198

Tabel 4

Pencapaian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) pada Aspek Pengerjaan LKS

Kelompok Tindakan I Tindakan II TindakanIII Tindakan IV

1 3 7 7 9

2 3 3 5 7

3 3 5 6 7

4 3 3 5 7

5 4 6 6 9

6 5 6 8 9

7 5 8 8 9

8 3 3 4 7

9 3 3 3 5

10 3 7 8 9

11 3 3 3 6

Jumlah Skor

Kelompok 38 54 63 84

Rata-rata Skor

Kelompok 3,45 4,90 5,7 7,63

Skor Maksimal 99

Rata-rata

Persentase 38,4% 54,5% 63,6% 84,8%

Kategori Nilai Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik

Keterangan

Skor Maksimal = Skor Keseluruhan x Jumlah Kelompok yaitu 9 x 11= 99

Perhitungan rata-rata (persentase) = Jumlah Perolehan kelompok x 100

Jumlah Skor Maksimal

Tabel di atas, menunjukkan

bahwa pada tindakan I rata-rata

persentasenya adalah 38,4% dan

memiliki kategori nilai “Cukup

Baik”. Lalu, pada tindakan II rata-rata

persentasenya adalah 54,5% atau

kategori nilainya “Cukup Baik”,

maka dapat dilihat dari tindakan I ke

tindakan II mengalami kenaikan

sebesar 16,1%. Kemudian pada

tindakan III, rata-ratanya adalah

63,6% dengan kategori nilai “Cukup

Baik” dan tindakan IV 84,8% dengan

nilai “Baik”. Dari tindakan II ke

tindakan III mengalami kenaikan

sebesar 9,1% sedangkan tindakan III

ke tindakan IV mengalami kenaikan

sebesar 21,2%.

Data di atas menunjukkan

bahwa setiap indikator pada tiap

tindakan yang telah dilaksanakan

mengalami kenaikan yang didasarkan

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

199

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Tindakan I

Tindakan II

Tindakan III

Tindakan IV

pada penilaian LKS. Indikator yang

dilihat pada saat observasi yaitu

mengidentifikasi masalah,

mengajukan solusi dari permasalahan,

dan memberikan kesimpulan dari

pendapat atau alternatif pemecahan

masalah yang muncul dalam diskusi.

Setelah melihat pencapaian skor pada

tiap kriteria yang telah disusun,

berikut ini peneliti menyajikan

pencapaian skor penilaian lembar

kerja siswa dan mengonversikan

dalam persentase rata-rata dari

kemampuan pemecahan masalah

melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe

Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC).Selanjutnya

peneliti akan menyajikan perolehan

skor ke dalam bentuk diagram batang

yang dapat dilihat pada gambar

berikut ini

Gambar 2

Diagram BatangPerolehan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

pada Aspek Pengerjaan LKS

Pada diagram batang di atas,

perolehan nilai yang diperoleh dalam

setiap tindakan pada aspek pengerjaan

LKS dapat dikatakan cenderung

meningkat. Setiap kelompok dari

tindakan I, II, III hingga IV

mengalami kemajuan sedikit demi

sedikit. Pada tindakan I, rata-rata

berada pada kategori “Kurang Baik”,

pada tindakan II dan III kebanyakan

“Cukup Baik” dan pada tindakan IV

berada pada kategori “Baik”. Hal

tersebut menunjukkan bahwa media

penunjang LKS sebagai salah satu

bahan diskusi untuk pemecahan

masalah dapat meningkatkan

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

200

kemampuan pemecahan masalah

siswa dalam pembelajaran sejarah.

Selain diagram batang, berikut ini

disajikan pula grafik pencapaian skor

rata-rata perolehan skor kemampuan

pemecahan masalah siswa pada aspek

pengerjaan LKS.

Peningkatan kemampuan

pemecahan masalah dalam

pembelajaran sejarah melalui

penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe CooperativeIntegrated

Reading and Composition

(CIRC)yang dilihat dari kenaikan

persentase rata-rata pada setiap

tindakan, mengindikasikan adanya

perubahan yang positif. Kemampuan

pemecahan masalah siswa yang

awalnya memiliki kategori nilai

kurang baik menjadi berada pada

kategori baik bahkan persentasenya

mencapai 84,09% dan 84,8%. Hal

tersebut menjadi begitu baik karena

kemampuan pemecahan masalah

siswa penting untuk dikembangkan

sebagaimana yang diungkapkan oleh

Cooney (Anita, 2007, hlm. 2) bahwa

“mengajar siswa untuk

menyelesaikan masalah-masalah

memungkinkan siswa itu lebih

analitis dalam mengambil keputusan

di dalam kehidupan”. Hal ini

memperlihatkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah siswa tidak saja

dilakukan untuk kepentingan

akademik siswa tetapi juga dibiasakan

agar berguna bagi siswa. Dengan

demikian, penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe

CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC) dapat

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah.

SIMPULAN

Meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa yang dapat

membuat pembelajaran lebih

bermakna dapat dilakukan dengan

menerapkan model pembelajaran

yang variatif salah satunya model

pembelajaran kooperatif tipe

CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC). Melalui model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

ini, kemampuan pemecahan masalah

siswa dapat meningkat dengan baik.

Peningkatan tersebut didasarkan

pada kenaikan indikator yang diamati

dari siswa yaitu kemampuan siswa

dalam mengidentifikasi masalah,

menganalisis, mengajukan solusi dari

permasalahan serta menyimpulkan

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

201

alternatif pemecahan masalah yang

muncul dalam kegiatan diskusi.

Peningkatan kemampuan pemecahan

masalah yang dilihat dari indikator

yang disusun peneliti menunjukkan

adanya kenaikan persentase yang

terjadi pada setiap tindakan, yaitu

awalnya kemampuan pemecahan

masalah siswa memiliki kategori

kurang baik menjadi berada pada

kategori baik. Dengan demikian,

model pembelajaran kooperatif tipe

CooperativeIntegrated Reading and

Composition (CIRC) dapat

Meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dalam

pembelajaran sejarah.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, T. (2007). Pembelajaran

Matematika Siswa dengan

Menggunakan Metode Proyek

untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa dalam

Memecahkan Masalah. Skripsi:

FPMIPA UPI. Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Baharuddin dan Wahyuni. (2008).

Teori Belajar dan

Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Figianti, D. A., dkk., (2013).

“Pengaruh Model Pembelajaran

CIRC terhadap Kemampuan

Memecahkan Masalah pada

Mata Pelajaran Geografi”.

Universitas Negeri Malang.

[online] tersedia: jurnal-

online.um.ac.id/data/artikel/arti

kel5358D75838EFEBEDE3E5

DA823657C9C8.pdf. [11 Juni

2015]

Handayani, D. (2015). “Penggunaan

Metode Problem Based

Learning (PBL) untuk

Meningkatkan Kemampuan

Memecahkan Masalah dan

Sikap Peduli Lingkungan”

(Tesis). Sekolah Pasca Sarjana,

Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Hatimah, I. (2000). Strategi dan

Metode Pembelajaran. Bandung:

Andira.

Kamarga, H. (2010). “Pengembangan

Social & Academic Skill

melalui Model Social Inquiry

dalam Interaksi Belajar-

Mengajar Sejarah”. [Online]

Tersedia:http://file.upi.edu/Dire

ktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJ

ARAH/195609021987032HAN

SISWANY_KAMARGA/KAR

YA_TULIS_ARTIKEL/Penge

mbangan_Social_Skills.pdf. [11

Juni 2015]

Kemendikbud. (2013). Materi

Pelatihan Guru Implementasi

Kurikulum 2013: SMA/ MA dan

SMK/ MAK Sejarah Indonesia.

Jakarta: Badan Pengembangan

SDM P dan K Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Schunk, D. H. (Hatimah 2012).

Learning Theories: An

Educational Perspective.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soejarwanto, E., dan Hidayat, W.

(2014). “Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika

pada Modeling Instruction pada

siswa Kelas XI. e-Journal

Pendidikan IPA. Vol 3(1) hlm.

65-78. [online] tersedia:

journal.unnes.ac.id/artikel-

FACTUM

Volume 5, Nomor 2, Oktober 2016

202

nju/jpii/2903.pdf. [11 Juni

2015]

Sukiastini, I G. A. N. K., dkk. (2013).

“Pengaruh Model Pembelajaran

Cooperative Integrated Reading

and Composition

terhadapKemampuan

Pemecahan Masalah dan

Berpikir Kreatif”. e-Journal

Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan

Ganesha. Vol 3 hlm. 1-11.

[online] tersedia:

pasca.undiksha.ac.id/e-

journal/indeks.php/jurnal-

ipa/article/view/760.pdf. [11

Juni 2015]

Wiriaatmadja, R. (2014). Metode

Penelitian Tindakan Kelas

untuk Meningkatkan Kinerja

Guru dan Dosen. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.