PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SEMESTER 1 KELAS VII A MTs NU MIFTAHUT THOLIBIN KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh :
HANIK ROCHMAWATI NIM : 3105069
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2010
ii
ABSTRAK
Hanik Rochmawati (3105069). “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Persamaan Linear Satu Variabel Semester 1 Kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin Kudus Tahun Pelajaran 2009/2010” Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada materi persamaan linear satu variabel 2) Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin Kudus dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pokok persamaan linear satu variabel dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penerapannya melalui 3 siklus, yaitu pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus peneliti melakukan wawancara dengan guru tentang pembelajaran matematika yang diterapkan di kelas VII A, dalam pembelajarannya masih menggunakan metode konvensional yang mana dalam metode tersebut guru masih sangat dominan dalam proses belajar mengajar. Hal ini yang menjadikan peserta didik pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga mengakibatkan aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar menjadi tidak maksimal, dampaknya peserta didik tidak bisa maksimal dalam memahami materi yang secara tidak langsung menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak maksimal pula. Hal ini dibuktikan dengan nilai peserta didik yang masih banyak dibawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimum) yang ditentukan pihak sekolah yaitu 60.
Pada pra siklus, peneliti mendapatkan data hasil belajar peserta didik pada tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009 yaitu nilai rat-rata kelas 58,6 dengan ketuntasan belajar klasikal 55% dan 59,2 dengan ketuntasan belajar klasikal 60%. Dari latar belakang inilah peneliti menawarkan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin Kudus yang berjumlah 43 siswa (23 peserta didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan). Pada siklus I hasil belajar yang didapat dari nilai rata-rata kelas yaitu 62,7 dengan banyaknya 62,8% peserta didik yang tuntas. Pada siklus II didapat hasil nilai rata-rata kelas 71,2 dengan banyaknya 88,4 % peserta didik yang tuntas. Dari ketiga siklus tersebut (pra siklus, siklus I, dan siklus II) mengalami peningkatan hasil belajar yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada materi persamaan linear satu variabel dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin Kudus.
iii
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, 14 Desember 2009 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdri. Hanik Rochmawati Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka saya menyatakan bahwa skripsi saudari: Nama : Hanik Rochmawati NIM : 3105069 Jurusan : Tadris Matematika Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Coopeartive Learning
Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Persamaan Linear Satu Variabel Semester I Kelas VIIA MTs NU Miftahut Tholibin Kudus Tahun Pelajaran 2009/2010.
Telah melalui proses bimbingan, selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II Minhayati Saleh, M.Sc. Drs. Darmu’in, M.Ag. NIP. 19760426 200604 2 001 NIP. 19640424 199303 1 033
iv
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag. Ketua
Hj. Minhayati Saleh, M.Sc. Sekretaris
Dr. Hj. Sukasih, M.Pd. Anggota
Yulia Romadiastri, S.Si Anggota
v
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 14 Desember 2009
Deklarator ,
Hanik Rochmawati NIM. 3 1 0 5 0 6 9
vi
MOTTO
...
...
...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran... (Q.S. Al-Maidah: 02)1
1Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang:
Karya Toha Putra, 2000), hlm. 156.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kebanggaan hati karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahanda Jari Munarto dan Ibunda Khalimah, yang dengan tulus
mencurahkan kasih sayang, bimbingan, perhatian, dan do’anya untuk
penulis.
2. Simbah putri Basirah yang penulis sayangi.
3. Mbak Muslimah dan adik-adik penulis (Erna dan Apip) sebagai tanda
kasih sayang.
4. Sahabat-sahabat sejati penulis (Ridho, mbak Keli, Ulink, Pink, mbak Ika,
Ana, Maya).
5. Teman-teman Tadris Matematika Angkatan 2005 (Mila, Muna, Arip,
Mbak Ifa, Pendi dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu)
terimakasih atas dukungan dan semangat kalian.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas rahmat, hidayah dan ridha-Nya
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Persamaan
Linear Satu Variabel Semester 1 Kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin Kudus
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan
skripsi penulis, terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M. Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Hj. Minhayati Saleh, M. Sc. dan Drs Darmu’in, M. Ag. selaku Dosen
Pembimbing I dan II, yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
3. Segenap Dosen Fakultas Tarbiyah yang telah mendidik, membimbing, serta
memberikan ilmunya dengan ikhlas selama penulis menuntut ilmu di Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4. Kepala MTs NU Miftahut Tholibin Kudus, Drs. H. Muchroni yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
5. Drs. Subiyanto, selaku guru matematika kelas VII yang berkenan membantu
dan mengarahkan penulis dalam proses penelitian.
6. Ayahanda Jari Munarto, Ibunda Khalimah, Mbak Mus, Erna, dan Apip yang
dengan tulus mencurahkan kasih sayang, perhatian dan do’a untuk
keberhasilan penulis.
7. Sahabat-sahabat penulis (Ridho, mbak Keli, Ulink, Pink, mbak Ika, Ana,
Maya).
ix
8. Mila, Muna, Mbak Ifa, dan teman-teman tadris matematika angakatan 2005.
Tak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain untaian rasa
terima kasih dan iringan do’a, semoga Allah Swt. membalas semua amal kebaikan
mereka dengan sebaik-baiknya balasan. Akhirnya, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Amin.
Semarang, 14 Desember 2009
Penulis ,
Hanik Rochmawati NIM. 3 1 0 5 0 6 9
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...……………………………………………………. i ABSTRAK………………………………………………………………...
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… ii
iii PENGESAHAN PENGUJI...........................................................................
DEKLARASI ……………………………………………………………... iv
v MOTTO ...………………………………………………………………… vi PERSEMBAHAN ..………………………………………………………. vii KATA PENGANTAR ……………………………………………………. viiiDAFTAR ISI ……………………………………………………………… x DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiiiDAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xiv
xv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………
B. Penegasan Istilah………………………………….......
C. Rumusan Masalah……………………………………..
D. Tujuan Penelitian...........................................................
E. Manfaat Penelitian…………………………………….
1
5
6
6
6
BAB II : MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE JIGSAW DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori………………………………………… 8
1. Belajar Matematika…………………………….......
a. Pengertian Belajar..............................................
b. Pembelajaran Matematika..................................
8
8
10
xi
c. Teori Belajar.......................................................
d. Persamaan Linear Satu Variabel........................
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw………………………………………………
a. Cooperative Learning (Pembelajaran
Kooperatif)…………………………………….
b. Cooperative Learning Tipe Jigsaw…………....
c. Penerapan Model Pembelajaran Coopeartive
Learning Tipe Jigsaw Pada Materi Pokok
Persamaan Linear Satu Variabel........................
3. Hasil Belajar..............................................................
4. Kerangka Berpikir.....................................................
12
14
19
19
24
27
29
32
B. Kajian Penelitian yang Relevan ……………….……… 33
C. Pengajuan Hipotesis…………………………………… 35
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian............................................................
B. Waktu Penelitian……………………….........................
C. Kolaborator.....................................................................
36
36
36
D. Prosedur Penelitian…………………………………….
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………......
36
40
F. Teknik Analisis Data….................................................. 42
G. Indikator Keberhasilan……………………………....... 42
BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
A. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas............................. 43
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas................................
54
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………….. 60
xii
B. Saran-saran ………………………………………….. 60
C. Penutup ……………………………………………… 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif....................................... 24
2. Jadwal Pelaksanaan Siklus I........................................................................ 44
3. Jadwal Pelaksanaan Siklus II....................................................................... 50
4. Nilai Pra Siklus Dua Tahun yang Lalu........................................................ 55
5. Hasil Belajar Siklus I................................................................................... 56
6. Hasil Belajar Siklus II.................................................................................. 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Illustrasi Kelompok Jigsaw........................................................................... 26
2. Nilai Rata-rata Kelas Dua Tahun yang Lalu................................................ 55
3. Ketuntasan Belajar Klasikal Dua Tahun yang Lalu.................................... 55
4. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Pada Pra Siklus dan Siklus I.............. 57
5. Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Pada Pra Siklus dan Siklus I... 57
6. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Pada Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II........................................................................................................ 59
7. Perbandingan Ketuntasan Belajar Klasikal Pada Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II................................................................................................. 59
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Subjek Penelitian Kelas VII A Tahun Pelajaran 2009/2010
Lampiran 2 : Daftar Nilai Peserta Didik Tahun Pelajaran 2007/2008
Lampiran 3 : Daftar Nilai Peserta Didik Tahun Pelajaran 2008/2009
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 5 : Daftar Kelompok Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I
Lampiran 6 : Lembar Kerja Ahli Siklus I
Lampiran 7 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Ahli Siklus I
Lampiran 8 : Soal Tes Siklus I
Lampiran 9 : Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I
Lampiran 10 : Daftar Nilai Tes Siklus I
Lampiran 11 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 12 : Daftar Kelompok Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 13 : Lembar Kerja Ahli Siklus II
Lampiran 14 : Kunci Jawaban Lembar Kerja Ahli Siklus II
Lampiran 15 : Soal Tes Siklus II
Lampiran 16 : Kunci Jawaban Soal Tes Siklus II
Lampiran 17 : Daftar Nilai Tes Siklus II
Lampiran 18 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 19 : Pedoman Wawancara
Lampiran 20 : Lembar Observasi
Lampiran 21 : Piagam PASSKA Institut
Lampiran 22 : Piagam PASSKA Fakultas
Lampiran 23 : Piagam KKN
Lampiran 24 : Surat Keterangan Bebas Kuliah
Lampiran 25 : Surat Keterangan Ko Kurikuler
Lampiran 26 : Transkip Ko Kurikuler
Lampiran 27 : Penunjukan Pembimbing
Lampiran 28 : Surat Ijin Riset
Lampiran 29 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 30 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting terutama
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran
matematika telah diperkenalkan kepada peserta didik sejak tingkat dasar
sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun demikian kegunaan Matematika
bukan hanya memberikan kemampuan dalam perhitungan kuantitatif, tetapi
juga dalam penataan cara berfikir, terutama dalam pembentukan kemampuan
menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan
memecahkan masalah. Manusia sering memanfaatkan nilai praktis dari
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan untuk memecahkan masalah.
Akan tetapi, dalam praktek pembelajarannya, matematika dianggap
sebagai sesuatu yang abstrak, menakutkan dan tidaklah menarik di mata
peserta didik . Pada akhirnya anggapan tersebut berpengaruh pada minat
peserta didik dalam belajar matematika yang akibatnya prestasi belajar
menjadi menurun. Dalam kompleksitas permasalahan pembelajaran
matematika ini, tampaknya peran guru sebagai penyampai pengetahuan dapat
menjadi kunci utama sebagai problem solver dengan kemampuan dalam
memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dalam
pembelajaran matematika di sekolah.
Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
harapan.1 Keefektifan pembelajaran merupakan hal yang sangat diharapkan
dapat dicapai. Sebab kurang atau tidak sempurnanya kegiatan proses belajar
mengajar mengakibatkan tidak optimalnya hasil yang dicapai.
1 Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PUSDIKLAT
Tenaga Teknis Keagamaan-DEPAG, 2007), hlm. 15.
2
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.2
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip
khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif peserta
didik dalam membangun makna atau pemahaman.3 KBM perlu mendorong
peserta didik untuk mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya
kepada peserta didik lain, guru, atau pihak-pihak lain. Dengan demikian,
KBM memungkinkan peserta didik bersosialisasi dengan menghargai
pendapat, perbedaan sikap, perbedaan kemampuan, perbedaan prestasi dan
berlatih untuk bekerja sama.4
Seringnya rasa takut peserta didik yang muncul untuk melakukan
komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga
kembali pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Maka perlu adanya
usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengandalkan komunikasi yaitu
antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik.
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya,
daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu.5
Proses pembelajaran dapat berlangsung jika terjadi interaksi antara
guru dan peserta didik. Mengajar bukanlah semata persoalan menceritakan,
belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi dalam benak
peserta didik. Dalam interaksi tersebut diperlukan adanya variasi metode
2 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), Cet.5, hlm. 156. 3 Masnur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) Cet. 1, hlm. 48. 4 Ibid., hlm. 50. 5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008), hlm. 28.
3
mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dapat berjalan secara
optimal.
Metode mengajar merupakan cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi
pelajaran kepada peserta didik.6 Oleh karenanya guru sebagai pendidik
berperan penting dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran
yang tepat akan berdampak positif pada hasil belajar peserta didik.
Model pembelajaran merupakan pedoman berupa program atau
petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.7
MTs NU Miftahut Tholibin merupakan satu diantara sekolah-sekolah
yang ada di Kabupaten Kudus yang menghadapi permasalahan terkait dengan
pembelajaran matematika di sekolah, khususnya pada materi persamaan linear
satu variabel. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode
konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga
suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam penyampaian
materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana peserta didik
hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan
sedikit peluang bagi peserta didik untuk bertanya. Dengan demikian, suasana
pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga peserta didik menjadi pasif.
Hal ini pula yang menyebabkan mereka bosan mengikuti proses pembelajaran
yang diterapkan. Apalagi berdasarkan survei, banyak sekali peserta didik yang
menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit diantara
mata pelajaran yang lain. Dampaknya hasil belajar peserta didik kurang
memuaskan yang ditandai masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai
6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 201. 7 Yusti Arini, “ Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dan Aplikasinya
Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran”, http://yusti–arini.blogspot.com /2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html, (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
4
di bawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimum) yang ditentukan oleh pihak
sekolah yaitu 6,0.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam upaya peningkatan
keefektifan pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang tepat agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal. Pembelajaran kooperatif dianggap cocok diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai gotong-royong.
Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik diberi kesempatan
bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu
sama lain untuk menyelesaikan atau memecahkan permasalahan secara
bersama-sama. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat
membantu peserta didik dalam belajar matematika.8
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe jigsaw. Model
pembelajaran kooperatif adalah tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
yang menciptakan suasana kelas lebih santai dan menyenangkan. Model
pembelajaran jigsaw memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan pengetahuannya melalui diskusi. Dengan model ini
diharapkan peserta didik menjadi aktif.
Dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
POKOK PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL SEMESTER 1 KELAS
VII A MTs NU MIFTAHUT THOLIBIN KUDUS TAHUN PELAJARAN
2009/2010”.
8 Eman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 259.
5
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran maupun persepsi dalam
memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan batasan dari masing-
masing istilah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran
“Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien”.9
2. Cooperative Learning
“Cooperative learning adalah sebuah grup kecil yang bekerja
bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah (solve a
problem), melengkapi latihan (complete a taks), atau untuk mencapai
tujuan tertentu (accomplish a common goal)”.10
3. Cooperative Learning tipe Jigsaw
“Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar
dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya”.11
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar.12 Untuk melihat hasil belajar peserta didik dapat
diketahui dengan memberikan tes.
9 Amin Suyitno, “Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya
di SMP”, Makalah, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2006), hlm. 1, t.d. 10 Mutadi, op.cit., hlm. 35. 11 Novi Emildadiany, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik
Jigsaw dalam Pembelajaran”, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/, (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
12 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, hlm. 37.
6
5. Persamaan Linear Satu Variabel.
Persamaan linear satu variabel merupakan salah satu materi pokok
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata pelajaran
matematika yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau sederajat kelas
VII semester gasal. Dalam materi pokok persamaan linier satu variabel
peneliti hanya akan membahas tentang penyelesaian persamaan linier satu
variabel.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah melalui penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi pokok persamaan linear satu variabel
semester 1 kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin tahun pelajaran
2009/2010?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII A di MTs NU
Miftahut Tholibin dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi
pokok persamaan linear satu variabel dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti
a. Mendapat pengalaman langsung bagaimana penggunaan model
pembelajaran yang baik dan menyenangkan terutama pada pelaksanaan
cooperative learning tipe jigsaw untuk mata pelajaran matematika di
MTs.
7
b. Memberi bekal agar peneliti sebagai calon guru matematika siap
melaksanakan tugas di lapangan, sesuai kebutuhan lapangan.
2. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan semangat dan minat belajar matematika peserta didik.
b. Meningkatkan kerjasama dan aktifitas belajar peserta didik.
3. Bagi Guru
a. Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan ketrampilan memilih
strategi pembelajaran yang bervariasi.
b. Dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
4. Bagi MTs NU Miftahut Tholibin
a. Memperoleh panduan inovatif model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw.
b. Melalui peningkatan pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di MTs NU Miftahut Tholibin Kudus.
8
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud
dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.
1) Menurut Slameto “belajar adalah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan”.1
2) Menurut Margaret “belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, ketrampilan, dan sikap”.2
3) Menurut Clifford T. Morgan berpendapat bahwa “Learning may be
defined as any relatively permanent change in behaviour which
occurs as a result of experience or practice”,3 belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat dari
pengalaman atau latihan.
4) Menurut Jabir Abdul Hamid Jabir, dalam kitabnya Sikulujiyyah
At-Ta’allumi bahwa:
داء او تعديل ىف السلوك عن طريق اخلربة التعلم بانه تغير ىف اال يعرف 4واملران
1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), Cet. 3, hlm. 2. 2 Margaret E. Bell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 1. 3 Clifford T. Morgan dan Richard A. King, Introduction to Psychology, (Tokyo: Grow
Hill, 1971), hlm. 63. 4 Jabir Abdul Hamid Jabir, Sikulujiyyah At-Ta’allumi, (Mesir: Daarun Nahdhoh Al-
A’rabiyyah, 1978), hlm. 8.
9
Dinamakan belajar dikarenakan adanya perubahan tindakan atau penyesuaian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.
Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan yang ditampakkan dalam peningkatan kecakapan
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dan kemampuan lain, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya, dimana perubahan tersebut harus
relatif menetap.
Di antara ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian
belajar menurut slameto adalah sebagai berikut.5
1) Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti bahwa seseorang yang
belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-
kurangnya ia merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, ini berarti
bahwa perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, positif
maksudnya dalam perubahan belajar senantiasa bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, ini berarti
bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa
perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan.
5 Slameto, op.cit., hlm. 3-4.
10
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (sikap,
keterampilan, pengetahuan dan sebagainya).
Dalam perspektif keagamaan (dalam hal ini Islam), belajar atau
menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. Seperti
sabda Nabi Muhammad SAW:
حفص بن سليمان ،حدثنا كثري بن شنظري، حدثنا هشام بن عمار، حدثناقال رسول اهللا صلى اهللا : عن حممد بن سريين ، عن أنس بن مالك ؛ قال
6)رواه إبن ماجه(... .العلم فريضة على كل مسلم طلب :عليه وسلمDari Hisyam bin Ammar, dari Hafsh bin Sulaiman, dari Katsir bin Syindhir, dari Muhammad bin Sirin, dari Anas bin Malik r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu adalah fardhu (kewajiban) bagi tiap-tiap muslim...” (HR. Imam Ibnu Majah)
b. Pembelajaran Matematika
“Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru
dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik”.7
Sedangkan matematika secara etimologi, istilah mathematics
(Inggris), mathematic (Jerman), mathematique (Perancis), matematicio
(Itali), matematiceski (Rusia), atau mathematic/wiskunde (Belanda),
berasal dari bahasa Latin mathematica, yang mulanya diambil dari
bahasa Yunani mathematike, yang berarti “relating to learning”.
Mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematike sangat berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya
yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berfikir).8
6 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Mesir : Darul Fikr, t.t.), hlm. 81. 7 Amin Suyitno, “Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1”, Makalah,
(Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2004), hlm. 1, t.d. 8 Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: PUSDIKLAT
Tenaga Teknis Keagamaan-DEPAG, 2007), hlm. 14.
11
Jadi pembelajaran matematika adalah proses atau kegiatan guru
mata pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada
peserta didik yang di dalamnya terkandung upaya untuk menciptakan
iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam mempelajari
matematika.
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran
dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan
trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika
yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,
grafik atau tabel.9
Tujuan pembelajaran matematika adalah:10
1) Melatih cara berpikir dan bernalar secara matematis.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi dan penemuan.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain.
Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya
proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan
keinginan peserta didik, membangun pengetahuan dari apa yang
diketahui peserta didik, menciptakan suasana kelas yang mendukung
kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan
9 Arini Math, “Definisi Matematika”, http://arinimath.blogspot.com./2008/02/definisi-matematika, html (diakses tanggal 14 Desember 2009).
10 Ibid.
12
kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap
pencapaian peserta didik.
Selain itu di dalam mempelajari matematika peserta didik
memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga
diperlukan usaha guru untuk:
1) Memberikan satu permasalahan yang menantang (challenging
problem) untuk didiskusikan dan diselesaikan menurut cara
berpikir peserta didik.
2) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama
dan beradu argumentasi dalam memecahkan masalah dalam
kelompok belajarnya (cooperative learning).
3) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil pemikiran baik
pribadi maupun kelompok di depan kelas.11
c. Teori Belajar
Ada beberapa tentang teori belajar, diantaranya sebagai berikut:
1) Teori Medan/(Field Theory), dengan tokohnya Lewin.
Teori Medan menganggap bahwa belajar adalah proses
pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan dengan proses
pemecahan masalah menurut Lewin dalam belajar adalah:12
a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif.
b) Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat
mendorong setiap individu untuk berperilaku.
2) Teori Belajar menurut Bruner.
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan
adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.
Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia
mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
11 Mutadi, op.cit, hlm. 3. 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, hlm. 122.
13
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.13
3) Teori Konstruktivistik, dengan tokohnya Jean Piaget.
Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada
pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya
setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang
dikonstruksi oleh anak sebagai objek, maka akan menjadi
pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya
diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk
diingat sementara setelah itu dilupakan.14 . Piaget berpendapat
bahwa “learning as personal knowledge construction, particularly
in relation to science and mathematics” (belajar adalah proses
konstruksi pengetahuan secara individual, terutama dalam ilmu
pengetahuan alam dan matematika).15
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang berpaham
konstruktivisme diantaranya sebagai berikut:16
a) Pengertian dibangun oleh peserta didik sendiri baik secara
personal maupun sosial.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke peserta
didik, kecuali hanya dengan keaktifan peserta didik itu sendiri
untuk bernalar.
c) Peserta didik aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga
selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih
rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah.
13 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet. 1, hlm. 40.
14 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 124. 15 Ibid., hlm. 18. 16 Defantri, “Pembelajaran Matematika di Sekolah”, http://defantri .blogspot .com/ 2009/
05/ pembelajaran-matematika-di-sekolah.html (diakses tanggal 14 Desember 2009 ).
14
d) Guru hanya membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi peserta didik berjalan mulus sesuai dengan
kemampuan peserta didik.
Ciri-ciri pembelajaran matematika secara
konstruktivisme, sebagai berikut:17
a) Peserta didik secara aktif dalam belajar,
b) Peserta didik belajar materi matematika secara bermakna,
c) Peserta didik belajar bagaimana belajar itu,
d) Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya
sehingga menyatu dengan skemata yang telah dimiliki peserta
didik,
e) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan,
f) Berorientasi pada pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme
karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun
pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.
d. Persamaan Linear Satu Variabel
Persamaan linear satu variabel merupakan salah satu materi
pokok dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata
pelajaran matematika yang diajarkan kepada peserta didik SMP atau
sederajat kelas VII semester gasal. Dalam materi pokok persamaan
linear satu variabel mempelajari tentang pengertian persamaan linear
satu variabel dan penyelesaian persamaan linear satu variabel.
1) Pengertian Persamaan Linear Satu Variabel
o Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama
dengan (=)
o Persamaan linear satu variabel adalah persamaan yang hanya
memuat satu variabel dengan pangkat satu.18
17 Ibid.
15
Perhatikan kalimat-kalimat terbuka berikut ini
a) a + 1 = 6 c) 6 + 2y = 3y – 1 e) t2 – 6 = 10
b) x - 2 = 6 d) x - 8 = 3x – 6 f) 3x – y = 6
Keterangan: a, x, y, t adalah variabel. Variabel adalah
lambang atau simbol yang dapat diganti oleh sembarang anggota
dari himpunan semesta.
Kalimat-kalimat terbuka tersebut mengandung tanda sama
dengan (=) dan beberapa variabel, maka dapat dirincikan sebagai
berikut.
o Bentuk (a) sampai (d) disebut persamaan linear satu variabel
(PLSV)
o Bentuk (e) disebut persamaan kuadrat dengan satu variabel.
o Bentuk (f) disebut persamaan linear dua variabel.
2) Penyelesaian persamaan linear satu variabel
“Penyelesaian suatu persamaan linear satu variabel adalah
pengganti dari variabel yang membuat kalimat terbuka menjadi
kalimat yang benar”.19
Contoh :
3x = 9 dengan x variabel bilangan asli. Mengganti x dengan 3 akan
membuat kalimat terbuka menjadi bernilai benar.
3x = 9 ⇒ 3 x 3 = 9 (benar)
x = 3 adalah penyelesaian/jawaban akar PLSV 3x = 9
Jadi, himpunan penyelesaian dari 3x = 9 adalah {3}
“Himpunan penyelesaian adalah himpunan semua pengganti
dari variabel-variabel pada kalimat terbuka yang membuat kalimat
tersebut menjadi benar. Himpunan penyelesaian sering disingkat
sebagai HP”.20
18 Sukino dan Wilson Simangunsong, Matematika Untuk SMP Kelas VII, (Jakarta:
Erlangga, 2007), hlm. 119. 19 Daisy Natalia (ed.), Matematika SMP Untuk Kelas VII, (Surabaya: Gelora Aksara
Pratama, 2006), hlm. 126. 20 Sukino dan Wilson Simangunsong, op.cit., hlm. 140.
16
Persamaan yang Ekuivalen
Perhatikan persamaan-persamaan berikut ini
a) x + 6 = 18, maka himpunan penyelesaiannya adalah {12}.
b) x - 2 = 10, maka himpunan penyelesaiannya adalah {12}.
c) 3x – 6 = 30, maka himpunan penyelesaiannya adalah {12}.
Ketiga persamaan tersebut memiliki himpunan penyelesaian
yang sama. Persamaan-persamaan tersebut disebut persamaan
yang ekuivalen.
“Persamaan yang ekuivalen adalah suatu persamaan yang
mempunyai himpunan penyelesaian yang sama, apabila pada
persamaan itu dikenakan suatu operasi tertentu. Notasi ekuivalen
adalah ‘⇔ ’”.21
1. Menyelesaikan persamaan dengan sifat-sifat operasi suatu
persamaan yang ekuivalen.
a) Sifat penambahan
Kedua ruas suatu persamaan boleh ditambah dengan
bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang
ekuivalen.
Contoh:
x – 3 = 10 dengan x ∈ {bilangan asli}
⇔ x – 3 + 3 = 10 + 3 (kedua ruas ditambah 3)
⇔ x + 0 = 13
⇔ x = 13
Jadi, HP = {13}
b) Sifat pengurangan
Kedua ruas suatu persamaan boleh dikurangi dengan
bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang
ekuivalen.
Contoh:
p + 2 = 9 dengan p ∈ {bilangan cacah}
21 Ibid., hlm. 123.
17
⇔ p + 2 – 2 = 9 – 2 (kedua ruas dikurangi 2)
⇔ p + 0 = 7
⇔ p = 7
Jadi, HP = {7}
c) Sifat perkalian
Kedua ruas suatu persamaan boleh dikalikan dengan
bilangan yang sama untuk mendapatkan persamaan yang
ekuivalen.
Contoh:
43 t = 9 dengan t ∈ {bilangan rasional}
⇔ 43 t ×
34 = 9 ×
34 (kedua ruas dikalikan
34 )
⇔ t = 3 × 4
⇔ t = 12
Jadi, HP = {12}
d) Sifat pembagian
Kedua ruas suatu persamaan boleh dibagi dengan bilangan
yang sama untuk mendapatkan persamaan yang ekuivalen.
Contoh:
5k = 20 dengan k ∈ {bilangan cacah}
⇔ 5k : 5 = 20 : 5 (kedua ruas dibagi 5)
⇔ k = 4
Jadi, HP = {4}
2. Menyelesaikan persamaan dengan menggunakan lawan dan
kebalikan bilangan.
a) Menyelesaikan persamaan dengan menggunakan lawan
Hal yang patut diingat sebelum menyelesaikan persamaan
dengan menggunakan lawan adalah definisi tentang lawan
tersebut.
18
Jika suatu elemen (variabel bilangan) berpindah ruas maka
elemen tersebut juga berubah tanda menjadi “lawannya”.22
Contoh:
Selesaikan persamaan 3y = 5 – 2y, y ∈ {bilangan rasional}
Jawab:
3y = 5 – 2y
⇔ 3y + 2y = 5
⇔ 5y = 5
⇔ y = 55
⇔ y = 1,
Jadi HP = {1}
b) Menyelesaikan persamaan dengan menggunakan kebalikan
bilangan
Untuk menyelesaikan persamaan dengan menggunakan
kebalikan bilangan yang patut diingat adalah:
Contoh:
Selesaikan persamaan 3x + 6 = 6x - 10, x ∈ {bilangan
rasional}
Jawab:
3x + 6 = 6x – 10
⇔ 6 + 10 = 6x – 3x
⇔ 16 = 3x
⇔ 3x = 16
22 Ibid., hlm. 127.
Lawan dari + a adalah – a , lawan – a adalah + a
ba merupakan kebalikan dari
ab , dengan a ≠ 0, b ≠ 0
a1 merupakan kebalikan dari a , dengan a ≠ 0
19
⇔ x = 3
16
⇔ x = 5 31 , jadi HP = {5
31 }
2. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw
“Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien”.23
a. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
“Cooperative learning adalah sebuah grup kecil yang bekerja
bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah (solve a
problem), melengkapi latihan (complete a taks), atau untuk mencapai
tujuan tertentu (accomplish a common goal)”.24
Posamentier dalam Rachmadi menyebutkan bahwa cooperative
learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa
peserta didik dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah
atau beberapa tugas.25
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan sistem pengelompokan /tim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen).26 Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi
pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam
kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan
23 Amin Suyitno, “Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya
di SMP”, Makalah, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2006), hlm. 1, t.d. 24 Mutadi, op.cit., hlm. 35. 25 Rachmadi Widdiharto, Model-model Pembelajaran Matematika SMP, (Yogyakarta:
PPPG, 2004), hlm. 13. 26 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 242.
20
akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga
adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.27
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif
adalah untuk memberikan para peserta didik pengetahuan, konsep,
kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa
menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan
kontribusi.28
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong-royong dalam pendidikan adalah falsafah Homo Homini Socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah.29 Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Quran surat Al-Maidah
ayat 2 tentang tolong menolong.
... والعدوان اإلثم على تعاونوا وال والتقوى البر وتعاونواعلى…...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...(Q.S. Al-Maidah: 02)30 Dari ayat di atas dijelaskan bahwa tolong menolong dalam hal
kebajikan sangat dianjurkan, dan begitu pula sebaliknya. Dalam
pembelajaran kooperatif peserta didik secara aktif bekerjasama dalam
kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan masalah,
sehingga mereka akan lebih mudah untuk menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
27 Ibid., hlm. 244. 28 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, terj. Nurulita Yusron
(Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 33. 29 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm. 28. 30 Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Jumanatul ‘Ali, 2005), hlm. 107.
21
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:31
1) Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai
materi akademis.
2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari peserta didik
yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
3) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
4) Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan dengan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. 32 Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua
belajar kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong
harus diterapkan,33 diantaranya adalah:
1) Saling ketergantungan positif, keberhasilan suatu kelompok dalam
memecahkan masalah sangat tergantung pada usaha setiap
anggotanya.
2) Tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok harus
memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
kelompok harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan
kelompoknya.
3) Tatap muka, interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman
yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja
31 Ina Karlina, “Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Sebagai Salah Satu
Strategi Membangun Pengetahuan Peserta Didik”, http://www.sd-binatalenta.com/images/ artikel_ina.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
32Anita Lie, op.cit., hlm. 29. 33 Ibid., hlm. 31.
22
sama, menghargai setiap perbedaan, mamanfaatkan kelebihan
masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Komunikasi antar anggota, keberhasilan suatu kelompok juga
tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat.
5) Evaluasi proses kelompok, evaluasi ini dilakukan untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.
Disamping lima unsur yang dijelaskan oleh Roger dan David
Johnson juga terdapat unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif tersebut adalah:34
1) Peserta didik dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa
mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
5) Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok.
6) Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
34 Muslimin Ibrahim, et.al., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya, 2000), hlm. 6.
23
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
oleh Ibrahim35, yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-
konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan
bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai peserta didik pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di
samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
peserta didik kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi peserta didik dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif
akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada peserta didik keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh peserta didik sebab saat ini banyak anak muda masih kurang
dalam keterampilan sosial.
35 Ibid., hlm. 7.
24
Menurut Muslimin Ibrahim, terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif.36
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah laku guru Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Fase-2 Menyajikan informasi. Fase-3 Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar. Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase-5 Evaluasi. Fase-6 Memberikan penghargaan.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjasama. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu.
b. Cooperative Learning Tipe Jigsaw
“Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins”.37
36Ibid., hlm. 10.
25
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik
mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama
peserta didik dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.38
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama
saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan
harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.39
37Ibid., hlm. 21. 38Anita Lie, op.cit., hlm. 69. 39 Novi Emildadiany, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik
Jigsaw dalam Pembelajaran”, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/, hlm. 6 (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
26
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain
tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian peserta didik-peserta didik itu kembali pada tim / kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang
apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok
induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok
ahli yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok
asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan
dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.40
Pada proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
dijelaskan dengan gambar berikut:
Kelompok asal
Kelompok Ahli
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw
40Ibid., hlm. 7.
A B C D E
A B C D E
A B C D E
A B C D E
A B C D E
B B B B B
A A A A A
C C C C C
D D D D D
E E E E E
27
Keterangan pada gambar di atas:
Kelompok asal : kelompok yang dibentuk oleh guru berdasarkan
karakteristik peserta didik yang heterogen. Setiap
anggota dalam kelompok mendapat soal yang
berbeda.
: perpindahan kelompok, dari kelompok asal ke
kelompok ahli.
Kelompok ahli : kelompok yang terbentuk dari kelompok asal yang
mendapatkan materi atau soal yang sama.
Kunci jigsaw adalah interdependensi; tiap peserta didik
bergantung pada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi
yang diperlukan supaya dapat berkinerja dengan baik pada saat
penilaian.41
c. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Pada Materi Pokok Persamaan Linear satu Variabel
Seorang guru diharapkan mampu memotivasi agar peserta
didik lebih aktif dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran yang kooperatif. Di mana dalam pembelajaran
kooperatif peserta didik memperoleh kesempatan untuk berinteraksi
satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi
belajar yang optimal. Selain itu peserta didik diberi kesempatan
bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu
satu sama lain untuk menyelesaikan atau memecahkan permasalahan
secara bersama-sama.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran matematika pada
materi persamaan linear satu variabel adalah sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam.
b) Guru memeriksa presensi kehadiran peserta didik.
41 Robert E. SLavin, op.cit., hlm. 237.
28
c) Guru memberikan apersepsi kepada peserta didik
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru memberikan informasi tentang jalannya pembelajaran dan
tugas yang harus dilaksanakan peserta didik
2) Kegiatan Inti
a) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 4 peserta didik dan mengatur tempat duduk peserta
didik agar setiap kelompok bertatap muka.
b) Guru memberikan Lembar Kerja Ahli kepada peserta didik.
Lembar Kerja Ahli terdiri dari Lembar Kerja Ahli 1, Lembar
Kerja Ahli 2, Lembar Kerja Ahli 3, dan Lembar Kerja Ahli 4
(terlampir).
c) Masing-masing ketua kelompok membagi setiap anggota untuk
mengerjakan LK ahli yang berbeda (satu peserta didik
mengerjakan satu LK ahli)
d) Kemudian anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli 1
bertemu dengan anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli
1 lainnya untuk mendiskusikan LK 1 tersebut sampai mengerti
benar dan dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar,
anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli 2 bertemu
dengan anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli 2 lainnya
untuk mendiskusikan LK 2 tersebut sampai mengerti benar dan
dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar, begitu
seterusnya sampai LK 4.
e) Guru memberikan petunjuk kepada peserta didik cara
mengerjakan LK yaitu mengisi titik-titik dengan mengikuti
petunjuk dalam kurung yang ada di sebelah kanan LK ahli.
f) Guru bertindak sebagai fasilitator atau nara sumber jika peserta
didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan.
g) Kemudian peserta didik itu kembali ke kelompok asalnya dan
bergantian mengajarkan teman dalam satu kelompoknya.
29
h) Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
i) Guru memberikan penguatan terhadap presentasi kelompok.
j) Setelah selesai mengerjakan LK ahli secara tuntas, guru
menganjurkan kepada peserta didik agar duduk kembali pada
posisi semula (tidak berkelompok).
3) Penutup
a) Menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b) Guru memberikan soal individu kepada peserta didik untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengikuti
pelajaran.
c) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah
kepada peserta didik.
3. Hasil Belajar
Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan guru.42
Menurut WS. Winkel, mendefinisikan hasil belajar sebagai
perubahan sikap atau tingkah laku setelah anak melalui kegiatan belajar.43
Sedangkan menurut Mulyono Abdurrahman, hasil belajar adalah
kemampuan. Kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah melalui
kegiatan belajar.44
42 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 895. 43 WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983),
hlm. 48. 44 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), hlm. 37.
30
Benyamin S Bloom dalam Nana Sudjana mengklasifikasikan hasil
belajar dalam 3 ranah, yaitu, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.45
a. Ranah kognitif.
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yaitu:
1) Pengetahuan atau ingatan.
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari
kata knowledge dalam Taksonomi Bloom. Sekalipun demikian,
maknanya tidak sepenuhnya tepat. Sebab dalam istilah tersebut
termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan
hafalan atau diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal
dan sebagainya.
Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan
menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan
keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang
bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif
tingkat rendah yang paling rendah.
2) Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan
adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan dalam 3 kategori
yaitu:
a) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan. Mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya.
b) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan beberapa bagian-bagian terdahulu dengan
yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian dan lain sebagainya.
c) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah
pemahaman ekstrapolasi.
45 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya,
1999), hlm. 22.
31
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret
atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori,
atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru
disebut aplikasi.46
4) Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau
susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.
5) Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian ke dalam bentuk
menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan
hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir
analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu
tingkat lebih rendah daripada berpikir konvergen, pemecahan atau
jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah
dikenalnya.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, materi, dan lain-lain. Di lihat dari segi
tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau
standar tertentu.
b. Ranah afektif.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar
kategorinya dimulai tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat
yang kompleks:
46 Ibid., hlm. 26.
32
1) Receiving / attending yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi.
4) Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai terhadap nilai lain.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian.47
c. Ranah psikomotorik.
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan
keterampilan yakni:
1) Gerakan refleks.
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, auditif, motoris dan lain-lain.
4) Gerakan-gerakan skill.
5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive. 48
4. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada
peserta didik, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran
47 Ibid., hlm. 30. 48 Ibid., hlm. 31.
33
lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung
berlangsung satu arah umumnya dari guru ke peserta didik, guru lebih
mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton
sehingga mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa. Oleh
karena itu dalam membelajarkan matematika kepada peserta didik, guru
hendaknya lebih dapat memilih berbagai variasi pendekatan, strategi,
metode dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dalam
pembelajaran matematika di sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam upaya
peningkatan keefektifan pembelajaran adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh
prestasi belajar yang optimal. Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu solusi untuk pembelajaran aktif.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peserta didik diberi
kesempatan bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil dan saling
membantu satu sama lain untuk menyelesaikan atau memecahkan
permasalahan secara bersama-sama.
Materi persamaan linear satu variabel memungkinkan peserta didik
untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran yang aktif. Peserta didik
dapat berdiskusi untuk mempelajari atau menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan materi persamaan linear satu variabel.
Melalui penerapan model model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw pada materi pokok persamaan linear satu variabel
diharapkan dapat menjadi solusi dalam proses pembelajaran matematika
untuk meningkatkan aktivitas serta hasil belajar peserta didik.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Untuk mempermudah penyusunan skripsi maka peneliti akan
mendeskripsikan beberapa karya yang mempunyai relevansi dengan judul
skripsi ini. Adapun karya-karya tersebut adalah:
34
1. Jamaludin Malik (3104301) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Pelajaran Qur’an Hadits Pokok Bahasan Hukum Nun Sukun Atau
Tanwin Dengan Active Learning Tipe Jigsaw Pada Kelas VII E Semester I
MTs Al-Asror Semarang” Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, 2009.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rata-
rata hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran
tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas VII
E semester I di MTs Al-Asror Semarang pada materi hukum nun sukun
atau tanwin. Penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.49
2. Ni’mah Maulidah (3104244) yang berjudul “Efektivitas Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dengan Menggunakan
Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Bangun
Ruang Sisi Lengkung di MTs Miftahul Falah Demak Tahun Pelajaran
2008/2009”, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2009.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan
menggunakan alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada materi bangun ruang tabung dan kerucut di MTs Miftahul Falah
Demak. Penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan menggunakan alat
peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi
bangun ruang tabung dan kerucut.50
49 Jamaludin Malik, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pelajaran Qur’an Hadits Pokok
Bahasan Hukum Nun Sukun Atau Tanwin Dengan Active Learning Tipe Jigsaw Pada Kelas VII E Semester I MTs Al-Asror Semarang”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009),hlm. ii.
50 Ni’mah Maulidah, “ Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dengan Menggunakan Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung di MTs Miftahul Falah Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Matematika, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009),hlm. iv.
35
Sedangkan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Pokok Persamaan Linear Satu
Variabel Semester 1 Kelas VII A MTs NU Miftahut Tholibin Kudus Tahun
Pelajaran 2009/2010” membahas tentang penerapan model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya
khususnya pada kajian penelitian pendukung di atas adalah pada skripsi
Jamaludin Malik materi yang dibahas adalah qur’an hadits. Sedangkan
skripsi Ni’mah Maulidah membahas materi bangun ruang sisi lengkung.
C. Pengajuan Hipotesis
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan”.51
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini
adalah sebagai berikut: Melalui model pembelajaran cooperative learning tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs NU
Miftahut Tholibin Kudus pada materi pokok persamaan linear satu variabel.
51 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 6, hlm. 96.
36
BAB III
METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A MTs NU
Miftahut Tolibin Kudus yang berjumlah 43 peserta didik terdiri dari 23 peserta
didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dirancang selama 4 bulan. Dalam waktu itu akan digunakan
untuk observasi, menyusun instrumen yang meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja ahli, menyusun alat evaluasi, pelaksanaan
siklus dan menyusun laporan.
C. Kolaborator
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas guru perlu melakukan
segala langkah penelitian secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga
akhir. Kegiatan kolaborasi dilakukan agar dapat meringankan dan membantu
guru mencari jalan keluar permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-
hari melalui penelitian tindakan kelas1. Dalam penelitian tindakan kelas ini
yang bertindak sebagai kolaborator adalah peneliti sendiri.
D. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dirancang dan akan
dilaksanakan dalam 3 tahap siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Pra
siklus dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang belum
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan siklus 1 dan siklus 2 terdiri atas
1 Risman Sikumbang (ed.), Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008), Cet. 1, hlm. 28.
37
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tiap siklus
akan diambil satu kelas yang sama. Hal ini ditempuh untuk membandingkan
dan menggambarkan proses pembelajaran pada tiap-tiap siklus. Sebagai
langkah-langkah besar yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pra siklus
Dalam pra siklus ini peneliti akan melihat pembelajaran
matematika pada materi pokok persamaan linear satu variable di kelas.
Pada pelaksanaan pra siklus ini guru akan menggunakan metode
pembelajaran yang konvensional yaitu belum menggunakan model
cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajarannya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pra siklus ini juga akan diukur
dengan indikator penelitian yaitu hasil belajar peserta didik (rata-rata kelas
dan ketuntasan belajar klasikal). Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk
membandingkan keberhasilan pembelajaran dengan penerapan model
cooperative learning tipe jigsaw pada siklus 1 dan siklus 2.
2. Siklus 1
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan meliputi sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran matematika pada materi persamaan
linear satu variabel melalui model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
2) Menyiapkan Lembar Kerja ahli beserta kunci jawabannya
3) Menyiapkan soal-soal evaluasi yang akan digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa beserta kunci jawabannya
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan selama
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
38
cooperative learning tipe jigsaw pada materi pokok persamaan linear
satu variabel pada siklus 1 dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru mengucapkan salam.
b) Guru memeriksa presensi kehadiran peserta didik
c) Guru memberikan apersepsi kepada peserta didik
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
e) Guru memberikan informasi tentang jalannya pembelajaran dan
tugas yang harus dilaksanakan peserta didik
2) Kegiatan Inti
a) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 4-5 peserta didik dan mengatur tempat duduk
peserta didik agar setiap kelompok bertatap muka.
b) Guru memberikan 4 Lembar Kerja Ahli kepada peserta didik.
c) Masing-masing ketua kelompok membagi setiap anggota untuk
mengerjakan LK ahli yang berbeda (satu peserta didik
mengerjakan satu LK ahli)
d) Kemudian setiap anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli
yang sama bertemu (disatukan) untuk mendiskusikan LK ahli
tersebut sampai mengerti benar dan dapat menyelesaikan LK
ahli tersebut dengan benar.
e) Kemudian peserta didik itu kembali ke kelompok asalnya dan
bergantian mengajarkan teman dalam satu kelompoknya.
f) Guru bertindak sebagai fasilitator atau nara sumber jika peserta
didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan.
g) Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
h) Guru memberikan penguatan terhadap presentasi kelompok.
i) Setelah selesai mengerjakan LK ahli secara tuntas, guru
menganjurkan kepada peserta didik agar duduk kembali pada
posisi semula (tidak berkelompok)
39
3) Penutup
a) Menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilakukan.
b) Guru menutup pelajaran dengan memberikan tugas rumah
kepada peserta didik.
c) Guru memberikan tes evaluasi sebagai hasil tes siklus 1.
c. Pengamatan
1) Peneliti mengamati proses belajar peserta didik pada siklus 1.
2) Mengamati peserta didik saat mengerjakan lembar kerja ahli.
3) Mengamati hasil evaluasi (tes).
4) Mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami
dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan
penelitian.
d. Refleksi
1) Secara kolaboratif guru dan peneliti menganalisis dan
mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu
refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu
diperbaiki untuk siklus ke 2 nantinya.
2) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.
3. Siklus 2
Untuk pelaksanaan siklus 2 secara teknis sama seperti pelaksanaan
siklus 1. langkah-langkah besar dalam siklus 2 ini yang perlu ditekankan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus 2
merupakan perbaikan dari siklus 1 berdasarkan hasil refleksi siklus 1 akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk
siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil siklus 1.
40
b. Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
disiapkan sesuai revisi berdasarkan evaluasi pada siklus 1. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya sama seperti langkah-langkah pada
siklus 1. Dalam siklus 2 membahas tentang sub materi pokok
persamaan linear satu variable(materi berkelanjutan).
c. Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan yang sama pada seperti siklus 1.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas mendiskusikan hasil pengamatan
untuk mendapatkan simpulan. Setelah berakhirnya siklus 2 di harapkan
bahwa penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw
pada materi pokok persamaan linear satu variabel dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan peserta didik kelas VII A MTs NU
Miftahut Tholibin Kudus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut
1. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang-
barang tertulis.2 Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti dokumen, peraturan-peraturan,
dan sebagainya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk
mendapatkan data-data nama peserta didik kelas VIIA dan gambar pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, hlm. 158.
41
2. Pengamatan (observasi)
“Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.3 Kegiatan tersebut bisa
berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,dll.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi untuk
mengamati aktivitas peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.4
Metode wawancara ini oleh peneliti digunakan untuk
mewawancarai guru sebagai mitra kerja dalam melaksanakan penelitian,
termasuk menanyakan keadaan peserta didik, hasil belajar peserta didik,
serta metode yang diterapkan dalam pembelajaran matematika.
4. Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.5
Metode tes digunakan peneliti untuk mengetahui prestasi belajar
peserta didik yang telah melakukan pembelajaran matematika khususnya
pada materi pokok persamaan linear satu variabel melalui penerapan
model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam proses
pembelajarannya.
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Tindakan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 220. 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penlitian Kualitatif, (Bandumg: Remaja Rosda Karya,
2006), hlm. 186. 5 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 150.
42
F. Teknik Analisis Data
“Teknik analisis data adalah upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain”6.
Teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan
peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk
menggambarkan keberhasilan pembelajaran dengan model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kelas adalah:
Rata-rata = didik pesertaseluruh Jumlah
didik pesertaseluruh tesnilaiJumlah
Sedangkan ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan
rumus:
Ketuntasan belajar Klasikal = didik pesertaseluruh Jumlah
lulus yangdidik pesertaJumlah × 100%
G. Indikator Keberhasilan
Meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas VIIA MTs NU Miftahut
Tholibin Kudus pada materi pokok persamaan linear satu variabel dengan
indikator sebagai berikut:
1. Rata-rata kelas mencapai lebih dari atau sama dengan 60.
2. Ketuntasan belajar klasikal lebih dari atau sama dengan 75%7 dari seluruh
peserta didik di kelas VIIA MTs NU Miftahut Tholibin Kudus.
6 Nana Sudjana, Penelitian dan Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1995), hlm. 64. 7 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasinya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 4, hlm. 101.
43
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam hal ini adalah
menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada
pelajaran matematika khususnya pada materi pokok persamaan linear satu
variabel dilaksanakan dalam 3 tahap siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan
siklus 2. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas secara lengkap adalah sebagai
berikut:
1. Pra Siklus
Berdasarkan keterangan dari bapak Drs. Subiyanto selaku guru mata
pelajaran matematika kelas VIIA MTs NU Miftahut Tholibin Kudus,
bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika masih menggunakan metode
konvensional yaitu guru menjelaskan materi kepada peserta didik
sedangkan peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru. Setelah guru
menjelaskan materi kemudian memberikan contoh soal, peserta didik
menyalinnya di buku tulis mereka masing-masing. Adapun hasil belajar
pra siklus ini akan dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian peserta didik
pada materi pokok persamaan linear satu variabel tahun ajaran 2007/2008
dan 2008/2009 (terlampir)
2. Siklus I
Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan skenario
pembelajaran siklus I yang telah direncanakan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain:
44
1) Membuat RPP dengan indikator a.) mengenali persamaan linear
satu variabel dalam berbagai bentuk dan variabel, b.) menentukan
penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan substitusi
(lampiran 4).
2) Membuat lembar kerja ahli (lampiran 6) disertai kunci jawabannya
(lampiran 7).
3) Membuat lembar soal untuk evaluasi siklus I (lampiran 8) beserta
kunci jawabannya (lampiran 9).
b. Pelaksanaan Tindakan
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan siklus I
Hari/Tanggal Waktu Pertemuan Ke- Materi
Rabu, 25 Agustus 2009
2 × 40’ 1 - Mengenali persamaan linear satu variabel dalam berbagai bentuk dan variabel
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan substitusi
Kamis, 26 Agustus 2009
1× 40’ 2 Evaluasi Siklus 1
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 25 Agustus 2009
Waktu : 07.40- 09.00 WIB
Materi : - Mengenali persamaan linear satu variabel dalam
berbagai bentuk dan variabel
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu
variabel dengan substitusi.
45
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru mengucapkan salam,
dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Ketua
kelas memimpin do’a, setelah selesai, guru mengabsen peserta didik.
Pada pertemuan 1, ada 2 peserta didik yang tidak masuk sekolah
dikarenakan sakit, yaitu Muhammad Nur Yasin dan Siti Musmiroh.
Jadi jumlah peserta didik yang semula 43 menjadi 41. Setelah
mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba
mengingatkan kembali materi sebelumnya, yaitu kalimat tertutup
(pernyataan) atau kalimat terbuka. Guru meminta peserta didik untuk
membuat contoh kalimat tertutup dan kalimat terbuka. Salah satu
peserta didik yang berani angkat tangan untuk menjawab adalah Yayuk
Sri Ningsih.
Setelah melakukan appersepsi, guru menjelasakan model
pembelajarn yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu
model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.
Guru membagi peserta didik dalam 10 kelompok. Dengan
perincian 9 kelompok beranggotakan 4 peserta didik dan 1 kelompok
beranggotakan 5 peserta didik (lampiran 5). Setelah peserta
berkelompok, guru membagikan lembar kerja ahli. Masing-masing
peserta didik (anggota) mendapatkan 4 lembar kerja ahli yang terdiri
dari lembar kerja ahli 1, lembar kerja ahli 2, lembar kerja ahli 3, dan
lembar kerja ahli 4. Setelah lembar kerja ahli dibagikan, masing-
masing ketua kelompok membagi anggotanya untuk mengerjakan
lembar kerja ahli. Satu anggota mengerjakan satu lembar kerja ahli.
Setiap anggota kelompok yang mengerjakan lembar kerja ahli yang
sama berkumpul untuk mendiskusikan lembar kerja ahli tersebut
sampai mengerti dan dapat menyelesaikannya dengan benar. Anggota
yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 1 yang lainnya. Anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 yang lainnya, dan seterusnya. Suasana
46
menjadi gaduh saat peserta didik berpindah tempat untuk berdiskusi.
Setelah suasana kembali tenang, peserta didik mulai berdiskusi untuk
menyelesaiakan lembar kerja ahli. Guru dan peneliti berkeliling
mengawasi peserta didik dalam berdiskusi dan membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan. Saat peneliti berkeliling, peserta didik
bernama Yayuk Sriningsih dari kelompok lembar kerja ahli 3 bertanya,
“Mbak, soal no 2 yang 2r + 1 = 11 kok jawabannya salah semua?trus
HP nya gimana?”. Peneliti menjawab, “Begini, 2r + 1 = 11 untuk r
anggota himpunan A = (1, 2, 3, 4) memang tidak punya penyelesaian,
karena pengganti r dari himpunan A yang benar tidak ada. Jadi, untuk
HP adalah tidak ada atau kosong, bisa ditulis HP ={ } atau Ø ”. Peserta
didik dari kelompok lembar kerja ahli 3 menjawab, “Oo....gitu.”
Setelah menyelesaikan lembar kerja ahli, peserta didik kembali ke
kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu
kelompoknya. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1
menjelaskan kepada teman-temannya sampai mengerti. Selanjutnya
yang mengerjakan lembar kerja ahli 2 menjelaskan hasil diskusi
kepada teman-temannya, dan seterusnya sampai lembar kerja ahli 4.
Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan
tanggapan. Namun, peserta didik tidak ada yang berani maju untuk
mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas, sehingga guru
menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas. Guru
memberikan penguatan kepada kelompok yang berani
mempresentasikan ke depan kelas.
Sebelum mengakhiri pembelajaran guru mengingatkan pada
peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan
atau evaluasi dengan materi yang telah diajarkan. Setelah itu guru
mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab serempak oleh peserta
didik.
47
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Agustus 2009
Waktu : 11.20 – 12.00 WIB
Materi : Evaluasi Siklus 1
Guru mengawali pelajaran dengan salam, peserta didik menjawab
serempak. Setelah itu guru bertanya “Tadi malam sudah belajar
belum?”. Sebagian menjawab “Sudah, pak!”. Sebagian tidak
menjawab. “Sudah siap ulangan ya anak-anak?” tanya pak Subiyanto.
“ya, pak” jawab peserta didik.
Guru memerintahkan peserta didik untuk memasukkan semua buku
ke dalam laci. Guru membagikan lembar soal kepada peserta didik.
Pada evaluasi siklus 1, guru memberikan 2 soal. Soal pertama dengan
menjawab “ya” atau “tidak” dalam kurung sebanyak 5 soal. Soal kedua
adalah uraian sebanyak 3 soal (lampiran 8).
Pada evaluasi siklus 1 diikuti oleh semua peserta didik kelas VIIA,
yakni sebanyak 43 peserta didik. Peserta didik diberi waktu 30 menit
untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah waktu habis, peserta didik
mengumpulkan hasil pekerjaan evaluasi mereka. Guru mengakhiri
pelajaran dengan salam, kemudian peserta didik menjawab salam.
c. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan yang didapatkan oleh peneliti dalam siklus I,
adalah sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
a) Peserta didik belum terbiasa secara berkelompok, sehingga
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw belum
terlaksana secara optimal.
b) Peserta didik masih takut untuk mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas, sehingga guru harus menunjuk terlebih dahulu
48
peserta didik untuk maju mewakili kelompoknya masing-
masing.
c) Beberapa peserta didik masih ada yang pasif, tidak mau
berdiskusi sehingga guru harus menegurnya.
d) Peserta didik belum bisa memaksimalkan waktu yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas.
2) Hasil pengamatan aktivitas guru
a) Guru belum maksimal dalam membimbing peserta didik dalam
diskusi kelompok.
b) Guru belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik. Hal ini
menyebabkan alokasi waktu tidak berjalan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d. Hasil Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus I, guru bersama
peneliti berdiskusi tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam siklus I
dan perlu diadakan perbaikan adalah:
1) Guru kurang menguasai skenario pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran model cooperative learning tipe jigsaw belum
lancar/optimal.
2) Guru kurang memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok saat
menyelesaikan masalah.
3) Masih banyak peserta didik yang belum berani untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
4) Masih ada beberapa murid yang pasif.
5) Ada beberapa murid yang trouble maker dalam kelompoknya.
6) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan.
49
Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan
guru untuk pelaksanaan siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan
pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Guru mempelajari lebih lanjut dan mamahami skenario
pembelajaran siklus II
2) Guru akan lebih maksimal dalam membimbing peserta didik
berdiskusi kelompok.
3) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar berani maju
di depan kelas.
4) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih aktif
dalam pembelajaran.
5) Guru memberikan peringatan kepada peserta didik yang trouble
maker.
6) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan
sehingga perlu dilakukan siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan skenario
pembelajaran siklus II yang telah direncanakan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain:
1) Membuat RPP dengan indikator a.) menentukan penyelesaian
persamaan linear satu variabel dengan cara kedua ruas ditambah,
dikurangi, dikalikan, atau dibagi dengan bilangan yang sama, b.)
menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan
menggunakan lawan dan kebalikan bilangan (lampiran 11).
2) Membuat lembar kerja ahli (lampiran 13) disertai kunci
jawabannya (lampiran 14).
3) Membuat lembar soal untuk evaluasi siklus II (lampiran 15) beserta
kunci jawabannya (lampiran 16).
50
b. Pelaksanaan Tindakan
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan
penelitian belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal
yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II.
Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan siklus II
Hari/Tanggal Waktu Pertemuan Ke- Materi
Rabu, 1 September 2009
2 × 40’ 1 - Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama.
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan menggunakan lawan dan kebalikan bilangan.
Kamis, 2 September 2009
1× 40’ 2 Evaluasi Siklus II
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 1 September 2009
Waktu : 07.40- 09.00 WIB
Materi : - Menentukan penyelesaian persamaan linear satu
variabel dengan cara kedua ruas ditambah,
dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan
yang sama.
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu
variabel dengan menggunakan lawan dan kebalikan
bilangan
51
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru mengucapkan salam,
dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Guru
mengabsen peserta didik. Pada pertemuan 1, semua peserta didik
masuk sekolah sehingga jumlah peserta didik genap 43 peserta didik.
Setelah mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba
mengingatkan kembali materi sebelumnya, penyelesaian persamaan
linear satu variabel dengan substitusi. Guru memberikan contoh di
papan tulis, dan peserta didik menjawab atau menyelesaikan bersama-
sama.
Setelah melakukan appersepsi, guru membagi peserta didik dalam
10 kelompok. Dengan perincian 7 kelompok beranggotakan 4 peserta
didik dan 3 kelompok beranggotakan 5 peserta didik (lampiran 12).
Setelah peserta berkelompok, guru membagikan lembar kerja ahli.
Masing-masing peserta didik (anggota) mendapatkan 4 lembar kerja
ahli yang terdiri dari lembar kerja ahli 1, lembar kerja ahli 2, lembar
kerja ahli 3, dan lembar kerja ahli 4. Setelah lembar kerja ahli
dibagikan, masing-masing ketua kelompok membagi anggotanya untuk
mengerjakan lembar kerja ahli. Satu anggota mengerjakan satu lembar
kerja ahli.
Setiap anggota kelompok yang mengerjakan lembar kerja ahli yang
sama berkumpul untuk mendiskusikan lembar kerja ahli tersebut
sampai mengerti dan dapat menyelesaikannya dengan benar. Anggota
yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 1 yang lainnya. Anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 yang lainnya, dan seterusnya. Suasana
menjadi gaduh saat peserta didik berpindah tempat untuk berdiskusi.
Setelah suasana kembali tenang, peserta didik mulai berdiskusi untuk
menyelesaikan lembar kerja ahli. Guru dan peneliti berkeliling
mengawasi peserta didik dalam berdiskusi dan membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan.
52
Saat guru berkeliling, salah satu peserta didik dari kelompok
lember kerja ahli 4 bertanya, “Pak, misalnya 3x – 4 = - 2x + 6 caranya
tidak kedua ruas ditambah 4, tapi kedua ruas dikurangi 6 boleh gak?”.
Guru menjawab, “Boleh, hasilnya sama saja.”
Setelah menyelesaikan lembar kerja ahli, peserta didik kembali ke
kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu
kelompoknya. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1
menjelaskan kepada teman-temannya sampai mengerti. Selanjutnya
yang mengerjakan lembar kerja ahli 2 menjelaskan hasil diskusi
kepada teman-temannya, dan seterusnya sampai lembar kerja ahli 4.
Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan
tanggapan. Peserta didik sudah ada yang berani maju untuk
mempresentasikan hasil diskusi tanpa ditunjuk oleh guru sebelumnya.
Guru memberikan penguatan kepada kelompok yang berani
mempresentasikan ke depan kelas.
Sebelum mengakhiri pembelajaran guru mengingatkan pada
peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan
atau evaluasi dengan materi yang telah diajarkan. Setelah itu guru
mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab serempak oleh peserta
didik.
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 2 September 2009
Waktu : 11.20 – 12.00 WIB
Materi : Evaluasi Siklus II
53
Guru mengawali pelajaran dengan salam, peserta didik menjawab
serempak. Setelah itu guru memastikan bahwa peserta didik sudah siap
untuk melakukan evaluasi.
Guru membagikan lembar soal kepada peserta didik. Pada evaluasi
siklus II, guru memberikan 5 butir soal dalam bentuk uraian (lampiran
15).
Pada evaluasi siklus 1 diikuti oleh semua peserta didik kelas VIIA,
yakni sebanyak 43 peserta didik. Peserta didik diberi waktu 30 menit
untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah waktu habis, peserta didik
mengumpulkan hasil pekerjaan evaluasi mereka. Guru mengakhiri
pelajaran dengan salam, kemudian peserta didik menjawab salam.
c. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan yang didapatkan oleh peneliti dalam siklus I,
adalah sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
a) Peserta didik sudah terbiasa secara berkelompok, sehingga
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terlaksana lebih
optimal.
b) Peserta didik sudah ada yang berani untuk mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
c) Sebagian besar peserta didik sudah terlihat aktif dalam proses
pembelajaran (diskusi).
2) Hasil pengamatan aktivitas guru
a) Guru selalu memantau dan membimbing peserta didik dalam
diskusi kelompok.
b) Guru memotivasi peserta didik agar semua peserta didik
terlibat aktif dalam diskusi.
54
d. Hasil Refleksi
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian
menunjukkan bahwa pada siklus II pembelajaran sudah cukup baik
dari pada siklus I. Meningkatnya hasil belajar peserta didik ditandai
dengan nilai rata-rata kelas telah mencapai lebih dari 65 dengan
ketuntasan belajar klasikal mencapai lebih dari 75% pada siklus II.
Sehingga peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus
III.
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas 1. Pra Siklus
Berdasarkan keterangan dari bapak Subiyanto selaku guru matematika
kelas VII MTs NU Miftahut Tholibin Kudus bahwa pelaksanaan
pembelajaran matematika belum mampu menerapkan model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw. Guru masih menggunakan metode
konvensional yaitu guru menjelaskan materi kepada peserta didik
sedangkan peserta didik mendengarkan penjelasan guru. Setelah
menjelaskan materi guru memberikan contoh soal dan peserta didik
menyalinnya di buku tulis masing-masing. Peserta didik kurang aktif
bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
Pada pra siklus masih banyak peserta didik yang memperoleh nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak
sekolah. Nilai peserta didik tahun ajaran 2007/2008 tentang materi
persamaan linear satu variabel (terlampir) menunjukkan bahwa dari 40
peserta didik terdapat 18 peserta didik yang nilainya belum tuntas yakni
masih di bawah KKM, yaitu 60, sedangkan peserta didik yang nilainya
tuntas hanya 22 peserta didik sehingga ketuntasan belajar klasikal hanya
mencapai 55%. Sedangkan nilai peserta didik tahun ajaran 2008/2009
(terlampir) menunjukkan bahwa dari 55 peserta didik terdapat 22 peserta
didik yang nilainya belum tuntas yakni masih di bawah KKM, yaitu 60,
55
sedangkan peserta didik yang nilainya tuntas hanya 33 peserta didik
sehingga ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 60%.
Adapun hasil nilai pra siklus dapat dilihat pada tabel dan grafik di
bawah ini.
Tabel 4. 3. Nilai pra siklus dua tahun yang lalu
Pra siklus Nilai Ketuntasan Belajar Klasikal
Tahun ajaran 2007/2008 58,6 55%
Tahun ajaran 2008/2009 59,2 60%
Grafik 4. 1. Nilai rata-rata kelas dua tahun yang lalu
58,6
59,2
58,358,4
58,5
58,658,7
58,8
58,959
59,1
59,2
Tahun Ajaran 2007-2008 Tahun Ajaran 2008-2009
Grafik 4. 2. Ketuntasan belajar klasikal dua tahun yang lalu
55%
60%
52%
53%
54%
55%
56%
57%
58%
59%
60%
Tahun Ajaran 2007-2008 Tahun Ajaran 2008-2009
56
2. Siklus I
Pada pelaksanaan siklus 1 belum menunjukkan adanya hasil yang
diharapkan dari penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
jigsaw pada materi pokok persamaan linear satu variabel. Peserta didik
belum bisa mengikuti atau menyesuaikan diri terhadap kegiatan
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Suasana kelas terlihat
masih kacau, dapat dikatakan belum kondusif sehingga guru harus sering
melerai untuk mengkondisikan kelas agar lebih tenang. Rata-rata peserta
didik masih malu dan takut untuk bertanya atau mengungkapkan
pendapatnya saat berdiskusi. Selain itu, masih banyak peserta didik yang
pasif dan tidak mau berdiskusi, hanya menunggu jawaban dari teman yang
mengerjakan.
Hasil belajar peserta didik pada siklus 1 yang diperoleh mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus, hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi pada siklus 1 (lampiran 10).
Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VIIA pada silus 1
sebesar 62,7 dengan ketuntasan belajar klasikal 62,8% dan yang tidak
tuntas sebanyak 37,2%. Dari 43 peserta didik yang tuntas sebanyak 27
peserta didik , sedangkan yang belum tuntas sebanyak 16 peserta didik
yakni masih di bawah KKM.
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa untuk indikator penelitian
pertama (rata-rata kelas) sudah terpenuhi. Namun untuk indikator
penelitian kedua (ketuntasan belajar klasikal) masih di bawah ketentuan
yang ditentukan oleh peneliti. Dengan demikian diperlukan perbaikan ke
tahap siklus selanjutnya yakni pada siklus 2.
Adapun hasil belajar peserta didik pada pelaksanaan siklus I dapat
dilihat dalam tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.4. Hasil Belajar Siklus I
No Indikator Pra Siklus Siklus I
1.
2.
Rata-rata Kelas
Ketuntasan Belajar Klasikal
58,9
57,5%
62,7
62,8%
57
Grafik 4.3. Perbandingan nilai rata-rata kelas pada pra siklus
dan siklus I
58,9
62,7
57
58
59
60
61
62
63
Pra Siklus Siklus I
Grafik 4.4. Perbandingan ketuntasan belajar klasikal pada
pra siklus dan siklus I
57,50%
62,80%
54%55%
56%
57%58%
59%
60%61%
62%
63%
Pra Siklus Siklus I
3. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II sudah menunjukkan adanya hasil yang
diharapkan dari penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
jigsaw pada materi pokok persamaan linear satu variabel. Peserta sudah
bisa mengikuti atau menyesuaikan diri terhadap kegiatan pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw. Suasana kelas terlihat lebih kondusif
58
dibandingkan dengan siklus I. Peserta didik sudah terlihat aktif pada
proses pembelajaran. Beberapa peserta didik sudah ada yang berani
bertanya kepada guru perihal menyelesaikan lembar kerja ahli. Bahkan ada
peserta didik yang berani maju untuk mempresentasikan hasil diskusi
tanpa ditunjuk oleh guru.
Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VIIA pada siklus II
sebesar 71,2 dengan ketuntasan belajar klasikal 88,4% yang sudah berada
di atas ketentuan yaitu nilai rata-rata kelas lebih dari 65 dan ketuntasan
belajar klasikal di atas 75 %. Jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 38
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5 peserta didik yang masih di
bawah KKM. Mereka adalah Abdul Kholil Maulana, Eko Wisnu, M.
Mustaqim, Sri Lestari, dan Yusuf Prayogo.
Hasil belajar peserta didik pada siklus II yang diperoleh mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, hal ini dapat
dilihat dari hasil nilai evaluasi pada siklus II (lampiran 17).
Pada pelaksanaan siklus II hasil belajar sudah mencapai indikator
yang diinginkan oleh peneliti yakni nilai rata-rata kelas ≥ 65 dengan
ketuntasan belajar klasikal ≥ 75%. Dengan demikian tidak perlu dilakukan
siklus 3.
Adapun hasil evaluasi pada pelaksanaan siklus II, hasil belajar dapat
dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.5. Hasil Belajar Siklus II
No Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II
1.
2.
Nilai rata-rata Kelas
Ketuntasan Belajar Klasikal
58,9
57,5%
62,7
62,8%
71,2
88,4%
59
Grafik 4.5. Perbandingan nilai rata-rata kelas pada pra siklus, siklus I,
dan siklus II
58,9 62,771,1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Grafik 4.6. Perbandingan ketuntasan belajar klasikal pada pra siklus
dan siklus I
57,50% 62,80%
88,40%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
43
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dalam hal ini adalah
menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada
pelajaran matematika khususnya pada materi pokok persamaan linear satu
variabel dilaksanakan dalam 3 tahap siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan
siklus 2. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas secara lengkap adalah sebagai
berikut:
1. Pra Siklus
Berdasarkan keterangan dari bapak Drs. Subiyanto selaku guru mata
pelajaran matematika kelas VIIA MTs NU Miftahut Tholibin Kudus,
bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika masih menggunakan metode
konvensional yaitu guru menjelaskan materi kepada peserta didik
sedangkan peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru. Setelah guru
menjelaskan materi kemudian memberikan contoh soal, peserta didik
menyalinnya di buku tulis mereka masing-masing. Adapun hasil belajar
pra siklus ini akan dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian peserta didik
pada materi pokok persamaan linear satu variabel tahun ajaran 2007/2008
dan 2008/2009 (terlampir)
2. Siklus I
Penelitian yang telah dilakukan akhirnya diperoleh data-data yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan skenario
pembelajaran siklus I yang telah direncanakan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain:
44
1) Membuat RPP dengan indikator a.) mengenali persamaan linear
satu variabel dalam berbagai bentuk dan variabel, b.) menentukan
penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan substitusi
(lampiran 4).
2) Membuat lembar kerja ahli (lampiran 6) disertai kunci jawabannya
(lampiran 7).
3) Membuat lembar soal untuk evaluasi siklus I (lampiran 8) beserta
kunci jawabannya (lampiran 9).
b. Pelaksanaan Tindakan
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan siklus I
Hari/Tanggal Waktu Pertemuan Ke- Materi
Rabu, 25 Agustus 2009
2 × 40’ 1 - Mengenali persamaan linear satu variabel dalam berbagai bentuk dan variabel
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan substitusi
Kamis, 26 Agustus 2009
1× 40’ 2 Evaluasi Siklus 1
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 25 Agustus 2009
Waktu : 07.40- 09.00 WIB
Materi : - Mengenali persamaan linear satu variabel dalam
berbagai bentuk dan variabel
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu
variabel dengan substitusi.
45
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru mengucapkan salam,
dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Ketua
kelas memimpin do’a, setelah selesai, guru mengabsen peserta didik.
Pada pertemuan 1, ada 2 peserta didik yang tidak masuk sekolah
dikarenakan sakit, yaitu Muhammad Nur Yasin dan Siti Musmiroh.
Jadi jumlah peserta didik yang semula 43 menjadi 41. Setelah
mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba
mengingatkan kembali materi sebelumnya, yaitu kalimat tertutup
(pernyataan) atau kalimat terbuka. Guru meminta peserta didik untuk
membuat contoh kalimat tertutup dan kalimat terbuka. Salah satu
peserta didik yang berani angkat tangan untuk menjawab adalah Yayuk
Sri Ningsih.
Setelah melakukan appersepsi, guru menjelasakan model
pembelajarn yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu
model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.
Guru membagi peserta didik dalam 10 kelompok. Dengan
perincian 9 kelompok beranggotakan 4 peserta didik dan 1 kelompok
beranggotakan 5 peserta didik (lampiran 5). Setelah peserta
berkelompok, guru membagikan lembar kerja ahli. Masing-masing
peserta didik (anggota) mendapatkan 4 lembar kerja ahli yang terdiri
dari lembar kerja ahli 1, lembar kerja ahli 2, lembar kerja ahli 3, dan
lembar kerja ahli 4. Setelah lembar kerja ahli dibagikan, masing-
masing ketua kelompok membagi anggotanya untuk mengerjakan
lembar kerja ahli. Satu anggota mengerjakan satu lembar kerja ahli.
Setiap anggota kelompok yang mengerjakan lembar kerja ahli yang
sama berkumpul untuk mendiskusikan lembar kerja ahli tersebut
sampai mengerti dan dapat menyelesaikannya dengan benar. Anggota
yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 1 yang lainnya. Anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 yang lainnya, dan seterusnya. Suasana
46
menjadi gaduh saat peserta didik berpindah tempat untuk berdiskusi.
Setelah suasana kembali tenang, peserta didik mulai berdiskusi untuk
menyelesaiakan lembar kerja ahli. Guru dan peneliti berkeliling
mengawasi peserta didik dalam berdiskusi dan membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan. Saat peneliti berkeliling, peserta didik
bernama Yayuk Sriningsih dari kelompok lembar kerja ahli 3 bertanya,
“Mbak, soal no 2 yang 2r + 1 = 11 kok jawabannya salah semua?trus
HP nya gimana?”. Peneliti menjawab, “Begini, 2r + 1 = 11 untuk r
anggota himpunan A = (1, 2, 3, 4) memang tidak punya penyelesaian,
karena pengganti r dari himpunan A yang benar tidak ada. Jadi, untuk
HP adalah tidak ada atau kosong, bisa ditulis HP ={ } atau Ø ”. Peserta
didik dari kelompok lembar kerja ahli 3 menjawab, “Oo....gitu.”
Setelah menyelesaikan lembar kerja ahli, peserta didik kembali ke
kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu
kelompoknya. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1
menjelaskan kepada teman-temannya sampai mengerti. Selanjutnya
yang mengerjakan lembar kerja ahli 2 menjelaskan hasil diskusi
kepada teman-temannya, dan seterusnya sampai lembar kerja ahli 4.
Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan
tanggapan. Namun, peserta didik tidak ada yang berani maju untuk
mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas, sehingga guru
menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas. Guru
memberikan penguatan kepada kelompok yang berani
mempresentasikan ke depan kelas.
Sebelum mengakhiri pembelajaran guru mengingatkan pada
peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan
atau evaluasi dengan materi yang telah diajarkan. Setelah itu guru
mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab serempak oleh peserta
didik.
47
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Agustus 2009
Waktu : 11.20 – 12.00 WIB
Materi : Evaluasi Siklus 1
Guru mengawali pelajaran dengan salam, peserta didik menjawab
serempak. Setelah itu guru bertanya “Tadi malam sudah belajar
belum?”. Sebagian menjawab “Sudah, pak!”. Sebagian tidak
menjawab. “Sudah siap ulangan ya anak-anak?” tanya pak Subiyanto.
“ya, pak” jawab peserta didik.
Guru memerintahkan peserta didik untuk memasukkan semua buku
ke dalam laci. Guru membagikan lembar soal kepada peserta didik.
Pada evaluasi siklus 1, guru memberikan 2 soal. Soal pertama dengan
menjawab “ya” atau “tidak” dalam kurung sebanyak 5 soal. Soal kedua
adalah uraian sebanyak 3 soal (lampiran 8).
Pada evaluasi siklus 1 diikuti oleh semua peserta didik kelas VIIA,
yakni sebanyak 43 peserta didik. Peserta didik diberi waktu 30 menit
untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah waktu habis, peserta didik
mengumpulkan hasil pekerjaan evaluasi mereka. Guru mengakhiri
pelajaran dengan salam, kemudian peserta didik menjawab salam.
c. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan yang didapatkan oleh peneliti dalam siklus I,
adalah sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
a) Peserta didik belum terbiasa secara berkelompok, sehingga
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw belum
terlaksana secara optimal.
b) Peserta didik masih takut untuk mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas, sehingga guru harus menunjuk terlebih dahulu
48
peserta didik untuk maju mewakili kelompoknya masing-
masing.
c) Beberapa peserta didik masih ada yang pasif, tidak mau
berdiskusi sehingga guru harus menegurnya.
d) Peserta didik belum bisa memaksimalkan waktu yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas.
2) Hasil pengamatan aktivitas guru
a) Guru belum maksimal dalam membimbing peserta didik dalam
diskusi kelompok.
b) Guru belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik. Hal ini
menyebabkan alokasi waktu tidak berjalan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d. Hasil Refleksi
Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus I, guru bersama
peneliti berdiskusi tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam siklus I
dan perlu diadakan perbaikan adalah:
1) Guru kurang menguasai skenario pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran model cooperative learning tipe jigsaw belum
lancar/optimal.
2) Guru kurang memberikan bimbingan pada tiap-tiap kelompok saat
menyelesaikan masalah.
3) Masih banyak peserta didik yang belum berani untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
4) Masih ada beberapa murid yang pasif.
5) Ada beberapa murid yang trouble maker dalam kelompoknya.
6) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan.
49
Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan
guru untuk pelaksanaan siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan
pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Guru mempelajari lebih lanjut dan mamahami skenario
pembelajaran siklus II
2) Guru akan lebih maksimal dalam membimbing peserta didik
berdiskusi kelompok.
3) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar berani maju
di depan kelas.
4) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih aktif
dalam pembelajaran.
5) Guru memberikan peringatan kepada peserta didik yang trouble
maker.
6) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan
sehingga perlu dilakukan siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan skenario
pembelajaran siklus II yang telah direncanakan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain:
1) Membuat RPP dengan indikator a.) menentukan penyelesaian
persamaan linear satu variabel dengan cara kedua ruas ditambah,
dikurangi, dikalikan, atau dibagi dengan bilangan yang sama, b.)
menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan
menggunakan lawan dan kebalikan bilangan (lampiran 11).
2) Membuat lembar kerja ahli (lampiran 13) disertai kunci
jawabannya (lampiran 14).
3) Membuat lembar soal untuk evaluasi siklus II (lampiran 15) beserta
kunci jawabannya (lampiran 16).
50
b. Pelaksanaan Tindakan
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan
penelitian belum tercapai dan harus dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal
yang belum sempurna di siklus I diperbaiki di siklus II.
Tabel 4.2. Jadwal Pelaksanaan siklus II
Hari/Tanggal Waktu Pertemuan Ke- Materi
Rabu, 1 September 2009
2 × 40’ 1 - Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama.
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan menggunakan lawan dan kebalikan bilangan.
Kamis, 2 September 2009
1× 40’ 2 Evaluasi Siklus II
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 1 September 2009
Waktu : 07.40- 09.00 WIB
Materi : - Menentukan penyelesaian persamaan linear satu
variabel dengan cara kedua ruas ditambah,
dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan
yang sama.
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu
variabel dengan menggunakan lawan dan kebalikan
bilangan
51
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru mengucapkan salam,
dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Guru
mengabsen peserta didik. Pada pertemuan 1, semua peserta didik
masuk sekolah sehingga jumlah peserta didik genap 43 peserta didik.
Setelah mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba
mengingatkan kembali materi sebelumnya, penyelesaian persamaan
linear satu variabel dengan substitusi. Guru memberikan contoh di
papan tulis, dan peserta didik menjawab atau menyelesaikan bersama-
sama.
Setelah melakukan appersepsi, guru membagi peserta didik dalam
10 kelompok. Dengan perincian 7 kelompok beranggotakan 4 peserta
didik dan 3 kelompok beranggotakan 5 peserta didik (lampiran 12).
Setelah peserta berkelompok, guru membagikan lembar kerja ahli.
Masing-masing peserta didik (anggota) mendapatkan 4 lembar kerja
ahli yang terdiri dari lembar kerja ahli 1, lembar kerja ahli 2, lembar
kerja ahli 3, dan lembar kerja ahli 4. Setelah lembar kerja ahli
dibagikan, masing-masing ketua kelompok membagi anggotanya untuk
mengerjakan lembar kerja ahli. Satu anggota mengerjakan satu lembar
kerja ahli.
Setiap anggota kelompok yang mengerjakan lembar kerja ahli yang
sama berkumpul untuk mendiskusikan lembar kerja ahli tersebut
sampai mengerti dan dapat menyelesaikannya dengan benar. Anggota
yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 1 yang lainnya. Anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 yang lainnya, dan seterusnya. Suasana
menjadi gaduh saat peserta didik berpindah tempat untuk berdiskusi.
Setelah suasana kembali tenang, peserta didik mulai berdiskusi untuk
menyelesaikan lembar kerja ahli. Guru dan peneliti berkeliling
mengawasi peserta didik dalam berdiskusi dan membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan.
52
Saat guru berkeliling, salah satu peserta didik dari kelompok
lember kerja ahli 4 bertanya, “Pak, misalnya 3x – 4 = - 2x + 6 caranya
tidak kedua ruas ditambah 4, tapi kedua ruas dikurangi 6 boleh gak?”.
Guru menjawab, “Boleh, hasilnya sama saja.”
Setelah menyelesaikan lembar kerja ahli, peserta didik kembali ke
kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu
kelompoknya. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1
menjelaskan kepada teman-temannya sampai mengerti. Selanjutnya
yang mengerjakan lembar kerja ahli 2 menjelaskan hasil diskusi
kepada teman-temannya, dan seterusnya sampai lembar kerja ahli 4.
Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan
tanggapan. Peserta didik sudah ada yang berani maju untuk
mempresentasikan hasil diskusi tanpa ditunjuk oleh guru sebelumnya.
Guru memberikan penguatan kepada kelompok yang berani
mempresentasikan ke depan kelas.
Sebelum mengakhiri pembelajaran guru mengingatkan pada
peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan
atau evaluasi dengan materi yang telah diajarkan. Setelah itu guru
mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab serempak oleh peserta
didik.
Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 2 September 2009
Waktu : 11.20 – 12.00 WIB
Materi : Evaluasi Siklus II
53
Guru mengawali pelajaran dengan salam, peserta didik menjawab
serempak. Setelah itu guru memastikan bahwa peserta didik sudah siap
untuk melakukan evaluasi.
Guru membagikan lembar soal kepada peserta didik. Pada evaluasi
siklus II, guru memberikan 5 butir soal dalam bentuk uraian (lampiran
15).
Pada evaluasi siklus 1 diikuti oleh semua peserta didik kelas VIIA,
yakni sebanyak 43 peserta didik. Peserta didik diberi waktu 30 menit
untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah waktu habis, peserta didik
mengumpulkan hasil pekerjaan evaluasi mereka. Guru mengakhiri
pelajaran dengan salam, kemudian peserta didik menjawab salam.
c. Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan yang didapatkan oleh peneliti dalam siklus I,
adalah sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
a) Peserta didik sudah terbiasa secara berkelompok, sehingga
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw terlaksana lebih
optimal.
b) Peserta didik sudah ada yang berani untuk mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
c) Sebagian besar peserta didik sudah terlihat aktif dalam proses
pembelajaran (diskusi).
2) Hasil pengamatan aktivitas guru
a) Guru selalu memantau dan membimbing peserta didik dalam
diskusi kelompok.
b) Guru memotivasi peserta didik agar semua peserta didik
terlibat aktif dalam diskusi.
54
d. Hasil Refleksi
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian
menunjukkan bahwa pada siklus II pembelajaran sudah cukup baik
dari pada siklus I. Meningkatnya hasil belajar peserta didik ditandai
dengan nilai rata-rata kelas telah mencapai lebih dari 65 dengan
ketuntasan belajar klasikal mencapai lebih dari 75% pada siklus II.
Sehingga peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus
III.
B. Analisis Penelitian Tindakan Kelas 1. Pra Siklus
Berdasarkan keterangan dari bapak Subiyanto selaku guru matematika
kelas VII MTs NU Miftahut Tholibin Kudus bahwa pelaksanaan
pembelajaran matematika belum mampu menerapkan model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw. Guru masih menggunakan metode
konvensional yaitu guru menjelaskan materi kepada peserta didik
sedangkan peserta didik mendengarkan penjelasan guru. Setelah
menjelaskan materi guru memberikan contoh soal dan peserta didik
menyalinnya di buku tulis masing-masing. Peserta didik kurang aktif
bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
Pada pra siklus masih banyak peserta didik yang memperoleh nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak
sekolah. Nilai peserta didik tahun ajaran 2007/2008 tentang materi
persamaan linear satu variabel (terlampir) menunjukkan bahwa dari 40
peserta didik terdapat 18 peserta didik yang nilainya belum tuntas yakni
masih di bawah KKM, yaitu 60, sedangkan peserta didik yang nilainya
tuntas hanya 22 peserta didik sehingga ketuntasan belajar klasikal hanya
mencapai 55%. Sedangkan nilai peserta didik tahun ajaran 2008/2009
(terlampir) menunjukkan bahwa dari 55 peserta didik terdapat 22 peserta
didik yang nilainya belum tuntas yakni masih di bawah KKM, yaitu 60,
55
sedangkan peserta didik yang nilainya tuntas hanya 33 peserta didik
sehingga ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 60%.
Adapun hasil nilai pra siklus dapat dilihat pada tabel dan grafik di
bawah ini.
Tabel 4. 3. Nilai pra siklus dua tahun yang lalu
Pra siklus Nilai Ketuntasan Belajar Klasikal
Tahun ajaran 2007/2008 58,6 55%
Tahun ajaran 2008/2009 59,2 60%
Grafik 4. 1. Nilai rata-rata kelas dua tahun yang lalu
58,6
59,2
58,358,4
58,5
58,658,7
58,8
58,959
59,1
59,2
Tahun Ajaran 2007-2008 Tahun Ajaran 2008-2009
Grafik 4. 2. Ketuntasan belajar klasikal dua tahun yang lalu
55%
60%
52%
53%
54%
55%
56%
57%
58%
59%
60%
Tahun Ajaran 2007-2008 Tahun Ajaran 2008-2009
56
2. Siklus I
Pada pelaksanaan siklus 1 belum menunjukkan adanya hasil yang
diharapkan dari penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
jigsaw pada materi pokok persamaan linear satu variabel. Peserta didik
belum bisa mengikuti atau menyesuaikan diri terhadap kegiatan
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Suasana kelas terlihat
masih kacau, dapat dikatakan belum kondusif sehingga guru harus sering
melerai untuk mengkondisikan kelas agar lebih tenang. Rata-rata peserta
didik masih malu dan takut untuk bertanya atau mengungkapkan
pendapatnya saat berdiskusi. Selain itu, masih banyak peserta didik yang
pasif dan tidak mau berdiskusi, hanya menunggu jawaban dari teman yang
mengerjakan.
Hasil belajar peserta didik pada siklus 1 yang diperoleh mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus, hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi pada siklus 1 (lampiran 10).
Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VIIA pada silus 1
sebesar 62,7 dengan ketuntasan belajar klasikal 62,8% dan yang tidak
tuntas sebanyak 37,2%. Dari 43 peserta didik yang tuntas sebanyak 27
peserta didik , sedangkan yang belum tuntas sebanyak 16 peserta didik
yakni masih di bawah KKM.
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa untuk indikator penelitian
pertama (rata-rata kelas) sudah terpenuhi. Namun untuk indikator
penelitian kedua (ketuntasan belajar klasikal) masih di bawah ketentuan
yang ditentukan oleh peneliti. Dengan demikian diperlukan perbaikan ke
tahap siklus selanjutnya yakni pada siklus 2.
Adapun hasil belajar peserta didik pada pelaksanaan siklus I dapat
dilihat dalam tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.4. Hasil Belajar Siklus I
No Indikator Pra Siklus Siklus I
1.
2.
Rata-rata Kelas
Ketuntasan Belajar Klasikal
58,9
57,5%
62,7
62,8%
57
Grafik 4.3. Perbandingan nilai rata-rata kelas pada pra siklus
dan siklus I
58,9
62,7
57
58
59
60
61
62
63
Pra Siklus Siklus I
Grafik 4.4. Perbandingan ketuntasan belajar klasikal pada
pra siklus dan siklus I
57,50%
62,80%
54%55%
56%
57%58%
59%
60%61%
62%
63%
Pra Siklus Siklus I
3. Siklus II
Pada pelaksanaan siklus II sudah menunjukkan adanya hasil yang
diharapkan dari penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe
jigsaw pada materi pokok persamaan linear satu variabel. Peserta sudah
bisa mengikuti atau menyesuaikan diri terhadap kegiatan pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw. Suasana kelas terlihat lebih kondusif
58
dibandingkan dengan siklus I. Peserta didik sudah terlihat aktif pada
proses pembelajaran. Beberapa peserta didik sudah ada yang berani
bertanya kepada guru perihal menyelesaikan lembar kerja ahli. Bahkan ada
peserta didik yang berani maju untuk mempresentasikan hasil diskusi
tanpa ditunjuk oleh guru.
Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik kelas VIIA pada siklus II
sebesar 71,2 dengan ketuntasan belajar klasikal 88,4% yang sudah berada
di atas ketentuan yaitu nilai rata-rata kelas lebih dari 65 dan ketuntasan
belajar klasikal di atas 75 %. Jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 38
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 5 peserta didik yang masih di
bawah KKM. Mereka adalah Abdul Kholil Maulana, Eko Wisnu, M.
Mustaqim, Sri Lestari, dan Yusuf Prayogo.
Hasil belajar peserta didik pada siklus II yang diperoleh mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, hal ini dapat
dilihat dari hasil nilai evaluasi pada siklus II (lampiran 17).
Pada pelaksanaan siklus II hasil belajar sudah mencapai indikator
yang diinginkan oleh peneliti yakni nilai rata-rata kelas ≥ 65 dengan
ketuntasan belajar klasikal ≥ 75%. Dengan demikian tidak perlu dilakukan
siklus 3.
Adapun hasil evaluasi pada pelaksanaan siklus II, hasil belajar dapat
dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.5. Hasil Belajar Siklus II
No Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II
1.
2.
Nilai rata-rata Kelas
Ketuntasan Belajar Klasikal
58,9
57,5%
62,7
62,8%
71,2
88,4%
59
Grafik 4.5. Perbandingan nilai rata-rata kelas pada pra siklus, siklus I,
dan siklus II
58,9 62,771,1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Grafik 4.6. Perbandingan ketuntasan belajar klasikal pada pra siklus
dan siklus I
57,50% 62,80%
88,40%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003, Cet. 2.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, Cet. 13.
Arini, Yusti, “Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dan Aplikasinya Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran”, http : // yusti – arini . blogspot. com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif .html (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
Bell, Margaret E., Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali, 1991.
Budiningsih, Asri, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Defantri, “Pembelajaran Matematika di Sekolah”, http://defantri.blogspot.com/ 2009/ 05/ pembelajaran-matematika-di-sekolah.html (diakses tanggal 14 Desember 2009).
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul ‘Ali, 2005.
Emildadiany, Novi, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran”, http://akhmadsudrajat .wordpress.com/2008/07/3/cooperative-learning-teknik-jigsaw/, (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
Ibrahim, Muslimin, et.al., Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000.
Jabir Abdul Hamid Jabir, Sikulujiyyah At-Ta’allumi, Mesir: Daarun Nahdhoh Al-A’rabiyyah, 1978.
Karlina, Ina, “Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa”, http://www.sd-binatalenta.com/images/artikel_ina.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2009).
Lie, Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Gramedia, 2004.
Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Mesir : Darul Fikr, t.t.
Makmun, Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. 5.
Malik, Jamaludin, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pelajaran Qur’an Hadits Pokok Bahasan Hukum Nun Sukun Atau Tanwin Dengan Active Learning Tipe Jigsaw Pada Kelas VII E Semester I MTs Al-Asror Semarang”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009.
Math, Arini, “Definisi Matematika”, http://arinimath.blogspot.com. /2008/02/ definisi-matematika, html (diakses tanggal 14 Desember 2009).
Maulidah, Ni’mah, “ Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dengan Menggunakan Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung di MTs Miftahul Falah Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”, Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Matematika, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penlitian Kualitatif, (Bandumg: Remaja Rosda Karya, 2006
Morgan, Clifford T. dan Richard A. King, Introduction to Psychology, Tokyo: Grow Hill, 1971.
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasinya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. 4.
Muslich, Masnur, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, Jakarta: PUSDIKLAT Tenaga Teknis Keagamaan-DEPAG, 2007.
Natalia, Daisy, (ed.), Matematika SMP Untuk Kelas VII, Surabaya: Gelora Aksara Pratama, 2006.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet. 3.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet. 3.
Slavin, Robert E., Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, terj. Nurulita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2008.
Sikumbang, Risman (ed.), Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, Cet. 1.
Sudirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.
, Penelitian dan Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1995.
, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosdakarya, 1999.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 6.
Suherman, Eman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.
Sukino dan Wilson Simangunsong, Matematika Untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2007.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Tindakan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. 1.
Suyitno, Amin, “Pemilihan Model-model Pembelajaran Matematika dan Penerapannya di SMP”, Makalah, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2006.
, “Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1”, Makalah, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2004.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Widdiharto, Rachmadi, Model-model Pembelajaran matematika SMP, Yogyakarta: PPPG, 2004.
Winkel, WS., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, 1983.
Lampiran 1
SUBJEK PENELITIAN
KELAS VII A TAHUN PELAJARAN 2009/2010
No. Nama Jenis
kelamin L/P
Keterangan
1 Abdul Kholil Maulana L Jumlah siswa = 43 2 Andrai Cahyo Utomo L Laki-laki= 23 3 Anton Sujarwadi L Perempuan = 20 4 Apriani P 5 Arif Chasanul Muna L 6 Ashariono L 7 Budi Setyawan L 8 Budi Utomo L 9 Choirul Umam L 10 Deni Aprilianto L 11 Diana Wulansari P 12 Eko Wisnu Agus S L 13 Heni Ratna Sari P 14 Indah Wulandari P 15 Moh. Khoirul K L 16 Moh. Trijaya P L 17 M. Ilham Mahfuds L 18 M. Mustaqim L 19 M. Nur Yasin L 20 Najib Fadlur R L 21 Nur Rochman L 22 Nur Hidayah P 23 Nuril Anear L 24 Pujiyono L 25 Rijayanti P 26 Rika Fatmawati P 27 Riki Sudrajat L 28 Risnawati P 29 Rizza Afthoni L 30 Setia Murtianingsih P 31 Siti Fatimah P 32 Siti Maesaroh P 33 Siti Makhmudah P 34 Siti Musmiroh P 35 Siti Zulastuti P 36 Sri Lestari P
37 Sri Wahyuni P 38 Suaibatul Aslamiyah P 39 Teguh Prasetyo L 40 Vena Febiana P 41 Wiwik Nor Hidayah P 42 Yayuk Sri Ningsih P 43 Yusuf Prayogo L
Lampiran 2
DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK KELAS VIIA TAHUN PELAJARAN 2007/2008
No. Nama Nilai % Ketercapaian Ketuntasan
ya tidak 1 A. Janzuli 50 50% √ 2 Abdul Rohman 60 60% √ 3 Ali Maksum 60 60% √ 4 Andi Okka K 55 55% √ 5 Aprilliyani 50 50% √ 6 Aulya Rochmanasari 60 60% √ 7 Boni S 65 65% √ 8 Budi Pramono 55 55% √ 9 Chafidhotul C. 50 50% √
10 Dwi Jayanti 50 50% √ 11 Eko Slamet R 65 65% √ 12 Eni Rufida 60 60% √ 13 Eva Isnaini 60 60% √ 14 Evanna Naili Nida 65 65% √ 15 Fela Maulida 70 70% √ 16 Feri Handoko 50 50% √ 17 Heni Khumaidah 55 55% √ 18 Jama'an 65 65% √ 19 Koswadi 60 60% √ 20 M. Arifin 85 85% √ 21 M. Farid Harja 70 70% √ 22 M. Hariyanto 50 50% √ 23 M. Qomarudin 55 55% √ 24 M. Rido Utomo 55 55% √ 25 M. Setiyanto 65 65% √ 26 Noor Khamidah 60 60% √ 27 Nor Hafivi 60 60% √ 28 Nur Miati 55 55% √ 29 Putri Lestari 60 60% √ 30 Setiyawati 65 65% √ 31 Siti Choiriyah 55 55% √ 32 Siti Istianah 60 60% √ 33 Suprihatin BL 50 50% √
34 Supriyadi 50 50% √ 35 Supriyanto 65 65% √ 36 Suwarti 55 55% √ 37 Tri Utami 60 60% √ 38 Umi Anifah 50 50% √ 39 Wulansari 55 55% √ 40 Yayan Budi P. 60 60% √ Jumlah 2345 22 18
Rata-rata 58,63 58,63% 55% 45%
Lampiran 3
DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK KELAS VIIA
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
No. Nama Nilai % Ketercapaian Ketuntasan ya tidak
1 Abdur Rohman A. 97 97% √ 2 Abdur Rohman B. 65 65% √ 3 Achmad Sidiq 65 65% √ 4 Adik Erma Suryani 55 55% √ 5 Aditya Ulil Absor 35 35% √ 6 Agung Utomo 55 55% √ 7 Ahmad Suwito 65 65% √ 8 Ahsan Fitriyanto 53 53% √ 9 Ainul Yachin 50 50% √
10 Ali Sahab 50 50% √ 11 Andriyani Dewi 65 65% √ 12 Anis Rika Saputri 60 60% √ 13 Ari Ariani 60 60% √ 14 Aris Rifai 67 67% √ 15 Bayu Subiyanto 67 67% √ 16 Chotibul Umam 50 50% √ 17 Diah Ayu L. 53 53% √ 18 Esti Wahyu N. 67 67% √ 19 Eva Wulansari 60 60% √ 20 Jamaah 87 87% √ 21 Kholfatun Rosyidah 70 70% √ 22 Khumaidah 50 50% √ 23 Khusnul Khotimah 55 55% √ 24 Leni Maulani 55 55% √ 25 M. Abdul Aziz 93 93% √ 26 M. Abdur Rohman 73 73% √ 27 M. Budi Santoso 60 60% √ 28 M. Dolhadi 55 55% √ 29 M. Irfan Maulana B 60 60% √ 30 M. Ismail 83 83% √
31 M. Jepriyanto 55 55% √ 32 M. Khoerul Umam 60 60% √ 33 M. Miftahuddin 40 40% √ 34 M. Rudibahtiar 45 45% √ 35 M. Sholeh 65 65% √ 36 M. Slamet 57 57% √ 37 M. Sobri 45 45% √ 38 M. Syahrul Anam 50 50% √ 39 M. Taufiq Aryanto 55 55% √ 40 Maryanti 55 55% √ 41 Mita Sari 60 60% √ 42 Mohammad Yusuf 50 50% √ 43 Novi Larasati 50 50% √ 44 Rudi 45 45% √ 45 Safi Qurrohman 45 45% √ 46 Selviana 47 47% √ 47 Setiya Budi U. 45 45% √ 48 Siti Miftakul Noor H. 73 73% √ 49 Solikin 65 65% √ 50 Sri Untari 60 60% √ 51 Teguh Fauzan K. 55 55% √ 52 Totok Setio U 70 70% √ 53 Tri Hana Lutfiana 50 50% √ 54 Ulin Nuha Firdaus 70 70% √
55 Zuliandi Pramono 65 65% √ Jumlah 3257 33 22
Rata-rata 59,22 59,22% 60% 40%
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1
Sekolah : MTs NU Miftahut Tholibin Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : VII / I Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 x pertemuan) Standar Kompetensi : 2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Kompetensi Dasar : 2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel.
Indikator : - Mengenali persamaan linear satu variabel dalam
berbagai bentuk dan variabel - Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan substitusi
A. Tujuan pembelajaran
- Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw peserta didik diharapkan dapat mengenali persamaan linear satu variabel dengan benar.
- Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw peserta didik diharapkan dapat menyelesaikan persamaan linear satu variabel dengan substitusi.
B. Materi ajar
Persamaan linear satu variabel (terlampir) C. Metode pembelajaran
1. Model pembelajaran : cooperative learning tipe jigsaw. 2. Metode pembelajaran : ceramah, diskusi dan tanya jawab.
D. Langkah-langkah pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1
Pendahuluan: a. Guru mengawali dengan salam pembuka dan do’a. b. Apersepsi: mengingat kembali tentang kalimat tertutup dan
kalimat terbuka. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
10 menit
2 Kegiatan Inti a. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
yang terdiri dari 4-5 peserta didik dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap kelompok bertatap muka.
b. Guru memberikan lembar kerja ahli c. Masing-masing ketua kelompok membagi setiap anggota
untuk mengerjakan LK ahli yang berbeda (satu peserta didik mengerjakan satu LK ahli)
d. Kemudian anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan LK ahli tersebut sampai mengerti dan dapat menyelesaikan LK tersebut dengan benar.
e. Peserta didik kembali ke kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu kelompoknya.
f. Guru bertindak sebagai fasilitator atau nara sumber jika peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan.
g. Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
h. Guru memberikan penguatan terhadap presentasi kelompok. i. Setelah selesai mengerjakan LK ahli secara tuntas, guru
meminta kepada peserta didik agar duduk kembali pada posisi semula (tidak berkelompok).
60 menit
3 Penutup a. Guru membimbing peserta didik memyimpulkan materi
yang sudah dipelajari. b. Guru memberikan tugas rumah. c. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
10 menit
E. Sumber belajar
1. Buku matematika kelas VII
2. LKS matematika kelas VII semester 2
F. Penilaian Tes akhir siklus
Kudus, 25 Agustus 2009
Guru kelas VII Peneliti
Drs. Subiyanto Hanik Rochmawati NIP. - NIM. 3105069
Mengetahui,
Kepala MTs NU Miftahut Tholibin
Drs. H. Muchroni NIP. 1954041019790301003
Lampiran 5
DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA SIKLUS I
KELOMPOK II 1. M. Khoirul K. 2. Arif Chasanul 3. Nuril Anwar 4. Teguh P.
KELOMPOK 1 1. Sri Lestari 2. Siti Fatimah 3. Rika F. 4. Wiwik Nor H.
KELOMPOK III
1. Heni Ratna S. 2. Nur Hidayah 3. Rijayanti 4. Sri Wahyuni
KELOMPOK IV
1. Ashariono 2. Pujiyono 3. Najib Fadlur R 4. Abdul Kholil
KELOMPOK V
1. Siti Maesaroh 2. Apriani 3. Yayuk Sri N. 4. Siti Zulastutik
KELOMPOK VI 1. Riki Sudrajat 2. M. Ilham M. 3. Agus Saputro 4. Yusuf P.
KELOMPOK X
1. Deni A. 2. Budi S. 3. Andrai C. U. 4. Reza Afthoni 5. Budi Utomo
KELOMPOK IX
1. Suaibatul A. 2. Indah W. 3. Diana W. 4. Anton S.
KELOMPOK VIII
1. M. Mustaqim 2. Choirul U. 3. Nur Rohman 4. Trijaya P.
KELOMPOK VII
1. Setia Murtia N 2. Makhmudah 3. Vena Febiana 4. Risnawati
LEMBAR KERJA AHLI 1 SIKLUS 1
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. x + y = 5, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
b. p + 5 = 8, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
c. a – 4 = 2, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
d. t2 – 6 = 10, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
e. = 4, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
2. Selesaikan persamaan x + 3 = 7 dengan cara substitusi , jika x peubah pada
himpunan bilangan asli!
Jawab :
x + 3 = 7, jika x = 1 → 1 + 3 = 7 ( salah )
x = 2 → … + 3 = 7 ( …… )
x = 3 → … + 3 = 7 ( …… )
x = 4 → … + 3 = 7 ( …… )
Penyelesaian x = …
Himpunan Penyelesaian = {…}
Lampiran 6
LEMBAR KERJA AHLI 2 SIKLUS 1
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. p + q = 7, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
b. m – 2 = 5, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
c. 4 + h = 9, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
d. n2 – 1 = 8, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
e. 5 x = 2x + 12, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
2. Selesaikan persamaan 3y + 7 = 25 dengan cara substitusi, jika y peubah pada
himpunan bilangan asli A = {2,3,4,5,6}
Jawab :
3y + 7 = 25, jika y = 2 → 3×2 + 7 = 25 ( salah )
y = 3 → 3× .... + 7 = 25 ( …….)
y = 4 → 3× .... + 7 = 25 ( …….)
y = 5 → 3×…. + 7 = 25 ( …….)
y = 6 → 3×…. + 7 = 25 ( …….)
Penyelesaian y = …
Himpunan Penyelesaian = {…}
LEMBAR KERJA AHLI 3 SIKLUS 1
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. a + b = 11, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
b. 2 (3y -1) = 8, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
c. 3x – 2 = x + 7, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
d. 3 = 1 + 2, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
e. 2z = 14, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
2. Selesaikan persamaan 2r + 1 = 11 dengan cara substitusi, r anggota himpunan
A = {1,2,3,4}
Jawab:
2r + 1 = 11, Jika r = 1 → 2×1 + 1 = 11 (salah)
r = 2 → 2× .... + 1 = 11 (..........)
r = 3 → 2× .... + 1 = 11 (..........)
r = 4 → 2× .... + 1 = 11 (...........)
Pengganti r yang benar tidak ada.
Maka himpunan penyelesaiannya = { }atau Ø
LEMBAR KERJA AHLI 4 SIKLUS 1
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. m + n = 4, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
b. w – 2 = 7, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
c. 2 (3x – 5) = 4x + 8, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
d. 5 + 2 = 7, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
e. y2 + 1 = 5, kalimat terbuka (…) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…)
2. Selesaikan persamaan z - 3 = 4 dengan cara substitusi, z anggota himpunan A
= {4,5,6,7}
Jawab :
z - 3 = 4, jika z = 4 → 4 - 3 = 4 ( salah )
z = 5 → … - 3 = 4 ( …… )
z = 6 → … - 3 = 4 ( …… )
z = 7 → … - 3 = 4 ( …… )
Penyelesaian z = …
Himpunan Penyelesaian = {…}
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 1 SIKLUS 1
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. x + y = 5, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
b. p + 5 = 8, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
c. a – 4 = 2, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?(ya)
d. t2 – 6 = 10, kalimat terbuka (ya) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
e. = 4, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu variabel?(
ya )
2. Selesaikan persamaan x + 3 = 7 dengan cara substitusi , jika x peubah pada himpunan bilangan asli!
Jawab :
x + 4 = 7, jika x = 1 → 1 + 3 = 7 ( salah )
x = 2 → 2 + 3 = 7 ( salah )
x = 3 → 3 + 3 = 7 ( salah )
x = 4 → 4 + 3 = 7 ( benar )
Penyelesaian x = 4
Himpunan Penyelesaian = {4}
Lampiran 7
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. p + q = 7, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
b. m – 2 = 5, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
c. 4 + h = 9, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
d. n2 – 1 = 8, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
e. 5 x = 2x + 12, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
2. Selesaikan persamaan 3y + 7 = 25 dengan cara substitusi, jika y peubah pada himpunan bilangan asli A = {2,3,4,5,6}
Jawab :
3y + 7 = 32, jika y = 2 → 3×2 + 7 = 25 ( salah )
y = 3 → 3× 3 + 7 = 25 ( salah )
y = 4 → 3× 4 + 7 = 25 ( salah )
y = 5 → 3× 5 + 7 = 25 ( salah )
y = 6 → 3× 6 + 7 = 25 ( benar )
Penyelesaian y = 6
Himpunan Penyelesaian = { 6 }
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 2 SIKLUS 1
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 3 SIKLUS 1
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. a + b = 11, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
b. 2 (3y -1) = 8, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
c. 3x – 2 = x + 7, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
d. 3 = 1 + 2, kalimat terbuka ( tidak ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
e. 2z = 14, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu variabel?(
ya )
2. Selesaikan persamaan 2r + 1 = 11 dengan cara substitusi, r anggota himpunan
A = {1,2,3,4}
Jawab:
2r + 1 = 11, Jika r = 1 → 2×1 + 1 = 11 ( salah )
r = 2 → 2× 2 + 1 = 11 ( salah )
r = 3 → 2×3 + 1 = 11 ( salah )
r = 4 → 2×4 + 1 = 11 ( salah )
Pengganti r yang benar tidak ada.
Maka himpunan penyelesaiannya = { }atau Ø
Petunjuk
Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=)
Persamaan Linear satu variable adalah persamaan yang hanya memuat satu
variabel dengan pangkat satu.
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. m + n = 4, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
b. w – 2 = 7, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( ya )
c. 2 (3x – 5) = 4x + 8, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier
satu variabel?( ya )
d. 5 + 2 = 7, kalimat terbuka ( tidak ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
e. y2 + 1 = 5, kalimat terbuka ( ya ) merupakan persamaan linier satu
variabel?( tidak )
2. Selesaikan persamaan z - 3 = 4 dengan cara substitusi, z anggota himpunan A
= {4,5,6,7}
Jawab :
z - 3 = 4, jika z = 4 → 1 - 3 = 4 ( salah )
z = 5 → 5 - 3 = 4 ( salah )
z = 6 → 6 - 3 = 4 ( salah )
z = 7 → 7 - 3 = 4 ( benar )
Penyelesaian z = 7
Himpunan Penyelesaian = { 7 }
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 4 SIKLUS 1
Nama : …………………..
No. Absen : ………………….
Petunjuk
a. Bacalah Basmalah sebelum mengerjakan soal
b. Isilah nama dan no. absen
c. Jangan menyontek
1. Lengkapilah soal dibawah ini dengan jawaban ya atau tidak !
a. a + 1 = 6, kalimat terbuka (…...) merupakan persamaan linier satu
variabel?(…....)
b. 4x - 6 = 2x + 2, kalimat terbuka (…....) merupakan persamaan linier satu
variabel?(….....)
c. 3x – y = 6, kalimat terbuka (…....) merupakan persamaan linier satu
variabel?(….....)
d. 5 + 1 = 6, kalimat terbuka (….....) merupakan persamaan linier satu
variabel?(….....)
e. 5k = 20, kalimat terbuka (….....) merupakan persamaan linier satu
variabel?(….....)
2. Tentukan himpunan penyelesaian PLSV berikut dengan cara substitusi
a. x + 5 = 8, jika x = anggota pada himpunan B = {1,2,3,4}.
b. 4 – x = 2, jika x = anggota pada himpunan K = {0,1,2}
c. 2x + 3 = 11, jika x = anggota pada himpunan A = {1,2,3,4,5}.
TES SIKLUS 1
Lampiran 8
Kunci jawaban tes siklus 1
Skor
1. a. ya,ya 5
b. ya,ya 5
c. ya,tidak 5
d. tidak,tidak 5
e. ya,ya 5
2. a. x + 5 = 8
jika x = 0, maka 0 + 5 = 8 (salah) 5
x = 1, maka 1 + 5 = 8 (salah) 10
x = 2, maka 2 + 5 = 8 (salah) 15
x = 3, maka 3 + 5 = 8 (benar) 20
Jadi HP {3} 25
b. 4 – x = 2
jika x = 0, maka 4 - 0 = 2 (salah) 5
x = 1, maka 4 - 1 = 2 (salah) 10
x = 2, maka 4 - 2 = 2 (salah) 20
Jadi HP {2} 25
c. 2x + 3 = 11
Jika x = 1, maka 2.1 + 3 = 11 {salah} 5
x = 2, maka 2.2 + 3 = 11 {salah} 10
x = 3, maka 2.3 + 3 = 11 {salah} 15
x = 4, maka 2.4 + 3 = 11 {benar} 20
Jadi HP {4} 25
Skor total 100
Lampiran 9
Lampiran 10
DAFTAR NILAI TES SIKLUS I KELAS VIIA
No. Nama Nilai % Ketercapaian Ketuntasan ya tidak
1 Abdul Kholil Maulana 50 50% √ 2 Andrai Cahyo Utomo 50 50% √ 3 Anton Sujarwadi 60 60% √ 4 Apriani 65 65% √ 5 Arif Chasanul Muna 52,5 52,50% √ 6 Ashariono 70 70% √ 7 Budi Setyawan 55 55% √ 8 Budi Utomo 62,5 62,50% √ 9 Choirul Umam 55 55% √ 10 Deni Aprilianto 62,5 62,50% √ 11 Diana Wulansari 67,5 67,50% √ 12 Eko Wisnu Agus S 50 50% √ 13 Heni Ratna Sari 55 55% √ 14 Indah Wulandari 70 70% √ 15 Moh. Khoirul K 65 65% √ 16 Moh. Trijaya P 50 50% √ 17 M. Ilham Mahfuds 65 65% √ 18 M. Mustaqim 67,5 67,50% √ 19 M. Nur Yasin 67,5 67,50% √ 20 Najib Fadlur R 67,5 67,50% √ 21 Nur Rochman 65 65% √ 22 Nur Hidayah 55 55% √ 23 Nuril Anear 75 75% √ 24 Pujiyono 52,5 52,50% √ 25 Rijayanti 80 80% √ 26 Rika Fatmawati 55 55% √ 27 Riki Sudrajat 80 80% √ 28 Risnawati 70 70% √ 29 Rizza Afthoni 45 45% √ 30 Setia Murtianingsih 70 70% √ 31 Siti Fatimah 55 55% √ 32 Siti Maesaroh 67,5 67,50% √ 33 Siti Makhmudah 70 70% √ 34 Siti Musmiroh 62,5 62,50% √ 35 Siti Zulastuti 70 70% √ 36 Sri Lestari 45 45% √ 37 Sri Wahyuni 80 80% √ 38 Suaibatul Aslamiyah 80 80% √ 39 Teguh Prasetyo 50 50% √ 40 Vena Febiana 62,5 62,50% √
41 Wiwik Nor Hidayah 67,5 67,50% √ 42 Yayuk Sri Ningsih 80 80%% √ 43 Yusuf Prayogo 50 50%% √ Jumlah 2695 27 16 rata-rata 62,67442 62,67% 62,79% 37,21%
Lampiran 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2
Sekolah : MTs NU Miftahut Tholibin Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : VII / I Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 x pertemuan) Standar Kompetensi : 2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel Kompetensi Dasar : 2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel
Indikator : - Menentukan bentuk setara dari persamaan linear satu
variabel dalam berbagai bentuk dan variabel dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama
- Menentukan penyelesaian persamaan linear satu variabel dengan menggunakan lawan dan kebalikan bilangan.
A. Tujuan pembelajaran
- Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw peserta didik diharapkan dapat menyelesaikan persamaan linear satu variabel dengan benar.
B. Materi ajar
Persamaan linear satu variabel (terlampir) C. Metode pembelajaran
1. Model pembelajaran : cooperative learning tipe jigsaw. 2. Metode pembelajaran : ceramah, diskusi dan tanya jawab.
D. Langkah-langkah pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran
Waktu
1
Pendahuluan: a. Guru mengawali dengan salam pembuka dan do’a. b. Apersepsi: mengingat kembali tentang persamaan linear
satu variabel
10 menit
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2.
Kegiatan inti: a. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
yang terdiri dari 4-5 peserta didik dan mengatur tempat duduk peserta didik agar setiap kelompok bertatap muka.
b. Guru memberikan lembar kerja ahli c. Masing-masing ketua kelompok membagi setiap anggota
untuk mengerjakan LK ahli yang berbeda (satu peserta didik mengerjakan satu LK ahli)
d. Kemudian anggota kelompok yang mengerjakan LK ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan LK ahli tersebut sampai mengerti dan dapat menyelesaikan LK tersebut dengan benar.
e. Peserta didik kembali ke kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu kelompoknya.
f. Guru bertindak sebagai fasilitator atau nara sumber jika peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan.
g. Guru memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
h. Guru memberikan penguatan terhadap presentasi kelompok. i. Setelah selesai mengerjakan LK ahli secara tuntas, guru
meminta kepada peserta didik agar duduk kembali pada posisi semula (tidak berkelompok).
60 menit
3. Penutup a. Guru membimbing peserta didik memyimpulkan materi
yang sudah dipelajari. b. Guru memberikan tugas rumah. c. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
10 menit
E. Sumber belajar
1. Buku matematika kelas VII
2. LKS matematika kelas VII semester 2
F. Penilaian Tes akhir siklus
Kudus, 01 September 2009
Guru kelas VII Peneliti
Drs. Subiyanto Hanik Rochmawati NIP. - NIM. 3105069
Mengetahui,
Kepala MTs NU Miftahut Tholibin
Drs. H. Muchroni NIP. 1954041019790301003
Lampiran 12
DAFTAR KELOMPOK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA SIKLUS II
KELOMPOK X 1. Riki Sudrajat 2. Yusuf P. 3. Ashariono M 4. Nur Yasin 5. Trijaya P.
KELOMPOK 1 1. Siti Maesaroh 2. Heni Ratna S. 3. Setia Murtia N 4. Suaibatul A
KELOMPOK III 1. M. Khoirul K. 2. M. Ilham M. 3. Anton S. 4. Andrai C. U.
KELOMPOK IV 1. Najib Fadlur R 2. M. Mustaqim 3. Budi Utomo 4. Agus Saputro
KELOMPOK V 1. Choirul U. 2. Nur Rohman 3. Nuril Anwar 4. Teguh P.
KELOMPOK VIII 1. Diana W. 2. Musmiroh 3. Rika F. 4. Wiwik Nor H
KELOMPOK VII 1. Budi S. 2. Reza Afthoni 3. Pujiyono 4. Abdul Kholil 5. Deni A.
KELOMPOK IX 1. Nur Hidayah 2. Rijayanti 3. Sri Lestari 4. Makhmudah 5. Indah W
KELOMPOK VI 1. Yayuk Sri N. 2. Siti Zulastutik 3. Vena Febiana 4. Risnawati
KELOMPOK II 1. Apriani 2. Siti Fatimah 3. Rika Fatmawati 4. Sri Wahyuni
LEMBAR KERJA AHLI 1
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2x – 3 = x + 1, x merupakan
anggota himpunan bilangan asli.
Jawab:
2x – 3 = x + 1 (persamaan awal)
⇔ 2x – 3 + …. = x + 1 + …. (kedua ruas ditambah 3)
⇔ 2x = x + …
⇔ 2x - …. = x - …. + 4 (kedua ruas dikurangi x)
⇔ x = …..
Jadi HP = {….}
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 3x – 10 = 8, y anggota himpunan
bilangan asli.
Jawab :
3y – 10 = 8 (persamaan awal)
⇔ 3y = 8 + ….. (-10 pindah ruas menjadi + 10 )
⇔ 3y = ……
⇔ y = 3
.... (pindah ruas menjadi pembagian)
⇔ y = ….
Jadi HP = {….}
Lampiran 13
LEMBAR KERJA AHLI 2
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2x - 5 = 3, x ∈{bilangan bulat}
Jawab :
2x - 5 = 3 (persamaan awal)
⇔ 2x - 5 +….. = 3 + ….. (kedua ruas ditambah 5)
⇔ 2x = ……
⇔ 2x ×…. = 8 × ….. (kedua ruas dikalikan 2)
⇔ x = …..
Jadi HP = {….}
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan -3y + 4 = 19, y anggota
himpunan bilangan asli.
Jawab :
-3y + 4 = 19 (persamaan awal)
⇔ -3y = 19 - …. ( +4 pindah ruas menjadi -4)
⇔ - 3y = …..
⇔ y = 3
....−
(pindah ruas menjadi pembagian)
⇔ y = - 5
Jadi HP = { }, atau Ø, karena -5 bukan anggota himpunan bilangan asli.
LEMBAR KERJA AHLI 3
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2x + 1 = 7, x merupakan
anggota himpunan bilangan asli.
Jawab :
2x + 1 = 7 (persamaan awal)
⇔ 2x + 1 - …. = 7 - …. (kedua ruas dikurangi 1)
⇔ 2x = ….
⇔ ....2x =
....6 (kedua ruas dibagi 2)
⇔ x = ….
Jadi HP = {….}
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 8 + 6y = 5y + 12, y anggota
himpunan bilangan asli.
Jawab :
8 + 6y = 5y + 12 (persamaan awal)
⇔ 6y – 5y = 12 - …. (5y pindah ruas menjadi -5y, 8
pindah ruas menjadi -8)
⇔ y = ….
Jadi HP = {….}
LEMBAR KERJA AHLI 4
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 3x – 4 = - 2x + 6, x merupakan
anggota himpunan bilangan asli.
Jawab :
3x – 4 = - 2x + 6 (persamaan awal)
⇔ 3x – 4 + …. = -2x + 6 + …. (kedua ruas ditambah 4)
⇔ 3x = - 2x + ….
⇔ 3x + …. = - 2x + …. + 10 (kedua ruas ditambah 2x)
⇔ 5x = 10
⇔ ....5x =
....10 (kedua ruas dibagi 5)
⇔ x = ….
Jadi HP = {….}
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 6y - 8 = 22, y anggota himpunan
bilangan asli.
Jawab :
6y - 8 = 22 (persamaan awal)
⇔ 6y = 22 + …. (-8 pindah ruas menjadi + 8)
⇔ 6y = ….
⇔ y = 6.... (6 pindah ruas menjadi pembagian)
⇔ y = ….
Jadi HP = {….}
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 1
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2x – 3 = x + 1, x merupakan
anggota himpunan bilangan asli.
Jawab:
2x – 3 = x + 1 (persamaan awal)
⇔ 2x – 3 + 3 = x + 1 + 3 (kedua ruas ditambah 3)
⇔ 2x = x + 4
⇔ 2x - x = x - x + 4 (kedua ruas dikurangi x)
⇔ x = 4
Jadi HP = { 4 }
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 3x – 10 = 8, y anggota himpunan
bilangan asli.
Jawab :
3y – 10 = 8 (persamaan awal)
⇔ 3y = 8 + 10 (-10 pindah ruas menjadi + 10 )
⇔ 3y = 18
⇔ y = 3
18 (pindah ruas menjadi pembagian)
⇔ y = 6
Jadi HP = { 6 }
Lampiran 14
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 2
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2x - 5 = 3, x ∈{bilangan bulat}
Jawab :
2x - 5 = 3 (persamaan awal)
⇔ 2x - 5 + 5 = 3 + 5 (kedua ruas ditambah 5)
⇔ 2x = 8
⇔ 2x × 2 = 8 × 2 (kedua ruas dikalikan 2)
⇔ x = 16
Jadi HP = {16 }
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan -3y + 4 = 19, y anggota
himpunan bilangan asli.
Jawab :
-3y + 4 = 19 (persamaan awal)
⇔ -3y = 19 - 4 ( +4 pindah ruas menjadi -4)
⇔ - 3y = 15
⇔ y = 3
15−
(pindah ruas menjadi pembagian)
⇔ y = - 5
Jadi HP = { }, atau Ø, karena -5 bukan anggota himpunan bilangan asli.
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 3
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2x + 1 = 7, x merupakan
anggota himpunan bilangan asli.
Jawab :
2x + 1 = 7 (persamaan awal)
⇔ 2x + 1 - 1 = 7 - 1 (kedua ruas dikurangi 1)
⇔ 2x = 6
⇔ 2
2x = 26 (kedua ruas dibagi 2)
⇔ x = 3
Jadi HP = { 3 }
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2(4 + 3y) = 5y + 12, y anggota
himpunan bilangan asli.
Jawab :
2(4 + 3y) = 5y + 12 (persamaan awal)
⇔ 8 + 6y = 5y + 12 (sifat distributif)
⇔ 6y – 5y = 12 - 8 (5y pindah ruas menjadi -5y, 8
pindah ruas menjadi -8)
⇔ y = 4
Jadi HP = {4}
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA AHLI 4
SIKLUS 2
1. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 3x – 4 = - 2x + 6, x merupakan
anggota himpunan bilangan asli.
Jawab :
3x – 4 = - 2x + 6 (persamaan awal)
⇔ 3x – 4 + 4 = -2x + 6 + 4 (kedua ruas ditambah 4)
⇔ 3x = - 2x + 10
⇔ 3x + 2x = - 2x + 2x + 10 (kedua ruas ditambah 2x)
⇔ 5x = 10
⇔ 5
5x = 5
10 (kedua ruas dibagi 5)
⇔ x = 2
Jadi HP = { 2 }
2. Tentukan himpunan penyelesaian persamaan 2(3y - 4) = 22, y anggota
himpunan bilangan asli.
Jawab :
2(3y - 4) = 22 (persamaan awal)
⇔ 6y - 8 = 22 (sifat distributif)
⇔ 6y = 22 + 8 (-8 pindah ruas menjadi + 8)
⇔ 6y = 30
⇔ y = 6
30 (6 pindah ruas menjadi pembagian)
⇔ y = 5
Jadi HP = { 5 }
Nama : …………………..
No. Absen : ………………….
Petunjuk
a. Bacalah Basmalah sebelum mengerjakan soal
b. Isilah nama dan no. absen
c. Jangan menyontek
Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan berikut dengan cara yang kalian
anggap mudah, x adalah anggota himpunan bilangan bulat.
1. x – 5 = 3
2. x + 2 = -5
3. 3x + 4 = 19
4. 5x + 2 = 2x + 8
5. 2x = 9
TES SIKLUS 2
Lampiran 15
Kunci jawaban tes siklus 2
1. x – 5 = 3 skor
⇔ x – 5 + 5 = 3 + 5 10
⇔ x = 8 15
Jadi HP = {8} 20
2. x + 2 = -5
⇔ x + 2 – 2 = -5 - 2 10
⇔ x = -7 15
Jadi HP = {-7} 20
3. 3x + 4 = 19
⇔ 3x + 4 – 4 = 19 – 4 4
⇔ 3x = 15 8
⇔ 3x : 3 = 15 : 3 12
⇔ x = 5 16
Jadi HP = {5} 20
4. 5x + 2 = 2x + 8
⇔ 5x + 2 – 2 = 2x + 8 - 2 4
⇔ 5x = 2x + 6 8
⇔ 5x – 2x = 2x – 2x + 6 12
⇔ 3x = 6 16
⇔ x = 2 18
Jadi HP ={3} 20
5. 21 x = 9
⇔ x = 9 × 2 10
⇔ x = 18 15
Jadi HP = {18} 20
Skor total 100
Lampiran 16
Lampiran 17
DAFTAR NILAI TES SIKLUS 2 KELAS VII A
No. Nama Nilai %
Ketercapaian Ketuntasan
ya tidak 1 Abdul Kholil Maulana 50 50% √ 2 Andrai Cahyo Utomo 70 70% √ 3 Anton Sujarwadi 65 65% √ 4 Apriani 70 70% √ 5 Arif Chasanul Muna 60 60% √ 6 Ashariono 70 70% √ 7 Budi Setyawan 60 60% √ 8 Budi Utomo 75 75% √ 9 Choirul Umam 60 60% √ 10 Deni Aprilianto 60 60% √ 11 Diana Wulansari 70 70% √ 12 Eko Wisnu Agus S 55 55% √ 13 Heni Ratna Sari 75 75% √ 14 Indah Wulandari 70 70% √ 15 Moh. Khoirul K 60 60% √ 16 Moh. Trijaya P 65 65% √ 17 M. Ilham Mahfuds 80 80% √ 18 M. Mustaqim 55 55% √ 19 M. Nur Yasin 70 70% √ 20 Najib Fadlur R 85 85% √ 21 Nur Rochman 75 75% √ 22 Nur Hidayah 80 80% √ 23 Nuril Anear 80 80% √ 24 Pujiyono 70 70% √ 25 Rijayanti 80 80% √ 26 Rika Fatmawati 85 85% √ 27 Riki Sudrajat 70 70% √ 28 Risnawati 75 75% √ 29 Rizza Afthoni 65 65% √ 30 Setia Murtianingsih 80 80% √ 31 Siti Fatimah 85 85% √ 32 Siti Maesaroh 85 85% √ 33 Siti Makhmudah 75 75% √ 34 Siti Musmiroh 70 70% √ 35 Siti Zulastuti 70 70% √ 36 Sri Lestari 50 50% √ 37 Sri Wahyuni 75 75% √ 38 Suaibatul Aslamiyah 85 85% √
39 Teguh Prasetyo 80 80% √ 40 Vena Febiana 75 75% √ 41 Wiwik Nor Hidayah 70 70% √ 42 Yayuk Sri Ningsih 100 100% √ 43 Yusuf Prayogo 55 55% √ Jumlah 3060 38 5
Rata-rata 71,1627
9 71,16% 88,37209 11,6279
1
DOKUMENTASI
PEDOMAN WAWANCARA
Pokok-pokok wawancara dengan Guru mata pelajaran matematika kelas VII (Drs.
Subiyanto) di MTs NU Miftahut Tholibin Kudus Meliputi:
1. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran Matematika di MTs NU
Miftahut Tholibin Kudus?
2. Bagaimana aktivitas peserta didik / kelas dalam pembelajaran matematika?
3. Bagaimana perolehan nilai peserta didik / kelas dalam pembelajaran
matematika?
4. Dengan berlakunya KTSP, apakah pembelajaran matematika di MTs NU
Miftahut Tholibin Kudus sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif
khususnya tipe jigsaw dalam proses pembelajarannya?
Hasil wawancara dengan Drs. Subiyanto
1. Selama ini metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah
ceramah, memberikan latihan dan pemberian tugas rumah. Karena metode ini
dianggap lebih efektif dan efisien.
2. Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran matematika, peserta didik
jarang bertanya bahkan hampir tidak pernah.
3. Nilai rata-rata kelas dalam pembelajaran matematika selalu di bawah
pelajaran-pelajaran yang lain. Sering sekali harus mengadakan remidi karena
banyak peserta didik yang nilainya dibawah KKM yang ditentukan madrasah
yaitu 60.
4. Model kooperatif tipe jigsaw belum pernah digunakan untuk pembelajaran
matematika di MTs Miftahut Tholibin, hanya sesekali pernah saya gunakan
metode kerja kelompok untuk mengerjakan soal/tugas.
Lembar Observasi
Hasil Pengamatan Siklus I
No. Idikator Skor
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
Kesiapan peserta didik dalam pembelajaran
Peserta didik merespon apa yang disampaikan
guru
Keaktifan bekerjasama dalam kelompok
Keaktifan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
Kemampuan peserta didik dalam mengerjakan
soal evaluasi
√
√
√
√
√
Keterangan:
Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang).
N maksimalSkor
% 100 dicapai yangSkor ×=
25% 100 41 ×
=
= 56%
Hasil Pengamatan Siklus II
No. Idikator Skor
1 2 3 4 5
1.
2.
3.
4.
5.
Kesiapan peserta didik dalam pembelajaran
Peserta didik merespon apa yang disampaikan
guru
Keaktifan bekerjasama dalam kelompok
Keaktifan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
Kemampuan peserta didik dalam mengerjakan
soal evaluasi
√
√
√
√
√
Keterangan: Skor : 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (rendah), 1 (kurang).
N maksimalSkor
% 100 dicapai yangSkor ×=
25% 100 91 ×
=
= 76%
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hanik Rochmawati Tempat/Tanggal Lahir : Kudus, 31 Mei 1987 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Desa. Golantepus, Rt. 03 Rw. II Kec. Mejobo,
Kab. Kudus Riwayat Pendidikan :
1. SD Golantepus I Lulus Tahun 1999 2. MTs Banat NU Kudus Lulus Tahun 2002 3. MA Banat NU Kudus Lulus Tahun 2005 4. Masuk IAIN Walisongo Semarang pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris
Matematika Tahun 2005
Demikian riwayat hidup penulis ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya
Semarang, 12 Desember 2009
Penulis,
Hanik Rochmawati NIM. 3 1 0 5 0 6 9