PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

172
PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRIWATI DI YAYASAN AL-IMAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH KEBUN SARI AMPENAN KOTA MATARAM Oleh Diana Handayani NIM 160101006 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2020

Transcript of PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

Page 1: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRIWATI

DI YAYASAN AL-IMAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH KEBUN SARI AMPENAN KOTA MATARAM

Oleh Diana Handayani NIM 160101006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

Page 2: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

ii

PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRIWATI

DI YAYASAN AL-IMAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH KEBUN SARI AMPENAN KOTA MATARAM

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh Diana Handayani NIM 160101006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2020

ii

Page 3: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

iii

iii

Page 4: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

iv

iv

Page 5: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

vi

vi

Page 6: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

vii

MOTO:

ا بل في عقل د بيده ل اشد تفلتام ا فس مح ي ال , ف آ ا الق ا ه تعاهد

Artinya: “Jagalah selalu al-Qur‟an ini. Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di

Tangan-Nya, ia lebih mudah terlepas daripada seekor unta dalam ikatannya

(Muttafaqun „alaih).1

1Imam Nawawi, Muhktashar Riyadush Shalihin: Intisari Riyadush Shalihin, Terj.

Masyru‟ Al-Jalis Ash-Shalih Dan Yasir Wartadiyana, (Solo: AQWAM, 2016), Hlm, 317.

vii

Page 7: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

viii

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini kupersembahkan untuk almamaterku, semua guru dan dosenku, Ibuku tercinta Hj. Nurul Hayati, Bapakku Subhan Sari, Adikku Nabila Hulmayani dan Naura Arsyilia. Semua keluarga yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, dan semua teman-temanku.”

viii

Page 8: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas

kehadirat Allah Swt. Karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya

sehingga proposal dengan judul “Penerapan Metode Takrir dalam

Penguatan Hafalan Al-Qur‟an Santriwati di Yayasan Al -Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram” ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Saw, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Amiin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelsaian skripsi ini tentunya

berbagai hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi tidak akan mampu

penulis lewati tanpa bantuan Allah Swt, dan tidak akan sukses tanpa

bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Saparudin, M.Ag. dan Dr. Syukri, M.Pd. selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan dan

arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Drs. Saparudin, M.Ag. dan H. Muhammad Taisir, M.Ag. selaku ketua

dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Mataram.

4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram.

ix

Page 9: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

x

5. Bapak dan Ibu dosen prodi Pendidikan Agama Islam UIN Mataram

yang telah sabar dalam mendidik dan memberikan ilmu bagi penulis

selama ini.

6. Ustadz Abidin S.Pd selaku ketua Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan

penelitian di tempat tersebut.

7. Kepada Ustadz dan Ustazah di Yayasan Al -Iman Pondok Pesantren

Al -Iman Hidayatullah yang telah membantu peneliti dalam proses

penelitian.

8. Bapak dan Ibu tercinta beserta keluarga yang selalu memberikan

dukungan dan doanya kepada peneliti .

9. Sri Parwati, Yuni Astuti, Solihah, Najwanti Aulia, Husnul Hotimah,

Tia Sopia, Iddaratun Dwi Zaruri, Nosi Susiana, Maharani, Bq.

Fatmatullah, dan Mardiana selaku sahabat MQ ku (Mukhtariyah

Qur‟ani) yang selama ini telah mendukung dan memberikan kasih

sayangnya kepada peneliti.

10. Teman-teman seperjuangan PAI kelas A angkatan 2016, yang telah

banyak memberikan dukungan, motivasi, dan kebersamaannya kepada

peneliti.

11. Terima kasih untuk sahabat kelompok PPL di MTs. Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan kota Mataram, atas dukungan, motivasi, dan

kebersamaan yang telah diberikan kepada peneliti. Khususnya Ulan,

Windry, Mala, Mumu, Yanti, Tiara, Lina, dan Lilik

x

Page 10: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xi

Kepada semua pihak yang berperan dan memberikan bantuan serta

do‟anya dalam menyelesaikan skripsi ini yang peneliti tidak dapat

sebutkan satu persatu. Peneliti menyampaikan terimakasih.

Semoga amal ibadah dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala

yang berlipat ganda dari Allah Swt. dan semoga karya ilmiah ini

bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada umumnya, dan dapat

menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.

Aamiin yaa rabbal „alamiin.

Mataram, 05 Juni 2020.

Penulis,

Diana Handayani

NIM. 160101006

xi

Page 11: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi

HALAMAN MOTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

ABSTRAK ................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 7

C. TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................. 8

D. RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN ....................... 10

E. TELAAH PUSTAKA ....................................................................... 11

F. KERANGKA TEORI ....................................................................... 15

1. Metode Takrir ............................................................................ 15

a. Pengertian Metode ............................................................... 15

b. Pengertian Takrir ................................................................. 16

c. Dasar, Tujuan dan Manfaat Metode Takrir ......................... 22

d. Jenis-Jenis Metode Takrir dan Langkah-Langkahnya ........ 25

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Takrir ......................... 29

f. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Takrir ............ 29

xii

Page 12: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xiii

2. Menghafal Al-Qur‟an ................................................................ 30

a. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an ........................................ 30

b. Hukum Menghafal Al-Qur‟an ............................................. 32

c. Keutamaan-Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ................... 33

d. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur‟an ................................... 38

e. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menghafal

AlQur‟an .............................................................................. 42

f. Kompetensi dan Syarat Seorang Guru Tahfidz ................... 45

G. METODE PENELITIAN .................................................................. 49

1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 49

2. Kahadiran Peneliti ..................................................................... 50

3. Lokasi Penelitian ....................................................................... 52

4. Sumber Data .............................................................................. 52

5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 52

6. Analisis Data ............................................................................. 57

7. Keabsahan Data ......................................................................... 59

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ................................................... 61

I. JADWAL KEGATAN PENELITIAN.............................................. 62

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN... .......................................... 64

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian .................................................. 64

B. Penerapan Metode Takrir dalam Penguatan Hafalan Al-Qur‟an ...... 75

1. Penerapan metode takrir. .......................................................... 76

2. Manfaat penerapan metode takrir ............................................. 89

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode Takrir........ 95

1. Faktor Pendukung Penerapan Metode Takrir............................... 95

2. Faktor penghambat Penerapan Metode Takrir ............................. 102

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 108

A. Penerapan Metode Takrir dalam Penguatan Hafalan Al-Qur‟an ...... 108

1. Penerapan metode takrir ............................................................. 108

2. Manfaat penerapan metode takrir ............................................... 115

xiii

Page 13: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xiv

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode Takrir........ 122

1. Faktor Pendukung Penerapan Metode Takrir ............................. 122

2. Faktor penghambat Penerapan Metode Takrir............................ 126

BAB IV PENUTUP. ................................................................................... 129

A. Kesimpulan ....................................................................................... 129

B. Saran ................................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 132

xiv

Page 14: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal kegiatan penelitian, 62.

Tabel 2.1 Keadaan ustadz/ustadzah Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun

Sari Ampenan Kota Mataram, 69.

Tabel 2.2 Keadaan santriwati Yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram Tahun 2020, 70.

Tabel 2.3 Daftar sarana prasarana Pondok Pesantren Al-Iman Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram tahun 2020, 71.

Tabel 2.4 Aktivitas Harian, 74.

Tabel 2.5 Aktivitas Mingguan dan Bulanan, 75.

Tabel 2.6 Daftar nama santriwati menerima sertifikat tasmi‟, 88.

xv

Page 15: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kegiatan Halaqah, 73.

Gambar 2.2 Jadwal materi kegiatan mengulang/takrir di pagi hari, 80.

Gambar 2.3 Kegiatan takrir pagi hari, 81.

Gambar 2.4 Kegiatan takrir bersama pada siang hari, 81.

Gambar 2.5 Keadaan Santriwati, 104.

Gambar 2.6 Keadaan Santriwati, 105.

Gambar 2.7 Keadaan Santriwati, 106.

xvi

Page 16: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Pengurus Pondok Pesantren Al-Iman

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram, 68.

xvii

Page 17: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sertifikat penghargaan tasmi‟

2. Wawancara, 4 Juni 2020 dengan ustadz Abidin kepala yayasan al-Iman

Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

3. Wawancara, 1 Juni 2020 dengan ustazah Ryana Mas‟ul tahfidz putrid

4. Wawancara, 8 Juli 2020 dengan santriwati yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram

5. Wawancara, 24 Januari 2020 dengan ustazah Ryana pendidik yayasan al-

Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

6. Kegiatan santriwati takrir bersama di pagi hari

7. Kegiatan santriwati sholat zuhur berjama‟ah

8. Kegiatan santriwati takrir bersama di siang hari

9. Kegiatan santriwati takrir bersama di malam hari

10. Kegiatan santriwati diniyah malam hari selesai sholat isya‟

11. Kegiatan santriwati tahfidz berhalaqoh setelah sholat subuh berjama‟ah

12. Kegiatan santriwati pengecekan penulisan, menghafal dan menyetor do‟a-

do‟a keseharian.

13. Wawancara online dengan ustadzah Wardah Amelia pengasuh yayasan al-

Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

14. Wawancara online dengan Purnamasari santriwati yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram

15. Wawancara online dengan Putri Cahaya Ramadhani santriwati yayasan al-

Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

16. Wawancara online dengan Alya Rihadatul Najla santriwati yayasan al-Iman

Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

17. Wawancara online dengan Sitti Fajriatul Aeni santriwati yayasan al-Iman

Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

18. Wawancara online dengan Della Widiyana yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram

xviii

Page 18: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

xix

PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN AL-QUR’AN SANTRIWATI

DI YAYASAN AL-IMAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH KEBUN SARI AMPENAN KOTA MATARAM

Oleh:

Diana Handayani NIM 160101006

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Penerapan Metode Takrir

dalam Penguatan Hafalan al-Qur‟an Santriwati di Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram Tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini ialah; (1) Untuk mengetahui bagaimanakah proses penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an dan (2) Untuk mengetahui apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam proses penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram tahun 2020.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yakni reduksi data, penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan (verifikasi). Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, yakni triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Penerapan metode takrir diterapkan dengan empat cara/teknik yakni takrir bersama, takrir sendiri, takrir dalam sholat dan takrir di hadapan guru, hal ini tidak terlepas dari kegiatan tahfidz dan kegiatan tasmi‟. (2) Faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan metode takrir ialah sebagai berikut: faktor pendukung, guru/ustazah yang tegas dan konsisten meskipun jumlahnya terbatas, motivasi dari orangtua dan tempat menghafal yang kondusif, teman yang rajin meskipun sebagain masih ada yang malas dan lingkungan sekitar, Inteligensi yang cukup baik. Adapun faktor penghambat ialah sebagai berikut: Kondisi peserta didik/santriwati yang meliputi malas, rasa ngantuk, melemahnya semangat, kondisi emosional, serta ingatan dan minimnya sumber daya manusia dalam hal ini guru/ustazah serta keterbatasan waktu.

Kata kunci: Metode Takrir,Hafalan al-Qur‟an, Pesantren.

xix

Page 19: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasan Langgulung mengatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan islam

yaitu menanam dan menumbuhkan rasa cinta serta penghargaan seorang

hamba kepada al-Qur‟an dengan mambacanya, memahami dan mengamalkan

isi ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.2 Untuk mewujudkan salah

satu tujuan pendidikan Islam, yaitu mendapatkan kebahagian di dunia dan

akhirat dan membentuk insan berkepribadian muslim,3 haruslah berpegang

teguh kepada sumber ajaran dan hukum Islam paling utama yakni al-Qur‟an.

Al -Qur‟an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw sebagai mukjizat terbesar dan penutup bagi para nabi dan

rasul, di sampaikan melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-

mushaf, dinukil secara mutawatir dan jika seorang hamba membacanya

merupakan suatu ibadah yang bernilai pahala, diawali dengan surah al-

Fatihah dan di akhiri dengan surah an-Nas.4

Al -Qur‟an dijadikan sumber hukum Islam yang paling utama karena

berdasarkan pada nilai ilahi dan kebenarannya bersifat universal, abadi, dan

futuristik. Al-Qur‟an jika dipahami dengan cerdas, dibaca dan dikaji lebih

mendalam maka akan menemukan mutiara ilmu pengetahuan terpendam yang

2Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hlm. 212-219. 3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), hlm. 46. 4Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013),

hlm. 23-25.

1

Page 20: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

2

terbentang luas didalamnya.5 Al -Qur‟an juga dijadikan sebagai sumber

pendidikan dalam Islam karena ia memiliki nilai absolut/mutlak sepenuhnya

yang diturunkan dari Allah Swt, dan tiada permasalahan yang lepas dari

jangkauan al-Qur‟an.6 Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah Swt

al-Qur‟an al-An‟am ayat 38 sebagai berikut:

Artinya:“Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada dibumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat juga seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada Tuhan mereka kami kumpulkan." 7

Diantara kemuliaan al-Qur‟an adalah salah satu kitab suci yang terjaga

keasliannya oleh Allah Swt sejak diturunkan kapada nabi Muhammad Saw

sampai saat ini, bahkan hingga hari kemudian. Sebagaimana telah dijelaskan

dalam firman-Nya al-Qur‟an surah al-Hijr ayat 9 sebagai berikut:

ا ل لحافظ ا ك زلنا ال حن ا ا

Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”8

5Zaidi Abdad, Sukses Membaca Al-Qur‟an, (Mataram: P2B IAIN Mataram, 2016), hlm.

1-2. 6Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014),

hlm. 125. 7Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Bekasi: PT Citra

Mulia Agung, 2017), hlm. 132. 8Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an.., hlm. 262.

Page 21: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

3

Memuliakan al-Qur‟an tidak hanya dengan membacanya saja, akan tetapi

dibutuhkan usaha yang konkret yaitu dengan menghafal ayat-ayatnya dengan

baik dan benar. Ayat di atas merupakan dalil yang menegaskan bahwa Allah

akan menjaga dan memelihara al-Qur‟an, salah satu bentuk realisasi dari

pemeliharaan tersebut adalah Allah telah mempersiapkan manusia-munusia

pilihan yang akan menjaga kemurniaan dan keaslian kalimat beserta bacaan

kitab suci umat Islam, mereka adalah para penghafal al-Qur‟an.

Pada hakikatnya para penghafal Qur‟an merupakan manusia pilihan

secara langsung maupun tidak langsung telah ditugaskan untuk menjaga dan

memelihara kemurnian al-Qur‟an melalui bacaan ayat-ayat yang selalu di

hafalkan. Allah Swt telah menjaga dan memelihara kemurnian al-Qur‟an

melalui manusia dengan jalan memberikan kemudahan pada orang-orang yang

ia kehendaki untuk menghafal al-Qur‟an. Sebagaiama telah dijelaskan dalam

firman-Nya al-Qur‟an surah al-Qomar ayat 17 sebagai berikut:

ك فهل من م ك ا لل ا الق س لق

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur‟an untuk

pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”9

Dalam menghafal al-Qur‟an tidak mengenal kata terlambat, banyak sekali

dari kalangan ulama‟ yang sudah hafal al-Qur‟an sejak usia dini seperti Imam

asy-Syafi‟i ia telah hafal al-Qur‟an pada usia 10 tahun, begitu juga Ibnu Sina

9Ibid…,hlm. 529.

Page 22: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

4

yang ahli dalam ilmu kedokteran.10 Adapula Tabarak dengan kedua adiknya

yang telah hafal Qur‟an 30 juz sejak balita, seorang nenek-nenek yang telah

hafal Qur‟an di usia 86 tahun, bahkan seorang kakek yang bekerja sebagai

supir telah mampu menghafal al-Qur‟an.11 Beberapa kisah di atas menjadi

motivasi dan bukti bahwa Allah Swt memang telah memudahkan siapa saja

yang memiliki niat sungguh-sungguh menghafal al-Qur‟an.

Menghafal dengan menjaga hafalan sama pentingnya, kebanyakan di

antara penghafal al-Qur‟an sangat semangat dalam menambah hafalan tetapi

kehilangan semangat dalam memelihara hafalan tersebut, jika dalam proses

menghafal memerlukan waktu selama 1 tahun saja, maka waktu menjaga dan

memelihara hafalan berlaku selama seumur hidup. Sesungguhnya menjaga

hafalan merupakan hal inti dan menjadi kewajiban bagi para penghafal al-

Qur‟an.12

Dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan, metode jauh lebih

penting daripada materi. Kegiatan belajar mengajar bisa dikatakan tidak

berhasil jika dalam prosesnya tidak menerapkan metode.13 Begitupula dalam

kegiatan menghafal al-Qur‟an, karena metode berfungsi untuk memberikan

bantuan pada para penghafal al-Qur‟an dalam mengatasi kesulitan-kesulitan

saat proses menghafal dan mengingat kembali hafalan yang pernah dihafalkan.

10Abdul Aziz Abdul Raouf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur‟an Da‟iyah, (Bandung: PT

Syaamil Cipta Media), hlm. 32. 11Abdul Hakim El Hamidy, Kisah Bocah 3,5 Tahun & Nenek 80 Tahun Penghafal Al-

Qur‟an & 28 Kisah Mengagumkan Lainnya, (Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI, 2014), hlm. 5, 11 dan 133.

12Cece Abdulwaly, Jadilah Hafiz, (Yogyakarta: DIVA Press, 2018), hlm. 33-34. 13Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

2002), hlm. 109.

Page 23: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

5

Pada kondisi saat ini telah banyak metode menghafal al-Qur‟an yang

dikembangkan oleh para ahli untuk mempermudah dan meningkatkan

kecepatan dalam proses menghafal tersebut, dan telah banyak diterapkan oleh

berbagai lembaga yang formal maupun non formal, yaitu seperti metode

ODOA (one day one ayat), metode ODOP (one day one page), metode

wahdah, kitabah, sima‟i, gabungan, jama‟ dan lainnya,14 akan tetapi sedikit

sekali lembaga yang menekankan pada proses untuk memelihara hafalan agar

lebih melekat pada memori seseorang. Tidak terlepas dari hal itu, salah satu

metode yang pernah diterapkan Rasulullah Saw kepada para sahabatnya dan

sangat berperan penting dalam menjaga hafalan ialah metode takrir atau

disebut dengan pengulangan, metode yang terlihat sangat sederhana namun

memiliki dampak yang cukup besar pada hafalan al-Qur‟an seseorang, dan

masih digunakan hingga sekarang. Takrir adalah mengulang

hafalan/mensimakkan hafalan yang pernah dihafal kepada guru tahfiz

(ustaz/ustazah),15 dengan maksud hafalan tetap terjaga dengan baik dan tidak

hilang.16

Dewasa ini, program pembelajaran tahfiz Qur‟an semakin dikembangkan,

terdapat sejumlah lembaga-lembaga yang secara khusus menerapkan

pembelajaran tahfizul Qur‟an baik lembaga formal maupun informal. Selain

itu, menghafal juga bisa dilakukan dengan diri sendiri, bahkan disekolah-

sekolah yang berstatus negeri pada saat ini telah memasukkan program

14Adis Aulia Fibriyanti Dan Hambali, “Budaya Menjaga Hafalan Al-Qur‟an Bagi Para

Hufadz”, Jurnal Akademika, Vol. 1, Juni 2019, Hlm. 123-125. 15Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2017), hlm. 57. 16Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Praktis dan Lengkap Tahsin Tajwid Tahfizh,

(Jakarta: Laksana, 2019), hlm. 201-202.

Page 24: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

6

tahfizul Qur‟an menjadi progam ekstrakulikuler yang diminati oleh

siswa/siswi, seperti yang telah diterapkan pada salah satu yayasan di wilayah

Kota Mataram yang mengembangkan dan membuka kesempatan untuk

generasi para penghafal al-Qur‟an yaitu yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Ampenan Kota Mataram.

Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah ini merupakan salah

satu lembaga yang belum lama ini mengembangkan program tahfizul Qur‟an

dengan metode takrir. Berdasarkan hasil penelitian awal yang peneliti lakukan

dengan cara wawancara, maka peneliti memperoleh informasi bahwa jumlah

santri secara keseluruhan baik yang menetap maupun pulang pergi sebanyak

133 santri dan semua diwajibkan untuk mengikuti program menghafal al-

Qur‟an. Dengan program wajibnya menghafal al-Qur‟an bagi santri ini, tidak

heran jika sebagian besar santri memiliki hafalan dua juz, empat juz, bahkan

ada yang memiliki hafalan delapan juz.17

Penemuan awal yang diperoleh peneliti bahwa sebagian santriwati

mengalami kesulitan mengingat kembali hafalan yang pernah ia hafalkan

karena lebih fokus untuk menambah hafalan baru, hafalan yang baru saja

disetorkan bisa saja lupa setelahnya, karena menurut sebagian santriwati

menjaga hafalan lebih sulit daripada menghafal dari awal.18 Oleh karena itu

pihak Pondok Pesantren Hidayatullah berinisiatif menerapkan metode yang

cukup menyenangkan tanpa harus memaksakan santriwati tetapi dampaknya

cukup besar yang langsung dirasakan sendiri oleh santriwatinya yaitu metode

17Rusnah (Pengurus Santri Putri MTs), Wawancara, Mataram, Tanggal, 23 September 2019.

18Elisa (Santri), Wawancara, Mataram, Tanggal, 29 Oktober 2019.

Page 25: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

7

takrir, dengan penggunaan metode takrir tersebut sangat memudahkan

santriwati dalam menghafal dan memperkuat hafalan mereka, karena

dilakukan tiga kali dalam sehari yakni pagi sebelum proses pembelajaran di

mulai dari jam 07.15 sampai dengan jam 08.00. Kemudian siang hari selesai

sholat Zhuhur berjama‟ah sampai jam 14.00, dan sore hari selesai sholat Asar

langsung dengan kegiatan penyetoran serta kegiatan-kegiatan lain yang

mendukung kegiatan takrir tersebut.19

Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terkait “Penerapan Metode Takrir dalam Penguatan Hafalan Al-Qur‟an di

yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota

Mataram”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka masalah yang dikaji

peneliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan

al-Qur‟an santriwati di Pondok Pesantren al-Iman Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram tahun 2020 ?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat proses penerapan metode

takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati di Pondok Pesantren

al-Iman Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram tahun 2020 ?

19Observasi, Mataram, Tanggal, 29 Oktober 2019.

Page 26: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti memiliki tujuan

penelitian sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimanakah proses penerapan metode takrir

dalam penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati di Pondok Pesantren Al -

Iman Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram tahun 2020.

b. Untuk mengetahui apa sajakah faktor pendukung dan penghambat

proses penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an

santriwati di Pondok Pesantren al-Iman Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram tahun 2020

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa peneliti kemukakan terkait dengan

permasalahan yang telah di paparkan di atas dapat di bagi menjadi dua

yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama yang terkait

dengan menghafal al-Qur‟an serta dapat memperkuat teori-teori yang

berkaitan dengan penerapan metode dalam proses menghafal al-

Qur‟an.

Page 27: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

9

b. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis manfaat yang diharapkan peneliti dari hasil

penelitian ini ialah bisa memberikan manfaat kepada seluruh pihak

yang terkait, sebagai berikut:

1) Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.

2) Manfaat Bagi Santri

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membangkitkan

semangat santri dalam proses menghafal al-Qur‟an dan dapat

meningkatkan kemampuan menghafal al-Qur‟an serta mampu

mengingat, menjaga dan mempertanggung jawabkan hafalan yang

lebih baik ke depannya.

3) Manfaat Bagi Pengasuh Santri

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu acuan

bagi pengasuh santri dalam membuat sebuah kebijakan mengenai

kegiatan-kegiatan dan penerapan metode dalam penguatan hafalan

al-Qur‟an santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram.

4) Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi

ilmiah bagi peneliti selanjutnya untuk perumusan penelitian yang

Page 28: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

10

lebih menyeluruh dan mendalam khususnya dalam penelitian

tentang metode dalam menghafal al-Qur‟an.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini

dan agar tidak terjadi pembahasan yang meluas dan menyimpang dari

fokus penelitian, maka ruang lingkup dalam penelitian ini hanya sebatas

tentang penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an

santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram. Pondok Pesantren ini

dijadikan sebagai tempat penelitian dengan alasan di dalamnya memiliki

program menghafal al-Qur‟an dengan diterapkan metode takrir, yaitu

sebuah metode untuk mempermudah dalam proses menghafal dan

memperkuat hafalan. Pondok Pesantren ini merupakan salah satu yang

mencoba menerapkan metode takrir secara konsisten, metode yang telah

diterapkan di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah ini telah

nampak hasilnya dilihat dari berhasilnya sebagian santriwati mendapatkan

sertifikat tasmi‟ yaitu mengulang seluruh hafalan di hadapan guru dengan

sekali duduk serta hafalan yang melekat dan tidak mudah lupa. Selain itu,

kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren tersebut dapat menarik

Page 29: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

11

banyak santriwati bahkan dari luar daerah yang mondok di tempat

tersebut, para santri memperoleh posisi yang sama untuk mampu

menghafal al-Qur‟an dengan baik dan tidak gampang lupa.

E. Telaah Pustaka

Berdasarkan penelusuran mengenai berbagai penelitian yang telah ada

terkait dengan topik penelitian ini maka peneliti menemukan dan

mengumpulkan beberapa karya tulis ilmiah (skripsi) terdahulu yang relevan

dengan penelitian ini, adapun beberapa skripsi hasil penelusuran tersebut ialah

sebagai berikut, diantaranya:

Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Inafi Lailatis Surur, Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun

2019 yang berjudul “Pengaruh Metode Takrir dalam Meningkatkan

Kamampuan Menghafal Al-Qur‟an Surat-surat Pendek Kelas VI MIT

Hidayatul Qur‟an Gerneng PeSawaran”.20 Skripsi ini mengkaji tentang

bagaimana pengaruh dari penerapan metode takrir dalam meningkatkan

kemampuan menghafal al-Qur‟an surat-surat pendek. Dalam penelitian ini

penerapan metode takrir memiliki pengaruh yang signifikan pada siswa dalam

meningkatkan kemampuan menghafal al-Qur‟an surat-surat pendek.

Penelitian ini memiliki variabel yang sama yaitu meneliti tentang metode

takrir tetapi pada fokus kajian yang berbeda, penelitian ini fokus pada

meningkatkan kemampuan menghafal al-Qur‟an pada surat-surat pendek,

sedangkan penelitian yang akan di lakukan fokus pada penguatan hafalan al-

20Inafi Lailatis Surur, “Pengaruh Metode Takrir dalam Meningkatkan Kamampuan Menghafal Al-Qur‟an Surat-surat Pendek Kelas VI MIT Hidayatul Qur‟an Gerneng PeSawaran”, (Skripsi, FTK UIN Raden Intan Lampung, 2019).

Page 30: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

12

Qur‟an santriwati. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian

ini ialah penelitian kuantitatif, sedangkan jenis penelitian yang dilakukan ini

menggunakan penelitian kualitatif, perbedaan yang jelas juga tampak pada

lokasi penelitiannya.

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Dewi yunita, Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh tahun 2017

yang berjudul “Penerapan Metode Takrir dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca Al-Qur‟an pada Ibu-Ibu Majelis Ta‟lim Gampong Suak Perbong

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”.21 Hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan

kemampuan membaca al-Qur‟an pada ibu-ibu Majelis Ta‟lim Gampong Suak

Perbong karena termotivasinya ibu-ibu dalam penggunaan metode takrir atau

mengulang-ulang bacaan al-Qur‟an baik dalam Majelis ataupun di rumah

masing-masing, hal ini dilihat dari hasil pengamatan dan angket.

Mengacu dari hasil penelitian di atas maka memiliki sisi persamaan dan

juga perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu yang diteliti adalah

sama-sama metode takrir, persamaannya juga terletak pada metode

penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif,

meskipun demikian perbedaannya itu terdapat pada fokus penelitiannya,

penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yunita ini fokus kajiannya pada

peningkatan kemampuan membaca al-Qur‟an ibu-ibu majelis ta‟lim,

sedangkan penelitian yang saya lakukan ini fokus pada penguatan hafalan al-

21Dewi yunita, “Penerapan Metode Takrir dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an pada Ibu-ibu Majelis Ta‟lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”, (Skripsi, FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2017).

Page 31: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

13

Qur‟an santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun

Sari Ampenan Kota Mataram, sasaran pada penelitian ini yaitu ibu-ibu,

sedangkan sasaran dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu santriwati,

kemudian perbedaan yang jelas juga tampak pada lokasi dan tahun

penelitiannya.

Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Mughni Najib, yang berjudul

“Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur‟an Bagi Santri

Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”22 Jurnal ini mengkaji tentang

bagaimana penerapan metode takrir dalam menghafal al-Qur‟an. Dalam

penelitian ini implementasi dari metode takrir memberikan dampak yang

signifikan dilihat dari sisi mudahnya santri dalam mengingat kembali hafalan

dan dapat mempertajam ingatan dalam menghafal al-Qur‟an, serta telah

terlaksana dengan baik dan terbilang berhasil dilihat dari indikasi bahwa para

santri sebagian besar dapat menghafalkan al-Qur‟an setengah juz dalam

jangka waktu perbulan dan telah memenuhi target yang ditentukan oleh

lembaga. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

diskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Kedua karya ilmiah ini meneliti variabel yang sama yaitu metode takrir,

tetapi pada fokus kajian yang berbeda, penelitian ini fokus pada menghafal al-

Qur‟an sedangkan penelitian yang dilakukan fokus pada penguatan hafalan al-

Qur‟an santriwati, pendekatan yang digunakan dalam karya ilmiah tersebut

yaitu diskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sedangkan

22Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir dalam Menghafalkan A;-Qur‟an Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, Intelektual, Vol. 8, Nomor 3, November 2018, hlm. 333.

Page 32: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

14

penelitian ini menggunakan diskriptif-kualitatif saja, dan pebedaan lainnya

terjadi pada lokasi dan tahun penelitian.

Keempat, Jurnal yang ditulis oleh Murdiono dan Dina Mardina yang

berjudul “Implementasi Metode Takrir dalam Meningkatkan Kompetensi

Literasi Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu”23 Jurnal ini

mengkaji tentang begaimana meningkatkan kompetensi literasi al-Qur‟an

melalui implementasi metode takrir. Adapun hasil yang diperoleh dari

penelitian ini yaitu proses penerapan metode takrir di Pondok Pesantren Al -

Izzah Kota Batu sudah terlaksana dengan baik dan mendapatkan respon yang

positif serta antusias dari para siswa di SMP/SMA al-Izzah Kota Batu, melalui

implementasi metode ini juga dapat meningkatkan kompetensi literasi al-

Qur‟an pada Pondok Pesantren tersebut. Adapun jenis penelitian yang

digunakan dalam jurnal ini adalah penelitian kualitatif jenis studi kasus.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan persamaan dan

perbedaannya dengan penelitian ini. Persamaannya ialah kedua karya ilmiah

ini meneliti variabel yang sama yaitu metode takrir tetapi pada fokus kajian

yang berbeda, penelitian ini fokus pada meningkatkan kompetensi literasi al-

Qur‟an sedangkan penelitian yang akan dilakukan fokus pada penguatan

hafalan al-Qur‟an santriwati. Jenis penelitian yang digunakan sama-sama

kualitatif tetapi berbeda jenis, karya ilmiah tersebut menggunakan kualitatif

jenis studi kasus sedangkan penelitian ini menggunakan deskriftif-kualitatif,

dan pebedaan lainnya terletak pada tahun dan lokasi penelitian.

23Murdiono dan Dina Mardina, “Implementasi Metode Takrir dalam Meningkatkan Kompetensi Literasi Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al-Izzah Kota Batu”, Baktimas, Vol. 1, Nomor 4, Desember 2019, hlm. 168.

Page 33: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

15

Dari ke empat penelitian terdahulu, maka peneliti kemudian tertarik dan

memfokuskan penelitiannya mengenai penerapan metode takrir dalam

penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram.

F. Kerangka Teori

1. Metode Takrir

a. Pengertian Metode

Secara etimologi metode ialah berasal dari bahasa yunani

“metodos” yang terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang artinya

melewati atau melalui, sedangkan suku kata yang kedua yaitu “hodos”

yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat di artikan

sebagai jalan atau cara yang dilewati untuk mencapai sebuah tujuan.24

Sedangkan metode dalam bahasa Arab secara istilah dikenal

dengan kata “thariqah” yaitu jalan, dalam hal ini yang dimaksud

adalah langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk

melakukan suatu pekerjaan. Adapun untuk memahami pengertian

metode secara istilah, maka ada beberapa pendapat para ahli. Adapun

pendapat-pendapat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Menurut Ramayulis mengemukakan bahwa definisi dari metode

mengajar ialah sebagai cara yang dapat digunakan oleh seorang

24Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 61.

Page 34: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

16

guru dalam membelajarkan peserta didiknya ketika proses belajar

dan mengajar berlangsung.25

2) Menurut Abuddin Nata mengemukakan bahwa definisi metode

ialah sebagai suatu langkah dan cara yang dapat digunakan dalam

menyampaikan suatu pemikiran, wawasan, maupun sebuah gagasan

yang telah disusun secara sistematik agar dapat terencana sesuai

dengan konsep, prinsip dan teori tertentu yang termuat dalam

berbagai disiplin ilmu yang terkait.26

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa metode ialah seperangkat cara, jalan atau langkah yang dapat

digunakan oleh pendidik agar peserta didik bisa memahami sesuatu

dengan mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran dan agar

tujuan pembelajaran tercapai.

b. Pengertian Takrir

Sedangkan pengertian takrir ialah berasal dari bahasa Arab ( ك-

ا-يك ي تك ) yang berarti mengulang atau meniru.27

Takrir merupakan salah satu cara agar informasi atau materi yang

masuk ke dalam memori jangka pendek dapat berlangsung menuju ke

memori jangka panjang, hal ini dapat dilakukan dengan

pengulangan (rehearsal/takrir). Penyimpanan suatu materi/informasi

25Ramayulis, Ilmu…, hlm. 271. 26Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, 2014), hlm. 176. 27Munawir, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984), hlm. 1200.

Page 35: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

17

di dalam memori dan sejauh mana kekuatannya menyimpan tergantung

pada individu masing-masing.

Sebagian orang memiliki daya ingat yang kuat sehingga dapat men

yimpan suatu materi/informasi dalam jangka waktu yang cukup lama,

adapula yang menginginkan hal tersebut tetapi harus melalui proses

pengulangan secara bertahap bahkan cenderung melakukannya secara

terus-menerus. Memori “ingatan” ialah suatu yang sangat penting

dalam kehidupan manusia, karena ingatan berperan penting bagi

manusia agar mampu berkomunikasi, merefleksikan dirinya, serta

menyatakan perasaan dan pikirannya yang berkaitan dengan

pengalaman.

Dalam menghafal al-Qur‟an tentunya mengingat adalah proses

awal yang di mana seluruh informasi maupun materi ayat-ayat al-

Qur‟an harus mampu di ingat secara sempurna. Oleh sebab itu proses

pengingatan ini dimulai dari awal hingga pada recalling (pengingatan

kembali) harus dengan tepat. Apabila dalam proses

memasukkan/menyimpan hafalan sudah keliru maka ketika

pengingatan kembali juga akan terjadi kekeliruan dan bahkan materi

tersebut sulit ditemukan kembali di dalam memori.

Untuk menuju pengungkapan atau mengulang kembali materi

maka ada tahap sebelumnya yang harus dilewati yaitu: encoding

(memasukkan informasi atau materi kedalam ingatan), kemudian yang

kedua disebutkan storage (menyimpan informasi atau materi yang

Page 36: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

18

telah dimasukkan), dan tahap terakhir inilah yang sangat penting dalam

peoses menghafal al-Qur‟an yakni retrieval (mengingat atau

mengungkap kembali informasi yang telah disimpan lama dalam

memori).28 Pengungkapan kembali informasi/materi yang yang

tersimpan lama dalam gudang memori adakalanya bersifat otomatis

tanpa pancingan dan adapula yang membutuhkan pancingan terlebih

dahulu, begitupula dalam proses menghafal al-Qur‟an. Pengulangan

disebut sebagai jalan repetisi untuk mempertahankan sesuatu dalam

proses daya ingat kerja.

Pengulangan sangat berperan penting dalam suatu pembelajaran

terutama dalam proses menghafal, karena semakin lama bertahannya

sesuatu di dalam daya ingat kerja maka semakin besar kemungkinan

untuk dikirim ke jaringan daya ingat jangka panjang. Maka dari itu

ingatan/hafalan akan menjadi lebih baik jika disertai dengan

mengulang-ulang.29 Pengulangan sebuah informasi/materi hafalan

dalam ingatan ini bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara

hal tersebut, sehingga pengulangan dalam suatu sistem pembelajaran

dianggap sebagai rolate learning (sistem hafal).30

Jadi metode takrir ini merupakan suatu proses pengulangan atau

mengulang-ulang ayat-ayat al-Qur‟an di waktu tertentu dengan

menyima‟kan hafalan kepada seorang guru dengan tujuan agar hafalan

28Sa‟dullah, 9 Cara …, hlm. 48-49. 29Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2008), hlm. 29. 30Iskandar, “Metode At-Takrir untuk Meningkatkan Daya Ingat pada Hafiz Qur‟an”,

(Naskah Publikasi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015), hlm. 2

Page 37: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

19

mampu melekat di dalam memori jangka panjang. Metode takrir ini

tidak bisa dipisahkan dengan metode menghafal (tahfiz), karena ini

merupakan langkah awal untuk memasukkan ayat-ayat al-Qur‟an

kedalam ingatan. Tentunya tahfiz dan takrir ini dua metode yang saling

berdampingan dan mendukung satu sama lain. Metode takrir ini

muncul dan diterapkan secara khusus atas dasar keluhan dan

problematika yang dihadapi oleh para penghafal al-Qur‟an, baik yang

sedang dalam proses menghafal maupun yang sudah khatam.

Dalam menghafal al-Qur‟an kecerdasan otak bukanlah pengukur

suatu keberhasilan, IQ tinggi tidak bisa dijadikan patokan sukses

tidaknya menghafal al-Qur‟an. Akan tetapi kecerdasan otak dalam

proses menghafal ditandai dengan menjaga kualitas ingatan hafalan

yang telah disimpan di daerah otak. Salah satu bukti keberhasilan

penggunaan metode pengulangan atau takrir ini ialah dapat dilihat dari

kisah dan Michael yang berhasil menghafal satu buku nomor telepon

di kota San Fransisco, adapula peserta training yang berhasil

menghafal 100 tokoh terkemuka dunia dengan mengurutkannya secara

sempurna tanpa tertukar sama sakali.31

Keseimbangan di antara proses menghafal dengan mengulang

dapat membuat para penghafal al-Qur‟an mampu menjaga dan

memelihara hafalan dengan baik. Metode takrir yang diterapkan dalam

kegiatan menghafal al-Qur‟an memiliki dua keuntungan yaitu dengan

31Masagus H.A Fauzan Yayan, 8 Cara Asyik Hafal Al-Qur‟an, (Pelembang: Tunas

Gemilang Press, 2014), hlm. 44-45.

Page 38: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

20

membuat hafalan baru dan mengulang hafalan yang telah lama

dihafalkan sebelumnya agar melekat dalam ingatan.32 Metode takrir ini

juga dijelaskan oleh Imam Al-Bukhari ketika beliau ditanya mengenai

kekuatan hafalannya kemudian mengatakan “Saya tidak menemukan

cara menghafal yang paling efektif selain dengan terus-menerus

melihat, menulis, dan mengulang-ulang perkataan karena itulah

sejatinya hafalan”.

Takrir merupakan sebagian dari proses menghafal al-Qur‟an dan

juga berperan penting sebagai “key” atau kunci keberhasilan dari

seluruh usaha dalam menghafal dan menjaga hafalan al-Qur‟an pada

diri seseorang. Menghafal al-Qur‟an dengan metode takrir ini sangat

mudah dan efisien tetapi harus di imbangi dengan usaha mentakrir

hafalan secara disiplin dan ketat, karena ayat-ayat yang telah di hafal

akan sia-sia dan tidak akan bertahan lama jika pemeliharaan tersebut

tidak dilakukan, hal tersebut terjadi karena hafalan yang lama akan

tertimbun dengan hafalan yang baru begitu juga seterusnya.33

Para penghafal al-Qur‟an akan memiliki hafalan yang lancar

apabila terus-menerus dilakukan pengulangan secara rutin, karena

menghafal al-Qur‟an beda dengan yang lain, al-Qur‟an mudah hilang

dari pikiran. Ketika seorang penghafal al-Qur‟an dan meninggalkan

hafalannya sedikit saja maka akibatnya akan mudah untuk

32Fithriani Gade, “Implementasi Metode Takrir Dalam Pembelajaran Menghafal Al-

Qur‟an”, Didaktika, Vol. 14, Nomor 2, Februari 2014, hlm. 422. 33Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir Dalam Menghafal Al-Qur‟an Bagi Santri

Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, Intelektual, Vol. 8, Nomor 3, November 2018, hlm. 338.

Page 39: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

21

melupakannya, oleh karena itulah harus melakukan pengulangan

secara teratur dan rutin. Mengulang-ulang disebut dengan salah satu

cara yang efektif untuk melestarikan dan penguatan hafalan karena

dengan pengulangan rutin dan pemeliharaan yang selalu

berkesinambungan akan menguatkan hafalan secara sempurna, akan

tetapi jika dilakukan dengan sebaliknya maka hafalan al-Qur‟an akan

mudah lepas dari penghafalnya.34 Maka kunci keberhasilan menghafal

al-Qur‟an ialah dengan mengulang-ulang materi hafalan yang telah

dihafalkannya dan disebut dengan “Takrir”.35

Metode takrir ini sama halnya dengan metode pembiasaan. Jika

dikaitkan maka metode pembiasaan dengan metode takrir ini memiliki

keterkaitan satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Ahmad

Tafsir dalam bukunya yang menjelaskan sebagai berikut:

Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jika gurus setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar bisa masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam; ini juga satu cara membiasakan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan. Rasulullah berulang-ulang berdoa dengan doa yang sama. Akibatnya, dia hafal benar doa itu, dan sahabatnya yang mendengarkan doa yang berulang-ulang itu juga hafal doa itu.36

34Adis Aulia Fibriyanti & Hambali, “ Budaya Menjaga Hafalan Al-Qur‟an Bagi Para

Huffadz”, Jurnal Akademika, Vol. 1, Juni 2019, hlm. 127-128. 35Mughni Najib, “Implementasi.., hlm. 338. 36Ahmad Tafisr, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011), Hlm. 144-145.

Page 40: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

22

c. Dasar, Tujuan dan Manfaat Metode Takrir

Dalam melaksanakan setiap perbuatan mestinya harus berpegang

teguh pada dasar yang dijadikan sebagai sandaran dan pikiran oleh

manusia terutama dalam rangka mencapai dan mensukseskan suatu

tujuan tertentu. Adapun yang dijadikan dasar metode takrir dalam

menghafal al-Qur‟an ialah sesuai dengan firman Allah Swt yang

terdapat dalam al-Qur‟an surah al-Furqan ayat 32:

ال لنثبت ب ك اح ز علي الق جمل ا ل ن كف قا ال

بل لناه فؤادك

Artinya: “Berkatalah orang-orang kafir, mengapa al-Qur‟an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ? Demikianlah supaya kami perkuatkan hatimu dengan nya dan kami membacanya secara tartil dan benar”.37

Ibnu Abbas menceritakan sebab di turunkannya ayat ini berkaitan

dengan kaum Musyrikin yang mengatakan bahwa: jika memang

Muhammad Saw itu adalah sebagai nabi, maka Allah pasti akan

menurunkan al-Qur‟an secara sekaligus kepadanya, dan tidak

menyiksanya dengan cara menurunkan ayat demi ayat al-Qur‟an. Ayat

tersebut merupakan dasar atas jawaban Allah tentang mengapa al-

Qur‟an harus di turunkan secara berangsur-angsur, karena hal ini

memiliki tujuan agar hati nabi menjadi lebih kuat dan tetap. Inilah

alasan yang tepat untuk digunakan sebagai dasar dan landasan

37Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Bekasi: PT Citra

Mulia Agung, 2017), hlm.

Page 41: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

23

bahwasannya menghafalkan al-Qur‟an sangat memerlukan proses

pengulangan agar dapat meletakkan hafalan sedikit demi sedikit di

dalam ingatan kuat para penghafalnya.

Adapun beberapa tujuan penerapan metode takrir dalam

menghafal al-Qur‟an ialah sebagai berikut:

1) Menjaga hafalan al-Qur‟an, Rasulullah Saw dalam perintahnya

mengatakan bahwa hukum menghafal al-Qur‟an adalah fardu

kifayah, untuk dapat menghindari terjadinya pemalsuan al-Qur‟an

maka penghafal al-Qur‟an jumlahnya tidak boleh kurang dari

jumlah mutawatir. Demikian pula aspek historis yang terlihat

bahwa adanya usaha dalam pemeliharaan dan menjaga kitab suci

al-Qur‟an telah tumbuh sejak zamannya Nabi Muhammad Saw

hingga saat ini. Pemeliharaan terhadap hafalan-hafalan al-Qur‟an

ini memiliki cara tersendiri sebagaimana yang telah dilakukan oleh

nabi Muhammad Saw, para sahabat, serta penghafal al-Qur‟an

lainnya. Maka metode takrir inilah salah satu cara yang dilakukan

pada masanya nabi Saw dalam pemeliharaan al-Qur‟an

2) Sangat memudahkan hafalan ayat-ayat al-Qur‟an. Tanpa diragukan

bahwasannya al-Qur‟an telah berhasil mempengaruhi sistem

pendidikan pada masa Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya. Hal

ini di nilai dari salah satu keistimewaan al-Qur‟an yang sangat luar

biasa adalah memudahkan bacaan serta hafalan dengan

pemahamannya. Al-Qur‟an memuat suatu tuntunan besar kepada

Page 42: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

24

umat Islam untuk senantiasa selalu memeliharanya, sebelum

Rasulullah Saw wafat beliau berpesan untuk selalu memperhatikan

kitab suci Allah yang sangat mulia. Proses diturunkannya al-

Qur‟an secara berangsur-angsur agar dapat memudahkan Nabi Saw

dan para sahabat dalam menghafalkannya.38

3) Untuk mengetahui letak kesalahan dalam bacaan dalam hafalan.

4) Memperkokoh hafalan yang telah dihafalkan

5) Sebagai pembiasaan mengasah otak dan hafalannya

6) Mamantapkan hafalan sebelumnya maupun yang sesudahnya.39

Di samping tujuan, fungsi dari takrir itu sendiri ialah untuk

menguatkan atau proses penguatan hafalan para penghafal Qur‟an,

karena semakin banyak dan seringnya seseorang mengulang hafalan

al-Qur‟annya maka semakin kuat hafalan yang dimilikinya.40

Menghafalkan al-Qur‟an jauh berbeda dengan menghafalkan

hadits atau syair-syair lainnya, karena al-Qur‟an akan lebih cepat

terlupakan dari ingatan. Sebagaimana dijelakan dalam sabda

Rasulullah Saw sebagai berikut:

ال ل نا ملفشا هل هيب سف اهلق عبل

Artinya: “Demi yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh al-

Qur‟an itu lebih cepat hilangnya daripada seekor unta dari tali

ikatannya”. (Muttafaqun „alaih)

38Fithriani Gade, Implementasi …, hlm. 419-421.

39 Khalid bin Abdul Karim al-laahim, mengapa saya menghafal al-Qur‟an, (solo, daar an-nab‟, 2008), hlm, 224.

40Adis Aulia Fibriyanti & Hambali, Budaya..., hlm. 126.

Page 43: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

25

Hadits di atas menegaskan secara langsung bahwa sesungguhnya

apabila al-Qur‟an yang telah dihafalkan tidak diberikan perhatian

secara khusus dan optimal maka menurunlah kualitas daya ingat

seseorang, oleh karena itu diperlukan suatu pemantauan dan

pembiasaan takrir secara rutin dan terus-menerus.

d. Jenis-jenis Metode Takrir dan Langkah-langkahnya.

Seseorang yang menghafal al-Qur‟an, pada dasarnya harus

memiliki prinsip bahwa ayat-ayat yang sudah dihafalkan tidak boleh

lupa lagi apalagi sengaja untuk melupakannya. Untuk sampai kepada

tahap demikian maka ia harus berusaha untuk menjaga hafalannya

dengan cara mengulang-ulang (takrir). Ada beberapa jenis takrir yang

dapat dilakukan agar hafalan al-Qur‟an tetap terjaga dalam memori

otak yakni sebagai berikut:

1) Takrir Sendiri

Penghafal al-Qur‟an harus bisa mengatur dan memanfaatkan

waktunnya mentakrir atau menambah hafalan. Hafalan yang baru

saja disima‟ atau hafalan baru harus ditakrir minimal setiap hari

sebanyak 2 kali dalam jangka waktu 1 minggu. Sedangkan untuk

hafalan yang sudah lama hendaknya ditakrir menimal setiap hari

atau 2 hari sekali. Dengan maksud agar hafalan semakin banyak

dan semakin banyak juga waktu yang digunakan untuk takrir.

Jika dilihat dari tata cara pelaksanaannya takrir sendiri bisa

disamakan dengan muraja‟ah. Muraja‟ah dan takrir sendiri dalam

Page 44: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

26

pelaksanannya cenderung diserahkan kepada diri sendiri,

bagaimana mereka mengulang hafalannya secara individual.

Adapunn langkah-langkah muraja‟ah hafalan ialah persiapan,

menyetorkan hafalannya dan Pengulangan (mura‟jaah), adapun

pengulangan (mura‟jaah) ini bisa dilakukan dengan banyak cara

tergantung individu tersebut membuat target dengan ketentuan-

ketentuan yang ia buat sendiri. Adapun Yahya bin Abdulrrazzaq al-

Ghautsani menjelaskan tata cara yang bisa digunakan dalam

kegiatan muraja‟ah al-Qur‟an sendiri ini bisa dilakukan dengan

beberapa cara ialah sebagai berikut:

a) Membagi al-Qur‟an menjadi enam bagian

b) Membagi al-Qur‟an menjadi tujuh bagian

c) Menyelsaikan atau mengkhatamkan al-Qur‟an selama 10 hari

d) Prinsip pengkhususan dan pengulangan

e) Melakukan dua kali khatam sekaligus

f) Sebulan sekali bisa menamatkan al-Qur‟an

g) Memuraja‟ahnya ketika melaksanakan sholat

h) Memuraja‟ah dengan cara mendengarkan kaset rekaman

bacaan-bacaan al-Qur‟an

i) Mengulangi dari awal.41

41Yahya Bin „Abdurrazzaq Al-Ghautsani, Cara Mudah Dan Cepat Menghafal Al-Qur‟an,

(Jakarta: Putaka Imam Asy-Syafi‟I, 2010), Hlm. 189-198.

Page 45: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

27

2) Takrir dalam Sholat

Seorang penghafal al-Qur‟an sudah sewajarnya menggunakan

ayat-ayat al-Qur‟an yang telah dihafalnya ketika melaksanakan

ibadah shalat, baik itu shalat wajib 5 waktu ataupun shalat-shalat

sunnah, anjuran dalam mengenakan ayat-ayat al-Qur‟an yang

dibaca saat shalat hendaknya secara berurutan di awali dengan

surah al-Fatihah hingga seterusnya. Takrir hafalan ketika shalat

sangat penting dan bermanfaat untuk menjaga dan menguatkan

hafalan, karena dalam melaksanakan shalat tubuh tidak bisa

bergerak seenaknya. Sehingga keseluruhan pancaindera kita seperti

mata, telinga dan perasaan berkosentrasi secara sungguh-sungguh

agar hafalan Qur‟annya tidak lupa. Oleh sebab itu ukuran kekuatan

hafalan ialah ketika mampu melafazkan ayat-ayat al-Qur‟an saat

melaksanakan shalat.

Mengenai takrir dalam sholat ini juga dijelaskan oleh Cece

Abdulwaly dalam bukunya yang mengemukakan sebagai berikut:

Ketika shalat, anda akan merasakan betapa hafalan dapat dibaca dengan penuh konsentrasi, tidak seperti ketika anda membacanyanya diluar shalat. Dan, inilah salah satu alasan membaca hafalan al-Qur‟an di dalam shalat menjadi sarana yang sangat efektif, bahkan mungkin paling efektif untuk memperlancarkan hafalan.42

42Cece Abdulwaly, Jadilah Hafizh, (Yogyakarta: DIVA Press, 2018), hlm. 85-86.

Page 46: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

28

3) Takrir Bersama

Takrir bersama adalah para penghafal al-Qur‟an melakukan

takrir secara bersamaan dengan dua orang atau lebih. Adapun

proses penggunaan takrir ini dapat dilakukan dengan dua cara ialah

sebagai berikut:

a) Pertama, duduk dengan saling berhadapan. Setiap seseorang

membacakan materi takrir yang telah ditentukan misalnya (3

halaman sekaligus/surah-surah tertentu) dengan cara

bergantian, dan ketika takrir tersebut berlangsung maka yang

lainnya mendengarkan.

b) Kedua, takrir bersama dengan duduk berbaris seperti shaf

dalam shalat. Kemudian membaca atau melafazkan hafalan al-

Qur‟an yang sudah ditentukan secara bersama-sama.

4) Mengulang “Takrir” Hafalan Di Hadapan Guru.

Penghafal al-Qur‟an harus menghadap guru (ustaz/ustazah)

ketika melakukan takrir hafalan yang sudah diajukan. Ketika

melakukan takrir maka materi hafalan takrir haruslah lebih banyak

daripada materi hafalan baru seperti 1 berbanding 10. Artinya,

apabila seorang penghafal al-Qur‟an sudah sanggup mengajukan

hafalan baru sebanyak satu atau dua halaman perhari, maka ia juga

harus mengimbangi dengan melakukan takrir sebanyak satu atau

dua puluh halaman per hari (1 juz). Mentakrir hafalan dihadapan

guru atau instruktur sangatlah bermanfaat untuk menjaga dan

Page 47: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

29

menguatkan hafalan yang sudah ada sejak lama dalam memori otak

seseorang. Di samping itu, sekaligus melakukan evaluasi terhadap

bacaan al-Qur‟an benar atau tidaknya.43

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Takrir

Adapun kelebihan yang di miliki oleh metode takrir dalam ialah

sebagai berikut:

1) Dapat menjaga, memelihara dan membuat hafalan lebih melekat,

bertahan lama, serta lebih mantap.

2) Dapat membantu memori otak untuk selalu mengingat hafalan

yang dihafal dalam menghafal al-Qur‟an.

Adapun kelemahan atau kekurangan yang di miliki oleh metode

takrir ialah sebagai berikut:

1) Mengulang-ulang hafalan yang telah dihafal relatif membutuhkan

waktu yang cukup lama, akibatnya dapat menimbulkan perasaan

jenuh dan bosan dalam diri penghafal.

2) Dengan menggunakan metode takrir, dapat menghambat santri

dalam menambah hafalan al-Qur‟an.44

f. Faktor Pendukung Dan Penghambat Metode Takrir.

Adapun faktor pendukung penerapan metode takrir ialah sebagai

berikut.45 Peran intelegensi, Istiqomah, mengamati ayat-ayat

mustasyabih, tempat menghafal, management waktu dan rasa sabar.

43Sa‟dullah, 9 Cara …, hlm. 65-66. 44Hajarman, “Implementasi Metode Sima‟I dan Takrir dalam Meningkatkan Hafalan Al-

Qur‟an di Sekolah Dasar Muhammadiyah I Bandar Lambung, (Tesis, PPs IAIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2017), hlm. 54.

45Muttaqien Said, Menuju Generasi Qur‟ani, (Bekasi: Firma Rofheta, 2006), hlm. 33.

Page 48: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

30

Adapun faktor penghambat metode takrir ialah sebagai berikut:

menghafal itu susah, ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi, banyak

ayat-ayat yang serupa, gangguan lingkungan sekitar, banyak

kesibukan atau terbatasnya waktu, dan melemahnya semangat.46

2. Menghafal Al-Qur’an

a. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an

Menghafal al-Qur‟an berasal dari dua suku kata yang berdiri

sendiri dan masing-masing memiliki makna yang berbeda. Pertama,

menghafal secara etimologi ialah berasal dari kata hafal, dalam bahasa

Arab di katakan al-Hifdz yang mempunyai arti “ingat atau mengingat”.

Sedangkan dalam terminologi, istilah menghafal memiliki arti sebagai

suatu tindakan yang berusaha untuk meresap sesuatu ke dalam otak

atau pikiran agar dapat diingat, ketika seseorang sedang menghafal

maka ia melakukan kegiatan menanamkan materi ke dalam ingatan

agar nantinya ingatan tersebut dapat dingat kembali secara harfiah

sesuai dengan hafalan materi yang asli. Menghafal juga dapat di

artikan sebagai suatu proses mental untuk menyimpan dan

memasukkan kesan-kesan yang pada waktu tertentu dapat di ingat

kembali ke dalam alam bawah sadar.47

Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

menghafal adalah suatu aktivitas untuk mengingat dan menyiman

46Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2005), hlm. 41. 47Yusron Masduki, “Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur‟an”, Medina-Te, Vol.

18, Nomor 1, Juni 2018, hlm. 21.

Page 49: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

31

kesan-kesan ataupun materi ke dalam pikiran agar pada waktu tertentu

dapat diingat kembali seperti apa adanya secara benar.

Kedua, al-Qur‟an ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw sebagai mukjizat dan membacanya merupakan suatu

ibadah.48 Al -Qur‟an secara bahasa berasal dari kata ( ا ا -ق اءة -يق -ق

ا آ ق ) yang artinya ialah “sesuatu yang dibaca” ( ق ء ال ) arti

di dalamnya menyiratkan adanya suatu anjuran untuk umat muslim

membaca al-Qur‟an. Al-Qur‟an juga merupakan bentuk masdar dari

kata (اءة ) yang artinya menghimpun dan mengumpulkan (الق لضم ا

ع لج ). Sedangkan pengertian al-Qur‟an secara istilah dikemukakan

oleh para ahli Ushul Fiqih yang dikutip oleh Anshori dalam bukunya

ialah sebagai berikut:

Al -Qur‟an ialah kalam Allah yang yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luarbiasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada para penutup nabi dan rasul (yaitu nabi Muhammad Saw), melalui malaikat jibril, tertulis dalam mushaf, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah al-Fatihah, dan diakhiri dengan surah an-Nas.49

Dari penjelasan di atas dapat dimengerti bahwasannya al-Qur‟an

adalah firman Allah Swt yang merupakan mukjizat terbesar yang di

turunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat

Jibril jika membacanya merupakan suatu ibadah dan bernilai pahala,

dan diturunkannya secara mutawatir, kemudian ditulis dalam bentuk

48Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1992), hlm. 1. 49Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 17-18.

Page 50: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

32

mushaf-mushaf yang diawali dengan Qur‟an surah al-Fatihah

(pembuka) kemudian diakhiri dengan surah an-Nas.

Adapun Ahsin W. al-Hafidz mengemukakan pengertian menghafal

al-Qur‟an ialah langkah awal untuk bisa memahami isi kandungan

ilmu al-Qur‟an yang dilakukan setelah proses membaca Qur‟an dengan

baik dan benar.50

Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

menghafal al-Qur‟an ialah suatu aktivitas untuk mengingat,

menyimpan dan melafalkan kembali secara lisan firman Allah yang

berupa materi yakni surat dan ayat-ayat al-Qur‟an secara benar dan

sempurna.

b. Hukum Menghafal Al-Qur‟an

Hukum menghafal al-Qur‟an ialah fardhu kifayah, apabila sudah

ada satu yang mewakili dalam menghafal al-Qur‟an maka gugurlah

bagi kewajiban masyarakat yang lainnya, akan tetapi jika tidak ada

yang melakukannya sama sekali maka berdosalah seluruhnya.51 Hal ini

dikuatkan oleh pendapatnya Imam as-Suyuti dalam kitabnya

mengatakan bahwa sesungguhnya menghafal al-Qur‟an ialah fardhu

kifayah bagi semua umat dengan alasan dapat menjamin keaslian dan

menghindari adanya pemalsuan dan perubahan pada sewaktu-waktu,

walaupun pada dasarnya di zaman moderen ini banyaknya CD dan alat

50Ahsin W. al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara,

2005), hlm. 19. 51Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur‟an, (Semarang: CV Ghyyas Putra, 2015), hlm.

15.16.

Page 51: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

33

canggih yang mampu menyiman teks-teks al-Qur‟an akan tetapi hal itu

ditakutkan tidak menjamin keaslian al-Qur‟an, itulah sebabnya harus

ada dari suatu kaum atau kelompok masyarakat yang menghafal al-

Qur‟an.52

c. Keutamaan-keutamaan Menghafal Al-Qur‟an

Adapun keutamaan-keutamaan dalam menghafal al-Qur‟an ialah

sebagai berikut:

Pertama, menghafal al-Qur‟an merupakan aktivitas yang sangat

mulia dan terpuji, telah banyak hadis Rasulullah Saw yang

mengungkapkan sisi keagungan bagi orang-orang yang membaca atau

menghafal al-Qur‟an karena mereka merupakan manusia pilihan Allah

untuk menerima dan menjaga warisan kitab suci al-Qur‟annul karim.

Rasulullah Saw bersabda: “al-Qur‟an lebih baik dari segala-galanya,

barangsiapa yang memuliakan al-Qur‟an maka Allah juga akan

memuliakannya, dan barangsiapa yang meremehkannya maka Allah

juga akan menurunkan derajatnya. Penghafal al-Qur‟an senantiasa

diliputi rahmat Allah, mereka mulia karena kalamullah, mereka adalah

yang selalu mendapatkan cahaya Allah, dan barangsiapa yang

mencintai mereka maka Allah akan mencintainya, serta barangsiapa

memusuhinya maka Allah akan menghinakannya”.53

Kedua, Al -Qur‟an yang telah dihafal akan datang menemani saat

menghadapi kematian dan al-Qur‟an kelak akan datang sebagai

52Sa‟dullah, 9 Cara.., hlm. 19. 20. 53Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan.., hlm. 26-27.

Page 52: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

34

penolong (syafaat) bagi para penghafalnya serta pembela pada hari

yang di mana orang-orang terdekat meninggalkan kita (hari kiamat).54

seperti sabdanya Rasulullah Saw:

) اه امسل م القيام شفيعاصحا ب ) ي ا ا الق فا اق

Artinya:“Bacalah oleh kalian Al-Qur‟an, sesungguhnya ia akan

datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang

selalu membacanya”55 (HR. Muslim).

Maka sesuatu yang paling berharga ketika kita menghafal al-

Qur‟an ialah berjumpa dengan Allah pada hari kiamat kelak. Penghafal

al-Qur‟an juga dapat mensyafa‟ati 10 anggota keluarganya yang wajib

masuk Jahannam. Seperti dijelaskan dalam hadis Rasulullah Saw:

ق نع ل يض عن علي : قا اق ن: م لس يلع للص ل س ا

عفش نجال ل لخدا امح مح للح لحاف ههظاسف قال

ا االن ل تبج ق هلك يب لها نم شع قا ه الترمي اه محم (

ث ضعف الح ا ليس ه بالق حفصب سليما ال ث غ ح

مي ا ال (اه ابن ماج

Artinya: “barangsiapa membaca al Qur‟an dan menghafalkannya, dan menghalalkan apa yang dihalalkannya serta mengharamkan apa yang diharamkannya maka Allah Swt memasukkannya ke dalam syurga dan akan menerima syafaatnya untuk sepuluh orang keluarganya yang wajib masuk neraka”(H.R. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Darimi).56

54Abdud Daim Al-Kahli, Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri Cara inovatif Menghafal Al-

Qur‟an, (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2015), hlm. 21. 55Imam Nawawi, Nuzhatul Muttaqin: Syarah dan Terjemahan Riyadhus Shalihin, terj.

Mustafa Said Al-Khin dkk, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2015), jilid. ke-2, hlm. 229. 56Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rahmatullah‟alaih,

Fadhail A‟mal: Himpunan Kitab Fadhillah Amal, terj. Tim Penerjemah Kitab Fadhilah Amal Masjid Jami‟ Kebon Jeruk Jakarta, (Yogyakarta: Penerbit Ash-Shaff), Hlm. 619-620.

Page 53: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

35

Seseorang yang beriman insyaallah akan dimasukkan ke dalam

syurga-Nya. Namun, penghafal al-Qur‟an mempunyai keutamaan

masuk syurga sejak pertama kali dan bahkan dapat memberikan

syafaat kepada 10 orang yang telah fasik dan banyak berbuat dosa

besar.57

Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah hadist yang menjelaskan

sebagai berikut:

الط يبا نب يلع نع ق : ق ا اق نم لس يلع للص ل س ا

هلك يب لها نم ش ع عفش نجال ل لخدا ظفح قال

نا البجسا ا

Artinya:“Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:

barang siapa membaca al-Qur‟an dan menghafalnya niscaya Allah masukan ke syurga dan mendapatkan syafa‟at serta ditempatkan mereka bersama orang-orang pilihan Allah seluruhnya. Sungguh dijauhkan dari api neraka.” (HR. Ibnu Majjah).

Ketiga, Keutamaan menghafal al-Qur‟an selanjutnya yaitu pada

hari kiamat kelak disematkannya mahkota kehormatan, dipakaikannya

jubah karomah serta kerelaan Allah Swt pada mereka para penghafal

ayat-ayat suci al-Qur‟an.58 Allah Swt tidak hanya memberikan

kemuliaan dan kehormatan kepada penghafal al-Qur‟an itu sendiri,

akan tetapi seseorang yang membaca, menghafal, mempelajari serta

mengamalkannya kelak di hari akhir akan diberikan mahkota yang

57Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyyya Al-Kandahlawi Rah.a Fadhail

A‟mal: Kitab Fadhilal Amal, terj. Tim Penerjemah Kitab Fadhalil Ammal Masjid Jami‟ Kebon Jeruk Jakarta, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2015), hlm. 619-620.

58Ridhoul Wahidi & M. Syukron Maksum, Beli Syurga dengan Al-Qur‟an, (Jakarta: Mutiara Media, 2010), hlm. 50.51.

Page 54: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

36

terbuat dari cahaya kepada orangtuanya dan akan di dipakaikan jubah

kemuliaan yang selama di dunia tidak pernah didapatkan.59

Keempat, para penghafal al-Qur‟an merupakan keluarganya Allah

Swt yang ada di bumi. Seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh

Imam Ahmad, “sesungguhnya Allah memiliki keluarga di antara

manusia, para sahabat pun bertanya, siapakah mereka wahai rasulullah

? Rasul menjawab, “para ahli al-Qur‟an. Mereka keluarga Allah dan

pilihan-pilihan-Nya”60

Kelima, penghafal al-Qur‟an ialah pembawa bendera Islam,

mereka selalu diutamakan dalam memberikan sebuah fatwa dan

musyawarah. Keistimewaan yang luar biasa juga didapatkan berupa

derajat yang tinggi dan diberikan posisi serta kedudukan yang sangat

agung dalam Islam. Kedudukan tersebut akan kekal dengan segala

kehendak Allah Swt hingga pada hari akhir kelak.61

Adapun keutamaan-keutamaan menghafal al-Qur‟an yang lainnya

adalah sebagai berikut:

1) Al -Qur‟an akan datang sebagai hujjah dan pelindung bagi pembaca

dan penghafalnya dari siksaan api neraka

59Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, (Jogyakarta: Diva

Press, 2014), hlm. 155. 60Ainun Mahya & Arnina P, Musa Si Hafiz Cilik Penghafal Al-Qur‟an, (Depok: Huta

Publisher, 2016), hlm. 4. 61Raghib As-Sirjani & Abdurrahman Abdul Khaliq, Kaifa Tahfazhul Qur‟anil Karim Al-

Qawa‟id Adz-Dzahabiyyah li Hifzhil Qur‟an: Cara Cerdas Hafal Al-Qur‟an, terj. Sarwedi Hasibuan & Arif Mahmudi, (Solo: AQWAM, 2007), cet. Ke-1, hlm. 47-51.

Page 55: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

37

2) Bagi para penghafal yang memiliki kuantitas serta kualitas bacaan

yang baik akan selalu bersama malaikat yang melindungi serta

mengajaknya pada kebaikan

3) Penghafal al-Qur‟an akan terkabul keinginan serta harapannya

tanpa memohon, hal ini merupakan fasilitas khusus yang Allah

berikan kepada mereka

4) Di manapun penghafal al-Qur‟an akan selalu diprioritaskan

menjadi imam dalam ibadah sholat

5) Penghafal al-Qur‟an juga memperoleh manfaat akademis yaitu

mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap dirinya dan

study.62

6) Penghafal al-Qur‟an akan dipermudah oleh Allah Swt dalam urusan

perniagaan dan tidak akan rugi

7) Menjadi manusia yang terbaik

8) Penghafal al-Qur‟an berpotensi diberikan porsi pahala yang lebih

banyak dan berlipat ganda.63

9) Al -Qur‟an merupakan obat dari segala penyakit jiwa dan raga, jika

dengan kehendak Allah bacaan surah dari ayat-ayat al-Fatihah

mampu menyembuhkan orang sakit, begitupula dengan seseorang

yang menghafal al-Qur‟an seluruhnya

10) Penghafal al-Qur‟an sulit terkena rasa takut, maupun depresi

karena al-Qur‟an mampu menghilangkan beban negatif dalam otak,

62Wiwi Alawiyah Wahid, Cara.., hlm. 146-156. 63Muhammad Syauman Ar-Ramli, dkk, Nikmatnya Menangis Bersama Al-Qur‟an,

(Jakarta: Istanbul, 2015), hlm . 18-20.

Page 56: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

38

mampu menghilangkan rasa sedih, duka serta sesuatu yang masih

mengganjal, ketika seseorang sudah memutuskan dan memulai

aktivitas menghafal al-Qur‟an maka ia akan merasa seperti

dilahirkan kembali 64

11) Penghafal al-Qur‟an merupakan aktor-aktor rabbani yang diberi

peran, hal ini merupakan skenario dari Allah Swt untuk menjaga

keaslian dan kemurnian al-Qur‟an sepanjang masa.65

12) Memperoleh tasyrif (prioritas) dari Nabi Saw

13) Dan seseorang yang menghafal al-Qur‟an merupakan tanda

diberikannya ilmu.66

d. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur‟an

Menghafal al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang sangat mulia di

sisi Allah Swt, dalam menghafal al-Qur‟an tentu ada syarat-syarat

tersendiri agar seseorang yang menghafal al-Qur‟an tersebut dapat

menghafal dengan baik, adapun syarat-syarat yang harus dilaksanakan

oleh seseorang yang ingin menghafalkan al-Qur‟an adalah sebagai

berikut:

1) Niat yang Ikhlas

Segala sesuatu yang akan dilakukan pasti selalu di awali

dengan niat, begitupula dengan menghafal al-Qur‟an niat adalah

64Abdud Daim Al-Kahli, Hafal.., hlm. 19-23. 65Abu Ammar & Abu Fatiah Al-Adnani, Negeri-Negeri Penghafal Al-Qur‟an, (Solo: Al-

Wafi, 2015), hlm. 105. 66Irfan Supandi, Agar Bacaan Al-Qur‟an Tidak Sia-sia, (Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri, 2013), hlm. 143 dan 147.

Page 57: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

39

yang paling utama dengan mengharapkan ridha Allah Swt. Dalam

al-Qur‟an surah al-Bayyinah ayat 5 Allah Swt berfirman:

الصل قيم ن حنف ا ل مخلصي ل ال ا ل ليعب ماام

ؤ ن القيم ال د الزكا

Artinya: “Padahal mereka hanya di perintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikan itulah agama yang lurus (benar)”67

Rasulullah Saw bersabda di dalam sebuah hadis riwayat

Bukhari Muslim menjelaskan bahwa:

) اه البخا ا ) ئ من ما لكل ام ا مالعما بالنيا ا

Artinya: “Amal-amal manusia itu ditentukan oleh niat-nitanya,

dan masing-masing orang sesungguhnya akan mendapatkan sesuai

dengan niatnya.”68 (HR. Bukhari)

Ibnu Abbas juga pernah mengatakan bahwasanya setiap

manusia akan diberi pahala sesuai niatnya. Di dalam niat yang

paling diutamakan adalah ikhlas. Mengenai ikhlas maka Imam

Sahlat at-Tastari mengemukakan bahwasannya ikhlas ialah segala

bentuk prilaku dan ketenangan seseorang baik batin maupun

lahirnya hanya untuk Allah Swt, tidak ada dicampuri dengan harta

dunia terutama hawa nafsu.

67Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Bekasi: PT Citra

Mulia Agung, 2017), hlm. 598. 68Syaikh Yahya bin Syarifuddin an-Nawawi, Matan Arbain An-Nawawiyyah Fi Alhadist

Ash-Shahihati An-Nabawiyyah, (Surabaya: Al-Miftah), hlm. 6.

Page 58: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

40

2) Mempunyai Kemauan yang Kuat

Al -Qur‟an terdiri dari 30 Juz, 114 surah, 6666 ayat kurang

lebih, bagi para penghafal al-Qur‟an ini bukanlah suatu pekerjaan

yang mudah, membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dari

tiga sampai dengan lima tahun walaupun ada sebagian orang yang

memiliki inteligensia cukup tinggi bisa lebih cepat dalam

menghafalnya, ada juga yang merasa kesulitan. Dengan demikian

seseorang yang memiliki cita-cita sebagai penghafal Qur‟an maka

dibutuhkan keinginan yang kuat serta kesabaran yang cukup tinggi.

3) Disiplin dan Istiqomah Menambah Hafalan

Seorang calon penghafal al-Qur‟an hendaknya istiqomah dan

disiplin dalam memanfaatkan waktu luang untuk menambah

hafalan, harus memiliki semangat tinggi, mengurangi kegiatan

yang tidak penting dan lain-lain. Penghafal al-Qur‟an dianjurkan

untuk membuat jadwal kegiatan kapan waktu yang baik untuk

menambah hafalan serta istiqomah dalam melaksanakannya.

4) Talaqqi kepada Seorang Guru

Guru tahfiz ialah seseorang yang mendidik, mengarahkan,

membimbing serta menyimak hafalan al-Qur‟an. Dalam kegiatan

menghafal tidak diperbolehkan untuk melakukannya secara sendiri,

perlu adanya seorang guru untuk menyimak bacaan-bacaan al-

Qur‟an yang dihafalkan karena di dalam al-Qur‟an terdapat bacaan

yang musykil (sulit) tidak dapat di kuasai hanya dengan teori saja

Page 59: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

41

tapi perlu dipelajari dengan cara melihat seorang guru. Dengan

demikian hafalan yang sudah diperdengarkan kepada guru bisa

untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya.

5) Berakhlak Terpuji

Memiliki akhlak terpuji dan tidak melakukan akhlak tercela

ialah cermin ajaran agama Islam yang termuat di dalam al-

Qur‟annul karim. Sehingga adanya korelasi antara apa yang dibaca

dan dipelajari dengan pengalaman yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Jika tidak demikan, orang yang menghafal al-Qur‟an

tidak memiliki makna, karena ayat-ayat al-Qur‟an tersebut tidak

hanya sekedar dihafal, tetapi yang paling utama ialah untuk di

ambil pelajaran darinya, kemudian diamalkan isi kandungan yang

termuat di dalam al-Qur‟an tersebut.69

6) Mampu Membaca dengan Baik Sesuai Tajwidnya

Sebelum berlanjut pada tahap menghafal, seharusnya peserta

didik atau seseorang yang ingin menghafal al-Qur‟an harus

meluruskan bacaannya terlebih dahulu. Sebagian besar para ulama

tidak mengizinkan untuk menghafal al-Qur‟an jika belum

mengkhatamkan bacaan al-Qur‟annya. Hal ini bertujuan agar para

calon penghafal al-Qur‟an lancar dalam membacanya serta

69Sa‟dullah, 9 Cara …, hlm. 25-35.

Page 60: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

42

lisannya ringan untuk melafazkan fonetik Arab, sehingga proses

menghafal al-Qur‟an akan terasa semakin mudah.70

e. Faktor-faktor Pendukung dan Menghambat dalam Menghafal Al-

Qur‟an

Dalam melakukan segala kegiatan tentunya ada faktor-faktor yang

mendukung serta menghambat proses tersebut. Tidak terkecuali dalam

menghafal al-Qur‟an juga tentunya ada faktor yang mendukung dan

menghambat sehingga kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan baik

dan tercapainya sebuah tujuan tertentu. Adapun faktor pendukung

sekaligus faktor penghambat yang mempengaruhi proses menghafal al-

Qur‟an ialah sebagai berikut:71

1) Faktor Kesehatan

Bagi seseorang yang sedang dalam proses menghafal al-

Qur‟an kesehatan merupakan faktor yang paling utama dan penting

baik sehat secara fisik dan psikis agar tidak adanya hambatan yang

mengganggu pencapaian target hafalan.

2) Aspek Psikologis

Kesehatan yang dibutuhkan seseorang dalam menghafal bukan

hanya dari segi lahiriyah saja akan tetapi dari segi psikologisnya

juga karena penghafal al-Qur‟an sangat menginginkan ketenangan

jiwa baik hati maupun pikiran. Penghambat dalam menghafal

biasanya timbul dari sisi psikologis diri sendiri seperti pesimis,

70Ahsin W. Al-Khafidz, Bimbingan…, hlm. 54-55. 71Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat & Mudah Hafal Al-Qur‟an, (Yogyakarta:

KAKTUS, 2018), hlm. 139-142.

Page 61: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

43

pasif, putus asa dan lain-lain. Akibatnya sulit untuk menghafalkan

ayat-ayat al-Qur‟an tersebut.

3) Faktor Kecerdasan

Setiap orang memiliki kecerdasan dalam bidang yang berbeda-

beda. Begitupula dalam menghafal Qur‟an kecerdasan ialah salah

satu faktor yang mendukung dan mempengaruhi proses hafalan al-

Qur‟an yang di jalani. Akan tetapi orang yang memiliki kecerdasan

yang kurang bukan berarti tidak bisa menghafal al-Qur‟an,

sebagaimana dijelaskan sebelumnya yang paling utama ialah rajin

dan konsisten menjalani proses hafalan.

4) Faktor Motivasi

Motivasi merupakan salah satu paktor pendukung dan

penghambat dalam proses menghafal, karena seseorang pada tahap

menghafal butuh semangat dari orang-orang terdekat agar cepat

dalam mencapai target hafalan. Sebaliknya, jika motivasi yang

didapatkan kurang tentunya hasil yang diperoleh akan jauh

berbeda.

5) Usia yang Ideal

Usia juga merupakan salah satu faktor pendukung tetapi bisa

juga menjadi faktor penghambat dalam proses menghafal Qur‟an.

Menghafal al-Qur‟an di usia yang produktif akan mendukung

proses menghafal karena selain fisik dan mental yang masih kuat

akan di dukung oleh memory yang jernih juga, begitupula

Page 62: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

44

sebaliknya umur yang sudah melampaui batas usia ideal atau

produktif biasanya akan mengalami kesulitan menghafal karena

telah tercampur dengan pikiran-pikiran yang lain serta memory

yang tidak sejernih pada fase masih muda.Tetapi kembali lagi pada

kemauan dan ketekunan setiap orang.

6) Manajemen Waktu dan Tempat Menghafal

Manajemen waktu merupakan salah satu hal yang harus di

lakukan oleh para penghafal al-Qur‟an, karena dengan waktu inilah

para penghafal al-Qur‟an merasa terikat dengan dirinya untuk

menyelsaikan target dengan cepat. Proses menghafal al-Qur‟an

biasanya ada dua waktu yaitu menghafal secara khusus

(karangtina) tanpa ada kesibukan lainnya dan menghafal al-Qur‟an

dibarengi dengan kegiatan yang lain. Tentu di antara keduanya

akan memperoleh pencapaian yang berbeda, begitupula kondisi

dan situasi tempat menghafal al-Qur‟an sangat berpengaruh bagi

konsentrasi. Adapun klasifikasi waktu yang tepat untuk menghafal

al-Qur‟an ialah sebagai berikut:

a) Setelah melaksanakan ibadah sholat

b) Waktu sebelum terbit fajar dan sesudah fajar hingga terbit

matahari

c) Waktu sesudah tidur siang

d) Waktu diantara ibadah magrib dan isya‟72

72Ahsin W. Al-Khafidz, Bimbingan …., hlm. 58-61.

Page 63: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

45

7) Faktor Keluarga

Peran serta dukungan keluarga terutama orangtua dalam proses

menghafal al-Qur‟an merupakan hal yang sangat penting.

Dukungan tersebut bisa saja dalam bentuk moril berupa nasihat,

arahan, motivasi, bimbingan serta dukungan yang berupa materil

biaya hidup dan pendidikan untuk menunjang selama dalam tahap

menghafal al-Qur‟an. Kedua dukungan tersebut hendaknya

diberikan secara utuh dan seimbang, agar dapat menghindari

kegagalan dalam menghafal secara sempurna. Sebaliknya ketika

memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang penghafal

tetapi tidak adanya dukungan dari orang-orang terdekat maka akan

menghadapi hambatan dalam dirinya seperti kurangnya motivasi,

kejenuhan, bosan, tidak percaya diri, kurangnya biaya pendidikan

dan yang lainnya. Dari persoalan tersebut akhirnya dapat

mempengaruhi mencapai target hafalan.73

f. Kompetensi/Syarat Seorang Guru Tahfidz

Sebelum membahas mengenai kompetensi dan syarat yang harus

dimiliki seorang guru tahfidz, maka terlebih dahulu alangkah baiknya

membahas mengenai kompetensi guru berdasarkan UU No : 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 ditegaskan bahwa

untuk mempu melaksanakan tugas profesi yang baik, maka seorang

guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi

73Sa‟dullah, 9 Cara …, hlm. 83-84.

Page 64: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

46

pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Adapun kompetensi-

kompetensi tersebut meliputi:

1) Kompetensi Pedagogik

Adapun kompetensi pedagogik meliputi: pemahaman wawasan

tahu landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,

pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,

pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar (EHB),

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya. Hal ini juga bisa dilihat dari

kemampuan memahami peserta didik dari segi ekonomi, latar

belakang, dan yang lainnya.

2) Kompetensi Kepribadian

Adapun kompetensi kepribadian meliputi: kemampuan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, berwibawa, arif, adil, dan

menjadi teladan yang baik bagi peserta didik serta berakhlak mulia.

3) Kompetensi Sosial

Adapun kompetensi sosial meliputi: berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan

masyarakat yang ada di sekitar yang mencakup kemampuan dalam

berkomunikasi secara (lisan, tulisan dan isyarat), menggunakankan

teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, dapat

Page 65: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

47

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik serta

dapat bergaul dengan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional

Adapun kompetensi profesional meliputi hal seperti di bawah ini:

a) Landasan-landasan pendidikan yang meliputi (filosofis, psikologis, fisiologis, idologis, metodologis, dan sosiologis) yang diperlukan untuk memahami pribadi peserta didik guna memberikan layanan pendidikan yang terbaik kepadanya.

b) Teori dan aplikasi praktis dari materi ajar atau bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya dalam tugas penyelenggaraan kegiatan belajar dan pembelajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang aktual.

c) Teori dan aplikasi praktis manajemen dan teknologi pendidikan modern dan relevan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan belajar dan pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh siswa.74

Adapun guru yang mengjara tahfidz Qur‟an juga harus memiliki

kemampuan untuk dapat mengajar tahfidz Qur‟an kepada santri dan

santriwatinya, adapun kompetensi yang harus dimiliki ialah sebagai

berikut:

1) Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak terpuji

2) Memiliki kemampuan ahlul Qur‟an. Pembimbing tahfidz tentunya

harus memiliki kemampaun atau menguasai ilmu tajwid dan

makhorijul huruf dengan benar dan baik, mendisiplinkan bacaan-

bacaan, waktu dan sikap juga harus perlu diperhatikan oleh seorang

tutor tahfidz, karena sebagian keberhasilan seorang peserta didik

74Abdorrakhman Gintings, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Humaniora, 2014),

hlm. 12-13.

Page 66: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

48

dalam menghafal al-Qur‟an juga tergantung begaimana pembimbing

mengarahkannya dengan baik dan tepat.

3) Kemampuan habblu minannas. Hal ini meliputi: memberlakukan

peserta didiknya dengan baik, mendahulukan giliran peserta didik

yang lebih dahulu/awal datang (adil), hendaknya seorang tutor

menunjukkan raut wajah yang ceria dihadapan peserta didiknya,

menanyakan keadaan, menanyakan kehadiran teman-temannya dan

Saling berkomunikasi yang baik sesama tutor tahfidz.

4) Muallim adalah pendidik.

Hal ini mencakup seorang tutor harus mendidik dengan ada yang

mulia.75

Adapun beberapa syarat bagi seseorang untuk menjadi pengajar atau

tutor Al-Qur‟an dan tahfidz ialah sebagai berikut:

1) Mampu membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, sehingga

mempunyai keahlian yang cukup dalam mengajar, menyimak dan

membaca al-Qur‟an.

2) Pernah talaqqi kepada seorang guru atau ahli Qur‟an. Tidak hanya

mendengarkan dari seorang guru saja tetapi juga pernah

membacakannya dihadapan guru tersebut.

3) Selain itu, para ulama juga mensyaratkan harus seorang muslim atau

muslimah, baligh, berakal, dapat di percaya, menguasai ilmunya,

75Diah Prafita Sari, “Implikasi Kompetensi Guru Tahfidz Terhadap Mutu Pembelajaran

Tahfidz Al-Qur‟an Studi Kasus Pondok MH Al-Qur‟an”, (Sksipsi, IAIN Ponorogo, 2018), hlm. 17-20.

Page 67: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

49

terhindar dari sebab-sebab kefasikan, serta ikhlas dalam mengajar dan

tidak mengharapkan balasan duniawi.76

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada suatu obyek yang bersifat alamiah. Pandangan penelitian kualitatif

mengenai suatu gejala yang diteliti bersifat utuh dan menyeluruh (holistik),

sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti tidak hanya menetapkan

penelitian pada suatu variabel penelitiannya saja, akan tetapi mencakup

seluruh situasi sosial yang berupa actor (pelaku), place (tempat), dan

activity (aktivitas), semuanya memiliki intraksi dan keterkaitan secara

sinergis77 dan yang paling utama dalam penelitian kualitatif ialah peneliti

sebagai instrument kunci.

Menurut Strauss dan Corbin mengartikan bahwa metode penelitian

kualitatif ialah penelitian yang tidak diperoleh dengan suatu teknik

statistik dan jenis hitungan lainnya, melainkan di peroleh melalui temuan-

temuan dengan cara menganalisis dan mengumpulkan data dalam bentuk

tulisan maupun lisan dan prilaku manusia.78 Adapun salah satu

karakteristik jenis penelitian ini ialah disajikan dalam bentuk deskripsi

76https://m.facebook.com/portalmuslimberiman/posts/694529927601666 diAkses Tanggal

17 Aagustus 2020. 77Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2018), hlm. 285. 78Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm.

12-13.

Page 68: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

50

yang berupa kata-kata serta bahasa yang menggambarkan suatu konteks

tertentu secara alamiah.

Berdasarkan masalah yang telah dikaji maka pendekatan penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan yang bersifat

deskriptif kualitatif, karena tujuannya ialah untuk mendeskripsikan apa

yang saat itu terjadi dan berlaku serta di dalamnya terdapat suatu upaya

untuk mendiskripsikan, menganalisis, mencatat dan menginterprestasikan

keadaan yang terjadi dan dapat melihat adanya kaitan antara variabel-

variabel yang diteliti,79 serta menekankan pada kondisi alamiah (natural

setting). Peneliti menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif ini

agar dapat memperoleh keterangan maupun data secara mendalam, dan

alasan berikutnya menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif

karena sebuah fenomena yang dikaji adalah suatu realitas sosial yang

bersifat intraktif terkait dengan “Penerapan Metode Takrir dalam

Penguatan Hafalan al-Qur‟an Santriwati di Yayasan Al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Mataram”.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti sangat berperan

penting sebagai instrument kunci untuk mendapatkan data dan informasi

yang akurat, aktual dan kredibel. Sehingga keberadaan peneliti di lokasi

penelitian mutlak diperlukan. Peneliti dipahami dapat menjadi alat untuk

mengungkap fakta-fakta di lapangan, dan tiada alat yang paling tepat serta

79Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),

hlm. 26.

Page 69: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

51

elastis untuk menemukan data dan informasi kecuali peneliti itu sendiri.

Menurut Lincoln dan Guba dalam bukunya Djaman Satori & Aan

Komariah mengemukakan bahwa manusia sebagai instrument dalam

pengumpulan data dapat memberikan keuntungan, karena ia dapat

bersikap adaptif dan fleksibel serta dapat menggunakan seluruh alat indera

yang dimiliki dalam memahami sesuatu.80 Adapun dalam hal instrument

penelitian kualitatif, menurut Nasution (1988) sebagaimana dikutip

Sugiyono menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif ini, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat di tentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.81

Dengan demikian, keberhasilan dalam penelitian ini sangat ditentukan

oleh kemampuan peneliti saat berada di lapangan untuk menghimpun data

yang dibutuhkan, menguasai teori serta wawasan terkait bidang yang

diteliti, dapat memaknai data yang ada dan tidak lepas dari konteks yang

sesungguhnya serta kesiapan bekal peneliti untuk memasuki lapangan .82

80Djam‟an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2014), hlm. 61-62. 81Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, Kombinasi, R&D dan

Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2019), hlm. 406-408. 82A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualntitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 332.

Page 70: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

52

3. Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu berlokasi di Yayasan Al-

Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota

Mataram.

4. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif sumber data ialah subyek dari mana data

dapat diperoleh. Dengan demikian untuk memperoleh informasi dan data

yang akurat serta valid maka peneliti harus mencari dan memilih data dan

informasi yang terkait dengan penelitian penerapan metode takrir dalam

penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati di yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram. Dengan

demikian dalam penelitian ini yang diharapkan nantinya menjadi sumber

data ialah sebagai berikut:

a. Para santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

b. Pengurus/pengasuh yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

c. Ustaz/ustazah di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

d. Dan sumber data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah:

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Ketiga teknik ini dapat

digunakan untuk memperoleh suatu informasi yang dapat melengkapi dan

menunjang proses penelitian. Adapun penjelasan mengenai teknik-teknik

pengumpulan data tersebut ialah sebagai berikut:

Page 71: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

53

a. Observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara pengamatan atau observasi. Observasi ialah suatu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematis mengenai gejala-gejala

yang diteliti.83 Dalam pelaksanaan kegiatan observasi bisa dilakukan

dengan beberapa cara, adapun teknik observasi yang dapat digunakan

peneliti dalam kegiatan ini ialah sebagai berikut:

1) Observasi Partisipan

Observasi partisipan ialah suatu kegiatan pengamatan yang

dilakukan oleh observer dengan ikut serta mengambil suatu bagian

yang ada pada kehidupan objek yang diteliti. Observer harus ikut

serta layaknya anggota kelompok yang akan di observasi.84

2) Observasi Non Partisipan

Observasi non partisipan ialah suatu jenis observasi yang di

mana peneliti dengan objek atau orang yang di observasi

berkedudukan secara terpisah. Observasi dalam bentuk ini peneliti

tidak terlibat atau tidak ikut serta secara langsung dalam kegiatan

kelompok yang diamatinya.85

Dengan demikian, dalam penelitian ini teknik observasi yang

digunakan oleh peneliti ialah observasi nonpartisipan, dalam jenis

83Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),

hlm. 70. 84Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2009), hlm. 175-176. 85A. Muri Yusuf, Metode…, hlm. 384.

Page 72: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

54

observasi ini peneliti hanya sebatas sebagai seorang pengamat

terhadap suatu gejala-gejala atau peristiwa yang menjadi topik

dalam penelitian tersebut. Adapun data yang akan dikumpulkan

melalui teknik observasi antara lain:

a) Letak dan kondisi geografis yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

b) Pelaksanaan penerapan metode takrir

c) Proses pelaksanaan metode takrir secara sendiri, bersama,

dalam sholat dan di hadapan guru

d) Aktivitas santri yang mengikuti program menghafal al-Qur‟an

dengan metode takrir di yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

e) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program

menghafal al-Qur‟an dengan penerapan metode takrir

f) Segala kegiatan santri yang dapat menunjang penelitian.

b. Wawancara

Pengumpulan data juga dilakukan peneliti dengan cara melakukan

wawancara. Wawancara ialah jenis komunikasi yang dilakukan antara

dua orang atau lebih, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

tertentu.86 Wawancara merupakan suatu percakapan atau proses tanya

jawab yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang melontarkan pertanyaan dengan terwawancara (interviewee) yang

86Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006), hlm. 180.

Page 73: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

55

memberikan respon/jawaban atas pertanyaan tersebut.87 Secara garis

besar, teknik wawancara dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni

wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.88 Wawancara tersetruktur

ialah wawancara yang dilakukan peneliti dengan cara mempersiapkan

instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis

lengkap dengan jawabannya.89 Sedangkan wawancara tidak terstruktur

ialah wawancara yang dilakukan secara bebas tanpa menggunakan

pedoman wawancara yang telah di susun lengkap dan sistematis

melainkan menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-

pertanyaan mengenai persoalan yang akan ditanyakan dan digali secara

garis besar.90

Dalam penelitian ini jenis wawancara yang digunakan oleh

peneliti ialah wawancara bebas (tidak berstruktur), karena wawancara

ini bersifat lowes dan terbuka yang memungkinkan kata dalam setiap

pertanyaan yang diajukan dapat diubah ketika melakukan wawancara

dengan rumusan kata-kata yang disusun sendiri oleh peneliti sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan saat wawancara. Metode jenis ini

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi yang

ingin diperoleh dari pendapat responden. Adapun data yang ingin

diperoleh melalui teknik ini adalah:

87Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif …, hlm. 186. 88Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama: 2010), hlm.

313 89Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 115. 90Ibid..., hlm. 116.

Page 74: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

56

1) Sejarah berdirinya yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

2) Pelaksanaan penerapan metode takrir

3) Proses pelaksanaan metode takrir secara sendiri, bersama dan di

hadapan guru

4) Aktivitas santri yang mengikuti program menghafal al-Qur‟an

dengan metode takrir di yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

5) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program

menghafal al-Qur‟an dengan penerapan metode takrir

6) Manfaat dan tujuan metode takrir

7) Segala kegiatan santri yang dapat menunjang penelitian.

c. Dokumentasi

Dalam pengumpulan data, peneliti juga menggunakan teknik

dokumentasi. Teknik pengumpulan data jenis ini merupakan teknik

yang tidak langsung ditujukan kepada objek yang diteliti, tetapi dalam

bentuk dokumen. Dokumen ialah catatan mengenai suatu pristiwa dan

informasi yang telah berlalu, bisa saja dalam bentuk tulisan, karya-

karya dari seseorang yang menomental, dan juga dalam bentuk foto

maupun gambar.91 Melalui teknik dokumentasi peneliti akan

mendapatkan informasi yang lebih relevan dengan penelitian ini,

karena metode ini sebagai pelengkap dan penguatan bukti data yang

91Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 82.

Page 75: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

57

diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dengan demikian data

yang dikumpulkan melalui teknik dokumentasi yaitu:

1) Data-data tertulis seperti: sejarah berdirinya yayasan al-Iman

Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota

Mataram, letak dan geografis, sarana-prasarana, struktur organisasi,

visi dan misi, jadwal catatan program kegiatan, data santri, data

pengurus/pengasuh (ustaz dan ustazah).

2) Kegiatan tahfizul Qur‟an

3) Pelaksanaan kegiatan takrir

4) Jadwal kegiatan takrir

5) Foto-foto kegiatan dan dokumen lainnya yang dibutuhkan dan

dapat penunjang penelitian.

6. Analisis Data

Kegiatan analisis data merupakan proses yang penting dalam suatu

penelitian. Setelah melaksanakan kegiatan pengumpulan data maka perlu

adanya proses pemilihan data dan informasi yang telah dikumpulkan dan

dilakukan secara kontinu dari awal sampai dengan akhir penelitian,

kemudian selanjutnya dianalisis sehingga memperoleh kesimpulan tentang

keadaan yang sesungguhnya dari penelitian tersebut. Kegiatan analisis data

ini merupakan proses bagaimana data yang telah terkumpul kemudian di

olah, dibedakan dan diklasifikasikan, kemudian data tersebut siap untuk

dipaparkan. Dalam menggunakan metode analisis data harus secara

disiplin, transparan, sistematis, dan juga dapat didiskripsikan.

Page 76: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

58

Adapun analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982)

dalam bukunya Lexy J. Moleong mengatakan bahwa:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.92

Dengan demikan, berdasarkan penelitian ini maka peneliti

menggunakan teknik analisis data yang telah dijelaskan oleh Miles dan

Hubermen ialah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Kegiatan reduksi data adalah adalah proses pemilihan,

penyederhanaan, pemokusan, pemisahan, mengklasfikasikan, serta

mentransformasikan data yang masih mentah berupa catatan tertulis

maupun secara lisan yang telah dikumpulkan di lapangan selama

proses penelitian berlangsung. Tujuan dari kegiatan ini adalah memilih

dan memilah data serta informasi yang menjadi pokok dan fokus

penelitian yang dapat mempertajam gambaran tentang hasil yang telah

diperoleh.93

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah kegiatan mereduksi data, maka teknik selanjutnya adalah

penyajian data. Untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau

bagian-bagian tertentu dari penelitian ini, maka penyajian data dapat

92Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), hlm. 248. 93Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif Dengan

NVIVO, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 11-12.

Page 77: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

59

dilakukan dengan berbagai macam bentuk matriks, bagan, uraian

singkat, grafik, charts, dan networks. Dengan demikian peneliti bisa

menguasai data-data tersebut.94 Dalam penelitian jenis kualitatif

penyajian data dilakukan biasanya dalam bentuk teks naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif ialah penarikan

kesimpulan. Kesimpulan awal yang dipaparkan hanyalah bersifat

sementara, ia akan berubah-ubah jika tidak adanya suatu bukti yang

menguatkan dan mendukung pada tahap mengumpulkan data

selanjutnya, akan tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal yang

dikemukakan dapat didukung dengan bukti-bukti yang kuat dan valid,

serta ketika peneliti turun kembali ke lapangan untuk pengumpulan

data, kesimpulan tersebut masih bersifat konsisten atau tetap, maka

kesimpulan yang dipaparkan bersifat kredibel atau dapat di percaya.95

7. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif data atau temuan yang diperoleh dapat

dikatakan valid dan absah jika tidak adanya perbedaan antara yang

dilaporkan oleh peneliti dengan apa yang sebenarnya terjadi pada objek

yang diteliti. Dalam upaya untuk memperoleh kriteria data tersebut, maka

peneliti dalam hal ini menggunakan cara-cara sebagai berikut:

94Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif & Kualitatif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), hlm. 216.

95Sugiyono, Metode …, hlm. 446.

Page 78: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

60

a. Memperpanjang Kehadiran Peneliti

Memperpanjang kehadiran peneliti ini bertujuan untuk

meningkatkan kepercayaan/kreadibilitas data dan untuk mengecek

kembali data yang diperoleh apakah sudah valid atau tidak, karena hal

tersebut sama dengan mengulang pengamatan, wawancara, yang

sebelumnya pernah dilakukan. Memperpanjang kehadiran peneliti ini

diharapkan hubungan peneliti dengan nasasumber atau informan

semakin akrab yang pada awal kedatangan peneliti hubungan antara

keduanya masih orang asing dan dicurigai, sehingga narasumber

belum percaya untuk memberikan informasi yang sebenarnya.

b. Meningkatkan Ketekunan

Kegiatan meningkatkan ketekunan ini dapat dilakukan dengan

cara pengamatan lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan

demikian, meningkatkan ketekunan Ini diharapkan peneliti dapat

memberikan deskripsi suatu data yang akurat dan sistematis mengenai

suatu objek yang diteliti.96

c. Triangulasi

Triangulasi dalam uji kredibilitas data dapat diartikan sebagai

teknik untuk pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan waktu. Adapun Triangulasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi

sumber dilakukan peneliti dengan cara mengecek data yang diperoleh

96Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 183-189.

Page 79: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

61

melalui berbagai sumber yang berbeda. Sedangkan triangulasi teknik

dilakukan peneliti dengan cara mengecek data pada sumber yang sama

dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda.

d. Menggunakan Bahan Referensi

Menggunakan bahan referensi dalam suatu penelitian merupakan

hal yang cukup penting dan dibutuhkan untuk mendukung

kreadibilitas data, karena referensi merupakan alat pendukung untuk

membuktikan keabsahan dan validnya data yang diperoleh peneliti.97

H. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat mempermudah pemahaman, maka dari itu diperlukannya

suatu gambaran singkat mengenai isi dari penelitian ini yang dapat di

rumuskan dalam sistematika pembahasan, yang di maksud dengan sistematika

pembahasan yaitu rangkaian pembahasan skripsi ini dengan pola sebagai

berikut:

1. Bagian awal, terdiri dari halaman sampul, halaman judul, persetujuan

pembimbing, nota dinas pembimbing, halaman pernyataan keaslian

skripsi, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, kata

pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan

abstrak.

2. Bagian isi, yang terdiri dari:

a. Bab 1, berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka dan

97 Ibid.., hlm. 189-193.

Page 80: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

62

kajian teori. (pengertian metode, pengertian takrir, dasar dan tujuan

metode takrir, jenis-jenis metode takrir dan langkah-langkahnya,,

kelebihan dan kekurangan metode takrir, faktor pendukung dan

penghambat metode takrir). Menghafal al-Qur‟an (pengertian

menghafal al-Qur‟an, hukum menghafal al-Qur‟an, keutamaan-

keutamaan menghafal al-Qur‟an, syarat-syarat menghafal al-Qur‟an,

faktor-faktor pendukung dan menghambat dalam menghafal al-

Qur‟an). Metode penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian,

kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan

data, analisis data, dan keabsahan data.

b. Bab II, yang berisi tentang paparan data dan hasil temuan

c. Bab III, yang berisi tentang pembahasan

d. Bab IV, penutup yang berisi kesimpulan dan saran

3. Bagian akhir, yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

I. Jadwal Kegiatan Penelitian.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Pengajuan Judul √ 2. Observasi Awal √ 3. Penyususan Proposal Penelitian √ 4. Konsultasi Proposal Penelitian √ 5. Ujian Proposal √ 6. Perbaikan/Penyempurnaan

Proposal √

7. Pengajuan Izin Penelitian √ 8. Penelitian Lapangan √ √ 9. Penyusunan Hasil Penelitian √ √

Page 81: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

63

10. Konsultasi Skripsi √ √ 11. Ujian Skripsi √

Page 82: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

64

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdiri Pondok Pesantren Al-Iman Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram

Awal mula berdirinya yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah ini sebagai sebuah panti asuhan yang mulai beroprasi pada

tahun 1990 yang bertempat di belakang Polda dan pada saat itu masih

dalam keadaan ngontrak. Terbilang lama dan terus berkembang akhirnya

mendapatkan banyak simpati dari seluruh masyarakat di Kota Mataram.

Pada pertengahan tahun 1993 ada seseorang yang menghibahkan tanahnya

yang berada di Jl. Hidayatullah No. 06 Kebun Sari Mataram tempat

berdirinya yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram saat ini, ketika itu keadaan yayasan tersebut

masih sederhana yang beratapkan terop dan terpal dengan kapasitas anak-

anak yang dipindahkan sekitar 60-70 anak untuk menempati tempat

tersebut, setelah itu barulah mulai dibangun masjid pertama, kemudian

dilanjutkan dengan membangun asrama anak-anak dengan bagunan

permanen.

Jadi, kehidupan masyarakat internal dulunya dimulai dari benih

pembiayaan yang modal utamanya itu dari hasil penjualan majalah

Hidayatullah, kemudian ada yang disebut juga dengan suara Hidayatullah

Page 83: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

65

dan juga tak lepas dari simpati-simpati para donator. Seiring berjalannya

waktu, pada tahun 1994 mulailah didirikannya MTs Hidayatullah pada

tanggal 23 September dengan nomor surat izin penyelenggara WX/1-

b/503/23/9/1994, kemudian pada tahun 1996 berdirilah MA Hidayatullah

dan TK, dan pada tahun 2004 barulah didirikannya jenjang SD yang

disebut dengan SD Islam, kemudian adanya perubahan pola pikir yayasan

al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah merubah nama SD Islam menjadi

sekolah Integral pada tahun 2006 yang sampai saat ini melejit dan

berkembang dengan pesatnya. Proses-proses inilah merupakan langkah-

langkah awal bertumbuh kembangnya yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram hingga saat ini.98

2. Letak Geografis Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Letak geografis yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram ini sangat mendukung kenyamanan

dan kelancaran dalam proses pembelajaran karena posisinya cukup jauh

dari khalayak keramaian jalan raya dan berada di tengah lingkungan

masyarakat yang islami dan harmonis. Yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram memiliki bangunan

permanen.

a. Sebelah Utara : Rumah Penduduk

b. Sebelah Selatan : Rumah Penduduk

98Abidin (Ketua Yayasan), Wawancara, Sejarah Yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah, Kebun Sari Ampenan, Kota Mataram, 4 juni 2020.

Page 84: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

66

c. Sebelah Barat : Kebun Penduduk

d. Sebelah Timur : Rumah Penduduk.99

3. Visi dan Misi Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Adapun visi dan misi yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram, sebagai berikut:

a. Visi yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram adalah “menjadi kampus miniatur peradaban

Islam.”

b. Misi

1) Mewujudkan masyarakat berjama‟ah, bersyari‟ah, unggul dan

berpengaruh

2) Menggerakkan dakwah dan rekrutmen anggota baru Hidayatullah

3) Menyelenggarakan pendidikan integral berbasis tauhid

4) Menyelenggarakan pasar syari‟ah dan ekonomi keumatan yang

berdaya saing

5) Memberdayakan kaum dhu‟afa dan mustadh‟afin

6) Mengembangkan lingkungan kampus yang alamiah, ilmiah dan

Islamiah.100

99Observasi, Letak Geografis Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram, 1 Juni 2020.

100Dokumentasi, Visi dan Misi Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram, 4 Juni 2020.

Page 85: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

67

4. Struktur Organisasi Pengurus Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Struktur organisasi kepengurusan di yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram saat ini merupakan struktur yang

memang sudah tertulis dari tahun 2016 yaitu 4 tahun lamanya yang di

pimpin oleh ketua yayasan yang bernama Ustaz Abidin S.Pd, adapun

sistem pergantian kepengurusan di yayasan ini dilakukan dalam tahap 4

tahun.

Lebih jelas lagi, hal ini akan diperkuat dengan hasil wawancara

dengan ustaz Abidin S.Pd,, beliau menuturkan:

Mengenai kepemimpinan di yayasan al-Iman, jadi pergantian itu dilakukan dalam sistem tahap empat tahun sekali , adapun sistem kami di sini yaitu seperti pergantian PNS, jika sudah berada di sini selama sekian tahun, maka pindah ke Bima, Dompu, Bali dan lainnya bisa kapan saja, saya menjadi ketua yayasan dari tahun 2016, adapun tahun sebelumnya dipimpin oleh ustaz Muhammad Samsul Bahri dan saya saat itu menjadi sekertarisnya, tahun sebelumnya beliau empat tahun mundur lagi itu dipimpin oleh ustaz Ismuji dan ketika itu saya menjadi bendahara.101

Adapun struktur organisasi pengurus yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah di tahun 2016 sampai tahun 2020 saat ini dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

101Abidin (Ketua Yayasan), Wawancara, Sistem Kepengurusan Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram, 4 juni 2020.

Page 86: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

68

Bagan. 2.1 Struktur Organisasi Pengurus Pondok Pesantren Al-Iman Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota

Mataram tahun 2020.102

102Dokumentasi, Struktur Organisasi Pengurus Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram, 4 Juni 2020.

Dewan Pembina KH. Abdullah Ihsan, MK

Ahmad Saefuddin Nawawi, Lc Ust. Ismuji, S.Pd.I

Dewan Pengawas Drs. Hendro Swastomo

Ketua Yayasan Abidin, S.Pd

Sekretaris M. Zuhdy Yus

Bendahara 1 Muhbir, S.Pd., M.SI

Pend. dan SDM Zaenuddin, S.Pd.I

Ekonomi Fardin, S.Pd

HUMAS Agus Adnan, S.Sos.I

Kepesantren dan Sosial Imam Saputra, S.Pd

Perencanaan dan Pengembangan Pembangaunan

Ir. Eko Trihadjono

Bendahara II Ahmad Rozi, S.Pd.I

RA Eka Fitriani, S.Pd.I

SD Sulhanudin , S.Pd.I

MTs Zaenuddin, S.Pd.I

MA Muhammad, S.Ag

LKSA Zohriadi, S.Sos.I

68

Page 87: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

69

5. Keadaan Guru di Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram

Guru atau ustadz/ustadzah memiliki peran penting dalam kegiatan

pembelajaran untuk menggapai suatu tujuan terutama dalam bidang

tahfizul Qur‟an. Keberadaan ustadz/ustadzah ini merupakan suatu

komponen yang ikut andil dalam menilai suatu keberhasilan dari setiap

proses pembelajaran dan membimbing santri menuju hasil yang

diharapkan.

Tabel 2.1 Keadaan ustadz/ustadzah Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram.103

No Nama Diniyah L/P 1. Ust. Mudzkkir Khalil S.HI.M.HI Minhajul Muslim dan

Tahfiz L

2. Ust. Edi Muliawan Lc. M. HI. Akidah Tauhid L 3. Ust. Sulhanuddin S. PdI. Tuhfatul Atfal L 4. Ust. Imam Syahid Lc. Rabbani Shorof L 5. Ust. Syamsul Hakim S. PdI. Tuhfatul Atfal L 6. Ust. Ahmad Fikri S. PdI. Nahwu Wadeh L 7. Ust. Fathurrahman S. PdI. Durusu Lughoh

Mustawa 1-4 L

8. Ust. Imam Putra S. Sos. I. Akhlakul Banin dan Tahfiz

L

9. Ust. Jundi Rabbani S. HI. imla‟, Tahfiz dan Hadis L 10. Ust. Abidin Ketua Yayasan L 11. Ust. Ismuji Pembina L 12. Ustzh. Ryana S. HI. Tahfiz P 13. Ustzh. Sri Tahfiz P 14. Ustzh. Wardah Amelia Kitab Akhlakul Banad P 15. Ustzh. Mar'atus Sholaihah Hulashoh Nurul Yakin

Mustawa 2 P

16. Ustzh. Ely Pengasuh P 17. Ustzh. Lisa Pengasuh P

103Mudzkkir Khalil (Ketua Pengurus Diniyah), Wawancara Online, Mataram, 2 Juni 2020.

Page 88: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

70

6. Keadaan Peserta Didik (Santriwati) Yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Peserta didik dalam hal ini santriwati merupakan obyek paling utama

dalam suatu pendidikan, oleh karena itu peserta didik/santriwati

merupakan sebuah tolak ukur dalam melihat persentase sebuah

keberhasilan suatu lembaga atau sebuah yayasan. Berdasarkan data yang

diperoleh keadaan santriwati di yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram berasal dari berbagai

daerah seperti Sumbawa, Bima, Dompu, NTT dan Lombok, adapun

jumlah santriwati secara keseluruhan dari dijenjang MTs dan MA dari

kelas VII-XII tahun 2020 sebanyak 133 santriwati. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel.2.2 Keadaan santriwati Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram Tahun 2020.104

No Jenjang Pendidikan Jumlah Santriwati 1. MTs 59 2. MA 74 3. Jumlah Keseluruhan 133

7. Keadaan Sarana Prasarana Yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Dari segi kualitas dan kuantitas keseluruhan sarana prasarana di

yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan

Kota Mataram dapat dikatakan telah memadai. Lebih jelasnya dapat dilihat

104Hadenen (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 24 Januari 2020.

Page 89: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

71

dalam tabel di bawah ini:

Tabel.2.3 Daftar sarana prasarana Pondok Pesantren Al-Iman Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram tahun 2020.105

No Jenis Sarana Jumlah Keadaan 1. Mushola 2 Lokal Baik 2. Ruang Kelas 55 Ruangan Baik 3. Kantor 4 Ruangan Baik 4. Ruang/Kantor Yayasan 1 Ruangan Baik 5. Ruang Kepala Sekolah 4 Ruangan Baik 7. Asrama 2 Gedung Baik a. Putra 1 Lokal Baik b. Putri 1 Lokal Baik

8. WC/Toilet 43 Ruangan Baik 9. Kantin 4 Baik 12. Ruang Tata Usaha 4 Baik 14. Dapur 2 Ruangan Baik

8. Program Tahfizul Qur’an

Sebelum peneliti memaparkan data-data mengenai metode takrir

dalam penguatan hafalan, peneliti terlebih dahulu akan menjelaskan

tentang program Tahfizul Qur‟an yang ada di Pondok Pesantren

Hidayatullah Kebun Sari Mataram sebagai berikut:

Pondok Pesantren Hidayatullah ini bukan merupakan sekolah khusus

tahfiz melainkan sama dengan Pondok Pesantren yang lainnya, akan tetapi

program tahfizul Qur‟an di Pondok Pesantren ini merupakan salah satu

program unggulan dan merupakan program utama dari beberapa kegiatan-

kegiatan lainnya yang diterapkan dari pihak yayasan itu sendiri. Hal ini

sesuai dengan apa yang disampaikan oleh ustazah Rusnah selaku salah

satu pendidik sekaligus pengurus di Pondok Pesantren Hidayatullah,

105Observasi, Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan

Kota Mataram, 1 Juni 2020.

Page 90: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

72

mengatakan sebagai berikut:

Mengenai tahfiz ini sebenarnya kita bukan sekolah khusus tahfiz, akan tetapi ini merupakan salah satu program unggulan kita yang maksimal tiga juz dan target secara umum 15 juz harus dia tamatkan selama berada di sini. Mengenai menghafal al-Qur‟an ini kita dulu semua guru bidang studi harus mengambil hafalan dari anak-anak tersebut, terutama yang kegiatan mengulangnya, tahun kemaren itu dua jam memang dikhususkan untuk al-Qur‟an saja sebelum memulai aktivitas belajar secara formal. Terkait anak yang pulang pergi juga kita berlakukan dengan sama semua wajib mengikuti kegiatan tahfiz tersebut, tetapi dengan cara yang berbeda yaitu kita konsultasi dengan orangtuanya untuk menyimak hafalan anaknya di rumah106

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dan dikuatkan dengan hasil

observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa Pondok Pesantren

Hidayatullah bukanlah sekolah yang dikhususkan untuk tahfiz Qur‟an

saja, tetapi tahfiz Qur‟an merupakan salah satu program unggulan yang di

jadwalkan untuk santri dan santriwati. Tata cara melaksanakan tahfiz

tersebut menggunakan sistem halaqah yang dipimpin oleh tutor tahfiz

masing-masing, dan penentuan halaqah tersebut berdasarkan level/tingkat

hafalan setiap santriwati dengan tujuan santriwati akan merasa lebih

nyaman ketika berada disekeliling teman yang memiliki hafalan dan

kemampuan sepadan dengannya, mudah ketika mereka saling menyimak

satu sama lain, serta santriwati yang malas dan rajin tidak berbaur dan

saling mempengaruhi. Tahfiz sistem halaqah ini dilaksanakan pada sore

hari setelah melaksanakan sholat asar berjama‟ah sampai dengan pukul

05.10.107 dan dilakukan setelah melaksanaan sholat subuh berjama‟ah pada

106Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 1 Juni 2020. 107Observasi, Kegiatan Tahfiz, Kebun Sari, Mataram, 29 Oktober 2019.

Page 91: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

73

pukul 05.00 sampai dengan 06.30.108

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama ustazah Rusnah yang

menuturkan sebagai berikut:

Santriwati disini juga memiliki kegiatan yang namanya halaqah yang dilakukan pada sore dan pagi hari setelah sholat subuh, di mana mereka berhalaqah sesuai dengan jenjang hafalannya mereka masing-masing dan sebelum menyetor mereka takrir terlebih dahulu.109

Selain itu, ustazah Ryana memaparkan:

Cara penentuan halaqah di sini itu berdasarkan jenjang hafalannya, seperti yang bisa bersama-sama dengan yang bisa, karena yang kita hindari jika dicampur nanti ada yang sudah bisa biasanya dia rajin, sedangkan nanti ada yang leha-leha, malas dapat mempengaruhi mereka yang semulanya rajin, itulah yang kami takutkan, jadi kita kelompokkan yang bisa bersama yang bisa, yang setengah bisa bersama yang kurang bisa. Adapun kegiatan tahfiz dengan sistem halaqah ini dilaksanakan pada pagi hari setelah sholat subuh berjama‟ah sampai dengan jam 06.30, dan sore hari sampai jam 05.10,dan masing-masing halaqah terdiri dari 10 sampai 15 anak.110

Selanjutnya Syuhaibatul Islamiyah juga mengungkapkan:

Kelompok halaqah dalam menghafal al-Qur‟an itu dibedakan, tergantung pada tingkat hafalan yang dimiliki masing-masing santriwati, contohnya seperti yang bena-benar tidak lancar dibarengi dengan dengan kelompok yang tidak lancar juga.111

Gambar. 2.1

Kegiatan Halaqah.112

108Observasi, Kegiatan Tahfidz, Kebun Sari, Mataram, 30 Oktober 2019. 109Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari Mataram, 24 Januari 2020. 110Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 1 Juni 2020. 111Syuhaibatul Islamiyah (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juli 2020.

112Dokumentasi, Kegiatan Halaqah, Kebun Sari, Mataram, 30 Oktober 2019.

Page 92: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

74

Adapun kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang kualitas santri

dan pembinaan skiil lainnya seperti Pandu Hidayatullah, Diniyah Malam,

Muhaddaroh 3 Bahasa, kajian Kitab-kitab berbahasa Arab, bahasa Arab

dan Inggris serta Outdoor Learning yang bertujuan untuk membentuk

pribadi yang berkarakter, mandiri dan bertanggung jawab.113 Adapun

daftar aktivitas keseharian dan kegiatan mingguan santriwati di Pondok

Pesantren Hidayatullah sudah diatur dalam sebuah jadwal sebagai berikut:

Tabel.2.4 Aktivitas Harian114

No Waktu Pelaksanaan Aktivitas 1. 04.30-05.00 Sholat Subuh Berjama‟ah 2. 05.00-06.30 Tahfiz (Menyetor Hafalan) 3. 06.30-07.15 Persiapan Masuk Kelas (Mandi, Piket

Bersih-bersih, & Sarapan) 4. 07.15-08.00 Takrir Bersama Juz 30 5. 08-00-12.00 Belajar Formal & Istirahat 6. 12.00-12.15 Persiapan Sholat Zuhur Berjama‟ah 7. 12.15-01.00 Sholat Zuhur 8. 01.00-02.00 Takrir Bersama 9. 02.00-03.40 Istirahat & Takrir Sendiri 10. 03.40-04.00 Sholat Ashar Berjama‟ah 11. 04.00-05.10 Takrir & Tahfiz Qur‟an 12. 05-10-05.30 Mandi Sore & Persiapan Sholat

Magrib 13. 05.30-06.00 Sholat Magrib 14. 06.00-07.30 Pembinaan Menulis & Menghafal

Do‟a-do‟a Keseharian 15. 07.30-07.40 Shoolat Isya‟ 16. 07.40-09.30 Diniyah Malam 17. 09.30-10.00 Makan Malam & Wirid Sebelum

Tidur 18. 10.00-03.30 Istirahat Malam 19. 03.30 –Subuh Sholat Tahajjud & Takrir Sendiri

113Observasi, Kegiatan Santriwati Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah,

Kebun Sari, Mataram, 7 September 2019. 114Observasi, Aktivias Keseharian Santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah, Kebun

Sari, Mataram, 29 Oktober 2019.

Page 93: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

75

Tabel.2.5 Aktivitas Mingguan dan Bulanan.115

No Daftar Kegiatan Mingguan 1. Muhadarah 3 Bahasa 2. Pandu Hidayatullah 3. Jussiyah & Tasmi‟ 4. Pengajian 5. Silat, Panah & Renang

Daftar Kegiatan Bulanan 1. Outdoor Learning 2. Ujian Tahfiz/Imtihan Niha‟I Tahfizul Qur‟an

Daftar Kegiatan Tahunan 1. Jambore Nasional Pandu Hidayatullah

B. Proses Penerapan Metode Takrir dalam Penguatan Hafalan Al-Qur’an

Santriwati di Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun

Sari Ampenan Kota Mataram

Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah merupakan suatu

lembaga yang terus berkembang hingga sekarang dan banyak dikenal oleh

masyarakat luar maupun dalam, terdiri dari berbagai jenjang TK sampai

dengan MA, khusus untuk jenjang MTS dan MA diadakanya fasilitas asrama

untuk santriwan dan santriwati seperti Pondok Pesantren pada umumnya. Bagi

santri yang tinggal di sana akan mengikuti kegiatan-kegiatan yang melebihi

dari anak-anak pada umumnya, salah satunya yaitu program tahfizul Qur‟an.

Pondok Pesantren Hidayatullah ini merupakan salah satu lembaga yang

melaksanakan tahfiz dengan menerapkan metode takrir. Berikut peneliti

paparkan mengenai metode takrir, yaitu sebagai berikut:

115Observasi, Aktivias Keseharian Santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah, Kebun

Sari, Mataram, 9 November 2019.

Page 94: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

76

1. Penerapan metode takrir

Seiring dengan perkembangan saat ini, banyak sekali metode-metode

menghafal al-Qur‟an yang diciptakan dan dilahirkan dari ide-ide yang

beragam demi untuk memajukan generasi para penghafal al-Qur‟an,

namun tidak semua metode tersebut bisa terealisasikan dengan baik.

Adapun metode menghafal al-Qur‟an yang diterapkan di Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram ini merupakan metode yang sudah ada

sejak dahulu yaitu takrir atau biasa disebut pengulangan. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian pada

tanggal 9 september 2019 peneliti memperoleh data bahwa metode takrir

ini memang benar diterapkan setiap harinya baik pada kegiatan inti seperti

tahfiz untuk menjaga dan membantu penguatan hafalan al-Qur‟an para

santriwati yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah tersebut.116

Mengenai hasil observasi di atas, ustazah Ryana menjelaskan:

Di Pondok ini kami memang menerapkan metode takrir tersebut untuk membantu anak-anak di sini dalam proses menghafal al-Qur‟an , metode ini memang sangat terlihat sederhana yaitu hanya melakukan pengulangan secara rutin saja.117 Metode takrir ini juga di gunakan dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatan lainnya seperti wirid sebelum tidur sekitar pukul jam 10.00 yang

berisikan bacaan ayat-ayat terpilih seperti surah al-Baqarah, surah ar-Rum

dan do‟a khusus dari yayasan dan do‟a-do‟a lainnya.118 Dalam hal ini

ustazah Wardah menuturkan sebagai berikut:

116Obersevasi, Kegiatan Takrir, Kebun Sari, Mataram, 9 September 2019 117Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Penerapan Metode Takrir, Mataram, 1 Juni

2020. 118Observasi, Kegiatan Malam Santriwati, Mataram, 29 Oktober 2019.

Page 95: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

77

Alhamdulillah tahfiz di Pondok Pesantren Hidayatullah memang menggunakan metode takrir yaitu modifikasi dari metode al-Qosimi yang di mana metode al-Qosimi ini juga merupakan metode mengulang-ulang bacaan yang akan dihafal, kemudian di Hidayatullah sendiri pengulangan ini kita gunakan dalam kegiatan-kegiatan santri yang sudah terjadwal seperti wirid malam.119 Selanjutnya beliau menjelaskan:

Adapun kata takrir itu berarti pengulangan, dimana anak-anak biasanya cenderung lebih suka metode belajar yang tanpa dipaksakan namun bisa dan sering dilakukan, seperti metode ini, kerena sering diulangi maka akan hafal dengan sendirinya, ini juga termasuk dalam kegiatan sehari-hari lainnya. Seperti membaca dzikir pada pagi dan petang hari, karena sering diulang-ulang dan tidak merasa dipaksa maka balik lagi akan hafal dengan sendirinya, dan kemantapan penguatan hafalan mereka tentu bertambah. Adapun al-Qur‟an sendiri memang membutuhkan kegiatan pengulangan tersebut.120

Mengenai hal ini, Serliana Sari juga menuturkan sebagai berikut:

Takrir ini juga diterapkan pada kegiatan-kegiatan yang lain seperti witir sebelum tidur yang berisikan surah al-Baqarah, ar-Rum, ayat Kursi, do‟a-do‟a, kemudian do‟a khusus dari yayasan.121

Metdoe takrir di Pondok Pesantren Hidayatullah ini diterapkan pada

kegiatan tahfiz dengan empat cara yakni takrir bersama,122 takrir sendiri,

takrir dalam sholat,123 dan takrir di hadapan guru.124 setiap takrir

diterapkan sesuai dengan langkahnya masing-masing.

a. Takrir bersama

Takrir bersama dilakukan setelah santriwati melaksanakan sholat

zuhur berjama‟ah pukul 01.00 sampai dengan 02.00 dengan dikontrol

119Wardah (Pengasuh), Wawancara Online, Mataram, 10 Juli 2020. 120Ibid., 121Serliana Sari (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juli 2020. 122Observasi, Takrir Bersama, Kebun Sari, Mataram, 20 September 2019. 123Observasi, Takrir Sendiri dan Takrir dalam Sholat, Kebun Sari, Mataram, 30 Oktober

2019. 124Observasi, Takrir di Hadapan Guru, Kebun Sari, Mataram, 8 November 2019.

Page 96: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

78

oleh ustazah yang bertugas pada hari itu, dan ada beberapa pengurus

dari kalangan santriwati bertugas menjaga diluar mushola, setelah

takrir bersama selesai seluruh santriwati diabsen untuk mengetahui

siapa saja yang tidak ikut dalam kegiatan takrir bersama tersebut.125

Adapun materi hafalan yang ditakrir sudah ditentukan terlebih dahulu,

seperti juz 29, 28, 1, 2 dan seterusnya, dalam jangka waktu setiap dua

bulan sekali akan dilakukan pergantian juz al-Qur‟an yang ditakrir,

dan setiap harinya juga surah-surah yang ditakrir sudah ditentukan

terlebih dahulu seperti dalam juz 29 dari surah al-Mulk sampai dengan

surah Nuh, begitupula seterusnya dan setiap harinya akan diganti

secara berurutan.126 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti

yang dilakukan dengan Serlina Sari yang menjelaskan:

Siang hari semua kita melakukan takrir bersama di Mushola, dan surah-surah yang kita baca hari itu sudah ditentukan setiap harinya, ketika pada juz 29 dari surah al-Mulk sampai dengan surah Nuh, kemudian dari surah al-Jinn sampai dengan surah Al-Mursalat, kemudian dipimpin oleh satu orang dengan menggunakan speaker atau ustazah yang memiliki jadwal mengontrol hari itu yang memimpin. Kemudian setelah takrir itu langsung di absen oleh kakak-kakak pengurus atau ustazah juga.127

Hal ini juga dijelaskan ustazah Rusnah, yang menuturkan:

Pada siang harinya itu baru seluruh santri bergabung kemudian takrir secara klasikal, karena kalau secara klasikal ini apa yang dia tidak hafal jadi hafal karena temannya kan, sedangkan jika dibiarkan secara sendiri-sendiri dia akan buka tutup terus.128

Takrir bersama ini juga dilaksanakan pada pagi hari pukul 07.15

125Observasi, Takrir Bersama, Kebun Sari, Mataram, 12 September 2019. 126Ibid.,

127Serliana Sari (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juni 2020. 128Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kabun Sari, Mataram, 24 Januari 2020.

Page 97: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

79

sampai dengan pukul 08.00 sebelum santriwati melaksanakan proses

belajar mengajar di dalam kelas, untuk pagi harinya mereka khusus

mentakrir juz 30 saja, dengan ditempelkan jadwal untuk setiap harinya

surah apa saja yang akan ditakrir. Adapun langkah-langkah penerapan

metode takrir bersama yang dilakukan di Pondok Pesantren

Hidayatullah tersebut ialah dengan cara berbaris seperti saff atau

membuat lingkaran besar, kemudian melafalkan hafalan-hafalan al-

Qur‟an secara bersama yang sudah di tentukan sebelumnya.

Adakalanya juga mereka melakukan dengan tutor sebaya129 Sesuai

dengan observasi di atas, dalam kegiatan wawancara dengan ustazah

Rusnah, beliau menjelaskan mengenai hal tersebut bahwa:

Mengenai takrir bersama ini memang program langsung dari pihak asrama itu sendiri, apa yang side lihat mereka sangat terlihat hafal secara lancar tanpa melihat al-Qur‟an karena faktornya itu dilakukan secara bersamaan, kemudian dilakukan rutin setiap pagi hari dengan cara klasikal atau mereka membuat sebuah lingkaran. berbaris rapi semua gabung jadi satu di dalam satu kelas, kemudian ustazah tetap mengontrol mereka agar tidak ada yang main-main saat proses takrir tersebut berlangsung. Karena keinginan saya pada pagi hari itu juz 30 sudah diluar kepala merekalah istilahnya, kemudian nanti ketika waktunya mereka imtihan itu juz 30 yang memang kebanyakan keluar, itulah takrir di pagi hari kami terapkan khusus agar bisa membantu mereka memantapkan juz 30 tersebut, karena jika dilakukan secara bersama-sama maka secara tidak langsung mereka harus mengikuti teman yang lainnya, maka dengan ini mereka akan bisa menghafalnya.130

Hal ini kemudian dikuatkan dengan penjelasan ustazah Wardah

Amelia, beliau memaparkan sebagai berikut:

129Observasi, Penerapan Metode Takrir di Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah, Kebun Sari Mataram, 9 September 2019.

130Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 24 Januari 2020.

Page 98: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

80

Penerapannya secara bersama itu dilakukan dengan cara membuat majelis, suatu lingkaran kemudian berkumpul, kemudian membaca bersama-sama, ada juga bagian dimana mereka menghafal bersama tanpa melihat mushaf, ada pula bagian di mana penerapannya itu menggunakan tutor sebaya yaitu sebagian anak menghafal dan sebagain lainnya menyimak dengan seksama bacaan dari kawannya. Adapun saya sebagai pengasuh juga memiliki tugas untuk mengontrol apakah anak-anak tersebut memang menjalankan kewajibannya atau tidak.131

Gambar.2.2 Jadwal materi kegiatan mengulang/takrir di pagi hari.132

131Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, Mataram, 6 Juli 2020. 132Dokumentasi, Jadwal Kegiatan Mengulang/Takrir Bersama Pagi Hari, 9 September

2019.

Page 99: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

81

Gambar.2.3

Kegiatan takrir pagi hari.133

Gambar.2.4

Kegiatan takrir bersama pada siang hari.134

b. Takrir Sendiri.

Takrir sendiri merupakan proses dimana seorang santriwati

berusaha memanfaaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk

mentakrir hafalannya, karena semakin banyak hafalan maka tanggung

jawab untuk menjaga dan memlihara hafalan tersebut agar utuh

semakin besar dan butuh kesadaran sendiri. Takrir sendiri ini juga

diterapkan oleh sebagian santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah

ketika setelah melaksanakan sholat malam/tahajjud.135 Dan ketika ada

133Dokumentasi, Kegiatan Takrir Bersama Pagi Hari, 12 Sepetember, 2019. 134Dokumentasi, Kegiatan Takrir Bersama Siang Hari, 12 Sepetember, 2019. 135Observasi, Kegiatan Takrir Sendiri, Kebun Sari, Mataram, 30 Oktober 2019.

Page 100: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

82

jam pelajaran yang kosong,136 Sesuai dengan hasil wawancara bersama

Gina Putri Ramadani Hidayat, menjelaskan:

Alhamdulillah saya sering mentakrir hafalan dengan cara sendiri, saya juga membuat target agar takrir saya tetap berjalan, karena jika tida membuat target maka takrir sendiri ini jarang untuk kita lakukan. Biasanya sebelum tidur dan setelah sholat subuh saya berusaha untuk mentakrir hafalan saya menimal 1 lembar saja. Saya juga memanfaatkan waktu untuk mentakrir hafalan sendiri ketika ada jam kosong di dalam kelas, kemudian pulang sekolah kalau tidak ada PR, kadang sore juga selesai ashar ketika yang lain lagi nyetor hafalan, kemudian saya mengulang hafalan saya yang sudah saya setorkan.137

Selanjutnya, Sitti Fajriatul Aeni menjelaskan:

Tergantung setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mentakrir hafalannya, ada yang per ayat, per surah, per satu muka, atau per juz, kalau saya sendiri langsung mengulang-ulang satu halaman terlebih dahulu sampai benar-benar lancar dan tidak ada salah penyebutan huruf sama sekali, baik untuk hafalan saya yang lama maupun ayat yang mau saya hafalkan, setelah itu saya akan hafal dengan sendirinya.138 Takrir sendiri ini tidak hanya santriwati saja yang

menerapkannya, melainkan ustazah sebagai penyimak tahfiz juga

menganjurkan dan memerintahkan santriwatinya untuk melakukan

takrir sendiri ketika seorang santriwati yang sering salah atau tidak

lancar dalam kegiatan menyetor hafalan, maka akan diperintahkan

untuk melakukan takrir sendiri dengan cara-cara tertentu yang

diberitau oleh penyimak tersebut, tetapi balik lagi setiap tutor memilki

cara yang berbeda-beda.139 Sesuai dengan hasil wawancara dengan

ustazah Ryana menuturkan:

136Observasi, Kegiatan Takrir Sendiri, Kebun Sari, Mataram, 7 November 2019. 137Gina Putri Ramadani Hidayat (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juli 2020. 138Sitti Fajriatul Aeni (Santriwati), Wawancara Online, 24 Juli 2020. 139Observasi, Kegiatan Takrir, Kebun Sari, Mataram, 7 November 2019.

Page 101: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

83

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, ketika anak yang susah dalam melafalkan dan kurang lancar maka saya akan menyuruh mereka untuk mengulang sebanyak-banyaknya dulu sampai 20 kali hingga lancar.140 Hal ini diperjelas dengan ungkapan ustazah Wardah yang

menjelaskan:

Metode takrir ini adalah modifikasi dari metode al-Qosimi, yaitu mengulangi bacaan 20 sampai 40 kali setiap bacaan, bisa memilih satu ayat, boleh juga memilih per limaayat dan boleh juga langsung satu muka itu 40 kali, ada juga yang menggunakan satu ayat di baca 13 kali, 40 kali kemudian di lanjutkan ke ayat kedua dibaca berulang kali seperti tahap awalnya, baru kemudian digabung ayat satu dengan ayat dua dan di ulang lagi ayat-ayat tersebut, kemudian tambah lagi kemudian di ulang lagi begitu seterusnya sampai targetnya.141

Selanjutnya beliau menjelaskan:

Dari saya pribadi biasanya cara menerapkan metode takrir secara individu kepada anak-anak tersebut adalah biasanya dipotong-potong per sampai mana mereka enak bacaannya , nanti diulang terus menerus, kemudian jika sudah lancar satu ayat, maka di tambah lagi ayat kedua, jika sudah lancar ayat kedua, di ulang lagi balik dari ayat pertama, begitu terus sampai mendapatkan satu muka sesuai dengan targetnya, baru diperdengarkan di hadapan temannya (tasmi‟), dan yang terakhir kemudian di setorkan kepada usatzah.Tetapi ada juga ustazah yang menerapkannya dengan cara anak-anak di suruh dulu membaca satu muka langsung atau per lima ayat kemudian diulang-ulang terus sampai maksimal 40 kali biasanya baru mulai dihafal.142

c. Takrir Dalam Sholat

Ketika melaksanakan sholat, ada bacaan-bacaan yang wajib

dilafalkan dan bacaan yang sunnah untuk dilafalkan, tentu dalam

sholat terutama ketika menjadi seorang imam, ayat-ayat al-Qur‟an

yang dilafalkan harus dengan nada yang cukup keras agar makmum di

140Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 7 Juli 2020. 141Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, 6 Juli 2020. 142Ibid.,

Page 102: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

84

belakang mendengarkan apa yang sedang di bacakan oleh seorang

imam, dan tidak terlepas dari surah-surah yang memang sering di

ucapkan, seperti surah yang ada di juz, 30, dan ayat-ayat yang memang

sudah dihafalkan seperti dalam juz satu, dua, surah al-Baqarah, al-

Imran, an-Nisa dan lain-lain.

Hal ini juga dilakukan oleh santriwati di Pondok Pesantren

Hidayatullah ketika peneliti melakukan observasi pada tanggal 3

November 2019, berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti

memperoleh data bahwa setiap santriwati memiliki jadwal dan

diberikan amanah untuk menjadi seorang imam dan sholat, ketika

menjadi imam santriwati tersebut dianjurkan malafazkan ayat-ayat al-

Qur‟an yang sudah dihafal, agar ketika sholat juga terjadinya

pengulangan pada sistem otak untuk mengingat kembali ayat-ayat

tersebut baik untuk dirinya sendiri maupun untuk teman-temanya yang

menjadi makmum bisa ikut mengulang hafalannya, bahkan juga untuk

mereka yang belum hafal bisa mendengarkan ayat tersebut ketika

temannya menjadi imam.143 Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan Dela Widiyana menjelaskan:

Untuk takrir dalam sholat sudah jelas pasti diterapkan, karena memang ayat-ayat yang kita baca dalam sholat berjama‟ah maupun sholat sendiri itu dianjurkan yang sudah kita hafalkan, agar tetap kita ingat baik untuk teman-teman yang jadi imam maupun untuk teman-teman yang lain sebagai makmum.144

Selanjutnya, ustazah Wardah Amelia memaparkan:

143Observasi, Kegiatan Takrir Dalam Sholat, Kebun Sari, Mataram, 3 November 2019. 144Della Widiyana (Santriwati), Wawancara Online, Mataram, 22 Juli 2020.

Page 103: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

85

Adapun takrir dalam sholat biasanya digunakan. Mereka memiliki jadwal tahfiz, sedangkan takrir dalam sholat itu adalah mereka di berikan jadwal menjadi imam seacara bergantian, dan di sanalah kesempatan mereka untuk mengulangi kembali hafalan untuk dirinya maupun teman-temannya.145

d. Takrir di Hadapan Guru

Takrir di hadapan guru merupakan suatu proses yang melibatkan

peserta didik/santriwati dengan seorang tutor tahfiz. Kegiatan ini

memang tidak lepas dari program tahfidz di manapun, hal ini

berdasarkan tujuan dari kegiatan tersebut yaitu seorang tutor dapat

secara leluasa menilai bagaimana seorang santriwati dalam

mengucapkan makhraj, tajwid, dan yang lainnya, seorang tutor akan

tahu dimana letak kesalahan dan kelemahan setiap santriwati dalam

menghafal al-Qur‟an, dan juga seorang tutor akan mengetahui sejauh

mana kemantapan dan penguatan hafalan yang dimilki oleh setiap

peserta didiknya/santriwati.

Mengenai hal tersebut berdasarkan hasil observasi, peneliti

memperoleh data bahwa takrir di hadapan guru yang dilaksanakan di

Pondok pesnatren Hidayatullah ini merupakan proses di mana seorang

santriwati menyetor semua hafalannya yang sudah lewat di hadapan

seorang tutor atau ustazah tanpa melihat al-Qur‟an sama sekali, baik

itu hafalannya yang sudah mencapai satu juz, akan dilakukan kegiatan

ini disebut dengan istilah jussiyah, yaitu menguji kemantapan hafalan

mereka dengan cara sambung ayat. Setiap santiwati yang sudah

145Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, Mataram, 6 Juli 2020.

Page 104: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

86

mendapatkan hafalan tiga juz maka akan dilakukannya tasmi‟ yaitu

menyetor semua hafalan yang sudah lalu dihadapan guru dengan sekali

duduk.146 Mengenai penjelasan di atas ustazah Wardah menjelaskan:

Kegiatan jussiyah dilakukan biasanya setiap hari Minggu, karena setiap minggunya pasti ada saja santriwati yang sudah mencapai satu juz hafalan, hafalan tersebutlah yang di jussiyahkan, kemudian ketika sudah mendapatkan tiga juz barulah dilakukannya kegiatan tasmi‟ dalam sekali duduk di hadapan ustazah, jika santri yang sudah dinyatakan mantap dan lulus barulah bisa melanjutkan hafalan al-Qur‟an ke yang lebih atasnya lagi.147

Selain itu, Serliana Sari menjelaskan:

Kegiatan tasmi‟ itu adalah menyetor/mengetes hafalan yang sudah lama maupun hafalan baru, setiap santriwati yang mendapatkan tiga juz maka akan ditakrir di hadapan ustazah dengan cara sekali duduk. Setelah mengikuti kegiatan pelaksaan tasmi‟ tersebut, kita kadang langsung dinyatakan lulus atau tidaknya, dan kita juga diberikan sertifikat biar lebih semngat lagi dalam mempertahankan hafalan maupun menambah hafalan.148 Jadi dapat di pahami bahwa sistem jussiyah dan tasmi‟ ini

melibatkan metode takrir dihadapan guru, keduanya memang saling

keterkaitan, ustazah Ryana menjelaskan:

Jika ada yang sudah mencapai satu juz atau tiga juz dll maka itu saja yang diulang saat itu, karena kita ada program yang nama jussiyah yaitu ketika anak sudah mencapai hafalan per juz maka itu akan diulang di hadapan guru dan teman-temannya dalam sekali duduk tanpa melihat al-Qur'an untuk mengetes kemampuan ingatan hafalan mereka, jika sudah benar-benar lancar maka boleh lanjut dan di berikan penghargaan berupa sertifikat tasmi‟.149 Selain kegiatan jussiyah dan tasmi‟ yang dilakukan setiap

minggunya, ada juga kegiatan yang mendukung kemantapan suatu

146Observasi, Kegiatan Takrir Dihadapan Guru, Kebun Sari, Mataram, 7 November 2019. 147Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, 6 Juli 2020. 148Serliana Sari (Santriwati), Wawancara Online, Mataram, 8 Juli 2020. 149Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 7 Juli 2020.

Page 105: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

87

hafalan al-Qur‟an santriwati di Pondok Pesantren Hidayatullah yakni

imtihan atau biasa disebut dengan ujian tahfidz. Kegiatan ini biasa

dilakukan setelah jadwal ujian sekolah dikeluarkan, maka sebelum itu

ujian tahfidz didahulukan agar tidak mengganggu pikiran santriwati

ketika melaksanakan kegiatan ujian sekolah. Hal ini dijelaskan oleh

ustazah Ryana yang menuturkan sebagai berikut:

Kami juga di sini selalu melakukan ujian tahfidz secara rutin beriringan dengan kegiatan ujian sekolah, sebelum ujian sekolah dilakukan maka kami duluan biasanya dari pihak pengurus tahfidz melakukan ujian tahfidz tersebut. Nilai dari ujian tahfidz juga sangat penting untuk kami rekap sebagai pertimbangan ke depannya, dan mengetes sejauh mana kemantapan hafalan yang dimiliki oleh setiap santriwati.150 Seorang santriwati harus diberi ketegasan ketika melakukan

kegiatan jussiyah agar mereka tidak mengulangi bacaan yang sama

setiap kali, seorang tutor berperan penting dalam pembimbing dan

memberi arahan kenapa bacaan al-Qur‟annya bisa salah dan memberi

tanda kemudian menjelaskan bacaan yang benar seperti apa. Hal ini

diperjelas dengan hasil wawancara dengan ustazah Wardah,

menjelaskan:

Ketika saya menyimak saya memberikan tanda-tanda biasanya di al-Qur‟an mereka di mana bacaan-bacaan yang salah misalnya panjang pendeknya, harakatnya dan lain-lain agar mereka mengetahui dan ingat letak salahnya dan tidak diulangi lagi.151

Selanjutnya, beliau menjelaskan:

Setelah itu mereka kembali ke tempat duduk untuk mengulangi lagi sampai tidak ada yang salah baru boleh maju lagi, akan tetapi

150Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 1 Juni 2020. 151Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, 6 Juli 2020.

Page 106: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

88

jika anak yang memang sulit untuk menyebutkan maka kita akan langsung bertatap muka dengan pembimbing sampai bacaannya tidak ada yang salah lagi, saya biarkan saja mengulang sampai bosan, hal ini kami sebut dengan takrir di hadapan pembimbing, kerena di lakukan bersama pembimbing yang sudah ditentukan.152

Adapun Langkah-langkah dalam penyimakan kegiatan tasmi‟ ini,

Siti Fajriatul Aeni menjelaskan:

Setiap penyimak mengetahui setiap hafalan santriwati itu sudah sampai mana, kemudian ustzah setiap ada kesempatan selesai melakukan sima‟an menanyakan apakah sudah siap atau belum untuk melakukan tasmi‟ dengan cara dihadapan ustazah, dan tergantung kita kapan siapnya, kalau di jawab sudah siap, kayak bseoknya langsung dilakukan.153

Kemudian melanjutkan:

Cara ustazah penyimak tasmi‟, ketika ada yang salah langsung ditegur menggunaan ketukan saja, dan tidak akan diberitahu letak salahnya di mana sampai kita peka dan mengingat kembali letak salahnya kesealahannya jika salahnya lebih dari 10 kali maka dinyatakan tidak lulus.154

Tabel.2.6 Daftar nama santriwati menerima sertifikat tasmi’.155

No Nama 1. Siti Fajriatul Aeni 2. Serliana Sari 3. Nur Faradillah Nafisah 4. Purnama Sari 5. Sofiana 6. Dina Oktavia 7. Urwatu Wusqa 8. Nida‟ 9. Lisa Anggeraini

152Ibid., 153Siti Fajriatul Aeni (Santriwati), Wawancara Online, 24 Juni 2020. 154Ibid., 155Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 2 Januari 2020.

Page 107: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

89

2. Manfaat penerapan metode takrir

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa

metode takrir sendiri sangat bermanfaat untuk santriwati Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram, nampak terlihat bahwa setelah

melakukan takrir secara rutin maka selanjutnya mereka menghafal seperti

sudah menguasai semuanya, seperti penguasaan makhrajnya, pengaturan

panjang pendeknya, dan tajwidnya. Ketika dilakukannya takrir mereka ada

yang malafazkan sambil duduk dalam keadaan tidur tetapi mulutnya tetap

bergerak melafazkan apa yang memang ditakrir saat itu.156 Hal ini

disebabkan karena kebiasaan dilakukannya pengulangan maka hafalannya

akan melekat dan sangat mudah untuk diucapkan. Sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Purnama Sari mengenai

manfaat yang dirasakan dengan diterapkannya metode takrir mengatakan

sebagai berikut:

Manfaat yang saya rasakan dari metode takrir ini adalah untuk mengingat-ngingat kembali ayat-ayat al-Qur‟an yang sudah dihafalkan dan dapat membantu saya dalam menghafal ayat-ayat baru yang akan disetorkan juga, kemudian tujuannya itu adalah mempermudah saya untuk dapat memahami isi dan dapat memperbaiki lagi bacaan al-Qur‟an tersebut dan juga mendapatkan pahala secara bersama, dengan adanya kegiatan takrir ini juga dapat mengisi waktu luang agar menjadi lebih bermanfaat, dengan begitu insyaallah hafalan tidak akan mudah lupa dan semakin melekat di otak ketika sering mengulang-ulangnya kembali.157

Selanjutnya, Della Widiyana menjelaskan:

Menurut saya metode ini sangat bagus untuk kita, agar tidak lupa terhadap hafalan al-Qur‟an, selain itu ketika kita sering mengulang

156Observasi, Kegiatan Takrir, Kebun Sari. Mataram, 13 September 2020. 157Purnamasari (Santriwati), Wawancara Online, 9 Juli 2020.

Page 108: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

90

menghafal kita bisa mengingat sampai kapan saja, dan ketika ingin menyetor hafalan kita tidak salah-salah dan merasa ragu.158

Senada dengan penjelasan Della Widiyana diatas, Syuhaibatul

Islamiyah menerangkan sebagai berikut:

Manfaat yang saya rasakan selama ini dengan metode takrir ini yaitu tidak mudah lupa, hafalannya juga semakin banyak, kemudian semakin kuat dan mudah untuk dingat-ingat kembali, dan hafalan kita menjadi lebih lancar.159

Hal ini juga turut dirasakan oleh Gina Putri Ramadani Hidayat yang

menuturkan:

Manfaat yang saya rasakan adalah kemantapan dalam mengulang hafalan, di karenakan jadwal mengulangnya yang begitu banyak dan dapat membuat hafalan saya menjadi mantap dan ketenangan hati karena hafalan yang saya miliki mudah untuk saya ingat karena seringnya mengulang-ulang hafalan yang saya miliki walaupun lama saya tidak mentakrirnya tapi karena terbiasa sering mengulang-ulang masih mudah untuk diingat. Karena metode takrir ini hafalan saya menjadi lebih kuat dari sebelumnya, ketika tiba-tiba disuruh untuk melafalkan ayat dalam surah atau di dalam suatu acara maka tidak akan merasa gugup lagi karena dengan adanya metode takrir ini hafalan tetap ada di dalam pikiran kita.160

Selanjutnya menjelaskan:

Jadi, metode takrir ini sangat penting untuk para penghafal al-Qur‟an karena jika tidak mentakrirkan ayat-ayat al-Qur‟an yang sudah kita hafalkan belum sehari saja pasti sudah lupa, selain itu kita harus mempertanggung jawabkan ayat-ayat al-Qur‟an yang sudah dihafalkan di akhirat kelak, oleh karena itu lebih baik sedikit hafalan tapi sering ditakrirkan daripada banyak hafalan tapi tidak pernah di takrir kemudian menjadi lupa.161

Metode takrir ini sangat berperan penting bagi seorang penghafal al-

Qur‟an. Penerapan metode ini dapat digunakan untuk membuat hafalan

158Della Widiyana (Santriwati), Wawancara Online, 23 Juli 2020. 159Syuhaibatul Islamiyah (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juli 2020. 160Gina Putri Ramadani Hidayat (Santriwati), Wawancara, 20 Juli 2020. 161Ibid.,

Page 109: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

91

baru dan mengulang hafalan yang sudah lama yang telah diperoleh agar

dapat melekat dalam ingatan. Penerapan metode takrir ini sangat berkaitan

dengan metode belajar, adapun ketika tahap penghafalan ini tidak dapat

dipisahkan dari ingatan manusia. Terkait pentingnya metode takrir ini,

Putri Cahaya Ramadhani menuturkan:

Sangat berperan penting sekali karena kita menggunakan metode itu lebih cepat dan mudah dalam menghafal dan hafalan yang sebelumnya sudah di luar kepala Jadi di samping kita memperlancar hafalan yang baru di samping itu juga kita mengulang hafalan yang lama jadinya seimbang.162

Hal ini juga diperjelas oleh Purnama Sari yang menuturkan:

Tentunya metode takrir ini sangat berperan penting sekali bagi kami di asrama, terlebih bagi saya yang sudah melakukan kegiatan menghafal sangat merasakan dengan hafalan yang sudah saya hafalkan jadi tidak gampang lupa, begitupula jika saya akan menambah hafalan baru akan dapat mempermudah saya untuk menghafalnya, karena metode takrir ini mengajarkan bagaimana seharusnya membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar bahkan juga mengajarkan bagaimana menggunakan nada yang sesuai dengan tajwidnya, oleh karena itu ketika saya mengikuti kegiatan takrir ini saya jadi lebih memperhatikan bacaannya.163

Dengan adanya metode takrir ini, maka akan terjadinya suatu proses

pemanggilan kembali memori ingatan yang sudah lama untuk diproses dan

bisa diungkapkan kembali oleh lisan. Konsep dalam menghafal al-Qur‟an,

metode mengulang ini merupakan metode yang wajib untuk dilakukan di

manapun dan kapanpun, akan tetapi setiap orang dan setiap lembaga

melaksankannya dengan cara yang berbeda-beda seperti diserahkan ke

pribadi masing-masing atau sengaja untuk diprogram kan, agar anak-anak

162Putri Cahaya Ramadani (Santriwati), Wawancara Online, 20 Juni 2020. 163Purnama Sari (Santriwati), Wawancara Online, 9 Juli 2020.

Page 110: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

92

selain mahir dalam menghafal cepat mereka juga mahir dalam menjaga

dan memlihara hafalan mereka, tidak hilang begitu saja. Budaya menjaga

hafalan ini memang sudah kita kenal sejak lama, tetapi sedikit orang yang

merealisasikan.

Metode takrir ini sangat efektif untuk membantu melekatkan hafalan

anak di memori jangka panjangnya dan terjadi kemantapan dan penguatan

terhadap hafalan al-Qur‟an mereka.164 Adapun Ustazah Ryana sebagai

Mas‟ul Tahfidz Putri menuturkan sebagai berikut:

Berdasarkan pengalaman sebelumnya saya pernah di Solo di Madium yaitu tahfidz juga, di sana juga menggunakan metode takrir tersebut karena sangat membantu melengketkan hafalan anak-anak di kepalanya, karena jika tidak diulang-ulang terus maka akan terasa lebih susah. Jadi menurut saya metode takrir itu bisa dibilang sangat efektiflah dalam menguatkan hafalan anak-anak, jadi istilahnya menurut saya metode takrir itu wajib.165 Senada dengan apa yang dikatakan ustazah Ryana, maka ustazah

Rusnah menuturkan sebagai berikut:

Menurut saya, ini bisa dikatakan sangat efektif metode takrir ini untuk hafalan mereka yang baru maupun yang lama, karena walaupun mereka belum hafal tapi mereka harus mengikuti, nanti saat dia menghafal yang belum dia hafal dia bisa dengan sendirinya, ini diterapkan sudah berjalan dari beberapa tahun yang lalu, bukan untuk santri saja, tetapi termasuk kita juga merasakan.166

Selanjutnya beliau menuturkan:

Metode ini memang didesain supaya anak-anak terus mengingat hafalan dan di asah otaknya. Sama seperti saya juga begitu, ketika saya sering membaca surah al-Waqi‟ah misalnya maka bacaan saya akan lancar dengan sendirinya. Kalau saya lebih melihat dampaknya itu kepada anak-anak jadi cepat dia hafal karena sering takrir itu, karena inti dari takrir itu kan untuk mempertahankan hafalan yang

164Observasi, Kegiatan Takrir, Kebun Sari, Ampenan, 9 September 2019. 165Ryana (Mas‟ul Tahfidz), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 1 Juni 2020. 166Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 23 September 2019.

Page 111: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

93

sudah ada. Ya sangat efektif sekali apalagi untuk pagi dan kita juga mengambil berkah untuk pagi harinya.

Hal ini juga dipertegas dengan ungkapan ustzah Wardah yang

mengatakan:

Yang pertama sudah jelas pastinya untuk menjaga hafalan, dan kedua poin pentingnya menurut saya itu untuk memudahkan, contohnya kalau kita sudah biasa mendengar otomatis ketika kita dimintai atau diberi tugas untuk menghafal maka akan terasa lebih mudah.167

Kemantapan atau penguatan suatu hafalan tidak dinilai dengan

sembarang, harus memiliki dasar penilaian tertentu, atau sebuah indikator-

indikator penilaian hafalan al-Qur‟an dapat dikatakan mantap dan

sempurna. Setiap tutor atau penyimak memiliki sebuah penilaian secara

sendiri kapan hafalan al-Qur‟an seorang anak bisa dikatakan kuat. Suatu

kemantapan dalam penguatan hafalan al-Qur‟an tidak bisa hanya dilihat

dari satu sisi, melainkan banyak sisi yang saling melengkapi, selain dari

kelancarannya, maka tajwidnya atau kaidah tata baca al-Qur‟an pun harus

dikuasi, selain itu tidak terlepas dari penilaian makhraj dan fasahahnya.168

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ustazah

Ryana menjelaskan sebagai berikut:

Ketika menyimak tentu ada penilaian atau dasar yang kita bisa lihat seperti ketentuan anak itu bisa lanjut atau tidaknya, sama halnya seperti bagaimana melihat apakah hafalan anak itu sudah mantap atau bisa dibilang kuat, tentu seorang penyimak harus tahu mengenai hal itu. Yang pertama yaitu tajwidnya, yang kedua fasahahnya, yang ketiga makrajnya, dan yang keempat kelancarannya sangat penting, kalau yang lain-lain mengikuti di belakang, tetapi yang lain juga bisa dijadikan dasar hafalan itu mantap seperti tajwid karena ketika anak sudah lancar tetapi panjang pendeknya masih banyak yang salah,

167Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, Kebun Sari, Mataram, 6 Juli 2020. 168Observasi, Kegiatan Tahfizul Qur‟an Pagi Hari, Kebun Sari, Mataram, 29 Oktober

2019.

Page 112: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

94

maka harus diulangi lagi, karna hal itu bisa mengubah arti dari ayat al-Qur‟an tersebut, intinya yang empat ini saling keterkaitan satu sama lain, ketika anak menyetor kurang salah satu saja maka belum bisa dikatakan sempurna ataupun mantap, penguatan hafalan itu tidak bisa di lihat dari kelancarannya saja.169

Senada dengan apa yang disampaikan oleh ustazah Ryana, dan

diperkuat dengan penjelasan ustazah Wardah yang menuturkan:

Setiap penyimak pasti memiliki indikator penilaian secara sendiri-sendiri, tetapi secara umum menurut saya hampir sama yaitu a. Semakin sering diulang akan semakin bagus hafalan seseorang

tersebut. Karena jika malas mengulang/takrir tidak bisa menjamin sebulan kemudian, tiga bulan kemudian ataupun satu tahun kemudian hafalannya masih melekat.

b. Tidak ada kata lelah untuk seorang penghafal al-Qur‟an, sekali dia lalai maka hafalannya akan hilang.

c. Mengulang ataupun takrir itu seumur hidup. d. Tentu dia biasa menghafal dengan mutqin (sempurna) e. Makhrajnya benar f. Panjang-pendeknya benar g. Tajwidnya benar h. Tidak terbata-bata i. Tidak ragu untuk melanjutkan ayat.170

Berdasarkan penjelasan data di atas yang diperoleh peneliti bahwa

sesungguhnya metode takrir merupakan metode yang sangat efisien dan

efektif untuk semua santriwati hal ini dibuktikan dengan semangat

antusiasnya mengikuti kegiatan tersebut, walaupun takrir tersebut

dilaksanakan dalam waktu yang cukup singkat tetapi secara rutin dengan

bersama-sama sehingga akan lebih gairah dan kompetitif meskipun belum

secara keseluruhan, metode takrir merupakan metode yang sangat

simple/sederhana, dan praktis yang bisa dipahami oleh semua santriwati,

dan merupakan proses penerapan belajar menghafal al-Quran berserta

169Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 7 Juli 2020. 170Wardah Amelia (Pengasuh), Wawancara Online, 6 Juli 2020.

Page 113: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

95

mengulang dengan memastikan setiap santriwati benar dan lancar dalam

membaca al-Qur‟an.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode Takrir dalam

Penguatan Hafalan Al-Qur’an Santriwati di Yayasan Al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

1. Faktor Pendukung Penerapan Metode Takrir Dalam Penguatan Hafalan

Al -Qur‟an di Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun

Sari Ampenan Kota Mataram.

Adapun berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh peneliti

bahwasannya faktor pendukung penerapan metode takrir ialah sebagai

berikut:

a. Dukungan penuh dari pihak pengasuh/ustazah yang memiliki

semangat untuk mengontrol santriwati dalam pelaksanaan kegiatan

tersebut, meskipun jumlahnya terbatas, tetapi memilki karakter yang

cukup tegas dan konsisten dalam menjalankan kegiatan, salah satunya

terlihat saat setelah melakukan takrir bersama dilakukannya absen

untuk mengetahui siapa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.171

Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Putri Cahaya

Ramadani yang mengutarakan sebagai berikut:

Faktornya tergantung guru atau ustazah kita, karena setiap harikan diwajibkan untuk selalu mengikuti kegiatan takrir tersebut, kemudian ditambah lagi dengan ustazahnya yang lumayan tegas, jadi tidak ada alasan untuk absen dari kegiatan tersebut dan untuk malas-malasan,.172

171Observasi, Faktor pendukung penerapan metode takrir, Kebun Sari, Mataram, 9

September 2019. 172Putri Cahaya Ramadani (Santriwati), Wawancara Online, 23 Juni 2020.

Page 114: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

96

Hal yang sama dijelaskan oleh ustazah Rusnah: Pendukung penerapan kegiatan takrir ini yang utama adalah pihak asrama, yaitu seperti pengasuh yang harus tetap lebih mengontrol anak-anak untuk selalu menjalankan kegiatan bagaimana semestinya, karena jika tidak dikontrol dengan rutin maka kebanyakan dari mereka tidak mempedulikan takrir tersebut padahal memiliki manfaat yang cukup besar untuk hafalan mereka, selain itu juga banyak yang akan main-main, terutama ketika takrir secara bersama-sama. Oleh karenanya jika ustazahnya tetap bersikap tegas dan teratur untuk mengontrol mereka maka kegiatan takrir ataupun kegiatan lainnya akan berjalan lancar dan kompak karena mereka ada yang ditakuti, jadi tidak ada sebagian yang serius mengikuti kegiatan tersebut tidak ada juga yang main-main semuanya sama. Alhamdulillah kita disini sepakat secara bergantian untuk tetep mengontrol mereka, terutama saat siang harinya, meskipun keadaan kami disini jumlahnya sedikit dan semuanya tidak bisa terlibat secara langsung.173

b. Teman dan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil temuan yang

diperoleh peneliti bahwa teman merupakan salah satu pengaruh yang

sangat besar dalam menerapkan kegiatan apapun, termasuk kegiatan

takrir ini, karena ketika seseorang berteman dengan yang rajin dan

serius dalam menjalankan kegiatan maka yang lainnya juga akan

terbawa oleh pergaulannya dengan yang rajin tersebut, begitupula

sebaliknya. Hal tersebut juga terjadi di Pondok Pesantren Hidayatullah

Mataram, ketika kegiatan takrir tersebut berlangsung kemudian

santriwati duduk berdekatan dengan teman akrabnya yang memang

notabennya suka berbicara, maka yang lainnya juga akan ikut

berbicara dengannya.174 Hal yang sama jika ia melihat temannya yang

semangat, serius, rajin maka akan tumbuh dalam diri santriwati

173Rusnah (Pendidik), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 24 Januari 2020. 174 Observasi, Kegiatan Takrir , Kebun Sari, Mataram, 13 September 2019.

Page 115: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

97

tersebut untuk ingin sama seperti temannya atau bahkan ingin lebih

unggul darinya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama Putri

Cahaya Ramadani yang menuturkan sebagai berikut:

Kemudian faktornya juga dari teman merasa iri jika melihat teman yang kalau dalam kegiatan itu dia lebih rajin, lebih unggul, lebih semangat dari kita, apalagi di sana seperti berlomba-lomba menjadi yang terbaik.175 Selanjutnya Syuhaibatul Islamiiyah menjelaskan: Menurut saya, yang jadi faktor pendukungnya itu teman dan lingkungan disektiar saya, soalnya kalau saya berteman sama yang rajin maka saya akan ikut rajin, tetapi kalau saya duduk atau bersebelahan dengan yang malas kadang saya juga ikutan malas, apalagi kalau takrir itu kadangkan membosankan, jadi kalau ada teman yang diam saja tidak mengikuti takrir tidak buka al-Qur‟an kadang saya ikut juga, makanya saya kalau ketika mulai kegiatan itu saya cari teman yang rajin terus semangat biar saya juga ikut semangat. Faktor pendukungnya juga keadaan lingkungan di sekitar saya, soalnya mengulang dengan menghafal sama beratnya, kalau saya tidak mengikuti kegiatan takrir ini saya sulit dalam menghafal, dan kalau saya tidak hafal maka saya akan ditaruh bersama kelompok yang tidak bisa hafal juga, dan kalau saya bagus pas menghafal maka saya juga akan ditaruh dikelompok yang bisa dan bagus hafalannya dan juga bisa ikut tasmi‟ dan pengen dapat sertifikat, itu juga yang membuat saya semangat dalam mengikuti takrir setiap harinya.176

Hal serupa diungkapkan oleh Purnamasari:

Faktor-faktor yang menjadi pendukung dalam kegiatan ini, yaitu seperti teman, karena jika saya melihat teman yang lebih rajin dan banyak hafalannya, lancar ketika menghafal dari pada saya, maka di sanalah saya akan lebih giat lagi dalam mengikuti kegiatan takrir ini agar saya dapat menghafal al-Qur‟an dengan lancar dan tidak ingin kalah, seperti berlomba-lomba dalam kebaikan, kemudian kesadaran diri, keinginan yang kuat juga karena jika tidak adanya dorongan dan keinginan dari saya sendiri tentunya tidak akan mendapatkan manfaat dari takrir itu dan hafalan saya tidak akan bisa lancar dan naik sedikitpun karena menurut saya

175Putri Cahaya Ramadani (Santriwati), Wawancara Online, 23 Juni 2020. 176Syuhaibatul Islamiyah (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juli 2020.

Page 116: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

98

tanpa usaha bagaimana akan mendapatkan hasil, kemudian waktu yang termanfaatkan dengan sebaik mungkin, salah satunya seperti dengan adanya takrir ini.177

c. Orangtua dan Tempat menghafal.

Beradasarkan data hasil temuan yang diperoleh peneliti

bahwasannya orangtua adalah tombak kekuatan pertama yang

memiliki peran cukup besar dalam memberikan motivasi dan

dukungan penuh kepada anaknya dimanapun ia berada, agar anak

merasa semangat dan bersungguh-sungguh untuk menjalankan

kegiatan tersebut, karena takrir ini tidak hanya bisa dilakukan di

Pondok/asrama tetapi juga harus dilakukan secara rutin di rumah.

Orangtua ketika di rumah sebagai pengganti ustaz dan ustazah

untuk selalu mengontrol anaknya, kemudian pengasuh/ustazah

sebagai pengganti orangtua ketika mereka berada di asrama. Hal

ini sesuai dengan wawancara bersama Gina Putri Ramadani

Hidayat menjelaskan:

Faktor-faktor pendukung dalam menghafal al-Qur‟an dengan metode takrir ini demi mendapatkan hafalan yang kuat adalah niat istiqamah dari awal memang ingin menjadi seorang hafizoh Qur‟an yang memiliki hafalan cukup mantap, karena jika memiliki hafalan banyak tapi tidak pernah di takrir, maka sama saja akan hilang dengan sendirinya, dan dan yang pastinya adalah orangtua saya, ingin membahagiakan dan ingin memuliakan kedua orangtua saya kelak di akhirat karena gelar hafizah Qur‟an yang dimiliki sangat mulai di sisi Allah SWT dan penghafal al-Qur‟an bisa membawa 10 anggota keluarganya yang pasti masuk neraka dan menuju ke syurganya. Oleh sebab itulah yang membuat saya menjadi semangat.178

177Purnamasari (Santriwati), Wawancara Online, 9 Juli 2020. 178Gina Putri Ramadani Hidayat (Santriwati), Wawancara, 20 Juni 2020.

Page 117: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

99

Selanjutnya Syuhaibatul Islamiyah menjelaskan:

Orangtua yang selalu mendorong saya ketika akan memasuki Pondok tersebut untuk selalu rajin menghafal, mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya, seperti takrir ini juga agar saya mudah dalam menghafal dan bisa cepat mendapatkan sertifikat tasmi‟ seperti yang lainnya, karena kalau kita rajin mengikuti kegiatan takrir ini setiap harinya maka ketika tasmi‟ insyaallah kita akan lancar mengucapkannya di depan ustazah-ustazah itu. Jadi orangtua yang selalu mengingatkan saya untuk jangan malas, tetap semangat, jangan ngebantah dan lainnya, jadi itu yang selalu saya ingat, kemudian kalau saya di rumah juga orangtua tetap memerintahkan saya untuk mengikuti kegiatan tahfidz yang ada di dekat rumah agar hafalan saya yang di Pondok tidak hilang ketika pulang dan agar tembah kuat juga.179

Selain orangtua, tempat menghafal juga salah satu faktor

pendukung berjalannya kegiatan takrir tersebut, karena jika

tempatnya tidak kondusif dekat dengan keramaian, kegaduhan,

tidak nyaman, panas, dan yang lainnya maka akan membuat para

santriwati tidak merasa tenang dan tidak fokus dalam menjalankan

kegiatan takrir tersebut. Di Pondok Pesantren Hidayatullah

Mataram metode takrir ini dilakukan ditempat yang cukup terbuka,

sejuk, jauh dari keramaian, dan tidak terdapat gambar-gambar yang

menarik perhatian santriwati yaitu di Mushola yang terletak di

lantai 2.

Selanjutnya Gina Putri Ramadani Hidayat menjelaskan:

Dan juga tergantung tempatnya, jika dikelas kadang tidak fokus karena panas dan lain-lain tetapi kita di Pondok takrirnya itu di Mushola jadinya itu adem dan tenang, soalnya kalau sudah tidak fokus maka kita tidak bisa serius dan tidak

179Syuhaibatul Islamiyah (Santriwati), Wawancara, Mataram, 8 Juli 2020.

Page 118: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

100

memperhatikan dalam kegiatan takrir tersebut.180

d. Penyesuaian/inteligensi yang cukup bagus.

Adapun disisi lain sebagian santriwati memiliki penyusaian

diri yang cukup bagus, hal ini dapat disimpulkan dari perkataan

mas‟ul tahfidz putri yakni ustazah Ryana yang menjelaskan bahwa:

Kegiatan takrir ini juga didukung dengan sikap sebagian santriwati yang cepat sekali memahami kondisi di mana dia harus mengikuti kegiatan takrir ini yang cenderung menurutnya memang membosankan, tetapi ia berusaha menerima dan mengikuti kegiatan tersebut dengan baik, meskipun dia menolak atau tidak menyukai kegiatan itu tetapi dia tetap mengikuti prosesnya, istilahnya menurut saya itu dia menyesuaikan dirinya dengan mudah dan baik terhadap pengalaman baru yang dia temui sama seperti takrir ini sebenarnya, karena bisa saja secara sendiri-sendiri tetapi di sini diterapkan juga secara bersama-sama baik di pagi serta siang hari, dan sebelum menyetor hafalan pada sore hari juga dilakukannya hal yang sama yaitu takrir sekitar dua lembar saja.181 Ketika santriwati dihadapkan dengan kondisi, pengalaman dan

pengetahuan yang baru maka ia akan lebih mudah dan cepat untuk

menerima keadaan yang sedang ia hadapi, dan sebelumnya tidak

pernah ia temukan mungkin, sama seperti takrir ini, biasanya

mengulang itu dilakukan dengan cara sendiri-sendiri, dan terserah

dilaksanakan atau tidaknya tergantung mereka, tetapi ketika

mereka berada di sini dan melakukan kegiatan mengulang setiap

hari dengan cara bersama-sama, mereka akan lebih mudah

menerimanya, dan sebagian ada santriwati yang demikian juga dan

180Gina Putri Ramadani Hidayat (Santriwati), Wawancara, 20 Juni 2020. 181Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 1 Juni 2020.

Page 119: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

101

ada juga yang tidak di Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram ini,

hal ini terlihat ketika mereka harus melakukan takrir bersama

setelah pulang sekolah tanpa ada jeda untuk istirahat terlebih

dahulu dalam keadaan capek, lesu dan lapar, tetapi mereka tetap

menerima dan berusaha untuk menjalankan kegiatan takrir tersebut

dengan baik yang menjadi rutinitas setiap harinya yang sebelumnya

jarang mereka lakukan.182

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut peneliti dapat

simpulkan bahwa penerapan metode takrir ini tidak akan berjalan

lancar tanpa ada dukungan dan semangat dari orang-orang dalam

lingkup internal maupun dari lingkup ekstrenal.

a. Seperti pengasuh/pengurus yang memang harus berperan aktif

untuk menjalankan tugas mengontrol santriwati dalam

menjalankan kegiatan takrir tersebut, bersikap tegas agar dapat

disegani, dan tetap istiqamah/konsisten meskipun jumlah

mereka terbatas.

b. Selanjutnya orangtua membantu dan bekerjasama dengan

guru/ustazah untuk selalu memberikan dukungan dan motivasi

penuh untuk anaknya maupun untuk pihak Pesantren yang

menjalankan kegiatan tersebut, dan orangtua juga turut

berperan untuk mengontrol menjalankan takrir ketika anak

berada di rumah. Adapun tempat menghafal atau pelaksanaan

182Observasi, Kegiatan Takrir, Kebun Sari, Mataram, 18 Oktober 2019.

Page 120: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

102

kegiatan yang kondusif sangat mendukung kenyamanan dan

konsentrasi santriwati dalam menjalankan kegiatan tersebut.

c. Sedangkan teman dan lingkungan sekitar, merupakan pengaruh

besar terhadap peserta didik/santriwati dalam melakukan takrir

hafalan baik di Pesantren maupun dirumah, karena setiap anak

memiliki karakter yang berbeda, biasanya ia akan terbawa oleh

pergaulan dan mengikuti keadaan lingkungan sekitar, jika

mendukung untuk baik maka ia juga akan baik, begitupula

sebaliknya.

d. Inteligensi yaitu penyesuaian yang bagus, yaitu cepat dan baik

menermika secara fisik dan mental terhadap pengalaman,

pengetahuan dan kondisi sekitar yang mana mereka tidak

merasa tertekan dan santai dalam menyikapi keadaan sekitar

yang harus ia jalankan, semua ini tercatat dalam kesadaran diri

sendiri mengenai pentingnya mengikuti kegiatan takrir

tersebut.

2. Faktor Penghambat Penerapan Metode Takrir Dalam Penguatan Hafalan

Al -Qur‟an Di Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun

Sari Ampenan Kota Mataram.

Bagaimanapun setiap kegiatan yang dilakukan pasti terdapat faktor

penghambatnya, begitupula dengan kegiatan takrir ini. Sesuai dengan hasil

observasi peneliti bahwa faktor penghambat penerapan metode takrir ini

disebabkan karena kurangnya pembimbing atau sumber daya guru/ustazah,

Page 121: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

103

kemudian keterbatasan waktu serta kondisi peserta didik/santriwati.183

Keterbatasan ini mencakup pembagian waktu khusus takrir dengan waktu

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang lainnya, dan banyaknya kesibukan.

Adapun kurangnya sumber daya guru/ustazah ini karena jumlah ustazah

yang berada di Pondok Pesantren Hidayatullah terbilang minim baik itu

tutor dalam proses tahfiz, takrir secara bersama dan di hadapan guru, hal

ini juga dapat menunda kegiatan takrir, karena dalam setiap kegiatan

tersebut guru/ustazah merupakan fasilitator bagi santriwati dalam

menyetor hafalan. Sedangkan kondisi peserta didik/santriwati ini

mencakup rasa ngantuk, melemahnya semangat, rasa malas dan kondisi

emosional santriwati pada saat itu. Hal ini sesuai hasil observasi dan

wawancara peneliti sebagai berikut:

a. Kondisi peserta didik (santriwati)

Kondisi Peserta didik dalam hal ini santriwati merupakan faktor

yang cukup penting, karena santriwati merupakan objek sasaran utama

untuk metode takrir ini, jika kondisi fisik maupun yang lainnya tidak

memungkinkan maka kegiatan takrir tersebut tentu tidak akan berjalan

dengan lancar. Hal ini terlihat saat takrir berlangsung banyak

santriwati yang tidak bisa menahan rasa ngantuknya, kemudian

banyaknya yang telat ketika takrir sudah berlangsung dengan berbagai

macam alasan, dan rasa malas yang membuat mereka hanya diam dan

183Observasi, Faktor Penghambat Penerapan Metode Takrir, Kebun Sari, Mataram, 13

September 2019.

Page 122: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

104

bengong ketika takrir tersebut berlanjut.184

Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah rasa malas, kemudian banyaknya kegiatan asrama jadi waktunya terbatas, sedikitnya waktu istirahat jadi ketika pelaksanaan tahfiz dan takrir itu jadi ngantuk, dan juga ketika kondisi lagi berhalangan itu sangat berat bagi saya, karena suka marah-marah, terus lemas, ditambah rasa malas yang besar dan kesibukan lainnya.185

Selanjutnya ustzah Ryana menjelaskan:

Faktor penghambat metode takrir ini seperti rasa malas yang dialami oleh pengurus maupun dari santriwati juga, selanjutnya itu faktor ingatan, karna setiap anak memiliki kemampuan ingatan yang berbeda-beda kemudian keadaan fisiknya ada yang ingin sekali semangat dalam mengikuti kegiatan tersebut tetapi tidak bisa melwan rasa ngantuknya, beda lagi dengan adanya santriwati yang memang memilki semangat yang lemah, sudah dinasehatin tetapi tetap saja tidak semangat,.186 Selanjutnya beliau menjelaskan: Kemudian yang ke terakhir ini sangat berpengaruh sekali yaitu teman, jika dia berteman dengan yang rajin pasti di akan rajin dan juga sebaliknya jika dia berteman dengan yang malas menghafal, malas mengulang/takrir maka dia juga akan seperti itu.187

Gambar. 2.5 Keadaan Santriwati (Tidur).188

184Observasi, Kegiatan Takrir, Kebun Sari, Mataram, 13 September 2019. 185Purnamasari (Santriwati), Wawancara Online, 9 Juli 2020. 186Ryana (Mas‟ul Tahfidz Putri), Wawancara, Kebun Sari, Mataram, 1 Juni 2020. 187Ibid., 188Observasi, Keadaan Santriwati, Kebun Sari, Mataram, 9 September 2019.

Page 123: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

105

Gambar.2.6 Keadaan Santriwati.189

b. Minimnya sumber daya guru (ustazah dan pengasuh) serta

keterbatasan waktu.

Guru merupakan fasilitator dalam segala kegiatan, guru

merupakan power yang utama untuk kegiatan takrir ini, jika

seorang guru tidak ada maka kegiatan kadang tidak sesuai dengan

harapan. Minimnya sumber daya guru dalam hal ini ustazah, tidak

mampu mengontrol seluruhnya dengan jumlah santriwati yang

lebih banyak, tidak terjangkau juga ketika ada ustazah yang

berhalangan untuk mengontrol maka tidak terjamin santriwati akan

serius dalam kegiatan tersebut, hal ini terlihat ketika pelaksanaan

takrir kemudian ustazah yang mengontrol saat itu terlambat datang

ke lokasi pelaksanaan, maka banyak sekali santriwati yang berdiri,

kemudian mondar mandir, dan juga main-main.190 Hal ini juga

terjadi ketika kegiatan tahfidz, ustazah yang ada hanya beberapa

kemudian santriwati yang menyetor hafalan lumayan banyak, hal

189Observasi, Keadaan Santriwati, Kebun Sari, Mataram, 13 September 2019. 190Observasi, Keadaan Santriwati, Kebun Sari, Mataram, 9 September 2019.

Page 124: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

106

ini akan membuat tertunda dan butuh waktu yang lebih panjang

lagi untuk melakukan kegiatan tersebut, kemudian ada

guru/ustazah namun memiliki keterbatasan waktu juga, mereka

tidak hannya fokus dengan satu kegiatan namun memiliki kegiatan

yang lainnya yang juga harus dikejar, akhirnya membuat tidak

fokus. Hal ini sesuai dengan wawancara bersama ustazah Wardah

Amelia yang memaparkan;

Adapun faktor penghambatnya menurut saya adalah tergantung pada objek dari metode tersebut, jika obyek yang kita berikan metode itu tidak memahami apa maksud dari metode itu, tidak ada semangat, mintat, gairah, maka hal-hal yang menjadi tujuan awal untuk mencapai keberhasilan metode tersebut otomatis mereka akan merasa bosan dan mengatakan “ini apaan sih kayak gini terus, diulangi melulu, bosen, pengen cara yang lain”. Nah.. disinilah yang namanya improfesasi dibutuhkan biasanya, kemudian yang kedua kekurangan pembimbing, otomatis pembimbing yang ada tidak bisa secara leluasa melakukan improfesasi, jadi dibutuhkan improfesasi- improfesasi yang banyak, selama ini di Hidayatullah terjadinya sedikit pembimbing, kemudian ada pembimbingnya tetapi keterbatasan waktu menjadi kendala, kemudian tidak pokus, keterbatasan waktu untuk santriwati juga menjadi kendala karena antara waktu belajar formal, istirahat, dan kegiatan takrir ini sangat berdekatan sehingga anak tidak bisa fokus, kadang nanti ketika takrir ada yang ngantuk, ada yang lemas, ada yang lapar dan lain-lain.191

Gambar.2.7

Keadaan Santriwati.192

191Wardah Amelia (Pangasuh), Wawancara Online, 6 Juli 2020. 192Observasi, Keadaan Santriwati, Kebun Sari, Mataram, 9 September 2019.

Page 125: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

107

Dari hasil data yang diperoleh di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa faktor penghambat secara umum yang

dialami ketika penerapan metode takrir tersebut ialah, yang

pertama kondisi peserta didik yang meliputi malas, rasa ngantuk,

dan melemahnya semangat, yang kedua minimnya sumber daya

manusia dalam hal ini pembimbing/ustazah, serta keterbatasan

waktu yang dimiliki.

Page 126: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

108

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan paparan data dan hasil temuan sebagaimana yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah membahas atau

menganalisis hasil temuan dengan teori-teori yang ada sesuai dengan fokus

penelitian, di antaranya ialah sebagai berikut:

A. Penerapan Metode Takrir Dalam Penguatan Hafalan Al-Qur’an

Santriwati Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram Tahun 2020.

1. Penerapan Metode Takrir.

Penghafal al-Qur‟an sudah ada pada kehidupan manusia sejak Nabi

Muhammad Saw yang diutus sebagai Rasullullah untuk menerima dan

menyampaikan wahyu yaitu Kalamullah. Rasulullah Saw sendiri yang

mengawali menghafal al-Qur‟an, kemudian diikuti dan diteladani oleh

para sahabat dan tabi‟in hingga sampai kepada umatnya saat ini.

menghafal al-Qur‟an tidak terlepas dari suatu metode, dalam dunia belajar

mengajar metode sangat jauh lebih penting daripada materi, suatu proses

pembelajaran dapat dikatakan tidak berhasil jika dalam prosesnya tida

menerapkan sebuah metode.193

Pada masa Rasulullah hingga saat ini metode menghafal al-Qur‟an

cukup berkembang pesat, di antara berbagai macam metode yang ada,

salah satu metode yang sudah dikenal sejak zaman Rasulullah yakni

193Mughni Najib, “Implementasi metode takrir dalam menghafalkan al-Qur‟an bagi santri

Pondok Pesantren punggul nganjuk”, Vol 8, Nomor 3, November 2018, hlm. 334.

108

Page 127: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

109

metode takrir atau pengulangan.

Pelaksanaan metode takrir merupakan metode pilihan dan utama yang

dilakukan di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram.

Metode takrir ini merupakan metode yang wajib diterapkan dan sangat

penting dalam setiap proses menghafal al-Qur‟an, karena setiap ilmu yang

dihafal memerlukan suatu tali pengikat agar tida mudah lepas, adapun

salah satu tali pengikat dalam menghafal al-Qur‟an yaitu metode takrir

atau pengulangan tersebut. Adapun dalam sebuah hadis menjelaskan

bahwasannya apabila al-Qur‟an yang telah dihafalkan tidak diberikan

suatu perhatian khusus secara optimal terhadap ayat-ayat yang telah

dihafalkan, maka menurunlah sebuah daya ingat seseorang, untuk itu

sangat diperlukannya suatu pemantauan dan kerja keras secara terus-

menerus. 194

Dalam kegiatan takrir hafalan ada beberapa jenis atau teknik yang

dapat digunakan, menurut Sa‟dullah dalam bukunya mengemukakan

jenis-jenis takrir antara lain ialah:

a. Takrir bersama b. Takrir sendiri c. Takrir dalam sholat d. Takrir di hadapan guru.195

Namun, berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti

bahwasannya dari ke empat jenis metode takrir yang dikemukakan diatas

yang paling menonjol diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah

194Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, Dan

Menghafal, Al-Qur‟an, (Solo: Tinta Media, 2011), hlm. 80. 195Sa‟dullah, Cara Cepat Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2017), hlm. 65-

66.

Page 128: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

110

Mataram adalah takrir secara bersama. Adapun beberapa jenis takrir di

atas merupakan jenis takrir yang berkembang hingga saat ini. jenis-jenis

takrir tersebut juga digunakan atau diterapkan di yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram sebagai bentuk dari kegiatan tahfizul

Qur‟an dalam penguatan hafalan bagi santriwati, di antaranya:

a. Takrir bersama

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti bahwa takrir

bersama merupakan metode yang dominan dilakukan di Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram, hal ini dapat dilihat dari proses

pelaksanaannya yang dilakukan pada pada pagi hari pukul 07.15-08.00

dengan cara bershaf dan juga dengan cara membuat sebuah lingkaran,

kemudian siang hari setelah melakukan sholat zuhur berjama‟ah

seluruh santriwati melakukan takrir bersama dengan membuat majelis

atau lingkaran besar, dan sore hari sebelum melakukan kegiatan tahfiz

al-Qur‟an mereka dianjurkan untuk melakukan takrir terlebih dahulu

bersama dengan teman halaqahnya secara berhadapan mnimal 2

lembar.

Secara teoritis hal ini juga telah dijelaskan oleh Sa‟dullah dalam

bukunya yang mengemukakan bahwa, takrir bersama adalah para

penghafal al-Qur‟an melakukan takrir secara bersamaan dengan dua

orang atau lebih dengan cara sebagai berikut:

1) Pertama, yaitu duduk dengan saling berhadapan dan setiap

seseorang membacakan materi takrir yang telah ditentukan.

Page 129: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

111

2) Kedua, takrir bersama dengan duduk berbaris seperti shaf dalam

shalat. Kemudian membaca atau melafazkan hafalan al-Qur‟an

yang sudah ditentukan secara bersama-sama.196

b. Takrir sendiri.

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti bahwa takrir

sendiri ini dilakukan oleh santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah

Mataram dengan cara mengulang-ulang dari ayat per ayat ataupun per

surah dan per muka sebanyak 20 sampai dengan 40 kali sampai benar-

benar lancar, tergantung cara yang berbeda-beda dilakukan oleh setiap

santriwati tersebut. Hal ini untuk memperlancar dan menguatkan

hafalan mereka, para tutor di sana juga melakukan dan memerintahkan

hal tersebut kepada para santriwatinya dengan cara membaca satu ayat

sebanyak 20 sampai 40 kali terlebih dahulu kemudian ulangi sampai

lancar dan lakukan hal yang sama dengan ayat kedua, begitupun

seterusnya, kemudian dilakukannya tasmi‟ kepada teman sebaya

kemudian kepada guru/ustazah. Takrir sendiri ini biasanya dilakukan

santriwati ketika ada jam kosong, kemudian sebelum tidur dan setelah

melaksanakan sholat malam/tahajjud.

Sa‟dullah dalam bukunya menjelaskan penghafal al-Qur‟an harus

bisa mengatur dan memanfaatkan waktunnya mentakrir atau

menambah hafalan. Hafalan yang baru saja disima‟ atau hafalan baru

harus ditakrir minimal setiap hari sebanyak dua kali dalam jangka

196Ibid., hlm. 65-66.

Page 130: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

112

waktu satu minggu. Sedangkan untuk hafalan yang sudah lama

hendaknya ditakrir menimal setiap hari atau 2 hari sekali.197

Secara teoritis takrir sendiri tersebut dilakukan dengan cara:

menentukan ayat yang akan dihafalkan, membaca berulang-ulang kali

dengan teliti sampai pada target yang telah ditentukan, dan mengulang

seluruhnya sampai benar-benar lancar kemudian tasmi‟.198 Yahya

Abdul Fattah Azzamawi juga memaparkan bahwasannya sebagian dari

pada ulama‟ melakukan pengulangan/mengulang-ulang permasalahan

sabanyak 100 kali, ada juga di antara mereka mengulang-ulang sampai

dengan 400 kali, sehingga ilmu yang diperolehnya seolah-olah berada

diantara kedua matanya dengan makna (benar-benar sudah

memahaminya).199

c. Takrir dalam sholat

Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh peneliti di Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram bahwa takrir dalam sholat ini

dianjurkan oleh para pengasuh yang ada dengan cara membuatkan

santriwati jadwal untuk bertugas menjadi imam dalam melaksanakan

sholat berjama‟ah dan membacakan ayat-ayat yang telah dihafalkan

guna untuk melatih kembali melancarkan dan memantapkan hafalan

yang pernah dihafalkan.

197Ibid., hlm.65 198Murdiono, Dina Mardiana, implementaso metode takrir dalam meningkatkan

kompetensi literasi al-Qur‟an di Pondok Pesantren al-Izzah, Kota Batu, Vol 1, Nomer 4, Desember 2019.

199Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi menghafal al-Qur‟an “cara menghafal, kuat hafalan dan terjaga seumur hidup”, (Surakarta: Insan Kamil, 2015), hlm. 86

Page 131: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

113

Hal ini berdasarkan teori yang dikemukana oleh Cece Abdulwaly

dalam bukunya yaitu sebagai berikut:

Ketika sholat anda akan merasakan betapa hafalan dapat dibaca dengan penuh konsentrasi tidak seperti ketika membacanya diluar sholat. Dan, inilah salah satu alasan membaca hafalan al-Qur‟an di dalam sholat menjadi sarana yang sangat efektif, bahkan mungkin paling efektif untuk memperlancar hafalan.200

Hal ini juga diungkapkan oleh Sa‟dullah dalam bukunya bahwa

seorang penghafal al-Qur‟an sudah sewajarnya menggunakan ayat-ayat

al-Qur‟an yang telah dihafalnya ketika melaksanakan ibadah shalat

baik itu sholat wajib maupun sholat sunnah. Takrir hafalan ketika

shalat sangat penting dan bermanfaat untuk menjaga dan menguatkan

hafalan, karena dalam melaksanakan shalat tubuh tidak bisa bergerak

seenaknya. Sehingga keseluruhan pancaindera kita seperti mata,

telinga dan perasaan berkosentrasi secara sungguh-sungguh agar

hafalan Qur‟annya tidak lupa.201 Adapun keuntungan mengulang

hafalan dalam sholat ialah sebagai berikut:

1) Insya Allah hafal seumur hidup 2) Disediakan pahala khusus 3) Sholat dan hafalan terjaga 4) Suara tidak cepat habis 5) Dan tidak cepat bosan.202

d. Takrir di hadapan guru.

Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh peneliti di Pondok

Pesantren Hidayatullah Mataram bahwa takrir di hadapan guru

200Cece Abdulwaly, Jadilah Hafizh “Tips dan Motivasi Sukses Menghafalkan al-Qur‟an”, (Yogyakarta: DIVA Press, 2018), hlm. 85-86.

201Sa‟dullah, Cara…, hlm. 65. 202Dicky Miswardi, Sholati ila Mamati, (Semarang: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018),

hlm. 17-19.

Page 132: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

114

merupakan kegiatan yang tak lepas dari proses menghafal al-Qur‟an,

seperti yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah tersebut

yaitu ketika setiap santriwati mendapatkan perjuz maka akan

dilakukankanya kegiatan yang dinamakan dengan istilah jussiyah, dan

ketika mendapatkan 3 juz akan dilakukannya takrir di hadapan ustazah

dan teman-temannya yaitu seluruh hafalan yang pernah dihafalkan

dengan tasmi‟ sekali duduk.

Adapun secara teoritis takrir dihadapan guru yaitu penghafal al-

Qur‟an harus menghadap guru (ustaz/ustazah) ketika melakukan takrir

hafalan yang sudah diajukan. Mentakrir hafalan dihadapan guru atau

instruktur sangatlah bermanfaat untuk menjaga dan menguatkan

hafalan yang sudah ada sejak lama dalam memori otak seseorang. Di

samping itu, sekaligus melakukan evaluasi terhadap bacaan al-Qur‟an

benar atau tidaknya.203 Selain itu, mengulang dan membaca hafalan

dihadapan guru atau orang lain dapat menimbulkan bekas hafalan di

dalam hati yang akan jauh lebih baik melebihi mengulang dan

membaca hafalan sendirian sebanyak lima kali lipat bahkan lebih.204

Hal ini juga sering disebut dengan kata tasmi‟, sedangkan tasmi‟

merupakan proses memperdengarkan hafalan kepada orang lain secara

perseorangan ataupun kepada jamaah/majelis, dengan tasmi‟ ini

seorang penghafal akan mengetahui letak kekurangan dan

kesalahannya, karena bisa saja ketika proses tersebut ia lengkah dalam

203Ibid.., hlm. 66. 204Adis Aulia Fibriyanti dan Hambali, “Budaya Menjaga Hafalan Al-Qur‟an Bagi Para

Hufadz”, Jurnal Akademika, Vol. 1, 1 Juni 2019.

Page 133: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

115

mengucapkan huruf, harakat, bunyi dan lain-lain. 205

Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwasannya

langkah-langkah penerapan metode takrir yang diterapkan oleh para

pengasuh dan tutor tahfidz di Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram

sesuai dengan langkah-langkah penerapan metode takrir itu sendiri.

2. Manfaat penerapan metode takrir

Setiap metode yang dipilih dan diterapkan oleh seseorang atau sebuah

lembaga memiliki tujuan dan harapan tersendiri yang ingin dicapai melalui

metode tersebut. Ada berbagai macam metode yang berkembang dan

tentunya memiliki manfaat, kelebihan dan kekurangan, hingga dampak

yang dirasakan pada objek yang menjadi sasaran penerapan metode

tersebut, begitupula dengan metode takrir memiliki manfaat dan dampak

pada kegiatan menghafal al-Qur‟an terutama pada proses penguatan

hafalan.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di Pondok Pesantren

Hidayatullah Mataram bahwasannya para santriwati dan pengasuh hingga

tutor tahfidz mengutarakan manfaat serta dampak yang dirasakan dengan

penerapan metode takrir tersebut. Sesuai dengan hasil temuan secara

umum mereka mengemukan bahwa dengan penerapan metode takrir

menghafal menjadi lebih mudah baik untuk hafalan yang baru maupun

hafalan yang lama karena terbiasa melafazkan secara berulang-ulang

dengan rutin dan terjadwal dengan rapi ketika pagi dan siang hari,

205Ibid.., hlm. 57.

Page 134: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

116

kemudian tidak mudah lupa, dapat menambah kemantapan penguatan

hafalan karena pengulangan merupakan alternatif ketika seseorang

mengalami kelupaan, apa yang sebelumnya tidak dihafalkan menjadi hafal

dengan sendirinya karena jadwal dan penentuan materi yang ditakrir telah

ditentukann oleh pihak asrama, materi takrir tidak semuanya telah dihafal

oleh para santriwati, ada yang hafal dan juga ada yang tidak, oleh

karenanya yang sudah hafal dapat memantapkan penguatan hafalannya,

kemudian yang belum hafal dapat mengikuti secara bersama dan ketika

waktunya melakukan tasmi‟ bisa dengan mudah dalam melafazkan dan

hafal dengan sendirinya, dan lain-lain.

Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan dalam beberapa

literatur, adapun manfaat dan dampak penerapan metode takrir ialah

sebagai berikut:

a. Menjaga hafalan al-Qur‟an.

b. Sangat memudahkan hafalan ayat-ayat al-Qur‟an.206

c. takrir itu sendiri ialah untuk menguatkan atau proses penguatan

hafalan para penghafal Qur‟an, karena semakin banyak dan seringnya

seseorang mengulang hafalan al-Qur‟annya maka semakin kuat

hafalan yang dimilikinya.207

d. Untuk mengetahui letak kesalahan dalam bacaan dalam hafalan.

e. Memperkokoh hafalan yang telah dihafalkan

206Fithriani Gade, “Implementasi Metode Takrir Dalam Pembelajaran Menghafal Al-Qur‟an”, Didaktika, Vol. 14, Nomor 2, Februari 2014., hlm. 419-421.

207Adis Aulia Fibriyanti & Hambali, Budaya Menjaga Hafalan al-Qur‟an bagi Para Hufadz, Jurnal Admika, Vol 1, Juni 2019. hlm. 126.

Page 135: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

117

f. Sebagai pembiasaan mengasah otak dan hafalannya

g. Mamantapkan hafalan sebelumnya maupun yang sesudahnya.208

Secara teoritis, penerapan metode takrir/pengulangan dalam penguatan

hafalan al-Qur‟an juga telah dikemukakan oleh Dr. Ahmad Tafsir dalam

bukunya yang menjelaskan bahwa pengulangan sama halnya dengan

metode pembiasaan, hal ini dijelaskan sebagai berikut:

Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, ha itu telah dapat diartikan sebagai usaha membiasakan. Bila ketika murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agar ketika masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga satu cara membiasakan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan, Rasulullah berulang-ulang dalam berdo‟a dengan do‟a yang sama. Akibatnya, dia hafal benar doa itu, dan sahabatnya yang mendengarkan do‟a yang berulang-ulang tersebut itu juga hafal do‟a itu.209 Adapun Sa‟dullah juga mengemukakan teori yang serupa dengan

penjelasan diatas, yang mengatakan bahwa mengulang-ulang hafalan atau

takrir dan mensima‟kan hafalan yang telah dihafalkan akan membuat

hafalan akan terjaga dengan baik dan tidak mudah lupa.210 Seorang

penghafal al-Qur‟an merupakan orang-orang yang berani untuk

memelihara al-Qur‟an dalam hatinya, bahkan ketika menghafal al-Qur‟an

juga bukan hanya berusaha untuk menghafal tapi dengan hafalan tersebut

juga menuntut kita berusaha untuk menjaga dan memelihara hafalan

tersebut sampai kapanpun. Adapun tanggung jawab yang lebih besar yang

208Khalid Bin Abdul Karim Al-Laahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur‟an, (Solo, Daar An-Nab‟, 2008), hlm, 224.

209Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 144-145.

210Sa‟dullah, Cara…, hlm. 54.

Page 136: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

118

dipinggul oleh para menghafal al-Qur‟an ialah bagaimana ia

mempertanggungjawabkan hafalan ayat-ayat al-Qur‟an tersebut bisa

menetap, melekat dan utuh dalam hati dan pikirannya.

Adapun berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh peneliti di

Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram bahwa tutor tahfiz ketika

melakukan tasmi‟ ataupun takrir selalu melakukan penilaian ketika

santriwati melakukan takrir di hadapan guru kemudian terdapat beberapa

kesalahan yang sering diulangi dan diberikan teguran dengan cara ketukan

isyarat tangan sampai dengan santriwati tersebut menemukan letak

kesalahannya kemudian guru membimbing dan memberitau bacaan yang

benar, jika lebih dari 10 kali salah maka tidak akan diluluskan untuk

melanjutkan ke level atau hafalan yang berikutnya. Adapun indikator

peneilaian yang dilakukan oleh para tutor tahfidz di Pondok Pesantren

Hidayatullah Mataram ialah sesuai dengan tata cara membaca tajiwidnya,

fasahahnya, dan kelancaran hafalannya, karena hasil temuan dilapangan

mengatakan bahwa hafalan seseorang belum bisa dikatakan sempurna jika

dilihat dari kelancarannya saja, sedangkan tajwidnya tidak diterapkan,

begitupula sebaliknya.

Secara teoritis, indikator-indikator penilaian mutu hafalan al-Qur‟an

ialah sebagai berikut:

a. Tajwid.

Ilmu tajwid merupakan tata cara baca al-Qur‟an secara tepat, yaitu

dengan menyebutkan dan mengeluarkan bunyi huruf dari tempat asal

Page 137: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

119

keluarnya (makhraj), sesuai dengan bunyi (sifat) yang dimiliki oleh

setiap huruf tersebut. Mengetahui kapan dan di mana harus dibaca

panjang (mad) dan kapan serta dimana harus memendekkan bacaan

(qasr).

b. Fasahah

Fasahah ialah berbicara atau dapat melafazkan dengan

menggunakan kata-kata yang jelas dan benar.

c. Kelancaran hafalan al-Qur‟an

Hafalan al-Qur‟an dapat dikatakan lancar bisa dilihat dari sisi

kemampuan dalam mengucap dan memanggil kembali dengan baik

informasi-informasi yang sudah dihafalkan/dipelajari, para penghafal

al-Qur‟an memiliki hafalan yang lancar ialah disebabkan karena sering

melakukan pengulangan hafalan (takrir) secara rutin, karena

menghafal al-Qur‟an berbeda dengan menghafal yang lain seperti

prosa atau syair. Karena al-Qur‟an mudah sekali hilang dari pikiran.

Oleh sebab itu ketika seorang penghafal al-Qur‟an meninggalkan

hafalannya sedikit saja, maka akan mudah melupakannya dengan

cepat, untuk itu pengulangan merupakan alternatif pertama yang

dilakukan secara teratur untuk menjaga hafalannya. 211

Jadi, penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an

terbilang efektif untuk para santriwati di Pondok Pesantren

Hidayatullah, selain dilakukannya secara rutin dengan berbagai teknik,

211Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟an, (Jogyakarta: DIVA Press, 2009, hlm. 113.

Page 138: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

120

disamping itu juga dilakukannya takrir pengecekan hafalan yang sudah

dihafalkan di hadapan guru dengan tasmi‟ dan mempertimbangkan

indikator-indikator mutu kualitas hafalan tersebut dapat dikatakan

sempurna.

Adapun metode takrir ini bisa dikatakan efektif dalam penguatan

hafalan al-Qur‟an berrdasarkan indikator-indikator efektifnya suatu

pembelajaran menurut Wotruba dan Wright dalam Hamzah Uno

mengungkapkan hasil kajiannya dalam beberapa tahap penelitian

mengemukakan bahwa ada tujuh indikator pembelajaran yang efektif

ialah sebagai berikut:

1) Pengorganisasian materi yang baik

2) Komunikasi yang efektif

3) Antusias dan penguasaan terhadap suatu bahan pembelajaran

4) Sikap positif terhadap anak

5) Pemberian nilai yang adil

6) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, dan

7) Hasil belajar anak yang baik.212

Dari indikator-indikator tersebut dapat dilihat ada beberapa yang

sudah ada dalam penerapan metode takrir ialah sebagai berikut:

1) Pengorganisasian materi yang baik.

Pengorganisasian materi takrir di yayasan al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah ini sudah disusun dengan sedemikian rupa,

212Bistari Basuni Yusuf, “Konsep dan Indikator Pembelajaran Efektif”, Jurnal Kajian

Pembelajaran dan Keilmuan, Vol. 1, No. 2, Oktober 2017 Maret 2018, hlm. 15.

Page 139: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

121

seperti pada pagi hari dikhususkan untuk mentakrir juz 30 saja

dengan ditambah surat-surat khusus lainnya. Kemudian siang hari

mentakrir juz yang lainnya seperti juz 29, 28, dan setiap hari

surahnya diganti secara berururtan dan setiap 2 bulan sekali juz

yang ditakrir diganti secara berurutan. Kemudian ketika sore hari

dan pagi setelah subuh mereka mentakrir hafalan minimal dua

lembar tergantung level hafalannya atau ditentukan oleh

ustazahnya.

2) Kemunikasi yang efektif

Hal ini mencakup adanya komunikasi yang baik antara santriwati

dengan pengasuh atau tutor tahfiz.

3) Pemberian nilai yang adil

Pemberian nilai yang adil ini bisa dikaitkan dengan cara pengasuh

dan tutor tahfiz dalam membimbing santriwati seluruhnya dengan

cara yang sama, dilihat juga dengan pemberian sertifikat kepada

anak yang memang sudah berhak serta menguasai dan memenuhi

ketentuan dalam kegiatan takrir dihadapan guru dengan jussiyah

dan tasmi‟.

4) Hasil belajar yang baik

Efektif tidaknya hasil belajar santriwati di pondok pesantren

Hidayatullah ini bisa dilihat dari hasil belajar yang baik. Hal ini

bisa dibuktikan dengan banyaknya santriwati yang mendapatkan

Page 140: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

122

sertifikat tasmi‟ dan jussiyah dalam penerapan metode takrir yang

diberikan oleh mas‟ul tahfidznya atau kepala tahfidz.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Metode Takrir Dalam

Penguatan Hafalan Al-Qur’an Santriwati Yayasan Al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram Tahun

2020.

Suatu kegiatan atau program yang diterapkan tentu akan mengalami

pasang surut, seperti adanya pendukung pasti adanya kendala, baik itu secara

internal maupun ekstrenal dalam menjalani program tersebut, begitupula

dengan penerapan metode takrir memiliki faktor pendukung dan faktor

penghambat. Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor tersebut, diantaranya

ialah sebagai berikut:

1. Faktor pendukung penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-

Qur‟an di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah.

Adapun yang manjadi faktor pendukung penerapan metode takrirr

secara umum sebagai berikut:

a. Guru/ustazah

Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh peneliti di yayasan

al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah bahwa salah satu yang

menjadi alasan pendukung berjalannya kegiatan takrir tersebut adalah

guru, dalam hal ini pengasuh dan tutor memilki peran yang cukup

besar dalam memberikan semangat dan menjadi contoh teladan bagi

santrwati, karena ia merupakan orangtua kedua bagi santriwati yang

Page 141: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

123

harus dipatuhi dan disegani, harus memiliki karakter yang tegas dan

tanggap. Berdasarkan hasil temuan, ustazah yang berada di Pondok

Pesantren Hidayatullah memiliki karakter yang tegas dan konsisten

meskipun jumlahnya terbatas hal ini terlihat saat setelah melakukan

takrir seorang ustazah melakukan absen menggunakan speaker agar

dapat mengetahui siapa saja yang tidak mengikuti kegiatan tersebut,

kemudian ketika kegiatan tersebut berlangsung ada santriwati yang

tidur dan bermain-main maka langsung diberikan teguran langsung di

depan seluruh santriwati menggunakan speaker. Seorang guru/ustazah

juga merupakan sebuah fasilitator dalam mengontrol ataupun

menyimak agar dapat berjalannya kegiatan takrir dan lainnya.

b. Orangtua dan Tempat Menghafal.

Berdasarkan data hasil temuan yang diperoleh peneliti di yayasan

al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah bahwa orangtua memiliki

peran yang sangat penting dalam membantu takrir hafalan yang

dilakukan oleh santriwati, karena takrir ini tidak hanya dilakukan

disokolah atau Pondok saja, melainkan di rumah. Orangtua bisa

bekerjasama dengan pihak Pondok Pesantren agar selalu mengontrol

anaknya ketika berada di rumah dan selalu memberikan dukungan

serta semangat ketika anaknya berada di asrama agar hafalan mereka

terus meningkat dan kegiatan takrir tetap berjalan dengan lancar.

Secara teoritis dukungan keluarga terutama orangtua sangatlah

penting kepada seseorang yang sedang menghafal dan mengulang

Page 142: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

124

hafalan al-Qur‟an, baik dari segi moril dan materil, karena ketika ia

mendapatkan dukungan dan motivasi yang penuh, maka ia akan

bersungguh-sungguh mencapai target dan semangat dalam

menjalankan kewajiban serta tanggungjawabnya untuk memelihara

hafalan yang pernah dihafalkan.213

Berdasarkan data hasil temuan yang diperoleh peneliti di yayasan

al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah bahwa tempat menjadi salah

satu faktor yang mendukung berjalannya suatu kegiatan dan cukup

penting untuk diperhatikan, karena jika kegiatan takrir ataupun tahfiz

dilakukan pada tempat yang berdekatan dengan keramaian, maka akan

membuat para santriwati tidak merasakan nyaman, tenang dan tidak

fokus dalam melakukan kegiatan tersebut. Di Pondok Pesantren

Hidayatullah kegiatan takrir dan tahfidz dilakukan di Mushola dan

kelas yang cukup jauh dari jalan raya maupun keramaian yang lainnya.

Secara teoritis, menurut Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi

mengungkapkan dalam bukunya bahwa dalam kegiatan menghafal

maupun mengulang hafalan pilihlah suatu tempat dengan memenuhi

syarat sebagai berikut:

1) Tempat yang sejuk dan tenang, jauh dari kegaduhan dan keramaian

2) Memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup baik.

3) Usahakan dinding ruangan tidak terdapat lukisan-lukisan atau

gambar yang bisa menarik perhatian serta hilangnya fokus dan

213Sa‟dullah, Cara…, hlm. 83.

Page 143: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

125

konsentrasi dalam melaksanakan kegiatan secara optimal.214

Sedangkan menurut Ahsin W Al-Hafidz tempat yang ideal untuk

menghafal dan mengulang hafalan al-Qur‟an diantaranya ialah:

1) Jauh dari kebisingan 2) Bersih dan suci dari kotaran dan najis 3) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara 4) Tidak terlalu sempit 5) Cukup penerangan 6) Memiliki temperatur yang sesuai dengan kebutuhan 7) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan yakni ruang

tamu, jauh dari telepon, dan tempat yang lainnya yang bukan tempat yang biasa untuk ngobrol.215\

c. Teman dan lingkungan sekitar.

Teman merupakan salah satu pengaruh yang cukup besar bagi

santriwati, karena jika memiliki teman yang pergaulan dan

karakteristik prilakunya baik, rajin, semangat, maka yang lain akan

mencerminkan hal yang sama juga dan begitupula sebaliknya. Oleh

sebab itu setiap santriwati harus pandai-pandai memilih teman apalagi

harus tinggal bersamaan setiap harinya.

d. Penyesuaian/Inteligensi yang cukup bagus.

Inteligensi merupakan salah satu faktor pendukung dalam

melakukan takrir, karena ketika dihadapkan dengan kondisi maupun

pengelaman baru yang harus dijalankan sebagai rutinitas sehari-hari,

santriwati akan mudah mengikuti, menerima kondisi tersebut dan

melakukan apapun termasuk takrir ini, dan setiap IQ santriwati yang

normal akan dapat memudahkan santriwati melakukan takrir karena

214Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi…, hlm. 101-102. 215Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara,

2005), hlm. 61.

Page 144: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

126

bisa dikatakan memiliki ingatan yang cukup kuat.

2. Faktor penghambat penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-

Qur‟an di yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah.

Adapun yang manjadi faktor penghambat penerapan metode takrir

secara umum sebagai berikut:

a. Kondisi siswa.

Adapun kondisi peserta didik/santriwati ini menjadi faktor

penghambat yang cukup serius, karena objek dari penerapan metode

takrir ini adalah santriwati itu sendiri. Jika kondisi santriwati tidak

begitu stabil maka prosesnya tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya. Kondisi santriwati secara umum yang ada di Pondok

Pesantren Hidayatullah ini meliputi rasa malas, rasa ngantuk yang

tidak bisa dilawan, emosional pada saat itu karena ganguan dari dalam

seperti haid, sakit, dan yang lainnya, tingkat ingatan, gangguan

lingkungan, dan melemahnya semangat. Jika hal tersebut terjadi maka

santriwati yang menjadi sasaran objek penerapan metode tersebut tidak

akan berjalan lancar.

Secara teoritis, dalam garis besar menambah hafalan baru lebih

mudah daripada harus menjaga hafalan, karena ketika seseorang

menghafal semangatnya akan terdorong untuk bisa, sedangkan untuk

menjaga dan mengulang hafalan selalu bersamaan dengan rasa malas

dan, lemahnya semangat dan menunda-nunda. Hal yang serupa juga

dikemukakan oleh Cece Abdulwaly dalam bukunya menjelaskan

Page 145: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

127

bahwa para penghafal al-Qur‟an memang lebih semangat dalam

menambah hafalan yang baru daripada harus mengulang hafalan yang

lama, demikianlah sifat kabanyakan manusia yang diumpamakan

dalam urusan harta. Hal ini merupakan hal yang wajar tetapi jangan

sampai semangat menambah hafalan membuat kita mengabaikan

kewajiban untuk mengulang hafalan.216

Mukhlishoh Zawawie berpendapat dalam bukunya bahwa

hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para calon hafizh ialah tidak

memiliki banyak waktu atau sibuk, kurang fokus karena problematika

kehidupan serta hati yang tidak jernih, rasa malas dan bosan ketika

memulai hafalan/di tengah hafalan, karena faktor usia, tidak percaya

diri karena menghafal al-Qur‟an adalah anugerah Allah SWT, berdosa,

takut lupa serta lemahnya ingatan.217

b. Minimnya sumber daya guru/ustazah.

Sumber daya guru/ustazah yang sangat minim sebagai penyimak

dan pengontrol kegiatan takrir hafalan santriwati akan membuat

pelaksanaan kegiatan takrir pada saat itu menjadi tidak efektif dan

dibutuhkannnya improfesasi- improfesasi yang banyak.

c. Keterbatasan waktu.

Keterbatasan waktu ini mecakup banyaknya kesibukan sehingga

harus dibagi untuk kegiatan yang lainnya, ketika santriwati melakukan

kegiatan takrir ia akan menjadi tidak fokus karena memikirkan

216Cece Abdulwaly, Jadilah…, hlm. 110. 217P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, Dan Menghafal, Al-Qur‟an, (Solo:

Tinta Media, 2011), hlm. 83-88.

Page 146: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

128

kegiatan setelah itu, dan akan merasa lelah karena sebelumnya ia

melakukan kegiatan yang cukup lama juga, keterbatasan waktu ini juga

terjadi ketika proses takrir pada sore hari sebelum menyetor hafalan,

tidak seimbang dengan banyaknya tutor dan santriwati.

Secara teoritis, faktor pendukung dan penghambat metode takrir

ialah sebagai berikut: faktor pendukung penerapan metode takrir

ialah;218 Peran intelegensi, Istiqomah, mengamati ayat-ayat

mustasyabih, tempat menghafal, management waktu dan rasa sabar.

Adapun faktor penghambat metode takrir ialah sebagai berikut:

menghafal itu susah, ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi, banyak

ayat-ayat yang serupa, gangguan lingkungan sekitar, banyak kesibukan

atau terbatasnya waktu, dan melemahnya semangat.219

Berdasarkan faktor pendukung dan penghambat metode takrir di

atas bahwa ada beberapa yang peneliti temukan di yayasan al-Iman

Pondok Pesantren Hidayatullah Mataram tidak sesuai dengan teori

yang ada, dan ada beberapa yang sudah sesuai dengan teori.

218 Muttaqien Said, Menuju Generasi Qur‟ani, (Bekasi: Firma Rofheta, 2006), hlm. 33. 219Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2005), hlm. 41.

Page 147: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

129

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang

“Penerapan Metode Takrir dalam Penguatan Hafalan al-Qur‟an Santriwati di

Yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota

Mataram” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati

yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah cukup efektif melalui

empat teknik yaitu, teknik takrir secara bersama, takrir secara sendiri,

takrir dalam sholat dan takrir di hadapan guru dan juga dilengkapi dengan

proses tasmi‟ serta ujian tahfiz (imtihan) sesuai dengan langkah-langkah

penerapan masing-masing teknik.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan metode takrir dalam

penguatan hafalan al-Qur‟an santriwati yayasan al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah ialah sebagai berikut: faktor pendukung, (a) Guru/ustazah

yang tegas dan konsisten meskipun jumlahnya terbatas; (b) Motivasi dari

orangtua, dan tempat menghafal yang kondusif (c) Teman yang rajin

meskipun sebagian masih ada yang malas dan lingkungan sekitar; (d)

Inteligensi yang cukup baik. Adapun faktor penghambat ialah sebagai

berikut: (a) Kondisi peserta didik/santriwati yang meliputi malas, rasa

ngantuk, melemahnya semangat, kondisi emosional, dan ingatan; (b)

Minimnya sumber daya manusia dalam hal ini guru/ustazah serta

129

Page 148: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

130

keterbatasan waktu.

B. Saran

Mengenai penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an

santriwati yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenen Kota Mataram, peneliti dapat memberikan beberapa saran yaitu:

1. Kepada kepala yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah untuk

lebih menambah dan meningkatkan jumlah pengasuh dan tutor tahfiz agar

program dapat berjalan dengan lancar di bawah arahan para ustazah

tersebut.

2. Kepada pengasuh dan para tutor tahfiz untuk lebih meningkatkan

kedisiplinan dalam mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh para

santriwati agar tujuan dan harapan yang diinginkan dapat tercapai dengan

baik serta terus memberikan arahan, bimbingan semangat dan motivasi

dalam menghafal al-Qur‟an serta mengulang (takrir) hafalannya.

3. Untuk para tutor dan ustazah disela-sela kegiatan takrir agar

menambahkan ice break dengan tujuan santriwati tidak cenderung bosan,

mengantuk, apalagi sampai malas dalam mengikuti kegiatan takrir, atau

jika perlu ditambahkan reward dan punishment untuk memicu dan

meningkatkan motivasi santriwati dalam mengikuti kegiatan takrir

tersebut.

4. Kepada kepala yayasan bersama dengan segenap tutor dan tim diniyah

serta tahfiz agar lebih mengembangkan program yang sudah ada dalam

bentuk yang lebih kreatif dan tidak menoton sehingga menimbulkkan

Page 149: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

131

kebosanan pada santriwati, serta melakukan evaluasi dari hambatan-

hambatan program yang sudah berjalan dan diterapkan tersebut.

Page 150: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

132

DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualntitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014)

Abdud Daim Al-Kahli, Hafal Al-Qur‟an Tanpa Nyantri Cara inovatif Menghafal

Al-Qur‟an, (Sukoharjo: Pustaka Arafah, 2015) Abdul Aziz Abdul Raouf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur‟an Da‟iyah,

(Bandung: PT Syaamil Cipta Media) Abdul Hakim El Hamidy, Kisah Bocah 3,5 Tahun & Nenek 80 Tahun Penghafal

Al-Qur‟an & 28 Kisah Mengagumkan Lainnya, (Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI, 2014)

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2014) Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2008) Abu Ammar & Abu Fatiah Al-Adnani, Negeri-Negeri Penghafal Al-Qur‟an,

(Solo: Al-Wafi, 2015) Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group, 2014) Adis Aulia Fibriyanti & Hambali, “ Budaya Menjaga Hafalan Al-Qur‟an Bagi

Para Huffadz”, Jurnal Akademika, Vol. 1, Juni 2019 Adis Aulia Fibriyanti & Hambali, Budaya Menjaga Hafalan al-Qur‟an bagi Para

Hufadz, Jurnal Admika, Vol 1, Juni 2019. Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015) Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur‟an, (Jogyakarta:

DIVA Press, 2009 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011) Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005) Ainun Mahya & Arnina P, Musa Si Hafiz Cilik Penghafal Al-Qur‟an, (Depok:

Huta Publisher, 2016)

Page 151: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

133

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2013) Ariesto Hadi Sutopo & Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif

Dengan NVIVO, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

Press, 2002) Cece Abdulwaly, Jadilah Hafiz, (Yogyakarta: DIVA Press, 2018) Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2016) Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006) Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,(Bekasi: PT

Citra Mulia Agung, 2017) Dewi yunita, “Penerapan Metode Takrir dalam Peningkatan Kemampuan

Membaca Al-Qur‟an pada Ibu-ibu Majelis Ta‟lim Gampong Suak Perbong Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”, (Skripsi, FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2017).

Djam‟an Satori & Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2014) Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif &

Kualitatif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014) Fithriani Gade, “Implementasi Metode Takrir Dalam Pembelajaran Menghafal

Al -Qur‟an”, Didaktika, Vol. 14, Nomor 2, Februari 2014 Hajarman, “Implementasi Metode Sima‟I dan Takrir dalam Meningkatkan

Hafalan Al-Qur‟an di Sekolah Dasar Muhammadiyah I Bandar Lambung, (Tesis, PPs IAIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2017)

Imam Nawawi, Nuzhatul Muttaqin: Syarah dan Terjemahan Riyadhus Shalihin,

terj. Mustafa Said Al-Khin dkk, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2015) Inafi Lailatis Surur, “Pengaruh Metode Takrir dalam Meningkatkan Kamampuan

Menghafal Al-Qur‟an Surat-surat Pendek Kelas VI MIT Hidayatul Qur‟an Gerneng PeSawaran”, (Skripsi, FTK UIN Raden Intan Lampung, 2019).

Page 152: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

134

Irfan Supandi, Agar Bacaan Al-Qur‟an Tidak Sia-sia, (Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri, 2013) Iskandar, “Metode At-Takrir untuk Meningkatkan Daya Ingat pada Hafiz

Qur‟an”, (Naskah Publikasi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015)

Khalid bin Abdul Karim al-laahim, mengapa saya menghafal al-Qur‟an, (solo,

daar an-nab‟, 2008) Khalid Bin Abdul Karim Al-Laahim, Mengapa Saya Menghafal Al-Qur‟an, (Solo,

Daar An-Nab‟, 2008) Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011) Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,

2014) Masagus H.A Fauzan Yayan, 8 Cara Asyik Hafal Al-Qur‟an, (Pelembang: Tunas

Gemilang Press, 2014) Mughni Najib, “Implementasi Metode Takrir dalam Menghafalkan A;-Qur‟an

Bagi Santri Pondok Pesantren Punggul Nganjuk”, Intelektual, Vol. 8, Nomor 3, November 2018

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2013) Muhammad Amri, Kesalahan Yang Sering Terjadi dalam Membaca Al-Qur‟an,

(Surakarta: Ahad Books, 2014) Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) Muhammad Syauman Ar-Ramli, dkk, Nikmatnya Menangis Bersama Al-Qur‟an,

(Jakarta: Istanbul, 2015) Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an pedoman membaca, mendengar, dan

menghafal, Al-Qur‟an, (Solo: Tinta Media, 2011) Munawir, Kamus Al-Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984) Murdiono dan Dina Mardina, “Implementasi Metode Takrir dalam Meningkatkan

Kompetensi Literasi Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Al -Izzah Kota Batu”, Baktimas, Vol. 1, Nomor 4, Desember 2019

Page 153: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

135

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009)

Raghib As-Sirjani & Abdurrahman Abdul Khaliq, Kaifa Tahfazhul Qur‟anil

Karim Al-Qawa‟id Adz-Dzahabiyyah li Hifzhil Qur‟an: Cara Cerdas Hafal Al-Qur‟an, terj. Sarwedi Hasibuan & Arif Mahmudi, (Solo: AQWAM, 2007), cet. Ke-1

Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Praktis dan Lengkap Tahsin Tajwid Tahfizh,

(Jakarta: Laksana, 2019) Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015) Ridhoul Wahidi & M. Syukron Maksum, Beli Syurga dengan Al-Qur‟an, (Jakarta:

Mutiara Media, 2010) Rusnah (Pengurus Santri Putri MTs), Wawancara, Mataram, Tanggal, 23

September 2019. Sa‟dullah, 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2017) Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur‟an, (Semarang: CV Ghyyas Putra, 2015) Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013) Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012) _______, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018) _______, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, Kombinasi, R&D

dan Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2019) _______, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2018) Syaikh Yahya bin Syarifuddin an-Nawawi, Matan Arbain An-Nawawiyyah Fi

Alhadist Ash-Shahihati An-Nabawiyyah, (Surabaya: Al-Miftah) Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyyya Al-Kandahlawi Rah.a Fadhail

A‟mal: Kitab Fadhilal Amal, terj. Tim Penerjemah Kitab Fadhalil Ammal Masjid Jami‟ Kebon Jeruk Jakarta, (Yogyakarta: Ash-Shaff, 2015)

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama: 2010), Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat & Mudah Hafal Al-Qur‟an, (Yogyakarta:

KAKTUS, 2018)

Page 154: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

136

_______, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, (Jogyakarta: Diva Press, 2014) Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi menghafal al-Qur‟an “cara menghafal,

kuat hafalan dan terjaga seumur hidup”, (Surakarta: Insan Kamil, 2015) Yusron Masduki, “Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur‟an”, Medina-Te,

Vol. 18, Nomor 1, Juni 2018 Zaidi Abdad, Sukses Membaca Al-Qur‟an, (Mataram: P2B IAIN Mataram, 2016) Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1992)

Page 155: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

137

LAMPIRAN

Page 156: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

138

Lampiran 1

PEDOMAN UMUM OBSERVASI

1. Letak dan kondisi geografis yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Mataram.

2. Sarana dan prasarana yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Mataram.

3. Pelaksanaan kegiatan program tahfizul Qur‟an

4. Penerapan metode takrir secara individu sesuai dengan langkah-langkahnya

5. Penerapan metode takrir dalam sholat sesuai dengan langkah-langkahnya

6. Penerapan metode takrir secara bersama sesuai dengan langkah-langkahnya

7. Penerapan metode takrir di hadapan guru sesuai dengan langkah-langkahnya

8. Indikator mutu kualitas hafalan al-Qur‟an.

Page 157: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

139

Lampiran 2

PEDOMAN UMUM WAWANCARA

1. Sejarah berdirinya yayasan al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Mataram

2. Penerapan metode takrir secara individu sesuai dengan langkah-langkahnya

3. Penerapan metode takrir dalam sholat sesuai dengan langkah-langkahny

4. Penerapan metode takrir secara bersama sesuai dengan langkah-langkahnya

5. Penerapan metode takrir di hadapan guru sesuai dengan langkah-langkahnya

6. Penerapan metode takrir dalam penguatan hafalan al-Qur‟an

7. Manfaat dan tujuan penerapan metode takrir

8. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan metode takrir

9. Indikator mutu kualitas hafalan al-Qur‟an

Page 158: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

140

Lampiran 3

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Data profil Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

2. Data visi dan misi Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

3. Data struktur organisasi Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

4. Data sarana prasarana Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

5. Data ustaz/ustazah di Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

6. Data santriwati di Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

7. Data kegiatan program tahfiz santriwati Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren

Hidayatullah

8. Data jadwal kegiatan takrir hafalan santriwati di Yayasan Al-Iman Pondok

Pesantren Hidayatullah

10. Foto kegiatan program tahfiz dengan penerapan metode takrir di Yayasan Al-

Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

11. Serta data-data tertulis lainnya yang dapat menunjang penelitian.

Page 159: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

141

Lampiran 4

INSTRUMEN PENELITIAN

No Data Teknik Penelitian

Observasi Wawancara Dokumentasi I. Setting Lokasi

1. Sejarah berdirinya yayasan al-Iman ponpes Hidayatullah

2. Letak dan kondisi geografis yayasan al-Iman ponpes Hidayatullah

3. Visi dan Misi √ 4. Struktur organisasi yayasan

al-Iman ponpes Hidayatullah

5. Jumlah Pendidik Diniyah √ 6. Jumlah santriwati √ 7. Sarana dan prasarana √

II. Penerapan Metode Takrir 1. Penerapan metode takrir

secara bersama/ klasikal √ √ √

2. Penerapan metode takrir secara sendiri/ individu.

√ √

3. Penerapan Metode takrir dalam sholat

√ √

4. Penerapan metode takrir di hadapan guru.

√ √

5. Tujuan dan manfaat metode takrir

6. Indikator mutu kualitas hafalan al-Qur‟an

√ √ √

7. Faktor pendukung penerapan metode takrir

√ √

8. Faktor penghambat penerapan metode takrir

√ √ √

Page 160: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

142

Foto Penghargaan Kepada Santriwati Berupa Sertifikat Tasmi‟ Yaitu Mentakrir

Hafalan Yang Sudah Lewat (Hafalan Lama) Dengan Sekali Duduk di hadapan

guru.

Page 161: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

143

Wawancara Bersama Ketua Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Wawancara Bersama Ketua Penyimak Tahfiz Putri (Mas‟ul Tahfidz Putri) Santriwati Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari

Ampenan Kota Mataram

Page 162: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

144

Wawancara Dengan Santriwati Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah

Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Wawancara Bersama Ustazah Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Page 163: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

145

Kegiatan Pagi Hari Santriwati Takrir Bersama Dengan Bin Nazzor

Kegiatan Sholat Zuhur Berjamaah Santriwati Yayasan Al-Iman Pondok Pesantren Hidayatullah Kebun Sari Ampenan Kota Mataram

Kegiatan Takrir Setelah Melakukan Seholat Zuhur Berjamaah

Page 164: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

146

Kegiatan Takrir Pada Malam Hari.

Persiapan Kegiatan Diniyah Malam Hari Ba‟da Sholat Isya‟

Kegiatan Tahfiz Berhalaqoh Setelah Selesai Sholat Subuh Berjama‟ah.

Page 165: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

147

Kegiatan Pengecekan Penulisan, Menghafal dan Menyetor Doa-Doa Sehari-Hari

Oleh Ketua Asrama Putri dan Pengurus Bidang Keagamaan

Wawancara Online dengan Ustzadzah Wardah pengasuh santriwati Pondok

Pesantren Hidayatullah.

Wawancara Online dengan

Purnamasari santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah.

Page 166: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

148

Wawancara Online dengan Putri

Cahaya Ramadhani santriwati Pondok Pesantren Hidayatullah.

Wawancara Online dengan Alya Rihadatul Najla santriwati Pondok

Pesantren Hidayatullah.

Wawancara Online dengan Sitti Fajriatul Aeni santriwati Pondok

Pesantren Hidayatullah.

Wawancara Online dengan Della Widiyana santriwati Pondok Pesantren

Hidayatullah

Page 167: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

151

Page 168: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

152

Page 169: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

153

Page 170: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

154

Page 171: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

155

Page 172: PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM PENGUATAN HAFALAN …

156