PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ...i PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM...
Transcript of PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ...i PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM...
i
PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
(EOQ) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN BAKUPADA PERUSAHAAN BATIK BENTAR
SRIKANDI, SALEM, KABUPATEN BREBES
LAPORAN TUGAS AKHIR
Disusun Oleh : PRASETYO
NIM : 16.202.0214
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2011
ii
PENERAPAN METODE ECONOMICORDER QUANTITY (EOQ) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PENGADAAN
BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN BATIK BENTAR SRIKANDI, SALEM, KABUPATEN BREBES
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana S1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Disusun Oleh : PRASETYO 16.202.0214
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2011
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN BAKU PADA
PERUSAHAAN BATIK BENTAR SRIKANDI, SALEM ,KABUPATEN BREBES
Tugas akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Hari : Tanggal :
Disusun Oleh :
Nama : Prasetyo NIM : 162020214 Pembimbing I Pembimbing II Novi Marlyana,ST ,MT Akhmad Syakhroni,ST ,M.Eng
Mengetahui,
An. Dekan Fakultas Teknologi Industri Unissula
Ka. Program Studi Teknik Industri
Irwan Sukendar, ST, MT
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Laporan Tugas Akhir Dengan judul “PENERAPAN METODE ECONOMIC
ORDER QUANTITY (EOQ) DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN
PENGADAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN BATIK BENTAR
SRIKANDI, SALEM ,KABUPATEN BREBES
” ini telah dipertahankan didepan Penguji Sidang Tugas Akhir pada :
Hari : ................................
Tanggal : ................................
Disusun Oleh : PRASETYO
NIM : 162020214
Penguji 1
Nurwidiana, ST, MT
Penguji 2
Irwan Sukendar, ST, MT
Penguji 3
Nuzulia khoiriyah, ST, MT
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta yang selalu memotifasi kepada penulis agar menjadi manusia yang berguna, berhasil
dan sukses.
Keluarga besar MAHAPATI… SALAM LESTARI.. MAJU TERUSS..!! Teruslah beregenerasi, lebih kompak dan maju
dan jangan sampai berhenti kuliah.
Teman-teman nongkrong, Mapala dan teman ehemm.. ehemm… trimakasih telah memberikan waktu kepada penulis untuk
menyelesaikan studynya.
G.5918.HG… 10tahun kita bersama, selalu setia mengantar kemanapun penulis pergi.
Yaaasss.. :* makasih..
Teman seperjuangan.. Bembeng dan idruss.. ahiirrnyaaa
selesai juga skripsi kita.
Sisa TI 2002, tetap semangat kawan. Kalian pasti bias sperti kawan2 lainya.
Terimakasih semuanya yang tidak bisa penulis sebut
satupersatu yang telah memotifasi dan mendoakan penulis.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkat
dan kekuatan kepada kita sehingga dengan kemudahan, kesempatan, dan
kesehatan yang dianugerahkan-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Penerapan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Dalam Penentuan Kebijakan Pengadaan Bahan Baku”. Pada Perusahaan
Batik Bentar Srikandi ,Salem, Kabupaten Brebes. Laporan Tugas Akhir ini
diajukan sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Industri Fakultas Teknologi industry Universitas islam sultan agung.
Dengan segenap ketulusan penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan
dan dukungannya kepada :
1. Bapak Ir. Sukarno Budi Utomo, MT. selaku Dekan Fakutas Teknologi
Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Bapak Irwan Sukendar, ST, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri.
3. Ibu Novy Marlyana, ST,MT. selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir
penulis.
4. Bapak Akhmad Syakhroni, ST, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing II
Tugas Akhir penulis
5. Ibu Nurwidiana, ST,MT. Ibu Nuzulia Khoiriyah, ST,MT dan Bapak Irwan
Sukendar, ST, MT selaku Dosen Penguji Tugas Akhir penulis.
vii
6. Semua bapak ibu dosen dan karyawan Jurusan Teknik Industri Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
7. Ibu Hj Ratminah, selaku pemilik perusahaan Batik Batik Bentar Srikandi
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya laporan ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dan rahmat
dari Allah SWT. Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pihak- pihak yang membutuhkan dan tidak lupa penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Wassalamu‘alaikum Wr.Wb.
Semarang ,10 Oktober 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
COVER......... .......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................. iv
PERSEMBAHAN .................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
ABSTRAKSI .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah ......................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.5 Manfaat penelitian ................................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Persedian………………………………………………………… 6
2.1.1 Pengertian Persediaan Bahan Baku ....................................... 6
2.1.2 Alasan diadakanya persediaan ............................................... 6
ix
2.1.3 Kerugian dari ketidakpastian pengadaan bahan baku ............. 7
2.1.4 Fungsi Persedian ................................................................... 8
2.1.5 Jenis Persedian ...................................................................... 9
2.1.6 Faktor factor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ...... 10
2.1.7 Biaya biaya dalam persedian .................................................. 13
2.2 Pengendalian Persedian Bahan Baku ........................................ 14
2.2.1 Pengertian Pengendalian Bahan baku ..................................... 14
2.2.2 Tujuan Pengendalian Bahan Baku .......................................... 15
2.2.3 Prinsip prinsip Pengendalian Persedian .................................. 16
2.2.4 Sistem Pengendalian Persedian .............................................. 17
2.3 Model Persedian EOQ ............................................................. 18
2.3.1 Perumusan EOQ .................................................................... 18
2.3.2 Anggapan anggapan dalam EOQ ........................................... 19
2.3.3 Safety Stock (SS) .................................................................... 19
2.3.4 Reoder Point ( ROP ) ............................................................. 20
2.3.5 Total Inventory Cost ( TC ) .................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian ................................................................... 22
3.2 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 22
3.3 Teknik Analisis Data ............................................................. 22
3.4 Kerangka pemecahan masalah ............................................... 25
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................................... 26
4.1.1 Latar belakang berdirinya Perusahaan ........................... 26
4.1.2 Lokasi Perusahaan ........................................................ 27
4.2 Pengumpulan data.................................................................. 27
4.2.1Hasil Produksi dan Penjualan ........................................ 27
4.2.2Kebijakan Perusahaan Tahun 2009 ................................. 28
4.2.3Biaya Pemesanan ........................................................... 32
4.2.4Biaya Penyimpanan........................................................ 37
4.2.5Biaya Kekurangan Persedian .......................................... 39
4.3 Pengolahan data ...................................................................... 42
4.3.1 Pengolahan data Berdasarkan kebijakan perusahaan
pada tahun 2009 ............................................................ 42
4.3.2 Pengolahan data Berdasarkan kebijakan perusahaan
pada tahun 2010 ............................................................ 45
4.3.3 EOQ Tahun 2009 .......................................................... 48
4.3.4 EOQ Tahun 2010 .......................................................... 55
4.4 Pembahasan ........................................................................... 61
4.4.1 Perbandingan Performansi Dalam Penentuan Tingkat
Persedian Bahan Baku Pada Tahun 2009 ...................... 63
4.4.2 Perbandingan Performansi Dalam Penentuan Tingkat
Persedian Bahan Baku Pada Tahun 2010 ...................... 66
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 69
5.2 Saran ..................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Produksi Kemeja Batik .......................................................... 28
Tqbel 4.2 Persediaan Bahan Baku Kain Tahun 2009 ............................. 29
Tabel 4.3 Persediaan Bahan Baku Kain Tahun 2010 .......................... 29
Tabel 4.4 Persediaan Bahan Baku Napthol Tahun 2009 ......................... 30
Tabel 4.5 Persediaan Bahan Baku Napthol Tahun 2010 ...................... 30
Tabel 4.6 Persediaan Bahan Baku Malam Tahun 2009 ....................... 31
Tabel 4.7 Persediaan Bahan Baku Malam Tahun 2010 ......................... 32
Tabel 4.8 Biaya Pesan Bahan Baku Kain Tahun 2009 .......................... 33
Tabel 4.9 Biaya Pesan Bahan Baku Kain Tahun 2010 .......................... 34
Tabel 4.10 Biaya Pesan Bahan Baku Napthol Tahun 2009....................... 35
Tabel 4.11 Biaya Pesan Bahan Baku Napthol Tahun 2010....................... 35
Tabel 4.12 Biaya Pesan Bahan Baku Malam Tahun 2009 ........................ 36
Tabel 4.13 Biaya Pesan Bahan Baku Malam Tahun 2010 ........................ 36
Tabel 4.14 Biaya Simpan Bahan Baku Tahun 2009 ................................. 37
Tabel 4.15 Kebutuhan Biaya Simpan Tahun 2009 ................................... 38
Tabel 4.16 Biaya Simpan Bahan Baku Tahun 2010 ................................. 38
Tabel 4.17 Kebutuhan Biaya Simpan Tahun 2010 ................................... 39
Tabel 4.18 Kekurangan Persediaan Bahan Baku Kain Tahun 2009 .......... 39
Tabel 4.19 Kekurangan Persediaan Bahan Baku Kain 2010 ..................... 40
Tabel 4.20 Kekurangan Persediaan Bahan Baku Napthol 2009 ................ 40
Tabel 4.21 Kekurangan Persediaan Bahan Baku Napthol 2010 ................ 41
Tabel 4.22 Kekurangan Persediaan Bahan Baku Malam 2009 .................. 41
xiii
Tabel 4.23 Kekurangan Persediaan Bahan Baku Malam 2010 ................. 41
Tabel 4.24 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Kain 2009 ............. 49
Tabel 4.25 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Napthol 2009 ........ 51
Tabel 4.26 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Malam 2009 .......... 54
Tabel 4.27 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Kain 2010 ............. 56
Tabel 4.28 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Napthol 2010 ........ 59
Tabel 4.29 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Malam 2010 .......... 61
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................ 25
Gambar 4.1 Grafik pembelian bahan baku kain pada tahun 2009…… .... 42
Gambar 4.2 Grafik pembelian bahan baku napthol pada tahun 2009.… .. 43
Gambar 4.3 Grafik pembelian bahan baku malam pada tahun 2009…. ... 44
Gambar 4.4 Grafik pembelian bahan baku kain pada tahun 2010…. ......... 45
Gambar 4.5 Grafik pembelian bahan baku napthol pada tahun 2010.… .. 46
Gambar 4.6 Grafik pembelian bahan baku malam pada tahun 2010…. ... 47
Gambar 4.7 Grafik persedian bahan baku kain pada tahun 2009…… ..... 50
Gambar 4.8 Grafik persedian bahan baku napthol pada tahun 2009…… 52
Gambar 4.9 Grafik persedian bahan baku malam pada tahun 2009…… . 55
Gambar 4.10 Grafik persedian bahan baku kain pada tahun 2010…… ... 57
Gambar 4.11 Grafik persedian bahan baku napthol pada tahun 2010. …. 60
Gambar 4.12 Grafik persedian bahan baku malam pada tahun 2010…… 62
xv
ABSTRAKSI
Perusahaan Batik Bentar Srikandi adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan kain batik. Dalam hal pengadaan bahan baku, manajemen perusahaan Batik Bentar Srikandi kurang memperhatikan besar kecilnya persediaan bahan baku yang mereka miliki. Kadang-kadang bahan baku yang mereka miliki cukup besar dan kadang-kadang mereka kekurangan bahan baku pada saat pesanan banyak. Hal tersebut dapat dilihat Pada saat menjelang hari raya perusahan ,menerima pesanan yang cukup banyak sehingga menyebabkan jumlah persediaan bahan baku menjadi cepat habis dan bahkan perlu adanya pesanan ulang. Akan tetapi hal tersebut jarang terjadi pada waktu di luar hari raya sehingga stock bahan baku cukup dan kadang sisa per bulannya. Karena peranan persediaan bahan baku di dalam perusahaan tersebut sangat penting maka diperlukan perencanaan yang baik dalam pengadaan bahan baku.
Dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) perusahaan akan mampu menentukan berapa jumlah pembelian yang optimal, waktu pemesanan kembali dan besarnya persediaan pengaman. Populasi dalam penelitian kali ini adalah semua data keuangan tentang pemakaian bahan baku pada Perusahaan Batik Bentar Srikandi, Salem, Kabupaten Brebes selama kurun waktu dua tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai tahun 2010. Bahan baku yang diteliti adalah bahan baku yang diperlukan oleh Perusahaan Batik Bentar Srikandi yaitu Kain,Napthol dan Malam. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, observasi dan wawancara.Metode analisis data yang digunakan yaitu, membandingkan performance antara kebijakan perusahaan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya total persediaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity lebih kecil dibandingkan dengan biaya total persediaan yang harus dikeluarkan berdasarkan kebijakan perusahaan. Berdasarkan perhitungan dengan metode EOQ perusahaan mampu melakukan penghematan sebesar 80% untuk bahan baku kain pada tahun 2009 dan 2010, 80% untuk bahan baku napthol pada tahun 2009 dan 55% pada tahun 2010. Bahan baku malam terjadi penghematan sebesar 79% pada tahun 2009 dan 2010. Melihat hasil tersebut maka metode EOQ layak untuk diterapkan pada Perusahaan Batik Bentar Srikandi,Salem,Kabupaten Brebes Kata kunci : Persediaan bahan baku, Economic Order Quantity (EOQ).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persediaan (inventory) bahan baku merupakan faktor yang sangat penting bagi
kelancaran proses produksi. Pengendalian persediaan bahan baku harus
dilaksanakan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan produksi. Persediaan
bahan baku yang cukup besar dalam suatu perusahaan akan membawa berbagai
macam akibat yang akan merugikan perusahaan yaitu timbulnya biaya-biaya
persediaan yang semakin besar dan besarnya biaya ini akan mengurangi
keuntungan yang seharusnya didapat oleh perusahaan (Ahyari,1987). Begitu pula
persediaan bahan baku yang kecil dan sedikit juga akan mengakibatkan
kemungkinan kekurangan dalam proses produksi sehingga mengakibatkan proses
produksi menjadi terhambat.
Perusahaan Batik Bentar Srikandi adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam
pembuatan kain batik. Dalam hal pengadaan bahan baku, manajemen perusahaan
Batik Bentar Srikandi kurang memperhatikan besar kecilnya persediaan bahan
baku yang mereka miliki. Kadang-kadang bahan baku yang mereka miliki cukup
besar dan kadang-kadang mereka kekurangan bahan baku pada saat pesanan
banyak. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan pada waktu menjelang hari raya
dan setelah hari raya. Pada waktu menjelang hari raya perusahan menerima
pesanan yang cukup banyak dan hal tersebut menyebabkan jumlah persediaan
bahan baku menjadi cepat habis dan bahkan perlu adanya pesanan ulang. Akan
tetapi hal tersebut jarang terjadi pada waktu di luar hari raya sehingga stock bahan
baku cukup dan kadang sisa per bulannya.
Permintaan persediaan bahan baku pada Perusahaan Batik Bentar srikandi
relative konstan, yaitu setiap 13 kali dalam setahun dan ini mengakibatkan biaya
pemesanan menjadi besar. Karena peranan persediaan bahan baku di dalam
perusahaan tersebut sangat penting maka diperlukan perencanaan yang baik
2
dalam pengadaan bahan baku. Perencanaan yang baik akan memberikan
keuntungan dan menunjang pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan
dengan seefisien mungkin. Pengendalian persediaan bahan baku juga harus
dikelola dan diusahakan agar bahan baku yang ada di dalam perusahaan dapat
menekan total biaya persediaan yang serendah mungkin.
Metode EOQ merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
untuk mengetahui jumlah persediaan bahan baku terbaik yang dibutuhkan
perusahaan untuk menjaga kelancaran produksinya dengan biaya yang efisien.
Metode ini sering dipakai karena mudah untuk dilaksanakan dan mampu
memberikan solusi yang terbaik bagi perusahaan, karena dengan perhitungan
menggunakan EOQ tidak saja akan diketahui berapa jumlah persediaan yang
paling efisien bagi perusahaan, tetapi akan diketahui juga biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan dengan persediaan bahan baku yang dimilikinya (dihitung
dengan menggunakan TIC/Total Inventory Cost) dan waktu yang paling tepat
untuk mengadakan pembelian kembali (dihitung dengan menggunakan
ROP/Reorder Point).
Karakteristik dari EOQ adalah barang yang diperhitungkan hanya satu item,
kebutuhan (permintaan) setiap periode dapat diketahui, lead time bersifat konstan,
dan karakter ini sesuai dengan permasalahan yang ada di perusahaan Batik Bentar
Srikandi,Salem,Kabupaten Brebes. Oleh karena itu penulis mengangkat tema
“Penerapan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Dalam Penentuan
Kebijakan Pengadaan Bahan Baku”. Pada Perusahaan Batik Bentar Srikandi
,Salem, Kabupaten Brebes.
3
1.2 Perumusan Masalah.
Berkaitan dengan bahan baku pada Perusahaan Batik Bentar Srikandi Salem
Brebes, maka dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah:
“Bagaimana merencanakan persediaan bahan baku perusahaan Batik Bentar
Srikandi Salem Brebes sehingga biaya penyimpanan serta pengadaan bahan baku
dapat optimal dengan menerapkan model EOQ”.
1.3 Batasan Masalah
Batasan-batasan agar dalam penelitian ini permasalahannya tidak melebar dan
agar lebih terinci dalam pelaksanaannya yaitu :
1. Bahan baku yang diteliti adalah bahan baku yg dibutuhkan di Perusahaan
Batik Bentar Srikandi Salem Brebes yaitu kain, malam dan napthol
2. Data diambil dari tahun 2009-2010
a.Data persedian bahan baku
b.Data biaya pemesanan bahan baku
c.Data biaya penyimpanan bahan baku
d.Data biaya kekurangan bahan baku
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sistem persediaan dan total biaya persediaan bahan baku
dari kebijakan perusahaan yang saat ini diterapkan.
2. Untuk mengetahui sistem persediaan dan total biaya bahan baku yang baru
dari performance sistem yang diusulkan.
3. Bagaimana perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan penerapan
metode EOQ dalam penentuan besaran persediaan sehingga diperoleh biaya
yang paling optimal.
4
1.5 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk bahan pertimbangan
dalam penentuan kebijaksanaan pengadaan bahan baku di masa mendatang
sehingga akan dapat lebih efektif dan efisien.
2. Dapat mengoptimalkan frekuensi pemesanan dan biaya tiap kali pesan bahan
baku sehingga biaya penyimpanan bahan baku dapat ditekan.
3. Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori persediaan bahan baku,
alasan diadakan persediaan, kerugian dan ketidakpastian pengadaan
bahan baku,fungsi persedian, factor yang mempengaruhi persediaan,
jenis persediaan, biaya inventory,pengendalian persedian, tujuan
pengendalian, prinsip pengendalian, Model Persediaan EOQ,
Pengendalian Persediaan, Unsur-unsur Persediaan, Fungsi Persediaan,
Peramalan dan skripsi yang mendukung penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi penelitian, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, komponen-komponen biaya, teknik analisis data
serta kerangka pemecahan masalah.
5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengerjaan data yang diambil dari perusahaan dan
analisisnya.Data-data tersebut antara lain data biaya pesan yang
meliputi biaya telepon, biaya transportasi, dan harga bahan baku serta
biaya simpan yang meliputi biaya keamanan, biaya listrik, dan biaya
kebersihan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan saran bagi perusahaan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Persediaan
2.1.1 Pengertian Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku di dalam perusahaan merupakan hal yang sangat
wajar untuk dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan yang menghasilkan
produk / menyelenggarakan proses produksi akan memerlukan persediaan bahan
baku ini. Agar lebih mengerti maksud persediaan, maka penulis akan
mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian persediaan.
Persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan
dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah
jadi dan barang dalam proses (Prawirosentono,2001). Sedangkan menurut
Gitosudarmo (2002) dalam Priyanto (2007) Persediaan adalah bagian utama dari
modal kerja, merupakan aktivas yang pada setiap saat mengalami perubahan.
Menurut Soemarso (1999) dalam Priyanto (2007) Persediaan sebagai barang
yang dimiliki perusahaaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan. Menurut Yuliana (2001 dalam Priyanto (2007)
Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum digunakan,
persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa yang akan datang pada saat aktif.
2.1.2 Alasan Diadakannya Persediaan
Beberapa hal yang menyebabkan perusahaan-perusahaan harus
menyelenggarakan persediaan bahan baku antara lain (Ahyari,1987) :
1. Bahan baku yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dari
perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara
satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan serta pada saat bahan tersebut
akan dipergunakan untuk proses-proses produksi dalam perusahaan.
2. Apabila terdapat keadaan bahwa bahan baku yang diperlukan tidak ada di
dalam perusahaan yang bersangkutan, sedangkan bahan baku yang dipesan
7
untuk didatangkan ke dalam perusahaan yang bersangkutan belum datang,
maka pelaksanaan kegiatan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan
terganggu karenanya.
3. Untuk menghindarkan diri dari keadaan kekurangan bahan baku tersebut di
atas, manajemen perusahaan yang bersangkutan dapat memutuskan untuk
menyelenggarakan persediaan bahan baku di dalam jumlah unit yang cukup
banyak.
2.1.3 Kerugian dari ketidakpastiaan pengadaan bahan baku
Kerugian yang diderita perusahaan apabila persediaan bahan baku terlalu besar
(Ahyari,1987) :
1. Biaya penyimpanan yang akan menjadi tanggungan perusahaan yang
bersangkutan akan menjadi semakin besar.
2. Perusahaan harus menyiapkan dana yang cukup besar untuk mengadakan
pembelian bahan .
3. Tingginya biaya penyimpanan yang ada di dalam perusahaan tersebut serta
investasi di dalam persediaan bahan baku dari perusahaan-perusahaan tersebut
akan mengakibatkan berkurangnya dana untuk pembiayaan dan investasi
dalam bidang-bidang yang lain.
4. Apabila persediaan bahan baku yang disimpan mengalami kerusakan, maka
kerugian perusahaan akan semakin besar dengan semakin besarnya jumlah
unit bahan baku yang disimpan dalam perusahaan.
Kelemahan yang ada bila persediaan bahan baku terlalu kecil adalah
(Ahyari,1987) :
1. Persediaan bahan baku dalam jumlah kecil kadang-kadang tidak dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan yang bersangkutan untuk pelaksanaan
proses produksi.
2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tidak akan dapat berjalan
lancar.
3. Mengakibatkan frekuensi pembelian bahan baku akan menjadi semakin besar.
8
2.1.4 Fungsi persediaan
Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai
fungsi penting persediaan (Handoko, 2000), antara lain :
a. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi operasi prusahaan
internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan decoupling ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa
tergantung pada supplier.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan penghematan
(potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah, dsb), karena
perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gudang, investasi dan resiko, dsb).
c. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan
atau diramalkan berdasarkan pengalaman atau data data masa lalu. Disamping
itu, perusahan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan
kembali, sehingga memerlukan kuantitas prsediaan ekstra yang sering disebut
persediaan pengaman (safety inventories). Pada kenyataannya, persediaan
pengaman merupakan pelengkap fungsi decoupling. Persediaan antisipasi ini
penting agar proses produksi tidak terganggu.
Selain fungsi fungsi di atas, terdapat enam fungsi penting yang
dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, antara
lain (Herjanto,1997) :
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
9
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan
c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia di
pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(Quantity discount)
f. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya bahan yang
diperlukan.
2.1.5 Jenis Persediaan
Dalam perusahaan manufaktur persediaan barang yang dimiliki terdiri
dari beberapa jenis yang berbeda. Jenis persediaan yang ada dalam suatu
perusahaan manufaktur antara lain (Baridwan,2000) :
a. Bahan baku dan penolong
Bahan baku adalah barang barang yang akan menjadi bagian dari produk
jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya. Sedangkan bahan
penolong adalah barang barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi
tetapi jumlahnya relatif kecil atau sulit diikuti biayanya.
b. Suplies Pabrik
Adalah barang barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses
produksi.
c. Barang Dalam Proses
Adalah barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal
neraca barang barang tadi belum selesai dikerjakan. Untuk dapat dijual
masih diperlukan pengerjaan lebih lanjut.
d. Produk selesai
Produk selesai adalah barang barang yang sudah selesai dikerjakan dalam
proses produksi dan menunggu saat penjualannya.
10
2.1.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanan proses
produksi dari suatu perusahan, terdapat beberapa faktor yang akan
mempengaruhi persediaan bahan baku, dimana faktor faktor tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lain. Adapun brebagai factor tersebut antara
lain (Ahyari, 2003) :
a. Perkiraan pemakaian bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka selayaknya
manajemen perusahaan mengadakan penyusunan perkiraan pemakaian
bahan baku untuk keperluan proses produksi. Hal ini dapat dilakukan
dengan mendasarkan pada perencanaan produksi dan jadwal produksi yang
telah disusun sebelumnya. Jumlah bahan baku yang akan dibeli perusahaan
tersebut dapat diperhitungkan dengan cara jumlah kebutuhan baku untuk
proses produksi ditambah dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku
tersebut, dan kemudian dikurangi dengan persediaan awal dalam
perusahaan yang bersangkutan.
b. Harga bahan baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi merupakan
salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang harus disediakan oleh
perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan tersebut akan
menyelenggarakan persediaan bahan bakau dalam jumlah unit tertentu.
Semakin tinggi harga bahan baku yang digunakan perusahaan tersebut,
maka untuk mencapai sejumlah persediaan tertentu akan memerlukan dana
yang semakin besar pula. Dengan demikian, biaya modal dari modal yang
tertanam dalam bahan baku akan semakin besar pula.
c.Biaya biaya persediaan
Hubungannya dengan biaya biaya persediaan ini, dikenal tiga macam biaya
persediaan, yaitu biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya tetap
persediaan. Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang
11
jumlahnya semakin besar apabila jumlah unit bahan yang disimpan di
dalam perusahaan tersebut semakin tinggi. Biaya pemesanan merupakan
biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar apabila frekuensi
pemesanan bahan baku yang digunakan dalam perusahaan semakin besar.
Biaya tetap persediaan merupakan biaya persediaan yang jumlahnya tidak
terpengaruh baik oleh jumlah unit yang disimpan dalam perusahaan
ataupun frekuensi pemesanan bahan baku yang dilaksanakan oleh
perusahaan tersebut.
d. Kebijaksanaan pembelanjaan
Kebijaksanaan pembelanjaan yang dilaksanakan di dalam perusahaan akan
berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaaan bahan baku dalam
perusahaan tersebut. Seberapa besar dana yang dapat digunakan untuk
investasi di dalam persediaan bahan baku tentunya juga tergantung dari
kebijaksanaan perusahaan apakah dana untuk persediaan bahan baku ini
dapat memperoleh prioritas pertama, kedua atau justru yang terakhir dalam
perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu tentunya financial
perusahaan secara keseluruhan juga akan mempengaruhi kemampuan
perusahan untuk membiayai seluruh kebutuhan persediaan bahan bakunya.
e. Pemakaian Bahan
Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian
senyatanya di dalam perusahaan yang bersangkutan untuk keperluan
pelaksanaan proses produksi akan lebih baik apabila diadakan analisis
secara teratur, sehingga akan dapat diketahui pola penyerapan bahan baku
tersebut. Dengan analisis ini maka dapat diketahui apakah model
peramalan yang digunakan sebagai dasar perkiraan pemakaian bahan ini
sesuai dengan pemakaian senyatanya atau tidak. Revisi dari model yang
digunakan tentunya akan lebih baik dilaksanakan apabila ternyata model
peramalan penyerapan bahan baku yang digunakan tersebut tidak sesuai
dengan kenyataan yang yang ada.
12
f. Waktu tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara saat
pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya bahan
baku yang dipesan tersebut. Apabila pemesanan bahan baku yang akan
digunakan oleh perusahaan tersebut tidak memperhitungkan waktu tunggu,
maka akan terjadi kekurangan bahan baku (walaupun sudah dipesan)
karena bahan baku tersebut belum datang ke perusahaan. Namun demikian,
apabila perusahaan tersebut memperhitungkan waktu tunggu ini lebih dari
yang semestinya diperlukan, maka perusahaan yang bersangkutan tersebut
akan mengalami penumpukan bahan baku, dan keadaan ini akan merugikan
perusahaan yang bersangkutan.
g. Model Pembelian Bahan Baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat
berpengaruh terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan.
Model pembelian yang berbeda akan menghasilkan jumlah permbelian
optimal yang berbeda pula. Pemilihan model pembelian yang akan
digunakan oleh suatu perusahan akan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi dari persediaan bahan baku untuk masing masing perusahaan yang
bersangkutan. Karakteristik masing masing bahan baku yang digunakan
dalam perusahaan dapat dijadikan dasar untuk mengadakan pemilihan
model pembelian yang sesuai dengan masing masing bahan baku dalam
perusahaan tersebut. Sampai saat ini, model pembelian yang sering
digunakan dalam perusahaan adalah model pembelian dengan kuantitas
pembelian yang optimal (EOQ).
h. Persediaan Pengaman
Persediaan pengaman untuk menanggulangi kehabisan bahan baku dalam
perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman (safety stock). Persediaan
pengaman digunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan baku,
atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibeli oleh perusahaan.
13
Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam
perusahaan akan dapat berjalan tanpa adanya gangguan kehabisan bahan
baku, walaupun bahan baku yang dibeli perusahaan tersebut terlambat dari
waktu yang diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan dielenggarakan
dalam suatu jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah
tetap di dalam suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
i. Pembelian Kembali
Pelaksanakan pembelian kembali tentunya manajemen yang bersangkutan
akan mempertimbangkan panjangnya waktu tunggu yang diperlukan
didalam pembelian bahan baku tersebut. Dengan demikian maka pembelian
kembali yang dilaksanakan ini akan mendatangkan bahan baku ke dalam
gudang dalam waktu yang tepat, sehingga tidak akan terjadi kekeurangan
bahan baku karena keterlambatan kedatangan bahan baku tersebut, atau
sebaliknya yaitu kelebihan bahan baku dalam gudang karena bahan baku
yang dipesan datang terlalu awal.
2.1.7 Biaya Biaya Dalam Persediaan
Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan
penyelenggaraan persediaan di dalam perusahaan meliputi (Ahyari,1987) :
1. Biaya Pemesanan.
Adalah biaya-biaya yang akan terkait langsung dengan kegiatan
pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Contoh : Biaya persiapan pembelian.
2. Biaya Penyimpanan.
Adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan
adanya bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan yang
bersangkutan.
Contoh : Biaya listrik, gaji personel keamanan.
14
3. Biaya Tetap Persediaan.
Adalah seluruh biaya-biaya yang timbul karena adanya persediaan bahan
di dalam perusahaan yang tidak terkait baik dengan frekuensi pembelian
maupun dengan jumlah unit yang disimpan di dalam perusahaan tersebut.
2.2 Pengendalian Persediaan Bahan Baku
2.2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pengendalian bahan baku yang diselenggarakan dalam suatu
perusahaan, tentunya diusahakan untuk dapat menunjang kegiatan kegiatan
yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keterpaduan dari seluruh
pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan akan menunjang terciptanya
sistem pengendalian bahan baku yang baik dalam suatu perusahaan.
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat
penting bagi perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan
melibatkan investasi yang sangat besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan
fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha
penjualan dapat intensif serta produksi dan penggunaan sumber daya dapat
maksimal.
Istilah pengendalian merupakan penggabungan dari dua pengertian
yang sangat erat hubungannya tetapi dari masing masing pengertian tersebut
dapat diartikan sendiri sendiri yaitu perencanaan dan pengawasan. Dua
pengertian tersebut saling melengkapi satu sama lain. Pengawasan tanpa
adanya perencanaan terlebih dahulu tidak ada artinya, demikian pula
perencanaan tidak menghasilkan sesuatu tanpa adanya pengawasan.
Perencanaan kebutuhan bahan adalah suatu sistem perencanaan yang
pertama tama berfokus pada jumlah dan saat barang jadi yang diminta dan
kemudian menentukan permintan turunan untuk bahan baku, komponen dan
sub perakitan pada setiap tahapan produksi terdahulu. ( Horngren, 1992).
Sedangkan menurut Widjaja ,1996 dalam Priyanto ,2007, perencanaan adalah
proses untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil di masa yang akan
15
datang.
Pengawasan bahan adalah suatu fugsi terkoordinasi di dalam
organisasi yang terus menerus disempurnakan untuk meletakkan
pertanggungjawaban atas pengelolaan bahan dan persediaan pada umumnya,
serta menyelenggarakan suatu pengendalian internal yang menjamin adanya
dokumen dasar pembukuan yang mendukung sahnya suatu transaksi yang
berhubungan dengan bahan, pengawasan bahan meliputi pengawasan fisik dan
pengawasan nilai atau rupiah bahan (Supriyono, 1999).
Kegiatan pengawasan persediaan tidak terbatas pada penentuan atas
tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga termasuk pengaturan dan
pengawasan atau pelaksanaan pengadaan bahan bahan yang diperlukan sesuai
dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta dengan biaya yang serendah
rendahnya. Menurut Widjaja,1996 dalam Priyanto, 2007 Pengendalian adalah
proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu
memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu
organisasi sesuai dengan rencana dan kebijakannya. Pengendalian berkisar
pada kegiatan memberikan pengamatan, pemantauan, penyelidikan dan
pengevaluasian keseluruhan kegiatan manajemen agar tujuan yang ditetapkan
dapat tercapai.
2.2.2 Tujuan Pengendalian Bahan Baku
Tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk
(Assauri, 1998) :
a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga
menyebabkan proses produksi terhenti.
b. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar
sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.
c. Menjaga agar pembelian bahan secara kecil kecilan dapat dihindari.
Tujuan dasar dari pengendalian bahan adalah kemampuan untuk
mengirimkan surat pesanan pada saat yang tepat kepada pemasok terbaik
16
untuk memperoleh kuantitas yang tepat pada harga dan kuantitas yang tepat
(Matz,1994).
Jadi, dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, pengendalian
persediaan dan pengadaan perencanaan bahan baku yang dibutuhkan baik
dalam jumlah maupun kualitas yang sesuai dengan kebutuhan untuk produksi
serta kapan pesanan dilakukan.
2.2.3 Prinsip Prinsip Pengendalian Persediaan
Sistem dan teknik pengendalian persediaan harus didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut (Matz,1994) :
a. Persediaan diciptakan dari pembelian (a) bahan dan suku cadang, dan (b)
tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengolah bahan menjadi
barang jadi.
b.Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan ataupun penggunaan
c. Perkiraan yang cepat atas skedul penjualan dan produksi merupakan hal
yang essential bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang
efisien.
d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara
keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya
pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan.
e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan
penyusunan rencana pengendalian produksi.
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas
persediaan
g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.
17
Pendapat bahwa pengendalian persediaan yang efektif harus
(Matz,1994) :
a. Menyediakan bahan dan suku cadang yang dibutuhkan bagi operasi yang
efisien dan lancar.
b. Menyediakan cukup banyak stock dalam periode kekurangan pasokan
( musiman, siklus atau pemogokan ), dan mengantisipasi perubahan harga.
c. Menyiapkan bahan dengan waktu dan biaya penanganan yang minimum
serta melindunginya dari kebakaran, pencurian, dan kerusakan selama
bahan tersebut ditangani.
d. Mengusahakan agar jumlah persediaan yang tidak terpakai, berlebih, atau
yang usang sekecil mungkin dengan melaporkan perubahan produk secara
sistematik, dimana perubahan tersebut mungkin akan mempengaruhi bahan
suku cadang.
e. Menjamin kemandirian persediaan bagi pengiriman yang tepat waktu
kepada pelanggan.
f. Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada
pada tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana
manajemen.
2.2.4 Sistem Pengendalian Persediaan
Terdapat dua alternatif system pengendalian persediaan, yaitu
(Sugiri,1995) :
a. Sistem Fisik (Periodik)
Pada sistem fisik, harga pokok penjualan baru dihitung dan dicatat pada
akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan dengan menghitung kuantitas
barang yang ada digudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikan
dengan harga pokok per satuannya. Dengan cara ini, maka jumlahnya baik
fisik maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat.
Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi dengan
sistem ini.
18
b. Sistem Perpectual
Dalam sistem perpectual, perubahan jumlah persediaan dimonitor setiap
saat. Caranya adalah dengan menyediakan satu kartu persediaan untuk
setiap jenis persediaan. Kartu ini berfungsi sebagai buku pembantu
persediaan dan digunakan untuk mencatat mutasi setiap hari.
2.3 Model Persediaan EOQ
2.3.1 Perumusan EOQ
Salah satu metode manajemen adalah metode Economic Order
Quantity atau biasa disebut dengan EOQ. Metode ini dapat digunakan baik
untuk barang yang dibeli maupun barang yang diproduksi sendiri.
Model EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan
persedian yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan
biaya kebalikanya (inverse cost) pemesanan persediaan.
Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah (Nasution dan Prasetyawan,2008):
EOQ = HSD2 ……………….............. ( 2.1 )
Keterangan :
D = Kebutuhan rata-rata per periode
S = ordering cost setiap kali pesan
H = Biaya simpan per unit.
t = D
Q …………………………………( 2.2 )
Keterangan :
t = waktu
Q = jumlah setiap kali pemesanan
19
2.3.2 Anggapan – anggapan dalam EOQ
Rumusan EOQ dapat digunakan bila anggapan-anggpan ini terpenuhi.
Anggapan tersebut antara lain :
a. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui
(deterministic).
b. Harga unit perproduk adalah konstan.
c. Biaya penyimpanan per unit per tahun ( H ) adalah konstan.
d. Biaya pemesanan per pesanan ( S ) adalah konstan.
e. Waktu antara pemesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead
time) adalah konstan.
f. Tidak terjadi kekurangan barang atau “ Back Order”
2.3.3 Safety Stock
Merupakan persediaan minimal yang harus ada dalam perusahaan
untuk mengantisipasi kehabisan bahan baku baik karena keterlambatan
pengiriman barang ataupun karena kecepatan penggunaan mesin karena
penggunaan yang lebih dari biasanya.
Standar deviasi :
Sd = 1
2
nxxi ………………………………………………( 2.3 )
Dimana :
ix = Nilai pengamatan
x = Mean sampel
n = Jumlah pengamatan dalam sampel
Besarnya Safety stock dapat diketahui dengan :
SS = Zα x SL
20
SL = S L
SS = Zα x S L ………………………………………………( 2.4 )
Dimana :
SS = Safety Stock
Zα = Nilai Z pada distribusi normal standar untuk tingkat α
α = Kemungkinan tarjadinya kekurangan inventory
S = Standar deviasi pemakaian
L = Lead time
SL = Standar deviasi pemakaian selama lead time.
2.3.4 Reorder Point ( ROP )
Perhitungan EOQ akan sangat menguntungkan jika disertai dengan
menggunakan perhitungan penggunaan bahan selama lead time dan safety
stock. Sehingga perusahaan dapat melakukan pemesanan kembali ( ROP ).
Yaitu besarnya penggunaan bahan baku selama lead time ditambah dengan
safety stock.
ROP = DxL+SS…………………………………….( 2.5 )
Dimana :
ROP = Titik pemesanan ulang.
D = Tingkat kebutuhan per unit waktu
SS = Safety Stock
L = Lead Time
2.3.5 Total Cost ( TC )
Merupakan keseluruhan dari biaya yang dikeluarkan.
Rumus :
Total Cost.
TC = QD S+ H
2Q + Dc………………………. ( 2.6 )
21
Keterangan :
D = Jumlah kebutuhan barang (unit per periode)
S = Biaya pemesanan (rupiah per pesanan)
H = Biaya penyimpanan (per unit per periode)
DC= Purchasing cost per periode
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan dengan analisa beberapa tahapan yang meliputi
persiapan, pengumpulan data, analisa data, dan penulisan laporan. Semua tahapan
di atas merupakan satu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan.
3.1 Obyek Penelitian
Lokasi penelitian adalah perusahaan Batik Bentar Srikandi yang terletak di
Komplek Pasar Bentar No. 12, RT. 01/04 Bentar Salem Brebes.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi : pengumpulan data dilakukan dengan cara langsung mengadakan
penelitian / pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti mengenai
variable yang berhubungan dengan pokok permasalahan.
2. Wawancara : pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan
wawancara secara langsung dengan maksud untuk mendapatkan penjelasan
dari jawaban-jawaban yang terlalu pendek sehingga diharapkan akan
mendapatkan keterangan-keterangan ysng lebih jelas dari masalah yang
dihadapi.
3. Dokumentasi : pengumpulan data dengan cara mendapatkan sejumlah
informasi dari masalah yang diangkat dari data-data yang sudah ada.
3.3 Teknik Analisis Data
pemilihan metode yang akan diterapkan pada pengendalian bahan baku,
pendekatan yang diambil adalah dengan melihat performansi antara sistem yang
ada di perusahaan dan sistem yang diusulkan, dimana sistem yang diusulkan
diawali dengan perbandingan dari beberapa metode yang digunakan. Performansi
yang akan dibandingkan adalah dengan membandingkan total persediaan per
tahun.
23
Adapun analisis data meliputi :
1. Mempelajari kebijakan persediaan yang dilakukan perusahaan saat ini.
2. Menyiapkan data yang diperlukan.
3. Menghitung biaya pesan bahan baku per tahun, antara lain :
a. Biaya telepon
b. Biaya transportasi
c. Harga bahan baku
4. Menghitung biaya simpan per tahun, yaitu :
a. Biaya penjaga / keamanan
b. Biaya listrik
5. Menghitung biaya kekurangan persediaan.
6. Menghitung total biaya berdasarkan kebijakan perusahaan tahun 2009 dan
2010
7. Menentukan EOQ tahun 2009 dan 2010
EOQ = HSD2
Keterangan :
D = Kebutuhan rata-rata per periode
S = ordering cost setiap kali pesan
H = Biaya simpan per unit.
t = D
Q
Keterangan :
t = waktu
Q = jumlah setiap kali pemesanan
8. Total Cost.
TC = QD S+ H
2Q + Dc
24
Keterangan :
D = Jumlah kebutuhan barang ( unit per periode )
S = Biaya pemesanan ( rupiah per pesanan )
H = Biaya penyimpanan ( per unit per periode )
DC= Purchasing cost per periode
9. Menentukan safety stock ( Ss )
Sd = 1
2
nxxi
SS = Zα x SL
SL = S L
SS = Zα x S L
Dimana :
SS = Safety Stock
Zα = Nilai Z pada distribusi normal standar untuk tingkat α
α = Kemungkinan tarjadinya kekurangan inventory
S = Standar deviasi pemakaian
L = Lead time
SL = Standar deviasi pemakaian selama lead time.
10. Menentukan reorder point ( r )
Rumus :
r = DxL + SS
Keterangan :
DL = kebutuhan rata – rata selama lead time
11. Menentukan kesimpulan dari analisa perbandingan performansi yang ada
yaitu antara kebijakan perusahaan dan penerapan metode EOQ pada tahun
2009 dan tahun 2010
3.4 Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar 3.1
25
Gambar 3.1 kerangka pemecahan masalah
Analisis Dari Hasil Perhitungan
Mulai
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data Data tahun 2009 dan 2010 yang meliputi: 1.Data pembelian bahan baku 2.Data kebutuhan bahan baku 3.Data biaya pemesanan bahan baku 4.Data biaya penyimpanan bahan
baku 5.Data biaya kekurangan bahan baku
Pengolahan Data 1.Penentuan total biaya
persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan pada tahun 2009 dan 2010
2.Penentuan ukuran pesanan dan total biaya persediaan berdasarkan metode EOQ pada tahun 2009 dan 2010
4.Perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan penerapan metode EOQ sehingga diperoleh biaya yang paling optimal dalam perencanaan persediaan.
Kesimpulan dan Saran
Selesai
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
4.1.1 Latar belakang berdirinya perusahaan
Keberadaan Batik di Brebes muncul sekitar abad ke 19, tepatnya pada
tahun 1917 masehi. Menurut sumber yang didapat, keberadaan batik di
Brebes tepatnya kecamatan salem desa bentar, berawal dari kedatangan
putri pejabat Pekalongan yang datang ke Salem, Brebes. Pada saat itu, sang
putri jatuh cinta kepada pemuda Salem yang akhirnya menikah dan menetap
di Desa Bentar. Dari kejadian tersebut, akhirnya keberadaan batik mulai
muncul di Desa Bentar dan akhirnya menyebar ke desa tetangga, seperti
Desa Bentarsari dan lainnya.
Batik Bentar Srikandi merupakan usaha batik yang berdiri pada tahun
1986.Adapun pendirinya adalah Ibu Hj Ratminah yang sekaligus sebagai
pimpinan perusahaan tersebut. Ciri khas yang tetap dipertahankan
Perusahaan Batik Bentar Srikandi hingga sekarang adalah 100% buatan
tangan. Di daerah lain, kebiasaan itu telah lama ditinggalkan para perajin,
karena dianggap kurang produktif dan efisien. Terdapat beberapa kelebihan
batik tangan dibandingkan dengan batik yang dibuat dengan cap. Yang
paling utama, hasil karya batik tangan lebih artistik. Nilai lebih itulah yang
membuat batik tangan diburu para kolektor batik. Selain itu, batik tangan
juga lebih panjang dari segi usia.
Batik Bentar Srikandi merupakan jenis home industry. Sebagai
industri rumah barang-barang yang diproduksi hanya dijual kepada
pengepul-pengepul yang ada dengan kapasitas produksi yang kecil dan
dengan motif serta jenis yang biasa. Namun lambat laun dengan
pengelolaan yang baik industri ini semakin berkembang sesuai dengan
perkembangan pasar. Karena order yang diterima semakin besar dan
jangkauan pasar yang semakin luas menembus pasar luar negeri maka untuk
27
menambah kapasitas produksinya pada tahun 1994 dilakukan penambahan
tenaga kerja dan memperkaya motif serta meningkatkan kualitas, ada pula
kualitas harga murah. Mulai pada itulah perusahaan mengalami
perkembangan yang semakin pesat sampai seperti pada saat ini.
4.1.2 Lokasi Pabrik / Perusahaan.
Batik Bentar Srikandi menempati lokasi di kabupaten Brebes tepatnya
yaitu di Komplek Pasar Bentar No. 12, RT. 01/04 Bentar Salem
Brebes.
4.2 Pengumpulan Data
Bahan baku yang diteliti adalah bahan baku yg dibutuhkan di Perusahaan
Batik Bentar Srikandi Salem Brebes yaitu kain, malam dan napthol. Data diambil
dari tahun 2009-2010 diantaranya:
a.Data persedian bahan baku
b.Data biaya pemesanan bahan baku
c.Data biaya penyimpanan bahan baku
d.Data biaya kekurangan bahan baku
4.2.1. Hasil Produksi dan Penjualan
Hasil produksi berupa kemeja batik yang jumlahnya disesuaikan
dengan pesanan konsumen. Tabel 4.1 menunjukkan hasil produksi dan
jumlah penjualan pada unit produksi kemeja dari tahun 2009 sampai tahun
2010.
28
Tabel 4.1Produksi Kemeja Batik ( buah ) BULAN TAHUN 2009 TAHUN 2010
JANUARI 2.380 2.785 FEBRUARI 2.690 2.710
MARET 2.345 2.725 APRIL 2.500 2.790
MEI 2.536 2.440 JUNI 2.465 2.385 JULI 2.655 2.737
AGUSTUS 2.540 3.325 SEPTEMBER 3.320 3.025
OKTOBER 2.468 2.400 NOVEMBER 2.700 2.785 DESEMBER 2.705 2.780
Total 31.304 33.825
4.2.2 Kebijakan perusahaan pada tahun 2009
1. Data Bahan baku kain
Bahan baku kain yang dibutuhkan adalah kain katun jenis katun
primisima yang dipesan dengan ukuran yard atau setara dengan
0,9144meter. Pembuatan satu buah baju memerlukan kain 1,5 meter atau
setara dengan 1,64 yard. Data kebutuhan bahan baku kain di hitung dengan
besarnya jumlah pesanan produk dikalikan 1,64 yard.
Berikut ini adalah data untuk pembelian dan kebutuhan bahan baku
kain pada tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
29
Tabel 4.2 Persediaan Bahan Baku Kain ( yard ) pada tahun 2009 BULAN KEBUTUHAN PEMBELIAN
JANUARI 3.903 4.000 FEBRUARI 4.411 4.500
MARET 3.845 4.000 APRIL 4.100 4.000
MEI 4.159 4.200 JUNI 4.042 4.000 JULI 4.354 4.500
AGUSTUS 4.165 4.000 SEPTEMBER 5.444 5.500
OKTOBER 4.047 4.000 NOVEMBER 4.428 4.500 DESEMBER 4.436 4.500
Total 51.334 51.700
Tabel 4.3 Persediaan Bahan Baku Kain ( yard ) pada tahun 2010 BULAN KEBUTUHAN PEMBELIAN
JANUARI 4.567 4.500 FEBRUARI 4.444 4.500
MARET 4.469 4.500 APRIL 4.575 4.500
MEI 4.001 4.000 JUNI 3.911 4.000 JULI 4.488 4.500
AGUSTUS 5.453 5.500 SEPTEMBER 4.961 5.000
OKTOBER 3.936 4.000 NOVEMBER 4.567 4.500 DESEMBER 4.559 4.500
Total 53.931 54.000 Sumber : Data Perusahaan
2. Data Bahan Baku Napthol
Napthol merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk mewarnai kain.
Berdasarkan kebijakan perusahaan Proses pewarnaan satu buah baju
diperlukan kurang lebih 5gr napthol. Jumlah kebutuhan = jumlah pesanan
x 5.
30
Berikut ini adalah data untuk pembelian dan kebutuhan bahan baku
napthol pada tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Persediaan Bahan Baku Napthol pada tahun 2009 BULAN KEBUTUHAN PEMBELIAN
JANUARI 11.900gr 12.200gr = 12,2kg FEBRUARI 13.450gr 13.700gr=13,7kg
MARET 11.725gr 12.200gr = 12,2kg APRIL 12.500gr 12.200gr = 12,2kg
MEI 12.680gr 12.800gr=12,8kg JUNI 12.325gr 12.200gr = 12,2kg JULI 13.275gr 13.700gr=13,7kg
AGUSTUS 12.700gr 12.200gr = 12,2kg SEPTEMBER 16.600gr 16.800gr=16,8kg
OKTOBER 12.340gr 12.200gr = 12,2kg NOVEMBER 13.500gr 13.700gr=13,7kg DESEMBER 13.525gr 13.700gr=13,7kg
Total 156.520gr 157.600gr=157,6kg
Tabel 4.5 Persediaan Bahan Baku Napthol pada tahun 2010 BULAN KEBUTUHAN PEMBELIAN
JANUARI 13.925gr 13.700gr=13,7kg FEBRUARI 13.550gr 13.700gr=13,7kg
MARET 13.625gr 13.700gr=13,7kg APRIL 13.950gr 13.700gr=13,7kg
MEI 12.200gr 12.200gr = 12,2kg JUNI 11.925gr 12.200gr = 12,2kg JULI 13.685gr 13.700gr=13,7kg
AGUSTUS 16.625gr 16.800gr=16,8kg SEPTEMBER 15.125gr 15.300gr=15,3kg
OKTOBER 12.000gr 12.200gr = 12,2kg NOVEMBER 13.925gr 13.700gr=13,7kg DESEMBER 13.900gr 13.700gr=13,7kg
Total 164.435gr 164.600gr=164,6kg
3. Data Bahan Baku Malam
Malam merupakan bahan bahan utama yang menjadi ciri khas dalam
proses membatik. Dalam proses membatik, malam mempunyai fungsi
untuk merintangi warna masuk ke dalam serat kain dimana motif telah
dipolakan dan agar motif tetap tampak. Kebutuhan malam ditentukan
31
besar dan detail gambar desain baju. Berdasarkan kebijakan perusahaan
malam 1kg bisa digunakan untuk membatik kain sepanjang 25m =
27,34yard. Kebutuhan malam bisa dihitung dengan : 34,27
kainkebutuhan
Berikut ini adalah data untuk pembelian dan kebutuhan bahan baku malam pada tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Persediaan Bahan Baku Malam pada tahun 2009
BULAN KEBUTUHAN PEMBELIAN
JANUARI 142,75kg 150kg
FEBRUARI 161,33kg 162kg
MARET 140,63kg 150kg
APRIL 149,96kg 150kg
MEI 152,12kg 155kg
JUNI 147,84kg 150kg
JULI 159,25kg 160kg
AGUSTUS 152,34kg 150kg
SEPTEMBER 199,12kg 200kg
OKTOBER 148,02kg 150kg
NOVEMBER 161,96kg 163kg
DESEMBER 162,13kg 165kg
Total 1876,45kg 1.905kg
32
Tabel 4.7 Persediaan Bahan Baku Malam pada tahun 2010
BULAN KEBUTUHAN PEMBELIAN
JANUARI 167,04kg 170kg
FEBRUARI 162,54kg 165kg
MARET 161,68kg 165kg
APRIL 167.33kg 170kg
MEI 146,34kg 145kg
JUNI 143,05kg 145kg
JULI 164,15kg 170kg
AGUSTUS 199,45kg 200kg
SEPTEMBER 181,45kg 190kg
OKTOBER 143,96kg 150kg
NOVEMBER 167.04kg 160kg
DESEMBER 166,75kg 170kg
Total 1970,78 2.000kg
4.2.3 Biaya Pemesanan
Biaya pesan adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan bahan baku dari mulai telepon sampai tersedianya barang digudang.
Biaya pesan bahan baku pada Perusahaan Batik Bentar Srikandi, Salem,
Kabupaten Brebes dilakukan melalui telepon seluler. Untuk biaya pemesanan
bahan baku dari seluruh biaya telepon yang dikeluarkan perusahaan diperoleh
sebuah kebijakan bahwa untuk biaya telepon pemesanan bahan baku diambil
dari besar tarif normal biaya pulsa per menit dengan mengacu pada :
Telepon digunakan untuk Pemesanan bahan baku Dilakukan sekali dalam 1
bulan dengan perincian untuk sekali pesan dilakukan 2 kali telepon :
a. Telepon pertama : telepon kepada pabrik pemasok bahan baku untuk
konfirmasi awal pemesanan bahan baku dengan waktu telepon antara 4
sampai dengan 6menit.
33
b. Telepon kedua : telepon sebagai konfirmasi akhir setelah hari-H
pemesanan untuk memastikan apakah bahan baku sudah dikirim ke
pabrik dengan waktu telepon antara 2 sampai dengan 4 menit.
Jadi waktu telepon untuk pemesanan bahan baku kira-kira 6 menit
ditambah 4 menit yaitu 10 menit. Tarif pulsa normal per menit adalah 1200.
Jadi total tarif pulsa untuk memesan bahan baku kain adalah : 10 x 1200 = Rp
12.000,00
c. Biaya transportasi Meliputi biaya BBM dan supir. Dan biaya tersebut
ditentukan oleh pemilik toko bahan baku.
1. Biaya Pesan Bahan Baku Kain
Tabel 4.8 Biaya Pesan Bahan Baku Kain Tahun 2009
BULAN
Biaya Telepon ( Rp )
Biaya Transportasi
Pengiriman Bahan Baku (Rp)
Harga Bahan Baku
(Rp/yard)
Jumlah Pesanan Bahan
Baku Kain (yard)
Total Biaya Pembayaran Bahan Baku
(Rp) (3) x (4)
( 1 ) ( 2 ) (3) (4) (5) Januari 12.000 70.000 15.000 4.000 60.000.000 Februari 12.000 70.000 15.000 4.500 67.500.000 Maret 12.000 70.000 15.000 4.000 60.000.000 April 12.000 70.000 15.000 4.000 60.000.000 Mei 12.000 70.000 15.000 4.200 63.000.000 Juni 12.000 70.000 15.000 4.000 60.000.000 Juli 12.000 70.000 15.000 4.500 67.500.000
Agustus 12.000 70.000 15.000 4.000 60.000.000 September 12.000 70.000 15.000 5.500 82.500.000 Oktober 12.000 75.000 15.000 4.000 60.000.000
November 12.000 75.000 15.000 4.500 67.500.000 Desember 12.000 75.000 15.000 4.500 67.500.000
Total 144.000 855.000 51.700 775.500.000
34
Tabel 4.9 Biaya Pesan Bahan Baku Kain Tahun 2010
Sumber : Data Perusahaan
2. Biaya Pesan Bahan Baku Napthol
Bahan baku napthol dan malam dipesan di tempat yang sama dan
dalam waktu yang bersamaan. Maka untuk biaya telepon dan biaya
transportasi di bagi dua sesuai dengan bahan baku yg dipesan. Berikut ini
adalah data biaya pesan bahan baku malam dan napthol pada tahun 2009
dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
BULAN
Biaya Telepon ( Rp )
Biaya Transportasi Pengiriman Bahan Baku
(Rp)
Harga Bahan Baku
(Rp/yard)
Jumlah Pesanan Bahan
Baku Kain (yard)
Total Biaya Pembayaran Bahan Baku
(Rp) (3) x (4)
(1) ( 2 ) ( 3 ) (4) ( 5 ) Januari 12.000 75.000 15.000 4.500 75.150.000 Februari 12.000 75.000 15.000 4.500 75.150.000 Maret 12.000 75.000 15.000 4.500 75.150.000 April 12.000 75.000 15.000 4.500 75.150.000 Mei 12.000 75.000 15.000 4.000 66.800.000 Juni 12.000 80.000 15.000 4.500 75.150.000 Juli 12.000 80.000 15.000 4.500 75.150.000
Agustus 12.000 80.000 15.000 5.000 83.500.000 September 12.000 80.000 15.000 4.000 66.800.000 Oktober 12.000 80.000 15.000 4.500 75.150.000
November 12.000 80.000 15.000 4.500 75.150.000 Desember 12.000 80.000 15.000 4.500 75.150.000
Total 144.000 935.000 54.000 81.000.000
35
Tabel 4.10 Biaya Pesan Bahan Baku Napthol Tahun 2009
Tabel 4.11 Biaya Pesan Bahan Baku Napthol Tahun 2010
BULAN
Biaya Telepon ( Rp )
Biaya Transportasi Pengiriman Bahan Baku
(Rp)
Harga Bahan Baku
(Rp/5gr)
Jumlah Pesanan Bahan
Baku Napthol (Gram)
Total Biaya Pembayaran Bahan Baku
(Rp) (4)/5gr x (3)
(1) ( 2 ) ( 3 ) (4) ( 5 ) Januari 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 Februari 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 Maret 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 April 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 Mei 6.000 35.000 2.500 12.800gr=12,8kg 6.400.000 Juni 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 Juli 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000
Agustus 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 September 6.000 35.000 2.500 16.800gr=16,8kg 8.400.000
Oktober 6.000 37.500 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 November 6.000 37.500 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 Desember 6.000 37.500 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000
Total 72.000 427.500 157.600gr=157,6kg 78.800.000
BULAN
Biaya Telepon ( Rp )
Biaya Transportasi Pengiriman Bahan Baku
(Rp)
Harga Bahan Baku
(Rp/5gr)
Jumlah Pesanan Bahan
Baku Napthol (Gram)
Total Biaya Pembayaran Bahan Baku
(Rp) (3) x (4)
(1) ( 2 ) ( 3 ) (4) ( 5 ) Januari 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 Februari 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 Maret 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 April 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 Mei 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 Juni 6.000 35.000 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 Juli 6.000 35.000 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000
Agustus 6.000 35.000 2.500 16.800gr=16,8kg 8.400.000 September 6.000 35.000 2.500 15.300gr=15,3kg 7.650.000
Oktober 6.000 37.500 2.500 12.200gr = 12,2kg 6.100.000 November 6.000 37.500 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000 Desember 6.000 37.500 2.500 13.700gr=13,7kg 6.850.000
Total 72.000 427.500 164.600gr=164,6kg 82.300.000
36
3. Biaya Pesan Bahan Baku Malem Tabel 4.12 Biaya Pesan Bahan Baku Malam Tahun 2009
Table 4.13 Biaya Pesan Bahan Baku Malam Tahun 2010
BULAN
Biaya Telepon ( Rp )
Biaya Transportasi Pengiriman Bahan Baku
(Rp)
Harga Bahan Baku
(Rp/kg)
Jumlah Pesanan Bahan
Baku malam (kg)
Total Biaya Pembayaran Bahan Baku
(Rp) (3) x (4)
(1) ( 2 ) ( 3 ) (4) ( 5 ) Januari 6.000 35.000 8000 150 1.200.000
Februari 6.000 35.000 8000 162 1.296.000 Maret 6.000 35.000 8000 150 1.200.000 April 6.000 35.000 8000 150 1.200.000 Mei 6.000 35.000 8000 155 1.240.000 Juni 6.000 35.000 8000 150 1.200.000 Juli 6.000 35.000 8000 160 1.280.000
Agustus 6.000 35.000 8000 150 1.200.000 September 6.000 35.000 8000 200 1.600.000 Oktober 6.000 37.500 8000 150 1.200.000
November 6.000 37.500 8000 163 1.304.000 Desember 6.000 37.500 8000 165 1.320.000
Total 72.000 427.500 1.905 15.240.000
BULAN
Biaya Telepo
n ( Rp )
Biaya Transportasi Pengiriman Bahan Baku
(Rp)
Harga Bahan Baku
(Rp/kg)
Jumlah Pesanan Bahan
Baku malam (kg)
Total Biaya Pembayaran Bahan Baku
(Rp) (3) x (4)
(1) ( 2 ) ( 3 ) (4) ( 5 ) Januari 6.000 35.000 8000 170 1.360.000 Februari 6.000 35.000 8000 165 1.320.000
Maret 6.000 35.000 8000 165 1.320.000 April 6.000 35.000 8000 170 1.360.000 Mei 6.000 35.000 8000 145 1.160.000 Juni 6.000 35.000 8000 145 1.160.000 Juli 6.000 35.000 8000 170 1.360.000
Agustus 6.000 35.000 8000 200 1.600.000 September 6.000 35.000 8000 190 1.520.000 Oktober 6.000 37.500 8000 150 1.200.000
November 6.000 37.500 8000 160 1.280.000 Desember 6.000 37.500 8000 170 1.360.000
Total 72.000 427.500 2.000 16.000.000
37
4.2.4 Biaya Penyimpanan
Berdasarkan data perusahaan Yang termasuk biaya gudang adalah gaji
karyawan bagian gudang,pemeliharaan dan perbaikan gudang,biaya tempat dan
biaya umum yang dibebankan kebagian gudang. besarnya biaya penyimpanan
tiap tahun meliputi biaya - biaya seperti tercantum dalam tabel 4.14 berikut ini
dengan catatan bahwa untuk biaya sewa gudang ditiadakan karena untuk
gudang penyimpanan bahan baku, perusahaan menyimpannya dalam sebuah
gudang milik perusahaan sendiri dan untuk kebutuhan listrik, gudang bahan
baku mempunyai meteran listrik sendiri.
Tabel 4.14 Biaya Simpan Bahan Baku Tahun 2009 ( Rp )
BULAN
Upah
Penjaga Gudang
Biaya
Listrik Gudang
Januari 300.000 20.200
Februari 300.000 22.350
Maret 300.000 22.100
April 300.000 21.700
Mei 300.000 20.300
Juni 300.000 29.900
Juli 300.000 23.500
Agustus 300.000 23.900
September 300.000 25.850
Oktober 300.000 26.000
November 300.000 28.700
Desember 300.000 28.500
Total 3.600.000 283.000
38
Berikut adalah asumsi kebutuhan biaya simpan tiap bahan baku
disesuaikan pada luas gudang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
bahan baku pada tahun 2009
Table 4.15 Kebutuhan Biaya Simpan Tahun 2009
Total biaya simpan kain (1/4) Napthol
(1/6)
Malam (1/8)
Gudang 3.600.000 900.000 600.000 450.000
Listrik 283.000 70.750 47.167 35.375
Total 3.883.000 970.750 647.167 485.375
Tabel 4.16 Biaya Simpan Bahan Baku Tahun 2010 ( Rp )
BULAN Upah Penjaga Gudang Biaya Listrik Gudang Januari 300.000 28.700
Februari 300.000 25.800
Maret 300.000 25.400
April 300.000 26.200
Mei 300.000 22.750
Juni 300.000 23.550
Juli 300.000 31.850
Agustus 300.000 30.200
September 300.000 31.400
Oktober 300.000 32.350
November 300.000 34.750
Desember 300.000 33.450
Total 3.600.000 446.400
Sumber : Data Perusahaan
39
Berikut adalah asumsi kebutuhan biaya simpan tiap bahan baku
disesuaikan pada luas gudang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
bahan baku pada tahun 2010.
Table 4.17 Kebutuhan Biaya Simpan Tahun 2010
Total biaya simpan kain (1/4) Napthol
(1/6)
Malam (1/8)
Gudang 3.600.000 900.000 600.000 450.000
Listrik 446.400 111.600 74.400 55.800
Total 4.046.400 1.011.600 674.400 508.800
4.2.5 Biaya kekurangan persediaan.
1. Bahan baku kain
Biaya kekurangan persediaan terjadi pada bulan September 2009 dan
Agustus 2010 yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri umat Islam.
September 2009 persediaan awal hanya sebesar 5000 yard. Akan tetapi karena
jumlah pesanan yang lebih dan bahan baku yang ada kurang, maka diadakan
pesanan sebanyak 500 yard untuk memenuhi pesanan kemeja dari konsumen.
Kekurangan bahan baku kain pada tahun 2009 sebanyak %101,05000500
Table 4.18 kekurangan persedian bahan baku kain 2009
Kain 500 x 15.000 7.500.000 Telepon 10 x 1.200 12.000
Transport 70.000 Total 7.588.000
Begitu pula untuk Agustus 2010 persediaan awal hanya 5000 yard. Akan tetapi
karena jumlah pesanan yang lebih dan bahan baku yang ada kurang, maka
diadakan pesanan sebanyak 500 yard untuk memenuhi pesanan kemeja dari
40
konsumen. Kekurangan bahan baku kain pada tahun 2009 sebanyak
%101,05000500
Table 4.19 kekurangan persedian bahan baku kain 2010
Kain 500 x 15.000 7.500.000 Telepon 10 x 1.200 12.000
Transport 80.000 Total 7.688.000
2. Bahan baku napthol
Kekurangan bahan baku napthol juga terjadi pada bulan September 2009
dan Agustus 2010. Bulan September 2009 Persedian awal sebesar 15120gram
dan melakukan pemesanan kembali sebanyak 1680 gram. Kekurangan bahan
baku napthol pada tahun 2009 sebanyak %101,0151201680
Table 4.20 kekurangan persedian bahan baku napthol 2009
Napthol 5
1680 x 2500 840.000
Telepon 2120010x
6000
Transport 2
70000 35.000
Total 881.000 Agustus 2010 persedian awal sebesar 15120gram dan melakukan pemesanan
kembali sebanyak 1680 gram. Kekurangan bahan baku napthol pada tahun 2010
sebanyak %101,0151201680
41
Table 4.21 kekurangan persedian bahan baku napthol 2010
Napthol 5
1680 x 2500 840.000
Telepon 2120010x
6000
Transport 2
80000 40.000
Total 886.000 3. Bahan baku malam
Bulan September 2009 Persedian awal sebesar 180kg dan melakukan
pemesanan kembali sebanyak 20kg. Kekurangan bahan baku napthol pada
tahun 2009 sebanyak %101,018020
Table 4.22 kekurangan persedian bahan baku malam 2009
Malam 20 x 8.000 160.000 Telepon
2120010x
6000
Transport 2
70000 35.000
Total 201.000
Bulan agustus 2010 Persedian awal sebesar 180kg dan melakukan pemesanan
kembali sebanyak 20kg. Kekurangan bahan baku napthol pada tahun 2010
sebanyak %101,018020
Table 4.23 kekurangan persedian bahan baku malam 2010
Malam 20 x 8.000 160.000 Telepon
2120010x
6000
Transport 2
80000 40.000
Total 206.000
42
4.3 Pengolahan Data
4.3.1 Pengolahan data berdasarkan kebijakan perusahaan pada tahun 2009:
1. Bahan baku kain
a. Jumlah pembelian bahan baku kain pada tahun 2009 = 51.700 yard
b. Biaya pemesanan per tahun
Biaya Pesan = Biaya telepon + Biaya Transportasi + biaya pesan
kekurangan bahan baku
Biaya pesan tahun 2009 = Rp 144.000+ Rp 855.000 + 82.000
= Rp 1.081.000
c. Biaya tiap kali pesan ( A ) = esanFrekuensiP
BiayaPesan
Biaya tipa kali pesan pada tahun 2009
= 13
1081000 = Rp 83.154/pesan
d. Biaya simpan Rp 970.750,00
e. biaya simpan per yard 970.750/51.700 = 18,97 =Rp19,00
f. Total biaya persediaan bahan baku kain tahun 2009
Biaya simpan + biaya pesan bahan baku
= 970.750 + 1.081.000
= Rp 2.051.750,00
g. Grafik pembelian bahan baku kain pada tahun 2009
gambar 4.1 Grafik pembelian bahan baku kain pada tahun 2009
43
2. Bahan baku napthol
a. Jumlah pembelian bahan baku napthol pada tahun 2009 =
157.600gr=157,6kg
b. Biaya pemesanan per tahun
Biaya Pesan = Biaya telepon + Biaya Transportasi + biaya pesan kekurangan
bahan baku
Biaya pesan tahun 2009 = Rp 72.000 + Rp 427.500 + 41.000
= Rp 540.500,00
c. Biaya tiap kali pesan ( A ) = esanFrekuensiP
BiayaPesan
Biaya tipa kali pesan pada tahun 2009
= 13
540500 = Rp 41.576/pesan
d. Biaya simpan Rp 647.167
e. Biaya simpan per gram = 647167/157600 = 4,1 = Rp 4,00
f. Total biaya persediaan bahan baku napthol tahun 2009
Biaya simpan + biaya pesan
Tahun 2009 = 647.167 + 540.500
= Rp 1.187.667,00
g. grafik pembelian bahan baku napthol tahun 2009
Gambar 4.2 Grafik pembelian bahan baku napthol tahun 2009
44
3. Bahan baku Malam
a. Jumlah pembelian bahan baku malam pada tahun 2009 = 1.905 kg
b. Biaya pemesanan per tahun
Biaya Pesan = Biaya telepon + Biaya Transportasi + biaya pesan kekurangan
bahan baku
Biaya pesan tahun 2009 = Rp 72.000 + Rp 427.500 + 41.000
= Rp 540.500,00
c. Biaya tiap kali pesan ( A ) = esanFrekuensiP
BiayaPesan
Biaya tipa kali pesan pada tahun 2009
= 13
540500 = Rp 41.576/pesan
d. Biaya simpan Rp 485.375,00
e. Biaya simpan per kg = 485375/1905 = 254,89 = Rp 255,00
f. Total biaya persediaan bahan baku malam tahun 2009
Biaya simpan + biaya pesan
Tahun 2009 = 485.375 + 540.500
= Rp 1.025.875,00
g. Grafik pembelian bahan baku malam tahun 2009
Gambar 4.3 Grafik pembelian bahan baku malam tahun 2009
45
4.3.2 Pengolahan data berdasarkan kebijakan perusahaan pada tahun 2010:
1. Bahan baku kain
a. Jumlah pembelian bahan baku kain pada tahun 2010 = 54.000 yard
b. Biaya pemesanan per tahun
Biaya Pesan = Biaya telepon + Biaya Transportasi + biaya pesan kekurangan
bahan baku
Biaya pesan tahun 2010 = Rp 144.000+ Rp 935.000 + 92.000
= Rp 1.171.000,00
c. Biaya tiap kali pesan ( A ) = esanFrekuensiP
BiayaPesan
Biaya tipa kali pesan pada tahun 2010
= 13
1.171.000 = Rp 90076,00
d. Biaya simpan Rp1.011.600,00
e. Biaya simpan per yard = 1011600/54000 = 18,73 = Rp 19,00
f. Total biaya persediaan bahan baku kain tahun 2010
Biaya bahan baku + Biaya simpan + biaya pesan
= 1.011.600 + 1.171.000
=Rp 2.182.600,00
g. Grafik pembelian bahan baku kain pada tahun 2010
Gambar 4.4 Grafik pembelian bahan baku kain tahun 2010
46
2. Bahan baku napthol
a. Jumlah pembelian bahan baku napthol pada tahun 2010 =
164.600gr=164,6kg
b. Biaya pemesanan per tahun
Biaya Pesan = Biaya telepon + Biaya Transportasi + biaya pesan kekurangan
bahan baku
Biaya pesan tahun 2010 = 72.000+ 467.500+ 46.000
= Rp 585.500
c. Biaya tiap kali pesan ( A ) = esanFrekuensiP
BiayaPesan
Biaya tipa kali pesan pada tahun 2010
= 13
585500 = Rp 45.038,00
d. Biaya simpan Rp 674.400,00
e. Biaya simpan per yard = 674400/164600 = 4.09 = Rp 4,00
f. Total biaya persediaan bahan baku napthol tahun 2010
Biaya simpan + biaya pesan
Tahun 2010 = 674400 + 585500
= Rp 1.259.900,00
g. grafik pembelian bahan baku napthol tahun 2010
Gambar 4.5 Grafik pembelian bahan baku napthol tahun 2010
47
3.Bahan baku Malam
a. Jumlah pembelian bahan baku malam pada tahun 2010 = 2.000 kg
b. Biaya pemesanan per tahun
Biaya Pesan = Biaya telepon + Biaya Transportasi + biaya pesan kekurangan
bahan baku
Biaya pesan tahun 2010 = 72.000+ 467.500+ 46.000
= Rp 585.500
c. Biaya tiap kali pesan ( A ) = esanFrekuensiP
BiayaPesan
Biaya tipa kali pesan pada tahun 2010
= 13
585500 = Rp 45.038,00
d. Biaya simpan Rp 508.800,00
e. Biaya simpan per kg = 508800/2000 = 254,4 = Rp 254,00
f. Total biaya persediaan bahan baku malam tahun 2010
Biaya simpan + biaya pesan
Tahun 2010 = 508.800 + 585500
= Rp 1.094.300,00
g. grafik pembelian bahan baku malam tahun 2010
Gambar 4.6 Grafik pembelian bahan baku malam tahun 2010
48
4.3.3 Economic Order Quantity ( EOQ ) tahun 2009
1. Bahan baku kain
a. Kebutuhan bahan baku kain pada tahun 2009 = 51.334 yard
b. Biaya simpan per yard = kunanBahanBaJumlahPesa
nBiayaSimpa
= 51.334
970.750 = Rp 18,00/yard
c. EOQ = HSD2
D = Kebutuhan rata-rata per periode
S = ordering cost setiap kali pesan
H = Biaya simpan per unit.
EOQ =18
51334905842 xx
= 516671006
= 22730 yard
d. t = D
Q
= 51.33422730 = 0,4 tahun x 12 bulan
= 4,8 bulan
e. Biaya Total Persediaan
TC = QD S+h
2Q
= 22730
334.51 x 90584 + 18 2
22730
= 204.577 + 204.570
= Rp 409.147
49
f. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Perhitungan safety stock dilakukan untuk melindungi perusahaan dari
resiko kehabisan bahan baku dan untuk menghindari adanya
keterlambatan bahan baku yang dipesan.
Table 4.24 perhitungan standar deviasi bahan baku kain 2009
BULAN ix x xxi 2xxi JANUARI 3.903 4277,8333 -374,833 140.499,77
FEBRUARI 4.411 4277,8333 133,1667 17.733,36 MARET 3.845 4277,8333 -432,833 187.344,66 APRIL 4.100 4277,8333 -177,833 31.624,68
MEI 4.159 4277,8333 -118,833 14.121,28 JUNI 4.042 4277,8333 -235,833 55.617,20 JULI 4.354 4277,8333 76.167 5.801,41
AGUSTUS 4.165 4277,8333 -112,833 12.731,28 SEPTEMBER 5.444 4277,8333 1166,167 1.359.945,47
OKTOBER 4.047 4277,8333 -230,833 53.283,87 NOVEMBER 4.428 4277,8333 150,167 22.550,12 DESEMBER 4.436 4277,8333 158,167 25.016,79
Total 51.334 1.926.269,89 Standar deviasi
=12
89,1926269
= 49,160522
= 400,65
Lead Time ( LT ) = 2 hari
SL= Sd LT
=400,65 2
= 566,60 = 567
Safety Stock ( Ss) = Zα + SL α = 10 %
= 1,282 x 567
= 727 yard
50
g. Reorder Point ( ROP )
Reoder point merupakan waktu dimana perusahaan harus melakukan
pembelian kembali sebelum persediaan digudang habis.
ROP = D x L + Ss
= ( 51334/365harix 2hari ) + 727
= 1008 yard
Hal ini berarti ketika jumlah persediaan bahan baku kain yang ada
digudang mencapai 1008 yard , maka perusahaan harus melakukan
pemesanan persediaan bahan baku kembali untuk produksi selanjutnya.
h. Grafik pembelian bahan baku kain dengan metode EOQ tahun 2009
22730 yard
1008 yard
4,8 bulan 2hari gambar 4.7 persediaan bahan baku kain tahun 2009
2. Bahan baku napthol
. a. Kebutuhan bahan baku napthol pada tahun 2009 = 156.520gr = 156,52 kg
b. Biaya simpan per kg = 156520647167 = Rp 4,1 = Rp 4,00
c. EOQ =4
450421565202 xx
= 3524986920
=59.372 gram
51
d. t = D
Q
= 15652059372 = 0,37 tahun x 12
= 4,5bulan
e. Biaya Total Persediaan
TC = QD S+h
2Q
= 59372
156520 x45042 + 4 2
59372
= 118.743+ 118.744
= Rp 237.487,00
f. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Tabel 4.25 perhitungan standar deviasi bahan baku napthol 2009
BULAN ix x xxi 2xxi JANUARI 11.900 13.043,34 -1143,34 1.307.226,36
FEBRUARI 13.450 13.043,34 406,66 165.372,36 MARET 11.725 13.043,34 -1.318,34 1.738.020,36 APRIL 12.500 13.043,34 -543,34 295.218,36
MEI 12.680 13.043,34 -363,34 132.015,96 JUNI 12.325 13.043,34 -718,34 516.012,36 JULI 13.275 13.043,34 231,66 53.666,36
AGUSTUS 12.700 13.043,34 -343,34 117.882,36 SEPTEMBER 16.600 13.043,34 3.556,66 12.649.830,36
OKTOBER 12.340 13.043,34 -703,34 494.687,16 NOVEMBER 13.500 13.043,34 456,66 208.538,36 DESEMBER 13.525 13.043,34 418,66 231.996,36
Total 156.520 17.910.502,36
Standar deviasi
=12
36,17910502
52
= 86,1492541
= 1221,70
Lead Time ( LT ) = 2 hari
SL= Sd LT
=1221,70 2
= 1727,744709 = 1728
Safety Stock ( Ss) = Zα + SL α = 10 %
= 1,282 x 1728
=2215gram
g. Reorder Point ( ROP )
ROP = D x L + Ss
= ( 156.520/365hr x 2 hr ) + 2215
= 3072 gram
Perusahaan dapat melakukan pemesanan bahan baku napthol kembali
pada saat persediaan napthol digudang mencapai 3072 gram
h. Grafik pembelian bahan baku napthol dengan metode EOQ pada tahun
2009.
59.372 gram
3072 gram
4,5 bulan 2hari gambar 4.8 persedian bahan baku napthol tahun 2009
53
3.Bahan baku malam
a. Kebutuhan bahan baku malam pada tahun 2009 = 1877kg
b. Biaya simpan per kilo = 1877
485.375 = Rp 258,59= Rp 258,00
c. EOQ =258
4504218772 xx
= 655379
=810 kg
d. t = D
Q
= 1877810 = 0.4 tahun x 12
= 4,8 bulan
e. Biaya Total Persediaan
TC = QD
S+h 2Q
= 810
1877 x 45042 +258 2
810
= 104.375 + 104.490
= Rp 208.865,00
54
f. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Tabel 4.26 perhitungan standar deviasi bahan baku malam 2009
BULAN ix x xxi 2xxi JANUARI 142,75 156,37 -13,62 185,51
FEBRUARI 161,33 156,37 4.96 24,61 MARET 140,63 156,37 -15,74 247,75 APRIL 149,96 156,37 -6,41 41,09
MEI 152,12 156,37 -4,25 18,07 JUNI 147,84 156,37 -8,53 72,77 JULI 159,25 156,37 2.88 8,29
AGUSTUS 152,34 156,37 -4,03 16,25 SEPTEMBER 199,12 156,37 42,75 1827,57
OKTOBER 148,02 156,37 -8,35 69,73 NOVEMBER 161,96 156,37 5,59 31,25 DESEMBER 162,13 156,37 5,76 33,18
Total 1876,45 2.576,07 Standar deviasi
=12
07,2576
= 68,214
= 14,66
Lead Time ( LT ) = 2 hari
SL= Sd LT
=14,66 2
= 20,732 = 21
Safety Stock ( Ss) = Zα + SL α = 10 %
= 1,282 x 21
= 26,92kg
g. Reorder Point ( ROP )
ROP = D x L + Ss
= (1877/365 hr x 2 hr ) + 26,92kg
= 37,20 kg
55
Ketika jumlah persediaan malam yang ada digudang mencapai 37,20
kg maka perusahaan harus melakukan pemesanan kembali.
h. Grafik pembelian bahan baku malam dengan metode EOQ pada tahun
2009.
810 kg
37,20 kg
4,8 bulan 2hari gambar 4.9 persedian bahan baku malam tahun 2009
4.3.4 Economic Order Quantity ( EOQ ) tahun 2010
1. Bahan baku kain
a. Kebutuhan bahan baku kain pada tahun 2010 = 53.931 yard
b. Biaya simpan per yard = kunanBahanBaJumlahPesa
nBiayaSimpa
= 53.931
1.011.600 = 18,00 yard
c. EOQ = HSD2
D = Kebutuhan rata-rata per periode
S = ordering cost setiap kali pesan
H= Biaya simpan per unit.
EOQ =18
53931980842 xx
= 587752022
= 24.244yard
56
d. t = D
Q
= 5393124244 = 0,4 tahun x 12 bulan
= 4,8 bulan
e. Biaya Total Persediaan
TC = QD S+h
2Q
= 2424453931 x 98084 + 18
224244
= 218.189 + 218.196
= Rp 436.385,00
f. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Tabel 4.27 perhitungan standar deviasi bahan baku kain 2010
BULAN ix x xxi 2xxi JANUARI 4.567 4494,25 72,75 5292,57
FEBRUARI 4.444 4494,25 -50,25 2525,07 MARET 4.469 4494,25 -25,25 637,57 APRIL 4.575 4494,25 80,75 6520,57
MEI 4.001 4494,25 -493,25 243295,57 JUNI 3.911 4494,25 -583,25 340180,57 JULI 4.488 4494,25 -6,25 39,07
AGUSTUS 5.453 4494,25 958,75 919201,57 SEPTEMBER 4.961 4494,25 466,75 217855,57
OKTOBER 3.936 4494,25 -558,25 311643,07 NOVEMBER 4.567 4494,25 72,75 5292,57 DESEMBER 4.559 4494,25 64,75 4192,57
Total 53.931 2.056.676,34
57
Standar deviasi
=12
34,2056676
= 70,171389
= 413,99
Lead Time ( LT ) = 2 hari
SL= Sd LT
=413,99 2
= 585,470 = 586
Safety Stock ( Ss) = Zα + SL α = 10 %
= 1,282 x 586
= 751,25 yard
g. Reorder Point ( ROP )
ROP = D x L + Ss
= ( 53.931/365 hr x 2 hr ) + 751,25
= 1046,76yard
Perusahaan akan melakukan pemesanan bahan baku kain setelah
persediaan kain digudang mencapai 1046,76 yard
h. Grafik pembelian bahan baku kain dengan metode EOQ pada tahun 2010.
24.244yard
1046,76 yard
4,8 bulan 2hari gambar 4.10 persediaan bahan baku kain tahun 2010
58
2. Bahan baku napthol
. a. Kebutuhan bahan baku napthol pada tahun 2010 = 164.435gr
b. Biaya simpan per gram = 164.435674.400 = Rp 4,1 = Rp 4,00
c. EOQ =4
879241644352 xx
= 4011556260
=63337 gram
d. t = D
Q
= 16443563337 = 0,38 tahun x 12 bulan
= 4,5 bulan
e. Biaya Total Persediaan
TC = QD S+h
2Q
= 63337
164435 x 166435 + 4 2
63337
= 432.097+ 126.674
= Rp 558771,00
59
f. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Tabel 4.28 perhitungan standar deviasi bahan baku napthol 2010
BULAN ix x xxi 2xxi JANUARI 13.925 13.702,92 222.08 49.319,56
FEBRUARI 13.550 13.702,92 -159,92 23.384,53 MARET 13.625 13.702,92 -77,92 6.071,53 APRIL 13.950 13.702,92 247,08 61.048,53
MEI 12.200 13.702,92 -1502,92 2.258.768,53 JUNI 11.925 13.702,92 -1777,92 3.160.999,53 JULI 13.685 13.702,92 -17,92 321,13
AGUSTUS 16.625 13.702,92 2922,08 8.538.551,53 SEPTEMBER 15.125 13.702,92 1422,08 2.022.311,53
OKTOBER 12.000 13.702,92 -1702,92 2.899.936,53 NOVEMBER 13.925 13.702,92 222,08 49.319,53 DESEMBER 13.900 13.702,92 197,08 38.840,53
Total 164.435 19.108.872,99
Standar deviasi
=12
99,19108872
= 09,1592406
= 1261,91
Lead Time ( LT ) = 2 hari
SL= Sd LT
=1261,91 2
= 1784,610236 = 1785
Safety Stock ( Ss) = Zα + SL α = 10 %
= 1,282 x 1785
= 2.288gram
60
g. Reorder Point ( ROP )
ROP = D x L + Ss
= (164.435/365 hr x 2 hr ) + 2.288
= 3189 gram
Pemesanan napthol dilakukan lagi setelah persediaan napthol digudang
mencapai 3189 gram.
h. Grafik pembelian bahan baku napthol dengan metode EOQ pada tahun
2010.
63.337gram
3.189 gr
4,5 bulan 2hari gambar 4.11 persediaan bahan baku napthol tahun 2010
3.Bahan baku malam
a. Kebutuhan rata-rata bahan baku malam pada tahun 2010 = 1970 kg
b. Biaya simpan per kilo = 1970
508.800 = Rp 258,2= Rp 258,00
c. EOQ =258
1970487922 xx
= 745119
=864kg
61
d. t = D
Q
= 1970864 = 0,4tahun x 12 bulan
= 4,8bulan
e. Biaya Total Persediaan
TC = QD S+h
2Q
= 864
1970 x 48792 + 258 2
864
= 111.250+ 111.456
= Rp 222.706,00
f. Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
Tabel 4.28 perhitungan standar deviasi bahan baku malam 2010
BULAN ix x xxi 2xxi JANUARI 167,04 164,24 2,8 7,84
FEBRUARI 162,54 164,24 -1,7 2,89 MARET 161,68 164,24 -2,56 6,56 APRIL 167,33 164,24 3,09 9,55
MEI 146,34 164,24 -17,9 320,41 JUNI 143,05 164,24 -21,19 449,02 JULI 164,24 164,24 0 0
AGUSTUS 199,45 164,24 35,21 1239,75 SEPTEMBER 181,45 164,24 17,21 296,19
OKTOBER 143,96 164,24 -20,28 411,28 NOVEMBER 167,04 164,24 2,8 7,84 DESEMBER 166,75 164,24 2,51 6,30
Total 1970,78 2757,63 Standar deviasi
=12
63,2757
= 81,229
= 15,16
62
Lead Time ( LT ) = 2 hari
SL= Sd LT
=15,16 2
= 21,439 = 22
Safety Stock ( Ss) = Zα + SL α = 10 %
= 1,282 x 22
= 28,21 kg
g. Reorder Point ( ROP )
ROP = D x L + Ss
= ( 258/365hr x 2hr ) + 28,21
= 29,62 kg
Perusahaan dapat melakukan pemesanan bahan baku malam setelah
persediaan malam digudang mencapai 29,62 kg.
h. Grafik pembelian bahan baku malam dengan metode EOQ pada tahun
2010.
864kg
29,62kg
4,8 bulan 2hari gambar 4.11 persediaan bahan baku malam tahun 2010
4.4 Pembahasan
Dari perhitungan yang dilakukan sebelumnya maka dilakukan perbandingan
performansi antara kebijakan perusahaan dan metode EOQ pada tahun 2009 dan
2010 dapat ditarik sebuah hasil sebagai berikut.
63
4.4.1 Perbandingan Performansi dalam penentuan tingkat persedian bahan
baku pada tahun 2009
1.Bahan baku kain
Table 4.23 Hasil Pengolahan Data Bahan Baku Kain Tahun 2009
Keterangan Kebijakan Perusahaan
Metode EOQ Biaya optimal
Jumlah Pesanan/ pesan 4308 yard 22.730yard - Frekuensi Pesan 13 kali per tahun Setiap 4,8 bulan - Biaya pesan/tahun Rp 1.087.000,00 Rp 204.577,00 EOQ Biaya simpan per yard Rp 19.00 Rp 18.00 EOQ Total inventory Cost Rp 2.051.750,00 Rp 409.147,00 EOQ
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa perhitungan
dengan metode EOQ semua biaya dapat dioptimalkan. Frekuensi pesan bahan
baku kain pada tahun 2009 berdasarkan kebijakan perusahaan dilakukan 13 kali
dalam setahun sebanyak 51.700 yard. Biaya pesan lebih kecil menjadi
Rp204.577,00 karna hanya melakukan pemesanan sebanyak 3 kali dalam setahun
yaitu setiap 4,8 bulan dengan jumlah bahan baku sebanyak 22.730 yard. Biaya
simpan per yard dapat dioptimalkan menjadi Rp 18,00 per yard. Total biaya
persediaan bahan baku kain pada tahun 2009 berdasarkan kebijakan perusahaan
sebanyak Rp 2.051.750,00 total biaya jika menggunakan perhitungan EOQ
sebanyak Rp Rp 409.147,00 maka perusahaan dapat menghemat sebesar Rp
1.642.603,00
Efisiensi persediaan bahan baku dapat dilihat sebagai berikut =
-2.051.750, Rp,1.642.603Rp x 100% =80%
Yaitu diperoleh efisiensi sebesar 80% dengan penerapan metode EOQ dibanding
kebijakan perusahaan.
64
2. Bahan baku napthol
Table 4.24 Hasil Pengolahan Data Bahan Baku napthol Tahun 2009 keterangan Kebijakan
Perusahaan
Metode EOQ Biaya optimal
Jumlah Pesanan/pesan 13.134gr 59.372gr -
Frekuensi Pesan 13 x dalam setahun Setiap 4,5 bulan -
Biaya pesan/tahun Rp 540.500,00 Rp 118.743,00 EOQ
Biaya simpan per gram
Rp 4,00 Rp 4,00 sebanding
Total inventory Cost Rp 1.187.667,00 Rp 237.487,00 EOQ
Bahan baku napthol pada tahun 2009 berdasarkan kebijakan
perusahaan sebesar 157.600 gram dengan frekuensi pesan sebanyak 13 kali
dalam setahun. Berdasarkan perhitungan EOQ perusahaan hanya dianjurkan
untuk melakukan pemesanan napthol sebanyak 59.372 setiap 4,5 bulan sekali.
Biaya pesan lebih kecil menjadi Rp 118.743,00 karena hanya melakukan 3 kali
pemesanan dalam setahun. Biaya simpan per gram relatif sama. Total biaya
persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan mencapai Rp Rp 1.187.667,00
sedangkan berdasarkan perhitungan EOQ hanya Rp 237.487,00. Efisiensi
persediaan bahan baku dapat dilihat sebagai berikut
=-1.187.667, Rp,,00180.509 Rp x 100% = 80%
Yaitu diperoleh efisiensi sebesar 80% dengan penerapan metode EOQ dibanding
kebijakan perusahaan.
65
3. Bahan baku malam
Table 4.25 Hasil Pengolahan Data Bahan Baku malam Tahun 2009 keterangan Kebijakan
Perusahaan
Metode EOQ Biaya optimal
Jumlah Pesanan/pesan 158 kg 823 kg -
Frekuensi Pesan 12 kali pertahun Setiap 4,8 bulan -
Biaya pesan /tahun Rp 540.500,00 Rp 104.375,00 EOQ
Biaya simpan Rp 255,00 Rp 258,00 Kebijakan pers
Total inventory Cost Rp 1.025.875,00 Rp 208.865,00 EOQ
Bahan baku malam pada tahun 2009 berdasarkan kebijakan perusahaan
mencapai 1905 dengan frekuensi pesan sebanyak 13 kali dalam setahun,
berdasarkan perhitungan EOQ perusahaan hanya cukup melakukan pemesanan
bahan baku malam sebanyak 823 kg setiap 4,8 bulan sekali. Biaya pesan lebih
kecil menjadi Rp 104.375,00 karena hanya melakukan 3 kali pemesanan dalam
setahun. Biaya simpan per kg berdasarkan kebijakan perusahaan lebih kecil yaitu
Rp 255,00 dibandingkan dengan perhitungan EOQ yaitu sebesar Rp258,00. Total
biaya persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan sebanyak Rp 1.025.875,00
berdasarkan perhitungan EOQ, perusahaan hanya mengeluarkan biaya sebesar
Rp 208.865,00 untuk persediaan bahan baku malam pada tahun 2009. Efisiensi
persediaan bahan baku dapat dilihat sebagai berikut =,- 1.025.875 Rp
,817.010 Rp x100% =
79%
Yaitu diperoleh efisiensi sebesar 79% dengan penerapan metode EOQ dibanding
kebijakan perusahaan.
66
4.4.2 Perbandingan Performansi Dalam Penentuan Tingkat Persedian Bahan
Baku Pada tahun 2010
1.Bahan baku kain
Table 4.26 Hasil Pengolahan Data Bahan Baku Kain Tahun 2010 Keterangan Kebijakan
Perusahaan Metode EOQ Biaya optimal
Jumlah Pesanan 4500yard 24.244yard - Frekuensi Pesan 12 kali/ tahun Setiap 4,8 bulan - Biaya pesan/tahun Rp 1.177.000,00 Rp 218.189,00 EOQ Biaya simpan Rp 19.00,00 Rp 18,00 EOQ Total inventory Cost Rp 2.182.600,00 Rp 436.385,00 EOQ
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa Frekuensi
pesan bahan baku kain pada tahun 2010 berdasarkan kebijakan perusahaan
dilakukan 13 kali dalam setahun sebanyak 54.000 yard. Biaya pesan lebih kecil
menjadi Rp218.189,00 karena pemesanan dioptimalkan menjadi 3 kali dalam
setahun setiap 4,8 bulan dengan jumlah bahan baku sebanyak 22.730 yard.Total
biaya persediaan bahan baku kain pada tahun 2009 berdasarkan kebijakan
perusahaan sebanyak Rp 2.182.600,00 dengan menggunakan perhitungan EOQ
sebanyak Rp 436.385,00. Efisiensi persediaan bahan baku dapat dilihat sebagai
berikut =-2.182.600, Rp
,436.385 Rp x100% = 80%
Yaitu diperoleh efisiensi sebesar 80% dengan penerapan metode EOQ dibanding
kebijakan perusahaan.
67
2. Bahan baku napthol
Table 4.27 Hasil Pengolahan Data Bahan Baku napthol Tahun 2010 keterangan Kebijakan
Perusahaan
Metode EOQ Biaya optimal
Jumlah Pesanan/pesan
13716gr 63.337gr -
Frekuensi Pesan 12 x dalam setahun Setiap 4,5 bulan -
Biaya pesan Rp 585.500,00 Rp 146.376,00 EOQ
Biaya simpan Rp 4,00 Rp 4,00 sebanding
Total Inventory Cost Rp 1.259.900,00 Rp 558.771,00 EOQ
Bahan baku napthol pada tahun 2010 berdasarkan kebijakan perusahaan
sebesar 164.600 gram dengan frekuensi pesan sebanyak 13 kali dalam setahun.
Berdasarkan perhitungan EOQ perusahaan hanya dianjurkan untuk melakukan
pemesanan napthol sebanyak 63.337gr setiap 4,5 bulan sekali. Biaya pesan lebih
kecil menjadi Rp 146.376,00 karena hanya melakukan 3 kali pemesanan dalam
setahun. Biaya simpan per gram relatif sama total biaya berdasarkan kebijakan
perusahaan mencapai Rp Rp 1.259.900,00 sedangkan berdasarkan perhitungan
EOQ hanya Rp 558.771,00. Efisiensi persediaan bahan baku dapat dilihat sebagai
berikut =,- 1.259.900 Rp
,701.129 Rp x100% = 55%
Yaitu diperoleh efisiensi sebesar 55% dengan penerapan metode EOQ dibanding
kebijakan perusahaan.
68
3. Bahan baku malam
Table 4.28 Hasil Pengolahan Data Bahan Baku malam Tahun 2010 keterangan Kebijakan
Perusahaan
Metode EOQ Biaya optimal
Jumlah Pesanan 167 kg 877 kg -
Frekuensi Pesan 12 kali pertahun Setiap 4,8 bulan -
Biaya pesan Rp 585.500,00 Rp 111.250,00 EOQ
Biaya simpan Rp 255,00 Rp 258,00 Kebijakan persh
Total Inventory Cost Rp 1.094.300,00 Rp 222.706,00 EOQ
Bahan baku malam pada tahun 2010 berdasarkan kebijakan perusahaan
mencapai 2000 dengan frekuensi pesan sebanyak 13 kali dalam setahun,
berdasarkan perhitungan EOQ perusahaan hanya cukup melakukan pemesanan
bahan baku malam sebanyak 877 kg setiap 4,8 bulan sekali. Biaya pesan lebih
kecil menjadi Rp 111.250,00 karena hanya melakukan 3 kali pemesanan dalam
setahun. Biaya simpan per kg berdasarkan kebijakan perusahaan lebih kecil yaitu
Rp 255,00 dibandingkan dengan perhitungan EOQ yaitu sebesar Rp258,00.
Total biaya persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan sebanyak Rp
1.094.300,00. Berdasarkan perhitungan EOQ, perusahaan hanya mengeluarkan
biaya sebesar Rp 222.706,00 untuk persediaan bahan baku malam pada tahun
2010.Efisiensi persediaan bahan baku dapat dilihat sebagai berikut
-1.094.300, Rp,871.594 Rp x 100% = 79 %
Yaitu diperoleh efisiensi sebesar 79% dengan penerapan metode EOQ dibanding
kebijakan perusahaan.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan data yang diperoleh dari perusahaan Batik
Bentar Srikandi ,Salem, Brebes maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbandingan sistem performansi antara kebijakan perusahaan dengan
performansi usulan dengan metode EOQ pada tahun 2009 dapat diperoleh
hasil bahwa sistem pesanan bahan baku kain yang optimal adalah sebesar
22.730 yard setiap 4,8 bulan dimana sebelumnya perusahaan hanya memesan
4308 per bulan. Bahan baku napthol berdasarkan kebijakan perusahaan
sebanyak 13.134gram perbulan dan dengan perhitungan EOQ sebanyak
59.372 gram setiap 4,5bulan. Bahan baku malam berdasarkan kebijakan
perusahaan sebanyak 159kg perbulan dan dengan perhitungan EOQ 823kg
setiap 4,8bulan.
2. Pada tahun 2010 pemesanan bahan baku yang optimal adalah untuk bahan
baku kain berdasarkan kebijakan perusahaan sebanyak 4500yard setiap bulan
dan dengan perhitungan EOQ sebanyak 24.244yard setiap 4,8bulan. Bahan
baku napthol berdasarkan kebijakan perusahaan sebanyak 13.761gr perbulan
dan dengan EOQ sebanyak 63.337gr setiap 4,5bulan. Bahan baku malam
berdasarkan kebijakan perusahaan 167kg perbulan dan dengan perhitungan
EOQ 877kg per 4,8bulan.
3. Berdasarkan perhitungan EOQ total biaya persedian terjadi efisiensi 80%
untuk biaya persediaan kain pada tahun 2009 dan 2010. 80% untuk bahan
baku napthol pada tahun 2009 dan 55% pada tahun 2010. Efisiensi Bahan
baku malam sebesar 79% pada tahun 2009 dan 2010.
70
5.2 Saran
Mempertimbangkan kesimpulan diperoleh maka penulis hanya
memberikan saran sebagai berikut :
1. Pabrik batik bentar srikandi hendaknya mau mempertimbangkan untuk
menggunkan metode Economic Order Quantity dalam melakukan
pembelian bahan baku.
2. Perusahaan harus lebih jeli dalam mengambil kebijakan pembelian
bahan baku sebagai fungsi pokok dalam kontinuitas dan kelancaran
dalam proses produksi suatu perusahaan.
71
DAFTAR PUSTAKA Ahyari, Agus, 1987, Manajemen Produksi Pengendalian Produksi,
Yogyakarta:BPFE
Nasution. A, Prasetyawan. Y, 2008, Perencanaan Pengendalian ,produksi,
Yogyakarta : Graha Ilmu
Assauri, Sofjan, 1988, manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate And Accounting. Yogyakarta : STIE YKPN
Handoko, T Hani, 2000, Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi II,
Yogyakarta : BPFE
Herjanto, Eddy, 1999, Manajemen Produksi dan Operasi , Jakarta: Grasindo
Horngren, Charles, 1992, Akuntansi Biaya Suatu Pendekatan Manajerial Jilid 2,
Jakarta; Erlangga.
Matz, Adolph, 1994, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Jilid I,
Jakarta; Erlangga
Prawirosentono, Sujadi, 2001, Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus, Jakarta
: Bumi Aksara
Priyanto,E, 2007, Fisibilitas Penggunaan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Untuk mencapai Efisiensi Persediaan BBM Pada PT Kereta Api (PERSERO)
DAOP IV Semarang : Fakultas Ekonomi ,Universitas Negeri Semarang
Sugiri, Slamet, 1995, Pengantar Akuntansi 2, Yogyakarta; UPP AMP YKPN
Supriyono, 1997, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Biaya Serta
Pembuatan Keputusan Buku II, Yoyakarta : BPFE
Supriyono, 1999, Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
Yogyakarta; BPFE
Yamit, Zulian, 1999, Manajemen Persediaan, Yogyakarta : Ekonesia.