PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI-IIA3 SMA NEGERI...
-
Upload
marini-budiarti -
Category
Documents
-
view
169 -
download
5
description
Transcript of PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI-IIA3 SMA NEGERI...
![Page 1: PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI-IIA3 SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082403/55721257497959fc0b907623/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran yang ideal adalah yang mengutamakan siswa sebagai
pusat pembelajaran. Ini berarti bahwa pembelajaran yang dilakukan
hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru
tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu membawa siswa
untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar. Hasil belajar dapat diprediksi
dengan baik berdasarkan keaktifan belajar (Suparno, 1997).
Pendidikan Agama Kristen di sekolah di persepsi sebagian besar siswa
sebagai mata pelajaran hafalan dan kurang menarik selain itu umumnya
aktivitas belajar bersifat monoton dan dominasi guru relatif tinggi. Padahal,
fungsi Pendidikan Agama Kristen di SMA tidak hanya untuk memampukan
peserta didik memahami kasih dan karya Allah dalam kehidupan sehari-hari
tetapi juga membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristiani
dalam kehidupan sehari-hari (Permen No. 22 Tahun 2006). Ini membuktikan
bahwa persepsi siswa kurang tepat serta mengisyaratkan bahwa: 1) kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA seharusnya berkaitan
kondisi nyata yang ada di masyarakat; dan oleh karena itu; 2) pembelajaran
seharusnya bisa menstimulus siswa untuk terampil menghubungkan nilai
Kristiani dalam permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan nyata. Untuk
itu dituntut kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis dengan terampil
mengemukakan pendapat dengan baik. Jadi, praktik pembelajaran yang
selama ini dilakukan oleh guru haruslah berubah menjadi student- centered
dimana siswalah menjadi pelaku utama pembelajaran dan aktivitas
pembelajaran harus mendorong siswa untuk terampil mengemukakan
pendapat.
Sehubungan dengan itu kemampuan mengemukakan pendapat atau
berargumentasi siswa di tiap kelas sangat beragam, khususnya siswa kelas XI-
IIA 3 dengan jumlah siswa paling banyak yaitu 25 orang, siswa yang terlihat
berani mengemukakan pendapatnya hanya orang yang itu-itu saja apalagi jika
1
![Page 2: PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI-IIA3 SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082403/55721257497959fc0b907623/html5/thumbnails/2.jpg)
harus tampil ke depan kelas hanya ada 5 siswa yang selalu diandalkan oleh
kelompoknya. Siswa lainnya biasanya ketika ditunjuk untuk mengemukakan
pendapatnya mereka kebanyakan diam, menoleh ke temannya yang berada di
dekatnya, membolak balik buku catatan dan menunduk dengan wajah tidak
bersemangat. Sementara ketika diberikan kesempatan untuk bertanya atau
menyanggah hanya 1-2 orang yang berpartisipasi. Siswa lain tidak
memberikan respons terhadap pendapat temannya apakah mereka setuju atau
tidak termasuk beberapa siswa yang mendapat nilai tinggi, bahkan ada siswa
yang terkesan tidak peduli. Disamping masalah tersebut, siswa yang aktif
menjawab tersebut kemampuan berargumentasinya kurang karena mereka
cenderung memberikan jawaban yang kurang didukung oleh bukti yang kuat
bahkan sering kali disampaikan dengan tidak terstruktur.
Kemampuan berargumentasi bagi siswa sebenarnya mempunyai peran
yang sangat esensial dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap pekerjaan
ataupun segala hal memerlukan argumen. Menurut Weston (2007),
keesensialan argumentasi tersebut disandarkan pada dua alasan, yakni
argumentasi merupakan sebuah usaha mencari tahu pandangan mana yang
lebih baik dari yang lain dan argumen dijabarkan sebagai cara seseorang
menjelaskan dan mempertahankan suatu gagasan. Dengan demikian, siswa
seyogianya diberikan pengalaman dan kesempatan untuk berargumentasi
melalui aktivitas pembelajaran agar kemampuan siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, peneliti mencoba mengatasi
masalah ini dengan menggunakan metode debat. Debat adalah kegiatan
bertukar pikiran antara dua orang atau lebih yang masing-masing berusaha
mempengaruhi orang lain menerima usulan yang disampaikan (Wiyanto,
2003). Debat kelas dapat menjadi cara yang baik untuk: 1) membantu siswa
untuk mengorganisasi dan mensintesis informasi: 2) mendorong siswa belajar
mandiri; 3) meningkatkan keterampilan kooperatif dan 4) meningkatkan
kemampuan verbal (Alfrod dan Surdu, 2002). Kegiatan berdebat memberikan
siswa pengalaman mengemukakan argumentasinya yang selalu didukung oleh
alasan dan bukti yang kuat. Oleh karena itu, implementasi metode dalam
penelitian ini dimaksudkan agar siswa terdorong untuk aktif untuk: 1)
2
![Page 3: PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI-IIA3 SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082403/55721257497959fc0b907623/html5/thumbnails/3.jpg)
mengumpulkan data, menyaringnya menjadi informasi dan menyajikannya
dalam bentuk tulisan (makalah) berdasarkan topik yang disepakati; 2)
menyampaikan dan mempertahankan argumentasi serta tanggapan terhadap
argumentasi kelompok lawan melalui argumen yang logis, akurat dan tepat
melalui kegiatan debat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berargumentasi siswa tidak merata;
2. Argumentasi siswa cenderung kurang didukung oleh bukti yang kuat
bahkan sering kali disampaikan dengan tidak terstruktur;
3. Pembelajaran yang dilakukan selama ini belum melatih siswa untuk
mampu berargumentasi dengan baik;
4. Rendahnya kemampuan berargumentasi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen memerlukan adanya upaya berupa aktivitas belajar yang
mendorong siswa terlibat aktif dengan meningkatkan kemampuan
berargumentasi mereka.
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa Kelas
XI IPA 3 pada pembelajaran materi Pergaulan Remaja Kristen dan Nikmat
Membawa Maut dalam Mata Pendidikan Agama Kristen melalui metode
debat?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen pada materi Pergaulan Remaja Kristen dan
Nikmat Membawa Maut.
3
![Page 4: PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA KELAS XI-IIA3 SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082403/55721257497959fc0b907623/html5/thumbnails/4.jpg)
2. Meningkatkan guru dalam meningkatkan kemampuan berargumentasi
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen pada materi
Pergaulan Remaja Kristen dan Nikmat Membawa Maut.
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi siswa
untuk mendorong siswa yang kurang mampu berargumentasi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk lebih terampil
mengumpulkan informasi dan berargumentasi.
2. Bagi guru
Pengalaman menggunakan metode debat dalam pembelajaran menjadi
bahan kajian dan acuan dalam meningkatkan kemampuan berargumentasi
dalam pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
3. Bagi sekolah
sebagai masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan dapat dikembangkan dalam
pembelajaran pada mata pelajaran yang lain, sebagai acuan dalam
peningkatan dan perbaikan pembelajaran.
F. Cara Pemecahan Masalah
Agar terjadi perubahan perilaku siswa Kelas XI-IIA 3, peneliti menerapkan
metode debat dengan mengadaptasi format debat Australasia yang digunakan oleh
Vocational Education Development Center (Cahyono dkk., 2001) dengan
penilaian aspek penilaian terhadap kejelasan suara, kelancaran bicara, hubungan
isi dengan topik, kemampuan berargumentasi dan kualitas isi. Di samping
penilaian terhadap pelaksanaan Debat, penilaian juga dilakukan terhadap makalah
yang disusun berdasarkan topik yang disepakati yang dianggap sebagai langkah
awal persiapan berdebat. Model pembelajaran Debat dilaksanakan sebanyak dua
siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan.
4