PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :...

182
PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES (GAP) USAHATANI KOPI RAKYAT DI LERENG ARGOPURO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Abdul Wakhid NIM 151510601136 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2020

Transcript of PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :...

Page 1: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES (GAP)USAHATANI KOPIRAKYATDI LERENG ARGOPURO

KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

OlehAbdul Wakhid

NIM 151510601136

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER2020

Page 2: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

i

PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES (GAP)USAHATANI KOPIRAKYATDI LERENG ARGOPURO

KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untukmenyelesaikanProgram Studi Agribisnis(S1)Fakultas Pertanian

Universitas Jember

Dosen PembimbingDr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si

OlehAbdul Wakhid

NIM 151510601136

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER2020

Page 3: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

ii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :1. Keluargaku tercinta, Ayahku Slamet, Ibuku Sumarti dan Adikku Selvia Putri

serta keluarga-keluargaku lainnya yang selalu memberikan do’a dan

dukungannya sehingga dapat menyelesaikan program sarjana pada Program

Studi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Jember;

2. Seluruh Dosen yang telah memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat dan berbagai pelajaran hidup yang sangat berharga;

3. Sahabatku (Alm) Mohammad Ainul Yaqin, Syifa Faidatul Ummah,

Mukhamad Sulaiman, Sheflya Candra Maulita, Muhammad Yusron David

Wahyudi, Melisa Regina Pratiwi, Eko Hari Cahyo, Maftuhatul Hidayah,

Richie Alfa Ramadriantoro, Akhmad Farullah Fariki, Nuke Dwi Margaret dan

Linda Damayanti yang telah memberikan dukungan dan pengalaman yang

luar biasa selama menuntut ilmu;

4. Almamater tercinta, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Jember yang telah menghantarkanku menjadi insan yang terdidik;

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 4: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

iii

MOTTO

“Kesuksesan bukan kunci kebahagiaan, namun kebahagiaanlah kunci kesuksesan.Jika Anda mencintai apa yang Anda kerjakan, Anda akan sukses”

(Albert Sehmeitzer)

“ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani”(Ki Hadjar Dewantara)

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannyamenggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

Page 5: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Abdul Wakhid

NIM : 151510601136

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul

“Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat di

Lereng Agropuro Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya sendiri,

kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan

pada institusi manapun, dan bukan karya plagiasi. Saya bertanggung jawab atas

keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung

tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya

tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi

akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 16 Januari 2020Yang Menyatakan,

Abdul WakhidNIM. 151510601136

Page 6: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

v

SKRIPSI

PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES (GAP)USAHATANI KOPIRAKYATDILERENG ARGOPURO

KABUPATEN JEMBER

Oleh :Abdul Wakhid

NIM. 151510601136

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Skripsi : Dr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si

NIP. 197310151999032002

Page 7: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

vi

PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat di Lereng Agropuro Kabupaten Jember” telah diujidan disahkan pada:Hari, tanggal : Kamis, 16 Januari 2020Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pembimbing Skripsi,

Dr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si.NIP. 197310151999032002

Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

Dr. Rokhani, SP., M.SiNIP. 197208052008012013

Agus Supriono, SP., M.SiNIP. 196908111995121001

MengesahkanDekan,

Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D.NIP. 196005061987021001

Page 8: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

vii

RINGKASAN

Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat diLereng Agropuro Kabupaten Jember. Abdul Wakhid, 151510601136; 2020;Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Komoditas kopi merupakan salah satu dari beberapa komoditas

perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Perkebunan

kopi berdasarkan pengusahaannya dibagi menjadi tiga yaitu perkebunan negara,

perkebunan swasta, dan perkebunan rakyat. Perkebunan kopi rakyat memiliki

karakteristik yaitu luas areal produksi kecil, milik perorangan, dan memiliki

kelemahan diantaranya ketersediaan modal, pemasaran produk, dan kualitas

produk yang dihasilkan.

Rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor kopi Indonesia bernilai

positif atau mengalami peningkatan. Produksi kopi di Indonesia disumbang oleh

beberapa provinsi salah satunya Provinsi Jawa Timur. Rata-rata share produksi

kopi Provinsi Jawa Timur tahun 2014 – 2018 menempati posisi ke enam sebesar

6,40% namun rata-rata pertumbuhannya sebesar 5,31% berada di posisi ke-3

setelah Provinsi Sumatra Selatan dan Aceh. Produksi kopi Provinsi Jawa Timur

dihasilkan oleh beberapa Kabupaten salah satunya Kabupaten Jember. Rata-rata

pertumbuhan produksi kopi Kabupaten Jember tahun 2014 – 2018 sebesar 63,98%,

tertinggi di antara Kabupaten lain yang ada di Provinsi Jawa Timur dan cenderung

mengalami peningkatan.

Kabupaten Jember memiliki areal produksi kopi yang tersebar diberbagai

Kecamatan salah satunya Kecamatan Panti. Rata-rata share luas areal Kecamatan

Panti tahun 2013 -2017 sebesar 7,71% berada di posisi pertama di wilayah Lereng

Argopuro. Luas areal produksi kopi rakyat Kecamatan Panti merupakan yang

terbesar dibandingkan tujuh Kecamatan lain yang berada di Lereng Argopuro

Kabupaten Jember, namun memiliki rata-rata produktivitas yang rendah sebesar

4,65 Kw/Ha dalam bentuk ose kering. Salah satu upaya peningkatan penerapan

GAP usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti dengan menerapkan usahatani

kopi sesuai pedoman Good Agriculture Practices (GAP). Usahatani kopi rakyat di

Page 9: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

viii

Kecamatan Panti merupakan turun temurun dari keluarganya sehingga petani

tidak mengerti teknik budidaya, panen dan pasca panen kopi yang baik.

Berdasarkan deskripsi di atas, penelitian dilakukan untuk mengetahui : 1) tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat, 2) faktor-

faktor yang mempengaruhi penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat, dan 3) merumuskan strategi peningkatan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif analitis, dan

pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik cluster sampling pada

delapan kelompok tani kopi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Metode

pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukan

untuk mendapatkan data primer dan sekunder. Analisis yang digunakan adalah

Analisis Skoring Skala Likert, Analisis Regresi Linier Berganda, dan Analisis

Hierarki Proses (AHP).

Penelitian menunjukkan hasil bahwa: (1) Tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat meliputi penentuan lokasi,

penyiapan lahan, sistem pengairan (rorak), persiapan bibit, penanaman,

pemeliharaan, panen dan pasca panen. Tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebesar 80,58 atau kategori kurang baik.

(2) Hasil Uji F diperoleh bahwa variabel umur petani, tingkat pendidikan,

tanggungan keluarga, luas lahan, intensitas kehadiran petani, akses informasi

usahatani kopi, dan persepsi harga kopi secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat, hasil uji t diperoleh bahwa variabel tanggungan keluarga, luas lahan,

akses informasi usahatani kopi dan persepsi harga kopi secara parsial signifikan

mempengaruhi variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat, sedangkan variabel umur petani, tingkat pendidikan, dan

intensitas kehadiran petani secara parsial tidak signifikan mempengaruhi variabel

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. (3)

Prioritas kriteria peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat adalah kriteria budidaya dengan bobot sebesar 50,7% dan

Page 10: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

ix

prioritas strateginya yaitu pendampingan penerapan Good Agriculture Practices

(GAP). Bagi penyuluh dan dinas pertanian supaya melakukan pendampingan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kepada Sumber Daya Manusia

(SDM). Pendampingan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan memberikan

pengetahuan dan praktik kepada petani mengenai teknik budidaya kopi yang baik

(Good Agriculture Practices), mulai dari penyemaian bibit, penaung, pengairan,

penanaman, pemeliharaan, sampai panen dan pasca panen. Pendampingan

pengelolaan sumber daya lahan dengan memberikan pengetahuan kepada petani

kopi mengenai iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kemiringan tanah,

ketinggian tempat, PH tanah, tekstur tanah, dan kesuburan tanah.

Page 11: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

x

SUMMARY

Implementation of Good Agriculture Practices (GAP) Smallholder CoffeeFarming on Agropuro Mountains of Jember Regency. AbdulWakhid,151510601136; 2020; Agribusiness Study Program, Faculty ofAgriculture, The University of Jember.

Coffee commodity is one of several plantation commodities that are

widely cultivated by the people of Indonesia. Coffee plantations based on their

operations are divided into 3 namely state plantations, private plantations, and

community plantations. Smallholder coffee plantations have the characteristics of

a small production area, owned by individuals, and have weaknesses including the

availability of capital, product marketing, and the quality of products produced.

The average volume growth and value of Indonesia's coffee exports are

positive or increasing. Coffee production in Indonesia is contributed by several

provinces, one of them is East Java Province. The average share of production in

East Java Province in 2014 – 2018 occupies the 6th position of 6.40% but the

average growth of 5,31% is in the 3nd position after Sumatra Selatan and Aceh

Province. East Java Province coffee production is produced by several districts,

one of which is Jember Regency. The average growth of coffee production in

Jember Regency in 2014 – 2018 is 63,98%, highest among other regencies in East

Java Province so tend increased.

Jember Regency has coffee production areas which are spread in various

sub-districts, one of which is Panti District. The average share area of the Panti

District in 2013 – 2017 of 7,71% is in the first position in argopuro mountains.

Coffee production area of the Panti sub-district has the biggest compared to seven

other sub-districts in the Argopuro mountain, Jember district, but has a low

average productivity of 4.65 Kw / Ha in the form of dried ose. One effort to

increase the application of GAP smallholder coffee farming in Panti District,

Jember Regency with implemented coffee farming according to Good Agriculture

Practices (GAP) guidelines. Smallholder coffee farming in the District Panti

Jember District is hereditary from his family so that farmers do not understand

good coffee cultivation, harvesting and post-harvest techniques. Based on the

Page 12: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xi

description above, the study was conducted to find out: 1) the level of application

of Good Agriculture Practices (GAP) of smallholder coffee farming, 2) the factors

that influence the adoption of Good Agriculture Practices (GAP) of smallholder

coffee farming, and 3) formulate strategies to improve the implementation of

Good Agriculture Practices (GAP) smallholder coffee farming.

This research was conducted using descriptive analytical methods, and

sampling was conducted using cluster sampling techniques in eight coffee farmer

groups in Panti District, Jember Regency. Method of collecting data includes

interviews, observations, and documentation to obtain primary and secondary data

types. The analysis used is a Likert Scale Scoring Analysis, Multiple Linear

Regression Analysis, and Process Hierarchy Analysis (AHP).

Research shows the results that: (1) The level of application of Good

Agriculture Practices (GAP) for smallholder coffee farming includes location

determination, land preparation, irrigation system, seed preparation, planting,

maintenance, harvesting and post-harvest. The level of application of Good

Agriculture Practices (GAP) of smallholder coffee farming in Panti District,

Jember Regency was 80,58 or suitable category. (2) F Test results show that the

age of farmers, the level of education of coffee farmers, dependents of coffee

farmers' families, the area of coffee farmers, intensity of the presence farmers,

access to information on coffee farming, and perceptions of coffee prices together

have a significant effect on the variable level of Good application Agriculture

Practices (GAP) of smallholder coffee farming, t test results obtained that the

dependent variables of coffee farmer families, coffee farmer land area, access to

information on coffee farming, and perception of coffee prices partially

significantly influence the variable level of application of Good Agriculture

Practices (GAP) of smallholder coffee farming, while the age of farmers, the level

of education of coffee farmers, and intensity of the presence farmers partially did

not significantly affect the variable level of application of Good Agriculture

Practices (GAP) of smallholder coffee farming. (3) Priority criteria for improving

the adoption of Good Agriculture Practices (GAP) for smallholder coffee farming

are cultivation criteria with a weight of 50.7% and the priority of the strategy is

Page 13: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xii

assistance in implementing Good Agriculture Practices (GAP). Extension agents

and department of agriculture to Assistance in the application of Good Agriculture

Practices (GAP) is done both from Human Resources (HR). Assistance of Human

Resources (HR) by providing knowledge and practice to farmers about good

coffee cultivation techniques Good Agriculture Practices, starting from seeding,

shading, irrigation, planting, maintenance, to harvesting and post-harvest.

Assistance in managing land resources to coffee farmers about the climate which

includes rainfall, air temperature, soil slope, altitude, soil PH, soil texture, and soil

fertility.

Page 14: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xiii

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat di Lereng Agropuro

Kabupaten Jember”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Jember.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Jember;

2. M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D., selaku Koordinator Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Jember;

3. Dr. Luh Putu Suciati, SP., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Dr.

Rokhani, SP., M.Si selaku Dosen Penguji Utama dan Agus Supriono, SP.,

M.Si selaku Dosen Penguji Anggota yang memberikan dukungan, motivasi

serta meluangkan waktu dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

4. Agus Supriono, SP., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama masa studi.

5. Keluargaku tercinta, Ayahku Slamet, Ibuku Sumarti dan Adikku Selvia Putri

serta keluarga-keluargaku lainnya yang selalu memberikan do’a dan

dukungannya sehingga dapat menyelesaikan program sarjana pada Program

Studi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Jember.

6. Para petani kopi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember yang telah

memberikan informasi dan bantuan selama proses penelitian.

7. Djoko Sumarno selaku kelapa kebun di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia.

8. Novi Hardiani selaku ketua bidang perkebunan di Dinas Pertanian Tanaman

Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember.

Page 15: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xiv

9. Sahabatku (Alm) Mohammad Ainul Yaqin, Syifa Faidatul Ummah,

Mukhamad Sulaiman, Sheflya Candra Maulita, Muhammad Yusron David

Wahyudi, Melisa Regina Pratiwi, Eko Hari Cahyo, Maftuhatul Hidayah,

Richie Alfa Ramadriantoro, Akhmad Farullah Fariki, dan Nuke Dwi Margaret

yang telah memberikan semangat, motivasi, dan banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini;

10. Teman-teman satu Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing

Skripsi yang telah memberikan semangat kepada saya selama ini;

11. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2015 Fakultas

Pertanian Universitas Jember atas semangat dan kebersamaan yang telah

diberikan selama ini;

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

Jember, 16 Januari 2020

Penulis

Page 16: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERSEMBAHAN......................................................................................... ii

MOTTO ........................................................................................................ iii

PERNYATAAN............................................................................................ iv

PERSETUJUAN........................................................................................... v

PENGESAHAN............................................................................................ vi

RINGKASAN ............................................................................................... vii

SUMMARY.................................................................................................... x

PRAKATA.................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI................................................................................................. xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 9

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 12

2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 12

2.2 Teori dan Konsep ................................................................................... 16

2.2.1 Komoditas Kopi .......................................................................... 16

2.2.2 Budidaya Kopi............................................................................. 18

2.2.3 Usahatani Kopi............................................................................ 21

2.2.4 Konsep Good Agriculture Practices (GAP)................................ 22

2.2.5 Konsep Skoring ........................................................................... 25

2.2.6 Teori Regresi Linier Berganda.................................................... 27

Page 17: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xvi

2.2.7 Teori Analytical Hierarchy Procces (AHP)................................ 29

2.3 Kerangka Konseptual ............................................................................ 32

2.4 Hipotesis .................................................................................................. 36

BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................... 37

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 37

3.2 Populasi dan Sampel .............................................................................. 37

3.3 Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 39

3.4 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran....................... 40

3.5 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis............................................ 46

3.5.1 Analisis Skoring Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

Usahatani Kopi Rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember ........... 46

3.5.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) pada usahatani kopi di Lereng Argopuro

Kabupaten Jember................................................................................... 53

3.5.3 Analisis Hierarki Proses (AHP) strategi peningkatan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng

Argopuro Kabupaten Jember .................................................................. 54

3.6 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................ 59

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 634.1 Gambaran Umum Kecamatan Panti Kabupaten Jember................. 63

4.1.1 Kondisi Geografis .......................................................................... 63

4.1.2 Kondisi Demografi......................................................................... 64

4.1.3 Pendidikan...................................................................................... 66

4.2 Gambaran Umum Usahatani Kopi Rakyat di Kecamatan Panti

Kabupaten Jember................................................................................ 66

4.2.1 Produksi kopi ................................................................................ 66

4.2.2 Pola Tanam Usahatani Kopi .......................................................... 67

4.2.3 Bibit................................................................................................ 67

4.2.4 Pupuk dan Pestisida ....................................................................... 67

Page 18: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xvii

4.2.5 Budidaya Tanaman Kopi ............................................................... 68

4.2.6 Pasca panen .................................................................................... 69

4.3 Karakteristik Kelompok Tani Kopi di Kecamatan Panti

Kabupaten Jember................................................................................ 70

4.4 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani

Kopi Rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember .................... 71

4.4.1 Pemilihan wilayah/ lokasi………………………. ......................... 71

4.4.1.1 Curah hujan……………………………… ....................... 72

4.4.1.2 Suhu................................................................................... 72

4.4.1.3 PH tanah ............................................................................ 73

4.4.1.4 Kemiringan tanah .............................................................. 73

4.4.1.5 Ketinggian tempat ............................................................. 74

4.4.1.6 Tekstur tanah ..................................................................... 74

4.4.2 Persiapan lahan .............................................................................. 74

4.4.3 Sistem pengairan (Rorak) .............................................................. 76

4.4.4 Persiapan bibit................................................................................ 77

4.4.5 Penanaman ..................................................................................... 79

4.4.6 Pemeliharaan.................................................................................. 80

4.4.6.1 Penyulaman ....................................................................... 81

4.4.6.2 Penyiraman ........................................................................ 81

4.4.6.3 Pemupukan awal dan susulan ............................................ 82

4.4.6.4 Pemangkasan ..................................................................... 82

4.4.6.5 Pengendalian OPT ............................................................. 83

4.4.7 Panen dan pascapanen.................................................................... 83

4.4.7.1 Panen ................................................................................. 84

4.4.7.2 Pascapanen ........................................................................ 85

4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat di Lereng Argopuro

Kabupaten Jember................................................................................ 85

4.5.1 Uji Asumsi Klasik.......................................................................... 86

4.5.2 Input Correlation ............................................................................ 87

Page 19: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xviii

4.5.3 Model Summary ............................................................................. 90

4.5.4 Output ANOVA ............................................................................. 91

4.5.5 Coefficient ...................................................................................... 91

4.6 Strategi Peningkatan Penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) Usahatani Kopi Rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten

Jember.................................................................................................... 96

4.6.1 Kriteria budidaya ........................................................................... 97

4.6.2 Kriteria pasca panen....................................................................... 98

4.6.3 Kriteria pemasaran ......................................................................... 99

4.6.4 Kriteria kelembagaan ..................................................................... 100

4.6.5 Kriteria kebijakan........................................................................... 101

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 102

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 102

5.2 Saran ....................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 104

LAMPIRAN.................................................................................................. 108

KUISIONER................................................................................................. 144

DOKUMENTASI ......................................................................................... 151

Page 20: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xix

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Volume, Nilai, dan Pertumbuhan Ekspor kopi di Indonesiapada tahun 2009 – 2018.…………………………………. 2

1.2 Rata-rata Produksi, Share Produksi, dan PertumbuhanProduksi Perkebunan Kopi Rakyat pada 10 ProvinsiProdusen Kopi Tertinggi Di Indonesia Tahun 2014–2018… 3

1.3 Rata-rata Produksi, Share Produksi, dan PertumbuhanProduksi Kopi Rakyat pada 10 Kabupaten Produsen kopiTertinggi di Jawa Timur tahun 2014 – 2018….................... 4

1.4 Rata-rata Luas Areal, Share Luas Areal, dan PertumbuhanLuas Areal Produksi Kopi Rakyat di Kabupaten JemberTahun 2013 -2017…………………………………………. 5

1.5 Rata-rata Luas Areal, Rata-rata Share Luas Areal, danRata-rata Pertumbuhan Luas Areal Produksi Kopi rakyat diLereng Raung dan Lereng Argopuro Kabupaten Jembertahun 2013 -2017…………………………………………. 7

1.6 Luas areal, Produksi, dan Produktivitas Kopi Rakyat DiKecamatan Panti Kabupaten Jember tahun 2013 -2017….. 8

2.1 Penilaian Analysis Hierarchy Process (AHP) Berdasarkantabel IK…………………………………………………… 30

2.2 Random Indeks…………………………………………… 31

3.1 Daftar Indikator Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi rakyat beserta Bobot Nilainya…………… 47

3.2 Skala Banding Berpasangan………………………………. 58

4.1 Klasifikasi lahan Kecamatan Panti Kabupaten JemberTahun 2017............................................................................ 64

4.2 Jumlah Penduduk Di Kecamatan Panti Kabupaten JemberMenurut Jenis Kelamin Tahun 2017….…………………… 65

4.3 Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Lapangan Usahadi Kecamatan Panti Kabupaten Jember Tahun 2017..…….. 65

4.4 Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan PendudukKecamatan Panti ………………………………………….. 66

4.5 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor Pemilihan LokasiBerdasarkan Jumlah Petani Kopi Di Kecamatan PantiKabupaten Jember ……………………………………….. 71

Page 21: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xx

4.6 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor Penyiapan LahanBerdasarkan Jumlah Petani Kopi Di Kecamatan PantiKabupaten Jember ………………………………………… 75

4.7 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor Sistem Pengairan(Rorak) Berdasarkan Jumlah Petani Kopi Di KecamatanPanti Kabupaten Jember …………………………………. 76

4.8 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor Persiapan BibitBerdasarkan Jumlah Petani Kopi Di Kecamatan PantiKabupaten Jember ……………………………………….. 78

4.9 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor PenanamanBerdasarkan Jumlah Petani Kopi Di Kecamatan PantiKabupaten Jember………………………………………… 79

4.10 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor PemeliharaanBerdasarkan Jumlah Petani Kopi Di Kecamatan PantiKabupaten Jember ……………………………………….. 80

4.11 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat pada Faktor Panen dan PascaPanen Berdasarkan Jumlah Petani Kopi Di KecamatanPanti Kabupaten Jember …………………………………. 84

4.12 Input Correlation…………………………………………. 87

4.13 Sig (1-tailed)……………………………………………… 89

4.14 Summary…………………………………………………. 90

4.15 Output ANOVA…………………………………………. 91

4.16 Coefficient………………………………………………… 91

4.17 Kriteria Peningkatan Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat di KecamatanPanti Kabupaten Jember…………………………………… 96

4.18 Alternatif Strategi pada Kriteria Budidaya………………. 97

4.19 Alternatif Strategi Kriteria Pasca Panen………………….. 98

4.20 Alternatif Strategi Kriteria Pemasaran……………………. 99

4.21 Alternatif Strategi Kriteria Kelembagaan………………… 100

4.22 Alternatif Strategi Kriteria Kebijakan……………………. 101

Page 22: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Konseptual Penerapan GAP Kopi...…. 35

3.1 Bagan Cluster sampling.………………………………... 38

3.2 Bagan Analysis Hierarchy Process (AHP)…...………… 56

3.3 Kerangka Pemecahan Masalah Penerapan GAP Kopi…. 62

4.1 Peta Kecamatan Panti Kabupaten Jember ……………... 63

4.2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Kopi di KecamatanPanti…………………….……………………………… 70

Page 23: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

A Data Responden Petani Kopi Rakyat di KecamatanPanti Kabupaten Jember …………………………… 109

B1 Indikator Dalam Penentuan Lokasi Sesuai PedomanGood Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat………………………………………………. 113

B2 Indikator Dalam Penyiapan Lahan Sesuai PedomanGood Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat………………………………………………. 115

B3 Indikator Dalam Sistem Pengairan Sesuai PedomanGood Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat………………………………………………. 117

B4 Indikator Dalam Persiapan Bibit Sesuai PedomanGood Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat………………………………………………. 119

B5 Indikator Dalam Penanaman Sesuai Pedoman GoodAgriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat………………………………………………. 121

B6 Indikator Dalam Pemeliharaan Sesuai PedomanGood Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat………………………………………………. 123

B7 Indikator Dalam Panen dan Pasca Panen SesuaiPedoman Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat……………………………… 125

B8 Data Tingkat Penerapan Usahatani Kopi Rakyat padaSeluruh Komponen Good Agriculture Practices(GAP)………………………………………………. 127

C1 Descriptive statistics………………………………… 129

C2 Correlation…………………………………………. 129

C3 Coefficients………………………………………….. 131

C4 Histogram…………………………………..………. 131

C5 Diagram Normal P-P Plot…………………………... 132

C6 Diagram Scatterplot……………………………..….. 132

D1 Prioritas strategi pada kriteria peningkatan penerapanGood Agriculture Practices (GAP) usahatani kopirakyat……………………………………………….. 138

Page 24: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

xxiii

D2 Prioritas strategi peningkatan penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyatpada kriteria budidaya…………………..…………. 138

D3 Prioritas strategi peningkatan penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyatpada kriteria pasca panen…………………………… 138

D4 Prioritas strategi peningkatan penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyatpada kriteria pemasaran…………………………….. 139

D5 Prioritas strategi peningkatan penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyatpada kriteria kelembagaan……...…………………… 139

D6 Prioritas strategi peningkatan penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyatpada kriteria kebijakan……………………………… 139

E Produksi Perkebunan Kopi Rakyat pada 10 ProvinsiProdusen Kopi Tertinggi Di Indonesia Tahun 2014 –2018…………………………………………………. 140

F Produksi Perkebunan Kopi Rakyat pada 10Kabupaten Produsen Kopi Tertinggi Di Jawa TimurTahun 2014 – 2018……………………...…………… 140

G Pertumbuhan Luas Areal Produksi Kopi rakyat pada10 Kecamatan dengan Produksi Tertinggi diKabupaten Jember tahun 2013 -2017……………..... 141

H Produksi Perkebunan Kopi Rakyat pada 10Kecamatan Produsen Kopi Tertinggi Di KabupatenJember Tahun 2013 – 2017………………………… 142

I Daftar Indikator Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi rakyat beserta Bobot Nilainya…….. 143

Page 25: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang

mendorong pembangunan nasional. Sumbangan yang terlihat nyata dalam

penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi, nilai tambah dan

daya saing. Komoditas perkebunan memiliki potensi pasar, yaitu dalam negeri dan

luar negeri. Pasar dalam negeri, tanaman perkebunan memberikan pendapatan

kepada masyarakat petani yang umumnya digunakan untuk bahan baku industri,

pakan ternak, atau sebagai komoditas substitusi impor, sedangkan pasar luar

negeri, komoditas perkebunan dibutuhkan untuk diolah menjadi barang yang

memiliki nilai tinggi dan diekspor. Komoditas perkebunan berdasarkan jenis

pengusahaannya dibagi menjadi 3, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan swasta

dan perkebunan negara. Terdapat tiga ciri perkebunan rakyat dilihat dari usaha

taninya, yaitu perkebunan rakyat memiliki luas areal usaha kecil dan perorangan

serta memiliki kelemahan pada ketersediaan modal, pemasaran hasil produksi, dan

kualitas produk yang dihasilkan (Viantimala et al, 2015).

Menurut Badan Pusat Statistik (2016), sub sektor perkebunan merupakan

sub sektor yang menjadi salah satu sumber pendapatan nasional dan penghasil

devisa bagi negara Indonesia yang dapat dilihat dari nilai ekspor komoditas

perkebunan. Tanaman perkebunan yang dibudidayakan antara lain tanaman Sawit,

Karet, Kopi, Kakao, Teh, Tebu, Kelapa, Tembakau, dan lain-lain. Komoditas kopi

merupakan salah satu dari beberapa komoditas perkebunan yang banyak

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia, mulai dari jaman penjajahan sampai

abad ke 21 sekarang. Kopi di Indonesia merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang diekpor untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan

menghasilkan devisa bagi negara selain dari hasil pertambangan diantaranya

minyak dan gas.

Komoditas perkebunan yang salah satunya adalah kopi memberikan

kontribusi terhadap perekonomian nasional dengan menyumbang devisa dari hasil

ekspor. Berikut disajikan data ekspor kopi Indonesia yang terjadi pada 8 tahun

Page 26: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

2

terakhir. Tabel 1.1 tentang volume ekspor, nilai, dan pertumbuhan ekspor serta

pertumbuhan nilai kopi di Indonesia pada tahun 2009 – 2018 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Volume, Nilai, dan Pertumbuhan Ekspor Kopi di Indonesia pada Tahun2009 – 2018

Tahun Volume Ekspor(Ton) Nilai (US$) Pertumbuhan

Ekspor (%)Pertumbuhan

Nilai (%)

2009 433.600 814.300 - -2010 433.595 814.311 0,00 0,002011 346.493 1.036.671 -20,09 27,312012 448.591 1.249.520 29,47 20,532013 534.023 1.174.029 19,04 -6,042014 384.816 1.039.341 -27,94 -11,472015 502.021 1.197.735 30,46 15,242016 414.651 1.008.549 -17,40 -15,802017 467.799 1.187.157 12,82 17,712018 379.961 815.933 -18,78 -31,27

Rata-rata 0,76 1,62Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 dan 2018

Berdasarkan Tabel 1.1 bahwa volume ekspor dan nilai ekspor kopi di

Indonesia dari tahun 2009 sampai 2018 cenderung fluktuatif. Volume ekspor kopi

sebesar 534.023 Ton menjadi yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013. Rata-

rata pertumbuhan ekspor kopi sebesar 0,76% per tahun dengan diikuti

pertumbuhan nilai sebesar 1,62% per tahun. Meskipun pertumbuhan volume

ekspor dan nilai kopi dari tahun 2009 sampai 2018 ada yang mengalami hasil (-)

atau penurunan tetapi rata-rata pertumbuhan volume dan nilai ekspor tetap positif.

Pertumbuhan volume ekspor dan nilai kopi bernilai positif yang berarti volume

dan nilai ekspor kopi naik atau mengalami peningkatan.

Menurut Ramadhani (2018), komoditas kopi (Coffea sp) merupakan

komoditas perkebunan yang memiliki peranan dalam menyumbang pertumbuhan

perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekspor kopi Indonesia yang mengalami

kenaikan memberikan masukan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Produksi

total kopi Indonesia sebesar 711,513 ribu ton dan sebesar 67% dialokasikan untuk

ekspor dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Usahatani Kopi

dapat memberikan pendapatan bagi petani dan menghasilkan devisa untuk negara

serta menyediakan bahan baku pada sektor industri.

Page 27: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

3

Produksi kopi di Indonesia disumbang oleh beberapa provinsi penghasil

kopi yang ada di Indonesia. Terdapat 10 provinsi di Indonesia penghasil kopi

diantaranya Sumatra Selatan, Lampung, Sumatra Utara, Bengkulu, Aceh, Sumatra

Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, dan Jawa Barat. Berikut disajikan rata-rata

produksi, share produksi, dan pertumbuhan produksi perkebunan kopi rakyat pada

10 Provinsi Produsen Kopi Tertinggi di Indonesia tahun 2014 – 2018 yaitu:

Tabel 1.2 Rata-rata Produksi, Share Produksi, dan Pertumbuhan ProduksiPerkebunan Kopi Rakyat pada 10 Provinsi Produsen Kopi Tertinggi DiIndonesia Tahun 2014 – 2018

No Provinsi

Tahun 2014-2018 (Ton)

Rata-rataproduksi

(Ton/Tahun)

Rata-rata shareproduksi

Rata-ratapertumbuhan

produksi% Ranking % Ranking

1 Sumatra Selatan 144.863 26,31 1 12,12 12 Lampung 105.349 19,43 2 4,13 43 Sumatra Utara 62.316 11,45 3 3,74 54 Bengkulu 56.723 10,46 4 -0,41 85 Aceh 55.590 10,14 5 8,57 26 Jawa Timur 34.832 6,40 6 5,31 37 Sumatra Barat 27.234 5,12 7 -10,61 108 Jawa Tengah 18.980 3,54 9 -9,81 99 NTT 21.408 3,95 8 0,81 710 Jawa Barat 17.435 3,21 10 3,43 6

Keterangan : Dari lampiran E (Halaman 140).

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa rata-rata produksi

perkebunan kopi rakyat pada 10 Provinsi produsen kopi tertinggi di Indonesia dari

tahun 2014 sampai 2018 paling tinggi adalah Provinsi Sumatra Selatan diikuti

Provinsi Lampung, sedangkan provinsi Jawa Timur menempati posisi ke-6. Nilai

rata-rata share produksi kopi Jawa Timur berada pada posisi ke-6 sebesar 6,40%

per tahun, namun nilai rata-rata pertumbuhan produksi kopi di Jawa Timur sebesar

5,31% per tahun dan menempati posisi ke-3 setelah Provinsi Sumatra Selatan dan

Provinsi Aceh. Rata-rata pertumbuhan produksi kopi rakyat Provinsi Jawa Timur

lebih rendah dari Provinsi Sumatra Selatan namun lebih tinggi dari Provinsi

Lampung yang berarti produksi kopi di Jawa Timur naik atau mengalami

peningkatan.

Page 28: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

4

Menurut Martini dan Retno (2013), tanaman kopi (Coffea sp) merupakan

salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang terdiri dari beberapa jenis

yaitu kopi Arabika, kopi Robusta, dan kopi Liberika. Kopi sebaiknya ditanam di

daerah dengan curah hujan 1.250 – 2.500 mm per tahun. Jenis kopi yang banyak

dibudidayakan di Indonesia adalah jenis kopi arabika dan kopi robusta. Syarat

kesesuaian iklim dan geografi Indonesia yang banyak didominasi perbukitan

membuat komoditas kopi arabika dan kopi robusta cocok dibudidayakan. Kopi di

Indonesia tumbuh baik di tempat dengan ketinggian lebih dari 100 mdpl sampai

2.000 mdpl. Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2014), komoditas kopi robusta

(Coffea Robusta) dan kopi arabika (Coffea Arabica) di Indonesia paling banyak

dibudidayakan di perkebunan rakyat.

Produksi kopi Provinsi Jawa Timur dihasilkan oleh beberapa Kabupaten

yang ada di Jawa Timur diantaranya Kabupaten Malang, Bondowoso,

Banyuwangi, Jember, dan Lumajang. Data rata-rata produksi, share produksi, dan

pertumbuhan produksi kopi rakyat pada 10 Kabupaten produsen kopi tertinggi di

Jawa Timur tahun 2014 - 2018 sebagai berikut:

Tabel 1.3 Rata-rata Produksi, Share Produksi, dan Pertumbuhan Produksi KopiRakyat pada 10 Kabupaten Produsen kopi Tertinggi di Jawa TimurTahun 2014 – 2018

No Kabupaten

Tahun 2014-2018 (Ton)

Rata-rataproduksi

(Ton/Tahun)

Rata-rata shareproduksi

Rata-ratapertumbuhan

produksi% Ranking % Ranking

1 Malang 10.704 25,29 1 9,45 6

2 Bondowoso 7.275 15,69 4 33,93 4

3 Banyuwangi 9.511 19,41 2 57,93 2

4 Jember 7.958 16,07 3 63,98 1

5 Lumajang 2.619 6,61 5 -0,59 8

6 Probolinggo 1.618 4,00 7 3,75 7

7 Blitar 2.787 5,80 6 47,75 3

8 Jombang 793 2,04 10 -5,87 9

9 Kediri 283 3,51 8 -19,02 10

10 Pacitan 662 2,85 9 12,90 5Keterangan : Data lampiran F (Halaman 140).

Page 29: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

5

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa rata-rata produksi

perkebunan kopi rakyat tahun 2014 hingga 2018 di 10 Kabupaten produsen kopi

tertinggi di Jawa Timur paling tinggi adalah Kabupaten Malang, Kabupaten

Banyuwangi, dan diurutan ke-3 adalah Kabupaten Jember. Rata-rata produksi kopi

rakyat di Kabupaten Jember sebesar 7.192 Ton per tahun. Rata-rata share produksi

kopi di Kabupaten Jember sebesar 16,07% dan berada pada urutan ke-3 setelah

Kabupaten Malang dan Kabupaten Banyuwangi. Meskipun share produksi

Kabupaten Jember berada pada urutan ke-3 namun rata-rata pertumbuhan

produksinya paling tinggi sebesar 63,98%. Kabupaten Jember memiliki rata-rata

pertumbuhan produksi tertinggi yang berarti produksi kopi rakyat di Kabupaten

Jember naik atau mengalami peningkatan.

Kabupaten Jember memiliki luas areal produksi kopi rakyat yang tersebar

di berbagai Kecamatan diantaranya adalah Kecamatan Gumukmas, Kecamatan

Wuluhan, Kecamatan Ambulu, dan seterusnya. Berikut disajikan data mengenai

rata-rata luas areal produksi, share luas areal produksi, dan pertumbuhan luas

areal produksi kopi rakyat di Kabupaten Jember tahun 2013 - 2017, yaitu:

Tabel 1.4 Rata-rata Luas Areal, Share Luas Areal, dan Pertumbuhan Luas ArealProduksi Kopi Rakyat di Kabupaten Jember Tahun 2013 -2017

No Kecamatan

Rata-rata

Luas Areal(Ha/Tahun)

Share LuasAreal

PertumbuhanLuas Areal Keterangan

% Rank % Rank1 Kencong - - - - - -2 Gumukmas 2,05 0,00 27 0,00 12 -3 Puger - - - - - -4 Wuluhan 4,05 71,88 1 -0,01 19 -5 Ambulu 5,30 0,09 22 0,00 14 -6 Tempurejo 17,59 0,29 18 -0,06 24 -7 Silo 2.505,70 39,81 2 0,12 6 Lereng Raung8 Mayang 57,60 0,95 13 -0,04 22 Lereng Raung9 Mumbulsari 40,83 0,71 14 -0,17 26 -10 Jenggawah 5,74 0,09 20 0,00 11 -11 Ajung 2,58 0,04 26 -0,01 17 -

12 Rambipuji 4,68 0,08 25 0,00 16Lereng

Argopuro13 Balung 5,03 0,08 23 0,00 13 -

Page 30: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

6

Lanjutan Tabel 1.4

No Kecamatan

Rata-rata

Luas Areal(Ha/Tahun)

Share LuasAreal

PertumbuhanLuas Areal Keterangan

% Rank % Rank14 Umbulsari 6,38 0,10 19 0,00 15 -15 Semboro 4,87 0,08 24 -0,01 18 -16 Jombang - - - - - -

17 Sumberbaru 402,48 5,95 7 0,46 4Lereng

Argopuro

18 Tanggul 396,16 5,66 8 0,69 3Lereng

Argopuro

19 Bangsalsari 401,08 4,94 9 2,75 1Lereng

Argopuro

20 Panti 505,12 7,59 5 0,38 5Lereng

Argopuro

21 Sukorambi 107,77 1,77 11 0,00 7Lereng

Argopuro

22 Arjasa 157,65 1,96 10 2,52 2Lereng

Argopuro23 Pakusari 38,30 0,63 16 0,00 9 Lereng Raung24 Kalisat 34,83 0,57 17 -0,01 20 Lereng Raung25 Ledokombo 521,51 8,66 4 -0,04 23 Lereng Raung26 Sumberjambe 544,80 9,16 3 -0,08 25 Lereng Raung27 Sukowono 38,45 0,63 15 0,00 10 -

28 Jelbuk 412,22 7,36 6 -0,19 27Lereng

Argopuro29 Kaliwates 5,63 0,09 21 -0,01 21 -30 Sumbersari - - - - - -31 Patrang 59,45 0,97 12 0,00 8 -

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 - 2018

Berdasarkan Tabel 1.4 bahwa rata-rata luas areal produksi kopi rakyat di

31 kecamatan yang ada di Kabupaten Jember tahun 2013 – 2017 paling tinggi

adalah Kecamatan Silo, Kecamatan Sumberjambe, dan urutan ke lima Kecamatan

Panti. Rata-rata share luas areal produksi kopi di Kecamatan Panti dari tahun

2013-2017 lebih rendah dari pada Kecamatan Wuluhan dan Kecamatan Silo,

tetapi pertumbuhan luas areal lebih tinggi dari pada Kecamatan Wuluhan dan

Kecamatan Silo. Kecamatan Silo berada di wilayah Lereng Raung sedangkan

Kecamatan Panti berada di Lereng Argopuro. Oleh karena itu, produksi kopi di

Kabupaten Jember dihasilkan oleh beberapa kecamatan yang berada di wilayah

Lereng Raung dan Lereng Agropuro.

Page 31: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

7

Berdasarkan data luas areal produksi kopi 31 kecamatan di Kabupaten

Jember bahwa luas areal produksi kopi terbagi di dua wilayah yaitu dari wilayah

Lereng Raung dan Lereng Argopuro. Lereng Raung mencakup Kecamatan Silo,

Mayang, Pakusari, Kalisat, Sumberjambe, dan Ledokombo. Sedangkan Lereng

Agropuro mencakup Kecamatan Sumberbaru, Tanggul, Bangsalsari, Rambipuji,

Panti, Sukorambi, Arjasa, dan Jelbuk. Data rata-rata luas areal produksi, share

luas areal produksi, dan pertumbuhan luas areal produksi kopi rakyat di Lereng

Raung dan Lereng Argopuro Kabupaten Jember tahun 2013 – 2017 sebagai

berikut:

Tabel 1.5 Rata-rata Luas Areal Produksi, Share Luas Areal Produksi, danPertumbuhan Luas Areal Produksi Kopi Rakyat di Lereng Raung danLereng Argopuro Kabupaten Jember Tahun 2013 – 2017

No Kecamatan

Rata-rata

Luas Areal(Ha/Tahun)

Share Luas Areal Pertumbuhan LuasAreal

% Rank % Rank

Lereng Raung1 Silo 2.505,70 40,56 1 0,12 12 Mayang 57,60 0,97 4 -0,04 43 Pakusari 38,30 0,64 5 0,00 24 Kalisat 34,83 0,58 6 -0,01 35 Ledokombo 521,51 8,83 3 -0,04 56 Sumberjambe 544,80 9,35 2 -0,08 6

Rata-rata 617,12 10,16 -0,01

Lereng Argopuro1 Rambipuji 4,68 0,08 8 0,00 72 Sumberbaru 402,48 6,05 3 0,46 43 Tanggul 396,16 5,74 4 0,69 34 Bangsalsari 401,08 4,98 5 2,75 15 Panti 505,12 7,71 1 0,38 56 Sukorambi 107,77 1,80 7 0,00 67 Arjasa 157,65 1,98 6 2,52 28 Jelbuk 412,22 7,36 2 -0,19 8

Rata-rata 298,40 4,46 0,83

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 – 2018

Berdasarkan Tabel 1.5 bahwa rata-rata luas areal produksi kopi rakyat

tahun 2013 – 2017 terbesar adalah di wilayah Lereng Raung sebesar 617,12 Ha,

sedangkan wilayah Lereng Argopuro sebesar 298,40 Ha. Rata-rata share luas

Page 32: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

8

areal produksi kopi terbesar adalah wilayah Lereng Raung sebesar 10,16%, tetapi

rata-rata pertumbuhannya sebesar -0,01%. Wilayah Lereng Argopuro memiliki

rata-rata share sebesar 4,46% dan rata-rata pertumbuhannya sebesar 0,83%.

Meskipun wilayah Lereng Argopuro memiliki rata-rata share rendah dari wilayah

Lereng Raung, tetapi memiliki rata-rata pertumbuhan positif. Jadi, luas areal

produksi kopi di Lereng Argopuro mengalami peningkatan. Rata-rata kontribusi

(share) luas areal produksi kopi tertinggi di Lereng Argopuro adalah Kecamatan

Panti sebesar 7,71%. Oleh karena itu, luas areal produksi kopi Kecamatan Panti

tertinggi dari tujuh kecamatan lainnya yang berada di Lereng Argopuro.

Produksi kopi Kecamatan Panti menjadi salah satu penyumbang produksi

kopi di Kabupaten Jember. Berikut disajikan data dari tahun 2013 sampai 2017

tentang luas areal, produksi, dan produktivitas kopi rakyat di Kecamatan Panti

Kabupaten Jember yaitu;

Tabel 1.6 Luas areal, Produksi, dan Produktivitas Kopi Rakyat Di KecamatanPanti Tahun 2013 -2017

No TahunLuas areal

(Ha)Produksi

(Kw)Produktivi-tas (Kw/ Ha)

Pertumbuhanproduksi (%)

1 2013 385,97 1.237 3,20 0,00

2 2014 387,72 1.977 5,10 0,603 2015 397,90 1.988 4,99 0,014 2016 398,63 1.993 4,99 0,00

5 2017 972,40 4.800 4,94 1,41

Rata-rata 2.399 4,65 0,40

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

Berdasarkan Tabel 1.6 dapat dijelaskan bahwa luas areal kopi pada tahun

2016 ke 2017 mengalami kenaikan dua kali lipat dikarenakan penambahan luas

areal TBM sebesar 412,80 Ha. Rata-rata produksi kopi rakyat sebesar 2.399 Kw

per tahun. Produktivitas kopi rakyat cenderung meningkat dan rata-rata

produktivitas sebesar 4,65 Kw/Ha per tahun. Menurut Rakasiwi (2018),

produktivitas kopi robusta yang ideal dalam 1 hektar lahan menghasilkan 8 – 14

Kwintal. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas kopi rakyat di Kecamatan

Panti rendah. Namun, rata-rata pertumbuhan produksi kopi rakyat bernilai positif

yang berarti produksi kopi di Kecamatan Panti mengalami peningkatan.

Page 33: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

9

Pengembangan usahatani kopi dengan konsep Good Agriculture Practices

(GAP) adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian guna

meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman kopi baik robusta

maupun arabika. Kementerian Pertanian melakukan upaya untuk menjadikan

usahatani kopi yang bersinambungan dengan menjaga kelestarian alam serta

menjadikan kualitas kopi lebih baik dan produk kopi yang aman. Penerapan

konsep Good Agriculture Practices (GAP) pada usahatani kopi di Kabupaten

Jember dilakukan pada tahun 2014.

Produksi kopi rakyat di Kabupaten Jember yang terbesar ada di

Kecamatan Silo (lampiran H; halaman 142). Kecamatan Silo memiliki ketinggian

tempat untuk memproduksi kopi yaitu kurang lebih 560 mdpl dan rata-rata

produksi sebesar 13.714 Kw per tahun. Rata-rata produksi Kecamatan Silo lebih

besar dari Kecamatan Panti yang hanya sebesar 2.399 Kw per tahun. Kecamatan

Panti memiliki rata-rata share luas areal produksi kopi terbesar dibandingkan

tujuh Kecamatan lain yang sama-sama berada di Lereng Pegunungan Agropuro

namun produktivitasnya rendah. Salah satu upaya peningkatan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten

Jember adalah menerapkan usahatani kopi sesuai pedoman Good Agriculture

Practices (GAP) kopi yang telah dianjurkan oleh Kementerian Pertanian.

Konsep Good Agriculture Practices (GAP) kopi sudah disosialisasikan

sejak tahun 2014 namun produktivitas masih rendah, sehingga peneliti tertarik

untuk mengetahui tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat serta strategi peningkatan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Agropuro

Kabupaten Jember.

1.2 Rumusan Masalah

Produktivitas perkebunan kopi rakyat nasional sebesar 5,3 Kw/ Ha,

sedangkan produktivitas kopi rakyat di Kabupaten Jember sebesar 9,64 Kw/ Ha.

Produktivitas kopi rakyat nasional tidak sesuai dengan produktivitas ideal yang

Page 34: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

10

seharusnya sebesar 8 – 14 Kw/ Ha, sedangkan produktivitas kopi Kabupaten

Jember sudah sesuai. Luas areal produksi kopi Kabupaten Jember disumbang oleh

dua wilayah yaitu wilayah Lereng Raung dan Lereng Argopuro. Luas areal di

wilayah Lereng Raung memiliki rata-rata pertumbuhan negatif sedangkan wilayah

Lereng Argopuro memiliki rata-rata pertumbuhan positif sehingga wilayah Lereng

Argopuro berpotensi mengalami kenaikan luas areal. Luas areal produksi kopi

rakyat Kabupaten Jember tersebar di berbagai Kecamatan salah satunya

Kecamatan Panti. Kecamatan Panti memiliki share luas areal produksi kopi

terbesar dibandingkan kecamatan lain yang sama-sama berada di Lereng

Agropuro tetapi rata-rata produktivitasnya rendah sehingga upaya meningkatkan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan

Panti dengan langkah menerapkan usahatani kopi sesuai pedoman Good

Agriculture Practices (GAP). Oleh karena itu, berdasarkan uraian tersebut dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember ?

2) Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten

Jember ?

3) Bagaimana strategi peningkatan penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) Usahatani Kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember” memiliki

tujuan sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember.

2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro

Kabupaten Jember.

Page 35: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

11

3) Untuk merumuskan strategi peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten

Jember.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) Usahatani Kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember” memiliki

manfaat sebagai berikut:

1) Bagi petani kopi, sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki budidaya kopi

menjadi lebih baik.

2) Bagi peneliti, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai

Good Agriculture Practices (GAP) kopi.

3) Bagi dinas pertanian, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan

sosialisasi agar petani kopi bisa memahami budidaya kopi yang baik.

Page 36: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mendukung penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

berdasarkan klasifikasi Departemen Pertanian telah dilakukan oleh Mulyono

(2009), salah satu tujuannya untuk mengetahui evaluasi tingkat pelaksanaan

Good Agriculture Practices (GAP) kopi di Perkebunan Kalijompo. Alat analisis

pada penelitian menggunakan analisis deskriptif. Indikator Good Agriculture

Practices (GAP) dalam melihat tingkat pelaksanaan GAP kopi meliputi: (a)

pengolahan tanah, (b) penaung, (c) bibit, (d) penanaman, dan (e) pemeliharaan.

Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada tanaman kopi sebesar

62% atau penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada kategori agak

tinggi. Indikator yang dominan dapat meningkatkan penerapan GAP kopi adalah

bibit dengan penggunaan bibit unggul, pemeliharaan dengan melakukan

pemupukan sesuai dosis dan perlindungan tanaman, serta pengolahan tanah. Oleh

karena itu disarankan untuk melakukan penggunaan bibit unggul, pemupukan,

perlindungan tanaman, dan pengelolaan tanah.

Terdapat penelitian lain tentang penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) pada tanaman teh sebagaimana yang dilakukan oleh Zamroni (2015).

Tujuannya untuk mengetahui penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada

pemeliharaan tanaman teh menghasilkan (TM) di unit perkebunan Tambi,

Wonosobo, Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan yaitu deskriptif, dengan

cara membandingkan studi pustaka pedoman teknis budidaya tanaman teh yang

baik dengan kondisi di lapang. Aspek penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) teh meliputi: (a) pembibitan, (b) pembentukan bidang petik, (c)

pengendalian gulma, (d) pemupukan, (e) pengendalian hama penyakit, (f)

pemangkasan, (g) penutupan bidang pangkas, (h) pemeliharaan saluran air, (i)

penggemburan tanah, (j) pemetikan, dan (k) pascapanen.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pengelolaan dan

pemeliharaan tanaman teh menghasilkan (TM) di Unit Perkebunan Tambi

Wonosobo sebesar 72,8% atau kategori sedang. Aspek yang dominan adalah (1)

Page 37: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

13

penerapan pascapanen sebesar 100% meliputi (a) pengemasan, (b) label, (c)

kebersihan, (d) keamanan, dan (e) ruang penyimpanan sudah sesuai anjuran GAP.

Sedangkan (2) penerapan pemupukan sebesar 80% meliputi penggunaan, dosis,

penyimpanan dan pencatatan, (3) perlindungan tanaman 50% meliputi dosis

pestisida, pemakaian pestisidan, penyimpanan pestisida, dan lain-lain, dan (4)

panen 67% meliputi cara panen, pemanenan, dan hasil panen. Adapun komponen

pemupukan, perlindungan tanaman, dan panen masih belum sesuai anjuran GAP.

Sehingga disarankan untuk kegiatan pemeliharaan yang meliputi pemupukan baik

melalui tanah maupun melalui daun, pemangkasan serta pengendalian hama

penyakit perlu ditingkatkan pengawasannya agar dapat bermanfaat terhadap

kesehatan tanaman teh sehingga menghasilkan pucuk yang berkualitas.

Penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi Good Agricultural

Practices (GAP) pada tanaman kopi. Menurut Hasono et al (2014) yang salah satu

tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Good Agriculture

Practices (GAP) kopi di Provinsi Chumphon Thailand. Analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier sederhana. Beberapa faktor yang diduga

mempengaruhi Good Agriculture Practices (GAP) kopi yaitu (a) umur petani, (b)

tingkat pendidikan, (c) luas lahan, (d) pendapatan, (e) pengalaman budidaya kopi,

(f) pengetahuan tentang GAP, dan (g) kepercayaan diri.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai Adj R-square sebesar 41% berarti

Good Agriculture Practices (GAP) dijelaskan oleh umur petani, tingkat

pendidikan, luas lahan, pendapatan, pengalaman, pengetahuan tentang GAP, dan

kepercayaan diri dan sisanya sebesar 59% dijelaskan oleh variabel dari luar

model. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Good Agriculture

Practices (GAP) adalah tingkat pendidikan, luas lahan, pengetahuan tentang GAP

dan kepercayaan diri sedangkan variabel umur, pendapatan, dan pengalaman tidak

berpengaruh signifikan. Variabel kepercayaan diri petani berpengaruh positif

karena terdapat insentif sertifikat GAP untuk menerapkan usahatani kopinya

sesuai pedoman Good Agriculture Practices (GAP). Variabel pengalaman petani

tentang budidaya kopi berpengaruh negatif terhadap Good Agriculture Practices

(GAP) karena belum paham tentang GAP. Oleh karena itu, disarankan agar

Page 38: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

14

pemerintah melakukan pengembangan kebijakan berkelanjutan (program

pelatihan, dan penyederhanaan manual GAP) untuk mendukung petani pada

prosedur standar.

Penelitian serupa terkait faktor-faktor yang mempengaruhi Good

Agriculture Practices (GAP) kopi dilakukan Tjitropranoto et al (2018), bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi Good

Agriculture Practices (GAP) budidaya kopi arabika gayo di Kabupaten Aceh

Tengah. Alat analisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Beberapa

variabel yang diduga mempengaruhi adopsi Good Agriculture Practices (GAP)

berasal dari Internal seperti (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) pengalaman, (d)

tanggungan keluarga, (e) luas lahan, dan (f) tingkat manfaat inovasi sedangkan

eksternalnya seperti (g) penyuluhan, (h) pola pemasaran, (i) akses informasi

usahatani, (j) ketersediaan tenaga kerja, dan (k) persepsi harga kopi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel umur, tingkat pendidikan,

pengalaman, dan luas lahan tidak berpengaruh nyata sedangkan variabel

tanggungan keluarga, tingkat manfaat inovasi, penyuluhan, pola pemasaran, akses

informasi usahatani, ketersediaan tenaga kerja, dan persepsi harga kopi

berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi budidaya GAP kopi arabika gayo.

Variabel tingkat manfaat inovasi GAP berpengaruh positif dalam meningkatkan

produksi kopi arabika Gayo sedangkan jumlah tanggungan keluarga dan pola

pemasaran berpengaruh nyata negatif terhadap tingkat adopsi budidaya GAP kopi

arabika Gayo.

Terdapat penelitian lain tentang faktor faktor yang mempengaruhi

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada tanaman teh dilakukan oleh

Chomei et al (2017). Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi adopsi petani terhadap Good Agriculture Vietnam Practices

(VietGAP). Terdapat alat analisis yang digunakan adalah analisis logit biner dan

model tobit. Variabel yang diduga mempengaruhi VietGAP yaitu (a) umur, (b)

pendidikan, (c) tenaga kerja keluarga, (d) pengalaman, (f) umur tanaman, (g) luas

lahan, (h) harga teh, (i) saluran irigasi, (j) rasio pendapatan, (k) modal, (l)

pelatihan, dan (m) mekanisasi.

Page 39: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

15

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil signifikan dan positif dari

variabel jumlah pekerja keluarga, ukuran kebun teh, harga teh, akses ke sistem

irigasi, rasio pendapatan teh, dan kehadiran pelatihan VietGAP sedangkan

variabel pengalaman bertani dan usia kebun teh berpengaruh secara negatif.

Variabel umur petani, pendidikan, modal, pelatihan, dan mekanisasi tidak

berpengaruh nyata. Ketersediaan pekerja keluarga dalam kegiatan pertanian akan

memberikan kontribusi yang signifikan menuju mempromosikan konversi dan

perluasan lahan untuk produksi teh VietGAP. Meskipun 85% petani memiliki

pendidikan formal sampai sekolah tingkat menengah, namun pendidikan tidak

ditemukan secara langsung mempromosikan konversi. Sebaliknya, pengalaman

bertani yang lebih lama dan usia kebun adalah faktor penghambat petani

mengadopsi VietGAP. Jadi, disarankan kepada pemerintah untuk mengurangi

efek negatif dari ukuran lahan pertanian kecil sehingga bagus untuk mengadopsi

VietGAP teh. Kedua, berinvestasi dalam sistem irigasi akan mendorong petani teh

untuk dikonversi menjadi metode produksi baru.

Penelitian mengenai strategi pengembangan usahatani kopi dilakukan oleh

Pratiwi (2016). Tujuan penelitiannya yaitu menentukan prioritas alternatif strategi

untuk mengembangkan usahatani kopi di Kecamatan Candiroto Kabupaten

Temanggung dengan menggunakan Analysis Hierarchy Process (AHP). Terdapat

5 kriteria penting dalam pengembangan usahatani kopi yaitu (a) budidaya, (b)

pasca panen, (c) pemasaran, (d) kelembagaan, dan (e) kebijakan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa (1) kriteria budidaya menjadi kriteria

paling prioritas dengan bobot 0,342, (2) pemasaran dengan bobot 0,269, (3) pasca

panen dengan bobot 0,223, (4) kelembagaan dengan bobot 0,87, dan (5) kebijakan

dengan bobot 0,08. Prioritas strategi pengembangan untuk kriteria budidaya

adalah dengan pelatihan teknik budidaya kopi yang tepat yaitu sesuai dengan

standar ekspor. membuka peluang pasar yang menguntungkan petani dan

mengadakan penyuluhan revitalisasi lahan kopi serta bantuan bibit unggul. Jadi,

saran untuk pemerintah agar melakukan pengawasan mulai dari proses awal

kegiatan budidaya hingga tahap pemasaran. Pihak swasta disarankan dapat

memberikan dukungan berupa hubungan mitra usaha yang berkelanjutan.

Page 40: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

16

Penelitian mengenai strategi pengembangan tanaman kopi robusta

dilakukan oleh Ilham (2018) dengan menggunakan Analysis Hierarchy Process

(AHP). Penelitian bertujuan merumuskan strategi pengembangan kopi robusta di

Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Aspek penting dalam pengembangan

tanaman kopi robusta meliputi: (a) ekstensifikasi lahan, (b) perbaikan klon, (c)

pemupukan, (d) sanitasi, (e) pengendalian hama dan penyakit, (f) pengelolaan

pasca panen, (g) pemangkasan, dan (h) pengelolaan penaung.

Prioritas strategi pengembangan tanaman kopi robusta adalah aspek

ekstensifikasi lahan dengan bobot sebesar 22,3% (0,223) yang strateginya yaitu

pembukaan lahan menganggur. Kedua adalah perbaikan klon dengan bobot

sebesar 17,7% (0,177), strateginya yaitu memakai klon SA436 dengan

produktivitas 16–28 Kw per Ha. Ketiga adalah pemupukan dengan bobot sebesar

11,8% (0,118), strateginya yaitu menggunakan pupuk organik. Keempat adalah

sanitasi dengan bobot sebesar 11,5% (0,115), strateginya yaitu membersihkan area

pertanaman. Kelima adalah pengendalian hama dan penyakit dengan bobot

sebesar 11,1% (0,111), strateginya yaitu pengendalian secara biologis dan

mekanis. Keenam adalah pengelolaan pasca panen dengan bobot sebesar 11%

(0,110), strateginya yaitu metode kering. Ketujuh adalah pemangkasan dengan

bobot sebesar 8,2% (0,082), strateginya yaitu pemangkasan peremajaan. Terakhir

aspek pengelolaan penaung dengan bobot sebesar 6,4% (0,064), strateginya

memakai penaung tetap. Sehingga disarankan buat pemerintah desa maupun

pemerintah kabupaten menggunakan hasil penelitian sebagai acuan untuk

pengembangan kopi robusta terutama membuka dan memanfaatkan lahan

mengganggur.

2.2 Teori dan Konsep

2.2.1 Komoditas Kopi

Menurut Prastowo et al (2010), kopi merupakan tanaman perkebunan yang

sudah cukup lama dibudidayakan dan mampu menjadikan sumber nafkah bagi

petani kopi Indonesia serta komoditas ekspor penting Indonesia. Tanaman kopi

termasuk dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae. Famili tersebut memilki

Page 41: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

17

banya genus, yaitu gardenia, Ixora, Chinchona, dan Rubia. Genus Coffea

mencangkup hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang ditanam dalam

skala luas di seluruh dunia, yaitu kopi arabika (Coffea Arabica) dan kopi

(Coffea Robusta). Sementara itu sekitar 2% dari total produksi dunia dari kopi

Liberika (Coffea Liberica) dan kopi Ekselsa (Coffea Ekselsa) yang ditaman dalam

skala terbatas, terutama di Afrika Barat dan Asia. Kelompok kopi yang memilki

nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial yaitu kopi arabika, dan kopi

robusta. Sementara itu kelompok kopi liberika dan kopi exelsa kurang ekonomis

dan kurang komersial. Kopi arabika dan kopi robusta memasok sebagian

besar perdagangan kopi dunia, jenis kopi arabika memilki kualitas cita rasa

tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan robusta sehingga

harganya lebih mahal.

Komoditas kopi di Indonesia didominasi oleh jenis kopi Arabika (Coffea

Arabica) dan kopi Robusta atau (Coffea Robusta). Luas areal pertanaman kopi

robusta di Indonesia lebih besar daripada luas areal pertanaman kopi

arabika sehingga produksi robusta lebih banyak. Areal pertanaman kopi arabika

terbatas pada lahan dataran tinggi diatas 1000 m dari permukaan laut agar tidak

terserang karat daun kopi (Soetriono, 2010). Kabupaten Jember merupakan

sentra produksi kopi yang sebagian besar didominasi oleh perkebunan kopi rakyat

dengan jenis Robusta. Berikut merupakan taksonomi atau klasifikasi ilmiah

tanaman kopi robusta secara lengkap adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea L.

Spesies : Coffea canephora var. robusta (kopi robusta)Coffea Arabica (kopi arabika)

Page 42: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

18

Menurut Gandul dalam Prastowo et al (2010), ada 2 jenis kopi yang paling

banyak dibudidayakan di Indonesia, yaitu jenis kopi Arabika dan kopi Robusta

berikut penjelasannya:

1. Kopi Arabika

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia

maupun di Indonesia. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki

iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut dan berproduksi

pada ketinggian 1000-1750 mdpl. Jenis kopi ini cenderung tidak tahan

penyakit Hemilia Vastatrix atau karat daun namun kopi ini memiliki tingkat

aroma dan rasa yang kuat.

2. Kopi Robusta

Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan

untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis.

Jenis kopi ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi

robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi

dibandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika.

2.2.2 Budidaya Kopi

Budidaya kopi adalah kegiatan terencana untuk mengembangbiakkan

tanaman kopi sehingga dapat menghasilkan kopi yang optimal. Kopi di Indonesia

umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian diatas 100 mdpl dengan tanah

bertekstur lempung, rata-rata temperatur harian 21-25°, untuk curah hujan rata-

rata membutuhkan 1.250-2.500 mm/tahun dan PH atau keasaman 5,5-6,5. Iklim

sangat berpengaruh besar sekali terhadap produktivitas tanaman kopi. Pengaruh

iklim mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Penyinaran

merupakan stimulant bagi besar kecilnya persiapan pembungaan, semakin

banyaknya penyinaran maka persiapan pembentukan bunga akan semakin cepat.

Tahap penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan areal seperti penaung.

Persiapan bahan tanam meliputi penyediaan benih, penyemaian benih dan

persemaian lapangan (Prastowo et al, 2010)

Page 43: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

19

Menurut Ernawati et al (2008), dalam melakukan budidaya selain

memperhatikan keadaan iklim, jenis, dan varietas yang ditanam juga harus

memperhatikan kegiatan yang akan dijalankan seperti:

1. Persemaian

Bibit berasal dari pembiakan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek).

Proses pada tahap stek guna mendapatkan tanaman yang baik diperlukan benih

dan entres unggul untuk sambungan dan stek. Setelah itu, benih diangin-anginkan

selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Pembedengan dibuat dengan lebar 90

cm x 120 cm. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah

disiapkan. Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-

sisa akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan kira-kira 5

cm. Setelah benih berusia tiga bulam harus dipindahkan kepersemaian lapangan.

2. Penanaman

Sebelum penanaman pada lahan harus terlebih dahulu terdapat penaung

yang kira-kira berumur kurang lebih 1 tahun dan jenis penaung adalah tanaman

keras. Penanaman yang baik dilakukan pada permulaan musim hujan, untuk itu

sebelumnya harus mempersiapkan lahan serta jarak tanam dengan ukuran 2,5

meter x 3 meter atau 2,5 meter x 2,5 meter. Setelah itu baru dilakukan penanaman

tanaman kopi serta diberi serasah atau pupuk organik guna memberikan zat hara

yang dibutuhkan tanaman dan memperoleh produksi yang optimal. Bibit yang

ditanam harus sehat dengan ciri hijau subur, akar lurus, dan bebas dari penyakit.

3. Pemeliharaan Tanaman

Langkah yang diperlukan untuk pemeliharaan budidaya kopi adalah

penyulaman, penyiraman, dan penyiangan. Penyulaman dilakukan satu minggu

setelah penanaman bibit kopi di lahan untuk mengganti bibit yang sudah mati.

Penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air setiap tanaman agar

tumbuh dan berkembang. Penyiangan yaitu kegiatan membersihkan gulma atau

tanaman pengganggu yang tumbuh berdampingan dengan tanaman utama.

4. Pemupukan

Pemupukan harus memperhatikan 5 T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat

takaran, tepat cara, dan tepat waktu. Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa

Page 44: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

20

menggunakan pupuk organik atau pupuk kimia. Pupuk organik jika tidak bisa

mencukupi kebutuhan unsur hara dalam tanah sehingga bisa menggunakan pupuk

kimia sesuai ketentuan. Kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman sekitar 20 kg dan

diberikan sekitar 1-2 kali dalam satu tahun. Tanah yang asam dengan PH dibawah

4,5 pemberian pupuk dicampur dengan setengah kilogram kapur, pemberian kapur

bertujuan untuk menetralkan asam yang berlebihan.

5. Pemangkasan pohon

Pemangkasan dalam budidaya kopi dilakukan pada tanaman pokok

maupun tanaman pelindung. Pemangkasan tanaman penaung dilakukan bertujuan

memberikan ruang pada sinar matahari yang masuk, memperlancar udara,

menghindari kelembapan, dan mengurangi cabang-cabang yang terlalu rapat.

Pemangkasan tanaman kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu:

a. Pemangkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman

seperti bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.

b. Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak

produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus

menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga

untuk membuang cabang- cabang yang terkena penyakit atau hama.

c. Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami

penurunan produksi, hasil kurang dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk

yang sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan.

6. Hama dan penyakit

Hama dan penyakit dikenal sebagai pengganggu yang merugikan di

perkebunan kopi. Gangguan dikelompokan menjadi dua, yaitu dari golongan

penyakit dan golongan hama.

Beberapa hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman kopi adalah sebagai

berikut:

a. Hama penggerek buah kopi

Hama ini menyerang tanaman muda maupun tua, akibat serangan buah

akan berguguran atau perkembangan buah tidak normal dan membusuk.

Pengendalian bisa hama ini adalah dengan meningkatkan sanitasi kebun,

Page 45: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

21

pemapasan atau pemangkasan pohon naungan agar cahaya mudah masuk,

pengambilan buah yang terserang, memendam buah yang terserang, dan

penyemprotan kimia.

b. Penyakit Karat Daun

Penyakit Karat Daun biasanya menyerang tanaman arabika, gejala

serangannya bisa dilihat dari permukaan daun yang mengalami bercak

kuning, semakin lama menjadi kuning tua. Gejala ini bisa dihindari dengan

menanam kopi arabika diatas ketinggian 1000 meter dpl. Pengendalian

lainnya bisa dilakukan dengan penyemprotan kimia, memilih varietas

unggul, dan kultur teknis.

c. Penyakit serangan nematoda

Penyakit serangan nematoda banyak ditemui di sentra-sentra perkebunan

kopi robusta, serangan ini bisa menurunkan produksi hingga 78%.

Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan dengan menyambung tanaman

dengan batang bawah yang tahan nematoda.

7. Panen dan pasca panen

Tanaman kopi yang dibudidayakan secara intensif sudah bisa berbuah

pada umur 2,5 - 3 tahun untuk jenis kopi robusta dan 3 - 4 tahun untuk jenis kopi

arabika. Hasil panen pertama biasanya tidak terlalu banyak, tetapi akan meningkat

saat bertambahnya usia tanaman kopi. Produktivitas tanaman kopi akan mencapai

puncaknya pada umur 7-9 tahun. Masaknya buah kopi ada yang cepat dan adapula

yang lambat karena bergantung pada jenis dan iklim sehingga buah kopi tidak

secara serentah masak bersama-sama. Panen kopi dilakukan secara bertahap,

panen raya bisa terjadi dalam 4-5 bulan yaitu mulai dari bulan Mei sampai

September dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14 hari.

2.2.3 Usahatani Kopi

Usahatani kopi adalah ilmu yang mengajarkan seseorang untuk

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien untuk tujuan memperoleh

keuntungan yang tinggi dari tanaman kopi. Tujuan dari usahatani kopi yaitu untuk

meningkatkan produksi hasil pertanian, baik skala kecil maupun skala besar.

Page 46: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

22

Kegiatan usahatani kopi memerlukan adanya perencanaan lokasi budidaya,

komoditas, pola usahatani, dan skala usahatani untuk mencapai produksi yang

optimal (Soetriono, 2010)

Ilmu usahatani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasi

penggunaan faktor-faktor produksi untuk memperoleh pendapatan atau

keuntungan yang maksimal. Penggunaan faktor-faktor produksi berupa bibit

unggul, pupuk, obat-obatan, dan alat. Produksi yang maksimal didukung dengan

menggunakan faktor produksi yang terjangkau dan berkualitas. (Novitarini, 2018).

Usahatani memiliki empat unsur pokok, yaitu:

a. Lahan, berperan sebagai faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat

kesuburan, luas lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas.

b. Tenaga Kerja yang berasal dari orang lain atau dari anggota keluarga.

c. Modal yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan

kekayaan usahatani.

d. Pengelolaan dalam menentukan, mengkoordinasi, dan mengorganisasikan

faktor-faktor produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan

2.2.4 Konsep Good Agriculture Practices (GAP)

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2014), Konsep Good Agriculture

Practices (GAP) harus mengacu pada pertanian berkelanjutan. Pertanian

berkelanjutan sudah mulai gencar disosialisasikan dalam beberapa tahun terakhir

ini dikarenakan banyak faktor salah satunya tuntutan bahan makanan yang sehat

serta aman dan alih fungsi lahan yang semakin banyak dilakukan sehingga lahan

pertanian menjadi berkurang. Pertanian berkelanjutan yaitu pengelolaan

sumberdaya untuk usaha pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia yang

tidak terbatas dan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan

sumberdaya alam.

Ciri-ciri pertanian berkelanjutan yaitu:

1. Mantap secara ekologis artinya kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan

meningkatkan kemampuan agro-ekosistem secara keseluruhan (manusia,

tanaman, hewan dan organisme tanah).

Page 47: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

23

2. Berlanjut secara ekonomis artinya petani dapat memperoleh pendapatan yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan rumah tangga.

3. Adil artinya distribusi sumberdaya dan kekuasaan sedemikian rupa sehingga

semua anggota masyarakat terpenuhi kebutuhan dasarnya.

4. Manusiawi artinya semua bentuk kehidupan (manusia, hewan dan tanaman)

menjadi obyek yang sangat penting.

5. Luwes atau Dinamis artinya masyarakat mampu menyesuaikan dengan

perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus.

Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan pertanian yang baik

dengan memanfaatkan sumber daya alam serta perubahan teknologi dan

kelembagaan sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan

kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Sumberdaya dimanfaatkan secara bijaksana untuk menghasilkan produksi yang

optimal. Sumberdaya dieksplorasi dengan memperhatikan dan menjaga

kelestarian sumberdaya alam (FAO, 2007).

Menurut Poerwanto dalam Sari (2016) Good Agriculture Practices (GAP)

adalah penjabaran detail model pertanian berkelanjutan, sebagai standar pekerjaan

dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihasilkan memenuhi standar

internasional. Praktek pertanian yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hasil

berdasar pada standar spesifik, menjamin penghasilan yang tinggi, menjamin

teknik produksi yang sehat, memaksimalkan efisiensi dalam penggunaan

sumberdaya alam, mendorong pertanian berkelanjutan dan meminimalisir resiko

kerusakan pada lingkungan.

Good Agriculture Practices (GAP) yang mengarah pada pertanian berbasis

organik membawa beberapa implikasi pembangunan berwawasan lingkungan,

yaitu: (1) menjamin terpenuhinya secara berkesinambungan kebutuhan dasar

nutrisi bagi masyarakat, baik untuk generasi masa kini maupun yang akan datang,

(2) menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang layak yang memberikan

tingkat kesejahteraan dalam kehidupan yang wajar, (3) memelihara kapasitas

produksi pertanian yang berwawasan lingkungan, (4) mengurangi dampak

kegiatan pembangunan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan

Page 48: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

24

penurunan kualitas lingkungan hidup, dan (5) menghasilkan berbagai produk

pertanian, baik primer maupun hasil olahan, yang berkualitas dan higienis serta

berdaya saing tinggi (Nurhidayati et al, 2008).

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (2014) Good Agriculture Practices

(GAP) adalah panduan umum dalam melaksanakan budidaya tanaman hasil

pertanian secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tanaman yang

tinggi, mutu produk yang dihasilkan baik, keuntungan yang didapatkan optimal,

tidak menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan dan memperhatikan aspek

keamanan produk yang dihasilkan, keselamatan dan kesejahteraan petani serta

usaha produksi yang berkelanjutan. Budidaya kopi yang baik meliputi:

1. Penentu lokasi

Kesesuaian tumbuh tanaman kopi robusta meliputi iklim dan tanah. Iklim

meliputi (1) tinggi tempat antara 100 – 700 mdpl, (2) curah hujan 1.250 –

2.500 mm/tahun, dan (3) suhu udara 21 – 240C. Ke-2 tanah meliputi (1)

kemiringan lahan < 30%, (2) tekstur tanah berlempung, dan (3) PH tanah

antara 5,5 – 6,5.

2. Penyiapan lahan dan penaung

Tanaman penaung ada 2 macam yaitu penaung tetap dan penaung sementara.

Penaung tetap biasanya tanaman tahunan yang berumur lebih dari 1 tahun

seperti kayu-kayuan keras, sedangkan penaung sementara berumur kurang

dari 1 tahun seperti kacang tanah. Kemudian jarak tanam yang digunakan

untuk menanam kopi robusta yaitu 2,5 x 2,5 m atau 2,0 x 3,0 m dan

kedalaman lubang tanam yang baik antara 40 – 60 cm.

3. Sistem pengairan

Sistem pengairan atau rorak dibuat dengan memotong lereng (sejajar garis

kontur) dengan ukuran 120 cm x 40 cm x 40 cm.

4. Penyiapan dan penggunaan bahan tanam

Pembuatan bibit kopi dengan terlebih dahulu membuat bedengan dengan

ukuran 80 – 120 cm dengan kedalaman 3 – 5 cm. Jenis benih yang digunakan

harus benih unggul. Kebutuhan benih kopi robusta per hektar yaitu 3.000 –

3.500. Bibit kopi robusta siap dipindahkan ke lahan antara umur 10–12 bulan.

Page 49: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

25

5. Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman maka terlebih dahulu membuat lubang tanam

dengan ukuran 60 x 60 x 40 cm. Jarak tanam berukuran 2,5 x 2,5 m atau 2,0 x

3,0 m. Waktu penanaman dilakukan pada awal musim penghujan.

6. Pemeliharaan tanaman

Pertama dilakukan penyiraman saat tanaman kekurangan air, sedangkan saat

musim penghujan ketersediaan air banyak. Ke-2 penyulaman dilakukan untuk

mengganti tanaman yang mati kurang lebih 1 minggu setelah tanam. Ke-3

pemupukan dilakukan setahun max 2 kali yaitu pada awal dan akhir musim

penghujan dengan kebutuhan pupuk seperti urea, SP 36, dan phonska sesuai

dosis. Ke-4 pemangkasan meliputi pemangkasan bentuk dan produksi.

Terakhir adalah pengendalian hama penyakit dilakukan baik secara manual,

kimiawi, dan biologis.

7. Panen dan pasca panen

Kriteria buah saat panen yaitu berwarna merah. Petik kopi yang baik yaitu

hanyak mengambil buah kopi yang berwarna merah saja sehingga

menghasilkan kopi merah seragam. Pengolahan kopi robusta yaitu dengan

cara pengolahan kering.

2.2.5 Konsep Skoring

Menurut Sugiyono (2014), teknik membuat skala adalah cara mengubah

fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Item

yang diukur dalam membuat skala biasanya berasal dari sampel-sampel yang

ingin dibuat inferensi terhadap populasi. Oleh karena itu, peneliti harus

mengetahui benar tentang populasi beserta sifat-sifatnya dan harus yakin dengan

sampel tersebut dapat mewakili populasi. Skala harus mempunyai validitas, yaitu

skala tersebut harus benar-benar mengukur apa yang dikehendaki untuk diukur.

Cara untuk menguji validitas skala sering digunakan beberapa cara yaitu dengan

melihat validitas muka, meminta pendapat kelompok ahli, atau menggunakan

kriteria bebas lainnya yang merupakan efek komposit terhadap item yang ingin

dibuat skalanya. Skala juga harus mempunyai reliabilitas, artinya skala tersebut

Page 50: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

26

akan menghasilkan ukuran yang serupa jika digunakan pada sampel yang lainnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat skala adalah beberapa atribut

kualitatif yang dikumpulkan dalam variabel kuantitatif, dan perlu dipikirkan

apakah item tersebut tidak sama pentingnya, maka item tersebut perlu ditimbang

lebih dahulu sebelum dibuat skalanya. Jenis skala yang telah dikembangkan dalam

ilmu-ilmu sosial untuk kegiatan penelitian, diantaranya yaitu (1) skala jarak sosial

(skala Bogardus dan Sosiogram), (2) skala penilaian (rating scales), (3) skala

membuat ranking, (4) skala konsistensi internal (skala Thurstone), (5) skala

Likert, (6) skala kumulatif Guttman, dan (7) sematic differential.

Skala likert pertama kali dikembangkan oleh Rensis Likert, dan sering

disebut sebagai Methood of summated ratings (metode peringkat yang

dijumlahkan), yang berarti nilai peringkat setiap jawaban atau tanggapan itu

dijumlahkan sehingga mencapai nilai total. Skala likert merupakan skala yang

populer dikalangan peneliti, karena penerapannya mudah dan sederhana dalam

penafsiran. Alternatif angka penilaian dalam skala likert dapat bervariasi mulai

dari pemberiann nilai tiga yang paling sedikit dan maksimal hingga pemberian

nilai sembilan. Pemberian nilai pada skala likert tergantung kemauan peneliti, dan

paling simpel biasanya nilai satu hingga tiga (Sugiyono, 2014).

Prosedur membuat skala likert adalah sebagai berikut: (Sugiyono, 2014)

1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevan dengan

masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai

atau tidak disukai.

2. Item-item yang sudah ditetapkan kemudian dicoba kepada sekelompok

responden yang cukup representatif atau sudah mewakili dari populasi yang

ingin diteliti.

3. Responden yang telah terpilih kemudian diminta untuk mengecek tiap item,

apakah iya menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut

dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberikan

skor tertinggi.

4. Total skor dari masing- masing individu adalah penjumlahan dari skor

masing-masing item dari individu tersebut.

Page 51: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

27

5. Respons dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata

batasannya antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total.

Menurut Sugiyono (2009), cara menghitung persentase penggunaan skalalikert yaitu dengan menggunakan perhitungan:

Tingkat Pengguna =Bobot Aktual

X 100%Bobot Maksimum

Keterangan:

Bobot actual : Penjumlahan bobot dari masing-masing item

Bobot maksimum : Bobot maksimum yang dapat diperoleh keseluruhan item

Selanjutnya perhitungan yang digunakan untuk mengkategorikan tingkatan

atau interval dilakukan dengan mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan skor

terendah kemudian dibagi dengan jumlah interval kelas yang digunakan, dengan

rumus sebagai berikut:

Interval =(Nilai Maksimum – Nilai Minimum)

Jumlah Interval Kelas

Setelah diketahui hasil rentang nilainya atau interval nilainya maka dapat

diketahui bahwa penggunaan skala likert berada pada kategori sangat baik, baik,

sedang, kurang baik, atau tidak baik.

2.2.6 Teori Regresi Linier Berganda

Analisis regresi memiliki dua variabel pokok yang digunakan, variabel

yang memengaruhi disebut Independent variable (variabel bebas) dan variabel

yang dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terkait). Persamaan

regresi yang memiliki satu variabel bebas dan satu variabel terikat disebut sebagai

persamaan regresi sederhana, sedangkan apabila variabel bebasnya lebih dari satu,

maka disebut sebagai persamaan regresi berganda. Model regresi yang baik harus

terbebas dari uji asumsi klasik yaitu meliputi multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas (Risandewi, 2013).

Menurut Harlan (2018), regresi linear berganda yaitu hubungan linear

lebih dari dua variabel. Regresi linear berganda terdapat beberapa variabel

independen (X1), (X2), (X3) sampai (Xn) dengan tujuan untuk menduga besarnya

Page 52: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

28

koefisien regresi yang akan menunjukkan besarnya pengaruh beberapa variabel

bebas (independent) terhadap variabel tidak bebas (dependent). Persamaan regresi

linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya

pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias.

Menurut Janie (2012), Regresi linier berganda adalah sebuah analisis

untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independent (bebas) terhadap satu

variable dependent (terikat). Model regresi linier berganda mengasumsikan bahwa

terdapat hubungan satu garis lurus/linier antara variabel terikat dengan masing-

masing variabel bebas. Hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas

biasanya disampaikan dalam rumus yaitu sebagai berikut:

Y = a+b1X1+……bnXn+e

Keterangan:

Y : Variabel Dependent (Terikat) X1,Xn : Variabel Independent (Bebas)

a : Konstanta e : Error

b : Koefisien regresi

Menurut Gujarati dalam Janie (2012), analisis regresi linier berganda

bertujuan untuk melakukan pengujian hipotesis. Model regresi linier juga

mengasumsikan empat hal atau yang dikenal dengan Uji Asumsi Klasik. Uji

asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi dalam

melakukan analisis regresi linier berganda, yaitu sebagai berikut:

1. Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Uji t dan F

mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika terjadi

pelanggaran asumsi ini, maka uji statistik tidak valid untuk sampel kecil atau

kurang dari 30 sampel.

2. Heteroskedastisitas

Cara pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan metode

grafik dan metode statistik. Metode grafik biasanya dilakukan dengan melihat

grafik normal p-p plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan

residualnya.

Page 53: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

29

3. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel

independen. Jika antar variabel independen terjadi multikolinieritas

sempurna, maka koefisien regresi variabel independen tidak dapat ditentukan

dan nilai standard error menjadi tak terhingga.

4. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier

terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

2.2.7 Teori Analysis Hierarchy Process (AHP)

Menurut Gultom et al (2014), Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah

suatu metode analisa pengambilan keputusan berhirarki yang dibangun oleh

Prof. Thomas L. Saaty di University of Pittsburg pada tahun 1970. AHP pertama

kali diaplikasikan dalam perencanaan militer Amerika Serikat dalam menghadapi

berbagai kemungkinan (contingency planning). Setelah itu AHP digunakan dalam

pengembangan rencana transportasi di Sudan dan meluas di perusahaan Amerika

Serikat lainnya. Perusahaan besar di Amerika Serikat yang pernah menggunakan

AHP dalam kegiatan bisnisnya adalah IBM, General Motors, Xerox, Kodak, dan

Rockwell International.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada

langkah-langkah berikut:

1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan solusi yang tepat untuk

memecahkan permasalahan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan

dengan kriteria, sub kriteria dan alternatif pilihan strategi atau solusi yang

ingin dirangking.

3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan

Page 54: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

30

berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan

menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lain yang

berada dibawahnya.

4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen didalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung bobot dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Langkah

ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen-elemen

pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

Langkah-langkah penggunaan AHP adalah sebagai berikut :

1. Tentukan tujuan (level 1), kriteria (level 2), alternatif masalah (level 3).

2. Tentukan peringkat kriteria untuk matriks alternatif yang dipilih

menurut tabel derajat kepentingan. Jika faktor dibandingkan dengan

dirinya sendiri, maka harus ”equally preferred” dengan nilai 1, yang

membuat seluruh nilai sepanjang diagonal matriks bernilai 1. Penilaian

skala perbandingan diisi berdasarkan tabel Intensitas Kepentingan (IK).

Tabel 2.1 Penilaian AHP (Analysis Hierarchy Process) Berdasarkan tabel IK.

IK Keterangan Penjelasan

1 Equally preferred Dua aktivitas memberikankontribusi sama terhadap tujuan.

2 Equally to moderately preferred Antara equally dan moderately.

3 Moderately preferred Pengalaman dan penilaianmemberikan nilai tidak jauhberbeda antara satu aktivitasterhadap aktivitas lainnya.

4 Moderately to strongly preferred Antara moderately dan strongly.

5 Strongly preferred Penilaian memberikan nilai kuatberbeda antara satu aktivitasterhadap aktivitas lainnya.

6 Strongly to very stronglypreferred

Antara strongly dan very strongly.

7 Very strongly preferred Satu aktivitas sangat lebih disukaidibandingkan aktivitas lainnya.

8 Very strongly to extremely preferred Antara very strongly dan extremely.

9 Extremely preferred Satu aktivitas menempati urutantertinggi dari aktivitas lainnya.

Page 55: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

31

3. Sama dengan cara nomor 2, tentukan peringkat untuk masing-masing

matriks kriteria yang dipilih menurut tabel derajat kepentingan.

4. Kalikan matriks kriteria dengan matriks alternatif dari hasil perhitungan

nomor 2 dan nomor 3 untuk mendapatkan priority vector sehingga

mendapatkan keputusan yang terbaik.

5. Langkah nomor 5-8 digunakan untuk menghitung konsistensi, dimulai

dengan penentuan weighted sum vector dengan mengalikan row averages

dengan matriks awal.

6. Tentukan consistency vector dengan membagi weighted sum vector

dengan row averages.

7. Hitung Lambda dan Consistency Index:

CI =λ - n

n - 1

8. Hitung Consistency Ratio:

CR =CIRI

9. Hasil yang konsisten adalah CR atau inconsisten ≤ 0,10. Jika hasil

CR atau inconsisten > 0,10, maka matriks keputusan yang diambil harus

dievaluasi ulang.

Tabel 2.2 Random Indeks

N Random Indeks2 0,003 0,584 0,905 1,126 1,247 1,328 1,419 1,4510 1,49

di mana n adalah jumlah item dari sistem yangdan λ adalah rata-rata dari

Consistency

di mana RI adalah Random Index yang didapatkandari

Page 56: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

32

2.3 Kerangka konseptual

Kopi di Provinsi Jawa Timur dihasilkan dari beberapa Kabupaten salah

satunya adalah Kabupaten Jember. Rata-rata produksi kopi rakyat di Kabupaten

Jember sebesar 7.192 Ton per tahun. Rata-rata share produksi kopi di Kabupaten

Jember sebesar 16,07% dan berada pada urutan ke tiga setelah Kabupaten Malang

dan Kabupaten Banyuwangi. Meskipun share produksi Kabupaten Jember berada

pada urutan ke tiga namun rata-rata pertumbuhan produksinya paling tinggi

sebesar 63,98%. Kopi di Kabupaten Jember merupakan komoditas unggulan

dikarenakan memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dibandingkan kabupaten

lain yang menghasilkan kopi di Provinsi Jawa Timur tahun 2014 – 2018.

Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah

Lereng Pegunungan Raung dan Agropuro. Wilayah Lereng Argopuro Kabupaten

Jember memiliki potensi perkebunan kopi dikarenakan memiliki rata-rata

pertumbuhan luas areal produksi kopi bernilai positif, sedangkan wilayah Lereng

Raung rata-rata pertumbuhannya negatif. Terdapat delapan Kecamatan yang

masuk dalam wilayah Lereng Agropuro dan memproduksi kopi yaitu Kecamatan

Sumberbaru, Kecamatan Tanggul, Kecamatan Bangsalsari, Kecamatan

Rambipuji, Kecamatan Panti, Kecamatan Sukorambi, Kecamatan Arjasa, dan

Kecamatan Jelbuk.

Luas areal produksi kopi rakyat di wilayah Lereng Argopuro Kabupaten

Jember paling besar adalah Kecamatan Panti. Kecamatan Panti memiliki rata-rata

share luas areal produksi kopi tertinggi sebesar 7,71% di wilayah Lereng

Argopuro, namun memiliki produktivitas yang rendah. Rata-rata produksi kopi di

Kecamatan Panti sebesar 2.399 Kw/tahun dan produktivitas sebesar 4,65 Kw/Ha,

sedangkan idealnya 8 – 14 Kw/Ha. Upaya meningkatkan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember dengan

menerapkan usahatani kopi sesuai pedoman Good Agriculture Practices (GAP).

Sosialisasi Good Agriculture Practices (GAP) kopi di Kabupaten Jember

dilakukan sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pertanian RI tetapi produktivitas

kopi rakyat masih rendah. sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP), faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 57: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

33

penerapan Good Agriculture Practices (GAP), serta strategi peningkatan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng

Agropuro Kabupaten Jember.

Pertama adalah melihat tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember. Berdasarkan

penelitian terdahulu Mulyono (2009), indikator Good Agriculture Practices

(GAP) kopi meliputi: (a) pengolahan tanah, (b) penaung, (c) pembibitan, (d)

penanaman, dan (e) pemeliharaan. Ada juga indikator lainnya dari komoditas

perkebunan lainnya yaitu teh yang dilakukan Zamroni (2015), meliputi: (a)

pembibitan, (b) bidang petik, (c) pengendalian gulma, (d) pemupukan, (e)

pengendalian hama penyakit, (f) pemangkasan, (g) panen, dan (h) pascapanen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu Mulyono dan

Zamroni adalah indikator yang digunakan meliputi: (a) pemilihan lokasi, (b)

penyiapan lahan dan penaung, (c) sistem pengairan, (d) persiapan bibit, (e)

penanaman, (f) pemeliharaan, dan (g) panen serta pascapanen. Indikator yang ada

dalam penelitian ini tetapi tidak ada dalam penelitian terdahulu didapatkan dari

pedoman Good Agriculture Practices (GAP) kopi yang dikeluarkan oleh

Kementerian Pertanian tahun 2014.

Kedua adalah melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Berdasarkan penelitian

terdahulu Hasono et al (2014), variabel yang signifikan mempengaruhi Good

Agriculture Practices (GAP) kopi meliputi: (a) tingkat pendidikan, (b) luas lahan,

(c) pengetahuan tentang GAP, dan (d) kepercayaan diri. Ada juga penelitian oleh

Tjitropranoto et al (2018) meliputi: (a) tanggungan keluarga, (b) tingkat manfaat

inovasi, (c) penyuluhan, (d) pola pemasaran, (e) akses informasi usahatani, (f)

ketersediaan tenaga kerja, dan (g) persepsi harga kopi. Sedangkan penelitian

tentang faktor-faktor terdapat juga pada komoditas perkebunan lainnya yaitu

menurut Chomei et al (2017) meliputi: (a) jumlah pekerja keluarga, (b) ukuran

kebun teh, (c) harga teh, (d) akses ke sistem irigasi, (e) rasio pendapatan teh, dan

(f) kehadiran pelatihan VietGAP.

Page 58: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

34

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu Hasono et al (2014),

Tjitropranoto et al (2018), dan Chomei et al (2017) adalah variabel yang

digunakan yaitu meliputi: (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) tanggungan

keluarga, (d) luas lahan, (e) intensitas kehadiran petani, (f) akses informasi

usahatani, dan (g) persepsi harga kopi. Terdapat indikator yang tidak signifikan

dimasukan yaitu (a) umur dan (b) intensitas kehadiran petani dalam variabel

penelitian dikarenakan variabel tersebut penting untuk diketahui.

Ketiga merumuskan strategi untuk meningkatkan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Menurut penelitian terdahulu

Pratiwi (2016) kriteria atau aspek penting dalam pengembangan komoditas kopi

meliputi: (a) budidaya, (b) pasca panen, (c) pemasaran, (d) kelembagaan, dan (e)

kebijakan. Sedangkan menurut penelitian Ilham (2018) aspek penting dalam

pengembangan kopi meliputi: (a) ekstensifikasi lahan, (b) perbaikan klon, (c)

pemupukan, (d) sanitasi, (e) pengendalian hama dan penyakit, (f) pengelolaan

pasca panen, (g) pemangkasan, dan (h) pengelolaan penaung.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Pratiwi (2016) adalah kriteria

pengembangan komoditas kopi. Kriteria yang digunakan untuk meningkatkan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat meliputi: (a)

budidaya, (b) pasca panen, (c) pemasaran, (d) kelembagaan, dan (e) kebijakan.

Berdasarkan kriteria tersebut maka masing-masing kriteria memiliki alternatif

strategi masing-masing untuk meningkatkan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Kriteria ini relatif lebih representatif

digunakan guna mencermati strategi peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di dalam penelitian ini.

Page 59: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

35

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi

Page 60: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

36

2.4 Hipotesis

1. Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di

Lereng Argopuro Kabupaten Jember pada kategori Cukup (Sedang).

2. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro

Kabupaten Jember adalah: (a) tingkat pendidikan, (b) pengalaman, (c)

tanggungan keluarga, (d) luas lahan, (e) akses informasi usahatani, dan (f)

persepsi harga kopi.

3. Strategi peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat yang utama adalah perbaikan teknik budidaya kopi.

Page 61: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

37

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Menurut Sugiyono (2009), metode deskriptif digunakan untuk

meneliti status sekelompok manusia, objek, kelas peristiwa pada masa sekarang

untuk membuat deskripsi, gambaran dengan akurat mengenai fakta maupun sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Tujuan penelitian deskriptif

analitis untuk membuat deskripsi, gambaran, hubungan antar variabel, dan fakta

untuk mendapatkan kebenaran. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui

dan mendeskripsikan tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat. Metode analitis merupakan metode yang digunakan untuk

menguji hipotesis dan menginterpretasikan hasil analisis. Metode Analisis

digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat dan strategi peningkatan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng

Argopuro Kabupaten Jember.

3.2 Populasi dan Sampel

Daerah penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ditentukan secara

sengaja (Purposive Method). Penentuan daerah penelitian dilakukan secara

purposive yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja

berdasarkan atas pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2009). Daerah

penelitian yang dipilih yaitu di Kecamatan Panti Lereng Argopuro Kabupaten

Jember. Dasar pertimbangan memilih Kecamatan Panti sebagai daerah penelitian

karena Kecamatan Panti memiliki rata-rata share (kontribusi) luas areal produksi

kopi terbesar ke dua setelah Kecamatan Silo dan rata-rata Share (kontribusi) luas

areal produksi kopi Kecamatan Panti terbesar dibandingkan dengan 7 kecamatan

lain diantaranya Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan Tanggul, Kecamatan

Bangsalsari, Kecamatan Rambipuji, Kecamatan Sukorambi, Kecamatan Arjasa,

dan Kecamatan Jelbuk yang berada di Lereng Agropuro Kabupaten Jember.

Page 62: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

38

Berdasarkan data sekunder (Data kelompok tani perkebunan Kabupaten

Jember tahun 2019) di Kecamatan Panti Kabupaten Jember didapatkan populasi

petani kopi sebanyak 813 orang. Selanjutnya perhitungan sampel yang akan

diambil dalam penelitian menggunakan aturan sepersepuluh dari jumlah populasi.

Aturan sepersepuluh tidak selalu dapat di pegang teguh, artinya jika populasi

terlampau besar maka sampelnya bisa jauh lebih kecil dari sepersepuluh, tetapi

jika populasi sedikit dapat mengambil sampel lebih dari 10% (Taniredja dan

Mustafidah, 2014). Populasi petani sebanyak 813 orang maka pengambilan

sampel sebesar 5% dari total populasi, didapatkan sampel sebesar 41 petani.

Proses pengambilan sampel menggunakan metode Probability sampling.

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang sama bagi setiap unsur anggota untuk dipilih. Teknik yang digunakan

yaitu Cluster sampling (Sampel berkelompok). Menurut Taniredja dan

Mustafidah (2014), Cluster sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan

bukan berdasarkan individu tetapi berdasarkan kelompok. Jumlah sampel sebesar

41 petani yang terbagi pada 8 kelompok tani, sehingga terdapat 8 kelompok atau

kelas dan masing-masing kelompok diambil 5 atau 6 petani kopi.

Gambar 3.1 Bagan Cluster sampling:

Penentuan informan untuk Analysis Hierarchy Process (AHP)

menggunakan purposive sampling. Teknik Purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu sesuai tujuan

Page 63: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

39

penelitian (Sugiyono, 2014). Analisis AHP menggunakan informan expert yang

paham tentang Good Agriculture Practices (GAP) kopi yaitu Bu Novi Hardiani

dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten

Jember sebagai ketua perkebunan, Pak Djoko Sumarno dari Pusat penelitian Kopi

dan Kakao sebagai kepala kebun, dan Pak Mulyadi (Wahyu) dari Gabungan

Kelompok Tani sebagai ketua gapoktan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Menurut Sugiyono (2014), sumber data dalam penelitian terdiri dari sumber data

primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang

didapatkan langsung oleh pengumpul data pada saat di lapang, sedangkan data

sekunder merupakan sumber data yang didapatkan secara tidak langsung atau

melalui perantara untuk mendapatkannya. Sumber data primer digunakan untuk

mencari informasi mengenai tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat. Data yang diperoleh pada penelitian ini sebagian

besar dilakukan melalui penyusunan daftar pertanyaan atau kuisioner dan

melakukan wawancara yang berhubungan dengan masalah penelitian untuk

memperoleh jenis data primer dan ditunjang oleh adanya data sekunder sebagai

pelengkap. Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan

melakukan wawancara secara langsung kepada petani kopi atau informan

expert. Sebelum melakukan wawancara maka perlu menyiapkan kuesioner

yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Data yang didapatkan diantaranya

mengenai tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) oleh petani

pada usahatani kopi rakyat meliputi penyiapan lahan, sistem pengairan,

persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen serta

informasi PH tanah dan tekstur tanah dari informan expert, faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

Page 64: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

40

usahatani kopi rakyat meliputi umur petani, tingkat pendidikan formal,

tanggungan keluarga, luas lahan, intensitas kehadiran petani, akses informasi

usahatani, dan persepsi harga kopi, dan terakhir merumuskan strategi

peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat di Kecamatan Panti Lereng Argopuro Kabupaten Jember berdasarkan

wawancara ke informan expert.

2. Observasi

Metode observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

Observasi untuk memperoleh atau melihat langsung penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) atau budidaya yang baik pada usahatani kopi

rakyat. Peneliti dapat mengerti dan memahami langsung bagian proses

budidaya kopi rakyat di Kecamatan Panti Lereng Argopuro Kabupaten

Jember serta untuk melihat suhu udara, ketinggian tempat, dan kemiringan

lahan budidaya kopi rakyat menggunakan aplikasi cuaca, timestamp, dan

clinometer.

3. Dokumentasi

Metode Dokumentasi yaitu sebagai bukti atau dokumen penting yang dapat

menguatkan penelitian. Dokumentasi didapatkan untuk mendapatkan bukti-

bukti yang nyata dan sebagai informasi pendukung. Pada rumusan masalah

pertama mengetahui tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

pada indikator penentuan lokasi menggunakan data dari BPS jember untuk

melihat curah hujan yang ada di Kecamatan Panti. Dokumentasi untuk

mengumpulkan data sekunder guna menjadi penguat dalam menyelesaikan

permasalahan Good Agriculture Practices (GAP) di Kecamatan Panti Lereng

Argopuro Kabupaten Jember.

3.4 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

1. Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah

implementasi budidaya kopi yang baik, benar, dan tepat mulai dari penentuan

lokasi dan penyiapan lahan sampai pasca panen kopi dalam menghasilkan

produk yang aman, bermutu baik, dan ramah lingkungan di Kecamatan Panti

Page 65: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

41

Kabupaten Jember menggunakan skala pengukuran skor 1 (tidak baik), skor 2

(kurang baik), skor 3 (cukup baik), skor 4 (baik), dan skor 5 (sangat baik).

2. Produksi kopi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menghasilkan

kopi melalui serangkaian proses dalam budidaya di Kecamatan Panti dengan

satuan Ton (ose kering).

3. Penentuan lokasi adalah pemilihan tempat budidaya kopi di Kecamatan panti

yang meliputi sub indikator curah hujan, suhu, PH, kemiringan, ketinggian,

dan tekstur tanah yang diukur menggunakan skala pengukuran skor 1 (tidak

baik), skor 2 (kurang baik), skor 3 (cukup baik), skor 4 (baik), dan skor 5

(sangat baik).

4. Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan tanah di

Kecamatan Panti diukur menggunakan skala pengukuran skoring skala likert

skor 1: > 3.000 mm/th, skor 2: > 2.500 - 3.000 mm/th, skor 3: 1.250 - < 1.500

mm/th, skor 4: 1.500 - < 2.000 mm/th, dan skor 5: 2.000 - 2.500 mm/th.

5. Suhu udara adalah derajat panas atau dingin di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran likert skor 1: > 250C, skor 2: 150C, skor 3: >

150C - < 200C, skor 4: 200C, dan skor 5: 210C -240C.

6. PH tanah adalah derajat keasaman tanah di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: < 5,5 dan > 6,5; skor 2: 5,5; skor 3:

antara > 5,5 - < 6,0; skor 4: 6,0; dan skor 5; antara > 6,0 - 6,5.

7. Kemiringan lahan adalah tingkat kemiringan tanah di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala ukur skor 1: > 45%, skor 2: antara 40% - < 45%, skor 3:

antara 35% - < 40%, skor 4: antara 30% - < 35%, dan skor 5: antara 0 - <

30%.

8. Ketinggian tempat adalah ketinggian tempat di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: > 1.000 mdpl, skor 2: > 900 - < 1.000

mdpl, skor 3: > 800 - < 900 mdpl, skor 4: > 700 - < 800 mdpl, dan skor 5: 100

- 700 mdpl. Tekstur tanah adalah tingkat kehalusan tanah di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: berpasir, skor 2: liat berbatu >

15%, skor 3: liat berbatu 3 - 15%, skor 4: pasir berlempung, dan skor 5:

lempung.

Page 66: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

42

9. Penaung adalah tanaman penaung kopi di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: hortikultura, skor 3:

pohon buah-buahan, skor 4: pohon kayu-kayuan, dan skor 5: pohon produktif.

10. Umur penaung adalah usia tanaman penaung kopi di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: 1 bulan, skor 3: 6

bulan, skor 4: 10-12 bulan, dan skor 5: > 1 tahun.

11. Lubang penanaman adalah luas lubang tanam kopi di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: 10 cm x 10 cm, skor 2: 30 cm x 30

cm, skor 3: 40 cm x 40 cm, skor 4: 50 cm x 50 cm, dan skor 5: 60 cm x 60 cm.

12. Kedalaman lubang adalah kedalaman lubang tanam kopi di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 10 cm, skor 2: 30 cm, skor 3:

40 cm, skor 4: 50 cm, dan skor 5: 60 cm.

13. Jarak lubang adalah jarak antar lubang tanam kopi di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: 1,0 m, skor 2: 2,0 m, skor 3: 2,0 - 2,5

m, skor 4: 2,5 m, dan skor 5: > 2,5 m x 2,5 m.

14. Jarak barisan adalah jarak barisan tanaman kopi di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: 1,0 m, skor 2: 1,5 m - 2,0 m, skor 3:

2,0 m, skor 4: 2,0 m-2,5 m, dan skor 5: 2,5 m–3,0 m.

15. Pembuatan rorak adalah pembuatan lubang buntu di kebun kopi Kecamatan

Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: sejajar

dengan lereng, skor 3: memanjang, skor 4: dekat tanaman, dan skor 5:

memotong lereng.

16. Ukuran rorak adalah kedalaman lubang buntu di kebun kopi di Kecamatan

Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: 100 cm

x 50 cm x 50 cm, skor 3: 100 cm x 30 cm x 30 cm, skor 4: 100 cm x 40 cm x

40 cm, dan skor 5: 120 cm x 40 cm x 40 cm.

17. Jarak rorak adalah jarak lubang buntu dengan tanaman kopi di kebun kopi

Kecamatan Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 10 cm x 10

cm, skor 2: 30 cm x 30 cm dari tanaman, skor 3: 40 cm x 40 cm dari tanaman,

skor 4: 50 cm x 50 cm dari tanaman, dan skor 5: 40 cm x 60 cm dari tanaman.

Page 67: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

43

18. Umur bibit adalah usia bibit kopi di Kecamatan Panti diukur menggunakan

skala pengukuran skor 1: 1 bulan, skor 2: 3 bulan, skor 3: 6 bulan, skor 4: 8

bulan, dan skor 5: 10-12 bulan.

19. Jumlah kebutuhan bibit adalah jumlah ketersediaan bibit kopi di Kecamatan

Panti diukur menggunakan pengukuran skor 1: < 1.500 bibit, skor 2: 1.500

bibit, skor 3: 2.500 bibit, skor 4: 2.500 - 3.000 bibit, dan skor 5: > 3.000 bibit.

20. Pembuatan bedengan adalah tempat pembenihan kopi di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 50 x 50 cm, skor 2: 60 x 60

cm, skor 3: 90 x 120 cm, skor 4: 100 x 160 cm, dan skor 5: 120 x 180 cm.

21. Jarak dan kedalaman benih adalah ukuran tanam pembibitan kopi di

Kecamatan Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 3 cm (3 x 3),

skor 2: 4 cm (3 x 4), skor 3: 5 cm (3 x 4), skor 4: 5 cm (4 x 4), dan skor 5: 5

cm (3 x 5).

22. Penyiraman adalah kegiatan menyiram tanaman kopi di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: seminggu sekali, skor 2: 4 hari

sekali, skor 3: 3 hari sekali, skor 4: 2 hari sekali, dan skor 5: setiap hari.

23. Lubang penanaman adalah jarak lubang tanam kopi di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 30 x 30 x 40 cm, skor 2: 50 x

50 x 40 cm, skor 3: 60 x 60 x 30 cm, skor 4: 60 x 60 x 50 cm, dan skor 5: 60 x

60 x 40 cm.

24. Waktu penanaman bibit adalah waktu penanaman kopi di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: akhir penghujan, skor 2:

sepertiga penghujan, skor 3: pertengahan penghujan, skor 4: air banyak, dan

skor 5: awal penghujan.

25. Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman kopi yang mati di Kecamatan

Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: 2

minggu, skor 3: 12 hari, skor 4: 10 hari, dan skor 5: seminggu.

26. Penyiraman adalah kegiatan menyiram tanaman kopi di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 1 bulan sekali, skor 2: 2

minggu sekali, skor 3: seminggu, skor 4: seminggu dua kali, dan skor 5:

melihat kelembapan.

Page 68: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

44

27. Pemupukan awal adalah pemberian pupuk setelah menanam kopi di

Kecamatan Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada,

skor 2: umur 5 minggu, skor 3: umur 4 minggu, skor 4: umur 3 minggu, dan

skor 5: umur 2 minggu.

28. Pemupukan susulan adalah pemberian pupuk pada tanam kopi di Kecamatan

Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: 2 tahun

sekali, skor 3: setahun 1 kali, skor 4: setahun 3 kali, dan skor 5: setahun 2 kali.

29. Pemangkasan adalah kegiatan mengurangi cabang tanaman kopi di Kecamatan

Panti diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2: panen,

skor 3: bentuk, skor 4: produksi, dan skor 5: bentuk dan produksi.

30. Pengendalian OPT adalah pengendalian organisme pengganggu tanaman kopi

di Kecamatan Panti diukur menggunakan skala skor 1: tidak ada, skor 2:

biologis, skor 3: manual, skor 4: kimiawa, dan skor 5: manual dan kimiawi.

31. Kriteria buah adalah ciri buah kopi yang masak di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: hijau, skor 2: kuning tidak merata,

skor 3: kekuningan, skor 4: kuning kemerahan, dan skor 5: merah.

32. Pemetikan adalah kegiatan memetik buah kopi di Kecamatan Panti diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1: hijau, skor 2: kekuningan, skor 3:

kuning kemerahan, skor 4: merah dan kuning kemerahan, dan skor 5: merah.

33. Pengolahan adalah pengolahan buah kopi setelah panen di Kecamatan Panti

diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: disimpan, skor 2: langsung

dijual, skor 3: kering, skor 4: semi basah, dan skor 5: basah.

34. Penyiapan lahan adalah kegiatan menyiapkan lahan untuk budidaya kopi di

Kecamatan panti yang meliputi sub indikator penaung, umur penaung, lubang

penanaman, kedalaman lubang, jarak lubang, dan antar barisan yang diukur

menggunakan skala pengukuran skor 1 (tidak baik), skor 2 (kurang baik), skor

3 (cukup baik), skor 4 (baik), dan skor 5 (sangat baik).

35. Sistem pengairan atau rorak adalah lubang buntu yang dibuat dekat tanaman

kopi guna menampung air di Kecamatan panti meliputi indikator pembuatan,

ukuran, dan jarak rorak yang diukur menggunakan skor 1 (tidak baik), skor 2

(kurang baik), skor 3 (cukup baik), skor 4 (baik), dan skor 5 (sangat baik).

Page 69: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

45

36. Persiapan bibit adalah kegiatan mengadakan bibit kopi sebelum penanaman

kopi di Kecamatan panti yang meliputi sub indikator umur bibit, jumlah bibit,

pembuatan bedengan, jarak dan kedalaman, serta penyiraman diukur

menggunakan skor 1 (tidak baik), skor 2 (kurang baik), skor 3 (cukup baik),

skor 4 (baik), dan skor 5 (sangat baik).

37. Penanaman adalah kegiatan pemindahan bibit kopi dari persemaian ke lahan

pertanaman di Kecamatan Panti yang meliputi sub indikator lubang

penanaman dan waktu penanaman diukur menggunakan skor 1 (tidak baik),

skor 2 (kurang baik), skor 3 (cukup baik), skor 4 (baik), dan skor 5 (sangat

baik).

38. Pemeliharaan adalah suatu tindakan menjaga tanaman kopi agar tumbuh dan

berkembang dengan baik di Kecamatan panti yang meliputi sub indikator

penyulaman, penyiraman, pemupukan awal, pemupukan susulan,

pemangkasan, dan pengendalian OPT diukur menggunakan skor 1 (tidak

baik), skor 2 (kurang baik), skor 3 (cukup baik), skor 4 (baik), dan skor 5

(sangat baik).

39. Panen dan pasca panen adalah kegiatan pemetikan kopi dan pengolahan buah

kopi sampai menjadi biji kopi ose kering di Kecamatan Panti yang meliputi

sub indikator kriteria buah, pemetikan, dan pengolahan diukur menggunakan

skor 1 (tidak baik), skor 2 (kurang baik), skor 3 (cukup baik), skor 4 (baik),

dan skor 5 (sangat baik).

40. Umur petani merupakan usia petani kopi di Kecamatan Panti yang diukur

dalam satuan tahun.

41. Tingkat pendidikan formal petani adalah pendidikan yang ditempuh secara

formal oleh petani kopi di Kecamatan Panti yaitu SD (6 tahun), SMP (9

tahun),SMA (12 tahun), sampai Pendidikan Tinggi diukur dalam satuan tahun.

42. Tanggungan keluarga merupakan jumlah orang yang ditanggung oleh anggota

keluarga yang memiliki penghasilan di Kecamatan Panti dan diukur dalam

satuan jiwa yang dipersentasekan (Jumlah orang yang ditanggung dibagi

jumlah anggota keluarga dikali 100).

Page 70: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

46

43. Luas lahan milik sendiri adalah luas areal bidang tanah milik petani yang

ditanami tanaman kopi di Kecamatan Panti yang diukur dalam satuan Ha.

44. Luas lahan bagi hasil adalah luas areal tanah untuk hak guna usaha dari

perhutani dan ada uang yang harus dibayarkan kepada perhutani di Kecamatan

Panti dan diukur dalam satuan Ha.

45. Intensitas kehadiran petani adalah keaktifan petani dalam kegiatan di

kelompok tani kopi di Kecamatan Panti yang diukur dalam satuan

jumlah/tahun.

46. Akses informasi usahatani merupakan upaya mendapatkan informasi terkait

usahatani kopi di Kecamatan Panti dan diukur menggunakan penilaian skor 1

(tidak ada akses informasi), skor 2 (sulit mengakses informasi), skor 3 (cukup

sulit mengakses informasi), skor 4 (mudah mengakses informasi), dan skor 5

(sangat mudah mengakses informasi).

47. Persepsi harga kopi adalah pendapat tentang harga jual kopi baik dalam

bentuk gelondong basah maupun ose dan diukur menggunakan penilaian skor

1 (persepsi harga kopi murah), skor 2 (persepsi harga kopi agak murah), skor 3

(persepsi harga kopi cukup atau sedang), skor 4 (persepsi harga kopi mahal),

dan skor 5 (persepsi harga kopi sangat mahal).

3.5 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis3.5.1 Analisis skoring tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada

usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember

Pengujian rumusan masalah pertama yaitu mengenai tingkat penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng Argopuro

Kabupaten Jember dihitung menggunakan konsep skoring skala Likert. Data

dalam perhitungan ini merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara

langsung kepada petani kopi di Kecamatan Panti dan data sekunder dari Badan

Pusat Statistik (BPS) serta penggunaan aplikasi dengan bantuan pertanyaan atau

daftar komponen faktor-faktor pada kuesioner yang disusun. Komponen indikator

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi berdasarkan pedoman

budidaya yang baik (Good Agriculture Practices) usahatani kopi dari

Page 71: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

47

Kementerian Pertanian (2014). Indikator nantinya akan diuraikan kedalam

beberapa sub indikator tertentu, dimana nilai maksimum dari setiap indikator

adalah 5 dan nilai terendah adalah 1. Nilai 5 diberikan jika komponen yang

diterapkan sangat sesuai dengan anjuran, nilai 4 untuk sesuai dengan anjuran,

nilai 3 bila cukup sesuai dengan anjuran, nilai 2 bila kurang sesuai dengan

anjuran, dan sedangkan nilai 1 diberikan jika komponen tidak dilakukan. Berikut

disajikan tabel mengenai indikator Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat beserta bobot nilainya yaitu:

Tabel 3.1 Daftar Indikator Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat Beserta Bobot Nilainya.

No Indikator Bobot1 Faktor penentu lokasi

1.1 Curah hujan antara 1.250 – 2.500 mm/th 1 - 51.2 Suhu udara antara 210C – 240C 1 - 51.3 Rata-rata PH tanah antara 5,5 - 6,5 1 - 51.4 Kemiringan tanah < 30% 1 - 51.5 Ketinggian tempat 100 - 700 mdpl 1 - 51.6 Tekstur tanah Lempung 1 - 5

2 Penyiapan lahan2.1 Tamanam pohon produktif dan kayu-kayuan 1 - 52.2 Tinggi penaung berumur > 1 tahun 1 - 52.3 Lubang penanaman 60 x 60 cm 1 - 52.4 Kedalaman lubang 60 cm 1 - 52.5 Jarak lubang tanam > 2,5 x 2,5 meter 1 - 52.6 Jarak antar barisan 2,5 – 3,0 meter 1 - 5

3 Sistem pengairan (Rorak)3.1 Pembuatan rorak memotong lereng 1 - 53.2 Ukuran rorak yaitu 120 cm x 40 cm x 40 cm 1 - 53.3 Jarak rorak 40 x 60 cm dari tanaman 1 - 5

4 Persiapan bibit4.1 Umur bibit 10 – 12 bulan 1 - 54.2 Jumlah bibit per HA yaitu > 3000 bibit 1 - 54.3 Pembuatan bedengan 120 x 180 cm 1 - 54.4 Jarak dan kedalaman benih 5 cm (3 x 5) 1 - 54.5 Penyiraman benih setiap hari 1 - 5

5 Penanaman5.1 Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm 1 - 55.2 Waktu penanaman awal musim penghujan 1 - 5

Page 72: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

48

Lanjutan Tabel 3.1

No Indikator Bobot6 Pemeliharaan tanaman

6.1 Penyulaman 1 minggu setelah tanam 1 - 56.2 Penyiraman dengan melihat kelembapan 1 - 56.3 Pemupukan awal umur 2 minggu 1 - 56.4 Pemupukan susulan setahun 2 kali 1 - 56.5 Pemangkasan bentuk dan produksi 1 - 56.6 Pengamatan OPT secara manual dan kimiawi 1 - 5

7 Panen dan Pasca Panen7.1 Kriteria buah yaitu merah 1 - 57.2 Cara petik buah yaitu petik merah 1 - 57.3 Teknik pengolahan kering 1 - 5

Keterangan : lampiran I (Halaman 143)

1. Indikator penentuan lokasi adalah pemilihan tempat budidaya kopi di

Kecamatan panti yang meliputi sub indikator curah hujan, suhu, PH,

kemiringan, ketinggian, dan tekstur tanah.

a. Curah hujan diukur menggunakan skala pengukuran skoring skala likert

skor 1: > 3.000 mm/th, skor 2: > 2.500 - 3.000 mm/th, skor 3: 1.250 - <

1.500 mm/th, skor 4: 1.500 - < 2.000 mm/th, dan skor 5: 2.000 - 2.500

mm/th. Curah hujan bersumber dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten

Jember.

b. Suhu udara diukur menggunakan skala pengukuran likert skor 1: > 250C,

skor 2: 150C, skor 3: > 150C - < 200C, skor 4: 200C, dan skor 5: 210C -

240C. Suhu udara diperoleh dengan menggunakan aplikasi cuaca pada

smartphone.

c. PH tanah diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: < 5,5 dan > 6,5;

skor 2: 5,5; skor 3: antara > 5,5 - < 6,0; skor 4: 6,0; dan skor 5; antara >

6,0 - 6,5. Bersumber dari keterangan ahli yaitu pak Djoko Sumarno dari

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia bagian kepala kebun

d. Kemiringan lahan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: > 45%,

skor 2: antara 40% - < 45%, skor 3: antara 35% - < 40%, skor 4: antara

30% - < 35%, dan skor 5: antara 0 - < 30%. Kemiringan lahan diperoleh

menggunakan aplikasi Clinometer yang ada di smartphone

Page 73: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

49

e. Ketinggian tempat diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: > 1.000

mdpl, skor 2: > 900 - < 1.000 mdpl, skor 3: > 800 - < 900 mdpl, skor 4: >

700 - < 800 mdpl, dan skor 5: 100 - 700 mdpl. Diperoleh dengan

menggunakan aplikasi Timestamp Camera yang ada di smartphone

f. Tekstur tanah diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: berpasir,

skor 2: liat berbatu > 15%, skor 3: liat berbatu 3 - 15%, skor 4: pasir

berlempung, dan skor 5: lempung. Bersumber dari keterangan ahli yaitu

pak Djoko Sumarno dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

bagian kepala kebun

2. Indikator penyiapan lahan adalah kegiatan menyiapkan lahan untuk budidaya

kopi di Kecamatan panti yang meliputi sub indikator penaung, umur penaung,

lubang penanaman, kedalaman lubang, jarak lubang, dan antar barisan.

a. Penaung diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor 2:

hortikultura, skor 3: pohon buah-buahan, skor 4: pohon kayu-kayuan, dan

skor 5: pohon produktif.

b. Umur penaung diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada,

skor 2: 1 bulan, skor 3: 6 bulan, skor 4: 10-12 bulan, dan skor 5: > 1 tahun.

c. Lubang penanaman diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 10 cm

x 10 cm, skor 2: 30 cm x 30 cm, skor 3: 40 cm x 40 cm, skor 4: 50 cm x 50

cm, dan skor 5: 60 cm x 60 cm.

d. Kedalaman lubang diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 10 cm,

skor 2: 30 cm, skor 3: 40 cm, skor 4: 50 cm, dan skor 5: 60 cm.

e. Jarak lubang diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 1,0 m, skor 2:

2,0 m, skor 3: 2,0 - 2,5 m, skor 4: 2,5 m, dan skor 5: > 2,5 m x 2,5 m.

f. Jarak barisan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 1,0 m, skor 2:

1,5 m - 2,0 m, skor 3: 2,0 m, skor 4: 2,0 m-2,5 m, dan skor 5: 2,5 m–3,0 m.

3. Indikator sistem pengairan adalah lubang buntu yang dibuat di dekat tanaman

kopi untuk menampung air di Kecamatan panti yang meliputi sub indikator

pembuatan rorak, ukuran rorak, dan jarak rorak.

Page 74: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

50

a. Pembuatan rorak diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada,

skor 2: sejajar dengan lereng, skor 3: memanjang, skor 4: dekat tanaman,

dan skor 5: memotong lereng.

b. Ukuran rorak diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada,

skor 2: 100 cm x 50 cm x 50 cm, skor 3: 100 cm x 30 cm x 30 cm, skor 4:

100 cm x 40 cm x 40 cm, dan skor 5: 120 cm x 40 cm x 40 cm.

c. Jarak rorak diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 10 cm x 10 cm,

skor 2: 30 cm x 30 cm dari tanaman, skor 3: 40 cm x 40 cm dari tanaman,

skor 4: 50 cm x 50 cm dari tanaman, dan skor 5: 40 cm x 60 cm dari

tanaman.

4. Indikator persiapan bibit adalah kegiatan mengadakan bibit kopi sebelum

penanaman kopi di Kecamatan panti yang meliputi sub indikator umur bibit,

jumlah bibit, pembuatan bedengan, jarak dan kedalaman, serta penyiraman.

a. Umur bibit diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 1 bulan, skor 2:

3 bulan, skor 3: 6 bulan, skor 4: 8 bulan, dan skor 5: 10-12 bulan.

b. Jumlah kebutuhan bibit diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: <

1.500 bibit, skor 2: 1.500 bibit, skor 3: 2.500 bibit, skor 4: 2.500 - 3.000

bibit, dan skor 5: > 3.000 bibit.

c. Pembuatan bedengan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 50 x

50 cm, skor 2: 60 x 60 cm, skor 3: 90 x 120 cm, skor 4: 100 x 160 cm, dan

skor 5: 120 x 180 cm.

d. Jarak dan kedalaman benih diukur menggunakan skala pengukuran skor 1:

3 cm (3 x 3), skor 2: 4 cm (3 x 4), skor 3: 5 cm (3 x 4), skor 4: 5 cm (4 x

4), dan skor 5: 5 cm (3 x 5).

e. Penyiraman diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: seminggu

sekali, skor 2: 4 hari sekali, skor 3: 3 hari sekali, skor 4: 2 hari sekali, dan

skor 5: setiap hari.

5. Indikator penanaman adalah kegiatan pemindahan bibit kopi dari persemaian

ke lahan pertanaman di Kecamatan Panti yang meliputi sub indikator lubang

penanaman dan waktu penanaman.

Page 75: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

51

a. Lubang penanaman diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 30 x 30

x 40 cm, skor 2: 50 x 50 x 40 cm, skor 3: 60 x 60 x 30 cm, skor 4: 60 x 60

x 50 cm, dan skor 5: 60 x 60 x 40 cm.

b. Waktu penanaman bibit diukur menggunakan skala pengukuran skor 1:

akhir penghujan, skor 2: sepertiga penghujan, skor 3: pertengahan

penghujan, skor 4: air banyak, dan skor 5: awal penghujan.

6. Indikator pemeliharaan adalah suatu tindakan menjaga tanaman kopi agar

tumbuh dan berkembang dengan baik di Kecamatan panti yang meliputi sub

indikator penyulaman, penyiraman, pemupukan awal, pemupukan susulan,

pemangkasan, dan pengendalian OPT.

a. Penyulaman diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada, skor

2: 2 minggu, skor 3: 12 hari, skor 4: 10 hari, dan skor 5: seminggu.

b. Penyiraman diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: 1 bulan sekali,

skor 2: 2 minggu sekali, skor 3: seminggu, skor 4: seminggu dua kali, dan

skor 5: melihat kelembapan.

c. Pemupukan awal diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada,

skor 2: umur 5 minggu, skor 3: umur 4 minggu, skor 4: umur 3 minggu,

dan skor 5: umur 2 minggu.

d. Pemupukan susulan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak

ada, skor 2: 2 tahun sekali, skor 3: setahun 1 kali, skor 4: setahun 3 kali,

dan skor 5: setahun 2 kali.

e. Pemangkasan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak ada,

skor 2: panen, skor 3: bentuk, skor 4: produksi, dan skor 5: bentuk dan

produksi.

f. Pengendalian OPT diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: tidak

ada, skor 2: biologis, skor 3: manual, skor 4: kimiawa, dan skor 5: manual

dan kimiawi.

7. Indikator panen dan pasca panen adalah kegiatan pemetikan kopi dan

pengolahan buah kopi sampai menjadi biji kopi ose kering di Kecamatan Panti

yang meliputi sub indikator kriteria buah, pemetikan, dan pengolahan.

Page 76: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

52

a. Kriteria buah diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: hijau, skor 2:

kuning tidak merata, skor 3: kekuningan, skor 4: kuning kemerahan, dan

skor 5: merah.

b. Pemetikan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: hijau, skor 2:

kekuningan, skor 3: kuning kemerahan, skor 4: merah dan kuning

kemerahan, dan skor 5: merah.

c. Pengolahan diukur menggunakan skala pengukuran skor 1: disimpan, skor

2: langsung dijual, skor 3: kering, skor 4: semi basah, dan skor 5: basah.

Perhitungan tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Lereng Argopuro Kabupaten Jember

dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari masing-masing faktor. Cara

penghitungan presentase (%) tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat yaitu:

Penerapan =Bobot aktual

X 100%Bobot maksimum

Keterangan:

Bobot aktual : Penjumlahan bobot dari setiap faktor penerapan GAP

Bobot maksimum : Penjumlahan bobot total penerapan GAP

Selanjutnya tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat diklasifikasi ke dalam 5 kelompok atau golongan yaitu tidak

baik, agak baik, cukup/ sedang, baik, dan sangat baik. Masing-masing yaitu

tingkat kesesuian penerapan sangat tinggi sama dengan sangat baik, tingkat

kesesuian penerapan tinggi sama dengan baik, tingkat kesesuian penerapan sedang

sama dengan cukup/ sedang, tingkat kesesuian penerapan rendah sama dengan

agak baik, dan tingkat kesesuian penerapan sangat rendah sama dengan tidak baik.

Pengelompokan dilakukan berdasarkan kelas interval dari hasil perhitungan.

Perhitungan dan pembagian kelas interval sebagai berikut:

Interval = Nilai maksimum – Nilai minimum

Jumlah interval kelas

Interval = 155 - 315

Interval = 24,80

Page 77: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

53

Kriteria pengambilan keputusan pembagian kelas tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebagai berikut:

Tingkat penerapan sangat baik : Nilai interval 130,24 – 155,00

Tingkat penerapan baik : Nilai interval 105,43 – 130,23

Tingkat penerapan cukup (sedang) : Nilai interval 80,62 – 105,42

Tingkat penerapan kurang baik : Nilai interval 55,81 – 80,61

Tingkat penerapan tidak baik : Nilai interval 31,00 – 55,80

3.5.2 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng ArgopuroKabupaten Jember

Pengujian hipotesis yang kedua mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Menurut

Siregar (2009), regresi linier berganda yaitu, bentuk hubungan atau pengaruh dari

dua atau lebih variabel (variabel X dan Y). Berikut formulasi matematis regresi

linier berganda untuk menjawab faktor- sebagai berikut

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7

Keterangan:

Y = Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi (Skor)

a = Konstanta

b1–b6 = Koefisien regresi

X1 = Umur (Tahun)

X2 = Tingkat Pendidikan (Tahun)

X3 = Tanggungan keluarga (%)

X4 = Luas lahan (Ha)

X5 = Intensitas kehadiran petani (jumlah/tahun)

X6 = Akses Informasi usahatani (1=Tidak ada, 2=sulit, 3=cukup sulit,

4=mudah, 5=sangat mudah)

X7 = Persepsi harga kopi (1=Murah, 2=agak murah, 3=cukup murah,

4=mahal, 5=sangat mahal)

Page 78: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

54

Kriteria pengambilan keputusan adalah dengan uji F dan uji T: Uji F

bertujuan untuk melihat pengaruh secara simultan (seluruh variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat). Uji F dilakukan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Nilai Probabilitas F lebih

kecil dari taraf nyata 0,05 maka H1 diterima artinya variabel bebas secara

bersama-sama mempengaruhi variabel tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat, jika nilai Probabilitas F lebih besar dari

taraf nyata 0,05 maka H1 ditolak artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat.

Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh tiap-tiap variabel bebas secara

parsial atau individu terhadap variabel terikat. Hasil perhitungan t hitung

kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel. Menurut Siregar (2009), Jika t hitung

lebih besar dari t tabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel bebas

tersebut secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat, jika t hitung lebih kecil

dari t tabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya variabel bebas secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

3.5.3 Analysis Hierarchy Process (AHP) strategi peningkatan penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng ArgopuroKabupaten Jember

Pengujian hipotesis ketiga menggunakan Metode Analysis Hierarchy

Process (AHP) dengan tujuan untuk mengetahui alternatif strategi untuk

meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember. Metode Analysis Hierarchy

Process (AHP) adalah model pengambilan keputusan yang komprehensif dengan

memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. AHP digunakan

juga untuk keputusan dengan banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya

dan penentuan prioritas dari alternatif strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam

Page 79: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

55

situasi konflik. Metode AHP dapat membantu dalam menyusun suatu prioritas

maupun tujuan dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria. AHP

digunakan dalam pengambilan keputusan secara bertingkat dengan

membandingkan berbagai alternatif-alternatif untuk upaya peningkatan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat (Saaty, 2008).

Penentuan alternatif-alternatif strategi yang akan digunakan dalam analisis

hierarki proses didapatkan dari hasil wawancara dengan informan menggunakan

kuesioner. Keputusan yang diambil harus tetap untuk peningkatan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat menjadi lebih baik.

Menurut Saaty (2008) untuk membuat keputusan secara terorganisir untuk

menghasilkan prioritas, kita perlu menguraikannya keputusan menjadi langkah-

langkah berikut:

1. Mendefinisikan masalah yaitu mencari alternatif strategi peningkatan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi dari beberapa aspek yaitu

budidaya, pasca panen, pemasaran, kelembagaan, dan kebijakan.

2. Struktur hierarki keputusan dari atas dengan tujuan keputusan untuk

peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi, lalu tingkat

menengah (kriteria yang bergantung pada elemen berikutnya) ke tingkat

terendah (alternatif strategi peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) kopi).

3. Bangun satu set matriks perbandingan berpasangan. Setiap elemen dibagian

atas digunakan untuk membandingkan elemen-elemen dilevel bawahnya.

4. Gunakan prioritas yang diperoleh dari perbandingan untuk menimbang

prioritas ke dalam level. Lakukan ini untuk setiap elemen. Lanjutkan proses

penimbangan dan penambahan ini sampai prioritas akhir alternatif.

Bagan pengambilan keputusan Analysis Hierarchy Process (AHP),

bertujuan merumuskan strategi peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat dengan lima kriteria yaitu budidaya, pasca

panen, pemasaran, kelembagaan, dan kebijakan. Berikut gambar bagan Analysis

Hierarchy Process (AHP) untuk merumuskan strategi peningkatan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat yaitu:

Page 80: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

56

Gambar 3.2 Bagan Analysis Hierarchy Process (AHP) GAP Kopi Rakyat

Page 81: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

57

Beberapa alternatif strategi dalam upaya merumuskan strategi

peningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

pada masing-masing kriteria budidaya, pasca panen, pemasaran, kelembagaan,

dan kebijakan sebagai berikut:

1. Menurut Ilham (2018) beberapa alternatif strategi pada kriteria budidaya yaitu

pemeliharaan kebun, pemupukan, dan pelatihan GAP (meliputi perbaikan

klon, pengelolaan naungan, pengairan, pengendalian hama penyakit,

pemangkasan, dan pasca panen).

2. Menurut Tanjung et al (2016) beberapa alternatif strategi pada kriteria pasca

panen diantaranya pembinaan perbaikan mutu produk dan tampilan produk

serta olahannya.

3. Menurut Rahmah (2014) alternatif strategi kriteria pemasaran yaitu melakukan

pembinaan promosi produk dan informasi produk.

4. Menurut Saputri (2012) strategi pada kriteria kelembagaan diantaranya

melakukan pendekatan partisipatif dan kerjasama dengan dinas pertanian dan

penyuluh.

5. Terakhir menurut Ariswandi (2009) beberapa alternatif strategi dalam kriteria

kebijakan diantaranya yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)

supaya mampu bersaing dalam perekonomian, pengembangan pemasaran, dan

penumbuhan minat pengusaha dalam dan luar daerah agar melakukan

investasi dibidang industri kopi olahan.

Menurut Saaty (2008), dalam menetapkan prioritas elemen Analysis

Hierarchy Process (AHP) dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan

membuat perbandingan berpasangan (pairwise comparison), yaitu setiap elemen

dibandingakan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Bentuk

perbandingan berpasangan adalah matriks. Pengisian matriks banding

berpasangan tersebut, menggunakan bilangan yang menggambarkan relatif

pentingnya suatu elemen diatas yang lainnya. Skala mendefinisikan nilai 1 sampai

dengan 9 sebagai pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang

sejenis di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang diatasnya. Skala

banding berpasangan digunakan dalam penyusunan Analysis Hierarchy Process

Page 82: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

58

(AHP) untuk menentukan susunan prioritas alternatif peningkatan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Tabel skala banding

berpasangan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Skala Banding Berpasangan

Nilai Definisi Keterangan1 Sama Penting Misal A dan B sama pentingnya3 Sedikit lebih penting Misal A sedikit lebih penting dari B5 Agak lebih penting Misal A agak lebih penting dari B7 Jauh lebih penting Misal A jauh lebih penting dari B9 Mutlak lebih penting Misal A mutlak lebih penting dari B

2,4,6, dan 8 Nilai antara Jika ragu-ragu menentukan nilai

Sumber: Saaty 2008Semua pertimbangan secara numerik, validitasnya dievaluasi dengan suatu

uji konsistensi. Urutan skala prioritas tersebut sesuai dengan bobot dari masing-

masing alternatif dan kriteria serta besarnya konsistensi gabungan hasil running,

apabila besarnya rasio konsisten tersebut kurang dari sama dengan 0,10 maka

keputusan yang diambil oleh para responden untuk menentukan skala prioritas

cukup konsisten, artinya bahwa skala prioritas tersebut dapat diimplementasikan

sebagai kebijakan untuk mencapai sasaran.

Uji validitas adalah suatu skala pengukuran dengan melihat data yang

terkumpul dan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Halin,

2018). Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti

karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Secara

konseptual dibedakan 3 jenis validitas yaitu: validitas isi (content validity),

validitas yang berkaitan dengan kriteria (criterion-related validity), dan validitas

konstruk (construct validity). Penelitian ini menggunakan validitas konstruk.

Validitas konstruk adalah validitas yang mengukur seberapa jauh kebenaran item-

item untuk mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur.

Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor

(skala pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama

memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedangkan kedua lebih

memperhatikan masalah ketepatan.

Page 83: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

59

3.6 Kerangka Pemecahan Masalah

Permasalahan usahatani kopi rakyat yang ada di Kecamatan Panti

Kabupaten Jember adalah bahwa Kecamatan Panti memiliki share luas areal

produksi kopi tertinggi di Lereng Argopuro. Kecamatan Panti memiliki share luas

areal produksi kopi rakyat tertinggi jika dibandingkan dengan Kecamatan

Sumberbaru, Kecamatan Tanggul, Kecamatan Bangsalsari, Kecamatan

Rambipuji, Kecamatan Sukorambi, Kecamatan Arjasa, dan Kecamatan Jelbuk

yang sama-sama di Lereng Argopuro. Kecamatan Panti mempunyai rata-rata

produktivitas kopi rakyat yang rendah sebesar 4,65 kw/ Ha. Menurut Rakasiwi

(2018) produksi kopi robusta yang ideal dalam 1 hektar lahan menghasilkan 8 –

14 Kwintal, sehingga upaya meningkatkan usahatani kopi rakyat yaitu dengan

menerapkan usahatani kopi sesuai pedoman Good Agriculture Practices (GAP).

Sosialisasi Good Agriculture Practices (GAP) kopi di Kabupaten Jember sudah

dilaksanakan pada tahun 2014 namun produktivitas kopi di Kecamatan Panti

masih rendah.

Langkah pertama yaitu membuktikan bahwa Kecamatan Panti menerapkan

usahatani kopi rakyat sesuai pedoman Good Agriculture Practices (GAP) dengan

melihat tingkat penerapan budidaya kopinya. Selanjutnya mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat yang dilakukan petani kopi di Kecamatan Panti Lereng

Argopuro Kabupaten Jember. Kemudian setelah mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat maka merumuskan strategi untuk meningkatkan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat di Kecamatan Panti dibandingkan dengan pedoman Good Agriculture

Practices (GAP). Setiap indikator dalam pedoman Good Agriculture Practices

(GAP) ditanyakan ke petani kopi dan akan dinilai menggunakan skoring skala

likert. Nilai 5 diberikan jika komponen yang diterapkan sangat sesuai dengan

anjuran, nilai 4 untuk sesuai dengan anjuran, nilai 3 bila cukup sesuai dengan

anjuran, nilai 2 bila kurang sesuai dengan anjuran, dan sedangkan nilai 1

Page 84: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

60

diberikan jika komponen tidak dilakukan. Pengambilan keputusan untuk tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi di Kecamatan Panti yaitu

sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan tidak baik. Hipotesisnya adalah bahwa

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

kategori cukup atau sedang.

Setelah mengetahui tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat maka selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat. Tujuannya untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di

Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Faktor yang signifikan berpengaruh yaitu

tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, luas lahan, akses informasi usahatani,

dan persepsi harga kopi. Ditambah faktor yang tidak signifikan berpengaruh yaitu

umur dan intensitas kehadiran petani dikarenakan juga penting untuk diketahui.

Faktor tersebut mestinya memiliki pengaruh baik positif maupun negatif terhadap

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Jadi, dengan

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh baik secara positif maupun secara

negatif maka secara tidak langsung artinya faktor yang berpengaruh positif

tersebut adalah faktor yang bisa mendorong petani untuk meningkatkan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Sedangkan faktor yang

berpengaruh negatif adalah faktor yang menghambat petani untuk meningkatkan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan

Panti Lereng Argopuro Kabupaten Jember.

Setelah mengetahui tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka selanjutnya

merumuskan strategi untuk meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Terdapat

beberapa kriteria untuk meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat yaitu kriteria budidaya, pasca panen, pemasaran,

kelembagaan, dan kebijakan. Kriteria budidaya berkaitan mulai dari penyediaan

saprodi sampai kegiatan panen. Kemudian kriteria pasca panen dimulai dari

Page 85: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

61

kegiatan pemilihan bahan baku sampai menjadi suatu produk. Selanjutnya

pemasaran, dan kelembagaan berkaitan dengan kegiatan kelompok tani mulai dari

tingkat atas sampai bawah. Terakhir kebijakan kaitannya dengan pemerintahan

yang dapat mendukung dalam meningkatkan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Masing-masing kriteria nantinya memiliki

alternatif strategi yang dapat meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Hipotesisnya

adalah strategi meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat yaitu kriteria budidaya.

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah setelah mengetahui

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat, serta merumuskan strategi untuk meningkatkan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat maka

tercapainya Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di

Kecamatan Panti Lereng Argopuro Kabupaten Jember yang berkelanjutan.

Page 86: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

62

Penerapan Good Agriculture Practices(GAP) usahatani kopi rakyat di Lereng

Argopuro Kabupaten Jember

Tingkat penerapanGood AgriculturePractices (GAP)usahatani kopi rakyat

Faktor-faktor yangmempengaruhi tingkatpenerapan GoodAgriculture Practices(GAP) usahatani kopirakyat

Strategi peningkatanpenerapan GoodAgriculturePractices (GAP)usahatani kopirakyat

Skoring skala likert

Analisis Regresi LinierBerganda

Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi rakyat yang berkelanjutan

Produktivitas rendah4,65 kw/ Ha,sedangkan idealnya 8– 14 kw/ Ha dalambentuk ose kering.

Tabulasi

Mendeskripsi data

Hipotesis: Tingkatpenerapan GAP(Good AgriculturePractices) UsahataniKopi rakyat kategoribaik.

Variabel - variabel yangmempengaruhi yaitu:1. Umur2. Tingkat Pendidikan3. Tanggungan keluarga4. Luas lahan5. Intensitas kehadiran

petani6. Akses informasi7. Persepsi harga kopi

Hipotesis: Semua variabel bebas (X)berpengaruh terhadap tingkat penerapanGood Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi rakyat

AHP (AnalisisHierarki Proses)

Hipotesis: Strategipeningkatanpenerapan GoodAgriculturePractices (GAP)usahatani kopirakyat yang utamaadalah kriteriabudidaya.

Gambar 3.3 Kerangka Pemecahan Masalah Penerapan GAP Kopi

Page 87: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

63

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Panti Kabupaten Jember

4.1.1 Kondisi Geografis

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Kecamatan Panti Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur merupakan

daerah dengan luas 93,96 km2, berada di sebelah utara dari jalan utama jalur

Jember–Surabaya. Kecamatan Panti adalah salah satu kecamatan yang berada di

Lereng Argopuro Kabupaten Jember bersama 7 kecamatan lain diantaranya

Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan Tanggul, Kecamatan Bangsalsari,

Kecamatan Rambipuji, Kecamatan Sukorambi, Kecamatan Arjasa, dan

Kecamatan Jelbuk. Kecamatan Panti merupakan satu dari 31 Kecamatan yang

ada di Kabupaten Jember yang memiliki ketinggian lebih dari 100 mdpl.

Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Panti memiliki batas-batas yaitu

sebagai berikut:

Sebelah Selatan : Kecamatan Kaliwates

Sebelah Utara : Gunung Argopuro

Sebelah Timur : Kecamatan Sukorambi

Sebelah Barat : Kecamatan Rambipuji

Page 88: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

64

Secara administratif wilayah Kecamatan Panti terbagi dalam 7 desa yang

terdiri atas 29 Pedukuhan/dusun dan 100 RW serta 369 RT. Desa dengan luas

terbesar adalah Pakis sebesar 26,97 Km2. Desa dengan luas terkecil yaitu desa

Glagahwero sebesar 2,88 Km2. Kecamatan Panti adalah daerah yang berbukit dan

wilayahnya berada di Lereng Argopuro yang cocok untuk daerah perkebunan.

Lahan perkebunan yang ada sebagian besar adalah dikelola oleh rakyat sisanya

berada di wilayah perhutani.

Kecamatan Panti memiliki ketinggian tempat lebih dari 100 mdpl dengan

suhu harian antara 250C - 350C. Curah hujan rata-rata berkisar 1.250 – 2.500

mm/tahun. Lahan perkebunan di Kecamatan Panti bertekstur lempung dengan PH

atau keasaman 5,5 – 6,5. Kecamatan Panti terbagi menjadi 7 desa yaitu

kemuninglor, glagahwero, serut, panti, suci, kemiri, dan pakis. Desa Kemuninglor

memiliki ketinggian tempat 130 mdpl, Desa Glagahwero berketinggian 180 mdpl,

Desa Serut berketinggian 625 mdpl, Desa Panti berketinggian 200 mdpl, Desa

Suci berketinggian 450 - 600 mdpl, Desa Kemiri berketinggian 600 mdpl, dan

Desa Pakis berketinggian 250 mdpl. Tabel 4.1 Jenis penggunaan lahan di

Kecamatan Panti Kabupaten Jember tahun 2017 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Klasifikasi lahan di Kecamatan Panti Kabupaten Jember Tahun 2017

No Jenis Penggunaan Luas Lahan (Ha)1 Sawah 2.410,202 Tegalan 759,803 Tambak/ Kolam 1,374 Perkebunan 2.096,005 Bangunan 718,406 Lain-lain 3.410,59

Total 9.396,36Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Panti 2018

4.1.2 Kondisi Demografi

Sumberdaya manusia atau SDM merupakan sumber tanaga dan pemikiran

yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan atau menciptakan

suatu produk atau jasa. Jumlah penduduk Kecamatan Panti berdasarkan hasil

sensus penduduk pada tahun 2018 tercatat sebanyak 62.078 jiwa. Berikut tabel

jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Panti yaitu:

Page 89: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

65

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kecamatan Panti Kabupaten Jember Menurut JenisKelamin Tahun 2017

No Jenis KelaminJumlah Penduduk (Jiwa)Jumlah %

1 Laki- laki 30.262 48,752 Perempuan 31.816 51,25

Total 62.078 100,00Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Panti 2018

Penduduk paling banyak adalah dengan jenis kelamin perempuan yaitu

sebesar 51,25%. Persebaran penduduk atau kepadatan penduduk paling besar tiap

kilometer persegi adalah di Desa Glagahwero sebesar 1.808 jiwa/km2. Kepadatan

penduduk terkecil ada di Desa Pakis yaitu sebesar 262 jiwa/km2. Keadaan

penduduk menurut mata pencahariannya dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat sosial ekonomi di suatu daerah. Selain itu keadaan penduduk menurut

mata pencaharian dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan

ekonomi. Tabel 4.3 tentang mata pencaharian penduduk berdasarkan lapangan

usaha di Kecamatan Panti Kabupaten Jember sebagai berikut:

Tabel 4.3. Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha diKecamatan Panti Kabupaten Jember Tahun 2017

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)1 Pertanian 14.3222 Pertambangan 673 Industri 1.1714 Listrik dan gas 325 Bangunan 2.6816 Perdagangan 3.7637 Transportasi 6998 Asuransi 1649 Jasa 3.039

Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Panti 2018

Sebagian besar penduduk Kecamatan Panti bermata pencaharian sebagai

petani dan buruh tani karena didukung adanya luas persawahan dan perkebunan

yang dominan di Kecamatan Panti. Sektor pertanian menjadi tumpuan

perekonomian di daerah tersebut. Potensi sektor pertanian yang ada di

Kecamatan Panti adalah subsektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan.

Page 90: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

66

4.1.3 Pendidikan

Kecamatan Panti Kabupaten Jember memiliki sekitar 58 sekolah yang

dibawah naungan Dispendik (Dinas Pendidikan) dan 59 sekolah non dispendik

(Bukan dari Dinas Pendidikan). Sekolah Dispendik terdiri dari 26 sekolah TK, 22

sekolah SD, 7 sekolah setingkat SLTP, dan 3 sekolah setingkat SLTA. Berikut

tabel 4.4 tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan penduduk Kecamatan Panti:

Tabel 4.4 Pendidikan Terakhir yang ditamatkan Penduduk Kecamatan Panti

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)1 TK 1.0912 Tamat SD 3.5123 SLTP/ SMP 2.1114 SLTA/ SMA/ SMK 8275 Diploma I dan II 1286 Diploma III 887 Strata I 4248 Strata II dan III 21

Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Panti 2018

4.2 Gambaran Umum Usahatani Kopi Rakyat di Kecamatan Panti LerengArgopuro Kabupaten Jember

4.2.1 Produksi kopi

Komoditas perkebunan yang diusahakan di Kecamatan Panti diantaranya

kopi arabika, kopi robusta, dan karet. Perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Panti

didominasi oleh jenis kopi robusta. Lahan perkebunan kopi rakyat sebagian adalah

lahan bagi hasil dan lainnya adalah lahan milik sendiri. Lahan bagi hasil

merupakan lahan milik Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) yang hak

guna usahanya diberikan kepada masyarakat Kecamatan Panti tetapi tetap ada

uang yang dibayarkan kepada pihak perhutani. Musim panen kopi terjadi selama

bulan Juni-September. Luas panen kopi Kecamatan Panti tahun 2013 seluas 386

Ha, pada tahun 2017 mengalami perluasan luas areal menjadi 972 Ha dikarenakan

pertambahan luas areal sebesar 412,80 Ha untuk tanaman kopi belum

menghasilkan (TBM). Selama tahun 2013-2017 produksi kopi Kecamatan Panti

mengalami kenaikan sebesar 3.563 kw, pada tahun 2013 sebesar 1.237 kw

mengalami kenaikan produksi menjadi 4.800 kw pada tahun 2017.

Page 91: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

67

4.2.2 Pola tanam usahatani kopi

Kopi merupakan tanaman berkayu dan keras, sehingga dapat dilakukan

pola tanam tumpangsari. Pola tanam tumpangsari sering dipakai petani karena

memberikan nilai tambah pada hasil panennya. Kelebihan adanya tumpangsari

adalah berfungsi sebagai penaung dengan mengurangi penyinaran matahari secara

langsung, mengurangi erosi, sumber bahan organik, dan dapat menjadi sumber

bahan bakar untuk pengeringan kopi. Penaung harus diatur agar tujuan pola tanam

tumpangsari dapat tercapai. Syarat pohon naungan adalah tanaman tahunan,

berumur lebih dari 1 tahun, berakar dalam, mudah diatur secara periodik, dan

tidak menjadi tanaman inang hama dan penyakit. Pola tanam kopi yang dilakukan

oleh petani kopi di Kecamatan Panti adalah pola tanamn tumpangsari dengan jenis

pohon penaung seperti mahoni, jati, sengon, dan tanaman buah-buahan.

Perkebunan rakyat yang ada di wilayah hutan rakyat di Kecamatan Panti

menggunakan sekitar 70% tanaman berkayu dan sisanya untuk tanaman kopi.

Perkebunan kopi yang kedua adalah berada di wilayah perhutani, petani kopi

wajib menggunakan tanaman jati maupun mahoni sebagai naungan.

4.2.3 BibitSalah satu tahapan dalam peningkatan produksi adalah penggunaan bibit

unggul. Setiap varietas memiliki kelebihan masing-masing, ada varietas kopi yang

tahan terhadap beberapa jenis hama, seperti kutu putih. Petani menggunakan

pohon kopi robusta klon BP 308 dan ada juga yang menggunakan pohon kopi

nangka atau liberika sebagai pohon bawah dan selanjutnya melakukan stek.

Alasan petani menggunakan pohon kopi klon BP 308 maupun nangka sebagai

pohon bawah adalah lebih tahan hama serta tidak mudah mati meskipun

ketersediaan air sedikit. Bibit kopi yang digunakan petani umumnya

membudidayakan sendiri dan pada tahun 2017 pernah ada bantuan bibit dari

Kementan. Bibit merupakan salah satu faktor input produksi yang mempengaruhi

output, sehingga ketersediaan dan kualitas bibit sangat penting.

4.2.4 Pupuk dan pestisida

Pupuk yang digunakan dalam usahatani kopi, umumnya sama dengan

pupuk yang digunakan oleh sektor pertanian lainnya. Usahatani kopi di

Page 92: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

68

Kecamatan Panti menggunakan pupuk subsidi dari pemerintah diantaranya pupuk

urea, dan NPK selain itu mereka juga menggunakan pupuk lain seperti kandang

atau organik. Petani kopi di Kecamatan Panti mendapatkan pupuk bersubsidi

melalui Rencana Difinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) bagi petani yang

tergabung dalam kelompok tani, yang kemudian dapat dibeli melalui distributor

pupuk resmi setempat. Harga yang didapat oleh petani merupakan harga yang

ditetapkan pemerintah, sehingga dapat menghindari adanya kecurangan yang

dilakukan oleh distributor. Petani membeli pupuk subsidi sesuai dengan HNP

(Harga Neto Petani), jika harga pupuk urea dikios/Gapoktan setelah disubsidi

seharga Rp.75.000, maka setelah sampai pada petani pupuk urea diberi harga

Rp.80.000, sehingga kios/Gapoktan memiliki keuntungan Rp.5.000. Petani yang

memiliki kebun di wilayah perhutani tidak bisa menggunakan pupuk bersubsidi

sehingga harus beli dengan harga normal. Pengendalian hama dilakukan oleh

petani menggunakan obat pestisida yang tepat. Pengendalian gulma oleh petani

hanyak menggunakan sabit tanpa menggunakan bahan kimia. Jika gulma yang

mengganggu tanaman kopi luas maka petani akan menggunakan bahan kimia

herbisida karena lebih murah dan cepat.

4.2.5 Budidaya tanaman kopi

Budidaya kopi yang dilakukan petani rata-rata sudah puluhan tahun. Rata-

rata pengalaman petani dalam berusahatani kopi lebih dari 18 tahun. Semakin

lama seorang petani berusahatani, akan semakin mahir memahami usahataninya.

Petani memperoleh pengetahuan usahatani kopi sudah turun temurun dari

terdahulunya, namun petani juga menerima informasi tentang berusahatani yang

lebih baik dari kegiatan yang dilakukan dalam kelompok tani. Pengalaman dan

pengetahuan berusahatani kopi yang diterima petani dari kegiatan dalam

kelompok tani dapat meningkatkan produktivitas kopi. Melalui kegiatan

penyuluhan dalam kelompok tani maka petani bisa menambah wawasannya

tentang budidaya kopi yang baik. Perkebunan kopi di wilayah perhutani sebanyak

600 Ha dengan pembagian untuk tanaman kopi arabika seluas 49 Ha dan sisanya

tanaman kopi robusta.

Page 93: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

69

Petani di Kecamatan Panti lebih banyak memilih budidaya kopi robusta

karena lebih mudah dan tidak susah. Kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga

adalah pemeliharaan tanaman kopi robusta. Petani rutin melakukan pemangkasan

dan pengendalian OPT agar tanaman kopinya tidak rusak maupun mati. Petani

melakukan pemangkasan bentuk untuk mendapatkan bentuk tanaman kopi yang

diinginkan dan peremajaan kopi. Selain itu petani juga melakukan pemangkasan

produksi guna membuang cabang-cabang yang tidak produktif. Kegiatan

pengendalian OPT yang dilakukan petani biasanya menggunakan obat-obatan

dikarenakan lebih mudah dan cepat serta petani juga melakukan pengendalian

secara manual menggunakan cangkul maupun sabit.

Kegiatan panen yang dilakukan petani kopi di Kecamatan Panti masih

tidak sesuai anjuran. Seharusnya pada saat panen kopi maka yang dipanen adalah

buah kopi yang berwarna merah, tetapi yang dilakukan petani masih bercampur

antara merah, kuning kemerahan, dan hijau. Buah kopi yang berwarna kuning

kemerahan merupakan buah kopi yang belum masak sempurna. Sehingga jika

pada panen kopi tidak baik maka akan mempengaruhi pada saat pasca panen.

4.2.6 Pasca panen

Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh petani kopi di Kecamatan

Panti masih sederhana yaitu dengan menjemur di bawah sinar matahari. Petani

kopi masih mengandalkan panas sinar matahari karena hanya terdapat 1 mesin

pengering kopi yang hanya ada di Gapoktan Desa Kemiri. Kopi yang dijemur

masih bercampur antara merah dan kuning kemerahan bahkan hijau. Kopi hasil

panen selanjutnya langsung dilakukan pemecahan menggunakan mesin pulper

lalu dilakukan penjemuran, setelah kering biji kopi dipisahkan dari kulitnya dan

dilakukan penjemuran kembali sampai kering. Kopi robusta ose kering dijual

dengan harga 22.000 /kg dan untuk kopi arabika dijual dengan harga 60.000 –

85.000 /kg. Petani yang tidak melakukan pengolahan biasanya langsung menjual

hasil panennya dalam bentuk gelondong basah seharga 4.500 /kg untuk kopi

robusta dan 8.500 /kg untuk kopi arabika. 1 kg kopi robusta dalam bentuk ose

kering setara dengan 4 kg kopi robusta bentuk gelondong basah, sedangkan 1 kg

kopi arabika ose kering setara dengan 5 kg kopi arabika bentuk gelondong basah.

Page 94: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

70

4.3 Karakteristik Kelompok Tani Kopi di Kecamatan Panti LerengArgopuro Kabupaten Jember

Kelompok tani adalah sebuah wadah dan media untuk bertukar informasi,

koordinasi, dan sebagai sarana penghubung antara pihak terkait misalnya dinas

ataupun pemerintah daerah dengan kelompok tani di Kecamatan Panti. Kelompok

tani di Kecamatan Panti yang khusus untuk tanaman perkebunan kopi ada 8

kelompok. Desa Kemiri Kecamatan Panti memiliki 3 kelompok tani yaitu poktan

sejahtera bersama, karya tani, dan taman putri, Desa Suci memiliki 2 kelompok

tani yaitu poktan surya tani dan sumber mulyo, dan Desa Pakis memiliki 3

kelompok tani yaitu poktan pakis jaya, cempoko, dan kemundungan.

Berikut disajikan gambar struktur organisasi kelompok tani kopi di Kecamatan

Panti Kabupaten Jember yaitu:

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Kopi Di Kecamatan Panti

Semua kelompok tani kopi yang ada di Kecamatan Panti memiliki struktur

organisasi yang sama, terdiri dari komite pengarah, ketua, bendahara, sekretaris,

dan unit usahatani, pengolahan, sarana prasarana, pemasaran, serta keuangan

mikro. Setiap bagian dari struktur memiliki tugas masing-masing yang harus

dilaksanakan. Berikut tugas dari masing-masing bagian tersebut: (1) ketua

bertugas memimpin rapat dan memberikan informasi kepada anggota; (2)

sekretaris bertugas membuat notulen rapat dan membuat surat dan pengarsipan;

(3) bendahara bertugas mencatat pemasukan dan pengeluaran uang dalam

kelompok tani serta bertanggungjawab terhadap keuangan kelompok tani; (4) unit

Ketua KomitePengarah

Sekretaris Bendahara

Unit UsahaTani

Unit UsahaPengolahan

UnitSarana danPrasarana

UnitPemasaran

UnitKeuangan

Mikro

Page 95: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

71

atau bagian usahatani bertugas mensosialisasikan usahatani kopi yang baik dan

bertanggungjawab untuk mengatasi permasalahan usahatani; (5) unit usaha

pengolahan bertugas membantu anggota lainnya dalam pengolahan atau pasca

panen kopi; (6) unit sarana dan prasarana bertugas mengatur dan menyediakan

sarana dan prasarana untuk usahatani kopi; (7) unit pemasaran bertugas membantu

pemasaran kopi dalam kelompok tani; dan (8) unit keuangan mikro bertugas

memberikan pinjaman modal bagi anggota kelompok tani yang membutuhkannya.

4.4 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember

4.4.1 Pemilihan wilayah/ lokasi

Faktor penting pertama dalam budidaya kopi adalah pemilihan wilayah

atau lokasi produksi. Kesalahan dalam pemilihan lokasi produksi dapat berakibat

pada kerugian ekonomi dan berpengaruh terhadap mutu serta kualitas produk.

Berdasarkan (lampiran B1) beberapa aspek penting dalam pemilihan lokasi

budidaya tanaman kopi adalah kesesuaian kondisi suhu udara, curah hujan, PH

tanah, kemiringan tanah, ketinggian tempat dan tekstur tanah yang sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan komoditas kopi rakyat yang diusahakan. Berikut

data tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

pada faktor pemilihan lokasi berdasarkan jumlah petani kopi yaitu:

Tabel 4.5 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat pada Faktor Pemilihan Lokasi Berdasarkan Jumlah Petani Kopidi Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Penentuan LokasiNo Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Curah hujan Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 41 100,0Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

2 Suhu udara Nilai 1 (Tidak baik) 14 34,1Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0

Page 96: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

72

Lanjutan Tabel 4.5No Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Nilai 5 (Sangat baik) 27 65,93 PH tanah Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

4 Kemiringan tanah Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 2 4,9Nilai 5 (Sangat baik) 39 95,1

5 Ketinggian tempat Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 2 4,9Nilai 5 (Sangat baik) 39 95,1

6 Tekstur tanah Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

4.4.1.1 Curah hujan

Kecamatan Panti Kabupaten Jember memiliki 3 stasiun pengukur curah

hujan yaitu pertama Stasiun Klatakan mencatat curah hujan sebesar 2.036

mm/tahun, ke-2 Stasiun Karang Anom mencatat curah hujan sebesar 1.964

mm/tahun, dan ke-3 Stasiun Pono mencatat curah hujan sebesar 1.830 mm/tahun.

Berdasarkan ketiga stasiun pengukur curah hujan diperoleh rata-rata curah hujan

di Kecamatan Panti Kabupaten Jember sebesar 1.943 mm/tahun. Curah hujan

yang baik berkisar antara 1.250 – 2.500 mm/ tahun sedangkan curah hujan di

Kecamatan Panti sebesar 1.943 mm/tahun sehingga baik untuk budidaya kopi.

4.4.1.2 Suhu

Suhu udara di Kecamatan Panti diukur menggunakan aplikasi cuaca. Pada

Desa Pakis suhu udaranya mencapai 230C, Desa Suci suhu udaranya mencapai

Page 97: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

73

260C, dan suhu udara di Desa Kemiri mencapai 240C. Suhu terbaik untuk

budidaya kopi robusta berdasarkan pedoman Good Agriculture Practices (GAP)

yaitu berkisar antara 210C - 240C sedangkan suhu di Kecamatan Panti pada tiap

desa sebesar 230C, 260C, dan 240C sehingga bisa disimpulkan bahwa suhu udara

untuk Desa Pakis dan Kemiri baik untuk budidaya kopi robusta sedangkan untuk

Desa Suci kurang baik untuk budidaya kopi robusta.

4.4.1.3 PH tanah

Derajat keasaman atau PH tanah yang cocok untuk budidaya kopi robusta

berdasarkan pedoman Good Agriculture Practices (GAP) yaitu berkisar antara

5,5 – 6,5. Menurut Haryanto et al (2016) bahwa derajat keasaman atau PH tanah

sangat menentukan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk

tumbuh dan berkembang. PH tanah kurang dari 7,0 bersifat asam, berada di

angkat 7,0 berarti netral, dan diatas 7,0 sampai 14,0 bersifat basah. PH tanah

diatas 5,5 sampai 6,0 mulai tersedia unsur nitrogen sedangkan PH tanah antara 6,0

sampai 7,0 akan tersedia unsur pospor. Berdasarkan keterangan ahli yaitu Djoko

Sumarno dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia sebagai kepala kebun

bahwa PH tanah perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

memiliki derajat keasaman atau PH tanah antara 6,0 sampai 6,5 sehingga sangat

baik untuk budidaya kopi.

4.4.1.4 Kemiringan tanah

Kemiringan tanah berkaitan untuk memudahkan mekanisasi serta

mencegah terjadinya erosi. Peneliti melakukan pengukuran kemiringan lahan

menggunakan aplikasi Clinometer pada saat di lahan perkebunan kopi rakyat

milik responden. Berdasarkan pengukuran didapatkan nilai yang berbeda-beda

tetapi mayoritas kemiringan lahan petani lebih dari 1% dan kurang dari 30%.

Terdapat 2 responden bernama bapak Hotip dan bapak Mursid yang lahannya

memiliki kemiringan 32%. Budidaya kopi yang baik berdasarkan pedoman

Good Agriculture Practices (GAP) dilakukan pada lahan dengan kemiringan

tanah kurang dari 30%. Kemiringan lahan budidaya kopi rakyat di Kecamatan

Panti Kabupaten Jember lebih dari 1% dan kurang dari 30% sangat sesuai untuk

budidaya kopi robusta.

Page 98: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

74

4.4.1.5 Ketinggian tempat

Faktor ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

tanaman. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan peneliti menggunakan aplikasi

Timestamp serta GPS diperoleh hasil bahwa mayoritas ketinggian tempat

budidaya kopi robusta milik petani antara 250 sampai 700 mdpl, dan terdapat 2

responden bernama bapak Hotip dan bapak Mursid yang lahannya berada pada

ketinggian 740 mdpl. Berdasarkan pedoman Good Agriculture Practices

(GAP) bahwa budidaya kopi robusta membutuhkan ketinggian tempat antara 100

sampai 700 mdpl. Ketinggian tempat usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti

Kabupaten Jember berkisar antara 250 sampai 700 mdpl sudah sangat sesuai

dengan syarat tumbuh kopi robusta.

4.4.1.6 Tekstur tanah

Tekstur tanah berkaitan dengan daya serap tanah dan daya ikat terhadap air

serta ketersediaan unsur yang dibutuhkan tanaman. Tekstur tanah berlempung

atau liat memiliki daya ikat air dan unsur hara yang kuat sehingga bisa menjaga

ketersediaan air dan unsur hara bagi tanaman. Berdasarkan pedoman Good

Agriculture Practices (GAP) kopi bahwa tekstur tanah yang cocok untuk

budidaya kopi robusta adalah tanah yang berlempung, lempung berpasir, liat

berbatu kecil < 15%, sedangkan untuk tanah liat berbatu kecil > 15% kurang baik

untuk budidaya kopi. Keterangan ahli yaitu Djoko Sumarno dari Pusat Penelitian

Kopi dan Kakao Indonesia sebagai kepala kebun bahwa tekstur tanah pada

usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember adalah bertekstur

lempung sehingga sangat baik untuk budidaya kopi robusta.

4.4.2 Persiapan lahan

Komponen Good Agriculture Practices (GAP) dalam persiapan lahan

untuk budidaya kopi robusta adalah penaung. Berdasarkan (lampiran B2) bahwa

beberapa aspek penting dalam persiapan lahan yaitu jenis penaung, tinggi

penaung, lubang penanaman, dan jarak lubang serta jarak barisan. Berikut data

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat pada

faktor persiapan lahan berdasarkan jumlah petani kopi di Kecamatan Panti yaitu:

Page 99: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

75

Tabel 4.6 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat pada Faktor Persiapan Lahan Berdasarkan Jumlah Petani Kopidi Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Penyiapan lahanNo Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Penaung Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 41 100,0Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

2 Tinggi penaung Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

3 Lubang tanam Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 2 4,9Nilai 3 (Cukup baik) 6 14,6Nilai 4 (Baik) 11 26,8Nilai 5 (Sangat baik) 22 53,7

4 Kedalaman lubang Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 6 14,6Nilai 3 (Cukup baik) 2 4,9Nilai 4 (Baik) 16 39,0Nilai 5 (Sangat baik) 17 41,5

5 Jarak lubang Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 8 19,5Nilai 5 (Sangat baik) 33 80,5

6 Jarak barisan Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 1 2,4Nilai 5 (Sangat baik) 40 97,6

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.6 bahwa pengaturan penaung bertujuan untuk

menaungi tanaman kopi dengan baik. Menurut Kementerian Pertanian (2014)

terdapat 2 macam penaung yaitu penaung tetap dan penaung sementara. Penaung

Page 100: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

76

tetap meliputi pohon produktif, kayu-kayuan, dan buah-buahan. Penaung

sementara meliputi tanaman hortikultura dan jenis kacang-kacangan. Mayoritas

penaung yang dipilih oleh petani kopi di Kecamatan Panti adalah penaung tetap

seperti tanaman jati, mahoni, sengon, tanaman buah-buahan, dan lamtoro. Petani

kopi menggunakan jenis tanaman penaung yang terdiri dari 90% tanaman kayu

jati, mahoni, dan sengon sedangkan 10% adalah tanaman seperti durian ataupun

lamtoro. Kemudian penyiapan lubang penanaman penaung pada lahan dengan

jarak 4 m x 5 m atau 5 m x 4,5 m serta ukuran lubang penanaman 60 x 60 x 60

cm. Mayoritas petani kopi rakyat di Kecamatan Panti menggunakan jarak tanam

kopi berbeda-beda ada yang 2,5 m x 2,5 m, 2,75 m x 2,75 m, dan 3,0 m x 3,0 m

dengan kedalaman lubang tanam bervariasi 40,50 dan 60 cm. Setelah penaung

berumur +/- 1 tahun maka sudah bisa ditanami kopi. Mayoritas umur penaung

tanaman kopi di perkebunan kopi rakyat Kecamatan Panti berumur 21 tahun.

4.4.3 Sistem pengairan (Rorak)

Berdasarkan (lampiran B3) diperoleh beberapa aspek Good Agriculture

Practices (GAP) dalam sistem pengairan tanaman kopi rakyat adalah pembuatan

rorak, ukuran rorak, dan jarak rorak. Berikut data tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat pada faktor sistem pengairan

(rorak) berdasarkan jumlah petani kopi di Kecamatan Panti yaitu:

Tabel 4.7 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat Pada Faktor Sistem Pengairan Berdasarkan Jumlah Petani Kopidi Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Sistem pengairan (rorak)No Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Pembuatan rorak Nilai 1 (Tidak baik) 41 100,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

2 Ukuran rorak Nilai 1 (Tidak baik) 41 100,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0

Page 101: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

77

Lanjutan Tabel 4.7No Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,03 Jarak rorak Nilai 1 (Tidak baik) 41 100,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa rorak adalah lubang buntu yang dibuat

dengan ukuran tertentu dan sejajar dengan garis kontur atau memotong lereng.

Pembuatan rorak bertujuan untuk menampung air agar tidak terbuang langsung

dan air cepat meresap kedalam tanah. Mayoritas petani kopi di Kecamatan Panti

dalam sistem pengairan budidaya kopinya tidak menggunakan lubang buntu yang

dapat menampung air karena tanaman kopi ditanam sedikit lebih tinggi dari tanah

disampingnya atau disebut gulud. Keterangan dari petani bahwa gulud cocok

diterapkan karena lahan perkebunan kopi rakyat mayoritas memiliki kemiringan

kurang dari 30% dan menjaga ketersediaan air bagi tanaman. Gulud ini berfungsi

menahan air sehingga tidak langsung mengalir melewati tanaman yang dapat

menggerus atau mengikis zat hara yang ada pada tanah sehingga air akan meresap

kedalam tanah.

4.4.4 Persiapan bibit

Bibit menjadi faktor utama dalam menentukan produktivitas tanaman kopi

di Kecamatan Panti karena tiap jenis bibit kopi memiliki produktivitas yang

berbeda-beda serta mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Berdasarkan (lampiran B4) bahwa terdapat beberapa aspek Good Agriculture

Practices (GAP) dalam persiapan bibit kopi yaitu umur bibit, jumlah kebutuhan

bibit per Ha, pembedengan bibit, dan penyiraman bibit. Berikut data tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat pada faktor

persiapan bibit berdasarkan jumlah petani kopi di Kecamatan Panti Kabupaten

Jember yaitu:

Page 102: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

78

Tabel 4.8 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat Pada Faktor Persiapan Bibit Berdasarkan Jumlah Petani Kopi diKecamatan Panti Kabupaten Jember

Persiapan bibitNo Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Umur bibit Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 0 0,0

Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,02 Jumlah bibit (Ha) Nilai 1 (Tidak baik) 30 73,2

Nilai 2 (Kurang baik) 11 26,8Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

3 Bedengan Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 5 12,2Nilai 4 (Baik) 22 53,7Nilai 5 (Sangat baik) 14 34,1

4Jarak dankedalaman benih

Nilai 1 (Tidak baik) 22 53,7

Nilai 2 (Kurang baik) 17 41,5Nilai 3 (Cukup baik) 1 2,4Nilai 4 (Baik) 1 2,4Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

5 Penyiraman Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa bibit kopi untuk batang bawah di Kecamatan

Panti menggunakan bibit robusta jenis BP 308 dan ada juga yang menggunakan

bibit kopi nangka (Liberika). Pemilihan batang bawah jenis BP 308 atau liberika

karena lebih tahan hama serta lebih tahan meskipun ketersediaan air sedikit. Bibit

kopi oleh petani di Kecamatan Panti diperoleh dari bantuan Kementerian

Pertanian dan ada juga yang membibitkan sendiri. Menurut Kementan (2014)

langkah pertama pembibitan sendiri yaitu pembuatan bedengan dengan lebar 80

Page 103: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

79

cm sampai 120 cm, dengan tinggi 1 m x 1,5 m atau 1,2 m x 1,8 m, jarak benih 3 x

5 cm dan benih setiap hari disirami agar tidak layu ataupun mati. Mayoritas petani

kopi di Kecamatan Panti membuat bedengan dengan ukuran 1 m x 1,5 m, tinggi

bedengan bervariasi antara 1 m x 1 m, 1 m x 1,5 m, dan mayoritas jarak serta

kedalaman benih yang diterapkan petani adalah 3 x 3 cm (3 cm). Benih yang

sudah berumur 2 – 3 bulan maka bisa dipindahkan ke persemaian atau polybag.

Bibit kopi yang sudah siap dipindah ke lahan berumur lebih dari 10 bulan atau 1

tahun. Mayoritas bibit kopi rubusta yang ditanam petani dalam 1 hektar lahan

membutuhkan sebanyak 1.200 - 1.400 bibit dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m,

2,75 m x 2,75 m, dan 3,0 m x 3,0 m. Jika kebutuhan bibit dalam 1 hektar lahan

kurang lebih sama dengan 1.400 bibit maka disiapkan bibit 1.400 ditambah 200

bibit sebagai cadangan untuk bibit yang mati dilahan. Mayoritas petani setiap hari

melakukan penyiraman bibit kopi kecuali jika ada hujan.

4.4.5 Penanaman

Berdasarkan (lampiran B5) beberapa aspek penanaman tanaman kopi yaitu

lubang penanaman dan waktu penanaman. Berikut data tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat pada faktor penanaman

berdasarkan jumlah petani kopi di Kecamatan Panti yaitu:

Tabel 4.9 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat Pada Faktor Penanaman Berdasarkan Jumlah Petani Kopi diKecamatan Panti Kabupaten Jember

PenanamanNo Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Lubang tanam Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 3 7,3Nilai 4 (Baik) 18 43,9Nilai 5 (Sangat baik) 20 48,8

2 Waktu tanam Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Page 104: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

80

Berdasarkan Tabel 4.9 bahwa komponen penanaman dalam Good

Agriculture Practices (GAP) mencakup teknik budidaya yang sesuai anjuran

dan musim tanam yang tepat. Mayoritas petani kopi dalam penanaman tanaman

kopi yang telah dilakukan di kebun mengikuti teknik budidaya yang sudah

dipelajari dan pengalamannya. Penanaman dilakukan dengan mempertimbangkan

berapa faktor yaitu lubang penanaman dan waktu penanaman. Sebagian besar

penanaman bibit kopi yang dilakukan petani kopi di Kecamatan Panti dengan

jarak 2,75 m x 2,57 m atau 2,5 m x 2,5 m dengan kedalaman bibit dalam tanah

antara 40 cm sampai 60 cm. Waktu penanaman kopi yang dilakukan petani yaitu

pada awal musim penghujan karena ketersediaan air banyak.

4.4.6 Pemeliharaan

Faktor penting lainnya dalam budidaya kopi adalah pemeliharaan

tanaman kopi. Kesalahan dalam pemeliharaan bisa menyebabkan penurunan

produktivitas kopi dan pertumbuhan yang tidak maksimal. Berdasarkan (lampiran

B6) diperoleh bahwa beberapa aspek Good Agriculture Practices (GAP) dalam

pemeliharaan tanaman kopi adalah penyulaman tanaman kopi yang mati,

penyiraman, pemupukan awal dan pemupukan susulan, pemangkasan tanaman

kopi, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman kopi. Berikut data tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat pada faktor

pemeliharaan berdasarkan jumlah petani kopi di Kecamatan Panti yaitu:

Tabel 4.10 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat Pada Faktor Pemeliharaan Berdasarkan Jumlah Petani Kopi diKecamatan Panti Kabupaten Jember

PemeliharaanNo Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Penyulaman Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 23 56,1Nilai 5 (Sangat baik) 18 43,9

2 Penyiraman Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Page 105: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

81

Lanjutan Tabel 4.10No Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase(%)

Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

3 Pemupukan awal Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

4 Pemupukan susulan Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 9 22,0Nilai 5 (Sangat baik) 32 78,0

5 Pemangkasan Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 9 22,0Nilai 5 (Sangat baik) 32 78,0

6 Pengendalian OPT Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 6 14,6Nilai 5 (Sangat baik) 35 85,4

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

4.4.6.1 Penyulaman

Kegiatan penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah

mati. Mayoritas kegiatan penyulaman yang dilakukan petani kopi di Kecamatan

Panti adalah sepuluh hari setelah menanam. Tanaman kopi yang dipindah dari

persemaian ke lahan pertanaman membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan

lingkungan barunya, setelah sepuluh hari bila ada tanaman mati maka akan segera

dilakukan penyulaman atau diganti dengan tanaman baru agar pertumbuhannya

bisa seragam dengan tanaman yang sudah ada.

4.4.6.2 Penyiraman

Tanaman kopi membutuhkan air untuk menunjang proses fotosintesis.

Tanaman kopi ditanam pada awal musim penghujan sehingga tidak membutuhkan

Page 106: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

82

penyiraman karena kebutuhan air sudah terpenuhi. Namun, pada musim kemarau

ketersediaan air sangat sedikit sehingga saharusnya perlu penyiraman. Mayoritas

petani kopi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember pada musim kemarau tidak

melakukan penyiraman dikarenakan ketersediaan air susah dan bila dilakukan

penyiraman akan membutuhkan biaya yang besar serta jika tanaman kopi disiram

dan tidak rutin maka akan membuat suhu disekitar tanaman menjadi semakin

panas dan membuat tanaman kopi cepat layu lalu mati.

4.4.6.3 Pemupukan awal dan susulan

Kandungan pupuk sangat mempengaruhi kecukupan unsur hara bagi tanah

dan tanaman agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Jenis pupuk yang

diterapkan pada usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

menggunakan dua jenis yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk

anorganik yang sering digunakan yaitu Urea, SP-36, KCL dan Phonska.

Sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah serasah pohon pelindung serta

sisa hasil pemangkasan yang berupa ranting/cabang dan daun dari tanaman kopi.

Jika petani ada yang mempunyai ternak maka bisa menggunakan pupuk kandang.

Mayoritas kegiatan pemupukan awal yang dilakukan oleh petani kopi

adalah 2 minggu setelah penanaman. Selanjutnya pemupukan susulan

dilaksanakan sekitar bulan Oktober atau awal musim penghujan dan pemupukan

ke-2 dilakukan pada bulan Maret atau akhir musim penghujan. Waktu pemupukan

yang tepat sangat penting karena irama penyerapan hara pada setiap tanaman

berbeda-beda. Oleh karena itu hal yang penting untuk pedoman waktu pemupukan

adalah adanya curah hujan. Metode pengaplikasian pemupukan melalui tanah

dilakukan dengan cara menabur pupuk ke dalam lubang yang telah dibuat

disamping-samping tanaman kopi. Lubang pupuk harus segera ditutup setelah

pupuk dimasukan untuk menghindari penguapan. Kebutuhan pupuk jika tanaman

kopi berumur 1 tahun ± 25 Kg/ Ha, sedangkan jika sudah berumur lebih dari 5

tahun ± 150 Kg/ Ha.

4.4.6.4 Pemangkasan

Pemangkasan adalah salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan

tinggi tanaman hingga ketinggian yang diinginkan. Pemangkasan dilakukan agar

Page 107: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

83

tanaman kopi tetap rendah untuk memudahkan pemanenan, membuang cabang

tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru. Pemangkasan

bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman kopi dan meningkatkan

produktivitasnya. Mayoritas kegiatan pemangkasan tanaman kopi yang dilakukan

oleh petani kopi di Kecamatan Panti meliputi pemangkasan bentuk dan produksi.

Pemangkasan bentuk ada 2 yaitu pangkas bentuk dan pemeliharaan. Pemangkasan

bentuk dilakukan untuk mendapatkan tinggi tanaman yang ideal dengan

percabangan yang banyak. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk

mengurangi ranting yang rusak atau mati sehingga tidak ada cabang tanaman yang

tidak berproduksi. Terakhir adalah pangkas produksi dilakukan setelah kegiatan

panen, sehingga bagian cabang tanaman yang tidak berproduksi akan dibuang

untuk memaksimalkan produksi kopi.

4.4.6.5 Pengendalian OPT

Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat

dalam peningkatan kualitas dan kuantitas kopi. Mayoritas pelaksanaan

pengendalian organisme pengganggu tanaman oleh petani kopi di Kecamatan

Panti dilakukan dengan cara manual dan kimia. Pengendalian secara manual

dengan melihat langsung serangan hama sehingga mengetahui adanya hama yang

menyerang tanaman kopi. Misalnya jika terjadi serangan hama Hypothenemus

Hampei pada buah kopi maka buah-buah yang terkena hama bisa dikubur agar

tidak menular ke buah yang lain. Petani juga menggunakan pestisida untuk

membasmi gulma, hama, dan penyakit yang menyerang tanaman. Dosis untuk

pestisida sebanyak 6 kali tutup botol pestisida untuk +/- 20 liter air. Petani juga

melakukan pengendalian gulma secara manual dan kimia. Secara manual petani

kopi menggunakan sabit untuk membasmi gulma, sedangkan secara kimia

menggunakan herbisida dengan dosis 8 – 10 kali tutup botol untuk +/- 20 liter air.

4.4.7 Panen dan pascapanen

Faktor penting terakhir dalam Good Agriculture Practices (GAP) adalah

pemanenan dan pasca panen kopi. Panen dan pasca panen menjadi faktor

penentu sebelum kopi dipasarkan. Berdasarkan (lampiran B7) diperoleh bahwa

Page 108: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

84

beberapa aspek penting dalam panen dan pasca panen adalah kriteria buah,

pemetikan, dan pengolahan buah kopi. Berikut data tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat pada faktor panen dan pasca

panen berdasarkan jumlah petani kopi di Kecamatan Panti yaitu:

Tabel 4.11 Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani KopiRakyat Pada Faktor Panen Dan Pasca Panen Berdasarkan JumlahPetani Kopi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Panen dan pasca panen

No Indikator Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Kriteria buah Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 41 100,0

2 Cara petik Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 0 0,0

Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 41 100,0Nilai 5 (Sangat baik) 0 0,0

3Teknikpengolahan

Nilai 1 (Tidak baik) 0 0,0

Nilai 2 (Kurang baik) 12 29,3Nilai 3 (Cukup baik) 0 0,0

Nilai 4 (Baik) 0 0,0Nilai 5 (Sangat baik) 29 70,7

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

4.4.7.1 Panen

Kegiatan panen yang dilakukan oleh petani kopi di Kecamatan Panti

dengan memanen buah yang sudah masak. Menurut Kementan (2014) secara

visual buah kopi yang siap panen adalah buah berwarna merah. Namun, pada

waktu panen kopi di Kecamatan Panti, mayoritas buah yang di petik petani adalah

buah berwarna merah bercampur dengan buah berwarna kuning kemerahan.

Petani tidak menerapkan petik merah pada kopi melainkan campuran antara

merah dan kuning kemerahan. Terkadang ada juga buah yang masih berwarna

hijau ikut dipetik.

Page 109: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

85

4.4.7.2 Pascapanen

Kegiatan pasca panen kopi di Kecamatan Panti ada yang dilakukan

pengolahan dan ada yang langsung dijual. Pengolahan adalah kegiatan untuk

mengolah hasil panen menjadi produk setengah jadi. Pengolahan buah kopi ada 3

macam yaitu pengolahan basah, semi basah, dan kering. Pengolahan basah dan

semi basah dilakukan untuk buah kopi jenis arabika karena harganya lebih mahal,

sedangkan pengolahan kering dilakukan pada jenis kopi robusta. Mayoritas petani

kopi melakukan pengolahan kering dikarenakan harganya yang lebih

menguntungkan dari pada langsung dijual. Buah kopi yang sudah dipanen digiling

agar kulitnya pecah yang kemudian di jemur sampai kering, selanjutnya

dipisahkan antara kulit dan biji kopi. Biji kopi yang sudah bersih kemudian

dijemur sampai kering dan selanjutnya siap dipasarkan.

Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat meliputi pemilihan lokasi, penyiapan lahan dan penaung, sistem pengairan

atau rorak, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di

Kecamatan Panti sebesar 80,58 atau kategori kurang baik, sedangkan pada

hipotesisnya adalah tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat pada kategori cukup atau sedang. Oleh karena itu, tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah

menolak hipotesis.

4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat di Lereng ArgopuroKabupaten Jember

Menguji hipotesis ke dua yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

signifikan mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat. Terdapat lima variabel yang diduga signifikan

mempengaruhi yaitu tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, luas lahan, akses

informasi usahatani, dan persepsi harga kopi. Terdapat dua faktor yang tidak

signifikan mempengaruhi tetapi penting untuk di ketahui yaitu umur dan intensitas

Page 110: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

86

kehadiran petani. Sebelum menuju ke hasil analisis, perlu diketahui dulu bahwa

model regresi harus lolos uji asumsi klasik. Berikut uji asumsi klasik regresi linier

berganda terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat yaitu:

4.5.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Berdasarkan (lampiran C5) diperolah hasil bahwa output Grafik Normal P-

P Plot dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar disekitar garis dan mengikuti

garis diagonal sehingga disimpulkan bahwa telah terdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan (lampiran C6) bahwa output Scatterplot menunjukkan titik-

titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola yang

jelas sehingga di dalam model tidak terdapat kesamaan varian dan residual

satu pengamatan ke pengamatan lainnya (tidak ada indikasi

Heteroskedastisitas).

3. Uji Autokorelasi

dL = 1,1348; dU = 1,9175; dW = 1,767

Korelasipositif

Tidak dapatdiputuskan

Tidak adaautokorelasi

Tidak dapatdiputuskan

Korelasinegatif

0 1,1348 1,9175 2,0825 2,8652 0

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai DW sebesar 1,767 sedangkan

berdasarkan tabel dW dengan taraf nyata 5% diketahui dL dan dU pada k=7 dan

n=41 adalah sebesar 1,1348 dan 1,9175. Nilai dW (1,767) berada diantara (dU)

dan (4-dU) sehinga dapat disimpulkan tidak dapat diputuskan (Diperlukan

observasi lebih lanjut)

4. Uji Multikolinearitas

CollinearityStatistics

Tolerance 0,904 0,883 0,784 0,898 0,905 0,757 0,816

VIF 1,106 1,132 1,275 1,114 1,105 1,321 1,226Berdasarkan nilai output (tabel coefficients) didapatkan bahwa:

a. Nilai tolerance variabel bebas > 0,10 dan nilai VIF variabel bebas < 10

Berdasarkan nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikoliniearitas.

Page 111: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

87

4.5.2 Output Regresi Linier Berganda : Input Correlation

Tabel 4.12 Input Correlation

No Person Correlation Tingkat_penerapan_gap

1 Tingkat_penerapan_gap 1,0002 Umur_petani -0,2393 Tingkat_pendidikan 0,2054 Tanggungan_keluarga -0,5465 Luas_lahan 0,1486 Intensitas_kehadiran_petani 0,0067 Akses_informasi_usahatani 0,5958 Persepsi_harga_kopi -0,463

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

a. Hubungan yang terjadi antara variabel tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat dengan umur petani kopi bernilai

negatif. Arti negatif yaitu saling berlawanan arah antara variabel satu dengan

variabel lainnya. Nilai negatif berarti apabila terjadi kenaikan atau

pertambahan umur petani kopi maka akan terjadi penurunan pada tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Rata-rata

usia petani kopi adalah 48 tahun yang merupakan usia produktif dalam

melakukan kegiatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat.

b. Hubungan variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dengan tingkat pendidikan petani kopi yaitu bernilai

positif. Nilai positif yang berarti semakin tinggi atau lama tingkat pendidikan

yang ditempuh petani kopi maka akan meningkatkan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Rata-rata pendidikan

petani kopi adalah 7 tahun, artinya hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) yang

melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) tetapi tidak tamat atau

lulusan Sekolah Dasar (SD) saja.

c. Hubungan variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dengan tanggungan keluarga petani kopi bernilai

negatif. Nilai negatif berarti apabila terjadi pertambahan tanggungan keluarga

petani kopi maka akan terjadi penurunan pada tingkat penerapan Good

Page 112: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

88

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Rata-rata tanggungan

keluarga petani kopi adalah 48,05% atau orang yang ditanggung dalam

keluarga oleh orang yang berpenghasilan berjumlah 2 orang.

d. Hubungan variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dengan luas lahan petani kopi bernilai positif. Nilai

positif berarti searah. Nilai positif tersebut bisa diartikan jika terjadi kenaikan

atau pertambahan pada luas lahan petani kopi maka akan membuat tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

meningkat. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani kopi adalah sebesar 2 Ha.

e. Hubungan variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dengan intensitas kehadiran petani dalam kelompok tani

bernilai positif. Nilai tersebut berarti bahwa apabila terjadi peningkatan pada

intensitas kehadiran petani dalam kegiatan kelompok tani maka terjadi

meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat. Rata-rata intensitas kehadiran petani dalam kelompok tani hanya 2 kali

dalam 1 tahun.

f. Hubungan variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dengan akses informasi usahatani bernilai positif.

Sehingga apabila terjadi peningkatan akses informasi untuk usahatani kopi

maka akan terjadi peningkatan pada tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Mayoritas petani dalam mendapatkan

informasi tentang usahatani kopi adalah kategori 3 yang artinya yaitu cukup

mudah.

g. Hubungan variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat dengan persepsi harga kopi bernilai negatif. Nilai negatif

berarti jika persepsi harga kopi tiap petani murah maka akan membuat tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

meningkat dan sebaliknya. Rata-rata persepsi petani tentang harga kopi adalah

sebesar 1,93 dan dibulatkan menjadi 2. Kategori 2 berarti persepsi harga kopi

menurut petani adalah murah.

Page 113: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

89

Tabel 4.13 Sig (1-tailed)

No Sig. (1-tailed) Tingkat_penerapan_gap

1 Tingkat_penerapan_gap

2 Umur_petani 0,0663 Tingkat_pendidikan 0,1004 Tanggungan_keluarga 0,0005 Luas_lahan 0,1776 Intensitas_kehadiran_petani 0,4857 Akses_informasi_usahatani 0,0008 Persepsi_harga_kopi 0,001

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

a. Nilai signifikansi variabel umur petani kopi terhadap tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah 0,066. Nilai

tersebut (0,066) > 0,05 berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Berarti bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur petani kopi dengan

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

b. Nilai signifikansi variabel tingkat pendidikan petani kopi terhadap tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah

0,100. Nilai tersebut (0,100) > 0,05 berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Berarti

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

c. Nilai signifikansi variabel tanggungan keluarga petani kopi terhadap tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah

0,000. Nilai tersebut (0,000) < 0,05 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.

Berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tanggungan keluarga petani

kopi dengan tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat.

d. Nilai signifikansi variabel luas lahan petani kopi terhadap tingkat penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah 0,177. Nilai

tersebut (0,177) > 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Berarti bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan petani kopi dengan

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

Page 114: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

90

e. Nilai signifikansi variabel intensitas kehadiran petani dalam kelompok tani

terhadap tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat adalah 0,485. Nilai tersebut (0,485) > 0,05 berarti H0 diterima.

Sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kehadiran

petani dalam kegiatan kelompok tani dengan tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

f. Nilai signifikansi variabel akses informasi usahatani kopi terhadap tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah

0,000. Nilai tersebut (0,000) < 0,05 artinya H1 diterima sehingga berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara akses informasi usahatani dengan

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

g. Nilai signifikansi variabel persepsi harga kopi terhadap tingkat penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat adalah 0,001. Nilai

tersebut (0,001) < 0,05 berarti H1 diterima. H1 diterima berarti bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara persepsi harga kopi dengan tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

4.5.3 Output Regresi Linier Berganda : Model Summary

Tabel 4.14 Summary

Model R R Square Adjusted RSquare

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

1 0,836 0,699 0,635 1,2363 1,767Sumber : Data Primer Diolah, 2019

a. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,635 atau 63,5%. berarti bahwa keragaman

variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat dapat dijelaskan oleh keragaman variabel umur petani, tingkat

pendidikan, tanggungan keluarga, luas lahan, intensitas kehadiran petani,

akses informasi usahatani, dan persepsi harga kopi sebesar 63,5%. Sedangkan

sisanya 36,5% keragaman variabel tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat dijelaskan oleh variabel di luar model.

Variabel yang diduga dapat meningkatkan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat tetapi tidak ada dalam model adalah

variabel pendapatan, pengetahuan tentang GAP, dan kepercayaan diri.

Page 115: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

91

b. Standart Error of Estimate adalah sebesar 1,2363% lebih kecil dari pada

standar deviasi tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat sebesar 2,0451% sehingga model regresi mampu

memprediksi atau sebagai prediktor variabel tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

4.5.4 Output Regresi Linier Berganda : ANOVA

Tabel 4.15 Output ANOVA

Model Sum ofSquares df Mean

Square F Sig.

1

Regression 116,858 7 16,694 10,922 0,000

Residual 50,440 33 1,528Total 167,298 40

Sumber : Data Primer Diolah, 2019

Berdasarkan output ANOVA diketahui nilai F hitung adalah sebesar

10,922 dengan signifikansi 0,000 dan nilai tersebut (0,000) < 0,05 sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa variabel bebas umur petani,

tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, luas lahan, intensitas kehadiran petani,

akses informasi usahatani kopi, dan persepsi harga kopi secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat, sehingga model regresi dapat digunakan

memprediksi variabel tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP).

4.5.5 Output Regresi Linier Berganda : Coefficient

Tabel 4.16 Coefficient

ModelUnstandardized

Coefficients t Sig.B Std. Error

1

(Constant) 82,620 2,173 38,025 ,000Umur_petani -,049 ,026 -1,865 ,071Tingkat_pendidikan ,054 ,086 ,629 ,534Tanggungan_keluarga -,050 ,013 -3,754 ,001Luas_lahan ,433 ,194 2,230 ,033Intensitas_kehadiran_petani -,209 ,346 -,604 ,550Akses_informasi_usahatani ,899 ,234 3,847 ,001Persepsi_harga_kopi -,465 ,169 -2,750 ,010

Page 116: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

92

a. Perhitungan analisis untuk variabel umur petani kopi menunjukkan nilai t

hitung sebesar -1,865 dengan signifikansi 0,071 > 0,05 sehingga H0 diterima

dan H1 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa umur petani kopi secara parsial

tidak signifikan mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat. Berarti umur petani baik yang muda (15 – 64

tahun) atau yang tua (> 64 tahun) jika mengalami pertambahan tidak dapat

meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi.

b. Perhitungan analisis untuk variabel tingkat pendidikan petani kopi

menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,629 dengan signifikansi 0,534 > 0,05

sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa tingkat

pendidikan petani kopi secara parsial tidak signifikan mempengaruhi tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Berarti

meskipun memiliki tingkat pendidikan setara SMA (12 tahun) tidak menjamin

memiliki tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) lebih baik dari

yang memiliki tingkat pendidikan SD (6 tahun) maupun SMP (9 tahun).

c. Perhitungan analisis untuk variabel tanggungan keluarga petani kopi

menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,754 dengan signifikansi 0,001 < 0,05

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa tanggungan

keluarga petani kopi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

Mayoritas petani yang memiliki tanggungan keluarga kurang dari 60% atau 3

orang mempunyai tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) lebih

tinggi dari pada petani yang memiliki tanggungan keluarga lebih dari sama

dengan 60% atau 3 orang. Hal ini dapat terjadi karena pendapatan petani

hanya cukup untuk kebutuhan keluarga dan sisanya tidak cukup untuk

usahatani kopinya, jadi penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopinya

rendah.

d. Perhitungan analisis untuk variabel luas lahan petani kopi menunjukkan nilai t

hitung sebesar 2,230 dengan signifikansi 0,033 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa luas lahan petani kopi secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap tingkat penerapan Good Agriculture

Page 117: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

93

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Jika luas lahan bertambah maka petani

mengharapkan produktivitas yang meningkat sehingga penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) akan ditingkatkan juga.

e. Perhitungan analisis untuk variabel intensitas kehadiran petani dalam

kelompok tani menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,604 dengan signifikansi

0,550 > 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut berarti bahwa

intensitas kehadiran petani dalam kelompok tani secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Meskipun kehadiran petani dalam

kelompok tani meningkat atau menurun tidak dapat meningkatkan penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

f. Perhitungan analisis untuk variabel akses informasi usahatani kopi

menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,847 dengan signifikansi 0,001 < 0,05

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa akses

informasi usahatani kopi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

Petani yang mengakses informasi usahatani kopi pada kategori 4 atau 5

memiliki tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) lebih tinggi

dari pada yang berkategori kurang dari sama dengan 3. Sehingga semakin

tinggi akses informasi usahatani akan meningkatkan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) kopi.

g. Perhitungan analisis untuk variabel persepsi harga kopi menunjukkan nilai t

hitung sebesar -2,750 dengan signifikansi 0,010 < 0,05 sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima. Hal tersebut berarti bahwa persepsi harga kopi secara parsial

signifikan mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat. Hal ini dapat menunjukan ketika harga turun

maka petani terangsang meningkatkan produktivitas dan kualitasnya dengan

harapan pada saat panen produksinya tinggi. Disadari atau tidak disadari

dalam meningkatkan kualitasnya maka petani akan meningkatkan penerapkan

Good Agriculture Practices (GAP).

Page 118: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

94

h. Model persamaan regresi linear berganda:

Y : 82,620 – 0,049X1 + 0,054X2 – 0,050X3 + 0,433X4 – 0,209X5 + 0,899X6 –

0,465X7

Dimana :

Y : Tingkat penerapan GAP usahatani kopi rakyat (Skor)

X1 : Umur petani (tahun)

X2 : Tingkat pendidikan (tahun)

X3 : Tanggungan keluarga (%)

X4 : Luas lahan (Ha)

X5 : Intensitas kehadiran petani (Jumlah/Tahun)

X6 : Akses informasi usahatani kopi (1= tidak ada, 2= sulit, 3=cukup mudah,

4= mudah, 5= sangat mudah)

X7 : Persepsi harga kopi (1=murah, 2= agak murah, 3= cukup/ sedang, 4=

mahal, 5= sangat mahal)

Interpretasi model:

1) Konstanta sebesar 82,620 menunjukkan bahwa ketika tidak terdapat pengaruh

variabel bebas, maka tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat adalah sebesar 82,620.

2) Variabel umur petani kopi berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada taraf

nyata 5%. Nilai koefisien regresi variabel umur petani kopi sebesar -0,049

menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan atau penambahan umur petani

kopi sebanyak 1 tahun maka akan menurunkan tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebesar 0,049% dengan

asumsi cateris paribus.

3) Variabel tingkat pendidikan petani kopi berpengaruh positif dan tidak

signifikan pada taraf nyata 5%. Nilai koefisien regresi variabel tingkat

pendidikan petani kopi sebesar 0,054 menunjukkan bahwa setiap terjadi

pertambahan tingkat pendidikan petani kopi sebanyak 1 tahun maka akan

meningkatkan tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat sebesar 0,054% dengan asumsi cateris paribus.

Page 119: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

95

4) Variabel tanggungan keluarga petani kopi berpengaruh negatif dan signifikan

pada taraf nyata 5%. Nilai koefisien regresi variabel tanggungan keluarga

petani kopi sebesar -0,050 menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan

tanggungan keluarga petani kopi sebanyak 1% maka akan menurunkan tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebesar

0,050% dengan asumsi cateris paribus.

5) Variabel luas lahan petani kopi berpengaruh positif dan tidak signifikan pada

taraf nyata 5%. Nilai koefisien regresi variabel luas lahan petani kopi sebesar

0,433 menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan luas lahan petani

sebanyak 1 Ha maka akan meningkatkan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebesar 0,433% dengan asumsi cateris

paribus.

6) Variabel intensitas kehadiran petani dalam kegiatan kelompok tani

berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada taraf nyata 5%. Nilai koefisien

regresi variabel intensitas kehadiran petani dalam kelompok tani sebesar -

0,209 menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan intensitas kehadiran

petani dalam kelompok tani sebanyak 1 kali maka akan menurunkan tingkat

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebesar

0,209% dengan asumsi cateris paribus.

7) Variabel akses informasi usahatani kopi berpengaruh positif dan tidak

signifikan pada taraf nyata 5%. Nilai koefisien regresi variabel akses informasi

usahatani kopi sebesar 0,899 menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan

atau bertambahnya akses informasi usahatani kopi sebanyak 1 informasi maka

akan meningkatkan tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat sebesar 0,899% dengan asumsi cateris paribus.

8) Variabel persepsi harga kopi berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada

taraf nyata 5%. Nilai koefisien regresi variabel persepsi harga kopi sebesar -

0,465 menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan tentang persepsi harga

kopi sebanyak 1 rupiah maka akan menurunkan tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebesar 0,465% dengan

asumsi cateris paribus.

Page 120: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

96

4.6 Strategi Peningkatan Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat di Lereng Argopuro Kabupaten Jember

Berdasarkan pendapat gabungan dari 3 informan expert yaitu bapak Djoko

Soemarno dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia sebagai kepala

kebun. Kedua adalah ibu Novi Hardiani dari Dinas Tanaman Pangan,

Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember bidang perkebunan. Ketiga

adalah bapak Mulyadi atau Wahyu ketua Gabungan Kelompok Tani di Desa

Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Hasil Analytic Hierarchy Process

(AHP) ketiga informan expert menunjukkan bahwa kriteria budidaya dengan nilai

bobot 0,507 merupakan kriteria paling prioritas yang perlu diperhatikan dalam

strategi peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi

rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Selanjutnya secara berurutan

adalah kriteria pasca panen dengan nilai bobot 0,260, kriteria pemasaran dengan

nilai bobot 0,128, kriteria kelembagaan dengan nilai bobot 0,068, dan kriteria

kebijakan dengan nilai bobot 0,038.

Tabel 4.17 Kriteria Peningkatan Penerapan Good Agriculture Practices (GAP)Usahatani Kopi Rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

No Kriteria Nilai bobot1 Budidaya 0,5072 Pasca panen 0,2603 Pemasaran 0,1284 Kelembagaan 0,0685 Kebijakan 0,038

Inconsistency Ratio = 0.08Sumber : Data primer diolah, 2019

Hasil AHP digunakan untuk menentukan aspek yang menjadi prioritas

dalam memberikan alternatif pilihan strategi mengenai beberapa aspek yang perlu

ditingkatkan, diperbaiki atau dikembangkan untuk peningkatan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten

Jember. Berikutnya, aspek yang menjadi kriteria memiliki prioritas alternatif

strategi yang akan digunakan untuk peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat. Alternatif strategi masing-masing kriteria

dari yang paling prioritas secara berurutan akan diuraikan sebagai berikut:

Page 121: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

97

4.6.1 Kriteria budidayaKriteria budidaya merupakan aspek terpenting dan paling diprioritaskan

untuk digunakan dalam peningkatan penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Aspek

budidaya memiliki 3 alternatif strategi yang yaitu pembinaan, pelatihan, dan FGD

penerapan Good Agriculture Practices (GAP), pendampingan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP), dan Fasilitasi penerapan Good Agriculture

Practices (GAP). Berdasarkan hasil Analytic Hierarchy Process (AHP)

didapatkan 1 alternatif yang menjadi prioritas dalam aspek budidaya untuk

peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

sebagai berikut:

Tabel 4.18 Alternatif Strategi pada Kriteria Budidaya

No Alternatif kriteria budidaya Nilai bobot

1 Pembinaan, pelatihan, dan FGD penerapan GAP 0,384

2 Pendampingan penerapan GAP 0,511

3 Fasilitas saprodi penerapan GAP 0,105

Inconsistency Ratio = 0.01Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa yang menjadi prioritas strategi

adalah pendampingan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dalam

peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

dengan persentase prioritas sebesar 0,511 atau 51,1%. Pendampingan dilakukan

kepada Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengelolaan sumber daya lahan.

Pendampingan Sumber Daya Manusia (SDM) berkaitan dengan pengetahuan dan

praktik mengenai teknik budidaya kopi yang baik (Good Agriculture Practices),

mulai dari penyemaian bibit, penaung, pengairan, penanaman, pemeliharaan,

sampai panen dan pasca panen kopi. Pendampingan pengelolaan lahan berkaitan

dengan iklim yang meliputi curah hujan, suhu udara, kemiringan tanah,

ketinggian tempat, PH tanah, tekstur tanah, dan kesuburan tanah. Selanjutnya

yang menjadi alternatif kedua adalah pembinaan, pelatihan, dan FGD penerapan

Good Agriculture Practices (GAP) dengan persentase prioritas sebesar 38,4%.

Pembinaan dan pelatihan Good Agriculture Practices (GAP) menekankan pada

Page 122: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

98

narasumber atau penyuluh untuk memberikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP), sedangkan FGD penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) berkaitan dengan pemecahan permasalahan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) yang dihadapi petani sehingga

permasalahan bisa terpecahkan dan mendapatkan solusi. Kemudian yang menjadi

alternatif terakhir adalah Fasilitasi penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

dengan persentase prioritas sebesar 10,5%. Fasilitasi dengan memberikan saprodi

misal bibit kopi S.E dan pupuk bersubsidi.

4.6.2 Kriteria pasca panen

Kriteria pasca panen menjadi prioritas ke-2 setelah kriteria budidaya

dengan memiliki 3 alternatif strategi yaitu pendampingan pasca panen yang tepat,

pembinaan, pelatihan, dan FGD pasca panen yang baik, serta fasilitasi alat pasca

panen. Pilihan alternatif strategi untuk peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

melalui kriteria pasca panen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.19 Alternatif Strategi Kriteria Pasca Panen

No Alternatif kriteria pasca panen Nilai bobot1 Pendampingan pasca panen yang baik 0,582

2 Pembinaan, pelatihan, dan FGD pasca panen yang baik 0,310

3 Fasilitasi alat pasca panen 0,108

Inconsistency Ratio = 0.01Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.19 didapatkan bahwa alternatif strategi

pendampingan pasca panen yang tepat dengan persentase prioritas sebesar 58,2%

menjadi alternatif prioritas utama dalam kriteria pasca panen sebagai upaya

peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat.

Pendampingan dilakukan mulai dari setelah panen, pengolahan, sampai menjadi

biji kopi kering atau produk olahan lainnya. Pendampingan pengolahan biji yang

masih berbentuk gelondong basah diolah menjadi biji ose kering dikarenakan

harganya lebih mahal. Selanjutnya alternatif prioritas ke-2 dengan persentase nilai

sebesar 31% adalah pembinaan, pelatihan, dan FGD pasca panen yang baik.

Pembinaan dan pelatihan berkaitan dengan penyampaian ilmu pengetahuan oleh

Page 123: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

99

penyuluh atau dinas terkait tentang pasca panen kopi yang baik, sedangkan FGD

untuk menemukan permasalahan pasca panen yang dihadapi petani dan

mencarikan solusi untuk permasalahan pasca panen yang dihadapi. Prioritas

terakhir dalam kriteria pasca panen adalah fasilitasi alat pasca panen yang

memiliki persentase nilai sebesar 10,8%. Fasilitasi alat pasca panen seperti pulper

(pengupas kulit buah kopi), huller (pengupas kulit kering), washer (pencuci kopi

HS), roaster (sangrai), dryer (pengering), blender (pencampur mekanis kopi

sangrai), grinder (pembubuk kopi), dan vacuum sealer (pengemas vacum) serta

diversifikasi produk.

4.6.3 Kriteria pemasaran

Kriteria prioritas ke-3 adalah pemasaran. Aspek pemasaran memperoleh

persentase nilai bobot sebesar 12,8%. Kriteria pemasaran memiliki 3 alternatif

strategi yaitu pembinaan pemasaran, pelatihan dan FGD pemasaran, serta fasilitasi

perbaikan tingkat pemasaran. Berdasarkan hasil AHP dalam kriteria pemasaran

diketahui prioritas alternatif strategi untuk peningkatan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat sebagai berikut :

Tabel 4.20 Alternatif Strategi Kriteria Pemasaran

No Alternatif kriteria pemasaran Nilai bobot

1 Pembinaan pemasaran 0,682

2 Pelatihan dan FGD pemasaran 0,223

3 Fasilitasi perbaikan tingkat pemasaran 0,095

Inconsistency Ratio = 0.06Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh bahwa dalam kriteria pemasaran yang

menjadi alternatif paling prioritas dalam peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) adalah pembinaan pemasaran dengan nilai bobot 68,2%.

Pembinaan pemasaran ditujukan agar petani mampu mendapatkan pemasaran

kopi yang baik, mulai dari pemilihan bahan baku pada saat panen sampai menjadi

produk berkualitas sehingga diminati oleh pembeli (buyer). Alternatif prioritas ke

dua adalah melakukan pelatihan dan FGD pemasaran. Pelatihan diberikan oleh

penyuluh untuk menambah ilmu pengetahuan petani tentang pemasaran kopi yang

baik dan FGD dilakukan untuk memecahkan permasalahan pemasaran kopi yang

Page 124: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

100

dilakukan petani kopi. Contoh permasalahan pemasaran kopi yang dihadapi

petani adalah petani hanya bergantung pada tengkulak sehingga tidak bisa

menentukan harga sendiri. Alternatif strategi terakhir adalah fasilitasi perbaikan

tingkat pemasaran. Fasilitasi berkaitan dengan kemitraan dalam pembelian kopi,

promosi, dan branding kopi supaya jangkauan pemasaran menjadi lebih luas.

4.6.4 Kriteria kelembagaan

Kriteria kelembagaan memiliki nilai bobot sebesar 0,068 atau 6,8%

berada di posisi ke empat setelah kriteria pemasaran. Kriteria kelembagaan

memiliki 3 alternatif strategi diantaranya pelatihan dan FGD kelembagaan,

pembinaan kelembagaan, dan optimalisasi kelembagaan Pembina atau penyuluh.

Pilihan alternatif strategi sebagai upaya peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

melalui kriteria kelembagaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.21 Alternatif Strategi Kriteria Kelembagaan

No Alternatif kriteria kelembagaan Nilai bobot

1 Pelatihan dan FGD kelembagaan 0,200

2 Pembinaan kelembagaan 0,571

3 Optimalisasi kelembagaan pembina/ penyuluh 0,229

Inconsistency Ratio = 0.05Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.21 diperoleh bahwa hasil AHP alternatif strategi

kriteria kelembagaan yang menjadi prioritas alternatif adalah pembinaan

kelembagaan dengan persentase nilai sebesar 57,1%. Pembinaan bertujuan agar

kelompok tani menjadi lebih aktif dalam melaksanakan kegiatan yang khususnya

membantu meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani

kopi rakyat. Pembinaan untuk membantu petani mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses teknologi, permodalan, pasar, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya

meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya. Prioritas alternatif ke-2 adalah

optimalisasi kelembagaan pembina atau penyuluh dengan persentase nilai sebesar

22,9%. Optimalisasi dilakukan supaya kelembagaan pembina atau penyuluh

saling berkoordinasi dan aktif dalam membantu kelompok tani meningkatkan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP). Prioritas terakhir kriteria

Page 125: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

101

kelembagaan adalah pelatihan dan FGD kelembagaan dengan persentase sebesar

20%. Pelatihan mengorganisasikan kelompok tani dengan melaksanakan kegiatan

pertemuan rutin, kerjasama antar kelompok tani, dan melakukan FGD untuk

memecahkan permasalahan terkait penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat.

4.6.5 Kriteria kebijakan

Kriteria terakhir sebagai upaya peningkatan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

adalah kebijakan. Kriteria kebijakan memiliki 3 alternatif strategi yaitu

mempermudah pelaku usaha kopi, program perbaikan kelembagaan kopi rakyat,

dan program peningkatan daya saing pemasaran baik pemasaran dalam negeri

maupun ekspor kopi. Hasil AHP dari kriteria kebijakan sebagai berikut:

Tabel 4.22 Alternatif Strategi Kriteria Kebijakan

No Alternatif kriteria kebijakan Nilai bobot

1 Mempermudah pelaku usaha kopi dalam berusahatani 0,590

2 Program perbaikan kelembagaan kopi rakyat 0,263

3 Program peningkatan daya saing pemasaran 0,148

Inconsistency Ratio = 0.00Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.22 didapatkan bahwa prioritas strategi pada kriteria

kebijakan adalah mempermudah pelaku usaha kopi dengan persentase nilai

sebesar 59%. Pelaku usaha kopi agar diberikan akses dalam berusahatani kopi

sehingga dapat meningkatkan penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

misalnya kemudahan mendapatkan saprodi, dan mempermudah ijin usaha kopi di

Kabupaten Jember. Selanjutnya alternatif ke dua adalah program perbaikan

kelembagaan kopi rakyat yang memiliki persentase nilai sebesar 26,3%. Perbaikan

kelembagaan juga mencakup program cluster kopi rakyat agar produk kopi

menjadi lebih dikenal. Alternatif terakhir adalah program peningkatan daya saing

pemasaran dengan nilai sebesar 14,8%. Daya saing pemasaran tidak hanya dalam

negeri tetapi juga mencakup ekspor.

Page 126: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

102

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

di Kecamatan Panti Kabupaten Jember sebesar 80,58 atau kategori kurang

baik. Hal ini dikarenakan terdapat indikator yang penerapannya kurang

maksimal meliputi sistem pengairan: (a) pembuatan rorak, (b) ukuran, dan (c)

jarak. Indikator persiapan bibit meliputi: (a) jumlah kebutuhan bibit per Ha,

dan (b) jarak dan kedalaman benih. Sistem pengairan petani kopi

menggunakan sistem Gulud atau tanaman kopi dibuat lebih tinggi dari tanah

disampingnya. Sedangkan pada indikator persiapan bibit, petani hanya

mengandalkan dari pengalaman yang telah dipelajari.

2. Variabel yang signifikan mempengaruhi tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) usahatani kopi rakyat meliputi: (a) tanggungan keluarga, (b)

luas lahan, (c) akses informasi usahatani, dan (d) persepsi harga kopi.

a. Variabel tanggungan keluarga berpengaruh signifikan negatif. Artinya jika

tanggungan keluarga naik maka tingkat penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) turun. Hal ini dapat terjadi karena pendapatan petani

hanya cukup untuk kebutuhan keluarga dan sisanya tidak cukup untuk

usahatani kopinya, jadi penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

kopinya rendah.

b. Variabel luas lahan berpengaruh signifikan positif yang berarti jika luas

lahan bertambah maka tingkat penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) naik. Hal ini dapat terjadi karena jika luas lahan bertambah maka

petani akan meningkatkan produksi dan kualitasnya sehingga berarti pula

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) meningkat.

c. Variabel akses informasi usahatani berpengaruh signifikan positif. Artinya

jika akses informasi usahatani meningkat maka tingkat penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) naik. Hal ini dapat terjadi karena semakin

tinggi akses informasi usahatani kopi akan meningkatkan penerapan Good

Agriculture Practices (GAP) kopi.

Page 127: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

103

d. Variabel persepsi harga kopi berpengaruh signifikan negatif. Artinya jika

persepsi harga kopi rendah maka penerapan Good Agriculture Practices

(GAP) meningkat. Hal ini dapat menunjukan bahwa ketika harga kopi

turun maka petani terangsang meningkatkan produktivitas dan kualitasnya

dengan harapan saat panen produksinya tinggi. Disadari atau tidak disadari

dengan meningkatkan kualitas kopi maka petani akan meningkatkan

penerapan Good Agriculture Practices (GAP) juga.

3. Prioritas strategi peningkatan penerapan Good Agriculture Practices (GAP)

usahatani kopi rakyat adalah pendampingan penerapan Good Agriculture

Practices (GAP) meliputi pendampingan sumber daya manusia dan

pengelolaan sumber daya lahan.

5.2 Saran

1. Tingkat penerapan Good Agriculture Practices (GAP) usahatani kopi rakyat

pada kategori kurang baik sebaiknya petani perlu meningkatkannya. Pada

indikator sistem pengairan (rorak), kebutuhan benih tanaman, jarak dan

kedalaman benih. Sebaiknya pada lahan budidaya kopi dibuatkan rorak guna

menampung air, pada penyiapan benih dan pembenihan sebaiknya disesuaikan

dengan pedoman Good Agriculture Practices (GAP) kopi bahwa kebutuhan

benih per Ha kurang lebih 3000 benih ditambah 20% untuk sulam.

2. Seharusnya petani berpola pikir untuk tidak terfokus hanya harga kopi, tetapi

juga pada produktivitas dan kualitas kopinya. Jika produktivitas dan kualitas

kopi tinggi maka harga kopi juga akan naik.

3. Sebaiknya bagi penyuluh dan dinas pertanian supaya mengoptimalkan strategi

pendampingan penerapan Good Agriculture Practices (GAP) kopi.

Pendampingan kepada petani dengan memberikan pengetahuan dan praktik

kepada petani mengenai teknik budidaya kopi yang baik (Good Agriculture

Practices), mulai dari penyemaian bibit, penaung, pengairan, penanaman,

pemeliharaan, sampai panen dan pasca panen. Pendampingan pengelolaan

lahan dengan memberikan pengetahuan kepada petani mengenai curah hujan,

suhu, kemiringan tanah, ketinggian tempat, PH, tekstur, dan kesuburan tanah.

Page 128: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

104

DAFTAR PUSTAKA

Ariswandi. 2009. Strategi Kebijakan Pengembangan Komoditas Kopi DiKabupaten Lampung Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut PertanianBogor

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2013. Potensi dan Produk UnggulanJawa Timur. Bappeda: Jember

Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Kopi Indonesia. Badan Pusat Statistik:Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Kopi Indonesia. Badan Pusat Statistik:Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Jember Dalam Angka 2014. Badan PusatStatistik Kabupaten Jember: Jember

Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Jember Dalam Angka 2015. Badan PusatStatistik Kabupaten Jember: Jember

Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Jember Dalam Angka 2016. Badan PusatStatistik Kabupaten Jember: Jember

Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Jember Dalam Angka 2017. Badan PusatStatistik Kabupaten Jember: Jember

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Jember Dalam Angka 2018. Badan PusatStatistik Kabupaten Jember: Jember

Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Panti Dalam Angka 2018. Badan PusatStatistik Kabupaten Jember: Jember

Chomei Y., Ho V.B., dan Teruaki N. 2017. Factors Influencing Tea Farmers’Decision to Adopt Vietnamese Good Agricultural Practices in NorthernVietnam. Agricultural Economics and Development, 6(2): 12-20

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015 –2017 Kopi. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. KementrianPertanian

Ernawati R., Ratna W.A., dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya KopiPoliklonal. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Lampung.

Page 129: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

105

FAO. 2007. Peraturan, Standart, dan Sertifikasi Untuk Ekspor Produk Pertanian.Grafika: Jakarta

Gultom P., Jefri L., dan Ester N. 2014. Penentuan Komoditas Unggulan PertanianDengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Saintia Matematika,2 (3): 213-224

Haryanto B., Amir T., Hasan B., Djoko., Murdani M., dan Sugeng M. 2016.Kurikulum Nasional dan Modul Pelatihan Budidaya Berkelanjutan (GoodAgriculture Practices) dan Pasca Panen Kopi Robusta. Badan Penyuluhdan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian: Jakarta

Halin H. 2018. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen DiPalembang. Ecoment Global, 3(2): 167- 182

Harlan J. 2018. Analisis Regresi Linear. Gunadarma: Depok

Hasono K., Pongthong P., Masahiro Y. 2014. Factors Affecting theImplementation of Good Agricultural Practices (GAP) among CoffeeFarmers in Chumphon Province Thailand. American Journal of RuralDevelopment, 2(2): 34-39

Ilham. 2018. Strategi Pengembangan Tanaman Kopi Robusta (Coffea Canephora)Di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Skripsi. AgroteknologiFakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar

Indriantoro N. dan B. Supomo. 2009. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansidan Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Janie D.N.A. 2012. Statistik Deskriptif dan Regresi Linier Berganda denganSPSS. Semarang: Semarang University Press

Martini E., Retno H. 2013. Pedoman Budidaya dan Pemeliharaan Tanaman Kopidi Kebun Campur. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre (ICRAF)Southeast Asia Regional Program

Mulyono I. 2009. Pengembangan Produksi Kopi dan Karet Di PerkebunanKalijompo Sebagai Penghasil Devisa. Tesis. Magister Agribisnis.Universitas Jember

Nurhidayati, Istirochah P., Anis S., Djuhari, dan Abdul B. 2008. E-BookPertanian Organik. Agroteknologi Fakultas Pertanian. Universitas IslamMalang

Novitarini E. 2018. Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian Universitas Sjakhyakirti:Palembang

Page 130: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

106

Peraturan Menteri Pertanian. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Kopi yang Baik(Good Agriculture Practices/ GAP on Coffea). Kementerian Pertanian

Prastowo B., Elna K., Rubijo, Siswanto, Chandra I,, dan S. Joni M. 2010.Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan PengembanganPerkebunan: Bogor

Pratiwi R.R. 2016. Hambatan dan Strategi Pengembangan Usahatani Kopi dalamUpaya Peningkatan Produksi di Kecamatan Candiroto KabupatenTemanggung. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang

Rahmah K. 2014. Analisis Strategi Pemasaran Kopi Lokal Di Rumah Kopi Ranin.Skripsi. Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut PertanianBogor

Rakasiwi D. 2018. Faktor Produksi Pada Usahatani Kopi Di Desa SukapuraKecamatan Sumberjaya Tahun 2016. Jurnal. Fakultas Keguruan dan IlmuPengetahuan. Universitas Lampung

Ramadhani R. 2018. Analisis Ekspor Kopi Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi.Universitas Islam Indonesia

Risandewi , T. 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta Di KabupatenTemanggung (Studi Kasus Di Kecamatan Candiroto). Litbang ProvinsiJawa Tengah, 11 (1): 87-102.

Saaty Thomas L. 2008. Decision Making With the Analytic Hierarchy Process.Services Sciences. 1(1): 83-98

Saputri E. D. 2012. Strategi Pengembangan Kelembagaan Gapoktan “TaniMulyo” Dalam Mengembangkan Sistem Integritas Tanaman Padi – TernakSapi Di Desa Grogol Kecamatan Waru Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sari D.P. 2016. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Agricultural Practice (Gap)Untuk Pertanian Berkelanjutan Di Kecamatan Tinggi Moncong KabupatenGowa. Galung Tropika, 5(3): 151-163

Siregar E. 2009. Analisis Terhadap Jumlah Produksi Kopi, Jumlah Ekspor Kopi,dan Nilai Devisa Kopi di Indonesia pada Tahun 1972- 2008. Skripsi.Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas SumateraUtara Medan.

Soetriono. 2010. Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta. Surya Pena Gemilang:Malang

Page 131: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

107

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:Alfabeta

Taniredja T., dan H. Mustafidah. 2014. Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta

Tanjung F., Rika H., dan Rudi F. 2016. Strategi Pengembangan Agribisnis KopiRobusta Di Kabupaten Solok. Agrisep, 15 (1): 111- 126

Tjitropranoto P., Mahyuda, dan Siti A. 2018. Tingkat Adopsi Good AgriculturePractices Budidaya Kopi Arabika Gayo oleh Petani di Kabupaten AcehTengah. Penyuluhan, 14(2): 308-323

Viantimala B., Rinaldi P., dan Tubagus H. 2015. Peranan Kelompok Tani DalamPeningkatan Pendapatan Petani Kopi Di Kelurahan Tugusari KecamatanSumberjaya Kabupaten Lampung Barat. JIIA. 3(3): 301 – 307

Zamroni M. 2015. Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) PadaPemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan Dengan Aspek KhususPemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Skripsi.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Page 132: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

108

LAMPIRAN

Page 133: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

109

Lampiran A. Data Responden Petani Kopi Rakyat di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

No Nama Umur petani(Tahun)

Tingkat pendidikan(Tahun)

Pengalaman(Tahun)

Tanggungankeluarga (Jiwa) Luas lahan (Ha)

1 Moh. Sholeh 34 12 18 2 1,8

2 Asis 42 6 21 2 1,8

3 Suyanto 49 6 21 1 1,4

4 Seki 42 6 25 2 2,1

5 Tomo 44 9 25 2 1,8

6 Supiyanto 51 9 26 3 1,7

7 Fathur Rohman 36 6 22 1 1,8

8 Hasan 46 6 21 1 2,1

9 Wahyudi 59 6 24 2 2,1

10 Musawir 48 12 22 3 1,6

11 Samsudin 47 6 23 3 1,4

12 Romli 41 6 25 2 1,8

13 Kasiman 53 6 27 1 1,8

14 Pausi 51 16 22 1 1,7

15 Imam Syafi'i 49 6 23 3 1,4

16 M. Makruf 64 6 30 1 2,5

17 Fauzan 49 6 25 2 2,3

18 Wildan 48 9 19 1 2,0

19 Totok 47 6 27 2 3,1

20 Yakub 51 12 22 1 1,7

21 Rokhim 39 6 15 3 3,2

Page 134: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

110

Lanjutan lampiran A.

No Nama Umur petani(Tahun)

Tingkat pendidikan(Tahun)

Pengalaman(Tahun)

Tanggungankeluarga (Jiwa) Luas lahan (Ha)

22 Muksin 41 6 20 2 3,5

23 Kosim 39 6 26 2 1,8

24 Budianto 56 6 25 2 1,5

25 Mulyadi 50 6 21 2 7,0

26 Bandut 62 9 26 2 1,5

27 Wahyuni 37 6 16 2 1,7

28 Habibi 52 6 29 3 3,6

29 Huda 55 6 20 2 1,8

30 Ubet 60 9 27 3 1,5

31 Sidik 41 6 28 2 2,0

32 Mursid 42 6 22 2 2,3

33 Hotip 45 6 24 2 1,5

34 Sugeng 55 6 20 2 1,8

35 Mulyono 50 12 29 1 5,1

36 Iqbal 59 6 24 2 2,1

37 Rofi 38 6 22 2 1,6

38 Asdin 46 6 21 1 2,1

39 Lukman 60 9 27 3 1,5

40 Rozak 62 9 26 2 1,5

41 Luluk 42 6 22 2 2,3

Page 135: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

111

Lanjutan lampiran A.

No NamaIntensitas

kehadiran petani(Jumlah/ Tahun)

Akses informasiusahatani

Ketersediaantenaga kerja

Persepsi hargakopi

Tingkat penerapan(Skor)

1 Moh. Sholeh 3 2 (Sulit) 4 (Mudah) 1 (Murah) 81,3

2 Asis 3 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 78,7

3 Suyanto 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 82,6

4 Seki 3 2 (Sulit) 4 (Mudah) 3 (Sedang) 80,0

5 Tomo 3 4 (Mudah) 3 (Cukup mudah) 1 (Murah) 83,9

6 Supiyanto 2 4 (Mudah) 3 (Cukup mudah) 1 (Murah) 81,9

7 Fathur Rohman 3 5 (Sangat mudah) 4 (Mudah) 1 (Murah) 83,2

8 Hasan 2 2 (Sulit) 3 (Cukup mudah) 4 (Mahal) 78,1

9 Wahyudi 2 2 (Sulit) 2 (Sulit) 1 (Murah) 76,8

10 Musawir 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 80,0

11 Samsudin 2 3 (Cukup mudah) 4 (Mudah) 2 (Agak murah) 80,0

12 Romli 3 2 (Sulit) 2 (Sulit) 1 (Murah) 80,0

13 Kasiman 2 3 (Cukup mudah) 5 (Sangat mudah) 4 (Mahal) 81,9

14 Pausi 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 82,6

15 Imam Syafi'i 3 2 (Sulit) 5 (Sangat mudah) 2 (Agak murah) 80,0

16 M. Makruf 4 5 (Sangat mudah) 3 (Cukup mudah) 2 (Agak murah) 81,9

17 Fauzan 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 81,3

18 Wildan 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 83,2

19 Totok 2 4 (Mudah) 3 (Cukup mudah) 1 (Murah) 84,5

20 Yakub 3 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 83,9

21 Rokhim 2 3 (Cukup mudah) 3 (Cukup mudah) 1 (Murah) 82,6

Page 136: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

112

Lanjutan lampiran A.

No NamaIntensitas

kehadiran petani(Jumlah/ Tahun)

Akses informasiusahatani

Ketersediaantenaga kerja

Persepsi hargakopi

Tingkat penerapan(Skor)

22 Muksin 2 3 (Cukup mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 80,0

23 Kosim 3 4 (Mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 83,2

24 Budianto 3 3 (Cukup mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 79,4

25 Mulyadi 3 2 (Sulit) 2 (Sulit) 1 (Murah) 82,6

26 Bandut 3 3 (Cukup mudah) 3 (Cukup mudah) 2 (Agak murah) 81,3

27 Wahyuni 3 2 (Sulit) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 79,4

28 Habibi 2 3 (Cukup mudah) 3 (Cukup mudah) 1 (Murah) 80,6

29 Huda 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 80,6

30 Ubet 2 2 (Sulit) 3 (Cukup mudah) 1 (Murah) 80,0

31 Sidik 2 2 (Sulit) 5 (Sangat mudah) 2 (Agak murah) 78,7

32 Mursid 3 3 (Cukup mudah) 3 (Cukup mudah) 4 (Mahal) 79,4

33 Hotip 3 3 (Cukup mudah) 5 (Sangat mudah) 1 (Murah) 82,6

34 Sugeng 2 2 (Sulit) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 76,8

35 Mulyono 3 2 (Sulit) 2 (Sulit) 1 (Murah) 80,0

36 Iqbal 2 2 (Sulit) 2 (Sulit) 1 (Murah) 78,7

37 Rofi 2 3 (Cukup mudah) 2 (Sulit) 1 (Murah) 80,6

38 Asdin 3 2 (Sulit) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 78,1

39 Lukman 2 4 (Mudah) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 77,4

40 Rozak 3 2 (Sulit) 2 (Sulit) 4 (Mahal) 77,4

41 Luluk 4 2 (Sulit) 2 (Sulit) 1 (Murah) 78,7

Page 137: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

113

Lampiran B1. Indikator Dalam Penentuan Lokasi Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No Nama

Penentuan Lokasi

Curah hujan Suhuudara pH tanah Kemiringan

tanahKetinggian

tempatTeksturtanah Jumlah

1 Moh. Sholeh 4 5 5 5 5 5 29

2 Asis 4 5 5 5 5 5 29

3 Suyanto 4 5 5 5 5 5 29

4 Seki 4 5 5 5 5 5 29

5 Tomo 4 5 5 5 5 5 29

6 Supiyanto 4 5 5 5 5 5 29

7 Fathur Rohman 4 5 5 5 5 5 29

8 Hasan 4 5 5 5 5 5 29

9 Wahyudi 4 5 5 5 5 5 29

10 Musawir 4 5 5 5 5 5 29

11 Samsudin 4 5 5 5 5 5 29

12 Romli 4 5 5 5 5 5 29

13 Kasiman 4 5 5 5 5 5 29

14 Pausi 4 5 5 5 5 5 29

15 Imam Syafi'i 4 5 5 5 5 5 29

16 M. Makruf 4 5 5 5 5 5 29

17 Fauzan 4 5 5 5 5 5 29

18 Wildan 4 5 5 5 5 5 29

19 Totok 4 5 5 5 5 5 29

20 Yakub 4 5 5 5 5 5 29

21 Rokhim 4 5 5 5 5 5 29

Page 138: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

114

Lanjutan lampiran B1.

No Nama

Penentuan Lokasi

Curah hujan Suhuudara pH tanah Kemiringan

tanahKetinggian

tempatTeksturtanah Jumlah

22 Muksin 4 5 5 5 5 5 29

23 Kosim 4 5 5 5 5 5 29

24 Budianto 4 5 5 5 5 5 29

25 Mulyadi 4 5 5 5 5 5 29

26 Bandut 4 1 5 5 5 5 25

27 Wahyuni 4 1 5 5 5 5 25

28 Habibi 4 1 5 5 5 5 25

29 Huda 4 1 5 5 5 5 25

30 Ubet 4 1 5 5 5 5 25

31 Sidik 4 1 5 5 5 5 25

32 Mursid 4 5 5 4 4 5 27

33 Hotip 4 5 5 4 4 5 27

34 Sugeng 4 1 5 5 5 5 25

35 Mulyono 4 1 5 5 5 5 25

36 Iqbal 4 1 5 5 5 5 25

37 Rofi 4 1 5 5 5 5 25

38 Asdin 4 1 5 5 5 5 25

39 Lukman 4 1 5 5 5 5 25

40 Rozak 4 1 5 5 5 5 25

41 Luluk 4 1 5 5 5 5 25

Page 139: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

115

Lampiran B2. Indikator Dalam Penyiapan Lahan Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No NamaPenyiapan Lahan

Penaung Tinggipenaung

Lubangtanam

Kedalamanlubang

Jaraklubang

Jarakbarisan Jumlah

1 Moh. Sholeh 4 5 3 4 4 5 252 Asis 4 5 4 4 4 5 263 Suyanto 4 5 5 4 5 5 284 Seki 4 5 4 4 4 5 265 Tomo 4 5 5 5 5 5 296 Supiyanto 4 5 4 4 5 5 277 Fathur Rohman 4 5 5 4 4 5 278 Hasan 4 5 2 2 4 5 229 Wahyudi 4 5 4 4 4 4 25

10 Musawir 4 5 2 2 5 5 2311 Samsudin 4 5 3 2 5 5 2412 Romli 4 5 3 2 4 5 2313 Kasiman 4 5 5 5 5 5 2914 Pausi 4 5 4 3 5 5 2615 Imam Syafi'i 4 5 5 3 5 5 2716 M. Makruf 4 5 5 5 5 5 2917 Fauzan 4 5 5 4 5 5 2818 Wildan 4 5 5 5 5 5 2919 Totok 4 5 5 5 5 5 2920 Yakub 4 5 5 4 5 5 2821 Rokhim 4 5 5 5 5 5 29

Page 140: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

116

Lanjutan lampiran B2.

No Nama

Penyiapan Lahan

Penaung Tinggipenaung

Lubangtanam

Kedalamanlubang

Jaraklubang

Jarakbarisan Jumlah

22 Muksin 4 5 4 4 5 5 27

23 Kosim 4 5 5 4 5 5 28

24 Budianto 4 5 3 2 5 5 24

25 Mulyadi 4 5 5 5 5 5 29

26 Bandut 4 5 5 5 5 5 29

27 Wahyuni 4 5 5 4 5 5 28

28 Habibi 4 5 5 5 5 5 29

29 Huda 4 5 5 4 5 5 28

30 Ubet 4 5 5 5 5 5 29

31 Sidik 4 5 5 4 5 5 28

32 Mursid 4 5 5 5 5 5 29

33 Hotip 4 5 4 5 5 5 28

34 Sugeng 4 5 3 2 4 5 23

35 Mulyono 4 5 4 5 5 5 28

36 Iqbal 4 5 3 4 5 5 26

37 Rofi 4 5 5 5 5 5 29

38 Asdin 4 5 4 5 5 5 28

39 Lukman 4 5 4 4 5 5 27

40 Rozak 4 5 5 5 5 5 29

41 Luluk 4 5 4 5 5 5 28

Page 141: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

117

Lampiran B3. Indikator Dalam Sistem Pengairan Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No NamaSistem Pengairan

Pembuatanrorak

Ukuranrorak

Jarakrorak Jumlah

1 Moh. Sholeh 1 1 1 32 Asis 1 1 1 33 Suyanto 1 1 1 34 Seki 1 1 1 35 Tomo 1 1 1 36 Supiyanto 1 1 1 37 Fathur Rohman 1 1 1 38 Hasan 1 1 1 39 Wahyudi 1 1 1 3

10 Musawir 1 1 1 311 Samsudin 1 1 1 312 Romli 1 1 1 313 Kasiman 1 1 1 314 Pausi 1 1 1 315 Imam Syafi'i 1 1 1 316 M. Makruf 1 1 1 317 Fauzan 1 1 1 318 Wildan 1 1 1 319 Totok 1 1 1 320 Yakub 1 1 1 321 Rokhim 1 1 1 3

Page 142: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

118

Lanjutan lampiran B3.

No Nama

Sistem Pengairan

Pembuatanrorak

Ukuranrorak

Jarakrorak Jumlah

22 Muksin 1 1 1 3

23 Kosim 1 1 1 3

24 Budianto 1 1 1 3

25 Mulyadi 1 1 1 3

26 Bandut 1 1 1 3

27 Wahyuni 1 1 1 3

28 Habibi 1 1 1 3

29 Huda 1 1 1 3

30 Ubet 1 1 1 3

31 Sidik 1 1 1 3

32 Mursid 1 1 1 3

33 Hotip 1 1 1 3

34 Sugeng 1 1 1 3

35 Mulyono 1 1 1 3

36 Iqbal 1 1 1 3

37 Rofi 1 1 1 3

38 Asdin 1 1 1 3

39 Lukman 1 1 1 3

40 Rozak 1 1 1 3

41 Luluk 1 1 1 3

Page 143: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

119

Lampiran B4. Indikator Dalam Persiapan Bibit Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No Nama

Persiapan Bibit

Umur bibitJumlahbibit per

HaBedengan

Jarak &kedalaman

benihPenyiraman Jumlah

1 Moh. Sholeh 5 1 5 2 5 182 Asis 5 1 4 1 5 163 Suyanto 5 1 4 1 5 164 Seki 5 1 5 2 5 185 Tomo 5 1 5 2 5 186 Supiyanto 5 1 5 2 5 187 Fathur Rohman 5 2 4 2 5 188 Hasan 5 1 4 2 5 179 Wahyudi 5 1 4 1 5 16

10 Musawir 5 2 5 1 5 1811 Samsudin 5 2 4 1 5 1712 Romli 5 1 4 4 5 1913 Kasiman 5 2 5 1 5 1814 Pausi 5 2 5 1 5 1815 Imam Syafi'i 5 1 3 1 5 1516 M. Makruf 5 1 4 1 5 1617 Fauzan 5 1 4 2 5 1718 Wildan 5 1 5 1 5 1719 Totok 5 1 3 2 5 1620 Yakub 5 2 5 1 5 1821 Rokhim 5 1 4 1 5 16

Page 144: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

120

Lanjutan lampiran B4.

No Nama

Persiapan Bibit

Umur bibitJumlahbibit per

HaBedengan

Jarak &kedalaman

benihPenyiraman Jumlah

22 Muksin 5 1 2 2 5 15

23 Kosim 5 2 4 1 5 17

24 Budianto 5 1 4 1 5 16

25 Mulyadi 5 1 3 2 5 16

26 Bandut 5 1 4 3 5 18

27 Wahyuni 5 2 4 1 5 17

28 Habibi 5 1 4 2 5 17

29 Huda 5 2 4 2 5 18

30 Ubet 5 1 3 1 5 15

31 Sidik 5 1 4 2 5 17

32 Mursid 5 1 4 1 5 16

33 Hotip 5 2 5 1 5 18

34 Sugeng 5 2 4 2 5 18

35 Mulyono 5 1 4 2 5 17

36 Iqbal 5 1 5 1 5 17

37 Rofi 5 1 5 2 5 18

38 Asdin 5 1 5 2 5 18

39 Lukman 5 1 4 1 5 16

40 Rozak 5 1 3 1 5 15

41 Luluk 5 1 4 1 5 16

Page 145: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

121

Lampiran B5. Indikator Dalam Penanaman Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No NamaPenanaman

Lubangtanam

Waktutanam Jumlah

1 Moh. Sholeh 5 5 102 Asis 5 5 103 Suyanto 5 5 104 Seki 4 5 95 Tomo 5 5 106 Supiyanto 4 5 97 Fathur Rohman 4 5 98 Hasan 4 5 99 Wahyudi 4 5 9

10 Musawir 5 5 1011 Samsudin 5 5 1012 Romli 4 5 913 Kasiman 5 5 1014 Pausi 5 5 1015 Imam Syafi'i 3 5 816 M. Makruf 4 5 917 Fauzan 5 5 1018 Wildan 5 5 1019 Totok 5 5 1020 Yakub 5 5 1021 Rokhim 5 5 10

Page 146: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

122

Lanjutan lampiran B5.

No Nama

Penanaman

Lubangtanam

Waktutanam Jumlah

22 Muksin 4 5 9

23 Kosim 5 5 10

24 Budianto 4 5 9

25 Mulyadi 5 5 10

26 Bandut 4 5 9

27 Wahyuni 4 5 9

28 Habibi 4 5 9

29 Huda 4 5 9

30 Ubet 4 5 9

31 Sidik 3 5 8

32 Mursid 5 5 10

33 Hotip 4 5 9

34 Sugeng 3 5 8

35 Mulyono 5 5 10

36 Iqbal 5 5 10

37 Rofi 4 5 9

38 Asdin 4 5 9

39 Lukman 5 5 10

40 Rozak 5 5 10

41 Luluk 4 5 9

Page 147: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

123

Lampiran B6. Indikator Dalam Pemeliharaan Tanaman Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No NamaPemeliharaan

Penyulaman Penyiraman Pemupukanawal

Pemupukansusulan Pemangkasan Pengendalian

OPT Jumlah

1 Moh. Sholeh 4 5 5 3 5 5 272 Asis 4 5 5 3 5 5 273 Suyanto 4 5 5 5 5 4 284 Seki 4 5 5 5 5 4 285 Tomo 5 5 5 5 5 5 306 Supiyanto 5 5 5 3 5 4 277 Fathur Rohman 5 5 5 5 5 4 298 Hasan 4 5 5 3 5 5 279 Wahyudi 4 5 5 3 5 4 26

10 Musawir 5 5 5 3 5 4 2711 Samsudin 5 5 5 5 5 5 3012 Romli 4 5 5 3 5 5 2713 Kasiman 4 5 5 3 5 5 2714 Pausi 5 5 5 3 5 5 2815 Imam Syafi'i 5 5 5 3 5 5 2816 M. Makruf 4 5 5 3 5 5 2717 Fauzan 5 5 5 3 5 5 2818 Wildan 4 5 5 3 5 5 2719 Totok 5 5 5 5 5 5 3020 Yakub 5 5 5 3 5 5 2821 Rokhim 4 5 5 3 5 5 27

Page 148: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

124

Lanjutan lampiran B6.

No Nama

Pemeliharaan

Penyulaman Penyiraman Pemupukanawal

Pemupukansusulan Pemangkasan Pengendalian

OPT Jumlah

22 Muksin 4 5 5 3 5 5 27

23 Kosim 5 5 5 3 5 5 28

24 Budianto 5 5 5 3 5 5 28

25 Mulyadi 4 5 5 3 5 5 27

26 Bandut 5 5 5 3 5 5 28

27 Wahyuni 5 5 5 5 5 5 30

28 Habibi 5 5 5 3 5 5 28

29 Huda 5 5 5 3 5 5 28

30 Ubet 4 5 5 5 5 5 29

31 Sidik 4 5 5 3 5 5 27

32 Mursid 4 5 5 3 5 5 27

33 Hotip 4 5 5 5 5 5 29

34 Sugeng 5 5 5 3 5 5 28

35 Mulyono 4 5 5 3 5 5 27

36 Iqbal 4 5 5 3 5 5 27

37 Rofi 4 5 5 3 5 5 27

38 Asdin 4 5 5 3 5 5 27

39 Lukman 5 5 5 3 5 5 28

40 Rozak 4 5 5 3 5 5 27

41 Luluk 4 5 5 3 5 5 27

Page 149: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

125

Lampiran B7. Indikator Dalam Panen dan Pasca Panen Sesuai Pedoman Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

No NamaPanen dan Pasca Panen

Kriteria buah Cara petik Teknikpengolahan Jumlah

1 Moh. Sholeh 5 4 5 142 Asis 5 4 2 113 Suyanto 5 4 5 144 Seki 5 4 2 115 Tomo 5 4 2 116 Supiyanto 5 4 5 147 Fathur Rohman 5 4 5 148 Hasan 5 4 5 149 Wahyudi 5 4 2 11

10 Musawir 5 4 5 1411 Samsudin 5 4 2 1112 Romli 5 4 5 1413 Kasiman 5 4 2 1114 Pausi 5 4 5 1415 Imam Syafi'i 5 4 5 1416 M. Makruf 5 4 5 1417 Fauzan 5 4 2 1118 Wildan 5 4 5 1419 Totok 5 4 5 1420 Yakub 5 4 5 1421 Rokhim 5 4 5 14

Page 150: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

126

Lanjutan lampiran B7.

No Nama

Panen dan Pasca Panen

Kriteria buah Cara petik Teknikpengolahan Jumlah

22 Muksin 5 4 5 14

23 Kosim 5 4 5 14

24 Budianto 5 4 5 14

25 Mulyadi 5 4 5 14

26 Bandut 5 4 5 14

27 Wahyuni 5 4 2 11

28 Habibi 5 4 5 14

29 Huda 5 4 5 14

30 Ubet 5 4 5 14

31 Sidik 5 4 5 14

32 Mursid 5 4 2 11

33 Hotip 5 4 5 14

34 Sugeng 5 4 5 14

35 Mulyono 5 4 5 14

36 Iqbal 5 4 5 14

37 Rofi 5 4 5 14

38 Asdin 5 4 2 11

39 Lukman 5 4 2 11

40 Rozak 5 4 2 11

41 Luluk 5 4 5 14

Page 151: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

127

Lampiran B8. Data Tingkat Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) pada Usahatani Kopi Rakyat di Kecamatan Panti KabupatenJember

No NamaPenentulokasi

Penyiapanlahan

Sistempengairan

Persiapanbibit

Penana-man

Pemeliha-raan

Panen danpascapanen

TotalTingkatpene-rapan

Kategori

1 Moh. Sholeh 29 25 3 18 10 27 14 126 81.29 Sedang2 Asis 29 28 3 16 10 28 14 122 78.71 Kurang baik3 Suyanto 29 26 3 18 9 28 11 128 82.58 Sedang4 Seki 29 27 3 18 9 27 14 124 80.00 Kurang baik5 Tomo 29 27 3 18 9 29 14 130 83.87 Sedang6 Supiyanto 29 23 3 18 10 27 14 127 81.94 Sedang7 Fathur Rohman 29 24 3 17 10 30 11 129 83.23 Sedang8 Hasan 29 23 3 19 9 27 14 121 78.06 Kurang baik9 Wahyudi 29 29 3 18 10 27 11 119 76.77 Kurang baik

10 Musawir 29 26 3 18 10 28 14 124 80.00 Kurang baik11 Samsudin 29 27 3 15 8 28 14 124 80.00 Kurang baik12 Romli 29 29 3 16 9 27 14 124 80.00 Kurang baik13 Kasiman 29 28 3 17 10 28 11 127 81.94 Sedang14 Pausi 29 29 3 17 10 27 14 128 82.58 Sedang15 Imam Syafi'i 29 29 3 16 10 27 14 124 80.00 Kurang baik16 M. Makruf 29 27 3 15 9 27 14 127 81.94 Sedang17 Fauzan 29 28 3 17 10 28 14 126 81.29 Sedang18 Wildan 29 29 3 16 10 27 14 129 83.23 Sedang19 Totok 29 28 3 17 9 30 11 131 84.52 Sedang20 Yakub 29 29 3 17 9 28 14 130 83.87 Sedang21 Rokhim 29 28 3 17 8 27 14 128 82.58 Sedang

Page 152: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

128

Lanjutan lampiran B8.

No NamaPenentulokasi

Penyiapanlahan

Sistempengairan

Persiapanbibit

Penana-man

Pemeliha-raan

Panen danpascapanen

TotalTingkatpene-rapan

Kategori

22 Muksin 29 28 3 18 9 29 14 124 80.00 Kurang baik23 Kosim 29 28 3 17 10 27 14 129 83.23 Sedang24 Budianto 29 26 3 17 10 27 14 123 79.35 Kurang baik25 Mulyadi 29 29 3 18 9 27 14 128 82.58 Sedang26 Bandut 25 28 3 18 9 27 11 126 81.29 Sedang27 Wahyuni 25 27 3 16 10 28 11 123 79.35 Kurang baik28 Habibi 25 29 3 15 10 27 11 125 80.65 Sedang29 Huda 25 28 3 16 9 27 14 125 80.65 Sedang30 Ubet 25 26 3 17 9 30 14 124 80.00 Kurang baik31 Sidik 25 27 3 17 10 27 14 122 78.71 Kurang baik32 Mursid 27 28 3 17 10 27 14 123 79.35 Kurang baik33 Hotip 27 28 3 16 9 28 14 128 82.58 Sedang34 Sugeng 25 27 3 17 10 29 14 119 76.77 Kurang baik35 Mulyono 25 27 3 17 10 27 11 124 80.00 Kurang baik36 Iqbal 25 28 3 17 10 25 14 122 78.71 Kurang baik37 Rofi 25 29 3 16 10 27 11 125 80.65 Sedang38 Asdin 25 27 3 16 9 28 14 121 78.06 Kurang baik39 Lukman 25 28 3 17 10 27 11 120 77.42 Kurang baik40 Rozak 25 26 3 16 9 27 14 120 77.42 Kurang baik

41 Luluk 25 27 3 17 10 27 14 122 78.71 Kurang baik

Page 153: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

129

Lampiran C. Output Regresi Linier Berganda

Lampiran C1. Tabel Descriptive statistics

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation NTingkat_penerapan_gap 80,583 2,0451 41

Umur_petani 48,34 7,847 41Tingkat_pendidikan 7,34 2,415 41Tanggungan_keluarga 46,07 16,522 41

Luas_lahan 2,166 1,0622 41

Intensitas_kehadiran 2,56 0,594 41

Akses_informasi_usahatani 3,02 0,961 41Persepsi_harga_kopi 1,90 1,281 41

Lampiran C2. Tabel Correlation

Tingkat_pe-nerapan_

gap

Umur_

petani

Tingkat_Pendidi-

kan

Tanggu-ngan_kelu-

argaPear-sonCorre-lation

Tingkat_penerapan_gap 1,000 -,239 ,205 -,546Umur_petani -,239 1,000 ,145 ,061Tingkat_pendidi-kan ,205 ,145 1,000 -,108Tanggungan_kelu-arga -,546 ,061 -,108 1,000Luas_lahan ,148 -,042 -,063 ,126Intensitas_kehadi-ran ,006 -,139 -,067 -,188Akses_informasi_-usaha-tani ,595 ,042 ,158 -,379

Persepsi_harga_ko-pi -,463 ,182 -,231 ,006Sig.(1-tail-ed)

Tingkat_penerapan_gap . ,066 ,100 ,000Umur_petani ,066 . ,182 ,353Tingkat_pendidi-kan ,100 ,182 . ,250Tanggungan_ke-luarga ,000 ,353 ,250 .Luas_lahan ,177 ,396 ,349 ,217Intensitas_kehadi-ran ,485 ,193 ,338 ,120Akses_informasi_-usaha-tani ,000 ,397 ,162 ,007

Persepsi_harga_kopi ,001 ,127 ,073 ,485

Page 154: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

130

N Tingkat_penerapan_gap 41 41 41 41Umur_petani 41 41 41 41

Tingkat_pendidi-kan 41 41 41 41Tanggungan_ke-luarga 41 41 41 41Luas_lahan 41 41 41 41

Intensitas_kehadi-ran 41 41 41 41Akses_informasi_usaha-tani

41 41 41 41

Persepsi_harga_kopi 41 41 41 41

Lanjutan lampiran C2.

Luas_la-han

Intensi-tas_keha-

diran

Akses_infor-masi_usaha-

tani

Persepsi_harga_

kopiPear-SonCorre-lation

Tingkat_penerapan_gap ,148 ,006 ,595 -,463Umur_petani -,042 -,139 ,042 ,182Tingkat_pendidikan -,063 -,067 ,158 -,231Tanggungan_keluarga ,126 -,188 -,379 ,006Luas_lahan 1,000 ,083 -,190 -,192Intensitas_kehadiran ,083 1,000 -,112 ,008Akses_informasi_usaha-tani -,190 -,112 1,000 -,181

Persepsi_harga_kopi -,192 ,008 -,181 1,000Sig.(1-Tail-ed)

Tingkat_penerapan_gap ,177 ,485 ,000 ,001Umur_petani ,396 ,193 ,397 ,127Tingkat_pendidikan ,349 ,338 ,162 ,073Tanggungan_keluarga ,217 ,120 ,007 ,485Luas_lahan . ,304 ,117 ,115Intensitas_kehadiran ,304 . ,243 ,480Akses_informasi_usaha-tani ,117 ,243 . ,129

Persepsi_harga_kopi ,115 ,480 ,129 .N Tingkat_penerapan_gap 41 41 41 41

Umur_petani 41 41 41 41

Tingkat_pendidikan 41 41 41 41

Tanggungan_keluarga 41 41 41 41

Luas_lahan 41 41 41 41

Intensitas_penyuluhan 41 41 41 41

Akses_informasi_usaha-tani

41 41 41 41

Persepsi_harga_kopi 41 41 41 41

Page 155: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

131

Lampiran C3. Tabel Coefficients

Coefficientsa

ModelUnstandar-

dizedStandar-

dized

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 82,620 2,173 38,025 ,000

Umur_petani -,049 ,026 -,187 -1,865 ,071Tingkat_pendidikan ,054 ,086 ,064 ,629 ,534Tanggungan_keluarga -,050 ,013 -,405 -3,754 ,001Luas_lahan ,433 ,194 ,225 2,230 ,033Intensitas_kehadiran -,209 ,346 -,061 -,604 ,550Akses_informasi_usaha-tani ,899 ,234 ,423 3,847 ,001

Persepsi_harga_kopi -,465 ,169 -,291 -2,750 ,010

Lampiran C4. Diagram Histogram

Page 156: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

132

Lampiran C5. Diagram Normal P-P Plot

Lampiran C6. Diagram Scatterplot

Page 157: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

133

Lampiran D. Data dan Output Analisis Hierarki Proses (AHP)1. Data Informan Expert Pak Djoko Sumarno dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia Sebagai Kepala Kebun pada Kriteria Peningkatan Penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Budidaya Pasca panen Pemasaran Kelembagaan Kebijakan

Budidaya 1 4 5 6 7

Pasca panen 0,25 1 3 4 5

Pemasaran 0,20 0,33 1 3 4

Kelembagaan 0,17 0,25 0,33 1 3

Kebijakan 0,14 0,20 0,25 0,33 1

2. Informan Expert Bu Novi Hardiani dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan,Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember Sebagai Ketua Bagian Perkebunanpada Kriteria Peningkatan Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) UsahataniKopi Rakyat

Budidaya Pasca panen Pemasaran Kelembagaan Kebijakan

Budidaya 1 3 5 6 7

Pasca panen 0,33 1 3 4 5

Pemasaran 0,20 0,33 1 3 5

Kelembagaan 0,17 0,25 0,33 1 3

Kebijakan 0,14 0,20 0,20 0,33 1

3. Informan Expert Pak mulyadi Sebagai Ketua Gapoktan Maju Mapan Desa KemiriKecamatan Panti Kabupaten Jember pada Kriteria Peningkatan Penerapan GoodAgriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Budidaya Pasca panen Pemasaran Kelembagaan Kebijakan

Budidaya 1 3 5 7 8

Pasca panen 0,33 1 5 6 7

Pemasaran 0,20 0,20 1 3 5

Kelembagaan 0,14 0,17 0,33 1 3

Kebijakan 0,13 0,14 0,20 0,33 1

Page 158: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

134

1. Data Informan Expert Pak Djoko Sumarno dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Sebagai Kepala Kebun pada Strategi PeningkatanPenerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Kriteria BudidayaPembinaan, pelatihan, danFGD penarapan GAP (2)

Pendampingan penerapan GAP(1)

Fasilitasi saprodi penerapan GAP(3)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpenarapan GAP (2) 1 0,20 3

Pendampingan penerapan GAP (1) 5 1 6Fasilitasi saprodi penerapan GAP (3) 0,33 0,17 1

Kriteria Pasca panenPendampingan pasca panenyang baik (1)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpasca panen yang baik (2) Fasilitasi alat pasca panen (3)

Pendampingan pasca panen yang baik(1) 1 5 6

Pembinaan, pelatihan, dan FGD pascapanen yang baik (2) 0,20 1 3

Fasilitasi alat pasca panen (3) 0,17 0,33 1

Kriteria Pemasaran Pembinaan pemasaran (1)Pelatihan dan FGD pemasaran(2)

Fasilitasi perbaikan tingkatpemasaran (3)

Pembinaan pemasaran (1) 1 3 5Pelatihan dan FGD pemasaran (2) 0,33 1 3Fasilitasi perbaikan tingkat pemasaran(3) 0,20 0,33 1

Kriteria KelembagaanPelatihan dan FGDkelembagaan (2) Pembinaan kelembagaan (1)

Optimalisasi kelembagaanpembina/ penyuluh (3)

Pelatihan dan FGD kelembagaan (2) 1 0,20 3Pembinaan kelembagaan (1) 5 1 6Optimalisasi kelembagaan pembina/penyuluh (3) 0,33 0,17 1

Page 159: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

135

Kriteria KebijakanMempermudah pelakuusaha kopi (1)

Program perbaikan kelembagaankopi rakyat (3)

Program peningkatan daya saingpemasaran (2)

Mempermudah pelaku usaha kopi (1) 1 6 4Program perbaikan kelembagaan kopirakyat (3) 0,17 1 0,33

Program peningkatan daya saingpemasaran (2) 0,25 3 1

2. Informan Expert Bu Novi Hardiani dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember Sebagai KetuaBagian Perkebunan pada Strategi Peningkatan Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Kriteria BudidayaPembinaan, pelatihan, danFGD penarapan GAP (1)

Pendampingan penerapan GAP(2)

Fasilitasi saprodi penerapan GAP(3)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpenarapan GAP (1) 1 5 7

Pendampingan penerapan GAP (2) 0,20 1 3Fasilitasi saprodi penerapan GAP (3) 0,14 0,33 1

Kriteria Pasca panenPendampingan pasca panenyang baik (2)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpasca panen yang baik (1) Fasilitasi alat pasca panen (3)

Pendampingan pasca panen yang baik(2) 1 0,33 3

Pembinaan, pelatihan, dan FGD pascapanen yang baik (1) 3 1 5

Fasilitasi alat pasca panen (3) 0,33 0,20 1

Kriteria Pemasaran Pembinaan pemasaran (1)Pelatihan dan FGD pemasaran(2)

Fasilitasi perbaikan tingkatpemasaran (3)

Pembinaan pemasaran (1) 1 5 7Pelatihan dan FGD pemasaran (2) 0,20 1 3

Page 160: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

136

Fasilitasi perbaikan tingkat pemasaran(3) 0,14 0,33 1

Kriteria KelembagaanPelatihan dan FGDkelembagaan (3) Pembinaan kelembagaan (2)

Optimalisasi kelembagaanpembina/ penyuluh (1)

Pelatihan dan FGD kelembagaan (3) 1 0,33 0,14Pembinaan kelembagaan (2) 3 1 0,33Optimalisasi kelembagaan pembina/penyuluh (1) 7 3 1

Kriteria KebijakanMempermudah pelakuusaha kopi (2)

Program perbaikan kelembagaankopi rakyat (1)

Program peningkatan daya saingpemasaran (3)

Mempermudah pelaku usaha kopi (2) 1 0,33 3Program perbaikan kelembagaan kopirakyat (1) 3 1 5

Program peningkatan daya saingpemasaran (3) 0,33 0,20 1

3. Informan Expert Pak mulyadi Sebagai Ketua Gapoktan Maju Mapan Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember pada StrategiPeningkatan Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Kriteria BudidayaPembinaan, pelatihan, danFGD penarapan GAP (2) Pendampingan penerapan GAP (1)

Fasilitasi saprodipenerapan GAP (3)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpenarapan GAP (2) 1 0,33 3

Pendampingan penerapan GAP (1) 3 1 5Fasilitasi saprodi penerapan GAP (3) 0,33 0,20 1

Kriteria Pasca panenPendampingan pasca panenyang baik (1)

Pembinaan, pelatihan, dan FGD pascapanen yang baik (2)

Fasilitasi alat pasca panen(3)

Page 161: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

137

Pendampingan pasca panen yang baik(1) 1 5 7

Pembinaan, pelatihan, dan FGD pascapanen yang baik (2) 0,20 1 2

Fasilitasi alat pasca panen (3) 0.14 0,50 1

Kriteria Pemasaran Pembinaan pemasaran (1) Pelatihan dan FGD pemasaran (2)Fasilitasi perbaikan tingkatpemasaran (3)

Pembinaan pemasaran (1) 1 4 5Pelatihan dan FGD pemasaran (2) 0,25 1 3Fasilitasi perbaikan tingkat pemasaran(3) 0,20 0,33 1

Kriteria KelembagaanPelatihan dan FGDkelembagaan (2) Pembinaan kelembagaan (1)

Optimalisasi kelembagaanpembina/ penyuluh (3)

Pelatihan dan FGD kelembagaan (2) 1 0,33 3Pembinaan kelembagaan (1) 3 1 4Optimalisasi kelembagaan pembina/penyuluh (3) 0,33 0,25 1

Kriteria KebijakanMempermudah pelakuusaha kopi (1)

Program perbaikan kelembagaan kopirakyat (2)

Program peningkatan dayasaing pemasaran (3)

Mempermudah pelaku usaha kopi (1) 1 5 6Program perbaikan kelembagaan kopirakyat (2) 0,20 1 3

Program peningkatan daya saingpemasaran (3) 0,17 0,33 1

Page 162: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

138

Lampiran D1. Prioritas Strategi pada Kriteria Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Lampiran D2. Prioritas Strategi Peningkatan Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat pada Kriteria Budidaya

Lampiran D3. Prioritas Strategi Peningkatan Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat pada Kriteria PascaPanen

Page 163: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

139

Lampiran D4. Prioritas Strategi Peningkatan Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat pada Kriteria Pemasaran

Lampiran D5. Prioritas Strategi Peningkatan Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat pada KriteriaKelembagaan

Lampiran D6. Prioritas Strategi Peningkatan Penerapan Good AgriculturePractices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat pada Kriteria Kebijakan

Page 164: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

140

Lampiran E. Produksi Kopi Perkebunan Rakyat pada 10 Provinsi Produsen KopiTertinggi Di Indonesia Tahun 2014 – 2018

No ProvinsiProduksi Perkebunan Kopi Rakyat (Ton)

2014 2015 2016 2017 2018

1 Sumatra Selatan 135.287 110.351 110.346 184.166 184.168

2 Lampung 92.111 110.318 110.354 107.219 106.746

3 Sumatra Utara 58.175 59.411 60.177 66.640 67.179

4 Bengkulu 56.316 56.416 56.816 58.811 55.257

5 Aceh 49.823 47.444 47.378 68.493 64.812

6 Sumatra Barat 33.076 33.579 33.807 17.553 18.155

7 Jawa Timur 31.387 33.361 33.776 37.100 38.540

8 Jawa Tengah 23.549 20.690 20.429 15.097 15.139

9 NTT 21.401 21.217 20.971 21.364 22.091

10 Jawa Barat 17.154 17.400 16.487 16.720 19.418

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016, 2018 dan; Direktorat Jendral Perkebunan, 2017

Lampiran F. Produksi Kopi Perkebunan Rakyat pada 10 Kabupaten ProdusenKopi Tertinggi Di Jawa Timur Tahun 2014 – 2018

No KabupatenProduksi (Ton)

2014 2015 2016 2017 2018

1 Malang 8.619 9.382 11.429 11.829 12.260

2 Bondowoso 3.939 4.288 8.670 8.670 10.807

3 Banyuwangi 3.724 4.054 13.239 13.839 12.700

4 Jember 2.893 3.149 10.863 11.863 11.022

5 Lumajang 2.653 2.888 2.336 2.736 2.484

6 Probolinggo 1.535 1.671 1.563 1.563 1.760

7 Blitar 1.234 1.343 3.736 3.736 3.885

8 Jombang 857 933 761 761 655

9 Kediri 675 735 2.285 2.285 2.621

10 Pacitan 488 531 770 770 753

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018, 2019

Page 165: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

141

Lampiran G. Luas Areal Produksi Kopi Perkebunan Rakyat di Kabupaten JemberTahun 2013 -2017

No KecamatanLuas Areal (Ha)

2013 2014 2015 2016 20171 Kencong ‐ - - - -2 Gumukmas 2,06 2,06 2,04 2,04 2,043 Puger ‐ - - - -4 Wuluhan 4,11 4,08 4,05 4,00 4,005 Ambulu 5,34 5,34 5,30 5,26 5,266 Tempurejo 18,51 18,47 18,42 18,37 14,187 Silo 2.288,77 2.293,65 2.293,58 2.293,55 3.359,048 Mayang 59,34 59,29 59,26 59,24 50,879 Mumbulsari 47,33 47,29 47,26 47,25 15,0010 Jenggawah 5,75 5,75 5,74 5,73 5,7311 Ajung 2,61 2,60 2,58 2,55 2,5512 Rambipuji 4,73 4,70 4,67 4,64 4,6413 Balung 5,07 5,06 5,04 5,00 5,0014 Umbulsari 6,45 6,40 6,37 6,35 6,3515 Semboro 4,95 4,90 4,86 4,83 4,8316 Jombang ‐ - - - -17 Sumberbaru 290,00 294,91 294,84 294,82 837,8518 Tanggul 255,47 255,41 255,35 255,20 959,3819 Bangsalsari 125,29 125,24 125,21 125,18 1.504,5020 Panti 388,39 388,36 388,30 388,26 972,3021 Sukorambi 107,82 107,81 107,77 107,73 107,7322 Arjasa 52,39 52,36 52,31 52,27 578,9023 Pakusari 38,33 38,32 38,31 38,27 38,2724 Kalisat 35,08 35,04 35,00 34,93 34,1225 Ledokombo 539,59 539,57 539,52 539,47 449,3826 Sumberjambe 583,02 582,98 582,92 582,89 392,2027 Sukowono 38,49 38,48 38,46 38,42 38,4228 Jelbuk 513,14 413,09 513,04 513,01 108,8129 Kaliwates 5,67 5,67 5,66 5,66 5,5030 Sumbersari ‐ - - - -31 Patrang 59,50 59,50 59,42 59,42 59,42

Sumber : Badan Pusat Statistik, (2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018)

Page 166: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

142

Lampiran H. Produksi Perkebunan Kopi Rakyat pada 10 Kecamatan ProdusenKopi Tertinggi Di Kabupaten Jember Tahun 2013 – 2017

No KecamatanProduksi (Kw)

2013 2014 2015 2016 2017

1 Silo 9.336 12.487 12.213 12.381 22.154

2 Bangsalsari 360 934 935 939 10.485

3 Panti 1.237 1.977 1.988 1.993 4.800

4 Tanggul 644 1.356 1.365 1.376 7.609

5 Sumberbaru 819 1.693 1.705 1.715 7.313

6 Arjasa 138 320 320 321 2.520

7 Ledokombo 1.407 1.348 1.381 1.398 3.854

8 Sumberjambe 1.471 1.494 1.497 1.508 3.122

9 Jelbuk 991 1.187 1.188 1.219 664

10 Patrang 162 229 225 227 393Sumber : Badan Pusat Statistik, (2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018)

Page 167: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

143

Lampiran I. Daftar Indikator Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi rakyat beserta Bobot Nilainya

1 2 3 4 51 Faktor penentu lokasi

1.1 Curah hujan a. > 2.500 mm/th b. 2.000 - 3.000 mm/th c. 1.000 - 2.000 mm/th d. 1.500 2.500 mm/th e. 1.250 - 2.500 mm/th1.2 Suhu udara a. > 25*C b. 10*C - 20*C c. > 15*C - < 20*C d. 20*C e. 15*C -25*C1.3 Rata-rata pH tanah a. > 6,5 b. antara 4 - 6,5 c. antara 5,5 - 6 d. 5 e. antara 5,5 - 6,51.4 Kemiringan tanah a. > 30% b. 30% c. 25% - 35% d. 25% - 30% e. < 30%

1.5 Ketinggian tempat a. > 2.000 mdpl b. < 1.000 mdpl c. 100 - 1.500 mdpl d. 500 - 2.000 mdpl e. 100 - 2.000 mdpl

1.6 Tekstur tanah a. Tanah kerikil b. Lanau berpasir c. Lanau d. Lempung berpasir e. Lempung

2 Penyiapan lahan

2.1 Penyiapan penaung a. Tidak ada b. Tanaman musiman c. Tanaman tahunan 5 - 10 th d. Tanaman tahunan > 5 th e. Tanaman tahunan

2.2 Tinggi penaung a. Tidak ada b. Berumur 1 bulan c. Berumur 6 bulan d. Berumur 10 bulan e. > 1 tahun

2.3 Lubang penanaman a. 10 cm x 10 cm b. 30 cm x 30 cm c. 40 cm x 40 cm d. 50 cm x 50 cm e. 60 cm x 60 cm2.4 Kedalaman lubang a. 10 cm b. 30 cm c. 40 cm d. 50 cm e. 60 cm2.5 Jarak lubang tanam a. 1,0 m b. 2,0 m c. 2,0 - 2,5 m d. 2,5 m e. > 2,5 m x 2,5 m2.6 Jarak antar barisan a. 1,0 m b. 1,5 m - 2,0 m c. 2,0 m d. 2,0 m - 2,5 m e. 2,5 m - 3,0 m

3 Sistem pengairan (Rorak)3.1 Pembuatan rorak a. Tanpa rorak b. Sejajar dengan lereng c. Memanjang d. Dekat tanaman e. Memotong lereng3.2 Ukuran rorak a. Tidak ada b. 100 cm x 50 cm x 50 cm c. 100 cm x 30 cm x 30 cm d. 100 cm x 40 cm x 40 cm e. 120 cm x 40 cm x 40 cm3.3 Jarak rorak a. Tidak ada b. 30 cm x 30 cm dari tanamanc. 40 cm x 40 cm dari tanamand. 50 cm x 50 cm dari tanamane. 40 x 60 cm dari tanaman

4 Persiapan bibit4.1 Umur bibit a. 1 bulan b. 3 bulan c. 6 bulan d. 8 bulan e. 10 - 12 bulan4.2 Jumlah bibit per HA a. < 1.500 bibit b. 1.500 bibit c. 2.500 bibit d. 2.500 - 3.000 bibit e. > 3.000 bibit4.3 Pembuatan bedengan a. 50 x 50 cm b. 60 x 60 cm c. 90 x 120 cm d. 100 x 160 cm e. 120 x 180 cm4.4 Jarak dan kedalaman benih a. 3 cm (3 x 3) b. 4 cm (3 x 4) c. 5 cm (3 x 4) d. 5 cm (4 x 4) e. 5 cm (3 x 5)4.5 Penyiraman benih a. 3 hari sekali b. 2 hari sekali c. Setiap pagi d. Setiap sore e. Setiap hari

5 Penanaman5.1 Lubang tanam a. 30 x 30 x 40 cm b. 50 x 50 x 40 cm c. 60 x 60 x 30 cm d. 60 x 60 x 50 cm e. 60 x 60 x 40 cm5.2 Waktu penanaman a. Akhir musim penghujan b. Sepertiga di musim hujan c. Pertengahan musim hujan d. Ketersediaan air banyak e. Awal musim penghujan

6 Pemeliharaan tanaman6.1 Penyulaman a. Tidak ada b. 2 minggu setelah tanam c. 12 hari setelah tanam d. 10 hari setelah tanam e. 1 minggu setelah tanam6.2 Penyiraman a. Seminggu sekali b. 2 minggu sekali c. Seminggu 1 kali d. Seminggu 2 kali e. Melihat kelembapan6.3 Pemupukan awal a. Tidak ada b. Umur 2 minggu c. Umur 3 bulan d. Umur 5 bulan e. Umur < 8 bulan6.4 Pemupukan susulan a. Tidak ada b. 3 bulan sekali c. Setahun 3 kali d. Setahun 1 kali e. Setahun 2 kali6.5 Pemangkasan a. Tidak ada b. Setahun sekali c. Pemeliharaan d. Produksi e. Produksi dan pemeliharaan6.6 Pengamatan OPT a. Tidak ada b. Ketika ada serangan c. Manual d. Kimiawi e. Secara manual dan kimiawi

7 Panen dan Pasca Panen7.1 Kriteria buah a. Hijau kekuningan b. Kuning tidak merata c. Kekuningan d. Kuning kemerahan e. Merah7.2 Cara petik buah a. Campuran b. Kekuningan c. Kuning kemerahan d. Merah campur kuning e. Petik merah7.3 Teknik pengolahan a. Tidak ada b. Langsung dijual c. Kering d. Basah e. Kering dan basah7.4 Pengolahan a. Tidak ada b. Langsung dijual c. Dijemur dan dipecah d. Langsung dijemur e. Di pecah dan di keringkan

NoBobot

Indikator

Page 168: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

144

Kuisioner PenelitianPenerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat DiLereng Argopuro Kabupaten Jember

Identitas Responden

(Beri tanda silang (X) pada jawaban yang Bapak/ibu pilih.)

A. Gambaran umum1. Apakah usaha budidaya kopi menjadi pekerjaan utama atau sampingan bapak/ibu?

Jawab : ..............................................................................................................................................................2. Mengapa bapak/ibu memilih berusahatani kopi ?

Jawab : ..............................................................................................................................................................3. Varietas kopi apa yang bapak/ibu budidayakan ? Mengapa?

Jawab : ...............................................................................................................................................................

B. Faktor- faktor yang Mempengaruhi GAP Usahatani Kopi1. Sejak kapan bapak/ibu berusahatani kopi? Jawab : .....................................................................(Tahun)2. Berapa luas lahan yang bapak/ibu gunakan untuk budidaya tanaman kopi? Jawab : ...............(Ha)3. Status kepemilikan lahan:

Status Luaslahan

Jeniskopi

Lokasi(desa/kecamatan)

Produksi(Kw)

Jumlah pohonTBM TM TT TR

a. Hak milik

b. Sewa

c. Bagi hasil

*Produksi (kw) dalam bentuk : gelondong basah/gelondong kering/ose/ lainnya;………….4. Berapa produktivitas kopi bapak/ibu? Jawab : …………….Ton/Ha5. Berapa umur tanaman kopi yang bapak/ibu budidayakan?

Jawab : TBM ............. /TM................... /TT.................. /TR...............6. Apakah bapak/ibu mempekerjakan orang lain untuk berusahatani kopi?

Jawab : (Ya/ Tidak)

Nama : ...............................................................Alamat : ...............................................................No Telp. : ...............................................................Usia : ............. tahunSuku / etnis : ...............................................................Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) PerempuanStatus pernikahan : ( ) Sudah Menikah

( ) Belum Menikah*Jumlah anggota keluarga (termasuk ART):Balita (<5 tahun) : orang ; Anak-anak (5-12 tahun) : orangRemaja (13-20 tahun) : orang; Dewasa (>20 tahun) : orang*Pendidikan formal : ( ) Tidak Bersekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA ( ) Diploma ( ) Sarjana ( ) Pascasarjana*Pendidikan non formal : ( ) Seminar ( ) Pelatihan*Pekerjaan utama :( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Petani

( ) PNS ( ) Mahasiswa / Pelajar ( ) Lainnya .....

No Responden :

Page 169: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

145

7. Berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usahatani kopi bapak/ibu?a. Dalam keluarga : ………………b. Luar/ Orang lain : ………………

8. Apa saja kegiatan yang membutuhkan tenaga kerja dalam usahatani kopi bapak/ibu?Jawab : ...............................................................................................................................................................

9. Bagaimana kegiatan penyuluhan tentang kopi?a. Tidak pernah (Tidak ada sama sekali)b. Jarangc. SeringAlasan : ………………………………………………………………………………………

10. Bagaimana kehadiran dalam penyuluhan?a. Tidak pernah (Tidak pernah hadir)b. Jarangc. SeringAlasan : Keterangan (biasanya ….. kali hadir dalam penyuluhan)

11. Bagaimana pola pemasaran kopi yang bapak/ibu lakukan?a. Melalui tengkulak; (nama tengkulak;……………..; lokasi;……………; bentuk kopi;…….....)b. Pasar (nama pasar;……………; lokasi;………………; bentuk kopi;………………..)c. Kafe (nama kafe;………………..; lokasi;……………….;bentuk kopi;………………..)d. konsumen pribadi (lokasi;…………………; bentuk kopi;……………………..)Alasan : ………………………………………………………………………

12. Bagaimana bapak/ibu mendapatkan/mengakses informasi untuk usahatani kopi?1. Belum ada media informasi2. Sulit mendapatkan informasi3. Cukup mudah mendapatkan informasi4. Mudah mendapatkan informasi5. Sangat mudah mendapatkan informasiAlasan : ………………………………………………………………………

13. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja untuk usahatani kopi bapak/ibu?1. Tidak ada tenaga kerja lokal (sangat sulit)2. Sulit mendapatkan tenaga kerja3. Cukup mudah mendapatkan tenaga kerja4. Mudah mendapatkan tenaga kerja5. Sangat mudah mendapatkan tenaga kerjaAlasan : ………………………………………………………………………

14. Bagaimana persepsi harga jual kopi dari hasil usahatani kopi bapak/ibu saai ini?1. Murah (sangat jauh berbeda dengan harga sebelumnya)2. Agak murah (lebih rendah dari harga sebelumnya)3. Cukup/sedang (sama seperti harga sebelumnya)4. Mahal (lebih tinggi dari harga sebelumnya)5. Sangat mahal (sangat tinggi dari harga sebelumnya)*Ket : harga kopi tahun 2019 ……………. berbentuk ……………

Harga kopi tahun 2018 ……………. berbentuk ……………Alasan : ………………………………………………………………………

Page 170: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

146

C. Tingkat Penerapan Budidaya Kopi yang Baik (GAP)Pemberian rating didasarkan pada keterangan: 1 = Tidak Baik 2 = Kurang Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik

Responden

( )

1 2 3 4 51 Faktor penentu lokasi

1.1 Curah hujan a. > 3.000 mm/th b. > 2.500 - 3.000 mm/th c. 1.250 - < 1.500 mm/th d. 1.500 - < 2.000 mm/th e. 2.000 - 2.500 mm/th1.2 Suhu udara a. > 25*C b. 15*C c. > 15*C - < 20*C d. 20*C e. 21*C -24*C1.3 Rata-rata pH tanah a. < 5,5 dan > 6,5 b. 5,5 c. antara > 5,5 - < 6,0 d. 6,0 e. antara > 6,0 - 6,51.4 Kemiringan tanah a. > 45% b. antara 40% - < 45% c. antara 35% - < 40% d. antara 30% - < 35% e. antara 0 - < 30%

1.5 Ketinggian tempat a. > 1.000 mdpl b. > 900 - < 1.000 mdpl c. > 800 - < 900 mdpl d. > 700 - < 800 mdpl e. 100 - 700 mdpl

1.6 Tekstur tanah a. Berpasir b. Liat berbatu (> 15%) c. Liat berbatu (3 - 15%) d. Pasir berlempung e. Lempung

2 Penyiapan lahan

2.1 Penaung a. Tidak ada b. Hortikultura c. Pohon buah-buahan d. Pohon kayu-kayuan e. Pohon produktif

2.2 Umur penaung a. Tidak ada b. Berumur 1 bulan c. Berumur 6 bulan d. Berumur 10 - 12 bulan e. > 1 tahun

2.3 Lubang penanaman a. 10 cm x 10 cm b. 30 cm x 30 cm c. 40 cm x 40 cm d. 50 cm x 50 cm e. 60 cm x 60 cm2.4 Kedalaman lubang a. 10 cm b. 30 cm c. 40 cm d. 50 cm e. 60 cm2.5 Jarak lubang tanam a. 1,0 m b. 2,0 m c. 2,0 - 2,5 m d. 2,5 m e. > 2,5 m x 2,5 m2.6 Jarak antar barisan a. 1,0 m b. 1,5 m - 2,0 m c. 2,0 m d. 2,0 m - 2,5 m e. 2,5 m - 3,0 m

3 Sistem pengairan (Rorak)3.1 Pembuatan rorak a. Tanpa rorak b. Sejajar dengan lereng c. Memanjang d. Dekat tanaman e. Memotong lereng3.2 Ukuran rorak a. Tidak ada b. 100 cm x 50 cm x 50 cm c. 100 cm x 30 cm x 30 cm d. 100 cm x 40 cm x 40 cm e. 120 cm x 40 cm x 40 cm3.3 Jarak rorak a. Tidak ada b. 30 cm x 30 cm dari tanaman c. 40 cm x 40 cm dari tanaman d. 50 cm x 50 cm dari tanaman e. 40 x 60 cm dari tanaman

4 Persiapan bibit4.1 Umur bibit a. 1 bulan b. 3 bulan c. 6 bulan d. 8 bulan e. 10 - 12 bulan4.2 Jumlah benih per HA a. < 1.500 bibit b. 1.500 bibit c. 2.500 bibit d. 2.500 - 3.000 bibit e. > 3.000 bibit4.3 Pembuatan bedengan a. 50 x 50 cm b. 60 x 60 cm c. 90 x 120 cm d. 100 x 160 cm e. 120 x 180 cm4.4 Jarak dan kedalaman benih a. 3 cm (3 x 3) b. 4 cm (3 x 4) c. 5 cm (3 x 4) d. 5 cm (4 x 4) e. 5 cm (3 x 5)4.5 Penyiraman benih a. Seminggu sekali b. 4 hari sekali c. 3 hari sekali d. 2 hari sekali e. Setiap hari

5 Penanaman5.1 Lubang tanam a. 30 x 30 x 40 cm b. 50 x 50 x 40 cm c. 60 x 60 x 30 cm d. 60 x 60 x 50 cm e. 60 x 60 x 40 cm5.2 Waktu penanaman a. Akhir musim penghujan b. Sepertiga di musim hujan c. Pertengahan musim hujan d. Ketersediaan air banyak e. Awal musim penghujan

6 Pemeliharaan tanaman6.1 Penyulaman a. Tidak ada b. 2 minggu setelah tanam c. 12 hari setelah tanam d. 10 hari setelah tanam e. 1 minggu setelah tanam6.2 Penyiraman a. 1 bulan sekali b. 2 minggu sekali c. Seminggu 1 kali d. Seminggu 2 kali e. Melihat kelembapan6.3 Pemupukan awal a. Tidak ada b. Umur 5 minggu c. Umur 4 minggu d. Umur 3 minggu e. Umur 2 minggu6.4 Pemupukan susulan a. Tidak ada b. 2 tahun sekali c. Setahun 1 kali d. Setahun 3 kali e. Setahun 2 kali6.5 Pemangkasan a. Tidak ada b. Panen c. Bentuk d. Produksi e. Bentuk dan produksi6.6 Pengendalian OPT a. Tidak ada b. Biologis c. Manual d. Kimiawi e. Secara manual dan kimiawi

7 Panen dan Pasca Panen7.1 Kriteria buah a. Hijau b. Kuning tidak merata c. Kekuningan d. Kuning kemerahan e. Merah7.2 Petik buah a. Hijau b. Kekuningan c. Kuning kemerahan d. Merah dan kuning kemerahan e. Merah7.3 Teknik pengolahan a. Disimpan b. Tidak ada pengolahaan c. Kering d. Semi basah e. Basah

NoBobot

Indikator Keterangan

Page 171: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

147

Kuisioner AHP (Analisis Hierarki Proses)Strategi Peningkatan Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat Di LerengArgopuro Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Tujuan : Prioritas Peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat Di Lereng Argopuro KabupatenJember

Pewawancara : …………………..

Tanggal : ………………….. 2019

Identitas Informan Expert

A. Petunjuk pengisian tabel

Responden hanya mengisi nilai sesuai intensitas kepentingan, antara satu faktor terhadap faktor pembanding yang lain

dengan memberi nilai antara 1-9. Urutan intensitas dengan keterangan seperti Tabel sebagai berikut:

Skala Definisi Keterangan

1 Sama Penting Misal A dan B sama pentingnya3 Sedikit lebih penting Misal A sedikit lebih penting dari B5 Agak lebih penting Misal A agak lebih penting dari B7 Jauh lebih penting Misal A jauh lebih penting dari B9 Mutlak lebih penting Misal A mutlak lebih penting dari B2,4,6, dan 8 Nilai antara Jika ragu-ragu menentukan nilai

B. Pertanyaan1. Peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi harus memperhatikan beberapa kriteria, menurut bapak/ibu berdasarkan

pengalaman selama ini, kriteria mana yang terpenting dan harus diperhatikan untuk peningkatan Good Agriculture Practices

(GAP) Kopi. Jawab : ……………

Bagaimana urutan ke-5 kriteria yang dimaksud untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

1. Budidaya 2. Pasca panen 3. Pemasaran 4. Kelembagaan 5. Kebijakan

Urutannya : ……………

Bila bapak/ibu dimintai untuk memberikan nilai sesuai intensitas kepentingan kriteria satu dibandingkan dengan kriteria

lainnya untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

(Nilai dari 1 s/d 9 : 1 artinya sama penting, 9 artinya mutlak penting)

Budidaya (1) Pasca panen (2) Pemasaran (3) Kelembagaan (4) Kebijakan (5)

Budidaya (1) 1Pasca panen (2) 1Pemasaran (3) 1Kelembagaan (4) 1Kebijakan (5) 1

Nama : ...............................................................Alamat : ...............................................................No Telp. : ...............................................................Usia : ............. tahunJenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) PerempuanInstansi (Sub-bagian) : ………………………………………..Jabatan : ………………………………………..

Informan

( )

Page 172: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

148

2. Terdapat 3 strategi pada kriteria budidaya untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi yaitu :

X1 : Pembinaan, pelatihan, dan FGD penerapan GAP

X2 : Pendampingan penerapan GAP

X3 : Fasilitasi saprodi penerapan GAP

Berdasarkan strategi diatas bagaimana urutan pentingnya strategi satu dengan lainnya yang mendukung kriteria budidaya

untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi? Urutannya : …………………

Berdasarkan strategi tersebut, menurut bapak/ ibu seberapa penting antara satu strategi dengan strategi lain dalam mendukung

kriteria budidaya untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

(Nilai dari 1 s/d 9 : 1 artinya sama penting, 9 artinya mutlak penting)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpenerapan GAP (X1)

Pendampingan penerapanGAP (X2)

Fasilitasi saprodi penerapanGAP (X3)

Pembinaan,pelatihan, dan FGDpenerapan GAP (X1)

1

Pendampinganpenerapan GAP (X2)

1

Fasilitasi saprodipenerapan GAP (X3)

1

3. Terdapat 3 strategi pada kriteria pasca panen untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi yaitu :

X4 : Pendampingan pasca panen yang baik

X5 : Pembinaan, pelatihan, dan FGD pasca panen yang baik

X6 : Fasilitasi alat pasca panen

Berdasarkan strategi diatas bagaimana urutan pentingnya strategi satu dengan lainnya yang mendukung kriteria pasca panen

untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi? Urutannya : …………………

Berdasarkan strategi tersebut, menurut bapak/ ibu seberapa penting antara satu strategi dengan strategi lain dalam mendukung

kriteria pasca panen untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

(Nilai dari 1 s/d 9 : 1 artinya sama penting, 9 artinya mutlak penting)

Pendampingan pascapanen yang baik (X4)

Pembinaan, pelatihan, dan FGDpasca panen yang baik (X5)

Fasilitasi alat pasca panen(X6)

Pendampingan pasca panenyang baik (X4)

1

Pembinaan,pelatihan,dan FGDpasca panen yang baik (X5)

1

Fasilitasi alat pasca panen(X6)

1

4. Terdapat 3 strategi pada kriteria pemasaran untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi yaitu :

X7 : Pembinaan pemasaran

X8 : Pelatihan dan FGD pemasaran

X9 : Fasilitasi perbaikan tingkat pemasaran

Berdasarkan strategi diatas bagaimana urutan pentingnya strategi satu dengan lainnya yang mendukung kriteria pemasaran

untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

Urutannya : …………………

Berdasarkan strategi tersebut, menurut bapak/ ibu seberapa penting antara satu strategi dengan strategi lain dalam mendukung

kriteria pemasaran untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

Page 173: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

149

(Nilai dari 1 s/d 9 : 1 artinya sama penting, 9 artinya mutlak penting)

Pembinaan pemasaran (X7) Pelatihan dan FGD pemasaran(X8)

Fasilitasi perbaikan tingkatpemasaran (X9)

Pembinaanpemasaran (X7) 1

Pelatihan dan FGDpemasaran (X8) 1

Fasilitasi perbaikantingkat pemasaran(X9)

1

5. Terdapat 3 strategi pada kriteria kelembagaan untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi yaitu :

X10 : Pelatihan dan FGD kelembagaan

X11 : Pembinaan kelembagaan

X12 : Optimalisasi kelembagaan pembina/ penyuluh

Berdasarkan strategi diatas bagaimana urutan pentingnya strategi satu dengan lainnya yang mendukung kriteria kelembagaan

untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

Urutannya : …………………

Berdasarkan strategi tersebut, menurut bapak/ ibu seberapa penting antara satu strategi dengan strategi lain dalam mendukung

kriteria kelembagaan untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

(Nilai dari 1 s/d 9 : 1 artinya sama penting, 9 artinya mutlak penting)

Pelatihan dan FGDkelembagaan (X10)

Pembinaan kelembagaan(X11)

Optimalisasi kelembagaanpembina/penyuluh (X12)

Pelatihan dan FGDkelembagaan (X10) 1

Pembinaan kelembagaan(X11) 1

Optimalisasikelembagaanpembina/penyuluh (X12)

1

6. Terdapat 3 strategi pada kriteria kebijakan untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi yaitu :

X13 : Mempermudah pelaku usaha kopi

X14 : Program perbaikan kelembagaan kopi rakyat

X15 : Program peningkatan daya saing pemasaran

Berdasarkan strategi diatas bagaimana urutan pentingnya strategi satu dengan lainnya yang mendukung kriteria kebijakan

untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi? Urutannya : …………………

Berdasarkan strategi tersebut, menurut bapak/ ibu seberapa penting antara satu strategi dengan strategi lain dalam mendukung

kriteria kebijakan untuk peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Kopi?

(Nilai dari 1 s/d 9 : 1 artinya sama penting, 9 artinya mutlak penting)

Mempermudah pelaku usahakopi (X13)

Program perbaikankelembagaan kopi rakyat (X14)

Program peningkatan dayasaing pemasaran (X15)

Mempermudah pelakuusaha kopi (X13) 1

Program perbaikankelembagaan kopirakyat (X14)

1

Program peningkatandaya saing pemasaran(X15)

1

Page 174: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

150

Gambar Struktur Hierarki Peningkatan Good Agriculture Practices (GAP) Usahatani Kopi Rakyat

Page 175: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

151

DOKUMENTASI

Gambar 1. Lahan Kopi Perkebunan Rakyat di Kecamatan Panti KabupatenJember

Gambar 2. Wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Kemundungan diDesa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Page 176: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

152

Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Tani di Kecamatan PantiKabupaten Jember

Gambar 4.Saat Ketua Kelompok Tani Kemundungan Menunjukkan ContohBibit Kopi Robusta yang Sudah Berumur 1 Tahun 1 Bulan diKecamatan Panti Kabupaten Jember

Page 177: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

153

Gambar 5. Wawancara dengan Salah Satu Petani Kopi di Desa PakisKecamatan Panti Kabupaten Jember sambil MenunjukkanSampel Hasil Panen Kopi

Gambar 6. Wawancara dengan Petani Kopi di Desa Kemiri KecamatanPanti Kabupaten Jember

Page 178: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

154

Gambar 7. Petani Kopi di Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Gambar 8. Ketua Kelompok Tani Suryatani saat Berada di PerkebunanKopi di Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Page 179: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

155

Gambar 9. Melihat Langsung Salah Satu Kebun Kopi Milik Petani yangAda di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Gambar 10. Alat Huller untuk Memecahkan Buah Kopi yang Ada diKelompok Tani Sejahtera Bersama di Desa Kemiri KecamatanPanti Kabupaten Jember

Page 180: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

156

Gambar 11. Pengeringan Biji Kopi Robusta di Desa Kemiri KecamatanPanti Kabupaten Jember

Gambar 12. Penggunaan Aplikasi Clinometer untuk mengetahui KemiringanLahan di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Page 181: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

157

Gambar 13. Melalui GPS untuk mengetahui Ketinggian Lahan PerkebunanKopi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Gambar 14. Bersama Pak Djoko Sumarno dari Kepala Kebun PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Kabupaten Jember

Page 182: PENERAPAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES(GAP) …...PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : ... akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar. Jember, 16

158

Gambar 15. Wawancara dengan Bu Novi Hardiani dari Dinas TanamanPangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Jember

Gambar 16. Wawancara dengan Pak Wahyu dari Gabungan Kelompok TaniMaju Mapan di Desa Kemiri Kecamatan Panti KabupatenJember