PENERAPAN BIOTEKNOLOGI PROBIOTIK PADA PAKAN SERAT … · maksimal, beberapa macam proses dapat...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
247 -
download
1
Transcript of PENERAPAN BIOTEKNOLOGI PROBIOTIK PADA PAKAN SERAT … · maksimal, beberapa macam proses dapat...
PENERAPAN BIOTEKNOLOGI PROBIOTIK PADA PAKAN SERAT BERMUTU
RENDAH TERHADAP PENAMPILAN DAN KARKAS ITIK
I GST. NYM. GDE BIDURA DAN I M. SUASTA
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar
Jl. PB. Soedirman, Denpasar, Bali Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan bioteknologi
probiotik pada pakan serat bermutu rendah (sekam padi, serbuk gergaji kayu, dan pod
kakao) terhadap penampilan dan karkas itik Bali. Penelitian ini menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan delapan perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap-tiap ulangan
menggunakan empat ekor itik. Ransum yang diberikan selama periode penelitian (umur 2-8
minggu) disusun dengan kandungan protein kasar 16% dan energi metabolis 2900 kkal/kg,
sebagai ransum kontrol (K), ransum dengan 10% sekam padi (S), 10% serbuk gergaji kayu
(G), 10% pod kakao (P), ransum basal + 0,5% ragi (KR), ransum dengan 10% sekam padi
+ 0,5% ragi (SR), ransumdengan 10% serbuk gergaji kayu + 0,5% ragi (GR) dan ransum
dengan 10% pod kakao + 0,5% ragi (PR). Ransum dan air minum selama penelitian
diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan berat
badan, berat badan akhir, berat potong, berat karkas, persentase lemak subkutan karkas dan
efisiensi penggunaan ransum pada itik perlakuan S dan G menurun secara nyata (P<0,05),
sedangkan persentase daging meningkat nyata (P<0,05) daripada kontrol (K). Penampilan
dan kualitas karkas itik pada perlakuan P tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol (K),
akan tetapi penggunaan 10% sekam padi (S) dan 10% serbuk gergaji kayu (G) dalam
ransum nyata menurunkan (P<0,05) pertumbuhan dan meningkatkan kualitas karkas itik
daripada kontrol (K). Dapat disimpulkan bahwa penampilan dan kualitas karkas itik Bali
tidak berpengaruh dengan adanya 10 pod kakao dengan atau tanpa suplementasi probiotik
dalam ransum, akan tetapi pertambahan berat badan, berat karkas, efisiensi penggunaan
ransum menurun, dan lemak subkutan karkas menurun nyata pada penggunaan 10% sekam
padi dan 10% serbuk gergaji kayu.
Kata kunci: Ragi tape, pod kako, sekam padi, performans, karkas, itik
APPLICATION OF PROBIOTICS BIOTECHNOLOGY IN LOW QUALITY OF
FEEDING FIBRE ON PERFORMANCE AND CARCASS OF DUCK
ABSTRACT
The research was carried out to study the application of probiotics technology in
low quality of feeding fibre on performance and carcasses characteristics of male Bali
ducks. The research used a completely randomized design (CRD) with eight treatments in
six replicates. There were fourth birds in each replicates. The experimental diets for the
finishing period (aged 2-8 weeks) were formulated to 16 % crude protein and 2900 kkal
ME/kg as a control diet (K), diets with 10% rice bran (S), 10 % sawdust (G), 10% cocoa-
pod (P), kontrol diet + 0,5% yeast (KR), 10% rice bran + 0,5% yeast (SR), 10% sawdust +
0,5% yeast (GR),10% cocoa-pod + 0,5% yeast (PR), respectively. Experimental diets and
drinking water were provided ad libitum during the entire experimental period. It was
concluded that performance and carcass quality of male Bali duck aged 2-8 weeks were
not efeected on the10% cocoa-pod with or without supplemented of 0,5% yeast cultur, but
body weight gain, carcass weight, feed efficiency, and subcutaneous fat of carcass were
decreased both in duck offered of 10% rice bran and 10% sawdust.
Key words: Yeast culture, coccoa-pod, rice bran, performance, carcass, duck
PENDAHULUAN
Bahan pakan senantiasa dipermasalahkan keberadaannya yang meliputi
ketersediaannya, kualitas serta kontinuitasnya. Hal ini disebabkan karena bahan pakan
merupakan komponen yang sangat vital dalam meningkatkan kualitas produksi terutama
dalam era globalisasi ini. Pemanfaatan bahan pakan alternatif (sekam padi, serbuk gergaji
kayu, dan pod kakao) yang mensubsidi bahan pakan konvensional, merupakan salah satu
cara untuk mengatasi tingginya biaya produksi yang bersumber dari biaya pakan.
Kendala utama dalam penggunaan bahan pakan alternatif (pakan serat bermutu
rendah) sebagai pakan unggas adalah tingginya kandungan serat kasar bahan tersebut.
Namun demikian, kehadiran serat kasar dalam ransum unggas sangat essensial sekali
artinya, karena serat kasar ternyata mempunyai fungsi fisiologis dan fungsi nutrisi bagi
ternak unggas (Siri et al., 1992). Pernyataan tersebut didukung oleh Sutardi (l997) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan usus dan caeca dapat dirangsang oleh serat. Disamping
itu juga serat dapat mengurangi absorpsi lemak, sehingga deposisi lemak ke dalam jaringan
menurun. Dilaporkan juga oleh Basyir (l999) bahwa serat kasar dapat meeningkatkan
panjang saluran pencernaan dan meningkatkan penyerapan mineral sodium, potasium,
copper dan Fe.
Pemanfaatan bahan pakan alternatif akan memberikan dampak yang maksimal jika
diberikan secara benar pada hewan ternak, dan untuk dapat memberikan manfaat yang
maksimal, beberapa macam proses dapat dilakukan seperti proses bioteknologi probiotik.
Ragi tape dapat berperan sebagai sumber probiotik dalam ransum. Salah satu
mikroba yang terkandung dalam ragi tape adalah Saccharomyces cerevisieae (Aryanta,
l980) yang dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat tinggi (Wallace dan Newbold,
l993), menjadi produk asam lemak terbang. Asam lemak terbang ini khususnya asam
propionat, menurut Harianto (l996) ternyata berperan untuk menghambat sintesis kolesterol
di dalam hati yaitu dengan jalan menekan aktivitas enzim 3-hidroxy-3-methyl glutaryl Co-
A reduktase yang berperan dalam sintesa kolesterol di dalam hati. Penggunaan probiotik
dalam ransum ternyata dapat meningkatkan kandungan “lysine analoque S-2-aminoethyl-
cysteine” dalam saluran pencernaan unggas (Sand dan Hankins, l976), dan suplementasi
Saccharomyces cerevisieae dalam ransum ternyata dapat meningkatkan kecernaan bahan
kering, kecernaan protein dan fosfor (Piao et al., l999). Hal yang sama dilaporkan oleh
Ramia dan Bidura (2000) bahwa suplementasi 0,5 % ragi tape dalam ransum ternyata dapat
meningkatkan penampilan dan kualitas karkas itik.
MATERI DAN METODE
Itik
Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik Bali jantan umur dua minggu
yang diperoleh dari Poultry Shop UD, Setia Ternak, Kediri Tabanan dengan umur yang
sama dan berat badan yang relatif homogen.
Kandang dan Perlengkapannya.
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem battery colony dari kawat dan
bilah-bilah bambu, dengan ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 0,5 m. Tiap-tiap petak
kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum.
Ransum dan Air Minum
Ransum yang digunakan terdiri dari : jagung kuning, dedak padi, bungkil kedele,
tepung ikan, minyak kelapa dan premix. Dihitung berdasarkan Tabel zat-zat makanan
menurut Scott et al. (1982). Ransum disusun isokalori (ME: 2900 kkal/kg) dan isoprotein
(CP: 16 %). Air minum bersumber dari PAM setempat.
Serbuk Gergaji Kayu , Sekam, dan Cangkang Kakao
Serbuk gergaji kayu yang dibgunakan diperoleh dari PT. Jindo Kobal di Jl.
Diponogoro No 36, Tabanan yang bersumber dari kayu meranti dan Kamper. Berdasarkan
hasil analisis laboratorium menurut Bidura et al. (l996), serbuk gergaji kayu mengandung
bahan kering 86,20%, protein kasar 0,90%, lemak kasar 0,32% dan abu 1,38%.
Sekam padi diperoleh dari perusahaan penggilingan beras setempat. Sebelum
digunakan terlebih dahulu direcah halus. Komposisi kimia sekam padi menuruty Lubis
(1985) bahwa dedak kasar ini mengandung 10,60% air, 4,10% protein, 32,40% BETN,
35,30% serat kasar, 1,60% lemak kasar dan 16,00% mineral.
Cangkang kakao diperoleh dari perkebunan kakao setempat. Sebelum digunakan
terlebih dahulu di keringmataharikan, selanjutnya di ayak dengan mesin ayakan kelapa dan
disaring. Pod kakao yang digunakan bersumber dari tanaman coklat lokal yang
mengandung: 8,9% protein, 0,9% lemak kasar, 34,5% serat kasar dan 1746 kkal ME/kg
(Sutardi, l997)
Tabel 1. Komposisi bahan dalam ransum penelitian (itik umur 2-8 minggu)
Bahan (%) Perlakuan
K S G P KR SR GR PR
Jagung 60,53 60,13 60,13 58,13 60,53 60,13 60,13 58,13
Tepung ikan 12,04 12,11 12,74 12,31 12,04 12,11 12,74 12,41
Bungkil kelapa 4,76 0,33 0,17 3,29 4,76 0,33 0,17 3,79
Dedak padi 20,25 9,34 8,91 12,95 20,02 9,11 8,64 11,98
Kacang kedele 1,28 5,87 5,95 1,95 0,83 5,42 5,50 1,95
Minayak kelapa 0,67 1,75 1,63 0,90 0,85 1,93 1,85 0,90
NaCl 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,21
Premix 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Sekam padi - 10,00 - - - 10 - - Serbuk gergaji kayu - - 10,00 - - - 10 -
Pod kakao - - - 10,00 - - - 10
Ragi - - - - 0,5 0,5 0,5 0,5
Total 100 100 100 100 100 100 100 100
Ragi Tape
Ragi tape (probiotik) yang digunakan adalah ragi tape yang umumnya di dalam
pembuatan tape, merk”Na Kok Liong”, terdaftar nomor 26895 yang diperoleh dari pasar
umum setempat.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan delapan
macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap-tiap ulangan menggunakan empat ekor itik
Bali jantan umur dua minggu dengan berat badan homogen. Ke delapan perlakuan tersebut
adalah :
Ransum basal (ME: 2900 kkal/kg dan CP: 16%) tanpa sekam, serbuk gergaji kayu, pod
kakao, dan ragi tape sebagai kontrol (K).
Ransum dengan 10% sekam padi (S).
Ransum dengan 10% serbuk gergaji kayu (G).
Ransum dengan 10% Pod kakao (P).
Ransum kontrol dengan suplementasi 0,5% ragi tape (KR).
Ransum dengan 10% sekam padi + 0,5% ragi tape (SR).
Ransum dengan 10% serbuk gergaji kayu + 0,5% ragi tape (GR).
Ransum dengan 10% cangkang kako + 0,5% ragi tape (PR).
Tabel 2. Komposisi zat makanan dalam ransum penelitian (itik umur 2-8 minggu)
Komposisi Kimia Perlakuan Standar2)
K S G P KR SR GR PR
Energi metabolis
(Kkal/kg)
2903 2900 2901 2906 2899 2900 2901 2902 2900
Protein kasar (%) 16,10 16,00 16,01 16,01 16,11 16,01 16,01 16,26 16
Lemak kasar (%) 7,06 7,73 7,35 6,46 7,15 7,81 7,43 6,41 5-83)
Serat kasar (%) 4,54 7,40 11,19 7,37 4,48 7,30 11,02 7,36 3-83)
Kalsium (%) 0,98 0,98 1,03 0,99 0,98 0,98 1,03 0,99 0,60
P-tersedia (%) 0,59 0,60 0,61 0,58 0,59 0,60 0,61 0,58 0,35
Arginin (%) 1,22 1,08 1,09 1,10 1,24 1,10 1,11 1,12 1,00
Metionin + Sistin (%) 0,72 0,68 0,69 0,68 0,74 0,69 0,69 0,69 0,60
Lysin (%) 1,12 1,12 1,16 1,09 1,10 1,15 1,19 1,11 0,80
Keterangan :
1. Berdasarkan perhitungan menurut Scott et al. (l982)
2. Standar NRC (l984)
3. Standar Morrison (l961)
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati atau diukur meliputi: konsumsi ransum dan air minum,
pertambahan berat badan Feed Conversion Ratio, berat karkas, komposisi fisik karkas,
Perlemakan tubuh itik.
Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila di antara perlakuan
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) analisis dilanjutkan dengan uji jarak
berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Badan Akhir dan Pertambahan Berat Badan
Rataan berat badan akhir itik Bali jantan umur delapan minggu yang diberi ransum
kontrol (K) adalah 1320,33 g/ekor (Tabel 3). Sedangkan pada itik perlakuan S, G, P, KR,
SR, GR, dan PR secara berturutan adalah: 14,47% lebih rendah (P>0,05), 21,16% lebih
rendah (P<0,05), 4,86% lebih rendah (P>0,05), 4,85% lebih tinggi (P>0,05), 8,70% lebih
rendah (P>0,05), 12,73% lebih rendah (P>0,05), dan 3,91% lebih tinggi (P>0,05) daripada
kontrol (K).
Pertambahan berat badan itik Bali jantan selama enam minggu penelitian pada
perlakuan K adalah 1162,33 g/ekor. Sedangkan pada perlakuan S, G, P, KR, SR, GR, dan
PR masing-masing: 14,47% lebih rendah (P>0,05), 21,16% lebih rendah (P<0,05), 4,86%
lebih rendah (P>0,05), 4,85% lebih rendah (P>0,05), 8,70% lebih rendah (P>0,05), 12,73%
lebih rendah (P>0,05), dan 3,91% lebih tinggi (P>0,05) daripada kontrol (K).
Konsumsi Ransum dan Air Minum
Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama enam minggu penelitian pada itik
perlakuan kontrol (K) adalah 4505,00 g/ekor. Sedangkan pada itik perlakuan S, G, P, KR,
SR, GR, dan PR meningkat secara berturutan : 6,63% (P<0,05), 4,89% (P<0,05), 6,27%
(P<0,05), 0,92% (P>0,05), 8,12% (P<0,05), 6,17% (P<0,05), dan 6,98% (P<0,05) daripada
kontrol (Tabel 3).
Konsumsi air minum pada semua perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P>0,05)
Tabel 3. Suplementasi Probiotik (Ragi) pada Pakan serat Bermutu Rendah terhadap
Penampilan Itik Bali Jantan Umur 2 – 8 Minggu
Variabel Perlakuan1)
SEM2)
K S G P KR SR GR PR
B.B. Awal
(g)
158,00a3)
158,67a 158,17a 158,50a 158,33a 158,33a 158,67a 158,33a 1,389
B.B. Akhir
(g)
1320,3ab 1152,8bc 1074,50c 1264,33ab 1377,00a 1219,50b 1173,0bc 1366,17a 42,460
PBB.
(g)
1162,3ab 994,17bc 916,33c 1105,83ab 1218,67a 1061,17b 1014,3bc 1207,83a 42,497
K. Ransum
(g)
4505,00c 4803,50a 4725,33b 4787,50ab 4546,67c 4871,00a 4783,2ab 4819,7ab 43,070
K. Air
Minum (l)
13,698a 13,840a 13,902a 13,845a 13,808a 13,901a 13,949a 13,781a 0,418
Kon. SK (g) 204,46d 355,46c 495,43a 352,84c 203,69d 355,59bc 527,03a 354,73c 12,496
Kon. PK (g) 725,31c 768,56ab 756,53b 766,48ab 732,47c 779,85a 765,79ab 783,68a 6,912
Kon. Lys.
(g)
50,46d 53,80b 54,81b 52,18c 50,02d 56,02a 56,92a 53,50bc 0,486
Kon. Met (g) 32,44b 32,66b 32,61b 32,56b 33,64a 33,61a 33,00ab 32,77b 0,302
FCR 3,90c 4,88ab 5,21a 4,33bc 3,74c 4,62b 4,79ab 4,01c 0,1603
Keterangan :
1. Ransum kontrol (K), ransum dengan penggunaan 10 % sekam (S), 10 % serbuk gergaji kayu (G), 10
% pod kakao (P), ransum kontrol dengan 0,5 % ragi (KR), ransum dengan 10 % sekam + 0,5 % ragi
(SR), ransum dengan 10 % serbuk gergaji kayu + 0,5 % ragi (GR), dan ransum dengan 10 % pod
kakao + 0,5 % ragi (PR).
2. Standard Error of The Treatment Means
3. Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)
4. BB (berat badan), PBB (pertambahan berat badan), SK (serat kasar), PK (protein kasar), Lys (asam
amino lysin), Met (asam amino metionin), dan FCR (feed conversion ratio)
Feed Conversion Ratio
Rataan nilai feed conversion ratio (FCR) selama penelitian pada itik kontrol (K)
adalah 3,90/ekor. Sedangkan pada itik perlakuan S dan G masing-masing 25,13%, 33,59%
nyata lebih tinggi (P<0,05), dan perlakuan P 11,03% lebih tinggi (P>0,05), KR 4,10% lebih
rendah (P>0,05), SR 18,46% lebih tinggi (P<0,05), GR 22,82% lebih tinggi (P<0,05), dan
PR 2,82% tidak nyata lebih tinggi (P>0,05) daripada kontrol (Tabel 3).
Tabel 4. Suplementasi Probiotik (Ragi) pada Pakan serat Bermutu Rendah terhadap Bobot
dan Komposisi Fisik Karkas Itik Bali Jantan Umur 2 – 8 Minggu
Variabel Perlakuan1)
SEM2
K S G P KR SR GR PR
B. Potong (g) 1321ab3)
1153c 1073c 1264ab 1376a 1218bc 1173c 1366ab 40,47
B. Karkas (g) 723ab 623bc 570c 699ab 761a 664b 629bc 756a 22,16
Karkas (%) 54,69ab 54,01b 53,17b 55,42a 55,32ab 54,50ab 53,70b 55,35ab 0,477
Komposisi Fisik Karkas (% Berat Karkas)
. Daging 40,51c 41,49bc 41,63b 40,85c 40,89c 41,51bc 42,44a 41,44bc 0,232
. Tulang 27,58a 27,64a 27,96a 27,37a 27,40a 27,90a 27,41a 27,07a 0,246
. Lemak Subkutan 31,91a 30,88c 30,41d 31,78a 31,71ab 30,59d 30,12e 31,49b 0,101
Keterangan :
1. Ransum kontrol (K), ransum dengan penggunaan 10% sekam (S), 10% serbuk gergaji kayu (G),
10% pod kakao (P), ransum kontrol dengan 0,5% ragi (KR), ransum dengan 10% sekam + 0,5%
ragi (SR), ransum dengan 10 % serbuk gergaji kayu + 0,5% ragi (GR), dan ransum dengan 10%
pod kakao + 0,5% ragi (PR).
2. Standard Error of The Treatment Means
3. Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)
Berat Potong
Rata-rata berat potong itik umur delapan minggu pada perlakuan kontrol (K) adalah
1320,83 g/ekor (Tabel 4). Sedangkan pada itik perlakuan S. G, P, KR, SR, GR, dan PR
secara berturutan adalah: 12,74% lebih rendah (P<0,05), 18,80% lebih rendah (P<0,05),
4,29% lebih rendah (P>0,05), 4,16% lebih tinggi (P>0,05), 7,76% lebih rendah (P>0,05),
11,23% lebih rendah (P<0,05), dan 3,4 % lebih tinggi (P>0,05).
Berat Karkas dan Persentase Karkas
Rataan berat karkas itik umur delapan minggu pada perlakuan kontrol (K) adalah
722,50 g/ekor (Tabel 4). Sedangkan pada itik perlakuan S. G, P, KR, SR, GR, dan PR
secara berturutan adalah: 13,84% lebih rendah (P>0,05), 21,11% lebih rendah (P<0,05),
3,23% lebih rendah (P>0,05), 5,31% lebih tinggi (P>0,05), 8,07% lebih rendah (P>0,05),
12,42% lebih rendah (P>0,05), dan 4,61% lebih tinggi (P>0,05) daripada kontrol (K).
Rata-rata persentase karkas itik umur delapan minggu pada perlakuan kontrol (K)
adalah 54,69 %/ekor (Tabel 4). Sedangkan pada itik perlakuan S. G, P, KR, SR, GR, dan
PR secara berturutan adalah: 1,24% lebih rendah (P>0,05), 2,78% lebih rendah (P>0,05),
1,33% lebih tinggi (P<0,05), 1,15% lebih tinggi (P>0,05), 0,35% lebih rendah (P>0,05),
1,81% lebih rendah (P>0,05), dan 1,21% lebih tinggi (P>0,05) daripada kontrol (K).
Komposisi Fisik Karkas (Daging, Tulang, dan Lemak Subkutan)
Rataan persentase daging karkas pada itik kontrol (K) adalah 40,51% berat
karkas/ekor (Tabel 4). Sedangkan pada itik perlakuan S, G, P, KR, SR, GR, dan PR
meningkat secara berturutan: 2,42%, 2,76%, 0,84%, 0,94%, 2,47%, 4,76%, dan 2,30%
lebih tinggi (P<0,05) daripada kontrol (K).
Rataan persentase tulang karkas pada itik kontrol (K) adalah 27,58% berat
karkas/ekor (Tabel 4). Sedangkan pada itik perlakuan S, G, P, KR, SR, GR, dan PR
masing-masing adalah: 0,22% lebih tinggi, 1,38% lebih tinggi, 0,76% lebih rendah, 0,65%
lebih rendah, 1,16% lebih tinggi, 0,62% lebih rendah, dan 1,85% lebih rendah, secara
statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).
Rataan persentase lemak subkutan karkas pada itik kontrol (K) adalah 31,91 %
berat karkas/ekor (Tabel 4). Sedangkan pada itik perlakuan S, G, P, KR, SR, GR, dan PR
masing-masing menurun: 3,23% (P<0,05), 4,70% (P<0,05), 0,41% (P>0,05), 0,63%
(P>0,05), 4,14 % (P<0,05), 5,61% (P<0,05), dan 1,32 % (P<0,05) daripada kontrol (K).
Pembahasan
Penggunaan pakan serat bermutu rendah sebanyak 10 % (perlakuan S, G, dan P)
dalam ransum secara nyata meningkatkan konsumsi ransum dan zat-zat makanan lainnya.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya kandungan serat kasar dalam ransum sebagai
akibat dari penggunaan bahan pakan itu sendiri itu sendiri yang mengandung serat kasar
cukup tinggi. Peningkatan kandungan serat kasar dalam ransum menyebabkan laju aliran
ransum dalam saluran pencernaan menjadi cepat (Bidura et al., 1996), sebagai akibatnya
saluran pencernaan akan kosong dan itik akan mengkonsumsi ransum lagi. Disamping itu,
peningkatan serat kasar dalam ransum akan mengurangi efisiensi penggunaan energi
metabolis yang disebabkan oleh terjadinya pengalihan sebagian energi netto untuk aktivitas
energi muskuler yang dibutuhkan untuk aktivitas tambahan gizard dan untuk mendorong
sisa makanan sepanjang saluran pencernaan (Lloyd et al., 1978).
Penggunaan 10 % sekam padi giling halus dan 10 % serbuk gergaji kayu dalam
ransum secara nyata menurunkan pertambahan berat badan itik, akan tetapi pada
penggunaan 10 % pod kakao dalam ransum tidak menunjukkan hasil yang berbeda.
Demikian juga halnya setelah adanya suplementasi 0,5 % ragi tape, pertambahan berat
badannya meningkat namun masih lebih rendah daripada kontrol. Hal ini logis karena itik
tidak dapat mencerna serat kasar yang terlalu tinggi, sehingga efisiensi penggunaan zat-zat
makanan juga menjadi menurun. Seperti dilaporkan oleh Wenk dan Hadorn (l994) bahwa
peningkatan kandungan serat kasar dalam ransum dari 3,2 % menjadi 9,1 % dan 11,2 %,
secara nyata menurunkan pertambahan bertat badan ayam dan efisiensi penggunaan
ransumnya. Adanya ragi tape yang mengandung khamir Saccharomyces serevisiae
(Aryanta, 1980), yang menurut Wallace dan Newbold (1993) dapat meningkatkan
kecernaan serat kasar ransum pada bagian caecum menjadi produk asam lemak terbang
yaitu asetat, propionat dan butirat. Asam lemak terbang tersebut menurut Sutardi (1997)
merupakan sumber energi tambahan bagi itik maupun mikroorganisme di dalamnya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Piao et al. (l999) bahwa penggunaan 0,1 % yeast
(Saccharomyces cereviseae) dalam ransum ayam secara nyata dapat memperbaiki
pertambahan berat badan, efisiensi penggunaan ransum, dan pemanfaatan zat-zat makanan
serta menurunkan jumlah N dan P yang disekresikan dalam feses. Dilaporkan juga oleh
Park et al. (l994) bahwa suplementasi 0,01 % yeast culture dalam ransum secara nyata
dapat memperbaiki feed intake, FCR, dan pertambahan berat badan ayam.
Berat potong dan berat karkas itik menurun pada perlakuan S dan G. Hal ini
disebabkan karena peningkatan konsumsi serat kasar (Tabel 3). Serat kasar tidak dapat
dicerna oleh ternak unggas sehingga secepatnya dikeluarkan dari saluran pencernaan.
Penurunan tersebut dapat juga disebabkan karena penggunaan sekam dan serbuk gergaji
kayu dalam ransum ternyata meningkatkan kandungan serat kasar ransum dan hal ini akan
menyebabkan penurunan kecernaan energi (Siri et al., 1992) dan penyerapan lemak
(Sutardi 1997). Dengan adanya suplementasi 0,5 % ragi tape sebagai sumber probiotik
kedalam ransum tersebut terjadi peningkatan namun masih lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol. Akan tetapi pada penggunaan 10 % pod kakao yang disuplementasi 0,5 %
ragi (PR) lebih tinggi daripada kontrol namun tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh dari ragi tape dalam ransum. Hal ini disebabkan karena ragi akan bekerja
sebagai fermenter (peragi) bahan organik. Hasil peragian bahan organik tersebut adalah
berupa pelepasan asam-asam amino dan sakarida dalam bentuk senyawa organik terlarut
yang mudah diserap (Higa dan Parr, 1994). Melalui proses peragian tersebut
mikroorganisme menghasilkan asam organik, hormon, vitamin dan antibiotik. Hasil
penelitian ini didukung oleh Francis et al. (1978) dan Noh et al. (1994) yang menyatakan
bahwa penggunaan probiotik di dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan.
Penggunaan 10 % pakan serat (S, G, dan P) dan adanya penambahan 0,5 % ragi
pada pakan serat tersebut (SR, GR, dan PR) sebagai sumber probiotik dalam ransum
ternyata dapat menurunkan lemak subkutan termasuk kulit karkas itik. Hal ini disebabkan
karena di dalam ragi tape terkandung khamir Saccharomyces serevisiae (Aryanta, 1980),
yang menurut Wallace dan Newbold (1993) dapat meningkatkan kecernaan serat kasar
ransum pada bagian caecum menjadi produk asam lemak terbang yaitu asetat, propionat
dan butirat. Asam lemak terbang tersebut menurut Sutardi (1997) merupakan sumber
energi tambahan bagi itik maupun mikroorganisme di dalamnya. Penurunan lemak
subkutan tersebut juga disebabkan meningkatkan konsumsi protein dan asam amino lysin
(Tabel 3) serta keberadaan ragi tape sebagai sumber probiotik dapat meningkatkan
ketersediaan asam amino lysin (lysine analoque-S-2-aminoethyl cysteine ) di dalam saluran
pencernaan unggas (Sand dan Hankin, 1976) yang menurut Astuti (1996), meningkatnya
konsumsi protein dan asam amino lysin ternyata dapat menurunkan perlemakan tubuh
ayam. Dilaporkan juga oleh Seaton et al. (1978) bahwa konsumsi protein dan asam amino
lysin yang meningkat menyebabkan penurunan kandungan lemak dalam tubuh dan
peningkatan jumlah daging dalam karkas.
Persentase daging karkas pada perlakuan S, G, P, KR, SR, GR, dan PR meningkat
secara nyata. Peningkatan persentase daging tersebut disebabkan karena peningkatan
konsumsi protein dan asam amino pembatas seperti lysin, sebagai akibat peningkatan
konsumsi ransum. Menurut Sugahara dan Kubo (1992) bahwa konsumsi protein dan asam
amino lysin yang tinggi akan dapat meningkatkan retensi energi sebagai protein dan
menurunkan retensi energi sebagai lemak dalam tubuh. Demikian juga halnya dengan ragi
tape sebagai sumber probiotik ternyata mampu meningkatkan retensi protein dalam tubuh
(Nahashon et al., 1994). Pendapat senada dilaporkan oleh Sibbald dan Wolynetz (1986),
bahwa retensi energi sebagai protein meningkat, sedangkan retensi energi sebagai lemak
tubuh menurun dengan semakin meningkatnya konsentrasi asam amino lysin dalam tubuh
sebagai akibat meningkatnya konsumsi protein atau asam amino lysin. Dilaporkan juga
oleh Al-Batshan dan Hussein (1999) bahwa meningkatnya konsumsi protein secara nyata
akan meningkatkan berat karkas, persentase karkas dan persentase daging dada (“breast
meat”) dan nyata menurunkan lemak abdomen (“abdominal fat”).
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 10% pod kakao
dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi penggunaan
ransum, pertumbuhan, bobot karkas dan komposisi fisik karkas itik Bali jantan umur 2-8
minggu dibandingkan kontrol. Penggunaan 10% sekam padi dan 10% serbuk gergaji kayu
dalam ransum ternyata menurunkan pertumbuhan (berat badan akhir, pertambahan berat
badan, bobot karkas, dan lemak subkutan karkas), dan efisiensi penggunaan ransum, akan
tetapi dapat meningkatkan persentase daging karkas, konsumsi ransum dan zat-zat
makanan lainnya. Suplementasi 0,5% ragi tape pada sekam padi, serbuk gergaji kayu, pod
kakao dan ransum kontrol secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi
penggunaan ransum, kuantitas dan kualitas karkas, dibandingkan dengan tanpa adanya
suplementasi ragi tape.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahim, S.M., M.S.Y. Haddadin, E.A.R. Haslamoun and R.K. Robinson. l996. The
Influence of Lactobacillus acidhophilus and Bacitracin on Layer Performance of
Chickens and Cholesterol Content of Plasma and Egg Yolk. British Poult. Sci. 37:
341 - 346.
Al-Batshan, H.A. and E.O.S. Hussein. 1999. Performance and Carcass Composition of
Broiler under Heat Stress : 1. The Effects of Dietary Energy and Protein. Asian-
Aus. J. Anim. Sci. 12 (6): 914-922.
Andajani, R. l997. Peran Probiotik dalam Meningkatkan Produksi Unggas. Poultry
Indonesia nomor 26/April l997 Hal: 19-20
Aryanta, W.R. l980. Microbiologycal and Biochemical Studies of Ragi and Brem (Rice
Wine) of Indonesia. Thesis, Faculty of Graduate School University of The
Philippines at Los Banos, Philippine
Astuti, I. l996. Pengaruh Pengurangan Tingkat Protein Pakan Pada Dua Macam Basal Diet
Yang Mendapat Suplementasi Asam Amino Terhadap Pertumbuhan Ayam. Thesis.
Fak. Pascasarjana UGM., Yogyakarta.
Balmer, J. and D.B. Zilversmit. l974. Effect of Dietary Roughage on Cholesterol
Absorption, Cholesterol Turnover and Steroid Exretion in Rat. J. Nutr. 104: 1319 -
1320
Barrow, P.A. l992. Probiotics for Chickens. In. Probiotics The Scientific Basis (By : R.
Fuller). First Ed. Chapman and Hall, London. Hal: 225 - 250.
Bidura, I.G.N.G., I.D.G.A. Udayana, I M. Suasta dan T.G.B. Yadnya. l996. Pengaruh
Tingkat Serat Kasar Ransum Terhadap Produksi dan Kadar Kolesterol Telur Ayam.
Laporan Penelitian Fakultas Peternakan, Unud., Denpasar
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, R.A. Souness and M. Wootton. l982. Food
Science Laboratory. Trainning Course, Udayana University 24 May-18 June l982,
Australian Universities International Development Program, Australia.
Darwis, A.A., E. Sukara, T. Tedja, dan R. Purnawati. l988. Biokonversi Limbah
Lignoselulosa oleh trichoderma veride dan Aspergilus niger. Laboratorium Bio-
Industri. PAU-Bioteknologi, IPB., Bogor.
Francis, C., D.M. Janky, A.S. Arafa and R.H. Harms. l978. Interrelationship of
Lactobacillus and Zinc Bacitracin in The Diets of Turkey. Poultry Sci. 57: 1687-
1689
Fuller, R. l989. History and Development of Probiotics, in : Probiotics the Scientific Basis.
Ed. Fuller, R. First Ed. Chapmann and Hall, London, Hal: 1 - 10
Harianto. l996. Manfaat Serat Makanan. Sadar Pangan dan Gizi Vol. 5 (2): 4-5
Hatfield, R.D. l989. Structural Polysaccharida in Forage and Their Degradability. Agron.
Journal 81 : 39 - 46.
Hexeberg, S., E. Hexeberg, N. Willumsen and R.K. Berge. 1994. A Study on Lipid
Metabolism in Heart and Liver of Cholesterol and Pectin-Fed Rats. British J. of
Nutr. 71 (2): 181 – 192
Higa, T. and J.F. Parr. 1994. Beneficial and effective Microorganism for Sustainable
Agriculture and Environment. International Nature Farming Research Center.
Atami, Japan.
Jin, L.Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. l997. Probiotics in Poultry : Modes of
Action. Worlds Poultry Sci. J. 53 (4): 351-368
Jorgensen, H., X.Q. Zhao, K.E. Bach-Knudsen and B.O. Enggum. l996. The Influence of
Dietary Fibre Source and Level on The Development of The Gastrointestinal Tract,
Digestibility and Energy Metabolism in Broiler Chickens. Br. J. Nutr. 75: 379-395
Kubena, L.F., J.W. Deaton, F.C. Chen and F.N. Reece. l974. Factors Influencing The
Quality af Abdominal Fat in Broilers. 2. Cage Versus Floor Rearing. Poultry Sci.
53: 574 - 576
Linder, M.C. 1985. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Ed. II. Penterjemah A. Parakkasi.
Penerbit UI., Jakarta.
Mayes, P.A., D.K. Granner, Y.W. Rodwel dan D.W. Martin. l992. Biokimia. Hapers
Review of Biochemestry. Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran Cetakan Ke VI,
EGC., Jakarta
Morrison, F.B. 1961. Feeds and Feeding A bridged. 9th. Ed. The Morrison Publishing Co.
Arrangewille. Ontorio, Canada.
Nahashon, S.N., H.S. Nakaue and L.W. Mirosh. 1994. Production Variable and Retention
in Single Comb White Leghorn Laying Pullets Fed Diets Supplemented With
Direct-Fed Microbials (Probiotic). Poultry Sci. 73; 1699-1711.
Noh, S.H., C.H. Lee, Y.J. Choi and I.K. Han. 1994. Effect of Antibiotics, enzyme, Yeast
Probiotics and -Ogonist on the Growth Performance and Nutrient Availability in
Broiler. Kor. J. Anim. Sci. 36 (6) : 630-641.
NRC. 1984. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy Press.Washington, D.C.
Owing, W.J., D.L. Reynolds, R.J. Hasiak and P.R. Ferket. l990. Influence of Dietary
Suplementation with Streptococcus faecium M-74 on Broiler Body Weight, Feed
Conversion, Carcass Characteristics and Intestinal Microbial Colonization. Poultry
Sci. 69: 1257 – 1264
Pangestu, E. Penggunaan Trichoderma viride Guna Memperbaiki Nilai Gizi Serbuk
Gergaji Kayu. Prosiding Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, 15 – 16
Juli 1997, Fapet, IPB, Bogor. Hal : 123 – 124
Park, H.Y., I.K. Han and K.N. Heo. 1994. Effects of Supplementation of Single Cell
Protein and Yeast Culture on Growth Performance in Broiler Chicks. Kor. J. Anim.
Nutr. Feed. 18 (5): 346 - 351
Piao, X.S., I.K. Han, J.H. Kim, W.T. Cho, Y.H. Kim and C. Liang. l999. Effects of
Kemzyme, Phytase and Yeast (Saccharomyces cerevisieae) on the Growth
Performance and pullution Reduction of Broiler Chicks. AJAS 12 (1): 36-41
Plummer, D.T. l977. An Introduction to Practical Biochemestry. McGraw-Hill Book Co.,
Ltd. New Delhi.
Ramia, I.K., I.N.T. Ariana dan I.G.N.G. Bidura. 1999. Suplementasi Probiotik dalam
Ransum berprotein Rendah Terhadap Penampilan dan Karkas Itik. Laporan
Penelitian Dosen Muda, Ditbinlitabmas, Fak. Peternakan, Universitas Udayana,
Denpasar.
Ritonga, H. l992a. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Majalah
Ayam dan Telur No. 73 Maret l992. Hal: 24-26
Ritonga, H. l992b. Bakteri Sebagai Pemacu Pertumbuhan. Poultry Indonesia no. 14/April
l992, Hal: 11-13
Sand, D.C. and L. Hankin. l976. Fortification of Foods by Fermentation with Lysine-
Exreting Mutants of Lactobacilli. J. Agric. Food Chem. 24: 1104-1106
Scott, M.L., M.C. Neisheim and R.J. Young. l982. Nutrition of The Chickens. 2nd Ed.
Publishing by : M.L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.
Seaton, K.W., O.P. Thomas, R.M. Gous and E.H. Bossard. 1978. The Effect of Diet on
Liver Glycogen and Body Composition in The Chick. Poutry Sci. 57: 692-697.
Sibbald, I.R., and M.S. Wolynetz. 1986. Effects of Dietary Lysine and Feed Intake on
Energy Utilization and Tissue Synthesis by Broiler Chicks. Poultry Sci. 65: 98-105.
Siregar, A.P., R.B. Lumming and D.J. Farell. l982. The Nutritional of Meat Type Duck. II.
The Effect of Fibre on biologycal Performance and Carcasses Characteristics. Aust.
J. Agric. Res. 33 : 877 - 886
Siri , S., H. Tobioka and I. Tasaki. l992. Effects of Dietary Cellulose Level on Nutrient
Utilization in Chickens. AJAS 5 (4): 741 - 746.
Siti, N.W. l996. Pengaruh Ragi Tape Sebagai Sumber Probiotik pada Kecernaan Ransum,
Aktivitas Fermentasi dan Populasi Mikrobia Rumen Karbau. Tesis Program
Pascasarjana IPB, Bogor.
Smith, O.B. l984. Studies on Feeding Value of Agro-Industry by Product for Livestock. IV.
The Economics and Feasibility of Feeding Cocoa Pods to Ruminants. World Rev.
Anim. Prod. 20: 61-65
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed.
McGraw-Hill International Book Co., London
Sugahara, K., and T. Kubo. 1992. Involvement of Food Intake in the Decreased Energy
Retention by Single Deficiencies of Lysine and Sulphur-Containing Amino Acid in
Growing Chicks. Brit. Poultry Sci. 33: 805-814.
Sukaryani, S. l997. Ragi, Bahan Makanan Ternak Alternatif Berprotein Tinggi. Poultry
Indonesia nomor 205/Maret l997. Hal: 15 - 16.
Suryani, N.N. dan I G.N.G. Bidura. l999. Pengaruh Penambahan Ragi Tape dalam
Ransum Terhadap Produksi Telur Ayam Lohmann Brown. Majalah Ilmiah
Peternakan Fapet. Unud. 2 (l): 10 - 14.
Sutardi, T. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-Ilmu Nutrisi Ternak. Orasi
Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fapet. IPB, Bogor.
Suwidjayana, I.N. dan I.G.N.G. Bidura. 1999. Khasiat Ragi Tape dan effective
Microorganisms Menurunkan Kolesterol dan Lemak Karkas Itik. Laporan
Penelitian Dosen Muda. Ditbinlitabmas, Fapet Unud, Denpasar
Tortuero, F. and E. Fernandez. l995. Effects of Inclusion of Microbial Cultures in Barley
Based Diets Feed to Laying Hens. Animal Feed Sci. and Technology 53: 255-265
Van Soest, P.J. l985. Difinition of Fibre Animal, In. W. Haresign and D.J.A. Cole Ed.
Recent Advences in Animal Nutrition. Butterworths. pp. 55 - 70.
Wallace, R.J. and W. Newbold. l993. Rumen Fermentation and Its Manipulation : The
Development of Yeast Culture as Feed Additive. p : 173-192, In. T.P. Lyons Ed.
Biotechnology in The Feed Industry Vol. IX. Altech Technical Publ. Nicholsville,
KY.
Wenk, C., and R. Hadorn. 1994. The Effect of Different Sources of Dietary Fibre on
Energy Utilization in Broiler. P. 195-202. In. Energy Metabolism of Farm Ainaml.
Proc. Of The 13th
Symposium Mojocar, Spain 18 – 24 Sept. 1994. EAAP
Publication No. 76, Spain.
Wong, H.K., A.H. Osman and M.S.H. Idris. l986. Utilization of Cocoa by-Product as
Feed. pp. 99-103, in. Ruminant Feeding Systems Utilizing Fibrous Agricultural
Residues. R.M. Dixon Ed. April, 1-3. Los Banos, The Philippines.