PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA...

15
Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik FGD PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN KONSTRUKSI KAYU DI SMKN 1 KEDIRI IKA DARMASTUTI BK FIP Universitas Negeri Surabaya (e-mail : [email protected]) Dr. Budi Purwoko.,M.Pd BK FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Kematangan karir merupakan suatu kondisi dimana individu mampu membuat pilihan karir secara tepat yang dicirikan dengan perilaku untuk mengidentifikasi kesempatan, memilih, merencanakan, melaksanakan atau mengimplementasikan tujuan-tujuan karir yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kematangan karir siswa dan kematangan karir siswa setelah diberi bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion. Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperement dengan pretest posttest one group design. Sampel penelitianya 8 siswa dari kelas X konstruksi kayu SMKN 1 Kediri. Untuk memperoleh data digunakan alat pengumpul data berupa angket “kematangan karir”. Perubahan tingkat kematangan karir siswa terlihat dalam proses analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji tanda atau sign test menunjukkan bahwa ρ = 0,004 lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan kematangan karir siswa kelas X program keahlian konstruksi kayu di SMKN 1 Kediri. Kata Kunci: bimbingan kelompok, teknik focus group discussion, kematangan karir Abstract Career maturity is a condition in which an individual is able to make choice in the right career is characterized by behaviors to identify the opportunities, selecting, planning, executing or implementing the career goals are available. This study aims to know the initial conditions of student career maturity and students' career maturity after given guidance group with focus group discussion technique. The design of the study is using quasi eksperement with one group pretest posttest design. The sample of this research is 8 student for ten classes student vocational school timber construction of SMKN 1 Kediri. To obtain the data is using data collection that is questionnaire "career maturity". The changes of students' career maturity level seen in the process of data analysis using sign test shows that ρ = 0.004 less than the value α = 0,05 so that Ho refused and Ha accepted. Thus, the group guidance with Focus Group Discussion (FGD) technical may increase the career 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : IKA DARMASTUTI

Transcript of PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA...

Paper Title (use style: paper title)

Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik FGD

PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK FOCUS GROUP DISCUSSION UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN KONSTRUKSI KAYU DI SMKN 1 KEDIRIIKA DARMASTUTI

BK FIP Universitas Negeri Surabaya (e-mail : [email protected])Dr. Budi Purwoko.,M.Pd BK FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Kematangan karir merupakan suatu kondisi dimana individu mampu membuat pilihan karir secara tepat yang dicirikan dengan perilaku untuk mengidentifikasi kesempatan, memilih, merencanakan, melaksanakan atau mengimplementasikan tujuan-tujuan karir yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kematangan karir siswa dan kematangan karir siswa setelah diberi bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion. Rancangan penelitian menggunakan quasi eksperement dengan pretest posttest one group design. Sampel penelitianya 8 siswa dari kelas X konstruksi kayu SMKN 1 Kediri. Untuk memperoleh data digunakan alat pengumpul data berupa angket kematangan karir. Perubahan tingkat kematangan karir siswa terlihat dalam proses analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji tanda atau sign test menunjukkan bahwa = 0,004 lebih kecil dari nilai = 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan kematangan karir siswa kelas X program keahlian konstruksi kayu di SMKN 1 Kediri. Kata Kunci: bimbingan kelompok, teknik focus group discussion, kematangan karirAbstractCareer maturity is a condition in which an individual is able to make choice in the right career is characterized by behaviors to identify the opportunities, selecting, planning, executing or implementing the career goals are available. This study aims to know the initial conditions of student career maturity and students' career maturity after given guidance group with focus group discussion technique. The design of the study is using quasi eksperement with one group pretest posttest design. The sample of this research is 8 student for ten classes student vocational school timber construction of SMKN 1 Kediri. To obtain the data is using data collection that is questionnaire "career maturity". The changes of students' career maturity level seen in the process of data analysis using sign test shows that = 0.004 less than the value = 0,05 so that Ho refused and Ha accepted. Thus, the group guidance with Focus Group Discussion (FGD) technical may increase the career maturity student for ten classed student vocational school timber construction of SMKN 1 Kediri. Keyword : Group Guidance, Focus Group Discussion Technique, and Career Maturity.PENDAHULUAN Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (MEA 2015) telah di depan mata, beberapa bulan lagi siap tidak siap Indonesia sudah harus menyongsong persaingan pasar bebas ASEAN tahun 2015. Persiapan dan sosialisasi kepada masyarakat sudah gencar dilakukan oleh pemerintah melalui institusi-institusi terkait, misal Kementrian Koperasi dan UKM, Kementrian Perdagangan, dll. Semua bertujuan satu, agar Indonesia memiliki daya saing terhadap negara-negara lain saat diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (MEA) tersebut akan terjadi pertukaran secara bebas termasuk tenaga kerja, semua tenaga kerja dari luar negeri bebas masuk ke Indonesia demikian pula tenaga kerja Indonesia bebas ke luar negeri. Dengan diterapkannya Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (MEA 2015) nanti diharapkan tenaga kerja Indonesia memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai agar tidak kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. Kemampuan dan keterampilan yang baik salah satunya bisa dicapai dengan kematangan karir yang baik pada usia sekolah. Hal ini tidak lepas dari peran pendidikan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa karena, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Hurlock, 1990) salah satunya meliputi memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan dilihat dari dasar psikologisnya dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminati.Kematangan karir mengacu pada kesiapan individu untuk membuat informasi, keputusan karir berdasarkan usia yang tepat dan mengatasi tugas-tugas pengembangan karir (Savickas dalam Lavinson, 1998). Super, 1957; Herr & Cramer, 1984: 14-15 (dalam Thayeb,1988:26) kematangan karir adalah daftar perilaku yang bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karir yang tersedia bagi individu tertentu dalam perbandingannya dengan yang dimiliki oleh kelompok sebayanya; dapat dipandang sebagai taraf rata-rata dalam perkembangan karir bagi seusianya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka kematangan karir diartikan sebagai suatu kondisi dimana individu mampu membuat pilihan karir secara tepat yang dicirikan dengan perilaku untuk mengidentifikasi kesempatan, memilih, merencanakan, melaksanakan atau mengimplementasikan tujuan-tujuan karir yang tersedia.Kematangan karir kejuruan yang tinggi menjadi suatu harapan bagi siswa SMK, karena dengan kematangan karir kejuruan yang tinggi mereka berharap akan mudah mendapatkan pekerjaan atau mampu bekerja secara mandiri. Kematangan karir sesuai jurusan diharapkan mampu untuk memberikan pengarahan dan pemahaman terhadap siswa dalam mengarahkan diri. Bidang karir yang ditekuni sesuai dengan kemampuan diri maka dalam menjalaninya akan terasa ringan, tanpa beban dan bertanggung jawab agar memperoleh kehidupan yang lebih baik. Bersumber dari pemahaman inilah akhirnya peneliti dapat mengambil benang merah bahwa dengan adanya kematangan karir kejuruan akan mampu menciptakan motivasi belajar dan bekerja siswa. Selain itu kematangan karir dalam jenjang pendidikan merupakan bagian penting yang menentukan keberhasilan karir seseorang kedepan. Akan tetapi saat ini masih banyak siswa SMA dan SMK yang kurang matang dalam perencanaan karirnya. Kurangnya kematangan karir bisa terjadi pula pada siswa SMK yang merupakan sekolah pencetak lulusan dengan kompetensi tertentu. Berdasarkan pengalaman ketika PPL di SMK Negeri 3 Kediri pada bulan September-Oktober 2014, terjadi permasalahan karir di SMK ini. Berdasarkan hasil penyebaran Alat Ungkap Masalah (AUM) yang dilakukan di SMK Negeri 3 Kediri menunjukkan hampir 50% siswa masih bermasalah dalam karir dan pekerjaannya. Dari hasil AUM banyak siswa SMK yang masih kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang lapangan pekerjaan dan seluk beluk jenis-jenis pekerjaan, mereka masih ingin memperoleh bantuan dalam mendapatkan pekerjaan sambilan untuk melatih diri bekerja sambil sekolah, selain itu mereka juga ingin mengikuti pelajaran dan/atau latihan khusus tertentu yang benar-benar menunjang proses mencari dan melamar pekerjaan setamat pendidikan ini dan mereka cemas jika menjadi pengangguran setamat pendidikan ini. Selain itu masih mengalami kebingungan, belum bisa mengambil keputusan karir setelah lulus sekolah, mereka binggung untuk bekerja atau melanjutkan kuliah. Jika bekerja para siswa mengalami kebingungan lapangan pekerjaan apa saja yang cocok untuk mereka sesuai dengan jurusan yang mereka ambil pada saat SMK kemudian jika melanjutkan kuliah mereka masih binggung tentang jurusan yang akan mereka ambil karena beberapa dari mereka masih merasa belum berminat dengan jurusan yang mereka jalani di bangku SMK. Terjadi pula permasalahan karir di SMKN 1 Kediri berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tidak terstruktur dengan salah satu koordinator BK di sekolah tersebut, mengatakan bahwa memang terdapat permasalahan karir yang ada di sekolah. Gejala rendahnya kematangan karir di kelas X program keahlian konstruksi kayu (bangunan) dipaparkan oleh salah satu koordinator yang mengatakan banyak siswa yang masuk program keahlian tesebut karena faktor keterpaksaan sehingga muncul berbagai masalah diantaranya: siswa belum mampu mengidentifikasi karir yang sesuai dengan program keahlian dan belum mampu merencanakan tujuan karir sesuai dengan program keahlian mereka. Beberapa siswa awalnya menginginkan program keahlian tertentu tetapi karena berbagai faktor mereka tidak bisa memasuki jurusan tersebut dan akhirnya dengan keterpaksaan mereka memasuki program keahlian tersebut. Selain itu beberapa siswa masih belum memikirkan masalah karir mereka kedepan sehingga belum bisa menentuka pilihan karirnya. Kebanyakan dari mereka pasif untuk mencari info pekerjaan dan kurang memiliki minat terhadap pekerjaan. Hal ini terlihat dari minat untuk bekerja dan keyakinan siswa untuk bekerja sangat kurang dari hasil IKMS yang disebarkan.Program keahlian yang ada di SMKN 1 Kediri meliputi kontruksi bangunan yang meliputi kontruksi kayu dan beton, gambar bangunan, TKJ (Teknik Kompter Jaringan), AV (Audio Video), PFL (Pemanfaatan Listrik), TPM (Teknik pemanfaatan Mesin).Kematangan karir merupakan aspek yang perlu dimiliki siswa untuk menunjang karir dimasa depan. Selain itu, kematangan karir juga memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan motivasi belajar siswa (Wijaya, 2012:16). Hal tersebut juga berpengaruh pada hasil belajar dari kelas X program keahlian konstruksi kayu (bangunan) yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan jurusan yang lain.Kurangnya kematangan karir yang dimiliki menyebabkan siswa yang kurang bisa memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat, siswa yang masih binggung dalam memilih pekerjaan, dan siswa yang merasa cemas akan pekerjaan yang akan mereka masuki setelah tamat sekolah. Selama ini konselor meningkatkan kematangan karir siswa melalui pemberian layanan informasi karir sehingga pengetahuan siswa hanya pada taraf pemahaman, sehingga belum menunjang kematangan karir siswa yang meliputi dimensi kognitif dan non kognitif.Prayitno (dalam Aini, 2012:4) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok berusaha memberikan bimbingan kepada siswa melalui kegiatan kelompok yang menggunakan dinamika kelompok untuk mewujudkan suasana kelompok yang dinamis, sehingga dapat mencapai keberhasilan kegiatan kelompok. Menurut Romlah (dalam Aini, 2012:4) Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan tujuh teknik yaitu pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah, homeroom, permainan peranan, karyawisata, dan permainan simulasi). Teknik-teknik tersebut dapat diterapkan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan bimbingan yang dilaksanakan. Salah satu dari keenam teknik tersebut yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian ini yaitu meningkatkan kematangan karir siswa.Jenis bimbingan kelompok yang digunakan untuk meningkatkan kematangan karir siswa yaitu bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion (FGD). Focus group discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto 2005:1). Dengan teknik focus group discussion (FGD) diharapkan dapat memperbaiki pemahaman dan sikap siswa tentang aspek-aspek kematangan karir yang meliputi aspek perencanaan karir (career planning), aspek eksplorasi karir (career exploration), aspek pengetahuan tentang dunia kerja (world of work information), aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), aspek realisme keputusan karir (reslism) dan aspek orientasi karir (career orientation). Dengan teknik focus group discussion ini diharapkan bisa mengeksplorasi tingkat kematagan karir siswa secara spesifik. Dengan diskusi kelompok terarah diharapkan topik yang diangkat untuk bimbingan kelompok yang berhubungan dengan kematangan karir tidak akan meluas.METODEJenis dari penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Karena pada penelitian ini data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Rancangan penelitian kuantitatif ini yakni kuasi eksperimen (quasi experimental).Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen adapun pendekatan eksperimen yang digunakan yakni quasi eksperiment pre test post test one group design yang dicirikan oleh adanya pretest sebelum diberi perlakuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan dan dilakukan pada satu kelompok saja tanpa adanya kelompok kontrol.Bagan 3.1

Desain Penelitian Pre-test dan Post-test One Group Design

Keterangan:

O1: Nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan)

X: Pelaksanaan permainan (bimbingan kelompok teknik focus group descussion)

O2: Nilai post-test (setelah diberi perlakuan)Lokasi penelitian ini di SMKN 1 Kediri yang beralamatkan di Jalan Veteran No.9 Kec. Mojoroto Kota Kediri. Lokasi tersebut dipilih karena hasil dari wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan guru BK diketahui bahwa banyak siswa yang terpaksa memasuki program keahlian konstruksi kayu dengan terpaksa karena kemampuannya tidak mencukupi untuk memasuki jurusan yang diinginkanya sehingga muncul ketidakpahaman tentang program keahlian konstruksi kayu.Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X program keahlian konstruksi kayu. Dimana dalam program keahlian konstruksi kayu terdiri dari satu kelas berjumlah 32 siswa laki-laki. Pemilihan kelas X program keahlian konstruksi kayu didasarkan pada siswa di kelas tersebut masih kurang paham tentang program keahlian yang mereka masuki dan beberapa dari mereka terpaksa untuk memasuki program keahlian tersebut. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sehingga dipilih siswa yang memiliki kematanga karir rendah dan sedang yang berjumlah 8 siswa.Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yakni variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah kematagan karir.Teknik pengumpulan data ini menggunakan dua kali pengumpulan data yaitu dengan pretest dan post test. Pretest ini diberikan kepada siswa di kelas X Konstruksi Kayu SMKN 1 Kediri dan bertujuan untuk mengetahui skor awal kematangan karir siswa. Sedangkan post test diberikan pada 8 orang siswa yang dijadikan sampel penelitian setelah diberikan perlakuan dengan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion.

Dalam penelitian ini digunakan metode angket kematangan karir untuk memperoleh data tentang siswa. Menurut Sugiyono (2012:142) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Menurut Azwar (2010),langkah-langkah dalam menyusun instrumen penelitian berupa angket yang digunakan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut: (1) menentukan variabel penelitian; (2) menentukan definisi operasional; (3) menentukan indikator; (4) menyusun kisi-kisi angket; (5) membuat butir-butir angket; (6) uji coba instrumen untik uji validitas dan reliabilitas. Sesuai pendapat Arikunto (2006) bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Untuk menguji validitas angket dalam penelitian ini digunakan rumus Product Moment dengan angka kasar yang sudah disederhanakan dari Karl Pearson dengan taraf signifikansi 5% yaitu:

rxy = keterangan:

rxy;:koefisien korelasi X dan Y

XY: jumlah hasil kali X dan Y

X: jumlah dari kuadrat X

Y: jumlah dari kuadrat Y

N: jumlah respondenSetelah menguji validitas kemudian diuji reliabilitas. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:121). Menurut Arikunto (2006) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat.Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yamg skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian (Arikunto, 2010:239). Adapun rumus untuk menghitung nilai alpha adalah:

1) Instrumen yang diuji taraf reliabilitasnya diujicobakan pada sejumlah responden;2) Setelah diperoleh item-item yang valid, kemudian item-item yang tidak valid dibuang dan item-item yang valid diurutkan dari nomer satu sampai seterusnya;3) Butir item dikelompokkan menjadi satu, kemudian dicari jumlah kuadrat masing-masing butir dengan cara mengkuadratkan jawaban responden dalam satu butir kemudian hasilnya dijumlahkan dalam tiap satu butir kemudian hasilnya dijumlahkan dalam tiap satu butir; 4) Mencari varian butir dengan rumus;

Dimana:

= varians skor masing-masing item

N

=Jumlah responden

=jumlah kuadrat item xi

=jumlah item xi dikuadratkan

5) Mencari jumlah varian butir dengan cara menjumlahkan masing-masing masing varian butir;6) Mencari varian total dengan rumus;

7) Menghitung nilai Apha dengan rumus:

r11= []Dimana:

r11= reliabilitas instrumen

k=banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

=jumlah varians butir

= varians totalPenelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik, karena data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif. Teknik analisis yang sesuai dengan rancangan dalam penelitian ini adalah statistik non parametrik, karena data yang dianalisis berasal dari sejumlah subjek penelitian yang relatif kecil, seperti pendapat Siegel (1998) yang menyatakan bahwa, jika sampelnya kecil, hanya tes non parametrik yang bisa digunakan. Selanjutnya Siegel (1998) juga mengemukakan bahwa Uji tanda dapat diterapkan pada pembuat eksperimen ingin menetapkan data kondisi yang berlainan. Dalam penelitian ini kondisi yang berlainan adalah kematangan karir sebelum dan sesudah perlakuan berupa teknik focus group discussion dalam bimbingan kelompok.Langkah-langkah dalam analisis data dengan menggunakan uji tanda berdasarkan Raksoatmodjo (2007:148-149) adalah sebagai berikut:1. Menentukan kriteria perbedaan. Jika dari suatu pengujian menunjukkan tidak ada perbedaan maka penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion antara sebelum dan sesudah perlakuan adalah sama.2. Menentukan hipotesis:

HO= Tidak ada perbedaan skor yang signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion.

Ha= Ada perbedaan tingkat kematangan karir siswa antara sebelum dan sesudah penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion.3. Kriteria tanda

a. Tanda postif (+) menunjukkan kematangan karir meningkat.4. Tanda negatif (-) menunjukkan kematangan karir menurun.

5. Menetapkan tingkat signifikan =0,05

6. Membuat tabel kolom yang berisi kode subjek, hasil pre-test (sebelum perlakuan) dan post-test (sesudah perlakuan) dan menentukan tanda dari kematangan karir.7. Menghitung frekuensi dari masing-masing tanda (+) dan (-). N menunjukkan jumlah tanda positif dan tanda negative, r menunjukkan tanda negatif. 8. Menentukan signifikasi dengan pertolongan tabel probabilitas binomial.9. Menentukan rumusan keputusan

a. Terima Ho jika peluang sampel tabel .b. Tolak Ho dan terima H1 jika >peluang sampel.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil PenelitianDari penyebaran angket pre-test skor kematangan karir siswa dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: tinggi, sedang, rendah. Kategori tersebut diperoleh dari penghitungan Mean dan Standart Deviasi sebagai berikut:1) Kategori tinggi = Mean + 1 SD XKategori tinggi= (Mean + 1SD) ke atas= 129.0625 + 7.27= 136.3325

2) Kategori sedang= Mean- 1 SD X Mean + 1 SDKategori sedang= Dari (Mean ( 1SD) sampai (Mean ( 1SD)

= (129.0625 7.27 ) sampai (129.0625 + 7.27 )

= 121.7925 136.3325

3) Kategori rendah= X Mean- 1 SDKategori rendah= (Mean 1SD) ke bawah= 129.0625 7.27

= 121.7925 ke bawah

Berdasarkan hasil penghitungan kategori yang tercantum diatas maka, dapat disajikan hasil pengolahan data dan penghitungan angket kematangan karir pada siswa kelas X Program Keahlian Konstruksi Kayu (KKY) sebagai berikut:Tabel 1Data Hasil Pencarian Subyek Penelitian

NoNamaSkorKategori

1.A136Sedang

2.B128Sedang

3.C124Sedang

4.D129Sedang

5.E130Sedang

6.F128Sedang

7.G134Sedang

8.H137Tinggi

9.I125Sedang

10.J126Sedang

11.K140Tinggi

12.L116Rendah

13.M151Tinggi

14.N130Sedang

15.O121Rendah

16.P129Sedang

17.Q115Rendah

18.R125Sedang

19.S137Tinggi

20.T126Sedang

21.U136Sedang

22.V134Sedang

23.W132Sedang

24.X134Sedang

25.Y130Sedang

26.Z129Sedang

27.AA133Sedang

28.AB124Sedang

29.AC129Sedang

30.AD120Rendah

31.AE124Sedang

32.AF118Rendah

Dari hasil pedoman pengkategorian tersebut diketahui 5 siswa dalam kategori skor rendah. Kemudian konselor sekolah merekomendasikan 3 siswa yang memiliki kematangan karir sedang untuk mengikuti bimbingan kelompok dengan teknik FGD yaitu C, AB dan AE. Dengan pertimbangan agar ketiga siswa tersebut bisa membantu teman-teman yang memiliki tingkat kematangan karir lebih rendah. Selain itu menurut berbagai literatur tentang FGD menurut Dawson, Menderson dan Tallo (dalam Irwanto) jumlah yang ideal untuk FGD adalah 7-11 orang. Sehingga 8 siswa tersebut dijadikan sebagai subyek penelitian. Hasil Pre-Test terhadap subyek penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2Data Hasil Angket Pre-test Kematangan Karir

NoNama Skor Kategori

1. C124Sedang

2. L116Rendah

3. O121Rendah

4. Q115Rendah

5. AB124Sedang

6. AD120Rendah

7. AE124Sedang

8. AF118Rendah

Hasil skor angket Pre-test kematangan karir di atas menunjukkan kondisi awal sebelum subyek mendapatkan perlakuan. Hasil tersebut dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:

Gambar Diagram 1Hasil Pre-test Kematangan Karir

Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik Focuss Group Discussion (FGD) pada 8 siswa selanjutnya konselor memberikan angket post-test. Tujuan diberikan post test adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan skor kematangan karir pada siswa setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik Focuss Group Discussion (FGD). Data yang diperoleh dari pemberian post test yaitu: Tabel 3Data Hasil Post-test Kematangan Karir

NoNama Skor Kategori

1. C137Tinggi

2. L130Sedang

3. O141Tinggi

4. Q131Sedang

5. AB131Sedang

6. AD135Sedang

7. AE133Sedang

8. AF138Tinggi

Rata-rata134.5

Hasil skor angket Post-test kematangan karir siswa di atas dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:

Gambar Diagram 2Hasil Post-test Kematangan Karir

Teknik analisis yang digunakan statistik non parametik dengan uji tanda atau sign test. Uji tanda ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir. Kondisi berlainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor kematangan karir siswa antara sebelum dan sesudah pemberian bimbingan kelompok dengan teknik Focuss Group Discussion (FGD). Berikut adalah hasil analisis skor angket yang diberikan pada siswa dengan pengukuran Pre-test dan Post-test dapat dilihat dalam tabel berikut ini:Tabel 4Hasil Analisis Pre-test dan Post-test

No.SubyekPre-test

(XB)Post-test

(XA)Arah PerbedaanTandaKet

1C124137XA > XB+Meningkat

2L116130XA > XB+Meningkat

3O121141XA > XB+Meningkat

4Q115131XA > XB+Meningkat

5AB124131XA > XB+Meningkat

6AD120135XA > XB+Meningkat

7AE124133XA > XB+Meningkat

8AF118138XA > XB+Meningkat

Rata-rata120.25134.5

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa yang menunjukkan tanda positif (+) berjumlah 8 yang bertindak sebagai N (banyaknya pasangan yang menunjukkan perbedaan) dan x (banyaknya tanda yang lebih sedikit) berjumlah 0. Dengan melihat tabel tes binomial dengan ketentuan N = 8 dan x = 0 (z), maka diperoleh (kemungkinan harga di bawah Ho) = 0,004. Bila dalam ketetapan (taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa harga 0,004 < 0,05,berdasarkan hasil tersebut maka H ditolak dan Ha diterima. Setelah diberi perlakuan dengan pemberian bimbingan kelompok dengan teknik FGD terdapat perbedaan skor antara pre-test dan post-test kematangan karir siswa. Selain itu, berdasarkan perhitungan diketahi rata-rata pre-test 120.25 dan rata-rata post-test 134.5. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik FGD dapat meningkatkan kematangan karir siswa kelas X program keahlian konstruksi kayu SMKN 1 Kediri.

Berdasarkan analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi Penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion dapat meningkatkan kematangan karir siswa kelas X Program Keahlian Konstruksi Kayu (Bangunan) di SMK Negeri 1 Kediri dapat diterima.

Adapun hasil perbedaan pre-test dan post-test yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

Gambar Diagram 3Data Hasil Pre-Test dan Post-Test

PEMBAHASANPenelitian eksperimen ini dilaksanakan di SMKN 1 Kediri. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Program Keahlian Konstruksi Kayu SMKN 1 Kediri yang teridentifikasi memiliki kematangan karir rendah dan sedang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion untuk meningkatkan kematangan karir siswa kelas X program keahlian konstruksi kayu SMKN 1 Kediri.Berdasarkan hasil pre-test diperoleh 8 siswa dari kelas X Program Keahlian Konstruksi Kayu SMKN 1 Kediri yang termasuk dalam kategori siswa yang mempunyai kematangan karir rendah dan sedang. Selanjutnya, 8 siswa tersebut diberikan perlakuan dengan memberikan bimbingan kelompok teknik Focus Group Discussion (FGD) agar kematangan karir mereka meningkat.

Setelah diberikan perlakuan dengan bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat topik tentang aspek-aspek kematangan karir yang dibahas dalam setiap pertemuan selama 6 pertemuan. Setelah diberi perlakuan selanjutnya siswa diberikan lagi angket kematangan karir yang tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kematangan karir yang dialami oleh 8 siswa tersebut setelah memperoleh perlakuan bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD). Dari hasil post-test tersebut, diketahui ada perbedaan dari 8 siswa tersebut setelah diberi perlakuan bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD).Dari hasil pemberian perlakuan terdapat perbedaan perbedaan skor awal (pre-test) dengan skor akhir (post test). Pada skor awal (pre-test), ke-8 siswa termasuk dalam kematangan karir yang rendah dan sedang. Sedangkan pada skor akhir (psot-test), 8 siswa ini mengalami peningkatan skor menjadi termasuk kedalam kategori kematangan karir tinggi dan sedang.Setelah mendapatkan hasil penelitian berupa data kuantitatif tahap selanjutnya yaitu tahap analisis data. Teknik analisis data yang digunakan statistik non parametrik dengan uji tanda atau sign test. Uji tada ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran awal dan pengukuran akhir. Kondisi yang berlainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor kematangan karir siswa antara sebelum dan sesudah pemberian bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion (FGD). Dari hasil analisis diketahui bahwa yang menunjukkan tanda positif (+) berjumlah 8 yang bertindak sebagai N (banyaknya pasangan yang menunjukkan perbedaan) dan x (banyaknya tanda yang lebih sedikit) berjumlah 0. Dengan melihat tabel tes binomial dengan ketentuan N = 8 dan x = 0 (z), maka diperoleh (kemungkinan harga di bawah Ho) = 0,004. Bila dalam ketetapan (taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa harga 0,004 < 0,05,berdasarkan hasil tersebut maka H ditolak dan Ha diterima. Setelah diberi perlakuan dengan pemberian bimbingan kelompok dengan teknik FGD terdapat perbedaan skor antara pre-test dan post-test kematangan karir siswa. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi Penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion dapat meningkatkan kematangan karir siswa kelas X Program Keahlian Konstruksi Kayu (Bangunan) di SMK Negeri 1 Kediri dapat diterima.Secara keseluruhan siswa mampu mengikuti proses kegiatan bimbingan kelompok topik teknik Focus Group Discussion (FGD) dengan baik, meskipun ada beberapa hambatan yang dialami selama proses kegiatan berlangsung diantaranya adalah para siswa baru pertama kali melakukan bimbingan kelompok teknik Focus Group Discussion (FGD) karena sebelumnya BK disekolah ini hanya melakukan bimbingan klasikal di dalam kelas yang sifatnya adalah pemberian layanan informasi, sehingga ketika baru mulai bimbingan kelompok siswa masih bertanya-tanya mengenai bagaimana proses berlangsungnya kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik FGD. Kendala berikutnya adalah menghidupkan dinamika kelompok dalam kegiatan diskusi, beberapa siswa susah untuk mengeluarkan pendapat dan tanggapannya, mereka baru akan memberi tanggapan setelah benar-benar diberikan waktu bicara dan dipersilahkan untuk bicara, namun hal ini sudah diatasi oleh peneliti yaitu dengan mengandalkan dinamika kelompok yang ada, kemudian konselor memberikan pancingan berupa pertanyaan yang berkaitan dengan perencanaan karir, eksplorasi karir yang meliputi pengembangan potensi diri, pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan program keahlian.Adanya perbedaan kematangan karir siswa juga diperkuat oleh hasil analisis non parametric dengan sign test, ada perubahan dari siswa yang awalnya memiliki kematangan karir rendah menjadi memiliki kematangan karir yang lebih tinggi. Terbukti dari beberapa siswa yang masih belum mampu merencanakan karir setamat SMK, belum mengetahui tentang potensi diri yang dimiliki yang meliputi bakat dan minat, belum mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan program keahliannya, serta belum mampu memilih pekerjaan yang cocok dengan dirinya menjadi mampu merencakan karir setamat SMK, memahami potensi diri dengan mengetahui perbedaan bakat dan minat, mengetahui pekerjaan yang sesuai dengan program keahlianya, serta mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan yang sesuai dengan dirinya.Penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Irwanto (2005:1) Focus Group Discussion (FGD) berearti suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Sehingga dari topik atau materi yang merupakan suatu permasalahan yang dibahas dalam setiap pertemuapen dimana dalam setiap pertemuan mengangkat topik tentang aspek-aspek perencanaan karir sehingga siswa bisa memahami dan mengerti setiap aspek kematangan karir yang dibahas dalam setiap pertemuan dari hasil diskusi terfokus.

Teori tersebut juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rendra Sustiawan angkatan 2009 dengan judul penelitian Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi untuk Mengurangi Perilaku Menarik Diri Siswa Kelas XI di SMAN 1 Sumberejo yaitu bahwa skor menarik diri siswa lebih rendah daripada setelah diberikan perlakuan berarti perilaku menarik diri siswa kelas XI SMAN 1 Sumberejo dapat dikurangi menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) tidak mengalami kendala yang berarti, baik siswa maupun pembimbing sendiri. Selama kegiatan bimbingan kelompok berlangsung siswa cukup aktif dan mudah dalam memahami setiap aspek kematangan karir yang dibahas dalam kelompok. Sehingga ke-8 siswa yang menjadi subyek dalam penelitian ini berhasil ditingkatkan kematangan karir dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik Focus Group Discussion (FGD).Secara garis besar kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) yang diberikan kepada 8 siswa sangat bermanfaat untuk meningkatkan kematangan karir mereka. Mereka bisa membuat perencanaan karir, mengetahui potensi dirinya yang meliputi bakat dan minat, mampu mengetahui jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan program keahliannya dan mampu memilih pekerjaan yang cocok dengan dirinya.PENUTUP

SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April sampai bulan Mei 2015 dan hasil pembahasan pada bab IV, diperoleh hasil terdapat peningkatan skor kematangan karir siswa setelah dilakukan treatment dengan bimbingan kelompok teknik Focus Group Discussion (FGD). Dengan melihat tabel tes binomial dengan N=8 dan x=0, maka diperoleh (kemungkinan harga di bawah H0) = 0.004. Bila dalam ketetapan (taraf kesalahan) sebesar 5% adalah 0.05, maka dapat dikatakan bahwa harga 0.004 < 0.05. Dengan demikian, ada perbedaan sebelum pemberian perlakuan (pre-test) dan sesudah diberi perlakuan (post-test) perbedaan itu semakin positif (+) nilai taraf signifikannya, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi Penerapan bimbingan kelompok dengan teknik focus group discussion dapat meningkatkan kematangan karir siswa kelas X Program Keahlian Konstruksi Kayu di SMK Negeri 1 Kediri dapat diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.

SaranBerdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka ada beberapa saran yang diberikan, sebagai berikut:

1. Bagi pihak sekolahPada saat penelitian, peneliti belum bisa optimal meskipun sudah diberikan keleluasaan oleh sekolah namun tempat pemberian bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) berpindah-pindah karena tidak ada ruangan khusus untuk melaksanakan bimbingan kelompok oleh karena itu saran untuk pihak sekolah hendaknya disediakan ruangan khusus untuk pelaksanaan bimbingan kelompok. Sehingga nantinya konselor dan siswa menjadi lebih nyaman dan leluasa dalam menyelenggarakan bimbingan kelompok. 2. Bagi konselor sekolahDengan adanya bukti bahwa bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) dapat meningkatkan kematangan karir siswa, konselor sekolah diharapkan lebih meningkatkan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik Focus Group Discussion (FGD) ini dengan baik serta peran aktif konselor dalam membantu siswa menghadapi masalahnya lebih ditingkatkan lagi agar bisa memiliki pemahaman, perencanaan, eksplorasi karir sesuai dengan program keahlian yang ditekuni.3. Bagi peneliti lain

a. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan alat pengumpul data berupa angket dalam melihat skor kematangan karir siswa. Sehingga disarankan peneliti lain tidak hanya menggunakan angket sebagai satu-satunya pengumpul data.b. Peneliti lain diharapkan lebih mampu menghidupkan dinamika kelompok agar semua peserta bisa aktif secara menyeluruh dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik FGD.c. Peneliti lain diharapkan mempersiapkan terlebih dahulu ruangan yang akan digunakan untuk pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik FGD sehingga waktu pemberian treatment tidak terpotong untuk penataan ruangan.

DAFTAR PUSTAKAAnshori, Muslich&Iswati, Sri. 2009. Buku Ajar: Metododologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Unair.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Irwanto. 2006. Focused Group Discussion. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.Marinhu, Mohamad Thayeb. 1998. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Depdikbud.

Nushiah Farikha HN, Indah. 2014. Sudah Siapkah Kita Haapi MEA 2015?.Dalam Warta Unair. November. Surabaya.Reksoatmodjo, Tedjo N. 2007. Statistika untuk Pskologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Riduwan. 2011. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.Super,DE. 1990. Career Choice and Develompment (Zed.InD.Brow,L.Brooks, & Associates (Eds)). San Francisco: Jossey-Basy.Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

________.2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.Winkel dan Hastuti, Sri. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Post-test

O2

Treatment

X

Pre-test

O1

1