PENENTUAN WAKTU OPTIMAL PENGUJIAN...
Transcript of PENENTUAN WAKTU OPTIMAL PENGUJIAN...
PENENTUAN WAKTU OPTIMAL PENGUJIAN INTEGRITAS
MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA BABI
MENGGUNAKAN HYPO-OSMOTIC SWELLING (HOS) TEST
I NENGAH DONNY ARTIKA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Waktu
Optimal Pengujian Integritas Membran Plasma Spermatozoa Babi Menggunakan
Hypo-osmotic Swelling (HOS) Test adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
I Nengah Donny Artika
NIM B04100052
ABSTRAK
I NENGAH DONNY ARTIKA. Penentuan Waktu Optimal Pengujian Integritas
Membran Plasma Spermatozoa Babi Menggunakan Hypo-osmotic Swelling (HOS)
Test. Dibimbing oleh R Iis Arifiantini Msi
Keutuhan membran plasma merupakan faktor penting untuk menentukan
fertilitas spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu optimum
untuk pengujian membran plasma yang utuh (MPU) pada semen segar babi
menggunakan hypo-osmotic swelling (HOS) test. Sebanyak 10 ekor babi dari bangsa
Landrace, Duroc dan Yorkshire yang telah dewasa digunakan sebagai sumber
semen. Semen dikoleksi menggunakan pemijatan massase. Semen yang diperoleh
dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Pengujian MPU dilakukan dengan
cara memasukkan 50 µL semen ke dalam mikrotub berisi 1 ml larutan hipoosmotik
(150 mOsm Kg-1). Campuran larutan diinkubasi pada suhu 37oC. Sperma yang
bereaksi dan yang tidak bereaksi terhadap larutan HOS dievaluasi mulai jam ke 0
dan setiap 15 menit dengan total 200 sel sperma. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa waktu optimal sperma bereaksi maksimal terhadap larutan HOS adalah 60
menit setelah inkubasi.
Kata kunci: Keutuhan membran plasma, HOS test, semen babi.
ABSTRACT
I NENGAH DONNY ARTIKA. Determination of Optimal Time for Spermatozoa
Membran Integrity Test of Boar Spermatozoa Using Hypoosmotic Swelling
(HOST) Test. Supervised by R Iis Arifiantini Msi
Spermatozoa plasma membrane integrity was important for spermatozoa
fertility. The objective of this study was to determine the optimal time to test
spermatozoa plasma membrane of raw boar semen using hypo osmotic swelling
(HOS) test. A total of 10 sexualy mature boars from three breed (landrace, Duroc,
and Yorkshire) used as a spermatozoa source. Semen were collected using hand
glove method. Immediatley after collection the semen were evaluate macro and
microscopically. The HOS test was conducted by putting 50 µL semen into 1 ml
HOS medium (150 mOsm Kg-1) incubated at 37oC. Two hundred reacted and not
reacted spermatozoa cell to HOS medium were evaluate at 0 min and every 15
minutes. Result showed that the optimum response to HOS was obtained at 60
minutes after incubation.
Keywords: Plasma membrane integrity, HOS test, boar semen.
Judul Skripsi : Penentuan Waktu Optimal Pemeriksaan Integritas Membran Plasma
Spermatozoa Babi Menggunakan Hypo-osmotic Swelling (HOS)
Test
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
PENENTUAN WAKTU OPTIMAL PENGUJIAN INTEGRITAS
MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA BABI
MENGGUNAKAN HYPO-OSMOTIC SWELLING (HOS) TEST
I NENGAH DONNY ARTIKA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul skripsi : Penentuan Waktu Optimal Pengujian Integritas Membran Plasma
Spermatozoa Babi Mengunakan Hypo-osmotic Swelling (HOS)
Test
Nama : I Nengah Donny Artika
NIM : B04100052
Disetujui oleh
Prof Dr Dra R Iis Arifiantini MSi
Pembimbing I
Diketahui oleh
Drh Agus Setiyono MS PhD APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala waranugraha-Nya skripsi ini dapat
diselesaikan. Judul yang dipilih dalam skripsi ini ialah Penentuan Waktu Optimal
Pengujian Integritas Membran Plasma pada Semen Babi dengan Menggunakan
Hypo-osmotic Swelling (HOS) Test.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi
selaku pembimbing. Ibu Prof Dr drh Tuty L Yusup dan Dr Ir W Marlene Nalley
yang selalu memberikan dukungan, semangat dan sharing ilmunya. Terimakasih
juga penulis ucapkan untuk Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Peternakan Provinsi Bali di Baturiti, ucapan
terimakasih juga untuk bapak Alex sebagai pemilik peternakan babi PT. Adi Farm
yang berlokasi di Kabupaten Karanganyar, Solo yang telah bersedia membantu
dalam pengambilan dan pengujian sample pada penelitian ini. Pada kesempatan ini
penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada partner penelitian Nurul
Hafsari dan Mulyani Nofriza yang telah berjuang bersama-sama dalam penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu serta seluruh keluarga,
atas doa dukungan moral maupun materi dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
I Nengah Donny Artika
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Ternak Babi 3
Inseminasi Buatan 3
Pengujian Integritas Membran Plasma Spermatozoa 3
Koleksi Semen 4
Semen Babi 5
Spermatozoa 5
METODE 7
Waktu dan Tempat 7
Bahan 7
Alat 7
Prosedur 7
HASIL / PEMBAHASAN 9
Kualitas semen Segar 9
Integritas Membran Plasma Spermatozoa 10
SIMPULAN 15
SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR TABEL
1 Nilai karakteristik semen segar babi 10
2 Persentase jumlah spermatozoa yang bereaksi positif Hypo-osmotic 12 3 Persentase jumlah spermatozoa yang bereaksi positif Hypo-osmotic
swelling (HOS) test antar breed selama masa inkubasi 13
DAFTAR GAMBAR
1 Hasil pengujian membran plasma dengan HOS tes 11 2 Grafik reaksi spermatozoa positif terhadap larutan HOS 12 3 Perubahan volume spermatozoa sebagai respon terhadap kondisi
hipoosmotik 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis data menggunakan uji Anova dengan uji lanjut
Duncan pada selang kepercayaan 99% (P > 0.01) 18 2 Hasil Uji - t proporsi HOS positif dari berbagai breed pada selang
kepercayaan 95% (P > 0.05) 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babi (Sus Sp.) merupakan salah satu konsumsi utama masyarakat khususnya
di Eropa dan Amerika dan di negara tersebut peternakan babi mencapai 20-30%
dari total peternakan yang ada. Di Indonesia konsumsi daging babi ini tidak begitu
besar dikarenakan hanya bisa dinikmati oleh golongan non muslim, namun dalam
lima tahun terakhir produksi daging babi di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Menurut Balai Pusat Statistik (BPS) dalam lima tahun terakhir populasi babi
mengalami peningkatan sebesar 4.37%, data tahun 2009 hanya 6.974.732 ekor dan
tahun 2013 meningkat menjadi 8.245.712 ekor hal ini menunjukkan bahwa
peternakan babi di Indonesia semakin maju.
Inseminasi buatan (IB) merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan
genetik unggul dengan resiko minimal terhadap penularan penyakit (Maes et al.
2008). Penerapan teknologi IB pada peternakan babi meningkat secara signifikan
pada satu dekade terakhir (Maes et al. 2011), begitu juga di Indonesia teknologi IB
pada babi telah banyak dilakukan di provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Bali,
Kalimantan Barat, Sulawesi, dan Papua menggunakan semen cair. Inseminasi
dengan semen beku belum banyak digunakan karena harganya yang cukup mahal.
Keberhasilan IB sebagian besar bergantung pada kualitas semen dan prosedur
inseminasi.
Kualitas semen yang baik diketahui melalui proses evaluasi semen setelah
penampungan. Evaluasi semen yang dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Daerah
(BIBD) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Peternakan Provinsi Bali di Baturiti
dan peternakan Adhi Farm, Solo masih terbatas pada metode pengujian standard
yang meliputi pengujian makroskopis seperti volume, konsistensi, warna, dan pH
serta pengujian mikroskopis yang meliputi motilitas dan konsentrasi. Pengujian
kualitas semen, selain yang telah disebutkan di atas juga dapat dilakukan dengan
beberapa parameter lain seperti viabilitas, pengujian tudung akrosom dan pengujian
integritas membran.
Lechniak et al. (2002) menyebutkan bahwa integritas fungsional dan struktur
membran plasma spermatozoa sangat penting bagi kehidupan spermatozoa, karena
berperanan penting dalam proses fusi ke dalam ovum saat fertilisasi. Spermatozoa
juga harus mempunyai energi yang cukup untuk pergerakan, protein dan senyawa
lain yang penting selama berada dalam saluran reproduksi betina serta memiliki
membran plasma yang baik sehingga dapat melakukan fertilisasi dengan baik
(Purdy et al. 2010). Pengujian keutuhan membran plasma dapat dilakukan dengan
beberapa teknik di antaranya menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop
fluorescent yang dikombinaskan dengan pewarnaan vital (Brito et al. 2003), flow
cytometry (Hallap et al. 2004) dan hypo-osmotic swelling (HOS) tes (Jeyendran et
al. 1984).
Hypo-osmotic swelling (HOS) test pada babi telah dilaporkan oleh Vazquez
et al. (1997), Perez-Llano et al. (2001) dan Yeste et al. (2010) namun dalam
penelitian tersebut belum menentukan secara spesifik waktu optimal dalam
pengujian integritas membran dengan menggunakan HOS test. Pengujian membran
plasma dengan menggunakan hypo-osmotik swelling (HOS) test telah banyak
2
dilakukan pada hewan domestik yaitu pada kerbau (Padrik et al. 2012), kuda (Nie
dan Wanzel 2001), dan domba (Nalley dan Arifiantini 2013).
Pengujian HOS didasarkan pada kemampuan spermatozoa membengkak
setelah dimasukkan ke dalam larutan hipoosmotik. Spermatozoa dengan kerusakan
fungsi membran tidak mengalami pembengkakan dan ekornya tidak mengalami
invaginasi/melingkar (Jeyendran et al. 1984).
Babi memiliki karakteristik semen yang unik, berbeda dengan ternak lain
seperti sapi, domba dan kambing. Semen babi mengandung gelatin yang merupakan
sekresi dari kelenjar bulbouretralis dan akan keluar pada saat ejakulasi. Gelatin
yang menyelimuti sel spermatozoa akan memengaruhi kecepatan larutan
hipoosmotik memasuki sel, sehingga diperlukan waktu yang tepat untuk melakukan
pengujian HOS. Selain itu cara penampungan semen di Indonesia masih belum
bisa memisahkan fraksi gelatin secara sempurna, dengan demikian akan
memengaruhi kecepatan masuknya larutan hipoosmotik ke dalam sel spermatozoa
yang akan berpengaruh terhadap waktu pengujian.
Mengingat karakteristik semen babi yang berbeda dan adanya perbedaan
kecepatan masuknya larutan hipoosmotik ke dalam sel spermatozoa maka
penelitian ini dilakukan untuk menentukan waktu optimal dalam pengujian
integritas membran plasma spermatozoa babi menggunakan larutan HOS.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh waktu yang optimal untuk
melakukan pengujian integritas membran plasma menggunakan Hypo-osmotic
Swelling (HOS) Test.
Manfaat Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan ketepatan dalam pengujian integritas membran plasma spermatozoa
babi menggunakan Hypo-osmotic Swelling (HOS) Test sehingga didapatkan data
yang tepat dan akurat.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Babi
Babi (Sus Sp.) merupakan salah satu konsumsi utama masyarakat khususnya
di Eropa dan Amerika dan di negara tersebut peternakan babi mencapai 20-30%
dari total peternakan yang ada. Babi mempunyai karakteristik produktivitas yang sifat
unik bila dibandingkan dengan ternak lain seperti sapi, domba dan kambing. Perbedaan
yang penting adalah bahwa babi merupakan hewan polytocous (melahirkan anak lebih
dari satu) menghasilakan ovum banyak dan memelihara anak dalam jumlah banyak
(Blakely dan Bade 1991). Peternakan babi di Indonesia saat ini sudah mengalami
perkembangan, peternakan babi dilakukan secara komersial (industri peternakan), dan
sebagian besar masih merupakan peternakan rakyat.
Tipe babi yang umum dikenal ada tiga tipe yaitu, babi tipe lemak (Lard type),
tipe daging (meat type atau pork type), dan tipe sedang (bacon type). Dunia peternakan
semakin berkembang dan masyarakat sudah mulai mengenal bangsa babi antara lain,
Landrace, Yorkshire (Large White), Berkshire, Chester White, Duroc, Hampshire,
Saddleback, Poland China, Spotted Poland China, Tamworth dan Hereford. Jenis babi
yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah bangsa Landrace, Duroc, Yorkshire,
Hampshire dan Berkshire. Babi jantan dewasa berbobot sekitar 320 - 410 kg, dan
induk berbobot sekitar 250 - 340 kg (Sihombing 2006).
Inseminasi Buatan
Teknologi inseminasi buatan (IB) melalui penyediaan sumber spermatozoa
yang berasal dari pejantan bermutu unggul merupakan salah satu usaha yang
dilakukan untuk peningkatan genetik dan populasi ternak babi (Sumardani et al.
2008). Evaluasi semen perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas semen yang
dikoleksi dan untuk mengetahui kadar pengenceran serta jumlah pelayananan
terhadap betina yang diinseminasi. Secara umum evaluasi yang dilakukan adalah
evaluasi secara makroskopis untuk mengetahui volume, pH, warna dan konsistensi
serta evaluasi mikroskopis untuk mengetahui konsentrasi spermatozoa, gerakan
individu (motilitas), dan morfometri spermatozoa. Pengujian secara mikroskopis
dapat dilakukan dengan pewarnaan eosin-nigrosin dan pewarnaan Williams.
Pewarnaan spermatozoa berfungsi untuk membantu proses pengamatan morfologi
dan morfometri spermatozoa. (Arifiantini 2012) Evaluasi semen secara
makroskopis dan mikroskopis merupakan evaluasi standard yang diterapkan di
Balai Inseminasi Buatan (BIB)
Pengujian integritas membran plasma spermatozoa
Pengujian keutuhan membran plasma menggunakan HOS test pertama kali
dilakukan pada manusia oleh Jeyendran et al. (1984), memungkinkan dilakukannya
spesialisasi reproduksi untuk menentukan membran plasma yang intak dan
fungsional. Membran plasma “membengkak” karena masuknya air dalam kondisi
larutan hipoosmotik dan pembesaran membran menyebabkan ekor melingkar.
4
Aplikasi pada spesies yang berbeda perlu ditentukan osmolaritas spesifik dari
larutan yang digunakan sesuai dengan spesies yang di evaluasi. Pada babi larutan
yang digunakan bervariasi antara 50 sampai 150 mOsm Kg-1 telah dilaporkan oleh
(Vazquez et al. 1997). Selain itu penggunaan air suling dengan tekanan osmotik 0
mOsm Kg-1 telah dilakukan untuk uji pada kuda (Dell’Aqua et al. 2002) dan anjing
(Quintela et al. 2010). Menurut Revell dan Mrode (1994) terdapat korelasi positif
antara hasil dari HOS test atau modifikasinya dengan persentase keberhasilan IB
pada betina, sehingga memungkinkan HOS test menjadi metode paling sederhana
dan diterima dalam evaluasi semen di industri IB
Pengujian HOS berdasarkan pada kemampuan spermatozoa membengkak
setelah dimasukan ke dalam larutan hipoosmotik (Carbita et al. 1999). Pada larutan
hipoosmotik, cairan masuk ke dalam sel melewati membran plasma spermatozoa.
Spermatozoa dengan membran plasma yang fungsional membengkak mulai dari
ekor. Reaksi ini merupakan bentuk respon sel dalam mencapai keseimbangan antara
lingkungan intra dan ekstraseluler. Fenomena membengkaknya spermatozoa yang
dapat dilihat dari ekornya yang melingkar disebut HOS reaktif (HOS positif).
Spermatozoa dengan kerusakan fungsi membran tidak mengalami pembengkakan
dan ekornya tidak mengalami invaginasi/melingkar (Jeyendran et al. 1984).
Osmolaritas larutan yang digunakan harus cukup untuk memberikan efek optimal
tanpa menyebabkan lisis membran spermatozoa (Rota et al. 1999). Fertilisasi tidak
akan terjadi jika membran spermatozoa secara biokimia tidak aktif walaupun
secara struktural tetap utuh, sehingga pengujian HOS merupakan indikator yang
lebih baik dibandingkan dengan pewarnaan supravital (Tamuli dan Watson 1992).
Koleksi Semen
Koleksi semen babi dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya
adalah metode vagina buatan, dan glove hand methode yaitu pemijatan pada bagian
korpus penis. Penampungan semen dapat menggunakan seekor betina berahi
ataupun dummy (betina tiruan). Vagina buatan yang digunakan dalam
penampungan semen dimodifikasi sedemikian rupa dan suhunya disesuaikan
dengan vagina babi betina yang sebenarnya. Vagina buatan yang akan digunakan
diisi dengan 300 mL air dengan suhu 50 oC, kemudian dilicinkan dengan jelly.
Kolektor semen jongkok atau duduk di atas bangku pendek di sebelah kanan
pemancing dengan vagina buatan pada tangan kiri dan tangan kanan memegang
corong karet. Tangan kanan memegang ujung distal penis dan diarahkan ke vagina
buatan memasuki corong karet. Pejantan akan menggerakkan penisnya ke depan
dan ke belakang beberapa kalin ejakulasi akan terjadi selama 5 sampai 20 menit
(Toelihere 1993).
Koleksi semen babi di Indonesia banyak menggunakan metode masase pada
bagian korpus penis (glove hand methode). Menurut Arifiantini (2012) teknik ini
dilakukan secara rutin di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Inseminasi
Buatan (BIB) Baturiti, Provinsi Bali. Koleksi semen biasanya menggunakan dummy
sow. Babi-babi yang akan dikoleksi harus dilatih terlebih dahulu. Volume semen
babi sangat banyak, oleh karena itu tabung penampung biasanya menggunakan
gelas piala ukuran 250-500 ml. Tabung koleksi yang digunakan dimodifikasi
dengan menambahkan paralon sebagai tempat meletakan gelas piala agar lebih
5
mudah dipegang. Semen babi mengandung gelatin, sehingga di bagian permukaan
tabung dilapisi dengan kain kasa untuk menyaring gelatin agar tidak tercampur
dengan semen.
Semen Babi
Semen merupakan sekresi dari organ kelamin jantan yang terdiri dari
spermatozoa dan plasma semen (Garner dan Hafez 2000). Spermatozoa pada semen
dihasilkan oleh testes di bawah pengaruh hormon gonadotropin dan hormon gonad,
sedangkan plasma semen merupakan campuran sekresi dari epididimis dan
kelenjar-kelenjar kelamin seperti kelenjar vesikularis dan kelenjar prostat. Seekor
babi jantan menghasilkan 125 sampai 500 mL semen per ejakulat, pH semen babi
berkisar antara 7.3 sampai 7.9 dan konsentrasi spermatozoa babi dapat mencapai
100 juta sampai 150 juta sel spermatozoa per mL. Jumlah spermatozoa yang
progresif harus sekitar 65 sampai 75% untuk fertilitas yang tinggi.
Plasma semen sangat berperan dalam keberhasilan reproduksi karena
digunakan sebagi media transport dan energi bagi spermatozoa. Plasma semen
memiliki larutan buffer nitrat, bikarbonat, kation, pH antara 7.3-7.8 dan memiliki
tekanan osmotik hampir sama dengan darah. Plasma semen secara biokimiawi
mengandung persenyawaan organik spesifik seperti fruktosa, asam sitrat, sorbitol,
inositol, glycerylphosphoryl-choline (GPC), ergotionin dan prostaglandin. Plasma
semen juga mengandung protein sekitar 3.7% yang terdiri dari asam–asam amino,
peptida dan mucoprotein, serta terdapat berbagai enzim, vitamin, lipid dan asam
lemak (Toelihere 1993). Keunikan dari semen babi dibandingkan dengan semen
hewan mamalia yang lain yaitu semen babi dapat disimpan dengan tetap
mempertahankan kualitasnya pada kisaran suhu 15-20 oC serta daya simpan semen
babi yang relatif singkat yaitu kisaran 3-7 hari tergantung pada bahan pengencer
yang digunakan (Johnson et al. 2000; Gadea 2003)
Spermatozoa
Spermatozoa merupakan gamet jantan yang diproduksi oleh tubuli
seminiferi testis. Spermatozoa sebagai hasil akhir proses spermatogenesis
merupakan sel yang berbentuk memanjang dengan bagian kepala pipih dan ekor
yang panjang. Spermatozoa normal pada babi terdiri atas kepala dan ekor dimana
kepala berbentuk oval memanjang, lebar dan datar. Pada bagian kepala memegang
peranan sangat penting dalam keberhasilan fertilisasi, karena terdapat enzim
hyaloronidase yang dapat menembus dinding sel telur dan membawa kromosom
(heredity) yang mengandung deoxy ribonucleid acid (DNA) serta dilindungi oleh
tudung akrosom (Garner dan Hafez 2000).
Ekor spermatozoa dibagi menjadi tiga bagian yaitu mid piece, principal
piece dan end piece. Pada bagian midpiece terdapat mitokondria. Mitokondria
berfungsi untuk pembentukan energi bagi motilitas spermatozoa, oleh sebab itu
ekor berperan penting yaitu sebagai sarana penggerak bagi spermatozoa untuk
mencapai sel telor pada saat fertilisasi. Sel-sel mitokondria yang terdapat pada
6
pangkal ekor spermatozoa memanfaatkan karbohidrat dan fruktosa sebagai sumber
pembentukan energi (Garner dan Hafez 2000).
Spermatozoa harus mempunyai energi yang cukup untuk pergerakan, protein
dan senyawa lain yang penting selama dalam saluran kelamin betina, dan plasma
membran yang baik sehingga dapat melakukan fertilisasi tepat waktu (Purdy et al.
2010). Menurut Curry dan Watson (1995), integritas membran plasma serta
fungsinya penting untuk menjaga viabilitas sel. Membran plasma memiliki
kemampuan permeabilitas yang selektif untuk mengatur aktivitas metabolik
intrasel, pH dan komposisi ion. Fungsi lain dari membran plasma spermatozoa
adalah peranannya dalam proses fusi dengan ovum.
7
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Peternakan Provinsi Bali di Baturiti dan
peternakan babi PT. Adi Farm, berlokasi di Kabupaten Karanganyar, Solo.
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai pada bulan Februari sampai
dengan bulan April 2014.
Bahan
Sebagai sumber semen digunakan 10 ekor babi jantan dengan breed yang
berbeda yaitu Landrace (6 ekor), Duroc (3 ekor), dan Yorkshire (1 ekor). 7 ekor
babi di BIB Baturiti dan 3 ekor di PT Adi Farm, Solo. Bahan yang digunakan dalam
pengujian semen adalah NaCl fisiologis; pewarna eosin nigrosin; larutan HOS 150
mOsm Kg-1; dan larutan formol saline.
Alat
Alat yang digunakan adalah gunting, meteran atau jangka sorong, dummy sow,
penampung semen, penangas air (water bath), mikroskop, heating table,
termometer, gelas objek, cover glass, counter, haemositometer neubauer, fotometer
SDM 5, micro pipet, pipet tetes, micro tube, pH indikator paper dan alat untuk
sterilisasi.
Prosedur
Penampungan Semen
Sebelum penampungan semen dilakukan, terlebih dahulu dipersiapkan
aquabides, penampung semen dan kertas saring/kasa. Penampungan semen
dilakukan dengan metode pemijatan (massage)/gloves hand method pada korpus
penis dengan bantuan dummy sow. Babi jantan dibawa ke kandang penampungan
semen, dibiarkan melakukan courtship (percumbuan) dan menaiki dummy sow
tersebut, sampai terjadi protrusi dan ereksi. Penis dipegang dan ditarik ke arah
samping oleh kolektor semen, difiksir dengan tekanan tertentu serta diarahkan pada
tabung penampung semen yang telah dilengkapi dengan kasa untuk memisahkan
gelatin dan semen.
Evaluasi Semen
Segera setelah koleksi, semen dibawa ke laboratorium untuk dianalisis
secara makroskopis dan mikroskopis. Pengujian makroskopis diawali dengan
pengukuran volume semen menggunakan gelas ukur. Keasaman dari semen diuji
menggunakan kertas indikator pH, selanjutnya dilihat secara visual
konsistesi/kekentalan, warna, dan bau semen. Pengujian mikroskopis dimulai
8
dengan menilai persentase motilitas spermatozoa dengan cara meneteskan 1 tetes
semen pada gelas objek kemudian ditambahkan satu tetes larutan NaCl fisiologis,
dihomogenkan dan diambil satu tetes untuk dipindahkan ke gelas objek yang lain.
Pengamatan motilitas pada mikroskop cahaya (Olympus CX21) dengan
pembesaran 10 x 40 (400x). Pengamatan dilakukan pada lima lapang pandang
dengan penilaian 0-100% dengan interval 5% (Arifiantini 2012).
Pengujian viabilitas dilakukan menggunakan pewarna eosin nigrosin. Satu
tetes semen diteteskan pada gelas objek, ditambahkan satu tetes eosin nigrosin
kemudian dihomogenkan dan dibuat preparat ulas. Pengujian dilakukan dengan
mikroskop cahaya (Olympus CX21) pada pembesaran 10 x 40 (400x). Penilaian
dilakukan dengan melihat warna kepala spermatozoa. Kepala spermatozoa yang
menyerap warna menunjukkan spermatozoa yang mati dan spermatozoa hidup tidak
menyerap warna. Spermatozoa hidup dan mati dihitung hingga 200 sel atau 10
lapang pandang kemudian dihitung dengan cara: spermatozoa hidup dibagi dengan
jumlah spermatozoa terhitung (hidup dan mati) dikali 100% (Arifiantini 2012).
Perhitungan konsentrasi menggunakan photometer SDM 5. Mesin
dinyalakan dengan menekan tombol ON, kemudian dibiarkan 10 menit untuk
penghangatan (warm up). Pilih Method 3 untuk penilaian konsentrasi pada semen
babi. Alat dikalibrasi dengan memasukan larutan kalibrasi (Cuvet diisi 4 mL NaCl
fisiologis, masukan pada bagian cuvet dalam mesin). Perhitungan konsentrasi
spermatozoa dilakukan dengan cara memasukan volume semen sebesar 100 µL ke
dalam cuvet yang berisi 4 mL larutan NaCl fisiologis, selanjutnya alat dijalankan
untuk melakukan perhitungan secara otomatis (Arifiantini 2012).
Pembuatan Larutan Hipoosmotik
Larutan hipoosmotik dibuat dengan cara mencampurkan 1.351 g fruktosa
dan 0.735 g Na-sitrat ke dalam gelas piala. Aquabidest ditambahkan ke dalam gelas
piala sampai mencapai 100 mL, dengan demikian akan terbentuk larutan dengan
osmolaritas 150 mOsm Kg-1 (Revell dan Mrode 1994). Tekanan osmotik larutan
dikonfirmasi dengan menggunakan osmometer.
Pengujiann Integritas Membran Plasma
Pengujian integritas membran plasma dilakukan sebagai berikut. Sebanyak
50 µL semen dimasukkan ke dalam mikrotub berisi 1 ml larutan hipoosmotik.
Campuran larutan kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC dan di evaluasi
menggunakan mikroskop cahaya (Olympus CX21) dengan pembesaran 10x40
(400x). Spermatozoa yang bereaksi terhadap larutan hipoosmotik ditandai dengan
ekor melingkar dan spermatozoa yang tidak bereaksi ditandai dengan ekor lurus
dihitung sebanyak 200 sel. Pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit dan dihentikan
pada saat inkubasi mencapai 90 menit. Data yang diperoleh merupakan persentase
spermatozoa yang bereaksi positif terhadap larutan HOS.
Prosedur Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova dan uji lanjut
Duncan. Data antar breed diseragamkan dengan proporsi dan diuji dengan
menggunakan t-test menggunakan SPPS 16.0.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Semen Segar
Evaluasi atau analisis semen dilakukan untuk melihat kuantitas (volume dan
kosentrasi) dan kualitas semen (Arifiantini 2012). Hasil evaluasi semen segar
merupakan tahap awal untuk menentukan kelayakan semen yang akan diperoses
lebih lanjut. Secara makroskopis volume semen yang diperoleh dari penelitian ini
adalah 326.67 ± 141.33 mL (Tabel 1), volume ini termasuk normal sesuai dengan
Ax et al (2000) bahwa volume semen babi jantan tanpa gelatin adalah 200 sampai
250 mL dengan rata-rata 200 mL. Menurut Johnson et al. (2000), faktor-faktor yang
memengaruhi volume semen saat ditampung adalah variasi umur, tingkat
rangsangan, frekuensi ejakulasi, dan kualitas pakan.
Nilai fisiologis derajat keasaman (pH) semen segar yang diperoleh selama
penelitian berkisar antara 7.2 dan 7.5 dengan rata-rata 7.32 ± 0.12 (Tabel 1). Hasil
ini sejalan dengan hasil penelitian Gadea (2003), yakni pH semen babi rata-rata 7.4
± 0.2, berkisar antara 7.3 - 7.8 (Garner dan Hafez 2000). Semen babi berwarna
putih keruh dengan konsistensi yang encer.
Secara mikroskopis dievaluasi gerakan spermatozoa, viabilitas (spermatozoa
hidup dan konsentrasi spermatozoa. Gerakan spermatozoa yang optimal harus
dinilai pada suhu 37 oC. Mikroskop yang digunakan untuk mengevaluasi semen
sebaiknya menggunakan heating table. Semen babi tidak memiliki gerakan massa,
hal ini disebebkan oleh konsentrasi spermatozoa yang rendah sehingga tidak
terbentuk gelombang masa spermatozoa. Gerakan yang dinilai adalah persentase
spermatozoa yang bergerak maju ke depan atau disebut motilitas spermatozoa.
Motilitas ini sangat penting dievaluasi karena menentukan kemampuan gerak
spermatozoa mencapai sel telur pada saat fertilisasi di dalam saluran kelamin
betina. Motilitas spermatozoa pada penelitian ini berada pada rentangan antara 60-
75% dengan rata-rata sebesar 68.89 ± 6.01 (Tabel 1). Hasil ini masih lebih rendah
daripada hasil penelitian dari Zou dan Yang (2000) yang menyatakan motilitas
spermatozoa babi dapat mencapai 92%. Banyak faktor yang memengaruhi motilitas
spermatozoa pada penelitian ini, terutama kondisi fisiologis ternak, lingkungan dan
pakan yang diberikan. Secara umum kualitas spermatozoa yang digunakan pada
penelitian ini memiliki kualitas yang baik, dan dapat diproses lebih lanjut.
Spermatozoa yang hidup dalam penelitian ini adalah 79.49 ± 5.52 %, nilai
ini termasuk baik karena masih dalam kisaran normal menurut Sumardani et al.
(2008). Konsentrasi spermatozoa sangat penting dalam penentuan kualitas
spermatozoa. Konsentrasi, volume dan persentase motilitas spermatozoa dapat
menggambarkan tingkat pengenceran dan banyaknya betina yang dapat
diinseminasi. Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dalam penelitian ini rata-
rata 175.50 ± 82.14 x 106 sel/ml (Tabel 1). Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh
dalam penelitian ini sesuai dengan yang diperoleh Shipley (1997) yaitu berkisar
antara 150 – 450 x 106 sel/ml. Konsentrasi spermatozoa dapat bervariasi pada setiap
penampungan. Tingkat konsentrasi spermatozoa dalam ejakulat dipengaruhi oleh
kondisi fisiologis individu.
Semen babi bersifat voluminous, memiliki ejakulat dengan volume yang
banyak namun dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah, volume yang banyak
10
tersebut disebabkan semen babi terdiri atas tiga fraksi yaitu pra-spermatozoa, kaya-
spermatozoa dan pasca-spermatozoa. Fraksi pra-spermatozoa tidak mengandung
spermatozoa, hanya berupa cairan jernih dan gelatin dari kelenjar bulbouretralis
(Kelenjar Cowper) yang mencapai 20% dari total volume semen. Fraksi kaya
spermatozoa mengandung 20 - 30% spermatozoa dengan konsentrasi 600 – 1000 x
106 sel/mL (Ax et al. 2000), dan sisanya merupakan fraksi pasca-spermatozoa yang
mengandung cairan dari kelenjar aksesoris lainnya, yaitu kelenjar prostat dan
kelenjar vesicularis. Pada peternakan dengan manajemen yang baik, sangat kecil
kemungkinan terjadinya defisiensi kualitas pakan dan kuantitas protein yang
diberikan kepada pejantan. Pemberian ransum dengan protein yang rendah dapat
mengakibatkan pengurangan konsumsi makanan, penurunan berat badan,
kelemahan, dan penurunan libido dan produksi spermatozoa.
Tabel 1 Nilai karakteristik semen segar babi
Karakteristik semen Nilai rataan
Volume (mL) 326.67 ± 141.33
Warna Putih keruh
Konsistensi Encer
pH 7.32 ± 0.12
Motilitas spermatozoa (%) 68.89 ± 6.01
Spermatozoa hidup (%) 79.49 ± 5.52
Konsentrasi spermatozoa (106 sel/mL) 175.50 ± 82.14
Integritas membran plasma spermatozoa babi
Membran plasma merupakan lapisan semipermeabel yang menyelimuti sel
spermatozoa. Menurut Curry dan Watson (1995), integritas membran plasma serta
fungsinya penting untuk menjaga viabilitas sel. Bagian ini menjadi struktur penting
dari sel sebagai gerbang yang menghubungkan lingkungan ekstra seluler dan intra
seluler, dengan demikian keutuhan struktur dan fungsi membran plasma sangat
penting untuk dievaluasi dalam pengujian kualitas spermatozoa. Membran plasma
memiliki kemampuan permeabilitas yang selektif untuk mengatur aktivitas
metabolik intrasel, pH, dan komposisi ion.
Pada penelitian ini semen babi pada menit ke 15 sudah menunjukkan HOS
positif antara 36.27 sampai 63.50% dengan rata-rata 52.32 ± 9.05. Pada 30 menit
inkubasi, sel yang positif terhadap larutan HOS semakin meningkat antara 47.44
sampai dengan 77.00% dengan rata-rata 60.13 ± 9.56. Peningkatan reaksi
spermatozoa yang positif terhadap larutan HOS terus terjadi dan puncaknya terlihat
pada menit ke-60 (Tabel 2).
Persentase HOS positif pada menit ke-60 berkisar antara 64.36 sampai
84.07% dengan rata-rata 74.65 ± 7.03, reaksi ini lebih tinggi (p<0.01) dibandingkan
jumlah spermatozoa dengan HOS positif pada menit ke 45, 30 ataupun 15 menit.
Setelah melewati puncak reaksi pada menit ke-60 persentase spermatozoa yang
HOS positif mulai menurun. Spermatozoa yang mengalami HOS positif pada menit
ke-75 antara 50.70 sampai 82.50% . Penurunan terus terjadi dan akhirnya pada
menit ke 90 menunjukkan reaksi HOS positif hanya 49.50 sampai dengan 72.30%
dan rata-rata 60.96 ± 5.85 (Tabel 2). Penurunan ini disebabkan karena paparan
11
larutan hipoosmotik yang terlalu lama sehingga membran plasma mengalami
kerusakan dan tidak reaktif lagi terhadap larutan hipoosmotik.
Sel spermatozoa akan bereaksi ketika dimasukkan ke dalam larutan
hipoosmotik, hal ini terjadi karena larutan hipoosmotik akan masuk ke dalam sel
melewati membran plasma. Akibat perbedaan tekanan osmotik dari larutan tersebut
dengan tekanan osmotik luar sel lebih tinggi, maka larutan tersebut akan masuk ke
dalam sel dan menyebabkan kebengkakan, fenomena inilah yang dapat diamati dan
diukur untuk menguji integritas membran plasma (Vaszquez et al. 1997).
Fenomena ini lebih mudah diamati pada ekor spermatozoa (Gambar 1), daripada
kepala karena membran plasma yang mengelilingi ekor tampak lebih longgar
(Jeyendran et al. 1984; Vazquez et al. 1997).
Spermatozoa dengan kerusakan fungsi membran tidak mengalami
pembengkakan dan ekornya tidak mengalami invaginasi/melingkar (Jeyendran et
al. 1984). Waktu yang paling tepat untuk melakukan pengujian integritas membran
plasma spermatozoa pada babi berdasarkan hasil penelitian ini adalah pada menit
ke-60 inkubasi (Gambar 2).
Gambar 1 Hasil pengujian integritas membran plasma dengan HOS test.
a (spermatozoa HOS positif ) dan b (Spermatozoa HOS negatif)
Stabilitas volume sel merupakan proses lanjut dari mekanisme regulasi
volume, akumulasi atau pelepasan osmolit dan metabolit organik serta transportasi
ion melalui membran plasma. Fungsi sel harus dipertahakan dalam menghadapi
perubahan tekanan osmotic. Spermatozoa beberapa mamalia (babi, tikus, banteng
dan manusia) telah ditemukan memiliki kemampuan regulasi volume, dibagi
menjadi dua yaitu regulatory volume decrease (RVD) merupakan respon terhadap
tekanan hipoosmotik dan regulatory volume increase (RVI) yaitu sel mampu
mengembalikan volumenya setelah mengalami pengerutan karena lingkungan
hipertonis (Petrukina et al. 2007).
Pengujian HOS didasarkan pada kemampuan spermatozoa membengkak
setelah dimasukkan ke dalam larutan hipoosmotik. Ketepatan waktu pengujian
HOS sangat penting dilakukan, bila waktu pengujian terlalu cepat, maka
a
b
12
spermatozoa belum bereaksi secara optimal. Sebaliknya jika dilakukan terlalu lama
sejak inkubasi kemungkinan waktu optimal bereaksi sudah hilang. Menurut Lang
et al. (1998) mekanisme regulasi volume sel merupakan faktor penting untuk
menjaga kelangsungan hidup sel. Sel harus dapat menghindari perubahan volume
berlebihan yang dapat membahayakan integritas struktural dan kestabilan
lingkungan intraselular.
Tabel 2 Persentase jumlah spermatozoa yang bereaksi positif Hypo-osmotic
swelling (HOS) test selama masa inkubasi
Ulangan Menit ke
15 30 45 60 75 90
1 53.00 60.50 76.70 84.07 82.50 72.30
2 63.50 66.30 72.50 76.68 79.50 70.00
3 54.80 61.40 69.30 68.00 66.20 58.50
4 50.20 51.20 62.80 62.36 50.70 49.50
5 62.50 77.00 87.00 83.70 78.90 65.00
6 36.27 47.44 60.00 64.36 56.52 55.00
7 60.00 67.50 76.90 80.60 76.00 62.10
8 52.50 57.73 72.90 80.60 68.50 60.00
9 45.45 55.00 64.82 65.00 57.84 60.00
10 45.00 51.50 58.17 75.00 66.20 57.21
Rata-
rata±SD
52.32
± 9.05c
60.13
± 9.56bc
70.10
± 9.12ab
74.65
± 7.03a
68.28
± 10.25ab
60.96
± 5.85bc
Huruf superscrip berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan beda sangat
nyata (p<0.01)
Gambar 2 Grafik reaksi spermatozoa positif terhadap larutan HOS
Pada pengujian integritas membran plasma dengan HOS test maka dapat
dilihat fungsi membran dalam melakukan regulasi volume melalui mekanisme
RVD. Mekanisme regulasi volume terjadi jika terdapat perbedaan tekanan osmotik
%ek
or
mel
ingkar
Menit ke-
13
ekstra selular dan intraselular. Keadaan hipotonis di luar sel menyababkan air
masuk ke dalam sel untuk mencapai kembali keseimbangan osmotik. Pengujian
HOS pada waktu yang tepat perlu dilakukan mengingat adanya kemampuan
spermatozoa mengaktifkan RVD untuk menyeimbangkan tekanan osmotik luar dan
dalam sel (Gambar 3). Pada penelitian ini mekanisme RVD terjadi setelah menit
ke-60 yaitu pada menit ke-75, ditandai dengan menurunnya reaksi HOS positif
hingga pada menit ke-90 reaksi HOS positif terus menurun dan mendekati nilai
HOS positif pada menit ke 15.
Gambar 3 Perubahan volume spermatozoa sebagai respon terhadap kondisi
hipoosmotik.
Pada penelitian ini reaksi HOS positif antar breed pada setiap waktu
pengamatan disajikan pada Tabel 3. Data tersebut diuji dengan uji t-test dan
menunjukan hasil yang tidak berbeda (p > 0.05) hal ini sesuai dengan pernyataan
Amorim et al. (2009) bahwa reaksi spermatozoa pada larutan HOS dipengaruhi
oleh spesies hewan, jenis larutan, osmolalitas, dan waktu inkubasi, tidak
dipengaruhi oleh bangsa/breed. Fungsi membran plasma spermatozoa sangat
fundamental dalam mengatur volume sel, karena akan menentukan kelangsungan
hidup spermatozoa.
Tabel 3 Persentase jumlah spermatozoa yang bereaksi positif Hypo-osmotic
swelling (HOS) test antar breed selama masa inkubasi
Breed Menit ke
15 30 45 60 75 90
Landrace 53.38 60.64 71.38 73.02 69.05 61.72
Duroc 52.65 60.00 71.54 75.40 67.45 60.70
Yorkshire 51.50 51.50 58.17 75.00 66.20 57.21
Optimalnya pengujian pada menit ke-60 dalam penelitian ini juga dilaporkan
oleh Padrik et al. (2012) pada sapi Estonian Holstein dengan menggunakan tekanan
hipoosmotik yang sama (150 mOsm kg-1). Fonseca et al. (2005) melaporkan
pengujian integritas membran pada semen kambing dengan larutan HOS 125
mOsm kg-1 pada 37 oC dalam waktu 60 menit. Pada spermatozoa kuda Nie dan
Wanzel (2001) menyatakan, inkubasi selama 60 menit dengan larutan hypoosmotic
100 mOsm kg-1 menunjukkan persentase HOS reaktif yang lebih tinggi
dibandingkan dengan larutan hipoosmotik lainnya.
Tekanan osmotik yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Pada
penelitian ini spermatozoa babi bereaksi dengan larutan HOS (150 mOsm kg-1),
14
optimal pada menit ke-60 inkubasi. Pengujian yang dilakukan lebih cepat atau
lambat akan mendapatkan hasil yang kurang akurat.
Pengujian HOS juga telah dilakukan pada berbagai jenis ternak di antaranya
pada Estonian Holstein (Padrik et al. 2012); kambing (Fonseca et al. 2005), domba
(Nalley dan Arifiantini 2013) dan pada kuda (Nie dan Wanzel 2001). Seluruh
penelitian tersebut menunjukkan reaksi HOS positif yang berbeda terhadap ternak
yang berbeda pula. Pengujian Hypo-osmotic swelling (HOS) test ini sangat
memungkin untuk dilakukan dalam menguji keutuhan memran spermatozoa karena
mudah diaplikasikan, murah (Nalley dan Arifiantini 2013) dan tidak membutuhkan
alat yang canggih.
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Waktu optimal untuk melakukan pemeriksaan integritas membran plasma
adalah pada menit ke-60 dengan larutan hipoosmotik 150 mOsm Kg-1. Tidak ada
perbedaan yang nyata antara breed dan waktu pemeriksaan integritas membran
plasma spermatozoa babi dengan hypo-osmotic swelling (HOS) test
Saran
Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menggunakan sample dari breed
yang lain yang banyak diternakan di Indonesia dengan jumlah sample yang lebih
banyak untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Selain itu perlu juga dilakukan
penelitian ini pada semen babi yang telah ditambahkan pengencer
DAFTAR PUSTAKA
Amorim EA, Torres CA, Graham JK, Amorim LS, Santos LV. 2009. The hypo-
osmotic swelling test in fresh rabbit spermatozoa. Anim Reprod Sci. 111: 338‒
343.
Arifiantini I. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor (ID):
IPB Pr
Ax RL, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B, Bellin ME.
2000. Semen Evaluation. In: Hafez ESE, Hafez B, editor. Reprod in farm
Anim.7th Ed. Philadelphia (US): Williams & Wilkins Blakely, J dan Bade DH. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Yogyakarta (ID)
Gajah Mada University Pr.
Brito LFC, Barth AD, Bilodeau-Roessels S, Panich PL, Kastelic JP. 2003.
Comparison methods to evaluate the plasmalemma of bovine sperm and their
relationship with in vitro fertilization rate. Theriogenology. 60: 1539-1551
Carbita ER, Alvarez E, Anel MP, Herraez. 1999. The hypo-osmotic sweelling test
performed with coulter counter: a method to assay functional integrity of
sperm membrane in rainbow trout. Anim Reprod Sci. 55: 279-287.
Curry MR, Watson PF. 1995. Sperm structure and function. Di dalam: Grudzinskas
JG, Yovich JL. Editor. Gametes-The Spermatozoon. Cambridge (UK):
Cambridge University Pr.
Dell’aqua Jr JA, Papa FO, Zahn FS. 2002. Novo teste osmótico de avaliação da
integridade da membrana plasmática de sêmen congelado eqüino. Rev Bras
Rep Anim. (26): 189-191.
Fonseca JF, Torres CAA, Maffili VV, Borges AM, Santos ADF, Rodriques MT.
Oliveira RFM. 2005. The hypoosmotic swelling test in fresh goat
spermatozoa. Anim Reprod sci. 2: 139-144.
Gadea J. 2003. Semen extenders used in the artificial insemination of swine.
Spanish J. of Agric Res.1 (2): 17-27.
16
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Hafez B,
Hafez ESE. 2000. Reprod in Farm Anim. 7th ed. Philadelphia (US): Lippincott
Williams & Wilkins. 96-109.
Hallap T, Nagy S, Haard M, Jaakma U, Larsson B, Rodriquez-Martinez H. 2004.
Variations in quality of frozen-thawed semen from Swedish Red and White
siresat 1 and 4 years of age. J of Andrology. 27:166‒171.
Jeyendran RSHH, Van Der Ven M, Perez-Pelaez BG, Crabo LJD, Zaneveld LJ.
1984. Development of an assay to assess the functional integrity of the human
sperm membrane and its relationship to other semen characteristics. J Reprod
Fertil. 70: 219-228
Johnson LA, Weitze KF, Fiser P, Maxwell WMC. 2000. Storage of boar semen. J
Anim Sci. 62: 143-172.
Lang F, Gillian L, Busch L, Markus R, Harald Vo Lkl, Siegfried W, Erich G. 1998.
Functional significance of cell volume regulatory mechanisms. Phys Rev. 78
(1): 248-273
Lechniak DA, Kedzierski D, Stanislawski D. 2002. The use of HOS test to evaluate
membrane functionality of boar sperm capacitated in vitro. Reprod Dom Anim.
37(6): 379-380.
Maes D, Nauwynck H, Rijsselaere T, Mateusen B, Vyt Ph, de Kruif A, Van SA.
2008. AI transmitted diseases in swine: an overview. Theriogenology 70:
1337-1345
Maes D, López A, Rijsselaere T, Vyt P, Van A. 2011. Artificial insemination in
pigs. In Artificial insemination in farm animals ed. M. Manafi. In Tech Rijeka
Croatia. 79-94
Nalley WMM, Arifiantini RI. 2013. The Hypo-osmotic swelling test in fresh garut
ram spermatozoa. J.Indonesian Trop Anim Agric. 38(4): 212-216
Nie GJ, Wanzel JGW. 2001. Adaptation of the semen hypo-osmotic swelling test
to assess functional integrity of stallion spermatozoal plasma membranes.
Theriogenology 59: 735-742.
Padrik P, Hallap T, Kaart T, Bulitko T, Jaakma U. 2012. Relationships between
the results of hypo-osmotic swelling tests, sperm motility, and fertility in
Estonian Holstein dairy bulls. Czech J Anim Sci. 57 (10): 490-497
Petrunkina AM, Waberski D, Gunzel-Apel AR, Topfer-Peterson E. 2007.
Determinants of sperm quality and fertility in domestic species. Society for
Reprod and Fertil. 1470-1626.
Purdy PH, Moce E, Stobart R, Murdoch WJ, Moss GE, Larson B, Ramsey S,
Graham JK, Blackburn HD. 2010. The fertility of ram sperm held for 24h at
5°C prior to cryopreservation. Anim Reprod Sci. 118: 231-235.
Perez-Llano BJLP Lorenzo YA. Trejo P. Garcia-Casado P. 2001. Hypoosmotic
swelling test for the prediction of boar sperm fertility. Theriogenology 56:
387-398.
Quintela AT, Oliveira IRS, Souza AO. 2010. Water-induced hypo-osmotic test for
the evaluation of canine sperm membrane integrity. Anim Reprod. (7):70-74.
Revell SG, Mrode RA. 1994. An osmotic resistance test for bovine semen.
Anim.Reprod. Sci.. 36: 77-86.
Rota AN, Penzo L, Vincenti R, Mantovani.1999. Hypo-osmotic swelling (HOS) as
a screening assay for testing in vitro fertility of bovine spermatozoa.
Theriogenology. 53:1415-1420.
17
Shipley CF. 1997. Breeding Soundness examination of the boar. Swine Healt Prod.
7(3): 117-120
Sihombing DTH. 2006. Ilmu Ternak Babi. Cetakan kedua. Yogyakarta (ID).
Gadjah Mada University Pr.
Sumardani NLG, Tuty LY, Siagian PH. 2008. Viabilitas spermatozoa babi dalam
pengencer BTS (Beltsville Thawing Solution) yang dimodifikasi pada
penyimpanan berbeda. Med Pet. 31(2):81-86
Tamuli MK, Watson PF (1992): Effect of temperature of incubation on the
development of resistance to cold stress and hypo-osmotic stress in boar
spermatozoa incubated for up to 24 hours. Proc. 12th Int. Cong. Anim Reprod
Sci. 1484-1486.
Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa
Vazquez JM, Martinez EA, Martinez P. 1997. Hypoosmotic swelling of boar
spermatozoa compared to other methods for analyzing the sperm membrane.
Theriogenology 47: 913-922
Yeste M, Briz M, Pinart ES. Sancho E. Bussalleu S. 2010. The osmotic tolerance
of boar spermatozoa and its usefulness as sperm quality parameter. Anim
Reprod Sci. 119: 265-274
Zou C, Yang Z. 2000. Evaluation on sperm quality of freshly ejaculated boar semen
during in vitro storage under different temperatures. Theriogenology 53:
1477-1488.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis data menggunakan uji Anova dengan uji lanjut Duncan
pada selang kepercayaan 99% (P > 0.01)
ONEWAY HOSpositif babi BY waktu
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.01).
Oneway
[DataSet2]
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
HOSpositif Between Groups 3170.350 5 634.070 8.123 .000
Within Groups 4215.300 54 78.061
Total 7385.650 59
babi Between Groups .000 5 .000 .000 1.000
Within Groups 495.000 54 9.167
Total 495.000 59
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
HOSpositif
Duncan
waktu N
Subset for alpha = 0.01
1 2 3
15 10 52.0000
30 10 59.2000 59.2000
90 10 60.8000 60.8000
75 10 67.8000 67.8000
45 10 69.6000 69.6000
60 10 73.7000
Sig. .039 .018 .165
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
19
Lampiran 2 Hasil Uji - t proporsi HOS positif dari berbagai breed pada selang
kepercayaan 95% (P > 0.05)
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Durox Yorkshire
Mean 64,62343352 58,8465937
Variance 70,41302559 112,759729
Observations 6 6
Pooled Variance 91,58637715
Hypothesized
Mean Difference 0
df 10
t Stat 1,045527622
P(T<=t) one-tail 0,160196739
t Critical one-tail 1,812461123
P(T<=t) two-tail 0,320393477
t Critical two-tail 2,228138852
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Landrace Yorkshire
Mean 64,86489 58,84659372
Variance 57,23265 112,7597287
Observations 6 6
Pooled Variance 84,99619
Hypothesized Mean
Difference 0
df 10
t Stat 1,130666
P(T<=t) one-tail 0,142292
t Critical one-tail 1,812461
P(T<=t) two-tail 0,284584
t Critical two-tail 2,228139
t-Test: Two-Sample Assuming Equal
Variances
Landrace Durox
Mean 64,86489 64,62343352
Variance 57,23265 70,41302559
Observations 6 6
Pooled Variance 63,82284
Hypothesized
Mean Difference 0
df 10
t Stat 0,052349
P(T<=t) one-tail 0,479641
t Critical one-tail 1,812461
P(T<=t) two-tail 0,959282
t Critical two-
tail 2,228139
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jatiluwih pada tanggal 24 Agustus 1992, merupakan
anak ke-2 dari pasangan I Ketut Suarma dan Ni Wayan Murtini.
Pendidikan kanak-kanak hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan
di Bali, Pada tahun 1997 penulis mengambil pendidikan di Taman Kanak-Kanak
Kumara Giri Jatiluwih dan lulus pada tahun 1998, kemudian melanjutkan di SD No.
1 Jatiluwih dan lulus pada tahun 2004. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
dilanjutkan di SMP Negeri 3 Penebel dan lulus tahun 2007, Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas di SMA Negeri 1 Tabanan dan lulus tahun 2010.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan. Selama
menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi kampus. Penulis pernah
menjadi staf departemen sosial dan lingkungan BEM FKH IPB periode 2011-2012,
ketua divisi humas Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma IPB periode 2011-2012,
pada periode 2013-2014 penulis juga pernah menjabat sebagai ketua Himpunan
Profesi Satwaliar, selain itu penulis aktif di beberapa kepanitiaan seperti ketua
panitia Donor Darah FKH IPB 2012 dan ketua makrab ACROMION 47, di
organisasi luar kampus penulis pernah menjabat sebagai pengurus
BRAHMACARYA Bogor.
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu Teknologi Reproduksi pada
tahun 2013 dan 2014 dan asisten mata kuliah Embriologi pada tahun 2014
Penulis aktif di beberapa kegiatan magang liburan antara lain di Taman
Nasional Way Kambas (2012), Bali Zoo (2013) dan pernah mengikuti kegiatan
pengabdian masyarakat di Bondowoso (2013). Pada tahun 2014 Penulis masuk ke
dalam 10 besar mahasiswa berprestasi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.