penentuan sifat bakteri
-
Upload
nauchull18 -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
Transcript of penentuan sifat bakteri
LAPORAN MIKROBIOLOGI
(Penentuan Sifat Bakteri)
Oleh:
Lisnawati
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN KIMIA
PEMBAHASAN
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Selain itu
bakteri yang hidup akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Sedangkan, untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan
suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural.
Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan
larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba
disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar& Chan, 2007).
Pada praktikum kali ini penentuan sifat bakteri dilakukandiantaranya dengan
pewarnaan gram dan pewarnaan bakteri tahan asamdimana pewarnaan tersebut
termasuk ke dalam pewarnaan differensial.
Pewarnaandifferensial
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan
gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:
1. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan
gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk
membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiell apneumoniae.
Denganmetodepewarnaan Gram, bakteridapatdikelompokkanmenjadidua, yaitu:
Bakteri GramPositif
Bakteri gram positif berwarna ungu karenaterjadi kompleks zat
warna kristal Violet-Yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan
pemucat.
Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif bewarna merah karena kompleks tersebut
larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil warna
kedua yang berwarna merah (safranin).
Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.
Gambar 1. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Dinding sel bakteri gram negatif pada umumnya lebih
tipis dari akteri gram positif, dan presentase kandungan lipida bakteri gram negatif
lebih tinggi dari bakteri gram positif. Kompleks zat iodin terperangkap antara
dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan
penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian
alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran
tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri
negatif lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen
seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik pewarnaan gram tersebut
dapat menghasilkan warna merah dan ungu, bakteri gram negatif ditandai dengan
pewarnaan merah sedangkan yang positif berwarna ungu (Levine, 2000).
Gambar 2. Contoh bakteri gram posittif (ungu), gram negatif (merah)
Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah
itu ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah
itu ditambah alkohol. Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine
yang berwarna biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan
berwarna ungu. Contoh bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus,
Stapilococcus, Clostridia, Corynebacteriumdhypteriae, Peptococcus,
Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri Gram negatif akan terdekolorisasi oleh
alcohol dan pemberian safranin akan memberikan warna merah pada bakteri
Gram negatif. Contoh bakteri Gram negative adalah Neisseria, Klebesiella,
Vellonella, Shigella, Salmonella, Hemophillus, dll (Cappuccino&Sherman, 1983).
Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas
dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif.Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri.
Reagen pertama disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan
mewarnai dengan jelas. Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing
agent). Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila
komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci
sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat mengikat warna dasar, maka
warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak
tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap
warna dasar. Larutan yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan iodium,
alkohol dan safranin (Tracy, 2005).
Sampel bakteri yang digunakan paa praktikum ini adalah
Staphylococcusaureus. Staphylococcusaureusadalah adalah bakteri gram positif
yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak mengasilkan
spora dan tdakmotil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok,
dengan diameter sekitar 0,8-1,0µm. Habitat alami Staphylococcusaureuspada
manusia adalah di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada
keadaan sistem imun normal, Staphylococcusaureustidak bersifat patogen. Infeksi
Staphylococcusaureusdiasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,
diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthrititis. Sebagian besar
penyakit yang disebabkan bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri
ini disebut piogenik.
2. Pewarnaan Tahan Asam
Dinamakan tahan asam bukan berarti bahwa bakteri ini tahan hidup terus bila
diberi perlakuan dengan asam, tetapi dihubungkan dengan metode pengecatan
menggunakan asam mineral sebagai bahan pengawawarna.Pewarnaan ini
ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi
sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus
misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat
warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat
sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam
(BTA).
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri
penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara
pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-
Neelsen.(anonymous,2009). Bakteri Tahan Asam berwarna pink, dan bakteri
Tidak Tahan Asam berwarna biru.
Pada praktikum ini digunakan bakteri Bacilussubstiis sebagai sampelnya.
Gambar 3. Bacillussubtilis
Bacillussubtilis termasuk jenis Bacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram
positif, katalase positif yang umum ditemukan di tanah.Bacillus subtilis selnya
berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau
terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua membentuk
endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis merupakan jenis
kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 °C – 55 °C
dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 °C – 80 °.
Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora
yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan
yang ekstrim. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun
kontaminasi makanan tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya
dapat tahan terhadap panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan
bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bakteri ini tidak dapat mempertahankan zat warna pertama yaitu karolfuksin,
sehingga dia lebih mempertahakan zat warna kedua yaitu methyleneblue, maka
dapat disimpukan bahwa bakteri Bacillus subtilisini merupakan Bakteri Tidak
Tahan Asam (BTTA).
KESIMPULAN
Pada praktikum penentuan sifat bakteri ini didapatkan hasil untuk
pewarnaan gram diketahui sampel bakteri Staohylococcusaureusmerupakan
bakteri gram positif, karena dari pengamatan melalui mikroskop dengan
perbesaran 400x terlihat bakteri ini berwarna ungu yang disebabkan kompleks zat
warna kristal Violet-Yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan
pemucat. Sedangkan untuk praktikum pewarnaan tahan asam diketahui bahwa
bakteri Bacilussubstilistermasuk ke dalam kelompok Bakteri Tidak Tahan Asam
(BTTA) karena tidak dapat mempertahankan zat warna pertama, yaitu karbol
fuksin yang berwarna merah sehingga dia menyerap warna methileneblue yang
berwarna biru.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-DasarMikrobiologi. Djambatan: Jakarta
Fauziah., 2008, www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf. diakses pada tanggal 05 Juni 2012.
Gozali.Amir. 2009.Pewarnaan gram.
http://www.gozali.blogspot.com/gram/pewarnaan-gram-
prinsip.html .Diaksespadatanggal05 Juni 2012.
Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,. diakses pada tanggal 05 Juni 2012.
Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang
Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan