Penentuan Kadar Boraks Dalam Sampel Otak Otak Pasar Buah Batu

8
PENENTUAN KADAR BORAKS DALAM SAMPEL OTAK OTAK PASAR BUAH BATU Riswanto Napitupulu (260110120109) Ilyas Nur Fatahillah (260110120171), Mentary Sonaya (260110120180), Msy Puji Maharani (260110120181), dan Niken Dwi Larasati (260110120182) Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran l. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363 Telp. (022) 7996200, Fax (022) 7796200 ABSTRAK Boraks merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Namun saat ini, boraks sering kali disalahgunakan sebagai bahan campuran pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan boraks pada otak- otak yang dijual di pasar buah batu. Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan uji nyala dan kuantitatif dengan metode titrimetri. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sampel otak-otak yang dianalisis dengan uji nyala api tidak teridentifikasi adanya boraks dan bebas dari kadar boraks (kadar boraks 0 mg/gram sampel). Kata Kunci : Boraks,Otak-otak, Uji Nyala, Titrimetri ABSTRACT Borax is harmful preservatives are not allowed to be used as a food ingredient mixture. But this time, borax is often misused as ingredients in foods. This study aimed to analyze the content of borax in the brains are sold in the market stone fruit. Tests conducted qualitatively and quantitatively with the flame test method titrimetri. From the results of the study concluded that the samples were analyzed brains with flame test is not identified for free from borax and borax content (borax concentration 0 mg / g sample). Keywords: Borax,Otak-otak, Flame Test, titrimetry

description

research

Transcript of Penentuan Kadar Boraks Dalam Sampel Otak Otak Pasar Buah Batu

  • PENENTUAN KADAR BORAKS DALAM SAMPEL OTAK OTAK PASAR BUAH BATU

    Riswanto Napitupulu (260110120109) Ilyas Nur Fatahillah (260110120171), Mentary Sonaya (260110120180), Msy Puji

    Maharani (260110120181), dan Niken Dwi Larasati (260110120182)

    Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

    l. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363

    Telp. (022) 7996200, Fax (022) 7796200

    ABSTRAK

    Boraks merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai

    campuran bahan makanan. Namun saat ini, boraks sering kali disalahgunakan sebagai bahan

    campuran pada makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan boraks pada otak-

    otak yang dijual di pasar buah batu. Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan uji nyala dan

    kuantitatif dengan metode titrimetri. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sampel otak-otak yang

    dianalisis dengan uji nyala api tidak teridentifikasi adanya boraks dan bebas dari kadar boraks

    (kadar boraks 0 mg/gram sampel).

    Kata Kunci : Boraks,Otak-otak, Uji Nyala, Titrimetri

    ABSTRACT

    Borax is harmful preservatives are not allowed to be used as a food ingredient mixture. But

    this time, borax is often misused as ingredients in foods. This study aimed to analyze the content of

    borax in the brains are sold in the market stone fruit. Tests conducted qualitatively and quantitatively

    with the flame test method titrimetri. From the results of the study concluded that the samples were

    analyzed brains with flame test is not identified for free from borax and borax content (borax

    concentration 0 mg / g sample).

    Keywords: Borax,Otak-otak, Flame Test, titrimetry

  • PENDAHULUAN

    Boraks adalah senyawa kimia turunan

    dari logam berat boron (B), Boraks merupakan

    antiseptik dan pembunuh kuman. Bahan ini

    banyak digunakan sebagai bahan anti jamur,

    pengawet kayu, danantiseptik pada kosmetik

    (Svehla, 1985).

    Asam borat atau boraks (boric acid)

    merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak

    diizinkan digunakan sebagai campuran bahan

    makanan. Boraks adalah senyawa kimia

    dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk

    kristal putih, tidak berbau dan stabil pada

    suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks

    berubah menjadi natrium hidroksida dan asam

    borat (Syah, 2005).

    Senyawa asam borat ini mempunyai

    sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur

    sekitar 171C, larut dalam 18 bagian air

    dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian

    gliserol 85% dan tak larut dalam eter.

    Kelarutan dalam air bertambah dengan

    penambahan asam klorida, asam sitrat atau

    asam tetrat. Mudah menguap dengan

    pemanasan dan kehilangan satu molekul

    airnya pada suhu 100C yang secara perlahan

    berubah menjadi asam metaborat(HBO2).

    Asam borat merupakan asam lemah dan garam

    alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat

    larut sempurna dalam 30 bagian air,

    menghasilkan larutan yang jernih dan tak

    berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan

    alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi,

    2008).

    Ada berbagai metode yang dapat

    digunakan untuk menguji kandungan boraks

    pada makanan. Uji tersebut dikelompokkan

    menjadi 2 macam yaitu uji kandungan boraks

    secara kualitatif dan uji kandungan boraks

    secara kuantitatif. Uji kandungan boraks

    secara kualitatif hanya mampu menunjukkan

    apakah suatu bahan makanan mengandung

    boraks atau tidak tanpa mampu menunjukkan

    seberapa banyak kandungan boraks di

    dalamnya. Uji secara kuantitatif selain bisa

    menujukkan apakah uatu makanan

    mengandung boraks atau tidak juga

    menunjukkan berapa besar kandungan boraks

    tersebut (Rohman dan Sumantri, 2007).

    Salah satu metode kuantitatif yaitu

    metode titrimetri. Metode titrimetri

    merupakan metode yang rumit dalam menguji

    kandungan boraks dalam makanan. Namun,

    dengan metode ini tidak hanya diketahui

    apakah makanan yang diuji positif

    mengandung boraks atau tidak, tetapi juga

    bisa dikethui seberapa banyak boraks yang

    terkandung di dalam makanan tersebut

    (Rohman dan Sumantri, 2007).

  • (Suklan,2002)

    Asam borat merupakan asam organik

    lemah yang sering digunakan sebagai

    antiseptik, dan dapat dibuat dengan

    menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam

    khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga

    sering digunakan dalam dunia pengobatan dan

    kosmetika. Misalnya, larutan asam borat

    dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci

    mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam

    borat juga digunakan sebagai obat kumur,

    semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun,

    ingat, bahan ini tidak boleh diminum atau

    digunakan pada luka luas, karena beracun

    ketika terserap masuk dalam tubuh.

    Uji kualitatif dilakukan menggunakan

    uji nyala. Uji nyala adalah salah satu metode

    pengujian untuk mengetahui apakah dalam

    makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut

    uji nyala karena sampel yang digunakan

    dibakar uapnya, kemudian warna nyala

    dibandingkan dengan warna nyala boraks asli.

    Tentu sebelumnya telah diketahui bahwa

    serbuk boraks murni dibakar menghasilkan

    nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang

    dibakan menghsilkan warna nyala hijau maka

    sampel dinyatakan positif mengandung boraks

    (Suhendra, 2013).

    Boraks adalah senyawa kimia turunan

    dari logam berat boron (B), Boraks merupakan

    antiseptik dan pembunuh kuman. Bahan ini

    banyak digunakan sebagai bahan anti jamur,

    pengawet kayu, danantiseptik pada kosmetik

    (Svehla, 1985).

    Asam borat atau boraks (boric acid)

    merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak

    diizinkan digunakan sebagai campuran bahan

    makanan. Boraks adalah senyawa kimia

    dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk

    kristal putih, tidak berbau dan stabil pada

    suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks

    berubah menjadi natrium hidroksida dan asam

    borat (Syah, 2005).

    Senyawa asam borat ini mempunyai

    sifat-sifat kimia sebagai berikut: jarak lebur

    sekitar 171C, larut dalam 18 bagian air

    dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian

    gliserol 85% dan tak larut dalam eter.

  • Kelarutan dalam air bertambah dengan

    penambahan asam klorida, asam sitrat atau

    asam tetrat. Mudah menguap dengan

    pemanasan dan kehilangan satu molekul

    airnya pada suhu 100C yang secara perlahan

    berubah menjadi asam metaborat(HBO2).

    Asam borat merupakan asam lemah dan garam

    alkalinya bersifat basa. Satu gram asam borat

    larut sempurna dalam 30 bagian air,

    menghasilkan larutan yang jernih dan tak

    berwarna. Asam borat tidak tercampur dengan

    alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi,

    2008).

    Ada berbagai metode yang dapat

    digunakan untuk menguji kandungan boraks

    pada makanan. Uji tersebut dikelompokkan

    menjadi 2 macam yaitu uji kandungan boraks

    secara kualitatif dan uji kandungan boraks

    secara kuantitatif. Uji kandungan boraks

    secara kualitatif hanya mampu menunjukkan

    apakah suatu bahan makanan mengandung

    boraks atau tidak tanpa mampu menunjukkan

    seberapa banyak kandungan boraks di

    dalamnya. Uji secara kuantitatif selain bisa

    menujukkan apakah uatu makanan

    mengandung boraks atau tidak juga

    menunjukkan berapa besar kandungan boraks

    tersebut (Rohman dan Sumantri, 2007)

    Salah satu metode kuantitatif yaitu

    metode titrimetri. Metode titrimetri

    merupakan metode yang rumit dalam menguji

    kandungan boraks dalam makanan. Namun,

    dengan metode ini tidak hanya diketahui

    apakah makanan yang diuji positif

    mengandung boraks atau tidak, tetapi juga

    bisa dikethui seberapa banyak boraks yang

    terkandung di dalam makanan tersebut

    (Rohman dan Sumantri, 2007).

    (Suklan,2002)

    METODE

    1. Alat

    - Buret

    - Cawan penguap

    - Gelas ukur

    - Kertas saring

    - Kotek api

    - Tabung erlenmeyer

    - Timbangan analitik

    - Spatel

  • 2. Bahan

    - Asam Borat

    - Asam sulfat

    - Asam oksalat

    - Asam klorida

    - Gliserin

    - Indikator Metil merah

    - Indikator Fenoftalen

    - Metanol

    - Natrium hidroksida

    - Sampel Otak-otak dari Buah Batu

    3. Prosedur

    a. Preparasi Sampel

    Sampel sebanyak 150 gram

    ditambahkan air 50 mL, dihaluskan

    kemudian dikeringkan menggunakan

    oven selama 2 jam pada 5000C sampai

    kering

    b. Pembakuan asam klorida dengan

    boraks

    Dibuat larutan baku HCl 0,05

    N 250 mL dari HCl 12N. Kemudian

    boraks ditimbang 100 mg, di

    masukkan kedalam labu erlenmeyer,

    ditambahkan air 25 ml dan

    dimasukkan indikator metil merah,

    kemudian dititrasi dengan HCl 0,05 N

    sampai wrana berubah dari kuning

    menjadi merah

    c. Identifikasi boraks dengan reaksi

    nyala

    Satu gram sampel kering

    dimasukkan kedalam cawan penguap,

    ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat

    dan metanol. Kemudian dibakar

    dengan korek api hingga

    menghasilkan warna nyala yang dapat

    diamati, jika positif menghasilkan

    warna hijau.

    d. Titrasi sampel dengan asam klorida

    0,25 gram sampel kering

    dilarutkan dalam 10 mL air,

    ditambahkan indikator metil merah

    kemudian dititrasi dengan HCl yang

    telah dibakukan hingga terjadi

    perubahan dari kuning menjadi merah.

    Hasil titrasi dididihkan selama 5

    menit. Kemudian disiapkan gliserin

    yang dinetralkan dengan cara dititrasi

    menggunakan natrium hidroksida

    yang telah dibakukan setelah

    penambahan indikator fenoftalein.

    Gliserin yang telah dinetralkan

    ditambahkan sampel hingga terjadi

    perubahan warna menjadi merah.

    Setelah itu dititrasi kembali

    menggunakan asam klorida hingga

    warna berubah dari merah menjadi

    kuning.

    HASIL

    1. Pembakuan asam klorida dengan

    boraks

    No. Volume

    HCl

    Normalitas

    1. 10,3 mL

    0,0502 N 2. 10,3 mL

    3. 10,7 mL

  • 2. Pembakuan natrium hidroksida dengan

    asam oksalat

    No. Volume

    NaOH

    Normalitas

    1. 9,2 mL

    0,0539 N 2. 9,4 mL

    3. 9,1 mL

    3. Titrasi sampel dengan asam klorida

    No. Volume HCl Volume

    NaOH

    1. 0,3 mL 0 mL

    2. 0,3 mL 0 mL

    3. 0,3 mL 0 mL

    PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini, telah

    dilakukan analisis kadar borat terhadap sampel

    makanan yang diperjualbelikan di pasar.

    Sampel makanan yang diuji kali ini adalah

    otak-otak.

    Borat yang dicampurkan dalam

    sediaan makanan biasanya berupa Natrium

    Tetraborat (Na2B4O7). Natrium tetraborat

    merupakan merupakan senyawa kimia yang

    berbentuk kristal dan berwarna putih dan jika

    dilarutkan dalam air menjadi natrium

    hidroksida serta asam boraks.

    Prosedur pertama yang dilakukan

    adalah preparasi sampel, dengan

    mengarangkan otak-otak. Proses pengarangan

    ini dimaksudkan untuk mengurai senyawa-

    senyawa organik yang ada pada sampel.

    Kemudian ditimbang sampel sebanyak 2 gram,

    ditambahkan H2O sebanyak 50 ml, kemudian

    diaduk. Tujuannya agar sampel tersebut dapat

    hancur menjadi partikel yang lebih kecil

    daripada sebelumnya, sehingga memudahkan

    dalam analisis kualitatif maupun kuantitatif

    nanti nya. Setelah sampel cukup halus, maka

    sampel disaring dengan kertas saring,

    kemudian filtrate nya dipisahkan. Tahap

    preparasi sampel telah selesai dilakukan dan

    siap untuk dianalisis secara kualitatif maupun

    kuantitatif.

    Kemudian, dilakukan pembakuan HCl

    dan NaOH. Apabila larutan baku sekunder

    akan dilibatkan dalam proses analisis, harus

    terlebih dahulu dibakukan kadarnya

    menggunakan larutan baku primer. Karena

    kadar dari larutan baku sekunder sangat

    mungkin dapat berbeda dengan hasil

    perhitungan, yang disebabkan karena sifat

    larutan baku sekunder yang cenderung tidak

    stabil. Karena itu, HCl yang merupakan

    larutan baku sekunder harus dibakukan dahulu

    oleh larutan boraks yang merupakan larutan

    baku primer. Begitupun dengan NaOH yang

    dibakukan terlebih dahulu oleh asam oksalat.

    Proses pembakuan ini menggunakan metode

    titrasi. Untuk pembakuan HCl digunakan

    indikator metil merah, sedangkan untuk

    pembakuan NaOH digunakan indikator

    fenolftalein. Pemilihan indikator tergantung

    pada senyawa yang dititrasi (pH titik akhir

    titrasinya berada pada rentang berapa).

    Pengukuran dilakukan triplo agar hasil yang

    didapatkan lebih akurat dan presisi.

    Didapatkan normalitas larutan baku NaOH

    adalah 0,0539 N dan normalitas larutan baku

    HCl 0,0502 N.

    Kemudian, dilakukan analisis

    kualitatif boraks pada sampel. Proses ini

  • dilakukan untuk memeriksa keberadaan boraks

    pada sampel. Metode analisis kualitatif yang

    dipakai adalah uji nyala. 1 gram sampel kering

    dimasukkan ke cawan penguap, kemudian

    ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat dan 1

    mL metanol. Ini dilakukan untuk mengurai

    senyawa boraks, sehingga unsur Boron

    terlepas dari senyawa. Kemudian, didekatkan

    api ke campuran pada cawan penguap tersebut.

    Nyala yang dihasilkan adalah nyala warna

    kuning, sedangkan apabila suatu sampel

    memiliki boraks, nyala yang dihasilkan adalah

    warna hijau yang dihasilkan dari nyala

    senyawa Boron. Akan tetapi, uji nyala ini

    dapat memberikan hasil yang negatif apabila

    kadar boraks yang terdapat pada sampel sangat

    sedikit (false negative). Sehingga analisis

    dilanjutkan pada analisis kuantitatif.

    Analisis kuantitatif dilakukan untuk

    menentukan kadar boraks yang terdapat pada

    sampel. Metode yang dilakukan adalah

    metode titrasi alkalimetri. Alasan penggunaan

    titrasi alkalimetri adalah karena sampel yang

    dianalisis bersifat asam (asam tetraborat,

    setelah asam borat direaksikan dengan gliserin

    netral), oleh sebab itu, titrant nya haruslah

    merupakan suatu larutan baku sekunder yang

    bersifat basa (titrasi alkalimetri).

    Pertama-tama, sampel diambil

    sebanyak 0,25 gram, kemudian dilarutkan

    dalam 10 mL air. Campuran disaring,

    kemudian filtratnya dipisahkan, dan cairan

    hasil saringan diambil, kemudian dimasukkan

    ke labu erlenmenyer. Ini dilakukan sebanyak

    tiga kali, karena analisis akan dilakukan tiga

    kali (triplo) agar analisis lebih akurat dan

    presisi. Kemudian ke dalam labu erlenmeyer

    diberi indikator metil merah. Dipakai indikator

    metil merah, karena range pH dari metil merah

    sesuai dengan pH larutan yang akan diuji (2-

    6). Kemudian, larutan dititrasi dengan HCl

    sampai larutan berwarna merah, kemudian

    dipanaskan. Ini dilakukan untuk membebaskan

    asam borat dari ikatan dengan natrium.

    Kemudian, larutan dalam erlenmenyer

    dicampurkan dengan gliserin yang telah

    dinetralkan. Penambahan gliserin akan

    merubah asam borat bebas menjadi asam

    tetraborat, sehingga warna larutan akan tetap

    merah setelah diberi gliserin. Akan tetapi,

    setelah ditambahkan gliserin, larutan dalam

    erlenmenyer berubah warna menjadi kuning.

    Pada indikator metil merah, apabila larutan

    menjadi kuning, maka pH larutan tersebut

    akan lebih basa dari sebelumnya. Ini

    mengindikasikan tidak adanya boraks dalam

    sampel, karena apabila ada, asam borat yang

    ditambah gliserin akan tetap berwarna merah,

    karena asam tetraborat yang merupakan hasil

    reaksi bersifat asam.

    KESIMPULAN

    Jadi, dengan hasil analisis kualitatif

    yang negatif, dan hasil analisis kuantitatif

    yang mengindikasikan ketidakberadaan boraks

    pada sampel, maka disimpulkan sampel otak-

    otak yang praktikan terima tidak mengandung

    boraks (kadar boraks 0 mg/gram sampel)

    DAFTAR PUSTAKA

    Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek

    Kesehatan Bahan Tambahan

  • Pangan Edisi 2 Cetakan I.Jakarta:

    Bumi Aksara.

    Rohman, A. dan Sumantri. 2007. Analisis

    Makanan. Prosiding Skripsi Institut

    Teknologi Bandung.

    Suhendra, M.S. 2013. Analisis Boraks

    Dalam Bakso Daging Sapi A dan

    Sapi B di Daerah Tenggilis Mejoyo

    Surabaya Menggunakan

    Spektrofotometri. Calyptra :

    Jurnal Ilmiah Mahasiswa

    Universitas Surabaya Vol.2 No.2.

    Suklan H., Apa dan Mengapa Boraks

    Dalam Makanan. Penyehatan Air

    dan Sanitasi (PAS). 2002; Vol . IV

    Nomor 7.

    Svehla, G.. 1985. Buku Teks Analisis

    Anorganik Kualitatif Makro dan

    Semimikro, Terjemahan: Setiono

    dan A. Hadyana Pudjatmaka.

    Jakarta: PT. Kalman Media

    Pustaka.

    Syah, D. dkk. 2005. Manfaat dan Bahaya

    Bahan Tambahan Pangan. Bogor:

    Himpunan Alumni Fakultas

    Teknologi Pertanian IPB.