PENELITIAN DESKRIPTIF - USD Repository · Hipotesis dalam penelitian ini adalah biarawati akan...
Transcript of PENELITIAN DESKRIPTIF - USD Repository · Hipotesis dalam penelitian ini adalah biarawati akan...
i
PENELITIAN DESKRIPTIF : SUBJECTIVE
WELL-BEING PADA BIARAWATI DI
YOGYAKARTA
Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Skripsi
Disusun Oleh :
Yohanes Hanggoro
(099114114)
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Hari Esok Akan Lebih Indah
Dari Hari Ini
Maka
Terus Berusaha, Percaya,
Dan Berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Karyaku ini kupersembahkan untuk :
Kedua Orang Tuaku yang setia menunggu kelulusanku...
Kakak-Kakakku dan Keluarga besar...
Teman Psikologi 2009 yang sudah tersebar keseluruh
Indonesia...
Keluarga besar GKN Gloria...
Kakak dan adik-adik “Tresno Soul Management”...
Mis E yang pernah menemani...
Sahabat-sahabat “Geng Coro Balap”...
Sahabat-sahabat “The Brothers”...
-Just for you All-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENELITIAN DESKRIPTIF : SUBJECTIVE WELL-BEING PADA
BIARAWATI DI YOGYAKARTA
Yohanes Hanggoro Tri Pamungkas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui subjective well-being pada biarawati
atau suster biara. Subjek dalam penelitian ini adalah para biarawati atau suster biara yang
berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 69 orang. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah biarawati akan tetap merasakan subjective well-being dengan
hidupnya. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan satu skala Likert, yaitu skala
subjective well-being. Reliabilitas skala subjective well-being adalah 0,951. Reliabilitas
ini diperoleh dengan menggunakan korelasi Cronbach’s Alpha. Data dalam penelitian ini
dianalisis dengan melakukan kategorisasi terhadap subjek penelitian dan diperoleh hasil
biarawati atau suter biara cenderung memiliki subjective well-being yang tinggi, yaitu
sebanyak 41 orang atau 59,4%.
Kata kunci : subjective well-being, biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DESCRIPTIVE RESEARCH: SUBJECTIVE WELL-BEING
TOWARDS NUNS IN YOGYAKARTA
Yohanes Hanggoro Tri Pamungkas
ABSTRACT
This research aims to determine the subjective well-being towards nuns or
sisters. The subjects in this research are the nuns or sisters in Yogyakarta. The total
number of subjects in this research is 69 people. The hypothesis in this report is that the
nuns or sisters will still feel the subjective well-being in their lives. The research’s data is
collected by using a Likert scale, which is subjective well-being scale. The reliability of
subjective well-being scale is 0,951. This reliability is obtained by using the Cronbach’s
Alpha correlation. The data in this research is analyzed by using categorization towars the
research’s subjects and it will be obtained the result of the nuns or sisters which are tend
to have the high subjective well-being, as many as 41 people or 59,4%.
Keywords : subjective well-being, nuns.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
dengan penyertaan dan tuntunanNya penulis dapat menyelesaikan skripsinya yag
berjudul “Penelitian Deskriptif : Subjective Well-Being Pada Biarawati di
Yogyakarta”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak
pihak. Maka dari pada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik.
Terimakasih atas kesediaan bapak dalam mendampingi saya dalam
menyelesaikan masalah akademik dan membantu dalam administrasi
akademik.
4. Sylvia Carolina MYM, S.psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi.
Terimakasih untuk waktu dan tenaganya untuk membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan bimbingan dan diskusinya selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi. Terimakasih karena telah
membimbing, mengajar, dan membagi ilmunya kepada saya.
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Sanata Dharma, Bu Nanik, Mas
Gandung, Pak Gik, Mas Doni,dan Mas Muji yang sudah membantu dalam
menyediakan alat-alat tes yang diperlukan dan bantuan-bantuan yang lain.
Pelayanan yang memuaskan dari kalian.
7. Keluarga saya (babe, mamah, mas, dan mbak) yang senantiasa mendoakan
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi. Saya minta maap
karena menunggu lama dalam menyelesaikan skripsi.
8. Para suster-suster dan terkhusus pada suster Marsel dan suster Petra yang
membantu saya dalam mengumpulkan data penelitian. Saya ucapkan
terimakasih.
9. Seluruh keluarga besar GKN Gloria yang senantiasa mendoakan dan
mendukung saya. Saya ucapkan terimakasih atas semuanya.
10. LC Tresno (Mas Nomo, Didit, Igar, Anggi, Dhana, Yogi, dan Kris) yang
selalu ada untuk berbagi cerita, berbagi kebahagiaan, dan berbagi kesusahan
untuk saya. Terimakasih saya ucapkan pada kalian semua. Kalian adalah
keluarga baru saya.
11. The Brothers “Kelelawar Berkalung Sorban” (Togar, Hani, Fandra, Julius,
Uki, dan Gatyo) yang senantiasa menemani saya, menjadi tempat berbagi
cerita,dan tempat berbagi tawa. Terimakasih atas pengalaman-pengalaman
selama ini. Kalian adalah sahabat-sahabat yang luar biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Teman-teman C-Class 09 yang menemani hari-hari saya baik didalam dan
diluar kelas. Terimakasih telah menjadi tempat yang menyenangkan untuk
belajar, bercanda, dan berkumpul bersama. Saya bersyukur bisa berdinamika
bersama kalian selama ini.
13. Keluarga besar “Coro Balap” yang selalu mengingatkan saya untuk
mengerjakan skripsi meskipun dengan ejekan-ejekan. Terimakasih atas
perhatiannya dan dukungannya selama ini.
14. Teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Paingan.
Untuk mbak Judit, Tika, Remma, Lana, Rea, Odil, Prima, Iwan, Nasa, Nisa,
Nia, Chintya, Istri, Agung, dan Yovi. Terimakasih untuk kebersamaannya dan
senang bisa memiliki pengalaman berdinamika dengan kalian diperpustakaan.
15. Orang-orang yang mungkin saya lupa atau tidak sempat saya tuliskan.
Terimakasih atas bantuan dan dukungannya baik langsung maupun tidak
langsung sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dalam segi metode maupun pelaporannya. Oleh karena itu,
penulis menerima segala masukan yang membangun demi perbaikan penelitian
selanjutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak orang dan kiranya
Tuhan senantiasa memberkati kita semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...............................ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................5
BAB II: LANDASAN TEORI.......................................................................7
A. Subjective Well-Being................................................................7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
1. Pengertian Subjective Well-Being........................................7
2. Komponen-Komponen yang Membentuk
Subjective Well-Being..........................................................8
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Subjective Well-Being........................................................15
4. Perwujudan Tinggi dan Rendahnya
Subjective Well-Being........................................................18
B. Biarawati..................................................................................19
1. Pengertian Biarawati.........................................................19
2. Gaya Hidup Biarawati.......................................................20
3. Tahapan Dalam Menjadi Biarawati.....................................23
C. Reward.....................................................................................24
D. Subjective Well-Being pada Biarawati.....................................25
E. Kerangka Berpikir....................................................................27
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN.....................................................28
A. Jenis Penelitian........................................................................28
B. Identifikasi Variabel................................................................28
C. Definisi Operasional................................................................29
1. Subjective Well-Being........................................................29
D. Subjek Penelitian.....................................................................32
E. Metodologi Pengambilan Sampel............................................32
F. Metodologi dan Alat Pengumpulan Data.................................32
G. Validitas dan Reliabilitas.........................................................35
1. Validitas Skala...................................................................35
2. Seleksi Aitem.....................................................................35
3. Reliabilitas..........................................................................38
H. Analisi Data..............................................................................39
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................41
A. Pelaksanaan Penelitian.............................................................41
B. Deskripsi Subjek......................................................................43
C. Deskripsi Data Penelitian.........................................................45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
D. Kategorisasi..............................................................................46
E. Analisis Data Penelitian...........................................................48
F. Pembahasan..............................................................................49
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN......................................................54
A. Kesimpulan..............................................................................54
B. Saran.........................................................................................55
1. Bagi pengelola Biara..........................................................55
2. Bagi Biarawati...................................................................55
3. Bagi Penelitian Selanjutnya...............................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
LAMPIRAN...........................................................................................................59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Blue Print Skala Subjective Well-Being.................................................34
Tabel 3.2.Pemberian Skor pada Subjective Well-Being.........................................35
Tabel 3.3.Komponen dan Distribusi Aitem Skala Subjective Well-Being ............38
Tabel 4.1.Kongregasi atau Ordo Subjek Penelitian...............................................42
Tabel 4.2.Identitas Subjek Penelitian.....................................................................44
Tabel 4.3.Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif....................................................46
Tabel 4.4.Hasil Kategorisasi Subjective Well-Being pada Subjek Penelitian........47
Tabel 4.5.Hasil Analisis Subjective Well-Being Biarawati Berdasarkan Lamanya
Hidup Membiara....................................................................................48
Tabel 4.6.Hasil Analisis Data Subjective Well-Being Berdasarkan
Tingkatan dalam Biara...........................................................................49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Subjective Well-Being...............................................................60
Lampiran 2 Reliabilitas Skala Penelitian...............................................................72
Lampiran 3 Statistik Deskriptif Subjecive Well-Being...........................................82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan yang bahagia merupakan dambaan semua manusia.
Aristoteles dalam Bertens (2007) bahkan menjelaskan kehidupan yang
bahagia merupakan tujuan utama dari eksistensi manusia. Maka tidak
salah manusia selalu mengusahakan diri mereka untuk meraih kehidupan
yang bahagia.
Kebahagiaan juga merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Masing-masing orang memiliki cara pandangnya sendiri dalam melihat
dan memaknai arti kebahagiaan. Melihat hal tersebut, maka Diener
menjelaskan kebahagiaan yang individual ini dengan konsepnya yang
disebut subjective well-being.
Diener, Lucas, & Oishi, 2009 mendefinisikan subjective well-being
adalah hasil evaluasi atau penilaian seseorang secara kognitif dan afektif
terhadap seluruh pngalaman kehidupannya. Evaluasi kognitif merupakan
penilaian terhadap kepuasan hidup seseorang dan evaluasi afektif
merupakan respon emosional yang timbul dari setiap pengalaman hidup
seseorang.
Pada umumnya, kebahagiaan sering dikaitkan dengan hal-hal yang
bersifat materi. Seseorang yang memiliki materi yang berlimpah
dipandang memiliki kehidupan yang bahagia. Mobil, rumah yang mewah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
barang-barang yang berkualitas, dan barang mewah lainnya digunakan
sebagai acuan untuk melihat kebahagiaan seseorang. Maka tidak salah jika
materi dan kondisi finansial dijadikan standar untuk melihat kebahagiaan.
Soleman H, dkk (2002) bahkan menjadikan kondisi finansial menjadi
salah satu indikator untuk melihat kebahagiaan seseorang.
Kebahagiaan juga erat kaitannya dengan menikah dan memiliki
keluarga. Soleman H, dkk (2002) menjelaskan social support yang salah
satunya adalah keluarga memberikan dampak bagi seseorang dalam
terciptanya perasaan puas pada hidup mereka. Lebih lanjut dijelaskan,
menurut hasil penelitian di Amerika (dalam buku Psikologo Wanita Jilid 2
karya Dr. Kartini Kartono, 1992), fungsi keibuan atau menjadi seorang ibu
merupakan sumber kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Maka
tidak salah jika menciptakan keluarga yang harmonis menjadi dambaan
seiap orang yang menikah. Lalu bagaimana dengan kelompok masyarakat
tertentu yang memilih untuk hidup dengan gaya hidup yang berbeda,
seperti biarawati atau suster biara.
Biarawati adalah wanita yang memfokuskan hidupnya dalam
kehidupan membiara dan hidup dengan memegang teguh kaul suci yang
mereka hayati. Gaya hidup seorang biarawati atau suster adalah hidup
untuk lebih melayani sesama dan menghayati ajaran-ajaran Injil dalam
hidup berdoa. Melayani sesama ini diwujud nyatakan dalam semangat
kerasulan ordo atau tarikat yang mereka ikuti, baik dibidang pendidikan,
sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Kemudian, menghayati ajaran-ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Injil dalam hidup berdoa diwujud nyatakan para biarawati dengan
melakukan doa, baik itu dilakukan secara pribadi ataupun secara bersama.
Selain itu, biarawati atau suster biara hidup dengan berpegang teguh oleh
kaul suci yang mereka hayati dan peraturan-peraturan biara menurut Ordo
mereka masing-masing. Kaul suci yang mereka hayati dan hidupi adalah
kaul selibat atau keperawanan, kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan.
Dalam menjalani kehidupannya sebagai seorang biarawati, mereka
juga mengalami masalah dan tantangan. Paulus Suparmo, Sj (2007)
menjelaskan bahwa biarawati mengalami krisis dalam menanggapi
panggilan hidupnya. Lebih lanjut, Paulus Suparmo, Sj
mengklasifikasikannya dalam 3 masa hidup membiara yaitu masa biara
awal, masa biara tengah, dan masa biara lanjut usia.
Masa biara awal biasanya dialami oleh biarawati yang berada pada
tingkatan aspiran dan novice. Pada masa biara awal, biarawati mengalami
krisis identitas. Biarawati merasakan kebingungan mengenai apakah
panggilan hidupnya sebagai biarawati adalah jalan hidup yang harus
dilalui selama hidupnya. Krisis seksualitas menjadi krisis selanjutnya yang
dialami biarawati dalam kehidupan. Saat seseorang merasakan perasaan
jatuh cinta dengan lawan jenisnya itu adalah hal yang biasa dan wajar
namun bagi seorang biarawati ini hal yang dilarang. Mengingat hal
tersebut dapat mengganggu dalam panggilan hidup membiaranya.
Selanjutnya, krisis sosial juga terjadi dalam kehidupan membiara. Hal ini
disebabkan oleh suasana komunitas yang tidak sesuai dengan harapan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keinginan biarawati tersebut. Selanjutnya adalah krisis pekerjaan. Hal ini
terjadi karena biarawati tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan
dimana ia melayani. Mereka akan merasakan kebingungan dan frustasi
dalam menjalankan tugas pelayanannya. Kemudian, biarawati masih
berada pada tahapan aspiran dan novise adalah biarawati yang berada pada
masa transisi dari masa kanak-remaja menuju masa dewasa awal. Mereka
belum mau untuk berubah dan berpindah dari “zona nyaman” mereka. Hal
ini disebut dengan krisis awal yaitu mau berubah.
Pada masa biara tengah, masalah biasanya terjadi pada para
biarawati mediator. Ada beberapa masalah yang dialami pada masa ini.
Pertama adalah krisis tengah umur. Krisis ini terjadi karena biarawati
merasa apa yang dilakukan dalam pelayanannya tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan dan diharapkannya. Kedua adalah masalah menopause.
Masalah ini adalah masalah yang pasti terjadi dengan wanita, terkhusus
pada wanita yang sudah memasuki usia tua. Selanjutnya, biarawati
mengalami perasaan kesepian. Hal ini terjadi karena para biarawati merasa
tidak punya sahabat atau teman karena mereka disibukkan dengan tugas
pelayanan yang diberikan kongregasi. Yang keempat adalah krisis
keturunan. Biarawati juga memiliki keinginan untuk menjadi seorang ibu
dan melahirkan seorang anak. Menjadi masalah karena peraturan sebagai
biarawati membuat mereka tidak dapat melakukannya. Hidup selibat
adalah salah satu kaul suci yang harus dipegangnya untuk menjadi seorang
biarawati. Kemudian, krisis kekuasaan, kekayaan, dan popularitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Masalah ini muncul karena terkadang biarawati tidak rela melepaskan
posisinya pada biarawati lebih muda.
Masa biara lanjut usia. Biasanya terjadi pada usia 60-65 tahun.
Pada masa ini krisis yang dihadapi adalah bagaimana mereka menghadapi
masa pensiun dan masalah kesehatan yang dialaminya. Hal ini terjadi
karena keterbatasan fisiknya yang semakin tua dan hal tersebut wajar
dialami dimasa tua oleh semua orang.
Melihat begitu banyaknya masalah yang dialami biarawati dalam
menjalani panggilannya, seperti masalah krisis identitas pada masa biara
awal, krisis ingin memiliki keturunan pada masa biara tengah, krisis
kesehatan pada masa lanjut usia, dan masih banyak masalah lainnya maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang subjective well-being pada
biarawati.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat subjective well-being pada biarawati?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui subjective well-
being pada biarawati atau suster biara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk ilmu
psikologi, khususnya pada bidang perkembangan tentang
kesejahteraan diri atau subjective well-being, terkhusus pada biarawati.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang
kondisi kesejahteraan diri atau subjective well-being pada biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Subjective Well-Being
1. Pengertian Subjective Well-Being
Subjective well-being merupakan evaluasi atau penilaian terhadap
kehidupan individu, penilaian terhadap kepuasan hidupnya dan
evaluasi terhadap suasana hati dan emosi individu tersebut (Diener &
Lucas, 1999). Diener dan Larsen (dalam Edington, 2005)
mengungkapkan definisi subjective well-being adalah kondisi yang
cenderung stabil sepanjang waktu dan sepanjang rentang kehidupan.
Diener, Lucas dan Oishi (2009) mendefinisikan subjective well-
being atau kesejahteraan subjektif sebagai hasil evaluasi atau penilaian
seseorang secara kognitif dan afektif terhadap seluruh pengalaman
hidup seseorang. Evaluasi kognitif merupakan penilaian terhadap
kepuasan hidup seseorang dan evaluasi afektif merupakan respon
emosional yang timbul dari setiap pengalaman hidup seseorang.
Kepuasan hidup terdiri dari kepuasan hidup secara global dan
kepuasan hidup dalam domain khusus, seperti pendapatan, keluarga
dan relasi sosial, pekerjaan, dan kesehatan. Kemudian, respon
emosional terdiri dari respon emosional positif misalnya perasaan
senang dan respon emosional negatif misalnya perasaan sedih atau
cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa subjective well-being adalah hasil evaluasi individu secara
kognitif (kepuasan hidup) dan afektif (positive & negative affect)
terhadap seluruh pengalaman hidup individu.
2. Komponen-Komponen yang Membentuk Subjective Well-Being
Terdapat 2 komponen pembentuk subjective well-being (Andrews
& Robinson, 1992 ; Argyle, 2001; Diener, 2000; Diener et al., 1999) :
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupkan hasil evaluasi terhadap
kepuasan hidup individu. Terdapat dua bentuk evaluasi terhadap
kepuasan hidup yaitu kepuasan hidup secara global dan kepuasan
hidup dalam domain khusus. Diener, Sandvik, dan Seidltizt (1993)
menggambarkan kepuasan hidup secara global dengan kehidupan
seseorang yang dekat dengan kehidupan ideal yang diinginkan,
mampu menikmati hidup, merasa puas dengan hidupnya yang
sekarang, merasa puas dengan hidupnya dimasa lalu, dan ada
tidaknya keinginan untuk merubah hidupnya yang sekarang.
Kemudian, Diener menjelaskan kepuasan hidup yang dalam
domain khusus yang terdiri dari :
1. Pendapatan
Pendapatan adalah sejumlah uang atau barang yang
diterima seseorang dari hasil pekerjaannya yang didigunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
wawancara informal dengan biarawati KSFL, ketercukupinya
kebutuhan bulanan sudah cukup memberikan kepuasan bagi
diri biarawati.
2. Relasi dengan lingkungan sosial
Relasi yang positif ditandai dengan adanya kemampuan
individu untuk membangun relasi yang baik dengan individu
lain. Biarawati yang memiliki relasi yang baik dapat dilihat
dari sejauh mana biarawati tersebut mampu menunjukkan
sikap yang hangat, menunjukkan perhatian, memiliki rasa
percaya, memiliki empati, merasakan perasaan nyaman, dan
mampu membangun keakraban dengan biarawati sekomunitas,
biarawati diluar komunitas, dan orang umum.
3. Pekerjaan
Menurut hasil wawancara informal dengan biarawati
KSFL, kongregasi pusat memiliki wewenang untuk
memberikan tugas dan kewajiban pada biarawatinya.
Biarawati yang merasakan kepuasan terhadap tugas yang
diberikan kongregasi akan menunjukkan semangat dalam
mengerjakan tugas yang diberikan dan berusaha
menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.
4. Kesehatan
Kesehatan erat kaitannya dengan kondisi fisiologis
seseorang. Kondisi tubuh yang segar dan tidak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
keluhan sakit saat melakukan tugas pelayanannya membuat
biarawati mengalami kepuasan.
b. Komponen Afeksi
Komponen afeksi merupakan hasil evaluasi perasaan
terhadap pengalaman yang pernah terjadi. Komponen afeksi dibagi
kedalam dua jenis, yaitu positive affect dan negative affect.
Positive Affect berbicara tentang perasaan yang menyenangkan
dialami oleh seseorang. Watson dan Tellegen (1985)
mengklasifikasikan perasaan positif dalam PANAS-X (Positive
Affect and Negative Affect Schedule). Mereka mengklasifikasikan
positive affect ke dalam tiga bagian, yaitu :
1. Joviality
Joviality merupakan perasaan bahagian yang dirasakan
seseorang. Perasaan ini terdiri dari rasa bersemangat dan
antusias yang ditunjukan biarawati dalam melakukan sesuatu.
2. Self Assurace
Self Assurace merupakan perasaan aman yang dirasakan
seseorang. Perasaan ini terdiri atas perasaan proud (rasa
bangga) dan confident (ketenangan atau kenyamanan) menjadi
seorang biarawati.
3. Attentiveness
Attentiveness merupakan rasa diperhatikan oleh orang lain.
Perasaan ini terdiri atas perasaan attentive (perhatian) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
kasih sayang yang diperoleh biarawati, baik dari biarawati
sekomunitas ataupun orang lain diluar komunitasnya.
Menurut Diener (1993) terdapat beberapa perasaan yang
muncul untuk menjelaskan tentang postitive affect yaitu :
1. Ketenangan
Ketenangan adalah keadaan dimana biarawati merasa
tenang baik secara hati, batin, dan pikiran.
2. Kasih sayang
Kasih sayang adalah perasaan cinta kasih yang dirasakan
biarawati.
3. Kedermawana
Kedermawanan adalah kebaikan hati untuk membantu
sesamanya.
4. Pengampunan
Pengampunan adalah memberikan maaf terhadap
kesalahan yang dilakukan orang lain.
Perasaan yang positif atau perasaan yang menyenangkan
dengan frekuensi yang tinggi akan membuat seseorang mengalami
subjective well-being dalam kehidupannya. Mereka cenderung
akan mampu menikmati perjalanan hidupnya dan memandang
masa depannya lebih baik.
Negative affect merupakan kebalikan dari positive affect ,
yaitu perasaan yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
baik itu perasaan yang sedih atau cemas. Watson dan Tellegen
(1985) mengklasifikasikan perasaan negatif dalam PANAS-X
(Positive Affect and Negative Affect Schedule). Mereka
mengklasifikasikan negative affect ke dalam empat bagian, yaitu :
1. Fear
Fear merupakan perasaan takut yang muncul dalam diri
seseorang. Perasaan ini terdiri dari perasaan takut, perasaan
gugup, dan perasaan gelisah yang pernah dialami oleh
biarawati.
2. Hostility
Hostility merupakan perasaan permusuhan yang dialami
dalam diri seseorang yang secara umum disebut dengan
perasaan angry atau marah.
3. Guilty
Guilty merupakan rasa bersalah yang dialami seseorang.
Pada biarawati, perasaan ini muncul saat dirinya melakukan
suatu kesalahan atau melanggar suatu aturan.
4. Sadness
Sadness adalah perasaan sedih yang dialami seseorang.
Pada biarawati, perasaan ini muncul saat dirinya teringat akan
pengalaman yang tidak menyenangkan dimasalalu dan berada
pada kondisi yang tidak menyenangkan atau disaat tertekan
dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Menurut Diener (1993) terdapat beberapa perasaan yang
muncul untuk menjelaskan tentang perasaan negatif yaitu :
1. Marah
Marah adalah perasaan tidak senang karena diperlakukan
tidak semestinya.
2. Rasa Bersalah
Perasaan tidak nyaman karena melakukan sesuatu yang
tidak benar atau melanggar peraturan.
3. Egois
Egois adalah perasaan yang selalu mementingkan
kehendak atau keinginan diri sendiri.
4. Kekecewaan
Kekecewaan adalah perasaan tidak puas karena
keinginannya tidak terpenuhi.
5. Sedih
Sedih adalah perasaan pilu didalam hati karena suatu
keadaan yang tidak nyaman.
6. Frustrasi
Frustrasi adalah rasa kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu atau mencapai sesuatu.
Perasaan negatif atau perasaan yang cenderung tidak
menyenangkan dengan frekuensi yang tinggi akan
mengindikasikan seseorang tidak merasakan subjective well-being
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dalam hidupnya. Mereka akan merasa bahwa hidupnya berjalan
dengan buruk. Hal ini mengakibatkan seseorang akan mengalami
gangguan efektivitas keberfungsian hidup, misalnya memandang
dirinya tidak berguna dan tidak berarti.
Berdasarkan rincian diatas terdapat dua aspek yang
berpengaruh dalam pembentukan subjective well-being, yaitu
aspek kognitif dan emosi. Aspek kognitif tersebut dapat dilihat dari
hasil evaluasi terhadap kepuasan hidup atau life satisfaction. Life
satisfaction dapat diukur dengan melihat kepuasan hidup secara
global dan kepuasan hidup dalam domain khusus. Kepuasan hidup
secara global dapat diukur melalui kehidupan seseorang yang dekat
dengan kehidupan ideal yang diinginkan orang tersebut, menikmati
kondisi hidupnya sekarang, puas dengan hidupnya yang sekarang,
puas dengan hidupnya dimasa lalu, dan seberapa besar keinginan
untuk merubah hidup mereka sekarang. Kepuasan hidup dalam
domain khusus dapat diukur dari tingkat pendapatan, relasi dengan
lingkungan sosial, kesesuanan pekerjaan, dan kesehatan.
Kemudian, aspek emosi dapat dilihat dari banyaknya positive affect
dan rendahnya negative affect yang dirasakan seseorang. Positive
affect ditandai dengan seberapa sering mereka merasakan
ketenangaan, kasih sayang, kedermawanan, pengampunan,
perhatian, rasa bersemangat, antusias, dan rasa bangga. Negative
affect dapat dilihat dari seberapa sering merasakan perasaan marah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
rasa bersalah, egois atau mementingkan dirisendiri, kekecewaan,
sedih, kegagalan atau frustasi, takut, gugup, gelisah, dan rasa
tertekan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-Being
Menurut Diener dalam jurnalnya berjudul “Subjective Well-Being:
The Science of Happiness and a Proposal for a National Index”,
terdapat 3 aspek yang mempengaruhi pembentukan subjective well-
being, yaitu:
a. Emosi
Temperamen dan kepribadian terlihat menjadi salah satu
faktor kuat yang mempengaruhi subjective well-being. Lykken dan
Tellegen (dalam Diener & Lucas, 1999) menjelaskan bahwa
kepribadian memberikan pengaruh sebesar 50 % dalam
pembentukan subjective well-being dan berpengaruh sebesar 80 %
pada jangka panjang.
b. Kognitif
Nilai-nilai dan tujuan mempengaruhi seseorang dalam
melihat apa yang terjadi atau melihat peristiwa sebagai hal baik
atau buruk.
c. Sosial
Budaya dan kondisi sosial mempengaruhi subjective well-
being seseorang. Pertama, apakah lingkungan sosial dapat
memenuhi kebutuhan mendasar manusia, seperti makan, air bersih,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dan kesehatan. Kedua, budaya berkorelasi pada pembentukan
tujuan dan nilai-nilai seseorang. Kondisi sosial dan budaya tersebut
mempengaruhi level subjective well-being.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan subjective
well-being antar lain adalah :
a. Finansial
Kondisi finansial erat kaitannya dengan pendapatan yang
diterima seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut
hasil penelitian Gross National Happiness Survey Findings, 51%
responden menjawab bahwa keamanan finansial menjadi faktor
utama dalam pembentukan kebahagiaan. Kondisi finansial yang
baik memberikan jaminan terhadap kelayakan hidup bagi mereka.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan kunci bagi seseorang untuk
bergerak ke masa depan. Menurut hasil penelitian Gross National
Happiness Survey Findings, pendidikan memperoleh 26% suara
responden dalam pembentukan kebahagiaan. Fasilitas, sarana
prasarana pendidikan yang memadai, dan kualitas pendidik
merupakan hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan dalam hal
pendidikan.
c. Kesehatan
Kondisi tubuh yang sehat juga berpengaruh dalam
pembentukan kebahagiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d. Keluarga dan relasi sosial
Keluarga merupakan faktor penting dalam pembentukan
kebahagiaan seseorang. Perasaan nyaman, aman, dan hangat dapat
diperoleh dari keluarga yang baik. Menurut hasil penelitian Gross
National Happiness Survey Findings, memperoleh 26% suara
responden yang menyatakan bahwa hubungan keluarga yang baik
menjadi salah satu potensi yang besar dalam pembentukan
kebahagiaan.
e. Pekerjaan
Pekerjaan juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan. Kesempatan kerja dan lingkungan
kerja yang baik berpengaruh dalam pembentukan kebagiaan.
f. Kepercayaan dan spiritulalitas
Mengikuti acara keagamaan, mengunjungi rumah ibadah,
dan beribadah dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
kebahagiaan. Menurut hasil penelitian Gross National Happiness
Survey Findings, kurang lebih 9% responden mengatakan bahwa
agama dan kegiatan spiritual dapat meningkatkan kebahagiaan
hidup mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
aspek yang dapat mempengaruhi subjective well-being seseorang, yaitu
aspek emosi, kognitif, dan sosial. Temperamen dan kepribadian adalah
faktor emosi yang dapat mempengaruhi pembentukan subjective well-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
being. Kemudian, faktor kognitif yang mempengaruhi subjective well-
being adalah nilai-nilai dan tujuan hidup seseorang. Budaya dan
kondisi sosial merupakan faktor sosial yang mempengaruhi subjective
well-being seseorang. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang
juga mempengaruhi pembentukan subjective well-being atau
kebahagiaan seseorang, yaitu kondisi finansial, pendidikan, kesehatan,
keluarga dan relasi sosial, pekerjaan, dan kepercayaan dan spiritualitas
seseorang.
4. Perwujudan Tinggi dan Rendahnya Subjective Well-Being
Biarawati yang memiliki subjective well-being yang tinggi
memiliki kepuasan terhadap hidupnya. Secara umum, mereka akan
cenderung menggambarkan kehidupan mereka dekat dengan
kehidupan ideal yang diinginkannya, mampu menikmati hidup, merasa
puas dengan hidupnya yang sekarang, merasa puas dengan hidupnya
dimasa lalu, dan ada tidaknya keinginan untuk merubah hidupnya yang
sekarang (Diener, Sandvik, dan Seidltizt, 1993). Selain itu, biarawati
dengan subjective well-being yang tinggi akan merasa puas dengan
ketercukupinya kebutuhan hidup yang diberikan kongregasi, memiliki
relasi yang baik dengan lingkungan sosialnya, baik itu biarawati
sekomunitas dan orang di luar komunitas, mampu menikmati tugas
pelayanannya sebagai seorang biarawati, dan merasakan kepuasan
terhadap kondisi kesehatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Ketika biarawati memiliki subjective well-being yang tinggi,
mereka cenderung sering merasakan perasaan yang menyenangkan.
Perasaan ini dapat dialami saat mereka merasakan ketenangan dalam
dirinya, merasakan kasih sayang, merasakan kepuasan, melakukan
kedermawanan, dan memberikan pengampunan pada orang lain.
Biarawati dengan subjective well-being yang rendah memiliki
kecenderungan sering merasakan perasaan yang tidak menyenangkan.
Perasaan ini dialami saat mereka marah, merasa bersalah, egois,
merasa iri, merasakan kecewa, sedih, dan merasa frustrasi karena
kegagalan dalam menjalankan tugas pelayanannya sebagai biarawati.
B. Biarawati
1. Pengertian Biarawati
Dalam Kamus Besar Indonesia edisi 4 dijelaskan bahwa biarawati
berasal dari kata dasar biara yang berarti bangunan tempat tinggal laki-
laki atau perempuan yang memfokuskan diri terhadap ajaran dibawah
pimpinan seorang ketua menurut aturan alirannya.
Dalam buku Iman Katholik (1996), biarawati diartikan sebagai
anggota kelompok yang memfokuskan diri mereka dalam kehidupan
kebiaraan dan bertugas untuk membantu uskup. Meski begitu,
biarawati atau suster tidak termasuk dalam hierarki gereja Katolik. Hal
ini dipertegas oleh Konsili Vatikan II yang mengajarkan “Meskipun
status yang terwujudkan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injil,
tidak termasuk susunan hierarki Gereja, namun juga tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
diceraikan dari kehidupan dan kesucian Gereja (LG44), sebab hidup
membiara berkembang dari kehidupan Gereja sendiri, bahkan
“nasihat-nasihat Injil didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan”
(LG43)” (dikutip dari Konferensi Waligereja Indonesia dalam
bukunya yang berjudul Iman Katolik, 1996, hal.375).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa biarawati
adalah wanita yang memfokuskan hidupnya dalam kehidupan
membiara dan hidup dengan memegang teguh kaul suci yang mereka
hayati.
2. Gaya Hidup Biarawati
Gaya hidup seorang biarawati atau suster adalah hidup untuk lebih
melayani sesama dan menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup
berdoa. Melayani sesama ini diwujud nyatakan dalam semangat
kerasulan ordo atau tarikat yang mereka ikuti, baik dibidang
pendidikan, sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Semangat kerasulan di
bidang pendidikan diwujud nyatakan biarawati dengan menjadi
pengelola dan pendidik di sekolah Katholik yang dimiliki kongregasi,
seperti sekolah Ursulin yang dimiliki Ordo Santa Ursula (OSU).
Semangat kerasulan di bidang sosial diwujud nyatakan biarawati
dengan memberikan pendampingan dan konseling, seperti yang
dilakukan Ordo Klaris Kapusines (OSC Cap.) yang memberikan
perhatian khusus untuk melayani para wanita yang tersesat, tertindas,
dan tersingkir. Semangat kerasulan dibidang kesehatan diwujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
nyatakan biarawati dengan mengelola rumah sakit, poliklinik, dan
pusat kesehatan di desa-desa yang dimiliki kongregasi. Hal ini juga
dilakukan oleh para biarawati Carolus Borromeus (CB). Selain itu,
semangat kerasulan dibidang pastoral diwujud nyatakan dengan
pengelolaan rumah retret dan aktif dalam kegiatan gereja
(http://www.indonesianpapist.com/2011/04/situs-ordo-dan-
kongregasi-suster-di.html). Kemudian, menghayati ajaran-ajaran Injil
dalam hidup berdoa diwujud nyatakan para biarawati dengan
melakukan doa, baik itu dilakukan secara pribadi ataupun secara
bersama.
Selain itu, hidup dengan memegang teguh kaul suci yang mereka
hayati dan peraturan-peraturan biara menurut ordo mereka masing-
masing. Selain itu dalam menghidupi kaul-kaul suci, suster atau
biarawati memilih hidup membiara dan menjaga kesucian mereka
dengan tidak menikah. Hal ini dilakukan sebagai komitmen mereka
akan kaul selibat atau keperawanan. Kaul selibat atau keperawanan
berbicara tentang totallitas dalam melayani Tuhan dan terus menerus
berusaha mengarahkan hidup mereka kepada Kristus, khususnya
dalam hidup doa (Iman Katolik, 1996). Biarawati atau suster dituntut
untuk taat dan hidup sesuai dengan aturan-aturan. Hal ini dilakukan
dengan berpegang pada janji suci atau kaul ketaatan. Kaul ketaatan
berbicara tentang melayani satu sama lain diantara mereka (antara
biarawati atau suster dengan biarawati atau suster) dan hidup taat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
terhadap ajaran-ajaran Injil, yang secara khusus diajarkan oleh
masing-masing “lembaga-lembaga religius” atau yang sering kita
dengar sebagai Ordo (Iman Katolik, 1996). Biarawati atau suster yang
dituntut untuk hidup dalam kesederhanaan bahkan hidup dalam
kemiskinan. Hal ini dilakukan mereka sebagai wujud komitmen
mereka terhadap kaul kemiskinan yang mereka hidupi. Kaul
kemiskinan berbicara tentang meninggalkan segala yang dimiliki
untuk hidup seperti “hamba” seperti ajaran Yesus (Iman Katolik,
1996). Hal ini diwujud nyatakan dengan gaya hidup sederhana yang
dilakukan oleh biarawan atau suster dan nampak jelas dari gaya
berpakaian, hidup keseharian di biara, dan hidup membantu mereka
yang lemah, miskin, sakit, dan dipandang tidak berguna di
masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas maka gaya hidup biarawati adalah
hidup untuk melayani sesama dan menghayati ajaran-ajaran Injil
dalam hidup berdoa. Melayani sesama ini diwujud nyatakan dalam
semangat kerasulan ordo atau tarikat yang mereka ikuti, baik dibidang
pendidikan, sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Kemudian,
menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup berdoa diwujud nyatakan
para biarawati dengan melakukan doa, baik itu dilakukan secara
pribadi ataupun secara bersama. Selain itu, hidup mereka sangat
memegang teguh kaul suci yang mereka hayati dan peraturan-
peraturan biara menurut Ordo mereka masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
3. Tahapan Dalam Menjadi Biarawati
Menurut hasil wawancara informal dengan salah biarawati dari
Kongregasi Suster Fransiscan St. Lusia (17 Agustus, 2014), terdapat 4
tahapan dalam seseorang menjadi seorang biarawati secara umum,
yaitu:
1. Aspiran atau juvenis
Aspiran atau juvenis merupakan tahapan awal untuk
menjadi seorang biarawati. Mereka adalah wanita yang baru
beberapa bulan masuk dalam kehidupan membiara.
2. Postulant atau novice
Postulant atau novice adalah mereka sudah hidup membiara
selama 1 hingga 2 tahun.
3. Junior atau biarawati mediator
Pada tahap ini mereka memiliki para biarawati sudah
diberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas kerasulan ordo
atau kongregasi. Bisa dikatakan mereka adalah tonggak dalam
pekerjaan misi sebuah ordo atau kongregasi karena mereka
memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjalankan misi
ordo, baik itu disekolah-sekolah, dibiara, ataupun ditempat
pelayanan mereka yang lain.
4. Kaul kekal
Pada tahapan ini para biarawati mengucapkan janji setia
pada kehidupan yang akan dijalaninya selama hidup sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
seorang biarawati. Kaul kekal juga berbicara tentang
penyerahan total pada kehidupan pada pelayanan sesuai ajaran
Kristus.
C. Reward
Hukum Thorndike (1911) menjelaskan bahwa pemberian reward
atau hadiah meningkatkan frekwensi dan intensitas seseorang untuk
melakukan sesuatu. Pavlov (1927) mendefinisikan reward sebagai sebuah
objek yang menghasilkan perubahan perilaku subjek. Kemudian, Skinner
(dalam jurnal Behavioral Theories and The Neurophysiology of Reward
tahun 2006) menjelaskan bahwa reward sebagai suatu penguat jalur
stimulus dan respon dalam perilaku individu. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa reward merupakan suatu imbalan
yang diberikan untuk mengubah atau menguatkan suatu perilaku manusia.
Schultz (2006) menuliskan terdapat dua persepsi umum untuk
menjelaskan tentang reward atau imbalan. Pertama adalah seseorang akan
melakukan sesuatu dengan baik untuk mendapatkan hadiah. Kedua adalah
seseorang akan melakukan perilaku yang sama untuk mendapatkan
kesenangan yang sama seperti saat individu melakukan perilaku yang
sama dimasa yang lalu. Selain itu, Schultz juga menjelaskan terdapat
beberapa bentuk umum reward pada manusia, antara lain adalah uang,
kedudukan atau kekuasaan, perasaan aman, pujian, pengakuan, dan masih
banyak lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
D. Subjective Well-Being Pada Biarawati
Subjective well-being adalah penilaian individu secara kognitif dan
afektif terhadap keseluruhan pengalaman hidup. Subjective well-being ini
dapat tercipta saat seseorang merasakan kepuasan di dalam hidupnya (life
satisfaction). Life satisfaction tentang bagaimana seseorang memandang
atau menilai kehidupannya sekarang. Selain itu, disaat seseorang lebih
banyak mengalami pengalaman dan merasakan perasaan yang
menyenangkan dalam hidupnya (positive affect) dan mengalami sedikit
perasaan yang tidak menyenangkan (negative affect). Perasaan positif
mencangkup perasaan seseorang yang mengalami ketenangaan, kasih
sayang, kedermawanan, kepuasan, dan pengampunan. Serta perasaan
negative yaitu marah, rasa bersalah, egois atau mementingkan dirisendiri,
iri, kekecewaan, sedih,dan kegagalan atau frustasi yang cenderung lebih
sedikit yang dirasakan dan dialami seseorang dalam hidupnya.
Untuk dapat mencapai subjective well-being, orang pada umumnya
terus mengusahakan diri mereka untuk mencapai kondisi financial yang
baik, pendidikan yang tinggi, menjaga kesehatan yang baik dengan hidup
sehat atau bahkan mengikuti asuransi kesehatan, membangun keluarga dan
membangun relasi sosial yang baik dengan lingkungannya, mendapatkan
dan meraih posisi pekerjaan yang baik, dan ikut dalam kegiatan
keagamaan dan spiritual. Mungkin bagi orang pada umumnya beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
hal tersebut dapat dilakukan untuk meraih dan mecapai subjective well-
being dan kebahagiaan dalam hidupnya. Tapi bagaimana dengan
kelompok masyarakat tertentu yang hidup dengan cara berbeda dengan
orang-orang pada umumnya seperti biarawati.
Biarawati adalah cerminan kelompok masyarakat yang ada dan
tetap ada hingga sekarang, memilih hidup dengan cara hidup berbeda
dengan orang pada umumnya. Biarawati adalah wanita yang
memfokuskan diri untuk hidup membiara dan bertugas untuk membantu
uskup serta hidup dengan menghayati ajaran-ajaran Injil. Selain itu, cara
hidup yang mereka lakukan cenderung berbeda dengan orang-orang pada
umumnya. Tercermin nyata dalam tiga kaul-kaul suci yang mereka
pegang dan mereka hayati. Kaul selibat atau kesucian adalah kaul yang
mengharuskan mereka untuk hidup tidak menikah dan membangun
keluarga. Hal ini dilakukan sebagai komitmen mereka akan kaul selibat
atau keperawanan. Kaul selibat atau keperawanan berbicara tentang
totallitas dalam melayani Tuhan dan terus menerus berusaha mengarahkan
hidup mereka kepada Kristus, khususnya dalam hidup doa. Kaul ketaatan
berbicara tentang melayani satu sama lain diantara mereka (antara
biarawati atau suster dengan biarawati atau suster) dan hidup taat terhadap
ajaran-ajaran Injil, yang secara khusus diajarkan oleh masing-masing
“lembaga-lembaga religius” atau yang sering kita dengar sebagai Ordo.
Kemudian yang ketiga adalah kaul kemiskinan berbicara tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
meninggalkan segala yang dimiliki untuk hidup seperti “hamba” seperti
ajaran Yesus.
Untuk mewujud nyatakan panggilan hidupnya, biarawati nantinya
akan mengikrarkan janji sucinya yang disebut kaul kekal. Untuk mencapai
kesana, seorang biarawati harus melalui proses yang lama dan tidak
mudah. Secara umum, terdapat empat tahapan yaitu aspiran atau juvenis,
postulan atau novice, junior atau mediator, hingga nantinya mencapai kaul
kekal.
E. Kerangka Berpikir
Bagan 2.1 Dinamika Subjective Well-Being pada Biarawati
Biarawati
Apakah
biarawati
mengalami SWB
dalam hidupnya?
Gaya hidup biarawati,
yaitu:
1. Hidup untuk
melayani sesama dan
hidup berdoa.
2. Menghidupi kaul
sucinya sebagai
biarawati dengan
hidup selibat, hidup
dalam kemiskinan,
dan hidup taat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan jenis penelitian yang menggunakan analisis data
dengan menggunakan prosedur statistik. Juliansyah Noor menjelaskan,
penelitian kuantitatif adalah metode pengujian teori tertentu dengan cara
meneliti suatu variabel. Variabel atau instrumen penelitian ini terdiri atas
data-data numerik yang dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik
tertentu (dalam bukunya berjudul Metodologi Penelitian, 2011, hal.38).
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai
situasi-situasi atau kejadian-kejadian (dalam buku berjudul Metodologi
Penelitian, 2011, hal.34). Penelitian ini terdiri dari satu skala yang berisi
pernyataan-pernyataan untuk mengukur tentang subjective well-being
biarawati yang dilihat dari lamanya hidup membiara biarawati.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah subjective well-
being. Subjective well-being adalah adalah hasil evaluasi individu secara
kognitif dan afektif terhadap seluruh pengalaman hidup individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjabaran dari suatu konsep teoritik
kedalam bentuk yang bisa diukur. Definisi operasional di dalam penelitian
ini adalah :
1. Subjective Well-Being
Dalam penelitian ini, subjective well-being akan dilihat dari skor
total dari alat ukur subjective well-being yang disusun oleh peneliti.
Skor total yang diperoleh merupakan skor dari setiap komponen
pembentuk subjective well-being, yaitu evaluasi terhadap komponen
kogniti dan afektif.
a. Evaluasi Kognitif
Evaluasi kognitif merupakan evaluasi dari kepuasan hidup
secara global dan domain khusus. Alat ukur yang digunakan untuk
pengukuran kepuasan hidup secara global didasarkan pada SWLS
(Satisfaction With Life Scale) oleh Diener, dkk (1985).
Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kepuasan
hidup dalam domain khusus didasarkan pada indikator-indikator
yang terdapat dalam komponen-komponen kognitif pembentuk
subjective well-being yaitu kepuasan hidup yang dikemukakan
Diener, Sandvik, dan Seidltizt (1993), yaitu :
a. Pendapatan
1. Ketercukupan kebutuhan hidup dengan uang atau barang
diterima biarawati dari ordo atau kongregasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Relasi dengan lingkungan sosial
1. Kemampuan biarawati menunjukkan sikap yang hangat,
merasa puas, mampu menunjukkan perhatian, memiliki
rasa percaya, memiliki empati, merasakan perasaan
nyaman, dan mampu membangun keakraban dengan
anggota komunitas dan orang di luar komunitas.
c. Pekerjaan
1. Menunjukkan semangat mengerjakan tugas yang diberikan
oleh kongregasi.
2. Menyelesaikan tugas yang diberikan kongregasi dengan
baik.
d. Kesehatan
1. Kondisi tubuh yang segar dan tidak mengalami keluhan
sakit saat melakukan tugas pelayanannya.
Perolehan skor yang tinggi pada skala kepuasan hidup akan
menunjukkan seseorang memiliki tingkat kepuasan hidup yang
tinggi atau positif, namun perolehan skor yang rendah pada skala
kepuasan hidup akan menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
hidupnya rendah atau negatif.
b. Evaluasi Afektif
Evaluasi afektif merupakan hasil evaluasi perasaan
terhadap pengalaman yang pernah terjadi. Alat ukur yang
digunakan untuk pengukuran didasarkan pada indikator-indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang terdapat dalam komponen afektif pembentuk subjective well-
being yang dikemukakan oleh Watson dan Tellegen (1985) dalam
PANAS-X (Positive Affect and Negative Affect Schedule) dan
Diener (1993), yaitu
a. Positive Affect
1. Merasakan ketenangaan, kasih sayang, kedermawanan,
pengampunan, perhatian, rasa bersemangat, antusias,
dan rasa bangga dalam menjalani hidup hingga sekarang
menjadi biarawati.
b. Negative Affect
1. Merasakan perasaan marah, rasa bersalah, egois atau
mementingkan dirisendiri, kekecewaan, sedih,
kegagalan atau frustasi, takut, gugup, gelisah, dan rasa
tertekan yang pernah dirasa selama hidup hingga
sekarang menjadi biarawati.
Perolehan skor yang tinggi pada skala positife affect dan
negative affect akan menunjukkan seseorang memiliki positife
affect dan negative affect yang tinggi atau positif, namun perolehan
skor yang rendah pada skala positife affect dan negative affect akan
menunjukkan tingkat positife affect dan negative affect yang
rendah atau negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah biarawati.
Biarawati adalah perempuan yang tinggal dibiara dan hidup dengan
memegang teguh kaul suci yang mereka hayati.
Gaya hidup atau corak hidup seorang biarawati adalah hidup untuk
lebih melayani sesama dan menghayati ajaran-ajaran Injil dalam hidup
berdoa. Melayani sesama ini diwujud nyatakan dalam semangat kerasulan
ordo atau tarikat yang mereka ikuti.
E. Metode Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik sample non
probability. Tehnik sample non probability adalah tehnik pengambilan
sempel dengan tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama
bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sempel dalam penelitian (Etta
dan Sopiah, 2010). Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
tehnik purposive samplig. Tehnik ini dilakukan dengan memilih sempel
penelitian yang sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang
ditentukan dalam penelitian ini adalah para biarawati.
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan skala Likert. Peneliti memilih menggunakan skala Likert untuk
mengungkapkan sikap setuju atau tidak setuju terhadap suatu fenomena
sosial. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala subjective
well-being.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pernyataan-pernyataan yang ada dalam skala penelitian ini terbagi
atas dua macam jenis item yaitu aitem favorable dan unfavorable. Aitem
favorable berisikan pernyataan-pernyataan yang mendukung indikator dari
variabel yang ingin diteliti. Aitem unfavorable berisikan pernyataan-
pernyataan yang tidak mendukung indikator dari variabel yang ingin
diteliti (Azwar,2009). Pada skala tersebut terdapat empat alternatif
jawaban yang diberikan yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju.
Dibawah ini merupakan rincian dari skala penelitian tersebut yaitu,
1. Skala Subjective Well-Being
Skala yang digunakan ini digunakan untuk mengukur tingkat
subjective well-being pada subjek penelitian adalah skala subjective
well-being. Aitem-aitem pada skala penelitian ini dibuat dalam dua
macam, yaitu favorable dan unfavorable. Aitem favorable berisikan
pernyataan-pernyataan yang mendukung terbentuknya subjective well-
being yang terdiri dari komponen kognitif dan afektif. Aitem
unfavorable berisikan pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung
terbentuknya subjective well-being yang terdiri dari komponen
kognitif dan afektif. Skala ini dibuat dengan memberikan empat
alternatif jawaban yang diberikan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah aitem dalam
penelitian ini adalah 92 aitem yang terdiri atas 43 aitem favorable dan
49 aitem unfavorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel 3.1
Blue Print Skala Subjective Well-Being
No Aspek Sub-Aspek Item Total
Favorable Unfavorable
1 Kognitf Kepuasan 1,2,3,11,12,13,21 26,27,28,29,30,46, 38
Hidup 44,45,51,52,53,54 47,48,49,50,79,80, (41,3%)
55,71,72,90,91,92 81,82,85,86,87,88,
89
2 Afektif Positive 4,5,14,15,22,23,24 54
Affect ,25,31,32,33,34,35 (58,7%)
,41,42,43,61,62,63
,64,65,73,83,84
Negative 6,7,8,9,10,16,17,18
Affect , 19,20,36,37,38,39,
40,54,57,58,59,60,
66,67,68,69,70,74,75
,76,77,78
Total aitem 92
(100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel 3.2
Pemberian Skor pada Skala Subjective Well-Being
Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas Skala
Validitas adalah suatu pengukuran yang digunakan untuk melihat
sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin
diukur dalam suatu penelitian (Etta dan Sopiah, 2010). Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis validitas isi. Validitas isi
adalah validitas yang didasarkan pada pendapat profesional
(profesional judgement). Pada penelitian ini penilaian alat ukur
dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi sebagai seorang profesional.
Dosen pembimbing skripsi menguji kesesuaian antara aitem-aitem
pada skala dengan komponen-komponen yang akan diukur
(Suryabrata, 2008).
2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem digunakan untuk melihat aitem mana yang memiliki
skor tinggi dan mana yang memiliki skor yang rendah. Peneliti
melakukan seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
for Windows. Seleksi aitem didasarkan pada pada daya diskriminasi
aitem yang akan menghasilkan koefisiensi korelasi aitem total (rix).
Daya deskriminasi aitem adalah kondisi dimana aitem yang ada
mampu membedakan antara individu atau sbjek penelitian yag
memiliki dan yang tidak memiliki atribut-atribut yang diukur
(Azwar,2006).
Koefisiensi korelasi aitem total (rix) merupakan korelasi antara skor
aitem dengan skor aitem total. Besarnya koefisiensi korelasi aitem total
(rix) bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 baik itu positif maupun
negatif. Skor yang semakin mendekati 1,00 akan memiliki daya
deskriminasi yang tinggi dan apabila skor mendekati angka 0 maka
aitem tersebut memiliki daya deskriminasi yang rendah. Kemudian,
batasan yang digunakan dalam pemilihan aitem adalah rix ≥ 0,3. Hal ini
berarti semua aitem yang mencapai koefisiensi korelasi aitem total
minimal 0,30 dan dapat dikatakan aitem tersebut memuaskan. Namun,
aitem dengan koefisiensi korelasional aitem total ≤ 0,3 maka aitem
tersebut memiliki daya deskriminasi yang rendah dan akan digugurkan
(Azwar, 2006).
Pada skala ini terdapat dua komponen pembentuk subjective well-
being yaitu komponen kognitif dan afektif. Pada komponen kognitif,
terdapat 38 aitem yang terdiri atas 19 aitem favorable dan 19 aitem
unfavorable. Hasil pengujian data pada komponen kognitif
menunjukkan bahwa terdapat 30 aitem yang memiliki rix ≥ 0,3,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sedangkan aitem yang memiliki nilai rix ≤ 0,3 adalah aitem 2, 26, 30,
71, 85, 87, 90, dan 91. Jadi dalam komponen kognitif terdapat 8 aitem
yang gugur. Kemudian, pada komponen afeksi terbentuk atas positive
affect dan negative affect. Positive affect merupakan aitem-aitem
favorable dan negative affect merupakan aitem-aitem unfavorable
pembentuk komponen afektif. Pada komponen afektif menunjukkan
bahwa terdapat 54 aitem yang terdiri atas 24 aitem favorable dan 30
aitem unfavorable. Hasil pengujian data menunjukkan bahwa terdapat
34 aitem yang memiliki rix ≥ 0,3, sedangkan aitem yang memiliki nilai
rix ≤ 0,3 adalah aitem 6, 7, 8, 9, 10, 16, 17, 19, 23, 35, 57, 59, 61, 64,
66, 67,68, 74, 75, dan 77. Jadi dalam komponen afektif terdapat 20
aitem yang gugur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 3.3
Komponen dan Distribusi Aitem Skala Subjective Well-Being
No Aspek Sub-Aspek Item Total
Favorable Unfavorable
1 Kognitf Kepuasan 1,3,11,12,13,21 27,28,29,46, 30
Hidup 44,45,51,52,53,54 47,48,49,50,79,80, (46,9%)
55,72,92 81,82,86,88, 89
2 Afektif Positive 4,5,14,15,22,24 34
Affect ,25,31,32,33,34 (53,1%)
,41,42,43,62,63
,65,73,83,84
Negative 18,20,36,37,38,39,
Affect 40,54,58,60, 69,70
,76,78
Total aitem 64
(100%)
3. Reabilitas
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pengukuran tersebut reliabel, sedangkan pengukuran yang memiliki
reliabilias yang rendah menunjukkan bahwa pengukuran tersebut tidak
reliabel dan tidak dapat dipercaya (Azwar, 2011). Reliabilitas
dinyatakan oleh koefisiensi reliabilitas (rxx’) yang berada dari rentang 0
sampai dengan 1,00. Pengukuran yang reliabel jika skor koefisiensi
reliabilitasannya mendekati angka 1,00 (Azwar, 2011).
Skala subjective well-being diuji dengan menggunakan tehnik
Alpha Cronbach dan didapatkan hasil (r) = 0,940, dan koefisiensi
Alpha Cronbach setelah seleksi aitem adalah (r) = 0,951. Nilai Alpha
Cronbach menjadi naik dikarenakan adanya 28 aitem yang kurang
baik digugurkan sehingga meningkatkan koefisiensi Alpha Cronbach.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan
katagorisasi. Pengkatagorisasian dilakukan dengan mengkatagorisasikan
subjek berdasarkan tingkatan subjective well-being biarawati yang dilihat
dari lamanya waktu membiara. Tujuan pengkatagorisasian adalah untuk
menempatankan individu kedalam kelompok-kelompok secara berjenjang
berdasarkan atribut yang ingin peneliti lihat, yaitu dari yang sangat rendah
ke yang sangat tinggi (Azwar, 2006). Luas interval setiap katagori
diperoleh melalui beberapa tahapan perhitungan, diantaranya adalah :
a) Menentukan skor maksimum : Nilai tertinggi tiap aitem x
jumlah terpakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
b) Menentukan skor minimun : Nilai terendah tiap aitem x jumlah
terpakai
c) Menghitung mean teoritik : (skor maksimum + skor minimum)
: 2
d) Standart Deviasi : (skor maksimum – skor minimum) : 6
Norma katagorisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Azwar, 2006):
X ≤ (Mean – (1,5.σ)) katagori Sangat Rendah
(Mean – (1,5.σ)) < X ≤ (Mean – (0,5.σ)) katagori Rendah
(Mean – (0,5.σ)) < X ≤ (Mean + (0,5.σ)) katagori Sedang
(Mean + (0,5.σ)) < X ≤ (Mean + (1,5.σ)) katagori Tinggi
(Mean + (1,5.σ)) < X katagori Sangat Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2014 sampai
dengan 30 Januari 2015. Pengambilan data dilakukan dengan meminta
bantuan kepada para suster untuk mengisi skala. Setiap subjek penelitian
mendapatkan satu buah kuesioner yang berisi skala subjective well-being.
Peneliti menggunakan beberapa metode dalam menyebarkan skala
kepada pada suster. Pertama adalah dengan meminta bantuan pada suster
secara personal dan langsung untuk mengisi skala. Kedua adalah dengan
datang door to door ke biara-biara untuk meminta ijin untuk membagikan
skala. Ketiga adalah dengan meminta ijin pada suster untuk membagi
skala dalam acara Natalan Gabungan Frater dan Suster. Berikut pemaparan
dari sample penelitian yang diperoleh oleh peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 4.1
Kongregasi atau Ordo Subjek Penelitian
No Nama Ordo / Kongregasi Jumlah
1 PIJ (Sang Timur) 10
2 PBHK 2
3 SCMM 1
4 JMJ 4
5 KYM 7
6 FSE (Fransiskan Santa Elisabeth) 5
7 FDCC 3
8 SFD 5
9 Charitas 2
10 FCH 3
11 KSFL (kongregasi Fransiskan Santa Lusia) 8
12 SPM (Santa Perawan Maria) 4
13 FCM 3
14 PPYK (Putri-Putri Yesus Kristus) 2
15 OSF 2
16 SSCC 8
Total 69
Skala yang tersebar sebanyak 80. Setelah menunggu sampai batas
waktu yang ditentukan, sebanyak 74 skala yang terkumpul. Skala yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tidak kembali karena sebagian skala hilang. Selain itu, skala tidak kembali
karena skala kembali setelah batas waktu yang ditentukan oleh peneliti.
Kuesioner yang terkumpul selanjutnya diperiksa. Terdapat 5 skala yang
tidak terisi dengan baik. Jadi jumlah skala yang dapat dijadikan data
adalah 69.
Dalam penelitian ini juga, peneliti menggunakan uji coba terpakai.
Peneliti menggunakan uji coba terpakai dengan beberapa alasan yang
mendasarinya. Pertama adalah pada bulan Desember pastilah banyak
universitas yang libur karena libur Natal ataupun libur semester sehingga
ada kemungkinan akan banyak suster yang akan kembali ke daerah
asalnya melihat sebagian suster di Jogja adalah pelajar. Kedua adalah akan
banyak suster yang sibuk karena Natal sehingga akan sulit untuk meminta
ijin ke biara-biara untuk meminta ijin melakukan penelitian. Ketiga adalah
cukup lamanya mengurus perijinan penelitian dibiara. Hal ini dikarnakan
harus adanya persetujuan dari kepala biara untuk melakukan penelitian
dan menurut hasil lapangan kepala biara sering tidak ada ditempat karena
adanya tugas keluar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kurangnya
subjek penelitian maka peneliti menggunakan uji coba terpakai dalam
penelitian ini.
B. Deskripsi Subjek
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah biarawati atau
suster yang hidup membiara dan sekarang tinggal di Yogyakarta. Subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dalam penelitian ini berjumpah 69 orang. Berikut ini tabel deskripsi subjek
penelitian :
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Penelitian
Ordo Tingkatan
dalam biara
Rentang
lamanya hidup
membiara
Rentang usia
biologis
Jumlah
PIJ (Sang
Timur)
Junior 6-7 tahun 23-26 tahun 2
Kaul Kekal 23-47 tahun 47-75 tahun 8
PBHK Kaul Kekal 12-14 tahun 33-36 tahun 2
SCMM Junior 9 tahun 28 tahun 1
JMJ Junior 8 tahun 27-31 tahun 2
Kaul Kekal 8-13 tahun 27-33 tahun 2
KYM Junior 7-9 tahun 25-30 tahun 6
Kaul Kekal 15 tahun 35 tahun 1
FSE Junior 6-10 tahun 25-29 tahun 5
FDCC Junior 3-9 tahun 23-29 tahun 2
Kaul Kekal 10 tahun 33 tahun 1
SFD Junior 4-5 tahun 23-24 tahun 2
Kaul Kekal 10-16 tahun 29-34 tahun 3
Charitas Kaul Kekal 15-16 tahun 30-39 tahun 2
FCH Junior 3-6 tahun 24-25 tahun 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
KSFL Junior 4-10 tahun 25-28 tahun 5
Kaul Kekal 6-15 tahun 24-33 tahun 3
SPM Junior 6 tahun 27 tahun 1
Kaul Kekal 13-16 tahun 39-42 tahun 3
FCM Junior 5-7 tahun 24-25 tahun 2
Kaul Kekal 9 tahun 28 tahun 1
PPYK Junior 9 tahun 35 tahun 1
Kaul Kekal 14 tahun 39 tahun 1
OSF Junior 10 tahun 29 tahun 1
Kaul Kekal 18 tahun 41 tahun 1
SSCC Junior 5-9 tahun 27-36 tahun 3
Kaul Kekal 9-15 tahun 37-44 tahun 5
Total 69
C. Deskripsi Data penelitian
One-Sample T-Test adalah suatu tes yang digunakan untuk
menguji apakah suatu nilai tertentu berbeda secara nyata atau tidak dengan
rata-rata sebuah sampel atau mean empirik (Santoso, 2010). Pada
penelitian ini, rata-rata sampel penelitian (mean empirik) akan
dibandingkan dengan mean teoritik. Mean teoritik didapat dengan
menggunakan rumus, yaitu mean teoritik = (Xmin + Xmax) : 2.
Sedangkan mean empirik diperoleh dari rata-rata skor responden.
Berikut adalah tabel deskripsi data penelitian :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4.3
Hasil Pengukuran Statistik Deskriptif
Skor Empirik Skor Teoritik
Skala
Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD
SWB 161 253 201,17 18,538 64 256 160 32
Berdasarkan hasil perbandingan mean empiris dengan mean
teoritis diatas, maka dapat disimpulkan bahawa mean empiris memiliki
skor lebih besar daripada mean teoritis (201,17 > 160) dan sig = 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa subjek cenderung memiliki rata-rata subjective
well-being yang lebih tinggi dari standar (mean teoritis).
D. Kategorisasi
Peneliti akan menggolongkan subjek-subjek penelitian ke dalam
kelompok berdasarkan kriteria tertentu dengan menggunakan suatu norma
(Azwar, 2006). Norma tersebut adalah sebagai berikut :
1. X ≤ (Mean – (1,5.σ)) : katagori Sangat Rendah
2. (Mean – (1,5.σ)) < X ≤ (Mean – (0,5.σ)) : katagori Rendah
3. (Mean – (0,5.σ)) < X ≤ (Mean + (0,5.σ)) : katagori Sedang
4. (Mean + (0,5.σ)) < X ≤ (Mean + (1,5.σ)) : katagori Tinggi
5. (Mean + (1,5.σ)) < X : katagori Sangat Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berdasarkan norma diatas, maka peneliti dapat membuat
katagorisasi subjek berdasarkan skala subjective well-being sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Kategorisasi Subjective Well-Being pada Subjek Penelitian
Skala Rentang Nilai Jumlah Presentasi Katagori
Subjective 114 < X ≤ 176 3 4,4 % Sedang
Well-Being 176 < X ≤ 208 41 59,4 % Tinggi
208 < X 25 36,2 % Sangat Tinggi
Total 69 100 %
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek cenderung
memiliki subjective well-being yang masuk dalam katagori tinggi
sebanyak 41 subjek atau 59,4 %. Kemudian, sebanyak 25 subjek atau 36,2
% termasuk dalam sangat tinggi dan sebanyak 3 subjek atau 4,4 % subjek
memiliki subjective well-being yang termasuk dalam katagori sedang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
E. Analisis Tambahan
1. Analisis Data Subjective Well-Being Biarawati Dilihat dari
Lamanya Hidup Membiara
a. Dibawah dan Diatas 10 Tahun
Tabel 4.5
Hasil Analisis Data Subjective Well-Being Biarawati
Berdasarkam Lamanya Hidup Membiara
Lamanya Hidup
Membiara
Katagorisasi
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
≤ 10 tahun 3 (6,98%) 24 (55,81%) 16 (37,21%)
> 10 tahun 0 (0%) 17 (65,38%) 9 (34,62%)
Dari tabel diatas dapat dilihat biarawati dengan lamanya
hidup dibawah 10 tahun, terdapat 3 atau 6,98% subjek tergolong
dalam katagori sedang dalam subjective well-being. Pada katagori
tinggi, terdapat 24 atau 55,81% subjek dan 16 atau 37,21 subjek
memiliki subjective well-being yang termasuk dalam katagori
sangat tinggi. Pada biarawati yang hidup membiara diatas 10
tahun diperoleh hasil, terdapat 17 atau 65,38% subjek memiliki
subjective well-being yang termasuk dalam katagori tinggi dan 9
atau 34,62% subjek termasuk dalam katagori sangat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Tingkatan Dalam Biara
Tabel 4.6
Hasil Analisis Data Subjective Well-Being Biarawati
Berdasarkan Tingkatan dalam Biara
Tingkatan
Dalam Biara
Katagorisasi
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Junior 3 (8,33%) 19 (52,78%) 14 (38,89%)
Kaul
Kekal
0 (0%) 22 (66,67%) 11 (33,33%)
Dari tabel diatas dapat dilihat subjective well-being
biarawati dilihat dari tingkatan dalam biara. Pada tahapan junior,
terdapat 3 atau 8,33% subjek termasuk dalam katagori sedang.
Kemudian, terdapat 19 atau 52,78% subjek termasuk katagori
tinggi dan 14 atau 38,89% subjek termasuk dalam katagori sangat
tinggi dalam subjective well-being. Selanjutnya dalam kelompok
biarawati pada tingkatan kaul kekal, terdapat 22 atau 66,67%
subjek termasuk dalam katagori subjective well-being yang tinggi
dan 11 atau 33,33% subjek termasuk dalam katagori sangat tinggi.
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah biarawati atau
suster di Yogyakarta mengalami subjective well-being pada hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kategorisasi untuk
mengelompokkan biarawati atau suster sesuai tingkatan subjective well-
being.
Subjective well-being ini dibentuk dari 2 komponen (Andrews &
Robinson, 1992 ; Argyle, 2001; Diener, 2000; Diener et al., 1999) yaitu
kognitif dan afektif. Komponen kognitif merupakan evaluasi terhadap
kepuasan hidup dan komponen afektif yang merupakan hasil evaluasi dari
positive dan negative affect dari subjek penelitian yang dalam penelitian
ini adalah para biarawati.
Berdasarkan skor total aitem dari seluruh biarawati yang menjadi
subjek penelitian diketahui sebanyak 36,2% biarawati masuk dalam
katagori sangat tinggi. Kemudian, sebanyak 59,4% subjek penelitian
masuk dalam katagori tinggi dan 4,4% termasuk dalam katagori sedang.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa biarawati memiliki
tingkat subjective well-being yang tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan dugaan peneliti bahwa meski
dengan gaya hidup yang cenderung berbeda, biarawati akan tetap mampu
mengalami subjective well-being dalam hidup membiaranya. Gaya hidup
untuk melayani sesama dan menghayati ajaran Injil, menghayati kaul suci,
dan menaati aturan-aturan biara dan Ordo tidak membuat biarawati tidak
mengalami subjective well-being dalam hidupnya.
Analisis lebih lanjut dilakukan oleh peneliti. Jika diilihat dari
lamanya hidup membiara yang dikatagorikan dalam dua kelompok yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dibawah 10 tahun dan diatas 10 tahun, maka di peroleh hasil pada
biarawati yang hidup membiara dibawah 10 tahun terdapat 55,81%
termasuk dalam katagori tinggi. Kemudian, 37,21% termasuk katagori
sangat tinggi dan hanya 6,98% termasuk dalam katagori sedang.
Selanjutnya biarawati yang hidup membiara diatas 10 tahun menunjukkan
65,38% termasuk dalam katagori tinggi dan 34,62% termasuk katagori
sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa baik biarawati yang hidup
membiara dibawah ataupun diatas 10 tahun, mereka mengalami subjective
well-being yang termasuk dalam katagori yang tinggi. Subjective well-
being yang tinggi akan membuat biarawati mengalami kepuasan hidup
dalam dirinya. Biarawati juga cenderung mengalami pengalaman dan
merasakan perasaan yang menyenangkan dalam hidupnya (positive affect)
dan mengalami sedikit perasaan yang tidak menyenangkan (negative
affect).
Kepuasan hidup yang tinggi yang dirasakan biarawati akan
membuat biarawati memandang hidup secara lebih positif. Biarawati akan
lebih dapat menikmati hidup, merasa puas dengan hidupnya yang
sekarang, merasa puas dengan hidupnya dimasa lalu, dan kehidupannya
dirasa dekat dengan kehidupan ideal yang diinginkan.
Subjective well-being yang tinggi pada biarawati juga terbentuk
karena biarawati lebih sering mengalami positive affect dari pada negative
affect dalam hidupnya. Watson dan Tellegen (1985) menjelaskan positive
affect menjadi tiga, yaitu joviality (rasa bahagia), self assurace (rasa aman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dan nyaman), dan attentiveness (rasa diperhatikan). Menurut hasil survei
yang dilakukan oleh peneliti, biarawati akan mengalami kebahagiaan saat
mereka mampu melayani sesamanya dan memiliki relasi yang baik dengan
teman anggota komunitas atau biarawati yang lain.
Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat subjective well-being
biarawati dilihat dari tingkatannya dalam biara. Dalam penelitian ini
biarawati digolongkan dalam biarawati junior dan biarawati yang telah
mengucapkan kaul kekal. Menurut hasil wawancara informal dengan salah
biarawati dari Kongregasi Suster Fransiscan St. Lusia, pada tahap
biarawati junior biarawati sudah mulai diberikan kepercayaan untuk
menjalankan tugas kerasulan ordo atau kongregasi. Bisa dikatakan mereka
adalah tonggak dalam pekerjaan misi sebuah ordo atau kongregasi karena
mereka memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjalankan misi ordo,
baik itu disekolah-sekolah, dibiara, ataupun ditempat pelayanan mereka
yang lain. Kemudian, biarawati yang sudah mengucapkan kaul kekal.
Biarawati yang sudah mengucapkan kaul kekal adalah para biarawati yang
sudah mengucapkan janji setia pada kehidupan yang akan dijalaninya
selama hidup sebagai seorang biarawati. Kaul kekal juga berbicara tentang
penyerahan total pada kehidupan pada pelayanan sesuai ajaran Kristus.
Berdasarkan analisis data tingkatan dalam biara diketahui bahwa
biarawati junior memperoleh hasil 52,78% biarawati termasuk dalam
katagori tinggi. Kemudian, 38,89% termasuk dalam katagori sangat tinggi
dan 8,33% termasuk dalam katagori sedang. Hal ini menunjukkan meski
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dengan tanggung jawab yang dipercayakan oleh kongregasi atau ordonya
biarawati tetap memiliki subjective well-being yang tergolong tinggi.
Selanjutnya, pada kelompok biarawati yang sudah mengucapkan kaul
kekal diperoleh 66,67% termasuk dalam katagori tinggi dan 33,33%
termasuk dalam katagori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan dengan setia
dan menyerahkan secara total pada kehidupan pelayanannya biarawati
tetap memiliki subjective well-being yang tergolong tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum
biarawati di Yogyakarta memiliki subjective well-being yang termasuk
dalam katagori tinggi. Hasil data penelitian menunjukkan sebanyak 41
biarawati atau 59,4% dari jumlah keseluruhan biarawati yang menjadi
subjek penelitian memiliki subjective well-being yang tinggi. Lebih
spesifik dijelaskan baik biarawati yang hidup membiara dibawah 10 tahun
ataupun diatas 10 tahun memiliki subjective well-being yang termasuk
dalam katagori yang tinggi, yaitu sebanyak 24 biarawati yang hidup
membiara dibawah 10 tahun atau 55,81% dan sebanyak 17 biarawati yang
hidup membiara diatas 10 tahun atau 65,38%. Selain itu, biarawati junior
dan kaul kekal memiliki subjective well-being yang termasuk dalam
katagori tinggi, yaitu sebanyak 19 biarawati junior atau 52,78% dan 22
biarawati kaul kekal atau 66,67%. Jadi lamanya hidup membiara membuat
biarawati semakin merasakan subjective well-being.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa biarawati
mengalami kepuasan hidup terhadap hidupnya yang sekarang dan
cenderung banyak mengalami pengalaman dan merasakan perasaan yang
menyenangkan dalam hidupnya (positive affect) dan mengalami sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
perasaan yang tidak menyenangkan (negative affect) dalam hidup
membiara.
B. Saran
1. Bagi Pengelola Biara
Berdasarkan penelitian ini diharapkan setelah pengelola biara
mengetahui kondisi para biarawati saat ini, pengelola biara dapat
merancangkan kebijakan atau rencana kegiatan untuk kemajuan
biarawatinya.
2. Bagi Biarawati
Disarankan untuk para biarawati untuk menjaga komunikasi yang
baik dan terbuka dengan biarawati lain. Hal ini dapat dilakukan dengan
sering melungkan waktu untuk sharing, bercerita baik pribadi atau
kelompok dengan biarawati lain guna menjaga komunikasi dalam biara
karena suasana dalam biara akan mempengaruhi subjective well-being
biarawati tersebut.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah
subjek penelitian. Selain itu, diharapkan penelitian selanjutnya dapat
memperluas cakupan subjek penelitian karena dalam penelitian ini
peneliti hanya mampu mengumpulkan biarawati junior dan kaul kekal
dan belum mencangkup aspiran dan novice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Bader, S. H., Rogers, A., & Barusch, A. S. (2003). Predictors of life
satisfaction in frail elderly. Journal of Gerontological Social Work,
38(3), 3-17.
Azwar, S., & Manusia, S. (2006). Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta; Pustaka
Belajar.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baumgardner, S. R., & Crothers, M. K. (2009). Positive psychology. Prentice
Hall/Pearson Education.
Boeree, C. G. (2004). Personality theories: Melacak kepribadian anda bersama
psikolog dunia. Yogyakarta: Prismasophi.
Departemen Pendidikan Nasional.(2011).Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi 4.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Diener, E. D., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction
with life scale. Journal of personality assessment, 49(1), 71-75.
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective well-being. Handbook of
positive psychology, 63-73.
Diener, E., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2009). Subjective Well-Being : The science
of happiness and life satisfaction. In S J Lopez & C.R. Snyder (Eds.),
Oxford handbook of positive psychology (pp.187-194). New York :
Oxford University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective well-
being: Three decades of progress. Psychological bulletin, 125(2), 276.
http://www.indonesianpapist.com/2011/04/situs-ordo-dan-kongregasi-suster-
di.html
Indonesia, K. W. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanesius.
Kapteyn, A., Smith, J. P., & Van Soest, A. (2009). Life satisfaction.
Kartono, K. (1992). Psikologi Wanita: Mengenal Wanita Sebagai Ibu & Nenek
(Jilid 2). Bandung: CV. Mandar Maju.
Kartono, K. (2006). Psikologi wanita (Jilid 1): Gadis remaja dan wanita dewasa.
Bandung: Alumni Penerbit.
Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Snyder, C. R. (2014). Positive psychology: The
scientific and practical explorations of human strengths. Sage
Publications.
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana.
Sangadji, E. M., & Sopiah, M. M. (2010). Metode Penelitian Pendekatan Praktis
Dalam Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi: Dari blog menjadi buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santoso, S. (2014). SPSS 22 from Essential to Expert Skills. Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo.
Schultz, W. (2006). Behavioral theories and the neurophysiology of reward. Annu.
Rev. Psychol., 57, 87-115.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Suparmo, Paulus. (2007). Krisis Dalam Hidup Membiara. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Ura, K. (2012). A short guide to gross national happiness index.
Watson, D., & Clark, L. A. (1999). The PANAS-X: Manual for the positive and
negative affect schedule-expanded form.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN 1
Skala Subjective Well-Being
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
SKALA PENELITIAN
Disusun Oleh :
Yohanes Hanggoro
(099114114)
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
SKALA PENELITIAN
Yogyakarta, 2 Desember 2014
Kepada :
Yth. Biarawati partisipan dalam penelitian
Dengan hormat, saya
Nama/NIM : Yohanes Hanggoro Tri Pamungkas/ 099114114
Saya meupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir (skripsi). Oleh
karena itu saya membutuhkan sejumlah data yang akan saya dapatkan dari para
biarawati dengan mengisi skala berikut ini.
Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban benar atau salah. Saya
mengharapkan kejujuran dan keterbukaan para biarawati dalam pengisisan skala.
Semua jawaban para biarawati akan terjaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk penelitian ini saja.
Bantuan para biarawati dalam menjawab pernyataan pada skala ini
merupakan bantuan yang amat berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Penyusun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa saya mengisi skala ini tanpa adanya
paksaan dan dengan suka rela demi membantu terlaksananya penelitian.
Semua jawaban yang saya berikan sesuai dengan keadaan saya saat ini dan
bukan pada pandangan masyarakat pada umumnya. Saya juga memberikan ijin
untuk menjawaban saya dipergunakan sebagai data penelitian.
Yogyakarta, 2014
Menyetujui,
(...................................)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
IDENTITAS DIRI
Inisial :.........................................
Usia :...... tahun
Nama Ordo/Kongregasi : .........................................
Lama hidup membiara :.......tahun
Pendidikan terakhir : .........................................
Karya : .........................................
Tingkatan dalam biara : Aspiran/ Novice/ Junior/ Kaul Kekal/ .............
(coret yang tidak perlu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
PETUNJUK PENGISISAN SKALA
Tugas biarawati memilih jawaban yang paling sesuai dengan kondisi diri
biarawati. Biarawati dapat menjawab pertanyaan dengan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu dari empat (4) alternatif jawaban dibawah ini :
SS : apabila biarawati Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
S : apabila biarawati Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : apabila biarawati Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
STS : apabila biarawati Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
Biarawati bebas menentukan pilihan jawaban yang sesuai dengan diri
biarawati, tidak ada jawaban benar atau salah karena jawaban ini mencerminkan
diri biarawati sendiri. Usahakan agar setiap pernyataan dalam skala dapat dijawab
tanpa ada yang terlewati.
Berikut ini contoh menjawab pertanyaan :
No Pernyataan SS S TS STS
1. Meditasi memberikan rasa tenang pada diri
saya.
X
(keika ada kesalahan dalam pengisisan, biarawati dapat menggantinya jawaban
dengan memberikan coretan pada jawaban yang salah.)
~Selamat Mengerjakan~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa nyaman tinggal di biara.
2. Saya dapat mencerita hal-hal pribadi saya
kepada biarawati lain.
3. Saya menikmati tugas-tugas yang diberikan
kongregasi pada saya.
4. Saya merasakan kelegaan setelah saya berdoa.
5. Saya merasakan kasih sayang dari teman-teman
biarawati.
6. Saya merasa bersalah saat melanggar peraturan
biara.
7. Saya merasa gagal saat saya tidak dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan kongregasi
pada saya.
8. Saya merasa gelisah jika pekerjaan saya tidak
selesai tepat waktu.
9. Saya cenderung diam saat mendapatkan banyak
kritikan.
10 Saya kadang-kadang merasa senior tidak
berlaku adil.
11. Saya dapat menikmati tugas-tugas harian yang
ada di biara.
12. Kebutuhan bulanan saya dapat tercukupi
dengan uang yang diberikan oleh kongregasi.
13. Saya merasa segar setiap bangun pagi.
14. Saya akan memberikan waktu saya untuk
mendengarkan cerita atau curhatan teman saya.
15. Saya merasa bangga dengan pelayanan yang
saya lakukan sekarang.
16. Saya sering merasa jengkel melihat sikap
biarawati lain.
17. Saya hanya melakukan apa yang menurut saya
benar tanpa perduli penilaian orang lain.
18. Saya merasa takut saat harus berada
dilingkungan pelayanan yang baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
No Pernyataan SS S TS STS
19. Saya merindukan suasana rumah.
20. Saya merasa gugup saat harus berbicara di depan
umum.
21. Saya akan memberikan waktu saya untuk
mendengarkan cerita teman saya.
22. Saya dengan senang hati membantu biarawati
lain untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
23. Saya tidak mengingat kesalahan orang lain.
24. Saya akan menyelesaikan tugas yang diberikan
hingga selesai.
25. Saya akan mempersiapkan diri saat
mendapatkan tugas pelayanan dari kongregasi.
26. Saya merasa hidup orang lain lebih baik dari
pada hidup saya.
27. Uang saku yang diberikan kongregasi kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan saya.
28. Saya sering menunda pekerjaan yang diberikan
senior kepada saya.
29. Saya sering merasakan sakit saat beraktifitas.
30. Saat memiliki waktu luang, saya lebih suka
berada di kamar dari pada berkumpul dengan
biarawati lain.
31. Saya bangga menjadi seorang biarawati.
32. Saya siap ditempatkan dimanapun oleh
kongregasi untuk melayani.
33. Saya siap menerima tugas apapun yang diberikan
suster kepala kepada saya.
34. Saya akan memberikan kata-kata motivasi untuk
menyemangati teman saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
No Pernyataan SS S TS STS
35. Saya akan memaafkan teman saya yang berbuat
salah terhadap saya.
36. Saya merasa tertekan saat mendapatkan banyak
tugas dari kongregasi.
37. Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak jika
masalah belum terselesaikan.
38. Saya kurang bisa memberikan pendapat di ruang
kelas atau di depan orang banyak.
39. Saya takut mencoba sesuatu yang baru.
40. Terkadang apa yang saya terima tidak sesuai
dengan apa yang saya harapkan.
41. Saya akan dengan senang hati merawat biarawati
lain yang sakit.
42. Senior saya baik terhadap saya.
43. Bermeditasi membuat pikiran saya menjadi
tenang.
44. Tubuh saya terasa nyaman saat mengerjakan
tugas-tugas di biara.
45. Saya akan mengerjakan tugas yang diberikan
dengan sebaik mungkin.
46. Saya merasa kurang betah hidup di biara.
47. Kebutuhan bulanan saya tidak tercukupi dengan
uang yang diberikan oleh kongregasi.
48. Saya kurang peka terhadap kondisi orang lain.
49. Saya merasa bosan dengan tugas pelayanan yang
saya kerjakan sekarang.
50. Saya sering merasa lemas saat mengerjakan
tugas-tugas di biara.
51. Saya bahagia menjadi seorang biarawati.
52. Saya merasa cukup dengan uang bulanan yang
saya terima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
No Pernyataan SS S TS STS
53. Saya dapat menjalin pertemanan dengan siapa
saja
54. Saya akan mengerjakan pekerjaan saya sampai
selesai.
55. Saya tidak mudah lelah saat harus mengerjakan
pelayanan saya.
56. Saya sering merasa jengkel dengan perilaku
senior saya.
57.
Saya mudah teringat dengan kesalahan yang saya
lakukan.
58. Saya hanya mengerjakan apa yang menjadi
tanggungjawab.
59. Terkadang saya teringat oleh orang yang pernah
mengecewakan saya.
60. Saya akan menangis saat teringat keluarga saya.
61. Saya tidak malu mengakui kekurangan diri saya
pada orang lain.
62. Saya antusias mengikuti rekoleksi yang
diselenggarakan kongregasi
63. Saya segera mengerjakan tugas yang diberikan
agar nantinya tidak mengganggu tugas-tugas
yang lainnya.
64. Dengan melihat perubahan sikap orang lain saya
dapat mengetahui kondisi orang lain.
65. Saya merasa mengampuni orang lain akan
membuat saya lebih baik dari pada
membalasnya.
66. Saya merasa tidak berdaya saat menghadapi
konflik.
67. Saya akan mengerjakan tugas hingga larut
malam agar saya dapat tidur nyenyak.
68. Saya cenderung diam saat bertemu dengan orang
baru.
69. Saya akan mengerjakan tugas dengan sebaik-
baiknya agar tidak mendapatkan hukuman.
70. Saya merasa frustasi saat dibebani tugas yang
banyak dari kongregasi.
71. Hidup saya sesuai dengan apa yang saya
inginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
No Pernyataan SS S TS STS
72. Saya merasa nyaman dengan komunitas saya.
73. Saya merasakan ketenangan tinggal dibiara.
74. Saya merasa marah saat saya ditegur di depan
umum.
75. Saya merasa bersalah saat terlalu keras dengan
junior saya.
76. Saya cenderung memikirkan kondisi diri sendiri
daripada orang lain.
77. Saya pernah kecewa dengan keputusan yang
dibuat oleh suter kepala.
78. Terkadang saya menangis karena mengingat
masalalu saya yang menyedihkan.
79. Saya merasa lelah dengan tugas-tugas yang
diberikan pada saya.
80. Saya sulit memulai pembicaraan dengan orang
lain.
81. Saya merasa lelah untuk mengerjakan tanggung
jawab saya di biara.
82. Saya mudah lelah saat mengerjakan tugas-tugas
biara.
83. Saat saya sakit, teman biarawati merawat saya
dengan baik.
84. Saya bersedia menggantikan tugas biarawati lain
saat mereka mengalami halangan untuk
mengerjakan tugasnya.
85. Saya akan menyimpan masalah saya sendiri dan
tidak menceritakannya pada siapapun.
86. Saya tidak peduli dengan masalah yang dihadapi
orang lain.
87. Saya senang menghabiskan waktu dengan
kegiatan pribadi.
88. Terkadang saya berpikir untuk berhenti menjadi
biarawati.
89 Terkadang saya ragu dengan pilihan hidup saya
sekarang sebagai biarawati.
90. Saya mudah untuk bergaul dan bercerita dengan
orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Jika dapat dijelaskan dalam satu kalimat, apakah arti kebahagiaan bagi Anda?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………..
“Mohon diperiksa kembali jawaban Anda,
Jangan sampai ada yang terlewatkan”
Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya
No Pernyataan SS S TS STS
91 Saya mengetahui kondisi teman saya saat dia
memiliki masalah.
92. Saya tidak menyesal dengan pilihan hidup saya
menjadi biarawati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN 2
Reliabilitas Skala Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Reliabilitas Skala Penelitian Sebelum Seleksi Aitem
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100.0
Excludeda 0 .0
Total 69 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.940 .943 92
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
i1 271.42 459.365 .534 . .939
i2 272.07 467.451 .130 . .941
i3 271.64 460.705 .486 . .939
i4 271.35 464.171 .330 . .940
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
i5 271.54 461.517 .459 . .939
i6 273.22 476.937 -.248 . .942
i7 272.71 476.856 -.183 . .942
i8 273.00 472.324 -.039 . .941
i9 272.65 466.201 .177 . .941
i10 272.25 466.394 .198 . .940
i11 271.57 458.543 .539 . .939
i12 271.62 456.415 .561 . .939
i13 271.87 457.086 .518 . .939
i14 271.65 460.995 .476 . .939
i15 271.75 461.483 .439 . .940
i16 272.03 464.087 .283 . .940
i17 272.03 464.940 .212 . .940
i18 272.23 458.328 .468 . .939
i19 272.97 463.852 .342 . .940
i20 272.57 457.279 .427 . .940
i21 271.80 457.870 .565 . .939
i22 271.87 458.439 .532 . .939
i23 272.13 471.174 .006 . .941
i24 271.62 460.709 .512 . .939
i25 271.57 460.691 .408 . .940
i26 272.26 462.343 .284 . .940
i27 272.01 457.191 .442 . .939
i28 272.04 458.454 .519 . .939
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
i29 271.91 458.198 .500 . .939
i30 272.10 460.651 .307 . .940
i31 271.39 459.859 .466 . .939
i32 271.43 461.161 .479 . .939
i33 271.54 458.458 .569 . .939
i34 271.65 460.377 .433 . .940
i35 271.74 468.372 .097 . .941
i36 272.20 454.841 .567 . .939
i37 272.80 460.282 .353 . .940
i38 272.17 460.558 .443 . .939
i39 272.10 460.063 .460 . .939
i40 272.90 460.298 .430 . .940
i41 271.83 460.646 .462 . .939
i42 271.78 463.261 .350 . .940
i43 271.46 459.576 .432 . .939
i44 271.86 460.096 .505 . .939
i45 271.58 457.571 .583 . .939
i46 271.55 456.692 .541 . .939
i47 271.72 458.173 .446 . .939
i48 272.00 460.824 .453 . .939
i49 271.91 459.904 .564 . .939
i50 271.80 457.782 .635 . .939
i51 271.33 461.108 .507 . .939
i52 271.67 457.667 .572 . .939
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
i53 271.65 463.201 .336 . .940
i54 271.68 462.014 .413 . .940
i55 272.06 460.379 .452 . .939
i56 272.12 459.957 .504 . .939
i57 272.42 465.335 .211 . .940
i58 271.99 458.544 .539 . .939
i59 272.68 463.044 .292 . .940
i60 272.25 458.865 .389 . .940
i61 271.96 463.277 .323 . .940
i62 271.65 461.171 .442 . .939
i63 271.70 460.921 .467 . .939
i64 272.00 466.118 .254 . .940
i65 271.52 460.959 .457 . .939
i66 272.25 464.071 .267 . .940
i67 272.29 459.679 .337 . .940
i68 272.28 463.144 .308 . .940
i69 272.13 461.586 .352 . .940
i70 271.96 460.748 .447 . .939
i71 272.29 468.327 .086 . .941
i72 271.58 463.541 .347 . .940
i73 271.58 460.894 .441 . .939
i74 272.57 463.691 .259 . .940
i75 272.91 474.816 -.147 . .942
i76 272.12 461.780 .382 . .940
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
i77 272.84 467.489 .181 . .940
i78 272.55 460.398 .339 . .940
i79 272.25 453.924 .603 . .939
i80 272.23 458.004 .499 . .939
i81 272.03 457.352 .576 . .939
i82 271.99 460.544 .479 . .939
i83 271.64 461.970 .428 . .940
i84 271.78 463.320 .330 . .940
i85 272.28 465.850 .189 . .941
i86 271.86 461.832 .404 . .940
i87 272.23 462.740 .307 . .940
i88 272.16 456.577 .474 . .939
i89 272.26 457.431 .432 . .939
i90 272.01 463.691 .292 . .940
i91 272.01 469.720 .116 . .940
i92 271.41 458.715 .536 . .939
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Reliabilitas Skala Penelitian Setelah Seleksi Aitem
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100.0
Excludeda 0 .0
Total 69 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.951 .953 64
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
i1 197.59 332.421 .571 . .950
i3 197.81 333.302 .537 . .950
i4 197.52 336.694 .358 . .951
i5 197.71 334.650 .476 . .950
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
i11 197.74 331.931 .564 . .950
i12 197.80 330.194 .579 . .950
i13 198.04 331.160 .519 . .950
i14 197.83 334.293 .488 . .950
i15 197.93 335.451 .411 . .951
i18 198.41 332.833 .442 . .951
i20 198.74 332.666 .377 . .951
i21 197.97 331.970 .559 . .950
i22 198.04 331.630 .567 . .950
i24 197.80 333.458 .558 . .950
i25 197.74 333.960 .421 . .951
i27 198.19 332.596 .391 . .951
i28 198.22 332.526 .510 . .950
i29 198.09 332.169 .498 . .950
i31 197.57 333.455 .470 . .950
i32 197.61 333.742 .529 . .950
i33 197.71 331.650 .606 . .950
i34 197.83 334.028 .430 . .951
i36 198.38 329.797 .545 . .950
i37 198.97 334.323 .335 . .951
i38 198.35 334.642 .418 . .951
i39 198.28 334.820 .406 . .951
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
i40 199.07 335.333 .363 . .951
i41 198.00 334.147 .465 . .950
i42 197.96 335.160 .415 . .951
i43 197.64 333.529 .421 . .951
i44 198.03 333.117 .538 . .950
i45 197.75 330.218 .653 . .950
i46 197.72 330.820 .541 . .950
i47 197.90 331.975 .450 . .951
i48 198.17 334.205 .461 . .951
i49 198.09 333.375 .576 . .950
i50 197.97 331.470 .652 . .950
i51 197.51 333.371 .580 . .950
i52 197.84 330.930 .609 . .950
i53 197.83 335.910 .359 . .951
i54 197.86 333.832 .494 . .950
i55 198.23 332.710 .514 . .950
i56 198.29 333.944 .487 . .950
i58 198.16 332.695 .525 . .950
i60 198.42 332.983 .377 . .951
i62 197.83 334.646 .443 . .951
i63 197.87 333.380 .523 . .950
i65 197.70 333.597 .503 . .950
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
i69 198.30 336.156 .302 . .951
i70 198.13 333.262 .498 . .950
i72 197.75 335.247 .422 . .951
i73 197.75 333.247 .500 . .950
i76 198.29 335.474 .367 . .951
i78 198.72 333.761 .346 . .951
i79 198.42 328.983 .582 . .950
i80 198.41 333.833 .415 . .951
i81 198.20 331.135 .590 . .950
i82 198.16 334.018 .484 . .950
i83 197.81 334.920 .450 . .951
i84 197.96 335.101 .397 . .951
i86 198.03 336.234 .353 . .951
i88 198.33 330.549 .480 . .950
i89 198.43 332.396 .396 . .951
i92 197.58 331.894 .570 . .950
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
LAMPIRAN 3
Statistik Deskriptif Subjective Well-Being
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VAR00002 69 161 253 201.17 18.538
Valid N (listwise) 69
T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VAR00002 69 201.17 18.538 2.232
One-Sample Test
Test Value = 160
T df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
VAR00002 18.450 68 .000 41.174 36.72 45.63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI