Penegakkan Diagnosis Kulit

43
PENEGAKKAN DIAGNOSIS Oleh Fidya Sapita

description

-

Transcript of Penegakkan Diagnosis Kulit

Page 1: Penegakkan Diagnosis Kulit

PENEGAKKAN DIAGNOSIS

OlehFidya Sapita

Page 2: Penegakkan Diagnosis Kulit

Prinsip PenegakkanDiagnosis Penyakit Kulit

• Anamnesis• Pemeriksaan Fisik• Pemeriksaan laboratorik/spesifik• Ringkasan• Diagnosis Banding• Diagnosis Kerja• Pemeriksaan Anjuran• Penatalaksanaan• Prognosis• Pengawasan Lanjutan

Page 3: Penegakkan Diagnosis Kulit

Anamnesis

1. Identifikasi penderita2. Keluhan Utama3. Perjalanan Penyakit- Onset (when)- Tempat predileksi (where)- Gejala yang menyertai- Pola penyebaran lesi (evolusi) - Perkembangan atau perubahan lesi sejak pertama kali sampai saat

pemeriksaan- Faktor pencetus4. Riwayat pengobatan yang sudah dilakukan5. Gejala sistemik atau prodromal yang mendahului atau menyertai6. Riwayat Penyakit Dahulu7. Riwayat Penyakit Keluarga8. Riwayat Sosial

Page 4: Penegakkan Diagnosis Kulit

Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum• Tanda Vital• Status Dermatologi

(Inspeksi, Palpasi)Dari inspeksi dapat diidentifikasi konfigurasi, distribusi, dan morfologi atau bentuk lesi. Sedangkan palpasi untuk identifikasi tekstur, konsistensi dan kedalaman lesi, adanya rasa nyeri.

Page 5: Penegakkan Diagnosis Kulit

Deskripsi lesi pada status dermatologi harus meliputi : tipe atau jenis lesi, warna lesi, batas lesi, jumlah lesi, distribusi lesi.

Page 6: Penegakkan Diagnosis Kulit

Menurut PLENCK (1776) penyakit kulit dipelajari secara sistematis dimulai dari efloresensi (ruam). Menurut PRAKKAEN (1996) efloresensi dibagi menjadi efloresensi primer dan efloresensi sekunder

Efloresensi dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Demi kepentingan diagnosis penting untuk mencari efloresensi primer.

Page 7: Penegakkan Diagnosis Kulit
Page 8: Penegakkan Diagnosis Kulit

Efloresensi Primer

Makula adalah efloresensi primer yang hanya berupa perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk. Contoh : tinea versikolor dan morbus Hansen

A. Hiperpigmentasi, pigmen melaninB. Biru, bayangan melanositC. Eritema, vasodolatasi kapilerD. Purpura, ekstravasasi eritrosit

Page 9: Penegakkan Diagnosis Kulit

Papula adalah penonjolan padat diatas permukaan kulit, berbatas tegas, dan berukuran <1 cm

A. Deposit metabolikB. Sebukan sel radangC. Hiperplasi sel

epidermia

Page 10: Penegakkan Diagnosis Kulit

Nodul sama seperti papul tetapi diameternya >1cm. Misalnya pada prurigo nodularis

Page 11: Penegakkan Diagnosis Kulit

Plak adalah peninggian permukaan kulit permukaannnya rata dan berisi zat padat (biasanya infiltrat) diamternya ≥ 2 cm.

Page 12: Penegakkan Diagnosis Kulit

Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serosa dengan diameter <1 cm, misalnya pada varisela dan herpes zoster. Vesikel dibagi menjadi : subkorneal, intra epidermal,supra basal.

Page 13: Penegakkan Diagnosis Kulit

Bula adalah vesikel dengan diameter >1 cm, misalnya pada pemfigus, luka bakar. Jika bula berisi dara disebut bula hemoragik, jika berisi nanah disebut bula purulen

Page 14: Penegakkan Diagnosis Kulit

Pustula adalah vesikel berisi nanah, sepeprti variola, varisela dan psoriasis pustula

Page 15: Penegakkan Diagnosis Kulit

Urtika adalah penonjolan diatas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan. Misalnya pada dermatitis medikamentosa dan gigitan serangga

Page 16: Penegakkan Diagnosis Kulit

Tumor adalah penonjolan diatas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan baru

Page 17: Penegakkan Diagnosis Kulit

Kista adalah penonjolan diatas permukaan kulit berupa kantong yang berisi cairan serosa aau padat atau setengah padat yang dikelilingi kaspsul.

Page 18: Penegakkan Diagnosis Kulit

Efloresensi Sekunder

Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit, dapat berupa sisik halus (pitriasiformis), sedang (dermatitis) atau kasar (psoariosis), seperti sisik ikan (iktiosis).

Page 19: Penegakkan Diagnosis Kulit

Krusta adalah cairan, darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah mengering diatas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa.

Page 20: Penegakkan Diagnosis Kulit

Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit tampak menjadi merah dan keluar cairan serosa. Misalnya pada dermatitis kontak

Page 21: Penegakkan Diagnosis Kulit

Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai stratum papilaris sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan, ditemukan pada dermatitis kontak atau ektima

Page 22: Penegakkan Diagnosis Kulit

Ulkus adalah kerusakan kulit (epidemis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding dan isi. Misal ulkus durum

Page 23: Penegakkan Diagnosis Kulit

Rhagaden atau fisura adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam misal pada keratoskisis

Page 24: Penegakkan Diagnosis Kulit

Parut (sikatrik) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang. Jaringan atrofi, sikatrik hipertrofi atau eutrofi/luka sayat

Page 25: Penegakkan Diagnosis Kulit

Keloid adalah hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas

Page 26: Penegakkan Diagnosis Kulit

Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah didalam jaringan

Page 27: Penegakkan Diagnosis Kulit

Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/reliefe kulit tampak jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.

Page 28: Penegakkan Diagnosis Kulit

Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif , kronik, dengan penyebaran serpiginosa

Page 29: Penegakkan Diagnosis Kulit

Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam dari sekitarnya. Misalnya pada melasma

Page 30: Penegakkan Diagnosis Kulit

Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya.

Page 31: Penegakkan Diagnosis Kulit

Beberapa Efloresensi Khusus

Kanalikuli yaitu ruam kulit berupa saluran-saluran pada stratum korneum, yang timbul sejajar dengan permukaan kulit seperti pada skabies

Page 32: Penegakkan Diagnosis Kulit

Milia (=white head) adalah penonjolan di atas permukaan kulit yang berwarna putih yang ditimbulkan oleh penyumbatan saluran kelenjar sebasea, seperti akne sistika

Page 33: Penegakkan Diagnosis Kulit

Komedo (=black head) adalah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang timbul akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea dipermukaan kulit seperti pada akne

Page 34: Penegakkan Diagnosis Kulit

Eksantema adalah ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan tidak berlangsung lama, biasanya didahului demam.

Page 35: Penegakkan Diagnosis Kulit

Purpura adalah perdarahan di dalam/di bawah kulit tampak kemerahan dan tidak hilang pada penekanan kulit, seperti pada dermatitis medikamantosa

Page 36: Penegakkan Diagnosis Kulit

Sifat Sifat Efloresensi

• UKURANMilier (sebesar kepala jarum)Lentikular (sebesar kacang hijau-jagung)Numular (sebesar uang logam seratus rupiah)Plakat (> uang logam seratus)

Page 37: Penegakkan Diagnosis Kulit

• GAMBARANLinier seperti garis lurusSirsinar/anular jika melingkarPolisiklik menyerupai bungaKorimbiformis jika efloresensi besar dikeliling efloresensi kecil (hen and chicken configuration)Iris Formis, menyerupai iris BerkelompokKonfluen misal pada variola

Page 38: Penegakkan Diagnosis Kulit

Linier

Sirsinar/anular Polisiklik

Korimbiformis

Iris Formis

Berkelompok

Konfluen

Page 39: Penegakkan Diagnosis Kulit

• Lokalisasi/penyebaranSoliter, jika hanya satu lesiMultipel, jika lesi banyakRegional, menyerang saru regioDiskrit, lesi-lesi terpisah satu dengan yang lainnya;pada ektimaSimetris, mengenani kedua belahan badan yang sama, pada dermatitis medikamentosaBilateral, menyerang kedua belahan badan, seperti variselaUnilateral, menyerang sebelah badanUniversal, seluruh tubuh terkenaGeneralisata, jika seluruh/hampir seluruh tubuh terkena seperti eritrodermaSirkumskrip, berbatas tegasDifus, Tidak berbatas tegas

Page 40: Penegakkan Diagnosis Kulit

Alat alat yang dibuthkan untuk pemeriksaan dermatologi

• Ruang yang diterangi sinar matahari atau lampu sinar putih

• Kaca pembesar (jika diperlukan)• Sarung tangan (jika diperlukan)• Alat pemeriksaan sensitivitas lesi

(jarum/bollpont)• Alat pemeriksaan laboratorium ( gelas obyek,

gelas penutup, scalpel, cutton bus, plastik isolasi.

Page 41: Penegakkan Diagnosis Kulit

Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan darah rutin• Pemeriksaan sediaan apus basah seperti

pemeriksaan terhadap hifa (dengan KOH 10%), trikomonas (NaCl 0.9%)

• Pemerksaan sekret/bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan khusus seperti Gram, Ziehl Nielsen, pemeriksaan sel Tzanck

• Pemeriksaan serologi untuk sifilis • Pemeriksaan dengan sinar Wood pada infeksi

jamur• Pemeriksaan alergi• Pemeriksaan histopatologi

Page 42: Penegakkan Diagnosis Kulit

Daftar Pustaka

Amina Siti, dkk.2015.Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Panduan Belajar Program Pendidikan Profesi. Hal 15-17

Djuanda Adni, Hamzah Mochtar, Aisah Siti.2009.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi kelima.Hal 34-42

Siregar.2015.Saripati Penyakit Kulit.Edisi ketiga.Hal 1-9

Page 43: Penegakkan Diagnosis Kulit

TERIMA KASIH